kelompok 2 ssp

26
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN OMA DAN OMSK DI SUSUN OLEH KELOMPOK 5 Ridho Romadhon Isfan Alrik Suganda Rafiza Muhammad Hutriadi SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN ( STIK ) MUHAMMADIYAH PONTIANAK 2014/2015

Upload: harimuhammadakbar

Post on 12-Dec-2015

6 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kelompok 2 Ssp

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN OMA DAN OMSK

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 5

Ridho Romadhon

Isfan Alrik Suganda

Rafiza

Muhammad Hutriadi

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

( STIK )

MUHAMMADIYAH PONTIANAK

2014/2015

Page 2: Kelompok 2 Ssp

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Tim Penulis hanturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas

berkat dan karunia-Nya makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Dalam penyusunan

karangan ilmiah ini Tim Penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan, namun berkat

adanya sportifitas dan kerjasama antaranggota kelompok sehingga semua hambatan dapat diatasi

secara prosedural dan lancer.

Penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan saran dari pihak-pihak lain yang

sifatnya membangun, untuk itu secara umum Tim Penulis mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah memberikan masukan dalam pengoreksian dan tuntunan pembuatan

makalah ini.

Akhir kata, izikanlah Tim Penulis mengutip pepatah lama yang berbunyi “Tak ada gading

yang tak retak, taka ada mawar yang tak berduri”. Tim Penulis sangat mengharapkan kritik dan

saran yang membangun demi penyempurnaan makalah ini ke depan.

Pontianak 10-04-2014

Page 3: Kelompok 2 Ssp

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................

KATA PENGANTAR ....................................................................................

DAFTAR ISI ...................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN ..........................................................................

A. Latar Belakang Masalah ...........................................................

B. Tujuan .....................................................................

C. Rumusan Masalah ...................................................................

BAB II

PEMBAHASAN ............................................................................

1. Defenisi Otitis Media Akut ........................................

2. Etiologi Otitis Media Akut.............................................

3. Manifestasi Klinis ..................................................................

4. Patofisiologi ..............................................................................

5. Komplikasi ..........................................................

6. Pengkajian ......................................................

7. Diagnosa Keperawatan ......................................................................

Page 4: Kelompok 2 Ssp

Otitis Media Supuratif Kronik.....................................................................

1. Pengertian Otitis Media Supuratif Kronik.................................

2. Etiologi Otitis Media Supuratif Kronik ..................................................

3. Klasifikasi Otitis Media Supuratif Kronik...................................................

4. Maninfestasi Klinik ...................................................................................

5. Komplikasi ……………………………………………………….

6. Fokus Interfensi ………………………………………………

7. Pre Operasi ……………………………………………………..

8. Post operasi ……………………………………………………………

BAB III

PENUTUP .......................................................................................

A. Kesimpulan ...............................................................................

B. Saran ...........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

Page 5: Kelompok 2 Ssp

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Otitis media peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius,

antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan

non-supuratif, dimana masing-masing memiliki bentuk akut dan kronis. Otitis media

akut termasuk kedalam jenis otitis media supuratif. Selain itu, terdapat juga jenis otitis

media spesifik, yaitu otitis media tuberkulosa, otitis media sifilitik, dan otitis media

adhesiva.

Otitis media pada anak-anak sering kali disertai dengan infeksi pada saluran pernapasan

atas. Pada penelitian terhadap 112 pasien ISPA (6-35 bulan), didapatkan 30% mengalami

otitis media akut dan 8% sinusitis. Epidemiologi seluruh dunia terjadinya otitis media

berusia 1 thn sekitar 62%, sedangkan anak-anak berusia 3 thn sekitar 83%. Di Amerika

Serikat, diperkirakan 75% anak mengalami minimal satu episode otitis media sebelum

usia 3 tahun dan hampir setengah dari mereka mengalaminya tiga kali atau lebih. Di

Inggris setidaknya 25% anak mengalami minimal satu episode sebelum usia sepuluh

tahun.

OMSK ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret

yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau

kental, bening, atau berupa nanah. (Nurbaiti, 1997)

Page 6: Kelompok 2 Ssp

B.  Tujuan

a.    Tujuan Umum

Setelah dilakukan seminar diharapkan mahasiswa memahami tentang asuhan keperawatan Otitis Media Akut dan OMSK (OTITIS MEDIA SUPURATIVA KRONIS)

b.   Tujuan Khusus

Setelah dilakukan seminar mahasiswa memahami tentang :

1.    Askep Otitis Media Akut dan OMSK (OTITIS MEDIA SUPURATIVA KRONIS)2.    Etiologi Otitis Media Akut dan OMSK (OTITIS MEDIA SUPURATIVA KRONIS)3.    Patofisiologi dan phatway Otitis Media Akut dan OMSK (OTITIS MEDIA SUPURATIVA KRONIS)4.    Kompliksi Otitis Media Akut dan OMSK (OTITIS MEDIA SUPURATIVA KRONIS)5.    Pemeriksaan penunjang Otitis Media Akut dan OMSK (OTITIS MEDIA SUPURATIVA KRONIS)

C. RUMUSAN MASALAH

1.Mengangkat masalah tentang patosifiologi tentang OMA dan OMSK

2.Menentukan diagnosa

Page 7: Kelompok 2 Ssp

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Otitis Media Akut adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,

tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media akut terjadi karena

faktor pertahanan tubuh ini terganggu. Sumbatan tuba Eustachius merupakan faktor

penyebab dari otitis media. Karena fungsi tuba eutachius terganggu, pencegahan infasi

kuman kedalam telinga juga tergangu, sehingga kuman masuk kedalam telinga tengah

dan terjadi peradangan.

Otitis media akut merupakan penyakit yang sering terjadi pada bayi dan anak-anak

kecil, lebih sering pada musim dingin dan terutama pada anak-anak yang tinggal di

daerah industri. Otitis media akut bisa terjadi pada semua usia, tetapi paling sering

ditemukan pada anak-anak terutama usia 3 bulan- 3 tahun.

A.Etiologi

Penyebab otitis media akut (OMA) dapat merupakan virus maupun bakteri. Biasanya

penyakit ini merupakan komplikasi dari infeksi saluran pernafasan atas (common cold).

Bakteri penyebab otitis media tersering adalah Streptococcus pneumoniae, diikuti oleh

Haemophilus influenzae dan Moraxella cattarhalis. Yang perlu diingat pada OMA,

walaupun sebagian besar kasus disebabkan oleh bakteri, hanya sedikit kasus yang

membutuhkan antibiotik. Hal ini dimungkinkan karena tanpa antibiotik pun saluran

Eustachius akan terbuka kembali sehingga bakteri akan tersingkir bersama aliran lendir.

Page 8: Kelompok 2 Ssp

Virus atau bakteri dari tenggorokan bisa sampai ke telinga tengah melalui tuba eustakius

atau kadang melalui aliran darah. Otitis media akut juga bisa terjadi karena adanya

penyumbatan pada sinus atau tuba eustakius akibat alergi atau pembengkakan amandel.

B. Manifestasi Klinis

Keluhan yang muncul adalah nyeri telinga, cairan dari telinga, kurang pendengaran,

malaise, dan panas. Nyeri telinga hebat menyebabkan anak terbangun dari tidurnya dan

menjerit. Pada bayi yang membentur kepalanya pada tempat tidur atau menarik-narik

telinganya. Sering disertai panas sampai 38oC , muntah, mencret, dan kadang-kadang

kejang.

Keluarnya mukopus dari telinga akan segera mengurangi nyeri telinga. Ini mungkinn

merupakan keluhan pertama. Ibu penderita melihat bercak kuning pada bantal anaknya

dan karenanya akan melihat telinga anaknya.

Pada pemeriksaan gendang telinga tampak tanda-tanda radang akut dalam telinga

tengah. Pinggiran gendang telinga dan kaki maleus tampak merah. Kemudian seluruh

gendag telinga akan tampak meradang dan kehilangan ciri-ciri normalnya, menonjol, dan

pecah dan diikuti keluarnya mukopus ke liang telinga luar. Keluarnya mukopus

berdenyut-denyut serta memantulkann cahaya secara terpuus-putus yang disebut dengn

lighthouse sign. Prosesus mastoid harus diperiksa akan adanya pembengkakan serta

nyeri tekan.

C. Patofisiologi

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang

tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat

bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran

tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan

datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan

Page 9: Kelompok 2 Ssp

membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya

terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar

saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah

terkumpul di belakang gendang telinga.

Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang

telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran

di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami

umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat

menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal).

Selain itu telinga juga akan terasa nyeri.1 Dan yang paling berat, cairan yang terlalu

banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya.

Sebagaimana halnya dengan kejadian infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), otitis media

juga merupakan salah satu penyakit langganan anak. Di Amerika Serikat, diperkirakan

75% anak mengalami setidaknya satu episode otitis media sebelum usia tiga tahun dan

hampir setengah dari mereka mengalaminya tiga kali atau lebih. Di Inggris, setidaknya

25% anak mengalami minimal satu episode sebelum usia sepuluh tahun.4 Di negara

tersebut otitis media paling sering terjadi pada usia 3-6 tahun.

Umumnya otitis media dari nasofaring yang kemudian mengenai telinga tengah, kecuali

pada kasus yang relatif jarang, yang mendapatkan infeksi bakteri yang membocorkan

membran timpani. Stadium awal komplikasi ini dimulai dengan hiperemi dan edema

pada mukosa tuba eusthacius bagian faring, yang kemudian lumennya dipersempit oleh

hiperplasi limfoid pada submukosa.Gangguan ventilasi telinga tengah ini disertai oleh

terkumpulnya cairan eksudat dan transudat dalam telinga tengah, akibatnya telinga

tengah menjadi sangat rentan terhadap infeksi bakteri yang datang langsung dari

nasofaring. Selanjutnya faktor ketahanan tubuh pejamu dan virulensi bakteri akan

menentukan progresivitas penyakit.

Page 10: Kelompok 2 Ssp

D. Komplikasi

1. Otitis media kronik ditandai dengan riwayat keluarnya cairan secara kronik dari satu

atau dua telinga.

2. Jika gendang telinga telah pecah lebih dari 2 minggu, risiko infeksi menjadi sangat

umum.

3. Umumnya penanganan yang dilakukan adalah mencuci telinga dan mengeringkannya

selama beberapa minggu hingga cairan tidak lagi keluar.

A.Pengkajian

Beberapa hal yang harus dikaji dari klien dengan OMA antara lain; Kaji adanya perilaku

nyeri verbal dan non-verbal, kaji adanya peningkatan suhu (indikasi adanya proses

infeksi), kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di daerah leher, kaji status nutrisi dan

keadekuatan asupan cairan kalori, kaji kemungkinan terjadinya gangguan pendengaran

Berikut ini adalah data yang mungkin muncul pada saat dilakukan pengkajian pada klien

dengan otitis media akut (OMA); Sakit telinga/nyeri. penurunan/tak ada ketajaman

pendengaran pada satu atau kedua telinga, tinitus, perasaan penuh pada telinga, suara

bergema dari suara sendiri, bunyi “letupan” sewaktu menguap atau menelanVertigo,

pusing, gatal pada telinga, klien mengatakan menggunakan minyak, kapas lidi, peniti

untuk membersihkan telinga, penggunanaan obat (streptomisin, salisilat, kuirin,

gentamisin), tanda-tanda vital (suhu bisa sampai 380 C), demam, kemampuan membaca

bibir atau memakai bahasa isyarat, reflek kejut, toleransi terhadap bunyi-bunyian keras,

cairan telinga; hitam, kemerahan, jernih, kuning, alergi, dengan otoskop tuba eustacius

Page 11: Kelompok 2 Ssp

bengkak, merah, suram, adanya riwayat infeksi saluran pernafasan atas, infeksi telinga

sebelumnya.

2.2 A. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada jaringan telinga tengah.

2. Perubahan sensori-persepsi ; Auditoris berhubungan dengan gangguan penghantar

bunyi pada organ.

3. Ancietas berhubungan dengan prosedur pembedahan ;

Miringopalsty/mastoidektomi.

B.Intervensi Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi pada jaringan telinga tengah.

Tujuan : Penurunan rasa nyeri.

Intervensi : Kaji tingkat intensitas klien & mekanisme koping klien. Berikan analgetik

sesuai indikasi. Alihkan perhatian pasien dengan menggunakan teknik-teknik

relaksasi : distraksi, imajinasi terbimbing, touching, dll.

2. Perubahan sensori-persepsi : Auditorius berhubungan dengan gangguan penghantar

bunyi pada organ pendengaran.

Tujuan : memperbaiki komunikasi.

Intervensi : Mengurangi kegaduhan pada lingkungan klien,Memandang klien ketika

berbicara, berbicara jelas dan tegas pada klien tanpa perlu berteriak, memberikan

pencahayaan yang baik bila klien bergantung pada gerak bibir, menggunakan tanda-

tanda non-verbal (misalnya; ekspresi wajah, menunjuk, atau gerakan tubuh) dan

komunikasi lainnya,Instruksikan kepada keluarga atau orang terdekat klien tentang

Page 12: Kelompok 2 Ssp

bagaimana teknik komunikasi yang efektif sehingga mereka dapat saling berinteraksi

dengan klien,Bila klien menginginkan, klien dapat menggunakan alat bantu

pendengaran,Gangguan Body Image R/t paralysis nervus fasialis,Kaji tingkat

kecemasan dan mekanisme koping klien terlebih dahulu,Beritahukan pada klien

kemungkinan terjadinya fasial palsy akibat tindak lanjut dari penyakit

tersebut,Informasikan bahwa keadaan ini biasanya bersifat sementara dan akan

hilang dengan pengobatan yang teratur dan rutin.

3. Ancietas berhubungan dengan prosedur pembedahan ; miringoplasty /

mastoidektomi.

Kaji tingkat kecemasan klien dan anjurkan klien untuk mengungkapkan kecemasan

serta keprihatinannya mengenai pembedahan. Mendiskusikan harapan pasca

operatif dapat membantu mengurangi ansietas mengenai hal-hal yang tidak

diketahui klien.

2.2 OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK

2.2.1 Pengertian

OMSK ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang

keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental,

bening, atau berupa nanah. (Nurbaiti, 1997)

2.2.2 Etiologi

Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi kronis antara lain :

1. Gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis akibat :

a. Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang.

b. Obstruksi anatomik tuba eustachius parsial / total

2. Perforasi membran timpani yang menetap

3. Terjadinya metaplasia skuamosa atau perubahan patologik menetap lainnya pada telinga tengah.

Page 13: Kelompok 2 Ssp

4. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga tengah atau rongga mastoid. Hal ini dapat disebabkan

oleh jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan granulasi (timpanosklerosis).

5. Terdapat daerah-daerah dengan sekuester atau osteomielitis persisten di mastoid.

6. Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum, atau perubahan mekanisme

pertahanan tubuh.

2.2.3 Klasifikasi OMSK

OMSK dibagi menjadi 2 jenis yaitu :

1. OMSK tipe benigna (tipe mukosa = tipe aman)

Proses peradangan terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe benigna jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe benigna tidak terdapat kolesteatom.

2. OMSK tipe maligna (tipe tulang = tipe bahaya)

OMSK tipe maligna ialah OMSK yang disertai dengan kolesteatoma. Perforasi terletak pada marginal atau di atik, kadang-kadang terdapat juga kolesteatoma dengan perforasi subtotal. Sebagian komplikasi yang berbahaya atau total timbul pada atau fatal, timbul pada OMSK tipe maligna.

2.2.4 Manifestasi Klinik

Perforasi pada marginal atau pada atik.

Abses atau kiste retroaurikuler (belakang telinga)

Polip atau jaringan granulasi di liang telinga luar yang verasal dari dalam telinga tengah.

Terlihat kolesteatom pada telinga tengah (sering terlihat di epitimpanum).

Sekret berbentuk nanah dan berbau khas (aroma kolesteatom)

Terlihat bayangan kolesteatom pada foto rontgen mastoid.

2.2.5 Komplikasi

Menurut Adam dkk, komplikasi OMSK diklasaifikasikan sebagai berikut :

A. Komplikasi di telinga tengah :

1. Perforasi persisten

2. Erosi tulang pendengaran

3. Paralisis nervus fasial

Page 14: Kelompok 2 Ssp

B. Komplikasi di telinga dalam :

1. Fistel labirin

2. Labirinitis supuratif

3. Tuli saraf

C. Komplikasi di ekstrasdural :

1. Abses ekstradural

2. Trombosis sinus lateralis

3. Petrositis

D. Komplikasi ke susunan saraf pusat :

1. Meningitis

2. Abses otak

3. Hidrosefalus otitis

2.3 Fokus Intervensi

Pengkajian

Riwayat Kesehatan :

OMA lebih dari 2 bulan

Pengobatan OMA yang tidak tuntas

Data Subjektif :

Telinga terasa penuh

Vertigo

Data Objektif :

Terdapat abses atau kite retroaurikuler

Terdapat polip

Terlihat Kolesteatoma pada epitimpano

Ottorhoe

Sekret terbentuk nanah dan berbau

Data Penunjang :

Page 15: Kelompok 2 Ssp

Rontgen : Terlihat bayangan kolesteatoma pada rongga mastoid

CT Scan : Diskontinuitas osikula

Uji Fistula positif

Diagnosa Keperawatan

A. Pre Operasi

1. Resiko terjadi injuri / trauma berhubungan dengan ketidakseimbangan labirin : vertigo

Tujuan : Pasien tidak mengalami injuri / trauma dengan :

- Mengurangi / menghilangkan vertigo / pusing

- Mengembalikan keseimbangan tubuh

- Mengurangi terjadinya trauma

Intervensi :

a. Kaji ketidakseimbangan tubuh pasien

b. Observasi tanda vital

c. Beri lingkungan yang aman dan nyaman

d. Anjurkan teknik relaksasi untuk mengurangi pusing

e. Penuhi kebutuhan pasien

f. Libatkan keluarga untuk menemani saat pasien bepergian

g. Kolaborasi pemberian analgetik

Evaluasi :

- Pusing berkurang

- Pasien tidak mengalami injuri

2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penatalaksanaan

OMA yang tepat.

Tujuan : Pengetahuan pasien tentang penatalaksanaan OMA meningkat

Intervensi :

a. Kaji tingkat pengetahuan pasien

b.Berikan informasi berkenaan dengan kebutuhan pasien

Page 16: Kelompok 2 Ssp

c. Susun bersama hasil yang diharapkan dalam bentuk kecil dan realistik untuk memberikan

gambaran pada pasien tentang keberhasilan

d.Beri upaya penguatan pada pasien

e.Gunakan bahasa yang mudah dipahami

f. Beri kesempatan pada pasien untuk bertanya

g. Dapatkan umpan balik selama diskusi dengan pasien

h.Pertahankan kontak mata selama diskusi dengan pasien

i. Berikan informasi langkah demi langkah dan lakukan demonstrasi ulang bila mengajarkan

prosedur

j. Beri pujian atau reinforcement positif pada klien

Evaluasi :

- Pasien menyatakan pemahaman tentang pemberian informasi

- Pasien mampu mendemonstrasikan prosedur dengan tepat.

3. Cemas berhubungan dengan prosedur tindakan pembedahan

Tujuan : Kecemasan pasien berkurang / hilang

Intervensi :

a. Kaji tingkat kecemasan pasien dan keluarga tentang prosedur tindakan pembedahan

b.Jelaskan pada pasien tentang apa yang harus dilakukan sebelum dan sesudah tindakan

pembedahan

c. Berikan reinforcement positif atas kemampuan pasien

d.Libatkan keluarga untuk memberikan semangat pada pasien

Evaluasi :

- Pasien tidak cemas

- Keluarga mau menemani pasien

B. Post Operasi

1. Nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan mastoidektomi

Page 17: Kelompok 2 Ssp

Tujuan : Nyeri pasien berkurang

Intervensi :

a. Kaji tingkat nyeri pasien

b. Kaji faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

c. Ajarkan teknik relaksasi untuk menghilangkan nyeri

d. Anjarkan pada pasien untuk banyak istirahat baring

e. Beri posisi yang nyaman

f. Kolaborasi pemberian analgetik

Evaluasi : Nyeri hilang

2. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan post operasi mastoidektomi

Tujuan : Resiko infeksi tidak terjadi

Intervensi :

a. Kaji kemungkinan terjadi infeksi / tanda-tanda infeksi

b.Observasi pasien

c. Lakukan perawatan ganti balutan dengan teknik steril setelah 24 jam dari operasi

d.Kaji keadaan daerah poerasi

e.Ganti tampon setiap hari

f. Pasang pembalut tekan bila dilakukan insisi mastoid

g. Bersihkan daerah operasi setelah 2 – 3 minggu

h.Anjurkan pasien untuk kontrol

i. Kolaborasi pemberian antibiotik

Evaluasi :

- Infeksi tidak terjadi

- Luka operasi dalam kondisi baikk

Page 18: Kelompok 2 Ssp

BAB III

3.1 KESIMPULAN

Otitis media peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum

mastoid, dan sel-sel mastoid. otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan non-supuratif,

dimana masing-masing memiliki bentuk akut dan kronis. Otitis media akut termasuk kedalam

jenis otitis media supuratif. Selain itu, terdapat juga jenis otitis media spesifik, yaitu otitis media

tuberkulosa, otitis media sifilitik, dan otitis media adhesiva.

OMSK ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang

keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental,

bening, atau berupa nanah. (Nurbaiti, 1997)

3.2 PENUTUP Dengan ini di harapankan mahasiswa memahami materi tentang OMA dan OMSK , saran dan kritik kami harapkan karena sesungguhnya makalah yang kami buat masih terdapat kekurangan .

Page 19: Kelompok 2 Ssp

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & suddarth.2002. keperawatan medical bedah. Vol.3. Ed 8 : Jakarta : EGC

Ludman, Harold, MB, FRCS, Petunjuk Penting pada Penyakit THT, Jakarta, Hipokrates, 1996

Doengoes, Marilyn E.2000. Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan

pendokumentasian perawatan pasien.ed 3. Jakarta : EGC

Mansjoer,Arief,dkk.1999.Kapita Selekta Kedokteran,Edisi 3: Jakarta, Mediaacs culapiu

Matorin P.A, “Pathology and Pathogenesis of Otits Media”

http://www.bcm.edu/oto/grand/42194.html

Parry, D., Roland, P., “Middle ear, Chronic Suppuratif Otitis, Medical

Treatment”, http://www.emedicine.com/ent/topic214.htm6.

Soepardi,E.A.,Iskandar,N.,BukuAjarIlmuKesehatanTelingaHidung

Tenggorok Kepala Leher, FKUI: Jakarta, 2008

(Nurbaiti, 1997)