module 2 blok 19 tht, william bunga datu g 501 10 063

15
LEARNING OBJEKTIF : 1.anatomi dan fisiologi sistem pendengaran serta keseimbangan ? 2.interpretasi dari hasil pemeriksaan THT? 3.prinsip pemeriksaan? 4.penatalaksanaan diagnosis di skenario? 5.patofisiologi di skenario? 6.apa itu kolesteatoma, mekanisme dan komplikasinya? 7.apa penyebab pusing, berputar, dan mual? 8.mengapa bisa terjadi fistula retroaurikular pada telinga kiri? 9.apa dampak ke telinga sebelah? Apabila telinga satu sakit? 10. prognosis diskenario? Jawaban 1.anatomi dan fisiologi sistem pendengaran dan keseimbangan ? Telinga luar terdiri dari daun telinga ( pinna / aurikula) dan saluran telinga luar (meatus auditorius eksternus).Daun telinga terletak di dua sisi kepala setinggi mata.Tersusun oleh tulang rawan atau kartilago dan otot kecil yang dilapisi oleh kulit.Sehingga menjadi tinggi keras dan lentur.Daun telinga dipersarfi oleh saraf fasialis.Fungsi dari daun telinga adalah mengumpulkan gelombang suara untuk diteruskan kesaluran telinga luar yang selanjutnya ke gendang telinga. Telinga luar merupakan lintasan yang sempit, panjangnya sekitar 2,5 cm dan daun telinga ke membran timpani.Saluran ini tidak beraturan dan dilapisi oleh kulit yang mengandung kelenjar khusus, Glandula seruminosa yang menghasilkan serumen.Serumen ini berfungsi untuk melindungi kulit dari bakteri, menangkap benda asing yang masuk ke telinga.Serumen juga dapat mengganggu pendengaran jika terlalu banyak.Batas telinga luar tengah adalah membran timpani atau gendang telinga. Membran timpani berbentuk kerucut dengan diameter sekitar 1 cm.Tersusun atas 3 lapisan yaitu bagian luar adalah epitel , bagian

Upload: william-bunga-datu

Post on 20-Oct-2015

6 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Module 2 Blok 19 THT, William Bunga Datu G 501 10 063

LEARNING OBJEKTIF :

1.anatomi dan fisiologi sistem pendengaran serta keseimbangan ?

2.interpretasi dari hasil pemeriksaan THT?

3.prinsip pemeriksaan?

4.penatalaksanaan diagnosis di skenario?

5.patofisiologi di skenario?

6.apa itu kolesteatoma, mekanisme dan komplikasinya?

7.apa penyebab pusing, berputar, dan mual?

8.mengapa bisa terjadi fistula retroaurikular pada telinga kiri?

9.apa dampak ke telinga sebelah? Apabila telinga satu sakit?

10. prognosis diskenario?

Jawaban

1.anatomi dan fisiologi sistem pendengaran dan keseimbangan ?

Telinga luar terdiri dari daun telinga ( pinna / aurikula) dan saluran telinga luar (meatus auditorius eksternus).Daun telinga terletak di dua sisi kepala setinggi mata.Tersusun oleh tulang rawan atau kartilago dan otot kecil yang dilapisi oleh kulit.Sehingga menjadi tinggi keras dan lentur.Daun telinga dipersarfi oleh saraf fasialis.Fungsi dari daun telinga adalah mengumpulkan gelombang suara untuk diteruskan kesaluran telinga luar yang selanjutnya ke gendang telinga.

Telinga luar merupakan lintasan yang sempit, panjangnya sekitar 2,5 cm dan daun telinga ke membran timpani.Saluran ini tidak beraturan dan dilapisi oleh kulit yang mengandung kelenjar khusus, Glandula seruminosa yang menghasilkan serumen.Serumen ini berfungsi untuk melindungi kulit dari bakteri, menangkap benda asing yang masuk ke telinga.Serumen juga dapat mengganggu pendengaran jika terlalu banyak.Batas telinga luar tengah adalah membran timpani atau gendang telinga.

Membran timpani berbentuk kerucut dengan diameter sekitar 1 cm.Tersusun atas 3 lapisan yaitu bagian luar adalah epitel , bagian tengah lapisan fibrosa dan lapisan dalam adalah mukosa.Fungsi dari membran timpani adalah melindungi organ telinga tengah dan menghantarkan fibrilasi suara dari telinga luar ke tulang pendengaran (osikel).Kekuatan getaran suara mempengaruhi tegangan, ukuran dan ketebalan membran timpani.

Telinga tengah, merupakan rongga yang berisi udara dalam bagian petrosus tulang temporal.Rongga tersebut dilalui oleh 3 tulang kecil yaitu maleus, inkus , dan stapes yang membentang dari membran timpani ke foramen ovale.Sesuai dengna namanya tulang maleus bentuknya seperti palu dan menempel pada membran timpani.Tulang inkus menghubungkan maleus dengan stapes dan tulang stapes melekat pada jendela oval di pintu masuk telinga dalam.Tulang stapes di sokong oleh otot stapedius yang berperan menstabilkan hubungan antara stapes dengan jendela oval dan mengatur hantaran suara.Jika telinga menerima suara yang keras maka otot stapedius akan berkontraksi sehingga rangkaian tulang akan kaku.Sehingga hanya sedikit suara yang

Page 2: Module 2 Blok 19 THT, William Bunga Datu G 501 10 063

dihantarkan.Fungsi dari tulang-tulang pendengaran adalah mengarahkan getaran dari membran timpani ke fenestra vestibuli yang merupakan pemisah antara telinga tengah dengan telinga dalam.

Rongga telinga tengah berhubungan dengan tuba eustachius yang menghubungkan telinga tengah dengan faring.Fungsi tuba eustachius adalah untuk keseimbangan tekanan antara sisi timpani dengan cara membuka atau menutup.Pada keadaan biasa tuba menutup , tetapi membuka pada saat menguap, menelan atau mengunyah.

Telinga dalam atau labirin, telinga dalam atau labirin mengandung organ-organ yang sensitif untuk pendengaran, keseimbangan dan saraf kranial kedelapan.Telinga dalam berisi cairan dan berada pada petrosa tulang temporal.Telinga dalam tersusun atas dua bagian yaitu labirin tulang dan labirin membranosa.

Labirin tulang merupakan ruang berisikan cairan menyerupai cairan serebrospinalis yang disebut cairan perilimf.Labirin tulang tersusun atas vestibuli, kanalis semisirkularis dan koklea,vestibuli menghubungkan koklea dengan kanalis semisirkularis.Saluran semisirkularis merupakan 3 saluran yang berisi cairan yang berfungsi menjaga keseimbangan.Pada saat kepala digerakkan.Cairan tersebut bergerak ke salah satu saluran sesuai arahb gerakan kepala.Saluran ini mengandung sel-sel rambut yang memberikan respon terhadap gerakan cairan untuk disampaikan pesan ke otak sehingga terjadi proses keseimbangan.Koklea berbentuk seperti rumah siput, di dalamnya terdapat duktus koklearis yang berisi cairan endolimf dan banyak reseptor pendengaran.Koklea bagian labirin dibagi atas 3 ruangan yaitu, skala vestibuli, skala media, dan skala timpani.diantara skala vestibuli dan skala media terdapat pembatas yang disebut membrana vestibuli sedangkan diantara skala media dan skala timpani terdapat pembatas yang disebut membrana basiler.

Labirin membranosa, terendam dalam cairan perilimf dan mengandung cairan endolimf.kedua cairan tersebut terdapat keseimbangan yang tepat dalam telinga dalam sehingga pengaturan keseimbangan tetap terjaga.Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, sakulus , dan kanalis semisirkularis , duktus koklearis, dan organ korti.Utrikulus terhubung dengan duktus semisirkularis , sedangkan sakulus terhubung dengan duktus koklearis dalam koklea.Organ korti terletak pada membran basiler, tersusun atas sel-sel rambut yang merupakan reseptor pendengaran.Ada 2 tipe sel rambut yaitu sel rambut baris tunggal interna dan 3 baris sel rambut eksterna .Pada bagian samping dan dasar sel rambut bersinaps dengan jaringan ujung saraf koklearis.

Mekanisme pendengaran : gelombang suara dari luar dikumpulkan oleh daun telinga (pinna) , masuk ke saluran eksterna.Pendengaran (meatus dan kanalis auditorius eksterna) yang selanjutnya masuk ke membran timpani.Adanya gelombang suara yang masuk ke membran timpani.Menyebabkan membran timpani bergetar dan bergerak maju mundur.Gerakan ini juga yang mengakibatkann tulang-tulang pendengaran seperti maleus, inkus, stapes ikut bergerak dan selanjutnya stapes menggerakkan foramen ovale serta menggerakkan cairan perilimf pada skala vestibuli.Getaran selanjutnya melalui membran vestibuli yang mendorong endolimf dan membran basiler ke arah bawah dan selanjutnya menggerak perilimf pada skala timpani.Pergerakan cairan dalam skala timpani menimbulkan potensial aksi pada sel rambut yang selanjutnya diubah menjadi impuls listrik.Impuls listrik selanjutnya dihantarkan ke nukleus koklearis , thalamus kemudian korteks pendengaran untuk diasosiasikan.

Page 3: Module 2 Blok 19 THT, William Bunga Datu G 501 10 063

2. PEMERIKSAAN TELINGAPasien duduk dengan posisi badan condong ke depan dan kepala lebih tinggi sedikit dari

kepala pemeriksa untuk memudahkan melihat liang telinga dan membran timpani. Atur lampu kepala supaya fokus dan tidak mengganggu pergerakan, kira kira 20- 30 cm di depan dada pemeriksa dengan sudut kira kira 60 derajat, lingkaran focus dari lampu, diameter 2-3 cm. Untuk memeriksa telinga, harus diingat bahwa liang telinga tidak lurus. Untuk meluruskannya maka daun telinga ditarik ke atas belakang , dan tragus ditarik ke depan. Pada anak, daun telinga ditarik ke bawah. Dengan demikian liang telinga dan membran timpani akan tampak lebih jelas. Liang telinga dikatakan lapang apabila pada pemeriksaan dengan lampu kepala tampak membran timpani secara keseluruhan( pinggir dan reflex cahaya) Seringkali terdapat banyak rambut di liang telinga,atau liang telinga sempit( tak tampak keseluruhan membran timpani) sehingga perlu dipakai corong telinga. Pada anak oleh karena liang telinganya sempit lebih baik dipakai corong telinga. Kalau ada serumen, bersihkan dengan cara ekstraksi apabila serumen padat, irigasi apabila tidak terdapat komplikasi irigasi atau di suction bila serumen cair. Untuk pemeriksaan detail membran timpani seperti perforasi, hiperemis atau bulging dan retraksi, dipergunakan otoskop. Otoskop dipegang seperti memegang pensil. Dipegang dengan tangan kanan untuk memeriksa telinga kanan dan dengan tangan kiri bila memeriksa telinga kiri. Supaya posisi otoskop ini stabil maka jari kelingking tangan yang memegang otoskop ditekankan pada pipi pasien. Untuk melihatgerakan membran timpani digunakan otoskop pneumatic.

DAERAH MASTOID Adakah abses atau fistel di belakang telinga. Mastoid diperkusi untuk menentukan nyeri ketok.

LIANG TELINGA

Page 4: Module 2 Blok 19 THT, William Bunga Datu G 501 10 063

Lapang atau sempit, dindingnya adakah edema, hiperemis atau ada furunkel. Perhatikan adanya polip atau jaringan granulasi, tentukan dari mana asalnya. Apakah

ada serumen atau sekret.

MEMBRAN TIMPANI Nilai warna, reflek cahaya, perforasi dan tipenya dan gerakannya. Warna membran timpani yang normal putih seperti mutiara. Refleks cahaya normal berbentuk kerucut, warna seperti air raksa Bayangan kaki maleus jelas kelihatan bila terdapat retraksi membrane timpani ke arah dalam.

Perforasi umumnya berbentuk bulat. Bila disebabkan oleh trauma biasanya berbentuk robekan dan di sekitarnya terdapat bercak darah. Lokasi perforasi dapat di atik (di daerah pars flaksida), di sentral (di pars tensa dan di sekitar perforasi masih terdapat membran) dan di marginal (perforasi terdapat di pars tensa dengan salah satu sisinya langsung berhubungan dengan sulkus timpanikus) Gerakan membran timpani normal dapat dilihat dengan memakai balon otoskop. Pada sumbatan tuba Eustachius tidak terdapat gerakan membran timpani ini.

4.penatalaksanaan OMSK ?

Dengan menggunakan terapi konservatif.Pasien dengan OMSK lebih sering berespon terhadap terapi topikal daripada terapi sistemik.Terapi topikal yang baik terdiri dari 3 komponen penting yaitu : pemilihan antibiotik ototopikal yang tepat, toilet telinga yang rutin dan agresif, dan kontrol jaringan granulasi.

Antibiotik tetes Antibiotik tetes yang dipilih harus memenuhi kativitas spektrum untuk organisme gram negatif, terutama pseudomonas, dan juga organisme gram positif , terutama.S.aureus.Antibiotik yang memenuhi kriteria ini adalah golongan aminoglikosida dan fluoroquinolon.

obat Dosisofloxacin Dewasa : 10 tetes ofloxacin 2 x sehari

Anak : >12 tahun : seperti dosis dewasaCiprofloxacin otic suspension Dewasa : 5-10 tetes 2 x sehari

Anak : > 1 tahun seperti dosis dewasaTobramisin (dengan atau tanpa kombinasi steroid)

Dewasa : 5-10 tetes 2 x sehariAnak : seperti dosis dewasa

Cara pemberiannya adalah pasien berbaring miring dengan telinga yang ditetesi disebelah atas.Teteskan larutan melalui CAE.Setelah itu tekan-tekan tragus ke dalam 4 kali untuk membantu penetrasi.Pertahankan posisi selama 5 menit.Terapi diberikan selama 14 hari.

Toilet telinga (kering : usap dengan suction pump, basah : tetes telinga sol.H2O2 3 %).toilet telinga merupakan proses penting dalam terapi OMSK.CAE dan jaringan sebelah lateral dari telinga tengah yang terinfeksi seringkali tertutupi oleh eksudat mukoid atau epitel yang deskuamasi .Preparat antibiotik ototopikal tidak akan bisa penetrasi ke jaringan yang terkena bila material pengganggu ini tidak dihilangkan menggunakan syringe kecil.Larutan ini dikeluarkan 5-10 menit sebelum pemberian antibiotik ototopikal.

Jaringan granulasi

Page 5: Module 2 Blok 19 THT, William Bunga Datu G 501 10 063

Jaringan granulasi seringkali memenuhi telinga tengah dan bagian medial dari CAE.Jaringan granulasi bisa mencegah antibiotik ototopikal untuk penetrasi ke tempat infeksi .Penggunaan antibiotik tetes merupakan salah satu cara dalam mengontrol granulasi.Antibiotik dengan kombinasi steroid lebih baik dalam mengurangi jaringan granulasi daripada antibiotik tanpa kombinasi steroid .Tetes ini membantu mengurangi jaringan granulasi dengan cara mengeliminasi infeksi dan menghilangkan inflamasi iritatif .Jaringan granulasi juga bisa dihilangkan dengan teknik kauterisasi

Terapi sistemikTerapi sistemik harus disiapkan bila terjadi kegagalan terapi antibiotik topikal.Gagalnya terapi topikal bukan karena organisme resisten terhadap antibiotik, namun lebih karena gagalnya penetrasi antibiotik ke tempat infeksi .Agen antibiotik sistemik diharapkan pula dilakukan dengan agen yang paling aman dan spektrumnya paling sempit, sehingga disarankan untuk melakukan kultur sensitivitas untuk menentukan antibiotik yang sesuai.Meskipun dengan pemberian antibiotik sistemik, namun tetap dilakukan pemberian antibiotik topikal dan toilet telinga.

Kondisi khusus :- Pasien yang tidak responsif terhadap terapi topikal maupun sistemik dengan toilet telinga

dan kontrol jaringan granulasi yang adekuat, maka dibutuhkan tindakan pembedahan.indikasi dilakukan operasi adalah :1) terjadi komplikasi atau komplikasi yang mengancam, 2) terdapatnya kondisi patologik yang menetap pada mastoid atau telinga tengah, seperti kolesteatom, osteomielitis atau skuetrasi, 3) tidak ada respons terhadap pengobatan yang adekuat, menandakan adanya kondisi patologik yang memerlukan tindakan operasi.indikasi relatif biasanya berupa infeksi ringan berulang atau adanya tuli konduktif akibat penyakit telinga terdahulu yang mungkin dapat dikoreksi dengan cara operasi.Kontraindikasi absolut untuk tindakan operasi belum ditentukan, tetapi banyak ahli sependapat bahwa gangguan fungsi tuba yang berat akan mengurangi kemungkinan perbaikan pendengaran.(miringoplasti : prosedur rekonstruksi terbatas ada perbaikan perforasi membran timpani, timpanoplasti tanpa mastoidektomi : operasi untuk eradikasi penyakit dalam telinga dan untuk rekonstruksi mekanisme pendengaran, tanpa operasi msatoid dengan atau tanpa pemasangan tandur membran timpani, timpanoplasti dengan mastoidektomi : operasi untuk eradikasi penyakit pada mastoid dan telinga tengah serta rekonstruksi mekanisme pendengaran dengan atau tanpa pemasangan tandur membran timpani, mastoidektomi radikal dan modifikasi mastoidektomi radikal : operasi untuk eradikasi penyakit telinga tengah dan mastoid , dinding posterior dan superior telinga diangkat sehingga mastoid dan epitimpani menjadi satu kavitas yang mudah dicapai.pada mastoidektomi radikal mesotimpanum juga turut disatukan dengan kavitas tersebut, Operasi obliterasi mastoid : operasi untuk eradikasi penyakit bila ada dan melakukan obliterasi kavitas mastoid atau fenestra kavitas).

5.patofisiologi kasus diskenario?

Sebagian besar OMSK merupakan kelanjutan dari OMA dengan perforasi membrane timpani yang sudah terjadi lebih dari 2 bulan. Berdasarkan perubahan mukosa tengah maka terdapat 5 stadium terjadinya Otitis Media Akut (OMA) yang bila berlangsung terus-menerus selama 2 bulan dapat menjadi Otitis Media Supuratif Akut (OMSK).

1.       Stadium oklusi tuba Eustachius

Page 6: Module 2 Blok 19 THT, William Bunga Datu G 501 10 063

Tanda adanya oklusi tuba yaitu gambaran retraksi membrane timpani akibat terjadinya tekanan negative di dalam telinga tengah akibat absorpsi udara. Kadang-kadang membrane timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini susah dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi.

2.       Stadium hiperemis (pre-supuratif)

Pada stadium ini tampak pembuluh darah yang melebar di membrane timpani atau seluruh membrane timpani tampak hiperemis serta edema. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar dilihat.

3.       Stadium supuratif

Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani menyebabkan membrane timpani menonjol (bulging) kea rah liang telinga luar. Pada stadium ini pasien tampak sangat sakit,, nadi dan suhu meningkat serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila tekanan pus di kavum tidak berkurang maka terjadi ischemia akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan sub-mukosa. Nekrosis ini pada membrane timpani tampak sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan dan di tempat ini akan terjadi rupture. Bila tidak dilakukan insisi membran timpani  (miringitomi) pada stadium ini, maka kemungkinan besar membrane timpani akan rupture dan pus keluar ke liang telinga luar.

4.       Stadium perforasi

Karena beberapa sebab seperti terlambatnya diberikan antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi rupture membrane timpani dan pus mengalir keluar dari telinga tengah ke liang telinga luar. Anaknya yang tadinya gelisah menjadi tenang, suhu badan turun, dan dapat tertidur nyenyak.

5.       Stadium resolusi

Bila membrane timpani tetap utuh, maka keadaan membrane timpani perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi maka secret akan berkurang dan akhirnya kering. OMA berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan secret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul.

Letak perforasi di membrane timpani penting untuk menentukan tipe/jenis OMSK. Perforasi membrane timpani dapat ditemukan di daerah sentral, marginal atau atik.

Perforasi sentral = Perforasi terdapat di pars tensa, sedangkan diseluruh tepi perforasi masih sisa membrane timpani

Page 7: Module 2 Blok 19 THT, William Bunga Datu G 501 10 063

 Perforasi marginal = Pada perforasi marginal ini maka sebagian tepi perforasi langsung berhubungan dengan annulus atau sulkus timpanikum.

Perforasi atik = Perforasi ini adalah perforasi yang terletak di pars flaksida.

6.apa itu kolesteatoma :

Kolesteatoma dapat digambarkan secara umum dengan adanya kantong epitel skuamosa yang terisi debris keratin dalam telinga tengah.Terdapat 3 tipe yang dikenal :

1. Kolesteatoma kongenital : adalah kista epitel yang timbul di dalam salah satu tulang kepala (biasanya tulang temporal) tanpa kontak dengan telinga luar.Dapat tumbuh di tulang temporal bagian dalam atau skuama.Disebutkan jumlahnya meningkat dalam ruang mastoid atau atik.

2. Kolesteatoma di dapat primer.Jenis ini berkembang sebagai kelanjutan dari perforasi membran timpani pars flasida.Mula-mula mengisi ruang Prussak, kemudian dapat membesar sehingga memenuhi atik, antrum mastoid dan sebagian telinga tengah.

3. Kolesteatoma didapat sekunder.

Penyebab terjadinya kolesteatoma di dapat primer masih diperdebatkan :

Page 8: Module 2 Blok 19 THT, William Bunga Datu G 501 10 063

a. Tekanan negatif di dalam atik , menyebabkan invaginasi pars flasida dan pembentukan kista (Habermann, Bezold, Tumarkin, Shambaugh, Jordan).

b. Metaplasia mukosa telinga tengah dan atika akibat infeksi (Tumarkin)c. Hiperplasia invasif diikuti terbentuknya kista di lapisan basal epidermis pars flasida, akibat

iritasi oleh infeksi (Habermann, Nager, Hauze, Reudi)d. Sisa-sisa epidermis kongenital yang terdapat di daerah atik (Mc Kenzie, Diamant, Teed,

Cawthorn)e. Hiperkeratosis invasif dari kulitliang telinga bagian dalam (Mc Guckin)

Patogenesis terjadinya kolesteatoma.

Sekali kantong atau kista epitel skuamosa telah terbentuk dalam rongga telinga tengah, perkembangan kolesteatoma bisa diamati dengan baik.Terbentuk lapisan-lapisan deskuamasi epitel dengan kristal kolesterin mengisi kantong.Matriks epitel yang mengelilinginya meluas ke dalam ruang-ruang yang ada di atik telinga tengah dan mastoid.Perluasan proses ini diikuti kerusakan tulang dinding atik, tulang-tulang pendengaran dan septa mastoid untuk memberi tempat bagi kolesteatom yang bertambah besar.

Dulu dianggap bahwa tekanan yang terjadi karena kolesteatom yang membesar menyebabkan destruksi tulang .Kini terbukti bahwa erosi tulang disebabkan karena adanya enzim osteolitik atau kolagenase yang disekresi oleh jaringan ikat subepitel.

Proses osteolitik ini disertai osteogenesis dalam mastoid dengan adanya sklerosis, sehingga membatasi ruangan yang tersedia bagi perluasan kolesteatom.Proses sklerosis ini diperhebat oleh adanya infeksi yang menyertainya.Kolesteatom yang tumbuh tanpa infeksi , mungkin tidak mengganggu pneumatisasi normal, sehingga timbul masalah yang sulit yaitu mastoid dengan pneumatisasi luas tetapi terisi oleh kolesteatom kongenital.

Infeksi pada kolesteatoma bukan saja menyebabkan sklerosis mastoid yang cepat, tetapi juga peningkatan proses osteolitik.

7.apa penyebab pusing , berputar dan mual?

Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum.

8.mengapa bisa terjadi fistula retroaurikular pada telinga bagian kiri?

Prosesus mastoid sangat penting untuk sistem pneumatisasi telinga. Pneumatisasi didefinisikan sebagai suatu proses pembentukan atau perkembangan rongga-rongga udara didalam tulang temporal, dan sel-sel udara yang terdapat didalam mastoid adalah sebagian dari sistem pneumatisasi yang meliputi banyak bagian dari tulang temporal. Sel-sel prosesus mastoid yang mengandung udara berhubungan dengan udara didalam telinga tengah. Bila prosesus mastoid tetap berisi tulang-tulang kompakta dikatakan sebagai pneumatisasi jelek dan sel-sel yang berpneumatisasi terbatas pada daerah sekitar antrum. Prosesus mastoid berkembang setelah lahir sebagai tuberositas kecil yang berpneumatisasi secara sinkron dengan pertumbuhan antrum mastoid. Pada tahun pertama

Page 9: Module 2 Blok 19 THT, William Bunga Datu G 501 10 063

kehidupan prosesus ini terdiri dari tulang-tulang seperti spon sehingga mastoiditis murni tidak dapat terjadi. Diantara usia 2 dan 5 tahun pada saat terjadi pneumatisasi prosesus terdiri atas campuran tulang-tulang spon dan pneumatik. Pneumatisasi sempurna terjadi antara usia 6 – 12 tahun. Luasnya pneumatisasi tergantung faktor herediter konstitusional dan faktor peradangan pada waktu umur muda. Bila ada sifat biologis mukosa tidak baik maka daya pneumatisasi hilang atau kurang. Ini juga terjadi bila ada radang pada telinga yang tidak menyembuh. Maka nanti dapat dilihat pneumatisasi yang terhenti (pneumatisati on shemung arrested pneumatisation) atau pneumatisasi yang tidak ada sama sekali (teori dari Wittmack).

Proses pneumatisasi mastoid di dalam prosesus mastoid terjadi setelah bayi lahir.Berdasr pertumbuhan dan terbentuknya dikenal 4 jenis pneumatisasi, yaitu :

a. Infantil, selula yang terjadi akibat proses pneumatisasi sangat sedikit jumlahnya.Akibatnya bagian korteks di prosesus mastoid menjadi sangat tebal sehingga jika terjadi perluasan abses lebih mudah ke arah endokranium.

b. Normal, selula yang terjadi meluas sedemikian rupa sehingga hampir meliputi seluruh prosesus mastoideus.Akibatnya bagian korteks di prosesus mastoid menjadi sangat tipis dan abses mudah pecah keluar.Sehingga timbul fistula retroaurikular.

c. Hiperpneumatisasi, selula yang terjadi tidak hanya terbatas pada prosesus mastoid saja, akan tetapi meluas sampai Os Zigomaticum dan bahkan sampai pada apeks piramidalis.Akibatnya peradangan pada mastoid dapat meluas sampai menimbulkan abses preaurikular dan bahkan sampai abses supraaurikularis.

d. Sklerotik, berbentuk seperti pneumatisasi tipe infantil.Tipe sklerotik ini terjadi akibat adanya peradangan kronik dalam kavum timpani dan kavum mastoid (otitis media kronik dan mastoiditis ).Akibatnya peradangan lebih mudah meluas ke arah tegmen antri, masuk ke fossa kranii media dan timbul meningitis atau abses otak.

9.apa dampak telinga sebelah jika telinga yang satu mengalami gangguan?10.prognosis kasus diskenario?

a. Quo ad vitam : dubia et bonamb. Quo ad sanam : dubia et bonamc. Quo ad fungsionam : dubia et malam

Page 10: Module 2 Blok 19 THT, William Bunga Datu G 501 10 063

Tutorial module II Januari 2014

KELUHAN PAK ALI

(modul THT)

OLEH :

NAMA : William Bunga Datu

STAMBUK : G 501 10 063

KELOMPOK : VI (ENAM)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2013

Page 11: Module 2 Blok 19 THT, William Bunga Datu G 501 10 063