new kodifikasi hukum keluarga islam...

40
KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORER Pembaruan, Pendekatan, dan Elastisitas Penerapan Hukum

Upload: others

Post on 28-Oct-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: New KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50839... · 2020. 5. 10. · adat kebiasaan masyarakat saat itu dan akhirnya mengalami

KODIFIKASIHUKUM KELUARGA ISLAM

KONTEMPORER Pembaruan, Pendekatan, dan Elastisitas

Penerapan Hukum

Page 2: New KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50839... · 2020. 5. 10. · adat kebiasaan masyarakat saat itu dan akhirnya mengalami

Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, sebagaimana yang telah diatur dan diubah dari Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002, bahwa:

Kutipan Pasal 113

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi seba gai mana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000,- (seratus juta rupiah).

(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud da lam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,- (satu miliar rupiah).

(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dila ku kan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,- (empat miliar rupiah).

Page 3: New KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50839... · 2020. 5. 10. · adat kebiasaan masyarakat saat itu dan akhirnya mengalami

KODIFIKASIHUKUM KELUARGA ISLAM

KONTEMPORER Pembaruan, Pendekatan, dan Elastisitas

Penerapan Hukum

Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A.Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H.

Muhammad Hafizh, S.H.I., M.Si.

Page 4: New KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50839... · 2020. 5. 10. · adat kebiasaan masyarakat saat itu dan akhirnya mengalami

KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORER Pembaruan, Pendekatan, dan Elastisitas Penerapan Hukum

Edisi PertamaCopyright © 2020

ISBN 978-623-218-513-5

15 x 23 cm

viii, 268 hlm

Cetakan ke-1, Juli 2020

Kencana 2020 .....

PenulisDr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A.

Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H.

Muhammad Hafizh, S.H.I., M.Si.

Desain SampulSuwito

Penata LetakJefri

PenerbitK E N C A N A

Jl. Tambra Raya No. 23 Rawamangun - Jakarta 13220Telp: (021) 478-64657 Faks: (021) 475-4134

Divisi dari PRENADAMEDIA GROUPe-mail: [email protected]

www.prenadamedia.comINDONESIA

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apa pun, termasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit.

Page 5: New KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50839... · 2020. 5. 10. · adat kebiasaan masyarakat saat itu dan akhirnya mengalami

Kata Pengantar

Salah satu kaidah fikih yang sangat popular di kalangan ahli hu-kum sangat relevan untuk diungkapkan ketika menelisik jauh ten-tang perkembangan hukum Islam dewasa ini. “Taghayyur al-ahkam bi taghayyur al-makan wa al-zaman”, demikian teks kaidah tersebut, yang berarti bahwa “perubahan hukum selalu terjadi seiring dengan perubahan tempat dan masa.” Kaidah ini menegaskan pentingnya pembaruan hukum Islam dalam merespons situasi dan kondisi yang berubah. Perubahan ruang dan waktu merupakan sebuah keniscaya-an, sehingga merespons perubahan tersebut dengan norma yang sei-ring dengan semangat zaman adalah bukti bahwa sebuah sistem hu-kum mampu menjawab keadilan di masyarakat.

Di antara perubahan yang tidak dapat dihindari oleh umat Islam dewasa ini adalah kehidupan bermasyarakat yang berbeda dari abad-abad sebelumnya, yaitu keharusan setiap masyarakat hidup dalam ruang lingkup negara-bangsa (nation-state). Keberadaan negara telah menyebabkan masyarakat Muslim hidup dalam ruang terpisah satu sama lain, dibatasi oleh teritorial, dan memiliki sistem pemerintahan sendiri. Teritorial dan pemerintahan khusus ini memberikan pengaruh signifikan terhadap perkembangan dan dinamika penerapan hukum yang selama ini justru berdasarkan otoritas tradisional tanpa batas.

Hal ini berdampak pada sejumlah pembaruan dan rekodifikasi hukum Islam, termasuk hukum keluarga, yang dalam praktik umat Is-lam sangat sulit dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Secara teori, memang demikian adanya, hukum keluarga lebih sedikit mengalami perubahan dibandingkan sistem hukum Islam lainnya, seperti pidana

Page 6: New KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50839... · 2020. 5. 10. · adat kebiasaan masyarakat saat itu dan akhirnya mengalami

kodifikasi hukum keluarga islam kontemporer

vi

dan mualamat. Bahkan, hampir semua masyarakat Muslim melakukan kodifikasi atau kanunisasi terhadap hukum keluarga tersebut sebagai prasyarat pelaksanaan norma tersebut dalam kehidupan masyarakat modern.

Sementara itu, kodifikasi hukum keluarga tersebut sangat dipe-ngaruhi oleh konteks dan situasi masyarakat suatu negara. Tidak ja-rang, kodifikasi yang telah dilakukan sebelumnya oleh sistem otoritas pemerintahan Islam, seperti Turki Utsmani, diterjemahkan kembali ke dalam prinsip norma baru yang lebih relevan. Juga demikian, tidak jarang nilai normatif di dalam kitab-kitab fikih klasik kemudian diter-jemahkan ulang agar cocok dengan kondisi perubahan dan situasi ma-syarakat, sebagaimana pula yang terjadi di Indonesia.

Di samping itu pula, kodifikasi hukum sendiri tidak dapat dipisah-kan dari perkembangan mutakhir yang terjadi setengah abad terakhir ini. Di antara yang paling signifikan adalah semakin menguatnya ni-lai-nilai kemanusiaan di tingkat global, seperti hak asasi manusia, ke-setaraan gender, dan perlindungan anak, yang sedikit banyaknya me-mengaruhi proses legislasi di tingkat nasional. Hal ini menyebabkan munculnya norma-norma baru di masyarakat dan sekaligus menjadi acuan dalam legislasi nasional. Situasi ini menjadi dinamika pembaru-an hukum keluarga Islam yang terjadi hampir di semua negara Muslim di dunia.

Buku ini pada dasarnya menghadirkan bacaan perkembangan dan pembaruan terhadap kerangka hukum keluarga yang ada di negara-negara Muslim kontemporer. Berangkat dari kebutuhan bahwa pem-baruan hukum keluarga merupakan norma yang inheren dalam tradisi masyarakat Muslim, di dalam buku ini penulis berupaya menghadir-kan gambaran tentang keunikan-keunikan dari setiap proses legislasi dan kanunisasi hukum Islam, termasuk pula bagaimana pengaturan aspek-aspek hukum keluarga yang sebelumnya banyak ditemukan di dalam kitab-kitab fikih. Dengan harapan menambah rujukan terkait dengan hukum keluarga Muslim, buku ini mempermudah para ilmu-wan dan sarjana Muslim yang hendak memahami dinamika pembaru-an hukum Islam dalam kerangka hukum modern.

Jakarta, April 2020

Penulis

Page 7: New KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50839... · 2020. 5. 10. · adat kebiasaan masyarakat saat itu dan akhirnya mengalami

Daftar Isi

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI vii

bAb 1 PENDAHULUAN 1

bAb 2 HUKUM KELUARGA DI ERA MODERN 7A. Pengertian, Batasan, dan Ruang Lingkup 7B. Kodifikasi dan Pembaruan Hukum Keluarga: Latar Belakang,

Tujuan, dan Aspek Perubahannya 12C. Aspek dan Sifat Pembaruan Hukum Keluarga 20D. Politik Hukum dan Polemik Pemberlakuan Hukum Keluarga

di Negara Muslim 22

bAb 3 HUKUM KELUARGA ISLAM DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI ASIA PASIFIK DAN ASIA TENGAH 31

A. Afganistan 31B. Bangladesh 49C. Republik Islam Iran 64D. Pakistan 77E. Turki 86

bAb 4 HUKUM KELUARGA ISLAM DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI TIMUR TENGAH 101

A. Bahrain 101B. Irak 108C. Yordania 116

Page 8: New KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50839... · 2020. 5. 10. · adat kebiasaan masyarakat saat itu dan akhirnya mengalami

kodifikasi hukum keluarga islam kontemporer

viii

D. Lebanon 124E. Qatar 128F. Uni Emirat Arab 133G. Kuwait 139

bAb 5 HUKUM KELUARGA ISLAM DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGANDI AFRIKA 151

A. Aljazair 151B. Maroko 158C. Mesir 166D. Sudan 173E. Tunisia 178F. Republik Arab Yaman 182

bAb 6 HUKUM KELUARGA ISLAM DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI ASIA TENGGARA 187

A. Brunei Darussalam 187B. Malaysia 197C. Filipina 207

bAb 7 HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORER: SUATU PERbANDINGAN INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA MUSLIM 213

A. Batas Minimum Usia Nikah 213B. Pengertian dan Konsep Perkawinan 219C. Pendaftaran dan Pencatatan Perkawinan 222D. Poligami dan Poliandri 227E. Perceraian dan Khuluk 234F. Hak dan Kewajiban Suami Istri 240G. Nikah Mut’ah 243H. Hak Bekerja di Luar Rumah bagi Istri 244I. Kafaah dan Pernikahan Perempuan atas Dirinya 244J. Perjanjian Perkawinan 245K. Kekerasan dalam Rumah Tangga 247

bAb 8 PENUTUP 251

DAFTAR PUSTAKA 253

PARA PENULIS 263

Page 9: New KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50839... · 2020. 5. 10. · adat kebiasaan masyarakat saat itu dan akhirnya mengalami

1Pendahuluan

Hukum dalam suatu negara memiliki dua karakteristik yang ber-beda. Perbedaan itu memberikan suatu pemahaman apakah hukum tersebut responsif dengan kebutuhan masyarakat, atau justru sebalik-nya, lebih mencerminkan kepentingan negara. Hukum dibuat untuk mengatur berbagai kepentingan kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat agar tidak bertabrakan. Hukum itulah yang menjadi pe-doman bagi masyarakat dalam bertindak dan berbuat, yang mengikat semua warga negara dan orang-orang yang diangkat untuk memegang kekuasaan pemerintahan.1

Dari hal tersebut, muncul suatu konsepsi bahwa hukum adalah aturan normatif yang mengatur pola perilaku manusia. Hukum tidak tumbuh di ruang vakum, melainkan tumbuh dari kesadaran masya-rakat yang membutuhkan adanya suatu aturan bersama. Oleh karena itu, hukum selalu mengadopsi nilai-nilai yang tumbuh dan berkem-bang di masyarakat, termasuk nilai-nilai adat, tradisi, dan agama. Hal inilah yang dimaksud dengan al-‘adah muhakkamah dalam teori Islam.2 Artinya, tradisi atau adat istiadat suatu masyarakat dapat di-jadikan hukum. Konsekuensi dari ungkapan tersebut, setiap produk hukum harus dilihat sebagai produk zamannya yang sulit melepaskan diri dari berbagai pengaruh sosial politik. Sebagai produk politik yang bernuansa ideologi, hukum selalu bersifat kontekstual, karena pada dasarnya masyarakat bersifat dinamis mengalami perubahan dari za-man ke zaman.

1 Sudikno Mertokusumo, Bunga Rampai Ilmu Hukum, (Yogyakarta: Liberty, 1984), h. 1.2 Jalaludin al-Suyuthi, al-Asybah wa al-Nazha’ir, (t.tp.: t.p., t.th.), h.63.

Page 10: New KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50839... · 2020. 5. 10. · adat kebiasaan masyarakat saat itu dan akhirnya mengalami

kodifikasi hukum keluarga islam kontemporer

2

Perjalanan hukum keluarga Islam, mengalami perkembangan dan pembaruan secara besar-besaran pada abad sembilan belas. Dalam hal ini, pembaruan hukum keluarga menuntut agar negara Muslim untuk merumuskan kembali hukum keluarga dalam sebuah aturan resmi yang disebut undang–undang. Pada awalnya hukum keluarga Islam terdapat dalam kitab-kitab fikih klasik yang hidup dalam norma adat kebiasaan masyarakat saat itu dan akhirnya mengalami proses pelembagaan, yakni norma hukum, adat istiadat masyarakat, berubah menjadi hukum tertulis yang harus ditaati dan diakui secara bersama.

Laiknya suatu masyarakat, hukum selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu, meskipun perubahan tersebut sering kali ter-lambat jika dibandingkan dengan perubahan masyarakat. Di samping sebagai jawaban terhadap kemajuan dan progresivitas masyarakat, perubahan hukum juga sering kali dilatarbelakangi oleh faktor politik yang dicanangkan oleh suatu rezim, baik dalam upaya reformasi dan modernisasi menjawab tantangan zaman atau untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, seperti kepentingan ekonomi. Pada dasarnya, semua faktor tersebut sangat memengaruhi terjadinya perubahan hukum yang ada di suatu negara atau masyarakat.

Demikian pula halnya dengan hukum keluarga yang ada di komu-nitas Muslim di pelbagai belahan dunia, faktor-faktor tersebut menun-tut adanya perubahan signifikan dalam hukum yang mengitarinya. Hukum keluarga, sebagai salah satu bidang hukum yang menurut para ahli merupakan bidang hukum yang paling sulit mengalami perubah-an, secara berangsur-angsur juga mengalami perubahan signifikan, terutama ketika masyarakat tengah mengalami kemajuan, baik secara sosial, budaya dan ekonomi, maupun gelombang globalisasi dewasa ini yang meniscayakan adanya pertukaran budaya dan wacana pub-lik. Di samping itu, doktrin hak asasi manusia yang meniscayakan ne-gara-negara Muslim untuk ikut serta dan berpartisipasi dalam wacana tersebut dan sedikit banyaknya memberikan pula pengaruh dalam kebijakan nasional, terutama dalam konteks hak-hak perempuan. Im-plikasinya, karena bidang hukum Islam yang cukup banyak berkaitan dengan hak-hak asasi manusia (perempuan) adalah bidang hukum keluarga, maka wacana HAM/HAP ini pun banyak mewarnai proses legislasi dan kanunisasi hukum keluarga di negara tersebut.3

3 Sampai tahun 2000-an awal, hampir dari semua negara Organisasi Konferensi Islam yang berjumlah 57 negara telah meratifikasi/mengaksesi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk

Page 11: New KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50839... · 2020. 5. 10. · adat kebiasaan masyarakat saat itu dan akhirnya mengalami

2Hukum Keluarga di Era Modern

A. PengertiAn, BAtAsAn, dAn ruAng LingkuP Secara etimologi, hukum keluarga merupakan istilah yang diambil

dari pengertian akademisi Barat, yaitu family law, untuk menjelaskan istilah al-ahwal al-syakhsiyyah dalam khazanah hukum Islam. Setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, istilah ini justru memiliki kaitan yang berhubungan dengan istilah Arab, yaitu hukum yang ber-asal dari kata al-hukm, sementara keluarga merupakan suatu istilah yang memang berasal dari bahasa Indonesia. Dalam istilah ushul fikih, hukum diartikan sebagai doktrin (khitab) Syari’ yang berhubungan dengan perbuatan orang-orang mukallaf, yang berbentuk perintah, pilihan, ataupun berupa penetapan (taqrîr).1 Menurut ulama fikih, hu-kum berarti efek yang dikehendaki oleh Syari’ (Allah) kepada seorang mukallaf dalam perbuatan, seperti wajib, haram, dan mubah.2

Secara umum, hukum sendiri dipahami sebagai peraturan-per-aturan atau seperangkat norma yang mengatur tingah laku manusia dalam suatu masyarakat, baik peraturan atau norma tersebut berupa kenyataan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat maupun peraturan atau norma yang dibuat oleh penguasa/pemerintah. Hu-kum dalam konsepsi seperti ini merupakan hukum yang berasal dari konsepsi Barat dan dibuat oleh manusia,3 sehingga hukum dengan pe-

1 Muhammad Abu Zahrah, Kaidah-kaidah Hukum Islam, terjemahan oleh Noer Iskandar dan Moh. Tolchah Mansoer, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), h. 149.

2 Muhammad Abu Zahrah, Kaidah-kaidah Hukum Islam, h. 150.3 Mohammad Daud Ali, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia,

(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), Cet. X, h. 38.

Page 12: New KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50839... · 2020. 5. 10. · adat kebiasaan masyarakat saat itu dan akhirnya mengalami

kodifikasi hukum keluarga islam kontemporer

8

ngertian seperti ini bersifat duniawi. Hanya saja, dalam konteks kein-donesiaan, jika pengertian hukum tersebut digandengkan dengan kata “Islam”, maka akan sangat tergambar bahwa peraturan atau norma tersebut bukan lagi semata bersifat manusiawi, tetapi terdapat aspek lain yang menyertainya, yaitu hukum Tuhan (Allah) yang ditetapkan oleh-Nya untuk manusia sebagai hamba-Nya.

Dalam konteks ini, menurut Daud Ali, hukum Islam merupakan konsepsi lain dari pengertian di atas, karena dasar dan kerangka hu-kumnya dibuat dan diatur oleh Allah SWT., tidak hanya mengatur hu-bungan antarmanusia, tetapi hubungannya dengan aspek-aspek lain di masyarakat, seperti hubungannya dengan Tuhan, hubungan manu-sia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan manusia yang lain. Interaksi manusia dalam berbagai tata hubungan itu diatur oleh seperangkat ukuran tingkah laku tersebut, yang dalam bahasa Arab disebut dengan al-hukm.4 Ahmad Rafiq mencatat, hukum Islam meru-pakan istilah khas Indonesia, sebagai terjemahan dari al-fiqh al-Islami atau dalam konteks tertentu dari istilah al-syari’ah al-Islamiyyah. Hu-kum Islam juga sering disebut dengan Islamic law. Meskipun merupa-kan khas Indonesia, hukum Islam tetap bersumber dari syariah yang tercantum dalam Al-Qur’an dan Sunnah, serta manifestasi dari fikih yang merupakan penafsiran dan hasil ijtihad para ulama.5 Dalam hal ini hukum Islam sangat berhubungan dengan syariah dan fikih.

Karena bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah, pengertian hukum Islam sendiri sering kali dipertukarkan oleh banyak kalangan, baik itu para kaum intelektual dan terutama oleh masyarakat umum. Kekeliru-an tersebut terjadi dalam pengertian antara hukum Islam, syariat, dan fikih.6 Sebagaimana yang disinyalir oleh Miftahul Huda, bahwa hal ini dapat ditengarai dengan mengambil pengertian hukum yang berasal dari fikih dan ushul fikih, seperti diuraikan di atas. Dengan kata lain, ketika berbicara hukum perspektif ahli fikih, maka pengertiannya ada-

4 Mohammad Daud Ali, Hukum Islam, h. 38.5 Ahmad Rafiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2000), Cet. V, h. 3.6 Ada cukup banyak pengertian tentang syariat yang diberikan oleh para ulama, namun

mayoritas pendapat tersebut sepakat bahwa Syariat merupakan suatu prinsip hukum Islam yang tidak dapat diubah dan diotak-atik oleh manusia, serta eksistensinya secara ontologis berbeda dengan fikih yang merupakan produk pemikiran manusia. Lihat: penjelasan tentang Syariah dalam Muhammad Said al-Asymawi, Uhsul al-Syariah. Terj. Lutfi Tomafi, (Yogyakarta: Elkis, 2004), h. 18; Manna al-Qatthan, Tarikh Tasyri’, (Riyadh: Maktabatul Ma’arif, 1996), h. 13; lihat pula Muhammad Ali al-Sayis, Tarikh Tasyri’ al-Islami, (Mesir: Mathba’ah Muhammad Ali Shabih, t.th.), h. 5.

Page 13: New KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50839... · 2020. 5. 10. · adat kebiasaan masyarakat saat itu dan akhirnya mengalami

3Hukum Keluarga Islam dalam

Peraturan Perundang-undangan di Asia Pasifik dan Asia Tengah

A. AfgAnistAn

1. PengantarPenduduk Afganistan (Juli 2013) berjumlah sekitar 31 juta jiwa

dengan nasionalitas Afgan. Afganistan merupakan sebuah negara yang terletak di Asia Tengah, yang memiliki sejarah dan budaya sejak 5.000-an tahun yang lalu. Penduduknya terdiri dari pelbagai suku dan etnis, dengan etnis terbesar, yaitu: Pashtun, Tajik, Hazara, dan Uzbek. Ada pula kelompok-kelompok etnis kecil, seperti Nuristanis, Baluchis, dan Turkmens yang merupakan penduduk asli negara ini.1

Walaupun demikian, mayoritas (yaitu mencapai 90 persen) pen-dudukan Afganistan menganut agama Islam, dengan sejumlah penga-nut Sikh, Hindu, dan juga Yahudi. Bahasa resmi yang digunakan adalah Pashto dan Dari.2

Afganistan merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat keberagaman tinggi, yang—tidak kurang dari 55 kelompok etnis—semuanya menerapkan hukum keluarga berdasarkan adat istiadat masing-masing. Hampir 90 persen penduduk Afganistan tinggal di

1 Dengan jumlah persentase kelompok etnis: Pashtun 42 persen, Tajik 27 persen, Hazara 9 persen, Uzbek 9 persen, Aimak 4 persen, Turkmen 3 persen, Baloch 2 persen, other 4 persen. Lihat lebih lanjut tentang profil Afganistan pada CIA,”The World Factbook: Afganistan”, diak-ses dari https://www.cia.gov/.

2 Abdullah Qazi, “Afganistan: An Introduction”, diakses dari http://www.afghan-web.com/facts.html.

Page 14: New KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50839... · 2020. 5. 10. · adat kebiasaan masyarakat saat itu dan akhirnya mengalami

kodifikasi hukum keluarga islam kontemporer

32

wilayah perdesaan dan perkampungan yang terpencil, yang masih memercayai adanya keadilan di dalam hukum adat kebiasaan mereka. Baru pada 1964, Afganistan memiliki dua bentuk badan hukum; Syari-ah (yang mengatur permasalahan kriminal, keluarga, dan hukum per-orangan) dan pengadilan negara (yang mengatur tentang hukum ke-uangan, pajak dan pemerintahan). Pada 1964 pula, konstitusi negara ini membentuk sistem peradilan yang dipimpin oleh pengadilan ter-tinggi, meskipun patut disayangkan peraturan formal tersebut tidak menyentuh seluruh wilayah perdesaan dan perkampungan terpencil yang lebih mengutamakan hukum dan pemimpin-pemimpin adat.3

Setelah 1978, tatkala komunis menguasai Afganistan, pembaruan di bidang hukum pertanahan dan perkawinan mendapatkan perla-wanan hebat dari para pimpinan suku di perkampungan dan kelom-pok islamis di perkotaan, sehingga proses perubahan yang dilakukan oleh Uni Soviet pun (selama periode 1979–1989) tidak memberikan pengaruh di wilayah perdesaan dan perkampungan yang terpencil. Kemudian, memasuki era 1990-an, setelah berakhirnya pengaruh Uni Soviet, praktik hukum Islam (syariah law) secara keras mulai dilaku-kan oleh negara atas dorongan dari kelompok Taliban yang menguasai pemerintahan.4

Saat ini, fase setelah tahun 2004, Konstitusi Afganistan yang di-bentuk oleh Majelis Nasional (Afganistan Loya Jirga) secara tidak langsung mengikuti hukum kebiasaan/adat yang ada di negara terse-but. Konstitusi ini melarang adanya pengadopsian hukum baru yang bertentangan dengan dasar-dasar Islam dan syariah mengizinkan diterapkannya hukum adat/kebiasaan yang ada di masyarakat tanpa mencampurinya secara prinsipiel. 5

2. tata Hukum AfganistanAfganistan merupakan salah satu negara yang secara tegas mene-

tapkan Islam sebagai dasar negaranya di dalam konstitusi.6 Dengan

3 Tentang gambaran singkat sistem dan sejarah hukum Afganistan dapat dilihat, Afganistan Legal Education Project, An Introduction to the Law of Afganistan: Second Edition, (Afganis-tan: Afganistan Legal Education Project, 2009).

4 Xaviera Medina de Albrand, “Customary and Family Law: a Gender approach in Afganis-tan”, Published as part of the Effectius Newsletter, Issue 8, (2010), h. 2.

5 Pasal 3 Konstitusi Afganistan Tahun 2004 menyatakan:“In Afganistan, no law can be con-trary to the beliefs and provisions of the sacred religion of Islam”.

6 Pasal 1 Constitution of Afganistan, 2004.

Page 15: New KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50839... · 2020. 5. 10. · adat kebiasaan masyarakat saat itu dan akhirnya mengalami

4Hukum Keluarga Islam dalam

Peraturan Perundang-undangan di Timur Tengah

A. BAHrAin

1. sekilas tentang kerajaan Bahrain Bahrain merupakan kota kepulauan dengan 36 pulau yang terle-

tak di Lepas Pantai Timur Arab Saudi, dengan luas keseluruhan 727 km persegi. Penduduk Bahrain pada 2010 sebanyak 1.214.705 jiwa, termasuk mereka yang bukan termasuk nonwarga negara sebanyak 235.108 jiwa. Suku bangsa terbanyak adalah Bahrain sebanyak 63 persen, Asia sebanyak 19 persen, Arab lainnya 10 persen, dan Iran 8 persen. Mayoritas penduduk memeluk agama Islam (sebanyak 98 per-sen), sekitar 70 persen Syiah dan 30 persen adalah Sunni. Selebihnya adalah sejumlah kecil Kristen, Yahudi, Baha’i, dan Hindu.

Pendidikan di Bahrain tidak wajib, tetapi disediakan fasilitas pen-didikan di semua tingkatan sampai perguruan tinggi. Dengan begitu, angka melek huruf Bahrain cukup tinggi, pada tahun 2008 angka me-lek huruf dewasa mencapai 97.8 persen dan usia 15 tahun atau lebih sebanyak 90.8 persen melek huruf.1

Bahrain merupakan negara berbentuk kerajaan dengan kekuasa-an turun-temurun dan sistem ketatanegaraan Bahrain dapat dilihat di dalam konstitusi negara ini. Dalam Pasal 1 Konstitusi disebutkan bah-wa Bahrain merupakan negara berbentuk kerajaan yang berdaulat pe-

1 Bureau of Near Eastern Affairs USA, “Background Note: Kingdom of Bahrain”, 8 Juli 2011. Diakses dari http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/ 26414.htm.

Page 16: New KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50839... · 2020. 5. 10. · adat kebiasaan masyarakat saat itu dan akhirnya mengalami

kodifikasi hukum keluarga islam kontemporer

102

nuh, independen sebagai negara Islam Arab yang penduduknya adalah bagian dari bangsa Arab dan secara teritori berada di tanah Arab. Bah-rain merupakan negara yang meletakkan Islam sebagai agama resmi negara dan syariat Islam sebagai sumber utama peraturan perundang-undangan. Bahasa resmi negara ini adalah bahasa Arab.

Bahrain memandang bahwa keluarga merupakan dasar bagi ter-bentuknya masyarakat, yang berasal dari kekuatan agama, moralitas, dan cinta terhadap tanah air. Keluarga juga mempertahankan entitas hukum yang sah, memperkuat ikatan dan nilai-nilai, serta sebagai perlindungan ibu dan anak. Keluarga juga berfungsi sebagai pelin-dung bagi remaja dari eksploitasi, termasuk atas moralitas, tubuh, dan spiritual. Konstitusi Bahrain juga mengakui bahwa negara menjamin pelaksanaan tugas-tugas perempuan terhadap keluarga dan pekerja-annya di masyarakat, serta memastikan bahwa mereka setara dengan laki-laki dalam bidang politik, sosial, budaya dan ekonomi, dengan te-tap memperhatikan prinsip-prinsip syariat Islam.2

Bahrain merupakan negara yang juga dipengaruhi oleh hukum Inggris, selain juga penerapan hukum Islam. Kedua sistem hukum ini dapat dikatakan paling dominan memengaruhi sistem hukum Bah-rain. Kerajaan Turki Utsmani kehilangan kekuasaan atas Bahrain pada 1861 dan Bahrain menjadi salah satu wilayah kekuasaan Kerajaan Inggris pada 1880. Bahrain mendapatkan kemerdekaan penuh pada Agustus 1971 dari Inggris dan setelah kemerdekaan, sebuah komite legislatif ditunjuk untuk membangun sistem hukum yang independen. Tahun 1973 konstitusi baru disahkan. Sejak saat itu, hukum Bahrain telah mengikuti pola undang-undang yang sama dengan negara-nega-ra Arab, terutama undang-undang Mesir.3

Aliran hukum yang utama yang dominan di Bahrain adalah Ja’fari, aliran fikih yang berasal dari aliran teologis Syiah, di samping juga ter-dapat minoritas Sunni dari aliran Syafi’i.

Sampai memasuki abad ke-21, Bahrain tidak memiliki hukum ke-luarga yang terkodifikasi. Urusan yang berkaitan dengan hukum kelu-arga, secara administratif, dikembalikan kepada Pengadilan Bahrain, yang diatur di dalam Undang-Undang tentang Pengadilan Tahun 1971.

2 Pasal 5 Konstitusi Bahrain.3 “Constitution of Bahrain”, Constitution Net, diakses dari http://constitutionnet.org/co-

untry/constitutional-history-bahrain; lihat pula A.A. Mohamud, “The Role of Constitutional Building process in Democratization: Case Study Bahrain”, (Swedia: International IDEA, 2005), h. 14.

Page 17: New KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50839... · 2020. 5. 10. · adat kebiasaan masyarakat saat itu dan akhirnya mengalami

5Hukum Keluarga Islam dalam

Peraturan Perundang-undangan di Afrika

A. ALJAZAIR

1. Sekilas tentang Aljazair Aljazair memiliki nama lengkap People’s Democratic Republic of

Algeria atau Al Jumhuriyah al Jazairiyah ad Dimuqratiyah ash Shabiyah dalam bahasa Arab, dengan Ibukota Algier. Aljazair merdeka pada 5 Juli 1962 dari Perancis yang datang ke Aljazair pada 1827. Pada 2007, Aljazair memiliki penduduk sebanyak 33,3 juta jiwa, dengan 59 per-sen adalah penduduk di perkotaan. 99 persen populasi Aljazair adalah Arab-Barbar dan sisanya adalah penduduk Eropa. Bahasa resmi ada-lah bahasa Arab, meskipun Tamazigh (bahasa Barbar) masih sering digunakan. Sunni merupakan agama yang resmi negara, karena 99 persen populasi adalah Muslim, dan sisanya adalah Kristen, Metodis, dan beberapa orang Yahudi.1

Konstitusi pertama Aljazair ditetapkan pada 1964 dan menetap-kan bahwa Islam adalah agama resmi negara. Amendemen konstitusi tahun 1976 kembali menegaskan bahwa Islam merupakan agama res-mi negara. Sistem hukum Aljazair didasarkan pada hukum Islam dan Perancis, karena Aljazair berada di bawah kekuasaan Perancis selama kurang lebih 132 tahun, yang merupakan kolonisasi Eropa terpanjang dari setiap wilayah di Afrika Utara. Setelah delapan tahun perjuang-

1 “Country Profile: Algeria”, dimuat oleh Library of Congress – Federal Research Division, Mei 2008. Diakses dari http://lcweb2.loc.gov/frd/ cs/profiles/Algeria.pdf

Page 18: New KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50839... · 2020. 5. 10. · adat kebiasaan masyarakat saat itu dan akhirnya mengalami

kodifikasi hukum keluarga islam kontemporer

152

an untuk kemerdekaan, Aljazair menjadi negara berdaulat pada Juli 1962. Perjuangan kemerdekaan Aljazair dapat dikatakan sebagai per-juangan berdarah, karena hampir 1 juta orang meninggal pada saat perang kemerdekaan melawan Perancis. Perjuangan ini dimulai sejak 1954 yang dipimpin oleh Front Pembebasan Nasional, yang akhirnya memerintah di Aljazair pasca-kemerdekaan.2

2. Pembaruan Hukum KeluargaDi bawah kekuasaan Perancis, pengadilan di Aljazair menerap-

kan prinsip-prinsip hukum aliran Maliki dalam bidang-bidang yang berkaitan dengan hukum keluarga dan kewarisan. Dalam proses per-campuran antara hukum Islam dan hukum Perancis inilah, menurut banyak pengamat, hukum keluarga di Aljazair memiliki karakteristik khusus bila dibandingkan dengan hukum keluarga di negara Muslim yang lainnya.

Pada 1916, sebuah komisi yang dipimpin oleh salah satu hakim Perancis, Marcel Morand, telah ditunjuk untuk merumuskan rancang-an hukum Islam. Rancangan undang-undang yang bernama Avan-pro-ject de code du droit Musulman Algerien ini didasarkan kepada hukum Islam, terutama yang terdapat di dalam aliran hukum Maliki, dengan juga menggabungkan aliran hukum yang terdapat di dalam aliran Hanafi dan sebagainya. Rancangan ini secara resmi tidak pernah di-tetapkan sebagai undang-undang, tetapi secara praktik sangat meme-ngaruhi praktik hukum keluarga di negara tersebut, terutama dalam konteks administrasi dan penerapan hukum.

Dari hal tersebut, tiga tahun sebelum kemerdekaan, yaitu pada 1959 akhirnya pemerintah Aljazair mengeluarkan sebuah Ordonansi Perkawinan yang—memberlakukan prinsip-prinsip hukum aliran Ma-liki—berhubungan dengan hukum keluarga di Aljazair, selain dari ko-munitas Ibadi. Hal ini bertujuan untuk mengatur aspek-aspek terten-tu dalam bidang perkawinan dan perceraian di kalangan umat Islam. Menurut beberapa catatan, ordonansi yang dikeluarkan di Aljazair ini terinspirasi dari kodifikasi hukum keluarga yang dilakukan di Maroko dan Tunisia yang mengodifikasikan pada 1956 dan 1958 di bawah pe-merintahan yang baru pasca-kemerdekaan.

2 “Algeria Profile”, dalam BBC: News Africa, diupdate pada 12 Oktober 2011. Diakses dari http://www.bbc.co.uk/news/world-africa-14118852

Page 19: New KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50839... · 2020. 5. 10. · adat kebiasaan masyarakat saat itu dan akhirnya mengalami

6Hukum Keluarga Islam dalam

Peraturan Perundang-undangan di Asia Tenggara

A. BRUNEI DARUSSALAM

1. Pengantar:SekilasSejarahdanKodifikasiHukumKeluarga Mayoritas penduduk Brunei Darussalam adalah Muslim yang

menganut aliran hukum Syafi’i, dengan beberapa penduduk dari Bud-ha, Kristen, dan beberapa penduduk yang menganut sistem keagama-an tradisional. Konstitusi pertama Brunei disahkan pada tanggal 29 September 1059 dan Pasal 3 menetapkan bahwa Islam sebagai aga-ma resmi yang mengikuti aliran hukum Islam Syafi’i. Struktur peme-rintahan Brunei Darussalam bertumpu pada konstitusi, yang ditulis bersamaan dengan tiga pilar filsafat nasional, yaitu: Melayu, Islam dan Monarki. Dari hal tersebut, dapat diketahui bahwa negara Brunei Darussalam merupakan salah satu negara kerajaan Islam di kawasan Asia Tenggara yang terletak di utara Kalimantan, berbatasan dengan Lautan Cina Selatan di utara, dan Serawak di barat dan timur.

Brunei memiliki luas wilayah sebesar 5.765 km dengan jumlah penduduk sebanyak 264.000 (pada tahun 1991) dan menurut lapor-an BBC terakhir, saat ini jumlah penduduk Brunei berkisar 413.000 jiwa.1 Penduduk Brunei terdiri dari Melayu sebanyak 69 persen, Asli sebanyak 5 persen, Cina sebanyak 18 persen, dan bangsa-bangsa lain sebanyak 8 persen. Luas wilayah sekitar 5,765 kilometer persegi, de-

1 “Brunei Country Profile”, BBC News, 11 Oktober 2016, diakses dari http://www.bbc.com/news/world-asia-pacific-12990058 pada 26 Desember 2016.

Page 20: New KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50839... · 2020. 5. 10. · adat kebiasaan masyarakat saat itu dan akhirnya mengalami

kodifikasi hukum keluarga islam kontemporer

188

ngan bahasa utama adalah Melayu, Inggris dan Cina. 78 persen pen-duduk Brunei menganut agama Islam, 8 persen Kristen, dan 7 persen Buddha. 2

Bahasa Melayu menjadi bahasa utama, disertai bahasa Inggris, Cina, Iban, dan belasan dialek daerah yang berjumlah 17 bahasa. Bru-nei dikenal sebagai salah satu negara terkaya di Asia karena hasil mi-nyak buminya.

Menurut catatan, Kesultanan Brunei Darussalam mempunyai se-jarah yang cukup panjang. Secara kultural, hukum yang berlaku di Brunei Darussalam tidak jauh berbeda dengan Malaysia, karena ke-duanya memang mempunyai akar budaya yang sama. Meskipun sejak 1888-1984 Brunei Darussalam menjadi negara protektorat Inggris, hal tersebut tidak menyebabkan hukum Islam tidak berlaku di Brunei Darussalam. Inggris membiarkan sistem hukum Islam berlaku di Bru-nei, kalaupun ikut campur yang mereka lakukan adalah menempat-kan Islam di bawah wewenang para sultan, sehingga agama menjadi kekuatan untuk mempertahankan kekuasaannya. Sistem hukum dan pengadilan mereka lebih banyak dipengaruhi oleh hukum adat Inggris sampai dekade sekarang ini, kecuali hukum-hukum agama Islam. Bah-kan mahkamah agung/hakim agungnya masih dirangkap oleh Mahka-mah Agung/Hakim Agung Hong Kong.3

Sebelum datangnya Inggris ke Brunei Darussalam, hukum yang di-gunakan di wilayah tersebut adalah hukum Islam, yang telah diundang-kan melalui Hukum Kanun Brunei yang ditulis di masa pemerintahan Sultan Hasan pada abad ke-17 yang disempurnakan oleh Sultan Jalilul Jabbar pada periode selanjutnya. Baru pada 1847 Inggris mencampuri urusan peradilan di Brunei Darussalam, terutama setelah perjanjian tahun 1888. Perjanjian selanjutnya, yaitu pada 1906, Inggris memi-liki kewenangan lebih besar dalam peraturan perundang-undangan, pengurusan keadilan dan kekuasaan kehakiman, masalah negara dan pemerintahan kecuali dalam perkara-perkara hukum Islam.

Dengan ketidakjelasan hukum Islam dan adat yang ada di masya-rakat, Kesultanan Brunei membuat suatu petisi yang bernama Pesu-ruhjaya British pada Juli 1906, yang isinya antara lain: (a) setiap kasus yang berkaitan dengan agama Islam diadili oleh hakim-hakim setem-

2 Data dikutip oleh BBC dari PBB, World Bank dan CIA World Factbook. 3 Afifi Fauzi Abbas, Dinamika Hukum Islam di Brunei Darussalam: Studi tentang Undang-

Undang Ugama Islam dan Mahkamah Qadi 1955, h. 1 dan 3. Artikel tidak diterbitkan.

Page 21: New KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50839... · 2020. 5. 10. · adat kebiasaan masyarakat saat itu dan akhirnya mengalami

7Hukum Keluarga Islam Kontemporer:

Suatu Perbandingan Indonesia dan Negara-negara Muslim

A. BATAS MINIMUM USIA NIKAHSebagaimana diketahui, hukum Islam tidak menetapkan usia mi-

nimal kecakapan seseorang untuk melangsungkan perkawinan, ke-cuali adanya ketetapan bahwa seseorang tersebut telah baligh atau mumayyiz. Perdebatan tentang kecakapan perkawinan memang me-ngemuka di antara para ulama fikih, tetapi tidak pada apakah usia ter-sebut laik menikah atau tidak, tetapi lebih kepada kecakapan seorang perempuan untuk menikahkan dirinya sendiri. Demikian pula tidak ada larangan eksplisit dari para ulama terhadap laki-laki yang telah baligh atau mumayyiz.

Dalam tren modernisasi hukum keluarga di negara-negara Mus-lim, sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam bab-bab sebelumnya, dapat diketahui bahwa hampir semua negara Muslim mengatur ten-tang usia minimum perkawinan, baik bagi laki-laki maupun perempu-an. Di samping karena tuntutan dari telah terbangunnya sistem norma perlindungan hak-hak anak yang disepakati komunitas internasio-nal, terutama yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa, perkawinan usia dini juga memiliki efek negatif bagi perkembangan sese orang atau kepada suatu rumah tangga. Di antara yang dapat di-sebutkan adalah risiko kematian ibu atau anak yang dilahirkan dari usia yang belum matang,1 kemungkinan besar terkena serangan kan-

1 Erick Eckholm dan Kathleen Newland, Wanita, Kesehatan dan Keluarga Berencana. Pe-nerjemah Masri Maris dan Ny. Soekanto, (Jakarta: YOI dan Sinar Harapan, 1984), h. 15; “Angka

Page 22: New KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50839... · 2020. 5. 10. · adat kebiasaan masyarakat saat itu dan akhirnya mengalami

kodifikasi hukum keluarga islam kontemporer

214

ker rahim,2 secara sosial tingginya angka perceraian atau kegagalan membina hubungan keluarga karena ketidaksiapan masing-masing pasangan,3 dan bukan tidak mungkin memberikan efek lain, seperti maraknya pelacuran, untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka atau anak-anak.4

Akibat negatif yang muncul dari perkawinan dini ini telah menga-rahkan masyarakat dunia untuk meninjau kembali ketentuan hukum Islam yang secara definitif tidak melarang perkawinan usia belum de-wasa. Seperti halnya UU Republik Indonesia No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan telah menetapkan bahwa:

(1) Untuk kemaslahatan keluarga dan rumah tangga, perkawinan ha-nya boleh dilakukan calon mempelai yang telah mencapai umur yang ditetapkan dalam Pasal 7 Undang-Undang No. 1 tahun 1974 yakni calon suami sekurang-kurangnya berumur 19 tahun dan calon istri sekurang-kurangnya berumur 16 tahun;

(2) Bagi calon mempelai yang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapati izin sebagaimana yang diatur dalam Pasal 6 ayat (2), (3), (4) dan (5) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974.5

Ketentuan tersebut menyiratkan bahwa usia perkawinan laik bagi seorang laki-laki adalah 19 tahun dan laik bagi perempuan adalah 16 tahun, dengan terlebih dahulu mendapatkan izin dari pengadilan. Da-lam kondisi normal, seorang laki-laki atau perempuan dapat menikah ketika mencapai usia 21 tahun. Bila dibandingkan dengan negara-negara Muslim yang lain, usia perkawinan yang ditetapkan di dalam Undang-Undang Perkawinan Indonesia adalah cukup signifikan, mes-

Kematian Ibu Melahirkan di Indonesia Tertinggi di ASEAN”, (Jakarta), Kapanlagi.com, Jumat, 4 Agustus 2006.

2 “Pernikahan Dini Tingkatkan Risiko Kanker Servic”, Dinkes Semarang, 1 Juli 2009, diak-ses dari http://www.dinkes-kotasemarang.go.id/index.php? option=com_content&task= view&id=74&Itemid=0.

3 “Kantong-kantong Daerah dengan Tradisi Nikah di Bawah Umur: Karena Janda Kedokan Gabus tak Betah di Rumah”, (Bogor), Radar Bogor, 3 September 2008. Diakses dari http://radar-bogor.co.id /?ar_id=MjExMjg=&click=MTQz

4 “Pernikahan Dini, Bentuk Pelanggaran HAM”, (Jakarta), Kompas.com. Diakses dari htt-p://m.kompas.com/news/read/data/2009.01.28. 19315957; Menurut satu penelitian yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan Sosial Univesitas Atma Jaya dan United Nation Popula-tion Fund bahwa 55 persen dari Pekerja Seks Komersial (PSK) di Indonesia adalah berstatus cerai. Bahkan, di Jakarta dan Semarang, angka ini mencapai 60-70 persen. Pusat Pengem-bangan Sosial Univesitas Atma Jaya dan United Nation Population Fund, Faktor Pendorong Wanita Menjadi Pekerja Seks dan Dampak yang Dialami dalam Kesehatan Reproduksi, diakses dari www.indonesiaunpfa.org.

5 Pasal 15 UU RI No. 1 Tahun 1974.

Page 23: New KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50839... · 2020. 5. 10. · adat kebiasaan masyarakat saat itu dan akhirnya mengalami

8Penutup

Dari beberapa yang telah dijelaskan di dalam bab-bab terdahulu, ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil dalam konteks pemba-hasan hukum keluarga Muslim kontemporer, yaitu:

Pertama, pembaruan hukum keluarga di negara-negara Muslim terus berlangsung dari waktu ke waktu seiring dengan perkebangan zaman atau perubahan suatu sistem politik di sebuah Negara. Peru-bahan ini tidak hanya menjadi perhatian bagi para anggota parlemen atau legislatif, tetapi sejak fase pertama pembaruan hukum keluarga, proses legislasi atau kanunisasi hukum keluarga telah menjadi perha-tian banyak pihak, baik dari kelompok keagamaan, akademisi, para ahli hukum, dan kelompok gerakan perempuan. Adanya komunikasi dan negosiasi politik yang dilakonkan oleh masing-masing aktor da-lam upaya merumuskan standar norma hukum keluarga telah meng-hasilkan sebuah produk hukum yang sangat sarat dengan pengaruh dan kepentingan pelbagai pihak, serta menunjukkan coraknya yang sangat akomodatif dan negosiatif. Perbedaan pengaruh tersebut ber-implikasi pula pada bentuk dan corak dari hukum keluarga di sebuah negara, mulai dari UU yang hanya memindahkan ketentuan yang ada di dalam kitab-kitab fikih klasik sampai ketentuan yang secara utuh menganut norma-norma hukum modern. Demikian pula dengan pro-ses perubahannya, dengan pelbagai kendala dan penolakan dari se-mentara kelompok Muslim konservatif, beberapa negara harus men-cari cara khusus agar dapat mereformasi hukum keluarga.

Kedua, kuatnya pengaruh hukum Islam dalam kehidupan masya-rakat, terutama di bidang hukum keluarga, telah menjadikan peru-

Page 24: New KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50839... · 2020. 5. 10. · adat kebiasaan masyarakat saat itu dan akhirnya mengalami

kodifikasi hukum keluarga islam kontemporer

252

musan hukum keluarga di negara-negara Muslim sangat berhubungan dengan kepentingan masyarakat Muslim. Implikasinya, sebagaimana dikemukakan oleh banyak pendapat, proses pembaruan hukum kelu-arga di negara-negara tersebut mengalami banyak kendala dan kesu-litan, karena tidak hanya bermasalah secara politis, ketentuan-keten-tuan baru tersebut akan mengalami permasalahan sosiologis-kultural dalam penerapannya.

Ketiga, selain sebagai aspek hukum Islam yang dianggap paling sensitif dibandingkan bidang-bidang yang lain dan paling sulit digan-tikan dengan hukum Barat atau modern, pada praktiknya di zaman kontemporer ini, hukum keluarga ternyata terbukti sebagai bidang hukum Islam yang paling banyak menerima perubahan, dibandingkan dengan hukum pidana, dagang, atau hukum ekonomi.

Keempat, selain dari beberapa pengaruh komunitas internasio-nal, perubahan atau pembaruan hukum keluarga sangat dipengaruhi oleh kelompok perempuan. Hampir di setiap negara-negara Muslim, kelompok perempuan mendorong dan terlibat dalam proses pemben-tukan atau perubahan hukum keluarga, dengan mengajukan masukan dan pendapat terkait dengan perlindungan maksimal terhadap pe-rempuan di dalam rumah tangga. []

Page 25: New KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50839... · 2020. 5. 10. · adat kebiasaan masyarakat saat itu dan akhirnya mengalami

Daftar Pustaka

BUKUAbdul Manan. Aspek-aspek Pengubah Hukum, Jakarta: PrenadaMedia.

2005.Abu Zahrah, Muhammad. Kaidah-kaidah Hukum Islam. Terjemahan

oleh Noer Iskandar dan Moh. Tolchah Mansoer. Jakarta: RajaGra-findo Persada. 2002.

Afganistan Legal Education Project. An Introduction to the Law of Af-ghanistan: Second Edition. Afganistan: Afganistan Legal Education Project. 2009.

Ali, Mohammad Daud. Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2002.

Ali, Shaheen Sardar. Conceptualising Islamic Law, CEDAW and Wo-men’s Human Rights in Plural Legal Settings: A Comparative Analysis of Application of CEDAW in Bangladesh, India and Pakistan. UNIFEM South Asia Regional Office.

Ambrus, Attila, dkk. Muslim Family Law, Prenuptial Agreement and the Emergence of Dowry in Bangladesh. Desember 2008.

An-Naim, Abdullahi Ahmed. Dekonstruksi Syariah, Dekonstruksi Syari-ah, penerjemah Ahmad Suady dan Amiruddin ar-Rany. Yogyakarta: Elkis. 2004.

Asymawi, al-, Muhammad Said. Uhsûl al-Syarî’ah. Terjemahan. Lutfi Tomafi. Yogyakarta: Elkis. 2004.

Awadi, Al, Badria Abdallah. “Women’s Rights In the Kuwaiti Personal Status Law A Comparative Study of Arab Legislation”, dalam Badria Al Awadi, Women’s Rights in the Kuwaiti Personal Status Law and Bahraini Shari’a Judicial Rulings (Theory Part). Bahrain: Awal Press and Freedom House. 2009.

Page 26: New KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50839... · 2020. 5. 10. · adat kebiasaan masyarakat saat itu dan akhirnya mengalami

kodifikasi hukum keluarga islam kontemporer

254

Awadi, Badria Al, dkk. Women’s Rights in the Kuwaiti Personal Status Law and Bahraini Shari’a Judicial Rulings. USA: Freedom House. 2009.

Berkes, Nizayi. The Development of Secularism in Turkey. Montreal: McGill University. 1964.

Blue, Richard, dkk. Pakistan Rule of Law: Assessment-Final Report. Washington D.C., USA: USAID. 2008.

Donohue, John D. dan Esposito, John L., ed. Islam dan Pembaruan: En-siklopedi Masalah-masalah. Terjemahan oleh Machsun Husein. Ja-karta: RajaGrafindo Persada. 1995.

Eckholm, Erick, dan Newland, Kathleen. Wanita, Kesehatan, dan Kelu-arga Berencana. Penerjemah Masri Maris dan Ny. Soekanto. Jakar-ta: YOI dan Sinar Harapan, 1984.

Engineer, Asghar Ali, Pembebasan Perempuan, penerjemah Agus Nur-wanto, Yogyakarta: Elkis, 1999.

Esposito, John L. Women in Muslim Family Law. USA: Syracuse Univer-sity Press. 1982.

Gilani, Riazul Hasan. A Note on Islamic Family Law and Islamization in Pakistan, dalam Chibli Mallat and Jane Connors, ed. Islamic Family Law. London: Graham and Trotman. 1990.

GTZ. Personal Status Law in Egypt. Egypt: GTZ. t.th.Hoff, Sara A. Gender Politics: a Case Study of Feminism in Iran, a Thesis

on Master of Arts International and Comparative Politics, Wright State University. 2009.

Huda, Miftahul. Filsafat Hukum Islam. Yogyakarta: STAIN Ponorogo Press. 2006.

Junaidi, Ahmad, “Hukum Keluarga Afganistan”, dalam M. Atho Muh-dzar dan Khairuddin Nasution, Hukum Keluarga di Dunia Islam Modern: Studi Perbandingan dan Keberanjakan Undang-Undang Modern dari Kitab-kitab Fikih Klasik, Jakarta: Ciputat Press. 2003.

Mahmood, Tahir. Family Law Reform in the Muslim World. Bombay, In-dia: Thripathi. 1972.

Mahmood, Tahir. Personal Law in Islamic Countries. New Delhi: Aca-demy of Law and Religion. 1987.

Manan, Abdul. Aneka Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta: Pre-nadaMedia-Kencana. 2004.

Max Plank Institute. Family Structure and Family Law in Afghanistan: A Report of the Fact-Finding Mission to Afghanista. January-March 2005, laporan ditulis oleh Mohammad Hamid Saboory dan diedit

Page 27: New KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50839... · 2020. 5. 10. · adat kebiasaan masyarakat saat itu dan akhirnya mengalami

daftar pustaka

255

oleh Nadjma Yassari, Hamburg, April 2005.Mertokusumo, Sudikno. Bunga Rampai Ilmu Hukum. Yogyakarta: Li-

berty.1984.Mudzhar, Muhammad Atho dan Nasution, Khairuddin. Hukum Keluar-

ga di Dunia Islam Modern: Studi Perbandingan dan Keberanjakan Undang-Undang Modern dari Kitab-kitab Fikih Klasik. Jakarta: Cipu-tat Press. 2003.

Mudzhar, Muhammad Atho. “Letak Gagasan Reaktualisasi Hukum Is-lam Munawwir Sjadzali di Dunia Islam”, dalam Panitia Penulisan Buku, Kontekstualisasi Ajaran Islam: 70 tahun Prof. Dr. Munawwir Sjadzali. Jakarta: Paramadina. 1995.

Mulia, Musdah. “Pembaruan Hukum Keluarga di Indonesia”, dalam Komaruddin Hidayat dan Ahmad Gaus, ed., Islam, Negara, dan Civil Society. Jakarta: Paramadina. 2005.

Mulia, Siti Musdah. Menuju Hukum Perkawinan Yang Adil, dalam Sulis-tyo Irianto, ed., Hukum dan Perempuan. Jakarta: YOI. 2006.

Muslimin, J.M. Islamic Law and Social Change: a Comparative Study of the Institutionalization and Codification of Islamic Family Law in the Nation-States Egypt and Indonesia (1950-1995), h. 90. Disertasi doktoral pada Universitas Hamburg, Jerman. 2005.

Nadia, Ait Zai, dkk. One Hundred Steps, One Hundred Provisions: For an egalitarian codification of Family and Personal Status Laws in the Maghreb. United Kingdom: Women Living Under Muslim Laws. t.th.

National Commission for Justice and Peace (Pakistan). Discrimination Lingers on: A Report Compliance of CEDAW Pakistan. Pakistan, Juni 2007.

Naz, Rukhshanda dan Zia, Maliha. Muslim Family Laws in Pakistan, di-terbitkan oleh Musawa dan Aurat Foundation.

Nemat, Orzala Ashraf Nemat, Comparative Analysis of Family Law in the Context of Islam, Kabul, Afganistan: Afganistan Independent Hu-man Rights Commission, August 2006.

Pearl, David. Three Decades of Executive, Legislative, and Judicial Aman-dement to Islamic Family Law in Pakistan, dalam Chibli Mallat and Jane Connors, ed. Islamic Family Law. London: Graham and Trot-man. 1990.

Qaththân, al-, Manna Khalîl. Târîkh Tasyrî’. Riyâdh: Maktabah al-Ma’ârif. 1996.

Rafiq, Ahmad. Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: RajaGrafindo Persa-da. 2000.

Page 28: New KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50839... · 2020. 5. 10. · adat kebiasaan masyarakat saat itu dan akhirnya mengalami

kodifikasi hukum keluarga islam kontemporer

256

Sayis, al-, Muhammad ‘Ali. Târîkh Tasyrî’ al-Islâmi. Mesir: Mathba’ah Muhammad ‘Ali Shabih. t.th.

Schacht, Joseph. Pengantar Hukum Islam. Terjemahan Joko Supomo.Yogyakarta: Islamika. 2003.

Shirkat Gah Women’s Resource Centre, Women’s Rights in Muslim Fa-mily Laws in Pakistan. Lahore, Pakistan: Januari 2010.

Sosroatmodjo, Arso dan Aulawi, Wasit. Hukum Perkawinan di Indone-sia. Jakarta: Bulan Bintang, 1978.

Suma, Muhammad Amin, Hukum Keluarga Islam di Dunia Muslim. Ja-karta: RajaGrafindo Persada. 2004.

Suyuthi, al-, Jalaludin. Al-Asybâh wa al-Nazhâ’ir. t.tp: tth.Syâthibi, al-, Ibrâhîm ibn Mûsâ ibn Muhammad al-Lakhmi. Al-Mu-

wâfaqât fî Ushûl al-Syarî’ah, tahqîq Abû ‘Ubaydah Masyhûr. Bei rut: Dâr Ibn ‘Affân. 1997.

Tim Pengarusutamaan Gender Departemen Agama RI. Pembaruan Hukum Islam: Counter Legal Draf Kompilasi Hukum Islam. Jakarta. 2004.

Wahid, Marzuki dan Rumadi. Fiqh Mazhab Negara: Kritik Atas Politik Hukum Islam di Indonesia. Yogyakarta: Elkis. 2001.

Welchman, Lynn. Bahrain, Qatar, UAE: First time Family Law Codifica-tions in Three Gulf States, published in the International Survey of Family Law 2010 edition (July 2010).

Welchman, Lynn. Women And Muslim Family Laws In Arab States A Comparative Overview Of Textual Development And Advocacy. Ams-terdam: Amsterdam University Press. 2007.

Welchman, Lynn. Women and Muslim Family Laws in Arab States. Am-sterdam: ISIM, Amsterdam University Press. 2007.

Welchman, Lynn. Women and Muslim Family Laws in Arab States.Women, Law, and Judicial Decision-Making in the Middle East and North

Africa: Toward Gender Justice, rangkuman dalam sebuah Seminar, yang dilaksanakan di Amman, pada 14 Juni 2006, diselenggarakan oleh UNESCO, h. 9.

PERATURAN PERUANDANGANOrdonansi Hukum Keluarga Muslim Bangladesh 1961. Qanun al-Usrah (Undang-Undang Keluarga) Republik Algeria Tahun

2007.Undang-Undang Hukum Keluarga Brunei Darussalam Tahun 1999.Undang-Undang Hak-hak Keluarga Turki Utsmani 1917.

Page 29: New KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50839... · 2020. 5. 10. · adat kebiasaan masyarakat saat itu dan akhirnya mengalami

daftar pustaka

257

Undang-Undang Hukum Keluarga Bahrain No. 19 Tahun 2009.Undang-Undang Hukum Keluarga Filipina (Executive Order 209).Undang-Undang Hukum Keluarga Irak.Undang-Undang Hukum Keluarga Kuwait No. 28 Tahun 2005.Undang-Undang Hukum Keluarga Mesir No. 100 Tahun 1985.Undang-Undang Hukum Keluarga Qatar.Undang-Undang Hukum Keluarga Yaman.Undang-Undang Hukum Perdata Iran (yang direvisi pada tahun 1982).Undang-Undang Malaysia No. 521 Tahun 1994 tentang Kekerasan da-

lam Rumah Tangga.Undang-Undang Perdata Afganistan 1977.Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

MAKALAH/ARTIKEL“Afghanistan: Equality in the Family is Necessary” Report submitted

to Musawah.“Algeria Profile”, dalam BBC: News Africa, diupdate pada 12 Oktober

2011. Diakses dari http://www.bbc.co.uk.“Angka Kematian Ibu Melahirkan Di Indonesia Tertinggi di ASEAN”,

Jakarta, Kapanlagi.com, Jum’at, 4 Agustus 2006. “Background Note: Syria”, in US Departement of State. Diakses dari

http://www.state.gov.“Comparison between Moroccan and Yemeni Family Law”, report of

Academic Seminar pada 12-16 2009 in Sana’a, Yemen, diakses dari http://www.sanaa.diplo.de.

“Country Profile: Algeria”, dimuat oleh Library of Congress-Federal Research Division, Mei 2008. Diakses dari http://lcweb2.loc.gov.

“Country Profile: Pakistan”, Februari 2005, Library of Congress Ame-rika Serikat. Diakses dari http://lcweb2.loc.gov

“Faktor Pendorong Wanita Menjadi Pekerja Seks dan Dampak yang Dialami dalam Kesehatan Reproduksi”, diakses dari www.indone-siaunpfa.org.

“Family Law and Custom In Pakistan”, Laporan disampaikan oleh World Bank, diakses dari http://siteresources.worldbank.org.

“Formalities of Marriage in Turkey”, diakses dari Turkish Law, laman: http://en.hukuki.net.

“History of Yemen”, diakses dari History of Nations dari http://www.historyofnations.net.

Page 30: New KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50839... · 2020. 5. 10. · adat kebiasaan masyarakat saat itu dan akhirnya mengalami

kodifikasi hukum keluarga islam kontemporer

258

“International Family Law: Lebanon”, diakses dari www.manches.com.“Iran: Women Fight Polygamy Proposal”, 2 Maret 2010. Diakses dari

Women Living Under Muslim Law, laman: http://www.wluml.org.“Jordan approves new family law”, Taiwan News, 20 Oktober 2010. Di-

akses dari http://arabnews.com.“Jordan Country Profile” dalam Gulf Law, diakses dari http://www.

gulf-law.com.“Kantong-kantong Daerah dengan Tradisi Nikah di Bawah Umur: Ka-

rena Janda Kedokan Gabus tak Betah di Rumah”, (Bogor), Radar Bogor, 3 September 2008. Diakses dari http://radar-bogor.co.id.

“Law No. 4320 on the Protection of the Family”, diakses dari Women for Women’s Human Rights. Diakses dari www.wwhr.org.

“Legal Profile of Republic of Islam Iran” diakses dari http://www.law.emory.edu.

“Malaysia”, diakses dari http://www.law.emory.edu.“Parlemen Malaysia Mensahkan Undang-Undang Perkawinan Islam

Kontroversial” oleh Claudia Blume, (VOA News), 12 Desember 2005. Diakses dari http://www.voanews.com.

“Pernikahan Dini Tingkatkan Resiko Kanker Servic”, Dinkes Semarang, 1 Juli 2009, diakses dari http://www.dinkes-kotasemarang.go.id.

“Pernikahan Dini, Bentuk Pelanggaran HAM”, (Jakarta), Kompas.com. Diakses dari http://m.kompas.com.

“Qatar” dalam Gulf Law, diakses dari www.gulf-law.com. “State of Kuwait” diakses dari http://www.law.emory.edu.“Sudan: the Country and the People”, oleh UNDP, diakses dari http://

www.sd.undp.org.Abbas, Afifi Fauzi, “Dinamika Hukum Islam di Brunei Darussalam:

Studi tentang Undang Undang Ugama Islam dan Mahkamah Qadi 1955”, Artikel tidak diterbitkan.

Abdullah, Raihana, “A Study of Islamic Family Law in Malaysia: A Se-lect Bibliography”, dalam The International Journal of Legal Infor-mation”, Volume 35, Issue 3 Winter 2007.

Aous, al-, Yahya, “Syria’s New Personal Status Code: Born Dead?”, da-lam Al-Thara, 26 Desember 2009, diakses dari http://www.thara-sy.com.

Begum, Shahida Begum, “Family Court Ordinance, 1985”, dalam Bang-lapedia: National Encyclopedia of Bangladesh, diakses dari http://www.banglapedia. org.

Begum, Shahida, “Family Court Ordinance, 1985”, dalam Banglapedia:

Page 31: New KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50839... · 2020. 5. 10. · adat kebiasaan masyarakat saat itu dan akhirnya mengalami

daftar pustaka

259

National Encyclopedia of Bangladesh, diakses dari http://www.banglapedia.org.

Begum, Shahida, “Muslim Family Law Ordinance, 1961”, dalam Bang-lapedia: National Encyclopedia of Bangladesh. Diakses dari http://www.banglapedia. org

Bureau of Near Eastern Affairs USA, “Background Note: Kingdom of Bahrain”, 8 Juli 2011. Diakses dari http://www.state.gov.

Clark, Janine A. dan Young, Amy E., “Islamism and Family Law Reform in Morocco and Jordan, dalam Mediterranean Politics Journal”, Vol. 13, No. 3, 333–352, November 2008.

Clark, Janine A. dan Young, Amy E., “Islamism and Family Law Reform in Morocco and Jordan”, dalam Mediterranean Politics, Vol. 13, No. 3, 333–352, November 2008.

Dalmasso, Emanuela, “Family Code in Morocco: State Feminism or De-mocracy?”, Paper to be presented at the 2nd ECPR Graduate Con-ference, Barcelona, August 26, 2008.

Foreign and Commonwealth Office of United Kingdom, “Middle East and Nort Africa: Qatar Country Information”, diupdate terakhir pada 24 Maret 2011, diakses dari http://www.fco.gov.uk.

Foreign and Commonwealth Office United Kingdom, “Middle East and North Africa: Kuwait”, 23 June 2011. Diakses dari http://www.fco.gov.uk.

Hamzeh, A. Nizar, “The Dualisme of Legal System”, dalam Middle Eas-tern Studies, Vol. 30, No.1, January 1994.

Hossain, Kamrul, “In Search of Equality: Marriage Related Laws for Muslim Women in Bangladesh”, dalam Journal of International Wo-men’s Studies, Volume 5, 1 November 2003.

Husseini, Rana, “New Personal Status Law Strengthens Jordanian Fa-milies–Hilayel”, The Jordan Times, 28 September 2010.

Iftikar Al-Mikhlafi, “The Yemeni Family Law and its Historic Develop-ment”, diakses dari http://www.sanaa.diplo.de

International Center for Human Rights and Democratic Development, Afghanistan Submission to the Universal Periodic Review (UPR).

Irene Schneider, “Recent Developments in Afghan Family Law: Rese-arch Aspects”, dalam ASIEN No. 104, Juli 2007.

Irene Schneider, “Recent Developments in Afghan Family Law”.Kar, Mehrangiz, “Iranian Law and Women’s Rights”, dalam Muslim

World Journal of Human Rights, Vol. 4, Iss. 1, 2007.Leyla Gulcur, A Study on Domestic Violence and Sexual Abuse in Anka-

Page 32: New KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50839... · 2020. 5. 10. · adat kebiasaan masyarakat saat itu dan akhirnya mengalami

kodifikasi hukum keluarga islam kontemporer

260

ra, Turkey, bagian dari penelitian yang dilakukan oleh Network of Women Living Under Muslim Laws, November tahun 1999.

Magied, Abmed Abdel, “New Egyptian Family Law”, Desember 2002, diakses dari http://findarticles.com.

Maktabi, Rania, “Family Law and Gendered Citizenship in the Middle East Paths of reform and resilience in Egypt, Morocco, Syria and Le-banon”, paper presented at the World Bank/Yale workshop “Socie-tal Transformation and the Challenges of Governance in Africa and the Middle East” Yale University, Department of Political Science January 31-February 1, 2009. Artikel diakses dari http://shafafe-yah.org.

McGlinn, Sen, “Family Law in Iran, an Essay Prepared under the Super-vision of Leon Buskens for the Paper on ‘Islamic Family Law’ at the University of Leiden, the Netherlands, in the 2000-2001 academic year.

Moballegh, Abdulwahed Zia, “Family Law in Afghanistan: Past Experi-ences and Future Landscape”

Moballegh, Zia, “Reforming the Afghan Family Law”, dipublikasikan oleh International Centre for Human Rights and Democratic Deve-lopment.

Mohadjer, Nina, “Divorce or Social Suicide”, dalam Equality and Gender Seminar, Spring, 2007.

Naz, Rukhshanda dan Zia, Maliha, “Muslim Family Laws in Pakistan” (Aurat Foundation/Laporan Negara oleh Musawa: For the Equality in the Family, diakses dari http://www.musawah.org.

Nijad, Mohammed & Khazan, al-, Yahya, A Comparison between the Ye-meni and Moroccan Family Laws.

Nijad, Mohammed, “Law Comparison of the Moroccan and Yemeni Family Law”, Academic Seminar on December 12th-16th, 2009 in Sana’a, Yemen.

Noeh, Zaini Ahmad, “Perkembangan Setalah Undang-Undang Perka-winan”.

Noor, Zanariah, “Gender Justice And Islamic Family Law Reform In Ma-laysia”, dalam Kajian Malaysia, Jilid XXV, No. 2, Desember 2007.

Ortayli, Ilber, Ottoman Family Law and the State in the Nineteenth Cen-tury. Diakses dari http://dergiler.ankara.edu.tr

Osanloo, Arzoo, “Islamico-Civil “Rights Talk”: Women, Subjectivity, and Law in Iranian Family Court”, dalam American Ethnologist Jo-urnal, Volume 33 Number 2 May 2006.

Page 33: New KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50839... · 2020. 5. 10. · adat kebiasaan masyarakat saat itu dan akhirnya mengalami

daftar pustaka

261

Rahman, Anisur, “Development of Muslim family law in bangladesh: empowerment or Streamlining of women?”, diakses dari http://www.asiaticsociety.org.bd

Rahman, Anisur, “Development of Muslim Family Law in Bangladesh: Empowerment or Streamlining of Women?”, diakses dari http://www.asiaticsociety.org.bd.

Rehman, Javaid, “The Sharia, Islamic Family Laws and International Human Rights Law: Examining the Theory and Practice of Poly-gamy and Talaq”, dalam International Journal of Law, Policy and the Family 21, 2007.

Sadiqi, Fatima, Seminar Day 5-Monday, December 16th, 2009, Acade-mic Seminar “Law Comparison of the Moroccan and Yemeni Family Law” on December 12th-16th, 2009 in Sana’a, Yemen.

Salim, Arskal, “Triangle of Law”, disampaikan pada Seminar Pembaru-an Hukum Keluarga di Indonesia, pada Oktober 2009, di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Stigall, Dan E., “Iraqi Civil Law: Its Sources, Substance, and Sundering”, dalam Journal of Transnational Law & Policy, Vol. 61 No. 1 Tahun 2006.

Sya’rani, Aman Kibaroh, “Qanun al-Ahwa al-Syakhsiyyah fi Lubnan Dawr al-Munazzhamat al-Ahliyah wa Ghair al-Hukumiyah wa al-Taghyir wa al-Ta’dil wa al-Istihdats”. Artikel diakses dari http://www.womengateway.com.

Umar, Nasaruddin, “Hukum Keluarga Kontemporer di Negara-Negara Muslim”, Makalah disampaikan pada acara Seminar Nasional Hu-kum Materiil Peradilan Agama: Antara Cita, Realita, dan Harapan, Jakarta, pada 19 Februari 2010.

Voorhoeve , Maaike, “Sharia and national law in Tunisia”, artikel dalam “Conference of the Law and Society Association”, Montréal 29 May-1 June 2008, Artikel diakses dari http://home.medewerker.uva.nl

Voorhoeve, Maaike, Sharia and National Law in Tunisia, dalam “Con-ference of the Law and Society Association”, Montréal 29 May-1 June 2008, dalam http://home.medewerker.uva.nl.

Xaviera Medina de Albrand, “Customary and Family Law: a Gender ap-proach in Afghanistan”, Published as part of the Effectius Newslet-ter, Issue 8, 2010.

Yildirim, Seval, “Aftermath of a Revolution: A Case Study of Turkish Fa-mily Law”, dalam Pace International Law Review, Volume 17, Issue 2 Fall 2005 (9 Januari 2003).

Page 34: New KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50839... · 2020. 5. 10. · adat kebiasaan masyarakat saat itu dan akhirnya mengalami

kodifikasi hukum keluarga islam kontemporer

262

wEBSITEhttp://arabnews.com.http://dergiler.ankara.edu.tr.http://en.hukuki.net. http://findarticles.com.http://home.medewerker.uva.nl.http://indonesiaunpfa.org.http://lcweb2.loc.gov.http://m.kompas.com.http://radar-bogor.co.id.http://shafafeyah.org.http://siteresources.worldbank.org. http://www.asiaticsociety.org.bdhttp://www.banglapedia.orghttp://www.bbc.co.uk.http://www.dinkes-kotasemarang.go.id.http://www.fco.gov.uk. http://www.gulf-law.com.http://www.historyofnations.net.http://www.law.emory.edu; http://www.manches.com.http://www.musawah.org.http://www.sanaa.diplo.dehttp://www.sd.undp.org.http://www.state.gov.http://www.thara-sy.com.http://www.voanews.comhttp://www.wluml.org.http://www.womengateway.comhttp:/www.gulf-law.com. http;//www.wwhr.org.

Page 35: New KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50839... · 2020. 5. 10. · adat kebiasaan masyarakat saat itu dan akhirnya mengalami

Para Penulis

AhmAd TholAbi KhArlie adalah dosen tetap pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. Karier akademiknya dirintis sejak 2000, tidak lama setelah merampungkan pendidikan tingkat sarjana (S-1). Dia diminta almamaternya untuk mengabdi sebagai

asisten dosen selama lebih kurang dua setengah tahun. Dan pada 2003 diangkat sebagai dosen tetap di fakultas yang sama dalam bidang Hu-kum Keluarga Islam.

Pendidikan formalnya dimulai di Sekolah Dasar di kampung ha-lamannya, Kelelet, Warnasari, Citangkil, Cilegon, Banten, selesai pada 1989. Kemudian melanjutkan ke jenjang Madrasah Tsanawiyah (MTs) hingga 1992. Tamat dari MTs/SMP Al-Khairiyah Citangkil dan MTs Ne-geri Anyar dia memutuskan untuk merantau ke ujung timur Jawa Ba-rat, yakni kota Ciamis. Selama tiga tahun (1992-1995) dia ditempa di Pesantren Darussalam yang menyelenggarakan pendidikan Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK). Dan, mulai 1995 melanjutkan studi di IAIN (sekarang UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dengan mengambil program studi Ahwal Syakhshiyyah, lulus tahun 2000.

Dengan tekad kuat, pemilik suara emas (Nagham al-Qur’an) dan tulisan indah (khath/calligraphy) ini, melalui beasiswa Kementerian Agama RI, melanjutkan studi pada jenjang Magister di Program Pasca-sarjana UIN Jakarta, dengan tetap mempertahankan spesifikasinya di bidang hukum keluarga, selesai 2003, dan mendapatkan prediket Ma-gister Terbaik dengan yudisium Cumlaude. Pada pertengahan 2009,

Page 36: New KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50839... · 2020. 5. 10. · adat kebiasaan masyarakat saat itu dan akhirnya mengalami

kodifikasi hukum keluarga islam kontemporer

264

atas beasiswa dari The Habibie Center (THC)/ Yayasan Sumber Daya Manusia IPTEK (SDM-IPTEK) dan Kementerian Agama RI, ia berhasil merampungkan program Doktor dalam bidang Hukum Keluarga Islam juga dengan yudisium Cumlaude.

Intelektual muda yang dilahirkan di kota Cilegon, Banten, pada 7 Agustus 1976 ini, dikenal cukup produktif menyosialisasikan gagasan lewat media tulisan. Ratusan karyanya banyak menghiasi lembar-lem-bar media massa nasional maupun daerah, seperti Media Indonesia, Republika, Seputar Indonesia, Pelita, Radar Banten, Duta Masyarakat, Fajar Banten, Baraya Post, Analisa, dan aneka Jurnal Ilmiah Terak-reditasi Dikti dan Jurnal Internasional Bereputasi terindeks Scopus/Thomson, seperti: Studia Islamika, Mimbar Hukum Badilag Mahkamah Agung RI, Mimbar Agama dan Budaya, Cita Hukum, Refleksi, Al-Qalam, Al-Turats, Tajdid, Ahkam, Al-Risalah, Miqot, dan sebagainya.

Beberapa judul buku ilmiah dan modul pembelajaran telah pula dipublikasikan, antara lain: Legislasi Hukum Keluarga di Dunia Islam Modern, 2020, (Penerbit Prenada, proses cetak); Status Anak di Indone-sia, (Jakarta: Gaung Persada, 2020); Hukum Keluarga Indonesia, cetak-an ketiga, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013); Hukum Keluarga Islam di In-donesia: Suatu Pendekatan Sejarah Sosial dan Politik Hukum, (Jakarta: Lemlit dan UIN Press, 2008); Kesadaran Hukum Masyarakat Terhadap Hukum Perkawinan, (Jakarta: Lemlit dan UIN Press, 2008); Membawa Bangsa Menuju Demokrasi (Jakarta: Komisi Pemilihan Umum [KPU], 2000. [Kontributor Tulisan]); Syariat Islam Yes, Syariat Islam No! (Ja-karta: Paramadina, 2001. [Kontributor Tulisan]); Praktikum Peradil-an, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006 sebagai Tim Penulis); Manusia dan Budaya: Ikhtiar Membangun Masyarakat Banten Paripurna [edi-tor], (Bandung: Fajar Media, 2012); Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara dalam Perspektif Fikih Siyasah [editor], (Jakarta: Sinar Grafika, 2012); Tiga Kategori Hukum: Syariah, Fikih, dan Kanun [editor], (Jakarta: Sinar Grafika, 2012); Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar NRI 1945 [editor], (Jakarta: Sinar Grafika, 2012); Per-spektif Al-Qur’an tentang Demokrasi dan Ekonomi (editor), (Bandung: Fajar Media, 2013); Nanjung Umur, Nanjung Darajat, Nanjung Rejeki, (Jakarta: Pustaka Dunia, 2012); Nilai-nilai Ekonomi dan Ekonomi da-lam Al-Qur’an (editor), (Bandung: Fajar Media, 2013); Status Hukum Anak Luar Nikah di Indonesia Berdasarkan Putusan MK No. 46/PUU-VIII/2010, (Bandung: Fajar Media, 2013); dan lain-lain. Di samping

Page 37: New KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50839... · 2020. 5. 10. · adat kebiasaan masyarakat saat itu dan akhirnya mengalami

para penulis

265

itu, Penulis telah menyunting ratusan karya ilmiah dosen dan pemikir Muslim kenamaan dalam kajian hukum Islam (Syariah), terkait kom-petensinya sebagai editor berkala ilmiah terakreditasi Dikti, yakni “Jurnal Ahkam” FSH UIN Jakarta.

Selain aktif di dunia akademik, Abie—demikian panggilan akrab-nya—juga aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial-kemasyarakatan, an-tara lain: tercatat sebagai salah seorang anggota Komisi Fatwa MUI Pusat, Dewan Pakar Pengurus Pusat Alumni Penerima Beasiswa Su-persemar, Dewan Pakar ICMI Kota Tangsel, Pengurus Nasional Him-punan Ilmuwan dan Sarjana Syariah se Indonesia (HISSI), Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Qari-Qariah (IPQAH), Pengurus Pusat Jam’iyyatul Qurra wal Huffazh (JQH), Pengurus bidang Pengkajian MUI Provinsi Banten, Pengurus LPTQ Provinsi Banten, Pengurus Pusat Asosiasi Dosen Indonesia (ADI), Dewan Hakim MTQ Tingkat Nasional (Umum dan Perguruan Tinggi), dan lain-lain.

Asep syArifuddin hidAyAT, lahir di Kuningan 21 November 1969 merupakan dosen tetap pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Ne-geri Syarif Hidayatullah Jakarta. Ia menyelesaikan Sarjana di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 1993.

Kemudian lulus Sarjana Hukum Fakultas Hukum Universitas Muha-madiyah Jakarta Tahun 1997 dan melanjutkan ke jenjang Magister Hukum di kampus yang sama lulus tahun 2006. Pada 2016 berhasil menyelesaikan Program Doktor Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Uni-versitas Jayabaya.

Karirnya sebagai dosen terus menanjak, pada 2015-2019 Ia men-jabat sebagai Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Kemudi-an, setelah menyelesaikan amanahnya di Fakultas Syariah dan Hukum ia dilantik menjadi Kepala Pusat Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2019-2023.

Untuk melengkapi tri dharma perguruan tinggi yang melekat se-bagai tugas dosen, ia aktif terlibat dalam beberapa penelitian di an-taranya Penelitian Terapan Pengembangan Nasional UIN Syarif Hi-dayatullah Jakarta dengan judul: “Restorasi Sistem Pemasyarakatan

Page 38: New KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50839... · 2020. 5. 10. · adat kebiasaan masyarakat saat itu dan akhirnya mengalami

kodifikasi hukum keluarga islam kontemporer

266

di Indonesia: Studi Penerapan Sistem Pengawasan pada Lapas Kelas I Palembang, Lapas Sukamiskin, Lapas Kelas III Bontang dan Lapas Nusakambangan”; Penelitian Terapan Pengembangan Nasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul: “Problematika Hukum Pe-ngelolaan Dana Desa bagi Pemeritah Desa di Wilayah Perbatasan In-donesia (Studi Terhadap Pengelolaan Dana Desa di Sabang, Merauke Dan Pulau Rote Ndao”.

Selain itu, ia juga aktif menulis pada jurnal ilmiah, jurnal nasional terakreditasi maupun jurnal internasional bereputasi, di antaranya: Pengaruh Wacana Gender dalam Pembangunan Hukum Keluarga di Indonesia (Jurnal Cita Hukum Vol 1 No. 1 2013); Sertifikasi Halal dan Sertifikasi Non Halal pada Produk Pangan Industri (Ahkam: Jurnal Ilmu Syariah Vol. XV No. 2 Tahun 2015); Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Kurir Narkotika (Salam: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i Vol. 5 No. 3 2018); The Role of the Law on Electronics Information and Transactions in Overcoming Challenges of Democracy in Indonesian (International Conference on Law and Justice 2018) Atlantis Press; Dissenting Opinion Hakim pada Putusan Mahkamah Agung dalam Per-kara Merek Terkenal Yumi Katsura dan Prada (Journal of Legal Resear-ch Vol 1 No. 1 2019); Pendidikan Kampus sebagai Media Penanaman Nilai-nilai Antikorupsi Bagi Mahasiswa (Salam: Jurnal Sosial dan Bu-daya Syari-i Vol. 6 No. 1, 2019); Kekuatan Eksekutorial dalam Pelak-sanaan Eksekusi Putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia; Studi Kasus Putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia Jakarta No. 801/II/ARB-BANI/2016 (Journal of Legal Research Vol. 1 No. 1, 2019); Le-gislative Construction of the Post Amendment in Restoring Indonesian Democracy (Jurnal Cita Hukum Vol. 7 No. 1, 2019); Penerapan Asas Audi Alteram Et Partem pada Perkara Judicial Review di Mahkamah Agung (Mizan: Journal of Islamic Law Vol. 3 No. 1, 2019); Implemen-tasi PMA Nomor 8 Tahun 2018 Oleh Penyelenggara Perjalanan Iba-dah Umrah (Studi Kasus PPIU PT. Solusi Balad Lumampah) (Journal of Legal Research Vol 1 No. 3 2019); Implementation of the Contante Justitie Principle of Justice in Local Leaders Election and General Elec-tion in Indonesia (International Journal of Engineering & Advanced Technology (IJEAT) Vol. 9 No. 2 Desember 2019 (Scopus)); Consumer Protection On Peer To Peer Lending Financial Technology In Indone-sia (IJSTR Volume 9 - Issue 1, January 2020 Edition (Scopus)).

Page 39: New KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50839... · 2020. 5. 10. · adat kebiasaan masyarakat saat itu dan akhirnya mengalami

para penulis

267

muhAmmAd hAfiz adalah pegiat hak asasi manu-sia yang lebih banyak berkiprah di bidang peneliti-an, pelatihan, dan advokasi kebijakan. Karirnya di-mulai dari Pusat Studi Hukum, HAM, dan Konstitusi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2008 hingga 2010 sebagai asisten peneliti. Pada 2010 dan hingga saat ini, dia bekerja untuk Human Rights

Working Group (HRWG), sebuah koalisi NGO HAM untuk advokasi HAM internasional. Ia juga banyak terlibat dalam program HAM yang dilaksanakan oleh lembaga HAM internasional dan nasional, serta menjadi Advisor HAM untuk Sekretariat Bersama RANHAM (2018 – 2021) di bawah kerjasama Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Australia untuk Keadilan (AIPJ2).

Pendidikan formalnya dimulai dari SDN Negeri 46 Pagaralam, Sumatera Selatan, dan kemudian melanjutkan pendidikan pesantren selama 6 tahun di Pondok Pesantren Raudhatul Ulum (1996 – 2003), Saka Tiga, Ogan Ilir, Sumsel. Selama 1 tahun ia mengajar di Pondok Pesantren Miftahul Ulum, Makarti Jaya, Sumsel, pada 2004 setelah kemudian melanjutkan pendidikan S1 Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan program Ahwal Al-Syakhsiyyah. Dengan pertimbangan dukungan pekerjaan, pada 2016 ia menyelesaikan pen-didikan S2 di Universitas Paramadina dengan konsentrasi Hubungan Internasional melalui beasiswa Universitas Paramadina dan Medco. Ia juga pernah meraih Penghargaan Ahmad Wahid Award kategori blog pada tahun 2012.

Dalam aktivitasnya, Hafiz lebih banyak terlibat dalam penelitian dan perumusan kebijakan. Sejumlah buku hasil penelitian, tulisan il-miah, dan kertas kebijakan merupakan tulisan-tulisan yang banyak diproduksinya, terutama di bidang hak asasi manusia. Ia banyak ber-gelut dalam bidang HAM yang lebih spesifik, seperti kebebasan bera-gama, kesetaraan gender dan Islam, terorisme dan HAM, disabilitas, buruh migran, dan terkait dengan hukum Islam dan HAM. Di bidang advokasi, Hafiz banyak terlibat dalam forum-forum regional dan in-ternasional PBB yang berkaitan dengan isu-isu mutakhir hak asasi manusia.

Beberapa buku dan kontribusi tulisan yang ia hasilkan di antara-nya: Evaluasi Pelaksanaan RANHAM 2015–2017, (Jakarta: Setber. RAN-HAM dan AIPJ2, 2018), Buku Sumber Kebebasan Beragama atau Ber-

Page 40: New KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM KONTEMPORERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50839... · 2020. 5. 10. · adat kebiasaan masyarakat saat itu dan akhirnya mengalami

kodifikasi hukum keluarga islam kontemporer

268

keyakinan (Jakarta: Wahid Foundation, 2016) [Kontributor Tulisan], Buku Pedoman Pemerintah Daerah dalam Perlindungan Hak Beragama atau Berkeyakinan, (Jakarta: HRWG dan Kemenkumham, 2014), Me-nuntut Hak-hak Konstitusional Penghayat Kepercayaan di Indonesia, (Jakarta: HRWG dan Jaringan Penghayat, 2011) [editor].

Hafiz banyak terlibat dalam penyusunan modul pelatihan, di an-taranya: Modul Strategis Akses Pemulihan bagi Masyarakat Terdam-pak Operasional Perusahaan, (Jakarta: ELSAM, 2019), Modul Panduan Bisnis dan HAM (UNDP dan Kementerian Hukum dan HAM RI, 2018), Panduan Pelatihan Litigasi Pelanggaran Hak-hak atas Kemerdekaan Beragama tau Berkeyakinan, (Jakarta: YLBHI dan Norwegian Center for Human Rights, 2018), Modul Pencegahan Penyiksaan dan Wawan-cara Investigatif, (Jakarta: Kementerian Hukum dan HAM, 2018), dan Modul Hak-hak Kewarganegaraan untuk Pemula, (Jakarta: Uni Eropa/ Wahid Institute, 2015).

Ia juga menulis di sejumlah jurnal ilmiah, di antaranya adalah “Surat Edaran Kapolri Tentang Penanganan Ujaran Kebencian (Hate Speech) dalam Kerangka Hak Asasi Manusia”, Jurnal Keamanan Nasio-nal, Vol. 1, No. 3, 2015 (Pusat Kajian Keamanan Nasional, University of Bhayangkara), “Prinsip Penerapan Terbatas dan Pengurangan Progre-sif dalam Hukuman Mati”, (Jurnal Transisi, Edisi X 2015), “Jaminan Ke-bebasan Beragama: Norma Ideal, Praktik dan Lokalitas”, book review Tore Lindholm, et.al., ed., Facilitating Freedom of Religion: A Deskbook and Ahmad Suaedi, ed., dkk., Islam, HAM dan Konstitusi, (Jurnal HAM, Komnas HAM RI, December 2014), “Citizenship Challenges in Myan-mar’s Democratic Transition: Case Study of Rohingya”, with Ahmad-Suaedy (On going process for professional publication at the Studia Islamica, an International Journal on Islamic studies (Vol. 22, Number 1, 2015), dan artikel koran “OIC, human rights and Indonesia’s Role”, (The Jakarta Post, February 24th, 2012), bersama Wahyuningrum.

Selain itu, Hafiz juga terlibat dalam evaluasi dan penyusunan kebijakan, di antaranya: Tim Penyusun Standard Setting Kebebasan Beragama atau Berkeyakinan Komnas HAM RI (2019), Evaluasi Kabu-paten/Kota Peduli HAM (Ketua Tim, 2019), Tim Penyusun RUU Per-lindungan Umat Beragama (Kementerian Agama RI, 2016 - 2017), Tim Evaluasi Masyarakat Sipil untuk Pelaksanaan Rekomendasi ASEAN untuk Buruh Migran, AFML (2018).