nilai-nilai pendidikan islam dalam tradisi...

83
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN TINGKEBAN PERTANIAN DI DESA WONOKERTO KECAMATAN BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam Pada Jurusan Tarbiyah Disusun Oleh MUHAMMAD TAUFIQUR RIYADI NIM. 111 10 042 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2015

Upload: others

Post on 28-Nov-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT

DAN TINGKEBAN PERTANIAN DI DESA WONOKERTO

KECAMATAN BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN

2014

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

Pada Jurusan Tarbiyah

Disusun Oleh

MUHAMMAD TAUFIQUR RIYADI

NIM. 111 10 042

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

2015

Page 2: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

ii

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 5 Eks

Hal : Naskah Skripsi

Saudara Muhammad Taufiqur Riyadi

Kepada

Yth: Ketua STAIN Salatiga

Di Salatiga

ASSALAMU’ALAIKUM, WR. WB

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan, maka bersama ini kami

kirimkan naskah skripsi saudara :

Nama : Muhammad Taufiqur Riyadi

NIM : 11110042

Jurusan : Tarbiyah/ Pendidikan Agama Islam

Judul : NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI

WIWIT DAN TINGKEBAN PERTANIAN DESA

WONOKERTO KECAMATAN BANCAK KABUPATEN

SEMARANG TAHUN 2014

Dengan ini mohon agar skripsi saudara tersebut diatas segera dimunaqosyahkan.

Demikian agar menjadi perhatian.

WASSALAMU’ALAIKUM, WR.WB

Salatiga, Nopember 2014

Pembimbing

Drs. Juz'an, M.Hum

NIP 19611024 198903 1 002

Page 3: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

iii

SKRIPSI

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

TINGKEBAN PERTANIAN DI DESA WONOKERTO KECAMATAN

BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014

DISUSUN OLEH

MUHAMMAD TAUFIQUR RIYADI

NIM. 11110042

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada tanggal

...................... dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar

sarjana S1 Kependidikan Islam

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : ________________

Sekretaris Penguji : ________________

Penguji I : ________________

Penguji II : ________________

Penguji III : ________________

Salatiga,

Ketua STAIN Salatiga

Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd

NIP. 196701121992031005

Page 4: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : MUHAMMAD TAUFIQUR RIYADI

NIM : 11110042

Judul Skripsi : NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM

TRADISI WIWIT DAN TINGKEBAN PERTANIAN

DESA WONOKERTO KECAMATAN BANCAK

KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak ada karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis di dalam naskah ini dan disebut

dalam daftar pustaka.

Salatiga,

Yang Menyatakan

Muhammad Taufiqur R.

Page 5: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

…… Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan

bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.

(QS Al Baqarah: 197)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Bapak dan Ibuku tercinta, yang selalu mendukung, mendo'akan

dan memberikan segalanya baik moral maupun spritual bagi

kelancaran studi, semoga Allah senantiasa meridhoinya.

2. Sahabat terdekatku Helmi dan Amalia yang selalu membantu dan

mendorong belajar bersama selama masa kuliah.

3. Teman hatiku Venia dan Sekeluarga yang setiap saat mendoakan

dan memberi semangat dalam pembuatan skripsi sampai dengan

selesai, semoga Allah memberi sesuatu yang terbaik untuk

semuanya baik dunia maupun akhirat nanti.

4. Rekan-rekan Mahasiswa STAIN Salatiga

Page 6: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

vi

KATA PENGANTAR

بسم الله الرحمن الرحيم

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Rabb yang

Maha Rahman dan Rahim yang telah mengangkat manusia dengan berbagai

keistimewaan. Dan dengan hanya petunjuk serta tuntunan-Nya, penulis

mempunyai kemampuan dan kemauan sehingga penulisan skripsi ini bisa

terselesaikan.

Sholawat dan salam penulis haturkan kepada Uswatun Khasanah Nabi

Muhammad SAW, semoga beliau senantiasa dirahmati Allah SWT. Amin.

Sebagai insan yang lemah, penulis menyadari bahwa tugas penulisan ini bukanlah

merupakan tugas yang ringan, tetapi merupakan tugas yang berat. Akhirnya

dengan berbekal kekuatan serta kemauan dan bantuan dari berbagai pihak, maka

terselesaikanlah skripsi yang sederhanan ini dengan judul “NILAI-NILAI

PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN TINGKEBAN

PERTANIAN DESA WONOKERTO KECAMATAN BANCAK KABUPATEN

SEMARANG TAHUN 2014” Dengan tersusunnya skripsi ini, penulis ucapkan

terima kasih yang tiada taranya kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Ketua STAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.

3. Bapak Rasimin, S.PdI, M.Pd, selaku Kaprodi PAI Jurusan Tarbiyah STAIN

Salatiga.

4. Bapak Drs. Juz'an, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing, yang dengan

keikhlasannya telah memberikan bimbingan hingga tersusunnya skripsi ini.

5. Karyawan Perpustakaan STAIN Salatiga yang telah menyediakan fasilitasnya.

Page 7: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

vii

Atas segala hal tersebut, penulis hanya bisa berdo‟a, semoga Allah SWT

mencatatnya sebagai amal sholeh yang akan mendapat balasan yang berlipat

ganda. Amin.

Akhirnya penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki

keterbatasan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun untuk

kesempurnaan skripsi ini akan penulis terima dengan rasa senang hati dan terbuka.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pribadi dan bagi pembaca pada

umumnya.

Amin – amin yarobbal ‘alamin

Salatiga, 10 November 2014

Penulis

Muhammad Taufiqur R.

Page 8: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

viii

ABSTRAK

Muhammad Taufiqur R. 2014. Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Wiwit

Dan Tingkeban Pertanian Desa Wonokerto Kecamatan Bancak

Kabupaten Semarang Tahun 2014. Skripsi, Jurusan Tarbiyah. Program

Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

Salatiga. Pembimbing. Drs. Juz‟an, M.Hum

Kata Kunci : Nilai Pendidikan Islam, Wiwit dan Tingkeban

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan

Tradisi Wiwit dan Tingkeban Pertanian di Desa Wonokerto Kecamatan Bancak

Kabupaten Semarang Tahun 2014? Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap

pelaksanaan Tradisi Wiwit dan Tingkeban Pertanian di Desa Wonokerto

Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Tahun 2014? Apa sajakah Nilai-nilai

Pendidikan Islam dalam Tradisi Wiwit dan Tingkeban Pertanian di Desa

Wonokerto Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Tahun 2014?

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan Tradisi Wiwit

dan Tingkeban Pertanian di Desa Wonokerto Kecamatan Bancak Kabupaten

Semarang Tahun 2014. Untuk mengetahui tanggapan masyarakat terhadap

pelaksanaan Tradisi Wiwit dan Tingkeban Pertanian di Desa Wonokerto

Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Tahun 2014. Untuk mengetahui Nilai-

nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Wiwit dan Tingkeban Pertanian di Desa

Wonokerto Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Tahun 2014.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian

yang menggambarkan fenomena secara mendalam untuk mengkaji masalah yang

diteliti. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan di Dusun Wonokerto

Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang. Pengumpulan data menggunakan

wawancara, dokumentasi dan observasi atau pengamatan. Analisis datanya

menggunakan deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi wiwit dan tingkeban

pertanian merupakan wujud syukur kepada Sang Rabbi Illahi yang merupakan

bentuk warisan budaya yang sampai saat ini masih dilaksanakan dan dilestarikan

oleh masyarakat. Sebagian besar masyarakat menganggap bahwa tradisi wiwit dan

tingkeban pertanian menganggap penting akan dilaksanakannya tradisi tersebut

karena merupakan kegiatan untuk memanjatkan doa agar tanaman padi

menghasilkan panen berlimpah ruah. Nilai pendidikan Islam yang terkandung

dalam adat wiwit dan tingkeban pertanian di Desa Wonokerto Kecamatan Bancak

Kabupaten Semarang adalah: Nilai aqidah, yaitu meyakini bahwa Allah SWT

merupakan satu-satunya dzat yang memberikan keselamatan kepada manusia,

Nilai ibadah, yaitu dilakukan upacara berdo‟a untuk mendoakan keselamatan

warga dan arwah sebagai wujud ibadah; Nilai syukur yaitu masyarakat bisa

terbebas dari pagebluk dan seluruh desa akan merasa aman. Namun demikian

dalam tradisi wiwit dan tingkeban pertanian juga masih terdapat beberapa hal

negatif seperti adanya sesaji yang masih ada, menunjukkan budaya leluhur yang

masih mempercayai kekuatan di luar Allah dan budaya pemborosan.

Page 9: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

ix

Saran yang dapat disampaikan adalah pentingnya nilai pendidikan Islam

yang ada dalam acara wiwit dan tingkeban pertanian tersebut perlu adanya

pelestarian dari generasi penerus, terutama dalam memahami aspek-aspek nilai

pendidikan Islam yang ada di dalam acara tersebut, sehingga tidak akan mudah

tergerus oleh perkembangan zaman. Dalam melestarikan harus memperhatikan

kaidah- kaidah tauhid supaya tidak terkena unsur syirik.

Page 10: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

NOTA PEMBIMBING ................................................................................ ii

PENGESAHAN ........................................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................. vi

ABSTRAK ................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................ x

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian .................................................................... 6

D. Kegunaan Penelitian ............................................................... 6

E. Definisi Operasional ............................................................... 7

F. Metode Penelitian ................................................................... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Nilai Pendidikan Islam ........................................................... 14

B. Wiwit dan Tingkeban ............................................................. 28

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Letak Geografis ...................................................................... 32

B. Upacara Wiwit dan Tingkeban ............................................... 36

C. Tanggapan Masyarakat terhadap Wiwit dan Tingkeban ........ 47

Page 11: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

xi

BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................... 49

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................ 60

B. Saran ....................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 62

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Menurut Umur ....................................... 32

Tabel 3.2 Data Pemeluk Agama .......................................................... 33

Tabel 3.3. Tingkat Pendidikan Masyarakat .......................................... 34

Tabel 3.4 Data Sarana Pendidikan ...................................................... 34

Page 13: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Pertanyaan

2. Surat Ijin Penelitian

3. Surat Keterangan Penelitian

4. Daftar Riwayat Hidup

5. Transkrip Wawancara

Page 14: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dalam Islam lebih banyak dikenal dengan menggunakan istilah

al-tarbiyah, al-ta`lim, al-ta`dib dan al-riyadlah. Setiap terminologi tersebut

mempunyai makna yang berbeda satu sama lain, karena perbedaan teks dan

kontek kalimatnya dan pendidikan Islam memiliki beberapa karakteristik yang

berbeda dengan pengertian pendidikan secara umum (Widodo, 2007: 170).

Beberapa pakar pendidikan Islam memberikan rumusan pendidikan Islam,

di antaranya Yusuf Qardhawi, mengatakan pendidikan Islam adalah pendidikan

manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan

ketrampilannya. Karena pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup, baik

dalam keadaan aman maupun perang, dan menyiapkan untuk menghadapi

masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya

(Saebani, 2009: 14).

Salah satu upaya untuk membentuk kepribadian adalah melalui sarana

kebudayaan. Kebudayaan yang diwariskan dengan baik akan memberikan dampak

terhadap perilaku anak. Pendidikan yang dilaksanakan dalam rangka membentuk

perilaku yang baik dapat dilakukan dengan melalui berbagai cara. Umpamanya

adalah dengan menggunakan kebudayaan atau tradisi yang isinya berupa petuah

atau ajaran yang baik, sehingga siapa yang memahami makna tradisi atau

kebudayaan itu dapat mengambil hikmah sebagai sebuah bentuk pendidikan.

Page 15: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

2

Suatu tradisi merupakan pewarisan serangkaian kebiasaan dan nilai-nilai

yang diwariskan dari suatu generasi kepada generasi berikutnya. Nilai-nilai yang

diwariskan berupa nilai-nilai yang oleh masyarakat pendukungnya masih

dianggap baik, serta relevan dengan kebutuhan kelompok. Dalam suatu tradisi

selalu ada hubungannya dengan upacara tradisional. Oleh karena itu upacara

tradisional merupakan warisan budaya leluhur yang dipandang sebagai usaha

manusia untuk dapat berhubungan dengan arwah para leluhur. Pada umumnya

mereka masih mempunyai anggapan bahwa roh para leluhur dianggap masih

dapat memberikan keselamatan dan perlindungan kepada keluarga yang

ditinggalkan.

Agar tujuannya dapat tercapai maka mereka mengadakan pendekatan

melalui berbagai bentuk upacara. Dalam upacara ini dapat dipakai untuk

mengukuhkan kembali nilai-nilai dan keyakinan yang berlaku dalam

masyarakat. Oleh karena itu upacara merupakan salah satu kegiatan social yang

sangat diperhatikan, dalam rangka menggali tradisi atau kebudayaan daerah dan

pengembangankebudayaan nasional. Dengan demikian dalam setiap kebudayaan

terdapat norma-norma atau nilai-nilai yang menjadi pedoman bagi masing-masing

warga masyarakat pendukungnya dalam bertingkah laku atau bergaul dengan

sesamanya.

Norma-norma atau nilai-nilai dapat dimengerti oleh warga masyarakat

selaku pendukung kebudayaan tersebut melalui belajar, baik secara formal

maupun non formal. Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Peursen (2004: 4)

bahwa kebudayaan merupakan semacam sekolah di mana manusia belajar.

Page 16: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

3

Sumber-sumber informasi yang tak tertulis dapat diperoleh misalnya dengan

memperhatikan tingkah laku yang ditujukan untuk kegiatan teknis sehari-hari

mempunyai kaitan dengan kepercayaan tertentu ataupun dalam bentuk hasil karya

masyarakat pendukungnya. Kebudayaan yang merupakan warisan leluhur,

sebenarnya oleh warga masyarakat masih ada yang memegang teguh serta terikat

adanya tradisi yang berlaku dalam kelompoknya. Kunci penting dalam pelestarian

kebudayaan adalah tidak menyimpang dari ajaran Islam, sebagaimana perintah

Allah dalam Surat Luqman ayat 13

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi

pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,

Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang

besar".

Seringkali ada banyak asumsi masyarakat yang keliru mengenai

peringatan atau kegiatan tradisi budaya tersebut. Ada yang menganggap sebagai

bentuk mempersekutukan Allah, ada juga yang menilai sebagai bid‟ah yang

melanggar ajaran rosulullah Muhammad saw. Namun demikian, tidak semua

orang yang memahami kegiatan tradisi tersebut sebagai bentuk yang melanggar

ajaran Islam, sehingga banyak di kalangan masyarakat yang masih melestarikan

kebudayaan yang turun-temurun dalam masyarakat.

Demikian pula kebudayaan yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia

masih banyak yang disampaikan secara lisan maupun masih diakui oleh

Page 17: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

4

masyarakat pendukungnya, sehingga perlu dipertahankan. Menurut Peursen

(2004: 12) upacara tradisional lebih dari sebuah mitos di mana fungsinya tidak

hanya sekedar memberikan hiburan tetapi yang penting upacara itu dapat

mengukuhkan nilai-nilai tradisi tentang kebaikan, kehidupan, kesuburan, juga

penyucian.

Selain itu upacara berfungsi pula untuk mengukuhkan ikatan solidaritas.

Sehingga upacara tradisional mempunyai fungsi sosial, kultural dan religi. Dalam

masyarakat agraris dapat dijumpai beberapa tradisi yang masih dilakukan dan

dilestarikan oleh pendukungnya sampai saat ini. Salah satu tradisi yang masih

dilakukan sampai saat ini adalah tradisi wiwit dan tingkeban. Tradisi ini digelar

masyarakat sebagai wujud rasa percaya kepada Tuhan agar tanaman padi yang

akan ditanam selamat dari serangan hama hingga musim panen tiba.

Tradisi wiwit dan tingkeban pertanian berkaitan dengan kepercayaan dan

merupakan salah satu bentuk warisan budaya leluhur yang sampai sekarang masih

tetap dilaksanakan dan dilestarikan oleh masyarakat, termasuk masyarakat di Desa

Wonokerto Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang. Pada hakekatnya tradisi

tersebut merupakan kegiatan wujud syukur dan harapan agar tanaman yang akan

ditanam terbebas dari gangguan hama dan wujud permohonan agar mendapatkan

keselamatan, ketenteraman bersama yang biasanya dilakukan setelah panen tiba.

Namun demikian, perkembangan peradaban serta tingkat pengetahuan

serta perekonomian saat ini telah banyak mengikis sedikit demi sedikit tradisi

bahkan kebudayaan yang dahulu berkembang dalam masyarakat. Bahkan karena

ketidaktahuan tentang budayanya menganggap bahwa tradisi atau budaya tersebut

Page 18: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

5

sebagai bagian yang tidak perlu dilestarikan dengan berbagai macam alasan.

Demikian halnya dengan tradisi wiwit dan tingkeban di Desa Wonokerto

Kecamatan Bancak. Dahulu semua warga setiap akan memulai musim tanam

maupun akan panen selalu mengadakan kegiatan upacara wiwit dan tingkeban.

Namun akhir-akhir ini peringatan tersebut jarang sekali yang mengadakan.

Bahkan para pemuda sendiri banyak yang tidak mengetahui makna peringatan

tradisi tersebut.

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka peneliti mengajukan penelitian

berjudul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT

DAN TINGKEBAN PERTANIAN DI DESA WONOKERTO KECAMATAN

BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014”

B. Rumusan Masalah

Pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan Tradisi Wiwit dan Tingkeban Pertanian di Desa

Wonokerto Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Tahun 2014?

2. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap pelaksanaan Tradisi Wiwit dan

Tingkeban Pertanian di Desa Wonokerto Kecamatan Bancak Kabupaten

Semarang Tahun 2014?

3. Apa sajakah Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Wiwit dan Tingkeban

Pertanian di Desa Wonokerto Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Tahun

2014?

Page 19: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

6

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan Tradisi Wiwit dan Tingkeban Pertanian di

Desa Wonokerto Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Tahun 2014.

2. Untuk mengetahui tanggapan masyarakat terhadap pelaksanaan Tradisi

Wiwit dan Tingkeban Pertanian di Desa Wonokerto Kecamatan Bancak

Kabupaten Semarang Tahun 2014.

3. Untuk mengetahui Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Wiwit dan

Tingkeban Pertanian di Desa Wonokerto Kecamatan Bancak Kabupaten

Semarang Tahun 2014.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

akademik maupun manfaat praktis sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis dapat memberikan masukan bagi

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bagi pendidikan Islam terkait

dengan strategi pendidikan Islam melalui kebudayaan.

2. Manfaat praktis

Sebagai masukan bagi orang tua untuk memberikan perhatian kepada anak-

anaknya, terutama dalam hal pendidikan.

Page 20: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

7

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami pengertian yang

sebenarnya dari judul tersebut, penulis jelaskan pengertian istilah-istilah yang ada

di dalamnya hingga membentuk suatu pengertian yang utuh sebagai berikut :

1. Nilai Pendidikan Islam

Nilai adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda

atau hal untuk memuaskan manusia (Surayin, 2007: 374). Nilai juga diartikan

kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna,

dihargai dan dapat menjadi objek kepentingan (Sjarkawi, 2009: 29).

Prof. Dr. Omar Mohammad At-Toumi Asy-Syaibany mendefinisikan

pendidikan islam sebagai proses mengubah tingkah laku individu pada

kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran

sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara profesi-profesi asasi

dalam masyarakat. (Asy-Syaibany, 2009: 399). Pengertian tersebut

memfokuskan perubahan tingkah laku manusia yang konotasinya pada

pendidikan etika. Selain itu, pengertian tersebut menekankan pada aspek-

aspek produktivitas dan kreatifitas manusia dalam peran dan profesinya dalam

kehidupan masyarakat dan alam semesta.

2. Wiwit dan Tingkeban

Upaca wiwit merupakan upacara ritual yaitu rasa terima kasih kepada

Tuhan, karena tanaman padi yang akan dipanen tampak sangat

membanggakan hati. Dengan harapan setiap penanaman padi sampai waktu

Page 21: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

8

panen selalu diberikan panen yang banyak dijauhkan dari penyakit atau hama

(Hadiwiyono, 2004: 22)

Tingkeban merupakan upacara tradisi yang dilakukan dalam pertanian

saat tanaman padi yang ditanam sudah akan berbuah (meteng = Jawa) dengan

harapan tanaman padinya dapat menghasilkan buah yang lebat sehingga hasil

panennya bagus (Hadiwiyono, 2004: 22).

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu

penelitian yang menggambarkan fenomena secara mendalam untuk

mengkaji masalah yang diteliti (Sugiyono, 2009: 4).

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Wonokerto

Kecamatan BancakKabupaten Semarang. Waktu

penelitian dimulai bulan Maret 2014 sampai dengan

September 2014.

3. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini dipilih sebanyak 10 orang warga, 2 orang

perangkat desa, yaitu kepala dusun dan modin, serta 4 orang tokoh

masyarakat sebagai subjek penelitian. Subjek yang telah dipilih tersebut

diharapkan dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

4. Metode Pengumpulan Data

Page 22: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

9

Keberhasilan suatu penelitian terutama penelitian kualitatif,

tergantung beberapa faktor. Paling tidak ditentukan oleh faktor kejelasan

tujuan dan permasalahan penelitian, ketepatan pemilihan pendekatan/

metodologi, ketelitian dan kelengkapan data/ informasi itu sendiri. Dalam

penelitian yang mendasarkan pada pendekatan kualitatif ini dipergunakan

beberapa teknik pengumpulan data, yaitu wawancara dan studi

dokumentasi. Kedua teknik akan dijelaskan berikut ini, digunakan peneliti

dalam rangka memperoleh informasi saling melengkapi.

a. Wawancara; yaitu dengan melakukan tanya jawab atau

mengkonfirmasikan kepada subjek penelitian dengan sistematis

(wawancara terstruktur). Dalam wawancara ini, pertanyaan dan

jawaban akan bersifat verbal atau semacam percakapan yang

bertujuan memperoleh data atau informasi. Dalam penelitian ini,

yang menjadi sasaran dari wawancara adalah warga, kepala desa,

tokoh masyarakat dan sumber lainnya yang relevan.

b. Studi dokumentasi; yaitu suatu alat penelitian yang bertujuan untuk

melengkapi data (sebagai bukti pendukung), yang bersumber bukan

dari manusia yang memungkinkan dilakukannya pengecekan untuk

mengetahui kesesuiannya. Sumber data yang menjadi fokus dalam

penelitian ini adalah dokumentasi pelaksanaan tingkeban.

c. Selain dengan wawancara dan dokumentasi juga menggunakan

observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap proses/

Page 23: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

10

tahapan dalam pelaksanaan wiwit dan tingkeban di Dusun

Wonokerto Kecamatan Bancak.

Dalam penelitian kualitatif tidak terdapat prosedur pengumpulan

data yang memiliki pola yang pasti. Rianse (2009:6) mengatakan

“masing- masing peneliti dapat memberi sejumlah petunjuk dan saran

berdasarkan pengalaman masing-masing”, namun demikian Lincoln dan

Guba (Rianse, 2009) mengatakan terdapat rangkaian prosedur dasar

yang dipergunakan dalam penelitian kualitatif, prosedur itu meliputi

tahap orientasi, explorasi, dan member check. Pelaksanaan

pengumpulan data dalam penelitian ini melalui kegiatan sebagai berikut:

1) Tahap Orientasi

Pada saat ini peneliti melakukan kegiatan: Pendekatan kelembaga-

lembaga yang menjadi lokasi penelitian, dengan tujuan untuk

memperoleh gambaran tentang lokasi dan fokus masalah penelitian,

serta memilih jumlah informan awal yang memadai untuk

memperoleh informan yang tepat. Melakukan pendalaman terhadap

sumber-sumber bacaan yang berhubungan dengan masalah

penelitian, guna menyusun kerangka penelitian dan teori-teori.

Melakukan wawancara awal untuk memperoleh informasi yang

bersifat umum yang berkenaan dengan ruang lingkup penelitian ini.

2) Tahap Eksplorasi

Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan: Mengadakan wawancara

secara intensif dengan subjek penelitian, yaitu kepala desa, tokoh

Page 24: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

11

masyarakat, dan masyarakat yang mengetahui tradisi wiwit dan

tingkeban yang dilaksanakan secara turun temurun.

3) Tahap Member check

Pada tahap ini, semua data dan informasi yang telah dikumpulkan

dan dicek ulang dengan metode triangulasi, untuk melihat

kelengkapan atau kesempurnaan serta validitas data. Pengecekan

data-data ini dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut: Mengecek

ulang data-data yang sudah terkumpul, baik data yang terkumpul

dari wawancara, hasil observasi maupun dokumen. Meminta data

atau informasi ulang kepada subjek penelitian apabila ternyata data

yang terkumpul tersebut belum lengkap.

Meminta penjelasan kepada pihak terkait tentang data siswa yang

melanjutkan serta data lain yang berhubungan dengan penelitian.

5. Teknik Analisis Data

Tujuan utama penelitian ini adalah memahami perilaku manusia

dalam konteks tertentu. Sebagai konsekuensi dari tujuan, sifat dan

pendekatan penelitian kualitatif tersebut, maka proses dan teknik analisa

data yang ditempuh peneliti cenderung beragam. Kualitas konseptual,

kreativitas dan intuisi peneliti menentukan keberhasilan analisanya. Sesuai

dengan sifat penelitian yang naturalistic-fenomenologis kualitatif, tentunya

semua informasi yang dijaring dengan berbagai macam alat dalam studi ini

berupa uraian yang penuh deskripsi mengenai subjek yang diteliti, pendapat,

pengetahuan, pengalaman dan aspek lainya yang berkaitan. Tentu tidak

Page 25: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

12

semua data itu dipindahkan dalam laporan penelitian, melainkan dianalisis

dengan menggunakan prosedur menurut Sugiyono (2009) yaitu: (1) reduksi

data, (2) display data, (3) mengambil keputusan dan verifikasi. Analisis data

dalam penelitian naturalisti kualitatif menurut Rianse (2009) adalah proses

mengatur data untuk ditafsirkan dan diketahui maknanya.

a) Reduksi Data

Tahap ini dilakukan dengan menelah seluruh data yang tersedia dari

berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan lapangan, dan

dokumen, sehingga dapat ditemukan hal- hal pokok dari proyek yang

diteliti yang berkenaan dengan fokus penelitian.

b) Display Data

Pada tahap ini, dilakukan dengan merangkum hal- hal pokok yang

ditemukan dalam susunan yang sismatis, yaitu data disusun dengan cara

menggolongkannya ke dalam pola, tema, unit atau katagori, sehingga

tema sentral dapat diketahui dengan mudah, kemudian diberi makna

sesuai materi penelitian. Lebih jelasnya apa yang dimaksud dengan

analisis dan interpretasi data adalah merupakan proses penyederhanaan

dan trasformasi timbunan data mentah, sehingga menjadi kesimpulan-

kesimpulan yang singkat, padat dan bermakna (Sugiyono, 2009: 16).

2. Verifikasi

Pada tahap ini dilakukan pengujian tentang kesimpulan yang telah diambil

dengan data pembandingan yang bersumber dari hasil pengumpulan data

dan penunjang lainnya. Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat

Page 26: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

13

kebenaran hasil analisis sehingga melahirkan kesimpulan yang diambil

dilakukan dengan menghubungkan atau mengkomunikasikan hasil- hasil

penelitian dengan teori- teori para ahli (Sugiyono, 2009: 17). Terutama

teori yang menjadi kerangka acuan peneliti dan keterkaitannya dengan

temuan- temuan dari penelitian lainnya yang relevan, melakukan proses

member-chek mulai dari tahap orientasi sampai dengan kebenaran data

terakhir, dan akhirnya membuat kesimpulan untuk dilaporkan sebagai hasil

penelitian.

Page 27: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Nilai Pendidikan Islam

Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan

kualitas, dan berguna bagi manusia (Koentjaraningrat, 2004: 12). Sesuatu itu

bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia.

Adanya dua macam nilai tersebut sejalan dengan penegasan pancasila

sebagai ideologi terbuka. Perumusan pancasila sebagai dalam pembukaan

UUD 1945. Alinea 4 dinyatakan sebagai nilai dasar dan penjabarannya

sebagai nilai instrumental. Nilai dasar tidak berubah dan tidak boleh diubah

lagi. Betapapun pentingnya nilai dasar yang tercantum dalam pembukaan

UUD 1945 itu, sifatnya belum operasional. Artinya kita belum dapat

menjabarkannya secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Penjelasan

UUD 1945 sendiri menunjuk adanya undang-undang sebagai pelaksanaan

hukum dasar tertulis itu. Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam

pembukaan UUD 1945 itu memerlukan penjabaran lebih lanjut. Penjabaran

itu sebagai arahan untuk kehidupan nyata. Penjabaran itu kemudian

dinamakan nilai instrumental.

Dr. Muhammad Fadhil Al-Jamali memberikan pengertian

pendidikan islam sebagai upaya mengembangkan, mendorong, serta

mengajak manusia untk lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang

tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih

Page 28: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

15

sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan, maupun perbuatan

(Widodo, 2007: 46).

Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada

hamba-Nya melalui para Rasul. Dalam Islam memuat sejumlah ajaran, yang

tidak sebatas pada aspek ritual, tetapi juga mencakup aspek peradaban.

Dengan misi utamanya adalah sebagai rahmatan lil ‘alamin, Islam hadir

dengan menyuguhkan tata nilai yang bersifat plural dan inklusif yang

merambah ke dalam semua ranah kehidupan.

Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan Islam adalah ilmu

pendidikan yang berdasarkan Islam. Pendidikan Islam menurut Tadjab

secara sederhana dapat diartikan sebagai pendidikan yang dilaksanakan

dengan bersumber dan berdasar atas ajaran agama Islam. Menurut Hery

Noer Aly (2009: 18), pendidikan Islam adalah pendidikan manusia

seutuhnya; akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan

keterampilannya. Sedangkan menurut Endang Saipuddin Anshari, ia

mendefinisikan pendidikan Islam menjadi dua bagian; pertama dalam arti

yang luas adalah proses bimbingan (pimpinan, tuntunan, dan asuhan) oleh

subjek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan,

intuisi, dan lain sebagainya) dan raga objek didik dengan bahan-bahan

materi tertentu dan dengan metode tertentu. Dilakukan dalam jangka waktu

tertentu, dengan metode tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke

arah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran Islam.

Kedua, pendidikan Islam dalam arti khusus adalah pendidikan yang materi

Page 29: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

16

didiknya adalah Al-Islam, akidah, syari‟ah (ibadah dan muamalah) dan

akhlak Islam, seperti pendidikan agama Islam di perguruan tinggi.

Masih banyak lagi pengertian pendidikan Islam menurut para ahli,

namun dari beberapa pengertian tersebut yang dapat kita petik, pada

dasarnya pendidikan Islam adalah usaha bimbingan jasmani dan rohani pada

tingkat kehidupan individu dan sosial untuk mengembangkan fitrah manusia

berdasarkan hukum-hukum Islam menuju terbentuknya manusia ideal (insan

kamil) yang berkepribadian Muslim dan berakhlak terpuji serta taat pada

Islam sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai pendidikan

Islam adalah sifat-sifat atau hal-hal yang melekat pada pendidikan Islam

yang digunakan sebagai dasar manusia untuk mencapai tujuan hidup, yaitu

mengabdi pada Allah SWT. Nilai-nilai tersebut perlu ditanamkan pada anak

sejak kecil, karena pada waktu itu adalah masa yang tepat untuk

menanamkan kebiasaan yang baik padanya.

Pendidikan Islam sangat memperhatikan penataan individual dan

sosial yang membawa penganutnya pada pengaplikasian Islam dan ajaran-

ajarannya ke dalam tingkah laku sehari-hari. Karena itu, keberadaan sumber

dan landasan pendidikan Islam harus sama dengan sumber Islam itu sendiri,

yaitu Al-Qur‟an dan As-Sunah. Pandangan hidup yang mendasari seluruh

kegiatan pendidikan Islam ialah pandangan hidup muslim yang merupakan

nilai-nilai luhur yang bersifat universal yakni Al-Qur‟an dan As-Sunnah

Page 30: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

17

yang sahih juga pendapat para sahabat dan ulama sebagai tambahan. Nilai-

nilai luhur tersebut diuraikan sebagai berikut: (Aly, 2009: 26)

1. Al-Qur‟an

Di dalam Al-Qur‟an terdapat ajaran yang berisi prinsip-prinsip yang

berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan itu. Sebagai contoh

dapat dibaca dalam kisah Luqman yang mengajari anaknya dalam surat

Luqman. Al-Qur‟an adalah petunjuk-Nya yang bila dipelajari akan

membantu menemukan nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman

berbagai problem hidup. Apabila dihayati dan diamalkan menjadi

pikiran rasa dan karsa mengarah pada realitas keimanan yang

dibutuhkan bagi stabilitas dan ketentraman hidup pribadi dan

masyarakat.

2. As-Sunah

Setelah Al-Qur‟an, pendidikan Islam menjadikan As-Sunnah sebagai

dasar dan sumber kurikulumnya. Secara harfiah ‟sunnah‟ berarti jalan,

metode dan program. Secara istilah ‟sunnah‟ adalah perkara yang

dijelaskan melalui sanad yang sahih baik itu berupa perkataan,

perbuatan atau sifat Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana Al-Qur‟an,

sunnah berisi petunjuk-petunjuk untuk kemaslahatan manusia dalam

segala aspeknya yang membina manusia menjadi Muslim yang

bertaqwa. Dalam dunia pendidikan sunnah memiliki dua faedah yang

sangat besar, yakni:

Page 31: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

18

a. Menjelaskan sistem pendidikan Islam yang terdapat dalam Al-

Qur‟an atau menerangkan hal-hal yang tidak terdapat di dalamnya.

b. Menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan Rasulullah

SAW bersama anak-anaknya dan penanaman keimanan ke dalam

jiwa yang dilakukannya.

Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah kegiatan

selesai dan memerlukan usaha dalam meraih tujuan tersebut. Secara umum

menurut Hery Noer Aly, tujuan adalah batas akhir yang dicita-citakan

seseorang dan dijadikan pusat perhatiannya untuk dicapai melalui usaha.

Pengertian tujuan pendidikan adalah perubahan yang diharapkan pada

subjek didik setelah mengalami proses pendidikan baik pada tingkah laku

individu dan kehidupan pribadinya, maupun kehidupan masyarakat dan

alam sekitarnya dimana individu hidup.

Adapun tujuan pendidikan Islam menurut Imam Al-Ghazali, ialah

kesempurnaan insani di dunia dan akhirat. Manusia akan mencapai

kesempurnaan melalui pencarian keutamaan dengan menggunakan ilmu.

Keutamaan itu akan memberinya kebahagiaan di dunia serta

mendekatkannya kepada Allah SWT, sehingga dia juga akan mendapatkan

kebahagiaan di akhirat. Sedangkan menurut Muhammad Munir Mursa,

tujuan terpenting pendidikan Islam adalah tercapainya kesempurnaan

insani, karena Islam sendiri merupakan manifestasi tercapainya

kesempurnaan agamawi. Dan menurut pendapat Abdul Fattah Jalal, tujuan

akhir pendidikan Islam adalah menjadikan manusia sebagai abdi atau

Page 32: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

19

hamba Allah SWT. Di dalam Al-Qur‟an dijelaskan bahwa tujuan

pendidikan adalah ”membina manusia secara pribadi dan kelompok

sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah SWT dan

khalifah-Nya, untuk membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang

ditetapkan Allah (untuk bertaqwa kepada-Nya).” Firman Allah SWT dalam

Al-Qur‟an surat Adz-Dzariyat ayat 56:

وَمَا خَلقَْتُ الْجِنَّ وَالِإنسَ إلِاَّ ليِعَْبدُُونِ

Artinya: Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka menyembah-Ku (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Berdasarkan penjelasan dan rincian tentang tujuan pendidikan di

atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan nilai pendidikan Islam

adalah sebagai berikut: (Saebani, 2009: 59)

a) Menyiapkan dan membiasakan anak dengan ajaran Islam sejak kecil

agar menjadi hamba Allah SWT yang beriman.

b) Membentuk anak Muslim dengan perawatan, bimbingan, asuhan, dan

pendidikan pra natal sehingga dalam dirinya tertanam kuat nilai-nilai

keislaman yang sesuai dengan fitrahnya.

3. Mengembangkan potensi, bakat, dan kecerdasan anak sehingga mereka

dapat merealisasikan dirinya sebagai pribadi Muslim.

2. Memperluas pandangan hidup dan wawasan keilmuan bagi anak

sebagai makhluk individu dan social

Kehidupan manusia tidak terlepas dari nilai, dan nilai itu

selanjutnya diinstitusikan. Institusional nilai yang terbaik adalah melalui

Page 33: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

20

upaya pendidikan. Pada hakikatnya pendidikan adalah proses transformasi

dan internalisasi nilai, baik sebagai proses pembiasaan terhadap nilai, proses

rekonstruksi nilai serta proses penyesuaian terhadap nilai. Lebih dari itu

fungsi pendidikan Islam adalah pewarisan dan pengembangan nilai-nilai

dienul Islam serta memenuhi aspirasi masyarakat dan kebutuhan tenaga di

semua tingkat dan bidang pembangunan bagi terwujudnya kesejahteraan

masyarakat. Nilai pendidikan Islam perlu ditanamkan pada anak sejak kecil

agar mengetahui nilai-nilai agama dalam kehidupannya. Dalam pendidikan

Islam terdapat bermacam-macam nilai islami yang mendukung dalam

pelaksanaan pendidikan bahkan menjadi suatu rangkaian atau sistem di

dalamnya. Nilai tersebut menjadi dasar pengembangan jiwa anak sehingga

bisa memberi out put bagi pendidikan yang sesuai dengan harapan

masyarakat luas.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan mengemukakan

nilai-nilai pendidikan Islam secara umum menurut yang dikemukakan oleh

Dr. Zulkarnain (2008: 38), yakni; nilai tauhid/aqidah, ibadah (‟ubudiyah),

Akhlak, dan nilai kemasyarakatan, yang merupakan dasar pokok dan harus

ditanamkan pada anak sejak dini.

a) Nilai Tauhid/Aqidah (Keimanan)

Tauhid atau aqidah (iman) adalah kepercayaan yang terhujam ke dalam

hati dengan penuh keyakinan, tidak ada perasaan syak (ragu-ragu),

serta mempengaruhi orientasi kehidupan, sikap dan aktivitas

keseharian. Al-Ghazali mengatakan iman adalah megucapkan dengan

Page 34: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

21

lidah, mengakui benarnya dengan hati dan mengamalkan dengan

anggota badan. Pendidikan keimanan termasuk aspek pendidikan yang

patut mendapat perhatian yang pertama dan utama dari orang tua.

Memberikan pendidikan ini pada anak merupakan sebuah keharusan

yang tidak boleh ditinggalkan. Pasalnya iman merupakan pilar yang

mendasari keislaman seseorang.

Aqidah (iman) yang kuat dan tertanam dalam jiwa seseorang

merupakan hal yang penting dalam perkembangan pendidikan. Salah

satu yang bisa menguatkan aqidah adalah memiliki nilai pengorbanan

dalam dirinya demi membela aqidah yang diyakini kebenarannya.

Semakin kuat nilai pengorbanannnya akan semakin kokoh aqidah yang

ia miliki.Keimanan merupakan landasan pokok bagi kehidupan yang

sesuai dengan fitrah manusia, karena manusia mempunyai sifat dan

kecenderungan untuk mengalami dan mempercayai adanya Tuhan.

Oleh karena itu penanaman keimanan harus diperhatikan dan tidak

boleh dilupakan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Ar-Rum

ayat 30:

Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah;

(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut

Page 35: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

22

fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang

lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,

Dengan fitrah manusia yang telah ditetapkan oleh Allah SWT

sebagaimana dalam ayat di atas, maka manusia mempunyai kewajiban

untuk memelihara fitrah dan mengembangkannya.

b) Nilai Ibadah

Ibadah yang dimaksud adalah pengabdian ritual sebagaimana

diperintahkan dan diatur di dalam Al-Qur‟an dan Sunnah. Aspek

ibadah ini di samping bermanfaat bagi kehidupan duniawi, tetapi yang

paling utama adalah sebagai bukti dari kepatuhan manusia memenuhi

perintah-perintah Allah SWT. Ibadah merupakan bukti nyata bagi

seorang Muslim dalam meyakini dan mempedomani aqidah Islamiyah.

Pedidikan ibadah merupakan salah satu aspek pendidikan Islam yang

perlu diperhatikan. Semua ibadah dalam Islam bertujuan membawa

manusia supaya selalu ingat kepada Allah SWT. Oleh karena itu

ibadah merupakan tujuan hidup manusia diciptakan-Nya di muka

bumi. Ibadah yang dimaksud bukan ibadah ritual saja tetapi ibadah

yang dimaksud di sini adalah ibadah dalam arti umum dan khusus.

Ibadah umum yaitu segala amalan yang dizinkan Allah SWT,

sedangan ibadah khusus yaitu segala sesuatu (apa) yang telah

ditetapkan Allah SWT dengan perincian-perinciannya, tingkat, dan

cara-caranya yang tertentu. Usia balig merupakan batas Taklif

(pembebanan hukum syar‟i) apa yang diwajibkan syari‟at pada seorang

Page 36: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

23

Muslim maka wajib dilakukannya, sedang yang diharamkan wajib

menjauhinya. Salah satu kewajiban yang dapat dilihat dalam

kehidupan sehari-hari adalah shalat lima waktu. Orang tua wajib

mendidik anak-anaknya untuk melaksanakan shalat, apabila ia tidak

melaksanakan maka orang tua wajib memukulnya.

Luqman menanamkan nilai-nilai ibadah kepada anak-anaknya sejak

dini. Dia bermaksud agar anak-anaknya mengenal tujuan hidup

manusia, yaitu menghambakan diri kepada Allah SWT bahwa

sesungguhnya tidak ada Tuhan yang patut disembah selain Allah SWT.

Apa yang dilakukan Luqman kepada anak-anaknya bisa dicontoh

orang tua zaman sekarang ini. Oleh karena itu, nilai ibadah yang

benar-benar Islamiyyah mesti dijadikan salah satu pokok dalam

pendidikan, khususnya pendidikan anak. Orang tua dapat menanamkan

nilai-nilai ibadah pada anak dan berharap nantinya ia akan tumbuh

menjadi insan yang tekun beribadah secara benar sesuai dengan ajaran

Islam.

Muatan ibadah dalam pendidikan Islam diorientasikan kepada

bagaimana manusia mampu memenuhi hal-hal sebagai berikut:

”Pertama, menjalin hubungan utuh dan langsung dengan Allah SWT.

Kedua, menjaga hubungan dengan sesama insan. Ketiga, kemampuan

menjaga dan menyerahkan dirinya sendiri.” Dengan demikian, aspek

ibadah dapat dikatakan sebagai alat untuk digunakan oleh manusia

Page 37: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

24

dalam rangka memperbaiki akhlak dan mendekatkan diri kepada Allah

SWT.

c) Nilai Akhlak

Tidak dapat diragukan lagi bahwa akhlak yang baik dan tingkah laku

yang bagus merupakan buah dari iman yang mantap dan pertumbuhan

agama yang benar. Akhlak menjadi masalah yang penting dalam

perjalanan hidup manusia sebagai makhluk sosial. Sebab akhlak

memberi norma-norma atau aturan baik dan buruk yang menentukan

kualitas pribadi manusia dalam menjalani kehidupan.

Dalam akhlak Islam, norma-norma atau aturan baik dan buruk telah

ditentukan oleh Al-Qur‟an dan Hadits. Oleh karena itu, Islam tidak

merekomendasikan kebebasan manusia untuk menentukan norma-

norma akhlak secara otonom (pribadi). Islam menegaskan bahwa hati

nurani senantiasa mengajak manusia mengikuti yang baik dan

menjauhkan yang buruk. Dengan demikian, hati dapat menjadi ukuran

baik dan buruk pribadi manusia.

Pentingnya akhlak, dalam hal ini tidak terbatas pada perseorangan saja,

melainkan penting untuk masyarakat, umat, dan kemanusiaan

seluruhnya. Akhlak dalam diri manusia timbul dan tumbuh dari dalam

jiwa, kemudian berbuah ke segenap anggota yang menggerakkan amal-

amal serta menghasilkan sifat-sifat yang baik serta menjauhi segala

larangan terhadap sesuatu yang buruk yang membawa manusia ke

dalam kesesatan. Puncak dari akhlak tersebut adalah pencapaian; 1)

Page 38: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

25

Irsyad, yakni kemampuan membedakan antara amal yang baik dan

buruk; 2) Taufiq, yaitu perbuatan yang sesuai dengan tuntunan

Rasulullah SAW dengan akal sehat; dan 3) Hidayah, yakni gemar

melakukan perbuatan baik dan terpuji serta menghindari yang buruk

dan tercela.

d) Nilai Kemasyarakatan

Bidang kemasyarakatan ini mencakup pengaturan pergaulan hidup

manusia di atas bumi, misalnya pengaturan tentang benda,

ketatanegaraan, hubungan antarnegara, hubungan antarmanusia dalam

dimensi sosial, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, dapat dikatakan

sebagai kaidah muamalah, sebagaimana telah dijelaskan oleh Endang

Saifuddin Anshari di atas, mencakup dua bagian; a) Al-Qanunul Khas

‟hukum perdata‟ yang meliputi; (1) muamalah dalam arti sempit sama

dengan hukum niaga, (2) munakahah (hukum nikah), (3) waratsah

(hukum waris), dan lain sebagainya. b) Al-Qanunul ‟Am ‟hukum

publik‟ yang meliputi; (1) jinayah (hukum pidana), (2) khilafah

(hukum kenegaraan), (3) jihad (hukum perang dan damai), dan lain

sebagainya.

Dengan demikian, sesungguhnya pendidikan islam tidak saja fokus

pada education for the brain, tetapi juga pada education for the heart. Dalam

pandangan islam, karena salah satu misi utama pendidikan islam adalah dalam

rangka membantu peserta didik mencapai kesejahteraan lahir batin, maka ia

harus seimbang, sebab bila ia hanya focus pada pengembangan kreatifiats

Page 39: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

26

rasional semata tanpa diimbangi oleh kecerdasan emosional, maka manusia

tidak akan dapat menikmati nilai kemajuan itu sendiri, bahkan yang terjadi

adalah demartabatisasi yang menyebabkan manusia kehilangan identitasnya

dan mengalami kegersangan psikologis, dia hanya meraksasa dalam tehnik

tapi merayap dalam etik.

Demikian pula pendidikan islam mesti bersifat integralitik, artinya ia

harus memandang manusia sebagai satu kesatuan utuh, kesatuan jasmani

rohani, kesatuan intelektual, emosional dan spiritual, kesatuan pribadi dan

sosial dan kesatuan dalam melangsungkan, mempertahankan dan

mengembangkan hidup dan kehidupannya.

Ruang lingkup pendidikan Islam meliputi keserasian, keselarasan

dan keseimbangan antara (Saebani, 2009: 46):

a) Hubungan manusia dengan Allah SWT

b) Hubungan manusia dengan sesama manusia

c) Hubungan manusia dengan dirinya sendiri

d) Hubungan manusia dengan mahluk lain dan lingkungannya.

Adapun ruang lingkup pendidikan Islam meliputi lima unsur pokok

yaitu: Al-Qur‟an, Aqidah, Syari‟ah, Akhlak, dan Tarikh (sejarah). Ruang

lingkup ajaran Islam mencakup tiga domain yaitu (Saebani, 2009: 47):

1. Kepercayaan (i’tiqadiyah), yang berhubungan dengan rukun iman,

sepert iman kepada Allah SWT, malaikat, kitabullah, Rasulullah, hari

kebangkitan dan takdir;

Page 40: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

27

2. Perbuatan (‘amaliyah), yang terbagi dalam dua bagian: (1) masalah

Ibadah, berkaitan dengan rukun Islam, seperti syahadat, shalat, zakat,

puasa, haji, dan ibadah-ibadah lain yang mengatur hubungan manusia

dengan Allah SWT.; (2) masalah Mu‟amalah, berkaitan dengan interaksi

manusia dengan sesamanya, baik perseorangan maupun kelompok

seperti akad, pembelajaran, hukuman, hukum jinayah (hukum pidana

dan perdata);

3. Etika (khulukiyah), berkaitan dengan kesusilaan, budi pekerti, adab atau

sopan santun yang menjadi perhiasan bagi seseorang dalam rangka

mencapai kutamaan. Nilai-nilai seperti jujur (siddiq), terpercaya

(amanah), adil, sabar, syukur, pemaaf, tidak tergantung pada materi

(zuhud), menerima apa adanya (qana’ah), berserah diri kepada Allah

(tawakal), malu berbuat buruk (haya), persaudaraan (ukhuwah),

toleransi (tasamuh), tolong menolong (ta’awun), dan saling

menanggung (akaful), adalah serangkaian bentuk dari budi pekerti yang

luhur (akhlaq al karimah).

Materi merupakan komponen kedua dalam sistem pembelajaran.

Dalam konteks tertentu, materi merupakan inti dalam proses pembelajaran.

Artinya, sering terjadi proses pembelajaran diartikan sebagai proses

penyampaian materi. Hal ini bisa dibenarkan manakala tujuan utama

pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran (subject centered

teaching). Dalam kondisi semacam ini, maka penguasaan materi pelajaran

oleh guru mutlak diperlukan. Guru perlu memahami secara detail isi materi

Page 41: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

28

pelajaran yang harus dikuasai siswa, sebab peran dan tugas guru adalah

sebagai sumber belajar.

B. Wiwit dan Tingkeban dalam Pertanian Masyarakat Jawa

Dalam siklus pertanian Sejak berabad-abad yang lampau

masyarakat pedesaan Jawa sudah mengenal kehidupan agraris. Pada

umumnya mata pencaharian pokok masyarakat Jawa adalah bercocok tanam.

Jadi masyarakat Jawa sangat paham bagaimana memperlakukan tanah

garapannya yaitu dalam mengolah, memelihara, dan memanen. Demikian

juga usaha-usaha bagaimana agar hasil sawah dapat melimpah, dan

membasmi hama-hama penyakit yang menyerang tanaman mereka dengan

cara melakukan kegiatan-kegiatan ritual. Berkaitan dengan hal itu mitologi

mengenai Dewi Sri mengungkapkan mengenai asal-usul padi, memelihara,

melindungi, dan menjaga kesuburan padi, yang semuanya itu menjadi

kekuasaan Dewi Sri. Untuk menjaga hubungan ini pada umumnya petani

melakukan ritus-ritus pemujaan terhadap Dewi Sri.

Cara hidup bertani pada masyarakat Jawa sejak dahulu sampai

sekarang pada umumnya masih menggunakan cara-cara tradisional baik

dalam hal pelaksanaan teknis mengolah pertanian maupun yang berkaitan

dengan sistem kepercayaan mereka yaitu penyelenggaraan upacara-upacara

yang berkaitan dengan pertanian. Sampai sekarang proses tahap-tahap

penanaman padi di Jawa belum kehilangan sifat religiusnya dan masih

dirayakan dengan disertai slametan. Kepekaan orang Jawa terhadap dimensi

empiris dunia gaib menemukan ungkapannya dalam berbagai cara misalnya

Page 42: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

29

dalam upacara-upacara adat. Dalam tradisi itu termuat bagaimana harus

bersikap untuk tetap dalam keselarasan dengan alam raya dan dengan roh-

roh yang mengelilinginya. Walaupun ritus-ritus atau upacara

tersebut sekarang ini semakin berkurang tetapi petani dalam manifestasi

penghormatan terhadap Dewi Padi masih dilakukan dengan membuat sesaji

secara sederhana. Upacara ritual atau slametan yang masih dilaksanakan

terkait dengan penghormatan kepada Dewi Sri antara lain adalah Tingkeb

Tandur dan Methik. Ritual yang dilakukan ketika padi berumur dua bulan

oleh sebagian masyarakat petani adalah slametan Tingkeb Tandur

(Hadiwiyono. 2004: 25).

Secara harafiah kata tingkeb berarti slametan mitoni. Istilah mitoni

adalah upacara yang dilakukan pada saat usia kandungan seorang wanita

genap tujuh bulan. Slametan ini bertujuan agar bayi lahir dengan selamat.

Jadi kata „tingkeb‟ yang artinya slametan mitoni, dan kata tandur yang

artinya menanam dimaksudkan sebagai upacara yang terkait dengan usia

hamil tanaman padi. Upacara Tingkeb Tandur dilaksanakan oleh masyarakat

petani dilatarbelakangi oleh kondisi lahan di desa tersebut yang rawan

terhadap bencana banjir dan kekeringan.

Oleh kondisi lahan seperti itu, petani di dalam mengolah sawahnya

harus telaten dan selalu berharap alam lingkungan memihak kepadanya.

Oleh sebab itu keberhasilan petani di dalam mengolah sawahnya, dari proses

menanam padi sampai padi akan mrekatak (keluar malainya secara bersama-

sama) dan kemudian meteng atau hamil, dianggap merupakan anugerah dari

Page 43: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

30

Yang Di Atas dan perlindungan dari Dewi Sri. Atas dasar itu kemudian

ditingkebi supaya padi yang hamil selamat sampai panen nanti. Jadi upacara

Tingkeb Tandur merupakan ungkapan rasa syukur petani kepada Yang Di

Atas, pencipta alam semesta yang telah memberikan rezeki dan

perlindungan kepada petani. Ungkapan rasa syukur karena tanaman padi

mereka sudah berbuah juga ditujukan kepada Dewi Sri, dewi padi. Dewi Sri

adalah tokoh mitos yang lekat dengan kehidupan petani, yang diyakini

sebagai pelindung dan penjaga padi milik petani. Oleh karenanya

masyarakat petani meyakini bahwa melaksanakan upacara ini merupakan

syarat untuk keberhasilan panen (Hadiwiyono, 2004: 26).

Dalam prosesi upacara tersebut disertakan sesaji dan perlengkapan

upacara. Upacara methik atau panen padi pertama dilakukan sebagai

penghormatan kepada Dewi Sri yang telah menjaga padi sampai lahir atau

panen. Upacara menuai padi yang pertama kali (atau disebut wiwit atau

methik) ini, dilakukan dengan prosesi upacara memotong tangkai padi dan

kemudian dibalut dengan kain putih seperti pengantin. Padi yang dipotong

tersebut dinamakan parijatha. Tangkai padi kemudian dibawa ke empat

sudut petak sawah yang akan dituai setelah itu padi dibawa pulang dan

disimpan ke dalam lumbung. Ritual methik pada umumnya dilaksanakan

dengan pola umum yang hampir sama dari daerah ke daerah. Satu atau dua

hari sebelum panen dimulai, dhukun methik membawa sesajian ke sawah

dan mengitari sawah tersebut satu kali putaran searah jarum jam, lalu

menuju ke bagian tengah di mana dipilih suatu tempat sebagai titik fokus

Page 44: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

31

ritus methik. Setelah membaca suatu mantra ia segera memotong beberapa

tangkai padi dan menganyamnya. Kepangan atau anyaman tangkai padi

tersebut lalu digendong oleh dhukun, dipayungi layaknya seperti bayi.

Page 45: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

32

BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Letak Geografis Dusun Wonokerto Desa Wonokerto

Dusun Wonokerto Desa Wonokerto merupakan salah satu desa yang

terletak di Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang ± 15 km arah utara dari

Kota Salatiga.

Adapun desa-desa yang berbatasan dengan Desa Wonokerto sebagai

berikut.

1. Sebelah utara berbatasan dengan Dusun Pelem Desa Wiru Kec. Bringin.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Hutan.

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Boto.

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sendang Kecamatan Bringin.

Luas Desa Wonokerto ± 1237 ha yang terdiri dari tanah sawah, tanah

pekarangan, tanah pemukiman, jalan serta sungai. Dilihat dari kondisi

geografis, Desa Wonokerto merupakan desa yang berada pada ketinggian ±

224 meter dari permukaan laut, sehingga desa ini termasuk dataran sedang.

Berdasarkan data di Kantor Kepala Desa Wonokerto pada bulan

April 2012, Desa Wonokerto terdiri dari 5 dusun yaitu Dusun Wonokerto,

Dusun Santren, Dusun Galeh, Dusun Jetis, dan Dusun Jumbleng.

Page 46: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

33

Menurut Data monografi bulan April 2012, penduduk Desa

Wonokerto terdiri dari 880 Kepala Keluarga dengan jumlah 3190 jiwa,

dikelompokkan berdasarkan tingkat usia dan jenis kelamin sebagai berikut:

Tabel 3.1.

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur

No Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

0-1 tahun

1-5 tahun

6-10 tahun

11-15 tahun

16-20 tahun

21-25 tahun

26-30 tahun

31-40 tahun

41-50 tahun

51-60 tahun

60 tahun ke atas

69

74

179

132

264

157

116

264

121

134

30

65

158

175

237

190

232

118

110

127

160

70

134

232

354

369

454

389

234

374

248

294

108

Jumlah 1548 1642 3190

Sumber: Kepala Desa Wonokerto

Agama yang dianut oleh masyarakat Desa Wonokerto adalah sebagai

berikut:

Page 47: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

34

Tabel 3.2

Data Pemeluk Agama

No Agama Jumlah Prosentase

1

2

3

4

5

Islam

Kristen

Katholik

Budha

Hindu

3190

-

-

-

-

100%

-

-

-

-

Sumber: Kepala Desa Wonokerto

Taraf pendidikan dan mata pencaharian warga Desa Wonokerto

Walaupun letaknya cukup jauh dari ibu kota kabupaten dan

berdekatan dengan kota Salatiga, namun masyarakat Desa Wonokerto

memiliki motivasi untuk memperoleh pendidikan sangat besar, hal ini

terbukti bahwa masyarakat Desa Wonokerto telah dinyatakan Bebas dari

Tiga Buta sejak 1990. Hal ini berarti bahwa para orang tua memiliki

kemauan yang tinggi untuk memasukkan anak-anaknya ke jenjang

pendidikan yang lebih tinggi walaupun harus ke luar kota.

Menurut tingkat pendidikan yang ditempuh oleh penduduk Desa

Wonokerto dapat digambarkan sebagai berikut.

Page 48: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

35

Tabel 3.3.

Pendidikan Masyarakat Desa Wonokerto

No Jenis Pendidikan Jumlah

1

2

3

4

5

6

7

Tamat Perguruan Tinggi

Tamat SMA

Tamat SMP

Tamat SD

Belum Tamat SD

Tidak Tamat SD

Tidak Sekolah

80

654

780

502

584

319

271

Sumber: Kepala Desa Wonokerto

Adapun Sarana Pendidikan yang Ada di Desa Wonokerto.

Tabel 3.4.

Sarana Pendidikan

No Jenis Sarana Jumlah Jumlah Murid

1

2

3

4

PAUD

Taman Kanak-Kanak

Sekolah Dasar/MI

SMP

1

3

3

-

32

78

270

-

Sumber: Kepala Desa Wonokerto

Perekonomian masyarakat Desa Wonokerto dapat digolongkan

maju, terbukti sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai

petani, pegawai negeri, pedagang, buruh dan pengemudi.

Page 49: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

36

Melihat dari letak geografis Desa Wonokerto masih jauh dari pusat

kota dan mata pencaharian masyarakat yang sebagian besar petani, maka

pola pikir masyarakat Desa Wonokerto masih dipengaruhi oleh budaya dan

kepercayaan Jawa yang sudah turun temurun, antara lain mereka masih

melaksanakan budaya wiwit dan tingkeban yang dilaksanakan secara rutin

tiap akan menanam padi dan saat padi akan mulai berisi.

B. Upacara Wiwit dan Tingkeban di Dusun Wonokerto Desa Wonokerto

Upacara wiwit dan tingkeban, dalam pengertian sebagai sebuah

upacara yang mempunyai makna rasa syukur atas panen yang diberikan dan

bagaimana masa tanam yang akan datang diberi keselamatan dengan

berjalan waktu memberikan dampak terjadinya akulturasi dari masa Hindu

Budha dan beralih ke Islam, dimana bentuk ritual semacam wiwit dan

tingkeban, tetap namun maknanya sebagai ucapan rasa syukur itu kepada

Allah SWT. Ini merupakan perpaduan alam dan Hindu Jawa.

Kebiasaan yang dilaksanakan masyarakat terutama berkaitan

dengan ritual semacam itu memang berasal dari kebudayaan Hindu Jawa

yang masih dilaksanakan mengingat saat pengaruh Islam masuk ke wilayah

Jawa Tengah, khususnya ke Desa Wonokerto, tidak semua adat kebiasaan

yang ada dihilangkan, namun memakai filosofinya Sunan Kalijaga dan

Walisongo yang lain dengan tetap melestarikan budaya yang tidak

bertentangan dengan ajaran Islam yang didalamnya dilakukan dengan cara-

cara yang bersifat islami.

Page 50: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

37

Seiring dengan banyaknya warga Desa Wonokerto yang

menempuh pendidikan di pondok pesantren, tradisi wiwit dan tingkeban

yang dahulunya rutin dilaksanakan, bagi sebagian masyarakat sudah tidak

dilakukan lagi. Selain karena factor pertimbangan masalah biaya, juga ada

factor kalau hal tersebut dilakukan kurang sesuai dengan ajaran Islam.

Namun demikian, masyarakat Desa Wonokerto yang merupakan nahdliyin

atau warga Nahdlatul „Ulama, masih ada yang melaksanakan tradisi wiwit

dan tingkeban sampai dengan sekarang.

Desa Wonokerto era modernisasi dalam dunia petani baik segi

penanaman, pengolahan dan pemanenan serba praktis cepat dan tidak

memerlukan banyak tenaga. Seperti adanya mesin-mesin pertanian untuk

lebih mempermudah seperti traktor yang bertenaga, penggilingan padi

mencetak beras dan bertenaga masih dengan kelebihan mempermudah dan

mempercepat pekerjaan. Tidak banyak memakai orang dalam pekerja ini.

Dalam modernisasi pendidikan sangat dibutuhkan dalam masyarakat dan

pendidikan ini petani didesa Wonokerto memanfaatkan alat-alat tani yang

bertenaga mesin, yang sebelum alat-alat bertenaga hewan untuk pengolah

tanahnya. Dipasang pada bajak biasa, karena bisa dipakai pada tanah agak

lunak dan ringan karena mengandung abu gunung berapi. Sehingga kurang

cocok untuk dikerjakan dengan bajak biasa. Hasil wawancara dengan Kepala

Desa Wonokerto Bapak Muh Zuhdi

“Alat yang dipakai petani waktu derep (panen padi) mulai dari ani-

ani berkembang menjadi sabit didalam panen sendiri banyak nilai-nilai

kebersamaan seperti gotong-royong dimana ini ada karena masyarakat

agraris dengan berkembangnya dan di era modernisasi nilai-nilai inipun

Page 51: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

38

pudar di desa Wonokerto. Dituntut harus lebih efisien mungkin menghemat

tenaga yang dipakai dan hasil lebih banyak karena tidak memakan tenaga.

Bibit unggul pun dipakai petani dimana petani bisa panen setahun 2 kali dan

padi yang dihasilkan lebih banyak.”

Petani di Jawa, namun dalam fakta bertani dalam era modern di

desa Wonokerto justru ketergantungan pada pupuk kimia. Belum musim

yang mulai tidak dapat diperhitungkan. Petani dituntut lebih inovatif

mengatasi segala hal dalam masalah yang ada. Pembentukan kelompok tani

di desa Wonokerto untuk mengatasi satu masalah kelangkaan pupuk.

Namun dalam era modernisasi gejolak para petani semakin banyak

dimana musim hujan dan musim kemarau mulai tidak menentu, bahkan

ketika hujan lebat terlalu banyak air melimpah dan adanya angin merusak

tanam padi. Belum faktor pupuk, hama dan factor paling krusial adalah

harga pasar yang mendukung. Petani semakin terhimpit dimana tanah yang

subur belum tentu menjadi jaminan petani desa bertahan, makin lama lahan

pertanian desa Wonokerto dengan bertambah penduduk yang pesat

pembangunan rumah-rumah tinggal semakin banyak. Tekanan petani

semakin komplek. Banyak peralihan profesi dimana dia akan kerja diluar

kota dimana ketika bekerja menjadi petani sebagai mata pencaharian pokok

hanya bisa memenuhi kebutuhan pokok saja. Terjadi urbanisasi desa

Wonokerto, salah satu dampak dunia pertanian mengalami tekanan.

Tekanan yang ada diantaranya adalah masalah lapangan pekerjaan

yang ada di Desa Wonokerto, yang menyebabkan banyak penduduk yang

mengadu nasib dengan meninggalkan pekerjaan sebagai petani dan buruh

tani. Masyarakat sebagian urbanisasi ke wilayah perkotaan dengan menjadi

Page 52: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

39

buruh bangunan atau transmigrasi ke Pulau Sumatra. Hal tersebut

menjadikan tradisi yang secara turun menurun menjadi terputus karena

banyak yang meninggalkan Desa Wonokerto.

Dimulai dari banyak tekanan ini dilihat dari makna upacara wiwit

dan tingkeban dalam dunia pertanian dimana di era modernisasi ini upacara

wiwit dan tingkeban. Di desa Wonokerto dari segi pola bahasa masih tetap

menggunakan bahasa Jawa dalam segi makna mulai bergeser dimana dalam

kemajuan teknologi ini petani menggunakan mesin yang mulanya dari

tenaga hewan dimana masyarakat Wonokerto mengadakan ritual hanya

sebagai bentuk upacara yang makna, agar nanti musim tanam sampai panen

tidak ada halangan.

Tradisi adalah adat kebiasaan turun temurun (dari nenek moyang)

yang masih dijalankan dalam masyarakat. Wiwit adalah tradisi leluhur

keluarga petani, yang dilaksanakan menjelang panen atau di awal musim

panen padi. Secara etimologi wiwit artinya memulai, maksudnya memulai

panen. Disebut sebagai „wiwitan‟ karena arti „wiwit‟ adalah „mulai‟, jadi

memulai memotong padi sebelum panen diselenggarakan.Sejatinya wiwit

bermakna ungkapan doa dan syukur atas limpahan hasil panen yang telah

diberikan oleh Tuhan Sang Rabbi Illahi (SRI). Dari kaca mata yang berbeda,

dari sisi sosiologis dalam prosesi wiwit terdapat interaksi sosial. Wiwit

merupakan simbol hubungan yang harmonis sebagai wujud interaksi sosial

antarapara petani, serta hubungan keselarasan antara petani pemilik lahan

dengan alam yang telah menyediakan dan mencukupi kebutuhan petani padi.

Page 53: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

40

Hal yang sama juga bisa dilihat dalam konteks orang Jawa memaknai

tradisi wiwit sebagai wujud terimakasih dan wujud syukur kepada bumi

sebagai sedulur sikep dan Dewi Sri ( Dewi Padi ) yang telah menumbuhkan

padi yang ditanam sebelum panen.

Dewi Sri (Sinansari) sendiri merupakan tokoh dalam kepercayaan

umat Hindu / Jawa yang dipercaya memberika kenikmatan berupa tanaman

padi / beras, dikenal dengan Dewi Padi. Maka tak heran jika terdapat

varietas padi, merk kemasa beras, nama usaha penggilingan padi maupun

usaha dagang toko sembako memberi nama dengan “ SRI” atau “Dewi Sri”.

SRI sendiri bisa dimaknai sebagai “Sang Rabbi Illahi”, sehingga niat untuk

memanjatkan wujud syukur atas limpahan nikmat panen padi yang sudah di

depan mata tetap lurus, hanya untuk Tuhan Yang Maha Esa.

Yang disebut bumi adalah sedulur sikep bagi orang Jawa karena

bumi dianggap sebagai saudara manusia yang harus dihormati dan dijaga

kelestariannya untuk kehidupan. Dalam tradisi Jawa, konsep meminta

kepada sedulur sikep tidak ada atau tidak sopan, kepada sedulur sikep

kita harus memberi sekaligus menerima, bukan meminta. Jika hormat kita

berkurang kepada bumi, atau kita tidak menjaga kelestarian alam, maka

bumi akan memberi balasan dengan situasi yang buruk yang disebut

pagebluk, ditandai dengan hasil panen yang buruk, padi tidak berisi (gabug)

kekeringan, cuaca tak menentu, dll. Hasil wawancara dengan Bapak Modin

Miftahudin

“Tradisi Wiwit merupakan wujud kebudayaan turun temurun

leluhur masyarakat Jawa. Wiwit adalah adalah tradisi petani yang diadakan

Page 54: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

41

menjelang panen padi saat bulir padi menguning dan siap panen (Jawa :

mekatak). Dalam tradisi wiwit dan tingkeban terdapat ubarampe

(perlengkapan) yang harus disiapkan (biasa disebut sesaji / sajen). Sesaji

atau orang Jawa menyebutnya dengan sajen adalah sarana/ perlengkapan

yang ditujukan dalam rangka permohonan kepada Sang Pencipta Yang

Maha Pemberi atas dasar kepercayaan kepada “Yang Berkuasa“ di tempat

tersebut atau “Yang Menjaga” dan yang menguasai daerah tersebut”

Sedangkan menurut R.Suwardanijaya (2009), bagi kita sebagai

makhluk yang percaya dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa,

sebenarnya ada hubungan dan interaksi antara Kula ( Saya, manusia), Alam

Donya (Dunia) dan Allah. Hubungan tersebut diwujudkan oleh masyarakat

Jawa dengan sarana / perlengkapan berupa sesaji tersebut. Sehingga orang

– orang memperbanyak sesaji sebagai salah satu sarana penghubung

kepada Sang Pangeran yang tidak terlihat mata ( ghaib). Dengan kata lain,

sesaji bertujuan untuk memohon pertolongan supaya apa yang diharapkan

lancar dan berhasil tanpa ada gangguan maupun hambatan.

Sarana / sesaji tersebut pun berbeda – beda tergantung tujuannya

untuk apa. Dalam hal wiwit dan tingkeban ini, sesaji / persembahan kepada

Yang Maha Kuasa berbeda dengan sesaji dalam gamelan, prosesi

pernikahan, dll. Adapun wujud sesaji antara lain berwujud tumpeng, nasi,

jenang ( bubur ), jajan pasar, makanan kecil, buah – buahan, bahkan

binatang ternak. Sesaji dalam tradisi wiwit dan tingkeban berupa makanan

dan lauk pauk serta ubarampe lainnya yang ditujukan kepada Dewi Sri.

Prosesi wiwit dan tingkeban biasanya diawali dengan membuat sesaji yang

nantinya dibawa ke sawah yang siap panen. Berikut ubarampe/sesaji

didominasi oleh makanan antara lain :

Page 55: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

42

1. Makanan dalam pelaksanaan wiwit dan tingkeban

a. Nasi Gudhangan Bumbu Megono

Nasi dicampur gudhangan bumbu megono (campuran sayur-

sayuran yang direbus) yang dibumbui. Sayur- sayurannya terdiri

dari kacang panjang, wortel, kubis, bayam, kangkung dan tauge.

Sedangkan bumbu megono terdiri dari parutan kelapa muda, cabai,

bawang merah, bawang putih, garam, terese ( campuran petai dan

rese), dan sedikit gula, serta ikan asin/ gereh/teri. Bumbu – bumbu

tersebut dihaluskan, dibungkus daun pisang kemudian dikukus.

Setelah matang, bumbu dicampurkan dengan sayur rebus tadi.

Gudhang adalah tempat menaruh beraneka barang, sehingga karena

banyaknya sayur dan bumbu, maka disebut dengan gudhangan. Ada

sebagian nasi yang dibentuk menjadi tumpeng / gunungan. Tumpeng

bermakna tumekaning penggayuh, yang artinya keinginan yang

ingin diraih. Tumpeng berbentuk kerucut / piramida, dengan puncak

seperti gunung. Hal ini bermakna keinginan yang memuncak/tinggi

tadi yang harus diraih.

b. Lauknya terdiri dari telur rebus dan gereh ( ikan asin atau teri).

Biasanya nasi gudhangan dan lauk ditempatkan pada suatu wadah /

bejana yang disebut dengan basi. Kemudian ditutup dengan daun

pisang.

c. Sambel Gepeng, merupakan campuran kacang tholo (kacang

tanaman lembayung) yang digoreng, kemudian dihaluskan bersama

Page 56: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

43

kencur dan sedikit gula jawa. Sambel Gepeng ditempatkan dalam

wadah bernama suru (dari daun pisang).

d. Ubarampe lainnya yaitu dedak ( bubuk kulit padi sisa hasil

penggilingan padi yang masih kasar dan biasanya dimanfaatkan

untuk ternak ), cabai merah, bawang merah dan bawang putih serta

uang receh yang ditempatkan dalam bathok ( tempurung kelapa).

e. Keris yang terbuat dari cabai merah panjang, bawang putih, telur

rebus. Bahan – bahan tersebut disusun dan ditusuk menggunakan lidi

sedemikian rupa sehingga menyerupai keris. Lebih mirip dengan

sate cabai, bawang putih dan telur. Keris tersebut diletakkan jadi

satu dengan nasi gudhangan.

f. Dedaunan yang teridiri dari daun pulutan, daun turi, daun janur

kuning (daun kelapa), daun salak, daun dadap sirep. Dedaunan

tersebut diuntai/diikat jadi satu seperti untaian bunga.

g. Jadah jenang (makanan khas terbuat dari ketan).

h. Kembang setaman (mawar merah, mawar putih, kenangan, melati,

kanthil)

i. Kemenyan, cempol ( serabut kelapa), korek api.

j. Air dadap sirep yang ditempatkan dalam kendhi.

k. Untuk sawah plungguh (sawah milik Kas Desa/Kelurahan yang

dikelola oleh perangkat desa/pamong/dukuh, Carik (Sekretaris Desa)

dan Kepala Desa / Lurah, biasanya ditambah dengan tukon pasar

yaitu makanan seperti buah- buahan misal pisang, jambu, salak atau

Page 57: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

44

yang lainnya dan makanan kecil/snack. Selain itu nasi ditambah

sega gurih (nasi uduk) dan ingkung (olahan daging ayam). Dalam

kembang setaman ditambah injet.

2. Waktu Pelaksanaan Wiwit dan Tingkeban

Pelaksanaan wiwit untuk memulai menanam atau pun memulai

memanen dilaksanakan pada hari Minggu Legi. Dipilih hari tersebut

dikarenakan hari Minggu di Desa Wonokerto dimaknai hari dimana

masyarakat dapat berkumpul. Hasil wawancara dengan Bapak Modin

Miftahudin

“Wiwit biasanya dilaksanakan tiap Minggu legi saat akan tandur

atau menanam padi dan saat akan memanen hasil panenan. Namun,

sekarang ini yang masih banyak dan sering dilakukan masyarakat adalah

untuk upacara wiwit nya menjelang musim tanam, sedangkan untuk wiwit

saat akan panen sudah jarang sekali dilaksanakan masyarakat Desa

Wonokerto”

Wiwit biasanya diselenggarakan menjelang panen padi saat sore

hari (sebelum petang). Jadi, ketika hari ini wiwit dilaksanakan, keesokan

harinya atau beberapa hari kemudian padi dipanen. Namun, seiring

perkembangan pola perilaku masyarakat karena kepraktisannya, tradisi

wiwit sering dibarengkan dengan beberapa saat sebelum panen.

Tingkeban biasa dilaksanakan ketika umur padi sudah mulai aka

nada buahnya (meteng). Pelaksanaan tingkeban ini merupakan upaya

wujud syukur bahwa tanamannya sudah mulai berisi dengan harapan

isinya berbulir banyak sehingga hasil panennya melimpah ruah. Hasil

wawancara dengan Bapak Miftahudin

Page 58: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

45

Tingkeban dilaksanakan saat padi sudah akan berbuah, istilah

jawanya meteng yang dimaksudkan agar buah yang dihasilkan berkualitas.

Masyarakat Desa Wonokerto berharap dengan adanya tingkeban ini hasil

panen dapat melimpah ruah dan dapat menjadi rezeki bagi warga yang

menanam padi

3. Prosesi Wiwit dan Tingkeban

Ubarampe yang telah disiapkan dibawa ke sawah. Rombongan

keluarga petani dan anak–anak biasanya mendominasi dan ikut serta

dalam wiwit. Biasanya dipilih tempat dipinggir sawah/di pinggir batas

sawah (Jawa : galengan). Beberapa tanaman padi dibuka untuk

menempatkan ubarampe dan ada yang dijadikan satu. Di sini terdapat

prosesi kenduri dalam skala kecil. Kenduri diartikan kekendelan

ingkang diudhari (keberanian yang dibuka, disampaikan). Pemilik sawah

duduk bersila atau lenggah kenduri (duduk bersila, posisi duduk saat

prosesi kenduri dan berdoa).

“Amit pasang paliman tabik, Ilo-ilo dino linepatno saking siku

Gusti kang hakaryo bhawono Danyang Sri Semara Bumi kang mbaureksi

sabin … (nama sawah atau desa)

Mbok Dewi Sri pepitu, Kang lumpuh gendongen, kang wuto

tuntunen, kulo aturi nglempak saklebeting sabin, ingak sampun kulo

ancer-anceri sak pucuking blarak. Sak sampunipun nglempak, kulo caosi

daharan ngabekti; sekul petak gandha arum, gereh pethek sambel gepeng,

untub-untub lan sak panunggalanipun. Gandeng anggen kulo titip wiji

gugut sewu, wonten ing tegal kabenteran sampun wancinipun sepuh,

badhe kulo boyong wonten soko domas bale kencono.

Kaki markukuhan, Nyai markukuhan, kukuhana kang dadi

rejekiku. Nyai pakeh lan kaki Pakeh, akehono kang dadi rejekiku, yen ana

kekurangane, tukuo neng pasar, lan seksenono ing dino … (nama hari)

minggu legi punika” (Wawancara dengan Bapak Asmui)

Setelah memanjatkan doa, tanaman padi disiram air kendhi yang

dicampur daun dari pohon dadap sirep sebagai simbol untuk menenangkan

Page 59: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

46

hati dan pikiran setelah sekian lama berjuang menumbuhkan padi. Rep

kedhep dadap sirep. Juga menyebar beberapa makanan ke tengah sawah.

sebagian nasi gudhangan dan lauk diambil kemudian ditempatkan dalam

wadah/dibungkus dari daun pisang atau dipincuk sebanyak empat

buah.Bungkusan empat bungkusan hidangan yang akan ditaruh di empat

sudut sawah, itu adalah simbol kiblat papat siji pancer; kakang kawah, adi

ari-ari, getih, lan puser, kang nyawiji dadi siji.

Setelah itu, beberapa helai padi dipotong dengan ani-ani untuk

dibawa pulang. Biasanya potongan padi tadi digantung di atas pintu. Nasi

gudhangan dan lainnya pun dibagi-bagikan ke rombongan keluarga petani

yang ikut tadi beserta anak– anak yang ikut serta dalam wiwit dan

tingkeban. Piring daun pisang menjadi wadah untuk tempat nasi

gudhangan. Secara bersama–sama menikmati hidangan wiwit dan

tingkeban di pematang sawah.

Sedangkan dalam acara tingkeban dilaksanakan hampir sama

dengan acara wiwit, namun untuk di Desa Wonokerto untuk tingkeban

hanya lebih menekankan pada berdoa di sawah kepada Allah, mendoakan

leluhur dan tanamannya agar dijaga dari serangan hama dan ucapan rasa

syukur atas tanamannya yang mulai berbuah agar panennya dapat

berlimpah ruah.

Page 60: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

47

C. Tanggapan Masyarakat Desa Wonokerto terhadap tradisi Wiwit dan

Tingkeban

Seiring dengan berkembangnya keadaan, baik informasi maupun

teknologi, pelaksanaan tradisi wiwit dan tingkeban mendapatkan berbagai

penilaian dari masyarakat. Hasil wawancara dengan Bapak Miftahudin

misalnya

“Wiwit dan tingkeban sekarang berbeda dengan wiwit dan

tingkeban sewaktu saya kecil dulu. Dahulu wiwit dan tingkeban

dilaksanakan oleh setiap pemilik atau penggarap sawah dan tidak

dilakukan bersama-sama, karena tanam maupun panennya tidak pada hari

yang sama. Namun karena perubahan zaman, maka untuk menghemat

waktu dan biaya dilaksanakan secara bersama-sama, namun tidak

mengurangi maksud dan tujuan diadakannya selametan wiwit dan

tingkeban tersebut”.

Hasil wawancara lainnya dengan Bapak Sukandar menyatakan

bahwa

“Untuk wiwit dan tingkeban di Wonokerto masih dilaksanakan

dan terjaga dengan baik, namun masalah pelaksanaannya lebih banyak

mempertimbangkan factor biaya pelaksanaan, sehingga sekarang

dilaksanakan secara bersama-sama, karena apa-apa sekarang biayanya

lebih mahal sedangkan harga jual beras atau gabah dari petani masih

rendah”

Hasil wawancara dengan Bapak Miftahudin mengenai pelaksanaan

tradisi wiwit dan tingkeban masih ada dalam masyarakat Wonokerto

“tradisi ini masih ada dalam masyarakat Wonokerto karena nilai

aqidahnya adalah meyakini kekuatan do‟a. Perbedaan yang paling

mencolok yaitu pada doanya, jika pada masa Hindu-Budha doa ditujukan

kepada tokoh Sri atau Dewi Sri, maka setelah Islam menjadi agama

masyarakat Jawa, doa tersebut berubah menjadi doa syukur kepada Allah

SWT. Dan ditambah juga dengan membagi-bagikan nasi wiwit yang

diberikan kepada para petani lainnya, yang itu merupakan bentuk rasa

kesosialan antar petani dan sebagai bentuk syukur kita kepada Allah SWT

yang telah memberikan rizqi berlimpah.”

Page 61: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

48

Namun dengan berubahnya pelaksanaan wiwit pada masa Hindu-

Budha dibanding dengan setelah Islam masuk ke wilayah Nusantara, tujuan

wiwit itu tetap sama, yaitu agar mendapatkan hasil panen yang baik dan

banyak. Oleh karena itu upacara ritual wiwit tetap berlangsung sampai saat

ini di masyarakat Wonokerto.

Berdasarkan hal tersebut dapat dimaknai bahwa pelaksanaan tradisi

wiwit dan tingkeban pertanian masih dilestarikan oleh masyarakat

Wonokerto dan diyakini sebagai sebuah ucapan permohonan atau syukur

terhadap tanaman yang akan ditanam maupun yang akan dipanen, hanya

dalam pelaksanaanya sudah mengalami perbedaan baik dari segi jenis

makanan maupun tatacara pelaksanaannya.

Page 62: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

49

BAB IV

PEMBAHASAN

Pelaksanaan tradisi wiwit dan tingkeban di Desa Wonokerto Kecamatan

Bancak Kabupaten Semarang berdasarkan hasil penelitian dapat dilakukan

pembahasan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Tradisi Wiwit dan Tingkeban di Desa Wonokerto Kecamatan

Bancak

Dalam era modernisasi gejolak para petani semakin banyak dimana

musim hujan dan musim kemarau mulai tidak menentu, bahkan ketika hujan

lebat terlalu banyak air melimpah dan adanya angin merusak tanam padi.

Belum faktor pupuk, hama dan faktor paling krusial adalah harga pasar yang

mendukung. Petani semakin terhimpit dimana tanah yang subur belum tentu

menjadi jaminan petani desa bertahan, makin lama lahan pertanian desa

Wonokerto dengan bertambah penduduk yang pesat pembangunan rumah-

rumah tinggal semakin banyak. Tekanan petani semakin komplek. Banyak

peralihan profesi dimana dia akan kerja diluar kota dimana ketika bekerja

menjadi petani sebagai mata pencaharian pokok hanya bisa memenuhi

kebutuhan pokok saja. Terjadi urbanisasi desa Jarit, salah satu dampak dunia

pertanian mengalami tekanan.

Dimulai dari banyak tekanan ini dilihat dari makna upacara wiwit

dalam dunia pertanian dimana di era modernisasi ini upacara wiwit tidak

selengkap pelaksanaan saat-saat belum adanya pengaruh modernisasi. Di desa

Page 63: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

50

Wonokerto dari segi pola bahasa masih tetap menggunakan bahasa Jawa

dalam segi makna mulai bergeser dimana dalam kemajuan teknologi ini petani

menggunakan mesin yang mulanya dari tenaga hewan dimana masyarakat

mengadakan ritual hanya sebagai bentuk upacara yang penuh makna, agar

nanti musim tanam sampai panen tidak ada halangan. Hanya sebagai ritual

yang terus berulang tapi makna didalam masyarakat, jika tidak melakukan

upacara dirasa tabu, tidak memberikan keterangan pada sang petani.

Sementara jika dilihat dari sebuah mitos Dewi Sri sebagai ular dan Raden

Sendana sebagai burung. Ini merupakan bentuk dari sebuah ekosistem

pengontrol alam seperti ular sebagai pemakan tikus, tikus merupakan hama

dari tanaman padi dan ulat. Belalang sebagai makanan burung. Dari mitos ini

bahwa makna wiwit sebagai penghormatan Dewi Sri dan dimaknai lebih

dalam kita sebentar harus menjaga ekosistem yang ada dimana ular sawah

pemakan tikus mulai jarang ditemukan dan burung mulai dipelihara dirumah

sebagai ocehan. Pergeseran nilai makna terhadap upacara wiwit dikarenakan

beberapa faktor dari kemajuan teknologi, masalah yang komplek dalam

masyarakat petani.

2. Tanggapan masyarakat terhadap Tradisi Wiwit dan Tingkeban di Desa

Wonokerto Kecamatan Bancak

Modernisasi dan pembangunan berasal dari paradigma yang sama

yaitu fungsionalisme dan positivisme, serta menggunakan kerangka teoritis

dan ideologis yang sama sebagaimana digunakan oleh modernisasi. Asumsi

Page 64: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

51

dasar modernisasi dikaitkan dengan proses perubahan dari struktur yang

disebut tradisional menuju modern (Fakih, 2000: 72). Bias lain dari

modernisasi adalah metaphor pertumbuhan, dengan suatu filosofi bahwa

modrnisasi dianggap sebagai tubuh atau organism yang senantiasa

berkembang, yang seakan-akan secara linier bergerak dari masyarakat

tradisional itu buruk dan harus diganti dengan yang modern.

Modernisasi pada hakekatnya merupakan serangkaian perkembangan

dan perubahan nilai-nilai dasar, meliputi nilai teori, nilai social, ekonomi,

kekuasaan, atau politik, nilai estetika dan nilai agama.secara harafiah, kata

modern berartisesuatu yang baru menggantikan sesuatu yang lama berlaku

(Mustopo, 2003: 133). Dalam pengertian sesuatu yang baru ini belum tentu

baik dari yang lama dan apabila perubahan itu tidak menjadi lebih baik, terjadi

disharmonis dan sebaliknya perubahan menjadi lebih akan terjadi nilai

harmonis baik dari masyarakat ataupun individu.

Dalam hal tanggapan masyarakat terhadap pelaksanaan tradisi wiwit

dan tingkeban di Desa Wonokerto Kecamatan Bancak pada hakikatnya

masyarakat Desa Wonokerto yang penduduknya adalah nahdliyin atau warga

NU masih melestarikan tradisi wiwit dan tingkeban, namun pelaksanaannya

yang dahulunya dilaksanakan oleh setiap pemilik sawah, sekarang secara

dilaksanakan secara bersama-sama dalam waktu yang sama oleh pemilik atau

penggarap sawah. Masyarakat seiring dengan perkembangan teknologi dan

informasi lebih berpikiran praktis dan ekonomis. Selain waktu masalah nilai

Page 65: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

52

ekonomis dalam pelaksanaan wiwit dan tingkeban ini merupakan factor besar

sehingga pelaksanaanya tidak dilaksanakan sendiri-sendiri oleh pemilik lahan.

3. Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Wiwit dan Tingkeban di Desa

Wonokerto Kecamatan Bancak

Keyakinan bahwa yang memberikan rezeki dan telah menjaga

keselamatan hasil tanaman adalah Allah merupakan nilai aqidah dalam acara

wiwit dan tingkeban di Desa Wonokerto. Nilai aqidah ini menjadi sangat

penting, karena masyarakat Jawa yang dahulu mengadakan wiwit dan

tingkeban karena faktor agama Hindhu dan Budha, setelah masuknya ajaran

Islam, masyarakat meyakini bahwa wiwit dan tingkeban merupakan suatu

bentuk keyakinan bahwa yang memberikan keselamatan atas hasil panennya

adalah Allah SWT.

Dalam acara wiwit dan tingkeban di Desa Wonokerto, saat

dilaksanakannya ambengan dilakukan acara tahlilan atau membaca do‟a.

Tahlil untuk mendo‟akan arwah masing-masing keluarga dan sesepuh desa

merupakan suatu bentuk ibadah, menghargai orangtua yang telah mendahului

warga masyarakat.

Ungkapan rasa syukur atas akan dimulainya penanaman dan panen

yang berhasil melalui acara wiwit dan tingkeban tersebut diwujudkan dengan

melakukan kegiatan tahlil dan pengajian sebagai ungkapan atas karunia dan

berkah Allah SWT kepada masyarakat Desa Wonokerto.

Page 66: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

53

Nilai gotong royong dalam upacara Wiwit dan tingkeban ini terlihat

dalam pelaksanaan atau penyelenggaraan yang dilakukan bersama-sama

antara warga masyarakat Desa Wonokerto dan sekitarnya. Misalnya dalam

hal biaya penyelenggaraan ditanggung bersama dengan warga masyarakat.

Demikian pula dalam hal gotong royong yang dilakukan warga masyarakat

pada waktu diadakan kerja bakti di tempat penyelenggaraan upacara. Pada

waktu pembersihan fasilitas berupa masjid, jalan, makam dan sumber air

kegotongroyongan jelas terlihat, mereka dengan suka rela

membantu sampai selesai. Mereka membantu secara suka rela, sehingga

merasa puas, dan gotong royong yang menjadi ciri khas warga masyarakat

dapat dilestarikan atau dipertahankan.

Tradisi Wiwit dan tingkeban yang diselenggarakan di Desa

Wonokerto ternyata dapat berperan untuk menggalang persatuan dan

kesatuan warga setempat. Persatuan dan kesatuan warga masyarakat tersebut

dinyatakan adanya pembagian makanan dan makan bersama yang dilakukan

pejabat desa, tamu undangan dan warga masyarakat. Oleh karena itu

dorongan untuk melaksanakan tradisi Wiwit dan tingkeban merupakan dasar

yang kuat bagi warga masyarakat Desa Wonokerto dalam melakukan tugas-

tugas yang dibebankan kepada mereka. Sebagai contoh dalam membuat

sesaji, dalam kerja bakti dan persiapan minuman atau makanan untuk suatu

pelaksanaan upacara. Bahkan pada saat pelaksanaan upacara telah selesai,

mereka bersama-sama membersihkan tempat-tempat yang telah digunakan

dan mengembalikan ke tempat semula. Sebagai warga Desa Wonokerto yang

Page 67: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

54

menjunjung tinggi nilai-nilai luhur, mempunyai anggapan bahwa manusia

tidak dapat hidup sendirian, tetapi selalu tergantung kepada sesamanya. Oleh

karena itu tradisi Wiwit dan tingkeban yang menyangkut kegiatan seluruh

warga ditujukan untuk kepentingan bersama. Hal ini disebabkan pada

dasarnya tradisi tersebut untuk kepentingan bersama, memberikan

kesejahteraan, ketenteraman dan keselamatan warga Desa Wonokerto Desa

Tukang. Nilai persatuan dan kesatuan yang ada sehubungan dengan adanya

tradisi Wiwit dan tingkeban dapat pula dilihat pada waktu pelaksanaan

upacara. Penduduk sekitar tempat pelaksanaan tradisi Wiwit dan tingkeban

dilaksanakan mereka dengan senang hati membuka pintu rumahnya dan

menyediakan makan dan minum bagi siapa saja yang mampir dirumahnya

untuk istirahat sejenak.

Dalam penyelenggaraan tradisi Wiwit dan tingkeban sangat

menjunjung tinggi nilai musyawarah. Hal ini ditunjukkan dalam pelaksanaan

tradisi Wiwit dan tingkeban. Sebelum diselenggarakan, dibentuk panitia

secara musyawarah, yang dinamakan rembug dusun, antara warga

masyarakat dengan aparat desa. Dalam musyawarah tersebut dibicarakan

bagaimana cara mencari dana untuk penyelenggaraan.

Tradisi Wiwit dan tingkeban selain merupakan suatu upaya warga

masyarakat Desa Wonokerto dan sekaligus memberikan penghormatan dan

ucapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, juga merupakan upaya

pelestarian tradisi yang sangat besar manfaatnya bagi masyarakat Desa

Wonokerto. Berbagai pantangan yang berlaku dalam penyelenggaraan tradisi

Page 68: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

55

tersebut membuktikan ketaatan masyarakat terhadap tradisi Wiwit dan

tingkeban yang telah diyakininya. Hal tersebut nampak saat dilakukan

pengajian, dimana pembicara/ kyai menyampaikan nilai agama dan sosial

terkait dengan pelaksanaan wiwit dan tingkeban dan hal yang berkembang

dalam masyarakat.

Tradisi Wiwit dan tingkeban yang dilakukan masyarakat Desa

Wonokerto mempunyai kearifan lokal tradisi yang dapat dilestarikan.

Sebelum pelaksanaan wiwit dan tingkeban pada hari Rabu Wage diadakan

kerja bakti membersihkan lingkungan.

Dengan mengamati berbagai kegiatan yang ada pada acara adat Wiwit dan

tingkeban di Desa Wonokerto tersebut kiranya dapat kita ambil maknanya:

1. Adanya rasa takwa dan hormat terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Ini dapat

dilihat adanya kegiatan doa bersama dalam kenduri yang dilakukan di

dekat sawah secara bersama sebagai ungkapan syukur atas keberhasilan

para petani.

2. Adanya perilaku rasa penghormatan terhadap orang yang lebih tua atau

yang lebih dulu ada. Ini memberikan suatu teladan bahwa yang muda

sudah sewajarnya memberi hormat kepada yang lebih tua. Bagaimanapun

orang yang lebih tua itu sebagai panutan.

3. Adanya rasa kebersamaan persatuan, gotong-royong berarti

menghilangkan individualisme dan egoistis. Ini dapat kita lihat dalam

kerja sama dalam mempersiapkan segala sesuatu berkaitan dengan

pelaksanaan wiwit dan tingkeban.

Page 69: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

56

4. Adanya sikap perilaku kemanusiaan ini bisa kita lihat dengan cara

membagi sedekah/makanan saat waktu kenduri bersama.

5. Mengajarkan tentang kehidupan yang teratur, penghematan dan

pemanfaatan. Penyimpangan hasil panen padi ke dalam lumbung dengan

maksud agar para petani tidak mengalami kekurangan, sehingga akan

tercapai pengaturan ekonomi yang baik.

Namun demikian, kegiatan wiwit dan tingkeban selain mengandung nilai-

nilai positif juga masih banyak nilai-nilai negatif yang timbul dari kegiatan yang

rutin dilaksanakan oleh masyarakat, diantaranya adalah

1. Masih adanya pemberian sesaji di area pertanian tertentu di Desa Wonokerto

masih menunjukkan budaya leluhur, yang menunjukkan bahwa ada

kepercayaan yang menyekutukan Allah SWT dengan selainnya. Hal tersebut

seharusnya perlu dihindari sehingga nilai-nilai Islam lah yang harus

dikembangkan melalui kegiatan wiwit dan tingkeban. Apabila hal ini

dipahami oleh generasi penerus secara turun temurun akan menyebabkan

hilangnya nilai-nilai aqidah, berganti pada nilai-nilai takhayul yang

berkembang dalam masyarakat.

2. Kemenyan yang dibakar, tentunya dipandang sebagai rangkaian prosesi dalam

wiwit itu. Dalam menjalankan “ritual” ini harus bisa meluruskan niat bahwa

membakar kemenyan tidak ditujukan kepada arwah/ danyang yang mbaurekso

(menguasai) sawah tersebut (atau Dewi Sri). Ini adalah wujud wewangian

untuk menambah nilai kesakralan dalam tradisi wiwit dan sesuatu yang wangi

tentunya sedap dirasakan. Meskipun dalam mantra atau doa tersebut

Page 70: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

57

disebutkan ada kata “danyang”. Dalam ajaran agama tentunya kita tidak

diperbolehkan berdoa kepada selain Tuhan Yang Maha Esa. Alangkah lebih

baiknya jika berdoa sesuai dengan tuntunan dan ajaran agama supaya kita

tidak keluar dari nilai – nilai agama tanpa mengurangi nilai / makna dalam

prosesi pelestarian tradisi wiwit.

Secara bersama–sama menikmati hidangan wiwit di pematang sawah

dan menikmati hidangan tingkeban di rumah Bapak Modin. Nasi gudhangan,

tidak ada sekat mana itu pemilik sawah atau buruh tani, semua membaur.

Menikmati rezeki pemberian Sang Rabbi Illahi dengan perantara pemilik

sawah atau petani. Proses interaksi manusia dengan manusia, manusia dengan

alam sebagai sedulur sikep dan manusia dengan SRI - Sang Rabbi Illahi

terjalin dan saling berkaitan satu sama lain.

Pada sisi inilah terkandung local wisdom atau kearifan lokal dari

Upacara Wiwit dan tingkeban, yang pada intinya mengajarkan bahwa hasil

panen tidak pantas dinikmati seorang diri. Bahwa kelimpahan sebaiknya juga

dapat dinikmati oleh orang lain (tetangga). Kelimpahan (seperti panen padi)

yang dinikmati sendirian bagi masyarakat Jawa masa lalu dianggap saru, tidak

pantas. Tradisi wiwit ini sungguh menggambarkan wujud terima kasih dan

wujud syukur petani terhadap segala nikmat, salah satunya padi yang

menguning dan siap panen. Wujud syukur tersebut disampaikan melalui

sedekah terhadap alam dan manusia. Proses berdoa sebelum memulai acara,

berdoa sebelum makan, dan pembagian nasi gudhangan kepada yang lain

dimaknai bahwa segala sesuatunya, harus diiringi dengan usaha. Setelah

Page 71: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

58

berusaha, maka kita berdoa dan serahkan kepada Sang Pencipta. Tak lupa

dengan manusia yang lain bahwa sejatinya apa yang Tuhan telah berikan

kepada kita, ada milik/rezeki atau bagian orang lain yang membutuhkan.

Wujud amalan berbagi rezeki melalui sedekah, tentu merupakan

amalan yang lebih dari sekedar wujud pelestarian budaya saja. Di sinilah dari

kaca mata budaya, melestarikan tradisi wiwit dan tingkeban yang berkembang

di Suku Jawa khususnya para petani penuh makna dan ternyata sejalan

dengan nilai – nilai religius. Tentunya jika diniatkan dan berdoa hanya kepada

Tuhan Yang Maha Esa.

Hanya sebagai ritual yang terus berulang tapi makna didalam

masyarakat, jika tidak melakukan upacara dirasa tabu, tidak memberikan

keterangan pada sang petani. Sementara jika dilihat dari sebuah mitos Dewi

Sri sebagai ular dan Raden Sendana sebagai burung. Ini merupakan bentuk

dari sebuah ekosistem pengontrol alam seperti ular sebagai pemakan tikus,

tikus merupakan hama dari tanaman padi dan ulat. Belalang sebagai makanan

burung. Dari mitos ini bahwa makna wiwit sebagai penghormatan Dewi Sri

dan dimaknai lebih dalam kita sebentar harus menjaga ekosistem yang ada

dimana ular sawah pemakan tikus mulai jarang ditemukan dan burung mulai

dipelihara dirumah sebagai ocehan. Pergeseran nilai makna terhadap upacara

wiwit dikarenakan beberapa faktor dari kemajuan teknologi, masalah yang

komplek dalam masyarakat petani.

Bagi masyarakat Jawa seperti di daerah Jawa Tengah, padi

merupakan tanaman yang menjadi penghidupan para petani. Petani Jawa

Page 72: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

59

khususnya yang menanam padi menempatkan tanaman padi sebagai sumber

rezeki dan kehidupan selain sebagai pemuas kebutuhan makan. Sebagai wujud

syukur menjelang panen dengan harapan panen padi yang melimpah, terdapat

tradisi Wiwit atau Wiwitan.

Page 73: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

60

BAB V

PENUTUP

B. nalupmiseK

1. Tradisi wiwit dan tingkeban berkaitan dengan kepercayaan dan merupakan

salah satu bentuk warisan budaya leluhur yang sampai sekarang masih

tetap dilaksanakan dan dilestarikan oleh masyarakat Dusun Wonokerto

Desa Wonokerto Kecamatan Bancak.

2. Masyarakat sebagian masih menganggap penting akan dilaksanakannya

tradisi wiwit dan tingkeban karena pada hakekatnya tradisi tersebut

merupakan kegiatan untuk memanjatkan do‟a agar tanaman padi diberikan

keselamatan dari serangan hama dan panen dapat berlimpah ruah.

3. Nilai pendidikan Islam yang terungkap dalam tradisi wiwit dan tingkeban

antara lain :

1. Nilai ubudiyah, yaitu meyakini bahwa Allah SWT merupakan satu-

satunya Tuhan yang Maha Merawat, Memberikan rizki, keselamatan.

Bentuk ubudiyah dengan adanya upacara berdo‟a untuk mendoakan

keselamatan tanaman padi dan petani.

2. Nilai Muamalah yaitu masyarakat bergotong royong untuk memulai

kegiatan menanam padi dan rasa kebersamaan dalam

menyelenggarakan kegiatan tradisi wiwit dan tingkeban.

Page 74: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

61

C. nereK

Pada akhir penulisan ini penulis memberikan saran yang mungkin

dapat membantu dan bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan orang

lain:

1. Masyarakat Dusun Wonokerto Desa Wonokerto Kecamatan Bancak agar

tetap menjaga, melestarikan mempertahankan tradisi yang sesuai dengan

ajaran Islam, sehingga nilai-nilai pendidikan Islam dapat terus dilestarikan

dari generasi ke generasi.

2. Agar dalam pelaksanaan tradisi wiwit dan tingkeban meskipun sekarang

dilaksanakan secara bersama-sama, hendaknya tidak mengurangi jenis

makanan yang disediakan serta tata urutan pelaksanaannya, sehingga tidak

hanya sekedar makan di pinggir sawah sedangkan nilai pendidikan

Islamnya tidak pernah tersentuh apalagi nilai tradisinya menjadi hilang.

3. Perlunya masyarakat memupuk kesadaran untuk selalu bersyukur atas

nikmat yang diberikan Allah serta senantiasa bersabar atas ujian yang

diberikan.

Page 75: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

62

DAFTAR PUSTAKA

Akhdiyat, Hendra. 2009. Ilmu Akhlak. Bandung: Pustaka Setia

Aly, Hery Noer. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia

Darmadi, Hamid. 2009. Dasar Konsep Pendidikan Moral. Bandung: Alfabeta

Depag RI. 2000. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Depag RI

Hadiwiyono. 2004. Adat Tatacara Jawa. Jakarta: Sunurat

Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Remaja Rosda Karya

Hamid, Abdul. 2009. Ilmu Akhlak. Bandung: Pustaka Setia

Koentjaraningrat. 2005. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Bumi Aksara

Murgiyanto. 2008. Sejarah dan Pertumbuhan Antropologi Budaya. Jakarta:

Bumi Aksara

Mustopo, H, dkk. 2003. Sejarah dan Budaya Dari Masa Kuno Sampai

Kontemporer. Malang: Universitas Negeri Malang

Poerwadarminto, WJS. 2002. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

Puersen, 2004. Strategi Kebudayaan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Rianse, Usman. 2009. Metodologi Penelitian Sosial. Bandung: Alfabeta

Saebani, Beni Ahmad. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia

Sagala, Syaiful. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat. Jakarta:

Nimas Multima

Sjarkawi. 2009. Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta: Bumi Aksara

Sugiyono. 2009. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Surayin. 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Yrama Widya

Suwardi. 2006. Mistisme dalam Seni Tradisional Bersih Desa. Semarang: FBS

Unnes

Page 76: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

63

Tafsir, Ahmad. 2001. Ilmu Agama. Bandung: Pustaka Setia

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Widodo, Sembodo Ari. 2007. Pendidikan Islam dan Barat. Jakarta: PT Raja

Grafinda Persada

Page 77: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN
Page 78: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

2

PEDOMAN WAWANCARA

Nama Responden :

Nomor Urut :

Jabatan :

Jawablah pertanyaan ini dengan sejujur-jujurnya, jawaban saudara tidak akan

memberikan pengaruh terhadap jabatan/kedudukan Saudara, karena hanya

digunakan untuk penelitian

1. Bagaimana selama ini adat wiwit dan tingkepan di wonokerto?

2. Apa yang mendasari adat istiadat tersebut?

3. Bagaimana pelaksanaannya sekarang?

4. Apa saja yang dipersiapkan untuk kegiatan tersebut?

5. Siapa saja yang terlibat didalamnya?

6. Apa saja nilai-nilai keagamaan yang terkandung dalam pelaksanaan adat

tersebut?

7. Adakah pengaruh negatifnya terhadap masyarakat?

Page 79: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

TRAKSKRIP WAWANCARA

Nama Responden : Miftahudin

Nomor Urut :

Jabatan : Modin

Jawablah pertanyaan ini dengan sejujur-jujurnya, jawaban saudara tidak akan

memberikan pengaruh terhadap jabatan/kedudukan Saudara, karena hanya

digunakan untuk penelitian

1. Bagaimana selama ini adat wiwit dan tingkepan di wonokerto?

Dahulunya hamper semua warga masyarakat yang memiliki tanah sawah

atau petani penggarap melaksanakan tradisi tersebut sebelum pelaksanaan

musim tanam untuk wiwit dan saat padi mulai berisi, namun seiring dengan

perkembangan zaman dan semakin berkembangnya budaya serta kebutuhan

ekonomi yang semakin sulit, hanya beberapa warga saja yang masih

melestarikan budaya tersebut. Budaya tersebut merupakan warisan nenek

moyang atau leluhur yang sampai saat ini masih ada, yang konon katanya

wujud budaya Hindhu yang sudah disesuaikan dengan budaya Islam.

2. Apa yang mendasari adat istiadat tersebut?

Kalau saat ini budaya tersebut dilakukan sebagai bentuk do‟a agar dalam

pelaksanaan musim panen diberikan keselamatan terhadap tanaman dari

hama atau kegagalan panen serta wujud syukur , karena masyarakat

Wonokerto meyakini bahwa orang yang bersyukur akan ditambah

nikmatnya.

3. Bagaimana pelaksanaannya sekarang?

Pelaksanaannya hanya dibeberapa warga saja, ya dilaksanakan menjelang

akan mengerjakan lahan pertanian khususnya menjelang tandur atau

menanam padi. Biasanya dilaksanakan pada hari tertentu dengan persiapan

terlebih dahulu untuk uborampenya.

Page 80: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

4. Apa saja yang dipersiapkan untuk kegiatan tersebut?

Persiapannya berupa makanan-makanan istilahnya ambengan yang berupa

nasi gudangan lengkap beserta ingkung atau ayam panggang 1 ekor dengan

berbagai kelengkapannya. Kemudian di bawa ke lokasi pertanian dan

dilakukan doa di sana kemudian ambengannya dimakan bersama di area

pertanian

5. Siapa saja yang terlibat didalamnya?

Antara dahulu dengan sekarang sudah banyak mengalami perbedaan, kalau

dahulu karena banyak yang melaksanakan, sehingga seluruh warga dan

perangkat desa dan tokoh hadir di area pertanian, namun karena sekarang

yang melaksanakan hanya beberapa warga, maka yang datang atau diundang

hanya warga terdekat.

6. Apa saja nilai-nilai keagamaan yang terkandung dalam pelaksanaan adat

tersebut?

Nilai keagamaan yang ada ya ada nilai aqidah, nilai syukur dan nilai

kebersamaan.

7. Adakah pengaruh negatifnya terhadap masyarakat?

Kalau dihitung secara ekonomi ya memang agak boros, tetapi masyarakat

meyakini bahwa bukan hal borosnya karena tidak dilakukan setiap waktu.

Itupun ya hanya sebatas ungkapan rasa syukur pada Allah

Page 81: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

TRAKSKRIP WAWANCARA

Nama Responden :

Nomor Urut :

Jabatan : Warga Masyarakat

Jawablah pertanyaan ini dengan sejujur-jujurnya, jawaban saudara tidak akan

memberikan pengaruh terhadap jabatan/kedudukan Saudara, karena hanya

digunakan untuk penelitian

1. Bagaimana selama ini adat wiwit dan tingkepan di wonokerto?

Hampir semua warga masyarakat yang memiliki tanah sawah atau petani

penggarap melaksanakan tradisi tersebut sebelum pelaksanaan musim tanam

untuk wiwit dan saat padi mulai berisi, namun seiring dengan

perkembangan zaman dan semakin berkembangnya budaya serta kebutuhan

ekonomi yang semakin sulit, hanya beberapa warga saja yang masih

melestarikan budaya tersebut. Budaya tersebut merupakan warisan nenek

moyang atau leluhur yang sampai saat ini masih ada, yang konon katanya

wujud budaya Hindhu yang sudah disesuaikan dengan budaya Islam.

2. Apa yang mendasari adat istiadat tersebut?

Kalau saat ini budaya tersebut dilakukan sebagai bentuk do‟a agar dalam

pelaksanaan musim panen diberikan keselamatan terhadap tanaman dari

hama atau kegagalan panen serta wujud syukur , karena masyarakat

Wonokerto meyakini bahwa orang yang bersyukur akan ditambah

nikmatnya.

3. Bagaimana pelaksanaannya sekarang?

Dilaksanakan menjelang akan mengerjakan lahan pertanian khususnya

menjelang tandur atau menanam padi. Biasanya dilaksanakan pada hari

tertentu dengan persiapan terlebih dahulu untuk uborampenya.

Page 82: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

4. Apa saja yang dipersiapkan untuk kegiatan tersebut?

Persiapannya berupa makanan-makanan istilahnya ambengan yang berupa

nasi gudangan lengkap beserta ingkung atau ayam panggang 1 ekor dengan

berbagai kelengkapannya. Kemudian di bawa ke lokasi pertanian dan

dilakukan doa di sana kemudian ambengannya dimakan bersama di area

pertanian

5. Siapa saja yang terlibat didalamnya?

Antara dahulu dengan sekarang sudah banyak mengalami perbedaan, kalau

dahulu karena banyak yang melaksanakan, sehingga seluruh warga dan

perangkat desa dan tokoh hadir di area pertanian, namun karena sekarang

yang melaksanakan hanya beberapa warga, maka yang datang atau diundang

hanya warga terdekat.

6. Apa saja nilai-nilai keagamaan yang terkandung dalam pelaksanaan adat

tersebut?

Nilai keagamaan yang ada ya ada nilai aqidah, nilai syukur dan nilai

kebersamaan.

7. Adakah pengaruh negatifnya terhadap masyarakat?

Jika dihitung secara ekonomi ya memang agak boros, tetapi masyarakat

meyakini bahwa bukan hal borosnya karena tidak dilakukan setiap waktu.

Itupun ya hanya sebatas ungkapan rasa syukur pada Allah SWT

Page 83: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWITe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/347/1/M.Taufiqur... · 2016. 2. 18. · NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

PERNYATAAN PUBLIKASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Muhammad Taufiqur Riyadi

Nim : 111 10 042

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini biasa dipublikasikan oleh STAIN

Salatiga.

Salatiga 24 Maret 2015

Yang Menyatakan

Muhammad Taufiiqur Riyadi

NIM. 11110042