naskah publikasi

Upload: wien-elma-naura

Post on 07-Jul-2015

124 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERKEMBANGAN DANAU LUT TAWAR DI KABUPATEN ACEH TENGAH PROVINSI ACEHNASKAH PUBLIKASIuntuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2

Program Studi Magister Perencanaan Kota dan Daerah

diajukan oleh Wien Elma Naura 08/279731/PTK/05725

Kepada PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2010

viii PERKEMBANGAN DANAU LUT TAWAR DI KABUPATEN ACEH TENGAH PROVINSI ACEH

INTISARIPerkembangan Danau Lut Tawar di kabupaten Aceh Tengah mengalami perubahan lingkungan yang penting. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perubahan lingkungan, mengidentifikasi faktor-faktor penyebabnya. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan eksploratif. Hasil penelitian menemukan bahwa perubahan lingkungan Danau Lut Tawar di Kabupaten Aceh Tengah Propinsi Aceh, didasarkan, pada dua konsep yakni: (1) Pragmatisme; dan (2) Ketidak-efektifnya Aturan. Kedua konsep ini menyebabkan eksploitasi yang berlebihan dan melupakan nilai ekologis. Kegiatan-kegiatan yang ada cenderung dilakukan secara instan berorientasi pada keuntungan jangka pendek. Sementara itu, Peraturan pemerintah lokal tidak efektif disebabkan karena kurang rincinya aturan, ketiadaan sanksi, dan lemahnya pengawasan di lapangan. Nilai Lokal yang sebenarnya dapat memberikan solusi dikesampingkan sehingga terjadi eksploitasi lingkungan yang tidak terkontrol.

Kata Kunci : Lut Tawar, Perubahanan Lingkungan, Fakor-Faktor

ix THE DEVELOPMENT OF LUT TAWAR LAKE IN CENTRAL ACEH REGENCY OF ACEH PROVINCE

ABSTRACTThe development of Lut Tawar Lake in Central Aceh Regency experiencing significant environmental change. This study aims to describe environmental changes and identify contributed to such changes. The paradigm used in this study is explorative approach. The research found that the environmental changes in Lut Tawar Lake, was based on two concepts namely: (1) pragmatism, and (2) the lack of effective rules. Both of these concepts led to excessive exploitation and forget about ecological value. These activities are likely to be an instant short-term profit-oriented. Meanwhile, Local government regulations ineffective due to lack of detailed rules, the absence of sanctions, and weak supervision in the field. Local Value that could provide a solution that has been ruled out of uncontrolled exploitation of the environment.

Keyword : Lut Tawar, Environmental Changes, Factors

1

PENDAHULUANKabupaten Aceh Tengah merupakan sebuah dataran tinggi yang terletak di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), dengan luas wilayah 4.318,39 km dengan udaranya yang sejuk dan menyegarkan dengan suhu sekitar 20,100C. Daerahnya yang berbukit-bukit dengan pemandangan yang indah oleh sebab itu Kabupaten Aceh Tengah lebih dikenal dengan sebutan dataran Tinggi Tanoh Gayo. Masyarakat asli daerah tersebut adalah suku Gayo. Di tengah-tengah perbukitan yang ada terdapat sebuah danau yang disebut Danau Lut Tawar (DLT), dikelilingi bukit yang ditumbuhi pohon Pinus Merkusi. Danau ini mempunyai luas 5,472 ha, panjangnya 17 km, sedangkan lebarnya

3,219 km. Di perkirakan volume airnya berjumlah 2,5 trilyun liter. Di sekitar danau saat ini dilengkapi dengan prasarana jalan, yang merupakan jalan provinsi, panjang jalan utara 18 km, panjang jalan selatan 24 km. Jumlah aliran air yang masuk ke danau ini sebanyak 25 buah aliran (mata air), terdiri dari Sungai, alur, aliran dengan debit total 10.043, liter/detik. Sementara air yang keluar, hanya satu melalui sungai Pesangan dengan debit 5.664 liter/detik. Terdapat 20 kampung, di empat wilayah kecamatan, yaitu Bintang, Kebayakan, Bebesan dan Lut Tawar. Warga setempat memiliki profesi yang sebagian besar menggantungkan hidup dengan bernelayan dan bertani. Keberadaan Danau Lut Tawar menjadi pujaan bagi masyarakat Aceh

khususnya Kabupaten Aceh Tengah. Selain Menjadi Objek wisata ia juga merupakan sumber air minum dan mencari nafkah dengan menangkap ikan. Potensi lain yang dimiliki Danau Lut Tawar adalah hadirnya ikan khas yang hanya ada di daerah tersebut, ikan Depik (rasbora tawarensis) bentuk seperti ikan teri. Biasanya ikan ini muncul antara bulan April sampai Agustus. Disebut depik karena pada bulan tersebut terjadi angin kencang. Musim angin ini disebut musim angin depik. Sebelum musim tiba, ikan-ikan tersebut bersembunyi di Goagoa bawah kaki gunung ataupun perbukitan.

2

Namun danau yang indah tersebut mengalami perubahan lingkungan/fisik, beberapa tulisan di media massa menyatakan kini Danau Lut Tawar seperti seorang gadis cantik yang dirundung duka, ditinggalkan kekasihnya. Menurut seorang pemerhati lingkungan , Ir Wien Ruhdi Bathin, dalam acara work shop penyelamatan (DLT), sumber internet. Perubahan itu disebabkan oleh beberapa faktor seperti berubahnya keadaan hutan di sekitar danau, serta persoalan sosial budaya masyarakat dan masalah regulasi.

Keadaan hutan di hulu danau mengalami kerusakan oleh oknum yang mengambil secara illegal (illegal logging) sehingga mempengaruhi debit air yang kian surut. Airnya terancam kering, setiap tahun terjadi penyusutan, (sumber Internet, judul menunggu air lut Tawar mengering),menyebutkan dalam kurun waktu lima tahun terahir volume penyusutan air sudah mencapai 2 meter. Tiap tahun terjadi penyusutan volume airnya. Dalam masa lima tahun terakhir, airnya sudah surut dua meter. Jika kita berkeliling, akan dijumpai gunung yang tandus di sepanjang gugusan bukit barisan, terlihat bekas-bekas kebakaran hutan. Yang tersisa hanya pemandangan bebatuan terjal dan batang-batang pohon yang hangus, oleh masyarakat selain menjadikan area perkebunan juga dijadikan tempat wisata seperti mendirikan cottage, pacuan kuda. Danau merupakan kawasan lindung dan budidaya berdasarkan Menurut Keppres No 32 tahun 1990, serta Perda Kabupaten Aceh Tengah No.39/2001 yang menyebutkan menerapkan garis sempadan/ batas daerah penguasaan tepi danau ditetapkan 100 meter, tetapi hal ini sangat bertentangan sekali dengan kondisi DLT sekarang ini. Kesimpulan berdasarkan fakta diatas dapat dijelaskan: 1. Habitat ikan khas depik (rasbora tawarrensis), yang hidup di goa-goa pinggiran danau terancam punah yang disebabkan penurunan debit air. 2. Menunggu kekeringan air yang diakibatkan Eksploitasi hutan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

3

3. Konflik ruang yakni Regulasi yang ditetapkan oleh Pemda/Keppres, sama sekali tidak berlaku pada Danau Lut Tawar.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana perkembangan lingkungan Danau Lut Tawar lingkungan saat ini? Seberapa besar peran regulasi (kebijakan/pengelolaan) terhadap perkembangan danau? Adapun tujuan penelitian ini adalah: Mendeskripsikan perubahan lingkungan Danau Lut Tawar serta mengidentifikasi faktor-faktor perubahannya. Mengetahui seberapa besar peran regulasi dan mengukur tingkat perkembangan danau. Penelitian ini membatasi perubahan lingkungan di Danau Lut Tawar, cakupan meliputi spasial pada kawasan hulu dan hilir danau. Adapun manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah: 1) Bagi pengetahuan, diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran, bahan acuan dan wawasan terhadap pemahaman teori, konsep maupun praktek yang lebih baik mengenai perubahan Danau Lut Tawar berdasarkan pemanfaatannya dan peran regulasinya. 2) Bagi praktek pembangunan daerah, yaitu: a. Sebagai bahan kajian untuk pengelolaan Danau Lut Tawar yang tengah dilanda perubahan/ krisis lingkungan akibat pola pemanfaatan oleh manusia. b. Diharapkan dapat menjadi dasar atau masukan dalam penanganan masalah perubahan lingkungan di sekitar Danau Lut Tawar.

4

TINJAUAN PUSTAKABeberapa teori terdahulu yang berkaitan dengan studi tentang kondisi sosial-ekonomi masyarakat pasca kegiatan pembangunan tertuang dalam kerangka hubungan antar bagian pembahasan tinjauan pustaka berikut. 2.1. Definisi Pemanfaatan SDA 2.2. Pengertian Danau 2.3. Kawasan Lindung & Budidaya 2.4. Daerah Aliran Sungai 2.4.1. Pengertian DAS 2.4.2. Fungsi DAS 2.5. 2.6. 2.7. Perubahan dan Dampak Lingkungan Pengertian Perilaku Masyarakat Nelayan

Landasan Teori1. Mendeskripsikan untuk mengkaji dan sangkut-pautnya yang mendasari perubahan lingkungan yang terjadi selama ini. 2. Regulasi yakni seperti apa aspek lingkungan danau saat ini. kebijakan pengelolaan

Gambar 1 Kerangka Kajian Pustaka

2.1 . Definisi Pemanfaatan dan Pengolahan SDAMenurut M. Dono Indarto dalam tesis MPKD (2009) masyarakat memainkan peranan yang sesuai dengan kondisi fisik wilayah serta ketersediaan sumber daya alam yang ada dengan batasan-batasan yang lebih mereka kenal, sehingga pengelolaan sumberdaya alam yang menjadi bagian integral dalam kehidupan masyarakat. Pomeroy dan Wiliam (1994) menyebutkan bahwa kunci keberhasilan dalam pengelolaan sumber daya alam berbasis masyarakat yang telah dimodifikasi sesuai kebutuhan adalah sebagai berikut : 1. Batas wilayah yang jelas terdefinisi.

5

Batas fisik dari suatu kawasan yang akan dikelola harus dapat ditetapkan dan diketahui secara pasti oleh masyarakat.Dalam hal ini peranan pemerintah dalam menentukan zoning dan sekaligus melegalisasinya menjadi sangat penting.Batas-batas wilayah tersebut harus berdasarkan sebuah ekosistem sehingga sumberdaya alam tersebut dapat lebih mudah diamati dan dipahami. 2. Kejelasan keanggotaan. Segenap pengguna yang berhak memanfaatkan sumber daya alam disuatu kawasan dan berpartisipasi dalam pengelolaan daerah tersebut harus dapat diketahui dan didefenisikan dengan jelas, jumlah pengguna tersebut seoptimal mungkin tidak boleh terlalu banyak sehingga proses komunikasi dari masyarakat dilakukan lebih efektif. 3. Keterikatan dalam kelompok. Kelompok masyarakat yang terlibat hendaknya tinggal secara tepat didekatkan wilayah pengelolaan. Dalam konteks ini maka kebersamaan masyarakat akan baik dalam hal etnik, agama, metode pemanfaatan, kebutuhan harapan dan sebagainya. 4. Pengelolaan yang sederhana. Dalam pengelolaan sumber daya alam, salah satu kunci kesuksesan adalah penerapan aturan yang sederhana. Proses monitoring dan penegakan hukum dapat dilakukan secara terpadu dengan basis masyarakat sebagai pemeran utama. 5. Legalisasi pengelolaan. Masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan membutuhkan pengakuan legal dari pemerintah daerah sehingga hak dan kewajibannya dapat terdefinisikan dengan pemerintah daerah sehingga dan secara hukum terlindungi. Dalam suatu wilayah yang

6

telah ada, pemerintahan semestinya memberikan legalisasi, sehingga keberadaan hukum ini mempunyai kekuatan hukum yang lebih dalam penerapannya, baik setempat maupun stakeolders lain yang terllibat, selain itu dengan adanya legalisasi semakin menumbuhkan kepercayaan dan kesadaran masyarakat akan

pentingnya pengelolaan sumber daya alam yang lebih lestari. 6. kerjasama dalam kepemimpinan masyarakat. Kunci sukses lain adalah adanya individu maupun kelompok ini yang bersedia melakukan upaya semaksimal mungkin demi berjalannya proses pengelolaan sumber daya alam, upaya tersebut termasuk kepemimpinan yang diterima semua pihak khususnya dalam kalangan masyarakat, selain itu program kemitraan antar seganap penggunaan sumber daya alam (Pemerintah, Masyarakat, Swasta, LSM dan lain sebagainya) saling bermitra dalam segenap aktivitas ekonomi, sosial, keamanan dan lain-lain. 7. Desentralisasi dan pendelegasian wewenang. Pemerintah daerah sebagai bagian dari pengelolaan sumber daya alam berbasis masyarakat ini perlu memberikan desentralisasi proses administrasi dan pendelegasian tanggung jawab pengelolaan kepada kelompok masyarakat yang terlibat. 8. koordinasi antara pemerintah dan masyarakat. Sebuah lembaga koordinasi atau semacam koordinasi pengelolaan sumber daya alam berbasis masyarakat berada diluar masyarakat yang terlibat dan beranggotakan masyarakat yang terlibat dan beranggotakan masyarakat lokal, stakeholders dan wakil

pemerintah, merupakan hal yang penting pula dibentuk dalam rangka memonitor pengelolaan penyusunan lokal dan pemecahan konflik. 9. Pengatahuan, kemampuan dan kepedulian masyarakat.

7

Dalam

rangka

memberikan

kepastian

bahwa

masyarakat

mempunyai kemampuan dan pengetahuan dalam pengelolaan sumber daya alam, maka diperlukan suatu upaya yang mampu memberikan peningkatan keterampilan dan kepeduliaan

masyarakat untuk turut serta secara efektif, responsive dan efektif dalam proses pengelolaan sumber daya alam berbasis masyarakat. Turunnya debit air danau, Oleh masyarakat dimanfaatkan dengan membuat kolam terapung di hulu sungai Krung Pesangan.

2.2 . Pengertian DanauArti Danau menurut ilmu Geografi sumber Internet ( organisasi.org

komunitas & perpustakaan online) adalah suatu cekungan pada permukaan bumi yang berisi air. Danau dapat memiliki manfaat serta fungsi seperti untuk irigasi pengairan sawah, ternak serta kebun, sebagai objek pariwisata, sebagai PLTA atau pembangkit listrik tenaga air, sebagai tempat usaha perikanan darat, sebagai sumber penyediaan air bagi makhluk hidup sekitar dan juga sebagai pengendali banjir dan erosi. Janis-Jenis / Macam-Macam Danau yang ada di Indonesia: 1. Danau Buatan/Waduk: Danau buatan adalah Danau yang secara sengaja dibuat oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan air pertanian, perikanan darat, air minum, dan lain sebagainya. Contoh : Waduk Jatiluhur di Jawa Barat. 2. Danau Karst: Danau karts adalah Danau yang berada di daerah berkapur di mana yang berukuran kecil disebut doline dan yang besar dinamakan uvala. 3. Danau Tektonik: Danau tektonik adalah Danau yang terjadi akibat adanya aktivitas / peristiwa tektonik yang mengakibatkan permukaan tanah pada lapisan kulit bumi turun ke bawah membentuk cekung dan akhirnya terisi air.

8

Contoh yakni : Danau Toba di Sumatera Utara dan Danau Lut Tawar sendiri. 4. Danau Vulkanik Danau Kawah: Danau vulkanik adalah Danau yang terbentuk pada bekas kawah gunung berapi. Contoh yaitu : Danau Batur di Bali. www. Google.com Iwang Gumilar dalam Makalah Individu Secara singkat ekosistem berarti sistem yang berlangsung dalam suatu lingkungan. Di dalam lingkungan terdapat komponen-komponen, baik komponen fisik (benda hidup/biotik dan benda mati/abiotik) maupun komponen non fisik berupa hubungan manfaat suatu benda terhadap benda lainnya (trofik). Di dalam lingkungan juga terjadi suatu fenomena dinamika yang menyangkut hubungan interaksi antar kelompok fisik, atau dapat dikatakan bahwa di dalam lingkungan tersebut terjadi suatu sistem yang dinamis. Ekosistem dan lingkungan merupakan dua hal yang tidak terpisahkan.Dalam pembahasan mengenai ekosistem, lingkungan juga akan menjadi objek pembahasan. Secara fisik, lingkungan berarti wadah atau tempat berlangsungnya suatu sistem kehidupan organisme atau suatu komunitas. Kondisi lingkungan akan berubah jika terjadi perubahan di dalam ekosistem atau sebaliknya; masingmasing saling mempengaruhi dalam suatu keseimbangan yang dinamis dan

merupakan satu kesatuan fungsional. Dengan demikian, ekosistem meliputi seluruh mahluk hidup dan lingkungan fisik yang mengelilinginya, dan merupakan suatu unit yang mencakup semua mahluk hidup dalam suatu area yang memungkinkan terjadinya interaksi dengan lingkungannya, baik yang bersifat abiotik maupun biotik. Salah satu jenis ekosistem yang dikenal adalah ekosistem air tawar disamping jenis ekosistem lainnya, seperti ekosistem hutan, padang pasir, pantai, dasar laut, dan sejenisnya. Pemisahan jenis ekosistem di atas memang diperlukan karena setiap jenis ekosistem memiliki perbedaan mekanisme dan karakteristik yang khas, demikian juga dalam hal pengelolaannya, masing-masing memerlukan

9

strategi dan cara yang berlainan. Bahkan terhadap satu jenis ekosistempun masih harus dilakukan perbedaan, misalnya ekosistem air tawar dapat dibedakan menjadi ekosistem danau, sungai, rawa dan sebagainya.

2.3 . Kawasan Lindung & BudidayaMenurut Keppres No 32 tahun 1990 kawasan lindung berdasarkan

fungsinya terdiri dari kawasan hutan lindung, kawasan perlindungan setempat, kawasan cagar alam dan cagar budaya, pantai berhutan bakau, dan kawasan rawan bencana. Kawasan yang dimaksud antara lain: (1) hutan lindung adalah kawasan yang berfungsi sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi, pemeliharaan kesuburan tanah dan sebagai kawasan perlindungan sistem

penyangga kehidupan. Kriteria penetapannya berdasarkan Keppres tersebut diatas yaitu faktor lereng lapangan, jenis tanah, curah hujan yang melebihi nilai skor 175 atau mempunyai lereng lapangan 40% atau mempunyai ketinggian 2.000 meter diatas permukaan laut atau lebih (2) Kawasan perlindungan setempat terdiri dari sempadan sungai dan perlindungan jembatan, sempadan pantai, kawasan resapan air, kawasan sekitar danau/waduk, kawasan sempadan mata air;(3) Kawasan cagar alam dan cagar budaya merupakan kawasan yang mewakili ekosistem yang khas yang merupakan habitat alam yang memberikan perlindungan bagi perkembangan flora dan fauna yang beraneka ragam;(4) Pantai berhutan bakau ( mangrove) adalah kawasan pesisir laut yang merupakan habitat alami hutan bakau;(5) Kawasan rawan bencana merupakan kawasan yang sering atau berpotensi mengalami bencana. Kawasan budaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Penataan kawasan budidaya diharapkan dapat memberikan arahan pada pemanfaatan ruang yang optimal dalam menunjang aktivitas sosial, budaya, dan perekonomian serta pembangunan. Selain itu pemanfaatan ruang pada kawasan budidaya diharapkan dapat selaras dengan

10

pelestarian kawasan lindung dan memperhatikan batasan-batasan yang ada untuk masing-masing kawasan tersebut. Undang-undang no 5 Thun 1990 : -konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya -pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya Peraturan perundangan undangan yang berkaitan dengan perlindungan dan pelestarian danau adalah : yang antara lain menyebutkan, Kepres No. 32 tahun 1990 yang antara lain menyebutkan: Perlindungan terhadap kawasan sekitar danau/waduk dilakukan untuk melindungi danau/waduk dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian fungsi dan ekosistem danau/waduk.

2.4 . Daerah Aliran SungaiYang akan dibahas di sini adalah pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS), fungsi DAS,.

2.4.1. Pengertian DASDaerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada sungai utama ke laut atau danau. Asdak (2007), menyebut DAS sebagai suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai utama, di mana wilayah daratan adalah daerah tangkapan air sebagai suatu ekosistem, terdiri dari sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang memanfaatkan sumber daya alam tersebut (Asdak, 2007) Dalam pendefinisian DAS pemahaman akan konsep daur hidrologi sangat diperlukan terutama untuk melihat masukan berupa curah hujan yang selanjutnya

11

didistribusikan. Konsep daur hidrologi DAS menjelaskan bahwa air hujan langsung sampai ke permukaan tanah untuk kemudian terbagi menjadi air larian, evaporasi dan air infiltrasi, yang kemudian akan mengalir ke sungai sebagai debit aliran.

Dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 menyebutkan Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.Dari definisi di atas, dapat dikemukakan bahwa DAS merupakan ekosistem, di mana unsur sumberdaya alam (hutan, tanah dan air) dan manusia berinteraksi secara dinamis dan terdapat keseimbangan inflow dan outflow dari material dan energi.

2.4.2. Fungsi daerah aliran sungai Dalam rangka memberikan gambaran keterkaitan secara menyeluruh dalam pengelolaan DAS, terlebih dahulu diperlukan batasan-batasan mengenai DAS berdasarkan fungsi dari DAS bagian hulu, tengah dan hilir. Asdak (2007), menguraikan fungsi DAS sebagai berikut: 1. Daerah hulu, merupakan daerah konservasi yang mempunyai kerapatan drainase lebih tinggi, dengan kemiringan lereng besar atau lebih dari 15%. Daerah Hulu bukan merupakan daerah banjir sehingga pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase dan jenis vegetasi umumnya tegakan hutan. 2. Daerah Hilir, merupakan daerah pemanfaatan, dengan kerapatan drainase lebih kecil dan kemiringan lereng relatif kecil atau kurang dari 8%. Daerah ini pada beberapa tempat merupakan daerah banjir (genangan), pengaturan pemakaian air ditentukan oleh bangunan irigasi dan tanaman pertanian mendominasi jenis vegetasi, kecuali daerah estuaria karena lebih banyak hutan bakau/gambut.

12

3. Daerah Aliran Sungai bagian tengah adalah daerah transisi dari daerah hulu dan daerah hilir yang berbeda tersebut. Ekosistem DAS hulu merupakan bagian terpenting karena mempunyai fungsi perlindungan dari segi fungsi tata air melalui daur hidrologi.

2.5. Perubahan dan Dampak LingkunganDalam tesis MPKD yang berjudul Dampak Perubahan Lingkungan Sungai Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Petani Di Kelurahan Bangkal Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru, oleh Thaufik Hidayat (2009). Lingkungan sangat menentukan bagi kelangsungan hidup manusia, maka lingkungan harus dijaga agar tidak rusak atau tercemar. Perubahan lingkungan terjadi seiring aktivitas manusia komponen suatu ekosistem lingkungan hidup. Apabila perubahan lingkungan akibat aktivitas tersebut tidak melampaui batas daya dukungnya maka perubahan yang terjadi tidak bersifat negatif atau positif atau kerusakan lingkungan. (Wisnu, 2004 dalam oleh Thaufik Hidayat, 2009) secara umum kerusakan lingkungan apabila dilihat dari sumber penyebabnya dapat dikatagorikan menjadi dua: 1. Akibat faktor internal yaitu kerusakan yang berasal dari dalam bumi/alam itu sendiri seperti letusan gunung merapi, gempa bumi, kebakaran hutan, banjir dan lain-lain. 2. Akibat faktor eksternal yakni diakibatkan oleh manusia dalam rangka meningkatkan kualitas dan kenyamanan hidupnya seperti pencemaran udara yang berasal dari cerobong asap, pencemaran air akibat limbah industri, sampah, pupuk, akumulasi logam-logam berat dari bahan insektisida, minyak, dekompresi perairan akibat budidaya ikan, pencemaran daratan akibat kegiatan industri maupun penumpukan limbah padat atau barang bekas, penambangan .

13

2.6. Konsep PerilakuMenurut kamus besar bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional, edisi keempat, 1056) Perilaku berarti tangapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Jenis-jenis perilaku menurut (Walgito, 2004 dalam tesis Allukmanul Hakim MPKD, 2009), dibedakan menjadi (1) Perilaku alami (2) Perilaku Operan (operant behavior). Perilaku alami yaitu perilaku yang dibawa sejak individu atau organisme dilahirkan, yaitu berupa refleks-refleks dan insting-insting sedangkan perilaku operan yaitu perilaku yang dibentuk melalui belajar. Pada perilaku manusia, dari kedua jenis perilaku tersebut, jenis perilaku operan merupakan jenis perilaku yang mendominasi sebagian besar perilakunya. Dengan demikian sebagian besar perilaku manusia adalah perilaku yang dibentuk melalui proses belajar. Menurut (Walgito, 2004 dalam tesis Allukmanul Hakim MPKD, 2009), cara membentuk perilaku manusia dapat dibedakan menjadi; (1) pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan; (2) pembentukan perilaku dengan pengertian (insight); dan (3) pembentukan perilaku dengan

model atau contoh.Pengertian dan jenis perilaku serta cara pembentukan manusia seperti diuraikan diatas, mempunyai cakupan keadaan individu atau organisme itu sendiri dengan lingkungan dimana organisme atau individu tersebut berada.Dalam individu manusia, perilaku manusia didorong oleh motif tertentu, sehingga manusia itu berperilaku.Terdapat beberapa teori yang berkaitan dengan perilaku manusia yang dapat dijelaskan sebagai berikut oleh (Walgito, 2004 dalam tesis Allukmanul Hakim MPKD, 2009), 1. Teori Insting, perilaku itu disebabkan karena insting.Insting merupakan sesuatu yang innate, perilaku bawaan, dan insting akan mengalami perubahan karena pengalaman. 2. Teori dorongan. Bertitik tolak pada pandangan bahwa individu atau organisme itu mempunyai dorongan-dorongan tertentu dengan kebutuhan individu atau organisme yang mendorong untuk berperilaku.

14

3. Teori insentif. Bertitik tolak pada pendapat bahwa perilaku individu atau organisme itu disebabkan karena adanya insentif.Dengan adanya insentif akan mendorong individu atau organisme berperilaku.Insentif ini ada yang positif dan ada yang negatif. Insentif yang positif akan mendorong individu atau organisme untuk berbuat atau berperilaku, sedangkan insentif yang negatif akan dapat menghambat organisme berperilaku. Dengan demikian perilaku timbul karena adanya insentif. 4. Teori atribusi. Teori ini menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku individu atau organisme dapat disebabkan oleh adanya faktor eksternal. 5. Teori konitif. Apabila individu atau organisme harus memilih perilaku mana yang mesti dilakukan, maka yang bersangkutan akan memilih alternatif perilaku yang membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi yang bersangkutan. Dengan kemampuan memilih ini berarti faktor berfikir individu atau organisme berperan dalam menentukan pilihan.

2.7. Masyarakat Nelayan(Sujastani, 1982 dalam tesis M.Dono Indarto MPKD, 2009) mengartikan nelayan sebagai individu atau sekelompok orang yang melakukan usaha-usaha dibidang perikanan baik yang menunjukan budi daya maupun penangkapan ikan. Dalam pengertian ini nelayan dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu : 1. Nelayan budi daya adalah nelayan yang dalam kegiatan produksinya melalui proses budi daya seperti kolam, tambak, keramba. 2. Nelayan penangkapan ikan ialah nelayan yang dalam kegiatan produksinya tanpa melalui proses budi daya seperti penangkapan di perairan umum dan di laut baik dengan menggunakan peralatan tradisional maupun modern. (Mubyarto, 1984 dalam tesis M.Dono Indarto MPKD, 2009) dimodifikasikan sesuai kebutuhan, menjelaskan bahwa tingkat pendidikan nelayan maupun anakanaknya yang rata-rata rendah menyebabkan sulitnya bagi anak-anak nelayan

15

untuk mencari alternatif pekerjaan lain dan cenderung meneruskan pekerjaan orang tuanya sebagai nelayan.Nelayan juga cenderung banyak anak dan hal ini merupakan cermin dari keinginan mereka agar anak-anak mereka ikut membantu dalam mencari nafkah. Kondisi sektor kehidupan sektor kehidupan yang sangat rendah dan terbatas menyebabkan nelayan akan tetap dalam lingkaran kemiskinan. Selanjutnya (Mubyarto, 1984 dalam tesis M.Dono Indarto MPKD, 2009) dimodifikasikan sesuai kebutuhan), dijelaskan bahwa menjadi nelayan tidak dapat membayangkan pekerjaan lain yang lebih mudah sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Keterampilan menjadi nelayan bersifat amat sangat sederhana dan hamper sepenuhnya dapat dipelajari dari orang tua mereka sejak mereka masih kanak-kanak oleh karena itu tidak mudah beralih ke pekerjaan lain. Masyarakat nelayan terbiasa dengan pola penghasilan yang segera (instan) di mana penghasilan segera diperolah setiap mereka pulang dari mencari ikan. Dijelaskan lebih oleh (Mubyarto, 1984 dalam tesis M.Dono Indarto MPKD, 2009) dimodifikasikan sesuai kebutuhan, jika dibandingkan dengan seksama dengan kelompok masyarakat lain di sektor pertanian, nelayan ( khususnya nelayan buruh dan nelayan kecil atau nelayan tradisional) dapat digolongkan sebagai lapisan sosial yang paling miskin. Sifat sumber daya perikanan yang berbeda dengan sumber daya pertanian lainnya menyebabkan masyarakat nelayan mempunyai karakteristik yang berbeda dengan petani yang dapat diterangkan sebagai berikut: 1. Pendapatan nelayan bersifat harian (daily receivments) dan tidak bisa ditentukan jumlahnya. Selain itu pendapatan juga tergantung oleh musim dan oleh status nelayan itu sendiri. 2. Dilihat dari tingkat pendidikan, tingkat pendidikan nelayan maupun anak-anaknya rata-rata rendah. Dengan kondisi demikian maka sulitlah

16

bagi anak-anak nelayan untuk mencari alternatif pekerjaan lain dan cenderung meneruskan pekerjaan orang tuanya sebagai nelayan. 3. Produk nelayan tidak berhubungan dengan makanan pokok sehingga nelayan lebih banyak berhubungan dengan ekonomi tukar

menukar.Demikian pula dengan produk perikanan ini mudah rusak dan harus segara dipasarkan, maka ketergantungan nelayan pada pedagang sangat besar. 4. Bidang perikanan membutuhkan investasi yang cukup besar dan cenderung mengendung resiko yang lebih besar pula dibanding sektor pertanian lainnya. Nelayan cenderung menggunakan alat-alat yang sederhana dikarenakan tingkat kerusakan alat tangkap tinggi. 5. Terbatasnya anggota keluarga yang secara langsung ikut terlibat dalam kegiatan produksi dan ketergantungan nelayan sangat besar pada suatu mata pencaharian yakni menangkap ikan. (Denny Junanto, 2002 dalam tesis M.Dono Indarto MPKD, 2009), beberapa aspek sosial budaya yang memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap pembangunan kehidupan masyarakat nelayan dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Variabilitas cuaca dan ketidak pastian alam di daerah pinggiran danau, mengakibatkan suatu pola perpindahan tempat tinggal bagi nelayan. Dalam jangka pendek variabilitas yang tidak dapat diprediksi tersebut menyebabkan jam kerja tidak teratur dan variasi pendapatan, sehingga membutuhkan bantuan keuangan secara khusus. b. Resiko fisik yang harus dihadapi nelayan. Kondisi pekerjaan yang membutuhkan tenaga yang banyak membuat kondisi fisik yang cepat tua, sehingga kegiatan ini selalu dilanjutkan oleh generasi berikutnya yang berakibat pendidikan mereka hanya sampai pada tingkat dasar saja. c. Cepatnya depresiasi peralatan produksi, baik alat tangkap ikan, perahu, yang menyebabkan pengeluaran rutin untuk itu hasil yang

17

diperoleh selain memenuhi kebutuhan harian juga harus disisihkan guna perbaikan alat. Untuk menangani, memproses, dan memasarkan ikan membutuhkan spesialisai kerja. Pada banyak kasus, pembagian kerja didasarkan pada gender. Ini dikarenakan keterbatasan dan frekuensi bahaya yang ada di kapal sehingga tidak memungkinkan bagi anak-anak terkecuali bagi

mereka yang terlatih. Kaum perempuan memiliki konsekuensi untuk mengambil alih proses pengolahan dan memasarkan hasil tangkapan

METODE PENELITIANDalam penelitian ini menggunakan metode ekploratif kualitatif, dengan menggali informasi sebanyak mungkin melalui wawancara dan observasi pada obyek yang diteliti. Hal ini dimaksudkan untuk menggali secara mendalam tentang masalah yang ada kemudian melakukan deskripsi analisis berdasarkan data yang dihimpun dari obyek yang diteliti. Pengambilan lokasi penelitian ditentukan berdasakan hasil pengamatan awal yang telah dilakukan. Adapun penentuan lokasi penelitian tersebut ditentukan dengan mempertimbangkan beberapa hal berikut : Menyisir lokasi di Danau Lut Tawar yang paling berpengaruh terhadap perkembangan. Merupakan wilayah yang berada di Hulu dan Hilir Danau Lut Tawar. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka lokasi penelitian yang diambil adalah terdiri dari empat kecamatan di sekitar danau.

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN A.Kawasan Hulu1. Kerusakan Lingkungan

18

Kerusakan yang terjadi di kawasan hulu dipengaruhi oleh beberapa factorfaktor aktivitas diantaranya: (a). Ketidak-pastian Engklap (enclave) (b). Pembukaan Akses (c). Aktivitas Ilegal Logging & Perambahan (d). Kebakaran Hutan

B. Kawasn Hilir1. Pencemaran Lingkungan Danau Pencemaran lingkungan danau dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: (a).Data Kualitas Air Danau Melampaui Baku Mutu (b). Limbah; Pertanian, Maraknya Algae, Pariwisata, KJA dan Rumah Tangga 2.Penurunan Muka Air Danau (a).Menyempitnya Kawasan Danau (b). Sendimentasi dan Erosi (c).Pelanggaran Sempadan 3.Kehilangan Keanekaragaman Hayati (Biodiversity) (a). Kelangkaan Ikan; (1),Menghilangya Alat Tangkap Tradisonal, (2) Penurunan Populasi Ikan Endemik,(3) Kehadiran Spesies Lain. (b). Punahnya Tumbuhan Lokal

C. Peran Regulasi(a).Terbentuknya Regulasi Danau Lut Tawar (b).Regulasi Menciptakan Proses Pengelolaan Yang Semu; Ketidak-pastian Regulasi Regulasi Mengabaikan Nilai Lokal

19

Tata Ruang Danau Menghilangkan Makna Konteks Lokal Pro-Kontra Pelaksanaan Implementasi Regulas (c). Lemahnya Koordinasi Pengelolaan Danau; Sektor Perikanan Sektor Pertanian Kajian Lingkungan Pembangunan Fisik Mengabaikan Amdal Dilema PLTA Pengabaian dan Pelanggaran Regulasi (d).Implementasi Konsep Jeda Tebang (D). Peran Serta dan Organisasi Masyarakat (a). Keperihatinan Kalangan Terhadap Danau Lut Tawar Seminar Selamatkan Lut Tawar Kesimpulan Hasil Seminar (b). Dokumentasi Demo Mahasiswa UGP (c).Kehadiran Bencana (d).Syair Danau Lut Tawar (e).Kondisi Peta Destinasi Wisata Kesadaran Potensi dan Prospek Ekologi Ketidak-jelasan Destinasi Wisata Legenda Warisan Leluhur Kedatangan Investor Pacuan Kuda Pante Menye

20

Dermaga Wisata Terabaikan Hotel Renggali

(E). Pembahasan Komprehensif(a). Sumber dan Dampak Perubahan Lingkungan Danau; Kawasan Hulu-Hilir (b).Evaluasi Regulasi; (1),Visi dan Misi Belum Dijadikannya Landasan Pengelolaan Yang Baik, (2), Ketidak-Jelasan Koordinasi dan Kelembagaan Pengelolaan Danau (c).Strategi Umum Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Mengelola Perubahan, Kompleksitas, ketidak-pastian dan Konflik Pengelolaan Lingkungan Adaptif (d). Strategi dan Pengelolaan Ekosistem Danau Kebijakan Pengelolaan Ekosistem Danau; Visi dan Misi Strategi Umum Pengelolaan Danau ,

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI (A).KesimpulanTerdapat dua buah kesimpulan utama yaitu Pragmatisme yaitu perkembangan Danau Laut Tawar dilandasi oleh aktivitas berbau praktis tanpa pengkajian lebih lanjut mengarah kepada eksploitasi lingkungan. Yang kedua adalah Ketidak-efektifan aturan/regulasi yakni Penyimpangan aturan, konsistensi pengelolaan danau belum belum diimplementasikan baik di lapangan.

(1).Pragmatisme

21

Yaitu langkah-langkah yang sama yang tidak mengedepankan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan terhadap lingkungan. Yang mengarah kepada ketidakpastian, konflik serta goncangan dalam pengelolaan danau. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan lingkungan Danau Lut Tawar di kawasan hulu dan hilir adalah sebagai berikut: (A).Kerusakan Lingkungan (B).Pencemaran Lingkungan Danau (C).Penurunan Muka Air Danau (D).Kehilangan Keanekaragaman Hayati (Biodiversity) Kegiatan-kegiatan yang instan dalam mengelola/mengambil keuntungan sumber daya alam. Ditemukan banyak sekali jenis kerusakan lingkungan hulu dan hilir kawasan danau Lut Tawar. Menghilangnya alat tangkap ikan yang memiliki filsuf lokal/bersifat tradisional penyesuaian bentuk dan dimensi sesuai dengan karakteristik ikan dan pengaruh iklim, bukan sebagai acuan lagi. Dipasaran mudah ditemukan jaring-jaring ikan dengan harga ekonomis dan memiliki ukuran jaring relatif kecil, hal ini dimanfaatkan oleh para nelayan dalam menangkap ikan yang dinilai lebih praktis. Penangkapan dilakukan setiap hari tanpa mengenal musim. Ikan-ikan asing yang diitroduksi dan kegiatan restockling dalam perspektif beberapa peneliti ikan lokal menilai, kegiatan tersebut jangan diulangi lagi. Selain ikanikan asing bersifat competitor terhadap ikan native juga akan merugikan Kabupaten sebab ikan lokal terancam punah. Penyimpangan pemanfaatan yang menimbulkan bencana seperti Air Bah di Kampung Rawe, erosi, sendimentasi, penangkapan ikan yang berlebihan tidak mampu

22

dibendung dan diantisipasi dengan baik oleh Pemerintah Daerah. Terlebih lagi pembangunan yang mengesampingkan nilai ekologis semakin memperparah lingkungan danau sendiri. Meningkatnya usaha Keramba jaring apung maupun tancap hendaknya melakukan budidaya ikan lokal. Ikan-ikan introduksi sebaiknya dibudidayakan pada kolam air tanah. Besarnya pengaruh manusia dalam kerusakan DLT dapat diprediksi dan dihitung berdasarkan jumlah sendimentasi dan erosi, jumlah penurunan ikan, jumlah perambahan, kegiatan Illegal Logging dan lainnya. Tanpa saling menyalahkan siapa yang bartanggung jawab atas kerusakan yang terjadi, sudah diketahui bahwa ketiga elemen Pemda, Swasta, Masyarakat kurang peduli dalam kurun bertahun-tahun lamanya dalam memanfaatkan dan menghasilkan perubahan ketidakpastian.

(2).Ketidak-Efektifan Aturan1.Ketidak-berdayaan Aturan Kelalaian Amdal & Krisis Air, Kesemuan Pengelolaan DLT, Penyimpangan Peraturan di Lapangan yang ditarik pada BAB V Pembahasan, memunculkan kesimpulan bahwa peraturan kurang efektif. Kurang efektif yang dimaksud adalah (1) Pengawasan dilapangan. (2) Aturan tidak rinci, (3) Tidak adanya sanksi. Kawasan wisata, perikanan, pertanian dan lainnya yang dikelola oleh masyarakat hanya mengandalkan naluri dan pembelajaran dari warisan nenek moyang. Di beberapa kawasan masyarakat telah mengeloa baik untuk meningkatkan perekonomian, misalnya kehadiran investor dalam mengelola pariwisata, pengelolaan wisata air terjun, namun masih memiliki kendala dalam penataan dan mengelola manajemen yang baik. Masyarakat sadar bahwa mereka memiliki keterbatasan, sehingga sangat berharap seluruh komponen /elemen agar memberikan perhatian.

23

Pembangunan PLTA dan PDAM yang masih belum disarakan oleh masyarakat serta dinilai belum menguntungkan masyarakat sebab sangat jarang sekali mereka dilibatkan dalam perencanaan untuk kesejahteraan bersama. Mereka telah tingggal bertahun-tahun lamanya di sekitar DLT tentu mempunyai pengetahuan yang dapat ditampung oleh pemerintah serta perlibatan dalam pengatasan krisis air melalui identifikasi permasalahan muka air turun, konservasi mata air. Sehingga dalam pembangunan PLTA dan PDAM Intake terbaru memiliki lokasi yang tepat serta permasalahan dapat terselesaikan bukan menambah persoalan seperti yang terjadi pada saat ini Pembangunan Intake PDAM yakni kelalaian penyusunan AMDAl oleh Pemda dan lokasi pembangunan kurang strategis.

(B). RekomendasiKekayaan Kabupaten Aceh tengah bukan hanya akan sumberdaya alam tetapi juga kaya akan nilai-nilai budayadankearifan lokal Tradisional yang lahir dari proses panjang sejarah. Kekayaan nilai budaya seharusnya ditumbuh kembangkan malah bukan dikesampingkan. Danau Lut Tawar merupakan sebuah sumberdaya alam memiliki kekayaan yang berlimpah dan telah dijaga kelestariannya oleh para leluhur melalui dalam bentuk kearifan lokal. Dua elemen yakni sumberdaya alam dan makna kearifan lokal terpelihara dengan baik pada awalnya. Namun akibat kebijakan-kebijakan yang mengusung program-program ekonomi dan tidak terlibatnya lagi bentuk kearifan lokal ini mengakibatkan manusia telah melupakan nilai ekologis seperti yang telah terjadi di Danau Laut Tawar yang berujung pada ekspoitasi dan parahnya adalah aktifitas biologi tumbuhan akuatik dalam danau menjadi sangat berkurang, jumlah bahan organik yang dibusukkan di dasar danau begitu

24

besar. Gejala danau berubah menjadi danau mati, lahirlah komunitas dataran baru. Proses hingga matinya sebuah danau disebut proses eutrofikasi. Beberapa hal yang direkomendasikan antara lain: 1. Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Danau Lut Tawar (RRTRK DLT), Yang tengah direvisi melahirkan sebuah konsep baru yakni Keterlibatan Bentuk Kearifan Lokal dalam pengelolaan danau secara bersama. 2. Menekan seminimaisir mungkin dampak kerusakan lingkungan dalam

pembangunan ekonomi melalui program-program pemanfaatan ekologi seperti bididaya ikan lokal (native), kegiatan reboisasi vegetasi lokal 3. Urban Environmental Planning adalah perencanaan yang memfokuskan bagaimana mengola lingkungan dengan baik, Pemda selaku fasilitator sangat diharapkan mampu untuk menjalankan pengelolaan dengan SDM yang professional Good Governance serta memiliki mitra kerja yang (Swasta) yang memiliki wawasan lingkungan guna terciptanya urban sustainable development pembangunan berkelanjutan melalui socio urban environment misalnya

Pemantauan lingkungan (ecology management monitoring) terlaksana dengan kontinuitas, terpadu, perlibatan Stakeholder.

DAFTAR PUSTAKAAsdak, C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Cetakan Keempat. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Denny Juanto. Model Pendekatan Ekosistem Dalam Penyusunan Masyarakat Daerah/ terdapat dalam http//www.jurnalonline.com/nspm/2.asp, (20 Mai 2008). Hakim Allukmanul, 2009. Tesis MPKD. Persepsi dan Perilaku Masyarakat Desa Sekitar Danau Sentarum Sebagai Kawasan Nasional, Kawasan Nasional Danau Sentarum kec.Selimbau Kab.Kapuas Hulu. Hidayat Thaufik, 2009. Dampak Perubahan Lingkungan Sungai Terhadap Sosial Ekonomi, Kelurahan Bangkal Kec.Cempaka Kota Banjarbaru. Imbiri Antonius, 2006. Pengelolaan Sumberdaya Alam Berbasis Komunitas Lokal, Kampung Yoka Distrik Abepura Kota Jayapura. Iwang Gumilar, 2005. Pengelolaan Ekosistem Air Tawar Di Danau. Makalah Individu Pengantar Falsafah Sains (PPS702) Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Sem 2 2004/5. M.Dono Indarto, 2008. Tesis MPKD.Pemanfaatan Sumber Daya Alam Danau Melintang Oleh Masyarakat Nelayan Desa Melintang, Kutai Kartanegara, Kaltim. Mubyarto, Loekman Soetrisno, Michael Dove.1984. Nelayan dan kemiskinan :Studi Ekonomi Antropologi di Dua Desa Pantai. Diterbitkan atas kerjasama yayasan Agro Ekonomika. Penerbit: CV. Rajawali, Jakarta. Sujastani, 1990. Fhisheries in Segara Anakan-Cilacap Illarm, Manila.

Sri Mulyani, 2009. Tesis MPKD. Taman Baca Masyarakat (TBM) Sebagai Wujud Peran Masyarakat Dalam Pendidikan Di Yogyakarta. Walgito, Bimo, 2004. Pengantar Psikologi Umum, Andi Offset, Yogyakarta.