new bab 2 - library & knowledge...
TRANSCRIPT
Situasi Ideal
(Tujuan)
Situasi Riil (Present)
Gap --> Masalah = (ideal) - (present)
Situasi Ideal
(Tujuan)
Situasi Riil (Present)
Gap <<
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian dan Konsep Kualitas
Berbicara mengenai kebutuhan manusia maka kita tidak akan lepas dari kualitas.
Kualitas lahir dari adanya kompetisi. Dan kompetisi tersebutlah yang menjadi suatu
permasalahan yang harus dihadapi oleh perusahaan. Masalah sendiri berarti adanya gap
(jurang) antara kondisi saat ini (real condition) dengan kondisi yang diinginkan (ideal
condition). Atau dengan kata lain suatu perusahaan harus mampu bersaing dengan
perusahaan lain untuk dapat meminimalkan gap yaitu antara apa yang diinginkan oleh
pelanggan dengan apa yang tersedia saat ini.
Gambar 2.1
Ilustrasi Gap
46
Beberapa definisi kualitas berdasarkan pendekatan yang berbeda, yaitu:
Pendekatan Transcendent : suatu kondisi terpenuhinya kualitas unggul yang tentu
saja bertolak belakang dengan kualitas rendah.
Pendekatan Berbasis Produk : mengidentifikasi fitur-fitur atau atribut-atribut yang
dapat di ukur dalam mengindikasikan kualitas.
Pendekatan Berbasis Pengguna : kesesuaian dalam penggunaan.
Pendekatan Berbasis Manufaktur : kesesuaian dengan standar yang ada.
Pendekatan Berbasis Nilai : derajat keunggulan pada harga terjangkau dan kontrol
dari variabilitas pada biaya terjangkau.
Usaha yang dapat dilakukan masing-masing perusahaan dalam menjawab setiap
tuntutan tersebut ialah dengan menjaga mutu yang sudah ada sebelumnya yang
kemudian ditindaklanjuti dengan melakukan perubahan ke arah yang lebih baik secara
bertahap. Hal tersebut menjadi bukti dibutuhkannya pengendalian kualitas (quality
control).
Pengendalian kualitas merupakan segala upaya yang dibutuhkan untuk dapat
memenuhi seluruh aspek kualitas, yang meliputi kualitas produk (quality of product),
biaya (cost reduction), tepat waktu (delivery time-lead time), keselamatan (safety), dan
nilai moral (morale). Dimana tujuan utama dari pemenuhan aspek kualitas yang ada
sendiri ialah untuk memenuhi kebutuhan pelanggan (customer requirements) sehingga
tercipta customer satisfaction.
47
Kano berpendapat bahwa kepuasan memiliki 3 tingkatan, termasuk apa yang
disebut sebagai hidden requirement sesuatu yang tidak diharapkan pelanggan (bisa
karena dia tidak mengharapkan pada level harga demikian untuk mendapatkanya atau
belum pernah dirasakannya), namun diberikan yaitu:
Dissatisfiers : kebutuhan yang diharapkan oleh pelanggan dari suatu produk. Jika
kebutuhan tersebut tidak terpenuhi pada produk tersebut maka pelanggan tidak
puas.
Satisfiers : kebutuhan yang pelanggan inginkan. Pencapaian kebutuhan tersebut
memberikan kepuasan pada pelanggan. Dalam kondisi tersebut belum muncul
yang namanya nilai sesuatu yang beda dari biasanya dan lebih dari yang
diharapkan.
Exciters/delighters : fitur baru yang pelanggan tidak harapkan namun memberi
penilaian kualitas yang lebih tinggi.
Gambar 2.2
Kano Model
48
Sejauh apapun tingkan pencapaian kualitas yang ditawarkan oleh perusahaan
baik dalam bentuk barang maupun jasa, perlu disadari bahwa hasil tersebut merupakan
buah dari kualitas proses yang dijalankan. Pada kenyataannya kualitas proses bukan
hanya tanggung jawab bagian produksi/pelayan jasa saja, tapi semua aspek dalam
organisasi perlu terlibat. Atau dengan kata lain perlu adanya integrated approach,
melalui TQM (Total Quality Management) dengan ketiga pilarnya yaitu : customer
focus, continuous improvements, dan total participation. Dan dalam perkembangan
selanjutnya Six Sigma lebih popular digunakan daripada TQM karena TQM hanya
memberikan petunjuk filosofis tentang menjaga dan meningkatkan kualitas, tetapi sukar
untuk membuktikan keberhasilan pencapaian peningkatan kualitas. Six Sigma akan
dijelaskan lebih lanjut pada subbab berikutnya.
2.2. SIX SIGMA
Seperti kebanyakan penemuan besar, Six Sigma bukan merupakan “paket” baru
secara keseluruhannya, tapi merupakan kombinasi dari beberapa teknik-teknik masa
lampau terbaik dengan terobosan terkini dalam manajemen berfikir dan pengertian
sederhana.
2.2.1. Sejarah Six Sigma
Dimulai dengan Carl Fredrick Gauss (1777-1885) yang memperkenalkan konsep
kurva normal dalam bidang statistik untuk pertama kalinya, lalu kemudian oleh Walter
Shewhart dikembangkan dengan menjelaskan bahwa 3 sigma dari nilai rata-rata
mengindikasikan perlunya perbaikan dalam sebuah proses. Hingga pada akhir tahun
49
1970, Dr. Mikel Harry yang merupakan insinyur senior Motorola Government
Electronics Group mencoba melakukan problem solving dengan statistik. Ternyata hal
tersebut membuahkan hasil yang diluar dugaan yaitu produk didisain dan diproduksi
dengan lebih cepat dan lebih murah. Metode tersebut kemudian dituangkan kedalam
sebuah makalah degan judul “The Strategic Vision for Accelerating Six Sigma Within
Motorola”. Lalu dengan bantun Richard Schroeder seorang mantan executive Motorola
berhasil disusun konsep change management yang diwujudkan dalam bentuk sebuah alat
pengukuran kualitas yang sederhana Six Sigma.
2.2.2. Pengertian Six Sigma
Istilah “Six Sigma” mengacu pada sebuah tujuan khusus yaitu mengurangi defect
segala sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan pelanggan hingga mendekati angka
nol (zero defect). Sigma sendiri dalam bahasa Yunani merepresentasikan “standar
deviasi dari populasi”. Sigma, atau standar deviasi, menyatakan seberapa besar
variabilitas antar anggota dalam suatu kelompok (populasi). Semakin besar variasi,
maka semakin besar standar deviasinya. Keadaan yang baik terjadi jika berlangsung
sebaliknya yaitu variasi yang ada semakin sedikit.
50
“2σ” Quality “6σ” Quality
Gambar 2.3
Tampilan Kapabilitas Proses (Besar Sigma) Pada Kurva Normal
Untuk lebih mudahnya, Six Sigma dapat dipahami sebagai sebuah metode yang
digunakan untuk meningkatkan kualitas produk dan/atau proses sebagai jawaban atas
permintaan pelanggan dengan mencegah cacat (defect) melalui peminimalisiran variasi.
Variasi sendiri berarti keberagaman yang dimiliki produk yang berada diluar kriteria
ketentuan yang diinginkan. Variasi yang tidak diinginkan menjadi masalah dalam
kualitas. Variasi dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :
Tabel 2.1 Tabel Perbedaan Jenis Variasi
Common Cause Variations Special Cause Variations
Merupakan sifat bawaan dari sistem.
Memiliki status ‘in control’
Memiliki status ‘out of control’
Variasi bersifat stabil dan predictable
dalam rentang tertentu
Tidak dapat diprediksi kapan dan dimana
terjadi juga dampak dari variasi tersebut
Pengurangan variasi dilakukan dengan
‘mengubah sistem’ (redesign proses,
membeli teknologi baru dll)
Pengurangan variasi dilakukan dengan
menelusuri jejak dan mengidentifikasi
akar penyebab yang spesifik
51
Keunggulan dari Six Sigma ialah bahwa metode tersebut mencoba untuk
menterjemahkan pengertian variasi yang semula dalam keadaan ‘acak-acakan’ menjadi
jelas ‘hitam putih’-nya dalam penentuan mampu atau tidaknya sebuah produk memenuhi
kebutuhan pelanggan. Kepuasan dan peningkatannya menjadi prioritas tertinggi, dengan
demikian Six Sigma berusaha menghilangkan ketidakpastian pencapaian tujuan bisnis.
Jika kita dapat mendefinisikan serta mengukur customer requirements, maka kita
akan sanggup untuk menghitung jumlah defect serta output (yield) persen barang atau
jasa yang diproduksi dalam keadaan baik. Perhitungan level sigma dapat dilakukan
dengan pengkonversian nilai yield dengan acuan tabel. Atau dapat juga melalui
perhitungan jumlah defect yang terjadi dibandingkan dengan jumlah kesempatan produk
dapat gagal. Hasil dari perhitungan ini dikenal dengan DPMO (Defect per Million
Opportunities). Dengan Six Sigma, diharapkan dapat tercapainya angka defect 3,4
kejadian per 1.000.000 kesempatan.
52
Tabel 2.2 Tabel Konversi Sigma
53
2.2.3. Unsur dan Konsep Six Sigma
Dalam metode Six Sigma terdapat 6 unsur penting yang diperlukan untuk
mencapai kapabilitas Six Sigma dalam sebuah organisasi, yaitu:
1. Fokus pada pelanggan
2. Manajemen berbasis data dan fakta
3. Fokus pada proses, manajemen, dan perbaikan
4. Manajemen proaktif
5. Kerjasama tanpa batasan
6. Berjalan kearah kesempurnaan, toleransi kegagalan
Customer knowledge dan pengukuran yang efektif merupakan ‘bahan bakar’ dari
‘motor’ Six Sigma dengan ketiga bagian dasar penyusunnya yang keseluruhannya
berpusat pada proses organisasi. Hubungan dari ketiga bagian tersebut merupakan satu
inovasi terpenting yang Six Sigma tawarkan. Ketiga bagian tersebut ialah:
1. Process Improvement : strategi dalam mencari solusi untuk mengeliminasi akar
penyebab permasalahan yang muncul di perusahaan dengan merunut variable X
(faktor penyebab) yang menghasilkan variable Y (defect) yang tidak diharapkan.
Kelima langkahnya ialah :
Define : mendefinisikan masalah dan melihat customer requirements;
Measure : mengukur defects dan proses operasi.
Analyze : analisa data dan menemukan akar masalah.
Improve : memperbaiki proses untuk menghilangkan penyebab defects.
Control : mengontrol proses untuk menjamin defects tidak terjadi lagi.
54
2. Process Design (dan Redesign) : disebut juga ‘Six Sigma Design’ (SSD) atau
‘Design for Six Sigma’ (DFSS). Dalam kasus ini, kegiatan bisnis perlu
mendesain atau mendesain ulang proses inti. Digunakan untuk menciptakan
proses, barang dan jasa baru yang bersifat revolusioner berdasarkan customer
requirements and divalidasi oleh data serta pengujian. Tahapannya ialah sebagai
berikut:
Define : mendefinisikan customer requirements dan tujuan proses/ produk/
jasa.
Measure : mengukur dan mencocokkan performa dengan customer
requirements.
Analyze : menganalisa dan menilai desain proses/ produk/ jasa.
Design : mendesain dan mengimplementasikan proses/ produk/ jasa yang
baru.
Verify : menguji hasil dan mempertahankannya.
3. Process Management : menitikberatkan pada pengaturan proses lintas organisasi,
mengganti fungsi pengelolaan individual melalui departemen internal. Memuat
tahapan:
Define : mendefinisikan proses, pedoman customer requirements, dan proses
‘pemilikan’.
Measure : mengukur performa untuk customer requirements dan indikator
proses kunci.
Analyze : menganalisa data untuk meningkatkan perubahan serta menyaring
mekanisme manajemen proses.
55
Contol : mengontrol performa yang ada dengan memonitor input/ operasi/
output terus-menerus serta merespon dengan cepat terhadap masalah dan
variasi proses.
2.2.4. Organisasi Six Sigma
Metode Six Sigma bukan sekedar data peralatan dan perhitungan defect. Bukan
juga hanya sekumpulan orang dalam sebuah tim. Tapi juga harus membentuk struktur
yang menampilkan peran masing-masing anggota yang terlibat dalam organisasi Six
Sigma.
Executives
Master Black Belts
Green BeltsChampions
Project TeamMembers
Black Belts
All Employees
* Own vision, direction, integration, results* Lead change
* Part-time* Project-specific
* Part-time* Help Black Belts
* Understand vision* Apply concepts
* Project owner* Implement solutions* Black Belt managers
* Full time* Train and coach Black and Green Belts* Statistical problem solving experts
* Devote 50%-100% of time to Black Belt activities* Facilitate and practice problem solving* Train and coach Green Belts and project teams
Gambar 2.4
Organisasi Six Sigma
56
2.2.5. Six Sigma Roadmaps
Sebuah peta (daftar urutan aktivitas) yang menuntun dalam penggunaan tools
pemecah permasalahan berikut konsep-konsepnya. Bagaimanapun pada dasarnya tetap
berbasis PDCA (Plan-Do-Check-Action).
Tabel 2.3 Tabel Six Sigma Roadmaps
D M A I C
*Memilih solusi-solusi
*Mengumpulkan data
*Mengukur hasil
*Merekomendasikan rencana kedepan
*Membuat dan mendokumentasikan latihan-latihan standar
*Membuat focused problem statement *Menciptakan solusi
yang mungkin untukakar masalah yang ada
*Mengimplementasikan rencana
*Mengevaluasi keuntungan
*Mengatur penyebab-penyebab potensial
*Menggali penyebab-penyebab potensial
*Membuat peta proses detail
*Memonitor performa*Memahami suarakonsumen
*Memetakan proses
*Membuat danmenstratifikasi frekuensi pemetaandan melakukan analisaPareto
*Menciptakan prosesuntuk memperbaharuiprosedur
*'Mengemudikan' rencana
*Membangun rencana
*Melakukan pelatihantim
*Memetakan data defect sepanjang waktu dan analisa
penyebab khususnya
*Membuat Charter *Mengumpulkan basisdata defect danpenyebab yangmungkin
*Menghitung Sigma proses
*Merangkum dan mengkomunikasikan hasil*Membuat peta proses
detail
57
Define Measure Analysis Improvement Control• Affinity diagram • Control charts • Brainstorming • Communication plan• Charter • Data collection • Control charts• Communication plan • Control plan• Data collection • Brainstorming • PDCA cycle• Control charts • Histograms • Histograms • Run chart• Critical to QualityCharacteristics Tree
• Detail level process map
• Design of experiments • Final capability study
• Pareto chart • Pareto chart • Histogram• Run chart • Pareto chart
• Priori tization matrix• Hypothesis testing • Process sigma
• Review • Scatter diagram • Run chart• y = f(x) • Tree diagram • Control charts
• Process sigma• Run chart
Tools
• Process concept, (SIPOC)
• High level process map
• Preliminary fault tree analysis,(FTA)
• Six Sigma storyboard
• Process owner sign-off
• Taguchi loss function
• Focused problem statement
• Initial capability study
• Cause and effect diagram
• Failure Mode and Effects Analysis (FMEA)
• Measurement System Analysis, (MSA)
• Project implementation timeline
2.2.6. Six Sigma Tools
Tabel 2.4 Tabel Six Sigma Tools
Pareto Diagram
Frek
uens
i
Perc
ent
Keluhan
Count6.7
Cum % 58.7 81.3 93.3 100.0
44 17 9 5Percent 58.7 22.7 12.0
Waiter/tr
ess K
urang
Ram
ah
Tempa
t Kura
ng Coz
y
Makan
an Kur
ang V
ariat
i f
Harga
Kura
ng Terj
angk
au
80
7060
5040
30
2010
0
100
80
60
40
20
0
Diagram Pareto Keluhan Pelanggan Kafe 'Ocean'
Gambar 2.5
Pareto Diagram
Pareto Diagram merupakan sebuah perangkat grafis yang membantu
menguraikan sebuah masalah kedalam beberapa bagian penyusun serta mengidentifikasi
bagian-bagian mana saja yang paling sering terjadi dan paling penting. Diagram tersebut
melukiskan urutan bagian peyusun tersebut dari yang memiliki frekuensi terbesar hingga
58
yang terkecil (urut dari kiri ke kanan). Konsep tersebut diterapkan berdasarkan Prinsip
Pareto atau “80/20 Rule” yang mengatakan bahwa secara kasar 80% masalah yang
terjadi disebabkan oleh 20% penyebabnya. Dengan menggunakan Prinsip Pareto, kita
menyelesaikan sebuah permasalahan dengan mengidentifikasi dan fokus pada ‘vital few’
masalah. Mencegah pemusatan pada ‘masalah orang’ karena masalah-masalah biasanya
muncul dari proses bukan orang. Digunakan dalam fase Measure dan Improve.
Scatter Diagram
Gambar 2.6
Scatter Diagram
Scatter Diagram memperlihatkan pola hubungan diantara dua variabel yang
diperkirakan saling berhubungan. Semakin titik-titik terangkum dalam sebuah garis
diagonal maka semakin dekat hubungan antar variabel tersebut.
59
Control Chart
Gambar 2.7
Control Chart
Control Chart merupakan sebuah representasi visual dari konsistensi proses
dengan menggunakan control limit 3 standar deviasi diatas dan dibawah rata-rata yang
dimaksudkan untuk menyoroti penyebab-penyebab khusus (variasi unik yang dapat
ditetapkan) dari penyebab-penyebab umum (variasi normal dan yang diharapkan) serta
untuk mengetahui apakah proses bekerja dengan dapat diprediksi. Control chart dapat
digunakan pada fase Measure, Analyze, Improve dan Control.
60
CTQ Tree
Gambar 2.8
CTQ Tree
CTQ Tree (Critical to Quality Tree) digunakan untuk ‘melumatkan’ customer
requirements yang begitu global menjadi requirements yang lebih mudah untuk diukur.
Digunakan dalam fase Define.
Histogram
Gambar 2.9
Histogram
61
Histogram merupakan sebuah bar chart vertikal dari distribusi frekuensi data.
Digunakan sebagai pengawasan terhadap sebuah parameter proses yang spesifik untuk
menentukan dimanakah variasi dengan jumlah terbesar terjadi pada proses, atau untuk
menentukan apakah spesifikasi proses dilampaui. Histogram merupakan perangkat yang
efektif dan praktis untuk digunakan pada fase Measure.
Line Chart
Gambar 2.10
Line Chart
Line Chart merupakan sebuah grafik garis yang digambarkan dengan terlebih
dahulu memetakan variabel dependen pada sumbu X dan variabel independen pada
sumbu Y. Dapat digunakan untuk membandingkan dua atau lebih keadaan dari
komponen yang ingin diinvestigasi. Digunakan pada fase Measure.
62
High Level Process Map
Gambar 2.11
High Level Process Map
High Level Process Map merupakan sebuah deskripsi yang mengilustrasikan
bagaimana sesuatu dikerjakan serta memungkinkan partisipan untuk menggambarkan
keseluruhan proses dan mengidentifikasi area yang memuat kekuatan serta kelemahan.
Perangkat tersebut juga membantu dalam mengurangi cycle time dan defect pada saat
mengetahui nilai kontribusi individu. Digunakan pada fase Define dan Analyze.
Pie Chart
Gambar 2.12
Pie Chart
63
Pie Chart merupakan grafik yang berfungsi untuk menunjukkan proporsi dari
komponen-komponen (seperti faktor penyebab, jenis masalah dll) pembahasan suatu
topik. Grafik tersebut membuat pembaca lebih mudah menyadari kontribusi yang
diberikan oleh masing-masing komponen yang ditampilkan oleh komposisi bagian-
bagiannya. Digunakan pada fase Measure.
SIPOC Diagram
Gambar 2.13
SIPOC Diagram
SIPOC Diagram menyajikan ikhtisar dengan mutu tinggi dari sebuah proses.
Perangkat tersebut sangat berguna dalam mendefinisikan batasan-batasan proyek dan
skup (titik awal dan titik akhir) serta membantu dalam menjelaskan pada tahap mana
harus dilakukan pengumpulan data. Digunakan pada semua jenis pekerjaan baik yang
repetitif ataupun tidak. Digunakan pada fase Define.
64
Fishbone Diagram
Gambar 2.14
Fishbone Diagram
Diagram Sebab-Akibat (Fishbone Diagram/ Ishikawa Diagram) digunakan untuk
mendaftarkan penyebab-penyebab dari sebuah permasalahan. Garis-garis yang muncul
dari garis horizontal inti merupakan penyebab-penyebab utama permasalahan dan garis-
garis baru yang muncul dari garis-garis tersebut disebut sub penyebab. Digunakan pada
fase Analyze.
65
Flow Chart
Gambar 2.15
Flow Chart
Flow Chart merupakan sebuah perangkat yang memanfaatkan penggunaan
gambar rancangan, proses atau prosedur yang memetakan desain logis dan/atau
hubungan dari komponen-komponen atau alur logis dari sebuah proses atau prosedur.
Tiap bentuk yang berbeda merepresentasikan masing-masing komponen pada diagram.
Selain mengilustrasikan urutan kegiatan, flow chart juga membantu untuk
mengidentifikasi redundansi, inefisiensi, kesalapahaman, work-arounds, hand-offs,
tahapan yang value adding ataupun yang non-value adding. Digunakan pada fase
Define, Measure, Analyze, Improve dan Control. Flow chart menyediakan empat
perspektif berbeda dari sebuah proses yaitu:
• Proses apakah yang berlangsung?
66
• Bagaimana proses berlangsung?
• Bagaimana proses dapat berlangsung?
• Bagaimana proses seharusnya berlangsung?
Affinity Diagram
Gambar 2.16
Affinity Diagram
Affinity Diagram merupakan sekumpulan teknik mengambilan keputusan yang
digunakan untuk menghasilkan, mengatur dan meringkas data (ide, isu, solusi, masalah)
dalam jumlah besar kedalam kategori logis untuk dapat memahami esensi dari masalah
67
dan/atau solusi. Digunakan pada fase Define, Analyze, dan Improve untuk membantu
memusatkan pada satu permasalahan, topik atau solusi.
Check List
Gambar 2.17
Line Chart
Perangkat pengumpulan data yang membantu untuk menstandarisasi data yang
terkumpul dengan menyediakan tempat-tempat untuk meletakkan data yang dicatat.
Digunakan pada fase Measure.
68
Arrow Diagram
Gambar 2.18
Arrow Diagram
Arrow Diagram berfungsi untuk menunjukkan hubungan antara komponen-
komponen yang digambarkan oleh sebuah panah dari satu gagasan yang
menyebabkan gagasan lain sebagai hasil. Terkadang panah digambar dari satu
tindakan yang terjadi sebelum tindakan lainnya. Komponen yang mengandung anak
panah dengan arah masuk merupakan target yang berjarak panjang dan komponen
yang memiliki anak panah dengan arah keluar bertindang sebagai komponen awal.
69
Project Charter
Gambar 2.19
Project Charter
Project Charter merupakan sebuah deskripsi tujuan tim (misi) dan alat untuk
mengidentifikasi otoritas serta sumber daya yang disediakan untuk menjalankan misi
tersebut. Charter juga mengklarifikasi harapan tim dengan tetap mengarahkan pada
fokus tim dan sejajar dengan prioritas organisasi. Digunakan pada fase Define.
70
Gantt Chart
Task Duration Jan Feb Mar Apr MayJun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
1 2 mo.
2 2 mo.
3 4 mo.
4 2 mo.
5 4 mo.
6 3 mo.
Gambar 2.20
Gantt Chart
Gantt Chart merupakan sebuah grafik batang horizontal yang digunakan untuk
menampilkan kemajuan sebuah proyek secara grafis. Khusus digunakan pada fase
Improve.
• Berguna untuk merencanakan proyek.
• Pengalokasian sumber daya.
• Membantu dalam memahami apa yang harus dilakukan pada saat kapan serta
menjelaskan bagaimana satu tahapan mempengaruhi tahapan-tahapan yang lain.
• Mengkomunikasikan kemajuan dan ekspektasi-ekspektasi kepada pembaca.
• Mengarahkan keberlangsungan proyek dan membuat perubahan-perubahan jika
diperlukan.
71
Run Chart
Gambar 2.21
Run Chart
Run Chart merupakan sebuah grafik garis yang menunjukkan alur titik-titik data
terhadap waktu. Digunakan untuk menjaga fokus pada perubahan-perubahan penting
pada sebuah proses dengan menunjukkan tren serta perubahan dalam sebuah proses
sepanjang waktu, variasi sepanjang waktu atau mengidentifikasi/ memonitor penurunan
atau peningkatan dalam sebuah proses sepanjang waktu. Khusus digunakan pada fase
Measure.
72
SWOT Matrix
Tabel 2.5 Tabel SWOT Matrix
SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and Threat) Matrix digunakan untuk
menuliskan kebutuhan yang mendorong untuk melakukan perubahan. Berupa daftar
pernyataan kekuatan (strengths) dan kesempatan (opportunities) sebagaimana
kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats) saat ini atau dimasa yang akan datang.
Matriks tersebut digunakan dalam fase Improve untuk mempertimbangkan apakah
pernyataan yang dikemukakan mengenai kekuatan dan kelemahan dikemudian hari
menciptakan kebutuhan akan perubahan jika dibandingkan dengan kekuatan dan
kelemahan yang ada saat ini.
73
Matrix Diagram
Gambar 2.22
Matrix Diagram
Matrix Diagram memungkinkan sebuah tim atau individu dalam
mengidentifikasi, menganalisa dan menilai keberadaan serta kekuatan hubungan antara
sekumpulan informasi. Seringkali terjadi pemacuan ide pemikiran yang tidak akan
mungkin terealisasi jika tidak dilakukan pendekatan melalui perangkat tersebut.
74
Tree Diagram
Gambar 2.23
Tree Diagram
Tree Diagram menyajikan sebuah struktur logis guna membantu pembaca
beranjak dari isu yang global dan luas kepada item yang lebih sederhana dan spesifik.
Selain itu, diagram tersebut juga dapat membantu dalam menyusun potensi sebab akibat.
Dapat digunakan dalam dokumentasi 5-Whys pada fase Anayze.
75
Prioritization Matrix
Gambar 2.24
Prioritization Matrix
Prioritization Matrix merupakan sebuah teknik yang berguna untuk
mengidentifikasi permasalahan yang mana yang paling penting untuk diselesaikan
pertama kali. Matriks tersebut membantu dalam hal mengurutkan permasalahan atau isu
yang didapat dari hasil brainstorming dengan menggunakan criteria pembobotan yang
penting dalam proyek dan/atau organisasi. Perangkat tersebut sangat berguna jika
dipakai pada fase Define ketika ingin memprioritaskan masalah atau mencapai
consensus dari idea tau solusi yang diajukan. Selain itu juga membantu dalam
menentukan pilihan akhir bersama dengan sponsor atau pihak lainnya.