naskah publikasi
DESCRIPTION
skripsiTRANSCRIPT
Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang PPOK dengan Ketaatan Pengobatan Pasien PPOK di RSUD Dr. Moewardi
Maria Dewi Caetline1, Yusup Subagio Sutanto2, Bhisma Murti3, Ana Rima Setijadi2, Slamet Riyadi4
ABSTRAK
Maria Dewi Caetline, G0009126, 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang PPOK dengan Ketaatan Pengobatan Pasien PPOK di RSUD Dr Moewardi. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Latar Belakang: Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan suatu penyakit tidak menular yang kronis, progresif, dan menjadi salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian di dunia. Penatalaksanaan pengobatan PPOK bersifat kompleks. Faktor – faktor yang dapat mengoptimalkan pengobatan pasien PPOK antara lain penerimaan pasien terhadap proses penyakit, pengetahuan, kepercayaan pada pengobatan, komunikasi efektif pasien dan dokter serta keteraturan pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat pengetahuan tentang PPOK dengan ketaatan pengobatan pasien PPOK.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sebanyak 40 subjek penelitian dipilih dengan metode exhaustive sampling dari pasien PPOK rawat jalan di Poliklinik Paru RSUD Dr. Moewardi. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara langsung dan pengisian kuesioner oleh pasien. Data dianalisis menggunakan metode analisis regresi logistik ganda, dengan SPSS 17.00 for Windows.
Hasil Penelitian: Pasien dengan tingkat pengetahuan yang tinggi tentang PPOK memiliki tingkat ketaatan terhadap pengobatan dua puluh satu kali lebih besar disbanding pasien dengan tingkat pengetahuan rendah (OR = 21.01; CI 95% 2.08 s.d. 211.98; p = 0.001). Hasil penelitian ini telah mengotrol variabel perancu, yaitu cara bayar, umur dan jenis kelamin pasien.
Simpulan Penelitian: Disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang secara statistik signifikan antar tingkat pengetahuan tentang PPOK dengan ketaatan pengobatan pasien PPOK. Simpulan ini dibuat setelah mengontrol pengaruh variabel perancu cara bayar, jenis kelamin dan umur pasien.
Kata Kunci: PPOK, pengetahuan, ketaatan pengobatan
1Mahasiswa FK UNS2Bagian Pulmonologi FK UNS/RSUD Dr. Moewardi Surakarta3Bagian Kedokteran Masyarakat FK UNS Surakarta4Bagian Laboratorium Biologi FK UNS Surakarta
1
The Association between Knowledge in COPD and Adherence to Treatment Among Patients with COPD at RSUD Dr. Moewardi
Maria Dewi Caetline1, Yusup Subagio Sutanto2, Bhisma Murti3, Ana Rima Setijadi2, Slamet Riyadi4
ABSTRACK
Maria Dewi Caetline, G0009126, 2012. The Association between Knowledge in COPD and Adherence to Treatment Among Patients with COPD at RSUD Dr. Moewardi. Thesis. Faculty of Medicine, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Background: Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is a non-infectious chronic and progressive disease, that has become one of the major causes of morbidity and mortality in the world. The treatment management of COPD is complex. Factors that can optimize treatment include patient acceptance to disease process, knowledge, trust in the treatment, effective patient-doctor communication, and adherence to treatment. This study aimed to analyze the association between knowledge of COPD and adherence to treatment among patients with COPD.
Methods: This analytic study was observational with cross-sectional approach. A sample of 40 study subjects was selected by exhaustive sampling from outpatients with COPD visiting the Pulmonary Clinics, RSUD Dr. Moewardi Surakarta. The data were collected by interview using a set of questionnaire. The data was analyszed using multiple logistic regression model on SPSS version 17 for Windows.
Results: Patients with high level of knowledge had 20 times as many level of adherence to COPD treatment than those with low level of knowledge (OR = 21.01; 95%CI 2.08 to 211.98; p = 0.001). This estimate has controlled for the effects of confounding variables such as payment method, age, and gender.
Conclusion: There is a statistically significant association between knowledge of COPD and adherence to treatment among patients with COPD. This conclusion is drawn after controlling for the effects of confounding factors such as payment method, age, and gender.
Keywords: COPD, knowledge, adherence to treatment
1Student, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta.2Department of Pulmonology, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University,
Moewardi Hospital, Surakarta.3Department of Public Health, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University,
Surakarta4Department of Biology Laboratorium, Faculty of Medicine, Sebelas Maret
Universty, Surakarta
2
I. PENDAHULUAN
Seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat di dunia, pola
penyakit saat ini telah mengalami transisi epidermiologi yang semula didominasi
oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular (non-communicable
disease). Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah salah satu dari
kelompok penyakit tidak menular yang telah menjadi penyebab kesakitan dan
kematian utama di dunia. Pada tahun 2004, PPOK menduduki peringkat ke-4
dengan Proportional Mortality Ratio (PMR) 9,7% dari 10 penyebab kematian
utama (Price dan Wilson, 2006).
PPOK adalah penyakit paru kronis yang ditandai oleh hambatan aliran
udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel
parsial (Barnes et al., 2003).
Penatalaksanaan dari PPOK sebagai suatu penyakit kronis dan
progresif adalah suatu hal yang kompleks dan untuk mencapai pengobatan yang
efektif tidak hanya dengan obat-obat yang sesuai tetapi juga komitmen dari
pasien untuk mau taat dalam menjalani pengobatan (Marinker et al., 1997).
Penelitian menyatakan bahwa rata-rata 60% pasien PPOK tidak
mematuhi terapi yang telah diresepkan oleh dokter. Pasien PPOK secara
signifikan mempunyai tingkat kepatuhan atau ketaatan terhadap pengobatan
lebih rendah dari pasien asthma (Haupt et al., 2008).
Faktor – faktor yang dapat mengoptimalkan pengobatan pasien PPOK
antara lain penerimaan pasien terhadap proses penyakit, pengetahuan,
kepercayaan pada pengobatan, komunikasi efektif pasien dan dokter serta
keteraturan pengobatan (George et al., 2005).
Pada pertemuan Forum of International Respiratory Societies (FIRS)
yang diselenggarakan pada tanggal 6 Desember 2009 didapatkan fakta bahwa
kurangnya kepedulian masyarakat pada kesehatan paru merupakan hambatan
penting dalam upaya pencegahan, diagnosis, pengobatan dan penelitian lanjut
terkait penyakit paru dan Ilmu Kedokteran Respirasi, salah satunya PPOK.
Banyak hal yang menyebabkan kurangnya kepedulian masyarakat antara lain
rendahnya tingkat pengetahuan dan keadaan sosial ekonomi yang rendah
(Susanto et al., 2010).
3
Berdasarkan fakta tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan mengenai PPOK dengan
ketaatan pengobatan pasien PPOK di RSUD Dr. Moewardi.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan tentang PPOK dengan ketaatan pengobatan pasien PPOK. Adapun
manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritik:
Hasil penelitian ini dapat sebagai sumbangan data pustaka mengenai
hubungan tingkat pengetahuan pasien tentang PPOK dengan ketaatan
pengobatan pasien PPOK di RSUD Dr. Moewardi.
2. Manfaat Aplikatif:
a. Bagi Rumah Sakit
Sebagai gambaran mengenai pengetahuan pasien tentang PPOK dan
acuan untuk meningkatkan pengetahuan pasien melalui petugas-petugas
kesehatan rumah sakit.
b. Bagi Pasien
Sebagai penambah wawasan dan pengetahuan mengenai PPOK.
Hipotesis pada penelitian ini, yaitu ada hubungan tingkat pengetahuan
tentang PPOK dengan ketaatan pengobatan pada pasien PPOK. Makin tinggi
tingkat pengetahuan tentang PPOK, makin meningkat ketaatan pengobatan pada
pasien PPOK
II. SUBJEK DAN METODE
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan
pendekatan cross-sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Poli Paru RSUD Dr.
Moewardi. Sampel yang diambil dengan kriteria sebagai berikut: (a) pasien
penderita PPOK rawat jalan, (b) usia diatas 40 tahun, (c) telah menderita PPOK
dalam setahun terakhir. Teknik pengambilan sampel berupa exhaustive sampling,
dimana semua pasien PPOK yang berkunjung ke Poli Paru RSUD Dr. Moewardi
dapat dijadikan subjek penelitian.
Besar subjek penelitian yang didapat sebanyak 40 sampel, dimana 38
subjek menjadi sampel penelitian sesuai dengan kriteria inklusi dan 2 subjek
4
masuk dalam kriteria eksklusi. Pertama-tama pasien PPOK yang datang
berkunjung ke poli paru diberikan informed consent sebagai tanda kesedian
pasien untuk dijadikan sampel dalam penelitian. Pasien kemudian diberi dua
kuesioner yaitu tentang tingkat pengetahuan dan ketaatan pengobatan. Setelah
mendapat kuesioner yang telah diisi dilakukan perhitungan skor dan analisis
data.
Dalam penelitian ini, data dianalisis menggunakan metode analisis
regresi logistik ganda, serta diolah dengan Statistical Product and Service
Solution (SPSS) 17.00 for Windows.
III. HASIL
Pasien PPOK yang dijadikan sampel dalam penelitian sebanyak 38
pasien. Dari segi umur, rata-rata pasien berumur sekitar 63 tahun dengan umur
tertinggi adalah 84 tahun dan umur terendah adalah 42 tahun. Pasien terdiri dari
26 pasien laki-laki dan 12 pasien perempuan. Mengenai cara bayar pasien, pasien
yang menggunakan Askes berjumlah 14 pasien (36.80%), bayar sendiri 9 pasien
(27.90%) dan menggunakan Jamkesmas 15 pasien (39.50%).
Setelah data dikumpulkan, dilakukan analisis bivariat untuk
mengetahui hubungan dengan variabel bebas (tingkat pengetahuan mengenai
PPOK) terhadap variabel terikat (ketaatan pengobatan) serta arah hubungannya.
Analisis juga dilakukan terhadap faktor perancu yaitu cara bayar (variabel bebas)
dan ketaatan pengobatan (variabel terikat).
Tabel 3.1 Analisis bivariat tentang hubungan ketaatan pengobatan dengan tingkat pengetahuan
Ketaatan
Variabel Tidak Taat Taat Total OR pn (%) n (%) n (%)
Pengetahuan
Rendah 13 (92.90) 1 (7.10) 14 (100.00) 26.00 <0.001
Tinggi 8 (33.33) 16 (66.67) 24 (100.00)
5
Dari Tabel 3.1 menunjukkan analisis bivariat terhadap hubungan tingkat
pengetahuan dengan ketaatan pengobatan menunjukkan hubungan yang signifikan
(p<0.001). Pasien yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi tentang PPOK memiliki
tingkat ketaatan pengobatan dua puluh enam kali lebih besar daripada pasien yang
memiliki tingkat pengetahuan rendah (OR=26.00), tetapi hasil ini belum mengontrol
pengaruh dari variabel perancu.
Tabel 3.2 Analisis bivariat tentang hubungan ketaatan pengobatan dengan cara bayar
Ketaatan
Variabel Tidak Taat Taat Total OR pn (%) n (%) n (%)
Cara Bayar
Pra Upaya 14 (48.30) 15 (51.70) 29 (100.00) 0.267 0.120
Membayar 7 (77.80) 2 (22.20) 9 (100.00)langsung
Dari Tabel 3.2 didapat analisis bivariat terhadap hubungan ketaatan
pengobatan dengan cara bayar menunjukan hubungan yang tidak signifikan (p=0.120)
tetapi memiliki syarat analisis regresi logistik (p<0.25) sehingga variabel perancu
cara bayar dapat dianalisis regresi logistik.
Analisis regresi logistik ganda dilakukan dengan memperhitungkan variabel
tingkat pengetahuan, cara bayar, umur dan jenis kelamin sehingga didapatkan hasil
yang lebih valid karena telah mengontrol variabel-variabel perancu yang dapat
mempengaruhi hubungan tingkat pengetahuan dengan ketaatan pengobatan.
Tabel 3.3 Hasil analisis regresi logistik ganda tentang hubungan tingkat ketaatan pengobatan dengan tingkat pengetahuan tentang ppok dengan mengontrol cara bayar, jenis kelamin dan umur pasien.
CI 95% Variabel OR Nilai p Independen Batas Batas
Bawah AtasPengetahuan Tinggi 21.01 2.08 211.98 0.001BayarSendiri 0.61 0.66 5.64 0.659Umur (≥ 63thn) 0.86 0.15 4.81 0.866Jenis Kelamin 0.50 0.80 3.14 0.436N observasi 38-2 log likelihood 36.95Negerkerke R² 44.4%
6
Interpretasi dari Tabel 3.3 menunjukkan terdapat hubungan yang secara
statistik signifikan antar tingkat pengetahuan tentang PPOK dengan ketaatan
pengobatan pasien PPOK dengan mengontrol variable perancu seperti cara bayar,
jenis kelamin dan umur pasien. Pasien yang memiliki tingkat pengetahuan tentang
PPOK tinggi memiliki tingkat ketaatan terhadap pengobatannya dua puluh satu kali
lebih besar dibanding pasien yang memiliki tingkat pengetahuan tentang PPOK
rendah (OR = 21.01; CI 95% 2.08 s.d. 211.98; p = 0.001).
IV. PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan
tentang PPOK dengan ketaatan pengobatan pasien PPOK. Pada Tabel 3.1
menunjukkan hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan ketaatan
pengobatan pasien PPOK (p < 0.001) dengan Odd Ratio = 26.00. Untuk semakin
memperjelas hubungan dari hasil analisis data yang didapat maka dilakukan kontrol
terhadap variabel perancu, yaitu umur, jenis kelamin dan cara bayar dengan analisi
regresi logistik ganda. Tabel 3.3 merupakan hasil analisis regresi yang menunjukkan
hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan dengan ketaatan pengobatan pasien
(p < 0.001) dengan Odd Ratio = 21.00. Hasil yang diperoleh ini akan menjadi lebih
valid karena dalam penelitian variabel-variabel perancu yang dapat mempengaruhi
variabel terikat telah dikontrol terlebih dahulu.
Hasil dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah ada yang
menyatakan bahwa hampir 60% pasien PPOK tidak mematuhi pengobatan yang
diberikan dokter kepada mereka. Faktor yang mempengaruhi ketidaktaatan pasien
dalam pengobatan dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor pasien dan faktor penyedia
sarana kesehatan. Faktor yang berasal dari pasien antara lain, pengetahuan pasien
yang kurang, kepercayaan dan ekonomi terkait pengobatan tersebut (Restrepo et al.,
2008).
Manusia secara umum ketika menghadapi sakit pasti akan berusaha untuk
mengobati sakit yang diderita dengan berbagai macam cara. Perilaku pencarian
kesehatan (health seeking) pasti akan dilakukan baik itu dengan tujuan untuk
meredakan sakit maupun bertujuan untuk mengobati sakit. Tingkat pengetahuan
pasien dapat mempengaruhi pelaksanaan terhadap keputusan dalam mencari bantuan
ke sarana kesehatan (Chusairi, 2004).
7
Pengetahuan seorang pasien tentang penyakit yang dideritanya akan
mengubah pola pikir dari pasien tersebut. Pola pikir yang telah berubah terkait
penyakit yang diderita akan mengubah sikap pasien terhadap penyakitnya. Sikap
tersebut akan menghasilkan tindakan yang berhubungan dengan pengobatan penyakit
tersebut. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh dari para medis, buku, orang lain
bahkan pengalaman pasien tersebut (Notoatmodjo, 2003).
Dari hasil penelitian hubungan tingkat pengetahuan tentang PPOK dengan
ketaatan pengobatan pasien PPOK, dapat diambil kesimpulan terdapat hubungan
yang secara statistik signifikan antara tingkat pengetahuan tentang PPOK dengan
ketaatan pengobatan pasien PPOK. Pasien PPOK dengan tingkat pengetahuan yang
tinggi memiliki tingkat ketaatan pengobatan dua puluh satu kali lebih taat dibanding
pasien PPOK dengan tingkat pengetahuan yang rendah (OR = 21.01; CI 95% 2.08
s.d. 211.98; p = 0.001). Kesimpulan ini telah mengontrol umur, jenis kelamin dan
cara bayar pasien.
Saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah:
1. Bagi RSUD Dr. Moewardi
Mengingat masih banyak pasien PPOK yang kurang memahami tentang penyakit
PPOK sendiri, diharapkan rumah sakit dapat mengadakan program edukasi secara
berkala terhadap pasien PPOK
2. Bagi tenaga kesehatan
Mengingat masih banyak pasien dengan pengetahuan yang kurang, diharapkan
lebih sabar dalam memberikan bimbingan dan penjelasan akan PPOK sehingga
pasien lebih paham dan mengerti akan pentingnya ketaatan pengobatan.
3. Bagi peneliti lain
Dapat meneliti hubungan tingkat pengetahuan tentang PPOK dengan ketaatan
pengobatan pasien PPOK dengan mengontrol variabel perancu lain dan dalam
jumlah sampel penelitian lebih besar.
8
DAFTAR PUSTAKA
Amril Y (2000). Keberhasilan directly observed theraphy (DOT) padapengobatan tbparu kasus baru di bp4Surakarta. Thesis. Jakarta, Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi.
Barnes PJ, Shapiro SD, Pauwels SA (2003). Chronic obstructive pulmonary disease. Eur Respir J.22:672-688
Chusairi A (2004). Health seeking behavior para pasien poli perawatan paliatif studi eksploratif terhadap lima pasien poli perawatan paliatif rsud dr. soetomo surabaya. http://journal.unair.ac.id/detail_jurnal.Php?id=2919&med=8&bid=10.Diakses Februari 2012
Cohen FL, DurhamJD (1995). Tuberculosis asourebook for nursing practice. New York : Spinger Publishing Company, Hal: 5,39.
Depkes RI (2008). Pedoman pengendalian penyakit paru obstruktif kronik. http://www.depkes.go.id/downloads/Kepmenkes/pengendalian_ppok.pdf.Diakses Februari 2012
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah (2008). Profil kesehatan propinsi jawa tengahtahun2008http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/profil/2008/profil2008. Diakses Februari 2012
Effendi C (2008). Healthbelief model (HBM) & theory of reasoned action (TSA). Departemen Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta.
George J, Kong DC, Thoman R, Stewaer K (2005). Factors associated with medication non adherence in patients with COPD. Chest, 128(5): 3198-204.
Gorrol (2002). Management of chronic obstructive pulmonary disease. In : Hueston William J. (ed) : 20 Commons Problems in Respiratory Disorders. Boston : McGraw – Hill companies, inc. Hal:296-7.
Hair Jr, AndersonRE, Tatham RL, Black WC (1998). Multivariate data analysis. Upper Saddle River. New Jersey: Prentive Hall. Hal: 45-6.
Hansel TT,Barnes PJ (2003). An atlas of chronic obstructive pulmonary disease. Washington, DC: The Parthenon Publishing Group. Hal: 10-4.
Marinker M, Blenkinsopp A, Bond C (1997). From compliance to concordance: achieving shared goals in medicine taking. London: Royal Pharmaceutical Society of Great Britain. Hal : 12-3.
Michael H, Chris LB, Rumsfled JS (2009).Medication adherence Its importance in cardiovascular outcomes. Circulation,119: 3028-3035.
9
Mukhtar I (2008). Lebih mengenal ppok dari senior. http://www.mail-archive.com/[email protected]/msg50781.html (diakses Februari 2012).
Mukhtar I (2008). Ppok, bercokol seumur hidup. Senior Gaya Hidup, Cyberhealth.
Mulky A (2005). Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru Cetakan ke-3. Surabaya: Airlangga University Press.
Murti B (1997). Prinsip dan metodologi riset epidermologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal: 368-71.
Murti B (2010)Desain dan ukuran sampel untuk penelitian kuantitatif dan kualitatif di bidang kesehatan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press; Hal: 43, 59, 119.
Notoatmodjo S (2005). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Hal : 74-78.
Nugroho (2005).Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Partodimulyo AP, Mangunegoro H, Yunus F, Hartono S (2006). Penilaian kualitas hidup dengan menggunakan st george respiratory questionnaire (sgrq) pada penderita ppok yang mendapat pengobatan agonis β2 dibandingkan dengan kombinasi agonis β2 + antikolinergik. Jurnal respirologi Indonesia. Vol 26. No 1. Hal: 11-18.26 (1): 11-18.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia(2003). Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) pedoman diagnosa dan penatalaksanaan di indonesia. Jakarta: PDPI.
Pilar BF, José LF, Vidal F, Antonio GR, Daniel PT,Francisca LF(2011).Is it possible to diagnose the therapeutic adherence of patients with COPD in clinical practice? A cohort study. BMC Pulmonary Medicine,11.
Price SA, Wilson LM (2006). Pola obstruksi pada penyakit pernapasan. Dalam : Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit edisi ke 6. Jakarta : ECG. Hal: 783-793.
Restrepo RD, Alvarez MT (2008). Medication adherence issues in patients treated for COPD. Chronic Respiratory Disease, 3(3): 371-384.
Sarafino ED (1994). Health psychology, biopsycosocial interactions. second edition. United State of America: John Wiley & Sons, Inc. Hal: 25, 297-306.
Smet B (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana. Hal: 250-67.
Soemantri ES, Uyainah A (2001). Bronkitis kronik dan emfisema paru. Buku Ajar IPD Jilid II, FKUI, Hal: 872-881.
10
Susanto AD, Prasenohadi, Faisal Y (2010) : 2010: The year of the lung. Jakarta: Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kesehatan Respirasi Fakultas Indonesia, Hal: 1
Tarihoran Y (2004). Hubungan presepsi dan pengetahuan orang tua tentang penyakit tuberkulosis dengan kepatuhan pengobatan tuberkulosis pada anak di Kabupaten Purworejo. Universitas Gadjah Mada. Thesis.
Taufiqurahman A (2008). Pengantar metodologi penelitian untuk ilmu kesehatan. Surakarta: LPP UNS dan UNS Pers, Hal: 85.
White R, Walkel P, Roberts S, Kalisky S, White P (2006). Bristol COPD knowledge questionnare (BCKQ) : testing what we teach patient about copd. Chronic Respiratory Disease, 3(3): 123-31
11