modul supervisi

16
OLEH FATMAWATI NBP: 1121224003 1

Upload: vivi-sefta-sary

Post on 12-Dec-2015

235 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

MODUL SUPERVISI

TRANSCRIPT

Page 1: Modul Supervisi

OLEH

FATMAWATI

NBP: 1121224003

1

Disampaikan pada Residensi Manajemen Keperawatan Di Rumah Sakit Islam Siti Rahmah Padang

Page 2: Modul Supervisi

2

Sub Pokok Bahasan :

PendahuluanPengertian Supervisi Tujuan Supervisi Ruang Lingkup Supervisi Sasaran Supervisi Prinsip SupervisiKompetensiTehnik SupervisiPersiapan melakukan supervisi

Sub Pokok Bahasan :

PendahuluanPengertian Supervisi Tujuan Supervisi Ruang Lingkup Supervisi Sasaran Supervisi Prinsip SupervisiKompetensiTehnik SupervisiPersiapan melakukan supervisi

SUPERVISI DALAM KEPERAWATAN

SUPERVISI DALAM KEPERAWATAN

Disampaikan pada Residensi Manajemen Keperawatan Di Rumah Sakit Islam Siti Rahmah Padang

Page 3: Modul Supervisi

SUPERVISI DALAM KEPERAWATAN

A. Pendahuluan

Supervisi merupakan bagian dari fungsi penggerak (directing) dalam fungsi

manajemen sebagai cara efektif untuk mencapai tujuan disuatu tatanan pelayanan di

rumah sakit termasuk tatanan pelayana keperawatan Untuk mengelola pelayanan

keperawatan termasuk tenaga keperawatan dibutuhkan kemampuan ilmu manajemen

dari seorang pimpinan perawatan. Oleh karena itu sebagai seorang manajer

keperawatan dan sebagai perawat profesional diharapkan mempunyai kemampuan

dalam supervisi keperawatan.

Kegiatan supervisi bukan hanya mengawasi dan mengamati apakah seluruh staf

keperawatan menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan instruksi atau

ketentuan yang telah digariskan, tetapi juga berusaha bersama para perawat

pelaksana, bagaimana memperbaiki proses keperawatan yang sedang berlangsung.

Jadi dalam kegiatan supervisi seluruh staf keperawatan bukan sebagai pelaksana

pasif, melainkan sebagai partner kerja yang memiliki ide-ide, pendapat dan

pengalaman yang perlu didengar, dihargai dan diikut sertakan dalam usaha-usaha

perbaikan pelayanan keperawatan.

B. Pengertian

Banyak ahli mengemukakan tentang pengertian supervisi, pengertian Supervisi

memiliki dimensi yang beragam. Admo Sudiro (1992). Dalam Cahyati (2000)

mendefinisikan supervisi sebagai suatu pengamatan secara langsung terhadap

pelaksanaan pekerjaan yang bersifat rutin . Swanburg (1990) melihat dimensi

Supervisi sebagai suatu proses keindahan sumber-sumber yang diperlukan untuk

penyelesaian suatu tugas.

Sementara Kron S. Gray (1987) mengartikan Supervisi sebagai kegiatan yang

merencanakan, mengamalkan, membimbing , mengajar, mengobservasi, mendorong,

memperbaiki, mempercayai dan mengevaluasi secara berkesinambungan anggota

3

Page 4: Modul Supervisi

secara mengevalusi sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki

anggota.

Mc. Farland, Leonard & Marris (1984) dalam Arwani (2003) mengkaitkan Supervisi

dalam konteks keperawatan sebagai suatu proses kegiatan pemberian dukungan.

Sumber-sumber (resources) yang dibutuhkan perawat dalam rangka mengevaluasi

tugas untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa supervisi

merupakan tindakan melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan

terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apakah

ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung

guna mengatasinya.

C. Tujuan Supervisi Keperawatan

1. Untuk inspeksi, evaluasi dan meningkatkan prestasi kerja (Gillies, 1994)

2. Membimbing perawat secara individu agar optimal memberikan asuhan

keperawatan (Kron, 1987)

3. Melatih yang kurang disiplin dalam tugas (Murray, 1997)

4. Mengorientasi staf dalam pelaksanaan keperawatan

5. Melatih staf dalam pelaksanaan keperawatan

6. Memberikan arahan dalam pelaksanaan tugasnya agar menyadari dan mengerti

terhadap peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan keperawatan

7. Memberikan layanan terhadap peningkatan kemampuan staf dan pelaksana

keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan

D. Ruang Lingkup Supervisi Keperawatan

Ruang lingkup dari supervisi keperawatan menurut Cahyati (2000) yaitu obyek-obyek

yang menjadi area dari supervisi keperawatan diantaranya adalah :

4

Page 5: Modul Supervisi

1. Area Asuhan Keperawatan

Area asuhan keperawatan yang menjadi obyek dari supervisi keperawatan yaitu

pelaksanaan audit keperawatan dan pelaksanaan Standar Operasional Prosedur

(SOP) keperawatan.

2. Area Personil Keperawatan

Area ini mencakup tentang kemampuan dari sumberdaya keperawatan yang ada di

lingkungan kerjanya, kemampuan juga meliputi ketrampilan dan pengetahuan

yang dimiliki oleh staf keperawatan.

3. Area Sarana Dan Peralatan

Kegiatan pelaksanaan supervisi keperawatan akan memberikan alternatif

pemecahan masalah pada berbagai kendala yang dihadapi oleh staf baik terntang

kemampuannya melaksanakan tugas maupun sarana dan prasarana yang harus di

penuhi untuk memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas

4. Pengembangan Staf

Supervisi keperawatan dilaksanakan juga untuk memberikan penilaian terhadap

stafnya sehingga dapat diberikan kesempatan kepada stafnya untuk dapat

mengembangkan diri sesuai dengan kemampuannya dan dalam supervisi ini dapat

pula memberikan penilaian terhadap pengembangan kemampuan dan ketrampilan

stafnya dalam menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya.

E. Sasaran Supervisi Keperawatan

1. Pelaksanaan tugas sesuai dengan pola

2. Struktur dan hirarki sesuai dengan rencana

3. Staf yang berkualitas dapat dikembangkan secara kontinu dan sistematis

4. Penggunaan alat yang efektif dan efisien

5. Sistem dan prosedur yang tidak menyimpang

6. Pembagian tugas, wewenang ada pertimbangan obyektif atau rasional

7. Tidak terjadi penyimpangan atau penyelewengan kekuasaan, kedudukan dan

keuangan.

5

Page 6: Modul Supervisi

F. Prinsip Supervisi Dalam Keperawatan

Agar seorang menejer keperawatan mampu melakukan kegiatan supervisi secara

benar, seharusnya mengetahui dasar dan prinsip-prinsip supervisi. Swansburg,

(2009) mengatakan prinsip-prinsip tersebut harus memenuhi syarat antara lain :

1. Didasarkan atas hubungan professional dan bukan hubungan pribadi.

2. Kegiatan yang harus direncanakan secara matang, bersifat edukatif,

memberikan perasaan aman pada perawat pelaksana dan harus mampu

membentuk suasana kerja yang demokratis.

3. Dilakukan secara obyektif dan mampu memacu terjadinya penilaian diri

(self evaluation)

4. Bersifat progresif, inovatif, dan flekibel serta dapat mengembangkan

potensi atau kelebihan masing-masing orang yang terlibat.

5. Bersifat konstruktif dan kreatif dalam mengembangkan diri disesuaikan

dengan kebutuhan.

6. Supervisi harus dapat meningkatkan kinerja bawahan dan kepuasan kerja

perawat dalam upaya meningkatkan kualitas asuhan keperawatan

G. Kompetensi

Tidak mudah menjadi seorang supervisor yang baik, menurut Arwani (2003) yang

disampaikan pada pelatihan manajemen keperawatan di Pekalongan supervisor harus

memiliki sejumlah kompetensi yang sesuai. Kompetensi yang harus dimiliki oleh

supervisor adalah :

1. Memberikan Pengarahan

Kompetensi pertama yang harus dikuasai supervisor keperawatan adalah

kemampuan memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas sehingga dapat

dimengerti oleh staf dan pelaksana keperawatan. Tidak setiap pimpinan mampu

memberikan pengarahan dan petunjuk yang baik

6

Page 7: Modul Supervisi

Pada suatu kesempatan mungkin mampu memberikan pengarahan dan petunjuk

yang baik namun gagal dalam memberikan petunjuk-petunjuk secara jelas, atau

mungkin sebaliknya di suatu kesempatan mampu mengidentifikasi petunjuk

secara baik namun kesulitan dalam memberikan pengarahan yang dibutuhkan

oleh staf dan pelaksana keperawatan.

2. Memberikan Saran

Kompetensi kedua adalah bahwa supervisor harus mampu memberikan saran,

nasehat dan bantuan yang benar-benar dibutuhkan oleh staf dan pelaksana

keperawatan. Pemberian saran kadang terkesan ‘menggurui’ bagi sebagian orang

terutama bila yang memberikan saran usianya lebih muda atau pimpinan yang

relatif baru berada di lingkungannya.

Oleh karena itu, supervisor harus betul-betul mampu melakukan pendekatan yang

asertif terhadap seluruh anggotanya. Pada kondisi ini supervisor dapat

memanfaatkan kesenioran anggotanya untuk ikut berpartisipasi dalam pemberian

saran atau bahkan kritik tidak hanya bagi seluruh anggota namun juga bagi

supervisor sendiri. Pemilihan waktu yang tepat dalam pemberian saran, nasehat

dan batuan juga perlu dipertimbangkan oleh supervisor.

3. Memberikan Motivasi

Kompetensi ketiga yang harus dimiliki superisor adalah kemampuan dalam

memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja staf dan pelaksana

keperawatan. Beberapa pertanyaan yang perlu dijawab oleh seorang supervisor

antara lain kapan waktu yang tepat untuk memotivasi bawahan dengan cara apa

motivasi dilakukan.

Pemberian motivasi pada saat bawahan mengalami stagnasi pekerjaan atau stress

mungkin akan lebih sulit dibandingkan pada saat bawahan sedang giat-giatnya

melakukan suatu tugas. Demikian juga pemberian motivasi melalui pemberian

“sesuatu” yang terlihat dan terasakan langsung mungkin lebih mudah

dibandingkan dengan motivasi akan dirasakan dalam waktu yang relative lama.

7

Page 8: Modul Supervisi

4. Memberikan Latihan dan Bimbingan

Kompetensi keempat adalah kemampuan memberikan latihan dan bimbingan

yang diperlukan oleh staf dan pelaksana keperawatan. Pada banyak keadaan

seorang supervisor tidak mampu “mengambil hati” staf dan pelaksana

keperawatan hanya karena pada saat berlangsung kegiatan Supervisi dia tidak

mampu “memperagakan” kemampuan untuk memberikan latihan dan bimbingan

secara benar.

Pimpinan yang berkonotasi kearah kemampuan manajerial tidak seharusnya

”melupakan” kemampuan-kemampuan praktis yang suatu saat ditanyakan

bawahannya. Bagaimana mungkin seorang supervisor mampu mengidentifikasi

bahwa tindakan yang dilakukan bawahannya kurang tepat jika dia sendiri tidak

tahu tentang prinsip atau dasar dari tindakan tersebut dilakukan.

5. Memberikan Penilaian

Kompetensi kelima bersinggungan dengan kemampuan dalam melakukan

penilaian secara obyektif dan benar terhadap kinerja keperawatan.

Beberapa faktor kadang dapat mempengaruhi dalam pemberian penilaian secara

obyektif misalnya hubungan yang terlalu dekat dengan bawahan yang tidak lagi

professional namun lebih kearah hubungan pribadi. Kondisi ini akan dapat

memunculkan efek halo (hallo effect) dimana supervisor tidak tega memberi nilai

kurang pada seorang bawahan hanya karena dia teman dekatnya. Untuk itu

disamping supervisior harus mampu mengeliminasikan perasaan ‘pakeweuh’

tersebut, ia juga harus mampu membuat standar penilaian yang digunakan untuk

penilaian kinerja perawat (Arwani, 2003)

8

Page 9: Modul Supervisi

H. Tehnik Supervisi

Tehnik-tehnik yang perlu diketahui oleh setiap manajer keperawatan adalah :

1. Proses Supervisi Praktek Keperawatan, meliputi 3 elemen :

a. Standar praktek keperawatan, sebagai acuan.

b. Fakta pelaksanaan praktek keperawatan, sebagai pembanding untuk

menetapkan pencapaian atau kesenjangan.

c. Tindak lanjut, baik berupa upaya mempertahankan kualitas maupun upaya

memperbaiki.

2. Cara Supervisi :

a. Langsung

1) Supervisi dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang

berlangsung.

2) Pada supervisi modern supervisor terlibat dalam kegiatan agar

pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai perintah.

3) Cara memberikan pengarahan yang efektif adalah :

Pengarahan harus lengkap.

Mudah dipahami.

Menggunakan kata-kata yang tepat.

Berbicara dengan jelas dan tidak terlalu cepat.

Berikan arahan yang logis.

Hindari memberikan banyak arahan pada satu saat.

Pastikan bahwa arahan yang diberikan dapat dipahami,

dilaksanakan atau perlu tindak lanjut.

Umpan balik dan perbaikan dapat dilakukan saat supervisi.

Proses supervisi dilakukan sebagai berikut :

Perawat yang disupervisi melakukan secara mandiri peran dan

fungsinya (misalnya tindakan keperawatan) disamping oleh

supervisor.

Selama proses, supervisor dapat memberikan dukungan,

reinforcement dan petunjuk.

9

Page 10: Modul Supervisi

Setelah selesai, supervisor dan perawat yang disupervisi

melakukan diskusi yang bertujuan untuk menguatkan tindakan yang

telah sesuai dan memperbaiki yang masih kurang. Reinforcement pada

aspek positif sangat penting dilakukan oleh supervisor.

b. Tidak Langsung

Supervisi dilakukan melelui laporan baik tertulis maupun lisan. Supervisor

tidak melihat langsung apa yang terjadi dilapangan, sehingga mungkin terjadi

kesenjangan fakta.

Pada pelaksanaan supervisi dapat juga dilakukan dengan memadukan cara

langsung dan tidak langsung. Berdasarkan laporan tertulis maupun lisan,

supervisor dapat menindak lanjuti dengan melakukan supervisi langsung,

sebelumnya mengadakan kesepakatan dengan yang disupervisi untuk

menetapkan proses, stuktur dan pola yang akan ditempuh dalam supervisi

tersebut.

3. Instrumen Supervisi

Bentuk instrumen supervisi yang digunakan dapat dibuat dan dikembangkan

sesuai dengan kondisi dan kebutuhan rumah sakit.

I. Persiapan Melakukan Supervisi

1. Tentukan obyek/sasaran yang akan disupervisi

2. Siapkan standar sebagai acuan untuk analisa hasil

3. Siapkan instrumen supervisi sesuai dengan obyek/sasaran yang akan disupervisi

4. Buat jadwal tentatif berdasarkan alokasi waktu yang tersedia

10

Page 11: Modul Supervisi

DAFTAR PUSTAKA

Arwani. 2003, Ada Apa Dengan Supervisi Keperawatan ?, Makalah disajikan dalam Pelatihan Manajemen Bangsal di RS Keraton Pekalongan, Pekalongan : tidak diterbitkan

Cahyati. 2000, Supervisi dalam Keperawatan, Disampaikan pada pelatihan supervisi dalam keperawatan di RSI Jakarta 12 Desember 2000 : tid ak dipublikasikan

Kron & Gray. 1987, The Management of Patient Care ; Putting Leadership Skills to Work, (6th edition). Philadelphia : W.B. Saunders Company.

Swanburg. 2009, Managemant and leadrship for nurse managers, Boston: Jones and Barlett Publishers

11