napza [email protected]
TRANSCRIPT
Asuhan Keperawatan Komunitas dengan Ketergantungan
NAPZA
Disusun oleh :
1. Agus Ali M
2. Dio Hafidz
3. Indra Adamsyah
4. Nelly Khasanah
5. Tiara Hana F.
6. Alfian Hakiki
7. Era P. Faradila.
8. Ekhtiari W
9. Werdha Sandi U.
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2013
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya makalah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Komunitas dengan Ketergantungan NAPZA” ini
dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Makalah ini di susun oleh penulis guna memenuhi
tugas mata kuliah Sistem Komunitas.
Penulis berharap dengan di susunnya makalah ini dapat menambah pengetahuan para
pembaca, terkhusus untuk mahasiswa program studi S1 Keperawtan STIKES ICME
JOMBANG mengenai asuhan keperawatan komunitas dengan ketergantungan NAPZA.”
Tak ada gading yang tak retak” penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca demi penyempurnaan makalah ini.
Terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.
Jombang, 21 Januari 2013
Penulis
ii
Daftar Isi
Halaman judul.......................................................................................................i
Kata pengantar......................................................................................................ii
Daftar isi................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1.latarbelakang masalah..............................................................................1
1.2.rumusan masalah......................................................................................2
BAB II KONSEP TEORI.....................................................................................3
2.1.Pengetian Napza.......................................................................................3
2.2.Kategori Napza........................................................................................3
2.3.Etiologi penyalahgunaan Napza..............................................................7
2.4.Ciri-ciri pengguna Napza.........................................................................9
2.5.Akibat Penyalahgunaan Napza................................................................10
2.6. Peran Keluarga Mencegah Terjadinya Penyalahgunaan Narkoba..........12
2.7.Penanggulangan Masalah Napza.............................................................13
2.8.Prinsip penatalaksanaan Keperawatan.....................................................14
BAB III KONSEP ASKEP...................................................................................18
3.1.Pengkajian................................................................................................19
3.2.Analisa data..............................................................................................20
3.3.Diagnosa Keperawatan............................................................................22
3.4.Rencana Asuhan Keperawatan komunitas...............................................23
BAB IV PENUTUP...............................................................................................26
4.1.Kesimpulan..............................................................................................26
4.2.Saran........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.Latar Belakang
Saat ini di seluruh Indonesia, banyak institusi kesehatan tersebar di bebagai daerah.
Jadi dapat diperkirakan mahasiswa-mahasiswa dengan basic kesehatan semakin banyak
pula. Untuk membantu mengatasi masalah remaja, maka mahasiswa dengan basic
kesehatan hendaknya ikut berperan aktif yakni dengan memberikan pendidikan pada remaja
di sekolah ataupun di fakultas non kesehatan. Strategi yang dapat di jalankan adalah
melalui penyebarluasan pengalaman dan pelajaran tentang masalah yang banyak terjadi
pada remaja.
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi masa yang yang
menyenangkan, meski bukan berarti tanpa masalah. Banyak proses yang harus dilalui
seseorang dimasa transisi kanak-kanak menjadi dewasa ini. Tantangan yang dihadapi
orangtua dan petugas kesehatan dalam menangangi problematika remaja pun akan semakin
kompleks. Namun ada penyelesaian masalah untuk membentuk manusia-manusia kreatif
dengan karakter yang kuat, salah satunya dengan melakukan asuhan keperawatan
komunitas pada kelompok remaja.
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin canggih
membawa dampak pada semua kehidupan, terutama pada generasi penerus bangsa
khususnya pada remaja. Salah satunya dampak negative banyak para pelajar di kalangan
remaja sudah merokok, berkendaraan dengan kecepatan tinggi, percobaan bunuh diri,
minum-minuman dan penggunaan zat yang merusak kesehatan.
Dampak yang terjadi pada remaja itu merupakan masalah yang komplek, ditandai
oleh dorongan penggunaan yang tidak terkendali untuk terus menerus digunakan, walaupun
mengalami dampak yang negative dan menimbulkan gangguan fungsi sehari-hari baik
dirumah, sekolah maupun di masyarakat.
Penyalahgunaan Napza dari tahun ketahun semakin meningkat. Permasalahan
penyalahgunaan Napza mempunyai dimensi yang luas dan komplikasi baik dari sudut
medik, psikiatrik, kesehatan jiwa maupun psikososial (ekonomi, politik, sosial budaya,
1
kriminalitas, kerusuhan massal dan sebagainya). Penyalahgunaan Napza dipengaruhi
banyak faktor. Keluarga merupakan salah satu faktor risiko terhadap penyalahgunaan
Napza pada remaja. Remaja yang menyalahgunakan Napza mempunyai fungsi
kebersamaan, fungsi fleksibilitas dan fungsi komunikasi yang rendah dalam keluarga,
sedangkan fungsi agama tidak berhubungan dengan kejadian penyalahgunaan Napza pada
remaja.
1.3.Masalah
1. Apa pengertian dari ketergantungan NAPZA itu sendiri ?
2. Apa penyebab dari penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA ?
3. Bagaimana cara mencegah penyalahgunaan NAPZA?
4. Bagaimanakah Asuhan keperawatan komunitas dengan ketergantungan NAPZA ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian NAPZA
Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika dan obat atau bahan berbahaya.
Narkotika juga dikenal dengan istilah NAPZA yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif
lainnya. Semua istilah ini mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai resiko
kecanduan.
Narkoba atau NAPZA merupakan bahan/zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan
mempengaruhi tubuh terutama saraf pusat/otak sehingga jika disalah gunakan akan
menyebabkan gangguan fisik, psikis/jiwa dan fungsi social.
Ketergantungan: Penggunaan zat yang sudah cukup berat, telah terjadi ketergantungan
fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai dengan adanya toleransi dan sindroma
putus zat (suatu kondisi dimana individu yang biasa menggunakan zat adiktif secara rutin
pada dosis tertentu menurunkan jumlah zat yang digunakan atau berhenti memakai,
sehingga menimbulkan kumpulan gejala sesuai dengan macam zat yang digunakan.
Sedangkan toleransi adalah suatu kondisi dari individu yang mengalami peningkatan dosis
(jumlah zat), untuk mencapai tujuan yang biasa diinginkannya.
Pada awalnya zat-zat ini digunakan untuk tujuan medis seperti penghilang rasa sakit.
Namun belakangan ini banyak orang yang menggunakan zat-zat ini secara tetap, bukan
untuk tujuan medis atau digunakan tanpa mengukuti dosis yang seharusnya maka disebut
penyalahgunaan NAPZA (Drug Abuse).
Oleh sebab itu pemerintah memberlakukan Undang-Undang untuk penyalah gunaan
narkoba yaitu UU No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika dan UU No. 22 Tahun 1997
tentang Narkotika.
2.2.Kategori NAPZA
a. Berdasarkan jenisnya NAPZA digolongkan menjadi kategori :
1. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Menurut
3
Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 meliputi ekstasi, shabu-shabu, LSD, obat
penenang/obat tidur, obat anti depresi, dan anti psikosis. Jenis psikotropika salah
satunya Amphetamin, yaitu sekelompok zat/obat yang mempunyai khasiat sebagai
stimulant susunan syaraf pusat. Amfetamin bersifat menimbulkan rangsangan
serupa dengan adrenalin. Suatu hormon yang merangsang kegiatan susunan saraf
pusat dan meningkatkan kinerja otak. ATS yaitu (amfetamin Type Stimulant)
adalah nama sekelompok zat /obat yang mempunyai khasiat sama dengan atau
seperti amphetamin. Nama lainya yaitu Speed, Crystal, dan Ectasy. Shabu adalah
nama jalanan untuk Amphetamin
2. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semin sintetis yang menyebabkan pengaruh bagi penggunanya.
Pengaruh tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat,
halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan yang menyebabkan efek
ketergantungan bagi pemakainya. Jenis narkotika sendiri yaitu :
a. Opioda.
Opioda adalah sekelompok zat alamiah , semi sintetis atau sintetis yang mempunyai
khasiat farmakologi mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri, meliputi:
1. Opioda alamiah, yaitu Opium, Morfin dan Codein
2. Opioda semi sintetis, yaitu hidroMorfin dan heroin. Heroin adalah hasil
pemrosesan opioda alamiah dengan sedikit perubahan kimia.
3. Opioda sintetik meliputi meperidin, propoksifen, leforfanol dan, lefarolfan.
b. Morfin.
Morfin adalah opioda alamiah yang mempunyai daya analgesik yang kuat, berbentuk
kristal, berwarna putih dan berubah menjadi kecoklatan dan tidak berbau. Opium mentah
mengandung 4 - 21% Morfin. Sebagian Opium diolah menjadi Morfin dan Codein.
c. Codein.
Adalah alkaloida yang terkandung dalam Opium sebesar 0,7 – 2.5%, merupakan opioda
alami yang banyak digunakan untuk keperluan medis. Memiliki daya analgetik lemah
4
yaitu hanya seperduabelas daya analgetik Morfin. Codein di gunakan sebagai antitusif
(peredam batuk) yang kuat
d. Heroin/putaw
Heroin adalah opioda semi sintetis berupa serbuk putih yang berasa pahit.
e. Ganja, Marijuana,Cannabis sativa, Cannabis indica
Ganja adalah tumbuhan perdu liar yang tumbuh di daerah beriklim tropis dan subtropik,
komponen psikoaktif ganja adalah delta-9-tetra hydrocannabinol atau delta 9-THC. Kadar
THC ganja tertinggi terdapat pada pucuk bunga tanaman betina.
Selama tiga milenia orang-orang afrika dan asia menggunakan cannabis dalam berbagai
bentuk sediaan. Ada tiga bentuk sediaan yaitu Cannabis, Hashish, dan minyak hashis.
Marijuana adalah daun dan bunga kering pada tanaman cannabis dan umumnya memiliki
dampak yang paling ringan diantara ketiga bentuk sediaan Cannabis.
Kadar THC dari berbagai jenis ganja bervariasi dan juga tergantung dari kesuburan tanah
tempat tumbuhnya, jenis ganja yang di konsumsi mengandung THC sekitar 5% bila tanah
tempat penanaman subur dan perawatan tumbuhan baik, kadar THC dalam ganja dapat
mencapai 10%.
f. Metadon.
Metadon adalah opioda sintetis yang mempunyai daya kerja lebih lama dan lebih efektif
daripada Morfin dengan cara penggunaan ditelan. Metadon digunakan sebagai terapi
substitusi dalam Methadon Maintenace Programe, untuk mengobati ketergantungan pada
opioda.
g. Kokain.
Kokain adalah alkaloida dari daun tumbuhan erthroxilon coca. Sejenis tumbuhan yang
tumbuh di lereng gunung pegunungan Andes di Amerika selatan.
h. Crack.
Adalah saripati kokain yang mempunyai dampak ketergantungan lebih kuat daripada
kokain. Penggunaanya dihisap seperti rokok, nama lain di sebut Coke, Snow, Flake, dan
Rock
5
3. Zat adiktif lain
Zat adiktif lainnya adalah bahan lain bukan narkotika atau psikotropika yang
penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan.
Antara lain:
a. Alkohol (ethanol atau ethyl alcohol)
Adalah hasil fermentasi peragian karbohidrat dari bulir padi-padian, cassava, sari buah
anggur, nira. Kadar alkohol yang diperoleh dari hasil fermentasi adalah tidak lebih dari
14%. Alkohol yang disebut dengan methyl alcohol adalah jenis alkohol yang sangat
berbahaya. Kadar alkohol dari bir 3-5%. Wine 10-14%, whisky, rhum, gin, vodka, Brendi
antara 50%
b. Kafein, caffeine (1.3.7. Trimethyisantine).
Kafein adalah alkaloida yang terdapat dalam buah tanaman kopi. Biji kopi mengandung
1-2.5% kafein. Kafein juga terdapat pada minuman ringan.
c. Nicotine (Nicotina Tabacum L)
Terdapat pada tumbuhann tembakau dengan kadar sekitar 1-4%. Dalam setiap batang
rokok terdapat sekitar 1,1 mg nikotin. Nikotin menimbulkan ketergantungan. Dalam daun
tembakau, terdapat ratusaan jenis zat lainya selain dari nikotin.
d. Zat sedatif (penenang) dan hipnotika.
Yang tergolong sedatif/hipnotika adalah benzodiazepin meliputi antara lain : Temazepam,
Diazepam, Nitrazepam, klonazepam.
e. Halusinogen, yaitu sekelompok zat alamiah atau sintetik yang bila di konsumsi
menimbulkan dampak halusinasi.
f. Inhalansia yaitu zat-zat yang di sedot melalui hidung seperti:
1. Hidrokarbon alfatis dan solvent termasuk toluene yang (terdapat dalam perekat/lem,
pelumas, bensin, aerosol, dan semir sepatu)
2. Halogen Hidrokarbon termasuk Trichloretilena, tetrachloretilena (terdapat di minyak
pelumas)
3. Nitrit alifatis meliputi aminitri, isobutilnitrit dan butyl nitrit (semuanya terdapat pada
pengharum ruangan)
4. Keton meliputi aseton
5. Ester meliputi ethylasetat, amilacetat, buthylchetat dan propilacetat
6
Narkoba yang disalahgunakan biasanya tidak satu jenis melainkan kombinasi dari
beberapa jenis narkoba, pemakaian narkoba misalnya dengan minuman ringan atau dengan
minuman beralkohol untuk mendapatkan efek yang di inginkan.
b. Klasifikasi NAPZA Menurut Efek pada Pemakai
1. Stimulan
Yaitu zat yang merangsang sistem saraf pusat.
2. Depresan
Menekan sistem saraf pusat.
3. Halusinogen
Mengubah daya persepsi halusinasi.
2.3. Etiologi Penyalahgunaan Napza
Pada setiap kasus, ada penyebab yang khas mengapa seseorang menyalahgunakan
Napza dan ketergantungan. Hal ini berarti penyebab seseorang terjebak dalam perilaku ini
merupakan sesuatu yang unik dan tidak dapat disamakan begitu saja dengan kasus lainnya.
Namun beberapa penelitian terdapat beberapa faktor yang berperan pada penyalahgunaan
Napza. Diantaranya :
1. Faktor Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian tim UNIKA Atma Jaya dan Perguruan Tinggi
Kepolisian Jakarta Tahun 1995, terdapat beberapa tipe keluarga yang beresiko
tinggi anggota keluarganya (terutama anaknya yang remaja) terlibat
penyalahgunaan Napza yaitu :
a. Keluarga yang memiliki sejarah (termasuk orang tua) mengalami
ketergantungan Napza.
b. Keluarga dengan managemen keluarga yang kacau, yang terlihat dari
pelaksanaan aturan yang tidak konsisten dijalankan oleh ayah dan ibu
(misalnya, ayah bilang ya, ibu bilang tidak).
c. Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada upaya
penyelesaian yang memuaskan semua pihak yang berkonflik. Konflik
dapat terjadi antara ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu dan anak, maupun
antar saudara.
d. Keluarga dengan orang tua yang otoriter. Disini peran orang tua sangat
dominan, dengan anak yang hanya sekedar harus menuruti apa kata orang
7
tua, dengan alasan sopan santun, adat istiadat, atau demi kemajuan dan
masa depan anak itu sendiri tanpa diberi kesempatan untuk berdialog dan
menyatakan ketidak setujuannya.
e. Keluarga yang perfeksionis, yaitu keluarga yang menuntut anggotanya
mencapai kesempurnaan dengan standar tinggi yang harus dicapai dalam
banyak hal.
f. Keluarga yang neurosis yaitu keluarga yang diliputi kecemasan dengan
alasan yang kurang kuat, mudah cemas, dan curiga serta sering berlebihan
dalam menanggapi sesuatu.
2. Faktor Kepribadian
Kepribadian penyalahgunaan Napza juga turut berperan dalam perilaku ini.
Para remaja biasaya penyalahguna Napza memiliki konsep diri yang negative dan
harga diri yang rendah.
Perkembangan emosi yang terhambat dengan ditandai oleh ketidakmampuan
mengekspresikan emosinya secara wajar, mudah cemas, pasif agresif dan
cendrung depresi juga turut mempengaruhi.
Selain itu kemampuan remaja untuk memecahkan masalahnya secara adekuat
berpengaruh terhadap bagaimana ia mudah mencari pemecahan masalah dengan
melarikan diri. Hal ini juga berkaitan dengan mudahnya menyalahkan lingkungan
dan lebih melihat faktor-faktor diluar dirinya yang menentukan segala sesuatu.
Dalam hal ini, kepribadian yang dependen dan tidak mandiri memainkan peranan
penting dalam memandang Napza sebagai satu-satunya pemecahan masalah yang
dihadapi. Sangat wajar bila dalam usianya remaja membutuhkan pengakuan dari
lingkungan sebagai bagian pencarian identitas dirinya. Namun jika ia memiliki
kepribadian yang tidak mandiri dan menganggap segala sesuatunya harus
diperoleh dari lingkungan, akan sangat memudahkan kelompok teman sebaya
untuk mempengaruhinya menyalahgunakan Napza. Di sinilah sebenarnya peran
keluarga dalam meningkatkan harga diri dan kemandirian pada anak remajanya.
3. Faktor kelompok teman sebaya (per group)
Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan kelompok yaitu cara
teman-teman atau orang-orang seumur untuk mempengaruhi seseorang agar
berperilaku seperti kelompok itu. Tekanan kelompok dialami oleh semua orang
bukan hanya remaja, karena pada kenyataannya semua orang ingin disukai dan
8
tidak ada yang mau dikucilkan. Kegagalan untuk memenuhi tekanan dari
kelompok teman sebaya, seperti berinteraksi dengan kelompok teman yang lebih
popular, mencapai prestasi dalam bidang olah raga, social dan akademik, dapat
menyebabkan frustasi dan mencari kelompok lain yang dapat menerimanya.
Sebaliknya keberhasilan dari kelompok teman sebaya yang memiliki perilaku dan
norma yang mendukung penyalahgunaan Napza dapat muncul.
4. Faktor Kesempatan
Ketersediaan Napza dan kemudahan memperolehnya juga dapat dikatakan
sebagai pemicu. Indonesia yang sudah menjadi tujuan pasar narkotika
internasional, menyebabkan zat-zat ini dengan mudah diperoleh. Bahkan beberapa
media massa melansir bahwa para penjual narkotika menjual barang dagangannya
di sekolah-sekolah, termasuk sampai di SD. Penegakan hukum yang belum
sepenuhnya berhasil tentunya dengan berbagai kendalanya juga turut
menyuburkan usaha penjualan Napza Indonesia. Akhirnya, dari beberapa faktor
yang sudah diuraikan, tidak ada faktor yang satu-satunya berperan dalam setiap
kasus penyalahgunaan Napza. Ada faktor yang memberikan kesempatan dan ada
faktor pemicu. Biasanya, semua faktor itu berperan. Karena itu penanganannya
pun harus melibatkan berbagai pihak, termasuk keterlibatan aktif orang tua.
2.4. Ciri-Ciri Pengguna Napza
1. Fisik
a. Berat badan turun drastis.
b. Buang air besar dan kecil kurang lancar.
c. Mata cekung dan merah, muka pucat, dan bibir kehitam-hitaman.
d. Sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas.
e. Tangan penuh dengan bintik-bintik merah seperti bekas gigitan
nyamuk dan ada tanda bekas luka sayatan. Goresan dan perubahan
warna kulit ditempat bekas suntikan.
2. Emosi
a. Bila ditegur atau dimarahi, dia malah menunjukan sikap
membangkang.
b. Emosinya naik turun dan tidak ragu untuk memukul orang atau
berbicara kasar terhadap anggota keluarga atau orang disekitarnya.
9
c. Nafsu makan tidak menentu.
d. Sangat sensitive dan mudah bosan.
3. Perilaku
a. Bicara cedal atau pelo.
b. Jalan sempoyongan.
c. Malas dan sering melupakan tanggung jawab dan tugas-tugas
rutinnya.
d. Mengalami jantung berdebar-debar.
e. Menyalami nyeri kepala.
f. Mengalami nyeri/ngilu sendi-sendi.
g. Mengeluarkan air mata berlebihan.
h. Mengeluarkan keringat berlebihan.
i. Menunjukan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga.
j. Selalu kehabisan uang.
k. Sering batuk dan pilek berkepanjangan, biasanya terjadi pada saat
gejala “putus zat”.
l. Sering bohong dan ingkar janji dengan berbagai alasan.
m. Sering bertemu dengan orang yang tidak dikenal keluarga, pergi tanpa
pamit dan pulang lewat tengah malam.
n. Sering mengalami mimpi buruk.
o. Sering menguap.
p. Cenderung menarik diri.
q. Mencuri uang.
r. Takut air.
2.5. Akibat Penyalahgunaan Napza
Terdapat 3 aspek akibat langsung penyalahgunaan Napza yang berujung pada
menguatnya ketergantungan.
Secara fisik : pengguna Napza akan mengubah metabolism tubuh seseorang. Hal ini
terlihat dari peningkatan dosis yang semakin lama semakin besar dan gejala putus obat,
keduanya menyebabkan seseorang berusaha terus-menerus mengkonsumsi Napza.
Gejala Sakau :
1. Bola mata mengecil.
2. Hidung dan mata berair.
10
3. Bersin-bersin.
4. Menguap.
5. Banyak keringat.
6. Mual-mual.
7. Muntah.
8. Diare.
9. Nyeri tulang dan persendian.
Gejala Overdosis :
Overdosis atau kelebihan dosis terjadi akibat tubuh mengalami keracunan akibat obat.
OD sering terjadi bila menggunakan narkoba dalam jumlah banyak dengan rentang waktu
terlalu singkat, biasanya digunakan secar bersamaan antara putaw, pil, heroin digunakan
bersama alcohol. Atau menelan obat tidur seperti golongan barbiturate (luminal) atau obat
penenang (valium, xanax, mogadon).
Ciri-ciri overdosis :
1. Tidak ada respon.
2. Tidur mendengkur.
3. Bibir dan kuku membiru.
4. Tubuh dingin dan kulit lembab.
5. Kejang-kejang.
6. Adanya riwayat pemakaian morfin/heroin terdapat tanda bekas jarum suntik.
7. Frekuensi pernafasan < 12 kali/menit.
8. Penurunan kesadaran.
Secara psikis : berkaitan dengan berubahnya beberapa fungsi mental, seperti rasa
bersalah, malu dan perasaan nyaman yang timbul dari mengkonsumsi Napza. Cara yang
kemudian ditempuh untuk beradaptasi adalah dengan mengkonsumsi lagi Napza.
Secara social : dampak social yang memperkuat pemakaian Napza. Proses ini
biasanya diawali dengan perpecahan di dalam kelompok social terdekat seperti keluarga
(lihat faktor penyebab keluarga), sehingga muncul konflik dengan orang tua, teman-teman,
pihak sekolah atau pekerjaan. Perasaan dikucilkan pihak-pihak ini kemudian menyebabkan
si penyalahguna bergabung dengan kelompok orang-orang serupa, yaitu para penyalahguna
NAPZA juga. Semua akibat ini berujung pada meningkatkannya perilaku penyalahgunaan
NAPZA.
11
2.6. Peran Keluarga dalam Mencegah Terjadinya Penyalahgunaan Narkoba
Pencegahan penyalahgunaan Narkoba adalah upaya yang dilakukan terhadap faktor-
faktor yang berpengaruh atau penyebab baik secara langsung atau tidak langsung. Dengan
tujuan agar seseorang atau sekelompok masyarakat mengubah keyakinan, sikap, dan
perilakunya sehingga tidak memakai narkoba atau berhenti memakai narkoba. Keluarga
adalah lingkungan pertama dan utama dalam membentuk dan mempengaruhi keyakinan,
sikap dan perilaku seseorang terhadap pengguna narkoba. Langkah-langkah yang dapat
dilakukan diantaranya :
1. Bangun keluarga harmonis.
2. Mendengarkan secara aktif.
Orang tua perlu melatih cara mendengar aktif. Ulangi pernyataan sebagai tanda anda
paham apa yang diungkapkan anak. Perhatikan bahasa tubuh anak (mimic, muka, gerakan
tubuh) saat berbicara. Jika bertentangan perhatikan bahasa tubuh yang menyatakan isi hati
yang sebenarnya.
3. Orang tua sebagai teladan
Berhentilah merokok, minum minuman beralkohol atau memakai narkoba. Buang
semua peralatan dan persediaan rokok atau minuman beralkohol. Perlihatkan kemampuan
orang tua berkata tidak terhadap hal-hal yang bertentangan dengan hati nurani. Hormati
hak-hak anak dan orang lain. Hidup secara tertib dan teratur.
4. Kembangkan kemampuan anak tolak narkoba
Beritahu anak mengenai haknya melakukan sesuatu yang cocok bagi dirirnya. Jika
ada teman yang memaksa atau membujuk, ia berhak menolaknya. Bimbing anak mencari
kawan sejati yang tidak menjerumuskannya. Cari peluang untuk mengajarkan anak
mengenai bahaya narkoba dengan menggunakan nalar sehat. Hindari cara menakut-nakuti
dalam member nasehat. Ajarkan anak menolak tawaran memakai narkoba. Ketahui jadwal
kegiatan anak, siapa kawan-kawannya tetapi jangan bertindak seperti polisi di rumah.
5. Dukung kegiatan anak yang sehat dan kreatif
Dukung kegiatan anak di sekolah, berolahraga, menyalurkan hobi, bermain music dan
sebagainya. Tanpa menuntut prestasi atau harus menang. Libatkan diri dalam kegiatan
anak. Anak menghargai saat orang tua melibatkan diri dalam kegiatan mereka, tanpa terlalu
banyak ikut campur dalam keputusan yang diambil anak.
6. Buat kesepakatan tentang norma dan peraturan
12
Anak menginginkan kehidupan yang teratur. Ia belajar bertanggung jawab jika
ditetapkan aturan bagi perilaku dan kegiatannya sehari-hari. Tetapkan hal itu bersama anak
secara adil dan tuliskan peraturan-peraturan itu secara singkat dan jelas.
Yang penting untuk dihindari :
a. Menghakimi atau menuduh .
b. Merasa benar sendiri.
c. Terlalu banyak member nasehat atau ceramah.
d. Sikap seolah-olah mengetahui semua jawaban.
e. Mengkritik atau mencela
f. Menganggap enteng semua persoalan anak. Hindari kata-kata negative ;
harus, jangan, tidak boleh. Gunakan kalimat terbuka seperti contoh :
2.7. Penanggulangan Masalah NAPZA
Penanggulangan masalah NAPZA dilakukan mulai dari pencegahan, pengobatan
sampai pemulihan (rehabilitasi).
1. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan, misalnya dengan :
a. Memberikan informasi dan pendidikan yang efektif tentang NAPZA.
b. Deteksi dini perubahan perilaku.
c. Menolak tegas untuk mencoba (“say no to drugs”) atau katakan tidak pada narkoba”.
2. Pengobatan
Terapi pengobatan pada klien NAPZA misalnya detossifikasi. Detoksifikasi adalah
upaya untuk mengurangi atau menghentikan gejala zat, dengan dua cara yaitu :
a. Detoksifikasi tanpa subsitusi
Klien ketergantungan putau (heroin) yang berhenti menggunakan zat yang mengalami
gejala putus zat tidak diberi obat untuk menghilangkan gejala putus zat tersebut. Klien
hanya dibiarkan saja sampai gejala putus zat tersebut berhenti sendiri.
b. Detoksifikasi dengan substitusi
Putau atau heroin dapat disubstitusi dengan memberikan jenis opiate misalnya kodein,
bufremorfin dan metadon. Substansi bagi pengguna sedative-hipnotik dan alcohol dapat
dari jenis anti ansietas misalnya diazepam. Pemberian substitusi asalah dengan cara
penurunan dosis secara bertahap sampai berhenti sama sekali. Selama pemberian substitusi
dapat juga diberikan obat yang ditimbulkan akibat putus zat trsebut.
3. Rehabilitasi
13
Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan terpadu melalui
pendekatan non medis, psikologis, social dan religi agar pengguna NAPZA yang menderita
sindrom ketergantungan dapat mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin.
Tujuannya pemulihan dan pengembangan pasien baik fisik, mental, social dan spiritual.
Sarana rehabilitasi yang disediakan harus memiliki tenaga kesehatan sesuai dengan
kebutuhan. (Depkes, 2001)
2.8. Prinsip penatalaksanaan Keperawatan
a. Prinsip Biopsikososiospiritual ( Struart Sundeen )
Biologis :
Tindakan biologis dikenal dengan detoksifikasi yang bertujuan untuk
( 1 ) Memberikan asuhan yang aman dalam “ withdrawl “ (proses penghentian) bagi klien
pengguna NAPZA.
( 2 ) Memberikan asuhan yang humanistik dan memelihara martabat klien.
( 3 ) Memberikan terapi yang sesuai. Setelah detoksifikasi tercapai, mempertahankan
kondisi bebas dari zat adiktif, dimana terapi farmakologis harus diunjang oleh terapi yang
lainnya.
Psikologis :
Bersama klien mengevaluasi pengalaman yang lalu dan mengidentifikasikan aspek
positifnya untuk dipakai mengatasi kegagalan.
Sosial :
- Konseling Keluarga
Keluarga sering frustasi menghadapi klien dan tidak mengerti sifat dan proses adiksi
sehingga seringkali melakukan hal yang tidak teraupetik terhadap klien. Keluarga sering
melindungi klien dari dampak adiksi, meminta anggota keluarga lain untuk memaafkan
klien. Menyalahkan diri sendiri, menghindari konfrontasi yang semuanya
menyebabkanklien meneruskan pemakaian zat adiktif. Masalah yang dihadapi
klienmenimbulkan dampak bagi keluarga seperti rasa tidak aman, malu, rasa bersalah,
masalah keuangan, takut dan merasa diisolasi. Oleh karena itu perawat perlu mendorong
keluarga untuk mengikuti pendidikan kesehatan tentang proses penggunaan dan
ketergantungan, gejala putus zat, gejala relapse, tindakan keperawatan, lingkungan
teraupetik, dan semua hal yang terkait dengan pencegahan relapse di rumah.
- Terapi Kelompok
Terdiri dari 7-10 orang yang difasilitasi oleh terapist, kegiatan yang dilakukan adalah tiap
anggota bebasa menyampaikan riwayat sampai terjadinya adiksi, upaya yang dilakukan
14
untuk berhenti memakai zat, kesulitan yang dihadapi dalam melakukan program perawatan,
terapist dan anggota kelompok memberikan umpan balik dengan jujur dan dapat menambah
pengalaman masing-masing.
- Self help group
Self help group adalah kelompok yang anggotanya terdiri dari klien yang berkeinginan
bebas dari zat adiktif, dukungan antara anggota akan memberi kekuatan dan motivasi untuk
bebas dari zat adiktif.
b. Prinsip Community Therapeutik ( Ana Keliat )
Pada tempat ini klien dilatih untuk merubah perilaku kearah yang positif, sehingga
mampu menyesuaikan dengan kehidupan di masyarakat. Hal ini dapat dilakukan bila
klien diberi kesempatan mengungkapkan masalah pribadi dan lingkungan. community
teraupetik melakukan intervensi untuk mengatasinya.
Beberapa metode yang dilakukan :
- Slogan yang berisi norma atau nilai ke arah positif.
- Pertemuan pagi (moorning Meeting) yang diikuti oleh seluruh staf dan klien untuk
membahas masalah individu, interaksi antar klien dan kelompok.
- “Talking to “ : metode yang digunakan untuk saling memperingatkan dengan cara
yang ramah sampai yanng keras.
- Learning experience yaitu pemberian tugas yang bersifat membangun untuk merubah
perilaku negatif.
- Pertemuan kelompok
- Pertemuan Umum ( general meeting )
c.Prinsip Prestasi ( Yosep )
P Prayer ( religious
)
- Pemberian ceramah agama
- Menyediakan bacaan buku-buku agama yang memotivasi
hidup.
- Kolaborasi dalam Psychoreligius terapy.
- Menjelaskan prinsip-prinsip kesuksesan hidup menurut
konsep agama yang diyakini.
- Menjelaskan tanggung jawab yang harus dipukul apabila
melanggar norma agama.
- Menjelaskan kisah-kisah orang saleh yang diridoi tuhan
15
sebagai suri tauladan.
- Diskusi keagamaan, pengajian, seminar keagamaan.
- Dsb.
R Reconciliation of
family
- Diskusi dengan keluarga
- Mengajarkan komunikasi assertif pada keluarga
- Melibatkan anggota keluarga dalam terapi.
- Penyuluhan tentang proses, dampak dan penatalaksanaan
adiksi.
- Motivasi keluarga untuk membantu klien mampu jujur
bila sugestinya datang.
- Diskusikan upaya keluarga membantu klien mengurangi
sugesti.
- Bantu suasana mendukung keakraban dirumah.
- Identifikasi penerimaan keluarga terhadap masalah.
- Bantu menerima masalah.
- Identifikasi harapan untuk sembuh total.
- Diskusikan arti kesembuhan
- Identifikasi pola asuh dalam keluarga
- Bantu keluarga latihan mengucapkan kata-kata yang
menghargai dan mendukung klien untuk berhenti.
- Bantu menyembunyikan klien dari penggunaan zat.
- Bantu memutuskan hubungan dengan pengguna zat.
- Diskusikan untuk menghargai usaha klien tidak
berhubungan lagi dengan pengguna zat. DSb
E Environment
Condusif
- Menghindari orang yang adiksi.
- Menjauhi tempat-tempat yang berkaitan dengan adiksi.
- Mencari lingkungan pergaulan baru.
- Mencari teman dekat dengan kemampuan prestasi yang
tinggi.
- Hijrah menuju tempat tinggal yang lebih kondusif untuk
maju.
- Bergaul dengan orang-orang yang berprestasi.
- Bantu mengidentifikasikan teman bukan pengguna zat.
16
- Beri dukungan akan harapan bergaul lebih banyak
dengan bukan pengguna zat. Dsb
S Say No! (don’’t
Try)
- Tidak pernah mencoba ( bagi yang belum terkena )
- Belajar mengungkapkan kata-kata tidak
- Belajar berfikir positif dan bersikap optimis
- Bantu klien menilai faktor negatif bila kontak dengan
sesama pengguna zat.
- Bantu klien mengakhiri hubungan dengan teman
pengedar.
- Bantu klien menghindari penggunaan zat lain. Dsb
T Time
Management
- Membuat jadwal kegiatan harian
- Mencatat kegiatan harian
- Melakukan evaluasi kegiatan harian setiap menjelang
tidur.
- Memberikan kegiatan secara bertahap sesuai dengan
kebutuhan pasien.
- Memberikan reinforcement prestasi yang dicapai pasien
- Mengikutsertakan klien dalam kegiatan pertemuan
kelompok setiap pagi : diberi tugas membacaberita yang
aktual, serta dibahas bersama klien lain.
- Mengikutsertakan dan membuat jadwal pada jam-jam
tertentu.
- Mengikutsertakan klien pada seminar dengan topik-topik
tertentu seperti AIDS, dampak zat adiktif, cara hidup
sehat. Dsb
A Activity of
Dynamic
- Membuat target prestasi ahrian.
- Meniru orang-orang sukses dalam menghabiskan waktu
setiap hari.
- Menjelaskan kiat-kiat mengusir kemalasan
- Diskusikan cara mengalihkan pikiran dari sugesti ingin
menggunakan zat dengan menciptakan sugesti yang lebih
positif
- Identifikasi potensi/hobi/aktivitas yang menyenangkan.
17
- Diskusikan manfaat aktivitas.
- Bantu merencanakan aktivitas ( susun jadwal )
- Motivasi untuk melakukan aktivitas masalah dengan
memulai segera.
- Motivasi untuk mengatsi bosan dengan selingan istirahat
saat beraktivitas. Dsb.
S Subject for
Future
- Membuat perencanaan tahunan
- Mencari, mengidentifikasi tokoh idola yang dikagumi
klien
- Mempelajari riwayat hidup orang-orang sukses
- Latihan menggunakan kata-kata, “ingin hidup sehat “,
masa depan penting,”masih ada harapan”.Dsb
I Information of
impact drug
abuse
- Menunjukkan angka-angka statistik korban NAPZA.
- Menunjukkan hasil-hasil penelitian pengaruh NAPZA
terhadap timbulnya penyakit kronis.
- Menjelaskan hubungan antara
prestasi,kekayaan,kedudukan,kebahagian dengan
perilaku masa lalu.
- Menjelaskan bahwa banyak prestasi yang dicapai orang
lain yang tidak mengggunakan NAPZA.Dsb
18
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
3.1. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis
terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisa sehingga masalah kesehatan yang dihadapi
oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan
pada fisiologis, psikologis, social ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan. Dalam tahap
pengkajian ada lima kegiatan yaitu : pengumpulan data, pengolahan data, analisa data,
perumusan atau penentuan masalah kesehatan masyarakat dan prioritas masalah.
Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi :
a) Data Inti, meliputi : riwayat atau sejarah perkembangan komunitas, data demografi,
vital statistic, status kesehatan komunitas
b) Data lingkungan fisik, meliputi : pemukiman, sanitasi, fasilitas, batas-batas
wilayah, dan kondisi geografis
c) Pelayanan kesehatan dan social, meliputi : pelayanan kesehatan, fasilitas social
(pasar, toko, dan swalayan)
d) Ekonomi, meliputi : jenis pekerjaan, jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan,
jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan, jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga
dan lanjut usia.
e) Keamanan dan transportasi
f) Politik dan keamanan, meliputi : system pengorganisasian, struktur organisasi,
kelompok organisasi dalam komunitas, peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan
g) Sistem komunikasi, meliputi : sarana untuk komunikasi, jenis alat komunikasi yang
digunakan dalam komunitas, cara penyebaran informasi
h) Pendidikan, meliputi : tingkat pendidikan komunitas, fasilitas pendidikan yang
tersedia, dan jenis bahasa yang digunakan
i) Rekreasi, meliputi : kebiasaan rekreasi dan fasilitas tempat rekreasi
19
3.2. Analisa Data
Contoh Kasus :1. Di desa sarirejo rt 2 diketahui bahwa memiliki jumlah 41 KK dengan proporsi Keluarga
RT 2 yang punya anak sekolah/remaja 21 ( 51,22% ), Usia anak dan remaja saat ini, 6
– 11 tahun : 9( 27,27% ), 12 – 15 tahun : 13(39,39% ), 16 – 21 tahun : 11 ( 33,34% )
Proporsi pendidikan anak saat ini SD : 9(27,27 %)SMP: 10(30,330 %) SMA : 6(18,18
%) tidak sekolah : 8(24,25%) Remaja yang tidak ada kegiatan tertentu 13 ( 54,16%)
Penggunaan waktu luang anak sekolah dan remaja, Music/TV 19 (90,48%), Keagamaan
2 ( 9,52%) Kebiasaan anak sekolah dan remaja Merokok 11( 45,83% ).
Warga RT 2 mengatakan tidak ada kegiatan karang taruna di tempatnya sehingga para
remaja tidak memiliki aktivitas yang terarah, di RT 2 masih banyak remaja usia sekolah
yang putus sekolah, biasanya remaja rt 2 lebih sering nongkrong-nongkrong malam hari
di beberapa tempat. Warga juga mengeluhkan resah sering ada perselisihan antara genk
motor yang ada d RT 2.
No Data Etiologi Masalah1 DS :
Warga mengatakan masih banyak
anak yang putus sekolah
Warga mengatakan tidak ada
kegiatan karangtaruna
DO :
1.Keluarga RT 2 yang punya anak
sekolah/remaja 21 ( 51,22% )
2. Usia anak dan remaja saat ini, 6 –
11 tahun : 9( 27,27% ), 12 – 15
tahun : 13(39,39% ), 16 – 21 tahun
: 11 ( 33,34% )
3. Proporsi pendidikan anak saat ini
SD : 9(27,27 %)SMP: 10(30,330
%) SMA : 6(18,18 %) tidak
kurangnya pengetahuan tentang efek bahaya dari penggunaan narkoba dan sikap yang salah terhadap NAPZA
Resti Penyalahgunaan NAPZA pada warga
20
2
3.
sekolah : 8(24,25%)
DS :
Para remaja mengatakan kegiatan
sehari-hari di waktu luang adalah
menonton TV.
Para remaja mengatakan biasa
nongkrong di pinggir jalan saat
malam hari sampai pagi.
DO :
1. Remaja yang tidak ada kegiatan
tertentu 13 ( 54,16%)
2. Penggunaan waktu luang anak
sekolah dan remaja, Music/TV 19
(90,48%), Keagamaan 2 ( 9,52%)
DS :
Warga mengatakan resah ada 2
kelompok genk motor yang sering
berseteru 1 bulan terakhir ini
DO :
1.Remaja yang tidak ada kegiatan
tertentu 13 ( 54,16%)
2.Kebiasaan anak sekolah dan remaja
Merokok 11( 45,83% )
kurang kondusifnya lingkungan (terdapat banyak tempat kumpul anak muda yang biasanya digunakan sampai pagi)
peningkatan penyalahgunaan NAPZA pada remaja
Risiko peningkatan penyalahgunaan NAPZA pada warga terutama anak muda
Resiko peningkatan perilaku kekerasanPada remaja
21
3.3. Diagnosa Keperawatan1. Resti Penyalahgunaan NAPZA pada warga berhubungan, kurangnya
pengetahuan tentang efek bahaya dari penggunaan narkoba dan sikap yang
salah terhadap NAPZA
2. Risiko peningkatan penyalahgunaan NAPZA pada warga terutama anak muda
berhubungan kurang kondusifnya lingkungan (terdapat banyak tempat
kumpul anak muda yang biasanya digunakan sampai pagi)
3. Risiko peningkatan perilaku kekerasan pada remaja berhubungan dengan
peningkatan penyalahgunaan NAPZA pada remaja
22
3.4.Rencana Asuhan Keperawatan Komunitas
No Diagnosa Tujuan Sasaran Rencana Kegiatan Hari/
Tanggal
Tempat Evaluasi
Kriteria
Hasil
Standar
1. Resti
Penyalahgunaan
NAPZA pada
warga
berhubungan,
kurangnya
pengetahuan
tentang efek bahaya
dari penggunaan
narkoba dan sikap
yang salah terhadap
NAPZA
Setelah
dilakukan
kunjungan 2x
;pengetahuan
masyarakat
mengenai
bahaya
penggunaan
NAPZA
semakin
meningkat
dan
menunjukkan
perubahan
sikap dalam
penggunaan
Seluruh
warga
(terutam
a anak
muda)
1. deteksi dini penyalahgunaan
NAPZA pada remaja
2.Melakukan penyuluhan tentang
jenis jenis dari napza, bahaya dari
penyalahgunaan napza dan cara
penanggulangannya
3. Menyebarkan poster-poster yang
berisikan bahaya dari
penyalahgunaan napza di jalan-
jalan RW 03
4. memotivasi masyarakat untuk
mendisikusikan modifikasi
lingkungan fisik dan kebiasaan
yang meningkatkan resiko
penyalahgunaan NAPZA
Balai
RW
Remaja
yang
menyalahg
unakan
napza
menjadi
berkurang
90 % dari warga
mengetahui
bahaya napza
dan berusaha
menghindarinya
23
NAPZA
2. Risiko peningkatan
penyalahgunaan
NAPZA pada
warga terutama
anak muda
berhubungan
kurang kondusifnya
lingkungan
(terdapat banyak
tempat kumpul
anak muda yang
biasanya digunakan
sampai pagi)
Remaja dan
warga
mampu
memahami
bagaimana
pengaruh
lingkungan
terhadap
sikap yang
mengarah
kepada
penyalahgun
aan NAPZA
Seluruh
warga
remaja
1.Melakukan penyuluhan tentang
jenis-jenis serta efek NARKOBA,
penyakit-penyakit yang dapat
diakibatkan dari ketergantungan
napza dan cara penanggulangan
ketergantungan napza
2.memberikan informasi kepada
warga bahwa penjualan NAPZA
juga termasuk kedalam
penyalahgunaan NAPZA yang
dapat meningkatkan peluang bagi
masyarakat lain dalam
penyalahgunaan NAPZA
3. Memotivasi dan memfasilitasi
warga yang positif ketergantungan
napza untuk mengikuti program
pemutusan ketergantungan napza
4. diskusikan bersama warga
mengenai lingkungan dan
bagaimana menciptakan
Balai
RW
Warga
mampu
memaham
i
bagaimana
prosen
peningkata
n
penyalahg
unaan
Napza dan
apa saja
yang
termasuk
faktor
pendukun
gnya
80 % warga
yang memiliki
resiko
penyalahgunaan
napza dapat
menghindari
lingkungan yang
rentan terhadap
penyalahgunaan
Napza
24
lingkungan yang lebih kondusif
5.membangun sistem pelaporan,
informasi, tentang masalah napza
di lingkungan masing-masing
dengan tenaga kesehatan dan
aparat penegak hukum.
3 Risiko peningkatan
perilaku kekerasan
pada remaja
berhubungan
dengan peningkatan
penyalahgunaan
NAPZA pada
remaja
Warga
mampu
memahami
pengaruh
NAPZA
terhadap
psikologis
remaja
Warga
khususn
ya
remaja
1.meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang napza dan
bahayanya.
2.Meningkatkan keamanan
lingkungan, pengawasan untuk
tidak memberi ruang gerak bagi
para pengedar napza.
3.Meningkatkan kegiatan agama
dan kegiatan yang positif di
lingkungan masing-masing.
4.memotivasi keluarga untuk
meningkatkan koping keluarga dan
dukungan keluarga terhadap remaja
Balai Perilaku
kekerasan
semakin
berkurang
pada
masyaraka
t
Remaja dan
masyarakat pada
umumnya
paham tentang
efek negatif
kekerasan dan
bagaimana
menghindari
tindakan
kekerasan
25
BAB IV
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Proporsi penyalahguna NAPZA dikalangan remaja sangat besar. Dimana faktor – faktor yang berhubungan dengan
terjadinya penyalahgunaan NAPZA dikalangan remaja terdiri dari karakteristik jenis kelamin dan umur serta pengetahuan ;
faktor lingkungan dalam keluarga yaitu variabel komunikasi ;serta faktor lingkungan di luar keluarga yaitu variabel
pergaulan teman sebaya dan penggunaan waktu luang.
4.2.Saran
1. Bagi dinas pendidikan perlu ditingkatkan program penyalahgunaan NAPZA kepada remaja-remaja yang mulai
mengenal lingkungan luar dengan melibatkan departemen kesehatan,kehakiman dan kepolisian.
2. Memberikan informasi kepada orang tua untuk mencari pemecahan dalam mencegah terjadinya penyalahgunaan
NAPZA.
3. Bagi orang tua perlu lebih ditingkakan pengawasan terhadap anak terutama pada kegiatan diluarnya.
26
DAFTAR PUSTKA
E.Doenges, Marilyn. dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.
Singgih D. Gunarsa. 2000. Psikologi Praktis Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.
Sumiati, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA. Jakarta : Trans Info
Media.
Wirawan Sarwono, Salito. 1989. Psikologi Remaja. Jakarta : CV. Rajawali.
Yatim,D.I. dkk., (eds). 1986. Keperibadian Keluarga dan Narkotika: Tinjauan Sosial. Bandung : Accan.
27