monografi nagari tanjung ini dipakai untuk menelusuri asal

Upload: dinand-theking-mabes

Post on 13-Jul-2015

164 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Monografi nagari Tanjung ini dipakai untuk menelusuri asal-muasal kosakata Minang Kabau Catatan tambo* dan sejarah nagari Tanjuang ini dituliskan oleh: SEKSI KEBUDAYAAN DAN PERUMUS SEJARAH NAGARI TANJUNG tahun 1975 Diketik Ulang Oleh Dahyelis dan diubah menjadi file html dgn bbrp cttn tambahan oleh Abraham Ilyas th 2007 * tambo berasal dari bahasa Sansekerta tambay atau tambe yang artinya bermula. KATA PENGANTAR DARI SEKSI KEBUDAYAAN DAN PERUMUS SEJARAH Assalamualaikum WW Yth. Bapak Bupati Kepala Daerah Tk II Tanah Datar beserta Bapak-bapak rombongan Team Penilai Lomba Desa Terbaik Kabupaten Tanah Datar Yth. Bapak Pejabat Utama beserta rombongan Kecamatan Sungayang dan seterusnya Yth. Sdr Wali Nagari Tanjung beserta staf. Terlebih dahulu izinkanlah kami menyampaikan sepatah kata diatas nama Seksi Kebudayaan/Perumus Sejarah Kenagarian Tanjung. Kemudian dari itu kami banyakbanyak mengucapkan syukur dan puji-pujian kehadirat Allah Subhanahuwataala yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya. Selanjutnya kami banyak-banyak menghaturkan ribuan terima kasih kepada Pemerintah yang telah sudi menunjuk Nagari kami untuk lomba desa terbaik Tk II Tanah Datar tahun 1975 ini dan kepada kami oleh Pemerintah Nagari Tanjung beserta ninik mamak nan ampek jinih dalam Nagari Tanjung dipercayakan menyusun SEJARAH NAGARI TANJUNG. Kepercayaan yang telah dilimpahkan itu, tidak dapat kami sia-siakan begitu saja, maka dengan segala daya upaya kami usahakanlah untuk menyusun sejarah dan susunan adat monografie dari Nagari Tanjung, bersama dengan ninik mamak nan ampek jinih yang terdiri dari Penghulu-penghulu, Manti Adat, Dubalang Adat, dan Malin Adat yang tidak ketinggalan orang tua-tua, cerdik Pandai dalam Nagari Tanjung. Berkat petunjuk dari ninik mamak beserta orang tua-tua dalam Nagari Tanjung, tersusunlah sejarah dan susunan adat monografie Nagari Tanjung. Data-data ini kumpulan dari ninik mamak dan orang tua-tua yang menerima waris secaro jawek-manjawek dan turun-temurun dan berpedoman kepada Buku Adat Monografie Nagari yang disusun oleh Seksi Kebudayaan Propinsi Sumatera Tengah tahun 1951, ditambah dengan buku Adat Monografie yang disusun oleh ninik mamak Nagari Tanjung pada tahun 1954.

Bukti dari sejarah ini dapat sebagian ditunjukan, nan bak pepatah adat mengatakan : KOK JAUAH DAPEK DITUNJUAKKAN, KOK DOKEK DAPEK DIKAKOKKAN. Sekian saja, lebih dan kurang kami banyak-banyak mengaturkan ribuan terima kasih. Tanjung tgl 24 Maret 1975 a.n PANITIA LOMBA DESA TANJUNG 1975 Seksi Kebudayaan dan Perumus Sejarah Ketua d.t.o. A. DT. S. LELO NAN PUTIH

BAB I. ULANGAN KATA TENTANG SEJARAH ADAT NAGARI TANJUNG Dari mana dan dari siapa didapat untuk menyusun sejarah Sejarah Nagari dan Susunan Adat (adat monografie) Nagari Tanjung didapat dari: 1. Dari susunan monografie adat nagari dalam Propinsi Sumatera Tengah yang disusun oleh Seksi Lembaga Adat Alam Minangkabau di kantor Gubernur Propinsi Sumatera Tengah tahun 1951. 2. Dari monografie adat nagari yang disusun pada tanggal 5 April 1954 oleh Anggota Rapat yang bersidang di Balai Adat Nagari Tanjung yang terdiri dari Ninik Mamak dan Urang Tuo-tuo serta Cerdik Pandai yaitu: 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 M.Dt. Majo Indo, Batang Situak (sudah meninggal) A.Dt. Bijo Dirajo, Malayu Tangah (sudah Meninggal) H.Dt. Simarajo Nan Tungga, Rumah Nan Panjang (sudah meninggal) S.Dt. Rangkayo Besar, Kampung Tengah (sudah meninggal) Z.Dt. Rajo Domoanso, Malayu Tengah Bitah Soetan Marajo, Batunjam Sanin Rajo Agam, Malayu Tangah (sudah meninggal)

3. Susunan adat monografie yang dibuat sekarang ini tanggal 24 Maret 1975 adalah yang ketiga kalinya, berdasarkan data-data dan keterangan yang diberikan oleh Ninik Mamak Nan Ampek Jinih dan Urang Tuo-tuo dalam Nagari Tanjung serta berdasarkan kenyataan-kenyataan (bukti-bukti dapat dilihat dan tidak mengurangkan kepada pedoman ayat 1 dan 2 tersebut di atas, maka disusunlah monografie adat ini oleh : Ketua : A. Dt. S.Lelo Nan Putih, Pono Penulis : H.Y. Dt. Padoeko Soetan Kayo Batunjam Penulis Pembantu : M. Dt. Subarang Labuah

Anggota : 1. P. Dt. Simarajo Nan Tungga, Rumah Nan Panjang 2. Lembang Mangkuto Sutan, Kampung Tangah 3. P. Rajo Mangkuto, Malayu Tangah 4. B. Dt. Paduko Kayo, Basukun 5. K. Dt. Bagindo Sinjato, Sawah Tanggung 6. J. Dt. Mangkuto Sinaro, Batunjam 7. Y.Dt. Padoeko Simarajo, Kp Gadang 8. A.A. Dt. Manggung, Piliang 9. M. Dt. Majo Indo, Batang Situak 10. M.A. Dt. Penghulu Besar, Tapi Selo 11. Rivai A. , Batang Situak 12. M. Kahtib Sampono Maharajo, Palagan 13. H. Malin Sampono, Pono 14. B. Intan Kayo, Pono 15. N. Malin Putih, Mandahiling 16. Y. Malin Mancayo, Kp Gadang 17. Bitah Soetan Marajo, Batunjam 18. Soetan Diaman, Kp Tangah Tanjung, 24 Maret 1975 Wali Nagari Tanjung d.t.o Rivai, A. BAB II WATAS PEMERINTAHAN DARI KEWALIAN NAGARI TANJUNG Watas-watas Nagari Tanjung ini menurut keadaan 17 Agustus 1945, sesuai dengan watas nagari menurut ICO semasa pemerintahan Hindia Belanda (semasa berkepala nagari) yaitu ke : Timur dengan kenagarian Andalas Baru Bukit Barat dengan kenagarian Sungayang Utara dengan kenagarian Sei Patai dan Ladang Lawas Selatan dengan kenagarian Sungayang dan Minangkabau BAB III SEJARAH NAGARI TANJUNG MENJADI SATU NAGARI A. Asal usul Nagari Tanjung menurut Waris Nan Dijawek-Pusako Nan Ditarimo, hidup nan manjawek kato-mati nan maninggakan waris, bahwa Nagari Tanjung dikatokan Limo Kaum Nan Tangah, menurut bincangan ADAT KELARASAN BODI CANIAGO.

Apa sebabnya demikian asal usul ninik mamak yang datang ke nagari ini dahulunya berasal dari Dusun Tuo Nagari Limo Kaum sebanyak tujuh pasang, diantaranya : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) Satu Satu Satu Satu Satu Satu Satu pasang pasang pasang pasang pasang pasang pasang Dt. Dt. Dt. Dt. Dt. Dt. Dt. Bagindo Malano (Dt. Tuo) Rajo malano Paduko Rajo Sirajo-rajo Maharajo Kayo Rajo Panghulu Paduko Sinaro

Adapun orang tujuh pasang diketahui oleh Dt Bagindo Malano (Dt Tuo), artinya dibawah kekuasaan Dt. Bagindo Malano, beliau-beliau itu turun dari Dusun Tuo Lima Kaum berlayar dengan sebuah biduk atau Jung. Lama kelamaan berlayar sampailah mereka pada sebuah teluk dan terus ke udiknya, sesampai di udiknya berhentilah dia disitu sebentar, biduk itu ditambatkan di tanah yang tertinggi, sehingga tempat itu sekarang dinamakan TEBAT AJUNG, asal katanya tambatan Jung atau biduk, kemudian turun kembali ke hilir dan dibelokkan ke timur sehingga tempat itu sekarang disebut TEMPUNIK (asal katanya adalah ditempuh ninik). Kemudian terus arah ke timur dan mudik ke utara disebelah utara bertemulah dengan sebuah bukit dan turun disana yaitu yang menjadi KAMPUNG TABING sekarang ini, dan pada masa itu dinamakan kampuang dibukit, kemudian dibuatnyalah tempat atau istana yang bernama KAMPUNG PANJANG. Setelah berkembang biak beliau-beliau itu berkeliaran dimana-mana di setiap antero, dan Dt. Bagindo Malano tetap berdiam di Kampung di Bukit, yaitu Kampung Panjang Tanjung yang berdekatan dengan Kampung Tabing sekarang ini. PERTEMUAN YANG PERTAMA B. Mencari Nama Nagari Pada suatu masa terpikirlah oleh Dt Bagindo Malano (Dt Tuo) hendak memberi nama nagari karena rombongan yang tujuh pasang itu sudah terpencar-pencar tempatnya, maka dipanggillah rombongan yang tujuh pasang itu untuk bermusyawarah yang bertempat di Kampung di Bukit (Kampung Panjang) ditempat kediaman Dt Bagindo Malano untuk mencari nama nagari dan membuat tepat bersidang (Balai Adat) yang diketuai oleh Dt Bagindo Malano. Dalam pertemuan itu disiarkan bahwa dusun kita ini dinamakan NAGARI TANJUNG, satu dari tujuh itu mengusulkan kepada Dt Bagindo Malano yaitu Dt Paduko Sinaro berhubung karena ditempatnya membuat teratak itu ada sebuah sungai yang mengiang. Harap supaya diberi tambahan nama dengan sungai mengiang. Permintaan itu dikabulkan oleh Dt Bagindo Malano hingga diberi namalah dusun yang didiami oleh rombongan tujuh perinduan itu dengan nama TANJUNG SUNGAI MENGIANG, dan sekarang bernama TANJUNG SUNGAYANG

Yang dinamakan Tanjung Sungayang, dari ujung tanah melalui Sungai Mengiang, sampai Batu Mengiang (Batu Bayang), menegak labuh melintang sampai Tanjung Pauah. Berhubung karena anggota rapat masih belum puas dan melalui masa yang agak lama juga sehingga nagari itu telah bertambah ramai juga sehingga rakyat untuk menetap di nagari Tanjung Sungayang tersebut telah berdatangan juga dari bermacam-macam jurusan. Kemudian diadakan kerapatan, maka bermohonlah kerapatan supaya Tanjung Sungayang dibagi dua dan dijadikan dua nagari yaitu Tanjung dan Sungayang. Permintaan itu dikabulkan oleh Dt Bagindo Malano, kemudian oleh Dt Bagindo Malano dibawanyalah robongan pergi ke sebuah tempat (guguak) antara Tanjung dan Sungayang untuk mencari dan menentukan batas dan di sana dinyatakan kata putus, runding-permohonan dikabulkan, hingga diberi bertanda dengan memutus/memarit guguak yang diberi nama PERMOHONAN PUTUS, yang sampai sekarang disebut Pan Putus. Asal katanya permohonan putus, dan tanda-tandanya sampai sekarang dapat dilihat. Kemudian oleh Dt Bagindo Malano dinyatakan batas ke hilir yaitu dari Pan Putus menghilirkan batang sungai sampai di Sumur Gaung, dan batas ke mudik dari Pun Putus melalui Puncak Cenang dan terus melalui puncak Bukit Tangah, Guguk Panti dan terus ke Lasuang Batu. Kenagarian Tanjung terdiri dari 3 bahagian, empat dengan pucuk (Dt Bagindo Malano atau Dt Tuo), yaitu : 1) 2) 3) 4) Persukuan Piliang Persukuan Kutianyir Persukuan Melayu Mandahiling Dengan Dt Bagindo Malano

Tetapi hakekatnya; tiga ke luar empat ke dalam, yang empat ke dalam yaitu : 1) Suku Piliang, Jurai Tapi Selo dan Mandaliko dikepalai dengan Penghulu pucuknya Dt Rajo Malano 2) Suku Piliang, Jurai Palagan diketuai Dt Tumanggung Kacik dan penghulu pucuknya langsung oleh Dt Bagindo Malano 3) Suku Kutianyir, penghulu pucuknya Dt Paduko Simarajo nan Batepak 4) Suku Melayu Mandahiling, penghulu pucuknya Dt Bijo Dirajo. Di tiap-tiap bagian suku itu mempunyai Kampung dan beberapa kampung mempunyai banyak rumah adat, ada yang empat, lima, dan lebih. Pada tiap suku mempunyai Balai-balai Adat. Balai adat itu gunanya untuk ninik mamak nan empat jinis

memperbincangkan/bermusyawarah untuk mencari keselamatan bagi anak kemenakan di dalam kampung dan suku. Juga untuk mengatur dan membuat mufakat yang akan dilancarkan oleh segala ninik mamak, orang-orang tua, dan cerdik pandai di kampungnya masing-masing. Balai-balai adat itu dipergunakan untuk menyelesaikan perkaraperkara/perselisihan yang tumbuh dalam tiap-tiap kampung. Yang menjadi kepala atau ketua rapat dalam tiap persukuan itu ialah penghulu pucuk pada tiap persukuan/dalam satu suku masing-masing. umpamanya Suku Piliang Jurai Tapi Selo/Mandaliko dikepalai oleh Dt Rajo Malano yang berumah dan berdiam di Kampung Bukit atau Kampung Tabing sekarang, dan begitu juga untuk suku-suku lainnya. Tetapi persukuan Jurai Palagan pucuknya dipegang oleh Dt Bagindo Malano dan kepala jurainya oleh Dt Tumamggung Kacik sebagai ketua rapat akan tetapi dengan sepengetahuan atau seizing Dt. Bagindo Malano. Kekuasaan Dt. Rajo Malano bukan di Piliang Tanjuang saja akan tetapi sampai ke Piliang Nagari Sungayang dan sampai ke Nagari Andalas, Baruah Bukit, Singkayan, Sawah Liat, dan Telago Sungai Patai. Kalau mendirikan satu orang penghulu di Nagari Tanjuang mesti seijin Dt Rajo Malano. Kalau tidak ada ijin Dt Rajo Malano maka tidak dapat didirikan. Kalau satu penghulu akan didirikan mesti dilepasnya panggilan dari Tanjung sampai ke Nagari Sungayang sehingga menjadi bincangan dalam kata2 adat Piliang Nan Tujuh Jurai dari Tanjung sampai Sungayang artinya 3 di Nagari Tanjung dan 3 di Sungayang empat dengan Dt Gadang Majo Lelo. a. Jurai nan tigo di Tanjung 1) Jurai Palagan, kepala jurainya Dt Tumanggung Kacik 2) Jurai Mandaliko, kepala pucuknya Dt Rajo Malano 3) Jurai Tapi Selo, penghulu pucuknya Dt Rajo Malano Jurai Piliang dari Tanjung sampai ke Sungayang seterusnya persukuan piliang, nagari berkeliling (Piliang negeri nan tujuh) dikepalai oleh Dt Rajo Malano. b. Jurai nan Tigo di Sungayang 1) Jurai Tan Patih dikepalai oleh Dt Simarajo 2) Jurai Paingan dikepalai oleh Dt Majo Indo nan Cungik 3) Jurai Koto dikepalai oleh Dt Koto Kepala dari Jurai Nan III itu penghulu pucuknya adalah Dt Gadang Majo Lelo sebagai mewakili penghulu pucuk Dt Rajo Malano buat nan III jurai di Sungayang tsb.

Maka itulah dalam kata bincangan adat yaitu : PILIANG NAN TUJUH JURAI, 3 jurai di Tanjung dan 3 jurai di Sungayang empat dengan Dt Gadang Majo Lelo. Begitu juga bahagian persukuan Melayu Mandahiling, malayu nan III buah poruik dari Tanjung sampai ke Sungayang yaitu : 1) Di Tanjung dinamai Malayu Dalam dikepalai oleh Dt Bijo Dirajo 2) Di Sungayang dinamai Malayu Tinggi dikepalai oleh Dt Paduko Rajo 3) Di Sungayang juga dinamai Malayu Pase dikepalai oleh Dt Paduko Rajo. Arti pase badan perantara, jadi Dt Paduko Rajo sama panjang jangkauan palapahnyo antara Malayu dengan Mandahiling yang berkampung ke Bawah Bungo Juga Mandahiling Nan 3 Kampung dari Tanjung sampai ke Sungayang, makna kampung nan 3 yaitu : 1) Mandahiling Baruh di Tanjung dikepalai oleh Dt Paduko Berain Nan Bagalang Kaki Ameh 2) Mandahiling Bawah Bungo dikepalai oleh Dt Penghulu Besar 3) Mandahiling Rumah Nan Delapan Sungayang dikepalai oleh Dt Paduko Sarindo, dst. KUTIANYIR NAN 3 BALAI dari Tanjung sampai ke Sungayang, terdiri dari : 1) Balai Gurah di Tanjung dikepalai oleh Dt Paduko Sinaro Nan Batepak 2) Balai Sianau di Sungayang dikepalai oleh Dt Malano Putih 3) Balai Gadang di Sungayang dikepalai oleh Dt Rajo Penghulu nan Gapung. Dt Sirajo-rajo adalah orang gadang sagadangnyo di Balai Nan III dan memakai gelanggang tangah. Hal ini masih berlaku dan terpakai sampai sekarang dan jadi kata2 dalam bincangan adat : Piliang Nan Tujuh Jurai dari Tanjung sampai ke Sungayang, Kutianyir dari Tanjung sampai ke Sungayang, Melayu Nan III Buah Poruik dari Tanjung sampai ke Sungayang dan Mandahiling Nan III Buah Kampung dari Tanjung sampai ke Sungayang Ditegaskan juga menurut adat, kalau pangkek penghulu pucuk di Nagari Sungayang, bila dia duduk dalam rapat di Nagari Tanjung, maka dianya dipandang dalam kerapatan jadi Penghulu Andiko dan sebaliknya, selain Dt Bagindo Malano dan Dt Rajo Malano. Hal itu menandakan bahwa Nagari Tanjung dan Sungayang tidak dapat dipisahkan, dengan arti kata bahwa adatnya, adat keselarasan Tanjung Sungayang atau BODI CANIAGO. Di Nagari Tanjung dahulunya didirikan pula Balai Permusyawaratan dan Perhukuman (mahkamah yang tertinggi), yang diberi nama BALAI TUJUAH PINTU GERBANG (balai tabuah) hakimnya terdiri dari utusan tiap-tiap nagari, yaitu :

Ketua : Dt. Bagindo Malano dari Tanjung Wakil Ketua : Dt Sirajo-rajo dari Sungayang Sekretaris : Dt. Mahajo Kayo dari Tanjung Penulis Pembantu : Dt. Rajo Malano dari Tanjung Anggota : 1) Dt. Bijo Dirajo dari Tanjung 2) Dt Paduko Labiah dari Andalas 3) Dt. Paduko Simarajo dari Tanjung 4) Dt. Rajo Labiah dari Baruah Bukit 5) Dt. Tianso dari Talago Sungai Patai 6) Dt. Bandaro Nan Limo Lenggek dari Singkayan Sawah Liek 7) Dt. Tumanggung Kaciak dari Tanjung 8) Dt. Gadang Majo Lelo dari Sungayang 9) Dt. Paduko Rajo dari Sungayang Balai adat yang tujuh pintu gerbang ini ialah tempat anak negeri yang tujuh nagari itu untuk membanding hukuman, yaitu : 1. Nagari Tanjung 2. Nagari Sungayang 3. Nagari Singkayan 4. Nagari Sawah Liek 5. Nagari Andalas 6. Nagari Baruah Bukit 7. Nagari Talago di Sungai Patai. Selain dari itu Nagari Tanjung mempunyai juga satu tempat permusyawaratan anak Nagari Tanjung yang diberi nama BALAI BUNGO yang mana tanah Balai Bungo tersebut dipunyai oleh seluruh ninik mamak dalam Nagari Tanjung seluas sekedudukan seorang dan sekarang tanah itu diserahkan kepada Dt Bijo Diamang memeliharanya. Kemudian dibuatlah balai-balai adat yang sebenarnya tempatnya di UJUNG BALAI BUNGO yang sampai sekarang masih ada. Kemudian Balai Tabuh tersebut setelah melalui masa yang agak panjang diganti dengan BALAI BUNGO SETANGKAI, tempatnya di Balai Gadang kewalian Nagari Sungayang sekarang. Disitulah persidangan/permusyawaratan diadakan oleh ninik mamak dalam nagari nan tujuh tersebut yang boleh disamakan dengan parlemen sekarang, ketuanya Dt Bagindo Malano yang anggotanya segala penghulu-penghulu, ninik mamak nan ampek jinih di dalam nagari nan tujuh tersebut. SUNGAYANG DIBERI BEREMPATAN SUKU Kemudian setelah selesai pembagian batas Nagari Tanjung dan Sungayang maka oleh Dt Bagindo Malano diberi berempat suku, yaitu : Suku Melayu Mandahiliang dikepalai oleh Dt Paduko Rajo.

Suku Piliang dikepalai oleh Dt Gadang Majo Lelo. Suku Caniago Nan Limo Buah Paruik dikepalai oleh Dt Sinar Nan Gebat. Suku Kutianyir dikepalai oleh Dt Rajo Penghulu Nan Gapung. Selain dari Persukuan Caniago, telah diuraikan terdahulu dari ini yaitu yang dinamakan Caniago Lima Buah Paruik adalah sebagai berikut : 1. Poruik Caniago dikepalai oleh Dt Sinaro Nan Gobat 2. Poruik Simabur dikepalai oleh Dt Rajo Malano 3. Poruik Sumpadang dikepalai oleh Dt Mangkudun Panjang 4. Poruik Koto Kociak dikepalai oleh Dt Malano Besar 5. Poruik Bodi Caniago dikepalai oleh Dt Tan Naro Patah. PERTEMUAN KEDUA III. Membuat Nagari Bekeliling Sesudah melalui masa yang panjang, kemudian berhubung karena nagari Tanjung dan Sungayang makin lama bertambah ramai juga, diadakan rapat pertama yang dipimpin oleh Dt Bagindo Malano. Dalam pertemuan yang kedua ini diputuskanlah untuk membuat nagari sebelah ke hilir (selatan) begitu juga ke Timur dan Utara. IV. Pergi kehilir (ke selatan) Seminggu sesudah pertemuan kedua berlangsung kerangkatlah Dt Bagindo Malano dan rombongan ke hilir (ke selatan) dari Nagari Tanjung dan Sungayang, setiba di hilir sepakatlah membuat nagari disana yaitu NAGARI SINGKAYAN DAN SAWAH LIAT. Setelah kedua nagari itu lengkap berkeempat suku, maka diserahkanlah pucuk pimpinannya kepada Dt Bandaro Nan Limo Lenggek untuk mengawasinya kemudian didirikan pula disana balai-balai adat sebagai tempat musyawarah dan tempat pengadilan, bernama BALAI SIDASUN. Sesudah itu diberikanlah batas pemerintahan nagari antara Sawah Liek dan Sungayang, tetapi bertalian adat tidak boleh putus dan dipateri dengan doa. Nagari Singkayan dan Sawah Liek adalah NagariMINANGKABAU yang sekarang ini V. Berangkat Ke Utara Setelah selesai mendirikan Nagari Singkayan dan Sawahliek (Minangkabau) kembalilah Dt Bagindo Malano beserta rombongan ke Tanjung. Kemudian seminggu sesudah itu, Dt Bagindo Malano dan rombongan pergi pula ke Utara. Sesampainya rombongan di sebuah Talago disepakati pula disana mendirikan nagari bernama TALAGO (SEI PATAI sekarang ini). Sesudah lengkap berkeempat suku dan setelah selesai, dibuatlah balai-balai adat, kemudian diserahkanlah untuk memimpin dan mengawasinya kepada Dt Tianso dan diberi batas dengan ke :

Tanjung berbatas dengan Ujung Panting dan Aur Baririk Sungayang berbatas dengan Tabek Dewar Kemudian pulanglah Dt Bagindo Malano beserta rombongan ke Tanjung VI. Berangkat ke Timur Kira-kira satu bulan lamanya sekembalinya dari utara, maka berangkat pula Dt Bagindo Malano dengan rombongan arah ke sebelah Timur. Setiba disana sepakat pulalah membuat dua nagari yaitu : NAGARI ANDALAS DAN BARUAH BUKIT. Setelah selesai membuat nagari di sebelah timur itu maka Dt Bagindo Malano dan rombongan kembali ke Tanjung dengan melalui sebuah bukit dan setiba di puncak bukit itu seraya melihat ke kiri dan ke kanan sambil menampar dadanya. Maka itulah sebabnya sekarang dinamai BUKIT TAMPAR DADA/ BUKIT MANCALIK karena pemandangan pada tempat itu sangat indah. Kemudian diberilah batas pemerintahan Nagari Tanjung dan Andalas yang diambil dengan kata sepakat runding sudah gantiang putus biang cabik, dan diberi bertanda dengan memutus sebuah guguk yang diberi nama GUGUK GANTING, dan dari Guguk Ganting melalui puncak Bukit Mancalik sampai ke Kubu dan puncak Guguk Gelawan. Selesai batas antara Nagari Tanjung dan Andalas, kembalilah Dt Bagindo Malano serta rombongan ke istana di Nagari Tanjung. BAB IV ARTI NAMA NAGARI TANJUNG Pengertian nama Nagari Tanjung Sungayang sebagai berikut : Nagari-nagari: Tanjung, Sungayang, Singkayan Sawah Liek, Talago Sungai Patai, Andalas Baruah Bukit, adalah dinamakan TANJUNG SUNGAYANG JO NAN BATUJUH seperti Parmato di atas Emas, Ikan Bertelur Di Rungga Batu, yang permatonyo Dt Bagindo Malano dan emasnya Nagari Tanjung Sungayang, telur ikannya enam buah nagari berkeliling yaitu : Singkayan, Sawah Liek, Talago, Sungai Patai, Andalas dan Baruh Bukit. Itulah sebabnya semua nagari-nagari tidak dapat dipisah-pisahkan yang merupakan satu pemerintahan. BAB V ANGKATAN KEBESARAN Di Tanjung, Dt Bagindo Malano pucuk bulat urat tunggang dalam Nagari Tanjung, dengan memakai payung kebesaran yaitu : PAYUNG KUNING. Kebesaran dan daerahnya sampai ke Sungayang, Singkayan Sawah Liat, Talago Sei Patai, dan Andalas Baruh Bukit, dengan mempunyai balai adat yang dinamai BUNGO SETANGKAI (Balai Gadang).

Pimpinan dibawahnya serta angkatan kebesaran yaitu : 1) Dalam persukuan Piliang jurai Palagan dikepalai oleh Dt Tumanggung Kacik dan penghulu pucuknya dipegang langsung oleh Dt Bagindo Malano yang berpayung kebesaran Payung Kuning, balai adatnya bernama BALAI TABUH. 2) Dalam persukuan Piliang jurai Tepi Selo dan Mandaliko, dikepalai oleh Dt Rajo Malano yang memakai Payung / Bendera Kuning Pucuknya Dan Putih Badannya, dan berbalai adat di Balai Tabuh. Kekuasaannya secara adat sampai ke Nagari Sungayang dalam Piliang Nan Tujuh Jurai. 3) Dalam persukuan Kutianyir, dikepalai oleh Dt Paduko Simarajo Nan Batepak dengan memakai Payung/ Bendera Merah Bercampur Putih, dan balai adatnya bernama BALAI GURAH. 4) Dalam persukuan Melayu Mandahiling, dikepalai oleh Dt Bijo Dirajo dengan memakai Payung / Bendera Putih, dan balai adatnya bernama BALAI BUNGO. Payung kuning adalah payung kebesaran Dt Bagindo Malano; dan Balai Bungo Setangkai adalah Balai Tanjung Sungayang Jo Nan Batujuh yang diketuai oleh Dt Bagindo Malano atau Dt Tuo dari Tanjung. BAB VI URUSAN ADAT KENAGARIAN TANJUNG Urusan adat dalam kenagarian Tanjung dipegang oleh penghulu-penghulu dalam persukuan masing-masing dan dikepalai oleh seorang pucuk dan kepala jurai, tiaptiap persukuan itu mempunyai : a. Dubalang Adat b. Manti Adat c. Malin Adat Susunannya adalah sebagai berikut : 1. Bahagian Suku Piliang jurai Palagan, dubalang adatnya bergelar Mangkuto Sutan dan Manti Adatnya bergelar Intan Kayo. 2. Bahagian Suku Piliang jurai Tapi Selo dan Mandaliko, dubalang adatnya bergelar Mangkuto Dirajo, jabatannya adalah dubalang Dt Bagindo Malano dan Manti Adatnya bergelar Mangkuto Rajo. 3. Bahagian Suku Kutianyir, dubalang adatnya bergelar Rajo Labih dan Manti Adatnya bergelar Peto Barain. d. Malin Adat: 1. Imam Adat 2. Khatib Adat 3. Bilal Adat

Jabatan yang tiga di atas adalah kepunyaan ninik mamak (penghulu-penghulu) yang keempat suku dalam Nagari Tanjung, dan untuk memakai gelar yang tiga itu adalah bergiliran/berganti-ganti. Dan empat orang malin adat (tuangku adat) yaitu yang bergelar : 1. Malin Sampono kepunyaan persuluan jurai Palagan 2. Malin Kuning kepunyaan jurai Tapi Selo dan Mandaliko 3. Malin Mancayo kepunyaan pesukuan Kutianyir 4. Malin Putih kepunyaan persukuan Malayu Mandahiling. BAB VII URUSAN AGAMA DALAM ADAT Menurut adat dalam Nagari Tanjung, ada tujuh orang tuangku/malin adat yang mengendalikan agama yaitu : 1) Khatib Adat bergelar Khatib Sampono Maharajo yang berfungsi sebagai Kadhi Nikah, Talak, dan Rujuk dan Bidang Agama 2) Imam Adat bergelar Imam Sampono yang berfungsi sebagai Imam/ikutan Suluh Bendang dalam nagari 3) Bilal Adat yang berfungsi di tempat peribadatan, dengan tugas menyeru orang dalam Bidang Agama. Dan jabatan ini adalah memakainya bergiliran/berganti-ganti dalam persukuan Nan Empat di Nagari Tanjung Kemudian ada lagi empat orang tuangku/malin adat yang mengurus dalam bidang agama dalam persukuan yang empat, yaitu : 1) Persukuan Piliang jurai Palagan bergelar Malin Sampono 2) Persukuan Piliang jurai Tapi Selo dan Mandaliko bergelar Malin Kuning 3) Persukuan Kutianyir bergelar Malin Mancayo 4) Persukuan Melayu Mandahiling bergelar Malin Putih. Demikianlah urusan agama dipegang dan dikendalikan oleh ketujuh orangbtuangku/malin adat yang tersebut di atas sejak dahulu sampai sekarang dalam kenagarian di Nagari Tanjung. BAB VIII STATUS NAGARI DI ZAMAN PEMERINTAHAN HINDIA BELANDA Dalam masa pemerintahan Hindia Belanda: Status atau kedudukan nagari ini dahulu tetap satu penghulu kepala bersama-sama dengan nagari-nagari Sungayang, Andalas, Baruh Bukit, Singkayan, Sawah Liat (Minangkabau), Talago (Sei Patai) dinamakan KELARASAN TANJUNG. BAB IX BAGAIMANA NAGARI INI MENURUT I.C.O (Inlandche Cemente Ordonantie)

Nagari ini menurut ICO (1914) Tanjung tetap satu nagari Inlandche Cemente Ordonantie, yang mempunyai Kepala Nagari dan Kerapatan Nagari yang mula-mula diambil dari penghulu-penghulu saja. Kemudian jabatan Kepala Nagari boleh dijabat oleh penghulu pucuk atau sekurangkurangnya penghulu kerapatan (satu orang dalam satu persukuan). Penghulu pucuk dinamakan anggota kerapatan A dan tambahannya Kerapatan C yaitu terambil dari Penghulu Andiko satu orang dalam satu persukuan. Di Nagari Tanjung ada empat persukuan, jadi jadi anggota kerapatannya berjumlah 8 orang dan dari 8 orang itulah yang dipilih untuk Kepala Nagari. Demikian duduknya sampai jatuh pemerintahan Hindia Belanda. BAB X SIAPA DALAM NAGARI INI YANG BERULAYAT Mula-mula urusan ulayat terpegang pada satu orang yaitu Dt Bagindo Malano, kemudian dalam pelaksanaan sampai saat ini dipegang oleh penghulu-penghulu (mamak kepala waris) sehingga dalam tiap-tiap kaum mempunyai ulayat. Watas ulayat masing-masing mamak kepala waris adalah : Ka rimbo bapirik ba linjuang, Ka payo balantak, Ka darek batanam batu. BAB XI CARA BAGAIMANA NAGARI DAPAT MEMAKAI TANAH Penduduk nagari kalau hendak memakai tanah, harus terlebih dahulu mengisi adat menuang limbago kepada mamak kepala waris yang mempunyai tanah. Mamak kepala waris yang mempunyai tanah itu, mendapat ahli waris serta ninik mamak dalam kampung dan suku, serta memanggil ninik mamak dalam nagari menyatakan bahwa si A telah memakai tanah kami untuk didiami dan lain-lain. Sesudah adat diisi limbago dituang baru dipatri dengan doa, bahwa tanah yang dipakai si A tidak boleh dijual dan digadaikan. Kalau si A atau kaumnya telah bosan memakai/mendiaminya, maka tanah itu kembali kepada yang punya semula sebagaimana biasa yaitu : Burung terbang, sangkar tinggal, murai pergi, ranting tak berdetak. BAB XII ADAT LAMA PUSAKA USANG YANG MASIH TERPAKAI DEWASA INI Adat lama pusako usang, belum berubah dan masih terpakai sampai sekarang ini, yaitu : a. Ekonomi : 1) Ke pantai berbungo pasir 2) Ke sawah berbungo amping

3) Ka rimbo berbungo kayu 4) Ke tambang berbungo emas b. Politik 1) Hinggap mencakam, terbang bersitumbu. Artinya mengaku bermamak buat orang dagang atau orang perantauan adalah diwajibkan. 2) Penggantian penghulu-penghulu atau orang nan empat jinis adalah menurut adat yaitu Patah tumbuh hilang baganti atau hidup nan bersilinan. Kemenakan barajo ka mamak, mamak barajo ke penghulu, penghulu barajo ke mufakat. Nan baturun banaikkan semenjak ninik moyang dahulunyo Cupak nan usali gantan nan piawai, cupak nan duo belas tahil gantang nan kurang dua lima puluh. Nan diasak indak layu nan dibubut indak mati Nan indak lakang dek paneh nan indak lapuak dek hujan PENGANGKATAN PENGHULU-PENGHULU (NINIK MAMAK) Ramo-ramo sikumbang janti, katik indak pulang bakudo Patah tumbuh hilang beganti, pusako adat disitu juo Mati gajah meninggalkan gading, mati harimau meninggalkan belang Mati manusia meninggalkan jaso(baris jo balabeh, adat jo pusako) Pulai bertingkat naik, manusia bertingkat turun; artinya pulai bertingkat naik meninggalkan ruas dengan buku, manusia bertingkat turun meninggalkan adat jo pusako. Adapun penghulu (ninik mamak) hidupnya mempunyai kebesaran matinyapun mempunyai kebesaran. Kullu nafsin zaiqotul maut; tiap-tiap yang bernyawa menanggung sakit dan mati. Talang di Tanjung Barulak, diambiak ka junjuang siriah, Malang tak dapat ditolak mujur tak dapat diraih Alah panjang langkah ke akhirat alah singkek pandang ke dunia. Ajarullahpun alah sampai, gadangpun alah sudah Telah terdahulu atau telah meninggal dunia dunsanak Datuk Nan Keempat suku dalam nagari yaitu : Patah tumbuh hilang baganti, pusako disitu juo. Sehari hilang sehari berganti sehari ado sehari banamo. Imbaunyo janji jionyo tando Ditumbuk indak badabus, ditampi indak malayang Pasak indak ka ma anyok, simpai indak ka baralun. BAB XIII ZAMAN JEPANG Sebelum Jepang masuk menjajah ke Indonesia atau sebelum pecahnya Perang Dunia ke-2 dan sebelum pecahnya Perang Asia Timur Raya hingga pelajar-pelajar

yang menuntut agama banyak berdatangan dari luar daerah Nagari Tanjung yang bertempat di surau/langgar (pesantren) yaitu : 1) 2) 3) 4) Surau Durian Surau Simaung Surau Ketaping Dan lain-lain

Maka pada kira-kira tahun 1928, telah berdiri yang merupakan sekolah Agama di Nagari Tanjung dengan gurunya yang mula-mula yaitu : 1). H. Yusuf gelar Malin Mancayo (masih hidup) 2). Nurdin gelar Malin Putih (masih hidup). Sekolah tersebut telah memakai bangku/meja dan papan tulis yang bertempat di Rumah sekolah Desa Nagari Tanjung waktu itu. Kemudian dengan keputusan ninik mamak nan empat jinis maka ada seorang warga Nagari Tanjung yang telah alim dalam ilmu agama bernama Alammuddin alias Engku Sago (almarhum) yang pada waktu itu beliau mengajar ilmu agama di Sekolah Thawalib Tanjung Limau Kanagarian Simabua, maka dimintalah oleh kerapatan ninik mamak Nagari Tanjung untuk mengajar ilmu agama di Nagari Tanjung dengan membuatkan sebuah sekolah agama dengan keuangan dari bayaran uang adat-penghulu-penghulu dan orang-orang nan empat jinis dalam Nagari Tanjung. Setelah beliau mengajar dan menetap di Nagari Tanjung, diberinya bernama sekolah agama tersebut dengan nama DINIYAH SCHOOL. Kemudian segala warga Nagari Tanjung yang telah menamatkan pelajarannya pada sekolah agama tingkat Thawalib/Aliyah di luar, dimintalah untuk menjadi guru Sekolah Diniyah School tersebut yaitu: M. MALIN SAMPONO, sekarang telah menjabat pangkat menurut adat yang bergelar Khatib Sampono Maharajo, lepasan sekolah THAWALIB BATUSANGKAR dan ALIYAH pada SEKOLAH ALJAMIATUL ISLAMIYAH SUNGAYANG (masih hidup). BAB XIV ZAMAN KEMERDEKAAN RI Pada tanggal 17 Agustus 1945 diproklamirkan kemerdekaan RI oleh Sukarno Hatta atas nama Bangsa Indonesia. Diwaktu tentera Jepang masih berada di tanah air, maka pemerintahan dari atasan sampai ke nagari-nagari harus mengadakan pertahanan untuk kemerdekaan Indonesia. Di tiap-tiap nagari dibentuk Komite Nasional dan Pemuda Republik Indonesia (PRI) untuk mempertahankan dan untuk menjaga keamanan dalam nagari. Di Nagari Tanjung komite nasional diketuai oleh Alm. Thantawi gelar Dt Indo Marajo dan PRI oleh Dt Manggung, sedangkan jabatan sekretarisnya ialah Dt Simarajo Lelo

Nan Putih. Bekas Gyugun dan Haeho menjelma menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), disamping bertugas menjadi keamanan nagari juga bekerja dengan TKR mengusir Jepang dengan tentaranya dari tanah air daerah Batusangkar. Tentara Jepang berasrama di Padang Siminyak Pagarruyung dan Batusangkar. Dari Nagari Tanjung ikut serta mengusir tentara Jepang yaitu menyerbu ke Koto Panjang, kewalian Sungai Tarab beberapa orang pemuda. Satu orang diantaranya meninggal di Koto Panjang, bernama JUNI, kampuang Tabing Tanjung tahun 1946 dan banyak lagi yang meninggal dunia untuk mempertahankan RI diantaranya BACHTIAR kampuang Gadang Tanjung tantara battalion Kuranji yang meninggal di Air Sirah Padang tahun 1947, BAHARUDDIN Batunjam pasukan mobolteras (PMT) meninggal tahun 1949 dalam agresi ke-2 mengusir Belanda/NICA di fron Timur Batusangkar. Juga ACUN Aur Kuning mati ditembak tentara Belanda tahun 1949. Kemudian tahun 1949 keluarlah peraturan Residen Sumatera Barat untuk membentuk pemerintahan nagari dari hasil pemilihan umum : 1. DPN (Dewan Perwakilan Nagari) 2. DHN (Dewan Harian Nagari) 3. Wali Nagari dan Stafnya DPN anggotanya terdiri dari : 1) Bitah St Marajo, Kampung Batunjam 2) Muluk, Kampung Rumah Baru 3) Makruf Dt Marajo, Kp Subarang Labuh 4) Rohani, Kp Subarang Labuh 5) Samsu Adinar, Kp Malayu Tangah 6) Makah, Kp Mandahiling Palak Laweh

7) Tinur, Kp Bawah Sukun 8) Nurdin, Malin Putih Kp Mandahiling 9) Marjohan, Khatib Sampono Maharajo Kp Palagan 10) R. Malin Bungsu, Kp Malayu Atas (alm) DHN terdiri dari : 1) Marjohan Khatib Sampono Maharajo, Kp Palagan 2) Muluk, Kampung Rumah Baru Wali Nagari dan Stafnya :

1) Wali Nagari : Thantawi gelar Dt Indo Marajo (alm) 2) Sekretaris : A. Dt Simarajo Lelo Nan Putih 3) Pesuruh : Nurasin Peraturan Gubernur Sumatera waktu itu berkedudukan di Pematang Siantar, mengadakan pembelian padi dengan kupon di Nagari Tanjung dikenakan menurut jatah lebih kurang 200 ton padi, alhamdulillah dapat dipenuhi. Pada tahun berikutnya diadakan pula oleh pemerintah Obligasi (pinjaman untuk perjuangan). Kepada penduduk Nagari Tanjung diedarkan sebanyak lebih kurang 500 lembar dengan harga a Rp 1000,- dan Rp 500,-.

Catatan tambahan A.I: Bukan untuk berbangga-bangga, tapi untuk merefleksi peranan nagari ini dibandingkan dengan daerah atau etnis lainnya ketika mempertahankan NKRI. Ketika itu nagari Tanjung berpenduduk kurang dari 1000 orang. Tak seorangpun anak nagarinya membantu NICA dan saat ini tak ada pula anak nagarinya yang berkhianat melarikan uang rakyat ke luar negeri seperti dilakukan etnis tertentu. Kemudian atas anjuran Wakil Presiden Dr Moh Hatta, salah satunya alat demokrasi untuk mempertahankan kemerdekaan RI diadakanlah/dibentuklah partai di Negara Indonesia, maka muncullah partai-partai di seluruh tanah air. Di Nagari Tanjung terdapat : a. MIT (Majlis Islam Tinggi) kemudian bergabung/fusi menjadi Masyumi (Majelis Syuro Mislimin Indonesia) dengan laskarnya Sabilillah b. PKI dengan laskarnya TMI (Tentara Merah Indonesia) Pada tahun 1946 dengan keputusan Dewan Perwakilan Nagari (DPN) Tanjung yang sebelumnya mempunyai Sekolah Rakyat dari kelas satu sampai kelas tiga yang dinamakan sekolah Desa, kemudian dijadikan sampai sekolah enam dengan Kepala Sekolahnya Abdul Muluk kampung Palagan warga Nagari Tanjung. Atas anjuran pemerintahan atasan dibentuklah Daerah Otonomi yang waktu itu berkedudukan/pembentukanya di Nagari Tanjung, sebanyak tiga nagari dengan nama OTONOMI BUKIT BARISAN yang terdiri dari : Kenagarian Tanjung, Kenagarian

Sungai Patai, dan Kenagarian Andalas Baruh Bukit, dengan Wali Otonominya/stafnya yaitu : 1. Wali otonomi yaitu Tamar Mony Nagari Sungai Patai (alm) 2. Wakil Wali Otonomi adalah Thantawi Dt Indo Marajo dari Tanjung 3. Sekretaris yaitu A. Dt Simarajo Lelo Nan Putih dari Tanjung Staf (Dewan Harian) terambil dari tiga kewalian tersebut yaitu : 1. M Dt Marajo dari Kewalian Tanjung 2. Khatib Mangkuto dari Kewalian Andalas 3. Abd Malik Muhammad dari Sungai Patai Pemerintahan tidak jadi berjalan disebabkan oleh klas II (Agresi Belanda II), dan daerah otonom bubar sendirinya. Bulan Desember tahun 1948 Belanda mengadakan agresi II dikenal dengan melanggar Perjanjian Linggarjati dengan Pemerintahan Republik Indonesia. BAB XV AGRESI BELANDA KEDUA Pada bulan Desember 1948 Belanda melancarkan agresi II terhadap Pemerintahan RI sehingga tentara Belanda (NIKA) meluaskan daerahnya melampaui Garis Demarkasi yang telah ditentukan dan tentara RI harus mundur dengan mencari taktik (perang gerilya) yang dipusatkan di kampung-kampung/nagari-nagari. Pusat pemerintahan dari Jawa dipindahkan ke Sumatera dengan Pemerintahan Darurat RI (PDRI) yang berkedudukan di Koto Tinggi Suliki. Struktur pemerintahan berubah dari atasan sampai ke nagari-nagari yaitu : Gubernur Militer Bupati Militer Camat Militer Wali Perang di Nagari Wali Perang dengan markas pertahanan rakyat nagari (MPRN), camat militer dengan markas pertahanan rakyat kecamatan (MPRK). Setelah tentara Belanda (NICA) menduduki kota Batusangkar, pemerintahan diungsikan ke nagari-nagari di waktu itu Pagarruyung lama terbagi dua : 1. Kecamatan Tanjung Emas nagari-nagarinya : Padang Ganting; Tanjung Barulak; Atar; Koto Tangah; Saruaso; dan Pagarruyung dengan kedudukan camatnya di Kanagarian Saruaso 2. Kecamatan Sungayang nagari-nagarinya : Tanjung, Sungayang, Andalas Br Bukit; Sungai Patai, dan Minangkabau dengan kedudukan camatnya di Sungayang.

Nagari Tanjung terletak di persimpangan jalan dan mempunyai gunung dan bukit yang strategis, diwaktu itu komandan komando pertempuran berkedudukan di Tanjung yaitu Bapak Yusuf Indra. Pemerintahan atau yang datang dari front utara yang hendak pergi ke front selatan (dari front Payakumbuh ke front Solok) harus melalui Nagari Tanjung dan begitu juga dari front Batusangkar hendak pergi ke front Lintau harus melalui Nagari Tanjung. Bupati Militer waktu itu berkedudukan di Sitapung Gadang kenagarian Salimpaung. Pemerintahan kecamatan berkedudukan di Tanjung dengan camat militernya Bapak Agusman (camat Pagarruyung lama) yang mengungsi dari Batusangkar ke Tanjung. Selanjutnya Bp Agusman diangkat oleh Pemerintah Kabupaten mengepalai keuangan di kabupaten, maka lowongan camat Sungayang digantikan oleh Bp Imam Juddin pengungsian dari Padang (camat Padang Luar Kota) dengan susunan MPRK-nya sebagai berikut : Camat Militer : Imam Juddin gelar Maharajo Dirajo Kepolisian : Muhamad Thaib Sub Sektor : Rumin Ahmad Di Kenagarian Tanjung berkedudukan Bapak Amir Soenaryo mengepalai satu Kio gerilya yang waktu itu bernama PMT (Pasukan Mobil Teras), Markas Pertahan Rakyat Kecamatan (MPRK) terdiri dari 1. Bahagian : Abdul Muluk dari Tanjung 2. Bagian Sosial : Nawawi dari Sungayang 3. Bahagian Pembangunan : Zubir Manaf dari Sungayang 4. Bahagian Penerangan : Mahmud Thaib dari Sungayang Markas Pertahanan Nagari Tanjung susunannya sebagai berikut : 1. Wali Perang : Thantawi gelar Dt Indo Marajo (veteran) 2. Sekretaris I : B. Dt Paduko Kayo 3. Sekteraris II : Jamhur Jamil Bc.An (veteran) 4. Bhg Perbekalan/Keuangan: Sirin Abang 5. Bhg Sosial : M. Dt Marajo 6. Bhg Pembangunan : A. Dt S. Lelo Nan Putih 7. Bhg Penerangan : M. Khatib Sampono Maharajo 8. Bhg Dapur Umum (penyediaan makanan TNI/gerilyawan): 8.1. Makah Catatan tambahan dari Abraham Ilyas: Betapapun kecilnya keikutsertaan ibu saya (Makah) mempertahankan kemerdekaan, sampai saat ini belum dicatat/diakui oleh pemerintah RI sebagai pejuang kemerdekaan. Lihat cttn lain ttg peristiwa di situs ini. 8.2. Tinur (veteran)

Sebagaimana yang telah disebutkan di atas tadi bahwa Nagari Tanjung terletak di persimpangan jalan, petugas-petugas pemerintahan atau tentara RI yang datang dari berbagai jurusan (front) harus melalui Nagari Tanjung dan istirahat di Tanjung dan untuk perbekalannya disiapkan di Nagari Tanjung seperti nasi bungkus oleh Wali Perang bersama MPRN dan juga perbelanjaan keuangannya. Dimana Persiden PDRI (Pemerintah Darurat Republik Indonesia) Mr Syafruddin Prawira Negara sering melalui Nagari Tanjung untuk pergi ke Lintau/Payakumbuh dan untuk seterusnya ke Suliki hal mana beliau juga sekaligus menginspeksi pasukan yang bermarkas di Tanjung. Pada kira-kira bulan Desember 1949 perjuangan dengan Belanda berakhir, pemerintahan telah kembali ke tempat masing-masing, keamanan telah pulih kembali, ibu kecamatan Sungayang bertempat di Sungayang. Bulan Juni 1950 MPRK/MPRN dibubarkan dan Wali Perangnya Dt Indo Marajo karena lesu dan kesehatannya tidak memungkinkan lagi bekerja/bertugas yang mana dia telah bekerja sejak kemerdekaan diumumkan sampai akhir perjuangan dengan Belanda. Kemudian diangkat M. Khatib Sampono Marajo menjadi Wali Nagari, dan ini terjadi kira-kira bulan Juli 1950 yang bertugas selama 2 tahun dan kemudian atas permintaannya sendiri ia mohon berhenti disebabkan karena menjabat guru agama pada Sekolah Agama Negeri. Pada kira-kira akhir tahun 1951 diangkat sebagai gantinya H. Dt Simarajo Nan Tungga yang bertugas sampai pada tahun 1958 dan karena kesehatannya tidak mengizinkan lagi maka dia mohon berhenti dari jabatannya dan pada tahun 1958 itu juga diangkat sebagai gantinya Wali Nagari Tanjung Sdr. Mahmud Dt Bijo Nan Putih sampai bulan Maret 1960. BAB XVI MASA PERGOLAKAN DAERAH (PRRI) Pada bulan Pebruari 1958 ultimatum dari daerah bahwa Sumatera Tengah terlepas dari pemerintahan pusat dan terbentuklah PEMERINTAHAN REVOLUSIONER REPUBLIK INDONESIA (PRRI). Nagari Tanjung menjadi tempat pengungsian pemerintah dan tentara PRRI dan begitu juga pengungsian dari rakyat yang ada di kota-kota. Maka Nagari Tanjung sekali lagi ditimpa bermacam-macam masalah umpamanya menyiapkan nasi bungkus (dapur umum) tiap-tiap waktu/hari dan tidak ketinggalan pula pengumpulan uang. Cttn tambahan AI: Setiap rumah membuat lubang perlindungan dan dilain waktu penduduk mengungsi ke bukit-bukit.

Di Tanjung dan Batunjam bermarkas kompi tentara Baringin Sati serta Komado Teritorial Kecamatan. Sering kali Tanjung dihujani dengan tembakan canon dan sekali waktu diserang oleh 2 pesawat Mustang AURI yang menimbulkan kerusakan di kampuang Mandahiliang. Kira-kira pada bulan Maret 1960 Nagari Tanjung dinyatakan bebas dari pemerintahan PRRI oleh APRI; dan kira-kira 2 bulan sebelum dinyatakan bebas Nagari Tanjung menjadi sasaran peluru dari APRI, sehingga membawa korban rakyat. Beberapa orang diantaranya : 1. Nurma dan 2 orang anaknya Melayu atas, 2. Adnan Malin Sati Kp Tabek, 3. Marsuan Jubek Kp Gadang mati kena tembakan APRI ketika meangkek lukah di waktu subuh. Pada bulan tersebut di atas pemerintahan di waktu itu lowong dan diangkatlah Abdul Muluk sebagai TPN (Tepatan Pemerintahan Nagari) kemudian digantikan oleh Darwis L dan kemudian digantikan lagi oleh Z. Dt Rajo Damuanso sebagai Wali Nagari Tanjung. Bersasarkan peraturan Gubernur Kepala Daerah Propinsi Sumatera Barat No.... tgl..... diadakan pemilihan umum untuk memilih DPRN serta Wali Nagari. Dalam pemilhan umum tersebut terdapat anggota DPRN hasil pemilihan sebagai berikut : 1. A. Y. Dt Bandaro Kayo, Kp Palagan 2. H.Y. Dt St Pdk Kayo, Kp Batunjam 3. Y. Dt Paduko Simarajo, Kp Gadang 4. R. Dt Paduko Simarajo, Kp Gadang 5. K. Dt Bagindo Sinyato, Kp Sawah Tanggung 6. J. Dt Mangkuto Sinaro, Batunjam 7. M. Dt Bijo Nan Putih, Kp Malayu Atas 8. M. Lini Ys , Kp Tabing 9. Rivai A. Kp Batang Situak 10. Agusnar Jamil, Kp Mandahiling Baruh 11. N. Malin Putih, Kp Mandahiling Palak Laweh Kemudian pemilihan wali nagai dengan calon-calonnya : 1. M. Dt Bijo Nan Putih 2. Y. Dt Paduko Simarajo 3. Rivai A, Maka jatuhlah pemilihan wali nomor satu kepada M Dt Bijo nan Putih, nomor dua jatuh kepada Rivai A, dan ketiga Y Dt Simarajo. Kemudian M. Dt Bijo Nan Putih meninggal dunia maka untuk menyamaikan masa jabatan wali Nagari Tanjung maka ditunjuklah Rivai A sebagai gantnya sampai sekarang. BAB XVII ADAT DAN PEMERINTAHAN

Sebelum masuknya pemerintahan penjajahan ke Nagari Tanjung dahulunya yang menyusun dan mengatur pemerintahan ialah adat yang dikepalai oleh Dt Bagindo Malano yang diam di Kampung/Bukit Panjang Tanjung bersama penghulu nink mamak nan empat jinih dari kanagarian Tanjung Sungayang Nan Batujuh. Kemudian setelah pemerintahan masuk, maka struktur adat berubah dalam pemerintahan nagari tidak berkuasa penuh lagi dan diatur oleh pemerintahan jajahan diwaktu penjajahan Belanda mula-mula diadakan sebagai yang mengepalai pemerintahan dinamakan LAREH TANJUNG dengan daerahnya : Tanjung, Sungayang, Andalas Br Bukit, Talago Sei Patai, dan Singkayan Sawah Liat. Kemudian berubah lagi dengan nama Kepala Nagari. Nagari Tanjung jo Nan Batujuh larehnyo dinakan Lareh Tanjung, kemudian pemerintahan jajahan Belanda dihapuskan nama lareh dan diganti dengan nama Kepala Nagari. Tanjung menjadi satu kepala nagari dengan Andalas Br Bukit yang berkedudukan di Tanjung. Pada kira-kira tahun 1915 nagari Andalas Br Bukit dijadikan satu kepala nagari dan tidak lagi satu kepala nagarinya dengan Nagari Tanjung. Kepala Nagari dan Wali Nagari Daftar Kepala Nagari dan Wali Nagari Tanjung semenjak Pemerintahan Belanda sampai sekarang A. Di waktu Penjajahan Belanda 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Dt Dt Dt Dt Dt Dt Dt Dt Dt Mangkhudun, Kp Tangah Paduko St Kayo, Kp Batunjam Rangkayo Besar, Kp Tangah Marajo, Kp Subarang Labuh Majo Indo, Kp Batang Situak Bijo dirajo, Kp Malayu Tangah Rangkayo Besar, Kp Tangah Mangkuto Sinaro, Kp Batunjam Sinaro Mawan, Kp Tabing

B. Wali nagari di Zaman Jepang dan di Zaman Kemerdekaan RI, yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Ajis Dt Bijo dirajo, Kp Malayu Tangah Thantawi Dt Indo Marajo, Kp Batang Situak Marjohan gelar Khatib Sampono Maharajo, Kp Palagan Hitam Dt Simarajo Nan Tungga, Kp Rumah Nan Panjang Mahmud Dt Bijo Nan Putih, Kp Malayu Atas Muluk S, Sumur ampaleh Darwis L, Malayu Tangah Zubiran D Rajo Damuanso, Malayu Tangah Th Dt Indo Marajo, Kp Batang Situak

10. Hitam Dt Simarajo Nan Tungga, Kp Rumah Nan Panjang 11. Mahmud Dt Bijo Nan Putih, Kp Malayu Atas 12. Rivai A., Kp Batang Situak ... Amri ... Asmiarti (pjs) ... Faze Andrif SH. (2009 LAMBANG NAGARI TANJUNG Pada lambang Nagari Tanjung telah dapat menentukan bahwa nagari ini menyatakan : BODI CANIAGO NAN TANGAH memperhatikan benar-benar diantaranya adalah : a. Tanah yang dianjung b. Balai Pintu gerbang yang tujuh c. Payung kuning d. Sebentuk cincin permato, diatas emas e. Balai-balai adat f. Mesjid g. Sawah dengan bukit-bukitnya (gunung-gunung) PENGERTIAN LAMBANG : a. Tanah yang dianjung Pada mula-mula dahulunya nenek moyang mendapatkan nagari ini dibuatnyalah tanah beranjung (tanah beronggok) di atasnya diletakan sebuah batu percaturan yang tempatnya di Ujung Balai, sekarang tempat itu sudah dijadikan kedai bertingkat pada tahun 1961. Dengan pengertian, nagari ini bernama Nagari Tanjung, yang terambil dari kota tanah yang dianjung (tanah yang ditinggikan). Pemimpin yang turun dari dusun tuo (Lima Kaum) yang diketuai oleh Dt Bagindo Malano (Dt Tuo) guna mengasah otak atau pikiran bersama-sama, bagaimana menyusun dan membangun nagari ini. b. Balai Pintu gerbang yang tujuh Artinya menyatakan bahwa, balai pintu gerbang nan tujuh adalah suatu tempat bersidang , musyawarah oleh Nagai Tanjung Jo Nan Batujuh yang diketuai oleh Dt Bagindo Malano dengan pengetian bahwa pintu yang tujuh itu adalah tujuh nagari yang masuk dan bersidang di dalamnya, sehingga diadakanlah tujuh buah pintu gerbang yang melambangkan tujuh buah nagari di dalamnya yang bersidang atau musyarawah. c. Payung kuning Payung kuning adalah payung kebesaran Dt Bagindo Malano yang melambangkan sebagai pucuk pimpinan Tanjung Sungayang Jo Nan Batujuh, karena Dt Bagindo Malano aalah orang yang mengatur dan memimpin nagari nan tujuh.

d. Sebentuk cincin permato di atas emas Ialah melambangkan kesatuan Nagari Tanjung dengan nagari berkeliling dalam Kelarasan Tanjung Sungayang Jo Nan Batujuh yaitu : Tanjung, Sungayang, Andalas Br Bukit, Talago di Sungai Patai, dan Singayan Sawah Liat. Denagn pengertian ialah seperti : Parmato di ateh ameh ikan bertelur di runggo batu, permatonyo Dt Bagindo Malano amehnyo Nagari Tanjung Sungayang, telur ikannya enam buah nagari berkeliling. e. Balai-balai adat Balai-balai adat ialah suatu tempat bersidang/bermusyawarah untuk mengatur dan menyusun adat istiadat dalam nagari,.. bulek sadapua dibawo sarumah, bulek sarumah diberitahu ke kampuang serato urek nan manjala pucuak nan manjambo kemudian dibawo bernagari Dt ninik mamak nan keempat suku, maka itulah nan dinamokan BAJANJANG NAIK BATANGGO TURUN, menurut aturan adat. Pengambilan Sumpah/Pelantikan Adat tiga nan bapakai yaitu : 1. Bararak kalabuh ketapian 2. bararak kabalai kabalerong 3. sudah diateh rumah tango Adapun penghulu itu, ketek baru banamo gadang bari bagala yaitu : Bernama : Bergelar : Datuk Sesuai bunyi dalam Al Quran : Yamuruuna bil maruf, wayanhauna anil mungkar artinya : menyuruh berbuat kebaikan dan melarang berbuat kejahatan. Berkata benar menghukum adil Pai tempat batanyo pulang tampek babarito Kana biso kawi, kutuk Quran 30 juz Di atas tidak berpucuk, dibawah tidak berurat, ditengah2 dilarik kumbang Hutang nan akan membayarkan piutang yang akan menerimakan Peresmian Selesai menurut sanjang adat yang berlaku, resmilah seorang penghulu, dan telah disebarluaskan kepada umum yaitu : Darahlah dikacau, daginglah dilapah Tagaklah dibawo sesaing, duduklah dibawo seselo, piutanglah samo diterimakan Mendirikan Rumah Adat Atau Rumah Gadang: Mendirikan rumah adat yaitu rumah adat yang berpuncak empat yang gunanya ialah untuk mendirikan adat. 1) Tempat beradat mendirikan penghulu 2) tempat beradat alat marapulai 3) tempat beradat alat sunat rasul

Rumah adat itu puncaknya empat dan banyak ruangnya ada 3 ruang, 5 ruang dan ada juga yang 9 ruang dan memakai BANDUR, diatas bandur itu memakai bilik atau kamar berbaris menurut banyak ruangnya. Rumah adat ini dinamakan juga RUMAH GADANG yang didiami oleh induk atau kaum yang dikepalai oleh TENGGANAI, yang dinamakan tengganai rumah gadang tersebut, dalam pepatah adat : Kampung batuo rumah batangganai Dan pada tiap-tiap kampung rumah adat ini ada 2 sekampung, 3 sekampung, ada 4 dan ada lima sekampung; yang kesemuanya itu dipunyai dan dikuasai oleh penghulu atau ninik mamak dalam kampuang itu, dan penghuninya adalah dinamakan ANAK KEMENAKAN. Jadi penghululah yang mengatur dalam kampuang itu. Cara mendirikan rumah adat ini adalah : Lapuk-lapuk diganti, usang-usang diperbarui Seciok bak ayam sedancing bak besi Kelurah samo menurun kebukit samo mendaki Barek samo dijunjung ringan samo dijinjing Dengan arti kato tuah sepakat cilako basilang, maka diberi tahulah jorong dan persukuan serta anak dengan bako, tidak ketinggalan atap nan bajaik bandua nan batakan dan salancuran alu/nan saguguk untuk bergotong royong bertagak rumah adat atau rumah gadang. Perkawinan : Perkawinan ada 2 macam yang harus dilaksanakan yaitu : 1. Kawin menurut adat 2. Kawin menurut syarak Kawin menurut adat Mula-mula bermufakat ibu dengan bapak, kok ado anak perempuan oleh ibu dengan bapak, dicaliak dan dipandangi karena si upik alah gadang, alah patut dicarikan jodoh/suami, alah sepakat ibu jo bapak akan mencarikan jodoh/suaminya, maka pandangan pertama tertuju kepada bakonya, yaitu kemenakan dari bapak yang perempuan. Kemudian setelah sepakat dengan bapak, kemudian dibawalah perhitungan itu kepada mamak (tengganai rumah). Setelah dapat kato saiyo (semupakat) dengan mamak tungganai rumah lalu putusan itu diperlihatkan dan dabawa ke datuk (penghulu) dengan cara rahasia. Setelah perhitungan (putusan itu) didengar oleh datuk penghulu kampung panjang tidak dikarek singkek indak diuleh hanyo diserikati/dibenarkan, maka barulah diadakan peninjauan oleh mamak/ tungganai rumah kepada mamak tungganai rumah dari pihak laki-laki (yang akan jadi jodoh) anak perempuan itu, dan begitu pula sebaliknya, kemudian barulah diberitahu jorong dengan kampung sebagai kabar mata.

Kemudian oleh mamak tungganai rumah dari pihak perempuan serta dari pihak laki-laki dicarilah kato sepakat dengan persetujuan ninik mamak kedua belah pihak, untuk menentukan hari masa dan kutiko yang dinamakan memutusi hitungan dan bertimbang tando. Setekah tentu hari dan kutiko masa bertimbang tando, maka oleh ninik mamak kedua belah pihak maka dilepaslah pegawai adat kaki nan bajalan tangan nan menjangkau untuk mengucap memanggil datuk ninik mamak dalam jorong dan suku serta atap bajaik bandua nan batakan, dan nan seluncuran alu beserta datuk nan seguguk lalu anak jo bako. Pada hari ketika pertemuan besar tersebut diadakanlah sembah menyembah menurut adat dan disitulah dilakukan bertimbang tanda yaitu dari pihak yang perempuan ukuran langan yaitu GALANG BAHERAM dan dari pihak yang laki-laki ukuran jari, yaitu cincin permato terbuat dari emas, sebelumnya berlangsung bertimbang tando menurut adat oleh kerapatan, waktu itu ditemukan adat nan tigo nan bapakai : 1) Adatnyo gadang 2) Adatnyo manangah 3) Adatnyo baketek Setelah selesai dari salah satu yang tiga itu, umpama adat bagadang diadakan bertimbang tando dan beremas adat, kemudian bari ditentukan hari kawin dan hari pulangnyo, setelah selesai maka pertemuan ditutuplah dengan secara adat dan dipateri dengan doa selamat. Kemudian setelah tiba jangka dan waktu dipulangkan marapulai, pihak yang lakilaki kerumah anak daro; diwaktu itu berdirilah alat marapulai, yaitu datangnyo bajapuik pulangnyo baantar-antar. Dijapuik menurut adat dan diantar menurut adat dan di waktu itu pulalah tanda kedua belah pihak dipulangkan yang dipersaksikan bersama-sama. Kawin menurut Syarak ialah dikunjungi mesjid di hadapan tuangku kadi serta saksisaksinya, demikianlah pelaksanaannya sampai sekarang. Sunat Rasul : Menurut adat nan dipakai semenjak dahulu sampai sekarang kalau beranak laki-laki disunatkan dan disunatkan pula kalau beranak perempuan dicacang/digunting. Caranya ialah diadakan arak-arakan ke tepian menurut adat dengan berpakaian adat dan malamnya diadakanlah bunyi/bunyian maka berdatanglah korong jo kampuang bako jo baki andan-pasumandan dan yang perempuan membawa makanan seperti batiah dan beras pulut dan dari pihak yang laki-laki memberi uang ala kadarnyo, pepatah adat mengatakan yaitu : Adat bersandi syarak, syarak bersandi kitabullah; syarak mengatokan adat nan memakai.

Sosial 1) Karajo baik berhimbauan umpama : a. Membuat rumah adat, mengambil kayu kerimbo dan bergotong royong. b. Kesawah dengan bergotong royong c. Beralek kawin pembagi jamu menaiki rumah dan sebagainya; kok barek samo dijunjung, kok ringan samo dijinjing dengan cara bergotong royong 2) Karajo buruak berhamburan umpamo : a. Kematian, sakik manyilau, mati manjanguak b. Menyelamatkan jenazah sampai ke kubur bersama-sama c. Mati anak mengafan bapak, mati bapak mengafan anak, mati isteri mengafan suami, mati suami mengafan isteri d. Penghibur famili si mati yaitu : Kalau perempuan yang datang menjenguk (yang bersangkutan dengan si mati) membawa beras segantang seorang dan anak nagari menurut kemampuan masing-masing dan kalau laki-laki yang datang hanya diadakan sembah menyembah menurut adat. e. Waktu kebakaran dibunyikan TABUAH LARANGAN untuk mengeluarkan anak nagari untuk melarai kebakaran .................. (Catatan !!!!!: kalimat berikut ini tidak menyambung/putus dengan kalimat sebelumnya, barangkali ada yang tertinggal ?????? oleh ninik mamak nan ampek jinih untuk kemajuan anak kemenakan dibidang pembangunan mental dan spiritual sebagai pepatah adat mengatakan Bumi Senang Padi Menjadi, Nagari Aman Santoso Kaluak paku kacang balimbiang, tampurung lenggang-lenggangkan dibawo urang ka Saruaso, anak dipangku kamanakan dibimbiang urang kampuang dipatenggangkan nagari jan binaso, tenggang sarato jo adatnyo Balai-balai adat itu adalah melambangkan maju dan mundurnya nagari. f. Mesjid Mesjid adalah suatu tempat peribadatan yang melambangkan kesucian jiwa rohaniah bagi hidup dan kehidupan rakyat dunia dan akhirat g. Sawah dengan bukit-bukitnya (gunung-gunung) Nagari Tanjung pada masa dahulunya adalah nagari aman dan makmur disebabkan sawahnya yang luas dan tanah pegunungannya yang menghijau lagi subur. Daerah persawahan dilingkari oleh sebuah sungai yang mengalir dari gununggunung (bukit-bukitnya) sehingga rakyatnya makmur dan sentosa. Baddatun thaiyibatun wa rabbu ghafur. Amiiin Tanjung tanggal 8 Mei 1975

Daftar Penghulu-penghulu, Ninik Mamak Nan Empat Jenis dalam Kanagarian Tanjung. Dt. Bagindo Malano (Dt. Tuo) di Kampuang Panjang, Pucuak dalam nagari nan Tujuah, yaitu Tanjuang, Sungayang, Singkayan, Sawah Liek, Andalas, Br. Bukit, Talago, Sungai Patai I. PASUKUAN PILIANG JURAI PALAGAN NO. GELAR KAMPUNG JABATAN SEPANJANG ADAT Pucuk pimpinan dipegang langsung oleh Dt. Bagindo Malano sendiri dan Kepala Jurai Dt. Tumanggung Kacik Kepala jurai Penghulu Andiko Penghulu Andiko

1 2 3 4

Dt. Bagindo Malano

Kampung Panjang Di Palagan Kacik Palagan Palagan

Dt. Tumanggung Kacik Dt. Bandaro Ensuik Dt. Bandaro Kayo Dt. Simarajo Nan 5 Tungga 6 Dt. Mangkhudum Kayo 7 Dt. Rangkayo Besar Dt. Simarajo Lelo Nan 8 Putih 9 Mangkutan Sutan 10 Intan Kayo 11 Malin Sampono

Rumah Nan Panjang Penghulu Andiko Kampung Tangah Kampung Tangah Pono Kampung Tangah Pono Pono Penghulu Andiko Penghulu Andiko Penghulu Andiko Dubalang Adat Manti Adat Malin Adat

II. JURAI TAPI SELO DAN MANDALIKO 12 Dt. Rajo Malano 13 Dt. Marajo 14 Dt. Ulak Cumano 15 Dt. Maharajo 16 Dt. Paduko Kayo 17 Dt. Majo Besar 18 Dt. Penghulu Besar 19 Dt. Bdr. Kuning Piliang 20 Dt. Sinaro Kuning 21 Dt. Makhudum Sati 22 Dt. Manggung 23 Dt. Sutan Bgd. Besar 24 Dt. Bgd. Besar 25 Mangkuto Dirajo 26 Mangkuto Rajo 27 Dt. Sinaro Mawan Tabing Subarang Labuh Subarang Labuh Subarang Labuah Bawah Sukun Kampuang Tongah Tapi Selo Tapi Selo Piliang Piliang Dalam Piliang Dalam Bawah Kubang Sawah Tangguang Kampuang Panjang Tapi Selo Tabiang Pucuk Jurai Tapi Selo Mandaliko Penghulu Andiko Penghulu Andiko Penghulu Andiko Penghulu Andiko Penghulu Andiko Penghulu Andiko Penghulu Andiko Penghulu Andiko Penghulu Andiko Penghulu Andiko Penghulu Andiko Penghulu Andiko Dubalang Adat Manti Adat Penghulu Andiko

28 Malin Kuniang III. PASUKUAN KUTIANYIR Dt. Pdk. Simarajo Nan Batepak Dt. Pdk. Simarajo Nan 30 Bulek 31 Dt. Paduko Sianso 32 Dt. Balai 33 Dt. Tan Besar 34 Dt. Pdk. Barain 35 Dt. Majo Indo 36 Dt. Indo Marajo Dt. Indo Marajo Nan 37 Tunggang Jajak 38 Dt. Mangkuto Simarajo 39 Dt. Sipado 40 Dt. Bgd. Sinyato 41 Dt. Mangkuto Sinaro 42 Ambareno 43 Malin Mancayo 44 Sutan Alam 29

Subarang Labuah

Malin Adat

Kampuang Godang Penghulu Pucuk Kampuang Godang Penghulu Andiko Kampuang Godang Kampuang Godang Aua Kuniang Polak Loweh Batang Situak Batang Situak Ujuang Titian Salo Salo Sawah Tangguang Batunjam Kampuang Godang Kampuang Godang Ikuqr Tanjuang Penghulu Penghulu Penghulu Penghulu Penghulu Penghulu Andiko Andiko Andiko Andiko Andiko Andiko

Penghulu Andiko Penghulu Andiko Penghulu Andiko Penghulu Andiko Penghulu Andiko Dubalang Adat Malin Adat Manti Adat

IV. PASUKUAN MELAYU MANDAHILIANG 45 Dt. Bijo Dirajo 46 Dt. Rajo Damuanso 47 Dt. Dono Lelo Angso 48 Dt. Paduko St. Kayo 49 Dt. Bijo Kiamang 50 Dt. Bijo Nan Putih 51 Dt. Rajo Asai nan Usali 52 Dt. Pdk. Rajo Lelo Dt. Paduko Rajo 53 Dindo (Dt. Soda) Dt. Pdk. Tuan 54 Mandahiliang Baruah Dt. Pdk. Barain Nan 55 Bagalang Kaki Ameh 56 Dt. Penghulu Besar 57 Rajo Labiah 58 Peto Barain Malayu Tongah Penghulu Malayu Tongah Penghulu Malayu Tongah Penghulu Batunjam Penghulu Malayu Ateh Penghulu Malayu Ateh Penghulu Mly. Mdh. Polak Lwh Penghulu Mly. Mdh. Polak Lwh Penghulu Pucuk Andiko Andiko Andiko Andiko Andiko Andiko Andiko

Mly. Mdh. Polak Lwh Penghulu Andiko Mandahiliang Baruah Mandahiliang Baruah Mandahiliang Subarang Malayu Ateh Mdh. P. Laweh Penghulu Andiko Penghulu Andiko Penghulu Andiko Dubalang Adat Manti Adat

59 Malin Putiah Mdh. P. Laweh Malin Adat Khatib Sampono 60 Palagan Khatib Adat Maharajo 61 Imam Sampono Kutianyier Imam Adat 62 Bilal Kutianyier Bilal Adat PENJELASAN : No. 60, 61, dan 62 pemakaian gelar tersebut bergiliran dalam nan keempat suku dalam Kanagarian Tanjung. Sekarang dipakai oleh Melayu Mandahiliang (1975) tetapi pemakaiannnya diserahkan kepada Piliang dan Kutianyier Tanjung, 24 Maret 1975 WALI NAGARI TANJUNG d.t.o. RIVAI.