naskah publikasi

18
ANALISIS PENGARUH MUZARA’AH TERHADAP PENDAPATAN PETANI PENGGARAP (Studi Kasus Di Pondok Modern Gontor Kecamatan Mantingan Kabupaten Ngawi) Tesis Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat sarjana S-2 Program Studi Agama dan lintas Budaya minat Ekonomi Islam Diajukan oleh : diajukan oleh Andi Triyawan 10/307046/PMU/06720 Kepada SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012

Upload: -

Post on 04-Aug-2015

147 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: naskah publikasi

ANALISIS PENGARUH MUZARA’AH TERHADAP PENDAPATAN

PETANI PENGGARAP

(Studi Kasus Di Pondok Modern Gontor Kecamatan Mantingan Kabupaten

Ngawi)

Tesis

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Mencapai derajat sarjana S-2

Program Studi Agama dan lintas Budaya

minat Ekonomi Islam

Diajukan oleh :

diajukan oleh

Andi Triyawan

10/307046/PMU/06720

Kepada

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2012

Page 2: naskah publikasi

ANALISIS PENGARUH MUZARA’AH TERHADAP PENDAPATAN

PETANI PENGGARAP

(Studi Kasus Di Pondok Modern Gontor Kecamatan Mantingan Kabupaten

Ngawi)

(NASKAH PUBLIKASI)

diajukan Oleh:

ANDI TRIYAWAN

10/307046/PMU/06720

Telah disetujui pembimbing untuk diajukan.

15 Agustus 2012

Page 3: naskah publikasi

Abstract

This study analyzes the effect on income tenants muzara'ah of case studies

in modern cottage district Gontor Mantingan ngawi district. Necessary data in this

study were primary and secondary data. Primary data obtained through interviews

with rice farmers in sub-district Mantingan ngawi by using a list of questions that

have been provided. Secondary data was collected from various sources that is

relevantagencies.

Analysis tools used to determine the factors affecting farmers incomes are

multiple linear regression. Dependent variable is the production of rice, while the

independent variable is the land area, number of seeds, fertilizer amount, the

amount of pesticides and HOK (person-days). To find the average income per

hectare of land farmers, used cost function analysis, to determine the factors that

affect income farmers used simple linear regression. Dependent variable is the

income while the independent variable is the production. From the analysis of the

factors that affect rice production is obtained that the area of land, seed, fertilizer,

pesticides and HOK jointly have a significant effect on rice production.

That the use of production factors such land, fertilizer and pesticides

showed positive and significant effect on rice production, while the use of

production factors such Seed and HOK showed no significant effect. These

factors together showed a significant effect on rice production. Average land to

expand production at one time the plant is 6123 kg / ha. From the analysis of data,

known to the average revenue yield of the rice paddies are 18.369.000/ha reduced

total cost of planting one of 7.801.716,63/ha, we got the result of 10.567.283,37.

because it uses the system muzara'ah the results are shared with the foundation so

that the two net income of farmers amounted to Rp. 5.283.641,685/ ha. The results

of data analysis influence the productivity of smallholder farmers net income

showed a positive and significant impact on net income of farmers.

Key words: muzara'ah, rice production, income, the dependent variable,

independent variable.

Page 4: naskah publikasi

Pendahuluan

Indonesia sejak lama disebut sebagai Negara agraris, karena hampir

sebagian besar tanahnya bisa digunakan untuk bercocok tanam. Masa kejayaan

pembangunan pertanian bangkit sekitar tahun 1970-1980-an, Sehingga sektor

pertanian rata-rata sekitar 3,2% per tahun untuk pertumbuhan PDB. Pada

Triwulan II tahun 2011, pangsa sektor pertanian terhadap PDB sebesar 15,4

persen, nomor dua setelah sektor industri pengolahan yang mencapai 24,3 persen.

Indonesia pernah menjadi salah satu negara penghasil Padi dan

berswasembada beras pada tahun 1984 (Yulizar, 2009). Namun hal tersebut hanya

dapat dipertahankan sampai tahun 1993. Menurut data statistik dari Departemen

Pertanian Republik Indonesia secara terperinci luas tanah sawah secara nasional

berdasarkan komoditinya sebagai berikut.

Tabel 1.1

Data luas lahan pertanian Indonesia tahun 2010-2011

Komoditi 2010 2011

Padi 12.147.637 ha 13.566.598 ha

Padi Ladang 1,134,671 ha 1.052.482 ha

Padi Sawah 12.118.779 ha 12.514.116 ha

Sumber: Departemen Pertanian RI

Berdasarkan data diatas, Sektor Pertanian seringkali disebut sebagai sektor

pemimpin (leading sector), yang bermakna bahwa sektor ini yang akan menjadi

sumber kesejahteraan masyarakat. Menurut Departemen Pertanian Produksi padi

nasional tahun 2011 mencapai 68.061.715 ton, melebihi produksi padi tahun 2010

yaitu 66.411.469 ton. Khusus di Jawa Timur produksi Padi tahun 2011 sebesar

11,643,773 (Kementrian Pertanian,2012 dalam www.deptan.go.id). Kesejahteraan

masyarakat dapat terjamin dengan mengelola tanah pertanian. Khusus didaerah

pedesaan, mayoritas masyarakat desa bekerja sehari-hari disawah. Baik itu

mengerjakan sawahnya sendiri ataupun ladang orang lain.

Dalam hal ini pemerintah juga pernah mendukung segala aktifitas

pertanian dengan mendirikan KUD-KUD di desa-desa, guna membantu para

Page 5: naskah publikasi

petani untuk distribusi pupuk, benih, dan pengadaan gabah. Bagi petani yang tidak

mempunyai tanah sendiri, maka biasanya mereka ikut menjadi buru tani untuk

membantu penggarapan tanah/ ladang orang.

Kerjasama yang dilakukan oleh pihak penggarap sawah dan pemilik sawah

adalah bagi hasil Muzara’ah (Al Jaziri, 2004). Dimana semua kebutuhan yang

digunakan untuk bercocok tanam dipenuhi oleh pemilik lahan, sedangkan untuk

penggarap sawah cukup hanya mengerjakan pengolahan sawah dari masa tanam

hingga panen. Para penggarap sawah tersebut mendapatkan bagian keuntungan

dari hasil panen yang didapat. Secara implisit pihak petani dan penggarap sawah

saling bahu membahu tolong menolong dalam kebajikan seperti yang difirmankan

oleh Allah SWT dalam Al Qur’an yang berbunyi:

ان دو الع ى اإلمث و نوا عل او ع ال تـ ى و التـقو ى الرب و نوا عل او ع تـ و “Bertolong-tolonganlah kamu dalam kebajikan dan ketakwaan dan jangan

bertolong-tolongan atas dosa dan permusuhan”. (QS. Al-Maidah: 2). Adanya

tolong-menolong antar umat islam menjadikan dasar pengakuan bahwasannya

semua yang ada dilangit dan bumi adalah ciptaan Allah SWT. Dan Allah SWT

menurunkan air hujan dari langit untuk menumbuhkan tanam-tanaman yang ada

dibumi. Seperti halnya Firman Allah dalam Al Qur’an;

هجة ات بـ ق ذ ا به حدائ ن تـ ب فأنـ اء اء م م ن الس كم م ل ل أنـز ض و األر اوات و م ق الس أمن خلم ل هم قـو ع الله ب ه م ل ها أإ توا شجر ب ن كم أن تـ ا كان ل دلون م ع يـ

Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air

untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang

berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan

pohon-pohonnya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan

(sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran).

(QS. An Naml: 60)

Page 6: naskah publikasi

Disamping itu juga pada saat terjadi kerjasama didalam usaha pertanian

tersebut, kedua belah pihak tidak boleh saling mendholimi. Karena kedholiman

yang diperbuat oleh kedua belah pihak mengakibatkan rusaknya akad muzara’ah.

يل قل ات و وا الصاحل عمل نوا و ض إال الذين آم ع ى بـ م عل ضه ع غي بـ ب ي اء ل ط ل ن اخل ا م ري إن كث و

ا هم ◌ م

“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berkongsi itu

benar-benar berbuat zalim kepada sebagian lainnya kecuali orang-orang yang

beriman dan mengerjakan amal sholeh”. (QS. Shod: 24).

Ayat diatas memberikan gambaran bahwasannya peluang untuk berbuat

zalim didalam kerjasama itu sangat mudah sekali, sehingga dengan lugas ayat

tersebut mencela perilaku zalim yang dilakukan dalam perkongsian.

Muzara’ah juga telah dilakukan oleh para sahabat nabi dahulu. Adalah Ali,

Sa’ad bin Malik, Abdullah bin Mas’ud, Umar bin Abdul Aziz, Qasim, Urwah,

keluarga Abu Bakar, keluarga Umar, keluarga Ali dan Ibnu Sirin, mereka

melakukan muzara’ah. Rasulullah SAW bersabda:

ا أخاه عه ر ز ليـ ا فـ عه ر ز ا فإن مل يـ ه ع ر ز ليـ ض فـ أر ه ن كانت ل م“Barang siapa yang mempunyai tanah, hendaklah ia menanaminya atau

hendaklah ia menyuruh saudaranya untuk menanaminya.”

Hadits nabi diatas memberikan perintah kepada umatnya agar memproduktifkan

tanah yang dipunyai. Dan apabila tidak sanggup untuk mengolahnya sendiri

hendaknya menyerahkan pengolahannya kepada orang lain.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda :

Sesungguhnya Allah SWT telah berfirman : Aku adalah mitra ketiga dari dua

orang yang bermitra selama salah satu dari kedunya tidak mengkhianati yang

lainnya. Jika salah satu dari keduanya telah mengkhianatinya, maka Aku keluar

dari perkongsian itu”. H. R. Abu Dawud dan al-Hakim. Maksud dari hadits diatas

bahwasannya Allah SWT akan memberikan keberkahan didalam kerjasama antara

dua orang yang bermitra selama keduanya tidak saling mengkhianati.

Page 7: naskah publikasi

Berkata Imam Bukhari rohimahulloh: berkata Qais bin Muslim dari Abu

Ja’far, dia berkata: “Tidaklah di Madinah kaum Anshar melainkan mereka

menanam dengan bagian sepertiga atau seperempat. Istilah-istilah yang dipakai di

jawa biasanya maro (bagi hasil 50%), mertelon (bagi hasil 1/3), dan lain

sebagainya. Istilah ini sangat popular disetiap penggarapan sawah yang

dilimpahkan kepada orang lain.

Seiring dengan pentingnya upaya sebuah penelitian untuk mengevaluasi

aktivitas ekonomi, dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah aktivitas

Muzara’ah yang terjadi di Pondok Modern Gontor. Dalam hal ini mengapa

Pesantren yang menjadi objeknya. Berangkat dari asumsi bahwasannya

kebanyakan dunia Pondok Pesantren adalah dunia keilmuan yang tidak ada

sangkut pautnya dengan aktivitas ekonomi.

Menarik minat peneliti untuk meneliti aktivitas ekonomi pondok

pesantren yang erat kaitannya dengan muzara’ah (pengelolaan tanah dengan

sistem bagi hasil). Pondok Pesantren yang mempunyai lahan sawah luas, tidak

memungkinkan bagi pengurusnya untuk mengelolanya sendiri, sehingga

diberikan tugas pengelolaannya kepada masyarakat sekitar.

1.1.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat dikeahui bahwa tujuan Tujuan

penelitian ini adalah :

1. Menghitung Rata-rata hasil produksi, total Penerimaan, total biaya

dan pendapatan bersih penggarap dengan lahan seluas 1 ha

2. Menganalisis faktor-faktor produksi : lahan, pupuk, bibit, pestisida

dan HOK (Hari Orang Kerja) yang mempengaruhi produksi.

3. Menganalisis pengaruh antara hasil produksi lahan pertanian

dengan pendapatan bersih penggarap.

Pembahasan

Muzara'ah

Dalam Islam, kerjasama didalam usaha diperbolehkan, dengan syarat tidak

ada kedzhaliman dan khianat didalamnya (Al Jazairi: 2005). Seperti dalam hadits

yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Nasa’i dan Al Hakim; “dulu pada zaman

Page 8: naskah publikasi

jahiliyah engkau menjadi mitra yang paling baik, engkau tidak mengkhianatiku

dan tidak membantahku”.

Menurut Syafi’iyah kerjasama (syirkah) yang dibolehkan ada dua yaitu

Syirkah ‘Inan dan Syirkah Mudharabah. (Ath Thayyar: 2004). Syirkah ‘inan

biasanya dilakukan oleh dua orang atau lebih kemudian masing-masing berserikat

mengeluarkan hartanya secara sama, kemudian menggabungkannya untuk

digunakan sebagai modal berdagang. Sedangkan Syirkah Mudharabah seperti

halnya Muzara’ah, yaitu kerjasama antara pemilik modal dengan pekerja, yang

kemudian hasilnya dibagi berdua ( Khotob: 2001). Dalam Mudharabah ini juga,

kedua belah pihak saling memberikan kontribusi modal baik itu berupa maal atau

tenaga (Al Khotib: 1989)

Muzara’ah secara etimologis terambil dari kata azzar’u yang berarti

penanaman atau pengolahan. Adapun secara terminologis adalah menyerahkan

tanah kepada orang yang menanami dan mengelolanya kemudian hasilnya dibagi

berdua (Ath Thayyar:2004). Bagi hasil yang akan dibagikan tentunya harus

berdasarkan kesepakatan antara pemilik lahan dengan penggarap lahan. Menurut

hanafiyah.

عة شرعا هي عقد على الزرع ببعض اخلارج من األرض، ومعىن هذا أن املزار

املزارعة عبارة عن عقد بني مالك أرض و عامل يعمل يف األرض يشتمل على أن

العامل يستأجر األرض ليزرعها ببعض املتحصل من الزرع، أو أن املالك يستأجر

.العامل على أن يزرع له أرضه ببعض اخلارج املتحصل من األرض

muzara’ah adalah akad kerjasama pengelolaan tanah antara pemilik lahan dengan

buruh (penggarap), yang mana pihak penggarap bisa menyewa tanah kepada

pemilik lahan atau pemilik lahan menyewa buruh untuk menggarap tanahnya.

Senada dengan ulama’ madzhab Maliki yang mendefinisikan muzara’ah

dengan كة يف الزرع ري Perserikatan dalam pertanian”. Sedangkan menurut“ الش

ulama’ madzhab Hambali

Page 9: naskah publikasi

يـ الزرع بـ ا و ه يـ عل ل م ع ا أو يـ ه ع ر ز ن يـ ض إىل م فع األر ا د م ه نـ “Penyerahan lahan pertanian pertanian kepada seorang petani untuk diolah dan

hasilnya dibagi berdua”. Di Irak istilah muzara’ah sering disebut dengan istilah

mukhaabarah املخابرة (Hasan, 2004).

Landasan Hukum Muzara’ah

ق ات أمن خل ق ذ ا به حدائ ن تـ ب فأنـ اء اء م م ن الس كم م ل ل أنـز ض و األر ات و او م الس

دلون ع م يـ ل هم قـو ع الله ب ه م ل ها أإ توا شجر ب ن كم أن تـ ا كان ل ة م هج بـArtinya:

Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air

untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang

berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan

pohon-pohonnya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan

(sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran).

(QS. An Naml: 60)

Dalam ayat diatas menjelaskan tentang penciptaan alam bahwasannya

Allahlah yang menciptakan langit dan bumi, bahkan air yang digunakan oleh

petani untuk mengairi sawah, menumbuhkan tanaman dan lain sebagainya itu

berasal dari-Nya (Sabiq: 2006). Dalam hal ini penggarapan sawah padi berhajat

Air yang diturunkan oleh Allah.

ان دو الع ى اإلمث و نوا عل او ع ال تـ ى و التـقو ى الرب و نوا عل او ع تـ و

Artinya:

“Bertolong-tolonganlah kamu dalam kebajikan dan ketakwaan dan

jangan bertolong-tolongan atas dosa dan permusuhan”. (QS. Al-Maidah: 2).

Page 10: naskah publikasi

Ayat diatas menjelaskan bahwasannya Allah SWT memerintahkan kita

untuk saling tolong menolong dalam kebajikan dan ketaqwaan. Dalam Hal ini

asas dari pada Muzara’ah adalah tolong menolong antara pihak pemilik lahan

dengan pihak pihak penggarap sawah. Dalam hal ini, pihak yayasan ingin

menolong masyarakat sekitar untuk menggarap lahannya, dan masyarakat sekitar

juga memberikan pertolongan dalam penggarapan sawah tersebut. Ada simbiosis

mutualisme yang saling menguntungkan, pihak yayasan pondok juga merasa

terbantu dengan penggarapan sawahnya dan masyarakat mendapatkan pekerjaan

untuk mendapatkan penghasilan.

ا ري إن كث و يل قل ات و وا الصاحل عمل نوا و ض إال الذين آم ع ى بـ م عل ضه ع غي بـ ب ي اء ل ط ل ن اخل م

ا هم م

Artinya:

“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berkongsi itu

benar-benar berbuat zalim kepada sebagian lainnya kecuali orang-orang yang

beriman dan mengerjakan amal sholeh”.(QS. Shod: 24).

Ayat diatas menjelaskan bahwasannya didalam melakukan kerjasama

bisnis, yang juga bisa dikaitkan dengan muzara’ah, tidak boleh saling

mendholimi. Karena kebanyakan orang-orang yang berkongsi atau melakukan

kerjasama bisnis seringkali mudah untuk berbuat dholim atau kecurangan.

Hadits ini memberikan rambu-rambu penting didalam Muzara’ah juga.

Karena kerjasama antara pihak yayasan pondok dan masyarakat haruslah

memakai asas iman dan amal sholeh sehingga tidak ada yang merasa dirugikan

diantara kedua belah pihak.

Page 11: naskah publikasi

Hadits

سلم ه و ي عل ل اهللا صلى اهللا سو ا : قال ر عه ر ز ا فإن مل يـ ه ع ر ز ليـ ض فـ أر ه ن كانت ل م

ا أخاه عه ر ز ليـ فـ

Artinya:

“Barang siapa yang mempunyai tanah, hendaklah ia menanaminya atau

hendaklah ia menyuruh saudaranya untuk menanaminya.”

Hadits nabi diatas memerintahkan agar tanah atau ladang, tidak boleh

dibiarkan terbengkalai, harus ditanami sehingga menghasilkan. Daripada itu

rasulullah SAW juga memberikan solusi apabila pihak pemilik lahan tidak mampu

untuk menanaminya bisa dilimpahkan kepada saudara atau orang lain yang

mampu. Abu Ubaid sahabat nabi pernah berkata kepada Bilal, “Bahwa Rasulullah

SAW tidak memberikan lembah kepadamu untuk kamu pagari agar orang-orang

tidak bisa mengambilnya, akan tetapi beliau memberikan kepadamu agar kamu

menggarapnya. Maka ambillah dari tanah tersebut yang sanggup kamu kelola

dan yang lain (yang tidak bisa kamu kelola) kembalikanlah”.(An Nabhani: 1996;

140)

Dalam penelitian ini, pihak yayasan pondok tidak mampu untuk

menggarap sawahnya, maka melimpahkan penggarapannya kepada masyarakat

sekitar sehingga, ada penghasilan tambahan bagi masyarakat setelah panen. Dan

ini seirama dengan hadits diatas apabila tidak mampu untuk mengerjakan

lahannya sendiri maka dilimpahkan kepada orang lain yang mampu.

Berkata Imam Bukhari Rohimahulloh: berkata Qais bin Muslim dari Abu Ja’far,

Nabi bersabda: “Tidaklah di Madinah kaum Anshar melainkan mereka menanam

dengan bagian sepertiga atau seperempat (Az-Zuhaili: 2001)

Karakteristik Muzara’ah di Pondok Modern Gontor

Penggarapan di sawah milik yayasan Pondok Gontor memakai akad

Muzara’ah (Bagi Hasil). Dalam hal ini, lahan sepenuhnya milik yayasan, pihak

Page 12: naskah publikasi

petani penggarap (warga desa setempat) hanya bertugas menggarap dengan bagian

masing-masing lahan per individu. Ada yang 0,5 hektar, 0,7 hektar dan 1 hektar.

Akan dijelaskan beberapa karakteristik muzara’ah yang diterapkan oleh yayasan

Pondok Gontor diantaranya:

1. Masa tanam di lahan pondok sebanyak 3 kali setiap tahunnya.

2. Petani penggarap diberikan kepercayaan oleh pondok untuk mengelola

sawah pondok.

3. Pajak sawah ditanggung sepenuhnya oleh pondok. Penggarap tidak

dikenakan biaya sewa lahan.

4. Sebagian besar Petani penggarap diberikan pinjaman berupa bibit,

pestisida, dan pupuk.

5. Untuk masalah Air, pihak yayasan pondok telah menyediakan pompa air

dibeberapa titik sawah. Pihak Penggarap dapat meminta pemompaan air

melalui mandor di masing-masing kelompok dengan biaya pemompaan

perjamnya 33.000.

6. Pihak yayasan pondok menyediakan Traktor yang kemudian bisa

digunakan oleh penggarap dengan biaya sewa sebesar Rp. 355.000/0,5 ha.

7. Untuk masalah pembayaran no. 4,5 dan 6 dilakukan dengan pemotongan

hasil panen.

8. Apabila terjadi gagal panen, pihak penggarap dapat membayarnya dilain

waktu saat panen berhasil.

9. Pihak yayasan memberikan penyuluhan berupa pembinaan dalam bidang

pertanian dan pembinaan keagamaan setiap bulannya melalui pengajian.

Setiap selesai panen, maka pihak Yayasan Pondok menyelenggarakan

Pengajian Akbar.

10. Setiap akhir tahun, pihak yayasan mengadakan tour ke tempat-tempat

wisata dengan seluruh keluarga petani penggarap. Semua biaya

ditanggung oleh pihak pondok.

Hipotesis

Page 13: naskah publikasi

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang belum diuji kebenarannya,

sehingga dapat dipertegas atau ditolak secara empiris. (Hussey, J.: 1997; 55)

Adapun hipotesis yang diambil penulis adalah sebagai berikut.

1. Faktor-faktor luas lahan, bibit, pupuk, pestisida, HOK (hari orang kerja),

berpengaruh positif terhadap produksi gabah

2. Produksi gabah berpengaruh positif terhadap pendapatan bersih petani.

PEMBAHASAN

Analisis Rata-rata Pendapatan Bersih Petani Penggarap

Pendapatan yang digunakan dalam analisis adalah pendapatan bersih dari

produktifitas lahan, yaitu total penerimaan produksi dikurangi biaya pengeluaran

produksi lahan kemudian dibagi dua dengan pihak yayasan pondok. Penerimaan

produksi adalah nilai produksi per hektar yang diperoleh dalam satu masa tanam.

Penggarapan sawah yayasan pondok Modern Gontor oleh petani penggarap

selama lebih kurang empat bulan setiap musim tanam menghasilkan rata-rata

produksi (Y) sebesar 6.123 kg. Harga jual gabah pada saat panen sebesar 3000/kg.

Rata-rata total penerimaan (TR) sebesar Rp. 18.368.100.

Biaya produksi tani terdiri dari Biaya Penyusutan peralatan, Biaya

pemeliharaan saluran air, biaya sewa traktor, biaya bibit, biaya pupuk, biaya air,

biaya pestisida, biaya tenaga kerja. Secara ringkas perhitungan biaya produksi

sesuai volume faktor produksi disajikan dalam table dibawah ini.

Tabel 1

Rata-rata Biaya Produksi Gabah Per Hektar di Pondok Gontor

No Uraian Nilai (Rp)

1 Penyusutan Alat Rp 43.519,30

2 Biaya pemeliharaan saluran air RP 60.000,00

3 Sewa traktor Rp. 710.000

4 biaya bibit Rp. 269.098,00

5 biaya pupuk Rp 1.220.468,00

6 biaya air Rp 1.194.757,00

7 biaya pestisida/obat-obatan Rp 598.660,00

Page 14: naskah publikasi

8 biaya tenaga kerja Rp 3.705.215,00

Total (TC) Rp 7.801.717,3

Sumber : Data Primer (diolah)

Berdasarkan informasi yang disajikan dalam tabel diatas, diketahui Rata-

rata total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 7.801.717,3. Pendekatan yang

digunakan untuk menganalisis rata-rata pendapatan penggarap sawah adalah rata-

rata pendapatan bersih dari usaha pertanian dibagi 2, dalam hal ini rata-rata

Pendapatan bersih diperoleh dari pengurangan antara total rata-rata penerimaan

dengan total rata-rata biaya produksi dibagi 2, karena pihak penggarap hanya

menerima bagi hasil dari netto hasil produksi.

Dapat diketahui bahwa usaha penggarapan sawah yayasan pondok

Gontor di mantingan rata-rata menghasilkan penerimaan (TR) sebesar Rp.

18.368.100 dengan biaya produksi (TC) sebesar Rp. 7.801.717,3 sehingga rata-

rata pendapatan per satu kali masa tanam adalah sebesar Rp. 10.566.382,7.

Sedangkan pendapatan bersih bagi penggarap per satu musim tanam sebesar Rp.

5.283.191,35.

Penggunaan akad muzara’ah lebih menguntungkan daripada yang

dilakukan pada umumnya. Karena pemilik lahan dan penggarap sama-sama

menganggung beban biaya. Jika menggunakan metode bagi hasil pada umumnya,

pendapatan bersih petani lebih kecil karena petani penggarap menanggung seluruh

biaya pertanian.

Hasil Analisis Data

Beberapa hal penting yang perlu dibahas terkait hasil uji statistik untuk

pengujian hipotesis yang peneliti lakukan dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil uji signifikansi simultan (Uji F) menunjukkan bahwa

variabel independen yaitu lahan, pupuk, bibit, pestisida, HOK secara bersama-

sama (simultan) berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen

yaitu produksi petani.

2. Berdasarkan hasil uji signifikansi individual (uji t) menunjukkan bahwa secara

parsial lahan berpengaruh terhadap peningkatan produksi, dan hal ini selaras

dengan hipotesis yang peneliti ajukan yaitu Hipotesis pertama (HA) yang

Page 15: naskah publikasi

menyebutkan bahwasannya lahan berpengaruh positif terhadap peningkatan

produksi pertanian. Sehingga Ha diterima dan H0 ditolak.

3. Berdasarkan hasil uji signifikansi individual (uji t) menunjukkan bahwa secara

parsial bibit tidak berpengaruh terhadap peningkatan produksi, dan hal ini berbeda

dengan hipotesis yang peneliti ajukan yaitu Hipotesis pertama (Ha) yang

menyebutkan bahwasannya bibit berpengaruh positif terhadap peningkatan

produksi pertanian, sehingga Ha ditolak dan H0 diterima.

4. Berdasarkan hasil uji signifikansi individual (uji t) menunjukkan bahwa secara

parsial pupuk berpengaruh terhadap peningkatan produksi, dan hal ini selaras

dengan hipotesis yang peneliti ajukan yaitu Hipotesis pertama (Ha) yang

menyebutkan bahwasannya pupuk berpengaruh positif terhadap peningkatan

produksi pertanian, sehingga Ha diterima dan H0 ditolak.

5. Berdasarkan hasil uji signifikansi individual (uji t) menunjukkan bahwa secara

parsial Pestisida berpengaruh terhadap peningkatan produksi, dan hal ini selaras

dengan hipotesis yang peneliti ajukan yaitu Hipotesis pertama (Ha) yang

menyebutkan bahwasannya pestisida berpengaruh positif terhadap peningkatan

produksi pertanian, sehingga Ha diterima dan H0 ditolak.

6. Berdasarkan hasil uji signifikansi individual (uji t) menunjukkan bahwa secara

parsial Hari orang kerja (HOK) tidak berpengaruh terhadap peningkatan produksi,

dan hal ini berbeda dengan hipotesis yang peneliti ajukan yaitu Hipotesis pertama

(Ha) yang menyebutkan bahwasannya HOK berpengaruh positif terhadap

peningkatan produksi pertanian, sehingga Ha ditolak dan H0 diterima.

Analisis Pengaruh Produksi Gabah Terhadap Pendapatan Bersih Petani

Penggarap

Dalam hal ini peneliti akan menganalisis sejauh mana pengaruh dari pada

hasil produksi terhadap pendapatan bersih petani penggarap dengan bantuan

program SPSS 15.00. variabel dependennya adalah pendapatan bersih penggarap

dan variabel independennya adalah hasil produksi.

Hasil analisis fungsi pendapatan tersebut diperoleh nilai keofisien

determinasi (R2) sebesar 0,936. Hal ini menunjukkan bahwa 93,6 % variasi

Page 16: naskah publikasi

pendapatan petani dipengaruhi oleh variasi produksi padi, sedangkan sisanya

6,4% variasi pendapatan dipengaruhi oleh variasi faktor lain diluar model.

Hasil analsiis juga menunjukkan bahwa variabel produksi mempunyai

nilai t-hitung sebesar 20,176 lebih besar jika dibandingkan dengan t-tabel pada

tingkat signifikansi 95% (α = 0,05) df = 29 sebesar 1,699 berarti variabel produksi

(Y) berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani. Hubungan antara

produksi (Y) dengan pendapatan bersih petani penggarap mempunyai koefisien

regresi positif, artinya jika produksi bertambah sebesar 1 persen, maka pendapatan

petani akan bertambah sebesar 1270,336 persen.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang diperoleh dari penelitian

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan penggarap sawah pondok

modern Gontor di kecamatan mantingan, dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Dengan akad Muzara’ah rata-rata hasil produksi gabah sebesar 6.123 kg/ ha,

dengan harga Rp. 3000/kg, didapat rata-rata TR/ha sebesar Rp. 18.369.000. Rata-

rata total biaya/ ha sebesar Rp.7.801.716,63, maka dari total penerimaan dikurangi

dengan total biaya kemudian dibagi 2 mendapatkan pendapatan bersih penggarap

permusim tanam sebesar Rp.5.283.641,685. Jika dengan pembagian hasil yang

dilakukan pada umumnya, penggarap menanggung semua biaya sehingga

pendapatan bersih penggarap lebih kecil.

2. Penggunaan faktor produksi lahan, pupuk dan pestisida menunjukkan pengaruh

positif dan signifikan terhadap hasil produksi padi, sedangkan penggunaan faktor

produksi bibit dan HOK menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan.

3. Produksi menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan

bersih petani penggarap.

Page 17: naskah publikasi

Daftar Pustaka

Al Jazairi, A. B. J., 2005, Encyclopedia of Muslim Minhajul Muslim, Islamic

Books Kaffah.

Al Jaziri, A., 2000, Al-Fiqh al-Ala Madhzahib arba'ah, Jild 3, cet I, Egypt: Dar al

Dawn

Al khofifi, A., 1996, Ash almuamalat Ahkam Syar'iyah, Jild 3, cet I, Egypt: Daar

Alfikr Aroby

Al-Harithi. J., Al-Fiqh Al Iqtishadi Li Amiril Mumineen Umar Ibn Al Khattab

(trans Asmuni Solihan Zamakhsyari), 2010,, East Jakarta: Khalifa.

Al-Quran and the translation, 2000, London: Diponegoro

An Nabhani, T., 1996, Build Alternative Economic Systems. New York:

Proceedings of Gusti.

Thayyar Ath, A. B. M., 2009, in view of the Prophet Fiqh Encyclopedia of four

schools, Maktabah Al Hanif, Yogyakarta.

Az-Zuhaili, W., tt, Al-Fiqh al-Islami wa adillatuhu, cet III, Damascus: Dar Al-

Fikr.

Bahri, S., 2011, Analysis of Farmers Income and Factors Affecting Maize

Production in Sub Labangka Sumbawa regency, Thesis: University of

Gadjah Mada.

Haroen, N., 2007, the Fiqh Prophet, cet II, London: Style Media Pratama.

Hasan, I., 2009, Data Analysis with Statistical Research, cet IV, New York:

Literacy.

Hasan, MA, 2004, A wide range of transactions in Islam, cet II, Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada.

Hussey, J., and Hussey. R., 1997, Business Research A practical guide for

undergraduate and postgraduate students, New York: Palgrave.

Kario, N. H., 2009, Efficiency Factors Rice Farming in Kupang regency, Thesis:

University of Gadjah Mada.

Khotob, H. S. H., 2001, asbab istihkoki ribh, cet I, Cairo.

Koentjaraningrat, 1989, Community Research Methods, New York: Scholastic.

Page 18: naskah publikasi

Ultimate, A. G., 2010, Factors Affecting the Production and Dryland Farmers

Income: The Case of the Village District Rimpak Sapuran Wonosobo

regency in Central Java, 2009, Thesis: University of Gadjah Mada.

Prabawati, A., 2010, Statistical Data Processing Research with SPSS, London:

Andi Offset.

Praja, J. S and Mukhlisin. M., 2009, Economic Pranata Islamic Waqf, Cirebon:

STAIC PRESS

Sabiq, S., 2006, the Fiqh Sunnah, nor interpreter Hasanuddin, cet I, New York:

Plume Pundi Literacy

Saragih, B., Soejono. I., Limbong. W. H, Wagiono. Y. K., Krisnamurthi. Y. B.,

Napitupulu. A. H., Pambudy. R., Bunasor, Hendrakusumaatmaja. S.,

Sinaga B. M., 1994, Economic Social Research, Directorate of Private

Higher Education Directorate General of Higher Education.

Soeratno and Arsyad, L., 2008, Methodology for the study of Economics and

Business, New York: UPP STIM YKPN