muhibah pesona kota tua di dekat kutub utara · sudah sejak lama muhammad mufti azis ingin...

2
AULA Nopember 2013 M / Dzulhijjah 1434 - Muharram 1435 H Nopember 2013 M / Dzulhijjah 1434 - Muharram 1435 H AULA 26 27 Muhibah SUDAH SEJAK LAMA MUHAMMAD MUFTI AZIS INGIN BERTANDANG KE KOTA TRONDHEIM NORWEGIA. NAMUN SEJAK TAHUN 2009 MENEMPUH STUDI DI SWEDIA, DOSEN UGM YOGYAKARTA DAN KANDIDAT DOKTOR DI CHALMERS UNIVERSITY OF TECHNOLOGY, SWEDIA, INI BARU BISA MENGUNJUNGINYA BEBERAPA BULAN LALU. APA YANG IA DAPAT- KAN DARI KOTA TUA ITU? BERIKUT KISAHN- YA. K einginan saya mengunjungi Trondheim akhirnya dapat terwujud pada musim gugur beberapa bulan lalu. Berawal dari niat untuk menjalin silaturahmi dengan keluarga seorang teman yang tinggal di Trond- heim, Kusmaya, akhirnya saya bisa mengajak istri dan seorang putri ke kota itu. Dari tempat tinggal kami di Gothenburg, Swedia, kami melakukan perjalanan dengan kombinasi bus kota dan pesawat. Kira-kira perjalanan kami tempuh selama 5 jam. Norwegia adalah negara Eropa yang letaknya berada di bagian utara. Dan Trondheim merupakan salah satu kota paling utara di Norwegia. Kota ini hanya berjarak sekitar 500 km dari polar circle /lingkar kutub utara. Karena letaknya yang nyaris di ujung utara bumi, daerah ini beriklim sangat dingin. Suhu udara terendah pernah mencapai minus 14,5 derajat celcius. Pada saat siang ter- panjang di musim panas matahari menyinari Trondheim hingga 22 jam. Kapan matahari terbit dan tenggelam nyaris tak bisa disaksikan mata. Datangnya malam hanya ditandai dengan semburat merah di langit mencipta ca- haya alam yang remang-remang. Sebaliknya di musim dingin, dalam sehari cahaya matahari mampir hanya beberapa jam, lalu gelap berkawan suhu dingin menusuk tulang. PESONA KOTA TUA Secara geografis, Trondheim terletak di titik temu an- tara Sungai Nidelva dan Trondheimorden. Dengan jum- lah penduduk lebih dari 170 ribu jiwa, Trondheim tumbuh menjadi kota terbesar ketiga di Norwegia. Hingga tahun 1217, ibukota Norwegia berada di Trondheim sebelum berpindah ke Oslo. Maka tak heran kalau Trondheim telah menyimpan sejarah yang panjang. Salah satu rasa penasaran kami dari kota ini adalah keberadaan Norwegian University of Science and Techno- logy (NTNU). Sebab, kampus ini adalah tujuan utama maha- siswa Indonesia yang kuliah di Norwegia. Makanya, ketika pertama kali mengeksplorasi Trondheim, tujuan pertama kami adalah menyusuri kampus NTNU. Bagi saya, NTNU adalah universitas tua yang sangat besar dengan jumlah mahasiswa sekitar 22000 orang. Jumlah ini dua kali lipat dari jumlah mahasiswa yang ada di kampus saya, Chalmers. Areal kampus pun menurut saya lebih besar dari areal kam- pus Chalmers. Hebatnya, meski memiliki jumlah mahasiswa yang banyak, setiap mahasiswa memiliki fasilitas dan akses yang sangat baik di kampus NTNU. Keberadaan perusahaan perusahaan minyak pun sangat terasa di kampus ini. Misalnya mereka sering mengadakan workshop-workshop kecil yang diselenggarakan di kampus. Perusahaan-perusahaan ini antara lain Stat Oil, Shell, Preem dlsb. Maklum saja, Norwegia merupakan negara yang kaya minyak meski 80% kebutuhan energinya diperoleh dari en- ergi hydro. Di bagian depan kampus NTNU, berdiri tegak gedung tua yang menjadi gedung utama NTNU (Hovedbygningen) yang selesai dibangun pada 1910. Di gedung ini pula tempat diselenggarakannya ujian desertasi bagi mahasiswa-maha- siswa PhD sebelum kelulusan mereka dari NTNU. Musim Pesona Kota Tua di Dekat Kutub Utara (Islam Kejawen). Kiai Faqih bersila- turahmi kepada pimpinan mereka dan menanyakan perihal tersebut , yang dijawab “Oh, ini urfy ( nyeleneh) saja”. Meski begitu, sang pemimpin mengaku untuk hari raya selanjutnya ia akan mengikuti kelompok mukta- barah (NU). Di tempat lain ada tarekat yang auratnya belum muttasil. Sudah begitu, ada beberapa jamaahnya yang tidak menjalankan shalat lima waktu. Pada kesempatan yang long- gar Kiai Faqih bertamu kepada mur- syidnya. Dalam pembicaraan ringan dan bersifat pribadi, akhirnya sang mursyid mengakui kekeliruannya sekaligus bergabung ke dalam bari- san tarekat NU. Mereka diterima dan dibimbing langsung oleh Rais Am Jatman Habib Luthfi bin Yahya dan auradnya tidak dibatalkan. Lain lagi dengan tarekat yang su- dah muktabarah dan mencantum- kan nama an-nahdliyah, tapi belum masuk ke dalam Jatman (artinya se- cara organisatoris belum bergabung dengan NU). Jumlah jamaahnya juga sangat banyak. Setelah melalui komunikasi yang baik, akhirnya mereka mengundang Kiai Faqih dalam kegiatan khususiyah tarekat- nya sekaligus sang mursyid me- minta maaf karena tidak bisa aktif di Jatman. Sedangkan para khalifah dipersilakan bergabung. Terasa unik, memang, dan banyak ragam pengalaman yang dijumpai. Ada lagi tarekat besar yang sudah muktabarah dan auradnya muttasil, namun belum masuk ke dalam Jatman. Ketika didekati dan diajak bergabung sang mursyid langsung menolak terang-terangan. Bahkan dengan kata-kata yang terkesan sombong. “Untuk apa aku yang sudah besar kok ikut kamu yang kecil,” kata sang mursyid. Kalau sudah begitu biasanya Kiai Faqih tidak melanjutkan ajakan, yang penting sudah menyampaikan dan membuka pintu. Soal masuk atau tidak adalah soal pilihan dan hidayah. Biasanya dalam hati Kiai Faqih langsung berdoa, “Semoga selamat semua, sebab saya sendiri juga belum tentu benar terus”. Ada lagi di tempat lain, seorang kiai tersohor yang juga mursyid tarekat, meninggal dunia. Sementa- ra anak-anak dan para khalifahnya belum ada yang dipersiapkan seba- gai pengganti. Jadilah kepemimpi- nan itu kosong. Sebab dalam dunia tarekat tidak otomatis anak dapat menggantikan posisi orang tuanya kalau belum dibaiat dan belum wushul. “Ini yang sedang kita ha- dapi sekarang ini, bagaimana jalan keluarnya nanti,” tutur Kiai Faqih. Ada lagi pengalaman yang dialami Kiai Faqih ketika menga- jak kiai tertentu untuk bergabung ke dalam Jatman. Apa jawab kiai tersebut? “Sudah, aku jangan diajak ke sana-ke mari, aku tak menyelam saja,” begitu kata kiai tersebut. Kiai Faqih meyakini, dia adalah seorang waliyullah yang batinnya sudah mantap dengan keimanannya. Dugaan Kiai Faqih didasarkan pada pedoman dalam dunia tarekat yang biasa dikenal dengan tiga S, yaitu silat (takholly, biasanya di tingkat para pengurus), silo (tahally, sudah aktif tapi masih mikir murid dan pengajian) dan silem (tajally, su- dah tidak mikir apa-apa lagi selain Allah SWT).q M. Subhan ZIARAH MAKAM GURU. Salah satu tradisi pengamal tarekat KIAI FAQIH. Tarekat itu urusan hati

Upload: nguyendung

Post on 17-Sep-2018

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

26 AULA Nopember 2013 M / Dzulhijjah 1434 - Muharram 1435 H Nopember 2013 M / Dzulhijjah 1434 - Muharram 1435 H AULA26 27

Muhibah

Sudah Sejak lama muhammad mufti aziS ingin bertandang ke kota trondheim norwegia. namun Sejak tahun 2009 menempuh Studi di Swedia, doSen ugm YogYakarta dan kandidat doktor di ChalmerS univerSitY of teChnologY, Swedia, ini baru biSa mengunjunginYa beberapa bulan lalu. apa Yang ia dapat-kan dari kota tua itu? berikut kiSahn-Ya.

Keinginan saya mengunjungi Trondheim akhirnya dapat terwujud pada musim gugur beberapa bulan lalu. Berawal dari niat untuk menjalin silaturahmi

dengan keluarga seorang teman yang tinggal di Trond-heim, Kusmaya, akhirnya saya bisa mengajak istri dan seorang putri ke kota itu. Dari tempat tinggal kami di Gothenburg, Swedia, kami melakukan perjalanan dengan kombinasi bus kota dan pesawat. Kira-kira perjalanan kami tempuh selama 5 jam.

Norwegia adalah negara Eropa yang letaknya berada di bagian utara. Dan Trondheim merupakan salah satu kota paling utara di Norwegia. Kota ini hanya berjarak sekitar 500 km dari polar circle/lingkar kutub utara. Karena letaknya yang nyaris di ujung utara bumi, daerah ini beriklim sangat dingin. Suhu udara terendah pernah mencapai minus 14,5 derajat celcius. Pada saat siang ter-panjang di musim panas matahari menyinari Trondheim hingga 22 jam. Kapan matahari terbit dan tenggelam nyaris tak bisa disaksikan mata. Datangnya malam hanya ditandai dengan semburat merah di langit mencipta ca-haya alam yang remang-remang. Sebaliknya di musim dingin, dalam sehari cahaya matahari mampir hanya beberapa jam, lalu gelap berkawan suhu dingin menusuk tulang.

Pesona Kota tuaSecara geografis, Trondheim terletak di titik temu an-

tara Sungai Nidelva dan Trondheimfjorden. Dengan jum-lah penduduk lebih dari 170 ribu jiwa, Trondheim tumbuh menjadi kota terbesar ketiga di Norwegia. Hingga tahun 1217, ibukota Norwegia berada di Trondheim sebelum berpindah ke Oslo. Maka tak heran kalau Trondheim telah menyimpan sejarah yang panjang.

Salah satu rasa penasaran kami dari kota ini adalah keberadaan Norwegian University of Science and Techno-

logy (NTNU). Sebab, kampus ini adalah tujuan utama maha-siswa Indonesia yang kuliah di Norwegia. Makanya, ketika pertama kali mengeksplorasi Trondheim, tujuan pertama kami adalah menyusuri kampus NTNU. Bagi saya, NTNU adalah universitas tua yang sangat besar dengan jumlah mahasiswa sekitar 22000 orang. Jumlah ini dua kali lipat dari jumlah mahasiswa yang ada di kampus saya, Chalmers. Areal kampus pun menurut saya lebih besar dari areal kam-pus Chalmers. Hebatnya, meski memiliki jumlah mahasiswa yang banyak, setiap mahasiswa memiliki fasilitas dan akses yang sangat baik di kampus NTNU.

Keberadaan perusahaan perusahaan minyak pun sangat terasa di kampus ini. Misalnya mereka sering mengadakan workshop-workshop kecil yang diselenggarakan di kampus. Perusahaan-perusahaan ini antara lain Stat Oil, Shell, Preem dlsb. Maklum saja, Norwegia merupakan negara yang kaya minyak meski 80% kebutuhan energinya diperoleh dari en-ergi hydro.

Di bagian depan kampus NTNU, berdiri tegak gedung tua yang menjadi gedung utama NTNU (Hovedbygningen) yang selesai dibangun pada 1910. Di gedung ini pula tempat diselenggarakannya ujian desertasi bagi mahasiswa-maha-siswa PhD sebelum kelulusan mereka dari NTNU. Musim

Pesona Kota Tua di Dekat Kutub Utara

(Islam Kejawen). Kiai Faqih bersila-turahmi kepada pimpinan mereka dan menanyakan perihal tersebut , yang dijawab “Oh, ini urfy (nyeleneh) saja”. Meski begitu, sang pemimpin mengaku untuk hari raya selanjutnya ia akan mengikuti kelompok mukta-barah (NU).

Di tempat lain ada tarekat yang auratnya belum muttasil. Sudah begitu, ada beberapa jamaahnya yang tidak menjalankan shalat lima waktu. Pada kesempatan yang long-gar Kiai Faqih bertamu kepada mur-syidnya. Dalam pembicaraan ringan dan bersifat pribadi, akhirnya sang mursyid mengakui kekeliruannya sekaligus bergabung ke dalam bari-san tarekat NU. Mereka diterima dan dibimbing langsung oleh Rais Am Jatman Habib Luthfi bin Yahya dan auradnya tidak dibatalkan.

Lain lagi dengan tarekat yang su-dah muktabarah dan mencantum-kan nama an-nahdliyah, tapi belum masuk ke dalam Jatman (artinya se-cara organisatoris belum bergabung dengan NU). Jumlah jamaahnya juga sangat banyak. Setelah melalui komunikasi yang baik, akhirnya mereka mengundang Kiai Faqih dalam kegiatan khususiyah tarekat-nya sekaligus sang mursyid me-minta maaf karena tidak bisa aktif di Jatman. Sedangkan para khalifah dipersilakan bergabung. Terasa unik, memang, dan banyak ragam pengalaman yang dijumpai.

Ada lagi tarekat besar yang sudah muktabarah dan auradnya muttasil, namun belum masuk ke dalam Jatman. Ketika didekati dan diajak bergabung sang mursyid langsung menolak terang-terangan. Bahkan dengan kata-kata yang terkesan sombong. “Untuk apa aku yang sudah besar kok ikut kamu yang kecil,” kata sang mursyid. Kalau sudah begitu biasanya Kiai Faqih tidak melanjutkan ajakan, yang penting sudah menyampaikan dan membuka pintu. Soal masuk atau tidak adalah soal pilihan dan hidayah. Biasanya dalam hati Kiai

Faqih langsung berdoa, “Semoga selamat semua, sebab saya sendiri juga belum tentu benar terus”.

Ada lagi di tempat lain, seorang kiai tersohor yang juga mursyid tarekat, meninggal dunia. Sementa-ra anak-anak dan para khalifahnya belum ada yang dipersiapkan seba-gai pengganti. Jadilah kepemimpi-nan itu kosong. Sebab dalam dunia tarekat tidak otomatis anak dapat menggantikan posisi orang tuanya kalau belum dibaiat dan belum wushul. “Ini yang sedang kita ha-dapi sekarang ini, bagaimana jalan keluarnya nanti,” tutur Kiai Faqih.

Ada lagi pengalaman yang dialami Kiai Faqih ketika menga-jak kiai tertentu untuk bergabung ke dalam Jatman. Apa jawab kiai tersebut? “Sudah, aku jangan diajak ke sana-ke mari, aku tak menyelam saja,” begitu kata kiai tersebut. Kiai Faqih meyakini, dia adalah seorang waliyullah yang batinnya sudah mantap dengan keimanannya.

Dugaan Kiai Faqih didasarkan pada pedoman dalam dunia tarekat yang biasa dikenal dengan tiga S, yaitu silat (takholly, biasanya di tingkat para pengurus), silo (tahally, sudah aktif tapi masih mikir murid dan pengajian) dan silem (tajally, su-dah tidak mikir apa-apa lagi selain Allah SWT).q M. Subhan ZIARAH MAKAM GURU. Salah satu tradisi pengamal tarekat

KIAI fAqIH. Tarekat itu urusan hati

28 AULA Nopember 2013 M / Dzulhijjah 1434 - Muharram 1435 H Nopember 2013 M / Dzulhijjah 1434 - Muharram 1435 H AULA28 29

gugur yang sedang berada di puncak membuat daun-daun menguning dan menambah keindahan pohon-pohon di sekitar NTNU.

Setelah puas mengelilingi kampus NTNU, kami melanjutkan perjala-nan menuju Nidaros. Perjalanan ini dilakukan dengan menuruni jalan melewati studentersamfundet (tem-pat hiburan warga Trondheim) dan jembatan Elgeseter Bru yang membe-lah sungai Nidelva. Dari jembatan ini tampak begitu rapinya rumah-rumah khas Norwegia tersusun di perbuki-tan. Tampak jauh dari jembatan tem-pat kami berdiri benteng yang men-jadi saksi bisu pertempuran Swedia dan Norwegia.

Nidaros memiliki sebuah kate-dral tua yang besar dengan gaya gothic khas Eropa daratan yang menjadi peninggalan bersejarah pa-ling penting di Trondheim. Katedral ini dinamakan Nidarosdomen dan merupakan katedral nasional Nor-wegia. Setelah menyaksikan katedral ini kami melanjutkan perjalanan menuju jantung kota Trondheim yang dinamai torget (pertokoan). Seperti makna kata torget itu sendiri,

SITUS SEJARAH. Mufti (kanan) bersama kelu-arga sahabat di depan Nidarosdomen

Pelajar Indonesia (PPI) Trondheim. Organisasi PPI Trondheim sendiri terdaftar di pemerintah Trondheim dan mendapat bantuan subsidi tiap tahunnya dari pemerintah setempat. Salah satu kegiatannya adalah men-gadakan seminar kecil yang mengha-dirkan narasumber dari berbagai latar belakang.

Di sisi lain mahasiswa atau warga negara muslim dari Indonesia juga tergabung dalam Kajian Muslim In-donesia Trondheim (KMIT). Forum silaturahmi ini didirikan sejak tahun 2003 dan bertahan hingga sekarang. Kegiatan utamanya adalah mengada-kan pertemuan rutin di akhir pekan untuk menjalin silaturahmi sambil memperkuat keimanan dan pengua-saan terhadap ilmu agama. Biasanya, dalam pertemuan itu diawali dengan tilawah al-Qur’an secara bergiliran. Baru kemudian dilanjutkan dengan diskusi atau kajian tentang beberapa aspek dalam ajaran Islam, termasuk tafsir al-Qur’an.

Pembahasan dalam forum terse-but tidak hanya berkaitan dengan masalah-masalah yang berat seputar tauhid, ibadah, atau muamalah. Melainkan juga membahas persoalan-

persoalan yang terlihat kecil namun sa-ngat bermanfaat. Misalnya bagaimana mendapatkan makanan yang halal di Trondheim, bagaimana mendapatkan info tentang waktu shalat yang terus berubah dan bagaimana menguat-kan ukhuwah dalam rangka saling tolong menolong dalam berbagai hal, termasuk dalam hal menyelesaikan kuliah yang menjadi tujuan utama datang ke Trondheim

Bahkan, pertemuan itu juga di-manfaatkan untuk kegiatan Taman Pendidikan al-Qur’an (TPA) untuk anak-anak. TPA ini tidak hanya untuk menunjang tugas utama orang tua dalam mengajarkan anaknya ten-tang Islam dan baca-tulis al-Qur’an, namun juga sejak dini menanamkan rasa kebersamaan dan persaudaraan antar anak-anak muslim sebagai saudara seiman.

Ketika bulan Ramadlan, kegiatan KMIT juga makin semarak dan ber-variasi. Apalagi KBRI Oslo biasanya mengirimkan seorang da’i untuk mengisi pengajian rutin di KMIT. Kegiatan lainnya adalah menga-dakan program tilawah online. Program ini dilaksanakan setiap hari sebelum masuk waktu berbuka

puasa. Dalam program ini peserta tilawah terhubung dengan program teleconference di jaringan internet, lalu membaca al-Qur’an secara ber-giliran. Salah seorang menjadi host dan moderator untuk mengatur lalu lintas anggota tilawah di jaringan. Satu juz bacaan per hari ditarget-kan, hingga khatam al-Qur’an ter-wujud di akhir bulan suci.

Dua kali dalam sepekan, pada hari Senin dan Rabu, diadakan pula Kajian Keislaman Online bersama keluarga muslim Indonesia di Skan-dinavia. Silih berganti para da’i muda yang sedang menuntut ilmu di nega-ra-negara Skandinavia memberikan tausyiah bagi muslimin Indonesia yang tersebar di Norwegia, Swedia dan Denmark.

Banyak hal positif yang kami rasa-kan selama berkunjung ke Trond-heim, khususnya interaksi dengan mahasiswa Indonesia di Trondheim. Dengan mengunjungi Trondheim kami belajar banyak mengenai Nor-wegia dan segala pernak-pernik kehidupannya. Akhirnya, semoga tulisan ini dapat memberi manfaat kepada para pembaca sekalian. Salam dari Swedia.q

di sini umumnya terdapat banyak pertokoan-pertokoan besar layaknya sebuah pusat kota.

Dari pusat kota, kami melanjutkan perjalanan selanjutnya menuju ka-wasan kota tua. Disini kami melewati bridges of happiness (old town bridge) yang benar-benar memberi kenangan happines tersendiri bagi kami. Dari atas jembatan terlihat jelas deretan rumah-rumah tradisional Norwegia dengan beragam warnanya. Letaknya yang berada di atas air memberikan efek pantulan yang sempurna.

Menjelang tengah hari, kami melanjutkan perjalanan menuju benteng Kristiansten yang terletak di atas bukit. Dengan menaiki bus kota sekitar 30 menit, kami akhirnya sam-pai di benteng Kristiansten itu. Dari atas benteng ini, kami bisa melihat seluruh penjuru kota Trondheim yang berbukit-bukit hingga lautan luas. Awan pada siang hari itu yang tam-pak bergelombang menambah kesan mendalam untuk menandai indahnya pemandangan kota ini di tengan musim gugur di Trondheim.

Target terakhir yang ingin kami kunjungi adalah menara tertinggi di Trondheim yaitu menara Tyholt. Me-nara Tyholt pada dasarnya adalah men-ara pemancar televisi yang dilengkapi dengan restoran untuk memandang seluruh penjuru kota Trondheim. Un-tuk menaiki menara dengan ketinggian 124 meter ini, hanya ada satu akses yaitu dengan lift. Tak ayal hal ini mem-buat antrian yang lumayan panjang di depan lift khususnya saat hendak turun dari menara. Hebatnya, meski menjadi salah satu pusat pariwisata, untuk naik ke atas tidak dipungut biaya apapun alias gratis. Di atas menara, kami men-jumpai cukup banyak pengunjung yang melihat pemandangan Trondheim. Para pengunjung ini ternyata banyak juga yang seperti kami hanya melihat-lihat pemandangan tanpa harus membeli sesuatu di restaurant.

tilawah onlineKunjungan kami ke Trondheim

memang kami lakukan di hari Jum’at.

Karena itu, ketika waktu menunjuk-kan pukul dua siang, kami bergegas menuju Islamic Centre yang berada di tengah kota Trondheim untuk menunaikan shalat Jum’at. Meski waktu zuhur sekitar jam satu, namun shalat Jum’at dilakukan pukul sete-ngah tiga. Entah apa alasannya.

Yang menarik, salah satu pen-gurus Islamic Centre di Trondheim adalah mahasiswa S3 asal Indonesia yang kebetulan pada hari itu bertugas memberikan ceramah. Pria bernama Abdillah Suyuthi itu berasal dari Sura-baya dan terlibat aktif dalam kegiatan komunitas muslim di Trondheim. Acara Jum’atan juga menjadi tempat yang efektif untuk menemui maha-siswa Indonesia. Setidaknya kami bisa bertemu dan berbincang dengan sekitar 15 orang Indonesia di momen Jum’atan ini.

Dari banyak perbincangan itu, ter-masuk dengan teman kami, Kusmaya, kami mendapatkan banyak infor-masi tentang bagaimana kehidupan mahasiswa Indonesia di Trondheim. Ternyata, populasi mahasiswa Indo-nesia di Norwegia memang terbanyak berada di Trondheim. Umumnya mereka mempelajari bidang kelautan atau segala teknologi yang berkaitan dengan minyak dan gas bumi.

Salah satu daya tarik utama Nor-wegia adalah masih diberlakukannya free tuition fee (bebas biaya kuliah) bagi mahasiswa Internasional yang berasal dari luar negara Uni Eropa. Selain itu, bagi yang beruntung bisa mendapat beberapa beasiswa yang diberikan oleh Pemerintah Norwegia meski juga tidak sedikit mereka yang kuliah dengan biaya sendiri.

Norwegia memang dikenal sebagai salah satu negara termahal di dunia dan oleh karena itu berbagai keringa-nan diberikan untuk mahasiswa. Ke-ringanan ini antara lain diskon untuk bus dan transportasi umum, aparte-men, hingga diskon untuk membeli telur ayam.

Selain itu, mahasiswa Indonesia di Trondheim banyak didominasi oleh mahasiswa S2 yang masih muda dan belum menikah sehingga me-reka kerap mengadakan kegiatan-kegiatan dalam wadah Persatuan

Setelah jamaah shalat Ashar, para santri masuk kelas untuk mengikuti pendidikan di Madrasah Dini-yah. Kebetulan sore itu waktunya adalah kajian ilmu fiqh yang membahas tentang bab makanan. Pak Kiai menjelaskan bahwa salah satu hewan yang diharam-kan untuk dimakan adalah hewan yang hidup di dua alam. Contohnya adalah katak, dia hidup di air dan di darat.

Pak Kiai tiba-tiba berhenti. Sejurus kemudian, langkahnya mengarah ke bangku yang ditempati Kang Dul. Ternyata santri yang memang terkenal ngantuk’an itu sedang terlelap. Menyadari Pak Kiai semakin dekat, Kang Mat yang duduk di sebelahnya segera berusaha membangunkan Kang Dul.

Kang Dul pun gelagapan. Sementara santri yang lain tertawa cekikikan.

Pak Kiai hanya tersenyum dan berkata. “Kang Dul, coba sebutkan contoh hewan yang diharamkan sebab hidup di dua alam”. Pak Kiai bertanya untuk ngetes, apakah Kang Dul paham atau tidak, kok malah enak-enakan tidur.

Kang Dul linglung. Baru bangun tidur kok ditanya

hewan haram. Dengan gugup ia menjawab, “Babi, Kiai.” Jawaban ini membuat semua teman-teman Kang Dul makin terbahak-bahak.

“Kok babi? Tadi pertanyaan saya apa?” Pak Kiai heran.

“Eh, anu Kiai”. Kang Dul tambah bingung dan linglung. Ia mencoba mengingat-ingat pertanyaan yang diajukan Pak Kiai. Yah, ia ingat, contoh hewan apa yang haram dimakan sebab hidup di dua alam. Kang Dul berfikir keras. Hingga akhirnya dia tersenyum tanda telah mendapatkan ide. Untuk menjaga malunya kepada teman-teman, tak mau kalah Kang Dul segera menjawab dengan lantang.

“Iya, Kiai. Contoh hewan yang diharamkan untuk dimakan karena hidup di dua alam adalah babi alias babi ngepet. Dia hidup di dua alam, alam manusia dan alam ghaib”. Kang Dul tersenyum penuh kemenangan.Pak Kiai dan semua santri mlongo ikut linglung. “????” hehehe... Bisa-bisanya tidur waktu ngaji, ba’da ashar lagi. Padahal Pak Kiai pernah berpesan santri dilarang tidur waktu ba’da subuh dan ba’da ashar karena ber-dampak buruk.q

Hidup di Dua Alam