moonlight shading 2

574
Part 11 Penyeimbangan Kami berada ditempat yang sangat indah dan teduh. Sebuah taman yang cukup luas, yang dikelilingi pohon-pohon tinggi yang menjulang keatas. Begitu sejuk, tenang dan nyaman untuk berada lama ditempat ini. Taman itu terbagi menjadi tiga bagian, yang pertama terdapat tempat untuk berolahraga sepak bola yang Moonlight Shading 264

Upload: dania-sunshine

Post on 01-Jun-2015

1.510 views

Category:

Education


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Moonlight shading 2

Part 11

Penyeimbangan

Kami berada ditempat yang sangat indah dan teduh. Sebuah taman yang cukup luas, yang dikelilingi pohon-pohon tinggi yang menjulang keatas. Begitu sejuk, tenang dan nyaman untuk berada lama ditempat ini.

Taman itu terbagi menjadi tiga bagian, yang pertama terdapat tempat untuk berolahraga sepak bola yang cukup luas, lalu bagian kedua arena bermain anak-anak kecil yang dilengkapi dengan beberapa mainan yang dulu pernah ku mainkan saat seusianya.

Moonlight Shading

264

Page 2: Moonlight shading 2

Lalu bagian terakhir, bagian yang sekarang sedang ku duduki. Bagian untuk tempat duduk, mengobrol yang dilengkapi dengan meja bundarnya. Jaraknya cukup jauh dari sekolah, kearah Selatan yang berbanding terbalik dengan rumahku yang berada di Utara. Dia masih memandangiku, menatapku dalam dan tidak bisa ku mengerti maksudnya. Dia mulai mencondongkan tubuhnya lagi.

“Kau bisa menjelaskannya padaku sekarang.” Pintanya dengan masih mengingat pembicaraan terakhir kami. Aku mulai merinding, mulai mengingat kembali tentang memori lama itu.

“Yah, aku pernah membunuh.” Suaraku parau, sebelah alisku kuangkat. “Sepuluh tahun lalu. Dan selama ini ingatan itu adalah traumatic bagiku. Seperti mimpi buruk setiap hari.” Dan kini suaraku mulai melemah. Matthew kembali mencondongkan tubuhnya padaku. Wajahnya kaget namun tidak membelalakan matanya padaku. Aku

Moonlight Shading

265

Page 3: Moonlight shading 2

meraih kedua tanganku dan kudekap erat-erat.

Sekujur tubuhku gemetaran. Trauma yang sudah lama kusimpan dalam-dalam hingga susah payah kulupakan, kini, didepan makhluk tak bernyawa nan tampan ini aku harus membukanya kembali.

“Saat itu aku masih tujuh tahun. Untuk pertama kalinya aku mencium aroma lain. Aroma bukan manusia, seperti yang biasanya bisa ku ciumi.” Aku menggenggamkan kedua tanganku kuat. “Aroma itu kuat, penuh dengan nafsu membunuh dan.. Aku merasakan aroma itu mendekatiku. Mengejarku dengan begitu gesit dan menampakkan dirinya padaku.”

“Aku menjerit, berlarian dan menjauh dari rumah. Malam itu aku sendirian, dan aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Makhluk aneh itu mendekatiku, mengejar dan menginginkan darahku hanya itu yang ku tahu. Dan saat itulah aku baru mengetahui diriku yang

Moonlight Shading

266

Page 4: Moonlight shading 2

sebenarnya, aku membunuhnya dengan kedua tanganku.” Aku menundukkan kepala dan masih menerawang kenangan itu. Matthew masih memandangiku.

“Bagaimana kau membunuhnya?”

“Tidak tahu, aku tidak mengingatnya. Yang kutahu, saat setelah makhluk itu tak bernyawa lagi kedua orangtuaku menemukanku jauh dari rumah. Mereka melihatku.” Aku kembali gemetaran. “Dad bilang, aku jadi lebih berbeda. Aku jadi lebih menyeramkan dan sangat dingin menatap, penuh nafsu membunuh. Begitulah. Saat itu aku masih kecil, jadi, semuanya yang terjadi padaku adalah tahap awal yang merupakan bagian penyesuaian diri dari manusia menjadi pembasmi, karena dalam diriku terlalu banyak campuran darah..” Aku kembali mengingat memori itu. Aku meringis. Matthew menyentuh tanganku. Dingin.

“Diusia itu juga, aku mengetahui ibu kandungku juga seorang pembasmi setengah manusia, yang awalnya kukira

Moonlight Shading

267

Page 5: Moonlight shading 2

itu adalah cerita horror Dad dan Mom.” Suaraku berbisik datar. “Saat itu juga aku tahu keluarga Smith bukanlah keluarga kandungku. Tapi, aku tidak benar-benar menganggapnya serius.”

“Maksudmu, Nyonya Smith tahu siapa kau dan ibu kandungmu?” wajahnya terlihat kaget.

“Ya. Mom dan Dad kenal dengan ibu kandungku. Mereka orangtua angkat yang dipercayai untuk merawatku oleh ibu kandungku. Mereka mengenalnya dan mengetahui kehidupan ibu kandungku.” Aku tersenyum tipis padanya. Dia mulai mengerti pembicaraan itu. Wajahnya kembali normal, tenang dan santai. Tangannya tidak lagi bersedekap, diletakkannya di atas meja dalam keadaan terbuka.

“Itu sebabnya, kau bisa hidup damai dengan siapapun, karena kemampuanmu. Kau memiliki darah beberapa makhluk. Kau hebat.” Suara merdu bergumam kagum.

Moonlight Shading

268

Page 6: Moonlight shading 2

“Yah, mungkin saja.” Sahutku enteng. “Tapi itu adalah pengalaman pertama dan terakhirku melihat ibu kandungku, sehingga aku berada di New Jersy selama sepuluh tahun ini.” Aku menatapnya, memandanginya penuh kagum dan tetap terpesona. Dia kembali menyandarkan tubuhnya ke bangku. Mulai memandangiku yang tidak kumengerti arti tatapan itu.

Tatapan itu sangat lembut, tenang tapi tidak membuatku tahu apa yang sedang dipikirkannya. Dia bertanya mengenai kedua orangtuaku, baginya sangat sulit menjaga jati dirinya dihadapan manusia. Tapi aku menjelaskan, kedua orangtuaku sudah mengetahuinya sejak aku masih bayi, mereka tetap merawatku dan menyayangiku seperti anaknya sendiri.

“Lalu apa yang terjadi di New Jersy?” Pertanyaannya mengejutkanku. Tubuhku bergidik, tanganku gemetar dan wajahku tertunduk kebawah, memandangi tanah coklat yang berumput.

Moonlight Shading

269

Page 7: Moonlight shading 2

“Sesuatu terjadi. Ini mengenai apa yang seharusnya terjadi pada jenisku.” Wajahku mendongak, memandanginya begitu lembut dan suaraku serak. Matthew tenang.

“Apa itu?”

“Perubahan fisik.”

“Apa itu selalu terjadi pada kaummu?”

“Yah, begitulah.”

“Dan kemudian?”

“Aku menunjukkan apa yang tidak seharusnya ku lakukan. Bukan disengaja, tapi itu terjadi begitu cepat dan… Tiba-tiba.” Suaraku parau, pikiranku menerawang jauh – aku mencoba untuk tidak mengungkitnya kepada siapapun, kenangan buruk yang harus tertanam dalam-dalam. Aku memejamkan mata sesaat, menghirup nafas dalam-dalam dan kembali membuka mataku. Wajahnya tidak pernah berpaling dariku, ia masih

Moonlight Shading

270

Page 8: Moonlight shading 2

memandangiku begitu dalam dan dingin. Dan penuh keingintahuan.

“Apa rahasia terbesarmu?” Suaranya memecahkan keheningan kami. Aku mengangkat bahuku. Mendesah.

“Banyak.” Aku memalingkan pandangan darinya. Menatap sekeliling yang bagiku lebih indah daripada berusaha menjawab pertanyaannya. Matthew mengepal tangannya kuat-kuat.

“Katakan padaku, salah satunya.” Aku memalingkan wajahku, menatapnya nanar dan menggigit bibirku. Tatapannya serius.

“Akan kukatakan semuanya. Pertama, aku takut pada dirimu. Takut karena kau adalah vampire yang tidak seharusnya kudekati.” Jari-jarinya mengentakkan meja, membuatku menelan ludah berkali-kali. “Kedua, aku takut pada apa yang akan kuhadapi. Aku masih belum mengerti tentang kenyataan yang harus ku alami. Dan mengenai kedekatan kita..”

Moonlight Shading

271

Page 9: Moonlight shading 2

Suaraku tertahan, “Sebaiknya kita menjaga jarak. Tidak baik pembasmi berdekatan dengan vampire kan?” Dan ia mengerang.

“Aku tidak setuju dengan katakutanmu yang tidak beralasan.” Tukas Matthew, menyeringai.

“Tentu saja ini beralasan.” Bantahku. Ia menyipitkan matanya, menatapku garang. Aku tergelak. Sayup-sayup ku lihat dia tersenyum sinis, tubuhnya tetap bersandar tenang tapi wajahnya kaku.

“Tidak untukku. Kau pengecualian, karena kaulah rahasia terbesarku.” Tatapan matanya berubah, menjadi dingin, kaku dan tajam. Tubuhnya menghadap kearahku dengan tegap. Aku beberapa kali menggerutu padanya, tapi ia mengabaikannya.

Aku mencondongkan tubuhku. “Boleh aku bertanya?” Ia menganggukkan kepalanya dan tersenyum padaku, menggoda.

Moonlight Shading

272

Page 10: Moonlight shading 2

“Apa yang terjadi padamu?”

Matthew menatapku lembut, bibirnya mengerucut, kedua tangannya berpelukkan diatas meja taman.

“Umumnya vampire menciptakan vampire lainnya dengan hanya menggigit. Tapi kami; Evelyn, Aku, dan Julia, kami berbeda. Kami adalah makhluk eksperimen, begitulah. Aku tidak bisa menceritakan sejauh ini lagi. Terlalu sulit bagimu dan mungkin bagimu ini adalah alasan terkuat untuk menghindariku.” Matthew melemahkan suaranya. Membuat tatapannya lembut. “Dan aku tidak ingin itu terjadi. Membuatmu menjauhiku.” Gertaknya. Matanya tajam, rahangnya mengatup keras.

Tubuhnya bersandar pada bangkunya, menatapku dengan tatapan yang tak aku mengerti. Alisku berkerut, mengerucutkan bibirku padanya.

“Kau terlalu egois. Tidak semuanya bisa kau minta dengan mudah sesuai

Moonlight Shading

273

Page 11: Moonlight shading 2

keinginanmu.” Tukasku, akhirnya setelah berdiam diri selama beberapa detik.

Matthew tertawa.

“Itu tidak berlaku bagiku. Jelas sekali, kau pengecualian.”

“Tidak denganku.” Sergahku dengan nada tidak sependapat dengannya.

Matthew mengerang. Rahangnya mengatup kuat, matanya tajam dan dingin. Aku tergelak dan bergidik. Kami diam sesaat. Aku tidak mengerti apa yang dipikirkannya. Pikiranku menebak tapi tetap tidak tahu. Aku memilih tidak melanjutkannya.

“Bagaimana dengan keluargamu? Apa yang terjadi pada kalian?” Tanyaku, akhirnya. Matthew tetap kaku, tapi kali ini sedikit tersenyum renyah padaku.

Dia mulai berpikir, harus dimulai dari mana dan bagaimana untuk menceritakannya. Akhirnya bola matanya kembali menatapku.

Moonlight Shading

274

Page 12: Moonlight shading 2

“Kedua orangtuaku, mereka telah hidup ratusan tahun lamanya mungkin juga beribu-ribu tahun. Dan setelah lama menantikan anak, lahirlah Evelyn. Gadis cantik yang tumbuh dengan sempurna. Rambutnya pirang panjang, tubuhnya begitu sempurna bagi wanita lainnya dan wajahnya sangat cantik. Sosok anak yang didambakan Lionel dan Camille.” Dia masih memandangiku, tatapannya dingin dan dalam.

“Camille, ibuku saat itu belum menjadi vampire. Dia hanya manusia bodoh yang tidak tahu bahaya apa yang didepannya. Setelah Evelyn lahir, Lionel belum mengubahnya. Sejak itulah Lionel dan Camille terobsesi dengan makhluk eksperimental.” Matthew menghela nafas. Matanya merah menyala, tangannya mengepal kuat dan rahangnya mengatup kuat.

“Eve, begitu aku memanggilnya. Dia orang yang paling berusaha untuk tidak tersentuh manusia, karena baginya

Moonlight Shading

275

Page 13: Moonlight shading 2

manusia hanya menyusahkan, dan juga menghindar dari kehadiranmu. Kedua orangtuaku dan Eve saat itu belum terbiasa dengan berburu. Dan kehidupan itu berlanjut hingga aku, dan Julia lahir.” Wajahnya tetap sama, tidak ada ekspresi sedih, senang atau apa pun. Yang ada hanya senyum manisnya yang menggoda itu. Aku pun kembali dibuat terpesona olehnya.

“Evelyn bertemu dengan Joan, pada tahun 1820 di Spanyol. Saat itu Joan hanya manusia biasa, yang membuatnya tertarik adalah Joan hampir mati karena perang yang terjadi di kotanya, Joan tidak punya pengalaman apa pun tentang bertarung tapi dia demi membalaskan kematian orangtuanya berani menempuh perang hingga hampir mati. Itulah sebabnya Joan jadi sosok vampire yang kuat dan paling berani mengambil resiko. Eve melihatnya tidak berdaya, terkapar dan menatap Eve saat dia hendak menolong masyarakat disana. Eve tersentuh dengan tatapan penuh cinta dari Joan.”

Moonlight Shading

276

Page 14: Moonlight shading 2

“Sejak itulah, Eve dan Joan sudah sangat dekat dan mulai berhubungan. Eve menyelamatkan hidupnya, dan Joan juga menyayangi Eve lebih dari seorang penyelamat. Joan berjuang cukup keras untuk mendapatkan Eve.” Wajahnya tersenyum sekilas. Aku tergelak.

“Julia, dia memulai pemburuannya dengan pangerannya saat kami berada di Alaska. Lucca adalah vampire yang sama dengan kami, masa lalu keluargaku dan Lucca nyaris sama. Tapi Julia berhasil menyadarkannya. Begitulah. Tidak terlalu special, kata Julia baginya masa lalu yang sama tidak terlalu menyenangkan.” Dia kembali menyandarkan tubuhnya ke bangku. Aku mengamati setiap gerak-geriknya. Mengamati tatapannya yang berubah, bahasa tubuhnya dan suaranya. Semua tampak indah.

“Lalu apa yang kalian lakukan? Cukup mengigit leher saja? Dan pernahkah kau melakukannya, atau setidaknya anggota keluargamu yang lainnya?”

Moonlight Shading

277

Page 15: Moonlight shading 2

“Yah, kurang lebih begitu. Kami menyebarkan racun yang bisa menolong setidaknya. Dan sejak Lionel dan Camille menciptakan kami, sejak itu mereka tidak pernah lagi menggigit manusia hanya untuk dijadikan abadi, tidak karena memang tidak ada yang menginginkannya. Sedangkan aku dan Julia, kami mulai diajarkan dengan berburu hal yang lain.” Matthew kembali tersenyum padaku. Kedua tangannya bersedekap didadanya. Dan memandangiku dengan tatapan lembutnya – yang kembali menggodaku.

“Bagaimana jika ada yang menginginkannya? Apa kalian akan melakukannya?” desakku ingin tahu. Matthew tertawa.

“Bisa iya, bisa tidak.” Matthew bersedekap, “Tergantung bagaimana masalahnya dan keterbutuhan akan keabadiannya nanti. Intinya, jika kami harus mengubah manusia, itu hanya

Moonlight Shading

278

Page 16: Moonlight shading 2

karena manusia itu sangat membutuhkannya.”

“Dan tidak bisa kau lakukan pada selain manusia?”

“Tidak. Terlebih lagi untuk kaummu.”

Kami terdiam, saling berpandangan. Wajahnya yang sempurna tampak sekali berkilauan dibawah langit yang tidak bersinar. Wajah tampannya, kulit putihnya dan suara merdunya begitu menggodaku hingga rasanya aku begitu menginginkannya lebih daripada biasanya. Aku terkesiap untuk pertanyaan selanjutnya.

“Dan apa yang terjadi padamu?”

“Padaku?”

Aku mengangguk pelan.

“Tidak ada.”

“Apa maksudmu tidak ada?” Aku masih memandanginya ingin tahu. Wajah

Moonlight Shading

279

Page 17: Moonlight shading 2

yang luar biasa sempurna itu masih menatapku datar.

“Begitulah. Sesuatu yang berharga tidak mudah untuk ditemui.” Wajahnya kaku, tubuh sempurnanya membeku dan senyumnya pun sinis.

“Apa kau percaya dengan cinta?” Ia kembali mencondongkan tubuhnya dan tersenyum menggoda padaku. Aku menggelengkan kepala.

“Entahlah.” Acuhku. “Aku bahkan terkejut mendengar seorang vampire mempertanyakan cinta padaku.” Matthew tertawa terbahak-bahak. Sesuatu yang bagiku aneh menjadi bahan lelucon baginya. Aku memandanginya, melihat wajahnya yang putih dan keras itu tertawa terbahak-bahak. Seakan sadar dengan ketidaksukaanku Matthew terhenti.

“Kau kira vampire tidak bisa berperasaan?” Tanyanya, skeptic.

“Tidak.” Jujurku. Matthew meringis.

Moonlight Shading

280

Page 18: Moonlight shading 2

“Vampir memang mati pada semua organnya, tapi vampire juga bisa berpikir logika layaknya manusia dan berperasaan. Dan ingat vampire mengenal arti cinta juga, Victoria sayang..” Jawabnya dengan menggoda. Aku tergelak.

“Kalian belajar menjadi normal?” Aku, skeptic. Mathhew tergelak.

“Yah. Kami hidup berdampingan dengan manusia. Ada baiknya jika kami mengikuti pola hidup mereka. Kami menjadi vampire paling beradab seantero ini.” Ungkapnya. Aku kembali normal. Ada yang bisa aku debat lagi dengan ‘kenormalan’ vampire dan keluarganya yang memang mereka belajar bagiamana ‘normal’ itu. Kami terdiam. Matthew memandangiku lekat-lekat dan aku memalingkan wajahku.

“Vampir beradab?” Tanyaku, skeptic.

“Yah. Vampire yang tidak lagi memangsa manusia. Berburu darah hewan sebagai pemuas dahaga. Itu kudapat

Moonlight Shading

281

Page 19: Moonlight shading 2

langsung dari Lionel. Dia menginginkan…keluarganya berubah.” Ungkap Matthew, menerawang seakan-akan semua itu tampak jelas dihadapannya.

“Berubah?” Tanyaku, skeptic. Matthew bergeming. Selama dua detik dia terbelalak lalu berubah setenang mungkin.

“Tidak memangsa manusia.” Ucapnya lagi, “Dan sekarang menjadi suatu kebiasaan bagi kami. Hidup normal, jauh lebih menyenangkan.”

Aku anggukan kepalaku. Sesuatu merasuki kepala Matthew, pikirannya seperti terganggung oleh sesuatu yang sedang kami bicarakan. Matthew tidak sadar aku memperhatikannya. Gerakannya biasa, tapi wajahnya tidak. Alisnya bertaut, bibirnya gemetaran.

“Bagaimana akan hausnya dahaga? Seberapa besarkah darah begitu penting?” Tanyaku, retoris. Aku menyadarkan Matthew dari lamunannya.

Moonlight Shading

282

Page 20: Moonlight shading 2

“Sama seperti manusia. Jika lapar, kau makan, jika haus, kau minum. Tapi kami beda, darahlah yang kami butuhkan, bukan makanan. Darah sangat menyegarkan dahaga kami.” Ungkap Matthew, terkesiap.

“Dan dengan darah manusialah kami akan semakin kuat, kami tidak akan lemah. Darah manusia menguatkan vampire. Berbeda dengan binatang, kami butuh banyak binatang untuk bisa merasa puas dengan ukuran binatang yang sangat besar.” Sambungnya. Kami terdiam. Aku bergidik, pembicaraan yang tidak normal, membicarakan apa yang diminum atau yang dimakan vampire bukanlah topic ringan – ungkapku, dalam hati.

“Apa semua vampire beradab seperti kalian?” Tanyaku – ingin tahu. Matthew mengangkat bahunya.

“Tidak semuanya.” Akuinya enggan, bahunya terkulai, “Dalam kaumku, ada dua jenis vampire. Kawanan putih dan kawanan hitam. Dan keluarga kami masuk

Moonlight Shading

283

Page 21: Moonlight shading 2

dalam kawanan putih, kawanan yang memangsa binatang liar sebagai pengganti manusia. Dan tentunya kami masih dalam pengawasan pembasmi.

“Vampir dalam kawanan hitam, sudah tentu vampire yang masih liar. Vampire yang tidak bisa melepaskan manusia sebagai mangsanya.” Lanjut Matthew. Kami terdiam selama beberapa menit. Aku masih penasaran dengan kehidupan ‘normal’ yang sedang dilakukan keluarganya.

“Sebenarnya kami tahu teori ini dari… Pembasmi.” Ucapnya, mengejutkanku. Aku terbelalak sesaat.

“Maksudnya?”

“Seorang pembasmi mengajarkan pada Lionel bagaimana hidup beradab. Dan Lionel menerapkannya dalam kehidupan kami.” Ungkapnya, lagi. Aku tergelak. Penasaran dengan apa dan siapa yang dimaksudkannya. Pembasmi

Moonlight Shading

284

Page 22: Moonlight shading 2

membantu keluarga mereka? – tanyaku, dalam hati.

“Siapa dia?” Tuntutku. Matthew bergeming.

“Kau mengenalnya, ibumu.”

Aku mengerang, mulai berdiri dan meninggalkan dia duduk disana. Aku mengabaikan panggilannya. Langkahku cepat dan darah dalam tubuhku mengalir deras. Aku menuju Jeepku dan dia mengejarku.

“Ada apa?” Dia menarik sebelah lenganku dan aku menatapnya. Tubuh tingginya berdiri disebelahku.

“Apa-apaan ini? Apa ini maksudmu dari awal, membicarakan ibuku?” Teriakku. Aku agak berteriak padanya, dan ia masih menyentuh lenganku. Dia berdiri dihadapanku, tersenyum dan memeluk wajahku dengan kedua tangannya.

“Dengar, kami mengenal keluargamu dengan baik. Kau berhak untuk tahu. Kami

Moonlight Shading

285

Page 23: Moonlight shading 2

hidup beratus-ratus tahun dengan semua jenis vampire, termasuk ibumu. Pembasmi yang paling berani hidup dengan kami.” Dia tersenyum. Aroma nafasnya bisa ku cium sekarang dan itu membuatku terpesona sesaat. Aku tergelak. Pernyataannya membuatku bingung dan penuh tanya.

“Apa maksudmu?”

Ia menatapku ragu, rahangnya mengatup keras dan tatapan matanya dingin. “Keluargamu, sebelum ibumu, Debby lahir. Merekalah keluarga pertama yang menciptakan pembasmi. Mereka membunuh vampire-vampir yang melanggar aturan untuk tidak memangsa manusia. Saat itu, di suatu tempat di Italia, vampire-vampir memutuskan untuk tidak lagi hidup memangsa manusia, kami membuat perkumpulan. Tapi sayang beberapa melanggarnya.

“Kakekmu, bisa dibilang begitu.” Suaranya berat. Tubuhku gemetar saat ia menceritakan kenangan dulu yang pernah

Moonlight Shading

286

Page 24: Moonlight shading 2

kubaca dibuku. “Dia memang memiliki kemampuan hebat, ia menikahi seorang manusia, nenekmu. Kedua makhluk tersebut yang entahlah bagaimana mereka bertemu, tapi mereka saling mencinta. Seorang pembasmi murni bukanlah vampire, yang dapat mengubah kehidupan makhluk lain. Sejak itulah beberapa anggota keluarga pembasmi lainnya melahirkan seorang pembasmi sebagai pembasmi berdarah campuran dengan kehebatan yang berbeda. Dan ibumu, Debby..” Tatapannya lembut, rahangnya tidak lagi sekeras sebelumnya.

“Dia wanita paling cantik yang pernah kutemui. Cantiknya sama dengan ibuku, begitu lembut dan mempesona. Dan ia melakukan kesalahan, setidaknya dalam aturan dunia supranatural kita yang dibuat oleh ayahnya sendiri.” Ia melepaskan lenganku, wajahnya berpaling dariku, dan ia menerawang. Rahangnya mengatup rapat, sorot matanya begitu keras dan tajam.

Moonlight Shading

287

Page 25: Moonlight shading 2

“Apa? Kesalahan apa yang kau maksud?”

“Ia menikahi seorang vampire yang… Tidak seharusnya dinikahi oleh ibumu.” Suaranya mencekam. Bulu kudukku berdiri, tubuhku membeku dan gemetar. Ia memandangiku, tatapannya dingin dan dalam. Aku tahu tentang kesalahan yang telah dilakukan ibuku. Dan saat itu, tiba-tiba sesuatu terlintas olehku.

“Dan apakah… Ia mati karena..”

“Sudah, hentikan. Terlalu banyak hal yang menekanmu hari ini. Kau tertekan.”

Aku mengerang, menjauhinya dan membelakanginya.

“Jawab pertanyaanku, apa ia dibunuh oleh… Ayahku?”

Dan aku membalikkan tubuhku, menghadapnya, dan memandanginya tajam. wajahnya sempat tertunduk, lalu kembali mendongak memandangiku. Dan ia menganggukkan kepalanya. Tubuhku

Moonlight Shading

288

Page 26: Moonlight shading 2

lemas, kakiku tak kuat menahan tubuhku dan air mataku berlinang. Ia meraihku dalam pelukkannya.

“Victoria, sudahlah. Sebaiknya kau pulang, lebih baik kau istirahat sekarang. Ini salahku.” Wajah tampannya terlihat sendu, ada guratan menyesal.

“Kumohon, jangan merasa bersalah. Aku berharap kau mau mengatakan banyak hal lagi padaku. Yang kau ketahui.” Aku memohon. Ia tidak menjawab, hanya memandangiku tanpa arti. Ia mengantarku hingga aku duduk didalam Jeepku, merebahkan tubuhku, dan menyadarkan kepalaku. Aku berusaha berkali-kali menarik nafas dalam-dalam, dan memejamkan mata sejenak. Tubuh tingginya masih berdiri disebelahku, memandangiku penuh khawatir.

“Matthew, jangan salahkan dirimu.” Pintaku. Aku tidak menyalahinya. Aku rasa Matthew memang mengetahui sesuatu dan aku layak mengetahuinya. Aku terus memaksanya.

Moonlight Shading

289

Page 27: Moonlight shading 2

“Tentu tidak, hanya saja...” Suaranya tertahan, pandangannya memandangi bagian dalam mobilku, pikirannya menerawang.

“Tidak seharusnya aku mengatakannya.” Imbuhnya. Menyesal dan lirih. Aku menggelengkan kepalaku. Ku gigit bibirku. Menatap Matthew geram.

“Dengar, suatu hari aku juga akan mengetahuinya. Dan mungkin memang harus kuketahui darimu.” Matanya kembali memandangiku, dengan punggung tangannya ia membelai lembut wajahku.

“Tidak hari ini. Tidak dengan kondisi seperti ini. Kurasa apa yang kuceritakan tadi baru kau ketahui, Debby tidak menerangkan secara detailnya kan?” Bisiknya. Sebelah tangannya masih mengelus lembut rambutku. Aku diam.

“Ibuku hanya menceritakan sepenggal cerita tentang sejarah pembasmi. Bagaimana pembasmi bermusuhan dengan vampire dan hal-hal

Moonlight Shading

290

Page 28: Moonlight shading 2

pribadinya.” Jawabku, jujur. Semua tulisan ibuku yang kubaca terekam dalam benakku. Jelas cerita detail tentang pembasmi baru kudengar dari Matthew. Matthew masih mengelus lembut rambutku, tatapannya sendu, bibirnya mengerucut ingin mengatakan sesuatu tapi diurungkannya. Kami terdiam.

“Jangan salahkan dirimu, Matthew. Aku tahu, kau pasti bisa mengungkapkan lebih.” Ucapku. Matthew bergeming, tapi tidak bicara. Ditatapnya aku lekat-lekat.

Setelah merasa lebih baik, aku meninggalkannya dan berlalu dengan Jeepku. Ia mengijikanku untuk meninggalkannya lebih dulu. Kulirik dari kaca spionku tubuh tingginya tidak bergerak saat Jeepku sudah berlalu jauh. Aku terus menenangkan diriku.

Mom sudah berada dirumah, sedang membereskan barang-barangnya dikamar. Sore itu aku menyiapkan makan malam, dan juga menyuci. Aku memasukkan beberapa pakaian kotor punyaku, dan

Moonlight Shading

291

Page 29: Moonlight shading 2

kedua orangtuaku. Aku memasukkannya kedalam mesin, lalu memasukkan beberapa sendok rinso, lalu memutar timer untuk memutarnya. Dan kembali kedapur menyiapkan supjagung, daging sapi dan juga saus tomat.

Makan malam paling special yang pernah ku lalui bersama dengan keluargaku. Mesin mobil patroli punya ayahku terdengar, ia memarkirnya dalam bagasi dan memasuki rumah. Meletakkan semua perlengkapan kepolisiannya dan juga kunci mobil dimeja depan lalu membersihkan diri selama hampir setengah jam.

Saat makan malam kami tidak seperti biasa, ibuku menceritakan tentang perjalanannya seminggu ini, tentang promo-tour bukunya yang mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat di Florida, dan juga penjualan bukunya yang baru dua bulan lalu dirilis disana. Ibuku sangat bersemangat, hingga aku dan ayahku hanya memandanginya saja kami

Moonlight Shading

292

Page 30: Moonlight shading 2

tidak mengeluarkan satu suarapun hanya mengangguk saja.

“Dear, bagaimana sekolahmu?” Dad akhirnya mengeluarkan suaranya yang lantang itu.

“Baik, menyenangkan. Sepertinya aku akan senang tinggal disini.” Aku tersenyum padanya. Dia menganggukkan kepalanya dan kembali menatapku. Bagian lain dalam hidupku yang penuh dengan segala misteri hidup vampire ku telan mentah-mentah.

“Apa ada seseorang yang... Yang mengajakmu kencan?” Pertanyaannya membuatku menatapnya penuh tanya. Kulirik ibuku juga menatapku dan menungguku untuk menjawabanya.

“Well,” Aku mulai gugup. “Ada, tapi aku tidak menerimanya..” Aku memberikan senyuman pada mata-mata yang sedang menatapku ini. Mom menyipitkan matanya.

Moonlight Shading

293

Page 31: Moonlight shading 2

“Kenapa? Memangnya siapa dia?” Pertanyaan ini tidak bisa tidak ku jawab kali ini, dan aku tidak boleh berbohong.

“Adam Sanders... Dia mengajakku malam ini untuk.. Dinner. Dan aku menolaknya, dengan sangat sopan dan baik-baik.” Suaraku kembali memelan dan melemah. Dengan penuh was-was aku melirik Mom dan Dad. Dad dan Mom memandangiku tercengang.

Lalu Mom dan Dad tertawa berbarengan membuatku mengernyit bingung. “Ada apa, Mom? Dad? Mengapa kalian tertawa?”

“Dear, Adam adalah salah satu anak yang paling tampan yang pernah kami kenal, mungkin. Keluarga Sanders sangat baik dan menarik. Tapi kau... Kau baru saja menolak kencan dengan putra satu-satunya itu?” Nada suara Dad skeptic. Kepalanya menggeleng beberapa kali. Mom juga menganga lebar padaku.

Moonlight Shading

294

Page 32: Moonlight shading 2

“Kau pasti telah menghancurkan hatinya, Dear. Kau sudah mematahkan gairah remajanya...” Dan Dad kembali tertawa kecil. Aku cemberut dan mulai kesal dengan tawa mereka yang mengejekku.

“Aku tidak menyukainya, jadi untuk apa aku menerima ajakannya. Aku tidak suka berhubungan dengan seseorang yang memang tidak membuatku tertarik padanya. Sudahlah, kalian membuatku nampak bodoh.” Aku memalingkan wajahku ke ruang lainnya yang bisa membuatku tidak memandangi orangtuaku yang sedang menertawakanku.

“Maaf, Dear. Hanya saja…” Dad masih tertawa kecil padaku. “Tidak biasanya aku mendengar Adam ditolak. Sayangnya satu-satunya perempuan yang menolaknya adalah putriku. Well, aku tidak tahu akan seperti apa reaksi wajahnya begitu bertemu denganmu atau kami.”

Moonlight Shading

295

Page 33: Moonlight shading 2

Nada suara Dad biasa-biasa saja. Aku juga menanggapinya dengan santai.

“Aku rasa Adam harus belajar untuk menerima. Dia harus terbiasa ditolak, mungkin.” Jawabku santai.

“Oke, terserah saja. Asal kau bisa tetap berhubungan baik. Jangan sampai hanya karena ini, hubungan kalian…”

“Tidak, Dad. Aku tidak seanak kecil Adam. Aku akan lebih dewasa daripada dia, kecuali dia yang menghidar dariku.” Jawabku memotong ucapan Dad. Dad terdiam sesaat.

“Oke, bagus. Bagus sekali, Dear. Aku harap memang begitu. Kau bisa menyikapinya dengan baik.” Gumam Dad santai. Tentu apa yang Dad katakan sebelumnya adalah kenyataan, tuan muda satu-satunya dalam keluarga Sanders sedang hancur karena penolakkanku. Dan jika orangtuanya tahu, maka aku akan masuk dalam daftar kebencian anaknya karena menolak ajakan makan malamnya.

Moonlight Shading

296

Page 34: Moonlight shading 2

Aku bergegas menyelesaikan makan malamku, aku memasang wajah cemberut pada mereka. Setelah puas menertawakanku, kami menonton pertandingan baseball di TV. Tidak ada yang menjagokan dari masing-masing kubu, kami hanya menghabiskan waktu untuk menonton bersama.

Aku melihat Dad sangat bersemangat menontonnya, karena baseball adalah olahraga favoritnya. Saat itu ku tahu, bahwa ayahku bercita-cita menjadi atlit baseball namun karena kedua orangtuanya tidak mengijinkannya makanya Dad memilih menjadi polisi mengikuti jejak didalam keluarganya. Aku lebih bangga dengannya yang menjadi polisi daripada atlit baseball. Aku teringat dengan kasus yang sedang terjadi belakangan ini, kasus yang sedang diusut oleh Dad.

“Dad, bagaimana dengan kasus pembunuhan itu?” Aku memulainya percakapan yang sebenarnya topiknya

Moonlight Shading

297

Page 35: Moonlight shading 2

bukanlah topic menyenangkan. Dad memandangiku sejenak lalu kembali menonton TV.

“Buruk, kami belum menemukan apa-apa.” Sesaat Dad terdiam. “Semua barang bukti masih tersimpan rapi dikantor, tapi jejak pelakunya belum bisa kami temukan.”

“Sabtu ini aku ingin ke museum, kalau boleh?” Aku menawarkannya, Dad memandangiku lagi.

“Benarkah? Bagus kalau begitu. Kita bisa pergi bersama.” Ajaknya kali ini dengan bersemangat. Mom tidak melarangku, karena dia tahu itu tidak perlu.

Setelah berjam-jam menonton acara baseball yang kini mulai membosankan, aku memilih untuk tidur dan mengistirahatkan sejenak badanku ini. Aku menaiki tangga dan meninggalkan orangtuaku yang masih bersemangat untuk menontonnya hingga selesai.

Moonlight Shading

298

Page 36: Moonlight shading 2

Aku melakukan ritual kecil sebelum tidur, seperti menggosokkan gigiku, mengganti bajuku dengan kaos pendek usang dan celana panjang yang berbahan tebal karena malam di Townsville selalu dingin dan membuatku harus memakai celana panjang yang ku bawa dari New Jersy. Selesai semuanya aku melompat kekasur dan membalut tubuhku dengan selimut tebal.

Sebelum aku benar-benar memejamkan mata, aku memikirkan kata-katanya siang tadi. Mengingatnya jelas dan terus memikirkannya. Kenyataan yang sangat pahit harus mengetahui sekilas tentang keluargaku. Entah aku harus percaya atau tidak, merekalah harapanku untuk mengetahuinya, sejarah keluargaku. Aku berharap suatu hari akan ada kesempatan besar untuk bertemu dengan kedua orangtuanya, yang hidupnya sudah jauh lebih lama dari Matthew.

Moonlight Shading

299

Page 37: Moonlight shading 2

Part 12

Sinar Matahari

Moonlight Shading

300

Page 38: Moonlight shading 2

Pagi yang cerah hadir menyinari kamarku dengan cahaya matahari yang indah. Aku bersemangat bangkit dari kasur dan mulai membersihkan diri lalu bersiap untuk berangkat ke sekolah. Sarapan sudah siap, kami melahapnya bersama seperti biasanya.

Dad juga sudah siap dengan seragamnya yang coklat itu, juga dengan jaketnya dan jas hujannya – yang seharusnya tidak digunakannya hari ini. Dan Mom hanya berencana menetap dirumah dan membersihkan rumah yang selama ini belum ku kerjakan.

“Lusa keluarga Lomax akan kemari.” Dad membuatku tersedak sesaat lalu memasang wajah terkejut menatapnya.

“Apa? Makan malam maksudmu, Dad?”

“Yah, aku mengundangnya. Ini sudah beberapa kali kami lakukan. Berkumpul bersama.” Dad memandangku heran. Aku

Moonlight Shading

301

Page 39: Moonlight shading 2

kembali melahap semua sarapan dan menyelesaikannya sebelum kembali tersedak. Tak lama Dad melangkah pergi dan mesin mobil patrolinya sudah hilang dibagasi rumah kami.

Sesaat aku memandangi rumah ku yang mungil ini. Memang ruang makan kami cukup luas, dan rumah kami juga tidak terlalu sempit mengingat jumlah mereka yang cukup banyak akan berada didalamnya. Mom menyadarkanku dari lamunanku, lalu aku bergegas berangkat sebelum akhirnya aku akan terlambat.

Aku terus memikirkan rencana Dad mengundang semua anggota Lomax makan malam. Makan malam? – tanyaku – dalam hati. Ku gelengkan kepalaku perlahan. Membayangi sekumpulan vampire melahap masakan manusia dengan tanpa beban berat yang padahal mereka tidak mampu menahannya.

Berani bertaruh, para vampire pasti mencari cara agar terlihat normal dan seperti melahap habis masakan manusia.

Moonlight Shading

302

Page 40: Moonlight shading 2

Ku gelengkan lagi kepalaku, membayangi tubuh sempurna mereka duduk anggun di sofa kami. Berdiri dengan pose indah layaknya model yang sedang pemotretan. Terlalu indah untuk rumah mungilku – seruku dalam hati.

Aku berharap makhluk yang sangat sempurna itu ada disana, sedang menyandarkan dirinya di mobilnya dan menatapku. Menanti kehadiranku. Tapi itu tidak terjadi, bahkan semua saudaranya juga tidak ada semua hari itu semua anak keluarga Lomax tidak sekolah.

Aku melalui hari ini dengan sangat membosankan, seperti biasa berkumpul dengan teman-teman, makan bersama, mengikuti semua pelajaran lalu akhirnya pulang ke rumah masing-masing. Baru kusadari aku merindukannya lagi, seperti beberapa hari yang lalu. Baru masuk kedalam rumah telepon berdering, Mom bilang telepon untukku. Dari Glad.

“Hay..” Suaranya begitu pelan

Moonlight Shading

303

Page 41: Moonlight shading 2

“Hay juga..” Dan aku menjawabnya dengan tenang. Aku berusaha untuk terdengar biasa saja dan datar-datar saja. Bisa aku dengar hembusan nafas Gald. Seakan tidak terjadi apa-apa diantara kami.

“Ada apa, Glad? Kau sudah lama tidak meneleponku?” Sindirku. Glad mendesah dan sedikit mengerutu. Tapi aku mengabaikannya, menganggap gerutuannya tidaklah penting.

“Yah, aku tahu.” Dia terdiam sebentar. “Victoria, aku mau.. Aku ingin minta maaf.” Suara penyesalannya kembali terdengar. Aku tercengang.

“Untuk apa? Maksudku, beberapa hari ini kita tidak mengobrol jadi kau tidak melakukan kesalahan apa pun , kan?” Aku masih bingung dengan permintaan maafnya – yang sepertinya mulai kupahami akan sikap cemburunya padaku terhadap Adam. Dia menghela nafas.

Moonlight Shading

304

Page 42: Moonlight shading 2

“Kau ingat, kita bertengkar beberapa minggu lalu karena Adam. Waktu itu setelah pelajaran Mr. Kemps.” Dia mengingatkanku dan aku menganggukkan kepalaku.

“Glad, dengar waktu itu aku..”

“Sudahlah, itu tidak penting. Maksudku, itu salahku. Aku menuduhmu menarik perhatiannya dan ingin membuatku cemburu. Maafkan aku.” Dan Glad semakin menyesal. Suaranya sedih dan memohon.

“Maksudmu? Kau dan dia.. Dulu..”

“Yah, aku menyukainya dan pernah mengungkapkannya. Tapi dia menolakku. Makanya ku pikir dia menceritakannya padamu dan ingin membuatku cemburu, maafkan aku. Aku sangat kekanak-kanakkan kan?” Dan suara itu kembali tertawa. Aku terkekeh sendiri. Glad melakukan hal yang sama. Kami tertawa renyah selama beberapa lama.

Moonlight Shading

305

Page 43: Moonlight shading 2

“Yah, sedikit. Tidak apa-apa, santai saja.” Aku berusaha untuk tidak terdengar marah dan kesal. Glad menghela nafas lega.

“Well, dia mengajakku makan malam dengannya.” Kini aku yakin dia mengucapkannya dengan malu-malu dan wajahnya memerah. Aku sangat kagum dengan kejantanan Adam yang mulai membuka hatinya. Kami melanjutkan obrolan itu dengan Glad meminta pendapatku mengenai pakaiannya malam ini.

Aku harus mengecewakannya kali ini, karena pikiran tentang aku begitu mengenal dunia wanita sangat jauh dari dugaannya, Glad terkejut karena aku tidak mengerti apa yang harus dikenakannya.

Dia dengan bijaksana mau mengakhiri pembicaraan tentang penampilannya malam ini. Obrolan kami berlanjut hingga membicarakan aku dan Matthew, yang sebenarnya tidak pernah luput dari pendengarannya.

Moonlight Shading

306

Page 44: Moonlight shading 2

“Bagaimana dengan Mr. Cool Guy-mu?”

Ia mengucapnya dengan nada sindiran yang terdengar menjijikkan. Aku mendesah.

“Well, ia baik-baik saja, nona.”

“Ayolah, pasti banyak yang terjadi kan? Apa ia sering berkunjung kerumahmu? Apa kalian berkencan?”

“Hey, hey, hey Glad. Tenanglah. Bukan seperti yang kau bayangkan. Tidak seperti itu.”

“Oh, yang benar saja.”

“Ya.”

Aku mengerutkan dahi, bingung dengan apa yang harus aku katakan padanya. Tidak mungkin kuceritakan semua yang kami bicarakan. Tentang obrolan makhluk supernatural yang secara logika manusia tidak mungkin adanya. Aku tentu tidak akan menceritakannya.

Moonlight Shading

307

Page 45: Moonlight shading 2

Aku terdiam namun aku memberinya isyarat bahwa Mom sedang mendengarkan semuanya dan mungkin dia akan kembali menatapku tajam sekali. Kami mengakhiri pembicaraan itu, aku menutup teleponnya dan menaiki tangga menuju kamarku.

Seperti biasa, menyalakan laptopku, melihat email yang masuk dan membalasnya. Bisa ku tebak, pasti dari Brit. Aku merindukannya, begitulah yang ku tulis dihalaman terakhir dari emailku.

Malam itu aku sedang berperang melawan tugas makalah yang diberikan oleh guru sejarah dan juga bahasa inggris yang membosankan itu. Berjam-jam aku harus berhadapan dengan laptopku, dan dengan sepuluh jari yang kumiliki aku harus mengetik dan menulisnya menuangkan apa yanga da didalam otakku.

Aku sesekali memalingkan wajahku dari laptop, karena aku tidak betah berlama-lama didepannya dan kerana juga radiasi yang terjadi. Aku mengingatnya,

Moonlight Shading

308

Page 46: Moonlight shading 2

pembicaraan terakhir kami, ditaman, dengan tubuhnya yang sempurna itu dia menyulapku dengan memujanya dalam hati. Aroma tubuhnya yang bagaikan bunga serta nafasnya yang sangat wangi, harum dan begitu lembut membuatku menginginkannya hadir saat ini.

Aku tahu, detik ini aku mulai gila karenanya, tapi aku menikmatinya, aku senang bisa bersamanya dan mengobrol dengannya. Suara ayahku menyadarkanku dari lamunanku, ia baru saja tiba pulang agak larut. Ibuku sudah terlelap saat ia datang, aku turun dan membantunya menyiapkan makan malamnya. Dia terkejut melihatku dan kembali duduk dimeja makan.

“Kau belum tidur?” Suaranya memecahkan keheningan diantara kami. Suara Dad lantang dan parau. Wajahnya terlihat kusut dan muram.

“Belum, masih mengerjakan tugas.” Aku memberikannya piring, sendok dan gelas agar Dad bisa mulai memakannya.

Moonlight Shading

309

Page 47: Moonlight shading 2

Dad mulai melahapnya, bahkan terlihat sangat rakus. Aku menemaninya, Dad tidak makan lama, ia menatapku.

“Kau kembalilah mengerjakan PR-mu. Aku bisa melakukannya, Dear.” Dia tersenyum padaku lalu mengusap lembut rambutku yang panjang ini dengan sebelah tangannya.

“Tidak, aku sudah berjam-jam didepan laptop. Rasanya mataku butuh istirahat dulu. Bagaimana harimu, Dad?” Aku memegangi tangannya kali ini. Hal yang paling ingin aku lakukan, dan baru ku lakukan kali ini padanya.

“Lumayan, tidak buruk. Kami masih menjaga TKP dari kondisi awal, dan kami juga masih memeriksa barang bukti.” Suaranya datar, wajahnya masih kusut dan sedikit kesal sendiri.

“Ada hasilnya?” Aku masih menatapnya penuh senyum.

“Yeah. Kali ini aku yakin, itu bukan perbuatan manusia, Dear. Kami

Moonlight Shading

310

Page 48: Moonlight shading 2

menemukan jejak kaki yang aneh, bukan jejak kaki manusia.” Dad masih menggenggam erat tanganku. Tubuhku menegang dan wajahku kaku.

“Tapi itu bisa saja jejak kaki hewan, Dad?”

“Menurutmu, hewan apa yang bisa menghabisi nyawa dua orang manusia ditengah malam tanpa sisa? Hewan apa yang hanya membutuhkan darah mereka saja?” Tuduh Dad dengan memekik. Aku mengerjap kaku.

Aku terkejut Dad bisa memiliki analisis sendiri tentang kasus ini. Kedua mata kami bertemu, pandangannya berharap aku mengatakan dugaannya benar, tapi aku mengelaknya, aku menggelengkan kepalaku lemah.

“Well, lusa aku akan menemanimu. Dan kita buktikan saja, apakah dugaanmu benar. Tapi kuminta, kali ini jangan sampai ada orang lain. Kau masih ingatkan kondisiku jika aku mencium aroma lain

Moonlight Shading

311

Page 49: Moonlight shading 2

yang bukan manusia, apalagi jika dugaanmu benar ini adalah makhluk lain. Aku akan cukup sensitif, Dad.” Aku mengingatkannya sekarang.

“Ya, tentu saja. Tapi,” Dad menahan suaranya. “Kami memindahkanmu ke New Jersy karena kami tidak mau semua itu menjadikanmu berubah, seperti dulu.” Ucap Dad, dengan nada enggannya.

“Aku mengerti, Dad. Jika tidak, aku tidak akan bertahan hingga sepuluh tahun lamanya.” Aku tersenyum padanya. Kutinggalkan ia sendirian didapur, aku kembali kekamarku dan memilih untuk tidur karena rasa kantuk yang ku rasakan.

Hari itu langit masih cerah, sinar matahari kembali menyinariku dan membangunkanku dari tidurku. Aku melakukan ritual kecil sebelum turun kebawah, mandi, mengganti pakaian kaos usang dan celana panjang tebal dengan kaos lengan panjang berwarna hitam dan jeans biru. Aku menuruni anak tangga dengan semangat, aku ingat mala mini

Moonlight Shading

312

Page 50: Moonlight shading 2

keluarga Lomax akan makan malam dengan kami, walau aku masih saja tertawa dalam hati membayangkan mereka makan seperti layaknya manusia. Tapi saat itu aku mendengarnya.

“Lomax tidak jadi datang malam ini.” Dad membuatku berdiam diri seperti patung dihadapannya. Aku berdiri layaknya patung – diam tak bergerak.

“Apa? Kenapa?” Aku mendekatinya, dan Dad menatapku heran. Wajahku sama herannya dengan tatapan Dad padaku. Aku tergelak.

“Mereka sedang ada urusan tak terduga. Dan mereka yang akan mengundang kita ke rumahnya jika urusan mereka selesai.” Dad menarik tanganku menyuruhku duduk dan melahap sarapanku. Aku terdiam, menikmati sarapanku dengan enggan walau sarapannya lenyap dari piring sekalipun tetap membuatku masih bertanya-tanya kemanakah keluarga Lomax pergi. Dad masih mengawasiku dengan tatapan

Moonlight Shading

313

Page 51: Moonlight shading 2

penuh tanyanya. Aku mencoba tersenyum manis, meredakan keheranannya.

Begitu tiba di sekolah, seperti yang tadi pagi ku dengar mengenai keluarga Lomax yang sedang berpergian itu adalah nyata. Ini sudah dua hari sejak terakhir kalinya aku bertemu dan berbicara dengannya. Mobil itu, tubuh sempurnanya dan juga aroma nafasnya yang membuatku tergila-gila padanya tidak ada, tidak berbekas di sekolah.

Dan seperti hari sebelumnya, aku melewatinya dengan membosankan. Walau sekarang agak berbeda, karena Glad telah bersahabat lagi denganku. Kami mengobrol dan juga duduk bersama saat dikelas Matematika. Jen memandangku penuh tanya, ia berbisik disaat pelajaran sejarah.

“Apa yang terjadi? Dia sudah memaafkanmu?” Jen membuka suara terlebih dahulu sebelum aku memulainya. Aku tersenyum renyah.

Moonlight Shading

314

Page 52: Moonlight shading 2

“Yah, lebih tepatnya kami saling memaafkan. Ini hanya karena salah paham. Dan sebaiknya kau tidak membahasnya didepannya, lagi. Sampai kapanpun. Oke?” Aku berbisik, agar tidak terdengar oleh Glad. Jen tertawa sesaat.

“Wow, jadi itu benar? Ia menyukai tuan muda yang terlihat jelas ia menyukaimu.”

“Oh, tidak,”

“Yah, tentu saja.”

Tubuhku condong pada Jen dan memandanginya begitu dalam. Jen tergelak.

“Dengar, Adam mengajakknya makan malam. Besok mereka akan makan malam bersama.” Aku kembali berbisik. Dan kali ini Jen memasang kedua matanya untuk menatap pasangan baru itu. Glad dan Adam sejak kemarin memang sudah mulai berdekatan. Kadang Adam memegangi tangannya dan begitu juga sebaliknya.

Moonlight Shading

315

Page 53: Moonlight shading 2

Sejak mereka dekat, Adam belum berbicara denganku.

“Apa Adam yang mengatakannya?” Matanya masih mengamati Glad dan Adam dengan seksama, tidak berpaling padaku.

“Well, bukan tapi Glad yang mengatakannya.”

“Apa Adam pernah mengajakmu makan malam, sebelum Glad?” Matanya sekarang menatapku, dahinya mengerut, bibirnya mengerucut dan tubuhnya condong padaku. Dan aku hanya memandangi Jen dengan sikap canggung dan kikuk.

“Well, sepertinya kau akan mengecewakannya, lagi. Jika dia tahu tentang itu.” Kali ini Jen memberikan pendapatnya yang sama sekali tidak ingin kudengar.

“Kalau begitu, terima kasih sudah mengingatkanku.” Erangku sinis. Jen tertawa geli.

Moonlight Shading

316

Page 54: Moonlight shading 2

Wajahku berpaling dari Jen, memandangi sekeliling yang sekarang tampak tidak indah, seindah dulu dengan kehadirannya yang begitu mempesona.

Kami menuju kafetaria, mengistirahatkan pikiran dari segala tugas dan pelajaran yang menyita banyak waktu. Marco dan Lucas menghampiri kami. Begitu juga Adam, Glad dan Anne.

“Hay, Vic.. Hay, Jen.”

Jen begitu antusias, ia tersenyum begitu manis dan bersahabat. Dan aku, hanya melambaikan tangan dan sedikit menyinggungkan senyuman diwajahku.

“Vic, kudengar polisi menemukan jejak baru?”

Suara lantang Marco mengejutkanku, aku berpaling memandangi wajahnya yang begitu lembut dan manis – ala meksiko itu.

“Yah, sepertinya begitu.”

Moonlight Shading

317

Page 55: Moonlight shading 2

“Jejak apa itu?” Dan Adam menimpalinya, sorot matanya begitu bersahabat tapi tidak tersenyum padaku.

“Entahlah, hanya jejak kaki yang belum pasti.” Aku menaikkan bahuku, dan memalingkan wajahku. Jen ia lebih tertarik berbicara dengan Marco daripada mendengarkan pembicaraan kami. Dan siang itu berakhir dengan buruk, aku kembali sendirian – karena semua temanku sedang sibuk dengan pasangan mereka masing-masing.

Kembali mengerjakan tugas dirumah dan menyiapkan makan malam lalu memajamkan mata jika tubuhku sudah lelah. Membosankan.

Moonlight Shading

318

Page 56: Moonlight shading 2

Part 13

Port Diamond

“Katakan padaku.” Tubuhnya yang berkelap-kelip bagai berlian memandangiku penuh senyum, aroma tubuhnya yang menggiurkan bagiku membuatku terpana dan lupa akan kehadirannya yang tiba-tiba dikamarku.

Moonlight Shading

319

Page 57: Moonlight shading 2

“Apa?” Aku masih terpesona, setengah mengangkat bahu. Dan ia menyeringai lembut, matanya berseri-seri indah membuatku kagum padanya.

“Katakan padaku kau tidak marah. Saat aku mengatakan rahasia terbesarku. Saat aku menceritakan tentang … ibumu.” Jelasnya tertahan. Aku mengerti apa yang dimaksudnya, tapi aku memilih diam dan menatapnya lembut.

Ia mendekatiku yang masih terbaring dikasur dengan selimut tebal menutupi sebagian tubuhku. Langkahnya tidak terdengar hingga aku yakin Dad dan Mom pasti tidak tahu ada seorang laki-laki vampire yang tampan dikamarku.

“Tidak, aku tidak marah. Hanya saja..” Aku mendekatinya, menyentuh tubuhnya yang berkelap-kelip indah dan membuat kulit putih pucatnya terlihat kemerahan dihadapanku. “Kau tidak sopan menganggapku sebagai rahasia terbesarmu.” Dan ia tertawa, aku meringis.

Moonlight Shading

320

Page 58: Moonlight shading 2

Ia meraih tanganku dan menggenggamnya.

“Tapi itu kenyataannya. Kau lihat, aku datang kemari karena aku mengkhawatirkanmu. Aku takut ucapanku membuatmu marah padaku. Aku menunggu hari ini dan sepertinya aku tidak bisa menundanya.”

“Tidak, aku tidak marah.” Punggung tangannya menyentuh wajahku, begitu dingin dan lembut. Tatapan mataku memandangi langit, langit cukup cerah beberapa hari belakangan ini.

“Apa karena matahari kau tidak masuk sekolah?” Tanyaku berbisik. Dan ia tersenyum. Menawan dan berkilauan. Aku terkesan sekaligus terpesona. Pesonanya membuatku sedikit kagum akan sosok dirinya yang sempurna ini.

“Tentu saja, matahari. Dengar, hari ini pun aku tidak bisa kesekolah. Aku harus ‘bersenang-senang’.” Suaranya santai dan tertawa kecil sendiri. Dahiku mengerut,

Moonlight Shading

321

Page 59: Moonlight shading 2

menggigit bibirku dan menatapnya bingung, dan sepertinya ia mengerti maksudku. “Aku akan berburu, dengan Joan dan Lucca.” Lanjutnya berbisik padaku. Kilauan yang membuat kulit putih pucatnya menjadi kemerahan baru pertama kali aku lihat. Sebelumnya kulitnya tidak merah sama sekali, tetap putih pucat dan menawan.

“Kulitmu, tidak putih pucat seperti biasanya. Sedikit kemerah-merahan. Kenapa?” Tanyaku dengan wajah bingung. Aku masih menyentuh kulitnya yang kemerahan itu.

“Sinar matahari yang terlalu menyengat, panas dan menyentuh kulit dengan sedikit sakit, itu akan memberikan efek warna kulit kami – vampire – jadi kemerahan seperti ini.” Jelasnya berbisik padaku. “Waktu itu, sinar tidak terlalu panas. Sedikit dedaunan menghalaunya secara langsung menyentuuh kulitku.” Lanjutnya memandangiku lembut dan

Moonlight Shading

322

Page 60: Moonlight shading 2

manis. Aku memberikannya senyuma manisku.

“Oh,” aku berseru datar. Dan aku kembali mendudukkan diriku dikasur. Tubuhnya tidak lagi berkelap-kelip indah dengan sedikit kemerahan. Langit telah berubah menjadi tak menyinari kamarku lagi, tampak mendung tapi tidak akan hujan.

“Kuharap aku punya banyak kesempatan untuk mengenalmu. Jika kau mengijinkannya.” Kedua tangannya memeluk wajahku, wajah kami berhadapan – begitu dekat hingga tidak ada jarak diantara kami. Sesaat tubuhku kaku aku membiarkannya mencoba meraih bibirku dan Dad menggagalkannya.

“Victoria, bangunlah..” Langkahnya mengejutkan kami, membuka mataku dan membuat Matthew menghilang dari hadapanku dengan gerakan kilatnya.

“Vicky, sedang apa kau?” Dad menatapku heran. Posisiku condong pada

Moonlight Shading

323

Page 61: Moonlight shading 2

ujung kasur dengan mata tertutup. Aku berusaha tersenyum, mengalihkan perhatian Dad.

“Dad? Hay, pagi...” Aku tersenyum simpul, memalingkan wajahku dari jendela agar Dad tidak curiga dan memandangiku. “Yah, aku akan segera… Berangkat, Dad.” Dan langsung menuju kamar mandi dengan segera. Dengan sikap yang terburu-buru yang aneh sekali.

Pagi yang tidak lagi secerah kemarin, begitu mendung disekolah membuatku tidak berhenti tersenyum – karena aku merasa langit begitu cerah walau hujan akan turun.

Aku masih membayangkan tubuhnya yang kelap-kelip indah bagai berlian berdiri dihadapanku dan hampir menciumku. Aroma nafasnya, tubuhnya yang putih dan tinggi berdiri dihadapanku serta suaranya yang lembut bagaikan suara penyanyi yang sedang mendendangkan alunan music klasik begitu nyata dalam benakku. Mataharilah yang membuatku tidak

Moonlight Shading

324

Page 62: Moonlight shading 2

melihatnya kemarin dan kemarin lusa, dan itulah alasannya, ia tidak bisa menampakkan diri dalam keadaannya yang berkelap-kelip di sekolah. Glad menghampiri kami, membuyarkan lamunanku tentangnya.

“Hay, sore ini aku ingin ke Port Diamond. Kalian mau ikut?” Glad tersenyum saat itu. Jen dan aku sesaat saling memandang. Kami tercengang.

“Boleh, pasti menyenangkan. Sudah lama aku belum jalan-jalan kesana.” Jen kembali tersenyum dan duduk disebelah Steve yang sedang menceritakan tentang mobil barunya. Aku mengangkat bahuku, memandangi Glad yang berseri-seri.

“Dan, kau Victoria?”

Aku tergelak. Memandangi Glad dan Jen secara bergantian.

“Kau ikut?” Tanya Glad lagi.

“Aku.. Aku.. Tentu, boleh aku akan ikut.” Dan sekarang aku duduk disebelah

Moonlight Shading

325

Page 63: Moonlight shading 2

Glad. Ku lihat Adam memandangiku dan tersenyum. Aku membalasnya.

Sebelum masuk kekelas berikutnya aku mengirimkan pesan pendek lewat handphone ke nomor ibuku.

Mom, hari ini aku akan pulang malam. Jen dan Glad mengajakku ke Port Diamond. Sampai bertemu di rumah, Love You..

Tak lama laporan pengiriman pun berhasil aku kembali memasukkan handphoneku kedalam saku.

Mengikuti pelajaran Fisika saat ini adalah neraka untukku, pelajaran yang memerlukan intelegensi tingkat tinggi membuatku menyerah. Butuh waktu lama untuk menjawab lima soal dalam waktu singkat, dan itu membuatku harus berpikir keras mengingat rumus dan menghitungnya dengan benar. Aku menyelesaikannya, walau susah aku harus menjawab dengan benar karena soal-soal

Moonlight Shading

326

Page 64: Moonlight shading 2

itu merupakan nilai tambahan karena nilaiku jelek untuk ujian minggu lalu.

Kulihat Jen dan Glad sudah menungguku, kami menyusun rencana hari itu Jen tidak membawa mobilnya jadi dia satu tumpangan denganku karena arah jalan kami tidak terlalu jauh.

Kami melajukan mobil dengan cepat, butuh waktu empat puluh lima menit untuk tiba di Port Diamond dari sekolah kami. Kami melewati banyak gedung-gedung tua dan kuno sepanjang jalan, Jen banyak mengenalkan gedung-gedung tua itu padaku. Walau sudah memasuki bulan kedua selama aku tinggal disini, aku masih belum mengenal jelas bagaimana kota ini dan juga keindahannya. Kami tiba di Port Diamond, dan kami menuju salah satu restoran Italia yang sangat besar disana lalu kami memarkirkan mobil kami.

“Aku lapar, kita makan dulu saja.” Glad menjelaskan maksud kedatangan kita di restoran ini. “Aku yang traktir.” Wajah kami mulai lega, mengingat aku hanya

Moonlight Shading

327

Page 65: Moonlight shading 2

membawa beberapa lembar uang dan sedang tidak berniat menghabiskannya di Port Diamond.

Aku dan Jen bersemangat, sudah lama aku tidak memakan makanan Italia, dulu saat aku masih di New Jersy aku sering memakannya di sekolah bersama-sama dengan temanku. Glad memesankan pizza khas Italia dengan ukuran pan yang besar, aku dan Jen saling memandang kami tidak sedang selapar itu. Saat menunggu pizza itu datang Glad mengungkapkan maksud tujuan kami datang ke Port Diamond.

“Apa? Membeli gaun?” Jen setengah teriak dan mencondongkan tubuhnya kearah Glad. “Untuk makan malam dengan Adam?”

“Yah, untuk.. Tunggu dulu, kau tahu dari mana?” Glad memandangiku geram dan wajahnya terlihat kesal. Aku sudah mengingatkan Jen untuk berpura-pura tidak tahu apapun, tapi ia melanggarnya. Aku menatapnya geram.

Moonlight Shading

328

Page 66: Moonlight shading 2

“Maaf, tapi aku kan hanya cerita pada Jen saja.” Aku berusaha merayunya. “Sungguh.” Aku menyakinkannya.

“Kukira kita sudah berjanji.” Wajah cantik Glad tampak kecewa.

“Oh, ayolah.” Jen mendesah pelan. “Apa salahnya? Lagipula, bagus juga aku tahu. Aku kan bisa membantumu mencari solusi mengenai gaunmu itu.” Jen merayu Glad. Aku memberikan cengiran datar.

“Kau benar. Ya, baiklah. Tidak apa-apa. Ada gunanya juga informasi memalukan itu untukmu, Jen.” Glad mengangguk pelan dan setuju. Dan Glad pun kembali tersenyum. Tak lama berselang, pelayan membawakan pizza pesenan kami, dengan cepat kami mengambil potongan-potongan pizza itu dan mulai melahapnya dengan rakus. Butuh waktu satu jam lebih untuk bisa menghabiskannya. Dan butuh waktu setengah jam untuk mengistirahatkan diri karena kekenyangan.

Moonlight Shading

329

Page 67: Moonlight shading 2

Glad mengajak kami melihat kedalam sebuah butik pakaian yang sangat mewah, melihat selera berpakaiannya yang mewah aku menebak Glad termasuk dalam daftar ‘anak yang memiliki orangtua kaya dan dengan bebasnya bisa memakai uangnya dengan sesuka hati’, itulah satu kalimat panjang yang cukup menggambarkan dirinya. Dia meminta saran kami begitu dia memilih beberapa potong gaun yang bagus. Tapi dari sepuluh gaun yang diambilnya, tidak satupun yang membuatnya tertarik. Aku memberikan saran.

“Well, Glad.. Aku rasa kau harus menemukan gaun yang bagus, tidak mahal, tapi sederhana.” Aku berusaha tidak menguruinya. “Karena menurutku, pria suka wanita yang tidak terlalu mewah dalam berpakaian.” Berusaha sekali aku memasang wajah biasa-biasa saja.

Glad mendengarkan saranku, dia mengajak kami berpindah ke beberapa butik untuk menemukan gaun yang

Moonlight Shading

330

Page 68: Moonlight shading 2

diinginkannya. Sesekali aku dan Jen bergantian memberinya masukan dan pendapat. Dan Glad mengikutinya, tak lama Glad menemukannya gaun yang cocok dengannya dan begitu sempurna ditubuhnya yang sangat padat dan berisi itu.

Gaun itu sesuai dengannya, bahannya lembut, modelnya pun tidak terlalu terbuka, dan sangat cocok dipakainya. Dia tersenyum manis sambil memandanginya, dan dia tidak henti-hentinya memuji dirinya.

“Bagaimana? Apa cocok?” Glad bertanya pada Jen dengan nada senang. Wajah Jen memandang datar.

“Yah, bagus. Aku rasa Adam juga akan menyukainya, iya kan Vic?” Jen menyenggolkan tangannya padaku, aku sedang melihat satu toko antik yang tidak jauh dari butik ini.

“He – eh, apa?” aku tergelak bingung. “Oh, gaun itu. Yah, gaun itu.. Sempurna..”

Moonlight Shading

331

Page 69: Moonlight shading 2

seruku dengan wajah yang tidak menyakinkan.

“Apa yang sedang kau lihat, Vic?” Glad mulai kesal aku tidak memberikan komentar yang cukup bagus – mungkin – baginya.

“Maaf, aku sedang melihat toko antik disana. Eh, tapi aku serius, kau sangat cocok dengan gaun itu.” Aku berusaha membuatnya tidak tersinggung. Dan dia tersenyum mendengarnya dariku.

“Oke. Aku ambil ini.” Sahut Glad, senang.

“Maaf, jika kalian tidak keberatan.. Aku ingin mampir ke toko antik itu. Sepertinya sangat menarik.” Aku menunjukkan jari telunjukku pada toko antic itu dengan wajah memelas.

“Baiklah, tapi jangan lama. Sebentar lagi sore.” Gald akhirnya menyerah.

“Baiklah, kita bertemu di parkiran.”

“Oke.” Sahutku.

Moonlight Shading

332

Page 70: Moonlight shading 2

Aku keluar dari butik, melangkah kakiku ke toko antik itu. Jaraknya memang lumayan jauh, tapi masih bisa kugapai dengan kedua kakiku ini. Aku menyebrang karena letaknya berada diseberang jalan dari posisiku berjalan, toko itu tidak terlalu ramai.

Ada beberapa orang didalamnya, dan semuanya sedang melihat-lihat barang antic yang tua. Toko ini menjual barang antic ratusan tahun lamanya. Kayu-kayu coklat yang umurnya cukup tua dari bentuk sebenarnya. Ada kaca berlapis kayu coklat dengan ornament hewan, ada juga jam burung hantu sedang bertengger didahan pohon yang kayunya hitam.

Aku baru beberapa menit, hanya melihat koleksi barang antik yang dimilikinya toko ini, lumayan lengkap. Aku tertarik melihat-lihat, karena menurutku barang antic menyimpan banyak kenangan. Memang terasa unik, bergaya kolosial, modelnya sangat kuno, harganya mahal, tapi sangat orisinil. Lalu aku

Moonlight Shading

333

Page 71: Moonlight shading 2

memutuskan keluar dari toko itu, saat itu aku mulai merasakan hawa yang berbeda.

Angin bertiup lebih kencang daripada sebelumnya, aku mulai menggigil dan dengan kedua tanganku aku memeluk tubuhku sendiri. Saat itulah aku melihat sesosok misterius berdiri diseberang jalan, sosok itu memandangiku dengan sorot mata tajam dan hanya sekilas saja, lalu pergi dengan cepatnya. Tanpa aku sadarai, aku mengikutinya, langkahnya begitu cepat dan aku harus menyesuaikannya. Semakin lama langkahku terlihat seperti berlari, dia melangkah terlalu cepat hingga aku benar-benar berlari.

Angin semakin kencang bertiup, tubuhku mulai kedinginan dan menusuk kulitku. Sudah lama aku tidak merasakan hal ini sejak aku mulai terbiasa dengan hadirnya Lomax dalam kehidupanku.

Kami menuju taman yang dipenuhi pohon-pohon besar, dan makin lama makin masuk kedalam hutan belantara yang gelap serta rasa dinginnya semakin

Moonlight Shading

334

Page 72: Moonlight shading 2

menusukku. Sesekali makhluk itu menoleh padaku, dan kembali melangkah kali ini langkahnya pelan dan lembut.

Aku terhenti, karena dia mulai berhenti dan membalikkan badannya menghadapku. Aku menegang saat itu, tidak bisa melihat wajahnya, karena tertutup oleh topinya yang lebar. Sekarang dia mendekatiku, pelan dan semakin mendekat. Kesunyian hutan, tidak terdengarnya kicauan burung, dan gelapnya hutan membuat tubuhku bergemetar hebat. Tubuhku membeku, rahangku mengatup rapat dan aku mengunci mulutku begitu rapat.

Aku melangkah mundur perlahan, lalu semakin lama aku semakin mundur. Dan dengan cepatnya dia berada dihadapanku, aku bisa menciumi aroma tubuhnya dan juga nafasnya. Sangat berbeda, aku tidak tahu bagaimana menggambarkan aroma tubuhnya itu, tidak bagus dan juga tidak buruk. Konsentrasiku buyar, dia memegangi tanganku, sentuhannya lebih

Moonlight Shading

335

Page 73: Moonlight shading 2

dingin daripada sentuhan Matthew padaku, aku mengerang kesakitan karena dia menyentuhku dengan begitu keras. Aku berteriak, sangat kencang, tapi tidak ada yang mendengarkanku dan dia semakin mengencangkan pegangannya.

Aku ingat sekarang, sosok ini mirip dengan yang ada dimimpiku, sosok yang besar, gelap dan tidak terlihat wajahnya ini. Aku berusaha melepaskan diri, berhasil aku menginjakkan kakinya dan aku langsung mengambil langkah untuk berlari. Dengan gerakkan cepatku, aku berusaha lari secepatnya tapi gerakkannya lebih cepat lagi. Aku terjatuh kini dia mulai menyejajarkan tubuhnya padaku.

Saat itulah, aku melihat gerakkan cepat khasnya. Sosok sempurna yang sangat kukagumi itu mendorong makhluk itu agar menjauh dariku, sosok sempurna itu tergeletak bersama makhluk aneh itu dan lalu keduanya terlibat perkelahian yang cukup sengit. Gerakan keduanya sama-sama cepat dan kasar. Matthew

Moonlight Shading

336

Page 74: Moonlight shading 2

terus saja bisa menghindari sosok itu, dan makhluk itu juga terus mengejar Matthew sampai akhirnya Matthew membuat makhluk itu terpelanting jauh membentur dahan pohon yang besar dan tinggi dan membuat makhluk itu tersungkur ke tanah, dengan cepat sosok sempurna itu – Matthew – mendekatiku. Aku langsung berdiri dibelakangnya, dan dia membawaku lari sangat cepat. Tak kulihat lagi sosok yang menyeramkan itu. Gerakkannya sama cepatnya dengan gerakan Matthew.

Matthew langsung membawaku ke masuk ke mobilnya. Gerakannya sangat cepat dan kasar, terkesan juga terburu-buru. Padahal langkahku gontai dan masih histeris ketakutan. Kami sudah berada didalam mobilnya, selain dirinya aku melihat saudara laki-lakinya yang lain, Joan Jackson. Dia menatap dingin padaku, aku hanya menundukkan kepala, takut. Dia mulai menyalakan mesin mobilnya, aku menghentikannya.

Moonlight Shading

337

Page 75: Moonlight shading 2

“Tunggu, aku bawa mobil.” Ucapku sambil menyentuh tangannya – menghalanginya menyalakan mesin. Dia memandangiku. Terbelalak.

“Apa?” Wajahnya bingung sesaat. Diam dan berpikir sejenak.

“Biar aku yang membawanya, kita antarkan dia pulang dulu saja.” Joan menawarkan bantuannya pada Matthew, dan Matthew menerimanya. Dengan cepat Matthew menyalakan mesin mobil, mengemudikan mobil dengan sangat cepatnya.

Saat itulah tubuh Joan yang sangat besar dan tinggi melangkah begitu cepat membawa mobilku dan dia menunggu Matthew bergerak. Aku mengambil handphoneku dan aku mengirim pesan singkat untuk Jen.

“Kau menghubungi siapa?” Suara lantangnya mengagetkanku. Aku nyaris menjatuhkan handphone-ku.

Moonlight Shading

338

Page 76: Moonlight shading 2

“Aku pergi bersama teman-temanku. Dan seharusnya mengantar Jen pulang, dan sekarang mobilku dibawa Joan. Sepertinya aku perlu meminta maaf padanya. Atau mengatakan sesuatu yang bisa menjelaskan kondisiku ini.” Aku berusaha menjelaskannya dengan cepat dan gugup, dan memandanginya. Wajahnya tetap memandang lurus ke depan bersamaan dengan mengendarai mobilnya.

“Apa yang kau bilang? Jangan katakan kau bertemu denganku.” Pekiknya.

“Tentu tidak, entahlah. Aku sedang berpikir.” Aku kembali menekankan tombol-tombol itu lalu mengirimnya ke nomor Jen, kemudian laporan pengiriman berhasil. Aku memandanginya lagi, dia begitu nyata dihadapanku.

“Well, kalau aku boleh tahu. Tadi itu... Makhluk apa? Sepertinya bukan manusia, atau apa begitu. Aku tidak tahu.” Aku sangat gemetaran, melihat gayanya

Moonlight Shading

339

Page 77: Moonlight shading 2

membawa mobil membuatku sangat ketakutan. Dan dia tidak menoleh kearahku.

“Aku tidak tahu, sepertinya dia tidak bermaksud membunuhmu, atau entahlah belum jelas. Ia hanya vampire biasa, aku tidak bisa membaca pikirannya. Pikirannya sulit sekali kumengerti, ia menggunakan kelemahanmu yang tidak bisa berdekatan dengan vampire itu untuk melukaimu.” Tatapan itu begitu dingin dan masih tetap memandang lurus kejalan. Dan aku kembali terpesona sesaat.

“Lalu, apa ada yang menyuruhnya? Maksudku apa mungkin ini unsur kesengajaan?” Aku mengerang bingung setelah mendengarnya menjawab pertanyaanku sebelumnya.

“Sudahlah, sekarang kau buat dirimu merasa nyaman selagi aku menyetir dan tolong… Jangan bicarakan makhluk itu dulu. Oke!” Suaranya terdengar galak olehku. Aku terpaku memandangnya dan mulai ketakutan teramat sangat.

Moonlight Shading

340

Page 78: Moonlight shading 2

“Baiklah, tapi kau berhutang padaku. Banyak sekali.” Dan dia tidak menjawabnya, dia tetap mengendarai mobil dengan sangat serius. Dan aku tetap konsentrasi berpegangan agar tidak terlempar keluar dari mobil ini.

Dalam benakku, sosok yang besar, gelap dan tidak terlihat wajahnya ini. Sosok yang pernah hadir dalam mimpiku, begitu jelas dan sangat menakutkan ternyata lebih seram kenyataannya daripada mimpi.

Moonlight Shading

341

Page 79: Moonlight shading 2

Part 14

Museum

Aku tiba dengan selamat dirumahku, dia tidak menuruniku tepat didepan rumahku, hanya sedikit menjauh beberapa rumah dari rumahku. Sebelum membiarkan aku turun, dia memandangiku.

Moonlight Shading

342

Page 80: Moonlight shading 2

Aku menyambut lembut tatapan yang sangat ku rindui ini, aroma tubuhnya yang masih sama, tubuhnya yang masih putih, tinggi dan juga suaranya pun masih sama semuanya. Dia menyentuh rambut panjangku, mengelusnya lembut dan menyiumi rambutku.

“Matthew, jelaskan padaku apa yang terjadi?”

“Makhluk ini tidak bisa kukenali. Pikirannya tidak bisa kubaca. Aku hanya mengenali baunya.” Wajahnya terlihat tidak percaya pada dirinya sendiri. Aku merasa kasihan melihatnya.

“Lalu, apa yang harus kulakukan? Apa ia akan mengejarku?”

“Tenang, ia tidak akan mengejarmu lagi.”

“Kau yakin?”

“Yakin.” Janjinya.

Tangannya yang lembut dan dingin masih menyentuh rambutku dengan pelan,

Moonlight Shading

343

Page 81: Moonlight shading 2

tubuhnya semakin condong padaku, tatapannya begitu lembut dan indah.

“Kalau bisa, lain kali jangan ceroboh. Jangan pergi sendirian. Jangan dekati bahaya.” Ujarnya, menyarankan. Suaranya mencekam. Aku hanya menganggukkan kepala, memandanginya dengan lembut, menggigit bibirku, mencoba meraba-raba tangannya yang dingin.

“Kau bilang kau sedang berburu. Lalu...” Suaraku tertahan – tidak mau membayangkan kembali apa yang baru saja terjadi padaku.

“Yah, tentu saja.” Matthew mengakui, lalu suaranya tertahan sendiri. “Saat aku baru saja turun dari gunung, aku menciumi aroma berbeda. Makhluk ini vampire yang penuh dengan nafsu membunuh. Nafasnya berat dan panjang, tapi pikirannya kompleks jadi aku tidak bisa membacanya.” Suaranya gugup. Aku menggenggam erat kedua tanganku sendiri. Beberapa bagian tubuhku masih gemetaran. Wajahku kembali tenang dan

Moonlight Shading

344

Page 82: Moonlight shading 2

normal, tatapanku memandangi rumahku yang sudah menyala terang berderang ditengah kegelapan.

“Pulanglah dan jangan kau pikirkan tentang peristiwa tadi. Tenangkan dirimu.” Pintanya lembut. Lalu dia membiarkan aku turun, menatapku dengan lembut dan tersenyum. Kami berdua berdiri tepat didepan pintu penumpangnya, saling berpandangan. Matthew mengamati wajahku yang masih pias, tubuhku gemetaran. Tidak menenangkanku dalam waktu singkat. Aku bahkan masih mengira – nyaris mati seketika – bahaya itu tetap akan terjadi lagi.

“Tenang saja, dia tidak akan datang lagi. Aku yakin. Aku akan datang padamu jika dia datang lagi. Percayalah.” Ucapnya, meyakinkanku. Wajahku masih pucat pasi, tubuhku gemetar.

“Benarkah?” entah mengapa aku masih ragu dan ketakutan.

“Ya. Kenapa?”

Moonlight Shading

345

Page 83: Moonlight shading 2

Kugelengkan kepalaku. Aku menghela nafas dalam-dalam. Kelegaan terdalam diriku, aku tahu Matthew tidak akan pernah berbohong. Kembali hatiku berdesir. Walau sempat berada disituasi gawat, aku senang Matthew disana menolongku.

“Kau takut?” Matthew berekspresi tidak percaya, alisnya sebelah terangkat, “Baru kali ini kulihat pembasmi ketakutan karena vampire asing.”

Kutinju bahu kanannya, “Aku pembasmi muda. Membunuh atau nafsu akan vampire-vampir belum menggiurkanku. Masih terlalu dini untukku, merasakan hausnya membunuh.”

“Tapi…”

“Aku bahkan sudah lupa kenangan itu. Rasanya… Membunuh.” Aku tercekat. Matthew bergeming dan terlihat menyesal.

“Maafkan aku.” Ucapnya lirih. Sebelah tangannya mengelus lembut pipiku, aku meringis kedinginan. Matthew

Moonlight Shading

346

Page 84: Moonlight shading 2

memindahkan tangannya, mengelus lembut puncak kepalaku.

Kualihkan pandanganku pada Joan. Sosoknya sedang mengawasi keadaan sekitar rumahku. Tatapan matanya seakan siap menerkam siapa saja yang terlihat olehnya. Sangat menakutkan.

“Sampaikan terima kasihku pada Joan. Aku tidak tahu akan seperti apa nasibku tanpa kalian.” Pintaku, masih memandangi aksi Joan.

“Tidak perlu. Joan sangat tahu kau menghargai tindakannya.” Ungkap Matthew.

“Trims.”

Sebelum masuk aku melihat mobilnya melaju dengan cepat dan sudah menghilang dari tempat tadi. Tubuhku masih gemeteran dan aku masih belum menenangkan diri akibat peristiwa yang terjadi hari ini. Teleponku bordering.

“Glad?” Tanyaku, tercekat.

Moonlight Shading

347

Page 85: Moonlight shading 2

“Yah, ini aku. Aku sangat khawatir denganmu. Kau tiba-tiba saja pulang…”

“Yah, maafkan aku. Tiba-tiba saja sesuatu… Menimpaku.” Potongku. Glad terdengar kaget.

“Kau baik-baik saja?”

“Yah, aku baik-baik saja.”

“Kau dimana?”

“Dirumah.”

“Oke. Istirahatlah. Dan, oh ya, Jen bersamaku. Dia juga sangat khawatir. Kita ketemu lagi besok di sekolah.” Ucapnya, terburu-buru. Sepertinya Glad sedang dalam perjalanan.

“Oke, bye..” kututup teleponku segera.

Hari sudah malam, lampu didepan rumahku sudah menyala sepertinya ibuku ada didalam. Aku memasuki rumah dengan langkah gontai, langkahku cepat menuju dapur. Kuabaikan sepasang mata

Moonlight Shading

348

Page 86: Moonlight shading 2

yang menatapku heran. Langkahku cepat, tubuhku gemetar. Secepat mungkin aku masuk dapur, ku teguk segelas air hingga habis tak bersisa.

“Dear?” Panggil Dad, mengejutkanku. Aku terperangah. Gelasku nyaris jatuh jika tidak ku pegang kuat-kuat.

“Dad?” Pekikku, nyaris teriak. Tubuhku bergetar, jantungku berdetak dengan cepat hingga nyaris mencuat keluar dari dalam tubuhku.

“Yah, memangnya kau kira siapa.” Akui Dad. Alisnya bertaut, matanya mengamati gerakanku seksama.

“Sesuatu terjadi? Kau baik-baik saja, Dear?” Tanya Dad, ragu-ragu.

“Yah. Hmmph,,tidak juga sih.” Akuiku gugup. Dad tampak bingung. Wajahnya mengernyit padaku dengan tatapannya menyipit padaku.

“Apa?”

Moonlight Shading

349

Page 87: Moonlight shading 2

“Hanya masalah remaja.” Dustaku. Kupikir Dad pasti akan sangat khawatir jika ku ceritakan sejujurnya. Aku belum siap dengan semua penjelasan, terlebih lagi dengan penjelasan tentang Matthew dan Joan yang tiba-tiba menolongku.

“Oh.” Dad terkesiap. Kudengar langkah turun dari tangga. Mom sedang menuju dapur. Matanya sama seperti Dad sebelumnya, tatapan khawatir.

“Kau sudah pulang?” Tanyanya lembut. Aku hanya tersenyum sebentar padanya. Tentu dengan tubuh yang gemetar. Berusaha tenang dan memelankan detak jantungku.

“Yah, aku tidak ingin berlama-lama ditempat itu. Dad dan Mom pulang cepat hari ini?” Aku mendekati Mom. Dia menoleh sesaat lalu kembali memasak, makan malam hari ini adalah pasta dan roti. Dad kembali duduk didepan tv.

“Yah, kami sedang tidak terlalu sibuk, Dear. Kau duduk saja, lalu kita makan

Moonlight Shading

350

Page 88: Moonlight shading 2

dulu. Setelah itu kau istirahat, ok.” Mom mendorongku duduk dibangku dan kembali memasak. Setelah menunggunya selama beberapa menit, masakannya sudah berada dimeja.

Aku menghirup dalam-dalam aroma masakan buatan ibuku, lalu mengambil beberapa sendok lalu mulai melahapnya perlahan karena masih panas. Saat itu mobil patroli Dad tiba, memasukkannya kedalam bagasi lalu menutup bagasi dan masuk kedalam. Meletakkan topi, jaket dan kuncinya sebelum melangkah ke meja makan dan menyantap makan malam.

“Mom bilang kau ke Port Diamond? Sudah pulang?” Suaranya melenyapkan perhatianku pada pastaku. Aku hanya menganggukkan kepala.

“Kami hanya melihat-lihat saja, dan aku terdampar sebentar di toko buku. Sepertinya aku akan kembali kesana.” Aku tetap memperhatikan pastaku – yang sekarang mulai masuk ke mulutku. Aku mengunyahnya. Aku mengalihkan

Moonlight Shading

351

Page 89: Moonlight shading 2

perhatianku dan orangtuaku dengan sikap santai yang dibuat-buat. Jika saja bisa tanpa makhluk aneh lagi – ucapku sendiri. Berusaha tenang, santai dan tidak terburu-buru, agar mereka tidak mencurigaiku dan kembali bertanya-tanya padaku tentang hari ini.

“Dear, besok kau mau berangkat jam berapa?” Alisnya bertemu, sekilas matanya menatapku.

“Terserah, aku akan mengikutimu.” Aku menyelesaikan makan malam lebih cepat, meletakkan piring dan gelasku di wastafel lalu menyucinya. Dad dan Mom memandangiku, mereka melihat gerakkanku yang terburu-buru.

“Kau buru-buru, Dear?” Mom menyentuh pundakku, aku terkejut dan memandangnya.

“Mom, kau mengejutkanku.” Aku kembali membereskan peralatan makan malam. “Aku ingin cepat beristirahat, tubuhku memerlukannya.” Dan aku tidak

Moonlight Shading

352

Page 90: Moonlight shading 2

memandang wajahnya yang sedang menatapku. Selesai semuanya aku meninggalkan mereka, menaiki tangga dengan pelan tidak terburu-buru sehingga mengakibatkan kecurigaan besar pada mereka dan mulai masuk kamar.

Aku mengambil semua peralatan mandi, mengambil kaos tidurku dan celananya, masuk kekamar mandi. Mulai menyirami tubuhku dengan air panas lalu menyabuninya, aku juga menyuci rambutku dengan sampo lalu menggosokkan gigiku dan terakhir mengganti pakaianku dengan kaos lengan pendek usang dan celana panjang yang tebal dan kembali ke kamar. Aku mulai melompat ke kasur, masih memandangi jendela dan teringatlah semuanya. Makhluk aneh itu, gerakkan cepatnya Matthew, ciuman lembutnya dirambutku dan wangi nafasnya yang hari ini kunikmati.

Entah senang, takut, bahagia dan lega aku rasa semuanya bercampur aduk,

Moonlight Shading

353

Page 91: Moonlight shading 2

sosoknya yang kurindukan telah kembali hadir dihadapanku dan menolongku. Aku tersenyum sendirian, tak lama kemudian aku mulai membalut tubuhku dengan selimut mematikan lampu dan memejamkan mata. Dan akhirnya memimpikannya, mimpi indah yang pernah terjadi selama aku memimpikannya adalah hari ini.

Aku bangun agak siang, Dad membangunkanku dengan lembut. Aku bangun dengan lunglai. Dan sedikit melambat aku memulai langkahku kekamar mandi, mengganti kaos usang dan celana panjang ku dengan kaos lengan pendek berkerah yang ku tutupi dengan jaket hitamku dan celana jeans biruku.

Begitu aku melangkah keluar rumah, udara dingin dan sejuk yang ku rindukan menyerangku. Aku bahagia. Dad sudah menungguku, hari ini Dad akan mengendarai Jeepku itu artinya aku terbebas dari pekerjaan yang

Moonlight Shading

354

Page 92: Moonlight shading 2

membutuhkan konsisten dalam menyetir dengan kedua tanganku. Perjalanan yang kami tempuh cukup jauh, paling dekat satu jam perjalanan dan paling lama bisa dua-tiga jam, karena museum berada di tengah kota sehingga kemacetan dalam kota membuatnya menjadi lebih jauh.

Aku memandangi pemandangan indah itu, pohon-pohon tinggi itu banyak disepanjang jalan ini, orang-orang dihari sabtu ini masih ada yang sibuk dengan urusannya, serta udara yang sejuk ini yang membuatku semangat membantu Dad.

Kami tiba di museum bermasalah itu – begitulah aku menyebutnya, dari luar bangunan kokoh ini sangat elegan, mewah dan besar tapi didalamnya terdapat kenangan buruk untuk banyak orang dan terlebih untuk sang pemilik museum ini.

Kami mulai memasuki museum, setelah peristiwa museum sempat tutup selama seminggu tapi sekarang museum itu sudah bekerja seperti sebelumnya, tidak ada yang perlu diperhatikan masih

Moonlight Shading

355

Page 93: Moonlight shading 2

banyak pengunjung yang berdatangan walau ku yakin salah satu alasannya adalah berita mengenai tewasnya para satpam itu. Dad mengajakku ke TKP, ditempat itu ku lihat pola posisi mereka yang ditandai dengan garis putih yang membentuk posisi terakhir para korban.

Aku mulai merinding, mencium aroma lain yang ku yakin bukan manusia dan juga hewan. Aku mulai menatap Dad, aku ingat dengan pernyataannya mengenai pelaku kejahatan ini dan sepertinya itu benar. Sekali cium saja aku sudah bisa merasakan sisa-sisa kehadiran mereka.

Bau anyir yang menyesakkan penciumanku memusingkanku. Selain itu bau busuk yang asing tapi sangat jelas pada hidungku juga nyaris membuatku mual. Dad mengkhawatirkanku.

“Kau baik-baik saja?”

“Tidak yakin, Dad.” Jawabku. Dad masih menyanggaku dengan kedua tangannya.

Moonlight Shading

356

Page 94: Moonlight shading 2

“Dad, kau menciumnya? Bau busuk sekali. Aku rasa aku belum mencium bau busuk seperti ini.” Ungkapku. Wajahku masih tampak mengernyit dengan bau busuk yang tercium jelas. Dad berusaha mengendus-endus, wajahnya tampak penasaran dengan penciumannya sendiri.

“Tidak. Aku hanya mencium bau anyir ini. Bau mayat ini, Dear.” Jawab Dad. Aku merinding. Hanya aku yang menciumnya, Dad bahkan tidak mampu menciumnya. Berarti ini memang bau dari makhluk lain.

“Memang kau menciumnya? Seperti apa?”

“Busuk. Sangat busuk. Entahlah aku tidak tahu bagaimana menggambarkannya.” Jelasku, ragu-ragu. Aku yakin dengan penciumanku. Dan tetap sama. Busuk yang amat sangat.

Dad mengijinkan aku melihat beberapa barang bukti, ada baju satpam yang penuh dengan darah, peralatan mereka yang juga berdarah dan aku

Moonlight Shading

357

Page 95: Moonlight shading 2

kembali menciumi sisa-sisa kehadiran makhluk itu. Aku melangkah keluar, Dad mengikutiku. Aku tidak tahan berada didalam merasakan sisa-sia kehadiran mereka yang mengusikku. Aku sangat terganggu dengan aroma busuk yang tercium olehku, dan itu membuatku merasa mual dan pusing karena aku belum terbiasa dengan keadaan ini – setelah melihat jejak aneh yang tempo hari pernah Dad ceritakan. Jejak itu memang bukan jejak manusia atau hewan, dan itu memberikan reaksi yang berbeda padaku.

“Ada apa? Apa yang kau rasakan, Dear?” Wajahnya kini mulai cemas, aku memandanginya dan memeluk wajahnya dengan kedua tanganku.

“Dad, dugaanmu benar. Ini bukan perbuatan manusia atau binatang.” Aku menatapnya yakin – Dad masih menatapku cemas. “Kau tidak usah mengkhawatirkan aku.” Sesaat aku memalingkan wajahku, Dad memelukku erat.

Moonlight Shading

358

Page 96: Moonlight shading 2

“Trims, Dear.” Ucap Dad dengan wajah lega, suara tulus dan sikapnya tenang.

“Sudahlah, sebaiknya kita pulang.” Aku mulai tidak tahan dengan kondisi tempat ini. “Aku mulai mual, Dad.” Tanganku ditariknya – dan Dad memegangiku dengan merangkul pinggangku dan menuntunku masuk kedalam mobil. Kami tidak bisa lama-lama di museum itu, kondisiku mulai tidak bisa dikendalikan. Didalam mobil aku berusaha untuk menenangkan diri, menarik nafas dalam-dalam lalu kembali memejamkan mataku. Aku yakin Dad kini sedang menatapku kebingungan.

“Ada apa? Apa yang terjadi padamu?” Suara khawatir Dad membuatku meringis. Dad masih cemas memandangiku dan tetap merangkul bahuku.

“Tenang saja, aku tidak apa-apa. Ini karena aroma jahat yang tersisa di museum itu. Dan karena aku tidak terbiasa makanya ini terjadi padaku.” Aku kembali

Moonlight Shading

359

Page 97: Moonlight shading 2

memejamkan mata sebelum tiba dirumah, kondisiku mulai stabil dan tenang. Dad masih terus merangkulku dan menuntutnku berjalan perlahan. Kulihat wajah Mom panic, dia menuntunku duduk diruang keluarga.

“Kau tidak apa-apa?” Tanyanya. Aku hanya menganggukkan kepala. Mom mengambilkan air mineral dan meminumkannya padaku. Dad masih berdiri dihadapanku – dengan kedua tangannya yang menopang dirinya di pinggangnya.

“Sebaiknya kita batalkan saja makan malam hari ini.” Wajahnya berhadapan langsung dengan Mom, Mom mulai panic sekarang.

“Tapi, kita tidak bisa..”

“Dad, malam ini kita akan makan malam dimana?” Suara parauku membuatnya kembali memandangiku. Dad memperhatikanku dengan seksama,

Moonlight Shading

360

Page 98: Moonlight shading 2

berpikir sejenak hingga membuatku jengkel.

“Dirumah keluarga Lomax. Mereka mengundang kita makan malam disana.”

“Benarkah? Bagus kalau begitu.” Aku tersenyum dan mataku berbinar-binar. Dad mengernyit. Mom mulai panic.

“Tidak, kita tidak akan datang. Kau akan dirumah, istirahat dan kami akan menemanimu.” Kembali sifat polisinya yang tidak kusukai muncul saat ini. Aku mengerang. Dad mengabaikan sikapku yang mengerang. Mom bersikap sama. Wajahnya galak dan geram dengan sikap keras kepalaku.

“Aku baik-baik saja, sungguh. Lihatlah.” Aku berputar-putar lincah dan mulai melangkah ke dapur lalu balik lagi berdiri dihadapan Dad. Mom memandangiku penuh tanya.

“Ayolah, jangan mengecewakan mereka. Ini pasti menyenangkan.” Rayuku dengan nada merengek. Aku memeluk

Moonlight Shading

361

Page 99: Moonlight shading 2

tangannya, merayunya dan berharap dia mengabulkannya. Mom mendesah. Dad masih mengernyit.

“Tidak, Philip bilang pada Lionel kita akan datang besok atau lain waktu. Katakan saja hari ini kita tidak bisa datang.” Perintah Mom, Mom menoleh padaku. “Dear, aku tidak mau sesuatu terjadi padamu. Melihat kondisimu tadi, aku khawatir. Jangan abaikan dirimu. Ok, bagaimana?” Wajahku murung aku melepaskan genggaman tanganku yang memeluk lengan Dad dan kembali duduk. Wajah ibuku tidak tersenyum juga tidak marah tapi aku mulai kesal dengan pernyataannya. “Ok, kau setuju. Phil, lakukanlah. Dan kau, gadisku kembali kekamarmu dan istirahatlah.” Suara perintahnya sangat menusuk perasaanku.

Aku mengikuti perintah ibuku, kembali kekamar, mandi, mengganti pakaianku dengan kaos dan celana tidurku lalu mulai terbaring tak berdaya diatas kasur dan membungkusnya dengan

Moonlight Shading

362

Page 100: Moonlight shading 2

selimut. Beberapa detik sebelum tidur aku masih terus memikirkan semua aroma busuk dan hal-hal misterius yang terjadi padaku. Dan akhirnya aku bermimpi.

Kali ini mimpi yang paling buruk, aku berada disebuah hutan belantara, gelap, pohon-pohon tinggi mengintariku dan sesosok besar dan tinggi memandangiku. Aku tersadar, peristiwa di Port Diamond terulang, aku mulai panic, mengambil langkah seribu berusaha menjauh dari sesosok yang mulai mengejarku hingga aku tidak tahu kemana kakiku ini berlari.

Aku terus berlari, kakiku lemah dan aku mulai kelelahan, aku berusaha berlari dengan nafas terengah-engah dan akhirnya terjatuh, aku berada dibagian terdalam hutan belantara yang gelap ini. Mataku samar-samar dalam gelap hutan ini berusaha mencari sosok makhluk besar itu. Makhluk besar dan menyeramkan itu berada dihadapanku, begitu nyata dan begitu besar hingga tubuhku kaku dan menegang. Aku berteriak, sangat kencang

Moonlight Shading

363

Page 101: Moonlight shading 2

tapi tidak ada yang menolongku, jantungku berdetak sangat kencang membuatku sakit dan terus memeganginya. Tangannya mencekik leherku, dan makhluk itu tertawa, keras dan begitu keras lalu aku menangis.

Aku mencium aroma tubuh yang kukenal, dan tubuhnya berada jauh dibelakang tubuh makhluk itu, tapi dia tidak melangkah maju untuk menolongku. Dia hanya melihat, lalu tersenyum puas dan kini tertawa , tawanya hampir sama dengan tawa makhluk ini. Aku mulai bingung, tangisku semakin deras, aku memanggil namanya tapi dia tidak bergeming.

Matthew… Tolong aku….

Dia tetap tertawa, ku lihat mulutnya bergerak hingga aku tahu apa yang coba diucapkannya.

Matilah kau... Kau pikir kau bisa berdekatan denganku? Menjauhlah dari hidupku…

Moonlight Shading

364

Page 102: Moonlight shading 2

Aku terpaku, benar-benar pasrah dan terus menangis. Tidak meronta-ronta karena cekikkan tangan makhluk ini, mendengar ucapannya aku benar-benar tidak berdaya dan lemah. Dan Matthew hanya melihatku jauh disana, tertawa dan meninggalkanku. Dan makhluk jahat serta jelek ini, semakin senang dan tertawa lebar dengan cekikkannya dileherku.

Tangannya dingin, sehingga cekikkan itu terasa menyakitan sekali. Perih dan pilu sekali di kulitku. Dan aku hanya bisa menangis dan berteriak. Kali ini aku berusaha meronta-ronta, berusaha melepaskan cekikkannya, berusaha menendangkan kedua kakiku yang melayang di udara untuk mengenai tubuhnya. Namun nihil, makhluk itu kuat dan kokoh sekali.

Tawa puasnya menyayat hatiku. Tangisku semakin keras dan deras. Sentuhan dinginnya dileherku membuat sekujur tubuhku lemas dan tak berdaya. Aku seperti kehabisan udara untuk

Moonlight Shading

365

Page 103: Moonlight shading 2

bernafas. Tidak ada daya untuk berusaha melepaskan diriku dari cekikan ini. Bahkan tubuhku saja pasrah dan diam. Perlahan mataku mulai menutup, aku lemah dan menyerah.

Aku terperanjat bangun, berteriak dengan lengkingan tinggi, nafasku masih terengah-engah sama saat didalam mimpi. Aku berkeringat, bajuku basah. Kulihat dijendela, langit masih gelap aku yakin ini belum pagi. Kudengar langkah yang terburu-buru menaiki tangga, lalu mulai membuka pintu kamarku.

Mom dan Dad, wajah mereka khawatir dan pucat, Mom memelukku, mengelus rambutku dan merapikannya, Dad menyalakan lampu dan melihat ekspresi burukku yang membuatnya semakin khawatir.

“Dear, kau tidak apa-apa?” wajah Mom penuh khawatir dan terus menatapku. Aku hanya memandangnya.

Moonlight Shading

366

Page 104: Moonlight shading 2

“Dear, kau bermimpi buruk lagi? Sayang, apa mimpi yang sama?”

Aku menggelengkan kepala. “Bukan.. Ini.. Jauh lebih buruk.. Kalian.. Apa yang kalian lakukan.. Disini?” Aku mulai terbata-bata. Dad dan Mom, duduk dihadapanku memegangi tanganku.

“Dear, kau berteriak. Teriakanmu lebih keras dari sebelumnya. Kau tidak ingat?”

“Tidak, aku.. Yah, aku memang berteriak, tapi.. Aku tidak sadar nyatanya aku juga berteriak..” Aku mulai mengontrol diriku.

Aku menarik nafas dalam-dalam, memejamkan mata sejenak dan berusaha untuk kembali tidur. Pikiranku menerawang tak karuan, membayangkan senyuman manisnya lalu pudar dengan membayangkan kembali mimpi burukku. Berkali-kali aku berusaha menenangka diriku. Berusaha memikirkan sesuatu hal lain yang bisa menenangkanku.

Moonlight Shading

367

Page 105: Moonlight shading 2

“Tidurlah. Coba tenangkan dirimu. Kami akan menemanimu disini, Dear.” Pinta Mom cemas. Tangannya mengelus lembut rambutku. Dad memandangiku lembut dan mencium keningku. Aku mengikuti apa yang mereka pinta. Mennenangkan diri dan mencoba tidur kembali.

Mom dan Dad masih menemaniku, saat mataku sudah tertutup mereka masih ada dikamarku, menyentuhku dan menenangkanku hingga aku mulai merasa nyaman, mereka akan meninggalkanku.

Part 15

Amarah

Moonlight Shading

368

Page 106: Moonlight shading 2

Pagi itu aku masih memikirkan mimpi buruk beberapa hari lalu. Dan yang terakhir dan yang terburuk adalah semalam. Sudah dua kali aku bermimpi buruk tentang Matthew, dan sekalipun aku tidak memberitahukan pada orangtuaku.

Aku bingung, harus memulai darimana, dari pengakuan bahwa mereka vampire, bahwa mereka telah menyiksaku dan aku memimpikan Matthew belakangan ini. Aku menggelengkan kepala, melihat Mom menyiapkan sarapan dan Dad yang sekarang sudah duduk dihadapanku dengan Koran didepan wajahnya yang dibaca dengan sangat seksama.

“Kau sudah disini?” Dad membuyarkan lamunanku. Aku tergelak.

“Yah, aku rasa sepertinya mimpi itu mempengaruhiku.” Aku meneguk susu coklatku tanpa melihat Dad yang sudah duduk dihadapanku. Dad kembali membaca koran paginya.

Moonlight Shading

369

Page 107: Moonlight shading 2

“Kau bermimpi apa, Dear?” Mom kembali ke meja makan, meletakkan sarapan dan menatapku. Aku bergidik.

“Mimpi buruk, dan.. Sepertinya aku tidak ingin menceritakannya…. Saat ini.” Aku berujar gugup, sedikit enggan bercerita. Kulahap sarapanku. Kumakan dengan tenang dengan pikiran yang sebenarnya tidak setenang sikapku. Aku terus memikirkan Matthew. Apa yang akan kulakukan saat bertemu dengannya, nanti. Tentang tanggapannya terhadap mimpi burukku.

“Belakangan ini kau suka bermimpi aneh. Apa itu wajar?” Dad melipat korannya dan memandangiku dengan tatapan tajam yang membuatku takut. Aku mengkeret dari posisi dudukku.

“Tidak wajar sih, tapi mimpi kan memang begitu Dad. Selalu datang tanpa diundang. Aku bahkan tidak bisa menekan tombol untuk diberikan mimpi indah terus.” Ocehku sambil mengunyah sarapanku. Masih usahaku untuk

Moonlight Shading

370

Page 108: Moonlight shading 2

menenangkan diriku. Dad mengernyitkan dahinya.

“Tidak lucu.” Seru Dad sinis dan meneguk kopi hangatnya. Aku mengabaikannya dengan terus melahap sarapanku dengan santai yang kubuat-buat.

Pagi itu terlewatkan sangat cepat, Dad sudah berangkat kekantornya, Mom sudah memulai membersihkan taman. Dan aku siap berangkat sekolah dan bertemu dengan Matthew untuk meminta penjelesan.

Tubuh sempurnanya bersandar pada bumper mobil Porsche silvernya, dengan kemeja biru muda yang ditutupi dengan sweater putih membuatnya terlihat sangat tampan. Tubuhnya yang tinggi memandangku dari kejauhan dan begitu juga saudaranya. Aku meninggalkan mereka diparkiran, menuju kafetaria sebelum masuk pelajaran Biologi dan menenangkan diri. Jen menghampiriku.

Moonlight Shading

371

Page 109: Moonlight shading 2

“Sedang apa kau?” Jen merangkul bahuku, menyadarkanku dari lamunanku.

“Tidak sedang apa-apa.” Dustaku.

“Sebaiknya kita masuk kelas, kau ingat kita ada tes.” Jen mengajakku mengikuti pelajaran yang tidak ingin kulewati, sebenarnya. Sepanjang jalan dia menanyakan beberapa hal yang aku yakin aku tidak mendengarkannya. Dia tertarik untuk mengetahui cerita makan malam Glad dengan Adam sabtu kemarin, sedangkan aku ingin sekali melupakan hari itu. Secepatnya.

Begitu kami masuk ke kelas, aku tergelak kaku dan mematung selama beberapa detik. Matthew duduk disana, dibangku dan meja yang sama denganku. Ini alasan aku tidak tertarik dengan Biologi hari ini.

Pelan-pelan aku mendekati meja menyebalkan itu, berusaha duduk manis dengan sikap biasa-biasa saja. Mata birunya yang menyipit memandangiku,

Moonlight Shading

372

Page 110: Moonlight shading 2

walau aku sudah duduk disampingnya. Dia masih menatapku yang sedangkan aku mengabaikannya.

“Kau kenapa?” Dia berbisik, aroma nafasnya membuatku merinding.

“Bukan urusanmu.” Ucapku sinis. Kulirik Matthew, wajahnya tergelak kaget.

“Apa sesuatu terjadi, ya?” suaranya merdu dan pelan sekali. Wajahnya terlihat cemas. Membuatku sulit untuk bicara sinis, lagi. Aku mengambil secarik kertas, menuliskannya kata-kata yang ingin kuucapkan tapi tertahan di tenggorokkanku yang rasanya sekarang seperti tercekik olehku sendiri.

Aku berjaga-jaga, agar tidak ketahuan oleh Mr. Doney, yang saat ini sedang menerangkan tentang makhluk-makhluk yang tidak punya tulang dan yang punya tulang serta akan memberikan tes diakhir penjelasannya. Aku memberikan kertas itu padanya. Kulihat alisnya bertemu, dan

Moonlight Shading

373

Page 111: Moonlight shading 2

mengerutkan dahi. Tulisanku begitu membuatnya marah.

Aku mohon, jangan mendekatiku lagi.. Cukup sampai disini kau merasakan ketertarikanmu padaku. Tapi aku TIDAK. Aku tidak mau tersiksa lagi… menjauhlah !!!

Matthew meremaskan kertas itu, hingga kertas itu tidak seputih dan selembut biasanya. Kertas itu mengkerut dan tersobek-sobek.

Gigi-giginya gemertak, hingga aku bisa mendengarnya dan aku tahu aku sangat jahat padanya. Tapi pikirku, ini yang terbaik ini yang seharusnya terjadi. Kami tidak boleh berdekatan, aku malaikat pencabut nyawanya, aku bisa saja berbahaya dan mungkin sebaliknya.

Dan yang membuat keyakinanku begitu kuat, kami tidak boleh jatuh cinta. Walaupun aku tidak tahu, apakah ini cinta

Moonlight Shading

374

Page 112: Moonlight shading 2

tapi aku tidak mau hal itu terjadi bahkan tidak boleh terlintas dalam benakku. Aku harus menghindari mahakarya sempurna ini.

Pandanganku tetap lurus, memandang Mr. Doney dengan serius, hingga apa yang terucapnya begitu nyata dalam otakku. Aku bisa mencerna semua ucapannya dengan normal, biasanya aku tidak benar-benar menggunakan kemampuan otakku untuk mendengarkan penjelasan dari setiap pembelajaran, karena sebenarnya orang sepertiku – pembasmi – memiliki otak dan pemikiran untuk hal lain.

Memang, untuk belajar atau berdiskusi, mengerjakan tugas dan laporan atau ujian, tentu otakuku ini masih berkemampuan untuk melakukan hal-hal itu. Dan mungkin, akan melebihi kecerdasan manusia. Sayangnya, aku memilih untuk tidak terlalu menonjol.

Semua makhluk magis bisa melakukannya, dan mungkin juga makhluk

Moonlight Shading

375

Page 113: Moonlight shading 2

sempurna dan rupawan disampingku juga melakukannya – jelas sekali, dia kan bukan sekali melewati masa sekolah – karena vampire mudah sekali belajar dan memahami.

Kekuatan ‘otak’ makhluk-makhluk seperti kami tidak permanen. Kami bisa benar-benar tampak pintar dengan otak normal layaknya manusia, tapi kami special, kami berbeda tentu kami memiliki ruang lebih dan standar lebih dalam intelegensis. Dan jenisku, lebih memilih memakai kemampuan intelegensis ini dalam hal-hal yang berhubungan dengan ketidak normalan itu juga.

Selesai pelajaran Biologi dan juga tesnya, aku melangkah cepat menuju kafetaria. Walau tidak tertarik untuk makan, tapi kurasa aku membutuhkannya setidaknya meneguk air mineral yang baik untuk tubuh. Aku memandang ke belakang, sosok rupawan tapi berbahaya ini berada dibelakangku, masih memandangiku. Sejenak aku terdiam

Moonlight Shading

376

Page 114: Moonlight shading 2

sebelum duduk dibangku, aku masih berdiri memandangnya hingga Glad menarik tanganku.

“Duduklah, Vic.” Glad masih memegangi tanganku dan aku menurut. “Kau mau makan apa?”

“Tidak, aku hanya mau minum…. Air mineral saja, please.” Aku memang perlu minum, dan kulihat Glad memesankannya untukku.

Aku masih memandangi Matthew, matanya pun masih memandangiku dengan penuh amarah yang tertahan. Namun, sekilas bayangan mimpi buruk yang pernah kualami kembali datang, seakan-akan mengingatkan diriku untuk tetap pada pendirianku, ya meninggalkannya.

Aku tertawa sendiri, geli dengan pernyataanku akan kedeketan kami, kami tidak pernah seintim itu – omelku sendiri. Memang beberapa kali kami cukup menarik perhatian orang-orang di sekolah,

Moonlight Shading

377

Page 115: Moonlight shading 2

tapi itu tidak bisa dibilang intim. Dan hubungan kami juga, hanya sebatas teman ngobrol saja – jika obrolan mengenai eksistensi kami termasuk kedalam obrolan normal.

Setelah meneguk beberapa kali, aku bangkit dan mulai menuju kelas bahasa inggris bersama teman-temanku. Saat itulah, tawa Glad dan Jen terdengar jelas – mereka sangat senang membahas acara makan malam Glad dengan Adam yang tidak benar-benar membuatku untuk mendengarnya.

Mengikuti pelajaran sejarah disiang hari meredakan pikiranku yang melayang dan samar-samar. Aku berusaha tetap focus denga pelajaran hingga aku bisa merasa tenang dan sejenak melupakan Matthew dan mimpi burukku tentangnya.

Aku menuju parkiran, dan kembali tubuhku kaku ditempat aku berdiri. Tubuh tinggi dan sempurnya itu bersandar pada Jeepku. Masih tidak tersenyum, masih memandangiku penuh amarah dan masih

Moonlight Shading

378

Page 116: Moonlight shading 2

menegang seperti pertama kali. Tajam. Dingin. Dan aku mendekat.

“Ada apa? Sepertinya aku tidak punya urusan denganmu. Bukankah aku sudah bilang…” Suaraku terpotong, dia menempelkan jari telunjuknya dibibirku. Dingin.

“Baiklah, aku akan menjelaskannya. Itu kan yang kau mau?” Bola matanya masih penuh dengan amarah saat memandangiku. Aku membeku.

“Bukan, penjelasan yang kuminta.” Bantahku.

“Lalu?”

“Yang aku minta adalah peringatan untukmu. Aku perlu memastikan semua alasan bodohmu dengan sikap ramahmu padaku itu adalah suatu kesalahan, vampire.” Ujarku, ketus dan dingin. Kutatap matanya yang dingin lekat-lekat. Matthew tak kalah geramnya padaku.

Moonlight Shading

379

Page 117: Moonlight shading 2

“Terserah apa katamu. Akan aku terima. Mintalah apa yang kau anggap kesalahan, pembasmi muda.” Balasnya tak kalah ketusnya. Aku tergelak. Wajahnya berbeda. Tidak ramah dan hangat seperti beberapa waktu lalu. Seakan sosok vampire yang sebenarnyalah yang ada di hadapanku.

“Yah, banyak yang ingin kupastikan.” Aku pun juga memandangnya penuh tanya dan marah. “Temui aku dihutan dekat toko barang antik kemarin, kau ingat? Aku rasa disanalah tempat yang bagus.” Suaraku lantang padanya.Dia menganggukkan kepalanya dan dengan cepatnya sudah berada didalam Porschenya yang kini sudah melaju cepat. Sebelum masuk ke Jeepku, aku melihat saudaranya memandangiku tajam.

Mereka seakan tahu apa yang terjadi antara aku dan Matthew. Mata mereka menghujam tajam padaku. Dingin. Kaku dan seperti siap menerkamku kuat-kuat,

Moonlight Shading

380

Page 118: Moonlight shading 2

kurasa. Tubuh mereka terlihat tegang. Rahang mereka mengatup keras.

Aku dihutan itu, ditempat kemarin ia menolongku dari makhluk itu dan juga ditempat kematianku dalam mimpiku. Kami masih saling memandang dan penuh amarah, dan aku mulai memecahkan kebisuan itu.

“Apa maksudmu, dengan bilang kau tertarik padaku? Aku sungguh tidak percaya pada ucapanmu, Matthew.” Aku tidak bisa membuat suaraku terdengar halus olehnya.

“Entahlah, kau… Begitu nyata dihadapanku… Kau begitu menyiksaku… Tapi kau juga begitu menggodaku.” Nada merdunya itu terdengar jujur sekali. Wajahnya yang semula penuh amarah mulai melembut seperti bayi – dan kembali mempesonakanku. Aku menggelengkan kepalaku kaku.

“Aku…. Terus memikirkanmu, setelah pertemuan pertama itu.. Dan waktu

Moonlight Shading

381

Page 119: Moonlight shading 2

diruangan kesehatan itu, saat menolongmu aku… Aku sedikit gila karena aroma tubuhmu kembali menggodaku.” Suaranya indah sekali. Dan aku masih memandangnya penuh amarah. Aku mendesah.

“Dan saat aku berburu pun, kau hadir dibenakku. Begitu juga saat matahari menyinari kota ini, saat aku tidak bisa bertemu denganmu dan menciumi aromamu... Hanya ada kau. Selalu hanya tentang kau.”

Aku menggelengkan kepala, berusaha untuk menolak apa yang diucapkannya. “Tidak, jangan! Kau tahu, aku tidak ingin menyiksamu.” Bantahku, galak. Dia kembali mengerang.

“Aku tidak tersiksa sedikitpun, awalnya memang. Tapi setelah mencoba mendekatimu, aku tidak ingin menjauh. Tidak sama sekali.” Kedua alisnya bertaut. Wajahnya kembali menegang. Aku pun membalikkan tubuhku, membelakanginya.

Moonlight Shading

382

Page 120: Moonlight shading 2

“Dan saat berada dipuncak tebing, dibukit hutan pinus. Saat aku menunjukkan wujud asliku, aku melakukannya karena aku ingin kau mengerti, betapa jelas sekali kau hadir dalam setiap nafasku, hidupku, jiwaku dan entah bagaimana aku ingin melawan ketakutanku akan siapa dirimu itu. Aku hanya ingin kau tahu, siapapun aku, kau, itu tidak akan merubah perasaanku padamu….”

“Hentikan, hentikan pernyataanmu tentang ketertarikkanmu padaku… Hentikan!” Aku berteriak, memotong perkataan Matthew yang penuh dengan kata-kata pujian indah untukku. Kata-kataku berhamburan tak karuan dari mulutku. Tubuhku begitu panas dengan energy yang kukeluarkan saat berteriak tadi. Darah dalam diriku mengalir deras dan panas.

“Kau lupa saat itu kita bertarung. Kau vampire dan aku pembasmi. Dan saat itu, adalah saat nyata bahwa kita adalah musuh. Kita berbahaya. Kita, tidak bisa

Moonlight Shading

383

Page 121: Moonlight shading 2

bersatu hanya karena masalah perasaan konyolmu itu.” Lanjutku menggertak. Matthew terbelalak tajam.

“Bagiku saat itu bukan untuk menunjukkan bahwa kita berbahaya. Aku hanya melakukannya karena aku ingin tahu, seberapa berbahayanya kau untukku. Dan, “ Matthew berhenti sesaat. Dua mata indahnya memandangiku tajam dan lembut.

“Dan aku tidak merasakan bahwa kau berbahaya untukku. Kau kuat, tangguh dan berani. Aku bisa merasakannya. Kehebatanmu yang tidak berbahaya untukku.” Suaranya kini tegas dan mantap. Membuatku meremang dan melangkah mundur menjauhinya beberapa langkah.

“Kau tidak menyadarinya karena kau vampire bodoh. Baru kali ini aku lihat vampire lemah karena perasaannya pada pembasmi. Tidak bisa dipercaya.” Gumamku dengan nada mengejek. Matthew tergelak.

Moonlight Shading

384

Page 122: Moonlight shading 2

Dia mendekatiku, memandangiku penuh amarah dan giginya menggertak. Lalu pelan-pelan Matthew menggenggam lenganku erat sekali. Aku membeku. Berdiri mematung karena sentuhan dinginnya.

“Mengapa kau melarangku, aku bersungguh-sungguh.. Aku pun juga melawan keluargaku karena kau, karena siapa kami dan siapa kau. Apa kau tahu, aku menderita. Aku berusaha untuk bisa terbiasa denganmu. Aku tetap memilih bahwa kau yang kuinginkan. Tanpa peduli, siapa kita sebenarnya.” Ucapnya tegas dan mencekam. Matanya sedih, walau menahan amarah yang besar dia pun juga merasa sedih.

“Kau tahu, kau hadir dalam mimpiku… Kau juga menarik perhatianku.. Dan kuakui, aku terpesona akan hadirnya dirimu. Aku akui, kau bahkan bagai obat yang membuatku ketergantungan. Aku pasti gila mengatakan hal ini” Aku mengakuinya dengan sinis dan ia

Moonlight Shading

385

Page 123: Moonlight shading 2

tersenyum miring padaku. Kugelengkan kepalaku kuat-kuat.

“Benarkan, kau juga merasakannya. Aku tahu itu dan aku yakin…. Kau juga..”

“Tidak, tidak setelah hari ini.” Selaku geram. Aku melepaskan tanganku dari cengkramannya yang begitu kuat. Aku memekik tajam padanya. Matthew tergelak.

“Mimpiku buruk tentangmu, dan kau menginginkan kematianku. Kau biarkan aku mati ditangan makhluk itu. Kau ingat? Ditempat ini, kau biarkan aku mati ditangannya. Walau aku memohon padamu. Memintamu sampai menangis-nangis, tapi kau mengabaikanku. Aku berbahaya bagimu, dan begitu juga sebaliknya. Suatu saat nanti, kita akan saling membunuh. Dan aku tidak mau itu terjadi. Karena selama ini, kalian tidak melakukan tindakan kejahatan, setidaknya belum.” Aku kembali berteriak keras padanya, aku sedikit menjauh darinya.

Moonlight Shading

386

Page 124: Moonlight shading 2

Dan dia pun semakin mendekatkan dirinya.

“Aku tidak ingin melukai siapapun. Aku juga tidak ingin menjauh darimu, tapi.. Saat mimpi itu begitu nyata, aku hanya berpikir ini yang terbaik. Tidak ada lagi hubungan diantara kita.” Wajahku menangis sore ini, dihadapan makhluk yang sempurna yang mempesonakanku ini. Aku bahkan tidak tahu apa yang telah kuucapkan padanya. Yang aku tahu, aku hanya perlu berkata kasar padanya, menyakitinya.

“Kumohon… Cobalah untuk menerimaku, dan kau akan tahu apakah kau berbahaya bagiku dan apakah aku berbahaya bagimu, kita belum tahu kan? Cobalah untuk mengenalku lebih jauh, Vic…” Suaranya mulai parau, kulihat dia hampir menangis dengan pandangan sedihnya itu. Memohon padaku. “Dan ingat, apa yang menurutmu itu yang terbaik belum tentu itu yang terbaik. Bagiku, kita tidak akan pernah tahu apa

Moonlight Shading

387

Page 125: Moonlight shading 2

yang akan terjadi, walau kita makhluk yang berbeda tetap saja takdir masih milik kita.”

Aku tersentuh dengan ucapannya, menangis dan kembali aku mengerang. Hatiku kembali berdetak karena ucapannya yang terdengar magis untukku.

“Jangan, jangan lakukan ini padaku, Matthew… Takdirku adalah sebagai pembasmi dan biarkan tetap begitu, dan aku memilih untuk tidak melanggarnya… Tidak sekalipun tidak!” Aku membentaknya dengan keras. Dan dia kembali mencengkramkan tanganku.

“Kau takut jatuh cinta padaku? Apa karena itu? Apa itu takdir terburuk dalam kaum mu? Katakan!” Dia berteriak keras dihadapanku – aku kembali membeku melihat wajahnya.

“Jangan bodoh, aku tidak berbahaya.. Dan jika kau anugerah yang takdir berikan padaku, aku harus bagaimana?” Kini ia kembali sedih dengan matanya yang

Moonlight Shading

388

Page 126: Moonlight shading 2

tmpak berbeda, begitu dingin dan juga keras.

“Iya, aku tidak ingin jatuh cinta padamu. Tidak sama sekali!” Aku kembali berteriak padanya dan melepaskan cengkramannya. “Jauhi aku, dan anggaplah aku musuh terbesarmu. Lakukan itu!” Dan sekarang aku memintanya. Aku mulai meninggalkannya hingga akhirnya dia bisa menarikku dalam pelukkannya. Tangannya memeluk tubuhku dari belakang, aku bisa merasakan aroma tubuhnya dari dekat dan aku kembali tersiksa lagi.

“Dengar, sebesar apapun aku tersiksa karena hadirmu… Sebesar itulah aku mencintaimu! Dan bahkan perasaan cintaku akan jauh lebih besar dari perasaan tersiksa itu.” Dia membisikkan kata-katanya yang akhirnya membuatku menangis.

Aku melepaskan pelukkannya dan meninggalkannya dengan tangisan yang begitu dalam untuknya. Tubuhnya masih

Moonlight Shading

389

Page 127: Moonlight shading 2

memandangi kepergianku, tatapan matanya yang terakhir begitu dalam, dingin, tajam. kulitnya yang dingin menyentuh tubuhku dan membuatku tidak bisa melupakan sentuhannya yang mungkin terakhir kalinya.

Begitu tiba di rumah aku langsung menuju kamarku, aku membanting pintu kamarku dan menguncinya. Aku terbaring lemas dikasur dan masih menangis.

Hanya kata-kata terakhirnya yang membuatku menangis deras seperti ini dan karena aroma tubuhnya yang kembali memeluk tubuhku ini. Aku tidak ingin mimpi burukku menjadi kenyataan, aku tidak ingin membuatnya menderita, dan aku tidak ingin melukai siapapun termasuk dia.

Ketakutanku tentang apa yang akan terjadi pada kami – nantinya, selalu membuatku menyesali apa yang pernah kulakukan bersamanya, menyesali karena pernah mengenalnya, aku menyesali karena membiarkan diriku tetap

Moonlight Shading

390

Page 128: Moonlight shading 2

berdekatan dengannya walau saja tahu bahwa kami tidak boleh bersama. Dan menyesali, bahwa aku memiliki sesuatu yang sebenarnya ingin aku miliki bersamanya. Aku masih menangis, beberapa lama hingga akhirnya aku tertidur pulas.

Dad membangunkanku, terdengar ia berteriak keras menggedorkan pintu kamarku yang terkunci. Aku terbangun, dan mulai bangkit dari kasur lalu membuka kamar. Ku lihat Dad begitu mengkhawatirkan diriku.

“Ada apa?” Wajahku masih sembab dan terheran melihat ekspresi Mom dan Dad. Dad dan Mom memperhatikanku dengan seksama.

“Mengapa kau kunci pintumu? Kau membuat kami takut.” Dad memelukku lega – aku merasakanya. Dan Mom memperhatikan wajahku.

“Dear, kau menangis? Ada apa?” Tanya Mom memperhatikanku. Sentuhan

Moonlight Shading

391

Page 129: Moonlight shading 2

lembut tangannya mengelus rambutku. Aku melepaskan pelukkan Dad dan mencari alasan untuk mataku.

“Yah, aku menangis. Tadi sebelum tidur aku menonton film yang menyentuhku. Dan hasilnya, mataku sembab.” Aku tersenyum dan mulai membersihkan wajahku.

“Kau menonton film? Benarkah?” Dad memandangku tak percaya – dan aku pun lebih tidak percaya akan kata-kataku barusan.

“Yah, film drama... Sudahlah, kalian membangunkanku ada apa?” Aku mulai mengalihkan perhatian mereka.

“Well, ini tentang undangan makan malam. Sekarang kau bersiaplah.” Wajah Mom berseri-seri dan Dad memadangnya penuh tanya.

“Kemana kita? Siapa yang mengundang kita?”

Moonlight Shading

392

Page 130: Moonlight shading 2

“Teman lama Mom dan Dad. Kau juga sudah mengenalnya, Dear. Tapi tidak secara resmi dan langsung. Malam ini, kau akan mengenal mereka semuanya.” Suara Mom melengking senang sekali. Aku memandangi Mom dengan wajah terbingung-bingung.

“Oh, oke. Aku ikut saja.” Gumamku santai.

“Sudahlah, kau mandi lalu bersiap. Dan ingat, malam ini kau harus cantik.” Dad mengedipkan sebelah matanya padaku dan Mom masih berseri-seri penuh senyuman yang membuatku tertawa sendiri.

Aku menuruti perintah Dad, mandi menggantikan pakaianku dengan pakaian resmi yang ku punya beberapa waktu di New Jersy – ku kira pakaian ini tidak ku perlukan. Tidak terlalu resmi, hanya saja baju ini sangat menawan. Pakaian yang seharusnya ku pakai waktu malam prom, kini ku pakai untuk makan malam dirumah kawan Dad.

Moonlight Shading

393

Page 131: Moonlight shading 2

Part 16

Makan Malam

Moonlight Shading

394

Page 132: Moonlight shading 2

Aku mengenakan baju semi formal, baju itu berwarna biru gelap, berlengan pendek dan berenda dan aku juga mengenakan rok yang panjangnya hingga menutupi dengkul kakiku yang berwarna hitam, lalu sepatu hak tinggi yang tidak membuat tumitku naik dan menukik tajam, tapi sepatu hak tinggi berwana hitam dengan ban tali silang ini cukup mempercantik kakiku. Aku membiarkan rambutku terurai, Mom bilang terlihat lebih cantik.

Mom mengenakan pakaian yang modelnya hampir sama, hanya saja ibuku tidak mengenakan rok tapi celana panjang hitam yang sangat cocok dengan bentuk kakinya yang panjang. Rambut Mom yang tebal berwarna pirang madu diikat ditengah kepala dengan sedikit kepangan dikedua sisi kepala dan dihiasi dengan penjepit kecil-kecil berbentuk bunga berwarna merah jambu dan putih.

Moonlight Shading

395

Page 133: Moonlight shading 2

Dan Dad, mengenakan kemeja putihnya, jas hitamnya dan celana hitamnya. Tubuh tinggi dalam balutan kemeja putih dan jas hitamnya membuatnya terlihat gagah, rambut cepak, tebal, berwarna coklat gelapnya disisir rapih. Mom bilang makan malam ini semi formal karena juga untuk merayakan perkenalan pertama aku dengan teman Dad, yang sudah lama tidak pernah dikenalkannya. Kami melewati tebing yang curam, jalanan yang penuh dengan hutan belantara, sangat jauh dari kota dan yang jelas tidak ada rumah disekitanya. Bulu-bulu ditanganku mulai berdiri.

“Dad, kita akan kemana?” Aku menyentuh bahunya.

“Kerumah kawanku, sudah lama kami berencana makan malam. Tepatnya sebelum kau pulang, Dear.” Dad masih serius menyetirkan mobil Mom dengan cepat. Dan Mom, ku lihat wajahnya masih berseri-seri senang.

Moonlight Shading

396

Page 134: Moonlight shading 2

“Well, sebenarnya dia ingin sekali bertemu denganmu, Dear. Makanya mereka mengundang kita.” Imbuh Mom. Aku mengangguk pelan. Kepalaku masih pusing akibat menangis tersedu sedan dan terisak. Aku tidak yakin penampilanku tampak bagus atau tidak dhadapan kawan Dad dan Mom.

Kami tiba dirumah itu. Begitu besar, mewah dan megah. Rumah ini juga luas, aku menebak catnya putih karena gelap aku tidak terlalu yakin. Tapi sesaat tubuhku mulai kedinginan, aku kembali merasakan apa yang pernah aku rasakan saat bertemu dengan anggota keluarga Lomax. Aku terdiam dan kembali terkejut sesaat dengan dugaan yang masih penuh tanya.

Dad memencet bel, dan terdengar langkah kaki untuk membukakan pintu itu. Langkahnya pelan dan anggun. Seorang pria, sangat tampan, begitu rupawan dan mempesona.

Moonlight Shading

397

Page 135: Moonlight shading 2

Kami memasuki rumahnya, dalamnya begitu luas dan terbuka. Didepan rumah ini, disamping pintu depan terdapat dua jendela besar yang mengapitnya. Dua jendela tanpa tirai yang menutupinya.

Dan ada satu sofa berukuran lebar disisi kiri dari pintu utama dengan meja bundar dengan warna coklat toska yang indah. Ditiap dindingnya terdapat lukisan pemandangan yang indah, seperti tempat pariwisata dari berbagai negara, lantainya beralaskan karpet halus berwarna sama dengan mejanya dan juga sedikit ruang untuk meletakkan jaket, topi dan barang lainnya disisi kanan dari pintu utama. Suara pria itu juga lembut, sangat bijaksana setiap mendengarkan kata-katanya.

Lionel Lomax. Pria yang pernah bertemu denganku saat menjemput Dad kerumah. Pria itu memeluk Dad dengan erat, dan tersenyum pada Mom dan aku. Yang kurasakan kini lebih aneh, aku

Moonlight Shading

398

Page 136: Moonlight shading 2

mencium aroma tubuhnya begitu harum seperti pernah kukenal.

Dandananya malam ini tampan, rambutnya tersisir rapi kebelakang, rambut pirangnya keemasan, tingginya yang sebanding dengan Dad membuatnya gagah. Senyumannya bahkan meluluhkan hati Mom – mom tak hentinya menatapnya berseri-seri.

“Sudah lama sekali, Phil.” Ucapnya ditambah senyum menawanya. “Dan, kau Sarah…” Ia menyentuh bahu Mom, dan Mom kembali berseri-seri. “Kau semakin cantik saja.”

Mom tersipu malu. “Terima kasih, Lionel.” Dan Mom kembali berseri-seri. Aku membeku, mendengar namanya disebut dengan indah oleh Mom.

Datanglah seorang wanita, langkahnya gemulai, rambut coklat madu – yang sama dengan Matthew – yang bergelombang terurai indah. Senyum mengkilap, seperti pria ini. Wanita ini

Moonlight Shading

399

Page 137: Moonlight shading 2

menggunakan baju yang modelnya sama denganku, dan yang membuatku kaget aku bereaksi dengan kehadirannya. Sesuatu yang berbeda daripada aura anaknya. Ia menghampiri Dad dan Mom.

“Senang melihatmu lagi, Phil.” Sapanya ramah. Ia menyentuh lengan Dad. “ Dan, kau juga Sarah.” Lalu memeluk Mom cepat.

“Kau juga cantik malam ini, Camille.” Mom balas memuji. Sekarang aku tahu nama wanita yang lembut dan cantik itu.

Kedua pasangan sempurna nan menawan itu – vampire – memandangiku, tatapan mereka lembut dan ramah. Sesuatu terlihat dari mata mereka, seakan mereka memberikan aba-aba padaku. Mereka mengetahuinya tapi seakan itu bukanlah masalah.

Aku hanya melemparkan senyum, sebenarnya kehadiran mereka berduai tidak terlalu mempengaruhiku tapi aku baru pertama kali bertemu dengannya,

Moonlight Shading

400

Page 138: Moonlight shading 2

dan sepertinya Mom dan Dad sangat kaget melihat ekspresiku.

Kami dibawa masuk keruang tamu oleh Lionel dan Camille, langkah mereka sangat anggun, begitu lembut dan gemulai setiap gerakan mereka, dan saat itulah tubuhku mulai melawan.

“Hay, young lady..” Sapa Lionel ramah padaku. Menyeringai lebar dan indah. Camille melakukan hal yang sama. Wajah mereka datar dan tenang. Tidak kaget dan pucat mengetahui kehadiranku. Aku tergelak. Tidak menjawab sapaan lembut mereka.

“Akhirnya kita bertemu, young lady.” Ucap Camille lembut. “Suatu kehormatan untukku, Sayang.” Lanjutnya, lembut. Aku memberikan senyuman lebar yang cantik sekali.

Lalu aku melihat sosok-sosok itu lagi begitu melangkah masuk kedalam rumah, menuju ruang tamu dan ruang keluarga

Moonlight Shading

401

Page 139: Moonlight shading 2

yang menjadi satu hanya dipisah dengan tembok pembatas saja.

Tubuh besar, berkepala botak dan senyum jutek khasnya adalah Joan Jackson. Tubuh seksinya, rambut pirang keemasannya yang panjang dan wajah cantiknya adalah Evelyn Lomax. Rambut panjang sebahu, coklat madu, berponi dan berlayer dengan tubuh mungilnya adalah Julia Lomax. Sosoknya yang keren dengan rambut berantakkan, kalem dan juga tampan adalah Lucca Ward.

Dan yang terakhir, pria yang penuh kesempurnaan itu, yang matanya biru, tubuhnya tinggi adalah Matthew Lomax. Aku kembali goyah, kembali tersiksa seperti dulu. Mom dan Dad memelukku.

“Dear, kau kenapa? Apa kau sakit?” Wajah Mom sangat khawatir, ia berbisik padaku.

“Tidak apa-apa, aku hanya…. Hanya sakit perut.” Aku berbohong. Aku menunduk, karena mata-mata itu mulai

Moonlight Shading

402

Page 140: Moonlight shading 2

memadangiku tajam. Hanya Lionel yang begitu lembut tatapannya.Para vampire juga bereaksi aneh. Dan kami mulai tersiksa, terlebih lagi aku.

“Well, sudah lama kita tidak berkumpul. Semoga makan malam ini menyenangkan.” Lionel membuka keheningan didalam rumahnya, dan semua mengambil gelas masing-masing untuk bersulang.

“Dan, untuk gadis cantik ini. Victoria, selamat datang.” Ia mengangakat gelasnya dan tersenyum. Aku mulai mual, mencium bau anggur ini membuat mualku bertambah. Dan Dad memandangiku khawatir lagi.

“Dear, kau baik-baik saja?” Ia menundukkan wajahnya hingga sejajar denganku. Aku mengangguk. Dan saat itulah aku tidak bisa bertahan, aku kembali pingsan.

Aku terbangun. Mengerjap pelan-pelan.

Moonlight Shading

403

Page 141: Moonlight shading 2

Memandangi sekeliling, aku berada didalam kamar. Aku terbaring dikasur, dibalut dengan selimut sutra yang lembut berwarna kashmir dan sendirian dikamar ini. Tak lama pintu terbuka, Lionel masuk dan mendekatiku. Aku mengerutkan dahi, hanya dengannyalah aku bisa terus hidup normal. Dia tetap tersenyum.

“Kau sudah sadar?” Suaranya sama lembutnya dengan Matthew. Aku menganggukkan kepalaku. Camille duduk tak begitu dekat denganku. Anggun dan berkelas. Senyumnya manis dan lembut. Lionel yang berdiri disebelahnya sama. Senyumnya menenangkanku sesaat.

“Mengapa kalian… Kalian tidak mempengaruhiku?” Aku mengeluarkan suara parauku. Camille menyentuh pergelangan tanganku. Aku teringat. Camille adalah dokter dengan kehebatan yang sudah dibicarakan banyak orang di daerah ini. Camille tampak serius memeriksa denyut nadiku, dan juga denyut jantungku.

Moonlight Shading

404

Page 142: Moonlight shading 2

“Yah, ceritanya sangat panjang. Kau hanya perlu tahu, kami makhluk yang sudah lama menyesuaikan diri dengan manusia dan kaummu. Aku sudah hidup lebih dari satu-dua abad. Dan sepertinya, kau menyukai kami, kan?” Senyumnya menggodaku. Aku bisa lihat, rambut coklat madunya yang bergelombang terurai indah mengkilap dibawah sinar lampu. “Apa Matthew tidak menceritakannya?”

“Tidak, kami tidak banyak berbicara mengenai hal itu. Yah kuakui, hanya kalian berdua yang…. Aman bagiku” Aku mulai duduk dikasur untuk menenangkan diri, Lionel kembali tersenyum. “Apa yang terjadi? Maksudku, mengapa aku bisa pingsan?” Aku melihat Camille dan Lionel tersenyum berbarengan. Sesaat Camille memandangi Lionel lalu kembali memandangiku.

“Tentu saja karena kau mendapatkan tekanan besar dari anak-anakku, yang belum pernah kau rasakan sebelumnya.

Moonlight Shading

405

Page 143: Moonlight shading 2

Dan itu membuatmu tidak bisa menahan diri.” Senyum lembut Camille terlihat lagi.

“Aku sangat lemah sekarang.”

Dan Lionel tertawa. Aku juga tersenyum melihatnya. Mendengar vampire tertawa bukan hal pertama kalinya – Matthew sering tertawa karenaku.

“Tentu saja tidak, kau begitu kuat dan sangat hebat. Ini hanya membutuhkan waktu untuk penyesuaian saja.” Lionel mengelak dengan lembut. Astaga, dia tertawa dengan tampan sekali. Bahkan menyeringai manis padaku. Ya ampun, mereka berdua mempesonakanku.

“Tidak, aku lemah. Sekumpulan vampire kini puas melihatku terkapar karena kedekatan kami ini.” Celotehku kesal dan jengkel. Camille tertawa renyah. Lionel pun hanya tersenyum lembut. Mata mereka memandangiku cemas dan lembut. Mereka tampak menawan dan

Moonlight Shading

406

Page 144: Moonlight shading 2

sangat berkelas. Sikap mereka sangat terjaga.

“Kau ingin kembali kesana? Aku melarang Mom dan Dad-mu untuk melihatmu, karena kondisimu terlalu parah. Dan jika kau kembali terserang…”

Aku memotong ucapan Camille. “Aku akan kembali pingsan dan terkapar dirumah sakit. Begitu.”

Camille menggelengkan kepalanya. “Tidak, kau harus memulainya dari awal. Kembali menahan diri, bagaimana? Kau harus banyak belajar, seperti yang kau lakukan di sekolah, lakukanlah.”

Aku mengangkat bahuku. “Dan memang separah itukah? Maksudku, kehadiran anak-anak kalian dalam kedekatan seperti ini?”

Lionel mendekatkan wajahnya hingga aku bisa melihatnya, begitu nyata dihadapanku. Dia tersenyum sebelum menjawabnya. Tampan dan menawan.

Moonlight Shading

407

Page 145: Moonlight shading 2

“Awalnya mungkin, tapi jika itu bukan dirimu… Mungkin karena kau terbiasa hidup dengan manusia, dan begitu kau kembali ke kehidupan pembasmi… Kau menjadi lemah. Ini membutuhkan kebiasaan dan penyesuaian untuk hidup dengan kami.” Badannya kembali tegak.

“Dan peristiwa tadi sangat wajar saja terjadi. Makanya kau menganggap dirimu lemah.” Camille menambahkan dengan lembut sekali. Sikapnya halus sekali, benar-benar mencengangkanku. Aku menganggukkan kepala pelan sekali. Aku memandangi matanya, coklat keemasan dan sangat menawan sekali.

“Dasar pembasmi muda.” Gumamku pelan, terdengar mengejek diriku sendiri. Lionel dan Camille tersenyum, lebar hingga kulihat gigi-gigi putihnya berjejer rapi. Keduanya sama-sama menawan dan sempurna sekali. Indah dan rupawan. Seperti pajangan, mahakarya, patung, eh – apa, barang antic paling mahal dan menawan.

Moonlight Shading

408

Page 146: Moonlight shading 2

“Kau akan terbiasa, Sayang. Kau hanya butuh penyesuaian yang cukup sering saja.” Ucapnya, lembut, membuatku menyeringai. Camille juga sama, tersenyum lembut.

Tubuhnya juga tinggi dan sempurna, sekarang aku tahu darimana semua kesempurnaan yang dimiliki Matthew itu berasal. Camille merapihkan selimut dan pakaianku.

“Saat disekolah, atmosper mereka bercampur dengan udara luar. Sehingga tidak berpengaruh besar padamu. Dan disini, tempat kami, dimana kami mengumpulkan energy besar bersamaan. Itulah sebabnya kau pingsan. Kekuatannya belum pernah kau rasakan sebelumnya.” Jelas Camille. Menyeringai. Sesaat dia menyentuh punggung tanganku.

“Kau mau mencobanya, young lady?” Lionel membuatku menoleh cepat begitu mendengar panggilan ramahnya itu.

Moonlight Shading

409

Page 147: Moonlight shading 2

Aku terdiam. Menimbang-nimbang secepat mungkin, memikirkan kemungkinan buruk.

“Mereka semua menunggumu.” Seru Camille mengingatkan.

“Menungguku pingsan? Alasan bodoh.” Gerutu sendiri. Lionel tertawa kecil. Camille berdiri dengan anggunnya, dan Lionel meraihnya dalam pelukannya dengan sebelah tangannya yang meraih tanganku.

“Ayolah, yaung lady...” Ajak Lionel. Lembut.

Aku terdiam saat ingin meraih sambutan hangat tangannya. Lionel mengamatiku dalam-dalam. Aku terdiam.

“Hanya penyesuaian saja.” Imbuh Lionel. Masih memaksaku meraih tangannya. Aku menurut. Aku anggukkan kepalaku. Menurunkan kakiku dan mulai berdiri dengan sebelah tangan berpegangan pada tangan dingin Lionel.

Moonlight Shading

410

Page 148: Moonlight shading 2

“Tunggu, ingat... Jika sesuatu terjadi padaku.. Kau harus menolongku. Hanya kalian yang bisa.” Aku memohon pada Lionel dan Camille, dan mereka pun tertawa lagi. Kali ini tawanya tidak terhenti begitu kami tiba diruang keluarganya.

Kulihat Mom dan Dad begitu cemas, mereka menghampiriku dan memelukku. Tapi aku tersenyum, dan memandangi wajah mereka.

“Kau yakin baik-baik saja?” Suara Mom berbisik membuat Lionel tersenyum, dan aku melihatnya. Aku hanya menganggukkan kepala saja, karena itu juga membuatku tertawa.

“Well, jika tidak menyusahkanmu lagi... Nona, bisakah kita memulai acaranya?” Tatapan lembut Lionel memandangiku, semuanya penuh tanya dan begitu menyiksaku. Aku tersenyum.

“Yah, tentu saja. Aku akan berusaha agar tidak.... Pingsan.” Semua tertawa, tapi tidak sosok itu – Matthew. Dad dan

Moonlight Shading

411

Page 149: Moonlight shading 2

Mom tampak bingung lalu kembali normal dengan suasana bersahabat malam ini.

“Tenang saja, kalau kau pingsan pasti akan ada yang siap menggendongmu kok.” Sergah Joan, tertawa girang. Aku tergelak. Matthew – pastilah itu maksudnya.

“Well, tentu saja pasti ada yang siap tapi sayang lebih baik aku dibiarkan pingsan daripada digendong kalian.” Ucapku dingin. Dad dan Mom mengernyit, bingung dengan ocehanku pada Joan. Dan Joan – tertawa girang sekali.

“Kau tidak akan semudah itu pingsan, nona.” Tukas Lucca. Aku tersentak, Lucca – yang kalem dan pendiam – angkat bicara. Tersenyum datar dan lembut. Kugelengkan kepalaku, kuarahkan mataku pada kedua orangtuaku. Lucca tampak mengerti maksudku. Lionel berdeham-deham.

“Well, guys... Santailah. Makan malamnya tidak harus dengan candaan begitu. Lewati malam ini dengan santai.”

Moonlight Shading

412

Page 150: Moonlight shading 2

Ucap Lionel ramah dan sopan sekali, aku mengangguk pelan, “Nikmatilah makan malamnya, Philip, Sarah.” Ucapnya mengangkat gelas.

Mom dan Dad mengangguk pelan, menatapku bingung namun penuh arti – jelas-jelas aku sangat tahu arti tatapan itu.

Sosok sempurna yang baru siang tadi membuatku menangis karena ucapannya dan amarahnya membuatku terdiam sesaat. Dia berdiri disudut ruangan ini, memandangiku penuh arti yang tidak bisa ku mengerti dan membuatku bersalah padanya. Sempurna. Malam ini aku yakin dia merasa dialah pemenangnya. Aku tergelak. Matthew tersenyum padaku.

Lucunya makan malam kali ini sangat berbeda dari makan malam dimana pun. Makanan yang terhidang hanya sedikit, porsinya bisa ku hitung untuk tiga-lima orang padahal didalam rumah ini ada lebih dari jumlah itu.

Moonlight Shading

413

Page 151: Moonlight shading 2

Sikap Lionel dan Camille terlihat begitu wajar. Ramah dan bersahabat. Tapi, anak-anak mereka, bersikap dingin dan kaku.

Makan malamnya hanya dinikmati oleh Dad dan Mom, aku saja hanya memakannya sedikit sekali. Setelah pingsan tadi, nafsu makanku berkurang drastic. Dad dan Mom memperhatikan situasi aneh yang tidak biasanya. Keluarga Lomax, tidak memakan makanan mereka sendiri.

“Lionel dan Camille lebih bersahabat daripada kami.” Bisik Lucca, wajahnya kalem dan rahangnya mengatup rapat. Aku bingung melihatnya.

“Kau menahan sesuatu?” Tanyaku, bingung. Lucca mengatup rahang dan mengernyit lagi.

“Ya.” Jawab Lucca dengan wajah tegang dan serius sekali membuatku merinding, “Kehadiranmu.”

Moonlight Shading

414

Page 152: Moonlight shading 2

“Oh.” Aku, terkesiap kaku. Kujauhkan jarak dudukku darinya pelan-pelan. Tapi, kedua matanya masih memandangiku.

“Apa kalian pernah bersikap tidak normal didepan orangtuaku?” Tanyaku, ingin tahu.

Lucca melirik Dad dan Mom, “Tidak pernah. Kami selalu berusaha agar terlihat seperti manusia. Dan pada manusia manapun.”

“Dengan makanan?”

Lucca terkekeh, “Makanannya biasanya kami buang atau agar lebih menghormati kami berikan pada manusia sungguhan. Siapa saja yang kami temui.”

Aku tercengang.

Kulihat keakraban diantara Mom dan Dad dengan anak-anak Lionel dan Camille sangat bagus. Mereka tertawa satu sama lain, sangat mencair tidak ada perbedaan. Mom dan Dad sangat ramah berbicara dengan semua para anak muda vampire

Moonlight Shading

415

Page 153: Moonlight shading 2

ini. Bahkan Evelyn yang biasa jutek tampak lembut dan ramah pada Mom dan Dad. Julia mendekatiku, dengan langkahnya yang anggun dan lincah.

“Kau tidak mau berdansa, Victoria?” Suaranya merdu dan lembut, tubuhnya juga mungil dan cantik berada disamping Lucca. Ia tersenyum hingga aku melihat gigi-giginya berjejer dengan indahnya. Julia Lomax, tampil dengan gaun pendek dan membuat dirinya terlihat mungil.

“Tidak, aku tidak tertarik untuk… Dansa.” Aku berujar kaku. Tubuh itu semakin dekat disebelahku, mencondangkan wajahnya padaku, matanya seperti sedang mengamati sesuatu. Tekanan tubuhnya lebih besar dari Matthew, sangat mengguncangkan tubuhku. Aku seperti kesetrum saja.

“Bagaimana rasanya, bertemu dengan kami? Apa kau masih tertekan karena kami?” Desak Julia ingin tahu. Kedua matanya memandangiku seksama.

Moonlight Shading

416

Page 154: Moonlight shading 2

“Kuakui sedikit menyiksa… Tapi sepertinya aku akan belajar.” Suaraku sedikit gugup dan parau. Aku juga sedikit menahan hidungku dari aroma yang tidak berbau busuk tapi cukup menyengat bagiku.

Dia tertawa lembut. Tatapan matanya sangat bersahabat. Berbeda dengan Julia, Evelyn menatapku garang, begitu tajam dan terasa mencengkram erat leherku. Tatapan biasanya tidak berubah padaku. Hanya pada orangtuaku-lah Evelyn lembut dan ramah. Sial – gerutuku sendiri.

“Mungkin Matthew ingin mengajakmu dansa.” Julia memalingkan wajah dan mendekati Matthew, gerakannya sungguh cepat sekali – aku memanggilnya namun diabaikannya – tidak terlihat jelas.

“Sial..” Gumamku kesal. Julia Lomax sudah berdiri disamping Matthew. Dan aku mulai bingung sekarang. Matthew memandangiku, lalu berjalan kearahku dan mendekatiku dengan langkah

Moonlight Shading

417

Page 155: Moonlight shading 2

pelannya. Tubuhnya berdiri tegap tepat dihadapanku.

“Maukah kau berdansa denganku?” Ajaknya dengan senyuman yang menggodaku lagi. Matanya memandangiku nanar. Dia mengabaikan emosiku yang menolaknya mentah-mentah.

“Sepertinya ini makan malam. Bukan pesta dansa.” Aku berusaha berdalih. Lagipula, memang tidak ada music dan acara dansa dalam setiap acara makan malam – yang sebenarnya tidak bisa dibilang makan malam.

“Gampang.” Serunya enteng. Matthew menoleh pada Lucca dan menyeringai lembut, membuatku curiga. Lalu Lucca berjalan dengan anggunnya, mendekati piano yang ada diseberang sofa tempat aku duduk sekarang. Lalu memainkan tuts-tuts piano itu. Aku tercengang.

“Sialan!” erangku pelan. Lalu dengan cepatnya ia meraih tanganku dan tubuhku

Moonlight Shading

418

Page 156: Moonlight shading 2

dalam pelukkannya. Kedua orangtuaku menikmati music yang dimainkan oleh Lucca, dan tiba-tiba memandangiku bingung – karena aku dan Matthew berdansa dengan pelan.

“Matt, apa yang kau lakukan?” Aku geram padanya. Dia hanya tersenyum. Bisa kulihat semua keluarganya tersenyum – walau tidak semuanya, tidak dengan Evelyn. Joan tampak sangat puas dengan tindakkan Matthew malam ini. Sempurna.

“Aku tahu ini akalnya Julia. Tapi sepertinya bagus juga.” Dia menggodaku lagi. Tatapannya begitu lembut dan kulit halusnya menyentuhku. Ia mengabaikan perasaanku yang masih kalut siang tadi, dan sepertinya ia melupakannya.

“Tapi, Mom dan Dad ku disini. Dan sepertinya mereka memandangi kita. Kau tahu?” Aku menatapnya marah. Matthew tampak cuek.

“Biarkan saja, ini makan malam. Dan harus dinikmati. Aku rasa mereka bisa

Moonlight Shading

419

Page 157: Moonlight shading 2

mengerti.” Dia masih menggerakkan badanku dengan tubuhnya, aku merasakan ini bukan dansa sesungguhnya. Karena hanya badan kami yang bergerak, tidak dengan kaki kami. Tubuh dinginnya kurasakan hingga kesekujur tubuhku.

Aroma wanginya tercium jelas dari tubuhnya. “Bisakah kau tidak marah? Kalau kau marah, aku akan bingung. Dan entah harus bagaimana lagi membuatmu tenang.” Aku kembali dibuatnya terkejut dengan kata-katanya. Aku tergelak.

“Hentikan. Semua ini bukan mainan. Aku tetap tidak akan berubah. Bukan karena makan malam ini. Seterusnya aku tetap akan selalu bersikap sama denganmu. Tidak akan pernah melembut.” Gertakku pada Matthew. Matthew mengabaikanku.

“Kita lihat saja. Kau sangat keras kepala.” Suaranya yakin sekali.

Moonlight Shading

420

Page 158: Moonlight shading 2

“Terserah. Aku rasa kau yang akan mulai mundur.” Tuduhku tak beralasan. Matthew tertawa.

“Kita lihat saja. Siapa yang siap menaikkan bendera putihnya.” Balasnya tak mau kalah. Aku meringis.

“Jangan terlalu yakin.”

“Salah. Aku bahkan sangat yakin.” Ucapnya dengan senyum manisnya yang menggodaku.

Aku tergelak. Kurasakan Matthew tertawa puas. Wajahku tampak membuatnya menang telak malam ini. Kuamati semua pasang mata para vampire disini tersenyum penuh arti. Camille dan Lionel tersenyum lembut padaku, ramah dan hangat sekali. Benar-benar sosok vampire baik hati, sebenarnya. Julia menyeringai lebar dan Lucca menatapku datar. Evelyn dan Joan, yang paling tidak kutahu. Mereka tersenyum atau sedang menggertakku.

Moonlight Shading

421

Page 159: Moonlight shading 2

Selesailah makan malam itu, kami berpamitan pulang. Sebelum pulang Camile meminta aku sesering mungkin datang bertamu, Lionel juga setuju. Dan disanalah ku lihat Matthew tersenyum puas. Seakan-akan dia menulis dikeningnya ‘akulah yang menang dan kau pasti akan datang kembali’ membuatku terkesan.

Aku mengabaikan sikap puasnya yang sekarang sepertinya di nikmatinya sendiri. Aku, Mom dan Dad melambaikan tangan dan kembali melajukan mobil kami. Menuju rumah.

Suasana dirumah jauh lebih menyeramkan bagiku, dua sepasang mata itu menatapku penuh tanya. Aku mengerti apa tanya itu, tapi yang membingungkan adalah bagaimana menjelaskannya. Dad dan Mom terlihat lebih menyeramkan dibadingkan para vampire.

Moonlight Shading

422

Page 160: Moonlight shading 2

“Ada yang tidak seperti biasanya.” Keluh Dad, sambil menyandarkan tubuhnya disofa ruang keluarga. Padaku.

“Apanya?” Tanyaku. Aku bersikap pura-pura tidak tahu dan tidak mengerti.

“Sikap mereka sekeluarga. Rasanya seperti tidak senang dengan masakan mereka sendiri.” Gerutu Dad, benar sebenarnya. Aku mengangkat sebelah alisku.

“Memang.” Akuiku, sejurus kemudian. Dad dan Mom terperangah. Dad memandangiku lekat-lekat. Matanya menyipit padaku.

“Dan kau juga bersikap aneh.” Gerutu Dad lagi, “Sepertinya kau dan mereka saling memahami dan mengenal. Entahlah. Kalian aneh.” Lanjut Dad lagi. Aku tergelak.

“Mungkin,” jawabku sambil mengangkat bahuku. Wajahku masih memandangi Dad dan Mom datar.

Moonlight Shading

423

Page 161: Moonlight shading 2

“Apa ada yang tidak kami ketahui tapi kau tahu? Dan apa ini berhubungan dengan mereka dan kau? Benarkah?” Desak Dad, membuatku beringsutan.

“Ya.” Akuiku, “Semuanya berhubungan dengan mereka. Dan kalian pasti akan terkejut karenanya.”

Dad dan Mom saling berpandangan.

“Apa itu, Dear?” Desak Dad, dengan wajah tegas ala polisinya padaku. Aku menggigit bibir bawahku. Menimbang-nimbang akan berkata apa.

“Ceritakan saja dari awal, Dear.” Pinta Dad, ingun tahu. Dad duduk dihadapanku dengan terus memandangiku, mengernyitkan dhainya, matanya lurus padaku. Aku gemetar.

“Begini, sebelum aku cerita bisakah kalian menjelaskan maksudnya ini?” Tuntutku. Dad diam selama beberapa detik. Lalu berdeham padaku.

“Bisa.” Ucapnya, diam sesaat.

Moonlight Shading

424

Page 162: Moonlight shading 2

“Kami menduga bahwa mereka bukan manusia atau setidaknya mungkin mereka adalah makhluk sejenis denganmu.” Duga Dad, salah. “Begitulah? Entahlah, yang jelas bukan makhluk normal seperti Mom dan Dad, kurasa.” Dad percaya dengan ucapannya sendiri.

Aku mendesah, “Bukan. Lebih buruk lagi, Dad, Mom.”

Keduanya terperangah.

“Vampir.” Jawabku, seketika. Tanpa memperhatikan ekspresi wajah mereka yang sekarang berubah kaku dan tidak mengerjapkan mata mereka.

“Ba – bagaimana bisa kau menduga begitu? Mereka sekeluarga adalah vampire?” Dad, tercekat sendiri. Wajahnya tercengang tak percaya. Mom pun hanya bisa mengangakan mulut tipisnya.

“Sejak bertemu dengan Lionel, aku merasakan sesuatu mencekat leherku, Dad. Seperti terikat. Kau tahulah maksudnya.” Ucapku, memulainya dengan

Moonlight Shading

425

Page 163: Moonlight shading 2

gugup. Dad mengerjapkan matanya beberapa kali. Mom masih menutup bibirnya dengan kedua tangannya.

“Well,” Aku mulai gugup. “Aku mengetahuinya tepat saat pertama kali masuk sekolah. Ingat tidak waktu hari pertama sekolah aku pulang cepat?” Tanyaku, Mom dan Dad menganggukan kepala.

“Saat itu sebenarnya mualku, pusingku, karena kehadiran mereka – vampire. Aku tertekan. Kesakitan. Dan kedinginan bukan karena cuaca. Dan itu benar-benar tertuju pada mereka.” Kedua pasang mata itu masih memandangiku dan mendengarkanku. Mom mengingat kembali saat menceritakan apa yang aku rasakan pada saat aku memulai sekolah pertama kali.

“Lalu, aku mulai mengenal Matthew. Karena kami sekelas, beberapa kali kami mengobrol dan sejak itu aku terbiasa dengan kehadirannya. Aroma tubuhnya” Aku mulai mengakuinya semua. “Awalnya

Moonlight Shading

426

Page 164: Moonlight shading 2

memang sulit bagiku, tapi… Entah bagaimana caranya semua berjalan begitu cepat, rasa sakit itu, dingin dan mual menghilang. Hanya malam ini saja suasananya lebih mencekamku, karena aura mereka yang besar menyerangku secara bersamaan. Dan aku memimpikannya.” Dad mulai mengerutkan dahi. Badannya condong kearahku.

“Kau memimpikan Matthew?”

“Yah, mimpi buruk yang terakhir adalah minggu lalu. Kalian masih ingat?” Dad mengangguk, dan Mom memperhatikannya.

“Astaga!” pekik Mom kaget.

“Dear, mengapa kau tidak pernah menceritakannya? Maksudku, kenyataan tentang mereka?” Dad mulai bertanya dengan memotong pembicaraanku dan Dad. Aku kembali gugup.

“Maafkan aku, aku sempat berpikir begitu. Memberitahukan kalian, tapi aku juga takut. Dengan reaksi kalian, dan

Moonlight Shading

427

Page 165: Moonlight shading 2

perlahan kalian menjaga sikap kalian dari mereka.” Jelas sekali aku tidak bisa mengatakannya semudah itu. “Kuberitahu kalian, aku memang sekarang terlihat hidup sebagai manusia, tapi aku bukanlah manusia, aku pembasmi.” Nadaku serius. Wajah kedua orangtuaku saling memandang. Bingung.

“Aku akan abadi. Tak kan mati, kuat, cepat, bisa saja pola makanku lebih buruk dari kalian. Bukan manusia pastinya. Terlihat normal tapi sayangnya aku tidak senormal itu, Mom, Dad.” Aku menghela nafas sesaat. “Semua itu akan terus membuatku tampak berbeda, setidaknya selama beberapa waktu, kurasa.” Suaraku berusaha tenang. Sedikit merilekskan tubuhku.

“Oke, bagian itu bisa dimengerti, mungkin.” Dad enggan mengakui, sebenarnya. “Tapi, apa itu benar? Mereka vampire?” Dad memastikan lagi.

“Ya!” aku menjawab dengan memekik. Mom dan Dad kembali

Moonlight Shading

428

Page 166: Moonlight shading 2

terperangah. Diam. Menggeleng kepala dengan kaku. Menutup mulut mereka rapat-rapat. Terlihat bingung dan cemas.

Kami bertiga diam selama beberapa waktu. Mungkin, memang butuh pemahaman bagi mereka, dan mungkin akan makan banyak waktu. Jelas saja.

“Dear, kalau kau tidak keberatan. Aku ingin tahu sesuatu.” Dad tiba-tiba berujar setelah duduk diam. Wajahnya ingin tahu.

“Apa itu, Dad?”

“Berapa umur mereka?”

Aku tercengang, sekilas aku tertawa dan Dad sangat kebingungan. Mom sama bingungnya dengan Dad. Aku menutup mulutku dengan kedua tanganku.

“Kau tidak mau tahu, Dad.” Elakku. Masih geli.

“Tidak apa-apa.” Dad bersikeras ingin tahu. Aku menatap Dad dan Mom lekat-lekat, mencari tanda-tanda kemungkinan

Moonlight Shading

429

Page 167: Moonlight shading 2

mereka akan terkejut atau mungkin marah. Tapi tidak ada, mungkin hanya akan berekspresi kaget saja, dugaanku.

“Baiklah, umur Lionel dan Camile sudah berabad-abad, aku tidak tahu pastinya. Kalau Evelyn mungkin sekitar dua abad dan Joan dugaanku sekitar satu abad lebih beberapa dekade. Julia dan Lucca hanya berbeda beberapa tahun, dan Matthew, ia sekitar dua ratusanlah. Itupun masih dalam penebakanku sendiri.” Aku benar-benar bicara dengan tenangnya.

Wajah mereka lebih tercengang daripada reaksiku. Tubuh mereka menegang. Kulihat rahang Dad mengatup kuat. Mom lebih parah. Wajahnya kaget setengah mati.

“Tapi mereka tampak…. Muda.” Dad tidak percaya dengan jawabanku.

“Yah, tentu saja, Dad. Mereka abadi. Vampire.”

“Dear, apa kau yakin?”

Moonlight Shading

430

Page 168: Moonlight shading 2

Wajah Mom sangat sedih, aku yakin ia pasti sangat terluka, pria idamannya ternyata vampire dan umurnya sudah berabad-abad lamanya.

“Tentu saja.” Kali ini aku tidak bisa membuat suaraku seperti sedih atau lirih. Malah memekik tajam dengan pelan.

“Ya Tuhan.. Ya Tuhan…” ucap Mom, berulang-ualang dan menggelengkan kepalanya. Mom tampak sangat kaget. Tidak percaya. Sepertinya – jelas sekali – bingung. Tubuh Mom dan Dad gemetaran dan berusaha mengontrol diri.

Aku mendesah, tubuh Mom dan Dad bersandar pada sofa, mereka saling bertatapan penuh kaget dan bingung.

“Dear, lain kali apapun itu jangan kau rahasiakan dari kami. Jika itu menyangkut dirimu, katakanlah. Sekarang jawab aku.” Suara Dad membuatku menyeka air mataku.

“Apa kau akan… Membunuh vampire itu? Pelaku kejahatan itu?” Desak Dad.

Moonlight Shading

431

Page 169: Moonlight shading 2

Wajah tuanya terlihat tergelak sendiri dan tegang.

Aku terdiam sesaat. “Dad, kurasa bisa saja. Kau lupa, aku makhluk sempurna melebihi vampire. Dan aku dilahirkan dari rahim pembasmi yang hidupnya adalah pembasmi sejati. Dan itulah yang aku yakini sekarang. Jika itu harus kulakukan, pasti akan aku lakukan.” Wajahnya serius, rahangnya mengeras dan tubuhnya gemetar.

“Dad, Mom. Kumohon, apapun yang terjadi, jangan jauhi mereka. Jangan pernah berubah sikap, kalian kan sudah lama bersahabat.” Suaraku lirih. Dad mengagukkan kepalanya, masih dengan tubuhnya yang menegang dan tatapan matanya yang terkejut. Begitu juga dengan Mom, kini rasa kecewa bercampur bingung begitu jelas diwajahnya.

“Akan kami usahakan begitu.” Gumam Dad, matanya terpejam beberapa detik kemudian. “Setidaknya, mungkin akan kami usahakan begitu.” Dad benar-

Moonlight Shading

432

Page 170: Moonlight shading 2

benar terlihat kaget setengah mati. Kami bertiga diam sesaat.

“Dear, apa tidak masalah jika kami… tahu?” Tanya Mom, dengan wajah bercampur; cemas, takut dan bingung.

“Tidak.” Akuiku, “Aku rasa tujuan Lionel mengundang kita tadi adalah untuk ini. Aku memang hanya menduga saja, tapi melihat sikap mereka semuanya, rasanya masuk akal.”

Dad membuka matanya, “Apa itu tidak masalah bagi mereka?”

Aku mendesah, “Tidak tahu. Bisa ya, bisa tidak. Tapi, Lionel sepertinya sudah memperhitungkannya. Jika tidak, dia dan keluarganya tidak mungkin dengan tenang bisa bertindak seperti tadi.”

“Tujuannya?” Desak Mom.

“Agar kalian tahu siapa mereka.” Jawabku enteng, “Karena kalian orangtuaku. Kalian sudah mengetahui siapa ibuku dan mengenai vampire-

Moonlight Shading

433

Page 171: Moonlight shading 2

vampir. Walau yang kalian ketahui itu tidak begitu penting atau berbahaya. Tapi, kalian sudah jauh mengetahui hal ini sejak ibu kandungku ada disini. Jadi, Lionel berpikiran bahwa kalian akan aman-aman saja karena ada aku disisi kalian.” Jelasku lagi membuat mereka tenang.

“Oh, Tuhan…” Lirih Mom, dengan sendu. Wajah lembutnya berubah lemah dan bingung.

“Tidak menduga, selama ini kami berhubungan dengan… makhluk itu.” Gumam Dad, tercekat. “Tidak sekalipun kami menduga begitu.”

“Tenanglah, mereka makhluk yang baik. Tidak akan melukai kalian dan manusia lainnya.” Ucapku, penuh keyakinan.

“Awas saja jika mereka berani begitu.” Ancam Dad, “Aku tidak peduli, vampire atau bukan atau tidak bisa mati sekalipun akan aku buat mereka menderita.”

Moonlight Shading

434

Page 172: Moonlight shading 2

“Dad, jangan begitu.” Sergahku, “Lionel tidak akan berani melakukannya. Dia lebih suka menderita sekeluarga dari pada membuat manusia menderita lebih parah dari mereka. Mereka tidak akan berani berbuat demikian.”

Dad mendesah. “Kau memahami mereka?”

Aku diam selama beberapa detik.

“Tidak mudah, tapi ya.” Akuiku, “Melihat sisi kehidupan anaknya, dan aku paham. Mereka memang tidak seberbahaya itu. Bahkan, mereka ingin membatu kita. Terlebih Lionel, ingin sekali membantu pekerjaanmu. Mereka bersikap sangat normal sekali kok.”

“Ha ha ha…” Seru Dad, dengan tawa yang dibuat-buat.

“Jangan menjauhi mereka. Bersikaplah sewajarnya. Jika kalian merasa begitu canggung, itu wajar. Mereka akan memahami kalian. Tapi, jangan sampai membuat hubungan kalian rusak atau

Moonlight Shading

435

Page 173: Moonlight shading 2

apalah. Oke?” Pintaku, dengan nada memaksa.

“Akan kami coba. Tapi, tidak berani janji.” Jawab Dad dan Mom mengangguk setuju.

“Baiklah.” Jawabku, mendesah. “Tapi, jangan sampai berita ini tersebar. Ini yang paling ingin mereka dapati dari kita.”

“Kehidupan normal ala manusia.” Gumam Dad, seketika seperti melanjutkan ucapanku.

Malam ini adalah malam yang berat bagi kami. Aku yang melewati siangku dengan luapan amarah karena sikap Matthew, harus membuat orangtuaku memahami mereka – vampire.

Aku mengkhawatirkan orangtuaku, berulang kali aku meyakinkan mereka untuk tetap bersahabat dengan mereka, dan jangan pernah mengecewakan mereka. Aku mengistirahatkan diriku malam ini. Berbaring dikasur, menutupi

Moonlight Shading

436

Page 174: Moonlight shading 2

tubuh dengan selimut tebal dan memjamkan mata sesaat kemudian.

Part 17

Philip

Moonlight Shading

437

Page 175: Moonlight shading 2

Pagi itu, tidak ada yang berubah. Dad duduk dimeja dengan membaca koran sambil menunggu sarapan yang dibuatkan Mom. Dan Mom, pastinya sedang memasak. Dalam balutan kemeja putih transparan dengan dipadukan kaos lengan tipis warna hitam dan celana panjang hitam dengan ikatan pita hitam disisi kanan pinggang, rambut tebal dan pirang madu Mom yang digerai dan disampirkan di kedua daun telinganya, Mom terlihat seperti ibu rumah tangga yang sukses berkarir.

Dad dalam balutan seragam polisi berwarna hitam dengan lencana dibagian dadanya, rambut tebal, cepak dan coklat gelapnya tetap tersisir rapih dengan minyak rambutnya.

Moonlight Shading

438

Page 176: Moonlight shading 2

Lalu aku, dalam balutan kemeja lengan pendek dengan cardigan coklat muda yang aku sampirkan di kursi makan yang tidak digunakan, duduk dihadapan Dad, memperhatikannya dan memandangi Mom sekilas. Sambil meneguk susu putihku, kuamati gerak-gerik orangtuaku. Datar dan sama seperti biasanya.

“Apa yang kau lakukan?” Suara Mom menyadarkan aku – dari lamunanku yang mengingat peristiwa semalam.

“Tidak, hanya memandangimu saja. Mom, apa sarapan kita?” Aku memalingkan wajahku ke Mom.

“Roti dan salad, bagaimana Dear?” Mom berteriak didapur yang ada disebelah meja makan. Aku menyeringai.

“Sempurna.” Aku tersenyum. Dad kembali membaca koran paginya. Tampak normal.

Kami menghabiskan sarapan dengan lahap dan tak tersisa, seperti biasa. Satu-satunya hal yang paling tidak biasa adalah

Moonlight Shading

439

Page 177: Moonlight shading 2

kehadirannya Matthew didepan rumahku. Aku tercengang. Dan dia tersenyum puas. Sangat puas dan bangga.

Tubuh sempurna itu bersandar didepan mobilnya yang mengarahkannya tepat didepan pintu rumahku, sehingga begitu pintu dibuka dialah pemandangan yang akan langsung terlihat. Dalam balutan kaos abu-abu gelap lengan pendek, kemeja kotak-kotak berwarna dasar abu-abu lembut dan lengannya digulung sehingga terlihat lengan berototnya, Matthew menungguku dan Dad. Dad memandangiku dan Matthew heran secara bergantian, aku menaikkan bahuku. Dan dia, mendekatiku. Langkahnya pelan dan hormat pada Dad.

“Pagi, Philip.” Suaranya mencairkan kebingungan diantara kami. Ramah dan lembut. Dad hanya membalasnya dengan senyuman simpulnya. Wajahnya tampak kaku dan bingung. Sikap Dad sedikit canggung dengan Matthew. Wajahnya

Moonlight Shading

440

Page 178: Moonlight shading 2

mengernyit dan memandangi Matthew tajam.

“Jika Anda tidak keberatan, boleh aku membawa gadis kecil Anda ini berangkat denganku?” Pintanya lembut dan hormat. Aku tercengang, begitupun Dad. Aku geram, ‘gadis kecil’ katanya, dan dia puas dengan reaksiku. Aku menggelengkan kepalaku pada Dad. Dad mengernyit, melirikku sekilas dan kembali memandangi Matthew dengan gagah.

Dad memandangku sekilas sebelum menjawab permintaan Matthew – yang sebenarnya adalah pemaksaan, dan saat itu aku berharap dia marah dan ternyata Dad tidak melakukannya. “Yah, tentu saja. Kalian bisa pergi ke sekolah bersama.” Dad meninggalkan kami didepan pintu, aku masih tercengang. Dad mulai membuka pintu pengemudinya, lalu berbalik badan.

“Dan ingat, kau harus kembalikan gadis kecil itu dalam keadaan utuh. Mengerti? Tepat waktu. Dan jangan

Moonlight Shading

441

Page 179: Moonlight shading 2

macam-macam.” Wajahnya serius, tegas dan menakutkan tapi masih bersahabat dengan makhluk sempurna ini.

Langit mendung, dan sepertinya hariku akan sama mendungnya dengan langit pagi ini. Dia membukakan pintu penumpang padaku, menarik tanganku dan mendudukkanku disana. Lalu dengan cepatnya sudah duduk manis ditempat kemudi dengan manisnya. Yang menakutkanku adalah caranya menyetir, begitu cepat, begitu kasar dan begitu menyeramkan untukku. Beberapa kali aku berteriak, tapi dia tidak menggubrisku masih tetap dengan gayanya.

Di sekolahlah aku mulai merasa jengkel dengannya. Dia membukakan pintu penumpangku, menarik tanganku dan menggenggamnya. Aku memaksanya melepaskannya, tapi matanya menatapku tajam. Dilain sisi, saudara-saudaranya melihat ulahnya, dan juga menatap tajam yang sangat mengerikan padaku.

Moonlight Shading

442

Page 180: Moonlight shading 2

“Sempurna, kau telah mengawali hariku dengan sangat buruk.” Gerutuku sinis. Hanya senyum manis yang ia berikan padaku. Puas dan bangga. Itulah arti dari senyum puasnya. Aku menghela nafas dan pasrah. Senin buruk, itulah mottoku hari ini.

“Bukan,” sergahnya menggeleng. “Justru ini adalah awal hari-hari indahmu selanjutnya. Denganku.” Dengan merdu, angkuh dan bangganya, Matthew berhasil membuatku terkesima sekaligus kesal karena tingkahnya pagi ini.

Aku melihat mata-mata itu, Jen, Glad, Steve, Adam, Jessi, Anne, Marco dan Lucas. Mata-mata yang benar-benar ingin tahu apa yang terjadi, mata-mata yang meminta penjelesan padaku. Saat pelajaran sejarah, Matthew tidak membiarkan aku didekati mereka, begitu juga di pelajaran Biologi. Dia terus menempel padaku dan mengawasiku.

Hanya dikafetarialah aku bebas darinya, tapi sayang nasibku belum selesai

Moonlight Shading

443

Page 181: Moonlight shading 2

hanya dengan kehadirannya hari ini. Yah, mata-mata inilah yang kembali membuat senin burukku semakin lengkap. Aku menghela nafas.

“Kami hanya berteman.” Itulah pernyataan yang keluar dari mulutku, setelah banyak pertanyaan yang menggangguku. Lebih tepatnya pertanyaan yang tidak diucapkan tapi ditujukan dengan tatapan sinis teman-temanku. Jen tercengang, Glad penasaran, Marco dan Lucas takjub dan Steve girang setengah mati. Adam, hanya terdiam.

“Ayolah, katakan yang sesungguhnya. Sejak kapan tepatnya kalian dekat? Apa sejak diruang kesehatan itu? Atau diam-diam kalian bertemu dan menghabiskan waktu bersama. Sejak kapan?” Desak Anne. Suaranya ingin tahu sekali, matanya lurus dan berbinar-binar padaku. Aku menggelengkan kepala, Anne yang tampak kalem dan pendiam itu membuatku tercengang dengan pertanyaannya, dan yang lainnya

Moonlight Shading

444

Page 182: Moonlight shading 2

menertawakan reaksiku. Aku terus menggelengkan kepalaku.

“Jadi, berita itu benar? Kalian..” Steve mulai mengeluarkan kata-kata yang aku tahu apa kelanjutannya. Aku geram. Marco dan Lucas terkekeh mendengarnya.

“Dengar, semuanya... Kami hanya teman, dia bersikap seperti itu hanya ingin menarik perhatian kalian saja. Percayalah.” Ucapku, membela diri. Aku tahu dia bisa membaca pikiran semua teman-temanku, dan aku yakin dia akan marah jika tahu apa yang baru saja aku katakan. Anne, Jessie, Marco dan Lucas, mereka sekelompok manusia yang menyeramkan, dan aku mengancam mereka untuk tidak menjadikannya berita hangat di sekolah dalam majalah mereka.

“Kami tidak percaya pada perkataanmu, Sayang. Tapi kami percaya pada apa yang kami lihat.” Ujar Glad, puas. “Kami para jurnalistik, sangat mudah menilai dari perbuatan, Sayang.” Imbuh Glad, tertawa riang. Aku tergelak. Menang

Moonlight Shading

445

Page 183: Moonlight shading 2

telak bagi vampire tampan yang kini melengkapi seninku dengan penuh kesialan.

“Jangan sekali-kali kalian melakukannya, tidak!” Peringatan kerasku membuat mereka tidak jera mengejekku. Dan aku akan sangat serius jika itu terjadi. Dan sayangnya peringatanku tak berarti apapun. Mereka menganggap peringatanku adalah kunci untuk melanjutkan aksi gila mereka. Setiap kepala teman-temanku mulai merangkai serangkaian kata-kata indah untuk tulisan yang paling menarik semua siswa disini.

“Sorry, Dear, kami tidak butuh keberatanmu. Karena kami membutuhkan dukungan para pembaca kami. Mereka ingin berita mengenai kalian. Dan kami akan membuatnya. Besok akan terbit.” Seru Jessie dengan sangat puas dan senangnya. Glad, Anne, Jen, dan yang lainnya sama senang dan puasnya.

“Sialan kalian.” Omelku sambil menggelengkan kepalaku pada semuanya.

Moonlight Shading

446

Page 184: Moonlight shading 2

Saat aku sedang dilapangan, mengikuti pelajaran olahraga Adam memandangiku, dia belum pernah berbicara denganku setelah makan malamnya dengan Glad berakhir bahagia – setidaknya untuk Glad tepatnya.

Steve menemaniku dilapangan, dia mengajarkanku bagaimana caranya memasukkan bola basket ke keranjangnya. Aku sangat bodoh dengan olahraga yang membutuhkan kordinasi yang baik ini.

Adam mendekatiku, agak ragu langkahnya mendekatiku. Aku menyapanya lembut.

“Kau senang?” Suaranya parau dan hampir tidak terdengar olehku. Aku memandangnya hingga benar-benar mengerti apa yang dikatakannya.

“Untuk apa?” Aku masih berusaha memasukkan bola ke keranjangnya. Dia juga melakukan hal yang sama. Ku lihat

Moonlight Shading

447

Page 185: Moonlight shading 2

Glad tidak memandangiku curiga atau cemburu.

“Yang terjadi hari ini? Dengan Matthew?” Nadanya sinis dan tidak suka. Aku memandanginya sekilas, dan kembali memasukkan bola ke ranjangnya dan mengabaikan pertanyaannya yang menurutku adalah tuduhan yang tidak beralasan.

“Bagaimana dengan makan malamnya? Sepertinya happy ending?” Tanyaku, mengabaikan pertanyaan Adam dan mengalihkan perhatiannya tentang hari ini.

“Yah, sepertinya.”

“Ada apa?”

“Aku mencium Glad.” Ucapnya dengan nada biasa-biasa saja dengan wajah yang tidak terlalu senang, sebenarnya. Kaget mendengar ucapannya aku melempari bola basket tepat ke kepala Mr. Kemps yang sekarang memberikan aku kartu pelanggaran pada pelajaran ini.

Moonlight Shading

448

Page 186: Moonlight shading 2

Adam tertawa. Dan aku hanya bisa berteriak “Sorry, Mr. Kemps. Aku akan lebih hati-hati lagi.” Dan wajahnya sangat geram padaku. Semuanya menertawakan tingkahku yang dianggap efek jatuh cinta dengan pemuda tampan yang nyatanya adalah vampire idiot yang menggoda. Aku tergelak saat mereka semua menggodaku.

“Lalu, kau dan Matthew... Apa itu benar?” Seharian ini aku benar-benar tidak ingin mendengar namanya lagi. Harus. Aku tidak menjawabnya dan mengabaikannya.

“Oh ya, maaf sebelumnya Adam. Lalu apa yang terjadi setelah makan malamnya?” Aku kembali mengalihkan perhatiannya akan keingintahuannya tentang aku dan Matthew. Kubiarkan Adam memandangiku dengan terheran-heran.

“Glad tidak cerita?”

“Tentu ia cerita, tapi aku tidak mendengarkannya. Kau tahulah, aku tidak tertarik dengan segala hal yang terlalu dramatisir.” Jawabku dengan sikap santai

Moonlight Shading

449

Page 187: Moonlight shading 2

dan acuh, sambil kembali memfokuskan diriku pada usahaku untuk memasukkan bola kekeranjangnya.

“Yeah, seperti yang mungkin sudah kau dengar. Makan malam berjalan lancar, sesuai dengan rencana dan… aku menciumnya. Dan kami…” suara Adam terhenti dan tertahan sendiri. Aku tidak mendengarkannya dengan benar, karena tidak terlalu menggiurkan untukku.

Suranya terputus-putus, sekilas ia memandangi Glad dari jauh, dan kembali memandangiku. Aku tidak mengerti apa arti tatapannya padaku.

“Kami resmi berpacaran.”

Mulutku ternganga lebar, mataku terbelalak lebar memandanginya. Adam tampak datar dan cuek dengan reaksiku yang berlebihan.

“Benarkah?”

Moonlight Shading

450

Page 188: Moonlight shading 2

“Yah, makan malamnya sempurna. Indah dan yah, mengesankan.” Ungkap Adam. Tampak ragu-ragu. Aku tergelak.

“Wow.” Seruku, mencoba histeris. Aku memasang wajah senang. Mencoba tidak berpikir apa-apa dan bersikap santai dan acuh dengannya.

“Victoria, aku minta maaf.” Ujarnya dengan suara melemah. Aku menatapnya bingung. Aku tidak mengerti dengan ucapan maaf Adam tadi, sepertinya ada sesuatu hal penting yang menurutnya tidak tepat, baginya.

“Maaf? Untuk apa?” nadaku bingung, “Dengar, Adam, kau tidak melakukan pelanggaran apapun, jangan merasa bersalah. Lagipula kau melakukan hal yang mengesankan. Kau menciumnya dan kalian berpacaran, aku rasa itu bagus.” Sergahku, berusaha santai dan acuh sekali. Adam tampak menyesal sekarang.

“Bukan, bukan karena itu. Ini karena sesuatu yang tidak seharusnya aku

Moonlight Shading

451

Page 189: Moonlight shading 2

lakukan pada Glad, aku belum tahu bagaimana perasaanku terhadapnya.” Jelasnya dengan sikap gugup dan suara yang terbata-bata. Aku tergelak.

“Adam?”

Adam terdiam.

“Victoria, sepenuhnya adalah salahku. Bukan Glad. Aku belum mengerti apa-apa tentang apa yang kulakukan. Mungkin ini karena kau. Karena aku tidak bisa ‘mencoba-nya’ denganmu.” Ungkapnya, tanpa berperasaan perikemanusiaan. Aku kaget. Kubelalakan mataku padanya. Dan Adam, terdiam. Kaku dan tegang.

“Maksudmu…”

“Victoria, aku menyukaimu. Sebagai seorang perempuan dan teman, tentu saja. Dan rasanya aku belum mendapatkan kesempatan untuk itu.” Adam bicara dengan nada lembut, tapi perbuatannya tidak lembut dan romantic bagiku. Aku memandanginya sinis dan jutek.

Moonlight Shading

452

Page 190: Moonlight shading 2

“Hentikan. Jangan bicara ngawur kau. Sekali lagi kau bicara begitu, akan aku patahkan kedua kakimu, mengerti?” nadaku mulai sinis dan ketus padanya. Adam terlihat tergelak, dan ingin bicara sesuatu tapi aku mendahuluinya. “Dengar, jika kau berani menyakiti Glad, jangan harap aku akan berbaik hati padamu, Adam.” Ancamku. Adam bungkam dan berdiri kaku.

Aku masih memandanginya sinis, mataku menyipit, tubuhku condong menghadanya dan Adam masih berdiri mematung dan kaku. Mr. Kemps mengakhiri pelajaran ini dan masih dengan tatapan geram padaku.

Kami menuju parkiran, kali ini aku sangat tertarik dengan tingkah Adam dan Glad. Mereka seperti pasangan pada umumnya, berpegangan tangan dan beberapa kali mereka saling berpandangan begitu mesra. Namun yang menarik perhatianku adalah Adam tampak tidak menikmatinya.

Moonlight Shading

453

Page 191: Moonlight shading 2

Entahlah atas landasan apa tapi sesaat kulihat tatapannya kosong dan tidak sepenuhnya untuk Glad. Sikap Adam terlihat acuh dan sedikit kalem daripada biasanya, sikapnya juga canggung padaku karena ancamanku tadi. Tapi, Adam menatapku dan mengabaikanku seakan aku dibiarkannya menatapnya dengan penuh keingintahuan. Steve mendekatiku, diikuti oleh Marco dan Lucas.

“Well, gadis polisi. Apa berita itu benar? Kau dan putra detektif itu. Kalian berpacaran? Beritanya sangat panas sekali.” Seru Marco dengan santai dan acuhnya.

Aku mengangkat bahuku. “Entahlah, harus berapa kali kubilang hingga kalian mau percaya padaku. Kami tidak berpacaran.” Seruku dengan penuh keyakinan. Marco terkekeh, dan Lucas mulai meledekiku dan juga dengan Jen. Mereka mengatakan aku hanya tidak mau mengatakannya dan merahasiakan hubungan kami. Sangat bodoh. Hanya itu

Moonlight Shading

454

Page 192: Moonlight shading 2

komentarku pada tiap perkataan dan pikiran mereka.

Aku terdiam terpaku, saat tubuhnya berdiri dihadapanku. Semua pasang mata memandangi kami, ia tersenyum, memandangiku dengan penuh tawa dan kepuasan. Matthew bahkan menyapa teman-temanku santai dan tenang. Lalu kembali memandangiku dengan lembut dan tersenyum manis.

“Kapan kau mau pulang?”

Dan pertanyaanya kembali membuat posisiku salah. Aku bertaruh, mereka memandangiku dan berharap aku akan selembut dan semanis perbuatannya padaku dihadapan mereka.

“Sebaiknya sekarang juga.” Tuntutku galak. Aku meninggalkan semua pasang mata yang menatapku dan menggangguku. Ia mengikutiku dari belakang dan dengan cepatnya meraih tanganku dan menarikku – membuat

Moonlight Shading

455

Page 193: Moonlight shading 2

reaksi besar terhadap teman-temanku yang aku yakin mereka pasti puas sekali.

“Mereka benar-benar mengira kita berpacaran. Dan mereka bertaruh bahwa kau akan kucium didepan mereka. Sekarang.” Bisik Matthew diikuti dengan tawa riangnya. Aku tergelak. Terdengar suara tawa teman-temanku dibelakangku. Terlebih suara tawa Marco dan Lucas – dengan terbahak-bahak.

Ia tersenyum puas, dan membaca pikiran mereka. Aku geram dan memandangi sekawanan manusia yang menuduhku tanpa bukti, dengan vampire yang menjengkelkan ini. Seandainya mereka tahu kenyataan dibalik semua ini. Tentunya mereka akan menyelamatkanku dari jerat jahat vampire ini.

Mobil Porschenya melaju dengan cepat, aku menghela nafas lega – setidaknya aku tidak akan lagi dikelilingi oleh orang-orang yang menanyakan mengenai hubungan kami. Aku bergidik, tubuhku kembali kaku mengingat kata

Moonlight Shading

456

Page 194: Moonlight shading 2

‘hubungan kami’ terlalu sering sekali ku sebut.

Aku kembali mengingat penyataan Adam yang terakhir, pernyataan yang tidak membuatku senang mendengarnya. Pernyataan yang seharusnya tidak ditunjukkan padaku. Tatapannya tadi pada Glad juga tidak terlihat sedang jatuh cinta, wajahnya juga tidak sesumringah Glad, dan ia juga tidak pernah berkata gombal.

Tidak tahu apa yang membuat Adam bersikap sangat tidak jantan dan malah memilih menyakiti Glad karena tidak ada kesempatan ‘mencobanya’ denganku yang diucapkannya tadi, yang jelas aku sangat tidak menyukai sikap Adam yang menurutku tidak hebat. Aku mengerang. Kembali pandanganku memandanginya, tubuh sempurnanya yang masih tetap tegap disampingku.

Tangannya masih tetap dikemudi, tatapannya tak pernah sekalipun berkedip, beberapa kali kami bertemu pandang lalu aku memalingkan kembali pandanganku

Moonlight Shading

457

Page 195: Moonlight shading 2

keluar jendela. Kami terdiam, tidak ada topic yang bisa diributkan. Aku memulai lagi memecah kebisuan kami.

“Boleh aku bertanya?” tanyaku mengalihkan pikiranku dari memikirkan Adam.

“Boleh.”

“Apa tanggapan keluargamu mengenaiku, semalam?”

Matthew memandangiku sekilas dan kembali menatap jalanan lurus tak berkedip. Ia menghela nafas.

“Well, Camille menyukaimu. Ia beberapa kali memuji-muji kepolosanmu. Kecantikanmu. Dan kekeras kepalamu.” Aku mengerang, aku tidak sepolos itu. “Dan dia beranggapan bahwa kau tidak terlihat seperti pembasmi muda.”

Aku tergelak. Camille sangat jujur. Dan memang kenyataannya aku masih belum yakin akan sejatinya aku sebagai

Moonlight Shading

458

Page 196: Moonlight shading 2

pembasmi. Patut dipertanyakan ulang memang.

“Lionel, ia juga senang bertemu denganmu. Ia juga beberapa kali mengungkapkan kau lebih cantik dari ibumu. Baginya, kau sangat mirip ibumu. Tapi kau lebih cantik dari ibumu.”

Dan aku tersenyum, Lionel sangat baik sekali. Seperti apa yang kuduga, sesuai dengan ketampanannya. Dan aku akan memujinya – melakukan hal yang sama padanya. Matthew bahkan acuh.

“Kalau Joan dan Evelyn, maaf mereka tidak menyukaimu.” Serunya dengan wajah yang terlihat datar.

Aku menatapnya, mataku terbelalak dan mulutku menganga lebar.

“Kenapa?”

“Sebenarnya Joan tidak bermasalah, dia bahkan sangat ingin tahu pembasmi seperti apa kau. Dia hanya sedikit bersikap setia saja dengan Evelyn. Evelyn tidak

Moonlight Shading

459

Page 197: Moonlight shading 2

menyukai kehadiranmu dalam keluarga kami, dan juga dengan kedekatan kita.” Aku menggigit bibirku dan mengepalkan tanganku. “Kau mengertilah, aku pernah bilang kan? Evelyn tidak suka dengan pembasmi cantik tapi berbahaya seperti kau.”

Aku membelalakkan mataku. Pernyataannya memujiku berbanding terbalik dengan kenyataannya. Aku tidak secantik yang dipikirkannya. Aku bahkan tidak yakin aku cantik dan menggoda. Kecuali vampire tolol ini – ocehku sendiri. Menyeringai.

“Julia dan Lucca, wow... Mereka yang paling menyukaimu. Julia bilang, kau orang yang asyik diajak bicara dan juga kau begitu polos.”

“Aku tidak polos.” Bantahku.

Ia pun tertawa terbahak-bahak. Aku memalingkan wajahku, menggerutu tak karuan sendirian dan ia kembali tertawa. Pagi ini ia memanggilku dengan sebutan

Moonlight Shading

460

Page 198: Moonlight shading 2

‘gadis kecil’ dan ternyata keluarganya menyebutkan aku polos. Aku geram padanya.

Kami tiba didepan rumahku, mobilnya masih parkir dan aku belum turun dari mobilnya.

“Dengar, tidak seharusnya aku melakukan ini. Tidak seharusnya kita, melakukan hal gila ini. Masih ada cukup waktu untuk menghentikannya. Jadi, aku memutuskan untuk menghentikannya lebih dulu.” Ujarku monoton. Matthew tergelak.

“Dan terima kasih sudah mengantarku, bye.” Aku membanting pintu mobilnya dan memasuki pekarangan rumahku, tiba-tiba ia menarik lenganku. Gerakannya sangat cepat dan cekatan. Matthew sangat tahu bagaimana bersikap layaknya vampire sungguhan di tengah manusia.

“Ada apa? Apa ada yang salah?”

Moonlight Shading

461

Page 199: Moonlight shading 2

“Tentu saja, semuanya. Semua yang kau lakukan padaku. Itu yang salah. Sudah kuingatkan kau, tapi kau mengabaikannya.” Pekikku. Berteriak.

“Ayolah, Victoria.”

“Sudah, hentikan. Ini tidak akan berjalan sesuai keinginanmu.” Bantahku. Keras kepala.

“Bisa saja, jika kau menginginkannya. Semua akan berjalan lancar dan sesuai dengan yang kita mau.” Tukasnya, sama keras kepalanya.

Aku tertunduk, wajahku pucat, tanganku bergemetar dan mataku dingin. Aku mendongak, menatap matanya yang indah tersenyum padaku.

“Aku tidak menginginkannya, tidak untuk sekarang dan tidak untuk selamanya.” Akuiku, berbohong. Mengabaikan sesuatu yang tertanam dalam di relung hatiku. Aku yakin, yang terbaik adalah menjauh dari vampire tolol ini. Menghindarinya dari segala

Moonlight Shading

462

Page 200: Moonlight shading 2

kebodohannya yang terang-terangan jatuh cinta dengan pembasmi.

“Aku bahkan tidak percaya dengan setiap ucapanmu. Kau kira itu membanggakanku? Tidak, Matthew.” Imbuhku, sinis. Matthew geram.

“Apa ini karena sikap Evelyn?”

“Tentu tidak, ini tidak ada kaitannya dengan dia. Ini tentang kau dan aku. Tidak dengan makhluk lain. Siapapun.” Sergahku.

“Kalau begitu...”

“Tidak ada ‘kalau begitu’ yang ada hanyalah, menjauhlah.” Aku menarik lenganku, langkahku kembali cepat menuju pintu rumahku, dan saat itulah Mom melihatku. Wajahnya kaget melihat ekspresiku. Mom kaget melihat sosok sempurna Matthew didepan rumah kami. Sesaat Mom terlihat canggung.

“Mom?”

Moonlight Shading

463

Page 201: Moonlight shading 2

“Oh, Victoria. Matthew. Kau sudah pulang?” Seru Mom kaget.

“Yeah, baru saja. Mom dirumah? Bukankah kau bilang hari ini...”

Mom memotong pembicaraanku. “Yah, tentu saja. Ada beberapa dokumen yang tertinggal, jadi aku datang mengambilnya.” Matanya memandangi Matthew yang berdiri dibelakangku, aku melihat wajahnya begitu tegang saat melihatnya, reaksinya begitu canggung.

“Dear, aku sudah menyiapkan beberapa bahan makanan untuk nanti malam. Jika tidak merepotkanmu, kau bisa kan?” Langkahnya sangat tergesa-gesa dengan beberapa dokumen dipelukannya. Dan ia membuka pintu Volvonya dan bersiap mengendarainya.

“Yah, tentu saja.”

“Oh, hay Matthew. Terima kasih sudah mengantarnya pulang.” Mom menyapanya didalam Volvonya, Matthew tersenyum dan melambaikan tangan saat

Moonlight Shading

464

Page 202: Moonlight shading 2

mobil Mom sudah melaju. Aku meninggalkannya, memasuki rumah dan menuju dapur. Aku memeriksa bahan makanan yang diletakkan dimeja dapur oleh Mom, sepertinya ia terburu-buru hingga belum menyelesaikannya.

Tubuhnya berdiri dibelakangku, ia menatapku, matanya nanar dan tubuhnya menegang.

“Aku harus bagaimana agar kau percaya?”

“Tidak ada.”

“Please..”

Aku membalikkan tubuhku, memandanginya dan mendesah. Matthew mengharapku berkata jujur, ucapku. Aku menggelengkan kepalaku mendengar relung hatiku mengucapkan kata jujur. Aku tahu, jujur bukanlah akhir segala. Jujur bukanlah apa yang terbaik. Tidak untuk kami, makhluk yang terlarang saling mencintai. Aku tahu dia yakin bahwa Evelyn tidak ada kaitannya dengan ini.

Moonlight Shading

465

Page 203: Moonlight shading 2

“Tidak ada yang harus dibuktikan, Matthew. Kita sama-sama tahu apa artinya ini, kan?” Tukasku, melembut. Matthew bergeming, matanya nanar menatapku.

“Pembasmi keras kepala.” Gumamnya, santai.

“Vampir bodoh.” Gerutuku, acuh. Matthew tertawa. Matanya tidak luput dari pandangannya padaku. Masalah ini berat, tidak menyangkut siapa-siapa. Tapi kami sendirilah masalahnya. Bukan, akulah masalahnya – koreksiku sendiri.

“Seperti yang pernah kukatakan padamu. Saat dipuncak bukit, dihutan tapi kau tidak pernah mendengarkan. Aku tidak ingin melihat diriku dalam dunia ini, aku tidak ingin melukai siapapun.” Imbuhku.

“Kau tidak akan melukai siapapun kok. Aku bahkan merasa senang bersamamu. Itu artinya aku jujur dan sungguh-sungguh.” Tukasnya. Matthew sama ngototnya denganku. Aku bimbang. Ucapannya, semuanya, adalah apa yang

Moonlight Shading

466

Page 204: Moonlight shading 2

selama ini aku percayai. Masalahnya, aku tidak ingin terjerumus seperti ibuku. Kesetiaan. Itulah bentengku.

Aku mengerang, “Mengertilah dan dengarkan aku. Kumohon, jangan lagi kau abaikan. Ini demi kebaikan kita.”

“Aku bukannya tidak mendengarkan, semua perkataanmu begitu jelas hingga setiap katanya masih terngiang jelas dikepalaku.” Sergahnya, menggelengkan kepalanya. Alisnya bertaut. Bibirnya mengerucut, matanya tajam tapi lembut padaku.

Tubuhnya mendekatiku, begitu pelan dan lembut. Wajahnya sangat lembut, matanya tidak kaku dan dingin padaku. Dengan lembut, Matthew mencoba meraihku. Kedua tangannya siap memelukku.

“Ini tidak akan berjalan dengan baik. Tidak bisa kau memaksaku.” Gumamku berbisik, sendu dan lemah.

Moonlight Shading

467

Page 205: Moonlight shading 2

“Dengar, semuanya butuh proses kan?”

“Tentu saja.”

“Tapi kita belum mencobanya, Victoria. Kau sudah menyerah.”

“Aku bukannya menyerah, aku takut, Matthew.”

Aku berteriak, tubuhku kembali gemetaran, mataku dingin. Tubuhnya menegang memandangiku. Matthew berhasil membuatku terbuka dengan perasaanku. Matthew berhasil memancing diriku untuk menunjukkan akan apa yang telah lama ku pendam. Matthew pasti tahu dan sadar dengan apa yang dilakukannya. Dia memang vampire licik dan mengesankan sebenarnya.

“Kau takut?”

“Yah, aku takut pada apa yang akan terjadi. Aku takut mengingat apa yang pernah terjadi dalam keluargaku. Aku takut jika aku harus... mengkhianati

Moonlight Shading

468

Page 206: Moonlight shading 2

kaumku” Akuiku, dengan suara lirih dan lembut sekali.

Aku tidak sanggup melanjutkannya, mataku berlinang air mata, suaraku parau dan tanganku mengepal keras. Tangannya memeluk lenganku dari belakang, sentuhannya yang dingin membuatku melembut.

“Aku tidak akan sejahat ‘dia’. Kau bisa percaya padaku.” Ungkapnya, dengan merdu sekali. Aku tahu, itu pasti, tapi tetap tidak bisa meyakinkan diriku. Matthew tetap vampire, walau sudah beradab tak menutup kemungkinan. Memang kecil kemungkinannya, aku sendiri yang membuatnya begitu nyata dalam benakku.

‘Dia’ yang ditekankan olehnya membuat tangisanku tumpah. Mengingat perbuatan ‘dia’ yang dimaksud, aku mengerang – ‘dia ‘ yang tidak ingin kusebut namanya bahkan panggilan yang harusnya kusebut untuknya membuat hatiku linu. Pelukkannya begitu erat, ia membalikkan tubuhku, menghadapkannya,

Moonlight Shading

469

Page 207: Moonlight shading 2

wajah kami berdekatan dan jantungku berdetak. Rasanya aku melemah. Aku sepertinya ikut-ikutan bodoh sepertinya. Arasanya bibir ini ingin berucap yang sejujurnya. Aku bimbang. Aku mulai tumbang dengan prinsipku.

“Aku mencintaimu, dan itu benar. Kejujuranku padamu bukanlah kepalsuan sesaat, tapi ini nyata. Aku menginginkanmu.” Ungkap Matthew. Aku tahu, dia sangat jujur. Terlihat jelas.

Aku memandanginya nanar. Jika kami manusia, pastilah kami sangat jatuh cinta sekali saat ini. Tapi sayang kami bukan makhluk normal, kami bukan makhluk yang patut saling mencintai sebenarnya. Aku merasa terbang. Kejujuran vampire tolol ini rasanya asli. Aku patut mencintainya – sebenarnya.

“Dan akan ku buktikan aku tidak akan seperti ‘dia’. Kau bisa mempercayaiku. Yakinlah padaku.” Imbuhnya, berbisik. Jantung berdetak cepat. Tak tahu apa Matthew dapat mendengarnya. Rasanya

Moonlight Shading

470

Page 208: Moonlight shading 2

relungku ingin menyambut hangat perasaannya. Jujur, itulah yang ingin ku lakukan sekarang namun aku bimbang. Apa ini yang terbaik? Entahlah. Aku berpikir bimbang sendiri.

Suaranya yang merdu, nafasnya yang tercium, sentuhan tangannya dan pelukkannya membuatku menangis. Aku memandanginya, begitu dalam – hingga aku tidak sadar diriku berada dipelukkannya. Kedua tangannya melingkar dipinggangku, ia memelukku erat bahkan hampir sesak diriku karenanya.

Bentengku kuat bukan karena siapa dia dan siapa diriku. Bentengku kuat karena satu hal namun tak bisa terbantahkan. Kesetiaan akan kaumku. Bagaimana aku bisa mengkhianati kaumku untuk kedua kalinya? Setelah ibuku, lalu aku? Tidak mungkin aku mencoreng nama baik kaumku.

Matthew sangat tahu bahwa itulah yang paling aku takutkan. Bahwa

Moonlight Shading

471

Page 209: Moonlight shading 2

kesetiaan akan menjadi hal penting bagiku. Tapi Matthew mencoba untuk membuatku tahu, bahwa dengannya aku tetap setia pada kaumku.

“Aku tidak meragukannya, hanya saja aku tidak mengerti apa yang kurasakan padamu.” Bisikku didalam pelukkannya, “Aku merasakan tenang, damai dan sesuatu yang menyentuh saat kau bersamaku. Aku akan begitu kehilangan jika kau tidak ada disampingku atau setidaknya jika aku tidak bertemu denganmu. Terkadang itu membuatku menderita.”

“Kau selalu menginginkan aku disampingmu?”

“Terkadang ya, bahkan hampir setiap saat. Tapi entah mengapa aku terus saja mengelaknya. Rasanya aku bukan makhluk yang tepat mencintai vampire tolol sepertimu yang jujur akan perasaanmu sendiri pada seorang pembasmi muda yang keras kepala.”

Moonlight Shading

472

Page 210: Moonlight shading 2

Jawabku lirih, wajahku masih terbenam dalam dadanya dan pelukkan dinginnya.

Matthew diam sesaat. Mengartikan setiap ucapanku yang sekarang sepertinya terdengar normal dan pengakuan akan perasaan kami. Dan yah, aku mengakuinya secara verbal dan Matthew tahu itu. Matthew mengerti bahwa aku yakin padanya, bahwa aku sebenarnya bisa mempercayainya hanya saja ternyata aku tidak sekuat dan selancang Matthew dalam memutuskan apa yang perasaannya katakan.

“Kau selalu hadir dalam setiap hembusan nafasku, Victoria. Aku selalu menginginkan dirimu, setiap saat.” Balasnya padaku. Tanpa ada keraguan sekali. Tegas. Aku terpesona. Sudah beberapa kali aku tahu akan dirinya padaku. Tapi Matthew, tidak dia bahkan baru tahu aku menyimpannya dan membiarkannya berada didasar hatiku. Tertanam dalam-dalam.

Moonlight Shading

473

Page 211: Moonlight shading 2

Tubuhnya begitu keras, seperti memeluk tembok yang tebal, tapi dingin dan membuatku merasa bahagia. Sesaat perasaan takutku yang tadi begitu bertubi-tubi lenyap, seakan pelukkannyalah yang kuinginkan. Ia menyentuh rambutku, mengelusnya penuh sayang dan begitu lembut.

Ia mendongakkan kepalaku dari pelukkannya, sebelah tangannya masih melingkar dipinggangku. Matanya begitu lembut, aroma tubuhnya membuatku nyaman, sentuhan dinginnya begitu menenangkanku.

“Kau bukan pengkhianat dalam kaummu, Victoria. Percayalah. Kau bisa membuktikannya pada mereka. Jangan kau kira mereka akan membencimu. Para pembasmi sangat tahu batasan, dan sangat mengerti apa yang dibutuhkan bagi diri pembasmi itu sendiri. Pembasmi makhluk yang paling rasional, kalau kau mau tahu.” Ungkapnya. Aku terkesima padanya. Mengungkapkan apa yang aku

Moonlight Shading

474

Page 212: Moonlight shading 2

pegang teguh dalam diriku. Matthew memang tahu banyak hal.

Kami terdiam. Aku mencerna semua ucapannya. Menimbang apa ini baik atau tidak. Berpikir jika Matthew benar, jika nyatanya aku terlalu paranoid sendiri. Mungkin saja.

“Jika saja aku tidak terikat aturan, jika saja kau dan aku adalah manusia. Tentu kaulah yang aku inginkan.” Ia tersenyum, jari-jarinya menyentuh wajahku, begitu lembut, tatapan matanya sangat indah, begitu memukau.

“Jika aku bisa menukarnya dengan apapun untuk bisa mendapatkanmu, akan aku lakukan. Dan jika aku punya pilihan untuk tidak jadi vampire, aku akan memilih menjadi manusia.” Aku tersenyum bahagia, tangannya menyentuh daguku, wajahnya dan wajahku berdekatan hingga tidak ada jarak diantara kami. Ia menyentuh bibirku dengan jarinya yang dingin.

Moonlight Shading

475

Page 213: Moonlight shading 2

Aku memejamkan mataku, merasakan sentuhan bibirnya diatas bibirku. Ia menciumku, ciumanya begitu dingin, lembut dan licin. Aku semakin terbiasa dengan sentuhan dinginnya ditubuhku, pelukkannya, dan dibibirku. Aku semakin terbiasa hingga ciuman ini begitu menyita waktuku dari apapun, ciuman pertamaku dengan orang yang ku inginkan, untuk pertama kalinya aku mengakuinya dan menyadarinya bahwa dirinyalah yang kuinginkan. Ciuman ini terlalu kasar, aku merasakan ia begitu agresif dan tidak ingin melepasnya.

Gerakkan bibirnya begitu kasar, sesaat aku mendesah tapi ia masih memelukku. Saat itulah, ia mendorongku. Tubuh kami terpental beberapa meter. Aku terbaring dilantai, begitu juga ia. Hampir saja kepalaku membentur lantai dan ia memandangiku penuh penyesalan.

“Maafkan aku.”

“Tidak bukan kau, tapi aku.”

Moonlight Shading

476

Page 214: Moonlight shading 2

“Victoria, bukan itu ulahku.”

Ia membantuku berdiri, memegangi tanganku dan menyentuh wajahku. Tatapan matanya berbeda, menjadi dingin, keras dan dalam. Tubuhnya menegang, rahangnya mengatup keras, giginya bergemeretak hingga aku bisa mendengarnya.

“Matthew, ada apa? Wajahmu.. Apa ini karena..”

Ia memotong perkataanku, memegangi lenganku dengan cengkraman yang kuat aku mengerang.

“Maafkan aku. Maaf, Vic. Ini bukan karena ciuman, tapi ini karena sesuatu.”

“Sesuatu? Apa maksudmu?”

“Victoria, ikutlah denganku. Kumohon, kau harus ikut denganku. Sekarang juga.”

Ia menarik tubuh dengan sebelah tangannya, sebelah tangannya yang bebas membuka pintu. Ia bergerak dengan cepat

Moonlight Shading

477

Page 215: Moonlight shading 2

dan sudah duduk dengan tegap dikemudi mobil. Ia tidak memandangiku, tidak berbicara padaku, hanya memandangi lurus jalanan dan tetap menyetir. Tubuhnya menegang, tatapan matanya keras dan dingin. Sangat cepat perubahan yang terjadi, sebelumnya ia begitu lembut, menenangkanku, memelukku dan juga menciumku. Lalu sekarang ia sedikit kasar, tubuhnya menegang, tatapan matanya dingin dan kasar, bahkan tidak mengatakan apa-apa padaku.

Ia menyetir dengan cepat bahkan kelewat cepat hingga aku harus berpegangan erat pada apapun disekitarku.

“Matthew, katakan padaku ada apa ini? Apa yang terjadi? Mengapa kau membawaku pergi?”

“Maafkan aku, Vic. Aku tidak bisa mengatakannya.”

“Apa?”

Moonlight Shading

478

Page 216: Moonlight shading 2

“Sesuatu terjadi, Lionel memanggilku.”

“Memanggilmu? Matthew, katakan apa yang terjadi? Ada apa ini? Jika tidak...” Aku memegang pintu penumpang dan bersiap membukanya lalu melompat. Ia mengetahui apa yang akan kulakukan, wajahnya sangat memohon padaku untuk tidak melakukannya.

“Baiklah, tapi jangan lakukan itu. Lepaskan tanganmu.” Aku meletakkan tanganku dipangkuanku, memandanginya dengan geram dan ia tampak bingung.

“Victoria, maafkan aku. Ini mengenai Philip.” Wajahku menegang, tubuhku kaku, mataku dingin dan berlinang. Mendengar Dad disebut dalam aksi gilanya yang membingungkan. Aku mencoba mencernanya, Lionel memanggilnya karena sesuatu terjadi dan sekarang kami sedang menuju ketempat ia berada. Dan sesuatu itu adalah Dad, Philip, ayahku, sesuatu terjadi padanya. Aku mengerang. Tak satu kata pun keluar dari mulutku, aku

Moonlight Shading

479

Page 217: Moonlight shading 2

hanya bisa terdiam, mataku berlinang ingin menangis tapi tertahan, mendengar jantungku berdetak dan memandangi jalan.

Aku melihat jembatan, dan pohon-pohon tinggi, gerakan cepat mobil tidak bisa membuatku mengetahui kearah mana kami sekarang. Begitu cepat sehingga pemandangan diluar hanya sebentuk garis-garis datar. Tapi aku mengenalinya, waktu pergi dengan Dad dan Mom kami melewati hutan dengan pohon-pohon tinggi disepanjang jalan, dan hawa dingin yang memilukan, aku sadar jaraknya cukup jauh dari rumah dan dari kantor Dad.

Mobilnya terhenti disuatu tempat. Terdapat pintu kecil yang sudah terbuka, aku melihat mobil patroli Dad didepan pintu. Tubuhku kaku. Tatapan mataku datar dan hanya satu kata dalam benakku, Dad. Matthew membawaku lari, ia memegangi tanganku, begitu erat hingga rasa dingin sentuhannya tidak terasa.

Moonlight Shading

480

Page 218: Moonlight shading 2

Kami semakin dekat, itu yang Matthew katakan begitu ia mengetahui dimana Lionel berada.

Lionel membungkuk, Joan ada disampingnya dan mengamati sekeliling, ia bergidik begitu melihatku. Dad terbaring ditanah, tubuhnya mengeluarkan darah, cukup banyak, dan tubuhnya menggeliat. Ada banyak luka ditubuhnya, ia menggeram kesakitan. Aku berlari, melepaskan tangan Matthew dan mendekati Dad, ia memandangiku, wajahnya kesakitan ia merintih.

“Victoria..” Suara Dad parau, dan masih merintih kesakitan. Lionel masih berusaha menyumbat beberapa luka Dad yang masih mengeluarkan darah, dan aku melakukan hal yang sama, Joan dan Matthew juga melakukan hal yang sama, tapi mereka berdua terlihat jelas berusaha menahan aroma darah Dad. Lionel memandangiku, penuh penyesalan.

“Dad, apa yang terjadi?” Air mataku tumpah.

Moonlight Shading

481

Page 219: Moonlight shading 2

“Vic..Victoria..” Suaranya terbata-bata dan samar-samar.

“Victoria, tolong aku. Kau harus menyumbatnya, robek bajumu dan letakkan dilukanya. Untuk sementara kau bisa mengikatnya, agar darahnya tidak mengalir.” Pinta Lionel dengan berteriak.

“Tapi itu akan membuatnya kesakitan, Lionel.”

“Biarkan saja, ini tidak akan lama. Aku akan membawanya dengan cepat sekali. Lakukanlah.” Ia memerintahku, wajahnya begitu pucat, dan matanya sangat tajam. Ia merasakan apa yang kurasakan, kami pasti sedih karena peristiwa ini, tapi tidak sekalipun aku melihat air matanya tumpah.

“Oke.” Seruku akhirnya.

Aku melakukan apa yang Lionel perintahkan padaku. Ku robek bajuku dan ku sumbatkan darahnya dengan robekkan bajuku. Lionel memerintahkan Joan untuk mengendarai mobil Lionel, dan Matthew

Moonlight Shading

482

Page 220: Moonlight shading 2

membawaku kerumahnya. Mobil patroli Dad akan di bawa pulang oleh Joan setelah kembali dari rumah keluarga Lomax. Dad dipeluk dibelakang punggung Lionel dan mereka menghilang. Cepat bagaikan kilat.

“Vic, maafkan aku. Aku tidak bisa berdekatan dengannya terlalu lama.” Joan mendekatiku, nadanya menyesal. “Kau tahulah, aku belum terbiasa dengan darah manusia didepanku dan harus aku abaikan begitu saja. Aku masih fresh sekali.”

“Tidak apa-apa, aku tahu itu pasti sedikit menyulitkanmu dan aku tidak akan menuntut kau untuk lebih lama lagi didekat Dad.” Ucapku, menenangkan Joan. Joan tampak bersalah dan menyesal. Aku tahu, dia bisa membantu, tapi Joan belum terbiasa mengabaikan darah manusia seperti anggota keluarga Lomax lainnya, Joan masih cukup belia untuk terbiasa mengabaikan darah manusia walau ada didepan cuping hidungnya, dan darah Dad tidak bisa membuatnya menahan lebih lama lagi.

Moonlight Shading

483

Page 221: Moonlight shading 2

“Tentu saja, sebenarnya aku bisa menahannya, tapi tidak untuk waktu lama. Aku justru takut malah akan melakukan kesalahan karena belum terbiasa.” Ungkap Joan dengan menahan cuping hidungnya yang membesar karena aroma darah yang menyegarkannya, “Maafkan aku, Victoria.”

“Tenanglah,” seruku berusaha tenang.

“Ayo, kita harus cepat pulang. Joan, bawa mobil Lionel.” Teriak Matthew. Joan mengangguk dan kembali ke mobil dan mengendarainya. Matthew memegangi tanganku dan mendudukkan aku dikursi penumpang, dan secepat kilat mobilnya sudah melaju cepat menuju rumahnya.

Moonlight Shading

484

Page 222: Moonlight shading 2

Part 18

Koma

Sore itu aku berada dirumah keluarga Lomax. Matthew memelukku erat dengan sebelah tangannya, tangannya menggenggam erat tanganku dengan sebelah tangannya yang bebas.

Moonlight Shading

485

Page 223: Moonlight shading 2

Kami berada diruang tamu yang menyatu dengan ruang keluarga, semua anggota keluarga Lomax duduk bersama kami. Hanya ada Lionel dan Camile didalam kamar di ruang perawatan Camille yang berada di sisi kiri dari ruang keluarga, sedang mengobati Dad.

Tatapan saudaranya membuat tubuhku semakin menegang. Julia mendekatiku, menyentuh pundakku dengan lembut, tatapannya sangat lembut dan indah. Tampak penuh perhatian dan peduli padaku saat ini.

“Victoria, aku menyesal tidak bisa membantu mereka.” Suaranya yang merdu membuatku tenang sesaat, Lucca berdiri disebelahnya, ia menatapku dengan tegang, rahangnya mengatup keras. Julia memandangi Lucca dengan lembut lalu kembali memandangiku penuh perhatian. Makhluk mungil dan lincah ini tampak cemas padaku.

“Jika ada yang bisa kulakukan, dan itu tidak berhubungan dengan masalah medis,

Moonlight Shading

486

Page 224: Moonlight shading 2

aku bisa membantumu.” Tawar Julia padaku. Kulihat Julia tampak ingin sekali aku tenang, tapi tak banyak yang bisa dilakukannya. Julia tersenyum.

“Tentu saja, kau bisa menjemput ibuku?”

Ia memandangi Lucca sesaat, Lucca memberinya anggukan kepala yang pelan, dan ia kembali memandangiku.

“Baiklah, aku dan Lucca akan menjemputnya.”

“Terima kasih, dan tolong Julia, jangan memberitahukannya, biar aku saja. Itu jika tidak merepotkanmu?”

“Tentu tidak merepotkanku kok.” Tubuh mungilnya bergerak dengan anggun, ia menggandeng tangan Lucca, dan menariknya dalam pelukkannya. Aku yakin perasaannya begitu dalam terhadapnya, terlebih lagi dengan Lucca, ia tidak sekalipun memalingkan wajah dan tatapannya dari Julia.

Moonlight Shading

487

Page 225: Moonlight shading 2

Evelyn dan Joan memilih mengabaikanku, mereka memang duduk dihadapanku tapi tidak benar-benar menganggapku ada disana. Matthew masih memelukku, sekarang pelukkannya, sentuhannyalah yang kuinginkan, walau dingin tapi ini membuatku tenang.

Joan memandangiku, tatapan matanya masih sama dengan sebelumnya, penuh dengan penyesalan. Ia mendekatiku, tubuh besarnya merendah dibawahku, ia tertunduk agar bisa melihat wajahku lebih jelas – dan saat itulah tatapan Evelyn menyiksaku. Joan menyentuh pundakku, tersenyum sekilas, matanya yang berwarna coklat terlihat besar dan indah.

“Victoria, percayalah Camille bisa mengobati Philip. Lionel disana, mereka berdua sangat hebat untuk masalah medis seperti ini. Dan lagi keduanya jauh lebih terbiasa dengan darah dibandingkan aku.” Suaranya lantang tapi merdu, kulit putihnya terpancar indah didepan mataku.

Moonlight Shading

488

Page 226: Moonlight shading 2

“Terima kasih, Joan. Aku tahu dan yakin mereka bisa membantu Dad. Tapi, aku ingin tahu sesuatu jika kau tidak keberatan?” suaraku pelan dan lembut. Mataku dan mata Joan betemu dan bertatapan.

“Yah, tentu saja kau bisa bertanya padaku. Apa itu?” Seru Joan santai dan ramah.

“Apa yang terjadi? Mengapa Dad ada disana?”

Ia menundukkan kepalanya memandangi lantai marmer-nya, lalu mendongak memandangiku lagi. Tidak ada perubahan, wajahnya masih sama, penuh penyesalan.

“Yang kutahu, ia menelusuri jejak vampire-vampir itu. Sendirian. Dan sepertinya ia berada diwaktu dan ditempat yang salah, vampire-vampir itu sedang kehausan, mereka melihat Philip disana, didalam hutan, seorang manusia dengan darah segar mendekati neraka dan mereka

Moonlight Shading

489

Page 227: Moonlight shading 2

hendak menghisap darahnya. Lalu Lionel, ia merasakan sesuatu hal buruk sedang menimpa Philip, makanya ia mengajakku untuk menemukannya.” Suaranya tertahan, ceritannya membuatku tidak bisa menahan air mata lagi. Tubuhku kaku, kembali menegang dan berkali-kali aku mengucap kata ‘sialan’ dengan memejamkan mata.

“Victoria, tenangkan dirimu. Aku tahu, ini pasti tidak membantumu, tapi...” Ia memandangi Matthew sekilas dan kembali memandangiku.

“Kau harus kuat, setidaknya untuk dirimu sendiri, jangan lemah dihadapan ibumu.” Lanjut Joan dengan penuh perhatiannya padaku.

“Sudahlah, Joan jangan menghiburnya.” Suara sinis Evelyn membuat aku, Matthew dan Joan memandanginya kaget. Aku tergelak. Kaku. Matanya hanya terarah padaku, tidak pernah sekalipun ia memalingkan tatapan matanya yang dingin dan tajam

Moonlight Shading

490

Page 228: Moonlight shading 2

dariku. Sangat dingin dan tidak bersahabat.

“Eve, aku harus melakukan ini. Memang bukan salahku, tapi aku bersama Philip saat itu.” Sergah Joan lembut. Tatapan Joan begitu lembut dan penuh cinta pada sosok sexynya itu.

“Oh, ayolah Joan. Ini bukan urusan kita. Bahkan dari awal kita memang seharusnya tidak berurusan dengannya.” Ia meninggikan suaranya hingga dua oktaf dan hampir berteriak. Aku merasakan Matthew geram, tapi ia menahannya, matanya begitu tajam dan dingin menatap kakaknya. Dan Joan menahan Matthew, ia mengulurkan tangannya didada Matthew.

“Kau jangan berkata begitu, Eve. Saat ini dia membutuhkan kita.” Sergah Joan lembut lagi. Dengan wajah sangarnya itu, Joan terlihat iba padaku dan sendu.

“Benarkah? Memangnya kita bisa bantu apa? Ingat, kita vampire, bukan jasa pelayanan umum untuk pembasmi.”

Moonlight Shading

491

Page 229: Moonlight shading 2

Matanya semakin berapi-api memandangiku, tubuhnya yang begitu sexy dan tinggi berdiri menghadapku.

“Ingat, dia adalah pembasmi. Ingat Joan, dia bahkan tidak patut bergaul dengan kita.” Imbuh Evelyn ketus. Joan menatapnya marah tapi tidak mampu membentak gadis vampire pemarah ini karena perasaannya begitu dalam padanya. Matthew mengerang. Aku berusaha menahan air mataku agar tidak tumpah, tapi Matthew ia tidak bisa menahan emosinya, ia mendekati Evelyn dan meraih lengannya dengan mencengkram erat.

“Jangan sekali-kali kau berkata kasar padanya, Eve.” Pekik Matthew dengan geram pada Evelyn. Evelyn tergelak kaget.

“Matt, hentikan.” Dan Joan menarik tubuh Matthew, menjauhinya dari Evelyn, ia berdiri didepan Evelyn dan memeluk dengan kedua tangannya yang membelakangi tubuhnya.

Moonlight Shading

492

Page 230: Moonlight shading 2

“Kumohon, Matt. Jangan, jangan lakukan itu.” Seru Joan memohon. Matthew memandangi Joan, ia menahan emosi dirinya demi saudara yang dicintai kakaknya, aku menahannya dengan kedua tanganku dan berusaha menariknya mundur, tapi tubuhnya begitu kuat dan gemetar. Matthew sangat marah dengan perkataan Evelyn yang kasar padaku.

“Evelyn..” Suaranya yang lantang dan tegas melemahkan otot-otot Matthew yang tadi mengeras karena emosinya yang meluap-luap, Joan dan Evelyn juga memalingkan pandangan mereka pada suara itu.

Lionel memandangi kami, sebelah tangannya dimasukkan kesaku celananya, dan Camille mengikutinya berdiri disampingnya dan merangkul tangan Lionel yang bebas. Matanya memandangi Evelyn dengan tatapan bijaksana, tidak kulihat ia terjebak dalam emosi yang sedang terjadi. Lionel dan Camille tampak tenang sekali.

Moonlight Shading

493

Page 231: Moonlight shading 2

“Sebaiknya kau bawa ia kekamar, Joan.” Pinta Lionel lembut. Joan mematuhinya, ia memeluk tubuh sexy Evelyn dengan kedua tangannya. Evelyn pun diam dan mengikuti gerakan Joan yang memeluknya dan membawanya jauh dari aku dan Matthew. Langkah mereka begitu cepat, hingga aku tidak bisa melihat gerakkan tubuh mereka. Lionel dan Camille mendekatiku, mereka memandangiku penuh sayang. Matthew kembali memelukku.

“Maafkan atas peristiwa tadi, Victoria.” Tatapan matanya tidak berubah, begitu bijaksana, lembut dan bersahabat denganku. Camille mendekatiku, ia memelukku, begitu lembut dan hangat walau sebenarnya tubuhnya dingin tersentuh olehku tapi aku merasa hangat.

“Maafkan Evelyn, ia sangat mudah emosional. Tidak seharusnya ia bereaksi seperti itu padamu.” Bisik Camille lembut dan merdu. Tatapan keibuannya begitu menenangkanku dan menyenjukkanku.

Moonlight Shading

494

Page 232: Moonlight shading 2

Aku merasa tenang saat Camille berhasil menenangkanku.

“Tidak apa-apa, bukan aku yang seharusnya kalian tenangi.” Aku memandangi Matthew, tatapannya masih penuh dengan emosi yang meluap-luap.

“Tentu saja, tapi aku tidak mengkhawatirkannya, Sayang.” Ia tersenyum padaku, begitu lembut dan sangat keibuan. “Bagaimana keadaanmu?”

“Buruk.” Jujurku. Kulihat Lionel yang memandangiku lembut. Camille pun sama.

“Lionel, Camille, jika kalian tidak keberatan. Apa aku boleh melihat Dad?” Aku memalingkan wajahku memandangi sosok yang sangat kebapak-an dan begitu bijaksana lalu beralih pada sosok keibuan yang sedang menenangkanku dihadapanku ini. Mereka tersenyum dan menganggukkan kepalanya lembut.

“Tentu saja, silakan.” Lionel menarik tanganku dan merangkul pundakku dengan kuat – mungkin takut aku akan

Moonlight Shading

495

Page 233: Moonlight shading 2

pingsan. Saat memasuki kamar di ruang perawatan Camille dengan segala perabotan mahalnya aku sedikit lunglai. Seakan tahu apa yang akan terjadi, Lionel menahan tubuhku dengan kedua tangannya yang dingin.

Tubuhku begitu kaku, aku menatap tubuh Dad yang terbaring lemah dan tak berdaya dikasur. Tubuhnya penuh dengan perban, matanya terpejam, nafasnya terengah-engah seperti baru saja ia berlari hingga berkilo-kilo jauhnya. Aku menyentuh kulit lengannya yang putih pucat, lalu kusentuh juga dadanya yang bidang dan dengan warna yang sama putih pucat, sama seperti dengan wajahnya.

Camille mengajak Matthew meninggalkan ruangan, ia membiarkan aku dan Lionel berdua saja. Matthew sebenarnya tidak ingin meninggalkanku walau dengan Lionel, tapi Camille menariknya dengan paksa. Lionel duduk disisi kasur yang lainnya, ia juga

Moonlight Shading

496

Page 234: Moonlight shading 2

memandangi Dad, sahabatnya yang lemah terbaring dikasur.

“Aku tidak tahu akan bertahan berapa lama ia bisa seperti ini.” Nada Lionel melemah dan wajahnya muram sedih. Aku memalingkan wajahku pada Lionel, mata kami bertemu. Lionel berharap aku mengerti maksud perkataannya. Aku tergelak.

“Apa maksudmu?”

“Victoria, ia koma.” Lionel mencoba mengucapkan kata itu dengan pelan. Aku menegang, tatapan mataku menjadi dingin dan keras. Lionel tetap tenang tapi merasa sangat iba dengan kami.

“Ia banyak mengeluarkan darah, kepalanya terbentur akar-akar yang kuat saat hendak melarikan diri, kakinya patah dan organ bagian dalamnya terluka. Terjadi pendarahan hebat di kepalanya saat terjatuh, dan kita harus mengeluarkan darah yang membeku didalam kepalanya. Dan menunggu dia sadar.”

Moonlight Shading

497

Page 235: Moonlight shading 2

“Maksudmu, nyawanya hampir mati?”

“Bukan hampir, Victoria. Disaat ia nyaris mati karena dihisap oleh vampire-vampir itu, ia berhasil kami selamatkan. Tapi itu tidak bisa membuatnya kembali sadar seperti semula. Aku bisa saja mengeluarkan racunnya, dan itu sudah ku lakukan. Tapi tetap saja, ia tidak bisa langsung sadarkan diri.”

Aku terkejut, tubuhku sekarang melemah, tangisanku tidak lagi tumpah, pikiranku kosong. Kondisi Dad sangat parah, kondisi parahnya terjadi didalam tubuh Dad, Camille berniat untuk mengoperasinya, malam ini dirumah dibantu oleh Lionel. Aku lega. Mereka adalah yang terbaik. Camille tak diragukan lagi. Aku tahu itu, tapi keraguan akan kesadaran Dad masih menjadi pertanyaan besar bagiku.

“Lalu, apa yang harus kulakukan?”

“Hanya satu, membunuh vampire itu.” Aku memandanginya penuh emosi

Moonlight Shading

498

Page 236: Moonlight shading 2

yang siap meluap-luap, tapi aku menahannya. Tatapanku dingin dan keras. Lionel seakan tahu arti tatapan kaget dan dinginku. Aku terkejut. Ucapannya membuatku gemetar.

“Bukan memaksa, tapi memang itulah yang harus kau lakukan. Walau ia diobati dengan alat-alat professional sekalipun, kondisinya tetap sama.”

Pandanganku kembali memandangi Dad. Tubuhnya yang kekar, tegap, suaranya yang lantang khas polisi sekarang lenyap, hilang seperti ditelan bumi. Tidak lagi kudengar tawanya, suaranya yang menggelegarkan setiap celah ruangan.

“Victoria, kau mau aku membawanya ke rumah sakit atau kau ingin aku yang merawatnya?”

“Biarkan ia disini, aku lebih suka Camille yang merawatnya. Aku tidak mau orang lain mengetahuinya. Setidaknya,

Moonlight Shading

499

Page 237: Moonlight shading 2

mereka tidak perlu melihat kondisi Dad yang separah ini.”

“Tapi tetap saja, orang-orang akan mengetahuinya. Mereka pasti mau bertemu dengan Philip. Dan berita akan menyebar dengan cepat sekali.” Ucap Lionel, lembut. Kedua matanya memandangi Dad penuh iba dan berharap kesembuhannya.

“Yah, setidaknya ia akan aman disini. Dan bisa jadi vampire-vampir itu akan datang lagi, ya kan?” Aku meliriknya, ia tersenyum padaku.

“Bukan bisa jadi, tapi memang mereka akan datang mencarinya lagi. Bagi vampire, mangsanya adalah prioritasnya. Apalagi jika magsanya tiba-tiba selamat, bisa kabur atau seperti Philip, diselamatkan oleh orang lain. Sudah pasti mereka akan mencarinya dan menghabisinya.” Tatapan mataku masih memandangi Dad, wajahnya yang tampan tampak begitu menenangkanku. Sosok

Moonlight Shading

500

Page 238: Moonlight shading 2

yang sangat kukagumi, sosok yang sangat kurindui selama sepuluh tahun berpisah.

“Well, jika kau tidak keberatan. Aku ingin memasangkan alat bantu pernafasan dan juga infuse, kondisinya yang sekarang tidak akan bertahan lama. Camille mengingatkanku.” Aku memberi ruang pada Lionel, ia mulai mengambil alat-alat infusnya lalu memasangnya ditangan Dad. Begitu juga dengan alat pernafasannya, ia begitu cepat menggerakkan tangannya, sangat lembut dan gemulai seakan-akan ia sedang menari.

“Camille sangat mengerti jelas kondisi Philip. Camille bersiap membantu apa saja, Victoria.” Ungkap Lionel. Matanya bertemu dengan mataku. Kami saling memandang tapi diam. Lionel tahu aku akan mengucapkan terima kasih dan baginya itu dapat dimengerti dengan mudah.

Julia membuka pintu kamar, ia mengejutkan aku dengan kehadirannya

Moonlight Shading

501

Page 239: Moonlight shading 2

yang tiba-tiba, langkahnya tidak terdengar.

“Victoria, ibumu sudah disini.” Ucap Julia berbisik dibalik pintu ruang perawatan yang terbuka sedikit. Mataku dan mata Lionel bertemu, kami saling memandang, dan ia meminta Julia membantunya.

“Kau temui Sarah, bicarakanlah mengenai beberapa kemungkinan. Ini tidak mudah dipahaminya.” Aku menganggukkan kepala, membuka pintu dan mendengar permintaan konyol Lionel pada Julia.

“Kau bisa membantuku sebentar? Bantu aku memasang kabel-kabel ini.” Ku lihat Julia sempat menarik nafas dalam-dalam, ia menahan nafasnya karena aroma darah Dad. Dan ia menganggukkan kepala pada Lionel lalu mengikuti apa yang diperintahkannya.

Operasi akan segera dilakukan. Camille pun sudah siap dengan segala peralatannya. Aku sempat bingung. Lionel

Moonlight Shading

502

Page 240: Moonlight shading 2

dan Camille, mereka memang pasangan paling cocok. Tapi Camille-lah yang berprofesi sebagai dokter, dan tidak tahu mengapa Lionel seperti sangat memahami ilmu kedokteran seperti sang istrinya.

Lucca mengantarku ke tempat Mom berada. Mom sedang duduk dilobi depan, wajahnya begitu tegang, ia mengepalkan tangannya dipangkuannya. Matanya begitu ketakutan. Ia memelukku begitu aku menghampirinya.

“Dear, ada apa ini? Mengapa tiba-tiba Julia dan Lucca menjemputku? Ada apa? Kau baik-baik saja kan, Dear?” Air matanya hampir tumpah, aku memeluk wajahnya dengan kedua tanganku. Aku menghela nafas pelan.

“Mom, aku mohon kau bisa menerimanya dengan tenang. Karena apa yang akan aku katakan ini, sungguh sangat sulit aku ucapkan.” Pintaku lirih. Mom tampak kaget, matanya terbelalak. Seakan-akan tahu bahwa ini berita buruk. Sangat buruk baginya.

Moonlight Shading

503

Page 241: Moonlight shading 2

“Dear, ada apa ini? Mengapa kau begitu tegang?” Wajah lembut Mom terlihat panic.

“Mom, sesuatu terjadi pada Dad.” Nadaku mulai melemah dan gugup.

Wajahnya kembali menegang. Matanya terbelalak lebar, ia menyentuh bibirnya dengan kedua tangannya, dan matanya berlinang.

“Apa? Apa yang… Terjadi pada… Philip?” Suaranya serak, tangannya gemetar, wajahnya pucat. Aku memeluknya. Mengelus lembut punggungnya.

“Dad mencoba memasuki hutan, sendirian. Ia menemukan jejak yang sama seperti yang ada di museum. Kau masih ingat, jejak apa itu?” Ia mengangguk lemah. Aku menghela nafas.

“Yah, jejak aneh. Bukan jejak manusia dan juga hewan. Itu yang ia katakan padaku, Dear.” Aku mengerang, Dad tidak pernah mengatakan apa yang ku ucapkan

Moonlight Shading

504

Page 242: Moonlight shading 2

waktu di museum, ia merahasiakannya dari Mom.

“Maaf, Mom. Sepertinya Dad tidak mengatakannya padamu.” Akui ku. Mom tampak bingung. Mom masih belum mengerti apa yang aku maksudkan.

“Tentang apa?”

“Jejak-jejak itu?”

Wajahnya kaku, tangannya dingin bergemetar. Air matanya kini tidak bisa ditahannya. Tubuh Mom bergetar hebat. Tubuhnya menjadi dingin.

“Jejak-jejak itu… Itu adalah jejak vampire.” Suaraku tercekat, aku memajamkan mata, tidak ingin melihat tangisan Mom yang membuat hatiku sakit. Dan benar, ia menangis, tangannya menggenggam erat tanganku. Aku menatapnya.

“Dan sekarang, Dad… Terbaring koma. Vampire-vampir itu berhasil menghisap darahnya. Ia ada disini, Lionel

Moonlight Shading

505

Page 243: Moonlight shading 2

dan Joan menyelamatkannya. Lionel berhasil membuang racunnya, tapi itu tidak bisa menyadarkan Dad dari komanya.”

“Tapi, seharusnya..”

“Mom, ia nyaris mati. Dan itulah yang diinginkan oleh vampire-vampir itu. Sekarang vampire-vampir itu akan mencarinya dan kembali menghisap darahnya hingga mati. Seperti yang mereka lakukan pada satpam dimuseum.”

Tubuhnya masih gemetar, aku menyeka tangisannya. Ia memandangiku dengan matanya yang sayu, begitu penuh dengan kesedihan.

“Lalu, apa yang harus kita lakukan?”

Aku menarik nafasku dalam-dalam, memandangi Mom penuh sayang. “Menunggu. Camille akan mengoperasinya, terjadi pendarahan didalam kepala Dad dan itu harus segera dioperasi agar bisa segera sadar dari komanya, mungkin saja..” Tangan Mom

Moonlight Shading

506

Page 244: Moonlight shading 2

dingin dan kaku, matanya lembali berlinang.

“Aku memutuskan Dad akan dirawat disini. Setidaknya ia akan aman. Vampire-vampir itu tidak akan berani memasuki daerah vampire lainnya. Dan tindakkan lainnya yang sedang ku timbang, adalah..” Aku menahannya, menghela nafas dalam-dalam dan kembali memandanginya.

“Aku harus membunuh, melenyapkan mereka agar Dad bisa pulih. Mereka vampire yang tidak akan pernah melepaskan mangsanya, Mom.” Pintaku dengan menyakinkan Mom. Mom berkali-kali mengerang, ia menolak untuk kusentuh. Ia menghindariku, menatapku tajam dan memohon padaku.

“Dear, sudah cukup apa yang terjadi pada Philip, ayahmu. Jangan sampai itu juga terjadi padamu.” Suara Mom lemah, nyaris tidak terdengar olehku.

“Tentu tidak, Mom. Aku akan baik-baik saja, kau lupa, aku seorang

Moonlight Shading

507

Page 245: Moonlight shading 2

pembasmi. Ini yang harus kulakukan.” Sergahku dengan keras kepala. Aku harus menyakinkan Mom dengan tindakanku ini.

“Tidak, pasti ada cara lain.” Tukas Mom lagi.

“Tidak ada, hanya ini. Jika kita terlalu lama menahan Dad, maka nyawanya semakin mendekati kematian, Mom.” Kembali aku menyakinkan Mom.

Mom memalingkan wajahnya, memandangi pemandangan diluar yang mulai gelap. Kepalanya berkali-kali menggeleng dan ia berkali-kali mengatakan ‘tidak mungkin’. Tatapan matanya begitu sedih dan pasrah. Aku memalingkan wajahnya dengan tanganku.

“Aku tidak akan melakukannya jika kau tidak mengijinkanku, Mom. Selama menunggu, Dad akan dirawat disini. Dan Mom, ku harap kau juga mau berusaha untuk menetap disini, sampai semuanya berakhir.” Mom tidak menjawabnya, memandangiku dengan matanya yang

Moonlight Shading

508

Page 246: Moonlight shading 2

berlinang. Tubuhnya masih gemetar, senyum manisnya kini lenyap tak terlihat.

Aku membawa Mom kekamar Dad dirawat, masih ada Lionel didalam bersama dengan Camille sekarang, Lionel menarik tangan Mom dan merangkulnya.

Tatapan Mom selalu mengarah pada Dad, ia tidak menangis lagi. Mom bisa menahan emosinya. Mom duduk disisi kasur kanan Dad, menyentuh tubuh Dad dengan jari-jarinya.

Aku dan Lionel meninggalkan Mom sendirian bersama Dad, dan tentu saja Camile menjaganya. Lionel mengajakku ke taman didalam rumahnya. Taman yang ditengahnya terdapat kolam air yang memiliki pancuran yang lumayan tinggi. Taman ini dihiasi oleh bunga-bunga, begitu indah dengan lampu yang menyinarinya. Diatapnya lebih indah lagi, atapnya didesain tranparan sehingga kita bisa memandangi langit dengan jelas. Kami duduk dipinggiran kolam.

Moonlight Shading

509

Page 247: Moonlight shading 2

“Maafkan atas sikap Evelyn, ia mudah emosional.” Wajahnya yang penuh penyesalan begitu memohon padaku dan menawan sekali.

“Tidak masalah, aku akan berusaha mengerti dirinya.” Senyumku mengembang diwajahku, suaraku datar namun hatiku terasa sakit – setidaknya aku tahu ada yang tidak menyukai kehadiranku. Dan aku sudah seharusnya bersiap dengan ketidakramahan Evelyn padaku.

“Ini tidak mudah untuk diterimanya, Victoria.” Ucap manis Lionel. Masih dengan tatapan lembutnya.

“Lionel, aku akan berusaha untuk tidak memancing emosinya. Dan itu jika aku sanggup, tapi akan aku usahakan.” Jelasku jujur. Aku akui aku memang tidak mengerti bagaimana harus bersikap dengan Evelyn. Bersikap pura-pura santai padahal kami sama-sama tahu bahwa Evelyn tidak menyukaiku.

Moonlight Shading

510

Page 248: Moonlight shading 2

“Kau baik sekali.” Lionel tersenyum, menawan, indah dan tampan. Aku menyeringai. Lionel tampak sangat tenang mendengar ucapanku tadi. Kulihat Lionel terdiam memandangi langit malam. Mata Lionel yang indah dan berpancarkan cahaya berbinar-binar indah.

“Trims.” Ucapku akhirnya. Lionel memandangiku lekat-lekat. Aku menyeringai.

“Aku tahu ini pasti berat bagi kalian.” Serunya, tangannya menyentuhku, begitu dingintapi menenangkan. Aku memandanginya.

“Tapi saat ini kau harus lembut dan mengalah pada Evelyn. Aku tahu itu berat dan mungkin egois, tapi percayalah bahwa itu yang baik saat ini.” Pinta Lionel. Aku mengangguk pelan. Meresapi semua perkataannya. Kami terdiam.

“Tenang saja. Aku bisa lebih memahami kalian daripada membuat

Moonlight Shading

511

Page 249: Moonlight shading 2

kalian memahamiku.” Ucapku datar. Lionel menyeringai lembut.

“Soal Joan,” seruku datar. “Apa dia belum bisa untuk terbiasa dengan darah manusia?”

“Ya, begitulah.” Lionel berseru santai. “Joan masih muda dalam hal usia sebagai vampire dan Lucca juga tergolong muda, dalam hal menahan aroma darah. Keduanya sama-sama belum terbiasa berdekatan dengan darah manusia dalam waktu lama. Karena, bagi mereka membiasakan diri cukup sulit. Dan lagi, kami kan jarang membuat Lucca dan Joan terlibat dalam keadaan tadi, jadi bisa dipastikan keduanya akan merasa tertekan. Tapi, tenang saja. Keduanya masih bisa menahan diri mereka.” Suara lembut Lionel membuatku nyaman bersamanya.

“Matthew dan anak-anakmu yang lain juga sama denganmu dan Camille. Terbiasa dengan darah manusia?” nadaku ragu-ragu.

Moonlight Shading

512

Page 250: Moonlight shading 2

“Kami – keluarga Lomax – sudah terbiasa. Hanya Joan dan Lucca yang belum bisa terbiasa dengan aroma darah. Terlebih Lucca, dia punya pengalaman yang cukup membahayakan manusia dan begitu menginginkan darah manusia, dan tidak mudah menggantinya dengan darah hewan lalu membuatnya terbiasa mengabaikan darah manusia. Tapi, mereka berdua sudah cukup bagus. Hanya mungkin, karena tubuhmu dan Matthew masih sedikit memberikan aroma darah itu, makanya keduanya masih sedikit sensitive.” Jelas Lionel lagi dengan nada lembut dan merdunya. Pandangannya lurus dan dalam. Hangat dan menenangkan.

“Oh,” seruku terkesiap santai. Lionel dan aku sama-sama duduk diam dan berpandangan.

“Lionel, ada yang ingin aku ketahui.” Seruku pelan-pelan.

“Yah, apa itu?” Seru Lionel santai.

Moonlight Shading

513

Page 251: Moonlight shading 2

“Ini mengenai ibuku, maksudku ibu kandungku.” Lionel tersenyum, begitu manis dan lembut. “Bisa kau ceritakan tentang dirinya?” Pintaku lembut. Bisa kulihat gigi putihnya yang mengkilap memukauku. Ia memalingkan wajahnya, memandangi langit. Dan ia memulai ceritanya. Seakan tahu bahwa aku ingin bertanya tentang ibuku. Lionel memang sangat pintar membaca kondisi orang lain.

“Ibumu, Debborah Floore. Dia sahabatku, saudaraku dan penyelamatku.” Setiap katanya penuh dengan penekanan yang menyakinkan. Aku bergidik, bukan karena aroma tubuhnya yang berbeda, tapi karena pujiannya tentang ibu kandungku. Lionel sangat mengenalnya. Itulah komentarku. Lionel kembali memandangiku.

“Debby, begitulah ia dipanggil. Selama aku mengenal kaummu, dialah pembasmi yang paling kuat dan berani. Tubuhnya tinggi, badannya sangat simpal, rambut coklatnya bergelombang dan

Moonlight Shading

514

Page 252: Moonlight shading 2

selalu tergerai. Aroma tubuhnya, jika kau bisa menciumnya, tidak ada satupun aroma didunia yang bisa menandinginya. Suaranya begitu lembut, dan sentuhannya walau panas untuk kami tapi ia menenangkan siapapun yang menyentuhnya. Matanya, matanya sama indahnya dengan matamu.” Ia tersenyum, aku juga tersenyum dan memandanginya penuh kagum. Sama seperti yang pernah Mom katakan padaku. Mataku sama dengan mata ibuku.

“Yeah, Mom pernah mengatakannya.” Matanya menyipit, dahinya mengerut dan bibirnya mengerucut.

“Maksudku, Sarah. Ia pernah mengatakannya padaku.” Lanjutku sedikit mengoreksi. Dan ia tertawa.

“Sejak ia tahu dirinya hamil, ia selalu bersamaku. Dan ia saat itu sudah tidak lagi tinggal dengan, Joaquin Da Angelo..” Suaranya terhenti, rahangnya mengatup keras dan tatapan matanya dingin. Aku tergelak.

Moonlight Shading

515

Page 253: Moonlight shading 2

“Joaquin Da Angelo? Siapa dia?”

“Dia… Dia ayah kandungmu.” Dan aku menegang, tanganku mengepal keras tangan Lionel. Dan mataku pun juga dingin, aku memalingkan wajahku.

“Dia… Tidak seharusnya aku mengucapkannya.” Sesal Lionel. Tatapannya sedih dan menyesal. Aku berusaha tenang dan menormalkan kekagetanku.

“Tidak apa-apa, sebenarnya aku berniat bertanya padamu. Tentang ‘dia’.” Kutekankan kata ‘dia’ agar Lionel tahu bahwa aku tidak ingin menyebutnya dengan panggilan apapun. Lionel mengangguk pelan. Matanya mengerjap kaku. Tubuh duduk diam dan tetap menawan.

“Kau tahu?”

“Yah, Matthew pernah mengatakannya tapi tidak dengan menyebut namanya.” Aku kembali

Moonlight Shading

516

Page 254: Moonlight shading 2

memandanginya, dan menggenggam erat tangannya. “Lanjutkan.”

Lionel tersenyum, matanya berubah dari dingin dan keras ia menatapku dengan lembut. “Saat ibumu hamil, ia selalu tinggal denganku. Ia tidak ingin kau tinggal dilingkungan vampire jahat yang penuh dengan ambisinya sendiri. Makanya ia memintaku untuk berpindah-pindah dan menemukan siapa yang pantas merawatmu. Setelah beratus-ratus tahun lamanya aku menemukan keluarga Smith.

“Mereka tidak bisa memiliki keturunan, karena Sarah mengalami kanker rahim yang membuatnya harus mengangkat rahimnya, dan itu tidak bisa memberikan keturunan untuk Philip. Sejak itulah, aku berkenalan dengan mereka. Aku yakin mereka pantas menjadi orangtuamu, mereka begitu lembut, ramah dan sangat sayang pada siapapun, juga pada anak-anak kecil. Bisa ku lihat keinginan mereka untuk memiliki anak begitu besar, dan saat itulah aku

Moonlight Shading

517

Page 255: Moonlight shading 2

mengenalkan Debby pada mereka.” Ia menghela nafas. Wajahnya lebih teduh dan lembut dari sebelumnya.

“Tapi tidak mengenalkannya secara resmi. Mungkin kau tahu ceritanya. Debby memiliki cara yang unik tapi dia sangat yakin bahwa keluarga Smith adalah yang cocok untukmu.” Lanjut Lionel. Menerawang. Seakan-akan tampak jelas massa beberapa ratus tahun yang lalu dihadapannya.

Lionel seperti berada dimasa itu, masa dimana terdapat banyak kenangannya dengan ibuku, Debby. Bisa kurasakan tubuhnya begitu meraba-raba seperti berabad-abad lalu. Tatapan matanya juga sangat berbeda, ia begitu semangat menceritakan kenangannya.

“Awalnya Debby bisa merahasiakan tentang siapa dirinya. Sebelum kau lahir ia memutuskannya untuk memberitahu tentang siapa dirinya. Dan yang mengejutkanku adalah Philip dan Sarah menerimanya. Bagi mereka kau anugerah,

Moonlight Shading

518

Page 256: Moonlight shading 2

dan mereka benar-benar menyayangimu, makanya sebagai gantinya Debby meminta pada mereka untuk merahasiakan sampai waktunya tiba.

“Saat Debby tinggal dengan keluarga Smith aku meninggalkannya, saat itu Evelyn mengalami masalah penting. Masalah yang tidak bisa aku tangani sendiri. Masalah keluarga yang cukup fatal.”

“Evelyn dan Joan?”

“Seberapa jauh Matthew menceritakannya padamu?” Lionel terlihat kaget sekaligus terperangah. Beberapa hal telah aku ketahui dari Matthew. Aku tersipu malu saat ekspresiku begitu jelas terlihat.

“Tidak banyak, hanya beberapa saja cerita pendek saja.” Aku mengakui dengan malu-malu. Lionel hanya menganggukan kepala dengan lambat. Dan kami tertawa. Tawanya begitu indah, mempesona dan sempurna.

Moonlight Shading

519

Page 257: Moonlight shading 2

“Dan setelah kau pergi saat kau mengetahuinya, kau ingat kan? Saat kau tahu tentang dirimu yang berbeda. Tentang dirimu yang bukanlah darah daging Sarah dan Philip.” Ia terkekeh padaku. Dan aku hanya mengangguk pelan padanya. Aku sangat ingat massa itu. “Aku dan Camile datang kembali kesini, dan kembali bersahabat dengan Philip dan Sarah. Oh, tentu saja kami datang hanya berdua. Anak-anakku mereka datang empat bulan sebelum kau datang kembali kesini.” Bisa kulihat pandangannya menerawang jauh, tatapannya sesekali memandangiku dan berpindah memandangi langit.

Sentuhan tangannya yang dingin membuatku merasakan sentuhan ibu kandungku. Walau itu tidak mungkin, aku merasakan Lionel yang begitu dekat dengannya memberikan perasaan ibu kandungku padaku, sentuhannya, tatapannya dan sikap lembut dan hangatnya. Aku menangis.

Moonlight Shading

520

Page 258: Moonlight shading 2

“Kau menangis?” Ia menyeka air mataku, dan tersenyum padaku. Tatapan matanya begitu lembut dan indah.

“Kau tahu, kenangan terakhirku tentang Debby adalah pertemuan pertama dan terakhir kalinya aku dengan dia.” Ia menggenggam erat tanganku, dan memandangiku dengan tersenyum. Aku tertegun. Sikap ramah Lionel sangat kebapak-an bagiku. Lembut, tenang dan mampu merasakan perasaan sedih bersamaan. Lionel sangat baik padaku.

“Nama Victoria adalah nama nenekmu. Ia seorang manusia yang dinikahi oleh William Floore, keluarganya termasuk keluarga manusia dengan gelar bangsawan yang bersikap jauh dari sikap brutalnya manusia berbangsawan pada umumnya. Mereka sangat ramah pada siapapun, baik manusia dari kalangan manusia manapun. Tapi nenekmu, begitu mengetahui adanya pembasmi pada sosok kakekmu, dia jatuh cinta pada kakekmu, dan akhirnya memilih hidup bersama

Moonlight Shading

521

Page 259: Moonlight shading 2

selamanya. Nama yang mengandung arti kemenangan, membuat Debby merasa nama itu cocok untukmu.” Dan Lionel menyentuh pipiku. Dingin. Lembut. Suaranya sendu, bak beledu, indah didengar.

“Dan Debby sangat menyayangi nenekmu, seperti dirimu. Kau menyayangi Sarah dan juga Debby. Begitulah.” Aku menganggukkan kepala. Lionel memutar kedua bola matanya, berpikir sejenak sebelum berbicara denganku. Aku memandanginya takjub.

“Ini mengingatkanku pada sesuatu.” Serunya, suara lembutnya pelan. Aku mengernyit.

“Pada apa?” aku penasaran.

“Matthew.” Jawabnya, memandangiku nanar. Aku tergelak.

“Dengar, bagi Matthew kau adalah anugerah yang diberikan takdir untuknya. Perasaannya tidak sekalipun berbohong padamu. Ia benar-benar mencintaimu.”

Moonlight Shading

522

Page 260: Moonlight shading 2

Imbuh Lionel. Lionel sangat mengerti perasaan orang lain. Sudah pasti dia sangat tahu perasaan anaknya sendiri. Aku tergelak.

“Tapi ini tidak boleh, kau pasti juga tahu kan?” Bantahku. Masih keras kepala. Lionel meringis.

“Kau sama keras kepalanya dengan Debby. Kau memang mirip dengannya.” Gumam Lionel datar. Aku tersenyum datar.

“Apa kau menyetujui Matthew? Debby bahkan mengingatkanku untuk tidak menjadi bodoh seperti dirinya.” Ungkapku. Aku bergidik, bukan karena sentuhannya tapi karena ucapanku sendiri dan tatapan matanya.

“Dulu, tidak banyak pembasmi yang melanggar aturan. Hanya ibumu, tapi itu tidak pernah membuatnya takut melaluinya, walau ia tahu ayahnya-lah yang membuat peraturan dan ia tidak sekalipun takut. Walau akhirnya ia harus mati ditangan orang yang dicintainya, ia

Moonlight Shading

523

Page 261: Moonlight shading 2

senang bisa mempertahankan apa yang diyakininya. Dan itulah yang membuat Wiiliam akhirnya mencoba membunuh – orang yang tidak ingin kau dengar itu, kakekmu begitu kuat, ia meninggal bukan karena tidak berhasil mengalahkannya, tapi karena ia begitu mencintai ibumu dan istrinya..” Aku mengerang, aku menarik tanganku dan memandangnya tak bersahabat. Aku mengerti ia sedang membahas bagaimana – orang yang tidak ingin kudengar menghancurkan keluargaku.

“Aku tidak suka kau membicarakannya lagi. Aku tidak peduli dengan makhluk itu.” Dan ia menarik tanganku dalam genggamannya. Dan ia berwajah muram.

“Baiklah, aku tidak akan membicarakannya…” Lionel terdiam sesaat. “Menurutmu apa yang dilakukan Debby adalah bodoh?”

“Itu yang diakuinya. Dan itu pula yang dilakukannya padaku. Dia

Moonlight Shading

524

Page 262: Moonlight shading 2

menginginkan aku terhindar dari kebodohan mencintai vampire.” Jawabku. Polos. Lionel kembali memandangi langit lalu kembali lagi memandangiku. Lembut.

“Memang dia pernah mengucapkannya. Kebodohannya adalah masalahnya. Dia juga takut kau akan bernasib sama. Tapi kau tahu, Matthew berbeda. Matthew bukanlah makhluk jahat Victoria. Dan itulah yang membuat Debby yakin Matthew adalah vampire yang paling baik dan lembut yang Debby kenal selain aku.” Jelas Lionel. Aku tergelak. Aku memandanginya nanar. Penuh tanya tapi ku elakkan. Lionel seakan mengerti maksud tatapanku.

“Matthew sangat jujur. Dia bahkan rela melakukan apapun untuk mu. Percayalah.” Jelasnya. Manis dan lembut. Aku terdiam. Tak berekspresi. Lionel masih memandangiku lembut.

“Lalu, bagaimana kalau memang takdir menjodohkan kalian?” Tanya Lionel skeptic.

Moonlight Shading

525

Page 263: Moonlight shading 2

“Takdir? Kalian percaya?”

“Victoria, walaupun kami vampire, tapi kami tetap makhluk hidup yang tidak normal secara organ dalam kami. Takdir masih milik kami, sama seperti kau.” Dan aku tersenyum padanya. Bersamanya aku merasakan perasaan aman, seperti bersama dengan ayah sendiri.

“Walau dalam aturan pembasmi memang terdapat aturan yang mengikatnya. Aturan itu dibuat untuk pembasmi agar ia bertanggung jawab dengan tugasnya. Hingga sekarang vampire jahat sangat banyak, dan tentu aturan-aturan itu akan mengikatnya. Salah satunya aturan hubungan special dengan vampire. Pembasmi memang tidak boleh memiliki keintiman dengan vampire manapun. Dan Debby ingin kau melaksanakannya, tapi sayang mungkin tidak saat ini. Mungkin memang kau dan Debby, harus sama-sama mencintai vampire yang tidak semestinya kalian lakukan.” Ia tersenyum, aku

Moonlight Shading

526

Page 264: Moonlight shading 2

memandanginya nanar. Aku tergelak. Matthew berdiri tepat dibalik punggung Lionel yang sedang duduk menghadapku.

Sosoknya yang sempurna berdiri memandangi kami, ia tersenyum manis, menatapku lembut dan begitu sempurna. Ia mendekati kami, tatapan matanya sangat lembut dan indah.

“Well, sepertinya obrolan kita harus tertunda. Sebenarnya dari tadi ia memandangi kita, Victoria.” Aku tertunduk malu, Lionel melepaskan genggaman tangannya dan menciumi puncak kepalaku. Langkahnya anggun dan tenang. Lionel menyentuh pundak Matthew, tersenyum menyeringai dan berlalu. Matthew melangkah mendekatiku.

“Kau jangan khawatirkan operasi malam ini, aku dan Camille akan berusaha.” Ucap Lionel sebelum benar-benar meninggalkan aku dengan Matthew. Dan ia meninggalkan aku dan Matthew. Berdua. Aku tidak khawatir sedikitpun.

Moonlight Shading

527

Page 265: Moonlight shading 2

Tangannya menggenggam tanganku, sangat berbeda dengan sentuhan Lionel, lebih dingin, tapi tetap menenangkanku. Terasa hangat dan lembut. Tubuh sempurnanya memelukku, tangannya yang bebas melingkar dipinggangku. Dan ia tersenyum manis.

“Aku akan membawamu ke tempatku.” Suara merdunya memabukkanku, pikiranku melayang, dan hanya ada dia di mataku, pikiranku dan juga nafasku.

“Dan aku akan menenangkanmu, selama kau disini atau dimanapun.” Bisiknya lagi. Aku bahkan tidak memiliki kekuatan untuk mengelaknya. Pasrah.

Moonlight Shading

528

Page 266: Moonlight shading 2

Part 19

Keluarga Lomax

Matthew masih menggenggam erat tanganku. Ia membawaku kesuatu ruangan, ruangan ini begitu sederhana. Semua catnya berwarna putih, dekorasinya bagus sehingga ruangan itu terlihat begitu luas.

Ruangan ini cukup luas, terdapat jendela dengan dua pintu yang lebar dan terbuka. Lalu sofa yang lebar dan besar berada didepan jendela, sofa itu berukuran hampir selebar kasur.

Ada beberapa lemari didalam ruangan ini, ada dua lemari besar berisi

Moonlight Shading

529

Page 267: Moonlight shading 2

buku-buku, lalu satu lemari yang paling besar berisi kaset-kaset, dan satu lemari berukuran sedang berisi pakaian. Lemari-lemari ini berwarna coklat dan dilapisi kaca sebagai pintunya. Ruangan ini pun sangat harum, begitu wangi dengan aroma yang sangat lembut.

Dan yang menarik perhatianku adalah lukisan indah yang terpajang diruangan ini. Lukisan seorang wanita, ia tersenyum sangat manis dan lembut. Wanita itu berada disebuah tempat yang jika ku perhatikan lagi, wanita itu berada dipantai. Rambutnya yang bergelombang terurai lembut dan berterbangan. Matthew tertawa melihat reaksiku terhadap lukisan itu, mulutku tengangan lebar dan mataku begitu takjub melihatnya.

“Well, itu Camille.” Dan tawanya membuatku malu, aku tertunduk dan memalingkan wajahnya dari pandangannya.

“Aku tidak menyadarinya.” Aku masih tercengang kagum.

Moonlight Shading

530

Page 268: Moonlight shading 2

“Tapi itu jelas sekali. Camille, ibuku.” Dan ia terkekeh lagi. Ia menarikku kedalam pelukkannya, lalu mendudukkan ku ke satu-satunya sofa yang terdapat diruangan ini.

“Ruangan apa ini?”

“Ini kamarku.” Dan aku menatapnya tak percaya. Takjub dan tertegun. Untuk ukuran cowok, kamar ini sangat rapi, terlalu rapi malah. Aku tidak melihat kotoran sekecil apapun, lantainya putih mengkilap dan bersih, semua buku-buku dan kaset didalam lemari kaca juga disusun sangat rapi. Ia tertawa.

“Kenapa?” Tanyanya. Mengalihkan perhatianku dari pemandangan kamar yang sederhana namun rapih dan tenang ini.

“Tidak, ruangan ini terlalu rapih dan sederhana untuk dibilang kamar.” Seruku skeptis. Matthew tertawa.

“Well, memang. Aku jarang menghabiskan hari-hariku dikamar.”

Moonlight Shading

531

Page 269: Moonlight shading 2

Serunya, sambil berjalan ringan mengitari ruangan yang disebutnya kamar ini.

“Lalu dimana?” aku tertarik mencari tahu. Ia mengangkat sebelah alisnya, dan tersenyum sinis. Aku mengernyitkan keningku.

“Aku akan memberitahukanmu.”

Aku menganggukkan kepala, masih memandangi kamar ini. Dikamar ini terdapat dua lampu, satu lampu diatap dan lampu yang berdiri disudut kamar ini. Lalu ada speaker besar dan meja yang dilengkapi dengan laptop canggih. Aku benar-benar terpesona pada kamarnya.

“Sepertinya kau menyukainya?”

“Yeah, kamar ini sangat bagus.”

“Ini didesain oleh Camille.”

“Wow..”

Ia mendekatkan tubuhku dengan tubuhnya. Ia memelukku dari belakang, dan aku duduk didepannya dengan posisi

Moonlight Shading

532

Page 270: Moonlight shading 2

diagonal. Jari-jarinya menyentuh wajahku, ia memandangiku lekat. Dan tersenyum.

“Well, aku boleh bertanya?”

“Tentu saja.”

“Ini mengenai peristiwa tadi siang. Saat kau…” Aku merasa malu, wajahku tertunduk, sepertinya wajahku merona-rona. Dan ia tertawa.

“Maksudmu peristiwa yang terjadi saat kita ciuman?” suaranya hati-hati dan menggoda. Aku menganggukkan kepalaku, masih tertunduk memandangi sofa yang kududukki. Ia mendongakkan kepalaku hingga aku bisa melihat matanya yang indah memandangiku.

“Kenapa kau menunduk?” Matthew memandangiku dengan senyum geli ditahannya. Membuat wajahku merah muda.

“Aku malu.”

Dan Matthew tertawa. Matanya terlihat senang melihat aku tersipu malu.

Moonlight Shading

533

Page 271: Moonlight shading 2

“Itu pasti ciuman pertamamu?” Aku hanya menganggukkan kepala lemah, dan tersenyum. Matthew semakin tertawa puas.

“Mengenai peristiwa itu, saat aku mendorongmu. Itu adalah saat Lionel memanggilku, untuk menolongnya.” Matthew mengalihkan tawanya pada pernyataannya yang masih menjadi pikiranku. “Aku rasa itu yang mau kau tanyakan, kan?”

“Ya, saat kau bilang memanggil, apa itu berarti semacam telepati atau sejenisnya?”

“Yah.”

“Bagaimana bisa?” nadaku tidak percaya. Sebelah tangannya masih melingkari pingganggku, dan sebelah tangannya lagi dengan jari-jarinya menyentuh setiap lekukan wajahku.

“Keistimewaan lain dari keluarga kami adalah, kami bisa bertelepati. Tapi itu tidak secara teknis, yang kami lakukan

Moonlight Shading

534

Page 272: Moonlight shading 2

adalah karena keterikatan kami satu sama lain, makanya seakan kami terhubung sama lain. Makanya, kami tahu bagaimana seseorang diantara kami sedang mengalami sesuatu, karena keterikatan dalam kawanan. Dan telepati itu, begitulah.” Suaranya santai menjelaskan.

“Apa itu semacam bakat?” aku masih ingin tahu. Matthew mengeraskan dagunya.

“Tidak secara teknis, tapi bisa dikatakan kemampuan yang bisa dipelajari, ya.” Suaranya pelan sekali.

“Kukira hanya kau dan Julia yang berbakat. Apa yang lain bisa?”

Ia menggelengkan kepalanya. “Tidak semuanya, memang untuk mendengarkan pikiran orang lain, hanya aku yang bisa didalam keluarga ini. Dari semuanya hanya aku yang bisa mendengarkan suara-suara dalam pikiran siapapun. Tapi tidak dengan jenismu. Dan Julia juga sama, disini hanya dia yang bisa melihat sesuatu

Moonlight Shading

535

Page 273: Moonlight shading 2

lebih dengan pandangannya. Semacam masa depan.

“Lionel, Joan, Evelyn, Lucca dan Camille mereka memiliki bakat yang tidak alami seperti aku dan Julia. Tapi bisa dikembangkan menjadi suatu kemampuan hebat.” Merdu suaranya membuatku terlena. Aku menganggukkan kepalaku. Kali ini aku membalikkan tubuhku, aku memeluknya, ia merubah posisinya agar aku bisa memeluknya dan juga merebahkan kepalaku dipundaknya yang sangat keras ini.

“Apa vampir lain juga bisa melakukan hal yang sama dengan kalian?” Tanyaku, penasaran. Matthew terdiam sesaat. Mengerucutkan bibirnya.

“Tidak pasti. Telepati dalam kaum kami berlaku jika kami berkumpul dalam satu kawanan. Dalam satu kawanan itulah kami bisa, yah setidaknya mampu mengerti pikiran setiap makhluk didalamnya. Dan tidak berlaku bagi kawanan lain yang tidak bersatu dalam

Moonlight Shading

536

Page 274: Moonlight shading 2

kawanan tersebut.” Jelas Matthew santai. Aku mendengarkannya dengan seksama. Kuanggukkan kepalaku.

“Artinya, hanya vampir yang satu kesatuan saja yang bisa saling berinteraksi tapi tidak dengan vampir lainnya yang diluar kesatuan itu?” ucapku, mencoba berspekulasi sendiri. Matthew tersenyum riang. Bibirnya menyunggingkan senyuman indahnya.

“Kau benar sekali.” Matthew membenarkan. Aku kembali menganggukkan kepalaku. Mencoba mencerna setiapa apa yang Matthew katakan.

“Lalu apa yang bisa dilakukan anggota keluargamu yang lainnya?” Tanyaku, lagi. Matthew memandangi langit-langit kamarnya sekilas.

“Hmm… Lionel, ia bisa menolong dengan pemikirannya. Dia sangat pintar, jenius. Dia detektif yang sangat handal. Itulah sebabnya Lionel bersahabat dengan

Moonlight Shading

537

Page 275: Moonlight shading 2

ayahmu, Philip. Agar bisa membantu manusia.

“Camille, bisa menyembuhkan orang. Tapi itu bukan sesuatu yang dilakukan dengan sihir, tangannya sangat telaten, begitu cepat dan hebat. Penyakit yang bisa disembuhkannya adalah semua penyakit yang memang mampu disembuhkannya, tidak seperti yang terjadi pada Philip. Apapun yang disentuhnya, dengan semua peralatan kedokteran ia pasti bisa menyembuhkannya. Camille sangat telaten dan cekatan.” Matanya begitu indah, kulit putih dan dinginnya menyentuhku.

“Julia, ia adalah cenayang. Nyaris sama memang dengan peramal. Tapi yang membedakannya adalah visi yang dilihat Julia adalah pasti. Seperti, dia melihatmu akan melakukan apa satu detik nanti, dan itu tepat. Karena apa yang dilihatnya itu, juga sedang dilakukan oleh yang bersangkutan. Dan objeknya adalah masa depan. Bisa melihat apapun yang belum

Moonlight Shading

538

Page 276: Moonlight shading 2

terjadi dan sehingga kadang ia bisa menolong orang karena pikirannya. Seperti masa depan.” Suaranya bergumam pelan. Aku meletakkan tanganku didadanya, memandanginya penuh sayang. Matthew menyentuh wajahku lembut dengan tangan dinginnya. Matthew memandangiku bersinar dan berseri. Aku tertunduk malu.

“Lucca, ia bisa mendengarkan semua suara. Music. Suara apapun, bahkan pendengaranku jauh tertinggal darinya. Dia adalah seniman. Pandai memainkan piano. Aku menyukai kejeniusannya dalam pendengaran dan permainan pianonya. Lucca adalah eksekutor. Pemutusan akhir dalam penghabisan akhir hidup seorang vampire. Vampire baru yang tidak mampu mengendalikan dirinya dari dahaga, atau eksistensinya. Itulah tugas Lucca, sekarang ini. Terlebih memang itulah kemampuan alami yang dikembangkannya sejak dulu sampai sekarang ini. Dia cukup kenal vampire baru bodoh yang ambisius

Moonlight Shading

539

Page 277: Moonlight shading 2

dengan darah manusia, dan Lucca bisa mengendalikan mereka.

“Evelyn dan Joan, mereka adalah mata-mata bagi Lionel. Setiap hal yang mencurigakan akan dengan mudah terendus oleh Evelyn dan Joan. Gerakan mereka sangat cepat, mereka cepat belajar dari Lionel. Dan aku, aku sendiri bekerja sama dengan Lucca. Dengan kehebatanku yang mampu membaca dan mendengarkan apa saja yang dikatakan manusia dalam pikiran dan hatinya, sangat berguna bagi Lucca dan Lionel.” Matthew terdiam sesaat setelah dengan cepat menjelaskan semua kemampuan anggota keluarganya. Matthew kemudian memandangiku dengan lekat-lekat. Menyetuh wajahku dengan centil dengan jari-jarinya. Aku mengikuti setiap gerak jari-jarinya.

Kami terdiam sesaat. Aku terpesona dengan pancaran sinarnya yang sepertinya keluar dari dalam diri Matthew. Tampan, menawan, menggoda dan sempurna.

Moonlight Shading

540

Page 278: Moonlight shading 2

Malam dingin aku duduk bersama patung yang keras dan dingin. Malam dingin aku duduk bersama patung indah yang mampu tersenyum dan menggodaku.

“Lalu, apa saja yang kalian lakukan? Setiap harinya? Selain sibuk membuat kehidupan normal ala kalian.” Tanyaku ingin tahu. Matthew mengerutkan dahinya, bola matanya berputar dan kembali memandangiku.

“Camille lebih suka menghabiskan waktu dengan mengobati pasiennya dan jika sedang senggang dia mendesain ruangan. Rumah ini, semua bagiannya, hingga detail barang-barangnya dia yang mendesain dan yang memilihnya. Camille senang menyibukan diri dengan berbenah-benah.” Matthew berseru pelan. Aku terkesan pada Camille. Cantik, abadi, pintar dan hebat. Dan lagi dia sangat berjiwa social mau membantu manusia yang terluka.

“Lionel lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah, menyelesaikan kasus

Moonlight Shading

541

Page 279: Moonlight shading 2

dan mungkin mencari kasus lain, jika tidak bisa menyelesaikannya ia mengerjakannya dirumah.”

“Lionel dan Camille memiliki ruangannya sendiri?”

“Yap.” Matthew menyentuh daguku. Aku memeluk kedua tanganku, rasa dingin menghampiriku. Mata Matthew menyipit.

“Ada apa?” kedua mata Matthew memandangiku cemas dan khawatir.

“Aku kedinginan.” Ia bergerak dengan cepat, mencari-cari dilemari pakaiannya, dan ia menemukannya selimut tebal dan ia sangkirkan ditubuhku lalu ia kembali memelukku. “Lanjutkan.” Aku memberinya perintah. Matthew terdiam sesaat, memandangiku nanar dan tersenyum lembut.

“Kalau Evelyn dan Joan, mereka lebih suka berjalan-jalan. Menelusuri semua tempat yang ada di Townsville, Seattle, Olympia, seluruh wilayah Washington. Hutannya, pantainya, gunungnya dan

Moonlight Shading

542

Page 280: Moonlight shading 2

semuanya. Selain tuntutan tugas dari Lionel, mereka memang senang jalan-jalan.” Jelasnya dengan suara merdunya.

“Lucca, dia sangat brilian bagiku. Ia selalu menghabiskan waktunya dengan bermain music di studionya. Sibuk membuat irama baru, music dan lagu-lagu klasik bertemakan cinta.”

“Ia memiliki studionya sendiri?”

“Tentu saja.”

“Lalu Julia?”

“Julia, karena ia cenayang sudah pasti berada diluar rumah. Ia sering sekali meninggalkan Lucca sendirian. Dan Lucca sangat tidak suka itu. Tapi Lucca adalah vampire yang paling pengertian dengan sikap Julia yang selalu saja lebih suka spontan dibandingkan Lucca yang sangat sistematis. Karena, ”

“Dan kau?”

Moonlight Shading

543

Page 281: Moonlight shading 2

Ia menghela nafasnya dalam-dalam, posisinya berubah, sekarang ia duduk dan mencondongkan tubuhnya kepadaku.

“Aku… Menghabiskan waktuku dengan melukis.” Dan aku tertawa. Wajahnya tampak bingung dan tidak suka dengan reaksiku. Matthew tampak sangat tersipu aku menertawakannya.

“Maafkan aku, hanya saja aku tidak percaya. Kau bisa melukis?”

“Tentu saja. Kau ingat lukisan yang ada diloby rumahku, itu aku yang melukisnya. Begitu juga semua lukisan yang ada dirumah ini. Dan..” Tatapan matanya memandangi lukisan Camille dikamarnya, wajahnya tampak berseri-seri dan kagum.

“Lukisan itu juga aku yang melukisnya.” Aku tercengangan, aku memandangi lukisan Camille. Sangat mirip dengan aslinya, sama cantiknya, juga senyum manisnya. Kurasakan dingin menempel dipipiku, ku lihat ia

Moonlight Shading

544

Page 282: Moonlight shading 2

menempelkan bibirnya yang dingin dan licin dipipiku. Ia membelai rambutku lembut, penuh sayang padaku.

“Lalu bagaimana denganmu?” Kali ini ia balik bertanya padaku. Aku memandanginya, menggigit bibirku.

“Jelas jauh berbeda. Yah setelah pulang sekolah aku berada dirumah. Bermain dirumah yang dulu ditempati oleh Debby, biasanya aku hanya membaca disana, mendengarkan music dan jika lelah aku tertidur disana. Dan malam harinya, sudah tentu menghabiskan malam bersama Mom dan Dad, menonton atau mengobrol.” Ia mendengarkan semua yang aku katakan, matanya mengamatiku dengan seksama.

“Victoria, apa kau menyesal telah memilih kehidupan ini?” Nada suaranya begitu gugup dan tubuhnya terasa menegang. Dahiku mengerut, wajahku tertunduk memandangi tangan kami yang bersentuhan. Dan aku mendongakkan kepala.

Moonlight Shading

545

Page 283: Moonlight shading 2

“Awalnya aku memang menyesal, malah ingin rasanya aku mengelak dari kehidupanku. Pernah terlintas aku ingin mati, sejak peristiwa di New Jersy. Tapi bertemu dengan Philip dan Sarah, semua itu tidak berarti apa-apa. Merekalah yang aku inginkan, dan mereka juga menginginkanku. Tentu aku akan sangat jahat sekali meninggalkan mereka.

“Hidupku lebih berarti dengan mereka, mereka memberikan bahagia, tawa, canda dan juga kasih sayang padaku. Dan aku tidak mau menyakiti dan melihat mereka menangis karenaku.” Tatapan matanya melihatku dengan seksama, begitu lekat, tak terkedipkan. Jari-jarinya masih menyentuh wajahku.

Aku merubah posisiku, duduk dan mencondongkan tubuhku. Mata kami saling berhadapan, tangan kami masih menggenggam dan didalam pikiranku hanya terisi olehnya.

“Mengapa kau sangat menginginkanku, Matthew?” Tangannya

Moonlight Shading

546

Page 284: Moonlight shading 2

memegangi daguku, tangannya yang bebas masih melingkar dipinggangku, tawanya tersungging diwajahnya.

“Karena jantungku berdetak saat melihatmu, untuk pertama kalinya. Sejak itu semuanya menjadi milikmu, nafasku, tawaku, pikiranku, hidupku, adalah tentang kau. Dan didalam mataku pun, selalu kau yang kutatatap.” Aku memeluknya, bibirnya menciumi puncak kepalaku, kedua tangannya melingkari pinggangku.

“Aku menentang apa yang dilarang dikeluarga kami.” Ungkapnya dengan lirih sekali. Matanya berbinar. Tatapannya nanar padaku.

“Benarkah?”

“Mereka awalnya tidak setuju dengan apa yang kuinginkan, tapi Lionel tidak. Ia tahu jika ini suatu hari akan terjadi, suatu hari aku akan menemukan takdirku, dan walau ia tidak percaya itu adalah kau ia tetap mempercayaiku. Camille juga, untuk

Moonlight Shading

547

Page 285: Moonlight shading 2

pertama kalinya ia tersenyum, memelukku dan menggenggam erat tanganku. Karena itulah aku berusaha untuk menempuh takdirku, menginginkanmu.”

“Tapi jika aku terus mengelak, dan aku tetap teguh dengan keinginanku, dengan segala aturan yang mencekikku. Apa kau tetap menginginkanku?” Tanyaku ingin tahu. Aku tahu sudah pasti jawaban Matthew. Bagiku ini adalah penguatan. Agar aku tahu pasti bahwa Matthew tidak berbohong.

“Tentu saja.” Jawabnya, pasti. Tanpa keraguan sekali. Tatapannya pun sama. Tegas. Jujur.

“Kenapa?”

Ia tertawa, sebelah tangannya menyentuh daguku, tatapannya penuh dengan sayang yang teramat untukku. Jantungku berdetak kencang dan ingin rasanya melompat keluar.

“Karena aku percaya pada takdirku, aku mendengarkan suara jantungku lebih

Moonlight Shading

548

Page 286: Moonlight shading 2

sering daripada perkataan orang. Jadi semuanya tidak penting bagiku, hanya kau.” Tubuhnya mendekatiku, matanya memandangiku dengan dalam, tangannya menyentuh daguku, sebelah tangannya yang bebas melingkari pinggangku dan mendekapkannya, wajah kami dekat hingga aku bisa menciumi aroma nafasnya yang bagaikan wangi surga.

“Apa yang kau suka dariku?” aku penasaran. Tawa Matthew tersungging manis dan lembut, begitu menawan dan tampan. Kali ini tangannya yang menyentuh wajahku, dingin, lembut dan membuat jantungku berdetak kencang. Aku menyukai sikapnya yang selalu saja mempesonakanku. Tidak ingin rasanya aku kehilangan semua ini.

“Apapun yang kau miliki. Kau laksana bulan purnama yang menyinari bumi yang gelap.” Ia masih memandangiku. Aku tersenyum manis mendengar pujiannya, memandanginya berseri-seri dan girang

Moonlight Shading

549

Page 287: Moonlight shading 2

sendiri. Matthew seakan puas juga dengan pernyataannya padaku.

“Tatapan matamu padaku, senyumanmu, aroma tubuhmu, bahkan kekuatanmu.” Imbuhnya, lembut dan berbisik. Aku tergelak.

“Aroma tubuhku? Seperti apa?”

“Wangi, khas kaummu. Wangi lavender.” Dahiku mengerut, aku mencoba mengendus-ngendus wangi tubuhku tapi tida tercium wangi lavender.

“Kau sedang apa?”

“Menciumi tubuhku. Tapi tidak tercium wangi lavender.” Dan tawanya membuat malu diriku. Wajahku memerah dan merona, tangannya menyentuh daguku. Matthew tampak menikmati kepolosanku yang akhirnya aku akui aku memang polos.

“Itu wangi alami. Sebenarnya, setiap orang yang berada disampingmu pasti akan menciuminya, walau kau tidak

Moonlight Shading

550

Page 288: Moonlight shading 2

memakai parfum lavender sekalipun.” Ia berbisik padaku, pipinya menyentuh pipiku.

“Dan apa yang kau suka dariku?” Tanyanya. Penasaran dan ingin tahu. Tanganku menyentuh dadanya, menyentuh wajahnya yang dingin bagai pahatan es dan memeluk wajahnya dengan kedua tanganku.

“Semuanya. Suaramu, wangimu, tatapanmu, gerakan gemulaimu, semuanya.” Ia memegangi tanganku, menciuminya dan meletakkannya didadanya. Kami saling berpandangan, kedua tangan kami sibuk bergenggaman, tubuh kami berdekatan.

“Katakan, apa yang sedang kau pikirkan?” Pintanya, lembut dan tidak memaksa. Aku menggigit bibirku, menarik tanganku dan berdiri dihadapan jendela yang terbuka lebar hingga angin malam itu begitu menggigit kulitku.

Moonlight Shading

551

Page 289: Moonlight shading 2

“Aku takut, takut kehilangan Dad. Aku takut menghadapi kenyataan yang ada dihadapanku. Dan juga, vampire-vampir itu, mereka lah yang paling membuatku takut.” Ia mendekapku dalam pelukkannya, menciumi rambutku lembut.

“Tenanglah, Camille pasti bisa mengoperasinya dengan baik. Ada Lionel didalam, jangan mengkhawatirkannya. Mereka pasangaan yang cocok segala hal. Lionel juga ahli dalam kedokteran.” Ungkapnya tenang. Aku merasakan ketenangan dengannya. Ucapannya, sentuhannya, suaranya dan tatapannya.

“Kau yakin?”

“Tentu saja. Ini bukan kali pertama Camille operasi.” Matanya memandangiku lembut, sentuhan dinginnya membuatku tenang, aroma tubuhnya yang sangat kusukai menghilangkan semua ketakutanku terhadap operasi Dad. Mom menemaninya, setidaknya aku bisa tenang.

Moonlight Shading

552

Page 290: Moonlight shading 2

“Apa kau akan mencari mereka?” Aku tertegun dengan pertanyaan Matthew yang seakan bisa dibacanya dalam pikiranku. Aku terdiam sesaat menimbang apa benar dia tidak bisa membaca pikiranku.

“Jika iya, kau mau membantuku, kan?” Wajahnya tegang, ia menarikku kesofa, mendudukkanku menghadapnya, begitu dekat hingga aku bisa melihat tatapan matanya yang dingin dan tajam.

“Kumohon, Victoria. Jangan lakukan itu.”

“Tapi ini menyangkut nyawa Philip, ayahku. Jika ia terus menerus kubiarkan koma, maka dia juga akan mati, kan? Aku tidak ingin dia mati seperti ini.” Sergahku, tak kalah geramnya.

“Tapi ada cara lain, kan?”

“Oh ya, apa?” Aku menatapnya garang, tubuhku gemetar dan ia pasti bisa merasakannya. Matthew terdiam. Dia tahu memang tidak ada cara lain selain

Moonlight Shading

553

Page 291: Moonlight shading 2

membunuh vampire-vampir itu. Matthew tahu jelas bahwa hanya itulah jalan keluarnya.

“Jangan sampai aku kehilanganmu, Victoria.” Lirihnya. Wajahnya tampak memohon. Aku tertegun.

“Itu artinya kau setuju?”

“Tidak terlalu, tapi inilah kehidupanmu. Kau sendiri yang memilihnya, ya kan? Aku akan selalu mendukungmu.” Suaranya melemah. “Lagipula aku sudah merasakannya sendiri. Bagaimana kau begitu tangguh, kuat dan beraninya saat bertarung denganku. Sebagai vampire, kau memang berbahaya. Jadi, melarangmu sama saja membiarkan penjahat itu bebas hidup merusak kehidupan manusia.” Suaranya kembali melemah, lembut dan wajahnya nanar. Aku mengangguk lemah, menyetujui ucapannya sendiri. Wajahnya tidak sekhawatir sebelumnya.

Moonlight Shading

554

Page 292: Moonlight shading 2

Aku tahu, walau ia mengijinkanku tapi Mom tidak mengijinkanku. Mom belum memberikan jawabannya padaku, jika harus menunggu lama maka aku tidak ada pilihan lain. Ia menarik daguku, mendekati wajahnya dan tubuhnya padaku. Matthew hendak menciumiku. Aku memejamkan matanya, memberi ijin untuk menciumku.

“Wow.” Seruku senang. Matthew mencondongkan wajahnya padaku, hendak menciumiku.

Sebelum ia menciumku ia melirik pemandangan diluar jendela, lalu menyentuh bibirku dengan jarinya. Mataku terbuka, aku menatapnya bingung dan tercengang. Kami diam lama. Mata kami bertemu, saling bertatapan. Aku seperti melihat dunia bahagia di dalam matanya. Kebahagiaan akan cintanya padaku. Sesuatu yang indah yang pastinya tidak akan aku ingkari. Cintanya.

“Kenapa kau tidak percaya padaku?” Tanyanya akhirnya. Sepertinya Matthew menunggu sesaat untuk bertanya padaku.

Moonlight Shading

555

Page 293: Moonlight shading 2

Dan terlihat jelas, Matthew menginginkan jawabannya.

“Bukan begitu, aku percaya padamu. Hanya saja… Aku tidak percaya pada diriku.” Akuiku pelan. Tubuhku bergetar, suaraku lirih. Aku tahu, memang sudah waktunya aku mengungkapkan perasaanku.

“Kenapa?”

“Karena kesetiaan dan …‘dia’.”

Matthew berdecak. Wajahnya tampak menyanggah pernyataanku. Bentengku runtuh malam ini.

“Pertama, kesetianmu bukan masalah besar. Kaummu sangat rasional. Walau vampire adalah larangan, mereka tidak akan kecewa karena kau atau pembasmi mencintai vampir. Terlebih lagi jika vampire adalah yang terbaik, mereka tidak akan merasa dikhianati.” Suaranya tenang sekali, sebelah tangan Matthew mendekapku erat. Aku menempel padanya.

Moonlight Shading

556

Page 294: Moonlight shading 2

“Kedua, tentang… ‘dia’, jika aku tiba-tiba berubah menjadi dirinya, tenang saja, Lionel akan membunuhku sebelum yang lainnya memulai. Dan tidak akan aku cegah dia. Aku akan menerima hukuman ini dengan lapang dada. Dan tentunya dengan seratus persen perasaan menyesal karena sudah menyakitimu dan keluargaku.” Ungkap Matthew, lagi dengan wajah muram dan suara lirihnya. Aku bergidik. Mencoba mencernanya. Sesuatu membuatku kaget. Mati. Tentu saja, itulah yang Matthew maksudkan. Dan itu adalah hal terburuk yang pernah terjadi.

“Tidak.” Sergahku, “Aku akan membunuh Lionel kalau begitu, jika dia berhasil membunuhmu.”

“Ah, kalau begitu kau merasa kehilangan diriku begitu, nona?”

“Tentu saja iya.” Akuiku yakin. Matthew menyeringai. Salah satu sudut bibirnya tertarik kebelakang. Membentuk seringaian yang lembut.

Moonlight Shading

557

Page 295: Moonlight shading 2

“Berubah pikiran?”

“Bukan. Aku pernah mengatakan bukan, kau selalu ada dalam hidupku. Menghantuiku juga. Bayangkan jika saja kau benar-benar… Mati? Mana bisa aku bertahan.” Ungkapku dengan wajah sedih dan suaranya yang kubuat tercekat sendiri. Matthew tertawa.

“Aku ingat. Jadi kau akan bagaimana?”

“Akan aku didik kau menjadi lebih beradab lagi. Dan tidak akan kubiarkan kau menjadi seperti ‘dia’ lagi. Bukan, tidak akan pernah aku biarkan kau nyaris seperti ‘dia’, malahan.” Sahutku dengan suara menyakinkan. Dan aku bertingkah begitu ekspresif dengan gaya berlebihanku. Matthew tertawa. Aku tersipu malu.

“Boleh juga. Rasanya seperti ungkapan ‘aku mencintaimu’.” Goda Matthew. Aku kembali tersipu malu.

“Aku pasti akan jadi makhluk paling bahagia kalau begitu. Jika bisa menjadi

Moonlight Shading

558

Page 296: Moonlight shading 2

prioritas utama wanita yang kucintai.” Lanjutnya, menggodaku. Aku tertunduk malu, wajahku memerah – walau tidak terlihat dalam kegelapan.

“Sekalian saja, kau akan kuikat kuat-kuat didalam peti mati.” Candaku. Matthew terkekeh. Menyeringai lebar dan tersenyum padaku.

“Lebih baik diikat didalam peti mati daripada mati.” Akuinya, menyeringai padaku. Tatapannya lembut padaku.

“Aku setuju.”

“Rasanya aku akan menjadi makhluk beradab seantero raya kalau begitu.” Candanya, lagi. Aku terkekeh. Kurengkuh wajahnya dengan kedua tanganku. Kutatap lembut dia. Bibirnya menciumi bibirku lembut. Satu detik, dua detik, tiga detik…. Lama sekali. Aku menikmati malam kebersamaan ini dengannya. Wajahnya ditariknya. Ciumannya terhenti dengan tatapan kosongnya ke pemandangan malam diluar sana.

Moonlight Shading

559

Page 297: Moonlight shading 2

“Ini sudah malam, sudah waktunya kau istirahat. Kau bisa tidur disini.” Perintahnya, sebelah tangannya masih mengelus lembut punggungku. Aku memandanginya sekilas. Rasa kantuk kuat menghantamku tapi masih ada yang ingin kuketahui.

“Satu pertanyaan lagi, boleh?” Rengekku. Matthew mendesah, menyerah.

“Boleh. Apa?”

“Bagaimana kau tahu tentang perasaanku?”

Matthew tampak ingin tertawa tapi ditahannya dengan bibirnya tertutup rapat. Lalu mendesah.

“Mudah saja. Hanya dengan sekali lihat aku tahu, kalau kau sangat menginginkanku. Itulah sebabnya aku semakin gencar mengejamu – begitulah istilah manusianya.” Jawabnya, terkekeh. Aku tersipu malu – pasti, walau tidak terlihat.

Moonlight Shading

560

Page 298: Moonlight shading 2

“Bohong. Kau lihat dari mana?”

“Matamu, Sayang.” Godanya, kembali aku tersipu.

“Dasar vampire gombal. Kau pasti menggodaku, kan?” Tanyaku, skeptic. Matthew menggelengkan kepalanya pelan.

“Jujur, matamu menunjukkanya dengan jelas saat pertama kali. Kau tidak bisa melihatnya, aku sangat tahu mata itu. Dan masih jelas sekali bagaimana matamu waktu itu.” Ungkapnya lagi, menggodaku lagi. Aku mengernyit. Ku tatap matanya pelan-pelan, melihat sesuatu yang bisa ku tebak.

“Sejelas itu kah?”

Matthew mengangguk dan terkekeh pelan.

“Bodohnya aku.” Gumamku malu. Kembali merebahkan kepalaku di dadanya. Matthew tertawa.

“Lain kali, kumohon jangan keras kepala lagi. Kau tahu, itu menyusahkanku.

Moonlight Shading

561

Page 299: Moonlight shading 2

Aku tidak suka.” Lanjutnya. Aku tidak menjawab, mencerna semua ucapannya. Mendengarkannya dalam pikiranku sendiri.

“Tidurlah...” Bisiknya. Aku menggelengkan kepala.

“Tidak, aku tidak apa-apa aku belum terlalu...” Sialnya aku menguap, dan ia tertawa. Ia mencium keningku, menarikku kedadanya dan memelukku, menyelimutiku dan memintaku untuk memejamkan mataku.

“Jika pagi datang, apa kau akan ada disampingku?” Tanyaku memastikannya. Matthew tertawa.

“Tentu, jika itu keinginanmu.” Jawabnya.

“Yah, aku menginginkannya.”

Dan tertidurlah aku, aku memejamkan mataku, sentuhan tangannya masih terasa, aroma tubuhnya masih tercium oleh indra penciumanku. Terasa dingin sekali, tapi aku

Moonlight Shading

562

Page 300: Moonlight shading 2

menyukainya, aku menginginkannya. Dan malam berlalu, malam ini adalah malam terindah dalam setiap malam yang pernah kulalui.

Aku melihat pagi dikeluarga Lomax, begitu indah, sangat menakjubkan. Pagi yang indah ini membuat ngilu hatiku, tidak ada suara Dad, tidak ada raungan mobil patroli Dad, tidak ada tubuh tegapnya. Sosok yang sempurna itu memandangiku, ia menarik tubuhku hingga kedadanya.

“Pagi..” Suara merdunya menyemangatiku, membuat kesedihan yang baru terlintas hilang. Aku menyadarinya, sesuatu yang berada didasar hatiku kini menampakkan dirinya, menunjukkan padaku betapa aku menginginkan sosok yang tampan, sempurna dan menawan ini. Aku tersenyum, memandanginya penuh cinta dan memeluknya.

“Sarah mencarimu, sebaiknya kau bersiap dan temui dia diruang Camille.” Bisiknya setelah menyapaku. Aku

Moonlight Shading

563

Page 301: Moonlight shading 2

melepaskan dekapanku, mengangguk lemah dan menurutinya.

“Kau tidak tidur, Matthew?” Dan ia tertawa, senyumnya tersinggung indah diwajahnya. Aku menertawakan diriku sendiri. Bodoh, mana ada vampire tidur – omelku.

“Kami makhluk abadi, tidak makan, tidak lemah, begitu kuat dan tidak tidur.” Wajahku tertunduk malu dan ia menciumi keningku, terasa hangat dan menenangkanku. Matthew mendongakkan kepalaku. Memandangiku lembut, tersenyum dan menyentuh wajahku dengan jari-jarinya.

Ia memberikan baju Julia padaku, aku tidak sempat membawa apa-apa untuk menginap di rumah ini. Dan aku berniat akan mengambilkan beberapa potong pakaianku dan Mom dan jika diperlukan pakaian Dad juga. Aku membersihkan tubuhku, mengganti bajuku dengan pakaian kemeja lengan panjang berwarna hitam dan celana jeans berwarna biru.

Moonlight Shading

564

Page 302: Moonlight shading 2

Matthew menungguku, ia tersenyum saat melihatku sudah rapi dan wangi. Ia menciumi keningku.

Kami menuju lorong gelap yang berdinding putih. Lorong ini ada diantara ruang perawatan Camille dan taman ditengah ruangan. Lorong-lorong ini berisikan foto-foto orang yang tidak kukenal.

“Semua ini foto siapa?” Tanyaku bingung. Foto-foto itu tergambar jelas setiap kerutan wajahnya. Seakan-akan itu adalah foto asli.

Matthew berpaling dan melihatnya sekilas.

“Ini semua foto-foto keluarga Lomax dan kawanan kami. Dari nenek moyang dan hingga sekarang. Dan juga beberapa vampire kenalan kami, bagi kami mereka adalah saudara.” Dan benar saja, aku melihat foto Lionel, Camille, Evelyn, Joan, Julia, Lucca dan Matthew. Foto-foto mereka sangat biasa, sama seperti manusia,

Moonlight Shading

565

Page 303: Moonlight shading 2

tersenyum dan bergaya. Tidak terlihat perbedaan yang mendasar difoto itu. Hanya senyuman menawan yang paling indah yang terlihat difoto.

Kami tiba di ruang perawatan Camille yang luas dan lebar dan berada di belakang rumah keluarga Lomax. Ruangan ini tetap bercat putih dengan campuran ornament coklat emas, cukup sederhana, dan diseberangnya ada jendela panjang, tinggi dan lebar menghadap ke taman ditengah rumah megah ini. Kuakui, Camille mendesain rumah ini dengan sangat unik, semuanya tidak seperti biasa, lorong didalam rumah yang gelap tapi berisi foto-foto turun temurun, taman kecil yang indah didalam rumah, semuanya indah dan menakjubkan. Rumah itu dari luar tampak seperti biasa, tetapi begitu masuk kedalamnya sangat indah.

Seperti rumah sakit pada umumnya, terdapat tiga kasur pasien yang dilengkapi dengan semua alat-alatnya yang lengkap dan tersendiri. Dan satu ruangan terpisah,

Moonlight Shading

566

Page 304: Moonlight shading 2

seperti UGD di rumah sakit umumnya, dan Dad berada didalamnya. Mom masih duduk disampingnya, memegangi tangannya dan menemaninya semalaman. Ia memandangiku dan tersenyum.

“Pagi, Mom.” Sapaku setenang mungkin. Ia meraih tanganku. Matanya tampak terlihat lelah. Seakan-akan Mom tidak tidur semalaman. Dan memang Mom tidak bisa memejamkan matanya sedetikpun. Bahkan Mom masih setia duduk disamping kasur dan tetap disamping Dad semalaman.

“Pagi, Dear.” Matanya masih tetap memandangi Dad yang terbaring lemah dikasur. Wajah Mom tampak lesu dan lemah sekali, mungkin tidak tidur semalaman. Di rumah sakit yang kecil ini semua peralatan sangat lengkap, selengkap rumah sakit.

“Bagaimana operasinya?” Aku menatap Lionel dan Camille bergantian dengan tatapan dalam, Camille

Moonlight Shading

567

Page 305: Moonlight shading 2

memalingkan tubuhnya menatapku kembali.

“Sempurna, aku sudah mengeluarkan darah didalam kepalanya. Hanya tinggal menunggu ia sadar. Hanya keajaiban yang mampu menolongnya sekarang.” Seru Camille menenangkanku. Aku menganggukkan kepala, tersenyum padanya dan kembali memandangi Mom.

“Mom, sepertinya aku akan pulang kerumah. Mengambil beberapa potong pakaian kau dan Dad.” Ia memandangiku, mengangguk lemah dan tersenyum. Mom memang sangat lemah.

“Ada sesuatu yang kau inginkan, Mom? Aku berencana pulang ke rumah dan jika bisa kembali sekolah.” Ucapku. Ia tampak berpikir, mereka-reka apa yang dibutuhkannya.

“Well, jika tidak merepotkanmu, Dear. Tolong telponlah kantor, katakan apa yang terjadi, dan mintalah ijin aku tidak akan masuk beberapa hari.” Pintanya. Mom

Moonlight Shading

568

Page 306: Moonlight shading 2

hanya membutuhkan beberapa potongan baju saja. Masalah makanan, sebagai vampire berpengalaman, Lionel dan Camille sudah siap sedia.

“Untuk berapa lama?”

“Entahlah, seminggu juga boleh. Atau lebih. Terserah yang penting Mom bisa cuti selama beberapa waktu dulu.” Wajahnya kembali memandangi Dad. Ku lihat Camille masih memerikasa kondisi Dad, ia memeriksa denyut jantung dan nadinya, juga memeriksa kondisi lainnya. Sebagai dokter, ia sangat hebat. Aku tidak tahu apa spesialisnya, tapi sepertinya ia bisa melakukan apapun. Perutku sakit, aku meremas perutku dan Matthew memegangi tubuhku.

“Ada apa?” Ia berbisik.

“Sepertinya ini karena aku belum makan semalaman.” Jujurku. Semalaman aku memang tidak makan, dan memilih membiarkannya. Dan Matthew memelukku. Ia berpamitan pada Lionel,

Moonlight Shading

569

Page 307: Moonlight shading 2

Camille dan Mom, mengantarku sarapan dan menemaniku kerumah. Mom mengijinkannya.

Kami sarapan ditengah kota, karena dari rumahnya menuju rumahku lebih dekat lewat kota. Kota di Sabtu yang pagi ini begitu cerah, menantang mataku untuk selalu menatap langit diatas sana.

Langit tidak cerah tidak juga mendung, tapi memang awan sedikit hitam dan sepertinya hujan akan turun. Suasana kota lebih menarik lagi, sudah ramai, banyak orang yang sudah memulai harinya dikota. Bahkan untuk sekedar sarapan seperti aku, banyak yang menyukainya juga.

Aku hanya sarapan dengan dua helai roti, salad dan susu coklat. Sarapanku tidak berlangsung lama, karena aku agak risih melihat Matthew memandangiku selagi aku sarapan, dan tentu tanpa menyicipkan makanan apapun. Porschenya kembali melaju sangat cepat, seperti biasa, mengebut gila-gilaan dan

Moonlight Shading

570

Page 308: Moonlight shading 2

tidak mendengar teriakanku. Ia memandangiku takut, dan menurunkan kecepatannya. Aku tersenyum padanya.

“Lain kali aku saja yang menyetir. Melihat caramu menyetir, sepertinya hanya akan membuatku lebih cepat tua.” Omelku dengan nada menggerutu. Dan Matthew memberiku senyuman yang sebenarnya bukan senyuman, tapi cengiran. Aku tahu Matthew paling tidak suka kegembraannya menyetir terganggu atau bahkan digantikan olehku. Mungkin itu adalah hal yang bisa membuatnya murka.

“Mobil Jeepku pun tidak kalah hebatnya dengan Porschemu.” Sindirku. Matthew tertawa. Aku tergelak. Bukan karena tawanya tapi karena dia tahu bahwa Matthew tidak mengakui aku hebat dalam mengebut sebenarnya. Aku mengabaikannya.

“Yah, tentu saja. Jeepmu juga sering kau pakai mengebutkan?” Dan aku terkejut, beberapa hari memang aku

Moonlight Shading

571

Page 309: Moonlight shading 2

sering melajukan Jeepku sangat cepat, dan waktu menghadiri perayaan bulanan pun aku juga melakukan aksi gila – dan membuat Dad dan Mom marah besar padaku.

“Ngomong-ngomong soal mobil, Julia dan Joan akan membawa mobil patroli Philip pulang kerumah.” Aku teringat, mobil patroli Dad masih berada dihutan – yang tidak ingin aku ingat lagi peristiwa siang itu. “Dan Julia, ia akan menelusuri hutan. Melihat jejak-jejak vampire itu.” Dahiku mengerut, aku menggigit bibirku.

“Apa itu tidak merepotkan mereka?”

“Tenang saja, mereka sangat menyukai aksi gila itu.” Tukas Matthew yakin.

“Bagaimana dengan Lucca? Dan Evelyn?”

“Itu tidak masuk dalam perhitungan mereka.” Bantahnya. Matthew sangat tenang mengetahui saudaranya akan menemukan bahaya di hutan sana.

Moonlight Shading

572

Page 310: Moonlight shading 2

Dan benar saja, mobil patroli Dad sudah berada di garasi, dengan tegapnya dan tanpa goresan. Aku melirik kagum pada Matthew, dan ia pun tertawa. Karena pergi terburu-buru aku tidak sempat menyalakan lampu, belum merapikan kondisi terakhir rumah kami. Sofa yang sempat berubah posisi – karena aku terpental jauh dari reaksi Matthew yang mendengarkan panggilan Lionel.

Dan juga dengan dapur yang masih berantakan. Aku merapikan dapur, lalu ruang tamu. Dan Matthew membantuku dengan menutupi garasi, membereskan barang-barang yang tergeletak dilantai.

Aku mulai membereskan pakaian Mom dan pakaianku, dan Matthew membantuku membereskan pakaian Dad. Aku memutuskan untuk menginap dirumah Lomax, dan siang harinya aku bisa mampir kerumah hingga sore lalu kembali ke rumah Lomax, keputusan ini diambil setelah aku dan Matthew berdebat cukup

Moonlight Shading

573

Page 311: Moonlight shading 2

lama. Dan dengan otoriternya, Matthew memintaku untuk menginap di rumahnya.

Setelah selesai aku menelepon kantor, dan yang mengangkat adalah Chris, teman Mom sang editor. Ia terkejut mendengar berita yang terjadi pada Dad, berita itu sudah menyebar. Ia memberikan waktu yang lama pada Mom, tapi sesuai janjiku aku mengatakan Mom akan masuk setelah seminggu lamanya menemani Dad. Lalu aku mengunci rumah, menyalakan lampu agar tidak gelap dimalam hari.

Saat itulah aku melihat mobil Mercedeznya, ia memandangiku penuh ragu. Dahinya mengerut, ia menggigit bibirnya dan langkahnya sangat pelan. Aku menghentikan

“Adam?” Suaraku mengejutkannya, ia berpaling memandangi Matthew yang sedang memasukkan tas ke bagasi. Wajah Adam tampak bingung, mengernyitkan dahi dan sesekali mengerjap-ngerjapkan matanya.

Moonlight Shading

574

Page 312: Moonlight shading 2

“Hay, Victoria.” Balasnya.

“Kau datang kesini?”

“Yah, aku mendengar berita tentang Philip. Apa itu benar?” Adam terdengar khawatir. Tubuhku kaku, sekilas aku menatap Matthew dan kembali menatap Adam. Adam memperhatikan gerak-gerik kami. Tampak bingung.

“Yah, itu benar. Ia sedang dirawat.” Akuku dengan sikap sedikit mengacuhkannya.

“Dimana?”

“Dirumah Lomax, dengan dr.Camille.” Jawabku datar. Senyumnya sinis, tatapan matanya sangar dan sikapnya begitu dingin. Aku mengabaikannya. Kubantu Matthew memasukkan tas dan meletakkannya kedalam mobil. Adam masih mengajakku bicara.

“Aku terkejut mendengar ia digigit beruang, dan tak sadarkan diri. Dan berita tentang operasinya juga. Cukup

Moonlight Shading

575

Page 313: Moonlight shading 2

mengejutkan beberapa kenalannya. Sepertinya kau tidak akan masuk sekolah, ya kan?” Tanya Adam penuh perhatian. Matthew tampak tidak senang dengan sikap ramah Adam padaku. Aku terhenti dan menatap Adam santai.

“Yah, tentu saja.” Aku, datar sekali bicara dengannya. Dahiku mengerut dan alisku bertaut. Berita yang menyebar adalah Dad digigit beruang saat mengejar pelakunya dihutan, dan ia selamat tapi tidak sadarkan diri hingga sekarang. Harus kuakui tidak semuanya salah, tapi tentang pernyataan digigit beruang membuatku geram.

“Hay, Adam.” Matthew mendekati Adam, tatapan matanya dingin dan tidak menjulurkan tangannya. Tapi aku kagum, walau tidak menyukainya, Matthew terbilang ramah.

Adam lebih buruk lagi, ia memandanginya sinis, tidak ada senyuman dan sikapnya sama dinginnya dengan

Moonlight Shading

576

Page 314: Moonlight shading 2

Matthew dan ia hanya melirik akan kehadiran Matthew disampingku.

“Well, kulihat kau ingin pergi. Maaf jika aku mengganggumu.” Ucap Adam mengabaikan sikap ramah Matthew. Sebelah alisnya terangkat saat melihat Matthew mencoba menggandeng erat tanganku. Adam terlihat kesal.

“Tidak, kau tidak menggangguku.” Bantahku, bohong. Tentu saja, kejadirannya pasti sangat menggangguku. Bukan Karena aku sedang bersama Matthew, tapi Karena aku tidak ingin bertemu dengannya. “Senang melihatmu lagi. Sepertinya kita kan jarang bertemu, iya kan?”

“Ya.” Suaranya lemah, “Aku hanya ingin melihat keadaan kalian. Tuan Smith.” Ujar Adam pelan. Kulihat Adam canggung denganku. Matanya masih mengawasi Matthew lekat-lekat.

“Trims, kami baik-baik saja.”

Moonlight Shading

577

Page 315: Moonlight shading 2

“Baiklah, Victoria. Senang melihatmu baik-baik saja, Mom dan Dad menitipkan salam untukmu dan juga Sarah.” Serunya berusaha riang. Tubuh Adam bergerak cepat menuju mobilnya. Wajahnya tidak berbalik memandangiku.

“Sampaikan salamku untuk mereka.”

“Kutunggu kau disekolah, bye..” Ia melambaikan tangannya dengan lemah.

“Salam untuk yang lain, Adam.” Aku berteriak dan ia menganggukkan kepalanya. Raungan Mercedeznya sudah tidak terdengar lagi. Matthew menarikku dan mendudukkanku ke kursi penumpang.

Kali ini ia menyetir dengan kecepatan yang biasa saja, tidak mengebut dan tidak juga pelan. Sorot matanya masih dingin, rahangnya mengatup keras. Aku menyentuh tangannya.

“Adam, dia tidak menyukaiku.” Suara Matthew dingin. Alisku bertaut, menggigit bibirku. Matthew tampak tidak senang

Moonlight Shading

578

Page 316: Moonlight shading 2

dengan ucapannya. Aku tergelak. Dia tahu apa yang dipikirkan Adam.

“Peduli apa aku dengannya.” Ketusku.

“Tapi aku peduli, ia menyukaimu, Victoria.” Kali ini suara Matthew sinis. Tubuhku menegang, tanganku terlepas dari sentuhannya, pandanganku berpaling. Matthew tetap berpandangan lurus.

“Aku tidak ingin membicarakannya.” Elakku. Aku dengan sabar menahan diri untuk tidak menunjukkan emosi kesalku pada Adam.

“Oh, kenapa?”

“Ini menyakitkanku.” Seruku lirih dan sendu. Bahkan sebenarnya aku ingin sekali marah pada Adam tadi, namun aku urungkan niatku karena masih menganggapnya temanku.

“Karena apa? Karena kau tidak merespon perasaannya yang mungkin lebih besar dibandingkan aku. Bahkan

Moonlight Shading

579

Page 317: Moonlight shading 2

sekedar ‘mencobanya’ juga tidak mau.” Tuduh Matthew sinis. Aku bergidik.

“Mungkin dia jauh lebih normal dibandingkan diriku, Victoria. Mungkin perasaannya memang lebih besar dariku.” Imbuh Matthew. Aku tergelak. Walaupun semua kata-kata itu meluncur terus dari mulutnya, tapi wajahnya tegang. Rahangnya mengatup keras, matanya kaku.

Bukan cinta normal yang kuinginkan dari Adam, melainkan perasaan manusiawinya jika memang Adam memilikinya.

“Bukan itu, Matthew.” Aku berteriak, tatapan mataku dingin dan keras. Ia memarkirkan mobil ditepi jalan, dan berjalan keluar meninggalkan aku didalam mobil sendirian. Aku mendekatinya, kuraih tangannya dan kutatap ia dengan lembut.

“Ini tidak ada urusannya dengan perasaanku. Atau perasaan Adam. Ini justru sangat menyakitkan perasaanku

Moonlight Shading

580

Page 318: Moonlight shading 2

padanya. Aku bahkan tidak ingin mengakuinya teman lagi, kalau bisa. Aku tidak tahu harus bagaimana terhadap manusia yang begitu angkuh dan jahatnya menyiksa sesama manusia. Aku rasa Adam tidak pantas disebut manusia.” Ungkapku dengan kesal. Aku bersikeras meyakinkan Matthew bahwa aku tidak menyukainya, aku bahkan membencinya.

“Apa yang terjadi?” Ia menatapku, tatapannya lembut tidak sedingin sebelumnya. Tubuhnya juga mulai merileks sedikit. Dan menggenggam erat tanganku. Aku ragu-ragu ingin menjelaskan – enggan.

“Aku mengecewakannya, mungkin baginya saja, dan sekarang ia yang mengecewakanku. Dengan Glad.” Suaraku tertahan, sangat parau dan serak. Matthew tergelak. Seakan dia tahu bahwa saat ini bukanlah perasaan cinta Adam yang sedang aku bicarakan, tapi perasaan manusiawinya yang memudar karena kekecewaan Adam padaku.

Moonlight Shading

581

Page 319: Moonlight shading 2

“Ia tidak sepenuhnya menyayangi Glad, ia menerima kesalahanku karena menolaknya dan mengembalikannya pada Glad. Ia ingin membuatku terluka lebih dalam, dan merasa menyesal dengan apa yang aku lakukan padanya, dan ia membalasnya pada sahabatku. Ia masih mengharapkan aku bisa menerimanya.” Suaraku tetap sinis. Ia meraihku dalam pelukkannya. Ia mencium kepalaku, bisa kurasakan pipinya menempel dirambutku.

“Aku harap kau tidak hanya menuduh saja.” Tukas Matthew. Matthew benar, seharusnya aku mencari tahu kenyataannya namun sayang aku sudah lagi tidak ingin mencampuri urusan mereka.

“Aku malah berharap bahwa itu nyata. Karena akan kupatahkan kedua kaki Adam suatu hari nanti.” Seruku sinis dan mengancam. Tidak mengatakan bahwa Adam pernah mengungkapkan perasaan manusianya padaku, menurutku lebih baik.

Moonlight Shading

582

Page 320: Moonlight shading 2

Toh, mungkin Matthew juga sudah tahu sendiri.

Matthew tertawa terbahak-bahak. Tubuhnya bergetar tertawa dan menggoncangkan tubuhku yang sedang dipeluknya.

“Sebaiknya kita anggap kita tidak pernah membicarakan ini. Ini masalah mereka. Dan sebagai sahabat, kau tetaplah mendukung Glad.” Ujarnya dengan nada tidak sukanya. Aku mencerna setiap kata-katanya. Aku setuju, memang aku tidak tertarik dengan Adam, tapi menyangkut Glad, aku harus ikut campur.

“Baiklah.” Jawabku dengan ogah-ogahan.

“Dan biarkan Adam merasakan apapun itu. Toh, dia tidak akan mendapatkannya jika kau tidak bermaksud berbagi dengannya.” Lanjut Matthew dengan mimic tidak senangnya.

“Siapa juga yang mau berbagi dengannya.” Dengusku.

Moonlight Shading

583

Page 321: Moonlight shading 2

Mengingat ucapan perasaan Adam padaku beberapa waktu lalu, selalu membuatku memandanginya jijik. Mungkin Adam tidak mengatakan bahwa dia ingin menyakiti Glad, dan memang mungkin ini azas tak beralasan pasti tapi dari caranya memperlakukan Glad – tanpa cinta dan sayang yang sejujurnya – tapi aku merasakan dan melihatnya. Tidak ada cinta dimatanya, tidak ada lembut sentuhan untuk Glad.

Sikapnya pun tidak seperti dengan pacarnya. Aku hanya bisa menyesalinya, tapi tidak bisa melakukan apa-apa, aku tidak ingin membuat bahagia Glad terusik dengan cerita isapan jempolku. Pengharapan yang besar dari Adam untukku membuatku menyesal telah menyarankannya untuk makan malam dengan Glad. Aku berharap Glad bisa memberikan sesuatu yang dibutuhkannya, hingga ia mengabaikan pengharapannya padaku.

Moonlight Shading

584

Page 322: Moonlight shading 2

Part 20

Bertarung

Moonlight Shading

585

Page 323: Moonlight shading 2

Sudah sepuluh hari Dad terbaring tak berdaya diatas kasur, di ruang kesehatan khusus Camille. Dan sudah seminggu aku berada di rumah keluarga Lomax. Dan aku kembali beraktivitas seperti biasa, pergi sekolah, mengerjakan tugas, dan membereskan rumah disiang hari.

Sebenarnya aku tidak berkeinginan untuk sekolah, karena sudah dipastikan akan ada banyak pertanyaan untukku. Dan itu kenyataannya.

“Well, katakan yang sebenarnya, Vic?” Suara Jen yang terdengar menuduh dan menginterogasiku ini sangat mengejutkanku. Aku sedang membaca saat itu, ditaman. Berdua dengannya. Ia memandangiku lekat dan penuh penasaran.

“Tentang apa?”

“Apa selama sepuluh hari ini kau menginap di rumah Matthew?” Desak Jen. Tubuhku kaku. Hanya kejujuran itu yang

Moonlight Shading

586

Page 324: Moonlight shading 2

tidak aku ceritakan pada siapapun. Aku mengatakan Dad dan Mom bersama keluarga Lomax, dan aku berada dirumah. Memang siang hari aku dan Matthew berada dirumah, tapi tidak pada malam hari. Aku menghela nafasku.

“Hanya sesekali, jika Mom membutuhkanku.” Jawabku berdalih, Jen tampak tidak puas. Dahinya masih mengerut.

“Bagaimana kabar kepala kepolisian kita? Sudah ada perubahan?” Jen masih penasaran. Tidak mungkin Dad akan secepat itu sembuh, setidaknya sadar dari komanya. Seandainya ia tahu apa yang terjadi, pasti ia tidak akan betah berlama-lama disini. Mendengar kisah nyata tentang makhluk vampire busuk itu.

“Belum, masih sama. Ia memang memberikan respon jika disentuh, atau diajak bicara. Tapi tidak ada perubahan yang berarti.” Jawabku, acuh. Kembali kupalingkan wajahku membaca koran pagi hari ini. Jen bersiul-siul sendiri dan

Moonlight Shading

587

Page 325: Moonlight shading 2

memalingkan pandangan ke sekitar taman sekolah.

“Kudengar kasus tentang museum ditunda, karena ayahmu sekarang sedang koma. Yah, kasus itu kan yang menanganinya adalah ayahmu. Tapi bukankah detektif Lionel membantu ayahmu?” Jen berbisik padaku. Aku tergelak. Jen memang mencintai jiwa jurnalistiknya yang tampaknya memberikannya banyak informasi.

“Tuan Lionel masih mengusut kasus itu. Dia bahkan bekerja keras seperti Dad. Mereka berdua kan bekerja sama untuk kasus ini, jadi, Lionel tetap bertanggung jawab atas peristiwa ini walau Dad sedang dalam kondisi kritis.” Aku menjelaskan dengan gaya sok tahuku yang bisa dianggap akurat. Jen membelalakan matanya padaku. Aku mengerutkan dahiku.

“Kenapa?” Tanyaku, bingung.

Moonlight Shading

588

Page 326: Moonlight shading 2

“Lionel Lomax? Kau sangat mengenalnya sepertinya?” Jen terang-terangan menanyaiku. Penasarannya sangat tinggi.

“Yah. Sejak Dad mengusut kasus museum itu. Dad bekerja sama dengannya. Tidak salah kan?” Ucapku, acuh. Tak lama Matthew datang, ia menghampiriku dan menjemputku. Jen tampak tidak senang, ketidakpuasannya belum terobati.

“Hay..” Sapaan lembutnya membuat Jen mengerang. Sejak peristiwa ini kedekatan aku dengannya tidak bisa lagi terpisahkan, dan itu yang membuat teman-temanku yang lainnya menggerutu karenanya. Jen hanya melambaikan tangannya dan memalingkan wajahnya.

“Well, Jen terima kasih sudah menemaninya.” Seru Matthew ramah. Jen meringis dan mengangkat sudut bibirnya tanpa menyeringai.

Moonlight Shading

589

Page 327: Moonlight shading 2

“Yah, sama-sama.” Balasnya, acuh. Aku tergelak. Jen bersikap tidak ramah kali ini.

“Dan, sepertinya Lucas mencarimu.” Ucap Matthew menggoda Jen. Wajahnya berubah, ia tersenyum dan meninggalkan kami lebih dulu. Aku belum mengetahui perkembangan tentang kisah asmaranya. Matthew membuat Jen tersipu malu. Aku terkejut, Matthew memang tidak memerlukan informasi ter-update hanya utnuk tahu apa yang terjadi.

Aku memutuskan untuk langsung ke rumah Lomax, mengingat Mom sudah kembali kerja aku ingin menghabiskan waktuku dengan Dad. Lionel sedang ada disana, mengamati setiap perkembangan Dad. Dalam balutan mantel khakinya, dengan syal tipis berwarna biru muda, Lionel berbicara dengan Dad. Lionel bersikap sangat hati-hati saat mencoba menyentuh Dad. Camille sedang berada di rumah sakit, ada panggilan mendadak.

Moonlight Shading

590

Page 328: Moonlight shading 2

“Kau sedang apa, Lionel?” tanyaku dengan wajah bingung. Ia memalingkan wajahnya dan tersenyum. Matanya berbinar saat memalingkan wajahnya padaku. Aku menyeringai. Lionel sosok vampir yang bijaksana dan tegas. Wajah ‘muda-nya’

“Salah satu kegiatan yang bisa kita lakukan kepada pasien yang sedang koma adalah mengajaknya berbicara.” Serunya dengan senang. Tampak asyik Lionel mengajak Dad mengobrol.

“Benarkah?”

“Tentu saja, ilmu diluar teori kedokteran.” Lionel tertawa kecil sendiri. Aku tertawa dan ia tersenyum melihat tawaku. Tubuhnya kembali melakukan tugasnya, aku mengamatinya dan memandanginya penuh kagum. Sesekali ia juga memandangiku, lalu kembali bekerja.

“Kemana Matthew?” tanya Lionel tanpa menoleh.

Moonlight Shading

591

Page 329: Moonlight shading 2

“Entahlah. Dia pergi begitu dapat telepon dari Evelyn. Katanya hanya telepon biasa saja.” Jawabku santai.

“Oh, begitu.” Lionel bergumam pelan dan santai sekali. Aku masih mengamati sikap Lionel yang masih mencoba mengajak bicara Dad.

“Victoria.” Suaranya menyadarkanku dari lamunanku. Aku sedang memandangi Dad, melamunkan dirinya tersenyum, tertawa, melambaikan tangan padaku dan memelukku.

“Yah?” jawabku memandanginya datar.

“Di rumah sakit teman-teman Philip berdatangan. Mereka ingin menjenguknya, tapi Sarah melarangnya. Ia tidak ingin berita ini menyebar, dan menjadi masalah.” Ungkapnya terlihat menyesal. Aku tergelak. Mom bahkan sudah mampu menerima peristiwa ini dengan tenang sekarang.

Moonlight Shading

592

Page 330: Moonlight shading 2

“Kalau begitu kami pasti merepotkanmu.” Sahutku.

“Sedikit.” Lionel menggodaku. Dan kami tersenyum.

“Apa yang kau katakan?”

“Aku mengatakan apa yang memang terjadi. Itu saja, dan Camille memberitahukan mereka bahwa mereka akan bisa menjenguknya suatu hari nanti.” Terlihat Lionel tidak suka dengan ucapan itu. Aku menganggukkan kepalaku pelan dan tersenyum tanpa menyinggungkannya diwajahku. Aku mengerti apa yang dimaksudnya, tapi ini bukan keputusanku sendiri, aku membutuhkan bantuan, dan hanya Matthew yang bisa – setidaknya saat ini.

“Kau pasti sangat menyayanginya. Bisa kurasakan, setiap tatapan matamu, setiap langkahmu, merekalah yang menemanimu.” Lionel kembali berujar. Matanya masih memandangi sahabatnya itu. Lekat dan dalam. Penuh perasaan.

Moonlight Shading

593

Page 331: Moonlight shading 2

“Tentu saja. Aku tidak tahu bagaimana hidupku tanpa mereka. Terima kasih, Lionel.” Akuiku.

“Untuk apa?”

“Karena kau telah membawaku pada orang-orang yang mencintaiku, apa adanya. Dan terima kasih sudah pernah menjadi bagian terindah untuk ibuku, Debby.” Aku memandanginya nanar. Ia tersenyum, memandangiku penuh sayang. Tubuhnya menghadap padaku.

“Dengan sepenuh hatiku, Victoria. Kau adalah keluargaku juga, bukan karena Matthew, tapi sejak kau masih berada didalam kandungan Debby, kau sudah menjadi bagian hidupku.” Aku tersenyum, sangat bahagia dan mataku berlinang air mata. Matanya menyipit dan dahinya mengerut. Kami terdiam. Lionel kembali bersikap seperti saat aku mengganggunya.

“Victoria, sepertinya Julia mencarimu. Temuilah dia.” Ucap Lionel mengejutkanku. Aku agak ragu

Moonlight Shading

594

Page 332: Moonlight shading 2

meninggalkan Dad. Tapi Lionel memaksaku, dan aku melakukannya.

“Benarkah? Oke, aku akan menemuinya.” Gumamku bingung.

Kulihat Julia berdiri di lorong tengah antara ruang perawatan dan taman tengah rumah. Wajahnya tampak bingung dan berbeda. Lucca berdiri disampingnya, menggenggam erat tangannya.

“Victoria.” Julia berteriak. Lucca yang selalu bersamanya mengikuti Julia yang sedang mendekatiku sambil berlari kecil.

“Julia, ada apa?” Wajahnya sangat tegang, matanya dingin dan tajam. Lucca pun tak kalah tegangnya dengan Julia.

“Ini mengenai Sarah. Kumohon, jangan emosi dulu.” Seru Julia. Kali ini wajahnya semakin cemas.

“Yah, katakan saja.” Seruku ingin tahu.

“Dan juga mengenai vampire-vampir itu.” Tubuhku bergidik dan menegang

Moonlight Shading

595

Page 333: Moonlight shading 2

sesaat. “Mereka, vampire-vampir itu.. Mereka sudah dekat Victoria.”

“Apa maksudmu ‘sudah dekat’, Julia?” Tuntutku.

“Mereka mengincar Sarah.” Julia memekik serius sekali. Wajahku menegang, Julia memegangi pundakku. Lucca bahkan berusaha menenangkanku dengan menyentuh pergelangan tanganku.

“Tenang saja, Camille, Evelyn dan Matthew sudah bersama Sarah. Sekarang ia aman.” Seru Lucca dengan wajah seriusnya. Matanya tegang dan kaku. Aku pun bergidik melihatnya.

“Camille? Matthew? Evelyn? Maksudmu tadi Matthew pergi itu karena vampire-vampir itu?” desakku marah. Julia dan Lucca terbelalak kaget dan bingung.

“Maaf, Matthew yang memintaku untuk tidak memberitahukanmu. Dan sekarang jadi lebih rumit lagi. Makanya aku memberanikan diri bicara padamu. Kuharap kau tidak mengatakannya pada

Moonlight Shading

596

Page 334: Moonlight shading 2

Matthew.” Wajah mungil Julia terlihat menyesal dan bingung, sikapnya juga gugup dan tegang sekali.

“Oke, aku tidak akan memberitahukannya. Tapi,” aku terhenti sesaat dan memandangi Julia dengan tajam. “Kau tahu dimana vampire-vampir itu, Julia?” Tuntutku, maksa. Julia sempat terdiam, Lucca pun menatap galak pada Julia. Mereka curiga dengan pertanyaanku. Aku tertegun.

“Tidak terlalu yakin, penglihatanku tentang mereka samar-samar. Mereka seperti membentuk pola berantakkan, seakan sengaja agar tidak terdeteksi.” Ia memalingkan wajahnya menatap Lucca lalu memandangiku penuh cemas. “Jangan katakan kau akan mencari mereka?”

Aku menenangkan diriku, berusaha tidak membuat mereka curiga. “Tentu tidak, itu hal gila yang pernah aku lakukan.” Dan aku berdusta.

Moonlight Shading

597

Page 335: Moonlight shading 2

“Kau tahu dimana mereka sekarang?” Pekikku, memaksanya. Matanya terpejam sesaat, begitu terbuka aku terkejut, bola matanya berubah putih dan terbelalak lebar, tubuhnya menegang hingga Lucca memeluknya dari belakang. Ia membuka kembali matanya setelah ia memejamkannya lagi.

“Mereka masih jauh, tapi masih berada di daerah Washington. Sepertinya Sarah sudah tidak berada disana. Camille membawanya memutar jauh agak ke timur.” Ungkap Julia menerawang. Dalam hatiku aku bersyukur, jika kuhitung jarak yang mereka tempuh butuh waktu hingga dua jam lebih baru bisa tiba disini, dan itu sudah cukup bagiku untuk menghabiskan vampire-vampir itu.

Detik itulah aku seperti mendapatkan ilham – seakan-akan didalam kepalaku terdapat lampu yang menyala jika ditekan tombol ‘kesempatan mendadak’. Mencari alasan kabur – gumamku, dalam hati. Aku

Moonlight Shading

598

Page 336: Moonlight shading 2

pura-pura mendengar suara ponselku berbunyi.

“Glad? Hay, ada apa?” Ucapku, tenang dan santai. Julia dan Lucca bertatapan bergantian.

“Ke rumahmu? Sekarang? Ada apa?” Masih ucapku, tenang dan santai. Mengawasi sepasang mata yang mengawasi gerakanku. Lucca mengernyit. Julia mengerucutkan bibirnya.

“Oh ya, pasti bisa kok. Aku akan datang, Gald.” Ucapku, akhirnya. Kututup ponsel itu lalu ku masukkan kedalam kantong celana jeansku. Julia menelengkan kepalanya padaku.

“Ada apa?”

“Glad, dia memintaku menemaninya. Orangtuanya sedang pergi lama.” Dustaku. Julia terbelalak. Lucca menggenggam erat tanganku.

Kepalanya miring sebelah, memandangiku penuh tanya dan

Moonlight Shading

599

Page 337: Moonlight shading 2

mengawasi gerak-gerikku. “Aku akan menemanimu, Victoria.”

“Tidak perlu. Aku tidak apa-apa, sungguh. Kalian tidak seharusnya terlalu mengkhawatirkanku.” Tukasku. Lucca masih menggenggam lenganku, “Lagipula, aku hanya kerumah Glad. Kalian kan tahu dimana, dekat kan dari rumahku. Jadi kalian tidak perlu khawatir.”

“Tentu tidak, tapi Matthew yang mengkhawatirkanmu. Ia menitipkanmu padaku.” Mataku terbelalak lebar, tercengang dengan apa yang diucapkan Lucca. Berlebihan sekali Matthew padaku, tidak seharusnya ia mengkhawatirkanku.

“Glad pasti senang jika suasana berubah ramai.” Sergah Lucca, menyeringai dan menggenggam erat lenganku. Aku terperangah. Cerdik. Kugelengkan kepalaku.

“Untuk apa? Memangnya dia sedang mengadakan pesta?” Bantahku, “Pikirkan,

Moonlight Shading

600

Page 338: Moonlight shading 2

tiba-tiba ada kalian, apa Glad tidak bingung?”

Julia berpikir sekilas, matanya masih mengawasiku. Lalu menggeleng.

“Baiklah, Julia, Victoria benar. Setahu kita Glad tidak suka dengan kehadiran kita. Tidak secara teknis, tapi yah, dengan gaya hidup kita yang menghindari manusia pasti Glad akan bingung setengah hati. Benar, kan?” Jelas Lucca. Matanya memandangi Julia, tangannya yang dingin dan kaku masih mencengkram erat lenganku. Bagus sekali, cukup cerdas juga kau, Lucca – gumamku, sendiri. Julia diam namun matanya masih mengawasiku. Aku beringsutan disamping Lucca.

Tak lama kemudian Joan menghampiri kami. Tubuh tinggi dan besarnya berbentuk siluet dalam remang-remang lampu di lorong rumah besar ini. Joan menyeringai.

“Tenang saja, Matthew membawa Sarah kearah timur. Vampire-vampir itu

Moonlight Shading

601

Page 339: Moonlight shading 2

menuju kesini. Sepertinya mereka tahu bahwa Sarah akan berada disini. Tapi sayang, Sarah bahkan tidak akan berada dirumahnya malam ini.” Seru Joan, tertawa. Aku mengangkat sudut bibirku. Waktu yang pas – seruku dalam hati. Julia masih mengawasiku lekat-lekat.

“Julia, kumohon. Aku bisa menjaga diriku. Jangan mengkhawatirkanku. Dan jika Matthew marah padamu, tenang saja aku yang akan membelamu bahkan akan ku bela kau lebih dari nyawaku.” Tuntutku. Julia menggelengkan kepalanya kuat-kuat.

“Tidak jangan lakukan itu, itu akan memperburuk keadaanku. Jangan macam-macam, Victoria.” Sergah Julia marah. Aku tergelak.

“Victoria, santailah. Tak seharusnya kau bersikap layaknya pembasmi sungguhan.” Canda Joan. Aku menatapnya galak dan Joan tampak senang bukan main.

Moonlight Shading

602

Page 340: Moonlight shading 2

“Percayalah, Joan. Aku pembasmi sungguhan.” Pekikku. Joan tertawa. Julia meleraikan kami, lalu menatapku tajam selama beberapa detik lamanya.

“Baiklah jika kau bilang kau hanya menemaninya, maka aku akan percaya. Kalau begitu kau harus segera kembali sebelum mereka tiba.” Ujarnya dingin. Aku menganggukkan kepalaku. Mudah sekali mengelabuinya, walau aku tidak tahu apakan ia bisa menerawang tentang apa yang akan terjadi padaku, aku tidak peduli. Pikiranku hanya untuk Dad dan Mom, hanya mereka, menyelamatkan jantung hidupku.

Aku mengendarai mobil Mercedez punya Julia yang terparkir dihalaman depan rumah. Kecepatannya yang maksimum sangat kubanggakan, aku menyetir seperti Matthew jika sedang menyetir. Sangat cepat, begitu mengebut dan menggebu-gebu diriku dengan apa yang aku lakukan sekarang.

Moonlight Shading

603

Page 341: Moonlight shading 2

Aku mengerti sekarang, sangat nikmat sekali bisa menyetir diwaktu yang memang dibutuhkan dengan kecepatan ini. Tidak butuh waktu lama, hanya butuh waktu limabelas menit untuk tiba dirumahku.

Aku langsung menerobos rumahku, menaikki tangga, dan menuju kamarku. Aku mengingat dimana terakhir kali aku meletakkan buku diary ibuku, dan aku mulai mencari-carinya. Aku memberantakkan kamarku, buku itu tidak kutemukan dan aku masih mencarinya hingga seluruh bagian rumahku terobos. Aku menemukannya, dibawah kasurku, aku tidak ingat bagaimana buku itu bisa berada disana.

Aku membuka halaman demi halaman, dan kubaca berkali-kali hingga aku hafal setiap tulisan dibuku ini. Aku pernah melewatkan bab dimana ibuku menceritakan tentang senjata.

Senjata yang digunakan untuk membunuh vampire, sebuah senjata

Moonlight Shading

604

Page 342: Moonlight shading 2

khusus yang harus kugunakan untuk membunuhnya sekarang. Aku tidak bisa kompromi lagi dengan yang lainnya, sudah tidak ada waktu. Nyawa Dad berada ditanganku, dan inilah keputusanku. Sekarang atau tidak sama sekali.

Aku berlarian menuju rumah ibuku, menerobosnya dan menaikki hingga aku berada dilantai dua. Dibuku ini dikatakan ibuku menyimpan senjatanya disuatu tempat, didalam rumah ini. Tapi tidak ditulis dimana ia menyimpannya. Senjata pembunuh vampire. Belati.

“Sial.” Gumamku kesal, aku terus saja menggerutu saat berusaha mencari-cari dimana senjata itu, meraba-rabanya hingga setiap celah di ruangan ini dengan sangat terburu-buru sekali.

“Pasti ada disini. Pasti.” Seruku sendiri. Dengan bersihkeras aku kembali meraba-raba semua bagian dalam rumah ini. Ibuku, Debby, pasti menyimpannya disuatu tempat. Pasti.

Moonlight Shading

605

Page 343: Moonlight shading 2

Aku hampir menyerah dan tersungkur tak berdaya dilantai. Tubuhku lemas, lelah dan kehabisan tenaga untuk menemukan senjata ini. Senjata yang tidak kuketahui seperti apa wujudnya membuatku tampak letih mencarinya. Aku kembali membaca buku diary ini, lebih seksama dan teliti.

“Yang kau perlukan adalah menemukan sebuah senjata yang bisa menghantam jantung musuhmu.”

Begitu jelas pernyataannya tentang senjata itu.

“Aku menyimpannya, disuatu tempat dan hanya kau yang bisa menemukannya. Pembasmi yang memang seharusnya menikam tajam jantungnya. Carilah dengan hatimu, pikirkan dimana kau akan menyimpan sebuah benda yang sangat berarti untukmu diruangan ini.”

Aku kembali menyandarkan kepalaku dipinggiran kasur. Mataku terpejam, kepalaku berpikir – kali ini dengan tenang, tanpa tergesa-gesa dan penuh nafsu

Moonlight Shading

606

Page 344: Moonlight shading 2

sekali. Mencoba membuat diriku lebih tenang dan berpikir positif. Mencoba menenangkan pikiran dan emosiku.

Aku mengingat jelas bagaimana bentuk dan dekorasi ruangan ini. Mengingat mungkin ada bagian dimana aku lalai dan melewatkannya. Aku bergumam, “Sial, sial, sial..” Waktuku tidak banyak, berkali-kali aku mengingatkan diriku. Aku teringat suatu tempat, tempat yang pernah aku temui saat berada di ruangan ini. Aku banyak menghabiskan waktu disini, aku melangkahkan kakiku menuju sudut dilantai satu.

Aku tertawa sendiri, tempat ini begitu tidak terlihat, karena berada disudut tapi tidak terlewatkan dari pandangan mataku – setidaknya tidak hari ini. Ada sebuah pintu yang lumayan besar dan terkunci, gagangnya tidak bisa kutarik.

Kulirik sebuah patung yang berdiri tepat diwajahku, patung aneh yang tidak kukenali. Sangat tidak wajar patung itu berdiri disudut ruangan ini, aku

Moonlight Shading

607

Page 345: Moonlight shading 2

memandangi patung itu lama sekali. Ada yang menarik perhatianku, lalu aku mendekatinya, menyentuhnya dan yang terjadi begitu mencengangkan.

Pintu yang kukira terkunci dengan kunci karatannya tidak kutemui, ternyata tidak menggunakan kunci yang bentuknya seperti kunci rumah. Pintu itu terbuka, dan secara spontan ruangan yang tadinya gelap tiba-tiba menyala terang, aku menelusurinya dengan tangga yang sudah tersedia.

Aku tidak percaya, takjub dan terpana dirumah yang penuh dengan rahasia ini ternyata masih menyimpan ruang rahasia lainnya.

Aku menuruni setiap anak tangga, memandangi setiap ruangan ini. Sama indahnya dan menariknya ruangan ini dengan yang berada dilantai dua. Dan sepertinya ini ruangan khusus senjata, karena banyak sekali senjata didalam ruangan ini. Dari yang ukurannya kecil hingga yang paling besar, tapi ini bukan

Moonlight Shading

608

Page 346: Moonlight shading 2

senjata untuk membunuh vampire, hanya senjata bertarung yang dikoleksi oleh ibuku.

Di ujung ruangan ini terdapat suatu etalase yang didalamnya terdapat pisau kecil. Aku mendekatinya, itu bukan pisau kecil biasa tapi itu sebuah belati.

Gagangnya terukir indah, ukiran naga bermata hijau dengan emas asli sebagai bahan pembuat utamanya, teksturnya kasar tapi berkilauan. Belatinya kuat dan berat. Aku sangat menyukainya dan menyayangkan karena ini adalah pisau kematian untuk vampire-vampir yang harus kubunuh.

Aku kembali menyetir dengan kecepatan maksimum, sangat mengebut hingga aku mulai terbiasa dengan keadaanku sekarang. Aku mengingat-ingat bagaimana aku bisa menemukan vampire-vampir itu.

“Mereka senang berada ditempat yang gelap, mereka senang dengan kegelapan.

Moonlight Shading

609

Page 347: Moonlight shading 2

Karena kegelapanlah yang membuat mereka semakin kuat.”

Dahiku mengerut, bibirku mengerucut, tubuhku gemetar dan tanganku kaku. Aku menebak-nebak dimana tempat paling gelap di Townsville. Tapi aku tidak bisa menemukannya. Aku terhenti sesaat, meminggirkan mobilku dan memikirkan kembali setiap kata dari tulisan ibuku.

Saat itulah aku tahu, kepalaku terdongak dari posisi bersandar hingga memandangnya begitu takjub. Tak terpikirkan olehku tempat gelap yang dimaksud, adalah ;hutan.

Aku turun dari mobil, memulai langkahku dengan memasuki hutan yang gelap ini. Aku tidak tahu pasti dimana mereka berada, belum tentu mereka berada disini. Tapi langkahku mantap, tidak sekalipun aku goyah walau belum menemukan kemungkinannya. Aku memasukkan tanganku kedalam saku

Moonlight Shading

610

Page 348: Moonlight shading 2

jaketku, suasana dingin mulai mencengkramku.

Aku mulai masuk kebagian paling dalam, banyak pohon-pohon tinggi yang menjulang, tidak ada suara kicauan burung, angin terbang dengan kencangnya dan dingin menusuk-nusuk kulitku. Dan aku mendengar desahan, suara desahan yang semakin lama semakin jelas.

“Hahh… Hahh…” desahan nafas itu panjang dan berat. Desahannya begitu jelas terdengar olehku.

“Kron….” Sesosok suara memanggil dengan lirih dan pelan. “Ada yang datang. Apakah mungkin dia?” Lanjut suara itu masih dengan desahan beratnya.

“Kau tahu?” Kali ini suara baru yang lebih pelan lagi.

“Iya, Bex.” Dan suara baru lagi, lebih lantang dan mantap. Ada penekanan dikata-katanya.

Moonlight Shading

611

Page 349: Moonlight shading 2

Dan aku mendengar lagi. Bulu kudukku berdiri, dingin semakin mencengkramku. Aku merasa tersiksa dengan perasaan aneh yang cukup kuat menekanku.

“Ia disini.”

“Benarkah?”

“Yah, bisa kurasakan aroma tubuhnya.”

Dan langkahku terhenti. Tubuhku menegang, hingga bisa kurasakan tiap otot-ototku mengeras. Aku bisa mendengarkan suara mereka, vampire-vampir jahat itu. Dan mereka bisa merasakan kehadiranku.

“Wow, kau disini..” Suara itu mengejutkanku, aku membalikkan tubuhku karena suaranya datang dari belakangku.

Aku terkejut, seseorang sedang bersandar dibatang pohon besar yang tiap daun-daunnya bergoyang dengan anggunnya. Dan ia tersenyum sinis. Bukan makhluk dengan wajah jelek yang kulihat,

Moonlight Shading

612

Page 350: Moonlight shading 2

tapi sebaliknya makhluk jahat dengan tubuh yang simpal dan wajah yang rupawan layaknya vampire pada umumnya. Yang berbeda adalah aroma mereka. Khas aroma vampire jahat. Dan mereka adalah vampire wanita.

“Berani sekali kau..” Suaranya kembali terdengar. Dan ia bersiul, siulannya begitu nyaring hingga aku menutup kedua telingaku karena siulannya. Dan tak lama kemudian, aku melihat sosok wanita dengan tubuh yang sama bersandar pada batang pohon yang besar lalu seorang lagi wanita dengan tubuh mungilnya dan rambut cepak berantakkan yang tidak dirapikannya – mereka memandangiku dan mengelilingiku.

“Kau siapa?” Kepalanya miring sebelah, memandangiku penuh tanya dan tajam. “Sepertinya tidak asing?” Tubuhnya hampir sama simpal dengan yang sebelumnya, tapi ia lebih mungil, rambutnya pendek.

Moonlight Shading

613

Page 351: Moonlight shading 2

“Tentu saja, Kron. Dia adalah anak emas tuan kita.” Wajahnya memandangiku dingin, Kron yang tadi memandangiku dengan bingung berpaling memandangi sosok lain disebelahnya. Ia berbadan paling besar dari yang lainnya, tapi mereka tetap cantik dan menyeramkan.

“Bex, kau yakin?” Tanya kron tak percaya. Wajahnya masih mengamatiku seksama.

“Tentu saja, lihatlah.” Ujar Vix santai.

“Vix, apa ini nyata? Kita bisa bertemu dengan anak emas tuan kita?” Tanya Kron, skeptic. Dan Vix tertawa. Sosok wanita cantik yang pertama kali kutemui itu bernama Vix, ia memandangiku. Tajam.

“Kalian sangat berbeda, tidak pantas kau disebut anak emas olehnya.” Gertak Vix.

“Siapa?” Suara serakku begitu lemah tapi ia bisa mendengarnya. “Siapa tuan kalian?”

Moonlight Shading

614

Page 352: Moonlight shading 2

“Kau tidak tahu? ‘dia’ adalah seseorang yang seharusnya kau ingat-ingat terus selama kau hidup, nona.” Bex bergabung dengan aku dan Vix. Tubuhnya kini condong padaku. Mulutnya yang seperti manusia meraung-raung padaku dengan suara melengkingnya. Matanya merah menyala. Tajam dan dingin.

“Sudahlah, Bex. Ia tamu besar kita, bermanis-manislah.” Sergah Vix. Sekarang tubuhnya berhadapan denganku, langkah kami bergulir, bersamaan dan terhenti.

“Itu tidak perlu. Tuan kita sangat membencinya, ia tidak menginginkannya. ‘dia’ bahkan sangat tidak ingin bertemu dengan gadis kecilnya ini.” Bex sinis dan angkuh sekali. Vix memandanginya. Kali ini Vix meraung-raung pada Bex.

“Oh ya?” Ujar Vix, tidak yakin.

“Kron, bagaimana kalau ia kita santap malam ini?” nada Vix terdengar dingin dan tidak sabaran. Dan kulihat Kron sedang berpikir, tangannya tertopangkan

Moonlight Shading

615

Page 353: Moonlight shading 2

didagunya. Bex terlihat sangat kehausan. Matanya menghujam tajam padaku. Menetapkan ku sebagai targetnya. Aku bergidik.

“Kali ini harus lebih ‘special’ kalau begitu. Dia kan kebanggaannya.” Seru Kron, menyeringai puas. Aku memejamkan mata, menarik nafasku dalam-dalam. Kakiku kaku tapi masih bisa aku paksakan bergerak.

Saat itulah aku merasakan kembali, kenangan sepuluh tahun yang lalu kembali teringat. Saat aku memejamkan mata, menarik nafasku dalam-dalam, tubuhku gemetar, tanganku mengepal dan mataku terpejam lalu saat terbuka berubah menjadi merah menyala. Saat itulah sosok pembasmiku begitu nyata. Gerakkanku begitu cepat, bagai kilat yang siap menyambar apapun didepannya. Tubuhku begitu lentur dan ringan.

Tubuhku bergerak gemulai, aku memanjati pohon demi pohon dengan

Moonlight Shading

616

Page 354: Moonlight shading 2

cepat dan mereka memandangiku penuh takut.

“Vix, kenapa kau tidak bilang ia adalah pembasmi.” Geram Bex. Matanya kini terlihat takut. Vix pun sama terkejutnya melihat aksiku. Hanya Kron yang tampaknya menganggap ini adalah mainan baginya.

“Maafkan aku, Bex. Kupikir itu hanya kebohongan belaka.” Bantah Vix. “Sial..!”

“Sial, ini bahaya.” Seru Bex. Dan wajah-wajah yang penuh ketakutan itu memicu adrenalinku, gerakkanku semakin cepat. Aku merasakan saat terbang berpindah-pindah dari pohon satu ke pohon yang lainnya begitu ringan dan lentur, rasanya seperti bukan tubuhku. Aku memandangi mereka satu persatu.

“Apa kalian takut sekarang? Siapa yang mau maju lebih dulu.” Keberanian yang begitu besar membuatku tampil sangat kuat. Aku merasakan ketakutan yang sebelumnya hilang, dan berubah

Moonlight Shading

617

Page 355: Moonlight shading 2

menjadi keberanian yang sangat besar. Mataku tertuju pada sosok cantik yang pertama kali kulihat. “Apa kau, Vix, kan?” Aku melihat ketakutan dimatanya, tubuhnya menegang dan tangannya mengepal kuat. Aku menuju tempat ia berdiri, memandanginya dengan seksama.

Tubuhnya mulai mendekatiku, kali ini ia bergerak lebih dulu, memukulku, menendangku dan mencoba mencakarku. Aku tertendang, hampir terpental. Dan kami kembali bertarung, kali ini ia terbaring ditanah. Nafasnya terengah-engah dan matanya tidak menyala seperti sebelumnya.

“Bulan – saat itulah mereka akan lemah jika belati tertancap dijantung mereka.”

Kalimat demi kalimat yang pernah kubaca kembali bersuara dikepalaku, mengingatkan aku untuk membunuhnya tepat saat sinar bulan menyala diatas kepalaku. Aku kembali mendekati salah satu dari mereka.

Moonlight Shading

618

Page 356: Moonlight shading 2

Temannya, Kron melakukan hal yang sama. Ia memulai perkelahian denganku, mencoba memukulku, menendangku dan mencakarku dan aku menepisnya.

“Well, gerakan kalian mudah dibaca.” Seruku santai. Lalu Bex memukulku dari belakang, dengan tangannya ia berhasil menjatuhkanku. Aku kembali berdiri dan berkelahi dengan Bex. Dan saat itulah ia berhasil mencengkram kuat leherku, tubuhku berada dibawahnya, cengkramannya begitu kuat hingga aku hampir mati karena tidak bisa bernafas. Mataku tertuju pada langit, menunggu sinar bulan yang akan menyinari malam.

“Bex, hati-hati.” Kron mengingatkannya, tapi dengan cepatnya aku menusuk jantungnya dengan belatiku, ia mengerang kesakitan, perlahan-lahan tubuhnya meterdengar suara geraman berat dan dalam, disusul suara jeritan tinggi melengking yang begitu nyaring. Lalu suara melengking itu terhenti, dan terdengar lagi suatu suara yang terdengar

Moonlight Shading

619

Page 357: Moonlight shading 2

seperti suara benda retak dan patah lalu remuk. Tubuhnya memperlihatkan garis-garis retakan pada benda keras dan beku tubuhnya dan akhirnya tergeletak tak berdaya.

Kron panic, wajahnya putih pucat dan ketakutan. Seakan keasyikannya pada mainanya hilang sudah. Tubuhnya perlahan maju mendekatiku, nafasnya terengah-engah. Tubuh kami berdekatan, kami bergulat dengan hebat. Ia beberapa kali berhasil mementalkan tubuhku hingga menabrak batang pohon. Begitupun aku berhasil melemparnya jauh dan terbanting dahan pohon.

“Bagus, Kron.” Suara semangat Vix membuatnya semakin agresif mencengkram leherku. “Ingat, ia punya belati Kron.” Vix berusaha mengingatkannya, Vix memperhatikan sinar bulan, ia ingin aku dan Kron berkelahi dibawah pohon, aku tak bisa menariknya dibawah sinar bulan.

Moonlight Shading

620

Page 358: Moonlight shading 2

“Moonlight – sinar bulan, hah?” Kron menatapku sinis. Suaranya mencekam kaku. Nafasnya terengah-engah, aromanya buruk – begitu menyengat hidungku. Matanya masih waspada, aku mengerang dan mendorongnya hingga bisa kulihat sinar bulan, ia berhasil menarikku tapi saat sebelum Kron menyadarinya ia sudah tertusuk oleh belatiku.

Apa yang terjadi pada Kron sama seperti apa yang terjadi pada Bex. Suara retak dan remuk menjadi satu-satunya suara yang terdengar. Ada juga syara jeritan melengking dan akhirnya tubuh bekunya hancur dan tergelatak tak berdaya. Kali ini wajah senang Vix lenyap, kembali kaku dan mengeras.

“Baiklah, kali ini tinggal kita berdua, Vampir.” Geramku. Vix tampak ketakutan mendengar gertakanku.

“Yah, ini pasti menyenangkan, ya kan? Sinar bulan, itulah dirimu, kan?” Ujar Vix. Ia tersenyum sinis. Matanya masih waspada dengan gerakkanku. Kami

Moonlight Shading

621

Page 359: Moonlight shading 2

memulai pergulatan kami. Ia berhasil membuat luka dilenganku, tubuh kami saling terpental pada pohon-pohon besar.

“Aku memang musuhmu.” Ketusku, memandanginya tajam. “Kau pasti akan mati di tanganku, vampir.”

Vix tertawa. Terbahak-bahak.

“Kau terlalu naïf. Kau ini sangat arogan juga, ya? Pembasmi muda tidak berbakat. Kau pikir kau patut berlagak dihadapanku, hah?” Sindirnya.

Aku memandanginya dengan seksama. Mataku menghujam tajam padanya, hembusan nafasku terdengar lebih jelas di telingaku. Detak jantungku pun tak aklah terdengarnya.

“Wow, pantas saja ia sangat membencimu. Dan ibumu. Pembasmi muda.” Vix mengoceh sendiri. Aku tergelak.

“Siapa yang kau maksud?” Tanyaku. Geram.

Moonlight Shading

622

Page 360: Moonlight shading 2

“Kau tidak tahu?”

Dan ia tertawa.

“Ayahmu !” Ujar Vix dengan tegas. Tubuhku kaku, rahangku mengeras, mataku dingin. Dan ia berhasil mencengkram leherku disaat aku tertegun dengan sebutan ‘ayah-mu’ dari vampir busuk ini.

Terasa sakit, aku kesulitan bernafas, tangannya yang kuat membuatku lemah. Ia berhasil mengunci semua bagian tubuhku yang bebas, ia menang sekarang. Aku tidak bisa bernafas, aku mulai kesulitan bernafas, dan suara tawanya yang tidak kusukai membuatku lemah, tak berdaya.

“Aku tidak masalah kalau kau membunuh teman-temanku. Tapi aku ingin sekali membunuhmu, seperti ayahmu membunuh ibumu.” Seru Vix senang. Aku mengerang, berusaha mendorongnya tapi ia menahannya.

Moonlight Shading

623

Page 361: Moonlight shading 2

Saat itulah semuanya berlalu denga cepat. Kedua tangan Vix mencengkramku kuat-kuat. Tubuhnya yang berat – tidak tahu ada apa didalamnya – menindihku hingga rasanya aku tidak sanggup menendangnya jauh-jauh. Mulutnya terbuka lebar-lebar, ggi-giginya tampak jelas, berderetan dan siap menerkamku. Yah, Vix hendak menggigitku. Dan tepat sekali, Vix berhasil.

Gigitannya panas, membuat luka dileherku. Tubuhku menggeliat-geliat hebat. Rasa panas dan kesakitan teramat menjalar disekujur tubuhku. Aku kesakitan berteriak. Kulihat Vix tersenyum puas, memamerkan giginya lagi. Aku masih terbaring di tanah dalam keadaan kesakitan dan berteriak. Vix tertawa puas – keras dan terbaha-bahak.

Tiba-tiba tubuh Vix terpental jauh, ia menabrak batang pohon hingga tubuhnya remuk. Kulihat vampir busuk itu masih berusaha bangkit dan menghajarku – walau dia sudah berhasil menggigitku, dia

Moonlight Shading

624

Page 362: Moonlight shading 2

belum puas mencabik-cabik tubuhku. Tapi ia tidak kuasa.

Aku sudah tidak memandangnya dan geram dengan ucapannya. Tubuhku lunglai – kesakitan. Mataku tertutup, tidak bisa mendengar nafasku. Aku berusaha membuka mataku, aku terbaring ditanah. Sudah matikah aku? Dimana ini?

“Victoria.” Aku mendengar suara memanggil-manggilku. “Victoria..” Lalu terdengar lagi. Aku mencoba untuk duduk dan melihatnya, tapi hanya bayangan samar-samar yang terlihat. Semakin lama, semakin jelas suara itu dan juga wajah itu. Julia.

Julia memandangiku khawatir, matanya berlinang melihat kondisiku yang penuh luka dan terbaring ditanah – dengan luka gigitan vampire busuk di leherku. Aku mencoba melihat kondisi Vix, tapi ternyata ia sedang bertarung. Dengan sosok sempurnanya, ini pertama kalinya aku melihatnya begitu garang, aku melihatnya sangat murka dan marah.

Moonlight Shading

625

Page 363: Moonlight shading 2

“Victoria, kau baik-baik saja?” Aku memandangi Julia dengan meringis kesakitan. Tentu saja tidak, aku bergumam dalam hati karena tenggorokkanku sakit. Dan aku hanya menganggukkan kepala. Julia masih khawatir.

“Kau nakal sekali, Victoria.” Julia menggelengkan kepalanya dengan anggun, wajahnya tampak tegang dan matanya tajam menatapku. Aku berusaha berdiri, ternyata mereka tidak berdua, Lucca dan Joan juga ikut. Matthew, Lucca dan Joan mengeroyoki Vix secara bergantian. Vix sangat kuat, tubuhnya lebih banyak terluka daripada aku tapi ia masih sanggup berkelahi dengan mereka.

“Sukar sekali rupanya menahanmu dari amarah, yah.” Oceh Julia, masih kesal dengan perbuatanku. Wajahnya tampak khawatir sekali. Kugelengkan kepalaku. Ku sentuh ssuatu yang masih terasa panas di leherku. Luka? – tanyaku, sendiri. Julia terperangah.

Moonlight Shading

626

Page 364: Moonlight shading 2

“Victoria, kau terluka? Vampire itu menggigitmu?” Matanya khawatir – membelalak, sebelah tangannya yang dingin menyentuh lukaku yang masih panas karena kesakitan. Sesuatu masih mneyakiti darah dalam tubuhku. Aku meringis.

“Kau baik-baik saja? Kau digigitnya?” Tanya Julia, cerewet. Sebelah tangannya yang dingin masih menyentuh lukaku. Aku meringis.

“Kurasa, yah. Auw...” Akuiku meringis kesakitan. Masih panas dan sakit – gumamku, sendiri. Julia masih terperangah. Dengan cepat Julia meraih leherku, dikeluarkannya beberapa kali darah yang merah bercampur hitam dari bibirnya yang mungil itu. Lalu dibersikannya setelah selesai menyedot darah-darah itu dari leherku. Lumayan? Tidak terasa sakit lagi – gumamku.

“Tidak sakit?” Tanyanya, skeptic. Aku menggelengkan kepalaku pelan. Julia terbelalak.

Moonlight Shading

627

Page 365: Moonlight shading 2

“Hanya panas. Kurasa kau baru saja membuang racunnya. Trims.” Ucapku pelan. Wajah cantik Julia berubah kaku. Dan Julia mengerang.

“Bohong!” Pekiknya. Aku menatapnya geram. Mataku menyipit, aku mengawasi setiap gerakannya. Mata Julia keras, kaku dan tajam. Bibirnya berkedut-kedut tapi tidak bicara.

“Bagaimana bisa kau digigit vampire dan kau tenang-tenang saja? Tadi itu racunnya, kau tidak sadar? Victoria, kau harus menenangkan dirimu. Racunnya akan menyebar.” Ketus Julia, matanya masih membelalak padaku. Sikap Julia masih khawatir padaku.

“Iya aku tahu, tapi kan sudah kau keluarkan. Sebenarnya aku juga baru tahu bahwa itu racunnya. Trims Julia.” Ucapku, lagi. Julia terus mengoceh tentang bagaimana bisa aku tenang padahal racun menjalari tubuhku. Aku tidak tahu sebenarnya, ku pandangi Julia galak.

Moonlight Shading

628

Page 366: Moonlight shading 2

“Diam saja kau, Julia. Santailah.” Tukasku, dengan parau. Julia tegang. Tampaknya Julia murka. Ku abaikan. Setelah beberapa detik berselang, secara perlahan lukaku menutup. Julia kembali terperangah. Kepalanya berkali-kali menggeleng-geleng. Bibirnya pun menganga lebar. Baru kali ini – sepertinya – Julia dibuat kaget setengah mati olehku.

“Lukamu…. Menutup?” Ucapnya, tercengang. Aku mengangkat bahuku. Teori yang pernah ku baca dari buku ibuku ternyata benar. Aku – kaum pembasmi – tidak mudah terluka dan akan cepat sembuh jika terluka. Itu sebabny racun vampire itu tidak begitu sakit kurasakan.

“Yeah, baguskan?” Cengirku, menggoda Julia. Julia diam, matanya masih membelalak padaku.

Aku melepaskan pelukkan Julia, terbang menuju tempat mereka berkelahi. Kakiku sakit, Vix sempat mencakarnya, ternyata cakaran mereka memberikan reaksi lain untuk kakiku juga. Vix

Moonlight Shading

629

Page 367: Moonlight shading 2

menatapku, aku tahu apa yang akan dilakukannya, aku berusaha memegang kembali belatiku tapi gerakkannya lebih cepat dariku. Ia menarik sebelah tangaku kebelakang dan ia mencengkramnya dengan erat. Aku berteriak.

“Kalian berani maju, maka tangannya akan kupatahkan.” Gertak Vix pada Matthew, Lucca dan Joan. Aku masih berteriak. Tubuh-tubuh yang lebih gagah dan kuat dari Vix tidak bisa melakukan apa-apa, hanya diam dan memandangiku dengan pilu. Dan ia tertawa puas. Luka dileherku berangsur pulih, tidak sepanas sebelumnya.

“Bisa kutebak seperti apa wajahnya saat menjelang ajalnya.” Oceh Vix tak karuan. Aku mengerang.

“Siapa maksudmu?” Seruku. Aku tahu siapa yang dimaksudkannya. Ibuku. Debborah. Vampir busuk ini semakin mencengkram tanganku kuat.

Dan Vix kembali tertawa.

Moonlight Shading

630

Page 368: Moonlight shading 2

“Tentu saja ibumu yang bodoh itu.” Pekik Vix. Puas dan tertawa terbaha-bahak. Aku geram. Cengkramannya semakin keras, aku merasakan tanganku hampir patah.

“Jangan sem – barangan kau.” Tukasku, geram. Vix mengabaikannya dan semakin mencengkram tanganku kuat-kuat.

“Oh, kau tidak percaya? Ayahmu sangat senang begitu ia berhasil membunuh satu-satunya wanita yang dicintainya dengan kedua tangannya. Ia sangat senang, seperti aku sekarang.” Seru Vix. Vix menarik tubuhku menjauhi mereka, Matthew dan yang lainnya mengikuti setiap langkahnya. Aku mengerang.

Aku bisa melihat gerakkan bibir Matthew, ia berusaha menenangkanku, ia mengingatkanku agar tenang. Dan bodohnya itu tidak mungkin, tidak saat ini. Dengan cepat aku mengalihkan diriku pada pikiran dan otakku. Kucari cara

Moonlight Shading

631

Page 369: Moonlight shading 2

bagimana melumpuhkan vampir busuk ini dengan cepat. Aku terus berpikir hingga akhirnya aku tahu. Jika tidak bisa menggunakan tangan, pasti bisa dengan kakiku?

Dan aku mencobanya, sebelah kakiku yang tidak dicengkramnya meraba-raba tanah dan mencari dimana kakinya berpijar. Dan ia terjatuh. Aku berhasil membuatnya terperanjat dengan mengunci sebelah kakinya. Wajahku memandangi langit, mencaritahu dimana sinar bulan, dan aku melihatnya.

Joan dan Lucca menarik tubuhnya dengan sangat beringasan, mereka melingkari tubuhnya dibatang pohon, tepat diatas sinar bulan dan ia berteriak kesakitan. Ekspresinya sangat memohon padaku tapi tetap garang. Joan dan Lucca semakin senang dan puas menari lengan makhluk itu kebelakang.

“Kau lemah, sama seperti ibumu.” Pekik Vix menghina. Tak tampak ketakutan

Moonlight Shading

632

Page 370: Moonlight shading 2

kali ini. Malah tertawa terbahak-bahak. Aku tergelak.

“Jangan sekali-kali kau hina dia!” Dan aku berteriak.

“Ayo bunuh aku, silakan. Kau pasti tidak sanggup.” Tantang Vix. Wajahnya memang cantik layaknya vampir, tapi sikapnya memang busuk seperti kata-katanya. Dia terus mengolok-olok ibuku, Debby.

“Kau sama bodohnya dengan ibumu. Kau lemah, hey pembasmi muda.” Vix masih puas memaki-maki ku. Aku mengabaikannya.

“Kau bahkan tidak tahu kan bagaimana membunuh? Kurasa kau hanya beruntung, Sayang.” Serunya, tak karuan. Vix tertawa terbahak-bahak. Seakan-akan dia sedang menonton acara lucu atau setidaknya melihat badut beraksi kocak di hadapannya.

Suatu suara mendekatiku, suara yang sama seperti dimimpiku. Lembut dan

Moonlight Shading

633

Page 371: Moonlight shading 2

indah, mengingatkan aku akan kata-katanya yang diucapkannya dengan jelas. “Ini adalah takdir, Ini adalah Kehidupan, Ini adalah Jatidiri...”

Aku tidak tahu mana yang harus kupilih, kehidupan yang sudah kumiliki sejak lahir dari orangtuaku atau kah kehidupan manusia yang mengajarkan kasih sayang padaku selama ini? Pikiranku menerawang. Ia masih berteriak kesakitan karena sinar bulan tepat dibawahnya, menyiksanya dan melemahkannya.

“Seperti ibumu, ia tidak sanggup membunuh ayahmu.” Hina Vix, “Kau ini lemah. Kau ini memang pantas dibuang oleh ‘dia’.”

“Ayo, Victoria. Bunuh dia.” Joan memberi semangat padaku, suaranya memecahkan pikiranku yang melayang jauh. Aku bingung, bimbang dan tak berdaya sesaat. Joan masih terus berseru padaku. Matthew memandangiku tajam.

Moonlight Shading

634

Page 372: Moonlight shading 2

“Lakukanlah, Victoria. Sekarang.” Dan Matthew kini mendukungku. Tatapanku kosong, aku masih bingung dan berharap aku bisa mendengar suaranya.

Jika saja aku memiliki waktu dan kesempatan untuk memilih, jika saja aku bisa melindungi Philip tanpa harus menjadi monster aku akan melakukannya dengan segenap hatiku. Dan jika aku bisa hidup tanpa Philip dan Sarah sekarang, aku akan memilih untuk menyusul mereka suatu saat nanti.

Besar kasih sayangku hingga rasanya aku tidak mau menodai mereka, menodai kepercayaan mereka padaku, tapi aku juga tidak mau mereka hidup penuh penderitaan.

Sekarang atau tidak sama sekali – seruku dalam hati. Berulang-ulang seperti kaset yang sedang didengarkan di telinga. Aku terus bertanya pada diriku. Menimbang dan berpikir. Aku terus bertanya. Sekarang atau tidak sama sekali – kembali suara hatiku berujar.

Moonlight Shading

635

Page 373: Moonlight shading 2

“Lemah, kau sangat lemah. Kau terlalu lama hidup sebagai manusia.” Vix mengejekku dan aku masih terdiam, pikiranku masih menerawang jauh. Vix semakin menjadi-jadi dengan celotehnya sendiri.

Makhluk yang selalu haus akan kesegaran manusia ini mengingatkanku akan tindakkannya pada Philip. Ia menyakiti hatiku yang paling dalam. Aku memandangi Joan, bergantian ke arah Lucca lalu Julia dan terakhir, Matthew. Mereka menolongku, membantuku hingga titik terakhir ini. Akan sangat sia-sia apa yang telah mereka lakukan padaku jika aku mengecewakan mereka.

Mungkin ini bukan pilihan yang tepat, tapi ini bukan tentang mana yang tepat dan mana yang salah, tapi mana yang terbaik. Tubuhnya yang kesakitan karena ditarik-tarik dibatang pohon ini membuatku semakin ingin membunuhnya, ia tertawa dan masih mengejekku.

Moonlight Shading

636

Page 374: Moonlight shading 2

“Victoria, apa yang kau tunggu? Lakukan sekarang!” Joan kembali meneriaki diriku yang linglung dan bingung. Langkahku lemah, tidak bergairah membunuhnya tapi harus kulakukan. Tubuhnya yang diciptakan sebagai pembunuh ini harus segera aku bunuh atau tidak sama sekali.

“Ayolah, pembasmi. Lakukan. Bunuh dia, Victoria.” Teriak Joan, mendukungku. Kulirik Matthew, wajahnya tegang. Kepalanya mengangguk sekali padaku. Aku tahu, dia pasti akan selalu mendukungku. Membunuh.

Tidak peduli seberapa besar sifat vampirku tapi aku harus melakukan tugasku, aku harus mengakhirinya. Karena aku adalah pembasmi. Aku tidak ingin semua terluka, semua mati karenaku, aku menyayangi orang-orang yang telah disakitinya, dan akan aku balas setiap perbuatannya, apa yang telah dilakukannya. Dan kulakukan.

Moonlight Shading

637

Page 375: Moonlight shading 2

Part 21

Kehidupan Baru

Moonlight Shading

638

Page 376: Moonlight shading 2

Tubuhku terbaring lemah ditanah, kepalaku bersandar pada sesuatu, sesuatu yang keras, seperti batu. Aku belum membuka mataku, tubuhku begitu lemah, rasanya sangat sakit sekali luka-luka ditubuhku. Aku mengerang kesakitan. Selama beberapa menit. Pelan-pelan aku menggeliat.

“Victoria. Victoria.” Aku mendengar, samar-samar tapi jelas, suaranya begitu keras, tegas dan lantang. Aku mencoba membuka mataku, gelap.

“Victoria.” Kembali suara itu memanggilku, suara wanita, lebih lembut dari yang sebelumnya. Sesuatu yang dingin menyentuh wajahku.

Aku masih berusaha membuka mataku, terlihat sesuatu didepan mataku, tidak jelas, samar-samar, hanya berupa titik-titik yang berbentuk abstrak. Udara

Moonlight Shading

639

Page 377: Moonlight shading 2

dingin menyengatku. Aku mendengar suara lagi, tidak memanggil namaku.

“Joan, Lucca. Musnahkan makhluk-makhluk itu.” Suara yang keras, tegas dan lantang itu terdengar lagi. Ia memerintahkan sesuatu kepada dua orang yang namanya tidak asing bagiku. Aku kembali mengerang.

“Victoria, apa kau sudah sadar?” Wanita itu memandangiku dari atas kepalaku. Tidak terlihat, penglihatanku masih samar-samar.

“Y – Ya...” Suaraku parau, terdengar lemah dan serak. Tubuhku masih lemah dan dingin. Kusentuh luka dileherku, tak lagi terbuka seperti sebelumnya, nyaris tertutup sekarang. Kupandangi langit gelap yang bertaburan daun-daun pohon didalam hutan. Pusing.

“Matthew, ia sudah sadar. Sebaiknya kita bawa pulang, secepatnya. Dia terluka.” Sepertinya ia tidak berbicara padaku, tapi aku tahu apa yang

Moonlight Shading

640

Page 378: Moonlight shading 2

dibicarakannya dan kepada siapa dia bicara, kepada Matthew. Hembusan nafas wanita ini dingin, cepat dan intens. Sepertinya tidak teratur atau memang begitu.

“Tidak, ia masih belum membuka matanya, Julia. Dia harus membukakan matanya dulu, Julia. Tunggu sebentar!” Seru Matthew berteriak tajam pada Julia.

“Tapi ia bisa melihat dan mendengar kita, lihatlah.” Pekik Julia. Mereka berdebat – ingin rasanya aku berteriak bahwa aku mendengarnya, sangat jelas tapi tidak bisa melihatnya. Aku mendesah. Aku berusaha untuk duduk, dan wanita itu membantuku.

“Mat.. Matt..” Suaraku lemah, tenggorokkanku perih. Julia masih mengelus lembut rambutku yang berantakkan. Julia masih menenangkanku.

“Tenanglah, kau baik-baik saja, Victoria.” Seru Julia.

“Matthew, dia memanggilmu.” Kudengar langkah mendekatiku,

Moonlight Shading

641

Page 379: Moonlight shading 2

tangannya menyentuh wajahku, dingin, lembut dan harum. Aku mengenalinya. Matthew.

“Victoria, bertahanlah. Sebentar lagi kita akan pulang. Oke.” Aku menganggukkan kepala, pelan dan pelan. Julia menyentuh pundakku, ia memegangiku seakan-akan aku begitu lemah hingga harus ditopang seperti ini.

Aku melihat cahaya, merah terang menyala, warna merahnya yang terang menyala itu membuatku yakin sekali – itu adalah api, kobaran api yang sangat besar. Aku mencoba melihat sekeliling, masih sama-samar tapi aku yakin aku melihat pohon, begitu tinggi dan banyak. Hutan. Aku masih di hutan – seruku.

“Jul – Julia?” Aku berusaha menyentuh tangannya yang masih memegangi tanganku. Julia memandangiku lekat-lekat. Panic dan khawatir.

“Ya, Victoria.” Jawab Julia. Cemas.

Moonlight Shading

642

Page 380: Moonlight shading 2

“Di – dimana kita?” Tangannya menyentuh kepalaku, mengelus lembut rambutku dan menciumi pipiku. Aku bisa melihat sekarang, seperti dugaanku, aku berada dihutan dan itulah yang kulihat sekarang. Dan sesuatu yang keras yang tadi menjadi sandaran kepalaku adalah paha Julia, ia menjadikannya sebagai tumpuan kepalaku – tubuh mereka keras bagaikan batu.

“Matthew, Joan, Lucca. Cepatlah, ia masih lemah.” Julia meneriakki nama-nama yang sudah kuingat dan meminta untuk segera kembali padaku.

“Baiklah, makhluk-makhluk itu sudah musnah. Semoga kita tidak bertemu lagi dengan mereka.” Suaranya lantang, tapi sangat kasar dan tidak kukenali. Aku berusaha melihat sosoknya, yang terlihat adalah tubuh tinggi dan kepala botak yang berdiri tepat dihadapanku. Joan.

Aku berhasil membunuh vampir-vampir itu, tepat dibawah sinar bulan – Moonlight. Aku telah melakukan yang

Moonlight Shading

643

Page 381: Moonlight shading 2

terbaik, aku telah melakukan tanggungg jawabku sebagai pembasmi, berakhirlah sudah. Aku berharap Dad akan kembali seperti semula.

“Yah, mereka sudah menjadi abu sekarang.” Imbuh Lucca, suaranya terdengar lembut sekarang. Itulah yang terakhir kalinya yang kutahu dan kudengar sebelum akhirnya aku kembali pingsan, tak sadakan diri selama beberapa hari.

Aku kembali berada disuatu tempat. Kepalaku kembali bersandar pada sesuatu yang empuk dan nyaman. Sangat berbeda dengan sebelumnya. Aku tidak selemah sebelumnya, memang pandanganku kembali samar-samar tapi semakin lama semakin jelas. Matthew menggendongku dengan sebelah tangannya, langkahnya cepat dan tak terdengar. Kepalaku masih pusing, penglihatanku sudah jelas tapi suaraku tidak bisa keluar.

Kudengar Julia, Lucca dan Joan membicarakan sesuatu yang tidak jelas, tapi aku mendengarnya.

Moonlight Shading

644

Page 382: Moonlight shading 2

“Bagaimana Philip?” Julia bersuara lantang kali ini dan seperti menggeretak pada Lucca dan Joan.

“Entahlah, sebaiknya kita pikirkan Victoria dulu.” Seru suara lantang dan khas Joan. Lucca duduk disebelah Julia. Wajahnya mengamati Julia dan aku bergantian. Sangat cemas sekali.

“Yeah, kita bawa pulang dia.” Seru Lucca. Suaranya lembut. Terdengar sangat mengalun nan lagu.

Dan itulah suara-suara terakhir yang kudengar hingga akhirnya aku tak sadarkan diri kembali. Yang terakhir aku sadari kepalaku pusing, tubuhku kedinginan, keringat bercucuran deras. Dan akhirnya pingsan.

Setelah melewati hari-hari yang melelahkan, aku bertarung dengan vampire-vampir, kurasakan kembali kekuatanku yang selama ini mati didalam tubuhku dan tentunya sekarang adalah transformasi kembali menjadi manusia.

Moonlight Shading

645

Page 383: Moonlight shading 2

Aku terbaring disuatu ruangan, diatas kasur, ruangan bercat putih, penuh aroma khas yang tidak kusuka – aroma obat infus. Dan benar aku berada dirumah sakit. Aku meraba-raba sekelilingku, mencoba mencaritahu siapa yang berada disebelahku.

Sesuatu yang hangat, lembut, halus dan terasa tidak asing lagi sentuhannya. Tangan Mom, aku tahu bagaimana rasanya sentuhan tangannya. Berbeda dengan yang terakhir kali, sentuhan yang dingin tapi menenangkan yang kurasakan. Mom terbangun, ia menggenggam erat tanganku.

“Victoria, kau sudah sadar.” Mom berseru senang, melihatku membuka mata pelan-pelan. Aku menelan ludahku, tenggorokkanku masih perih. Dan sepertinya Mom tahu apa yang kubutuhkan, ia mengambilkan segelas air putih untukku dan aku meminumnya.

“Mom...” Suaraku berat, efek tidak berbicara selama beberapa waktu. Serak

Moonlight Shading

646

Page 384: Moonlight shading 2

dan parau, begitulah. Mom kembali mendekap tanganku. Wajahnya menatapku lembut. Tampak tenang sekarang.

“Yah, Dear.” Jawabnya. Lembut.

“Ba – bagaimana Dad?” Tangannya menelusuri wajahku, begitu pelan, lembut dan hangat. Aku merindukan sentuhan ini. Mom tersenyum senang padaku.

“Tenang saja, ia sudah tidak koma, Dear. Sekarang ia masih terbaring di rumah sakit, satu lantai dari kamarmu.” Ungkap Mom masih terharu. Menyeringai. Aku merindukan senyumannya, aku merindukan suaranya dan hari ini aku mendengarnya. Aku berusaha tersenyum, membuat Mom tenang, setelah apa yang telah aku lakukan – pasti ia sangat mengkhawatirkanku. Jika ia ingin menghukumku, aku rela asalakan Dad sembuh dan pulih seperti dulu.

“Lionel membawanya kemari setelah Dad tiba-tiba menyentuh tangannya.”

Moonlight Shading

647

Page 385: Moonlight shading 2

Mom menyadarkanku dari lamunanku yang sesaat. Ia berbisik padaku. Jari-jarinya menelusuri wajahku perlahan. Sentuhan hangatnya menenangkanku.

“Mom, maafkan aku. Aku tidak..” Mom menyentuh bibirku dengan jari telunjuknya, membuatku terdiam sesaat.

“Sudahlah, jangan banyak bicara, istirahatlah. Masalah apapun selain kesehatanmu kita bicarakan lain waktu, oke. Sekarang kau harus menurut, istirahatlah, Dear.” Tuntut Mom. Aku tidak mengelak. Memang istirahatlah yang palinga aku butuhkan. Aku mengangguk pelan. Menurut pada Mom sekarang.

Aku tersenyum, bukan karena aku tidak mendapat hukuman, aku tahu itu pasti terjadi, tapi ini karena aku merasakan kasih sayang Mom yang kurindui, aku merasakan kekhawatiran Mom lagi setelah sempat mengabaikannya.

Moonlight Shading

648

Page 386: Moonlight shading 2

Terdengar suara pintu bergeser pelan sangat hati-hati sekali pintu itu bergerak terbuka, tatapan mataku berpaling dan melihatnya berdiri dihadapanku. Sosok yang sangat kurindui, sosok yang sangat kubutuhkan – saat aku hampir saja mati. Sosok yang dengan sentuhannya aku merasakan tenang dan sosok yang sempurna yang pernah kulihat. Suara yang lembut yang mampu menidurkanku sekalipun. Matthew.

Matthew menatapku penuh sayang, matanya sangat bersahabat, tidak ada kekakuan, tidak ada tatapan dingin dan tidak ada tatapan marah. Senyumnya manis, melunturkan semua ketakutan-ketakutanku, membuatku melupakan perihnya luka-luka ditubuhku.

“Sarah.” Sapa Matthew lembut. Dan suara merdunya yang juga kurindui, lembut, indah dan menawan. Ia berdiri tepat disamping Mom, tatapan matanya masih memandangiku.

Moonlight Shading

649

Page 387: Moonlight shading 2

“Matt, temani dia. Aku ingin menemani Philip.” Pinta Mom. Mom meninggalkan aku dengannya, membuka pintu dan menghilang. Aku mendesah.

“Bagaimana kabarmu?” Tanya Matthew cemas. Wajahnya panic tapi tetap tenang. Ia membuatku tersenyum.

“Lemah, akibat obat bius. Dan masih perih.” Akuiku sedikit meringis pelan. Tangannya menyentuh wajahku, dingin, lembut, hangat dan menenangkan. Tatapan matanya indah, seperti pertama kali aku bertemu dengannya.

“Lukamu tidak terlalu parah. Luka goresan, yah kau lumayan bergulat dengan kasar sepertinya. Tidak ada yang patah atau yang harus dioperasi. Secara fisik, kau baik-baik saja. Bukan luka yang sangat serius, hanya butuh beberapa perawatan kecil.” Serunya menjelaskan. Aku mengangguk pelan.

“Hah. Kau benar, hanya perawatan kecil. Lukaku kan cepat sembuh.”

Moonlight Shading

650

Page 388: Moonlight shading 2

Gerutuku asal, sembari memperhatikan luka-luka goresan itu.

“Memang sih,” wajah Matthew tampak meringis. “Kau keren sekali punya kemampuan itu. Cukup menghebohkan satu rumah sakit jika tahu kau sembuh cepat sekali.”

“Oh iya. Kau benar.” Sahutku mengerjap.

“Lalu, bagaimana caranya aku kesini?” Tanyaku tiba-tiba. Terasa ngilu dan perih pada luka-luka disekujur tubuhku. Aku meringis. Matthew sesekali mengelus lembut kulitku, walau sebenarnya terasa dingin sekali.

Ia tertawa, “Kami membawamu, Honey.” Sebutannya yang pertama terasa bergetir dihatiku. Matthew tampak puas memanggilku begitu. Aku tersipu malu.

“Oke,lalu apa yang kalian katakan pada dokter?” Tanyaku memaksa. Matthew tergelak.

Moonlight Shading

651

Page 389: Moonlight shading 2

“He – eh, kami bilang kau tergelincir dari tebing. Kau sedang berjalan-jalan tapi karena tidak melihat ada sebuah batu kau tersandung dan beginilah keadaanmu.” Ia terkekeh saat menceritakan hal bohong itu padaku. “Tentu saja, jika kau jatuh dari tebing bukan luka-luka ringan seperti ini yang kau dapatkan, malah lebih parah.” Tatapan matanya, genggaman tangannya dan sentuhan dinginnya masih kurasakan, aku merasa tenang sekarang, begitu damai dan tentram.

“Jika aku bukan pembasmi pasti aku akan mati.” Sergahku dengan menerawang jauh sekali. Matthew menyeringai.

“Tentu saja, kau jauh lebih kuat daripada itu. Lihat saja, hanya luka goresan saja. Dan yang terparah beberapa gigitan di lehermu. Kami bilang kau sempat tergores dahan pohon dan tertusuk ranting pohon.” Ungkapnya.

Aku tergelak. Tergores dahan pohon? Ranting pohon? – aku meringis dalam hati.

Moonlight Shading

652

Page 390: Moonlight shading 2

Tak bisa ku bayangkan jika aku benar-benar manusia, bagaimana bisa tenang aku terkena goresan dahan pohon yang membuat luka di sekujur tubuhku. Terlebih lagi di bagian leherku. Kusentuh sekilas bekas gigitan vampire busuk itu. Tertutup rapat. Agak kasar dan menonjol.

“Oh, luka itu. Aku tidak tahu pastinya, hanya Lionel dan Camille yang tidak bingung, jelas mereka kan kenal banyak pembasmi. Tapi tidak dengan Julia. Dia kan yang mengeluarkan racunnya, jelas dia shock.” Ungkap Matthew, masam. Aku ingat saat Julia terus menerus mengoceh tentang gigitan ini bahkan tentang aku yang cuek akan racunnya yang menjalari tubuhku.

“Ternyata menjadi pembasmi sama dengan tidak normal rupanya. Kemampuan cepat sembuh ini, memang keren, tapi lama-lama menyeramkan. Kalau kau tadi bersamaku dan Julia, berani bertaruh, kau akan sama terkejutnya.”

Moonlight Shading

653

Page 391: Moonlight shading 2

Jawabku, meringis. Matthew mengangkat bahunya.

“Pasti. Julia saja masih bingung. Sebenarnya kelebihanmu itu adalah sesuatu yang bisa dianggap alami, bagi jenismu.” Gumamnya, “Tapi tidak untuk vampir.”

“Yah, kalian kan batu. Mana ada yang bisa melukai batu.” Setujuku, menggerutu dengan tawa kecil. Matthew tidak tersinggung, justru tertawa geli mendengarnya.

Mungkin benar, inilah kehidupan yang memang harus aku jalani, kehidupan normal hanya sebagai suatu pilihan sampingan agar aku terlihat normal. Menjadi pembasmi muda dengan segala bahaya dan terlebih lagi hal-hal aneh dalam diriku, jelas tidak sepenuhnya keren dan menyeramkan. Tapi, keren atau menyeramkan, dua hal tersebut akan selalu menjadi bagian dari diriku – seorang pembasmi.

Moonlight Shading

654

Page 392: Moonlight shading 2

“Bagaimana dengan Dad?” Tanyaku, akhirnya. Mom belum menceritakan keadaannya dengan detail. Bibirnya mengerucut, ia terlihat sedang berpikir.

“Well, sekarang ia sudah sadar, tapi tidak benar-benar sadar, setidaknya sudah stabil. Tidak ada lagi operasi, hanya kakinya saja yang sekarang terpasang oleh gips. Lionel bilang jika hari ini ia bisa bertahan dengan kondisinya sekarang, maka besok kita bisa tertawa dengannya.” Ungkap Matthew. Tenang.

“Lalu bagaimana ini bisa terjadi? Apakah ini ada kaitannya dengan kematian vampire-vampir itu?” Tanyaku, penasaran. Matthew terdiam sesaat.

“Tentu saja. Jantung Philip terguncang, bisa kau sebut begitu. Itu terjadi akibat tekanan vampire kepada mangsanya. Racun yang sudah tersebar menjadi alasan juga mengapa ia koma, racunnya tersebar hampir keseluruh bagian tubuhnya. Dan tenang saja, Lionel sudah menyelesaikannya.” Aku menghela

Moonlight Shading

655

Page 393: Moonlight shading 2

nafasku, memejamkan mataku dan berpikir.

“Aku berhasil membunuh vampire-vampir itu dan begitu aku telah membunuhnya maka kehidupan Dad kembali normal. Maksudku, ia tidak lagi koma. Begitu kan?” Aku berusaha untuk mencerna penjelasan Matthew. Dan ia tertawa.

“Benar sekali. Begitulah teorinya.” Serunya, “Jika mangsa lolos dari pemangsa, maka hidupnya masih milik sang pemangsa. Dan jika sang pemangsanya lenyap, maka hidupnya kembali.”

“Bagus kalau begitu.” Aku mengerti. Aku memandang langit-langit diatasku. Tangannya masih menyentuhku, matanya masih memandangiku. “Semakin lengkap saja teori aneh para vampire. Secara akal normal, mana bisa begitu.”

“Sedikit ada kaitannya, sih.” Sergah Matthew lemah. “Karena, dalam diri Philip

Moonlight Shading

656

Page 394: Moonlight shading 2

sudah mengalir racun vampire. Dan dengan lolosnya dia dari ancaman vampire, jelas racun milik vampire itu akan berkaitan dengan si vampire. Itulah sebabnya, membunuh vampirnya, adalah pilihan tepat.” Suaranya cepat sekali, tapi jelas olehku.

“Yeah. Mengerti.” Aku hanya bisa berkata itu saja. Sedikit enggan bicarakan hal-hal aneh lainnya dari para vampire.

“Victoria, bisa tidak kalau kau tidak membawa dirimu dalam bahaya? Aku takut sekali.” Matthew terlihat cemas sekarang. Ia bahkan tampak tidak senang dengan ucapannya.

Aku kembali memandanginya, wajahnya nanar, penuh pengharapan dan cinta. “Bagaimana jika kukoreksi? Jika aku ingin membahayakan diriku, aku janji aku akan membawamu bersamaku. Aku juga takut melakukannya sendiri.” Suaraku tercekat, mataku berlinang. Sesaat perasaan takut yang kurasakan saat melawan vampire-vampir itu terngiang

Moonlight Shading

657

Page 395: Moonlight shading 2

dikepalaku, berputar-putar dan bersuara. Ia mengelak permintaanku dan kembali memohon.

“Aku tidak suka dirimu jika menjadi pembasmi.” Seru Matthew. Sikapnya kini kembali menjadi Tuan Pengatur.

“Kenapa? Bukankah aku tampak sama dengan kalian?”

“Yeah, itu benar. Tapi tatapan matamu berbeda, tidak lembut, kasar dan tidak ada aku di matamu. Kau sangat berbeda, tidak ada kelembutan, sikapmu jauh dari batas normal dan ramah.” Bantah Matthew.

“Benarkah?” Aku mendesah. Alisku terangkat. Aku kembali memandangi langit-langit diatas kepalaku. Berpikir apa yang akan aku katakan kali ini. Aku tidak ingin menyakitinya, tidak ingin kehilangannya tapi jika yang terbaik ini adalah hal terburuk yang selama ini kutakutkan, maka aku harus menerimanya.

Moonlight Shading

658

Page 396: Moonlight shading 2

“Kalau begitu kau harus professional jika menjadi patnerku.” Aku memandanginya dengan pandangan datar, ia tertawa, alisnya bertaut, mulutnya mengerucut dan dahinya mengkerut.

“Aku tidak ingin kehilanganmu. Sungguh, tidak ingin sekalipun aku jauh darimu.” Ungkap Matthew lirih, indah sekali mendenngarnya.

“Kalau begitu jangan. Kau bilang kau mau mencobanya, kau bilang kau tidak akan menyakitiku. Jadi kumohon, jangan bicarakan hal ini lagi.” Pintaku. Genggaman tangannya kuat, matanya masih lembut, rahangnya mengeras.

Aku akui aku juga tidak ingin kehilangan dia, aku ingin tetap bersamanya walau kami tidak boleh bersama. “Inilah takdir yang pernah kukatakan, inilah ketakutan yang pernah kubicarakan padamu. Sekarang kau menyesal?” Aku menatapnya sekarang, begitu jelas sekali bukan tatapan sayang

Moonlight Shading

659

Page 397: Moonlight shading 2

yang kuberikan melainkan tatapan tegas. Ia menundukkan kepalanya.

“Baiklah, jika ini takdir aku tidak akan membicarakannya lagi. Aku tidak akan mengungkitnya lagi.” Janjinya. Ia mendongakkan kepalanya, matanya masih lembut, senyumnya tersungging manis diwajahnya.

Harus kuakui, setiap tatapan mataku adalah tentang dia, setiap hembusan nafasku adalah tentang dia, setiap pikiranku adalah tentang dia, setiap detak jantungku adalah tentang dia dan setiap mimpiku adalah tentang dia.

Tak pernah aku luput mengingatnya, setiap detik, setiap menit, setiap jam dan setiap hari hanya dialah yang aku inginkan untuk kutatap, kulihat, kusentuh dan kukecup.

“Sebaiknya kita bicarakan nanti saja, setelah kau sehat. Dua hari lagi kau akan pulang, lukamu tidak terlalu parah. Sekarang kau bisa istirahatkan? Kumohon

Moonlight Shading

660

Page 398: Moonlight shading 2

kali ini menurutlah.” Pintanya. Lembut dan tenang. Mana mungkin aku tidak menurut. Aku harus kembali sehat.

Aku menggelengkan kepalaku, tidak ingin melepaskan sentuhannya yang hangat tapi dingin ini, tidak ingin tidak menatap matanya.

Dan sayangnya mataku tiba-tiba tertutup perlahan, ternyata seorang perawat membiusku secara manual melalui tabung infusku, aku sedikit geram tapi tak berdaya karena rasa kantuk yang teramat sangat mulai menderaku dan akhirnya mataku tertutup.

Dua hari kemudian aku keluar dari rumah sakit, Dad masih dirawat. Aku sudah melihat lagi senyum manisnya, tawanya, candanya dan tegap badannya yang tergeletak tak berdaya di atas kasur rumah sakit. Ia selalu tersenyum melihatku, memelukku erat dengan posisi nyamannya dan menyentuh wajahku dengan lembut.

Moonlight Shading

661

Page 399: Moonlight shading 2

Julia menceritakan tentang apa yang terjadi sebelum akhirnya mereka menemukanku dihutan, ia tidak bisa melihat bayanganku dalam pikirannya, ia hanya melihat warna hitam yang selalu menerawang setiap ia mencoba memikirkanku, menerawangiku.

Dad terlihat lebih kurus dari yang terakhir kali. Sekarang Dad harus banyak istirahat karena kakinya belum bisa digerakkan, Dad masih menggunakan kursi roda.

Beberapa kawannya di kantor polisi menjenguknya, setiap hari rumah sakit ramai karena banyak yang menjenguknya. Bahkan kedua orangtua Alec juga datang dan teman-teman yang lainnya.

Dad berhasil melawan maut yang mencengkramnya, dan aku berhasil melawan vampire-vampir itu dan membunuhnya – inilah babak baru dalam kehidupan baru kami, memulainya dan menjaganya agar tetap bahagia.

Moonlight Shading

662

Page 400: Moonlight shading 2

Kembali aku melihat tawanya yang menawan, suaranya yang menenangkanku dan tatapan matanya yang penuh cinta. Aku bersyukur Dad tidak merasa ini semua adalah kesalahannya, karena memang bukan.

Aku menceritakan pada Dad apa yang sebenarnya orang-orang tahu mengenai perisiwa ini. Mereka mengetahuinya bahwa Dad sedang menelusuri hutan sendirian, mencari jejak-jejak yang ada di museum. Lalu karena Dad masuk kebagian dalam hutan hingga tidak sadar didalam terdapat beruang yang akan memangsanya, jadilah Dad dimangsa beruang-beruanga itu, dan terkapar seperti ini. Dad mengiris, tubuhnya kaku mendengar ceritaku tapi tak satupun dibantahnya – ia mengerti karena apa yang terjadi bukanlah hal mudah yang diungkapkan pada orang banyak.

Mom mengakui dirinya sangat marah padaku, begitu juga Dad tapi mereka tidak menghukumku karena tindakan yang

Moonlight Shading

663

Page 401: Moonlight shading 2

ceroboh ini telah menghidupkan kembali Dad yang kusayangi ini. Walau sulit untuk mendapatkan pengertian dari mereka, tapi aku yakin mereka mengerti ini tidak mudah untukku.

Dilain pihak aku menginginkan hidup normal, merasakan kasih sayang dari manusia, hidup tanpa beban berat dan tanggung jawab seperti ini. Tapi dilain pihak, inilah suratan takdir untukku. Takdir yang membawaku pada kehidupan yang penuh dengan bahaya dan mungkin akan membahayakan orang lain.

Tapi di kehidupanku dimana takdir berkata lain ini, membuatku takut untuk membunuh, aku takut tidak akan sanggup melakukannya padahal ini adalah tanggung jawabku. Tercekik dengan peraturan abstrak membuatku meragukan tindakan yang benar dan yang baik.

Dan Matthew, anugerah terindah yang pernah kulihat ini bisa jadi milikku, bisa jadi memang takdirku bersamanya walau kami terhalang tembok besar. Dan

Moonlight Shading

664

Page 402: Moonlight shading 2

bisa jadi tidak akan pernah menjadi milikku. Menerawang seperti ini membuatku kembali bimbang, seandainya kami memiliki pilihan lain pastilah kami memilih menjadi manusia, tapi sayang hanya ada didalam dongeng-dongeng saja jika keajaiban itu terjadi.

Keluarga Lomax sangat baik, setelah beberapa minggu Dad dirawat di rumah sakit, Camille dan Lionel menerimanya untuk rawat intesif di rumah. Seperti mengecek kesehatannya, melakukan terapi jalan dan lainnya. Camille dan Julia juga semakin akrab denganku, begitu juga Lucca. Mereka sangat lembut dan baik, perhatiannya kepada orangtuaku juga begitu kuhargai. Hingga detik ini aku dan Evelyn belum sekalipun berbicara – sejak peristiwa bertengkarnya Matthew dengan Evelyn.

Setiap bertemu tatapan matanya yang tajam dan jutek selalu membuat bulu kudukku berdiri, membuat tubuhku merinding, merasakan semua ini adalah

Moonlight Shading

665

Page 403: Moonlight shading 2

kesalahanku. Kata-katanya pun masih jelas dikepalaku.

Matthew tidak pernah lagi membahas masalah ini denganku, karena aku memang tidak ingin membicarakannya. Ia sangat menyayangi kakaknya dan saudaranya, Joan, tapi ia tidak suka dengan sikapnya yang terang-terangan mengangkat bendera kebencian padaku. Selama aku menghabiskan waktu di rumah Lionel – karena menemani Dad terapi dan berobat dengan Camille, Matthew selalu menghabiskan waktunya denganku.

Bisa dikatakan hubungan kami semakin dekat, tidak dirumahku, tidak dirumah Lomax dan tentunya di sekolah Mathhew dan aku selalu bersama, seperti sepasang kekasih yang tidak bisa dipisahkan. Aku belum pernah sekalipun mengatakan cinta padanya, karena itu adalah hal yang paling sensitif untukku – dan penuh perhitungan yang masih menjadi pikiranku.

Moonlight Shading

666

Page 404: Moonlight shading 2

Siang itu saat aku sedang menemani Dad dan Mom dirumah, sedang menonton acara favorit Dad, Matthew mengahampiriku. Wajahnya penuh dengan senyuman – membuat Mom berseri-seri bahagia saat melihat tubuh tinggi dan wajah tampannya mendekatinya. Ia meminta pada Dad dan Mom untuk mengajakku jalan-jalan.

“Basket?” Dahi Dad berkerut, matanya menyipit tubuhnya menegang lalu memandangiku penuh tanya. Aku mengangkat bahuku.

“Kalian sekeluarga, bermain basket? Dengan putriku?” nada Dad bingung.

“Yeah, Philip. Kami senang berolahraga, Lionel mengundangnya.” Matthew terdengar bersemangat sekali. Dan tatapan dingin Dad begitu menyiksaku, begitu dingin dan tajam. Aku meringis.

Dad terdiam, berpikir dan menimbang-nimbang tentang sikap baikku

Moonlight Shading

667

Page 405: Moonlight shading 2

belakangan ini – perkiraanku. Dan mungkin Dad masih bingung, vampire sekeluarga ini benar-benar hidup normal dan berolahraga.

“Well, jika Dad tidak memperbolahkannya...” Suaraku tertahan dengan tatapan mata yang memandangiku tanpa bisa kutebak arti dibalik tatapannya. “Aku akan tetap disini..” Dan Mom membelaku.

“Tidak, kau ikutlah dengan Matthew. Kurasa Lionel dan Camille senang melihatmu. Pergilah, Dear.” Mom tersenyum girang, Dad mengerang tapi tidak melarangku.

“Baiklah, kau boleh pergi.. Tapi..” Jari telunjukknya berdiri tegap menghadapku. “Kau harus segera pulang, mulai sekarang jam malam akan ditertibkan.” Dan Dad menyerah, ia mengijinkanku dengan syarat yang baru saja dibuatnya. Aku agak jengkel tapi tidak membuatku menyerah untuk malam ini.

Moonlight Shading

668

Page 406: Moonlight shading 2

Mobilnya melewati jalanan yang asing bagiku. Kali ini Matthew membawa dengan lembut. Derah yang asing bagiku terlihat bagai sesuatu yang gelap dan menyeramkan.

Begitu rimbun dengan pohon-pohon tinggi, pemandangan yang menyeramkan dan suasana dingin yang mencengkramkanku. Tatapan matanya yang lembut begitu tajam memandangi jalanan, begitu lurus dan tidak memandangiku.

Sebelah tangannya meraih tanganku dalam genggaman tangannya, sebelah lagi menyetir dan terlihat begitu mudah baginya. Porschenya tidak melaju dengan cepat, melaju dengan begitu anggun seperti langkahnya yang tidak akan terdengar walau langkahnya sangat nyaring sekalipun.

“Kau memang tidak mudah menyerah ya.” Aku memecahkan keheningan, alisnya bertaut tapi tetap tidak memandangiku. Reaksinya begitu tenang.

Moonlight Shading

669

Page 407: Moonlight shading 2

“Tentu tidak, dan bahkan tidak akan pernah.” Ujar Matthew bangga pada dirinya. Sentuhan tangannya yang dingin membuatku mengerang, ia melonggarkan genggamannya tapi masih menyentuh tanganku. “Kau akan tetap bersamaku.”

“Tidak tanpa restu orangtuaku.” Tukasku.

“Itu gampang.”

“Tapi tidak dengan Evelyn.” Imbuhku menyerang Matthew. Dan ia tertawa.

“Sejak kapan ia menjadi masalah bagiku. Walau harus kuakui, ia tidak menyukaimu tapi itu tidak mengubah prinsipku untuk mendapatkanmu.” Ia benar-benar serius, tak sekalipun kulihat wajahnya menegang saat aku mengungkit kembali masalah yang selalu menjadi pikiran utamaku.

“Kalau begitu tentang keluargaku yang ada di Italia, mereka pasti tidak setuju.” Gertakku. Matthew diam sesaat.

Moonlight Shading

670

Page 408: Moonlight shading 2

“Memang, ada kemungkinan sih.” Suaranya bergumam pelan sendiri. Aku tergelak. Matthew bahkan tidak terlihat khawatir, sangat siap dengan apa yang harus dihadapinya dengan keluarga kandungku.

“Mereka, keluarga kandungmu, sudah pasti marah besar. Aku yakin itu.” Serunya menambahkan. Tak terlihat Matthew gusar dengan ucapannya. Tenang dan normal.

“Tapi bukan masalah. Aku bisa memikirkan sesuatu untuk bisa membuat mereka bisa menerima hubungan ini.” Imbuhnya, berjanji. Tetap tenang dan santai. Aku tergelak. Matthew tahu dan sadar apa yang dihadapinya dan siapa mereka. Tapi dia tetap tenang dan santai.

“Dan itu artinya, tidak berjalan lancar, kan?” Seruku, membuatnya gusar. Mobilnya terhenti pada suatu tempat yang gelap tapi terlihat cahaya yang menyinari di dalamnya. Ia tidak menjawab pertanyaanku yang terakhir, tidak ada yang berubah dengan wajahnya, masih

Moonlight Shading

671

Page 409: Moonlight shading 2

lembut dan tenang. Hingga saat membukakan pintu untukku dan meraihku dalam rangkulannya.

“Masalah itu tidak seharusnya kita pikirkan sekarang. Itu urusan belakang.” Elaknya santai. Aku mengerang saat ia mencoba menjawab pertanyaanku yang terakhir, kapanpun masalah datang tetap saja masalah bagiku. Tapi tidak dengan Matthew.

“Tidak bisa begitu.” Aku melepaskan rangkulannya, “Ini tetap masalah, kau tidak bisa menganggap enteng. Bayangkan apa yang akan terjadi.”

“Tentu saja ini memang masalah, tapi apa kau tahu dengan jelas apa masalahnya itu?” Ia menatapku, matanya menyipit dan memalingkan wajahnya memandangi tanah.

“Tentu tidak. Belum, kurasa. Tapi semuanya harus dipikirkan dari sekarang.” Aku mencoba terus, membuat Matthew berpikiran sama denganku. Menyerah. Dan

Moonlight Shading

672

Page 410: Moonlight shading 2

ia mendongakkan kepalanya memandangiku lembut, punggung tangannya menyentuh wajahku.

“Ketakutanmu tak beralasan.” Ia menarikku dalam pelukkannya, tubuhnya yang keras dan dingin membuatku melembut. Kulihat Lionel dan Camille menghampiri kami, senyum mereka yang merekah indah seperti bungan yang membuka kuncup-kuncupnya. Camille melambaikan tangannya, tubuhnya yang simpal dan kulit putihnya mempesonakanku.

“Kau datang, kukira kau tidak akan datang.” Matanya terarah jelas menatap Matthew, sedikit menyindir dan aku mengerti. Lionel tersenyum melihat ekspresiku.

“Apa kabar?” Lionel memelukku, begitu lembut dan dingin. Terasa aku merindukan sosok bijaksananya.

“Baik, kalian?” Dan tentu saja mereka menertawai aku. Lionel dan Camille

Moonlight Shading

673

Page 411: Moonlight shading 2

menarikku, ia membawaku kesebuah lapangan, lapangan basket yang lengkap dengan ring dan garis lapangannya. Juga lengkap dengan anggota Lomax yang lainnya. Julia tersenyum girang melihat kedatanganku, ia memelukku erat seakan-akan sudah lama tidak melihatku. Lionel memecahkan pikiranku yang sejak awal khawatir dengan Evelyn yang masih saja sinis memandangiku.

“Well, Victoria.. Inilah lapangan basket kami. Dihutan yang gelap ini dan dipenuhi dengan pohon-pohon tinggi, disinilah kami bermain.” Lionel tersenyum, kedua tangannya melebar menebarkan sehingga aku bisa memandangi lapangan basket yang sederhana tapi indah. Joan mendekati Evelyn dan memberi aba-aba pada Julia.

“Mulai.” Julia berteriak, saat matanya menatap langit yang mendung, tubuhnya mendekati Joan. Sekarang Julia dan Joan adalah satu tim, sedangkan Evelyn dan Lucca juga satu tim. Sisanya adalah wasit.

Moonlight Shading

674

Page 412: Moonlight shading 2

Mereka bermain secara bergantian, dan menunggu giliran.

Evelyn bermain dengan elok, tubuh simpalnya dan rambutnya yang terikat seperti ekor kuda membuatnya tampak percaya diri. Ia sudah memasukkan empat bola, sedangkan Joan satu dan Julia dua. Permainan berlangsung dengan sangat sengit, terlihat jelas Joan yang ingin mengalahkan Evelyn, tapi gerakkannya dapat dibaca. Beberapa kali Joan terjatuh karena gerakkan dan taktiknya begitu mudah bagi Evelyn.

“Street basket?” Aku memandangi Lionel dan Camille bergantian. Dan mereka tertawa. “Kalian bermain street basket? Serius?”

“Tentu saja, ini menyenangkan. Menggunakan setengah lapangan resmi dan mengabaikan semua aturan-aturan resmi sangat cocok untuk kami.” Tatapan lembut Lionel mengejutkanku, melihat sosoknya yang bijaksana dan lembut saat

Moonlight Shading

675

Page 413: Moonlight shading 2

menjadi dokter di lapangan basket pasti begitu indah.

Dan benar saja, dengan tidak adanya aturan maka cara apapun akan dihalalkan walau itu juga harus mendorong lawan. Dan itulah yang membuat mereka merasa street basketlah yang cocok dengan mereka, tubuh-tubuh yang besar dan tegap saling bertabrakkan, kekuatan yang sangat besar serta kuat membuat mereka semakin ingin menjatuhkan lawan.

“Kau harus mencobanya, Victoria. Ini menyenangkan.” Dan Camille menimpalinya, terdengar antusias sekali. Camille dan aku masih memandangi permainan Evelyn, Joan, Julia dan Lucca. Sayangnya tim yang kujagokan kalah, sebenarnya aku melihat ia bukannya kalah tapi mengalah karena Evelyn dan tampaknya Evelyn tidak menyukainya.

“Jangan lakukan itu lagi, sportiflah, Joan.” Suaranya terdengar marah tapi lembut pada Joan. Matthew menghampiri Joan, tubuhnya yang tegap dan tinggi

Moonlight Shading

676

Page 414: Moonlight shading 2

bermain basket? Aku pasti bermimpi. Ia menantang Joan bermain satu lawan satu.

“Tentu saja.” Dan Joan menerimanya, senyumnya begitu lebar dan bersemangat.

Bola pertama menjadi milik Matthew, ia berhasil memasukkan satu bola kedalam ring, tapi wajah Joan tidak sekalipun tampak kesal karena ringnya berhasil dimasukki bola lawan. Joan melakukan aksinya, lebih garang, lebih kuat dan lebih kasar.

Tapi Matthew malah tertawa, ia begitu menikmati pertandingan sengit dilapangan basket dengan Joan tanpa khawatir ia akan terluka – walau kenyataannya itu memang tidak perlu. Mereka sama-sama besar, sama-sama kuat dan sama-sama bersemangat.

Julia, Lucca dan Evelyn yang tadi bermain bersama, menepi ke pinggiran lapangan. Memperhatikan permainan Joan dan Matthew. Permainan keduanya sangat

Moonlight Shading

677

Page 415: Moonlight shading 2

bagus. Cepat dan gesit. Sulit melihat gerakan bola dan juga gerakan keduanya.

Sebenarnya, tidak seperti melihat permainan basket. Melainkan seperti melihat adegan perkelahian anak-anak brutal. Cukup keras dan kasar, ala vampire.

Julia memekik tajam pada siapapun yang memasukkan bola. Dan itu pertanda bahwa Matthew-lah yang Julia dukung. Matthew sangat ahli dan bahkan sangat antusias bermainnya. Sedikit membuat Joan meringis kesal dan menggerutu memaki.

Lucca, Lionel dan Camille adalah pendukung netral. Siapapun yang menguasai bola, pasti akan diteriaki namanya dan didukung. Dan tetap tidak membuat Joan merasa perlu berbangga hati. Justru, Joan terlihat kesal sekali.

Matthew benar-benar berniat membuat luka atau malah ingin sekali mengalahkan Joan, dan tentu saja itu

Moonlight Shading

678

Page 416: Moonlight shading 2

membuat Evelyn geram. Ia selalu melayangkan pandangan tak bersahabatnya padaku. Dan benar saja, Matthew berhasil mengalahkan Joan dengan telak, sepuluh lawan dua.

“Kau benar-benar curang.” Erang Joan kesal.

“Ingat, tidak ada aturan, Joan.” Sergah Matthew, benar. Dan wajah mereka sama-sama tertawa. Tubuh mereka tidak mengeluarkan keringat deras, mereka kelelahan tapi tidak seperti aku, masih tetap tegap dan kuat. Matthew mendekatiku, tangannya kembali merangkulku dan tersenyum.

“Ini adalah kemenangan pertamaku.” Ia berbisik padaku. Tubuh kami sangat dekat hingga tidak ada jarak. Dan saat itulah Evelyn mendekatiku, ia menatapku garang dan penuh emosi.

“Matt, jika kau tidak keberatan. Boleh aku mengajak pacarmu bermain?” Tatapannya tidak beralih pada Matthew,

Moonlight Shading

679

Page 417: Moonlight shading 2

masih menatapku garang. Sesaat aku dan Matthew saling berpandangan kaku dan aku mulai ketakutan, sedikit beringsutan.

“Tentu saja.” Jawabku penuh keyakinan, cukup membingungkan. Langkah lembutnya membawanya ke tengah lapangan ia berdiri tepat ditengah lapangan dan memegangi bola. Matthew menatapku khawatir.

“Victoria.. Jangan..” Ia berusaha meraih tanganku.

“Sudahlah, terlambat kau menyesalinya.” Dan aku mengelak tangannya. Wajahnya mengkhawatirkanku, aku tahu Evelyn geram karena Matthew berhasil mengalahkan Joan dan ia ingin mengalahkanku, dan aku terjebak dalam taktiknya.

“Siap, Miss Victoria?” Nada sindiran Evelyn memacu adrenalinku. Aku terpancing oleh Evelyn.

“Tentu, kapan saja.” Dan aku semakin bersemangat.evelyn tampak

Moonlight Shading

680

Page 418: Moonlight shading 2

gusar lalu kembali tenang dan santai seperti pertama kali mengajakku sebelumnya.

Evelyn benar-benar menghabisiku. Ia sudah memasukkan bola kering sebanyak enam kali dan aku baru tiga kali. Tubuh kami sama kuat, tapi aku memiliki batas kelemahan dalam berolahraga dan sialnya olahraga yang kumainkan sekarang adalah olahraga yang paling kubenci. Tapi, Evelyn sangat berbakat. Seakan-akan basket adalah olahraga kesukaannya. Gerakannya sama sekali cepat. Dan tidak terduga, bagaimana bola bisa masuk ke ring. Untungnya tidak ada aturan yang mengikatnya, sehingga aku tidak terlihat seperti manusia bodoh.

“Sial.” Geramku, dan Evelyn semakin garang.

Gerakkannya begitu lincah, anggun dan tak bisa dibaca olehku yang bukan vampire. Langkahku begitu lamban karena kelelahan, walau lelah aku berusaha untuk tidak terlihat tapi sepertinya ia

Moonlight Shading

681

Page 419: Moonlight shading 2

mengetahuinya. Ia bisa membaca semua gerak-gerikku. Aku tidak bisa merubah fisikku seperti mereka, butuh kekuatan besar, karena tubuh vampireku akan terlihat hanya saat aku benar-benar melawan vampire jahat, bukan Evelyn yang sedang bersemangat untuk mengalahkanku di lapangan basket.

Bola terlempar begitu kuat terbang dari tangan Evelyn, aku tidak bisa melihatnya dengan jelas kearah mana bola itu terbang dan akan mendarat. Penglihatanku samar-samar karena sinar matahari menghalangi dan sepertinya bola menghampiriku. Aku menyipitkan mataku, mencoba melihat arah bola akan mendarat, tapi nihil.

Bolanya sudah mendarat mengenai kepalaku dengan benturan keras. Keras sekali, seperti benturan kepala ke dinding rumah. Aku terjatuh, terbaring ditanah dan terkapar. Aku hanya bisa mendengarkan suara-suara merdu dan berdendang manis, semua suara itu penuh kekhawatiran,

Moonlight Shading

682

Page 420: Moonlight shading 2

dengan wajah cemas mereka yang sempat aku lihat sekilas.

“Victoria, Victoria, kau baik-baik saja.” Sentuhan dingin, suara merdu khas wanita dan tubuhnya dimataku yang samar-samar membuatku tidak bisa menebaknya. Aku hanya bisa mengerang. Seseorang mengangkat tubuhku, ia memelukku, tubuhnya keras dan dingin, dan tetap saja aku tidak bisa melihatnya.

“Victoria, Victoria, bangunlah.” Kali ini suara laki-laki, begitu lantang, sentuhannya begitu dingin dan lembut. Aku beberapa kali mendesah tapi tidak tahu apa yang aku katakan. “Victoria, bangunlah, kumohon.” Saat itulah aku melihatnya, masih samar-samar tapi tetap bisa terlihat, wajah Matthew yang khawatir berada tepat diatasku, penuh dengan kekhawatiran dan ketakutan.

“Victoria, kau baik-baik saja.” Dan aku berusaha menggelengkan kepalaku. Ia mencoba meraihku dalam pelukkannya dan mendudukkanku pelan-pelan sekali.

Moonlight Shading

683

Page 421: Moonlight shading 2

Saat itulah aku mendengar suara Joan yang lantang dan jelas di telinganku berteriak pada seseorang. Evelyn. Pujaan hatinya.

“Apa yang kau lakukan? Kenapa kau begitu membencinya? Jangan kasar, Eve.” Pekik Joan. Joan tampak tidak senang sekarang. Terlihat Joan berada di pihakku.

“Aku tidak membencinya, ini hanya permainan Joan.” Bantah Evelyn lembut. Joan terdiam. Matanya memandangi Evelyn lekat-lekat. Aku masih berusaha membuka mataku lebih lebar. Melihat siapa yang sedang bertengkar hingga aku bisa mendengar dengan jelasnya.

Aku masih pusing akibat benturan hebat bola basket. Aku sedikit berkunang-kunang. Mataku masih mengawasi suara yang sedang bertengkar.

Suara wanita, seorang wanita dengan suara tegasnya sedang bertengkar hebat dengan Joan. Evelyn.

Moonlight Shading

684

Page 422: Moonlight shading 2

“Tapi itu berbahaya, Eve.” Dan Joan tetap lembut walau ia tidak menyukai cara Evelyn memperlakukanku seperti tadi di lapangan.

Aku memalingkan wajahku menghadap Matthew yang masih memandangiku penuh was-was. Aku berusaha menyeringai.

“Matt, aku baik-baik saja.” Suaraku parau dan serak, tertahan dan tak jelas. “Sungguh. Aku baik-baik saja. Matthew?” aku mencoba menenangkan Matthew. Lucca memberiku segelas air, dan aku meminumnya. Kulihat Lionel, Camille, Julia dan Lucca mengkhawatirkanku, mereka tampak senang melihatku bisa memandangi mereka.

“Eve, kau terlalu kasar, Sayang.” Tegur Camille, suara lembutnya membuatku sedikit melirik Evelyn.

“Maaf.” Evelyn mencoba membuat suasana tenang. “Itu hanya permainan. Sedikit memanas, kurasa perlu. Tapi, tidak

Moonlight Shading

685

Page 423: Moonlight shading 2

bermaksud sampai begitu.” Evelyn mencoba membela diri.

“Itu tetap berbahaya, Evelyn.” Lucca mencoba lembut. “Kau harus control emosimu. Jangan terlalu menjadikan basket sebagi pelarian.”

“Jangan berasumsi salah, Luc.” Bantah Evelyn sinis. “Sungguh, maaf sekali.” Evelyn memasang wajah menyesal. Aku mencoba menyeringai.

“Tidak apa-apa. Sungguh.” Aku menjawabnya dengan sedikit cengiran. Evelyn tetap bersikap dingin padaku – aneh.

“Victoria, kau yakin sudah baikkan?” Suara Julia membuatku tenang, terdengar seperti sedang menyanyikan sebuah lagu untukku. Aku memandanginya yang menunduk didepanku. Wajahnya cemas sekali.

“Aku baik-baik saja, oke?” aku berusaha keras membuat semuanya – kecuali Joan dan Evelyn, sibuk bertengkar –

Moonlight Shading

686

Page 424: Moonlight shading 2

tenang dan lega. “Hanya bola basket. Tidak serius. Aku juga tidak merasa gegar otak. Ingat semuanya malah.”

“Hentikan.” Matthew tampak tidak setuju.

“Benturannya keras sekali. Itu cukup membuat kepalamu pecah.” Nadanya marah, tidak padaku sih sebenarnya. Tapi, sikapnya sangat tidak suka dengan usahaku menenangkan diri dan yang lainnya.

“Jika aku manusia, ya. Pasti berdarah-darah.” Aku malah menambahkan dengan nada bercanda, Matthew semakin mengerang. Aku berusaha untuk menenangkan diriku dengan tidak memperhatikan Joan dan Evelyn yang sedang bertengkar.

“Itu tidak lucu. Jangan membuatnya sebagai lelucon.” Matthew semakin marah padaku.

“Tapi aku memang…” aku langsung terhenti.

Moonlight Shading

687

Page 425: Moonlight shading 2

Matthew langsung mengeram marah. Suara geramannya lantang sekali. Gemeretak giginya kuat sekali. Tangannya mengepal kuat.

“Matt, berhentilah bersikap kalap. Itu tidak baik, Nak. Dia saudarimu.” Lionel menenangkan Matthew yang kalap. Menyentuh bahu dan mengguncangkannya. Wajahnya tampak kesal dengan Evelyn. Rahangnya mengatup rapat.

“Joan, bawa Evelyn menjauh. Selama beberapa waktu, kurasa.” Perintah Lionel. Aku tidak memperhatikan Joan dan Evelyn sedang apa, hanya sibuk memandangi wajah Matthew yang siap menerkam Evelyn, pikirku.

“Matthew, aku baik-baik saja. Oke? Tenanglah.” Aku menarik tubuhnya, membuat matanya memandangiku, mengalihkan emosi marahnya. Menyakinkannya. Matthew akhirnya bisa tenang.

Moonlight Shading

688

Page 426: Moonlight shading 2

“Sebaiknya kau kubawa pulang saja.” Suaranya masih dingin. Dengan cepat, Matthew merangkulku untuk memapahku berjalan, karena kepalaku masih pusing dan membawaku menjauh dari lapangan basket, untuk pulang kerumah.

Aku tahu semuanya juga sudah mengetahuinya, ia menantangku untuk membalaskan kekalahan Joan terhadap Matthew. Dan itu berdampak buruk dengan sikap Matthew pada Evelyn. Ia tidak sekalipun menyapa atau membiarkan Evelyn berbicara padanya, selama beberapa waktu.

Epilog

Pesta

Moonlight Shading

689

Page 427: Moonlight shading 2

Petang ini di gedung serba guna Townsville akan diadakan pesta kesembuhan Dad dari kesengsaraannya selama sebulan lebih ia bertarung dengan maut. Lionel dan semua teman Dad mengusulkan untuk mengadakan perayaan besar-besaran, sebenarnya Dad tidak suka tapi karena semua teman Dad memaksanya maka ia tidak bisa menghalanginya. Dan untungnya biaya itu tidak dikeluarkan dari saku kami.

Keluarga Sanders dan yang lainnya mengadakan sumbangan dana, termasuk kami dan keluarga Lomax dan hasilnya cukup mengejutkan – banyak sekali yang antusias dengan kegiatan ini.

Aku membayangkan diriku dalam sebuah pesta yang terbilang resmi, dalam balutan gaun yang indah, menawan dan mahal, minuman anggur, sampange, alunan lagu klasik, orang-orang yang menghadiri pesta, dan dansa – ini membuatku hampir gila. Tidak sekalipun aku menghadirkan pesta resmi – kecuali

Moonlight Shading

690

Page 428: Moonlight shading 2

promnite yang akhirnya tidak juga aku datangi. Aku panic dan bingung, Dad meminta kami semua hadir.

Aku sedang mondar-mandir dalam ruangan. Berbalutkan gaun indah yang khusus di beli oleh Julia untukku. Aku bahkan tidak bisa menyakinkan diriku bahwa pestanya akan meriah.

“Well, kau tenang saja Victoria.” Julia ceria, tubuh mungilnya menari-nari bahagia waktu kuceritakan kekhawatiranku tentang pesta ini. Aku mendesah.

“Tentu saja tidak, ini bahaya Julia.” Tukasku.

“Tidak sebahaya waktu dihutan. Santailah.” Dan ia tertawa girang. Hanya satu doaku untuknya, semoga ia tidak menyiksaku dengan ide gilanya.

Dan sayangnya itu adalah doa yang salah. Matthew dan Julia membawaku paksa untuk kerumah mereka. Julia sangat antusias membawaku kerumahnya, ia

Moonlight Shading

691

Page 429: Moonlight shading 2

menarik tanganku dengan erat dan kuat hingga aku tidak bisa mengelak, dan Matthew ia hanya bisa tertawa melihat ekspresiku dan tingkah Julia.

Camille dan Julia sangat antusias dengan apa yang mereka lakukan padaku. Camille mendandaniku, Julia meminjamkan aku gaun yang indah – gaun mahal berwarna biru tosca, berlengan pendek dan berenda yang panjangnya selutuku. Aku tidak menyangka mereka sangat menyukai hal-hal yang sangat sensitive bagi wanita. Dan baru kuketahui, vampire juga suka mengadakan pesta – dan itulah alasan mengapa mereka sangat bersemangat waktu tahu aku tidak suka dengan pesta.

“Benarkan, kau cantik.” Gumam Julia. Tertawa puas dan ceria. Camille yang berdiri disebelahnya berwajah sama, bahagia dan senang bukan main. Aku meringis.

Moonlight Shading

692

Page 430: Moonlight shading 2

“Dengar, bukan tidak menghargai, tapi aku tidak suka.” Akuiku. Julia cemberut.

“Jahat.” Gerutunya, masam. Aku merasa bersalah, tapi itu nyata.

“Julia, berpenampilan cantik, dengan gaun dan dandanan itu bukan aku. Kurasa ini berlebihan.” Sergahku. Julia meringis. Camille, menatapku iba – sepertinya tahu bahwa berdandan buka kesukaanku.

“Tapi Matthew akan menyukainya. Pasti. Ayolah, bersemangat.” Rengek Julia. Aku meringis.

“Aku lebih suka Matthew melihatku dalam keadaan biasa. Tidak dengan gaun, make up dan segala-galanya ini. Berlebihan.” Bantahku. Kusentuh rambutku yang di kuncir kepang dibagian tengah kepalaku dan dihiasi pernak-pernik yang tidak kuketahui – sangat aneh. Julia masih berwajah masam – berpura-pura, tepatnya – tapi matanya masih mengawasi diriku.

Moonlight Shading

693

Page 431: Moonlight shading 2

“Sungguh, kau cantik. Lihatlah.” Bisik Julia. Aku mengabaikannya. Kutarik nafasku dalam-dalam lalu ku hembuskan perlahan.

“Hanya malam ini.” Pekikku. Julia melompat kegirangan. Camille tersenyum renyah. Mata Julia berbinar-binar. Brengsek – gerutuku, dalam hati. Sungguh berpesta bukan masalah bagiku, senang malah. Berkenalan dengan banyak orang.

Masalahnya terlihat dari bagaimana berpenampilan dalam pesta. Gaun, make up, rambut yang disangul atau di bentuk macam-macam. Itu yang tidak kusuka. Jika boleh dan sopan, dengan jeans dan t-shirt malah lebih santai. Atau kalau kurang pantas, aku masih senang menggunakan rok. Tapi tentu saja Julia tidak akan setuju.

Pesta sudah dimulai, orang-orang berdatangan. Aku mengerang karena bisa dikatakan semua masyarakat Townsville datang malam ini. Dan aku gugup.

Moonlight Shading

694

Page 432: Moonlight shading 2

“Victoria, ayolah sudah saatnya kita keluar.” Julia menarik tanganku, begitu kuat hingga aku tidak bisa mengelak. Wajahku menegang, tanganku dingin dan jantungku berdetak – bukan karena Matthew tapi karena pesta ini.

“Victoria, kau tegang sekali?” Pekik Julia.

“Tentu saja, Julia. Ini.. Sangat tidak masuk akal.” Bantahku. Sedikit menggertaknya. Julia acuh.

“Apanya?” Julia melepaskan tanganku, kepalanya tertunduk sebelah dan menatapku dari atas hingga kebawah kakiku. “Kau sangat cantik, Victoria.”

“Bukan itu, maksudku pesta ini. Aku tidak pernah menghadiri pesta.” Senyumku meringis, aku menggigit bibir dan Julia tertawa.

“Tenanglah, pesta ini adalah untuk merayakan kembalinya Philip. Ada aku dan Matthew, juga yang lainnya.” Julia berusaha menenangkanku tapi tidak

Moonlight Shading

695

Page 433: Moonlight shading 2

sepenuhnya berhasil. Tubuhku masih gemetar, Julia menarik tanganku dengan lembut, langkahnya sangat pelan menyesuaikan denganku, senyumnya mengembang manis dan indah diwajahnya, ia sangat cantik – memang setiap hari ia cantik tapi malam ini kecantikkannya melebihi hari-hari yang lain.

Tubuh mungilnya berbalutkan gaun berlengan pendek berwarna krem dan celana hitam yang membentuk kaki indahnya. Cantik sekali. Lucca memandanginya penuh bahagia, tatapan lembutnya penuh cinta memandangi Julia. Ia menarik tubuh mungilnya dalam pelukkannya, tersenyum manis dan tertawa.

Kulihat Evelyn dan Joan sedang berdansa. Joan sangat handal sekali, ia memeluk tubuh Evelyn dengan mesra, seakan-akan tidak akan pernah melepaskannya. Tatapan lembut penuh cinta Joan terpancar indah, senyumnya

Moonlight Shading

696

Page 434: Moonlight shading 2

manis dengan tubuh tinggi dan besarnya. Ia menggunakan tuksedo, terlihat lebih tampan dari biasanya, dan Evelyn – cantik luar biasa, seperti Julia malam ini ia terlalu cantik dari biasanya.

Tubuh simpalnya berbalutkan gaun panjang berwarna hitam berkelap-kelip, bagian belakangnya terbuka sehingga kulit putihnya tampak bersinar. Rambut panjangnya tergurai lepas. Aku berusaha untuk tidak menabuh genderang perang padanya malam ini. Aku tidak mau peristiwa di lapangan basket terulang lagi.

Disisi lain Lionel dan Camille sama menawan dan mempesonaku. Lionel menggunakan tuksedo hitam, dan Camile menggunakan gaun hitam panjang seperti Evelyn tapi tidak terbuka. Aku kagum sekali dengan segala kesempurnaan keluarga Lomax yang malam ini sangat memukau. Mereka menjadi pusat perhatian banyak orang, termasuk orangtuaku. Dad dan Mom juga cantik malam ini.

Moonlight Shading

697

Page 435: Moonlight shading 2

Aku menghampiri Mom dan Dad, mereka tersenyum begitu melihatku. Dad juga menggunakan tuksedo, terlihat lebih tampan tanpa seragam coklat dan lencana-lencana polisinya. Senyum manisnya yang kurindui tersinggung indah diwajahnya. Ia memelukku, erat dan menenangkanku. Dan Mom, ia cantik. Camille meminjamkan gaun padanya, berwarna hijau, panjang dan hampir sama dengan gaun Camille. Senyum Mom sama, begitu indah dan menawan melebihi senyum manis keluarga Lomax.

“Wow, kau cantik sekali, Dear.” Puji Mom padaku. Ini pertama kainya aku berpenampilan seperti ini dihadapan mereka. Aku tertunduk malu.

“Seharusnya kalian memuji Camille dan Julia. Ini hasil karya mereka.” Dad dan Mom tertawa. Mereka memandangi Julia dan Camille, penuh kagum.

“Yah, setidaknya aku sudah melihatmu tampil cantik, Dear.” Dad menggodaku. Tawanya membuatku

Moonlight Shading

698

Page 436: Moonlight shading 2

merona-rona dan wajahku memerah karena malu.

Pandanganku beralih pada sesuatu yang kucari sejak seharian ini. Ia tidak menampakkan dirinya, ia tidak sekalipun mendendangkan suara merdunya yang bagaikan alunan music klasik untukku. Tubuh sempurna dan tingginya yang terbalut tampan dalam tuksedo hitam pasti sangat menawan dan ingin ku tatap. Tapi ia tetap tidak menampakkan dirinya, aku bertanya pada Julia dan Lucca tapi mereka belum melihatnya.

Perhatianku beralih pada Glad dan Adam yang sedang berdansa. Glad terlihat sangat cantik dengan gaun merah marunnya yang membalut tubuhnya, dan Adam terlihat sangat gagah dan tampan – seperti biasa. Mereka tersenyum dan melambaikan tangan padaku. Jen membuatku tercengang, ia menggandeng erat tangan Lucas, malam itu Jen sangat feminism, pakaian tomboy dan kaosnya berubah menjadi gaun malam yang indah

Moonlight Shading

699

Page 437: Moonlight shading 2

dan cantik. Rambutnya yang sebahu biasa diikat, kali ini dibiarkan tergerai indah.

Aku mendapat pesan dari Julia, ia sangat girang sekali melakukan tugasnya sebagai kurir pesan untukku. Ia membawa pesan untuk membawaku kesuatu tempat, kami berjalan menuju sebuah lorong rumahnya yang pernah aku lewati saat menuju ruang perawatan Camille. Kami sudah tidak berada didalam gedung serbaguna, ia membawaku kerumahnya. Rumahnya tampak indah, lilin-lilin kecil berwarna-warni menyala terang dan indah membuat rumahnya yang gelap terlihat begitu romantic mengelilingi setiap lantai dan selah dalam rumahnya. Hanya lilin-lilin ini yang menerangi rumahnya.

“Kita mau kemana?” Julia menutup mataku dengan selendang hitam, lalu ia menuntunku pelan dan lambat-lambat.

“Kau akan segera tahu. Dengar, kau akan aku tinggalkan disini. Dan tenanglah, kau tidak sendirian.” Dengan cepat dan begitu mudahnya ia lenyap dari tempat

Moonlight Shading

700

Page 438: Moonlight shading 2

dimana aku berdiri. Aku memanggil-manggil namanya dan tidak ada yang menjawab. Aku merinding, tidak bisa bergerak karena tidak tahu harus bagaimana, kucoba lepaskan selendang hitam yang menutup mataku dan terkejut.

Ruangan yang lebih tepatnya lorong yang menuju suatu tempat dihiasi lilin-lilin kecil yang menyala terang terlihat romantic. Selain ada ruang perawatan Camille, ada satu pintu lebar dan besar didepanku. Ruangan yang belum aku ketahui apa isinya.

Saat itulah aku melihatnya, tubuh tingginya berjalan lembut dan anggun, wajah tampannya yang memancarkan senyuman yang begitu menawan dan menggodaku serta aroma khas dari tubuhnya yang seharian ini kucari, ia menampakkan dirinya dihadapanku. Punggung tangannya menyentuh wajahku, lalu jari-jarinya menyentuh bibirku, dan ia memelukku.

Moonlight Shading

701

Page 439: Moonlight shading 2

“Kau cantik sekali, Victoria.” Suara merdunya bagai alunan music membahana diseluruh lorong rumahnya, dan aku terdiam terpaku.

“Sebenarnya jeans dan t-shirt jauh lebih nyaman.” Gerutuku. Matthew tampak ingin tertawa, tapi ditahannya.

“Ini pesta, masa mau berpenampilan seperti ingin tidur. Tidak sopan, kan?”

“Tapi aku nyaman kok.” Bantahku, lagi. Matthew tertawa.

“Gadis tomboy.” Bisiknya, lembut, “Pantas saja Julia sangat antusias. Terlebih lagi Camille dan Evelyn berhobi sama. Tiga wanita yang sangat pintar berdandan.”

Aku tergelak. “Evelyn dan Julia memang sudah sempurna, dan mereka ternyata pandai mendandani diri sendiri. Tidak heran sebenarnya. Dan benar, aku pasti sasaran empuk bagi mereka.”

“Yah, pasti. Sasaran empuk.” Ucap Matthew, mengulang kata-kataku.

Moonlight Shading

702

Page 440: Moonlight shading 2

“Sudah siap?” Tanyanya. Aku hendak bertanya, lalu jari telunjuknya berdiri tepat di bibirku. Melarangku membuka sedikit celah untuk menyelanya atau bertanya malah.

Ia membawaku kesuatu tempat yang baru kudatangi, tempat yang berada lantai satu dekat dengan ruang perawatan Camille dan taman ditengah rumahnya, tempat yang berada diujung lorong.

Aku dan Matthew melangkah pelan mendekati pintu diujung lorong ini. Di ujung lorong ini hanya ada satu pintu besar dan tinggi yang dilalui dari ruang keluarga dan garasi rumah yang ada disisi kanan ujung rumah megah ini. Begitu pintu di ujung lorong ini dibuka, terdapat dua ruangan studio. Satu milik Lucca, tepat disebelah kanan dan satu lagi milik Matthew, disebelah kiri. Dengan kedua tangannya, Matthew membuka dua daun pintu ruangan itu lebar-lebar.

Ruangan yang terhampar luas menampilkan perapian panjang dan

Moonlight Shading

703

Page 441: Moonlight shading 2

sebuah meja disamping kanan sofa panjang tersebut yang dilengkapi dengan karpet tebal berbulu didepan sofa itu.

Dan jarak beberapa langkah dari sofa dan perapian itu, ada semacam tiang atau pagar yang dibawahnya ada beberapa anak tangga dan hamparan lantai luas yang penuh dengan peralatan melukis. Ada satu kanvas lengkap dengan kayu penyanggahnya. Kuas dan cat-catnya.

Dan di ruang lukisnya, tepat didepan ruang lukisnya ada ruangan kecil sebagai tempat penyimpanan lukisan dengan pintu bergesar yang setengah terbuka. Didalamnya ada kumpulan lukisan-lukisan yang ditutupi kain. Aku tidak melihatnya terlalu jelas dan pasti, mungkin ruangan itu adalah tempat penyimpanan lukisan.

Lalu ia menarikku kedepan perapian tanpa berbicara, tatapan lembutnya membuatku tetap tenang walau tidak tahu kemana ia membawaku. Dan kami berhadapan dengan dua buah pintu yang

Moonlight Shading

704

Page 442: Moonlight shading 2

lebar, berwarna coklat dan gagangnya berukiran naga yang berwarna keemasan.

Ia berdiri dibelakangku, tangannya melingkari pinggangku dan ia berbisik.

“Bukalah.” Bisikannya membuatku terpana lalu aku membukanya. Ternyata didalamnya adalah tempat lukisan untuk dipajang. Seperti lemari yang menjurang masuk kedalam dan ditutupi dengan daun pintu mahal.

Hanya ada dua lukisan didalamnya. Pemandangan yang pertama kulihat adalah sebuah lukisan, lukisan wanita yang sedang tersenyum, cantik dan menawan. Bukan Camille, aku yakin, tapi wanita itu tampak tidak asing bagiku. Senyumnya begitu ceria dan sangat lepas, seakan-akan tidak ada beban yang dipikulnya, tatapannya begitu bahagia dan cantik.

Dan pemandangan dibelakang wanita itu membuatku bergidik, disebuah hutan, hutan yang penuh dengan pohon-pohon tinggi menjulang, pohon-pohon yang indah

Moonlight Shading

705

Page 443: Moonlight shading 2

dengan daun-daunnya yang berwarna hijau terang – tapi hanya terlihat seperti warna hitam karena pantulan lilin-lilin yang menyinarinya.

“Itu adalah kau.” Dan aku membalikkan tubuhku, memandanginya dengan cinta dan senyum indahku. Ia memandangiku penuh senyum manis, tatapan matanya penuh cinta walau hanya disinari cahaya lilin saja aku bisa merasakannya. Sentuhan tangannya dipinggangku begitu lembut, suaranya merdu walau ia belum mengucapkan apa-apa.

“Aku? Bagaimana bisa kau melukisku tanpa memandangiku sebagai modelnya?” Suaraku bingung dan bertanya-tanya. Dan tawanya yang lembut membuatku tertunduk malu.

“Tentu saja aku selalu memikirkanmu setiap saat.” Ia mendongakkan wajahku, menyentuh daguku dengan tangannya, “Kau terlihat lebih cantik dan jelas

Moonlight Shading

706

Page 444: Moonlight shading 2

dibenakku. Senyummu, tawamu, dan bahkan suaramu.” Dan ia berbisik padaku.

Kurasakan bibirnya menempel dileherku, menciumi leherku dengan mengikuti setiap lekukan leherku. Kedua tangannya melingkar dipinggangku, tubuhnya begitu dekat denganku. Aku melingkari kedua tanganku ke lehernya, membiarkan ia menciumi leherku dan akhirnya kami saling berpandangan. Saat memandangi-nyalah aku meyakinkan diriku, tidak ada sesuatu pun didunia ini yang bisa menukarkan cintaku dengannya, walau nyawaku sekalipun.

Aku mengabaikan semua ketakutanku, aku mengabaikan semua peraturan yang mencekikku – mungkin, aku mengabaikan semua hal buruk sekalipun yang akan terjadi, karena aku akan melewatinya bersama orang yang paling kucintai. Dan aku ingin memulanya dari pengakuanku perasaanku padanya.

“Selama ini aku menyimpannya, membungkamnya rapat-rapat. Aku tidak

Moonlight Shading

707

Page 445: Moonlight shading 2

ingin menyakiti siapapun, termasuk kau dan keluargamu.” Pandanganku begitu dalam padanya, aku melihat seringainya yang begitu indah.

“Ini tidak mudah untukku.” Lanjutku berbisik.

Ia menarikku dalam dekapannya, memeluk erat tubuhku dengan tubuhnya yang dingin.

“Tolong jelaskan.”

“Well,” suaraku pelan dan lambat, berpikir untuk tidak menyinggungnya. “Aku merasa tidak cocok denganmu… Aku tidak cukup percaya pada diriku sendiri, mengingat diriku yang merupakan pembasmi dan kau vampire yang sangat sempurna… Aku merasa tidak akan bisa mendapatkanmu walau perasaanmu terhadapku begitu dalam.”

“Kalau begitu kau tidak saja tidak percaya pada dirimu, tapi padaku juga?”

Moonlight Shading

708

Page 446: Moonlight shading 2

“Yah, kau bisa bilang begitu. Karena kenyataannya memang begitu. Bukan karena kau akan menjadi vampire jahat suatu hari nanti, tapi karena…” Suaraku terhenti, memandanginya penuh cinta, matanya yang dalam seakan-akan aku bisa melihat diriku didalamnya. “Karena kau sangat mencintaiku. Dan itu membuatku tidak mengerti apapun tentang kau. Kau seperti misteri yang selalu menghantuiku, setiap saat, setiap detik, setiap hembusan nafasku…”

Ia meletakkan jari telunjukknya tepat di bibirku, menyentuhnya dengan kulitnya yang dingin, begitu pelan dan lembut.

“Tidak ada yang bisa meragukan perasaanku padamu. Sekalipun semuanya melarang, kau tetaplah anugerahku, dan aku akan selalu menjadi milikmu.” Tatapan matanya lembut, bola matanya yang berwarna biru begitu berkilau dan terang.

“Aku suka kata-katamu, sangat puitis.” Bisikku di telinganya, dengan lembut.

Moonlight Shading

709

Page 447: Moonlight shading 2

“Oh, Vicotria, ayolah, kau bisa serius,kan?” Matthew mendesah pelan. Aku memberinya cengiran – dan sedikit mengejeknya.

“Baiklah, tapi benar kata-katamu sangat puitis. Kau akan menukar dengan apa jika kau diberikan pilihan untuk bisa memilikiku?” aku berandai-andai. Bola matanya berputar cepat, tubuhnya tiba-tiba menegang lalu pelan-pelan mengendur.

“Apa saja, bahkan keabadianku jika diminta sekalipun akan aku berikan.” Suaranya melemah dan merdu.

“Itu tidak adil, berarti aku saja yang akan abadi suatu saat nanti.” Aku mengerang dan ia terkekeh.

“Baiklah, tidak dengan keabadianku. Aku akan memberikan apapun.”

“Apapun?”

“Yah, apa saja yang sangat mahal sehingga senilai denganmu. Atau melebihi

Moonlight Shading

710

Page 448: Moonlight shading 2

dirimu, sekalipun. Sayang sekali, jika aku mampu memberikan nyawaku, itu pasti terasa lebih dalam.” Matthew berujar dengan cengiran datar, seakan-akan kami sedang bercanda di sebuah taman bersama teman-teman.

“Tidak lucu.” Keluhku masam.

“Oh, kau benar.” Matthew terlihat tergelak. “Tapi itu akan kulakukan jika aku bisa dan mampu. Sungguh.”

“Oke. Kita bicara yang lain saja.” Aku mulai enggan berbicara dengan topic serius . “Kalau begitu, apa yang kau minta dariku? Untuk bisa memilikiku, mungkin.”

Ia berpikir, bola matanya berputar-putar indah dan menawan. “Akses mudah untuk selalu bersamamu, saat kau bersama dengan makhluk-makhluk itu.”

“Kau berniat melindungiku atau mengawasiku?” erangku dingin. Matthew tertawa – dan membuatku malu.

Moonlight Shading

711

Page 449: Moonlight shading 2

“Keduanya, itu lebih tepat sepertinya.” Ia menarikku kedalam pelukkannya, “Aku tidak ingin kehilanganmu, tidak ingin kau terluka dan tidak ingin melihatmu… Mati.” Suaranya berubah menjadi dingin dan tegang saat mengucapkan kata yang terakhir dan aku merinding.

“Baiklah, permintaan diterima. Menyenangkan jika ada kau disisiku selalu.” Akuiku menyeringai, ia menyeringai begitu indah dan menawan.

“Katakan kau mencintaiku, katakan dan berjanjilah kalau kau akan selalu bersamaku apa pun yang terjadi. Berjanjilah dan ucapkan hingga tidak ada keraguan dalam diriku.” Pintaku, sebelah tangannya menyentuh daguku.

“Aku berjanji, aku akan selalu bersamamu kapan pun kau mau. Selama eksistensiku dan kau. Aku janji, apapun yang terjadi aku akan selalu bersamamu dan menemanimu. Dan aku…” Suaranya tertahan, memandangiku dan tersenyum

Moonlight Shading

712

Page 450: Moonlight shading 2

indah, “Aku mencintaimu melebihi nyawaku ini..”

Tanganku menelusuri setiap lekukan diwajahnya, memandanginya penuh cinta dan mendekatkan bibirku pada telinganya. Sebelah tangannya menyentuh daguku. Dipandanginya aku lekat-lekat.

“Sejak kapan malaikat pencabut nyawa jatuh cinta dengan vampire?” Tanya Matthew, menggodaku. Aku tersipu malu.

“Sejak pertama kali bertemu dengan vampirnya.” Akuiku berusaha membuat suaraku merdu olehnya. Kepalaku tertunduk, pipiku memerah – terasa sekali. Sebelah tangan Matthew mendongakkan kepalaku lagi, menyeringai.

“Kalau begitu kau malaikat pencabut nyawa yang paling bodoh.” Candanya.

“Biarlah, asal vampirku menyukai dan mencintaiku bagiku hal yang lain tidak penting.” Candaku, juga. Matthew tertawa.

Moonlight Shading

713

Page 451: Moonlight shading 2

“Tentu saja.” Setuju Matthew.

Sebelah tangan Matthew meraihku dalam dekapannya. Menciumiku pelan, menelusuri tengkuk leherku. Lalu ke leherku dan balik lagi le bibirku. Kami melewati malam ini dengan cinta kami. Malam pertam bagiku akan perasaanku padanya. Pada makhluk yang tidak seharusnya ku cintai, makhluk yang tidak semestinya.

“Aku mencintaimu, sampai kapanpun dan selama eksistensiku. Mencintaimu hingga aku akan menukarnya dengan apapun untuk memilikimu..” Ucapku, berbisik. Matthew menyeringai lembut. Tangannya menelusuri bibirku, tubuh kami semakin dekat dan sangat dekat. Sepuluh detik, dua puluh detik hingga akhirnya semenit.

“Kau tahu,” suara Matthew melemah dan samar. Bibirnya sibuk menciumi tenggorokkanku, daguku, rahangku, pipiku, lalu kembali lagi menciumi leherku. Ciumannya lambat dan intens.

Moonlight Shading

714

Page 452: Moonlight shading 2

“Aroma tubuhmu tidak semenyengat dulu. Sekarang aku menciumi aromamu itu lebih sering dan ketagihan. Seperti satu-satunya aroma yang tercipta untukku, saja.” Lalu Matthew kembali menciumi bibirku dengan bibir dinginnya. Aku memeluk lehernya erat-erat. Mendekatkan diriku padanya.

“Sejak awal aku sudah berusaha keras membuat aroma wangi menyengat itu adalah udaraku sendiri, malah.” Aku menyela ciuman kami. Tentu saja, aroma wanginya sejak dulu sangat jelas tercium olehku – fakta lain selain cukup membuat hidungku mengernyit, menahan aroma vampire-nya yang lumayan menyengat dan menusuk tajam di hidungku, hingga terasa seperti perih dan tak bisa bernafas – membuatku kecanduan juga.

“Sebaiknya kita fokuskan saja pada satu hal, setuju tidak?” Matthew menyela sesaat. Wajahnya terlihat gusar. Sepertinya dia tidak suka karena

Moonlight Shading

715

Page 453: Moonlight shading 2

ciumannya terhenti sesaat karena kami mengobrol.

“Oke.” Aku menyahut setuju.”Tapi, katakan sekali lagi kau mencintaiku...” suaraku terdengar memohon. Kedua tanganku merengkuh wajah dinginnya. Aku pandangi dia dengan begitu lembut dan hangat.

“Aku mencintaimu, selalu dan selamanya..” Bisiknya padaku, tersenyum indah dan manis lalu menarikku kedalam pelukannya, kedua tanganku melingkar di lehernya.

“My Moonlight Shading…” Bisikku, tepat di telinga dinginnya. Kudengar tawa renyahnya. Sentuhan bibir dinginnya dileherku. Bagiku, menjadikannya bayangan bulan dalam diriku – sebagai bulan – lebih membuatnya sangat menyatu denganku. Karena aku ingin melihat diriku dalam dirinya, itulah artinya.

“Terserahlah…” gerutunya. Matthew memelukku lama, menciumi setiap bagian

Moonlight Shading

716

Page 454: Moonlight shading 2

dariku. Dari bibir hingga leher lalu kembali lagi ke bibirku.

Moonlight Shading

717