laporan serangga

22
LAPORAN PRAKTIKUM BIOSISTEMATIK HEWAN SERANGGA Nama : Nur Sadrina Ghaisani Rahayu NIM : 1147020047 Kelompok : 6 Kelas : 3 B Nama Asisten : Gaestro Orly Haryono Nama Dosen : Bahiyah M.si Tanggal Praktikum ; Rabu, 30 September 2015 Tanggal Pengumpulan : Jum’at, 16 Oktober 2015 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

Upload: nur-sadrina-ghaisani-rahayu

Post on 05-Dec-2015

295 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Laporan identifikasi anatomi terdap tawon, kecoa, dan belalang

TRANSCRIPT

Page 1: laporan serangga

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOSISTEMATIK HEWAN

SERANGGA

Nama : Nur Sadrina Ghaisani RahayuNIM : 1147020047Kelompok : 6Kelas : 3 BNama Asisten : Gaestro Orly HaryonoNama Dosen : Bahiyah M.siTanggal Praktikum ; Rabu, 30 September 2015Tanggal Pengumpulan : Jum’at, 16 Oktober 2015

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2015

Page 2: laporan serangga

I. PENDAHULUAN

A. Tujuan :

Memahami arti identifikasi serangga serta mengetahui cara-cara

identifikasi secara morfologi dengan menggunakan kunci identifikasi baik

secara manual maupun multimedia.

B. Dasar Teori

Serangga atau insecta merupakan kelompok utama dari hewan beruas

(arthropoda) yang bertungkai kaki enam (tiga pasang), karena itulah mereka

disebut pula hexapoda (dari bahasa Yunani) yang berarti berkaki enam. Kajian

mengenai kehidupan serangga disebut etomologi. Serangga termasuk kedalam

kelas insecta yang dibagi menjadi 29 ordo, antara lain diptera (misalnya lalat),

coleoptera (misalnya kumbang), hymenoptera (misalnya semut, lebah,dan

tabuhan), dan lepidoptera (misalnya kupu kupu dan ngengat).

Kelompokapterigota terdiri dari empat ordo karena semua serangga dewasa tidak

memiliki sayap, dan 25 ordo lainnya termasuk kedalam kelompok pterigota

karena memiliki sayap. Serangga merupakan hewan beruas dengan tigkat adaptasi

yang sangat tinggi. Ukuran serangga relatif kecil dan pertama kali sukses

berkombinasi di bumi. Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat

adaptasi yang sangat tinggi. Ukuran serangga relatif kecil dan pertama kali sukses

berkolonisasi di bumi. Ciri-ciri klas Insecta yaitu tubuh terbagi menjadi 3 bagian

(kepala, thoraks, abdomen), mempunyai sepasang antenna, kaki 3 pasang,

mempunyai sepasang/ 2 pasang sayap dan lat mulut terdiri dari: sepasang

mandibula, sepasang maxilla, labium dan hypopharing (Borror, 2002).

Lebih dari 800.000 spesies insekta sudah ditemukan. Terdapat 5.000

spesies bangsa capung (Odonata), 20.000 spesies bangsa belalang (Orthoptera),

170.000 spesies bangsa kupu-kupu dan ngengat (Lepidoptera), 120.000 bangsa

lalat dan kerabatnya (Diptera), 82.000 spesies bangsa kepik (Hemiptera), 360.000

Page 3: laporan serangga

spesies bangsa kumbang (Coleoptera), dan 110.000 spesies bangsa semut dan

lebah (Hymenoptera). Ordo Othoptera termasuk herbivora, namun ada beberapa

spesies sebagai predator. Tipe mulut dari ordo ini adalah tipe pengunyah. Ciri

khas yang dapat dijumpai yaitu sayap depan lebih keras dari sayap belakang.

Ordo Othoptera termasuk herbivora, namun ada beberapa spesies sebagai

predator. Tipe mulut dari ordo ini adalah tipe pengunyah. Ciri khas yang dapat

dijumpai yaitu sayap depan lebih keras dari sayap belakang. Ordo Hemiptera

memiliki tipe mulut penusuk dan penghisap. Ada beberapa yang menghisap darah

dan sebagian sebagai penghisap cairan pada tumbuhan. Sebagian besar bersifat

parasit bagi hewan, tumbuhan, maupun manusia. Ordo ini banyak ditemukan di

bagian bunga dan daun dari tumbuhan, kulit pohon, serta pada jamur yang busuk.

Umumnya serangga mengalami metamorfosis sempurna, yaitu siklus hidup

dengan beberapa tahapan yang berbeda, telur, larva, pupa, dan imago. Beberapa

ordo yang mengalami metamorfosis sempurna adalah lepidoptera, diptera,

coleoptera, dan hymenoptera. Peristiwa larva meninggalkan telur disebut dengan

eclosion, setelah eclosion serangga yang baru ini dapat serupa atau mirip sekali

dengan induknya. Pertumbuhan tubuh dikendalikan dengan menggunakan acuan

pertambahan berat badan, misalnya dalam bentuk tangga dimana pada setiap

tangga digambarkan oleh lepasnya kulit lama (exavium), dimana proses ini

disebut molting. Karena itu pada setiap tahapan, serangga tumbuh sampai dimana

pembungkus luar menjadi terbatas pada setiap tahapan, serangga tumbuh sampai

dimana pembungkus luar menjadi terbatas, setelah ditinggalkan lagi dan

seterusnya sampai sempurna (Suin,2007).

Serangga berkembang dari telur yang terbentuk didalam ovum.

Serangga betina memiliki kemampuan dalam bereproduksi dalam keadaan normal

dengan mengeluarkan telur. Oleh karana itu dapat dimengerti mengapa serangga

dapat dengan cepat berkembangbiak. Masa perkembangan serangga keluar

(menetas) dari telur dinamakan perkembangan pasca embrionik. Perubahan

Page 4: laporan serangga

bentuk atau ukuran serangga yang berlangsung selama perkembangan pasca

embrionik dinamakan metamorfosis. Walaupun serangga berkembang dari telur,

namun tidak semua serangga meletakkan telurnya. Sesungguhnya reproduksi

dapat terjadi dari telur yang tidak mengalami pembuahan (Putra, 2004).

Serangga dapat ditemukan dimana mana. Cara mengumpulkan

seranggapun bermacam macam tergantung pada maksud dan tujuannya. Jika kita

bermaksud membuat daur atau siklus hidupnya, maka kita harus mengumpulkan

mulai dari telur, nimfa atau pupa, dan imago (dewasa). Jika kita bermaksud

mengumpulkan serangga terbang, maka kita harus membawa jaring atau jala

udara (butterfly net). Jika kita ingin mengumpulkan kupu-kupu atau

mengumpulka ulat, pupa, atau mengumpulkan nimfa maka kita perlu membawa

pinset, serta penyimpanan sementara yang tertutup rapat. Lain lagi jika kita ingin

mengumpulkan serangga tanah, maka kita perlu membawa cangkul kecil serta

peralatan bantu lainnya (Johnson,2005)

II METODE PENELITIAN

A. Alat dan Bahan

B.

B.

B.

B.

B.

B.

Cara Kerja

No Alat Jumlah Bahan Jumlah

1 Baki Plastik 1 Buah Tawon 1 Ekor

2 Kaca

Pembesar

1 Buah Kecoa 1 Ekor

3 Insect net 1 Buah Belalang 1 Ekor

4 Kompas 1 Buah

5 Toples 1 Buah

Page 5: laporan serangga

- Disiapkan

- Diambil di area pasca sarjana UIN Bandung

- Dicatat letak geografis tempat ditemukannya spesimen berdasarkan garis lintang dan garis bujur

- Dikumpulkan spesimen - Diidentifikasi morfologinya dengan

bantuan alat- Dicocokkan dengan kunci

identifikasi

III. Hasil

Gambar Hasil Pengamatan Literatur Keterangan

Gambar 1

Morfologi Tawon Pinggang Benang

Ammpohila sabulosa(Dok.pribadi,2015)

Gambar 2

Morfologi Tawon Pinggang Benang

Ammpohila sabulosa(Alan, 2004)

Alat dan Bahan

Identifikasi jenis tawon, kecoa, dan belalang

Spesimen

Page 6: laporan serangga

Gambar 3

Morfologi bagian bawahKecoa

Periplaneta Americana (Dok. pribadi,2015)

Gambar 4

Morfologi bagian bawahKecoa

Periplaneta Americana (Sjahrir, 2008)

Gambar 5

Morfologi BelalangDissosteira Carolina (Dok.pribadi,2015)

Gambar 6

Morfologi BelalangDissosteira Carolina

(Rian, 2015)

IV. PEMBAHASAN

Dalam praktikum kali ini dilakukan pengamatan terhadap beberapa

hewan insecta atau serangga, yaitu tawon pinggang benang

(Ammpohilasabulosa), Kecoa (Periplaneta Americana), dan belalang

(Dissosteira Carolina).

Pengamatan pertama dilakukan pada tawon pinggang benang yang

ditemukan diwilayah belakang gedung pasca sarjana UIN Bandung 3300

Barat Laut. Menurut Hala (2007) klasifikasi dari tawon tersebut adalah :

Kingdom : Animalia

Page 7: laporan serangga

Phylum : Arthropoda

Class : Insecta

Order : Hymenoptera

Family : Sphecidae

Subfamily : Ammophilinae

Genus : Ammophila

Species : Ammophila Sabulosa

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, teramati bentuk tubuh tawon

yang ramping memanjang berwarna dominan hitam dan garis oranye

dengan bagian pinggang yang menyatukan bagian kepala dengan bagian

belakang tubuh berupa pinggang dengan ukuran lebih kecil dari bagian

tubuh lainnya dan memanjang seperti benang. Oleh sebab itulah spesies

tersebut disebut dengan tawon pinggang benang. Hal tersebut sesuai

dengan pendapat Suwandi (2011), tawon memiliki tubuh yang mudah

dikenali dibandingkan dengan kelas serangga lainnya, tubuhnya terbagi

menjadi 3 bagian utama: kepala, thorax, dan abdomen. Ciri khas utama

tawon adalah adanya pinggang berukuran ramping yang menghubungkan

bagian dada dengan perutnya sehingga tubuhnya bisa menekuk dengan

mudah.

Tawon yang diamati memiliki antena berukuran tidak terlalu panjang

dengan segmen pada antena tersebut. Tipe antena tersebut yaitu clavate

yang berfungsi sebagai navigasi dan bagian yang peka terhadap

rangsangan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mila (2005), bahwa

Bagian yang terdapat di kepala tawon adalah sepasang antena yang

berbuku-buku untuk mendeteksi rangsangan kimia.

Pada tawon yang diamati, terlihat pula sepasang mata majemuk dan

teridentifikasi mulut dengan tipe mengunyah dan menjilat seperti pada

lebah. Tipe mulut tersebut disesuaikan dengan caranya mencari makan

Page 8: laporan serangga

yaitu dengan menghisap nektar pada bunga. Labellum, glosssa, labial palp,

galea, mentum, serta maxillary palp dapat teramati dengan jelas pada

tawon tersebut. Bagian glaea dan maxillary palp pada mulut tawon dengan

sokongan mandibula difungsikan sebagai alat untuk menjepit mangsanya,

mencabut serat kayu, atau membunuh serangga lain, hal tersebut

dikarenakan selain untuk menghisap nektar mulut pada tawon juga

memiliki variasi rahang untuk menunjang kebutuhan dan pertahanan

hidupnya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mila, (2005) bahwa Tawon

memiliki sepasang rahang bawah (mandibula) yang bisa digunakan untuk

berbagai aktivitas seperti menjepit benda, mencabut serat kayu, dan bahkan

untuk membunuh serangga lain.

Pada bagian kaki tawon, dapat teramati dengan jelas tiga pasang kaki

berwarna hitam dengan ukuran kaki yang paling dekat dengan bagian

kepala berukuran lebih kecil dibandingkan dua pasang kaki lainnya. Tipe

kaki tawon tersebut berupa tipe cursorial yang berfungsi untuk berlari,

meskipun tawon tersebut memiliki sayap untuk terbang, namun karena

tawon memiliki sarang di tanah maka ketika berada pada permukaan tanah

tersebut kaki tawon dapat difungsikan sebagaimana fungsinya. Kaki

tersebut bersegmen dan terdapat rambut yang memungkinkan tawon

tersebut dapat melekat dengan kuat pada saat dia hinggap pada suatu

tempat. Pada tawon jenis ini saat terbang, kaki tawon dilipat untuk

memudahkannya dalam terbang. Hal tersebut sesuai dengan pendapat

Surya (2009) bahwa tawon umumnya terbang dengan melipat kakinya,

sementara beberapa jenis tawon lain semisal tawon kertas membiarkan kaki

belakangnya menggantung (tidak terlipat) saat terbang.

Pada bagian sayap teramati dua pasang sayap kecoklatan transparan

berukuran ramping memanjang dengan tipe sayap halter. Sayap tersebut

berupa sayap tereduksi dengan bagian atas sedikit lebih besar dibandingkan

Page 9: laporan serangga

dengan sayap bagian bawah yang memungkinkan tawon tersebut bergerak

terbang bebas dengan cekatan dan cepat berpindah dari satu tempat

ketempat lainnya untuk terbang mencari makan maupun menghindari

sekaligus melindungi diri dari predatornya. Hal tersebut sesuai dengan

pendapat Roy (2013) bahwa Semua tawon memiliki sayap (kecuali tawon

betina dari famili Mutillidae) berwarna transparan. Sayap ini jumlahnya 2

pasang dan bergerak seirama di mana jika sayap depan naik, maka sayap

belakang juga ikut bergerak naik. Tawon sangat pandai terbang di udara

karena saat terbang, ia bisa melakukan aneka manuverseperti terbang cepat,

berputar di angkasa, dan bahkan terbang mundur. Sehingga dapat dikatakan

bahwa pengamatan sesuai dengan literatur.

Pengamatan selanjutnya yang dilakukan yaitu pengamatan pada

morfologi kecoa yang ditemukan di 00BT. Adapun Klasifikasi kecoa

menurut Sjahrir (2008) adalah :

Kerajaan : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Upakelas : Pterygota

InfraKelas : Neoptera

Super Ordo : Dictyoptera

Famili : Blattidae

Genus : Periplaneta

Spesies : Periplaneta americana

Pada pengamatan yang dilakukan teramati tubuh kecoa berbentuk

bulat telur dan pipih dorsoventral (gepeng) berwarna coklat, kepala agak

tersembunyi dilengkapi dengan sepasang antena panjang bertipe setaceous,

halus dan digunakan sebagai navigasi serta bagian yang peka terhadap

rangsangan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Maryani (2002) bahwa

Page 10: laporan serangga

pada kecoa memiliki antena berjumlah dua pasang dengan ukuran panjang

setaceous dengan fungsi vital. Selain itu pada bagian kepala juga teramati

mulut dengan tipe mengunyah seperti pada belalang. Hal tersebut

disesuaikan dengan lingkungan dan jenis makanannya. Dimana kecoa

memangsa ataupun memakan makanan dan mangsanya dengan cara

mengunyahnya, berbeda dengan tawon yang memiliki tipe mulut penghisap

yang mana difungsikan untuk menghisap nektar bunga sebagai sumber

makanannya.

Pada bagian dada terdapat tiga pasang kaki dengan kaki pada

bagian tengah ukurannya lebih panjang dari kaki yang berada pada bagian

depan dan belakang. Tipe kaki tersebut cursorial yang mana

memungkinkan kecoa tersebut berlari bebas dan cepat berpindah dari satu

tepat ketempat lainnya. Kecoa tersebut lebih sering mengandalkan kakinya

untuk melakukan aktifitasnya dibandingkan dengan sayapnya. Kecoa

merupakan hewan yang aktif bergerak dan berlari dengan cekatan yang

ditunjang dengan jumlah dan tipe kakinya. Tipe kaki kecoa sama dengan

tipe kaki pada tawon, namun tawon lebih sering menggunakan sayapnya

dibandingkan dengan kakinya. Kaki kecoa memiliki segmen dan bulu yang

dapat mencengkam dengan kuat pada tempat kecoa tersebut berada, oleh

karena itu kecoa dapat berlari dan berpindah dari satu tempat ketempat

lainnya meskipun itu pada dinding dan atap rumah. Hal tersebut sesuai

dengan pernyataan Rina (2010) bahwa kecoa merupakan hewan yang aktif

pada malam hari dan memiliki tiga pasang kaki dengan kemampuannya

yang luarbiasa, berlari, memanjat, hingga dapat berpindah kemanapun

dengan cepat sesuai keinginannya.

Pada bagian adbomen teramati dua pasang sayap dengan tipe

tegma, yaitu bagian depan seperti kulit yang melindungi bagian belakang.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Vira (2009) bahwa kecoa memiliki 2

Page 11: laporan serangga

pasang sayap, bagian luar tebal dan bagian dalam berbentuk membran.

Fungsi dari sayap tersebut adalah untuk membantunya berpindah dari satu

tempat ke tempat lain dengan cepat selain dengan berlari dan menjangkau

tempat tempat yang tinggi. Sayap tersebut berwarna coklat dan bagian

dalam seperti membran yang berwarna lebih muda. Sayap menutupi

seluruh bagian badan kecuali bagian kepala.

Pengamatan selanjutnya yaitu pengamatan morfologi pada belalang

yang ditemukan di 2780BB. Adapun klasifikasi belalang menurut Rian

(2015) adalah :

Kingdom : Animalia

Filum : Antropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Orthoptera

Famili : Acrididae

Genus : Dissosteira

Spesies : Dissosteira Carolina

Pada pengamatan belalang teramati bentuk tubuh belalang yang

panjang berwarna kecoklatan. Teramati bentuk antena belalang sama

dengan tipe antena pada kecoa yaitu setaceous dimana bentuk antena

panjang dengan tekstur bersegmen halus yang berfungsi sebagai navigasi

dan bagian yang peka terhadap rangsang. Hal tersebut sesuai dengan

pendapat Vira (2009) bahwa bealalang memiliki tubuh memanjang dan

antena panjang seperti kecoa.

Selanjutnya pada bagian kepala juga teramati bentuk mulut dengan

tipe mulut mengigit dan mengunyah sama halnya dengan kecoa. Hal

tersebut sesuai dengan tipe makanannya yaitu daun daunan ataupun telur

serangga kecil lainnya oleh karena itu tipe mulut belalang dimodifikasi

sesuai dengan tipe makanannya. Hal tersebut sama pula dengan tipe mulut

Page 12: laporan serangga

kecoa yang disesuaikan dengan fungsinya. Selain itu mulut belalang jga

digunakan untuk melumpuhkan mangsanya saat mencari makan.

Tipe sayap belalangpun sama dengan tipe sayap pada kecoa, yaitu

tegma, dimana terdapat sayap depan seperti kulit yang melindungi sayap

belakang namun ukurannya lebih besar dan panjang dibandingkan dengan

sayap pada kecoa. Teramati sayap depan bertekstur lebih kasar dan

memiliki warna lebih gelap kekuningan, jika dibandingkan dengan sayap

pada bagian bawah. Sayap pada bagian bawah memiliki tekstur lebih halus

dan transparan seperti membran. Sayap pada belalang terbentang pada

bagian dada sampai dengan bagian belakang tubuh seperti halnya pada

kecoa. Bentuk sayap pada belalang memungkinkannya untuk terbang

dengan cepat untuk menjangkau tempat tempat yang tinggi.

Bagian kaki belalang memiliki tiga pasang kaki dengan dua pasang

kaki depan tipe cursorial yang sama panjang dan kaki belakang beukuran

lebih besar yang difungsikan untuk melompat. Belalang lebih sering

melompat dan menggunakan kaki belakangnya meskipun terkadang

terbang. Kaki lompatnya memungkinkan belalang untuk dapat terhindar

dari serangan predatornya, oleh karena itu dia dapat melmpat dari satu

tempat ke tempat lainnya dengan cepat dan jarak yang jauh. Kakinya

memiliki semacam rambut yang terdiferensiasi yang dapat menempel dan

mencengkram kencang pada tempat dimana ia berada, sehingga dia dapat

bertahan ketika ada sesuatu yang menarik tubuhnya.

V. KESIMPULAN

Dari pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap jenis

serangga memiliki tipe antena, mulut, sayap, dan kaki yang berbeda yang

sesuai dengan fungsi dan kebutuhan masing masing. Tawon memiliki tipe

antena clavate dengan tipe mulut mengunyah dan menjilat, tipe kaki

Page 13: laporan serangga

cursorial, dan tipe sayap halter. Kecoa memiliki tipe antena setaceous,

dengan tipe mulut menggigit dan mengunyah, tipe kaki cursorial dan tipe

sayap tegma. Sedangkan belalang memiliki tipe antena setaceous, dengan

tipe mulut menggigit dan mengunyah, tipe kaki cursorial dengan kaki

belakang terdiferensiasi serta tipe sayap tegma.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Alan, intan Kartika. 2004. Insecta Dalam Ekosistem. Jakarta

: Erlangga.

Alan,W.2004.Arthropoda of the human and domestik animals.A gulde

to preliminary indentification.1st Ed.Chapman dan Hall.

Borror,D.J.CA.Triplehorn,N.F.Johnson.2006.Pengenalan Pelajaran

Serangga. No.1 (05) : 406-412.

Hala, Yusminah. 2007. Dasar Biologi Umum II. Alauddin Press:

Makassar.

Jhonson.2005.Zoologi in vetebrata.Malang : UM.

Maryani, Putri. 2002. Serangga. Bandung : Alfabeta.

Mila, Maskuri. 2005. Zoologi Invertebrata. Surabaya : Sinar

Wijaya.

Putra.2004.Sistematika Hewan Invertebrata. Surabaya : Sinar Wisaya.

Rian.2015.Animals And Life. Bandung : Gramedia.

Rina.2010.Keragaman Serangga di Dunia.Solo : Kanisius.

Roy, Syahdinar.2013.Zoologi Dasar. Jakarta : Erlangga.

Rudi, Agus. 2012. Invertebrata. Jakarta : Erlangga.

Rusyana, Mahmud.2011.Bilogi Hewan.Bandung : Exacta.

Sjahrir, Max. 2008. Insect World. Jakarta : Erlangga.

Suin, Walson.2007.The Invertebrate Animals.Jakarta : Erlangga.

Page 14: laporan serangga

Surya.2009.Habitat dan Hidup Serangga.Bandung : Pelita.

Suwandi, Sebastian. 2011. Modul Pengantar Kuliah Serangga dan

Manfaatnya. Bandung : UPI.

Vira, Maria.2009.The Insect Life.Jakarta : Yudistira.