naskah publikasi - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/31960/9/02. naskah publikasi.pdf ·...

17
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 NASKAH PUBLIKASI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : TRI RAHAYU F 100 090 110 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

Upload: trannhi

Post on 12-Aug-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: NASKAH PUBLIKASI - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/31960/9/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · psikologis yang negatif, diantaranya adalah marah, merasa tidak berguna, kecemasan yang meningkat

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KESEJAHTERAAN

PSIKOLOGIS PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2

NASKAH PUBLIKASI

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar

derajat sarjana S-1 Psikologi

Diajukan oleh :

TRI RAHAYU

F 100 090 110

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

Page 2: NASKAH PUBLIKASI - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/31960/9/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · psikologis yang negatif, diantaranya adalah marah, merasa tidak berguna, kecemasan yang meningkat

ii

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN

KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan Oleh:

TRI RAHAYU

F 100 090 110

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2012

Page 3: NASKAH PUBLIKASI - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/31960/9/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · psikologis yang negatif, diantaranya adalah marah, merasa tidak berguna, kecemasan yang meningkat

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN

KESEJAIITERAAN PSIKOLOGIS PADA PENDERITA DIABETES

MELLITUS TIPE 2

Yang diajukan oleh :

TRIRAHAYU·

F. 100 090 110 ·

Telah disetujui untuk dipertahankan

Di depan Dewan Penguji Skripsi

Telah disetujui oleh :

Pembimbing

k· Usmi Karyani, S.Psi., M.Si. Tanggal24 Olctober 2014

~

111

-.Ill

Page 4: NASKAH PUBLIKASI - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/31960/9/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · psikologis yang negatif, diantaranya adalah marah, merasa tidak berguna, kecemasan yang meningkat

llUDUl ,Vftl, ftl , .lfinrt UVfl.Vl,V~' >.JV>.J~ U.l:Jl''-Y~'

KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS P ADA PENDERIT A DIABETES

l\1ELLITUS TIPE 2

Yang diajukan oleh:

TRIRAHAYU

F 100 090 110

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal8 November 2014

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Penguji Utama Usmi Karvani, S.Psi., M.Si 4 Penguj i pendamping I W.S. Hertiniung, S.Psi., M.Si ~

~e

iv

Page 5: NASKAH PUBLIKASI - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/31960/9/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · psikologis yang negatif, diantaranya adalah marah, merasa tidak berguna, kecemasan yang meningkat

v

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KESEJAHTERAAN

PSIKOLOGIS PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2

Tri Rahayu

Usmi Karyani, S.Psi., M.Si

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Diabetes Mellitus Tipe 2 (DMT 2) merupakan salah satu penyakit kronis

yang prevelensinya tinggi. Jumlah pertumbuhan DMT 2 di Indonesia terus

meningkat setiap tahunya. Penderita DMT 2 mengalami banyak perubahan dalam

hidupnya, mulai dari pengaturan pola makan, olahraga, kontrol gula darah, dan

lain-lain yan harus dilakukan sepanjang hidupnya. Perubahan dalam hidup yang

datang secara tiba-tiba membuat penderita DMT 2 menunjukan beberapa reaksi

psikologis yang negatif, diantaranya adalah marah, merasa tidak berguna,

kecemasan yang meningkat dan depresi, sehingga kesejahteraan psikologis yang

dimiliki akan menurun.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

dukungan sosial dengan kesejahteraan psikologis pada penderita DMT 2.

Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara dukungan sosial

dengan kesejahteraan psikologis pada penderita DMT 2. Subjek dalam penelitian

ini adalah semua penderita DMT 2 yang sedang melakukan rawat jalan di RSUD

Dr. Moewardi Jebres Surakarta. Subjek yang diambil berjumlah 50 orang. Teknik

pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah incidental

sampling. Metode pengambilan data dengan menggunakan skala kesejahteraan

psikologis dan skala dukungan sosial yang kemudian dianalisis dengan

menggunakan korelasi product moment dengan bantuan aplikasi SPSS 17.

Hasil penelitian menunjukan ada hubungan positif yang signifikan antara

dukungan sosial dengan kesejahteraan psikologis, dimana nilai koefisien korelasi

(r) sebesar 0,609; p = 0,000 (p < 0,01). Sumbangan efektif variabel dukungan

sosial dengan kesejahteraan psikologis sebesar 37,1%. Berdasarkan hasil analisis,

diketahui bahwa variabel kesejahteraan psikologis mempunyai rerata empirik

(RE) sebesar 98,48 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 73,5 yang menunjukan

kategori tinggi, sedangkan variabel dukungan sosial mempunyai rerata empirik

(RE) sebesar 68,18 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 55 yang menunjukan

kategori tinggi. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah ada

hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial dengan kesejahteraan

psikologis.

Kata kunci : kesejahteraan psikologis, dukungan sosial, DMT 2

Page 6: NASKAH PUBLIKASI - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/31960/9/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · psikologis yang negatif, diantaranya adalah marah, merasa tidak berguna, kecemasan yang meningkat

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Diabetes Mellitus (DM)

merupakan salah satu masalah kesehatan

yang dianggap besar karena merupakan

penyakit yang bisa menyebabkan

terjadinya penyakit lain yang lebih

banyak. Hal ini berkaitan dengan kadar

gula darah yang tinggi, sehingga

berakibat rusaknya pembuluh darah, saraf

dan struktur i8nternal lainya (Sholichah,

2009)

Wordpress (2014)

mengungkapkan bahwa jumlah penderita

DM pada tahun 2011 telah mencapai 366

juta orang, dan diperkirakan akan

meningkat menjadi 552 juta pada tahun

2030, sedangkan jumlah penderita DMT

2 yang ada di RSUD Dr. Moewardi pada

bulan Mei 2014 di dapat data sebanyak

622 pasien.

Anggraeni & Cahyanti (2012)

menyatakan bahwa penderita DM

mengalami tantangan-tantangan hidup

untuk menghadapi masalah yang terkait

dengan sakitnya, karena seseorang yang

menderita DM memerlukan banyak sekali

penyesuaian di dalam hidupnya, sehingga

penyakit DM ini tidak hanya berpengaruh

secara fisik, namun juga berpengaruh

secara psikologis pada penderita

(Sholichah, 2009).

Kesejahteraan psikologis perlu

dimiliki oleh penderita DMT 2 karena

dapat mengurangi terjadinya resiko

komplikasi, seperti yang telah

dikemukakan oleh Sundberg (2007)

bahwa sistem pikiran (psikologis)

berkaitan dengan keadaan tubuh (sistem

biologis) yang artinya kesehatan dalam

tubuh seseorang dipengaruhi oleh pikiran

maupun lingkungan, pikiran yang positif

dan lingkungan yang mendukung akan

membuat kesehatan seseorang menjadi

lebih baik.

Dukungan sosial memiliki

peranan yang sangat besar bagi

kesejahteraan psikologis pada penderita

DM karena seseorang terdiri dari sistem

biologis dan psikososial yang saling

berelasi dan masing-masing sistem

mengandung sistem komponen, artinya

keadaan kesehatan biologis seseorang

saling mempengaruhi dan dipengaruhi

oleh sistem sosialnya karena secara

umum, orang-orang yang merasa

menerima penghiburan, perhatian dan

pertolongan yang mereka butuhkan dari

seseorang atau kelompok biasanya

cenderung lebih mudah mengikuti

nasehat medis, daripada pasien yang

kurang merasa mendapat dukungan

sosial. Sarafino (dalam Smet, 1994).

Penderita DM membutuhkan

dukungan sosial untuk menjalani

kehidupan sehari-hari dalam mengatur

pola hidup yang dapat menyebabkan

stress karena dukungan sosial bekerja

dengan tujuan untuk memperkecil

tekanan-tekanan atau stress yang dialami

individu. Dengan kata lain jika tidak ada

tekanan atau stress maka dukungan sosial

tidak berpengaruh Oford (dalam Putra,

2011).

Sasco & Yanover (2006)

mengemukakan bahwa dukungan sosial

yang memadai akan meningkatkan

kesehatan fisik penderita DMT 2 dengan

menurunkan gejala depresi, dukungan

sosial dapat meningkatkan kesehatan fisik

terutama terkait dengan kontrol gula

darah yang lebih baik dan meningkatkan

kepatuhan dalam perawatan diri penderita

DMT 2.

Berdasarkan latar belakang

masalah tersebut maka permasalahan

yang hendak diangkat dalam penelitian

ini adalah :apakah ada hubungan antara

dukungan sosial dengan kesejahteraan

psikologis pada penderita DMT 2?

Meninjau dari permasalahan tersebut

maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Hubungan

antara Dukungan sosial dengan

Kesejahteraan Psikologis pada

Penderita Diabetes Mellitus”.

B. Tujuan Penelitian

Dari latar belakang yang sudah di

uraikan di atas maka tujuan dari

penelitian ini adalah :

Page 7: NASKAH PUBLIKASI - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/31960/9/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · psikologis yang negatif, diantaranya adalah marah, merasa tidak berguna, kecemasan yang meningkat

2

1. Mengetahui hubungan antara

dukungan sosial dengan

kesejahteraan psikologis pada

penderita DMT 2.

2. Mengetahui peranan dukungan

sosial terhadap kesejahteraan

psikologis pada penderita DMT

2.

3. Mengetahui tingkat kesejahteraan

psikologis pada penderita DMT

2.

C.Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini di harapkan

dapat memberikan manfaat sebagai

berikut

1. Bagi keluarga subjek

Diharapkan dengan adanya

penelitian ini dapat memberikan

gambaran tentang pentingnya dukungan

sosial terhadap kesejahteraan psikologis

pada penderita DMT 2 sehingga keluarga

subjek akan dapat selalu memberikan

dukunganya dan menanamkan

kebahagiaan dalam hidup subjek agar

subjek dapat selalu untuk berfikir positif

dan termotivasi.

2. Bagi subjek

Diharapkan dari penelitian ini

dapat memberikan manfaat serta

informasi bagi subjek mengenai

keterkaitan antara dukungan sosial

dengan kesejahteraan psikologis sehingga

subjek lebih dapat terbuka dengan

keluarga dan lingkunganya

3. Bagi peneliti selanjutnya

Memberi gambaran tentang

dukungan sosial terhadap kesejahteraan

psikologis dan di harapkan dapat

memberi stimulus bagi peneliti

selanjutnya untuk lebih dalam meneliti

tentang dukungan sosial terhadap

kesejahteraan psikologis pada penderita

DMT 2.

B. LANDASAN TEORI

1.Pengertian kesejahteraan psikologis

Ryff (dalam Liwarti 2013)

mengemukakan bahwa kesejahteraan

psikologis merupakan realisasi dan

pencapaian penuh dari potensi individu

dimana individu dapat menerima

kekurangan dan kelabihan dirinya,

mandiri, mampu membina hubungan

positif dengan orang lain, dapat

menguasai lingkungannya dalam arti

memodifikasi lingkungannya agar sesuai

dengan keinginannya, memiliki tujuan

hidup, serta terus mengembangkan

pribadinya.

Nurhayati (2010) mengemukakan

bahwa kesejahteraan psikologis adalah

suatu keadaan dimana individu mampu

menerima keadaan dirinya, mampu

membentuk hubungan yang hangat

dengan orang lain, mampu mengontrol

lingkungan, memiliki kemandirian,

memiliki tujuan hidup dan mampu

mengembangkan bakat serta kemampuan

untuk perkembangan pribadi. Dalam

pengertiannya, kesejahteraan psikologis

juga diartikan sebagai mental yang sehat,

sebab beberapa dimensi dari

kesejahteraan psikologis mengacu pada

kesehatan mental itu sendiri.

Lawton (dalam Rini 2008)

menjabarkan kesejahteraan psikologis

sebagai suatu skema yang terbentuk

mengenai hidup yang berkualitas sebagai

hasil dari evaluasi terhadap aspek –

aspek yang ada pada hidupnya yang

dianggap baik atau memuaskan,

sementara itu Okun dan Stock (dalam

Rini, 2008) juga memperkaya pengertian

kesejahteraan psikologis sebagai perasaan

bahagia dan kepuasan yang secara

subjektif dialami atau dirasakan oleh

seseorang.

Individu yang memiliki

kesejahteraan psikologis yang tinggi

adalah individu yang dapat merasakan

kepuasan dalam hidupnya, individu yang

memiliki kondisi emosional yang positif

adalah individu yang mampu melewati

pengalaman-pengalaman buruk yang

dapat menghasilkan kondisi emosional

negatif, memiliki hubungan yang positif

dengan orang lain, mampu menentukan

nasibnya sendiri tanpa bergantung dengan

Page 8: NASKAH PUBLIKASI - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/31960/9/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · psikologis yang negatif, diantaranya adalah marah, merasa tidak berguna, kecemasan yang meningkat

3

orang lain, mampu mengontrol kondisi

lingkungan sekitar, memiliki tujuan hidup

yang jelas, dan mampu mengembangkan

dirinya sendiri (Ryff, 1989).

2. Dimensi-dimensi kesejahterann

psikologis

Ryff & Singer (1996)

menyebutkan ada enam dimensi yang

membentuk kesejahteraan psikologis

yaitu :

1. Penerimaan diri (self-acceptance)

2. Hubungan positif dengan orang

lain (positif relation with others)

3. Otonomi (autonomy)

4. Penguasaan lingkungan

(environmental mastery)

5. Tujuan hidup (purpose in life)

6. Pertumbuhan pribadi (personal

growth).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi

kesejahteraan psikologis

Adapun faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi kesejahteraan psikologis

pada diri individu (Ryff, 1996), yaitu :

usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi,

pendidikan, budaya, locus of control,

religiusitas, dukungan sosial dan mawas

diri.

1.Pengertan dukungan sosial

Coutrona (dalam Putra 2011)

mengemukakan bahwa dukungan

sosial merupakan suatu proses

hubungan yang terbentuk dari

individu dengan persepsi bahwa

seseorang dicintai dan dihargai,

disayangi, untuk memberikan bantuan

kepada individu yang mengalami

tekanan-tekanan dalam kehidupanya.

Baron & Byrne (2003)

menyatakan bahwa dukungan sosial

adalah suatu keadaan nyaman secara

fisik dan psikologis yang diberikan

oleh teman maupun anggota keluarga.

Dukungan sosial juga dapat dilihat

dari banyaknya kontak sosial yang

terjadi atau yang dilakukan individu

dalam menjaln suatu hubungan

dengan sumber-sumber yang ada

dilingkunganya.

Gentry dkk, (dalam Sarafino,

1994) menggambarkan dukungan

sosial sebagai suatu kenyamanan,

perhatian, penghargaan ataupun

bantuan yang diterima individu dari

orang lain maupun kelompok.

Dukungan sosial merupakan

pengalaman yang membawa individu

meyakini bahwa mereka diperhatikan,

dicintai, dihargai dan menjadi anggota

jaringan komunikasi.

2.Aspek-aspek dukungan sosial

Untuk dapat menjelaskan

konsep dukungan sosial, banyak

penelitian memiliki pendapat yang

sama untuk membedakan jenis-jenis

yang berlainan membedakan 5 aspek

atau dimensi dukungan sosial (Cohen

dkk, dalam Sarafino, 1994) Lima

aspek tersebut adalah :

1) Dukungan emosional

2) Dukungan penghargaan

3) Dukungan instrumental

4) Dukungan informasi

5) Dukungan kelompok/jaringan

sosial

Weis & Coutrona (dalam Putra

2011) mengembangkan social

provisions scales untuk mengukur

ketersedian dukungan sosial yang

diperoleh dari hubungan individu

dengan orang lain. Terdapat enam

aspek didalamnya, yaitu:

1. Attechment (kasih sayang atau

kelekatan)

2. Social integration (integrasi

sosial)

3. Reassurance of worth

(penghargaan atau pengakuan)

4. Reliable alliance (ikatan atau

hubungan yang dapat

diandalkan)

Page 9: NASKAH PUBLIKASI - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/31960/9/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · psikologis yang negatif, diantaranya adalah marah, merasa tidak berguna, kecemasan yang meningkat

4

5. Guidance (bimbingan) 3. Faktor-faktor yang

Mempengaruhi dukungan sosial

Sarafino (1994) menguraikan

beberapa factor yang mempengaruhi

dukungan sosial, yaitu:

1) Penerimaan diri

2) Penyediaan dukungan

3) Komposisi dan struktur

jaringan sosial

Dari beberapa pengertian yang telah

di uraikan diatas maka dapat

disimpulkan bahwa dukungan sosial

adalah suatu keadaan dan bantuan

yang datang dari lingkungan sosial

yang dapat memberikan kenyamanan

fisik dan psikologis yang dirasakan

oleh individu, perhatian, penghargaan,

maupun bantuan dalam bentuk yang

lainnya yang diterima individu dari

orang lain ataupun dari kelompok

yang dapat memberikan kesejahteraan

secara psikologis maupun fisik.

C. Diabetes Mellitus Tipe 2

(DMT2)

DMT 2 adalah suatu kondisi

medis yang ditandai dengan

ketidakcukupan atau gangguan

fungsi insulin. DMT 2 sering

ditemukan pada orang-orang yang

kelebihan berat badan karena kadar

lemak yang tinggi, terutama pada

daerah perut, diketahui menyebabkan

tubuh menjadi resisten terhadap efek

insulin (resistensi insulin). Oleh

karena itu, meskipun insulin ada,

tubuh tidak mampu berespon

terhadap insulin tersebut secara

adekuat.

D. Hubungan antara Dukungan Sosial

dengan Kesejahteraan Psikologis pada

penderita DMT 2

Dalam melakukan aktifitas

sehari-hari penderita DMT 2 harus

mengatur pola hidup dengan peraturan

dari dokter yang dirasa tidak mudah

untuk menjalaninya dan dapat

menjadikan beban secara psikoogis

bagi penderita. Hal tersebut dapt

menyebabkan kurangnya semangat

dan menimbulkan stress bagi

penderita DMT 2.

Oishi & Koo (dalam Panembrama,

2013) kebahagiaan danggap sangat

penting karena dapat memberikan

dampak yang positif bagi

keberfungsian manusia itu sendiri

dalam berbagai aspek kehidupan

seperti pekerjaan,

pendidikan,hubungan sosial, dan juga

kesehatan. Kebahagiaan dapat

memberikan dampak positif untuk

kesehatan yaitu ketika seseorang

secara psikologis merasa

nyaman,tenang dan juga memiliki

tujuan atau harapan maka hal itu akan

berdampak pada fisik seseorang akan

dapat meningkatkan kesehatan jika

orang itu sakit maka akan

memberikan kesejahteraan psikologis

bagi penderita, seperti pada penderita

DMT 2.

Menurut Hurlock (2006)

dukungan dari berbagai pihak yang

berupa penerimaan, perhatian dan rasa

percaya tersebut akan meningkatkan

kebahagiaan dalam diri seseorang.

Kebahagiaan yang diperoleh

seseorang menyebabkan orang

tersebut termotivasi untuk terus

berusaha mencapai tujuanya,

penderita juga akan memiliki rasa

nyaman dalam menjalani

keseharianya. Jadi dukungan sosial

akan membantu meberikan rasa yakin

dan optimis pada penderita DMT 2

dalam menjalani hidup.

Dari uarian diatas maka dapat

diketahui bahwa besarnya pengarug

dukungan sosial terhadap

Page 10: NASKAH PUBLIKASI - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/31960/9/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · psikologis yang negatif, diantaranya adalah marah, merasa tidak berguna, kecemasan yang meningkat

5

kesejahteraan yang dirasakan pada

penderita DMT 2, semakin tinggi atau

semakin banyak dukungan yang

diterima maka semakin tinggi

kesejahteraan yang dirasakan,

sebaliknya semakin rendah dukungan

sosial yang diterima maka semakin

rendah kesejahteraan yang dirasakan

oleh penderita DMT 2.

C. METODE PENELITIAN

1. Definisi Operasional Variabel

1. Dukungan sosial

Coutrona (dalam Putra, 2011)

menjelaskan dukungan sosial

merupakan suatu proses hubungan

yang terbentuk dari individu dengan

persepsi bahwa seseorang dicintai dan

dihargai, disayangi, untuk

memberikan bantuan kepada individu

yang mengalami tekanan-tekanan

dalam kehidupanya. Pengukuran skala

yang digunakan peneliti dalam

penelitian ini adalah mengadaptasi

skala yang sudah terpakai dengan

menggunakan skala model Likert

dengan aspek-aspek dukungan sosial

yang dibuat oleh Coutrona & Russel,

“Social Previsions Scale” yang

kemmudian diadaptasi kedalam

bahasa Indonesia oleh Putra (2011).

2. Kesejahteraan psikologis

Kesejahteraan Psikologis adalah

suatu kondisi dimana individu

mampu menerima keadaan diri yang

apa adanya, mampu berhubungan

secara hangat dengan orang lain,

mandiri/tidak terikat oleh lingkungan

eksternal, serta memiliki tujuan

hidup.Dalam penelitian ini untuk

mengukur kesejahteraan psikologis

peneliti mrngadaptasi skala dari

Hidayah (2014) yang berdasarkan

enam dimensi dari teori Ryff.

B.Subjek Penelitian

Subjek yang dipilih adalah para

penderita DMT 2 yang sedang rawat

jalan di RSUD Dr. Moewardi. Adapun

jumlah sampel yang akan di ambil

dalam penelitian ini dilihat dari

jumlah penderita DMT 2 yang ada di

RSUD Dr. Moewardi pada bulan mei

2014 adalah 622 subjek dan

mengingat keterbatasan peneliti dalam

mengambil sampel maka hanya 50

subjek yang akan digunakan oleh

peneliti sebagai responden.

C.Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini melalui

metode angket skala dukungan sosial dan

skala kesejahteraan psikologis

D. PELAKSANAAN

PENELITIAN

1.Penentuan subjek penelitian

Penelitian yang dilakukan

dengan menggunakan populasi

penelitian yaitu pasien DMT 2 di

RSUD Dr. Moewardi. Teknik

pengambilan sampel yang digunakan

adalah dengan menggunakan

incidental sampling yaitu teknik

penentuan sampel berdasarkan pada

kebetulan, yaitu siapa saja yang secara

kebetulan bertemu dengan peneliti

dapat digunakan sebagai sampel, bila

dipandang orang yang kebetulan

ditemui itu cocok sebagai sumber data

dan berdasarkan kriteria yang telah

ditentukan yaitu semua pasien DMT 2

yang datang untuk melakukan rawat

jalan di RSUD Dr. Moewardi. Ketika

melakukan penelitian, peneliti tidak

saling mengenal subjek penelitian

sebelumnya,Peneliti datang ke tempat

penelitian pada tanggal 5 Agustus –

Page 11: NASKAH PUBLIKASI - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/31960/9/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · psikologis yang negatif, diantaranya adalah marah, merasa tidak berguna, kecemasan yang meningkat

6

13 Agustus 2014 dengan

mendapatkan 50 subjek dengan

kriteria dengan berbagai kriteria yang

diperoleh,

2.Analisis Data

1.Uji asumsi

a.Uji normalitas sebaran.

Pengujian ini dilakuan untuk

mengetahui normal tidaknya suatu

data variabel penelitian. Berdasarkan

hasil uji normalitas dengan

Kolomogorov-Smirnov dengan

menggunakan taraf signifikan 0,05.

Data dinyatakan berdistribusi normal

jika signifikan lebih besar dari 5%

atau 0,05. Hasil uji normalitas

menunjukan bahwa data yang

diperoleh untuk variabel kesejahteraan

psikologis memperoleh nilai K-S Z =

1,020 dengan p = 0,250 (p > 0,05) dan

variabel dukungan sosial memperoleh

K-S Z = 1,243 dengan p = 0,091 (p >

0,05). Hasil tersebut menunjukan

bahwa sebaran data memiliki

distribusi normal.

b. Uji linieritas.

Uji liniearitas dimaksudkan

untuk mengetahui apakah variabel

bebas (dukungan sosial) dengan

variabel tergantung (kesejahteraan

psikologis) memiliki korelasi yang

searah (linier) atau tidak. Kaidah uji

yang digunakan adalah jika uji F

Liniearity berada pada taraf signifikan

atau p<0,01. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa berdasarkan uji

liniearitas antara dukungan sosial

dengan kesejahteraan psikologis

diperoleh nilai F = 28,562; P = 0,000

(P<0,01). Hal ini menunjukkan

hubungan antara dukungan sosial

dengan kesejahteraan psikologis

bersifat linier.

2. Uji hipotesis

Perhitungan untuk uji hipotesis

dilakukan dengan menggunakan

teknik analisis Product Moment.

Berdasarkan hasil perhitungan yang

diperoleh nilai koefisien korelasi (r)

antara dukungan sosial dan

kesejahteraan psikologis didapat nilai

sebesar 0,609 dengan signifikan 0,000

(p<0,01). Hal in berarti bahwa ada

hubungan positif yang sangat

signifikan antara dukungan sosial

dengan kesejahteraan psikologis.

Artinya semakin tinggi dukungan

sosial yang didapat maka akan

semakin positif kesejahteraan

psikologis yang diperoleh subjek,

begitu pula sebaliknya semakin

rendah dukungan sosial yang didapat

maka akan semakin negatif

kesejahteraan psikologis yang dimiliki

subjek.

3.Pembahasan

Berdasarkan hasil temuan

penelitian menunjukkan bahwa

permasalahan dan hipotesis yang

diujikan telah dikaji dan diuji secara

empiris di lapangan. Hasil temuan

tersebut menunjukkan bahwa

hipotesis telah terbukti kebenarannya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan

bahwa terdapat hubungan yang positif

dan sangat signifikan antara dukungan

sosial dengan kesejahteraan

psikologis. Hasil perhitungan analisis

diperoleh nilai korelasi sebesar 0,609

dengan signifikan p = 0,000 (p<0,01).

Hal ini menunjukkan bahwa ada

hubungan positif yang sangat

signifikan antara dukungan sosial

dengan kesejahteraan psikologis.

Dengan demikian, dapat diartikan

bahwa dukungan sosial dapat

digunakan sebagai skala untuk

mengukur kesejahteraan psikologis.

Page 12: NASKAH PUBLIKASI - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/31960/9/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · psikologis yang negatif, diantaranya adalah marah, merasa tidak berguna, kecemasan yang meningkat

7

Semakin tinggi dukungan sosial yang

didapat, maka semakin tinggi

kesejahteraan psikologis yang

dimiliki. Sebaliknya, semakin rendah

dukungan sosial yang didapat, maka

semakin rendah kesejahteraan

psikologis yang dimiliki

E. KESIMPULAN

Berdasrkan hasil analisi data

yang telah dilakukan dapat diambil

kesimpulan:

1. Ada hubungan positif yang sangat

signifikan antara dukungan sosial

dengan kesejahteraan psikologis

pada pasien Diabetes Meliitus

Tipe 2

2. Dukungan sosial pada pasien

DMT 2 berada pada kategori

tinggi yaitu (RE) sebesar 68,18

dan rerata hipotetik (RH) sebesar

55

3. Kesejahteraan psikologis pada

berada pada pasien DMT 2

kategori sangat tinggi yaitu (RE)

sebesar 98,48 dan rerata

hipotetik (RH) sebesar 73,5

4. Sumbangan efektif variabel

dukungan sosial dengan

kesejahteraan psikologis pasien

DMT 2 adalah sebesar 37,1%.

F. Saran

Berdasarkan hasil penelitian

dan kesimpulan di atas, penulis

mengajukan beberapa saran sebagai

berikut:

1. Bagi keluarga subjek

Keluarga Psubjek memiliki

pengaruh yang sangat besar terhadap

kesesjahteraan psikologis pada subjek,

untuk itu dukungan dari keluarga

sangat dibutuhkan, seperti

memberikan dan menyediakan sarana

maupun prasarana kepada subjek,

selalu memberikan bimbingan dan

juga arahan, memberikan dukungan

terhadap setiap keputusan yang

diambil oleh subjek selama keputusan

yang diambil adalah baik bagi subjek,

sehingga subjek akan merasakan

memiliki kelekatan dengan keluarga

dan bisa lebih terbuka kepada

keluarga.

2. Bagi subjek

Hasil penelitian diharapkan

dapat memberikan informasi dan

masukan mengenai pentingnya

kesejahteraan psikologis yang dapat

berpengaruh terhadap kesehatan

subjek (pasien DMT 2) dan subjek

diharapkan untuk tetap dapat

mempertahankan kesejahteraan yang

dimiliki dengan memperhatikan hal-

hal yang dapat meningkatkan

kesejahteraan seperti selalu

mendekatkan diri kepada Tuhan,

membina hubungan yang baik dengan

sesama, serta tidak pernah menyerah

dalam menjalani kehidupan.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat

menjadi acuan bagi peneliti

selanjutnya mengingat masih banyak

kelemahan dari penelitian yang telah

dilakukan. Diharapkan peneliti

selanjutnya lebih memperhatikan

jumlah subjek penelitian,

pengkondisian pengisian angket serta

melakukan penelitian yang lebih

mendalam dengan melakukan

penelitian kesejahteraan psikologis

yang lain melihat hasil sumbangan

efektif dari dukungan sosial dengan

kesejahteraanp psikologis sebesar

37,1% menunjukkan masih ada 62,9%

faktor lain yang dapat mempengaruhi

kesejahteraan psikologis yaitu faktor

usia, jenis kelamin, status sosial

ekonomi, pendidikan, budaya, locus of

control, religiusitas, dan juga mawas

diri. Diharapkan penelitian

selanjutnya dapat dilakukan lebih baik

Page 13: NASKAH PUBLIKASI - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/31960/9/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · psikologis yang negatif, diantaranya adalah marah, merasa tidak berguna, kecemasan yang meningkat

8

lagi seperti dikembangkannya lagi

faktor – faktor lain untuk mengetahui

hubungan terhadap kesejahteraan

psikologis, memperluas populasi yang

ada, dan melakukan pengumpulan

data yang lebih beragam.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Y. (2011). Effect of Exercise

on Psychological Well-

being in T2DM. Journal

of stress Physiology &

Biochemistry , Vol. 7 No.

3 .

Anggoro,W.J. & Widhiarso, W.

(2010). Kontruksi dan

Identifikasi Properti

Psikometris Instrumen

Pengukuran Kebahagiaan

Berbasis Pendekatan

Indigenous Psychology:

Studi Multitrait-

Multimethod. Jurnal

Psikologi, Volume 37, No

2, 176-188.

Anggraeni, Titi. & Cahyanti, I.Y.

(2012). Perbedaan

Psychological Well-being

Pada Penderita Diabetes

Tipe 2 Usia Dewasa

Madya Ditinjau Dari

Strategy Copyng. Jurnal

Psikologi Klinis dan

Kesehatan Mental, Vol 1,

No 02)

Azwar, S. (2002). Penyusunan Skala

Psikologi. Yogyakarta:

Pustaka Belajar.

Baron, R.A dan Byrne, D.

(2003).Psikologi Sosial.

Jakarta: Penerbit

Erlangga

Borrot, N. & Bush, R. (2008).

Measuring Quality Of Life

Among Those With Type

2 Diabetes In Primary

Care, (online),

(http://www.uq.edu.au/hea

lth/healthycomm/docs/Qol

.pdf, diakses 17 Januari

2014).

Cigić1, S. N. (2013). Ryff’s

Psychological well-being

scales: Research Article,

159.9.072:159.913.

Cohen, S & Syne, S. I. (2005). Social

Support And

Health.London:Academic

Press inc.

Dewi, R. P. (2013). Faktor Risiko

Perilaku yang

Berhubungan dengan

Kadar Gula Darah

pada Penderita

Diabetes Melitus Tipe 2 di

RSUD Kabupaten

Karanganyar . Jurnal

Kesehatan Masyarakat,

Volume 2, Nomor 1.

Goleman, D. (2002). Healing

Emotions. Jakarta:

Interaksara.

Hadi, S.(2000).Metodologi Reasearch

II. Yogyakarta : Andi

Offset

____, S. (2002). Metodologi

Reasearch II. Yogyakarta

: Andi Offset

Page 14: NASKAH PUBLIKASI - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/31960/9/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · psikologis yang negatif, diantaranya adalah marah, merasa tidak berguna, kecemasan yang meningkat

9

____, S. (2004).

Metodologi Research III.

Yogyakarta: Andi Offset.

____, S. (2012).

Metodologi Research.

Yogyakarta: Andi Offset.

Hurlock, E.B. (2006). Psikologi

Perkembangan : Suatu

Pendekatan Sepanjang

rentang Kehidupan.

(terjemahan Istiwidayati).

Jakarta: Erlangga.

Hartono, A. (1995). Diet penyakit

gula. Jakarta: Arcan.

Hasanat, N. UI., (2010). Program

Psikoedukasi Bagi Pasien

Diabetes Untuk

Meningkatkan Kualitas

Hidup, (online),

(http://lib.ugm.ac.id/digita

si/uploud/2733_MU.1111

0020.pdf, diakses 4

Januari 2014).

Haslam, S. A. (2009). Social Identity,

Health and Well-Being:

An Emerging Agenda for

Applied Psychology.

APPLIED PSYCHOLOGY

, 58 (1), 1-23 .

Healthplus.2011. Diabetes, (online),

(http://www.healthplus24.

com/Disease_and_Conditi

ons1/Diabetes.aspx,

diakses 15 januari 2014).

Hidayah, N. (2014). Efektifitas group

psychoterapy untuk

meningkatkan

kesejahteraan psikologis

pada orang dengan

hiv/aids Tesis Fakultas

psikologi Universitas

Muhammadiyah

Surakarta.

Huppert, F. A. (2009). Psychological

Well-being: Evidence

Regarding its causes and

consequences. Applied

Psychology : Health And

Well-being. Volume (2),

137–164.

Hutapea, B. (2011). Emotional

Intelegence dan

Psychologycal Well-being

Pada Manusia Lanjut Usia

Anggota Organisasi

Berbasis Keagamaan di

Jakarta. Insan, Vol 13 No

02

Keyes, C. L. M., Shmotkin, D., &

Ryff, C. D. (2002).

Optimizing well-being:

The empirical encounter

of two traditions. Journal

of Personality and Social

Psychology, 82, 1007–

1022.

http://dx.doi.org/10.1037/

0022-3514.82.6.1007

Liwarti.(2013). Hubungan

pengalaman spiritual

dengan psychological

well-being pada penghuni

lembaga

pemasyarakatan.Jurnal

sains dan praktik

psikologi, 1, 77-88.

Magister Psikologi

UMM,ISSN.

Page 15: NASKAH PUBLIKASI - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/31960/9/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · psikologis yang negatif, diantaranya adalah marah, merasa tidak berguna, kecemasan yang meningkat

10

Martiani.(2012). Psychological Well-

being Wanita yang

Menjadi Istri Kedua

Dalam Pernikahan

Poligami.Skripsi.Fakultas

Psikologi Universitas

Muhammadiyah

Surakarta.

Nazir, Moh. (1999). Metode

Penelitian. Jakarta: Ghalia

Indonesia

Niven, N. (2002). Psikologi

Kesehatan. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

Nurhayati, Hasma. (2010). Pengaruh

Big Five Personality

Terhadap Psychological

Well-being Remaja Di

Sekolah Menengah

Kejuruan Negri 5

Madiun.Skripsi

(diterbitkan). Malang:

Fakultas Psikologi UIN

Orford, J. (1992). Community

psychology : Theory &

Practise. West Sussex :

John Wiley & Suns. Ltd.

Panembrama, R.G. (2013). Hubungan

Antara Keterlibatan

Psikologis Di Sekolah

Dengan Kebahagiaan

Subjektif Peserta Didik

Sekolah Menengah

Pertama. Skripsi

(diterbitkan). Jakarta:

Repository. UPI.Edu.

Papalia, D.E., Olds, S. W., &

Fieldman, R. D. (2009).

Human Development.

Jakarta: Salemba

Humanika.

Patton, D. P. (1998). EQ-Kecerdasan

Membangun Hubngan

jalan menuju

kebahagiaan dan

kesejahteraan. Jakarta:

PT.Pustaka Delapratasa.

Prihartanti, Nanik. (2004).

Kepribadian Sehat

Menurut Konsep

Suryamentaram.

Surakarta:

Muhammadiyah

University Press

Public Health Agency of Canada.

2011. Diabetes in Canada:

Facts and figures From A

Public Health Perspective,

(Online),

(http://www.phac-

aspc.gc.ca/cd-

mc/publications/diabetes

diabete/facts-figures-faits-

chiffres-2011/chap4-

eng.php, diakses 12

Januari 2014).

Putra, B.S. (2011). Hubungan Antara

Dukungan Sosial Dengan

Motivasi Untuk Sembuh

Pada Pengguna Napza Di

Rehabilitasi Madani

Mental Health Care.

Skripsi.(diterbitkan).

Jakarta : Fakultas

Psikologi UIN.

Rini, P.M. (2008). Dinamika

Kesejahteraan Psikologis

Survivor Kekerasan

Page 16: NASKAH PUBLIKASI - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/31960/9/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · psikologis yang negatif, diantaranya adalah marah, merasa tidak berguna, kecemasan yang meningkat

11

Seksual.Skripsi

(diterbitkan).Yogyakarta :

Fakultas Psikologi UIN.

Ryan, R. M., & Deci, E. L. (2001). On

happiness and human

potentials: A review of

research on hedonic and

eudaimonic well-being.

Annual Review of

Psychology, 52, 141-166.

Ryff, C.D., (1989). Happiness is

everything, or is it?

explorations on the

meaning of psychological

well-being.Journal of

Personality and Social

Psychology 57 (6), 1069–

1081.

____, C.D., &Keyes, C.L., (1995).

The structure of

psychological well-being

revisited. Journal of

Personality and Social

Psychology. 69 (4), 719–

727.

____, C. D., , B. H. (1996).

Psychological Well being:

Meaning, Measurement

and Implications for

Psychotherapy Research.

Journal of Psychotherapy

psychosomatics, 65,14-23

____, C. D., Keyes, C.L.,& Shmotkin,

D. (2002). Optimizing

Well being: The Empirical

Encounter of Two

Traditions. Journal of

Personality and Social

psychology. 82 (6), 1007-

1022

Sarafino, E. P. (1994). Health

Psychology:

Biopsychosocial

Interactions. New York:

John Wiley & Sons, Inc.

Sacco, P. & Yanover, T., (2006).

Diabetes and Depression:

The Role of Social

Support and Medical

Symptoms. Journal of

Behavioral Medicine, Vol.

29, No. 6, December

2006.

Seifert, T. (2005).Assesment of the

Ryff Scales of

Psychological Well-being.

Retrieved August 6, 2007

from the Center of Inquiry

in the Liberal Arst at

Webash College website:

http:/www.webashnational

study.org/wns/Ryff.html

Sholichah, R. D. (2009). Hubungan

Antara Dukungan Sosial

Dengan Derajat Depresi

Pada Penderita Diabetes

Melitus Dengan

Komplikasi.Skripsi

(diterbitkan).Fakultas

Kedokteran Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Smeeltzer. (2008). Buku Ajar

Keperawatan Medikal

Bedah. Volume 1 Edisi

VIII. Jakarta : EGC

Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan.

Jakarta: PT Grasindo.

Soegondo, S. (2009).Prinsip

penanganan diabetes,

Page 17: NASKAH PUBLIKASI - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/31960/9/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · psikologis yang negatif, diantaranya adalah marah, merasa tidak berguna, kecemasan yang meningkat

12

insulin dan obat oral

hipoglikemik oral.

Jakarta: FKUI

Sudoyo, A. W. et al (Eds). 2009.

Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam. Jilid III. Edisi V.

Jakarta: Pusat Penerbitan

Ilmu Penyakit Dalam.

Surani, N. (2012). Gangguan

metabolisme karbohidrat

pada Diabetes Mellitus.

Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya

Malang.

Suryabrata, S. (1994). Metodologi

Penelitian. Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada.

_______, S. (1998).Metodologi

Penelitian. Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada.

Sundberg, N. D. (2007). The practice

of psychological testing in

clinical services in the

United States. American

Psychologist, 16, 79–83.

Psychological resources, positive

illusions, and health.

American Psychologist,

55, 99-109.

Tjokroprawiro A. (2006). Diabetes

Melitus

Klasifikasi,Diagnosa dan

Terapi. Edisi

Ketiga.Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama

Trisnawati, S. K,. Setiyorogo, S.

(2013). Faktor Resiko

Kejadian Diabetes

Millitus Tipe 2 Di

Puskesmas Kecamatan

Cengkareng Jakarta Barat

Tahun 2013.Jurnal Ilmiah

Kesehatan, Vol 5, Nomor

1.

Vazquez, C., Hervas, G., Rahona,

J.R., & Gomez, D.

(2009). Psychological

Well-Being and Health.

Contributions of Positive

Psychology. Annuary of

Clinical and Health

Psychology, 5, 15-27

Wordpress. 2014. Diabetes Mellitus di

Indonesia.

http://redboxmedicalplus.

wordpress.com diakses

tanggal 11 November

2014. Pukul 10.00