rpp tentang museum

61
1 Draf 31 Agustus 2013 RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR...TAHUN..... TENTANG MUSEUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 18 ayat (5) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Museum; Mengingat: : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya (Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5168); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG MUSEUM BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Museum adalah lembaga permanen yang bersifat nirlaba, untuk melestarikan Koleksi yang bersifat bendawi, dan mengomunikasikannya kepada masyarakat. 2. Koleksi Museum yang selanjutnya disebut Koleksi adalah Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan/atau Struktur Cagar Budaya bergerak dan/atau Bukan Cagar Budaya yang merupakan bukti material hasil budaya dan/atau material alam dan lingkungannya yang mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, kebudayaan, teknologi, dan/atau pariwisata. 3. Benda Cagar Budaya adalah benda alam dan/atau benda buatan manusia yang bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian- bagiannya, atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan manusia yang sudah ditetapkan sebagai Cagar Budaya.

Upload: asmita-puspasari

Post on 08-Dec-2015

223 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

RRP Tentang Museum

TRANSCRIPT

Page 1: RPP Tentang Museum

1

Draf 31 Agustus 2013

RANCANGAN

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR...TAHUN.....

TENTANG

MUSEUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 18 ayat (5) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar

Budaya, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang

Museum; Mengingat: : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya (Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 130,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 5168);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG MUSEUM

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

1. Museum adalah lembaga permanen yang bersifat nirlaba, untuk

melestarikan Koleksi yang bersifat bendawi, dan

mengomunikasikannya kepada masyarakat.

2. Koleksi Museum yang selanjutnya disebut Koleksi adalah Benda Cagar

Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan/atau Struktur Cagar Budaya

bergerak dan/atau Bukan Cagar Budaya yang merupakan bukti material hasil budaya dan/atau material alam dan lingkungannya yang

mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan,

agama, kebudayaan, teknologi, dan/atau pariwisata.

3. Benda Cagar Budaya adalah benda alam dan/atau benda buatan

manusia yang bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya, atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat dengan

kebudayaan dan sejarah perkembangan manusia yang sudah

ditetapkan sebagai Cagar Budaya.

Page 2: RPP Tentang Museum

2

Draf 31 Agustus 2013

4. Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari

benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan/atau tidak berdinding dan beratap yang sudah

ditetapkan sebagai Cagar Budaya.

5. Struktur Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda

alam dan/atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan

ruang kegiatan yang menyatu dengan alam, sarana, dan prasarana

untuk menampung kebutuhan manusia yang sudah ditetapkan sebagai Cagar Budaya.

6. Bukan Cagar Budaya adalah benda, bangunan, dan/atau struktur yang tidak memenuhi ktiteria Cagar Budaya.

7. Pengelola Museum adalah sejumlah orang yang menjalankan kegiatan Museum.

8. Kurator adalah orang yang karena kompetensi keahliannya bertanggungjawab dalam pengelolaan Koleksi.

9. Registrar adalah petugas teknis yang melakukan kegiatan pencatatan dan pendokumentasian Koleksi.

10. Registrasi adalah proses pencatatan dan pendokumentasian Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan/atau Struktur Cagar

Budaya bergerak atau Bukan Cagar Budaya yang telah ditetapkan

menjadi Koleksi.

11. Konservator adalah petugas teknis yang melakukan kegiatan

pemeliharaan dan perawatan Koleksi.

12. Edukator adalah petugas teknis yang melakukan kegiatan edukasi dan

penyampaian informasi Koleksi.

13. Hubungan Masyarakat dan Pemasaran adalah petugas teknis

melakukan kegiatan komunikasi dan pemasaran program-program

Museum.

14. Inventarisasi adalah kegiatan pencatatan Koleksi ke dalam buku

inventaris.

15. Pengelolaan Museum adalah upaya terpadu melindungi,

mengembangkan, dan memanfaatkan Museum untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat.

16. Pelestarian adalah upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan

Koleksi serta informasinya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya.

17. Penyelamatan adalah upaya menghindarkan dan/atau menanggulangi Koleksi dari kerusakan, kehancuran, atau kemusnahan.

Page 3: RPP Tentang Museum

3

Draf 31 Agustus 2013

18. Pengamanan adalah upaya menjaga dan mencegah Koleksi dari

ancaman dan/atau gangguan.

19. Pemeliharaan adalah upaya menjaga dan merawat agar Koleksi tetap

lestari.

20. Penelitian adalah kegiatan ilmiah yang dilakukan menurut kaidah dan

metode yang sistematis untuk memperoleh data, informasi, dan keterangan bagi kepentingan pelestarian Koleksi.

21. Mengomunikasikan adalah kegiatan menginformasikan dan

memublikasikan Koleksi.

22. Memamerkan adalah kegiatan mempertunjukkan Koleksi kepada

masyarakat.

23. Pemanfaatan adalah pendayagunaan Koleksi untuk kepentingan

sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat dengan tetap mempertahankan kelestariannya.

24. Perbanyakan adalah kegiatan duplikasi langsung terhadap Koleksi, baik seluruh maupun bagian-bagiannya.

25. Kompensasi adalah imbalan berupa uang dan/atau bukan uang dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah.

26. Insentif adalah dukungan berupa advokasi, perbantuan, atau bentuk lain bersifat non dana untuk mendorong Pelestarian Koleksi dari

Pemerintah atau Pemerintah Daerah.

27. Setiap Orang adalah perseorangan, kelompok orang, masyarakat, badan usaha berbadan hukum, atau badan usaha tidak berbadan hukum.

28. Masyarakat Hukum Adat adalah kelompok masyarakat yang bermukim di wilayah geografis terntentu yang memiliki perasaan kelompok,

pranata pemerintahan adat, harta kekayaan/benda adat, dan perangkat

norma hukum adat.

29. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden

Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

30. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Wali kota, dan

perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

31. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan

di bidang kebudayaan.

Page 4: RPP Tentang Museum

4

Draf 31 Agustus 2013

BAB II

KELEMBAGAAN MUSEUM

Bagian Kesatu

Pendirian, Pemeringkatan, Standarisasi, dan Evaluasi Museum

Paragraf 1

Pendirian Museum

Pasal 2

(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah, Setiap Orang, dan Masyarakat Hukum

Adat dapat mendirikan Museum.

(2) Pendirian Museum harus memenuhi persyaratan:

a. memiliki koleksi;

b. memiliki lokasi dan/atau bangunan;

c. memiliki sumber daya manusia;

d. memiliki sumber pendanaan tetap; dan

e. memiliki nama Museum.

(3) Pendirian Museum oleh Setiap Orang atau Masyarakat Hukum Adat

selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

harus memenuhi persyaratan berbadan hukum berupa Yayasan.

(4) Museum yang didirikan dapat berjenis:

a. Museum umum;

b. Museum sejarah;

c. Museum seni; atau

d. Museum ilmu pengetahuan dan teknologi.

(5) Pemerintah, Pemerintah Daerah, Setiap Orang, atau masyarakat hukum

adat yang akan mendirikan Museum dapat menentukan jenis Museum sebagaimana dimaksud pada ayat (4).

Pasal 3

(1) Museum berfungsi melakukan pelindungan, pengembangan dan

pemanfaatan Koleksi dan mengomunikasikannya kepada masyarakat.

Page 5: RPP Tentang Museum

5

Draf 31 Agustus 2013

(2) Museum mempunyai tugas penelitian, pendidikan, dan kesenangan.

(3) Fungsi dan tugas Museum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

ayat (2) sekurang-kurangnya dilaksanakan oleh:

a. kepala Museum;

b. tenaga administrasi; dan

c. tenaga teknis.

Pasal 4

(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah, Setiap Orang, atau Masyarakat Hukum

Adat mendaftarkan pendirian Museum kepada:

a. Menteri, untuk Museum yang didirikan oleh Pemerintah atau

pemerintah provinsi;

b. Gubernur, untuk Museum yang didirikan oleh pemerintah

kabupaten/kota; atau

c. Bupati/Wali kota, untuk Museum yang didirikan oleh Setiap Orang

atau masyarakat hukum adat.

(2) Pendaftaran pendirian Museum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

harus dilengkapi dengan:

a. hasil studi kelayakan pendirian Museum;

b. nama Museum;

c. jenis Museum;

d. visi, misi, dan tujuan Museum;

e. daftar Koleksi;

f. lokasi dan denah bangunan Museum;

g. bukti hak kepemilikan tanah;

h. struktur organisasi Pengelola Museum;

i. rencana sumber pendanaan tetap; dan

j. rencana pengelolaan jangka pendek dan jangka panjang.

(3) Pemberian nama Museum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b:

a. Museum Nasional, hanya ada 1 (satu) di wilayah Republik Indonesia

berkedudukan di Ibukota negara;

b. Museum provinsi, hanya ada 1 (satu) di setiap wilayah provinsi; dan

Page 6: RPP Tentang Museum

6

Draf 31 Agustus 2013

c. Museum kabupaten/kota, hanya ada 1 (satu) di setiap wilayah

ibukota kabupaten/kota.

(4) Setiap Orang atau Masyarakat hukum Adat dapat mengajukan

pemberian nama Museum sesuai dengan visi, misi, dan tujuan Museum, selain sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

(5) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus diverifikasi oleh instansi yang bertanggungjawab di bidang permuseuman sesuai

dengan kewenangannya untuk memperoleh izin pendirian Museum.

(6) Persyaratan pendaftaran setelah diverifikasi dan dinyatakan sesuai dengan persyaratan pendaftaran pendirian Museum, instansi yang

bertanggungjawab di bidang permuseuman sesuai dengan kewenangan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengeluarkan izin pendirian Museum.

(7) Instansi yang memberikan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (4) mencatat ke dalam daftar Museum yang berada di wilayahnya.

Pasal 5

(1) Instansi Pemerintah Daerah yang bertanggungjawab di bidang

permuseuman setelah mengeluarkan izin pendirian Museum menyerahkan salinan izin pendirian Museum kepada instansi

Pemerintah yang bertanggungjawab di bidang permuseuman.

(2) Instansi Pemerintah yang bertanggungjawab di bidang permuseuman

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberi nomor pendaftaran

nasional, rangkap tiga:

a. 1 (satu) untuk arsip;

b. 1 (satu) untuk Pemerintah Daerah; dan

c. 1 (satu) untuk pemilik Museum.

Paragraf 2

Pemeringkatan

Pasal 6

(1) Pemerintah melakukan pemeringkatan Museum ke dalam:

a. Museum berperingkat Nasional

b. Museum berperingkat Provinsi; atau

c. Museum berperingkat Kabupaten/kota.

(2) Pemeringkatan Museum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berdasarkan nilai koleksi yang dimilikinya, dengan skala nasional, provinsi, atau Kabupaten/kota.

Page 7: RPP Tentang Museum

7

Draf 31 Agustus 2013

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemeringkatan Museum diatur dalam

Peraturan Menteri.

Paragraf 3

Standarisasi Museum

Pasal 7

(1) Pemerintah melakukan standarisasi Museum 2 (dua) tahun setelah

Museum memperoleh nomor pendaftaran nasional.

(2) Standarisasi Museum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan pengelolaannya.

(3) Hasil standarisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa tipe A, B atau C.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai standarisasi Museum diatur dalam Peraturan Menteri.

Paragraf 4

Evaluasi

Pasal 8

(1) Pemerintah melakukan evaluasi terhadap Museum yang telah

memperoleh standarisasi setiap 3 (tiga) tahun sekali.

(2) Dalam melakukan evaluasi Museum sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dapat melibatkan organisasi profesi di bidang permuseuman.

(3) Hasil evaluasi terhadap Museum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat:

a. memperoleh kenaikan standarisasi;

b. tetap mendapat standarisasi yang sama;

c. memperoleh penurunan standarisasi; atau

d. tidak memenuhi standarisasi.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai evaluasi Museum diatur dalam Peraturan Menteri.

Bagian Kedua

Penggabungan, Pemecahan, Pembubaran, dan Pengalihan Kepemilikan

Museum

Page 8: RPP Tentang Museum

8

Draf 31 Agustus 2013

Paragraf 1

Penggabungan

Pasal 9

(1) Penggabungan 2 (dua) Museum atau lebih dapat dilakukan untuk

tujuan meningkatkan kualitas Pengelolaan Museum.

(2) Penggabungan Museum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

dengan syarat:

a. tidak mampu melestarikan Koleksi;

b. pemilik Museum mengalami kepailitan;

c. tidak mampu mendanai Museum;

d. keterbatasan sumber daya manusia;

e. keterbatasan Koleksi;

f. terkena bencana; dan/atau

g. keinginan untuk mengembangkan Museum.

(3) Pemilik Museum yang melakukan penggabungan harus membuat

kesepakatan tertulis untuk menentukan:

a. nama Museum yang baru;

b. visi dan misi yang baru;

c. lokasi dan bangunan;

d. Koleksi;

e. sumber pendanaan;

f. sumber daya manusia; dan

g. Pengelolaan Museum.

(4) Museum baru hasil penggabungan harus didaftarkan oleh pemiliknya sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 6 selambat-lambatnya 3 (tiga)

bulan setelah penggabungan.

(5) Apabila jangka waktu pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

tidak dipenuhi, maka instansi Pemerintah atau Pemerintah Daerah yang

berwenang di bidang permuseuman menangguhkan pemberian izin pendirian Museum baru.

Page 9: RPP Tentang Museum

9

Draf 31 Agustus 2013

Paragraf 2

Pemecahan

Pasal 10

(1) Pemilik Museum dapat melakukan pemecahan Museum menjadi 2 (dua)

atau lebih.

(2) Pemecahan Museum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

dilakukan apabila:

a. jumlah dan jenis Koleksi bertambah banyak;

b. sumber daya manusia pengelolanya cukup untuk mengelola lebih

dari 1(satu) Museum;

c. lokasi yang ditempati sudah tidak mencukupi untuk mengembangkan

Museum; dan

d. dukungan dana memadai.

(3) Pemecahan Museum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

dilakukan dengan mendirikan Museum di lokasi yang sama atau di

lokasi yang baru.

(4) Syarat dan prosedur pendirian Museum baru hasil pemecahan harus

mengikuti ketentuan pendirian dan pendaftaran sebagaimana diatur dalam Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 6 selambat-lambatnya 6 (enam) bulan

setelah Museum dipecah.

(5) Apabila jangka waktu pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak dipenuhi, maka instansi Pemerintah atau Pemerintah Daerah yang

berwenang di bidang permuseuman menangguhkan pemberian izin

pendirian Museum baru.

(6) Pengelolaan Museum yang dipecah dilakukan oleh Museum masing-

masing.

Paragraf 3

Pembubaran

Pasal 11

(1) Pemilik dapat mengajukan permohonan pembubaran Museum.

(2) Pengajuan permohonan pembubaran Museum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan kepada Menteri, Gubernur, atau Bupati/Wali

kota sesuai dengan kewenangannya.

Page 10: RPP Tentang Museum

10

Draf 31 Agustus 2013

(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertai alasan:

a. tidak mampu melaksanakan fungsi Pelestarian;

b. tidak mampu mendanai operasional Museum;

c. terkena bencana; dan/atau

d. digabung.

(4) Menteri, Gubernur, atau Bupati/Wali kota melakukan kajian terhadap permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3).

(5) Kajian sebagaimana dimaksud pada ayat (4) digunakan sebagai dasar

untuk memutuskan pembubaran Museum atau pengambilalihan Pengelolaan Museum.

(6) Pengambilalihan Pengelolaan Museum sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat dilakukan oleh:

a. Pemerintah atau Pemerintah Daerah;

b. Setiap Orang; atau

c. Masyarakat hukum adat.

Pasal 12

(1) Menteri, Gubernur, atau Bupati/Wali kota sesuai dengan

kewenangannya dapat membubarkan Museum apabila:

a. tidak mampu melaksanakan fungsi Pelestarian;

b. tidak mampu mendanai operasional Museum;

c. terkena bencana; dan/atau

d. digabung.

(2) Pembubaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari instansi yang bertanggungjawab di bidang

permuseuman sesuai dengankewenangannya.

(3) Rekomendasi dari instansi yang bertanggungjawab di bidang

permuseuman sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan setelah

instansi tersebut melakukan pembinaan terhadap Pengelolaan Museum.

Pasal 13

(1) Museum yang dibubarkan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah

dihapus dari nomor pendaftaran nasional oleh instansi Pemerintah yang

bertanggungjawab di bidang permuseuman.

Page 11: RPP Tentang Museum

11

Draf 31 Agustus 2013

(2) Penghapusan nomor pendaftaran Museum sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) tidak menghapus pangkalan data Museum yang telah dibubarkan.

Pasal 14

Museum yang dibubarkan Wajib mengembalikan Koleksi titipan yang

berupa Cagar Budaya kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau kepada pihak yang menitipkannya sesuai peraturan perundang-undangan.

Paragraf 4

Pengalihan Kepemilikan Museum

Pasal 15

(1) Museum dapat dialihkan kepemilikannya apabila:

a. terjadi penggabungan Museum;

b. pemilik Museum menghendaki; dan/atau

c. peristiwa hukum.

(2) Pemilik Museum yang mengalihkan kepemilikan Museum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mengajukan permohonan izin pengalihan

Museum kepada instansi Pemerintah atau Pemerintah Daerah yang

bertanggungjawab di bidang permuseuman sesuai dengan kewenangannya, dilengkapi dengan:

a. identitas pemilik Museum;

b. identitas pihak yang menerima pengalihan kepemilikan;

c. alasan pengalihan kepemilikan Museum;

d. nama Museum; dan

e. daftar inventaris Koleksi;

(3) Pemilik Museum yang tidak mengajukan izin pengalihan kepemilikan sebagaimana dimaksud ayat (2) akan mendapat sanksi pembekuan izin

pendirian Museum sampai dengan terpenuhinya izin pengalihan

kepemilikan.

(4) Pemilik Museum wajib mengalihkan kepemilikannya apabila:

a. tidak mampu melakukan Pengelolaan Museum; dan/atau

b. tidak dapat melakukan pelestarian Koleksi;

(5) Pemilik Museum yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana

dimaksud pada ayat (4) dikenakan sanksi berupa:

Page 12: RPP Tentang Museum

12

Draf 31 Agustus 2013

a. teguran;

b. pembekuan izin; dan/atau

c. pencabutan izin.

(6) Pihak yang menerima pengalihan kepemilikan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan ayat (4) harus mampu melakukan pengelolaan Museum.

(7) Pengalihan kepemilikan Museum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diprioritaskan kepada Pemerintah atau Pemerintah Daerah.

(8) Pengalihan kepemilikan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah, Setiap

Orang, atau masyarakat hukum adat harus dilaporkan kepada instansi Pemerintah yang bertanggungjawab di bidang permuseuman untuk

dicatat dalam daftar nasional Museum.

BAB III

SUMBER DAYA MANUSIA

Pasal 16

(1) Pemilik harus menyediakan sumber daya manusia untuk mengelola Museum.

(2) Sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas kepala Museum, tenaga teknis, dan tenaga administrasi.

Pasal 17

(1) Kepala Museum mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap

seluruh proses Pengelolaan Museum sesuai dengan visi dan misi

Museum, yang meliputi:

a. menyusun kebijakan;

b. menyusun program;

c. merencanakan dan mengajukan anggaran;

d. merencanakan dan mengusulkan sumber daya manusia;

e. melaksanakan program;

f. melakukan pemantauan dan evaluasi; dan

g. hal-hal yang berkaitan dengan bidang hukum.

(2) Kepala Museum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-

kurangnya harus memenuhi persyaratan:

Page 13: RPP Tentang Museum

13

Draf 31 Agustus 2013

a. pendidikan serendah-rendahnya sarjana;

b. memiliki pengalaman dalam Pengelolaan Museum paling sedikit 4

(empat) tahun; dan

c. memiliki sertifikat tingkat dasar, menengah dan lanjut dari instansi

Pemerintah yang bertanggung jawab di bidang permuseuman.

(3) Kepala Museum Pemerintah dan Pemerintah Daerah selain memenuhi

persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memenuhi

persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(4) Kepala Museum diangkat dan diberhentikan oleh:

a. Menteri, yang kementeriannya memiliki Museum untuk Museum Pemerintah;

b. Gubernur dan/atau Bupati/Wali kota, yang memiliki Museum untuk Museum Pemerintah Daerah; atau

c. Pemilik Museum, untuk Museum yang dimiliki oleh Setiap Orang atau Masyarakat Hukum Adat.

Pasal 18

Tenaga teknis terdiri atas:

a. Registrar;

b. Kurator;

c. Konservator;

d. Penata pameran;

e. Edukator; dan

f. Hubungan masyarakat dan pemasaran.

Pasal 19

(1) Registrar mempunyai tugas dan tanggung jawab mencatat dan

mendokumentasikan Koleksi, serta membuat berita acara terhadap:

a. pengadaan dan penghapusan Koleksi; dan

b. perpindahan Koleksi.

(2) Registrar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya harus memenuhi persyaratan:

a. serendah-rendahnya tamat sekolah menengah umum atau sekolah menengah kejuruan;

Page 14: RPP Tentang Museum

14

Draf 31 Agustus 2013

b. memiliki pengalaman di bidang administrasi Koleksi paling sedikit 2

(dua) tahun;

c. memiliki sertifikat tingkat dasar dan menengah dari instansi

Pemerintah yang bertanggung jawab di bidang permuseuman; dan

d. memiliki keterampilan dasar bidang teknologi informasi.

(3) Registrar diangkat dan diberhentikan oleh kepala Museum dengan

persetujuan pemilik Museum.

(4) Registrar diangkat dan diberhentikan oleh:

a. Menteri, yang kementeriannya memiliki Museum untuk Museum

Pemerintah;

b. Gubernur dan/atau Bupati/Wali kota, yang memiliki Museum untuk

Museum Pemerintah Daerah; atau

c. pemilik Museum, untuk Museum yang dimiliki oleh Setiap Orang

atau masyarakat hukum adat.

Pasal 20

(1) Kurator mempunyai tugas dan tanggung jawab:

a. sebagai anggota tim dalam pengadaan dan penghapusan Koleksi;

b. menginventarisasi Koleksi;

c. melakukan penelitian Koleksi;

d. menyiapkan konsep dan materi pameran; dan

e. menyiapkan materi publikasi Koleksi.

(2) Kurator sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya harus memenuhi persyaratan:

a. berpendidikan serendah-rendahnya sarjana di bidangnya, memiliki pengetahuan dan pengalaman paling sedikit 5 (lima) tahun dalam

pengelolaan Koleksi, dan memiliki sertifikat tingkat dasar, menengah,

dan lanjut di bidang pengelolaan koleksi dari instansi Pemerintah yang bertanggung jawab di bidang permuseuman; atau

b. memiliki keahlian khusus di bidang koleksi tertentu yang diakui oleh masyarakat dan instansi pemerintah yang berwenang di bidang

permuseuman.

(3) Kurator diangkat dan diberhentikan oleh:

a. Menteri, yang kementeriannya memiliki Museum untuk Museum Pemerintah;

Page 15: RPP Tentang Museum

15

Draf 31 Agustus 2013

b. Gubernur dan/atau Bupati/Wali kota, yang memiliki Museum untuk

Museum Pemerintah Daerah; atau

c. Pemilik Museum, untuk Museum yang dimiliki oleh Setiap Orang

atau Masyarakat Hukum Adat.

Pasal 21

(1) Konservator mempunyai tugas dan tanggung jawab:

a. menjadi anggota tim dalam pengadaan dan penghapusan Koleksi; dan

b. memelihara dan merawat Koleksi;

(2) Konservator sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya harus memenuhi persyaratan:

a. pendidikan serendah-rendahnya tamat sekolah menengah umum atau sekolah menengah kejuruan di bidang ilmu pengetahuan alam;

b. memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang pemeliharaan dan perawatan Koleksi paling sedikit 2 (dua) tahun; dan

c. memiliki sertifikat tingkat dasar, menengah, dan lanjut dari instansi Pemerintah yang bertanggung jawab di bidang permuseuman.

(3) Konservator diangkat dan diberhentikan oleh:

a. Menteri, yang kementeriannya memiliki Museum untuk Museum

Pemerintah;

b. Gubernur dan/atau Bupati/Wali kota, yang memiliki Museum untuk

Museum Pemerintah Daerah; atau

c. Pemilik Museum, untuk Museum yang dimiliki oleh Setiap Orang

atau Masyarakat Hukum Adat.

Pasal 22

(1) Penata pameran mempunyai tugas dan tanggung jawab, yang meliputi:

a. merancang pameran;

b. menyiapkan sarana dan prasarana pameran; dan

c. melakukan penataan pameran.

(2) Penata pameran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-

kurangnya harus memenuhi persyaratan:

a. pendidikan serendah-rendahnya diploma 3;

b. memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang penataan pameran

paling sedikit 2 (dua) tahun; dan

Page 16: RPP Tentang Museum

16

Draf 31 Agustus 2013

c. memiliki sertifikat tingkat dasar, menengah, dan lanjut dari instansi

Pemerintah yang bertanggung jawab di bidang permuseuman.

(3) Penata pameran diangkat dan diberhentikan oleh:

a. Menteri, yang kementeriannya memiliki Museum untuk Museum

Pemerintah;

b. Gubernur dan/atau Bupati/Wali kota, yang memiliki Museum untuk

Museum Pemerintah Daerah; atau

c. Pemilik Museum, untuk Museum yang dimiliki oleh Setiap Orang atau Masyarakat Hukum Adat.

Pasal 23

(1) Edukator mempunyai tugas dan tanggung jawab:

a. merancang kegiatan edukasi Museum; dan

b. memberikan layanan edukatif dan informatif tentang Museum

(2) Edukator sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya

harus memenuhi persyaratan:

a. pendidikan serendah-rendahnya sarjana di bidang pendidikan

dan/atau komunikasi;

b. memiliki pengalaman di bidang edukasi paling sedikit 2 (dua) tahun;

c. memiliki keterampilan dasar bidang teknologi informasi; dan

d. memiliki sertifikat tingkat dasar, menengah, dan lanjut dari instansi Pemerintah yang bertanggung jawab di bidang permuseuman.

(3) Edukator diangkat dan diberhentikan oleh:

a. Menteri, yang kementeriannya memiliki Museum untuk Museum

Pemerintah;

b. Gubernur dan/atau Bupati/Wali kota, yang memiliki Museum untuk

Museum Pemerintah Daerah; atau

c. Pemilik Museum, untuk Museum yang dimiliki oleh Setiap Orang

atau Masyarakat Hukum Adat

Pasal 24

(1) Hubungan Masyarakat dan Pemasaran mempunyai tugas dan tanggung jawab:

a. merancang kegiatan dalam rangka hubungan masyarakat dan pemasaran Museum;

Page 17: RPP Tentang Museum

17

Draf 31 Agustus 2013

b. menyampaikan informasi secara lisan, tertulis, atau melalui gambar

(visual) kepada publik, tentang kegiatan yang dilakukan museum; dan

c. memantau, mendokumentasikan, mengevaluasi, serta menyalurkan opini publik kepada museum

(2) Hubungan Masyarakat dan Pemasaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya harus memenuhi persyaratan:

a. pendidikan serendah-rendahnya sarjana di bidang komunikasi

dan/atau pemasaran;

b. memiliki pengalaman di bidang kehumasan dan pemasaran paling

sedikit 2 (dua) tahun;

c. memiliki keterampilan dasar bidang humas dan pemasaran; dan

d. memiliki sertifikat tingkat dasar, menengah, dan lanjut dari instansi

Pemerintah yang bertanggung jawab di bidang permuseuman.

(3) Hubungan Masyarakat dan Pemasaran diangkat dan diberhentikan

oleh:

a. Menteri, yang kementeriannya memiliki Museum untuk Museum

Pemerintah;

b.Gubernur dan/atau Bupati/Wali kota, yang memiliki Museum untuk

Museum Pemerintah Daerah; atau

c. Pemilik Museum, untuk Museum yang dimiliki oleh Setiap Orang

atau Masyarakat Hukum Adat.

Pasal 25

(1) Tenaga administrasi Museum mempunyai tugas dan tanggung jawab:

a. ketatausahaan;

b. kepegawaian;

c. keuangan;

d. keamanan; dan

e. kerumahtanggaan.

(2) Persyaratan untuk tenaga administrasi Museum sesuai dengan

persyaratan di Museum masing-masing.

(3) Tenaga administrasi diangkat dan diberhentikan oleh:

a. Menteri, yang kementeriannya memiliki Museum untuk Museum

Pemerintah;

Page 18: RPP Tentang Museum

18

Draf 31 Agustus 2013

b. Gubernur dan/atau Bupati/Wali kota, yang memiliki Museum untuk

Museum Pemerintah Daerah; atau

c. kepala Museum, untuk Museum yang dimiliki oleh Setiap Orang atau

Masyarakat Hukum Adat.

BAB IV

PENGELOLAAN KOLEKSI

Bagian kesatu

Umum

Pasal 26

Pemerintah, Pemerintah Daerah, Setiap Orang, dan Masyarakat Hukum

Adat yang memiliki Museum wajib mengelola Koleksi baik yang berada di

dalam ruangan dan/atau di luar ruangan.

Bagian kedua

Pengelolaan Administrasi

Paragraf 1

Koleksi

Pasal 27

(1) Koleksi merupakan Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya,

dan/atau Struktur Cagar Budaya bergerak dan/atau Bukan Cagar

Budaya.

(2) Cagar Budaya dan Bukan Cagar Budaya sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) yang dapat menjadi Koleksi berupa:

a. benda utuh;

b. fragmen;

c. benda hasil perbanyakan atau replika;

d. spesimen; atau

e. hasil rekonstruksi dan/atau restorasi.

(3) Cagar Budaya atau Bukan Cagar Budaya yang menjadi Koleksi memenuhi syarat:

a. sesuai dengan visi dan misi Museum;

Page 19: RPP Tentang Museum

19

Draf 31 Agustus 2013

b. jelas asal usulnya;

c. diperoleh dengan cara yang sah;

d. keterawatan; dan/atau

e. tidak mempunyai efek negatif bagi kelangsungan hidup alam

dan/atau Masyarakat Hukum Adat.

(4) Pengelola Museum dapat memberikan pertimbangan khusus untuk

mengadakan Koleksi yang tidak sesuai dengan visi dan misi Museum.

(5) Pertimbangan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan

untuk:

a. penyelamatan;

b. pengamanan; dan/atau

c. pemeliharaan.

Paragraf 2

Pengadaan Koleksi

Pasal 28

Pengadaan Koleksi dapat diperoleh melalui hadiah, warisan, hibah, imbalan jasa, hasil penemuan, hasil pencarian, pertukaran, pembelian, atau

konversi.

Pasal 29

(1) Pengadaan Koleksi dilakukan oleh tim pengadaaan Koleksi yang

dibentuk dengan keputusan kepala Museum.

(2) Tim pengadaan Koleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri

atas:

a. Kurator;

b. Registrar; dan

c. Konservator.

(3) Tim pengadaan Koleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertugas

melakukan kajian yang meliputi aspek:

a. ilmiah yang dilakukan oleh Kurator;

b. legalitas yang dilakukan oleh Registrar; dan

c. fisik yang dilakukan oleh Konservator.

Page 20: RPP Tentang Museum

20

Draf 31 Agustus 2013

(4) Hasil kajian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diserahkan oleh tim

pengadaan Koleksi kepada kepala Museum.

(5) Kepala Museum membuat keputusan pengadaan Koleksi dengan

mempertimbangkan:

a. kemampuan Museum melakukan pelestarian;

b. koleksi yang diusulkan akan berguna bagi pengembangan Museum;

c. hasil kajian; dan

d. tidak bertentangan dengan etika permuseuman.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengadaan Koleksi diatur oleh instansi Pemerintah yang bertanggungjawab di bidang permuseuman

Paragraf 3

Pencatatan Koleksi

Pasal 30

(1) Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan/atau Struktur Cagar Budaya bergerak atau yang Bukan Cagar Budaya yang telah sah

menjadi milik Museum harus dicatat dan didokumentasikan oleh

Registrar.

(2) Kegiatan pencatatan Koleksi meliputi kegiatan Registrasi dan

Inventarisasi.

Pasal 31

(1) Registrasi Koleksi dilakukan oleh Registrar, yang meliputi:

a. pemberian nomor Registrasi;

b. pembuatan foto koleksi; dan

c. pencatatan di buku register.

(2) Data Koleksi yang sudah dicatat dalam buku register dimasukkan ke

dalam pangkalan data.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara Registrasi Koleksi diatur oleh

instansi Pemerintah yang bertanggungjawab di bidang permuseuman

Pasal 32

(1) Inventarisasi Koleksi dilakukan oleh Kurator, yang meliputi:

a. pengklasifikasian Koleksi;

b. pemberian nomor inventaris;

c. pencatatan pada buku inventaris;

Page 21: RPP Tentang Museum

21

Draf 31 Agustus 2013

d. pembuatan kartu katalog Koleksi; dan

e. pengisian lembar kerja kuratorial.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara inventarisasi Koleksi diatur oleh instansi Pemerintah yang bertanggungjawab di bidang

permuseuman.

Pasal 33

(1) Register dan inventaris Koleksi merupakan dokumen Koleksi yang

menjadi satu kesatuan dengan Koleksi.

(2) Dokumen Koleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disimpan dan

menjadi tanggung jawab Registrar.

Paragraf 4

Penghapusan Koleksi

Pasal 34

(1) Koleksi dapat dihapus apabila:

a. rusak;

b. hilang;

c. musnah; dan/atau

d. material atau bahannya membahayakan.

(2) Koleksi dapat dihapus dan dialihkan hak kepemilikannya apabila:

a. tidak sesuai lagi dengan visi dan misi Museum;

b. jumlahnya terlalu banyak; dan/atau

c. diperoleh dari hasil perbuatan melanggar hukum.

(3) Koleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b dapat dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian dan pendidikan.

(4) Penghapusan dan pengalihan hak kepemilikan Koleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) yang berupa Cagar Budaya

dilakukan menurut peraturan perundang-undangan.

(5) Koleksi yang hilang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat

dihapus setelah lebih dari 6 (enam) tahun sejak Koleksi diketahui

hilang.

Page 22: RPP Tentang Museum

22

Draf 31 Agustus 2013

(6) Koleksi yang dihapus karena hilang sebagaimana dimaksud pada ayat

(5) apabila ditemukan kembali harus dicatat melalui proses layaknya benda yang diusulkan menjadi Koleksi.

(7) Koleksi yang akan dihapus harus dicatat dan didokumentasikan secara lengkap dan menyeluruh.

(8) Penghapusan Koleksi tidak menghapus catatan dalam register dan inventaris.

Pasal 35

(1) Penghapusan Koleksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 dilakukan

oleh tim penghapusan Koleksi yang dibentuk dengan keputusan kepala

Museum.

(2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. Registrar;

b. Kurator; dan

c. Konservator.

(3) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertanggungjawab melakukan

kajian dari aspek:

a. legalitas yang dilakukan oleh Registrar;

b. ilmiah yang dilakukan oleh Kurator; dan

c. fisik yang dilakukan oleh Konservator.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penghapusan Koleksi diatur oleh

instansi Pemerintah yang bertanggung jawab di bidang permuseuman.

Paragraf 5

Peminjaman Koleksi

Pasal 36

(1) Museum dapat meminjam dan/atau meminjamkan Koleksi dengan tujuan untuk:

a. kepentingan kebudayaan;

b. pengembangan pendidikan dan/atau ilmu pengetahuan;

c. penelitian; dan/atau

d. promosi dan informasi.

(2) Peminjaman Koleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan

syarat:

Page 23: RPP Tentang Museum

23

Draf 31 Agustus 2013

a. tidak boleh untuk tujuan komersial;

b. tidak boleh lebih dari 2 (dua) tahun;

c. dibuat dengan perjanjian tertulis;

d. menjaga keseimbangan substansi tata pameran tetap Museum; dan

e. memperhatikan kelayakan kondisi Koleksi.

(3) Peminjaman Koleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan antara Museum dan:

a. Pemerintah;

b. Pemerintah Daerah;

c. Setiap Orang; dan/atau

d. Masyarakat Hukum Adat.

(4) Perjanjian peminjaman Koleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf c sekurang-kurangnya memuat:

a. identitas para pihak;

b. daftar Koleksi yang menjadi objek perjanjian;

c. tujuan peminjaman;

d. rencana penggunaan;

e. jangka waktu peminjaman;

f. hak dan kewajiban para pihak;

g. wanprestasi;

h. keadaan tak terduga di luar kemampuan manusia; dan

i. penyelesaian apabila terjadi sengketa.

(5) Kepala Museum dapat menghentikan peminjaman apabila tidak sesuai dengan perjanjian.

(6) Peminjaman Koleksi berupa Cagar Budaya dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai peminjaman Koleksi diatur oleh instansi Pemerintah yang bertanggungjawab di bidang permuseuman.

Pasal 37

(1) Peminjaman Koleksi antarnegara mengacu pada perjanjian bilateral

atau multilateral dalam bidang kebudayaan antarnegara.

Page 24: RPP Tentang Museum

24

Draf 31 Agustus 2013

(2) Koleksi yang dipinjamkan ke luar negeri harus mendapat izin dari

instansi Pemerintah yang bertanggungjawab di bidang permuseuman.

(3) Peminjaman Koleksi berupa Cagar Budaya ke luar negeri dilakukan

berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Pasal 38

(1) Peminjam Koleksi wajib menjamin keterawatan dan keamanan Koleksi.

(2) Peminjam luar negeri terhadap Koleksi harus mengasuransikan Koleksi.

(3) Peminjam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilarang

melakukan perbanyakan atau replika terhadap Koleksi yang dipinjam

tanpa izin tertulis dari pemilik.

(4) Perbanyakan atau replika Koleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

yang berupa Cagar Budaya dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua

Pengelolaan Teknis Koleksi

Paragraf 1

Penyimpanan

Pasal 39

(1) Koleksi disimpan di ruang penyimpanan dan/atau ruang pamer.

(2) Penyimpanan Koleksi harus dilakukan dengan memperhatikan pelindungannya.

(3) Pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi Penyelamatan, Pengamanan, dan pemeliharaan.

(4) Sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk pelindungan

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menjadi tanggung jawab kepala Museum.

(5) Koleksi yang unik, langka jenisnya, dan memiliki tingkat informasi tinggi harus mendapatkan perlakuan khusus berupa:

a. disimpan di ruang penyimpanan yang terjamin keamanannya; dan

b. dibuatkan replika untuk dipamerkan.

Page 25: RPP Tentang Museum

25

Draf 31 Agustus 2013

Pasal 40

(1) Ruang penyimpanan Koleksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39

ayat (1) dapat berupa ruang tertutup dan/atau ruang terbuka.

(2) Koleksi dapat disimpan dalam ruang penyimpanan terbuka apabila

bentuk dan ukurannya tidak memungkinkan untuk disimpan di ruang

penyimpanan tertutup.

(3) Koleksi disimpan dalam ruang penyimpanan dengan syarat:

a. sudah didokumentasikan; dan

b. sudah dilakukan perawatan.

(4) Ruang penyimpanan Koleksi berada di zona nonpublik.

Pasal 41

(1) Ruang pamer Koleksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (1)

dapat berupa ruang tertutup atau ruang terbuka.

(2) Koleksi dapat disimpan di ruang pamer terbuka apabila bentuk dan

ukurannya tidak memungkinkan untuk disimpan dalam ruangpamer tertutup.

(3) Koleksi yang disimpan di ruang pamer dengan syarat:

a. sudah dilakukan penelitian;

b. memiliki informasi; dan

c. sudah dilakukan perawatan.

Pasal 42

Pedoman penyimpanan Koleksi diatur oleh instansi Pemerintah yang bertanggungjawab di bidang permuseuman.

Paragraf 2

Pemeliharaan dan Pengamanan Koleksi

Pasal 43

(1) Pengelola Museum wajib melakukan Pemeliharaan dan Pengamanan

Koleksi yang dilakukan secara terintegrasi.

(2) Pengelola Museum wajib membuat prosedur operasional terstandar

untuk Pemeliharaan dan Pengamanan Koleksi.

(3) Kepala Museum bertanggungjawab menyediakan sarana dan prasarana

yang dibutuhkan untuk Pemeliharaan dan Pengamanan Koleksi.

Page 26: RPP Tentang Museum

26

Draf 31 Agustus 2013

Pasal 44

(1) Pemeliharaan Koleksi dilakukan oleh Konservator.

(2) Museum yang tidak memiliki Konservator sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menggunakan Konservator dari Museum atau lembaga

lain.

Pasal 45

(1) Pemeliharaan Koleksi bertujuan mencegah dan menanggulangi

kerusakan yang disebabkan oleh alam dan/atau manusia.

(2) Pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan tanpa

mengubah keaslian bentuk, gaya, dan bahan.

(3) Pemeliharaan Koleksi dapat dilakukan di lokasi tempat Koleksi berada

atau di tempat lain.

(4) Pemeliharaan Koleksi dapat dilakukan di lokasi tempat Koleksi berada

apabila Koleksi mempunyai bentuk, ukuran,dan/atau kondisi yang tidak memungkinkan untuk dipindahkan.

(5) Pengelola Museum dapat melakukan pemeliharaan Koleksi di tempat lain apabila tidak memiliki:

a. sarana dan prasarana; dan/atau

b. Konservator.

(6) Pemeliharaan Koleksi harus didokumentasikan secara lengkap.

Pasal 46

(1) Pengelola Museum wajib melakukan Pengamanan terhadap Koleksi di

bawah tanggung jawab Kepala Museum.

(2) Pengamanan terhadap Koleksi dilakukan untuk memberikan

Pelindungan dari ancaman yang disebabkan oleh alam dan/atau

manusia.

(3) Kepala Museum wajib membuat prosedur operasional Pengamanan

Koleksi.

Pasal 47

(1) Pengamanan Koleksi bertujuan mencegah:

a. kehilangan; dan

b. kerusakan yang disebabkan oleh alam dan/atau manusia;

(2) Pengamanan Koleksi dilakukan di area:

a. terbuka;

Page 27: RPP Tentang Museum

27

Draf 31 Agustus 2013

b. terbatas; dan

c. tertutup.

(3) Kepala Museum bertanggungjawab terhadap hilang dan/atau rusaknya Koleksi.

Pasal 48

(1) Pengelola Museum yang tidak dapat melaksanakan pemeliharaan dan

pengamanan Koleksi sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya,

dapat dikenai sanksi disiplin sesuai peraturan perundang-undangan dan mengganti kerugian.

(2) Besarnya ganti kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan oleh instansi Pemerintah atau Pemerintah Daerah di bidang

permuseuman sesuai dengan kewenangannya.

(3) Ganti kerugian diberikan kepada pemilik Museum paling lambat 6

(enam) bulan setelah diputuskan besarnya ganti kerugian sebagaimana

dimaksud pada ayat (2).

BAB V

PENGAMANAN MUSEUM

Pasal 49

(1) Pengamanan Museum wajib dilakukan oleh Pengelola Museum terhadap

manusia di Museum serta bangunan dan lingkungan Museum di bawah

tanggungjawab kepala Museum.

(2) Pengamanan Museum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

untuk memberikan Pelindungan dari ancaman yang disebabkan oleh

alam dan/atau manusia.

(3) Pengamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh

Pengelola Museum dan/atau penyedia jasa Pengamanan.

(4) Pengamanan yang dilakukan oleh Pengelola Museum sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) dilakukan oleh petugas pengamanan yang diangkat oleh kepala Museum, mempunyai kewenangan pada area

terbuka, terbatas, dan tertutup.

(5) Penyedia jasa pengamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hanya

pada area terbuka Museum.

(6) Kepala Museum wajib menyediakan sarana untuk Pengamanan

Museum yang beroperasi selama 24 (dua puluh empat) jam, yang

sekurang-kurangnya terdiri atas:

a. petugas keamanan;

Page 28: RPP Tentang Museum

28

Draf 31 Agustus 2013

b. alat pemantau keadaan; dan

c. petunjuk jalur evakuasi

BAB VI

PENGEMBANGAN

Bagian Kesatu

Penelitian

Pasal 50

(1) Penelitian di Museum dapat dilakukan terhadap:

a. Koleksi;

b. pengelolaan;

c. pengunjung; dan/atau

d. program.

(2) Penelitian di Museum sebagaimana dimaksud pada ayat (1):

a. wajib dilakukan oleh pengelola Museum.

b. dapat dilakukan oleh Setiap Orang atau Masyarakat Hukum Adat

dengan izin dari kepala Museum.

(3) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi

standar penelitian sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(4) Setiap Orang atau Masyarakat Hukum Adat yang melakukan penelitian

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus menyerahkan hasil

penelitiannya kepada Pengelola Museum.

Pasal 51

(1) Penelitian Koleksi dapat dilakukan dengan tujuan untuk:

c. meningkatkan potensi nilai dan informasi Koleksi untuk

dikomunikasikan kepada masyarakat;

d. pengembangan ilmu pengetahuan;

e. pengembangan kebudayaan; dan/atau

f. menjaga kelestarian Koleksi.

(2) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memperhatikan

keterawatan Koleksi.

Page 29: RPP Tentang Museum

29

Draf 31 Agustus 2013

Pasal 52

Penelitian pengelolaan dapat dilakukan untuk:

a. pengembangan lembaga Museum;

b. mengukur dan meningkatkan kinerja Pengelola Museum; dan/atau

c. pengembangan kebijakan pengelolaan Museum.

Pasal 53

(1) Penelitian pengunjung dilakukan untuk mengetahui:

a. indeks kepuasan pengunjung terhadap pelayanan dan penyajian Museum;

b. harapan pengunjung terhadap layanan dan penyajian; dan/atau

c. tingkat kepahaman pengunjung terhadap informasi yang

disampaikan.

(2) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan

meningkatkan pengelolaan dan pelayanan Museum.

Pasal 54

Penelitian program dilakukan untuk mengetahui:

a. tingkat keberhasilan program;

b. indeks kepuasan masyarakat terhadap program Museum; dan/atau

c. harapan masyarakat terhadap program Museum.

Bagian Kedua

Kerja Sama

Pasal 55

(1) Pengembangan Museum dapat dilakukan dengan cara kerjasama dalam

bidang pendidikan, sosial, ilmu pengetahuan dan teknologi,

kebudayaan, serta pariwisata.

(2) Kerjasama dilakukan berdasarkan prinsip:

a. kesepakatan;

b. kesetaraan dan saling menguntungkan;

c. tidak merusak Koleksi;

d. tidak mengomersialkan Koleksi; dan

Page 30: RPP Tentang Museum

30

Draf 31 Agustus 2013

e. tidak digunakan untuk kepentingan politik tertentu.

(3) Kerjasama dalam pengembangan Museum dilakukan oleh:

a. Pemerintah;

b. Pemerintah Daerah;

c. Setiap Orang; atau

d. Masyarakat Hukum Adat.

(4) Kerjasama dilakukan dalam bentuk:

a. pameran;

b. penelitian;

c. program publik;

d. pelatihan sumber daya manusia;

e. publikasi;

f. perbanyakan atau replika Koleksi; dan/atau

g. promosi dan informasi.

Pasal 56

(1) Kerjasama dapat dilakukan dengan negara lain secara:

a. bilateral; dan/atau

b. multilateral.

(2) Kerjasama dengan negara lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

harus berdasarkan perjanjian antarnegara di bidang kebudayaan.

(3) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan peraturan

perundang-undangan dengan memperhatikan hukum Internasional.

BAB VII

PEMANFAATAN

Pasal 57

(1) Museum yang dimiliki oleh Pemerintah, dan/ atau Pemerintah Daerah

wajib menyediakan layanan pendidikan bagi peserta didik dengan cara:

a. mendatangkan peserta didik beserta pendidik ke Museum tanpa

dipungut biaya;

b. menyelenggarakan Museum keliling; dan

Page 31: RPP Tentang Museum

31

Draf 31 Agustus 2013

c. memberikan penyuluhan Museum dan Koleksi;

(2) Pengelola Museum, Setiap Orang, dan/atau Masyarakat Hukum Adat

dapat memanfaatkan Museum untuk layanan pendidikan, kepentingan

sosial, ilmu pengetahuan dan teknologi, kebudayaan, dan/atau pariwisata.

(3) Pemanfaatan Museum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan terhadap Koleksi, gedung, dan/atau lingkungan.

(4) Pemanfaatan Museum oleh Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum

Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan untuk tujuan pendidikan, pengembangan bakat dan minat, pengembangan kreativitas

dan inovasi, serta kesenangan berdasarkan izin kepala Museum.

(5) Pengelola Museum, Setiap Orang, dan/atau Masyarakat Hukum Adat

yang memanfaatkan Koleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dilarang untuk memfungsikan kembali Koleksi sebagaimana fungsi aslinya.

(6) Pemanfaatan Koleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) tetap mengutamakan Pelestarian.

Pasal 58

(1) Izin Pemanfaatan Museum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (4) berisi:

a. tujuan pemanfaatan;

b. waktu pemanfaatan;

c. lokasi pemanfaatan;

d. cara pemanfaatan;

e. bentuk pemanfaatan; dan

f. jumlah orang yang melakukan pemanfaatan.

(2) Cara pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d berdasarkan ketentuan yang berlaku di Museum yang bersangkutan.

(3) Pemanfaatan Koleksi yang kondisinya rapuh, langka, atau bernilai ekonomi tinggi dapat dimanfaatkan dengan terlebih dahulu membuat

perbanyakan atau replika.

(4) Pemanfaatan dengan cara perbanyakan atau replika terhadap Koleksi

berupa Cagar Budaya dengan izin pejabat yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(5) Pemanfaatan dengan cara perbanyakan atau replika terhadap Koleksi Bukan Cagar Budaya oleh Setiap Orang dan/atau masyarakat hukum

adat dilakukan dengan izin kepala Museum.

Page 32: RPP Tentang Museum

32

Draf 31 Agustus 2013

(6) Setiap pemanfaatan didahului dengan kajian agar tidak mengakibatkan kerusakan pada Koleksi, gedung, dan/atau lingkungan Museum.

BAB VIII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 59

(1) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah melakukan Pembinaan

terhadap pengelolaan Museum sesuai dengan kewenangannya.

(2) Pengawasan terhadap pengelolaan Museum dilakukan oleh:

a. Menteri, terhadap Museum milik Pemerintah;

b. Gubernur, terhadap Museum milik Pemerintah Daerah; dan/atau

c. Bupati/Wali kota, terhadap Museum milik Setiap Orang atau

Masyarakat Hukum Adat.

(3) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan

terhadap:

a. kelembagaan Museum;

b. pengelolaan Koleksi;

c. peningkatan sumber daya manusia;

d. Pengembangan Museum; dan

e. Pemanfaatan Museum.

(4) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan

berdasarkan hasil evaluasi Museum.

(5) Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) apabila

Museum tidak memenuhi standarisasi atau penurunan standarisasi,

Menteri, Gubernur, atau Bupati/Wali kota sesuai dengan kewenangannya dapat mengambil tindakan berupa teguran tertulis.

(6) Teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diberikan kepada kepala Museum dalam 3 (tiga) tahap:

a. teguran pertama dilakukan dalam 7 (tujuh) hari kalender setelah

penilaian.

b. teguran kedua dilakukan paling lambat 60 (enam puluh) hari

kalender sejak teguran pertama; dan/atau

Page 33: RPP Tentang Museum

33

Draf 31 Agustus 2013

c. teguran ketiga dilakukan paling lambat 60 (enam puluh) hari

kalender sejak teguran kedua.

(7) Apabila teguran tahap ketiga tidak diindahkan, Menteri, Gubernur, atau

Bupati/Wali kota sesuai dengan kewenangannya dapat mengambil alih pelaksanaan Pengelolaan Museum.

(8) Pedoman pengambilalihan Pengelolaan Museum diatur oleh instansi Pemerintah yang bertanggungjawab di bidang permuseuman.

BAB IX

PENDANAAN

Pasal 60

(1) Pemilik Museum wajib menyediakan dana Pengelolaan Museum.

(2) Dana pengelolaan Museum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk:

a. Museum milik Pemerintah bersumber dari APBN;

b. Museum milik Pemerintah Daerah bersumber dari APBD;

c. Museum milik Setiap Orang dan Masyarakat Hukum Adat berasal dari hasil pemanfaatan Museum.

(3) Pemilik Museum dapat memperoleh dana selain dari sumber sebagaimana dimaksud pada ayat (2), yang berasal dari:

a. bantuan atau subsidi;

b. hibah; dan/atau

c. sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

Pasal 61

Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyediakan dana untuk

Penyelamatan Koleksi dalam keadaan darurat.

Pasal 62

Dana Museum digunakan untuk:

a. pengadaan lahan, gedung, serta sarana dan prasarana;

b. Pelestarian Koleksi berupa Pelindungan, Pengembangan, dan

Pemanfaatan;

c. survei dan pengadaan Koleksi;

d. Penelitian;

Page 34: RPP Tentang Museum

34

Draf 31 Agustus 2013

e. kegiatan dokumentasi;

f. kegiatan publikasi dan promosi;

g. kegiatan pelatihan sumber daya manusia;

h. seminar, diskusi, dan lokakarya Pengembangan Museum;

i. studi banding dan koordinasi; dan/atau

j. pengeluaran lain yang digunakan untuk Pengelolaan Museum.

BAB X

PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 63

(1) Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat dapat berperanserta

membantu Pengelolaan Museum sebagai wujud peran serta masyarakat

terhadap Pelindungan, Pengembangan, dan/atau Pemanfaatan Museum.

(2) Peranserta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan visi dan misi Museum.

(3) Peran serta masyarakat dalam membantu Pengelolaan Museum berdasarkan asas transparansi dan akuntabilitas.

Pasal 64

(1) Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat dapat berperan serta

dalam Pengelolaan Museum setelah memperoleh izin kepala Museum.

(2) Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat yang berperan serta

terhadap pengelolaan Koleksi harus memperhatikan aspek Pelindungan.

Pasal 65

(1) Peranserta yang dilakukan oleh Setiap Orang dan/atau Masyarakat

Hukum Adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 dapat berupa:

a. ide;

b. sarana dan/atau prasarana Museum;

c. penyerahan koleksi;

d. penitipan koleksi;

e. tenaga; dan/atau

f. pendanaan Museum.

Page 35: RPP Tentang Museum

35

Draf 31 Agustus 2013

(2) Penyerahan koleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c yang

menjadi Koleksi berupa Cagar Budaya berdasarkan izin pejabat yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(3) Penyerahan koleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilengkapi dengan bukti penyerahan dari Museum.

(4) Penitipan koleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d yang berupa Cagar Budaya berdasarkan izin pejabat yang berwenang sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

(5) Penitipan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan berdasarkan perjanjian yang sekurang-kurangnya berisi:

a. identitas para pihak;

b. deskripsi koleksi;

c. hak dan kewajiban para pihak;

d. jangka waktu penitipan;

e. bukti penitipan dari Museum; dan

f. bukti kepemilikan dan/atau penguasaan.

(6) Penitipan Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, atau Struktur Cagar Budaya maupun Bukan Cagar Budaya yang masih dalam proses

hukum dapat dilakukan oleh aparat penegak hukum kepada Museum.

Pasal 66

(1) Peranserta Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat dilakukan

secara sukarela dan tidak berdasarkan kepentingan pribadi, kelompok, dan/atau kepentingan politik tertentu.

(2) Peranserta Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat dalam pendanaan dapat dilakukan seketika atau secara berkala.

(3) Dana yang berasal dari peranserta Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diaudit oleh auditor

independen.

BAB XI

INSENTIF DAN KOMPENSASI

Pasal 67

(1) Setiap Orang, atau masyarakat hukum adat yang memiliki Museum dapat menerima insentif dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.

(2) Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:

Page 36: RPP Tentang Museum

36

Draf 31 Agustus 2013

a. pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan;

b. fasilitas Pajak Penghasilan;

c. advokasi;

d. tenaga teknis;

e. tenaga ahli;

f. sarana dan prasarana; dan/atau

g. tanda penghargaan.

(3) Insentif berupa pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan terhadap bangunan dan tanah tempat Museum didirikan sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) huruf a diberikan paling banyak 100% (seratus persen)

dari jumlah pajak yang terutang.

(4) Fasilitas Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf

b diberikan dengan memperlakukan biaya perawatan Museum sebagai pengurangan terhadap penghasilan bruto.

(5) Pemberian pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan dan/ atau pemberian fasilitas Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) dan ayat (4) diberikan kepada Setiap Orang atau masyarakat hukum

adat yang memiliki Museum yang digunakan tidak untuk mendapatkan keuntungan.

(6) Permohonan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan diajukan kepada Bupati/Wali kota sesuai kewenangannya.

(7) Permohonan fasilitas Pajak Penghasilan diajukan kepada instansi yang

bertanggung jawab di bidang perpajakan nasional.

(8) Pengajuan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dan ayat

(7) harus disertai rekomendasi dari instansi Pemerintah atau Pemerintah Daerah yang bertanggung jawab di bidang permuseuman.

(9) Ketentuan mengenai insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri

Keuangan.

Pasal 68

(1) Advokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 ayat (2) huruf c berupa pendampingan dalam penyelesaian permasalahan yang ada di Museum.

(2) advokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diajukan oleh pemilik Museum kepada Pemerintah atau Pemerintah Daerah yang

bertanggung jawab di bidang permuseuman sesuai kewenangannya.

Page 37: RPP Tentang Museum

37

Draf 31 Agustus 2013

Pasal 69

(1) Pengajuan insentif selain berupa pengurangan Pajak Bumi dan

Bangunan atau fasilitas Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 ayat (2) harus memenuhi syarat:

a. dalam keadaan darurat;

b. belum mempunyai tenaga teknis;

c. belum mempunyai tenaga ahli; dan/atau

d. belum mempunyai sarana dan prasarana.

(2) Insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (2) dapat diberikan apabila Museum telah melaksanakan fungsi Museum sebagai lembaga.

Pasal 70

(1) Setiap Orang atau masyarakat hukum adat pemilik Museum yang

menyimpan Koleksi Cagar Budaya dapat memperoleh kompensasi dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah.

(2) Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa uang atau bukan uang.

(3) Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dengan syarat:

a. telah melakukan pelestarian Koleksi Cagar Budaya;

b. mendapatkan rekomendasi dari instansi Pemerintah atau Pemerintah

Daerah yang bertanggung jawab di bidang permuseuman.

c. telah memperoleh standarisasi dalam pengelolaan Museum

d. pemilik mengajukan permohonan kepada Menteri, gubernur, dan/

atau Bupati/ Walikota.

(4) Besarnya kompensasi berupa uang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan pertimbangan dari Tim Ahli Cagar Budaya.

(5) Kompensasi berupa bukan uang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa tanda penghargaan.

Pasal 71

Setiap Orang atau Masyarakat Hukum Adat yang memberikan sumbangan

untuk perawatan Museum dapat diberikan kompensasi.

Pasal 72

(1) Kompensasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 dapat berupa

fasilitas Pajak Penghasilan, dengan mengurangkan sumbangan dari

penghasilan bruto dalam rangka penghitungan penghasilan kena pajak.

Page 38: RPP Tentang Museum

38

Draf 31 Agustus 2013

(2) Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan

kepada penyumbang dengan syarat:

a. penyumbang sebagai Wajib Pajak mempunyai penghasilan neto fiskal

berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak sebelumnya;

b. pemberian sumbangan dan/atau biaya tidak menyebabkan rugi pada Tahun Pajak sumbangan diberikan;

c. didukung oleh bukti yang sah;

d. lembaga yang menerima sumbangan dan/atau biaya memiliki Nomor

Pokok Wajib Pajak, kecuali badan yang dikecualikan sebagai subjek

pajak sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Pajak Penghasilan; dan

e. besarnya nilai sumbangan untuk 1 (satu) tahun dibatasi tidak melebihi 5% (lima persen) dari penghasilan neto fiskal Tahun Pajak

sebelumnya.

(3) Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan

apabila Museum yang diberi sumbangan telah:

a. memenuhi standar permuseuman;

b. telah melaksanakan fungsi Museum; dan

c. telah mendapatkan akreditasi.

(4) Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat diberikan

apabila antara pemilik Museum dan pemberi sumbangan adalah pihak

yang sama dan/atau ada hubungan istimewa.

(5) Fasilitas Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diajukan kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang perpajakan

nasional.

(6) Pengajuan kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus

disertai rekomendasi dari instansi Pemerintah atau Pemerintah Daerah yang bertanggung jawab di bidang permuseuman.

(7) Ketentuan mengenai kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Keuangan.

Pasal 73

(1) Setiap Orang atau masyarakat hukum adat yang memberikan

sumbangan kepada Museum dapat memperoleh kompensasi berupa

bukan uang.

(2) Kompensasi yang bukan uang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat berupa tanda penghargaan.

Page 39: RPP Tentang Museum

39

Draf 31 Agustus 2013

(3) Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh pemilik

Museum atau instansi Pemerintah atau Pemerintah Daerah yang bertanggung jawab di bidang permuseuman.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Kompensasi diatur dalam Peraturan Menteri.

Pasal 74

Dalam rangka pemberian insentif dan kompensasi:

a. Pemerintah menyediakan dana melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

b. Pemerintah Daerah menyediakan dana melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

BAB XII KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 75 Pada saat peraturan pemerintah ini berlaku Museum yang telah ada tetap

diakui sebagai Museum dengan ketentuan dalam waktu paling lambat 3

(tiga) tahun sejak mulai berlakunya peraturan pemerintah ini wajib menyesuaikan dengan peraturan pemerintah ini.

Pasal 76 Pada saat berlakunya Peraturan Pemerintah ini semua ketentuan yang

mengatur permuseuman masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan

dan belum diganti berdasarkan Peraturan Pemerintah ini.

BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 77

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta

pada tanggal…

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Page 40: RPP Tentang Museum

40

Draf 31 Agustus 2013

Diundangkan di Jakarta pada tanggal…

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd

AMIR SYAMSUDDIN

LEMBARA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN ..... NOMOR .....

Page 41: RPP Tentang Museum

41

Draf 31 Agustus 2013

RANCANGAN

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH

NOMOR ... TAHUN ...

TENTANG MUSEUM

I. UMUM

Secara konstitusional, Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia

dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan

mengembangkan nilai-nilai budayanya sehingga kebudayaan Indonesia perlu dihayati oleh seluruh warga negara. Berdasarkan landasan konstitusi

seperti itu, kebudayaan Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai luhur

bangsa harus dilestarikan guna memperkukuh jati diri bangsa, mempertinggi harkat dan martabat bangsa, serta memperkuat ikatan rasa

kesatuan dan persatuan bagi terwujudnya cita-cita bangsa pada masa

depan.

Sebagai kekayaan bangsa, kebudayaan Indonesia yang memiliki nilai-nilai

luhur harus dilestarikan guna memperkuat pengamalan Pancasila,

meningkatkan kualitas hidup, memperkuat dan memperkukuh persatuan bangsa, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai arah

kehidupan bangsa. Berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintah mempunyai kewajiban melaksanakan kebijakan untuk memajukan kebudayaan secara utuh

untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sehubungan dengan itu,

seluruh hasil karya bangsa Indonesia, baik pada masa lalu, masa kini, maupun yang akan datang, perlu dimanfaatkan sebagai modal

pembangunan. Sebagai karya warisan budaya masa lalu, ada yang berupa

Cagar Budaya dan Bukan Cagar Budaya menjadi penting perannya untuk dipertahankan keberadaannya karena mengandung nilai-nilai penting bagi

umat manusia, seperti sejarah, estetika, ilmu pengetahuan, etnologi, dan

keunikan yang terwujud dalam bentuk Benda Cagar Budaya, Bangunan

Cagar Budaya, dan/atau Struktur Cagar Budaya bergerak dan bukan Cagar Budaya. Oleh karena itu, upaya pelestariannya mencakup tujuan untuk

melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya.

Berdasarkan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang

Cagar Budaya, upaya Pelestarian Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar

Budaya, dan/atau Struktur cagar Budaya bergerak dan Bukan Cagar Budaya dilakukan oleh Museum sebagai lembaga permanen yang tidak

mencari keuntungan guna melayani masyarakat dengan tujuan pengkajian,

pendidikan, dan kesenangan. Tidak setiap lembaga mempunyai koleksi sebagai Museum. Museum mempunyai persyaratan pada saat didirikan dan

keberadaannya dengan sumber daya manusia yang mempunyai kualifikasi

tertentu untuk pengelolaan Museum. Setiap Orang dan/atau masyarakat

Page 42: RPP Tentang Museum

42

Draf 31 Agustus 2013

hukum adat dapat berperan serta melakukan Pelestarian melalui

Pelindungan, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Setiap Orang dan/atau masyarakat hukum adat yang berperan dalam Pelestarian Koleksi

memperoleh penghargaan berupa insentif atau kompensasi.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 Cukup jelas.

Pasal 2

Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Yang dimaksud dengan “Museum umum” adalah Museum yang

koleksinya berkaitan dengan alam dan manusia.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal 3

Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “kesenangan” meliputi rasa puas, lega,

bahagia, suka, dan gembira. Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Page 43: RPP Tentang Museum

43

Draf 31 Agustus 2013

Pasal 7

Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Yang termasuk dalam pengelolaan antara lain bangunan,

sumberdaya manusia, koleksi, program publik, dan pendanaan.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas. Pasal 8

Cukup jelas. Pasal 9

Cukup jelas. Pasal 10

Cukup jelas.

Pasal 11

Cukup jelas.

Pasal 12

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas. Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Yang termasuk “terkena bencana” apabila Museum mengalami

kerusakan sehingga tidak dapat menjalankan fungsinya. Huruf d

Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Ayat (1)

Page 44: RPP Tentang Museum

44

Draf 31 Agustus 2013

Pengalihan kepemilikan dapat dilakukan dengan jual beli, hibah,

ganti rugi, tukar menukar, dan cara lain yang sah.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 15

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas. Huruf c

Yang dimaksud dengan “peristiwa hukum” misalnya adalah

kematian yang menyebabkan pemilik Museum kehilangan statusnya sebagai subjek hukum dan kepemilikannya beralih

kepada ahli waris.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas. Ayat (4)

yang dimaksud dengan tidak mampu melakukan pengelolaan dapat

disebabkan karena tidak memiliki dana dan sumber daya manusia

dalam Pelestarian Koleksi Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6) Cukup jelas.

Ayat (7)

Cukup jelas. Ayat (8)

Cukup jelas.

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Page 45: RPP Tentang Museum

45

Draf 31 Agustus 2013

Cukup jelas.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “sertifikat tingkat dasar, menengah dan

lanjut” adalah bukti keikutsertaan pelatihan permuseuman yang dikeluarkan oleh instansi Pemerintah yang bertanggung jawab di

bidang permuseuman.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Huruf a

Sebagai contoh, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

memiliki Museum Geologi maka kepala Museum diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Pasal 18

Cukup jelas.

Pasal 19

Cukup jelas.

Pasal 20

Cukup jelas.

Pasal 21

Cukup jelas.

Pasal 22

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a

Pendidikan Diploma 3 misalnya desain interior atau komunikasi

visual.

Huruf b

Page 46: RPP Tentang Museum

46

Draf 31 Agustus 2013

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 23

Cukup jelas

Pasal 24

Cukup jelas

Pasal 25

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Persyaratan tenaga administrasi Museum yang dimiliki oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah disesuaikan dengan ketentuan

yang berlaku, sedangkan Museum yang dimiliki oleh Setiap Orang

dan/atau masyarakat hukum adat didasarkan pada kebijakan masing-masing.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 26

Cukup jelas.

Pasal 27

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a

Yang dimaksud dengan “benda utuh” meliputi benda, bangunan,

dan/atau struktur yang dalam keadaan sempurna sebagaimana adanya atau sebagaimana semula (tidak berubah, tidak rusak, dan

tidak berkurang).

Huruf b

Page 47: RPP Tentang Museum

47

Draf 31 Agustus 2013

Yang dimaksud “fragmen” adalah bagian atau pecahan dari suatu

benda yang:

- dapat diidentifikasi bentuk utuhnya; dan

- terdapat ragam hias yang memiliki arti penting bagi ilmu pengetahuan, sejarah, seni, dan/atau kebudayaan.

Huruf c

yang dimaksud dengan replika adalah duplikat atau reproduksi yang serupa benar dengan aslinya untuk tujuan tertentu, seperti

untuk pameran atau cenderamata. Misalnya, reproduksi foto,

lukisan, dan rekaman suara atau video.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “spesimen” merupakan abiota atau biota (manusia, hewan, atau tumbuhan), baik utuh maupun bagiannya

yang memiliki arti penting bagi ilmu pengetahuan).

Huruf e

Yang dimaksud dengan “rekonstruksi” adalah upaya mengembalikan koleksi sebatas kondisi yang diketahui dengan

tetap mengutamakan prinsip keaslian bahan dan teknik

pengerjaan, termasuk dalam menggunakan bahan baru sebagai pengganti bahan asli dan dapat dipertanggungjawabkan secara

ilmiah.

Yang dimaksud dengan “restorasi” adalah upaya memperbaiki koleksi yang rusak agar mendekati seperti bentuk asli yang dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah

Ayat (3)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Page 48: RPP Tentang Museum

48

Draf 31 Agustus 2013

Untuk benda yang dikeramatkan oleh masyarakat adat.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal 28

Yang dimaksud dengan “konversi” adalah apabila ditemukan koleksi di

Museum yang tidak diketahui asal usulnya.

Pasal 29

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Huruf a

Yang termasuk kajian ilmiah meliputi nilai historis, bukti material hasil budaya manusia atau unsur alam, atau memiliki arti khusus

bagi sejarah, ilmu pengetahuan, karya seni, pendidikan, dan/atau

kebudayaan. Huruf b

Yang termasuk kajian legalitas meliputi pembuktian kepemilikan

yang sah dan jelas status kepemilikan.

Huruf c Yang termasuk kajian fisik benda adalah kondisi keterawatan

koleksi yang akan diadakan.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Pasal 30

Cukup jelas.

Page 49: RPP Tentang Museum

49

Draf 31 Agustus 2013

Pasal 31

Cukup jelas.

Pasal 32

Ayat (1) Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas. Huruf d

Yang dimaksud “kartu katalog” berisi bahan informasi tentang

Koleksi dan latar belakangnya secara lengkap serta dapat dijadikan sumber penelitian dan bahan publikasi.

Huruf e

Yang dimaksud “lembar kerja kuratorial” berisi seluruh informasi mengenai Koleksi.

Ayat (2)

Cukup jelas. Pasal 33

Cukup jelas.

Pasal 34

Ayat (1)

Huruf a Yang dimaksud dengan “rusak” adalah mengalami perubahan

wujud dan gaya sehingga kehilangan keasliannya.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c Cukup jelas.

Huruf d

Dianggap oleh konservator memiliki bahan yang berbahaya sehingga membahayakan bagi manusia dan/atau Koleksi lain.

Ayat (2)

Huruf a Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas. Huruf c

Yang termasuk diperoleh dari hasil perbuatan melanggar hukum,

misalnya hasil pencurian, penadahan, atau penipuan.

Ayat (3)

Cukup jelas. Ayat (4)

Page 50: RPP Tentang Museum

50

Draf 31 Agustus 2013

Cukup jelas.

Ayat (5) Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas. Ayat (7)

Cukup jelas.

Ayat (8)

Cukup jelas. Pasal 35

Cukup jelas. Pasal 36

Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Huruf a

Cukup jelas. Huruf b

Batas dua tahun untuk sebuah Koleksi sudah harus diperhatikan

keterawatannya secara detail dan pada Koleksi yang dimanfaatkan untuk pameran masa dua tahun dianggap sudah cukup

memberikan informasi kepada masyarakat.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “menjaga keseimbangan substansi tata pameran tetap museum” adalah tidak memengaruhi alur cerita,

tema, dan tujuan pameran tetap Museum.

Huruf e

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7)

Cukup jelas.

Page 51: RPP Tentang Museum

51

Draf 31 Agustus 2013

Pasal 37

Cukup jelas.

Pasal 38

Ayat (1)

Yang dimaksud “keterawatan” adalah usaha untuk menjaga dan

memelihara koleksi yang dipinjam dari kerusakan, baik yang disebabkan oleh alam maupun manusia.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 39

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4)

Yang dimaksud dengan “sarana dan prasarana” misalnya ruang pameran menyediakan perlengkapan, seperti alarm, lemari

penyimpanan, alat pengatur suhu, atau alat pengatur kelembapan.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal 40

Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3) Huruf a

Yang dimaksud dengan “didokumentasikan” adalah proses

pencatatan ke dalam dokumen yang meliputi registrasi dan inventarisasi.

Huruf b

Cukup jelas.

Ayat (4)

Page 52: RPP Tentang Museum

52

Draf 31 Agustus 2013

Yang dimaksud dengan “zona nonpublik” adalah area tertutup yang

tidak dapat diakses secara bebas tanpa izin pengelola Museum.

Pasal 41

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan di dalam ruangan adalah di dalam bangunan.

Adapaun yang dimaksud dengan di luar ruangan adalah pada Situs Cagar Budaya atau Kawasan Cagar Budaya dengan batas

kewenangan pengelolaan yang jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 42

Cukup jelas.

Pasal 43

Cukup jelas.

Pasal 44

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2) Yang dimaksud dengan “lembaga lain” misalnya Arsip Nasional untuk

Konservator naskah, Perpustakaan Nasional untuk Konservator buku,

dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi untuk Konservator

koleksi spesimen.

Pasal 45

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3)

Pemeliharaan Koleksi di lokasi dilakukan tanpa memindahkan koleksi. Pemeliharaan koleksi di tempat lain dilakukan, misalnya, di

laboratorium Museum, instansi, atau lembaga lain.

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas. Ayat (6)

Yang dimaksud dengan “didokumentasi secara lengkap” adalah

informasi kondisi Koleksi yang mencakup jenis penyakit, penyebab kerusakan, rekomendasi tindakan pemeliharaan, dan aktivitas

pemeliharaan.

Page 53: RPP Tentang Museum

53

Draf 31 Agustus 2013

Pasal 46

Cukup jelas.

Pasal 47

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a

Yang dimaksud dengan “area terbuka” adalah area yang bebas diakses oleh masyarakat.

Huruf b Yang dimaksud dengan “area terbatas” adalah area yang dapat

diakses oleh masyarakat dengan batasan yang ditetapkan oleh

Museum.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “area tertutup” adalah area yang hanya dapat diakses oleh Pengelola Museum dan masyarakat yang telah

mendapat izin dari Pengelola Museum.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 48

Ayat (1)

Sanksi disiplin dikenakan terhadap pengelola Museum yang berstatus

pegawai negeri. Sanksi berupa penggantian kerugian dikenakan

terhadap pengelola Museum baik yang pegawai negeri maupun yang bukan pegawai negeri.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 49

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Page 54: RPP Tentang Museum

54

Draf 31 Agustus 2013

Penyedia jasa pengamanan tidak dapat melakukan pengamanan di

ruang penyimpanan dan ruang pamer.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

yang dimaksud dengan “alat pemantau keadaan” dapat berupa cctv, alarm, pendeteksi asap, pendeteksi getar.

Huruf c Cukup jelas.

Pasal 50

Cukup jelas.

Pasal 51

Cukup jelas

Pasal 52

Cukup jelas.

Pasal 53

Cukup jelas.

Pasal 54

Cukup jelas.

Pasal 55

Cukup jelas.

Pasal 56

Cukup jelas.

Pasal 57

Ayat (1)

Huruf a

Page 55: RPP Tentang Museum

55

Draf 31 Agustus 2013

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

yang termasuk penyuluhan mengenai museum antara lain

dengan melakukan penyuluhan dan pendampingan terhadap

masyarakat yang memiliki koleksi dalam melakukan perawatan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Yang dimaksud dengan ”memfungsikan kembali Koleksi sebagaimana fungsi aslinya” adalah menggunakan Koleksi sebagaimana fungsinya

sebelum menjadi Koleksi. Contohnya, Koleksi berupa mahkota

kerajaan dipakai pada upacara kerajaan.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Pasal 58

Cukup jelas.

Pasal 59

Cukup jelas.

Pasal 60

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Huruf a

Page 56: RPP Tentang Museum

56

Draf 31 Agustus 2013

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

yang dimaksud dengan “sumber lain yang sah dan tidak mengikat”

dapat berupa sponsor atau dukungan pihak lain, dan fundraising atau penggalangan dana melalui pihak lain.

Pasal 61

Yang dimaksud dengan “keadaan darurat” adalah kondisi yang mengancam kelestarian Museum dan/atau Koleksi, seperti terjadinya

kebakaran, banjir, gempa bumi, kerusuhan, dan perang.

Pasal 62

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas.

Huruf h

Cukup jelas.

Huruf i

Cukup jelas.

Huruf j

Page 57: RPP Tentang Museum

57

Draf 31 Agustus 2013

Yang dimaksud dengan “pengeluaran lain” misalnya gaji karyawan

untuk Museum yang dimiliki oleh Setiap Orang atau masyarakat hukum adat.

Pasal 63

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan “asas transparansi dan akuntabilitas” adalah

wujud peran serta yang harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat secara transparan dan terbuka dengan memberikan

informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif.

Pasal 64

Cukup jelas.

Pasal 65

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Koleksi yang diserahkan pada Museum harus mempunyai arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, karya seni, pendidikan,

agama, dan/atau kebudayaan.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Peran serta berupa tenaga, misalnya, berupa penelitian koleksi,

advokasi, dan/atau pekerjaan teknis di Museum.

Huruf f

Page 58: RPP Tentang Museum

58

Draf 31 Agustus 2013

Pendanaan Museum dapat diberikan oleh masyarakat secara

langsung kepada Museum atau dapat dikelola sendiri oleh masyarakat untuk kepentingan Museum.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Pasal 66

Cukup jelas

Pasal 67

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Advokasi dapat berupa pendampingan dalam penyelesaian sengketa hukum baik melalui pengadilan maupun di luar

pengadilan atau pengurusan administratif yang berkaitan dengan

Museum.

Huruf d, e, dan f

Page 59: RPP Tentang Museum

59

Draf 31 Agustus 2013

Insentif yang berupa tenaga teknis, tenaga ahli, dan/atau sarana

dan prasarana yang diberikan berdasarkan perkembangan situasi dan kondisi Koleksi yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya.

Sebagai contoh: pada waktu pendirian Museum sudah mempunyai

tenaga teknis yang memadai, akan tetapi seiring berjalannya waktu ada Koleksi yang memerlukan penanganan khusus dalam

perawatan.

Huruf g

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7)

Cukup jelas.

Ayat (8)

Cukup jelas.

Ayat (9)

Cukup jelas.

Pasal 68

Cukup jelas.

Pasal 69

Cukup jelas.

Pasal 70

Cukup jelas.

Pasal 71

Cukup jelas.

Page 60: RPP Tentang Museum

60

Draf 31 Agustus 2013

Pasal 72

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Hubungan istimewa dianggap ada apabila :

a. penyumbang mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada pemilik

Museum atau sebaliknya;

b. penyumbang menguasai pemilik Museum atau antara keduanya

berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun

tidak langsung atau sebaliknya; atau

c. terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam

garis keturunan lurus dan atau ke samping satu derajat.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7)

Cukup jelas.

Pasal 73

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Tanda penghargaan misalnya ucapan terima kasih, sertifikat, nama penyumbang ditulis di Museum yang telah disumbang, dan

sebagainya.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Page 61: RPP Tentang Museum

61

Draf 31 Agustus 2013

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 74

Cukup jelas.

Pasal 75

Cukup jelas.

Pasal 76

Cukup jelas.

Pasal 77

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR...........