naskah publikasi
DESCRIPTION
NASKAH PUBLIKASITRANSCRIPT
-
IDENTIFIKASI BENTUK-BENTUK PELANGGARAN
MEREK TERKENAL
(STUDI ATAS PUTUSAN PENGADILAN NIAGA SEMARANG)
Naskah Publikasi
Berkala Penelitian Pasca Sarjana
Universitas Gadjah Mada
Program Studi Magister Hukum
Bidang Hukum Bisnis
Diajukan Oleh :
BUNGA MELUNI HAPSARI, SH
07/262508/PHK/4564
Kepada
MAGISTER HUKUM
PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011
-
1
IDENTIFICATION FORM OF VIOLATIONS OF TRADEMARK
(STUDY OF THE COMMERCIAL COURT DECISIONS SEMARANG) Bunga Meluni Hapsari 1, Nindyo Pramono2, Hariyanto,3
ABSTRACT
This study aims to determine what kind of the forms of violations of trade marks in the case at the Commercial Court of Semarang and know the legal efforts and actions of the state apparatus in order to anticipate and handle disputes trade mark. The study used in the preparation is a type of normative descriptive research which includes aspects of the implementation of Indonesian trademark law in order to provide exposure, picture and juridical analysis of how the settlement of trademark disputes in the Commercial Court of Semarang.While the approach used in this study is a combination of normative legal research and empirical legal research, because in addition to taking library materials (collecting, classifying and clarifying) legislation to find secondary data, also with field research to find the primary data. Based on the results of studies have identified several forms of violations of trademarks in the case at the Commercial Court of Semarang is as follows: The practice of imitation trademarks, Trademark counterfeiting practices and deeds that may confuse the public regarding the nature and origin of the marks. Efforts made by governments in anticipating and hndling trademark disputes, including (a) In the preventive focus on efforts to prevent the trademark is not used by anyone else is wrong. Among them was the refusal of registration by the trademark office and the cancellation of the registered mark in violation of trademark rights of others (b) Protection of the repressive focused on punishment to those who have committed crimes and violations of trademark as set forth in Article 90-94 of Law no. 15 of 2001. Efforts owner / holder of trademark rights to choose the path of settlement through the courts (litigation) that is a lawsuit by the Commercial Court or District Court to conduct civil and criminal accountability demands, and through channels outside the court (non litigation) that can be achieved through the Arbitration and Alternative Settlement disputes such as Negotiation, Conciliation, and Mediation. Keywords: Commercial Court Semarang, Forms, Trademark Violations 1 Law Faculty, University of Gadjah Mada 2 Law Faculty, University of Gadjah Mada 3 Law Faculty, University of Gadjah Mada
-
2
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Merek merupakan identitas kegiatan atau produk dari sebuah
organisasi atau perusahaan. Dalam era persaingan bisnis di tingkat
internasional maupun nasional, merek menjadi sebuah alat komoditi yang
krusial. Kondisi seperti ini seringkali menimbulkan kasus pemalsuan atau
peniruan dengan harapan dapat mendompleng ketenaran merek yang
sebelumnya telah mapan dalam dunia persaingan bisnis.
Guna mengantisipasi perselisihan merek tersebut maka pemerintah
telah menerbitkan UU Merek Tahun 2001 yang bertujuan untuk
memberikan jaminan kepastian hukum tentang perolehan hak atas merek.
Namun dalam memilih lembaga untuk penyelesaian sengketa tergantung
pada pemilihan para pihak yang bersengketa. Berdasarkan undang-undang
yang berlaku di Indonesia maka salah satu lembaga yang dapat digunakan
untuk menyelesaikan sengketa adalah Pengadilan selain lembaga arbitrase
dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Pengadilan seringkali dipilih oleh
masyarakat untuk menyelesaiakan sengketa karena dianggap lebih populer
dibandingkan dua lembaga yang dapat digunakan untuk menyelesaikan
sengketa merek.4
Indonesia mempunyai pengaturan perlindungan terhadap merek
terkenal. Dalam UU No. 15/2001 pengertian yang baku tentang merek
4 Fuadi Munir,Pengantar Hukum Bisnis,Bandung,PT. Citra Aditiya Bakti:2005, Hal 40
-
3
terkenal tetap belum dapat didefinisikan, sehingga apakah yang menjadi
kualifikasi juridis merek terkenal tersebut, dan berdasarkan dari ketentuan
yang dapat dilihat dari UU No.15/2001, pelanggaran terhadap merek
terkenal yang terjadi di Indonesia masih sering terjadi, sehingga apakah
yang menjadi faktor penyebab sengketa merek terkenal dan bagaimana
upaya-upaya hukum dan tindakan aparatur negara dalam mengantisipasi
dan menangani sengketa merek terkenal 5
.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan atas latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis
dapat mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut :
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat diambil rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa sajakah bentuk-bentuk pelanggaran merek terkenal dalam perkara yang
terjadi di Pengadilan Niaga Semarang?
2. Bagaimana upaya hukum dan tindakan aparatur negara dalam
mengantisipasi dan menangani sengketa merek terkenal
5 Simatupang,R.Burton Aspek Hukum dalam Bisnis,Jakarta,PT.Rineka Cipta:2003; Hal 63
-
4
3. Keaslian Penelitian
Salah satu penelitian serupa adalah penelitian yang mengkaji
Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Hak Merek Jasa (Studi Kasus
Holland Bakery) oleh RR. Irawati Permana Lestari.
4. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Subyektif
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan penulis
mengenai Hukum Dagang khususnya pengetahuan di bidang Merek
b. Manfaat Obyektif
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan mengenai faktor
penyebab sengketa merek terkenal dan tindakan aparatur negara dalam
mengantisipasi dan menangani sengketa merek terkenal
B. METODE PENELITIAN
1. Sifat Penelitian
Dalam penulisan hukum ini yang digunakan adalah gabungan antara
penelitian hukum Normatif dan penelitian hukum Empiris. Jenis Data
a. Metode Pengumpulan Data
- Penelitian Kepustakaan (Library Research)
-
5
Penelitian ini dilakukan sebelum penulis melakukan penelitian di
lapangan dengan cara mencari literatur dan referensi yang ada
kaitannya dengan penulisan hukum ini.
Penelitian kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data sekunder.
Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui bahan-bahan
kepustakaan yang terkait dengan obyek penelitian dalam keadaaan
siap dibuat dan dapat digunakan dengan segera, meliputi bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier
Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama.
b. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung ke
lapangan untuk memperoleh data primer yang diperlukan, meliputi:
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Semarang
Subyek Penelitian
Aparat Pengadilan Niaga Semarang dalam hal ini adalah Hakim Pengadilan
Niaga Semarang
3. Analisis Data
Data yang diperoleh meliputi hasil penelitian kepustakaan (data sekunder) dan
data hasil penelitian lapangan (data primer). Data sekunder dan data primer
-
6
yang diperoleh dari responden akan dianalisis secara kualitatif kemudian data-
data tersebut dituangkan dalam bentuk deskriptif.
4 Hambatan-Hambatan Dalam Penelitian
Secara umum hambatan dalam penelitian adalah :
a. Penelitian kepustakaan, penulis kesulitan untuk menemukan literatur-
literatur yang berkaitan dengan penyelesaian sengketa merek terkenal
sehingga penulis kesulitan dalam menganalisis data yang diperoleh dari
lapangan.
b. Penelitian lapangan, sulitnya menemukan para pihak atau responden yang
akan diwawancarai secara langsung mengenai penyelesaian sengketa merek
terkenal karena kesibukan mereka.
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Beberapa sengketa Merek yang terjadi di Pengadilan Niaga Semarang
a. Kasus Ny Ribkah Susanti melawan Agus Susanto (Renaldi vs Cahaya Abadi)
b. Kasus Billy Haryanto melawan Achmad Zaini (Pohon Korma vsCap Kurmo)
c. Kasus Drs Yosep Cahyono melawan Dra Sri Ningsih (Puri Indonesian
Language Plus vs Puri Bahasa Indonesia)
d. Kasus Sigid melawan PT Inax Internasional Corporation (Cap Kelinci vs
Rabbit Brand)
e. Kasus Drs F. X. Y. Kiantanto melawan PT Mustika Citarasa (Holland Bakery
vs Bakeri Holan)
-
7
2. Upaya Hukum Dan Tindakan Aparatur Negara Dalam Mengantisipasi Dan
Menangani Sengketa Merek
Dengan memberikan perlindungan yang bersifat preventif dan
represif.6
Kedua, pembatalan merek terdaftar yang melanggar hak merek orang lain.
Perlindungan secara preventif dititikberatkan pada upaya untuk
mencegah agar merek terkenal tidak dipakai oleh orang lain secara salah.
Upaya itu dapat berupa: Pertama penolakan pendaftaran oleh kantor merek.
Perlindungan secara represif dititikberatkan pada pemberian hukuman
kepada barang siapa yang telah melakukan kejahatan dan pelanggaran
merek sebagaimana diatur dalam Pasal 90-Pasal 94 Undang-Undang No.
15 Tahun 2001. Selanjutnya atas pelanggaran hak merek, Pemilik/
pemegang hak merek yang dirugikan dapat memilih jalan penyelesaian
melalui Pengadilan (Litigasi) yakni melalui Pengadilan Niaga dengan
melakukan gugatan pembatalan atau penghapusan pendaftaran merek atau
Pengaduilan Negeri dengan melakukan tuntutan pertanggungjawaban
perdata yaitu gugatan ganti rugi maupun pidana, atau melalui jalur di luar
Pengadilan (Non Litigasi) yang dapat di tempuh melalui Arbitrase maupun
Alternatif Penyelesaian Sengketa (ADR) seperti Negosiasi, Konsiliasi,
maupun Mediasi.
6 http://www.sigitfahrudin.co.cc Perlindungan Hukum terhadap Merek Terkenal, diakses pada tanggal 30 Januari 2010
-
8
3. Pembahasan
Dilihat dari UU No.15/2001, pelanggaran terhadap merek terkenal
yang terjadi di Indonesia masih sering terjadi, sehingga apakah yang menjadi
faktor penyebab sengketa merek terkenal dan bagaimana upaya-upaya hukum
dan tindakan aparatur negara dalarn mengantisipasi dan menangani sengketa
merek terkenal.
Berdasarkan uraian diatas bentuk-bentuk pelanggaran merek terkenal
adalah sebagai berikut :
a. Praktek peniruan merek dagang
Pengusaha yang beriktikad tidak baik dalam hal persaingan tidak jujur
semacam ini berwujud penggunaan upaya-upaya menggunakan merek
terkenal yang sudah ada sehingga merek atas barang atau jasa yang
diproduksinya secara pokoknya sama dengan merek atau jasa yang sudah
terkenal untuk menimbulkan kesan seakan-akan barang yang diproduksinya
tersebut adalah produk terkenal tersebut.
b. Praktek pemalsuan merek dagang
Dalam hal ini persaingan tidak jujur tersebut dilakukan oleh pengusaha yang
beriktikad tidak baik dengan cara memproduksi barang-barang dengan
mempergunakan merek yang sudah dikenal secara luas di masyarakat yang
bukan merupakan haknya
c. Perbuatan-perbuatan yang dapat mengacaukan publik berkenaan dengan sifat
dan asal-usul merek
-
9
Hal ini terjadi karena adanya tempat atau daerah suatu negara yang dapat
menjadi kekuatan yang memberikan pengaruh baik pada suatu barang karena
dianggap sebagai daerah penghasil jenis barang bermutu.
Misalnya, pengusaha yang memberikan label made in japan pada
produknya padahal jelas produk tersebut bukan diproduksi di Jepang,
sehingga tidak sesuai dengan sifaf atau asal-usul merek.
D. PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Berdasarkan hasil penelitian telah diidentifikasi beberapa faktor yang
menyebabkan sengketa merek di Pengadilan Niaga Semarang yaitu sebagai
berikut:
1). Praktek peniruan merek dagang
2). Praktek pemalsuan merek dagang
3). Perbuatan-perbuatan yang dapat mengacaukan publik berkenaan dengan
sifat dan asal-usul merek
b. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengantisipasi dan
menangani sengketa merek:
1. Secara preventif yang dititikberatkan pada upaya untuk mencegah agar
merek terkenal tidak dipakai oleh orang lain secara salah. Diantaranya
adalah penolakan pendaftaran oleh kantor merek serta pembatalan
merek terdaftar yang melanggar hak merek orang lain.
-
10
Selain itu, secara yuridis Direktorat Merek Ditjen HKI Departemen
Hukum dan HAM dengan kewenangannya memegang peran penting
dalam melindungi penggunaan merek atas barang dan/atau jasa dengan
melakukan penyaringan pada setiap proses pemeriksaan persyaratan
formil dan persyaratan substantif
2. Perlindungan secara represif dititikberatkan pada pemberian hukuman
kepada barang siapa yang telah melakukan kejahatan dan pelanggaran
merek sebagaimana diatur dalam Pasal 90,91,94 Undang-Undang No.
15 Tahun 2001 tentang Merek.
2. SARAN
1. Perlindungan yang maksimal terhadap merek khususnya merek terkenal,
sebaiknya bagi pemegang merek diharuskan untuk mendaftarkan
mereknya tersebut sehingga perlindungan hukum yang diberikan akan
lebih maksimal, sedangkan dari pihak pemerintah dan aparat yang terkait
diharapkan dengan mensosialisasikan dan menerapkan Undang-Undang
Merek dengan baik dan benar serta penguasaan hukum aparat di bidang
merek dan juga partisipasi masyarakat, diharapkan pelanggaran di bidang
merek dapat diatasi
2. Diperlukan lebih banyak kerjasam antar aparatur Negara dalam
melaksanakan perlindungan hukum atas merek Misalkan melalui
sosialisasi oleh pemerintah secara terus menerus mengenai pentingnya
-
11
HKI dan khususnya penegakan hukum atas merek di masyarakat dinilai
masih sangat penting
-
12
DAFTAR PUSTAKA
Fuady Munir, Pengantar Hukum Bisnis, PT. Citra Aditiya Bakti, Bandung, 2005
Muhammad Djumhana dan Djubaedillah, Hak Milik Intelektual, Sejarah, Teori dan
Prakteknya di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003
Simatupang, R. Burton, Aspek Hukum dalam Bisnis, PT.Rineka Cipta, Jakarta, 2003
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Hukum/Skripsi, Universitas Atma Jaya,
Yogyakarta, Yogyakarta, 2004.
www.sigitfahrudin.co.cc Perlindungan Hukum terhadap Merek Terkenal, diakses
pada tanggal 30 Januari 2010
HALAMAN JUDULABSTRACTPENDAHULUANMETODE PENELITIANHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANPENUTUPDAFTAR PUSTAKA