ncp infeksi puerpuralis

Upload: unggul-wicaksono

Post on 05-Apr-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/2/2019 NCP Infeksi Puerpuralis

    1/17

    NCP Infeksi Puerpuralis

    3.Rencana keperawatan

    a.Infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi nasokomial.

    Tujuan 1:mencegah dan mengurangi infeksi.

    Intervensi:Kaji data pasien dalam ruang bersalin.Infeksi perineum (menggunakan senter yang baik), catat warna,

    sifat episiotomi dan warnanya. Perkiraan pinggir epis dan kemungkinan perdarahan / nyeri.

    Kaji tinggi fundus dan sifat.

    Kaji lochia: jenis, jumlah, warna dan sifatnya. Hubungkan dengan data post partum.

    Kaji payudara: eritema, nyeri, sumbatan dan cairan yang keluar (dari puting). Hubungkan dengan data

    perubahan post partum masing-masing dan catat apakah klien menyusui dengan ASI.

    Monitor vital sign, terutama suhu setiap 4 jam dan selama kondisi klien kritis. Catat kecenderungan

    demam jika lebih dari 38o C pada 2 hari pertama dalam 10 hari post partum. Khusus dalam 24 jam

    sekurang-kurangnya 4 kali sehari.

    Catat jumlah leukosit dan gabungkan dengan data klinik secara lengkap.Lakukan perawatan perineum dan jaga kebersihan, haruskan mencuci tangan pada pasien dan

    perawat. Bersihkan perineum dan ganti alas tempat tidur secara teratur.

    Pertahankan intake dan output serta anjurkan peningkatan pemasukan cairan.

    Bantu pasien memilih makanan. Anjurkan yang banyak protein, vitamin C dan zat besi.

    Kaji bunyi nafas, frekwensi nafas dan usaha nafas. Bantu pasien batuk efektif dan nafas dalam setiap 4

    jam untuk melancarkan jalan nafas.

    Kaji ekstremitas: warna, ukuran, suhu, nyeri, denyut nadi dan parasthesi/ kelumpuhan. Bantu dengan

    ambulasi dini. Anjurkan mengubah posisi tidur secara sering dan teratur.

    Anjurkan istirahat dan tidur secara sempurna.

    Tujuan 2: identifikasi tanda dini infeksi dan mengatasi penyebabnya.

    Intervensi:

    Catat perubahan suhu. Monitor untuk infeksi.

    Atur obat-obatan berikut yang mengindikasikan setelah perkembangan dan test sensitivitas antibiotik

    seperti penicillin, gentamisin, tetracycline, cefoxitin, chloramfenicol atau metronidazol. Oxitoksin seperti

    ergonovine atau methyler gonovine.

    Hentikan pemberian ASI jika terjadi mastitis supuratif.

    Pertahankan input dan output yang tepat. Atur pemberian cairan dan elektrolit secara intravena,

    jangan berikan makanan dan minuman pada pasien yang muntah

    Pemberian analgetika dan antibiotika.

    b.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat,

    anoreksia, mual, muntah, dan pembatasan medis.

    Tujuan : Setelah diberikan askep diharapkan nutrisi klien terpenuhi dengan kriteria hasil: Nafsu makan

    meningkat, mual muntah tidak terjadi.

    Intervensi :

  • 8/2/2019 NCP Infeksi Puerpuralis

    2/17

    Anjurkan pilihan makanan tinggi protein, zat besi, dan vitamin C, bila masukkan oral dibatasi.

    Tingkatkan masukan sedikitnya 2000ml/hari jus, sup, dan cairan lain.

    Anjurkan istirahat/ tidur secukupnya

    Berikan cairan atau nutrisi parenteral, sesuai indikasi

    Berikan preparat zat besi dan/atau vitamin sesuai indikasi.

    c.Nyeri berhubungan dengan infeksi pada organ reproduksi.

    Tujuan : Setelah diberikan askep, diharapkan nyeri hilang atau berkurang dengan kriteria hasil :pasien

    tampak rileks, skala nyeri 0-3.

    Intervensi :

    Kaji lokasi dan ketidaknyamanan atau nyeri

    Instruksikan klien dalam melakukan teknik relaksasi

    -Berikan analgetik atau antipiretik.

    Berikan kompres panas lokal dengan menggunakan lampu pemanas atau rendam duduk sesuai

    indikasi.

    d.Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan infeksi pada proses

    persalinan, penyakit fisik, ancaman yang dirasakan pada kehidupan sendiri.

    Tujuan : Setelah diberikan askep diharapkan klien menunjukkan perilaku kedekatan terus menerus

    selama interaksi orangtua-bayi.

    Intervensi :

    Berikan kesempatan untuk kontak ibu-bayi kapan saja memungkinkan.

    Pantau respons emosi klien terhadap penyakit dan pemisahan dari bayi, seperti depresi dan marah.

    Anjurkan klien menyusui bayi bila memungkinkan dan meningkatkan partisipasinya dalam perawatan

    bayi saat infeksi teratasi.

    Observasi interaksi bayi-ibu

    Buat rencana untuk tindak lanjut evaluasi yang tepat trehadap interaksi/respons ibu-bayi

    4.Evaluasi

    Dx 1 :

    Tidak terjadi tanda-tanda infeksi.

    Klien mengungkapkan pemahaman tentang faktor resiko penyebab secara individual.

    -Klien dapat melakukan prilaku untuk membatasi penyebaran infeksi dengan tepat, menurunkan resiko

    komplikasi.

    Klien dapat sembuh tepat waktu, bebas dari komplikasi tambahan.

    Dx 2 :

    Nutrisi klien terpenuhi.

    Nafsu makan meningkat.

    Tidak terjadi mual muntah.

    Pemasukan oral yang adekuat.

  • 8/2/2019 NCP Infeksi Puerpuralis

    3/17

    Dx 3 :

    Nyeri hilang atau berkurang.

    Skala nyeri 0-3

    Wajah tidak meringis.

    Dx 4 :

    Klien menunjukkan perilaku kedekatan terus-menerus selama interaksi dengan bayinya.

    Klien mempertahankan/melakukan tanggungjawab untuk perawatan fisik dan emosi terhadap bayi

    baru lahir sesuai kemampuan.

    Klien dapat mengekspresikan kenyamanan dengan peran menjadi orangtua.

    NCP Post Partum Blues

    III. Intervensi Keperawatan

    1. Koping individu tidak efektif b/d stress kelahiran, konsep diri negative, system pendukung, yang tidak

    adekuat

    Tujuan : Koping individu kembali efektif

    Kriteria : - Klien menunjukkan kemampuan menyelesaikan masalah

    - Klien menunjukkan kemampuan untuk mengekspresikan perasaannya serta menunjukkan kemampuan

    memenuhi kebutuhan fisiolgis dan psikologis

    Intervensi :

    a. Terapkan hubungan terapeutik perawat- klien

    Ras : Pasien mungkin merasa lebih bebas dalam konteks hubungan ini

    b. Kaji munculnya kemampuan koping positif, misalnya penggunaan teknik ralaksasi, keinginan untuk

    mengekspresikan perasaan

    Ras : Jika individu memiliki kemampuan koping yang berhasil dilakukan pada masa lampau, mungkindapat digunakan sekarang untuk mengatasi ketegangan dan kontrol individu

    c. Dorong klien untuk berbicara mengenai apa yang terjadi saat ini dan apa yang telah dilakukan untuk

    mengatasi perasaan ansietas

    Ras : Menyatakan petunjuk untuk membantu klien dalam mengembangkan kemampuan koping

    d. Sediakan lingkungan yang tenang dan tidak memanipulasi serta menentukan apa yang dibutuhkan

    klien

    Ras : Menurunkan ansietas dan menyediakan kontrol bagi klien selama situasi krisis.

    e. Diskusikan perasaan menyalahkan diri sendiri/ orang lain

    Ras : Ketika mekanisme ini dilindungi pada waktu kritis terdapat perasaan kounter-produktif dan

    interfiksasi dari perasaan tidak tertolong dan tanpa harapanf. Identifikasi tingkah laku penanggulangan yang baru bahwa klien menunjukkan dan memperkuat

    adaptasi positif

    Ras : Selama krisis, klien mengembangkan cara baru dalam menghadapi masalah yang dapat membantu

    revolusi situasi sekarang dan krisis masa depan

    2. Koping keluarga yang tidak efektif, ketidak nyamanan b/d depresi mental dan efek pada keluarga

  • 8/2/2019 NCP Infeksi Puerpuralis

    4/17

    Tujuan : Koping keluarga kembali efektif

    Kriteria : - Klien menunjukkan kemampuan untuk menunjukkan identifikasi sumber-sumber dalam diri

    sendiri untuk berhadapan dengan situasi

    - Klien menunjukkan kemampuan untuk menghadapi situasi dengan caranya sendiri

    Intervensi :

    a. Kaji tingkat ansietas yang muncul pada keluarga atau orang terdekat

    Ras : Tingkat ansietas harus dihadapi sebelum pemecahan masalah dapat dimulai

    b. Kaji masalah sebelum sakit/ tingkah laku saat ini yang mengganggu perawatan/ proses penyembuhan

    klien

    Ras : Informasikan mengenai masalah keluarga akan membantu dalam mengembangkan rencana

    keperawatan yang sesuai

    c. Kaji tindakan orang terdekat sekarang ini dan bagaimana mereka diterima oleh klien

    Ras : Orang terdekat mungkin berusaha untuk membantu namun tidak dipersepsikan sebagai sebagai

    bantuan oleh klien

    d. Ikut sertakan orang terdekat dalam pemberian informasi, pemecahan masalah dan perawatan klien

    sesuai kemungkinan

    Ras : informasi dapat mengurangi perasaab tanpa harapan dan tidak berguna, keikut sertaan dalam

    perawatan akan meningkatkan perasaan kontrol dan harga diri

    e. Dorong pencarian bantuan situasi kebutuhan memberikan informasi mengenai orang dan institusi

    yang tersedia bagi mereka

    Ras : Izin untuk mencari bantuan sesuai kebutuhan akan membuat mereka memilih untuk mengambil

    keuntungan dari apa yang tersedia.

    IV. Implementasi

    Setelah rencana tindakan keperawatan disusun secara sistemik. Selanjutnya rencana tindakan tersebut

    diterapkan dalam bentuk kegiatan yang nyata dan terpadu guna memenuhi kebutuhan dan mencapai

    tujuan yang diharapkan

    V. Evaluasi

    Akhir dari proses keperawatan adalah ketentuan hasil yang diharapkan terhadap perilaku dan sejauh

    mana masalah klien dapat teratasi. Disamping itu perawat juga melakukan umpan balik atau pengkajian

    ulang jika tujuan ditetapkan belum berhasil/ teratasi.

    NCP HPP

    H. Pengkajian

    1. Identitas : Sering terjadi pada ibu usia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun

    2. Keluhan utama : Perdarahan dari jalan lahir, badan lemah, limbung, keluar keringat dingin,

    kesulitan nafas, pusing, pandangan berkunang-kunang.

    3. Riwayat kehamilan dan persalinan : Riwayat hipertensi dalam kehamilan, preeklamsi / eklamsia,

    bayi besar, gamelli, hidroamnion, grandmulti gravida, primimuda, anemia, perdarahan saat hamil.

  • 8/2/2019 NCP Infeksi Puerpuralis

    5/17

    Persalinan dengan tindakan, robekan jalan lahir, partus precipitatus, partus lama/kasep,

    chorioamnionitis, induksi persalinan, manipulasi kala II dan III.

    4. Riwayat kesehatan : Kelainan darah dan hipertensi

    5. Pengkajian fisik :

    - Tanda vital :

    Tekanan darah : Normal/turun ( kurang dari 90-100 mmHg)

    Nadi : Normal/meningkat ( 100-120 x/menit)

    Pernafasan : Normal/ meningkat ( 28-34x/menit )

    Suhu : Normal/ meningkat

    Kesadaran : Normal / turun

    -Fundus uteri/abdomen : lembek/keras, subinvolusi

    - Kulit : Dingin, berkeringat, kering, hangat, pucat, capilary refil memanjang

    -Pervaginam : Keluar darah, robekan, lochea ( jumlah dan jenis )

    -Kandung kemih : distensi, produksi urin menurun/berkurang

    I. Diagnosa Keperawatan

    1. Kekurangan volume cairan s/d perdarahan pervaginam

    2. Gangguan perfusi jaringan s/d perdarahan pervaginam

    3. Cemas/ketakutan s/d perubahan keadaan atau ancaman kematian

    4. Resiko infeksi s/d perdarahan

    5. Resiko shock hipovolemik s/d perdarahan.

    J. Rencana tindakan keperawatan

    1. Kekurangan volume cairan s/d perdarahan pervaginam

    tujuan : Mencegah disfungsional bleeding dan memperbaiki volume cairan

    Rencana tindakan :

    a. Tidurkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi sedangkan badannya tetap terlentang

    R/ Dengan kaki lebih tinggi akan meningkatkan venous return dan memungkinkan darah keotak

    dan organ lain.

    b. Monitor tanda vital

    R/ Perubahan tanda vital terjadi bila perdarahan semakin hebat

    c. Monitor intake dan output setiap 5-10 menit

  • 8/2/2019 NCP Infeksi Puerpuralis

    6/17

    R/ Perubahan output merupakan tanda adanya gangguan fungsi ginjal

    d. Evaluasi kandung kencing

    R/ Kandung kencing yang penuh menghalangi kontraksi uterus

    e. Lakukan masage uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya diletakan diatas simpisis.

    R/ Massage uterus merangsang kontraksi uterus dan membantu pelepasan placenta, satu tangan

    diatas simpisis mencegah terjadinya inversio uteri

    f. Batasi pemeriksaan vagina dan rektum

    R/ Trauma yang terjadi pada daerah vagina serta rektum meningkatkan terjadinya perdarahan yang

    lebih hebat, bila terjadi laserasi pada serviks / perineum atau terdapat hematom

    Bila tekanan darah semakin turun, denyut nadi makin lemah, kecil dan cepat, pasien merasa

    mengantuk, perdarahan semakin hebat, segera kolaborasi.

    g. Berikan infus atau cairan intravena

    R/ Cairan intravena mencegah terjadinya shock

    h. Berikan uterotonika ( bila perdarahan karena atonia uteri )

    R/ Uterotonika merangsang kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan

    i. Berikan antibiotik

    R/ Antibiotik mencegah infeksi yang mungkin terjadi karena perdarahan pada subinvolusio

    j. Berikan transfusi whole blood ( bila perlu )

    R/ Whole blood membantu menormalkan volume cairan tubuh.

    2. Gangguan perfusi jaringan s/d perdarahan pervaginam

    tujuan : Tanda vital dan gas darah dalam batas normal

    Rencana keperawatan :

    1. Monitor tanda vital tiap 5-10 menit

    R/ Perubahan perfusi jaringan menimbulkan perubahan pada tanda vital

    2. Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu kulit

    R/ Dengan vasokontriksi dan hubungan keorgan vital, sirkulasi di jaingan perifer berkurang

    sehingga menimbulkan cyanosis dan suhu kulit yang dingin

    3. Kaji ada / tidak adanya produksi ASI

    R/ Perfusi yang jelek menghambat produksi prolaktin dimana diperlukan dalam produksi ASI

    4. Tindakan kolaborasi :

  • 8/2/2019 NCP Infeksi Puerpuralis

    7/17

    v Monitor kadar gas darah dan PH ( perubahan kadar gas darah dan PH merupakan tanda hipoksia

    jaringan )

    v Berikan terapi oksigen ( Oksigen diperlukan untuk memaksimalkan transportasi sirkulasi jaringan

    ).

    3. Cemas/ketakutan berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman kematian

    tujuan : Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan mengatakan perasaan cemas

    berkurang atau hilang.

    Rencana tindakan :

    1. Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan

    R/ Persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnya

    2. Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar )

    R/ Perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada respon fisiologis

    3. Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukung

    R/ Memberikan dukungan emosi

    4. Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan

    R/ Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang tidak diketahui

    5. Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya

    R/ Ungkapan perasaan dapat mengurangi cemas

    6. Kaji mekanisme koping yang digunakan klien

    R/ Cemas yang berkepanjangan dapat dicegah dengan mekanisme koping yang tepat.

    4. Potensial infeksi sehubungan dengan perdarahan

    tujuan : Tidak terjadi infeksi ( lokea tidak berbau dan TV dalam batas normal )

    Rencana tindakan :

    1. Catat perubahan tanda vital

    R/ Perubahan tanda vital ( suhu ) merupakan indikasi terjadinya infeksi

    2. Catat adanya tanda lemas, kedinginan, anoreksia, kontraksi uterus yang lembek, dan nyeri panggul

    R/ Tanda-tanda tersebut merupakan indikasi terjadinya bakterimia, shock yang tidak terdeteksi

    3. Monitor involusi uterus dan pengeluaran lochea

    R/ Infeksi uterus menghambat involusi dan terjadi pengeluaran lokea yang berkepanjangan

  • 8/2/2019 NCP Infeksi Puerpuralis

    8/17

    4. Perhatikan kemungkinan infeksi di tempat lain, misalnya infeksi saluran nafas, mastitis dan saluran

    kencing

    R/ Infeksi di tempat lain memperburuk keadaan

    5. Tindakan kolaborasi

    Berikan zat besi ( Anemi memperberat keadaan )

    Beri antibiotika ( Pemberian antibiotika yang tepat diperlukan untuk keadaan infeksi ).

    K. Evaluasi

    Semua tindakan yang dilakukan diharapkan memberikan hasil :

    Tanda vital dalam batas normal :

    a. Tekanan darah : 110/70-120/80 mmHg

    b. Denyut nadi : 70-80 x/menit

    c. Pernafasan : 2024 x/menit

    d. Suhu : 3637 oc

    Kadar Hb : Lebih atau sama dengan 10 g/dl

    Gas darah dalam batas normal

    Klien dan keluarganya mengekspresikan bahwa dia mengerti tentang komplikasi dan pengobatan

    yang

    dilakukan

    Klien dan keluarganya menunjukkan kemampuannya dalam mengungkapkan perasaan psikologis

    dan

    emosinya

    Klien dapat melakukan aktifitasnya sehari-hari

    Klien tidak merasa nyeri

    Klien dapat mengungkapkan secara verbal perasaan cemasnya

    Sumber Pustaka :

    -Brunner & Suddart,s (1996), Textbook of Medical Surgical Nursing2, JB. Lippincot Company,

  • 8/2/2019 NCP Infeksi Puerpuralis

    9/17

    Pholadelpia.

    -Klein. S (1997), A Book Midwives; The Hesperien Foundation, Berkeley, CA.

    -Lowdermilk. Perry. Bobak (1995), Maternity Nuring , Fifth Edition, Mosby Year Book, Philadelpia.

    -Prawirohardjo Sarwono ; EdiWiknjosastro H (1997), Ilmu Kandungan, Gramedia, Jakarta.

    -RSUD Dr. Soetomo (2001), Perawatan Kegawat daruratan Pada Ibu Hamil, FK. UNAIR, Surabaya

    -Subowo (1993), Imunologi Klinik, Angkasa, Bandung.

    -Tabrani Rab 9 1998), Agenda Gawat Darurat, Alumni, Bandung.

    Askep Post partum blues

    Keadaan dimana ibu merasa sedihberkaitan dengan bayinya disebutbaby blues. Penyebabnya

    antara lain: perubahanperasaan saathamil,perubahan fisikdanemosional.Perubahanyang ibualami akan kembali secara perlahan setelah beradaptasi dengan peran barunya.

    Gejalababy bluesantara lain:

    1. Menangis2. Perubahanperasaan3. Cemas4. Kesepian5. Khawatir dengan bayinya6. Penurunanlibido7. Kurang percaya diri

    Hal-hal yang disarankan pada ibu adalah sebagai berikut:

    1. Minta bantuan suami ataukeluargajika ibu inginistirahat2. Beritahu suami tentang apa yang dirasakan oleh ibu3. Buang rasa cemas dan khawatir akan kemampuan merawatbayi4. Meluangkan waktu dan cari hiburan untuk diri sendiri

    Ibu merasakankesedihankarena kebebasan, otonomi,interaksi sosial, kurang kemandirian. Hal

    ini akan mengakibatkan depresi pasca persalinan (depresi post partum). Depresi masa nifasmerupakan gangguan afeksi yang sering terjadi pada masa nifas, dan tampak dalam minggu

    pertama pascapersalinan. Insiden depresipost partumsekitar 10-15 persen. Post partum blues

    disebut juga maternity blues atau sindrom ibu baru. Keadaan ini merupakan hal yang serius,

    sehingga ibu memerlukan dukungan dan banyak istirahat. Adapun gejala dari depresi postpartumadalah:

    1. Sering menangis2. Sulittidur3. Nafsu makanhilang4. Gelisah

    http://www.lusa.web.id/tag/sedih/http://www.lusa.web.id/tag/sedih/http://www.lusa.web.id/tag/sedih/http://www.lusa.web.id/tag/baby-blues/http://www.lusa.web.id/tag/baby-blues/http://www.lusa.web.id/tag/baby-blues/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan/http://www.lusa.web.id/tag/hamil/http://www.lusa.web.id/tag/hamil/http://www.lusa.web.id/tag/hamil/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan-fisik/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan-fisik/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan-fisik/http://www.lusa.web.id/tag/emosional/http://www.lusa.web.id/tag/emosional/http://www.lusa.web.id/tag/emosional/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan/http://www.lusa.web.id/tag/gejala/http://www.lusa.web.id/tag/baby-blues/http://www.lusa.web.id/tag/baby-blues/http://www.lusa.web.id/tag/baby-blues/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan/http://www.lusa.web.id/tag/libido/http://www.lusa.web.id/tag/libido/http://www.lusa.web.id/tag/libido/http://www.lusa.web.id/tag/keluarga/http://www.lusa.web.id/tag/keluarga/http://www.lusa.web.id/tag/keluarga/http://www.lusa.web.id/tag/istirahat/http://www.lusa.web.id/tag/istirahat/http://www.lusa.web.id/tag/istirahat/http://www.lusa.web.id/tag/bayi/http://www.lusa.web.id/tag/bayi/http://www.lusa.web.id/tag/bayi/http://www.lusa.web.id/tag/kesedihan/http://www.lusa.web.id/tag/kesedihan/http://www.lusa.web.id/tag/kesedihan/http://www.lusa.web.id/tag/interaksi-sosial/http://www.lusa.web.id/tag/interaksi-sosial/http://www.lusa.web.id/tag/interaksi-sosial/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/category/askeb-ii-persalinan/http://www.lusa.web.id/category/askeb-ii-persalinan/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/category/askeb-iii-nifas/http://www.lusa.web.id/category/askeb-iii-nifas/http://www.lusa.web.id/tag/gangguan/http://www.lusa.web.id/tag/gangguan/http://www.lusa.web.id/category/askeb-iii-nifas/http://www.lusa.web.id/category/askeb-iii-nifas/http://www.lusa.web.id/category/askeb-ii-persalinan/http://www.lusa.web.id/category/askeb-ii-persalinan/http://www.lusa.web.id/category/askeb-ii-persalinan/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/post-partum-blues/http://www.lusa.web.id/post-partum-blues/http://www.lusa.web.id/tag/dukungan/http://www.lusa.web.id/tag/dukungan/http://www.lusa.web.id/tag/istirahat/http://www.lusa.web.id/tag/istirahat/http://www.lusa.web.id/tag/gejala/http://www.lusa.web.id/tag/gejala/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/tidur/http://www.lusa.web.id/tag/tidur/http://www.lusa.web.id/tag/tidur/http://www.lusa.web.id/tag/nafsu-makan/http://www.lusa.web.id/tag/nafsu-makan/http://www.lusa.web.id/tag/nafsu-makan/http://www.lusa.web.id/tag/tidur/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/tag/gejala/http://www.lusa.web.id/tag/istirahat/http://www.lusa.web.id/tag/dukungan/http://www.lusa.web.id/post-partum-blues/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/category/askeb-ii-persalinan/http://www.lusa.web.id/category/askeb-iii-nifas/http://www.lusa.web.id/tag/gangguan/http://www.lusa.web.id/category/askeb-iii-nifas/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/category/askeb-ii-persalinan/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/tag/interaksi-sosial/http://www.lusa.web.id/tag/kesedihan/http://www.lusa.web.id/tag/bayi/http://www.lusa.web.id/tag/istirahat/http://www.lusa.web.id/tag/keluarga/http://www.lusa.web.id/tag/libido/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan/http://www.lusa.web.id/tag/baby-blues/http://www.lusa.web.id/tag/gejala/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan/http://www.lusa.web.id/tag/emosional/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan-fisik/http://www.lusa.web.id/tag/hamil/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan/http://www.lusa.web.id/tag/baby-blues/http://www.lusa.web.id/tag/sedih/
  • 8/2/2019 NCP Infeksi Puerpuralis

    10/17

    5. Perasaan tidak berdaya atau hilang kontrol6. Cemas atau kurang perhatian padabayi7. Tidak menyukai atau takut menyentuhbayi8. Pikiranmenakutkan mengenaibayi9. Kurang perhatian terhadap penampilan dirinya sendiri10.

    Perasaan bersalah dan putusharapan(hopeless)11.Penurunan atau peningkatanberat badan

    12.Gejalafisik, seperti sulit bernafas atau perasaan berdebar-debarBeberapafaktorpredisposisi terjadinyadepresipost partumadalah sebagai berikut:

    1. Perubahanhormonal yang cepat (yaituhormonprolaktin,steroid,progesterondanestrogen)

    2. Masalahmedisdalamkehamilan(PIH, diabetus melitus,disfungsi tiroid)3. Karakter pribadi (harga diri, ketidakdewasaan)4. Marital dysfunction atau ketidakmampuan membina hubungan dengan orang lain5.

    Riwayatdepresi,penyakitmental dan alkoholik6. Unwanted pregnancy

    7. Terisolasi8. Kelemahan,gangguantidur, ketakutan terhadap masalah keuangankeluarga,kelahiran

    anakdengan kecacatan/penyakit

    Jika ibu mengalamigejala-gejaladi atas, maka segeralah memberitahu suami,bidanatau dokter.

    Penyakitini dapat disembuhkan denganobat-obatanataukonsultasidengan psikiater. Perawatandi rumahsakitakan diperlukan apabila ibu mengalamidepresiberkepanjangan.

    Beberapa intervensi yang dapat membantu ibu terhindar daridepresipost partumantara lain:

    1. Pelajari diri sendiri2. Tidurdan makan yang cukup3. Olahraga4. Hindariperubahanhidup sebelum atau sesudahmelahirkan5. Beritahukan perasaan Anda6. Dukungankeluargadan orang lain7. Persiapan diri yang baik8. Lakukan pekerjaan rumah tangga9. Dukunganemosional10.Dukungankelompokdepresipost partum11.Bersikap tulus ikhlas dalam menerima peran barunya

    DEPRESIBERAT

    Depresi berat disebut juga dengan sindrom depresif non psikotik pada kehamilan sampaibeberapa minggu/bulan setelah kelahiran.

    Gejala-gejaladepresiberat antara lain:

    http://www.lusa.web.id/tag/bayi/http://www.lusa.web.id/tag/bayi/http://www.lusa.web.id/tag/bayi/http://www.lusa.web.id/tag/bayi/http://www.lusa.web.id/tag/bayi/http://www.lusa.web.id/tag/bayi/http://www.lusa.web.id/tag/pikiran/http://www.lusa.web.id/tag/pikiran/http://www.lusa.web.id/tag/bayi/http://www.lusa.web.id/tag/bayi/http://www.lusa.web.id/tag/bayi/http://www.lusa.web.id/tag/harapan/http://www.lusa.web.id/tag/harapan/http://www.lusa.web.id/tag/harapan/http://www.lusa.web.id/tag/berat-badan/http://www.lusa.web.id/tag/berat-badan/http://www.lusa.web.id/tag/berat-badan/http://www.lusa.web.id/tag/gejala/http://www.lusa.web.id/tag/gejala/http://www.lusa.web.id/tag/fisik/http://www.lusa.web.id/tag/fisik/http://www.lusa.web.id/tag/fisik/http://www.lusa.web.id/tag/faktor/http://www.lusa.web.id/tag/faktor/http://www.lusa.web.id/tag/faktor/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan/http://www.lusa.web.id/tag/hormon/http://www.lusa.web.id/tag/hormon/http://www.lusa.web.id/tag/prolaktin/http://www.lusa.web.id/tag/prolaktin/http://www.lusa.web.id/tag/prolaktin/http://www.lusa.web.id/tag/steroid/http://www.lusa.web.id/tag/steroid/http://www.lusa.web.id/tag/steroid/http://www.lusa.web.id/tag/progesteron/http://www.lusa.web.id/tag/progesteron/http://www.lusa.web.id/tag/progesteron/http://www.lusa.web.id/tag/estrogen/http://www.lusa.web.id/tag/estrogen/http://www.lusa.web.id/tag/medis/http://www.lusa.web.id/tag/medis/http://www.lusa.web.id/tag/medis/http://www.lusa.web.id/category/askeb-i-kehamilan/http://www.lusa.web.id/category/askeb-i-kehamilan/http://www.lusa.web.id/category/askeb-i-kehamilan/http://www.lusa.web.id/tag/disfungsi-tiroid/http://www.lusa.web.id/tag/disfungsi-tiroid/http://www.lusa.web.id/tag/disfungsi-tiroid/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/tag/penyakit/http://www.lusa.web.id/tag/penyakit/http://www.lusa.web.id/tag/penyakit/http://www.lusa.web.id/tag/gangguan/http://www.lusa.web.id/tag/gangguan/http://www.lusa.web.id/tag/tidur/http://www.lusa.web.id/tag/tidur/http://www.lusa.web.id/tag/tidur/http://www.lusa.web.id/tag/keluarga/http://www.lusa.web.id/tag/keluarga/http://www.lusa.web.id/tag/keluarga/http://www.lusa.web.id/tag/kelahiran/http://www.lusa.web.id/tag/kelahiran/http://www.lusa.web.id/tag/kelahiran/http://www.lusa.web.id/tag/anak/http://www.lusa.web.id/tag/anak/http://www.lusa.web.id/tag/penyakit/http://www.lusa.web.id/tag/penyakit/http://www.lusa.web.id/tag/penyakit/http://www.lusa.web.id/tag/gejala/http://www.lusa.web.id/tag/gejala/http://www.lusa.web.id/tag/gejala/http://www.lusa.web.id/tag/gejala/http://www.lusa.web.id/tag/gejala/http://www.lusa.web.id/http://www.lusa.web.id/http://www.lusa.web.id/http://www.lusa.web.id/tag/penyakit/http://www.lusa.web.id/tag/penyakit/http://www.lusa.web.id/tag/obat-obatan/http://www.lusa.web.id/tag/obat-obatan/http://www.lusa.web.id/tag/obat-obatan/http://www.lusa.web.id/tag/konsultasi/http://www.lusa.web.id/tag/konsultasi/http://www.lusa.web.id/tag/konsultasi/http://www.lusa.web.id/tag/sakit/http://www.lusa.web.id/tag/sakit/http://www.lusa.web.id/tag/sakit/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/tidur/http://www.lusa.web.id/tag/tidur/http://www.lusa.web.id/tag/olahraga/http://www.lusa.web.id/tag/olahraga/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan/http://www.lusa.web.id/tag/melahirkan/http://www.lusa.web.id/tag/melahirkan/http://www.lusa.web.id/tag/melahirkan/http://www.lusa.web.id/tag/dukungan/http://www.lusa.web.id/tag/keluarga/http://www.lusa.web.id/tag/keluarga/http://www.lusa.web.id/tag/keluarga/http://www.lusa.web.id/tag/dukungan/http://www.lusa.web.id/tag/emosional/http://www.lusa.web.id/tag/emosional/http://www.lusa.web.id/tag/emosional/http://www.lusa.web.id/tag/dukungan/http://www.lusa.web.id/tag/dukungan/http://www.lusa.web.id/tag/kelompok/http://www.lusa.web.id/tag/kelompok/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/category/askeb-i-kehamilan/http://www.lusa.web.id/category/askeb-i-kehamilan/http://www.lusa.web.id/tag/kelahiran/http://www.lusa.web.id/tag/kelahiran/http://www.lusa.web.id/tag/gejala/http://www.lusa.web.id/tag/gejala/http://www.lusa.web.id/tag/gejala/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/tag/gejala/http://www.lusa.web.id/tag/gejala/http://www.lusa.web.id/tag/kelahiran/http://www.lusa.web.id/category/askeb-i-kehamilan/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/tag/kelompok/http://www.lusa.web.id/tag/dukungan/http://www.lusa.web.id/tag/emosional/http://www.lusa.web.id/tag/dukungan/http://www.lusa.web.id/tag/keluarga/http://www.lusa.web.id/tag/dukungan/http://www.lusa.web.id/tag/melahirkan/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan/http://www.lusa.web.id/tag/olahraga/http://www.lusa.web.id/tag/tidur/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/tag/sakit/http://www.lusa.web.id/tag/konsultasi/http://www.lusa.web.id/tag/obat-obatan/http://www.lusa.web.id/tag/penyakit/http://www.lusa.web.id/http://www.lusa.web.id/tag/gejala/http://www.lusa.web.id/tag/gejala/http://www.lusa.web.id/tag/penyakit/http://www.lusa.web.id/tag/anak/http://www.lusa.web.id/tag/kelahiran/http://www.lusa.web.id/tag/keluarga/http://www.lusa.web.id/tag/tidur/http://www.lusa.web.id/tag/gangguan/http://www.lusa.web.id/tag/penyakit/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/tag/disfungsi-tiroid/http://www.lusa.web.id/category/askeb-i-kehamilan/http://www.lusa.web.id/tag/medis/http://www.lusa.web.id/tag/estrogen/http://www.lusa.web.id/tag/progesteron/http://www.lusa.web.id/tag/steroid/http://www.lusa.web.id/tag/prolaktin/http://www.lusa.web.id/tag/hormon/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/tag/faktor/http://www.lusa.web.id/tag/fisik/http://www.lusa.web.id/tag/gejala/http://www.lusa.web.id/tag/berat-badan/http://www.lusa.web.id/tag/harapan/http://www.lusa.web.id/tag/bayi/http://www.lusa.web.id/tag/pikiran/http://www.lusa.web.id/tag/bayi/http://www.lusa.web.id/tag/bayi/
  • 8/2/2019 NCP Infeksi Puerpuralis

    11/17

    1. Perubahanmood2. Gangguantidurdan pola makan3. Perubahanmental danlibido4. Pobhia, ketakutan menyakiti diri sendiri atau bayinya

    Penatalaksanaandepresiberat adalah sebagai berikut:

    1. Dukungankeluargadan sekitar2. Terapipsikologis3. Kolaborasi dengan dokter4. Perawatan rumahsakit5. Hindarirooming indengan bayinya

    PSIKOSISPOST PARTUM

    Insiden psikosis post partumsekitar 1-2 per 1000 kelahiran. Rekurensi dalam masakehamilan

    20-30 persen.Gejalapsikosispost partummuncul beberapa hari sampai 4-6 minggupost partum.Faktorpenyebab psikosispost partumantara lain:

    1. Riwayatkeluargapenderita psikiatri2. Riwayat ibu menderita psikiatri3. Masalahkeluargadan perkawinan

    Gejalapsikosispost partumsebagai berikut:

    1. Gaya bicara keras2. Menarik diri dari pergaulan3.

    Cepat marah4. Gangguantidur

    Penatalaksanaanpsikosispost partumadalah:

    1. Pemberian anti depresan2. Berhentimenyusui3. Perawatan di rumahsakit

    ReferensiAmbarwati, 2008.AsuhanKebidananNifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 87-96).

    Irhami. 2010.ProsesAdaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas. zikra-myblog.blogspot.com/2010/06/zikra -proses-adaptasi-psikologis-ibu.html Diunduh 19 Oktober

    2010 Pukul 08.55 PMSaleha, 2009.AsuhanKebidananPada MasaNifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm: 63-69).

    Suherni, 2007. Perawatan MasaNifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 85-100).

    The_wie. 2009.ProsesAdaptasi PsikologisIbu Dalam MasaNifas.the2w.blogspot.com/2009/10/proses-adaptasi-psikologis-ibu-dalam.html Diunduh 19 Oktober

    2010 Pukul 08.55 PM

    http://www.lusa.web.id/tag/perubahan/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan/http://www.lusa.web.id/tag/gangguan/http://www.lusa.web.id/tag/tidur/http://www.lusa.web.id/tag/tidur/http://www.lusa.web.id/tag/tidur/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan/http://www.lusa.web.id/tag/libido/http://www.lusa.web.id/tag/libido/http://www.lusa.web.id/tag/libido/http://www.lusa.web.id/tag/penatalaksanaan/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/tag/dukungan/http://www.lusa.web.id/tag/keluarga/http://www.lusa.web.id/tag/keluarga/http://www.lusa.web.id/tag/keluarga/http://www.lusa.web.id/tag/psikologis/http://www.lusa.web.id/tag/psikologis/http://www.lusa.web.id/tag/psikologis/http://www.lusa.web.id/tag/sakit/http://www.lusa.web.id/tag/sakit/http://www.lusa.web.id/tag/sakit/http://www.lusa.web.id/tag/rooming-in/http://www.lusa.web.id/tag/rooming-in/http://www.lusa.web.id/tag/rooming-in/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/kelahiran/http://www.lusa.web.id/tag/kelahiran/http://www.lusa.web.id/category/askeb-i-kehamilan/http://www.lusa.web.id/category/askeb-i-kehamilan/http://www.lusa.web.id/category/askeb-i-kehamilan/http://www.lusa.web.id/tag/gejala/http://www.lusa.web.id/tag/gejala/http://www.lusa.web.id/tag/gejala/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/faktor/http://www.lusa.web.id/tag/faktor/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/keluarga/http://www.lusa.web.id/tag/keluarga/http://www.lusa.web.id/tag/keluarga/http://www.lusa.web.id/tag/keluarga/http://www.lusa.web.id/tag/keluarga/http://www.lusa.web.id/tag/keluarga/http://www.lusa.web.id/tag/gejala/http://www.lusa.web.id/tag/gejala/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/gangguan/http://www.lusa.web.id/tag/tidur/http://www.lusa.web.id/tag/tidur/http://www.lusa.web.id/tag/tidur/http://www.lusa.web.id/tag/penatalaksanaan/http://www.lusa.web.id/tag/penatalaksanaan/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/menyusui/http://www.lusa.web.id/tag/menyusui/http://www.lusa.web.id/tag/menyusui/http://www.lusa.web.id/tag/sakit/http://www.lusa.web.id/tag/sakit/http://www.lusa.web.id/tag/sakit/http://www.lusa.web.id/http://www.lusa.web.id/http://www.lusa.web.id/category/askeb-iii-nifas/http://www.lusa.web.id/category/askeb-iii-nifas/http://www.lusa.web.id/category/askeb-iii-nifas/http://www.lusa.web.id/tag/proses/http://www.lusa.web.id/tag/proses/http://www.lusa.web.id/adaptasi-psikologis-ibu-masa-nifas/http://www.lusa.web.id/adaptasi-psikologis-ibu-masa-nifas/http://www.lusa.web.id/adaptasi-psikologis-ibu-masa-nifas/http://www.lusa.web.id/tag/proses/http://www.lusa.web.id/tag/proses/http://www.lusa.web.id/tag/adaptasi/http://www.lusa.web.id/tag/adaptasi/http://www.lusa.web.id/tag/psikologis/http://www.lusa.web.id/tag/psikologis/http://www.lusa.web.id/tag/psikologis/http://www.lusa.web.id/http://www.lusa.web.id/http://www.lusa.web.id/http://www.lusa.web.id/category/askeb-iii-nifas/http://www.lusa.web.id/category/askeb-iii-nifas/http://www.lusa.web.id/category/askeb-iii-nifas/http://www.lusa.web.id/category/askeb-iii-nifas/http://www.lusa.web.id/category/askeb-iii-nifas/http://www.lusa.web.id/category/askeb-iii-nifas/http://www.lusa.web.id/tag/proses/http://www.lusa.web.id/tag/proses/http://www.lusa.web.id/tag/adaptasi-psikologis/http://www.lusa.web.id/tag/adaptasi-psikologis/http://www.lusa.web.id/tag/adaptasi-psikologis/http://www.lusa.web.id/category/askeb-iii-nifas/http://www.lusa.web.id/category/askeb-iii-nifas/http://www.lusa.web.id/category/askeb-iii-nifas/http://www.lusa.web.id/tag/proses/http://www.lusa.web.id/tag/proses/http://www.lusa.web.id/tag/adaptasi/http://www.lusa.web.id/tag/adaptasi/http://www.lusa.web.id/tag/psikologis/http://www.lusa.web.id/tag/psikologis/http://www.lusa.web.id/tag/psikologis/http://www.lusa.web.id/tag/psikologis/http://www.lusa.web.id/tag/adaptasi/http://www.lusa.web.id/tag/proses/http://www.lusa.web.id/category/askeb-iii-nifas/http://www.lusa.web.id/tag/adaptasi-psikologis/http://www.lusa.web.id/tag/proses/http://www.lusa.web.id/category/askeb-iii-nifas/http://www.lusa.web.id/category/askeb-iii-nifas/http://www.lusa.web.id/http://www.lusa.web.id/tag/psikologis/http://www.lusa.web.id/tag/adaptasi/http://www.lusa.web.id/tag/proses/http://www.lusa.web.id/adaptasi-psikologis-ibu-masa-nifas/http://www.lusa.web.id/tag/proses/http://www.lusa.web.id/category/askeb-iii-nifas/http://www.lusa.web.id/http://www.lusa.web.id/tag/sakit/http://www.lusa.web.id/tag/menyusui/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/penatalaksanaan/http://www.lusa.web.id/tag/tidur/http://www.lusa.web.id/tag/gangguan/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/gejala/http://www.lusa.web.id/tag/keluarga/http://www.lusa.web.id/tag/keluarga/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/faktor/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/gejala/http://www.lusa.web.id/category/askeb-i-kehamilan/http://www.lusa.web.id/tag/kelahiran/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/rooming-in/http://www.lusa.web.id/tag/sakit/http://www.lusa.web.id/tag/psikologis/http://www.lusa.web.id/tag/keluarga/http://www.lusa.web.id/tag/dukungan/http://www.lusa.web.id/tag/depresi/http://www.lusa.web.id/tag/penatalaksanaan/http://www.lusa.web.id/tag/libido/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan/http://www.lusa.web.id/tag/tidur/http://www.lusa.web.id/tag/gangguan/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan/
  • 8/2/2019 NCP Infeksi Puerpuralis

    12/17

    Kata Kunci

    post partum blues,post partum,postpartumblues, kebutuhanistirahatibunifas,askebpostpartum, psikosispostpartum, psikosapost partum,post partum bluesadalah,askebpost partum

    blues, askep ibu postbaby blues, ibupost partum, post partumpsikosa, partum, manajemenpost

    partum blues, pos partum blues,askebpostpartumblues,perubahan fisikdanpsikologisibupostpartum, post natal blues,perubahan psikologispada post natal,perubahanpatofisiologis ibupost

    partum,perubahan fisikdanpsikologispostpartum,PERUBAHAN FISIKPADA MASA

    NIFAS,perubahansikologis pada ibupost partum, pilkbi kombinasi,perubahanpost partum.

    ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI KEHAMILAN

    A. A. DEFINISI

    Hipertensi:

    - Kenaikan nilai tekanan sistolik sebesar 30 mmHg/lebih atau kenaikan tekanan diastolik

    15 mmHg diatas tekanan dasar.

    - Peningkatan MAP > 20 mmHg/ jika tekanan darah sebelumnya tidak diketahui, MAP

    sebesar 105 mmHg.

    - Peningkatan darah terjadi minimal dengan 2 kali pemeriksaan, jarak 4 6 jam, dengan

    teknik dan alat yang standar.

    Hipertensi sementara perkembangan hipertensi selama masa hamil/24 jam I nifas tanpa

    ada tanda preeklampsia.

    Hipertensi kronis hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan/sebelum gestasi 20

    minggu. Atau hipertensi yang menetap setelah 6 minggu pasca persalinan

    Preeklampsia

    - kondisi spesifik kehamilan, hipertensi terjadi setelah minggu ke 20 pada wanita yang

    sebelumnya memiliki tekanan darah normal.

    http://www.lusa.web.id/post-partum-blues/http://www.lusa.web.id/post-partum-blues/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/postpartum/http://www.lusa.web.id/tag/postpartum/http://www.lusa.web.id/tag/postpartum/http://www.lusa.web.id/tag/istirahat/http://www.lusa.web.id/tag/istirahat/http://www.lusa.web.id/tag/istirahat/http://www.lusa.web.id/category/askeb-iii-nifas/http://www.lusa.web.id/category/askeb-iii-nifas/http://www.lusa.web.id/category/askeb-iii-nifas/http://www.lusa.web.id/tag/askeb/http://www.lusa.web.id/tag/askeb/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/postpartum/http://www.lusa.web.id/tag/postpartum/http://www.lusa.web.id/tag/postpartum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/post-partum-blues/http://www.lusa.web.id/post-partum-blues/http://www.lusa.web.id/post-partum-blues/http://www.lusa.web.id/tag/askeb/http://www.lusa.web.id/tag/askeb/http://www.lusa.web.id/post-partum-blues/http://www.lusa.web.id/post-partum-blues/http://www.lusa.web.id/post-partum-blues/http://www.lusa.web.id/post-partum-blues/http://www.lusa.web.id/tag/baby-blues/http://www.lusa.web.id/tag/baby-blues/http://www.lusa.web.id/tag/baby-blues/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/post-partum-blues/http://www.lusa.web.id/post-partum-blues/http://www.lusa.web.id/post-partum-blues/http://www.lusa.web.id/post-partum-blues/http://www.lusa.web.id/tag/askeb/http://www.lusa.web.id/tag/askeb/http://www.lusa.web.id/tag/postpartum/http://www.lusa.web.id/tag/postpartum/http://www.lusa.web.id/tag/postpartum/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan-fisik/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan-fisik/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan-fisik/http://www.lusa.web.id/tag/psikologis/http://www.lusa.web.id/tag/psikologis/http://www.lusa.web.id/tag/psikologis/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan-psikologis/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan-psikologis/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan-psikologis/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan-fisik/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan-fisik/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan-fisik/http://www.lusa.web.id/tag/psikologis/http://www.lusa.web.id/tag/psikologis/http://www.lusa.web.id/tag/postpartum/http://www.lusa.web.id/tag/postpartum/http://www.lusa.web.id/tag/postpartum/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan-fisik/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan-fisik/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan-fisik/http://www.lusa.web.id/category/askeb-iii-nifas/http://www.lusa.web.id/category/askeb-iii-nifas/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/category/kb/http://www.lusa.web.id/category/kb/http://www.lusa.web.id/category/kb/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan/http://www.lusa.web.id/category/kb/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan/http://www.lusa.web.id/category/askeb-iii-nifas/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan-fisik/http://www.lusa.web.id/tag/postpartum/http://www.lusa.web.id/tag/psikologis/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan-fisik/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan-psikologis/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/psikologis/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan-fisik/http://www.lusa.web.id/tag/postpartum/http://www.lusa.web.id/tag/askeb/http://www.lusa.web.id/post-partum-blues/http://www.lusa.web.id/post-partum-blues/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/baby-blues/http://www.lusa.web.id/post-partum-blues/http://www.lusa.web.id/post-partum-blues/http://www.lusa.web.id/tag/askeb/http://www.lusa.web.id/post-partum-blues/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/postpartum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/askeb/http://www.lusa.web.id/category/askeb-iii-nifas/http://www.lusa.web.id/tag/istirahat/http://www.lusa.web.id/tag/postpartum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/post-partum-blues/
  • 8/2/2019 NCP Infeksi Puerpuralis

    13/17

    - merupakan penyakit vasospastik yang ditandai dengan hemokonsentrasi, hipertensi, dan

    proteinuria.

    Eklampsia

    - Yaitu terjadinya konvulsi atau koma pada klien disertai tanda dan gejala preeklampsia

    - Konvulsi atau koma dapat muncul tanpa didahului gangguan neurologis.

    Sindrom HELLP

    Suatu keadaan multisistem, merupakan suatu bentuk preeklampsia eklampsia berat dimana

    ibu tersebut mengalami berbagai keluhan dan menunjukkan adanya bukti laboratorium umum

    untuk sindrom hemolisis (H), peningkatan enzim hati (EL), dan trombosit rendah (LP).

    B. B. PATOFISIOLOGI

    o Adaptasi fisiologi normal pada kehamilan meliputi; peningkatan volume plasma

    darah, vasodilatasi, penurunan resistensi vaskuler sistemik, peningkatan curah

    jantung, penurunan tekanan osmotik koloid.

    o Pada preeklampsia:

    Volume plasenta hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit

    maternal

    Perfusi organ maternal SDM (Sel Darah Merah) hancur, perfusi

    organ

    Kapasitas oksigen maternal

    C. FAKTOR RISIKO

    Primigravida/multipara dengan usia > tua

  • 8/2/2019 NCP Infeksi Puerpuralis

    14/17

    Usia < 18 atau > 35 tahun

    Berat: > 50 kg

    Adanya penyakit kronis: Hipertensi, penyakit pembuluh darah

    Kehamilan multipel, janin besar, polihidramnion

    Preeklampsia pada kehamilan sebelumnya.

    D. DIAGNOSIS

    - Diagnosis Preeklampsia Ringan

    Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg atau

    lebih

    Proteinuria 5 gr/lebih dalam 24 jam; 3 atau 4+ pada pemeriksaan kualitatif.

    Oligouria, air kencing 400 ml/kurang dalam 24 jam

    Keluhan serebral, gangguan penglihatan, atau nyeri di daerah epigastrum

    Edema paru-paru atau sianosis

    - Diagnosis Preeklampsia Berat

    TD sistolik > 160 mmHg diastolik >110 mmHg pada 2 kali pemeriksaan.

    Proteinuria > 5 gr dalam urin 24 jam

    Oligouria < 400 ml dalam 24 jam

    Gangguan otak dan penglihatan

    Nyeri ulu hati

  • 8/2/2019 NCP Infeksi Puerpuralis

    15/17

    Edema paru/sianosis

    S sindrom HELLP

    -

    E. E. ASUHAN KEPERAWATAN

    - Pengkajian:

    Pengkajian faktor risiko

    Pemeriksaan tekanan darah

    Observasi edema: distribusi, derajat & pitting edema

    Edema dependen (edema bagian bawah/bagian tubuh yang dependen).

    Edema pitting (lekukan kecil akibat tekanan pada bagian yang edema,

    menetap 1030 menit).

    Refleks Tendon Profunda (RTP)

    Refleks bisep da patela serta klonus pada pergelangan kaki. Hilangnya

    RTPkeracunan magnesium

    Menentukan status janin: DJJ, NST, CST, USG

    Pemeriksaan laboratorium: HMT, HB, Trombosis, enzim hati, glukosa

    - Diagnosa Keperawatan

    o Perubahan perfusi jaringan/organ b.d hipertensi, vasospasme siklik, edema

    serebral, perdarahan.

    o Gangguan pertukaran gas b.d efek pengobatan, edema paru.

  • 8/2/2019 NCP Infeksi Puerpuralis

    16/17

    o Curah jantung menurun b.d terapi antihipertensi yang berlebihan, prosses

    penyakit.

    o Koping individu/ keluarga tidak efektif

    o Cemas

    o Risiko injuri b.d iritabilitas SSP, terapi

    - Intervensi

    Intervensi efektif adalah pencegahan; perawatan prenatal dini, identifikasi ibu

    berisiko selama kehamilan, pengenalan serta pelaporan tanda-tanda bahaya

    fisik.

    Intervensi pencegahan lain adalah: konseling, konseling nutrisi, dan informasi

    tentang adaptasi normal pada kehamilan.

    Berikan informasi pada ibu tentang kondisi dan tanggung jawabnya dalam

    penatalaksanaan preeklampsia.

    Bed rest miring kiri memperbaiki sirkulasi uteroplasenta

    Latihan fisik ringan memperbaiki sirkulasi, tonus otot

    Hindari makanan tinggi garam

    Kolaboratif: antihipertensi menurunkan risiko gagal ventrikel kiri &

    perdarahan otakperfusi uteroplasenta terjaga

    Intervensi di rumah

    Laporkan bila ada peningkatan TD, berat badan > 0,5 kg/minggu, edema.

    Periksa jumlah keluaran urin bila

  • 8/2/2019 NCP Infeksi Puerpuralis

    17/17

    Monitor aktivitas janin setiap hari (3 gerakan atau kurang setiap jam)

    mengindikasikan gawat janin.

    Lakukan pemeriksaan antenatal secara teratur

    Managemen MgSO4

    Berfungsi untuk mencegah dan mengendalikan kejang

    Dosis awal 46 g selama 1530 menit diikuti dosis rumatan 24 g/jam

    Observasi tanda keracunan Mg SO4: pernafasan < 12/menit,

    hiporefleksia/tidak ada refleks, jumlah urin < 30 ml/jam, kadar serum

    toksik>9,6 mg/dl, tanda distress (DJJ tiba-tiba menurun), penurunan TD dan

    denyut nadi

    Intervensi:

    - Hentikan MgSO4 , ganti dengan larutan rumatan

    - Kolaborasi dengan dokter

    - Berikan kalsium glukonal/CaCl sesuai program (misal 1 gr melalui IV

    diberikan selama 3 menit)

    - Lakukan pemeriksaan TD, pernafasan, urin

    - Pantau kadar MgSO4 (kadar terapeutik: 4,89,6 mg/dl).