negara-negaraislam dikalimantan - syamina.orgsyamina.org/uploads/laporan edisi 18 desember...

30
K.Subroto NEGARA-NEGARAISLAM DIKALIMANTAN 14251905M Edisi 18 / Desember 2017

Upload: nguyenkhue

Post on 13-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: NEGARA-NEGARAISLAM DIKALIMANTAN - syamina.orgsyamina.org/uploads/Laporan Edisi 18 Desember 2017edit.pdf · ... Islam berkembang di kepulauan Indonesia dan ... Tegaknya negara yang

K.�Subroto

NEGARA-NEGARA�ISLAM�DI�KALIMANTAN

1425���1905�M�

Edisi 18 / Desember 2017

Page 2: NEGARA-NEGARAISLAM DIKALIMANTAN - syamina.orgsyamina.org/uploads/Laporan Edisi 18 Desember 2017edit.pdf · ... Islam berkembang di kepulauan Indonesia dan ... Tegaknya negara yang

Negara-negara Islam di Kalimantan1425 – 1905 M

K. Subroto

Laporan Edisi 18 / Desember 2017

ABOUT US

Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian Syamina (LKS). LKS merupakan sebuah lembaga kajian independen yang bekerja dalam rangka membantu masyarakat untuk mencegah segala bentuk kezaliman. Publikasi ini didesain untuk dibaca oleh pengambil kebijakan dan dapat diakses oleh semua elemen masyarakat. Laporan yang terbit sejak tahun 2013 ini merupakan salah satu dari sekian banyak media yang mengajak segenap elemen umat untuk bekerja mencegah kezaliman. Media ini berusaha untuk menjadi corong kebenaran yang ditujukan kepada segenap lapisan dan tokoh masyarakat agar sadar realitas dan peduli terhadap hajat akan keadilan. Isinya mengemukakan gagasan ilmiah dan menitikberatkan pada metode analisis dengan uraian yang lugas dan tujuan yang legal. Pandangan yang tertuang dalam laporan ini merupakan pendapat yang diekspresikan oleh masing-masing penulis.

Untuk komentar atau pertanyaan tentang publikasi kami,

kirimkan e-mail ke:

[email protected]

Seluruh laporan kami bisa didownload di website:

www.syamina.org

SYAMINA

Page 3: NEGARA-NEGARAISLAM DIKALIMANTAN - syamina.orgsyamina.org/uploads/Laporan Edisi 18 Desember 2017edit.pdf · ... Islam berkembang di kepulauan Indonesia dan ... Tegaknya negara yang

SYAMINA Edisi 18 / Desember 2017

3

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI — 3

EXECUTIVE SUMMARY — 4

Islamisasi Kalimantan 7

Negara Islam Kesultanan Brunei Darussalam (1425-1888) — 8

Hukum Islam di Kesultanan Brunei Darussalam — 10

Negara Islam Kesultanan Banjar (1526–1905) — 12

Masa Keemasan Kesultanan Banjar — 14

Hukum Islam dan Peran Syekh Al Banjari di Kesultanan Banjar — 14

Penghapusan Hukum Islam dan Kedaulatan Banjar — 17

Jihad Sultan Hidayatullah dan Sultan Antasari Melawan Belanda — 18

Negara Islam Kesultanan Sambas (1671 -1855 M) — 20

Hukum Islam di Sambas — 23

Kesultanan Kutai Karta Negara (1732-1844) — 23

Islamisasi Kutai — 24

Hukum Islam di Kutai — 25

Penutup — 27

Daftar Pustaka — 28

Page 4: NEGARA-NEGARAISLAM DIKALIMANTAN - syamina.orgsyamina.org/uploads/Laporan Edisi 18 Desember 2017edit.pdf · ... Islam berkembang di kepulauan Indonesia dan ... Tegaknya negara yang

SYAMINAEdisi 18 / Desember 2017

4

Kalimantan atau juga disebut Borneo pada jaman penjajahan (kolonial), adalah

pulau terbesar ketiga di dunia yang terletak di sebelah utara Pulau Jawa dan

di sebelah barat Pulau Sulawesi. Saat ini pulau Kalimantan masuk ke wiliyah

tiga negara, Indonesia (73%), Malaysia (26%), dan Brunei (1%). Pulau Kalimantan

terkenal dengan julukan "Pulau Seribu Sungai" karena banyaknya sungai yang

mengalir di pulau ini.

Nama Borneo, yang berasal dari nama kesultanan Brunei (karena Brunei saat

itu merupakan pelabuhan yang ramai dan strategis) adalah nama yang dipakai oleh

penjajah Spanyol, Perancis, Inggris dan Belanda untuk menyebut pulau ini secara

keseluruhan. Sedangkan Kalimantan adalah nama yang digunakan oleh penduduk

kawasan timur pulau ini yang sekarang termasuk wilayah Indonesia. Jika ditilik dari

bahasa Jawa, nama Kalimantan berarti "Sungai Intan”.

Negara-negara Islam muncul, berkembang dan berjaya di Kalimantan pada

saat kekuatan Islam secara global sedang kuat dan berjaya. Terbukti tahun 1453

kekhilafahan Turki Utsmani berhasil menaklukkan Konstantinopel di Barat dan di

ujung Timur, Islam berkembang di kepulauan Indonesia dan Filipina. Sebaliknya

kekuatan Eropa (Barat) belum menjadi kekuatan yang diperhitungkan di tataran

global maupun kawasan Asia Tenggara.

Sebelum abad ke-17 banyak umat Islam yang menulis sejarahnya sendiri.

Namun setelah abad ke-17 penulisan sejarah didominasi oleh para penulis Barat

(Eropa) yang mulai menancapkan kuku-kuku penjajahannya di dunia Islam. Pada

masa penjajahan tersebut sejarah peradaban Islam ditulis oleh orang Barat yang

kebanyakan menngunakan perspektif penjajah. Penulisan sejarah Islam oleh

sejarahwan dari negara penjajah tersebut berusaha mengecilkan peran Islam dan

politik Islam dengan berusaha memunculkan dan membesar-besarkan peran dan

kejayaan politik pra Islam (nativisme).

Di Nusantara hal ini terjadi karena hampir di semua daerah, penjajah Belanda

selalu berhadapan dengan orang Islam ketika mereka hendak mencapai tujuan

penjajahannya. Para ulama dan pemimpin Islam memimmpin jihad untuk

mempertahankan wilayah dan hak-hak mereka yang berusaha dirampas oleh

penjajah kafir. Oleh sebab itu, seorang arsitek politik kolonial yang mashur, Snouck

Hurgronje menyimpulkan bahwa Islam menjadi ancaman paling berbahaya bagi

penjajah Belanda untuk mewujudkan dan melanggengkan misi penjajahannya

(Gold, Glory and Gospel).

EXECUTIVE SUMMARY

Page 5: NEGARA-NEGARAISLAM DIKALIMANTAN - syamina.orgsyamina.org/uploads/Laporan Edisi 18 Desember 2017edit.pdf · ... Islam berkembang di kepulauan Indonesia dan ... Tegaknya negara yang

SYAMINA Edisi 18 / Desember 2017

5

Para penjajah sadar bahwa sejarah menjadi sarana yang efektif untuk

mempropagandakan idiologi dan peradaban selain Islam, yang lebih bisa kompromi

dengan penjajah. Maka, tulisan-tulisan sarjana Belanda banyak sekali mengangkat

sejarah era pra Islam. Bahkan De Graaf, seorang sejarahwan Belanda, menyebut

bahwa terlalu banyak tulisan mengenai sejarah di abad 20 yang meneliti dan

mengulas peradaban pra Islam yang merupakan peradaban yang datang dari India

tersebut.

Perusakan sejarah yang didukung dengan teori nativikasi (kembali ke aslinya)

yang dilakukan oleh penjajah adalah salah satu upaya mereka mencegah kebangkitan

kembali institusi politik yang berdasarkan Islam yang bisa mengancam kepentingan

dan keberlangsungan penjajahan.

Eksistensi negara Islam berusaha dikaburkan dalam penulisan sejarah Belanda

di masa lalu, dan berlanjut di era kemerdekaan. Tegaknya negara yang berdasarkan

Islam di Asia Tenggara dan khusunya di Kalimantan adalah sebuah fakta sejarah

yang tidak bisa ditutup-tutupi, dan mulai terkuak seiring dengan berjalannya waktu.

Kejayaan politik dan peradaban Islam tidak kalah dengan kejayaan peradaban pra

Islam yang selalu berusaha dipromosikan oleh Penjajah.

Berdasar konvensi Montevideo 27 Desember 1933 mengenai hak dan kewajiban

Negara (Rights and Duties of States) menyebutkan bahwa Negara sebagai subjek

dalam hukum internasional harus memiliki empat unsur yaitu : penduduk yang tetap,

wilayah tertentu, pemerintahan yang berdaulat dan kapasitas untuk berhubungan

dengan Negara lain.

Dalam konteks Islam, sebuah negara bisa disebut sebagai sebuah negara Islam

(Daarul Islam), bila memenuhi syarat-syarat sesuai ketentuan syar’i (hukum Islam).

Ibnu Qayyim berkata, “Jumhur ulama telah bersepakat bahwa Daarul Islam adalah

negeri yang dikuasai kaum muslimin dan ditegakan hukum-hukum Islam. Sedangkan

negeri yang tidak berlaku padanya hukum-hukum Islam, maka ia bukan termasuk

Daarul Islam meskipun ia berbatasan langsung (dengan Daarul Islam).”

Seiring dengan berjalannya waktu, keemasan masa kejayaan peradaban Islam di

wilayah ini mulai terkuak sedikit demi sedikit. Emas tetaplah emas walaupun tertutup

dengan lumpur penjajahan Eropa. Emas itu berusaha ditutupi dengan berbagai

propaganda penjajah yang menyatakan bahwa masa Islam adalah masa yang penuh

dengan kekerasan dan pertumpahan darah. Namun sejarah justru membuktikan

sebaliknya, rakyat negara-negara Islam di kepulauan Nusantara hidup damai, aman,

tentram dan penuh keadilan dengan syariat Islam, sebelum kedatangan penjajah.

Ketika penjajah datang keadaan berubah demikian cepat; kekerasan, ketidak

adilan dan pertumpahan darah terjadi di mana-mana, di tempat penjajah berusaha

menamcapkan kepentingannya. Negara-negara Islam yang menerapkan hukum

(syariat) Islam -yang dianggap tidak berperikemanusiaan oleh para penjajah Barat-

justru terbukti berhasil mencapai tujuan untuk mewujudkan masyarakat yang aman,

adil dan makmur. Sebaliknya penjajah yang membawa sistem hukum Barat terbukti

gagal mewujudkan semua itu.

Page 6: NEGARA-NEGARAISLAM DIKALIMANTAN - syamina.orgsyamina.org/uploads/Laporan Edisi 18 Desember 2017edit.pdf · ... Islam berkembang di kepulauan Indonesia dan ... Tegaknya negara yang

SYAMINAEdisi 18 / Desember 2017

6

Negara-negara kesultanan Islam yang banyak terdapat di pulau Kalimantan

seperti, Kesultanan Samudera Brunei Darussalam, Banjar, Kutai serta negara-negara

lainnya memenuhi syarat disebut sebagai sebuah negara dan negara Islam. Di

negara-negara tersebut Islam menjadi agama resmi negara yang dianut oleh para

pemimpinnya dan mayoritas rakyatnya. Kehidupan bermasyarakat dan bernegara

juga dilandaskan pada aturan syariat Islam.

Negara Islam Kesultanan Brunei berdaulat dan menerapkan hukum Islam secara

menyeluruh termasuk dalam hal jinayah (pidana). Brunei telah mempunyai Undang-

undang tertulis yang menjadi pedoman hukum islam yang sudah dikodifikasi

menjadi Hukum Kanun Brunei yang berdasarkan ketentuan hukum (syariat) Islam.

Demikian juga negara Islam kesultanan Banjar yang berdaulat dan berhasil

memakmurkan rakyatnya serta menciptakan keadilan dengan menerapkan syariat

Islam selama ratusan tahun. Hukum Islam yang yang dijalankan berdasarkan Al

Qur’an dan Hadits Nabi juga mengakomodasi adat setempat yang sudah mengalami

proses islamisasi sehingga tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Di masa akhir

Banjar baru dilakukan kodifikasi hukum Islam yang sebelumnya telah dilaksanakan.

Sebelum adanya campur tangan penjajah Belanda, Pengadilan Agama di

Kesultanan Sambas secara turun-temurun melaksanakan hukum Islam yang juga

menerapkan Qisas menurut hukum Islam. Misalnya membunuh dihukum bunuh,

berzina dikenakan hukum rajam.

Setelah masa penjajahan hukum Islam berusaha dikebiri, hanya diberlakukan

untuk masalah keluarga dan ibadah mahdhah saja. Sedangkan untuk perkara pidana

tidak boleh lagi dilaksanakan dan diganti dengan hukum penjajah yang dibawa dari

Eropa.

Rakyat di kesultanan Kutai dan Sambas serta negara-negara Islam lainnya di

Kalimantan hidup dengan makmur, temtram dan damai sebelum kedatangan para

penjajah Eropa. Para sultan di negara-negara Islam di Kalimantan tersebut semuanya

muslim dan berusaha mengamalkan ajaran-ajaran Islam serta berusaha menerapkan

aturan hukum syariat Islam. Adapun mengenai adanya unsur adat dalam kitab

hukum yang ditemukan para sejarahwan bukan sesuatu yang mengejutkan, karena

memang hukum islam bisa menerima dan mentolerir adat selama adat tersebut tidak

bertentangan dengan ajaran Islam atau telah mengalami proses Islamisasi.

Para pemimpin dan ulama tidak tinggal diam dengan terjadinya penjajahan,

dan kezaliman di negerinya. Mereka bahu membahu bersama rakyat mengobarkan

perang sabil untuk melawan penjajah Belanda. Pangeran Hidayatullah dari

Kesultanan Banjar contohnya, menganggap perang melawan Belanda adalah perang

sabil atau jihad terhadap orang kafir Belanda. Untuk itu Belanda memberikan

imbalan atas kepala Pangeran Hidayatullah seperti juga Pangeran Antasari sebesar

10.000,- gulden bagi siapa saja yang berhasil menangkapnya atau membunuhnya.

Page 7: NEGARA-NEGARAISLAM DIKALIMANTAN - syamina.orgsyamina.org/uploads/Laporan Edisi 18 Desember 2017edit.pdf · ... Islam berkembang di kepulauan Indonesia dan ... Tegaknya negara yang

SYAMINA Edisi 18 / Desember 2017

7

A. Islamisasi KalimantanIslam masuk ke Kalimantan, semula lebih dikenal dengan nama Borneo,

melalui tiga jalur. Jalur pertama melalui Malaka yang dikenal sebagai Kesultanan

Islam setelah Perlak dan Pasai. Jalur kedua, Islam datang dan disebarkan oleh para

mubaligh dari tanah Jawa. Ekspedisi dakwah ke Kalimantan ini mencapai puncaknya

saat kerajaan Demak berdiri. Demak mengirimkan banyak Muballig ke negeri ini.

Para da’i tersebut berusaha mencetak kader-kader yang akan melanjutkan misi

dakwah ini. Maka lahirlah para ulama besar, salah satunya adalah Syekh Muhammad

Arsyad Al Banjari. Jalur ketiga para da’i datang dari Sulawesi (Makasar) terutama da’i

yang terkenal saat itu adalah Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan.1

Jatuhnya Kesultanan Malaka (1511) -sebagai bandar perdagangan terbesar

dan teramai di Asia Tenggara saat itu- ke tangan Portugis, justru membawa berkah

bagi penyebaran Islam. Sebagaimana jatuhnya Baghdad (1258), runtuhnya kota

pelabuhan Malaka membuat perkembangan Islam lebih luas dan lebih jauh dari

sebelumnya. Pedagang-pedagang muslim yang pindah dari Malaka kemudian

mencari dan membuat pemukiman baru serta melakukan perdagangan ke daerah-

daerah bagian Timur kepulauan Nusantara. Oleh sebab itu proses Islamisasi secara

efektif di daerah-daerah kepulauan Nusantara bagian Timur baru terjadi pada

dasawarsa kedua abad ke-16.

Di antara para pedagang muslim dari Malaka, banyak yang pindah dan menetap

di Kalimantan. Sejak awal Kalimantan merupakan penghasil dan pusat perdagangan

intan. Akhirnya di pesisir Kalimantan Barat bagian utara berdiri negara Islam yang

1 Puguh Prasetyo, Penyebaran Agama Islam Di Indonesia, Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak 2012. h.10

Negara-negara Islam di Kalimantan

1425 – 1905 M

Page 8: NEGARA-NEGARAISLAM DIKALIMANTAN - syamina.orgsyamina.org/uploads/Laporan Edisi 18 Desember 2017edit.pdf · ... Islam berkembang di kepulauan Indonesia dan ... Tegaknya negara yang

SYAMINAEdisi 18 / Desember 2017

8

masyhur, Kesultanan Brunei. Dan di bagian selatan pesisir Kalimantan Barat berdiri

Kesultanan Sukadana.

Penyebaran Islam ke daerah-daerah Kalimantan Selatan dan Timur banyak

dilakukan oleh orang-orang Islam yang datang dari Jawa. Para Mubaligh banyak

dikirim oleh negara Islam Kesultanan Demak untuk berdakwah menyebarkan ajaran

Islam di daerah tersebut. Pusat dakwah Islam di Kalimantan Selatan berada di

Banjarmasin. Maka di daerah ini kemudian berdiri sebuah negara Islam, Kesultanan

Banjar. Sedangkan di Kalimantan Timur juga berdiri sebuah negara Islam, Kesultanan

Kutai, yang merupakan kelanjutan kerajaan Kutai yang bercorak Hindu.2

B. Negara Islam Kesultanan Brunei Darussalam (1425-1888)

Diperkirakan pada tahun 1425 M. penguasa Brunei Wang Alak Betatar pergi ke

Malaka untuk mengunjungi Sultan Muhammad Syah,dan di sana ia masuk Islam. 3

2 A. Daliman, Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia, Penerbit Ombak Yogyakarta, 2012, h.193-194

3 Acep Zoni Saeful Mubarak, Hukum Keluarga Islam di Negara Brunei Darussalam, dalam Atho’ Mudzhar dan Khaeruddin Nasution [Editor], Hukum Keluarga di Dunia Islam Moderen (Jakarta: Ciputat Press, 2003), h. 176

Page 9: NEGARA-NEGARAISLAM DIKALIMANTAN - syamina.orgsyamina.org/uploads/Laporan Edisi 18 Desember 2017edit.pdf · ... Islam berkembang di kepulauan Indonesia dan ... Tegaknya negara yang

SYAMINA Edisi 18 / Desember 2017

9

Negara Brunei terletak di pesisir Barat Kalimantan bagian Utara. Pengaruh Islam di

negara ini sampai ke Filipina. Banyak mubaligh dari Brunei yang dikirim ke pulau-

pulau yang sekarang menjadi wilayah negara Filipina bagian Selatan.

Peran Brunei dalam perdagangan cukup penting. Itulah sebabnya Portugis pada

tahun 1530 datang pada Sultan Brunei untuk memohon normalisasi perdagangan

dengan Malaka yang putus karena ulah Portugis mengekspansi Malaka pada tahun

1511. Utusan Portugis juga meminta agar kapal-kapalnya diizinkan untuk berlayar ke

wilayah Brunei. Permohonan itu dikabulkan oleh Sultan Brunei yang membuat lalu

lintas perdagangan di Brunei semakin ramai.

Perdagangan Brunei-Filipina juga cukup ramai. Legapsi, seorang pelaut Spanyol

yang mendarat di Filipina pada tahun 1565 menjumpai banyak agen sultan Brunei di

sana. Komoditas yang diperjual-belikan antara lain; tembaga, timah, porselen Cina,

kemenyan, katun India, besi dan baja. Brunei banyak mengekspor baja ke Filipina.

Kekuasaan Sultan Brunei meluas sampai ke Serawak, Mindanao dan Luzon.

Melihat perkembangan kekuasaan Negara Brunei dan aktifitasnya dalam

penyebaran Islam, membuat Spanyol khawatir dan berusaha membendungnya.

Raja Spanyol Filip V kemudian memerintahkan De Sande, raja mudanya di Filipina

untuk mengultimatum Sultan Brunei, Sultan Reksar agar menghentikan usaha untuk

menyebarkan Islam di Filipina. Tuntutan itu dengan tegas ditolak sultan. De Sande

kemudian dengan kekuatan militer yang tangguh menyerbu Brunei dan berhasil

mengalahkan pasukan kesultanan tersebut dan menguasainya pada tahun 1578.4

Pada awal abad ke-16, Kesultanan Brunei merupakan Negara yang kuat dan

memiliki otoritas tidak hanya meliputi seluruh pulau Borneo tetapi juga beberapa

bagian pulau-pulau Sulu dan Filipina. Namun kemudian memasuki abad ke-17 hingga

pada abad ke-18, kekuasaan Kesultanan Brunei mulai berkurang akibat adanya konsesi5

yang dibuat dengan Belanda, Inggris, Raja Serawak, British North Borneo Company

dan juga serangan-serangan para pembajak. Namun kebijakan atas konsesi tersebut

justru merugikan Brunei sendiri. Dan akhirnya memasuki abad ke-19, wilayah

Negara Brunei Darussalam terreduksi menjadi sangat kecil sampai batas-batas yang

ada sekarang.6

Pada tahun 1847 Sultan Brunei mengadakan perjanjian dengan Inggris Raya

untuk memajukan hubungan dagang dan penumpasan para pembajak. Perjanjian

berikutnya diadakan pada tahun 1881 yaitu perjanjian negara Brunei berada dibawah

proteksi Inggris Raya. Pada tahun 1963 negara Brunei berbentuk negara Merdeka

Melayu Inggris dengan tidak bergabung dengan federasi Malaysia. Sampai akhirnya

tanggal 1 Januari 1984 Brunei Darusalam menjadi negara Kesultanan yang merdeka

dan berdaulat.7

4 A. Daliman, op.cit. h.194-1955 Konsesi adalah Pemberian izin untuk membuka tambang atau untuk menebang hutan, dsb. Lihat: Tim Penyusun

Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi II (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), h. 520

6 Acep Zoni Saeful Mubarak, Hukum Keluarga Islam di Negara Brunei Darussalam, h. 178-179, dalam: Atho’ Mudzhar dan Khaeruddin Nasution [Editor], Hukum Keluarga di Dunia Islam Modern,Jakarta: Ciputat Press, 2003.

7 Inamulah khan (Ed), The World Muslim Gazeteer, (Delhi: International Islamic publisher, 1992), h. 175

Page 10: NEGARA-NEGARAISLAM DIKALIMANTAN - syamina.orgsyamina.org/uploads/Laporan Edisi 18 Desember 2017edit.pdf · ... Islam berkembang di kepulauan Indonesia dan ... Tegaknya negara yang

SYAMINAEdisi 18 / Desember 2017

10

Islam menjadi agama resmi negara semenjak Raja Awang Alak Betatar

masuk Islam dan berganti nama menjadi Muhammad Shah (1406-1408).8

Perkembangan Islam semakin maju setelah pusat penyebaran dan kebudayaan Islam

di Malaka jatuh ke tangan portugis (1511) sehingga banyak ulama dan pedagang

Islam pindah ke Brunei. Kemajuan dan perkembangan Islam semakian nyata pada

masa pemerintahan Sultan Bolkiah (sultan ke-5), yang wilayahnya meliputi Suluk,

Selandung, seluruh Pulau Kalimantan (Borneo), Kepulauan Sulu, Kepulauan Balakac,

Pulau Banggi, Pulau Balambangan, Matanani, dan Utara Pulau Pallawan sampai ke

Manila.

Pada masa Sultan Hassan, Sultan ke-9 (1605-1619 M) dilakukan

penyempurnaan tata pemerintahan, yaitu : 1) menyusun institusi-institusi

pemerintahan agama, karena agama memainkan peranan penting dalam

memandu negara Brunei ke arah kesejahteraan. 2) menyusun adat-istiadat

yang dipakai dalam semua upacara, baik suka maupun duka, disamping

menciptakan atribut kebesaran dan perhiasan raja; 3) menguatkan undang-

undang Islam, yaitu Hukum Qanun yang mengandung 46 pasal dan 6 bagian.9

Hukum Islam di Kesultanan Brunei DarussalamSebelum kedatangan penjajah Inggris, Undang-Undang yang dilaksanakan di

Brunei ialah Undang-Undang Islam yang telah dikanunkan dengan Hukum Qanun Brunei. Hukum Qanun Brunei tersebut ditulis pada masa pemerintahan Sultan

8 Ibid9 Ensiklopedia Islam, Op.Cit., hal. 257-258

Page 11: NEGARA-NEGARAISLAM DIKALIMANTAN - syamina.orgsyamina.org/uploads/Laporan Edisi 18 Desember 2017edit.pdf · ... Islam berkembang di kepulauan Indonesia dan ... Tegaknya negara yang

SYAMINA Edisi 18 / Desember 2017

11

Hassan (1605-1619 M) yang disempurnakan oleh Sultan Jalilul jabbar (1619-1652 M).10

Pada tahun 1888-1983 Brunei di bawah jajahan Inggris. Brunei memproklamasikan

kemerdekaannya pada tanggal 31 Desember 1983.

Setelah campur tangan penjajah Inggris, Mahkamah Syari’ah Brunei hanya

diberi wewenang melaksanakan undang-undang Islam yang berkaitan dengan

perkara-perkara kawin, cerai, dan ibadat (khusus) saja. Sedangkan masalah yang

berkaitan dengan jinayat (pidana) diserahkan kepada undang-undang Inggris yang

berdasarkan Common Law England.

Pada tahun 1871 M., W.H Treacher, Pejabat Konsul General Inggris dalam

lawatan ke Brunei dengan menggunakan kapal perang angkatan laut Inggris telah

mencatat bahawa undang-undang Brunei pada waktu itu ialah undang-undang

yang berasal dari al-Qur’an.11 Undang-undang yang dimaksudkan itu ialah beberapa

aturan hukum syarak yang terdapat di dalam Hukum Kanun Brunei. Hukum Kanun

Brunei dan Undang-Undang serta Adat Brunei Lama (Old Brunei Law and Custom)

merupakan dua naskah undang-undang Islam tertulis dan dikanunkan. Keduanya

menjadi bukti pelaksanaan undang-undang Islam di Brunei Darussalam.12

H.R Hughes-Hallet juga berpendapat bahwa zaman perintahan Sultan Hassan

merupakan zaman awal pemakaian Undang-Undang Hukum Kanun.13

Kenyataan ini mungkin berdasarkan beberapa faktor; pertama walaupun tidak

tercatat tanggal dan tahun penulisannya tetapi naskah Hukum Kanun didapati di

dalam pemerintahannya. Kedua; di zaman Sultan Hassan mungkin dilakukan

penyesuaian Hukum Kanun yang dijalankan sebelum Islam pada undang-undang

yang berdasarkan hukum Islam.14 Ketiga di zaman Sultan Hasan mungkin dilakukan

penyusunan dan penulisan ulang Hukum Kanun supaya lebih teratur.

Pada zaman pemerintahan Sultan Abdul Jalilul Akbar (1598-1659),

Undang-Undang Hukum Kanun Brunei telah dilaksanakan dengan baik.15

Sultan Abdul Jalilul Akbar juga berwasiat agar anaknya Sultan Jalilul Jabbar

melaksanakan Undang-Undang Hukum Kanun Brunei dalam menjalankan

pemerintahan negaranya.

Sebagai contoh pelaksanaan Undang-Undang Hukum Kanun Brunei ialah

kasus pencurian. Perbuatan ini dilakukan oleh beberapa orang pencuri yang telah

berhasil mencuri beberapa jenis barang termasuk sebuah jam tangan emas dan

sebuah senapan dari kapal perang Inggris yang berlabuh di sungai Brunei. Tiga orang

10 Haji Mahmud Saedon Awang Othman, Mahkamah Syari’ah di Negara Brunei Darussalam dan Permasalahannya, dalam Jurnal Mimbar Hukum No.22 Tahun VI, September-Oktober 1995, h. 41-42

11 W. H Treacher, “British Borneo : Sketches of Brunei, Sarawak, Labuan and North Borneo”, JMBRAS , Vol. 20, 1880, hlm. 39

12 Dato Dr. Haji Mahmud Saedon Awang Othman, Perlaksanaan Dan Pentadbiran Undang-undang Islam di Negara Brunei Darussalam : Satu Tinjauan, hlm. 21

13 H. R. Hughes-Hallet, A Sketch of the History of Brunei, JMBRAS, Vol. XV111, part 11, 1940, hlm. 3114 Hajah Masnon bt. Haji Ibrahim, Perlaksanaan Undang-undang Keluarga Islam di Brunei dan Perbandingannya

dengan Undang-Undang Keluarga Islam di Sarawak, Tesis MA, Universiti Kebangsaaan Malaysia, 1988, hlm. 315 Dato Dr. Haji Mahmud Saedon Awang Othman, Perlaksanaan Dan Pentadbiran Undang-undang Islam di

Negara Brunei Darussalam : Satu Tinjauan, hlm. 2

Hukum had (hukum Islam) pernah diberlakukan di kesultanan Banjar bagi kasus pembunuhan, murtad dan perzinaan sebagai pengamalan hukum syariat Islam.

Page 12: NEGARA-NEGARAISLAM DIKALIMANTAN - syamina.orgsyamina.org/uploads/Laporan Edisi 18 Desember 2017edit.pdf · ... Islam berkembang di kepulauan Indonesia dan ... Tegaknya negara yang

SYAMINAEdisi 18 / Desember 2017

12

yang terlibat dalam kejadian itu kemudian ditangkap dan dijatuhi hukuman potong

tangan.16

Kasus lainnya ialah hukuman bunuh terhadap seorang nara pidana bernama

Maidin. Kesalahannya ialah melakukan perampokan harta benda dan membunuh

beberapa orang pedagang yang berdagang bolak-balik antara Brunei ke Labuan dan

sepanjang pantai di bawah kekuasaan Brunei.17

Berdasarkan keterangan di atas, jelas sebelum kedatangan Inggris, Brunei telah

diperintah berdasarkan Undang-Undang Hukum Kanun Brunei yang berasaskan

hukum Islam yang telah dikanunkan. Pemakaian dan perlaksanaannya adalah

meluas dan menyeluruh.18

Setelah diteliti dan dikaji tentang Hukum Kanun Brunei dan dibandingkan

dengan ajaran Islam, maka didapati bahwa Hukum Kanun Brunei itu sebagian

besarnya berdasarkan ajaran Islam, khususnya dalam masalah perkawinan dan

perceraian, jenayah (pidana) dan mahkamah, demikian juga dalam hal jual beli

dan riba. Sebagian isi yang lain berdasarkan adat, seperti yang dinyatakan dalam

mukaddimah Hukum Kanun tersebut, yaitu adat yang tidak bertentangan dengan

hukum Islam.19

C. Negara Islam Kesultanan Banjar (1526–1905)Kesultanan Banjar merupakan kelanjutan dari sebuah kerajaan Hindu

di Kalimantan Selatan yaitu Kerajaan Daha. Pada akhir abad ke-15 Kalimantan

Selatan dibawah pengaruh Kerajaan Daha, yang pada saat itu dipimpin oleh Raja

Sukarama, ia mempunyai tiga orang anak yaitu Pangeran Mangkubumi, Pangeran

Tumenggung, dan Putri Galuh. Peristiwa kelahiran Kerajaan Banjar bermula dari

konflik yang dimulai ketika terjadi pertentangan dalam keluarga istana. Konflik

terjadi antara Pangeran Samudera dengan pamannya Pangeran Tumenggung, yang

mana Pangeran Samudera adalah pewaris sah Kerajaan Daha sesuai keputusan dari

Raja Sukarama sebelum meninggal.20

Pangeran Samudera adalah cucunya Raja Pangeran Sukarama. Mengetahui

keputusan ayahnya ini, keempat puteranya tidak menyetujuinya, terlebih Pangeran

Tumenggung yang sangat berambisi terhadap kekuasaan Kerajaan Daha.21 Setelah

Pangeran Sukarama meninggal, jabatan raja dipegang ole anak tertuanya yaitu

16 W. H Treacher, “British Borneo : Sketches of Brunei, Sarawak, Labuan and North Borneo”, JMBRAS , 1880, Vol. 20, hlm. 40

17 W. H Treacher, “British Borneo : Sketches of Brunei, Sarawak, Labuan and North Borneo”, JMBRAS, 1880, Vol. 20, hlm. 41.

18 Haji Mahmud Saedon Awang Othman, Perlaksanaan dan Pentadbiran Undang-Undang Islam di Negara Brunei Darussalam : Satu Tinjauan, hlm. 2

19 Dr. Hajah Saadiah, Pentadbiran Undang-Undang Islam Di Negara Brunei Darussalam Pada Zaman British, Universiti Brunei Darussalam, disampaikan dalam Seminar Sejarah Brunei III Sempena Sambutan Hari Kebangsaan Negara Brunei darussalam ke 22 Tahun 2006, pada 8-9hb March 2006M/ 8-9 Safar 1427H bertempat di Dewan Persidangan 2, Pusat Persidangan Antarabangsa, Berakas, Brunei. h.4-6 www.bruneiresources.com/pdf/nd06_saadiah.pdf

20 Saifuddin Zuhri, Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia (Bandung: AlMa’arif, 1979), 386,

21 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajawali Press, 1997), 386.

Setelah campur tangan penjajah

inggris, mahkamah

syari’ah brunei hanya diberi

wewenang melaksanakan

undang-undang islam yang

berkaitan dengan perkara-perkara

kawin, cerai, dan ibadat (khusus)

saja. Sedangkan masalah yang

berkaitan dengan jinayat (pidana)

diserahkan kepada undang-undang inggris

yang berdasarkan common law

england.

Page 13: NEGARA-NEGARAISLAM DIKALIMANTAN - syamina.orgsyamina.org/uploads/Laporan Edisi 18 Desember 2017edit.pdf · ... Islam berkembang di kepulauan Indonesia dan ... Tegaknya negara yang

SYAMINA Edisi 18 / Desember 2017

13

Pangeran Mangkubumi. Karena pada saat itu Pangeran Samudera masih berumur 7

tahun.

Pangeran Mangkubumi tidak lama berkuasa, ia dibunuh oleh seorang pegawai istana

atas hasutan Pangeran Tumenggung. Dengan meninggalnya Pangeran Mangkubumi

maka Pangeran Tumenggunglah yang menggantikannya sebagai raja Kerajaan Daha.

Pada saat itu, Pangeran Samudera menjadi musuh besar Pangeran Tumenggung.

Ia kemudian dibantu oleh Patih Masih yang menguasai Bandar Pelabuhan Banjar.

Karena tidak mau menyerahkan upeti kepada Pangeran Tumenggung, maka Patih

Masih ingin mengangkat Pangeran Samudera sebagai Raja.22

Patih Masih banyak bergaul dengan para Mubaligh yang datang dari Tuban dan

Gresik. Dari para Mubaligh inilah ia mendengar kisah tentang Wali Songo dalam

memimpin Kesultanan Demak dan membangun masyarakat yang adil dan makmur.

Bagi Patih Masih, kisah tersebut sangat mengagumkan, seiring berjalannya waktu, ia

akhirnya memeluk agama Islam.23

Atas bantuan Patih Masih Pangeran Samudera dapat menghimpun kekuatan

perlawanan dan mulai menyerang Pangeran Tumenggung. Dalam serangan

pertamanya Pangeran Samudera berhasil menguasai Muara Bahan, sebuah

pelabuhan strategis yang sering dikunjungi para pedagang luar, seperti utara Jawa,

Gujarat, dan Malaka.

Peperangan terus berlangsung, Patih Masih mengusulkan kepada Pangeran

Samudera untuk meminta bantuan kepada Kerajaan Demak. Waktu itu Sultan

Kerajaan Demak adalah Sultan Trenggono. Sultan Demak bersedia membantu dengan

syarat Pangeran Samudera masuk Islam. Sultan Demak kemudian mengirimkan

bantuan seribu orang tentara beserta seorang penghulu bernama Khatib Dayan

untuk mengislamkan Pangeran Samudera beserta seluruh masyarakat Banjar.24

Dalam peperangan tersebut dengan bantuan dari Demak, Pangeran Samudera

memperoleh kemenangan dan sesuai dengan janjinya, ia beserta seluruh kerabat

kraton dan rakyat Banjar menyatakan diri masuk Islam.25

Jumlah orang yang masuk Islam saat itu mencapai 400.000 orang.26

Setelah masuk Islam pada tahun 1526 M, Kerajaan Daha berubah menjadi Kesultanan

Islam Banjar dan Pangeran Samudera pun diberi gelar Sultan Suryanullah atau Sultan

Suriansyah, yang dinobatkan sebagai raja pertama dalam Negara Islam Kesultanan

Banjar.27

22 Harun Yahya, Kerajaan Islam Nusantara: Abad XVI Dan XVII (Yogyakarta: Kurnia Kalam Sejahtera, 1995), h.7223 Zuhri, Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia , 39224 Zuhri, Op.Cit. h.22025 J.J Ras, Hikayat Banjar a study in Malay Historiography (Leiden, 1968), 426, dalam: Nisa Ushulha, Kerajaan

Banjar Dan Perang Banjar (1859-18905 M), Fakultas Adab Dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2016, h.17

26 Zuhri, Op.cit. h.38927 Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, 220

Page 14: NEGARA-NEGARAISLAM DIKALIMANTAN - syamina.orgsyamina.org/uploads/Laporan Edisi 18 Desember 2017edit.pdf · ... Islam berkembang di kepulauan Indonesia dan ... Tegaknya negara yang

SYAMINAEdisi 18 / Desember 2017

14

Masa Keemasan Kesultanan BanjarPuncak kejayaan Kerajaan Banjar terjadi di masa Sultan Mustain Billah, ia

menggantikan ayahnya setelah ayahnya meninggal dunia, yaitu Sultan Hidayatullah.

Pada masa ini, lada menjadi komoditas perdagangan utama di Kesultanan Banjar.

Banjarmasin sebagai ibukota Kerajaan Banjar mulai berkembang menjadi bandar

perdagangan yang besar. Para pedagang dari berbagai suku datang ke Banjarmasin

untuk mencari berbagai barang dagangan seperti lada hitam, rotan, damar, emas,

intan, madu, dan kulit binatang.28

Khususnya lada hitam, komoditi yang satu ini menjadi primadona dalam

perdagangan internasional. Sebagai bandar perdagangan, penduduk di Banjarmasin

banyak yang berstatus sebagai pedagang. Mereka juga melakukan perdagangan

sampai ke Pulau Jawa, tepatnya ke pelabuhan Banten.

Hukum Islam dan Peran Syekh Al Banjari di Kesultanan BanjarAgama Islam merupakan agama resmi negara dan menempatkan kedudukan para

ulama pada tempat yang terhormat dalam Kesultanan, tetapi selama berabad-abad

lamanya hukum Islam belum melembaga dalam pemerintahan karena pada saat itu

belum ada ulama yang mendampinginya. Setelah Sultan Tahmidullah II berkuasa

pada tahun 1761 -1801 M, barulah hukum Islam melembaga di Negara Islam Banjar

dengan didampingi oleh Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari, salah seorang ulama

besar yang telah berhasil membina masyarakat Banjar untuk mengamalkan ajaran

Islam.29

Kehadiran Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari menimbulkan terjadinya

perubahan dalam pemerintahan, terutama setelah beliau datang dari Mekah dan

tiba di Martapura pada tahun 1772 M. 30

Dengan kebijakan Syeikh al-Banjari, perlahan-lahan hukum dan ajaran Islam

masuk ke Istana Banjar. Hukum Islam dijadikan hukum pemerintahan sebagai

sumber pokok dalam membuat undang-undang dan peraturan yang berdasarkan

Al-qur’an dan Hadist berdasarkan pemahaman Ahlus Sunnah wal Jamaah dengan

madzhab Syafi’i. Di masyarakat Banjar ajaran fiqih madzab syafi’i sangat berpengaruh

sehingga menjadi hukum adat rakyat. Hukum had (hukum pidana Islam) pernah

diberlakukan di kesultanan Banjar bagi kasus pembunuhan, murtad dan perzinaan

sebagai pengamalan hukum syariat Islam.

Syeikh Muhammad Arsyad menyadari bahwa pelaksanaan hukum Islam

secara nyata tidak mungkin tanpa adanya lembaga hukum yang mengatur dan

melaksanakannya. Oleh karena itu ia mengusulkan kepada Sultan untuk membentuk

Mahkamah Syari’ah dan disetujui Sultan, yakni suatu lembaga pengadilan agama

yang dipimpin seorang mufti sebagai ketua hakim tertinggi, pengawas pengadilan

28 Suriansyah Ideham, Urang Banjar dan Kebudayaannya (Banjarmasin: Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan dan Pustaka Benua, 2007), 20.

29 Yusuf Halidi, Syekh Muhammad Al-Banjari Ulama Besar Kalimantan Selatan Silsilah Raja -raja yang Berkuasa Pada Masa al-Banjari dari Lahir Hingga Wafat (Surabaya: Al-Ihsan, 1968), h.25.

30 Azzumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII (Bandung: Mizan, 1994), h.252

Syekh Muhammad

Arsyad Al Banjari

mengusulkan kepada

Sultan agar di kesultanan Banjarmasin diberlakukan hukum Islam, bukan hanya

terbatas pada hukum

perdata, tetapi juga hukum

pidana Islam, misalnya, hukuman mati bagi

pembunuh, potong tangan

bagi pencuri, dicambuk bagi

penzina, dan hukum mati bagi orang Islam yang

murtad

Page 15: NEGARA-NEGARAISLAM DIKALIMANTAN - syamina.orgsyamina.org/uploads/Laporan Edisi 18 Desember 2017edit.pdf · ... Islam berkembang di kepulauan Indonesia dan ... Tegaknya negara yang

SYAMINA Edisi 18 / Desember 2017

15

umum. Lembaga ini bertugas mengurusi masalah-masalah keagamaan yang timbul

dalam masyarakat agar senantiasa terbimbing dengan kebenaran hukum Islam.

Mufti sebagai ketua mahkamah syariah didampingi oleh seorang Qadhi yang

bertugas sebagai pelaksana hukum dan mengatur jalannya pengadilan. Dengan

kepastian hukum Islam yang diterapkan dalam Kerajaan, segala urusan dalam

masyarakat dapat diselesaikan dalam pengadilan agama yang mendapat legitimasi

dari Kerajaan.31

Dari sudut pandang Islam, otoritas sultan berasal dari perannya sebagai pelaksana

hukum Islam (Syari’ah). Menurut teori tentang pemerintahan, sultan bertanggung

jawab atas pelaksanaan syari’ah di negaranya, sedangkan rakyat bertanggung jawab

kepadanya. Bahkan sebuah pemerintahan militer dipandang sebagi pemerintahan

yang sah sepanjang ia mengakomodasi syari’ah dan memenuhi kebutuhan mendasar

kaum muslim secara umum.32

Perkembangan Islam yang sangat berarti terjadi pada masa pemerintahan Sultan

Tahmidullah II (Pangeran Nata Alam), sekitar tahun 1785-1808; dan Sultan Sulaiman

(1808-1825), yang kedatangan seorang ulama besar yaitu Syekh Muhammad Arsyad

al-Banjari dari perantauannya, setelah menuntut ilmu di dua kota suci di Mekkah

dan Madinah. Dalam menyebarkan agama Islam, Syekh Muhammad Arsyad al-

Banjari mendapat dukungan dengan disediakannya segala sarana dan fasilitas dalam

menyebarkan agama Islam oleh Sultan.33

Hasil-hasil pemikiran yang cermelang dari Syekh Muhammad Arsyad alBanjari

menambah berkembangnya agama Islam di Banjarmasin, antara lain:

1. Mengajarkan ilmu agama kepada masyarakat Banjarmasin;

2. Mengusulkan kepada Sultan agar diangkat Mufti dan Qadi di kesultanan

Banjarmasin, serta diangkat pengurus mesjid seperti khatib, imam, muazzin,

dan penjaga mesjid;

3. Mengusulkan kepada Sultan agar di kesultanan Banjarmasin diberlakukan

hukum Islam, bukan hanya terbatas pada hukum perdata, tetapi juga hukum

pidana Islam, misalnya, hukuman mati bagi pembunuh, potong tangan bagi

pencuri, dicambuk bagi penzina, dan hukum mati bagi orang Islam yang

murtad;

4. Untuk melaksanakan hukuman secara Islam tersebut, beliau mengusulkan

dibentuk Mahkamah Syariah, semacam pangadilan tingkat banding, di

samping lembaga qadi.34

5. Menulis beberapa kitab yang berisi ajaran-ajaran agama Islam sebagai

pegangan dan pedoman bagi umat Islam. Di antara kitab-kitabnya yang

terkenal dan menjadi rujukan dakwah adalah: (1) Ushuluddin, (2) Luqtatul

31 Yahya Harun, Kerajaan Islan Nusantara Abad XVI dan XVII, Yogyakarta: Kurnia Kalam Sejahtera, 1995, h.83-8432 Ira Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), 492.33 Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1992, h. 22934 Zamzam, n.y.; Daudi, 1980; dan Ensiklopedi Islam, 1992, dalam: Ita Syamtasiyah Ahyat, Perkembangan Islam

di Kesultanan Banjarmasin, SOSIOHUMANIKA: Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, 8(1) Mei 2015, h.15, by; Minda Masagi Press Bandung, UNHAS Makassar, and UNIPA Surabaya, Indonesia ISSN 1979-0112 website: www.sosiohumanika-jpssk.com.

Page 16: NEGARA-NEGARAISLAM DIKALIMANTAN - syamina.orgsyamina.org/uploads/Laporan Edisi 18 Desember 2017edit.pdf · ... Islam berkembang di kepulauan Indonesia dan ... Tegaknya negara yang

SYAMINAEdisi 18 / Desember 2017

16

‘Ajlan, (3) Kitabul Faraid, (4) Kitabun Nikah, (5) Tuhfatur Raghibin, (6)

Sabilal Muhtadin, (7) Qawlul Mukhtasar, (8) Kanzul Ma’rifah, (9) Hasyiah

Fathil Jawad, dan (10) Mushaf al Quranil Karim.35

Untuk memimpin Mahkamah Syariah, maka ditunjuklah seorang Mufti. Dan

Mufti pertama yang diangkat oleh Sultan adalah Syekh Muhamad As’ad, cucu dari

Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari; dan bertindak sebagai Qadi pertama adalah Abu

Zu’ud, anak dari Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Kemudian, Sultan mengangkat

Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari sebagai Musytasyar (Mufti Besar) kesultanan

Banjarmasin untuk mendampingi Sultan dalam menjalankan pemerintahan sehari-

hari. 36

Kedudukan agama Islam sebagai agama Negara juga terlihat dengan jelas pada

masa pemerintahan Sultan Adam Al-Wasik Billah yang memerintah pada tahun

1825-1857 M, ia mendapatkan gelar Sultan Muda sejak tahun 1782. Ia mengeluarkan

Undang-Undang Negara pada tahun 1835 yang kemudian dikenal sebagai Undang-

Undang Sultan Adam, yang mana dalam Undang-Undang tersebut terlihat jelas

bahwa sumber hukum yang dipergunakan adalah hukum Islam.37

Undang-Undang Sultan Adam adalah hukum Islam dalam bidang politik sebagai

proses perkembangan perundangan Islam di dalam kesultanan Banjarmasin.

Sebagai seorang penguasa, Sultan Adam dikenal sebagai Sultan yang shalih dan

gemar dalam menjalankan ajaran Islam serta dihormati oleh rakyatnya. Beliau juga

merupakan salah seorang Sultan yang sangat memperhatikan perkembangan Islam

di Kalimantan.38

Undang-Undang Sultan Adam terdiri atas 31 pasal yang materinya dapat

dikelompokkan kedalam enam masalah, sebagai berikut:

Pertama, masalah-masalah Agama dan Peribadatan, yang mencakup: pasal

1 tentang masalah kepercayaan; pasal 2 tentang mendirikan tempat ibadah dan

sembahyang berjemaah; serta pasal 20 tentang kewajiban melihat awal Ramadhan

atau awal bulan puasa.

Kedua, masalah-masalah Hukum dan Tata-Pemerintahan, yang mencakup: pasal

3 dan pasal 21 tentang kewajian tetuha kampung; serta pasal 31 tentang kewajiban

lurah dan mantri-mantri.

Ketiga, masalah Hukum Perkawinan, yang mencakup: pasal 4 dan pasal 5 tentang

syarat nikah; pasal 6 tentang perceraian; pasal 18 tentang barambangan; pasal 25

tentang mendakwa istri berzinah; serta pasal 30 tentang perzinahan.

Keempat, masalah Hukum Acara Peradilan, yang mencakup: pasal 7 dan pasal

9 tentang tugas mufti; pasal 10 tentang tugas hakim; pasal 11 tentang pelaksanaan

putusan; pasal 12 tentang pengukuhan keputusan; pasal 13 tentang kewajiban

bilal dan kaum; pasal 14 tentang surat dakwaan; pasal 15 tentang tenggang waktu

35 Shaghir Abdullah, H.W. Muhd. (1990). Syekh Muh. Arsyad al-Banjari: Matahari Islam. Banjarmasin: Seri Ulama Pengarang Asia Tenggara, Periode III. h. 41-42

36 Zamzam, n.y.; dan Daudi, 1980, dalam: Ita Syamtasiyah Ahyat, op.cit. h.15-1637 Undang-Undang Negara, Undang-Undang Sultan Adam, 1835, dalam: Nisa Ushulha, op.cit. h.2238 Kiaibondan, Amir Hasan. (1953). Suluh Sedjarah Kalimantan. Bandjarmasin: Penerbit Fadja, 1953, dalam : Ita

Syamtasiyah Ahyat, op.cit. h.17

Page 17: NEGARA-NEGARAISLAM DIKALIMANTAN - syamina.orgsyamina.org/uploads/Laporan Edisi 18 Desember 2017edit.pdf · ... Islam berkembang di kepulauan Indonesia dan ... Tegaknya negara yang

SYAMINA Edisi 18 / Desember 2017

17

gugatmenggugat; pasal 19 tentang larangan raja-raja atau mantri-mantri campur

tangan urusan perdata, kecuali ada surat dari hakim; serta pasal 24 tentang kewajiban

hakim memeriksa perkara.

Kelima, masalah Hukum Tanah, yang mencakup: pasal 17 tentang gadai tanah;

pasal 23 dan pasal 26 tentang masalah daluarsa; pasal 27 tentang sewa tanah; pasal

28 tentang pengolahan tanah; serta pasal 29 tentang menterlantarkan tanah.

Keenam, masalah Peraturan Peralihan, yang mencakup: pasal 16 tentang

peraturan peralihan.

Undang-Undang Sultan Adam ditetapkan pada tahun 1251 Hijriah oleh Sultan

Adam sendiri. Undang-undang ini dibuat oleh sebuah tim dengan pimpinan Sultan

Adam, serta dibantu oleh para anggota, antara lain menantu Sultan Adam, Pangeran

Syarif Hussein, Mufti H. Jamaluddin, dan lain-lain. Maksud dan tujuan dari Undang-

Undang Sultan Adam itu dikeluarkan, seperti yang jelas tertulis, adalah: untuk

menyempurnakan agama dan kepercayaan rakyat; untuk mencegah jangan sampai

terjadi pertentangan di kalangan rakyat; serta untuk memudahkan bagi para hakim

dalam menetapkan hukum, sehingga rakyatnya menjadi baik.39

Penghapusan Hukum Islam dan Kedaulatan BanjarKedaulatan Banjar sebenarnya telah berusaha digerogoti penjajah Belanda

dengan adanya perjanjian pada tahun 1787 M. Pernjanjian antara Kerajaan Banjar

yang diwakili oleh Sultan Tahmidillah II dan Belanda yang diwakili oleh Kapten

Christoffel Hoffman ditandatangani pada tanggal 13 Agustus 1787. Dalam perjanjian

itu, salah satu poin penting yang menunjukkan bahwa Belanda telah menanamkan

pengaruh yang kuat di Kerajaan Banjar adalah pengalihan kedaulatan atas Kerajaan

Banjar kepada Belanda dan penyerahan bagian-bagian penting dari Kerajaan

Banjar kepada Belanda yang kemudian menjadi wilayah milik Belanda. 21 Daerah

tersebut, menurut Pasal 6 perjanjian 13 Agustus 1787, membentang dari pantai

Timur Kalimantan ke Barat, termasuk Pasir, Pulau Laut, Tabanio, Mendawai, Sampit,

Pembuang, dan Kota Waringin dengan lingkungan sekitar dan daerah taklukannya,

serta sebagian dari desa Tatas.40

Kedaulatan Banjar benar-benar telah lenyap pada tahun 1826 M ketika diadakan

sebuah kontrak baru yang ternyata bertahan sampai penghapusan Kerajaan Banjar

secara sepihak oleh Belanda pada tahun 1860 M.

Kontrak itu isinya antara lain adalah:

1. Pemilihan dan penetapan putra mahkota harus disetujui oleh pemerintah

Hindia Belanda. Demikian pula penunjukan perdana menteri yang bertugas

melaksanakan perintah Sultan atas seluruh daerah kekuasaan Kerajaan

Banjar.

39 Kiaibondan, op.cit. h.151-15540 Poesponegoro, Sejarah Nasioanl Indonesia IV, h.219

Page 18: NEGARA-NEGARAISLAM DIKALIMANTAN - syamina.orgsyamina.org/uploads/Laporan Edisi 18 Desember 2017edit.pdf · ... Islam berkembang di kepulauan Indonesia dan ... Tegaknya negara yang

SYAMINAEdisi 18 / Desember 2017

18

2. Tidak ada seluruh wilayahpun yang diperintah Sultan bisa diserahkan kepada

pihak lain tanpa seizin Gubernemen.

3. Sultan, anak-anaknya, dan keluarganya tidak diizinkan menerima surat atau

duta dari negara-negara asing, raja-raja lain atau mengirimkannya kepada

mereka tanpa memberitahu sebelumnya kepada Residen.

4. Mangkubumi dan masyarakat Banjar yang tinggal di daerah Sultan di

Banjarmasin atau di tempat-tempat lain, bila berbuat kejahatan terhadap

pemerintah Hindia Belanda atau pegawainya akan dihukum oleh pengadilan

yang didirikan oleh Sultan dan Gubernemen wilayah Banjarmasin.

5. Semua orang Banjar yang tinggal dalam wilayah Kerajaan Banjar akan diadili

oleh pengadilan yang diatur oleh Kerajaan Banjar itu sendiri.

6. Semua hukuman yang merusak badan misalnya memotong tangan, dan

sebagainya dihapuskan.

7. Tiap orang diizinkan berdagang dan raja mempunyai hak untuk

mengadakan cukai dan pajak yang adil, dan lain sebagainya.41

Jihad Sultan Hidayatullah dan Sultan Antasari Melawan BelandaPangeran Hidayatullah diangkat menjadi Sultan Banjar berdasarkan Surat

Wasiat Kakek beliau Sultan Adam. Pengangkatan ini dilakukan karena ayah Pangeran

Hidayatullah, Sultan Muda Abdurrahman wafat.

Penghapusan hukum Islam di Banjar dan campur tangan Belanda yang semakin

mencengkeram kedaulatan negara Banjar membuat rakyat marah dan melakukan

perlawanan, jihad, perang sabil melawan penjajah Belanda. Perlawanan rakyat

terhadap Belanda mulai berkobar di daerah-daerah yang dipimpin oleh Pangeran

Antasari yang berhasil menghimpun 3.000 orang dan menyerbu pos-pos Belanda.

Pos-pos Belanda di Martapura dan Pangaron diserang oleh Pangeran Antasari pada

tanggal 28 April 1859. Disamping itu, kawan-kawan seperjuangan Pangeran Antasari

juga telah melakukan penyerangan terhadap pasukan-pasukan Belanda yang

dijumpainya.

Pada saat Pangeran Antasari mengepung benteng Belanda di Pengaron,

Kyai Demang Leman dengan pasukannya telah bergerak di sekitar Riam Kiwa

dan mengancam benteng Belanda di Pengaron. Lalu bersama-sama dengan

Haji Nasrun pada tanggal 30 Juni 1859 ia menyerbu pos Belanda yang berada

di istana Martapura. Dalam bulan Agustus 1859 Kyai Demang Leman bersama

Haji Buyasin dan Kyai Langlang berhasil merebut benteng Belanda di Tabanio.42

41 Naskah fotocopy Proklamasi Penghapusan Kerajaan Banjar oleh Belanda , 11 Juni 1860. h.3 dalam: Nisa Ushulha, Kerajaan Banjar Dan Perang Banjar (1859-18905 M), Fakultas Adab Dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2016, h.36-37

42 Soeri Soeroto, Perang Banjar (Jakarta: Departemen Ketahanan dan Keamanan Pusat Sejarah ABRI, 1973), h.171.

Page 19: NEGARA-NEGARAISLAM DIKALIMANTAN - syamina.orgsyamina.org/uploads/Laporan Edisi 18 Desember 2017edit.pdf · ... Islam berkembang di kepulauan Indonesia dan ... Tegaknya negara yang

SYAMINA Edisi 18 / Desember 2017

19

Dengan meluasnya perlawanan rakyat ini pemerintah Hindia Belanda di

Banjar menghadapi kesulitan. Meluasnya pengaruh perlawanan di kalangan rakyat

diusahakan untuk dibatasi. Kepala-kepala daerah dan para ulama diberi peringantan,

agar mereka menunjukkan sikap setia kepada pemerintah Belanda, dan agar mereka

mengecam kaum pejuang. Peringatan tersebut dikemukakan dengan disertai suatu

ancaman yang berat bagi siapa saja yang tidak mengindahkannya.

Kepala-kepala daerah dan para ulama menjadi cemas karena adanya

pengumuman tersebut. Namun kebanyakan dari mereka tidak mau

mengindahkan ancaman tersebut dan justru bergabung dengan para pejuang.43

Dalam perang ini, seperti juga perang di daerah lain, Belanda juga menerapkan

strategi licik, belah bambu dan pecah belah (devide et empera), menggunakan

pejabat Kerajaan yang memihak padanya untuk menindas perlawanan rakyaknya

sendiri.44

Sebenarnya bagi para pengikut dan pemimpin-pemimpin perjuangan lainnya,

Pangeran Hidayatullah lebih merupakan sebuah simbol perjuangan mereka

daripada seorang yang aktif dalam pertempuran. Namanya digunakan sebagai sebuah

titik tumpu untuk mendapatkan lebih banyak pengikut. Tampaknya Pangeran

Antasari, Demang Lehman, Aminullah, dan lainnya, mula-mula melakukan

perlawanan itu untuk kepentingannya. Pangeran Hidayatullah juga menganggap

perang melawan Belanda adalah perang sabil atau jihad terhadap orang Belanda

“kafir.” Untuk itu Belanda memberikan imbalan atas kepala Pangeran Hidayatullah

seperti Pangeran Antasari sebesar 10.000,- gulden.45

Perlawanan semakin meluas, kepala-kepala daerah dan para ulama ikut

memberontak, memperkuat barisan pejuang Pangeran Antasari bersama-sama

pangeran Hidayat, langsung memimpin pertempuran di berbagai medan melawan

pasukan kolonial Belanda. Tetapi karena persenjataan pasukan Belanda lebih lengkap

dan modern, pasukan Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayat terus terdesak serta

semakin lemah posisinya. Setelah memimpin pertempuran selama hampir tiga

tahun, karena kondisi kesehatan, akhirnya Pangeran Hidayat menyerah pada tahun

1861 dan dibuang ke Cianjur, Jawa Barat.

Setelah Pangeran Hidayat menyerah, maka perjuangan umat Islam Banjar

dipimpin sepenuhnya oleh pangeran Antasari, baik sebagai pemimpin rakyat yang

penuh dedikasi maupun sebagai pewaris kesultanan Banjar. Untuk mengokohkan

kedudukannyasebagai pemimpin perjuangan umat Islam tertinggi di Kalimantan

Selatan, maka pada tanggal 14 Maret 1862, bertepatan dengan 13 Ramadhan 1278

Hijriah, dimulai dengan seruan: "Hidup untuk Allah dan Mati untuk Allah," seluruh

rakyat, pejuang-pejuang,para alim ulama dan bangsawan-bangsawan Banjar; dengan

43 Idwar Saleh, Pangeran Antasari (Proyek Infentaris Dokumentasi Sejarah Nasional, 1993), h.9 dalam; Nisa Ushulha, op.cit. h.41-42

44 A Gazali Usman, “Pangeran Hidayatullah” (Banjarmasin: Kalimantan Scientie, 1988), h.645 Rees, De Bandjermasinsche Krijg van 1859—1863, II, h. 161-162. Lihat juga; Happe, Memorie van over, ANRI,

dalam; Ita Syamtasiyah Ahyat, Pangeran Hidayatullah Melawan Belanda: Kasus Perang Banjarmasin (1859-1863), Departemen Sejarah, Fakulras Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, makalah Prosiding The 5 th International Conference on Indonesian Studies: “Ethnicity and Globalization”. h.298

Sebelum adanya campur tangan penjajah Belanda, Pengadilan Agama di Kesultanan Sambas secara turun-temurun melaksanakan hukum Islam yang juga menerapkan Qisas menurut hukum Islam. Misalnya membunuh dihukum bunuh, berzina dikenakan hukum rajam

Page 20: NEGARA-NEGARAISLAM DIKALIMANTAN - syamina.orgsyamina.org/uploads/Laporan Edisi 18 Desember 2017edit.pdf · ... Islam berkembang di kepulauan Indonesia dan ... Tegaknya negara yang

SYAMINAEdisi 18 / Desember 2017

20

suara bulat mengangkat Pangeran Antasari menjadi 'Panembahan Amiruddin

Khalifatul Mukminin'.46

Setelah Sultan Antasari wafat, kemudian digantikan putranya, Muhammad

Seman untuk meneruskan perjuangan melawan penjajah Belanda. Muhammad

Seman gugur pada 24 Januari 1905 ditembak Belanda yang mengakhiri Perang

Banjar dan banyak para pahlawan pejuang yang tertangkap, Pangeran Aminullah

(menantu Pangeran Prabu Anom) dibuang ke Surabaya, Ratu Zaleha diasingkan ke

Bogor, keturunan Tumenggung Surapati yang tertangkap diasingkan ke Bengkulu,

dan sebagai penerus Sultan Muhammad Seman adalah Gusti Berakit. Negeri Banjar

menjadi sepenuhnya di bawah pemerintahan Residen Belanda dilanjutkan Gubernur

Haga, Pimpinan Pemerintahan Civil, Pangeran Musa Ardi Kesuma (Ridzie Zaman

Jepang), Pangeran Muhammad Noor (Gubernur Kalimantan I), sekarang menjadi

Provinsi Kalimantan Selatan.

D. Negara Islam Kesultanan Sambas (1671 -1855 M)Wilayah Kesultanan Sambas, saat ini terletak di ibukota Sambas, tepatnya di

antara pertemuan tiga anak sungai yakni, sungai Sambas Kecil, sungai Sungai Subah,

dan sungai Teberau. Istana Kesultanan Sambas berada di daerah Muara Ulakan,

sekarang di Desa Dalam Kaum, Kecamatan Sambas, Kabupaten Sambas, Provinsi

Kalimantan Barat. Saat ini wilayah tempat Kesultanan Sambas lebih dikenal dengan

masyarakat Melayu Sambas. Melayu Sambas merupakan etnoreligius Muslim yang

berbudaya Melayu, berbahasa Melayu dan menempati sebagian besar wilayah

Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kota Singkawang dan sebagian kecil

Kabupaten Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat.47

Jauh sebelum agama Islam masuk dan berkembang di Kalimantan Barat, tepatnya

di Sambas, Islam sudah berkembang di daerah Kalimantan bagian lain seperti

Banjarmasin. Agama Islam dibawa oleh para pedagang dari Arab yang kemudian

diperkenalkan lagi oleh para pedagang dari Banjarmasin dan Brunei Darussalam.

Agama Islam masuk di Kalimantan Barat sekitar abad ke-15 Masehi. Daerah yang

pertama kali bersentuhan dengan agama Islam adalah Pontianak pada tahun 1741,

Matan pada tahun 1743, dan Mempawah pada tahun 1750.

Berdasarkan perkembangan agama Islam yang terjadi di Kalimantan Barat,

turut berdiri juga Kesultanan Pontianak pada tanggal 23 Oktober 1771 Miladiah

(14 Rajab 1185 H) dengan raja yang bernama Sultan Syarif Abdurahman Al Qadrie.

Dengan semakin berkembangnya agama Islam di Kesultanan Pontianak, semakin

memudahkan terjadinya proses Islamisasi terhadap daerah-daerah pedalaman yang

memiliki akses ke Kesultanan Pontianak dan berada di daerah aliran sungai Kapuas.

Proses ini banyak dilakukan oleh para pedagang dari Banjarmasin dan Brunei

Darussalam yang datang dengan tujuan berniaga. Kebanyakan dari para pedagang

46 Abdul Qadir Djaelani, Perang Sabil Versus Perang Salib Ummat Islam Melawan Penjajah Kristen Portugis Dan Belanda, Penerbit: Yayasan Pengkajian Islam Madinah Al-Munawwarah Jakarta 1420 H / 1999 M h.52

47 Mario Inirgo Oki Menes Belo, Islam Di Kesultanan Sambas Kalimantan Barat 1600 – 1732, Skripsi Program Studi Sejarah Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2016. h.30

Pangeran

Hidayatullah

menganggap

perang melawan

Belanda adalah

perang sabil

atau jihad

terhadap orang

kafir Belanda.

Untuk itu Belanda

memberikan

imbalan atas

kepala Pangeran

Hidayatullah

seperti Pangeran

Antasari sebesar

10.000,- gulden

Page 21: NEGARA-NEGARAISLAM DIKALIMANTAN - syamina.orgsyamina.org/uploads/Laporan Edisi 18 Desember 2017edit.pdf · ... Islam berkembang di kepulauan Indonesia dan ... Tegaknya negara yang

SYAMINA Edisi 18 / Desember 2017

21

ini melakukan perjalanan melalui aliran sungai Kapuas. Para pedagang masuk

ke Sambas dimulai sejak abad ke-14 M yang pada waktu itu masih berada dalam

kekuasaan kerajaan Hindu. Dengan melakukan proses perdagangan dan hidup

cukup lama di Sambas, para pedagang ini mendapat izin dari raja untuk menetap.

Penyebaran agama Islam bermula dari lingkungan kerajaan, seperti melakukan

pernikahan campuran yang kemudian diikuti oleh raja. Ketika raja memeluk agama

Islam, sebagian besar penduduk ikut memeluk agama Islam. Kebanyakan yang ikut

memeluk agama Islam adalah para pribumi yang berada di sekitar kerajaan dan

berada di daerah aliran lalu lintas perdagangan sungai. Namun ada juga yang tidak

masuk agama Islam dengan melakukan perpindahan ke daerah pedalaman atau ke

wilayah lain khususnya suku Dayak yang sebagian menolak agama Islam.48

Masuk dan semakin berkembangnya Islam di Sambas dimulai ketika kedatangan

Raja Tengah di Kota Bangun. Raja Tengah adalah seorang Raja Serawak yang

selama 40 tahun tinggal di daerah Sukadana/Matan dan Sambas. Raja Tengah yang

pernah tinggal di Sukadana menikah dengan adik Sultan Matan, Sultan Muhammad

Syafiuddin yakni Ratu Surya Kesuma yang dikaruniai seorang anak bernama Raden

Sulaiman. Raden Sulaiman kemudian menjadi cikal bakal pendiri Kesultanan Sambas

dengan gelar Sultan Muhammad Syafiuddin I yang berkuasa dari tahun 1631-1668

merupakan Sultan pertama Sambas.49

Raden Sulaiman yang bergelar Sultan Muhammad Syafiuddin I merupakan Sultan

pertama yang memeluk Islam dan membuat Islam semakin berkembang di Sambas.

Hal ini dibuktikan dengan diikuti oleh keluarga besar maupun kerabat Kesultanan.

Oleh karena melihat dan terdorong keluarga Kesultanan yang memeluk Islam,

banyak rakyat yang berada di sekitar daerah dan di bawah pemerintahan Kesultanan

ikut serta memeluk Islam. Selain itu, terdapat juga masyarakat yang sudah memeluk

Islam jauh sebelum Sultan dan keluarga Kesultanan memeluk Islam. Masyarakat ini

kebanyakan memeluk Islam karena sudah menikah dan hidup berbaur dengan para

pedagang dari Arab, Gujarat, Brunei, dan Banjar.

Berkembangnya Islam di daerah Sambas sangat mempengaruhi perkembangan

Islam di daerah lainnya. Saat Islam mulai masuk di daerah Sambas, Kerajaan Hindu

masih berkuasa dan masih di perintah oleh seorang Ratu dengan gelar Ratu Sepudak.

Ratu Sepudak merupakan keturunan Majapahit terakhir yang berkuasa sebelum

menyerahkan kerajaan kepada Raja Tengah. Raja Tengah merupakan anak dari

Sultan Brunei, Sultan Muhammad Hasan (1582-1598) yang dikeluarkan dari negeri

Brunei oleh abangnya Sultan Abdul Jalilul Akbar karena perebutan kekuasaan ke

daerah Serawak dengan ditemani seribu orang Sakai (hulubalang, prajurit yang

berasal dari suku Kedayan dan pulau Bunut). Selain para Sakai, Raja Tengah juga

ditemani oleh orang-orang pembesar dan pemuda-pemuda yang akan menjadi

pejabat penting, serta yang sudah menikah berangkat beserta keluarga mereka. Para

48 Mario Inirgo Oki Menes Belo, Islam Di Kesultanan Sambas Kalimantan Barat 1600 – 1732, Skripsi Program Studi Sejarah Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2016. h.30

49 Ansar Rahman, dkk, Kabupaten Sambas – Sejarah Kesultanan dan Pemerintah Daerah. Pontianak: Taurus-Semar Karya, 2001, h. 12

Page 22: NEGARA-NEGARAISLAM DIKALIMANTAN - syamina.orgsyamina.org/uploads/Laporan Edisi 18 Desember 2017edit.pdf · ... Islam berkembang di kepulauan Indonesia dan ... Tegaknya negara yang

SYAMINAEdisi 18 / Desember 2017

22

pengikut Raja Tengah ini kemudian menjadi cikal bakal dari orang Melayu di Serawak

dan membaur dengan orang Melayu dari keturunan Abang Gulam.50

Pada periode awal berdirinya Kerajaan Sambas, negeri Sambas sering disebut

dengan “Negeri Kebenaran” yang masa itu dikuasai oleh raja-raja dari keturunan

Majapahit. Raja yang terakhir berkuasa di Kerajaan Sambas ialah Ratu Sepudak dan

Ratu Anom Kesuma Yuda selama periode tahun 1300-1631.

Masuk dan berkembangnya Islam di Sambas tidak terlepas dari adanya peran

penting para da’i dan ulama dari Arab, Gujarat, Brunei, dan Banjar yang telah

menganut Islam membawa Islam masuk baik melalui jalur laut maupun jalur darat

dengan cara berdagang serta adanya pernikahan campuran baik dengan masyarakat

lokal maupun kaum bangsawan kerajaan. Selain itu, pengaruh dari Raja Tengah

yang melakukan pengembangan ajaran Islam di Sambas semakin membuat Islam

diterima dengan baik oleh masyarakat. Hal ini terjadi dikarenakan baik para pedagang

maupun Raja Tengah melakukan proses integrasi yang kemudian menghasilkan

akulturasi dengan masyarakat Sambas. Puncaknya Ratu Anom Kesuma Yuda yang

merupakan raja terakhir kerajaan Hindu Sambas menyerahkan pemerintahan dan

negeri Sambas kepada Raden Sulaiman dan istri.51

Setelah mendapatkan negeri dan pemerintahan Sambas melalui upacara serah

terima yang dilakukan oleh Ratu Anom Kesuma Yuda, Raden Sulaiman kemudian

pindah dari Kota Bandir ke daerah Lubuk Madung. Di daerah Lubuk Madung inilah

pada tanggal 9 Juli 1631, Raden Sulaiman dinobatkan sebagai Sultan Sambas dengan

gelar Sultan Muhammad Syafiuddin I. Lubuk Madung merupakan suatu daerah di

sebelah hulu sungai Teberau, anak sungai dari sungai Sambas Kecil simpang kanan

yang di bagian hilirnya terdapat sebuah desa yang bernama Lubuk Lega.

Sultan Muhammad Syafiuddin I merupakan raja pertama di Kerajaan Islam

Sambas yang menggunakan gelar Sultan. Gelar ini kemudian diteruskan sampai

Sultan Sambas ke-15. Sultan Muhammad Syafiuddin I merupakan orang yang

pertama menerapkan tata pemerintahan yang berlandaskan Islam di Kesultanan

Sambas. pada pemerintahan Sultan Muhammad Tajuddin, Kesultanan Sambas

semakin mengalami kemajuan baik dalam hal ekonomi maupun agama. Di setiap

desa didirikan surau dan tempat pengajian untuk memperdalam Islam.

Dari sejak berdirinya Kesultanan Sambas pada tahun 1671 dengan Sultan pertama

Kesultanan Sambas yaitu Sultan Muhammad Shafiuddin I hingga tahun 1818 yaitu

dimasa pemerintahan Sultan Sambas ke-8 yaitu Sultan Muhammad Ali Shafiuddin

I (Pangeran Anom), Kesultanan Sambas pada rentang masa itu (1671 M - 1818 M)

adalah dalam kondisi berdaulat penuh yaitu pada rentang masa itu tidak ada satu

pun kekuasaan asing yang menduduki atau mendirikan perwakilan pemerintahan di

Kesultanan Sambas dan pada rentang masa itu Kesultanan Sambas tidak ada tunduk

atau mengantarkan upeti apapun kepada pihak kekuasaan asing manapun.

50 Abang Gulam adalah seorang pedagang Melayu dari Minangkabau, Sumatera Barat yang bermukim di Kampung Beladin, Saribas, Ansar Rahman, dkk.,op.cit. h. 28-29.

51 Ansar Rahman, dkk, Kabupaten Sambas – Sejarah Kesultanan dan Pemerintah Daerah. Pontianak: Taurus-Semar Karya, 2001, h. 42-43.

Page 23: NEGARA-NEGARAISLAM DIKALIMANTAN - syamina.orgsyamina.org/uploads/Laporan Edisi 18 Desember 2017edit.pdf · ... Islam berkembang di kepulauan Indonesia dan ... Tegaknya negara yang

SYAMINA Edisi 18 / Desember 2017

23

Belanda mulai menanamkan kekuasaannya di Kesultanan Sambas pertama kali

pada tahun 1818 M dan saat itu posisi Hindia Belanda di Kesultanan Sambas itu

masih sebagai mitra bagi Kesultanan Sambas (belum mengendalikan pemerintahan

Kesultanan Sambas) di mana saat itu Hindia Belanda hanya sebatas menangani /

mengatur Kongsi-Kongsi pertambangan emas yang ada di wilayah Kesultanan

Sambas. Hindia Belanda mulai mengendalikan pemerintahan Kesultanan Sambas

sejak tahun 1855 M yaitu di masa pemerintahan Sultan Sambas ke-12 yaitu Sultam

Umar Kamaluddin (Raden Tokok) Tahun 1855, Sultan Abubakar Tadjuddin II

dipaksa turun takhta dan diasingkan ke Jawa oleh penjajah Belanda, dan mengakhiri

kedaulatan Kesultanan Sambas.

Hukum Islam di SambasPara Sultan Sambas yang dimulai dari Sultan Muhammad Syafiuddin I sampai

wafatnya Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Syafiuddin, selama 312 tahun telah

mengembangkan Islam. Selain mendirikan Istana Kesultanan, para Sultan juga

mendirikan masjid dan menganjurkan kepada masyarakat untuk membangun

surau dan masjid di setiap perkampungan. Masjid Sambas pertama diperkirakan

didirikan pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Tajuddin dengan bentuk

yang sederhana.52

Sebelum adanya campur tangan penjajah Belanda, Pengadilan Agama di

Kesultanan Sambas secara turun-temurun melaksanakan hukum Islam yang

berpedoman pada Al Qur’an dan Hadits Nabi yang juga menerapkan Qisas menurut

hukum Islam. Misalnya membunuh dihukum bunuh, berzina dikenakan hukum

rajam.53

E. Kesultanan Kutai Karta Negara (1732-1844)Ada beberapa versi yang menerangkan tentang asal kata Kutai. Pertama, Kutai

berasal dari bahasa Hindu (Sansekerta) quetairy yang berarti hutan lebat atau hutan

raya. Kemungkinan pemunculan kata ini karena tanah Kutai memiliki kekayaan

alam yang Kesultanan Sambas berlimpah ruah, diantaranya hutan. Versi kedua,

berdasarkan monografi Kutai tahun 1968, kata Kutai berasal dari bahasa Cina yaitu

Kho dan Thaiyang artinya Negara Besar, argumentasi pendapat kedua ini setidaknya

dilihat dari beberapa peninggalan benda-benda antik yang berasal dari negeri Cina

dan hal ini terjalin karena hubungan dagang dan kontak budaya.54

Terlepas dari perbedaan versi asal penamaan Kutai, setidaknya penyebutan kata

Kutai mengingatkan bahwa kesultanan Kutai adalah sebuah imperium yang telah

menaklukan kerajaan Hindu tertua di Indonesia pada tahun 1605, yaitu kerajaan

Martadipura/Martapura yang lebih dikenal sebagai kerajaan Mulawarman. Dinasti

Kudungga yang kemudian lebih dikenal dengan dinasti Mulawarman sebagai

52 Ibid., h. 88.53 Ansar Rahman, dkk. Kabupaten Sambas – Sejarah Kesultanan dan Pemerintah Daerah. Taurus-Semar Karya,

Pontianak 2001, h. 78j54 Dep. Pendidikan dan Kebudayaan Kaltim, Wujud Arti dan Fungsi Puncak-puncak Kebudayaan Lama dan Asli di

Kalimantan Timur, Kanwil Dikbud Prov. Kalimantan Timur, 1995/1996, hal. 9

Sebelum adanya campur tangan penjajah Belanda, Pengadilan Agama di Kesultanan Sambas secara turun-temurun melaksanakan hukum Islam yang juga menerapkan Qisas menurut hukum Islam. Misalnya membunuh dihukum bunuh, berzina dikenakan hukum rajam

Page 24: NEGARA-NEGARAISLAM DIKALIMANTAN - syamina.orgsyamina.org/uploads/Laporan Edisi 18 Desember 2017edit.pdf · ... Islam berkembang di kepulauan Indonesia dan ... Tegaknya negara yang

SYAMINAEdisi 18 / Desember 2017

24

dinasti tertua di Nusantara berkuasa selama 12 abad dengan rajanya yang terakhir

Mulawarman Dharma Setia. Kekuasaannya meliputi kerajaan Pasir, kerajaan

Sambaliung dan kerajaan kecil yang terletak di hulu sungai Mahakam seperti kerajaan

Sendawar, Pantun, Seri Muntai, dan Seri Bangun.

Nama lengkap Kesultanan Kutai adalah Kesultanan Kutai Karta Negara Ing

Martadipura (Martapura), hal ini menunjukan bahwa kesultanan ini bermula dari

dua kerajaan yang berbeda yang kemudian disatukan dalam bentuk penaklukan

atas kerajaan Martadipura pada abad ke-17 yaitu semasa pemerintahan Pangeran

Sinum Panji Mendapa (1635–1650). Kerajaan Martadipura adalah kerajaan yang

hidup sejak abad ke-4 dengan Kudungga sebagai rajanya yang pertama, terletak di

pedalaman (hulu) aliran sungai Mahakam. Sedangkan kerajaan Kutai adalah kerajaan

melayu yang pada awal berdirinya merupakan koloni dari kerajaan Majapahit55

yang setelah menerima pengaruh ajaran Islam merubah nama menjadi kesultanan

Kutai, dan pusat pemerintahan kesultanan Kutai ini di muara sungai Mahakam.

Istilah kesultanan diambil karena raja yang berkuasa bergelar sultan, hal ini dimulai

sejak raja kutai yang ke 14 yaitu Sultan Aji Muhammad Idris (1732-1739).56

Suku asli kesultanan Kutai terbagi dari dua kelompok suku besar yaitu pertama,

Kelompok suku Melayu (Melayu Muda); terdiri dari puak pantun, Puak Punang,

Puak Pahu, puak Tulur Dijangkat dan puak Melani. Yang selanjutnya puak-puak ini

berkembang menjadi suku Kutai yang memiliki bahasa yang sama tetapi dealek yang

berbeda. Kedua, Kelompok suku Dayak (Melayu Tua); terdiri dari suku Tunjung,

Bahau Benuaq Penihing Busang dan Modang.57

Islamisasi KutaiMayoritas penulis kesejarahan Islam di Kalimantan Timur menyimpulkan bahwa

Islam berkembang di kerajaan Kutai dibawa oleh para Mubaligh dari Sulawesi Selatan.

Namun ada dua teori lain yang dikemukakan yaitu pertama, Islam dibawa oleh para

pedagang dari Brunei di Kalimantan Utara dan Moro Filipina Selatan yang Islamnya

sudah ada sejak awal abad 16 melalui kerajaan Bulungan atau Berau mengingat lalu

lintas pelayaran diperairan Kalimantan Timur ini sudah terbuka sejak berabad-abad

lamanya. Kedua, Islam masuk dari Kalimantan Selatan.58

Konstruksi pengembangan dan Islamisasi Nusantara secara umum berlaku pula

untuk proses Islamisasi Kutai. Seorang raja memiliki peranan yang sangat strategis

dalam mengemban misi tersebut. Peran dan fungsi raja dalam di Kesultanan

Nusantara yaitu fungsi pemerintahan umum, pertahanan keamanan, dan penata

bidang agama. Untuk fungsi yang terakhir ini seorang raja atau sultan diberi gelar

seperti, sayidin Panatagama Khlaifatullah – khalifah Allah pengatur agama, di

samping jabatan para raja, ada juga gelar-gelar yang menunjukan adanya pengaruh

55 Setwilda TI II Kutai, Gelora Mahakam dalam Cuplikan Tulisan, Setwilda, Tenggarong, 1999, hal. 956 Depdikbud, Wujud Arti … , Op. Cit., hal. 71.57 Setwilda TK II Kutai, Kutai Perbendaharaan Kebudayaan Kalimantan Timur, Humas Pemkab Tk II Kutai, 1999,

hal. 41-4458 Setwilda Kutai, Gelora Mahakam Op. Cit., hal. 2

Page 25: NEGARA-NEGARAISLAM DIKALIMANTAN - syamina.orgsyamina.org/uploads/Laporan Edisi 18 Desember 2017edit.pdf · ... Islam berkembang di kepulauan Indonesia dan ... Tegaknya negara yang

SYAMINA Edisi 18 / Desember 2017

25

dan watak ketatanegaraan dari pelaksanaan syari’at Islam di Nusantara, yaitu, gelar

Kanjeng Penghulu, Penghulu Tuanku Mufti, Modin, Lebai dan sebagainya.59

Hal demikian dibuktikan dengan strategi yang diterapkan oleh Datuk Ditiro

(Tunggang Parangan) yang bernama asli Abdul Kadir Khatib, seorang mubaligh yang

berasal dari Minangkabau. Sebelumnya menyebarkan Islam di Goa Tallo Makasar

dan selanjutnya mengIslamkan raja Aji Mahkota (1565-1607).

Raja Kutai pertama yang menerima ajaran Islam adalah Raja Mahkota (1545-

1610) bergelar Aji Mahkota Mulia Islam adalah raja ke – 6 kerajaan Kutai, yang

diIslamkan oleh Datu Ditiro. Selanjutnya Islam berkembang melalaui beberapa jalur,

yaitu perdagangan, perkawinan, pendidikan dan seni budaya.60

Pada abad pertengahan dikenal sebuah adagium Cuius regio illius est religi yang

berarti rakyat yang tinggal di wilayah seorang raja, diwajibkan memeluk agama

raja. Dengan kata lain, agama raja agama rakyat. Hal demikianpun terjadi dalam

kehidupan sejarah bangsa Nusantara, pada masa kerajaan Majapahit dikenal pula

pola “mengagamakan” rakyat di dalam kerajaan mengikuti agama ageming ratu

(agama raja).

Dalam kehidupan sosial budaya masyarakat Kutai banyak dipengaruhi oleh nila-

inilai agama, karena nilai (agama) bagi masyarakat Kutai (Melayu) merupakan kriteria

untuk memilih tujuan hidup, yang terwujud dalam prikelakuan, yaitu keagamaan.

Agama menjadi suatu penunjuk identitas dan status seseorang pada kehidupan

masyarakat di tanah Kutai.

Hukum Islam di KutaiPada masa pemerintahan Pangeran Aji Sinum Panji Mendapa (1605-1635) raja

Kutai yang ke- 8, fungsi pimpinan keagamaan yang sebelumnya melekat pada diri raja,

dikuasakan kepada seorang pejabat di bidang keagamaan yang disebut mas penghulu.61

Dan pada perkembangan selanjutnya, lembaga mas penghulu ini menjadi cikal bakal

lahirnya institusi Mahkamah Agama pada tahun 1854 pada masa pemerintahan

Sultan Aji Muhammad Sulaiman (1850-1899).

Pangeran Aji Simum Paji Mendapa mengambil kebijakan hukum dengan

memberlakukan produk hukum tertulis pertama bagi kerajaan yaitu Undang-Undang

Panji Selaten.62 Produk undang-undang ini menggunakan aksara arab melayu tanpa

mencantumkan tanggal dan tahun diterbitkannya.

Secara politis, dinamika pemerintahan kesultanan kutai telah mengalami pasang

surut. Kondisi ini pun turut mempengaruhi kebijakan hukum kesultanan. Panji

Selaten dan Berajaniti semenjak diundangkannya terus diberlakukan secara penuh

sampai ditandatanganinya perjanjian pengakuan kekuasaan Gubernemen Hindia

59 Ahmad Rofiq, Pembaharuan Hukum Islam di Indonesia, Gama Media, Yogyakarta, 2001, hlm. 55-56.60 Murjani, Interaksi Agama Dan Politik Hukum Kesultanan Kutai Kartanegara: Studi Keagamaan Etnis Dayak –

Kutai. h.4-561 Dahlan Syahrani, Sejarah Masuknya Agama Islam di Kalimanatan Timur, Makalah, disampaiakan dalam

Seminar sejarah masuknya Islam di Kalimantan Timur, Samarinda, 26-28 Nopember 1981, hal. 27.62 Edwar Jamaris, dkk, Naskah Undang-Undang dalam Sastra Indonesia Lama, (Jakarta: Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa Depdiknas, 1981), Cet. Ke-1, hlm.3

Page 26: NEGARA-NEGARAISLAM DIKALIMANTAN - syamina.orgsyamina.org/uploads/Laporan Edisi 18 Desember 2017edit.pdf · ... Islam berkembang di kepulauan Indonesia dan ... Tegaknya negara yang

SYAMINAEdisi 18 / Desember 2017

26

Belanda atas kesultanan Kutai oleh Sultan Aji Muhammad Salehuddin pada tanggal

11 Oktober 1844.

Selanjutnya, pada tahun 1846 pada masa pemerintahan Sultan Aji Muhammad

Sulaiman, Belanda menempatkan Asisten Residen – H. van Dewall - yang

berkedudukan di Samarinda. Maka pemberlakuan perundang-undangan kerajaan

diperbolehkan sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundangan

pemerintah Hindia Belanda.63

Dalam perjalanan selanjutnya, penerapan hukum Islam yang sebelumnya

berada ditangan sultan, sejak tahun 1845 atau semasa kesultanan berada di bawah

Dewan Perwalian (1845 – 1850) telah dibentuk sebuah institusi peradilan sebagai

wadah penyelesaian problematika keagamaan masyarakat. Institusi ini diberi nama

Mahkamah Agama (mahkamah syar’iyah).

Kewenangan Mahkamah agama ini meliputi semua aspek kehidupan masyarakat.

Dari persoalan al-ahwal al-syakhsiyah – hukum kekeluargaan Islam – sampai

persoalan jinayat dan bughot (menetang kekuasaan). Di samping itu Mahkamah

agama ini diberikan kewenangan mengeluarkan izin dakwah para da’i, dan izin

mendirikan lembaga pendidikan.64

Pada tanggal 8 Agustus 1825 Sultan Aji Muhammad Salehuddin – sultan ke 17

- mengadakan suatu kontrak atau MoU dengan Gubernemen Hindia Belanda yang

diwakili Gerge Muller. MoU ini dilakukan oleh kesultanan Kutai sebagai upaya

melepaskan diri dari kekuasaan kesultanan Banjar yang menaklukan kerajaan Kutai

Kartanegara dengan bantuan pasukan kerajaan Demak pada masa pemerintahan

Pangeran Samudera (1595-1620) dan Kutai saat itu diperintah oleh Aji di Langgar

(1610-1635).

Dalam MOU ini kesultanan Kutai berada di bawah protektorat Pemerintah

Belanda. Dan pihak gubernemen diberi hak atas: 1) pengaturan hukum; 2) mengatur

bea cukai; 3) menaksir pajak kepala terhadap orang cina; dan hak eksploitasi tambang

emas dan lahan pertambangan lainnya. Kompensasinya kesultanan akan mendapat

ganti kerugian sebesar 8.000 real.65

Selanjutnya, akibat lemahnya pertahanan keamanan dan politis, maka kesultanan

Kutai pada akhirnya tepat tanggal 11 Oktober 1844 Sultan Aji Muhammad Salehuddin

harus menanda tangani perjanjian baru dengan pemerintah Hindia Belanda yang

isinya Sultan mengakui pemerintahan Belanda sebagai yang dipertuan, dan tunduk

kepada Gubernemen Hindia Belanda yang diwakili oleh Residen Borneo Selatan dan

Timur (Zuiden Oostkust van Borneo) yang berkedudukan di Banjarmasin.66

63 Pemkab. Kutai, Salasilah Kutai II, Pemkab Kutai, Tenggarong, 1979, hal 6364 Murjani dkk, Eksistensi Agama Islam di Kabupaten Kutai, Laporan Penelitian, P3M STAIN, Tidak diterbitkan,

2001/2002, hal. 4065 Gelora Mahakam …, Op.Cit., hal. 1066 Pemkab. Kutai, Salasilah Kutai II, Pemkab Kutai, Tenggarong, 1979, hal. 4

Kewenangan Mahkamah syariah di Kesultanan Kutai

meliputi semua aspek kehidupan masyarakat. Dari

persoalan al-ahwal al-syakhsiyah –

hukum kekeluargaan Islam – sampai

persoalan jinayat (pidana) dan bughot

(pemberontakan).

Page 27: NEGARA-NEGARAISLAM DIKALIMANTAN - syamina.orgsyamina.org/uploads/Laporan Edisi 18 Desember 2017edit.pdf · ... Islam berkembang di kepulauan Indonesia dan ... Tegaknya negara yang

SYAMINA Edisi 18 / Desember 2017

27

PenutupSelain negara-negara Islam yang di bahas di atas masih ada beberapa negara Islam

yang tidak di bahas dalam tulisan ini. Diantaranya adalah Kesultanan Pontianak,

Kesultanan Sukadana, Kesultanan Pasir, Kesultanan Kotawaringin, Kesultanan

Berau, Kesultanan Sambaliung, Kesultanan Bulungan dan Kesultanan Gunung

Tabur. Kesultanan Pontianak didirikan oleh Pangeran Syarif Abdul Rahman al

Qadri, yang berasal dari Mempawah, pada Januari 1772.

Sedangkan Sukadana awalnya adalah kerajaan yang berada di bawah kekuasaan

Majapahit. Setelah Majapahit runtuh dan digantikan Demak, maka kerajaan

Sukadana menjadi bagian dari Negara Islam Kesultanan Demak. Pada masa

kekuasaan Demak inilah Islam mulai masuk dan berkembang di Sukadana dan

dipeluk oleh penduduknya. Pada tahun 1600 an daerah sepanjang pantai telah

diislamkan semuanya. Perkembangan Islam yang begitu pesat tidak lepas dari peran

seorang ulama yang bernama syekh Syamsudin. Saat itu Sukadana dipimpin oleh

Sultan Muhammad Safiudin (w.1677).

Sebelum penjajah Eropa datang ke Kalimantan, Negara-negara Islam yang

berbentuk kesultanan eksis di bumi Borneo, Kalimantan. Negara-negara tersebut

berdaulat, memiliki wilayah, rakyat dan membina hubungan dengan negara lain

-yang paling kelihatan adalah hubungan dagang.

Setelah meningkatnya kekuatan dan pengaruh bangsa Eropa dengan misi

kolonialismenya di wilayah Asia Tenggara, negara-negara di wilayah ini tidak mampu

mengimbangi tekanan yang di terima. Negara-negara tradisional tidak mampu

menghadapi kekuatan raksasa dunia dengan program penjajahan dan eliminasi

terhadap dunia Islam khususnya. Para elit gagal mengikuti perkembangan zaman

untuk mempertahankan eksistensi dan kedaulatan negaranya dari rongrongan

penjajah, terutama dalam hal militer dan strategi militernya. Karena sifat penjajahan

Eropa klasik saat itu lebih menekankan pada aspek penjajahan fisik, menundukkan

dengan kekuatan militer.

Sebelum kedatangan penjajah, semua negara Islam di Kalimantan yang dibahas

dalam tulisan ini memenuhi syarat disebut sebagai sebuah negara Islam. Ketika masa

penjajahan unsur-unsur kedaulatan negara-negara tersebut berusaha dipereteli satu

per satu. Satu hal yang mencolok dan dirampas pertama kali oleh para penjajah

adalah kedaulatan hukum. Sebuah negara Islam sudah tak berarti tanpa kedaulatan

untuk melaksanakan hukum Islam. Bukankan salah satu syarat sebuah negara bisa

disebut sebagai negara Islam adalah tegaknya hukum Islam. Hal itu tampaknya

disadari oleh para penjajah Eropa, sehingga yang pertama kali mereka jajah, yang

pertama dirampas dari negera-negara Islam di Kalimantan adalah kedaulan hukum.

Pemimpin dan rakyat dipaksa untuk menerima produk hukum Eropa dan pada saat

yang sama mencampakkan hukum Islam dari Kalimantan.

Page 28: NEGARA-NEGARAISLAM DIKALIMANTAN - syamina.orgsyamina.org/uploads/Laporan Edisi 18 Desember 2017edit.pdf · ... Islam berkembang di kepulauan Indonesia dan ... Tegaknya negara yang

SYAMINAEdisi 18 / Desember 2017

28

Daftar PustakaA. Daliman, Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia,

Penerbit Ombak Yogyakarta, 2012

A. Gazali Usman, “Pangeran Hidayatullah”(Banjarmasin: Kalimantan Scientie, 1988

A. Intan Cahyani, Hukum Keluarga Islam Di Brunei Darussalam, dalam Jurnal Al-

Qadāu Volume 2 Nomor 2/2015. http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/

al-qadau/article/view/2638/2489

Abdul Qadir Djaelani, Perang Sabil Versus Perang Salib Ummat Islam Melawan

Penjajah Kristen Portugis Dan Belanda, Penerbit: Yayasan Pengkajian Islam

Madinah Al-Munawwarah Jakarta 1420 H/1999 M

Acep Zoni Saeful Mubarak, Hukum Keluarga Islam di Negara Brunei Darussalam,

dalam Atho’ Mudzhar dan Khaeruddin Nasution [Editor], Hukum Keluarga di

Dunia Islam Moderen (Jakarta: Ciputat Press, 2003)

Ahmad Rofiq, Pembaharuan Hukum Islam di Indonesia, Gama Media, Yogyakarta,

2001

Ansar Rahman, dkk, Kabupaten Sambas – Sejarah Kesultanan dan Pemerintah

Daerah. Pontianak: Taurus-Semar Karya, 2001

Azzumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad

XVII dan XVIII, Penerbit Mizan Bandung, 1994

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Rajawali Press Jakarta, 1997)

Dahlan Syahrani, Sejarah Masuknya Agama Islam di Kalimanatan Timur, Makalah,

disampaiakan dalam Seminar sejarah masuknya Islam di Kalimantan Timur,

Samarinda, 26-28 Nopember 1981.

Dato Dr. Haji Mahmud Saedon Awang Othman, Perlaksanaan Dan Pentadbiran

Undang-undang Islam di Negara Brunei Darussalam : Satu Tinjauan

Dep. Pendidikan dan Kebudayaan Kaltim, Wujud Arti dan Fungsi Puncak-puncak

Kebudayaan Lama dan Asli di Kalimantan Timur, Kanwil Dikbud Prov.

Kalimantan Timur, 1995/1996

Dr. Hajah Saadiah, Pentadbiran Undang-Undang Islam Di Negara Brunei Darussalam

Pada Zaman British, Universiti Brunei Darussalam, disampaikan dalam

Seminar Sejarah Brunei III Sempena Sambutan Hari Kebangsaan Negara

Brunei darussalam ke 22 Tahun 2006, pada 8-9hb March 2006M/ 8-9 Safar

1427H bertempat di Dewan Persidangan 2, Pusat Persidangan Antarabangsa,

Berakas, Brunei. www.bruneiresources.com/pdf/nd06_saadiah.pdf

Page 29: NEGARA-NEGARAISLAM DIKALIMANTAN - syamina.orgsyamina.org/uploads/Laporan Edisi 18 Desember 2017edit.pdf · ... Islam berkembang di kepulauan Indonesia dan ... Tegaknya negara yang

SYAMINA Edisi 18 / Desember 2017

29

Edwar Jamaris, dkk, Naskah Undang-Undang dalam Sastra Indonesia Lama, Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdiknas Jakarta, 1981

Ensiklopedi Islam. PT Ichtiar Baru Van Hoeve Jakarta, 1992

H. R. Hughes-Hallet, A Sketch of the History of Brunei, JMBRAS, Vol. XV111, part 11,

1940

Hajah Masnon bt. Haji Ibrahim, Perlaksanaan Undang-undang Keluarga Islam di

Brunei dan Perbandingannya dengan Undang-Undang Keluarga Islam di

Sarawak, Tesis MA, Universiti Kebangsaaan Malaysia, 1988,

Haji Mahmud Saedon Awang Othman, Mahkamah Syari’ah di Negara Brunei

Darussalam dan Permasalahannya, dalam Jurnal Mimbar Hukum No.22 Tahun

VI, September-Oktober 1995

Harun Yahya, Kerajaan Islam Nusantara: Abad XVI Dan XVII, Penerbit Kurnia Kalam

Sejahtera Yogyakarta, 1995

Idwar Saleh, Pangeran Antasari, Proyek Infentaris Dokumentasi Sejarah Nasional,

1993

Inamulah khan (Ed), The World Muslim Gazeteer, International Islamic publisher

Delhi, 1992

Ira Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, PT Raja Grafindo Persada Jakarta, 1999

Ita Syamtasiyah Ahyat, Pangeran Hidayatullah Melawan Belanda: Kasus Perang

Banjarmasin (1859-1863), Departemen Sejarah, Fakulras Ilmu Pengetahuan

Budaya, Universitas Indonesia, makalah Prosiding The 5 th International

Conference on Indonesian Studies: “Ethnicity and Globalization”

Ita Syamtasiyah Ahyat, Perkembangan Islam di Kesultanan Banjarmasin,

SOSIOHUMANIKA: Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, 8 (1) Mei

2015, Minda Masagi Press Bandung, UNHAS Makassar, and UNIPA Surabaya,

Indonesia ISSN 1979-0112 website: www.sosiohumanika-jpssk.com.

J.J Ras, Hikayat Banjar a study in Malay Historiography (Leiden, 1968),

Joshua Gedacht, Holy War, Progress, and “Modern Mohammedans” in Colonial

Southeast Asia, in Journal Muslim Word, Volume 105, Number 4, October 2015

Kiaibondan, Amir Hasan. Suluh Sedjarah Kalimantan. Penerbit Fadja Bandjarmasin,

1953

Mario Inirgo Oki Menes Belo, Islam Di Kesultanan Sambas Kalimantan Barat 1600 –

1732, Skripsi Program Studi Sejarah Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016.

Murjani dkk, Eksistensi Agama Islam di Kabupaten Kutai, Laporan Penelitian, P3M

STAIN, Tidak diterbitkan, 2001/2002

Murjani, Interaksi Agama Dan Politik Hukum Kesultanan Kutai Kartanegara: Studi

Keagamaan Etnis Dayak – Kutai.

Page 30: NEGARA-NEGARAISLAM DIKALIMANTAN - syamina.orgsyamina.org/uploads/Laporan Edisi 18 Desember 2017edit.pdf · ... Islam berkembang di kepulauan Indonesia dan ... Tegaknya negara yang

SYAMINAEdisi 18 / Desember 2017

30

Nisa Ushulha, Kerajaan Banjar Dan Perang Banjar (1859-18905 M), Skripsi

Fakultas Adab Dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Surabaya 2016,

Pemkab. Kutai, Salasilah Kutai II, Pemkab Kutai, Tenggarong, 1979

Poesponegoro, Sejarah Nasioanl Indonesia IV

Puguh Prasetyo, Penyebaran Agama Islam Di Indonesia, Program Studi

Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak 2012.

Saifuddin Zuhri, Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia,

AlMa’arif Bandung, 1979

Setwilda Tk. II Kutai, Gelora Mahakam dalam Cuplikan Tulisan, Setwilda,

Tenggarong, 1999

Shaghir Abdullah, H.W. Muhd. Syekh Muh. Arsyad al-Banjari: Matahari Islam.

Seri Ulama Pengarang Asia Tenggara, Periode III. Banjarmasin 1990

Slamet Muljana, Sriwijaya. PT LKiS Pelangi Aksara 2006.

Soeri Soeroto, Perang Banjar, Departemen Ketahanan dan Keamanan Pusat

Sejarah ABRI Jakarta, 1973

Suriansyah Ideham, Urang Banjar dan Kebudayaannya, Badan Penelitian dan

Pengembangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan dan Pustaka Benua,

Banjarmasin 2007

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus

Besar Bahasa Indonesia, Edisi II, Balai Pustaka Jakarta, 1995

W. H Treacher, “British Borneo : Sketches of Brunei, Sarawak, Labuan and North

Borneo”, JMBRAS , Vol. 20, 1880

Yusuf Halidi, Syekh Muhammad Al-Banjari Ulama Besar Kalimantan Selatan

Silsilah Raja -raja yang Berkuasa Pada Masa al-Banjari dari Lahir Hingga

Wafat, Al-Ihsan Surabaya, 1968