newsletter 9 sulsel-rev(3) - prioritaspendidikan.org3).pdfdengan pertimbangan jarak yang harus...

4
PRAKTIK YANG BAIK MAROS – Lebih dari 1.195 pendidik SD/MI dan 450 pendidik SMP/MTs pada tahun 2014 di Maros telah menerima pelatihan USAID PRIORITAS. Jumlah tersebut di luar pendidik yang sudah dilatih dan sasaran langsung USAID PRIORITAS sebanyak 320 orang. Persebaran program USAID PRIORITAS yang masif ini tak lepas dari dukungan penuh Pemda Maros terhadap program USAID PRIORITAS. Sasaran langsung program pelatihan USAID PRIORITAS sebenarnya terbatas pada pendidik di 24 sekolah, yakni 8 SMP/MTs dan 16 SD/MI. Namun, Pemda Maros dengan dana APBD menargetkan 60 persen dari total keseluruhan pendidik SD/MI dan SMP/MTs Maros juga akan menerima pelatihan USAID PRIORITAS. “Dengan jumlah lebih dari 1.700 guru yang sudah dilatih USAID PRIORITAS, kami sudah mencapai lebih dari 30 % dari jumlah total guru Maros,” ujar Alimuddin Assegaf, koordinator fasilitator USAID PRIORITAS daerah Maros (6/1). “Pemkab Maros menyaksikan dampak baik peningkatan kualitas pembelajaran dan manajemen yang ditimbulkan dari pelatihan USAID PRIORITAS terhadap sekolah-sekolah binaannya. Karena itu, kami ingin menyebarkan ke pendidik yang tidak langsung menerima program ini dengan dana APBD sendiri. Bahkan, pada bulan Januari ini, penyebarluasannya akan dilakukan untuk tingkat SMP/MTs se-Maros,” tambahnya. Menurut Alimuddin, ada tiga bentuk dukungan nyata Pemda Maros terhadap program USAID PRIORITAS, yang menyebabkan diseminasi program USAID PRIORITAS di daerah tersebut sangat masif. Pertama, Surat Keputusan Bupati Nomor 729/KPES/ 421/ II/2014 tanggal 28 Februari 2014 tentang Penunjukan Fasilitator Daerah Tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Program USAID PRIORITAS Kabupaten Maros. “Surat Keputusan ini sangat efektif untuk mendukung program USAID PRIORITAS. Para fasilitator memiliki dukungan yang kuat dalam melaksanakan tugasnya. Mereka diberikan keleluasaan melatih dan mengelola program USAID PRIORITAS di daerah ini,” ujar Alimuddin. Salah satu praktik baik yang diterapkan oleh Bapak Alimuddin untuk mendapatkan SK ini adalah pendekatan personal kepada bupati. “Jadi sewaktu habis pameran pendidikan tanggal 20 Februari. Sehabis bupati melihat sendiri kemajuan dan kreativitas sekolah, saya langsung mendekati dan melobi untuk mendapatkan SK ini. Beliau dengan cepat merespons. Selang delapan hari sudah terbit SK-nya,” katanya. Bahkan, berkat pendekatan yang baik, pengangkatan fasilitator langsung di hadapan bupati. Bersambung ke halaman 2. USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan dan Siswa WARTA PRIORITAS Media Diseminasi Praktik Inovasi di Bidang Pendidikan Dasar di Sulawesi Selatan EDISI 09/ DESEMBER 2014 - FEBRUARI 2015 Pemda Maros Dukung Penuh Program USAID PRIORITAS WARTA PRIORITAS WARTA PRIORITAS WARTA PRIORITAS Penanggung Jawab Jamaruddin (Provincial Coordinator) Editor Mustajib (Communication Specialist) Tim Redaksi Nensilianti (TTI Development Specialist), Saiful Jihad, (TTO Secondary), Amir Mallarangan (TTO Primary), Fadiah Machmud (WSD), M. Ridwan Tikollah (GMS), La Malihu (M/E Specialist), Abdul Rahman Patta (IT Specialist), Andi Irma, Bahar, Hamka, Azmi, Erni, Sira, dan Wiyah (DCs) ALAMAT Jl. Rutan No. 75-77, Gunung Sari Baru, Makassar - Sulawesi Selatan Telp. dan Fax: 0411-885595, 886898, E-mail: [email protected] 8 Bupati Maros Hatta Rahman bercengkrama dan mengapresiasi perkembangan yang terjadi di sekolah saat mengunjungi stan pameran unjuk karya sekolah dan madrasah mitra USAID PRIORITAS Kabupaten Maros (doc). BONE – Sebagaimana daerah mitra USAID PRIORITAS yang lain, Bone memiliki 30 fasilitator program USAID PRIORITAS. Dengan pertimbangan jarak yang harus ditempuh dan luasnya Kabupaten Bone yang mencapai 27 kecamatan, dinas kabupaten menginisasi penambahan fasilitator USAID PRIORITAS tiga kali lipat, yaitu 90 orang. Rinciannya, 45 fasilitator SD/MI dan 45 fasilitator SMP/MTs. Penambahan fasilitator itu diinisiasi oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bone Drs H Rosalim Hab SSos, MSi. “Kalau cuma mengandalkan 30 fasilitator yang ada, tidak mungkin bisa mencakup semua wilayah Bone yang begitu luas,”ujarnya. Untuk mendapatkan fasilitator sebanyak itu, Dinas Pendidikan Kabupaten Bone mengundang guru, kepala, sekolah, dan pengawas untuk mendaftar. Agar lebih independen, dinas pendidikan menyerahkan proses seleksi kepada tim penyeleksi USAID PRIORITAS. Dari 85 orang yang mendaftar untuk menjadi fasilitator tingkat SD/MI, yang lolos berkas sebanyak 62 orang dan hanya 45 orang yang akan dipilih. Proses seleksi dilaksanakan di SMPN 1 Bone (17-18/12). “Kami memantau sekolah-sekolah yang telah dibina oleh USAID PRIORITAS. Di sekolah-sekolah tersebut Kami melihat banyak terjadi perubahan dalam kualitas pembelajaran dan manajemen sekolah. Untuk itu, kami ingin menularkan kemajuan itu ke sekolah lain,” kata Kabid Drs Budiman MPd. Setelah melihat skema program diseminasi USAID PRIORITAS, dinas pendidikan tertarik untuk melakukannya. “Kami membuat resume terhadap program USAID PRIORITAS. Kami jelaskan kepada bupati bahwa untuk membuat kualitas pendidikan merata di setiap wilayah Bone, diseminasi program pelatihan USAID PRIORITAS sangat cocok dilakukan,” tambahnya. Bupati menyetujui penambahan fasilitator dan mengamanahkan dana kegiatannya diambilkan dari konsentrasi peningkatan mutu pendidik lewat APBD. “Bersama kepala dinas pendidikan, kami melakukan supervisi. Kualitas mengajar guru di SD/MI masih menjadi sisi lemah pendidikan di semua daerah di sini dan harus ditingkatkan secara merata,”ujarnya. Dia berharap dengan adanya penambahan fasiliator ini, seluruh pendidik SD/MI di Bone akan mendapatkan pelatihan USAID PRIORITAS, kualitas pembelajaran bisa meningkat sehingga target masuk empat besar kabupaten dengan kualitas pendidikan yang baik tingkat provinsi bisa terpenuhi. Para peserta seleksi berasal dari seluruh kecamatan di Bone. Di antaranya, Bonto Cani, Labureng, dan Awangpone. Seleksi dilaksanakan dua hari dengan pertanyaan yang mengacu pada pengetahuan mereka tentang pembelajaran dan manajemen sekolah serta keterampilan mereka di sekitar dua aspek tersebut. Bone Tambah 90 Fasilitator Diseminasi Program USAID PRIORITAS Salah seorang calon fasilitator sedang diwawancarai oleh tim USAID PRIORITAS. Berbagai inovasi meningkatkan minat baca siswa dilakukan di banyak sekolah di Maros.Termasuk di SDN 2 Unggulan Maros.Tak mau kalah dengan sekolah mitra, sekolah ini membuat sudut baca menarik dari bambu. Dengan program baca yang inovatif, siswa diminta membuat cerita baru dari rangkaian buku yang telah dibacanya. Dokumen Perbup Kabupaten Maros yang salah satu pasalnya secara jelas mengalokasikan dana sharing pendidikan gratis mendukung program pendidikan yang dijalankan fasilitator daerah Maros. Foto Praktik yang Baik

Upload: dinhkhanh

Post on 09-Aug-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Newsletter 9 Sulsel-REV(3) - prioritaspendidikan.org3).pdfDengan pertimbangan jarak yang harus ditempuh dan luasnya Kabupaten Bone yang mencapai 27 kecamatan, dinas kabupaten menginisasi

PRAKTIK YANG BAIK

MAROS – Lebih dari 1.195 pendidik SD/MI dan 450 pendidik SMP/MTs pada tahun 2014 di Maros telah menerima pelatihan USAID PRIORITAS. Jumlah tersebut di luar pendidik yang sudah dilatih dan sasaran langsung USAID PRIORITAS sebanyak 320 orang. Persebaran program USAID PRIORITAS yang masif ini tak lepas dari dukungan penuh Pemda Maros terhadap program USAID PRIORITAS.

Sasaran langsung program pelatihan USAID PRIORITAS sebenarnya terbatas pada pendidik di 24 sekolah, yakni 8 SMP/MTs dan 16 SD/MI. Namun, Pemda Maros dengan dana APBD menargetkan 60 persen dari total keseluruhan pendidik SD/MI dan SMP/MTs Maros juga akan menerima pelatihan USAID PRIORITAS. “Dengan jumlah lebih dari 1.700 guru yang sudah dilatih USAID PRIORITAS, kami sudah mencapai lebih dari 30 % dari jumlah total guru Maros,” ujar Alimuddin Assegaf, koordinator fasilitator USAID PRIORITAS daerah Maros (6/1).

“Pemkab Maros menyaksikan dampak baik peningkatan kualitas pembelajaran dan manajemen yang ditimbulkan dari pelatihan USAID PRIORITAS terhadap sekolah-sekolah binaannya. Karena itu, kami ingin menyebarkan ke pendidik yang tidak langsung menerima program ini dengan dana APBD sendiri. Bahkan, pada bulan Januari ini, penyebarluasannya akan dilakukan untuk tingkat SMP/MTs se-Maros,” tambahnya.

Menurut Alimuddin, ada tiga bentuk dukungan nyata Pemda Maros terhadap program USAID PRIORITAS, yang menyebabkan diseminasi program USAID PRIORITAS di daerah tersebut sangat masif.

Pertama, Surat Keputusan Bupati Nomor 729/KPES/ 421/ II/2014 tanggal 28 Februari 2014 tentang Penunjukan Fasilitator Daerah Tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Program USAID

PRIORITAS Kabupaten Maros. “Surat Keputusan ini sangat efektif untuk mendukung program USAID PRIORITAS. Para fasilitator memiliki dukungan yang kuat dalam melaksanakan tugasnya. Mereka diberikan keleluasaan melatih dan mengelola program USAID PRIORITAS di daerah ini,” ujar Alimuddin.

Salah satu praktik baik yang diterapkan oleh Bapak Alimuddin untuk mendapatkan SK ini adalah pendekatan personal kepada bupati. “Jadi sewaktu habis pameran pendidikan tanggal 20 Februari. Sehabis bupati melihat sendiri kemajuan dan kreativitas sekolah, saya langsung mendekati dan melobi untuk mendapatkan SK ini. Beliau dengan cepat merespons. Selang delapan hari sudah terbit SK-nya,” katanya. Bahkan, berkat pendekatan yang baik, pengangkatan fasilitator langsung di hadapan bupati.

Bersambung ke halaman 2.

USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan dan Siswa

WARTA PRIORITASMedia Diseminasi Praktik Inovasi di Bidang Pendidikan Dasar di Sulawesi Selatan

EDISI 09/ DESEMBER 2014 - FEBRUARI 2015

Pemda Maros Dukung Penuh Program USAID PRIORITAS

WARTA PRIORITASWARTA PRIORITASWARTA PRIORITAS

Penanggung Jawab Jamaruddin (Provincial Coordinator)

Editor Mustajib (Communication Specialist)

Tim Redaksi Nensilianti (TTI Development Specialist), Saiful Jihad, (TTO Secondary), Amir Mallarangan (TTO Primary), Fadiah Machmud (WSD), M. Ridwan Tikollah (GMS), La Malihu (M/E Specialist), Abdul Rahman Patta (IT Specialist), Andi Irma, Bahar, Hamka, Azmi, Erni, Sira, dan Wiyah (DCs)

ALAMAT Jl. Rutan No. 75-77, Gunung Sari Baru, Makassar - Sulawesi SelatanTelp. dan Fax: 0411-885595, 886898, E-mail: [email protected]

8

Bupati Maros Hatta Rahman bercengkrama dan mengapresiasi perkembangan yang terjadi di sekolah saat mengunjungi stan pameran unjuk karya sekolah dan madrasah mitra USAID PRIORITAS Kabupaten Maros (doc).

BONE – Sebagaimana daerah mitra USAID PRIORITAS yang lain, Bone memiliki 30 fasilitator program USAID PRIORITAS. Dengan pertimbangan jarak yang harus ditempuh dan luasnya Kabupaten Bone yang mencapai 27 kecamatan, dinas kabupaten menginisasi penambahan fasilitator USAID PRIORITAS tiga kali lipat, yaitu 90 orang. Rinciannya, 45 fasilitator SD/MI dan 45 fasilitator SMP/MTs. Penambahan fasilitator itu diinisiasi oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bone Drs H Rosalim Hab SSos, MSi. “Kalau cuma mengandalkan 30 fasilitator yang ada, tidak mungkin bisa mencakup semua wilayah Bone yang begitu luas,”ujarnya.

Untuk mendapatkan fasilitator sebanyak itu, Dinas Pendidikan Kabupaten Bone mengundang guru, kepala, sekolah, dan pengawas untuk mendaftar. Agar lebih independen, dinas pendidikan menyerahkan proses seleksi kepada tim penyeleksi USAID PRIORITAS. Dari 85 orang yang mendaftar untuk menjadi fasilitator tingkat SD/MI, yang lolos berkas sebanyak 62

orang dan hanya 45 orang yang akan dipilih. Proses seleksi dilaksanakan di SMPN 1 Bone (17-18/12). “Kami memantau sekolah-sekolah yang telah dibina oleh USAID PRIORITAS. Di sekolah-sekolah tersebut Kami melihat banyak terjadi perubahan dalam kualitas pembelajaran dan manajemen sekolah. Untuk itu, kami ingin menularkan kemajuan itu ke sekolah lain,” kata Kabid Drs Budiman MPd.

Setelah melihat skema program diseminasi USAID PRIORITAS, dinas pendidikan tertarik untuk melakukannya. “Kami membuat resume terhadap program USAID PRIORITAS. Kami jelaskan kepada bupati bahwa untuk membuat kualitas pendidikan merata di setiap wilayah Bone, diseminasi program pelatihan USAID PRIORITAS sangat cocok dilakukan,” tambahnya.

Bupati menyetujui penambahan fasilitator dan mengamanahkan dana kegiatannya diambilkan dari konsentrasi peningkatan mutu pendidik lewat APBD. “Bersama kepala dinas pendidikan, kami melakukan supervisi. Kualitas mengajar guru di SD/MI masih menjadi sisi lemah pendidikan di semua daerah di sini dan harus ditingkatkan secara merata,”ujarnya.

Dia berharap dengan adanya penambahan fasiliator ini, seluruh pendidik SD/MI di Bone akan mendapatkan pelatihan USAID PRIORITAS, kualitas pembelajaran bisa meningkat sehingga target masuk empat besar kabupaten dengan kualitas pendidikan yang baik tingkat provinsi bisa terpenuhi.

Para peserta seleksi berasal dari seluruh kecamatan di Bone. Di antaranya, Bonto Cani, Labureng, dan Awangpone. Seleksi dilaksanakan dua hari dengan pertanyaan yang mengacu pada pengetahuan mereka tentang pembelajaran dan manajemen sekolah serta keterampilan mereka di sekitar dua aspek tersebut.

Bone Tambah 90 Fasilitator Diseminasi Program USAID PRIORITAS

Salah seorang calon fasilitator sedang diwawancarai oleh tim USAID PRIORITAS.

Berbagai inovasi meningkatkan minat baca siswa dilakukan di banyak sekolah di Maros. Termasuk di SDN 2 Unggulan Maros. Tak mau kalah dengan sekolah mitra, sekolah ini membuat sudut baca menarik dari bambu. Dengan program baca yang inovatif, siswa diminta membuat cerita baru dari rangkaian buku yang telah dibacanya.

Dokumen Perbup Kabupaten Maros yang salah satu pasalnya secara jelas mengalokasikan dana sharing pendidikan gratis mendukung

program pendidikan yang dijalankan fasilitator daerah Maros.

Foto Praktik yang Baik

Page 2: Newsletter 9 Sulsel-REV(3) - prioritaspendidikan.org3).pdfDengan pertimbangan jarak yang harus ditempuh dan luasnya Kabupaten Bone yang mencapai 27 kecamatan, dinas kabupaten menginisasi

UTAMA BERITA

TORAJA – Saat memasuki halaman sekolah mitra USAID PRIORITAS SDN 183 Balla Bittuang, tak seorang pun bisa menemui lembaran kertas maupun sampah lain yang berserakan. Pihak sekolah yang didukung orang tua siswa memang sudah menerapkan peraturan itu, yakni setiap siswa menjaga dan bertanggung jawab atas kebersihan sekolah. Dengan demikian, siswa dan guru mencari cara untuk memanfaatkan sampah menjadi sesuatu yang positif. Salah satunya, menjadikan sampah kertas menjadi media pendukung pembelajaran yang bermanfaat. “Dorongan untuk berinovasi seperti ini terinsipirasi dari pelatihan PAKEM USAID PRIORITAS,” ujar Guru SDN 183 Balla Bittuang, Boas Tigor.

Ketika memasuki ruang kelas VI, kita akan menemukan pajangan karya siswa dari limbah kertas tersebut. Di antaranya, model-model sandal jepit dari kertas, box file, tempat tisu, tempat ATK, bingkai foto, serta lukisan dan huruf-huruf indah.

Dengan bermodal lem Fox, kertas koran, dan kertas karton, guru bersama

siswa menggunakan internet untuk mencari referensi membuat limbah kertas menjadi karya yang bermanfaat. Peralatan dan bahan yang dibutuhkan disediakan pihak sekolah.

Mula-mula kertas koran, karton, dan kertas lainnya direndam hingga menjadi seperti bubur. Setelah itu bahan-bahan tersebut diaduk dengan lem Fox dan dimasukkan dalam cetakan, lalu dikeringkan selama dua hari hingga benar-benar padat. Cetakan ini terbuat dari tripleks ukuran 40 x 30 cm dengan tinggi 30 cm.

Pada hari kedua, hasil cetakan yang sudah padat tersebut dimodifikasi sesuai keinginan siswa. Modifikasi dilakukan dengan cara memotong-motong hasil cetakan kertas tersebut dengan pisau cutter. Menggunakan pisau besar tidak efektif karena bisa membuat hasil cetakan ketika dibentuk malah pecah. “Dengan modal lem seharga 15 ribu rupiah, anak-anak bisa menghasilkan tempat ATK pembelajaran siswa, sandal jepit, bingkai-bingkai, dan kreasi menarik yang bermanfaat untuk pembelajaran aktif.

Referensinya bisa kita lihat di internet,” ujar Herlina Sa'pangallo.

Lingkungan sekolah yang indah dan bersih dan kelas yang penuh pajangan karya siswa membuat para guru dan siswa menjadi nyaman belajar “Komitmen siswa dalam melestarikan lingkungan kami dukung dengan menyediakan berbagai sarana penunjang” kata Kepala SDN 183 Balla Bittuang, Apdalina Nanna. (Bahar Makkutana)

2

Sambungan Hal 1

'Kedua, Surat Kepala Dinas Pendidikan Maros Nomor 420/40a/Disdik/2014, Agustus 2014 tentang Pengurus Forum Fasilitator. Salah satu butir keputusan menyebutkan dalam tugas pendampingan dan pelatihan, masing-masing fasilitator melaporkan hasilnya kepada Forum Fasilitator USAID PRIORITAS dan pihak yang terkait. Dengan SK ini, fasilitator Maros memiliki organisasi yang solid dan terstruktur. Sebuah wadah bentukan sendiri untuk berdiskusi, memecahkan masalah, dan mengakrabkan diri sehingga gerak langkah mereka selalu didasari oleh semangat kebersamaan.

“Kekuatan kebersamaan membuat kami menjadi antusias mengelola

program,” ujar Alimuddin. Ketiga, Peraturan Bupati Maros

tentang Dana Sharing Pendidikan Gratis Pemerintah Kabupaten Maros No. 49 Tahun 2014 tanggal 28 Agustus 2014. Salah satu butir Perbup ini menyebutkan dana sharing pendidikan gratis juga diperuntukkan bagi kegiatan Forum Fasilitator USAID PRIORITAS Maros.

”Perbup ini menjadi payung hukum pendanaan kegiatan-kegiatan pelatihan, pendampingan, monitoring, dan evaluasi untuk kegiatan-kegiatan diseminasi program USAID PRIORITAS. Dana sharing pendidikan ini merupakan bukti nyata dukungan Pemda Maros untuk penyebaran pelatihan USAID PRIORITAS,” ujar Alimuddin.

Pada periode Oktober–November 2014, dana yang dihabiskan melalui dana

sharing ini khusus untuk diseminasi pelatihan USAID PRIORITAS adalah Rp 580 juta. Lahirnya perbup tersebut bahkan telah mendorong madrasah aliyah memanfaatkan dan mendapatkan pelatihan pembelajaran model USAID PRIORITAS, walau sasaran pelatihan USAID PRIORITAS sebenarnya adalah pendidik SD/MI dan SMP/MTs. Saat ini, sudah 144 pendidik dari 24 madrasah aliyah se-Maros mendapatkan pelatihan model USAID PRIORITAS.

“Kami juga akan memberikan kebijakan bahwa kepala sekolah yang sekolahnya telah menjalankan pelatihan USAID PRIORITAS insya Allah tidak akan dimutasi,” kata Kabid Kurikulum Dinas Pendidikan Maros, Ashar Salam.

3

PAREPARE – Literasi merupakan keterampilan yang sangat dibutuhkan oleh siswa agar berhasil dalam pembelajarannya. Bahkan, literasi merupakan dasar keterampilan untuk belajar segala hal, bukan cuma pelajaran di sekolah. Data menunjukkan bahwa tingkat literasi siswa di Indonesia masih cukup rendah dibandingkan dengan negara-negara lain dan ini akan memengaruhi laju perkembangan pembangunan di Indonesia ke depan jika tidak diatasi dengan baik. Itulah yang disampaikan Saiful Jihad, spesialis pelatihan guru sekolah menengah pertama USAID PRIORITAS, pada pelatihan modul USAID PRIORITAS untuk guru SMP/MTs dan SMA/MAN di Universitas Muhammadiyah Parepare (23/11)

“Kemampuan literasi merupakan human capital suatu negara yang sangat penting,” ujarnya. Lebih mudah orang yang bisa membaca, menulis, dan menyampaikan gagasan tulisan tersebut untuk menguasai keterampilan tertentu dibandingkan dengan orang-orang yang tidak memiliki kemampuan demikian. Karena itu, lanjut dia, orang-orang yang memiliki keterampilan literasi memiliki kesempatan lebih besar untuk memperoleh kehidupan yang layak, kerja yang lebih bagus, dan pendapatan yang lebih besar dibandingkan dengan yang

tidak. Pada pelatihan yang dihadiri 50 guru

SMP/MTs dan SMA/MAN binaan Universitas Muhammadiyah Parepare tersebut, para guru menjadi lebih memaham bahwa dalam pembelajaran, siswa tidak hanya didorong memiliki pengetahuan saja, tetapi juga keterampilan berpikir ilmiah, menemukan konsep-konsep pengetahuan, mengomunikasikan hasil temuan konsep tersebut kepada orang lain, mampu memecahkan masalah, dan menerapkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari. “Apabila sudah memiliki sikap ilmiah demikian, mereka sudah memiliki bekal keterampilan literasi

yang dibutuhkan untuk menjalani kehidupan di dunia modern ini,” ujar Saiful.

Ia menambahkan, literasi merupakan fondasi berhasilnya proses-proses pembelajaran. “Apabila anak-anak mampu melakukan pengamatan dengan baik, mengajukan pertanyaan kritis terhadap hasil-hasil pengamatan, mengolah dan mengasosiasikan hasil-hasil pengamatan, mengomunikasikan dengan teman sebaya, baik lewat presentasi atau diskusi

kelompok, hal tersebut menjadi tanda awal keberhasilan menerapkan pembelajaran aktif,” ujarnya.

Pelatihan literasi ini merupakan bagian dari modul USAID PRIORITAS. Selain literasi, modul juga menyangkut isu pengarusutamaan gender di sekolah dan pelayanan pembelajaran terhadap individu yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Pelatihan yang berlangsung tiga hari ini diakhiri praktik langsung para guru yang dilatih ke sekolah-sekolah yang telah ditunjuk.

PROGRAM Pendidikan USAID PRIORITAS di Sulawesi Selatan mendapatkan respon luar biasa dari banyak pemda mitra program. Pemda Bantaeng, umpamanya, lewat Kadisdikpora Prof Dr Syamsu Alam menargetkan seluruh guru SD/MI dan SMP/MTs di Bantaeng akan terlatih modul USAID PRIORITAS pada tahun 2015 ini. Hal yang sama diutarakan oleh Theofelius Allolerung, Bupati Tana Toraja, yang menargetkan tahun 2016 semua guru SD/MI dan SMP/MTs akan menerima program peningkatan kualitas mutu pembelajaran dan manajemen model USAID PRIORITAS.

Maros bahkan melangkah lebih jauh. Bukan sekadar rencana dan target, Pemkab Maros telah mereplikasi program USAID PRIORITAS untuk seluruh SD/MI di daerah tersebut. Lebih kurang 1.200 guru SD/MI dan 430 guru SMP/MTs serta 144 orang dari MA (madrasah aliyah) di daerah tersebut telah terlatih modul USAID PRIORITAS. Honor dan transpor fasilitator daerah didanai oleh USAID PRIORITAS, sedangkan kebutuhan lain ditanggung oleh pemda lewat dana pendidikan gratis.

Secara keseluruhan, untuk periode Oktober-Desember 2014, pemda mitra USAID PRIORITAS di Sulsel telah menghabiskan Rp 1,2 miliar untuk mengadopsi atau mereplikasi program USAID PRIORITAS dengan biaya APBD atau BOS. Porsi terbesar diambil oleh Pemda Maros, yaitu Rp 580 juta dari dana sharing pendidikan gratis. Dana USAID yang terpakai untuk mendukung program tersebut adalah Rp 400 juta, sehingga

secara keseluruhan, untuk replikasi program USAID PRIORITAS, Sulsel menghabiskan dana Rp 1,6 miliar.

Pemda Wajo juga telah melakukan replikasi program untuk banyak pendidik di daerah tersebut. “Kami berharap guru-guru dan kepala sekolah benar-benar mengimplementasikan pelatihan yang sudah didapatkan. Jika tidak, dan hanya dianggap sebagai proyek yang ketika selesai, semua selesai, maka dampaknya tidak akan tampak. Kita butuh mereka menjaga komitmen dan benar-benar menjamin keberlanjutan program supaya kualitas pendidikan benar-benar

meningkat,” ujar Jamaruddin, Koordinator USAID PRIORITAS Sulsel.

Untuk menjamin keberlanjutan program, beberapa pemda seperti Bantaeng, Maros, dan Wajo berencana membentuk tim monitoring dan evaluasi bersama yang terdiri atas dinas pendidikan, Bappeda, dewan pendidikan, dan unsur terkait lainnya. Tim monev ini akan memastikan bahwa para pendidik terbudayakan untuk menggunakan model pembelajaran aktif dan manajemen berbasis sekolah.

Sulsel Habiskan 1,6 Miliar untuk Diseminasi Program USAID PRIORITAS

La Sunra, dosen bahasa Inggris UNM memimpin diskusi literasi dalam kelompok pembelajaran bahasa Inggris pada pelatihan di Parepare (23/11/2014).

Ubah Limbah Sampah Jadi Kreasi Bermanfaat

Salah seorang siswi SD 183 Balla Bituang memamerkan sandal yang dibuat dari

bubur koran.

Masa Depan Lebih Baik dengan Modal Keterampilan Literasi

Koordinator Provinsi USAID PRIORITAS membuka diseminasi modul I pelatihan USAID PRIORITAS di Kecamatan Tompobulu Maros. Dia berharap peserta benar-benar menerapkan di sekolah materi yang telah dilatihkan, agar kualitas pendidikan semakin meningkat.

Page 3: Newsletter 9 Sulsel-REV(3) - prioritaspendidikan.org3).pdfDengan pertimbangan jarak yang harus ditempuh dan luasnya Kabupaten Bone yang mencapai 27 kecamatan, dinas kabupaten menginisasi

Oleh IrlidyaFasilitator Daerah Maros

TEAM teaching dilaksanakan oleh Umar SPd dan Alim SPd di kelas IV SD Pakere, Kecamatan Simbang. Keduanya

mengajar tematis bahasa Indonesia dan IPA. Kompetensi dasar bahasa Indonesia yang ingin dicapai adalah siswa mampu menguraikan isi teks penjelasan tentang proses daur air, rangkaian listrik, sifat magnet, anggota tubuh (manusia, hewan, tumbuhan), dan fungsinya, serta sistem pernapasan dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosa kata baku. Sementara indikatornya ialah mendeskripsikan jenis-jenis daun berdasar bentuk tulang daunnya.

Pada mata pelajaran IPA, kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah mengenal bagian tumbuhan serta mendeskripsikan fungsinya dengan indikator mampu menyebutkan fungsi dan kegunaan bagian tumbuhan seperti daun dalam kehidupan sehari-hari.

Guru membuka pelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran. Kemudian guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan cara membilang angka 1-5. Semua angka yang sama berkumpul dalam satu kelompok. Nama kelompok sesuai dengan bentuk

tulang daun. Selanjutnya siswa diajak keluar ruangan untuk mengamati dan memetik masing-masing sehelai dari beberapa jenis daun berdasar bentuk tulang daun di halaman sekolah tersebut. Jenis daun yang didapatkan kemudian ditempel pada karton dan diberi nama berdasar bentuk tulang daun. Siswa melakukan kunjung karya ke kelompok lain searah putaran jarum jam untuk menjelaskan karya kelompoknya.

Kelompok yang dikunjungi mengamati dan mendengarkan penjelasan tentang jenis daun sesuai dengan hasil kerja kelompoknya.

Tahapan kegiatan yang sangat menarik adalah ketika guru mempertegas materi pelajaran dengan mengajak siswa menyanyikan lagu bentuk tulang daun yang diciptakan sendiri dengan mengubah teks dari lagu Jari-Jari. Guru menyanyikan lagu baris 1 dan 3 setiap bait, sambil menunjuk siswa. Siswa yang ditunjuk menjawab sesuai pertanyaan pada lagu, seperti di bawah ini:

Tulang Daun Apa

Ini namanya daun apa?Ini namanya daun bambuApa bentuknya daun bambu sayang?tulang daun bambu itu sejajar

Ini namanya daun apa?Ini namanya daun singkongApa bentuknya daun singkong sayang?tulang daun singkong itu menjari

Ini namanya daun apa?Ini namanya daun manggaApa bentuknya daun mangga sayang?tulang daun mangga itu menyirip

Ini namanya daun apaIni namanya daun sirihApa bentuknya daun sirih sayang?tulang daun sirih itu melengkung

Lagu di atas sekaligus sebagai instrumen penilaian lisan. Setelah itu guru melakukan refleksi, kemudian menutup pelajaran dengan memberi pesan moral. Guru mengajak siswa untuk menjaga kelestarian lingkungan sebagai bentuk rasa syukur dan kekaguman terhadap ciptaan Tuhan. Secara bergantian siswa meninggalkan ruang kelas dengan riang gembira. Beberapa siswa masih terus menyanyikan lagu Tulang Daun Apa sampai menghilang dari balik pagar sekolah.

Dari pembelajaran itu dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan dapat menjadi sumber belajar bagi siswa. Lingkungan dapat pula menginspirasi guru untuk lebih kreatif seperti mengubah materi ajar menjadi syair lagu dan menyanyikannya bersama siswa. Dengan begitu, pembelajaran menyenangkan dan siswa pun memahami materi pelajaran.

BERITA PRAKTIK YANG BAIK

Ini Nama Daunnya Apa?

4

Terapkan Pembelajaran Kontekstual untuk Tingkatkan Mutu Pendidikan

MAROS – Salah satu sebab lemahnya mutu pendidikan Indonesia adalah ketidakmampuan guru mengajar dengan menghubungkan pengetahuan terhadap konteks. Mengutip pidato pengukuhan Guru Besar Pendidikan Matematika UNM Prof Dr Usman Mulbar, Koordinator Provinsi USAID PRIORITAS Sulsel Jamaruddin menegaskan bahwa guru perlu memiliki kemampuan kontekstual. “Guru harus bisa menyambungkan antara apa yang diajarkan di dalam kelas dan lingkungan di

luar kelas,” ujarnya di hadapan 58 pendidik peserta pelatihan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) kerja sama USAID PRIORITAS dengan Pemerintah Kabupaten Maros di Tompo Bulu, Maros, (12/12).

Pelajaran matematika untuk kelas awal, umpamanya, sering tidak dihubungkan dengan konteks di luar ilmu. “Kita mengajar anak-anak menghitung satu, dua, tiga, namun tidak mengajarkan kegunaannya secara langsung. Matematika menjadi pengetahuan yang mengawang-

ngawang, bukan sebuah keterampilan untuk hidup. Matematika menjadi pelajaran eksklusif yang kehilangan nilai fungsionalnya,” ujarnya.

Ia mencontohkan, salah satu cara mengajar matematika agar tidak kehilangan nilai fungsionalnya adalah membawa siswa-siswi kelas awal menghitung secara langsung benda-benda di sekitarnya, bukan melulu yang ada di buku. “Di sini saya lihat banyak sapi. Nah, anak-anak kelas awal bisa langsung berpraktik menghitung sapi sehingga tahu langsung dalam realitas apa kegunaan menghitung,” katanya lagi.

Menurut dia, kalau siswa-siswa sejak dini tidak diajak untuk langsung mengasosiasikan ilmu dengan lingkungan yang mengelilinginya, pengetahuannya tidak akan menjelma menjadi keterampilan hidup. Anak-anak demikian akan sulit memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam realitas kehidupannya. “Kemampuan memecahkan masalah mereka menjadi tumpul karena ilmu yang didapat sejak kecil tidak didorong untuk menjadi keterampilan aplikatif dan fungsional menghadapi realitas,” tegasnya.

1

Para Peserta pelatihan modul I USAID PRIORITAS di Tompo Bulu Maros aktif berdiskusi mengenai

PAKEM. Pelatihan Modul I USAID PRIORITAS telah

mencakup semua kecamatan di Kabupaten Maros.

PAREPARE – Sekembali dari kunjungan belajar di SMPN 1 Tellu Limpoe, Sidrap, yang dilaksanakan di awal program, Kepala SMPN 12 Parepare Dra Nasriah berkeinginan untuk mengubah wajah sekolahnya. Selama ini sekolahnya dianggap sebagai sekolah pinggiran. Masyarakat sekitar sekolah lebih memilih menyekolahkan anak mereka di sekolah yang lain.

Langkah awal untuk mewujudkan keinginan tersebut adalah membangun komunikasi yang baik dengan para guru melalui program coffee morning setiap hari Senin setelah pelaksanaan upacara bendera. Pertemuan tersebut adalah ruang berbagi pengalaman serta menyusun program mingguan ke depan. Guru-guru juga diminta memasukkan kebutuhan mingguan praktik belajar mengajar.

Ada beberapa hal yang menarik dari pertemuan tersebut. Misalnya, keinginan kepala sekolah untuk melaksanakan moving class sebagaimana yang diamati pada saat study visit di SMPN 1 Tellu Limpoe. Keinginan tersebut diamini oleh para guru.

Setelah moving class berhasil diwujudkan, ternyata ruangannya masih kurang. Sebagai solusinya, halaman depan

sekolah yang selama ini tidak difungsikan dan hanya ditumbuhi rumput serta menjadi tempat pembuangan sampah dijadikan sebagai taman dan dibuatkan beberapa tempat duduk. Taman tersebut menjadi tempat pembelajaran, terutama pembelajaran yang menuntut diajarkan di luar kelas.

Dengan adanya taman belajar tersebut, terjadi perubahan perwajahan sekolah. Ditunjang dengan banyak perubahan lainnya pada sistem pembelajaran dan manajemen berbasis sekolah, kepercayaan masyarakat sekitar terhadap sekolah semakin meningkat. Jumlah murid pendaftar pun makin meningkat.

Selain itu, sekolah ini mendapat kepercayaan menjadi sekolah pelaksana kurikulum 2013 yang selama ini dilaksanakan di sekolah inti. Kebersamaan dalam menata lingkungan dan kreatifitas menciptakan taman belajar sekolah untuk memecahkan masalah kekurangan kelas ini berbuah manis. SMPN 12 Parepare baru-baru ini terpilih menjadi salah satu sekolah Adiwiyata di Kota Parepare. (Hamka)

Halaman Kelas pun Jadi Tempat Belajar

Kekurangan ruangan kelas tidak menghalangi SMPN 12 Parepare menerapkan moving class. Mereka mengubah tempat yang tak terpakai

menjadi taman belajar.

Anak-anak mempelajari daun dengan langsung mengambil daun dari alam

sekitar. Mereka mengamati, menganalisa, menulis hasil pengamatan dan

mempresentasikan. Pembelajaran aktif kian menyenangkan karena guru juga

menciptakan teks lagu untuk mengantar mereka memahami daun lebih jauh.

Page 4: Newsletter 9 Sulsel-REV(3) - prioritaspendidikan.org3).pdfDengan pertimbangan jarak yang harus ditempuh dan luasnya Kabupaten Bone yang mencapai 27 kecamatan, dinas kabupaten menginisasi

PRAKTIK YANG BAIK PRAKTIK YANG BAIK

MAKASSAR – Ada yang menarik dalam praktik mengajar oleh Ibu Aisyah di kelas I SD Negeri Mamajang III, Makassar. Di tangannya terdapat buku besar yang bergambar berbagai macam cabang jenis olahraga. Misalnya, renang, naik sepeda, bola, dan lain-lain. Di bawah gambar tersebut terdapat tulisan cantik dan berwarna-warni nama cabang olahraga.

Buku tersebut berukuran 30 x 40 cm. Bahannya terbuat dari kertas plano dan dibuat sendiri oleh Ibu Aisyah berdasar rencana pelaksanaan pembelajaran yang ia buat sebelumnya. Gambar-gambarnya ia ambil dari internet dan tulisan di bawahnya diketik dengan komputer. Buku besar tersebut membuat murid-murid amat tertarik belajar. Mereka sangat konsen dan dengan sigap mengacungkan jari, berteriak bersahutan ketika disodorkan pertanyaan penyebutan kata oleh Ibu Aisyah.

Untuk mengenal huruf dalam kata itu, Ibu Aisyah tidak lagi dengan menyuruh anak-anak menghafal. Mereka diajak menemukan sendiri lewat gambar. Umpamanya, Bu Aisyah bertanya, “Ini olahraga apa anak-anak?” sambil menunjuk sebuah gambar. Anak-anak dengan serentak menjawab “Renang!” sambil menebak huruf dalam kata di bawah gambar tersebut.

Dengan cara demikian, anak-anak dilatih secara kreatif menebak dan menemukan sendiri bunyi huruf dalam kata di bawah gambar. Mereka dilatih tidak menghafal pengetahuan, tapi menemukan sendiri pengetahuan. Tugas guru adalah memfasilitasi proses-proses penemuan itu. Model buku besar mulai diarusutamakan penggunaannya oleh USAID PRIORITAS dalam setahun terakhir. Pada modul pelatihan USAID PRIORITAS yang kedua, disarankan para guru menggunakan buku besar ketika mengajar kelas awal. Dengan gambar dan tulisan yang besar, anak-anak yang masih dalam tahap visual

menjadi senang, bergairah, dan konsentrasi pada pelajaran. Keuntungan lainnya, guru bisa membuat sendiri media ajar tersebut, tidak lagi tergantung pada buku cetak buatan pabrik. Buku besar bisa dengan mudah dibuat dari kertas karton, kardus, kalender bekas, kertas HVS, dan lain-lain. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru. Pertama, membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang berisi standar kompetensi dasar atau tujuan yang ingin dicapai serta metode atau strategi pembelajarannya. Kedua, membuat buku besar sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut.

Strategi pembelajaran yang dimaksud banyak sekali. Misalnya, setelah diajak membaca buku besar, anak-anak diminta mewarnai rangkaian huruf yang membentuk kata cabang-cabang olahraga yang dimaksud. Mereka juga diminta menempelkan huruf-huruf berwarna pada salah satu kata cabang olahraga tersebut. Umpamanya, menempelkan huruf A yang sudah diwarnai pada kata REN…NG.

Menurut Dr Nensilianti, dosen bahasa Indonesia UNM, penggunaan besar bagi anak-anak di negara-negara maju sudah sangat lazim. Bahkan, buku-buku besar di sana diproduksi dengan gambar-gambar yang sangat menarik dan berharga mahal. “Pembelajaran dengan menggunakan buku besar adalah pembelajaran kelas dunia dan harus segera diarusutamakan di sini. Tujuannya, supaya anak bukan cuma cepat bisa membaca, tapi juga memahami bacaan dengan mudah,” ujarnya.

Gunakan Buku Besar, Kemampuan Membaca Anak Meningkat Cepat!

2

6

Rencana Tindak Lanjut Pelatihan Modul II yang ditandatangani oleh guru kelas dan mata pelajaran SDN 39 Kassi Maros dan menjadi Pakta Integritas tekad

melaksanakan sungguh-sungguhkualitasnya memenuhi syarat.

Dengan buku besar, yang bisa dibuat sendiri oleh pendidik, seperti yang dilakukan oleh ibu Aisyah, pendidik tidak lagi tergantung dengan ada tidaknya buku paket. Para pendidik bisa membuat

sendiri buku sumber pembelajarannya dan anak-anak pun sangat antusias melihat gambar-gambar yang ditampilkan.

Oleh Siti Suleha,S.Pd Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Pa'jukukang Bantaeng

KOMPETENSI lulusan mata pelajaran bahasa Indonesia SMP/MTS untuk aspek keterampilan menulis adalah melakukan berbagai kegiatan menulis untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk buku harian, surat pribadi, laporan, surat dinas, rangkuman, teks berita, slogan, poster, resensi, karangan karya ilmiah sederhana, pidato, serta berbagai karya sastra yang berbentuk pantun, dongeng, puisi, dan drama dan lain-lain.

Namun, ketuntasan kompetensi tersebut masih rendah. Skor rata-rata siswa saya hanya mencapai 53,68. Khususnya dalam pelajaran menulis surat dinas, saya mendampingi siswa saya di kelas VIII SMP Negeri 1 Pa'jukukang, Kabupaten Bantaeng, mengembangkan keterampilan menulis. Saya mencoba mengatasi masalah kurangnya minat belajar serta kejenuhan mereka dalam pelajaran menulis dengan media dan sumber belajar yang lebih bervariasi.

Oleh karena itu, saya menciptakan media bangun-bangun rahasia. Media pembelajaran itu dibuat berbentuk bingkai foto. Di dalamnya dipasangkan beragam bangun-bangun guntingan kardus seperti bangun segitiga, segienam, persegi panjang, dan lain-lain. Setiap bangun berisi potongan tulisan surat dinas, lalu disusun menjadi sebuah surat dinas yang utuh. Potongan tulisan surat dinas yang disusun dengan benar ditandai dengan sebuah gambar bangun yang benar.

Media pembelajaran itu murah dan mudah didapatkan. Bahannya terdiri atas satu lembar potongan kardus bekas, satu lembar kertas kado, beberapa lembar kertas HVS warna, dan lem Fox.

Cara membuatnya cukup mudah, seperti langkah-langkah di bawah ini:Ÿ Gunting kardus untuk lapisan dasar dengan ukuran 24 x 34

cm. Berilah guntingan kardus selebar 3 cm di pinggir kardus dasar sehingga membentuk model bingkai foto.

Ÿ Tempeli pinggir bingkai dengan kertas kado.Ÿ Pasangkan kardus ukuran 18 x 27 cm ke dalam bingkai yang

sudah dibuat.Ÿ Gambar bangun yang diinginkan pada kardus ukuran 18 x 27

cm.Ÿ Gunting kardus sesuai gambar bangun.Ÿ Tempelkan kertas HVS berwarna (dua warna divariasikan)

yang berisi surat dinas pada guntingan-guntingan kardus dengan memperhatikan susunan dan isi surat dinas.

Ÿ Pasangkan kembali guntingan-guntingan kardus ke dalam bingkai sesuai urutan surat dinas dan akhirnya akan membentuk sebuah bangun dengan variasi yang cukup menarik.

Langkah-langkah penggunaan media bangun-bangun rahasia dalam pembelajaran menulis surat dinas sebagai berikut: 1. Guru menjelaskan materi dan

penggunaan media pembelajaran, membag i s i swa men jad i 7 kelompok. Setiap kelompok terdiri atas 4-5 orang.

2. Setiap kelompok mengambil 1

paket media bangun-bangun rahasia secara acak. Media ini terdiri atas 1 bingkai kosong dan beberapa guntingan surat dinas.

3. Setiap kelompok berlomba menyusun guntingan–guntingan surat dinas tersebut menjadi sebuah surat dinas yang lengkap dengan waktu maksimal 10 menit.

4. Setiap kelompok tampil di depan kelas untuk membacakan dan menampilkan surat dinas yang telah disusun dalam bentuk variasi bangun.

5. Setiap kelompok ditugaskan menyusun sebuah surat dinas sesuai dengan tugas yang terdapat pada lembar kegiatan siswa

6. Setiap kelompok menukarkan hasil pekerjaannya kepada kelompok lain untuk diadakan penyuntingan sesuai dengan rubrik penilaian yang telah ditetapkan.

7. Guru mengadakan penilaian terhadap pekerjaan peserta didik dalam dua tahap, yaitu (1) Mengamati dan mencatat keaktifan peserta didik dan hal-hal penting selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung; (2) Tahap evaluasi, yang merupakan suatu kegiatan penilaian untuk mengetahui apakah media “bangun-bangun rahasia” meningkatkan motivasi dan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran serta meningkatkan keterampilan menulis surat dinas.

Media ini terbukti memudahkan siswa memahami sistematika surat dinas serta meningkatkan keterampilan menuliskannya. Selama pembelajaran berlangsung, mereka tampak antusias dan sangat enjoy berlomba menemukan rahasia apa di balik bangun-bangun yang akan disusunnya. Dengan menggunakan media ini, terbukti keterampilan menulis surat dinas siswa saya meningkat. Di antara 33 siswa, hanya 1 siswa atau 3,03% yang mendapat nilai di bawah standar KKM yang telah ditetapkan, sedangkan 32 siswa atau 96,96% mendapat nilai di atas standar KKM dengan rerata nilai 73,73.

Menulis Surat Dinas dengan Bangun-bangun Rahasia

32

1

1) Media “Bangun-Bangun Rahasia” yang bisa disusun menjadi sebuah surat dinas. 2) dan 3) Anak-anak sangat antusias menyusun surat-surat tersebut. Media ini selain menyenangkan juga mampu meningkatkan kemampuan anak-anak menulis surat dinas secara signifikan.