motif pemberian bantuan luar negeri oda (official ...digilib.unila.ac.id/55123/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
MOTIF PEMBERIAN BANTUAN LUAR NEGERI ODA (OFFICIAL
DEVELOPMENT ASSISTANCE) JEPANG KE INDONESIA
TAHUN 2011-2015
(Skripsi)
Oleh
Amalia Rezki Palendra
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
MOTIF PEMBERIAN BANTUAN LUAR NEGERI ODA (Official Development
Assistance) JEPANG KE INDONESIA TAHUN 2011-2015
Oleh
AMALIA REZKI PALENDRA
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai motif yang dimiliki
Jepang dalam memberikan batuan luar negeri ODA (Official Development
Assitance) untuk Indonesia tahun 2011-2015. Bantuan luar negeri diberikan oleh
negara kaya untuk negara miskin dan berkembang dengan tujuan untuk membantu
pertumbuhan bagi negara penerima donor. Penelitian ini menggunakan teori
bantuan luar negeridan teori kebijakan luar negeri. Jenis penelitian yang
digunakan yaitu penelitian kualitatif deskriptif dan menggunakan teknik
pengumpulan data studi pustaka. Analisis dalam penelitian ini adalah analisis
melalui data sekunder. Teknikanalisis data yang digunakan dalam penelitian yaitu
reduksi data, penyajian data dan penarikan dan kesimpulan. Hasil dari penelitian
ini yaitu adanya motif yang dimiliki oleh Jepang dalam memberikan bantuan luar
negeri ODA Jepang untuk Indonesia tahun 2011-2015 yaitu motif kemanusiaan,
motif ekonomi dan motif politik. Dari ketiga motif tesebut, motif politik
disimpulkan sebagai motif yang paling terlihat dalam pemberian bantuan luar
negeri ODA Jepang untuk Indonesia tahun 2011-2015. Hal ini sejalan dengan
bantuan luar negeri ODA yang diterima Indonesia serta pengalokasiannya yang
bertujuan untuk terus mempertahankan Indonesia di sisi Jepang terkait adanya
rivalitas yang dimiliki oleh Jepang dan China.
Kata kunci : Bantuan luar negeri, Indonesia, Jepang, Kerjasama dan Motif Politik
ABSTRACT
JAPAN MOTIVES IN ODA (Official Development Assistance) AID GIVING
TO INDONESIA 2011-2015
By
AMALIA REZKI PALENDRA
This research has a goal to explain about motive behind Japan’s foreign
aid giving ODA (Official Development Assitance) to Indonesia in 2011-2015.
Foreign aid is one of responsibility of rich coutnry to give some aid to developing
and poor country and used to help their growth in many aspect. Theory that used
in this research are foreign aid and foreign policy decision making. The type of
research that used in this research is qualitative and using library data technic. The
analysis that used in this research is based on secondary data. Analysis technique
that used in this research are data reduction, display and conclusion and
verification. The outcome of this research is there are three motives that belongs
to foreign aid giving that accepted by Indonesia from Japan’s ODA in 2011-2015,
those motives are humanitarian motives, economic motives and political motives.
From that three motives, there is one strongest motives that found in this research,
that motives is political motives. Its belong to foreign aid that accepted by
Indonesia and also the allocation of aid that have a goals to keep Indonesia’s
position in Japan’s side that related on rivalry that happened between Japan and
China.
Keywords : Cooperation, Foreign Aid, Indonesia, Japan and Political Motives
MOTIF PEMBERIAN BANTUAN LUAR NEGERI ODA (OFFICIAL
DEVELOPMENT ASSISTANCE) JEPANG KE INDONESIA
TAHUN 2011-2015
Oleh
AMALIA REZKI PALENDRA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA HUBUNGAN INTERNASIONAL
Pada
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap penulis Amalia Rezki Palendra.
Penulis lahir di Tambahrejo pada tanggal 15
September 1996 sebagai anak ke dua dari dua
bersaudara, buah hati dari pasangan Bapak Pamuji
Sugito dan Ibu Liyendra Nurvita. Pendidikan Formal
yang pernah ditempuh penulis dimulai dari Taman
Kanak-Kanak Aisyah (ABA) III Gadingrejo,
kemudian ke jenjang Sekolah Dasar di SD Muhammadiyah Pringsewu pada tahun
2002 dan lulus di tahun 2008. Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah
Pertama di SMP Negeri 1 Pringsewu pada tahun 2008 dan lulus di tahun 2011.
Selanjutnya, pada tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Gadingrejo
pada tahun 2011 dan lulus di tahun 2014.
Penulis melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dengan terdaftar
sebagai mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung pada tahun 2014 melalui jalur masuk Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Semasa kuliah penulis
aktif bergabung dalam organisasi kemahasiswaan di bawah naungan Himpunan
Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional (HMJ HI) FISIP Universitas
Lampung sebagai Sekretaris Departemen bidang Olahraga dan Rekreasi di tahun
kepengurusan 2015/2016 dan sebagai Sekretaris Umum II di tahun kepengurusan
2016/2017. Penulis juga menjadi salah satu delegasi dalam Pertemuan Sela
Nasional Mahasiswa Hubungan Internasional se-Indonesia (PSNMHII) di
Universitas Brawijaya Malang pada Mei 2015 dan berhasil mendapat nominasi 10
best paper dalam diskusi ilmiah PSNMHII Universitas Brawijaya.
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirrahim
Dari hati ku persembahkan karya kecil ini untuk pihak yang terus mendoakan
akan kebaikan dan tidak pernah berhenti memberikan dukungan dan kasih
sayangnya, juga semua pihak yang aku sayangi
Allah SWT,
atas segala kekuatan, atas segala bantuan, atas segala rezeki dan atas segala hal
yang diberikan kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini
Bapak Pamuji Sugito dan Ibu Liyendra Nurvita
terimakasih untuk setiap doa yang selalu diberikan tanpa pernah diminta,
terimakasih atas kasih sayang, terimakasih atas segala dukungan, kesabaran juga
keikhlasan yang telah diberikan kemarin, hari ini dan seterusnya kepada penulis
serta Almamater yang kubanggakan;
Universitas Lampung.
SANWACANA
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirabil‟alamin, puji syukur atas keridhoan Allah SWT yang
senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Motif Pemberian Bantuan Luar Negeri
ODA (Official Development Assistance) Jepang ke Indonesia tahun 2011-
2015” ini. Shalawat serta salam tak lupa penulis sanjungkan kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai suri tauladan yang baik bagi umatnya.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan studi
dan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Hubungan Internasional di Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.Penulis menyadari bahwa skripsi ini
masih jauh dari sempurna sebagai bentuk adanya keterbatasan kemampuan serta
sebagai motivasi untuk lebih baik dan terus belajar kedepannya. Penulis berharap
agar skripsi ini dapat bermanfaat untuk pembacanya dansebagai perkembangan
penelitian dalam kajian ilmu sosial dan ilmu politik khususnya pada ilmu
hubungan internasional.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas
dari berbagai hambatan dan kesulitan, namun dapat diselesaikan dengan banntuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis menyampaikan
ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan
skripsi ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Allah SWT atas segala bantuan yang tidak bisa dihitung oleh matematika
manusia, atas rezeki, atas kuasa, atas semua jawaban dan petunjukNya
yang selalu diberikan kepada penulis. Nabi Muhammad SAW atas
tauladan yang baik dalam hidup penulis.
2. Ibu Liyendra Nurvita, Ibu terimakasih banyak untuk semua hal yang sudah
diberikan untuk Amel. Terimakasih untuk dukungan, terimakasih untuk
doa yang selalu dipanjaatkan tanpa diminta sekalipun, terimakasih untuk
kesabaran dalam menunggu Amel menyelesaikan skripsi ini, terimakasih
untuk kasih sayang yang diberikan untuk amel kemarin hari ini dan
selamanya, terimakasih atas semua yang tidak mungkin dapat Amel balas
satu per satu. Terimakasih ya Bu, doa Amel selalu untuk kebaikan dan
kesehatan Ibu, semoga Allah SWT kasih Ibu sehat dan umur yang panjang
juga membalas semua yang sudah Ibu berikan ke Amel dalam pahala yang
tidak ada batasnya. Sekali lagi amel minta doakan agar amel bisa menjadi
ladang pahala Ibu nanti, semoga Amel bisa jadi anak yang
membahagiakan Ibu, semoga nanti Allah masih terus kasih kita semua sisa
umur yang berkah dan sehat biar kita bisa sama-sama terus ya Bu. Aamiin.
Kepada Bapak Pamuji Sugito, Pa terimakasih untuk setiap doa yang papa
kasih untuk kebaikan amel, terimakasih sudah sabar menunggu amel lulus,
terimakasih ya Pa untuk setiap kebaikan yang papa beri untuk Amel.
Semoga Allah lindungi Papa juga berikan papa sehat dan rezeki yang
berkah untuk kita semua, aamiin.
3. Bapak dan Ibu yang doanya juga tidak pernah berhenti meskipun raga
tidak bertemu setiap hari, semoga Allah berikan kalian kesehatan, rezeki
yang berkah juga umur yang bermanfaat, Aamiin.
4. Mas Herdi, Mba Vita, Kaka dan Ale. Terimakasih sudah menjadi
penyemangat kemarin, hari ini dan seterusnya. Semoga Allah SWT beri
kalian semua sehat, rezeki dan umur yang bermanfaat.
5. Bapak Dr. Syarief Makhya, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung.
6. Bapak Drs. Aman Toto Dwijono, M.H., selaku Ketua Jurusan Ilmu
Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lampung yang selalu memberikan motivasi, kritik dan saran, serta
dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dosen Pembimbing Utama dan
Dosen Pembimbing Akademik saya yang telah memberikan banyak
masukan, saran dan kritik sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Ibu Gita Karisma, S.IP., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Kedua skripsi
yang telah banyak memberikan ilmu, meluangkan waktu untuk bimbingan,
membimbing, mengarahkan, memberikan kritik dan saran yang
membangun serta memberikan motivasi kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini agar menjadi sebuah tugas akhir yang baik.
Terimakasih banyak Mba Gita, saya mohon maaf jika selama proses
bimbingan menyita banyak waktu mba Gita, semoga Allah SWT
membalas segala kebaikan mba Gita kepada saya. Aamiin.
9. Bapak Dr. Suripto, S.Sos., M.A.B selaku Dosen Penguji skripsi yang juga
memberikan banyak masukan yang membangun dalam penulisan skripsi
ini.
10. Seluruh jajaran dosen Jurusan Hubungan Internasional Universitas
Lampung dan staff atas dukungan, pembelajaran pengalaman, nasehat,
kritik dan saran yang diberikan selama menempuh perkuliahan, serta
membantu dalam proses administrasi selama perkuliahan.
11. “Skripsi 1st Holiday Later”. Fitri Fatharani, Hanifah Az Zahra, Rizka
Amelia dan Tia Panca Rahmadhani. Terimakasih ya sudah jadi teman
berproses, terimakasih sudah sediakan tempat untuk berbagi, terimakasih
sudah sediakan telinga untuk mendengar keluh dan kesah, terimakasih atas
kasih sayang, perhatian dan peduli yang sudah diberikan, terimakasih
untuk waktu yang juga sudah diluangkan, dan terimakasih sudah menjadi
salah satu rezeki yang tidak bisa ditukar oleh materi. I heart you, 4!
Semoga Allah balas setiap kebaikan kalian dengan kebaikan juga, semoga
Allah juga lancarkan skripsi dan semua urusan kalian dan melindungi
kalian di manapun kalian berada. Semoga Allah izinkan kita jadi wanita
sukses dan tangguh ya, aamiin! Semangat! Let through another „badai‟!
Amel sayang kalian. Yuk liburan yuk!
12. Nisrina Khansa K, terimakasih ya Mi untuk setiap semangat yang
diberikan, terimakasih untuk selalu mendengar keluh dan kesah, semoga
segera menyusul ya Mi! Semoga Allah lindungi kamu juga lancarkan
segala urusanmu, Ayo bimbingan dan segera nyusul! Untuk Fenny Friska
Maharani, Widya Febriyani, Alfira Narinda Abidin, Adelianna Berysta dan
Margaretha Healthy, terimakasih untuk semangat, doa dan harapan yang
kalian berikan sampai hari ini. Sukses untuk kita semua! Aamiin.
13. Dumora, keluarga satu bimbingan yang berjuang bareng nunggu
pembimbing 1&2 dari listrik hidup sampai listriknya mati, teman setia
nunggu di lorong E lantai 2...terimakasih ya semangatnya selama ini, nanti
kita reuni di lorong gedung E lantai 2 ya, Ok? Untuk Mba Endani, Yuni,
Eka, Rima Chil, Luky, Kak Wilma, Hayja, Adam Malik, Zaim, Puspa,
Kak Meka yang selalu jadi teman menertawakan banyak hal di lorong
lantai 2 Gedung E....Terimakasih ya untuk semangat, doa dan dukungan
yang kalian berikan! Menunggu bimbingan ga akan seseru itu tanpa kalian
semua. Sukses selalu ya!
14. Semua teman-teman angkatan 2014 terimakasih untuk pelajaran yang seru
sekali selama proses perkuliahan juga terimakasih untuk drama yang lucu
kalau diceritakan kembali di masa depan. Kalian semua bagian dari
angkatan yang keren dan tidak akan ditemukan di angkatan lain, Sukses ya
teman-teman!
15. Teman-teman kepengurusan HMJ HI 2015/2016 dan 2016/2017 semoga
kita semua sukses dalam urusan masing-masing dan apa yang kita pelajari
selama ini berguna untuk hidup kita selanjutnya. Aamiin.
16. Sheila on 7 dan Tulus untuk karya-karya yang kalian ciptakan yang
menjadi hiburan dan teman bagi penulis dalam mengerjakan skripsi.
Juga terimakasih saya untuk semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per
satu yang sudah mendoakan saya, yang memberikan dukungan, bantuan
perhatian, pengalaman dan pelajaran hidup, terimakasih banyak atas segala
yang kalian berikan. Semoga Allah SWT senantiasa membalas semua
kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak yang membantu dalam proses
yang dijalani oleh penulis dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bandarlampung, 18 Desember 2018
Penulis,
Amalia Rezki Palendra
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iv
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... v
I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 9
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 9
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 11
2.1 Penelitian Terdahulu .................................................................................... 11
2.2 Teori dan Konsep ........................................................................................ 17
2.2.1 Foreign Policy Decision Making .................................................... 17
2.2.2 Bantuan Luar Negeri ...................................................................... 19
2.2.3 Kerangka Pikir ............................................................................... 26
III. METODE PENELITIAN ............................................................................. 27
3.1 Tipe Penelitian .............................................................................................. 27
3.2 Fokus Penelitian ........................................................................................... 28
3.3 Jenis dan Sumber Data ................................................................................. 29
3.4 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 30
3.5 Teknik Analisis Data .................................................................................... 31
i
ii
IV.GAMBARAN UMUM................................................................................... 32
4.1 Hubungan Kerjasama Jepang dan Indonesia........................................... 32
4.1.1 Sejarah Kerjasama Jepang dan Indonesia........................................ 33
4.1.2 Sejarah Bantuan Luar Negeri Jepang............................................... 56
V.HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................... 60
5.1 Bantuan ODA Jepang ke Indonesia tahun 2011-2015.............................. 62
5.5.1 Bantuan Luar Negeri ODA (Official Development Assistance)
Jepang ke Indonesia dalam Bentuk Dana Hibah Tahun 2011-
2015.............................................................................................. 65
5.5.2 Bantuan Luar Negeri ODA (Official Development Assistance)
Jepang ke Indonesia dalam Bentuk Pinjaman Yen Tahun 2011-
2015...............................................................................................75
5.5.3 Bantuan Luar Negeri ODA (Official Development Assistance)
Jepang ke Indonesia dalam Bentuk Bantuan Kerjasama Teknik
Tahun 2011-2015.......................................................................... 83
5.2 Proses Pemberian Bantuan Luar Negeri ODA Jepang ke
Indonesia................................................................................................. 89
5.2.1 Proses Pemberian Bantuan Luar Negeri ODA Jepang ................. 89
5.2.2 Pengajuan Bantuan Luar Negeri ODA Jepang oleh
Indonesia....................................................................................... 94
5.3 Motif dalam Pemberian Bantuan Luar Negeri ODA Jepang ke
Indonesia................................................................................................. 97
5.3.1 Motif Kemanusiaan....................................................................... 98
5.3.2 Motif Politik................................................................................ 107
5.3.3 Motif Ekonomi............................................................................ 116
5.3.4 Motif Kepentingan Nasional Jepang atas Rivalitas Jepang-
China........................................................................................... 120
VI. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................... 129
6.1 Kesimpulan............................................................................................. 129
6.2 Saran....................................................................................................... 130
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Jumlah dana ODA Jepang di Negara Asia Tenggara................................... 4
1.2 Jumlah Bantuan Luar Negeri ODA Jepang yang Diterima oleh Indonesia
tahun 2011-2015........................................................................................... 8
2.1 Tujuan Pemberian Bantuan Luar Negeri Berdasarkan
Kategori........................................................................................................ 23
4.1 Jumlah Investasi Jepang di Indonesia.......................................................... 55
5.1 Jumlah Bantuan Luar Negeri ODA Jepang ke Indonesia tahun 2011-
2015............................................................................................................. 61
5.2 Tujuh LSM Penerima Bantuan ODA Jepang.............................................. 68
5.3 Pemberian Bantuan Luar Negeri ODA Jepang yang Mengandung Unsur
Kemanusiaan............................................................................................... 102
5.4 Presentase Jumlah Bantuan ODA Jepang.................................................... 125
v
DAFTAR SINGKATAN
APEC
ASEM
BKPM
DAC
GDP
IJEPA
IJSD
JAPINDA
JICA
Malari
MoU
ODA
OECD
OECF
OWIT
: Asia Pacific Economic Cooperation
: Asia Europe Meeting
: Badan Koordinasi Penanaman Modal
: Development Assistance Comittee
: Gross Domestic Product
: Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement
: Indonesia – Japan Steel Dialog
: Japan-Indonesia Association
: Japan International Cooperation Agency
: Malapetaka Lima Belas Januari
: Memorandum of Understanding
: Official Development Assistance
: Organisation for Economic Co-Operation and Development
: Overseas Economic Cooperation Fund
: Organisasi Wanita di Tokyo
vi
PBB
PETA
SRIT
TKR
TNI
US
WTO
: Perserikatan Bangsa-Bangsa
: Pembela Tanah Air
: Sekolah Republik Indonesia Tokyo
: Tentara Keamanan Rakyat
: Tentara Nasional Indonesia
: United States
: World Trade Organization
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Jepang saat ini tercatat sebagai negara dengan status pertumbuhan
ekonomi yang cukup baik. Jepang juga dikenal sebagai motor penggerak
ekonomi negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Meskipun dalam rentan
waktu 2008-2016 Gross Domestic Product (GDP) Jepang memiliki status
ekonomi yang terus mengalami naik dan turun, namun perekonomian Jepang
tetap dalam status yang cukup tinggi. Hal ini ditandai dengan status GDP
Jepang yang berada pada angka US$ 4,939 Triliun pada 2016 (World Bank,
2016).
Jepang sebagai negara maju juga tidak luput dari masa-masa yang
menyulitkan, hal ini dikarenakan Jepang merupakan salah satu negara yang
mengalami kekalahan pasca Perang Dunia II namun dapat bangkit dalam
jangka waktu yang cepat. Kebangkitan Jepang ini didukung oleh bagaimana
Jepang menciptakan etos kerja yang sangat baik untuk masyarakat, salah
satunya adalah etos kerja Keizen yang diterapkan oleh banyak masyarakat
Jepang (Ronny, 2016). Keizen sendiri berarti kerja dengan bergerak cepat
2
untuk menciptakan produk-produk yang berkualitas tinggi seperti tekstil,
peralatan mobil dan kebutuhan-kebutuhan infrastruktur yang lainnya (Geralds,
2008 : 9). Hal lain yang kemudian dilakukan oleh Jepang dalam jangka waktu
yang tak lama setelah kebangkitannya adalah Jepang sudah bisa menerapkan
sebuah kebijakan untuk memberikan bantuan luar negeriterhadap negara-
negara di dunia.
Bantuan luar negeri sering diartikan sebagai bantuan yang diberikan
oleh negara kaya untuk negara miskin, baik itu untuk tujuan membantu
perekonomian ataupun tujuan untuk mencapai kepentingan dibalik pemberian
bantuan luar negeri tersebut. Secara jelas bantuan luar negeri diartikan sebagai
sumbangan atau transfer sukarela yang berasal dari pemerintah ke pemerintah
lain, untuk organisasi non pemerintah atau NGO (Non Governmental
Organization) untuk organisasi internasional (seperti World Bank atau UNDP)
dengan setidaknya memiliki presentasi 25 persen hibah, dan memiliki satu
tujuan yang sama yaitu untuk kondisi manusia yang lebih baik di negara yang
menerima bantuan tersebut (Lancester, 2007 : 9). Selain itu, bantuan luar
negeri juga dapat diartikan sebagai alat yang digunakan untuk membuat
kebijakan dengan tujuan mencapai tujuan suatu negara untuk mendominasi,
memenangkan, melindungi, memperkuat atau mengubah negara-negara
tertentu (Taffet, 2007:2).
Bantuan luar negeri yang diberikan Jepang terhadap negara-negara lain
disebut dengan Official Development Assistance (ODA). ODA adalah
kebijakan bantuan luar negeri terhadap negara-negara berkembang yang
3
bertujuan untuk memberikan kontribusi bagi perdamaian dan pembangunan
negara berkembang dan dibagi ke dalam 3 jenis yaitu pinjaman yen, dana
hibah dan bantuan teknisi (Embassy of Japan 2016 ). Negara-negara penerima
kebijakan bantuan luar negeri ODA Jepang tersebut terdiri dari negara-negara
dunia dan tersebar di berbagai kawasan, diantaranya kawasan Eropa yang
ditujukkan untuk negara Albania dan Ukraina, kawasan Timur Tengah yang
ditujukkan untuk negara Saudi Arabia, Kuwait dan Israel, kawasan Amerika
Latin yang ditujukkan untuk negara Uruguay, kawasan Afrika yang ditujukkan
untuk negara Ethiopia, kawasan Asia Selatan yang ditujukkan untuk negara
Bangladesh dan India dan kawasan Asia Tenggara yang ditujukkan kepada
hampir semua negara anggota ASEAN (MOFA, 2017:1).
ODA sebagai sebuah kebijakan pemberian bantuan menjadi salah satu
refleksi bagaimana Jepang mencapai tujuan untuk berkontribusi pada
kemakmuran negara-negara Asia Tenggara. Adapun hal yang menjadi dasar
pemberian ODA adalah karena adanya perjanjian San Fransisco pada 1951,
perjanjian ini adalah sebagai tanda berakhirnya Perang Dunia II dan sebagai
pengalokasian kompensasi atas penderitaan kejahatan perang Jepang yang
kemudian diperluas ke beberapa negara di kawasan Asia Tenggara seperti Laos
pada tahun 1951, Myanmar pada tahun 1952, Indonesia pada tahun 1953,
Filipina pada tahun 1953, Thailand pada tahun 1954, Malaysia pada tahun
1957 dan Vietnam pada tahun 2007(MOFA, 2017 :1).
Seiring berjalannya waktu, pemberian bantuan luar negeri Jepang ke
kawasan Asia Tenggara juga berkaitan erat dengan dasar tonggak diplomasi
4
Jepang yang bernama fukuda doctrine. Doktrin ini diucapkan pada tahun 1977
sebagai prinsip dasar diplomasi yang mengharuskan Jepang untuk
berkontribusi pada perdamaian dan kemakmuran negara-negara di kawasan
Asia Tenggara dengan penekanan hubungan yang disebut heart to heart (Koga
:1). Manifestasi dari pemberian bantuan luar negeri ODA ke Indonesia ini
adalah Japan International Cooperation Agency (JICA). JICA adalah agensi
atau badan resmi pemerintah Jepang yang bertugas untuk menyalurkan
pemberian bantuan seperti penyaluran bantuan yang terdapat dalam kerangka
ODA seperti dana hibah, pinjaman Yen dan bantuan teknisi (JICA, 2017:1)
Pemberian bantuan luar negeri ODA Jepang terutama di kawasan Asia
Tenggara menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara dengan jumlah bantuan
terbesar dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara.
Hal ini dibuktikan dengan tabel berikut yang memaparkan jumlah bantuan
ODA Jepang yang diterima oleh Indonesia dibandingkan dengan negara-
negara lain yang berada di kawasan Asia Tenggara :
No. Nama Negara Tahun Pemberian
Jumlah yang
Diterima
(1) (2) (3) (4)
1. Indonesia 2011-2015 US$ 1.319.511.015,88
2. Filiphina 2011-2015 US$ 48.708.826,89
3. Kamboja 2011-2015 US$ 11.766.940,13
4. Thailand 2011-2015 US$ 6.163.521,42
5. Malaysia 2011-2015 US$ 12.474.408,86
6. Laos 2011-2015 US$ 5.908.760,17
7. Myanmar 2011-2015 US$ 52.383.022,65
Tabel 1.1 : Jumlah dana ODA Jepang di Negara Asia Tenggara
5
Sumber : MOFA 2017
Data yang tertera pada tabel di atas adalah penjumlahan dari bantuan
luar negeri ODA Jepang yang diterima oleh negara-negara di kawasan Asia
Tenggara, terhitung sejak tahun 2011-2015. Jumlah data tersebut terdiri dari
pinjaman Yen, dana hibah dan bantuan kerjasama teknisi. Berdasarkan jumlah
bantuan ODA Jepang yang tertera diatas, Indonesia tercatat sebagai negara di
kawasan Asia Tenggara yang menerima bantuan luar negeri tertinggi dari ODA
Jepang. Selain itu, Jepang juga menjadi negara yang memberikan bantuan luar
negeri dengan jumlah terbesar di Indonesia yang ditandai dengan
(1) (2) (3) (4)
8. Vietnam 2011-2015 US$ 91.504.375,94
9. Singapura 2011-2015
10. Brunei Darussalam 2011-2015
6
Masuknya bantuan luar negeri ODA Jepang ke Indonesia dimulai sejak
tahun 1953 dan diberikan dalam bentuk pelatihan di bidang industri,
komunikasi transportasi, pertanian dan kesehatan (Embassy of Japan 2017).
Jepang 4.573,38 (47,06%)
Amerika Serikat 904,48(9,31%)
Jerman 767,26 (7,89%)
Belanda 587,45 (6,04%)
Australia 507,61 (5,22%)
Bank Dunia 405,97 (4,18%)
Perancis 361,84 (3,72%)
ADB (ADF) 222,60 (2,29%)
Uni Eropa 195 (2,01%)
Inggris 179,54 (1,85%)
Kanada 164,48 (1,69%)
Spanyol 112,12 (1,15%)
Korea 105,87 (1,09%)
Gambar 1 : Jumlah Pemberian Bantuan Negara dan Organisasi Internasional
Sumber : OECD dan DA
7
Pemberian bantuan ODA Jepang tidak pernah berhenti dan terus mengalir
untuk Indonesia bahkan ketika terjadi peristiwa Malapetaka Lima Belas
Januari (Malari) di Jakarta pada tahun 1974.
Peristiwa ini merupakan bentuk kekecewaan atas terjadinya dominasi
ekonomi Jepang yang dilakukan di Indonesia, pada saat itu banyak orang turun
ke jalan yang terdiri dari warga, buruh hingga mahasiswa untuk menolak
kedatangan Perdana Menteri Jepang Kakue Tanaka. Jumlah bantuan yang
diberikan Jepang melalui ODA terhadap Indonesia pada tahun yang bersamaan
dengan peristiwa Malari juga tercatat memiliki nilai yang tinggi. Pada tahun
1974 jumlah bantuan ODA Jepang mencapai angka US$ 232,60 juta dan
kemudian mengalami penurunan di tahun 1975 dengan jumlah US$ 209,63
juta.
Selanjutnya ketika Indonesia mengalami masa krisis pada akhir 1997
hingga 1998 Jepang juga memberikan bantuan kepada Indonesia dalam bentuk
pinjaman dengan perpanjangan kewajiban pembayaran. Selain dalam bidang
ekonomi, pada tahun 2004 ketika Indonesia tertimpa bencana alam akibat
tsunami Aceh, Jepang juga menyediakan dana rehabilitasi kepada Indonesia
sebesar US$ 640 Juta dan hingga tahun 2006 Jepang menjadi negara pendonor
bagi Indonesia melalui bantuan luar negeri. Pemberian bantuan ODA Jepang
ke Indonesia yang tidak pernah berhenti hingga saat ini pun mengalami
perubahan nilai bantuan pada setiap tahunnya. Hal ini dibuktikan dengan tabel
di bawah ini :
8
Tabel 1.2 : Jumlah Bantuan ODA Jepang ke Indonesia tahun 2011-2015
No. Tahun Dana Hibah
(dalam US$)
Pinjaman Yen
(dalam US$)
Kerjasama Bantuan
Tekhnik (dalam
US$)
Jumlah
(dalam US$)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. 2011 348.649,06 640.339.561,04 1.702.424,97 642.390.635,07
2. 2012 5.573.801,59 - 97.640 5.671.441,59
3. 2013 54.102.473,59 174.365.118,6 722.391,94 229.189.984,13
4. 2014 45.289.952,82 383.037.272,76 663.532,33 428.990.757,82
5. 2015 346.437 12.397.294,76 524.465,51 13.268.197,27
Jumlah Bantuan 1.319.511.015,88
Sumber: embassy of Japan 2017
Dari data yang tertera pada tabel di atas, perubahan nilai bantuan yang
diberikan Jepang kepada Indonesia memiliki hal menarik untuk dikaji. Terlihat
dari data bantuan tersebut jumlah pemberian bantuan luar negeri ODA Jepang
ke Indonesia setiap tahunnya terus mengalami status yang fluktuatif terhitung
tahun 2011-2015.
Selain itu, yang menarik untuk dikaji dalam penelitian ini adalah
karena ketika terdapat pemberian bantuan maka dalam proses tersebut tidak
hanya negara pendonor saja yang menjadi subjek melainkan negara penerima
bantuan juga dikatakan sebagai subjek. Jepang pada proses ini menjadi subjek
sebagai pendonor, keputusan Jepang untuk memberikan bantuan ODA ke
Indonesia bahkan ketika bantuan tersebut mengalami peningkatan maupun
penurunan akan jelas terdapat dan dirumuskan pada kebijakan luar negeri
Jepang sebagai negara pendonor. Begitu pula dengan Indonesia yang menjadi
negara penerima. Ketika Indonesia mendapatkan bantuan ODA Jepang baik
dengan jumlah yang mengalami peningkatan maupun penurunan, ada
9
pertimbangan yang diambil oleh pemerintah untuk mengajukan bantuan
kepada negara pendonor.
1.2 Rumusan Masalah
Adanya penurunan nilai bantuan luar negeri ODA Jepang untuk
Indonesia di tahun 2013-2015 menimbulkan satu hal baru yang menarik untuk
dikaji selain adanya motif atau kepentingan nasional yang ada ketika negara
memberikan bantuan luar negeri untuk negara lain atau bahkan menerima
bantuan luar negeri dari negara lain. Maka, pertanyaan penelitian yang penulis
berikan pada penelitian ini adalah Apa motif yang dimiliki Jepang dalam
pemberian bantuan luar negeri ODA untuk Indonesia tahun 2011-2015?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan :
1. Untuk menjawab apa saja motif yang dimiliki Jepang dalam memberikan
bantuan luar negeri ODA Jepang untuk Indonesia tahun 2011-2015
1.4 Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan Ilmu Hubungan
Internasional, khususnya terkait ilmu-ilmu ekonomi politik global yang ada
sebagai salah satu konsentrasi pada Ilmu Hubungan Internasional.
10
2. Secara Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi
pemerintah Indonesia dalam memanfaatkan sumber bantuan dana yang
dapat digunakan sebagai sumber pembangunan khususnya dari ODA
Jepang
b. Penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai apa motif
Jepang dalam memberikan bantuan internasional terhadap Indonesia.
11
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan atau gambaran penulis
tentang isu, masalah atau teori yang dikaji dalam penelitian dengan tujuan
menjadikan penelitian yang sudah terdahulu menjadi referensi bagi penulis
untuk melakukan penelitian.Adapun beberapa penelitian terdahulu yang
didapat oleh penulis untuk membandingkan poin-poin apa saja yang berbeda
dari apa yang akan ditulis oleh penulis dengan penulis sebelumnya dengan
penelitian yang sama adalah :
Pertama, penelitian yang berjudul International Aid for Development?
An Overview Japanese ODA to Indonesia, penelitian ini ditulis oleh M.
Mossadeq Bahri tahun 2004. Dalam tulisannya, M. Mossadeq Bahri
menjelaskan bahwa salah satu alasan mengapa negara memiliki kebijakan
untuk memberikan bantuan luar negeri adalah karena adanya kepedulian
kemanusiaan yang merupakan kewajiban moral yang harus dimiliki oleh
negara kaya untuk membantu negara miskin (Mossadeq, 2004 : 39). Bantuan
juga dilakukan oleh negara untuk beberapa tujuan diantaranya
mempertahankan keberadaan negara kepada negara yang berstatus bekas
12
jajahan dan untuk meningkatkan kesempatan negara pendonor memperluas
pasar ekspor.
M. Mossadeq Bahri juga menjelaskan ada lima tujuan yang mendorong
Jepang memberikan bantuan luar negeri, diantaranya : Rekontruksi dan
pertumbuhan ekonomi, hubungan diplomatik antara Jepang dengan negara
tetangga, memelihara sistem politik, sosial dan ekonomi, meningkatkan
pendapatan per kapita Jepang melalui arus komersial dan menegaskan
pengaruh kepemimpinan Jepang (Mossadeq, 2004 : 41).
Kedua, penelitian yang berjudul The ODA reform : Its Impact on the
Relationship of Japan – Indonesia yang ditulis oleh Mujtahid Subagyo tahun
2005. Dalam tulisannya, Mujtahid Subagyo menjelaskan ada dua alasan
mengapa Jepang lebih memilih untuk disebut sebagai Super Power dalam hal
pemberian bantuan daripada pada dunia politik, dua alasan tersebut adalah
untuk alat diplomasi Jepang dan untuk meningkatkan status prestise Jepang di
mata negara-negara dunia (Subagyo, 2004 : 41). Mujtahid Subagyo juga
menjelaskan bahwa tujuan utama Jepang untuk memberikan bantuan ke
negara-negara di dunia adalah pada bidang ekonomi,yaitu kebutuhan bahan
baku yang diperlukan oleh Jepang untuk memenuhi pertumbuhan ekonomi
Jepang terdapat dan bisa didapat di negara-negara yang berada di kawasan Asia
Tenggara khususnya Indonesia.
Dijelaskan juga bahwa faktor geografis Indonesia juga mempengaruhi
mengapa Jepang tertarik untuk memberikan bantuan ke Indonesia, hal ini
disebabkan karena Indonesia memiliki letak yang strategis dalam hal
13
transportasi laut dan persediaan minyak, gas dan sumber daya alam yang
lainnya.
Ketiga, penelitian yang berjudul Values vs Interest : Strategic use of
Japanese Foreign Aid in Southeast Asia, ditulis oleh Andre Asplun. Penelitian
ini menyebutkan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara di Asia Tenggara
yang menjadi penerima terbesar ODA Jepang antara tahun 2002 dan 2008.
Penelitian ini menjelaskan bahwa tujuan Jepang memberikan bantuan ODA ke
beberapa negara di kawasan Asia Tenggara diantaranya untuk memberikan
bantuan mengenai demokratisasi dan kebebasan sipil untuk masyarakat yang
ada di setiap negara tersebut (Asplund, 2015 : 7).
Keempat, penelitian yang berjudul The Transformative Role of Japan’s
Official Development Assistance in Its Economic Partnership with South East
Asia yang ditulis oleh Hugh Patrick tahun 2008. Penelitian ini menyebutkan
bahwa Jepang adalah negara penyedia bantuan ekonomi terbesar untuk negara-
negara di kawasan Asia Tenggara dan hal itu sangat berperan bagi
pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Tenggara. Penelitian ini menjelaskan
bahawa status Jepang tidak hanya sebagai penyedia bantuan ekonomi yang
terbesar saja bagi Asia Tenggara, lebih dari itu ada tujuan kebijakan luar negeri
Jepang yang harus dicapai melalui pemberian bantuan ini, baik itu untuk
kemanusiaan maupun ekonomi.
Hugh Patrick menjalaskan dua tujuan utama Jepang dalam memberikan
bantuan luar negeri, kedua tujuan itu adalah ekonomi dan kemanusiaan. Pada
tujuan ekonomi, yang diinginkan Jepang dalam memberikan bantuan luar
14
negeri di negara-negara yang ada di kawasan Asia Tenggara adalah untuk
mengamankan pasokan energi mineral dan sumber daya yang dilakukan secara
impor, sedangkan pada tujuan kemanusiaan Jepang memiliki tujuan untuk
memperluas pengaruh politik melalui tindakan damai yang kooporatif (Patrick,
2008 : 3).
Kelima, penelitian yang berjudul The Reshaping of Japan’s Official
Development Assistance (ODA) Charter yang ditulis oleh Kazuo Sunaga tahun
2004. Penelitian ini menjelaskan tentang motivasi utama Jepang melalui
kebijakan bantuan luar negeri ODA awalnya adalah motivasi politik untuk
membangun hubungan yang lebih baik antara Jepang dengan negara-negara di
kawasan Asia.
Kazuo Sunaga dalam penelitian ini juga menyebutkan ada 3 pembagian
kepentingan nasional yang ingin dituju Jepang dalam memberikan bantuan luar
negeri, ketiga kepentingan nasional itu diantaranya (Sunaga, 2004 : 8) :
1. Jepang hanya fokus pada pembangunan internasional. Hal ini
menurut masyarakat dapat meningkatkan posisi internasional
Jepang dan membantu mempertahankan kepentingan nasional
Jepang dalam jangka panjang.
2. Jepang menggunakan ODA untuk kepentingan membangun
perdamaian setelah perang dunia.
3. ODA Jepang digunakan untuk pemanfaatan teknologi secara
langsung pada proyek-proyek yang mendapat aliran dana bantuan
dari kebijakan ODA dengan tujuan sebagai ―biaya‖ agar beberapa
15
negara tidak menghalangi kebijakan-kebijakan luar negeri Jepang
pada forum internasional.
Keenam, penelitian yang berjudul National Interest and Japan’s
Foreign Aid Policy yang ditulis oleh Purnendra Jain tahun 2014. Penelitian ini
menjelaskan bahwa pada awalnya fokus utama Jepang memberikan bantuan
adalah untuk tujuan komersial yang berfokus pada negara-negara di Asia
seperti perluasan pasar Jepang di kawasan negara-negara di Asia, namun saat
ini pemberian bantuan luar negeri oleh Jepang lebih meluas dari tujuan utama
untuk tujuan komersial saja, namun pemberian bantuan luar negeri Jepang
bertujuan untuk dijadikan sebagai senjata diplomatik dalam membangun
hubungannya dengan negara-negara berkembang atau dengan kata lain
pemberian ini disebut dengan istilah “gift diplomacy” yang juga termasuk ke
dalam upaya memperbaiki citra negara Jepang (Jain, 2014 : 6). Selain itu,
adanya sumber daya di negara-negara Asia yang dapat memenuhi kebutuhan
energi Jepang juga menjadi tujuan utama Jepang memberikan bantuan agar
produk dan tujuan investasi Jepang dapat berjalan dengan lancar di setiap
negara yang menerima bantuan Jepang.
Ketujuh, penelitian yang berjudul International Trends in Development
Aid and Japan’s ODA, yang ditulis oleh Toru Yanagihara tahun 2017.
Penelitian ini menjelaskan mengenai Filosofi dan Kebijakan di balik bantuan
pembangunan Jepang. Penelitian ini juga menjelaskan mengenai kebijakan dan
filosofi dibalik bantuan pembangunan Jepang yang juga terdapat dalam aturan
Overseas Economic Cooperation Fund (OECF) yang merupakan organisasi
16
kerjasama dan pembangunan ekonomi, filosofi itu diantaranya adalah
mewujudkan pertumbuhan yang berkelanjutan, yang bermanfaat untuk
mempromosikan investasi dan adanya pertimbangan ekonomi jangka panjang
(Yanagihara, 2017:2).
Dari ketujuh literatur review yang sudah dijelaskan di atas, fokus
penelitian terbagi menjadi beberapa bagian. Terdapat satu literatur yang
membahas adanya motif politik dan motif ekonomi dalam pemberian bantuan
luar negeri Jepang terhadap Indonesia yaitu penelitian yang ditulis oleh
Mujtahid Subagyo (2005). Tiga literatur yang membahas motif politik dalam
pemberian bantuan luar negeri Jepang yaitu penelitian yang ditulis oleh
Mossadeq Bahri (2004), Andre Asplund (2015) dan Kazuo Sunaga (2004).Dua
literatur yang yang membahas motif ekonomi pada pemberian bantuan luar
negeri Jepang terhadap Indonesia yaitu penelitian yang ditulis oleh Purnendra
Jain (2017) danSatu literatur yang secara luas membahas banyak motif pada
pemberian bantuan luar negeri Jepang ke Indonesia diantaranya motif
kemanusiaan, motif ekonomi dan motif politik yang ditulis oleh Hugh Patrick
(2008).
Adapun hal-hal yang membedakan ke-tujuh penelitian terdahulu yang
sudah dijelaskan diatas dengan penelitian penulis yaitu adanya kebaruan
penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, karena penulis mengkaji
perubahan nilai bantuan ODA Jepang ke Indonesia yang terjadi pada rentan
waktu 2013 sampai dengan 2015 dengan menggunakan teori atau konsep
bantuan luar negeri dan foreign policy.
17
2.2 Landasan Konseptual
2.2.1 Foreign Policy Decision Making
Kebijakan luar negeri adalah salah satu hal penting yang harus
dirumuskan secara matang oleh setiap negara melaluistakeholder di setiap
pengambilan keputusan yang akan mereka lakukan dalam segala aspek yang
berhubungan dengan interaksinya dengan negara-negara yang lain baik itu
dalam aspek ekonomi, sosial budaya hingga politik keamanan. Rossenau
mendefinisikan kebijakan luar negeri sebagai tindakan otoritatif yang diambil
oleh pemerintah yang memiliki tujuan untuk menjaga keadaan lingkungan
internasional yang diinginkan dan mengubah aspek yang tidak diinginkan
(Vinsensio, 2007 : 2).
Selain itu kebijakan luar negeri yang diambil oleh pemerintah nasional
dalam melakukan interaksi dengan negara lain maupun organisasi pemerintah
atau aktor non pemerintah selelu melibatkan tujuan, strategi, pedoman, arahan,
pemahaman, kesepakatan dan sebagainya (Sorensen, 2013:252). Sedangkan
pengambilan keputusan kebijakan luar negeri diartikan sebagai jumlah
keseluruhan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengarahkan kepentingan
nasionalnya.
Selanjutnya dalam bukunya yang berjudul Intorduction to International
Relations Theories and Approaches, Robert Jackson dan George Sorensen juga
membagi 3 (tiga) tingkatan analisis dalam pembuatan kebijakan luar negeri,
yaitu (Jackson dan Sorensen, 2007:257-259) :
18
1. Systemic Level
Terdapat di dalamnya pembagian kekuasaan negara dan hubungan
saling ketergantungan pada ekonomi politik.
2. The Nation-State Level
Terdapat di dalamnya jenis pemerintahan, hubungan antar aparat
negara dan susunan birokrasi aparat negara.
3. The Level of Individual Decision Maker
Terdapat di dalamnya cara berfikir, dasar keyakinan dan prioritas
yang bersifat pribadi.
Pada decision making process terdapat beberapa model pembuatan kebijakan
luar negeri, model tersebut adalah The Rational Actor Model dan Games Theoretic
Models. Greg Cashman pada buku yang berjudul Understanding Foreign Policy
Decision Making mengelompokkan delapan tahapan yang harus dilakukan dalam
pembuatan keputusan melalui rational model, ke-delapan tahapan itu diantaranya
(Mintz, 2012:58) :
1. Idenitifikasi Masalah
2. Identifikasi Rank
3. Pengumpulan Informasi
4. Identifikasi alternatif untuk mencapai tujuan
5. Menganalisis alternatif dengan mempertimbangkan konsekuensi dan
efektifitas
6. Memilih alternatif yang memiliki kemungkinan maksimal
7. Menerapkan keputusan
8. Memantau dan melakukan evaluasi.
19
Sedangkan pada Games Theoretic Models biasa digunakan untuk mengambil
keputusan pada hal yang berkaitan dengan keamanan seperti terorisme atau juga
dengan hal yang berkaitan dengan ekonomi seperti keputusan dalam bantuan ekonomi
(Mintz, 2012:64). Games Theory sendiri dibagi menjadi tiga diantaranya Prisoner’s
Dilemma, Chicken dan Tit-For-Tat.
2.2.2 Bantuan Luar Negeri
Definisi Bantuan Luar Negeri
Bantuan luar negeri dapat didefinisikan sebagai bantuan ekonomi dari
satu negara ke negara lain, yang dimaksudkan untuk memberikan bantuan
kemanusiaan dalam keadaan darurat atau untuk membiayai dan
mempromosikan pembangunan ekonomi (Basharat, 2014:94). Biasanya
pemberian bantuan luar negeri diberikan oleh negara kaya terhadap negara
miskin ataupun yang negara berkembang dengan berbagai tujuan baik itu
tujuan ekonomi, kemanusiaan hingga politik. Bantuan luar negeri juga bisa
disebut sebagai tricky concept, yang berarti bantuan luar negeri tidak hanya
dikatakan sebagai sebuah kebijakan negara, namun sebagai alat kebijakan
negara (Lancester, 2007:9).
Pada prakteknya, pemberian bantuan luar negeri oleh suatu negara
kepada negara lain harus memenuhi poin atau standar yang ditetapkan
seperti poin yang terdapat dalam bukuThe Globalization and Developmeny
Reader yang menyatakan bahwa standar definisi dari pemberian bantuan
luar negeri berasal dari Development Assistance Committee (DAC) dan
20
Organizations for Economic Co-Operation and Development (OECD)
yang terdiri dari dua hal yaitu dirancang untuk mempromosikan
pembangunan ekonomi dan kesejahteraan sebagai tujuan utama mereka
(termasuk tujuan untuk pembangunan non militer dan lainnya) dan
diberikan sebagai hibah atau pinjaman bersubsidi (Timmons, 2015:399).
Bantuan luar negeri biasanya diberikan atau dirancang untuk memenuhi
beberapa tujuan ekonomi dunia seperti : merangsang pertumbuhan
ekonomi melalui pertumbuhan infrastruktur, mendukung sektor produktif
seperti pertanian, bantuan terhadap krisis kemanusiaan dan untuk
membantu menstabilkan kondisi ekonomi suatu negara (Timmons,
2015:404).
Motif Bantuan Luar Negeri
Pemberian bantuan luar negeri yang terjadi dalam hubungan
internasional bukan saja diartikan sebagai pemberian bantuan berupa
donor dari negara kaya untuk membantu negara miskin, lebih dari itu
bantuan luar negeri dijadikan sebagai sebuah kebijakan untuk negara
pendonor dengan tujuan tertentu yang akan mereka capai. Tujuan setiap
negara biasanya selalu dilatarbelakangi oleh motif yang mendorong negara
tersebut untuk kemudian menentukan tujuan apa yang akan mereka capai.
Motif bantuan luar negeri menurut Alan Rix dalam buku yang berjudul
Japan’s Foreign Aid Challenge : Policy Reform and Aid Leadership, Alan
membagi motif pemberian bantuan luar negeri menjadi tiga poin
diantaranya (Alan,1993 :18-19) :
21
1. Motif Kemanusiaan
Negara kaya memiliki tanggungjawab kemanusiaan untuk
membantu negara yang lebih miskin.
2. Motif Politik
Motif ini berguna untuk membangun citra negara kaya di hadapan
negara-negara yang menerima bantuan atau donor.
3. Motif Ekonomi
Motif ekonomi biasanya digunakan untuk memudahkan akses
negara pendonor dalam mencapai tujuan mereka pada kegiatan
ekspor dan impor juga untuk tujuan mengakses sumber daya yang
dimiliki oleh negara penerima donor. Motif ekonomi juga tidak bisa
dilepaskan dengan politik, dimana pertumbuhan ekonomi akan
mendorong stabilitas politik suatu negara.
Tujuan Bantuan Luar Negeri
Tujuan pemberian bantuan luar negeri dalam penelitian ini di bagi
menjadi dua kelompok menurut dua pemikiran yang berbeda, ke duanya
yaitu :
1. Lancester
Tujuan utama dalam pemberian bantuan luar negeri menurut
Lancester dalam bukunya yang berjudul Foreign Aid: Diplomacy,
Development, Domestic and Politic, ke-empat tujuan itu diantara
lain (Lancester, 2007:13-15):
22
Diplomacy (Tujuan diplomatik), dalam hal ini tujuan
diplomatik dilakukan oleh negara pendonor kepada negara
penerima untuk kepentingan hubungan antar pemerintah.
Developmental (Tujuan pembangunan), dalam hal ini
tujuan pembangunan ditujukkan untuk mendukung
kemajuan sosial dan kemajuan ekonomi juga untuk
mengurangi kemiskinan.
Humanitarian Relief (Tujuan bantuan kemanusiaan),
tujuan kemanusiaan ini terkadang diberikan kepada negara
yang mengalami kerugian akibat bencana alam dan
menyebabkan banyak korban jiwa, biasanya bantuan ini
juga dialokasikan atau disalurkan melalui NGO atau LSM
yang ada di suatu negara.
Commercial (Tujuan komersial), tujuan komersial
mencakup perluasan ekspor suatu negara dan pengamanan
akses terhadap impor bahan baku yang dibutuhkan.
2. A. Mauritz
Tujuan pemberian bantuan luar negeri menurut A. Mauritz dalam
bukunya yang berjudul Ideas, Interests and Foreign Aid yang
dikelompokkan berdasarkan kategorinya masing-masing,
diantaranya(Mauritz, 2011:9-10).
23
Tabel 2.1 : Tujuan Pemberian Bantuan Luar Negeri berdasarkan Kategori
Sumber : A. Mauritz 2011
2.3 Kerangka Pikir
Dalam kerangka pikir, penulis akan menjelaskan mengenai bagaimana
kebijakan luar negeri yang dimiliki oleh negara mempengaruhi keputusan yang
mereka ambil baik itu untuk internal negara mereka maupun keputusan yang
diterapkan untuk hubungan eksternal negara dengan negara yang lain.
Penjelasan ini digambarkan dengan bagaimana awal mula Jepang
memberikan bentuan luar negerinya terhadap Indonesia juga bagaimana proses
pembentukan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah Jepang untuk
memberikan bantuan luar negeri ke Indonesia dan juga kepentingan nasional
Jepang dalam pemberian bantuan luar negeri ke Indonesia.
No. Kategori Tujuan
(1) (2) (3)
1. Keamanan (Security) Bantuan luar negeri dapat digunakan untuk
menentang komunisme dan mendukung
sekutu.
2. Kekuatan (Power/Influence) Bantuan luar negeri dapat digunakan untuk
meningkatkan pengaruh, memenangkan
posisi atau memenangkan posisi tertentu
dalam forum internasional.
3. Kepentingan Ekonomi (Wealth of
Economic Self-Interest)
Bantuan luar negeri dapat digunakan untuk
kepentingan ekonomi negara pendonor atau
mendukung industri ekspor.
4. Kepentingan Negara (Enlightened
Self Interest)
Bantuan luar negeri dapat digunakan untuk
mencapai perdamaian, stabilitas, juga
terciptanya lingkungan yang sehat.
5. Reputasi (Reputation) Bantuan luar negeri dapat digunakan untuk
meningkatkan status dan reputasi internasional.
6. Kewajiban (Obligation) Bantuan luar negeri dapat digunakan untuk
mengingatkan kewajiban secara historis.
7. Kemanusiaan (Humanitarianism) Bantuan luar negeri dapat digunakan untuk
mempromosikan kesejahteraan masyarakat dan
untuk penyediaan bantuan kemanusiaan.
24
Salah satuyang menajadi dasar pemberian bantuan luar negeri ODA Jepang
adalah perjanjian San Fransisco. Perjanjian tersebut adalah sebagai tanda
bahwa telah berakhirnya Perang Dunia II juga sebagai tanda negara yang
mengalami kekalahan pada Perang Dunia II untuk membayar biaya kompesasi
atas penderitaan kejahatan perang, kemudian hal itu dilakukan ke beberapa
kawasan termasuk ke kawasan Asia Tenggara yang terus meluas seiring
berjalannya waktu hingga ke Indonesia.
Kebijakan bantuan luar negeri yang dikenal dengan Official Develompent
Assistance atau ODA. Bantuan luar negeri yang diterima oleh Indonesia sendiri
merata sesuai dengan jenis yang ada dalam pemberian bantuan oleh ODA,
diantaranya dana hibah, pinjaman yen dan kerjasama teknisi. Namun pada
waktu atau periode tahun tertentu nilai pemberian bantuan ODA Jepang yang
diberikan ke Indonesia mengalami status penurunan dan peningkatan dalam
waktu yang berdekatan.
Dalam praktik pemberian bantuan luar negeri yang dilakukan oleh negara
ke negara lain maupun organisasi pemerintah/non pemerintah akan selalu ada
motif yang dimiliki oleh pendonor terhadap penerima bantuan. Untuk
membantu menemukan motif tersebut maka kita harus melihat bagaimana
proses bantuan luar negeri tersebut diberikan, untuk melihat proses tersebut
kita juga perlu mengetahui bagaimana decision making yang diterapkan oleh si
pendonor. Dari hal tersebut, pada penilitian ini penulis kemudian
menggunakan dua konsep di penelitian ini diantaranya :
25
1. Foreign Policy Decision Makingyang di dalamnya terdapat decision
making dan digunakan untuk menganalisis mengapa terjadi
peningkatan nilai bantuan luar negeri ODA Jepang terhadap Indonesia.
2. Bantuan Luar Negeri, penulis membagi bahasan mengenai bantuan luar
negeri menjadi pengertian, motif bantuan luar negeri dan tujuan
pemberian bantuan luar negeri.
26
Kerangka pikir penelitian ini apabila digambarkan dalam bentuk skema maka
terbentuk sebagai berikut :
Gambar 1 : Kerangka Pikir
Bantuan Luar Negeri ODA
Jepang berasal dari Perjanjian San
Fransisco sebagai tanda bahwa
Jepang kalah dari Perang Dunia
II.
Terjadinya peningkatan jumlah bantuan
luar negeri ODA Jepang ke Indonesia
pada tahun 2015. Bantuan ini terdiri
dari :
a. Dana Hibah
b. Pinjaman Yen
c. Bantuan Kerjasama Teknik
Proses pembuatan kebijakan
pemberian
bantuan luar negeri ODA Jepang ke
Indonesia dan Proses pengajuan
bantuan luar negeri ODA Jepang oleh
Indonesia
Motif pemberian bantuan luar negeri
ODA Jepang ke Indonesia
Motif terkuat yang dimiliki Jepang
dalam pemberian bantuan luar
negeri ODA ke Indonesia tahun
2011-2015
27
III . METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif menurut Strauss dan Corbin didefinisikan sebagai penelitian yang
menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh)
dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari
kauntifikasi (pengukuran) (Rahmat, 2009:2). Penelitian kualitatif dapat
digunakan untuk menemukan dan memahami apa yang tersembunyi dibalik
fenomena yang kadangkala merupakan sesuatu yang sulit dipahami secara
memuaskan (Rahmat, 2009).Penelitian kualitatif juga dapat disebut dengan
penelitian yang memperhatikan proses, peristiwa dan otensititas (Rusmila,
2005:8) Penelitian kualitatif diharapkan dapat memberi pemahaman yang
bersifat umum terhadap kenyataan sosial.
Penelitian kualitatif menurut W Laurence Neuman diidentifikasi
menjadi 4 faktor, diantaranya (Rusmila, 2008:60) :
1. Orientasi pertama, dimana data dalam penelitian kualitatif bersifat
empiris terdiri dari dokumentasi ragam peristiwa, rekaman setiap
ucapan, kata dan gestures dari objek kajian, tingkah laku yang spesifik,
28
dokumen-dokumen yang tertulis serta berbagi imaji visual yang ada
dalam sebuah fenomena sosial.
2. Orientasi kedua, dimana penelitian kualitatif memiliki tujuan untuk
menghilangkan keyakinan palsu yang terbentuk pada sebuah objek
kajian.
3. Orientasi ketiga, dimana penelitian kualitatif mengikuti dua logika yaitu
logika yang direkontruksi dan logika dalam praktek.
4. Orientasi keempat, dimana penelitian kualitatif memiliki langkah
penelitian yang bersifat non linear.
3.2 Fokus Penelitian
Fokus penelitian pada penelitian ini berfungsi untuk memberi batasan
mengenai ruang lingkup penelitian yang akan dikaji dalam penelitian ini.
Fokus penelitian ini adalah bantuan luar negeri yang diberikan Jepang kepada
Indonesia melalui Official Development Assistance (ODA) dan terjadinya
penurunan nilai bantuan luar negeri ODA Jepang ke Indonesia pada tahun 2014
dan adanya kenaikan kembali nilai bantuan ODA Jepang ke Indonesia pada
tahun 2015. Secara lebih rinci, penulis membagi fokus penelitian ini ke dalam
dua poin, yaitu :
a. Proses pengajuan bantuan luar negeri ODA Jepang oleh Pemerintah
Indonesia
Jenis bantuan yang diajukan
Program yang diajukan
29
Besaran jumlah bantuan yang diajukan
b. Proses penetapan kebijakan pemberian bantuan luar negeri ODA
Jepang pada pemerintah Indonesia
Mekanisme Pembahasan
Motif Pemerintah Jepang terhadap Indonesia, yang dibagi
menjadi : Motif Politik, Motif Ekonomi dan Motif
Kemanusiaan.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data sekunder juga dikatakan sebagai data yang diperoleh dari data yang sudah
ada sebelumnya. Data sekunder didapat melalui sumber-sumber seperti buku,
bahan pustaka, penelitian terdahulu, jurnal, majalah dan lain sebagainya.
Diantaranya adalah jurnal resmi diterbitkan oleh Pemerintah Jepang,
diantaranya : Data GDP dari World Bank, yang diakses melalui
https://data.worldbank.org, Data Pembagian Jenis Bantuan ODA Jepang yang
diakses melalui http://www.id.emb-japan.go.jp, waktu masuknya bantuan luar
negeri ODA Jepang yang diakses melalui http://www.mofa.go.jpdan
Penjelasan JICA dan ODA yang diakses melalui https://www.jica.go.jp.
30
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
studi pustaka. Studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan data melalui
informasi yang tertera atau terdapat pada data-data sekunder. Data sekunder
tersebut kemudian didapat dari :
a. Studi Pustaka
Studi pustaka ini terdiri dari data yang diperoleh melalui buku, koleksi
perpustakaan, jurnal, situs resmi, berita, majalah dan lain-lain. Dalam
penelitian ini data didapat dari situs resmi yang memberikan informasi
terkait jumlah besaran bantuan ODA Jepang juga berita terkait bantuan
luar negeri ODA Jepang. Situs resmi tersebut diantaranya :
Situs resmi Kementrian Luar Negeri Jepang (MOFA)
Situs resmi Kedutaan Besar Jepang (emb-japan.go.jp)
Situs resmi badan penyalur bantuan luar negeri ODA Jepang
(JICA : jica.go.jp)
Koleksi perpustakaan digital yang didapat dari JSTORE
(jstore.org)
b. Studi Dokumentasi
Studi ini terdiri dari sumber-sumber yang tidak dipublikasikan secara
umum seperti dokumen-dokumen yang terdapat di Kedutaan Besar
Jepang untuk Indonesia dan dokumen yang dimiliki oleh Bappenas.
31
3.5 Teknik Analisis Data
Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
secondary analysis. Analisis data sekunder adalah analisis data yang sudah
tersedia sebelumnya atau juga disebut sebagai analisis ulang dari data yang
sudah ada. Miles dan Huberman membagi tahapan analisis pada analisis data
sekunder, ketiga tahapan itu diantaranya (Huberman, 1994 : 10) :
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Pada tahap ini terdapat beberapa proses diantaranya menyeleksi
data, memfokuskan data, menyederhanakan data, membuat abstrack
dari data itu sendiri dan mengubah data yang sudah ada yaitu
menghilangkan data jika terdapat data yang tidak diperlukan.
2. Penyajian Data (Display)
Pada tahap ini penyajian data membantu penulis untuk
memahami apa yang terjadi dan apa yang harus peneliti lakukan.
Penyajian data yang dapat peneliti lakukan pada tahap ini bisa
ditampilkan dalam bentuk grafik, bagan, matriks dan tabel.
3. Penarikan dan Kesimpulan (Conclusion and Verification)
Pada tahap ini, dilakukan secara seklias selama proses
penulisan. Penulis juga dapat menarik kesimpulan pada tahap ini yang
kemudian bisa digunakan untuk kepentingan penelitian selanjutnya
apabila kesimpulan itu dapat mendukung keberlangsungan penelitian.
32
IV. GAMBARAN UMUM
Gambaran umum pada penelitian ini berisikan tentang objek yang berada
dalam penelitian termasuk di dalamnya dua negara yang terlibat yaitu Jepang sebagai
pendonor atau negara pemberi bantuan luar negeri, Indonesia sebagai negara penerima
donor dan ODA sebagai kebijakan pemberian bantuan luar negeri Jepang ke
Indonesia. Gambaran umum objek penelitian pada bab ini dibagi menjadi dua subab
yaitu hubungan kerjasama Jepang dan Indonesia dan kerjasama ekonomi Jepang dan
Indonesia.
4.1 Hubungan Kerjasama Jepang dan Indonesia
Hubungan kerjasama yang terjalin antara Jepang dan Indonesia bisa
dikatakan sebagai hubungan kerjasama yang sudah lama dibangun. Jika
hubungan kerjasama antara kedua negara dihitung sejak tahun dibukanya
hubungan diplomatik Jepang dan Indonesia secara resmi pada 1958, maka saat
ini hubungan kerjasama Jepang dan Indonesia sudah memasuki enam puluh
tahun perjalanan. Meskipun awalnya kedatangan Jepang ke Indonesia pada
tahun 1942 adalah sebagai negara penjajah seperti Belanda menduduki
Indonesia, namun seiring berjalannya waktu yang juga berbarengan dengan
33
kalahnya Jepang pada Perang Dunia II di mana mengharuskan Jepang untuk
membayar biaya kekalahan perang, hubungan kerjasama yang dibangun Jepang
dengan Indonesia berubah dan bergerak ke arah yang lebih baik.
Kebijakan bantuan luar negeri ODA Jepang menjadi gambaran awal
juga sebagai manifestasi bagaimana hubungan kerjasama antara Jepang dengan
Indonesia dibangun ke arah yang lebih baik hingga saat ini. Selanjutnya pada
bab ini hubungan kerjasama Jepang dan Indonesia akan dibagi ke dalam
beberapa subab diantaranya : sejarah kerjasama Jepang dan Indonesia dan
Sejarah Bantuan Luar Negeri Jepang ke Indonesia.
4.1.1 Sejarah Kerjasama Jepang dan Indonesia
Jepang mulai masuk ke Indonesia pada tahun 1942 ketika pemerintah
Hindia Belanda menyerah tanpa syarat yang kemudian menyebabkan Jepang
dapat masuk ke Indonesia tanpa melalui perlawanan yang berat. Selanjutnya
pada subab ini akan dibagi beberapa periode bagimana sejarah kerjasama
Jepang dan Indonesia sejak 1942-sekarang. Berikut adalah beberapa periode
tersebut :
1. Periode 1942-1945
Pada periode ini, kedatangan Jepang ke Indonesia adalah sebagai
negara penjajah, saat itu Jepang tanpa perlawanan yang berat dapat
memasuki wilayah Indonesia sejak Belanda meninggalkan Indonesia.
Awalnya kedatangan Jepang ke Indonesia dianggap sebagai penyelamat
bagi rakyat Indonesia yang sudah bertahun-tahun hidup dibawah jajahan
34
pemerintah Belanda dan banyak memberikan penderitaan bagi rakyat
Indonesia, itulah mengapa rakyat Indonesia menganggap kedatangan
Jepang akan memberikan perubahan kebaikan bagi rakyat yang juga
menganggap Jepang sebagai saudara mereka, karena latar belakang Jepang
sebagai negara yang berada di kawasan Asia.
Saat itu ada tiga semboyan yang semakin memperkuat rakyat Indonesia
untuk percaya bahwa kedatangan Jepang ke Indonesia seperti harapan
mereka sebagai penyelamat mereka di masa penjajahan. Tiga semboyan
yang mereka percaya itu adalah Jepang Pemimpin Asia, Jepang Cahaya
Asia dan Jepang Pelindung Asia atau dikenal dengan semboyan 3A.
Namun seiring berjalannya waktu keberadaan Jepang di Indonesia
ternyata tidak lebih baik dari negara penjajah sebelumnya, yaitu Belanda.
Jika pada masa penjajahan Belanda rakyat Indonesia dipaksa untuk
melakukan kerja Rodi, pada masa penjajahan Jepang juga rakyat Indonesia
dipaksa untuk melakukan kerja paksa yang dinamakan Romusha. Romusha
adalah kerja paksa yang dilakukan di masa penjajahan Jepang di mana
rakyat Indonesia banyak dimanfaatkan tenaganya untuk digunakan dalam
pembangunan benteng-benteng yang digunakan untuk pertahanan militer
Jepang.
Di balik perlakuan buruk yang diterima oleh rakyat Indonesia pada
masa penjajahan Jepang, namun saat ini kita sebagai masyarakat Indonesia
masih bisa merasakan beberapa dampak positif yang ditinggalkan pada
masa penjajahan Jepang di Indonesia, dampak positif itu diantaranya :
35
A. Bidang Sosial Budaya
Saat Jepang menduduki Indonesia, mereka melakukan pembagian
tingkatan masyarakat di tingkat paling mendasar bagi yang sampai hari
ini kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari yang dikenal dengan
rukun tetangga yang sering disingkat dengan RT.
Adanya pendidikan SD, SMP hingga SMA di mana pada saat
penjajahan Jepang sekolah dasar (SD) dapat digunakan atau dimasuki
oleh masyarakat di Indonesia tanpa membedakan status sosial mereka.
Lalu diadakan sekolah menengah yang dibagi menjadi dua yaitu SMP
dan SMA.
Penggunaan bahasa Indonesia yang diperbolehkan pada masa
penjajahan Jepang untuk digunakan menjadi bahasa komunikasi,
bahasa pengantar dan bahasa resmi. Bahasa Indonesia pun kemudian
menjadi bahasa nasional Indonesia hingga saat ini.
B. Bidang Ekonomi
Dalam bidang ekonomi pada periode 1942-1945 belum terdapat adanya
kerjasama yang menguntungkan antara kedua belah pihak. Jika kerjasama
diartikan sebagai kegiatan yang menguntungkan kedua belah pihak, maka pada
periode ini kerjasama belum berjalan secara maksimal karena pihak yang
diuntungkan hanya pihak Jepang.
Dalam kegiatan ekonomi pada periode 1942-1945, Jepang
mengeluarkan kebijakan menekan angka produksi perkebunan dengan tujuan
agar produksi beras saja yang meningkat. Dalam hal mengambil alih
36
kedudukannya, Jepang juga mulai menutup pabrik-pabrik yang selama periode
tersebut beroperasi dan didirikan oleh Belanda. Selanjutnya Jepang juga
mengurangi dan memotong produksi gula yang selama ini menjadi sumber
mata pencaharian rakyat Indonesia.
Sebagai gantinya Jepang menawarkan rakyat Indonesia untuk bekerja
dengan Jepang atau mengikuti aturan Romusha. Saat itu rakyat Indonesia tidak
tahu bahwa Romusha berujung pada kerja paksa yang dilakukan oleh Jepang
terhadap rakyat Indonesia, yang mereka tahu mereka akan bekerja dengan
pihak Jepang dan mendapatkan upah sebagai pengganti tidak adanya pekerjaan
bagi mereka.
C. Bidang Keamanan dan Politik
Dalam bidang keamanan ada dua hal yang dibangun oleh Jepang di
masa penjajahannya di Indonesia, yaitu organisasi militer dan organisasi semi
militer.
1) Organisasi Militer
HEIHO
Heiho atau pasukan pembantu Jepang dibentuk pada 1942.
Pasukan ini terdiri dari pasukan angkatan darat maupun angkatan
laut dan memiliki tugas utama untuk melaksanakan pertahanan
militer.
PETA
Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia yaitu 1942-1945.
Jepang melalui kebijakannya sebagai negara penjajah membentuk
37
sebuah badan yang beranggotakan warga Indonesia yang memiliki
tujuan utama penugasannya adalah untuk membangun benteng-
benteng pertahanan Jepang. Badan itu bernama PETA (Pembela
Tanah Air). PETA. PETA awalnya dibentuk dengan tujuan untuk
membangkitkan rasa dan semangat patriotisme rakyat Indonesia
juga untuk menghimpun tenaga sukarela yang berasal dari rakyat
Indonesia untuk membantu memperkuat pasukan Jepang pada
Perang Asia Timur Raya.
PETA memiliki bagian-bagian kecil di dalamnya, diantaranya
TKR (Tentara Kemanan Rakyat), Tentara Keselamatan Rakyat dan
TRI (Tentara Republik Indonesia). Badan-badan ini kemudian
menjadi cikal bakal terbentuknya TNI (Tentara Nasional
Indonesia).
2) Organisasi Semi Militer
Seinendan
Seinendan adalah organisasi semi militer yang dibentuk oleh
Jepang pada tahun 1943 yang berpusat di Pulau Jawa. Seinendan
dibentuk dengan tujuan untuk mendidik dan melatih rakyat
Indonesia dalam menjaga dan mempertahankan tanah airnya.
Namun di sisi lain tujuan Jepang membentuk Seinendan sama
dengan apa yang dilakukan Jepang saat membentuk PETA.
Jepang membutuhkan pasukan cadangan yang dapat membantu
mereka dalam Perang Asia Timur Raya melawan Sekutu. Beberapa
38
tokoh pemuda yang lahir dari organisasi ini diantaranya Sukarni
dan Latif Hendradiningrat.
Keibodan
Keibodan adalah organisasi semi militer yang didirikan oleh
Pemerintah Jepang pada masa penjajahan di Indonesia. Keibodan
dibentuk dengan tujuan untuk membantu pemerintah Jepang dalam
mengatur lalu lintas dan pengamanan desa.
Fujinkai
Fujinkai adalah organisasi semi militer yang didirikan oleh
Pemerintah Jepang pada masa penjajahan di Indonesia. Hal yang
membedakan organisasi semi militer Fujinkai dengan organisasi
semi militer lain yang didirikan oleh Jepang adalah Fujinkai
merupakan organisasi semi militer yang diperuntukkan untuk
wanita. Tujuan dibentuknya Fujinkai adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan dan dan kesehatan masyarakat.
Suishintai
Susihintai adalah organisasi semi militer yang dibentuk dengan
tujuan membantu Jepang dalam mempertahankan Indonesia.
Pemimpin Suishintai sendiri adalah Ir. Soekarno yang dibantu
dengan beberapa tokoh pemuda lain diantaranya R.P Suroso dan
Otto Iskandardinata.
39
Kaikyo Seinen Teishinti (Hizbullah)
Hizbullah adalah organisasi semi militer yang dibentuk oleh
pemerintah Jepang di mana berisikan sukarelawan dan pemuda-
pemuda islam. Hizbullah ini dibentuk untuk membantu tentara Dai
Nippon Jepang.
Di samping itu organisasi ini juga berada di bawah naungan
Masyumi di mana ketika mereka diharuskan untuk melakukan
peran sebagai rakyat Indonesia, maka mereka diwajibkan dan
ditugaskan untuk menyiarkan agama islam selama masa penjajahan
Jepang di Indonesia.
Lamanya waktu penjajahan yang dilakukan oleh Jepang di Indonesia memang
tidak selama yang dilakukan oleh Belanda. Pada Agustus 1945 Jepang menyerahkan
diri kepada sekutu karena saat itu Jepang harus mengambil keputusan bahwa dua kota
di negara mereka yaitu Nagasaki dan Hiroshima hancur akibat ledakan bom yang juga
berbarengan dengan kekalahan Jepang pada Perang Dunia II. Ketika Jepang
meninggalkan Indonesia, saat itu juga rakyat Indonesia mendesak untuk diumumkan
kemerdekaan secepat mungkin. Selanjutnya di sisi yang bersebrangan Jepang juga
kembali untuk menata dan membangun kembali negaranya menjadi negara yang
bangkit pasca kekalahan yang mereka alami di Perang Dunia II.
40
2. Periode 1946-1958
Periode ini merupakan awal bagaimana menariknya hubungan
kerjasama antara Jepang dan Indonesia dimulai secara resmi. Jika
sebelumnya pada periode 1942-1945 kerjasama yang dilakukan oleh
Jepang dan Indonesia tidak menguntungkan ke dua belah pihak, pada
periode ini, kerjasama yang dibangun oleh Jepang dan Indonesia sudah
memberikan keuntunngan yang tidak memberatkan secara sepihak.
Diawali pada tahun 1946 setelah Jepang meninggalkan Indonesia
karena harus memperbaiki dan membangun negaranya kembali, di tahun
1946 juga Indonesia membangun negara setelah setahun pasca
kemerdekaan. Kedua negara ini sama-sama membangun negaranya
masing-masing. Hingga di tahun 1954 untuk pertama kalinya Jepang
memberikan bantuannya ke Indonesia dalam bentuk pelatihan di bidang
industri, pertanian dan kesehatan (Embassy of Japan 2017). Bantuan yang
diberikan oleh Jepang ini saat hubungan resmi kerjasama antara Jepang dan
Indonesia belum diresmikan.
Seiring berjalannya waktu secara resmi sejarah kerjasama yang terjalin
antara Jepang dan Indonesia dimulai dari diresmikannya hubungan
bilateral atau hubungan diplomatik yang terjalin antara kedua negara
tersebut. Hubungan diplomatik Jepang dan Indonesia sendiri secara resmi
dibuka sejak April 1958. Adapun selanjutnya kerjasama yang dilakukan
oleh Jepang dan Indonesia pada periode ini dibagi ke dalam beberapa
bidang, diantaranya :
41
A. Bidang Sosial Budaya
Adanya poin perjanjian perdamaian yang ditandatangani dan tertera
pada MOU Perampasan Perang Indonesia – Jepang (MoU
Perampasan Perang, 1958:3). Hal ini kemudian menegaskan
kembali bahwa Jepang dan Indonesia adalah negara saudara satu
kawasan Asia.
Pada bidang sosial budaya tepatnya sejak tahun 1954 pemerintah
Jepang sudah membuka beasiswa Monbukagakusho bagi pelajar
Indonesia yang ingin menimba ilmu di Jepang.
B. Bidang Ekonomi
Pada periode 1946-1958 dituliskan pada penandatanganan MOU yang
dilakukan oleh Jepang dan Indonesia bahwa adanya poin yang
menjelaskan tentang penukaran nota-nota kerjasama ekonomi (MoU
Perampasan Perang, 1958:3).
Pada periode ini hubungan bilateral kedua negara terutama di bidang
ekonomi difokuskan terhadap upaya kedua negara untuk mencapai
penyelesaian pembayaran kompensasi perang sebagai landasan yang
digunakan Jepang untuk melanjutkan kerjasama ekonomi yang
berlanjut dengan Indonesia (Siti Daulah, 2013:3).
C. Bidang Keamanan dan Politik
Berdiri lembaga persahabatan yang bernama JAPINDA (Japan –
Indonesia Association) pada tahun 1950 yang beranggotakan Duta
42
Besar, Konsul Jenderal, Pejabat dan Pengusaha Jepang yang pernah
bertugas di Indonesia (Kemlu 2017).
Adanya kunjungan kepala negara pertama yang dilakukan oleh kedua
belah pihak, tepatnya kunjungan pertama yang dilakukan oleh Perdana
Menteri Jepang ke Indonesia yaitu Perdana Menteri Okazaki pada
tahun 1953 (Jamaludin & Trijoko, 2000:3).
Pada tahun 1957 kunjungan resmi petinggi negara juga kembali
dilakukan Jepang di Indonesia, saat itu Perdana Menteri Kishi
Nobosuke mengunjungi Indonesia dengan membawa misi
mempromosikan pemulihan ekonomi Jepang dan menyelesaikan
kewajiban Jepang dalam pembayaran resparasi akibat Perang Dunia II.
Pada tahun 1957 juga terdapat kunjungan kenegaraan yang dilakukan
oleh Menteri Luar Negeri Jepang, Fujiyama.
Penandatanganan Perjanjian Perdamaian antara Jepang dan Indonesia
di mana pada April 1958 di mana pada tahun yang sama juga
ditandangani pula Perjanjian Perampasan Perang (Kemlu 2017).
Perjanjian tersebut ditandatangani oleh Ir. Soekarno, G.A Maengkom
(Menteri Kehakiman) dan Subandrio (Menteri Dalam Negeri) .
Pada bidang keamanan dan politik baik Jepang dan Indonesia sama-
sama bergabung dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun
1950an. Indonesia bergabung menjadi anggota PBB ke-60 pada tahun
1950 (Kemlu 2017) sedangkan Jepang bergabung menjadi anggota
PBB Ke-80 pada 1956 (MOFA 2017).
43
Pada keikutsertaan Jepang dan Indonesia dalam PBB kedua negara
sama-sama berfokus pada tujuan menjaga perdamaian dan keamanan
dunia.
3. Periode 1959—1971
Berbeda dengan dua periode sebelumnya, pada periode ini kerjasama
yang dilakukan oleh Jepang dan Indonesia sudah mulai bisa terbaca dengan
jelas. Hal ini sejalan dengan bangkitnya atau dimulainya masa
pemerintahan Presiden Soeharto atau yang dikenal dengan masa orde baru.
Kerjasama yang dijalin antara kedua negara ini ditandai dengan Indonesia
sudah mulai menerima dana pinjaman dari pemerintah Jepang.
Adapun kerjasama-kerjasama yang dilakukan oleh Jepang dan
Indonesia diantaranya :
A. Bidang Sosial Budaya
Pada tahun 1962 Duta Besar Indonesia untuk Tokyo, Bambang
Sugeng meresmikan sekolah formal di Jepang (Kemlu.2017).
Sekolah itu adalah Taman Pendidikan Indonesia di Jepang
yang kemudian berganti nama menjadi SRIT (Sekolah
Republik Indonesia Tokyo).
Pada tahun 1962 juga didirikan OWIT (Organisasi Wanita
Indonesia di Tokyo).
Pada tahun 1963 dilaksanakan atau diresmikan pembukaan
jalur penerbangan antara Jepang dan Indonesia.
44
B. Bidang Ekonomi
Pada bidang ekonomi, Jepang di awal tahun-tahun Presiden
Soeharto menjabat menjadi negara yang menyelamatkan
ekonomi Indonesia dari hutang, inflasi dan penyusutan nilai
mata uang rupiah (Siti Daulah, 2013:6).
Pada periode ini juga mulai terjadi ketidakpastian pembayaran
biaya reparasi perang yang harus diselesaikan Jepang terhadap
Indonesia. Di tahun ke empat tepatnya pada 1962 pembayaran
reparasi ini meningkat menjadi US$ 39,52 Juta lalu kemudian
mengalami penurunan di tahun ke lima yaitu pada tahun 1963
(Jamaludin & Trijoko, 2000:6).
Terjalinnya hubungan kerjasama Jepang dan Indonesia di akhir
1970an dikatakan sebagai hubungan bilateral ekonomi yang
mapan, karena Jepang menjadi mitra dagang utama bagi
Indonesia. Saat itu beberapa barang menjadi komoditas utama
yang dijual ke Jepang diantaranya minyak dan sumber daya
alam.
C. Bidang Keamanan dan Politik
Pada tahun 1964 Jepang sebagai negara yang terus membangun
hubungan baik dengan Indonesia membantu menyelesaikan
permasalahan yang terjadi antara Indonesia dengan Malaysia.
Masalah ini bermula ketika Federasi Malaysia menginginkan
wilayah Brunei, Sabah dan Sarawak menjadi satu naungan di bawah
45
Persekutuan Tanah Melayu. Beberapa upaya yang dilakukan oleh
Jepang dalam membantu menyelesaikan masalah ini seperti
menjadi mediasi antara Presiden Soekarno dan Tengku Abdul
Rahman yang berlangsung pada 31 Mei-1 Juni 1963.
4. Periode 1972—1984
Pada periode ini hubungan kerjasama yang dibangun oleh Jepang dan
Indonesia sempat mengalami kondisi yang tidak mengenakan. Kondisi ini
terjadi pada tahun 1974. Saat itu rakyat Indonesia turun ke jalan
melakukan aksi penolakan terkait adanya dominasi pasar di Indonesia
yang banyak dikuasai oleh Jepang dan kejadian itu berbarengan dengan
kedatangan Perdana Menteri Jepang Kakuei Tanaka pada tanggal 14
sampai 17 Januari 1974.
Penyebab utama masyarakat turun ke jalan saat itu ialah penolakan
besar-besaran akibat kebijakan pemerintah yang dinilai akan menyebabkan
Indonesia bergantung pada asing terutama di bidang ekonomi. Saat itu
tuduhan masyarakat terhadap Jepang adalah Jepang mengambil alih lebih
dari 53% ekspor Indonesia yang sebagian besar adalah minyak, juga
menguasai 29% impor dari Indonesia (LIPI 2017).
Namun setelah adanya peristiwa Malari tersebut nyatanya tidak
membuat Jepang sebagai negara pendonor menghentikan kerjasama
maupun pemberian bantuannya terhadap Indonesia, meskipun di tahun
1974 jumlah bantuan yang diberikan oleh Jepang terhadap Indonesia
46
mengalami penurunan besaran, namun itu tidak membuat hubungan baik
yang terus kedua negara ini bangun berhenti begitu saja hingga saat ini.
Adapun beberapa kerjasama di berbagai bidang yang dibangun oleh
Jepang dan Indonesia pada periode ini diantaranya :
A. Bidang Sosial Budaya
Pada bidang sosial budaya tepatnya di tahun 1972 didirikan
sebuah forum yang bernama The Japan Foundation. Forum ini
berbentuk badan hukum yang bertujuan untuk mempromosikan
kegiatan pertukaran budaya antara Jepang dengan negara lain
khususnya Indonesia (Nugraha, 2017:2).
Pendirian forum ini tersebar di dua puluh tiga kantor di dua
puluh satu negara di dunia. Forum ini diterima baik oleh
masyarakat Indonesia terbukti dengan beberapa kegiatan yang
diselenggarakan di tiga kota besar di Indonesia yaitu Jakarta,
Yogyakarta dan Bandung.
B. Bidang Ekonomi
Pada tahun 1974 kondisi kerjasama ekomi yang dibangun
antara Jepang dan Indonesia sempat berada pada titik yang
tidak seimbang. Saat itu terjadi oligopoli produsen eksportir
mobil Jepang. Saat itu pemerintah melahirkan kebijakan
―Mobnas‖ atau mobil nasional dengan tujuan agar mobil yang
diproduksi dalam negeri sendiri bisa terjangkau harganya oleh
masyarakat Indonesia, sehingga menyebabkan Jepang sebagai
47
negara yang sudah lama mengekspor mobil ke Indonesia
mengalami penurunan penjualan (Endang, 1997:41).
Pada bidang ekonomi tepatnya pada tahun 1978 nilai ekspor
Indonesia ke Jepang tidak pernah berada pada angka di bawah
30%. Ekspor itu terdiri dari berbagai barang dan kebutuhan
seperti tembakau, bahan-bahan pelumas, bahan kimia dan
sumber daya mineral (Akrasanee, 1983:40-41).
C. Bidang Keamanan dan Politik
Pada bidang keamanan dan politik, Jepang mengeluarkan
kebijakan kemanan menyeluruh yang menyebar di seluruh kawasan
Asia Tenggara termasuk Indonesia. Kebijakan kemanan ini terkait
dengan pengamanan stok atau pasokan bahan energi. Selanjutnya
pada tahun 1974 Jepang membentuk forum Jepang-ASEAN yang di
dalamnya terdapat Indonesia sebagai negara anggota (Japan-
Indonesia Relations, 2004:172)
5. Periode 1985—1997
Pada periode ini hubungan kerjasama yang dijalin antara Jepang dan
Indonesia terus bergerak ke arah yang lebih baik. Bantuan-bantuan luar
negeri yang diberikan melalui kebijakan ODA Jepang juga terus mengalir
untuk Indonesia di sepanjang tahun tanpa berhenti. Adapun beberapa
kerjasama yang dilakukan oleh Jepang dan Indonesia di berbagai bidang
diantaranya :
48
A. Bidang Sosial Budaya
Pada bidang sosial budaya kerjasama yang dilakukan antara
Jepang dan Indonesia pada periode ini salah satunya adalah
dengan didirikannya Merah Putih-kai. Merah Putih-kai adalah
perkumpulan warga Jepang yang memiliki kecintaan terhadap
Indonesia yang didirikan pada tahun 1985 (PPKI Jepang
2017). Pertemuan ini sering mengadakan beberapa kegiatan
positif yang dikoordinir oleh PPI (Persatuan Pelajar Indonesia)
yang ada di Jepang.
Pada bidang sosial budaya kerjasama yang dilakukan oleh
Jepang dan Indonesia juga semakin meluas. Salah satunya
adalah kerjasama yang disebut dengan program sister city.
Program ini adalah kerjasama yang dilakukan oleh pemerintah
kota di satu daerah dengan pemerintah kota di luar negeri
dengan tujuan untuk menumbuhkan hubungan persahabatan
dan slaing pengertian antar bangsa. Pelaksanaan program ini di
Indonesia berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri
No. 3 Tahun 2008 (Peraturan Mendagri:2). Adapun beberapa
kota di Indonesia yang menjalankan program ini diantaranya :
1. Yogyakarta, Yogyakarta memulai program sister city
pada tahun 1985 dengan kota Kyoto. Setiap tahunnya
terdapat hari untuk memperingati kerjasama sister city
49
antara Yogyakarta dengan Kyoto, hari peringatan itu
dinamai dengan Jogja-Japan Week.
2. Medan, Medan memulai program sister city pada tahun
1989 dengan kota Ichikawa. Pada 25 tahun peringatan
kerjasama mereka, pemerintah Kota Medan menerima
kedatangan mahasiswa Ichikawa untuk melakukan
kunjungan ke Kota Medan.
3. Surabaya, Surabaya memulai program sister city pada
tahun 1997 dengan kota Kochi. Kerjasama kedua kota ini
tidak hanya terkait pertukaran budaya saja, namun juga
merambah ke sektor impor antara dua kota. Setiap
tahunnya kota Surabaya mengadakan perayaan
kerjasama mereka dengan mengadakan kegiatan bernama
Festival Tari Yasakoi.
B. Bidang Ekonomi
Pada bidang ekonomi kedua negara baik Jepang dan Indonesia
sama-sama bergabung pada forum dengan berbagai tujuan yang
sama. Beberapa forum yang diikuti oleh kedua negara pada periode
ini diantaranya :
APEC
APEC (Asia Pacific Economic Cooperation) adalah forum
kerjasama negara-negara di kawasan Asia Pasifik yang
bertujuan untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi. Beberapa
50
kebijakan yang dilahirkan dari forum ini diantaranya kebijakan
pengurangan tarif dan hambatan non tarif bagi negara-negara
di kawasan Asia Pasific. Indonesia dan Jepang sama-sama
bergabung dengan APEC pada 1989.
WTO
WTO (World Trade Organization) adalah organisasi yang
bergerak di bidang perdagangan internasional. WTO didirikan
pada tahun 1995 yang terdiri dari negara-negara dari seluruh
kawasan. Indonesia dan Jepang sama-sama menjadi anggota
WTO sejak tahun 1995.
ASEM
ASEM (Asia Europe Meeting) adalah forum yang dibentuk
oleh negara-negara di kawasan Asia dan Eropa yang fokus
terhadap isu pembangunan ekonomi, strategi pertahanan,
pendidikan dan budaya. Jepang dan Indonesia merupakan
kedua negara yang sama-sama bergabung pada forum ini sejak
tahun 1996.
ASEAN+3
ASEAN+3 adalah kerjasama yang dibangun negara-negara
anggota ASEAN dengan tiga negara sebagai mitra yang terdiri
dari Jepang, China dan Korea Selatan. Kerjasama yang
dibangun sejak tahun 1997 ini mencakup beberapa aspek
51
dalam bidang ekonomi diantaranya investasi, perdagangan,
perbankan, usaha kecil menengah, e-commerce dan pariwisata.
C. Bidang Politik dan Keamanan
Pada bidang politik dan keamanan beberapa kunjungan petinggi
Jepang dilakukan di Indonesia. Salah satunya adalah kunjungan
ynag dilakukan oleh Perdana Menteri Toshiki Koifu. Kunjungan ini
dilakukan pada tahun 1990 dan diterima oleh Presiden Soeharto,
pertemuan ini membahas tentang pinjaman luar negeri Indonesia
akibat kenaikan harga minyak bumi akibat Krisis Teluk.
6. Periode 1998—2010
Periode ini merupakan periode yang cukup panjang bagi hubungan
kerjasama Jepang dan Indonesia. Pada periode ini Indonesia mengalami
beberapa kali pergantian kepala negara terhitung sejak berakhirnya masa
orde baru atau reformasi di tahun 1998 yang juga bersamaan dengan
terjadinya krisi moneter. Selanjutnya hubungan kerjasama Indonesia
dengan Jepang juga melewati masa-masa diselenggarakannya pesta
demokrasi di Indonesia pada periode ini, yaitu pada tahun 2004 dan 2009.
Adapun beberapa kerjasama yang dilakukan oleh Jepang dan Indonesia
pada periode ini diantaranya :
A. Bidang Sosial Budaya
Pada bidang sosial budaya banyak yang dilakukan dalam
kerjasama yang dilakukan oleh Jepang dan Indonesia pada periode
ini. Dalam ranah sosial contohnya ketika Indonesia mendapati
52
serangan Avian Influenza Epidemic di tahun 2005. Jepang
membantu Indonesia dengan menyediakan peralatan medis untuk
uji laboratorium.
B. Bidang Ekonomi
Pada bidang ekonomi tepatnya pada tahun 1998 saat Indonesia
mengalami krisis moneter saat itu status Indonesia adalah
negara urutan ke tiga dalam kegiatan investasi yang dilakukan
oleh Jepang, namun karena terjadi peristiwa tersebut posisi
Indonesia turun pada posisi ke delapan.
Jepang dan Indonesia pada tahun 2008 sama-sama mengikuti
dan menjadi anggota dari G-20. G-20 adalah kelompok negara
dengan status perekonomian besar di dunia.
Jepang dan Indonesia sepakat menandatangani sebuah
perjanjian dagang pada tahun 2007. Perjanjian ini diberi nama
IJEPA (Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement).
Perjanjian ini memiliki tiga pilar utama, diantaranya :
peningkatan fasilitas industri, fasilitas perdagangan, investasi
dan penghapusan sebagian tarif bea masuk antar dua negara
(Kemlu 2017)
C. Bidang Keamanan dan Politik
Pada November 2007 Jepang dan Indonesia sepakat
menandatangani Memorandum Kerjasama Nuklir antara
Jepang dan Indonesia. Lingkup kerjasama penandatanganan ini
53
diantara lain pertukaran informasi, perencanaan dan promosi
pembangkitan nuklir dan pengembangan tenaga listrik bahan
bakar nuklir (Japan-Indonesia Relations:17).
Pada tahun 2011 Jepang dan Indonesia melakukan kerjasama
yang bergerak di bidang keamanan. Salah satu kerjasama yang
dilakukan oleh Jepang dan Indonesia adalah dengan
mengadakan pertemuan mengenai pemahaman yang
membahas sektor pertahanan, sektor keamanan dan juga
keamanan maritim. Kerjasama ini dikenal demham First
Political Military dan Fouth Political Military yang diadakan
pada November 2011 (Isu Aktual dan Strategis, Vol. IX No.2
:7).
7. Periode 2011— sekarang
Pada periode ini kerjasama Jepang dan Indonesia terus bergerak ke arah
yang lebih baik setiap harinya. Sebagai gambarannyadalam bidang
ekonomi bantuan luar negeri yang diberikan Jepang terus berjalan dan tidak
pernah berhenti, perjanjian yang disepakati oleh Jepang dan Indonesia juga
berjalan dengan baik dan tidak dihentikan oleh satu pihak, investasi yang
dilakukan Jepang dan Indonesia juga terus berjalan meskipun mengalami
status naik dan turun.
Adapun seecara lebih luas kerjasama yang dilakukan Jepang dan
Indonesia dibagi ke dalam berbagai bidang, diantaranya :
54
A. Bidang Sosial dan Budaya
Beberapa contoh kerjasama di bidang sosial budaya yang
dilakukan oleh Jepang dan Indonesia diantaranya :
Program pertukaran mahasiswa antara Jepang dan Indonesia
seperti forum The Japan –East Asia Network for Exchange for
Students and Youth.
Kerjasama pendidikan vokasi Jepang dan Indonesia. Hal ini
dilakukan dengan ditandatanganinya MoU antara SMTI
Yogyakarta dengan National Institute of Technology, Japan.
B. Bidang Ekonomi
Pada periode ini penulis akan mengambil satu contoh kerjasama
Jepang dan Indonesia yang terus berjalan ke arah yang baik.
Kerjasama itu adalah Investasi. Investasi menurut KBBI diartikan
sebagai penanaman uang atau modal atau proyek untuk tujuan
memperoleh keuntungan.
Dalam hal ini, Jepang dan Indonesia sebagai negara yang
menjalin hubungan bilateral yang baik sejak 1958 juga menjalankan
pola kegiatan ekonomi ini. Tercatat menurut data Kementrian
Perindustrian Republik Indonesia melalui BKPM (Badan
Koordinasi Penanaman Modal) jumlah investasi yang dilakukan
Jepang terhadap Indonesia terhitung tahun 2010-2015 terbagi
menjadi 94,8% investasi dilakukan atau terpusat di Pulau Jawa dan
55
5,19% tersebar di wilayah-wilayah seluruh Indonesia (Kemenperin
2017).
Menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal nilai
investasi yang dilakukan oleh Jepang di Indonesia terus mengalami
peningkatan sejak tahun 2010 sampai dengan 2015.
Tabel 4.1 : Jumlah Investasi Jepang di Indonesia
No nnnNo. Tahun Jumlah
(1) (2) (3)
1. 2010 US$ 713 Juta
2. 2011 US$ 1,5 Miliar
3. 2012 US$ 2,3 Miliar
4. 2013 US$ 4,7 Miliar
5. 2014 US$ 2,7 Miliar
6. 2015 US$ 2,8 Miliar
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal
Pada data tersebut hal menarik yang terjadi padainvestasi Jepang di Indonesia
ialah adanya penurunan investasi yang terjadi di tahun 2013 ke tahun 2014. Hal ini
sejalan dengan adanya penurunan jumlah bantuan luar negeri ODA Jepang ke
Indonesia yang juga terjadi pada tahun 2014 jika dilihat dari data tahun 2011 sampai
dengan 2015. Selanjutnya Jepang sebagai negara dengan nilai investasi besar di
Indonesia lebih memilih sektor manufaktur dalam kegiatan investasinya, hal ini
terbukti dengan besarnya peran Jepang dalam yang cukup tinggi pada kegiatan
industrialisasi di Indonesia terutama untuk industri otomotif.
Selanjutnya terdapat kerjasama Jepang dan Indonesia yang membahas
mengenai investasi dalam bidang industri baja. Investasi ini dikemas dalam Indonesia-
Japan Steel Dialog (IJSD).
56
C. Bidang Kemanan dan Politik
Adanya pertemuan yang sering disebut dengan two plus two.
Pertemuan ini membahas isu-isu regional kawasan juga
termasuk di dalamnya isu dan ancaman mengenai radikalisme
dan terorisme.
Didirikan forum maritim Indonesia-Jepang yang fokus
terhadap pengamanan laut dan mendorong pembangunan pulau
terpencil di Indonesia.
4.1.2 Sejarah Bantuan Luar Negeri
Kerjasama ekonomi ini dilakukan oleh Jepang terhadap Indonesia
diaplikasikan melalui kebijakan bantuan luar negeri yang bernama ODA
(Official Development Assistance). ODA sendiri dibagi menjadi tiga jenis
bantuan diantaranya : Pinjaman Yen, Dana Hibah dan Bantuan Kerjasama
Tekhnisi. Sejak tahun 1954 hingga saat ini Jepang tidak pernah berhenti
memberikan ketiga bantuan tersebut untuk Indonesia, walaupun pada
tahun-tahun tertentu jumlah bantuan yang diberikan oleh Jepang terhadap
Indonesia mengalami penurunan namun hal itu tidak menyebabkan
pemberian bantuan terhenti selama beberapa waktu.
Bantuan luar negeri saat ini sudah tidak lagi menjadi sebatas pemberian
yang diberikan oleh negara kaya terhadap negara berkembang atau negara
miskin. Lebih dari itu saat ini bantuan luar negeri menjadi salah satu
57
kebijakan, alat politik bahkan alat diplomasi yang dimiliki negara pendonor
untuk mencapai kepentingan negara mereka.
Bantuan luar negeri yang hingga saat ini menjadi kewajiban negara
kaya untuk membantu negara berkembang dan miskin memiliki beberapa
perubahan jenis pada beberapa periode. Perubahan-perubahan itu
dijelaskan oleh Carol Lancester dalam bukunya yang berjudul Foreign Aid
Diplomacy, Development, Domestic Politics. Lancester dalam bukunya
menuliskan lima fase periode yang membedakan jenis bantuan luar negeri.
Lima fase itu diantaranya (Lancester, 2007 : 25) :
1. Bantuan luar negeri sebelum 1945
Bantuan luar negeri sebelum 1945 memiliki 3 fase utama
diantaranya : penggunaan sumber daya publik yang digunakan untuk
bantuan atau pertolongan kemanusiaan, bantuan yang disediakan oleh
negara-negara besar di Eropa yang ditujukkan untuk perkembangan
negara jajahan mereka selama masa penjajahan dan bantuan tekhnik
yang bersifat terbatas yang disediakan oleh Amerika Serikat untuk
negara-negara Amerika Latin saat Perang Dunia II dimulai.
2. Bantuan luar negeri pada 1945-1970
Bantuan luar negeri pada fase ini dibagi menjadi beberapa bagian,
yaitu :
Bantuan yang dimulai oleh Amerika Serikat
Amerika Serikat mulai menyediakan bantuan luar negerinya
negara Asia ketika terjadi gelombang revolusi China. Bantuan
58
yang dimulai pada fase ini juga kemudian diikuti oleh Russia
yang juga mulai memberikan bantuan luar negeri untuk India
dan beberapa negara berkembang yang lain.
Bantuan yang dimulai di negara-negara Eropa dan Jepang
Bantuan di negara sosialis
Bantuan di negara-negara berkembang
3. Bantuan luar negeri pada 1970-1990
Bantuan luar negeri pada fase 1970-1990 lebih berfokus pada
bantuan yang bertujuan untuk mengembangkan infrastruktur dan
berfokus pada perkembangan suatu negara. Pada fase ini bantuan luar
negeri kemudian mengalami perkembangan ke arah yang lebih jauh,
yaitu yang terjadi di tahun 1970 sampai 1980. Pada fase 1970 sampai
1980 banyak bantuan luar negeri dari beberapa negara dialokasikan
untuk krisis besar yang saat itu sedang melanda, diantaranya krisis
minyak, krisis ekonomi, krisis makanan dan kelaparan.
4. Bantuan luar negeri pada 1990
Bantuan luar negeri yang diberikan pada fase ini mengalami
beberapa perubahan dikarenakan adanya pengaruh dari dua hal yaitu
demokratisasi dan globalisasi. Awal mula adanya perubahan bantuan
luar negeri pada fase 1990 diawali dengan berakhirnya Perang Dingin
dan menyatakan Russia mengalami kekalahan pada 1991. Selanjutnya
bantuan luar negeri yang diberikan pada fase ini bertepatan dengan
59
adanya gelombang globalisasi dan demokratisasi yang terjadi di
beberapa negara.
5. Bantuan luar negeri pada abad 21
Pada fase ini beberapa peristiwa terjadi dan menjadi
perbincangan dunia. Salah satunya adalah serangan terorisme yang
terjadi pada September 2001 yang kemudian mempengaruhi
bagaimana kebijakan para elit negara atau kebijakan politik luar negeri
dalam mempertimbangkan memberikan dukungan yang lebih tinggi
melalui pemberian bantuan untuk pembangunan satu negara seperti
yang dilakukan oleh negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat.
Pada fase ini juga mereka negara-negara pendonor mengaitkan
antara kemiskinan yang ada di beberapa negara gagal dengan peristiwa
atau serangan teroris yang terjadi. Mereka para negara pendonor dan
negara kaya mempertimbangkan bahwa pemberian bantuan yang
mereka berikan dapat dijadikan sebagai alat untuk mencegah terjadinya
konflik sosial dan runtuhnya negara.
Jika dilihat dari ke-lima perkembangan fase pemberian bantuan
yang ditulis oleh Lancester dalam bukunya di atas, bantuan luar negeri
ODA Jepang ke Indonesia mengalami dan memasuki empat dari
keseluruhan lima fase tersebut.
129
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dengan judul ―Motif Pemberian Bantuan Luar
Negeri ODA (Official Development Assistance) Jepang ke Indonesia tahun
2011-2015‖ maka beberapa kesimpulan yang diambil oleh penulis dalam
penelitian ini adalah :
1. Bantuan ODA Jepang yang diterima oleh Indonesia tahun 2011-2015
terdiri dari tiga jenis bantuan yaitu pinjaman Yen, dana hibah dan bantuan
kerjasama tekhnik. Selain itu bantuan luar negeri ODA Jepang ke
Indonesia pada 2011-2015 juga terus mengalami perkembangan ke arah
yang lebih baik, hal ini dibuktikan dengan berkembangnya jenis bantuan
hibah ODA Jepang yaitu hibah grassroots yang memberikan ruang kepada
organisasi, institusi hingga lembaga swadaya masyarakat yang bergerak
dalam isu kemanusiaan bisa menerima bantuan luar negeri ODA Jepang.
2. Terdapat empat motif dalam pemberian bantuan luar negeri ODA Jepang
ke Indonesia tahun 2011-2015. Tiga motif tersebut diantaranya motif
kemanusiaan, motif politik, motif ekonom dan motif kepentingan Jepang
atas rivalitas Jepang-China. Motif terkuat yang dapat disimpulkan dalam
penelitian ini adalah motif politik. Hal ini terlihat dari jenis pemberian
bantuan luar negeri ODA Jepang, jumlah bantuan ODA yang diterima
130
Indonesia dan pengalokasian bantuan luar negeri Jepang untuk Indonesia
yang berkaitan dengan tujuan poilitik Jepang di Indonesia.
3. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terkait motif politik
adalah penelitian ini mengaitkan adanya rivalitas Jepang dan China yang
terjadi saat ini dalam menarik hati pemerintah Indonesia. Sedangkan
penelitian lain menyebutkan beberapa motif politik yang dimiliki Jepang
adalah untuk tujuan meningkatkan prestise, memperluas pengaruh politik
dan untuk memberikan bantuan terkait kebebasan sipil.
6.2 Saran
Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan dalam penelitian ini
diantaranya :
1. Saran ini ditujukkan untuk kedua belah pihak, baik untuk Jepang sebagai
negara pendonor bantuan luar negeri maupun Indonesia sebagai negara
penerima donor. Saran pertama yaitu untuk Indonesia adalah untuk
mempertimbangkan pengajuan bantuan kerjasama dalam jenis yang lain
yang juga termasuk ke dalam jenis bantuan ODA Jepang dalam jumlah
yang seimbang atau lebih banyak. Hal ini bertujuan agar pengalokasian
bantuan yang diterima oleh Indonesia juga merata ke segala aspek tidak
hanya dalam satu aspek saja seperti aspek kemanusiaan.
2. Saran selanjutnya adalah dalam pengajuan peningkatan bantuan kerjasama
tekhnik juga harus berjalan beriringan dengan pengalokasian bantuan yang
131
dilakukan oleh Indonesia. Jika pada sebelumnya pengalokasian bantuan
dilakukan pada percobaan peningkatan keamanan sistem informasi pada
satu wilayah percobaan di Indonesia, maka untuk selanjutnya agar
penguatan sistem keamanan informasi yang menggunakan pengalokasian
bantuan ODA Jepang dalam bentuk kerjasama teknisi dapat dilakukan di
seluruh wilayah di Indonesia tanpa terkecuali.
3. Selain itu saran ditujukkan untuk bantuan dalam bentuk bantuan kerjasama
tekhnik yang diberikan oleh Jepang untuk Indonesia. Saran juga diberikan
penulis dalam pemberian bantuan hibah grassroots. Saran ini adalah untuk
memaksimalkan penyebarluasan informasi terkait bantuan hibah grassroots
agar lebih banyak organisasi sosial atau lembaga swadaya masyarakat yang
dapat mengajukan bantuanODA Jepang meskipun mereka berada di luar
wilayah yang mendapat akses lebih mudah untuk mengajukan bantuan
langsung ke perwakilan ODA Jepang di Indonesia.
4. Saran selanjutnya ialah saran untuk pemerintah Indonesia agar tidak
bergantung pada satu negara jika melakukan hubungan diplomatik, hal ini
akan membawa dampak bagi pemerintah Indonesia untuk tetap
menstabilkan posisi mereka dalam berbagai situasi ketika salah satu negara
mengalami kondisi terpuruk.
5. Terakhir saran yang diberikan penulis untuk peneliti selanjutnya karena
keterbatasan waktu dan akses yang dimiliki oleh penulis untuk lebih
menggali penelitian ini menjadi penelitian yang lebih maksimal dan dapat
digunakan untuk kepentingan selanjutnya
132
KETERBATASAN PENELITIAN
Penelitian ini telah diupayakan dilakukan dengan maksimal oleh penulis,
namun dalam proses pengerjaanya penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan
diantaranya :
1. Penelitian ini hanya memaparkan beberapa indikator yang terdapat dalam
setiap motif yang dikaji.
2. Adanya keterbatasan dalam mengakses data bantuan luar negeri ODA Jepang
yang diterima oleh Indonesia secara keseluruhan dan data bantuan luar negeri
ODA Jepang yang diberikan ke beberapa negara di kawasan Asia Tenggara.
3. Adanya keterbatasan dalam mengakses persetujuan atau MoU (Memorandum
of Understanding) yang dilakukan oleh Indonesia dan Jepang untuk mengkaji
poin-poin apa yang dapat mendukung berjalannya hubungan bilateral
Indonesia dan Jepang secara lebih jauh.
133
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
Adam, F. Geralds. 2008. ―Accelerating Japan’s Economic Growth‖. New York.
Routledge.
Alan Rix.1993. ―Japan Foreign Aid Policy Reform and Aid Leadership”. New
York. Routledge.
Burchill, Scott. 2005. ―The National Interest in International Relations Theory‖.
New York. Palgrave.
Jackson, Robert dan George Sorensen. 2013. “Introduction to International
Relations Theories and Approaches”. UK. Oxford.
Jamieson, D. 2005. ―Duties to the Distant; Aid, Assistance and Intervention‖
Kementrian Luar Negeri Jepang. 2011. ―Japan’s Foreign Policy in Major Global
Issues‖.
Lancester, Caol. 2007. ―Aid’s Puspose: a Brief history, dalam Foreign Aid:
Diplomacy, Development, Domestic and Politics”. London. The University of
Chicago Press.
Mauritz, A. 2011. “Ideas, Interests and Foreign Aid”. New York. Cambridge
University Press.
Miles, M.B. & Huberman, A.M. 1994. Qualitative Data Analysis. California.
Sage Publication
Riddell, Roger C. 2008. “Does Foreign Aid Work?”. Oxford: Oxford University
Press.
Robert Timmons, 2015. “The Globalization and Development Reader”. UK.
Blackwel Publishing.
Taffet F. Jeffery. 2007. “Foreign Aid as Foreign Policy”. New York. Routledge
134
Waltz, Kenneth. 1979. ―Theories of International Politics‖. Clifornia. Addison-
Wesly Publishing Company.
Zehfuss, Maja. 2002. ―Constructivisim in International Relations The Politics of
Reality‖. New York. Cambridge University Press.
JURNAL :
Apodaca, Clair. 2017. ―Foreign Aid as Foreign Policy Tool‖. Oxford University
Press.
Asplund Andre. 2015. ―Values vs Interest : Strategic use of Japanese Foreign Aid in
Southeast Asia‖. Journal Stockholm School of Economics.
Bahri, M. Mossadeq. 2008. ―International Aid for Development? An Overview
Japanese ODA to Indonesia‖. Jurnal Makara Sosial Humaniora, Vol.8 No.1.
Emilio, 2013. ―Japan and Southeast Asia : From Fukuda Doctrine to Abe’s Five
Principle‖. UNISCI Discussion Papers.
Furuoka, Fumitaka. 2007. “A History of Japan’s Foreign Aid Policy: From
Physical Capital to Human Capital”. University of Malaya.
Hossain, Basharat. 2014. ―The Effect of Foreign Aid on the Economic Growth of
Bangladesh‖. Journal of Economic and Development Studies, Vol 2 No.2.
Jain Purnendra. 2014. ―National Interest and Japan’s Foreign Aid Policy‖.
Kokusai Mondai International Affairs No. 637.
Jimantoro, Ronny. 2016. ―Analisis Penerapan Budaya Kerja Kaizen Pada PT
Istana Mobil‖. Jurnal Agora Vol. 4 No. 20.
Koga Kei. “Transgending the Fukuda Doctrine”. Centre for Strategic and
International Studies.
Nuri W. Veronica. 2014. ―Rivalitas Cina dan Jepang dalam Institusi Regional
Asia Timur‖. Kedeputian Bidang Koordinasi Luar Negeri Vol. 16 No. 1.
Rahmat, Saeful. 2009. ―Penelitian Kualitatif‖. Jurnal Equilibrium Vol 5 No.9.
135
Renshon, Jonathan. 2008. “The Theory and Practice of Foreign Policy Decision
Making‖. Harvard University. Political Psychology Vol. 29 No. 4.
Rusmila, Gumilar. 2005. ―Memahami Metode Kualitatif‖. Jurnal Makara Sosial
Humaniora Vol 9 No. 2.
Subagyo, Mujtahid. 2005. ―The ODA Reform : Its Impact on The Relationship of
Japan-Indonesia‖. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, Vol 2 No. 3.
Sunaga, Kazuo. 2004. ―The Reshaping of Japan’s Official Development
Assistance (ODA) Charter‖. Discussion Paper on Development Assitance No.
3.
Yanagihara, Toru. 2017. ―International Trends in Development Aid and Japan’s
ODA‖. Japan Digital Library.
SITUS RESMI :
World Bank Group. GDP Jepang 2016 diakses pada 29 November 2017 melalui
<https://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.MKTP.CD?end=2016&locatio
n=JP&start=2007>
Japan International Cooperation Agency. ―Japan’s ODA and JICA‖ diakses pada
9 Januari 2018 melalui
<https://www.jica.go.jp/english/about/oda/index.html>
Kedutaan Besar Jepang. ―Sejarah Bantuan ODA Jepang‖ diakses pada 5
Februari 2018 melalui
<http://www.id.embjapan.go.jp/oda/id/whatisoda_02.htm>
Kedutaan Besar Jepang. ―Tentang ODA‖ diakses pada 30 Januari 2018 melalui
<http://www.id.emb-japan.go.jp/oda/id/whatisoda_05.htm>
Kedutaan Besar Jepang. ―Press Release ODA Jepang di Indonesia tahun 2011‖
melalui
<https://www.id.emb-japan.go.jp/news2011.html>
Kedutaan Besar Jepang. ―Press Release ODA Jepang di Indonesia tahun 2012‖
melalui <https://www.id.emb-japan.go.jp/news2012.html>
Kedutaan Besar Jepang. ―Press Release ODA Jepang di Indonesia tahun 2013‖
136
melalui <https://www.id.emb-japan.go.jp/news2013.html>
Kedutaan Besar Jepang, ―Press Release ODA Jepang di Indonesia tahun 2014‖
melalui <https://www.id.emb-japan.go.jp/news2014.html>
Kedutaan Besar Jepang. ―Press Release ODA Jepang di Indonesia tahun 2015‖
melalui <https://www.id.emb-japan.go.jp/news2015.html>
Kementrian Luar Negeri Jepang ―Jumlah Dana ODA Jepang di Kawasan Asia
Tenggara‖ diakses melalui
<http://www.mofa.go.jp/policy/oda/data/index.html>
Kementrian Luar Negeri Jepang ―ODA Japan’s by Region‖ diakses pada 21
Januari 2018 melalui
<http://www.mofa.go.jp/policy/oda/page000009.htm>
BERITA :
―The Japan – China Infrastructure Battle is a Welcome Rivarly‖. Diakses pada 11
Oktober 2018 tersedia di
<https://asia.nikkei.com/Economy/The-Japan-China-infrastructure-battle-is-a-
welcome-rivalry>
―Indonesia – Jepang Saling Dukung Jadi Anggota DK PBB‖. Diakses pada 25
Oktober 2018 tersedia di
<https://dunia.tempo.co/read/519337/indonesia-jepang-saling-dukung-
jadianggota-dk-pbb/full&view=ok>
―Dalam Segala Hal Indonesia Sangat Penting Bagi Jepang‖. Diakses pada 25
Oktober 2018 tersedia di
<https://nusantaranews.co/dalam-segala-hal-indonesia-sangat-penting-bagi-
jepang/>
―Hariman Siregar dan Peristiwa Malari 1974‖. Diakses pada 30 Oktober 2018 tersedia
di
<https://www.pewarta-indonesia.com/berita/hukum/4094-hariman-siregar-dan-
peristiwa-malari-1974.pdf>