naskah-publikasi-04320187

Upload: grace-nenobais

Post on 05-Jan-2016

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jurnal

TRANSCRIPT

  • NASKAH PUBLIKASI

    HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECEMASAN

    MENGHADAPI MASA PENSIUN PADA BINTARA POLRI

    Oleh:

    WIDURI NUR ANGGRAIENI

    RA RETNO KUMOLOHADI

    PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

    FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

    UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

    YOGYAKARTA

    2008

  • NASKAH PUBLIKASI

    HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECEMASAN

    MENGHADAPI MASA PENSIUN PADA BINTARA POLRI

    Telah Disetujui Pada Tanggal

    ________________________

    Dosen Pembimbing Utama

    (RA Retno Kumolohadi, S.Psi., M.Si.)

  • HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECEMASAN

    MENGHADAPI MASA PENSIUN PADA BINTARA POLRI

    Widuri Nur Anggraieni

    RA Retno Kumolohadi

    INTISARI

    Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi masa pensiun pada Bintara Polri. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan negatif antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi masa pensiun. Semakin tinggi tingkat religiusitas maka semakin rendah kecemasan menghadapi masa pensiun pada Bintara Polri dan semakin rendah religiusitas maka semakin tinggi kecemasan menghadapi masa pensiun pada Bintara Polri. Subyek dalam penelitian ini adalah polisi dengan pangkat Bintara, maksimal 5 tahun menjelang pensiun yang berusia 53-57 tahun yang masih aktif bekerja, beragama islam.. Adapun skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala yang dimodifikasi oleh peneliti dari peneliti Sugiharto (2005), untuk skala kecemasan menghadapi masa pensiun disusun dengan mangacu pada teori kecemasan yang dikemukakan oleh Lazarus dan aspek-aspek kecemasan yang di sebutkan oleh Haber dan Runyon (Suryani, 2007). Skala religiusitas di susun dengan mengacu pada aspek-aspek religiusitas yang dikemukakan oleh Glock dan Stark (Roberston, 1988; Ancok dan Suroso, 1995; Uyun, 1998). Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis menggunakan uji korelasi spearman. Hasil analisis menunjukkan besarnya koefisien korelasi sebesar r = -0,482 dengan p = 0,001 (p

  • PENGANTAR

    Seiring dengan berjalannya waktu individu dihadapkan pada suatu kenyataan

    bahwa tidak selamanya manusia dapat bekerja, ada saatnya ketika sudah mencapai

    masa tua, seseorang akan berhenti dari pekerjaannya atau pensiun dan beristirahat

    untuk dapat menikmati hasil yang diperolehnya selama bekerja (Monks,et.al, 1982

    dalam Hartati, 2002). Seseorang yang pensiun berarti mengalami perubahan pola

    hidup dari bekerja menjadi tidak bekerja.

    Berbagai reaksi terlihat pada individu dalam menghadapi masa pensiun. Hal ini

    tergantung dari kesiapan didalam menghadapinya. Secara garis besar ada tiga sikap

    ataupun reaksi yang diberikan (1) menerima; (2) terpaksa menerima; dan (3) menolak

    (dalam Hartati, 2002). Permasalahan semakin kompleks yang dihadapi oleh manusia,

    sehingga menimbulkan berbagai akibat bagi kesehatan mental seseorang baik yang

    ringan sampai yang berat. Salah satunya gangguan bagi kondisi mental individu

    adalah kecemasan yaitu kecemasan menghadapi masa pensiun. Pada saat memasuki

    masa pensiun, kebanyakan individu yang bekerja pasti mengalami perasaan cemas.

    Perasaan cemas yang muncul dengan tingkat kecemasan yang berbeda-beda,

    tergantung pada kepribadian individu masing-masing, dan juga tergantung dari

    pengaruh serta respon yang di berikan oleh individu, serta individu tersebut harus

    berusaha menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi.

  • Sebuah survei membuktikan hampir separuh penduduk Indonesia tidak merasa

    aman secara finansial dalam menghadapi masa pensiun, dan sekitar 58% dari 220 juta

    populasi memiliki pengetahuan rata-rata tentang pengelolaan uang dan finansial

    pribadi. Jika dirinci, dapat diketahui bahwa hasil survei itu menunjukkan enam dari

    sepuluh orang Indonesia ragu-ragu kehidupan paska pensiun bisa didukung dengan

    tabungannya. Responden cenderung menyatakan bahwa tabungan mereka tidak bisa

    memberikan rasa nyaman saat usia pensiun (Tis, 2007).

    Individu yang sudah memasuki tahap akhir dari karirnya atau memasuki tahap

    decline (kemunduran), pada akhirnya harus menerima kenyataan bahwa dirinya sudah

    memasuki masa pensiun (Hartati, 2002). Banyak individu yang memandang negatif

    tentang pensiun dan menyebabkan individu cenderung menolak datangnya masa

    pensiun. Penolakan tersebut ditandai dengan adanya perasaan cemas, dan perasaan

    cemas muncul karena tidak tahu lagi apa yang akan dilakukan kedepannya, dengan

    menunjukkan gejala fisiologi seperti merasa mudah lelah ketika bekerja, jantung

    berdebar-debar, kepala pusing, kadang-kadang mengalami gangguan tidur.

    Sedangkan gejala psikologisnya yaitu rendah diri, tidak dapat memusatkan perhatian,

    timbulnya perasaan kecewa, sehingga dapat mempengaruhi interaksi dengan orang

    lain (Sari dan Kuncoro, 2006). Kebanyakan dari pensiunan tidak bisa menikmati dan

    menjalani masa pensiunnya dengan santai, dan juga keadaan yang tidak

    menyenangkan harus dirasakan, yaitu jumlah tanggungan keluarga yang masih cukup

    besar ketika masa pensiun sudah didepan mata.

  • Masa-masa pensiun yang akan tiba, terutama pada para Bintara Polri harus

    dihadapi dan di alami, dimana semua itu dapat dilalui dengan kereligiusitasan yang

    dimiliki oleh setiap orang yang beragama, karena agama atau religius adalah

    bagaimana sikap bathin dan sikap keseharian individu yang diwujudkan dalam

    kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan hubungannya dengan sang pencipta

    (Shihab dalam Diana, 1999). Biasanya orang yang dapat menerima keadaan bahwa

    mereka akan memasuki masa pensiun, memiliki religiusitas yang tinggi dan rasa

    kecemasannya rendah, karena mereka sudah siap dan mereka sadar kalau mereka

    bekerja sebagai Bintara Polri akan mengalami namanya pensiun.

    Berdasarkan pendapat di atas, penulis menduga bahwa semakin tinggi

    religiusitasnya, maka semakin rendah kecemasan yang dialami oleh Bintara Polri,

    karena para Bintara Polri sudah siap untuk memasuki masa pensiun dan itu sudah

    menjadi konsekuensinya bekerja sebagai Bintara Polri. Saat mengalami masa pensiun

    dan kebanyakan orang-orang seperti mereka, selalu mensyukuri apa yang telah

    diterima dan juga mereka percaya bahwa Allah swt akan memberikan yang terbaik

    buat mereka, karena Allah swt tidak akan memberikan cobaan kepada setiap umatnya

    diluar kemampuannya. Sedangkan dengan semakin rendah religiusitasnya, maka

    semakin tinggi kecemasannya memasuki masa-masa pensiun, karena mereka tidak

    siap memasuki masa pensiun dengan berkurangnya penghasilan, yang biasanya

    mendapatkan penghasilan penuh tiap bulannya. Individu seperti itu adalah Individu

  • yang kurang rasa bersyukur atas segala hal yang diterima selama ini dan tidak

    memiliki sikap pasrah terhadap kenyataan yang ada dalam sebuah kehidupan.

    Penelitian yang dilakukan kali ini, memiliki arti penting karena ingin mengetahui

    hubungan antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi masa pensiun pada

    Bintara Polri.

    METODE PENELITIAN

    A. Subjek Penelitian

    Karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah Polisi dengan pangkat Bintara,

    maksimal 5 tahun menjelang pensiun yang berusia antara 53-57 tahun yang masih

    aktif bekerja, beragama islam. Asumsinya semakin mendekati pensiun, maka subjek

    semakin menghadapi kecemasan.

    Dimana subyek penelitian ini akan diambil sesuai dengan karakteristik

    yang telah ditentukan, berdasarkan data yang didapat penulis dari Kepolisian.

    B. Metode Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    metode skala. Peneliti akan menggunakan dua buah skala untuk mengukur kedua

    variabel, yaitu:

  • 1. Skala Kecemasan menghadapi masa pensiun

    Skala kecemasan menghadapi masa pensiun diungkap menggunakan Konsep

    yang di kemukakan oleh Haber dan Runyon (Suryani, 2007), yaitu dalam

    penelitiannya mengenai aspek aspek kecemasan menghadapi masa pensiun meliputi

    empat dimensi yaitu : Dimensi Afektif , Dimensi Kognitif , Dimensi Somatis,

    Dimensi Motorik.

    2. Skala Religiusitas

    Aspek aspek ( dimensi ) religiusitas yang diungkap dalam penelitian ini

    adalah konsep yang dikemukakan oleh Glock dan Strak (Roberston, 1988; Ancok dan

    Suroso, 1995; Uyun, 1998).yaitu: Religious Belief (Dimensi Idelogis), Religious

    Practice (Dimensi Ritualistik), Religious Feeling (Dimensi Eksperensial), Religious

    Effect (Dimensi Konsekuensial), Religious Knowledge (Dimensi Intelektual).

    3. Metode Analisi Data

    Metode analisis data yang digunakan untuk melihat hubungan antara religiusitas

    dengan kecemasan menghadapi masa pensiun adalah dengan menggunakan Product

    Moment dari Karl Pearson bila terdistribusi normal dan liniear, tetapi bila

    berdistribusi tidak normal dan linier maka digunakan korelasi Spearman. Dari hasil

    penelitian selanjutnya dianalisis menggunakan perhitungan statistik dengan bantuan

    program komputer SPSS for windows 15.00.

  • HASIL PENELITIAN

    1. Hasil Uji Asumsi

    Sebelum melakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang

    meliputi uji normalitas dan uji linieritas. Uji normalitas dan uji linieritas

    merupakan syarat sebelum dilakukannya uji korelasi. Uji asumsi dilakukan

    dengan menggunakan program SPSS 15,0 for windows

    a. Uji Normalitas

    Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah sebaran dari skor jawaban

    subjek normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan terhadap distribusi skor

    kecemasan menghadapi masa pensiun dan religiusitas, dengan menggunakan

    teknik One- Sample Kolmogorov- Smirnov Test . Sebaran skor suatu variabel

    penelitian dikatakan mengikuti distribusi kurva normal jika harga p dari nilai

    K-S-Z lebih besar dari 0,05 (p>0,05). Dari hasil pengolahan data kecemasan

    menghadapi menghadapi masa pensiun diperoleh koefisien K-SZ = 1,150

    dengan p = 0,142 (p> 0,05) dan data religiusitas diperoleh K-SZ = 0,142

    dengan p = 0,845 (p> 0,05). Hasil uji normalitas tersebut menunjukkan bahwa

    data kecemasan menghadapi masa pensiun dan religiusitas, terdistribusi atau

    tersebar dengan normal.

    b. Uji Linieritas

    Uji linearitas merupakan pengujian garis regresi antara variabel bebas

    dengan variabel tergantung. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah

  • hubungan antara variabel religiusitas dan kecemasan menghadapi masa

    pensiun mengikuti garis linier atau tidak. Uji linieritas dilakukan dengan

    menggunakan program SPSS (Statistic Program For Social Science) 15.00

    for Windows dengan teknik Compare Means. Uji linieritas dilakukan untuk

    mengetahui linieritas antara variabel religiusitas dan kecemasan menghadapi

    masa pensiun

    Hasil uji linearitas menunjukkan F = 1,922 dengan p = 0,398 (p>0,05).

    Berdasarkan hasil uji linieritas yang dilakukan dapat diketahui bahwa ada

    hubungan yang tidak linier antara variabel religiusitas dan variabel

    kecemasan menghadapi masa pensiun. Oleh karena itu, pada variabel-variabel

    diatas dapat dikenakan analisis korelasi Spearman.

    2. Uji Hipotesis

    Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah adanya hubungan negatif

    antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi masa pensiun pada Bintara

    Polisi Republik Indonesia (Polri). Pengujian terhadap hipotesis tersebut

    menggunakan teknik korelasi Spearman, dengan menggunakan program

    komputer SPSS (Statistic Program For Social Science) 15.00 for Windows.

    Hasil analisis mengenai hubungan antara kecemasan menghadapi masa

    pensiun dengan religiusitas menggunakan perhitungan melalui z-score. Analisis

    korelasi Spearman menunjukkan koefisien korelasi antara variabel religiusitas

    dan kecemasan menghadapi masa pensiun adalah -0,482(r=-0,482) dengan p =

  • 0,01(p
  • dalam menghadapi krisis serta menumbuhkan sikap rela menerima kenyataan hidup

    sebagaimana yang telah ditakdirkan tuhan, sehingga ia mendapatkan keseimbangan

    mental. Agama juga mampu memberikan rasa aman, rasa tidak takut dan cemas

    menghadapi persoalan hidup, seperti perasaan cemas memasuki masa pensiun.

    sehingga pemecahan masalah kehidupan melalui keagamaan akan meningkatkan

    kehidupan itu sendiri menuju nilai-nilai spiritual dan individu akan memperoleh

    keseimbangan mental (Daradjat, 1993), sesuai dengan teori Gate-control bahwa

    adanya kontrol dari area otak yang dapat menolak rasa sakit bila ada rangsangan,

    sehingga dapat menimbulkan perasaan tenteram, damai, bahagia, gembira, bergelora

    dalam diri seseorang (Prawitasari,E.J. dkk, 2003).

    Religiusitas atau penghayatan keagamaan memberikan pengaruh besar terhadap

    taraf kesehatan mental, seperti kecemasan menghadapi masa pensiun. karena individu

    yang religiusnya lebih kuat, maka kecemasan menghadapi pensiun lebih rendah

    (Hawari, 1996). Dister (1982) menyatakan bahwa salah satu fungsi agama adalah

    untuk mengatasi, frustasi (emosional afektif) atau kecemasan, seperti menghadapi

    masa pensiun dan untuk mengatasinya manusia harus bertindak religius. Dalam hal

    ini agama di abadikan untuk tujuan mengatasi perasaan-perasaan seperti itu.

    Menurut penelitian yang dilakukan oleh Petersen dan Roy (1985) yaitu salah satu

    faktor kecemasan adalah suatu reaksi psikologis terhadap peristiwa-peristiwa

    problematis atau yang mengancam kehidupan, dimana tampak relevan untuk berfokus

  • pada aspek-aspek religiusitas yang berpotensi membantu individu dalam mengatasi

    kejadian-kejadian ini secara psikologis, seperti kecemasan menghadapi masa pensiun.

    Sumbangan yang diberikan religiusitas terhadap kecemasan menghadapi masa

    pensiun adalah sebesar 28,1%. Sedangkan sebanyak 71,9% faktor yang

    mempengaruhi kecemasan menghadapi masa pensiun tidak diteliti dalam penelitian

    ini. Pengaruh religiusitas terhadap kecemasan menghadapi masa pensiun dapat dilihat

    dari data empirik yang didapat kategorisasi skor pada religiusitas dan kecemasan

    menghadapi masa pensiun, yaitu ditemukan bahwa mayoritas subjek memiliki

    kategori religiusitas sangat tinggi (lihat pada tabel 11). Ditemukan juga bahwa

    mayoritas subjek memiliki skor kecemasan yang termasuk dalam kategorisasi rendah

    (lihat pada tabel 10). Dengan kata lain kecemasan menghadapi masa pensiun subyek

    dipengaruhi oleh religiusitas subyek dan ada hubungan negatif antara religiusitas

    dengan kecemasan menghadapi masa pensiun. Walaupun tidak sesuai dengan

    prediksi awal peneliti yang melihat bahwa ada semakin tinggi kecemasan maka

    semakin rendah religiusitasnya.

    Penelitian ini tidak sesuai yang diperkirakan peneliti, yang menyebabkan

    rendahnya kecemasan menjelang pensiun karena subyek yang digunakan peneliti

    memiliki rentang 5 tahun menjelang masa pensiun bukan ketika subyek memasuki

    MPP (Masa Persiapan Pensiun), selain itu pengaruh image juga dapat berpengaruh

    karena mereka berada dalam suatu struktur organisasi, sehingga mereka tidak

    menjawab sesuai dengan apa adanya diri mereka, tetapi mereka menjawab yang

  • menurut mereka baik dan budaya timur turut mendukung untuk tidak

    mengungkapkan apa adanya, karena bagi mereka adalah suatu hal yang tabu.

    Kecemasan itu timbul karena adanya pikiran yang keliru tentang suatu hal dan

    bereaksi yang berlebihan terhadap hal-hal tersebut. Kecemasan muncul,seperti

    kecemasan menghadapi masa pensiun karena terdapat beberapa situasi yang

    mengancam manusia sebagai makhluk sosial. Ancaman ini berasal adanya konflik,

    ancaman terhadap harga diri dan adanya tekanan untuk melaksanakan sesuatu diluar

    kemampuannya (Ancok;Badriyah, 2001 dalam Nugraheni, 2005). Kecemasan

    menghadapi masa pensiun yang dirasakan para Bintara Polisi Republik Indonesia

    (Polri) di wilayah Sleman termasuk rendah dan ternyata tiap individu yang

    mempunyai kepercayaan atau keyakinan (belief) yang kuat terhadap agamanya yang

    kemudian tercermin dalam mempraktekkan ajaran agama (practice) yang telah

    diterima oleh individu, sehingga membuat individu dapat menyeimbangkan

    kehidupannya dalam menghadapi masa pensiun yang dapatkan menimbulkan

    perasaan cemas pada tiap-tiap individu. Mengingat kecemasan lebih banyak dilami

    oleh wanita daripada pria, perbandingannya 2 wanita dibanding 1 laki-laki

    mengalami kecemasan yang memerlukan pertolongan (Priest, 1987), sehingga

    hasilnya kecemasan menghadapi masa pensiun yang dialami oleh Bintara Polri

    rendah. Daradjat (1993) mengatakan bahwa pada dasarnya agama dapat memberikan

    jalan kepada manusia untuk mencapai rasa aman, rasa tidak takut atau cemas

    menghadapi persoalan hidup.

  • BAB V

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian hubungan religiusitas dengan

    kecemasan menghadapi masa pensiun pada Bintara Polisi Republik Indonesia (Polri)

    adalah adanya hubungan negatif yang sangat signifikan antara religiusitas dengan

    kecemasan menghadapi masa pensiun. Semakin tinggi tingkat religiusitasnya maka

    semakin rendah kecemasannya, semakin rendah religiusitasnya maka semakin tinggi

    kecemasannya.

    B. Saran-Saran

    1. Bagi Subyek Penelitian

    Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa tingkat kepercayaan terhadap Allah

    SWT lebih tinggi daripada tingkat kepatuhan dalam menjalankan perintah agama

    saat cemas menghadapi masa pensiun. Maka dengan adanya penelitian ini

    diharapkan para polisi yang khususnya dengan pangkat bintara dalam struktur

    kepolisian untuk memperkokoh tingkat kepercayaan terhadap Allah SWT dan

    untuk lebih meningkatkan tingkat kepatuhan dalam menjalankan perintah agama,

    sehingga agar tetap terjaga tingkat religiusitas yang dimiliki untuk dapat

  • menyeimbangkan diri baik habluminallah dan habluminannas dalam segala aspek

    kehidupan.

    2. Bagi Departement Kepolisian

    Dari hasil penelitian ini, menyarankan kepada Departemen Kepolisian yakni,

    MPP (Masa Persiapan Pensiun) yang diberikan pada anggota polisi yang akan

    memasuki pensiun agar tetap dipertahankan dan sebaiknya dalam MPP (Masa

    Persiapan Pensiun) hendaknya diberi pelatihan atau keterampilan pada anggota

    polisi yang akan memasuki masa pensiun, sehingga para anggota polisi yang akan

    pensiun kelak mempunyai bekal yang akan dilakukan setelah pensiun kelak.

    3. Bagi Peneliti Selanjutnya

    Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut

    mengenai Religiusitas dan Kecemasan menghadapi masa pensiun pada Bintara

    Polri, diharapkan dapat meneliti hal tersebut lebih mendalam lagi seperti dengan

    menggunakan metode kualitatif, untuk mendapatkan data yang lebih detail. Selain

    wawancara mendalam, di perlukan juga observasi dan menjalin Raport yang baik

    dengan subjek karena masalah yang diangkat menyangkut hal yang sensitif untuk

    di ungkapkan dan dibicarakan. Mengingat bagi laki-laki yang bekerja sebagai

    polisi untuk menunjukkan perasaan cemas saat memasuki masa pensiun adalah

    suatu hal yang tabu dan bisa menjatuhkan harga diri mereka sebagai pencari

    nafkah bagi keluarganya, sehingga mereka akan menunjukkan bahwa mereka

  • adalah panutan keluarga dengan menunjukkan tingkat religiusitas yang baik di

    keluarganya.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Daradjat, Z. 1993. Ilmu Jiwa Agama. Penerbit: Bulan Bintang

    Diana, R. 1999. Hubungan Antara Religiusitas Dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah Umum. Jurnal Psikologika Nomor 7 Tahun III

    Dister, N.S. 1982. Pengalaman dan Motivasi Beragama. Pengantar Psikologi Agama. Jakarta: Lembaga Penunjang Pembangunan Nasional (Leppenas)

    Hartati, N. 2002. Post-Power Syndrome Sebagai Gangguan Mental Pada Masa Pensiun. Tazkiya Volume 2, Nomor 1, April 2002

    Hawari, D. 1996. AlQuran: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Dana Bhakti Prima Yasa

    Hong, L.W dan Duff, R.W. 1995. Age Density, Religiosity And Death Anxiety In Retirement Communities. Review Of Religious Research. Vol. 37. No. 1. September. 1995

    Meichati, S. 1983. Kesehatan Mental. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada

    Nugraheni, S.D. 2005. Hubungan Antara Kecerdasan Ruhaniah Dengan Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lanjut Usia. Indigenous: Jurnal Berkala Ilmiah Berkala Psikologi, Vol. 7, No. 1, Mei 2005: 18-38

    Petersen, L.R and Roy, A. 1985. Religiosity, Anxiety, And Meaning And Purpose Religions Concequences For Psychological Well-Being. Review of Religious Research, Vol 27, No. 1, September, 1985

  • Prawitasari, E.J. dkk. 2003. Psikoterapi: Pendekatan Konvensional dan Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

    Sari, E.V dan Kuncoro, J. 2006. Kecemasan Dalam Menghadapi Masa Pensiun Ditinjau Dari Dukungan Sosial Pada PT. Semen Gresik ( Persero ) Tbk. Jurnal Psikologi, Volume 1, Nomor 1.

    Suryani, A.O. 2007. Gambaran Sikap Terhadap hidup Melajang dan kecemasan Akan ketidakhadiran Pasangan Pada Wanita Lajang Berusia Di Atas 30 Tahun. Jurnal Manasa, Vol. 1, No. 1, Juni 2007

    Tis. 2007. Berbisnis Saat Pensiun. http://harianjoglosemar.com

    Uyun, Q. 1998. Religiusitas dan Motif Berprestasi Mahasiswa. Psikologi, nomor 6 Tahun III 1998

  • Identitas Penulis

    Nama : Widuri Nur Anggraieni

    Alamat : Jl. Kaliurang Km 7 Perum Graha Palem Indah E-10, Sengkan,

    Sleman, Yogyakarta

    No HP : 08156531331