melacak sejarah kelahiran dan perkembangan imm · 2020. 4. 3. · dalam hmi ada orang yang...

52
MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM

Upload: others

Post on 30-Sep-2020

55 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

Page 1: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

MELACAK

SEJARAH

KELAHIRAN

DAN

PERKEMBANGAN

IMM

Page 2: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

BAB I

PENDAHULUAN

Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPP IMM) produk

Muktamar ke-5 IMM tanggal 5-9 Sya‟ban 1406 H, bertepatan dengan tanggal 14-18 April 1986

M, di Padang Sumatera Barat, sesungguhnya telah diamanati Muktamirin untuk menyusun buku

sejarah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) secara resmi, dalam arti bisa dijadikan

literatur tunggal yang syah dalam masalah sejarah kelahiran IMM yang selama ini masih

simpang siur. Langkah yang telah ditempuhnya, yaitu dengan membentuk team penulisan

Sejarah resmi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, yang diketuai oleh immawan Drs. Sudarnoto

Azeth, M.A dan Noor Chozin Agham sebagai sekretaris. Dan team tersebut, kendatipun telah

berusaha, tampaknya masih akan sulit untuk diharapkan hasilnya.

Ada alasan etis (ketimuran?) yang menyebabkan kenapa penulisan sejarah IMM secara

resmi masih belum terwujudkan. Sebab, untuk dan atau dalam rangka menulis sejarah,

memerlukan ketelitian, kejujuran dan keikhlasan dalam mengkaji fakta dan data historis, serta

memerlukan kemampuan daya nalar yang tinggi untuk memberi interpretasi terhadap fakta dan

data historik tersebut, terutama sekali terhadap pelaku sejarah itu sendiri. Kemudian,

sebagaimana layaknya organisasi masyarakat dan pemuda serta mahasiswa lainnya, pada saat-

saat dilahirkannya tentu harus berbenturan dengan berbagai hambatan dan rintangan, baik dalam

bentuk manusia maupun material yang dibutuhkannya. Begitu pula dengan sejarah kelahiran dan

perkembangan IMM, tidak berbeda dengan organisasi yang lainnya yaitu mempunyai hambatan

dan atau rintangan. Hambatan dan atau rintangan yang dimaksud inilah yang menjadi alasan etik

ketimuran, karena para pelaku sejarah termasuk para penghambat dan perintangnya dewasa ini

masih hidup dan makin untuk kelanjutan dalam memberi pengaruh yang bersifat instruktif.

Tanggungjawab moral yang saya punyai ternyata lebih kuat untuk mengusik dan melacak

kelahiran IMM dan perkembangannya. Walaupun ada sementara pihak yang berbarengan dengan

penampilan sejarah resmi IMM senantiasa berusaha untuk menghalangi misalnya, untuk

menaruh rasa curiga misalnya dan lain-lain misalnya, tetapi kepentingan organisatorik ternyata

lebih dominan dan karenanya berikut ini saya ingin mencoba melakukan lacakan terhadap fakta

dan data historik mengenai kelahiran IMM dan perkembangannya, dengan maksud untuk

Page 3: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

mengusir kesan negatif terhadap prospek IMM, yang pada umumnya kesan tersebut berada

dalam angan-angan mereka yang kurang setuju terhadap kelahiran Ikatan mahasiswa

Muhammadiyah (IMM).

Sekedar ungkapan informatik-historik, bahwa mereka yang kurang setuju tersebut, yaitu

mereka yang senantiasa dihinggapi oleh rasa phobisism, dan senantiasa memanipulir sejarah

IMM yang kono dikatakannya bahwa IMM itu lahir karena HMI (Himpunan Mahasiswa Islam)

akan dibubarkan, yang notabene IMM tidak perlu lahir karena ternyata HMI tidak dibubarkan.

Inilah salah satu pemanipulasian fakta dan historik yang ingin saya beberkan dan atau saya

luruskan, sehingga tidak tampak lagi interpretasi pincang seperti itu. Dan ini pulalah yang

menjadi alasan mendasar disusunnya lacakan sejarah kelahiran dan perkembangan IMM ini.

Page 4: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

BAB II

LACAKAN TERHADAP

PROSES SEJARAH KELAHIRAN

IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH (IMM)

Sesungguhnya, ada dua faktor integral yang mendasari kelahiran Ikatan Mahasiswa

Muhammadiyah, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern, yaitu faktor yang terdapat

dalam diri Muhammadiyah itu sendiri. Sedangkan faktor ekstern yaitu faktor yang datang dari

luar Muhammadiyah, khususnya ummat Islam dan umumnya apa yang terjadi di Indonesia, yang

masing-masing faktor tersebut akan diurai by singkat di bawah ini

1. Faktor Intern

Faktor intern ini sebenarnya lebih dominan dalam bentuk motivasi idealis, yakni suatu motif

untuk mengembangkan ideologi Muhammadiyah, yakni dfaham dan akal dan atau cita-cita

Muhammadiyah. Sebagaimana kita ketahui bahwa Muhammadiyah pada hakikatnya adalah

sebuah wadah (organisasi) yang cita-citanya, atau yang maksud dan tujuannya yaitu menegakkan

dan menjunjung tinggi agama Islam, sehingga terwujud masyarakat utama, adil dan makmur

yang diridlai Allah Subhanahu Wata’ala (AD Muhammadiyah Bab II pasal 3). Dan dalam

merefleksikan cita-citanya ini, Muhammadiyah mau tidak mau harus bersinggungan dengan

lapisan masyarakat yang beraneka ragam; ada masyarakat petani, ada masyarakat pedagang,

masyarakat padat karya, masyarakat administratif dan lain-lain termasuk di dalamnya yaitu

masyarakat mahasiswa.

Persinggungan Muhammadiyah dalam menyatakan maksud dan tujuannya, terutama terhadap

masyarakat mahasiswa, cara dan tekhnisnya bukan secara langsung terjun mendakwahi dan

mempengaruhi mahasiswa yang berarti orang-orang Muhammadiyah khususnya para

muballighnya terjun ke kampus-kampus. Tetapi, dalam upaya ini, Muhammadiyah memakai

teknis dan taktik yang jitu, yaitu dengan menyediakan fasilitas yang memungkinkan bisa

menarik animo mahasiswa untuk mempergunakan fasilitas yang disiapkannya.

Page 5: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

Pada mulanya, para mahasiswa yang bergabung atau yang mengikuti jejak-langkah

Muhammadiyah, oleh Muhammadiyah dianggap cukup bergabung dengan organisasi otonom

yang telah ada dalam hal ini yaitu Nasyi‟atul „Aisyiyah (NA) bagi yang putri (mahasiswi) dan

Pemuda Muhammadiyah bagi yang mahasiswa. NA didirikan oleh „Aisyiyah (Ortom tertua di

lingkungan Muhammadiyah) pada tanggal 27 Dzulhijjah 1349 H/16 Mei 1931 M. Sedangkan

Pemuda Muhammadiyah berdiri pada tanggal 25 Dzulhijjah tahun 1350 H/bertepatan dengan

tanggal 2 Mei 1932 M.

Anggapan Muhammadiyah tersebut lahir pada saat Mukatamar Muhammadiyah ke-25

(Kongres seperempat abad kelahiran Muhammadiyah) tahun 1936 di Jakarta yang pada saat ini

dihembuskan pula cita-cita besar Muhammadiyah untuk mendirikan Universitas atau Perguruan

Tinggi Muhammadiyah, dan yang pada saat itu PP Muhammadiyah diketuai oleh K.H. Hisyam

(periode 1933-1937). Dapat dikatakan bahwa anggapan dan pemikiran mengenai perlunya

menghimpun mahasiswa yang sehaluan dengan Muhammadiyah yaitu sejak kongres

Muhammadiyah ke-25 tahun 1936 di Jakarta.

Namun demikian, keinginan untuk menghimpun dan membina mahasiswa Muhammadiyah

tersebut, cenderung didiamkan lantaran Muhammadiyah sendiri saat itu belum memiliki

perguruan tinggi. Akhirnya, para mahasiswa di berbagai universitas atau Perguruan Tinggi

Negeri (PTN) yang secara ideologis berittiba‟ pada Muhammadiyah, senang atau tidak senang

terpaksa bergabung dengan NA atau Pemuda Muhammadiyah. Dan untuk perkembangan

berikutnya, mereka yang di NA dan yang di Pemuda Muhammadiyah atau Hizbul Wathan,

merasa perlu adanya perkumpulan mahasiswa yang secara khusus anggotanya terdiri dari

mahasiswa Islam, dan alternatif yang mereka pilih, yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

yang berdiri pada tahun 1947. Di HMI inilah para mahasiswa yang seideologi dengan

Muhammadiyah bergabung bahkan turut aktif merintis dan mendirikan serta

mengembangkannya. Bahkan sampai konon, ada tokoh Muhammadiyah yang menyebutkan

bahwa HMI adalah anak Muhammadiyah, dalam arti membawa ideologi Muhammadiyah. Prof.

Dr. Lafran Pane, seorang pencetus ide berdirinya HMI adalah orang Muhammadiyah yang

berniat untuk menggiring HMI kepada pemahaman atau cita-cita dan ideologi keagamaan yang

dianut Muhammadiyah, yang pada akhirnya memang ternyata banyak tokoh Muhammadiyah

yang turut aktif mengelola dan membina Himpunan Mahasiswa Islam.

Page 6: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

Sehubungan dengan itu, sekarang terdengar suara sumbang untuk mengklaim bahwa tokoh-

tokoh Muhammadiyah di tingkat pusat seperti almarhum H.M.S Mintareja, S.H., Prof. Dr. H.

Ismail Sunny, S.H. MCL, almarhum Prof. Dr. H. Peunnoh Daly, H. Ramli Thaha, S.H., Drs. H.

Lukman Harun, Dr. H. M. Amin Rais, M.A., Dr. Kuntoeijoyo, Dr. Ahmad Syafii maarif, Drs. H.

Rusydi Hamka, dan lain-lain, adalah tokoh yang dibina oleh HMI. Klaim seperti ini

sesungguhnya – walaupun ada sedikit nilai kebenarannya tetapi –wajib untuk ditepiskan atau

direndam dalam-dalam. Sebab, fakta dan data sejarah, menyebutkan bahwa beliau-beliau itulah

yang secara ikhlas berpartisipasi aktif membina HMI. Jadi, bukan HMI yang berjasa untuk

Muhammadiyah, tetapi Muhammadiyah yang berjasa untuk HMI.

Bukti nyata yang dapat disaksikan kita sekarang, yaitu bahwa sebelum HMI lahir, beliau-

beliau tersebut sudah berada dalam Muhammadiyah. Lagi pula, beliau-beliau itu pulalah yang

secara moral dan ideologis turut merintis berdirinya dan atau lahirnya IMM (Ikatan Mahasiswa

Muhammadiyah) dan melepas HMI yang kelihatan berkembang baik, walaupun perkembangan

ini senantiasa menekan independen dan yang akhirnya secara ideologis berbeda dengan

Muhammadiyah. Kalau dahulu, Muhammadiyah secara kelembagaan turut mengembangkan

HMI, baik dari segi moral maupun dari segi material. Yang saya sebut terkahir ini, yakni

Muhammadiyah secara material turut membiayai aktifitas HMI di hampir setiap kongres atau

aktifitasnya, terbukti dari hasil lacakan terhadap arsip-arsip PP Muhammadiyah dan lembaga-

lembaga amal usaha Muhammadiyah (terutama PTM-PTM dan Rumah Sakit). Di sini, sekali lagi

layaknya dikatakan bahwa bukan HMI yang turut menelorkan tokoh-tokoh Muhammadiyah yan

dulu turut aktif mengendalikan HMI.

Kenapa Muhammadiyah membantu perkembangan HMI? Di atas sudah saya singgung,

bahwa HMI dulu dirintis dan dikembangkan oleh tokoh-tokoh Pemuda Muhammadiyah, yang

diharapkan supaya HMI tetap konsisten dengan paham keagamaan yang dianut Muhammadiyah

untuk kemudian dikembangkan di kalangan mahasiswa Islam. Namun akhirnya, HMI tidaklah

seperti yang diharapkan oleh Muhammadiyah. Penekanan independensi yang dikembangkan

HMI lama-kelamaan tidak sesuai lagi dengan independen yang dikehendaki Muhammadiyah.

Independensi HMI sekarang cenderung lebih liberal dalam segala aspek, segala aliran yang ada

dalam sejarah teologi Islam bisa masuk ke dalam tubuh HMI. Sehingga ada kesan lain bahwa

dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran

Mu‟tazilah, ada pula yang beraliran nasionalisme, sekularisme, pluralisme dan lain-lain.

Page 7: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

Sementara dalam Muhammadiyah ditekankan pada kebebasan berpendapat tetapi kesatuan dalam

ideologi Islam (baca Al-Qur‟an dan As-Sunnah), sehingga dalam Muhammadiyah tidak ada

mdzhab Syafi‟i, tidak ada madzhab Hanbali, tidak ada pula madzhab-madzhab lain. Jadi,

independensi dalam Muhammadiyah, yaitu dalam bidang madzhab fiqhiyah.

Melihat perkembangan HMI yang kian meluncur ke kancah dan dalam kebebasan ideologi

tersebut, maka Pimpinan Pusan Muhammadiyah via Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah

memandang perlu menyelamatkan kader-kader Muhammadiyah yang masih berada dalam

jenjang pendidikan menengah atau pendidikan tinggi.

Pada tanggal 18 November 1955, Muhammadiyah baru bisa membuktikan cita-citanya untuk

mendirikan Perguruan Tinggi yang sesungguhnya dicita-citakan sejak tahun 1936, dan dengan

didirikannya Perguruan Tinggi ini, maka PP Pemuda Muhammadiyah melalui struktur

kepemimpinannua dibentuk Departemen Pelajar dan Mahasiswa, atau suatu departemen yang

dimaksudkan untuk menampung Pelajar dan Mahasiswa. Muktamar Pemuda Muhammadiyah ke-

1 di Palembang pada tahun 1956, di antara keputusannya ditetapkan yaitu “Langkah ke Depan

Pemuda Muhammadiyah Tahun 1956-1959”, dan dalam langkah ini ditetapkan pula usaha untuk

menghimpun pelajar dan mahasiswa Muhammadiyah yang mampu mengembangkan amanah.

Untuk lebih merealisasikan usaha PP Pemuda Muhammadiyah tersebut, maka lewat Konpida

(Konferensi Pimpinan Daeran Pemuda Muhammadiyah) se-Indonesia tanggal 5 Shafar 1382

H/18 Juli 1961 M di Surakarta, antara lain memutuskan untuk mendirikan IPM (Ikatan Pelajar

Muhammadiyah), PP Pemuda Muhammadiyah, saat berlangsung Konpida ini, belum berhasil

melahirkan organisasi khusus di kalangan mahasiswa Muhammadiyah. Sebab, pada saat ini

masih ada argumentasi bahwa untuk mahasiswa Muhammadiyah yang kurang berminat dalam

struktur Pemuda Muhammadiyah diperbolehkan duduk dalam kepemimpinan atau keanggotaan

Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Dan memang kepemimpinan IPM periode awal bahkan sampai

sekarang lebih didominasi oleh mereka yang sudah berpredikat sebagai mahasiswa, khususnya

untuk tingkat Cabang, Daerah dan Wilayah serta Pusat. Mereka yang masih berstatus sebagai

pelajar, seolah hanya boleh untuk kepemimpinan di tingkat ranting/kelompok.

Sehubungan dengan semakin berkembangnya Perguruan Tinggi Muhammadiyah dalam hal

ini Fakultas Hukum dan Filsafat di Padang Panjang yang berdiri pada tanggal 18 November 1955

tetapi kemudian sehubungan dengan adanya peristiwa PRRI, maka kedua Fakultas tersebut

mandeg, dan kemudian berdiri di Jakarta dengan nama Perguruan Tinggi Gruru (PTGP) yang

Page 8: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

kemudian setelah melalui kemajuan-kemajuan berganti dengan nama IKIP. Tahun 1958 fakultas

yang serupa dibangun pula di Surakarta, di Yogyakarta berdiri Akdemisi Tabligh

Muhammadiyah, dan Fakultas Ilmu-ilmu Sosial (FIS) berdiri di Jakarta yang kini berkembang

menjadi Universitas Muhammadiyah.

Jelasnya, sejak tahun 1960, kegiatan pendidikan tinggi atau Perguruan Tinggi

Muhammadiyah (PTM) pun mulai membanyak. Lantas, pada tahun 1960-an inilah mulai santer

ide-ide tentang perlunya penanganan khusus bagi mahasiswa Muhammadiyah, sehingga PP

Muhammadiyah pun mulai segera memikirkannya.

PP Pemuda Muhammadiyah yang oleh PP Muhammadiyah dan amanat Muktamar ke-1-nya

di Palembang (1956) dibebani tugas untuk menampung para mahasiswa yang seideologi dengan

Muhammadiyah, segera membendung “Study Group” yang khusus untuk mahasiswa. Dan dari

studi ini, kemudian setelah melihat perkembangannya, dijadikanlah Depertemen yang khusus

untuk mengembangkan studi grup ini. Sementara itu, para mahasiswa Muhammadiyah dari

berbagai kota seperti Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Medan, Ujung Pandang, Padang

dan jakarta, yang pada umumnya merupakan pimpinan Pemuda Muhammadiyah, menjelang

Muktamar Muhammadiyah Setengah Abad tahun 1962 di Jakarta, mereka mengadakan Kongres

Mahasiswa Muhammadiyah di Yogyakarta. Dan dari kongres inilah semakin santer upaya tokoh

Pemuda Muhammadiyah untuk melepaskan Departemen Kemahasiswaan supaya berdiri sendiri.

Pada tanggal 15 Desember 1963, PP Pemuda Muhammadiyah mulai mengadakan penjajakan,

didirikan lembaga dakwah Mahasiswa yang dikoordinir oleh Ir. Margono, Soedibjo Markoes dan

A. Rosyad Shaleh. Sedangkan ide pembentukannya yaitu dari Moh. Djasman yang saat itu duduk

sebagai Sekretaris Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah.

Sementara itu, desakan untuk segera membentuk organisasi khusus mahasiswa

Muhammadiyah, datang pula dari para mahasiswa Muhammadiyah yang ada di Jakarta seperti

Nurwijoyo Sarjono, M.Z Suherman, M. Yasin, Sutrisno Muhdam dan lain-lain yang saat itu

termasuk pula Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah. Maka, dengan semakin banyaknya

desakan tersebut, akhirnya PP Pemuda Muhammadiyah segera memohon restu kepada PP

Muhammadiyah yang saat itu diketuai oleh H.A Badawi. Giliran berikutnya, maka dengan penuh

bijaksana dan kearifan, akhirnya PP Muhammadiyah menerima usulan dari para pemimpin PP

Pemuda Muhammadiyah untuk mendirikan organisasi yang khusus untuk mahasiswa

Muhammadiyah. Moh. Djazman selaku sekretaris PP Pemuda Muhammadiyah saat itu

Page 9: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

mengusulkan nama yang tepat, yaitu IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH (IMM).

Tepat pada tanggal 29 Syawal 1384 H/ 14 Maret 1964, PP Muhammadiyah menunjuk Formatur

sebagai berikut:

Ketua Formatur : M. Djazman

Anggota Formatur : A. Rosyadi Shaleh

Soedibjo Markoes

Moh. Arief

Zulkabir

Sutrisno Muhdam

Syamsu Udaya Nurdin

Nurwijoyo Sarjono

Basri Tambun

Fathhurrahman

Soemarwan

Ali Kiai Demak

Sudar

M. Husni Thamrin

M. Susanto

Siti Ramlah

Deddy Abu Bakar.

Selanjutnya, termasuk juga faktor intern dalam melahirkan Ikatan Mahasiswa

Muhammadiyah (IMM), yaitu adanya motivasi etis di kalangan keluarga besar Muhammadiyah.

Dalam usaha mencapai maksud dan tujuan Muhammadiyah, seluruh jajaran keluarga besar

Muhammadiyah, baik yang berada dalam kepemimpinan ataupun yang masih jadi anggota dan

simpatisan biasa, baik yang berada dalam orang tua, kelas orang muda, kelas remaja maupun

kelas anak-anak, semuanya saja harus mampun hidup dalam lingkungannya dengan mengetahui

sekaligus memeliharanya.

Bagi para mahasiswa Muhammadiyah, yang berada (berkuliah di) dalam Perguruan Tinggi

Muhammadiyah maupun perguruan tinggi lainnya, dengan motivasi etis ini harus memahami

lingkungan tempat (kampus) perkuliahannya. Sehingga, dengan motivasi etis ini, mereka (para

Page 10: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

mahasiswa Muhammadiyah) terdorong untuk melakukan dakwah amar ma’ruf nahi munkar,

yang salah satu jalannya yaitu mengajak teman-temannya untuk ikut serta mencipta diri sebagai

orang yang bersedia membantu mewujudkan masyarakat yang menjunjung tinggi agama Islam

yang bersumber langsung Al-Qur‟an dan Sunna Rasulullah SAW.

Penegasan motivasi etis tadi, sesungguhnya merupakan interpretasi rasional dari apa yang

dikehendaki oleh Allah SWT lewat firman-Nya yang antara lain terdapat dalam Al-Qur‟an surat

Ali-Imran ayat 104, yang tersohor dengan sebutan Ayat Muhammadiyah, yaitu yang terjemah

bebasnya sebagai berikut:

Seungguhnya di kalangan kita – mahasiswa Muhammadiyah – segera bersatu membentuk

sebuah organisasi yang dapat dijadikan sarana untuk berdakwah amar ma’ruf nahi munkar,

agar kita – mahasiswa Muhammadiyah – memperoleh keberuntungan.

Ayat Muhammadiyah (baca QS. Ali Imran: 104) yang mengandung amar atau perintah

tersebut oleh para Mufassir (ahli tafsir) dikatakan sebagai “amar fadhliyah” atau perintah wajib,

minimal wajib “kifayah”. Artinya, andai tak seorang pun dari Keluarga Muhammadiyah tidak

mengorganisir mahasiswa Muhammadiyah, maka semua keluarga besar Muhammadiyah akan

berdosa. Inilah sebabnya, PP Muhammadiyah yang tahu betul tentang hukum segera mendirikan

IMM tanpa memperhatika organisasi mahasiswa yang sudah ada.

2. Faktor Ekstern

Yang dimaksudkan faktor ini – sebagaimana yang telah disebut di atas – yaitu faktor di luar

Muhammadiyah, baik yang terjadi di kalangan ummat Islam secara umum, maupun yang

terdapat dalam sejarah pergolakan bangsa Indonesia, khususnya pemuda dan mahasiswa.

Yang terjadi di kalangan ummat Islam, yaitu masih menyuburnya tradisi-tradisi yang

sesungguhnya tidak lagi cocok dengan ajaran Islam murni khususnya dan juga tidak lagi sesuai

dengan perkembangan zaman. Di sana-sini ummat Islam, termasuk di kalangan mahasiswanya,

masih terlenan dengan praktek-prektek peribadatan yang penuh dengan bid‟ah, khurafat dan

tahayul. Kepercayaan terhadap benda-benda yang dianggap keramat seperti jimat, batu aki, keris,

dan lain-lain, masih membudaya. Kepercayaan terhadap ramalan dan mantra-mantra para dukun

masih membudaya. Kepercayaan terhadap tempat-tempat yang dianggap keramat, masih

digandrungi.

Page 11: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

Budaya yang paling mengganggu kreatifitas aqliyah dan ijtihadiyah, yaitu keterpakuan

terhadap fatwa-fatwa para kiai yang sesungguhnya kadang-kadang tidak dilandasi dalil-dalil

qath‟i, bahkan mereka menganggap lebih suci dan patut dita‟ati ketimbang Al-Qur‟an dan

Sunnah. Dan masih banyak lagi aktifitas ritualis yang menjadi langganan yang sesungguhnya

mencerminkan sinkristik dan bahkan animistik. Dampak yang jelas ada gara-gara budaya

masyarakat Islam termasuk mahasiswa yang seperti tersebut itu, adalah semakin menancapnya

keterbelakangan dan atau kebodohan. Kendatipun negara saat itu sudah merdeka, tetapi

kemerdekaannya masih dalam arti sempit.

Parahnya lagi, asal mereka mengaku sudah shalat, sudah bayar zakat, puasa, dianggap beres,

tidak ada masalah. Ancaman ideologi yang komunistik, yang sesungguhnya sangat berbahaya

bagi keutuhan beragama dan bernegara, masih diabaikan. Akibatnya, banyak sekali di antara

kaum muslimin tua dan muda yang tergelincir terjun, sekaligus menjadi pendukung-pendukung

karib kaum Penjajah Ideologi dalam hal ini komunis. Akibat berikutnya, kemerajalelaan

komunis semakin menapak dan mengikat, yang pada gilirannya Bung karno sebagai presiden

saat itu kelihatan benar-benar tergoda oleh bujuk rayu komunis, sampai begitu tega menyegel

bahkan membubarkan Ormas dan partai-partai Islam. Masyumi sendiri sudah kena getahnya,

begitu pula PSI (Partai Sosialis Islam) dibubarkan pada tahun 1960.

Di samping itu, pergolakan organisasi-organisasi mahasiswa di tahun 1950-an sampai

terjadinya G.30 S/PKI 1965, kelihatan menemui jalan buntu dalam mempertahankan partisipasi

aktifnya dalam era kemerdekaan RI, terutama sejak Kongres Mahasiswa Indonesia 8 Juni 1947

di Malang yang terdiri dari HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), PMKRI (Persatuan Mahasiswa

Katholik Republik Indonesia), PMKI (Persatuan Mahasiswa Kristen Indonesia). PMJ (Persatuan

Mahasiswa Yogyakarta), PMD (Persatuan Mahasiswa Jakarta), MMM (Masyarakat Mahasiswa

Malang), PMKH (Persatuan Mahasiswa Kedokteran Hewan) dan SMI (Serikat Mahasiswa

Indonesia) yang kemudian berfungsi menjadi PPMI (Perserikatan Perhimpunan-Perhimpunan

Mahasiswa Indonesia) yang bersifat independen.

Pada mulanya, independensi PPMI memang kompak sebagai penggalang kekuatan anti

imperialisme, tetapi setelah melaksanakan Konferensi Mahasiswa Asia Afrika (KMAA) di

Bandung tahun 1957 – yang merupakan prestasi puncak dari PPMI – masing-masing organisasi

anggotanya memisahkan diri. Ini, gara-gara dalam tubuh PPMI pada tahun 1958 telah menerima

masukan anggota baru yaitu CGMI (Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia) selundupan

Page 12: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

dari PKI. Badan Kongres Mahasiswa Indonesia (BKMI) yang terdiri dari selain PPMI yaitu

PMID (Persatuan Mahasiswa Indonesia Jakarta), HMD (Himpunan Mahasiswa Jakarta), MMB

(Masyarakat Mahasiswa Bogor), PMB (Perhimpunan Mahasiswa Bandung), GMS (Gerakan

Mahasiswa Surabaya) dan GMM (Gerakan Mahasiswa Makassar), gara-gara CGMI tersebut juga

telah memisahkan diri dari PPMI tersebut. Akhirnya, masing-masing unsur bercerai-berai

mencari keselamatan sendiri-sendiri bahkan konon akhrinya banyak pula yang membubarkan diri

sebelum PKI membubarkannya, atau jelaskan yaitu karena pengaruh-pengaruh yang lahir dan

CGMI dan atau PKI sejak tahun dimasukinya yaitu 1958 maka akhirnya di sekitar bulan oktober

1965 – setelah PKI dilumpuhkan – PPMI kehilangan anggota dan sekaligus secara resmi

membubarkan diri.

Membantu HMI

Sebelum PPMI membubarkan diri, antara tahun 1964-1965 masing-masing organisasi

mahasiswa yang berfungsi ke dalam PPMI tersebut (yaitu PMID, HMD, MMD, PMB, GMS,

GMM, HMI, PMKRI, PMKI/GMKI, PMD, PMI, PMKH dan SMI) saling jor-joran atau sok

revolusioner, terutama setelah CGMI (PKI) masuk ke dalamnya. CGMI (PKI) kelihatan semakin

besar pengaruhnya dan kemampuannya untuk membujuk para penguasa termasuk Bung Karno.

HMI (Himpunan mahasiswa Islam) yang saat itu juga turut berlomba merevolusionerkan diri

menjadi sasaran CGMI dan atau PKI, yang akhirnya HMI hampir-hampir rapuh karena memang

PKI dalam hal ini para pendukungnya senantiasa mengeluarkan yel-yel menuntut supaya HMI

dibubarkan. Dengan demikian, HMI pun semakin bringas (baca tegar) untuk memperkokoh

sayapnya, semakin gesit bertindak membela diri. Dengan kluyuran (mengadakan lobby) ke sana

ke mari, HMI mencari pembela untuk memperkuat supaya dirinya tidak mempan terhadap

serangan PKI yang berusaha membubarkannya.

Pada saat-saat Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) semakin terdesak itulah IKATAN

MAHASISWA MUHAMMADIYAH (IMM) lahir, tepatnya pada tanggal 29 Syawal 1384 H/14

Maret 1964 M. Inilah sebabnya, ada persepsi yang keliru bahwa IMM lahir untuk persiapan

sebagai penampung anggota-anggota HMI manakala bernasib sial organisasinya (HMI)

dibubarkan.

Persepsi yang keliru tersebut menghubung-hubungkan HMI dengan Muhammadiyah.

Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa HMI pada mulanya didirikan oleh orang-orang

Page 13: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

Muhammadiyah, maka kalau HMI dibubarkan otomatis Muhammadiyah harus menyiapkan

wadah baru selain HMI. Logisnya, menurut persepsi isi, berarti IMM tidak perlu lahir kerana

ternyata HMI berhasil mempertahankan diri dan tidak jadi dibubarkan oleh PKI. Jelas, kalau

diperhatikan sejarah pergolakan organisasi-organisasi mahasiswa yang secara singkat tersebut di

atas, maka anggapan dan atau klaim yang mengatakan bahwa IMM lahir karena HMI akan

dibubarkan adalah anggapan yang sangat keliru, yang lahir karena kurang cerdas dalam memberi

interpretasi terhadap fakta dan data sejarah.

Sebaliknya, justru yang benar, yang rasional, yang berlandaskan analisis ilmiah terhadap

fakta dan data sejarah, adalah bahwa kelahiran Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) salah

satu faktor historisnya yaitu untuk membantu eksistensi HMI supaya tidak mempan dengan

usaha-usaha PKI yang akan membubarkannya, sekali lagi, bahwa kelahiran IMM salah satu

maksudnya yaitu untuk membantu dan atau turut serta mempertahankan HMI dari usaha-usaha

komunis yang berniat jahat dan berambisi ingin membubarkan HMI. Dan ini, sesuai dengan sifat

IMM itu sendiri yang akan senantiasa menjalin kerjasama dengan organisasi mahasiswa Islam

lainnya dalam upaya ber-amar ma’ruf nahi munkar yang jadi prinsip dasar perjuangannya.

Itulah sejarah kelahiran Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang dapat saya lacak

selama 3 (tiga) tahun, tepatnya selama saya bekerja di sekretariat PP Muhammadiyah Jl.

Menteng Raya 62 Jakarta dari tahun 1984 sampai tahun 1987, yang ketepatan pula waktu itu

saya sebagai Ketua Lembaga Pers & Pustaka (LPP) DPP IMM DKI Jakarta. Hasil lacakan yang

kemudian dilengkapi dengan buku-buku sejarah pergolakan pemuda dan mahasiswa ini, jelas

memberi ilmu kepada segenap peminat sejarah IMM, yang memang pada dasarnya dilahirkan

untuk melengkapi kebutuhan Muhammadiyah dalam mengembangkan sayap dakwahnya dan

sekaligus merupakan kebutuhan bangsa dan negara guna turut berpartisipasi aktif dalam mengisi

dan memberi bobot kemerdekaan Republik Indonesia di bawah naungan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945.

Karena IMM merupakan kebutuhan intern dan ekstern itu pulalan, maka tokoh-tokoh

Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang sebelumnya bergabung dengan Himpunan Mahasiswa

Islam (HMI), mereka kembali sekaligus membina dan mengembangkan ideologi

Muhammadiyah antara lain melalui keseriusannya membina Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

(IMM). Bukti nyata niat mereka ini, yaitu bahwa untuk dan setelah sekian lama mereka

bergabung dengan HMI, ternyata HMI yang sudah dimasuki oleh kalangan mahasiswa dari

Page 14: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

berbagai unsur Ormas Islam itu pada akhirnya berbeda bahkan bertentangan dengan orientasi

Muhammadiyah.

Karenanya, suatu hal yang wajar kalau kemudian mereka berbalik atau kembali ke

Muhammadiyah sekaligus turut mengembangkan IMM. Walaupun tidak semuanya begitu, tetapi

ini suatu hal yang susah untuk dihindari. Hampir di setiap daerah, informasi yang saya dapat,

misalnya dari dan di DKI Jakarta, DIY, Riau, Ujung-Pandang, Sumbar dan lain-lain, di sana ada

yang telah bergabung dengan HMI kemudian hijrah ke IMM yang lahir kemudian.

Yang perlu dicatat pula, bahwa para aktifis PP Pemuda Muhammadiyah dan NA yang

dengan susah payah mengusahakan berdiri atau melahirkan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

(IMM), adalah mereka yang betul-betul tidak pernah masuk HMI, atau tidak pernah bergabung

dengan HMI. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah murni didirikan oleh PP Muhammadiyah yang

saat itu di ketuai oleh H.A. Badawi dan yang dipercayakan kepada PP Pemuda Muhammadiyah

dalam hal ini Drs. Moh. Djazman Al-Kindi yang saat itu selaku Sekretaris PP Pemuda

Muhammadiyah untuk mengkoordinir pembentukannya.

Sehubungan hal tersebut, kalau selama ini keluarga besar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

(IMM) hampir saja semuanya terkecoh oleh kekurang-jelian mereka dalam menginterpretasikan

proses sejarah kelahiran organisasinya (IMM), yang keterkecohannya ini ditandai dengan adanya

tafsiran mereka bahwa pendiri IMM adalah Moh. Djazman Al-Kindi, maka dari lacakan

kelahiran ini, dapat dipahami bahwa sesungguhnya Moh. Djazman Al-Kindi bukan satu-satunya

pendiri IMM, sebaliknya beliau adalah hanya ketepatan sebagai seorang koordinator dan

sekaligus ketua pertama. Sedangkan pendiri yang benar adalah Pimpinan Pusat Muhammadiyah

atas desakan atau usulan Kongres Mahasiswa Muhammadiyah yang dilaksanakan oleh Pimpinan

Pusat Pemuda Muhammadiyah yang saat itu diketua-umumi oleh M. Fachrurrazi dan Moh.

Djazman sebagai sekretarisnya.

Penegasan bahwa Pak Djazman bukan satu-satunya pendiri adalah sangat penting dalam

kaitannya dengan penanaman keutuhan dan kelestarian IMM di masa mendatang. Pasalnya, di

samping Pak Djazman sendiri tidak pernah menyatakan secara egoistik mengaku hanya dirinya

yang berperan mendirikan IMM, juga karena Pak Djazman sangat memahami tradisi dan atau

ajaran Muhammadiyah yang tidak membenarkan “menonjolkan” diri. Bila ada seseorang

anggota Muhammadiyah yang memprakarsai mendirikan sebuah Pesantren misalnya, maka

orang tersebut bukanlah sebagai pendiri yang mempunyai konotasi menguasai dan enggan

Page 15: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

digusur dari kepemimpinannya, melainkan hanya sebagai pemrakarsa “atas nama”

Muhammadiyah. Inilah esensi dari makna “Hidup-hidupilah Muhammadiyah”, yang berarti pula

“maju dan jayakanlah Muhammadiyah, jangan mencari kemajuan dan kejayaan dalam

Muhammadiyah.”

Kini, setelah kita melacak sejarah kelahiran Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM),

sekarang tibalah kita membicarakan sejarah perkembangannya. Untuk maksud ini, dan agar lebih

sistematik dalam pengungkapannya. Maka dalam bab-bab berikut ini akan dibicarakan sejarah

perkembangan IMM dari Muktamar ke Muktamar khususnya yaitu dari Muktamar I, II, III, IV

dan V, karena kelima Muktamar inilah yang dinilai penting dalam proses pemapanan IMM untuk

masa perkembangan berikutnya.

Mengenai Muktamar ke-6 dan seterusnya, kalau ada kesempatan Insya Allah akan ditulis

kemudian, mungkin oleh saya sendiri atau ada kader IMM yang lain, yang berminat mengkaji

sejaran kelahiran dan perkembangan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).

Page 16: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

BAB III

SEJARAH PERKEMBANGAN

IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH

(Dari Muktamar I sampai V)

1. Muktamar Ke-1

Moh. Djazman Al-Kindi (Drs. H. MBA) selaku koordinator bersama anggota-anggotanya

sebagaimana tersebut di atas, memang menampakkan semangan dan amat rajin mengusahakan

agar IMM kian eksis dan kian berbobot dalam mengambil peran. Baru satu tahun usia IMM

waktu itu, sudah sangat banyak aktivitas yang dilakukan. Di antara kegiatan-kegiatan yang

paling bersejarah, yaitu melaksanakan Munas (Muktamar) I tanggal 1-5 Mei 1965, yang

menelorkan Deklarasi Kota Barat (Solo, 1965), yang isi deklarasi tersebut yaitu:

1. IMM, adalah gerakan mahasiswa Islam.

2. Kepribadian Muhammadiyah, adalah landasan perjuangan IMM.

3. Fungsi IMM, adalah sebagai eksponen mahasiswa dalam Muhammadiyah (stabilisator

dan dinamisator).

4. Ilmu, adalah amaliyah IMM dan amal adalah ilmiah IMM.

5. IMM, adalah organisasi yang sah mengindahkan segala hukum, undang-undang,

peraturan dan falsafah negara yang berlaku.

6. Amal IMM, dilahirkan dan diabadikan untuk kepentingan agama nusa dan bangsa.

Muktamar ke-1 Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) tersebut, lebih dikenal dalam

sejarah IMM yaitu dengan nama Musyawarah Nasional (Munas). Untuk yang pertama kalinya

dilakukan setelah IMM resmi direstui oleh PP Muhammadiyah dan bahkan oleh Presiden

pertama RI Bung Karno.

Dalam Muktamar ke-1 IMM inilah yang telah menelorkan Deklarasi Kota Barat (Solo) 1965

tersebut di atas dan Komposisi Personalia Dewan Pimpinan Pusat IMM Periode 1964-1967

sebagai berikut:

Ketua Umum : Mohammad Djazman Al-Kindi

Wakil Ketua : A. Rosyad Sholeh

Wakil Ketua : Moh. Amien Rais

Page 17: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

Wakil Ketua : Soedibjo Markoes

Wakil Ketua : Zainuddin Sialla

Wakil Ketua : Sofyan Tanjung

Wakil Ketua : Marzuki Usman

Sekretaris Jendral : Sjamsu Udaya Nurdin

Wakil Sekjen : Bahransjah Usman

Wakil Sekjen : Sugiarto Qosim

Bendahara Umum : Abuseri Dimiyanti

Anggota-anggota : Mohammad Arief

Yahya A. Muhaimin

Ummi Kalsum

Aida Saleh

Sukiriyono

Zulkabir

Tabrani Dris

Zulfaddin Hanafiah

R. Adnan Razak

Djaginduang Dalimunthe

Bachtiar Achsan

Biro Organisasi Kader : A. Rosjad Sholeh

Zainuddin Sialla

Biro Politik & Lembaga

Pengembangan Ilmu : Moh. Amien Rais

Jahja A. Muhaimin

Dep. Penerangan : Marzuki Usman

Dep. Keputrian : Ummi Kalsum

Aida Saleh

Lembaga Penyiaran Islam : Soedibjo Markoes

Dep. Kesejahteraan Lembaga

Seni dan Budaya : Moh. Arief

Abdul Hadi WM

Page 18: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

Satu hal yang patut dicatat, yaitu bahwa pada saat deklarasi atau pada saat berlangsungnya

Muktamar IMM ke-1 ini, situasi bangsa dan Ormas mahasiswa sedang dalam keadaan kurang

tegap, sempoyongan, gara-gara asap kota Madiun yang terberontak PKI sekitar tahun 1948

(setelah merdeka) sampai tahun 1965, hal yang mana pemberontakan PKI terdapat di mana-

mana, yang konon tercatat dalam sejarah bahwa Jawa Tengah termasuk basis PKI.

Sekitar tahun 1963-1965, adalah merupakan era kejayaan PKI, dan pada saat-saat itulah IMM

bangkit yaitu di tengah-tengah era kejayaan PKI itu. Jelasnya, pada pertengahan tahun 1965, atau

tepatnya 1-5 mei 1965, IMM mengadakan Muktamar I sementara PKI pun di setiap tempat

sedang mengatur strategi untuk merebut kekuasaan RI yang berpuncak pada tanggal 30

September 1965 yang kini dikenal G. 30 S/PKI yang telah melakukan penculikan terhadap 7

orang jenderal.

Jadi, secara historik, kehadiran Munas (Muktamar ke-1 IMM) merupakan langkah politis

yang tepat untuk menanamkan semangat juang mempertahankan kemerdekaan RI sekaligus pula

menambah kekuatan Ormas mahasiswa terutama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Secara historis-politis pula, pada saat kelahiran IMM tahun 1964, kehadiran IMM antara lain

– dalam tinjauan politis ini – yaitu bertujuan untuk memperkuat barisan MMI (Majelis

Mahasiswa Indonesia) yang lahir pada tahun 1962 di manaa Drs. Lukman Harun sebagai wakil

sekjennya. Tetapi, pada kongres MMI tahun 1964, yang semula diniatkan tetap mampu

menyatukan Ormas mahasiswa ternyata gagal, PKI tampaknya lebih kuat, akhirnya dengan dan

setelah melalui lika-liku organisatoris yang tidak pernah lepas dari niatan untuk mengganyang

PKI, bubarnya MMI tidak menggoyahkan niatan kelahiran IMM dan karenanya IMM tetap

melangkah mantap dan sangat tegap.

Masih dalam situasi menjelang Munas I, yaitu sekitar bulan Januari 1965, tepatnya yaitu

tanggal 13 Januari 1965, antek-antek PKI telah melakukan serbuan ganasnya terhadap PII

(Pelajar Islam Indonesia) yang saat itu sedang melangsungkan Mentra (Mental Training) di

sebuah Desa Kanigoro (Jawa Timur). Dengan, ganasnya PKI menyerbu arena Mentra di tengah

Masjid Jami‟, pada saat peserta mendengarkan kuliah subuh. PKI datang bersenjata, apapun yang

dilihatnya, dirusaknya. Kemudian, peristiwa ini tersiar dan sekaligus mengusik keimanan kaum

muslimin, maka pada tanggal 1 Februari 1965, ummat Islam di Jatim tersentak dan langsung

mulai melakukan aksi. Di jateng, di Jabar (Jakarta) dan lain-lain, pada bulan-bulan berikutnya

Page 19: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

menyusul dan mulai santer melakukan aksi protes. IMM sebagai organisasi yang baru lahir,

segera ambil bagian dalam gerakan-gerakan protes, aksi dan teriakan-teriakan “Ganyang PKI”.

Para pemimpin IMM hasil Munas I yang diamanati untuk memimpin IMM periode 1965-

1968, dalam melaksanakan program kerjanya senantiasa harus berhadapan secara sengit dengan

CGMI (Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia), Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia (IPPI),

Pemuda Rakyat dan lain-lain yang termasuk organ PKI. Organ-organ PKI yang senantiasa

mengganggu aktivitas Ormas pemuda dan mahasiswa Islam termasuk IMM, selalu mengeluarkan

yel-yel “bubarkan HMI” dan lain-lain, sesungguhnya tidak membuat IMM jadi gentar apalagi

mundur. Pemuda Muhammadiyah yang secara organisatoris sebagai kaka kandung IMM,

senantiasa menggandeng IMM untuk maju ke medan pengganyangan PKI untuk

mempertahankan HMI dan bangsa yakni negara Pancasila serta berusaha mendekati Bung Karno

yang semakin terdesak dibujuk dan difitnah PKI.

Pada hari Kamis 30 September 1965, yang pada malam harinya terjadi G.30 S/PKI, kira-

kiranya jam 20-an, para anggota dan Pimpinan IMM yang berada di Jakarta, ikut mendengarkan

ceramah yang disampaikan oleh kasad Jenderal TNI A.H. Nasution di depan peserta latihan

Kader Pemuda Muhammadiyah Jakarta di kompleks UMJ Jl. Limau Jakarta Selatan (kini IKIP

Muhammadiyah). Kemudian, pagi harinya – setelah terdengar berita adanya penculikan terhadap

7 jenderal (termasuk Pak Nas, yang Alhamdulillah, lolos) atau G.30 S/PKI – maka Ikatan

Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang juga telah bergabung dengan GEMUIS dan telah

melakukan aksi membela HMI pada tanggal 11 September 1965 dan 13 September 1965, secara

cepat melakukan komunikasi dengan tokoh-tokoh Pemuda Muhammadiyah atas anjuran PP

Muhammadiyah yang ada di Jakarta, yang kemudian turut berkumpul di tempat yang sama.

Drs. Lukman Harun yang saat itu sebagai Ketua PP Pemuda Muhammadiyah memberi

briefing bersama H.S. Projokusumo (almarhum Rahimahullah), Sutrisno Muhdam, Mohd.

Suwardi, Sam‟ani, Sumarsono, Djalal Sayuti (almarhum Rahimahullah), Drs. Haiban HS dan H.

Suyitno. Beliau-beliau inilah yang kemudian mengadakan rapat (briefing) tertutup di ruang

rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta yang kemudian salah satu hasilnya yaitu membentuk

KOKAM (Komando Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan Muhammadiyah atau Komando

Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah), Sumarsono dan Sutrisno

Muhdam dalam konteks ini adalah sebagai anggota sekaligus mewakili Dewan Pimpinan Pusat

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPP IMM).

Page 20: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

Hal itu menujukkan, bahwa dalam KOKAM IMM berperan penting, sebagai Ortom

Muhammadiyah yang beranggotakan para mahasiswa militan, senantiasa bergerak dan

menggerakkan aksi-aksi protes menentang PKI, menuntut pembubaran PKI. Dan lewat KOKAM

ini pulalah IMM bisa bekerja sama dengan semua unsur TNI dan ABRI yang anti PKI.

Pada hari Senin 4 Oktober 1965, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) turut ambil

bagian dalam pembentukan KAP GESTAPU (Kesatuan Aksi Pengganyangan Kontra Revolusi

G.30 S/PKI) yang kemudian bergabung pula dengan aksi-aksi lain, seperti KAMI (Kesatuan

Aksi Mahasiswa Indonesia). Di sini, IMM pun ambil bagian. Immawan Saiful Alam termasuk

penandatangan Kebulatan Tekad yang isinya antara lain: “Mengutuk sekeras-kerasnya terhadap

tindakan teror dan penculikan para jenderal. Mendesak Bung Karno selaku Presiden untuk

membubarkan PKI dan antek-anteknya dan seluruh Ormas yang simpati terhadap G.30 S/PKI...”

Sesungguhnya, masih banyak peran Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) kalau kita

lacak dokumen-dokumen sejarah perkembangannya. Apa yang tertuang di atas, itu bagian yang

saya anggap penting. Gerakan-gerakan yang dilakukan IMM sampai Muktamar II dan III (yang

secara singkat akan penulis kemukakan) sesungguhnya memperjelas kedudukan dan fungsi IMM

di tengah ummat dan bangsa.

Secara intern Muhammadiyah, sesungguhnya Munas I IMM tanggal 1-5 Mei 1965, juga

dipersiapkan untuk menghimpun ide-ide baru yang akan dibawa ke arena Muktamar

Muhammadiyah ke-36 bulan Juli 1965 di Bandung. Dan ternyata, Muhammadiyah pun

menerima dengan baik terhadap usaha IMM yang disampaikannya, yang dalam hal ini terutama

sekali yaitu rumusan Deklarasi Kota barat Solo 1965 yang garis-garis poko pikirannya tersebut

di atas. Sehingga Muhammadiyah sendiri lewat Muktamar ke-36-nya itu telah memutuskan pula

suatu kebijakan khusus untuk Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang di dalamnya secara

otomatis terdapat anggota Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.

Seusai Muktamar, tepatnya tanggal 27-29 November 1965, PP Muhammadiyah dengan dan

atau beserta Ortomnya termasuk IMM mengadakan Pleno di Yogyakarta. Salah satu

keputusannya yaitu menjumpai Presiden Soekarno dan dilaksanakan pada hari Rabu, 16 Februari

1966 di Istana Merdeka, yang sebelumnya pun sekitar bulan Mei 1965 di tempat yang sama PP

Muhammadiyah beserta Ortomnya termasuk DPP IMM, telah menyematkan lambang

Muhammadiyah di dada Bung Karno.

Page 21: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

Pada saat kunjungan ke Pak Karno itulah kehadiran (kelahiran) IMM mendapat restu dari

Bung Karno, yang mungkin hanya IMM-lah satu-satunya Ormas mahasiswa yang mendapatkan

nota restu dari Presiden.

Sekitar tahun 1966, anggota IMM dan DPP-nya (hasil Muktamar I) di samping senantiasa

menampakkan keutuhan organisasi, juga masih sering berada di arena perjuangan untuk

menuntut supaya PKI dan antek-anteknya dibubarkan. Yang perlu dicatat di sini, yaitu

keterlibatan IMM dalam Komite Nasional WAY (World Asembly of Youth), yang mulai

diaktifkan kembali gerakannya pada tahun 1966. Komite ini lahir pada tahun 1952 (dan

dinonaktifkan setelah Indonesia keluar dari PBB tangaal 1 Januari 1965), kemudian pada tahun

1966 sehubungan dengan kembalinya Indonesia ke PBB Komite Nasional WAY diaktifkan lagi.

Komite yang merupakan konfederasi dari Ormas pemuda dan mahasiswa. Ia juga merupakan

komite yang berjuang di dalam dan di luar negeri. Di luar negeri, antara lain turut

memperjuangkan kembalinya Irian Barat ke pangkuan Indonesia, dan di dalam negeri turut

memperjuangkan berbagai kebutuhan pembangunan bangsa. Drs. Lukman harun, orang penting

dalam WAY tersebut dan saksi penting terhadap Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang

turut andil di dalam Komite WAY tersebut.

Begitu pula dalam aksi TRITURA, yang terjadi di sekitar tahun 1966, IMM turut serta di

dalamnya, bahkan Immawan Slamet Sukirnanto, pada saat terbentuknya KAMI (Kesatuan Aksi

Mahasiswa Indonesia) termasuk salah seorang ketua presidium KAMI pusat, yang salah satu

tuntutannya yaitu merubah sistem dan struktur politik, yang memang kemudian berhasil sehingga

Bung Karno terpaksa turun dari jabatannya sebagai Presiden RI. Di sini, kalau boleh kita

katakan, bahwa IMM adalah termasuk eksponen angkatan ‟66 dalam perjuangan bangsa.

Pada tanggal 25-28 Juni 1967, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) telah

melaksanakan Konferensi Nasional II atau sekarang kita kenal dengan TANWIR II (yang

pertama yaitu tanggal 14 Maret 1964 pada saat pencetusan berdirinya IMM). Dalam TANWIR II

masa kepemimpinan Periode Muktamar I ini, di samping melengkapi rumusan-rumusan AD-

ART yang digarap pada Muktamar I, juga telah merumuskan DEKLARASI. Karena Tanwir II

ini berlangsung di Garut (Jawa Barat), maka Deklarasi tersebut kini kita kenal dengan

DEKLARASI GARUT 1967, yaitu:

DEKLARASI GARUT

Page 22: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

Modernisasi dan Pembangunan

1. Menyadari perlunya peningkatan mutu Ikatan sebagai aparat pembaharu dan pengabdian.

2. IMM menegakkan lagi strategi dasar untuk pembinaan organisasi, kaderisasi, kristalisasi

dan konsolidasi:

2.1 Membina setiap anggota IMM sebagai kader yang taqwa kepada Allah dan sanggup

memadukan Intelektual dengan ideologi. Karena suksesnya perjuangan ummat Islam

Indonesia banyak ditentukan oleh para intelegensianya untuk selalu berjuang dengan

landasan ideologi Islam.

2.2 Membina setiap anggota IMM sebagai subyek aktifis yang selalu setia sepenuhnya

kepada ideologi dan loyal kepada organisasi. Pengalaman dan sejarah menunjukkan

bahwa untuk mencapai sasaran perjuangan tersebut harus didukung oleh anggotanya

yang meyakini kebenaran ideologi dan mengamalkan serta menunjang setiap aktifitas

gerakan.

2.3 Terus-menerus menyempurnakan dan menertibkan organisasi, sehingga organisasi

sebagai aparat perjuangan mampu mengantarkan Ikatan dalam mempelajari

perjuangan.

Memperlihatkan isi deklarasi garut tersebut, bila dihubungkan dengan kondisi bangsa saat

itu, sesungguhnya merupakan suatu penegasan dan atau kebulatan tekad IMM untuk mendukung

pemerintah Orde baru pimpinan Jenderal Soeharto. Dan dukungan yang dideklarasikan ini

merupakan dukungan yang bersifat mendasar dalam arti mendukung dengan syarat. Maksudnya,

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dalam mendukung keutuhan Orba lewan satu tekad

yang berintikan ideologi Islam yang berarti bahwa syarat mendukungnya harus dengan upaya

pemantapan dari dan lebih dahulu dengan potensi iman dan taqwa kepada Allah SWT. yang

proses pemantapannya yaitu dengan melakukan kaderisasi yang mengarah pada imanisasi dan

intelektualisasi, sehingga benar-benar kader IMM disebut sebagai aparat pembaharu dan

pengabdian terhadap agama, nusa dan bangsa, dan sehingga masyarakat yang sedang dirindukan

oleh Muhammadiyah tercipta dengan sendirinya.

Di samping itu, deklarasi tadi juga merupakan penegasan ulang bahwa Ikatan Mahasiswa

Muhammadiyah (IMM) sesungguhnya bukanlah organisasi massa, bukan organisasi politik

Page 23: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

praktis dan juga bukan sembarang organisasi, melainkan IMM adalah benar-benar sebagai

organisasi kader Muhammadiyah, yang secara otomatis berarti pula kader agama, kader ummat

dan kader bangsa, yang secara otomatis pula akan bertanggungjawab terhadap masa depan

Muhammadiyah dan bangsa Indonesia.

2. Muktamar ke-2

Muktamar ke-2 Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) (waktu itu istilahnya masih

Munas II), dilaksanakan pada tanggal 26-30 november 1967 di Banjarmasin. Dalam Muktamar II

ini, rupanya Drs. M. Djazman Al-Kindi masih populer, seperti disebutkan di atas yaitu sangat

rajin memimpin IMM. Tidak heran kalau beliau terpilih kembali sebagai ketua Umum.

Jelasnya, susunan DPP IMM Periode Muktamar II (1967-1970) yaitu sebagai berikut:

Ketua Umum : Mohammad Djazman Al-Kindi

Ketua : A. Rosyad Sholeh

Ketua : Soedibjo Markoes

Ketua : Moh. Amien Rais

Ketua : Zulkabir

Ketua : Sofyan Tanjung

Ketua : Sjamsu Udaya Nurdin

Sekretaris Jendral : Bahransjah Usman

Sekretaris : M. Rusli

Bendahara Umum : Abuseri Dimiyanti

Bendahara : Usman Rahman

Anggota : Mohammad Arief

Zahir Khan

Abdul Malik

Abdul Muis ZA

Djaginduang Dalimunthe

Tabrani Dris

Sukiriyono

Moh. Ihsan

Zulfaddin Hanafiah

R. Adnan Razak

Page 24: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

Bachtiar Achsan

Drs. Zainuddin Sialla

Staff Pembantu DPP : Koesnarata, B.Sc

dr. Joernalis Etik

H. Mawardi A.S

Drs. Abd. Ghani

dr. Dentjik Qosim

Korp Immawati : Dra. Siti Ramlah

Dra. Sariani

DPP Produk Muktamar II tersebut, dalam langkahnya telah melaksanakan langkahnya dua

kali konferensi nasional (Tanwir), yang pertama disebut dengan Konferensi Nasional ke-3

dilaksanakan pada tahun 1969, dan yang kedua merupakan Konferensi Nasional (Konfernas) ke-

4 atau Tanwir IV tahun 1970 tepatnya yaitu tanggal 1-4 Juli di Kalibening Magelang.

Yang paling penting untuk dicatat dalam periode kepemimpinan produk Muktamar II ini

adalah tersusunnya Identitas Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah beserta penjelasannya. Identitas

tersebut, yaitu:

IDENTITAS

IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH

Bismillahirrahmanirrahim

Untuk terus mengembangkan hidup dan kehidupan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

(IMM) serta amal geraknya, maka perlu ditetapkan Identitas IMM yaitu sebagai berikut:

- Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) adalah organisasi kader yang bergerak di

bidang keagamaan, kemasyarakatan dan kemahasiswaan dalam rangkan mencapai tujuan

Muhammadiyah.

- Sesuai dengan gerakan Muhammadiyah, maka Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)

menetapkan gerakan dakwah di tengah-tengah masyarakat khususnya di kalangan

mahasiswa.

Page 25: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

- Setiap anggota Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) harus mampu memadukan

kemampuan ilmiah dan aqidahnya.

- Oleh karena itu, setiap anggota harus tertib dalam ibadah, tekun dalam study dan

mengamalkan ilmunya untuk melaksanakan ketaqwaan dan pengabdiannya kepada Allah

SWT.

PENJELASAN IDENTITAS IMM

I

Pengamalan sejarah mengajarkan kepada kita, bahwa sesuatu organisasi di dalam melintasi

perjalanan-perjalanan hidupnya akan bergerak secara mantap, apabila identitasnya atau

kepribadiannya atau syakhsyiyahnya nampak jelas dan tegas. Selama identitas itu masih kabur,

tidak jelas menggatra, maka raison d’etre dari organisasi itu akan tetap dipersoalkan, yakni

apakah organisasi itu mampu menjawab tantangan zamannya atau tidak. Selain itu masih juga

bisa dipersoalkan, yakni apakah organisasi itu dengan identitasnya as such benar-benar harus

dikembangkan merealisir idea yang menyertai kelahirannya. Hal seperti ini berlaku pula bagi

ikatan kita, yang bertujuan membentuk akademisi Islam dalam rangka mencapai tujuan

Muhammadiyah.

Untuk mengembangkan hidup dan kehidupan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM),

maka perlu dirumuskan identitasnya dalam satu formulasi yang jelas. Namun harus selalu diingat

identitas ini harus inherent dalam tubuh Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) sejak ia lahir

di tengah masyarakat bangsa Indonesia. Dalam pada itu harus diingat pula dengan adanya

identita IMM yang telah dirumuskan tersebut di atas sama sekali tidak terkandung makna bahwa

IMM memiliki kepribadian yang berbeda dengan kepribadian Muhammadiyah, sehingga seolah-

olah memiliki kepribadian ganda.

Kepribadian Muhammadiyah adalah secara concurent juga kepribadian IMM akan tetapi

dikarenakan fungsi IMM sebagai eksponen dalam tubuh mahasiswa Muhammadiyah memiliki

ciri-ciri khusus. Dan sebagai ikatan dari mahasiswa Muhammadiyah ia juga memiliki ciri-ciri

yang membedakannya dari perkumpulan-perkumpulan mahasiswa lainnya. Ciri-ciri khusus dan

ciri-ciri yang membedakannya dengan organisasi-organisasi mahasiswa lain itulah yang

dirumuskan dalam identitas mahasiswa Muhammadiyah.

Page 26: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

II

Di dalam gerak perjuangannya di bidang-bidang keagamaan, kemasyarakatan dan

kemahasiswaan untuk mencapai tujuan Muhammadiyah IMM telah meletakkan beberapa dasar

falsafah yang harus dipegang adalah:

- Semua amal geraknya diabdikan semata-mata untuk Allah

- Keikhlasan harus menjadi landasan gerakannya

- Ridha Allah harus menjadi ghayah terakhirnya, karena tanpa ridha-Nya tidak akan pernah

ada sesuatu hasil yang dicapai

- Tenaga perbuatan (power of action) sangatlah menentukan karena nasib kita akan banyak

tergantung pada usaha dan perbuatan kita sendiri

- Falsafah Al-Ghayatu yabarriru al-washilah atau apa yang disebut dengan the ... justifies

the means haruslah disingkirkan jauh-jauh karena tidak sesuai dengan ajaran Islam

Walaupun dasar perjuangan di atas juga bisa dianggap sebagai dasar perjuangan mmuslim

pada umumnya, namun toh perlu kita tekankan mengingat banyak prang muslim yang sering

berjuang kehilangan arah di samping untuk mencegah dan mengingatkan IMM agar jangan

sampai jatuh ke jurang hipokrasi. Sementara itu, apabila dasar falsafah perjuangan seperti

dituntunkan Islam tersebut kita pegang benar-benar, maka penyakit hubburriyasah dan

hubbuliyah yang sering menjadi fenomena umum di kalangan kita ummat Islam bisa kita atasi.

Kita seringkali melihat kelesuan jalan roda organisasi dan perkumpulan-perkumpulan hanya

disebabkan pimpinan yang diperebutkan, akibat adanya semacam perbuatan ambisi di antara para

pemimpin. Insya Allah bagi IMM seperti organisasi yang berpegang teguh kepada ajaran-ajaran

Islam, hal demikian tidak boleh terjadi karena tujuan akhir perjuangan kita sekali lagi adalah

Ridha Allah dan bukan selain-Nya.

Keikhlasan berjuang memang sengaja kita tekankan, karena itu merupakan pokok

keberhasilan usaha kita, di samping itu selalu menjadi benteng yang kuat terhadap penyakit-

penyakit patah semangat dan lain-lain, kiranya sangat baik rangkaian kata-kata berikut selalu kita

ingat:

- Semua orang pada hakekatnya mati kecuali beriman

- Semua orang yang berilmu akan bingung kecuali mereka yang beramal

Page 27: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

- Seseorang yang beramal akan menjadi tanpa arah kecuali mereka yang ikhlas

III

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah organisasi kader, jadi bukan organisasi massa.

Pengertian IMM sebagai organisasi kader harus ditafsirkan bahwa setiap mahasiswanya yang

akan menjadi anggota IMM tidak cukup hanya dengan memahami dan menyetujui AD/ART

IMM saja, akan tetapi ia harus bersedia dan sanggup mendukung secara aktif cita-cita dan

program organisasi serta berusaha untuk melaksanakan tuntunan-tuntunannya.

Di samping pengertian yang demikian, maka terkandung pula bahwa IMM sebagai organisasi

kader bersifat sebagai penggerak massa, yakni massa angkatan muda Islam pada umumnya dan

angkatan muda Muhammadiyah khususnya.

Konsekwensi logis dari watak organisasi kader yang demikian adalah mutlaknya pelaksanaan

konsolidasi organisasi, kaderisasi dan kristalisasi yang bagi IMM K-3 itu merupakan organisasi

pourtujuors atau kegiatan rutin bagi dirinya, selain itu pengertian IMM sebagai organisasi kader,

otomatis harus difahami bahwa IMM adalah kader Muhammadiyah yakni intelegensia atau

ulama yang akan menjadi tulang punggung dari pergerakan di lingkungan Muhammadiyah, IMM

adalah Pelopor, Pelangsung dan Penyempurna Amal Usaha Muhammadiyah.

IV

Sikap dari gerakan IMM adalah sama dengan Muhammadiyah yakni sebagai gerakan dakwah

Islamiyah (Amar bi al-Ma’ruf wa Nahyi ‘ann al-Munkar) sudah barang tentu usaha dan

perjuangannya adalah sesuai dengan keadaan/kadar kemampuannya. Dalam usaha-usaha yang

besar ia harus menggabungkan kekuatannya dengan Muhammadiyah, bahkan kadang-kadang

harus sudah puas menjadi kekuatan suplementer bagi Muhammadiyah, pola-pola kegiatan IMM

pada pokoknya juga sama dengan perjuangan Muhammadiyah, yakni:

- Pembinaan Aqidah

- Menyebarluaskan ilmu ajaran-ajaran Islam

- Penyatalaksanaan amalan-amalan Islam

Page 28: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

Dalam pada itu oleh karena banyaknya di antara kita yang sering mempersoalkan kedudukan

politik dalam rangka perjuangan kita, maka soal ini haruslah kita jelaskan memisahkan dengan

tajam politik dengan dakwah dalam ekstrim yang lain adalah keliru. Hubungan antara politik

dengan dakwah bagi IMM dapatlah kita katakan sebagai hubungan species dengan geusan-nya,

yakni hubungan antaracabang dengan pokoknya, dan selain itu politik adalah salah satu dari

bidang-bidang dakwah (seperti pendidikan, tabligh, kesejahteraan dan lain-lain). Maka semua

gerakan yang bersifat politis harus disubordinir di bawah intreset dakwah. Hal ini perlu kita

jelaskan mengingat banyak anggota IMM yang menilai politik sebagai centrum perjuangan

utama.

Kemudian, IMM dalam meletakkan sasaran-sasaran perjuangan lebih mengutamakan

golongan-golongan masyarakat yang berada di luar tubuh ummat Islam. Walaupun regenerasi

dan reyuvenasi ajaran-ajaran Islam bagi ummat (Ummat Ijabah) adalah penting sekali akan tetapi

sasaran-sasaran di luar tubuh ummat Islam (Ummat Dakwah) dianggap lebih penting.

Kita sering merasakan bahwa sudah terlalu banyak saudara-saudara kita yang menjadi ummat

Islam sendiri sebagai sasaran utama perjuangan, yang karena kehilafan-kehilafan strategi

maupupn taktis sering memperoleh sebaliknya dari apa yang diharapkan semula.

V

Setiap anggota Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah harus sanggup memadukan kemampuan

ilmiah dan aqidah Islamiahnya. Penjelasan dari pengertian ini ialah bahwa selama masa studi

setiap anggota IMM harus berusaha mencapai kemampuan ilmiah di bidangnya masing-masing

sebaik mungkin sambil mengintegrasikan kemampuan ilmiah itu dengan aqidah guna persiapan

perjuangan di mana depan. Oleh karena perjuangan yang panjang, yang sesungguhnya (yakni

berat) akan kita hadapi di masa pasca studi atau setelah berakhirnya mahasiswa/kuliah.

Kemampuan ilmiah yang dipadukan dengan aqidah yang kokoh, kiranya akan sangat

menentukan penyelamatan Islam di zaman modern ini. Hampir kebanyakan ulama sepakat

bahwa salah satu masalah sentral yang dihadapi dunia Islam pada zaman modern sekarang

adalah bagaimana menyelamatkan Islam dan ummatnya dari serbuan isme-isme, kultur dan

peradaban non-Islam terutama yang datang dari Barat.

Biasanya masyarakat Islam dalam menghadapi serbuan itu terpecah menjadi tiga golongan:

Page 29: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

Pertama, kaum konservative yang berpendirian bahwa ummat Islam bisa menyelamatkan

dirinya dari serba pengaruh non-Islam asal mau tetap berpegang teguh pada nilai-nilai tradisional

yang sudah ada. Demikian pula gaya dan cara hidup yang sudah established harus tetap

diawetkan, karena hanya dengan jalan inilah kemurnian Islam bisa dijaga.

Kedua, kaum modernis yang beranggapan bahwa karena ummat Islam sudah ketinggalan

dibandingkan dengan bangsa-bangsa Barat, maka untuk mengejar ketinggalan itu jalan satu-

satunya adalah dengan mengabsorber kultur Barat dalam semua segi-seginya. Mudah kita

bayangkan, kaum modernis ini kemudian kehilangan kehilangan identitas sebagai muslim,

kendatipun masih mengklaim dirinya sebagai muslim tulen.

Ketiga, kaum renaissance yang berkeyakinan bahwa Islam pasti bisa menjawab persoalan-

persoalan zaman, asalkan ummat Islam sendiri sanggup menegakkan Islam secara konsekuen.

Kelompok ini berbeda dengan kelompok pertama, yang picik memandang penyelamatan ummat

Islam hanyalah dengan jalan isolasionisme. Juga berbeda dengan kelompok kedua yang

tenggelam dalam arus kultur Barat dan sudah dis-oriented sama sekali dari dasar-dasar Islam.

Akan tetapi sebaliknya, kaum renaissance itu anggota-anggota Ikatan Mahasiswa

Muhammadiyah (IMM) harus berusaha memadukan aqidah dengan kemampuan ilmiahnya,

yakni memadukan secara berimbang ideologi dengan intelektualitasnya. Meskipun kekurangan-

kekurangan masih banyak dialami, perjuangan kaum renaissance untuk menyelenggarakan

revival Islam harus kita jadikan perjuangan IMM pula, terlebih-lebih dalam masa-masa post-

study.

Akhirnya, baik pula dijelaskan tentang keharusan setiap anggota Ikatan Mahasiswa

Muhammadiyah untuk tertib dalam ibadah, tekun dalam studi dan mengamalkan ilmunya guna

memanifestasikan atau mewujudkan ketaqwaan dan pengabdiannya kepad Allah.

Soal ibadah, bagi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah soal pokok. Khususnya shalat,

harus benar-benar dijalankan dengan kaifiyyat yang benar, dijaga waktunya dan senantiasa

diusahakan berjama‟ah. Dalam kegiatan-kegiatan di mana anggota-anggota IMM berkumpul

bersama, maka shalat berjama‟ah sebaiknya dijadikan keharusan.

Shalat, shalat dan shalat, tidak boleh diabaikan oleh anggota-anggota IMM. Kita harus

sanggup melenyapkan kenyataan yang tragis-ironis di lingkungan kita, yakni banyak orang Islam

yang suka berbicara tentang perjuangan Islam, tentang masyarakat Islam, tentang ideologi Islam,

tentang pelaksanaan syariat Islam, tentang negara Islam, dan berbagai macam serba Islam, akan

Page 30: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

tetapi mereka dalam kehidupan sehari-harinya mengabaikan shalat sebagai tiangnya agama.

Orang-orang semacam ini sesungguhnya meremehkan faktor terpenting yang menentukan baik-

buruknya dan berhasil tidaknya sesuatu perjuangan, yakni izin dan Ridha Allah Subhanahu

Wata‟ala.

Kemudian perihal tekun dalam study kiranya sudah cukup jelas. Ikatan Mahasiswa

Muhammadiyah (IMM) tidak mengharapkan study anggota-anggotanya dalam bangku kuliah

berlarut-larut, apalagi kalau kesibukan dalam organisasi dijadikan alasan dan sandaran.

Mengingat bahwa anggota-anggota Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) terutama

dipersiapkan untuk perjuangan di masa depan, study yang berkepanjangan tak menentu terang

tidak sesuai dengan maksud sebenarnya.

Terakhir sekali baik kita tekankan, bahwa pengamalan ilmu bagi angoota-anggota IMM

merupakan kewajiban yang sifatnya serentak dengan kewajiban belajar, oleh karena trilogi kita

adalah belajar, beramal dan berjuang.

Magelang, 4 Juli 1970 M.

ttd.

DPP IMM

Rumusan identitas IMM dan penjelasannya tersebut – yang dikutip dengan perubahan EYD –

adalah merupakan catatan yang paling bersejarah bagi DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

Periode Muktamar II. IMM merumuskan identitas tersebut, sesungguhnya merupakan penjaga

gawang jangan sampai ada anggota atau pimpinan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)

yang hanya mengerti AD dan ART IMM saja. Tanpa disertai dengan peletakan identitas dalam

diri anggota IMM, maka suatu hal yang tidak wajar baginya untuk berpredikat Immawan atau

Immawati.

Dengan identitas lengkap penjelasannya, itulah sesungguhnya yang menggiring Ikatan

Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) tetap konsisten dengan kepribadian Muhammadiyah, dan

yang juga membopong Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) sebagai organisasi mahasiswa

ISLAM ke tengah pergolakan budaya dan politik yang tidak pernah lekang dan tidak pernah

layu. Dalam masa-masa pengganyangan PKI yang sesungguhnya setelah Orde Baru lahir masih

terdapay kasak-kusuk dari kalangan simpatisan PKI, IMM masih tetap di atas pendiriannya, yaitu

Page 31: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

tidak pernah dan tidak akan kompromi dengan organisasi-organisasi pendukung atau simpatisan

PKI. Itu jelas sekali.

IMM, dalam proses perkembangannya, sejak lahir sampai periode Muktamar II tersebut,

senantiasa konsisten dengan ciri-cirinya sebagai organisasi kader yang bergerak di bidang

keagamaan, kemasyarakatan dan kemahasiswaan. Kader yang ditelorkan oleh IMM Periode

Muktamar I dan II, untuk sekarang sudah dapat kita lihat hasilnya. Tampilnya nama-nama beken

seperti Dr. H. M. Amien Rais, MA, Drs. H.M. Djazman Al-Kindi, MBA, Drs. H. Sutrisno

Muhdam, Drs. H. A. Rasyad Shaleh, Dr. Sudibyo Markus, Dr. H. Yahya A. Muhaimin, Abdul

Hadi WM, Drs. H. Slamet Sukirnanto, Drs. H. Marzuki Usman, M. A, H. Yudo Paripurno, S. H,

Drs. H. Sofyan Tanjung dan lain-lain (maaf yang tidak disebutkan), semuanya membuktikan

bahwa Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) (periode awal) ternyata tidak sia-sia dalam

pengembangan dan penampilan tokoh-tokoh muda yang mengharumkan nama Muhammadiyah

di kelas dunia dan atau kelas berat di seantero alam raya ini.

Selain itu, dalam era kepemimpinan Drs. Moh. Djazman Al-Kindi (1964-1970) yang bisa

kita sebut sebagai era perintisan dan pemantapan, sesungguhnya banyak sekali yang dihasilkan

untuk mengayomi dinamika IMM periode berikutnya. AD dan ART, Mars dan Himne IMM,

identitas, dan lain-lain yang berkaitan erat dengan Muhammadiyah khususnya dan ummat Islam

serta bangsa Indonesia umumnya.

3. Muktamar Ke-3

Muktamar atau musyawarah Nasional ke-3 Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM),

semula akan dilangsungkan di jakarta pada tanggal 14-19 Maret 1970, dengan panitia Sjamsu

Udaya Nurdin dan Abdul Muis ZA sebagai ketua dan wakil ketua. Namun, karena kondisi pilitik

di Jakarta saat itu kurang mendukung, maka akhirnya DPD IMM DIY Jakarta mengembalikan

amanat tersebut. DPP IMM pun menerimanya.

Akhirnya, rencana Munas (Muktamar) III yang semula akan dilangsungkan bulan Maret

1970 tadi, diundur dan dilaksanakan pada tahun 1971, tepatnya yaitu pada tanggal 14-19 Maret

1971 di Yogyakarta. Setelah ditentukan di Yogyakarta, walaupun kondisi pilitik saat ini semakin

menghangat lantaran akan ada pesta demokrasi tingkat nasional yaitu Pemilu 1971, tetapi

Muktamar III IMM tetap dilaksanakan pada tanggal yang telah ditentukan, yaitu 14-19 Maret

1971 dengan acara yang cukup sederhana.

Page 32: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

Dalam Muktamar III IMM ini, terpilih formatur sebanyak sembilan orang yang sekaligus

pula tersusu Personalia DPP IMM Periode 1971-1974 dengan komposisi sebagai berikut:

Ketua Umum : A. Rosyad Sholeh

Ketua I : Soedibjo Markoes

Ketua II : Zulkabir

Ketua III : Moch. Zahir Khan

Ketua IV : Abdul Muis ZA

Sekretaris Jendral : Drs. Machnun Husein

Sekretaris : M. Rusli

Sekretaris II : Yurnalis Etek

Bendahara Umum : Mawardi Abbas

Bendahara I : Abuseri Dimyati

Bendahara II : Makmur Santosa

Bendahara III : Rustan Sulaiman Amir

Anggota-anggota : Bachransyah Usman

Abdul Malik

Syamsu Udaya Nurdin

Siti Ramlah

Slamet Sukirnanto

Moh. Arief

Isa Anwari

Abbas Muttaqin

Hajid Harnawidagda

Biro Administrasi

Ketua : Bachransyah Usman

Anggota-anggota : Moh. Isa Anwari

Muswan Thalib

Arif Hasbu

Suwito Laksono

Bakhtiar Ihsan

Asad Subagyo

Page 33: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

Hermain T.

Biro Hubungan LN

Ketua : M. Zahir Khan

Anggota : Hajid Harnawidagda

Biro Sosial Kultural dan

Politik

Ketua : Syamsu Udaya Nurdin

Anggota-anggota : Slamet Sukirnanto

Abdul Malik

Departemen Kader

Ketua : Sudibjo Markoes

Anggota : M. Rusli

: M. Badrun Kaim

: Elly Suheili

: Siti Dahlia

: Makhnun Husein

: M. Mawardi As

: Siti Ramlah

: Yurnalis Etek

: M. Arief Hasbu

: Abbas Mustaqiem

: Yanusin Rasuk

Departemen Kemahasiswaan

Ketua : Zulkabir

Anggota : Mundari Muhada

Zainuddin Nawawi

Ading Ahmaddin

Nasaruddin Azwar

Chandra Ismail

Habiri M. Saleh

Hylmi Sayuti

Page 34: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

Departemen Pengabdian

Masyarakat

Ketua : Moh. Arief

Anggota : Samedi

: Hakimi

Cipta Bahtera

Djailan

Suroso

Departemen Penyiaran Islam

Ketua : Abd. Muis ZA

Anggota : Abbas Mustaqiem

: Abuseri Dimyati

: Ojo Zainuddin

: Husni Thoyyar

Toto Abd. Rahman

Fatoni Aviva

Kemudian, setelah berkembang sekitar satu tahun, DPP IMM tersebut karena suatu hal

diperlukan adanya penyegaran atau penyempurnaan. Dalam upaya ini, Sekretaris Jenderal

Machrun Husein diganti M. Alfian Darmawan, Bendahara Umum Mawardi Abbas diganti

dengan Abuseri Dimyati, Yurnalis Etek sebagai sekretaris II naik menjadi Sekretaris I. Di

samping itu, terdapat penambahan anggota DPP IMM Periode 1971-1974 ini (Selain Alfian

Darmawan) yaitu:

- Abbas Sani

- Mahsum Sa‟id

- Ajeng Kartini

- Dahlan Rais

- Ahmad Syaikhu

Perkembangan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) pada periode Abd. Rosyad Shaleh

ini, secara umum dapat dikatakan sudah baik sekali. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sudah

Page 35: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

berkembang ke mana-mana. Tercatat dalam laporan pertanggungjawabannya yang disampaikan

dalam/pada acara Muktamar berikutnya yaitu DPD IMM sudah mencapai 22 (dua puluh dua)

Daerah (DPD IMM).

Begitu pula mengenai program-programnya. Pada periode Muktamar III ini, di samping

melanjutkan program DPP IMM Periode Muktamar II yang lebih terfokuskan pada pembenahan

organisasi di kampus-kampus atas dasar instruksi PP Muhammadiyah No. f/9-460/1965 tanggal

5 Juni 1968 dan instruksi sebelumnya yaitu No. 5/1965, juga telah memantapkan kembali

program yang terjabarkan dari Deklarasi Garus 1967. Sedangkan strategi dasar dalam upaya

penyatalaksanaan program yang dihasilkan lewat Muktamar III ini, yaitu tercatat sebagai berikut:

- Tajdid

- Konsolidasi Anggota

- Konsolidasi Organisasi/Administrasi

- Persatuan dan Kesatuan Mahasiswa

Berangkat dari strategi dasar itulah, DPP IMM Periode Muktamar III melaksanakan program

umum yang meliputi program intern dan ekstern. Yang intern, meliputi:

a. Mengintensifkan pengkaderan dalam tubuh IMM, di mana program K3 (keagamaan,

kemasyarakatan dan kemahasiswaan) sebagai basic programnya

b. Membina dan menyiapkan anggota sebagai kader yang sanggup memadukan aqidah dan

kemampuan ilmiah dalam rangka menyatalaksanakan ketaqwaan dan pengabiannya

kepada Allah SWT

c. Mengadakan konsolidasi organisasi dan administrasi sehingga Ikatan dapat hidup dan

melembaga sesuai dengan sifat-sifat (identitas) Ikatan

Yang ekstern meliputi:

a. Membina kerjasama dengan organisasi ekstra dan intra universitas serta organisasi

mahasisaw internasional

b. Mendorong dan menjdai tulang punggung bagi proses pembangunan dan pembaharuan di

negeri ini dalam rangka memerangi keterbelakangan, kemiskinan, kebodohan dan

kesengsaraan

c. Mengintensifkan pelaksanaan dakwah Islam dan amar ma‟ruf nahi munkar, khususnya

kepada masyarakat mahasiswa

Page 36: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

Lantas, dalam penelitian administrasi, yang patut dicatat, yaitu diberlakukannya kode indek

surat-menyurat yang masih berlaku sampai sekarang, kemudia pengesahan kembali lagu mars

dan hymne IMM (abadi IMM), penyempurnaan bentuk lambang, jaket, seragam Immawati dan

lain-lain, termasuk mengenai perubahan AD dan ART IMM.

Mengenai yang terakhir tadi, yakni masalah perubahan AD/ART IMM, terutama ditekankan

kepada Bab IV (Organisasi), mulai dari keanggotaan, susunan pimpinan, keuangan dan

permusyawaratan. Pada bagian yang terakhir ini, istilah Munas (Musyawarah Nasional) diganti

dengan Muktamar, dan istilah Konferensi Nasional (Konfernas) diganti dengan Tanwir.

Sedangkan istilah “Dewan” untuk tingkat “level” cabang, dihilangkan. Begitu pula penandasan

kembali penggunaan istilah Pimpinan. Dalam IMM, mulai dari tingkat Komisariat/Kelompok

sampai tingkat Pusat istilah kelembagaan yang dipakai yaitu Pimpinan, bukan Pengurus.

Selanjutnya, dalam periode kepemimpinan A. Rasyad Shaleh, juga masih dihadapkan dengan

kondisi dalam negeri khususnya di kalangan mahasiswa yang belum menentu. Banyak surat-

surat yang dialamatkan untuk pemerintah Orde baru dalam berbagai bentuk, ada yang berbentuk

pernyataan, persetujuan, himbauan dal lain-lain. Dalam kaitannya dengan pembentukan KNPI

misalnya, DPP IMM sesungguhnya turut aktif. Tetapi bukan secara kelembagaan, melainkan

perorangan.

Immawan Slamet Sukirnanto, yang saat itu sebagai Biro Sosial, Kulturan dan Politik adalah

penyusun konsep piagam berdirinya KNPI. Drs. Sutrisno Muhdam, mantan perintis berdirinya

IMM dan wakil DPP IMM di Jakarta, juga sebagai mantan staf ketua DPP KNPI periode awal.

Dukungan IMM terhadap KNPI tersebut, segera disebarluaskan ke seluruh DPD IMM di

Indonesia. Dan di DPD IMM Sumatera Barat (Sumbar) dalam hal ini Immawan Syahrul Ujud,

segera membentuk KNPI, dan konon Sjahrul Ujud, sekarang berkedudukan sebagai Wali Kota

Padang untuk Repelita III dan IV (dua periode). Pernyataan dan dukungan DPP IMM terhadap

KNPI tersebut, dinyatakan setelah situasi terasa agak tenang, yaitu setahun setelah KNPI

dibentuk pada tanggal 27 Juli 1973.

Tepatnya lagi, setelah pemerintah merestui pembentukan KNPI di DT I dan DT II tahun

1974. DPP IMM lewat suratnya No. 25/A.1/1974 tertanggal 14 Sya‟ban 1394 H. bertepatan

dengan tanggal 1 September 1974 M. ditujukan kepada selurh DPD IMM se-Indonesia yang saat

itu berjumlah 22 DPD (DT-I), yang sisinya memberi petunjuk dan saran dalam upaya pelibatan

dirinya pada usaha pembentukan KNPI di DT I dan DT II (Daerah Tingkat I dan II). Sedangkan

Page 37: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

surat yang ditujukan kepada pemerintah kaitannya dengan sikap DPP IMM terhadap

pembentukan KNPI pusat dan daerah-daerah, yaitu surat No. 28/C-7/1974 tertanggal 30

Ramadhan 1394 H/16 Oktober 1974 M. tentang Penjelasan Pendirian IMM tentang KNPI, yang

surat tersebut ditujukan kepada: Bapak menteri P & K RI (kini Mendikbud); Bapak Menteri

Dalam Negeri RI; Bapak Menteri Penerangan RI; Bapak Menteri Agama RI; Bapak menteri

Hankam RI dan KNPI Pusat.

Adapun selain hal di atas, berbarengan dengan peristiwa MALARI (15 Januari 1974), yang

merupakan gerakan aksi protes dan kebringasan pemuda dan mahasiswa, DPP Ikatan Mahasiswa

Muhammadiyah, dalam menghadapi hal tersebut senantiasa mempelajarinya dengan cermat.

Secara organisatoris, IMM tidak melibatkan diri, tetapi secara perorangan ada kemungkinan. Hal

seperti ini, setelah aparat keamanan juga turun tangan dengan sikap yang sama dalam

menghadapi gerakan pemuda dan mahasiswa tadi, maka DPP IMM sehari setelah peristiwa

tersebut atau tepatnya tanggal 16 Januari 1974 langsung mengirimkan kawat/surat kepada Bapak

Jenderal Soeharto Presiden Republik Indonesia dengan suratnya Nomor 3/A-1/1974 tertanggal

22 Zulhijjah 1393 H/16 januari 1974 perihal “Mohon Referendum”, yang sinya antara lain

memohon kepada Presiden RI supaya betul-betul memperhatikan aspirasi para pemuda dan

mahasiswa, dan mendukung peranan dan fungsi ABRI tetapi dalam menghadapi protes tersebut

seyogyanya tidak sampai memadamkan aspirasi dan idealisme pemuda dan mahasiswa.

Sesungguhnya, banyak sekali aktivitas yang dilakukan oleh DPP IMM Periode Muktamar III

ini, baik yang secara intern organisasi IMM dan Muhammadiyah serta Ortom (AMM), maupun

yang secara ekstern dalam hal ini yang melibatkan ummat Islam khususnya Ormas pemuda dan

mahasiswa termasuk keterlibatan dan pengisian serta keutuhan Pembangunan bangsa yang

dirintis oleh era Orde baru. Sesuai dengan sifat dan identitas serta strategi dasarnya, IMM

memang semakin lama semakin berkembang dan semakin dibutuhkan oleh Muhammadiyah dan

Bangsa, khususnya mahasiswa.

4. Muktamar Ke-4

Amanat Muktamar III IMM yang berlangsung pada tanggal 14-19 Maret 1971 di Yogyakarta

berisikan antara lain bahwa Muktamar IV IMM akan dilaksanakan di Medan atau Jakarta.

Sebelumnya, telah diputuskan oleh tANWIR IV yaitu di Medan (Sumut). Kemudian karena

pertimbangan integrasi sesama AMM cq. Pemuda Muhammadiyah, maka DPP IMM

Page 38: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

memutuskan untuk memindahkan tempat Muktamar dari Medan ke Malang jawa Timur. Akan

tetapi, setelah berembug dengan PP Pemuda Muhammadiyah dan OC Muktamar, diputuskan

tempat Muktamar IV yaitu di Semarang (Jateng) tanggal 18-22 Dzulhijjah 1395 H/21-25

Desember 1975 M. berbarengan dengan Muktamar Pemuda Muhammadiyah ke-6.

Susunan DPP IMM hasil Muktamar IV (Periode 1975-1978) tersebut, yaitu:

Ketua Umum : Zulkabir

Kabid Pemb. Alumni : Soedibyo Markoes

Kabid Program dan Kegiatan

Sosial : Syamsu Udaya Nurdin

Kabid Daerah dan Cabang : Yurnalis Etek

Kabid Pengadaan Dana : Nizamuddin

Kabid Pemb. Kader : Arief Hasbu

Kabid Pem. Immawati : Siti Ramlah

Sekretaris Jenderal : M. Alfian Darmawan

Sekretaris : Abassani

Sekretaris : Taifiq Dahlan

Bendahara : M. Alfian Darmawan (merangkap)

Wakil Bendahara : AS Abuka

Dep. Kader : Arief Hasbu

Basuki Haryono

Dep Kemahasiswaan : A. Dahlan Rais

Ahmad Syaikhu

Dep. Kegiatan Sosial : Moh. Arief

Deddy Abubakar

Mudjahid

Dep. Penyiaran Islam : A. Abuseri Dimyati

Husni Thoyyar

Dep. Usaha : AS Abuka

Dep. Immawati : Fatimah Hasan

Ajeng Kartini

Zahro Lamruni

Page 39: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

Nina Aznin

Biro Organisasi : Samedi

Biro Hub. LN : Machnun Husein

Biro Sosial Kultural : Mundari Muhada

: Abdul Malik

Anggota : Jaginduang Dalimunthe

Nasri Tambun

Achmad Soekarjo

M. Faqih

Ishaq Shaleh

N. A. Razaq

Ahmad Yassin

Husni Thamrin

Dewan Pertimbangan : M. Djazman Al-Kindi

Abd. Rasyad Shaleh

Dalam Muktamar IV IMM, di samping menyusun personalian DPP IMM periode 1975-1978

tersebut juga telah menelorkan Deklarasi yang dalam perkembangan sejarah IMM mengalahkan

popularitas DPP IMM sekaligus menggusur program produk Muktamar yang ditanfizkan dengan

SK No. 002/A-1/76 tanggal 8 Shafar 1396 H/8 Februari 1976 M. Deklarasi yang dimaksudkan

yaitu secara lengkap sebagai berikut:

DEKLARASI

MASJID RAYA BAITURRAHMAN

Bismillahirrahmanirrahim

1. Sejarah perjalanan Ikatan dimulai dengan Deklarasi Kota Barat Solo, 5 Mei 1965 yang

berisikan hasrat dan tekad kami untuk mewujudkan satu wadah pembinaan Generasi Muda

Indonesia yang kemudian kami namakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Walaupun

masih dalam usia muda, namun kami sadari bahwa segenap ide dan cita yang didukung dan

Page 40: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

diembannya bukanlah baru sama sekali, melainkan adalah ide dan cita yang dilahirkan,

dikembangkan dan diperjuangkan oleh segenap pewaris Nusantara yang terdahulu, yang

bertekad untuk mewujudkan satu bangsa Indonesia yang besar dengan satu kata masyarakat

baru yang damai, adil, sejahtera dalam naungan Ridha Ilahi. Kami mengemban ide dan cita

yang dikembangkan oleh K.H. Ahmad Dahlan pendiri Persyarikatan Muhammadiyah. Kami

mendukung dan mengemban pula segenap ide dan cita yang didengungkan pada Proklamasi

17 Agustus 1946, pada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, pada Hari Kebangkitan Nasional

20 Mei 1908, bahkan ide dan cita yang diperjuangkan oleh para pahlawan nasional yang

terdahulu.

2. Deklarasi Kota Garut, 28 Juli 1967, berisikan hasrat dan tekad kami untuk menjadikan Ikatan

sebagai aparat pembaharu, satu proses yang selalu dituntut oleh satu bangsa ataupun satu

kaum yang selalu menginginkan kemajuan. Demikian pula kami tegaskan dalam deklarasi

tersebut, suatu identitas kepribadian Ikatan yang menuntut setiap pendukung Ikatan untuk

membekali dan melengkapi dirinya dengan kemantapan aqidah serta kematangan intelektual,

sebab kami yakin bahwa tantangan kehidupan dewasa di masa kini dan mendatang hanya

akan bisa dijawab oleh pribadi-pribadi yang matang, dewasa dalam keharmonisan serta

perpaduan antara aqidah dan intelektualitas.

3. Di tengah-tengah kepanikan ummat manusia dewasa ini akibat krisis kependudukan,

moneter, pangan, sumber-sumber alam yang tak tergantikan serta lingkungan hidup, maka

kami berpendapat bahwa sebenarnya di balik segala krisis tersebut masih ada satu krisis yang

disadari atau tidak, diakui atau tidak, justru merupakan krisis utama yang (yaitu, ed) krisis

kemanusiaan. Tanpa diakuinya krisis kemanusiaan ini, maka krisis-krisis tersebut tadi akan

merupakan lingkaran setan tanpa akhir. Krisis kemanusiaan ini timbul akibat modernisasi

tanpa arah ataupun sebagai akibat dipaksakannya suatu sistem hidup yang kurang

memperhatikan faktor waktu, tempat dan kemampuan, dengan hanya mementingkan tujuan-

tujuan jangka pendek. Krisis ini timbul sebagai akibat cara berfikir yang terlalu rasional dan

mekanis sebagai bagian dari satu program hidup yang pragmatis materialistis di mana

manusia menjadi semakin kehilangan cakrawala hidup dan idealismenya. Oleh karena itu

Ikatan menyadari bahwa di samping tugas dan kewajiban kita untuk memberikan sumbangan

dalam wujud sarana-sarana fisik di dalam pembangunan bangsa, maka kaum muslimin

Indonesia mempunyai kewajiban pula untuk memberikan sumbangan dalam bentuk

Page 41: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

pembinaan manusia-manusia Indonesia baru, yang tidak saja berilmu, berkemampuan dan

berketerampilan tetapi juga yang memiliki sikap/sistem nilai budaya yang insaniah yang akan

mampu memberikan arah, struktur dan percepatan yang proporsional dalam pembangunan.

4. Dalam usaha mewujudkan masyarakat adil makmur materiil dan spirituiil berdasarkan UUD

1943 dan Pancasila, Ikatan beranggapan bahwa “asas kekeluargaan dalam demokrasi

Pancasila seyogyanya tidak diartikan sebagai suatu status hierarkis-administrasi

pemerintahan, melainkan sebagai suatu bentuk persaudaraan yang universil yang bernilai

filosofis.” Kaum muslimin Indonesia mempunyai tanggungjawab moral untuk memberikan

sumbangan yang berwujud satu perangkat sistem nilai yang tangguh, yang kita gali dari

khazanah sistem iman dan Islam bagi dasar filsafat persaudaraan universil tersebut di atas.

5. Proses perubahan sosial adalah satu proses yang selalu terjadi dalam sejarah kehidupan

ummat manusia. Proses ini dapat terjadi secara alami, namun dapat pula pada suatu waktu

dan tempat, didorongkan atau dipaksakan baik dalam arah struktur maupun faktor

percepatannya. Diperlukan suatu kemampuan, keuletan serta seni untuk dapat “membawakan

diri” dalam segala macam bentuk perubahan tersebut di atas, agar peran dan fungsi Ikatan

sebagai aparat dakwah Islamiyah dan amar ma’ruf nahi munkar tidak terhenti karenanya.

Dalam keadaan semacam itu jangan sampai Ikatan kita kehilangan motivasi arah serta

ghairah maupun dinamika hidup perjuangan. Kami generasi awal yang telah mengantarkan

kelahiran dan perjalanan hidup Ikatan sampai hari ini dan kami generasi penerus yang kini

memegang pimpinan kendali Ikatan senantiasa bertekad untuk terus mengembangkan amanat

perjuangan ini demi kelangsungan peran dan fungsi Ikatan dalam masyarakat yang selalu

berubah dan berkembang.

Semarang, 22 Dzulhijjah 1395 H

25 Desember 1975

Generasi awal yang dimaksudkan dan generasi penerus yang juga dimaksudkan dalam

Deklarasi tersebut adalah generasi yang sekaligus menandatangani Deklarasi Masjid Raya

Baiturrahman Semarang yaitu sebanyak 36 orang. 17 orang generasi awal dan 19 orang generasi

penerus.

Ke-17 orang generasi awal tersebut yaitu:

- Moh. Djazman Al-Kindi

Page 42: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

- Sudibyo Markoes

- A. Rasyad Shaleh

- Moh. Arief

- Syamsu Udaya Nurdin

- Zulkabir

- Sutrisno Muhdam

- Nurwijoyo Sarjono

- Basri Tambun

- Fathurrahman

- Ali Kyai Demak

- Husni Thamrin

- M. Susanto

- Siti ramlah

- Deddy Abubakar

Sedangkan ke-19 orang penerus, yaitu wakil-wakil dari DPP IMM se-Indonesia yang

mengikuti Muktamar IMM IV tersebut yang berarti secara otomatis deklarasi tersebut

merupakan kebulatan tekad pimpinan dan anggota IMM seluruh Indonesia. Mereka itu adalah:

- Hindun Rosidi (Aceh)

- M. Jaginduang Dalimunthe (Sumut)

- Agus Aman (Riau)

- Bazar Abbas (Sumbar)

- A. Roni Umar (Jambi)

- Fauzi Fatah (Lampung)

- Rafles (DKI Jakarta)

- Anda Suhanda (Bandung/Jawa Barat)

- Ahmad Sukarjo (Jawa Tengah)

- Taufiq Dahlan (DIY/Yogyakarta)

- Ishak Sholeh (Kalbar/Pontianak)

- Mahrani Said (Kalsel)

- M. Nurdin Hs (Samarinda/Kaltim)

Page 43: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

- M. Yasin Ahmad (Sulslra/Ujung Pandang)

- M. Yunus Hamid (Sulawesi Tengah)

- M. Nur Abdullah (Nusa Tenggara Barat/NTB)

- Joko Santoso (Malang/jawa Timur)

- A. Muis ZA (DPP IMM Periode 1971-1974) dan

- Mahnun Husein (DPP IMM Periode 1971-1974)

Dewan Pimpinan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Periode Muktamar IV atau Peiode

1975-1978 dalam pelaksanaan program hasil Muktamar yang telah ditanfizkannya melalui surat

keputusan No. 002/A-1/1976 tenggal 8 Februari 1976, kurang banyak melakukan suatu aktifitas

Ikatan tingkat nasional.

Namun, perlu dicatat sebagai langkah “emas” dari kerja DPP IMM periode 197501978 yaitu

telah mengusulkan kepada pemerintah RI dalam melakukan pembinaan bagi generasi muda dan

mahasiswa diperlukan adanya seorang pembantu presiden yakni seorang menteri yang khusus

bertugas menangani masalah kepemudaan, yang akhirnya lahirlan dalam komposisi kabinet,

tepatnya mulai Kabinet Pembangunan III (1983-1988) dengan dr. Abdul Gafur sebagai

menterinya, yaitu Menpora (Menteri urusan Pemuda dan Olahraga), dan Ir. Akbar Tanjung untuk

kabinet Pembangunan IV (1988-1993). Bisa dikatakan, bahwa kehadiran menteri pemuda

tersebut adalah merupakan inisiatif atau usulan DPP IMM Periode 1975-1978 yang diketuai oleh

Drs. Zulkabir.

Kemudian, kaitannya dengan pembangunan Ikatan, pada dan atau lewat Muktamar IMM IV

di Semarang tersebut, telah merekomendir penggeseran asas pengorganisasian IMM dari asas

teritorial kepada asas potensial. Penggeseran ini menurut pola aktivitas dimaksudkan supaya

IMM senantiasa berorientasi kepada bidang-bidang gerak Muhammadiyah dan kebutuhan dasar

Mahasiswa.

Kalau sekarang anggota IMM mempunyai keyakinan penuh bahwa Komisariat adalah

sebagai institusi terbawah dalam jenjang kepemimpinan Ikatan dan adalah merupakan basis

kegiatan, maka dengan penggeseran asa tersebut berarti posisi Komisariat dan atau Kelompok

dipandang penting dan menentukan. Program yang seperti ini sesungguhnya merupakan hasil

rumusan Muktamar IV IMM tersebut, dan dengan ini memang terjadilah upaya peluasan IMM

melalui rekomendasinya kepada PP Muhammadiyah.

Page 44: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

Atas dasar rekomendasi dari Muaktamar IV IMM kepada Muhammadiyah kaitannya dengan

pengembangan IMM tersebut, maka Muhammadiyah dhi. Majelis Pendidikan Pengajaran dan

Kebudayaan (sekarang Majelis ini dipecah menjadi dua; Majelis Diktilitbang dan Majelis

Pendidikan dan Kebudayaan) telah mengeluarkan Petunjuk Mengenai Pembinaan Mahasiswa

Perguruan Tinggi Muhammadiyah, yang juga merupakan rekomendasi dari hasil Lokakarya

yaitu dengan suratnya No. E.1/234/1978 tertanggal 31 Oktober 1978, No. E.1/001/79 tanggal 2

Januari 1979 dan No. E.3/014/1979 tertanggal 9 Januari 1979.

Selain itu, DPP IMM periode Zulkabir, yang sebenarnya harus berakhir pada tahun 1978 atau

akhir tahun 1979 (paling lambat), ternyata msaih merasa kurang cukup waktu dalam

melaksanakan amanah hasil Muktamar III dan IV. Tahun 1979, bukannya Muktamar IMM ke-5

yang diadakan, tetapi justru Tanwir V yang diadakan di Jakarta yang salah satu keputusannya

akan bermuktamar pada bulan Oktober 1979. Dan Tanwir V ini pun sesungguhnya merupakan

desakan dari DPD IMM DKI Jakarta yang saat itu diketu-umumi oleh Drs. Yunan Yusuf. Dan

dalam Tanwir IMM V Jakarta tahun 1979 ini pun terdapat rekomendasi untuk Muhammadiyahh

dan untuk DPP itu sendiri supaya segera melaksanakan Muktamar ke-5 IMM.

Sampai beberapa tahun kemudian, DPP IMM Periode 1975-1978 tidak mampu mengadakan

Muktamar IMM lanjutan (ke-5). Personalia DPP IMM periode ini yang terpencar-pencar, ada

yang di Yogyakarta, Surakarta (Solo), Bandung, Jakarta, dan lain-lain, mengakibatkan

komunikasi antar anggota DPP menjadi renggang bahkan terputus, yang pada gilirannya

terjadilah kevakuman IMM di tingkat nasional.

Dewan Pimpinan Daerah (DPD) IMM DKI Jakarta pada tanggal 14-15 Maret 1981

mengadakan Musyda ke-5 dan dalam Musyda inilah disuarakan bahkan mendesak supaya DPP

IMM Periode 1975-1978 segera melaksanakan amanah Muktamar. DPP IMM tampaknya kurang

mendengarkan suara Musyda IMM DKI Jakarta tersebut.

Perkembangan berikutnya, maka pada tanggal 3 Juni 1982, para alumni IMM DKI Jakarta,

yaitu:

- Rustan

- Rusaini Rusin

- E. Kusnadi

- Husni Thoyyar

- Hajid Harnawidgda

Page 45: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

- Yudi Ruspandi

- A. Sabuki

- Abd. Muis ZA

- Yusuf Muchtar

- Salman Harun

- Sadimin

- M. Yunan Yusuf

- Moh. Isa Anwari Bah

- Firdaus Jamain

Semuanya itu, telah menandatangani surat himbauan kepad PP Muhammadiyah supaya turun

tangan dan segera membantu melaksanakan Muktamar V IMM, dan surat ini ditembuskan ke

seluruh seluruh PWM se-Indonesia, tetapi juga ... Muktamar masih tetap belum dilaksanakan.

Kemudian, bulan Mei 1983, DPD IMM DKI mengadakan silaturrahmi DPD IMM se-

Indonesia, yang hasilnya yaitu – antara lain – mendesak kembali DPP IMM untuk segera

melaksanakan Muktamar. Desakan ini, dialamatkan kepada PP Muhammadiyah dengan

mengutus 6 (enam) orang untuk menghadap PP Muhammadiyah di Yogyakarta. Keenam orang

tersebut, yaitu:

- Anwar Abbas (DPD IMM DKI Jakarta)

- Syafhaini Ts. Tanjung (DPD IMM DKI Jakarta)

- Nandi Rahman Campay (DPD IMM DKI Jakarta)

- Marsal (DPD Palembang)

- Sufyan (DPD Palembang)

- Ahlaq Siddiq (DPD IMM Sumut)

Namun, Muktamar IMM masih belum juga dilaksanakan, maka pada tahun 1984 DPD IMM

DKI Jakarta memprakarsai untuk membentuk Care Taker DPP IMM, yang tujuannya akan

menghantarkan IMM untuk segera melaksanakan Muktamar, tetapi Care Taker ini banyak

tantangan, akhirnya bubar sendiri.

Kembali pada permasalahan, bahwa penilaian yang obyektif, sesungguhnya DPP IMM sejak

periode 1975-1978/79, terjadilah kekosongan, atau sejak itulah IMM tidak mempunyai DPP

Page 46: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

IMM-nya. IMM yang pada periode Drs. H. M. Djazman Al-Kindi dan Drs. H. A. Rosyad Shaleh

memiliki potensi nasional yang meyakinkan, ternyata hampir tenggelam gara-gara ketiadaan

DPP IMM-nya.

Ketiadaan DPP IMM tersebut sesungguhnya sama sekali tidak mempengaruhi aktivitas IMM

di setiap Daerah dan cabang. Walaupun DPP IMM tidak ada, tetapi semangat ber-IMM begitu

melekat pada institusi di bawah DPP IMM, dan karenanya di daerah-daerah dan cabang-cabang,

IMM masih tetap tumbuh bahkan semakin subur. IMM saai ini ibarat sebuah pohon besar yang

rindang kemudia terserang kemarau panjang yang menggugurkan dedaunannya tetapi akarnya

semakin menerobos ke perut bumi. Atasannya rontok, tetapi bawahannya semakin mantap, itulah

kondisi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah pasca Muktamar ke-4 saat itu.

Kondisi DPP IMM yang banyak memerlukan cerita nyata yang “menyedihkan” tersebut,

lama-kelamaan terdengar pula oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Satu hal yang amat

menguntungkan bagi IMM, yaitu bahwa anggota-anggota Pimpinan Pusat saat itu banyak mantan

DPP IMM, seperti Drs. Moh. Djazman, Drs, Sutrisno Muhdam, Drs. A. Rosyad Shaleh, Drs.

Abuseri Dimyati dan lain-lain. Sementara itu, H.S. Projokusumo sendiri selaku Ketua PP

Muhammadiyah Mapendappu saat itu merasa terpanggil, yang akhirnya keluarlah animo beliau

untuk menulis tentang IMM yang nadanya hampir menjerit dengan judul IMM Anakku,

Bangkitlah! Yang kemudian tulisan ini di samping dimuat di Suara Muhammadiyah No. 12

tahun ke-63 Juni 1983 juga disebarluaskan oleh BKP-AMM dalam bentuk buku diterbitkan pada

tahun 1983.

Perkembangan berikutnya, rupanya PP Muhammadiyah yang merasa telah melahirkan dan

mengesahkan berdirinya IMM ikut merasakan bahwa IMM yang sebagai anak kandungnya

sedang sakit, akhirnya segera turun tangan, turut campur ke dalam pembenahan Ikatan

Mahasiswa Muhammadiyah dalam hal ini DPP-nya.

Rupanya pula, PP Muhammadiyah, diam-diam turut memantau perkembangan IMM setelah

DPP IMM periode 1975-1978 tidak mampu melaksanakan Muktamar. Sejak Muhammadiyah

melangsungkan Sidang Tanwir di Yogyakarta pada tahun 1981 telah mengamanatkan PP

Muhammadiyah untuk membentuk DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang telah habis

masa baktinya, yang kemudian ditandaskan lagi pada Rapat Kerja PP Muhammadiyah tahun

1982. Paling tidak, inilah jawaban PP Muhammadiyah terhadap kondisi IMM tingkat pusat

sebagaimana tergambarkan di atas.

Page 47: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

Lewat Rapat Kerja PP Muhammadiyah itulah kemudian PP Muhammadiyah membentuk

team yang terdiri dari 5 orang yaitu H.S. Projokusumo, Drs. Lukman Harun, Drs. H. Moh.

Djazman, Drs. H. Sutrisno Muhdam dan Drs. A. Rosyad Shaleh. Kemudian, team ini pun mulai

bekerja setelah disederhanakan menjadi 3 orang yaitu Drs. H. M. Djazman, Drs. H. Sutrisno

Muhdam dan Drs. H. A. Rosyad Shaleh (yang ketiganya benar-benar sebagai alumni IMM).

Dalam mengemban tugas tersebut, team yang terdiri dari 3 orang pakar IMM tersebut mulai

lakukan penelitian dan atau pengamatan serta peninjauan ke beberapa pihak, terutama pada

anggota-anggota DPP IMM yang sudah tidak berdaya (periode 1975-1978) dan pendekatan-

pendekatan terhadap beberapa PWM atau DPD-DPD IMM. Akhirnya setelah merasa yakin akan

hasil yang dicapai team tersebut, maka PP Muhammadiyah pun mulai menilai hasil kerja yang

dimaksudkan tadi. Dan dalam menilainya ini, PP Muhammadiyah segera melaksanakan Rapat

Plenonya, tentu untuk menambah kekuatan dan keyakinan dalam penilaian terhadap hasil team

tersebut.

Konon, PP Muhammadiyah sampai tiga kali mengadakan Pleno untuk membahas DPP IMM

tersebut, mulai dari orang-orang yang akan ditunjuk, sampai pada kemungkinan-kemungkinan

yang timbul dari kalangan IMM sendiri. Rapat yang pertama dilaksanakan pada tanggal 12-14

Mei 1984, yang kedua dilaksanakan pada tanggal 25-26 Agustus 1984 dan terakhir dilaksanakan

pada tanggal 10-12 Agustus 1985.

Dari hasil upaya team dan PP Muhammadiyah lewat rapat-rapatnya itu, maka akhirnya, tepat

pada tanggal 15 Dzulhijjah 1405 H/31 Agustus 1985, lahirlah Surat Keputusan PP

Muhammadiyah No. 10/PP/1985 tentang: Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa

Muhammadiyah. Dalam SK ini PP Muhammadiyah menunjuk dan mengesahkan susunan DPP

IMM (sementara) dengan formasi sebagai berikut:

Ketua : Immawan Wahyudhi

Wakil Ketua : Anwar Abbas

Wakil Ketua II : M. Din Syamsuddin

Wakil Ketua III : Farid Fathoni Af

Sekretaris I : Mukhlis Ahsan Uji

Sekretaris II : Nizam Burhanuddin

Sekretaris III : Agus Syamsudin

Bendahara I : Daulab Khoiriati

Page 48: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

Bendahara II : Asmuyeni Muchtar

Susunan hasil (keterpaksaan) PP Muhammadiyah karena sayangnya terhadap IMM yang

sudah lama kehilangan DPP-nya itu, kemudian pada hari berikutnya yaitu tanggal 1 September

1985 dilantik oleh PP Muhammadiyah. Drs. Sutrisno Muhdam memimpin acara pelantikan

tersebut dan pengarahan PP Muhammadiyah disampaikan oleh alamrhun Bapak dr. H. Kusnadi.

Isi dari pengarahan PP Muhammadiyah ini intinya antara lain sebagaimana yang dikutip oleh

Bulletin DPP IMM yaitu IMAM No. 001/DPP-IMM/1985 yaitu:

1. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah tidak sama dengan organisasi lain seperti organisasi

di luar Muhammadiyah. IMM adalah organisasi kader, bukan organisasi massa. Oleh

karena itu, supaya pertumbuhan sebagai organisasi kader ini tetap dijaga, karena hal itu

merupakan harapan dari Muhammadiyah

2. Kami mengharapkan pada anggota dan pimpinan IMM agar tetap menjaga kelancaran

studinya. Jangan sampai karena aktif dalam IMM lalu studinya menjadi terbengkalai.

Hal ini tidak sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai oleh berdirinya IMM itu sendiri

3. Adanya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai bagian dari Angkatan Muda

Muhammadiyah, memang menjadi harapan Muhammadiyah di masa mendatang, oleh

karena itu kami sekali (lagi meminta, ed) kesungguhannya untuk mengabdikan diri dalam

Persyarikatan.

Begitulah harapan PP Muhammadiyah terhadap DPP IMM yang baru saja dilantiknya.

Ternyata memang motif PP Muhammadiyah untuk membantu proses dinamika IMM sangat

bernilai tinggi, baik dinilai dari segi futurologi maupun dilihat dari segi kepemimpinan itu

sendiri. PP Muhammadiyah secara kelembagaan merupakan rumah yang dihuni oleh anak-

anaknya dalam hal ini Ortom, secara konstitusi berhak membubarkan IMM atau mengusir dari

rumahnya. Akan tetapi, karena begitu sayangnya, maka PP Muhammadiyah tidak mungkin akan

mengusir atau membubarkan IMM, tetapi sebaliknya justru akan senantiasa menjadi sebuah

lembaga yang amat memperhatikan kepentingan anak atau ortomnya.

Surat Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah No. 10/PP/1985, yang boleh disebut

sebagai intervensi terhadap keotonomian IMM, ternyata terbukti sebagai penyelamat kehadiran

dan atau keberadaan IMM. Walaupun kebijaksanaan PP Muhammadiyah ini sempat menyengat

Page 49: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

sebagian kecil aktivis IMM yang kurang memperdalam Identitas IMM, tetapi kebijaksanaa itu

secara aklamasi disambut baik oleh kalangan fungsionaris DPD-DPD IMM seluruh Indonesia.

Suara-suara sumbang yang bernilai ambisius dan atau (mungkin) ngiri (iri hati) melihat

temannya yang duduk di Dewan Pimpinan Pusat IMM lewat jalan tol (tanpa susah payah melalui

Muktamar), pada akhirnya reda juga. DPP (s) IMM produk SK PP Muhammadiyah pun berjalan

mulus. Terbukti dengan adanya kemampuan mereka dalam jangka waktu lebih-kurang 4 bulan

telah menyeret IMM untuk melangsungkan sidang Tanwir VI berbarengan dengan Muktamar

Muhammadiyah ke-41 tanggal 7-11 Desember 1985 di Surakarta.

Dalam sidang Tanwir ke-6 tersebut, salah satu keputusannya yaitu akan melangsungkan

Muktamar ke-5 Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Padang Sumatera Barat. Waktu itu,

direncanakan tanggal 14-18 Maret, tetapi kemudian baru terlaksana pada tanggal 14-18 April

1986 dengan Ketua Panitia Firman Noor, S. H. dan Noor Chozin Agham sebagai Sekretarisnya.

Jadi DPP (Sementara) IMM yang dibentuk (karena keterpaksaan) Pimpinan Pusat

Muhammadiyah, yang hanya berumur lebih 7 bulan ini telah mampu mengadakan Tanwir dan

Muktamar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.

5. Muktamar Ke-5

Setelah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) selama kurang lebih 10 tahun tidak

melangsungkan Muktamar, maka kehadiran DPP (s) tersebut ternyata bisa menggiring IMM

untuk melaksanakan Muktamar ke-5-nya, yaitu dilaksanakan pada tanggal 14-18 April 1986 di

Kota Awak Padang Sumatera Barat. Dengan terlaksananya Muktamar ini, para aktivis bilang

bahwa Muktamar IMM ke-5 ini adalah masa kebangkitan IMM yang selama kurang lebih 10

tahun terserang rayap dan hampir ambruk.

Adapun personalia DPP IMM periode 1986-1989 (Muktamar ke-5), struktur dan atau

komposisinya adalah sebagai berikut:

Ketua Umum : Nizam Burhanuddin

Ketua Bidang Kader dan

Alumni : Farid Fathoni Af

Kabid Organisasi : Agus Syamsuddin

Kabid Kemahasiswaan : Susilo Wardoyo

Kabid Pengkajian dan

Page 50: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

Kemasyarakatan : Firman Noor

Kabid Immawati : Asmuyeni Muchtar

Sekretaris Jenderal : Moh. Arifin Nawawi

Wakil Sekjen : Moh. Ali Taher Parasong

Wakil Sekjen : Hassan Kunio

Wakil Sekjen : Darmaji Hurmadi

Bendahara Umum : Chadrawati Arifin

Bendahara : Oka Gunawan

Bendahara : Nurhaida

Departemen Kader : Agus Sumiyanto

Dep. Kemasyarakatan : Firmanstah Langkisau

Qomari Anwar

Lembaga Pengkajian dan

Pengembangan : Bambang Setiaji

Lembaga Pers dan Pusat

Informasi : Sudarnoto Azath

Alfian Mujani

Biro Hubungan LN : Yunahar Ilyas

Achmad Purnomo

Yang perlu dicatat dalam Muktamar IMM V yang menghasilkan komposisi DPP IMM

tersebut di atas, yaitu pengangkutan kantor pusat DPP IMM dan penyimpan atau memeti-emas-

kan asas organisasi. DPP IMM yang sejak lahir berkedudukan di Yogyakarta, maka melalui

Muktamar tersebut dengan dan setelah melalui berbagai pertimbangan akhirnya dibopong

menuju Jakarta.

Begitu pula mengenai asasnya, IMM yang sejak lahir berasaskan Islam, kemudian pada

Muktamar IMM ke-5 di Padang asas tersebut disimpan dalam peti emas lalu diganti dengan

Pancasila. Perubahan asas ini, merupakan bentuk ittiba’ organisatoris terhadap Muhammadiyah

yang telah menetapkan asa Pancasila dalam Muktamar yang ke-41 di Surakarta tahun 1985, dan

Muhammadiyah sendiri ittiba’ pada pemerintah yang syah, yaitu Republik Indonesia lewat

Undang-undang Keormasan No. 8/1985.

Page 51: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

Di samping itu, juga telah dirumuskan kembali maksud dan tujuan IMM dengan

menambahkan kalimat “yang berakhlak mulia” di tengah-tengah kalimat yang telah dirumuskan

melalui Muktamar III di Yokyakarta. Seklanjutnya, Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa

Muhammadiyah (IMM) periode Nizam Burhanuddin ini, tugas pokoknya ternyata masih terfokus

pada konsolidasi Organisasi, sama dengan pada masa DPP (s) IMM versi SK No. 10/PP

Muhammadiyah. Ini mengingat bahwa sebagaimana tersebut di atas, Ikatan Mahasiswa

Muhammadiyah (IMM) selama lebih kurang 10 tahun tidak terkoordinir secara sentral. Masing-

masing level kepemimpinan IMM mulai dari Komisariat/Kelompok, Cabang dan Daerah

berjalan sendiri-sendiri, sehingga ada kemungkinan besar terdapat pelainan pola gerak dalam

mencapai maksud dan tujuannya. AD/ART IMM produkMuktamar I, II ...(hlm. 91-92 hilang)

(hlm. 93) Musyawirin menerima sistem tersebut untuk diseminarkan oleh dan di tingkat DPP,

yang pada gilirannya dilaksanakan acara Seminar dan Lokakarya Pengkaderan IMM pada

tanggal 26-28 Desember 1986. Setelah itu DPP IMM merumuskan sekaligus lahirlah buku

Sistem Pengkaderan IMM 1988. Buku inilah yang barangkali akan bersejarah bagi DPP IMM

periode 1986-1989.

Entah mampu atau tidak DPP IMM produk Muktamar V untuk menanamkan pengaruh

sekaligus membopong IMM untuk tetap bangkit di periode-periode berikutnya, sekarang tinggal

kita yang menilainya. DPP IMM produk Muktamar V sudah habis masa jabatannya dan akan

bermuktamar lagi yaitu bulan Juli di Ujung Pandang. Kita tunggu saja. Insya Allah akan saya

beber kembali sebagai kelanjutan dari karya penting ini.

Page 52: MELACAK SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN IMM · 2020. 4. 3. · dalam HMI ada orang yang beraliran Asy‟ariyah, ada yang beraliran Syi‟ah, ada yang beraliran Mu‟tazilah, ada

BAB IV

PENUTUP

Pada saat disusunnya tulisan penting ini, Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa

Muhammadiyah sedang mempersiapkan Muktamar ke-6 di Ujung Pandang Sulawesi Selatan.

Satu hal yang patut diinformasikan sekaligus layak disesali, bahwa kondisi DPP IMM menjelang

Muktamar VI tersebut masih diselimuti isu kubu Jakarta dan Yogyakarta. Entah siapa yang bakal

menggantikan Nizam Burhanuddin, masih teka-teki.

Namun demikian, sebagai penutup karya penting ini, kita berharap siapapun yang akan

mengetuaumumi DPP IMM di masa mendatang, hendaknya menjauhkan istilah “pengkubuan”

yang berakibat pada nihilnya penyusunan dan pelaksanaan program-program IMM era keakanan.

Kita berharap pula, siapapun dan dari manapun asalnya yang akan jadi Ketua Umum kita, harus

memberanikan diri untuk hidup di Jakarta sebagai konsekwensi dari AD dan ART yang

terumuskan dengan susah payah dalam (lewat) Muktamar V IMM di Padang Sumatera Barat.

Dan yang penting diinformasikan pula, bahwa penulisan tentang sejarah berdiri dan

berkembangnya IMM semestinya tidak hanya sampai pada Muktamar ke-5 ini saja. Dan

karenanya, bila masih ada kesempatan, Insya Allah saya akan melanjutkan penulisan ini,

sekaligus melengkapi data dan fakta berikut reinterpretasi terhadap apa yang sudah ditulis ini.

Dan karenanya pula, kritik dan saran serta informasi tambahan dari para pembaca sangat saya

harapkan agar bisa dikirim ke alamat rumah saya, Kompleks P & K RT. 04/05 No. 242-B

Cipondoh Indah Kodya Tangerang 15148, telp. (021) 5544458, atau ke alamat DPP IMM di

Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Jakarta.

Jakarta. Februari 1989