mu ha ma diy ah

Upload: retno-purwanti

Post on 18-Jul-2015

105 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

IMPLEMENTASI KURIKULUM AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN (AIK) DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG Oleh: Syamsurizal Yazid1. Pendahuluan Di Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) matakuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) memegang pernan yang sangat penting untuk membentuk insan akademis yang susila, berkarakater dan berkepribadian Muslim (learning to be). Karena itulah yang menjadi tolokukur keberhasilan matakuliah AIK ini yang paling pokok adalah terletak pada perubahan sikap (attitude), mental dan tingkah laku mahasiswa. Pembelajaran AIK, menurut Kurikulum AIK 2001, antara lain disajikan dalam bentuk paket program reguler dibagi menjadi tiga tingkatan (marhalah/thabaqah), yaitu: Tingkatan dasar (mubtadiin/ elementary), tingkatan menengah (mutawassithin/intermediate) dan tingkatan lanjut (mutaqaddimin/advanced). Metode pembelajaran yang digunakan, antara lain, metode ceramah, tanya jawab, diskusi dan pemberian tugas, demonstrasi dan praktek. Sedangkan sistem evaluasi didasarkan pada Ujian Tengah Semester (UTS), Ujian Akhir Semester (UAS) keaktifan, penyelesaian tugas dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Hanya saja sejak diberlakukan Kurikulum AIK 2001 ini belum pernah dilakukan suatu penelitian tentang implementasinya (pelaksanaan). Sehingga belum dapat diketahui apakah para dosen sudah menerapkan isi Kurikulum AIK 2001 secara konsisten dalam proses pembelajaran AIK. Oleh karena itulah perlu dilakukan suatu penelitian terhadap masalah ini.

1

2.

Permasalahan, Tujuan Penelitian dan Metode Pengumpulan Data Dari uraian di atas, dapatlah dirumuskan yang menjadi permasalahan penelitian

ini adalah apakah muatan Kurikulum AIK 2003, baik itu yang berkenaan dengan materi-materi, metode-metode dan sistem evaluasi, sudah diimplementasikan secara konsisten oleh para dosen AIK dalam proses pembelajaran AIK di Universitas Muhammadiyah Malang? Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi Kurikulum AIK 2001 dalam proses pembelajaran AIK di Universitas Muhammadiyah Malang. Guna memperoleh data yang diperlukan, maka Peneliti menggunakan metode observasi, dokumenter dan wawancara. Metode Observasi adalah suatu alat untuk mengumpulkan data dengan cara pengamatan. (P. Joko Subagyo, 1991: 62). Dalam hal ini Peneliti akan mengadakan pengamatan terhadap dosen, mahasiswa dan sarana dan prasarana dalam hubungannya dengan implementasi kurikulum AIK 2001. Metode Wawancara adalah alat untuk mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara mengajukan serangkaian pertanyaan-pertanyaan pada responden guna mendapatkan informasi secara langsung. (P. Joko Subagyo, 1991:39). Dalam hal ini, guna memperoleh data yang diperlukan, Peneliti akan mengadakan wawancara terhadap mahasiswa yang dijadikan responden penelitian. Metode Observasi adalah suatu alat untuk mengumpulkan data

dengan cara pengamatan. (P. Joko Subagyo, 1991: 62). Dalam hal ini Peneliti akan mengadakan pengamatan terhadap dosen, mahasiswa dan

2

sarana dan prasarana dalam hubungannya dengan implementasi kurikulum AIK 2001. Metode Wawancara adalah alat untuk mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara mengajukan serangkaian pertanyaan-pertanyaan pada responden guna mendapatkan informasi secara langsung. (P. Joko Subagyo, 1991:39). Dalam hal ini, guna memperoleh data yang diperlukan, Peneliti akan mengadakan wawancara terhadap mahasiswa yang dijadikan responden penelitian. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, metode observasi digunakan untuk melakukan pengamatan dengan seksama terhadap proses pembelajaran AIK yang dilaksanakan oleh para dosen. Sedangkan metode dokumenter digunakan untuk mencari data tentang materi-materi yang disampaikan dosen yang ditulis dalam jurnal kehadiran mereka. Adapun metode wawancara digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh dengan kedua metode di atas, yaitu dengan cara melakukan wawancara dengan para mahasiswa semester lima yang sedang menempuh AIK III yang dijadikan responden. 3. Kajian Pustaka Dalam dunia pendidikan kurikulum merupakan alat yang saagat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan (Nasution, 1995: v). Ali (1992) mengatakan bahwa pada hakekatnya kurikulum merupakan rencana yang menjadi panduan dalam menyelenggarakan proses pendidikan. Ia menjadi pemandu yang mengarahkan kemana anak didik itu akan dibawa dan bagaimana proses itu dilakukan dan kemudian hasilnya dinilai.

3

Sebelum abad keduapuluh, istilah kurikulum belum banyak digunakan dalam konteks pendidikan. Konsep-konsep kurikulum baru mulai berkembang dalam dunia pendidikan setelah diterbitkannya buku The Curriculum oleh Franklin Bobbitt pada tahun 1918 (Saylor, Alexander, dan Lewis, 1981 sebagaimana dikutip Ali, 1992: 2). Sejak saat itulah mulai bermunculan berbagai konsep tentang kurikulum dari para ahli pendidikan. Pada mulanya kurikulum didefinisikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh murid untuk memperoleh ijazah. Inilah pengertian kurikulum menurut pandangan lama (Lihat Hamalik, 1993: 18). Implikasi dari konsep ini adalah: 1. Kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran. Mata pelajaran pada hakekatnya adalah pengalaman masa lampau. 2. Membentuk siswa menjadi manusia intelektualis. 3. Pengajaran berarti penyampaian kebudayaan kepada generasi muda. 4. Tujuannya adalah untuk memperoleh ijazah. 5. Keharusan bagi siswa untuk mempelajari mata pelajaran yang sama. 6. Sistem penyampaian adalah system penuangan. (Hamalik, Loc Cit.) Dalam pandangan modern, kurikulum bukan hanya merupakan kumpulan mata pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa, akan tetapi sekupnya lebih laus sehingga mencakup segala proses pembelajaran baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Hal ini dapat dilihat misalnya dari beberapa definisi yang diungkapkan oleh para ahli pendidikan modern. Abdullah Idi (1999) mencatat aneka ragam definisi kurikulum yang dikemukakan oleh para pakar pendidikan modern, di antaranya adalah: 1. Ralp Tyler (1949) : All of the learning of students which is plenned by and directed by the school to attain its education goals. 2. E.Eisner (1979): By "curriculum" we mean the planned experiences offered to the learner under the guidance of the school. 3. A. Glatthorn (1987): The curriculum is the plans made for guiding learning in schools, usually represented in retrievable documents several levels of

4

generality, and the actualization of those plans in the classroom, as experiented by the learners and as recorned by an observer; those experiences take place in a learning environment which influences what is learned. 4. J. Wiles and J. Bondi (1989): the curriculum is a goal or set of values, which are activated through a development for students. The degree to which those experiences are a true representation of the envisioned goal or goals is direct function of the effectiveness of the curriculum development efforts. Hamalik juga mencatat pendapat modern tentang konsep kurikulum yaitu: "Curriculum is interpreted to mean all of the organized cources, actifities, and experiences which pupils have under direction of the school, whether in the classroom or not" Implikasi dari konsep kurikulum semacam ini adalah: 1. Kurikulum tidak hanya terdiri atas mata pelajaran, akan tetapi meliputi semua kegiatan dan pengalaman. 2. Tidak ada pemisahan antara intra dan ekstra kurikulum. 3. Pelaksanaan kurikulum, baik di dalam maupun di luar kelas. 4. Guru perlu menggunakan berbagai kegiatan belajar mengajar secara bervariasi. 5. Tujuan pendidikan adalah membentuk pribadi dan belajar cara hidup. (Hamalik, Op. Cit. 18-19) Dari definisi-definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa keurikulum merupakan keseluruhan rencana dan aktifitas yang diselenggaran dan diorganisasi oleh sekolah baik di dalam kelas maupun di luar kelas dalam rangka mencapi tujuan pendidikan yang diinginkan.. Adapun matakuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) merupakan salah satu Matakuliah Dasar Umum (MKDU) yang wajib diberikan di seluruh lembaga pendidikan Muhammadiyah, termasuk di Universitas Muhammadiyah Malang. Pendidikan AIK di UMM secara umum diarahkan untuk menguasai, menghayati dan mengaplikasikan ajaran Islam. Karena itu setelah diberi matakuliah AIK diharapkan mereka akan mendapatkan

dasar-dasar ketrampilan keagamaan sebagai modal dan bekal mereka 5

melaksanakan

dakwah

di

masyarakat,

memperoleh

frame

untuk

mengembangkan wacana keilmuan dan mendapatkan kerangka moral bagi kehidupan sehari-hari. (Kurikulum Pendidikan Al-Islam dan

Kemuhammadiyahan 2002: viii) 4. Implementasi Kurikulum AIK 2002 di UMM

a. Sejarah Singkat Kurikulum AIK 2001 Sebagaimana kurikulum pada umumnya, Kurikulum AIK senantiasa mengalami perubahan dan pengembangan guna disesuaikan dengan perkembangan zaman itu sendiri sejak berdirinya UMM

sampai dengan sekarang dan bahkan pada masa-masa mendatang. Adapun sejarah singkat Kurikulum AIK 2001 adalah bermula dari ide dan pemikiran yang dilontarkan oleh Rektor Universitas Muhammadiyah Malang saat itu yang melihat bahwa kurikulum AlIslam dan Kemuhammadiyahan (AIK) sebelumnya dianggap sudah tidak dapat dipertahankan lagi dan sudah saatnya untuk direkontruksi dan direformulasi guna mendapatkan kurikulum AIK yang up to date yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan. Di antara alasan yang mendasari pemikiran Pimpinan UMM untuk melakukan format kurikulum baru ini adalah: a. Berdasarkan fakta bahwa banyak sekali para mahasiswa saat

itu yang masih belum bisa baca tulis Al-Quran yang merupakan dasar pokok ajaran Islam, di samping Al-Hadits. Bahkan kebiasaan melaksanakan ibadah pokok saja belum tertanam, tetapi mereka dengan kurikulum sebelumnyasudah dijejali materi AIK tentang berbagai macam aliran filsafat.

6

b.

Mahasiswa yang masuk ke UMM mempunyai tingkat

pemahaman dan pengetahuan Agama yang bervariasi, mulai dari yang tingkat pemahaman dan pengetahuan Agamanya sangat minim sampai yang baik sekali. Hal ini tidak bisa diabaikan. Mereka ini harus diberikan materi AIK yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan bench mark (dasar titik tolak) dan self readiness (kesiapan) masingmasing. (Syamsurizal Yazid: Suara Muhammadiyah/2001) Atas dasar inilah maka bagian Al-Islam dan Kemuhammadiyahan pada waktu itu melakukan reformulasi dan rekonstruksi terhadap kurikulum AIK yang lama dengan melakukan lokakarya. Hasilnya terbentuklah Kuriukulum AIK yang baru yang dikenal dengan sebutan Kurikulum AIK 2001. b. Kurikulum AIK 2001 Seperti sudah diuraikan di atas bahwa Kurikulum AIK 2001 berbeda dengan kurikulum AIK sebelumnya. Dalam Kurikulum AIK 2001 kelas mahasiswa dibagi menjadi tiga tingkatan yang disesuaikan dengan kemampuan pengetahuan Keisalaman masing-masing setelah melalui proses tes penempatan (placement test). Mahasiswa yang tingkat pengetahuan keislamannya sangat kurang, terutama belum dapat baca tulis Al-Quran akan mereka diletakkan yang di tingkat kelas dasar

(mubtadiin/elementary),

kemampuan

keislamannya sedang saja, tetapi sudah baik kemampuan baca tulis AlQuran akan diletakkan di kelas menengah

(mutawassithin/intermediate). Sedangkan mereka yang sudah sangat baik pengetahuan keislamannya, maka akan diletakkan di kelas lanjut

7

(mutaqaddimin/advanced). Mahasiswa yang sudah diklasifikasikan berdasarkan tingkat kemampuan keislamannya ini akan diberi materi yang berbeda-beda yang sesuai dengan tingkat kemampuan

keislamannya masing-masing. Mata Kuliah AIK, yang merupakan salah satu Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) ini, wajib ditempuh oleh seluruh mahasiswa UMM, kecuali mahasiswa Fakultas Agama Islam (FAI) selama lima semester. AIK I diberikan pada semester pertama; AIK II ditempuh pada semester kedua; AIK III disajikan pada semester lima; AIK IV untuk mahasiswa semester enam dan Materi pilihan (Teori dan Praktek Dakwah) disajikan pada semester ketujuh. Untuk mendapatkan gambaran tentang materi AIK yang disajikan di masing-masing tingkatan pada setiap semesternya, maka dapat dijelaskan seperti dalam tabel berikut ini:

FASHL/KELAS Mubtadiin(elementary)

SMT 1 2 5 6 1 2 5 6 1 2

MATERI Tafhim Al-Quran al-Asasi Teori dan praktek ibadah Dasar-dasar Islam Aspek sejarah dalam Islam Dasar-dasar Islam Aspek sejarah dalam Islam Metodologi studi Islam Studi tematik Al-Quran Dirasah Islamiyah Metodologi studi Al-Quran dan AsSunnah 8

Mutawassithin (intermediate )

Mutaqaddimin (advanced) Mubtadiin, mutawassithin dan mutaqaddimin

5 6 7

Pendekatan Ilmu Sosial kajian Islam Studi tematik Al-Quran Teori dan Praktek Dakwah

dalam

c. Implementasi Kurikulum AIK 2001 Berdasarkan hasil oberservasi Peneliti terhadap para dosen AIK sejak Kurikulum AIK 2001 diterapkan, hasil telaah terhadap dokumen berupa jurnal kehadiran dosen dan hasil wawancara dengan 30 orang ketua kelas tingkat V yang memprogram AIK III tahun akademik 2003/2004 yang dijadikan responden, maka pada umumnya para dosen AIK sudah menerapkan secara konsisten isi

Kuriukulum AIK 2001 dalam proses pembelajaran AIK I, II dan III di Universitas Muhammadiyah Malang, baik itu materi-materi AIK yang disampaikan kepada para mahasiswa, metode-metode pengajarannya maupun sistem evaluasi yang digunakan. Sementara AIK IV dan AIK V (Teori dan praktek dakwah) belum dapat diteliti implementasinya karena baru akan ditempuh oleh para mahasiswa angkatan 2001 pada semester berikutnya. Hanya saja dalam masalah materi-materi AIK ada kesulitan-kesulitan yang dialami oleh beberapa dosen, yaitu ketika harus menjelaskan secara mendetail meteri-materi yang terkait dengan masalah ilmu tafsir al-Quran dan ilmu hadits yang termasuk di antara pembahasan-pembahasan AIK III untuk kelas

mutawassithin (menengah) dan AIK II untuk kelas mutaqaddimin (lanjut) serta materi-materi yang terkait dengan pendekatan ilmu-ilmu sosial dalam kajian Islam yang disajikan dalam AIK III untuk kelas mutaqaddimin. Hal ini disebabkan karena, di samping terkait dengan latar belakang pendidikan mereka juga

terbatasnya buku-buku literatur yang membahas masalah tersebut di perpustakaan.

9

Dalam hal metode pengajaran AIK yang digunakan pada umumnya mereka menggunakan motode ceramah, diskusi, tanya jawab dan resitasi (penugasan). Hal ini sudah sesuai dengan metode-metode yang ditetapkan dalam Kurikulum AIK 2001. Dalam menerapkan metode diskusi, pada umumnya para dosen baru menggunakannya setelah dua atau tiga kali pertemuan dengan menggunakan metode ceramah. Para mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang diberi tugas membuat makalah yang topiknya sudah ditetapkan oleh dosen sesuai dengan materimateri yang termaktub dalam kurikulum untuk dipresentasikan oleh masing-masing kelompok secara bergiliran setiap pertemuan. Di akhir diskusi para dosen memberikan ulasan terhadap hasil diskusi. Hanya saja seperti diakui oleh para mahasiswa bahwa pada umumnya mereka kesulitan mencari buku-buku litarutur di perpustakaan untuk mengerjakan tugas-tugas pembuatan makalah diskusi tersebut. Hal ini disebabkan karena buku-buku yang tersedia di perpustakaan sangat terbatas. Sedangkan sistem evaluasi yang digunakan untuk menetapkan nilai akhir pada umumnya para dosen AIK sudah sesuai dengan apa yang dimuat dalam kurikulum AIK 2001, yaitu didasarkan hasil Ujian Akhir Semester (UAS), Ujian Tengah Semester (UTS), partisispasi aktif, tugas dan kehadiran. Hal ini berdasarkan fakta dalam dokumentasi nilai-nilai AIK yang ada dan didasarkan pada daftar hadir mahasiswa bahwa tidak ada mahasiswa yang tidak aktif mengikuti perkuliahan AIK lalu diluluskan dalam ujian akhir.

10

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Ali, Muhammad, Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Sinar Baru, Bandung, 1992 Bagian Pengajaran AIK, Kurikulum Pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan 2001, Bagian Pengajaran AIK, 2002 Hamalik, Oemar, Sistem dan Prosedur Pengembangan Kurikulum Lembaga Pendidikan dan Pelatihan, Trigenda Karya, Bandung, 1993 Idi, Abdullah, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Gaya Media Pratama, Jakarta, 1993 S. Nasution, Asas-asas Kurikulum, Bumi Aksara, Jakarta, 1995 Subagyo, P. Joko, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 1991. Yazid, Syamsurizal: Pendidikan dan Pengajaran AIK di UMM dalam Suara Muhammadiyah 1-15 Juli 2001.

11