neuro - infeksi jamur ssp
TRANSCRIPT
-
8/3/2019 Neuro - Infeksi Jamur SSP
1/11
TUGAS BIMBINGAN
INFEKSI JAMUR PADA SISTEM SARAF PUSAT
Oleh :
Ratih Nurdiany Sumirat(0610119)
Pembimbing :
dr. Bing Haryono, Sp.S.
SMF ILMU PENYAKIT SARAF
RUMAH SAKIT IMMANUEL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
2011
-
8/3/2019 Neuro - Infeksi Jamur SSP
2/11
Tugas BimbinganRatih Nurdiany Sumirat (0610119)
INFEKSI JAMUR PADA SUSUNAN SARAF PUSAT
I. PENDAHULUAN
Jamur dalam kehidupan sehari-hari berguna dan menguntungkan secara komersial dan
pengobatan. Namun demikian, jamur juga dapat menimbulkan berbagai problem bagi
manusia. Beberapa jenis jamur patogen seperti Cryptococcus, histoplasma, blastomyces dan
coccidiolides immitis dapat menginfeksi manusia dan meyebabkan gejala lokal maupun
penyakit yang disseminata termasuk infeksi susunan saraf pusat.
Jamur terdiri dari 2 macam bentuk, yaitu bentuk molds dan yeast. Mold terbentuk sebagai
filamen tubular dan kadang-kadang bercabang yang disebut hifa, sedangkan yeast merupakan
organisme uniselular yang mempunyai dinding sel yang tebal yang dikelilingi oleh kapsul
yang bentuknya tegas.
Jamur-jamur patogen yang opertunistik seperti aspergillus dan candida dapat mengancam
jiwa pasien immunocompromised termasuk neonatus, pasien post operasi, dan pasien dengan
keganasan, transplantasi organ atau acquired immunodeficiency (AIDS). Manifestasi klinis
infeksi jamur susunan saraf pusat dapat berupa meningitis, meningoensafilitis, intrakranial
tromboflebitis, abses otak, bentuk granuloma dan sangat jarang terjadi aneurisma mikotik.
Meningitis oleh karena jamur merupakan penyakit yang relatif jarang ditemukan, namun
dengan meningkatnya pasien dengan gangguan imunitas, angka kejadian meningitis jamur
semakin meningkat. Problem yang dihadapi oleh para klinisi adalah ketepatan diagnosa dan
terapi yang efektif. Sebagai contoh, jamur tidak langsung difikirkan sebagai penyebab gejala
penyakit/infeksi dan jamur tidak sering ditemukan dalam cairan serebrospinal (CSS) pasien
yang terinfeksi oleh karena jamur hanya dapat ditemukan dalam beberapa hari sampai
minggu pertumbuhannya.
Infeksi pertama biasanya melalui inhalasi sehingga terbentuk fokus primer pada paru yang
biasanya asimptomatik dan sembuh spontan. Dari fokus primer ini dapat terjadi peneybaran
hematogen ke tulang, visera dan otak. Infeksi otak dapat menimbulkan penyakit yang
progresif dan fatal.
-
8/3/2019 Neuro - Infeksi Jamur SSP
3/11
Tugas BimbinganRatih Nurdiany Sumirat (0610119)
II. GAMBARAN UMUM INFEKSI JAMUR PADA SUSUNAN SARAF PUSAT
Jamur yang menginfeksi manusia terdieri dari 2 kelompok yaitu, jamur patogenik dan
opportunistik. Jamur patogenik adalah beberapa jenis spesies yang dapat menginfeksi
manusia normal setelah inhalasi atau implantasi spora.
Secara alamiah, manusia dengan penyakit kronis atau keadaan gangguan imunitas lainnya
lebih rentan terserang infeksi jamur dibandingkan manusia normal. Selama infeksi, jamur
dapat beradaptasi terhadap temperatur yang tinggi dan kemampuan/potensi reduksi-oksidasi
jaringan yang rendah. Jamur juga dapat mengatasi sistim pertahanan tubuh dengan
bertambahnya kecepatan bertumbuh dan menjadi relatrif tidak sensitif terhadap mekanisme
sistim kekebalan tubuh seperti fagositosis. Jamur patogenik meyebabkan histiplasmosis,
blastomycosis, coccidiodomycosis dan paracoccidiodomycosis.
Kelompok kedua adalah kelompok jamur opportunistik. Kelompok ini tidak menginfeksi
orang normal. Penyakit yang termasuk disini adalah aspergilosis, candidiasis, cryptococcosis,
mucormycosis (phycomycosis) dan nocardiosis.
Perubahan minor dari sistim kekebalan tubuh dapat menyebabkan manifestasi klinis jamur ini
(misalnya, candida dapat berkembang pada membran mukosa). Jika terjadi perubahan yang
besar, maka dapat terjadi pada susunan saraf pusat seperti pada pasien yang menggunakan
antimikroba jangka panjang, penggunaan terapi immunosupresif,adanya penyakit-penyakit
sistemik seperti penyakit hodgkin, leukemia, diabetes mellitus, aids atau penyakit lainnya
yang dapat menggangu sistem kekebalan tubuh manusia. Disamping itu penggunaan infusan
jangka panjang (deep venous line) dapat merupakan faktor tambahan penyebab infeksi jamur
ini. Kecuali dibeberapa daerah di Asia, manifestasi infeksi jamur pada susunan saraf pusat
jarang, demikian pula dengan nocardiosis.
Manifestasi klinis infeksi candida pada meningen jarang, tetapi pada pemeriksaan
postmortem dapat ditemukan dapat ditemukan. Pada otopsi candidasis terjadi pada pasien
dengan gangguan imunitas dengan bentuk mikroabses dan granuloma nonkaseosa, tanpa
terjadinya leptomeningitis yang difus. Sebaliknya kebanyakan mikosis dengan manifestasi
penyakit neurologis merupakan akibat sekunder dari infeksi sistemik.
Untuk keadaan ini infeksi terbanyak adalah meningitis criptococcal. Pada mucormycosis,
infeksi primer bisanya berasal dari sinus paranasalis dan mata, meyebar ke otak atau nervus
kranialis pada pasien dengan gangguan imunitas.
Manifestasi infeksi susunan saraf pusat berupa: meningitis jamur dengan periode berapa harisampai minggu seperti meningitis tuborkulosa demikian pula dengan gejala klinisnya.
-
8/3/2019 Neuro - Infeksi Jamur SSP
4/11
Tugas BimbinganRatih Nurdiany Sumirat (0610119)
Disamping itu dapat terjadi gangguan dari beberapa saraf kranial, artritis dengan trombosis
dan Infark serebri, multiple abses dikortikal dan subkortikal dan hidrosepalus komunikans
dan komunikans. Biasanya pasien tidak demam.
Diagnosis infeksi jamur pada susunan saraf pusat seringkali sukar dan sangat tergantung dari
kesiagaan klinisi. Selain gejala klinis, sangat penting dilakukan pemeriksaan radiologis paru-
paru dan organ lainnya, skin test,antibodi serum dan pemeriksaan cairan serebrospinal. Isolasi
kuman dari lesi dan cairan serebrospinal merupakan pembantu diagnostik yang penting. Pada
meningitis, perlu dilakukan pemeriksaan CT scan dan MRI. Perubahan cairan serebrospinal
pada meningitis jamur seperti pada meningitis tuborkulosa. Tekanan meningikat bervariasi,
pleiositosis moderat, biasanya kurang adri 1000 sel/mm3, dengan predominan limfosit.
Kecuali pada kasus yang akut, sel dapat meningkat lebih dari 1000/mm3 dengan predominan
polimorfonuklear. Glukosa bisanya agak menurun (subnormal) dan protein meningkat
kadang-kadang sampai pada kadar yang sangat tinggi. Diagnosis spesifik dapat dibuat dari
hapusan cairan serebrospinal dan dari kultur dan juga dengan menemukan antigen spesifik
dengan immunodifusion latex particle aggregation atau perbandingan antigen recognition
test. Pemeriksaan cairan serebrospinal harus termasuk pemeriksaan tubercle basilli dan
leukosit abnormal oleh karena banyak terjadi infeksi bersama jamur dengan tuberkulosa dan
leukemia atau limfoma.
III. BEBERAPA JENIS JAMUR PENYEBAB INFEKSI SUSUNAN SARAF PUSAT
1. Cryptococcus neofarmans
Cryptococcus neofarmans adalah jamur seperti ragi (yeast like fungus) yang ada dimana-
mana di seluruh dunia. Jamur ini menyebabkan penyakit jamur sistemik yang disebut
cryptococcosis, dahulu dikenal dengan nama Torula histolitica. Jamur ini paling dikenal
sebagai penyebab utama meningitis jamur dan merupakan penyebab terbanyak morbiditas
dan mortalitas pasien dengan gangguan imunitas. Cryptococcus neofarmans dapat ditemukan
pada kotoran burung (terutama merpati), tanah, binatang juga pada kelompok manusia
(colonized human).
Gejalanya seperti meningitis klasik yang melibatkan meningitis secara difus. Dengan adanya
AIDS, insiden cryptococcal meningitis meningkat drastis. Di Amerika, meningitis ini
termasuk lima besar penyebab infeksi oportunistik pada pasien AIDS.a. Mikologi
-
8/3/2019 Neuro - Infeksi Jamur SSP
5/11
Tugas BimbinganRatih Nurdiany Sumirat (0610119)
Cryptococcus neofarmans merupakan yeast like fungus. Pada jaringan yang terinfeksi
organisme ini membentuk kapsul polisakarida yang merupakan antigen penting yang dapat
mempengaruhi tubuh host. Kapsul ini terdiri dari empat serotipe antigen yang telah dapat
diisolasi yairu A,B,C dan D. Berdasarkan antigen kapsul ini Cryptococcus neofarmans dibagi
menjadi dua subgroup, V.neofarmans var neofarmans (serotipe A dan D) dan C.neofarmans
var gatti (serotipe B dan C). Serotipe A merupakan serotipe yang paling sering diisolasi dan
yang terutama di Amerika. Serotipe D biasanya ditemukan di Eropa, B dan C ditemukan
didaerah tropis dan subtropis. Pada pasien AIDS serotipe yang paling sering ditemukan
aialah serotipe B dan C.
Serotipe B dan C dapat pula menginfeksi manusia (nonimmunosupressant host) dan lebih
banyak menginvasi parenkim otak menyebabkan lesi massa yang disebut toruloma.
Isolasi jamur dapat dilakukan dengan membuat sediaan cairan serebrospinal yang dicampur
dengan tinta India kemudian diperiksa pada mikroskop. Ukuran diameter yeast 4-6 m
dengan kapsul berukuran 1-30 m. Jika pemeriksaan ini dilakukan dengan hati-hati maka
dapat positif pada lebih kurang setengah kasus meningitis cryptococcal, dan lebih tinggi pada
penderita AIDS. Perhitungan kwantitatif pasien meningitis daro 103- 107 count forming unit
(CFU) perdarahan milimeter cairan serebrospinal.
b. Patogenesis dan Patofisiologi
Infeksi pertama terbanyak terjadi akibat inhalasi yeast dari lingkungan sekitar. Pada saat
dalam tubuh host Cryptococcus membentuk kapsul polisakarida yang besar yang resisten
terhadap fagositosis. Produksi kapsul distimulasi oleh konsentrasi fisiologis karbondioksida
dalam paru. Keadaan ini meyebabkan jamur ini beradaptasi sangat baik dalam host mamalia.
Reaksi inflamasi ini menghasilkan reaksi kompleks primer paru kelenjar limfe (primary lung
lymph node complex) yang biasanya membatasi penyebaran organisme. Kebanyakan infeksi
paru ini tanpa gejala, tetapi secara klinis dapat terjadi seperti gejala pneumonia pada infeksi
pertama dengan gejala yang bervariasi beratnya. Keadaan ini biasanya membaik perlahan
dalam beberapa minggu atau bulan dengan atau tanpa pengobatan. Pada pasien lainnya dapat
terbentuk lesi pulmonar fokal atau nodular. Cryptococcus dapat dorman dalam paru atau
limfenodus sampai pertahanan host melemah.
Cryptococcus neofarmans dapat menyebar dari paru dan limfenodus torakal ke aliran darah
terutama pada host yang sistem kekebalannya terganggu. Keadaan ini dapat terjadi selama
infeksi primer atau selama masa reaktivasi bertahun-tahun kemudian. Jika terjadi infeksi
-
8/3/2019 Neuro - Infeksi Jamur SSP
6/11
Tugas BimbinganRatih Nurdiany Sumirat (0610119)
jauh, maka tempat yang paling sering terkena adalah susunan saraf pusat. Keadaan dimana
predileksi infeksi ini terutama pada ruang subarakhnoid, belum dapat diterangkan.
Ada beberapa faktor yang berperanan dalam patogenesis infeksi Cryptococcus neofarmans
pada susunan saraf pusat. Jamur ini mempunyai beberapa fenotif karakteristik yang dikatakan
berhubungan dengan invasi pada susunan saraf pusat seperti, produksi phenoloxidase, adanya
kapsul polisakarida,dan kemampuan untuk berkembang dengan cepat pada suhu tubuh
host.Informasi terakhir mengatakan bahwa melanin bertindak sebagai antioksidan yang
melindungi organisme ini dari mekanisme pertahanan tubuh host. Faktor karakteristik lainnya
yaitu kemampuan kapsul untuk melindungi jamur dari pertahanan tubuh terutama fagositosis
dankemampuan jamur untuk hidup dan berkembang pada suhu tubuh manusia.
c. Patologi
Ada tiga pola dasar infeksi jamur pada susunan saraf pusat yaitu, meningitis kronis, vaskulitis
dan invasi parenkimal. Pada infeksi Cryptococcal jaringan otak menunjukkan adanya
meningitis kronis pada leptomeningen basal yang dapat menebal dan mengeras oleh reaksi
jaringan penyokong dan dapat mengobstruksi aliran likuor dari foramen Luschka dan
Magendi sehingga terjadi hidrosefalus. Pada jaringan otak terdapat substansi gelatinosa pada
ruang subarakhnoid dan kista kecil didalam parenkim yang terletak terutama pada ganglia
basilis pada distribusi arteri lentikulostriata. Lesi parenkimal terdiri dari agregasi atau gliosis.
Infiltrat meningen terdiri dari sel-sel inflamasi dan fibroblast yang bercampur dengan
Cryptococcus. Bentuk granuloma tidak sering ditemukan pada beberapa kasus terlihat reaksi
inflamasi kronis dan reaksi granulomatosa sama dengan yang terlihat pada M.tuberculosa
dengan segala bentuk komplikasinya.
Menurut Prockop,perubahan susunan saraf pusat termasuk infiltrasi meningen oleh sel
mononuklear dan organisme. Organisme ini dapat tersebar pada parenkim otak dengan reaksi
inflamasi yang minimal atau tanpa reaksi inflamasi. Kadang-kadang terdapat abses pada
jaringan otak dan granuloma pada meningen otak dan medula spinalis.
Gejala klinis infeksi jamur pada susunan saraf pusat tidak spesifik seperti akibat infeksi
bakteri. Pasien paling sering mengalami gejala sindroma meningitis atau sebagai meningitis
yang tidak ada perbaikan atau semakin progresif selama observasi (paling kurang empat
minggu). Manifestasi klinis lainnya berupa kombinasi beberapa gejala seperti demam, nyeri
kepala, letargi, confise, mual, muntah, kaku kuduk atau defisit neurologik.
-
8/3/2019 Neuro - Infeksi Jamur SSP
7/11
Tugas BimbinganRatih Nurdiany Sumirat (0610119)
Sering kali hanya satu atau dua gejala utama yang dapat ditemukan pada gejala awal.
Misalnya pasien datang ke klinis hanya dengan keluhan demensia subakut tanpa gejala
lainnya.
Waktu terjadinya penyakit sangat vital dan penting dalam mempertimbangkan diagnosis
meningitis jamur. Beberapa kasus sebagai meningitis akut,kebanyakan subakut dan beberapa
kronis.
Gambaran klinis selain meningitis yang sering ditemukan yaitu gambaran ensefalitis. Sering
kali pasien didagnosa sebagai meningitis TBC sampai akhirnya ditemukan diagnosa yang
benar dengan ditemukannya jamur dalam cairan serebrospinal. Diagnosa meningitis jamur
dapat ditegakkan dengan kultur dalam medium sabouraud. Granuloma besar pada serebrum,
serebrum atau batang otak memberikan gejala seperti space occupaying lesion lainnya.
Diagnosa granuloma dapat ditegakkan dari pemeriksaan CT scan dan MRI.
d. Diagnosa
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan tambahan seperti,
laboratorium cairan serebrospinal. Gambaran cairan serebrospinal infeksi Cryptococcus sama
dengan meningitis tuberkulosa. Tekanan biasanya meningkat terdapat peningkatan jumlah sel
dari 10-500 sel/mm3. protein meningkat dan glukosa menurun biasanya sekitar 15- 35 mg.
Diagnosa dapat dibuat dengan menemukan organisme ini dalam cairan serebrospinal dengan
pewarnaan tinta India, kultur dalam media sabouraud dan berasarkan hasil inokulasi pada
hewan percobaan. Jamur ini juga dapat dikultur dari urine, darah, fases, sputum dan sum-
sumvtulang. Pemeriksaan antigen Cryptococcus pada serum dan cairan serebrospinal dapat
menegakkan diagnosa, dapat dikultur dari urine, darah, feses, sputum dan sum-sum tulang.
e. Terapi
Terapi dengan amphotericin B memperlihatkan hasil yang baik. Amphotericin B diberikan
tiap hari intravena dengan dosis 0,5 mg/kg,diberikan enam sampai sepuluh minggu,
tergantung dari perbaikan klinis dan kembalinya cairan serebrospinal kearah normal. Peneliti
lain memberikan amphotericin B dengan 5-flurocytosine 150 mg/kg perhari (dalam 4 dosis).
Kombinasi ini memberikan hasil yang lebih baik.
f. Prognosa
Pada pasien yang tidak diobati, biasanya fatal dalam beberapa bulan tetapi kadang-kadang
menetap sampai beberapa tahun dengan rekuren,remisi dan eksaserbasi. Kadang-kadang
jamur pada cairan serebrospinal ditemukan selama tiga tahun atau lebih. Telah dilaporkanbeberapa kasus yang sembuh spontan.
-
8/3/2019 Neuro - Infeksi Jamur SSP
8/11
Tugas BimbinganRatih Nurdiany Sumirat (0610119)
2. Mucormycosis
Serebral mucormycosis (phycomycosis) adalah penyakit akut, jarang dapat disembuhkan
yang disebabkan oleh jamur klas phycomycetae khususnya genera rhizopus. Jamur ini
terdapat diseluruh dunia pada tumbuhan busuk, pupuk dan makanan yang mengandung
banyak gula. Infeksi pada manusia hampir selalu terjadi pada pasien yang mempunyai
penyakit utama termasuk diabetes melitus yang tidak terkontrol, keganasan darah, lymfoma,
keadaan imunosupresif, penggunaan antibiotik jangka panjang dan penggunaan sitostatik.
Jamur ini masuk ke dalam tubuh manusia yang rentan melalui hidung menyebabkan sinusitis
dan sellulitis orbitalis, kemudian penetrasi ke arteri dan terjadi trombosis arteri oftalmika dan
arteri karotis interna dan selanjutnya menyerang vena dan saluran linfe. Dapat terjadi
penyakit yang desiminata pada mata, serebral,paru dan intestinal.
Gejala klinis biasanya dimulai dengan tanda-tanda infeksi sinus paranasalis seperti hidung
tersumbat, sekret dari hdung kadang-kadang berdarah, nyeri pada daerah sinus dan demam.
Jika tidak diobati, penyakit ini akan menyebar keotak melalui lamina kribriformis atau
setelah terlibatnya tulang tengkorak.
Kemudian terjadi gejala-gejala lobus frontalis dan meningen basalis bersama dengan
penurunan kesadaran, drowsyness, nyeri kepala, perubahan status mental. Gejala neurologis
yang sering terjadi yaitu proptis,kelumpuhan mata dan hemiplegi yang mana keadaan ini
berhubungan dengan terlibatnya arteri arteri orbitalis dan karotis danjaringan disekitarnya.
Organisme ini dapat menginvasi meningen atau dapat menembus otak sehingga menimbulkan
ensefalitis jamur dan dapat menyebabkan Infark dan perdarahan otak.
Beberapa hifa terdapat didalam trombus dandinding pembuluh darah dan sering sekali masuk
ke dalam parenkim sekitarnya. Biasanya penyakit ini cepat berakibat fatal dalam beberapa
hari atau minggu.
Diagnosa penyakit ini ditegakkan berdasarkan pemeriksaan sputum, cairan serebrospinal atau
eksudat jaringan sinus paranasalis. Kultur rhizopus dapat membantu tapi bukan merupakan
diagnostik oleh karena kebanyakan merupakan kontaminan.
Terapi terdiri dari pemberian Amphotericin B dan kontrol faktor predisposisi seperti diabetes
melitus. Juga diperlukan drainase lokal dan operasi jaringan nekrotik secepatnya untuk
mencegah penyebaran penyakit.
3. Candidiasis (moniliasis)
-
8/3/2019 Neuro - Infeksi Jamur SSP
9/11
Tugas BimbinganRatih Nurdiany Sumirat (0610119)
Spesies candida merupakan suatu flora mikrobial yang normal terdpat dalam tubuh manusia.
Candidiasis kemungkinan merupakan infeksi jamur oportunistik terbanyak. Infasi ke susunan
saraf pusat sebenarnya sangat jarang kecuali terjadi kerusakan sistem kekebalan tubuh host.
Banyak faktor yang menunjang terjadinya infeksi candida seperti terapi antibiotik spectrum
luas, luka bakar berat, nutrisi parental total, prematuritas, keganasan, pemasangan kateter,
terapi kortikosteroid, neutropenia, operasi abdomen, diabetes mellitus, dan penggunaan obat
parenteral yang tidak semestinya (parentral drug abuse)
Bentuk patologi infeksi susunan saraf pusat oleh candida berupa penyebaran mikro abses
intraparenkimal, granuloma nonkaseosa, abses besar, meningitis. Pada kebanyakan kasus
diagnosis belum dapat ditegakkan pada saat pasien masih hidup, kemungkinan oleh karena
sukarnya menemukan organisme pada cairan serebrospinal .
Prognosis biasanya jelek walaupun dengan penggunaan amphotericin B.
4. Aspergilosis
Aspergilosis fumigatus dan A.flavus dapat menyebabkan infeksi susunan saraf pusat
manusia. Hal ini terjadi melalui penyebaran langsung dari sinus paranasalis atau setelah
trauma kapitis, operasi lumbal fungsi, atau melalui penyebaran hematogen pada orang dengan
gangguan imunitas terutama yang mengalami neutropenia dalam jangka waktu yang lama.
Penulis lain menyatakan bahwa infeksi jamur ini terutama jika terjadi sinusitis kronis
(khususnya spenodialis) dengan osteomielitis basis tengkorak atau akibat komplikasi otitis
dan masstoiditis.
Manifestasi klinis penyakit ini berupa gangguan nervus kranialis pada sekitar daerah infeksi,
abses serebri, granuloma kranial dan spinal pada duramater. Keadaan ini tidak bermanifestasi
sebagai meningitis. Pada beberapa kasus penyakit ini didapat di rumah sakit ditandai dengan
adanya gejala infeksi paru yang tidak mempan terhadap antibiotik. Diagnosis biasanya
ditegakkan ndengan melakukan biopsi atau dengan kultur.
Terapi anti jamur seperti ampotericin B dan kombinasi dengan limaflurocytosine dan
imidazole masih dipertanyakan keberhasilannya. Jika obat-obatan ini diberikan setelah
operasi pengeluaran materi yang terinfeksi, beberapa pasien dapat disembuhkan.
5. Coccodiodomycosis
Penyakit infeksi jamur ini banyak didaerah Barat Daya Amerika. Biasanya hanyamenyebabkan gejala influensa dengan infiltrat pada paru sebagai pneumonia non bakterial.
-
8/3/2019 Neuro - Infeksi Jamur SSP
10/11
Tugas BimbinganRatih Nurdiany Sumirat (0610119)
Keadaan ini dapat berlangsung progresif menjadi diseminata termasuk infeksi pada
meningen. Reaksi patologi dan gambaran kliniknya pada meningen dan cairan serebrospinal
sangat mirip dengan meningitis tuberkulosa.
Terapi terdiri dari pemberian ampotericin B intravena. Ada juga yang menganjurkan
pemberian ampotericin B intratekal. Pemberian melalui lumbal fungsi yaitu dengan campuran
ampotericin B dalam glukosa 10%, pasien dalam posisi kepala agak kebawah (head down
position) ampotericin B diberikan 3 kali seminggu selama 3 bulan, atau sampai sel pada
cairan serebrospinal kurang dari 10 mm3 dan complement fixing menghilang dari cairan
likuor.
6. Histoplasmosis
Histoplasma capsulatum terdapat pada daerah ohio dandaerah lembah Missisipi tengah
Amerika. Infeksi terjadi setelah inhalasi spora. Kebanyakan pasien hanya memperlihatkan
gejala yang minimal atau tanpa gejala selama infeksi primer pada paru paru. Perkembangan
penyakit yang progresif terjadi pada penderita gangguan pertahanan tubuh (cell mediated
immune defence) setengah dari penderita dengan gejala diseminata merupakan pasien dengan
terapi imunosupresif, Lymphoma, lymphocytic leukimia, gangguan limfa atau AIDS. Jika
terjadi keaadaan disseminata , lokasi yang terutama adalah susunan saraf pusat.
Terapi yang dianjurkan adalah pemberian ampotericin B intravena 50 mg/hari pada orang
dewasa dan 1 mg/kgBB/hari pada anak-anak dengan berat badan kurang dari 50 kg, selama 6-
12 minggu, dengan dosis total sekitar 35 mg/kgBB. Terapi pemeliharaan (maintenance)
diberikan 50-80 mg setiap 1 atau 2 minggu, untuk mencegah relaps pada penderita AIDS.
IV. KESIMPULAN
Demikianlah telah dibahas mengenai beberapa jenis jamur yang dapat menyebabkan infeksi
susunan saraf pusat. Hal ini sangat perlu dipahami sehubungan dengan mewabahnya penyakit
AIDS diseluruh dunia yang mana sangat berkaitan erat dengan peningkatan infeksi jamur
pada susunan saraf pusat.
DAFTAR PUSTAKA
Adams RA. Principles of neurology. 4th ed. New York: McGraw Hill, 1989: 581-3
Bernett JE. Mycoses, in Principles and practice of infectious disease. 4th ed. New York:Churchill, 1995: 2288-378
-
8/3/2019 Neuro - Infeksi Jamur SSP
11/11
Tugas BimbinganRatih Nurdiany Sumirat (0610119)
Girolami V. The Central Nervous system, in Robbhins. Pathologic basis of disease. 5th ed.
Philadelphia: WB Sounders, 1994: 1324-5
Perfect JR. Diagnosis and treatment of fungal meningitis, in infectious of central nervous
systems. New York: Raven Press, 1991: 729-37
Perfect JR.pathogenesis and pathophysiology of fungal infection of central nervus system,
in infections of the Central Nervous System. New York: Raven Press, 1991: 693-700
Roos KL. Meningitis 100 maxims. New York: Arnold, 1995: 143-157
Swash M. Clinical neurology. London: Churchill, 1991: 917-8
Treseler CB. Fungal meningitis, in Merrits textbook of neurology. 9th ed.Baltimore:
A.Waverly,1995: 193-6