modul plpg model pembelajaran bahasa

Upload: taufik-agus-tanto

Post on 07-Apr-2018

246 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/4/2019 Modul PLPG Model Pembelajaran Bahasa

    1/79

    59Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24Universitas Negeri Makassar

    ANALISIS KOMPETENSI DAN PERUMUSAN TUJUAN PEMBELAJARAN BAHASABERDASARKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

    DI SEKOLAH MENENGAH

    A. PendahuluanPendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses peningkatan

    kualitas sumberdaya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu prosesyang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumberdaya manusia itu sendiri.Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumberdaya manusia, maka pemerintahbersama kalangan swasta telah dan terus berupaya mewujudkan amanat tersebut melaluiberbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas, antara lain melaluipengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan,pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenagakependidikan lainnya.

    Pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya sangat penting untukdilakukan sebab melalui pelatihan, guru dapat mengembangkan kompetensinya. Pemilikiankompetensi menjadi suatu keharusan bagi seseorang guru untuk dapat menyesuaikan diridengan perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Atas dasar itulah,maka dianggap perlu memaknai istilah kompetensi secara jelas.

    1. Tujuan Instruksional UmumSecara umum, setelah mempelajari uraian materi tentang analisis kompetensi dan

    perumusan tujuan pembelajaran Bahasa berdasarkan KTSP di Sekolah Menengah, pesertadiklat diharapkan dapat melakukan analisis kompetensi dan merumuskan tujuanpembelajaran Bahasa berdasarkan KTSP diSekolah Menengah.

    2. Tujuan Instruksional KhususSetelah mempelajari uraian materi tentang analisis kompetensi dan perumusan

    tujuan pembelajaran Bahasa berdasarkan KTSP di Sekolah Menengah, peserta diklatdiharapkan mampu:a. Menjelaskan pengertian dan lima tipe kompetensi;b. Menerapkan cara menyusun kompetensi siswa dalam pembelajaran Bahasa;c. Menulis tujuan instruksional umum;d. Melakukan analisis instruksional;e. Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa;f. Merumuskan tujuan instruksional khusus.

    B. Analisis Kompetensi1. Pengertian Kompetensi

    Istilah kompetensi didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan, keterampilan,sikap, dan nilai sebagai kinerja yang berpengaruh terhadap peran, perbuatan, prestasi, sertapekerjaan seseorang. Dengan demikian, kompetensi dapat diukur dengan standar umumserta dapat ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan. Menurut Spencer dan Spencer(1993) kompetensi merupakan karakterisitik mendasar seseorang yang berhubungan secaratimbal balik dengan suatu kritieria efektif kompetensi dan atau kecakapan terbaik seseorangdalam pekerjaan atau keadaan.

    Lebih lanjut Spencer (1993) menyebutkan lima tipe kompetensi, kelima tipe tersebut

    adalah sebagai berikut.a. Motif, sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berpikir secara konsisiten atau keinginan

    untuk melakukan suatu aksi. Misalnya, seseorang yang mempunyai motivasi akan

  • 8/4/2019 Modul PLPG Model Pembelajaran Bahasa

    2/79

    60Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24Universitas Negeri Makassar

    menentukan tantangan untuk drinya sendiri, kemudian bertanggung jawab untukmenghadapi tantangan tersebut dan menggunakan balikan untuk memperbaikinya.

    b. Pembawaan, karakteristik fisik yang merespon secara konsisten berbagai situasi atauinformasi. Misalnya, reaksi terhadap waktu dan sudut pandang yang baik adalah

    kompetensi bawaan dari seorang pilot pesawat empur. Kontrol emosi diri dan inisiatifmerupakan respon konsisten yang lebih kompleks. Kompetensi bawaan yang dapatmengontrol emosi diri dan menumbuhkan inisiatif merupakan kompetesi dari seorangmanajer yang berhasil.

    c. Konsep diri, adalah tingkah laku, nilai, atau citraan (image) seseorang. Misalnya, percayadiri. Seseorang yang percaya diri akan bekerja efektif pada berbagai situasi yangberbeda.

    d. Pengetahuan, adalah informasi khusus yang dimiliki seseorang. Misalnya, ahli bahasamemiliki pengetahuan tentang teori-teori kebahasaan.

    e. Keterampilan, adalah kemampuan untuk melakukan tugas secara fisik dan mental.Misalnya, sastrawan memiliki pengetahuan dan kemampuan menciptakan karya sastra.

    Kelima tipe kompetensi tersebut mempunyai implikasi praktis terhadap perencanaanpengembangan kemampuan siswa dalam pembelajaran.

    2. Cara Penyusunan KompetensiPenyajian kompetensi yang baik haruslah dapat kecakapan berpikir, bekerja, dan

    prestasin seseorang. Dalam penyusunan kompetensi, perlu adanya perubahan penekananpola pikir dan pola tindakan dari Apa yang harus dipelajari seorang siswa ke bagaimanamembelajarkan siswa? Selanjutnya, diperlukan persiapan yang memadai untuk menyusunkompetensi.

    Penyusunan kompetensi tidak dapat dilakukan sekali jadi. Diperlukan perbaikan danpemantapan secara terus-menerus dan berkelanjutan. Langkah-langkah dalam menyusun

    kompetensi dapat dilakukan seperti berikut ini.a. Menentukan kompetensi lulusan/hasil belajar pada akhir satu atau serangkaian

    pembelajaran. Gunakan kata-kata kerja dari taksonomi Bloom, Kratwohl, atau Anderson.Penentuan kompetensi perlu menjawab hal-hal berikut:1) Isi/pengetahuan (apa yang harus diketahui siswa?)2) Keterampilan (bagaimana cara siswa melakukan sesuatu?)3) Sikap (bagaimana cara siswa berperilaku?)4) Nilai (bagaimana keyakinan siswa terhadap sesuatu?)

    b. Gunakan bahasa yang mudah dimengerti (jelas, lugas, tegas, serta dapat dikerjakan dandinilai) oleh siswa dan pembaca umum, termasuk guru, orangtua, dan pengambilkeputusan.

    c. Nyatakan target pencapaian kompetensi yang memberikan informasi tentangsejauhmana target kompetensi tersebut dapat dicapai?

    d. Batasi kompetensi yang akan dicapai pada setiap kegiatan pembelajaran agar lebihterarah dan lebih fokus.

    e. Klasifikasi kompetensi yang sejenis ke dalam standar kompetensi, namun janganmemaksakan perumusan kompetensi yang terlalu sarat. Jika dianggap perlu, rumuskankompetensi secara terpisah.

    f. Koordinasikan kompetensi yang memerlukan urutan untuk menunjukkanperkembangan, kesinambungan, keutuhan, dan keberlanjutan. Tunjukkan peningkatanpenguasaan kompetensi dari yang lebih mendasar ke yang rumit, dan kompleks dalamurutan yang utuh.

    g. Hindari mencampurkan definisi kompetensi (apa yang siswa harus ketahui dan lakukan)dengan standar kinerja (seberapa baik) dan penilaian.

  • 8/4/2019 Modul PLPG Model Pembelajaran Bahasa

    3/79

    61Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24Universitas Negeri Makassar

    h. Hindari anggapan untuk dapat merumuskan kompetensi secara sempurna pada tahanpermulaan. Lakukan secara bertahap.

    Dalam menyiapkan pembelajaran, khususnya ketika membuat silabus, guru perlumengkaji Standar Kompetensi sebagaimana tercantum pada Standar Isi dengan

    memperhatikan hal-hal berikut:(1) Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi,

    tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di Standar Isi;(2)Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran;(3)Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran.

    3. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa untuk SMPStandar Kompetensi yang tercantum dalam Standar Isi KTSP untuk SMP sesuai ruang

    lingkup mata pelajaran Bahasa, yaitu:a. Mendengarkan

    1) Untuk kelas VII, yaitu:

    a) memahami wacana lisan melalui kegiatan mendengarkan beritab) mengapresiasi dongeng yang didengarkanc) memahami wacana lisan melalui kegiatan wawancarad) memahami pembacaan puisi

    2) Untuk kelas VIII, yaitu:a) memahami wacana lisan berbentuk laporanb) mengapresiasi pementasan dramac) memahami isi berita dari radio/televisid) memahami unsur intrinsik novel remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan

    3) Untuk kelas IX, yaitu:a) memahami dialog interaktif pada tayangan televisi/siaran radio

    b) memahami wacana sastra jenis syair melalui kegiatan mendengar syairc) memahami isis pidato/khotbah/ceramahd) memahami wacana sastra melalui kegiatan mendengarkan pembacaan

    kutipan/sinopsis novelb. Berbicara

    1) Untuk kelas VII, yaitu:a) mengungkapkan pengalaman dan informasi melalui kegiatan bercerita dan

    menyampaikan pengumumanb) mengekspresikan pikiran dan perasaan melalui kegiatan berceritac) mengungkapkan pikiran dan perasaan informasi dan pengalaman melalui

    kegiatan menanggapi cerita dan bertelepon

    d) mengungkapkan tanggapan terhadap pembicaraan cerpen2) Untuk kelas VIII, yaitu:

    a) mengungkap berbagai informasi melalui wawancara dan presentase laporanb) mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan bermain peranc) mengemukakan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan diskusi dan

    protokolerd) mengapresiasi kutipan novel remaja (asli atau terjemahan) melalui kegiatan

    diskusi3) Untuk kelas IX, yaitu:

    a) mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk komentar danlaporan

    b) mengungkapkan kembali cerpen dan puisi dalam bentuk yang lainc) mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam pidato/diskusid) mengungkapkan tanggapan terhadap pementasan drama

  • 8/4/2019 Modul PLPG Model Pembelajaran Bahasa

    4/79

    62Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24Universitas Negeri Makassar

    c. Membaca1) Untuk kelas VII, yaitu:

    a) memahami ragam teks nonsastra dengan berbagai cara membacab) memahami isi berbagai teks bacaan sastra dengan membaca

    c) memahami wacana tulis melalui kegiatan membaca intensif dan membacamemindai

    d) memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan buku cerita anak2) Untuk kelas VIII, yaitu:

    a) memahami ragam wacana tulis dengan membaca memindai, membaca cepatb) memahami teks drama dan novel remajac) memahami ragam wacana tulis dengan membaca ekstensif, membaca intensif,

    dan membaca nyaringd) memahami buku novel remaja (asli atau terjemahan) dan antologi puisi

    3) Untuk kelas IX, yaitu:a) memahami ragam wacana tulis dengan membaca intensif dan membaca

    memindaib) memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca buku kumpulan cerita

    pendek (cerpen)c) memahami ragam acana tulis dengan membaca ekstensif. Membaca intensif, dan

    membaca cepatd) memahami novel dari berbagai angkatan

    d. Menulis1) Untuk kelas VII, yaitu:

    a) mengungkapkan pikiran dan pengalaman dalam buku harian dan surat pribadib) mengekspresikan pikiran, perasaan, dan pengalaman melalui pantun dan

    dongeng

    c) mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk narasi dan pesan singkatd) mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui kegiatan menulis

    kreatif puisi2) Untuk kelas VIII, yaitu:

    a) mengungkapkan informasi dalam bentuk laporan, surat dinas, dan petunjukb) mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam menulis kreatif naskah dramac) mengungkapkan informasi dalam bentuk rangkuman, teks berita, slogan/posterd) mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam puisi bebas

    3) Untuk kelas IX, yaitu:a) mengungkapkan informasi dalam bentuk iklan baris, resensi, dan karanganb) mengungkapkan kembali pikiran, perasaan, dan pengalaman dalam bentuk cerita

    pendekc) mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk karya ilmiah

    sederhana, teks pidato, surat pembacad) menulis naskah dramaSelanjutnya, guru dharapkan dapat mengembangkan sejumlah indikator pencapaian

    untuk setiap kompetensi dasar. Indikator pencapaian ialah karakteristik, ciri-ciri, tanda-tanda, perbuatan, atau respons, yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh siswauntuk menunjukkan bahwa siswa itu telah memiliki kompetensi dasar tertentu.

  • 8/4/2019 Modul PLPG Model Pembelajaran Bahasa

    5/79

    63Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24Universitas Negeri Makassar

    C. Perumusan Tujuan Pembelajaran

    Tujuan pembelajaran (instructional objective) adalah perilaku hasil belajar yangdiharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembel-ajaran tertentu. Pengertian lain menyebutkan, tujuan pembelajaran adalah pernyataan

    mengenai keterampilan atau konsep yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa pada akhirpriode pembelajaran (Slavin, 1994). Tujuan pembelajaran merupakan arah yang hendakdituju dari rangkaian aktivitas yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Tujuanpembelajaran dirumuskan dalam bentuk perilaku kompetensi spesifik, aktual, dan terukursesuai yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai siswa setelah mengikuti kegiatanpembelajaran tertentu.

    Penyusunan tujuan pembelajaran merupakan tahapan penting dalam rangkaianpengembangan desain pembelajaran. Dari tahap inilah ditentukan apa dan bagaimana harusmelakukan tahap lainnya. Apa yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran menjadi acuanuntuk menentukan jenis materi, strategi, metode, dan media yang akan digunakan dalamproses pembelajaran. Tanpa tujuan yang jelas, pembelajaran akan menjadi kegiatan tanpaarah, tanpa fokus, dan menjadi tidak efektif.

    Perumusan tujuan pembelajaran yang baik perlu memperhatikan beberapaketentuan. Berikut dikemukakan beberapa ketentuan dan pertimbangan yang perludiperhatikan dalam rangka perumusan tujuan pembelajaran tersebut.

    1. Taksonomi Tujuan PembelajaranTaksonomi adalah usaha pengelompokan yang disusun dan diurut berdasarkan ciri-

    ciri tertentu. Taksonomi tujuan pembelajaran, dengan demikian, merupakan usahamengelompokkan tujuan pembelajaran dalam susunan dalam urutan berdasarkan ciri yangdikandungnya.

    Taksonomi tujuan pembelajaran, menurut Suciati (2001), diperlukan denganpertimbangan sebagai berikut:a. Perlu adanya kejelasan terminologi tujuan yang digunakan dalam tujuan pembelajaran

    Bahasa sebab tujuan pembelajaran tersebut berfungsi untuk memberikan arah kepadaproses belajar dan untuk menentukan perilaku yang diangap sebagai bukti hasil belajarBahasa pada setiap tingkatan pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah.

    b. Sebagai alat yang akan membantu guru dalam mendeskripsikan dan menyusun tes,teknik penilaian, dan pelaksanaan evaluasi hasil belajar Bahasa di Sekolah Menengah.

    Sejumlah ahli telah menyusun taksonomi untuk tujuan pembelajaran. Di antara ahlitersebut, yaitu Bloom, Gagne, Merril, Krathwohl, Martin dan Briggs, ataupun Gerlach danSullivan. Masing-masing ahli mempunyai kriteria pengelompokkan sendiri. Namun

    demikian, umumnya ahli tersebut sepakat bahwa taksonomi tujuan pembelajaran terbagiatas tiga kawasan utama, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.

    a. Tujuan KognitifTujuan kognitif berorientasi pada kemampuan berpikir. Ini mencakup kemampuan

    intelektual yang lebih sederhana, seperti mengingat, sampai pada kemampuan yang tinggi,seperti kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa menghubungkan danmenggabungkan gagasan, metode atau prosedur yang telah dipelajari untuk memecahkansuatu masalah.

    Bloom mengelompokkan tujuan kognitif ke dalam enam kategori. Keenam kategori

    ini diasumsikan bersifat hirarkis, yang berarti tujuan pada level tinggi dapat dicapai hanyaapabila tujuan pada level lebih rendah telah dikuasai. Taksnomi perilaku keenam tujuankognitif tersebut dikemukakan pada Tabel 1 berikut ini.

  • 8/4/2019 Modul PLPG Model Pembelajaran Bahasa

    6/79

    64Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24Universitas Negeri Makassar

    Tabel 1 Taksonomi Perilaku dan Contoh Kata Kerja Operasional Tujuan Kognitif

    No.Taksonomi

    PerilakuKemampuan Internal Kata-kata Kerja Operasional

    Pengetahuan Mengatahui............. Misalnya: istilah, kata benda,

    kata kerja

    1) mengidentifikasikan2) menyebutkan3) menunjukkan4) memberi nama5) menyusun daftar6) mengarisbawahi7) menjodohkan8) memilih9) memberikan defenisi0) menyatakan

    Pemahaman Menerjemahkan

    MenafsirkanMemperkirakanMenentukan ................

    Misalnya: metode, prosedur

    1) menjelaskan

    2) menguraikan3) merumuskan4) merangkumkan5) mengubah6) memberikan contoh

    tentang

    Memahami ................ Misalnya: konsep, kaidah,

    prinsip, kaitan antarafakta dan isi pokok

    (7) menyadur(8) meramalkan(9) menyimpulkan0) memperkirakan1) menerangkan

    MengartikanMenginterpretasikan ......

    Misalnya: tabel, grafik, bagan

    2) menggantikan3) menarik kesimpulan4) meringkas5) mengembangkan6) membuktikan

    Penerapan Memecahkan masalahMembuat bagan dan grafikMenggunakan .......

    Misalnya: metode/prosedur,konsep, kaidah, prinsip

    1) mendemonstrasikan2) menghitung3) memperhitungkan4) membuktikan5) menunjukkan6) melengkapi7) menyediakan8) menyesuaikan9) menemukan

    Analisis Mengenali kesalahanMembedakan ...................

    Misalnya: fakta dari interpretasdata dan kesimpulan

    1) memisahkan2) menerima3) menyisihkan4) menghubungkan

    Menganalisis ..............Misalnya:struktur dasar, bagian-

    bagian, hubungan

    1) Memilih2) Membandingkan3) Mempertentangkan4)

    Membagi5) membuat digram/skema6) menunjukan hubungan

  • 8/4/2019 Modul PLPG Model Pembelajaran Bahasa

    7/79

    65Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24Universitas Negeri Makassar

    Sintesis Menghasilkan ............. Misalnya: klasifikasi, karangan,

    kerangka teoritis

    1) mengategorikan) mengkombinasikan) mengarang) menciptakan

    Menyusun ............. Misalnya: rencana, skema,

    program kerja

    ) mendesain6) mengatur7) menyusun kembali

    ) merangkaikan9) menghubungkan0) menyimpulkan1) merancangkan

    ) membuat pola) menyajikan

    Evaluasi Menilai berdasarkan normalinternal ....

    Misalnya: hasil karya seni, mutukarangan, mutuceramah, programkerja, dsb

    1) memperbandingkan) menyimpulkan

    ) mengkritik) mengevaluasi) memberi argumentasi

    6) menafsirkan

    Menilai berdasarkan normaleksternal....

    Misalnya: hasil karya seni, mutukarangan, mutuceramah, programkerja, dsb

    7) membahas) menyimpulkan

    9) memilih antara0) menguraikan1) membedakan

    ) melukiskan

    Mempertimbangkan ...........

    Misalnya: baik-butuknya, pro-kontranya, untung-ruginya

    ) mendukung

    ) menyokong) menolak

    b. Tujuan AfektifTujuan afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap yang

    menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Tujuan afektif mencakupkemampuan dari level paling sederhana, seperti memperhatikan suatu fenemena, sampailevel paling kompleks seperti menentukan sikap berdasar hati nurani.

    Krathwohl, Bloom, dan Masia (Suciati, 2001) mengelompokkan tujuan afektif kedalam lima kategori. Deskripsi taksonomi kelima kategori tujuan afektif ini diurikan sepertitertera pada Tabel 2 berikut ini.

  • 8/4/2019 Modul PLPG Model Pembelajaran Bahasa

    8/79

    66Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24Universitas Negeri Makassar

    Tabel 2 Taksonomi Perilaku dan Contoh Kata Kerja Operasional Tujuan Afektif

    NoTaksonomi

    PerilakuKemampuan Internal

    Kata-kata KerjaOperasional

    Pengenalan(receiving)

    Menunjukkan .......... Misalnya: kesadaran, kemauan,

    perhatian

    1) mmenanyakan2) mengikuti3) menjawab4) melanjutkan

    Mengakui .............Misalnya: kepentingan, perbedaan

    5) memberi6) menyatakan7) menempatkan

    Pemberianrespon(responding)

    Mematuhi ..................... Misalnya: peraturan, tuntutan,

    perintah

    1) membantu2) menawarkan diri3) menolong

    Ikut secara aktif.....................

    Misalnya: di labaroratorium

    4) menyetujui

    5) menyepakati6) menghargai7) menghormati8) membantu

    Penghargaan/penilauan (valuing)

    MenerimaMemilihMemberi komitmen ......

    Misalnya: terhadap suatu nilai,aturan, kesemapakatan

    1) memilih di antara2) meyakini3) menghargai4) menunjukkan

    komitmen5) membenarkan6) mengusulkan

    Pengroganisa-sian(organization)

    MemilahMenghimpun .............

    Misalnya: sistem nilai, aturan,kesepakatan

    1) memilih untuk2) memutuskan3) membandingkan4) membuat sistematisasi5) mengorganisasi6) menyiapkan7) menghubungkan

    Pengamalan(characterization)

    MengorganisasiMengintegrasikanMenerapkanMengamalkan .............

    Misalnya: sistem nilai, aturan,kesepakatan

    1) menunjukkan sikapbertindak berdasarkan

    2) menghindari3) menolak untuk4) memainkan5) mempengaruhi6) mendengarkan7) memodifikasi8) melaksanakan9) mempraktik

    c. Tujuan PsikomotorikTujuan psikomotor berorientasi pada keterampilan motorik yang berhubungan

    dengan anggota tubuh, atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot.Perilaku psikomotor menekankan pada keterampilan neuromascularyaitu keterampilan yangbersangkutan dengan gerakan otot. Taksonomi perilaku untuk tujuan kawasan psikomotordikelompokkan dalam enam kategori, sebagaimana tertera pada Tabel 3 berikut ini.

  • 8/4/2019 Modul PLPG Model Pembelajaran Bahasa

    9/79

    67Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24Universitas Negeri Makassar

    Tabel 3 Taksnomi Perilaku dan Kata Kerja Operasional Tujuan Psikomotor

    NoTaksonomi

    PerilakuKemampuan Internal

    Kata-kata KerjaOperasional

    Persepsi Menafsirkan ransanganPeka terhadap ransanganMendiskriminasikan

    (1) memilih(2) Membedakan(3) Mempersiapkan(4) Menyisihkan(5) Menujukkan(6) Mengidentifikasikan(7) Menghubungkan

    Kesiapan BerkonsentrasiMenyiapkan diri (fisik dan mental)

    (1) Memulai(2) Mengawali(3) Bereaksi

    (4) Mempersiapkan(5) Memprakarsai(6) Menanggapi(7) Mempertunjukkan

    Gerakanterbimbing

    Meniru contoh (1) Mempraktikkan(2) Memainkan(3) Mengikuti(4) Mengerjakan(5) Membuat(6) Mencobakan(7) Memasang

    (8) MembongkarGerakanterbiasa

    BerketerampilanBerpegang pada pola

    (1) Mengoperasionalkan(2) Membangun(3) Membongkar(4) Memperbaiki(5) Mengerjakan(6) Menyusun(7) Menggunakan(8) Mengatur(9) Memainkan

    GerakanKompleks

    Berketerampilan secara ..... Misalnya: lancar, luwes, supel,

    gesit, lincah

    Sama dengan di atas

    Menyesuaikanpola gerakan

    Menyesuaikan diriMevariasikan

    (1) Mengubah(2) Mengadaptasi(3) Mengatur kembali(4) Membuat variasi

    Kreativitas Menciptakan yang baruBerinisiatif

    (1) Merancang(2) Menyusun(3) Menciptakan(4) Mendesain(5) Mengkombinasikan

  • 8/4/2019 Modul PLPG Model Pembelajaran Bahasa

    10/79

    68Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24Universitas Negeri Makassar

    2. Analisis Instruksional atau Analisis Tugas (Task Analysis)Dalam membuat perencanaan pembelajaran, penting untuk mengetahui

    keterampilan atau kompetensi apa saja yang dibutuhkan dalam tugas-tugas yang akandiajarkan atau diberikan. Sebagai contoh, guru dapat meminta siswa menggunakan

    perpustakaan untuk menulis suatu laporan singkat mengenai suatu topik yang menarikminat. Tugas ini tampak cukup mudah, tapi perhatikan sejumlah keterampilan terpisahyang terlibat di dalamnya, yaitu:a. mengetahui urutan abjad;b. menggunakan katalog kartu untuk menemukan judul buku tertentu;c. menggunakan indeks buku untuk menemukan informasi tentang suatu topik;d. menemukan ide utama untuk materi karangan;e. merencanakan atau membuat skema laporan ringkas;f. menulis paragraf karangan;g. mengetahui keterampilan teknis kebahasaan (seperti kapitalisasi, tanda baca, pemilihan

    kata-kata, dan sebagainya).

    Keterampilan-keterampilan tersebut sendiri masing-masing dapat dijabarkan kedalam sub-sub keterampilan yang lebih spesifik. Guru harus menyadari sub-subketerampilan yang terlibat dalam suatu tugas pembelajaran untuk menjamin bahwa siswamengetahui apa yang diperlukan untuk berhasil.

    Dalam mengajarkan suatu keterampilan baru, penting bagi guru untukmempertimbangkan semua subketerampilan yang terkait dengannya. Pikirkan semuatahapan terpisah yang terlibat dalam suatu keterampilan baru tersebut. Proses menjabarkantugas atau tujuan menjadi komponen-komponen yang lebih sederhana ini disebut dengananalisis tugas (task analysis).

    Analisis tugas, atau sering pula disebut analisis instruksional, adalah prosespenjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis dan

    sistematis. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi perilaku-perlaku khusus yangdapat menggambarkan perilaku umum secara rinci. Dari susunan tersebut, dapat diketahuiperlunya menempatkan perilaku khusus tertentu untuk dikuasai lebih dahulu dari perilakulainnya, disebabkan karena perilaku tersebut:a. kedudukannya sebagai perilaku prasyarat,b. merupakan perilaku yang menurut urutan gerakan fisik berlangusung lebih dahulu,

    atauc. merupakan perilaku yang menurut proses psikologis muncul lebih dahulu, atau secara

    kronologis terjadi lebih awal.Dalam merencanakan pembelajaran, ada tiga tahap dalam proses analisis tugas yang

    perlu dilakukan, yaitu:

    a. Mengidenifikasi keterampilan prasyarat (prerequisite skills)Apa yang seharus siswa sudah ketahui sebelum guru mengajarkan suatu materi tertentu.Sebagai contoh, untuk pelajaran mengenai penyusunan kalimat sederhana, siswa haruslebih dahulu menguasai kata serta konsep subjek dan predikat.

    b. Mengidentifikasi keterampilan komponen (component skills)Dalam mengajarkan pelajaran tertentu, subketerampilan apa yang harus diajarkankepada siswa sebelum mereka dapat belajar untuk mencapai tujuan yang lebih umum?Dalam contoh keterampilan menulis kalimat yang baku, misalnya, siswa perlu belajarmengenai diksi, struktur kalimat, maupun ejaan dan tanda baca. Setiap tahapan ini harusdirencanakan untuk diajarkan dan dinilai selama pembelajaran.

    c. Merencanakan bagaimana keterampilan komponen akan diatur dan diurut menujuketerampilan akhir.Tahap akhir dalam analisis tugas adalah menata kembali sub-sub keterampilan menjadiketerampilan utuh yang akan diajarkan. Misalnya, siswa mungkin mempunyai diksi

  • 8/4/2019 Modul PLPG Model Pembelajaran Bahasa

    11/79

    69Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24Universitas Negeri Makassar

    yang memadai, menuasai tanda baca, tapi ini tidak selalu berarti mereka dapatmenyusun kalimat yang baku. Sub-sub keterampilan harus diintegrasikan ke dalamproses yang utuh agar siswa dapat mengerti dan mempraktikkannya.

    Bila perilaku atau keterampilan umum diuraikan menjadi perilaku khusus atau sub-

    sub keterampilan akan terdapat empat macam susunan, yaitu hirarkis, prosedural,pengelompokan, dan kombinasi.

    a. Struktur HirarkiStruktur prilaku yang hirarkil adalah kedudukan dua perilaku yang menunjukkan

    bahwa salah satu perilaku hanya dapat dilakukan bila telah dikuasai perilaku yang lain.Perilaku B, misalnya, hanya dapat dipelajari bila perilaku A telah dikuasai. Ini berartiperilaku atau keterampilan A merupakan prasyarat bagi perilaku atau keterampilan B.Struktur perilaku hirarkikal dapat digambarkan dalam bentuk susunan kotak atas-bawahyang dihubungkan dengan garis vertikal, seperti pada bagan berikut ini.

    b. Struktur \ProseduralStruktur perilaku prosedural adalah kedudukan beberapa perilaku yang

    menunjukkan satu seri urutan penampilan perilaku, tetapi tidak ada yang menjadi perilakuprasyarat untuk yang lainnya. Walaupun kedua perilaku khusus itu harus dilakukanberurutan untuk dapat melakukan suatu perilaku umum, namun setiap perilaku itu dapatdipelajari secara terpisah. Perilaku-perilaku yang tersusun secara prosedural dilukiskan

    dalam kotak-kotak yang berderet ke samping dan dihubungkan dengan garis horisontal,seperti pada bagan berikut.

    c. Struktur PengelompokanTerdapat bentuk perilaku-perilaku khusus yang saling berhubungan, namun tidak

    mempunyai mempunyai keterafantungan satu sama lain. Dalam keadaan seperti ini, garispenghubung antar perilaku khusus tidak diperlukan. Namun demikian, saling hubunganantar perilaku dapat digambarkan dalam bentuk pengelompokkan kotak-kotak yangdihubungkan dengan garis satu sama lain, seperti pada bagan berikut.

    d. Struktur KombinasiBila perilaku diuraikan menjadi perilaku-perilaku khusus, sebagian tersebar dalam

    bentuk struktur kombinasi antara hirarkikal, prosedural, dan pengelompokan. Sebagian dariperilaku khusus yang terdapat dalam ruang lingkup perilaku umum itu mempersyaratkanperilaku khusus lain, sebagian lainnya merupakan urutan penampilan perilaku umum dankhusus. Skema hubungan antar perilaku dalam struktur kombinasi dapat digambarkanseperti pada bagan berikut.

    Perilaku A

    Perilaku B

    Perilaku A Perilaku CPerilaku B

    Perilaku A

    Perilaku B Perilaku C Perilaku D

  • 8/4/2019 Modul PLPG Model Pembelajaran Bahasa

    12/79

    70Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24Universitas Negeri Makassar

    2. Analisis Perilaku dan Karakteristik Awal SiswaPerilaku keterampilan awal atau yang biasa disebut perilaku masukan (entry behavior,

    sub-skill), adalah level perilaku keterampilan yang telah dimiliki oleh setiap siswa terkaitdengan perilaku keterampilan umum yang akan dipelajari. Dalam menghadapi tugas belajarpenyusunan kalimat, misalnya, sampai di manakah pemahaman siswa terhadapketerampilan-keterampilan bawahan (sub-skills) yang menjadi prasyarat bagi tugas tersebut,seperti penguasaan diksi, unsur-unsur kalimat, ejaan dan tanda bca? Level pemahamansiswa terhadap berbagai keterampilan prasyarat tersebut perlu dikenali dengan baik, baiksecara kelompok maupun secara individu. Pemahaman di antara siswa mungkin bersifathomogen (bisa homogen memadai, bisa juga homogen rendah), mungkin pula levelpenguasaan mereka sangat bervariasi.

    Pemahaman terhadap perilaku keterampilan awal siswa terkait dengan suatu tugasbelajar akan menjadi basis bagi guru dalam merancang pembelajaran yang lebih sesuaidengan kemampuan kelompok sasaran (siswa) pembelajaran tersebut. Berdasarkan hasilasesmen terhadap perilaku awal tersebut, guru dapat mengidentifikasi perilaku-perilakuspesifik yang masih perlu dikembangkan dan merumuskannya sebagai tujuan pembelajarankhusus sebagai target belajar bagi siswanya. Hasil asesmen tersebut juga dapat memanduguru dalam merancang urutan dan mengelola aktivitas pembelajaran untuk membantusiswa menguasai keterampilan atau kompetensi umum yang menjadi target pembelajaran.

    Sumber informasi yang dapat digunakan dalam rangka asesmen perilakuketerampilan awal siswa, antara Iain: dokumen yang tersedia, khususnya hasil belajar yangdiperoleh sebelumnya, siswa itu sendiri, orang-orang yang mengetahui kemampuankemampuan siswa tesebut. Teknik yang dapat digunakan dalam mengasesmen kemampuanawal tersebut, antara lain: dokumentasi, kuesioner, observasi, wawancara, ataupunmelakukan tes diagostik secara khusus.

    Di samping mengidentifikasi perilaku keterampilan awal siswa, guru juga perlumengenali karakteristik siswa lainnya yang berhubungan dengan perilaku belajar mereka.Beberapa di antara karakterstik ini, misalnya: motivasi belajar, kemampuan dan tingkatkecerdasan, minat, kebiasaan belajar, harapan dan aspirasi siswa, maupun daya dukung

    lingkungan masing-masing siswa. Informasi-informasi seperti ini dapat menjadi acuandalam menetapkan jenis perilaku sebagai target belajar, cakupan kegiatan belajar, maupunbentuk-bentuk pengalaman belajar yang dapat diberikan kepada siswa.

    3. Dampak Instruksional dan Dampak PengiringPelaksanaan setiap kegiatan pembelajaran, menurut Joyce & Weil (1986), akan

    menghasilkan dua macam dampak pembelajaran, yaitu dampak instruksional (instructionaleffects)dampak pengiring(nurturant effects). Dampak instruksional ialah hasil belajar yangdicapai langsung dengan mengarahkan siswa pada tujuan pembelajaran yang diharapkan.Dampak instruksional merupakan perilaku khusus atau kompetensi yang diharapkan dimilikioleh siswa yang terkait langsung dengan suatu topik atau pokok bahasan tertentu dari suatu

    mata pelajaran.Dalam praktik penyusunan rancangan pembelajaran di sekolah, umumnya guru

    hanya mencantumkan rumusan tujuan pembelajaran kategori ini. Tujuan pembelajaran

    Perilaku A Perilaku CPerilaku B

    Perilaku A2 Perilaku B2 Perilaku C2

    Perilaku B1 Perilaku C1Perilaku A1

  • 8/4/2019 Modul PLPG Model Pembelajaran Bahasa

    13/79

    71Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24Universitas Negeri Makassar

    khusus (TPK) ataupun indikator perilaku khusus sebagai target pencapaian hasil belajaryang dibuat guru umumnya hanya didominasi dengan rumusan yang diarahkan untukmencapai dampak instruksional semacam ini.

    Dampak pengiring ialah perilaku hasil belajar yang diperoleh siswa di luar dampak

    instruksional. Perilaku dampak pengiring ini terutama dihasilkan sebagai akibat terciptanyasuasana atau kondisi tertentu yang dialami siswa dalam proses pembelajaran, tanpa pengarahanlangsung dari guru. Setiap situasi, kondisi, pola interaksi, atau pengalaman belajar yangdialami oleh siswa dalam proses pembelajaran dapat menstimulasi berkembangnya perilakudan sikap tertentu pada diri siswa.

    Menurut Joyce dan Weil (1998), setiap pilihan model pembelajaran memilikisintakmatik (pentahapan), sistem sosial, prinsip rekasi, dan sistem pendukung tersendiri,sehingga dapat memberi dampak pencapaian dampak instruksional dan dampak pengiringyang berbeda pula. Penerapan model pembelajaran inkuiri, misalnya, dapat menstimulasiberkembangnya perilaku dampak instruksional dan dampak pengiring, seperti diukiskanpada bagan berikut.

    Bagan Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring

    Situasi dan kondisi yang dialami oleh siswa dalam suatu proses pembelajaran dapatmemberi dampak pengiring yang bersifat positif, berupa berkembangnya perilaku yangdikehendaki, tapi sebaliknya pula sebaliknya bersifat negatif, yaitu berkembangnya perilakuyang tidak diharapkan. Sebagai contoh, ketika guru meminta setiap siswa mengemukakanpemikirannya tentang suatu topik di depan kelas, maka proses ini dapat menstimulasiberkembangnya perilaku berani dan percaya diri pada siswa. Namun demikian, jika seorangsiswa mengemukakan gagasannya yang berbeda dan tidak sesuai harapan guru, lalu yangbersangkutan diberi sanksi, misalnya berdiri di depan kelas atau ditertawai, maka siswa iniakan belajar bahwa mengemukakan gagasan berbeda itu tidak boleh dan akan mendapat

    konsekuensi negatif. Pengelaman seperti ini akan memberi dampak pengiring negatif bagipengembangan kreativitas anak.

    Mengingat potensi yang terkandung dalam dampak pengiring bagi perubahanperilaku siswa, maka dampak pengiring perlu dikelola dan dikendalikan. Pembelajaran yanefektif harus mengoptimalkan pencapaian dampak pengiring positif dan meminimalkandampak pengiring negatif. Pengendalian dampak pengiring ini dapat dilakukan dengansejak awal menjadikannya sebagai target belajar yang diformuasikan dalam bentukperumusan tujuan tersendiri, di samping tujuan instruksional. Perilaku positif tertentu yangdikehendaki terjadi pada siswa dapat menjadi target belajar tersendiri dan ditetapkansebagai sasaran dampak pengiring dalam pembelajaran. Dengan menetapkan perilakuseperti itu sebagai target belajar, maka dalam merencanakan pembelajaran, guru akanberkomitmen untuk mencapainya. Guru akan berupaya memilih model pengelolaan kelas,strategi dan pengalaman belajar, serta media dan sumber pembelajaran yang dianggap tepatuntuk menstimulasi berkembangnya perilaku khusus tersebut.

    Keterampilan proses ilmiah

    Strategi penyelidikan secara kreatif

    Semangat daya cipta dan kreativitas

    Kebebasan dan otonomi bekerja

    Kemampuan dan semangat kerjasama

    ProsesPembel-ajaran

    = Dampak instruksional

    = Dampak pengiring

  • 8/4/2019 Modul PLPG Model Pembelajaran Bahasa

    14/79

    72Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24Universitas Negeri Makassar

    Dalam MPE, perumusan tujuan dampak pengiring seperti ini merupakan bagianpenting tujuan pembelajaran yang perlu diidentifikasi dan dirumuskan tersendiri oleh guru.Guru ditekankan untuk merumuskan perilaku-perilaku tambahan tertentu yang perludikembangkan pada diri siswa ke dalam butir-butir tujuan pembelajarannya. Penekanan

    perlunya perumusan khusus target belajar untuk dampak pengiring, didasari oleh beberapapertimbangan sebagai berikut:a. Rumusan-rumusan kompotensi dasar yang menjadi dasar perumusan tujuan

    pembelajaran pada hampir semua mata pelajaran di sekolah terlalu berorientasi kognitifdan cenderung hanya mengarah kepada pengembangan kecerdasan intelektual. Dengandemikian, pembelajaran juga akan cenderung diarahkan pada dihasilkannya dampakinstruksional yang juga hanya berorientasi pada penguasaan keterampilan dan perilakukecerdasan intelektual.

    b. Banyak perilaku dan kompetensi yang merupakan target dalam tujuan pendidikannasional, kompetensi lulusan sekolah, bahkan standar kompetensi mata pelajaran,merupakan atribut perilaku kecerdasan emosional dan kecerdasan sipiritual. Namun

    demikian, aspek-aspek kecerdasan seperti ini sangat sedikit terjabarkan dalam bentukkompetensi dasar pada hampir semua mata pelajaran. Akibatnya, orientasi pembelajarandi sekolah kurang memperhatikan atau jarang secara sadar diarahkan kepadapengembangan kedua kelompok kecerdasan ini.

    c. Proses pembelajaran di sekolah selalu melibatkan interaksi sosial, tata ruang, suasanadan iklim, aktivitas dan pengalaman-pengalaman tertentu. Semua kondisi dan situasiseperti ini akan merupakan stimulus bagi berkembanganya banyak pengalaman belajarpada diri siswa, termasuk perilaku-perilaku kecerdasan emosional dan kecerdasanspritual.

    d. Dengan menetapkan perilaku dari rumpun kecerdasan emosional dan atau kecerdasansebagai target dampak pengiring yang secara sengaja dirumuskan sejak awal, maka guru

    akan memiliki kesadaran dan komitmen untuk mengarahkan proses pembelajarannyapada dua arah, yaitu menghasilkan dampak instruksional dan menstimulasi dampakpengiring.

    e. Stimulasi dampak pengiring tidak memerlukan biaya mahal. Guru hanya dituntut untuksecara sengaja memilih, mengelola, dan menata khusus berbagai aspek yang terkaitdengan pembelajarannya (seperti penataan setting kelas, pemilihan strategi, penggunaanmedia dan sumber, dan pengelolaan pengalaman belajar) agar dapat menstimulasiberkembanganya perilaku dan kompetensi non-instruksional yang ditetapkan sebagaitarget dampak pengiring tersebut.

    Jika perilaku atau kompetensi target belajar pada dampak instruksional dirumuskandari kompentesi dasar yang telah ditetapkan dalam kurikulum, maka perilaku atau

    kompetensi target belajar pada dampak pengiring terutama identifikasi dan ditetapkanberdasarkan pada hasil asesmen lapangan. Berdasarkan hasil pengamatan sehari-hari, gurudapat mengenali jenis perilaku siswa yang memerlukan perhatian khusus untuk dikembang-kan. Ketika merumuskan tujuan pembelajaran, guru perlu memasukkan perilaku yang diha-rapkan itu sebagai sasaran pencapaian dampak pengiring dalam proses pembelajaran.Beberapa contoh perilaku yang dapat ditetapkan sebagai target dampak pengiring, antaralain:a. Kelompok Perilaku Kecerdasan Emosional, misalnya:

    1) Memiliki kesadaran diri2) Mampu mengambilan keputusan pribadi3) Mampu mengelola perasaan4) Mampu menangani keadaan yang menekan5) Terampil berkomunikasi6) Keterbukaan diri (self-disclosure)

  • 8/4/2019 Modul PLPG Model Pembelajaran Bahasa

    15/79

    73Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24Universitas Negeri Makassar

    7) Empatik dan peduli pada orang lain8) Menerima keadaan diri (self-acceptance)9) Tegas10)Mampu menyelesaian konflik

    11)Hormat terhadap sesame12)Mampu dan bersedia bekerja sama13)Bertanggung jawab14)Memahami dan menerima perbedaan15)Kreatif

    b. Kelompok Perilaku Kecerdasan Spiritual, misalnya:1) Taat beribadah2) Memahami keberartian dan tujuan hidup3) Hidup selaras dan damai4) Memiliki prinsip untuk hidup5) Mendahulukan kepentingan orang lain ketimbang dirinya sendiri

    6) Jujur7) Adil8) Berakhlak mulia9) Rela memaafkan10)Memiliki rasa malu11)Rendah hati12)Sopan santun

    Selanjutnya, untuk mewujudkan perilaku-perilaku tersebut, guru dapat memilihstrategi dan menciptakan suasana pembelajaran yang dapat mendorong dan meng-kondisikan siswa mengembangkan perilaku-perilaku tersebut. Setiap strategi yang dipilih

    menjadi strategi dasar MPE memiliki sintagmatik, sistem sosial, prinsip rekreasi, dan sistempendukung yang berpotensi untuk dapat menciptakan iklim, interaksi, dan kondisi tertentubagi terjadinya pembelajaran prilaku tertentu, seperti kerjasama, kreativitas, berfikir kritis,problem-solving, kemandirian, dsb. Aplikasi secara konsisten strategi-strategi MPE dalamproses pembelajaran memungkinkan pencapaian berbagai perilaku-perilaku non-instruksional oleh siswa.

    4. Perumusan Tujuan Pembelajaran KhususHasil akhir kegiatan analisis kompetensi dan analisis tugas sebagaimana telah

    diuraikan sebelumnya adalah menentukan garis batas antara perilaku (kompetensi) yangtidak perlu diajarkan dan perilaku yang harus diajarkan kepada siswa. Perilaku yangditetapkan sebagai perlu diajarkan ini kemudian dirumuskan dalam tujuan pembelajarankhusus (TPK) atau tujuan instruksional khusus (TIK), yang merupakan terjemahan darispecific instructional objective.

    Tujuan pembelajaran khusus (TPK) menjadi dasar bagi guru untuk menentukanurutan pembelajaran, serta pemilihan strategi, sumber, dan media. Di samping itu, TPK jugamenjadi landasan dalam penyusunan indikator dalam rangka mengembangkan butir-butirpertanyaan-pertanyan untuk penilaian hasil belajar. Oleh sebab itu, TPK harus mengandungunsusr-unsur yang dapat memberikan petunjuk kepada penyusun alat evaluasi aga dapatmengembakan butir-butir tes yang betul-betul dapat mengukur perilaku yang terdapat didalammnya.

    Penyusunan TPK yang baik perlu melibatkan unsur-unsur yang dikenal denganABCD, yang berasal dari empat kata sebagai berikut:

    A = AudienceB = Behavior

  • 8/4/2019 Modul PLPG Model Pembelajaran Bahasa

    16/79

    74Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24Universitas Negeri Makassar

    C = ConditionD = DegreeA = Audence adalah pelaku yang menjadi kelompok sasaran pembelajaran, yaitu

    siswa. Dalam TPK harus dijelaskan siapa siswa yang mengikuti pelajaran itu. Keterangan

    mengenai kelompok siswa yang akan manjadi kelompok sasaran pembelajaran diusahakansespesifik mungkin. Misalnya, siswa jenjang sekolah apa, kelas berapa, semester berapa, danbahkan klasifikasi pengelompokan siswa tertentu.

    Batasan yang spesifik ini penting artinya agar sejak awal mereka yang tidaktermasuk dalam batasan tersebut sadar bahwa bahan pembelajaran yang dirumuskan atasdasar TPK itu belum tentu sesuai bagi mereka. Mungkin bahan pembelajarannya terlalumudah, terlalu sulit. Atau tidak sesuai dengan kebutuhannya. Dalam pembelajaranberwawasan gender, penyebutan siswa perempuan dan siswa laki-laki alam TPK kadang-kadang ditekankan, terutama jika jenis perilaku yang menjadi target belajar bagi kedua jeniskelamin dibedakan levelnya, misalnya dalam pelajaran olahraga. Begitu pula, dalampembelajaran terhadap kelas yang dibagi atas beberapa kelompok yang bahan

    pembelajarannya diklasifikasi atas dasar kemampuan individu siswa, maka penyebutanklasifikasi siswa tersebut juga perlu tercantum pada TPK masing-masing.

    B = Behavior adalah perilaku spesifik khusus yang diharapkan dilakukan siswasetelah selesai mengikuti proses pembelajaran. Perilaku ini terdiri atas dua bagian penting,yaitu kata kerja dan objek. Kata kerja menunjukkan bagaimana siswa mempertunjukkansesuatu, seperti: menyebutkan, menganalisis, menyusun, dan sebagainya. Objekmenunjukkan pada apa yang akan dipertunjukkan itu, misalnya contoh kalimat pasif,kesalahan tanda baca dalam kalimat, karangan berdasarkan gambar seri, dsb. Komponenperilaku dalam TPK adalah tulung punggung TPK secara keselutuhan. Tanpa perilaku yangjelas, komponen yang lain menjadi tidak bermakna.

    Bila contoh kata kerja dan objek dalam contoh di atas disatukan dalam bentuk

    perilaku, akan tersusun sebagai berikut:1) Menyebutkan contoh kalimat pasif2) Mengenalisis kesalahan tanda baca dalam kalimat3) Menyusun karangan berdasarkan gambar seri

    C = Conditionadalah kondisi yang dijadikan syarat atau alat yang digunakan padasaat siswa diuji kinerja belajarnya. TPK yang baik di samping memuat unsur penyebutanaudens (siswa sebagai sasaran belajar) dan perilaku, hendaknya pula mengandung unsuryang memberi petunjuk kepada penyusun tes mengenai kondisi atau dalam keadaanbagaimana siswa diharapkan mempertunjukkan perilaku yang dikehendaki pada saat diuji.Berikut diberikan beberapa contoh kondisi yang dimaksud:

    1) Diberikan satu teks karangan, siswa dapat menyebutkan contoh kalimat pasif.

    2) Diberikan satu teks karangan, siswa dapat mengenalisis kesalahan tanda baca dalamkalimat.

    3) Diberikan gambar seri, siswa dapat menyusun karangan berdasarkan gambar seritersebutD = Degree adalah derajat atau tingkatan keberhasilan yang ditargetkan harus

    dicapai siswa dalam mempertunjukkan perilaku hasil belajar. Target perilaku yangdiharapkan dapat berupa: melakukan tanpa salah, dalam batas waktu tertentu, padaketinggian tertentu, atau ukuran tingkatan keberhasilan lainnya.

    Tingkat keberhasilan ditunjukkan dengan batas minimal dari penampilan suatuperilaku yang dianggap dapat diterima. Di bawah batas itu, siswa dianggap belummencapai tujuan pembelajaran khusus yang telah ditetapkan. Perhatikan contoh berikut ini.

    1) Diberikan satu teks karangan, siswa dapat menyebutkan minimal lima contohkalimat pasif.

  • 8/4/2019 Modul PLPG Model Pembelajaran Bahasa

    17/79

    75Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24Universitas Negeri Makassar

    2) Diberikan satu teks karangan, siswa dapat mengenalisis minimal 20 kesalahan tandabaca.

    3) Diberikan gambar seri, siswa dapat menyusun karangan sepanjang 150 kataberdasarkan gambar seri tersebut.

    D. RangkumanKompetensi didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan, keterampilan, sikap,

    dan nilai sebagai kinerja yang berpengaruh terhadap peran, perbuatan, prestasi, sertapekerjaan seseorang. Dengan demikian, kompetensi dapat diukur dengan standar umumserta dapat ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan. Penyusunan kompetensitidak dapat dilakukan sekali jadi. Diperlukan perbaikan dan pemantapan secara terus-menerus dan berkelanjutan.

    Pengembangan instruksional sebagai suatu proses yang sistematis untukmenghasilkan suatu sistem instruksional yang siap digunakan merupakan proses yangpanjang. Sebagai suatu siklus dan sistem instruksional keseluruhan, letak pengembangan

    instruksional berada paling awal. Proses tersebut disusul dengan implementasi dan diakhiridengan evaluasi.

    Tujuan pembelajaran (instructional objective) adalah perilaku hasil belajar yangdiharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembel-ajaran tertentu. Penyusunan tujuan pembelajaran merupakan tahapan penting dalamrangkaian pengembangan desain pembelajaran. Apa yang dirumuskan dalam tujuan pem-belajaran menjadi acuan untuk menentukan jenis materi, strategi, metode, dan media yangakan digunakan dalam proses pembelajaran. Tanpa tujuan yang jelas, pembelajaran akanmenjadi kegiatan tanpa arah, tanpa fokus, dan menjadi tidak efektif.

    Dalam merencanakan pembelajaran, ada tiga tahap dalam proses analisisinstruksional/tugas yang perlu dilakukan, yaitu: (1) mengidenifikasi keterampilan prasyarat

    ( prerequisite skills); (2) mengidentifikasi keterampilan komponen (component skills); (3)merencanakan bagaimana keterampilan komponen akan diatur dan diurut menujuketerampilan akhir.

    Pemahaman terhadap perilaku keterampilan awal siswa terkait dengan suatu tugasbelajar akan menjadi basis bagi guru dalam merancang pembelajaran yang lebih sesuaidengan kemampuan kelompok sasaran (siswa) pembelajaran tersebut. Berdasarkan hasilasesmen terhadap perilaku awal tersebut, guru dapat mengidentifikasi perilaku-perilakuspesifik yang masih perlu dikembangkan dan merumuskannya sebagai tujuan pembelajarankhusus sebagai target belajar bagi siswanya.

    Penyusunan TPK yang baik perlu melibatkan unsur-unsur yang dikenal denganABCD, yang berasal dari empat kata sebagai berikut: A = Audience, B = Behavior, C =

    Condition, D = Degree.

    E. Penilaian

    1. Buatlah tujuan instruksional umum untuk bidang studi Bahasa yang Anda ajarkan diSekolah Menengah!

    2. Dengan menggunakan TIU yang telah Anda rumuskan, lakukanlah analisis instruksionaldengan mengikuti langkah-langkah yang telah dijelaskan!

    3. Lakukanlah identifikasi perilaku awal yang biasa Anda temukan pada siswa yangberkaitan dengan TIU yang telah Anda rumuskan!

    4. Buatlah TIK dari TIU yang telah Anda rumuskan!

  • 8/4/2019 Modul PLPG Model Pembelajaran Bahasa

    18/79

    76Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24Universitas Negeri Makassar

    PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN BAHASA BERDASARKANKURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH MENENGAH

    A.

    PendahuluanSekolah merupakan tempat belajar bagi siswa. Sebagian tugas guru di kelas adalahmembelajarkan siswa dengan menyediakan kondisi belajar yang optimal. Pembelajaran yangefektif membutuhkan kondisi kelas yang kondusif. Kelas yang kondusif adalah lingkunganbelajar yang mendorong terjadinya proses belajar yang intensif dan efektif. Strategi belajarapapun yang ditempuh guru akan menjadi tidak efektif jika tidak didukung dengan iklimdan kondisi kelas yang kondusif. Oleh karena itu, guru perlu menata dan mengelolalingkungan belajar di kelas sedemikian rupa sehingga menyenangkan, aman, danmenstimulasi setiap anak untuk terlibat dalam proses pembelajaran.

    Pengelolaan kelas merupakan kompetensi yang sangat penting dikuasai guru dalaamkerangka keberhasilan proses belajar mengajar. Dalam sebuah kelas, guru berhadapan

    dengan sejumlah siswa yang memiliki karakter dan latar belakang pengalaman yangberbeda-beda. Untuk dapat melayani dan memenuhi kebutuhan siswa menurut karakteryang mereka miliki, diperlukan kemampuan mengelola kelas.

    1. Tujuan Instruksional UmumSecara umum, setelah mempelajari uraian materi tentang pengelolaan kelas dalam

    pembelajaran Bahasa berdasarkan KTSP di Sekolah Menengah, peserta diklat diharapkandapat memahami sistem pengelolaan kelas dalam pembelajaran Bahasa berdasarkan KTSPdi Sekolah Menengah yang dapat mengoptimalkan proses dan hasil belajar.

    2. Tujuan Instruksional Khusus

    Setelah mempelajari uraian materi tentang pengelolaan kelas dalam pembelajaranBahasa berdasarkan KTSP di Sekolah Menengah, peserta diklat diharapkan mampu:a. menjelaskan pengertian pengelolaan kelas;b. menguraikan prinsip-prinsip dalam pengelolaan kelas;c. menerapkan proses penciptaan atmosfer belajar;d. menjelaskan model-model pengaturan meja-kursi dalam kelas;e. menjelaskan cara penataan lingkungan kelas yang kondusif;f. mendesaian pengelolaan aktivitas belajar siswa;g. mendesaian pengelolaan waktu belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah

    dirumuskan.

    B. Pengertian Pengelolaan KelasPengertian pengelolaan kelas secara tradisional adalah tindakan yang dilakukan olehguru untuk menegakkan ketertiban kelas, sedangkan pengertian pengelolaan kelas secaraprogresif adalah semua upaya dan tindakan guru dalam memanfaatkan sumber daya kelassecara selektif, efektif, dan efisien dalam penyelesaian problema kelas agar prosespembelajaran dapat berangsung secara efektif.

    Pengertian pengelolaan kelas menurut para ahli dapat diuraikan berikut ini. MenurutMade Fidarte dengan mengutip pendapat Lois V. Johelson dan Mary A. Bani bahwapengelolaan kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadapproblema dan situasi kelas. Dalam hal ini guru bertugas menciptakan, mempertahankan,dan memelihara sistem/organisasi kelas.

    Menurut Sudirman, dkk., pengelolaan kelas adalah upaya mendayagunakan potensikelas. Hadari menjelaskan bahwa pengelolaan kelas sebagai kemampuan guru atau walikelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-

  • 8/4/2019 Modul PLPG Model Pembelajaran Bahasa

    19/79

    77Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24Universitas Negeri Makassar

    luasnya pada setiap person dalam kegiatan yang kreatif dan terarah sehingga waktu dandana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien serta untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan siswa.Jadi, dari uraian di atas dapat dipahami bahwa pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang

    dengan segaja dilakukan guna mencapai tujuan pengajaran atau pengaturan kelas untukkepentingan pengajaran. Pengelolaan kelas meliputi dua hal, yaitu pengelolaan yangmenyangkut siswa dan pengelolaan fisik (ruangan, perabot, alat pelajaran).

    C. Prinsip-prinsip dalam Pengelolaan KelasDalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam proses belajar mengajar,

    prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang dapat dipergunakan adalah:1. Kehangatan dan keantusiasan

    Kehangatan dan keantusiasan guru dapat mempermudah terciptanya iklim kelas yangmenyenangkan yang merupakan salah satu syarat bagi kegiatan belajar mengajar yangoptimal.

    2. TatanganPenggunaan kata-kata, tindakan, atau bahan yang menantang akan meningkatkan gairahsiswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yangmenyimpang.

    3. BervariasiPenggunaan alat atau media, gaya mengajar, dan interaksi belajar mengajar yangbervariasi merupakan kunci tercapainya pengelolaan kelas yang efektif yang sekaligusdapat menghindari kejenuhan.

    4. KeluesanKeluesan tingkah laku guru dalam mengubah strategi mengajarnya dapat mencegahkemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim belajar mengajar

    yang efektif.5. Penekananan pada hal-hal yang positif

    Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan hal-hal yangpositif dan menghindari pemusatan perhatian siswa pada hal-hal yang negatif.Penekanan pada hal-hal yang positif, yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadaptingkah laku anak didik yang positif dengan pemberian penguatan yang positif dankesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya prosesbelajar mengajar.

    6. Penanaman disiplin diriPengembangan disiplin diri sendiri oleh siswa merupakan tujuan akhir dari pengelolaankelas. Untuk itu, guru harus selalu mendorong siswa untuk melaksanakan disiplin diri

    sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi contoh atau teladan tentang pengendaliandiri dan pelaksanaan tanggung jawab.

    D. Penciptaan Atmosfir BelajarAtmosfir atau iklim yang tercipta dalam interaksi belajar mengajar di kelas

    memegang peranan penting dalam menstimulasi dan mempertahankan keterlibatan siswadalam belajar. Karena itu, guru perlu menciptakan iklim komunikasi dan interaksi dalamkelas yang kondusif bagi proses pembelajaran.

    Berikut dikemukakan beberapa kondisi dan iklim kelas yang dapat mendorongproses pembelajaran yang efektif.

  • 8/4/2019 Modul PLPG Model Pembelajaran Bahasa

    20/79

    78Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24Universitas Negeri Makassar

    a. MenyenangkanMenyenangkan terkait dengan aspek afektif (perasaan). Guru harus berani mengubahiklim dari suka ke bisa. Guru harus memilki jiwa pendidik; bersikap ramah, sukatersenyum, berkomunikasi dengan santun dan patut, adil terhadap semua siswa, dan

    senanatiasa sabar menghadapi berbagai ulah dan perilaku siswanya.b. Mengasyikkan

    Mengasyikkan terkait dengan perilaku (learning to do). Guru hendaknya dapat me-ngundang dan mencelupkan siswa pada suatu kondisi pembelajaran yang disukai danmenantang siswa untuk berkreasi secara aktif. Untuk itu, guru harus menciptakankegiatan belajar yang kreatif melalui tema-tema yang menarik yang dekat dengankehidupan siswa. Rancangan pembelajaran terpadu dengan materi pembelajaran yangkontekstual harus dikembangkan secara terus menerus dengan baik oleh guru.

    c. MencerdaskanMencerdaskan bukan hanya terkait dengan aspek kognitif, melainkan juga dengankecerdasan majemuk (multiple intelegency). Pemberdayaan otak kiri dan otak kanan harus

    dicermati dalam proses pembelajaran. Pilihlah tema yang dapat mengajak anak bukanhanya sekedar berpikir, melainkan juga dapat merasa dan bertindak untukmenyelesaikan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Tidak kalah pentingnyaadalah bagaimana guru dapat mengalirkan pendidikan normatif ke dalam mata pel-ajaran sehingga menjadi adaptif dalam keseharian anak. Inilah yang merupakan tujuanutama dari fundamen pendidikan kecakapan hidup (life skill).

    d. MenguatkanMenguatkan terkait dengan proses 3 M sebelumnya. Jika anak senang dan asyik, tentusaja bukan hanya kecerdasan yang diperoleh, melainkan juga mekarnya kepribadiananakyang menguatkan mereka sebagai pembelajar. Anak-anak yang memiliki pribadiyang kuatlah yang diharapkan bangsa kita untuk mengatasi dan keluar dari berbagai

    kemelut multidimensi dan dapat menyongsong era globalisasi.e. Hidup dan Memberi Kebebasan

    Pengaturan lingkungan belajar sangat diperlukan agar anak mampu melakukan kontrolterhadap pemenuhan kebutuhan emosionalnya. Lingkungan belajar yang memberikebebasan kepada anak untuk melakukan pilihan-pilihan akan mendorong anak untukterlibat secara fisik, emosional, dan mental dalam proses belajar, dan karena itu, akandapat memunculkan kegiatan-kegiatan yang kreatif-produktif. ltulah sebabnya,mengapa setiap anak perlu diberi kebebasan untuk melakukan pilihan-pilihan sesuaidengan apa yang mampu dan mau dilakukannya.

    Prakarsa anak untuk belajar (the will to learn) akan mati bila kepadanya dihadapkanpada berbagai macam aturan yang tak ada kaitannya dengan belajar, sebagaimana

    ditemukan dalam paradigma behavioristik. Banyaknya aturan yang seringkali dibuat olehguru dan harus ditaati oleh anak akan menyebabkan anak-anak selalu diliputi rasa takut dansekaligus diselimuti rasa bersalah. Lebih jauh lagi, anak-anak akan kehilangan kebebasanberbuat dan melakukan kontrol diri (Kontrol diri, dalam hal ini, bisa menjadi modal awalpenumbuhan penghargaan pada keragaman).

    E. Pengaturan Meja-KursiSusunan meja-kursi hendaknya memungkinkan siswa-siswa dapat saling

    berinteraksi dan memberi keluasaan untuk terjadinya mobilitas pergerakan untukmelakukan aktivitas belajar. Meja-kursi juga hendaknya dapat digerakkan, dipindahkan,dan disusun secara fleksibel. Beri keleluasaan siswa mengatur sendiri atau memilih meja-

    kursinya masing-masing, walaupun mungkin akan tampak acak-acakan dan tidakberaturan. Prinsip pokok yang perlu diperhatikan dalam pengaturan meja-kursi adalahtatanan mana yang dapat menstimulasi dan mempertahakan tingkat keterlibatan belajar

  • 8/4/2019 Modul PLPG Model Pembelajaran Bahasa

    21/79

    79Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24Universitas Negeri Makassar

    yang tinggi.Berikut dikemukakan beberapa bentuk penataan meja-kursi yang dapat dipilih oleh

    guru guna meningkatkan keterlibatan dan interaksi antar siswa dalam proses pembelajaran.1. Model huruf U

    odel susunan meja-kursi model U dapat dipilih untuk berbagai tujuan. Dalammodel ini, para siswa memiliki alas untuk menulis dan membaca, dapatmelihat guru atau media visual dengan mudah, dan memungkinkan mereka

    bisa saling berhadapan langsung. Susunan model ini juga memudahkan untuk membagibahan pelajaran kepada siswa secara cepat, di mana guru dapat masuk ke dalam huruf Udan berjalan ke berbagai arah.Dalam menyusun meja-kursi model U, sediakan ruangan yang cukup antara satu tempatduduk dengan yang lainnya sehingga kelompok kecil siswa yang terdiri atas tiga orang ataulebih dapat keluar-masuk dari tempatnya dengan mudah.2. Model Corak Tim

    Pada model ini, meja-meja dikelompokkan setengah lingkaran atau oblong di

    ruang tengah kelas agar memungkinkan guru melakukan interaksi dengansetiap tim (kelompok siswa). Guru dapat meletakkan kursi-kursi mengelilingi

    meja-meja guna menciptakan suasana yang akrab. Siswa juga dapat memutar kursimelingkar menghadap ke depan ruang kelas untuk melihat guru atau papan tulis.3. Model Meja Konferensi

    Model ini cocok jika meja relatif persegi panjang. Susunan ini mengurangidominasi pengajar dan meningkatkan keterlibatan siswa. Susunan meja kursipada model ini dapat dilihat pada foto sebagai berikut ini.

    4. Model LingkaranDalam model ini, tempat duduk siswa disusun dalam bentuk lingkaransehingga mereka dapat berinteraksi berhadap-hadapan secara langsung. Model

    lingkaran seperti ini cocok untuk diskusi kelompok penuh. Sediakan ruanganyang cukup, sehingga guru dapat menyuruh siswa menyusun kursi-kursi

    mereka secara cepat dalam berbagai susunan kelompok kecil. Jika mereka ingin menulis,mereka dapat menghadap ke meja masing-masing, namun jika mereka berdiskusi, merekadapat memutar kursi untuk berhadap-hadapan satu sama lain.5. Model Fishbowl

    Susunan ini memungkinkan guru melakukan kegiatan diskusi untukmenyusun permainan peran, berdebat, atau mengobservasi aktivitas kelompok.Susunan yang paling khusus terdiri atas dua konsentrasi lingkaran kursi. Guru

    juga dapat meletakkan meja pertemuan di tengah-tengah, dikelilingi oleh kursi-kursi padasisi luar.

    6. Model Breakout groupingsJika kelas cukup besar atau jika ruangan memungkinkan, letakkan meja-mejadan kursi di mana kelompok-kelompok kecil siswa dapat melakukan aktivitasbelajar yang didasarkan pada tugas tim. Tempatkan susunan pecahan-pecahan kelompok saling berjauhan sehingga tim-tim itu tidak saling

    mengganggu. Tetapi hindarkan penempatan ruangan kelompok-kelompok kecil terlalu jauhdari ruang kelas utama sehingga hubungan di antara mereka dapat tetap terjaga.7. Model Workstation

    Susunan ini tepat untuk lingkungan tipe laboratorium, di mana setiap siswaduduk secara berpasangan pada meja tertentu untuk mengerjakan suatu tugas(seperti mengoperasikan komputer, mesin, melakukan kerja laboral, dsb)

    sesaat setelah dimenostrasikan. Meja diatur sedemikian rupa, sehingga siswa

  • 8/4/2019 Modul PLPG Model Pembelajaran Bahasa

    22/79

    80Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24Universitas Negeri Makassar

    dapat bekerja secara berpasangan sebagai partner belajar. Susunan seperti ini tepatdigunakan bila pokok bahasan melibatkan tugas mandiri (seat work) sekaligus tugaskelompok kecil.

    F. Penataan Ruang Kelas sebagai Sentra BelajarSentra belajar merupakan area khusus di ruang kelas untuk menata materi,perlengkapan, peralatan, dan karya siswa yang terkait dengan pokok bahasan, keterampilanatau kegiatan tertentu. Sentra belajar bisa berlokasi di atas meja, rak buku, sudut ruang, ataubahkan di kolong meja. Sentra belajar bisa bersifat permanen atau hanya terkait dengankegiatan atau bidang pembelajaran tertentu, misalnya sentra penerbitan, sentra pembel-ajaran matematika, dsb. Sentra belajar juga bisa bersifat fleksibel dan sementara (ditatauntuk keperluan, tema, atau unit tertentu yang dipelajari).

    Dalam menata kelas menjadi sentra belajar, siswa perlu dilibatkan, baik dalamperencanaan, desain, pembuatan, ataupun pengadaan sumber-sumber tertentu yangdiperlukan. Pelibatan siswa dalam merancang ruang kelas dapat membangun rasa

    kebanggaan dan kebersamaan di kalangan siswa. Di samping itu, pelibatan siswa tersebut juga membantu membangun keterampilan perawatan rumah yang dipelukan untukmempertahankan suasana kelas yang aktif dan berorientasi pada siswa. Untuk masudtersebut, guru dapat mendorong siswa untuk memiliki dan mengemukakan beberapapilihan dalam menyusun aturan dasar bagi kegiatan berbasis-sentra mereka.Guna mengoptimalkan lingkungan kelas sebagai sentra belajar, maka hasil-hasil pekerjaansiswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas. Yang dipajangkan dapat berupahasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta,diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuhdengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu gurudalam proses pembelajaran karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu

    masalah. Di samping itu itu, karya-karya terpilih siswa yang dipajang dapat berfungsisebagai reward dan praise yang dapat memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik danmenimbulkan inspirasi bagi siswa lain.

    Kehadiran suara musik lembut di kelas juga diyakini dapat memperkuat daya tahandan konsentrasi belajar siswa. Suara musik yang lembut, semacam orkestra karya Bethovenatau musik klasik lainnya, memiliki nada-nada yang seirama dengan panjang gelombangotak manusia, sehingga dapat menjaga daya tahan otak untuk aktif dan bekerja, seperti saatbelajar. Di samping itu, belajar sambil mendengar musik dapat menciptakan suasanamenyenangkan dan rasa betah tinggal di kelas. Oleh karena itu, jika dana memungkinkan, disetiap kelas dapat disediakan radio tape untuk memutar dan memperdengarkan musik-musik lembut, khususnya saat siswa mengerjakan tugas-tugas yang menuntut konsentrasi

    dan dan daya pikir yang tinggi. Akan lebih baik, jika di kelas telah dipersiapkan dengansound-system yang baik.

    Penataan ruang kelas perlu pula diarahkan untuk menanamkan, menumbuhkan, danmemperkuat rasa keberagamaan dan perilaku-perilaku spritual siswa. Guru bersama siswadapat memilih gambar-gambar atau pesan-pesan tertulis yang memuat pesan spritual untukdipajang di dalam kelas. Dengan demikian, setiap hari siswa berinteraksi denganlingkungan fisik kelas yang spritualistik. Guna menghindari kejenuhan terhadap gambardan pesan verbal yang sama, guru perlu secara priodik mengganti gambar-gambar ataupesan-pesan tersebut. Siswa dapat dan perlu dilibatkan dalam pengadaan dan penataanpajangan-pajangan yang dibutuhkan dalam kelas. Siswa, misalnya, dapat diminta membuatgambar, motto, puisi, atau petikan ayat, hadis, dan pesan tokoh tertentu, untuk dipilih dandipajang dalam kelas.

    Penggunaan sistem moving-class (kelas berpindah) merupakan alternatif yang dapatditempuh untuk mengefektifkan penataan ruangan kelas sebagai sentra belajar. Dalam

  • 8/4/2019 Modul PLPG Model Pembelajaran Bahasa

    23/79

    81Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24Universitas Negeri Makassar

    sistem moving-class ini, ruang-ruang kelas tertentu dapat ditata khusus untuk mendukungpembelajaran mata pelajaran tertentu. Ada kelas sains, kelas bahasa, kelas matematika, kelaskesenian, dan sebagainya. Kelas-kelas ini ditata menjadi semacam home-room atau sentrabelajarkhusus. Meja, kursi, peralatan, media, pajangan, dan berbagai aspek yang ada di kelas

    diatur sedemikian rupa sesuai kebutuhan dan karaketeristik pembelajaran mata pelajarantertentu.

    Penggunaan sistem moving-class seperti ini memiliki beberapa keuntungan, sebagaiberikut:1. Atmosfir dan tatanan kelas dapat memperlancar aktivitas dan proses pembelajaran.

    Semua elemen dalam kelas menjadi semacam reinforcer(penguat) dan stimulator untukmembangkitkan gairah dan aktivitas belajar terhadap mata pelajaran tertentu.

    2. Memungkinkan penggunaan sarana, fasilitas, serta berbagai media dan peralatan belajarsecara lebih efisien. Media dan peralatan pembelajaran Sains, misalnya, tidak perlu adadi semua kelas, semua kebutuhan pembelajaran mata pelajaran tersebut cukupditempatkan dan ditata khusus pada kelas tertentu. Demikian pula kebutuhan media

    dan alat bantu belajar pada mata-mata pelajaran lainnya ditata khusus pada kelas-kelastersendiri.

    3. Setiap hari, siswa dapat menikmati dan mengalami proses belajar pada tempat danlingkungan belajar yang bervariasi. Mobilitas gerak seperi Ini dapat menghindarkansiswa dari kejenuhan akibat tata ruang kelas yang monoton.

    4. Pergerakan-pergerakan yang dialami siswa saat perpindahan kelas memungkinkanterjadinya interkasi yang lebih aktif dan hidup di kalangan siswa. Ini dapat menstimulasidan mengembangkan sikap-sikap empati, kerjasama, kepedulian, dan berbagai sikapprososial siswa lainnya.

    G. Pengelolaan Aktivitas Belajar SiswaBiasanya, pengelolaan aktivitas belajar siswa dilakukan dalam beragam bentuk

    seperti individual, berpasangan, kelompok kecil, atau klasikal. Beberapa pertimbangan perIudiperhitungkan sewaktu melakukan pengelolaan siswa. Antara lain jenis kegiatan, tujuankegiatan, keterlibatan siswa, waktu belajar, dan ketersediaan sarana/prasarana. Hal yangsangat penting perIu diperhitungkan adalah keberagaman karakteristik siswa. Guru harusmemahami bahwa setiap siswa memiliki karakter yang berbeda-beda. Untuk itu, perludirancang kegiatan belajar mengajar dengan suasana yang memungkinkan setiap siswamemperoleh peluang sama untuk menunjukkan dan mengembangkan potensinya. Berikutini beberapa contoh perbedaan karakteristik masing-masing siswa (lihat Tabel 1).

    Tabel 1 Faktor Keberagaman Karekteristik Siswa dan Implikasi bagi Pengelolaan Siswa

    FaktorKeberagaman

    Pengelolaan Siswa

    Isi (by content) Memberikan peluang kepada siswa untuk mempelajari materiyang berbeda dalam sasaran kompetensi yang sama ataupunberbeda.

    Minat dan motivasisiswa (by interest)

    Memberikan peluang kepada siswa untuk berkreasi sesuai denganminat dan motivasi belajar terlepas dari kompetensi yang samaatau berbeda. Hal ini diharapkan mampu memacu motivasi siswauntuk belajar lebih lanjut secara mandiri.

    Kecepatan tahapan

    belajar (by piece)

    Memberikan peluang kepada siswa untuk belajar (bekerja) sesuai

    dengan kecepatan belajar yang dimilikinya. Keberagaman bisapada kompetensi dan/atau isi materi pelajaran, serta kegiatanyang dilakukan siswa.

  • 8/4/2019 Modul PLPG Model Pembelajaran Bahasa

    24/79

    82Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24Universitas Negeri Makassar

    Tingkat kemampuan(by level)

    Memberikan peluang kepada setiap siswa untuk mencapaikompetensi secara maksimal sesuai dengan tingkat kemampuanyang dimiliki. Keberagaman bisa pada kompetensi dan/ atau isimateri pelajaran serta kegiatan yang dilakukan siswa.

    Reaksi yangdiberikan siswa (byrespond)

    Memberikan kesempatan atau peluang kepada siswa untukmenunjukkan respon melalui presentasi/penyajian hasil karyanyasecara lisan, tenulis, benda kreasi, dan sebagainya.

    Siklus cara berpikir(by circular sequence)

    Memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk menguasaimateri melalui cara-cara berdasarkan perspektif yang merekapilih. Struktur pengetahuan (by structure) memberikankesempatan kepada siswa untuk memilih (menyeleksi) materiberdasarkan cara yang dikuasai, misalnya: dari yang mudah kesulit, dari yang diketahui ke yang tidak diketahui, dari dekat kejauh.

    Waktu (by time) Memberikan perhatian kepada setiap individu siswa yang

    kemungkinannya memiliki perbedaan durasi untuk mencapaiketuntasan dalam belajar.

    Pendekatanpembelajaran (byteaching style)

    Memberikan perlakuan yang berbeda kepada setiap individusesuai dengan keadaan siswa.

    H. Pengelolaan WaktuPembelajaran berlangsung selama priode waktu tertentu. Waktu merupakan sumber

    terbatas yang perlu dialokasi dan dimanfaatkan secara efesien dan efektif. Alokasi waktupelaksanaan pembelajaran setiap mata pelajaran telah dialokasikan dalam satuan jamtertentu. Alokasi jam pembelajaran tersebut harus dapat digunakan secara optimal untuk

    menghasilkan perubahan belajar pada diri siswa.Guna mengoptimalkan pemanfaatan waktu yang tersedia untuk kebutuhan

    pembelajaran, guru perlu memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini.1. Hindari waktu terbuang akibat keterlambatan penyiapan sumber atau media, penundaan

    memulai awal pembelajaran, atau terlalu banyak menggunakan waktu untukmenyelesaikan tugas administratif. Guru perlu menemukan cara-cara kerja yang efisiendalam menyelesaikan tugas-tugas administratif yang memang perlu dilakukan untukmenunjung program pembelajarannya. Penggunaan komputer merupakan salah satucara yang dapat ditempuh.

    2. Mulai pembelajaran pada waktunya. Hindari menghabiskan terlalu banyak waktumenghadapi siswa terlambat atau problem siswa lain. Guru terkadang terlalu banyakmenghabiskan waktu mengurusi siswa-siswa terlambat atau menampilkan perilakusalah-suai lainnya. Siswa-siswa semacam itu sebaiknya ditangani setelah waktupembelajaran, atau dilimpahkan ke konselor sekolah.

    3. Hindari menghentikan PBM sebelum waktunya. Jika skenario pembelajaran disiapkandengan baik, guru dapat mememperkirakan macam dan kuantitas kegiatan pembelajaranyang sesuai dengan alokasi waktu yang ditetapkan. Dengan demikian, sumber-sumberwaktu yang disediakan untuk setiap jam pembelajaran dapat digunakan secara efektifdan efisien.

    4. Hindari terjadinya hal-hal yang dapat mengganggu selama proses pembelajaran.Kondisikan agar prosedur dan kegiatan rutin siswa di kelas dapat dilakukan dengan

    lancar dan cepat. Gunakan petunjuk tertulis, denah, atau gambar untuk membantu siswamemahami apa yang harus dilakukan, bagaimana dan di mana suatu tugas harusdilakukan. Tata peralatan dan bahan yang diperlukan sedemikian rupa di lokasi yangmudah dijangkau dan digunakan oleh semua siswa saat dibutuhkan. Penataan ruang

  • 8/4/2019 Modul PLPG Model Pembelajaran Bahasa

    25/79

    83Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24Universitas Negeri Makassar

    kelas yang baik, sebagaimana diuraikan sebelumnya, dapat membantu memperlancaraktivitas pembelajaran di kelas.

    5. Tingkatkan time on-task setiap siswa untuk mengikuti setiap sesi pembelajartan. Time on-task siswa, yaitu curah waktu dimana siswa secara aktif terlibat secara mental pada

    proses belajar. Ini dapat dilakukan dengan mengaitkan pelajaran dengan hal-hal yangmenarik, bersifat melibatkan, dan sesuai dengan minat siswa.

    6. Pertahankan momentum belajar. Momentum belajar adalah momen, kesempatan, atau saatkhusus tertentu di mana kelas sedang berada pada kondisi sangat kondusif dan terlibataktif dalam proses pembelajaran. Setiap siswa bergiat untuk saling belajar.Mempertahan momentum belajar selama proses pembelajaran merupakan salah satukunci untuk menjaga tingkat keterlibatan belajar yang tinggi. Dalam kelas yang menjagamomentum dengan baik, siswa selalu memiliki sesuatu untuk dilakukan dan begitupekerjaan dimulai tidak ada lagi gangguan yang merusak konsentrasi belajar.

    I. RangkumanPengelolaan kelas adalah semua upaya dan tindakan guru dalam memanfaatkan

    sumber daya kelas secara selektif, efektif, dan efisien dalam penyelesaian problema kelasagar proses pembelajaran dapat berangsung secara efektif.

    Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam proses belajar mengajar, adaenam prinsip pengelolaan kelas yang dapat dipergunakan, yaitu (1) kehangatan dankeantusiasan, (2) tatangan , (3) bervariasi, (4) keluesan, (5) penekananan pada hal-hal yangpositif, dan (6) penanaman disiplin diri.

    Kondisi dan iklim kelas yang dapat mendorong proses pembelajaran yang efektif,yaitu: (1) menyenangkan , (2) mngasyikkan, (3) mencerdaskan, (4) menguatkan, (5) hidup danmemberi kebebasan.

    Beberapa bentuk penataan meja-kursi yang dapat dipilih oleh guru guna

    meningkatkan keterlibatan dan interaksi antar siswa dalam proses pembelajaran, yaitu: (1)model huruf U, (2) model corak tim, (3) model meja konferensi, (4) model lingkaran, (5)modelfishbowl, (6) model breakout groupings, (67) model Workstation.

    Penataan ruang kelas perlu pula diarahkan untuk menanamkan, menumbuhkan, danmemperkuat rasa keberagamaan dan perilaku-perilaku spritual siswa.

    Biasanya, pengelolaan aktivitas belajar siswa dilakukan dalam beragam bentukseperti individual, berpasangan, kelompok kecil, atau klasikal. Beberapa pertimbangan perIudiperhitungkan sewaktu melakukan pengelolaan siswa. Antara lain jenis kegiatan, tujuankegiatan, keterlibatan siswa, waktu belajar, dan ketersediaan sarana/prasarana.

    Waktu merupakan sumber terbatas yang perlu dialokasi dan dimanfaatkan secaraefesien dan efektif. Alokasi waktu pelaksanaan pembelajaran setiap mata pelajaran telah

    dialokasikan dalam satuan jam tertentu. Alokasi jam pembelajaran tersebut harus dapatdigunakan secara optimal untuk menghasilkan perubahan belajar pada diri siswa.

    J. PenilaianBerdasarkan TIU dan TIK yang telah Anda rumuskan, buatlah rancangan atau desain

    pengelolaan kelas yang kondusif dalam pencapaian tujuan tersebut denganmempertimbangkan prinsip-prinsip dalam pengelolaan kelas; penciptaan atmosfer belajar;model-model pengaturan meja-kursi dalam kelas; pengelolaan aktivitas belajar siswa; danpengelolaan waktu belajar!

  • 8/4/2019 Modul PLPG Model Pembelajaran Bahasa

    26/79

    84Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24Universitas Negeri Makassar

    Workshop Model PembelajaranBahasa P3G - Bahasa Lembar Kerja Guru

    Pengelolaan Kelas

    Nama : ______________________________________________Mata Pelajaran : ______________________________________________Kabupaten/Kota : ______________________________________________

    SMP SMP SMA SMK

    PETUNJUK

    Lengkapi rancangan pengelolaan kelas berikut ini sesuai dengan pilihan pokokbahasan di atas agar terbentuk kondisi dan lingkungan kelas yang kondusif.

    a. Penciptaan Atmosfir BelajarKegiatan untuk menciptakan iklim kelas berikut ini yang menyenangkan,mengasyikkan, mencerdaskan, menguatkan, hidup dan memberi kebebasan:

    b. Pengaturan Meja-kursiModel-model yang akan digunakan:

    c. Penataan Ruang Kelas sebagai Sentra BelajarSentra belajar:

    Kelengkapan/Peralatan:

  • 8/4/2019 Modul PLPG Model Pembelajaran Bahasa

    27/79

    85Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24Universitas Negeri Makassar

    d. Penggunaan Musik

    e. Penerapan Sistem Moving-Class (Kelas Berpindah)Sentra belajar khusus:

    f. Pengelolaan Aktivitas Belajar SiswaVariari kegiatan pembelajaran:

    g. Pengelolaan WaktuTentukan waktu yang dibutuhkan dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan:

  • 8/4/2019 Modul PLPG Model Pembelajaran Bahasa

    28/79

    86Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24Universitas Negeri Makassar

    STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA BERDASARKAN KURIKULUMTINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH MENENGAH

    A.

    PendahuluanGuru merupakan sosok yang bergelut di dunia seni, seni yang digelutinya adalahseni mengajar. Mengajar dikatakan sebagai seni sebab mengajar merupakan proses aktivitaspembelajaran yang melibatkan semua unsur inderawi, pikiran, perasaan, nilai dan sikapyang secara terintegrasi membangun dan mendorong perubahan siswa. Untuk mencapaiproses itu, guru membutuhkan gaya tersendiri dalam mengelola pembelajaran agar menarik,menyenangkan, dan memberikan manfaat bagi siswa. Hal itu berarti bahwa aspek strategipembelajaran diolah di dalam kelas dengan pengalaman guru yang telah dipetik selama ini,yang pada akhirnya memunculkan kesan tersendiri bagi guru. Di situlah letak seni mengajaritu.

    Untuk menjadi guru yang baik, guru membutuhkan perjalanan yang panjang,

    kompleks, dan keasyikan tersendiri. Perhatian terhadap pembelajaran sangat dibutuhkanbagi keberhasilan guru. Perhatian itu terfokus ke dalam penggunaan strategi pembelajarandengan tepat. Apalagi, perkembangan strategi pembelajaran saat ini sangat cepat. Tentunyabanyak hal baru yang perlu dipahami berkenaan dengan perkembangan strategipembelajaran itu. Lebih-lebih saat ini, Kurikulum 2006 (KTSP) yang berbasis kompetensi itumengisyaratkan perubahan ke arah kompetensi dasar Bahasa. Dengan KTSP itu, gurudituntut dapat lebih fleksibel dalam menjabarkan materi pokok pembelajaran

    1. Tujuan Instruksional UmumSecara umum, setelah mempelajari uraian materi tentang strategi pembelajaran

    Bahasa berdasarkan KTSP di Sekolah Menengah, peserta diklat diharapkan dapat

    memahami berbagai macam strategi pembelajaran Bahasa berdasarkan KTSP yang dapatditerapkan di Sekolah Menengah.

    2. Tujuan Instruksional KhususSetelah mempelajari uraian materi tentang strategi pembelajaran Bahasa berdasarkan

    KTSP di Sekolah Menengah, peserta diklat diharapkan mampu:a. menjelaskan pengertian strategi pembelajaran;b. menguraikan prinsip umum pemilihan dan penggunaan strategi pembelajaran;c. menjelaskan 11 jenis strategi pembelajaran Bahasa di Sekolah Menengah.

    B. Pengertian Strategi Pembelajaran

    Dalam dunia pendidikan, strategi pembelajaran diartikan sebagai perencanaan yangberisi rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu (Dick& Carey, 1985; Kemp, 1995; Sanjaya, 2006). Dari pengertian ini nampak bahwa strategipembelajaran merupakan kegiatan terencana dengan mempertimbangkan danmemanfaatkan berbagai sumber daya (termasuk kondisi siswa, waktu, media dan sumberbelajar lainnya) untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.Selain itu, strategi pembelajaran yang dipilih dan dipergunakan dengan baik oleh gurudapat mendorong siswa untuk aktif mengikuti kegiatan belajar di dalam kelas, sebagaimanatelah dinyatakan oleh Oxford (1990:1) bahwa pemilihan dan penggunaan strategipembelajaran secara baik dapat berdampak pada meningkatnya keterampilan mengajarguru dan rasa percaya dirinya.

    Strategi pembelajaran berbeda dengan pendekatan (approach) dalam pembelajaran.Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kitaterhadap proses pembelajaran. Strategi pembelajaran yang digunakan dapat bersumber dari

  • 8/4/2019 Modul PLPG Model Pembelajaran Bahasa

    29/79

    87Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24Universitas Negeri Makassar

    pendekatan tertentu. Roy Killen (1998) mengemukakan dua pendekatan pembelajaran, yaitupendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centered approach) dan pendekatan yangberpusat pada siswa (student-centered approach). Pendekatan yang berpusat pada gurumisalnya menurunkan strategi pembelajaran ekspositori atau pembelajaran langsung (direct

    instruction). Sedangkan, pendekatan yang berpusat pada siswa antara lain menurunkanstrategi discovery dan inquiry.

    Joyce and Weil (1996) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran dapatdikategorikan dalam empat kelompok seperti ditunjukkan pada tabel 1.

    Tabel 1 Empat kategori strategi pembelajaran dari Joyce & Weil (1996)

    Kategori FokusContoh StrategiPembelajaran

    Sistem behavioristik Kecakapan dan perilakupeserta didik

    Pembelajaran langsung(direct instruction)

    Pembelajaran tuntas(mastery learning)

    Pemrosesan informasi Pengembangan konsep danprinsip di dalam psikologikognitif

    Pencapaian konsep(concept attainment)

    Pelatihan inkuiri (inquirytraining)

    Pengembangankemampuan berpikir

    Pengembangan diri Hasil belajar yangdiharapkan dari pendidikyang beraliran humanistik,seperti;

    Konsep-diri dan rasapercaya diri yang tinggi

    Kemandirian

    Kreativitas dan rasaingin tahu

    Pengembangan sikapdan emosi

    Facilitative teaching

    Increasing personalawarenes

    Synectics

    Interaksi Sosial Pengembangan konsep dan

    kecakapan yang diperlukanuntuk bekerja di dalamkelompok

    Kooperatif

    Bermain peran (role-playing)

    C. Pemilihan dan Penggunaan Strategi PembelajaranPrinsip umum pemilihan dan penggunaan strategi pembelajaran adalah bahwa tidak

    semua strategi pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan dan semuakeadaan. Killen (1998) mengemukakan bahwa No teaching strategy is better than others in allcircumstances, so you have to be able to use a variety of teaching strategies, and make rationaldecisions about when each of teaching strategies is likely to most effective. Menurut Sanjaya

    (2006) ada empat prinsip utama penggunaan strategi pembelajaran, yakni; (i) berorientasi padatujuan, (ii) aktivitas, (iii) individualitas, dan (iv) integritas.

  • 8/4/2019 Modul PLPG Model Pembelajaran Bahasa

    30/79

    88Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24Universitas Negeri Makassar

    Selanjutnya, Bab IV Pasal 19 Peraturan Pemerintah Tahun 2005 menyebutkan bahwaproses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikanruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

    pengembangan fisik, serta psikologis peserta didik .Terdapat banyak strategi pembelajaran yang dapat dipilih oleh guru dalam

    merancang dan melaksanakan program pembelajaran Bahasa di Sekolah Menengah. Semuastrategi pembelajaran tersebut didesain untuk mengoptimalkan keterlibatan aktif siswadalam proses pembelajaran dan untuk membantu siswa secara kreatif merekonstruksisendiri pemahamannya terhadap topik-topik pembelajaran. Di samping itu, masing-masingstrategi mengandung elemen-elemen strategi interaksi pembelajaran yang diharapkan dapatmenunjang penguatan aspek kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual siswa yangdiharapkan dapat menjadi dampak pengiring (nurturant effects) pembelajaran di SekolahMenengah. Strategi pembelajaran tersebut dikelompokkan ke dalam empat kategori yangdikemukakan pada tabel 1.

    D. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran Bahasa di SMPStrategi pembelajaran pokok yang bersesuaian dengan mata pelajaran Bahasa di

    Sekolah Menengah ditabulasikan pada tabel 2 berikut ini.

    Tabel 2 Strategi Pembelajaran Bahasa

    Kategori Strategi pembelajaran pokok

    Sistem Behavioristik Pembelajaran Langsung

    Pemrosesan Informasi dan

    Konstruktivisme

    Inquiry & DiscoveryPencapaian Konsep

    Pembelajaran Berbasis MasalahPembelajaran Berbasis ProyekPembelajaran konstekstual (CTL)

    Pengembangan Diri/Humanistik Pengembangan Kreativitas (Synectics)

    Interaksi SosialKooperatifPartisipatoriScaffolding

    Strategi adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan.Berikut ini disajikan strategi pembelajaran Bahasa yang umum digunakan.

    1. Strategi Tata Bahasa/TerjemahanStrategi tata bahasa/terjemahan sering juga disebut dengan strategi tradisional. Halitu tidak berarti strategi tata bahasa merupakan strategi yang sangat tua. Strategi tata bahasasangat kuat berpegang pada disiplin mental dan pengembangan intelektual. Ciri-ciri strategitata bahasa adalah (a) penghafalan kaidah-kaidah dan fakta-fakta tentang tata bahasa agardapat dipahami dan diterapkan pada morfologi dan kalimat yang digunakan siswa; (b)penekanannya pada membaca, mengarang, dan terjemahan sedangkan berbicara danmenyimak diabaikan; (c) seleksi kosakata berdasarkan teks bacaan yang dipakai; dan (d)bahasa daerah digunakan sebagai pengantar dalam terjemahan, keterangan, perbandingan,dan penghafalan kaidah bahasa.

    2. Strategi MembacaDi Eropa, pada tahun 1920-an, strategi langsung mulai mengalami kejenuhan dan

    semakin banyak revisinya. Revisi yang dilakukan itu menghasilkan versi yang menyatakan

  • 8/4/2019 Modul PLPG Model Pembelajaran Bahasa

    31/79

    89Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24Universitas Negeri Makassar

    antara strategi tata bahasa dan langsung. Strategi membaca bertujuan agar siswamempunyai kemampuan memahami teks bacaan yang diperlukan dalam belajar mereka.

    Berikut langkah-langkah strategi membaca.1) Pemberian kosakata dan istilah yang dianggap sukar dari guru ke siswa. Hal itu

    diberikan dengan definisi dan contoh ke dalam kalimat.2) Penyajian bacaan di kelas. Bacaan dibaca dengan diam selama 10-15 menit. Untuk

    mempercepat waktu, bacaan dapat diberikan sehari sebelumnya.3) Diskusi isi bacaan dapat melalui tanya jawab.4) Pembicaraan tata bahasa dilakukan dengan singkat. Hal itu dilakukan jika dipandang

    perlu oleh guru.5) Pembicaraan kosakata yang relevan6) Pemberian tugas seperti mengarang (isinya relevan dengan bacaan) atau membuat

    denah, skema, diagram, ikhtisar, rangkuman, dan sebagainya yang berkaitan dengan isibacaan.

    3. Strategi AudiolingualStrategi audilingual sangat mengutamakan drill (pengulangan). Strategi itu muncul

    karena terlalu lamanya waktu yang ditempuh dalam belajar bahasa target. Padahal, untukkepentingan tertentu, perlu penguasaan bahasa dengan cepat misalnya perang, kun