motif pemberian bantuan luar negeri oda (official ...digilib.unila.ac.id/55123/3/skripsi tanpa bab...

90
MOTIF PEMBERIAN BANTUAN LUAR NEGERI ODA (OFFICIAL DEVELOPMENT ASSISTANCE) JEPANG KE INDONESIA TAHUN 2011-2015 (Skripsi) Oleh Amalia Rezki Palendra FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Upload: vankhue

Post on 26-Aug-2019

232 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

MOTIF PEMBERIAN BANTUAN LUAR NEGERI ODA (OFFICIAL

DEVELOPMENT ASSISTANCE) JEPANG KE INDONESIA

TAHUN 2011-2015

(Skripsi)

Oleh

Amalia Rezki Palendra

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

ABSTRAK

MOTIF PEMBERIAN BANTUAN LUAR NEGERI ODA (Official Development

Assistance) JEPANG KE INDONESIA TAHUN 2011-2015

Oleh

AMALIA REZKI PALENDRA

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai motif yang dimiliki

Jepang dalam memberikan batuan luar negeri ODA (Official Development

Assitance) untuk Indonesia tahun 2011-2015. Bantuan luar negeri diberikan oleh

negara kaya untuk negara miskin dan berkembang dengan tujuan untuk membantu

pertumbuhan bagi negara penerima donor. Penelitian ini menggunakan teori

bantuan luar negeridan teori kebijakan luar negeri. Jenis penelitian yang

digunakan yaitu penelitian kualitatif deskriptif dan menggunakan teknik

pengumpulan data studi pustaka. Analisis dalam penelitian ini adalah analisis

melalui data sekunder. Teknikanalisis data yang digunakan dalam penelitian yaitu

reduksi data, penyajian data dan penarikan dan kesimpulan. Hasil dari penelitian

ini yaitu adanya motif yang dimiliki oleh Jepang dalam memberikan bantuan luar

negeri ODA Jepang untuk Indonesia tahun 2011-2015 yaitu motif kemanusiaan,

motif ekonomi dan motif politik. Dari ketiga motif tesebut, motif politik

disimpulkan sebagai motif yang paling terlihat dalam pemberian bantuan luar

negeri ODA Jepang untuk Indonesia tahun 2011-2015. Hal ini sejalan dengan

bantuan luar negeri ODA yang diterima Indonesia serta pengalokasiannya yang

bertujuan untuk terus mempertahankan Indonesia di sisi Jepang terkait adanya

rivalitas yang dimiliki oleh Jepang dan China.

Kata kunci : Bantuan luar negeri, Indonesia, Jepang, Kerjasama dan Motif Politik

ABSTRACT

JAPAN MOTIVES IN ODA (Official Development Assistance) AID GIVING

TO INDONESIA 2011-2015

By

AMALIA REZKI PALENDRA

This research has a goal to explain about motive behind Japan’s foreign

aid giving ODA (Official Development Assitance) to Indonesia in 2011-2015.

Foreign aid is one of responsibility of rich coutnry to give some aid to developing

and poor country and used to help their growth in many aspect. Theory that used

in this research are foreign aid and foreign policy decision making. The type of

research that used in this research is qualitative and using library data technic. The

analysis that used in this research is based on secondary data. Analysis technique

that used in this research are data reduction, display and conclusion and

verification. The outcome of this research is there are three motives that belongs

to foreign aid giving that accepted by Indonesia from Japan’s ODA in 2011-2015,

those motives are humanitarian motives, economic motives and political motives.

From that three motives, there is one strongest motives that found in this research,

that motives is political motives. Its belong to foreign aid that accepted by

Indonesia and also the allocation of aid that have a goals to keep Indonesia’s

position in Japan’s side that related on rivalry that happened between Japan and

China.

Keywords : Cooperation, Foreign Aid, Indonesia, Japan and Political Motives

MOTIF PEMBERIAN BANTUAN LUAR NEGERI ODA (OFFICIAL

DEVELOPMENT ASSISTANCE) JEPANG KE INDONESIA

TAHUN 2011-2015

Oleh

AMALIA REZKI PALENDRA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA HUBUNGAN INTERNASIONAL

Pada

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis Amalia Rezki Palendra.

Penulis lahir di Tambahrejo pada tanggal 15

September 1996 sebagai anak ke dua dari dua

bersaudara, buah hati dari pasangan Bapak Pamuji

Sugito dan Ibu Liyendra Nurvita. Pendidikan Formal

yang pernah ditempuh penulis dimulai dari Taman

Kanak-Kanak Aisyah (ABA) III Gadingrejo,

kemudian ke jenjang Sekolah Dasar di SD Muhammadiyah Pringsewu pada tahun

2002 dan lulus di tahun 2008. Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah

Pertama di SMP Negeri 1 Pringsewu pada tahun 2008 dan lulus di tahun 2011.

Selanjutnya, pada tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Gadingrejo

pada tahun 2011 dan lulus di tahun 2014.

Penulis melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dengan terdaftar

sebagai mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Lampung pada tahun 2014 melalui jalur masuk Seleksi

Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Semasa kuliah penulis

aktif bergabung dalam organisasi kemahasiswaan di bawah naungan Himpunan

Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional (HMJ HI) FISIP Universitas

Lampung sebagai Sekretaris Departemen bidang Olahraga dan Rekreasi di tahun

kepengurusan 2015/2016 dan sebagai Sekretaris Umum II di tahun kepengurusan

2016/2017. Penulis juga menjadi salah satu delegasi dalam Pertemuan Sela

Nasional Mahasiswa Hubungan Internasional se-Indonesia (PSNMHII) di

Universitas Brawijaya Malang pada Mei 2015 dan berhasil mendapat nominasi 10

best paper dalam diskusi ilmiah PSNMHII Universitas Brawijaya.

MOTTO

Do good, do with heart and let pray works.

(Penulis, 2018)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahim

Dari hati ku persembahkan karya kecil ini untuk pihak yang terus mendoakan

akan kebaikan dan tidak pernah berhenti memberikan dukungan dan kasih

sayangnya, juga semua pihak yang aku sayangi

Allah SWT,

atas segala kekuatan, atas segala bantuan, atas segala rezeki dan atas segala hal

yang diberikan kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini

Bapak Pamuji Sugito dan Ibu Liyendra Nurvita

terimakasih untuk setiap doa yang selalu diberikan tanpa pernah diminta,

terimakasih atas kasih sayang, terimakasih atas segala dukungan, kesabaran juga

keikhlasan yang telah diberikan kemarin, hari ini dan seterusnya kepada penulis

serta Almamater yang kubanggakan;

Universitas Lampung.

SANWACANA

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabil‟alamin, puji syukur atas keridhoan Allah SWT yang

senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Motif Pemberian Bantuan Luar Negeri

ODA (Official Development Assistance) Jepang ke Indonesia tahun 2011-

2015” ini. Shalawat serta salam tak lupa penulis sanjungkan kepada Nabi

Muhammad SAW sebagai suri tauladan yang baik bagi umatnya.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan studi

dan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Hubungan Internasional di Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.Penulis menyadari bahwa skripsi ini

masih jauh dari sempurna sebagai bentuk adanya keterbatasan kemampuan serta

sebagai motivasi untuk lebih baik dan terus belajar kedepannya. Penulis berharap

agar skripsi ini dapat bermanfaat untuk pembacanya dansebagai perkembangan

penelitian dalam kajian ilmu sosial dan ilmu politik khususnya pada ilmu

hubungan internasional.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas

dari berbagai hambatan dan kesulitan, namun dapat diselesaikan dengan banntuan

berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis menyampaikan

ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan

skripsi ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Allah SWT atas segala bantuan yang tidak bisa dihitung oleh matematika

manusia, atas rezeki, atas kuasa, atas semua jawaban dan petunjukNya

yang selalu diberikan kepada penulis. Nabi Muhammad SAW atas

tauladan yang baik dalam hidup penulis.

2. Ibu Liyendra Nurvita, Ibu terimakasih banyak untuk semua hal yang sudah

diberikan untuk Amel. Terimakasih untuk dukungan, terimakasih untuk

doa yang selalu dipanjaatkan tanpa diminta sekalipun, terimakasih untuk

kesabaran dalam menunggu Amel menyelesaikan skripsi ini, terimakasih

untuk kasih sayang yang diberikan untuk amel kemarin hari ini dan

selamanya, terimakasih atas semua yang tidak mungkin dapat Amel balas

satu per satu. Terimakasih ya Bu, doa Amel selalu untuk kebaikan dan

kesehatan Ibu, semoga Allah SWT kasih Ibu sehat dan umur yang panjang

juga membalas semua yang sudah Ibu berikan ke Amel dalam pahala yang

tidak ada batasnya. Sekali lagi amel minta doakan agar amel bisa menjadi

ladang pahala Ibu nanti, semoga Amel bisa jadi anak yang

membahagiakan Ibu, semoga nanti Allah masih terus kasih kita semua sisa

umur yang berkah dan sehat biar kita bisa sama-sama terus ya Bu. Aamiin.

Kepada Bapak Pamuji Sugito, Pa terimakasih untuk setiap doa yang papa

kasih untuk kebaikan amel, terimakasih sudah sabar menunggu amel lulus,

terimakasih ya Pa untuk setiap kebaikan yang papa beri untuk Amel.

Semoga Allah lindungi Papa juga berikan papa sehat dan rezeki yang

berkah untuk kita semua, aamiin.

3. Bapak dan Ibu yang doanya juga tidak pernah berhenti meskipun raga

tidak bertemu setiap hari, semoga Allah berikan kalian kesehatan, rezeki

yang berkah juga umur yang bermanfaat, Aamiin.

4. Mas Herdi, Mba Vita, Kaka dan Ale. Terimakasih sudah menjadi

penyemangat kemarin, hari ini dan seterusnya. Semoga Allah SWT beri

kalian semua sehat, rezeki dan umur yang bermanfaat.

5. Bapak Dr. Syarief Makhya, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Lampung.

6. Bapak Drs. Aman Toto Dwijono, M.H., selaku Ketua Jurusan Ilmu

Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lampung yang selalu memberikan motivasi, kritik dan saran, serta

dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dosen Pembimbing Utama dan

Dosen Pembimbing Akademik saya yang telah memberikan banyak

masukan, saran dan kritik sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Ibu Gita Karisma, S.IP., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Kedua skripsi

yang telah banyak memberikan ilmu, meluangkan waktu untuk bimbingan,

membimbing, mengarahkan, memberikan kritik dan saran yang

membangun serta memberikan motivasi kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini agar menjadi sebuah tugas akhir yang baik.

Terimakasih banyak Mba Gita, saya mohon maaf jika selama proses

bimbingan menyita banyak waktu mba Gita, semoga Allah SWT

membalas segala kebaikan mba Gita kepada saya. Aamiin.

9. Bapak Dr. Suripto, S.Sos., M.A.B selaku Dosen Penguji skripsi yang juga

memberikan banyak masukan yang membangun dalam penulisan skripsi

ini.

10. Seluruh jajaran dosen Jurusan Hubungan Internasional Universitas

Lampung dan staff atas dukungan, pembelajaran pengalaman, nasehat,

kritik dan saran yang diberikan selama menempuh perkuliahan, serta

membantu dalam proses administrasi selama perkuliahan.

11. “Skripsi 1st Holiday Later”. Fitri Fatharani, Hanifah Az Zahra, Rizka

Amelia dan Tia Panca Rahmadhani. Terimakasih ya sudah jadi teman

berproses, terimakasih sudah sediakan tempat untuk berbagi, terimakasih

sudah sediakan telinga untuk mendengar keluh dan kesah, terimakasih atas

kasih sayang, perhatian dan peduli yang sudah diberikan, terimakasih

untuk waktu yang juga sudah diluangkan, dan terimakasih sudah menjadi

salah satu rezeki yang tidak bisa ditukar oleh materi. I heart you, 4!

Semoga Allah balas setiap kebaikan kalian dengan kebaikan juga, semoga

Allah juga lancarkan skripsi dan semua urusan kalian dan melindungi

kalian di manapun kalian berada. Semoga Allah izinkan kita jadi wanita

sukses dan tangguh ya, aamiin! Semangat! Let through another „badai‟!

Amel sayang kalian. Yuk liburan yuk!

12. Nisrina Khansa K, terimakasih ya Mi untuk setiap semangat yang

diberikan, terimakasih untuk selalu mendengar keluh dan kesah, semoga

segera menyusul ya Mi! Semoga Allah lindungi kamu juga lancarkan

segala urusanmu, Ayo bimbingan dan segera nyusul! Untuk Fenny Friska

Maharani, Widya Febriyani, Alfira Narinda Abidin, Adelianna Berysta dan

Margaretha Healthy, terimakasih untuk semangat, doa dan harapan yang

kalian berikan sampai hari ini. Sukses untuk kita semua! Aamiin.

13. Dumora, keluarga satu bimbingan yang berjuang bareng nunggu

pembimbing 1&2 dari listrik hidup sampai listriknya mati, teman setia

nunggu di lorong E lantai 2...terimakasih ya semangatnya selama ini, nanti

kita reuni di lorong gedung E lantai 2 ya, Ok? Untuk Mba Endani, Yuni,

Eka, Rima Chil, Luky, Kak Wilma, Hayja, Adam Malik, Zaim, Puspa,

Kak Meka yang selalu jadi teman menertawakan banyak hal di lorong

lantai 2 Gedung E....Terimakasih ya untuk semangat, doa dan dukungan

yang kalian berikan! Menunggu bimbingan ga akan seseru itu tanpa kalian

semua. Sukses selalu ya!

14. Semua teman-teman angkatan 2014 terimakasih untuk pelajaran yang seru

sekali selama proses perkuliahan juga terimakasih untuk drama yang lucu

kalau diceritakan kembali di masa depan. Kalian semua bagian dari

angkatan yang keren dan tidak akan ditemukan di angkatan lain, Sukses ya

teman-teman!

15. Teman-teman kepengurusan HMJ HI 2015/2016 dan 2016/2017 semoga

kita semua sukses dalam urusan masing-masing dan apa yang kita pelajari

selama ini berguna untuk hidup kita selanjutnya. Aamiin.

16. Sheila on 7 dan Tulus untuk karya-karya yang kalian ciptakan yang

menjadi hiburan dan teman bagi penulis dalam mengerjakan skripsi.

Juga terimakasih saya untuk semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per

satu yang sudah mendoakan saya, yang memberikan dukungan, bantuan

perhatian, pengalaman dan pelajaran hidup, terimakasih banyak atas segala

yang kalian berikan. Semoga Allah SWT senantiasa membalas semua

kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak yang membantu dalam proses

yang dijalani oleh penulis dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bandarlampung, 18 Desember 2018

Penulis,

Amalia Rezki Palendra

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................................ iii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iv

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... v

I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 9

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 9

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 11

2.1 Penelitian Terdahulu .................................................................................... 11

2.2 Teori dan Konsep ........................................................................................ 17

2.2.1 Foreign Policy Decision Making .................................................... 17

2.2.2 Bantuan Luar Negeri ...................................................................... 19

2.2.3 Kerangka Pikir ............................................................................... 26

III. METODE PENELITIAN ............................................................................. 27

3.1 Tipe Penelitian .............................................................................................. 27

3.2 Fokus Penelitian ........................................................................................... 28

3.3 Jenis dan Sumber Data ................................................................................. 29

3.4 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 30

3.5 Teknik Analisis Data .................................................................................... 31

i

ii

IV.GAMBARAN UMUM................................................................................... 32

4.1 Hubungan Kerjasama Jepang dan Indonesia........................................... 32

4.1.1 Sejarah Kerjasama Jepang dan Indonesia........................................ 33

4.1.2 Sejarah Bantuan Luar Negeri Jepang............................................... 56

V.HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................... 60

5.1 Bantuan ODA Jepang ke Indonesia tahun 2011-2015.............................. 62

5.5.1 Bantuan Luar Negeri ODA (Official Development Assistance)

Jepang ke Indonesia dalam Bentuk Dana Hibah Tahun 2011-

2015.............................................................................................. 65

5.5.2 Bantuan Luar Negeri ODA (Official Development Assistance)

Jepang ke Indonesia dalam Bentuk Pinjaman Yen Tahun 2011-

2015...............................................................................................75

5.5.3 Bantuan Luar Negeri ODA (Official Development Assistance)

Jepang ke Indonesia dalam Bentuk Bantuan Kerjasama Teknik

Tahun 2011-2015.......................................................................... 83

5.2 Proses Pemberian Bantuan Luar Negeri ODA Jepang ke

Indonesia................................................................................................. 89

5.2.1 Proses Pemberian Bantuan Luar Negeri ODA Jepang ................. 89

5.2.2 Pengajuan Bantuan Luar Negeri ODA Jepang oleh

Indonesia....................................................................................... 94

5.3 Motif dalam Pemberian Bantuan Luar Negeri ODA Jepang ke

Indonesia................................................................................................. 97

5.3.1 Motif Kemanusiaan....................................................................... 98

5.3.2 Motif Politik................................................................................ 107

5.3.3 Motif Ekonomi............................................................................ 116

5.3.4 Motif Kepentingan Nasional Jepang atas Rivalitas Jepang-

China........................................................................................... 120

VI. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................... 129

6.1 Kesimpulan............................................................................................. 129

6.2 Saran....................................................................................................... 130

DAFTAR PUSTAKA

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Jumlah dana ODA Jepang di Negara Asia Tenggara................................... 4

1.2 Jumlah Bantuan Luar Negeri ODA Jepang yang Diterima oleh Indonesia

tahun 2011-2015........................................................................................... 8

2.1 Tujuan Pemberian Bantuan Luar Negeri Berdasarkan

Kategori........................................................................................................ 23

4.1 Jumlah Investasi Jepang di Indonesia.......................................................... 55

5.1 Jumlah Bantuan Luar Negeri ODA Jepang ke Indonesia tahun 2011-

2015............................................................................................................. 61

5.2 Tujuh LSM Penerima Bantuan ODA Jepang.............................................. 68

5.3 Pemberian Bantuan Luar Negeri ODA Jepang yang Mengandung Unsur

Kemanusiaan............................................................................................... 102

5.4 Presentase Jumlah Bantuan ODA Jepang.................................................... 125

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Jumlah Pemberian Bantuan Negara dan Organisasi Internasional 6

v

DAFTAR SINGKATAN

APEC

ASEM

BKPM

DAC

GDP

IJEPA

IJSD

JAPINDA

JICA

Malari

MoU

ODA

OECD

OECF

OWIT

: Asia Pacific Economic Cooperation

: Asia Europe Meeting

: Badan Koordinasi Penanaman Modal

: Development Assistance Comittee

: Gross Domestic Product

: Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement

: Indonesia – Japan Steel Dialog

: Japan-Indonesia Association

: Japan International Cooperation Agency

: Malapetaka Lima Belas Januari

: Memorandum of Understanding

: Official Development Assistance

: Organisation for Economic Co-Operation and Development

: Overseas Economic Cooperation Fund

: Organisasi Wanita di Tokyo

vi

PBB

PETA

SRIT

TKR

TNI

US

WTO

: Perserikatan Bangsa-Bangsa

: Pembela Tanah Air

: Sekolah Republik Indonesia Tokyo

: Tentara Keamanan Rakyat

: Tentara Nasional Indonesia

: United States

: World Trade Organization

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Jepang saat ini tercatat sebagai negara dengan status pertumbuhan

ekonomi yang cukup baik. Jepang juga dikenal sebagai motor penggerak

ekonomi negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Meskipun dalam rentan

waktu 2008-2016 Gross Domestic Product (GDP) Jepang memiliki status

ekonomi yang terus mengalami naik dan turun, namun perekonomian Jepang

tetap dalam status yang cukup tinggi. Hal ini ditandai dengan status GDP

Jepang yang berada pada angka US$ 4,939 Triliun pada 2016 (World Bank,

2016).

Jepang sebagai negara maju juga tidak luput dari masa-masa yang

menyulitkan, hal ini dikarenakan Jepang merupakan salah satu negara yang

mengalami kekalahan pasca Perang Dunia II namun dapat bangkit dalam

jangka waktu yang cepat. Kebangkitan Jepang ini didukung oleh bagaimana

Jepang menciptakan etos kerja yang sangat baik untuk masyarakat, salah

satunya adalah etos kerja Keizen yang diterapkan oleh banyak masyarakat

Jepang (Ronny, 2016). Keizen sendiri berarti kerja dengan bergerak cepat

2

untuk menciptakan produk-produk yang berkualitas tinggi seperti tekstil,

peralatan mobil dan kebutuhan-kebutuhan infrastruktur yang lainnya (Geralds,

2008 : 9). Hal lain yang kemudian dilakukan oleh Jepang dalam jangka waktu

yang tak lama setelah kebangkitannya adalah Jepang sudah bisa menerapkan

sebuah kebijakan untuk memberikan bantuan luar negeriterhadap negara-

negara di dunia.

Bantuan luar negeri sering diartikan sebagai bantuan yang diberikan

oleh negara kaya untuk negara miskin, baik itu untuk tujuan membantu

perekonomian ataupun tujuan untuk mencapai kepentingan dibalik pemberian

bantuan luar negeri tersebut. Secara jelas bantuan luar negeri diartikan sebagai

sumbangan atau transfer sukarela yang berasal dari pemerintah ke pemerintah

lain, untuk organisasi non pemerintah atau NGO (Non Governmental

Organization) untuk organisasi internasional (seperti World Bank atau UNDP)

dengan setidaknya memiliki presentasi 25 persen hibah, dan memiliki satu

tujuan yang sama yaitu untuk kondisi manusia yang lebih baik di negara yang

menerima bantuan tersebut (Lancester, 2007 : 9). Selain itu, bantuan luar

negeri juga dapat diartikan sebagai alat yang digunakan untuk membuat

kebijakan dengan tujuan mencapai tujuan suatu negara untuk mendominasi,

memenangkan, melindungi, memperkuat atau mengubah negara-negara

tertentu (Taffet, 2007:2).

Bantuan luar negeri yang diberikan Jepang terhadap negara-negara lain

disebut dengan Official Development Assistance (ODA). ODA adalah

kebijakan bantuan luar negeri terhadap negara-negara berkembang yang

3

bertujuan untuk memberikan kontribusi bagi perdamaian dan pembangunan

negara berkembang dan dibagi ke dalam 3 jenis yaitu pinjaman yen, dana

hibah dan bantuan teknisi (Embassy of Japan 2016 ). Negara-negara penerima

kebijakan bantuan luar negeri ODA Jepang tersebut terdiri dari negara-negara

dunia dan tersebar di berbagai kawasan, diantaranya kawasan Eropa yang

ditujukkan untuk negara Albania dan Ukraina, kawasan Timur Tengah yang

ditujukkan untuk negara Saudi Arabia, Kuwait dan Israel, kawasan Amerika

Latin yang ditujukkan untuk negara Uruguay, kawasan Afrika yang ditujukkan

untuk negara Ethiopia, kawasan Asia Selatan yang ditujukkan untuk negara

Bangladesh dan India dan kawasan Asia Tenggara yang ditujukkan kepada

hampir semua negara anggota ASEAN (MOFA, 2017:1).

ODA sebagai sebuah kebijakan pemberian bantuan menjadi salah satu

refleksi bagaimana Jepang mencapai tujuan untuk berkontribusi pada

kemakmuran negara-negara Asia Tenggara. Adapun hal yang menjadi dasar

pemberian ODA adalah karena adanya perjanjian San Fransisco pada 1951,

perjanjian ini adalah sebagai tanda berakhirnya Perang Dunia II dan sebagai

pengalokasian kompensasi atas penderitaan kejahatan perang Jepang yang

kemudian diperluas ke beberapa negara di kawasan Asia Tenggara seperti Laos

pada tahun 1951, Myanmar pada tahun 1952, Indonesia pada tahun 1953,

Filipina pada tahun 1953, Thailand pada tahun 1954, Malaysia pada tahun

1957 dan Vietnam pada tahun 2007(MOFA, 2017 :1).

Seiring berjalannya waktu, pemberian bantuan luar negeri Jepang ke

kawasan Asia Tenggara juga berkaitan erat dengan dasar tonggak diplomasi

4

Jepang yang bernama fukuda doctrine. Doktrin ini diucapkan pada tahun 1977

sebagai prinsip dasar diplomasi yang mengharuskan Jepang untuk

berkontribusi pada perdamaian dan kemakmuran negara-negara di kawasan

Asia Tenggara dengan penekanan hubungan yang disebut heart to heart (Koga

:1). Manifestasi dari pemberian bantuan luar negeri ODA ke Indonesia ini

adalah Japan International Cooperation Agency (JICA). JICA adalah agensi

atau badan resmi pemerintah Jepang yang bertugas untuk menyalurkan

pemberian bantuan seperti penyaluran bantuan yang terdapat dalam kerangka

ODA seperti dana hibah, pinjaman Yen dan bantuan teknisi (JICA, 2017:1)

Pemberian bantuan luar negeri ODA Jepang terutama di kawasan Asia

Tenggara menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara dengan jumlah bantuan

terbesar dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara.

Hal ini dibuktikan dengan tabel berikut yang memaparkan jumlah bantuan

ODA Jepang yang diterima oleh Indonesia dibandingkan dengan negara-

negara lain yang berada di kawasan Asia Tenggara :

No. Nama Negara Tahun Pemberian

Jumlah yang

Diterima

(1) (2) (3) (4)

1. Indonesia 2011-2015 US$ 1.319.511.015,88

2. Filiphina 2011-2015 US$ 48.708.826,89

3. Kamboja 2011-2015 US$ 11.766.940,13

4. Thailand 2011-2015 US$ 6.163.521,42

5. Malaysia 2011-2015 US$ 12.474.408,86

6. Laos 2011-2015 US$ 5.908.760,17

7. Myanmar 2011-2015 US$ 52.383.022,65

Tabel 1.1 : Jumlah dana ODA Jepang di Negara Asia Tenggara

5

Sumber : MOFA 2017

Data yang tertera pada tabel di atas adalah penjumlahan dari bantuan

luar negeri ODA Jepang yang diterima oleh negara-negara di kawasan Asia

Tenggara, terhitung sejak tahun 2011-2015. Jumlah data tersebut terdiri dari

pinjaman Yen, dana hibah dan bantuan kerjasama teknisi. Berdasarkan jumlah

bantuan ODA Jepang yang tertera diatas, Indonesia tercatat sebagai negara di

kawasan Asia Tenggara yang menerima bantuan luar negeri tertinggi dari ODA

Jepang. Selain itu, Jepang juga menjadi negara yang memberikan bantuan luar

negeri dengan jumlah terbesar di Indonesia yang ditandai dengan

(1) (2) (3) (4)

8. Vietnam 2011-2015 US$ 91.504.375,94

9. Singapura 2011-2015

10. Brunei Darussalam 2011-2015

6

Masuknya bantuan luar negeri ODA Jepang ke Indonesia dimulai sejak

tahun 1953 dan diberikan dalam bentuk pelatihan di bidang industri,

komunikasi transportasi, pertanian dan kesehatan (Embassy of Japan 2017).

Jepang 4.573,38 (47,06%)

Amerika Serikat 904,48(9,31%)

Jerman 767,26 (7,89%)

Belanda 587,45 (6,04%)

Australia 507,61 (5,22%)

Bank Dunia 405,97 (4,18%)

Perancis 361,84 (3,72%)

ADB (ADF) 222,60 (2,29%)

Uni Eropa 195 (2,01%)

Inggris 179,54 (1,85%)

Kanada 164,48 (1,69%)

Spanyol 112,12 (1,15%)

Korea 105,87 (1,09%)

Gambar 1 : Jumlah Pemberian Bantuan Negara dan Organisasi Internasional

Sumber : OECD dan DA

7

Pemberian bantuan ODA Jepang tidak pernah berhenti dan terus mengalir

untuk Indonesia bahkan ketika terjadi peristiwa Malapetaka Lima Belas

Januari (Malari) di Jakarta pada tahun 1974.

Peristiwa ini merupakan bentuk kekecewaan atas terjadinya dominasi

ekonomi Jepang yang dilakukan di Indonesia, pada saat itu banyak orang turun

ke jalan yang terdiri dari warga, buruh hingga mahasiswa untuk menolak

kedatangan Perdana Menteri Jepang Kakue Tanaka. Jumlah bantuan yang

diberikan Jepang melalui ODA terhadap Indonesia pada tahun yang bersamaan

dengan peristiwa Malari juga tercatat memiliki nilai yang tinggi. Pada tahun

1974 jumlah bantuan ODA Jepang mencapai angka US$ 232,60 juta dan

kemudian mengalami penurunan di tahun 1975 dengan jumlah US$ 209,63

juta.

Selanjutnya ketika Indonesia mengalami masa krisis pada akhir 1997

hingga 1998 Jepang juga memberikan bantuan kepada Indonesia dalam bentuk

pinjaman dengan perpanjangan kewajiban pembayaran. Selain dalam bidang

ekonomi, pada tahun 2004 ketika Indonesia tertimpa bencana alam akibat

tsunami Aceh, Jepang juga menyediakan dana rehabilitasi kepada Indonesia

sebesar US$ 640 Juta dan hingga tahun 2006 Jepang menjadi negara pendonor

bagi Indonesia melalui bantuan luar negeri. Pemberian bantuan ODA Jepang

ke Indonesia yang tidak pernah berhenti hingga saat ini pun mengalami

perubahan nilai bantuan pada setiap tahunnya. Hal ini dibuktikan dengan tabel

di bawah ini :

8

Tabel 1.2 : Jumlah Bantuan ODA Jepang ke Indonesia tahun 2011-2015

No. Tahun Dana Hibah

(dalam US$)

Pinjaman Yen

(dalam US$)

Kerjasama Bantuan

Tekhnik (dalam

US$)

Jumlah

(dalam US$)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. 2011 348.649,06 640.339.561,04 1.702.424,97 642.390.635,07

2. 2012 5.573.801,59 - 97.640 5.671.441,59

3. 2013 54.102.473,59 174.365.118,6 722.391,94 229.189.984,13

4. 2014 45.289.952,82 383.037.272,76 663.532,33 428.990.757,82

5. 2015 346.437 12.397.294,76 524.465,51 13.268.197,27

Jumlah Bantuan 1.319.511.015,88

Sumber: embassy of Japan 2017

Dari data yang tertera pada tabel di atas, perubahan nilai bantuan yang

diberikan Jepang kepada Indonesia memiliki hal menarik untuk dikaji. Terlihat

dari data bantuan tersebut jumlah pemberian bantuan luar negeri ODA Jepang

ke Indonesia setiap tahunnya terus mengalami status yang fluktuatif terhitung

tahun 2011-2015.

Selain itu, yang menarik untuk dikaji dalam penelitian ini adalah

karena ketika terdapat pemberian bantuan maka dalam proses tersebut tidak

hanya negara pendonor saja yang menjadi subjek melainkan negara penerima

bantuan juga dikatakan sebagai subjek. Jepang pada proses ini menjadi subjek

sebagai pendonor, keputusan Jepang untuk memberikan bantuan ODA ke

Indonesia bahkan ketika bantuan tersebut mengalami peningkatan maupun

penurunan akan jelas terdapat dan dirumuskan pada kebijakan luar negeri

Jepang sebagai negara pendonor. Begitu pula dengan Indonesia yang menjadi

negara penerima. Ketika Indonesia mendapatkan bantuan ODA Jepang baik

dengan jumlah yang mengalami peningkatan maupun penurunan, ada

9

pertimbangan yang diambil oleh pemerintah untuk mengajukan bantuan

kepada negara pendonor.

1.2 Rumusan Masalah

Adanya penurunan nilai bantuan luar negeri ODA Jepang untuk

Indonesia di tahun 2013-2015 menimbulkan satu hal baru yang menarik untuk

dikaji selain adanya motif atau kepentingan nasional yang ada ketika negara

memberikan bantuan luar negeri untuk negara lain atau bahkan menerima

bantuan luar negeri dari negara lain. Maka, pertanyaan penelitian yang penulis

berikan pada penelitian ini adalah Apa motif yang dimiliki Jepang dalam

pemberian bantuan luar negeri ODA untuk Indonesia tahun 2011-2015?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan :

1. Untuk menjawab apa saja motif yang dimiliki Jepang dalam memberikan

bantuan luar negeri ODA Jepang untuk Indonesia tahun 2011-2015

1.4 Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan Ilmu Hubungan

Internasional, khususnya terkait ilmu-ilmu ekonomi politik global yang ada

sebagai salah satu konsentrasi pada Ilmu Hubungan Internasional.

10

2. Secara Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi

pemerintah Indonesia dalam memanfaatkan sumber bantuan dana yang

dapat digunakan sebagai sumber pembangunan khususnya dari ODA

Jepang

b. Penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai apa motif

Jepang dalam memberikan bantuan internasional terhadap Indonesia.

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan atau gambaran penulis

tentang isu, masalah atau teori yang dikaji dalam penelitian dengan tujuan

menjadikan penelitian yang sudah terdahulu menjadi referensi bagi penulis

untuk melakukan penelitian.Adapun beberapa penelitian terdahulu yang

didapat oleh penulis untuk membandingkan poin-poin apa saja yang berbeda

dari apa yang akan ditulis oleh penulis dengan penulis sebelumnya dengan

penelitian yang sama adalah :

Pertama, penelitian yang berjudul International Aid for Development?

An Overview Japanese ODA to Indonesia, penelitian ini ditulis oleh M.

Mossadeq Bahri tahun 2004. Dalam tulisannya, M. Mossadeq Bahri

menjelaskan bahwa salah satu alasan mengapa negara memiliki kebijakan

untuk memberikan bantuan luar negeri adalah karena adanya kepedulian

kemanusiaan yang merupakan kewajiban moral yang harus dimiliki oleh

negara kaya untuk membantu negara miskin (Mossadeq, 2004 : 39). Bantuan

juga dilakukan oleh negara untuk beberapa tujuan diantaranya

mempertahankan keberadaan negara kepada negara yang berstatus bekas

12

jajahan dan untuk meningkatkan kesempatan negara pendonor memperluas

pasar ekspor.

M. Mossadeq Bahri juga menjelaskan ada lima tujuan yang mendorong

Jepang memberikan bantuan luar negeri, diantaranya : Rekontruksi dan

pertumbuhan ekonomi, hubungan diplomatik antara Jepang dengan negara

tetangga, memelihara sistem politik, sosial dan ekonomi, meningkatkan

pendapatan per kapita Jepang melalui arus komersial dan menegaskan

pengaruh kepemimpinan Jepang (Mossadeq, 2004 : 41).

Kedua, penelitian yang berjudul The ODA reform : Its Impact on the

Relationship of Japan – Indonesia yang ditulis oleh Mujtahid Subagyo tahun

2005. Dalam tulisannya, Mujtahid Subagyo menjelaskan ada dua alasan

mengapa Jepang lebih memilih untuk disebut sebagai Super Power dalam hal

pemberian bantuan daripada pada dunia politik, dua alasan tersebut adalah

untuk alat diplomasi Jepang dan untuk meningkatkan status prestise Jepang di

mata negara-negara dunia (Subagyo, 2004 : 41). Mujtahid Subagyo juga

menjelaskan bahwa tujuan utama Jepang untuk memberikan bantuan ke

negara-negara di dunia adalah pada bidang ekonomi,yaitu kebutuhan bahan

baku yang diperlukan oleh Jepang untuk memenuhi pertumbuhan ekonomi

Jepang terdapat dan bisa didapat di negara-negara yang berada di kawasan Asia

Tenggara khususnya Indonesia.

Dijelaskan juga bahwa faktor geografis Indonesia juga mempengaruhi

mengapa Jepang tertarik untuk memberikan bantuan ke Indonesia, hal ini

disebabkan karena Indonesia memiliki letak yang strategis dalam hal

13

transportasi laut dan persediaan minyak, gas dan sumber daya alam yang

lainnya.

Ketiga, penelitian yang berjudul Values vs Interest : Strategic use of

Japanese Foreign Aid in Southeast Asia, ditulis oleh Andre Asplun. Penelitian

ini menyebutkan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara di Asia Tenggara

yang menjadi penerima terbesar ODA Jepang antara tahun 2002 dan 2008.

Penelitian ini menjelaskan bahwa tujuan Jepang memberikan bantuan ODA ke

beberapa negara di kawasan Asia Tenggara diantaranya untuk memberikan

bantuan mengenai demokratisasi dan kebebasan sipil untuk masyarakat yang

ada di setiap negara tersebut (Asplund, 2015 : 7).

Keempat, penelitian yang berjudul The Transformative Role of Japan’s

Official Development Assistance in Its Economic Partnership with South East

Asia yang ditulis oleh Hugh Patrick tahun 2008. Penelitian ini menyebutkan

bahwa Jepang adalah negara penyedia bantuan ekonomi terbesar untuk negara-

negara di kawasan Asia Tenggara dan hal itu sangat berperan bagi

pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Tenggara. Penelitian ini menjelaskan

bahawa status Jepang tidak hanya sebagai penyedia bantuan ekonomi yang

terbesar saja bagi Asia Tenggara, lebih dari itu ada tujuan kebijakan luar negeri

Jepang yang harus dicapai melalui pemberian bantuan ini, baik itu untuk

kemanusiaan maupun ekonomi.

Hugh Patrick menjalaskan dua tujuan utama Jepang dalam memberikan

bantuan luar negeri, kedua tujuan itu adalah ekonomi dan kemanusiaan. Pada

tujuan ekonomi, yang diinginkan Jepang dalam memberikan bantuan luar

14

negeri di negara-negara yang ada di kawasan Asia Tenggara adalah untuk

mengamankan pasokan energi mineral dan sumber daya yang dilakukan secara

impor, sedangkan pada tujuan kemanusiaan Jepang memiliki tujuan untuk

memperluas pengaruh politik melalui tindakan damai yang kooporatif (Patrick,

2008 : 3).

Kelima, penelitian yang berjudul The Reshaping of Japan’s Official

Development Assistance (ODA) Charter yang ditulis oleh Kazuo Sunaga tahun

2004. Penelitian ini menjelaskan tentang motivasi utama Jepang melalui

kebijakan bantuan luar negeri ODA awalnya adalah motivasi politik untuk

membangun hubungan yang lebih baik antara Jepang dengan negara-negara di

kawasan Asia.

Kazuo Sunaga dalam penelitian ini juga menyebutkan ada 3 pembagian

kepentingan nasional yang ingin dituju Jepang dalam memberikan bantuan luar

negeri, ketiga kepentingan nasional itu diantaranya (Sunaga, 2004 : 8) :

1. Jepang hanya fokus pada pembangunan internasional. Hal ini

menurut masyarakat dapat meningkatkan posisi internasional

Jepang dan membantu mempertahankan kepentingan nasional

Jepang dalam jangka panjang.

2. Jepang menggunakan ODA untuk kepentingan membangun

perdamaian setelah perang dunia.

3. ODA Jepang digunakan untuk pemanfaatan teknologi secara

langsung pada proyek-proyek yang mendapat aliran dana bantuan

dari kebijakan ODA dengan tujuan sebagai ―biaya‖ agar beberapa

15

negara tidak menghalangi kebijakan-kebijakan luar negeri Jepang

pada forum internasional.

Keenam, penelitian yang berjudul National Interest and Japan’s

Foreign Aid Policy yang ditulis oleh Purnendra Jain tahun 2014. Penelitian ini

menjelaskan bahwa pada awalnya fokus utama Jepang memberikan bantuan

adalah untuk tujuan komersial yang berfokus pada negara-negara di Asia

seperti perluasan pasar Jepang di kawasan negara-negara di Asia, namun saat

ini pemberian bantuan luar negeri oleh Jepang lebih meluas dari tujuan utama

untuk tujuan komersial saja, namun pemberian bantuan luar negeri Jepang

bertujuan untuk dijadikan sebagai senjata diplomatik dalam membangun

hubungannya dengan negara-negara berkembang atau dengan kata lain

pemberian ini disebut dengan istilah “gift diplomacy” yang juga termasuk ke

dalam upaya memperbaiki citra negara Jepang (Jain, 2014 : 6). Selain itu,

adanya sumber daya di negara-negara Asia yang dapat memenuhi kebutuhan

energi Jepang juga menjadi tujuan utama Jepang memberikan bantuan agar

produk dan tujuan investasi Jepang dapat berjalan dengan lancar di setiap

negara yang menerima bantuan Jepang.

Ketujuh, penelitian yang berjudul International Trends in Development

Aid and Japan’s ODA, yang ditulis oleh Toru Yanagihara tahun 2017.

Penelitian ini menjelaskan mengenai Filosofi dan Kebijakan di balik bantuan

pembangunan Jepang. Penelitian ini juga menjelaskan mengenai kebijakan dan

filosofi dibalik bantuan pembangunan Jepang yang juga terdapat dalam aturan

Overseas Economic Cooperation Fund (OECF) yang merupakan organisasi

16

kerjasama dan pembangunan ekonomi, filosofi itu diantaranya adalah

mewujudkan pertumbuhan yang berkelanjutan, yang bermanfaat untuk

mempromosikan investasi dan adanya pertimbangan ekonomi jangka panjang

(Yanagihara, 2017:2).

Dari ketujuh literatur review yang sudah dijelaskan di atas, fokus

penelitian terbagi menjadi beberapa bagian. Terdapat satu literatur yang

membahas adanya motif politik dan motif ekonomi dalam pemberian bantuan

luar negeri Jepang terhadap Indonesia yaitu penelitian yang ditulis oleh

Mujtahid Subagyo (2005). Tiga literatur yang membahas motif politik dalam

pemberian bantuan luar negeri Jepang yaitu penelitian yang ditulis oleh

Mossadeq Bahri (2004), Andre Asplund (2015) dan Kazuo Sunaga (2004).Dua

literatur yang yang membahas motif ekonomi pada pemberian bantuan luar

negeri Jepang terhadap Indonesia yaitu penelitian yang ditulis oleh Purnendra

Jain (2017) danSatu literatur yang secara luas membahas banyak motif pada

pemberian bantuan luar negeri Jepang ke Indonesia diantaranya motif

kemanusiaan, motif ekonomi dan motif politik yang ditulis oleh Hugh Patrick

(2008).

Adapun hal-hal yang membedakan ke-tujuh penelitian terdahulu yang

sudah dijelaskan diatas dengan penelitian penulis yaitu adanya kebaruan

penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, karena penulis mengkaji

perubahan nilai bantuan ODA Jepang ke Indonesia yang terjadi pada rentan

waktu 2013 sampai dengan 2015 dengan menggunakan teori atau konsep

bantuan luar negeri dan foreign policy.

17

2.2 Landasan Konseptual

2.2.1 Foreign Policy Decision Making

Kebijakan luar negeri adalah salah satu hal penting yang harus

dirumuskan secara matang oleh setiap negara melaluistakeholder di setiap

pengambilan keputusan yang akan mereka lakukan dalam segala aspek yang

berhubungan dengan interaksinya dengan negara-negara yang lain baik itu

dalam aspek ekonomi, sosial budaya hingga politik keamanan. Rossenau

mendefinisikan kebijakan luar negeri sebagai tindakan otoritatif yang diambil

oleh pemerintah yang memiliki tujuan untuk menjaga keadaan lingkungan

internasional yang diinginkan dan mengubah aspek yang tidak diinginkan

(Vinsensio, 2007 : 2).

Selain itu kebijakan luar negeri yang diambil oleh pemerintah nasional

dalam melakukan interaksi dengan negara lain maupun organisasi pemerintah

atau aktor non pemerintah selelu melibatkan tujuan, strategi, pedoman, arahan,

pemahaman, kesepakatan dan sebagainya (Sorensen, 2013:252). Sedangkan

pengambilan keputusan kebijakan luar negeri diartikan sebagai jumlah

keseluruhan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengarahkan kepentingan

nasionalnya.

Selanjutnya dalam bukunya yang berjudul Intorduction to International

Relations Theories and Approaches, Robert Jackson dan George Sorensen juga

membagi 3 (tiga) tingkatan analisis dalam pembuatan kebijakan luar negeri,

yaitu (Jackson dan Sorensen, 2007:257-259) :

18

1. Systemic Level

Terdapat di dalamnya pembagian kekuasaan negara dan hubungan

saling ketergantungan pada ekonomi politik.

2. The Nation-State Level

Terdapat di dalamnya jenis pemerintahan, hubungan antar aparat

negara dan susunan birokrasi aparat negara.

3. The Level of Individual Decision Maker

Terdapat di dalamnya cara berfikir, dasar keyakinan dan prioritas

yang bersifat pribadi.

Pada decision making process terdapat beberapa model pembuatan kebijakan

luar negeri, model tersebut adalah The Rational Actor Model dan Games Theoretic

Models. Greg Cashman pada buku yang berjudul Understanding Foreign Policy

Decision Making mengelompokkan delapan tahapan yang harus dilakukan dalam

pembuatan keputusan melalui rational model, ke-delapan tahapan itu diantaranya

(Mintz, 2012:58) :

1. Idenitifikasi Masalah

2. Identifikasi Rank

3. Pengumpulan Informasi

4. Identifikasi alternatif untuk mencapai tujuan

5. Menganalisis alternatif dengan mempertimbangkan konsekuensi dan

efektifitas

6. Memilih alternatif yang memiliki kemungkinan maksimal

7. Menerapkan keputusan

8. Memantau dan melakukan evaluasi.

19

Sedangkan pada Games Theoretic Models biasa digunakan untuk mengambil

keputusan pada hal yang berkaitan dengan keamanan seperti terorisme atau juga

dengan hal yang berkaitan dengan ekonomi seperti keputusan dalam bantuan ekonomi

(Mintz, 2012:64). Games Theory sendiri dibagi menjadi tiga diantaranya Prisoner’s

Dilemma, Chicken dan Tit-For-Tat.

2.2.2 Bantuan Luar Negeri

Definisi Bantuan Luar Negeri

Bantuan luar negeri dapat didefinisikan sebagai bantuan ekonomi dari

satu negara ke negara lain, yang dimaksudkan untuk memberikan bantuan

kemanusiaan dalam keadaan darurat atau untuk membiayai dan

mempromosikan pembangunan ekonomi (Basharat, 2014:94). Biasanya

pemberian bantuan luar negeri diberikan oleh negara kaya terhadap negara

miskin ataupun yang negara berkembang dengan berbagai tujuan baik itu

tujuan ekonomi, kemanusiaan hingga politik. Bantuan luar negeri juga bisa

disebut sebagai tricky concept, yang berarti bantuan luar negeri tidak hanya

dikatakan sebagai sebuah kebijakan negara, namun sebagai alat kebijakan

negara (Lancester, 2007:9).

Pada prakteknya, pemberian bantuan luar negeri oleh suatu negara

kepada negara lain harus memenuhi poin atau standar yang ditetapkan

seperti poin yang terdapat dalam bukuThe Globalization and Developmeny

Reader yang menyatakan bahwa standar definisi dari pemberian bantuan

luar negeri berasal dari Development Assistance Committee (DAC) dan

20

Organizations for Economic Co-Operation and Development (OECD)

yang terdiri dari dua hal yaitu dirancang untuk mempromosikan

pembangunan ekonomi dan kesejahteraan sebagai tujuan utama mereka

(termasuk tujuan untuk pembangunan non militer dan lainnya) dan

diberikan sebagai hibah atau pinjaman bersubsidi (Timmons, 2015:399).

Bantuan luar negeri biasanya diberikan atau dirancang untuk memenuhi

beberapa tujuan ekonomi dunia seperti : merangsang pertumbuhan

ekonomi melalui pertumbuhan infrastruktur, mendukung sektor produktif

seperti pertanian, bantuan terhadap krisis kemanusiaan dan untuk

membantu menstabilkan kondisi ekonomi suatu negara (Timmons,

2015:404).

Motif Bantuan Luar Negeri

Pemberian bantuan luar negeri yang terjadi dalam hubungan

internasional bukan saja diartikan sebagai pemberian bantuan berupa

donor dari negara kaya untuk membantu negara miskin, lebih dari itu

bantuan luar negeri dijadikan sebagai sebuah kebijakan untuk negara

pendonor dengan tujuan tertentu yang akan mereka capai. Tujuan setiap

negara biasanya selalu dilatarbelakangi oleh motif yang mendorong negara

tersebut untuk kemudian menentukan tujuan apa yang akan mereka capai.

Motif bantuan luar negeri menurut Alan Rix dalam buku yang berjudul

Japan’s Foreign Aid Challenge : Policy Reform and Aid Leadership, Alan

membagi motif pemberian bantuan luar negeri menjadi tiga poin

diantaranya (Alan,1993 :18-19) :

21

1. Motif Kemanusiaan

Negara kaya memiliki tanggungjawab kemanusiaan untuk

membantu negara yang lebih miskin.

2. Motif Politik

Motif ini berguna untuk membangun citra negara kaya di hadapan

negara-negara yang menerima bantuan atau donor.

3. Motif Ekonomi

Motif ekonomi biasanya digunakan untuk memudahkan akses

negara pendonor dalam mencapai tujuan mereka pada kegiatan

ekspor dan impor juga untuk tujuan mengakses sumber daya yang

dimiliki oleh negara penerima donor. Motif ekonomi juga tidak bisa

dilepaskan dengan politik, dimana pertumbuhan ekonomi akan

mendorong stabilitas politik suatu negara.

Tujuan Bantuan Luar Negeri

Tujuan pemberian bantuan luar negeri dalam penelitian ini di bagi

menjadi dua kelompok menurut dua pemikiran yang berbeda, ke duanya

yaitu :

1. Lancester

Tujuan utama dalam pemberian bantuan luar negeri menurut

Lancester dalam bukunya yang berjudul Foreign Aid: Diplomacy,

Development, Domestic and Politic, ke-empat tujuan itu diantara

lain (Lancester, 2007:13-15):

22

Diplomacy (Tujuan diplomatik), dalam hal ini tujuan

diplomatik dilakukan oleh negara pendonor kepada negara

penerima untuk kepentingan hubungan antar pemerintah.

Developmental (Tujuan pembangunan), dalam hal ini

tujuan pembangunan ditujukkan untuk mendukung

kemajuan sosial dan kemajuan ekonomi juga untuk

mengurangi kemiskinan.

Humanitarian Relief (Tujuan bantuan kemanusiaan),

tujuan kemanusiaan ini terkadang diberikan kepada negara

yang mengalami kerugian akibat bencana alam dan

menyebabkan banyak korban jiwa, biasanya bantuan ini

juga dialokasikan atau disalurkan melalui NGO atau LSM

yang ada di suatu negara.

Commercial (Tujuan komersial), tujuan komersial

mencakup perluasan ekspor suatu negara dan pengamanan

akses terhadap impor bahan baku yang dibutuhkan.

2. A. Mauritz

Tujuan pemberian bantuan luar negeri menurut A. Mauritz dalam

bukunya yang berjudul Ideas, Interests and Foreign Aid yang

dikelompokkan berdasarkan kategorinya masing-masing,

diantaranya(Mauritz, 2011:9-10).

23

Tabel 2.1 : Tujuan Pemberian Bantuan Luar Negeri berdasarkan Kategori

Sumber : A. Mauritz 2011

2.3 Kerangka Pikir

Dalam kerangka pikir, penulis akan menjelaskan mengenai bagaimana

kebijakan luar negeri yang dimiliki oleh negara mempengaruhi keputusan yang

mereka ambil baik itu untuk internal negara mereka maupun keputusan yang

diterapkan untuk hubungan eksternal negara dengan negara yang lain.

Penjelasan ini digambarkan dengan bagaimana awal mula Jepang

memberikan bentuan luar negerinya terhadap Indonesia juga bagaimana proses

pembentukan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah Jepang untuk

memberikan bantuan luar negeri ke Indonesia dan juga kepentingan nasional

Jepang dalam pemberian bantuan luar negeri ke Indonesia.

No. Kategori Tujuan

(1) (2) (3)

1. Keamanan (Security) Bantuan luar negeri dapat digunakan untuk

menentang komunisme dan mendukung

sekutu.

2. Kekuatan (Power/Influence) Bantuan luar negeri dapat digunakan untuk

meningkatkan pengaruh, memenangkan

posisi atau memenangkan posisi tertentu

dalam forum internasional.

3. Kepentingan Ekonomi (Wealth of

Economic Self-Interest)

Bantuan luar negeri dapat digunakan untuk

kepentingan ekonomi negara pendonor atau

mendukung industri ekspor.

4. Kepentingan Negara (Enlightened

Self Interest)

Bantuan luar negeri dapat digunakan untuk

mencapai perdamaian, stabilitas, juga

terciptanya lingkungan yang sehat.

5. Reputasi (Reputation) Bantuan luar negeri dapat digunakan untuk

meningkatkan status dan reputasi internasional.

6. Kewajiban (Obligation) Bantuan luar negeri dapat digunakan untuk

mengingatkan kewajiban secara historis.

7. Kemanusiaan (Humanitarianism) Bantuan luar negeri dapat digunakan untuk

mempromosikan kesejahteraan masyarakat dan

untuk penyediaan bantuan kemanusiaan.

24

Salah satuyang menajadi dasar pemberian bantuan luar negeri ODA Jepang

adalah perjanjian San Fransisco. Perjanjian tersebut adalah sebagai tanda

bahwa telah berakhirnya Perang Dunia II juga sebagai tanda negara yang

mengalami kekalahan pada Perang Dunia II untuk membayar biaya kompesasi

atas penderitaan kejahatan perang, kemudian hal itu dilakukan ke beberapa

kawasan termasuk ke kawasan Asia Tenggara yang terus meluas seiring

berjalannya waktu hingga ke Indonesia.

Kebijakan bantuan luar negeri yang dikenal dengan Official Develompent

Assistance atau ODA. Bantuan luar negeri yang diterima oleh Indonesia sendiri

merata sesuai dengan jenis yang ada dalam pemberian bantuan oleh ODA,

diantaranya dana hibah, pinjaman yen dan kerjasama teknisi. Namun pada

waktu atau periode tahun tertentu nilai pemberian bantuan ODA Jepang yang

diberikan ke Indonesia mengalami status penurunan dan peningkatan dalam

waktu yang berdekatan.

Dalam praktik pemberian bantuan luar negeri yang dilakukan oleh negara

ke negara lain maupun organisasi pemerintah/non pemerintah akan selalu ada

motif yang dimiliki oleh pendonor terhadap penerima bantuan. Untuk

membantu menemukan motif tersebut maka kita harus melihat bagaimana

proses bantuan luar negeri tersebut diberikan, untuk melihat proses tersebut

kita juga perlu mengetahui bagaimana decision making yang diterapkan oleh si

pendonor. Dari hal tersebut, pada penilitian ini penulis kemudian

menggunakan dua konsep di penelitian ini diantaranya :

25

1. Foreign Policy Decision Makingyang di dalamnya terdapat decision

making dan digunakan untuk menganalisis mengapa terjadi

peningkatan nilai bantuan luar negeri ODA Jepang terhadap Indonesia.

2. Bantuan Luar Negeri, penulis membagi bahasan mengenai bantuan luar

negeri menjadi pengertian, motif bantuan luar negeri dan tujuan

pemberian bantuan luar negeri.

26

Kerangka pikir penelitian ini apabila digambarkan dalam bentuk skema maka

terbentuk sebagai berikut :

Gambar 1 : Kerangka Pikir

Bantuan Luar Negeri ODA

Jepang berasal dari Perjanjian San

Fransisco sebagai tanda bahwa

Jepang kalah dari Perang Dunia

II.

Terjadinya peningkatan jumlah bantuan

luar negeri ODA Jepang ke Indonesia

pada tahun 2015. Bantuan ini terdiri

dari :

a. Dana Hibah

b. Pinjaman Yen

c. Bantuan Kerjasama Teknik

Proses pembuatan kebijakan

pemberian

bantuan luar negeri ODA Jepang ke

Indonesia dan Proses pengajuan

bantuan luar negeri ODA Jepang oleh

Indonesia

Motif pemberian bantuan luar negeri

ODA Jepang ke Indonesia

Motif terkuat yang dimiliki Jepang

dalam pemberian bantuan luar

negeri ODA ke Indonesia tahun

2011-2015

27

III . METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif. Penelitian

kualitatif menurut Strauss dan Corbin didefinisikan sebagai penelitian yang

menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh)

dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari

kauntifikasi (pengukuran) (Rahmat, 2009:2). Penelitian kualitatif dapat

digunakan untuk menemukan dan memahami apa yang tersembunyi dibalik

fenomena yang kadangkala merupakan sesuatu yang sulit dipahami secara

memuaskan (Rahmat, 2009).Penelitian kualitatif juga dapat disebut dengan

penelitian yang memperhatikan proses, peristiwa dan otensititas (Rusmila,

2005:8) Penelitian kualitatif diharapkan dapat memberi pemahaman yang

bersifat umum terhadap kenyataan sosial.

Penelitian kualitatif menurut W Laurence Neuman diidentifikasi

menjadi 4 faktor, diantaranya (Rusmila, 2008:60) :

1. Orientasi pertama, dimana data dalam penelitian kualitatif bersifat

empiris terdiri dari dokumentasi ragam peristiwa, rekaman setiap

ucapan, kata dan gestures dari objek kajian, tingkah laku yang spesifik,

28

dokumen-dokumen yang tertulis serta berbagi imaji visual yang ada

dalam sebuah fenomena sosial.

2. Orientasi kedua, dimana penelitian kualitatif memiliki tujuan untuk

menghilangkan keyakinan palsu yang terbentuk pada sebuah objek

kajian.

3. Orientasi ketiga, dimana penelitian kualitatif mengikuti dua logika yaitu

logika yang direkontruksi dan logika dalam praktek.

4. Orientasi keempat, dimana penelitian kualitatif memiliki langkah

penelitian yang bersifat non linear.

3.2 Fokus Penelitian

Fokus penelitian pada penelitian ini berfungsi untuk memberi batasan

mengenai ruang lingkup penelitian yang akan dikaji dalam penelitian ini.

Fokus penelitian ini adalah bantuan luar negeri yang diberikan Jepang kepada

Indonesia melalui Official Development Assistance (ODA) dan terjadinya

penurunan nilai bantuan luar negeri ODA Jepang ke Indonesia pada tahun 2014

dan adanya kenaikan kembali nilai bantuan ODA Jepang ke Indonesia pada

tahun 2015. Secara lebih rinci, penulis membagi fokus penelitian ini ke dalam

dua poin, yaitu :

a. Proses pengajuan bantuan luar negeri ODA Jepang oleh Pemerintah

Indonesia

Jenis bantuan yang diajukan

Program yang diajukan

29

Besaran jumlah bantuan yang diajukan

b. Proses penetapan kebijakan pemberian bantuan luar negeri ODA

Jepang pada pemerintah Indonesia

Mekanisme Pembahasan

Motif Pemerintah Jepang terhadap Indonesia, yang dibagi

menjadi : Motif Politik, Motif Ekonomi dan Motif

Kemanusiaan.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

Data sekunder juga dikatakan sebagai data yang diperoleh dari data yang sudah

ada sebelumnya. Data sekunder didapat melalui sumber-sumber seperti buku,

bahan pustaka, penelitian terdahulu, jurnal, majalah dan lain sebagainya.

Diantaranya adalah jurnal resmi diterbitkan oleh Pemerintah Jepang,

diantaranya : Data GDP dari World Bank, yang diakses melalui

https://data.worldbank.org, Data Pembagian Jenis Bantuan ODA Jepang yang

diakses melalui http://www.id.emb-japan.go.jp, waktu masuknya bantuan luar

negeri ODA Jepang yang diakses melalui http://www.mofa.go.jpdan

Penjelasan JICA dan ODA yang diakses melalui https://www.jica.go.jp.

30

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

studi pustaka. Studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan data melalui

informasi yang tertera atau terdapat pada data-data sekunder. Data sekunder

tersebut kemudian didapat dari :

a. Studi Pustaka

Studi pustaka ini terdiri dari data yang diperoleh melalui buku, koleksi

perpustakaan, jurnal, situs resmi, berita, majalah dan lain-lain. Dalam

penelitian ini data didapat dari situs resmi yang memberikan informasi

terkait jumlah besaran bantuan ODA Jepang juga berita terkait bantuan

luar negeri ODA Jepang. Situs resmi tersebut diantaranya :

Situs resmi Kementrian Luar Negeri Jepang (MOFA)

Situs resmi Kedutaan Besar Jepang (emb-japan.go.jp)

Situs resmi badan penyalur bantuan luar negeri ODA Jepang

(JICA : jica.go.jp)

Koleksi perpustakaan digital yang didapat dari JSTORE

(jstore.org)

b. Studi Dokumentasi

Studi ini terdiri dari sumber-sumber yang tidak dipublikasikan secara

umum seperti dokumen-dokumen yang terdapat di Kedutaan Besar

Jepang untuk Indonesia dan dokumen yang dimiliki oleh Bappenas.

31

3.5 Teknik Analisis Data

Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

secondary analysis. Analisis data sekunder adalah analisis data yang sudah

tersedia sebelumnya atau juga disebut sebagai analisis ulang dari data yang

sudah ada. Miles dan Huberman membagi tahapan analisis pada analisis data

sekunder, ketiga tahapan itu diantaranya (Huberman, 1994 : 10) :

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Pada tahap ini terdapat beberapa proses diantaranya menyeleksi

data, memfokuskan data, menyederhanakan data, membuat abstrack

dari data itu sendiri dan mengubah data yang sudah ada yaitu

menghilangkan data jika terdapat data yang tidak diperlukan.

2. Penyajian Data (Display)

Pada tahap ini penyajian data membantu penulis untuk

memahami apa yang terjadi dan apa yang harus peneliti lakukan.

Penyajian data yang dapat peneliti lakukan pada tahap ini bisa

ditampilkan dalam bentuk grafik, bagan, matriks dan tabel.

3. Penarikan dan Kesimpulan (Conclusion and Verification)

Pada tahap ini, dilakukan secara seklias selama proses

penulisan. Penulis juga dapat menarik kesimpulan pada tahap ini yang

kemudian bisa digunakan untuk kepentingan penelitian selanjutnya

apabila kesimpulan itu dapat mendukung keberlangsungan penelitian.

32

IV. GAMBARAN UMUM

Gambaran umum pada penelitian ini berisikan tentang objek yang berada

dalam penelitian termasuk di dalamnya dua negara yang terlibat yaitu Jepang sebagai

pendonor atau negara pemberi bantuan luar negeri, Indonesia sebagai negara penerima

donor dan ODA sebagai kebijakan pemberian bantuan luar negeri Jepang ke

Indonesia. Gambaran umum objek penelitian pada bab ini dibagi menjadi dua subab

yaitu hubungan kerjasama Jepang dan Indonesia dan kerjasama ekonomi Jepang dan

Indonesia.

4.1 Hubungan Kerjasama Jepang dan Indonesia

Hubungan kerjasama yang terjalin antara Jepang dan Indonesia bisa

dikatakan sebagai hubungan kerjasama yang sudah lama dibangun. Jika

hubungan kerjasama antara kedua negara dihitung sejak tahun dibukanya

hubungan diplomatik Jepang dan Indonesia secara resmi pada 1958, maka saat

ini hubungan kerjasama Jepang dan Indonesia sudah memasuki enam puluh

tahun perjalanan. Meskipun awalnya kedatangan Jepang ke Indonesia pada

tahun 1942 adalah sebagai negara penjajah seperti Belanda menduduki

Indonesia, namun seiring berjalannya waktu yang juga berbarengan dengan

33

kalahnya Jepang pada Perang Dunia II di mana mengharuskan Jepang untuk

membayar biaya kekalahan perang, hubungan kerjasama yang dibangun Jepang

dengan Indonesia berubah dan bergerak ke arah yang lebih baik.

Kebijakan bantuan luar negeri ODA Jepang menjadi gambaran awal

juga sebagai manifestasi bagaimana hubungan kerjasama antara Jepang dengan

Indonesia dibangun ke arah yang lebih baik hingga saat ini. Selanjutnya pada

bab ini hubungan kerjasama Jepang dan Indonesia akan dibagi ke dalam

beberapa subab diantaranya : sejarah kerjasama Jepang dan Indonesia dan

Sejarah Bantuan Luar Negeri Jepang ke Indonesia.

4.1.1 Sejarah Kerjasama Jepang dan Indonesia

Jepang mulai masuk ke Indonesia pada tahun 1942 ketika pemerintah

Hindia Belanda menyerah tanpa syarat yang kemudian menyebabkan Jepang

dapat masuk ke Indonesia tanpa melalui perlawanan yang berat. Selanjutnya

pada subab ini akan dibagi beberapa periode bagimana sejarah kerjasama

Jepang dan Indonesia sejak 1942-sekarang. Berikut adalah beberapa periode

tersebut :

1. Periode 1942-1945

Pada periode ini, kedatangan Jepang ke Indonesia adalah sebagai

negara penjajah, saat itu Jepang tanpa perlawanan yang berat dapat

memasuki wilayah Indonesia sejak Belanda meninggalkan Indonesia.

Awalnya kedatangan Jepang ke Indonesia dianggap sebagai penyelamat

bagi rakyat Indonesia yang sudah bertahun-tahun hidup dibawah jajahan

34

pemerintah Belanda dan banyak memberikan penderitaan bagi rakyat

Indonesia, itulah mengapa rakyat Indonesia menganggap kedatangan

Jepang akan memberikan perubahan kebaikan bagi rakyat yang juga

menganggap Jepang sebagai saudara mereka, karena latar belakang Jepang

sebagai negara yang berada di kawasan Asia.

Saat itu ada tiga semboyan yang semakin memperkuat rakyat Indonesia

untuk percaya bahwa kedatangan Jepang ke Indonesia seperti harapan

mereka sebagai penyelamat mereka di masa penjajahan. Tiga semboyan

yang mereka percaya itu adalah Jepang Pemimpin Asia, Jepang Cahaya

Asia dan Jepang Pelindung Asia atau dikenal dengan semboyan 3A.

Namun seiring berjalannya waktu keberadaan Jepang di Indonesia

ternyata tidak lebih baik dari negara penjajah sebelumnya, yaitu Belanda.

Jika pada masa penjajahan Belanda rakyat Indonesia dipaksa untuk

melakukan kerja Rodi, pada masa penjajahan Jepang juga rakyat Indonesia

dipaksa untuk melakukan kerja paksa yang dinamakan Romusha. Romusha

adalah kerja paksa yang dilakukan di masa penjajahan Jepang di mana

rakyat Indonesia banyak dimanfaatkan tenaganya untuk digunakan dalam

pembangunan benteng-benteng yang digunakan untuk pertahanan militer

Jepang.

Di balik perlakuan buruk yang diterima oleh rakyat Indonesia pada

masa penjajahan Jepang, namun saat ini kita sebagai masyarakat Indonesia

masih bisa merasakan beberapa dampak positif yang ditinggalkan pada

masa penjajahan Jepang di Indonesia, dampak positif itu diantaranya :

35

A. Bidang Sosial Budaya

Saat Jepang menduduki Indonesia, mereka melakukan pembagian

tingkatan masyarakat di tingkat paling mendasar bagi yang sampai hari

ini kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari yang dikenal dengan

rukun tetangga yang sering disingkat dengan RT.

Adanya pendidikan SD, SMP hingga SMA di mana pada saat

penjajahan Jepang sekolah dasar (SD) dapat digunakan atau dimasuki

oleh masyarakat di Indonesia tanpa membedakan status sosial mereka.

Lalu diadakan sekolah menengah yang dibagi menjadi dua yaitu SMP

dan SMA.

Penggunaan bahasa Indonesia yang diperbolehkan pada masa

penjajahan Jepang untuk digunakan menjadi bahasa komunikasi,

bahasa pengantar dan bahasa resmi. Bahasa Indonesia pun kemudian

menjadi bahasa nasional Indonesia hingga saat ini.

B. Bidang Ekonomi

Dalam bidang ekonomi pada periode 1942-1945 belum terdapat adanya

kerjasama yang menguntungkan antara kedua belah pihak. Jika kerjasama

diartikan sebagai kegiatan yang menguntungkan kedua belah pihak, maka pada

periode ini kerjasama belum berjalan secara maksimal karena pihak yang

diuntungkan hanya pihak Jepang.

Dalam kegiatan ekonomi pada periode 1942-1945, Jepang

mengeluarkan kebijakan menekan angka produksi perkebunan dengan tujuan

agar produksi beras saja yang meningkat. Dalam hal mengambil alih

36

kedudukannya, Jepang juga mulai menutup pabrik-pabrik yang selama periode

tersebut beroperasi dan didirikan oleh Belanda. Selanjutnya Jepang juga

mengurangi dan memotong produksi gula yang selama ini menjadi sumber

mata pencaharian rakyat Indonesia.

Sebagai gantinya Jepang menawarkan rakyat Indonesia untuk bekerja

dengan Jepang atau mengikuti aturan Romusha. Saat itu rakyat Indonesia tidak

tahu bahwa Romusha berujung pada kerja paksa yang dilakukan oleh Jepang

terhadap rakyat Indonesia, yang mereka tahu mereka akan bekerja dengan

pihak Jepang dan mendapatkan upah sebagai pengganti tidak adanya pekerjaan

bagi mereka.

C. Bidang Keamanan dan Politik

Dalam bidang keamanan ada dua hal yang dibangun oleh Jepang di

masa penjajahannya di Indonesia, yaitu organisasi militer dan organisasi semi

militer.

1) Organisasi Militer

HEIHO

Heiho atau pasukan pembantu Jepang dibentuk pada 1942.

Pasukan ini terdiri dari pasukan angkatan darat maupun angkatan

laut dan memiliki tugas utama untuk melaksanakan pertahanan

militer.

PETA

Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia yaitu 1942-1945.

Jepang melalui kebijakannya sebagai negara penjajah membentuk

37

sebuah badan yang beranggotakan warga Indonesia yang memiliki

tujuan utama penugasannya adalah untuk membangun benteng-

benteng pertahanan Jepang. Badan itu bernama PETA (Pembela

Tanah Air). PETA. PETA awalnya dibentuk dengan tujuan untuk

membangkitkan rasa dan semangat patriotisme rakyat Indonesia

juga untuk menghimpun tenaga sukarela yang berasal dari rakyat

Indonesia untuk membantu memperkuat pasukan Jepang pada

Perang Asia Timur Raya.

PETA memiliki bagian-bagian kecil di dalamnya, diantaranya

TKR (Tentara Kemanan Rakyat), Tentara Keselamatan Rakyat dan

TRI (Tentara Republik Indonesia). Badan-badan ini kemudian

menjadi cikal bakal terbentuknya TNI (Tentara Nasional

Indonesia).

2) Organisasi Semi Militer

Seinendan

Seinendan adalah organisasi semi militer yang dibentuk oleh

Jepang pada tahun 1943 yang berpusat di Pulau Jawa. Seinendan

dibentuk dengan tujuan untuk mendidik dan melatih rakyat

Indonesia dalam menjaga dan mempertahankan tanah airnya.

Namun di sisi lain tujuan Jepang membentuk Seinendan sama

dengan apa yang dilakukan Jepang saat membentuk PETA.

Jepang membutuhkan pasukan cadangan yang dapat membantu

mereka dalam Perang Asia Timur Raya melawan Sekutu. Beberapa

38

tokoh pemuda yang lahir dari organisasi ini diantaranya Sukarni

dan Latif Hendradiningrat.

Keibodan

Keibodan adalah organisasi semi militer yang didirikan oleh

Pemerintah Jepang pada masa penjajahan di Indonesia. Keibodan

dibentuk dengan tujuan untuk membantu pemerintah Jepang dalam

mengatur lalu lintas dan pengamanan desa.

Fujinkai

Fujinkai adalah organisasi semi militer yang didirikan oleh

Pemerintah Jepang pada masa penjajahan di Indonesia. Hal yang

membedakan organisasi semi militer Fujinkai dengan organisasi

semi militer lain yang didirikan oleh Jepang adalah Fujinkai

merupakan organisasi semi militer yang diperuntukkan untuk

wanita. Tujuan dibentuknya Fujinkai adalah untuk meningkatkan

kesejahteraan dan dan kesehatan masyarakat.

Suishintai

Susihintai adalah organisasi semi militer yang dibentuk dengan

tujuan membantu Jepang dalam mempertahankan Indonesia.

Pemimpin Suishintai sendiri adalah Ir. Soekarno yang dibantu

dengan beberapa tokoh pemuda lain diantaranya R.P Suroso dan

Otto Iskandardinata.

39

Kaikyo Seinen Teishinti (Hizbullah)

Hizbullah adalah organisasi semi militer yang dibentuk oleh

pemerintah Jepang di mana berisikan sukarelawan dan pemuda-

pemuda islam. Hizbullah ini dibentuk untuk membantu tentara Dai

Nippon Jepang.

Di samping itu organisasi ini juga berada di bawah naungan

Masyumi di mana ketika mereka diharuskan untuk melakukan

peran sebagai rakyat Indonesia, maka mereka diwajibkan dan

ditugaskan untuk menyiarkan agama islam selama masa penjajahan

Jepang di Indonesia.

Lamanya waktu penjajahan yang dilakukan oleh Jepang di Indonesia memang

tidak selama yang dilakukan oleh Belanda. Pada Agustus 1945 Jepang menyerahkan

diri kepada sekutu karena saat itu Jepang harus mengambil keputusan bahwa dua kota

di negara mereka yaitu Nagasaki dan Hiroshima hancur akibat ledakan bom yang juga

berbarengan dengan kekalahan Jepang pada Perang Dunia II. Ketika Jepang

meninggalkan Indonesia, saat itu juga rakyat Indonesia mendesak untuk diumumkan

kemerdekaan secepat mungkin. Selanjutnya di sisi yang bersebrangan Jepang juga

kembali untuk menata dan membangun kembali negaranya menjadi negara yang

bangkit pasca kekalahan yang mereka alami di Perang Dunia II.

40

2. Periode 1946-1958

Periode ini merupakan awal bagaimana menariknya hubungan

kerjasama antara Jepang dan Indonesia dimulai secara resmi. Jika

sebelumnya pada periode 1942-1945 kerjasama yang dilakukan oleh

Jepang dan Indonesia tidak menguntungkan ke dua belah pihak, pada

periode ini, kerjasama yang dibangun oleh Jepang dan Indonesia sudah

memberikan keuntunngan yang tidak memberatkan secara sepihak.

Diawali pada tahun 1946 setelah Jepang meninggalkan Indonesia

karena harus memperbaiki dan membangun negaranya kembali, di tahun

1946 juga Indonesia membangun negara setelah setahun pasca

kemerdekaan. Kedua negara ini sama-sama membangun negaranya

masing-masing. Hingga di tahun 1954 untuk pertama kalinya Jepang

memberikan bantuannya ke Indonesia dalam bentuk pelatihan di bidang

industri, pertanian dan kesehatan (Embassy of Japan 2017). Bantuan yang

diberikan oleh Jepang ini saat hubungan resmi kerjasama antara Jepang dan

Indonesia belum diresmikan.

Seiring berjalannya waktu secara resmi sejarah kerjasama yang terjalin

antara Jepang dan Indonesia dimulai dari diresmikannya hubungan

bilateral atau hubungan diplomatik yang terjalin antara kedua negara

tersebut. Hubungan diplomatik Jepang dan Indonesia sendiri secara resmi

dibuka sejak April 1958. Adapun selanjutnya kerjasama yang dilakukan

oleh Jepang dan Indonesia pada periode ini dibagi ke dalam beberapa

bidang, diantaranya :

41

A. Bidang Sosial Budaya

Adanya poin perjanjian perdamaian yang ditandatangani dan tertera

pada MOU Perampasan Perang Indonesia – Jepang (MoU

Perampasan Perang, 1958:3). Hal ini kemudian menegaskan

kembali bahwa Jepang dan Indonesia adalah negara saudara satu

kawasan Asia.

Pada bidang sosial budaya tepatnya sejak tahun 1954 pemerintah

Jepang sudah membuka beasiswa Monbukagakusho bagi pelajar

Indonesia yang ingin menimba ilmu di Jepang.

B. Bidang Ekonomi

Pada periode 1946-1958 dituliskan pada penandatanganan MOU yang

dilakukan oleh Jepang dan Indonesia bahwa adanya poin yang

menjelaskan tentang penukaran nota-nota kerjasama ekonomi (MoU

Perampasan Perang, 1958:3).

Pada periode ini hubungan bilateral kedua negara terutama di bidang

ekonomi difokuskan terhadap upaya kedua negara untuk mencapai

penyelesaian pembayaran kompensasi perang sebagai landasan yang

digunakan Jepang untuk melanjutkan kerjasama ekonomi yang

berlanjut dengan Indonesia (Siti Daulah, 2013:3).

C. Bidang Keamanan dan Politik

Berdiri lembaga persahabatan yang bernama JAPINDA (Japan –

Indonesia Association) pada tahun 1950 yang beranggotakan Duta

42

Besar, Konsul Jenderal, Pejabat dan Pengusaha Jepang yang pernah

bertugas di Indonesia (Kemlu 2017).

Adanya kunjungan kepala negara pertama yang dilakukan oleh kedua

belah pihak, tepatnya kunjungan pertama yang dilakukan oleh Perdana

Menteri Jepang ke Indonesia yaitu Perdana Menteri Okazaki pada

tahun 1953 (Jamaludin & Trijoko, 2000:3).

Pada tahun 1957 kunjungan resmi petinggi negara juga kembali

dilakukan Jepang di Indonesia, saat itu Perdana Menteri Kishi

Nobosuke mengunjungi Indonesia dengan membawa misi

mempromosikan pemulihan ekonomi Jepang dan menyelesaikan

kewajiban Jepang dalam pembayaran resparasi akibat Perang Dunia II.

Pada tahun 1957 juga terdapat kunjungan kenegaraan yang dilakukan

oleh Menteri Luar Negeri Jepang, Fujiyama.

Penandatanganan Perjanjian Perdamaian antara Jepang dan Indonesia

di mana pada April 1958 di mana pada tahun yang sama juga

ditandangani pula Perjanjian Perampasan Perang (Kemlu 2017).

Perjanjian tersebut ditandatangani oleh Ir. Soekarno, G.A Maengkom

(Menteri Kehakiman) dan Subandrio (Menteri Dalam Negeri) .

Pada bidang keamanan dan politik baik Jepang dan Indonesia sama-

sama bergabung dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun

1950an. Indonesia bergabung menjadi anggota PBB ke-60 pada tahun

1950 (Kemlu 2017) sedangkan Jepang bergabung menjadi anggota

PBB Ke-80 pada 1956 (MOFA 2017).

43

Pada keikutsertaan Jepang dan Indonesia dalam PBB kedua negara

sama-sama berfokus pada tujuan menjaga perdamaian dan keamanan

dunia.

3. Periode 1959—1971

Berbeda dengan dua periode sebelumnya, pada periode ini kerjasama

yang dilakukan oleh Jepang dan Indonesia sudah mulai bisa terbaca dengan

jelas. Hal ini sejalan dengan bangkitnya atau dimulainya masa

pemerintahan Presiden Soeharto atau yang dikenal dengan masa orde baru.

Kerjasama yang dijalin antara kedua negara ini ditandai dengan Indonesia

sudah mulai menerima dana pinjaman dari pemerintah Jepang.

Adapun kerjasama-kerjasama yang dilakukan oleh Jepang dan

Indonesia diantaranya :

A. Bidang Sosial Budaya

Pada tahun 1962 Duta Besar Indonesia untuk Tokyo, Bambang

Sugeng meresmikan sekolah formal di Jepang (Kemlu.2017).

Sekolah itu adalah Taman Pendidikan Indonesia di Jepang

yang kemudian berganti nama menjadi SRIT (Sekolah

Republik Indonesia Tokyo).

Pada tahun 1962 juga didirikan OWIT (Organisasi Wanita

Indonesia di Tokyo).

Pada tahun 1963 dilaksanakan atau diresmikan pembukaan

jalur penerbangan antara Jepang dan Indonesia.

44

B. Bidang Ekonomi

Pada bidang ekonomi, Jepang di awal tahun-tahun Presiden

Soeharto menjabat menjadi negara yang menyelamatkan

ekonomi Indonesia dari hutang, inflasi dan penyusutan nilai

mata uang rupiah (Siti Daulah, 2013:6).

Pada periode ini juga mulai terjadi ketidakpastian pembayaran

biaya reparasi perang yang harus diselesaikan Jepang terhadap

Indonesia. Di tahun ke empat tepatnya pada 1962 pembayaran

reparasi ini meningkat menjadi US$ 39,52 Juta lalu kemudian

mengalami penurunan di tahun ke lima yaitu pada tahun 1963

(Jamaludin & Trijoko, 2000:6).

Terjalinnya hubungan kerjasama Jepang dan Indonesia di akhir

1970an dikatakan sebagai hubungan bilateral ekonomi yang

mapan, karena Jepang menjadi mitra dagang utama bagi

Indonesia. Saat itu beberapa barang menjadi komoditas utama

yang dijual ke Jepang diantaranya minyak dan sumber daya

alam.

C. Bidang Keamanan dan Politik

Pada tahun 1964 Jepang sebagai negara yang terus membangun

hubungan baik dengan Indonesia membantu menyelesaikan

permasalahan yang terjadi antara Indonesia dengan Malaysia.

Masalah ini bermula ketika Federasi Malaysia menginginkan

wilayah Brunei, Sabah dan Sarawak menjadi satu naungan di bawah

45

Persekutuan Tanah Melayu. Beberapa upaya yang dilakukan oleh

Jepang dalam membantu menyelesaikan masalah ini seperti

menjadi mediasi antara Presiden Soekarno dan Tengku Abdul

Rahman yang berlangsung pada 31 Mei-1 Juni 1963.

4. Periode 1972—1984

Pada periode ini hubungan kerjasama yang dibangun oleh Jepang dan

Indonesia sempat mengalami kondisi yang tidak mengenakan. Kondisi ini

terjadi pada tahun 1974. Saat itu rakyat Indonesia turun ke jalan

melakukan aksi penolakan terkait adanya dominasi pasar di Indonesia

yang banyak dikuasai oleh Jepang dan kejadian itu berbarengan dengan

kedatangan Perdana Menteri Jepang Kakuei Tanaka pada tanggal 14

sampai 17 Januari 1974.

Penyebab utama masyarakat turun ke jalan saat itu ialah penolakan

besar-besaran akibat kebijakan pemerintah yang dinilai akan menyebabkan

Indonesia bergantung pada asing terutama di bidang ekonomi. Saat itu

tuduhan masyarakat terhadap Jepang adalah Jepang mengambil alih lebih

dari 53% ekspor Indonesia yang sebagian besar adalah minyak, juga

menguasai 29% impor dari Indonesia (LIPI 2017).

Namun setelah adanya peristiwa Malari tersebut nyatanya tidak

membuat Jepang sebagai negara pendonor menghentikan kerjasama

maupun pemberian bantuannya terhadap Indonesia, meskipun di tahun

1974 jumlah bantuan yang diberikan oleh Jepang terhadap Indonesia

46

mengalami penurunan besaran, namun itu tidak membuat hubungan baik

yang terus kedua negara ini bangun berhenti begitu saja hingga saat ini.

Adapun beberapa kerjasama di berbagai bidang yang dibangun oleh

Jepang dan Indonesia pada periode ini diantaranya :

A. Bidang Sosial Budaya

Pada bidang sosial budaya tepatnya di tahun 1972 didirikan

sebuah forum yang bernama The Japan Foundation. Forum ini

berbentuk badan hukum yang bertujuan untuk mempromosikan

kegiatan pertukaran budaya antara Jepang dengan negara lain

khususnya Indonesia (Nugraha, 2017:2).

Pendirian forum ini tersebar di dua puluh tiga kantor di dua

puluh satu negara di dunia. Forum ini diterima baik oleh

masyarakat Indonesia terbukti dengan beberapa kegiatan yang

diselenggarakan di tiga kota besar di Indonesia yaitu Jakarta,

Yogyakarta dan Bandung.

B. Bidang Ekonomi

Pada tahun 1974 kondisi kerjasama ekomi yang dibangun

antara Jepang dan Indonesia sempat berada pada titik yang

tidak seimbang. Saat itu terjadi oligopoli produsen eksportir

mobil Jepang. Saat itu pemerintah melahirkan kebijakan

―Mobnas‖ atau mobil nasional dengan tujuan agar mobil yang

diproduksi dalam negeri sendiri bisa terjangkau harganya oleh

masyarakat Indonesia, sehingga menyebabkan Jepang sebagai

47

negara yang sudah lama mengekspor mobil ke Indonesia

mengalami penurunan penjualan (Endang, 1997:41).

Pada bidang ekonomi tepatnya pada tahun 1978 nilai ekspor

Indonesia ke Jepang tidak pernah berada pada angka di bawah

30%. Ekspor itu terdiri dari berbagai barang dan kebutuhan

seperti tembakau, bahan-bahan pelumas, bahan kimia dan

sumber daya mineral (Akrasanee, 1983:40-41).

C. Bidang Keamanan dan Politik

Pada bidang keamanan dan politik, Jepang mengeluarkan

kebijakan kemanan menyeluruh yang menyebar di seluruh kawasan

Asia Tenggara termasuk Indonesia. Kebijakan kemanan ini terkait

dengan pengamanan stok atau pasokan bahan energi. Selanjutnya

pada tahun 1974 Jepang membentuk forum Jepang-ASEAN yang di

dalamnya terdapat Indonesia sebagai negara anggota (Japan-

Indonesia Relations, 2004:172)

5. Periode 1985—1997

Pada periode ini hubungan kerjasama yang dijalin antara Jepang dan

Indonesia terus bergerak ke arah yang lebih baik. Bantuan-bantuan luar

negeri yang diberikan melalui kebijakan ODA Jepang juga terus mengalir

untuk Indonesia di sepanjang tahun tanpa berhenti. Adapun beberapa

kerjasama yang dilakukan oleh Jepang dan Indonesia di berbagai bidang

diantaranya :

48

A. Bidang Sosial Budaya

Pada bidang sosial budaya kerjasama yang dilakukan antara

Jepang dan Indonesia pada periode ini salah satunya adalah

dengan didirikannya Merah Putih-kai. Merah Putih-kai adalah

perkumpulan warga Jepang yang memiliki kecintaan terhadap

Indonesia yang didirikan pada tahun 1985 (PPKI Jepang

2017). Pertemuan ini sering mengadakan beberapa kegiatan

positif yang dikoordinir oleh PPI (Persatuan Pelajar Indonesia)

yang ada di Jepang.

Pada bidang sosial budaya kerjasama yang dilakukan oleh

Jepang dan Indonesia juga semakin meluas. Salah satunya

adalah kerjasama yang disebut dengan program sister city.

Program ini adalah kerjasama yang dilakukan oleh pemerintah

kota di satu daerah dengan pemerintah kota di luar negeri

dengan tujuan untuk menumbuhkan hubungan persahabatan

dan slaing pengertian antar bangsa. Pelaksanaan program ini di

Indonesia berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri

No. 3 Tahun 2008 (Peraturan Mendagri:2). Adapun beberapa

kota di Indonesia yang menjalankan program ini diantaranya :

1. Yogyakarta, Yogyakarta memulai program sister city

pada tahun 1985 dengan kota Kyoto. Setiap tahunnya

terdapat hari untuk memperingati kerjasama sister city

49

antara Yogyakarta dengan Kyoto, hari peringatan itu

dinamai dengan Jogja-Japan Week.

2. Medan, Medan memulai program sister city pada tahun

1989 dengan kota Ichikawa. Pada 25 tahun peringatan

kerjasama mereka, pemerintah Kota Medan menerima

kedatangan mahasiswa Ichikawa untuk melakukan

kunjungan ke Kota Medan.

3. Surabaya, Surabaya memulai program sister city pada

tahun 1997 dengan kota Kochi. Kerjasama kedua kota ini

tidak hanya terkait pertukaran budaya saja, namun juga

merambah ke sektor impor antara dua kota. Setiap

tahunnya kota Surabaya mengadakan perayaan

kerjasama mereka dengan mengadakan kegiatan bernama

Festival Tari Yasakoi.

B. Bidang Ekonomi

Pada bidang ekonomi kedua negara baik Jepang dan Indonesia

sama-sama bergabung pada forum dengan berbagai tujuan yang

sama. Beberapa forum yang diikuti oleh kedua negara pada periode

ini diantaranya :

APEC

APEC (Asia Pacific Economic Cooperation) adalah forum

kerjasama negara-negara di kawasan Asia Pasifik yang

bertujuan untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi. Beberapa

50

kebijakan yang dilahirkan dari forum ini diantaranya kebijakan

pengurangan tarif dan hambatan non tarif bagi negara-negara

di kawasan Asia Pasific. Indonesia dan Jepang sama-sama

bergabung dengan APEC pada 1989.

WTO

WTO (World Trade Organization) adalah organisasi yang

bergerak di bidang perdagangan internasional. WTO didirikan

pada tahun 1995 yang terdiri dari negara-negara dari seluruh

kawasan. Indonesia dan Jepang sama-sama menjadi anggota

WTO sejak tahun 1995.

ASEM

ASEM (Asia Europe Meeting) adalah forum yang dibentuk

oleh negara-negara di kawasan Asia dan Eropa yang fokus

terhadap isu pembangunan ekonomi, strategi pertahanan,

pendidikan dan budaya. Jepang dan Indonesia merupakan

kedua negara yang sama-sama bergabung pada forum ini sejak

tahun 1996.

ASEAN+3

ASEAN+3 adalah kerjasama yang dibangun negara-negara

anggota ASEAN dengan tiga negara sebagai mitra yang terdiri

dari Jepang, China dan Korea Selatan. Kerjasama yang

dibangun sejak tahun 1997 ini mencakup beberapa aspek

51

dalam bidang ekonomi diantaranya investasi, perdagangan,

perbankan, usaha kecil menengah, e-commerce dan pariwisata.

C. Bidang Politik dan Keamanan

Pada bidang politik dan keamanan beberapa kunjungan petinggi

Jepang dilakukan di Indonesia. Salah satunya adalah kunjungan

ynag dilakukan oleh Perdana Menteri Toshiki Koifu. Kunjungan ini

dilakukan pada tahun 1990 dan diterima oleh Presiden Soeharto,

pertemuan ini membahas tentang pinjaman luar negeri Indonesia

akibat kenaikan harga minyak bumi akibat Krisis Teluk.

6. Periode 1998—2010

Periode ini merupakan periode yang cukup panjang bagi hubungan

kerjasama Jepang dan Indonesia. Pada periode ini Indonesia mengalami

beberapa kali pergantian kepala negara terhitung sejak berakhirnya masa

orde baru atau reformasi di tahun 1998 yang juga bersamaan dengan

terjadinya krisi moneter. Selanjutnya hubungan kerjasama Indonesia

dengan Jepang juga melewati masa-masa diselenggarakannya pesta

demokrasi di Indonesia pada periode ini, yaitu pada tahun 2004 dan 2009.

Adapun beberapa kerjasama yang dilakukan oleh Jepang dan Indonesia

pada periode ini diantaranya :

A. Bidang Sosial Budaya

Pada bidang sosial budaya banyak yang dilakukan dalam

kerjasama yang dilakukan oleh Jepang dan Indonesia pada periode

ini. Dalam ranah sosial contohnya ketika Indonesia mendapati

52

serangan Avian Influenza Epidemic di tahun 2005. Jepang

membantu Indonesia dengan menyediakan peralatan medis untuk

uji laboratorium.

B. Bidang Ekonomi

Pada bidang ekonomi tepatnya pada tahun 1998 saat Indonesia

mengalami krisis moneter saat itu status Indonesia adalah

negara urutan ke tiga dalam kegiatan investasi yang dilakukan

oleh Jepang, namun karena terjadi peristiwa tersebut posisi

Indonesia turun pada posisi ke delapan.

Jepang dan Indonesia pada tahun 2008 sama-sama mengikuti

dan menjadi anggota dari G-20. G-20 adalah kelompok negara

dengan status perekonomian besar di dunia.

Jepang dan Indonesia sepakat menandatangani sebuah

perjanjian dagang pada tahun 2007. Perjanjian ini diberi nama

IJEPA (Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement).

Perjanjian ini memiliki tiga pilar utama, diantaranya :

peningkatan fasilitas industri, fasilitas perdagangan, investasi

dan penghapusan sebagian tarif bea masuk antar dua negara

(Kemlu 2017)

C. Bidang Keamanan dan Politik

Pada November 2007 Jepang dan Indonesia sepakat

menandatangani Memorandum Kerjasama Nuklir antara

Jepang dan Indonesia. Lingkup kerjasama penandatanganan ini

53

diantara lain pertukaran informasi, perencanaan dan promosi

pembangkitan nuklir dan pengembangan tenaga listrik bahan

bakar nuklir (Japan-Indonesia Relations:17).

Pada tahun 2011 Jepang dan Indonesia melakukan kerjasama

yang bergerak di bidang keamanan. Salah satu kerjasama yang

dilakukan oleh Jepang dan Indonesia adalah dengan

mengadakan pertemuan mengenai pemahaman yang

membahas sektor pertahanan, sektor keamanan dan juga

keamanan maritim. Kerjasama ini dikenal demham First

Political Military dan Fouth Political Military yang diadakan

pada November 2011 (Isu Aktual dan Strategis, Vol. IX No.2

:7).

7. Periode 2011— sekarang

Pada periode ini kerjasama Jepang dan Indonesia terus bergerak ke arah

yang lebih baik setiap harinya. Sebagai gambarannyadalam bidang

ekonomi bantuan luar negeri yang diberikan Jepang terus berjalan dan tidak

pernah berhenti, perjanjian yang disepakati oleh Jepang dan Indonesia juga

berjalan dengan baik dan tidak dihentikan oleh satu pihak, investasi yang

dilakukan Jepang dan Indonesia juga terus berjalan meskipun mengalami

status naik dan turun.

Adapun seecara lebih luas kerjasama yang dilakukan Jepang dan

Indonesia dibagi ke dalam berbagai bidang, diantaranya :

54

A. Bidang Sosial dan Budaya

Beberapa contoh kerjasama di bidang sosial budaya yang

dilakukan oleh Jepang dan Indonesia diantaranya :

Program pertukaran mahasiswa antara Jepang dan Indonesia

seperti forum The Japan –East Asia Network for Exchange for

Students and Youth.

Kerjasama pendidikan vokasi Jepang dan Indonesia. Hal ini

dilakukan dengan ditandatanganinya MoU antara SMTI

Yogyakarta dengan National Institute of Technology, Japan.

B. Bidang Ekonomi

Pada periode ini penulis akan mengambil satu contoh kerjasama

Jepang dan Indonesia yang terus berjalan ke arah yang baik.

Kerjasama itu adalah Investasi. Investasi menurut KBBI diartikan

sebagai penanaman uang atau modal atau proyek untuk tujuan

memperoleh keuntungan.

Dalam hal ini, Jepang dan Indonesia sebagai negara yang

menjalin hubungan bilateral yang baik sejak 1958 juga menjalankan

pola kegiatan ekonomi ini. Tercatat menurut data Kementrian

Perindustrian Republik Indonesia melalui BKPM (Badan

Koordinasi Penanaman Modal) jumlah investasi yang dilakukan

Jepang terhadap Indonesia terhitung tahun 2010-2015 terbagi

menjadi 94,8% investasi dilakukan atau terpusat di Pulau Jawa dan

55

5,19% tersebar di wilayah-wilayah seluruh Indonesia (Kemenperin

2017).

Menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal nilai

investasi yang dilakukan oleh Jepang di Indonesia terus mengalami

peningkatan sejak tahun 2010 sampai dengan 2015.

Tabel 4.1 : Jumlah Investasi Jepang di Indonesia

No nnnNo. Tahun Jumlah

(1) (2) (3)

1. 2010 US$ 713 Juta

2. 2011 US$ 1,5 Miliar

3. 2012 US$ 2,3 Miliar

4. 2013 US$ 4,7 Miliar

5. 2014 US$ 2,7 Miliar

6. 2015 US$ 2,8 Miliar

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal

Pada data tersebut hal menarik yang terjadi padainvestasi Jepang di Indonesia

ialah adanya penurunan investasi yang terjadi di tahun 2013 ke tahun 2014. Hal ini

sejalan dengan adanya penurunan jumlah bantuan luar negeri ODA Jepang ke

Indonesia yang juga terjadi pada tahun 2014 jika dilihat dari data tahun 2011 sampai

dengan 2015. Selanjutnya Jepang sebagai negara dengan nilai investasi besar di

Indonesia lebih memilih sektor manufaktur dalam kegiatan investasinya, hal ini

terbukti dengan besarnya peran Jepang dalam yang cukup tinggi pada kegiatan

industrialisasi di Indonesia terutama untuk industri otomotif.

Selanjutnya terdapat kerjasama Jepang dan Indonesia yang membahas

mengenai investasi dalam bidang industri baja. Investasi ini dikemas dalam Indonesia-

Japan Steel Dialog (IJSD).

56

C. Bidang Kemanan dan Politik

Adanya pertemuan yang sering disebut dengan two plus two.

Pertemuan ini membahas isu-isu regional kawasan juga

termasuk di dalamnya isu dan ancaman mengenai radikalisme

dan terorisme.

Didirikan forum maritim Indonesia-Jepang yang fokus

terhadap pengamanan laut dan mendorong pembangunan pulau

terpencil di Indonesia.

4.1.2 Sejarah Bantuan Luar Negeri

Kerjasama ekonomi ini dilakukan oleh Jepang terhadap Indonesia

diaplikasikan melalui kebijakan bantuan luar negeri yang bernama ODA

(Official Development Assistance). ODA sendiri dibagi menjadi tiga jenis

bantuan diantaranya : Pinjaman Yen, Dana Hibah dan Bantuan Kerjasama

Tekhnisi. Sejak tahun 1954 hingga saat ini Jepang tidak pernah berhenti

memberikan ketiga bantuan tersebut untuk Indonesia, walaupun pada

tahun-tahun tertentu jumlah bantuan yang diberikan oleh Jepang terhadap

Indonesia mengalami penurunan namun hal itu tidak menyebabkan

pemberian bantuan terhenti selama beberapa waktu.

Bantuan luar negeri saat ini sudah tidak lagi menjadi sebatas pemberian

yang diberikan oleh negara kaya terhadap negara berkembang atau negara

miskin. Lebih dari itu saat ini bantuan luar negeri menjadi salah satu

57

kebijakan, alat politik bahkan alat diplomasi yang dimiliki negara pendonor

untuk mencapai kepentingan negara mereka.

Bantuan luar negeri yang hingga saat ini menjadi kewajiban negara

kaya untuk membantu negara berkembang dan miskin memiliki beberapa

perubahan jenis pada beberapa periode. Perubahan-perubahan itu

dijelaskan oleh Carol Lancester dalam bukunya yang berjudul Foreign Aid

Diplomacy, Development, Domestic Politics. Lancester dalam bukunya

menuliskan lima fase periode yang membedakan jenis bantuan luar negeri.

Lima fase itu diantaranya (Lancester, 2007 : 25) :

1. Bantuan luar negeri sebelum 1945

Bantuan luar negeri sebelum 1945 memiliki 3 fase utama

diantaranya : penggunaan sumber daya publik yang digunakan untuk

bantuan atau pertolongan kemanusiaan, bantuan yang disediakan oleh

negara-negara besar di Eropa yang ditujukkan untuk perkembangan

negara jajahan mereka selama masa penjajahan dan bantuan tekhnik

yang bersifat terbatas yang disediakan oleh Amerika Serikat untuk

negara-negara Amerika Latin saat Perang Dunia II dimulai.

2. Bantuan luar negeri pada 1945-1970

Bantuan luar negeri pada fase ini dibagi menjadi beberapa bagian,

yaitu :

Bantuan yang dimulai oleh Amerika Serikat

Amerika Serikat mulai menyediakan bantuan luar negerinya

negara Asia ketika terjadi gelombang revolusi China. Bantuan

58

yang dimulai pada fase ini juga kemudian diikuti oleh Russia

yang juga mulai memberikan bantuan luar negeri untuk India

dan beberapa negara berkembang yang lain.

Bantuan yang dimulai di negara-negara Eropa dan Jepang

Bantuan di negara sosialis

Bantuan di negara-negara berkembang

3. Bantuan luar negeri pada 1970-1990

Bantuan luar negeri pada fase 1970-1990 lebih berfokus pada

bantuan yang bertujuan untuk mengembangkan infrastruktur dan

berfokus pada perkembangan suatu negara. Pada fase ini bantuan luar

negeri kemudian mengalami perkembangan ke arah yang lebih jauh,

yaitu yang terjadi di tahun 1970 sampai 1980. Pada fase 1970 sampai

1980 banyak bantuan luar negeri dari beberapa negara dialokasikan

untuk krisis besar yang saat itu sedang melanda, diantaranya krisis

minyak, krisis ekonomi, krisis makanan dan kelaparan.

4. Bantuan luar negeri pada 1990

Bantuan luar negeri yang diberikan pada fase ini mengalami

beberapa perubahan dikarenakan adanya pengaruh dari dua hal yaitu

demokratisasi dan globalisasi. Awal mula adanya perubahan bantuan

luar negeri pada fase 1990 diawali dengan berakhirnya Perang Dingin

dan menyatakan Russia mengalami kekalahan pada 1991. Selanjutnya

bantuan luar negeri yang diberikan pada fase ini bertepatan dengan

59

adanya gelombang globalisasi dan demokratisasi yang terjadi di

beberapa negara.

5. Bantuan luar negeri pada abad 21

Pada fase ini beberapa peristiwa terjadi dan menjadi

perbincangan dunia. Salah satunya adalah serangan terorisme yang

terjadi pada September 2001 yang kemudian mempengaruhi

bagaimana kebijakan para elit negara atau kebijakan politik luar negeri

dalam mempertimbangkan memberikan dukungan yang lebih tinggi

melalui pemberian bantuan untuk pembangunan satu negara seperti

yang dilakukan oleh negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat.

Pada fase ini juga mereka negara-negara pendonor mengaitkan

antara kemiskinan yang ada di beberapa negara gagal dengan peristiwa

atau serangan teroris yang terjadi. Mereka para negara pendonor dan

negara kaya mempertimbangkan bahwa pemberian bantuan yang

mereka berikan dapat dijadikan sebagai alat untuk mencegah terjadinya

konflik sosial dan runtuhnya negara.

Jika dilihat dari ke-lima perkembangan fase pemberian bantuan

yang ditulis oleh Lancester dalam bukunya di atas, bantuan luar negeri

ODA Jepang ke Indonesia mengalami dan memasuki empat dari

keseluruhan lima fase tersebut.

129

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dengan judul ―Motif Pemberian Bantuan Luar

Negeri ODA (Official Development Assistance) Jepang ke Indonesia tahun

2011-2015‖ maka beberapa kesimpulan yang diambil oleh penulis dalam

penelitian ini adalah :

1. Bantuan ODA Jepang yang diterima oleh Indonesia tahun 2011-2015

terdiri dari tiga jenis bantuan yaitu pinjaman Yen, dana hibah dan bantuan

kerjasama tekhnik. Selain itu bantuan luar negeri ODA Jepang ke

Indonesia pada 2011-2015 juga terus mengalami perkembangan ke arah

yang lebih baik, hal ini dibuktikan dengan berkembangnya jenis bantuan

hibah ODA Jepang yaitu hibah grassroots yang memberikan ruang kepada

organisasi, institusi hingga lembaga swadaya masyarakat yang bergerak

dalam isu kemanusiaan bisa menerima bantuan luar negeri ODA Jepang.

2. Terdapat empat motif dalam pemberian bantuan luar negeri ODA Jepang

ke Indonesia tahun 2011-2015. Tiga motif tersebut diantaranya motif

kemanusiaan, motif politik, motif ekonom dan motif kepentingan Jepang

atas rivalitas Jepang-China. Motif terkuat yang dapat disimpulkan dalam

penelitian ini adalah motif politik. Hal ini terlihat dari jenis pemberian

bantuan luar negeri ODA Jepang, jumlah bantuan ODA yang diterima

130

Indonesia dan pengalokasian bantuan luar negeri Jepang untuk Indonesia

yang berkaitan dengan tujuan poilitik Jepang di Indonesia.

3. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terkait motif politik

adalah penelitian ini mengaitkan adanya rivalitas Jepang dan China yang

terjadi saat ini dalam menarik hati pemerintah Indonesia. Sedangkan

penelitian lain menyebutkan beberapa motif politik yang dimiliki Jepang

adalah untuk tujuan meningkatkan prestise, memperluas pengaruh politik

dan untuk memberikan bantuan terkait kebebasan sipil.

6.2 Saran

Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan dalam penelitian ini

diantaranya :

1. Saran ini ditujukkan untuk kedua belah pihak, baik untuk Jepang sebagai

negara pendonor bantuan luar negeri maupun Indonesia sebagai negara

penerima donor. Saran pertama yaitu untuk Indonesia adalah untuk

mempertimbangkan pengajuan bantuan kerjasama dalam jenis yang lain

yang juga termasuk ke dalam jenis bantuan ODA Jepang dalam jumlah

yang seimbang atau lebih banyak. Hal ini bertujuan agar pengalokasian

bantuan yang diterima oleh Indonesia juga merata ke segala aspek tidak

hanya dalam satu aspek saja seperti aspek kemanusiaan.

2. Saran selanjutnya adalah dalam pengajuan peningkatan bantuan kerjasama

tekhnik juga harus berjalan beriringan dengan pengalokasian bantuan yang

131

dilakukan oleh Indonesia. Jika pada sebelumnya pengalokasian bantuan

dilakukan pada percobaan peningkatan keamanan sistem informasi pada

satu wilayah percobaan di Indonesia, maka untuk selanjutnya agar

penguatan sistem keamanan informasi yang menggunakan pengalokasian

bantuan ODA Jepang dalam bentuk kerjasama teknisi dapat dilakukan di

seluruh wilayah di Indonesia tanpa terkecuali.

3. Selain itu saran ditujukkan untuk bantuan dalam bentuk bantuan kerjasama

tekhnik yang diberikan oleh Jepang untuk Indonesia. Saran juga diberikan

penulis dalam pemberian bantuan hibah grassroots. Saran ini adalah untuk

memaksimalkan penyebarluasan informasi terkait bantuan hibah grassroots

agar lebih banyak organisasi sosial atau lembaga swadaya masyarakat yang

dapat mengajukan bantuanODA Jepang meskipun mereka berada di luar

wilayah yang mendapat akses lebih mudah untuk mengajukan bantuan

langsung ke perwakilan ODA Jepang di Indonesia.

4. Saran selanjutnya ialah saran untuk pemerintah Indonesia agar tidak

bergantung pada satu negara jika melakukan hubungan diplomatik, hal ini

akan membawa dampak bagi pemerintah Indonesia untuk tetap

menstabilkan posisi mereka dalam berbagai situasi ketika salah satu negara

mengalami kondisi terpuruk.

5. Terakhir saran yang diberikan penulis untuk peneliti selanjutnya karena

keterbatasan waktu dan akses yang dimiliki oleh penulis untuk lebih

menggali penelitian ini menjadi penelitian yang lebih maksimal dan dapat

digunakan untuk kepentingan selanjutnya

132

KETERBATASAN PENELITIAN

Penelitian ini telah diupayakan dilakukan dengan maksimal oleh penulis,

namun dalam proses pengerjaanya penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan

diantaranya :

1. Penelitian ini hanya memaparkan beberapa indikator yang terdapat dalam

setiap motif yang dikaji.

2. Adanya keterbatasan dalam mengakses data bantuan luar negeri ODA Jepang

yang diterima oleh Indonesia secara keseluruhan dan data bantuan luar negeri

ODA Jepang yang diberikan ke beberapa negara di kawasan Asia Tenggara.

3. Adanya keterbatasan dalam mengakses persetujuan atau MoU (Memorandum

of Understanding) yang dilakukan oleh Indonesia dan Jepang untuk mengkaji

poin-poin apa yang dapat mendukung berjalannya hubungan bilateral

Indonesia dan Jepang secara lebih jauh.

133

DAFTAR PUSTAKA

BUKU :

Adam, F. Geralds. 2008. ―Accelerating Japan’s Economic Growth‖. New York.

Routledge.

Alan Rix.1993. ―Japan Foreign Aid Policy Reform and Aid Leadership”. New

York. Routledge.

Burchill, Scott. 2005. ―The National Interest in International Relations Theory‖.

New York. Palgrave.

Jackson, Robert dan George Sorensen. 2013. “Introduction to International

Relations Theories and Approaches”. UK. Oxford.

Jamieson, D. 2005. ―Duties to the Distant; Aid, Assistance and Intervention‖

Kementrian Luar Negeri Jepang. 2011. ―Japan’s Foreign Policy in Major Global

Issues‖.

Lancester, Caol. 2007. ―Aid’s Puspose: a Brief history, dalam Foreign Aid:

Diplomacy, Development, Domestic and Politics”. London. The University of

Chicago Press.

Mauritz, A. 2011. “Ideas, Interests and Foreign Aid”. New York. Cambridge

University Press.

Miles, M.B. & Huberman, A.M. 1994. Qualitative Data Analysis. California.

Sage Publication

Riddell, Roger C. 2008. “Does Foreign Aid Work?”. Oxford: Oxford University

Press.

Robert Timmons, 2015. “The Globalization and Development Reader”. UK.

Blackwel Publishing.

Taffet F. Jeffery. 2007. “Foreign Aid as Foreign Policy”. New York. Routledge

134

Waltz, Kenneth. 1979. ―Theories of International Politics‖. Clifornia. Addison-

Wesly Publishing Company.

Zehfuss, Maja. 2002. ―Constructivisim in International Relations The Politics of

Reality‖. New York. Cambridge University Press.

JURNAL :

Apodaca, Clair. 2017. ―Foreign Aid as Foreign Policy Tool‖. Oxford University

Press.

Asplund Andre. 2015. ―Values vs Interest : Strategic use of Japanese Foreign Aid in

Southeast Asia‖. Journal Stockholm School of Economics.

Bahri, M. Mossadeq. 2008. ―International Aid for Development? An Overview

Japanese ODA to Indonesia‖. Jurnal Makara Sosial Humaniora, Vol.8 No.1.

Emilio, 2013. ―Japan and Southeast Asia : From Fukuda Doctrine to Abe’s Five

Principle‖. UNISCI Discussion Papers.

Furuoka, Fumitaka. 2007. “A History of Japan’s Foreign Aid Policy: From

Physical Capital to Human Capital”. University of Malaya.

Hossain, Basharat. 2014. ―The Effect of Foreign Aid on the Economic Growth of

Bangladesh‖. Journal of Economic and Development Studies, Vol 2 No.2.

Jain Purnendra. 2014. ―National Interest and Japan’s Foreign Aid Policy‖.

Kokusai Mondai International Affairs No. 637.

Jimantoro, Ronny. 2016. ―Analisis Penerapan Budaya Kerja Kaizen Pada PT

Istana Mobil‖. Jurnal Agora Vol. 4 No. 20.

Koga Kei. “Transgending the Fukuda Doctrine”. Centre for Strategic and

International Studies.

Nuri W. Veronica. 2014. ―Rivalitas Cina dan Jepang dalam Institusi Regional

Asia Timur‖. Kedeputian Bidang Koordinasi Luar Negeri Vol. 16 No. 1.

Rahmat, Saeful. 2009. ―Penelitian Kualitatif‖. Jurnal Equilibrium Vol 5 No.9.

135

Renshon, Jonathan. 2008. “The Theory and Practice of Foreign Policy Decision

Making‖. Harvard University. Political Psychology Vol. 29 No. 4.

Rusmila, Gumilar. 2005. ―Memahami Metode Kualitatif‖. Jurnal Makara Sosial

Humaniora Vol 9 No. 2.

Subagyo, Mujtahid. 2005. ―The ODA Reform : Its Impact on The Relationship of

Japan-Indonesia‖. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, Vol 2 No. 3.

Sunaga, Kazuo. 2004. ―The Reshaping of Japan’s Official Development

Assistance (ODA) Charter‖. Discussion Paper on Development Assitance No.

3.

Yanagihara, Toru. 2017. ―International Trends in Development Aid and Japan’s

ODA‖. Japan Digital Library.

SITUS RESMI :

World Bank Group. GDP Jepang 2016 diakses pada 29 November 2017 melalui

<https://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.MKTP.CD?end=2016&locatio

n=JP&start=2007>

Japan International Cooperation Agency. ―Japan’s ODA and JICA‖ diakses pada

9 Januari 2018 melalui

<https://www.jica.go.jp/english/about/oda/index.html>

Kedutaan Besar Jepang. ―Sejarah Bantuan ODA Jepang‖ diakses pada 5

Februari 2018 melalui

<http://www.id.embjapan.go.jp/oda/id/whatisoda_02.htm>

Kedutaan Besar Jepang. ―Tentang ODA‖ diakses pada 30 Januari 2018 melalui

<http://www.id.emb-japan.go.jp/oda/id/whatisoda_05.htm>

Kedutaan Besar Jepang. ―Press Release ODA Jepang di Indonesia tahun 2011‖

melalui

<https://www.id.emb-japan.go.jp/news2011.html>

Kedutaan Besar Jepang. ―Press Release ODA Jepang di Indonesia tahun 2012‖

melalui <https://www.id.emb-japan.go.jp/news2012.html>

Kedutaan Besar Jepang. ―Press Release ODA Jepang di Indonesia tahun 2013‖

136

melalui <https://www.id.emb-japan.go.jp/news2013.html>

Kedutaan Besar Jepang, ―Press Release ODA Jepang di Indonesia tahun 2014‖

melalui <https://www.id.emb-japan.go.jp/news2014.html>

Kedutaan Besar Jepang. ―Press Release ODA Jepang di Indonesia tahun 2015‖

melalui <https://www.id.emb-japan.go.jp/news2015.html>

Kementrian Luar Negeri Jepang ―Jumlah Dana ODA Jepang di Kawasan Asia

Tenggara‖ diakses melalui

<http://www.mofa.go.jp/policy/oda/data/index.html>

Kementrian Luar Negeri Jepang ―ODA Japan’s by Region‖ diakses pada 21

Januari 2018 melalui

<http://www.mofa.go.jp/policy/oda/page000009.htm>

BERITA :

―The Japan – China Infrastructure Battle is a Welcome Rivarly‖. Diakses pada 11

Oktober 2018 tersedia di

<https://asia.nikkei.com/Economy/The-Japan-China-infrastructure-battle-is-a-

welcome-rivalry>

―Indonesia – Jepang Saling Dukung Jadi Anggota DK PBB‖. Diakses pada 25

Oktober 2018 tersedia di

<https://dunia.tempo.co/read/519337/indonesia-jepang-saling-dukung-

jadianggota-dk-pbb/full&view=ok>

―Dalam Segala Hal Indonesia Sangat Penting Bagi Jepang‖. Diakses pada 25

Oktober 2018 tersedia di

<https://nusantaranews.co/dalam-segala-hal-indonesia-sangat-penting-bagi-

jepang/>

―Hariman Siregar dan Peristiwa Malari 1974‖. Diakses pada 30 Oktober 2018 tersedia

di

<https://www.pewarta-indonesia.com/berita/hukum/4094-hariman-siregar-dan-

peristiwa-malari-1974.pdf>