national health accounts (nha) cs 24 rosa 2
TRANSCRIPT
PELAYANAN PRIMA KEPADA PELANGAN PT. ASKES Melalui
PROGRAM PENINGKATAN PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADI di RUMAH SAKIT (PPATRS)*
olehDr. Rosa Christiana Ginting, Betr.med; MHPKa. Divisi Pelayanan Kesehatan PT ASKES
I. LATAR BELAKANG
Secara sadar ataupun tidak kita pada saat ini sudah memasuki era
Globalisasi dengan segala sisi positif dan negatifnya. Salah satu aspek
nyata yang ditimbulkan oleh era globalisasi ini adalah “kompetisi”
yang semakin tajam dan semakin berat antar pelaku bisnis dalam
rangka merebut pasar/pelanggan.
Untuk daerah ASEAN globalisasi untuk sektor usaha jasa adalah AFAS
(Asean Free Agreement on Services) yang ditandai dengan 5
karakteristik yaitu:
1. Cross border supply dan Consumption abroad yang berarti
kebebasan kepada pemasok asing untuk memasuki pasar lokal
dan sebaliknya kebebasan kepada masyarakat untuk
mengkonsumsi jasa dari luar negeri
2. Commercial presence; yang diartikan kebebasan perusahaan
asing untuk mendirikan atau melakukan usaha di dalam negeri
3. Presence of natural person; yaitu kebebasan orang asing untuk
memasuki pasar dalam negeri
4. Most favored nation & national treatment; yaitu perlakuan yang
sama dalam hubungan antar bangsa dan tidak ada perbedaan
ketentuan dalam besarnya modal yang di stor antara
perusahaan dalam negeri dan asing.
* Disampaikan ada Asia Pasific Summit on Health Insurance and Managed Care, Horison Hotel, Jakarta 22-24 Mei 2002
Secara resmi AFAS mulai diberlakukan pada tahun 2003; namun
kenyataannya didalam operasional bisnis di lapangan pada saat inipun
karakteristik tersebut diatas sudah banyak diberlakukan.
Dengan karakteristik tersebut diatas secara garis besar berarti bahwa
ada kemudahan bagi perusahaan dari lingkungan negara ASEAN untuk
mengembangkan usaha di sektor jasa, termasuk jasa asuransi dan
asuransi kesehatan di Indonesia. Kondisi seperti ini tentu harus
dipersiapkan dan diantisipasi secara tepat baik oleh pemerintah
maupun pelaku bisnis di Indonesia agar perusahaan nasional tetap
menjadi “the main busisness actor” di negara sendiri. Dengan
perkataan lain era globalisasi harus dihadapi sebagai suatu peluang
jangan sebagai ancaman.
Salah satu kunci operasional yang harus diterapkan adalah customer
retention melalui “pelayanan prima” kepada pelanggan sehingga
pelanggan yang sudah ada tidak lari kepada perusahaan lain.
II. USAHA ASURANSI KESEHATAN DI INDONESIA
Asuransi kesehatan merupakan jenis usaha jasa keuangan yang
sangat kompleks yang melibatkan tiga unsur yang tidak dapat
dipisahkan yaitu peserta (enrollee/insured), pemberi pelayanan
(provider) dan badan asuransi (insurer).
Sebagai suatu perusahaan jasa keuangan, efisiensi dan profit
merupakan tuntutan utama. Sedangkan sebagai suatu usaha dalam
bidang jasa pelayanan kesehatan, menuntut “art” tersendiri, untuk
dapat memberi kepuasan terhadap setiap individu terkait, baik peserta
maupun pemberi pelayanan kesehatan.
Telah terbukti bahwa asuransi kesehatan merupakan sistim
pembiayaan kesehatan yang paling tepat untuk dapat menjamin
kelangsungan pemeliharaan kesehatan masyarakat. Namun
kenyataannya cakupan asuransi kesehatan di Indonesia masih sangat
kecil, yaitu sekitar 18% dari populasi, dimana sebagian besar yaitu
sekitar 7% dari populasi ditangani oleh PT ASKES. Rendahnya cakupan
asuransi kesehatan ini disebabkan oleh karena belum adanya sistim
yang mendorong masyarakat untuk berasuransi kesehatan, sedang di
sisi lain kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk berasuransi
masih relatif rendah.
Dalam kondisi seperti ini maka iklim untuk mengembangkan usaha
asuransi kesehatan, khususnya yang dapat memberikan perlindungan
bagi masyarakat luas memang kurang kondusif. Banyak perusahaan
asuransi baik asuransi jiwa maupun asuransi umum mulai menjual
produk asuransi kesehatan sebagai produk “rider”. Namun pada
umumnya hanya memberikan pertanggungan sebagian (tidak
menyeluruh) dan hanya menjangkau segmen masyarakat tertentu,
sehingga kurang bermakna bila ditinjau dari sistim pembiayaan dalam
lingkup nasional. Bahkan sebaliknya sistim seperti ini dapat memicu
peningkatan inflasi biaya pelayanan kesehatan.
PT ASKES mendapat penugasan dari pemerintah untuk
menyelenggarakan asuransi kesehatan sosial sejak tahun1968 dan
sejak tahun 1992 telah pula menyelenggarakan asuransi kesehatan
yang bersifat komersial. Bedasarkan besarnya jumlah jiwa cakupan,
pada saat ini PT ASKES merupakan perusahaan asuransi kesehatan
yang terbesar di Indonesia; namun bila ditinjau dari market .share, PT
ASKES masih jauh dibawah perusahaan asuransi multi nasional.
Dengan era globalisasi ini sudah semakin banyak perusahaan asuransi
multi nasional yang mengembangkan usahanya di Indonesia, termasuk
dalam usaha asuransi kesehatan. Dengan citra sebagai perusahaan
multi nasional perusahaan seperti ini biasanya lebih unggul dalam
merebut pasar dari golongan masyarakat segmen atas.
III. PROFIL PT ASKES
Sejak mulai berdirinya sampai saat ini PT ASKES telah mengalami
banyak perubahan dan perkembangan, terutama dari aspek
bentuk perusahaan dan cakupan peserta. Pada awalnya PT ASKES
hanya mengelola program asuransi kesehatan sosial; namun sejak
tahun 1992 dimana bentuk perusahaan menjadi perusahaan
perseroan, PT ASKES juga didorong untuk memperluas cakupannya
dan mengelolanya dalam program asuransi kesehatan yang bersifat
komersial.
Sebagai perusahaan asuransi kesehatan yang sudah cukup
berpengalaman, PT ASKES telah mengalamai perkembangan dan
pertumbuhan yang cukup pesat, baik dari aspek finansial maupun
manejerial.
Peserta program ASKES Sosial jumlahnya relatif stabil namun
peserta program Komersial mengalami pertumbuhan rata rata 50%
per tahun. Dari market research yang dilakukan menunjukkan
bahwa dimata konsumen dan konsumen potensial ASKES adalah
perusahaan asuransi kesehatan yang besar, terpercaya serta dekat
dengan konsumen namun masih kurang bergengsi. Hal ini terutama
disebabkan bahwa ASKES dikonotasikan sebagai Pegawai Negeri.
Didalam penyelenggaraan program, PT ASKES sebagai BUMN
mengemban misi pemerintah yaitu menyelenggarakan asuransi
kesehatan sosial dan komersial untuk kemanfaatan yang optimal
bagi semua stakeholder. Dalam pelaksanaan misi ini pada tahun
2002 PT ASKES telah menyatakan Visinya yaitu menjadi spesialis
Asuransi Kesehatan artinya mengkhususkan diri pada usaha
asuransi kesehatan yang dilaksanakan secara professional.
Asuransi kesehatan yang diselenggarakan PT ASKES adalah
“managed care” yaitu pelayanan kesehatan dan pembiayaannya
secara terintegrasi dengan prinsip kendali mutu dan kendali biaya,
dan dengan karakteristik sebagai berikut:
Pelayanan berjenjang dan sistim rujukan
Provider tertentu
Pembayaran secara kapitasi dan kapitasi total
Utilization Review
Hubungan kemitraan dengan Provider
Daftar Obat terseleksi
Berbeda dengan penyelenggaraan asuransi kesehatan yang
konvensional, penyelenggaraan managed care ini memang
memerlukan effort yang lebih besar terutama dalam hal kendali
mutu dan kendali biaya. Dalam operasionalnya hubungan kemitraan
yang harmonis dengan provider merupakan kunci yang sangat
penting. Namun hal ini masih mengalami hambatan, oleh karena
konsep managed care belum terlalu populair bagi provider sehingga
belum semua provider memiliki pemahaman akan konsep dan
filosofi yang memadai.
Demikian juga dengan pemahaman peserta tentang konsep
managed care masih sangat minimal, sehingga penerapan sistim ini
dipersepsi sebagai ber belit belit, birokratis, di nomor duakan serta
memerlukan waktu tunggu yang lama.
Menanggapi keluhan peserta ini namun tanpa merubah prinsip
managed care maka sejak tahun 2001 PT ASKES mengembangkan
suatu program yang disebut Program Pelayanan Administrasi
Terpadu di Rumah Sakit (PPATRS) sebagai suatu bentuk layanan
prima PT ASKES bagi pelanggannya, baik peserta (pasien) maupun
Rumah Sakit.
Program ini merupakan antisipasi perusahaan menghadapi iklim
kompetisi yang semakin panas, sejalan dengan era Globalisasi pada
umumnya dan AFAS khususnya serta era otonomisasi daerah.
III. Program Pelayanan Administrasi Terpadu di Rumah Sakit (PPATRS)
Sebagian besar dari pelayanan kesehatan yang diterima oleh
peserta adalah pelayanan di Rumah Sakit. Demikian juga bila
ditinjau dari aspek biaya yang timbul, sebagian besar (70% - 80%)
adalah akibat pelayanan di Rumah Sakit.
Pelayanan si rumah sakit memiliki karakteristik khusus yaitu:
Padat karya dan padat tehnologi.
Biaya tinggi
Pelayanan yang kompleks
Pelayanan dengan sentuhan kemanusiaan yang tinggi
Pasien pada posisi “ignorantia”
Dengan karakteristik seperti ini maka sangat besar kemungkinan
timbul friksi ataupun ketidakpuasan atau kekecewaan antar pihak
yang berhubungan (pasien – rumah sakit- ASKES) atas pelayanan
yang diterima, baik pelayanan medis maupun administrative.
Dalam rangka menerapkan pelayanan prima kepada konsumen baik
peserta maupun Rumah Sakit inilah diterapkan PPATRS
Karakteristik Model PPATRS
Program ini merupakan program inovatif yang lahir dari bawah;
artinya konsepnnya dirancang dan dikembangkan oleh jajaran
operasional PT ASKES (Kantor Cabang Medan) berdasarkan kondisi
riil di lapangan dan mulai diujicobakan pada awal tahun 2001.
Karakteristik dari program ini adalah penyederhanaan mekanisme
dan persyaratan prosedur dengan cara sebagai berikut:
1. Ada unit/pos khusus di Rumah Sakit, dimana petugas
ASKES dan petugas Rumah Sakit bersama sama melayani
peserta ASKES. Petugas ASKES di rumah sakit bisa full atau
part time sesuai dengan beban kerja. Dengan adanya
petugas ASKES di Rumah Sakit maka PPATRS berfungsi
menjadi pusat informasi baik bagi peserta maupun RS
tentang segala hal prosedur dan mekanisme pelayanan
ASKES.
2. Dalam mendapat pelayanan peserta tidak perlu lagi
menyerahkan foto copy kartu; sebagai ganti ASKES
mengeluarkan surat jaminan pelayanan (SJP). Seluruh
proses jaminan dan legalisasi dilaksanakan di unit PPATRS.
Prosedur Pelayanan dalam PPATRS
1. Peserta datang ke unit PPATRS dengan menunjukkan Kartu
ASKES dan menyerahkan surat rujukan kepada petugas.
2. Petugas meneliti keabsahan dan kemudian mengeluarkan surat
jaminan pelayanan (SJP) rangkap 3
3. Peserta menyerahkan SJP lembar pertama dan ke dua kepada
poli tujuan rujukan untuk mendapat pelayanan. Bila memerlukan
pelayanan lainnya (penunjang diagnostik, rujukan intern) peserta
mendapat pelayanan berdasarkan permintaan dokter dan
dengan menunjukkan SJP. Bila peserta mendapat pelayanan
canggih bersama SJP dibawa ke PPATRS untuk dilegalisasi.
4. SJP lembar pertama digunakan untuk menagih ke PT ASKES dan
lembar ke dua untuk pertinggal di RS.
5. Setelah selesai mendapat pelayanan di RS dan bila mendapat
resep peserta kembali ke PPATRS, dan resepnya dilegalisasi.
6. Selanjutnya resep dibawa ke Apotik bersama SJP lembar ke 3
untuk pengambilan obat.
Poses administrasi dalam PPATRS ini dilakukan secara komputerisasi;
namun untuk Rumah Sakit yang pelayanan peserta ASKES tidak
banyak dapt dilakukan secara manual. Untuk itu PT ASKES
menempatkan komputer di Rumah Sakit baik yang sifatnya hibah
untuk Rumah Sakit ataupun sebagai milik ASKES yang dioperasikan di
rumah Sakit.
Dengan sistim ini terlihat dan terlaksana dengan nyata hubungan
kemitraan dan kerjasama yang erat antara ASKES dangan Providernya
didalam memberikan pelayanan yang prima kepada peserta yang
adalah konsumen bersama, PT ASKES dan Rumah Sakit.
Setelah fase ujicoba selesai dilakukan dievaluasi dengan cara
wawancara kepada peserta secara cross sectional kepada …
responden yang dipilih secara random. Dari evaluasi ini penilaian
peserta adalah sebagai berikut:
N
o
Kriteria Sebelum
PPATRS
Sesudah
PPATRS
1 Waktu Tunggu: 5’-10’ 20% 61%
2 Prosedur Pelayanan:
- Mudah
- Sulit
28%
66%
94%
2%
3 Legalisasi Surat Jaminan:
- Mudah 27% 68%
4 Biaya untuk Fotocopy 100% 1%
Dari pihak provider hal nyata yang dirasakan adalah proses
penyelesain klaim yang lebih cepat serta semakin kecil perbedaan
antara nilai yang ditagihkan dengan yang dibayar oleh PT ASKES oleh
karena proses verifikasi yang lebih mudah.
IV. KESIMPULAN
PT ASKES sangat menyadari akan perubahan eksternal yang terjadi
dengan begitu pesat, sehingga secara internal juga mengadakan
perubahan perubahan secara bertahap.
Perubahan visi perusahaan, yaitu menjadi spesialis asuransi
kesehatan, berarti menuntut profesionalisme dari seluruh individu
perusahaan sebagai salah satu persyaratan penting untuk bisa unggul
dalam persaingan yang semakin tajam.
Sebagai perusahaan asuransi kesehatan yang terbesar di Indonesia PT
ASKES memiliki kewajiban moral untuk menjaga agar pasar potensial
asuransi kesehatan yang masih sangat luas ini tidak jatuh ke tangan
pihak luar.
Salah satu strategi yang menjadi landasan adalan strategi “customer
focus” yaitu menempatkan pelanggan pada posisi yang penting dan
seimbang dalam ke empat perspektif perusahaan yaitu Financial-
Customer- Internal Business Process – Learning and Growth.
Jakarta, Mei 2002