skripsi supervisi

Upload: rahmat-putra

Post on 11-Jul-2015

323 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

PELAKSANAAN SUPERVISI INTERNAL DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DI MTS YAYASAN PONDOK KARYA PEMBANGUNAN CIRACAS JAKARTA TIMUR

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu

Oleh : Ela Nurlaela 102018124056

PROGRAM STUDI SUPERVISI PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2006

PELAKSANAAN SUPERVISI INTERNAL DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DI MTS YAYASAN PONDOK KARYA PEMBANGUNAN CIRACAS JAKARTA TIMURSKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu

Oleh : Ela Nurlaela 102018124056 Pembimbing,

Drs. H. Nurochim, MM NIP 050 046 643

PROGRAM STUDI SUPERVISI PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2006

PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul PELAKSANAAN SUPERVISI INTERNAL DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DI MTS YAYASAN PONDOK KARYA PEMBANGUNAN CIRACAS JAKARTA TIMUR telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 20 November 2006. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana program strata satu (SI) pada Jurusan Supervisi Pendidikan.

Jakarta, 20 November 2006 Sidang Munaqasah Dekan Ketua Merangkap Anggota Pembantu Dekan II Sekretaris Merangkap Anggota

Dr. Dede Rosyada, MA NIP : 150 231 356 Anggota Penguji 1

Prof. Dr. H. Aziz Fahrurozi, MA NIP : 150 202 343

Penguji II

Prof. Dr. H. Aziz Fahrurozi, MA NIP : 150 202 343

Muarif Syam, M.Pd NIP : 150 268 585

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang Maha Karim atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang dianugerahkan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa penulis sampaikan kepada nabi besar Muhammad SAW. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan jurusan KI-Supervisi Pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis tidak terlepas dari bantuan dan dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Dra. Yefnelty,M.Pd. Ketua Jurusan KI-Supervisi Pendidikan yang telah memberi arahan dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Muarif Syam, MPd Sekretaris Jurusan KI-Supervisi pendidikan yang telah meluangkan waktunya menjadi penguji skripsi ini. 4. Drs. H. Nurochim, MM selaku pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing serta memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 5. Kepala MTs Yayasan Pondok Karya Pembangunan, Nanang Ahmad Hasan, S.Ag beserta para staf pengajar di MTs PKP, terima kasih atas bantuan dan kesediaannya memberikan data guna melengkapi penelitian ini. 6. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang bermanfaat pada penulis 7. Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah beserta stafnya yang telah membantu dalam penyediaan buku-buku yang diperlukan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Ayahanda H. Dedi Rusmana dan Ibunda Hj. Nyai Sadiah, Teh Erna dan Kak Holis dan Eli yang senatiasa memberikan dorongan dan doa kepada penulis 9. Teman-teman satu angkatan yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung hingga selesainya skripsi ini. 10. Teman-teman SMA yang telah memberikan motivasi kepada penulis Akhirnya, dengan segala keterbatasan penulis hanya dapat mengembalikan segalanya kepada Allah SWT untuk membalas kebaikan mereka, semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khusunya dan pembaca pada umumnya. Amin

Jakarta, 4 Oktober 2006

Penulis

PELAKSANAAN SUPERVISI INTERNAL DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DI MTS YAYASAN PONDOK KARYA PEMBANGUNAN CIRACAS JAKARTA TIMURBAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah. C. Tujuan Penelitian.... D. Sistematika Penulisan. BAB II. KERANGKA TEORITIS A. Kurikulum Berbasis Kompetensi 1. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi... 2. Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi... 3. Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi... 4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum 5. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi. 6. Pendekatan Dalam Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi.. B. Supervisi Pendidikan 1. Pengertian Supervisi Pendidikan 2. Tujuan Supervisi Pendidikan 3. Fungsi Supervisi Pendidikan 4. Prinsip Supervisi Pendidikan 5. Teknik Supervisi Pendidikan BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian B. Populasi dan Sampel

C. Teknik Pengumpulan Data D. Definisi Operasional E. Teknik Analisis Data BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian B. Deskripsi Data C. Analisis dan Interpretasi Data BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

Lampiran

INSTRUMEN WAWANCARA 1. Apakah bapak menyusun dan mengembangkan silabus mapel sesuai dengan kemampuan peserta didik? 2. Strategi apa yang bapak gunakan untuk mengembangkan kompetensi individual peserta didik? 3. Apakah pembelajaran selama ini mendorong terjadinya kerjasama antara sekolah, masyarakat dan dunia kerja dalam membentuk kompetensi peserta didik? 4. Apakah bapak dalam pengembangan kurikulum dilakukan sendiri atau dibantu pihak lain? 5. Apakah ada proses evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan dalam proses belajar mengajar? 6. Apakah bapak merekruit sendiri tenaga kerja yang ada disekolah ini? 7. Apakah sarana dan sumber belajar untuk kepentingan pembelajaran sudah mencukupi? 8. Apakah bapak melakukan pembinaan kepada peserta didik untuk memasuki dunia kerja /melanjutkan sekolah? 9. Apakah lingkungan sekolah dapat menunjang kegiatan-kegiatan yang ada disekolah? 10. Apakah ada kendala dalam mengembangkan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang ada? 11. Bagaimana bapak mengatasi kendala tersebut

Lampiran HASIL WAWANCARA 1. Yang menyusun dan mengembangkan silabus mata pelajaran adalah guruguru bidang studi dibantu dengan guru bidang kurikulum. Guru-guru diharapkan dapat membuat silabus sendiri sesuai dengan bidang atau mata pelajaran yang diajarkan 2. Bapak mencoba mengembangkan kompetensi individual peserta didik dengan mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler yang ada seperti olah raga futsal, pramuka dan kegiatan lain selain itu dikembangkan juga dibidang komputer dan laboratorium bahasa dan kami sudah mulai menerapkan penggunaan bahasa inggris dalam percakapan sehari-hari 3. Sekarang ini baru mengarah kesana, yaitu dengan mengikuti

pertandingan/lomba antar sekolah 4. Dibantu oleh Induk KKM (Kelompok Kerja Madrasah), disini kami menginduk ke sekolah MTs 7 5. Setiap MID semester dan akhir semester saya dan guru-guru mengadakan evaluasi untuk melakukan perbaikan selain itu juga saya selalu mensupervisi kedalam kelas pada saat guru mengajar dan melakukan evaluasi berbasis kelas 6. Yang merekrut tenaga kerja ditangani oleh kepala bidang pendidikan atas rekomendasi dari yayasan 7. Sarana dan sumber belajar masih ada yang kurang diantaranya saya mengajukan dana kepada yayasan untuk diadakannya laboratorium sains

8. Yang melakukan pembinaan kepada peserta didik untuk memasuki dunia kerja atau melanjutkan sekolah ditangani langsung oleh guru BP 9. Dari lingkungan sekolah tidak ada masalah, kami juga ada kepedulian dengan masyarakat sekitar seperti mengadakan acara santunan dan zakat fitrah sehingga lingkungan sekolah dapat menunjang kegiatan-kegiatan yang ada. 10. Kendalanya banyak, dari sumber daya manusia, dana dan juga tenaga ahli 11. Cara mengatasinya dengan mengundang tenaga ahli untuk datang kesekolah untuk mengadakan workshop dan masalah dana kami mengajukan kepihak yayasan.

Jakarta 13 September 2006 Kepala Sekolah

Nanang Ahmad Hasan, S.Ag

Lampiran ANGKET PENELITIAN Petunjuk Pengisian 1. Bacalah pertanyaan dan berita wawancara ini dengan teliti 2. Isilah dengan memberikan tanda lingkaran atau tanda silang (X) pada jawaban yang bapak/Ibu pilih dengan keadaan sebenarnya. 3. Atas kerjasama dan partisipasi bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih. A. Kuesioner tentang Supervisi Internal 1. Apakah kepala sekolah memeriksa satpel guru sebelum mengajar? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak Pernah 2. Apakah kepala sekolah memeriksa kehadiran guru ? a. Selalu c. Kadang-Kadang Sering d. Tidak Pernah 3. Apakah kepala sekolah membuat program tahunan? a. Selalu c. Kadang-Kadang b. Sering d. Tidak Pernah 4. Apakah kepala sekolah mengadakan penilaian secara kontinyu setiap semester? a. Selalu c. Kadang-Kadang b. Sering d. Tidak Pernah 5. Apakah kepala sekolah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada guru dalam mengajar? a. Selalu c. Kadang-Kadang b. Sering d. Tidak Pernah 6. Apakah kepala sekolah memperhatikan kesejahteraan guru? a. Selalu c. Kadang-Kadang b. Sering d. Tidak Pernah 7. Apakah kepala sekolah mengadakan penilaian terhadap tugas guru ? a. Selalu c. Kadang-Kadang b. Sering d. Tidak Pernah 8. Apakah kepala sekolah memberikan kesempatan kepada guru untuk mengikuti studi banding? a. Selalu c. Kadang-Kadang b. Sering d. Tidak Pernah 9. Apakah kepala sekolah memberikan kesempatan untuk melanjutkan studi? a. Selalu c. Kadang-Kadang b. Sering d. Tidak Pernah 10. Apakah kepala sekolah memberikan kemudahan kenaikan pangkat guru? a. Selalu c. Kadang-Kadang

b. Sering

d. Tidak Pernah B. Kuesioner Tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi

1.

Apakah kepala sekolah mengadakan rapat untuk membahas tentang kurikulum? a. Selalu c. Kadang-Kadang b. Sering d. Tidak Pernah 2. Apakah kepala sekolah mengenalkan kepada bapak/Ibu tentang KBK ? a. Selalu c. Kadang-Kadang b. Sering d. Tidak Pernah 3. Apakah kepala sekolah ikut serta dalam melaksanakan program KBK? a. Selalu c. Kadang-Kadang b. Sering d. Tidak Pernah 4. Apakah kepala sekolah menyediakan sarana yang menunjang pelaksanaan KBK? a. Selalu c. Kadang-Kadang b. Sering d. Tidak Pernah 5. Apakah kepala sekolah membimbing Bapak/Ibu dalam menyusun satpel terutama dalam menerapkan KBK? a. Selalu c. Kadang-Kadang b. Sering d. Tidak Pernah 6. Apakah kepala sekolah mengontrol (mensupervisi) kedalam kelas ketika sedang berlangsung proses belajar mengajar? a. Selalu c. Kadang-Kadang b. Sering d. Tidak Pernah 7. Apakah kepala sekolah memberikan bantuan dalam pemecahan masalah yang dihadapi pada pelaksanaan program KBK? a. Selalu c. Kadang-Kadang b. Sering d. Tidak Pernah 8. Apakah kepala sekolah menganjurkan Bapak/Ibu untuk mempelajari lebih dalam tentang KBK? a. Selalu c. Kadang-Kadang b. Sering d. Tidak Pernah 9. Apakah kepala sekolah mengikutsertakan Bapak/Ibu dalam diskusi kependidikan khususnya tentang KBK? a. Selalu c. Kadang-Kadang b. Sering d. Tidak Pernah 10. Apakah kepala sekolah menganjurkan Bapak/Ibu untuk lebih meningkatkan kemampuan mengajarnya? a. Selalu c. Kadang-Kadang b. Sering d. Tidak Pernah

Surat Keterangan Nomor :

Yang bertanda tangan dibawah ini kepala sekolah Madrasah Tsanawiyah Yayasan Pondok Karya Pembangunan menerangkan bahwa : Nama : Ela Nurlaela Tempat /Tgl Lahir : Bogor 04 Oktober 1983 Nim : 102018124056 Program Studi : Kependidikan Islam Jurusan : Supervisi Pendidikan Telah mengadakan penelitian disekolah kami mulai September 2006 s/d Oktober 2006 untuk melengkapi data penyusunan skripsi dengan judul : Efektivitas Supervisi Internal Dalam Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Di MTs Yayasan Pondok Karya Pembangunan Ciracas Jakarta Timur Demikianlah surat keterangan ini kami buat dengan sebenarnya agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Jakarta, September 2006 Kepala sekolah Nanang A. Hasan. S.Ag

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan suatu negara pendidikan memegang peranan penting untuk mrenjamin kelangsungan hidup suatu negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Masyarkat Indonesia dengan laju pembangunannya masih menghadapi masalah pendidikan yang berat, terutama berkaitan dengan kualitas, relevansi dan efisiensi pendidikan. Sekolah merupakan lembaga formal sesuai dengan misinya yaitu

melaksanakan kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Kegiatan belajar mengajar ini akan berjalan lancar jika komponen-komponen dalam lembaga ini terpenuhi dan berfungsi sebagaimana mestinya. Komponen-komponen tersebut antara lain: sarana dan prasarana yang memadai, terpenuhinya tenaga pendidikan yang kualified, adanya struktur organisasi yang teratur, dan yang tak kalah pentingnya adalah peranan kepala sekolah sebagai supervisor internal dalam mengembangkan komponen-komponen tersebut agar berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dengan demikian standar kompetensi pendidikan diperlukan agar tidak terjadi penyimpangan, dan kesalahan dalam menafsirkan dan mengimplementasikan kurikulum. Jika standar kompetensi dan standar mutu pendidikan telah dikembangkan sesuai dengan visi, misi dan tujuan pendidikan nasional dan kemudian dituangkan kedalam kurikulum (Kurikulum Berbasis Kompetensi), maka diharapkan Indonesia mampu memasuki Era Globalisasi.

2

E.

Mulyasa

mengartikan

bahwa

Kompetensi

adalah

pengetahuan,

keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku yang afektif, kognitif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.1 Dlerik Castle mendefinisikan Competency is the knowledge, skill, attitude, motive, beahvior, self image social role, traits or intellectual strategy that underlies effective performance. Jadi, Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, sikap, motif, perilaku, citra diri, peran sosial, sifat atau strategi ientelektual yang mendasari performansi yang efektif.2 Pada dasarnya kompetensi adalah kewenangan ataupun penguasaan untuk menentukan dan memutuskan sesuatu.3 Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai peserta didik, penilaian kegiatan belajar mengajar dan pemberdayaan sumberdaya pendidikan dalam pengembangan kurikulum disekolah.4 Rumusan kompetensi dalam KBK merupakan pernyataan apa yang diharapkan dapat diketahui, disikapi atau dilakukan peserta didik dalam setiap tingkatan kelas dan sekolah dan sekaligus menggambarkan kemajuan peserta didik yang dicapai secara bertahap dan berkelanjutan untuk menjadi kompeten. KBK merupakan inovasi kurikulum yang berbeda dari kurikulum yang sebelumnya. Kurikulum yang dulu lebih menekankan pada apa yang diajarkan oleh guru (teacher centered). Sedangkan Kurikulum Berbasis Kompetensi selain1 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, (Bandung : PT. Rosdakarya, 20020, h.23 2 N.A Ametembun, Kepengawasan Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Suatu Refleksi Bagi Para Penilik, Kepala Sekolah dan Guru-guru, (Bandung : Suri, 2000) h. 92 3 Depdikbud, kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1990) Cet. Ke-3, h. 453, W.J.S Poerwadaminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1997), h. 518 4 Balitbang Depdiknas, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta : Pusat Kurikulum, 2003) h. 1

3

memberikan materi juga penekanan lebih pada apa yang harus dikerjakan oleh peserta didik (student centered). Dengan demikian Kurikulum Berbasis Kompetensi memberikan keleluasaan kepada sekolah untuk menyusun dan mengembangkan silabus mata pelajaran sesuai dengan potensi sekolah, kebutuhan dan kemampuan peserta didik serta kebutuhan masyarakat disekitar sekolah. Peran kepala sekolah dalam hal ini adalah sebagai supervisor seorang pemimpin dalam suatu lembaga pendidikan, harus mampu mengembangkan potensi yang ada pada staf atau guru disekolah agar dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi berjalan secara efektif dan efektivitas pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah akan mempengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan kurikulum. Dalam ensiklopedi Indonesia, Efektivitas berarti menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dikatakan efektif kalau usaha itu mencapai tujuannya.5 Jadi, jika seseorang melakukan perbuatan dengan tujuan tertentu, maka orang tersebut dikatakan efektif apabila sasaran atau tujuannya dapat tercapai sesuai dengan direncanakan sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian berkaitan dengan : EFEKTIVITAS SUPERVISI INTERNAL DALAM

PENGEMBANGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DI MTS YAYASAN PONDOK KARYA PEMBANGUNAN CIRACAS JAKARTA TIMUR

5 Hasan Syadily, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta : Ichtiar Baru-VanHoeve) Jilid 2, h.883

4

B. Identifikasi Masalah Beberapa masalah yang ada kaitannya dengan judul karya ilmiah ini adalah sebagai berikut 1. Belum berperannya kepala sekolah sebagai supervisor internal 2. Belum adanya peningkatan kualitas pembelajaran 3. Belum diketahuinya tingkat efektivitas Kurikulum yang ada pada sekolah tersebut C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Untuk memperjelas bahasan dalam penulisan skripsi ini maka penulis perlu membatasi tulisan inipada Peranan Supervisor dalam Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi kepada staff pengajar di MTs Yayasan Pondok Karya Pembangunan Ciracas Jakarta Timur 2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas maka penulis mencoba merumuskan masalah sebagai berikut:Bagaimanakah

peranan supervisor dalam pengembangan Kurikulum Berbasis

Kompetensi di MTs Yayasan Pondok Karya Pembangunan Ciracas Jakarta Timur" D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana peranan supervisor dalam pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi 2. Untuk mengetahui apakah kepala sekolah selaku supervisor aktif dalam pengembangan dan penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi 3. Untuk mengetahui bagaimana Kurikulum Berbasis Kompetensi berperan dalam meningkatkan mutu pendidikan.

5

E. Sistematika Penulisan Keseluruhan pembahasan dalam skripsi ini terdiri dari 5 Bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan. Bab ini mengemukakan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : Kajian Teori. Bab ini terdiri dari 5 sub pokok bahasan yaitu pengertian supervisi, syarat-syarat sebagai supervisor, tugas dan fungsi supervisor, prinsip-prinsip pelaksanaan supervisi, dan teknik supervisi. BAB III : Metodologi Penelitian. Bab ini menerangkan tentang langkahlangkah dan prosedur penelitian yang digunakan penulis meliputi: waktu dan tempat penelitian, tujuan penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. BAB IV : Hasil Penelitian. Pada bab ini penulis menerangkan tentang hasil penelitian yang terdiri dari Gambaran Umum (Objek Penelitian, sejarah berdirinya, Visi, Misi, Keadaan Guru, Karyawan, Siswa, Keadaan Sarana dan Prasarana, struktur Organisasi Sekolah), Deskripsi Data, Analisis dan Intrepetasi Data. BAB V : Penutup. Pada bab penutup ini meliputi : Kesimpulan dan Saran.

6

BAB II KAJIAN TEORI A. Kurikulum Berbasis Kompetensi 1. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi Kompetensi berasal dari kata competency (bahasa inggris), berarti ability (kemampuan), capability (kesanggupan), proficiency (keahlian), qualification (kecakapan), eliqibility (memenuhi persyaratan), readiness (kesiapan), skill (kemahiran), dan adequency (kepadanan).1 Sedangkan menurut Drs. M. Uzer Usman, Kompetensi adalah suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik kualitatif maupun kuantitatif.2 Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus, sehingga memungkinkan seseorang untuk menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.3 Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai peserta didik, penilaian

1 David Marshal, Dictionary of Synonym and Antonym, (Kuala Lumpur : Golden Books Center SDN BHD, 1994), h. 66 2 Moh. Uzer Usman, menjadi Guru Profesional, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya), 1997, Cet. Ke-8, h. 8 3Balitbang Depdiknas, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta : Pusat Kurikulum, 2003), h.1

7

kegiatan belajar mengajar dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum disekolah.4 Kurikulum Berbasis Kompetensi diartikan suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. Ada beberapa unsur yang terkandung dalam kompetensi, Gordo menjelaskan beberapa ranah dalam konsep kompetensi : a. Pengetahuan, kesadaran dalam kognitif b. Pemahaman, kedalaman kognitif dan afektif individu c. Kemampuan, sesuatu yang dimiliki peserta didik untuk melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. d. Nilai, standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri sesorang e. Sikap, perasaan atau reaksi terhadapsuatu rangsangan yang datang dari luar f. Minat, kecenderungan seseorang untuk melakukan perbuatan.5 2. Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi Kurikulum berbasis kompetensi memiliki sejumlah kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik, penilaian dilakukan berdasarkan standar khusus sebagai hasil demonstrasi kompetensi yang ditunjukan oleh peserta didik. Karakteristik kurikulum berbasis kompetensi antara lain mencakup seleksi kompetensi yang sesuai, spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan kesuksesan pencapaian kompetensi dan pengembangan sistem pembelajaran.4 Ibid. h.1 5 E. Mulyasa, Kurikulum, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. Ke-7, h. 38

8

Depdiknas (2002) mengemukakan bahwa Kurikulum berbasis kompetensi memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Menekankan kepada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal 2. Berorientasi pada hasil belajar (Learning Outcome) dan keberagaman 3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi 4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif 5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.6 Lebih lanjut, dari berbagai sumber sedikitnya dapat diidentifikasikan enam karakteristik kurikulum berbasis kompetensi, yaitu : 1. Sistem belajar dengan modul Tujuan utama sistem modul adalah untuk meningkatkan efisisensi dan efektivitas pembelajaran disekolah baik waktu, dana, fasilitas maupun tenaga guna mencapai tujuan secara optimal. Dengan sistem pembelajaran dengan modul peserta didik mendapat kesempatan lebih banyak untuk belajar sendiri, membaca uraian dan petunjuk didalam lembaran kegiatan, menjawab pertanyaan-pertanyaan serta melaksanakan tugas-tugas yang harus diselesaikan dalam setiap tugas.6 Ibid, h. 42

9

2. Menggunakan keseluruhan sumber belajar Dalam kegiatan pembelajaran pemanfaatan sumber belajar seoptimal mungkin sangatlah penting, karena keefektifan proses pembelajaran ditentukan pula oleh kemampuan peserta didik dalam mendayagunakan sumber-sumber belajar.

Pemakaian sumber belajar yang berbeda dan alat peraga yang ada disekolah memungkinkan adanya berbagai pola organisasi dan implementasi kurikulum. Pada umumnya terdapat dua cara memanfaatkan sumber belajar dalam pembelajaran disekolah. 1). Membawa sumber belajar kedalam kelas 2). Membawa kelas kelapangan dimana sumber belajar berada 3. Pengalaman lapangan Kurikulum berbasis kompetensi lebih menekankan pada pengalaman lapangan untuk mengakrabkan hubungan antara guru dengan peserta didik. Keterlibatan anggota tim guru dalam pembelajaran disekolah memudahkan mereka untuk mengikuti perkembangan yang terjadi selama peserta didik mengikuti pembelajaran. Disamping itu, mereka juga dapat meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan pengalaman dalam ruang lingkup yang lebih luas untuk menumpang profesinya sebagai guru. 4. Strategi Belajar Individual Belajar Individual adalah berdasarkan tempo belajar peserta didik sedangkan belajar personal adalah interaksi edukatif berdasarkan keunikan peserta didik, bakat, minat dan kemampuan (personalisasi). Kurikulum berbasis kompetensi tidak akan

10

berhasil secara optimal tanpa individualisasi dan personalisasi. Individualisasi dan personalisasi dalam konteks ini tidak hanya sekedar individualisasi dalam pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan kognitif peserta didik tetapi mencakup respons-respons terhadap perasaan pribadi dan kebutuhan pertumbuhan psikososial peserta didik. 5. Kemudahan Belajar Kemudahan belajar dalam kurikulum berbasis kompetensi diberikan melalui kombinasi antara pembelajaran individual personal dengan pengalaman lapangan dan pembelajaran secara tim (team teaching). Hal tersebut dilakukan melalui berbagai saluran komunikasi yang dirancang untuk itu seperti video, televisi, radio, buletin, jurnal,dan surat kabar. 6. Belajar Tuntas Belajar tuntas merupakan strategi pembelajaran yang dapat dilaksanakan didalam kelas dengan asumsi bahwa didalam kondisi yang tepat semua peserta didik akan mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil belajar secara maksimal pembelajaran harus dilaksanakan dengan sistematis. 3. Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Dalam memberikan penjelasan mengenai pengertian pengembangan

kurikulum, maka akan dibahas mengenai pengertian kurikulum terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam memahami pengertian pengembangan kurikulum itu sendiri.

11

Kurikulum dalam arti sempit, ialah sejumlah mata pelajaran atau sejumlah pengetahuan yang harus dikuasai oleh anak didik untuk mencapai suatu tingkat atau ijazah pada suatu lembaga pendidikan.7 Berdasarkan pengertian yang demikian, seolah-olah memberi gambaran bahwa kurikulum itu hanya merupakan rencana pengajaran atau silabus dari beberapa mata pelajaran yang hendak diajarkan disuatu kelas pada suatu lembaga pendidikan. Terlihat bahwa proses kegiatan belajar mengajar murid dengan guru terbatas pada apa yang dicantumkan pada rencana pengajaran artinya segala kegiatan belajar mengajar yang ada hubungannya dengan pencapaian tujuan yang tercantum dalam rencana pengajaran tidak termasuk kurikulum. Pengertian kurikulum secara luas, Drs. Nazhary mengemukakan bahwa kurikulum ialah semua pengalaman yang dialami dan dilakukan oleh anak didik dibawah tanggung jawab sekolah, baik didalam maupun diluar kelas dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan.8 Istilah pengembangan menunjukan pada suatu kegiatan yang menghasilkan suatu alat atau cara yang baru, dimana selama kegiatan tersebut penilaian dan penyempurnaan terhadap cara atau alat tersebut terus dilakukan. Bila telah mengalami penyempurnaan-penyempurnaan akhirnya alat atau cara tersebut dipandang cukup

7 Nazhary, Pengorganisasian, pembinaan dan Pengembangan kurikulum, (Jakarta : Dermaga,1993), Cet. Ke-3, h.1 8 Ibid., h.2

12

mantap untuk digunakan seterusnya, maka berakhirlah kegiatan pengembangan tersebut.9 Pengertian pengembangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan. Sedangkan pengembangan kurikulum adalah proses atau cara dalam mengembangkan kurikulum. Pada dasarnya pengembangan kurikulum ialah mengarahkan kurikulum sekarang ketujuan pendidikan yang diharapkan karena adanya berbagai pengaruh yang sifatnya positif yang datangnya dari luar atau dari dalam sendiri, dengan harapan agar peserta didik dapat menghadapi masa depannya dengan baik. Subandijah mengemukakan pengertian pengembangan kurikulum yaitu Suatu proses yang direncanakan menghasilkan suatu alat yang lebih baik dengan didasarkan pada suatu hasil penilaian terhadap kurikulum yang berlaku, sehingga dapat memberikan kondisi belajar mengajar yang lebih baik. Dengan kata lain pengembangan kurikulum adalah kegiatan yang menghasilkan kurikulum kurikulum baru melalui langkah-langkah penyusunan kurikulum atas dasar hasil penilaian yang dilakukan selama periode tertentu.10 Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) memfokuskan pada kompetensi tertentu, berupa paduan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat

9 Hendyat Soetopo dan Wasty Soemantoro, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum (Sebagai Substansi problem Administrasi), Jakarta : PT. Bumi Aksara, 1993), cet. Ke-4, h.45 10 Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1993), Cet. Ke-1, h.45

13

didemontrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya.11 Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan model-model lainnya. Pertama, pendekatan ini bersifat alamiah (konstektual), karena berangkat, berfokus dan bermuara pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masingmasing. kedua, kurikulum berbasis kompetensi boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan, dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan seharihari, serta pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu. ketiga, ada bidang-bidang studi mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan keterampilan. 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum Sekolah mendapatkan pengaruh dari kekuatan-kekuatan yang ada dalam masyarakat, terutama dari perguruan tinggi dan masyarakat. 1. Perguruan Tinggi Kurikulum mendapat dua pengaruh dari perguruan tinggi. Pertama, dari pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan diperguruan tinggi umum. Kedua, dari pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan serta11 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi, (Bandung : PT. Rosdakarya, 2002), h.61-69

14

penyiapan guru-guru di Perguruan Tinggi Keguruan (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan). Jenis pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan di Perguruan Tinggi akan mempengaruhi isi pelajaran yang akan dikembangkan dalam kurikulum. Kurikulum lembaga pendidikan tenaga kependidikan juga mempengaruhi

pengembangan kurikulum, terutama melalui penguasaan ilmu dan kemampuan keguruan dari guru-guru yang dihasilkannya. 2. Masyarakat Sekolah merupakan bagian dari masyarakat dan mempersiapkan anak untuk kehidupan dimasyarakat. Sebagai bagian dari masyarakat, sekolah sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat dimana sekolah tersebut berada. Isi kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi dan dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat disekitarnya. 3. Sistem Nilai Dalam kehidupan masyarakat terdapat sistem nilai, baik nilai moral, keagamaan, sosial, budaya maupun nilai politis. Sekolah sebagai lembaga masyarakat juga bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan penerusan nilai-nilai. Sistem nilai yang akan dipelihara dan diteruskan tersebut harus terintegrasikan dalam kurikulum. Masyarakat memiliki berbagai aspek sosial ekonomi, politik dan sebagainya. Aspekaspek tersebut juga mengandung nilai-nilai yang berbeda. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam mengajarkan nilai : (1) guru hendaknya menegtahui dan memperhatikan semua nilai yang ada dalam masyarakat, (2) guru hendaknya berpegang pada prinsip demokrasi, etis, dan moral, (3) Guru berusaha menjadikan

15

dirinya sebagai teladan yang patut ditiru, (4) guru menghargai nilai-nilai kelompok lain, (5) Memahami dan menerima keragaman kebudayaan sendiri.12 5. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Dalam usaha mengembangkan kurikulum, ada beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan agar kurikulum yang dihasilkan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh semua pihak yaitu, sekolah itu sendiri, murid beserta orang tua, masyarakat dan pemerintah.13 Prinsip-prinsip dalam pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi harus sesuai dengan kondisi negara, kebutuhan masyarakat, dan berbagai perubahan yang sedang berlangsung dewasa ini. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (2002), prinsip-prinsip

pengembangan KBK yaitu sebagai berikut: 1. Keimanan, nilai, dan budi pekerti luhur 2. Penguatan Integrasi Nasional 3. Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika. 4. Kesamaan memperoleh kesempatan 5. Abad Pengetahuan dan Teknologi Informasi 6. Pengembangan keterampilan untuk hidup 7. Belajar sepanjang hayat 8.Berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan komprehensif 9. Pendekatan menyeluruh dan kemitraan.14 Prinsip-prinsip utama yang harus diperhatikan adalah prinsip relevansi, efektivitas, efisiensi dan prinsip kesinambungan (kontinuitas).12Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, Teori, dan Praktek, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. Ke-6, h. 158 13 Hendyat Sotopo dan Wasty Soemantoro, Loc.cit. h.48 14 E. Mulyasa, Op.Cit. h.70

16

1. Prinsip Relevansi Secara umum, istilah relevan dapat diartikan sebagai kesesuaian atau keserasian pendidikan dengan tuntutan kehidupan. Dengan kata lain pendidikan dipandang relevan bila hasil yang diperoleh dari pendidikan tersebut berguna atau fungsional bagi kehidupan. Masalah relevansi pendidikan dengan kehidupan dapat ditinjau sekurangkurangnya dari tiga segi. Pertama, relevansi pendidikan dengan lingkungan hidup murid. Kedua, relevansi dengan perkembangan kehidupan masa sekarang dan masa yang akan datang. Ketiga, relevansi pendidikan dengan tuntutan dalam dunia pekerjaan. a. Relevansi pendidikan dengan lingkungan hidup murid Dalam menetapkan bahan pendidikan yang akan dipelajari murid, hendaknya dipertimbangkan sejauh mana bahan tersebut sesuai dengan kehidupan nyata yang ada disekitar murid. b. Relevansi dengan perkembangan kehidupan masa sekarang dan masa yang akan datang. Dalam menetapkan bahan pendidikan, disamping mempertimbangkan lingkungan hidup murid, perlu diperhatikan pula perkembangan yang terjadi dalam kehidupan dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang. c. Relevansi dengan tuntutan dalam dunia pekerjaan

17

Disamping relevansi dari segi isi pendidikan, tidaklah kalah pentingnya juga adalah relevansi dari segi kegiatan belajar mengajar. Kurangnya relevansi dari segi kegiatan belajar ini sering mengakibatkan sukarnya lulusan dalam menghadapi tuntutan dari dunia pekerjaan.15 2. Prinsip Efektivitas Efektivitas dalam suatu kegiatan berkenaan dengan apa yang direncanakan dan diinginkan, dapat terlaksana atau tercapai. Bila ada 10 jenis kegiatan yang direncanakan dan tercapai 4 kegiatan yang dilaksanakan, maka efektivitas kegiatan tersebut kurang memadai didalam bidang pendidikan, efektivitas ini ditinjau dari dua segi efektivitas mengajar guru dan efektivitas belajar murid. a. Efektivitas Mengajar Guru Efektivitas mengajar guru terutama mencakup sejauh mana jenis-jenis kegiatan belajar mengajar yang direncanakan dapat dialaksanakan dengan baik. Dalam rangka pengembangan kurikulum, usaha untuk meningkatkan efektivitas mengajar guru perlu dipertahankan. b. Efektivitas Belajar Murid Efektivitas belajar murid terutama menyangkut sejauhmana tujuan-tujuan pelajaran yang diinginkan telah dapat dicapai melalui kegiatan belajar mengajar yang ditempuh. Dalam rangka pengembangan kurikulum, usaha untuk meningkatkan

15 Hendyat Soetopo dan Wasty Soemantoro, Op.Cit., h. 49

18

efektivitas belajar murid dilakukan dengan memilih jenis-jenis metode dan alat yang dipandang paling ampuh didalam mencapai tujuan yang diinginkan. 3. Prinsip Efisiensi Efisiensi suatu usaha pada dasarnya merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai (out put) dan usaha yang telah dikeluarkan (input). Dalam dunia pendidikan, tentu saja sukar untuk membandingkan nilai hasil dan usaha yang telah dikeluarkan. Sekalipun demikian, dalam pengembangan kurikulum dalam pendidikan pada umumnya, prinsip efisiensi ini perlu diperhatikan, baik efisiensi dari segi waktu, tenaga, peralatan, dan efisiensi dari segi biaya.16 4. Prinsip Kesinambungan (Kontinuitas) Yang dimaksud adalah hubungan antara berbagai tingkat dan jenis atau lembaga pendidikan. a. Kesinambungan antar berbagai tingkat sekolah Dalam menyusun kurikulum sekolah hendaknya dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 1). Bahan-bahan pelajaran yang diperlukan untuk belajar lebih lanjut pada tingkat sekolah yang berikutnya hendaknya sudah diajarkan pada tingkat sekolah sebelumnya. 2). Bahan-bahan pelajaran yang sudah diajarkan pada tingkat lebih rendah tidak perlu diajarkan pada sekolah yang lebih tinggi16 Ibid., h. 50-51

19

b. Keseimbangan antara berbagai bidang studi Bahan yang diajarkan pada berbagai bidang studi sering mempunyai hubungan satu sama lainnya. Sehubungan dengan hal itu, urutan dalam penyajian berbagai bidang studi hendaknya diusahakan sedemikian rupa agar hubungan tersebut dapat terjain dengan baik.17 6. Pendekatan Dalam Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendekatan dalam pengembangan kurikulum merefleksikan pandangan seseorang terhadap sekolah dan masyarakat. Para pendidik pada umumnya tidak berpegang pada salah satu pendekatan secara murni, tetapi menganut beberapa pendekatan yang sesuai. Pendekatan dalam pengembangan kurikulum mempunyai arti yang sangat luas. Hal tersebut bisa berarti penyusunan kurikulum baru (curriculum construction), bisa juga penyempurnaan terhadap kurikulum yang sedang berlaku (curriculum improvement). Dalam hal ini, Syaodih mengemukakan pendekatan pengembangan kurikulum berdasarkan sistem pengelolaan dan berdasarkan fokus sasaran. 1. Pendekatan Pengembangan Kurikulum Berdasarkan Sistem Pengelolaan Dilihat dari pengelolaanya pengembangan kurikulum dibedakan antara sistem pengelolaan yang terpusat (sentralisasi) dan tersebar (desentralisasi). Dengan adanya kebijakan otonomi daerah maka pengelolaan kurikulum tidak lagi sentralisasi tetapi desentralisasi sehingga pengembangan kurikulum lebih berbasis daerah atau17 Ibid., h. 52

20

kewilayahan. Model kurikulumnya akan beragam sesuai dengan tujuan, fungsi, dan isi program pendidikan. 2. Pendekatan Pengembangan Kurikulum Berdasarkan Fokus Sasaran Berdasarkan fokus sasaran, pengembangan kurikulum dibedakan antara pendekatan yang mengutamakan penguasaan ilmu pengetahuan yang menekankan pada isi atau materi, penguasaan kemampuan standar yang menekankan pada penguasaan kemampuan potensial yang dimiliki peserta didik sesuai dengan tahaptahap perkembangannya, penguasaan kompetensi yang menekankan pada

pemahaman dan kompetensi tertentu disekolah, pembentukan pribadi yang menekankan pada pengembangan atau pembentukan aspek-aspek kepribadian secara utuh, baik pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap, dan penguasaan kemampuan memecahkan masalah sosial kemasyarakatan yang menekankan pada pengembangan kemampuan memecahkan masalah-masalah yang ada dimasyarakat.18 Keterkaitan kurikulum berbasis kompetensi dengan pendekatan lain adalah bahwa keduanya sama-sama menekankan pada kemampuan, hanya berbeda jenis kemampuannya. Dalam pendekatan kompetensi kemampuan yang dikembangkan adalah kemampuan yang mengarah pada pekerjaan, sedang dalam pendekatan kemampuan standar pada kemampuan umum. Pendekatan kemampuan standar dapat dipandang sebagai bagian dari pendekatan kompetensi atau sebaliknya pendekatan kemampuan standar mencakup kompetensi umum dan kompetensi kerja.18 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. Ke-5, h. 65

21

B. Supervisi Pendidikan 1. Pengertian Supervisi Pendidikan Dilihat dari sudut etimologi supervisi berasal dari kata super dan vision yang masing-masing kata itu berarti atas dan penglihatan. Jadi secara etimologis, Supervisi adalah penglihatan dari atas. Pengertian itu merupakan arti kiasan yang menggambarkan suatu posisi yang melihat berkedudukan lebih tinggi dari pada yang dilihat.19 Orang yang berfungsi memberi bantuan kepada guru-guru dalam menstimulir guru-guru kearah usaha mempertahankan suasana belajar mengajar yang lebih baik kita sebut Supervisor. Semua guru tetap pada statusnya sebagai guru, tetapi bila suatu saat ia berfungsi membantu guru memecahkan persoalan belajar dan mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, maka pada saat itu ia berfungsi sebagai Supervisor. Dalam bukunya Good Carter, Dictionary of Education, supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya, dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan, pengajaran.2019 Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 1994) h. 1 20 Piet. A. Sahertian dan Frans Mataheru, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional, 1981) Cet Ke-1. h. 18

bahan-bahan

pengajaran

dan

metode

mengajar

dan

evaluasi

22

Menurut H. Burton dan Leo J. Bruckner, supervisi adalah suatu teknik yang tujuan utamanya mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.21 Sedangkan menurut Kimball Wiles, mendefinisikan supervisi yaitu bantuan dalam perkembangan dari belajar mengajar yang baik.22 Menurut Ngalim Purwanto, supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.23 Supervisi diartikan sebagai pelayanan yang disediakan oleh pemimpin untuk membantu guru-guru, orang yang dipimpin agar menjadi guru (personil) yang cakap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan pendidikan khususnya agar mampu meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar disekolah.24 Jadi, supervisi adalah sebagai suatu usaha layanan dan bantuan berupa bimbingan dari atasan (kepala sekolah) kepada personil sekolah (guru-guru) dan petugas sekolah lainnya. Supervisor sebagai pengawas pendidikan bertindak sebagai stimulator, pembimbing dan konsultan bagi guru-guru dalam perbaikan pengajaran dan menciptakan situasi belajar mengajar yang baik. Selain itu juga supervisi diharapkan21 Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pedoman penyelenggaraan Administrasi pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional, 1981) cet Ke-1. H. 18 22 Piet A. Sahertian dan frans Mataheru, Op.cit. h. 21 23 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta : Remaja Rosdakarya, 2000), h. 76 24 Hadari Nawawi, Administrasi pendidikan, (Jakarta : CV. Haji Masagung, 1989). Cet. Ke-1 h. 109

23

mampu membawa dampak perkembangan yang baik bagi kemajuan proses pengajaran melalui peningkatan kurikulum yang ada disekolah sebagai salah satu sarana dalam meningkatkan mutu pendidikan. 2. Tujuan Supervisi Pendidikan Dalam melakukan suatu pekerjaan orang yang terlibat dalam pekerjaan itu harus mengetahui dengan jelas apakah tujuan pekerjaan itu, yaitu apa yang hendak dicapai. Dibidang pendidikan dan pengajaran seorang supervisor pendidikan harus mempunyai pengetahuan yang cukup jelas tentang apakah tujuan supervisi itu. Tujuan umum supervisi pendidikan adalah memperbaiki situasi belajar mengajar, baik belajar para siswa, maupun situasi mengajar guru.25 Wiles dan W.H. Burton tujuan sebagaimana supervisi dikutip oleh adalah Burhanuddin membantu

mengungkapkan

bahwa

pendidikan

mengembangkan situasi belajar mengajar kearah yang lebih baik. Tujuan supervisi pendidikan tidak lain adalah untuk meningkatkan pertumbuhan siswa dan dari sini sekaligus menyiapkan bagi perkembangan masyarakat.26

25 Imam Soepandi, Dasar-dasar Administrasi Pendidikan, Universitas Jember Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, (Jakarta : 1998), h. 65 26 Burhanuddin, Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan pendidikan (Jakarta : Bumi Aksara, 1994), h. 29

24

Amatembun merumuskan tujuan supervisi pendidikan (dalam hubungannya dengan tujuan pendidikan nasional) yaitu membina orang-orang yang disupervisi menjadi manusia-manusia pembangunan yang dewasa yang berpancasila.27 Yushak Burhanuddin mengemukakan bahwa tujuan supervisi pendidikan adalah dalam rangka mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar, secara rinci sebagai berikut: a. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi belajar mengajar b. Mengendalikan penyelenggaraan bidang teknis edukatif disekolah sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan kebijakan yang telah ditetapkan c. Menjamin agar kegiatan sekolah berlangsung sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga berjalan lancar dan memperoleh hasil optimal. d. Menilai keberhasilan sekolah dalam pelaksanaan tugasnya e. Memberikan bimbingan langsung untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan, dan kehilafan serta membantu memecahkan masalah yang dihadapi sekolah, sehingga dapat dicegah kesalahan yang lebih jauh.28 Pelaksanaan supervisi dalam lapangan pendidikan pada dasarnya bertujuan memperbaiki proses belajar mengajar secara total.29 Dalam hal ini bahwa tujuan supervisi tidak hanya memperbaiki mutu mengajar guru, akan tetapi juga membina pertumbuhan profesi guru dalam arti luas termasuk pengadaan fasilitas yang

menunjang kelancaran pembelajaran, meningkatkan mutu pengetahuan dan keterampilan guru, memberikan bimbingan dan pembinaan dalam pelaksanaan kurikulum, pemilihan dan penggunaan metode mengajar dan teknik evaluasi pengajaran.27 N.A. Ametembun, Supervisi Pendidikan Penuntun Para Penilik Pengawas dan Guru-guru (Bandung : Suri, 2000), Edisi ke-5, h. 24-25 28 Yushak Burhanuddin, Administrasi Pendidikan, (Bandung : CV. Pustaka Setia) cet. Ke-1, h. 100 29 Ngalim Purwanto. Op.Cit. h. 77

25

3. Fungsi Supervisi Pendidikan Tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu proses kerjasama hanyalah merupakan cita-cita yang masih perlu diwujudkan melalui tindakan-tindakan yang nyata. Begitu juga seorang supervisor dalam merealisasikan program supervisinya memiliki sejumlah tugas dan tanggungjawab yang harus dijalankan secara sistematis. Menurut W.H. Burton dan Leo. J. Bruckner sebagaimana dikutip oleh Piet A. Sahertian menjelaskan bahwa fungsi utama supervisi adalah menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi hal belajar.30 Menurut Swearingen, terdapat 8 (delapan) hal yang menjadi fungsi supervisi pendidikan yakni: a. b. c. d. e. f. g. h. Mengkoordinasikan semua usaha sekolah Memperlengkapi kepemimpinan sekolah Memperluas pengalaman guru-guru Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif Memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus Menganalisis situasi belajar mengajar Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf Mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan mengajar guru-guru.31 Sesuai dengan fungsinya, supervisi harus bisa mengkoordinasikan semua usaha-usaha yang ada dilingkungan sekolah. Ia bisa mencakup usaha setiap guru dalam mengaktualisasikan diri dan ikut memperbaiki kegiatan-kegiatan sekolah. Dengan demikian perlu dikoordinasikan secara terarah agar benar-benar mendukung

30 Piet A. Sahertian, Supervisi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta 2000), Cet. Ke-1. H.23 31 Piet A. Sahertian dan frans Mataheru, Prinsip dan teknik Supervisi Pendidikan (Surabaya : Usaha Nasional, 1981), h. 25

26

kelancaran program secara keseluruhan. Usaha-usaha tersebut baik dibidang administrasi maupun edukatif, membutuhkan keterampilan supervisor untuk mengkoordinasikannya, agar terpadu dengan sasaran yang ingin dicapai. Oteng Sutisna mengemukakan beberapa fungsi supervisi : a. Sebagai penggerak perubahan b. Sebagai program pelayanan untuk memajukan pengajaran c. Sebagai keterampilan dalam hubungan manusia d. Sebagai kepemimpinan kooperatif.32 Supervisi sebagai penggerak perubahan ditujukan untuk menghasilkan perubahan manusia kearah yang dikehendaki, kemudian kegiatan supervisi harus disusun dalam suatu program yang merupakan kesatuan yang direncanakan dengan teliti dan ditujukan kepada perbaikan pembelajaran. Terkait dengan itu, proses bimbingan dan pengendali maka supervisi pendidikan menghendaki agar proses pendidikan dapat berjalan lebih baik efektif dan optimal. Adapun indikasi lebih baik itu diantaranya adalah: a. b. c. d. e. f. g. Lebih mempercepat tercapainya tujuan Lebih memantapkan penguasaan materi Lebih menarik minat belajar siswa Lebih baik daya serapnya Lebih banyak jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar Lebih mantap pengelolaan administrasinya Lebih mantap pemanfaatan media belajarnya. 33

32 Oteng Sutisna, Administrasi dan Supervisi Pendidikan Dasar dan Teoritis Untuk Praktek Profesional, (Bandung : Angkasa 1989), Edisi Ke-5, h. 27 33 Departemen Agama RI Supervisi Madrasah Aliyah (Jakarta : Direktorat Jendral Pembinaan Lembaga Islam Proyek Pembinaan Perguruan Agama Islam Tingkat Menengah 1998), h.5

27

Menurut

Zakiah

Drajat

ada

tiga

fungsi

supervisor

yaitu

fungsi

kepemimpinan, fungsi pembinaan dan fungsi pengawasan.34 Fungsi kepemimpinan kepala sekolah bertindak sebagai pencipta hubungan yang harmonis dikalangan guru-guru dan karyawan, pendorong bagi kepribadian guru dan karyawan sebagai pelaksana kegiatan belajar, pelaksana dalam pengawasan, dan pelaksana dalam penempatan atau pemberian tugas dan tanggung jawab terhadap guru dan karyawan. Fungsi pembinaan berarti kepala sekolah meningkatkan kemampuan profesi guru dalam bidang pengajaran, bimbingan dan penyuluhan dalam bidang pengelolaan kelas. Sedangkan fungsi pengawasan diartikan sebagai membina pengertian melalui komunikasi dua arah lebih menjamin terlaksananya kegiatan sesuai dengan program kerja. Jadi dari beberapa pendapat diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa inti dari fungsi supervisi pendidikan adalah ditujukan untuk perbaikan dan peningkatan pembelajaran. 4. Prinsip Supervisi Pendidikan Seorang pemimpin pendidikan yang berfungsi sebagai supervisor dalam melaksanakan supervisi hendaknya bertumpu pada prinsip supervisi sebagai berikut: a. Ilmiah (scientific) yang mencakup unsur-unsur sebagai berikut 1). Sistematis, yaitudilaksanakan secara teratur, berencana dan kontinyu34 Zakiyah Drajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara 1996), Cet. Ke-3, h.14

28

2). Objektif artinya data yang didapat berdasarkan pada observasi nyata, bukan tafsiran pribadi 3). Menggunakan alat/instrumen yang dapat memberikan informasi sebagai umpan balik untuk mengadakan penilaian terhadap proses belajar mengajar. b. Demokratis Menjunjung tinggi asas musyawarah. Memiliki jiwa kekeluargaan yang kuat, serta sanggup menerima pendapat orang lain c. Kooperatif Seluruh staf sekolah dapat bekerja sama, mengembangkan usaha bersama dalam menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik. d. Konstruktif dan kreatif Membina inisiatif guru serta mendorongnya untuk aktif menciptakan suasana dimana tiap orang merasa aman dan dapat mengembangkan potensi-potensinya.35 Disamping prinsip itu dapat dibedakan juga prinsip positif dan prinsip negatif. a. Prinsip positif, yaitu prinsip yang patut kita ikuti 1). Supervisi harus dilaksanakan secara demokratis dan kooperatif 2). Supervisi harus kreatif dan konstruktif 3). Supervisi harus scientific dan efektif 4). Supervisi harus dapat memberi perasaan aman kepada guru-guru 5). Supervisi harus berdasarkan kenyataan 6). Supervisi harus memberi kesempatan kepada guru mengadakan Self Evolution.36 b. Prinsip Negatif, yaitu prinsip yang tidak patut kita ikuti 1). Seorang supervisor tidak boleh bersifat otoriter 2). Seorang supervisor tidak boleh mencari kesalahan pada guru-guru 3). Seorang supervisor bukan inspektur yang ditugaskan memeriksa apakah peraturan dan instruksi yang telah diberikan dilaksanakan dengan baik. 4). Seorang supervisor tidak boleh menganggap dirinya lebih tinggi dari para guru.35 Piet A. Sahertian dan Frans Mataheru, Loc.cit 36 Hendiyat Soetopo dan Wasti Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta Bumi Aksara, 1998), Cet Ke-2, h. 42

29

5). Seorang supervisor tidak boleh terlalu banyak memperhatikan hal kecil dalam cara guru mengajar. 6). Seorang supervisor tidak boleh lekas kecewa jika mengalami kegagalan.37 Bila prinsip-prinsip diatas diterima maka perlu diubah sikap para pemimpin pendidikan yang hanya memaksa bawahannya, menakut-nakuti dan melumpuhkan kreatifitas dari anggota staf. Sikap korektif harus diganti dengan sikap kreatif yaitu sikap yang menciptakan situasi dan relasi dimana orang merasa aman dan tenang untuk mengembangkan kreatifitasnya. 5. Teknik Supervisi Pendidikan Dalam usaha meningkatkan program sekolah, kepala sekolah sebagai supervisor dapat menggunakan berbagai teknik atau metode supervisi pendidikan. Supervisi dapat dilakukan dengan berbagai cara, dengan tujuan agar apa yang diharapkan bersama dapat tercapai. Teknik supervisi pendidikan berarti suatu cara atau jalan yang digunakan supervisor pendidikan dalam memberikan pelayanan atau bantuan kepada para supervisor.38 Hendyat Soetopo membagi teknik supervisi menjadi empat bagian yaitu : Teknik Kelompok, Teknik Perseorangan, Teknik langsung, dan Teknik Tidak Langsung.39 Kemudian Baharuddin Harahap mengemukakan teknik supervisi

37 Soekarto Indra Fachrudi, Bagaimana Memimpin Sekolah Yang Baik, (Jakarta : Ghalia Indonesia), Cet. Ke-3, h.73 38 Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, (Jakarta 1998), h.78 39 Hendyat Soetopo dan Wasti Soemanto, Loc.cit

30

meliputi : Teknik Individual, Teknik Kelompok, Teknik Lisan, Teknik Tulisan, Teknik langsung dan Teknik Tak Langsung.40 Yang dimaksud dengan teknik perseorangan adalah supervisi yang dilakukan secara individual. Beberapa kegiatan yang akan dilakukan yaitu : a. Mengadakan Kunjungan Kelas (Class room Visitation) Ada 3 macam kunjungan kelas 1). Kunjungan tanpa diberitahu (unannounced visitation), supervisor tiba-tiba datang kekelas tanpa diberitahu terlebih dahulu. 2). Kunjungan dengan cara memberitahu terlebih dahulu (announced visitation) 3). Kunjungan atas undangan b. Mengadakan kunjungan observasi (Observation Visit). Ada 2 macam observasi kelas 1). Observasi langsung (direck observation) 2). Observasi tak langsung (indireck observation) c. Membimbing guru-guru tentang cara-cara mempelajari pribadi siswa atau mengatasi masalah yang dialami siswa. d. Membimbing guru-guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum sekolah antara lain :

40 Baharuddin Harahap, Supervisi Pendidikan, (Jakarta : PT. Ciawi Jaya, 1983), h. 11

31

1) 2) 3) 4) 5) 6)

Menyusun program catur wulan/ program semester Menyusun atau membuat program satuan pelajaran Mengorganisasi kegiatan-kegiatan pengelolaan kelas Melaksanakan teknik-teknik evaluasi pengajaran Menggunakan media dan sumber dalam PBM Mengorganisasi kegiatan siswa dalam bidang ektrakurikuler, studi tour dan sebagainya.41

Sedangkan teknik kelompok adalah suatu cara pelaksanaan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Bentuk-bentuk teknik yang bersifat kelompok ini, diantaranya yang paling pokok adalah : a. Dengan mengadakan pertemuan atau rapat dengan guru-guru untuk membicarakan berbagai hal yang berhubungan dengan proses dan hasil belajar siswa. b. Mengadakan dan membimbing diskusi kelompok diantara guru-guru bidang studi. c. Memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk mengikuti penataran yang sesuai dengan bidangnya. d. Membimbing guru-guru dalam mempraktekkan hasil-hasil penataran yang telah diikuti.42

Adapun teknik kelompok diantaranya yang umum dikenal adalah : a. b. c. d. e. f. g. h. i. Pertemuan orientasi bagi guru baru. Kepanitiaan Rapat Guru Diskusi Tukar menukar pengalaman (sharing of experience). Loka Karya (workshop) Diskusi Panel Seminar Simposium.43

41 Parsono, et.al, Landasan Kependidikan, (Jakarta : Universitas Terbuka 1992), h. 32 42 Ngalim Purwanto, Loc.cit 43 Piet A. Sahertian, Loc.cit

32

Teknik langsung adalah teknik yang digunakan secara langsung seperti penyelenggaraan rapat guru, workshop, kunjungan kelas, mengadakan converence. Sedangkan teknik tidak langsung adalah teknik yang dilakukan secara tidak langsung misalnya melalui bulletin board, questioner. Teknik lisan adalah supervisi yang dilakukan secara tatap muka misalnya, supervisor mendiskusikan hasil observasi yang dilakukan guru, rapat dengan guru membicarakan hasil evaluasi belajar. Sedangkan teknik tulisan adalah supervisi yang dilakukan dengan menggunakan tulisan misalnya dalam kegiatan observasi untuk memperoleh data yang objektif tentang situasi belajar mengajar, supervisi

menggunakan alat-alat observasi berbentuk chek-list atau daftar sejumlah pertanyaan (evaluatif chek-list).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MTs Yayasan Pondok Karya Pembangunan mulai bulan September 2006 sampai bulan Oktober 2006 B. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian, dimana seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian tersebut, dan penelitiannya disebut penelitian populasi.1 Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh guru di MTs Yayasan Pondok karya Pembangunan yang berjumlah 19 orang yang terdiri dari 9 orang perempuan dan 10 orang laki-laki. Sedangkan Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.2 Penelitian ini mengambil sampel kepada sebagian guru di MTs Yayasan Pondok Karya Pembangunan sebanyak 15 0rang. C. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data dan informasi ini penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu :

1 Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan praktek, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002), Edisi Revisi V, h. 108 2 Ibid., h. 109

34

1. Observasi; observasi dilakukan dengan dan mengamati keadaan sekolah, sarana dan prasarana serta data yang mendukung lainnya di MTs Yayasan Pondok Karya Pembangunan. 2. Angket; yaitu teknik pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan disertai pilihan jawaban yang sudah disediakan. Bentuk angket yang digunakan adalah angket langsung yang bersifat tertutup dengan bentuk pilihan ganda, dan responden diminta untuk memilih salah satu jawaban yang telah tersedia. Yang menjadi responden adalah guru di MTs Yayasan Pondok Karya Pembangunan berjumlah 15 0rang guru. 3. Wawancara; yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab antara peneliti dengan kepala sekolah Yayasan pondok Karya Pembangunan berkaitan dengan masalah yang dibahas dan diteliti. D. Teknik Analisis Data Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menguraikan keterangan-keterangan atau data yang diperoleh agar data tersebut dapat dipahami bukan saja oleh orang yang meneliti, akan tetapi juga oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian ini. Penggunaan teknik analisis data dalam penelitian ini disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai untuk mengetahui pelaksanaan tugas kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan dan peranannya dalam mengembangkan Kurikulum Berbasis Kompetensi di MTs Yayasan Pondok Karya Pembangunan, maka data yang

35

penulis peroleh dari angket yang disebarkan, diolah dengan menggunakan langkahlangkah sebagai berikut 1. Pengeditan Dalam pengolahan data, yang pertama kali yang dilakukan adalah Editing yaitu meneliti satu persatu kelengkapan pengisian dan kejelasan penulisannya, dalam tahap ini dilakukan pengecekkan terhadap kelengkapan dan kebenaran pengisian dan kejelasan penulisannya. 2. Pentabulasian Tabulasi ini bertujuan untuk mendapatkan frekuensi dalam tahap item yang penulis kemukakan. Untuk itu dibuatlah suatu tabel yang mempunyai kolom pada setiap bagian angket sehingga terlihat jawaban responden yang satu dengan yang lain. 3. Persentase Perhitungan ini digunakan untuk mengetahui besar kecilnya tingkat keberhasilan yang diperoleh kepala sekolah Madrasah Pondok Karya Pembangunan dalam mengembangkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Angka persentase ini diperoleh dengan cara frekuensi jawaban dibagi jumlah responden dikalikan 100% dengan rumus statistik persentase sebagai berikut: f P = N x 100

Keterangan :

P = Persentase f = Frekuensi jawaban responden

36

N = Jumlah data responden Data yang didapat dari setiap item pertanyaan akan dibuat satu tabel yang didalam langsung dibuat frekuensi dan prosentase. E. Definisi Operasional dan Kisi-kisi Instrumen 1. Definisi Operasional Supervisi Internal yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah dalam menjalankan tugas-tugas kesupervisian yaitu memberikan bantuan dan bimbingan kepada guru-guru untuk meningkatkan profesinya. Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi maksudnya ialah upaya dan inisiatif dari kepala sekolah untuk melakukan pengembangan kurikulum terhadap komponen kurikulum dan bersifat kelembagaan dalam upaya meningkatkan kualitas hasil lulusan 2. Kisi-kisi Instrumen Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket yang bertujuan untuk memperoleh data mengenai pelaksanaan supervisi internal yaitu kepala sekolah dalam mengembangkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Angket ini terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang memiliki empat pilihan alternatif jawaban yaitu selalu (SL), sering (SR), Kadang-kadang (KK) dan tidak pernah (TP) Responden hanya memilih satu dari empat alternatif jawaban tersebut sesuai dengan pendapat atau keadaan sebenarnya. Angket yang digunakan terdiri dari 20 butir soal yang disebarkan kepada 15 orang guru.

37

Kisi-Kisi KuesionerVariabel Supervisi Internal Dimensi Perencanaan Indikator Kepala sekolah memeriksa satpel guru sebelum mengajar Kepala sekolah memeriksa kehadiran guru Kepala sekolah membuat program tahunan Kepala sekolah mengadakan penilaian secara kontinyu setiap semester Kepala sekolah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam mengajar kepada guru Kepala sekolah memperhatikan kesejahteraan guru Kepala sekolah mengadakan penilaian terhadap tugas guru Kepala sekolah memberikan kesempatan kepada guru untuk mengikuti studi banding Kepala sekolah memberikan kesempatan untuk melanjutkan studi Kepala sekolah memberikan kemudahan kenaikan pangkat guru No Item 1 2 3 4

Pelaksanaan

5

6

7 8

Perbaikan

9

10

38

Variabel Kurikulum Berbasis Kompetensi

Dimensi Sosialisasi

Indikator Kepala sekolah mengadakan rapat untuk membahas tentang kurikulum Kepala sekolah mengenalkan kepada Bapak/Ibu tentang KBK Kepala sekolah ikut melaksanakan program KBK Kepala sekolah menyediakan sarana yang menunjang dalam pelaksanaan KBK Kepala sekolah membimbing Bapak/Ibu dalam menerapkan satpel terutama dalam menerapkan KBK Kepala sekolah mengontrol (mensupervisi) kedalam kelas ketika sedang berlangsung proses belajar mengajar Kepala sekolah memberikan bantuan dalam pemecahan masalah yang dihadapi pada pelaksanaan program KBK Kepala sekolah menganjurkan Bapak/Ibu untuk mempelajari lebih dalam tentang KBK Kepala sekolah mengikutsertakan Bapak/Ibu dalam diskusi kependidikan khususnya tentang KBK Kepala sekolah menganjurkan Bapak/Ibu untuk lebih meningkatkan kemampuan mengajarnya

No Item 11

12 13 14

15

Peningkatan

16

17

18

19

20

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah berdirinya MTs Yayasan Pondok karya Pembangunan (PKP) Awal mula berdirinya MTs Yayasan Pondok Karya Pembangunan (PKP) adalah pada tahun 1976 yang berlokasi di wilayah Kelapa Dua Wetan Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur. Gagasan awal berdirinya PKP berasal dari Yayasan PTDI (Pusat Pendidikan Dakwah Islam) yang dipimpin Letjen TNI (Pur) H. M. Sarbini, Letjen TNI (Pur) H. Soedirman, Jend. (Pur) H. Soetjipto Judodihardjo dan Laksda TNI (Pur) dr. H. M. Sukmadi. Nama Pondok Karya Pembangunan mengandung harapan bagi para pendiri. PKP merupakan lembaga independent dan bebas dari kepentingan politik. Pendirian PKP DKI Jakarta sebagai proyek Monumental MTQ Nasional V tahun 1972 sekaligus untuk syiar islam Sadikin.1 2. Keadaan Guru Guru merupakan salah satu komponen kependidikan, karena dengan adanya gurulah proses pembelajaran dapat berjalan. Demikian juga dalam keberhasilan proses pembelajaran gurulah faktor pendidikan yang menentukan. Setiap guru mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda.1 Azhari Baedlawie, dkk. 30 Tahun Perjalanan Kampus DKI Jakarta, (Jakarta : Kampus PKP DKI Jakarta), h. 10-12 39

pada masa kepemimpinan gubernur H. Ali

40

Mengingat keberadaannya sangat penting dalam menunjang kegiatan belajar mengajar dan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta untuk menentukan maju mundurnya suatu lembaga pendidikan, maka peranan guru sangat penting dan sangat menentukan. Oleh karena itu guru yang berkompetensi dan berdedikasi sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Jumlah guru di MTs Yayasan Pondok Karya Pembangunan berjumlah 19 orang guru yang terdiri dari 9 orang guru perempuan dan 10 orang guru laki-laki. Tabel 1 Staff Pengajar Di MTs Pondok Karya Pembangunan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Nama Nanang Ahmad Hasan S.Ag H. Masykur Herdianto S.Ag Syabani S.Ag Tuti Alawiyah S.Ag Sukarno Eko Muchdiyanto Euis Srihayati Kiki Rizki Diah P S.Ag Sulastri S.Pd Pujianto Reni Ariyanti S.Pd Soimun Suwarto S.Pd Yusmawati S.Pd Euis Mulyani S.Pd Iin Sofiani S.Pd Anatta Sanai S.Pd Suheli S.Pd Atjih S.Pd Guru Bidang Studi Sejarah Kebudayaan Islam Aqidah Akhlaq Bahasa Arab Fiqh Elektronik Matematika Biologi BP Sejarah Pendidikan Jasmani Matematika Geografi Ekonomi Pend. Kewarganegaraan Kesenian Bahasa Inggris Teknik Komputer Alquran Hadits Bahasa Indonesia Lulusan SI Tarbiyah SI Tarbiyah SI Tarbiyah SI Tarbiyah D3 IKIP D3 IKIP D3 IKIP SI Dakwah SI IKIP D3 IKIP SI IKIP D3 IKIP SI IKIP SI IKIP SI IKIP SI IKIP SI IKIP SI Tarbiyah SI IKIP

Sumber Data : Formulir Madrasah Tsanawiyah Tahun 2005/2006

41

3. Sarana dan Prasarana Sarana adalah suatu alat yang secara langsung mempengaruhi proses pencapaian tujuan, sedangkan prasarana yaitu semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien. Jadi sarana dan prasarana merupakan faktor penunjang keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Tabel 2 Sarana dan Prasarana MTs PKP No Sarana dan Prasarana Jumlah 1 Ruang Kelas 8 2 Ruang Kepala Sekolah 1 3 Ruang Guru 1 4 Ruang TU 1 5 Lab Komputer 4 6 Lab Bahasa 2 7 Ruang perpustakaan 1 8 Ruang UKS 1 9 Koperasi 1 10 Aula 1 11 Masjid/Mushalla 1 12 Kantin 1 13 Dapur 1 14 WC Guru 1 15 WC Siswa 4 Sumber Data : Formulir Statistik Madrasah Tsanawiyah Tahun 2005/2006

42

B. Deskripsi Data Seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket, untuk memperoleh data mengenai pelaksanaan supervisi internal dalam pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Angket disusun berdasarkan dimensi dan indikator dari variabel yang diteliti, angket ini terdiri dari 20 item. 10 pertanyaan mengenai supervisi internal dan 10 pertanyaan tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi. Pembahasan mengenai hasil angket penulis awali dengan melakukan proses kualifikasi data (memberi nilai terhadap jawaban angket) dalam bentuk tabel, langkah penting selanjutnya adalah menganalisa dan menginterpretasikannya. C. Analisis dan Interpretasi Data Pembahasan mengenai hasil angket ini yaitu membuatkan tabulasi yang merupakan proses pengubah data dari instrumen pengumpulan data angket menjadi tabel-tabel sebagai berikut : Tabel 3 Memeriksa Satpel Sebelum Mengajar No Jawaban Alternatif F % 1 Selalu 0 0 2 Sering 0 0 3 Kadang-kadang 7 47 4 Tidak Pernah 8 53 Jumlah 15 100

43

Pada tabel 3 tampak bahwa kepala sekolah tidak pernah memeriksa satpel guru sebelum mengajar. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang menjawab selalu 0 %, sering 0 %, dan yang menjawab kadang-kadang 47 %, dan yang menjawab tidak pernah 53 %. Dari data yang dihimpun dapat disimpulkan kepala sekolah menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya kepada masing-masing guru bidang studi Tabel 4 Memeriksa Kehadiran Guru Jawaban Alternatif F Selalu 11 Sering 4 Kadang-kadang 0 Tidak Pernah 0 Jumlah 15

No 1 2 3 4

% 73 27 0 0 100

Pada tabel diatas terungkap bahwa kepala sekolah selalu memeriksa kehadiran guru dan menanyakan alasannya apabila bapak/ibu guru tidak hadir. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang menjawab selalu 73 %, menjawab sering 27 %, yang menjawab kadang-kadang 0 %, dan yang menjawab tidak pernah 0 %. Dari data yang dihimpun dapat disimpulkan kepala sekolah bertanggung jawab terhadap kedisiplinan dan profesionalitas para staf pengajarnya. Tabel 5 Membuat Program Tahunan Jawaban Alternatif F Selalu 11 Sering 3 Kadang-kadang 1 Tidak Pernah 0 Jumlah 15

No 1 2 3 4

% 73 20 7 0 100

44

Pada tabel 5 tampak bahwa kepala sekolah selalu membuat program tahunan. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang memberikan jawaban selalu 73 %, yang menjawab sering 20 %, menjawab kadang-kadang 7 %, dan menjawab tidak pernah 0 %. Dari data yang dihimpun dapat disimpulkan kepala sekolah memiliki program tahunan yang menjadi acuan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran disekolah. Tabel 6 Melakukan Penilaian Secara Kontinyu Setiap Semester No Jawaban Alternatif F % 1 Selalu 7 47 2 Sering 2 13 3 Kadang-kadang 5 33 4 Tidak Pernah 1 7 Jumlah 15 100 Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa kepala sekolah selalu mengadakan penilaian terhadap guru secara kontinyu setiap semester . Hal ini dilihat dari jawaban responden yang menjawab selalu 47 %, menjawab sering 13 %, yang menjawab kadang-kadang 33 %, dan yang menjawab tidak pernah 7 %. Dari data yang dihimpun dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah selalu mengevaluasi kinerja para staf pengajarnya secara kontinyu sehingga kepala sekolah dapat mengetahui meningkat atau tidaknya hasil pembelajaran pada setiap semester.

45

Tabel 7 Memberikan Pengarahan dan Bimbingan Kepada Guru Dalam Mengajar No Jawaban Alternatif F % 1 Selalu 3 20 2 Sering 2 13 3 Kadang-kadang 10 67 4 Tidak Pernah 0 0 Jumlah 15 100 Pada tabel 7 tampak bahwa kepala sekolah kadang-kadang memberikan pengarahan dan bimbingan kepada guru dalam mengajar. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang memberikan jawaban selalu 20 %, sering 13 %, yang menjawab kadang-kadang 67 %, dan menjawab tidak pernah 0 %. Dari data yang dihimpun dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah memberikan tanggung jawab sepenuhnya kepada guru dalam mengajar dan memberikan arahan dan bimbingan kepada guru. kepala sekolah berhak untuk

Tabel 8 Memperhatikan Kesejahteraan Guru No Jawaban Alternatif F % 1 Selalu 6 40 2 Sering 0 0 3 Kadang-kadang 7 47 4 Tidak Pernah 2 13 Jumlah 15 100 Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa kepala sekolah kadang-kadang memperhatikan kesejahteraan guru. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang menjawab selalu 40 %, sering 0 %, yang menjawab kadang-kadang 47 %, dan yang menjawab tidak pernah 13 %.Dari data yang dihimpun dapat disimpulkan bahwa

46

salah satu faktor penunjang kinerja seorang guru adalah dengan meningkatkan kesehjateraannya, untuk itu kepala sekolah harus memperhatikan kesejateraan para staf pengajarnya. Tabel 9 Mengadakan Penilaian Terhadap Tugas Guru No Jawaban Alternatif F % 1 Selalu 1 7 2 Sering 3 20 3 Kadang-kadang 10 66 4 Tidak Pernah 1 7 Jumlah 15 100

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa kepala sekolah kadang-kadang mengadakan penilaian terhadap tugas guru. Hal ini dilihat dari jawaban responden yang menjawab selalu 7 %, sering 20 %, yang menjawab kadang-kadang 66 %, dan yang menjawab tidak pernah 7 %. Dari data yang dihimpun dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah kurang memperhatikan tugas yang dilakukan seorang guru apakah sudah dilakukan dengan baik atau tidak. Tabel 10 Memberikan Kesempatan Kepada Guru Untuk Mengikuti Studi Banding No Jawaban Alternatif F % 1 Selalu 1 7 2 Sering 0 0 3 Kadang-kadang 10 66 4 Tidak Pernah 4 27 Jumlah 15 100

47

Pada tabel diatas tampak bahwa kepala sekolah kadang-kadang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengikuti studi banding. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang menjawab selalu 7 %, sering 0 %, yang menjawab kadangkadang 66 %, dan yang menjawab tidak pernah 27 %. Dari data yang dihimpun dapat disimpulkan bahwa studi banding salah satu cara untuk memperluas wawasan ilmu pengetahuan untuk itu, kepala sekolah harus selalu memberi kesempatan kepada guru untuk mengikuti studi banding.

Tabel 11 Memberikan Kesempatan Untuk Melanjutkan Studi No Jawaban Alternatif F % 1 Selalu 6 40 2 Sering 2 13 3 Kadang-kadang 7 47 4 Tidak Pernah 0 0 Jumlah 15 100 Pada tabel 11 tampak bahwa kepala sekolah kadang-kadang memberikan kesempatan kepada guru untuk melanjutkan studi/sekolah. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang menjawab selalu 40 %, sering 13 %, yang menjawab kadang-kadang 47 %, dan yang menjawab tidak pernah 0 %. Dari data yang dihimpun dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah harus memberikan kesempatan kepada guru untuk melanjutkan studi atau sekolah agar guru dapat bertambah ilmu pengetahuan dan tingkat kesejahteraannya.

48

Tabel 12 Memberikan Kemudahan Kenaikan Pangkat No Jawaban Alternatif F % 1 Selalu 6 40 2 Sering 5 33 3 Kadang-kadang 4 27 4 Tidak Pernah 0 0 Jumlah 15 100 Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa kepala sekolah selalu memberikan kemudahan kenaikan pangkat kepada guru. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang menjawab selalu 40 %, sering 33 %, yang menjawab kadang-kadang 27 %, dan yang menjawab tidak pernah 0 %. Dari data yang dihimpun dapat disimpulkan kepala sekolah tidak mempersulit guru dalam kenaikan pangkat. Tabel 13 Mengadakan Rapat Untuk Membahas Tentang Kurikulum No Jawaban Alternatif F % 1 Selalu 7 47 2 Sering 8 53 3 Kadang-kadang 0 0 4 Tidak Pernah 0 0 Jumlah 15 100 Pada tabel diatas terungkap bahwa kepala sekolah sering mengadakan rapat untuk membahas tentang kurikulum. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang menjawab selalu 47 %, sering 53 %, yang menjawab kadang-kadang 0 %, dan yang menjawab tidak pernah 0 %. Dari data yang dihimpun dapat disimpulkan bahwa dengan seringnya diadakan rapat untuk membahas tentang kurikulum maka kepala sekolah dapat mengevaluasi setiap program yang ada dalam kurikulum tersebut.

49

Tabel 14 Mengenalkan Kepada Bapak/Ibu Tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi No Jawaban Alternatif F % 1 Selalu 8 53 2 Sering 6 40 3 Kadang-kadang 1 7 4 Tidak Pernah 0 0 Jumlah 15 100

Pada tabel diatas tampak bahwa kepala sekolah selalu mengenalkan kepada guru tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi. Hal ini tampak pada tabel dari jawaban responden yang menjawab selalu 53 %, menjawab sering 40 %, yang menjawab kadang-kadang 7 %, dan yang menjawab tidak pernah 0 %.Dari data yang dihimpun dapat disimpulkan kepala sekolah telah mengenalkan Kurikulum Berbasis Kompetensi kepada guru Tabel 15 Ikut Serta Dalam Melaksanakan Program Kurikulum Berbasis Kompetensi No Jawaban Alternatif F % 1 Selalu 9 60 2 Sering 5 33 3 Kadang-kadang 1 7 4 Tidak Pernah 0 0 Jumlah 15 100 Dari tabel diatas tampak bahwa kepala sekolah selalu ikut serta dalam melaksanakan program yang ada dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang menjawab selalu 60 %, menjawab sering 33 %, yang menjawab kadang-kadang 7 %, dan yang menjawab tidak pernah 0 %. Dari data yang dihimpun disimpulkan kepala sekolah merupakan salah satu staf

50

pengajar yang wajib ikut serta dalam melaksanakan program yang ada dalam Kurikulum Berbasis kompetensi. Tabel 16 Menyediakan Sarana Yang Menunjang Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi No Jawaban Alternatif F % 1 Selalu 3 20 2 Sering 8 53 3 Kadang-kadang 4 27 4 Tidak Pernah 0 0 Jumlah 15 100 Kepala sekolah sering menyediakan sarana yang dapat menunjang pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Hal ini tampak dari jawaban responden yang menjawab selalu 20 %, menjawab sering 53 %, yang menjawab kadang-kadang 27 %, dan yang menjawab tidak pernah 0 %. Dari data yang dihimpun dapat disimpulkan kepala sekolah bertanggung jawab terhadap sarana yang menunjang dalam proses belajar mengajar. Tabel 17 Membimbing Bapak/Ibu Dalam Menyusun Satuan Pelajaran Terutama Dalam Menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi No Jawaban Alternatif F % 1 Selalu 2 13 2 Sering 2 13 3 Kadang-kadang 10 67 4 Tidak Pernah 1 7 Jumlah 15 100 Pada tabel diatas tampak bahwa kepala sekolah kadang-kadang membimbing guru dalam menyusun satuan pelajaran terutama dalam menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang menjawab

51

selalu 13 %, sering 13 %, kadang-kadang 67 %, dan yang menjawab tidak pernah 7 %. Dari data yang dihimpun dapat disimpulkan bahwa dalam menyusun satuan pelajaran terutama dalam menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi kepala sekolah menyerahkan sepenuhnya kepada guru. Tabel 18 Mensupervisi Kedalam Kelas Ketika Sedang Berlangsung Proses Belajar Mengajar No Jawaban Alternatif F % 1 Selalu 2 13 2 Sering 1 7 3 Kadang-kadang 12 80 4 Tidak Pernah 0 0 Jumlah 15 100 Pada tabel diatas tampak bahwa kepala sekolah kadang-kadang mensupervisi kedalam kelas ketika sedang berlangsung proses belajar mengajar. Hal ini dilihat dari jawaban responden menjawab selalu 13 %, sering 7 %, yang menjawab kadangkadang 80 %, dan menjawab tidak pernah 0 %. Dari data yang dihimpun dapat disimpulkan bahwa salah satu tugas kepala sekolah adalah mensupervisi. Untuk mengetahui bagaimana seorang guru berinteraksi dengan peserta didik maka kepala sekolah harus mensupervisi kedalam kelas ketika berlangsung proses belajar mengajar.

52

Tabel 19 Memberikan Bantuan Dalam Pemecahan Masalah Yang Dihadapi Pada Pelaksanaan Program Kurikulum Berbasis Kompetensi No Jawaban Alternatif F % 1 Selalu 6 40 2 Sering 4 27 3 Kadang-kadang 3 20 4 Tidak Pernah 2 13 Jumlah 15 100

Pada tabel 19 diatas kepala sekolah selalu memberikan bantuan dalam pemecahan masalah yang dihadapi oleh guru terutama dalam pelaksanaan program Kurikulum Berbasis Kompetensi. Hal ini dilihat dari jawaban responden yang menjawab selalu 40 %, sering 27 %, yang menjawab kadang-kadang 20 %, dan menjawab tidak pernah 13 %. Dari data yang dihimpun dapat disimpulkan bahwa salah satu tugas dan tanggung jawab seorang supervisor internal adalah membantu dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh guru. Tabel 20 Menganjurkan Bapak/Ibu Untuk Mempelajari Lebih Dalam Tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi No Jawaban Alternatif F % 1 Selalu 5 33 2 Sering 6 40 3 Kadang-kadang 4 27 4 Tidak Pernah 0 0 Jumlah 15 100 Pada tabel diatas tampak bahwa kepala sekolah sering menganjurkan kepada guru untuk mempelajari lebih dalam tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi. Hal ini dilihat dari jawaban responden yang menjawab selalu 33 %, sering 40 %, yang menjawab kadang-kadang sebanyak 27 %, dan yang menjawab tidak pernah 0 %.

53

Dari data yang dihimpun dapat disimpulkan bahwa untuk menambah wawasan tentang kurikulum maka kepala sekolah menganjurkan guru untuk mempelajari lebih dalam tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi Tabel 21 Mengikutsertakan Bapak/Ibu Dalam Diskusi Kependidikan Khususnya Tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi No Jawaban Alternatif F % 1 Selalu 8 53 2 Sering 4 27 3 Kadang-kadang 1 7 4 Tidak Pernah 2 13 Jumlah 15 100 Pada tabel diatas tampak bahwa kepala sekolah selalu mengikutsertakan para guru dalam diskusi kependidikan khususnya tentang Kurikulum Berbasis

Kompetensi. Hal ini dilihat dari jawaban responden yang menjawab selalu 53 %, sering 27 %, yang menjawab kadang-kadang sebanyak 7 %, dan yang menjawab tidak pernah 13 %. Dari data yang dihimpun dapat disimpulkan bahwa salah satu cara untuk menambah wawasan tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah dengan ikut serta dalam diskusi kependidikan. Tabel 22 Menganjurkan Bapak/Ibu Untuk Lebih Meningkatkan Cara Mengajarnya No Jawaban Alternatif F % 1 Selalu 8 53 2 Sering 2 13 3 Kadang-kadang 4 27 4 Tidak Pernah 1 7 Jumlah 15 100

54

Kepala sekolah selalu menganjurkan kepada guru untuk lebih meningkatkan cara mengajarnya. Hal ini dilihat dari jawaban responden yang menjawab selalu 53 %, sering 13 %, yang menjawab kadang-kadang 27 %, dan yang menjawab tidak pernah 7 %. Dari data yang dihimpun dapat disimpulkan kepala sekolah dapat memberikan masukan kepada guru bagaimana cara meningkatkan kualitas dalam mengajar. Rekapitulasi Frekuensi Jawaban Angket Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat secara umum pelaksanaan supervisi internal dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi di MTs Yayasan Pondok Karya Pembangunan, seperti tergambar dalam tabel berikut ini : NO 1 2 3 4 5 6 7 8 Pertanyaan/Indikator Kepala sekolah memeriksa satpel sebelum mengajar Kepala sekolah memeriksa kehadiran guru Kepala sekolah membuat program tahunan Kepala sekolah mengadakan penilaian secara kontinyu setiap semester Kepala sekolah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada guru Kepala sekolah memperhatikan keejahteraan guru Kepala sekolah mengadakan penilaian terhadap guru Kepala sekolah memberikan kesempatan kepada guru untuk mengikuti studi banding Kepala sekolah memberikan kesempatan untuk melanjutkan studi Kepala sekolah memberikan kemudahan Frekuensi Jawaban SL SR KK TP 0 0 7 8 11 11 7 3 6 1 1 4 3 2 2 0 3 0 0 1 5 10 7 10 10 0 0 1 0 2 1 4

9 10

6 6

2 5

7 4

0 0

55

11 12 13 14 15

16

17

18 19

20

kenaikan pangkat guru Kepala sekolah mengadakan rapat untuk membahas tentang kurikulum Kepala sekolah mengenalkan kepada guru tentang KBK Kepala sekolah ikut serta dalam melaksanakan program KBK Kepala sekolah menyediakan sarana yang menunjang pelaksanaan KBK Kepala sekolah membimbing guru dalam menyusun satpel terutama dalam menerapkan KBK Kepala sekolah mensupervisi kedalam kelas ketika sedang berlangsung proses belajar mengajar Kepala sekolah memberikan bantuan dalam pemecahan masalah yang dihadapi pada pelaksanaan program KBK Kepala sekolah menganjurkan guru untuk mempelajari lebih dalam tentang KBK Kepala sekolah mengikutsertakan guru dalam diskusi kependidikan khususnya tentang KBK Kepala sekolah menganjurkan guru untuk lebih meningkatkan cara mengajarnya Jumlah Berdasarkan perhitungan penulis melalui

7 8 9 3 2

8 6 5 8 2

0 1 1 4 10

0 0 0 0 1

2

1

12

0

6

4

3

2

5 8

6 4

4 1

0 2

8 110 analisis

2 67

4 101

1 22 maka

presentasi

selanjutnya penulis melakukan interpretasi data. Dari data yang penulis analisa mengenai Pelaksanaan Supervisi Internal Dalam Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi di MTs Yayasan Pondok Karya Pembangunan sebagai berikut: Dalam menjalankan tugas kesupervisian yang dilaksanakan oleh kepala sekolah berjalan cukup baik. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2,3,4,10 yaitu kepala sekolah selalu memeriksa kehadiran guru, membuat program tahunan, mengadakan penilaian secara kontinyu setiap semester dan terkadang kepala sekolah memberi

56

arahan dan bimbingan kepada guru, memperhatikan kesejahteraan guru dan juga memberikan kesempatan kepada guru untuk mengikuti studi banding dan melanjutkan studi. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5,6,8,9. Kepala sekolah dalam mengembangkan Kurikulum Berbasis Kompetensi sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat pada tabel 11,12,13,14,17,18,19,20 yaitu kepala sekolah selalu dan sering mengadakan rapat untuk membahas tentang kurikulum, mengenalkan guru tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi,

menyediakan sarana yang menunjang pelaksanaan KBK, memberi bantuan dalam pemecahan masalah yang dihadapi pada pelaksanaan program KBK kemudian menganjurkan guru untuk mempelajari lebih dalam tentang KBK, mengikutsertakan guru dalam diskusi kependidikan khusunya tentang KBK dan selau menganjurkan guru untuk lebih meningkatkan cara mengajarnya. Namun terkadang, kepala sekolah membimbing guru dalam menyusun satpel terutama dalam menerapkan KBK dan mensupervisi kedalam kelas ketika sedang berlangsung proses belajar mengajar, hal ini dapat dilihat pada tabel 15 dan 16.

57

BAB V PENUTUP Dari hasil penelitian ini penulis dapat menarik kesimpulan dan

mengemukakan beberapa saran. A. Kesimpulan Dalam pelaksanaan supervisi pendidikan oleh kepala sekolah dalam pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi sudah berjalan relatif cukup baik dan efektif, namun masih ada hal-hal yang perlu lebih ditingkatkan lagi antara lain : 1. Sarana dan sumber belajar masih ada yang kurang diantaranya tidak adanya lab. Sains. 2. 3. Sering terjadinya perubahan kurikulum. Kurikulum yang digunakan tidak tetap, kurikulum yang digunakan disesuaikan dengan kondisi. 4. Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi Kurang maksimal hanya dilaksanakan sekitar 20-30%. 5. Materi yang dikembangkan dan diajarkan sekolah disesuaikan dengan sekolah yang dijadikan induk oleh sekolah

58

B. Saran 1. Kepala sekolah sebagai supervisor hendaknya lebih bertanggung jawab terhadap semua kegiatan pendidikan disekolah sehingga aktivitas supervisi berjalan secara efektif dan efisien. 2. Kepala sekolah hendaknya dapat mengambil suatu kebijakan dan keputusan yang baik terutama terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam kurikulum pendidikan 3. Kepala sekolah hendaknya lebih meningkatkan pengetahuannya mengenai kurikulum pendidikan 4. Kepala sekolah lebih mengoptimalkan lagi kinerjanya agar kualitas pendidikan disekolah tersebut menjadi lebih baik.