menentukan luasnya pengujian

35
MENENTUKAN LUASNYA PENGUJIAN DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PEMERIKSAAN AKUNTANSI II Disusun Oleh : 1. Ahmad Rahbani SS (1302155976) 2. Karina Khairunnisa (1302156019) 3. Nurriya Miftachul Jannah (1302111285) 4. Virginia (1302111365) PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2015

Upload: ahmad-rahbani

Post on 10-Feb-2016

284 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Page 1: MENENTUKAN LUASNYA PENGUJIAN

MENENTUKAN LUASNYA PENGUJIANDISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PEMERIKSAAN AKUNTANSI II

Disusun Oleh :

1. Ahmad Rahbani SS (1302155976)

2. Karina Khairunnisa (1302156019)

3. Nurriya Miftachul Jannah (1302111285)

4. Virginia (1302111365)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2015

Page 2: MENENTUKAN LUASNYA PENGUJIAN

KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya ingin mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa

yang telah memberkati saya sehingga makalah ini tentang “MENENTUKAN LUASNYA

PENGUJIAN” dapat diselesaikan. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih bagi seluruh

pihak yang telah membantu saya dalam pembuatan makalah ini dan berbagai sumber yang

telah saya pakai sebagai data dan fakta pada makalah ini.

Saya mengakui bahwa saya adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam

berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna.

Begitu pula dengan makalah ini yang telah saya selesaikan. Tidak semua hal dapat saya

deskripsikan dengan sempurna dalam makalah ini. Saya melakukannya semaksimal mungkin

dengan kemampuan yang saya miliki. Di mana saya juga memiliki keterbatasan kemampuan.

Maka dari itu seperti yang telah dijelaskan bahwa saya memiliki keterbatasan dan juga

kekurangan, saya bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman. Saya akan

menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki

makalah saya di masa datang. Sehingga semoga makalah berikutnya dan makalah lain dapat

diselesaikan dengan hasil yang lebih baik.

Pekanbaru,17 Agustus 2015

Penulis

i

Page 3: MENENTUKAN LUASNYA PENGUJIAN

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................2

BAB III PENUTUP ...................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................23

ii

Page 4: MENENTUKAN LUASNYA PENGUJIAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam melakukan prosedur audit , salah satu dari kegiatan audit adalah mengumpulkan bukti audit , dikarenakan adanya risiko yang dinilai salah saji yang material pada saat penilaian risiko. Dalam mengumpulkan bukti audit , auditor harus menentukan luasnya pengujian dalam menanggapi salah saji yang material yang dinilai pada saat penilaian risiko .

Dalam Performance materiality ditentukan dalam hubungannya dengan overall materiality.

Tingkat salah saji yang dapat diterima ditetapkan dalam hubungannya dengan performance materiality.

Makin tinggi Tingkat salah saji yang dapat diterima , makin sedikit samle size . Sebaliknya , makin

rendah Tingkat salah saji yang dapat diterima , makin banyak sample size.

Dalam makalah ini akan memberikan petunjuk bagaimana auditor menentukan luasnya pengujian dalam salah saji yang telah dinlainya.

1.2 Rumusan Masalah1) Apa yang dimaksud teknik sampling ?2) Bagaimanakah menentukan luasnya prosedur subtantif ?3) Bagaimanakah menentukan luasnya prosedur analitikal subtantif ?

1.3 Tujuan1) Untuk lebih memahami pengertian teknik sampling.2) Untuk lebih mengetahui dalam menentukan luasnya prosedur subtantif.3) Untuk lebih mengetahui dalam menentukan luasnya prosedur analitikal subtantif.

1

Page 5: MENENTUKAN LUASNYA PENGUJIAN

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teknik Sampling

Bukti audit yang cukup dan tepat dapat diperoleh dengan memilih dan memeriksa dengan cara

sebagai berikut :

Semua item- Memilih dan memeriksa semua item atau seluruh population tepat dalam hal :

Populasi terdiri atas sedikit items yang masing-masing bernilai tinggi .

Ada risiko yang signifikan dan cara-cara lain tidak memberikan bukti audit yang cukup dan

tepat.

CAATs (computer assited audit technique atau teknik audit yang berbantuan computer)

dapat diterapkan dalam populasi yang besar secara elektronis . Juga perhitungan dan p-roses

lainnya dapat dilakukan ndengan CAATs secara berulang-ulang dengan mudah dan cepat.

Item yang spesifik- Memilih dan memeriksa items yang spesifik , merupakan cara yang tepat

dalam hal :

Item yang spesifik itu berniliau tinggi atau merupakan iten yang utama yang secara

individu bias berdampak salah saji yang material.

Semua items diatas nilai tertentu yang ditetapkan secara khusus.

Semua items yang tidak biasa atau sensitive termasuk disclosure mengenai hal-hal yang

tidak biasa atau sensitif.

Semua items yang sangat rentan terhadap salah saji .

Semua items yang dapat memberikan informasi tentang hal-hal seperti nature atau sifat

khas entitas , nature dari suatu transaksi , dan pengendalian internal .

Semua items untuk menguji berfungsinya kegiatan pengendalian tertentu.

Items yang mewakili populasi - Merupakan cara yang tepat untuk menyimpulkan seluruh set

of data dengan memilih dan memeriksa items yang mewakili . Sampling memungkinkan auditor

memperoleh dan mengevaluasi bukti audit mengenai ciri-ciri tertentu . Penentuan berapa banyaknya

sampel dapat dilakukan denga metode statistik dan nonstatistik .

Metode sampling sebagai metode yang paing efisien untuk menetapkan penurunan tingkat risiko

untuk suatu asersi , mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut :

2

Page 6: MENENTUKAN LUASNYA PENGUJIAN

Kesimpulan yang valid bisa ditarik . Tujuan auditor ialah memperoleh pengurangan tingkat

risiko yang layak dan bukan kepastian mutlak.

Hasilnya dapat digabungkan dengan hasil dari pengujian lainnya . bukti yang diperoleh dari

suatu sumber dapat diperkuat dengan bukti dari sumber yang lain untuk memperoleh lebih

banyak pengurangan risiko .

Pemeriksaan seluruh data tidak akan memberikan kepastian mutlak .

Penghematan biaya karena auditor tidak memeriksa seluruh catatan pembukuan dan bukti

pendukung lainnya, satu per satu .

Sampling tidak wajib dijadikan pilihan untuk suatu prosedur audit . Namun , jika sampling

digunakan semua sampling units di dalam populasi harus mempunyai kesempatan untuk dipilih . Syarat

ini diperlukan agar auditor dapat menarik kesimpulan yang layak mengenai populasi.

Dala setiap sample dibawah 100% dari populasi, senantiasa ada risiko salah saji yang tidak

teridentifikasi dan salah saji ini melampaui tingkat salah saji yang dapat diterima . Risiko ini disebut

sampling risk. Sampling risk dapat dikurangi dengan menaikkan banyaknya sampel . Sedangkan non-

sampling risk dapat dikurangi dengan perencanaan , pelaksanaan , supervisi, dan reviu atas pekerjaan

audit dengan benar .

Ada dua jenis sampling yang lazim digunakan dalam auditing , yakni statistical sampling dan

non-statistical sampling . Non-statistical sampling juga dinamakan judgement sampling .

Dalam statistical sampling , atribut dari sampel dalah sebagai berikut :

Sampel dipilih secara acak . Ini berarti bahwa setiap item dalam populasi mempunyai

peluang untuk dipilih , dan peluang ini secara statistik tepat .

Hasilnya dapat diproyeksikan secara matematis . Teori probabilitas dapat digunakan

untuk mengevaluasi hasil dari sampel tersebut, termasuk sample risk-nya.

Pendekatan yang tidak menggunakan ciri atau atribut yang disebut diatas adalah non-statistical

sampling

Prosedur subtantif

Performance materiality ditentukan dalam hubungannya dengan overall materiality. Tingkat

salah saji yang dapat diterima ditetapkan dalam hubungannya dengan performance materiality. Makin

tinggi Tingkat salah saji yang dapat diterima , makin sedikit samle size . Sebaliknya , makin rendah

Tingkat salah saji yang dapat diterima , makin banya sample size.

3

Page 7: MENENTUKAN LUASNYA PENGUJIAN

Uji pengendalian

Untuk uji pengendalian , tingkat penyimpangan yang dapat diterima lazimnya ditetapkan sangat

rendah , yang berarti tidak membolehkan adanya penyimpangan atau dibatasi pasa satu penyimpangan

saja . Uji pengndalian memberikan bukti mengenai pengendalian berfungsi atau tidak .

2.2 Penggunaan Sampling

Berikut ini terjemahan beberapa alinea dari ISA 530 yang relevasi dengan pembahasan mengenai

penggunaan prosedur sampling.

ISA 530.6

Ketika merancang sampel audit , aufitor wajib mempertimbangkan prosedur audit dan karakteristik

populasi darimana sampel akan diambil. (lihat alinea A4-A9)

ISA 530.7

Auditor wajib menetukan banyaknya sampel yang cukup untuk mengurangi risiko sampling ke tingkat

rendah yang dapat diterima.

ISA 530.8

Auditor wajib memilih items untuk sampel sedemikianrupa sehingga setiap sampel units dalam populasi

mempunyai peluang untuk dipilih.

ISA 530.9

Auditor wajib melaksanakan prosedur audit , yang tepat untuk tujuan yang dimaksud, atas setiap items

yang dipilih.

ISA 530.10

Jika prosedur audir tidak berlaku untuk items yang dipilih, auditor wajib melaksanakan prosedur tersebut

pada items lain yang menjadi pengganti. (lihat alinea A14)

ISA 530.11

Jika auditor tidak dapat melakukan prosedur audit yang dirancangnya, atau tidak dapat melaksanakan

prosedur audit alternatif yang cocok pada item yang dipilih, auditor wajib memeperlakukan item tersebut

4

Page 8: MENENTUKAN LUASNYA PENGUJIAN

sebagai penyimpangan atsa pengndalina yang berlaku (dalam uji pengndalian, atau sebagai salah saji ).

(lihat alinea A15-A16)

ISA 530.12

Auditor wajib menginvestigasi sifat dan penyebab dari setiap penyimpangan atau salah saji yang

diidentifikasi , daln mengevaluasi kemungkinan dampaknya terhadapa tuuan dari prosedur audit itu

terhadap area lain dari audit itu. (lihat alinea A17)

ISA 530.13

Dalan situasi yang sangat jarang ketika auditor mempertimbangkan suatu salah saji atau penyimpangan

yang ditemukan dalam sampel sebagai suatu anomali, auditor wajib memperoleh tingkat kepastian yang

tinggi bahwa salah saji atau penyimpangan tersebut tidak mewakili populasinya . Auditor wajib

memperoleh tingkat kepastian ini dengan melaksanakan prosedur audit tambahan unutk mendapat bukti

audit yang cukup dan tepat bahwa salah saji atau penyimpangan tidak berdampak pada populasi

selebihnya .

ISA 530.14

Untuk uji rincian , auditor wajib memproyeksikan salah saji yang ditemukan dalam sampel kepada

(seluruh) populasi. (Lihat alinea A18-A20)

ISA 530.15

Auditor wajib mengevaluasi :

a) Hasil dari sampel ( lihat alinea A21-A22)

b) Apakah penggunaan audit sampling memberikan dasar yang layak untuk menyimpulkan mengenai

(seluruh) populasi yang diuji. (lihat alinea A23)

2.3 Memahami Sampling

Pada waktu teknik sampling dipertimbangkan , auditor perlu memperhatikan dan

mendokumentasikan hal-hal berikut :

Faktor yang perlu

diperhatikanKomentar

Tujuan pengujian Tolak ukut dalam merancang suatu pengujian adalah menetapkan tujuan

5

Page 9: MENENTUKAN LUASNYA PENGUJIAN

pengujian tersebut dan asersi apa yang diuji.

Sumber utama bukti Apa sumber utama dari bukti untuk setiap asersi yang diuji, dan apa sumber

bukti yang kedua ?Perbedaan ini memastikan bahwa upaya audit diarahkan

ke tempat yang benar.

Pengalaman yang lalu Apa penglaman lalu yang dapat melaksan kan pengujian serupa dalam

periode yang lalu ?

Pertimbangkan efektifnya pengujian, dan apakah ada penyimpangan yang

ditemukan dalam sampel yang dipilih. Pertimbangkan penyelesaiannya.

Populasi yang tepat Pastikan populasi yang akan diuji, suadah tepat unutk tujuan yang

dimaksud.

Contoh, sampel saldo piutang dapat digunakan untuk menguji asersi

mengenai eksistensi piutang. Namun, populasi yang sama tidak akan tepat

untuk menguji asersi mengenai lengkapnya piutang.

Perhatikan juga besarny populasi. Dalam hal tertentu, kesimpulan statistik

tidak dapat ditarik jika populasi terlalu kecil untuk disampel.

Sampling unit yang

digunakan

Pertimbangkan tujuan pengujian dan asersi yang akan diuji. Keputusan ini

akan menentukan item mana yang akan dipilih untuk pengujian itu. Sebagai

contoh, untuk tujuan yang berbeda sampling unit-nya bisa berbeda, seperti

faktur penjualan, pemesanan penjualan, saldo piutang pelanggan,dst.

Statistical atau non-

statistical sampling ?

Keispulan statistik dapat ditarik dari sampel yang ditentukan dari sampel

statistik. Kesimpulan berdasarkan kearifan profesional dapat ditarik dari

judgement non-statistical samples. Nonstatistical sample sering

dikombinasikan dengan proseduraudit lain yang menguji asersi yang sama.

Definisi penyimpangan Kegagalan mendefinisikan dengan tepat mengenai apa yang diartikan

dengan penyimpangan berakibat pemborosan waktu staff yang mereviu

penyimpangan yang kecil, yang sebenarnya tidak masuk kategori

penyimpangan. Juga , tentukan bagaimana alasan dan implikasi dan

ditemukannya penyimpangan harus ditindaklanjuti oleh staf audit.

Keluarkan item yang

bernilai tinggi

Jika ada transaksi atau saldo dalam populasi yang dapat dievaluasi secara

terpisah, ini akan menghasilkan sampel yang lebih kecil dalam populasi

sesudah item bernilai tinggi dikeluarkan. Bahkan , dalam kasus tertentu,

bukti yang diperoleh dari pengujian atas transaksi saldo yang sudah cukup

untuk mengabaikan keperluan akan sampling selanjutnya.

6

Page 10: MENENTUKAN LUASNYA PENGUJIAN

Gunakan CAATApakah computer-assisted audit technique(CAATs) meberikan hasil yang

lebih baik dan lebih efisien ? pengujian 100% atas populasi dapat dilakukan

dengan CAATs(dan bukannya dengan sampel), dan laporan buku

dihasilkan, misalnya mengenai unusual item yang perlu ditindaklanjuti.

Apakah stratifikasi mungki

dilakukan ? Lihat apakah populasi dapat distratifikasi dengan cara mengelompokkannya

ke dalam subpopulation yang mempunyai karakteristik tertentu. COntoh ,

Jika populasi berisi sejumlah transaksi berjumlah tinggi , populasi itu dapat

distratifikasi berdasarkan nilai uang , untuk kemudian diuji rincian. Ini

memungkinkan upaya audit diarahkan ke transaksi yang lebih tinggi ,

karena item ini yang berpotensi salah saji ketinggian(overstatement)

Populasi juga dapat distratifikasi berdasarkan ciri khususnya yang

mengindikasikan risiko salah saji yang lebih tinggi. Contoh , ketika menguji

kecukupan penyishan ragu-ragu, saldo piutan dapat distratifikasi

berdasarkan umurnya.

Ketika subpopulasi diuji terpisah, salah saji diproyeksikan untuk setiap

stratum. Salah saji per stratum dapat digabungkan untuk menentukan salah

saji dalam seluruh saldo atau seluruh jenisa transaksi.

Tingkat presisi apa yang

diinginkan

Performance materiality sering digunakan sebagai dasar untuk menentukan

tolerable mistatement. Ini merupakan presisi untuk pengujian statistik.

7

Page 11: MENENTUKAN LUASNYA PENGUJIAN

Confidense level yang

diinginkan

Confidence level adalah tingkat risiko yang dapat diterima. Risiko disini

adalah risiko yang tidak terdeteksinya salah saji. Apakah confidence level

yang tinggi (yang menghasilkan sampel yang besar) atau yang rendah (yang

menghasilkan sampel yang lebih kecil) yang diperlukan ?

Confidence level ini didasarkan atas beberapa faktor, seperti :

Bukti yang diperoleh dari sumber lain seperti analytical review,

prosedursubtantif lain , dan pengujian berfungsinya pengendalian secar

efektif.

Pentingnya asersi laporan keuanagan dibandingkan dengan overall

materiality.

COntoh, Confidence level sebesar 95% mengindikasikan bahwa hasil

pengujian akan memberikan 95% tingkat keakuratan dan 5% adanya risiko

bahwa pengujian itu tidak akurat.

Ketika merencakan penggunaan statistical sampling, auditor memperhatikan tolerable misstatement dan

tolerable deviation rate.

Tolerable misstatement digunakan dalam sampling untuk uji rincian, untuk menangani : (a)

risiko bahwa gabungan dari semua salah saji yang tidak material mengakibatkan laporan keuangan

disalahsajikan secara material,dan (b) memberikan margin bagi salah saji yang mungkin tidak terdeteksi.

Tolerable misstatement adalah penerapan performance materiality pada suatu prosedur sampling

tertentu. Tolerable misstatement bisa berjumalah sama atau lebih rendah dari performance materiality.

Tolerable rate of deviation digunakan untuk dalam uji pengendalian dimana auditor menetapkan

tingkat penyimpangan dari prosedur pengendalian internal yang dirancang, untuk memperoleh tingkat

asurans yang tepat. Auditor berupaya memperoleh tingkat asurans yang tepat dimana tingkat

penyimpangan tidak melampaui tingkat penyimpangan yang sebenarnya.

2.4 Luasnya Prosedur Substantif

Makin besar risiko salah saji material, makin luas prosedur substantive yang diperlukan. Luasnya

prosedur substantive dapat dikurangi dengan menguji berfungsinya pengendalian internal. Namun, jika

hasil pengujian pengendalian tidak memuaskan, luasnya prosedur substantive mungkin harus ditambah.

8

Page 12: MENENTUKAN LUASNYA PENGUJIAN

Cara yang paling umum dalam metode sampling pada uji rincian (tests of detail) adalah monetary-

unit sampling disingkat MUS. Dengan metode MUS, probabilitas terpilihnya suatu item (seperti saldo,

piutang seseorang pelanggan) adalah proporsional (berbanding lurus)dengan nilai moneter item itu.

Piutang bersaldo Rp 60 juta juga mempunyai peluang terpilihnya sebagai sampel tiga kali dibandingkan

dengan piutang sebesar Rp 20 juta. Dengan metode MUS, tidaklah tepat memilih sampel berdasarkan

unit fisik seperti setiap piutang ke 10 atau setiap faktur penjualan ke-50.

Meskipun MUS merupakan metode sampling yang paling umum digunakan oleh para auditor, ada

beberapa metode lain yang lebih tepat dalam situasi tertentu.

Dalam merancang uji substantive, auditor dapat memanfaatkan tiga tingkat penurunan risiko,

yakni tinggi, moderat, dan rendah. Perbedaan ketiga tingkat penuruna risiko dapat didasarkan pada

confidence factor yang digunakan dalam memilih sampel. Makin tinggi confidence factor, makin banyak

sampel yang diambil dan makin tinggi tingkat pengurangan risiko (level of risk reduction) yang

diperoleh. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 28-2 yang menunjukkkan confidence levels yang ingin dicapai

untuk tingkat penurunan risiko tinggi, sedang (moderat), dan rendah

Tabel 28-2

Penurunan

Risiko

Confidence

Level

Confidence

Factor

Tinggi 95% 3,0

Sedang 80-90% 1,6-2,3

Rendah 65-75% 1,1-1,4

Seperangkat prosedur audit yang efektif yang dirancang untuk menanggapi risiko yang dinilai

(assessed risks) dan asersi yang spesifik dapat berisi campuran antara uji pengendalian dan prosedur

substantive.

Tabel 28-3 memberikan contoh confidence factor untuk berbagai confidence level. Sebagai

contoh, jika diperlukan confidence level sebesar 90%, maka confidence factor yang digunakan adalah

2,3.

Tabel 28-3

9

Page 13: MENENTUKAN LUASNYA PENGUJIAN

Sampling Interval = Performance Materiality (Tolarable Misstatements) : Confidence Factor

Confidence

Level

Confidence

Factor

50% 0,7

55% 0,8

60% 0,9

65% 1,1

70% 1,2

75% 1,4

80% 1,6

85% 1,9

90% 2,3

95% 3,0

98% 3,7

99% 4,6

Memilih Sampel

Langkah-langkah dalam memilih sampel:

1. Keluarkan item yang bernilai tinggi (high-value items) dari populasi

2. Hitung sampling interval

3. Pilih titik awal secara acak (random starting point)

Sampling Interval

Sampling interval adalah “jarak” atau interval antara satu sampel dengan sampel

berikutnya. Untuk menghitung sampling interval auditor menggunakan konsep-konsep

Performance Materiality, Tolerable Misstatements, dan Confidence Factor yang dibahas diatas

dan atau di Materi kelompok lain. Sampling interval dihitung dengan menggunakan rumus

berikut:

Sebagai contoh: (a) titik awal secara acak (random starting point) adalah Rp 10.000 dan

(b) sampling interval Rp 17.391. Maka: (a) sample pertama adalah item yang berisi Rp 10.000

10

Page 14: MENENTUKAN LUASNYA PENGUJIAN

Sampel Size = Population to Be Tested : Sampling Internal

dan (b) sampel kedua berisi jumlah kumulatif yang berisi Rp 27.391 (=Rp 10.000 + Rp 17.391)

dan (c) berisi jumlah kumulatif yang berisi Rr 44.782 (=Rp 27.391 + Rp 17.391) (d) proses

yang sama dilanjutkan sampai akhir populasi

Penetuan sampel pertama dan kedua dan seterusnya (termasuk istilah jumlah kumulatif)

akan lebih mudah dipahami dengan contoh-contoh dibawah ini. Sebelum sampai kecontoh-

contoh, ada satu perhitungan lagi yang perlu diketahui, yakni sampel size.

Sampel Size

Sampel size adalah banyak sampel dalam satu populasi. Definisi populasi disini ialah

populasi yang akan diuji. Dalam pembahasan mengenai langkah-langkah dalam memilih sampel,

sudah dijelaskan bahwa high-value item dikeluarkan dalam populasi. Jadi populasi yang akan

diuji adalah populasi sampel dikurangi high-value item.

Sampel Size dihitung dengan rumus berikut.

Dibawah ini disajikan tiga contoh yang dapat membantu pembaca memahami proses pemilihan

sampel dengan metode MUS.

Contoh 1: Sampling untuk pengiriman surat konfirmasi piutang dagang

Pertanyaan Tanggapan

Tujuan Pengujian Memastikan eksistensi piutang dengan memilih

sampel untuk mengirim surat konfirmasi.

Risiko salah saji material untuk asersi yang

diperiksa

Asersi eksistensi piutang, berisiko tinggi

Populasi yang akan diuji Saldo piutang pada akhir tahun

Nilai Uang dari populasi Rp 177.203 juta

Item yang dikeluarkan (seperti item yang bernilai

tinggi)

Rp 38.340 juta

Pengurangan risiko melalui uji pengendalian Tidak ada

Pengurangan risiko melalui prosedur lain seperti

prosedur penilaian risiko

Terbatas

11

Page 15: MENENTUKAN LUASNYA PENGUJIAN

Confidence Factor (turunkan nilai risiko, jika

ada, melalui prosedur-prosedur lain.

Tidak ada sumber lain untuk menurunkan risiko

sehingga confidence level = 95% atau confidence

factor yang akan digunakan

Performance Materiality Rp 15.000 juta

Expected deviation (penyimpangan yang

diperkirakan) dalam sampel.

Tidak ada

Daftar Piutang (sebagian)

SALDO PIUTANG TOTAL

KUMULATIF

SAMPLING

INTERVAL

Pelanggan A 4.750 4.750 436

Pelanggan B 3.500 8.250 5.436

Pelanggan C 1.800 10.050 10.436

Pelanggan D 2.700 12.750 10.436

Pelanggan E 950 13.700 15.436

Pelanggan F 2.580 16.280 15.346

Sampling interval dan sampel size dihitung dengna rumus-rumus yang disajikan diatas.

Sampling Interval = Rp 15.000 : 3 = 5.000

Sampel size = (177.203 – 38.340) : 5000 = 28

Kolom kumulatif total berisi jumlah kumulatif dari saldo piutang. Pelanggan A dianggap

merupakan sampel pertama berdasarkan random.

Dampling interval 5.000 dan sampel pertama (pelanggan A) bersaldo 436, maka sampel kedua

ada dalam jumlah kumulatif yang berisi 5.436 (=5000 + 436) dan seterusnya sampai 28 item. Sampel

ketiga berisi 10.436 (=5000 +5436). Daftar berikut menunjukkan pelanggan (A,B,D,F) yang terpilih

sebagai sampel. Perhatikan, ini hanya sebagian dari daftar piutang karena itu daftar ini tidak menunjukka

ke 24 sampel lainnya.

SALDO TOTAL SAMPLING Termasuk

12

Page 16: MENENTUKAN LUASNYA PENGUJIAN

PIUTANG KUMULATIF INTERVAL dalam

Sampel

Pelanggan A 4.750 4.750 436 Ya

Pelanggan B 3.500 8.250 5.436 Ya

Pelanggan C 1.800 10.050 10.436 Tidak

Pelanggan D 2.700 12.750 10.436 Ya

Pelanggan E 950 13.700 15.436 Tidak

Pelanggan F 2.580 16.280 15.346 Ya

Contoh 2 : Sampling untuk pengiriman surat konfirmasi piutang dagang

Pertanyaan Tanggapan

Tujuan Pengujian Memastikan eksistensi piutang dengan memilih

sampel untuk mengirim surat konfirmasi.

Risiko salah saji material untuk asersi yang

diperiksa

Asersi eksistensi piutang, berisiko moderat

Populasi yang akan diuji Saldo piutang pada akhir tahun

Nilai Uang dari populasi Rp 177.203 juta

Item yang dikeluarkan (seperti item yang bernilai

tinggi)

Rp 38.340 juta

Pengurangan risiko melalui uji pengendalian Hasil uji pengendalian menunjukkan tingkat

risiko yang rendah untuk pengendalian yang

relevan dengan asersi yang diuji

Pengurangan risiko melalui prosedur lain seperti

prosedur penilaian risiko

Terbatas

Confidence Factor (turunkan nilai risiko, jika

ada, melalui prosedur-prosedur lain.

Hasil uji pengendalian menurunkan risiko,

sehingga confidence level = 70% atau confidence

factor 1,2 akan digunakan

Performance Materiality Rp 15.000 juta

Expected deviation (penyimpangan yang

diperkirakan) dalam sampel.

Tidak ada

Sampling Interval = 15.000 : 1,2 = 12.500

13

Page 17: MENENTUKAN LUASNYA PENGUJIAN

Sampel size = (177.203 – 38.340) : 12.500 = 12

Bandingkan dengan contoh 1, bagaimana hasil uji pengendalian mempengaruhi confidence

level dan confidence factor, dan kemudian sampling internal dan sampel size dalam contoh 2.

Contoh 3: Sampling faktur pembelian

Pertanyaan Tanggapan

Tujuan Pengujian Memastikan eksistensi dan akurasi transaksi

pembelian dengan memilih sampel faktur

pembelian

Risiko salah saji material untuk asersi yang

diperiksa

Risiko rendah untuk kedua asersi (eksistensi dan

akurasi)

Populasi yang akan diuji Faktur pembelian dalam tahun berjalan

Nilai Uang dari populasi Rp 879.933 juta

Item yang dikeluarkan (seperti item yang bernilai

tinggi)

Rp 46.876 juta

Pengurangan risiko melalui uji pengendalian Tidak ada

Pengurangan risiko melalui prosedur lain seperti

prosedur penilaian risiko

Prosedur analitikal sunstantif memberikan hasil

cukup memuaskan untuk mengurangi risiko

Confidence Factor (turunkan nilai risiko, jika

ada, melalui prosedur-prosedur lain.

Prosedur analitikal substantive menurunkan

risiko, sehingga confidence level = 80% atau

confidence factornya 1,6 akan digunakan

Performance Materiality Rp 15.000 juta

Expected deviation (penyimpangan yang

diperkirakan) dalam sampel.

Tidak ada

Sampling Interval = 15.000 : 1,6 = 9.375

Sampel size = (879.933 – 46.876) : 9.375 = 89

Bandingkan dengan contoh 1, bagaimana hasil uji pengendalian memengaruhi confidence level

dan confidence factor, dan kemudian sampling interval dan sampel size dalam contoh 2.

Yang menarik dari Contoh 3 adalah sampel size untuk uji substantive bisa menjadi sangat besar

ketika memeriksa proses transaksi. Sering kali lebih efisien untuk menguji pengendalian (dimana sampel

size lebih kecil) atau melaksanakan prosedur audit lain untuk memperoleh bukti audit yang diperoleh.

14

Page 18: MENENTUKAN LUASNYA PENGUJIAN

Memproyeksi Salah Saji

Langkah-langkah dalam memproyeksi salah saji.

1) Hitung persentase salah saji dalam setiap item.

2) Jumlah semua salah saji dan hitung dampak netonya ( artinya salah saji ketinggian atau

overstatements dikurangi salah saji kerendahan atau understatements).

3) Hitung persentase rata-rata salah saji dengan membagi persentase seluruh salah saji dengan

jumlah seluruh item yang dijadikan sampel (yang mengandung salah saji maupun yang

tidak).

4) Kalikan persentase rata-rata salah saji dengan nilai moneter seluruh populasi (sesudah

dikeluarkan high-value items). Ini adalah salah saji yang diproyeksikan ada dalam sampel.

Ini tidak termasuk salah saji yang ditemukan dalam high-value items yang dikeluarkan dari

sampel.

Salah saji yang diproyeksikan ini sering juga diistilahkan dengan “most likely error” (MLE) atau

(jumlah) kesalahan yang paling mungkin terjadi.

2.5 Luasnya Prosedur Analitikal Substantif

Prosedur analitikal substantive merupakan pengujian utama dalam uji saldo akun, atau bisa juga

dikombinasikan dengan uji rician lainnya.

Prosedur Analitikal sederhana bisa membantu menemukan masalah yang perlu ditindak lanjuti,

namun memberikan sedikit sekali bukti audit.

Dalam merancang prosedur analitikal substantive, auditor :

Menetapkan selisih antara angka yang dicatat dan angka ekspektasi, yang tidak memerlukan

penyelidikan lebih lanjut.

Memperhitungkan kemungkinan bahwa gabungan salah saji dalam saldo akun, transaksi,

atau disclosure tertentu, bisa mencapai angka agregat salah saji yang tidak dapat diterima.

Meningkatkan tingkat pengurangan resiko yang diinginkan ketika risiko salah saji material

meningkat.

15

Page 19: MENENTUKAN LUASNYA PENGUJIAN

2.6 Pengendalian Pervasif (Tingkat Entitas)

Pengujian pengendalian pervasive pada tingkat entitas cendrung lebih subjektif, seperti

menguji komitmen terhadap kompetensi atau memahami kebijakan entitas mengenai perilaku yang

dapat diterima. Bandingkan ini dengan pengujian atas pengendalian transaksi. Namun, pervansif

pada tingkat entitas secara kolektif memberikan landasan yang tepat bagi semua komponen

pengendalian internal.

Auditor wajib memperoleh pemahaman atas lingkungan pengendalian. Sebagai bagian dari

upaya memperoleh pemahaman ini, auditor wajib mengevaluasi apakah :

a) Manajemen, dibawah pengawasan menyeluru dari TCWG (those charged with governance), telah

menciptakan dan memelihara budaya kejujuran dan perilaku etis.

b) Kekuatan / keunggulan dalam unsur-unsur lingkungan pengendaian yang secara kolektif

memberikan landasan yang tepat untuk komponen pengendalian internal lainnya, dan apakah

komponen pengendalian internal lainnya tidak kendur oleh kelemahan dalam lingkungan

pengendalian.

Hasil pelaksanaan uji pengendalian pervasive juga lenih sulit didokumentasi dibandingkan

dengan pengendalian internal pada tingkat proses bisnis (business process level). Contoh

pengendalian internal pada tingkat proses bisnis pemeriksaan apakah pembayaran diotorisasi, praktik

ini mudah didokumentari, misalnyadengan tanggapan ya/tidak.

Dilain pihak, evaluasi uji pengendalian pervasive sering didokumentasi dengan “memo atau file”

bersama bukti pendukung.

Sekalipun hamper semua pengendalian pervasive (ditingkat entitas) dan pegendalian IT

umum diuji dengan kearifan professional (professional judgment) dan menerapkan secara objektif

pada situasinya, ada situasi dimana representative sample dapat diterpkan. Contoh, bukti bahwa

laporan bulanan memang direviu dan tindakan yang tepat diambil.

2.7 Sampling Atribut

Sampling atribut adalah suatu metode untuk melakukan perkiraan atau estimasi terhadap

sebagian dari populasi yang mengandung karakter atau atribut tertentu yang menjadi perhatian atau

menjadi tujuan audit seorang auditor. Secara sederhana, attribute sampling adalah teknik atau

16

Page 20: MENENTUKAN LUASNYA PENGUJIAN

metode yang digunakan dalam pengujian pengendalian, untuk memperkirakan tingkat deviasi atau

penyimpangan yang ditentukan dalam populasi. Sampling ini terutama digunakan dalam pengujian-

pengujian pengendalian intern. Sampling atribut digunakan untuk membuat kesimpulan mengenai

tingkat kejadian di dalam populasi, dan biasanya digunakan untuk menguji tingkat ketaatan terhadap

prosedur di dalam populasi, dan biasanya digunakan untuk menguji tingkat ketaatan terhadap

prosedur di dalam sistem pengendalian intern sebagai sarana untuk mengetahui apakah ketentuan-

ketentuan yang dibuat manajemen telah ditaati.

Beberapa factor yang perlu dipertimbangakan dalam menilai keandalan pengendalian

adalah:

Apakah prosedur yang ditetapkan justru “dipotong-kompas” oleh manajemen, misalnya:

dalam hal management override?

Apakah ada unsur penanganan secara manual dalam pengendalian, yang rentan terhadap

terjadinya kesalahan?

Apakah ada lingkungan pengendalian yang lemah?

Apakah pengendalian IT umum lemah?

Apakah pemantauan pengendalian internal yang berjalan, lemah?

Apakah ada perubahan pegawai dalam tahun berjalan, yang secara signifikan berdampak

terhadap penerapan pengendalian?

Apakah sedikitnya staf yang terlibat dalam operasi pengendalian membuat pemisahan

tugas, tidak praktis?

Apakah perubahan situasi mendorong perlunya perubahan dalam beroperasinya

pengendalian?

Pengendalian internal tidak langsung adalah pengendalian atas mana pengendalian lain

bergantung. Contoh pengendalian internal tidak langsung adalah informasi non keuangan yang

dihasilkan melalui proses terpisah, perlakuan terhadap penyimpangan, dan penelaah laporan secara

berkala oleh manager. Bukti audit yang mendukung berfungsinya pengendalian internal tidak

langsung yang signifikan diperlukan jika pengendalian internal tidak langsung ini merupakan bagian

yang signifikan. Akan tetapi, sering kali lebih efektif melaksanakan prosedur substantif daripada

menguji berfungsinya pengendalian internal tidak langsung.

17

Page 21: MENENTUKAN LUASNYA PENGUJIAN

Sample Size = Confidence Factor : Tolerable Deviation Rate

Dalam merancang uji pengendalian, auditor perlu memusatkan perhatiannya terhadap bukti yang

diperoleh untuk asersi yang diperiksa, bukan pada sifat pengendalian itu sendiri. Pengendalian dirancang

untuk memitigasi risiko dan memastikan, misalnya, lengkapnya penjualan.

Keuntungan dalam merancang uji pengendalian yang terlebih dulu memusatkan

perhatian pada asersi adalah:

a. Pengendalian yang diuji dapat dikaitkan secara langsung dengan risiko salah saji material dalam

laporan keuangan.

b. Karena tujuan pengujian ini tidak tergantung pada suatu pengendalian secara spesifik,

pengendalian lainnya yang menangani risiko yang sama juga dapat diuji. Hal ini memungkinkan

hal tak terduga atau variasi digunakan dalam pengujian.

c. Itu memudahkan mengevaluasi dan menguji pengendalian yang baru diperkenalkan di entitas

tersebut untuk menangani asersi yang sama.

Ada dua tingkat kepercayaan yang dapat diperoleh dari uji pengendalian:

a. Tingkat kepercayaan yang tinggi. Ini tercapai ketika bukti utamanya berasal dari uji

pengendalian

b. Tingkat kepercayaan yang sedang. Dimana uji pengendalian dikombinasikan dengan prosedur

substantif lain dalam menangani asersi khusus.

Teknik attribute sampling sering digunakan untuk uji pengendalian. Teknik ini menggunakan

sample size terkecil yang mampu memberikan peluang tertentu untuk mendeteksi suatu tingkat

penyimpangan yang melebihi tingkat penyimpangan yang dapat diterima.

Rumus untuk menentukan sample size adalah:

Contoh:

Untuk menguji berfungsinya pengendalian dengan mengandalkan secara minimal pelaksanaan

pekerjaan lain, 90% confidence level sering digunakan, sehingga berkaitan dengan confidence factor

18

Page 22: MENENTUKAN LUASNYA PENGUJIAN

sebesar 2,3. Penyimpangan maksimum yang dapat diterima adalah 10%. Maka sample size terendah

adalah:

Sample size = Confidence Factor : Tolerable Deviation Rate

= 2,3 : 0,1 = 23 sample

Maka sample terendah dalam soal ini adalah 23 sample.

Ketika bukti lain sudah diperoleh untuk asersi tertentu, confidence factor bisa diturunkan

sehingga hanya tingkat penurunan resiko yang moderat yang diperoleh dengan menguji berfungsinya

pengendalian secara efektif. Dalam hal ini, confidence level 80% ( confidence factor = 1,61) dapat

digunakan, yang menghasilkan sample size terendah sebanyak 8 sample. Yaitu 1,61 : 0,2 = 8 sample.

Beberapa KAP menggunakan confidence factors yang sedikit lebih tinggi, yang menghasilkan

sample size terendah sebanyak 10 sample untuk tingkat penurunan resiko yang moderat dan 30 untuk

tingkat penurunan resiko yang lebih tinggi.

Langkah-langkah untuk memilih sample:

1. Tentukan tujuan dari prosedur pengujian dan bukti yang akan dihasilkan sehubungan dengan

asersi yang mendasari atribut pengendalian yang akan diuji

2. Pilih populasi yang tepat untuk mencapai tujuan pengujian. Populasi ini bisa berbeda,

tergantung asersi yang diperiksa. Contoh, invoice dapat dipilih untuk menguji eksistensi

transaksi penjualan, tapi tidak untuk menguji lengkapnya penjualan. Untuk lengkapnya

penjualan, menaksir pesan penjualan atau dokumen pengiriman ke invoice, dan kemudian ke

piutang dagang, merupakan pilihan yang lebih baik.

3. Tentukan sample size terkecil untuk tingkat penurunan risiko yang diperlukan.ini bisa

moderat atau tinggi

4. Gunakan random member generator atau cara lain untuk memilih sampel yang akan diuji.

Setiap item dalam populasi harus mempunyai peluang yang sama untuk dipilih.

Jika terdapat pengendalian yang tidak beroperasi secara harian, maka sample sizenya dapat

dilihat dari table dibawah ataupun ditentukan berdasarkan kearifan professional dari auditor.

Operasi

Pengendalian

Minimum Sample

yang Disarankan

Persentase Cakupan

Pengujian

Mingguan 10 19%

19

Page 23: MENENTUKAN LUASNYA PENGUJIAN

Bulanan 2-4 25%

Kuartalan 2 50%

Tahunan 1 100%

Langkah-langkah untuk mengevaluasi penyimpangan adalah:

1. Identifikasi adanya penyimpangan. Tempatkan setiap sample dalam salah satu dari dua

klasifikasi ini: “penyimpangan” atau “bukan penyimpangan”

2. Pertimbangkan dengan saksama sifat dan sebab dari setiap penyimpangan. Misalnya, apakah

ada indikasi management override atau kemungkinan kecurangan, atau masalahnya sederhana,

karena orang yang seharusnya bertanggung jawab sedang cuti?

3. Perhatikan kemungkinan sampling risk. Jika penyimpangan ditemukan, pertimbangkan apakah

mengandalkan efektifnya pengendalian harus dikurangi, atau sample size ditambah, atau

laksanakan prosedur alternative.

Hasil sample dapat dievaluasi dengan membandingkan tingkat penyimpangan yang maksimum

dapat diterima dengan batas penyimpangan tertinggi.

Rumus batas penyimpangan tertinggi adalah:

Upper Deviation Limit = Adjusted Confidence Factor : Sample Size

Adjusted Confidence Factor for Number of Deviation Found

Confidence Level

Required 1 2 3 4 5

95% 4,7 6,3 7,8 9,2 10,5

90% 3,9 5,3 6,7 8,0 9,3

80% 3,0 4,3 5,5 7,0 7,9

70% 2,4 3,6 4,7 5,8 7,0

Contoh:

Jika jumlah sample 30 item (dengan menggunakan 90% confidence level dan 10% maximum

tolerabledeviation rate) dan dua penyimpangan ditemukan. Batas penyimpangan teringginya adalah:

20

Page 24: MENENTUKAN LUASNYA PENGUJIAN

Upper Deviation Limit = Adjusted Confidence Factor : Sample Size

= 5,3 : 30 = 17%

Hasil upper deviation limit sebesar 17% jauh lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah yang maksimum

dapat diterima sebesar 10%. Ini berarti bahwa auditor harus mengurangi mengandalkan pada efektifnya

pengendalian. Namun, jika auditor memutuskan untuk menambah sample, ia harus menambahnya

dengan 60 item dan tidak boleh ditemukan penyimpangan baru. Ini akan menurunkan upper deviation

limit ke tingkat yang dapat diterima,yaitu mendekati 10%.

Upper deviation limit = 5,3 : 60 = 9%

Namun, jika penyimpangan baru ditemukan, perlu tambahan sampel untuk mencapai hasil yang

diinginkan. Ini bukan cara yang efektif untuk menggunakan waktu audit, karena penyimpangan baru

masih dapat ditemukan.

Upper deviation Limit = 6,7 : 75 = 9%

21

Page 25: MENENTUKAN LUASNYA PENGUJIAN

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Metode sampling sebagai metode yang paing efisien untuk menetapkan penurunan

tingkat risiko untuk suatu asersi Sampling tidak wajib dijadikan pilihan untuk suatu prosedur

audit . Namun , jika sampling digunakan semua sampling units di dalam populasi harus

mempunyai kesempatan untuk dipilih . Syarat ini diperlukan agar auditor dapat menarik

kesimpulan yang layak mengenai populasi.

Ada dua jenis sampling yang lazim digunakan dalam auditing , yakni statistical

sampling dan non-statistical sampling . Non-statistical sampling juga dinamakan judgement

sampling .

22

Page 26: MENENTUKAN LUASNYA PENGUJIAN

DAFTAR PUSTAKA

Tuanakotta,Theodorus M.2013.Audit Berbasis Isa.Jakarta:Salemba Empat

23