natal - griimelbourne.orggriimelbourne.org/media/96504/buset-december-2014-natal-apa-dan... ·...

1
BUSET REFLEKSI Setiap menjelang Desember, seluruh dunia—termasuk Melbourne—dengan semarak mempersiapkan diri untuk merayakan hari Natal. Ornamen-ornamen Natal menghiasi etalase dan jalan-jalan di kota; mulai dari pohon, Christmas bauble, garland dan Santa Klaus serta rusa-rusanya (yang nota bene adalah ornamen- ornamen musim dingin negara-negara Eropa, sedangkan Natal di Australia ini terjadi di musim panas). Tidak hanya umat Kristen dan Katolik, setiap orang dan keluarga dari agama dan kepercayaan lain juga dapat menikmati suasana dan energi yang terasa dalam bulan-bulan di akhir tahun ini. Namun yang cukup mengkhawatirkan adalah perlahan-lahan beberapa ornamen yang agaknya kalah populer dibandingkan orang-orangan dan kereta luncur salju mulai hilang, padahal ornamen-ornamen inilah yang lebih penting, dalam hal bagaimana mereka mengingatkan kita akan peristiwa—dan makna—Natal yang sesungguhnya. Penulis berbicara tentang ornamen-ornamen seperti malaikat, Yusuf, Maria dan bayi kecil Yesus. Ornamen-ornamen inilah yang lebih dapat menjawab dan menjelaskan pertanyaan “Natal: Apa dan Mengapa?” di atas, apabila seseorang ingin tahu. Apakah Natal itu sesungguhnya? Natal adalah sebuah peristiwa historis yang setiap elemen sejarah didalamnya dapat ditemukan dalam catatan-catatan sejarah terpercaya, dimana Alkitab umat Kristiani adalah salah satunya. Alkitab mencatat peristiwa ini di beberapa tempat dalamnya, seperti dalam buku injil Matius, Markus, Lukas dan beberapa tempat lain. Tidak hanya memberikan data seperti apa, siapa, kapan dan dimana, Alkitab juga menjelaskan bagaimana dan mengapa peristiwa ini terjadi. Mari kita melihat salah satu bagian Alkitab yang mencatat peristiwa ini: “Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami istri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama istrinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan uPat1ya dari dosa Perekaµ +al itu terjadi supaya genaplaK yang difirPankan Tuhan oleh nabi: “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” --yang berarti: Allah menyertai kita. Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai istrinya, tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus. (Matius 1:18-25)” Bagian yang kita baca ini adalah sebuah pe-wahyu-an—dibawakan oleh malaikat dan dicatat oleh rasul Matius—yang menyatakan bahwa Dia, Yesus Kristus, yang telah lahir itu bukan hanya istimewa dalam kelahiran-Nya, tetapi juga istimewa dalam sebab kedatanganNya. Istimewa dalam kelahirannya, sebab—walaupun tentu kelahiran setiap anak ke dunia ini adalah hal yang indah—dalam hal kelahiran Yesus, Maria, ibu-Nya, telah mengandung Yesus sebelum ia (Maria) hidup/tidur bersama dengan Yusuf. Tidak tercatat di catatan lain dalam sejarah bagaimana seorang anak dapat lahir dari anak dara/perawan! Yusuf sadar betul bahwa bayi ini bukanlah anaknya. Sangatlah masuk akal apabila Yusuf beranggapan bahwa Maria, sebagai seorang istri, telah berlaku tidak setia kepadanya dan tidur dengan lelaki lain lalu mengandung anak yang tidak sah. Walau hancur hatinya, Yusuf yang dikatakan tidak hanya seorang yang taat beragama—dan tidak dapat menerima dosa perzinahan yang ia rasa dilakukan Maria—namun sekaligus juga adalah orang yang lembut hatinya dan tidak ingin nama Maria dicemarkan, maka Yusuf melakukan perceraian pribadi; dengan sebuah surat cerai, dan dihadapan beberapa saksi saja, dan kemudian berpisah dengan Maria. Dengan demikian Yusuf tidak hanya menjaga kekudusan agamawi sesuai dengan hukum Yahudi saat itu, ia juga memastikan Maria terjaga nama baiknya, karena Maria diceraikan secara pribadi, layaknya perceraian yang terjadi menurut adat Yahudi di waktu itu. Rasul Matius kemudian melanjutkan bahwa ketika Yusuf sedang mempertimbangkan hal ini, datanglah malaikat Tuhan kepadanya dan berkata “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu. Sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus… ”. Malaikat Tuhan di sini menjelaskan bahwa kehamilan Maria bukanlah karena perzinahan dengan lelaki lain, namun sesungguhnya karena kehendak dan kuasa sorgawi, karena itu Yusuf harus menamakan bayi ini sesuai perintah sorgawi; Yesus, yang artinya ‘Allah menyelamatkan’. Malaikat kemudian menjelaskan lebih lanjut ‘misi’ dari Anak ini – “bahwa Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka”. Kalimat ini mengatakan bahwa manusia perlu diselamatkan; bukan hanya dari sakit penyakit, kematian, peperangan, terorisme, atau keadaan tidak menyenangkan lainnya, namun dari penyebab semua ini: dosa. Dalam dunia modern, kata ‘dosa’ telah menjadi begitu tidak disukai dan tidak diterima dibandingkan kata seperti ‘gagal’ atau ‘melanggar’ atau ‘lalai’. Namun seperti tercatat, perkataan dari para malaikat begitu jelas: manusia sendirilah yang telah berdosa dan memilih untuk meninggikan diri sendiri ketimbang tunduk menyembah Tuhan pencipta mereka, tanpa menyadari dosa memiliki kuasa untuk mengikat, memperbudak, dan menghancurkan hidup manusia. Sesungguhnya, berlawanan dengan apa yang dunia percaya, permasalahan hidup manusia bukanlah dari luar manusia, tapi dari dalam manusia itu sendiri; dan penyelesaiannya tidak ditemukan dalam dirinya sendiri, tetapi dari luar: seorang juruselamat harus menyelamatkan kita. Terlebih lagi, Kristus, juruselamat dunia ini, juga dikatakan sesungguhnya adalah Putra tunggal Allah itu sendiri, yang mana kelahiran-Nya yang begitu rendah ini—sebagai bayi kecil nan lemah, dibaringkan dalam palungan yang begitu sederhana—barulah permulaan misi-Nya di dunia, yang akan Ia genapkan dalam kehidupan, kematian-Nya di kayu salib, dan kebangkitan (yang kita rayakan sebagai hari Paskah) dan kenaikan- Nya kembali ke sorga. Maka di tengah-tengah semarak perayaan Natal, maukah saudara berhenti sejenak untuk merenungkan kisah Natal yang sesungguhnya ini, yang walau benar-benar terjadi lebih dari 2 milenia lalu, tetapi Ia juga disebut Immanuel, “Allah beserta kita”, karena memang saat inipun, Ia masih beserta kita, dan mau lahir kembali di dalam palungan hati kita. Maukah saudara mengenal Dia, dalam kelahiran, kehidupan, kematian dan kebangkitan-Nya? Ia terlahir untuk saudara, janganlah menyia-nyiakan Dia. Selamat merenungan dan merayakan Natal! Billy Nugroho, berdasarkan khotbah Pdt Budy Setiawan, M. Div, Desember 2013 (Business Analyst di Hewlett Packard Australia, dan melayani sebagai Koordinator Ibadah di Gereja Reformed Injili Indonesia di Melbourne) Apa dan Mengapa? NATAL: www.buset-online.com 55

Upload: trankhanh

Post on 06-Feb-2018

275 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: NATAL - griimelbourne.orggriimelbourne.org/media/96504/buset-december-2014-natal-apa-dan... · merenungan dan merayakan Natal! Billy Nugroho, berdasarkan khotbah Pdt Budy Setiawan,

BUSET REFLEKSI

Setiap menjelang Desember, seluruh dunia—termasuk Melbourne—dengan semarak mempersiapkan diri untuk merayakan hari Natal. Ornamen-ornamen Natal menghiasi etalase dan jalan-jalan di kota; mulai dari pohon, Christmas bauble, garland dan Santa Klaus serta rusa-rusanya (yang nota bene adalah ornamen-ornamen musim dingin negara-negara Eropa, sedangkan Natal di Australia ini terjadi di musim panas). Tidak hanya umat Kristen dan Katolik, setiap orang dan keluarga dari agama dan kepercayaan lain juga dapat menikmati suasana dan energi yang terasa dalam bulan-bulan di akhir tahun ini.

Namun yang cukup mengkhawatirkan adalah perlahan-lahan beberapa ornamen yang agaknya kalah populer dibandingkan orang-orangan dan kereta luncur salju mulai hilang, padahal ornamen-ornamen inilah yang lebih penting, dalam hal bagaimana mereka mengingatkan kita akan peristiwa—dan makna—Natal yang sesungguhnya. Penulis berbicara tentang ornamen-ornamen seperti malaikat, Yusuf, Maria dan bayi kecil Yesus. Ornamen-ornamen inilah yang lebih dapat menjawab dan menjelaskan pertanyaan “Natal: Apa dan Mengapa?” di atas, apabila seseorang ingin tahu.

Apakah Natal itu sesungguhnya? Natal adalah sebuah peristiwa historis yang setiap elemen sejarah didalamnya dapat ditemukan dalam catatan-catatan sejarah terpercaya, dimana Alkitab umat Kristiani adalah salah satunya. Alkitab mencatat peristiwa ini di beberapa tempat dalamnya, seperti dalam buku injil Matius, Markus, Lukas dan beberapa tempat lain. Tidak hanya memberikan data seperti apa, siapa, kapan dan dimana, Alkitab juga menjelaskan bagaimana dan mengapa peristiwa ini terjadi.

Mari kita melihat salah satu bagian Alkitab yang mencatat peristiwa ini:“Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami istri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama istrinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan u at ya dari dosa ereka al itu terjadi supaya genapla yang difir ankan Tuhan oleh nabi: “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” --yang berarti: Allah menyertai kita. Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai istrinya, tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus. (Matius 1:18-25)”

Bagian yang kita baca ini adalah sebuah pe-wahyu-an—dibawakan oleh malaikat dan dicatat oleh rasul Matius—yang menyatakan bahwa Dia, Yesus Kristus, yang telah lahir itu bukan hanya istimewa dalam kelahiran-Nya, tetapi juga istimewa dalam sebab kedatanganNya.

Istimewa dalam kelahirannya, sebab—walaupun tentu kelahiran setiap anak ke dunia ini adalah hal yang indah—dalam hal kelahiran Yesus, Maria, ibu-Nya,

telah mengandung Yesus sebelum ia (Maria) hidup/tidur bersama dengan Yusuf. Tidak tercatat di catatan lain dalam sejarah bagaimana seorang anak dapat lahir dari anak dara/perawan! Yusuf sadar betul bahwa bayi ini bukanlah anaknya. Sangatlah masuk akal apabila Yusuf beranggapan bahwa Maria, sebagai seorang istri, telah berlaku tidak setia kepadanya dan tidur dengan lelaki lain lalu mengandung anak yang tidak sah. Walau hancur hatinya, Yusuf yang dikatakan tidak hanya seorang yang taat beragama—dan tidak dapat menerima dosa perzinahan yang ia rasa dilakukan Maria—namun sekaligus juga adalah orang yang lembut hatinya dan tidak ingin nama Maria dicemarkan, maka Yusuf melakukan perceraian pribadi; dengan sebuah surat cerai, dan dihadapan beberapa saksi saja, dan kemudian berpisah dengan Maria. Dengan demikian Yusuf tidak hanya menjaga kekudusan agamawi sesuai dengan hukum Yahudi saat itu, ia juga memastikan Maria terjaga nama baiknya, karena Maria diceraikan secara pribadi, layaknya perceraian yang terjadi menurut adat Yahudi di waktu itu.

Rasul Matius kemudian melanjutkan bahwa ketika Yusuf sedang mempertimbangkan hal ini, datanglah malaikat Tuhan kepadanya dan berkata “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu. Sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus… ”. Malaikat Tuhan di sini menjelaskan bahwa kehamilan Maria bukanlah karena perzinahan dengan lelaki lain, namun sesungguhnya karena kehendak dan kuasa sorgawi, karena itu Yusuf harus menamakan bayi ini sesuai perintah sorgawi; Yesus, yang artinya ‘Allah menyelamatkan’.

Malaikat kemudian menjelaskan lebih lanjut ‘misi’ dari Anak ini – “bahwa Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka”. Kalimat ini mengatakan bahwa manusia perlu diselamatkan; bukan hanya dari sakit penyakit, kematian, peperangan, terorisme, atau keadaan tidak menyenangkan lainnya, namun dari penyebab semua ini: dosa.

Dalam dunia modern, kata ‘dosa’ telah menjadi begitu tidak disukai dan tidak diterima dibandingkan kata seperti ‘gagal’ atau ‘melanggar’ atau ‘lalai’. Namun seperti tercatat, perkataan dari para malaikat begitu jelas: manusia sendirilah yang telah berdosa dan memilih untuk meninggikan diri sendiri ketimbang tunduk menyembah Tuhan pencipta mereka, tanpa menyadari dosa memiliki kuasa untuk mengikat, memperbudak, dan menghancurkan hidup manusia. Sesungguhnya, berlawanan dengan apa yang dunia percaya, permasalahan hidup manusia bukanlah dari luar manusia, tapi dari dalam manusia itu sendiri; dan penyelesaiannya tidak ditemukan dalam dirinya sendiri, tetapi dari luar: seorang juruselamat harus menyelamatkan kita.

Terlebih lagi, Kristus, juruselamat dunia ini, juga dikatakan sesungguhnya adalah Putra tunggal Allah itu sendiri, yang mana kelahiran-Nya yang begitu rendah ini—sebagai bayi kecil nan lemah, dibaringkan dalam palungan yang begitu sederhana—barulah permulaan misi-Nya di dunia, yang akan Ia genapkan dalam kehidupan, kematian-Nya di kayu salib, dan kebangkitan (yang kita rayakan sebagai hari Paskah) dan kenaikan-Nya kembali ke sorga.

Maka di tengah-tengah semarak perayaan Natal, maukah saudara berhenti sejenak untuk merenungkan kisah Natal yang sesungguhnya ini, yang walau benar-benar terjadi lebih dari 2 milenia lalu, tetapi Ia juga disebut Immanuel, “Allah beserta kita”, karena memang saat inipun, Ia masih beserta kita, dan mau lahir kembali di dalam palungan hati kita.

Maukah saudara mengenal Dia, dalam kelahiran, kehidupan, kematian dan kebangkitan-Nya? Ia terlahir untuk saudara, janganlah menyia-nyiakan Dia. Selamat merenungan dan merayakan Natal!

Billy Nugroho, berdasarkan khotbah Pdt Budy Setiawan, M. Div, Desember 2013(Business Analyst di Hewlett Packard Australia, dan melayani sebagai Koordinator Ibadah di Gereja Reformed Injili Indonesia di Melbourne)

Apa dan Mengapa?NATAL:

ww

w.b

uset

-onl

ine.

com

55