morfologi umum serangga

16
MORFOLOGI UMUM SERANGGA Oleh : Nama : Venthyana Lestary NIM : B1J012133 Rombongan : III Kelompok : 3 LAPORAN PRAKTIKUM ENTOMOLOGI

Upload: venthyana-lestary

Post on 06-Dec-2015

502 views

Category:

Documents


45 download

DESCRIPTION

ento

TRANSCRIPT

Page 1: MORFOLOGI UMUM SERANGGA

MORFOLOGI UMUM SERANGGA

Oleh :

Nama : Venthyana Lestary

NIM : B1J012133

Rombongan : III

Kelompok : 3

LAPORAN PRAKTIKUM ENTOMOLOGI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO

2015

Page 2: MORFOLOGI UMUM SERANGGA

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Serangga termasuk filum Arthropoda yaitu kelompok hewan yang

mempunyai kaki beruas-ruas, tubuh bilateral simetris dan dilapisi oleh kutikula yang

keras (exosceleton). Serangga digolongkan dalam kelas insecta (hexapoda), karena

memiliki 6 buah (3 pasang) kaki yang terdapat di dadaerah dada (thorax). Jumlah

kaki menjadi ciri khas serangga yang membedakannya dengan hewan lain dalam

phylum Arthropoda seperti laba-laba (arachnida), kepiting (decapoda), udang

(crustacea), lipan dan luwing (myriapoda), Kehidupan serangga sudah dimulai sejak

400 juta tahun (zaman devonian). Kira-kira 2 - 3 juta spesies serangga telah

terindentifikasi. Diperkirakan, jumlah serangga sebanyak 30-80 juta spesies yang

meliputi sekitar 50% dari keanekaragaman spesies di muka bumi. (Ahmad, 1995 ).

Serangga memiliki keanekaragaman luar biasa dalam ukuran, bentuk dan

perilaku. Kesuksesan eksistensi kehidupan serangga di bumi ini diduga berkaitan erat

dengan rangka luar (eksoskeleton) yang dimilikinya, yaitu kulitnya yang juga

merangkap sebagai rangka penunjang tubuhnya, dan ukurannya yang relatif kecil,

kemampuan terbang sebagian besar jenis serangga serta bentuk adaptasi dari

modifikasi alat mulutnya. Ukuran badannya yang relatif kecil menyebabkan

kebutuhan makannya juga relatif sedikit dan lebih mudah memperoleh perlindungan

terhadap serangan musuhnya. Serangga juga memiliki kemampuan bereproduksi

lebih besar dalam waktu singkat, dan keragaman genetik yang lebih besar. Dengan

kemampuannya untuk beradaptasi, menyebabkan banyak jenis serangga merupakan

hama tanaman budidaya, yang mampu dengan cepat mengembangkan sifat resistensi

terhadap insektisida (Jumar, 2000).

Serangga merupakan kelompok hewan yang dominan di muka bumi dengan

jumlah spesies hampir 80% dari jumlah total hewan di bumi. Dari 751.000 spesies

golongan serangga, sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia. Serangga di bidang

pertanian banyak dikenal sebagai hama. Sebagian bersifat sebagai predator,

parasitoid, atau musuh alami. Kebanyakan spesies serangga bermanfaat bagi

manusia. Sebanyak 1.413.000 spesies telah berhasil diidentifikasi dan dikenal, lebih

dari 7.000 spesies baru ditemukan hampir setiap tahun. Karena alasan ini membuat

serangga berhasil dalam mempertahankan keberlangsungan hidupnya pada habitat

Page 3: MORFOLOGI UMUM SERANGGA

yang bervariasi, kapasitas reproduksi yang tinggi, kemempuan memakan jenis

makanan yang berbeda, dan kemampuan menyelamatkan diri dari musuhnya

(McGavin, 2001).

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum morfologi umum serangga adalah menjelaskan

pembagian tubuh serangga secara umum, menjelaskan dan menunjukkan alat-alat

yang terdapat di daerah caput, thorax, dan abdomen serta membedakan serangga

jantan dan betina.

Page 4: MORFOLOGI UMUM SERANGGA

II. TINJAUAN PUSTAKA

Serangga (disebut pula Insecta) adalah kelompok utama dari hewan beruas

(Arthropoda) yang berkaki enam (tiga pasang); karena itulah mereka disebut pula

Hexapoda. Filum Arthropoda (dalam bahasa latin, Arthra = ruas , buku, segmen;

podos = kaki) merupakan hewan yang memiliki ciri kaki beruas, berbuku, atau

bersegmen. Segmen tersebut juga terdapat pada tubuhnya. Serangga ditemukan di

hampir semua lingkungan kecuali dilautan. Keluarga besar serangga (Insecta)

dikelompokan ke dalam 28 ordo yang masing-masing ordo memiliki ciri-ciri unik

yang membedakan antar mereka, Class Insecta terbagi menjadi dua subclass

berdasarkan keberadaan organ sayap yang memiliki, yaitu subclass Apterygota bagi

serangga yang tidak memiliki sayap dan subclass Apterygota bagi serangga-serangga

yang memiliki sayap. Insecta atau serangga mempunyai spesies yang paling banyak

jumlahnya di antara semua hewan. Jumlah spesies Class Insecta dapat mencapai

675.000 spesies (Gullan & Cranston, 2005).

Tubuh serangga secara umum terdiri atas tiga bagian, yaitu kepala, thorax

(dada dan punggung), dan abdomen (perut). Di kepala terdapat sepasang antena

sebagai alat peraba dan pencium, sepasang mata faset, 1-3 oseli untuk menerima dan

membedakan cahaya, serta mulut yang dilengkapi dengan labrum (bibir muka),

sepasang mandibula (rahang muka), sepasang maksila(rahang belakang), dan labium

(bibir belakang). Thorax terbagi atas tiga ruas, tiap ruas berkaki sepasang, dan pada

ruas kedua dan ketiga masing-masing terdapat sepasang sayap. Abdomen tediri atas

sebelas ruas, di bagian ujung biasanya terdapat 1-3 bulu pendek atau panjang yang

dinamakan sersi (Bidau, 2014).

Morfologi eksternal serangga (kelas Insecta) adalah mandibulata paling

istimewa karena mereka dapat dicirikan oleh tubuh mereka dibagi menjadi kepala,

dada, dan perut, kebanyakan dewasa memiliki sayap, memiliki sepasang antena, dan

mereka memiliki tiga pasang kaki. Kepala adalah daerah yang paling penting untuk

persepsi sensorik, termasuk mata (mata majemuk besar terletak di kepala

dorsolateral, juga memiliki mata yang paling sederhana, oseli, di atas dan di antara

mata majemuk); antena menerima penciuman, pendengaran, dan rangsangan (Borror,

2005).

Serangga memiliki skeleton yang berada pada bagian luar tubuhnya

(eksoskeleton). Rangka luar ini tebal dan sangat keras sehingga dapat menjadi

Page 5: MORFOLOGI UMUM SERANGGA

pelindung tubuh, yang sama halnya dengan kulit kita sebagai pelindung luar. Pada

dasarnya, eksoskeleton serangga tidak tumbuh secara terus-menerus. Pada tahapan

pertumbuhan serangga eksoskeleton tersebut harus ditanggalkan untuk

menumbuhkan yang lebih baru dan lebih besar lagi (Campbell et al., 2003).

Sebelah kiri dan kanan bawah ruas-ruas thorax dan abdomen terdapat lubang

kecil atau spirakel, yang berhubungan dengan saluran trakea sebagai alat pernapasan.

Serangga umumnya berkelamin terpisah, sehingga terdapat jantan dan betina. Bentuk

serangga jantan dan betina umumnya sama, tapi terdapat juga yang berbeda seperti

kumbang kelapa atau Xylotrupes gideon, yaitu kumbang jantan memiliki tanduk

sementara yang betina tidak. Ada pula perbedaan dalam ukuran tubuh, pada

umumnya serangga jantan berukuran lebih kecil (Borror, 2005).

Page 6: MORFOLOGI UMUM SERANGGA

III. MATERI DAN METODE

A. Materi

1.1. Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum morfologi umum serangga adalah

botol, dan pinset.

1.2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum morfologi umum serangga adalah

kloroform, formalin, dan belalang kayu (Valanga nigricornis).

B. Metode

Alat dan bahan dipersiapkan

Belalang kayu dimatikan dengan cara memasukkannya ke dalam botol

yang berisi campuran kloroform : formalin (1:1)

Belalang kayu diambil lalu diamati morfologinya

Morfologi belalang kayu diidentifikasi dan digambar

Page 7: MORFOLOGI UMUM SERANGGA

1

23

5

4

6

7

8

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 4.1. Belalang Kayu (Valanga nigricornis)

Keterangan:

1. Caput

2. Antenna

3. Thorax

4. Abdomen

5. Mata faset

6. Femur

7. Sayap eksternal

8. Tarsus

Page 8: MORFOLOGI UMUM SERANGGA

B. Pembahasan

Secara morfologi, tubuh serangga dewasa dapat dibedakan menjadi tiga bagian

utama. Ketiga bagian tubuh serangga dewasa adalah kepala (caput), dada (thorax),

dan perut (abdomen). Caput merupakan sebuah konstruksi yang padat dan keras dan

terdapat beberapa suture yang menurut teori evolusi caput tersebut terdiri dari empat

ruas yang mengalami penyatuan. Thorax terdiri dari tiga ruas yang jelas terlihat,

sedangkan abdomen terdiri dari 11 ruas. Caput merupakan kepala serangga yang

berfungsi sebagai tempat melekatnya antena, mata majemuk, mata oseli, dan alat

mulut. Berdasarkan posisinya kepala serangga dibagi menjadi tiga, yaitu

hypognathous, prognathous, dan ephistognathous. Hypognathous yaitu apabila alat

mulutnya menghadap ke bawah, contoh serangganya adalah belalang Acrididae;

prognathous yaitu apabila alat mulutnya menghadap ke depan, contoh serangganya

adalah kumbang Carabidae; dan ephistognathous adalah apabila alat mulutnya

menghadap ke belakang, contoh serangga adalah semua serangga ordo Hemiptera.

Menurut Romoser dan Stoffolano (1998), morfologi tubuh serangga dewasa

dapat dibedakan menjadi tiga bagian utama yaitu (Romoser & Stoffolano, 1998).

a) Kepala (caput)

Kepala merupakan bagian depan dari tubuh serangga dan berfungsi untuk

pengumpulan makanan dan manipulasi, penerima rangsang dan otak (perpaduan

syaraf). Struktur kerangka kepala yang mengalami sklerotisasi disebut sklerit.

Sklerit-sklerit ini dipisahkan satu sama lain oleh sutura yang tampak sebagai alur.

Kutikula pada kepala mengalami penonjolan ke arah dalam, membentuk rangka

kepala bagian dalam, yang disebut tentorium (Keil, 1997).

Kepala (caput) serangga terdiri dari 6 ruas (segmen). Di kepala tersebut

terdapat mata, antena, dan mulut. Satu pasang mata majemuk yang terletak di kiri-

kanan kepala. Mata majemuk terdiri dari beberapa puluhan atau ratusan bahkan

ribuan kesatuan mata faset menyerupai lensa yang berbentuk heksogonal, tergantung

dari jenis serangga. Serangga yang belum dewasa (larva atau nimfa) maupun yang

telah dewasa terdapat mata ocellus (mata sedarhana). Mata ini berukuran kecil. Satu

pasang antenna sebagai alat perasa. Dengan antenna, serangga dapat mengetahui

keberadaan makanan, arah perjalanan, pasangan, bahaya, dan dapat mengadakan

hubungan dengan sesamanya. Alat-alat tambahan yang terdapat pada daerah caput

diantaranya seperti frons (bagian depan caput tempat di mana mata oseli berada),

Page 9: MORFOLOGI UMUM SERANGGA

vertek (daerah antara kedua mata faset), klipeus (daerah di bawah frons di atas

labrum), dan gena (segmen di bawah mata faset) (Keil, 1997).

b) Dada (thorax)

Dada (thorax) terdiri atas 3 segmen yaitu prothorax (anterior) adalah bagian

depan dari thorax dan sebagai tempat atau dudukan bagi sepasang tungkai depan,

mesothorax (tengah) bagian tengah dari thorax dan sebagai tempat atau dudukan bagi

sepasang tungkai tengah dan sepasang sayap depan dan metathorax (posterior)

bagian belakang dari thorax dan sebagai tempat atau dudukan bagi sepasang tungkai

belakang dan sepasang sayap belakang. Tiap-tiap segmen tertutup oleh eksokeleton,

di bagian dorsal disebut tergum, di sisi lateral disebut pleura, dan di bagan ventral

disebut sternum (Romoser & Stoffolano, 1998). Prothorax terhubung ke kapsul

kepala melalui membran serviks. Pada prothorax juga terdapat dua sklerite serviks

lateral atau laterocervicalia. Dalam bentuk umum, metathorax menyerupai

mesothorax, yang hanya sedikit lebih pendek. Deskripsi dari mesothorax juga

berlaku untuk metathorax, dengan pengecualian bahwa metathorax lebih pendek dan

gemuk daripada mesothorax (Wipfler et al., 2015). Mesothorax dan metathorax

masing-masing terdapat sepasang sayap. Sayap pada segmen mesothorax merupakan

sayap anterior dan disebut tegmina atau elytra. Istilah tegmina digunakan untuk

sebutan sayap anterior dari anggota Orthoptera (contohnya belalang), sedangkan

elytra digunakan untuk sebutan sayap anterior anggota ordo Coleoptera (contonya

kumbang). Sayap pada segmen metathorax merupakan sayap posterior. Serangga

adalah binatang tidak bertulang belakang yang mempunyai sayap jumlah sayapnya

bermacam-macam. Beberapa serangga hanya mempunyai sepasang sayap, misalnya

lalat (Romoser & Stoffolano, 1998).

c) Perut (abdomen)

Perut serangga terdiri dari 11 atau 12 ruas. Perut tidak mempunyai kaki seperti

pada bagian dada. Ruas perut yang terakhir (ke-11) terdapat tambahan ruas yang

disebut cercus (kata jamak cerci). Wujudnya berupa sepasang ruas yang sedarhana,

menyerupai antenna. Cercus yang sangat panjang menyerupai ekor. Cercus yang

panjang jumlahnya 2 atau 3, misalnya pada lalat sehari. Ada pula cercus

yang berbentuk seperti catut (kakatau), misalnya pada cocopet (Dermaptera).Segmen

perut yang ke-12 disebut telso atau periproct. Segmen tersebut tidak pernah ada

tambahan (appendages). Alat-alat di daerah abdomen antara lain sersi, epiprok,

paraprok, dan ovipositor. Pada telson terdapat lubang untuk buang kotoran (anus).

Page 10: MORFOLOGI UMUM SERANGGA

Alat reproduksi betina terletak di antara ruas ke tujuh dan ke delapan pada batas

belakang ruang .perut yang ke sembilan yang terletak pada permukaan bawah

(ventral) (Borror, 2005).

Berikut ini merupakan klasifikasi dari belalang kayu menurut Jasin (1989) :

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Class : Insecta

Ordo : Orthoptera

Family : Acrididea

Genus : Valanga

Species : Valanga nigricornis

Page 11: MORFOLOGI UMUM SERANGGA

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa,

1. Pembagian tubuh serangga secara umum yaitu caput, thorax dan abdomen.

2. Alat-alat yang terdapat di daerah caput adalah satu pasang mata faset, mata oseli,

satu pasang antenna, dan alat mulut serta alat tambahan seperti frons, vertek,

klipeus, dan gena. Alat-alat pada thorax yaitu satu pasang kaki pada tiap segmen,

satu pasang sayap pada mesothorax dan metathorax. Alat-alat di daerah abdomen

antara lain sersi, epiprok, paraprok, dan ovipositor.

3. Serangga betina memiliki ovipositor pada bagian abdomen untuk meletakkan telur

sedangkan serangga jantan tidak memiliki ovipositor.

B. Saran

Sebaiknya pada saat praktikum masing-masing praktikan diberi preparat agar lebih paham tentang morfologi dari serangga.

Page 12: MORFOLOGI UMUM SERANGGA

DAFTAR REFERENSI

Ahmad, I. 1995. Entomologi dan Teknologi Pengendalian Serangga Hama yang Berwawasan Lingkungan. Bandung: ITB.

Bidau, C.J. 2014. Patterns in Orthoptera biodiversity. II. The cultural dimension. Journal of Insect Biodiversity, 2(21): 1-15.

Borror. 2005. Study of Insect. Ed-7. America: Thomson Brook/Cole.

Campbell, N.A., J.B. Reece & L.G. Mitchell. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Gullan, D. J. & Cranston P. S. 2005. The Insects: An Outline of Entomology. UK: Blackwell Publishing Ltd.

Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Surabaya: Sinar Wijaya.

Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Jakarta: Rineka Cipta.

Keil, T.A. 1997. Functional Morphology of Insect Mechanoreceptors. Microscopy Research And Technique, 39: 506–531.

McGavin, G.C. 2001. Essential Entomology; An Order by Order Introduction. New York: Oxford University Press.

Romoser, W.S. & J.G. Stoffolano. 1998. The Science of Entomology. Boston: McGraw Hill.

Wipfler, B., R. Klug, S. Ge, M. Bai, J. Gobbels, X. Yang & Thomas Hornschemeyer. 2015. The thorax of Mantophasmatodea, the morphology of flightlessness, and the evolution of the neopteran insects. Cladistics, 31: 50–70.