naskahbudisusilos.doc

170
MENINGKATKAN IPTEK NASIONAL GUNA MEMPERCEPAT LAJU PEMBANGUNAN NASIONAL BERWAWASAN KEBANGSAAN DALAM RANGKA KEPENTINGAN NEGARA DAN KREDIBILITAS DI TINGKAT INTERNASIONAL OLEH : Prof. Dr. Ir. Budi Susilo Soepandji, CES, DEA Pembina Utama Madya (IV/d) LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

Upload: om-ruchyana

Post on 29-Sep-2015

230 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

MENINGKATKAN IPTEK NASIONAL GUNA MEMPERCEPAT

LAJU PEMBANGUNAN NASIONAL BERWAWASAN

KEBANGSAAN DALAM RANGKA KEPENTINGAN NEGARA

DAN KREDIBILITAS DI TINGKAT INTERNASIONAL

OLEH :

Prof. Dr. Ir. Budi Susilo Soepandji, CES, DEA

Pembina Utama Madya (IV/d)

KERTAS KARYA PERORANGAN (TASKAP)

KURSUS REGULER ANGKATAN XXXVII LEMHANNAS RI

TAHUN 2004

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala limpahan rahmat, hidayah, dan karuniaNya maka penulis sebagai peserta Kursus Reguler Angkatan XXXVII Lemhannas RI tahun 2004 berdasarkan surat perintah Gubernur Lemhannas Nomor : Sprin/406/IV/2004 tanggal 19 April 2004, telah dapat menyelesaikan tugas Kertas Karya Perorangan (TASKAP) sesuai jadwal yang telah ditentukan, dengan judul :

MENINGKATKAN IPTEK NASIONAL GUNA MEMPERCEPAT LAJU PEMBANGUNAN NASIONAL BERWAWASAN KEBANGSAAN DALAM RANGKA KEPENTINGAN NEGARA DAN KREDIBILITAS DI TINGKAT INTERNASIONAL

Penulisan TASKAP ini dimaksudkan untuk membahas tantangan-tantangan pembangunan di bidang IPTEK, sehingga IPTEK dapat dipakai untuk mempercepat laju pembangunan dalam mengatasi krisis bangsa yang berkepanjangan, dengan demikian kridibilitas bangsa Indonesia akan disegani di tingkat internasional.

Penyelesaian kertas karya ini, telah disusun secara maksimal dan diusahakan sebaik-baiknya untuk dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam memperkaya khasanah pengetahuan bagi pembaca. Namun saya tetap menyadari masih banyak kekurangan mengingat trend ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu mengalami perubahan. Oleh sebab itu saya berharap masukan dan saran ke arah yang konstruktif sehingga dalam pengaplikasiannya kertas karya ini menjadi salah satu acuannya. Tentu saja, keberhasilan dalam menyelesaikan kertas karya ini tidak terlepas dari dukungan para Nara Sumber, para Widyaiswara dan para staf Administrasi Lemhannas RI. Saya juga ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggitingginya kepada Gubernur, Wakil Gubernur, Deputi Pendidikan dan Sekretaris Utama para pejabat Lemhannas lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu karena selama mengikuti pendidikan di Lemhannas telah memberikan masukkan yang sangat berarti dan telah membuka cakrawala pribadi saya mengenai Wawasan Kebangsaan dan Ketahanan Nasional sebagai konsepsi Geopolitik dan Geostrategi Bangsa Indonesia.

Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Ir. Kurdinanto Sarah, MSP selaku tutor TASKAP , Ucapan terima kasih yang dalam untuk Brigjen TNI Rasyid Qurnuen A. M.Sc, Brigjen Pol. Drs. R. Koenarto, SH, Brigjen Pol. Drs. Bambang Hendarso, M.M, Dr. Ir. Dicky R. Munaf, MS. MSCE, yang dengan ketulusannya meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan petunjuk yang sangat berarti dalam menyelesaikan kertas karya ini.

Keberhasilan dalam menyelesaikan tugas ini juga tidak terlepas dari dukungan yang besar dari seluruh keluarga, yaitu kepada istri tercinta Hera Widayanti, serta kedua anak-anak tersayang Wanda Widiastuti dan Kris Wijoyo, karena telah kehilangan waktu pribadinya dalam bertemu dengan suami dan orang tuanya selama pendidikan untuk tugas ini.

Kepada Bapak Syamsu A Makka, Ibu Hj. Asnelly, Bapak R. Supardiman, Ibu Ratnawati Soetomo, Bapak H. Nursal dan sdr. Imam Yuwono beserta staf lainnya di Kopertis Wilayah III Jakarta, saya ucapkan terima kasih atas bantuannya yang tulus selama ini, sehingga pekerjaan kantor maupun tugas saya dapat terselesaikan dengan baik.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Ibunda Roesmiati walaupun yang telah terusia 80 tahun masih sempat mengkoreksi naskah akhir ini, dan tak lupa terima kasih kepada kakak saya Brigjen TNI-AD Hendardji dan Dra. Hendarti MS. serta adinda Ir Bambang Tri Sasongko yang telah membantu selama kursus di Lemhannas berlangsung. Terima kasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada Dr.Ir. Ismeth Abidin, staf ahli Lembaga Teknologi FTUI, serta Dr. Ir. Andy Eka Sakya, Asisten Deputi Program di Menristek yang telah dengan sungguh-sungguh membantu dalam mempertajam analisa dan pemberian data skunder mengenai kondisi Ristek Nasional dewasa ini.

Akhirnya saya berharap kertas karya perorangan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semoga Tuhan Yang Maha Kuasa berkenan melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayahNya kepada kita semua.

Jakarta, 26 - November - 2004

Hormat saya,Prof. Dr. Ir. Budi Susilo Soepandji, CES, DEA

Pembina Utama Madya (IV/d)

NIP. 130 888 610

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................ ................................................

iDAFTAR ISI ..............................................................................................

ivDAFTAR GAMBAR ............................................................................

viiBAB I. PENDAHULUAN

1. Umum .............................................................................

1

2. Maksud dan Tujuan ..........................................................

3

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut .............................................

3

4. Metode Pendekatan .............................................................

6

5. Pengertian-Pengertian ........................................................

6BAB II.LANDASAN PEMIKIRAN DAN LANDASAN TEORI

6. Umum ...............................................................................

127. Pancasila Sebagai Landasan Idiil .......................................

13

8. Undang-Undang Dasar 1945 Sebagai Landasan Konstitusional.14

9. Wawasan Nusantara Sebagai Landasan Visional .......16

10. Ketahanan Nasional Sebagai Landasan Konsepsional.........17

11. Garis-Garis Besar Haluan Negara Tahun 1999 2004 ................18

12. Undang-Undang Republik Indonesia :

a. Nomor 18 Tahun 2002 Tentang IPTEK .20

b. Nomor 25 Tahun 2000 Tentang PROPENAS .20

c. Nomor 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan

Pusat dan Daerah ................................................................21

d. Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah..........22

13. Landasan Teori .................23

BAB III.KONDISI IPTEK DI TINGKAT NASIONAL SAAT INI DAN PERMASALAHANNYA

14. Umum ......................................................................................26

15. Kondisi IPTEK di Tingkat Nasional Saat Ini................................28

16. Implikasi Kondisi IPTEK Nasional Terhadap Laju Pembangunan Nasional Berwawasan Kebangsaan............................................. 43

17. Hubungan Antara Laju Pembangunan Nasional Berwawasan Kebangsaan Dengan Kepentingan Negara dan Kredibilitas

di Tingkat Internasional...............................................................46

18. Permasalahan Yang Dihadapi ....................................................48

BAB IV.PENGARUH LINGKUNGAN STRATEGIS

19. Umum ..................................................................................... 51

20. Pengaruh Lingkungan Global .................................................. 52

21. Pengaruh Lingkungan Regional ................................................ 54

22. Pengaruh Lingkungan Nasional ................................................. 55

23. Peluang dan Kendala .................................................................. 58

BAB V.MENINGKATKAN IPTEK NASIONAL GUNA MEMPERCEPAT

LAJU PEMBANGUNAN NASIONAL BERWAWASAN KEBANGSAAN YANG DIHARAPKAN

24. Umum ...........................................................................................67

25. Kontribusi IPTEK Nasional Guna Mempercepat Laju

Pembangunan Nasional Berwawasan Kebangsaan ..................... 68

26. Korelasi Antara Mempercepat Pembangunan Berwawasan Kebangsaan Dengan Kepentingan Negara dan Kredibilitas di

Tingkat Internasional ................................................

70

27.Meningkatkan IPTEK Nasional yang diharapkan .................

72

BAB VI.KONSEPSI MENINGKATKAN IPTEK NASIONAL GUNA MEMPERCEPAT LAJU PEMBANGUNAN NASIONAL BERWAWASAN KEBANGSAAN DALAM RANGKA KEPENTINGAN NEGARA DAN KREDIBILITAS DI TINGKAT INTERNASIONAL

28. Umum ................................................................................. 79

29.Kebijaksanaan ..................................................................... 81

30.Strategi ...............................................................................81

31.Upaya ..................................................................................91

BAB VII.PENUTUP

32. Kesimpulan ...........................................................................103

33. Saran ................................................................................. 105

Daftar Pustaka ........................................................................................ 106Lampiran

Alur Pikir ............................................................................................................. 108

Pola Pikir ............................................................................................................ 109

Pemberlanjutan Pembangunan Ekonomi Dalam Kaitannya Dengan Siklus

Teknologi Dan Nilai Relatif Investasi ............................................................110

Posisi Pendidikan Tinggi Dikaitkan Dengan Siklus Hidup Teknologi Dalam

Kaitannya Dengan Tahap Kompetitif Dan Hasil Ekonomi .......................................111

Contoh Bentuk Produk Teknologi Masa Lalu Saat Ini dan Akan Datang, Langkah

- Langkah yang Perlu Diperhatikan dan Syarat Untuk Revolusi Teknologi............ 112

Beberapa Potensi Interaksi dan Pengaruh Revolusi Teknologi 2015..................... 113

Pengaruh Interaksi Bahan Makanan Sesuai Modifikasi Genetika ........................ 114 DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1.Total Anggaran Litbang menurut sektor tahun 2000..................... 32

Gambar 3.2.Perkembangan PNB dan PDB .....................................................33

Gambar 3.3.Perkembangan Ekspor Produk Industri Manufaktur 1990-1993...34

Gambar 3.4.Perkembangan Ekspor Produk Industri Manufaktur 2000-2002...34

Gambar 3.5. Perkembangan Anggaran IPTEK dan Anggaran Litbang 1999-2002 38 Gambar 3.6.Perkembangan Prosentase Anggaran IPTEK dan Litbang terhadap

PNB 1999-2002 ............................................................................... 39

Gambar 3.7.Jumlah PNS pada Litbang ...............................................................40

Gambar 3.8.Jumlah Tenaga Peneliti per 10.000 Penduduk di beberara negara

Asia .................................................................................................. 40 Gambar 3.9a. Jumlah mahasiswa Terdaftar di PTN Menurut Bidang Ilmu Tahun 2001 ............................................................................................... 41 Gambar 3.9b. Jumlah Mahasiswa Terdaftar di PTS menurut Bidang Ilmu Tahun

2001................................................................................................ 42

BAB I

PENDAHULUAN

1. Umum

Selama beberapa dekade belakangan ini Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) mempunyai peran yang sangat strategis dan menunjukkan arah perkembangan dunia yang sangat menakjubkan dan bahkan dalam satu dekade ke depan akan merubah peradaban dunia, sehingga akan mempengaruhi perubahan kehidupan manusia, lingkungan hidup yang mengarah kepada kesejahteraan manusia, karena teknologi diciptakan untuk mempermudah manusia dalam mempertahankan hidupnya. Adanya perubahan teknologi yang sangat cepat dalam bidang teknologi informasi, teknologi material dan bioteknologi telah mempercepat proses kesejahteraan manusia. Namun dalam perkembangannya dapat membuat pertentangan antar etnis, golongan, antar bangsa dan negara bahkan di dalam negara sendiri dapat terjadi pertentangan dalam memperebutkan teknologi itu sendiri. Dalam skala global dapat menyulut perkembangan terorisme modern, para ahli berpendapat bahwa dalam waktu 10 tahun ke depan terorisme akan memanfaatkan teknologi yang semakin canggih dalam penggunaan senjata untuk melakukan operasi teror.

Bangsa Indonesia yang sedang mengalami krisis multidimensi, telah mengalami hambatan dalam menghadapi perubahan teknologi yang mendunia, mengingat teknologi itu membutuhkan dana yang tidak kecil, namun disisi lain sebenarnya bangsa Indonesia mempunyai peluang untuk turut serta dalam kancah kemajuan peradaban dunia, dengan kemajuan teknologi. Jika bangsa Indonesia tidak mengikuti kemajuan teknologi, maka akan tetap menjadi bangsa yang tertinggal jauh dalam mengelola sumber kekayaan alam yang melimpah dan bahkan akan terserap habis kekayaan alam tersebut oleh penduduknya yang semakin besar, sehingga yang datang adalah kemiskinan. Namun jika kemajuan teknologi diikuti dengan memajukan sumber daya manusianya maka krisis multi dimensi akan terselesaikan.

Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1999-2004 telah memberikan arah bahwa pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, dan masyarakat Indonesia. Pembangunan dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. Dalam pelaksanaannya mengacu pada kepribadian bangsa dan nilai luhur yang universal untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera, maju, dan kukuh kekuatan moral dan etikanya.

Berdasarkan pola kebijaksanaan umum ini, nampak bahwa arah pembangunan nasional menghendaki pemanfaatan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang dimiliki dengan tetap mengacu pada perkembangan IPTEK di tingkat internasional. Kondisi ini memang cukup beralasan, sebab kondisi tersebut membawa kredibilitas bangsa Indonesia di mata dunia, serta mempercepat laju pembangunan dalam mewujudkan kehidupan bangsa yang adil dan sejahtera.

2. Maksud dan Tujuan

a. Maksud

Tulisan TASKAP ini dimaksudkan untuk mengkaji dan memberikan gambaran berbagai persoalan mengenai peningkatan IPTEK nasional guna mempercepat laju pembangunan nasional berwawasan kebangsaan dalam rangka kepentingan negara dan kredibilitas di tingkat internasional, serta sejauh mana pengaruh lingkungan strategis (peluang dan kendala), sehingga dapat dirumuskan kebijaksanaan, strategi serta upaya penanggulangannya.

b. Tujuan

Tujuan penulisan kertas karya perorangan adalah sebagai sumbangan pemikiran secara konseptual strategis berupa masukan kepada pihak-pihak terkait terutama bagi penentu kebijaksanaan dalam rangka menyusun strategi dan upaya meningkatkan IPTEK nasional guna mempercepat laju pembangunan nasional berwawasan kebangsaan dalam rangka kepentingan negara dan kredibilitas di tingkat internasional.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut

Tulisan ini dibatasi pada aspek IPTEK nasional guna mempercepat laju pembangunan nasional berwawasan kebangsaan dalam rangka kepentingan negara dan kredibilitas di tingkat internasional dengan pokok bahasan yang berkaitan dengan penguatan sumber daya manusia bidang teknologi, peningkatan proses difusi teknologi informasi, peningkataan kerjasama kelembagaan penelitian dan pengembangan, serta peningkataan ekonomi nasional, selama kurun waktu 20 tahun yang akan datang. Dengan memasukkan paradigma nasional dan pengaruh lingkungan strategi, serta tantangan yang dihadapi dalam membangun kemampuan IPTEK, dengan demikian dapat dihasilkan kebijaksanaan, strategis, dan upaya untuk membangun IPTEK di tingkat nasional.

Guna menggambarkan ruang lingkup tersebut secara sistematis, maka berikut disusun tata urut penulisan mengacu kepada pola pikir seperti yang terlihat pada lampiran I, maka disusunlah sistematika penulisan TASKAP sebagai berikut :

BabIPendahuluan

Pada bab ini berisikan latar belakang yang mendasari penulisan, terhadap pentingnya peningkatan IPTEK nasional dalam rangka kepentingan negara dan kredibilitas di tingkat internasional, maksud dan tujuan, ruang lingkup dan tata urut, metode pendekatan, dan pengertian-pengertian untuk memperjelas kertas karya perorangan ini.

BabIILandasan Pemikiran dan Landasan Teori

Bab ini akan diuraikan tentang paradigma nasional yang berupa pokok pikiran pada Pancasila sebagai landasan Idiil dan Undang-Undang Dasar 1945 yang berkaitan dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), sekaligus mengaitkan Wawasan Nusantara sebagai landasan visional, Ketahanan Nasional sebagai landasan konseptual, Peraturan Perundang-undangan yang menyangkut masalah IPTEK, dan dalam bab ini pula dijelaskan tentang landasan teorinya.

BabIII Kondisi IPTEK di Tingkat Nasional Saat ini dan Permasalahannya

Bab ini membahas kondisi IPTEK di tingkat nasional, dengan memperhatikan kondisi IPTEK di tingkat Internasional. Termasuk membahas hubungan kondisi IPTEK nasional terhadap kepentingan negara dan kredibilitas di tingkat internasional. Untuk melengkapi pembahasan bab ini akan disampaikan pula permasalahan yang sedang dihadapi IPTEK nasional saat ini.

BabIVPengaruh Lingkungan Strategis

Bab ini merupakan uraian tentang pengaruh lingkungan strategis, baik pada lingkungan global, regional, maupun nasional serta mencari peluang dan kendala dalam upaya meningkatkan IPTEK nasional dalam mempercepat laju pembangunan nasional berwawasan kebangsaan dalam rangka kepentingan negara dan kredibilitas di tingkat internasional.

BabVMeningkatkan IPTEK Nasional Guna Mempercepat Laju Pembangunan Nasional Berwawasan Kebangsaan Yang Diharapkan

Bab ini berisikan kondisi IPTEK nasional sebagai kontribusi terhadap kepentingan negara dalam mempercepat laju pembangunan berwawasan kebangsaan, kemudian membahas korelasi antara kepentingan negara dan kredibilitas di tingkat internasional, disertai pula uraian mengenai masalah bagaimana meningkatkan IPTEK seperti yang diharapkan.

Bab VI Konsepsi Meningkatkan IPTEK Nasional Guna Mempercepat laju Pembangunan Nasional Berwawasan Kebangsaan dalam rangka Kepentingan Negara dan Kredibilitas di tingkat Internasional.

Bab ini berisi konsepsi dalam rangka meningkatkan IPTEK nasional sebagai tulang punggung kemajuan industri nasional dan kredibilitas internasional, yang meliputi kebijaksanaan, strategi dan upaya.

Bab VII Penutup

Sebagai penutup dalam membahas Kertas Karya Perorangan (TASKAP) ini, maka akan disampaikan kesimpulan dan saran.

4. Metode dan Pendekatan

Pembahasan dalam kertas karya ini dilaksanakan melalui teknik kajian dengan menggunakan metoda deskriptif analitis melalui pendekatan komprehensifintegral, yaitu dengan melihat faktor-faktor kemampuan yang mendukung perkembangan IPTEK dengan pisau analisis Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional, untuk merumuskan konsepsi pemanfaatan IPTEK nasional guna mempecepat laju pembangunan nasional bagi kepentingan negara dan kredibilitas di tingkat internasional.

5. Pengertian- Pengertian

a. Pembangunan IPTEK Nasional

Pembangunan IPTEK Nasional, adalah menumbuhkan kemampuan mendayagunakan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan jalan meningkatkan pemanfaatan, pengembangan dan penguasaannya oleh bangsa Indonesia untuk kesejahteraan masyarakat dalam pengertian yang utuh bagi proses pembangunan nasional yang berlangsung secara berkelanjutan sehingga secara nyata akan menumbuhkan pembentukan kemandirian, ketahanan dan keunggulan dalam kaitannya dengan percaturan global. Kesemuannya itu dilakukan dengan tanpa menimbulkan beban dan kewajiban yang dapat menghambat potensi perkembangan generasi mendatang.

b. Ilmu Pengetahuan

Ilmu Pengetahunan adalah rangkaian pengetahuan yang digali, disusun, dan dikembangkan secara sistematis dengan menggunakan pendekatan tertentu yang dilandasi oleh metodologi ilmiah, baik yang bersifat kuantitatif, kualitatif, maupun eksploratif untuk menerangkan pembuktian gejala alam dan/atau gejala kemasyarakatan tertentu.

c. Teknologi

Teknologi adalah cara atau metode serta proses atau produk yang dihasilkan dari penerapan dan pemanfaatan berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang menghasilkan nilai bagi pemenuhan kebutuhan, kelangsungan, dan peningkatan mutu kehidupan manusia.

d. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Yang Strategis

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang strategis adalah berbagai cabang ilmu pengetahuan dan teknologi yang memiliki keterkaitan yang luas dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi secara menyeluruh, atau berpotensi memberikan dukungan yang besar bagi kesejahteraan masyarakat, kemajuan bangsa, keamanan dan ketahanan bagi perlindungan negara, pelestarian fungsi lingkungan hidup, pelestarian nilai luhur budaya bangsa, serta peningkatan kehidupan manusia.

e. Pembangunan Nasional

Pembangunan Nasional, adalah pembangunan Tri Gatra yang statis meliputi, Sumber Kekayaan Alam, Sumber daya Manusia dan Geografi Indonesia, serta pembangunan Panca Gatra yang dinamis meliputi bidang Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial Budaya dan Hankam.

f. Wawasan Kebangsaan

Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia bahwa segenap rakyat Indonesia berpandangan Indonesia dalam satu wilayah bercirikan nusantara dengan berbagai macam kebhinekaannya, suku, ras, agama dan kepercayaan tetap satu bangsa yaitu bangsa Indonesia, satu tumpah darah yaitu tanah air Indonesia, satu bahasa yaitu bahasa Indonesia.

g. Paradigma Nasional

Paradigma Nasional adalah pemahaman bangsa Indonesia bahwa konsepsi tentang falsafah hidup bangsa Indonesia, dasar negara adalah Pancasila dengan nilai Instrumental sebagai landasan konstitusional adalah UUD 1945, Wawasan Visional adalah Wawasan Nusantara, landasan konseptual adalah Ketahanan Nasional dan landasan operasional adalah GBHN.

h. Kepentingan Nasional

Kepentingan Nasional adalah kesejahteraan dan keamanan bagi seluruh rakyat Indonesia sehingga tercapai kehidupan yang seimbang, serasi, dan selaras dalam aspek ideologi, ekonomi, politik, sosial budaya dan hankam.

i. Kredibilitas Internasional

Kredibilitas internasional adalah cara pandang bangsa-bangsa di dunia internasional yang mengakui kedaulatan Indonesia, Wawasan Nusantara, konsep Ketahanan Nasional, mengingat Indonesia memiliki keunggulan yang dapat menyaingi bangsa lain.

j. Penelitian

Kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi, data dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi dan/atau hipotesis di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta menarik kesimpulan ilmiah bagi keperluan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

k. Pengembangan

Kegiatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori Ilmu Pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat dan aplikasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru.

l. Invensi

Suatu ciptaan atau perancangan baru yang belum ada sebelumnya yang memperkaya khazanah, serta dapat dipergunakan untuk menyempurnakan atau memperbaharui Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang telah ada.

m. Penerapan

Pemanfaatan hasil penelitian, pengembangan, dan/atau Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang telah ada ke dalam kegiatan perekayasaan, inovasi, serta difusi teknologi.

n. Perekayasaan

Kegiatan penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam bentuk desain dan rancang bangun untuk menghasilkan nilai, produk, dan/atau proses produksi dengan mempertimbangkan keterpaduan sudut pandang dan/atau konteks teknikal, fungsional, bisnis, sosial, budaya dan estetika.

o. Inovasi

Kegaitan penelitian, pengembangan, dan/atau perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi.

p. Difusi Teknologi

Pengalihan kemampuan adopsi dan penerapan hasil inovasi secara lebih ekstensif atas penemuannya dengan melibatkan pihak-pihak lain untuk melakukan desiminasi dengan tujuan meningkatkan daya guna potensinya.

q. Alih Teknologi

Pengalihan kemampuan, memanfaatkan dan menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi antar lembaga, badan, baik yang berada di lingkungan dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri ke dalam negeri dan sebaliknya.

r. Inkubator Teknologi

Adalah suatu tempat awal lahirnya teknologi baru yang dibiayai oleh industri, diletakkan pada lembaga riset/universitas dengan skala penuh kemudian disiapkan untuk dipasarkan.

BAB II

LANDASAN PEMIKIRAN DAN LANDASAN TEORI

6. Umum

Meningkatkan kemampuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) Nasional guna mempercepat pembangunan nasional merupakan tuntutan kehidupan suatu bangsa yang mutlak harus dimiliki jika akan bersaing di tingkat global. Suatu bangsa akan dapat bertahan hidup kalau mengusai IPTEK yang diikuti dengan keuletan dan profesionalisme sumber daya manusia sehingga mampu bersaing, adaptatif terhadap perubahan dan dapat berfikir dan bertindak logis dalam menghadapi paradigma global.

Peningkatan kualitas manusia Indonesia tersebut merupakan implementasi dari hakekat pembangunan nasional, yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang diharapkan mampu melanjutkan perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan negara Republik Indonesia, dalam mewujudkan cita-cita luhur yaitu menuju masyarakat Indonesia adil makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Penguasaan, pemanfaatan, dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pencapaian tujuan negara sesuai dengan amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, yakni melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, serta mencerdaskan kehidupan bangsa, dan menyerasikan tata kehidupan manusia serta kelestarian fungsi lingkungan hidupnya berdasarkan Pancasila. Peningkatan sumber daya manusia ini berlangsung sejak manusia berusia dini sampai berusia lanjut.

Mengingat bangsa Indonesia sejak dahulu telah mempunyai jati diri dengan falsafah hidup seperti tertuang dalam Pancasila. Maka dapat dikatakan bahwa norma dari paradigma nasional adalah Pancasila sebagai landasan idiil dan UUD 1945 sebagai landasan konstitusional, Wawasan Nusantara sebagai landasan visional, Ketahanan Nasional sebagai landasan konsepsional dan GBHN sebagai landasan operasional.

7. Pancasila sebagai landasan idiil

Pada hakekatnya Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia dan sebagai dasar negara Republik Indonesia. Sebagai pandangan hidup, maka Pancasila dipergunakan dalam petunjuk hidup sehari-hari dan digunakan sebagai petunjuk arah disegala bidang. Sebagai dasar negara, maka Pancasila dijadikan dasar dalam mengatur penyelenggaraan pemerintahan negara. Sila-sila di dalamnya mengandung nilai-nilai luhur yang harus dijadikan pedoman oleh bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Bangsa Indonesia dalam kehidupannya harus berpegang kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, dalam pengamalan sehari-hari harus mengedepankan rasa kemanusiaan yang adil dan beradap dan kepentingan bersama dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan dengan tetap menghormati kemajemukan sebagai anugrah dari Sang Maha Pencipta. Dalam menentukan langkah yang akan dituju harus didasari oleh kepentingan bersama, oleh karenanya harus selalu berpegang teguh kepada azas masyawarah dan mufakat sebagai azas berdemokrasi serta tujuan akhir yang akan ditempuh adalah peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan secara adil bagi seluruh bangsa Indonesia .

Sebagai landasan idiil ini maka peningkatan kualitas sumber daya manusia bidang IPTEK harus didasari keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah menciptakan seluruh isi bumi termasuk IPTEK di dalamnya, yang selanjutnya dalam mengimplementasikan pengetahuan yang diperolehnya harus senantiasa berprikemanusiaan dan ditujukan untuk kesejahteraan dan kemakmuran seluruh umat manusia khususnya bangsa Indonesia. Dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka pelaksanaannya harus merata pada segenap masyarakat Indonesia agar supaya terbentuk masyarakat berbasis pengetahuan dengan memperhatikan potensi sumber daya manusia setempat.

8. UUD 1945 sebagai landasan konstitusional

UUD 1945 merupakan konstitusi dasar yang merupakan pedoman pokok dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pada alinea ke empat pembukaan UUD 1945, dirumuskan tujuan dan prinsip-prinsip dasar untuk mencapai tujuan bangsa Indonesia mendapatkan kemerdekaan yaitu :

Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Selanjutnya isi batang tubuh UUD 1945 amandemen yang berhubungan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia dan peningkatan IPTEK, dalam hal ini adalah hak mendapatkan pendidikan, pasal 31 ayat (1) berbunyi :Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan ayat (2) berbunyi :Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Pada ayat (3) berbunyi: Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan Undang-Undang. Pada ayat (4) berbunyi: Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Pada ayat (5) terakhir pasal ini, berbunyi: Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Ayat terakhir ini mengandung maksud agar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam menunjang peradapan dan kemampuan daya saing bangsa sangat penting bagi bangsa Indonesia untuk tetap teguh memegang nilai etika dan moral yang bersifat universal.

9. Wawasan Nusantara sebagai Landasan Visional

Konsepsi dasar Wawasan Nusantara adalah konsepsi geopolitik yaitu perwujudan cara pandang bangsa Indonesia, yang mengutamakan persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam kehidupan nasional.

Dari Landasan Visional ini, tampak bahwa untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan pemahaman IPTEK, harus menekankan kepada persatuan dan kesatuan bangsa dan negara dalam mencapai tujuan dan cita-cita nasional, agar Indonesia menjadi bangsa yang besar dan mempunyai daya saing tinggi untuk mencapai prestise, dan kehormatan dalam persaingan global.

Dalam mewujudkan peningkatan pemahaman IPTEK masyarakat Indonesia, usaha-usaha yang dilakukan harus berdasarkan azas-azas Wawasan Nusantara yaitu harus merupakan kepentingan bersama, berkeadilan, jujur, mempunyai rasa solidaritas, bekerjasama, dan setia terhadap ikrar bersama dalam mendirikan negara Indonesia.

Dalam upaya melakukan peningkatan pemahaman IPTEK pada masyarakat, Wawasan Nusantara difungsikan sebagai pedoman, motivasi, dorongan serta rambu-rambu dalam menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan dan perbuatan bagi para pelaku dan penyelenggara di tingkat pusat dan daerah, sehingga diharapkan hasil yang akan dicapai yaitu terwujudnya masyarakat Indonesia berbudaya IPTEK mampu mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan yang datang dari luar maupun dari dalam untuk menjaga kelangsungan hidup bangsa dan negara dalam perjuangan mencapai tujuan nasional.

10. Ketahanan Nasional Sebagai Landasan Konsepsional

Ketahanan Nasional Indonesia adalah kondisi dinamis bangsa Indonesia meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan bangsa, mampu menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan yang datang dari luar maupun dalam, yang mengandung kemampuan mengembangkan kemampuan nasional, untuk menjamin kelangsungan kehidupan bangsa dan negara dalam mencapai tujuan nasionalnya.

Peningkatan kualitas manusia Indonesia melalui peningkatan pemahaman dan penguasaan IPTEK akan menghasilkan dampak melonjaknya nilai tambah, baik dari segi ekonomi maupun keunggulan dalam memenangkan persaingan dimana pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan dan keamanan bangsa Indonesia. Pencapaian kesejahteraan dan keamanan di atas sesuai dengan azas kesejahteraan dan keamanan dari Ketahanan Nasional. Selain azas tersebut, upaya untuk mencapai penguasaan IPTEK, harus sesuai dengan azas Ketahanan Nasional yang lain yaitu azas komprehensif dan integral atau menyeluruh dan terpadu, azas mawas diri ke dalam dan keluar, azas kekeluargaan atau dengan kata lain didukung oleh sifat-sifat yang dimiliki azas-azas Ketahanan Nasional yaitu mandiri, dinamis, wibawa, mufakat dan kerjasama.

Perwujudan kehidupan masyarakat berbudaya IPTEK, harus dimulai dari kehidupan yang dibina secara dini, terus menerus dan sinergi, dimulai dari diri sendiri, keluarga, lingkungan, daerah dan nasional. Proses pembentukannya merupakan proses berkelanjutan yang didasari kepada pemikiran geostrategi, berupa kensepsi yang dirancang dan dirumuskan dengan memperhatikan kondisi bangsa dan konstelasi geografi.

11. Garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1999-2004

Garis Besar Haluan Negara (GBHN) merupakan arah penyelenggaraan negara dalam lima tahun untuk dapat mewujudkan tujuan nasional sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945. GBHN yang berlaku saat ini adalah yang ditetapkan dan dikeluarkan oleh MPR sesuai ketetapan MPR nomor IV/MPR/1999 tentang GBHN 1999-2004. Diamanatkan bahwa: Pengembangan dan penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) belum dimanfaatkan secara berarti dalam kegiatan ekonomi, sosial dan budaya, sehingga belum memperkuat kemampuan Indonesia dalam menghadapi kerjasama dan persaingan global (GBHN 1999-2004, Bab II : Kondisi Umum).

Selanjutnya GBHN juga mengamanatkan peranan IPTEK yaitu: meningkatkan penguasaan, pengembangan dan pemanfaatan IPTEK termasuk teknologi bangsa sendiri dalam usaha, terutama UKM dan koperasi guna meningkatkan daya saing produk yang berbasis sumber daya lokal (GBHN 1999-2004, Bab IV Arah Kebijakan, Ekonomi).

Amanat ini mencakup pengertian bahwa teknologi harus memiliki kemampuan untuk menyelenggarakan kegiatan peningkatan kesehatan, pendidikan, pemenuhan pangan, industri dan sebagainya. Dengan demikian kemandirian dan meningkatkan daya saing bangsa merupakan perwujudan dari amanat dan visi GBHN 1999-2004.

Visi pembangunan nasional yang ditetapkan adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera dalam wadah NKRI yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, bertaqwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai IPTEK, memiliki etos kerja yang tinggi dan berdisiplin. Sedangkan salah satu misinya yang berkaitan dengan pendidikan adalah perwujudan sistem dan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu, guna memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin, dan bertanggung jawab, berketrampilan serta mengusai IPTEK dalam rangka mengembangkan kualitas manusia Indonesia.

Di abad 21 ini hanya bangsa yang berkualitas dan mampu menguasai IPTEK akan dapat tetap bertahan di era globalisasi yang penuh persaingan ketat dengan berbagai bangsa di dunia, oleh karenanya potensi yang penuh persaingan ketat dengan berbagai bangsa di dunia, inisiatif dan kreativitas setiap warga negara harus di pusatkan kepada masalah pendidikan dalam upaya penguasaan IPTEK serta pengembangannya. Peningkatan kualitas pendidikan dilakukan melalui pembaharuan kurikulum sesuai dengan perkembangan IPTEK dan tuntutan kemajuan zaman dan penyediaan sarana dan prasarana pendidikan baik jalur pendidikan formal, non formal dan informal.

12. Undang-Undang Republik Indonesia

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Sinas P3IPTEK)

Selain landasan-landasan tersebut di atas, maka pembangunan IPTEK juga harus mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Sinas P3 IPTEK) yang memberikan arah agar usaha pengembangan IPTEK lebih efektif, berorientasi pada kepentingan masyarakat, menghasilkan kemanfaataan yang nyata dan menyeluruh.

b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) 20002004

Propenas adalah rencana pembangunan yang berskala nasional serta merupakan konsensus dan komitmen bersama masyarakat Indonesia mengenai pencapaian visi dan misi bangsa. Dengan demikian, fungsi Propenas adalah untuk menyatukan pandangan dan derap langkah seluruh lapisan masyarakat dalam melaksanakan prioritas pembangunan selama lima tahun ke depan.

Dalam rangka meningkatkan IPTEK nasional guna mempercepat laju pembangunan berwawasan kebangsaan dalam rangka kepentingan negara dan kredibilitas di tingkat internasional, maka Propenas bidang IPTEK diharapkan berperan dalam mewujudkan sistem dan iklim nasional yang demokratis dan bermutu guna memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin dan bertanggung jawab, berketerampilan, serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan kualitas manusia Indonesia. Sedangkan arah kebijakan pembangunan bidang pendidikan secara garis besar adalah mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan pendidikan, meningkatkan mutu dan kesejahteraan tenaga kependidikan, memberdayakan lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan nilai, sikap, dan kemampuan; melakukan pembaharuan dan pemantapan sistem pendidikan termasuk pembaruan kurikulum dan pelaksanaan desentralisasi pendidikan; meningkatkan kualitas lembaga pendidikan dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan seni; serta mengembangkan sumber daya manusia sedini mungkin.

c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerinatah Pusat dan Daerah

Masyarakat wajib memberikan dukungan serta turut membentuk iklim yang dapat mendorong perkembangan sistem nasional penelitian, pengembangan dan penerapan IPTEK dengan sistem keuangan di daerah. Sedangkan perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah adalah suatu sistem pembiayaan pemerintah dalam kerangka negara kesatuan, yang mencakup pembagian keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta pemerataan antar daerah secara proposional, demokratis, adil, dan transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi, dan kebutuhan Daerah, sejalan dengan kewajiban dan pembagian kewenangan termasuk tata cara penyelenggaraan kewenangan, pengelolaan dan pengawasan keuangan.

d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

Otonomi Daerah pada dasarnya merupakan otonomi masyarakat desa, dalam arti bahwa pelaksanaan Otonomi Daerah sangat tergantung pada kesiapan dan kesanggupan masyarakat setempat untuk ikut berperan serta berpartisipasi aktif dalam prosesnya sejak dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian maupun pengawasannya yang realisasinya melalui penguatan otonomi desa. Dengan demikian nantinya dalam menghadapi perkembangan keadaan, baik di dalam maupun di luar negeri, serta tantangan persaingan global, termasuk dalam pengembangan IPTEK, maka perlu menyelengga-rakan Otonomi Daerah dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional, yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional, serta perimbangan keuangan Pusat dan Daerah, sesuai dengan prinsip- prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, dan keadilan, serta potensi dan keanekaragaman Daerah, yang dilaksanakan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai penjabaran dari undang-undang tersebut tersirat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai daerah otonom, yang berisikan tentang Kewenangan Pemerintah mencakup kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan dan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama serta kewenangan bidang lain. Kewenangan bidang lain sebagaimana dimaksud, meliputi kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi dan standardisasi nasional.

13. Landasan Teori

Pembangunan IPTEK Nasional, adalah menumbuhkan kemampuan mendayagunakan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan jalan meningkatkan pemanfaatan, pengembangan dan penguasaannya oleh bangsa Indonesia untuk kesejahteraan masyarakat dalam pengertian yang utuh bagi proses pembangunan nasional yang berlangsung secara berkelanjutan sehingga secara nyata akan menumbuhkan pembentukan kemandirian, ketahanan dan keunggulan dalam kaitannya dengan percaturan global. Kesemuannya itu dilakukan dengan tanpa menimbulkan beban dan kewajiban yang dapat menghabat potensi perkembangan generasi mendatang, dan pembangunan nasional di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) pada dasarnya selalu memiliki dua dimensi yang saling terkait.

Dimensi pertama adalah mendayagunakan IPTEK untuk mendukung upaya-upaya pembangunan nasional secara berkelanjutan. Pembangunan nasional yang dimaksud ini adalah pembangunan Tri Gatra yang statis meliputi, Sumber Kekayaan Alam, Sumber daya Manusia dan Geografi Indonesia, serta pembangunan Panca Gatra yang dinamis meliputi bidang Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial Budaya dan Hankam. Dengan demikian IPTEK diletakkan sebagai sarana dalam mempercepat pencapaian tujuan-tujuan nasional, antara lain meningkatkan daya saing bangsa dipercaturan internasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (science and technology for development).

Dimensi kedua adalah pembangunan pada peningkatan kemampuan penguasaan IPTEK termasuk pengembangan infrastruktur IPTEK. Dalam kaitan ini, IPTEK diletakkan sebagai sasaran pembangunan (development of science and technology) guna meningkatkan kemandirian penguasaan IPTEK dalam mencapai kesejajaran dengan negara-negara yang lebih maju. Dengan perkataan lain, kemampuan ini akan menumbuhkan pembentukan kemandirian, ketahanan dan keunggulan dalam kaitannya dengan percaturan global .

Kedua dimensi tersebut saling berkaitan karena keefektifan pendayagunaan IPTEK untuk mendukung pembangunan nasional bergantung pada tingkat akumulasi kemampuan IPTEK. Sebaliknya pertumbuhan ekonomi yang tinggi memungkinkan bertambahnya sumber daya yang bisa dialokasikan untuk memperdalam penguasaan IPTEK.

Keterpaduan kedua dimensi tersebut memerlukan pembangunan yang bertumpu pada Sistem Inovasi Nasional (SIN). Dalam hal ini, SIN merupakan landasan pemikiran yang menyeluruh untuk pembangunan di bidang IPTEK yang sudah mencakup pilar-pilar utama seperti sumber daya manusia, teknologi dan modal. Pembangunan yang bertumpu pada SIN tidak hanya memandang pengembangan pada simpul-simpul SIN saja, seperti sektor produksi, lembaga-lembaga litbang nasional, perguruan tinggi, dan sebagainya, tetapi menekankan juga pentingnya interaksi yang harmonis antara simpul-simpul tersebut. Fokus utama dalam interaksi tersebut adalah kegiatan-kegiatan seperti adopsi dan adaptasi teknologi baru, inovasi dan difusi teknologi, perekatan, dan penemuan baru, yang kesemuanya diarahkan untuk menjadikan IPTEK sebagai tiang utama dalam menumbuhkan daya saing industri dan masyarakat secara keseluruhan.

Dengan mengacu pada tiang utama tersebut di atas, maka diharapkan pencapaian Pembangunan nasional yang merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global dapat terwujud.

BAB III

KONDISI IPTEK DI TINGKAT NASIONAL SAAT INI DAN PERMASALAHANNYA

14. Umum

Kondisi IPTEK di tingkat nasional guna mempercepat laju pembangunan nasional berwawasan kebangsaan dalam rangka kepentingan negara dan kredibilitas tingkat internasional, saat ini dapat digambarkan sebagai sebuah kondisi yang mengarah pada tuntutan perubahan peran pemerintah Indonesia dalam pembangunan IPTEK. Tuntutan perubahan itu berangkat dari persoalan rendahnya keberpihakan pemerintah dalam mendukung pembangunan IPTEK, hal ini terbukti belum terbentuknya institusional linkage berbagai kelembagaan IPTEK di dalam negeri. Kondisi yang demikian mempengaruhi sedikitnya produk legislasi yang berkaitan dengan pembangunan IPTEK sebagai dasar implementasi operasional program-program IPTEK. Padahal potensi kontribusi IPTEK dalam memajukan peradaban dan kesejahteraan umat manusia merupakan hal yang sangat esensial dalam mengatasi dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan, reformasi tatanan pemerintah dan meningkatnya globalisasi dalam beberapa tahun terakhir telah melahirkan perubahan-perubahan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Peran pemerintah dalam pembangunan IPTEK juga tidak luput dari tuntutan-tuntutan perubahan. Faktor-faktor di atas memberikan konstribusi yang signifikan pada tingkat indek pencapaian teknologi Indonesia. Indek pencapaian teknologi Indonesia tahun 2001 adalah sebesar 0.211 (ke 61 dari 64 negara yang tergolong dalam dynamically adopter countries).

Selanjutnya amanat tersebut diimplementasikan ke dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas), 4 program nasional di bidang IPTEK, yaitu untuk meningkatkan pembangunan ekonomi melalui (1) program peningkatan IPTEK dunia usaha, serta (2) program diseminasi informasi teknologi, dan meningkatkan pembangunan bidang pendidikan melalui (3) program penelitian, peningkatan kapasistas dan pengembangan kemampuan sumber daya IPTEK, serta (4) peningkatan kemandirian dan keunggulan IPTEK.

Penguatan daya dukung Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dibentuk melalui upaya meningkatkan pertumbuhan dan sinergi kapasitas dan kemampuan sumber daya manusia, penelitian, pengembangan, perekayasaan, inovasi dan difusi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam jaringan yang saling mengisi dan memperkuat sebagai suatu kesatuan yang utuh bagi keperluan peningkatan kecerdasan bangsa dan kehidupan masyarakat, mengembangkan perekonomian negara, meningkatkan dan menyerasikan sosial budaya bangsa, serta memperkuat ketahanan perlindungan negara.

Dampak krisis ekonomi juga telah membawa perubahan pada mengecilnya porsi anggaran pemerintah untuk membiayai kegiatan-kegiatan IPTEK. Hal ini perlu penajaman program, proyek dan kegiatan riset baik di tingkat nasional, maupun daerah. Tuntutan penajaman prioritas juga berarti semakin diperlukannya kejelasan sasaran program yang ingin dicapai dan tolok ukur yang digunakan sebagai indikator keberhasilan serta kerangka waktu pencapaiannya. Penajaman merupakan upaya untuk mengarahkan dan mensinergikan kegiatan-kegiatan penelitian yang berada dalam satu bidang penelitian sehingga mencapai hasil lebih konkrit dan berpotensi untuk menciptakan lapangan kerja baru atau meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat di daerah.

15. Kondisi IPTEK di Tingkat Nasional saat ini

Kondisi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) pada tingkat nasional saat ini, tidak terlepas dari apa yang dihasilkan dalam pelaksanaan kebijakan strategis pembangunan nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Jakstranas IPTEK) pada tahun 2000-2004 dimana program riset dan teknologi disemua sektor dimaksudkan untuk membuka peluang paradigma baru dalam segala kegiatan pelaksanaan pembangunan IPTEK di Indonesia, serta sebagai panduan bagi segenap bangsa Indonesia untuk meningkatkan keterpaduan langkah pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan IPTEK dalam mendukung pembangunan nasional dan pencapaian peningkatan daya saing bangsa. Untuk melihat hubungan antara riset dan teknologi dapat dilihat pada lampiran 3 dan 4, dimana riset merupakan bagian dari siklus teknologi.

Kemudian di dalam Tap MPR RI No. IV/MPR/99 tentang GBHN 1999-2004 diamanatkan bahwa Pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) belum dimanfaatkan secara berarti dalam kegiatan ekonomi, sosial dan budaya, sehingga belum memperkuat kemampuan Indonesia dalam menghadapi kerjasama dan persaingan global.

Selanjutnya dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 2002, pasal 4 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bertujuan memperkuat daya dukung Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bagi keperluan mempercepat pencapaian tujuan negara, serta meningkatkan daya saing dan kemandirian dalam memperjuangkan kepentingan negara dalam pergaulan internasional.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, telah merubah lingkup peran pemerintah pusat dalam melaksanakan pembangunan nasional di bidang IPTEK. Dengan kata lain, kebijaksanaan otonomi daerah menekankan perlunya pengelolaan, pengembangan dan pemanfaatan semua potensi yang dimiliki daerah termasuk sumber daya IPTEKnya, secara lebih efektif, efisien, dan berkelanjutan bagi kesejahteraan masyarakat daerah. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, wewenang pemerintah pusat di bidang IPTEK akan lebih difokuskan pada kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan pengembangan dan penguasaan IPTEK yang sifatnya strategis.

Tuntutan perubahan yang lain adalah bergesernya peran pemerintah dari pelaku utama menjadi fasilitator dalam pembangunan di bidang IPTEK. Hal itu berarti, peran pemerintah lebih diarahkan untuk menumbuhkan kesadaran dan pemahaman, serta menekankan pada upaya-upaya yang dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi berkembangnya kegiatan inovasi dan difusi teknologi, terutama untuk dunia usaha dengan memperbesar masukan, mengayomi penjalinan kemitraan, memberikan modal pencetusan pengetahuan baru, memperlancar arus informasi, menyediakan kemudahan dan apabila diperlukan akan menata rambu-rambu.

Dengan bertumpu pada tujuan Rencana Strategis Pembangunan IPTEK dalam hubungannya dengan kondisi IPTEK di tingkat nasional saat ini, maka hasil yang dicapai meliputi :

a. Dilakukannya penguatan ekonomi nasional melalui peningkatan IPTEK

Penguatan ekonomi nasional yang telah dilakukan dimaksudkan sebagai upaya mengatasi dampak krisis serta pemanfaatan peluang yang terbuka untuk memulihkan kegiatan ekonomi nasional, serta peningkatan insentif bagi industri, dunia usaha dan masyarakat di pusat dan daerah untuk memperkuat sistem produksi nasional secara konsisten dan berkelanjutan. Beberapa kegiatan yang termasuk dalam program peningkatan IPTEK dunia usaha antara lain dengan terlaksananya kemitraan riset antara lembaga penelitian, pengembangan dan rekayasa dengan industri sebagai pengguna teknologi melalui program Riset Unggulan Kemitraan (RUK), pada tahun 2002 terdapat 46 kegiatan riset kemitraan, dan sampai saat ini hasil riset tersebut sebagian besar telah

langsung dimanfaatkan oleh industri pengguna dan beberapa hasil riset lainnya bahkan telah berkembang menjadi industri baru.

Dari pelaksanaan riset bersama tersebut telah berhasil memotivasi industri-industri akan pentingnya riset dalam mengantisipasi persaingan global agar dapat bertahan melalui peningkatan kemampuan dan kemandirian.

Terlaksananya Program Riset Unggulan Strategis Nasional (RUSNAS) yang merupakan program untuk memacu perkembangan technology supply chain yang terkait dengan kebutuhan industri/produksi yang memiliki nilai strategis bagi Ekonomi Rintisan Usaha Berbasis Teknologi (start-up capital) merupakan salah satu program KRT dalam menjembatani kegiatan IPTEK di lembaga litbang dan perguruan tinggi dengan kegiatan bisnis, pada tahun 2002 telah terseleksi sebanyak 13 calon perusahaan pasangan usaha yang siap dan layak usahanya.

Tersosialisasikannya Program Insentif Pendayagunaan Riset IPTEK untuk meningkatkan investasi di Daerah (Prida) telah berjalan 2003 namun pada akhirnya program tersebut dilebur ke dalam kegiatan studi peningkatan peran pendayagunaan manajemen Riptek di daerah (Daya Risda) untuk investasi dan penelitian di daerah. Yang menjadi pokok persoalan dari program ini adalah bahwa daerah telah tumbuh keinginan dan kebutuhan terhadap pentingnya riset dan investasi untuk pengembangan ekonomi di daerahnya. Terselesaikannya beberapa kajian tentang percepatan kemitraan pemanfaatan hasil litbang dan teknologi untuk memperkuat daya saing industri nasional (Katalis Teknologi); kajian pengembangan periskop dan integrasi program UKM dan lain-lain.

Tersubsidinya anggaran sejumlah 68,6% dari total anggaran Litbang di Indonesia digunakan sektor pemerintah, di sektor industri 25,7% dan sektor perguruan tinggi sebesar 5,7% .

Gambar 3.1.

Total Anggaran Litbang menurut sektor tahun 2000 (milyar Rp.)

Sumber : Pappiptek-LIPI, 2003

Sementara itu perkembangan PNB dan PDB berdasarkan data pada tahun 1999-2002 pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 3,66% dan pertumbuhan ekonomi tanpa migas sebesar 3,90%. Sedangkan PNB menurut harga berlaku selama periode 1999-2002 cenderung naik rata-rata sebesar 15%. Begitu pula dengan PDB Indonesia.

Gambar 3.2

Perkembangan PNB dan PDB ( Milyard Rp.)

Sumber : Statistik Indonesia, 2002

Dari perkembangan ekspor produk industri manufaktur periode tahun 1990 2002 cenderung mengalami kenaikan. Ekspor produk manufaktur tersebut terdiri dari produk teknologi tinggi, menengah dan rendah. Untuk ekspor teknologi tinggi periode 1993 naik rata-rata 27,8%, sedangkan untuk periode 2000-2002 mengalami penurunan sebesar 5,8%. Sedangkan selama periode 2000-2002 baik ekpor produk teknologi menengah maupun teknologi rendah mengalami penurunan. Sebagai gambaran perkembangan dapat dilihat dalam gambar berikut ini:

Gambar 3.3

Perkembangan Ekspor Produk Industri Manufaktur 1990-1993 (juta US)

Sumber : Diolah dari data ekpor impor, BPS, 2002

Gambar 3.4

Perkembangan Ekspor Produk Industri Manufaktur 2000 2002 (juta US)

Sumber : Diolah dari data ekpor impor, BPS, 2002b. Desiminasi Informasi Teknologi

Capaian yang dihasilkan program desiminasi informasi teknologi antara lain adalah telah tersedianya layanan IPTEKnet sebagai jaringan informasi IPTEK bagi para pelaku dan pengguna IPTEK.

Terlaksananya program Warung Riset Teknologi (Warintek) yang ditujukan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap informasi teknologi untuk kemudian diterapkan langsung pada peningkatan kualitas usahanya. Kegiatan ini merupakan implementasi dari kesepakatan International for All Program yang ditetapkan oleh UNESCO untuk pemberdayaan masyarakat terhadap arus informasi global. Saat ini telah berdiri Warintek sebanyak 1000 buah.

Dikembangkannya basis data Warintek yang dapat di akses sampai ke kecamatan-kecamatan seluruh Indonesia. Peran Kementerian Riset dan Teknologi (KRT) memberikan insentif berupa konten data Warintek khususnya penggunaan teknologi tepat guna.

Telah diluncurkan basis data Warintek mencerdaskan bangsa seri ke 2 mengenai Ketahanan Pangan dan Kesehatan khususnya menyangkut khasiat tanaman obat dan diversifikasi pangan, Daftar istilah komputer dan Perangkat Lunak Berbahasa Indonesia serta Teknologi Alat Pengolah Bagi UKM dan Industri.

Selain itu telah dilaksanakan pula program Radio Publik yakni dalam rangka meningkatkan peran dan fungsi radio publik sebagai media alternatif untuk penyebaran info IPTEK dalam pengembangan nilai-nilai masyarakat di tingkat lokal. Program Radio Internet yakni penyiaran radio dengan diberi fasilitas internet yang dapat menjadi media bagi para pendengar radio yang menginginkan informasi dari internet.

Program TV Publik merupakan sarana penyebaran informasi terutama dengan munculnya TV komunitas di daerahdaerah yang akan dikembangkan menjadi media alternatif pemberdayaan publik untuk penyebaran informasi IPTEK.

Dalam rangka pembudayaan IPTEK dikalangan masyarakat terutama di daerah, pada tahun 2002 KRT telah diresmikan Pusat Peragaan IPTEK di Jawa Timur Park, Kota Batu Malang dan Puspa IPTEK Kota Baru Parahyangan Bandung.

Pengembangan Digital Museum dilaksanakan melalui pembuatan Basis Data dan Simulasi Teknologi Informasi bagi kepentingan promosi IPTEK untuk Museum. Program Mobil Warintek berbasis perpustakaan keliling merupakan program pengembangan informasi terpadu yang terjangkau oleh masyarakat dimana kegiatan ini dapat melakukan suatu demonstrasi dan layanan informasi IPTEK.

Telah dilakukan sosialisasi dan promosi hasil-hasil riset baik melalui pameran, jurnal IPTEK, maupun melalui media masa baik cetak maupun elektronik.

c. Peningkatan Kapasitas dan Pengembangan Kemampuan Sumber daya IPTEK.

1) Sumber daya Kelembagaan

Beberapa hasil yang telah diperoleh dalam rangka peningkatan kapasitas dan pengembangan sumber daya IPTEK antara lain adalah; telah dilaksanakan RUT IX dan telah dihasilkan riset-riset yang digolongkan dalam 10 bidang riset serta telah terselesaikannya konsep Pembinaan RUT untuk Remaja. Disamping itu juga telah dihasilkan Penawaran Teknologi yang merupakan kumpulan dari kegiatan RUT yang siap untuk ditindaklanjuti sesuai dengan kebutuhan industri. Pada tahun 2002 telah terseleksi proposal RUTI I dan siap untuk dilaksanakan pada tahun anggaran 2003.

Telah terselesaikannya reposisi Pusat Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PUSPIPTEK) serta revitalisasi institusi IPTEK.

Di bidang Kesehatan dan obat-obatan Pusat Biomolekuler Eijkman sebagai pusat fundamental di bidang bioteknologi kedokteran telah berhasil melakukan penelitian baik ilmu pengetahuan dasar maupun ilmu pengetahuan terapan seperti pengembangan antibody spesifik, diagnosis kelainan hemoglobin di Indonesia.

Adanya insentif bagi pendirian setra HKI di lembaga-lembaga litbang serta insentif bagi para penemu untuk pendaftaran patennya.

Berkaitan dengan anggaran pemerintah yang dialokasikan untuk perkembangan kemampuan sumber daya IPTEK saat ini, setelah masa krisis ekonomi, anggaran IPTEK maupun anggaran Litbang di Indonesia cenderung menurun. Hal ini terlihat pada tahun 2002 anggaran IPTEK sebesar Rp. 1.239 milyar dan anggaran Litbang hanya Rp. 635 milyar (lihat gambar 35).

Gambar 3.5.

Perkembangan Anggaran IPTEK dan Anggaran Litbang 1999-2002

(milyar Rp)

Sumber : Data DIP dan DIK PAPPIPTEK-LIPI yang diolah, 2002

Akibat menurunnya alokasi anggaran IPTEK di Indonesia, menyebabkan menurunnya prosentase anggaran IPTEK terhadap PDB. Kecenderungan menurun lebih tajam karena PDB sebagai pembanding cenderung naik. Sementara itu rasio anggaran Litbang terhadap PDB pada tahun 2002 hanya 0,039%.

Gambar 3.6

Perkembangan Prosentase Anggaran IPTEK dan Litbang

Terhadap PNB 1999-2002

2) Sumber daya Manusia

Sedangkan yang berkaitan dengan pengembangan kemampuan sumber daya manusia untuk keterlibatan tenaga pegawai negeri sipil (PNS) menurut tingkat pendidikan pada tahun 2002 pada unit litbang hampir 53% berada di Litbang Departemen, 30% berada di Litbang LPND, dan 17% berada di Litbang pemerintah daerah (Pemda), sebagai gambaran dapat dilihat berikut ini :

Gambar 3.7

Jumlah PNS pada Unit Litbang

Sumber : Data BKN yang diolah, 2002

Sedangkan jumlah tenaga Peneliti, berdasarkan data world competitive-ness yearbook tahun 2003 Jumlah Tenaga Peneliti per 10.000 penduduk di beberara negara Asia adalah sebagai berikut:

Gambar 3.8a

Jumlah Tenaga Peneliti per 10.000 penduduk di beberapa negara Asia

Sumber: world competitiveness yearbook tahun 2003

Rasio tenaga peneliti per 10.000 penduduk yang tertinggi adalah Jepang sebesar 70.7 Sedangkan Indonesia 4,7 peneliti per 10.000 penduduk. Sementara itu Thailand dan Malaysia memiliki rasio masing-masing 4,4 dan 3 peneliti per 10.000 penduduk, ketersediaan peneliti ini sangat jauh jika dibanding dengan negara tetangga Singapura sebesar 48,2 % peneliti per 10.000 penduduk.

Sementara itu kontribusi perguruan tinggi terhadap perkembangan IPTEK Indonesia, baik terhadap jumlah terdaftar dan lulusan dari perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi swasta dapat diketahui sebagai berikut:

Gambar 3.9a

Jumlah Mahasiswa Terdaftar di PTN menurut Bidang Ilmu Tahun 2001 Sumber : Dirjen Dikti Depdiknas, 2002

Gambar 3.9b

Jumlah Mahasiswa Terdaftar di PTS menurut Bidang Ilmu Tahun 2001

Sumber : Dirjen Dikti Depdiknas, 2002

d. Peningkatan Kemandirian dan Keunggulan IPTEK

Dalam rangka peningkatan kemandirian dan keunggulan IPTEK maka Kementerian Riset dan Teknologi telah berhasil melaksanakan beberapa kegiatan yang mendukung program tersebut antara lain :

1). Pada tahun ini forum tekno bisnis diselenggarakan antara KRT bekerjasama dengan Pemda Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

2).Terlaksanannya pemasyarakatan HKI dalam membangun jaringan antara penemu dan industri.

3). Tersedianya rekomendasi serta konsep pengembangan Pusat-pusat Bisnis dan Teknologi (Business Technology Centre).

4). Terselesaikannya konsep pengembangan SDM IPTEK di pedesaan serta kajian relevansi kurikulum sekolah umum terhadap kebutuhan pengembangan IPTEK masa depan.

5).Terlaksananya program insentif Sentra Promtek yang ditujukan untuk melakukan pendirian penguatan sentra promosi dan pemasaran IPTEK di lembaga-lembaga litbangyasa dalam rangka pembentukan manajemen promosi dan pemasaran hasil RIPTEK.

6). Terselesaikannya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Sinas P3 IPTEK) yang memberikan landasan hukum bagi Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian, Badan usaha, Pemerintah dan masyarakat untuk berpartisipasi membentuk jaringan dan bersinergi mengembangkan dan memperkuat sistem IPTEK nasional.

16. Implikasi IPTEK Nasional Terhadap Laju Pembangunan Berwawasan Kebangsaan

Berdasarkan kondisi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) pada tingkat nasional seperti diuraikan di atas, masih belum optimal implementasi IPTEK nasional dalam percepatan laju pembangunan nasional, hal ini nampak bahwa peranan teknologi masih jauh dari kesejajaran IPTEK di tingkat internasional, terlebih lagi jika dikaitkan dengan perkembangan perekonomian. Oleh sebab itu World Economic Forum (WEF) dan Institute for International Management Development (IMD) menilai perkembangan perekonomian suatu negara selalu menempatkan teknologi sebagai salah satu faktor terpenting dalam menentukan daya saing.

Daya saing suatu negara ditentukan oleh dua faktor yaitu growth competitiveness dan macroeconomic competitiveness. Selanjutnya growth competitiveness sangat ditentukan oleh teknologi, institusi publik dan lingkungan ekonomi makro.

Di lain pihak, berdasarkan laporan International Management Development (lMD - 2003), daya saing suatu negara ditentukan oleh empat faktor yaitu economic performance, government efficiency, business efficiency and infrastructure. Ke empat hal tersebut sangat dipengaruhi oleh teknologi.

Growth competitiveness Indonesia mengalami penurunan dari ranking 62 pada tahun 2001 menjadi ranking 67 pada tahun 2002. Dalam hal ini Indonesia sejajar dengan Venezuela dan Turki, yaitu dua negara yang sangat rentan dilanda krisis finansial. Dibadingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, Indonesia memiliki ranking growth competitiveness yang paling rendah berada pada ranking 67, Thailand di ranking 31, Philippines di ranking 61 dan Vietnam di ranking 65.

Salah satu penyebab rendahnya daya saing tersebut adalah semakin lemahnya technological capabilities. Ranking daya saing Indonesia dalam hal teknologi menurun dari ranking 61 di tahun 2001 menjadi 65 di tahun 2002. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan penguasaan teknologi bangsa Indonesia relatif menurun dibandingkan dengan bangsa-bangsa lainnya. Hal ini tidak berarti bahwa teknologi tidak pernah berkembang di Indonesia. Hanya saja, perkembangan teknologi di Indonesia relatif lebih lamban dibandingkan dengan negara-negara lainnya.

Rendahnya kemampuan bangsa Indonesia dalam penguasaan teknologi juga tercermin oleh produk-produk yang dihasilkannya. Di Indonesia menunjukkan bahwa pada tahun 1998, produk manufaktur yang dapat dikategorikan sebagai produk hi-tech hanya sekitar 18 persen dari total produksi manufaktur.

Produk manufaktur didominasi oleh kategori low-tech yaitu sekitar 48 persen, dan sisanya sebesar 34 persen dikategorikan sebagai mid-tech. Yang paling mengkhawatirkan adalah kenyataan bahwa pangsa produk low-tech cenderung meningkat, sementara produk mid-tech menurun dan hi-tech cenderung stagnan.

Pada tahun 1985 kategori low-tech hanya sekitar 44 persen dan terus meningkat sampai 1998 sehingga mencapai 48 persen. Di lain pihak dalam kategori mid-tech justru terjadi penurunan dari 38 persen (1985) menjadi 34 persen (1998).

Hal ini berarti bahwa selama periode tersebut industri kita mengalami kemunduran teknologi. Dan sesungguhnya yang terjadi adalah berkembangnya industri-industri padat tenaga kerja dan sementara itu industri mid-tech dan hi-tech perkembangannya jauh lebih lamban dibandingkan dengan industri low-tech.

Dengan melihat gejala penurunan growth competitiveness, technology capabilities, serta penurunan produk manufaktur bidang teknologi, maka hal ini menunjukkan daya saing bangsa Indonesia dalam bidang teknologi dan ekonomi mengalami penurunan. Hal ini akan berakibat nilai ekspor produk nasional turun secara kualitas, sehingga dapat menurunkan citra bangsa Indonesia sebagai bangsa yang sedang membangun.

Itulah sebabnya dibutuhkan peran IPTEK nasional untuk mendukung laju pembangunan berwawasan kebangsaan.

17. Hubungan Antara Laju Pembangunan Nasional Berwawasan Kebangsaan Dengan Kepentingan Negara dan Kredibilitas di Tingkat Internasional

Hubungan antara laju pembangunan nasional berwawasan kebangsaan dengan kepentingan negara dan kredibilitas di tingkat internasional tidak terlepas dari perkembangan dan tuntutan masyarakat, sehingga menyangkut cara hidup dan gaya hidup masyarakat di banyak negara di dunia pada saat ini sangat dipengaruhi oleh barang dan jasa hasil rekayasa dan teknologi.

Demikian pula halnya terhadap tingkat kesejahteraan hidup masyarakat pada umumnya sudah jauh lebih tinggi dari tingkat hidup masyarakat beberapa dasawarsa yang lalu. Masyarakat sependapat bahwa teknologi adalah salah satu pendorong utama kegiatan dan kemajuan ekonomi suatu negara, oleh karena itu, setiap negara berusaha menciptakan suatu iklim yang membolehkan teknologi berkembang dengan subur dalam meningkatkan laju pembangunan.

Banyak ahli berpendapat bahwa teknologi yang berkembang sampai tahun 2000 yang akan sangat berpengaruh pada kehidupan manusia adalah (1) bioteknologi, (2) teknologi energi, (3) teknologi advanced materials dan (4) teknologi informasi. Beberapa ahli berpendapat bahwa teknologi CAD/CAM juga termasuk dalam teknologi yang berkembang sampai tahun 2000 an

Perkembangan teknologi dunia diantaranya adalah, di bidang Biotechnology antara lain: Single cell protein, Bioengineering, Biomass, Medical diagnostics, Pharmaceuticals, Energy Technology: Heat Pumps, Solar energy Coal gasification, Renewable energy sources, Monitoring and control by Advanced materials: Di bidang Materials technology diantaranya: Biocompatible material, Advanced composites, New materials for electronics, Superconductivity. Di bidang Information technology adalah Electronic office equipment, Fibre optics, Satellite developments dan Nanotechnology sebagai sebuah pengembangan teknologi modern di abad mendatang.

Penyebutan teknologi-teknologi tersebut di atas bukan berarti bahwa tidak ada teknologi-teknologi lain yang tidak berkembang. Jauh dari pada itu, teknologi-teknologi tersebut di atas adalah teknologi yang sedang menjadi perhatian masyarakat industri saat ini.

Memperhatikan hubungan antara laju pembangunan berwawasan kebangsanaan dengan kepentingan negara dan kredibilitas tingkat internasional adalah dengan membandingkan IPTEK Indonesia di tingkat internasional yang terkait dengan masalah anggaran Litbang terhadap PDB di beberapa negara Asia, jumlah tenaga peneliti di beberapa negara Asia dapat digambarkan sebagai berikut:

Membandingkan kondisi anggaran penelitian dan pengembangan terhadap GDP di beberapa negara Asia yang terbesar adalah negara Jepang sebesar 2,8% pada tahun 1999, kemudian disusul Korea Selatan sebesar 2,55% pada tahun 1998, sedangkan yang terkecil adalah Indonesia sebesar 0,05% pada tahun 2001 (Malaysian S & T Information Center, 2003).

Sedangkan terhadap jumlah tenaga peneliti yang menjadi aset intelektual bangsa. Indonesia memiliki rasio 4,7 peneliti per 10.000 penduduk. Sementara rasio tenaga peneliti per 10.000 penduduk tertinggi adalah Jepang sebesar 70,7, sementara Thailand dan Malaysia memiliki masing-masing 4,4 dan 3 peneliti per 10.000 penduduk (World Competitiveness Yearbook, 2003).

18. Permasalahan Yang Dihadapi

Peningkatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi guna mempercepat laju pembangunan berwawasan kebangsaaan dalam rangka kepentingan negara dan kredibiltas di tingkat internasional dihadapi oleh banyaknya permasalahan. Beberapa permasalahan yang timbul antara lain :

a. Keterbatasannya dana dan sarana prasarana penunjang riset

1). Keterbatasan dana yang disediakan pemerintah terkait dengan masalah anggaran Litbang. Data dari PAPIPTEK-LIPI menunjukkan bahwa anggaran belanja dari 0,18% PDB pada tahun 1986 sampai dengan 2000, turun menjadi sekitar 0,052% sejak tahun 2001, dan menjadi 0,039% pada tahun 2002.

2). Belum optimalnya diseminasi informasi teknologi, diantaranya lambatnya proses difusi dan pemanfaatan IPTEK, bagi produk teknologi tepat guna, unggulan dan strategis guna meningkatkan produktivitas industri, usaha kecil dan menengah melalui penumbuhkembangan mekanisme intermediasi.

b. Lemahnya daya saing sumber daya manusia IPTEK dan kurang optimalnya masalah yang terkait dengan dunia pendidikan

1). Kurang berkembangnya sektor pendidikan (dasar, menengah & kejuruan, pendidikan tinggi) untuk dapat mendayagunakan produk dan infrastruktur inovasi nasional merupakan salah satu masalah lemahnya daya saing sumber daya manusia dalam bidang IPTEK.

2). Kurangnya ketersediaan tenaga peneliti yang berkualitas. Jumlah peneliti di Indonesia hanya 4,7 peneliti per 10.000 penduduk. ketersediaan peneliti ini sangat jauh jika dibanding dengan negara tetangga Singapura sebesar 48,2 % peneliti per 10.000 penduduk.

3).Belum optimalnya program penelitian, peningkatan kapasitas dan pengembangan kemampuan sumber daya IPTEK, diantaranya kurang optimalnya penguatan riset-riset dasar yang dilakukan oleh lembaga-lembaga riset pemerintah sehingga hasil riset tersebut tidak dapat dimanfaatkan oleh dunia usaha.

c. Kurang optimalnya kerjasama riset antara lembaga riset pemerintah dengan dunia usaha dalam bidang technopreneurship.

1). Kurang optimalnya peningkatan IPTEK dengan dunia usaha, diantaranya rendahnya kemampuan IPTEK dengan dunia usaha sangat terkait dengan ketersediaan dunia pendidikan teknologi dan kompetensi kewirausahaan

2).Kurang optimalnya kemampuan dalam mengembangkan dan penguasaan teknologi menjadi bisnis (technopreneurship) .

3). Kurang sinkronnya peran pemerintah dengan dunia usaha sehingga teknologi dan dunia usaha tidak dapat berkembang secara sinergis.

Dalam jangka panjang, sinergi ini dapat menciptakan sustainable growth dimana daya dukung teknologi diarahkan sebesar-besamya untuk menciptakan peluang-peluang baru yang kelak menjadi motor penggerak perekonomian Indonesia.

d. Kurang optimalnya masalah yang terkait dengan aspek potensi SDA1). Belum optimalnya pengelolaan sumber daya alam yang ada dalam meningkatkan IPTEK nasional guna mempercepat laju pembangunan.

2). Kurangnya pengembangan riset-riset terapan yang secara khusus ditujukan untuk melakukan perbaikan technological capability dalam mengembangkan teknologinya secara mandiri untuk eksplorasi dan ekspetasi SDA.

e. Kurangnya integrasi aspek ekonomi, IPTEK dan pengembangan industri

1).Kurangnya penyediaan insentif fiskal berupa pemotongan pajak bagi perusahaan-perusahaan yang melakukan research and development, training, dan investasi barang-barang modal.

2). Kurangnya pengembangan lembaga pembiayaan modal ventura.

Peningkatan kontribusi perbankan untuk modal ventura dan asuransi teknologi melalui regulasi kredit yang menitikberatkan terhadap kandungan teknologi

BAB IV

PENGARUH LINGKUNGAN STRATEGIS

19. Umum

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang strategis adalah berbagai cabang ilmu pengetahuan dan teknologi yang memiliki keterkaitan yang luas dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi secara menyeluruh, berpotensi memberikan dukungan yang besar bagi kesejahteraan masyarakat, kemajuan bangsa, keamanan dan ketahanan bagi perlindungan negara, pelestarian fungsi lingkungan hidup, pelestarian nilai luhur budaya bangsa, serta peningkatan kehidupan kemanusiaan. Termasuk di dalamnya adalah Dinamika perkembangan lingkungan strategis yang terjadi, baik langsung maupun tidak langsung akan memberikan pengaruh terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu pengaruh perkembangan lingkungan strategis harus selalu diamati dan dicermati arah kecenderungannya, guna menentukan tindakan antisipasi dalam rangka menjaga kelangsungan hidup bangsa.

Selain itu perkembangan IPTEK yang sangat cepat di era global ini masih akan terus berkembang ke arah yang lebih canggih, yang akan berdampak pada penyatuan dunia hingga seakan-akan menjadi dunia yang tanpa batas wilayah, termasuk manusia bersatu menghargai HAM, tetapi disisi lain ada bangsa yang menguasai IPTEK ingin menerapkan hegemoninya untuk menguasai bangsa lain. Globalisasi dan perkembangan IPTEK memberikan tawaran kemudahan kepada masyarakat dunia, namun demikian globalisasi tidak mampu membangun tatanan masyarakat dunia yang majemuk menjadi manusiawi.

Perkembangan global bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara, namun masih ada faktor lain yang mempunyai peran dalam memberikan warna dalam perjalanan hidup bangsa ini yaitu faktor lingkungan regional maupun nasional. Seiring dengan adanya pengaruh perkembangan lingkungan baik global, regional maupun nasional perlu dilakukan evaluasi perilaku bangsa dengan mengacu pada nilai-nilai luhur bangsa agar bangsa ini tetap tegak dan utuh, namun di sisi lain perlu pula reposisi nilai-nilai luhur tersebut agar tetap sesuai dengan tuntutan zaman.

20. Pengaruh Lingkungan Global

Proses globalisasi yang sekarang sedang berlangsung pada dasarnya merupakan globalisasi ekonomi yang merupakan akibat dari kemajuan teknologi. Proses tersebut ditandai adanya lima proses aliran atau pemindahan yaitu manusia, informasi, teknologi baru, modal dan gagasan. Derasnya arus demokratisasi, HAM, kelangsungan hidup dalam era globalisasi tersebut akan sangat mempengaruhi pola dan perilaku kehidupan, karena proses ini secara terselubung mengandung upaya homogenitas kultural dari negara maju ke negara berkembang.

Jika bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang sedang diprioritaskan pengembangannya oleh ilmuwan berbagai negara maju dikaji, terlihat beberapa kesamaan mendasar. Kesamaan pemilihannya disebabkan karena penguasaan dan terobosan dalam cabang disiplin yang berpotensi besar dan berdampak jauh ke depan itu merupakan prasyarat guna meningkatkan kesejahteraan, kekuasaan, dan prestise bagi negaranya.

Kecenderungan global juga harus diantisipasi dan diperhatikan dalam menentukan prioritas pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Indonesia untuk memenuhi tuntutan calon pemakai inovasi. Kemampuan untuk bisa mengikuti perkembangan yang terjadi di forum internasional mutlak diperlukan agar bangsa Indonesia bisa mengadaptasi dan menyeleksi teknologi yang tepat untuk diterapkan di Indonesia sesuai dengan tingkat kebutuhan warganya yang mungkin berguna akibat perbedaan kualitas sosial dan budayanya.

Menggarisbawahi masalah kualitas sosial dan budaya yang terkait dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, sudah barang tentu harus mengacu pada konsep Wawasan Nusantara, dimana posisi geografis Indonesia yang terletak dipersimpangan benua dan samudera, serta posisi kultural Indonesia yang terletak dipertengahan antara budaya barat dan budaya timur telah menjadikan Indonesia sebagai jembatan budaya antara barat disatu sisi dan timur disisi lainnya. Diakui, peran IPTEK dalam pembangunan suatu bangsa demikian penting, terbukti dari keunggulan negara-negara maju yang telah mampu mengusai teknologi. Namun demikian teknologi juga harus ditunjang oleh hasil riset agar memiliki arti yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Hal ini sangat penting mengingat pembangunan IPTEK harus ditujukan untuk membentuk ketahanan dan keunggulan dalam perekonomian global, agar bangsa Indonesia mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan dengan tingkat pertumbuhan yang baik dan distribusi yang adil yang bertumpu pada keunggulan daerah dengan tidak menimbulkan beban yang dapat menghambat perkembangan generasi mendatang. Dengan demikian pembangunan IPTEK harus dapat secara efektif meningkatkan mutu dan nilai tambah produksi nasional, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk meningkatkan perolehan devisa.

21. Pengaruh Lingkungan Regional

Bergesernya pusat perekonomian dunia dari Atlantik ke Asia Pasifik telah membuat wilayah Asia Tenggara menjadi pusat perhatian negara-negara besar seperti Cina, Amerika dan Jepang yang ingin menanamkan pengaruhnya berkaitan dengan kepentingan ekonominya. Kondisi ini telah membuat wilayah Asia Tenggara menjadi amat penting dan berdampak pada perekonomian negara-negara yang berada di wilayah tersebut.

Perkembangan politik regional ditandai dengan adanya konflik yang berlatar belakang interpretasi terhadap batas wilayah diantara negara-negara di Asia Tenggara.

Pengaruh regional yang juga muncul di kawasan Asia Tenggara selama dekade terakhir lebih memusatkan perhatian pada kerjasama ekonomi, sosial budaya dan pendidikan, dengan tidak mengesampingkan bidang IPTEK yang menyertainya. Besarnya tingkat kerjasama antara negara-negara ASEAN untuk kepentingan ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan IPTEK Indonesia, Malaysia, Singapura dalam growth triangle dan lain-lainnya akan semakin kondusif. Pola hubungan demikian dipandang dari aspek kultural maupun sosial ekonomi akan memberikan implikasi positif maupun negatif bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, tergantung siapa yang mampu memainkan peran dominannya.

Di kawasan Asia Tenggara, kerjasama di bidang ekonomi, budaya dan pendidikan lebih ditingkatkan sesuai dengan semangat deklarasi Bangkok. Di bidang ekonomi, Asean telah sepakat memberlakukan AFTA pada tahun 2003 dan APEC pada tahun 2020, bila Indonesia tidak siap dengan daya saing dan pengaturan perekonomian nasional yang kondusif, maka Indonesia hanya berperan sebagai obyek dan pasar dari negara maju dan negara tetangga ASEAN.

Sejalan dengan komitmen Indonesia di forum World Trade Organization (WTO), ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan APEC, secara bertahap diharapkan dapat menghilangkan hambatan yang selama ini melindungi industri nasional terhadap pesaing luar yang ingin memasuki pasar dalam negeri. Keputusan ini dimaksudkan untuk membentuk iklim dunia usaha yang kompotitif agar investor asing tertarik membentuk simpul-simpul produksi di Indonesia, sehingga akan memperbesar kapasitas produksi dan ekspor nasional sekaligus meningkatkan ketahanan industri nasional.

22. Pengaruh Lingkungan Nasional

Perkembangan strategis dalam lingkup nasional tidak dapat dilepaskan dari sudut pandang Astagatra yang meliputi aspek geografi, sumber kekayaan alam, demografi, ideologi, politik ekonomi, sosial budaya, dan Hankam, dengan pendekatan holistik komprehensif integral dan menggunakan pisau analistis Wawasan Nusantara dam Ketahanan Nasional.

Dilihat dari sudut geografi, Indonesia mempunyai posisi yang sangat menguntungkan karena keberadaannya sebagai negara kepulauan di jalur khatulistiwa, Indonesia mempunyai iklim yang baik sebagai keunggulan komparatif dalam produksi biomasa, tenaga matahari, energi pasang surut, kekayaan laut aneka ragam hayati , dan sumber kekayaan mineral yang tak ternilai yang berada dasar laut dan di daratan. Dengan jumlah pulau 17.506 buah, dan laut sebagai penghubung transportasi andalan antarpulau, panjang garis pantai 81.000 km, merupakan kekayaan alam yang dapat dipakai sebagai obyek Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang sangat baik. Letak Indonesia di posisi silang, diantara dua benua dan dua samudra, mempunyai nilai strategis yang berpengaruh terhadap geopolitik negara-negara yang berkepentingan. Disamping itu arus lintas budaya dan teknologi sangat memungkinkan untuk mempengaruhi pola sikap, pola pikir dan pola tindak masyarakat di jalur lintasan, khususnya di daerah yang berbatasan dengan negara tetangga yang sangat berkaitan dengan bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Dilihat dari sudut sumber kekayaan alam, Indonesia memiliki berbagai ragam kekayaan hayati, sumber mineral bawah laut dan sumber mineral di bumi yang belum dapat dikelola dan dimanfaatkan secara optimal dan belum dapat sepenuhnya untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Sumber kekayaan ini, merupakan modal utama dalam mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Indonesia dalam rangka kepentingan negara.

Dilihat dari sudut demografi, penduduk Indonesia yang saat ini berjumlah lebih kurang 210 juta jiwa, terdiri dari berbagai suku bangsa, ras, agama, kemajemukan budaya itu selain rentan terhadap terjadinya konflik antara suka, ras, agama, juga merupakan potensi sumber daya manusia yang sangat potensial dalam mengembangkan bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Indonesia dalam rangka mempercepat laju pembangunan nasional.

Dilihat dari sudut ideologi, Pancasila sebagai nilai-nilai yang digali dan bersumber dari bumi Indonesia telah kita sepakati menjadi pandangan hidup, dasar negara, dan ideologi nasional. Dalam kedudukannya yang sedemikian itu maka nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila belum dihayati, dimaknai, dan diimplementasikan dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, termasuk dalam mengimplementasikan di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Kenyataan ini tentu merupakan tantangan dalam memperbaiki landasan untuk berpijak dalam pengembangan dan penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Indonesia.

Dilihat dari sudut politik, perubahan tidak hanya ditujukan pada pergantian dan suksesi kepemimpinan nasional, akan tetapi lebih penting adalah adanya perubahan diberbagai aspek kehidupan politik lainnya, yang tentu saja perubahan dalam kebijakan yang berhubungan dengan bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Reformasi yang sedang berlangsung pada tahun ini diharapkan dapat dijadikan upaya penciptaan Indonesia yang lebih demokratis dan lebih madani.

Ditinjau dari sudut sosial budaya, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di era globalisasi pada hakekatnya adalah proses yang ditimbulkan oleh sesuatu kegiatan atau prakarsa yang dampaknya berkelanjutan melampaui batas-batas kebangsaan (nation hood) dan kenegaraan (state hood), dan mengingat bahwa jagad kemanusiaan ditandai oleh pluralisme budaya, maka globalisasi sebagai proses yang menggejala sebagai peristiwa yang melanda dunia secara lintas budaya (trans cultural) juga memberi dampak terhadap perkembangan dunia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang berada di Indonesia.

23. Peluang dan Kendala

Berdasarkan dinamika lingkungan strategis baik dalam skala global, regional dan nasional yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan IPTEK nasional guna mempercepat laju pembangunan nasional berwawasan kebangsaan dalam rangka kepentingan dan kridibilitas negara di tingkat internasional, maka dapat diidentifikasi berbagai peluang dan kendala sebagai berikut :

a. Peluang

Dalam perjalanan waktu telah muncul berbagai peluang dan kecenderungan sebagai akibat dari berkembangnya globalisasi dan perubahan dalam negeri, yang dapat dimanfaatkan untuk pencapaian tujuan percepatan pembangunan dalam rangka kepentingan negara di bidang IPTEK, antara lain :

1). Perkembangan lingkungan politik nasional di era demokratisasi

semangat reformasi dapat dijadikan momentum yang tepat untuk mengadakan perubahan mendasar disegala bidang, termasuk dalam upaya pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan IPTEK.

Penerapan undang-undang tentang otonomi daerah memberikan kewewenangan yang lebih besar kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi yang ada di daerahnya. Hal ini tidak hanya membuka kesempatan luas bagi pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan IPTEK, tetapi juga dapat mendorong perkembangan kelembagaan IPTEK di daerah serta menumbuhkan jaringan IPTEK yang lebih merata di seluruh wilayah nusantara.

2).Kemajuan teknologi dalam lingkungan dinamika sosial budaya

Kepesatan kemajuan IPTEK pada dua dasawarsa terakhir memberikan sumbangan berharga dalam bentuk banyaknya pilihan IPTEK yang dapat didayagunakan dalam rangka mendukung penguatan ekonomi, industri dan peningkatan kesejahteraan di Indonesia, mengingat budaya sosial Indonesia mempunyai ketangguhan dan keuletan yang tinggi.

Disamping itu, dengan terbukanya sumber informasi modern, masyarakat Indonesia telah dapat mengikuti perkembangan yang terjadi di luar negaranya. Sebagai akibat tuntutan untuk dapat menikmati barang dan jasa yang diproduksi dengan teknologi modern ikut pula meningkat.

3).Perkembangan ekonomi

Perkembangan globalisasi yang terjadi dan komitmen Indonesia di forum World Trade Organization (WTO), ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan APEC, secara bertahap diharapkan dapat menghilangkan hambatan yang selama ini melindungi industri nasional terhadap pesaing luar yang ingin memasuki pasar dalam negeri. Keputusan ini dimaksudkan untuk membentuk iklim dunia usaha yang kompetitif agar investor asing tertarik membentuk simpul-simpul produksi di Indonesia, sehingga akan memperbesar kapasitas produksi dan ekspor nasional sekaligus meningkatkan ketahanan ekonomi nasional. Sehingga daerah di seluruh wilayah Indonesia dapat merasakan dampak positifnya untuk membangun wilayahnya masing-masing akibat dari perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi tersebut.

Disamping itu dorongan liberalisasi sistem perdagangan telah menciptakan insentif pasar bagi pendayagunaan kemajuan teknologi untuk memperbaiki QCD (quality, cost, delivery) kegiatan produksi dengan nilai tambah optimum.

b. Kendala

Kendala yang teridentifikasi dengan jelas akan memberikan arahan bagi penentuan prioritas program dan pencapaianya sekaligus dapat dijadikan ukuran keberhasilan pelaksanaan Kebijakan Strategis Pembangunan Nasional di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, antara lain :

1).Semakin Meningkatnya Persaingan Global

Kecenderungan ekonomi dunia yang semakin terbuka mendorong meningkatnya persaingan bagi industri di Indonesia. Hal ini tidak hanya terjadi pada pasar ekspor tetapi juga pada pasar lokal, yang pada gilirannya menuntut industri di Indonesia harus dapat bersaing dengan produk luar negeri. Dengan berkurangnya kebijakan proteksionis, mengingat Indonesia juga meratifikasi perjanjian WTO (World Trade Organization), dimana mulai dihilangkannya hambatan yang selama ini melindungi industri nasional terhadap pesaing luar negeri yang ingin memasuki pasar dalam negeri, maka kendalanya adalah membuat kebijakan IPTEK