naskah akademik rancangan peraturan daerah kabupaten...
TRANSCRIPT
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah
Kabupaten Cilacap Tentang
Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin
SEKRETARIAT DPRD
KABUPATEN CILACAP
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
(LPPM) IAIN PURWOKERTO
Kerjasama
Dengan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Cilacap
NASKAH AKADEMIK
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP
NOMOR …… TAHUN 2015
TENTANG
BANTUAN HUKUM BAGI RAKYAT MISKIN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN CILACAP PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP
LPPM IAIN PURWOKERTO 2015
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1 B. Identifikasi Masalah 2 C. Tujuan Dan Manfaat Naskah Akademik 3 D. Metode Analisis Naskah Akademik 4 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTEK EMPIRIS
A. Kajian Teoritis 6 B. Praktek Empiris 9 BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN
PERUNDANG UNDANGAN TERKAIT
17 BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN
YURIDIS
A. Landasan Filosofis 29 B. Landasan Sosiologis 30 C. Landasan Yuridis 32 BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG
LINGKUP MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH
A. Rumusan Akademik Berbagai Istilah dan Frase 43 B. Muatan Materi Peraturan Daerah 44 BAB VI PENUTUP 60
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP TENTANG BANTUAN HUKUM BAGI RAKYAT MISKIN
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah Negara hukum. Konsep ini termaktub dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 perubahan ketiga. Dengan dimasukkannya
pasal ini ke dalam bagian pasal UUD 1945 menunjukkan semakin kuatnya dasar hukum serta menjadi amanat negara bahwa negara
Indonesia harus merupakan negara hukum. Aristoteles merumuskan negara hukum adalah negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.
Keadilan merupakan syarat bagi tercapainya kebahagiaan hidup setiap warga Negara. Dengan demikian cita-cita Negara hukum (rule of law) yang terkandung dalam UUD 1945 bukanlah sekedar Negara yang berlandaskan sembarang hukum. Hukum yang didambakan bukanlah hukum yang ditetapkan semata-mata atas dasar kekekuasaan yang
dapat menuju atau mencerminkan kekuasaan mutlak atau otoriter. Hukum yang berbasis kekuasaan semata bukanlah hukum yang adil
(just law) yang didasarkan pada keadilan bagi seluruh rakyat. Hukum bagi bangsa Indoensia hadir untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
Menurut Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH ada dua belas ciri penting dari negara hukum diantaranya adalah supremasi hukum (supremacy of law) dan persamaan dalam hukum (equality before the law). Supremasi hukum menjadi ciri penting dari suatu Negara hukum yang
menekankan bahwa kedudukan hukum merupakan posisi tertinggi, kekuasaan harus tunduk pada hukum bukan sebaliknya hukum tunduk pada kekuasaan, bila hukum tunduk pada kekuasaan, maka
kekuasaan dapat membatalkan hukum, dengan kata lain hukum dijadikan alat untuk membenarkan kekuasaan. Hukum harus menjadi “tujuan” untuk melindungi kepentingan rakyat. Sedangkan persamaan
dalam hukum menekankan bahwa di dalam suatu negara hukum kedudukan penguasa dengan rakyat dimata hukum adalah sama
(sederajat), yang membedakan hanyalah fungsinya, yakni pemerintah berfungsi mengatur dan rakyat yang diatur. Baik yang mengatur maupun yang diatur pedomannya satu, yaitu undang-undang. Bila tidak
ada persamaan hukum, maka orang yang mempunyai kekuasaan akan merasa kebal hukum.
Dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke 4 disebutkan bahwa salah satu tujuan dibentuknya Negara Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
2
Indonesia. Tujuan yang tertuang dalam konstitusi ini menjadi dasar bagi
negara untuk menjamin hak konstitusional setiap warga negara untuk mendapatkan pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum sebagai
sarana perlindungan hak asasi manusia;
Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa “semua orang diperlakukan sama di depan hukum”. Kewajiban Negara untuk
memfasilitasi warga Negara yang tidak mampu secara ekonomi di dalam mengakses keadilan. Negara bertanggung jawab terhadap
pemberian bantuan hukum bagi orang miskin sebagai perwujudan akses terhadap keadilan. Penyelenggaraan bantuan hukum bertujuan untuk :
1. menjamin dan memenuhi hak bagi Penerima Bantuan Hukum
untuk mendapatkan akses keadilan;
2. mewujudkan hak konstitusional segala warga Negara sesuai dengan prinsip persamaan kedudukan di dalam hukum;
3. menjamin kepastian penyelenggaraan Bantuan Hukum dilaksanakan secara merata di seluruh daerah;
4. mewujudkan peradilan yang efektif, efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam rangka menjamin hak konstitusional bagi setiap warga
negara yang mencakup perlindungan hukum, kepastian hukum, persamaan di depan hukum, dan perlindungan hak asasi manusia, Pada
tanggal 04 Oktober 2011 Pemerintah dan DPR telah menyetujui bersama undang-undang yang mengatur bantuan hukum yakni UU No 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum yang selanjutnya disebut UU Bantuan
Hukum.
Kehadiran UU Bantuan Hukum ini paling tidak menjawab ekspektasi yang tinggi dari masyarakat akan penyelesaian persoalan
bantuan hukum di Indonesia, dimana sampai saat ini masih banyak rakyat Indonesia yang tak mendapatkan akses terhadap bantuan
hukum. Penyelenggaraan pemberian bantuan hukum kepada masyarakat merupakan upaya pemerintah untuk memenuhi dan sekaligus sebagai implementasi negara hukum yang mengakui dan
melindungi serta menjamin hak asasi warga negara akan kebutuhan akses terhadap keadilan (access to justice) dan kesamaan di hadapan
hukum (equality before the law).
Undang-Undang tentang Bantuan Hukum menjadi dasar bagi
negara untuk menjamin warga negara khususnya bagi orang atau kelompok orang miskin untuk mendapatkan akses keadilan dan kesamaan di hadapan hukum. UU Bantuan Hukum membebankan
kewajiban kepada pemerintah untuk mengalokasikan dana penyelenggaraan bantuan hukum dalam APBN. Namun demikian
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
3
pembentuk UU bantuan hukum menyadari bahwa dana yang
dialokasikan dalam APBN tidak akan mampu untuk memenuhi semua permohonan bantuan hukum yang ada di seluruh daerah. Untuk itu UU bantuan hukum mendelegasikan kepada Pemerintah Daerah termasuk
tentu saja pemerintah kabupaten Cilacap untuk mengalokasikan dana penyelenggaraan bantuan hukum bagi masyarakat miskin dalam APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 Undang-UndangNomor 16
Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum.
Sampai saat ini kabupaten Cilacap belum memiliki Peraturan
Daerah yang secara khusus menjamin terlaksananya hak konstitusional warga negara, khususnya bagi orang atau kelompok masyarakat miskin. Selama ini, pemberian Bantuan Hukum yang dilakukan belum banyak
menyentuh orang atau kelompok orang miskin, sehingga mereka kesulitan untuk mengakses keadilan karena terhambat oleh ketidakmampuan mereka untuk mewujudkan hak-hak konstitusional
mereka. Pengaturan mengenai pemberian Bantuan Hukum Untuk Masyarakat Miskin dalam peraturan daerah nampaknya sangat
mendesak untuk diwujudkan di kabupaten Cilacap. Peraturan Daerah merupakan jaminan terhadap hak-hak konstitusional orang atau kelompok orang miskin di kabupaten Cilacap.
Berdasarkan hal tersebut diatas untuk mencari jawaban atas permasalahan tersebut perlu dilakukan kajian hukum yang khusus
ditekankan pada permasalahan mengapa diperlukan Peraturan Dareah Tentang Bantuan Hukum kepada masyarakat miskin di kabupaten Cilacap ?
B. Tujuan dan manfaat
Tujuan disusunnya naskah akademik ini adalah
memberikan kerangka pemikiran, paradigma, landasan hukum sampai pada taraf operasionalisasinya
peraturan daerah yang dibuat. Sedangkan tujuan dibuatnya peraturan daerah tentang Bantuan Hukum bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap adalah :
1. Memformulasi model bantuan hukum yang komprehensif/integral bagi warga Cilacap yang tidak
mampu (masyarakat miskin), baik dalam bentuk non litigasi maupun litigasi, dilakukan oleh pekerja bantuan hukum yang tidak atau belum berprofesi
sebagai advokat, baik yang tergabung dalam sebuah korporasi maupun secara perorangan.
2. Mewujudkan akses untuk memperoleh peradilan yang
fair dan impartial bagi warga Cilacap yang tidak mampu secara ekonomi;
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
4
3. Memberi legitimasi kepada sarjana hukum yang tidak
atau belum menjadi advokat untuk beracara di pengadilan di wilayah hukum RI.
4. Naskah akademik ini diharapkan memiliki kemanfaatan sebagai
alasan, pedoman, dan arahan dalam membentuk peraturan perundang-undangan, dalam hal ini Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap tentang Bantuan Hukum kepada Masyarakat Miskin.
C. Metode Analisis Naskah Akademik
Metode analisis yang digunakan dalam naskah akademik ini adalah
metode sosiolegal. Artinya, kaidah-kaidah hukum, baik yang berupa perundang-undangan, maupun berbagai tradisi lokal, dijadikan sebagai bahan rumusan pasal-pasal yang dituangkan dalam rancangan
peraturan perundang-undangan, dalam hal ini Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap tentang Bantuan Hukum kepada Masyarakat Miskin.
Metode ini didasari oleh sebuah teori bahwa hukum yang baik adalah hukum yang tidak hanya berlandaskan pada kaidah-kaidah teoritis, akan tetapi juga berlandaskan pada kenyataan yang ada dalam
kehidupan masyarakat, meliputi :
1. Identifikasi permasalahan terkait permasalahan hukum masyarakat
miskin dan aktivitas bantuan hukum.
2. Inventarisasi bahan hukum yang terkait.
3. Sistematisasi bahan hukum
4. Analisis bahan hukum,
5. Perancangan dan penulisan
-- --
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
5
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIK
A. Kajian Teoritis
Indonesia sebagai Negara hukum menjamin kesetaraan bagi warga negaranya di hadapan hukum dalam dasar Negara dan konstitusinya. Sila kedua Pancasila “kemanusiaan yang adil dan beradab” dan sila
kelima Pancasila “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” mengakui dan menghormati hak warga Negara Indonesia untuk keadilan
ini. UUD 1945 menegaskan bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama didepan hukum dan setiap warga negara berhak memperoleh
kesempatan yang sama dalam pemerintahan. UUD 1945 juga mengakui hak setiap orang untuk bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap
perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
Hak atas Bantuan Hukum adalah Hak Asasi Manusia: sebuah
katalog hak dasar yang saat ini tengah menguat promosinya. Bantuan hukum, berkembang tidak saja dalam konteks pembelaan korban pelanggaran hak sipil dan politik, melainkan menjadi salah satu metode
dalam promosi dan pembelaan hak-hak ekonomi, sosial dan budaya (hak ekosob). Setiap orang berhak mendapatkan peradilan yang adil dan tidak
memihak (fair and impartial court)1. Hak ini merupakan hak dasar setiap manusia. Hak ini bersifat universal, berlaku di manapun, kapan pun dan pada siapapun tanpa ada diskriminasi. Pemenuhan hak ini merupakan
tugas dan kewajiban Negara. Setiap warga Negara tanpa memandang suku, warna kulit, status sosial, kepercayaan dan pandangan politik
berhak mendapatkan akses terhadap keadilan.
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
6
Kedudukan yang lemah dan ketidakmampuan seseorang tidak
boleh menghalangi orang tersebut mendapatkan keadilan. Pendampingan hukum (legal representation) kepada setiap orang tanpa diskriminasi itu merupakan perwujudan dari perlindungan dan perlakuan yang sama di
hadapan hukum. Tanpa adanya pendampingan hukum maka kesetaraan di hadapan hukum sebagaimana diamanatkan konstitusi dan nilai-nilai universal hak asasi manusia tersebut tidak akan pernah terpenuhi
Bantuan hukum adalah media bagi warga Negara yang tidak mampu untuk dapat mengakses terhadap keadilan sebagai manifestasi
jaminan hak-haknya secara konstitusional. Masalah bantuan hukum meliputi masalah hak warga Negara secara konstitusional yang tidak mampu, masalah pemberdayaan warga Negara yang tidak mampu dalam
akses terhadap keadilan, dan masalah hukum faktual yang dialami warga Negara yang tidak mampu.
Bantuan hukum tidak hanya ditujukan kepada individu, akan
tetapi juga ditujukan kepada anggota masyarkat secara kolektif. Bantuan hikum yang dilakukan, tidak hanya menggunakan jalur litigasi saja, juga
menggunakan pendekatan mediasi dan jalur politik. Konsep bantuan hukum lahir sebagai konsekwensi dari pemahaman kita terhadap hukum. Realitas yang kita hadapi adalah adalah produk dari proses-
proses sosial yang terjadi di atas pola hubungan tertentu di antara infrastruktur masyarakat yang ada. Hukum sebenarnya merupakan
superstruktur yang selalu berubah dan merupakan hasil interaksi antar infrastruktur masyarakat. Oleh karena itu, selama pola hubungan antar infrastruktur menunjukan gejala yang timpang maka hal tersebut
akan mempersulit terwujudnya hukum yang adil.
Pemberian bantuan hukum, mempunyai manfaat besar bagi perkembangan pendidikan penyadaran hak-hak warga Negara yang tidak
mampu khususnya secara ekonomi, dalam akses terhadap keadilan, serta perubahan sosial masyarakat ke arah peningkatan kesejahteraan
hidup dalam semua bidang kehidupan berdasarkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Oleh karena itu dibutuhkan suatu peraturan perundang-undangan yang menjamin hak warga negara Indonesia untuk
mendapatkan akses kepada keadilan dan pendampingan hukum, termasuk bantuan hukum (legal aid) bagi warga Negara yang tidak
mampu.
Antara bantuan hukum dan negara mempunyai hubungan yang erat, apabila bantuan hukum dipahami sebagai hak maka dipihak lain
negara mempunyai kewajiban untuk pemenuhan hak tersebut. Negara harus hadir dalam memfasilitasi pemenuhan tersebut. Tanggung jawab negara ini harus dapat diimplementasikan melalui ikhtiar - ikhtiar
ketatanegaraan pada ranah legislasi, yudikasi dan eksekutorial. Pasal 14 Kovenan Hak Sipil Dan Politik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
menjelaskan bahwa setiap orang berhak atas jaminan bantuan hukum
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
7
jika kepentingan keadilan menghendaki demikian. Untuk pemenuhan
hak tersebut, menurut pertimbangan Kovenan PBB tadi mewajibkan negara untuk memajukan penghormatan universal dan ketaatan terhadap HAM dan kebebasan. Kewajiban tersebut antara lain berupa
kewajiban untuk menghormati (to respect), kewajiban untuk memenuhi (to fulfill),dan kewajiban untuk melindungi (to protect). Kewajiban tersebut
termasuk kewajiban untuk melindungi, memenuhi/memfasilitasi dan menghormati hak atas bantuan hukum. Negara bertanggung jawab terhadap pemberian bantuan hukum bagi orang miskin sebagai
perwujudan akses terhadap keadilan dan mengimplentasikan dalam bentuk pengaturan mengenai bantuan hukum yang diselenggarakan oleh
negara harus berorientasi pada terwujudnya perubahan sosial yang berkeadilan. Kelahiran Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum merupakan wujud nyata kehadiran negara dalam
mengimplementasikan hak – hak konstitusional warga negara.
Atas dasar argument tersebut, sudah jelas negara mempunyai kewajiban dan yang paling penting adalah --implementasi dari kewajiban
tersebut. Tidak ada jaminan hukum untuk mewajibakan negara untuk menghormati,melindungi, memfasilitasi dan memenuhi hak atas bantuan
hukum terhadap masyarakat.Undang – Undang Bantuan Hukum mengamanatkan bahwa bantuan hukum tidak hanya merupakan kewajiban pemerintah pusat saja, akan tetapi juga merupakan kewajiban
pemerintah daerah. Pasal 19 ayat (1) dan (2) mengamanatkan bahwa Daerah dapat mengalokasikan anggaran penyelenggaraan Bantuan
Hukum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diatur dengan Peraturan Daerah. Pemerintah
Daerah, khususnya Kabupaten Cilacap untuk mewujudkan hak konstitusional setiap warga Negara khususnya masyarakat di Kabupaten Cilacap, sesuai dengan prinsip persamaan kedudukan dihadapan
hukum, maka Pemerintah Daerah perlu menjamin perlindungan hak asasi manusia dan berupaya untuk memberikan bantuan hukum kepada
masyarakat yang tidak mampu.
Disamping itu, pemberian bantuan hukum juga harus dimaksudkan sebagai bagian integral dari kewajiban warga negara lain
yang mempunyai kemampuan dan kompetensi dalam memberikan bantuan hukum. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Kovenan Hak-hak Sipil dan Politik (diratifikasi dengan UU Nomor 11 Tahun 2005). 2
Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 3 Pasal 28D ayat (3) UUD 1945 4 Pasal 28I ayat (2) UUD 1945 5 Pasal 2 ayat (2) Kovenan Hak-hak Sipil dan Politik
(diratifikasi dengan UU Nomor 11 Tahun 2005).
Undang-undang Bantuan Hukum karena mengaturpelayanan dan penyediaan jasa hukum bagi masyarakat untuk
memudahkanmasyarakat mendapatkan akses keadilan (access to
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
8
justice). Pemberian layananbantuan hukum yang dilakukan selama ini
masih belum banyak menyentuhkelompok warga Negara yang tidak mampu, sehingga mereka kesulitan untukmengakses keadilan melalui pemberian bantuan hukum karena terbentur olehketidakmampuan
mereka untuk menyadari akan hak-haknya secarakonstitusional maupun ketidakmampun mereka dalam bidang ekonomi. Dalamkondisi seperti itu diperlukan layanan bantuan hukum yang mempunyai visi
danmisi untuk memberdayakan warga negara yang tidak mampu sehingga merekayang tidak mampu mendapatkan kepastian jaminan
implementasi hak-haknyasecara konstitusional. Cita-cita dan amanat konstitusi demikian hanya dapatdiwujudkan dengan melalui system pemberian layanan bantuan hukum yangbaik dan secara menyeluruh
yang dituangkan dalam peraturan perundangundangandalam bentuk Undang-undang Bantuan Hukum, sehingga setiapwarga Negara yang tidak mampu, secara konstitusional berhak atas jaminanperlindungan
hukum dan jaminan persamaan di depan hukum, sebagai saranapengakuan HAM dapat diwujudkan.
B. Kajian Empiris
Pemberian bantuan hukum yang dilakukan selama ini belum
banyak menyentuh orang atau kelompok orang miskin, sehingga mereka kesulitan untuk mengakses keadilan karena terhambat oleh
ketidakmampuan untuk memuwujudkan hak-hak konstitusional mereka. Berbagai permasalahan hukum yang menimpa masyarakat miskin di Kabupaten Cilacap banyak tidak terakomodasi karena
ketidakpahamana masyarakat akan akses hukum yang mudah, murah dan setara, bahkan ketiadaan biaya untuk melakukan penegakan hukum dan keadilan menjadi penghambat bagi masyarakat yang hak –
hak hukumnya dilanggar.
Tingkat kemiskinan di Cilacap memang bukan yang tertinggi di
Jawa Tengah, tetapi penduduk miskin di Kabupaten Cilacap merupakan ketiga tertinggi di Jawa Tengah sebagaimana tabel di bawah ini.
Tingkat kemiskinan Di 35 Kabupaten/Kota Jawa Tengah
Tahun 2008 - 2012 (Persen)
No. Kabupaten/Kota 2008 2009 2010 2011 2012 Rata-rata
1. Kab. Cilacap 21,40 19,88 18,11 17,15 15,92 18,49
2. Kab. Banyumas 22,93 21,52 20,20 21,11 19,44 21,04
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
9
3. Kab. Purbalingga 27,12 24,97 24,58 23,06 21,19 24,18
4. Kab. Banjarnegara 23,34 21,36 19,17 20,38 18,87 20,62
5. Kab. Kebumen 27,87 25,73 22,70 24,06 22,40 24,55
6. Kab. Purworejo 18,22 17,02 16,61 17,51 16,32 17,14
7. Kab. Wonosobo 27,72 25,91 23,15 24,21 22,50 24,70
8. Kab. Magelang 16,49 15,19 14,14 15,18 13,97 14,99
9. Kab. Boyolali 17,08 15,96 13,72 14,97 13,88 15,12
10. Kab. Klaten 21,72 19,68 17,47 17,95 16,71 18,71
11. Kab. Sukoharjo 12,13 11,51 10,94 11,13 10,16 11,17
12. Kab. Wonogiri 20,71 19,08 15,67 15,74 14,67 17,17
13. Kab. Karanganyar 15,68 14,73 13,98 15,29 14,07 14,75
14. Kab. Sragen 20,83 19,70 17,49 17,95 16,72 18,54
15. Kab. Grobogan 19,84 18,68 17,86 17,38 16,14 17,98
16. Kab. Blora 18,79 17,70 16,27 16,24 15,11 16,82
17. Kab. Rembang 27,21 25,86 23,40 23,71 21,88 24,41
18. Kab. Pati 17,90 15,92 14,48 14,69 13,61 15,32
19. Kab. Kudus 12,58 10,80 9,01 9,45 8,63 10,09
20. Kab. Jepara 11,05 9,60 10,18 10,32 9.38 10,11
21. Kab. Demak 21,24 19,70 18,76 18,21 16,73 18,93
22. Kab. Semarang 11,37 10,66 10,50 10,30 9,40 10,45
23. Kab. Temanggung 16,39 15,05 13,46 13,38 12,32 14,12
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
10
24. Kab. Kendal 17,87 16,02 14,47 14,26 13,17 15,16
25. Kab. Batang 18,08 16,61 14,67 13,47 12,40 15,05
26. Kab. Pekalongan 19,52 17,93 16,29 15,00 13,86 16,52
27. Kab. Pemalang 23,92 22,17 19,96 20,68 19,28 21,20
28. Kab. Tegal 15,78 13,98 13,11 11,54 10,75 13,03
29. Kab. Brebes 25,98 24,39 23,01 22,72 21,12 23,44
30. Kota Magelang 11,16 10,11 10,51 11,06 10,31 10,63
31. Kota Surakarta 16,13 14,99 13,96 12,90 12,01 14,00
32. Kota Salatiga 8,7 7,82 8,28 7,80 7,11 7,90
33. Kota Semarang 6,00 4,84 5,12 5,68 5,13 5,35
34. Kota Pekalongan 10,29 8,56 9,36 10,04 9,47 9,54
35. Kota Tegal 11,28 9,88 10,62 10,81 10,04 10,53
Sumber : RPJMD Jawa Tengah 2013.
Berdasarkan Tabel diatas, sebaran penduduk miskin menurut kabupaten/kota di Jawa Tengah Tahun 2012 menunjukkan bahwa masih terdapat 15 kabupaten dengan angka kemiskinan di atas rata-rata
provinsi dan nasional, sehingga masih perlu upaya percepatan penurunan Jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah. Persentase
penduduk miskin terbesar pada Tahun 2012 terdapat di Kabupaten Wonosobo sebesar 22,50%, Kebumen sebesar 22,40%, dan Rembang sebesar 21,88%. Dilihat dari jumlah penduduk miskin, kabupaten
dengan jumlah penduduk miskin terbanyak adalah Brebes sejumlah 364.900 orang, Banyumas sejumlah 304.000 orang, dan Cilacap
sejumlah 260.900 orang. Data jumlah orang miskin di Cilacap cenderung turun sebagaimana tabel di bawah ini :
Kabupaten/Kota
Batas Kemiskinan (Rp/Kap/bl)
Jumlah Pddk Miskin (000 org)
Persentase Pddk Miskin
Poverty Line Number of Percentage of
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
11
Population Population
Regency/City
(Rp/Cap/Month) Below of Poverty Line (Thousand)
Below of Poverty Line
2011
2012
2013
2011
2012
2013
2011
2012
2013
01. Kab. Cilacap
224 530
240 025
256 615
281,
95
265,
70
255,
70
17,1
5
15,9
2
15,24
02. Kab. Banyumas
249 807
271 800
295 742
328,
51
309,
80
296,
80
21,1
1
19,4
4
18,44
03. Kab. Purbalingga
230 461
247 508
265 262
196,
00
184,
90
181,
10
23,0
6
21,1
9
20,53
04. Kab. Banjarnegara
192 303
205 369
221 056
177,
31
167,
00
166,
80
20,3
8
18,8
7
18,71
05. Kab. Kebumen
234 005
250 413
267 763
279,
42
262,
80
251,
10
24,0
6
22,4
0
21,32
06. Kab. Purworejo
235 459
254 314
273 481
121,
94
114,
80
109,
00
17,5
1
16,3
2
15,44
07. Kab. Wonosobo
226 827
242 047
258 522
182,
95
172,
40
170,
10
24,2
1
22,5
0
22,08
08. Kab. Magelang
204 430
218 950
235 430
179,
58
169,
40
171,
00
15,1
8
13,9
7
13,96
09. Kab. Boyolali
223 755
235 399
247 845
139,
52
131,
50
126,
50
14,9
7
13,8
8
13,27
10. Kab. Klaten
275 002
296 530
315 566
203,
05
191,
30
179,
50
17,9
5
16,7
1
15,60
11. Kab. Sukoharjo
240 711
259 184
279 400
91,9
7
85,7
0
84,1
0
11,1
3
10,1
6
9,87
12. Kab. Wonogiri 207
221
235
146,
137,
132,
15,7
14,6
14,02
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
12
496 019 728 37 90 20 4 7
13. Kab. Karanganyar
236 093
255 072
275 865
124,
49
117,
40
114,
40
15,2
9
14,0
7
13,58
14. Kab. Sragen
222 267
234 254
247 495
154,
26
145,
30
139,
00
17,9
5
16,7
2
15,93
15. Kab. Grobogan
242 212
260 435
278 786
227,
78
214,
60
199,
00
17,3
8
16,1
4
14,87
16. Kab. Blora
206 016
221 088
237 850
134,
93
127,
10
123,
80
16,2
4
15,1
1
14,64
17. Kab. Rembang
240 859
261 156
284 160
140,
38
132,
40
128,
00
23,7
1
21,8
8
20,97
18. Kab. Pati
264 372
288 271
314 609
175,
12
165,
00
157,
90
14,6
9
13,6
1
12,94
19. Kab. Kudus
256 745
276 317
299 097
73,5
9
69,3
0
70,1
0
9,45
8,63
8,62
20. Kab. Jepara
242 963
263 266
285 287
113,
35
107,
00
106,
90
10,3
2
9,38
9,23
21. Kab. Demak
254 441
276 041
299 773
192,
47
181,
60
172,
50
18,2
1
16,7
3
15,72
22. Kab. Semarang
227 471
244 762
263 352
95,9
9
90,6
0
83,2
0
10,3
0
9,40
8,51
23. Kab. Temanggung
198 888
212 487
229 548
94,9
2
89,5
0
91,1
0
13,3
8
12,3
2
12,42
24. Kab. Kendal
234 475
253 276
275 016
128,
58
121,
20
117,
70
14,2
6
13,1
7
12,68
25. Kab. Batang
184 592
195 983
208 671
95,3
1
89,8
0
87,5
0
13,4
7
12,4
0
11,96
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
13
26. Kab. Pekalongan
249 958
270 026
293 039
125,
94
118,
60
116,
50
15,0
0
13,8
6
13,51
27. Kab. Pemalang
235 316
251 986
271 861
261,
20
245,
90
246,
80
20,6
8
19,2
8
19,27
28. Kab. Tegal
222 700
239 207
258 366
161,
12
151,
70
149,
80
11,5
4
10,7
5
10,58
29. Kab. Brebes
261 160
281 601
307 238
394,
42
371,
40
367,
90
22,7
2
21,1
2
20,82
30. Kota Magelang
280 877
313 250
350 554
13,0
9
12,3
0
11,8
0
11,0
6
10,3
1
9,80
31. Kota Surakarta
326 233
361 517
371 918
64,5
0
60,7
0
59,7
0
12,9
0
12,0
1
11,74
32. Kota Salatiga
254 726
277 039
302 884
13,3
1
12,6
0
11,5
0
7,80
7,11
6,40
33. Kota Semarang
272 996
297 848
328 271
88,4
5
83,3
0
86,7
0
5,68
5,13
5,25
34. Kota Pekalongan
270 663
294 586
322 313
28,2
8
27,3
0
24,1
0
10,0
4
9,47
8,26
35. Kota Tegal
280 349
305 818
333 553
25,9
2
24,4
0
21,6
0
10,8
1
10,0
4
8,84
Jawa Tengah
217 440
233 769
261 881
5
255,96
4
952,10
4
811,30
16,2
1
14,9
8
14,44
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah
Source : BPS-Statistics Indonesia of Jawa Tengah Province
Permasalahan hukum yang menimpa warga cilacap, begitu
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
14
beragam mulai dari permasalahan tanah, tenaga kerja (TKI maupun
lokal), perkawinan, maupun permasalahan lainnya. Diantara yang menonjol adalah : Seperti sengketa tanah timbul di Laguna Segara Anakan antara warga dengan Perhutani, sengketa tanah antara warga
Desa Cimrutu Kecamatan Patimuan dengan Perhutani, serta antara warga Desa Sidaurip, Cisumur, dan Gintungreja Kecamatan Gandrungmangu dengan Perhutani.
Di Laguna Segara Anakan, sengketa tanah timbul terjadi karena warga menganggap tanah tersebut merupakan lahan pertanian, padahal
tanah tersebut berada dalam penguasaan perhutani karena timbul di kawasan hutan mangrove. Sedangkan untuk kasus sengketa tanah di Desa Cimrutu, disebabkan karena dahulu pada zaman revolusi fisik ada
beberapa warga yang bermukim dalam kawasan hutan. Lambat laun kawasan tersebut semakin berkembang hingga akhirnya kawasan tersebut ditetapkan sebagai desa dan diberi nama Desa Cimrutu. Saat
ini, desa tersebut dihuni tak kurang dari 900 keluarga. Permasalahan muncul karena desa tersebut berada di dalam kawasan hutan. Padahal
apabila mengacu pada Undang-Undang (UU) Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, disebutkan bahwa kawasan hutan tidak boleh beralih fungsi. "Sedangkan di Desa Cimrutu, kawasan hutan telah
beralih fungsi menjadi permukiman. Sedangkan kasus di Desa Cisumur dan Sidaurip di Kecamatan Gandrungmangu, disebabkan karena ada
kawasan hutan yang berubah menjadi lahan pertanian. Beberapa kali Perhutani berusaha menguasai kembali lahan tersebut selalu dihalangi oleh warga karena mereka merasa lebih berhak menguasai lahan itu.
Alasannya karena warga telah menguasi lahan itu selama bertahun-tahun.
Nelayan di Kabupaten Cilacap seringkali mengalami permasalahan
mengenai pencemaran lingkungan serta hak – hak nelayan yang termarjinalkan. Sedangkan permasalahan Tenaga kerja Indonesia asal
Cilacap mengalami permasalahan hukum mulai dari perekrutan, penempatan sampai kembali ke tanah air, baik sebagai pelaku maupun korban.
Fakta empiris menunjukkan betapa sangat dibutuhkan peran LSM, BKBHPendidikan Tinggi Hukum maupun LBH milik Ormas Keagamaan
maupun Sosial,maupun Praktisi, yang mempunyai komitmen dalam pemberian bantuan hukumkepada warga Negara yang tidak mampu. Fakta-fakta empiris tersebut misalnya,pengalaman yang dikemukakan
oleh Dorma Sinaga dan Lambok Gultom,masing-masing sebagai Ketua dan Sekretaris Asosiasi Penasehat Hukum danHAM (APHI), pada saat memberikan keterangan dalam sidang gugatan judicialreview di
Mahkamah Konstitusi RI atas pasal 31 UU no 18 tahun 2003, pada
pokoknya sebagai berikut : Pelanggaraan terhadap hak-hak rakyat
masihberjalan dimana-mana, pembelaan terhadap hak-hak rakyat
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
15
banyak dilakukanoleh LBH atau LSM atau Kampus. Peran mereka
memberikan suatu pelayananhukum kepada masyarakat, mereka melakukan penanganan perkara ataumelakukan advokasi terhadap hak-hak rakyat dengan litigasi maupun nonlitigasi.
Permasalahan hukum tersebut rata – rata menimpa masyarakat miskin di Kabupaten Cilacap, sehingga perlu adanya bantuan dan pendampingan hukum oleh advokat maupun lembaga bantuan hukum
secara Cuma – Cuma. Lembaga bantuan hukum yang melayani masyarakat miskin di cilacap yang terakreditasi, saat ini hanya
berjumlah 3 LBH, yaitu LBH Wahana (berkantor pusat di Cilacap), LBH Perisai Kebenaran (kantor Cabang/Perwakilan) dan LKBH STAIN Purwokerto (kantor Cabang/Perwakilan), sedangkan lembaga-lembaga
bantuan hukum lainnya belum terakreditasi di Kementerian Hukum dan HAM, sehingga belum dapat mengakses program bantuan hukum bagi masyarakat miskin. Untuk itu perlunya dorongan bagi Lembaga Bantuan
Hukum yang belum terakreditasi, khususnya milik ormas dan perguruan tinggi untuk melakukan proses akreditasi.
-- --
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
16
BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN TERKAIT
Sebagai bagian dari produk peraturan perundang-undangan, peraturan daerah haruslah mendasarkan pada landasan yuridis yang kuat.
Landasan yuridis yang dimaksud disini adalah landasan hukum yang menjadi dasar kewenangan pembuatan peraturan perundang-undangan. Kajian ini akan memperlihatkan harmonisasi dan singkronisasierah suatu
peraturan daerah dengan peraturan perundang-undangan lain yang mengatur hukum yang secara hirarkhis bahwa hukum yang lebih rendah
bersumber dan tidak boleh bertentangan dengan hukum yang lebih atas.
Dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Peraturan Perundang-undangan diatur pada pasal 10 yat (1) yang secara hirarkhis
diatur sebagai berikut:
Jenis dan peraturan Perundang-undangan adalah sebagai berikut :
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-undang / Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
3. Peraturan Pemerintah
4. Peraturan Presiden
5. Peraturan Daerah
Kajian ini akan memberikan gambaran secara utuh/komprehensif
mengenai pengaturan Bantuan Hukum yang telah diatur dalam peraturan perundang- undangan yang telah ada. Dari hasil kajian ini dapat diketahui
apakah sudah cukup memadai atau belum cukup memadai pengaturan tentang Bantuan Hukum dalam peraturan perundaang-undangan yang telah ada, dan oleh karenanya menjadi perlu atau tidak kelahiran Undang-
Undang tentang Bantuan Hukum. Secara metodis, kajian ini akan dilakukan dengan cara harmonisasi atau sinkronisasi ketentuan tentang Bantuan Hukum yang telah ada dan diatur dalam peraturan perundang-
undangan.
Secara substansi, Raperda tentang Bantuan Hukum Bagi Masyarakat
Miskin ini dibuat dalam rangka memberikan penjabaran secara teknis tentang kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Cilacap terkait dengan
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
17
penyelenggaraanri hak konstitusional warga Negara. Oleh karena itu,
Raperda Bantuan hukum ini memiliki keterkaitan dengan peraturan perundang-undangan sebagai berikut :
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
Memperoleh bantuan hukum merupakan hak konstitusional setiap warga Negara .Dalam Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
disebutkan bahwa setiap orang termasuk orang yang tidak mampu, mempunyai hak untuk mendapatkan akses terhadap keadilan agar hak-hak
mereka atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum dapat diwujudkan. Karena sangat sulit bisa dipahami secara konstitusional, bahwa orang
miskin dapat memperoleh jaminan terhadap hak pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum, tetapi mereka orang yang tidak mampu dan tidak pula
diberi akses terhadap keadilan, melalui lembaga- lembaga pengadilan negara (litigasi) maupun proses non litigasi. Penjaminan Negara atas hak
dasar berupa jaminan adanya perlakuan Negara secara setara dan berkeadilan sangat jelas dinyatakan oleh UUD 1945 sebagaimana disebutkan dalam pasal 28D yang berbunyi.
Ayat (1)
Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.
Ayat (2)
Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
Dalam konteks demikian, sangat diperlukan kehadiran Organisasi Bantuan
Hukum (OBH), yang memang sejak awal di desain untuk melakukan pekerjaanhukum untuk orang yang tidak mampu. Agar dengan demikian
orang yang tidak mampu dapat dijamin hak-haknya melalui akses terhadap keadilan dengan mendapatkan bantuan hukum dari Organisasi Bantuan Hukum (OBH) secara cuma-cuma. Kehadiran OBH adalah implementasi
kewajaiban Negara untuk membantu Negara dalam tugas pemberian bantuan hukum bagi orang yang tidak mampu. Oleh karena fungsi dan
tugas yang dilakukan oleh PBH adalah membantu Negara, bagi terciptanya kesejahteraan kehidupan masyarakatnya khususnya dalam jaminan hak-hak pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil
serta perlakuan yang sama dihadapan hukum, maka sudah seyognyanya apabila visi dan misi yang diusung oleh PBH dalam melakukan tugas bantuan hukum Cuma-Cuma kepada orang tidak mampu.
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
18
Organisasi Bantuan Hukum (OBH) sejak awal mempunyai komitmen
memberikan bantuan hukum kepada orang tidak mampu secara cuma-cuma, tetapi Advokat sejak awal didesain untuk menjadi orang yang berprofesi member jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan,
berupa memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum , menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum klien, secara professional dengan
mendapatkan honorarium dari Klien, disamping memang Advokat juga mempunyai kewajiban memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma
kepada pencari keadilan yang tidak mampu, akan tetapi pengaturan lebih lanjut mengenai bantuan hukum secara cuma-cuma yang juga harus dilakukan oleh Advokat belum ada.
Kehadiran Advokat dengan OBH nya sebagaimana ketentuan UU No18 tahun 2003, di desain sejak awal bahwa tugas bantuan hukum cuma-cuma tidak dipahami sebagai sebuah profesi dan mata pencaharian/
pekerjaan, yang di dalamnya selalu ada motif mendapatkan imbalan berupa gaji atau pendapatan, tetapi Advokat adalah pekerjaan, profesi atau mata
pencaharian sehingga selalu terdapat motif imbalan atau honorarium.
Terhadap ketentuan pasal 28 D ayat (2) tersebut, memberikan hak kepada PBH dalam melakukan tugas bantuan hukum, mendapat imbalan
dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja yang terbentuk antara OBH dengan Orang tidak mampu yang mendapatkan bantuan
hukum. Oleh Karenanya, adalah menjadi kewajiban Negara untuk menyediakan anggaran bagi kepentingan pemberian bantuan hukum yang dilakukan oleh OBH. Sebab sangat tidak mungkin pula, akan berjalan
dengan baik dan optimal aktifitas OBH dalam melakukan tugas bantuan hukum, apabila tidak mendapatkan dukungan khususnya anggaran dari Negara.. Imbalan tidak berartidi sama artikan dengan honorarium yang
diterima Advokat dari Kliennya.
Pasal 28F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
Pasal 28 G
Ayat (1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat sesuatu yang merupakan hak
asasi
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
19
Ayat (2)
Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia dan berhak
memperoleh suaka politik dari Negara lain.
Pasal 28H
Ayat (2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna
mencapai persamaan dan keadilan.
Mencermati ketentuan pasal 28 H ayat (2) tersebut semakin
memperkuat atas terjaminnya setiap warga negara khususnya warga negara tidak mampu untuk mendapat akses terhadap keadilan dengan cara mendapat bantuan hukum dari OBH agar haknya untuk mendapat
kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan, benar-benar
dapat dijamin dan terwujud. Meskipun kehadiran PBH bukanlah menjadi satu-satunya sebagai pihak yang paling mempunyai tanggung jawab dalam melakukan tugas bantuan hukum khusus bagi orang yang tidak mampu
secara cuma-cuma. Ketentuan pasal 28 I ayat (1), (2), (4), dan (5) tersebut semakin meneguhkan jaminan hak-hak setiap orang khusunya yang tidak
mampu dalam mendapatkan akses terhadap keadilan. Dengan demikian tidak cukup alasan bagi pihak manapun untuk menolak dan tidak setuju kehadiran UU tentang Bantuan Hukum.
2. Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
Sejak disahkannya Undang-undang Hukum Acara Pidana pada tanggal 31
Desember 1981, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76. Sebelum Undang-undang ini berlaku, peraturan yang menjadi dasar
bagi pelaksanaan hukum acara pidana dalam Lingkungan peradilan umum adalah HIR Staatsblad Tahun 1941 Nomor 44 (Het Herziene Inlandsch Reglement” atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai Reglemen
Indonesia yang diperbarui). Dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 terdapat Ketentuan antara lain:
Pasal 54:
Guna kepentingan pembelaan, tersangka atau terdakwa berhak mendapatbantuan hukum dari seorang atau lebih penasehat hukum
selama dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan, menurut tata cara yang ditentukan dalam UU ini.
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
20
Pasal 54 ini secara tegas memberikan gambaran adanya hak-hak
hukum yang dimiliki oleh setiap warga Negara untuk memperoleh bantuan hukum. Pasal ini juga memberikan penegasan perlunya dibentuk UU tentang Bantuan Hukum, karena mendapatkan bantuan hukum
adalah hak (asasi) dari tersangka atau terdakwa. Penyebutan penasehat hukum (tidak dapat secara serta merta dimaksudkan sebagai advokat atau bukan advokat sebagaimana ketentuan UU No 18 tahun 2003) sebagai
pihak yang memberikan bantuan hukum dalam pasal tersebut bukan berarti menegasikan kehadiran OBH dalam UU Bantuan Hukum.
Dalam ketentuan pasal tersebut menekankan pada substansi pemberian bantuan hukum sebagai manifestasi hak (asasi) tersangka atau terdakwa dan bukan pada siapa yang seharusnya menjadi satu-satunya
pihak yang mempunyai kewajiban memberikan bantuan hukum. Dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana ini diatur berbagai ketentuan pidana bagi para pihak yang melakukan pelanggaran pidana terkait dengan
pemberian bantuan hukum. Dengan adanya pengaturan sanksi pidana pada substansi Peraturan Daerah ini akan melahirkan kepastian hukum.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat
Undang-undang advokat hadir untuk mengatur peran advokat terkait
dengan tugas pokok advokat dalam melakukan tugas menjalankan profesi penegak hukum. Salah satu kewajiban advokat adalah memberikan
bantuan hukum kepada masyarakat yang tidak mampu.Memperoleh keadilan merupakan hak konstitusional warga Negara.
Pasal 22 Ayat (1)
Advokat wajib memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu.
Ayat (2)
Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Kedua pasal di atas secara tegas menyatakan bahwa advokat juga mempunyai kewajiban untuk melakukan pemberian bantuan hukum secara
cuma-Cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu. Tetapi kewajiban tersebut tidak jelas dan tidak focus khusus karena tugas pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma hanya menjadi salah satu tugas
“tambahan dan sampingan” dari Advokat. Sebab disamping tidak ada pengaturan sanksinya secara tegas (melalaikan kewajiban memberikan bantuan hukum cuma-cuma, hanya dipandang sebagai masalah etis), juga
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
21
pengaturan lebih lanjut dari ketentuan bantuan hukum secara cuma-cuma
Peraturan Pemerintahnya sampai sekarang juga tidak dibuat. Terlepas dari itu semua, visi dan misi Advokat memang sangat jauh berbeda dengan visi dan misi OBH yang pengaturannya akan diatur dalam UU khusus tentang
Bantuan Hukum. Karena akses terhadap keadilan sebagaimana ketentuan pasal 28 D ayat (1) dan (2), pasal 28 H ayat (2), dan pasal 28 I ayat (1), (2), (4) dan (5), memang dijamin oleh kontitusi dan hanya sangat mungkin
diwujudkan apabila dilakukan oleh orang dan pihak khusus dan pengaturan yang khusus pula. Sehingga dengan demikian tidak ada alasan
apapun untuk menolak kehadiran UU tentang Bantuan Hukum hanya karena dengan argumentasi dan alasan sudah ada ketentuan pasal 22 tersebut.
Pasal 23 Ayat (1)
Advokat asing wajib memberikan jasa hukum secara cuma-cuma untuk suatu waktu tertentu kepada dunia pendidikan dan penelitian
hukum.
Ayat (2)
Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara memperkerjakan advokat asing serta kewajiban memberikan jasa hukum secara cuma-cuma kepada dunia pendidikan dan penelitian hukum diatur
lebih lanjut dengan Keputusan Menteri.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman
Pasal 37
Setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh bantuan hukum.
Pasal 38
Dalam perkara pidana seorang tersangka sejak saat dilakukan
penangkapan dan/atau penahanan berhak menghubungi dan meminta bantuan advokat.
Penjelasan Pasal 38
Sejalan dengan asas bahwa seseorang selama belum terbukti kesalahannya harus dianggap tidak bersalah, maka ia harus
dibolehkan untuk berhubungan dengan keluarga atau advokat sejak ditangkap dan/atau ditahan. Tetapi hubungan ini tidak boleh
merugikan kepentingan pemeriksaan, yang pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan dalam Hukum Acara Pidana.
Pasal 39
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
22
Dalam memberi bantuan hukum sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 37, advokat wajib membantu penyelesaian perkara dengan menjunjung tinggi hukum dan keadilan.
Dari ketentuan pasal 37 dan 39 tersebut jelas bahwa perlu dibentuk UU
yang mengatur tentang bantuan hukum. Sehingga jelas landasan filosofis, yuridis, sosiologis, dan politis perlunya bantuan hukum diatur secara lebih khusus. Sebab bantuan hukum bukan komoditas yang bisa
diperjualbelikan oleh pihak manapun. Kehadiran UU Bantuan Hukum adalah dalam konteks menegaskan secara paradigmatic bahwa Bantuan
Hukum bukan sebagai komoditas yang oleh karenanya dapat diperjualbelikan secara professional dengan tariff-tarif jasa tertentu walaupun atas dasar kesepakatan antara pemberi bantuan hukum dengan
penerima bantuan hukum. Bantuan Hukum adalah satu hak yang menjadi kewajiban pihak lainnya untuk memberikannya. Posisi Negara seharusnya menjadi sangat penting dan urgen untuk mengambil peran dan posisi dalam
jaminan hak warga Negara untuk mendapatkan bantuan hukum secara memadai yang dijamin konstitusi.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2000 Tentang
Pengadilan Hak Asasi Manusia
Pasal 34
Ayat (1)
Setiap korban dan saksi dalam pelanggaran hak asasi manusia yang berat
berhak atas perlindungan fisik dan mental dari ancaman, gangguan,
teror,
dan kekerasan dari pihak manapun.
Ayat (2)
Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib dilaksanakan oleh aparat penegak hukum dan aparat keamanan
secara cuma-cuma.
Ayat (3)
Ketentuan mengenai tata cara perlindungan terhadap korban dan
saksi
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang
Hak Asasi Manusia
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
23
Pasal 18 Ayat (4)
Setiap orang yang diperiksa berhak mendapatkan bantuan hukum sejak saat penyidikan sampai adanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Memperhatikan muatan isi pasal 18 ayat (4) tersebut juga mengisyaratkan tentang pentingnya setiap orang yang diperiksa berhak mendapatkan bantuan hukum, sehingga semakin memperkuat alasan yuridis perlunya
UU tentang Bantuan Hukum, yang mengatur mengenai batasan bantuan hukum, substansi bantuan hukum, prosedur bantuan, wewenang
pemberian bantuan hukum, dan lain-lain. Karena disamping itu, mendapatkan bantuan bagi setiap orang yang mengalami masalah hukum adalah menjadi Hak Asasi yang paling dasar dalam rangka menegakkan
supremasi hukum dan keadilan.
Dengan demikian Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat tersebut bukan mengatur tentang bantuan hukum tetapi mengatur
tentang profesi Advokat yang walaupun tugas pokoknya adalah melakukan tugas bantuan hukum secara professional (sebagai mata pencaharian).
Dengan demikian kehadiran Undang-undang Bantuan Hukum juga harus dipahami sebagai een wet artikel gedeelte , yang secara khusus diperuntukkan untuk mengatur bantuan hukum bukan untuk mengatur
profesi Pekerja Bantuan Hukum. Oleh karenanya dengan putusan tersebut maka membuka peluang seseorang yang bukan Advokat melakukan tugas
bantuan hukum.
Dalam pertimbangan lainnya dinyatakan, bahwa sebagai undang-undang yang mengatur profesi, seharusnya UU no 18 tahun 2003 tidak
boleh dimaksudkan sebagai sarana legalisasi dan legitimasi bahwa yang boleh tampil di depan pengadilan hanya advokat karena hal demikian harus diatur
dalam hukum acara, padahal hukum acara yang berlaku saat ini tidak atau belum mewajibkan pihak-pihak yang berperkara untuk tampil dengan
menggunakan pengacara/advokat. Oleh karena tidak atau belum adanya kewajiban demikian menurut hukum acara maka pihak lain diluar advokat tidak boleh dilarang untuk tampil mewakili pihak yang berperkara di depan
pengadilan. Hal ini juga sesuai dengan kondisi riil masyarakat saat ini dimana jumlah advokat sangat tidak sebanding, dan tidak merata,
dibandingkan dengan luas wilayah dan jumlah penduduk yang memerlukan jasa hukum.
Dalam pertimbangan seterusnya dinyatakan, rumusan pasal 31
undang- undang a quo dapat melahirkan penafsiran yang lebih luas daripada maksud pembentuk undang-undang ( original intent ) yang dalam pelaksanaannya dapat menimbulkan ketidakpastian hukum dan
ketidakadilan bagi banyak anggota masyarakat yang membutuhkan jasa pelayanaan dan bantuan hukum karena pasal 31 UU nomor 18 tahun 2003
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
24
dimaksud dapat menjadi hambatan bagi banyak anggota masyarakat yang
tak mampu menggunakan jasa advokat, baik karena alasan financial maupun karena berada di wilayah tertentu yang belum ada advokat yang berpraktik di wilayah itu, sehingga akses masyarakat terhadap keadilan
menjadi makin sempit bahkan tertutup. Padahal, akses pada keadilan adalah bagian tak terpisahkan dari ciri lain Negara hukum yaitu bahwa hukum harus transparan dan dapat diakses oleh semua orang (accessible
to all ), sebagaimana dikaui dalam perkembangan pemikiran kontemporer tentang Negara hukum. Jika seorang warga Negara karena alasan financial
tidak memiliki akses demikian maka adalah kewajiban Negara, dan sesungguhnya juga kewajiban para advokat untuk memfasilitasinya, bukan justru menutupnya.
6. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum
Undang-undang tentang Bantuan Hukum merupakan landasan
yuridis bagi pelaksanaan bantuan hukum bagi masyarakat miskin. Dalam Undang-undang ini secara jelas mengatur asas, runaglingkup dan tatacara
penyelenggaraan bantuan hukum.
Dalam pasal 2 dijelaskan bahwa bantuan hukum dilaksanakan berasas:
a. Keadilan
b. Persamaan kedudukan di dalam hokum
c. Keterbukaan
d. Efisiensi
e. Efektifitas; dan
f. Akuntabilitas
Selanjutnya, dalam pasal 4 dijelaskan ruang lingkup pemberian bantuan hukum, yaitu :
1. Bantuan hukum diberikan kepada penerima bantuan hukum yang menghadapi masalah hukum;
2. Bantuan hukum meliputi masalah hukum keperdataan, pidana, dan tata usaha Negara baik litigasi maupun non litigasi;
3. Bantuan hukum meliputi menjalankan kuasa, mendampingi,
mewakili, membela, dan/atau melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum penerima bantuan hokum
Adapun kelompok masyarakat penerima manfaat bantun hukum adalah setiap orang atau kelompok orang miskin yang tidak dapat memenuhi hak dasar secara layak dan mandiri.Adapun hak dasar yang
dimaksud meliputi hak atas pangan, sandang, layanan kesehatan, layanan
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
25
pendidikan, pekerjaan dan berusaha, dan/atau perumahan.
Sementara itu, terkait dengan siapa pemberi bantuan hukum, dalam pasal 8 dijelaskan bahwa pemberi bantuan hukuam adalah pemberi bantuan hukum yang telah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Berbadan hukum;
b. Terakriditasi berdasarkan Undang-undang;
c. Memiliki kantor atau secretariat yang tetap
d. Memiliki pengurus; dan
e. Memiliki program bantuan hukum.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2013 tentang Syarat dan
Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Dan Penyaluran Dana Bantuan Hukum
Dalam pasal 3 Peraturan Pemerintah ini dijelaskan tetacara
memperoleh bantuan hukum. Pemohon bantuan hukum harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Mengajukan permohonan secara tertulis yang berisi paling sedikit identitas pemohon bantuan hukum dan uraian singkat mengenai pokok persoalan yang dimohonkan bantuan hukum.
b. Menyerahkan dokumen yang berkenaan dengan perkara;
c. Melampirkan surat keterangan miskin dari lurah, kepala desa, atau
pejabat yang setingkat ditempat tingal pemohon bantuan hukum.
Sedangkan dalam pasal 4 dijelaskan tentang syarat pemberi bantuan
hukum yaitu :
f. Berbadan hukum;
g. Terakriditasi;
h. Memiliki kantor atau secretariat yang tetap
i. Memiliki pengurus; dan
j. Memiliki program bantuan hukum.
Setelah dikeluarkannya Undang-undang No. 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, yang menggantikan Ketetapan MPR RI No. III/MPR/2000 ditegaskan dalam pasal 12, bahwa
materi muatan Peraturan Daerah adalah seluruh materi muatan dalam
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
26
rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan
menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Oleh karena peraturan daerah kedudukan hukumnya lebih rendah ketimbang Undang-undang ataupun
Perda Provinsi, maka Peraturan Daerah Kabupaten / Kota tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang derajatnya lebih tinggi.
Dalam Undang-undang Dasar 1945 pada Bab IV pasal 18 ayat (7)
dinyatakan bahwa tata cara penyelenggaraan Pemerintahan Daerah diatur dalam Undang-undang. Kemudian dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun
2014 Tentang Pemerintahan Daerah pasal 1 ayat (2) disebutkan bahwa Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam system dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Adapun yang dimaksud
dengan otonomi daerah menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah pasal 1 ayat (6) adalah hak, wewenang dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemerintah Daerah dalam merealisasikan otonomi daerah menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tersebut diberi kewenangan untuk
menetapkan berbagai peraturan daerah. Dalam pasal 22 ayat 1 dan 2 UU No. 23/ 2014 dinyatakan bahwa Daerah berhak menetapkan kebijakan daerah dalam melaksanakan tugas pembantuan di daerahnya. Kemudian
pada BAB IX Pasal 236 ayat (2) dinyatakan bahwa Peraturan Daerah dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan bersama Kepala Daerah. Sedangkan pada pasal 237 ayat (1) disebutkan asas pembentukan dan
materi Perda berpedoman pada peraturan perundang-undangan dan asas hukum yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat sepanjang tidak
bertentangan dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dengan mendasarkan pada ketentuan perundang-undangan, Pemerintah Daerah memiliki kewenangan yang nyata untuk membuat
berbagai peraturan daerah. Peraturan Daerah dibuat dalam rangka menjabarkan berbagai peraturan perundang-undnagan yang lebih tinggi
kedudukanya yang memerlukan jabaran teknis untuk mendekatkan pada upaya mensejahterakan masyarakat baik kesejahteraan material maupun spiritual dengan mendasarkan pada kebutuhan dan kearifan lokal
masyarakat.
-- --
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
27
BAB IV
KAJIAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS
A. KAJIAN FILOSOFIS
Setiap orang berhak mendapatkan peradilan yang adil dan tidak memihak (fair and impartial court).1 Hak ini merupakan hak dasar setiap
manusia, bersifat universal, berlaku di manapun, kapan pun dan pada siapapun tanpa ada diskriminasi. Negara memiliki tugas tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan dasar ini.
Setiap warga Negara (tanpa terkecuali) memiliki hak yang sama untuk mendapatkan akses terhadap keadilan. Dalam konteks
perundang-undangan di Indonesia hak ini dijamin oleh konstitusi, bahkan oleh dasar Negara. Sila kedua Pancasila “kemanusiaan yang adil dan beradab” dan sila kelima Pancasila “keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia” mengakui dan menghormati hak warga Negara Indonesia untuk keadilan tersebut. UUD 1945 juga menegaskan bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di depan hukum.2 UUD 1945 juga mengakui hak setiap orang untuk bebas dari perlakuan
yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.3 Tanggung jawab negara ini harus dapat diimplementasikan melalui
upaya-upaya ketatanegaraan pada ranah legislasi, yudikasi dan eksekutorial.4
Kondisi yang lemah dan ketidakmampuan seseorang tidak boleh dijadikan penghalang untuk mendapatkan keadilan di hadapan hukum. Pendampingan hukum (legal representation) kepada setiap orang tanpa
diskriminasi itu merupakan perwujudan dari perlindungan dan perlakuan yang sama di hadapan hukum tersebut. Tanpa adanya
pendampingan hukum maka kesetaraan di hadapan hukum sebagaimana diamanatkan konstitusi dan nilai-nilai universal hak asasi manusia tersebut tidak akan pernah terpenuhi.
Bantuan hukum adalah media bagi warga Negara yang tidak mampu untuk dapat mengakses keadilan sebagai manifestasi jaminan hak-haknya secara konstitusional. Bantuan hukum tersebut berkaitan
1 Pasal … Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia …, Pasal … Kovenan Hak-hak Sipil dan Politik (diratifikasi dengan UU Nomor 11 Tahun 2005). 2 Pasal 28D ayat (1) UUD 1945
3 Pasal 28I ayat (2) UUD 1945
4 Pasal 2 ayat (2) Kovenan Hak-hak Sipil dan Politik (diratifikasi dengan UU Nomor 11 Tahun 2005).
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
28
dengan masalah hak warga negara secara konstitusional yang tidak
mampu, masalah pemberdayaan warga negara yang tidak mampu dalam akses terhadap keadilan, dan masalah hukum faktual yang dialami warga negara yang tidak mampu menghadapi kekuatan negara secara
struktural.
Disamping itu, pemberian bantuan hukum juga harus dimaksudkan sebagai bagian integral dari kewajiban warga negara lain
yang mempunyai kemampuan dan kompetensi dalam memberikan bantuan hukum bagi warga negara yang tidak mampu. Oleh karena itu
dibutuhkan suatu peraturan perundang-undangan yang menjamin hak warga negara Indonesia untuk mendapatkan akses kepada keadilan dan pendampingan hukum, termasuk bantuan hukum (legal aid) bagi warga
Negara yang tidak mampu.
B. KAJIAN SOSIOLOGIS
Secara sosiologis bantuan hukum adalah jenis pelayanan yang sangat dibutuhkan oleh para pencari keadilan di Indonesia. Namun
demikian, kondisi “timpang” antara para pencari keadilan dan mereka yang memiliki kompetensi membantu atau melayani masyarakat untuk mendapatkan keadilan di Indonesia, membuat harapan terciptanya
keadilan hukum bagi seluruh masyarakat Indonesia masih “jauh panggang daripada api”, jauh dari harapan, dan membutuhkan upaya
berbagai pihak untuk segera mengatasinya.
Populasi penduduk miskin Indonesia yang tinggi turut mempengaruhi akses masyarakat miskin untuk mendapat bantuan
hukum dari para pengacara atau pekerja bantuan hukum. Untuk mengurangi ketimpangan pemberian pendampingan hukum itu maka lembaga-lembaga bantuan hukum yang ada seperti LBH dan BKBH/
LKBH kampus bekerja sama dengan paralegal memainkan peranan yang penting dan tak tergantikan.
Indonesia tidak mempunyai pengalaman spesifik di bidang pendidikan layanan hukum maupun perhatian terhadap pemberian bantuan hukum. Pengalaman dalam upaya penegakan hukum dan
keadilan sepanjang sejarah Republik Indonesia, juga belum bisa dijadikan patokan dasar untuk membuat formula dan model bantuan
hukum yang baik, yang dapat menjamin hak-hak konstitusional warga negara khususnya yang tidak mampu dalam akses terhadap keadilan.
Secara historis-sosiologis, keberadaan dan peran LBH, BKBH/
LKBH, LSM, atau bahkan LSM yang concern memberikan pendampingan dan bantuan hukum tidak bisa dinafikan dalam upaya menjadi mediator
bagi masyarakat tidak mampu untuk mendapatkan akses terhadap keadilan hukum. Keberadaan para pengacara/ advokat yang memiliki peran hampir sama dengan lembaga-lembaga tersebut tidak bisa serta
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
29
merta menggeser peran penting lembaga-lembaga bantuan hukum,
meskipun eksistensi advokat telah dijamin oleh konstitusi negara.
Peran strategis dan pentingnya LSM, BKBH, atau LSM bantuan Hukum Nampak sekali ketika Dorma Sinaga dan Lambok Gultom5
memberikan keterangan pada saat melakukan judicial review di Mahkamah Konstitusi RI atas pasal 31 UU no 18 tahun 2003. Dalam
keterangannya disebutkan:
“pelanggaraan terhadap hak-hak rakyat masih berjalan dimana-mana, pembelaan terhadap hak-hak rakyat banyak dilakukan oleh
LBH atau LSM atau Kampus. Peran mereka memberikan suatu pelayanan hukum kepada masyarakat, mereka melakukan penanganan perkara atau melakukan advokasi terhadap hak-hak
rakyat dengan litigasi maupun non litigasi.”
Dalam kesempatan yang lain Eva Laela dan Dedi Gozali, dari BBH
FH-UNPAD juga memberikan statement:
“pengalaman BBH FH UNPAD melakukan bantuan hukum kepada masyarakat tidak mampu tetapi selalu mendapat ancaman
dilaporkan karena dianggap illegal.”
Retno Muryati dari LKBH FH-UI juga menjelaskan bahwa aktifitas
memberi bantuan hukum kepada masyarakat adalah wujud implementasi tri darma perguruan tinggi, disamping untuk mendidik calon lulusan dibidang ketrampilan dan kemahiran hukum. Dengan
maksud yang sama, Sugeng Sudartono dari LKBH FH-Trisakti juga pernah menyebutkan bahwa peran LKBH adalah dalam rangka mendekatkan kampus dengan masyarakat disamping juga memberikan
pembekalan dan pendidikan ketrampilan dan kemahiran pada calon lulusan fakultas Hukum.
Bahkan, Mahkamah Konstitusi dalam salah satu pertimbangannya pernah mengutip pendapat McClymont dan Golub yang menyatakan:
“… university legal aid clinics are now part of the educational and legal
landscape in most regions of the world. They have already made contributions to sosial justice and public service in the developing world, and there are compelling benefits that recommend their
consideration in strategies for legal education and public interest law”.
Penerima layanan bantuan hukum umumnya adalah masyarakat
miskin dan buta hukum atau mengalami kesulitan ketika akan berperkara di Pengadilan. Oleh karenanya tugas Lembaga Bantuan Hukum adalah menjaga agar kemiskinan dan ketidak mampuan mereka
ini tidak di eksploitasi oleh pihak-pihak tertentu yang lebih mementingkan keuntungan pribadi dari pada mencari rasa keadilan.
5 Keduanya adalah Ketua dan Sekretaris Asosiasi Penasehat Hukum dan HAM (APHI).
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
30
Untuk itu, pemberi bantuan hukum haruslah memiliki integritas dan
profesionalisme, yang paling tidak diwujud-formalkan dalam bentuk akreditasi dan sertifikasi.
Beberapa potret sosiologis di atas, terjadi hampir diseluruh wilayah
Indonesia, termasuk di Kabupaten Cilacap. Simpul-simpul kemiskinan yang relatif banyak ditemukan dan keberadaan Lembaga Bantuan Hukum yang minim di daerah ini, meniscayakan Kabupaten Cilacap
memperkuat legalitas fungsi dan peran Lembaga Bantuan Hukum melalui peraturan perundang-undangan yang memungkinkan.
Keniscayaan ini bahkan bisa menjadi sebuah kewajiban mengingat amanat konstitusi menegaskan bahwa keadilan adalah hak bagi seluruh bangsa Indonesia, bukan dimonopoli atau bahkan bisa di beli oleh
mereka yang kuat dan memiliki ketangguhan financial.
C. KAJIAN YURIDIS
Kajian ini akan memberikan gambaran secara utuh/komprehensif mengenai pengaturan pemberian bantuan hukum, khususnya bagi
rakyat miskin, sebagaimana diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan. Dengan ini dapat diketahui “posisi tawar” dan sekaligus “Posisi strategis” Perda Bantuan Hukum bagi Rakyat Miskin di
Kabupaten Cilacap dalam upaya menciptakan keadilan hukum bagi seluruh warga Cilacap.
Kajian Yuridis ini akan mencoba melakukan harmonisasi atau sinkronisasi beberapa peraturan perundang-undangan yang memiliki relevansi dengan pemberian Bantuan Hukum bagi Rakyat Miskin.
Sehingga, keberadaan Lembaga Bantuan Hukum atau yang sejenisnya bisa terangkat dan dipertegas legal konstitusionalnya serta semakin mantap dalam memberikan layanan bantuan hukum kepada
masyarakat.
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
Pasal 28D
Ayat (1)
Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.
Ayat (2)
Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.)
Analisis:
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
31
Dalam ketentuan pasal 28 D ayat (1) tersebut menjamin bahwa
setiap orang termasuk orang yang tidak mampu, mempunyai hak untuk mendapatkan akses terhadap keadilan agar hak-hak mereka atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang
adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum dapat diwujudkan. Karena sangat sulit bisa dipahami secara konstitusional, bahwa orang miskin dapat memperoleh jaminan terhadap hak pengakuan, jaminan,
perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum, tetapi mereka orang yang tidak mampu dan
tidak pula diberi akses terhadap keadilan, melalui lembagalembaga pengadilan Negara (litigasi) maupun proses non litigasi.
Dalam konteks demikian sangat diperlukan kehadiran Pekerja
Bantuan Hukum, yang memang sejak awal di desain untuk melakukan pekerjaan hukum untuk orang yang tidak mampu. Agar dengan demikian orang yang tidak mampu dapat dijamin hak-haknya
melalui akses terhadap keadilan dengan mendapatkan bantuan hukum dari Pekerja Bantuan Hukum (PBH) secara cuma-cuma.
Kehadiran PBH adalah implementasi kewajaiban Negara untuk membantu Negara dalam tugas pemberian bantuan hukum bagi orang yang tidak mampu. Oleh karena fungsi dan tugas yang dilakukan oleh
PBH adalah membantu Negara, bagi terciptanya kesejahteraan kehidupan masyarakatnya khususnya dalam jaminan hak-hak
pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum, maka sudah seyognyanya apabila visi dan misi yang diusung oleh PBH dalam
melakukan tugas bantuan hukum cuma-cuma kepada orang tidak mampu, harusnya berbeda dengan pemberian bantuan hukum sebagaimana yang dilakukan oleh pihak lain, yakni Advokat
sebagaimana ketentuan dalam Undang-undang nomor 18 tahun 2003 tentang Advokat. PBH sejak awal mempunyai komitmen memberikan
bantuan hukum kepada orang tidak mampu secara cuma-cuma, tetapi Advokat sejak awal didesain untuk menjadi orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar
pengadilan, berupa memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan
melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum klien, secara professional dengan mendapatkan honorarium dari Klien, disamping memang Advokat juga mempunyai kewajiban memberikan
bantuan hukum secara cuma-cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu, akan tetapi pengaturan lebih lanjut mengenai bantuan hukum secara cuma-cuma yang juga harus dilakukan oleh Advokat
belum ada. Beda yang lain PBH dengan Advokat sebagaimana ketentuan UU no 18 tahun 2003, adalah PBH di desain sejak awal
bahwa tugas bantuan hukum cuma-cuma tidak dipahami sebagai sebuah profesi dan mata pencaharian/ pekerjaan, yang di dalamnya
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
32
selalu ada motif mendapatkan imbalan berupa gaji atau pendapatan,
tetapi Advokat adalah pekerjaan, profesi atau mata pencaharian sehingga selalu terdapat motif imbalan atau honorarium.
Terhadap ketentuan pasal 28 D ayat (2) tersebut, memberikan
hak kepada PBH dalam melakukan tugas bantuan hukum, mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja yang terbentuk antara PBH dengan Orang tidak mampu yang
mendapatkan bantuan hukum. Oleh karenanya adalah menjadi kewajiban Negara untuk menyediakan anggaran bagi kepentingan
pemberian bantuan hukum yang dilakukan oleh PBH. Sebab sangat tidak mungkin pula, akan berjalan dengan baik dan optimal aktifitas PBH dalam melakukan tugas bantuan hukum, apabila tidak
mendapatkan dukungan khususnya anggaran dari Negara. Walaupun dengan demikian pula maksud dari penyediaan anggaran oleh Negara tersebut tetap dalam konteks dan koridor semangat pemberian
bantuan hukum oleh PBH kepada orang miskin secara cuma-cuma (prodeo). Sehingga dengan demikian, maksud dari berhak untuk
mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja, bagi PBH harus diartikan sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam konteks perlakuan adil dan layak
karena telah melakukan pekerjaan bantuan hukum sebagai PBH. Imbalan tidak berarti disama artikan dengan honorarium yang
diterima Advokat dari Kliennya. Tetapi imbalan dimaksud adalah anggaran dana yang dipergunakan oleh PBH dalam melakukan tugas bantuan hukum.
Pasal 28F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
Analisis :
Seseorang yang memerlukan bantuan hukum pada hakikatnya
adalah ingin memperoleh informasi hukum dan dijamin oleh pasal 28 F UUD 1945. Disamping itu adalah menjadi hak seseorang untuk memilih sumber informasi yang dipandangnya tepat dan terpercaya.
Sehingga dengan demikian, kelahiran UU bantuan Hukum menjadi sangat mendesak dalam kaitannya dengan hak sebagaimana ketentuan pasal 28 H UUD 1945 tersebut.
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
33
Pasal 28 G
Ayat (1)
Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
Ayat (2)
Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari Negara lain.
Analisis :
Ketentuan pasal tersebut semakin menegaskan kepada kita bahwa setiap warga Negara khususnya yang tidak mampu, dan mengalami masalah hukum, berhak untuk mendapat bantuan hukum
secara cuma-cuma, sekaligus sebagai implementasi dari hak bebas untuk mendapat perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
Dan tidak dapat dibenarkan dari sisi manapun dan pihak manapun melakukan intimidasi dan sebagainya terhadap hak-hak
tersebut, sehingga dengan demikian sangat diperlukan pengaturan secara khusus tentang akses terhadap keadilan melalui pemberian bantuan hukum.
Pasal 28H
Ayat (2)
Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna
mencapai persamaan dan keadilan.
Analisis :
Ketentuan pasal 28 H ayat (2) tersebut semakin memperkuat atas terjaminnya setiap warga negara khususnya warga negara tidak
mampu untuk mendapat akses terhadap keadilan dengan cara mendapat bantuan hukum dari PBH agar haknya untuk mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
34
dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan,
benar-benar dapat dijamin dan terwujud.
Meskipun kehadiran PBH bukanlah menjadi satu-satunya sebagai pihak yang paling mempunyai tanggung jawab dalam
melakukan tugas bantuan hukum khusus bagi orang yang tidak mampu secara cuma-cuma. Tetapi mengingat visi dan misi yang diusung oleh PBH sejak awal adalah dalam track “pengabdian” dan
kerja volunteer, maka sangat bisa dipertanggungjawabkan apabila kemudian kehadiran PBH perlu untuk diatur dalam peraturan yang
khusus pula yakni UU tentang Bantuan Hukum, tanpa harus ditafsir bahwa kehadirannya sudah cukup terwakili dengan hadirnya Advokat dalam UU no 18 tahun 2003.
Pasal 28I
Ayat (1)
Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.
Ayat (2)
Setiap orang bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
Ayat (4)
Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.
Ayat (5)
Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan
Analisis :
Ketentuan pasal 28 I ayat (1), (2), (4), dan (5) tersebut semakin
meneguhkan jaminan hak-hak setiap orang khusunya yang tidak mampu dalam mendapatkan akses terhadap keadilan melalui kehadiran UU tentang Bantuan Hukum. Pasal 28 I ayat (1), (2), (4),
dan (5), sebagai pintu utama bagi penegakan jaminan hak-hak setiap orang yang tidak mampu untuk mendapatkan akses keadilan melalui
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
35
pemberian Bantuan Hukum dari PBH, yang sekaligus dasar utama
konstitusional bagi perlunya kehadiran PBH untuk mendapatkan pengaturan secara khusus dalam bentuk Undang-undang tentang Bantuan Hukum, mengingat kedudukan, tugas dan fungsinya yang
sangat strategis, yakni melaksanakan amanat konstitusi. Dengan demikian tidak cukup alasan bagi pihak manapun untuk menolak dan tidak setuju kehadiran UU tentang Bantuan Hukum.
2. Undang-undang Nomor 8 tahun 1981
Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana disahkan sejak tanggal 31 Desember 1981, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76. Sebelum Undang-undang ini berlaku, peraturan yang menjadi dasar bagi pelaksanaan hukum
acara pidana dalam Lingkungan peradilan umum adalah HIR Staatsblad Tahun 1941 Nomor 44 (Het Herziene Inlandsch Reglement” atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai Reglemen Indonesia
yang diperbarui). Dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 terdapat Ketentuan antara lain:
Pasal 54
Guna kepentingan pembelaan, tersangka atau terdakwa berhak mendapat bantuan hukum dari seorang atau lebih penasehat hukum selama dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan, menurut tata cara yang ditentukan dalam UU ini.
Analisis :
Ketentuan pasal 54 tersebut, juga memberikan dasar yuridis
perlunya dibentuk UU tentang Bantuan Hukum, karena mendapatkan bantuan hukum adalah hak (asasi) dari tersangka atau terdakwa. Penyebutan penasehat hukum (tidak dapat secara serta merta
dimaksudkan sebagai advokat atau bukan advokat sebagaimana ketentuan UU no 18 tahun 2003) sebagai pihak yang memberikan
bantuan hukum dalam pasal tersebut bukan berarti menegasikan kehadiran PBH dalam UU Bantuan Hukum yang akan dibuat. Dalam ketentuan pasal tersebut menekankan pada substansi pemberian
bantuan hukum sebagai manifestasi hak (asasi) tersangka atau terdakwa dan bukan pada siapa yang seharusnya menjadi satu-satunya pihak yang mempunyai kewajiban memberikan bantuan
hukum.
3. Kitab Undang-undang Hukum Perdata
Pasal 1792
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
36
Pemberian kuasa ialah suatu persetujuan yang diberikan pemberian kekuasaan kepada orang lain yang menerimanya untuk melaksanakan sesuatu atas nama yang memberi kuasa
Pasal 1793
Kuasa dapat diberikan dan diterima dengan suatu akta umum dengan suatu surat dibawah tangan, bahkan dengan sepucuk surat ataupun dengan lisan. Penerimaan surat kuasa dapat pula terjadi secara diam-diam dari disampaikan dari pelaksanaan kuasa itu oleh yang diberi kuasa itu.
Pasal 1794
Pemberian kuasa terjadi dengan cuma-cuma, kecuali jika diperjanjikan sebakliknya. Jika dalam hal yang terakhir upahnya tidak ditentukan dengan tegas, maka penerima kuasa tidak boleh meminta upah yang lebih daripada yang ditentukan dalam pasal 411 untuk wali.
Analisis:
Ketentuan pasal-pasal tersebut menegaskan bahwa yang menerima
kuasa tidak harus seorang advokat atau bukan. Bahkan kuasa diberikan secara cuma-cuma, hal ini yang menjadi dasar yuridis bahwa bantuan hukum secara cuma-cuma bagi warga Negara yang
tidak mampu menjadi sangat penting untuk diatur dalam sebuah Undang-undang khusus tentang bantuan hukum.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat
Pasal 22
Ayat (1)
Advokat wajib memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu.
Ayat (2)
Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Analisis :
Ketentuan pasal tersebut bermakna bahwa Advokat juga mempunyai
kewajiban untuk melakukan pemberian bantuan hukum secara cuma-Cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu. Tetapi
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
37
kewajiban tersebut tidak jelas dan tidak fokus khusus karena tugas
pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma hanya menjadi salah satu tugas “tambahan dan sampingan” dari Advokat. Sebab disamping tidak ada pengaturan sanksinya secara tegas (melalaikan kewajiban
memberikan bantuan hukum cuma-cuma, hanya dipandang sebagai masalah etis), juga pengaturan lebih lanjut dari ketentuan bantuan hukum secara cuma-cuma Peraturan Pemerintahnya sampai
sekarang juga tidak dibuat. Terlepas dari itu semua, visi dan misi Advokat memang sangat jauh berbeda dengan visi dan misi PBH yang
pengaturannya akan diatur dalam UU khusus tentang Bantuan Hukum. Karena akses terhadap keadilan sebagaimana ketentuan pasal 28 D ayat (1) dan (2), pasal 28 H ayat (2), dan pasal 28 I ayat (1),
(2), (4) dan (5), memang dijamin oleh kontitusi dan hanya sangat mungkin diwujudkan apabila dilakukan oleh orang dan pihak khusus dan pengaturan yang khusus pula. Sehingga dengan demikian tidak
ada alasan apapun untuk menolak kehadiran UU tentang Bantuan Hukum hanya karena dengan argumentasi dan alasan sudah ada
ketentuan pasal 22 tersebut.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman
Pasal 37
Setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh bantuan hukum.
Pasal 38
Dalam perkara pidana seorang tersangka sejak saat dilakukan penangkapan dan/atau penahanan berhak menghubungi dan meminta bantuan advokat.
Penjelasan Pasal 38
Sejalan dengan asas bahwa seseorang selama belum terbukti kesalahannya harus dianggap tidak bersalah, maka ia harus dibolehkan untuk berhubungan dengan keluarga atau advokat sejak ditangkap dan/atau ditahan. Tetapi hubungan ini tidak boleh merugikan kepentingan pemeriksaan, yang pelaksanaannya sesuai
dengan ketentuan dalam Hukum Acara Pidana.
Pasal 39
Dalam memberi bantuan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, advokat wajib membantu penyelesaian perkara dengan menjunjung tinggi hukum dan keadilan.
Pasal 40
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 dan Pasal 38 diatur dalam undang-undang.
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
38
Analisis :
Dari ketentuan pasal 37 dan 40 tersebut jelas bahwa perlu dibentuk UU yang mengatur tentang bantuan hukum. Sehingga jelas landasan
filosofis, yuridis, sosiologis, dan politis perlunya bantuan hukum diatur secara lebih khusus. Sebab bantuan hukum bukan komoditas yang bisa diperjualbelikan oleh pihak manapun. Kehadiran UU
Bantuan Hukum adalah dalam konteks menegaskan secara paradigmatic bahwa Bantuan Hukum bukan sebagai komoditas yang
oleh karenanya dapat diperjualbelikan secara professional dengan tariff-tarif jasa tertentu walaupun atas dasar kesepakatan antara pemberi bantuan hukum dengan penerima bantuan hukum. Bantuan
Hukum adalah satu hak yang menjadi kewajiban pihak lainnya untuk memberikannya. Dan posisi Negara seharusnya menjadi sangat penting dan urgen untuk mengambil peran dan posisi dalam jaminan
hak warga Negara untuk mendapatkan bantuan hukum secara memadai yang dijamin konstitusi.
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
Pasal 18
Ayat (4)
Setiap orang yang diperiksa berhak mendapatkan bantuan hukum sejak saat penyidikan sampai adanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Analisis :
Ketentuan pasal 18 tersebut juga menjadi dasar pentingnya setiap
orang yang diperiksa berhak mendapatkan bantuan hukum, sehingga semakin memperkuat alasan yuridis perlunya UU tentang Bantuan
Hukum, yang mengatur mengenai batasan bantuan hukum, substansi bantuan hukum, prosedur bantuan, wewenang pemberian bantuan hukum, dan lain-lain. Karena disamping itu, mendapatkan
bantuan bagi setiap orang yang mengalami masalah hukum adalah menjadi Hak Asasi yang paling dasar dalam rangka menegakkan supremasi hukum dan keadilan.
-- --
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
39
BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN
RUANG LINGKUP MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
40
A. Rumusan Akademik Berbagai Istilah Kunci Dalam Peraturan Daerah
Istilah-istilah yang terkait dengan peraturan ini menjadi penting untuk dirumuskan guna memberikan pengertian yang pasti dari
berbagai istilah tersebut. Istilah-istilah yang berhubungan dengan peraturan daerah tentang Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin ini meliputi diantaranya: Daerah, Pemerintah Daerah, Bupati, Bantuan
Hukum, Penerima Bantuan Hukum Pemberi Bantuan, Masyarakat, Rakyat miskin, Litigasi, Nonlitigasi Dana bantuan hukum, Anggaran
Pendapatan dan Belanja.
Adapun penjelasan istilah tehnis hukum di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Daerah adalah Kabupaten Cilacap.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
3. Bupati adalah Bupati Cilacap.
4. Kabupaten adalah Kabupaten Cilacap.
5. Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Pemberi bantuan hukum secara cuma-cuma kepada penerima bantuan hukum.6
6. Penerima Bantuan Hukum adalah setiap orang atau kelompok
orang miskin.7
7. Pemberi Bantuan Hukum adalah lembaga bantuan hukum atau
organisasi kemasyarakatan yang memberi layanan bantuan hukum yang telah memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.8
8. Masyarakat adalah orang perseorangan atau sekelompok orang
yang memiliki identitas kependudukan yang sah di Kabupaten Cilacap.
9. Rakyat miskin adalah orang perseorangan atau sekelompok orang yang kondisi sosial ekonominya dikategorikan miskin yang dibuktikan
dengan Surat Keterangan Miskin.
10. Litigasi adalah proses penanganan perkara hukum yang dilakukan
melalui jalur pengadilan untuk menyelesaikannya.9
11. Nonlitigasi adalah proses penanganan perkara hukum yang dilakukan di luar jalur pengadilan untuk menyelesaikannya.10
6 Lihat Undang-undang Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum
7 Ibid
8 Lihat Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2013 Tentang Tatacara Pemberian Bantuan Hukum dan
Penyaluran Dana Bantuan Hukum 9 Ibid
10 Ibid
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
41
12. Dana bantuan hukum adalah biaya yang disediakan tiap tahun
oleh Pemerintah Daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah untuk membiayai pelaksanaan bantuan hukum kepada masyarakat miskin.
13. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Cilacap.
B. Muatan Materi Peraturan Daerah
1. Maksud dibentuknya Peraturan Daerah
Mengacu pada peraturan perundang-undangan terkait dengan
Bantuan Hukum yaitu Undang-undang No.18 Tahun 2003 Tentang Advokat, UU No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum, Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2013 Tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian
Bantuan Hukum dan Penyaluran Dana Bantuan Hukum, dan Peraturan Menkumham RI No. 10 Tahun 2015 Tentang Peraturan Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2013 Tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum dan Penyaluran Dana Bantuan Hukum
Berbagai paket regulasi di atas sesungguhnya didasarkan pada
spirit dasar yang sama yaitu pemenuhan hak-hak dasar warga Negara dalam mengakses keadilan hukum sebagai hak konstitusional warga
negara.Secara prinsip, sebagian besar warga masyarakat adalah masyarakat yang awam hukum yang jauh dari mengerti akan hak dan kewajibanya di hadapan hukum. Jika beberapa peraturan perundang-
undangan di atas memberikan landasan yuridis jaminan kepastian hukum dalam memberikan bantuan hukum, maka peraturan daerah hadir untuk mengisi ruang kosong pengaturan bantun hukum secara
tehnis operasional di lapangan.
Untuk itu maka dibentuknya Peraturan Daerah ini dimaksudkan
untuk memberikan pedoman sebagai landasan dalam pengelolaan dan penyelenggaraan bantuan hukum bagi rakyat miskin di Kabupaten Cilacap sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dengan hadirnya peraturan daerah ini, maka pemerintah daerah kabupaten Cilacap memiliki pedoman hukum dalam penyaluran dana
bantuan hukum bagi rakyat miskin
2. Tujuan dibentuknya Peraturan Daerah
Penyelenggaraan bantuan hukum bertujuan untuk:
a. menjamin dan memenuhi hak bagi Penerima Bantuan Hukum
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
42
untuk mendapatkan akses keadilan;
b. mewujudkan hak konstitusional segala warga negara sesuai dengan prinsip persamaan kedudukan di dalam hukum;
c. menjamin kepastian penyelenggaraan Bantuan Hukum dilaksanakan
secara merata di seluruh daerah
d. mewujudkan peradilan yang efektif, efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Suatu peraturan dibentuk, termasuk Peraturan Daerah, untuk
memberikan pedoman bagi pengguna dalam melaksanakan suatu kegiatan tertentu, termasuk kegiatan penyelenggaraan bantuan hukum bagi rakyat miskin. Dengan sisahkanya Perda ini, maka
pemerintah kabupaten Cilacap memiliki landasan yuridis dalam hal penyaluran dana bantuan hukum bagi masyrakat miskin yang memerlukan pendanaan dalam memenuhi salah satu hak dasarnya
yaitu memperoleh keadilan hukum.
Peraturan Daerah ini memuat hal-hal pokok tentang tehnis
penyaluran dana bantuan hukum serta mengatur siapa yang berhak meHal lain juga penring diatur dalam Perda ini adalah hal-hal tehnis operasional bagaimana dana bantuan hukum diperoleh dan
digunakan. nerima bantuan hukum dan siapa yang boleh memberikan bantuan hukum.
Oleh karena itu, secara substansi, ruang lingkup Peraturan daerah ini mengatur hal-hal sebagai berikut:
Bab I : Ketentuan Umum
Bab II : Asas dan Tujuan
Bab III : Ruang Lingkup
Bab IV : Penyelenggaraan Bantuan Hukum
Bab V : Hak dan Kewajiban
Bab VI : Tata cara Pemberian Bantuan Hukum
Bab VII : Larangan
Bab VIII : Pendanaan
Bab IX : Pengawasan
Bab X : Ketentuan Penyidikan
Bab XI : Sanksi
Bab XII : Ketentuan Peralihan
Bab XIII : Ketentuan Penutup
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
43
Pengaturan pemberian bantuan hukum baik yang menyangkut
asas maupun tehnisny, semua penyelenggaraan kegiatan tertentu harus mendasarkan kepada dasar negara serta undang-undang dasar negara dari suatu negara dimana kegiatan tersebut dilaksanakan.Di Indonesia
semua kegiatan harus mendasarkan kepada Dasar Negara dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.Maka pelaksanaan pemberian bantuan hukum dilaksanakan berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Penjaminan negara atas hak dasar berupa jaminan adanya
perlakuan Negara secara setara dan berkeadilan sangat jelas dinyatakan oleh UUD 1945 sebagaimana disebutkan dalam pasal 28D yang berbunyi.
Ayat (1)
Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan
hukum.
Ayat (2)
Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
Kehadiran Advokat dengan OBH nya sebagaimana ketentuan UU
No18 tahun 2003, di desain sejak awal bahwa tugas bantuan hukum cuma-cuma tidak dipahami sebagai sebuah profesi dan mata pencaharian/ pekerjaan, yang di dalamnya selalu ada motif mendapatkan imbalan berupa
gaji atau pendapatan, tetapi Advokat adalah pekerjaan, profesi atau mata pencaharian sehingga selalu terdapat motif imbalan atau honorarium.
Terhadap ketentuan pasal 28 D ayat (2) tersebut, memberikan hak
kepada PBH dalam melakukan tugas bantuan hukum, mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja yang terbentuk
antara OBH dengan Orang tidak mampu yang mendapatkan bantuan hukum. Oleh Karenanya, adalah menjadi kewajiban Negara untuk menyediakan anggaran bagi kepentingan pemberian bantuan hukum yang
dilakukan oleh OBH. Sebab sangat tidak mungkin pula, akan berjalan dengan baik dan optimal aktifitas OBH dalam melakukan tugas bantuan
hukum, apabila tidak mendapatkan dukungan khususnya anggaran dari Negara.. Imbalan tidak berarti di sama artikan dengan honorarium yang diterima Advokat dari Kliennya.
Pasal 28F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
44
sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
Pasal 28 G
Ayat (1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah
kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat sesuatu yang merupakan hak
asasi
Ayat (2)
Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari Negara lain.
Paket regulasi lain terkait dengan bantuan hukum adalah adalah
memberikan ketegasan tentang tehnis procedural bantuan hukum. Undang-undang advokat hadir untuk mengatur peran advokat terkait dengan tugas pokok advokat dalam melakukan tugas menjalankan profesi penegak
hukum. Salah satu kewajiban advokat adalah memberikan bantuan hukum kepada masyarakat yang tidak mampu.Memperoleh keadilan merupakan
hak konstitusional warga Negara.
Pasal 22 Ayat (1)
Advokat wajib memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu.
Ayat (2)
Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pemberian bantuan
hukum secara cuma-cuma sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Kedua pasal di atas secara tegas menyatakan bahwa advokat juga mempunyai kewajiban untuk melakukan pemberian bantuan hukum secara
cuma-Cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu. Tetapi kewajiban tersebut tidak jelas dan tidak focus khusus karena tugas pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma hanya menjadi salah satu tugas
“tambahan dan sampingan” dari Advokat. Sebab disamping tidak ada
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
45
pengaturan sanksinya secara tegas (melalaikan kewajiban memberikan
bantuan hukum cuma-cuma, hanya dipandang sebagai masalah etis), juga pengaturan lebih lanjut dari ketentuan bantuan hukum secara cuma-cuma Peraturan Pemerintahnya sampai sekarang juga tidak dibuat. Terlepas dari
itu semua, visi dan misi Advokat memang sangat jauh berbeda dengan visi dan misi OBH yang pengaturannya akan diatur dalam UU khusus tentang Bantuan Hukum. Karena akses terhadap keadilan sebagaimana ketentuan
pasal 28 D ayat (1) dan (2), pasal 28 H ayat (2), dan pasal 28 I ayat (1), (2), (4) dan (5), memang dijamin oleh kontitusi dan hanya sangat mungkin
diwujudkan apabila dilakukan oleh orang dan pihak khusus dan pengaturan yang khusus pula. Sehingga dengan demikian tidak ada alasan apapun untuk menolak kehadiran UU tentang Bantuan Hukum.
Selanjutnya, dalam pasal 4 dijelaskan ruang lingkup pemberian bantuan hukum, yaitu :
4. Bantuan hukum diberikan kepada penerima bantuan hukum yang
menghadapi masalah hukum;
5. Bantuan hukum meliputi masalah hukum keperdataan, pidana, dan
tata usaha Negara baik litigasi maupun non litigasi;
6. Bantuan hukum meliputi menjalankan kuasa, mendampingi, mewakili, membela, dan/atau melakukan tindakan hukum lain untuk
kepentingan hukum penerima bantuan hokum
Adapun kelompok masyarakat penerima manfaat bantun hukum
adalah setiap orang atau kelompok orang miskin yang tidak dapat memenuhi hak dasar secara layak dan mandiri.Adapun hak dasar yang dimaksud meliputi hak atas pangan, sandang, layanan kesehatan, layanan
pendidikan, pekerjaan dan berusaha, dan/atau perumahan.
Sementara itu, terkait dengan siapa pemberi bantuan hukum, dalam pasal 8 dijelaskan bahwa pemberi bantuan hukuam adalah pemberi
bantuan hukum yang telah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
k. Berbadan hukum;
l. Terakriditasi berdasarkan Undang-undang;
m. Memiliki kantor atau secretariat yang tetap
n. Memiliki pengurus; dan
o. Memiliki program bantuan hukum.
Pemberian Bantuan Hukum secara Nonlitigasi sebagaimana
dimaksud aya(2) meliputi kegiatan:
p. a. penyuluhan hukum;
q. b. konsultasi hukum;
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
46
r. c. investigasi perkara, baik secara elektronik maupun non
elektronik;
s. d. penelitian hukum;
t. e. mediasi;
u. f. negosiasi;
v. g. pemberdayaan masyarakat;
w. h. pendampingan di luar pengadilan; dan/atau
x. i. drafting dokumen hukum.
Dalam Pasal 13 Peraturan Pemerintah ini diatur hal-hal sebagai berikut:
(1) Pemberian Bantuan Hukum secara Litigasi dilakukan oleh
Advokat yang berstatus sebagai pengurus Pemberi Bantuan Hukum dan/atau Advokat yang direkrut oleh Pemberi
Bantuan Hukum.
(2) Dalam hal jumlah Advokat yang terhimpun dalam wadah Pemberi Bantuan Hukum tidak memadai dengan banyaknya jumlah
Penerima BantuanHukum, Pemberi Bantuan Hukum dapat merekrut paralegal, dosen, dan mahasiswa fakultas hukum.
(3) Dalam melakukan pemberian Bantuan Hukum,paralegal, dosen, dan mahasiswa fakultas hukumsebagaimana dimaksud pada ayat (2) harusmelampirkan bukti tertulis pendampingan dari
Advokat sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(4) Mahasiswa fakultas hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus telah lulus mata kuliah hukum acara dan pelatihan
paralegal.
Pemberian Bantuan Hukum oleh Advokat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1), tidak menghapuskan kewajiban Advokat tersebut untuk memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 15
Pemberian Bantuan Hukum secara Nonlitigasi meliputi kegiatan:
a. penyuluhan hukum;
b. konsultasi hukum;
c. investigasi perkara, baik secara elektronik maupun non elektronik;
d. penelitian hukum;
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
47
e. mediasi;
f. negosiasi;
g. pemberdayaan masyarakat;
h. pendampingan di luar pengadilan; dan/atau
i. drafting dokumen hukum.
BAB II
Peraturan Daerah tentang bantuan hukum bagi rakyat miskin ini
memeiliki asas sebagai beriku
a. keadilan;
b. persamaan kedudukan di dalam hukum;
c. keterbukaan;
d. efisiensi;
e. efektivitas;
f. akuntabilitas.
Sedangkan Penyelenggaraan bantuan hukum bertujuan untuk:
a. menjamin dan memenuhi hak bagi Penerima Bantuan Hukum
untuk mendapatkan akses keadilan;
b. mewujudkan hak konstitusional segala warga negara sesuai dengan prinsip persamaan kedudukan di dalam hukum;
c. menjamin kepastian penyelenggaraan Bantuan Hukum dilaksanakan secara merata di seluruh daerah
d. mewujudkan peradilan yang efektif, efisien, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Adapun tujuan yang hendak dicapai dari perda ini ad
1) Bantuan Hukum diberikan kepada Penerima Bantuan Hukum
yang menghadapi masalah hukum.
2) Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi masalah hukum klah :eperdataan, pidana, dan tata usaha negara baik
litigasi maupun nonlitigasi.
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
48
(3) Pemberian Bantuan Hukum secara Nonlitigasi sebagaimana dimaksud
ayat (2) meliputi kegiatan:
a. penyuluhan hukum;
b. konsultasi hukum;
c. investigasi perkara, baik secara elektronik maupun non elektronik;
d. penelitian hukum;
e. mediasi;
f. negosiasi;
g. pemberdayaan masyarakat;
h. pendampingan di luar pengadilan; dan/atau
i. drafting dokumen hukum.
(4). Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
menerima dan menjalankan kuasa, mendampingi, mewakili, membela, dan/atau melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum
Penerima Bantuan Hukum.
1) Penerima Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(1) meliputi setiap orang atau kelompok orang miskin yang tidak dapat memenuhi hak dasar secara layak dan mandiri.
2) Hak dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi hak atas pangan, sandang, layanan kesehatan, layanan pendidikan, pekerjaan dan berusaha, dan/atau perumahan.
Adapun ketentuan penyelenggaraan bantuan hukum kepada rakyat miskin adalah sebagai berikut:
1) Bantuan hukum diselenggarakan untuk membantu
penyelesaian permasalahan hukum yang dihadapi Penerima Bantuan Hukum.
2) Pemberian Bantuan Hukum kepada Penerima Bantuan
Hukum diselenggarakan oleh Bupati dan dilaksanakan oleh Pemberi Bantuan Hukum yang harus memenuhi syarat :
a. berbadan hukum;
b. terakreditasi;
c. memiliki kantor atau sekretariat yang tetap di wilayah kabupaten
Cilacap
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
49
d. memiliki pengurus; dan
e. memiliki program Bantuan Hukum.
Pemberi Bantuan Hukum tidak dapat dituntut secara perdata maupun pidana dalam menjalankan tugasnya memberikan Bantuan Hukum kepada Penerima Bantuan Hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang
dilakukan dengan iktikad baik di dalam maupun di luar sidang pengadilan sesuai Standar Bantuan Hukum berdasarkan peraturan perundang-
undangan dan/atau Kode Etik Advokat.
Agar jaringan pengembangan kampus IAIN terjaga dengan baik
1) Dalam penyelenggaraan Bantuan Hukum, Bupati menjalin kerja sama dengan lembaga bantuan hukum yang memenuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata cara kerja sama
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Bupati.
Para pihak yang terlibat dalam program bantauan hukum dan Penerima Bantuan Hukum berhak :
a. mendapatkan Bantuan Hukum hingga masalah hukumnya selesai dan/atau perkaranya telah mempunyai kekuatan hukum tetap, selama Penerima Bantuan Hukum yang bersangkutan tidak
mencabut surat kuasa;
b. mendapatkan bantuan hukum sesuai dengan Standar Bantuan Hukum dan/atau Kode Etik Advokat;
c. mendapatkan informasi dan dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan pemberian Bantuan Hukum sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penerima Bantuan Hukum wajib :
a. menyampaikan bukti, informasi, dan/atau keterangan perkara secara benar kepada Pemberi Bantuan Hukum;
b. membantu kelancaran pemberian Bantuan Hukum.
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
50
Pemberi Bantuan Hukum berhak:
a. melakukan rekrutmen terhadap advokat, paralegal, dosen, dan mahasiswa fakultas hukum
b. melakukan pelayanan Bantuan Hukum;
c. menyelenggarakan penyuluhan hukum, konsultasi hukum, dan program kegiatan lain yang berkaitan dengan penyelenggaraan Bantuan Hukum;
d. menerima anggaran dari Daerah untuk melaksanakan Bantuan Hukum berdasarkan Peraturan Daerah ini;
e. mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela perkara yang menjadi tanggung jawabnya di dalam sidang pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
f. mendapatkan informasi dan data lain dari Pemerintah Daerah ataupun instansi lain, untuk kepentingan pembelaan perkara; dan
g. mendapatkan jaminan perlindungan hukum, keamanan, dan
keselamatan selama menjalankan pemberian Bantuan Hukum.
Pemberi Bantuan Hukum wajib:
a. melaporkan kepada Bupati tentang program Bantuan Hukum;
b. melaporkan setiap penggunaan APBD yang digunakan untuk pemberian bantuan hukum berdasarkan Peraturan Daerah ini;
c. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan Bantuan Hukum bagi advokat, paralegal, dosen, mahasiswa fakultas hukum atau syariah yang direkrut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf a;
d. menjaga kerahasiaan data, informasi, dan/atau keterangan yang diperoleh dari penerima Bantuan Hukum berkaitan dengan perkara yang sedang ditangani, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-
undangan; dan
e. memberikan Bantuan Hukum kepada Penerima Bantuan Hukum
hingga permasalahannya selesai atau telah ada putusan yang berkekuatan hukum tetap terhadap perkaranya.
Adapun prosedur mengajukan bantuan hokum adalah sebagai
berikut:
1) Untuk memperoleh Bantuan Hukum, pemohon mengajukan
permohonan Bantuan Hkum secara tertulis atau lisan kepada Pemberi Bantuan Hukum.
2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
51
sedikit memuat :
a. identitas Pemohon Bantuan Hukum; dan
b. uraian singkat mengenai pokok persoalan yang dimintakan Bantuan Hukum.
3) Permohonan Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus melampirkan:
a. surat keterangan miskin dari Lurah, Kepala Desa, atau pejabat
yang setingkat di tempat tinggal Pemohon Bantuan Hukum; dan
b. dokumen yang berkenaan dengan Perkara.
Di Peraturan daerah ini juga diatur kualifikasi penerima bnatuan hukum yaitu:
1) Identitas Pemohon Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat (2) huruf a dibuktikan dengan kartu tanda penduduk dan/atau dokumen lain yang dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang.
2) Dalam hal Pemohon Bantuan Hukum tidak memiliki identitas,
Pemberi Bantuan Hukum membantu Pemohon Bantuan Hukum dalam memperoleh surat keterangan alamat sementara dan/atau dokumen lain dari instansi yang berwenang sesuai domisili Pemberi
Bantuan Hukum.
1) Dalam hal Pemohon Bantuan Hukum tidak memiliki surat keterangan miskin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) huruf a, Pemohon Bantuan Hukum dapat melampirkan Kartu
Jaminan Kesehatan Masyarakat, Bantuan Langsung Tunai, Kartu Beras Miskin, atau dokumen lain sebagai pengganti surat keterangan miskin.
2) Dalam hal Pemohon Bantuan Hukum tidak memiliki persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3), Pemberi Bantuan Hukum membantu Pemohon Bantuan Hukum dalam memperoleh persyaratan tersebut.
1) Dalam hal persyaratan yang diajukan oleh pemohon Bantuan Hukum belum lengkap, Pemberi Bantuan Hukum dapat meminta
kepada pemohon Bantuan Hukum untuk melengkapi persyaratan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2).
2) Dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja, pemohon
Bantuan Hukum wajib melengkapi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
52
3) Apabila pemohon Bantuan Hukum tidak dapat melengkapi
persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka permohonan tersebut dapat ditolak.
1) Dalam hal permohonan Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 dinyatakan lengkap, dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja memberi Bantuan Hukum wajib menyampaikan jawaban menerima atau menolak permohonan
Bantuan Hukum kepada pemohon.
2) Dalam hal permohonan Bantuan Hukum diterima, Pemberi
Bantuan Hukum memberikan Bantuan Hukum berdasarkan surat kuasa khusus dari Penerima Bantuan Hukum.
3) Dalam hal permohonan Bantuan Hukum ditolak, Pemberi
Bantuan Hukum mencantumkan alasan penolakan.
Pemberi Bantuan Hukum dilarang :
a. menyalahgunakan pemberian dana Bantuan Hukum kepada Penerima Bantuan Hukum;
b. menerima atau meminta pembayaran dari Penerima Bantuan Hukum dan/atau pihak lain yang terkait dengan perkara yang sedang ditangani.
Sebagai peanggungjawab pemberian bantuan hukum, Pemerintah
daerah sebagai representasi Negara berkewajiban mendirikan khilafah islamiyah:
1) Pemerintah Daerah wajib mengalokasikan dana penyelenggaraan Bantuan Hukum dalam APBD.
2) Pendanaan penyelenggaraan Bantuan Hukum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dialokasikan pada anggaran Unit Kerja yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang hukum.
3) Dalam mengajukan anggaran penyelenggaraan Bantuan Hukum, Unit Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memperhitungkan perkara yang belum selesai atau belum mempunyai kekuatan hukum
tetap.
Pengawasan pelaksanaan Perda ini harus betul-betul dikawal dengan baik dnegan meibatkan stakeholders, yaitu :
1) Bupati melakukan pengawasan pemberian Bantuan Hukum
dalam penyaluran dana Bantuan Hukum.
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
53
2) Pengawasan oleh Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh unit kerja yang menangani tugas dan fungsi bidang pengawasan.
Adapun proses pengawasan pemberlakuan perda bantuan hukum ini
dilakukan olehu Unit kerja yang menangani tugas dan fungsi bidang pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) mempunyai tugas:
a. melakukan pengawasan atas pemberian Bantuan Hukum dan penyaluran dana Bantuan Hukum;
b. menerima laporan dari masyarakat mengenai adanya dugaan penyimpangan pemberian Bantuan Hukum dan penyaluran dana Bantuan Hukum;
c. melakukan klarifikasi atas adanya dugaan penyimpangan pemberian Bantuan Hukum dan penyaluran dana Bantuan Hukum;
d. mengusulkan sanksi kepada Bupati atas terjadinya
penyimpangan pemberian Bantuan Hukum dan/atau penyaluran dana Bantuan Hukum; dan
e. membuat laporan pelaksanaan pengawasan kepada Bupati.
Bupati atas usul unit kerja yang menangani tugas dan fungsi bidang
pengawasan dapat meneruskan temuan penyimpangan pemberian Bantuan Hukum dan penyaluran dana Bantuan Hukum kepada instansi
yang berwenang untuk ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam hal Penerima Bantuan Hukum tidak mendapatkan haknya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan Penerima Bantuan Hukum dapat melaporkan Pemberi Bantuan Hukum kepada Bupati, induk
organisasi Pemberi Bantuan Hukum, atau kepada instansi yang berwenang.
Untuk memberikan daya ikat yang kuat sevara hukum, Peraturan
Daerah mengatur adanya penyidikan dan sanksi pidanaya sebagai berikut :
1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan
penyidikan tindak pidana di bidang bantuan huknya penyidikanum, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang bantuan
hukum agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
54
b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang
pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di bidang bantuan hukum;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau
badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang bantuan hukum;
d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang bantuan hukum;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta
melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang bantuan hukum;
g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang
dibawa;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di
bidang bantuan hukum;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan; dan
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran
penyidikan tindak pidana di bidang bantuan hukum menurut hukum yang berlaku
3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
Terkait dengan perumusan sanksi hukum bagi pelaku kekerasan
seksual adalah dengan cara sebagai berikut:
1) Pemberi Bantuan Hukum yang terbukti melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dikenakan sanksi administratif.
2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berupa :
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis;
c. pengembalian semua dana Bantuan Hukum yang telah diterima yang bersumber dari APBD.
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
55
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian sanksi
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Bupati.
Adapun bersaran sanksi hukum bagi yang melanggar Perda ini adalah :
1) Apabila Pemberi Bantuan Hukum terbukti melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf a diancam pidana kuruangan paling lama 6 (enam) bulan atau
denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
2) Apabila Pemberi Bantuan Hukum terbukti menerima atau meminta sesuatu kepada Penerima Bantuan Hukum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 huruf b, diancam pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
56
BAB VI
PENUTUP
Bantuan hukum merupakan instrumen penting untuk akses memperoleh keadilan. Bantuan Hukum merupakan bagian dari perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) Hak atas bantuan hukum
merupakan salah satu hak yang terpenting (hak konstitusional) yang dimiliki oleh setiap warga negara Dalam system hukum di Indonesia semua orang dihadapan hukum adalah sama, dan Negara wajib menjamin keadilan
hukum kepada rakyatnya. Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum,bantuan hukum merupakan sebuah jasa hukum
yang diberikan oleh pemberi bantuan hukum secara cuma-cuma kepada penerima bantuan hukum yang menghadapi masalah hukum khususnya dari masyarakat miskin.
Kemiskinan tidak dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan
bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Hak-hak dasar yang diakui secara umum meliputi terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan,
perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam, dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakukan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik, baik bagi perempuan
maupun laki-laki.
Penyelenggaraan pemberian bantuan hukum yang diberikan kepada
penerima bantuan hukum merupakan upaya untuk mewujudkan hak-hak rakyat miskin dan sekaligus sebagai implementasi negara hukum yang mengakui dan melindungi serta menjamin hak asasi warga negara untuk
memperoleh akses yang memadahi terhadap keadilan (access to justice) dan kesamaan di hadapan hukum (equality before the law). Bantuan hukum
pula merupakan pelayanan hukum (legal service) yang bertujuan untuk memberikan perlindungan hukum dan pembelaan terhadap hak-hak
masyarakat yang memiliki persoalan hukum.
Bantuan hukum juga dianggap sebagai suatu media yang dapat digunakan oleh semua orang dalam rangka menuntut haknya atas adanya
perlakuan yang tidak sesuai dengan kaidah hukum yang berlaku. Hal ini didasari oleh arti pentingnya perlindungan hukum bagi setiap insan manusia sebagai subyek hukum guna menjamin adanya penegakan hukum.
Bantuan hukum dan negara mempunyai hubungan yang erat, apabila bantuan hukum dipahami sebagai hak maka negara mempunyai kewajiban
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
57
untuk menjamin pemenuhan hak tersebut. 3 Pasal 14 Kovenan Hak Sipil
dan Politik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menjelaskan bahwa setiap orang berhak atas jaminan bantuan hukum jika kepentingan keadilan menghendaki demikian.
Untuk menjamin pemenuhan hak tersebut, menurut pertimbangan Kovenan PBB tadi mewajibkan negara untuk memajukan penghormatan universal dan ketaatan terhadap HAM dan kebebasan. Kewajiban tersebut
antara lain berupa kewajiban untuk menghormati (to respect), kewajiban untuk memenuhi (to fulfill), dan kewajiban untuk melindungi (to protect). Kewajiban tersebut termasuk kewajiban untuk melindungi, memenuhi dan menghormati hak atas bantuan hukum. Sehingga pemegang kewajiiban
utama dalam pemenuhannya adalah Negara. Karena setiap orang berhak mendapatkan peradilan yang adil dan tidak memihak (fair and impartial court). Hak ini juga merupakan hak dasar setiap manusia. Hak ini bersifat
universal, berlaku di mana pun, kapan pun dan pada siapa pun tanpa ada diskriminasi. Pemenuhan hak ini juga merupakan tugas dan kewajiban
negara, karena bantuan hukum juga merupakan kewajiban Negara dan setiap warga negara tanpa memandang suku, warna kulit, status sosial, kepercayaan dan pandangan politik berhak mendapatkan akses terhadap
keadilan. Indonesia sebagai negara hukum menjamin kesetaraan bagi warga negaranya di hadapan hukum dalam dasar negara dan konstitusi.
Kehadiran Negara dalam memberikan pelayanan bantuan hukum bagi warga negaranya khususnya yang miskin dibuktikan dengan lahirnya berbagai regulasi yang memberikan jaminan pelayanan hukum dalam
memperoleh hak konstitusionalnya sebagai wrga Negara. Beberapa regulasi itu adalah:
1. Undang-undang No.18 Tahun 2003 Tentang Advokat
2. UU No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum
3. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2013 Tentang Syarat dan Tata
Cara Pemberian Bantuan Hukum dan Penyaluran Dana Bantuan Hukum
4. Peraturan Menkumham RI No. 10 Tahun 2015 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2013 Tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum dan Penyaluran
Dana Bantuan Hukum
Dilihat dari wujud fisiknya, Rancangan Peraturan Daerah tentang Bantuan Hukum bagi rakyat Miskin yang dibuat memang tidak memuat
banyak pasal dan ketentuan. Namun dibalik sifat kesederhaan dari Raperda Bantuan Hukum inin mampu menggambarkan urgensitas penegasan kepastian jaminan hak asasi warga Negara yang tidak mampu dalam
mendapatkan akses terhadap keadilan hukum melalui pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma.
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
58
Nilai substantive sebuah produk peraturan perundang-undangan
tidak diukur dalam kerangka secara kuantitatif dari sedikit banyaknya ketentuan pasal yang menjadi materi muatannya, akan tetapi secara kualitatif mampu memberi penyelesaian masalah (laten dan manifest) serta
mampu menjamin terhadap penyelesaian pokok-pokok substansi masalah asasi kebutuhan warga Negara yang akan diatur. Jaminan kepastian hukum akan perlindungan hak-hak warga Negara yang miskin untuk
mendapat akses terhadap keadilan, melalui pemberian bantuan hukum, memang harus menjadi ciri dan karakter pokok substansi dari Raperda ini.
-- --
LAMPIRAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP TENTANG BANTUAN HUKUM BAGI RAKYAT MISKIN
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
59
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP
NOMOR : .......... TAHUN 2015
TENTANG
BANTUAN HUKUM BAGI RAKYAT MISKIN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI CILACAP,
Menimbang
: a. bahwa untuk mewujudkan hak konstitusional setiap warga Negara sesuai dengan prinsip persamaan kedudukan dihadapan hukum, maka Pemerintah Daerah perlu menjamin perlindungan hak asasi manusia dan berupaya untuk memberikan bantuan hukum kepada masyarakat yang tidak mampu;
b. bahwa pemberian bantuan hukum yang dilakukan selama ini belum banyak menyentuh orang atau kelompok orang miskin, sehingga mereka kesulitan untuk mengakses keadilan karena terhambat oleh ketidakmampuan untuk memuwujudkan hak-hak konstitusional mereka;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Bantuan Hukum Bagi
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
60
Rakyat Miskin;
Mengingat :
1. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa
Tengah (Berita Negara tanggal 8 Agustus 1950);
3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886)
4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 48);
5. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3029); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
7. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011
tentang Bantuan Hukum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5246); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun
2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi Dan
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
61
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2013 tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Dan Penyaluran Dana
Bantuan Hukum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 98,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5421);
10. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah
Nomor 7 Tahun 2014 tentang Bantuan Hukum Kepada Masyarakat Miskin (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2014 Noreg Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah: 3/2014);
11. Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 19 tahun 2012 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Cilacap.
Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PEWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN CILACAP
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap tentang
Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 14. Daerah adalah Kabupaten Cilacap. 15. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah. 16. Bupati adalah Bupati Cilacap. 17. Kabupaten adalah Kabupaten Cilacap. 18. Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Pemberi
bantuan hukum secara cuma-cuma kepada penerima bantuan hukum.
19. Penerima Bantuan Hukum adalah setiap orang atau kelompok
orang miskin. 20. Pemberi Bantuan Hukum adalah lembaga bantuan hukum atau
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
62
organisasi kemasyarakatan yang memberi layanan bantuan hukum yang telah memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.
21. Masyarakat adalah orang perseorangan atau sekelompok orang yang memiliki identitas kependudukan yang sah di Kabupaten Cilacap.
22. Rakyat miskin adalah orang perseorangan atau sekelompok orang yang kondisi sosial ekonominya dikategorikan miskin yang terdaftar dalam program Jaminan Sosial baik di Pemerintah Pusat maupun Daerah atau dibuktikan dengan Surat Keterangan Miskin.
23. Litigasi adalah proses penanganan perkara hukum yang dilakukan melalui jalur pengadilan untuk menyelesaikannya.
24. Nonlitigasi adalah proses penanganan perkara hukum yang dilakukan di luar jalur pengadilan untuk menyelesaikannya.
25. Dana bantuan hukum adalah biaya yang disediakan tiap tahun oleh Pemerintah Daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah untuk membiayai pelaksanaan bantuan hukum kepada masyarakat miskin.
26. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Cilacap.
BAB II ASAS DAN TUJUAN
Pasal 2 Bantuan Hukum dilaksanakan berdasarkan asas :
g. keadilan; h. persamaan kedudukan di dalam hukum;
i. keterbukaan; j. efisiensi; k. efektivitas;
l. akuntabilitas.
Pasal 3 Penyelenggaraan bantuan hukum bertujuan untuk: e. menjamin dan memenuhi hak bagi Penerima Bantuan Hukum untuk
mendapatkan akses keadilan; f. mewujudkan hak konstitusional segala warga negara sesuai dengan
prinsip persamaan kedudukan di dalam hukum;
g. menjamin kepastian penyelenggaraan Bantuan Hukum dilaksanakan secara merata di seluruh daerah
h. mewujudkan peradilan yang efektif, efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan.
BAB III
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
63
RUANG LINGKUP
Pasal 4 3) Bantuan Hukum diberikan kepada Penerima Bantuan Hukum
yang menghadapi masalah hukum. 4) Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
masalah hukum keperdataan, pidana, dan tata usaha negara baik litigasi maupun nonlitigasi.
(3) Pemberian Bantuan Hukum secara Nonlitigasi sebagaimana dimaksud
ayat (2) meliputi kegiatan: a. penyuluhan hukum; b. konsultasi hukum;
c. investigasi perkara, baik secara elektronik maupun nonelektronik; d. penelitian hukum; e. mediasi;
f. negosiasi; g. pemberdayaan masyarakat;
h. pendampingan di luar pengadilan; dan/atau i. drafting dokumen hukum.
(4) Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi menerima dan menjalankan kuasa, mendampingi, mewakili, membela, dan/atau melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum Penerima Bantuan Hukum.
Pasal 5 3) Penerima Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(1) meliputi setiap orang atau kelompok orang miskin yang tidak dapat
memenuhi hak dasar secara layak dan mandiri.
4) Hak dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi hak atas
pangan, sandang, layanan kesehatan, layanan pendidikan, pekerjaan
dan berusaha, dan/atau perumahan.
BAB IV
PENYELENGGARAAN BANTUAN HUKUM
Pasal 6 3) Bantuan hukum diselenggarakan untuk membantu penyelesaian
permasalahan hukum yang dihadapi Penerima Bantuan Hukum. 4) Pemberian Bantuan Hukum kepada Penerima Bantuan Hukum
diselenggarakan oleh Bupati dan dilaksanakan oleh Pemberi Bantuan Hukum yang harus memenuhi syarat :
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
64
f. berbadan hukum;
g. terakreditasi; h. memiliki kantor atau sekretariat yang tetap di wilayah kabupaten
Cilacap
i. memiliki pengurus; dan j. memiliki program Bantuan Hukum.
Pasal 7
Pemberi Bantuan Hukum tidak dapat dituntut secara perdata maupun pidana dalam menjalankan tugasnya memberikan Bantuan Hukum
kepada Penerima Bantuan Hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang dilakukan dengan iktikad baik di dalam maupun di luar sidang pengadilan sesuai Standar Bantuan Hukum berdasarkan peraturan perundang-
undangan dan/atau Kode Etik Advokat.
Pasal 8 3) Dalam penyelenggaraan Bantuan Hukum, Bupati menjalin kerja sama
dengan lembaga bantuan hukum yang memenuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan. 4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata cara kerja sama
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB V
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 9 Penerima Bantuan Hukum berhak : d. mendapatkan Bantuan Hukum hingga masalah hukumnya
selesai dan/atau perkaranya telah mempunyai kekuatan hukum tetap, selama Penerima Bantuan Hukum yang bersangkutan tidak mencabut surat kuasa;
e. mendapatkan bantuan hukum sesuai dengan Standar Bantuan Hukum dan/atau Kode Etik Advokat;
f. mendapatkan informasi dan dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan pemberian Bantuan Hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 10
Penerima Bantuan Hukum wajib : c. menyampaikan bukti, informasi, dan/atau keterangan perkara
secara benar kepada Pemberi Bantuan Hukum; d. membantu kelancaran pemberian Bantuan Hukum.
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
65
Pasal 11 Pemberi Bantuan Hukum berhak: h. melakukan rekrutmen terhadap advokat, paralegal, dosen, dan
mahasiswa fakultas hukum atau Fakultas Syariah;
i. melakukan pelayanan Bantuan Hukum;
j. menyelenggarakan penyuluhan hukum, konsultasi hukum, dan
program kegiatan lain yang berkaitan dengan penyelenggaraan Bantuan
Hukum; k. menerima anggaran dari Daerah untuk melaksanakan Bantuan
Hukum setelah pemberi bantuan hukum menyelesaikan perkara pada
setiap tahapan proses beracara dan pemberi bantuan hukum
menyampaikan laporan yang disertai dengan bukti pendukung.
l. mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela perkara
yang menjadi tanggung jawabnya di dalam sidang pengadilan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
m. mendapatkan informasi dan data lain dari Pemerintah Daerah ataupun instansi lain, untuk kepentingan pembelaan perkara; dan
n. mendapatkan jaminan perlindungan hukum, keamanan, dan
keselamatan selama menjalankan pemberian Bantuan Hukum.
Pasal 12 Pemberi Bantuan Hukum wajib:
f. melaporkan kepada Bupati tentang program Bantuan Hukum; g. melaporkan setiap penggunaan APBD yang digunakan untuk
pemberian bantuan hukum berdasarkan Peraturan Daerah ini;
h. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan Bantuan Hukum bagi advokat, paralegal, dosen, mahasiswa fakultas hukum atau syariah
yang direkrut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf a; i. menjaga kerahasiaan data, informasi, dan/atau keterangan yang
diperoleh dari penerima Bantuan Hukum berkaitan dengan perkara yang
sedang ditangani, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan; dan
j. memberikan Bantuan Hukum kepada Penerima Bantuan Hukum hingga permasalahannya selesai atau telah ada putusan yang berkekuatan hukum tetap terhadap perkaranya.
BAB VI
TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN HUKUM
Bagian Kesatu
Syarat Pemberian Bantuan Hukum
Pasal 13
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
66
4) Untuk memperoleh Bantuan Hukum, pemohon mengajukan
permohon Bantuan Hukum secara tertulis atau lisan kepada Pemberi Bantuan Hukum.
5) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling sedikit memuat : c. identitas Pemohon Bantuan Hukum; dan d. uraian singkat mengenai pokok persoalan yang dimintakan
Bantuan Hukum. 6) Permohonan Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), harus melampirkan: c. surat keterangan miskin dari Lurah, Kepala Desa, atau pejabat
yang setingkat di tempat tinggal Pemohon Bantuan Hukum; dan d. dokumen yang berkenaan dengan Perkara.
Pasal 14 3) Identitas Pemohon Bantuan Hukum sebagaimana
dimaksuddalam Pasal 13 ayat (2) huruf a dibuktikan dengan kartu
tanda penduduk dan/atau dokumen lain yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.
4) Dalam hal Pemohon Bantuan Hukum tidak memiliki identitas,
Pemberi Bantuan Hukum membantu Pemohon Bantuan Hukum
dalam memperoleh surat keterangan alamat sementara dan/atau
dokumen lain dari instansi yang berwenang sesuai domisili Pemberi
Bantuan Hukum.
Pasal 15 3) Dalam hal Pemohon Bantuan Hukum tidak memiliki surat
keterangan miskin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) huruf a, Pemohon Bantuan Hukum dapat melampirkan Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat, Bantuan Langsung Tunai, Kartu
Beras Miskin, atau dokumen lain sebagai pengganti surat keterangan miskin.
4) Dalam hal Pemohon Bantuan Hukum tidak memiliki persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3), Pemberi Bantuan Hukum
membantu Pemohon Bantuan Hukum dalam memperoleh persyaratan
tersebut.
Bagian Kedua
Tata Cara Pengajuan Permohonan Bantuan Hukum
Pasal 16
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
67
4) Dalam hal persyaratan yang diajukan oleh pemohon Bantuan
Hukum belumlengkap, Pemberi Bantuan Hukum dapat meminta kepada pemohon Bantuan Hukum untuk melengkapi persyaratan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2).
5) Dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja, pemohon Bantuan Hukum wajib melengkapi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
6) Apabila pemohon Bantuan Hukum tidak dapat melengkapi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka permohonan
tersebut dapat ditolak.
Bagian Ketiga
Tata Kerja
Pasal 17 4) Dalam hal permohonan Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 dinyatakan lengkap, dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja memberi Bantuan Hukum wajib menyampaikan jawaban menerima atau menolak permohonan
Bantuan Hukum kepada pemohon. 5) Dalam hal permohonan Bantuan Hukum diterima, Pemberi
Bantuan Hukum memberikan Bantuan Hukum berdasarkan surat
kuasa khusus dari Penerima Bantuan Hukum. 6) Dalam hal permohonan Bantuan Hukum ditolak, Pemberi
Bantuan Hukum mencantumkan alasan penolakan.
Pasal 18 1) Dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja setelah
jawaban menerima permohonan Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2), Pemberi Bantuan Hukum wajib melakukan koordinasi dengan Penerima Bantuan Hukum mengenai rencana kerja pelaksanaan pemberian bantuan hukum.
2) Rencana kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dalam bentuk Perjanjian Kerjasama.
Pasal 19
1) Pemberi Bantuan Hukum wajib melaporkan pelaksanaan tugasnya
kepada Bupati. 2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaporan pelaksanaan tugas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB VII
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
68
LARANGAN
Pasal 20 Pemberi Bantuan Hukum dilarang : c. menyalahgunakan pemberian dana Bantuan Hukum kepada
Penerima Bantuan Hukum; d. menerima atau meminta pembayaran dari Penerima Bantuan
Hukum dan/atau pihak lain yang terkait dengan perkara yang sedang ditangani.
BAB VIII
PENDANAAN
Pasal 21 1) Sumber pendanaan penyelenggaraan Bantuan Hukum dibebankan
pada APBD. 2) Selain sumber pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), pendanaan dapat berasal dari :
a. hibah atau sumbangan sukarela; dan/atau b. sumber pendanaan lain yang sah dan tidak mengikat.
Pasal 22
4) Pemerintah Daerah wajib mengalokasikan dana penyelenggaraan
Bantuan Hukum dalam APBD. 5) Pendanaan penyelenggaraan Bantuan Hukum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dialokasikan pada anggaran Unit Kerja yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang hukum.
6) Dalam mengajukan anggaran penyelenggaraan Bantuan Hukum, Unit Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memperhitungkan perkara yang belum selesai atau belum mempunyai kekuatan hukum
tetap.
Pasal 23
Besarnya dana bantuan hukum yang bersumber dari APBD akan diatur
kemudian dengan Peraturan Bupati.
Pasal 24 1) Pemberi Bantuan Hukum mengajukan rencana anggaran
Bantuan Hukum kepada Bupati pada tahun anggaran sebelum tahun anggaran pelaksanaan Bantuan Hukum.
2) Pengajuan rencana anggaran Bantuan Hukum sebagaimana
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
69
dimaksud pada ayat (1), dituangkan dalam bentuk proposal yang dilampiri permohonan dari Penerima Bantuan Hukum paling sedikit memuat : a. identitas Pemberi Bantuan Hukum; b. sumber pendanaan pelaksanaan Bantuan Hukum, baik
yang bersumber dari APBD maupun non APBD; c. rencana pelaksanaan Bantuan Hukum Litigasi dan Nonlitigasi
sesuai dengan misi dan tujuan Pemberi Bantuan Hukum.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengajuan rencana anggaran Bantuan Hukum diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB IX
PENGAWASAN
Pasal 25 3) Bupati melakukan pengawasan pemberian Bantuan Hukum dalam
penyaluran dana Bantuan Hukum. 4) Pengawasan oleh Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh unit kerja yang menangani tugas dan fungsi bidang pengawasan.
Pasal 26 Unit kerja yang menangani tugas dan fungsi bidang pengawasan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) mempunyai tugas : f. melakukan pengawasan atas pemberian Bantuan Hukum dan
penyaluran dana Bantuan Hukum; g. menerima laporan dari masyarakat mengenai adanya dugaan
penyimpangan pemberian Bantuan Hukum dan penyaluran dana Bantuan Hukum;
h. melakukan klarifikasi atas adanya dugaan penyimpangan pemberian Bantuan Hukum dan penyaluran dana Bantuan Hukum;
i. mengusulkan sanksi kepada Bupati atas terjadinya penyimpangan pemberian Bantuan Hukum dan/atau penyaluran dana Bantuan Hukum; dan
j. membuat laporan pelaksanaan pengawasan kepada Bupati.
Pasal 27 Bupati atas usul unit kerja yang menangani tugas dan fungsi bidang pengawasan dapat meneruskan temuan penyimpangan pemberian Bantuan Hukum dan penyaluran dana Bantuan Hukum kepada instansi
yang berwenang untuk ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 28
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
70
Dalam hal Penerima Bantuan Hukum tidak mendapatkan haknya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan Penerima Bantuan Hukum dapat
melaporkan Pemberi Bantuan Hukum kepada Bupati, induk organisasi Pemberi Bantuan Hukum, atau kepada instansi yang berwenang.
Pasal 29
Dalam hal Advokat Pemberi Bantuan Hukum Litigasi tidak melaksanakan
pemberian Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 sampai dengan Perkaranya selesai atau mempunyai kekuatan hukum tetap, Pemberi Bantuan Hukum wajib mencarikan Advokat pengganti.
Pasal 30 1) Dalam hal ditemukan pelanggaran pemberian Bantuan Hukum oleh
Pemberi Bantuan Hukum kepada Penerima Bantuan Hukum, Bupati
dapat: a. membatalkan perjanjian pelaksanaan Bantuan Hukum;
b. menghentikan pemberian Anggaran Bantuan Hukum; dan/atau
c. tidak memberikan Anggaran Bantuan Hukum pada tahun
anggaran berikutnya. 2) Dalam hal Bupati membatalkan perjanjian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, Bupati menunjuk Pemberi Bantuan Hukum lain untuk
mendampingi atau menjalankan kuasa Penerima Bantuan Hukum.
BAB X
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 31 4) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah
Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang bantuan hukum, sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana. 5) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
l. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang bantuan
hukum agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan
jelas;
m. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang
pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan
sehubungan dengan tindak pidana di bidang bantuan hukum;
n. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau
badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang bantuan hukum; o. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
71
lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang bantuan hukum;
p. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti
pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta
melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
q. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang bantuan hukum;
r. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang
meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang
berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang
dibawa;
s. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di
bidang bantuan hukum;
t. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
u. menghentikan penyidikan; dan
v. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran
penyidikan tindak pidana di bidang bantuan hukum menurut hukum
yang berlaku
6) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil
penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
BAB XI
SANKSI
Pasal 32
4) Pemberi Bantuan Hukum yang terbukti melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dikenakan sanksi administratif.
5) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berupa :
d. teguran lisan; e. teguran tertulis;
f. pengembalian semua dana Bantuan Hukum yang telah diterima yang bersumber dari APBD.
6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 33
3) Apabila Pemberi Bantuan Hukum terbukti melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf a diancam pidana kuruangan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
72
4) Apabila Pemberi Bantuan Hukum terbukti menerima atau
meminta sesuatu kepada Penerima Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf b, diancam pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 34 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku : a. penyelenggaraan dan anggaran Bantuan Hukum yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, tetap dilaksanakan sampai berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan;
b. pemberian Bantuan Hukum yang sedang diproses sebelum Peraturan Daerah ini mulai berlaku tetap dilaksanakan sampai dengan berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan;
c. dalam hal pemberian Bantuan Hukum belum selesai pada akhir tahun anggaran yang bersangkutan sebagaimana dimaksud pada huruf b, pemberian Bantuan Hukum selanjutnya dilaksanakan berdasarkan Peraturan Daerah ini.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 35 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah
Kabupaten Cilacap.
Ditetapkan di Cilacap
pada tanggal 2015
BUPATI CILACAP,
Ttd
TATTO SUWARTO PAMUJI Diundangkan di .........................
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
73
pada tanggal .....
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN CILACAP
ttd
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CILACAP TAHUN 2015 NOMOR ....
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
74
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP
NOMOR TAHUN 2015
TENTANG
BANTUAN HUKUM BAGI RAKYAT MISKIN I. UMUM
Kabupaten Cilacap sebagai salah satu daerah otonom di Indonesia memiliki jumlah penduduk miskin yang cukup besar, bahkan yang terbesar di Provinsi Jawa Tengah.
Kebijakan peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin melalui pendekatan ekonomi telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Cilacap dengan program-program penanggulangan kemiskinan.Sementara
kebijakan untuk pemberian bantuan hukum kepada masyarakat miskin belum mampu sepenuhnya terbangun secara efektif mengingat
belum adanya payung hukum yang kuat.
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 menegaskan bahwa “Negara Indonesia adalah negara hukum”.Dalam negara hukum, negara mengakui dan melindungi hak asasi manusia bagi setiap individu termasuk hak atas Bantuan Hukum.
Penyelenggaraan pemberian Bantuan Hukum kepada warga negara, khususnya warga miskin, merupakan upaya untuk memenuhi dan
sekaligus sebagai implementasi negara hukum yang mengakui dan melindungi serta menjamin hak asasi warga negara akan kebutuhan akses terhadap keadilan (access to justice) dan kesamaan di hadapan
hukum (equality before the law).
Hingga saat ini, Pemerintah Daerah belum menetapkan Peraturan Daerah yang secara khusus menjamin terlaksananya hak konstitusional warga negara tersebut, sehingga dengan dibentuknya Peraturan Daerah tentang
Bantuan Hukum Kepada Masyarakat Miskin ini akan menjadi dasar bagi Pemerintah Daerah untuk melaksanakan hak konstitusional warga
negara di bidang Bantuan Hukum, khususnya bagi orang atau kelompok orang miskin.
Selama ini, pemberian Bantuan Hukum yang dilakukan belum banyak menyentuh orang atau kelompok orang miskin, sehingga mereka kesulitan untuk mengakses keadilan karena terhambat oleh
ketidakmampuan mereka untuk mewujudkan hak-hak konstitusional mereka.Pengaturan mengenai pemberian Bantuan Hukum Untuk
Masyarakat Miskin dalam Peraturan Daerah ini merupakan jaminan terhadap hak-hak konstitusional orang atau kelompok orang miskin di
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
75
Kabupaten Cilacap.
Materi pokok yang diatur dalam Peraturan Daerah ini, meliputi pengertian- pengertian, asas dan tujuan, ruang lingkup, penyelenggaraan bantuan
hukum, hak dan kewajiban, syarat, tata cara pengajuan permohonan, tata kerja, larangan, pendanaan, sanksi, ketentuan peralihan dan ketentuan penutup. II. PASAL DEMI
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
76
PASAL Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Huruf a Yang dimaksud dengan “asas keadilan” adalah menempatkan hak dan kewajiban setiap orang secara proporsional, patut, benar, baik, dan tertib.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “asas persamaan kedudukan di dalam hukum” adalah bahwa setiap orang mempunyai hak dan perlakuan yang sama di depan hukum serta kewajiban
menjunjung tinggi hukum. Huruf c
Yang dimaksud dengan “asas perlindungan terhadap hak asasi manusia” adalah bahwa setiap orang diakui sebagai manusia pribadi yang berhak mendapatkan bantuan dan perlindungan
yang sama serta tidak memihak sesuai dengan martabat kemanusiannya di depan hukum.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “asas keterbukaan” adalah memberikan akses kepada masyarakat untuk memperoleh informasi secara
lengkap, benar, jujur, dan tidak memihak dalam mendapatkan jaminan keadilan atas dasar hak secara konstitusional.
Huruf e Yang dimaksud dengan “asas efisiensi” adalah memaksimalkan pemberian Bantuan Hukum melalui penggunaan sumber anggaran yang ada.
Huruf f
Yang dimaksud dengan “asas efektivitas” adalah menentukan
pencapaian tujuan pemberian Bantuan Hukum secara tepat.
Huruf g Yang dimaksud dengan “asas akuntabilitas” adalah bahwa setiap
kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan Bantuan
Hukum harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
Pasal 3 Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5 Cukup jelas
Pasal 6 Cukup jelas
Pasal 7 Cukup jelas
Pasal 8
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
77
Cukup jelas Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10 Cukup jelas
Pasal 11 Cukup jelas
Pasal 12 Cukup jelas
Pasal 13 Cukup jelas
Pasal 14 Cukup jelas
Pasal 15 Cukup jelas
Pasal 16 Cukup jelas
Pasal 17 Cukup jelas
Pasal 18 Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2) Diperlukannya perjanjian kerjasama karena pada hakekatnya rencana kerja tersebut merupakan perikatan yang didalamnya memuat hak dan kewajiban masing-masing pihak.
Pasal 19 Cukup jelas
Pasal 20 Cukup jelas
Pasal 21 Cukup jelas
Pasal 22 Cukup jelas
Pasal 23 Cukup jelas
Pasal 24 Cukup jelas
Pasal 25 Cukup jelas
Pasal 26 Cukup jelas
Pasal 27
Cukup jelas Pasal 28
Cukup jelas
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
78
Pasal 29 Cukup jelas
Pasal 30
Cukup jelas Pasal 31
Cukup jelas
Pasal 32 Cukup jelas
Pasal 33 Cukup jelas
Pasal 34
Cukup jelas Pasal 35
Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
79
Notulasi
Kegiatan : Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Tentang Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin
Hari, Tanggal : 28 Oktober 2015 Tempat : IAIN Purwokerto Waktu : 13.30-15.30 1. Prolog
Harun al-Rasyid (ketua Balegda) Salam...
Terimakasih kami ucapkan atas sambutan dari rekan-rekan tim ahli IAIN Purwokerto. Selanjutnya kami ingin menyampaikan bahwa sesuai dengan hasil pertemuan saat MoU beberapa waktu yang lalu, kita memiliki beberapa agenda pertemuan lagi guna membahas penyusunan draft raperda Bantuan Hukum bagi Rakyat Miskin. Namun demikian, kami moon maaf atas belum lengkapnya formasi dari anggota Balegda DPRD Kabupaten Cilacap yang hadir di IAIN Purwokerto saat ini. Mudah-mudahan pada pertemuan-pertemuan yang akan dating, kami bisa dating dengan formasi yang lebih lengkap.
Selanjutnya, dikarenakan pembahasan raperda harus sesuai dengan jadwal, maka kami berharap kawan-kawan dari Tim Ahli IAIN Purwokerto bisa memaksimalkan waktu yang tersedia, sehingga pada saatnya nanti, Raperda ini bisa selesai sesuai waktu tersebut, yaitu sekitar 1, 5 bulan dari sekarang.
Terkait dengan Raperda yang akan dibahas, yaitu Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin, di kabupaten Cilacap sebetulnya sangat banyak kasus hukum yang melibatkan masyarakat miskin, bahkan beberapa menjadi isu nasional, yang dalam hemat kami membutuhkan perlindungan hukum sehingga mereka bisa mendapatkan rasa keadilan.
Pertemuan kita kali akan membahas beberapa persoalan di Kabupaten Cilacap yang berkaitan dengan tema perda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin. Hal ini penting untuk memperkaya materi sekaligus menjaga agar perda ini tidak kehilangan konteksnya dari masyarakat miskin di Kabupaten Cilacap. tempat hiburan dan rekreasi. Pembahasan ini penting untuk memperkaya materi draft perda Penataan dan Pengendalian Tempat Hiburan dan Rekreasi. Untuk itu nanti kami kami minta kepada kawan-kawan Balegda memberikan pandangannya terkait persoalan yang menyangkut materi Perda ini. Drs. Amat Nuri, M.Pd.I (Ketua LP2M IAIN Purwokerto) Salam...
Terimakasih kami sampaikan atas kehadiran anggota Balegda Kab. Cilacap dan Sekwan DPRD Cilacap, mudah-mudahan pertemuan kita kali ini akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat, khususnya terkait dengan upaya penyusunan Naskah Akademik draft raperda Bantuan Hukum bagi Rakyat Miskin.
Ucapan terimakasih kami sampaikan atas kepercayaan yang diberikan dari DPRD kabupaten Cilacap kepada Tim Ahli IAIN Purwokerto, semoga kami bisa menjaga kepercayaan tersebut dan bekerja secara professional, sehingga bisa menghasilkan sebuah naskah akademik yang bisa dipertanggung jawabkan, baik secara akademik maupun secara sosial-moral.
Dalam penyusunan Naskah Akademik draft raperda Bantuan Hukum bagi Rakyat Miskin kami melakukan tambal-sulam anggota sehingga muncul beberapa anggota tim baru sebagaimana yang hadir pada saat ini. Tambal sulam ini penting dilakukan mengingat kebutuhan kami atas keahlian keilmuan anggota tim yang disesuaikan dengan materi dalam Naskah
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
80
Akademik draft raperda Bantuan Hukum bagi Rakyat Miskin. Disini ada Sdr. Bahrul Ulum yang selain ahli Hukum, juga direktur LKBH IAIN Purwokerto, sdr. Agus Sriyanto (ahli ausosiologi), sdr. Nur Azizah (ahli Psikologi), Sdr. Fauzi (ahli Pendidikan) dan beberapa kawan yang sebelumnya sudah terlibat dalam beberapa penyusunan Naskah Akademik di Kabupaten Cilacap yang tidak perlu kami perkenalkan lagi.
2. Diskusi
a. Dr. Ridwan, M.Ag (ketua Tim NA Bantuan Hukum bagi Rakyat Miskin)
- Sejak tim ahli penyusunan Naskah Akademik draft raperda Bantuan Hukum bagi
Rakyat Miskin dibentuk oleh LPPM IAIN Purwokerto dibentuk beberapa hari yang
lalu, kami segera melakukai pertemuan dan diskusi untuk menentukan pola kerja
penyusunan NA yang diharapkan bisa selesai sesuai dengan waktu yang diharapkan.
- Langkah pertama yang kami lakukan adalah melakukan pemetaan masalah dan sekaligus
menganalisis kemungkinan materi pasal-pasal yang akan dimuat dalam Naskah
Akademik draft raperda Bantuan Hukum bagi Rakyat Miskin. Pencarian data-data yang
relevan juga kami lakukan untuk mempertajam kajian akademik kami terhadap raperda
tersebut.
- Untuk keperluan pengayaan materi dan ketajaman analisis, kami sangat berharap dalam
kesempatan ini, bapak-bapak dari Balegda kab. Cilacap bisa memberikan masukan
dalam bentuk gambaran umum atau kondisi riil di Kabupaten Cilacap mengenai
persoalan hukum yang melibatkan rakyat miskin.
b. Harun (Ketua Balegda)
- Sebagaimana saya sebuatkan diawal pertemuan bahwa di kabupaten Cilacap beberapa
kali atau bahkan sering terjadi kasus-kasus hukum yang melibatkan rakyat miskin
sebagai pihak tersangkanya. Biasanya mereka disangka melakukan tindak pidana yang
tergolong ringan, tetapi harus berhadapan dengan pengadilan dan vonis hukum yang
untuk ukuran pidana tersebut tidak sesuai. Misalnya, seorang warga kami yang mencuri
beberapa biji buah-buahan, namun dia harus berhadapan dengan pasal-pasal yang
menjerat tindak pidana secara umum. Untuk ukuran kondisi dan alasan warga tersebut
melakukan pencurian, putusan hukum yang diberikan tentunya tidak mencerminkan
rasa keadilan. Bagaimana mungkin seorang nenek-nenek miskin yang mencuri karena
lapar harus menghadapi tuntutan hukum sebagaimana pencuri pada umumnya.
c. Toni Osmon (F-PDI P)
- Perlu diketahui oleh tim ahli bahwa kabupaten Cilacap termasuk kaya akan kasus-kasus
sengketa tanah yang juga melibatkan rakyat miskin, baik kasus yang berasifat
perseorangan maupun kelompok. Seringkali mereka yang bersengketa tidak
memperoleh pendampingan dan bantuan hukum yang memadai sehingga alih-alih
keadilan yang mereka dapatkan, justeru seringkali mereka harus kehilangan tanah yang
selama ini menjadi tempat bergantung untuk bertahan hidup. Bagi masyarakat kaya
tentunya persoalan bantuan hukum bukanlah masalah yang berarti, namun bagi rakyat
miskin ini menjadi persoalan yang sangat berarti untuk mendapkan apa-apa yang
seharusnya menjadi .hak mereka, atau paling tidak hukum bisa tidak memberatkan
mereka katika tersangkut masalah
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
81
d. Tim Ahli
- Terimakasih atas masukan yang diberikan. Ini akan sangat membantu bagi kami dalam
penyusunan draft NA dan Raperda ke depan. Yang pasti masukan ini akan kami jadikan
pertimbangan untuk menjaga kontekstualitas draft NA dan Raperda dengan kondisi riil
masyarakat miskin di Kab. Cilacap yang tertimpa persoalan huku.
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
82
Kegiatan : Penyusunan Naskah Akademik Rancangan
Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Tentang Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin
Hari, Tanggal : Kamis, 29 Oktober 2015 Tempat : IAIN Purwokerto Waktu : 13.30-15.30 3. Tim Ahli
- Ditangan bapak/ ibu sekalian sudah kami serahkan draft raperda sementara yang kami
susun, selanjutnya silahkan untuk dicermati dan diberikan masukan terkait dengan konten
materi di dalamnya.
- Dalam proses penyusunan draft tersebut kita sudah melakukan studi perbandingan dengan
perda-perda serupa di daerah lain, khususnya dengan perda serupa di Provinsi Jawa Tengah.
Kebetulan di Jateng sudah ada perda yang mengatur mengenai bantuan hukum bagi rakyat
miskin. Sehingga draft ini bisa dikatakan kami turunkan dari perda Jateng tersebut untuk
menghindari ada pertentangan suatu aturan hukum dengan aturan lain di atasnya. Namun
demikian, dalam banyak hal kami sudah melakukan kajian perubahan yang disesuaikan
dengan konteks kabupaten cilacap.
4. Ramlan (F-PPP)
- Setelah saya baca, khususnya di pasal ketentuan umum, saya berharap ada penajaman
kembali mengenai pengertian rakyat miskin yang dimaksud dalam raperda ini agar nantinya
bisa dihindari penyalahgunaan pemanfaatan bantuan hukum oleh sebagian orang yang
mengatasnamakan rakyat miskin.
- Beberapa peraturan perundang-undangan yang dijadikan konsideran nampaknya juga harus
diperiksa lagi dan disesuaikan dengan kebutuhan, karena saya melihat ada beberapa yang
kurang/ tidak relevan.
5. Suheri (F. Gerindra)
- Dalam pasal ketentuan umum, masih ada dua istilah yang digunakan, yaitu rakyat dan
masyarakat. Apakah tim ahli memiliki dasar atas penggunaan istilah tersebut? Jika tidak ada
alas an akademiknya, maka apa tidak lebih baik dikembalikan saja pada judul raperda.
6. Ismail (F-PKB)
- Saya setuju dengan pak Suheri, istilah rakyat atau masyarakat seharusnya disesuaikan dengan
judul perda. Jika memang judulnya menggunakan istilah rakyat, maka istilah kunci yang
dimasukkan dalam kerentuan umum juga rakyat. Tetapi jika judul perda menggunakan
istilah masyarakat maka ketentuan umumnya juga masyarakat.
7. Harun (Ketua Balegda)
- Saya minta penjelasan mengenai kasus non litigasi sebab bisa jadi yang terjadi di Cilacap
lebih banyak yang non litigasi daripada kasus litigasi. Apakah ini juga akan berimbas pada
alokasi dana yang diberikan kepada lembaga Bantuan Hukum.
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
83
8. Tim Ahli
- Terkait dengan definisi istilah dalam ketentuan umum, sepenuhnya kami mengacu pada
beberapa perda terkait. Namun untuk istilah masyarakat atau rakyat, kami semula
mengunakan istilah masyarakat. Namun tadi ada koreksi bahwa judul perdanya
menggunakan istilah rakyat. Setelah ada kejelasan pasti, kami akan menyesuaikan dengan
judul dari Balegda.
- Mengenai kasus-kasus non litigasi adalah semua kasus yang menyelesaiannya di luar
pengadilan. Untuk lebih jelasnya bapak silahkan buka pasal 4 draft raperda ini.
- Mengenai dasar hukum yang kami gunakan dalam konsideran akan kami periksa lagi
keberlakuannya. Jika nanti kami menemukan ada perubahan terhadap peraturan perundang-
undangan tersebut, maka kami akan melakukan penyesuaian sebagai mestinya.
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
84
Kegiatan : Penyusunan Naskah Akademik Rancangan
Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Tentang Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin
Hari, Tanggal : Selasa, 03 November 2015 Tempat : IAIN Purwokerto Waktu : 13.30-15.30 1. Prolog
Drs. Amat Nuri, MPd.I Salam... Terimakasih atas kehadirannya bapak-ibu kembali di IAIN Purwokerto dalam rangka pembahasan mengenai draft raperda bantuan hukum bagi rakyat miskin. Di tangan bapak-ibu sekalian sudah kami bagikan draft yang baru sekaligus merupakan edisi perbaikan dari yang sebelumnya. Hampir semua masukan yang bapak/ ibu berikan dalam pertemuan yang lalu sudah kami tindak lanjuti dalam bentuk revisi draft. Untuk selanjutnya silahkan dibaca dan dicermati kembali, siapa tahu ada hal-hal lain yang memang perlu diperbaiki.
2. Ramlan (F-PPP)
- Dalam draft ini saya menemukan ada beberapa pasal yang menyebutkan kalimat “akan di
atur dalam/ oleh Peraturan Bupati”. Menurut saya, apakah raperda ini, jika kemudian bisa
diterima dan disahkan menjadi perda oleh paripurna DPRD, tidak akan melahirkan banyak
sekali peraturan Bupati untuk mengatur persoalan yang lebih teknis.
- Mengenai kasus di mana pihak yang meminta bantuan hukum adalah kelompok, bagaimana
mekanisme pemberian bantuan hukumnya? Mohon diperjelas. Ini sering terjadi adalam
kasus-kasus sengketa tanah di beberapa wilayah di kabupaten Cilacap.
3. Tim Ahli:
- Meskipun dalam beberapa pasal terdapat kalimat “akan diatur dalam. Oleh Peraturan
Bupati” tidak tidak serta merta harus dipahami bahwa Perda ini ini menuntut dibuatnya
banyak Perbup. Akan tetapi, dalam beberapa persoalan yang memang menuntut petunjuk
teknis, perlu disusun sebuah perbup yang dapat menanuing persoalan-persoalan tersebut.
Artinya, dengan satu perbup bisa jadi semua petunjuk teknis yang disebutkan dalam raperda
ini bisa diatur.
4. Toni Osmon (F-PDI P)
- SKPD dalam pasal 26 apa tidak lebih baik diganti dengan Unit Kerja yang menangani,
karena ini berbicara mengenai Pengawasan? Pasal yang lain menyesuaian.
-
5. Tim Ahli
- Terkait dengan tawaran pak Osmon, pada prinsipnya kami tidak masalah mengganti SKPD
dengan Unit Kerja yang menangani. Untuk pasal-pasal lain yang menggunakan kata SKPD
akan kami sesuaikan perbaikannya.
-
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
85
6. Heri (F-Gerindra)
- Mohon diberi penjelasan mengenai status akreditas Lembaga Bantuan Hukum untuk
menerima Dana Operasional/ Bantuan dari Pemerintah. Apakah LBH yang tidak/ belum
terakreditasi tidak bisa memperoleh dana bantuan dari pemerintah? Atau bahkan mereka
tidak diperrkenankan melakukan praktik pelayanan bantuan hukum?
7. Tim Ahli
- Akreditas sebuah LBH akan diberikan oleh Kemenkum Ham. Biasanya nilai akreditasi,
disamping ditentukan oleh terpenuhinya beberapa persyaratan administrative, juga
ditentukan oleh banyaknya kasus yang ditangani. Semakin banyak kasus yang ditangani,
akan semakin baik ula nilai akreditasinya.
- Untuk bisa mendapatkan dana dari pemerintah (APBD/ Pusat), sebuah LBH harus
memenuhi nilaiu akreditasi minimal B. Adapun yang tidak terakreditasi, tidak bisa
mendapatkan dana dari pemerintah.
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
86
Kegiatan : Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Tentang Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin
Hari, Tanggal : Jum’at, 06 November 2015 Tempat : IAIN Purwokerto Waktu : 14.00-16.00 1. Prolog (Ketua Balegda)
Salam... Terimakasih saya sampaikan atas kehadiran kawan-kawan dari Balegda DPRD Kab. Cilacap dan juga kawan-kawn Tim Ahli dari IAIN Purwokerto. Ini adalah pertemuan keempat kita dalam membahas draft raperda bantuan hukum bagi rakyat miskin. Sudah separoh dari pasal-pasal dalam draft tersebut kita bahas, dan sepertinya tidak ada hal yang perlu diperdebatkan lagi. Hari ini kita akan focus pada pasa-pasal selanjutnya yang belum dibahas dalam pertemuan sebelumnya.
2. Rokhim
- Dalam beberapa pasal kami masih menemukan inkonsistensi penulisan kata “rakyat” dan
“masyarakat” demikian juga kata “kepada” dan “bagi”. Padahal, jika merujuk pada
peraturan undang-undang dari Perda Provinsi Jawa Tengah No.7 Tahun 2014 tentang
Bantuan Hukum bagi Masyarakat Miskin yang kemudian dilakukan Penyesuaian nomeklatur
di DPRD Cilacap, maka redaksi kalmia yang menurut saya tepat adalah Bantuan Hukum
Kepada Rakyat Miskin.
3. Harun al-Rasyid
- Saya kira mengenai kalimat “rakyat” atau “masyarakat” demikian juga kata “kepada” atau
“bagi” pada akhirnya pansus juga yang akan menentukan. Menurut saya, biar saja draft
raperda ini berbunyi Bantuan Hukum bagi Rakyat Miskin. Toh nantinya, ada atau tidaknya
perubahan tergantung pada kesepakatan pansus.
4. Heri
- Terkait dengan dana bantuan hukum bagi rakyat miskin, apakah tim ahli sudah merujuk
pada peraturan perundang-undangan terkait, baik mengenai sumber maupun alokasi
penggunaan dana tersebut.
- Tarif dan pembiayaan bantuan hukum harus terinci dari sumber yang jelas.
5. Tim Ahli
- Kami setuju dengan pak Harun bahwa mengenai istilah yang akan dipakai dalam judul
raperda ini semenara adalah sebagaimana yang tertera dalam draft. Adapun jika nantinya
akan dirubah, kami tidak keberatan. Bagi kami kedua istilah yang diperdebatkan tidak
memiliki perbedaan makna yang signifikan.
- Mengenai masalah pendanaan, kami sudah melakukan kajian terhadap beberapa peraturan
perundang-undangan. Bahkan kami sendiri juga memiliki LKBH yang sudah terakreditas.
Sehingga mengenai masalah pendanaan yang kami muat dalam beberapa pasal, tidak
menyelahi aturan perundang-undangan yang berlaku.
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
87
- Adapun mengenai tariff pendanaan dalam setiap kasus, pada prinsipnya kami sepakat jika
harus terinci. Tetapi hal tersebut tidak mungkin kami masukkan dalam pasa atau ayat
raperda ini. Sebab, itu menyangkut persoalan yang sangat teknis.
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
88
Kegiatan : Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Tentang Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin
Hari, Tanggal : Rabu, 02 Desember 2015 Tempat : IAIN Purwokerto Waktu : 10.00-13.00 1. Prolog (Ketua Balegda)
Salam... Terimakasih saya sampaikan atas kehadiran kawan-kawan dari Balegda DPRD Kab. Cilacap dan juga kawan-kawn Tim Ahli dari IAIN Purwokerto. Setelah kita melakukan public hearing beberapa waktu lalu, tentunya ada beberapa masukan yang bisa dijadikan acuan untuk melakukan revisi draft raperda oleh tim Ahli dari IAIN Purwokerto. Untuk itu, saya persilahkan kepada tim Ahli untuk memberikan paparannya mengenai masukan dari peserta public hearing dan perbaikan draft raperda pasca public hearing.
2. Tim Ahli
- Berdasarkan catatan kami, dari semua opini yang berkembang pada public hearing tanggal
12 November 2015, ada yang bersifat memberi masukan, meminta penjelasan dan koreksi
terhadap draft raperda ini. Untuk opini yang bersifat member masukan, ada beberapa yang
berdampak pada dilakukannya perubahan draft raperda dan ada yang tidak. Sementara
untuk yang meminta penjelasan, kami telah memberikan penjelasan pada saat public hearing
dilaksanakan. Adapun untuk opini yang bersifat mengkoreksi, kami menindaklanjutinya
dengan melakukan perbaikan-perbaikan sebagaimana disarankan. Untuk selanjutnya kami
persilahkan bapak/ ibu sekalian untuk mencermati kembali draft terbaru kami setelah
terlaksananya public hearing di kantor DPRD Cilacap.
3. Ramelan
- Untuk mengawali pembahasan, kami Tim Ahli untuk menunjukkan beberapa pasal yang
dilakukan perubahan sesuai masukan dalam public hearing.
4. Tim Ahli
- Salah satu masukan yang disampaikan pada saat public hearing adalah memperjelas kriteria rakyat miskin sebagaimana dimuat dalam pasal ketentuan umum poin 9. Untuk itu kami merubahnya menjadi Rakyat miskin adalah orang perseorangan atau sekelompok orang yang kondisi sosial ekonominya dikategorikan miskin yang terdaftar dalam program Jaminan Sosial baik di Pemerintah Pusat maupun Daerah atau dibuktikan dengan Surat Keterangan Miskin. Kalimat yang digaris bawahi sebelumnya tidak ada.
- Adapun mengenai persyaratan akreditas sebagaimana disampaikan oleh LBH Perisan dan
Wahana, kami merasa hal tersebut tidak perlu dicantumkan dalam raperda ini, sebab hal
tersebut sangat teknis sifatnya.
5. Heri
- Kalau tidak salah, dalam public hearing juga ditanyakan mengenai pemberian bantuan
hukum bagi masyarakat Cilacap yang berperkara hukum di luar daerah Cilacap. Dalam hal
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
89
ini kita semua tau bahwa banyak sekali warga Cilacap yang bekerja sebagai TKI, baik di
dalam Negeri maupun di luar Negeri. Dalam kasus TKI yang bermasalah di luar negeri,
bagaimana mekanisme pemberian bantuan hukum yang bisa diberikan?
6. Tim Ahli
- Pemberian bantuan hukum bisa dilakukan di mana saja selama yang bersangkutan adalah
rakyat miskin daerah Cilacap, memenuhi persyaratan yang ditentykan, dan masih di wilayah
Indonesia. Adapun untuk warga Cilacap yang berperkara hukum di luar negeri, hemat kami
itu bukan kewenangan LBH. Persoalan hukum yang melibatkan dua Negara adalah
kewenangan kementerian luar negeri.
7. Ramlan
- Tetapi persoalannya adalah bahwa meskipun kasus hukumnya terjadai di luar negeri,
beberapa masyarakat awam untuk mengurusi segala persoalan administrative yang notebene
pengurusannya di dalam negeri. Kira-kira bisa tidak, jika LBH memfasilitasi pihak yang
berperkara untuk menyellesaikan persoalannya administratifnya di dalam negeri. Baru
kemudian, jika segala persyaratan administrasinya selesai dilanjutkan dengan urusan
penyelesaikan hukum di luar negeri yang saya sekepat itu adalah kewenangan kementerian
luar negeri.
8. Tim Ahli
- Menurut kami hal tersebut bisa dilakukan, sebab itu masuk persoalan non litigasi. Dalam hal
ini LBH dapat memberikan bantuan hukum dalam bentuk mediasi, negosiasi, atau
pendampingan. Untuk lebih jelasnya silahkan bapak lihat pasa 4 ayat (3).
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
90
Kegiatan : Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Tentang Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin
Hari, Tanggal : Jum’at, 04 Desember 2015 Tempat : IAIN Purwokerto Waktu : 10.00-13.00 1. Prolog (Ketua Balegda)
Salam... Terimakasih saya sampaikan atas kehadiran kawan-kawan dari Balegda DPRD Kab. Cilacap dan juga kawan-kawan Tim Ahli dari IAIN Purwokerto. Pertemuan kita kali ini merupakan yang terakhir dari serangkaian pembahasan mengenai penyusunan Naskah Akademik dan Raperda Bantuak Hukum bagi Rakyat Miskin, kerjasama antara Balegda DPRD Kab. Cilacap dan Tim Ahli dari IAIN Purwokerto. Mudah-mudahan dalam pertemuan ini bisa dihasilkan draft final yang nantinya siap untuk di paripurnakan. Dalam hal ini sebenarnya materi pembahasan sudah selesai pada pertemuan yang lalu, namun saya kira tidak salah jika melakuka pembacaan sekali lagi, barangkali ada pasal-pasal yang lupa belum di bahas atau yang lainnya.
2. Ramlan
- Saya kira Tim Ahli hanya tinggal mengkoreksi kaitannya dengan teknis penulisan saja.
Barang kali ada kalimat yang salah ketik, penyusunan tata urut dasar hukum, atau yang
lainnya.
- Pasal penjelas saya kira bisa segara di lampirkan
3. Sekretaris Dewan
- Jika memungkinkan draft revisi final bisa diupayakan sebelum tanggal 07 Desember 2005,
mengingat akan kami sesuaikan dengan jadwal paripurna DPRD.
- Berkas-berkas lain juga sebisa mungkin diselesaikan dan dilengkapi sebelum tanggal
tersebut.
4. Tim Ahli
- Kami mengucapkan terimakasih kepada bapak/ ibu Balegda atas kepercayaan yang
diberikan dalam penyusunan Naskah Akademik dan raperda Bantuan Hukum bagi Rakyat
Miskin.
- Setelah rapat ini kami akan melakukan koreksi tahap akhir, khususnya menyangkut
persoalan-persoalan teknis dalam penulisan naskah akademik dan raperda ini.
- Mengenai pasal-pasal penjelas akan kami lampirkan dan serahkan bersamaan dengan
penyerahan draft akhir ke Sekwan.
- Segela hal yang terkait dengan penyerahan draft NA juga akan kami upayakan bisa selesai
sebelum tanggal yang diharapkan.
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
91
Kegiatan : Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Tentang Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin
Hari, Tanggal : Kamis, 12 November 2015 Tempat : Kantor DPRD Cilacap Waktu : 10.00-13.00 5. Harun (Ketua Balegda): kehadiran perda ini sangat penting mengingat di kabupaten Cilacap
sering terjadi persoalan Hukum yang melibatkan masyarakat miskin dan belum mendapatkan
bantuan hukum sebagaimana mestinya. Bahkan pernah ada warga Kesugihan yang terbelit
dengan persoalan hukum (akibat mencuri beberapa buah pisang) dan tidak mendapatkan
bantuan hukum sama sekali. Padahal ini menjadi isu nasional, karena beberapa kali diberitakan
di media nasional, baik cetak maupun elektronik.
6. LBH Wahana:
- Ketentuan Umum Point 7 perlu dipertegas dengan status akreditasi Lembaga Bantuan
Hukum yang akan member bantuan hukum.
- Penegasan akreditasi akan sangat berpengaruh bagi LBH untuk bisa mengakses dana yang
disediakan oleh Pemerintah, khususnya Kemenkumham. Padahal dana tersebut penting
untuk memberikan bantuan hukum kepada rakyat miskin yang nota bene akan kesulitan
ketika harus mengeluarkan biaya mengurus perkara. Selain itu, dengan adanya penegasan
akreditasi, akan menutup kemungkinan adanya LBH-LBH fiktif yang alih-alih membantu
masyarakat miskin, justeru memanfaat kesulitan masyarakat untuk mengeruk keuntungan
pribadi.
- Pasal pengenai mekanisme penyaluran dana mohon diperjelas.
- Dicilacap kami sering menangani kasus-kasus litigasi hingga di pengadilan apakah ini bisa
diajukan permohonan dananya kpada pemda?
7. Tim Ahli:
- Sebenarnya dengan radaksi yang kami gunakan justeru unsure-unsur yang harus ada dalam
sebuah LBH lebih terakomodir. Terutama dalam redaksi kalimat “telah memenuhi
ketentuan perundang-undangan”.
- Penegasan point tersebut sudah sangat jelas di sebutkan dalam pasal 6 ayat (1) dan (2).
- Pasal mengenai mekanisme penyaluran dana menggunakan logika anggaran yang berlaku di
instansi pemerintahan.
- Terkait dengan kasus-kasus hukum yang bisa ditangani oleh LBH/ OBH, semua persoalan
pada prinsipnya bisa diberi bentuan hukum asalkan memenuhi persyaratan.
8. LBH Perisai
- Pasal Sanksi mengenai pengembalian dana hendaknya dihapus
- Pasal mengenai penyidikan hendaknya di tinjau ulang
- Persyaratan mengenai orang yang akan mendapatkan bantuan hukum perlu ditambahkan
dengan adanya surat penunjukan (rekomendasi) dari instansi/ pejabat berwenang bahwa
orang tersebut dapat mendapatkan bantuan hukum.
Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap
92
9. Tim Ahli
- Mengenai perlindungan hukum terhadap advokat sudah terakomodir dalam pasal 11 point
g.
- Pasal mengenai pengembalian dana kami pandang logis mengingat ada pelanggaran
administrative yang dilakukan oleh LBH. Dan ini pun adalah sanksi dalam urutan terakhir,
bukan sanksi utama.
- Mengenai pasal penyidikan, kiblat kami adalah perda serupa tingkat Provinsi Jateng tahun
2014. Tetapi kami juga tidak menampik adanya keragaman mengenai pasal penyidikan ini,
dimana di satu perda dicantumkan dan di perda yang lain tidak dicantumkan. Selain itu,
dalam beberapa kali public hiearing yang kami adakan, beberapa kali ada masukan bahwa
ketika ada pasal mengenai sanksi pidana/ perdata, hendaknya memasukkan pasal mengenai
penyidikan.
10. DPPKAD
- Terkait dengan dana, kami selalu akan merujuk pada peraturan perundang-undangan.
- Mengenai mekanisme pencarian bantuan dana kami lebih condong untuk mencairkan
setelah kegiatan dilakukan.
11. Inspektorat
- Perlu dijelaskan mengenai orang miskin dan orang tidak mampu.
- Perda ini seharusnya tidak mengatur hal-hal yang bersifat teknis.. untuk yang teknis akan
diatur oleh Perbup.
12. Harun (ketua Balegda)
- Fokus bantuan hukum di sini adalah orang miskin dan warga cilacap di manapun, kecuali di
luar negeri, karena ini mnjadi kewenangan pusat.
- Persoalan anggaran kami serahkan sepenuhnya kepada bagian anggaran sesuai dengan
logika anggaran yang berlaku.
13. Camat Kawunganten
- Perda ini kami harapkan bisa disetujui dan cepat terealisasi karena akan sangat membantu
masyarakat miskin untuk mencari keadilan hukum.
- Selama ini banyak pihak-pihak yang “ngaku” pengacara telah memanfaatkan beberapa kasus
hukum yang melibatkan masyarakat kami guna mencari keuntungan pribadi.
14. Bappeda
- Terkait dengan mekanisme, yang paling memungkinkan adalah dengan mekaniske hibah.
- Konsep rakyat miskin harus benar-benar diperjelas agar dana yang dikeluarkan tepat
sasaran.
15. Bidang Hukum
- Tentang dasar hukum
- Masalah anggaran; pemda boleh mengalokasikan APBD untuk perda ini
- Tatacara akreditasi LKBH, Permen tahun 2013 pasal 20 ayat 3
PERJANJIAN KERJASAMAANTARA
SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN CILACAP
DENGAN
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
TNSTITUT AGAMA |SLAM NEGERT (rArN) PURWOKERTO
NOMOR 602.',t t0838t13 t2015ln.22t LP P M I P P.09 I 1 29 t 201 s
TENTANGKEGIATAN PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK RAPERDA
TENTANG BANTUAN HUKUM BAGI RAKYAT MISKIN DAN NASKAH AKADEMIKRAPERDA TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH
Pada hari ini, Kamis tanggal Dua Puluh Dua bulan Oktober tahun Dua Ribu Lima Belas( 22 - 10 - 2015 ), kami yang bertanda tangan dibawah ini :
Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat DaerahKabupaten Cilacap, beralamat di Jalan JenderalSudirman No. 52 Cilacap, berdasarkan KeputusanBupati Cilacap Nomor 821.2 / 060 / 2015 tanggal 16Juni 2015, tentang Pengangkatan/Penunjukan DalamJabatan Sekretaris Dewan Penrvakilan Rakyat DaerahKabupaten Cilacap, bertindak untuk dan atas namaserta oleh karenanya sah mewakili Sekretariat DewanPerwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Cilacap yangselanjutnya disebut PIHAK KESATU
2 DTS AMAT NURI, M.Pd.l Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian KepadaMasyarakat lnstitut Agama lslam Negeri PuMokerto,beralamat di Kampus Jl. A. Yani Nomor 40 APunvokerto, berdasarkan Keputusan Rektor lnstitutAgama lslam Negeri (lAlN) Purwokerto Nomor 386Tahun 2015 tentang Pejabat Pengganti Sementara(Pgs.) Ketua Lembaga Penelitian dan PengabdianKepada Masyarakat (LPPM) lnstitut Agama lslamNegeri (lAlN) Purwokerto, bertindak untuk dan atasnama serta oleh karenanya sah mewakili LembagaPenelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM)lnstitut Agama lslam Negeri Purwokerto, yangselanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA
Berdasarkan:1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah
Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah (Lembaran Negara Tahun 1950Nomor 24, Berita Negara tanggal 8 Agustus 1950) ;
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2011 Nomor 82, TambahanLembaran Negara Republik lndonesia Nomor 5234);
1 SUNIARYO, S Sos., MIV.
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran NegaraTahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 5587)Sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 fahun 2014tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2015 Nomor58, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 5679);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan PeraturanTata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tentang Tata Tertib Dewan PenarakrlanRakyat Daerah (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2010 Nomor 22, TambahanNegara Republik lndonesia Nomor 5014);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan Mulai BerlakunyaUndang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupatendalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler danKeuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran NegaraTahun 2004 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4416) Sebagaimana telahbeberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentangKedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan RakyatDaerah (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4712),
7. Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 201'1 , tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden
Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah'
B. Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 13 Tahun 2004 tentang Kedudukan
Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Cilacap (Lembaran
DaerahKabupatenCilacapTahun2004Nomorl3,SeriCNomorT),sebagaimanatelahdiubah terahir dengan ieraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 4 Tahun 2008
tentang Perubahan ketiga atas Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2004 tentang
Kedudukan Protokoler din Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Cilacap
(Lembaran Daerah Kabupaten Cilacap Tahun 2008 Nomor 4);
9'PeraturanDaerahKabupatenCilacapNomor.4Tahun20l5tentangPerubahanAnggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Cilacap Tahun Anggaran 2015;
l0PeraturanBupatiCilacapNomorT5Tahun20l5tentangPeniabaranPerubahanAnggaran Pendapatan J.n e"iunlu Daerah Kabupaten Cilacap Tahun Anggaran 2015
PARAPlHAKSepakatmembuatPerjanjianKerlasamauntukpelaksanaanKegiatane"nyrrunun Naskah nraoemi[ naperda tentang Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin dan
Naskah Akademik naperJa tentang pengelolaan Barang Milik Daerah dengan ketentuan
syarat - sYarat sebagai berikut :
BAB I
TUGAS DAN PEKERJAANPasal 1
P|HAKKESATUmemberikantugasdanpekerjaankepadaPIHAKKEDUAdanP|HAKKEDUA menerima trga' 'niur
,iLiaksanakan pekeriaan Penyusunan ^Naskah
Akademik
Raperda tentang e"ntu.n- HJkrm- aagi Rat<yai Misiin dan Naskah Akademik Raperda
i"iirng-p"n guloLan Baran g M ilik Daera-h- .den ga n ketentuan sebagal berikut
a. Dalam melaksanakan 'pE*"rf .r.
'IHAK KEDUA diwajibkan mematuhi dan memenuhi
" p.i.Vrtrt"" yang terdapat pida dokume'.Sura.t. Perianlran Kerjasama
b Dalam metaksanakan'5"r5rrrr" irHAK KEDUA harus mengikuti petunjuk - petunjuk /
arahan yang diberrkan oleh PIHAK KESATU'
c. Dalam pemeriksaan dan penyelesaian pekerjaan, PIHAK KESATU memberikan tugas
kepada Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), Panitia Pelaksana Kegiatan danpelabat Pemeriksa dan Penerima Barang / Jasa Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik
Raperda tentang Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin dan Naskah Akademik Raperda
tentang Pengelolaan Barang tvlilik Daerah.
BAB IIRUANG LINGKUP
Pasal 2
Ruang Lingkup Perjan.jian Kerjasama ini meliputi Penyusunan Naskah Akademik Raperda
tentang Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin dan Naskah Akademik Raperda tentangPengelolaan Barang Milik Daerah.
BAB IIIHAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 3
(1)Hak PIHAK KESATU adalah:a. Memeriksa dan menilai pekerjaan yang dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA selama
melaksanakan pekerjaan.b. Meminta laporan pelaksanaan pekerjaan kegiatan Penyusunan Naskah Akademik
Raperda tentang Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin dan Raperda tentangPengelolaan Barang IVlilik Daerah yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA.
(2) Kewajiban PIHAK KESATU adalah :
a. Melaksanakan pembayaran sesuai dengan waktu dan jumlah yang telah disepakatiPARA PIHAK.
b. lt/emberikan masukan / saran kepada PIHAK KEDUA untuk kelancaranpelaksanaan pekerjaan.
Pasal 4
(1)Hak PIHAK KEDUA adalah;Menerima pembayaran atas pelaksanaan pekerjaan yang telah diselesaikan sesuaidengan waktu dan jumlah yang telah sepakati.
(2) Kewajiban PIHAK KEDUA adalah :
a. Menyediakan tempat rapat di kota kedudukan LPPM dalam rangka pembahasanNaskah Akademik Raperda sebanyak 6 (enam) kali pertemuan setiap Raperda danmenghadiri public hearing yang dilaksanakan di kota kedudukan Sekretariat DPRDKabupaten Cilacap.
b. Melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadual pelaksanaanpekerjaan yang telah ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK).
c. Menyerahkan pekerjaan sesuai dengan jadual penyerahan pekerlaan yang telahditetapkan dan Kerangka Acuan Kerja (KAK).
d. Melaksanakan pekerjaan dengan penuh tanggung jawab, serta berkewajibanmemenuhi ketentuan pekerjaan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Hasil Pekerjaan Yang dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA sebagaimana dimaksud dalamPasal 2 Surat Perjanjian Kerjasama ini terdiri atas Penyusunan Notulen, Laporan Awal.Laporan Akhir dan Naskah Akademik Raperda tentang Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskindan Naskah Akademik Raperda tentang Pengelolaan Barang I\/ilik Daerah ( masing-masing5 buku) dan 1 buah soft copy dari masing-masing penyusunan buku tersebut diatas.
BAB IVHASIL PEKERJAAN
Pasal 5
BAB VJANGKA WAKTU
Pasal 6
(1 ) Perjanjran Kerjasama ini berlaku semenjak d itandatanganinya perjan.jian kerjasama inisampai dengan bulan Desember 2015.
(2) Pekerjaan sebagaimana tersebut pasal 1 Surat Perjanjian kerlasama dianggap selesaiapabila PIHAK KEDUA telah menyerahkan Master Buku Naskah Akademik Raperdasebagaimana tersebut pasal 5 Surat Perjanjian Kerjasama ini, dan disetujui oleh TimTeknis Swakelola yang tertuang dalam Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan dan diterimaoleh PIHAK KESATU.
(3) Apabila PIHAK KEDUA karena sesuatu hal memerlukan perpanjangan waktupelaksanaan pekerjaan yang disebabkan oleh hal-hal yang diluar kemampuan dankekuasaannya, maka PIHAK KEDUA harus memberitahukan PIHAK KESATU dengandisertai alasan-alasan yang dapat dipertanggung jawabkan.
(4) Apabila alasan-alasan tersebut dapat diterima, PIHAK KESATU akan memberikanperpanjangan waktu pelaksanaan pekerjaan sesuai kebutuhan dan peraturan yangberlaku.
BAB VIPEMBIAYAAN
Pasal 7
1) Jumlah biaya pelaksanaan pekerjaan dibebankan kepada Perubahan AnggaranPendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Cilacap Tahun Anggaran 2015 sesuaiPeraturan Bupati Cilacap Nomor:81 Tahun 2014 tentang standart satuan hargadilingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Cilacap Tahun 2015, dengan perinciansebagai berikut :
a Honorarium Tim Ahli NA Raperda tentang Bantuan Hukum Bagi Rakyat MiskinRp 1.500.000,- x 6 orang x 6 Kegiatan Rp. 54 000.000,-
b. Honorarium Tim Ahli NA Raperda tentang Pengelolan Barang I\/ilik DaerahRp 1.500.000,- x 6 orang x 6 Kegiatan Rp. 54.000.000,-
c. Materi Raperda :
- Naskah Akademik : 5 bh x 2 NA/Raperda @ Rp 1.500.000,- Rp 3.000 000,-- Laporan Final . 5 bh x 2 NtuRaperda @ Rp.1.500 000,- Rp 3 000 000,-
Jumlah yang diterima PIHAK KEDUA Rp.114.000 000,-1) Biaya pelaksanaan pekerjaan yang lain diatur oleh Sekretariat DPRD Kabupaten Cilacap
sesuai ketentuan Peraturan Perundang - undangan.
BAB VIITATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 8
Pembayaran pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 dilakukansecara berkala sesuai perkembangan pekerjaan.
BAB VIIISANKSIDAN DENDA
Pasal 9
Apabila PIHAK KEDUA tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan.langka waktuyang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud pada Pasal 6, maka setiap hari keterlambatanPIHAK KEDUA wajib membayar denda sebesar'1 permil setiap hari dan atau maksimal 5 %( lima persen ) dari total biaya kepada PIHAK KESATU.
BAB IXPEMUTUSAN PERJANJIAN
Pasal 10
(1)PIHAK KEDUA dilarang memutuskan secara sepihak perjan.jian kerjasama ini sebelum.jangka waktu perjanjian kerjasama ini sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 berakhir.
(2) Peryanjian Kerjasama ini berakhir atau batal dengan sendirinya apabila ada ketentuanundang-undang yang tidak memungkinkan berlangsungnya perjanjian kerjasama ini,tanpa terikat batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Apabila PIHAK KEDUA memutuskan per.janjian ker.jasama sebelum jangka waktuperjanjian ini berakhir, maka PIHAK KEDUA dikenakan denda sebesar 2% dari jumlahpembayaran yang diterima.
(4) PIHAK KESATU tidak bertanggungjawab dan oleh karenanya tidak dapat dikenakantuntutan ganti rugi dari pihak manapun atas terjadinya pengakhiran perjan.lian secaraseprhak oleh PIHAK KEDUA dan atau karena sebab-sebab lain yang disebabkan karenakesalahan dan kekhilafan PIHAK KEDUA.
(5) Kerugian dari pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (4), sepenuhnya menladitanggungjawab PIHAK KEDUA.
BAB XPENYELESAIAN PERSELISIHAN
Pasal 11
('l) Apabila terjadi perselisihan antara kedua belah pihak akan diselesaikan secarakekeluargaan / Musyawarah untuk mufakat.
(2) Apabila penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak tercapai kedua belahpihak bersepakat untuk menyelesaikan sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
BAB XIKETENTUAN LAIN.LAIN
Pasal 12
Hal-hal yang belum diatur dalam Perjanjian Kerjasama ini atau perubahan yang dianggapperlu oleh PARA PIHAK akan diatur lebih lanjut dalam Perjanjian Tambahan yangmerupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Perlan.iian Kerjasama ini.
Demikian Surat Perjanjian Kerjasama ini ditanda tangani oleh kedua belah pihak dan dibuatdalam rangkap 5 ( lima )dengan ketentuan lembar KESATU dan lembar kedua dari SuratPeryanlian Kerlasama ini dibubuhi materai secukupnya yang masing - masing mempunyaikekuatan hukum yang sama dan beberapa salinan (copy )sesuai kebutuhan.
K KEDUA PIHAK KESATU//1E
rI! ht
NURI M.Pd.l. SUMARYO S.Sos. MM.
1NIP 30707 199203 1 00 NtP. 19640414 198703 1015
I