museum gethuk word
DESCRIPTION
contoh karya tulisTRANSCRIPT
LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA TINGKAT NASIONAL 2013
TEMA :
MEWUJUDKAN WORLD CLASS CIVIC UNIVERSITY BERBASIS KEARIFAN LOKAL PEDESAAN
JUDUL :
MUSEUM GETHUK - WAHANA EDUKULINER PELESTARIAN MAKANAN KHAS BANYUMAS
PENULIS :
1. Asa Dayah Febriani (B1J011130)2. Faisal Anggi Pradita (B1J010012)3. Tyas Ayu Prihatiningrum (B1J012058)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2013
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanallahu Wa Ta’ala yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ini yang berjudul “Museum Getuk - Wahana
Edukuliner Pelestarian Makanan Khas Banyumas”. Karya tulis ini ditulis
dalam rangka mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional Unsoed 2013
memperingati Dies Natalis Unsoed ke-50.
Kami menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. Agus Nuryanto, S. Si., M.Si selaku Pembantu Dekan III Fakultas Biologi
Universitas Jenderal Soedirman yang telah memberikan dukungan selama
penyusunan karya tulis
2. Dra Hexa Apriliana, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
saran, arahan, bimbingan dan motivasi selama penyusunan karya tulis ini.
3. Sri Sugiarti selaku ibunda dari ketua tim dan narasumber informasi primer.
4. Teman-teman di UKMI (Unit Kegiatan Mahasiswa Islam), dan Struktur
Perkembangan Tumbuhan crew yang telah memberikan motivasi selama
penyusunan karya tulis ini.
Penulis menyadari karya tulis ini masih kurang dari kesempurnaan, untuk
itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan
demi kesempurnaan karya tulis ini di masa yang akan datang. Semoga karya tulis
ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Purwokerto, November 2013
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................v
ABSTRAK.........................................................................................................vi
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Perumusan Masalah................................................................................2
C. Tujuan.....................................................................................................2
BAB II. TELAAH PUSTAKA..........................................................................3
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN.........................................................7
BAB IV. ISI
1. Analisis ..................................................................................................8
2. Kesimpulan ..........................................................................................13
3. Saran......................................................................................................13
DAFTAR REFERENSI....................................................................................14
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Pengenalan Museum Gethuk.................................................10
v
Museum Getuk - Wahana Edukuliner Pelestarian Makanan Khas
Banyumas
Asa Dayah Febriani, Faisal Anggi Pradita, Tyas Ayu Prihatiningrum
Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
Abstrak : Gethuk merupakan salah satu makanan khas Sokaraja, Banyumas yang
termasuk dalam makanan khas. Makanan khas merupakan jenis makanan
tradisional yang memiliki nilai budaya khas Indonesia. Pelestarian terhadap
budaya pangan lokal perlu dilakukan, karena semakin banyaknya berbagai nilai
budaya pangan milik Indonesia yang diakui oleh negara lain. Kegiatan pelestarian
ini perlu ada kerjasama antara berbagai instansi ataupun lembaga, baik dari
pemerintahan hingga ke lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan dalam hal ini
yang memiliki potensi kuat dalam menjaga nilai budaya pangan lokal ialah
perguruan tinggi. Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) sebagai salah satu
instansi pendidikan tinggi, memiliki potensi dalam menjaga kelestarian budaya
pangan lokal di daerah sekitarnya, seperti gethuk goreng khas Sokaraja. Hal ini
sejalan dengan peranan keunggulan IPTEKS (Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan
Seni) dalam memajukan sumberdaya pedesaan dan kearifan lokal. Solusi dari
kelompok kami ialah berupa adanya wahana edukuliner yakni, Museum Gethuk.
Museum Gethuk ini memiliki fungsi dalam mengenalkan salah satu makanan
tradisional gethuk goreng. Kegiatan pengenalan ini dapat dilakukan melalui
berbagai link atau relasi yang dimiliki oleh Unsoed, sehingga gethuk goreng dapat
dikenal sebagai kekayaan warisan budaya pangan bangsa. Keberadaan museum
gethuk diharapkan memiliki potensi sebagai icon dari Unsoed, sehingga prospek
jangka panjangnya Unsoed berpartisipasi aktif dalam ketahanan pangan Indonesia.
Keunggulan lainnya melalui proses kerjasama ini, membuka peluang makanan
tradisional untuk dikenal, bahkan dipasarkan secara Internasional.
Kata Kunci : Gethuk, Makanan khas, Edukuliner, Museum, dan Icon
vi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Getuk goreng menurut narasumber Ibu Sri Sugiarti adalah salah satu
makanan khas Sokaraja, Banyumas yang terbuat dari singkong dan gula jawa
yang dicairkan. Tahun 1912, getuk Sokaraja yang pertama kali dibuat bukan
getuk goreng, tetapi getuk kamal atau yang kini dikenal dengan nama getuk
basah. Nama kamal diambil dari bahasa Jawa yang artinya buah asem. Hal
tersebut dikarenakan warung getuk berada di bawah pohon asem. Getuk
kamal pertama kali dibuat oleh Bapak Kartadikrama. Beliau adalah pemilik
warung nasi dan makanan khas dari Banyumas, termasuk getuk kamal.
Gethuk goreng sudah dikenal oleh para wisatawan kuliner sebagai
makanan tradisional sokaraja, dan banyumas. Menurut Winarno (1993)
makanan tradisional adalah makanan yang pekat dengan budaya dan tradisi
setempat. Nilai budaya yang terkandung dalam gethuk berasal dari bahan
yang digunakan dan dari proses pembuatannya. Kentalnya nilai budaya
gethuk goreng berpengaruh terhadap meningkatnya nilai produksi dan
konsumsi, serta nilai ekonomi gethuk. Peningkatan nilai tambah gethuk
memicu semakin beragamnya selera konsumen dan juga variasi rasa gethuk.
Menurut Sabana (2007) keberadaan nilai tradisional dalam suatu
makanan perlu dilestarikan dan dikembangkan. Pelestarian nilai tradisional
meliputi dari menjadikan makanan tersebut sebagai ciri khas dari suatu
daerah ataupun dengan adanya sebuah pusat kajian. Pusat kajian terhadap
makanan tradisional pernah dibuat oleh Depdikbud, dan beberapa provinsi
seperti Daerah Istimewa Yogyakarta. Proses pelestarian suatu makanan khas
terutama gethuk goreng Sokaraja harus melibatkan beberapa instansi terkait.
Instansi berupa pemerintahan seperti Dinas Pendidikan dan Kebudayaan,
Dinas pariwisata, ataupun instansi pendidikan seperti sekolah dan perguruan
tinggi di suatu wilayah.
Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) sebagai suatu instansi
perguruan tinggi berbasis pengembangan IPTEKS diharapkan terlibat dalam
pelestarian gethuk goreng. Hal ini tak lepas dari peran perguruan tinggi dalam
1
tridharma perguruan tinggi, yakni pengabdian kepada masyarakat. Selain itu,
berdasarkan Arahan Pengembangan Unsoed - Visi Unsoed 2020 ialah sebagai
world class civic university yang artinya memiliki keunggulan IPTEKS
dengan berbasis sumberdaya dan kearifan lokal pedesaan (Yuwono, 2011).
Berdasarkan visi Unsoed, dan pentingnya pelestarian gethuk goreng Sokaraja
yang saling berkaitan, maka kami menwarkan solusi berupa Museum Gethuk.
Museum gethuk merupakan wahana edukuliner dalam bingkai world class
civic university. Artinya wahana ini selain sebagai program pembelajaran
(education) juga berkaitan dengan pengembangan kebudayaan kuliner.
Program jangka panjang dari museum gethuk ini tak lain ialah menjadi
sebuah icon bagi Unsoed, sama seperti pusat kajian makanan tradisional di
UGM dan Universitas Udayana, Bali.
B. Perumusan Masalah
Budaya kuliner merupakan warisan nilai-nilai tradisional di kalangan
masyarakat. Nilai budaya yang muncul bukan saja berasal dari rasa, namun
juga dari proses pembuatannya. Gethuk goreng Sokaraja sebagai makanan
khas daerah Banyumas, bahkan Jawa Tengah memiliki potensi untuk dijaga
dan dikembangkan sehingga suatu saat nanti akan memiliki nilai lebih
mampu bersaing secara global. Berdasarkan, latar belakang tersebut, maka
dapat dirumuskan permasalahan terkait pembuatan Museum Gethuk dan
hubungannya dengan visi Unsoed 2020:
1. Apakah manfaat dari keberadaan Museum Gethuk Unsoed dalam
pengembangan world class civic university?
2. Bagaimanakah prospek Museum Gethuk Unsoed dalam
mengembangkan nilai budaya kearifan lokal dan sumberdaya daerah
sekitarnya?
C. Tujuan Penulisan
Penulisan karya tulis ilmiah mahasiswa ini bertujuan memberikan
informasi tentang pentingnya pelestarian budaya kuliner terutama Gethuk
Goreng Sokaraja, dan mengenalkan konsep wahana edukuliner berupa
Museum Gethuk Unsoed yang bekerjasama dengan elemen masyarakat.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Kajian World Class Civic University
Universitas Jenderal Soedirman yang terletak di Purwokerto, Banyumas,
Jawa Tengah juga memiliki visi dan misi untuk menuju World Class
University. Akan tetapi visi yang dimiliki Universitas Jenderal Soedirman
ini lebih spesifik yaitu menjadi World Class Civic University yang memiliki
keunggulan ipteks yang relevan untuk pengembangan sumberdaya pedesaan
dan kearifan lokal yang berkelanjutan. Menurut Yuwono (2011) lagi yaitu
dalam Visi Unsoed 2020 adalah “Unsoed menjadi World Class Civic
University yang unggul dalam penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi
dan/atau seni yang relevan dengan pengembangan sumber daya perdesaan
berkelanjutan dan penggalian serta pemanfaatan kearifan lokal”.
Jalan menuju World Class University bukanlah sesuatu yang mudah,
sebab untuk menjadi world class haruslah sempurna dalam infrastructure,
performance, services, dan juga expertise ditambah lagi mengenai Quality
Culture, Autonomy, dan indikator-indikator yang lain. Selain itu, sarana dan
prasarana yang mendukung, sumber daya manusia yang berkualitas dan
profesional, pengembangan sumberdaya pedesaan dan kearifan lokal yang
berkelanjutan, juga diperlukan prestasi-prestasi yang membanggakan guna
meningkatkan citra universitas dalam mewujudkan visi tersebut
(Adjisoedarmo, 2010).
Makna dari World Class University itu sendiri yaitu "World class" atau
kelas dunia menurut maknanya adalah "ranking among the foremost in the
world, of an international standard of excellence" (menduduki ranking di
antara yang terdepan di dunia, mempunyai standart keunggulan
internasional). “Civic University” artinya universitas yang berbasis
pedesaan, dalam artian mampu memecahkan permasalahan yang ada dan
pengembangan sumberdaya pedesaan serta mampu mempertahankan
kearifan lokal secara berkelanjutan. Menurut Albach (2005) dalam The
Costs and Benefits of World Class Universities, ‘World Class University‘
3
adalah universitas yang memiliki ranking utama di dunia dan memiliki
standar internasional dalam keunggulan (exellence) yang mencakup:
1. Keunggulan dalam riset yang diakui masyarakat akademis internasional
melalui publikasi internasional.
2. Keunggulan dalam tenaga pengajar (profesor) yang berkualitas tinggi
dan terbaik dalam bidangnya.
3. Keunggulan dalam kebebasan akademik dan kegairahan intelektual.
4. Keunggulan manajemen dan governance.
5. Fasilitas yang memadai untuk pekerjaan akademis (perpustakaan yang
lengkap, laboratorium yang mutakhir).
6. Pendanaan yang memadai untuk menunjang proses belajar mengajar
dan riset. Keunggulan dalam kerjasama internasional dalam program
akademis dan riset.
B. Telaah Gethuk
Menurut narasumber bu Sri Sugiarti Gethuk goreng adalah salah satu
makanan khas Sokaraja, Banyumas yang terbuat dari singkong dan gula jawa
yang dicairkan. Tahun 1912, gethuk Sokaraja yang pertama kali dibuat bukan
getuk goreng, tetapi gethuk kamal atau yang kini dikenal dengan nama gethuk
basah. Nama kamal diambil dari bahasa Jawa yang artinya buah asem.
Penduduk setempat biasanya mengonsumsi gethuk kamal dengan taburan
parutan kelapa yang diberi sedikit garam.
Gethuk goreng diawali oleh penemuan Bapak Kartadikrama yang
menamai warungnya Murni Ngandap Asem pada tahun 1912, Bapak
Sampringad (kakak dari Pak Kartadikrama) yang membuka toko gethuk
goreng Asli pada tahun 1916, kemudian Ibu Sarinah (putri dari Pak
Kartadikrama) yang membuka toko gethuk goreng Sari. Setelah itu, banyak
saudara, anak, sampai cucu dari para pendiri toko gethuk tersebut membuka
toko gethuk goreng. Hal itu secara tidak langsung dapat meningkatkan nilai
ekonomi dan wisata untuk daerah Sokaraja, Banyumas dan sekitarnya.
Gethuk terbuat dari singkong yang dipotong-potong dan dikukus dalam
tungku kurang lebih selama 15 menit. Kemudian setelah matang singkong
diletakkan di dalam lumpang lalu ditumbuk hingga halus dan dituangkan
4
sedikit demi sedikit gula jawa yang sudah dicairkan ke dalam adonan sembari
ditumbuk pelan-pelan hingga halus dan tercampur merata. Adonan gethuk
yang sudah jadi diambil dan diletakkan pada tampah untuk dijadikan getuk
basah. Gethuk basah siap disajikan atau dijual dengan parutan buah kelapa.
Sedangkan untuk pembuatan gethuk goreng, adonan gethuk ditekan-tekan
dengan menggunakan potongan bambu kecil. Setelah dingin, dipotong-
potong berbentuk kubus dengan dan disisihkan ke dalam baskom. Tepung
beras diletakkan dalam baskom lalu diberi air sampai terbentuk tekstur sedikit
kental. Potongan gethuk kemudian dicelupkan dalam adonan tepung beras,
lalu digoreng hingga warna kuning keemasan.
Rasa gethuk yang sangat popular adalah gethuk rasa gula jawa. Rasa
tersebut merupakan rasa orisinal sedangkan rasa cokelat, durian, stroberi,
pandan, nanas dan wijen merupakan inovasi rasa dari penjual yang ingin
menyajikan getuk dengan rasa berbeda. Selain itu, penyajian gethuk sekarang
juga berbeda pada zaman dulu. Sekarang, gethuk dikemas dengan besek,
plastik atau kertas minyak dengan ukuran yang berbeda-beda sesuai dengan
berat gethuk yang dibeli.
Harga gethuk dari tahun ke tahun terus naik. Tahun 1912, harga gethuk
mulai dari satu sampai seratus perak; tahun 1970-an, satu kilogram getuk
seharga Rp 3000,00 hingga tahun 1990-an harga getuk mencapai Rp
12.000,00 per kilogram. Menginjak tahun 2000-an harga getuk terus
meningkat dari Rp 16.000,00 ; Rp 18.000,00 ; Rp 20.000,00 ; Rp 22.000,00
sampai pada tahun 2013 harga gethuk mencapai Rp 24.000,00 per kilogram.
Harga tersebut selalu disesuaikan dengan kondisi harga bahan untuk
membuat gethuk.
C. Telaah Museum Edukuliner Gethuk
Museum menurut International Council of Museums (2013) adalah
sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani
masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, memperoleh,
merawat, menghubungkan, dan memamerkan artefak-artefak perihal jati diri
manusia dan lingkungannya untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan
rekreasi. Museum diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana edukatif bagi
5
pengunjung, baik dengan cara melakukan sesuatu dengan self teaching
maupun pengunjung dapat melakukan sesuatu yang akan memberi nilai
pengalaman. Museum juga memiliki fungsi sosio-kultural, yaitu museum
merupakan media “pengingat” peristiwa yang mengandaikan bahwa
masyarakat memang butuh hal-hal untuk diingat seperti asal-usul budaya,
sejarah perjuangan bangsa, dan lain sebagainya, yang bisa digunakan untuk
merefleksikan diri. Museum dituntut tidak hanya sebagai sarana pembelajaran
publik, namun juga harus mampu menyokong perkembangan ilmu
pengetahuan dan kebudayaan selayaknya pusat studi atau pusat kajian di
universitas.
Museum edukuliner gethuk, mengkhususkan aktivitasnya pada usaha
pengkajian, pengembangan dan menyediakan informasi tentang makanan
khas Indonesia (makanan tradisional dan makanan lokal). Makanan
tradisional berarti makanan yang sudah turun tumurun dihasilkan atau
dikonsumsi, menggunakan bahan yang dihasilkan lokal, diolah secara khas
disuatu daerah dan makanan lokal adalah makanan yang secara khas
berkembang disuatu daerah dan diproduksi berbasis bahan lokal, khususnya
di wilayah Banyumas, Jawa Tengah. Usaha tersebut sesuai dengan PKMT
perguruan tinggi di Indonesia. Semua PKMT di Indonesia mempunyai Visi
dan Misi yang sama (Hasil Workshop Nasional PKMT tahun 2003 di
Yogyakarta) yaitu Visi PKMT adalah menjadi pusat penelitian,
pengembangan dan informasi makanan khas Indonesia dan misinya adalah
meningkatkan citra makanan khas Indonesia.
6
III. METODE PENULISAN
A. Dasar Penulisan Objek
Penulisan karya tulis mahasiswa ini didasarkan pada:
1. Nilai Budaya dari makanan tradisional berupa gethuk goreng Sokaraja.
2. Nilai ekonomi dari gethuk goreng Sokaraja.
3. Kajian World Class Civic University Unsoed dalam prespektif
pengembangan nilai budaya kearifan lokal dan sumberdaya khasnya.
4. Museum Gethuk Unsoed sebagai wahana edukuliner yang memiliki
potensi menjadi icon Unsoed.
B. Metode Pengumpulan Data
Data karya tulis mahasiswa dikumpulkan melalui penelusuran dari hasil
wawancara, jurnal ilmiah, buku teks dan informasi pendukung lain yang
berkaitan. Diskusi dilakukan dengan pembimbing untuk mengkaji
permasalahan secara lebih mendalam.
C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam karya tulis mahasiswa ini
adalah metode deskriptif analitis yaitu:
1. mengidentifikasi permasalahan berdasarkan data dan fakta yang ada
2. menganalisis permasalahan berdasarkan pustaka dan data pendukung
3. mencari solusi alternatif pemecahan masalah, yaitu membuat sebuah
model sederhana Museum Gethuk Unsoed dalam pengembangan
edukuliner untuk mendukung Unsoed sebagai World Class Civic
University.
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan karya tulis
mahasiswa ini mengacu pada Pedoman penulisan Lomba Karya Tulis Ilmiah
Nasional (LKTIN) Unsoed dalam rangka memperingati Dies Natalis ke-50.
7
IV. PEMBAHASAN
A. Analisis Sudut Pandang World Class Civic University Unsoed
Pemilihan sebuah jargon dalam dunia pendidikan oleh suatu instansi
pendidikan tinggi merupakan sebuah daya tarik bagi para calon mahasiswa dan
dunia luar. Penjelasan mengenai jargon tertera dalam Rencana Induk
Pengembangan Universitas Negeri Semarang 2010 – 2034. Menurut
RENIPUnnes (2010) peran jargon sangat penting dalam membentuk brand
image bagi suatu instansi. Pendekatan jargon setidaknya disesuaikan dengan
relevansi sosial kemasyarakatan dan konsep tri dharma. Jargon dapat pula
menggeser paradigma berfikir mahasiswa dengan menumbuhkan semangat
inovatif dalam pengembangan budaya, sehingga dapat membantu dalam
melestarikan budaya lokal beriringan dengan perkembangan teknologi.
Selain iklim riset, pelestarian budaya juga merupakan kajian World Class
Civic University. Menurut Albach (2005) adanya kerja sama dalam program
akademis dan pengembangan sumberdaya setempat juga masuk dalam kajian
World Class University. Pernyataan diatas sesuai dengan visi Unsoed yaitu
kerja sama internasional yang memasyarakat dan memiliki keunggulan ilmu
pengetahuan, teknologi dan atau seni yang relevan dengan pengembangan
sumber daya perdesaan dan kearifan lokal secara berkelanjutan”. Artinya
perlu ada pengenalan budaya lokal terutama makananan lokal berupa gethuk ke
ranah global.
Budaya merupakan cipta karya, karsa, dan rasa yang dimiliki oleh suatu
masyarakat dan diturunkan secara turun menurun (Adjisoedarmo, 2010). Hal
ini seharusnya dilestarikan oleh Unsoed dimana pilar pendukung World Class
Civic University ialah nilai sosial (societal), pembelajaran (teaching), dan
pendidikan (academic). Konteks penyatuan ini memungkinkan terjadinya nilai
komunikatif antara pihak Unsoed, dengan masyarakat. Artinya diperluakan
penghubung ke semua elemen tersebut. Salah satu solusi untuk mengenalkan
dan menerapkan keempat nilai tersebut dapat melalui museum gethuk.
Menurut Albach (2005) sebuah perguruan tinggi disebut excellent dalam
taraf World Class University memiliki infrastruktur yang memadai.
8
Infrastrukur dalam mengenalkan budaya makanan lokal sehingga menjadi icon
bagi instansi pendidikan tersebut. Analisis ini mengarah pada sebuah gagasan
adanya Museum Gethuk sebagai wahana edukuliner. Potensi ini dilihat dari
segi budaya makanan lokal masyarakat daerah Jawa khusunya Banyumas,
Jawa Tengah. Keberadaan suatu Museum Gethuk diharapkan memiliki potensi
dalam mengembangkan sumberdaya lokal berupa makanan dan bekerja sama
dengan berbagai pihak. Pihak yang dimaksud ialah instansi pemerintah (Dinas
pariwisata), pemerintah, pengusaha gethuk goreng sukaraja, budayawan, dan
masyarakat.
B. Museum Gethuk dalam Pengembangan Budaya Makanan Lokal
Makanan tradisional adalah makanan yang telah membudaya di kalangan
masyarakat Indonesia, serta telah ada sejak nenek moyang suku nusantara
(Karyadi dan Muhilal, 1995). Daerah Jawa Tengah khususnya daerah
Banyumas memiliki suatu makananan lokal berupa gethuk goreng.
Berdasarkan nilai sejarahnya, gethuk goreng sudah ada sejak satu abad yang
lalu. Hingga saat ini penyebaran gethuk goreng khas Sokaraja, penyebarannya
hanya sebatas di daerah Banyumas saja. Hal ini mengakibatkan rendahnya
informasi dan eksplorasi keberadaan gethuk goreng Sokaraja. Gagasan untuk
mengenalkan gethuk goreng Sokaraja ke ranah global dapat melalui wahana
pariwisata.
Menurut Sultan (2013), pariwisata merupakan salah satu sektor yang
menjadi bahasan utama bagi daerah Jawa Tengah. Visit Jateng 2013 mencakup
beberapa program pariwisata yang salah satunya ialah pariwisata kebudayaan,
baik budaya seperti tarian, lagu daerah, kebiasaan, dan makananan. Salah satu
makanan khas berupa gethuk goreng Sokaraja merupakan bagian dari
pariwisata visit Jateng 2013. Oleh karena itu, perlu adanya proses konservasi
gethuk goreng meliputi sejarah, komposisi pembuatan, kajian etnobotani, dan
pengembangan variasinya. Proses konservasi dapat dilakukan dengan adanya
sebuah museum edukuliner. Sebagi solusi yang kami tawarkan berupa museum
gethuk ini akan mengeksplorasi lebih jauh mengenai gethuk goreng khas
Sokaraja.
9
Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) merupakan instansi pendidikan
yang mencetuskan keunggulan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
(IPTEKS). Salah satu keunggulannya berbasis sumberdaya pedesaan lokal,
maka gagasan museum gethuk dapat masuk ke dalam sasaran pengembangan
universitas. Hal ini dikarenakan, gagasan museum gethuk yang kami tawarkan
mengedepankan sarana edukasi dan kebudayaan lokal. Selain itu, museum ini
diharapkan memiliki potensi dalam mengenalkan gethuk goreng khas Sokaraja
ke berbagai link Unsoed. Skema pengenalan museum gethuk dapat dilihat pada
gambar dibawah ini:
Gambar 1. Skema Pengenalan Museum Gethuk
Museum gethuk sebagai wahan edukuliner memiliki peranan yang sama
seperti pusat makanan tradisional di Universitas Udayana, Bali. Peranan
Museum gethuk yaitu sebagai Pusat Kajian Makanan Tradisional. PKMT
adalah lembaga yang mengkhususkan aktivitasnya pada usaha pengkajian,
pengembangan dan menyediakan informasi tentang makanan khas Indonesia
(makanan tradisional dan makanan lokal). Makanan tradisional adalah
makanan yang sudah turun tumurun dihasilkan atau dikonsumsi,
menggunakan bahan yang dihasilkan lokal, diolah secara khas disuatu daerah
di wilayah Indonesia dan makanan lokal adalah makanan yang secara khas
berkembang disuatu daerah dan diproduksi berbasis bahan lokal. Semua
PKMT di Indonesia mempunyai Visi dan Misi yang sama (Hasil Workshop
10
Unsoed Museum Gethuk
Sejarah
Budaya
Wisata Edukuliner
Swasta
Pemerintah
internasionalLIP
I
nasional
SMP/ SMA
Nasional PKMT tahun 2003 di Yogyakarta) yaitu Visi PKMT adalah menjadi
pusat penelitian, pengembangan dan informasi makanan khas Indonesia dan
Misinya adalah meningkatkan citra makanan khas Indonesia.
Kerjasama antara pusat makanan tradisional dengan Unsoed mampu
membuka pintu pengenalan budaya gethuk goreng ke berbagai link yang ada
di skema. Hal ini tentunya akan mempermudah proses pemasaran dan
distribusi kebudayaan. Selain itu, museum gethuk ini akan membuka
cakrawala riset etnobotani dari berbagai lembaga pemerintahan seperti LIPI.
C. Prospek Museum Gethuk
Hasil survey program magister kajian pariwisata oleh tim Universitas
Udayana (2003) menunjukkan bahwa makanan tradisional lokal sebagai salah
satu daya tarik wisata, akan tetapi pada kenyataannya pemanfaatan makanan
tradisional lokal sebagai daya tarik wisata sangatlah rendah. Untuk itu
perlunya upaya untuk memaksimalkan pemanfaatan makanan tradisional local
yang berkelanjutan. Salah satu upaya yang kami tawarkan yaitu dengan
dibuatnya Museum gethuk.
Prospek jangka pendek dari Museum gethuk ini, diharapkan dapat
meningkatkan kualitas dan kuantitas gethuk sebagai makanan tradisional,
sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomi dan pemasaran. Selain itu gethuk
merupakan salah satu ragam kekayaan budaya di Indonesia, tentunya bahan
makanan yang digunakan untuk pembuatannya juga bersumber dari daerah
setempat, di mana akan terwujud nilai keunikan bagi wisatawan yang belum
pernah menikmati makanan tradisional. Oleh karena itu, mengingat ada
banyak negara yang secara sengaja memperkenalkan pariwisatanya melalui
daya tarik wisata berupa makanan yang menjadi kekhasan dari negara yang
bersangkutan, Misalnya Pizza dan Spaghetti dikenal sebagai salah satu
identitas bangsa Italia. Hamburger dan Hot Dog sebagai salah satu identitas
bangsa Amerika, dan Kari sebagai identitas bangsa India, prospek jangka
panjang dari Museum Gethuk ini yaitu gethuk dikenal sebagai salah satu
identitas dan daya tarik bangsa Indonesia yang memiliki nilai budaya
tersendiri.
11
Efek dari museum gethuk, lambat laun gethuk dapat diekspor ke luar
negeri dalam upaya pengenalan wisata edukuliner dan budaya bangsa
Indonesia. Sehingga gethuk dengan tegas merupakan identitas makanan
nasional yang secara aktif diperkenalkan kepada dunia dalam rangka
memperkuat indentitas bangsa Indonesia. Dewasa ini, semakin
berkembangnya wisata edukuliner, Indonesia sangat dimungkinkan untuk
menjadi tuan rumah sebagai daerah tujuan wisata internasional baik dilihat
dari gastronominya maupun komposisi menu makanan tradisional.
Prospek yang menguntungkan bagi Universitas Jenderal Soedirman
(Unsoed) ialah menjadikan Museum Gethuk icon pelestarian budaya kuliner.
Selain mendukung partisipasi aktif masyarakat untuk go public dalam
mengenalkan makanan tradisional. Menurut Budiyanto (2010) peran aktif
masyarakat dan lembaga/instansi (dalam hal ini Unsoed) mampu mengangkat
nilai makanan lokal menuju ketahanan makanan Indonesia. Ketahanan
makanan lokal sendiri telah dijelaskan dalam UU No. 7/1996 tentang
Makanan. Kehadiran museum gethuk ini akan mengembangkan lebih jauh
potensi World Class Civic University sehingga keunggulan dalam hal
IPTEKS mampu terimplementasikan dan mendukung gerakan ketahanan
makanan lokal.
12
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis pembahasan dan mampu
menjawab rumusan masalah, yakni:
1. Museum gethuk merupakan implementasi nyata dalam penerapan
IPTEKS di Unsoed khususnya dalam pelestarian nilai budaya
makanan lokal.
2. Museum gethuk memiliki prospek dalam mengenalkan budaya
makanan lokal berupa gethuk khas Sokaraja melalui berbagai link atau
relasi yang dimiliki Universitas Jenderal Soedirman.
B. Saran
Saran yang kelompok kami ajukan ialah berupa adanya tindak lanjut
terhadap pelestarian budaya makanan lokal. Hal ini bertujuan agar tidak ada
lagi kejadian pengakuan beberapa jenis makananan lokal khas Indonesia oleh
negara lain. Selain itu, adanaya peran aktif instansi pendidikan tinggi yakni
Unsoed akan mempertegas upaya instansi pendidikan dalam pelestarian
budaya makanan lokal.
13
DAFTAR PUSTAKA
Adjisoedarmo, S. 2010. Buku Ajar Mata Kuliah Jatidiri Unsoed. Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Albach, P.A. 2005. The Costs and Benefits of World Class Universities. Academe. (1 de 5).
Budiyanto, M.A.K. 2010. Model Pengembangan Ketahanan Makanan Berbasis Pisang Melalui Revitalisasi Nilai Kearifan Lokal. Jurnal Teknik Industri, Vol. 11, No. 2, Agustus 2010: 170–177.
International Council of Museums. 2013. Code of Ethics for Museums. ICOM, France.
Karyadi, D dan Muhilal. 1995. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan. Jakarta: Gramedia.
Pusat penelitian. 2009. http://traditionalcuisine.unud.ac.id/ind/. Diakses tanggal 15 November 2013.
RENIPUnnes. 2010. Rencana Induk Pengembangan UNNES 2010 – 2034. Universitas Negeri Semarang. 90 hal.
Sabana, S. 2007. Nilai Estetis Pada Kemasan Makanan Tradisional Yogyakarta. ITB J. Vis. Art. Vol. 1 D, No. 1, 2007, 10-25.
Sultan, M. 2013. Pariwisata Banyumas Menyambut Visit Jateng 2013. Dinas Pariwisata Banyumas. 14 hal.
Pusat Kajian Makanan Tradisional. 2003. Strategi pengembangan makanan tradisional. Udayana Press, Universitas Udayana.
Winarno, F.G. 1993. Kumpulan Makanan Tradisional I. Pusat Kajian Makanan Tradisional Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Yogaswara, W. 2000. Kepala Seksi Dokumentasi dan Publikasi Subdirektorat Registrasi dan Dokumentasi Direktorat Museum. Bagaimana Mendirikan Sebuah Museum.
Yuwono, E. 2011. Arah Pengembangan Unsoed. Disampaikan dalam Workshop pengembangan Unsoed (tidak diterbitkan).
14
LAMPIRAN
1. Ketua Kelompoka. Nama Lengkap : Asa Dayah Febrianib. Tempat/Tanggal Lahir : Banyumas, 25 Februari 1993c. No. Telp : 085725591491d. Email : [email protected] e. Alamat Lengkap : Jl. Sidodadi RT 002/VII Sokaraja Tengah,
Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas.
f. Prestasi : -g. Karya Ilmiah :
1. Museum Gethuk – Wahana Edukuliner Pelestarian Makanan Khas Banyumas (LKTI Unsoed 2013).
Ketua Pelaksana
(Asa Dayah Febriani)
15
2. Anggota Pelaksana Ia. Nama Lengkap : Faisal Anggi Praditab. Tempat/Tanggal Lahir : Cirebon, 5 April 1993c. No. Telp : 085747377114d. Email : [email protected] e. Alamat Lengkap : Jl. Cendrawasih No.38 RT 04/RW 08
Grendeng Purwokerto Utaraf. Prestasi :
1. Juara 1 Mahasiswa Berprestasi Tingkat Fakultas - Fakultas Biologi UNSOED (2013).
2. Juara 3 Pemateri Terbaik dalam MUN KIMI bidang Konservasi Energi di FMIPA UI, Depok (2013).
g. Karya Ilmiah :1. Revitalisasi Karang Taruna Melalui Posdaya (Pos Pemberdayaan
Keluarga) di Desa Lambur, Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga (Karya Tulis Call for Paper Youth Power 2011 Universitas Gadjah Mada Yogyakarta).
2. Layanan Metode Pembelajaran Taksonomi (UNYSEF, UNY 2012).3. Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) sebagai Komponen Larutan
Pulsing dalam Meningkatkan Kualitas Bunga Potong Krisan (Chrysanthemum sp.).
4. Agroforesty Polikultur Mawit (Mahoni-Cabai Rawit) Hutan Rakyat sebagai Solusi Konservasi Air, Tanah, dan Carbon Trade di Indonesia (MUN KIMI FMIPA UI 2013).
5. Rultur (Rumah Kultur) Kentang Sebagai Solusi Anti Impor dan Peningkatan Produksi Kentang di Indonesia (PENA 2013 UNDIP).
6. Museum Gethuk – Wahana Edukuliner Pelestarian Makanan Khas Banyumas (LKTI Unsoed 2013).
Anggota Pelaksana I
(Faisal Anggi Pradita)
16
3. Anggota Pelaksana IIa. Nama Lengkap : Tyas Ayu Prihatiningrumb. Tempat/Tanggal Lahir : Panutan, 12 November 1994c. No. Telp : 085768917371d. Email : tyas.ayu38 @yahoo.com e. Alamat Lengkap : Jl. Gunung Srandil Rt 04 Rw 03 Kel.
Karangwangkal Kec. Purwokerto Utara Kab. Banyumas
f. Prestasi : 1. Juara 3 Pemateri Terbaik Bidang Konservasi Energi dalam MIPA
Untuk Negeri Konfrensi Ilmuwan Muda Indonesia, FMIPA UI (2013)g. Karya Ilmiah :
1. Formulasi Sediaan Permen Pelangsing dengan Bahan Aktif Ekstrak Daun Jati Belanda (2012).
2. Agroforesty Polikultur Mawit (Mahoni-Cabai Rawit) Hutan Rakyat sebagai Solusi Konservasi Air, Tanah, dan Carbon Trade di Indonesia (MUN KIMI FMIPA UI 2013).
3. Museum Gethuk – Wahana Edukuliner Pelestarian Makanan Khas Banyumas (LKTI Unsoed 2013).
Anggota Pelaksana II
(Tyas Ayu Prihatiningrum)
17
DAFTAR RIWAYAT HIDUP DOSEN PEMBIMBING
a. Nama : Dra. Hexa Apriliana, M.Si
b. NIP : 19580406 198601 2 001
c. No. Telp : 08122714244
d. E-mail : [email protected]
e. Daftar Pulikasi 2007 Peningkatan Kesejahteraan Wanita Pramuwisma di Kotatip Purwokerto Melalui Pengembangan Potensi dalam Keluarga
2008 Diversitas Tumbuhan Paku Hias Dalam Upaya Melestarikan Sumberdaya Hayati Kebun Raya Baturraden.
2009 Pengembangan Mikroalga Spirulina platensis Skala Semi Massal Sebagai Pakan Alami Larva Ikan Gurami di Desa Beji Kabupaten Banyumas
2010 Studi Kasus Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Obat-Obatan Tradisional Oleh Masyarakat Adat Kampung Naga Di Kabupaten Tasikmalaya
2010 Pengaruh Pengelolaan Lahan terhadap Struktur dan Fungsi Food Web Tanah : Komunitas Nematoda-Collembola
2010 Keanekaragaman Tumbuhan Lereng Selatan Gunung Slamet Yang Dimanfaatkan Oleh Masyarakat Desa Hutan Di Kecamatan Sumbang
2010 Keanekaragaman dan Pemanfaatan
18
Tanaman Buah di Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas
2010. Keanekaragaman dan Pemanfaatan Cocos nucifera L. (Kelapa) yang Tumbuh di Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis
2010 Keanekaragaman dan Kekerabatan Fenetik Tanaman Manihot esculenta Crantz. ( Ubi Kayu) Di Kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas
2010 Keanekaragaman dan Kekerabatan Fenetik Genus Solanum L. yang Tumbuh di Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya
2010 Keanekaragaman Dan Etnobotani Tumbuhan Bambu Di Desa Banjaran Kecamatan Bojongsari, Purbalingga.
2010 Analisis Fenetik dan Etnobotani Plumeria L. (Kamboja) di Kecamatan Kuta Utara Kabupaten Badung Propinsi Bali
2011 Diversitas Species Tumbuhan Paku Hias dalam Upaya Melestarikan Sumberdaya Hayati Kebun Raya Baturraden
2011 Keanekaragaman dan Etnobotani Simplisia Nabati yang Diperdagangkan Di Kecamatan Purwanegara Banjarnegara
2011 Keanekaragaman dan Pemanfaatan Tumbuhan oleh Masyarakat Adat Kampung Pulo Kabupaten Garut.
2012 Keanekaragaman Serangga Polinator Ordo Hymenoptera Di Hutan Alam Cipendok BKPH Gunung Slamet Barat KPH Banyumas Timur.
19
2012 Keanekaragaman Serangga Polinator pada Tanaman Glycine soja ( L. ) Sieb. & Zucc. ( kedelai hitam ) di Kabupaten Purbalingga
2012 P Keanekaragaman Serangga Polinator pada Tanaman Rosella (Hibiscus Sabdariffa L.)
2013 Analisis Taksimetri Pisang (Musa Spp.)
2013 Pemanfaatan Tumbuhan Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes (Mart.) Solms. Sebagai Bahan Kerajinan Oleh Masyarakat Di Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon.
Purwokerto, 20 November 2013
Yang menyatakan,
(Dra. Hexa Apriliana, M.Si)
20