naskah-publikasi-98320191
TRANSCRIPT
1
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA KETERLIBATAN AYAH DALAM
PENGASUHAN DENGAN KEMANDIRIAN PEMILIHAN CALON
PASANGAN HIDUP
Oleh:
Nuraini Rosalina
Irwan Nuryana Kurniawan
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA
2007
2
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA KETERLIBATAN AYAH DALAM
PENGASUHAN DENGAN KEMANDIRIAN PEMILIHAN CALON
PASANGAN HIDUP
Nuraini Rosalina
Irwan Nuryana Kurniawan
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan ayah dalam pengasuhan dengan kemandirian pemilihan calon pasangan hidup. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara keterlibatan ayah dalam pengasuhan dengan kemandirian pemilihan calon pasangan hidup.
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswi Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta dengan rentang umur 20-25 tahun Sebanyak 79 orang. Alat ukur yang digunakan adalah Skala Kemandirian Pemilihan Calon Pasangan Hidup yang dibuat sendiri oleh penulis berdasarkan teori dari Steinberg (2002), dan Skala Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan yang dibuat sendiri oleh penulis berdasarkan analisis dan sintesis teori dari Lamb (Shehan, 2002), Allen dan Daly (2002), Galinsky (Sheha, 2002), dan Halle (2000).
Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis korelasi product moment dengan menggunakan fasilitas program SPSS versi 12,0 untuk menguji apakah terdapat hubungan antara keterlibatan ayah dalam pengasuhan dengan kemandirian pemilihan calon pasangan hidup. Hasil uji hipotesis diperoleh koefisien korelasi sebesar r 0,473 dengan p = 0,000 (p < 0,01) yang artinya ada hubungan positif yang sangat signifikan antara keterlibatan ayah dalam pengasuhan dengan kemandirian pemilihan calon pasangan hidup. Jadi hipotesis penelitian diterima.
Kata Kunci : Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan, Kemandirian Pemilihan Calon Pasangan Hidup.
3
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA KETERLIBATAN AYAH DALAM
PENGASUHAN DENGAN KEMANDIRIAN PEMILIHAN CALON
PASANGAN HIDUP WANITA DEWASA AWAL
Telah Disetujui Pada Tanggal
____________________________
Dosen Pembiimbing
(Irwan Nuryana Kurniawan, S.Psi., M.Si)
4
HUBUNGAN ANTARA KETERLIBATAN AYAH DALAM PENGASUHAN
DENGAN KEMANDIRIAN PEMILIHAN CALON PASANGAN HIDUP
WANITA DEWASA AWAL
Nuraini Rosalina
Irwan Nuryana Kurniawan
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan ayah dalam pengasuhan dengan kemandirian pemilihan calon pasangan hidup. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara keterlibatan ayah dalam pengasuhan dengan kemandirian pemilihan calon pasangan hidup.
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswi Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta dengan rentang umur 20-25 tahun Sebanyak 79 orang. Alat ukur yang digunakan adalah Skala Kemandirian Hidup Wanita Dewasa Pemilihan Calon Pasangan Awal yang dibuat sendiri oleh penulis berdasarkan teori dari Steinberg (2002), dan Skala Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan yang dibuat sendiri oleh penulis berdasarkan analisis dan sintesis teori dari Lamb (Shehan, 2002), Allen dan Daly (2002), Galinsky (Sheha, 2002), dan Halle (2000).
Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis korelasi product moment dengan menggunakan fasilitas program SPSS versi 12,0 untuk menguji apakah terdapat hubungan antara keterlibatan ayah dalam pengasuhan dengan kemandirian pemilihan calon pasangan hidup. Hasil uji hipotesis diperoleh koefisien korelasi sebesar r 0,473 dengan p = 0,000 (p < 0,01) yang artinya ada hubungan positif yang sangat signifikan antara keterlibatan ayah dalam pengasuhan dengan kemandirian pemilihan calon pasangan hidup. Jadi hipotesis penelitian diterima.
Kata Kunci : Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan, Kemandirian Pemilihan Calon Pasangan Hidup.
5
PENGANTAR
Kemandirian adalah tidak tergantungnya lagi individu itu secara
emosional dengan orangtua maupun orang dewasa lainnya atau dapat
mengontrol emosinya sendiri, dapat mengambil keputusan dan melaksanakannya
sendiri tanpa pengaruh atau bantuan orang lain, juga mengetahui nilai-nilai diri
pribadi baik dalam hal moral, politik maupun agama yang diyakini dan tidak
mudah terpengaruh oleh nilai-nilai orang lain (Steinberg, 2002). Kemandirian
pemilihan calon pasangan hidup wanita adalah kemampuan yang dimiliki oleh
seorang wanita yang meliputi tidak tergantungnya lagi secara emosional dengan
orangtua maupun orang dewasa lainnya, dapat bertanggungjawab atas dirinya
sendiri, dapat mengontrol/mengendalikan emosinya sendiri, dapat mengambil
keputusan dan melaksanakannya sendiri tanpa pengaruh atau bantuan orang lain
dalam hal pemilihan calon pasangan hidup atau calon pasangan dalam
perkawinan.
Seorang wanita yang memilih pasangan hidup berdasarkan pilihannya
sendiri akan lebih mudah menerima kekurangan dan kelebihan pasangannya,
karena sebelum menjatuhkan pilihannya pada calon pasanganya tersebut,
seorang wanita sudah terlebih dahulu mengenal dan mengetahui kepribadian
calon pasangannya. Namun demikian, wanita yang mendapatkan pasangan hidup
berdasarkan hasil pilihan dari orang lain maka dimungkinkan akan lebiih sulit
mengenal dan mengerti kepribadinya pasangannya. Bagi seorang wanita dan
laki-laki yang saling memilih memiliki daya mampu independen yang kuat serta
ingin mengatur dan mengelola rumah tangganya sendiri tanpa campur tangan
siapa pun. Bagi kedua pasangan, mencari teman hidup yang penting adalah cinta
sehingga kemandirian dalam pemilihan pasangan hidup menjadi prinsip baginya
6
sehingga bila hal ini tidak terpenuhi dapat mempengaruhi kelangsungan rumah
tangganya kelak (Mappiare, 1983).
Pemilihan pasangan hidup merupakan salah satu dari tugas-tugas
perkembangan yang harus diselesaikan oleh wanita. Untuk itulah kemandirian
dalam pemilihan pasangan hidup sangat dibutuhkan bagi wanita. Havighurst
(Rifa’i, 1997) menyatakan bahwa salah satu tugas perkembangan wanita d
adalah mendapatkan kebebasan emosional dari orangtua atau orang dewasa
lainnya. Hal ini berarti wanita dewasa sudah tidak lagi bergantung pada
orangtuanya tetapi dituntut untuk dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab
atas dirinya sendiri.
Havighurst (Turner dan Helms, 1995) mengemukakan bahwa tuigas-tugas
perekmabngan dewasa muda, di antaranya ialah: 1) mencari dan menemukan
calon pasangan hidup, 2) membina kehidupan rumah tangga, 3) meniti karier
dalam rangka memantapkan kehidupan ekonomi rumah tangga, dan 4) menjadi
warga negara yang bertanggung jawab.
Menurut Katz dan Chard (Suyanto, 2005) dan Astuti (Sulistyorini, 2006)
cara memperoleh pengetahuan dan keterampilan akan mempengaruhi sikap
anak, begitu juga sebaliknya. Jika ada anak yang menjadi sangat tergantung
(tidak mandiri) kemungkinan besar disebabkan karena adanya kesalahan
perlakuan oleh lingkungannya, termasuk lingkungan keluarga.
Tampak bahwa salah satu lingkungan yang dapat mempengaruhi
kemandirian anak adalah lingkungan keluarga. Penelitian Karma (2002)
menjelaskan bahwa keluarga terutama orangtua adalah faktor utama
(determinant factor) dalam perkembangan kemandirian anak. Lingkungan
7
keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi perkembangan
anak, dari lingkungan inilah anak akan mendapatkan pendidikan pertama untuk
bekal di masa depan. Sejalan dengan itu, Gunarsa dan Gunarsa (2003)
menjelaskan bahwa keluarga terutama orangtua harus mempersiapkan anggota
keluarganya dalam hal ini si anak agar dapat mengambil keputusan dan tindakan
sendiri, sehingga anak dapat mengambil perubahan dari keadaan tergantung
pada keluarga menjadi berdiri sendiri secara mandiri.
Hasil penelitian Watson dan Lindgren (Dagun, 2002) menyatakan bahwa
anak-anak yang tidak mendapatkan asuhan dan perhatian ayah akan
menyebabkan perkembangan anak menjadi pincang. Kelompok anak yang
kurang mendapatkan perhatian ayahnya cenderung memiliki kemampuan
akademis menurun, aktivitas sosial terhambat, dan interaksi sosial terbatas. Hal
ini sesuai dengan penelitian dari Yulita (2005) yang menyatakan bahwa ada
hubungan yang sginifikan antara peran ayah dalam pengasuhan dengan persepsi
masa depan remaja. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat terlihat bahwa
peranan orang tua terutama ayah sangat besar dalam menentukan sikap dan
dan perilaku anak (wanita dewasa awal) terutama dalam memilih pasangan
hidup.
Selain itu, Shapiro (2003) juga menyatakan bahwa keterlibatan ayah
dalam pengasuhan lebih banyak menawarkan kepada anak-anaknya perasaan
terlindungi, kestabilan dan kemandirian. Tesman (Shapiro, 2003) juga
mengungkapkan hal yang sama yaitu keterlibatan ayah mampu mendukung dan
menstimulasi rasa ingin tahu, minat menjelajah dan kemampuan anak-anak
perempuan.
8
Seorang ayah mempunyai peranan sangat penting bagi perkembangan
anak. Seorang ayah dengan kualitas pribadinya dapat memberikan rangsangan
yang berbeda dengan seorang ibu terhadap anak-anaknya, sehingga dapat
mengembangkan sisi yang berbeda dalam kualitas anak itu sendiri. Penelitian
Gronseth (Dagun, 2002) menemukan bahwa dengan ayah mengambil bagian
dalam mengasuh anak, kaum ayah merasa lebih baik dan terbuka dengan anak-
anaknya, sehingga anak-anak tumbuh dengan kemampuan diri yang lebih tinggi
serta keyakinan diri yang lebih besar, cenderung lebih matang dan dapat
bergaul, serta mampu menghadapi berbagai masalah. Perkembangan
kemampuan berbahasa pada anak-anak ini juga menjadi lebih tinggi dan
dilaporkan bahwa anak-anak tersebut mendapat nilai pedagogis yang tinggi. Hal
ini berkaitan erat dengan rangsangan-rangsangan yang diberikan ayah dalam
membantu perkembangan kognitif anak. Oleh karena itu, keterlibatan ayah
dalam pengasuhan anak menjadi penting.
Seiring dengan tahap menuju kedewasaan, seorang wanita dituntut untuk
dapat menumbuhkan kemandirian pada dirinya khususnya dalam hal pemilihan
pasangan hidup. Tugas perkembangan seseorang wanita adalah mencapai
kemandirian dalam menentukan sikap sesuai dengan kehendak lingkungan dan
norma yang berlaku. Oleh karena itu selain adanya usaha dari dalam diri individu
itu sendiri untuk mengembangkan kemandiriannya, adanya peran dari luar
seperti peran dari keluarga terutama orangtua sangatlah penting.
Uraian di atas menunjukkan bahwa peran orangtua terutama ayah
sangatlah penting. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak sangat
berpengaruh pada perkembangan anak khususnya dalam membina dan
9
mengembangkan kemandirian. Salah satu bentuk kemandirain anak adalah dapat
memilih calon pasangan hidupnya, tidak tergantung pada orangtua. Oleh karena
itu, penulis tertarik unutk meneliti tentang hubungan keterlibatan ayah dalam
pengasuhan dengan kemandirian pemilihan calon pasangan hidup.
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah sumber utama data penelitian yaitu yang
mempunyai data mengenai variabel-variabel yang diteliti (Azwar, 1997). Subjek
penelitian ini adalah wanita dewasa awal yang berstatus sebagai mahasiswa
dengan rentang umur 20-25 tahun. Adapun kriteria subjek selain berkaitan
dengan jenis kelamin yaitu wanita, mahasiswa tersebut masih berstatus sebagai
mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan accidental
sampling atau sampling kebetulan. Dalam teknik ini sampling ini yang dijadikan
anggota sampel adalah apa atau siapa saja yang kebetulan dijumpai ditempat-
tempat tertentu. Anggota populasi yang kebetulan tidak dijumpai sama sekali
tidak diperhatikan dan tidak diperhitungkan dalam penugasan subjek ke dalam
sampel (Hadi, 2004).
B. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode
questioner yang berbentuk alat ukur skala. Skala adalah suatu alat ukur untuk
10
mengetahui atau mengungkap aspek afektif, berupa pertanyaan atau pernyataan
yang secara tidak langsung mengungkap indikator perilaku dari atribut yang
bersangkutan, dan respon atau jawaban subjek tidak diklasifikasikan sebagai
jawaban benar atau salah (Azwar, 2006). Skala yang digunakan dalam penelitian
ini terdiri dari dua skala, yaitu:
1. Skala Kemandirian Pemilihan Calon Pasangan Hidup
Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah merupakan skala yang
dibuat sendiri oleh penulis berdasarkan teori dari Steinberg (2002). Skala ini
tersusun atas 45 yang terdiri dari aitem favourable. Berikut ini disajikan tabel
distribusi aitem-aitem skala kemandirian.
Tabel 1 Distribusi Butir Skala Kemandirian Pemilihan Calon Pasangan Hidup Sebelum Uji Coba
No Aspek Indikator Perilaku Aitem Jumlah 1 Kemandirian Emosi Remaja tidak langsung
terburu-buru ke orang lain (orang tua, teman,dosen, dll) setiap saat mereka merasa cemas, sedih, terganggu dan lain-lain
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 11,12
12
2 Kemandirian Perilaku
? Kemampuan untuk membuat keputusannya sendiri dan mengetahui dengan pasti kapan seharusnya meminta atau mempertimbangkan nasehat orang lain selama hal iu sesuai
? Kemampuan untuk mempertimbangkan bagian-bagian alternatif dan tindakan yang dilakukan berdasarkan penilaian sendiri dan saran orang lain
? Mengetahui kapan dan bagaimana harus bersikap terhadap pengaruh,tawaran-tawaran, bantaun/nasehat dan menangkap maksud-maksud yang terkandung
13,14,15,16,17,18,19, 20,21,22,23,24,25,26, 27,28,29,30,31,32,33, 34,35
23
11
dibaluk itu ? Mencapai keputusan yang
bebas tentang bagaimana harus bersikap/melaksanakan keputuisan dengan penuh percaya diri
3 Kemandirian Nilai
? Cara remaja masa remaja kepercayaan semakin berakar pada prinsip-prinsip umum yang memiliki basis ideologis
? Kepercayaan semakin didirikan pada nilai-nilai anak muda itu sendiri dan bukan hanya tergantung pada sistem nilai-nilai yang diwariskan orangtua atau semakin abstark pada cara mereka berpikir tentang jenis masalah
? Pada figur otoritas`
36,37,38,39,40, 41,42,43,44,45
10
Jumlah 45 45
Setiap aitem skala kemandirian anak ini disediakan empat alternatif jawaban
yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), kurang Sesuai (KS), dan Tidak Sesuai (TS).
Setiap item dalam skala kemandirian anak merupakan pernyataan favorable, jadi
penyekoran jawaban Sangat Sesuai mendapat skor 4, jawaban Sesui mendapat
skor 3, jawaban kurang sesuai mendapat skor 2, dan jawaban tidak sesuai
mendapat skor 1.
2. Skala Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan
Skala yang digunakan dalam penelitian ini merupakan skala yang dibuat
sendiri oleh penulis berdasarkan analisis dan sintesis teori dari Lamb (Shehan,
2002), Allen dan Daly (2002), Galinsky (Shehan, 2002), Halle (2000). Skala ini
tersusun dari 70 aitem yang terdidi dari aitem favourable dan unfavourable.
12
Tabel 2 Distribusi Butir Skala Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan Sebelum Uji Coba
NO Aspek Indikator Perilaku Aitem Jumlah 1. Time Spent
Together/waktu yang dihabiskan bersama anak
? Frekuensi kontak ayah dan anak ? Jumlah waktu yang dihabiskan
bersama anak ? Ayah mudah dikases oleh anak
1,2,3,4,5,6,7,8,9 10,11,12,13,14,15
15
2. Quality of father/kualitas interaksi dengan anak
? Peka/sensitif pada anak ? Warm/hangat ? Friendly/bersahabat ? Motivator/sebagai pendukung ? Membuat anak merasa dicintai ? Accepting/menerima anak apa
adanya juga mengharapkan keberhasilan
16,17,18,19,20,21, 22,23,24,25,26,27,28,29,30,31,32,33,34,35,36,37,38,39,40,41,42,43,44,45,46,47,48
33
3. Investment in paternal role/berinvestasi pada peran-peran ke-ayahan
? Tanggungjawab pada masa depan anak dengan pern ayah sebagai guru dan model bagi anak
? Pemantau dan pendisiplin ? Pelindung ? Menyediakan sejumlah
dukungan terhadap kegiatan pendidikan anak baik sekolah atau kuliah
49,50,51,52,53,54,55,56,57,58,59,60,61,62,63,64,65,66,67,68,69,70
22
Jumlah 70 70
Untuk mengunmgkap keterlibatan ayah yang didapatkan berdasarkan
perspesi wanita dewasa awal terhadap peran ayah. Aitem-aitem yang disusun
berdasarkan indikator-indikatornya. Ada empat alternatif jawaban, yaitu Selalu
(S), Sering (SR), Jarang (JR), dan Tidak Pernah (TP). Skala keterlibatan ayah
terdiri atas dua kelompok aitem yaitu kelompok aitem favourable dan kelompok
aitem unfavourable. Pernyataan favourable jawaban selalu mendapat skor 4,
sering mendapat skor 3, jarang mendapat skor 2, dan tidak pernah mendapat
skor 1. Sebaliknya, pernaytaan unfavourable, jawaban jawaban selalu mendapat
skor 1, jawaban sering mendapat skor 2, jawaban jarang mendapat skor 3, dan
jawaban tidak pernah mendapat skor 4.
13
C. Analisis Data
1. Uji Asumsi
Sebelum dilakukan uji hipotesis, dilakukan uji asumsi untuk melihat apakah
data yang diperoleh memenuhi syarat penggunaan analisis korelasi dan untuk
dapat menarik kesimpulan yang tidak menyimpang. Adapun uji asumsi yang
dilakukan meliputi dua hal yaitu:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah distribusi sebaran variabel
bebas dan variabel tergantung dalam penelitian ini bersifat normal atau tidak. Uji
normalitas dilakukan dengan memakai rumus Kolmogorof-Smirnov dengan
menggunakan fasilitas komputer SPSS for Windows 13.0.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah hubungan antara skor
variabel keterlibatan ayah dalam pengasuhan dan variabel kemandirian pemilihan
calon pasangan hidup merupakan garis yang lurus atau tidak. Uji linearitas
dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows 13.0 dalam
penelitian ini merupakan garis lurus atau linear.
2. Uji Hipotesis
Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengungkap hubungan
antara keterliabatan ayah dalam pengasuhan dengan kemandirian pemilihan
calon pasangan hidup. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
untuk menguji hipotesis digunakan korelasi product moment. Semua perhitungan
dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program Statistical
Package for Sosial Science (SPSS) for Windows 13.0.
14
HASIL PENELITIAN
A. Orientasi Kancah dan Persiapan
1. Orientasi Kancah
Pengambilan data penelitian dilakukan pada mahasiswa Program Studi
Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
yang berlokasi di kampus terpadu Jalan Kaliurang Km 14,5, Besi, Sleman,
Yogyakarta.
Berkaitan dengan pengambilan subjek di UII, hal ini dikarenakan penulis
ingin meneliti lebih lanjut mengenai kemandirian mahasiwa (dewasa awal)
terutama yang putri. Penulis banyak mengamati perilaku-perilaku yang
menunjukkan bahwa mahasiswa UII kurang mandiri, baik secara emosi, perilaku
maupun tentang nilai dalam pemilihan pasangan calon hidup.
Mengenai hubungan keluarga jika dilihat dari subjek mahasiswa UII
berdasarkan pengamatan penulis terlihat adanya beberapa mahasiswi yang
ternyata hubungan dengan keluarganya kurang baik, ataupun sebaliknya
hubungan keluarga ke mahasiswi itu sendiri. Hal ini dikarenakan sebagian besar
orang tua mahasiswa UII adalah orang yang berkecukupan dan lebih
mementingkan materiil saja tetapi kurang mementingkan kualitas hubungan
keluarga. Oelh karena itu penulis memutuskan juga ingin melihat latar belakang
hubunagn keluarga para mahasiswa UII.
2. Persiapan Penelitian
a. Persiapan administrasi
Persiapan penelitian diawali dengan perijinan yang dikeluarkan oleh
Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
15
Yogyakarta, nomor 893/Dek/70/Akd/XII/2007 tertanggal 18 Desember 2007. Ijin
ditujukan kepada Ketua Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu
Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta untuk pengambilan data
penelitian, kemudian Ketua Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu
Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta mengeluarkan surat ijin
penelitian.
Surat ijin penelitian ini digunakan sebagai syarat untuk pengambilan data
penelitian. Try out dan pada Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu
Sosial Budaya pengambilan data penelitian. Pengambilan data dilakukan di
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
b. Persiapan penelitian
Persiapan penelitian dilakukan dengan membuat alat ukur penelitian. Alat
ukur penelitian yang digunakan adalah Skala Keterlibatan Ayah dalam
Pengasuhan dan skala Kemandirian Pemilihan Calon Pasangan Hidup Wanita
Dewasa Awal. Skala Kemandirian Pemilihan Calon Pasangan Hidup yang disusun
berdasarkan teroi kemandirian dari Steinberg (2002). Sedangkan Skala
Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan. Uji coba alat ukur (try out) dilakukan di
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Yogyakarta.
Pelaksanaan try out berlangsung pada tanggal 13-14 Desember 2007. Subjek
yang terlibat dalam uji coba adalah mahasiswa Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial
Budaya Universitas Islam Yogyakarta. Jumlah subjek dalam uji coba sebanyak 79
orang. Berikut adalah hasil uji validitas dan reliabilitas alat ukur:
1) Validitas
Validitas yang digunakan pada penelitian ini lebih menekankan pada
validitas isi (content validity) yaitu validitas yang menunjukkan sejauh mana item
16
dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi yang hendak diukur. Untuk
melakukan seleksi item dilakukan pengukuran koefisien korelasi item-total (rix).
Item dalam tes jika kualitasnya tidak baik harus disingkirkan. Perhitungan skor
item dengan skor total menggunakan teknik perhitungan korelasi product
moment dari Pearson.
a) Validitas Skala Kemandirian Pemilihan Calon Pasangan Hidup
Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah merupakan skala yang
dibuat sendiri oleh penulis berdasarkan teori dari Steinberg (2002). Hasil analisis
data dengan menggunakan koefisien korelasi aitem total. Setelah dilakukan dua
kali seleksi item terdapat 8 item gugur dari 45 item yaitu nomor 1,3,4,9,19,23,37
dan 45. Item yang valid sebanyak 37. Berikut ini disajikan tabel distribusi aitem-
aitem skala kemandirian setelah uji coba;
Tabel 3 Distribusi Butir Skala Kemandirian Pemilihan Calon Pasangan Hidup Setelah Uji Coba
No Aspek Indikator Perilaku Aitem Jumlah 1 Kemandirian
Emosi Remaja tidak langsung terburu-buru ke orang lain (orang tua, teman,dosen, dll) setiap saat mereka merasa cemas, sedih, terganggu dan lain-lain
2(1),5(2),6(3),7(4),8(5), 10(6),11(7),12(8)
8
2 Kemandirian Perilaku
? Kemampuan untuk membuat keputusannya sendiri dan mengetahui dengan pasti kapan seharusnya meminta atau mempertimbangkan nasehat orang lain selama hal iu sesuai
? Kemampuan untuk mempertimbangkan bagian-bagian
13(9),14(10),15(11),16(12), 17(13),18(14),20(15),21(16), 22(17),24(18),25(19),26(20), 27(21),28(22),29(23),30(24), 31(25),32(26),33(27),34(28), 35(29)
21
17
alternatif dan tindakan yang dilakukan berdasarkan penilaian sendiri dan saran orang lain
? Mengetahui kapan dan bagaimana harus bersikap terhadap pengaruh,tawaran-tawaran, bantaun/nasehat dan menagkap maksud-maksud yang terkandung dibaluk itu
? Mencapai keputusan yang bebas tentang bagaimana harus bersikap/melaksanakan keputuisan dengan penuh percaya diri
3 Kemandirian Nilai
? Cara remaja semakin abstark pada cara mereka berpikir tentang jenis masalah
? Pada masa remaja kepercayaan semakin berakar pada prinsip-prinsip umum yang memiliki basis ideologis
? Kepercayaan semakin didirikan pada nilai-nilai anak muda itu sendiri dan bukan hanya tergantung pada sistem nilai-nilai yang diwariskan orangtua atau figur otoritas`
36(30),38(31),39(32), 40(33),41(34),42(35), 43(36),44(37)
8
Jumlah 37 37
Catatan : angka dalam kurung ( ) adalah nomor urut butir baru setelah uji coba
b) Validitas Skala Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan
Skala yang digunakan dalam penelitian ini merupakan skala yang dibuat
sendiri oleh penulis berdasarkan analisis dan sintesis teori dari Lamb (Shehan,
2002), Allen dan Daly (2002), Galinsky (Sheha, 2002), Halle (2000). Hasil analisis
18
data dengan menggunakan koefisien korelasi aitem total. Setelah dilakukan dua
kali seleksi item terdapat 9 item gugur dari 70 item yaitu nomor
46,52,54,56,57,60,62,67 dan 68. Item yang valid sebanyak 61. Berikut ini
disajikan tabel distribusi aitem-aitem skala keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan
setelah uji coba:
Tabel 4 Distribusi Butir Skala Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan Setelah Uji Coba
NO Aspek Indikator Perilaku Aitem Jumlah 1. Time Spent
Together/waktu yang dihabiskan bersama anak
? Frekuensi kontak ayah dan anak ? Jumlah waktu yang dihabiskan
bersama anak ? Ayah mudah dikases oleh anak
1,2,3,4,5,6,7,8,9 10,11,12,13,14,15
15
2. Quality of father/kualitas interaksi dengan anak
? Peka/sensitif pada anak ? Warm/hangat ? Friendly/bersahabat ? Motivator/sebagai pendukung ? Membuat anak merasa dicintai ? Accepting/menerima anak apa
adanya juga mengharapkan keberhasilan
16,17,18,19,20,21, 22,23,24,25,26,27,28,29,30,31,32,33,34,35,36,37,38,39,40,41,42,43,44,45,,47(46),48(47)
32
3. Investment in paternal role/berinvestasi pada peran-peran ke-ayahan
? Tanggungjawab pada masa depan anak dengan pern ayah sebagai guru dan model bagi anak
? Pemantau dan pendisiplin ? Pelindung ? Menyediakan sejumlah
dukungan terhadap kegiatan pendidikan anak baik sekolah atau kuliah
49(48),50(49), 51(50),53(51), 55(52),58(53), 59(54),61(55), 63(56),64(57), 65(58),66(59), 69(60),70(61)
14
Jumlah 61 61 Catatan : angka dalam kurung ( ) adalah nomor urut butir baru setelah uji coba 2. Reliabilitas
Koefisien reliabilitas berkisar 0.0 sampai 1.0 akan tetapi seperti pada
validitas, koefisien sebesar 0.0 dan 1.0 tidak pernah dijumpai (Azwar, 1997). Uji
reliabilitas yang dilakukan pada Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan dengan
menggunakan SPSS for Window menghasilkan koefisien reliabilitas sebesar
0,9315. Sedangkan koefisien reliabilitas skala Kemandirian Pemilihan Calon
19
Pasangan Hidup sebesar 0,9687 sehingga dari hasil tersebut dapat dikatakan
bahwa kedua skala tersebut cukup handal untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data.
B. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Penelitian dilakukan pada tanggal 13
Desember sampai 14 Desember 2007. Subjek penelitian adalah mahasiswa
Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas
Islam Indonesia Yogyakarta.
Pada walnya penulsi ingin sekali untuk dapat mengambil data dengan
cara masuk ke kelas-kelas di Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi da Ilmu
Sosial Budaya UII tetapi karena ada beberapa kesulitas maka penulis
memutuskan untuk mengambil data langsung pada mahasiswi yang berada di
kampus yang tidak mengikuti perkuliahan. Keseluruhan skala yang dibagikan
kepada mahasiswi Program Studi Psikologi sebanyak 79 skala. Kesemua skala
tersebut dikembalikan kepada peneliti dan memenuhi syarat penyekoran.
C. Analisis Hasil dan Hasil Penelitian
Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis. Setelah seluruh data
diperoleh maka dilakukan uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji
linieritas. Uji normalitas dan uji linieritas ini adalah sebagai prasyarat analisis
sebelum melakukan analisis korelasi Semua uji prasyarat dilakukan dengan
maksud agar kesimpulan yang diambil tidak menyimpang dari kebenaran. Semua
uji asumsi dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS for
windows.
20
1. Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek yang digunakan oleh peneliti untuk penelitian ini adalah
perempuan mahasiswi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas
Islam Indonesia Yogyakarta. Pengambilan data penelitian ini dilakukan di
Kampus Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta.
Tabel 5 Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia No Usia Jumlah Persentase 1. 20 tahun 24 30,38% 2. 21 tahun 29 36,71% 3. 22 tahun 8 10,13% 4. 23 tahun 14 17,72% 5. 24 tahun 4 5,06%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa subjek penelitian yang
berusia yang berusia 20 tahun sebanyak 24 orang (30,38%), yang berusia 21
tahun sebanyak 29 orang (36,71%), yang berusia 22 tahun 8 orang (10,13%),
yang berusia 23 tahun 14 orang (17,72%) dan yang berusia 24 tahun sebanyak
4 orang (5,06%). Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian
yang paling banyak dalam penelitian ini berusia 21 tahun yaitu sebesar 36,71%.
2. Deskripsi Hasil Penelitian
Hasil Penelitian yang berupa angka-angka dideskripsikan agar
memberikan manfaat dan gambaran mengenai subjek penelitian, dari data yang
terkumpul diperoleh deskripsi data sebagai berikut:
Tabel 6 Deskripsi Data Subjek Penelitian Variabel Min Maks Mean SD Kemandirian Pemilihan Calon Pasangan Hidup
94 145 118,66 12,22
Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan 128 243 194,66 25,94
21
Berdasarkan deskripsi data menunjukkan bahwa mean Kemandirian
Pemilihan Calon Pasangan Hidup adalah 118,66 dengan standar deviasi (SD) =
12,22 dan nilai minimumnya 94 serta nilai maksimum 145. Sedangkan mean
Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan yaitu 194,66 dengan standar deviasi
(SD) = 25,94 dan nilai minimum 128 serta nilai maksimum 243.
Penelitian selanjutnya mengelompokkan skor skala Kemandirian Pemilihan
Calon Pasangan Hidup dan Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan menjadi lima
kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Kategori
jenjang bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok
yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut
yang diukur (Azwar, 1999). Berikut ini adalah kriteria kategori skala:
Tabel 7 Kriteria Kategori Skala
Kategori Nilai Sangat Tinggi X > ( µ + 1.8 s )
Tinggi ( µ + 0.6 s ) < X < ( µ + 1.8 s ) Sedang ( µ - 0.6 s ) < X < ( µ + 0.6 s ) Rendah ( µ - 1.8 s ) < X < ( µ - 0.6 s )
Sangat Rendah X < ( µ - 1.8 s )
Tabel 8 Skala Kemandirian Pemilihan Calon Pasangan Hidup
Nilai Jumlah Kategori
N % Sangat Tinggi X > 140,66 4 5,06%
Tinggi 125,99 < X =
140,66 17 21,52%
Sedang 111,33 < X =
125,99 34 43,04%
Rendah 96,66 = X =
111,33 21 26,58% Sangat Rendah X < 96,66 3 3,80%
Jumlah 79 100%
22
Berdasarkan tabel di atas kategorisasi Kemandirian Pemilihan Calon
Pasangan Hidup untuk kategori sangat tinggi sebanyak 4 orang (5,06%),
kategori tinggi 17 orang (21,52%), kategori sedang 34 orang (43,04%), kategori
rendah 21 orang (26,58%) dan kategori sangat rendah 3 orang (3,80%).
Berdasarkan tabel di atas, Kemandirian Pemilihan Calon Pasangan Hidup berada
dalam kategori sedang. Sedangkan kategorisasi Keterlibatan Ayah dalam
Pengasuhan disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 9 Kategori Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan
Nilai Jumlah Kategori N %
Sangat Tinggi X > 241,35 1 1,27% Tinggi 210,22 < X = 241,35 22 27,85% Sedang 179,10 < X = 210,22 34 43,04% Rendah 147,97 = X = 179,10 17 21,52%
Sangat Rendah X < 147,97 5 6,32% Jumlah 79 100%
Berdasarkan tabel di atas kategorisasi Keterlibatan Ayah dalam
Pengasuhan untuk kategori sangat tinggi sebanyak12 orang (1,27%), kategori
tinggi 22 orang (27,85%), kategori sedang 34 orang (43,04%), kategori rendah
17 orang (21,52%) dan kategori sangat rendah 5 (6,32%). Berdasarkan tabel di
atas, Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan berada dalam kategori sedang.
3. Hasil Uji Asumsi
Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji asumsi
terhadap data penelitian. Uji asumsi meliputi uji normalitas dan uji linieritas
sebagai prasyarat uji hipotesis.
a. Uji Normalitas
23
Uji normalitas bertujuan untuk melihat normal atau tidaknya distribusi
sebaran jawaban subjek pada suatu variabel yang dianalisis. Distribusi sebaran
yang normal menyatakan bahwa subjek penelitian dapat mewakili populasi yang
ada, sebaliknya apabila sebaran tidak normal maka dapat disimpulkan bahwa
subjek tidak representatif sehingga tidak dapat mewakili populasi. Uji normalitas
sebaran pada penelitian ini menggunakan teknik analisis One Sample Kolmogorov
Smirnov Test, yang digunakan untuk membandingkan frekuensi harapan dan
frekuensi amatan, apabila ada perbedaan antara frekuensi harapan dan frekuensi
amatan dengan taraf signifikansi 5% (p<0,05) maka distribusi sebaran
dinyatakan tidak normal, sebaliknya apabila (p>0,05) maka distribusi sebaran
dinyatakan normal. Hasil uji normalitas diperoleh sebaran skor Kemandirian
Pemilihan Calon Pasangan Hidup dan Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan
adalah sebagai berikut:
Tabel 10 Hasil Uji Normalitas
Variabel Kolmogorov Smirnov
Probabilitas
Kemandirian Pemilihan Calon Pasangan Hidup
0,990 0,281
Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan 0,374 0,999
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai KSZ data Kemandirian Pemilihan
Calon Pasangan Hidup sebesar 0,990 dangan probabilitas 0,2810 dan nilai KSZ
data Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan sebesar 0,374 dengan probabilitas
0,999 yang berarti bahwa kedua nilai tersebut lebih besar dari 0,05. Dengan
demikian dapat diartikan bahwa data Kemandirian Pemilihan Calon Pasangan
Hidup dan data Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan mempunyai distribusi
24
normal, sehingga subjek dalam penelitian tergolong representatif atau dapat
mewakili populasi yang ada.
b. Uji Linieritas
Uji Linieritas digunakan untuk mengetahui apakah hubungan variabel
dependent dengan variabel independent merupakan garis lurus yang linier atau
tidak. Berikut ini adalah hasil uji linieritas.
Tabel 11 Rekapitulasi Perhitungan Uji Linieritas
Uji Linieritas Fhit P Kemandirian Pemilihan Calon Pasangan Hidup dengan Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan
22,921 0,000
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa nilai Fhitung antara
variabel Kemandirian Pemilihan Calon Pasangan Hidup Wanita Deawasa Awal
dengan Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan sebesar = 22,921 dengan p=0,000.
Dengan taraf signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 (p<0,05), menunjukkan
bahwa hubungan kedua variabel dalam penelitian ini merupakan garis lurus atau
linear, sehingga asumsi linieritas terpenuhi.
4. Hasil Uji Hipotesis
Untuk mengetahui hubungan Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan
dengan Kemandirian Pemilihan Calon Pasangan Hidup Wanita digunakan teknik
analisis korelasi product moment. Adapun hasil dari analisis korelasi product
moment diperoleh koefisien korelasi antara Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan
dengan Kemandirian Pemilihan Calon Pasangan Hidup sebesar 0,473 dengan p
= 0,000 (p < 0,01). Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa Keterlibatan
25
Ayah dalam Pengasuhan mempunyai hubungan positif dan sangat signifikan
dengan Kemandirian Pemilihan Calon Pasangan Hidup. Besarnya R2 sebesar
0,224 menunjukkan bahwa 22,4% Kemandirian Pemilihan Calon Pasangan Hidup
dipengaruhi oleh Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan dari pasangannya masing-
masing.
D. Pembahasan
Hasil penelitian secara kuantitatif menunjukkan bahwa ada hubungan
positif yang signifikan antara Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan dengan
Kemandirian Pemilihan Calon Pasangan Hidup. Semakin tinggi Keterlibatan Ayah
dalam Pengasuhan maka semakin tinggi Kemandirian Pemilihan Calon Pasangan
Hidup. Hasil analisis statistik deskriptif diketahui bahwa Kemandirian Pemilihan
Calon Pasangan Hidup berada dalam kategori sedang. Demikian pula Keterlibatan
Ayah dalam Pengasuhan berada dalam kategori sedang. Oleh karena itu hasil
analisis korelasi Product Moment menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan
sangat signifikan antara Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan dengan
Kemandirian Pemilihan Calon Pasangan Hidup.
Ayah sebagai kepala keluarga tidak dapat melepaskan diri dari
tanggungjawab rumah tangga. Perilaku-perilaku yang ditunjukkan oleh ayah
akan menjadi penilaian dari para anggota keluarga, khususnya bagi anak wanita.
Apbila seorang ayah mempunyai perilaku yang positif dalam pengasuhan anak,
maka nilai-nilai yang ada dalam diri ayah akan diinternalisasikan pada diri anak
tersebut. Shapiro (2002) mengemukakan bahwa keterlibatan ayah dengan anak
terutama anak wanita akan memberikan dua manfaat yaitu anak akan
memahami bahwa ayah mereka lebih tertarik kepada diri anak, dan anak akan
26
memandang ayah secara lebih positif. Semakin tinggi keterlibatan aktif dan
interaktif seorang ayah, semakin besar dampaknya bagi anak
Ayah sebagai seorang teladan yang baik apabila dapat bersikap hangat,
bersikap positif, mendorong kemandirian dan pencapaian prestasi akan
memberikan manfaat pada perkembangan anak gadis mereka (Lamb, 1981).
Apabila ayah dapat terlibat dengan baik maka anak akan menginternalisasikan
sikap atau teladan yang dimiliki ayah, salah satunya sikap kemandirian atau yang
diajarkan oleh ayah dan menirunya lalu mempraktekkannya di kehidupannya
sehari-hari. Menurut Hurlock (1980) orangtua yang memberikan rasa aman,
sumber kasih sayang, membantu memecahkan masalah anak, jika semua ini
diberikan pada saat masih kanak-kanak amak anak akan tumbuh menjadi anak
yang penyesuaiannya baik.
Keterlibatan ayah meliputi berbagai aspek yaitu aspek waktu yang
dihabiskan bersama anak, kualitas hubungan dengan anak juga investasi ayah
terhadap peran-peran ayah itu, inilah yang sangat berpengaruh untuk
mengembangkan otonomi pada remaja putri. Ayah yang kuat, penuh keyakinan,
punya pengetahuan luas, mampu melindungi, adil, layak dihirmati, berani
mengambil resiko, adalah peran-peran ayah secara tradisional. Semua sifat
demikian merupakan tonggak untuk model peran ayah yang baik. Ditambahkan
lagi sifat penyayang, peka terhadap kebutuhan anak, pandai humor, siap
meluangkan banyak waktu untuk keluarga. Anak wanita pada khususnya yang
memiliki ayah seperti ini akan mampu mengembangkan sifat-sifat maskulin
sekaligus sifat-sifat yang selama ini dianggap sebagai ciri khs ibi (Shapiro, 2002).
27
Menurut Kipnis (Shapiro, 2002), ayah begitu terlibat dalam kemandirian
anak wanita dibandingkan ibu dikarenakan pria mempunyai beberapa keahlian
yaitu tenang, tidak banyak bicara, melakukan komunikasi samil berdampingan,
keberanian, kerjasama kelompok, kemampuan visual dan lain-lain. Berdasarkan
pernyataan di atas seorang anak wanita menjadikan ayahnya sebagai model
lebih ke sisi fisik yaitu orang yang kuat, melindungi, bertanggung jawab, mandiri,
yang secara tidak langsung juga terinternalisasi dalam dirinya. selain itu juga
dapat menjadikan ayah sebagai panutan sikap kemandirian dan menjadi orang
yang tidak tergantung.
Selain sebagai model (teladan bagi anak), seorang ayah juga berfungsi
sebagai pendisipli dan pengontrol anak. Berkaitan dengan disiplin, keterlibatan
ayah juga sangat kuat di bandingkan para ibu jika wanita mendisiplinkan anak-
anak mereka menggunakan ”ikatan emosional janin” yang bersifat fleksibel.
Selain itu, menurut Kartono (1992) ibu-ibu masih merasa takut jika anaknya
merasa dewasa, sehingga ibu-ibu walaupun anaknya sudah dewasa tetapi ibu-ibu
selalu berusaha untuk membuat anaknya berpredikat kekanak-kanakan selama
mungkin, tidak berdaya dan selalu bergantung pada ibu. Berbeda dengan ayah,
yang cenderung tidak mempunyai iakatan emosional janin. Oleh karena itu jika
ayah menerapkan disiplin sesuai dengan aturan dan agak bersifat kaku, yang
memang dengan cara seperti ini membuat anak bertanggungjawab terhadap
tugasnya sendiri tidak bergantung pada orang lain.
Seorang ayah yang tidak menerapkan disiplin dan terkesan cuek maka
anak tidak berdisiplin dan kemandiriannya pun akan berkembang ke arah
kemandirian yang jelek (tidak sehat secara psikologis). Pernyataan ini sejalan
28
dengan pernyataan Shapiro (2002) yang menyebutkan sikap disiplin ayah akan
berguna kelak pada masa depan anak ketika mereka sudah mulai terpisah
dengan orangtua dan belajar mandiri
Secara keseluruhan sumbangan yang diberikan dari variabel Keterlibatan
Ayah dalam Pengasuhan untuk variabel Kemandirian Pemilihan Calon Pasangan
Hidup adalah sebesar 22,4%. Dengan demikian berarti sisanya 77,6%
disebabkan oleh faktor lain yang bisa mempengaruhi Kemandirian Pemilihan
Calon Pasangan Hidup.
Kelemahan penelitian ini adalah identitas responden terkait ayah kurang
jelas karena peneliti tidak mengetahui apakah ayahnya masih ada atau sudah
meninggal. Oleh karena itu untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk
menspesifikasikan meneliti keterlibatan ayah dengan ayah yang masih hidup atau
yang sudah meninggal. Tentu saja hal ini juga akan mempengaruhi hasil
penelitian. Selain itu identitas subjek penelitain terkait dengan calon pasangan
hidup kurang jelas, karena peneliti tidak mengetahui apakah yang menjadi
subjek penelitian sudah memiliki pasangan hidup atau belum memiliki pasangan
hidup.
Di samping itu, peneliti hanya mengambil subjek dari mahasiswa yang
belum menikah saja, padahal pemilihan subjek penelitian lebih baik mengambil
subjek yang baru menikah. Jumlah subjek penelitian yang terlalu sedikit untuk
menggambarkan secara keseluruhan mahasiswa Program Studi Fakultas Psikologi
dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia. Selain itu, konsep
kemandirian pemilihan calon pasangan masih perlu dipertajam. Demikian pula
29
alat ukur terutama alat ukur kemandirian karena peneliti tidak menggunakan
secara khusus teori tentang kemandirian pemilihan calon pasangan hidup.
Kesimpulan
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis pada Bab IV, kesimpulan yang dapat diambil
adalah ada hubungan positif yang signifikan antara keterlibatan ayah dalam
pengasuhan dengan kemandirian pemilihan calon pasangan hidup. Semakin
tinggi Keterlibatan ayah dalam pengasuhan maka semakin tinggi kemandirian
pemilihan calon pasangan hidup. Sumbangan yang diberikan dari variabel
keterlibatan ayah dalam pengasuhan untuk variabel pemilihan calon pasangan
hidup sebesar 22,4%.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa saran yang dikemukakan oleh
peneliti. Beberapa saran tersebut antara lain:
1. Bagi para ayah
Penelitian ini menunjukkan bahwa keterlibatan ayah dalam pengasuhan
sangat penting terutama untuk membentuk kemandirian dalam pemilihan calon
pasangan hidup. Oleh karena itu dengan penelitian ini penulis mengharap para
ayah agar sadar akan peran mereka dan tidak lagi menganggap bahwa peran
pengasuhan anak adalah tugas ibu seorang.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tema yang sama
disarankan untuk mempertimbangkan variabel-variabel yang berhubungan
dengan kemandirian pemilihan pasangan hidup sehingga dapat ditentukan
30
faktor-faktor lain yang juga berperan dan mempunyai sumbangan yang paling
besar terhadap kemandirian pemilihan pasangan hidup.
Metode observasi dan wawancara pun dapat digunakan sebagai alternatif
metode pengumpulan data tambahan selain dengan menggunakan angket.
Selain mewawancarai subjek juga perlu diketahui lebih lanjut apakah ayah subjek
masih ada atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Allen, S dan Daly,K. 2002. The Effects of Father Involvement: Summary of the Research evidence. University of Guelph
Azwar, S. 1997. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Azwar, S. 2006. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Dagun, M.S. 2002. Psikologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta
Gunarsa, Y.S, dan Gunarsa, S. 2003. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia
Hadi, S., 2004. Statistik. Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta Karma, I. N. 2002. Hubungan antara Pola Pengasuhan Orang Tua dan Otonomi
Remaja. Jurnal Psikologi. Vol 9. No. 1. 45-49 Kartono, K. 1992. Psikologi Wanita. (Jilid 2). Mengenal Wanita Sebagai Ibu dan
Nenek. Bandung: Mandar Maju Lamb, M.E. 1981. The Role of Fathering Child Development. Second Edition
Completely Revised and Update. Canada: John Wiley and Sons, Inc Monks, Knoers, dan Haditono, S.R. 1991. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press Rifa’i, M.S.S. 1997. Psikologi Perkembangan Remaja. Dari Segi Kehidupan Sosial.
Jakarta: PT. Bina Aksara Sarlito, W.S. 2004. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
31
Shapiro, L.J. 2003. The Good Father. Kiat Lengkap Menjadi Ayah Teladan. (Terjemahan). Bandung: Kaifah
Shehan, L.J. 2002. Marriage and families. Second Edition. Boston: Allyn & Bacon Steinberg, L. 2002. Adolescence. Sixth edition. United State: Mc Graw Hill.
Sufiarti, S. 2001. Hambatan-hambatan anak Perempuan dalam Kesempatan Mengembangkan Potensinya Secara Penuh Dalam Lingkungan Keluarga di Kabupaten Bandung. Jurnal Pemberdayaan Perempuan. Vol 1. No 1. November 2001. 16-20
Yulita, S. 2005. Peran Ayah dalam Pengasuhan dan Persepsi Masa Depan. Skripsi
(Tidak dipublikasikan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia