referat cavernoma ssp
TRANSCRIPT
CAVERNOMA SISTEM SARAF PUSAT
Cavernoma ataupun lebih dikenal dengan nama lain cavernous angioma adalah
sebuah malformasi dari sistem vaskular pada pembuluh darah yang membentuk
seperti buah mulberry atau raspberry yang memiliki dinding sinusoids yang tipis,
yang dilapisi oleh selapis tipis endotel, dan dikelilingi oleh deposit hemosiderin dan
glosis dan tidak memiliki jaringan neuronal di dalamnya (Longo, et al. 2012).
Secara makroskopik, lesi yang berwarna merah keunguan tersebut dapat memiliki
variasi dalam ukurannya, mulai dari 1 mm hingga beberapa sentimeter, dapat
multiple ataupun single, seringkali berkapsul dan multilobar. Malformasi kavernous
ini dapat terjadi pada seluruh bagian pada sistem saraf pusat dan brainstem, dapat
juga ditemukan pada spinal cord, nervus kranialis dan pada sistem ventrikel
(Raychauduri, Batjer and Awad 2005).
HISTOPATOLOGI
Secara histopatologi, (Longo, et al. 2012) pada sistem saraf pusat terlihat sebagai
sarang madu yang irregular dengan rongga-rongga yang terisi oleh darah di
dalamnya. Dindignnya tipis dan hanya terdiri dari selapis jaringan endotel. Apabila
dilihat dengan mikroskop elektron, maka dinding dari cavernoma hanya memiliki
sedikit ikatan subendothelial dan jaringan ikat di antara masing-masing sel
endotelnya. Sehingga memungkinkan terjadinya perdarahan mikro pada cavernoma
sistem saraf pusat, perdarahan mikro tersebut yang memberikan gambaran makrofag
dengan hemosiderin di dalamnya (Kivelev 2010).
Rongga vaskular yang terletak di dalam cavernoma dipisahkan oleh matriks kolagen,
dan deposit kalsium sering ditemukan pada cavernoma terutama pada dinding
vaskularnya. Pada cavernoma, tidak ditemukan adanya jaringan saraf, dan ini
merupakan salah satu kriteria diagnosis dan tanda kardinal klasik yang dimiliki oleh
cavernoma sistem saraf pusat (Poeata and Iencean 2008).
Ada beberapa subtype pada cavernoma sistem saraf yang telah berhasil diidentifikasi,
antara laint terdapat tiga tipe, 1) Bentuk kistik, yang mana sangat mudah untuk terjadi
perdarahan dan tumbuh serta paling sering muncul pada fossa posterior, bentuk ini
sangat jarang dan mekanisme pembentukan kista juga belum jelas, beberapa teori
mengatakan, mungkin terjadi transportasi cairan secara osmotik, ke dalam kista yang
ditambah dengan perdarahan mikro sehingga terjadi pembesaran dari kista. 2) Bentuk
dural (dural-based form) sering ditemukan pada fossa bagian tengah seringkali dekat
dengan sinus cavernous atau malah tumbuh di dalamnya. Selain itu dapat pula
tumbuh dekat dengan sudut serebropontin, dan tentorium. Pada tempat ini
vaskularisasinya sangat tinggi, sehingga dapat terjadi perdarahan hebat saat dilakukan
eksisi. 3) Hemangioma terklasifikasi sering ditemukan pada lobus temporalis, dan
sangat terklasifikasi sehingga jarang terjadi perdarahan, tetapi memiliki sifat
epileptogenic (Kivelev 2010).
EPIDEMIOLOGI
Cavernoma pada susunan sistem saraf pusat merupakan kondisi yang langka, pada
satu tingkat populasi, cavernoma sistem saraf pusat hanya terjadi pada 0.1% hingga
0.9% orang. Sedangkan dari seluruh kasus malformasi vaskular, kurang lebih 5-13%
kasus merupakan cavernoma sistem saraf pusat, dan hampir 35% diantaranya,
cavernoma tumbuh pada daerah batang otak, dan tempat predileksi yang paling sering
terjadi adalah daerah pons. Cavernoma biasa ditemukan secara tidak sengaja terutama
saat pemeriksaan MRI. Kemajuan teknologi pencitraan terutama MRI telah
meningkatkan penemuan diagnosis dari cavernoma (Haque, Kellner and Solomon
2008).
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Penyebab utama dari cavernoma sesungguhnya masih belum dapat dijelaskan.
Beberapa laporan kasus menyatakan radiasi, malformasi vascular yang koeksis,
faktor hormonal, hingga pembentukan cavernoma pada kondisi immunosupresi telah
dilaporkan, tetapi penelitian telah menunjukan bahwa keterlibatan herediter atau
genetika merupakan salah satu faktor penting dalam pembentukan cavernoma
(Hakan, et al. 2004). Pada awal tahun 1980-an, telah ditemukan beberapa bukti
bahwa pembentukan cavernoma terjadi dikarenakan faktor genetika. Beberapa
peneliti telah mendeteksi keluarga keturunan hispanik yang mengalami cavernoma.
Penelitian tersebut telah berhasil menunjukan keterlibatan genetika pada kasus ini,
cavernoma dapat muncul dalam bentuk familial dengan pola keturunan autosomal
dominan dan diperkirakan terjadi akibat “two-hit model” seperti yang terjadi pada
retinoblastoma. Penelitian laboratorium selanjutnya menunjukan beberapa gen yang
memiliki keterlibatan dengan pembentukan cavernoma yaitu CCM1, CCM2 dan
CCM3. Ketiga gen ini terlibat bersama-sama dan saling mempengaruhi neuron dan
glia terhadap endothelium dari sistem saraf pusat (Haque, Kellner and Solomon
2008).
CCM1 atau disebut juga dengan KRIT1 terletak pada kromosom 7q dan
menstabilisasi persimpangan intraendothelial bersama-sama dengan fiber aktin.
CCM1 juga dapat memediasikan kontak antara matriks ekstraselular dengan
sitoskeleton melalui signal integrin yang diekspresikan melalui arteri dan vaskular
endotel yang terletak pada susunan saraf pusat. CCM2 atau malcaverin terletak pada
kromosom 7p memiliki fungsi untuk menentukan respon selular terhadap stress
osmotik. Pada studi yang dilakukan Plummer et al, ekspresi CCM2 pada otak terjadi
secara neuronal bukan endothelial, penemuan ini menunjukan bahwa cavernoma bisa
saja tumbuh dikarenakan abnormalitas yang terjadi antara sel neuron dan glia
ketimbang ketidakstabilan pada struktur endothelium vaskular. Sedangkan CCM3
terletak pada kromosom 3q, memiliki fungsi dalam menentukan proliferasi sel dan
trasnformasi sel serta signal apoptosis dan signal ekstraselular (Kivelev 2010).
Karier yang memiliki gen yang telah termutasi (CCM1, CCM2 dan CCM3), akan
memiliki resiko terkena cavernoma hingga 69%. Tetapi terkadang, mutasi diantara
gen tersebut tidak cukup untuk membentuk terjadinya cavernoma, sehingga Knudson
“two-hit mechanism” dapat menimbulkan pembentukan cavernoma, serangan
pertama (first hit) yang terjadi karena germline mutation dapat menyebabkan
hilangnya salah satu alel, serangan kedua selain dapat terjadi secara somatik pada
otak yang mana dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, faktor angiogenesis, agen
inflamasi dan pecahnya sawar darah otak dapat meyebabkan terbentuknya cavernoma
(Cavalcanti, et al. 2012).
MANIFESTASI KLINIS
Sejak munculnya MRI pada awal tahun 1990-an, angka malformasi cavernoma
meningkat. Dari seluruh malformasi cavernoma, 40% diantaranya ditemukan secara
tidak sengaja dan tidak memiliki gejala saat ditemukan. Sebuah studi retrospektif dari
Robinson et al menunjukan dari 8000 pasein, gejala yang paling sering timbul dan
membawa pasien ke Rumah sakit adalah kejang (52%) yang disertai dengan defisit
neurologi fokal (46%) atau sakit kepala (30%), dan gejala insidensial (14%).
Malformasi cavernoma ini sendiri juga memiliki resiko yang tinggi untuk pecah
dikarenakan tipisnya dinding pembuluh darah yang membentuk cavernoma (Barrow
and Schuette 2011).
Malformasi cavernoma sering ditemukan pada saat umur mencapai dekade kedua dan
keempat dari kehidupan, pada sebuah studi yang dilakukan di Rumania, dari 71
cavernoma yang terdapat pada 61 pasien, cavernoma paling banyak terletak di
supratentorial sebanyak 83% dan subtentorial sebanyak 17%. Sedangkan sebuah
penelitian di Turki, dari 37 kasus cavernoma, 21 diantaranya (57%) terletak di
supratentorial, dan 16 sisanya (43%) terletak di infratentorial (Hakan, et al. 2004) &
(Neascu and Gorgan 2008)
Gejala kejang paling sering terjadi apabila cavernoma terletak di supratentorial adalah
kejang, dan seringkali kejang ini terjadi secara berulang, dan dapat kejang yang
timbul dapat bervariasi dari kejang sederhana hingga kejang umum (Raychauduri,
Batjer and Awad 2005). Gejala kejang terjadi dikarenakan rangsangan epilopgenik
yang muncul karena terjadi perubahan perifokal pada parenkim otak yang terkena.
Cavernoma terjadi pemecahan dari produk darah yang berkombinasi dengan
peradangan dan perubahan gliotik yang dapat menjadi pemicu utama kejang pada
pasien dengan cavernoma (Kivelev 2010).
Gejala sakit kepala juga terjadi secara kronis dan biasa hilang timbul serta mudah
hilang apabila diberikan analgesik, gejala ini timbul pada seluruh cavernoma yang
terjadi dilokasi manapun. Sedangkan apabila cavernoma muncul pada batang otak,
maka gejala klasik yang sering muncul adalah diplopia, atau ataxia atau gangguan
sensorik. Gejala kejang jarang sekali terjadi apabila lokasi cavernoma berada pada
batang otak. Sehingga seringkali cavernoma pada batang otak dapat dimisdiagnosis
sebagai multipel sclerosis. Hal ini dikarenakan terjadinya perburukan dari setiap
gejala dari defisit neurologis yang terjadi setiap pasien datang kembali ke rumah
sakit. Pada kondisi dimana cavernoma pecah, dapat terjadi perdarahan yang akan
menekan parenkim otak hingga terjadi kerusakan yang dapat menyebabkan defisit
neurologis. Gejala defisit neurologis yang fokal seperti defisit sensorimotor, afasia,
dan malfungsi dari nervus kranial dapat terjadi sesuai dengan letak cavernoma
tersebut. Karena ukuran cavernoma seringkali kecil dan tumbuh secara lambat,
cavernoma sangat jarang menyebabkan penurunan defisit neurologis fokal hingga
titik terendah. Seringkali pasien mengeluhkan fluktuasi dari gejala tersebut (Neascu
and Gorgan 2008) & (Victor and Ropper 2009) & (Kivelev 2010).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Cavernoma merupakan sebuah malformasi yang memiliki karateristik ukuran yang
kecil, perdarahan yang asimptomatis dan memiliki batas yang tegas, dan hanya
sesekali menyebabkan perdarahan yang hebat (Raychauduri, Batjer and Awad 2005).
Pemeriksaan penunjang yang pertama kali dapat mendeteksi lesi ini dengan baik
adalah MRI. Tetapi terdapat beberapa modalitas lain yang dapat digunakan untuk
mendeteksi atau mencurigai sebuah lesi ke arah cavernoma, yaitu CT-scan, yang
walaupun bukan pilihan pencitraan yang utama dikarenakan tidak spesifik, CT-scan
dapat membedakan antara kondisi low-grade tumor, hematoma, granuloma ataupun
kondisi inflamasi lainnya. Pada tipe cavernoma yang terklasifikasi, pada gambaran
CT-Scan dapat terlihat gambaran seperti meningioma. Pada CT-scan nonkontras,
cavernoma didemonstrasikan sebagaih lesi fokal yang berbentuk bulat atau lonjong,
dengan pengingkatan ringan-sedang pada densitasnya. Kondisi hiperdens ini
dipengaruhi oleh area yang terklasfikasi dan deposit hemosiderin pada dinding
cavernoma dan darah yang terletak di dalam lesi. Pada CT-scan dengan kontras, akan
terlihat gambaran yang lebih jelas, pada kondisi perdarahan, cavernoma hanya terlihat
sebagai gambaran hemotama intraserebral pada CT-scan non-kontras, dengan
penggunaan kontras, cavernoma yang rupture tersebut dapat diidentifikasi sebagai
sebuah nodul yang berbatas tegas dengan hematoma (Jacobsen and Naul 2011)
Dikarenakan tingkat spesifitas yang rendah dari CT-Scan, maka MRI merupakan
salah satu modalitas utama dalam mendeteksi dan menegakkan diagnosa dari
cavernoma, gambaran cavernoma yang terletak pada parenkim yang muncul pada
MRI adalah bentuk seperti popcorn, berbatas tegas, dimana pada intinya terlihat
gambaran multiple foki yang terdiri dari berbagai macam intensitas yang membentuk
seperti sebuah network dan dikelilingi oleh sebuah lingkaran hipointens yang
merepresentasikan hemosiderin dan yang menandakan terjadinya perdarahan dalam
berbagai level dan evolusi dari cavernoma itu sendiri (Poeata and Iencean 2008).
Menurut gambaran dari MRI yang disesuaikan dengan gambaran patologi dari lesi
cavernoma, cavernoma dapat diklasifikasikan dalam empat tipe yaitu (Kivelev
2010) :
DIAGNOSIS
Penegakkan diagnosa cavernoma dapat ditegakkan lewat anamnesa, pemeriksaan
fisik serta pemeriksaan penunjang yang adekuat. Secara anamnesa, dapat ditemukkan
bahwa penyakit ini akan memberikan gejala yang progresif dan perlahan, dimulai dari
sakit kepala yang dapat terkontrol dengan analgetik, ataupun kejang. Apabila ukuran
cavernoma semakin membesar ataupun terjadi rupture dari cavernoma tersebut, maka
dapat memberikan gambaran defisit neurologis yang fokal, derajat keparahannya pun
biasa terjadi secara progresif tergantung dari besar ukuran dan luas perdarahan.
Gejala yang ditimbulkan pun sangat bervariasi, tidak semua orang datang dengan
kejang, terkadang pasien dapat datang dengan kondisi defisit neurologis ataupun
penuruan kesadaran. Gejala cavernoma cenderung muncul pada dekade ketiga hingga
kelima, sehingga pada pasien yang datang dengan kejang ataupun sakit kepala hebat
yang disertai dengan defisit neurologis fokal harus curiga ke arah cavernoma
(Jacobsen and Naul 2011).
Pemeriksaan penunjang terbaik yang dapat memberikan diagnosa ke arah cavernoma
adalah pencitraan MRI. MRI memiliki tingkat sensitivitas dan spesifikasi yang tinggi
terhadap cavernoma. Gambaran seperti popcorn yang berbatas tegas berbentuk bulat
ataupun oval dengan intensitas yang berbeda-beda pada intinya dan memiliki dinding
dengan intensitas yang rendah karena kandungan hemosiderin merupakan karateristik
utama dari cavernoma. Selain dengan pencitraan pemeriksaan histopatologis terhadap
lesi dapat memberikan gambaran definitif dari cavernoma sistem saraf pusat.
(Zamora and Biller 2009)
PENATALAKSANAAN
Cavernoma pada dasarnya merupakan lesi yang tidak terlalu berbahaya walaupun
dapat menyebabkan kelumpuhan permanen. Tetapi bagaimanapun, beberapa pasien
memiliki resiko untuk terjadi sebuah penurunan kondisi yang disebabkan oleh
perdarahan ataupun epilepsy kronis. Dengan adanya perkembangan pencitraan seperti
CT-Scan dan MRI, maka pendekatan untuk membebaskan cavernoma semakin
berkembang. Indikasi operasi pada cavernoma adalah pada pasien dengan gejala
seperti kejang berulang, sakit kepala yang hebat dan perdarahan intraserebral dimana
tujuan akhir dari operasi ini adalah mengontrol seluruh gejala tersebut dan
mengeliminasi seluruh resiko untuk terjadinya perdarahan ulang. Kejang sebenarnya
dapat dikontrol dengan obat anti epilepsy, tetapi dapat terkontrol secara sempurna
apabila dilakukan pembedahan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan
tindakan pembedahan adalah lokasi dari cavernoma itu sendiri, apakah dapat diakses
atau tidak (Kivelev 2010) & (Neascu and Gorgan 2008).
Sedangkan pada pasien yang asimptomatik, maka dapat dilakukan perawatan secara
konservatif dan dilakukan observasi ketat setiap 1 tahun atau 2 tahun dengan
pemeriksaan MRI. Karena natur dari lesi ini jinak dan perkembangannya lambat,
apabila tidak muncul gejala atau terjadi pertambahan dalam ukuran, maka tidak
diperlukan tindakan pembedahan, walaupun pada beberapa institusi kesehatan,
dilakukan metode radiosurgical dengan gamma knife untuk mereseksi cavernoma
(Raychauduri, Batjer and Awad 2005).
Radioterapi merupakan salah satu modalitas baru yang dapat digunakan pada
cavernoma, salah satunya dengan modalitas gamma knife, tetapi belum ada data yang
cukup untuk menunjang apakah modalitas dapat digunakan sebagai sebuah terapi
definitive, terutama pada cavernoma yang terletak sangat dalam dan tidak accessible
untuk dilakukan tindak pembedahan. Beberapa penelitian menunjukan tidak ada
perkembangan dari gejala yang dialami. Beberapa penelitian megenani tindakan ini
terutama adalah membandingkan pengontrolan gejala kejang terhadap pasien yang
dilakukan tindakan craniotomy dan gamma-knife. Hasilnya 4 dari 16 pasien yang
melaksanakan terapi radiosurgical terbebas dari kejang, sedangkan 11 dari 14 pasien
yang menjalani tindakan craniotomy terbebas seluruhnya dair kejang. Hal menarik
yang menjadi keunggulan dari penggunaan pembedahan radiologi ini terdapat
penurunan resiko perdarahan yang sangat signifikan. Sehingga resiko terjadinya
perdarahan ulang sangat kecil (Pollock 2008)
PROGNOSIS
Cavernoma dapat memiliki prognosis yang baik ataupun buruk tergantung letak dan
dan kerusakan yang telah terjadi terhadap parenkim otak. Cavernoma Batang Otak
memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi ketimbang cavernoma
supratentorial ataupun cerebellar. Begitu pula dengan letak lesi, lesi cavernoma
dibedakan intralesi ataupun ekstralesi, apabila intralesi cenderung di terapi secara
non-bedah. Cavernoma pada dasarnya adalah malformasi vascular yang cenderung
berkembang secara lambat, dan jarang menimbulkan gejala, pengontrolan gejala
dapat dilakukan secara konservatif ataupun secara pembedahan yang mana
mempunyai hasil yang lebih baik ketimbang secara konservatif. Cavernoma yang
terletak di batang otak seringkali menyebabkan kelumpuhan permanen (Haque,
Kellner and Solomon 2008).
ReferensiBarrow, Daniel L, and Albert J Schuette. "Cavernous Malformations: A Paradigm for Progress." Clinical Neurosurgery, 2011: 27-42.Cavalcanti, Daniel D, M Yasher S Kalani, Nikolay L Martirosyan, Justin Eales, Robert F Spetzler, and Mark C Preul. "Cerebral cavernous malformations: from genes to proteins to disease." J Neurosurg, 2012: 122-132.Hakan, Kayall, Sirin Salt, Kahraman Serdar, Oysul Kaan, Solmaz Ilker, and Timurkaynak Erdener. "Intracranial Cavernoma: Analysis of 37 Cases and Literature Review." Neurology India, 2004: 439-442.Haque, Raqeeb, Christoper P Kellner, and Robert A Solomon. "Cavernous Malformations of the Brainstem." Clinical Neurosurgery, 2008: 88-96.Jacobsen, James C, and L Gill Naul. Brain Imaging in Cavernous Angiomas. May 25, 2011. http://emedicine.medscape.com/article/337534-overview#showall (accessed October 6, 2012).Kivelev, uri. "Brain and Spinal Cavernoma - Helsinki Experience." University of Helsinki, 2010: 1-122.
Longo, Dan L, Anthony S Fauci, L Dennis Kasper, Stephen L Hauser, J Larry Jameson, and Joseph Loscalzo. Harrison's Principles of Internal Medicine. 18e. United States: McGraw Hill, 2012.Neascu, Angela, and Radu Mircea Gorgan. "Cerebral Cavernomas in the Adult. Review of the Literature and Analysis of 61 Surgically Treated Patients." Romanian Neurosurgery, 2008: 8-16.Poeata, I, and ST. M. Iencean. "Cerebral Cavernoma." Romanian Neurosurgery, 2008: 14-17.Pollock, Bruce E. "Radiosurgery for Cavernous Malformations: Theory and Practice." Clinical Neuorsurgery, 2008: 97-100.Raychauduri, Ratul, Huntington Batjer, and Issam A Awad. "Intracranial cavernous angioma: a practical review of clinical and biological aspects." Surgical Neurology (Elsevier), 2005: 319-328.Victor, Maurice, and Allan H Ropper. Adams and Victor's Principles of Neurology. 9e. United States: McGraw Hill, 2009.Zamora, Adolfo Ramirez, and Jose Biller. "Brainstem Cavernoma Malformations: A Review with Two Case Reports." Arq Neuropsiquiatr, 2009: 917-921.