modul praktikum meteorologi laut · praktikum mata kuliah meteorologi laut, ... still well (tempat...
TRANSCRIPT
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018/2019
TIM ASISTEN
METEOROLOGI
LAUT
MODUL PRAKTIKUM
METEOROLOGI LAUT
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelaksanaan praktikum merupakan bagian dari kegiatan perkuliahan mata kuliah
Meteorologi Laut. Cuaca maupun iklim sangat mempengaruhi aktifitas yang ada di darat
maupun di laut. Oleh sebab itu, mengetahui kondisi atmosfer atau cuaca sangat penting
untuk merencanakan kegiatan terutama kegiatan yang dilakukan di lautan.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merupakan suatu lembaga
pemerintah yang bertugas mengawasi perkembangan dan memperkirakan cuaca dan iklim
di seluruh wilayah nusantara. Dalam memperkirakan keadaan cuaca maupun iklim tersebut
membutuhkan instrumen atau alat-alat yang digunakan untuk mengetahui komponen-
komponen cuaca di Bumi. Komponen tersebut diantaranya kelembapan udara, suhu,
tekanan udara, arah angin dan lain sebagainya. Lembaga tersebut memiliki metode dan
instrumen – instrumen yang digunakan untuk memprediksi cuaca maupun iklim.
Memprediksi cuaca juga dapat dilakukan dengan pengamatan visual seperti pembentukan
awan yang ada di langit.
Dalam dunia kelautan dan perikanan, keadaan cuaca dan iklim di atmosfer dapat
mempengaruhi langsung keadaan di laut. Salah satu contoh dari kondisi tersebut adalah
pergerakkan arus permukaan yang dapat disebabkan oleh kondisi suhu dan angin di
permukaan. Kondisi arus sendiri juga dapat mempengaruhi segala aktivitas ikan (migrasi,
reproduksi, mencari makan), proses transport nutrient, alur pelayaran dan lain-lain,
sehingga dengan mengetahui kondisi arus kita dapat mengetahui kondisi yang ada di laut .
Oleh karena itu, penting untuk mempelajari hubungan yang terjadi antara proses di
atmosfer (suhu dan angin) terhadap keadaan di laut (arus).
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum Meteorologi Laut adalah sebagai berikut :
a. Mahasiswa dapat mengetahui alat-alat yang digunakan untuk
mengukur/memprediksi kondisi di atmosfer dalam periode pendek maupun
panjang.
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi jenis dan pola terbentuknya awan.
c. Mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui metode analisis angin menggunakan
software WR-Plot.
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
d. Mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui metode analisis suhu berdasarkan citra
satelit.
e. Mahasiswa dapat mengerti fungsi dari data prediksi perkiraan cuaca dan peranan
cuaca maupun iklim terhadap kegiatan manusia terkhusus dalam bidang kelautan.
1.3 Waktu dan Tempat
Praktikum mata kuliah Meteorologi Laut, yaitu praktikum lapang dan praktikum
kelas. Praktikum lapang akan dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 2019 dan praktikum kelas
akan dilaksanakan pada tanggal 6 dan 14 April 2019 di Gedung C Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan.
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
II. MATERI PEMBAHASAN
2.1 Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika Karang Ploso
Sejarah BMKG dimulai pada tahun 1841 diawali dengan pengamatan yang dilakukan
secara perorangan oleh Dr. Onnen, Kepala Rumah Sakit di Bogor. Tahun demi tahun
kegiatannya berkembang sesuai dengan semakin diperlukannya data hasil pengamatan cuaca
dan geofisika yang awalnya bertujuan untuk perkebunan dan pertanian. Selain itu
berkembang menjadi keperluan militer dan tersebar di kota-kota besar di Indonesia seperti di
Jakarta dan berkembang di tiap daerah di Indonesia. Sebelum BMKG, nama sebelumnya
yaitu hanya BMG dan diubah pada tahun 2008 menjadi BMKG sampai sekarang.
BMKG mulai dikenal banyak di Indonesia ketika pada saat terjadi bencana tsunami di Aceh
pada tahun 2004 silam.
Stasiun Klimatologi (Staklim) Karangploso, Malang merupakan satu-satunya stasiun
iklm di Jawa Timur. Produk jasa dari staklim ini adalah distribusi (evaluasi) dan prakiraan
sifat dan curah hujan bulanan, prakiraan permulaan musim kemarau dan hujan, dan analisis
unsur-unsur iklim di Jawa Timur. Pada mulanya, Staklim Karangploso mulai dibangun pada
tahun 1985-1986 dan mulai dioperasikan pada tahun 1988. Stasiun Klimatologi Karangploso
pertama kali dikepalai oleh Bapak Ir. Bambang Winarno (alm) dari tahun 1987-2004. Stasiun
ini pertama kali hanya mengoperasikan dua buah alat saja, yaitu sangkar meteorologi dan
penakar hujan observasi (BMKG Karangploso, 2015).
Tugas Pokok dan Fungsi BMKG
a. Memberikan layanan informasi yang akurat, tepat waktu, dan bermutu untuk
untuk melindungi masyarakat dan kehidupannya dari bencana alam
b. Mengadakan pengamatan, pengumpulan, analisis pengolahan, dan penyebaran
data serta pelayanan informasi meteorologi, klimatologi, dan geofisika.
Tugas pokok stasiun Meteorologi Karang Ploso, sesuai SK No. Kep.005 Tahun
2004
“Melaksanakan pengamatan, pengumpulan, dan penyebaran data, pengolahan,
penganalisaan dan prakiraan di dalam wilayahnya serta pelayanan jasa
meteorologi”. Sesuai dengan Peraturan KBMG Nomor SK.170/ME.007/BMG-2006
“Melaksanakan tugas Pelayanan Informasi Maritim”.
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
Jumlah jaringan stasiun pengamatan di wilayah Indonesia
1. Stasiun Meteorologi : 120
2. Stasiun Geofisika : 31
3. Stasiun Klimatologi : 21
Unsur-unsur pengamatan tidak dengan alat/visual :
Awan
Jarak pandang mendatar
Cuaca (awan dan petir)
2.2 Instrument Pengamatan Meteorologi
2.2.1 Barometer Digital
Barometer berasal dari istilah Yunani baros yang berarti berat atau bobot dan metron
yang berarti ukuran. Beberapa stasiun BMKG menggunakan barometer digital dalam
mengukur tekanan udara. Nilai tekanan udara dari pembacaan barometer digital dalam satuan
hectopascal (hPa). Pada penggunaan barometer digital ini operator akan mengalami kesulitan
dalam memperbaikinya jika terjadi kerusakan. Hal ini disebabkan karena tidak diketahui
rangkaian dasar pembangun sistemnya. Saat ini, barometer digital yang tersedia
menggunakan sensor tekanan resonansi kuarsa dan silikon. Meskipun harganya mahal tetapi
cukup akurat untuk digunakan sebagai referensi daripada barometer merkuri.
2.2.2 Evaporimeter
Pengukuran air yang hilang melalui penguapan (evaporasi) sangat diperlukan untuk
mengetahui keadaan kesetimbangan air antara yang didapat melalui curah hujan dan air yang
hilang melalui evaporasi. Instrumen yang digunakan untuk mengukur besarnya evaporasi
disebut dengan evaporimeter. Satuan dasar untuk alat evaporimeter adalah milimeter. Dalam
praktikum ini, akan dibahas mengenai evaporimeter tipe pyche dan evaporimeter tipe panci
terbuka.
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
2.2.2.1 Evaporimeter Tipe Pyche
Evaporimeter tipe pyche biasanya ditempatkan di dalam sangkar cuaca, sedangkan
tipe yang lain diletakkan di luar sangkar. Alat ini memiliki konstruksi yang sederhana
sehingga mudah dalam penggunaan dan pengamatannya. Cara penggunaan dan
pengamatannya ialah mula-mula tabung diisi dengan aquades, kemudian ditutup dengan
kertas saring dengan bantuan ring penjepit yang dibentuk sedemikian rupa, kemudian
diletakkan pada tiang penggantung. Pengamatan dilakukan pada permukaan air di dalam
tabung yang berskala (cc). Proses penguapan terjadi pada dua permukaan kertas saring dan
berlangsung terus menerus sampai persediaan air di dalam habis. Besarnya penguapan dapat
diketahui dari penyusutan air dalam tabung pada waktu pengamatan berikutnya.
2.2.2.2 Evaporimeter Tipe Panci Terbuka
Evaporimeter tipe panci terbuka berfungsi untuk mengukur evaporasi pada tempat
terbuka. Evaporasi yang diukur dengan alat ini dipengaruhi oleh radiasi surya yang datang,
kelembapan udara, suhu udara, dan besarnya angin pada tempat pengukuran. Bagian-bagian
dari evaporimeter tipe panci terbuka yaitu :
1. Panci terbuka (open pan) dari stainless.
2. Hook gauge (alat pengukur tinggi permukaan air dalam panci)
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
3. Still well (tempat hook gauge dan seklaigus pencegah terjadinya gelombang saat
pengukuran).
4. Thermometer apung (floating thermometer).
Kesalahan besar dari pengukuran evaporasi terletak pada tinggi air dalam panci. Oleh
sebab itu, muka air selamanya harus dikembalikan pada tinggi semula yaitu 5 cm di bawah
bibir panci. Makin rendah muka air dalam panci, makin rendah pula terjadinya penguapan.
Kejernihan air dalam panic juga perlu diperhatikan. Air yang keruh menyebabkan evaporasi
yang terukur akan rendah pula. Usahakan air jangan sampai berlumut.
Dalam penempatannya sekeliling panci harus ditumbuhi rumput pendek. Permukaan
tanah yang terbuka atau gundul menyebabkan evaporasi yang terukur tinggi (efek oase).
Pasang alat pada tempat yang terbuka tidak terhalang oleh benda-benda lain dan berada di
tengah-tengah lapang berumput dari stasiun klimatologi.
2.2.3 Thermometer
Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu (temperatur), ataupun
perubahan suhu. Istilah tHermometer berasal dari bahasa Latin thermo yang berarti panas dan
meter yang berarti untuk mengukur. Ada beberapa jenis thermometer yang digunakan dewasa
ini, namun dalam pengamatan meteorologi dan klimatologi umumnya digunakan
thermometer kaca (liquid in-glass thermometer). Thermometer yang terdapat di BMKG
Karangploso ada empat macam, yaitu thermometer bola kering dan thermometer bola basah
serta thermometer maksimum dan minimum.
2.2.3.1 Thermometer Maksimum
Thermometer ini menggunakan prinsip pemuaian zat cair atau perpindahan kalor dari
udara ke bulb thermometer sehingga tinggi air raksa tersebut naik. Ciri khas dari termometer
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
ini adalah terdapat penyempitan pada pipa kapiler di dekat reservoir. Air raksa dapat melalui
bagian yang sempit ini pada suhu naik dan pada suhu turun air raksa tak bisa kembali ke
reservoir, sehingga air raksa tetap berada posisi sama dengan suhu tertinggi. Setelah dibaca
posisi ujung air raksa tertinggi, air raksa dapat dikembalikan ke reservoir dengan perlakuan
khusus (diayun-ayunkan). Termometer maksimum diletakkan pada posisi hampir mendatar,
agar mudah terjadi pemuaian. Pengamatan dilakukan sekali dalam 24 jam.
2.2.3.2 Thermometer Minimum
Thermometer minimum biasanya menggunakan alkohol untuk pendeteksi suhu udara
yang terjadi. Hal ini dikarenakan alkohol memiliki titik beku lebih tinggi dibanding air raksa,
sehingga cocok untuk pengukuran suhu minimum. Prinsip kerja thermometer minimum
adalah dengan menggunakan sebuah penghalang (indeks) pada pipa alkohol, sehingga apabila
suhu menurun akan menyebabkan indeks ikut tertarik kebawah, namun bila suhu meningkat
maka indek akan tetap pada posisi dibawah. Selain itu peletakan thermometer harus miring
sekitar 20-30 derajat, dengan posisi tabung alkohol berada di bawah. Hal ini juga
dimaksudkan untuk mempertahankan agar indek tidak dapat naik kembali bila sudah berada
diposisi bawah (suhu minimum).
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
2.2.3.3 Thermometer Bola Basah (Wet-Bulb Thermometer)
Termometer bola basah adalah hidrostatik dasar, kuantitas fisik yang dapat digunakan
untuk memperkirakan parameter cuaca fisik dasar. Termometer bola basah mencerminkan
efek pendinginan dari air yang menguap. Efek ini sering digunakan untuk mendinginkan
bangunan peternakan dan beberapa rumah. Termometer bola basah dapat ditentukan dengan
mengalirkan udara melalui termometer yang telah dibungkus dengan sedikit kain lembab.
Efek pendinginan dari air yang menguap menyebabkan suhu yang lebih rendah dibandingkan
dengan suhu udara bola kering.
2.2.3.4 Thermometer Bola Kering (Dry-Bulb Thermometer)
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
Temperatur bola kering adalah temperatur udara yang diukur menggunakan
thermometer yang terkena udara bebas namun terjaga dari sinar matahari dan embun. Suhu
bola kering adalah temperature yang biasanya dianggap sebagai suhu udara, dan memang
suhu termodinamik sebenarnya. Suhu bola kering adalah temperatur yang diukur
menggunakan thermometer biasa yang terkena aliran udara. Berbeda dengan thermometer
bola basah, thermometer bola kering tidak menunjukkan jumlah air dalam udara. Satuan
untuk suhu ini bisa dalam Celcius, Kelvin, Fahrenheit.
2.2.4 Anemometer Tipe Corong
Anemometer adalah alat pengukur kecepatan angin yang banyak dipakai dalam
bidang Meteorologi dan Geofisika atau stasiun prakiraan cuaca. Selain mengukur kecepatan
angin, alat ini juga dapat mengukur besarnya tekanan angin. Nama alat ini berasal dari istilah
Yunani anemos yang berarti angin. Perancang pertama dari alat ini adalah Leon Battista
Alberti pada tahun 1450. Bagian-bagian dari anemometer tipe corong adalah :
1. Tiga buah mangkok sebagai baling-baling yang dibatasi sudut 1230.
2. Counter.
3. Tiang.
Cara kerja alat ini yaitu pada saat tertiup angin, baling-baling yang terdapat pada
anemometer akan bergerak sesuai arah angin. Kecepatan angin akan dihitung oleh alat
pencacah dalam anemometer. Penggunaan Anemometer harus ditempatkan di daerah terbuka.
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
2.2.5 Penakar Hujan
2.2.5.1 Penakar Hujan Tipe Hellman (Otomatis)
Penakar hujan tipe hellman adalah penakar hujan yang badannya berbentuk silinder
dengan tinggi antara 100 sampai dengan 120 cm. Jika pintu penakar hujan dalam keadaan
terbuka, maka bagian dalamnya akan terlihat seperti gambar terlampir. Penakar hujan ini
memiliki beberapa bagian utama yaitu :
1. Corong penakar dengan luas 200 cm2.
2. Tabung dengan pelampung yang dihubungkan dengan pena.
3. Jam pemutar dan kertas pias.
4. Pipa siphon.
5. Panci penampung air hujan
6. Body penakar.
Prinsip kerja alat ini bersifat otomatis (mencatat sendiri). Jika hujan turun, air hujan
akan masuk kedalam tabung melalui corongnya. Air yang masuk kedalam tabung
mengakibatkan pelampung beserta tangkainya terangkat. Pada tangkai pelampung terdapat
tangkai pena yang bergerak mengikuti tangkai pelampung, gerakan pena akan menggores
pias yang diletakkan/digulung pada silinder jam yang dapat berputar dengan sendirinya.
Penunjukkan pena pada pias sesuai dengan jumlah volume air yang masuk ke dalam tabung.
Apabila pena telah menunjuk angka 10 mm, maka air dalam tabung akan keluar melalui pipa
siphon yang bentuknya melengkung. Seiring dengan keluarnya air maka pelampung dan
penapun akan bergerak turun sambil menggores pias berupa garis lurus vertikal. Setelah
airnya keluar semua, pena akan berhenti dan akan menunjuk pada angka 0, yang kemudian
akan naik lagi apabila ada hujan.
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
2.2.5.2 Penakar Hujan Tipe Obs (Manual)
Alat pengukur hujan ini mengukur tinggi air hujan yang seolah-olah jatuh ke tanah
menumpuk ke atas menjadi kolom air. Bila volume air yang tertampung dibagi dengan luas
corong penampung maka hasilnya nilai tinggi air hujan. Satuan yang dipakai adalah
milimeter (mm). Penakar hujan yang baku digunakan di Indonesia adalah tipe observatorium.
Prinsip kerja penakar hujan OBS adalah manual. Jumlah air hujan yang tertampung diukur
dengan gelas ukur yang telah dikonversi dalam satuan tinggi yang kemudian dibagi sepuluh
karena luas penampangnya adalah 100 cm sehingga dihasilkan satuan mm. Pengamatan
dilakukan sekali dalam 24 jam yaitu pada pagi hari. Hujan yang diukur pada pagi hari adalah
hujan kemarin bukan hari ini.
2.2.6 Campbell Stokes
Campbell stockes berfungsi untuk mengukur lama penyinaran surya. Hanya pada
keadaan matahari terang saja pias terbakar, sehingga yang terukur adalah lama penyinaran
surya terang. Prinsip kerja alat ini dengan pembakaran pias. Pembakaran pias terlihat seperti
garis lurus di bawah bola lensa. Panjang pias yang terbakar dinyatakan dalam jam. Campbell
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
stokes terdiri dari 5 bagian utama, yaitu :
1. Bola kaca pejal
2. Tempat pias dan kertas pias.
Kertas pias adalah kertas khusus yang tak mudah terbakar kecuali pada titik api
lensa. Ada 3 tipe pias yang digunakan pada alat yang sama yaitu (1) pias waktu
matahari di ekuator, (2) pias waktu matahari di utara dan (3) pias waktu matahari
di selatan. Pias ditaruh pada titik api bola lensa.
3. Busur penjepit bola kaca yang dilengkapi dengan skala derajat lintang.
4. Tiga buah skrup penyangga
5. Papan skala.
Alat ini dipasang di tempat terbuka, tak ada halangan ke arah timur matahari terbit
dan ke arah barat matahari terbenam. Kemiringan sumbu bola lensa disesuaikan dengan letak
lintang setempat. Posisi alat tak berubah sepanjang waktu hanya pemakaian pias dapat
diganti-ganti setiap hari.
2.2.7 Automatic Weather System
AWS (Automatic Weather Stations) merupakan suatu peralatan atau sistem terpadu
yang di desain untuk pengumpulan data cuaca secara otomatis serta di proses agar
pengamatan menjadi lebih mudah. AWS ini umumnya dilengkapi dengan sensor, RTU
(Remote Terminal Unit), komputer, unit LED Display dan bagian-bagian lainnya. Sensor-
sensor yang digunakan meliputi sensor temperatur, arah dan kecepatan angin, kelembaban,
presipitasi, tekanan udara, pyranometer, net radiometer. AWS (Automatic Weather System),
ditempatkan di PLTU dan pengiriman cuaca menggunakan sandi.
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
2.2.8 Thermohigrograf
Termohigrograf sering disebut juga dengan higrotermograf. Alat ini merupakan alat
gabungan antara termograf dan higrograf dan dilengkapi dengan diagram yang sama. Fungsi
dari termohigrograf adalah untuk merekam suhu dan kelembapan atmosfer dalam waktu yang
berdekatan. Alat ini diletakkan pada ketinggian 150 cm. Termohigrograf menggunakan
sensor rambut untuk mengukur kelembapan udara dan menggunakan bimetal untuk sensor
suhu udara. Rambut yang digunakan adalah rambut manusia atau rambut kuda yang sudah
dihilangkan lemaknya. Kedua sensor dihubungkan secara mekanis ke jarum penunjuk yang
merupakan pena penulis di atas kertas pias yang berputar menurut waktu. Alat dapat mencatat
suhu dan kelembapan setiap waktu secara otomatis pada pias. Kertas pias bagian atas untuk
mencatat suhu dan kertas pias bagian bawah untuk mencatat RH melalui suatu koreksi
dengan psikrometer kelembapan udara dari saat ke saat tertentu. Pengambilan data dilakukan
setiap seminggu sekali.
2.2.9 Gun Bellani
Prinsip kerja alat ini dengan menangkap radiasi pada sensor berbentuk bola. Panas
yang timbul akan menguapkan zat cair dalam bola hitam. Ruang uap zat cair berhubungan
dengan tabung kondensasi. Uap zat cair yang timbul akan dikondensasi dalam tabung
berbentuk buret yang berskala. Banyaknya air kondensasi sebanding dengan radiasi surya
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
yang diterima oleh sensor dalam sehari. Pengukuran dilakukan sekali dalam sehari.
Pengukuran dilakukan sekali dalam 24 jam yaitu pada pagi hari.
Tiga bagian- bagian utama gun bellani :
a) Bola tembaga hitam (blackned copper sphere) yang berisikan air dan
dihubungkan dengan tabung buret.
b) Silinder pelindung.
c) Skala pengamatan.
2.3 Macam - Macam Awan
2.3.1 Kelompok Awan Tinggi
Ketinggian awan mencapai 6 - 18 km DPL untuk iklim tropis, 3 – 8 km DPL untuk
iklim rendah, dan 5 – 13 km DPL untuk iklim sedang. Dalam penamaan kelompok awan
tinggi ditandai dengan kata siro atau sirus.
a. Sirus (Ci)
Awan sirus berbentuk seperti serat filamen halus dan berwarna putih pada
siang hari. Awan ini mengkilat karena banyak mengandung kristal es. Awan sirus
sering berwarna merah atau kuning cerah menjelang dan saat matahari terbit atau
setelah matahari terbenam.
b. Sirokumulus (Ci Cu)
Awan sirokumulus berbentuk gumpalan - gumpalan kecil dan tampak seperti
ikan. Awan sirokumulus relatif jarang muncul dan selalu bergabung dengan awan
sirus atau sirostatus.
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
c. Sirostatus (Ci St)
Awan sirostatus berwarna putih tipis dan tampak seperti tirai kelambu yang
sangat halus. Oleh karena itu , Awan sirostatus dapat membuat langit kelihatan seperti
susu atau memperlihatkan susunan berserat. Jika terkena sinar matahari awan
sirostatus akan menimbulkan bayangan di tanah.
2.3.2 Kelompok Awan Sedang
Ketinggian awan mencapai 2 - 6 km, Ditandai dengan kata Alto.
a. Altokumulus (A Cu)
Awan altokumulus berwarna putih atau kelabu dan tampak seperti gumpalan
kapas pipih. Altokumulus terdiri dari tetes air, tetapi pada suhu yang sangat rendah
dapat berbentuk kristal es. Altokumulus dapat membentuk suatu lapisan yang seragam
dan cukup luas.
b. Altostratus (A St)
Awan altostratus berlapis - lapis seperti pita dan berwarna kelabu. Jika terkena
matahari atau bulan tidak akan menimbulkan bayangan.
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
2.3.3 Kelompok Awan Rendah
Ketinggian awan mencapai 0,8 - 2 km, Ditandai Dengan kata Strato.
a. Stratokumulus (St Cu)
Awan stratokumulus bergumpal - gumpal lembut dan berwarna abu - abu.
Stratokumulus terdiri atas tetes awan dan kadang - kadang mengandung tetes hujan.
Awan jenis ini Kadang - kadang disertai curahan hujan dengan intensitas yang kecil.
b. Stratus (St)
Awan stratus terlihat berlapis - lapis seperti kabut tipis. Jika awan stratus
melewati cahaya matahari atau bulan, garis bentuk matahari atau bulan dapat dilihat.
Awan stratus menjadi kabut jika meyentuh permukaan bumi.
c. Nimbostratus ( Ni St)
Awan nimbostratus merupakan lapisan awan rendah berwarna abu - abu gelap,
tidak berbentuk dan terlihat basah. Karena berwarna gelap dan tebal, cahaya matahari
tidak terlihat saat menembus awan nimbostratus. Pada cuaca yang buruk, suatu
lapisan nimbostratus dapat bergabung dengan awan rendah yang berada di bawahnya.
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
2.3.4 Kelompok Awan dengan Perkembangan Vertikal
Ketinggian awan mencapai lebih dari 2 km.
a. Kumulus (Cu)
Awan kumulus berkembang secara vertikal berbentuk kubah atau menyerupai
bunga kol dengan lengkungan berwarna putih cemerlang jika terkena sinar matahari.
Bagian dalam yang hampir horizontal berwarna gelap. Di atas daratan awan kumulus
biasanya muncul pada pagi hari dan menghilang sebelum malam.
b. Kumulonimbus (Cu Ni)
Awan kumulonimbus berkembang secara vertikal berbentuk seperti gunung
atau menara. Pada bagian atas awan kumulonimbus beserat dan sering menyebar.
Kumulonimbus mengandung tetes hujan yang besar sehingga dapat menimbulkan
terjadinya hujan secara tiba - tiba.
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
2.4 Angin
Angin merupakan massa udara yang bergerak secara horizontal maupun vertikal yang
disebabkan oleh adanya perbedaan tekanan udara. Perbedaan tekanan udara ini disebabkan
oleh suhu dan ketinggian suatu daerah. Sehingga angin dapat dikatakan bergerak dari tekanan
yang tinggi ke tekanan yang rendah.
Dari pergerakkan angin tersebut, terjadilah berbagai macam angin. Berikut macam-
macam angin :
1. Angin Darat – Laut
2. Angin Lembah – Gunung
3. Angin Muson Barat – Timur
4. Angin Fohn
Manfaat angin juga sangat banyak bagi dunia kelautan dan perikanan seperti dapat
mengetahui pergerakkan arus dan gelombang, mempengaruhi hasil tangkapan ikan,
mempengaruhi jalur kapal pelayaran dan kapal penangkapan ikan dan lain-lain.
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
2.5 Suhu
Suhu adalah besaran yang dinyatakan dalam derajat (0) terhadap panas atau dingin
suatu benda atau zat. Suhu permukaan laut (SPL) adalah parameter oseanografi yang
mengukur derajat panas dingin di permukaan laut. Berikut adalah pengaruh SPL pada lautan :
1. Mempengaruhi massa air laut
2. Memperngaruhi Aktivitas metabolisme organisme perairan
3. Indikator fenomena perairan
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi SPL, yaitu :
1. Kedalaman
2. Intensitas Cahaya Matahari
3. Presipitasi dan Evaporasi
4. Angin dan sirkulasi udara
Beberapa manfaat suhu pada lautan seperti mengetahui dan menganalisis daerah
penangkapan ikan, mengetahui fenomena disuatu peariran, dan lain-lain.
2.6 Indian Ocean Dipole
The Indian Ocean Dipole (IOD) adalah mode gabungan atmosfer laut alami yang
memainkan peran penting dalam variasi iklim musiman dan tahunan. IOD ditunjukkan oleh
anomali dipol suhu permukaan laut (SPL) yang terbentuk di Samudera Hindia, anomali
negatif di Samudera Hindia Barat Laut dan anomali positif terletak di sisi timur Samudera
Hindia. Anomali dipol SPL ini disebabkan oleh angin khatulistiwa, yang membalik arah
mereka dari arah barat ke timur selama fase puncak IOD positif.
Indian Ocean Dipole pertama kali dikenal sebagai fenomena individu yang terpisah
dari El Nino Southern Oscillation (ENSO) oleh sekelompok peneliti pada tahun 1999. IOD
positif dapat diidentifikasi dengan anomali SPL negatif di Samudra Hindia Timur tropis dan
anomali SPL positif di Samudera Hindia barat tropis. Seperti yang ditunjukkan oleh figure 1,
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
IOD diukur dengan indeks yang merupakan perbedaan antara anomali SPL di barat (50 ° E
hingga 70 ° E dan 10 ° S hingga 10 ° N) dan timur (90 ° E hingga 110 ° E dan 10 ° S ke 0 °
S) Samudera Hindia khatulistiwa. Indeks ini disebut Dipole Mode Index (DMI).
Tropical Indian Ocean (IO) basins – tempat bagi variabilitas angin musiman tingkat
rendah termasuk pembalikan arah (aliran monsunal) - terutama menunjukkan variabilitas
interannual yang lemah pada SPL dan angin permukaan, terutama jika dibandingkan dengan
Pasifik di mana interannual El Nino-Southern Oscillation (ENSO) variabilitasnya sangat
berpengaruh. Kedekatan kedua basin dan struktur skala besar ENSO dan respon global
memberikan ruang untuk interaksi basin (Zhao, 2014).
The Indian Ocean Dipole (IOD) didefinisikan dengan perbedaan suhu permukaan laut
antara dua daerah (atau kutub, dikarenakan oleh dipol) - sebuah kutub barat di Laut Arab
(barat Samudera Hindia) dan sebuah kutub timur di timur Samudera Hindia selatan dari
indonesia. IOD mempengaruhi iklim Australia dan negara-negara lain yang mengelilingi
Samudra Hindia Basin, dan merupakan penyumbang signifikan terhadap variabilitas curah
hujan di wilayah ini.
2.7 Oceanic Nino Index
The Oceanic Nino Index (ONI) adalah salah satu ukuran dari gabungan fenomena
atmosfer lautan ENSO. ONI adalah indikator utama Kelautan dan Atmosfer Nasional atau
National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) untuk memantau El Nino dan La
Nina, yang merupakan fase berlawanan dari pola iklim yang disebut "ENSO" untuk jangka
pendek. NOAA mempertimbangkan kondisi El Nino untuk hadir ketika ONI adalah +0.5 atau
lebih tinggi, menunjukkan Pasifik Timur tengah yang secara signifikan lebih hangat dari
biasanya. Kondisi La Nina ada ketika ONI adalah -0.5 atau lebih rendah, menunjukkan
wilayah lebih dingin dari biasanya. ONI melacak anomali Suhu Permukaan Laut (SPL) 3-
bulan di Pasifik Timur-Tengah antara 120˚ - 170˚W .
The Oceanic Niño Index (ONI) adalah indikator utama NOAA untuk memantau El
Niño dan La Niña, yang merupakan fase berlawanan dari pola iklim yang disebut El Niño-
Southern Oscillation, atau "ENSO". NOAA mempertimbangkan kondisi El Niño saat
Oceanic Niño Index sebesar +0,5 atau lebih tinggi, mengindikasikan bahwa Pasifik Timur-
Tengah Pasifik lebih hangat dari biasanya. Kondisi La Niña ada ketika Indeks Niño Oceanic
berada -0,5 atau lebih rendah, menandakan bahwa wilayah tersebut lebih dingin dari biasanya
.
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
III. Pengolahan Data
3.1. Pengolahan Data Angin
3.1.1. Pengambilan data angin dari ECMWF
Gambar 1. Google
Bukalah https://www.ecmwf.int untuk mencari data angin.
Gambar 2. Registrasi
Kemudian kita registrasi dulu dengan cara klik log in
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
Gambar 3. Pengisian data
Selanjutnya klik registrasi now dan isi kolom kelengkapan berkasnya
Gambar 4. Verifikasi Data
Setelah diisi maka klik register dan akan dikirim lewat email verifikasi kode paswordnya
untuk log in
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
Gambar 5. Pengambilan dataset
Kemudian klik forecast > datasets > Real Time Catalogue
Gambar 6. Pilih Public Dataset
Kemudian klik public dataset
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
Gambar 7. ERA – Interim (1979-present)
Selanjutnya pilih ERA-Interim (1979 – present) untuk memilih data angin yang diperlukan.
Gambar 8. Pmilihan Kolom Data
Kemudian klik komponen komponen yang ada pada ecmwf meliputi tanggal, tahun, u 10 (
arah ) dan v 10 ( kecepatan ) selanjutnya pilih 1 pada Select ensemble number. Kemudian
pada bagian paling bawah klik Retrieve NetCDF.
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
Gambar 9. Pilihan Wilayah
Kemudian pilih area Indonesia dan pilih Grid : 0.125 x 0.125 Retrieve now.
Gambar 10. Download Data
Download ( 0.2 MB ) untuk mendapat datanya.
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
3.1.2. Ocean Data View
Buka aplikasi ODV
Klik menu file, pilih open
Pilih file yang akan diolah di ODV, kemudian klik open
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
Selanjutnya akan muncul tampilan seperti ini, kemudian klik next
Klik next lagi untuk melanjutkan ke tahap berikutnya
Klik zoom into map dan arahkan kotak merah pada tempat yang
ingin diolah datanya
Arahkan pada wilayah jawa timur, kemudian klik finish
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
Kemudian akan muncul tampilan seperti ini. arahkan titik merah pada
koordinat wilayah yang ingin diolah datanya
Gambar 11. Mengubah Data
Kemudian tanda tambah merah arahkan pada koordinat malang. Selanjutnya klik
Export dan pilih ODV Spreadsheet File pilihlah data yang didownload dari ecmwf tadi
dan klik Save dalam .txt.
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
3.1.3. Microsoft Excel
Gambar 12. Menampilkan data di Excel
Buka data yang sudah dirubah ke format .txt tadi. Selanjutnya akan keluar data secara
keseluruhan dari ecmwf.
Gambar 13. Seleksi Data
Pada data excel tersebut ambil data Tahun, Bulan, Tanggal, jam, arah dan Kecepatan
saja selanjutnya diolah di WRPlot.
3.1.4. WRPLOT
Instal terlebih dahulu komputer anda dengan perangkat lunak WRPLOT. Perangkat
lunak ini dapat anda unduh secara gratis dari alamat web berikut :
http://www.weblakes.com/products/wrplot/index.html
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
Gambar 1. Tampilan awal WRPLOT
Setelah diinstal, selanjutnya buka perangkat lunak WRPLOT tersebut, sehingga akan
muncul tampilan seperti yang disajikan pada Gambar 1.
Gambar 2. Pemilihan data yang akan di buka
Selanjutnya klik Tools, lalu pilih Import from Excel
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
Gambar 3. Pemilihan data dari Microsoft Excel
Kemudian klik Specify File lalu masukan data yang akan diolah kemudian klik open.
Gambar 4. Tampilan pada WRPLOT setelah pemilihan data dari Excel
Isikan huruf pada kolom Excel Column Name berdasarkan kolom ke beberapa pada
file Excel. Missal, kolom Year pada Excel berada pada kolom A maka isikan huruf A
pada kolom Excel Column Name di WRPLOT, dan seterusnya hingga kolom terisi.
Setelah semua kolom terisi klik Improt.
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
Gambar 5. Tampilan informasi stasiun pada WRPLOT
Setelah klik Import muncul kotak dialog seperti gambar diatas kemudian isikan
Stasiun ID dengan 1, City dengan lokasi yang diinginkan, State dengan 1, Latitude
dan Longitude diisikan berdasarkan lokasi, dan Time Zone diisikan dengan UTC+7
(Bangkok). Setelah semuanya selesai klik Import. Kemudian simpan file Samson.
Gambar 6. Tahapan Pemilihan data yang telah di Import
Setelah file Samson disimpan kemudian klik Add File kemudian masukan file Samson
yang telah disimpan seperti gambar diatas kemudian klik Open.
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
Gambar 7. Tampilan Grafik Wind Rose
Setelah memasukan data Samson kemudian klik Wind Rose seperti gambar diatas
maka akan muncul tampilan Wind Rose seperti gambar diatas.
3.2. Pengolahan Data Suhu
3.2.1. Pengambilan Data Suhu dari Ocean Color
Gambar 8. Buka web Ocean Color
Buka web NASA Ocean Colour http://oceancolor.gsfc.nasa.gov
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
Gambar 9. Pilih data product dan data level
Pilih Data Product dan pilih Data level 3 lalu pilih Satelit AquaMODIS SST
kemudian masukkan kriteria data yang diinginkan (Daily, 4KM. Ụ11b) lalu pilih
Bulan/Tanggal data yang diinginkan
Gambar 10. Download data
Kemudian Download data
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
3.2.2. Seadas
Gambar 11. Tampilan Seadas
Buka Software Seadas yang Sudah di install
Gambar 12. Buka file yang diinginkan
Setelah Seadas terbuka silahkan Open folder SST yang akan diolah
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
Gambar 13. Klik SST
Setelah file terpilih dan di sebelah kiri muncul menu,silahkan klik 2 kali pada “sst”
dan muncul gambar seperti di atas.
Gambar 14. Menentukan koordinat
Kemudian silahkan Klik crop a file spatially untuk memasukkan koordinat X dan
Koordinat Y nya. Dan akan muncul seperti gambar di atas.
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
Gambar 15. Rectangle drawing tools
Setelah memasukkan koordinat akan muncul seperti gambar di atas. Kemudian klik rectangle
drawing tool.
Gambar 16. Geometry
Setelah itu silahkan di blok semuanya dengan rectangle,lalu di klik geometry dan di klik
kanan pada peta lalu dipilih export file mask dan kemudian simpan data.
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
3.2.3. Microsoft Excel
Gambar 17. Pilih data yang akan diolah
Kemudian Buka Microsoft excel. Lalu buka folder SST bulan Juli yang terakhir
diolah di seadas. Hingga muncul gambar seperti diatas.
Gambar 18. Buka Ms. excel
Kemudian akan mucul gambar seperti di atas silahkan pilih next-next dan kemudian
finish.
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
Gambar 19. Pilih data Longitide dan Latitude
Setelah itu akan muncul seperti diatas,dan siahkan hapus data selain
Longitude,latitude,sst.
Gambar 20. Masukan data Longitude dan Latitude
Setelah itu lalu di Buka excel baru lagi dan silahkan masukkan data Longitude
Latitude dan data sstselama 3 bulan. Kemudian Jangan lupa untuk di rata-rata Untuk
data sstnya dengan formula Average. Kemudian silahkan Save data nya.
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
3.2.4. Ocean Data View (ODV)
Gambar 21. Buka ODV
Untuk selanjutnya silahkan membuka software ODV. Dan kemudian buka file yang
terakhir di excel,setelah itu akan muncul gambar seperti di atas.
Gambar 22. Data Collection
Setalah itu akan mucul data collection properties lalu dipilih ocean untuk data field
nya, dipilih profiles untuk data type nya yang terakhir dipilih dummy untuk primary
variable.
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
Gambar 23. Zoom peta
Setelah itu akan muncul gambar peta seperti di atas. Lalu silahkan klik kanan pada
titik merah lalu klik zoom.
Gambar 24. Pilih template
Setelah itu klik view lalu pilih template vies dan pilih data F12 Seperti gambar diatas.
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
Gambar 25. Suhu maximum dan minimum
Setelah itu klik kanan pada peta lalu pilih properties .Ganti Suhu maksimum dan
minimum kemudian property window diganti diva gridding.
Gambar 26. Hasil akhir
Setelah itu akan muncul seperti gambar di atas. Lalu save as.
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
3.3 Pengolahan Data ENSO dan IOD
3.3.1 Pre-Processing Data
Download data CHL dan SST Level 3 dari web oceancolor.gsfc.nasa.gov. ubah
menggunakan Aqua MODIS OCI Algorithm dan SST menggunakan sensor Aqua
MODIS Sea Surface Temperature lalu ubah periodnya menjadi monthly dan
resolusinya menjadi 4km, download data dengan klik SMI.
Masukkan data yang telah di download dari ocean color dengan menggunakan
SeaDAS. Untuk memasukkan data klik File, kemudian klik open, setelah itu buka
file dengan format .nc kemudian klik open product.
Crop nilai koordinat dengan cara klik raster kemudian pilih spatial subset, pilih
Geo Coordinate dan masukkan nilai asli koordinatnya.
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
Export file hasil crop file coordinate dengan cara klik Raster lalu pilih Reproject
kemudian ganti nama sesuai dengan bulan dan tahun dan ubah format menjadi
geotiff selanjutnya ubah folder ke folder yang sama.
Masukkan hasil pengolahan dari SeaDAS dengan cara klik add data kemudian buka
data hasil pengolahan SeaDAS dengan format .tiff lalu open.
Pilih Arc toolbox kemudian klik conversion tools lalu raster to point, pilih input
raster setelah itu pilih data yang sudah diolah, pilih folder yang sama.
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
Open attribute table untuk memgetahui hasil perhitungan dengan cara klik kanan pada layer
Export data yang sudah diketahui hasil perhitungannya dengan file type.dbf.
Buka hasil pengolahan ArcGIS dengan menggunakan Ms. Excel, kemudian copy nilai
CHL ke form yang sudah disediakan asisten
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
Filter data CHL dengan sort and filter kemudian uncentang select all dan centang
nilai null value yang ada, kemudian delete nilai null value yang muncul
Cari nilai rata rata selama bulan tersebut
Masukkan nilai yang sudah diketahui rata-ratanya ke form yang disediakan asisten
selama 5 tahun.
Buka data hasil pengambilan data hasil penangkapan pertahun yang didapat dari
DKP setempat. Copy jumlah armada (unit), jumlah ikan (sesuai jenis) untuk 3 alat
tangkap (cantrang, purseseine, rawai dasar).
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
Paste jumlah unit alat tangkap pada kolom produksi(kg) sesuai dengan alat
tangkapnya, kemudian paste juga jumlah ikan(kg) sesuai dengan jenis ikannya dan
jenis alat tangkap. Kemudian untuk mendapatkan nilai CpUE setiap alat tangkap
masukkan rumus. Kemudian cari nilai jumlah keseluruhan nilai CpUE dengan cara
menjumlah nilai ketiga CpUE.
Ulangi langkah yang sama untuk mendapatkan nilai keseluruhan CpUE selama 5
tahun.
3.3.2 Data Analysis
Copy data dari sheet “Rata CpUE” kemudian paste transpose ke sheet “Ano-
Catch”.
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
Hitung Ano-Catch dengan cara, Catch dibagi bulan kemudian dikurangi hasil rata-
rata catch.
Setelah data di input ke Ms. Excel maka grafik akan berubah sesuai dengan data
yang ada, hitung nilai maksimal dan minimal dengan cara =MAX (Kolom yang
ingin dicari nilainya)
Copy grafik yang sudah ada ke sheet yang lain kemudian lakukan langkah yang
sama untuk mencari nilai maksimal dan minimalnya.
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
Agar grafik sesuai dengan data yang ada, maka harus diubah dengan cara klik
kanan select data pada grafik kemudian klik sheet yang nilai grafiknya ingin
dirubah.
Blok semua kolom yang berisi data kemudian klik OK pada Select Data Source.
Blok dan copy semua data yang ada di kolom pada Sheet “All Data” dan paste di
software Minitab.
Software Minitab digunakan untuk mengetahui korelasi, dengan cara klik Stat
kemudian pilih Basic Statistic lalu pilih Correlation.
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
Input data yang ingin dicari korelasinya, misalnya “Ano-Catch” dan “Ano-Temp”
kemudian pilih OK.
Kemudian akan muncul Session dialog seperti dibawah ini yang menyajikan nilai korelasi antar kedua data, dan hasilnya dapat di interpretasi
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
DAFTAR PUSTAKA
Air Weather Service, 1990. “The Use of the Skew T, Log P Diagram in Analysis and
Forcasting”. Scott Air Force Base, Illinois. USA.
Anna Szczucinsnka.2007. Measurements of selected water balance components in Ebbaelva
catchments, Svalbard – pilot study. Vol. 5: 51–54. Adam Mickiewicz University
:Poland.
Arifin, dkk. 2010. Modul Praktikum Klimatologi, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Bird, John. 2012. Science Engineering. London: Routledge
BMG. 2006. Peraturan Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika tentang Tata Cara Tetap
Pelaksanaan Pengamatan dan Pelaporan Data Iklim dan Agroklimat. Badan
Meteorologi dan Geofisika : Jakarta.
BMG. 2006. Tata Cara Tetap Pelaksanaan Pengamatan dan Pelaporan Data Iklim dan
Agroklimat. Badan Meteorologi Geofisika : Jakarta.
BMKG Karangploso. 2015. Sejarah Singkat Stasiun Klimatologi Karangploso.
http://karangploso.jatim.bmkg.go.id. Diakses pada tanggal 2 Desember 2015 Pukul
00.15 WIB
BMKG. 2013. Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Nomor 3
Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Kepala Badan Meteorologi
dan Geofisika Nomor : Kep. 005 Tahun 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai
Besar Meteorologi dan Geofisika, Stasiun Meteorologi, Stasiun Klimatologi, dan
Stasiun Geofisika.
Cahya Swastika Populasi, Pariabti Palloan, Nasrul Ihsan.2012.Studi Tentang Komparasi Data
Tekanan Udara Pada Barometer Digital dan Automatic Weather Sistem (AWOS) di
Stasiun Meteorologi Hassanudin Makassar. Universitas Negeri Makassar : Makassar.
dan Iklim.
Dengan Tinggi 45 Cm Dan Diameter 70 Cm Terhadap Kinerja Menara Pendingin Jenis
Induced-Draft Counterflow. Skripsi. Universitas Sumatera Utara : Sumatera Utara.
Hendayana, Danda. 2011. Mengenal Nama dan Fungsi Alat‐alat Pemantau Cuaca
Jati, Wisnu. 2013. Pengaruh Waktu Pemaparan Cuaca (Weathering) Terhadap Karakteristik
Mekanik Komposit HDPE – Sampah Organik. Universitas Sebelas Maret : Surakarta
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
Klimatologi Banjar. 2008. http://www.klimatologibanjarbaru.com/artikel/2008/12/alat-alat
-klimatologi
konvensional/http://www.klimatologibanjarbaru.com/artikel/2008/12/peralatan-
kualitas-udara-ku/ Modul Pengolahan Data Angin Windrose. Universitas
Sriwijaya. Palembang.
Napitupulu, F. H. (2010). Pengaruh Penggunaan Media Bahan Pengisi (Filler) Pvc
Putera, A. P. Dan K. L. Toruan. 2016. Rancang Bangun Alat Pengukur Suhu, Kelembaban,
dan Tekanan Udara Portable Berbasis Mikrokontroler Atmega 16. Jurnal Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika. 3 (2).
Senechal, Nadia, 2013. “Introduction to Thermodynamic: Application to Atmospheric Air”
PowerPoint Presentation. University of Bordeaux. France
Toruan, Kanton Lumban. 2009. Automatic Weather System (AWS) Berbasis Mikrokontroler.
Universitas Indonesia : Depok
Yulkifli, Asrizal, dan Ruci Ardi. 2014. Pengukuran Tekanan Udara menggunakan DT-Sense
Barometric Presure Berbasis Sensor HP03. Jurnal Saintek. 6 (2) : 110-115.
Oc
ea
n M
ete
or
olo
gy
2
01
8/2
01
9
Nama-Nama Asisten Meteorologi Laut
No. Nama NIM N0.Hp
1. Ismail Noer Muhammad (COAss) 165080200111047 082139777264
2. Shinta Diana Ayu Safitri 165080607111029 082231118918
3. Vianta Mandhalika 175080200111047 089663814172
4. Dayu Dityo Kisworo 175080207111027 085885636140
5. Keumala Cahaya 175080607111009 081290623050
6. Donik Nuzul Nur Utomo 175080601111007 081805909646