modul assesmen plpg 2012 final

148
ASESMEN PEMBELAJARAN ASESMEN PEMBELAJARAN MATERI PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESIONAL MATERI PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESIONAL GURU (PLPG) GURU (PLPG) OLEH OLEH Dr. Eddy Purnomo, M.Pd. Dr. Eddy Purnomo, M.Pd. Dr. Ngadimun Hd, M.Pd. Dr. Ngadimun Hd, M.Pd. FKIP UNIVERSITAS LAMPUNG FKIP UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

Upload: muhammad-latif

Post on 09-Nov-2015

39 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

modul

TRANSCRIPT

A

90Modul 31-C AsesmenPendidikan dan Latihan Profesi Guru

ASESMEN PEMBELAJARAN

MATERI PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESIONAL GURU (PLPG)

OLEHDr. Eddy Purnomo, M.Pd.Dr. Ngadimun Hd, M.Pd.

FKIP UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG2012

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangSelamat datang di arena Pendidikan dan Latihan (Diklat) Profesi Guru. Mari kita pahami bahwa hasil belajar peserta didik sesuai tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mencakup tiga ranah, yaitu kemampuan berpikir, keterampilan melakukan pekerjaan, dan perilaku. Setiap peserta didik memiliki potensi pada ketiga ranah tersebut, namun tingkatannya satu sama lain berbeda. Ada peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir tinggi dan perilaku amat baik, namun keterampilannya rendah. Demikian sebaliknya ada peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir rendah, namun memiliki keterampilan yang tinggi dan perilaku amat baik. Ada pula yang kemampuan berpikir dan keterampilannya sedang/biasa, tapi memiliki perilaku baik. Jarang peserta didik yang kemampuan berpikir rendah, keterampilan rendah, dan perilakunya kurang baik. Peserta didik seperti itu akan mengalami kesulitan bersosialisasi dengan masyarakat, karena tidak memiliki potensi untuk hidup di masyarakat. Ini menunjukkan keadilan Allah SWT, setiap manusia memiliki potensi yang dapat dikembangkan menjadi kemampuan untuk hidup di masyarakat.Kemampuan berpikir merupakan ranah kognitif yang meliputi kemampuan menghafal, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Kemampuan psikomotor, yaitu keterampilan yang berkaitan dengan gerak, menggunakan otot seperti: lari, melompat, menari, melukis, berbicara, membongkar dan memasang peralatan, dan sebagainya. Kemampuan afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat berbentuk: tanggung jawab, kerjasama, disiplin, komitmen, percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain, dan kemampuan mengendalikan diri. Semua kemampuan ini harus menjadi bagian dari tujuan pembelajaran di sekolah, yang akan dicapai melalui kegiatan pembelajaran dan penilaian hasil belajar yang tepat.Pelaksanaan asesmen atau penilaian hasil belajar merupakan bagian integral (tak terpisahkan) dari tugas merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang harus dilakukan pendidik dalam penyelenggaraan pembelajaran. Sesuai UU No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Pasal 1 ayat 1 dikemukakan: Guru adalah pendidik profesional, tugas utamanya adalah: mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Maka diharapkan kepada para guru, marilah kita laksanakan tugas utama yang keenam dan ketujuh, yaitu tugas menilai, dan mengevaluasi peserta didik agar berpedoman kepada peraturannya, yaitu: Bab X (pasal 63-72) PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Permendiknas No. 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan, dan Pedoman Penilaian Pembelajaran oleh BSNP. Maka diharapkan semua pendidik sebagai penyelenggara kegiatan pembelajaran dan penilaian hasil belajar agar secara konsisten berpedoman pada Peraturan Pemerintah, Permendiknas, dan Pedoman Penilaian Pembelajaran tersebut. Juga, pendidikan profesional agar terus mengkaji teori-teori terbaru, sejalan dengan pembaharuan kurikulum, terkait dengan pelaksanaan tugas menilai dan mengevaluasi hasil belajar peserta didik.B.Tujuan Modul ini disusun dengan tujuan:1. memberikan wawasan secara umum tentang konsepasesmen yang perlu dipahami oleh guru;2. memberikan orientasi baru tentang penilaian kurikulum tingkat satuan pendidikan kepada pendidik dan tenaga kependidikan;3. memberikan rambu-rambu dalam melakukan penilaian. C.Ruang lingkup Isi modul ini meliputi: konsep dasar dan prinsip asesmen, teknik asesmen dan prosedur pengembangan tes, penulisan butir soal untuk tes perbuatan, penulisan instrumen non-tes, dan penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).BAB IIPENGERTIAN DAN PRINSIP ASESMEN

Kompertensi Dasar Mendeskripsikan pengertian pengukuran, asesmen, dan evaluasi serta prinsip-prinsip asesmen.Indikator1. Menjelaskan pengertian pengukuran, pengujian, asesmen, dan evaluasi2. Membedakan pengertian pengukuran, pengujian, asesmen, dan evaluasi.3. Menjelaskan sembilan prinsip asesmenA. Pengertian Asesmen Asesmen disebut juga penilaian, merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Asesmen dalam KTSP adalah Asesmen atau penilaian berbasis kompetensi, yaitu bagian dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik yang meliputi: pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Penilaian dilakukan selama proses pembelajaran dan/atau pada akhir pembelajaran. Fokus penilaian pendidikan adalah keberhasilan belajar peserta didik dalam mencapai standar kompetensi yang ditentukan. Pada tingkat mata pelajaran, kompetensi yang harus dicapai berupa Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran yang selanjutnya dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD) dan indikator. Untuk tingkat satuan pendidikan, kompetensi yang harus dicapai peserta didik adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL).Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan satuan pendidikan dalam mengelola proses pembelajaran. Penilaian merupakan bagian yang penting dalam pembelajaran. Dengan melakukan penilaian, pendidik sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik, ketepatan metode mengajar yang digunakan, dan keberhasilan peserta didik dalam meraih kompetensi yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil penilaian, pendidik dapat mengambil keputusan secara tepat untuk menentukan langkah yang harus dilakukan selanjutnya. Hasil penilaian juga dapat memberikan motivasi kepada peserta didik untuk berprestasi lebih baik.Asesmen dalam KTSP menggunakan acuan kriteria. Maksudnya, hasil yang dicapai peserta didik dibandingkan dengan kriteria atau standar yang ditetapkan. Apabila peserta didik telah mencapai standar kompetensi yang ditetapkan, ia dinyatakan lulus pada mata pelajaran tertentu. Apabila peserta didik belum mencapai standar, ia harus mengikuti program remedial (perbaikan) sehingga mencapai kompetensi minimal yang ditetapkan.Asessmen dilakukan dengan asas keadilan yang tinggi. Maksudnya, peserta didik diperlakukan sama sehingga tidak merugikan salah satu atau sekelompok peserta didik yang dinilai. Selain itu, penilaian tidak membedakan latar belakang sosial-ekonomi, budaya, bahasa, jender, dan agama. Penilaian juga merupakan bagian dari proses pendidikan yang dapat memacu dan memotivasi peserta didik untuk lebih berprestasi meraih tingkat yang setinggi-tingginya sesuai dengan kemampuannya. Ditinjau dari sudut profesionalisme tugas kependidikan, kegiatan penilaian merupakan salah satu ciri yang melekat pada pendidik profesional. Seorang pendidik profesional selalu menginginkan umpan balik atas proses pembelajaran yang dilakukannya. Hal tersebut dilakukan karena salah satu indikator keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh tingkat keberhasilan yang dicapai peserta didik. Maka hasil penilaian dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan proses pembelajaran dan umpan balik bagi pendidik untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang dilakukan. Ada empat istilah yang terkait dengan konsep Asesmen yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan belajar peserta didik, yaitu: pengukuran, pengujian, penilaian, dan evaluasi. Pengukuran (measurement) adalah proses penetapan ukuran terhadap suatu gejala menurut aturan tertentu (Guilford, 1982). Pengukuran pendidikan berbasis kompetensi berdasar pada klasifikasi observasi unjuk kerja atau kemampuan peserta didik dengan menggunakan suatu standar. Pengukuran dapat menggunakan tes dan non-tes. Pengukuran pendidikan bisa bersifat kuantitatif atau kualitatif. Pengukuran kuantitatif hasilnya berupa angka, sedangkan pengukuran kualitatif hasilnya bukan angka (berupa predikat atau pernyataan kualitatif, misalnya: sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang), disertai deskripsi penjelasan prestasi peserta didik. Pengujian merupakan bagian dari pengukuran yang dilanjutkan dengan kegiatan penilaian.Penilaian (assessment) adalah istilah umum yang mencakup semua metode yang biasa digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok peserta didik. Proses penilaian mencakup pengumpulan bukti yang menunjukkan pencapaian belajar peserta didik. Penilaian merupakan suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu (Griffin & Nix, 1991). Penilaian mencakup semua proses pembelajaran. Oleh karena itu, kegiatan penilaian tidak terbatas pada karakteristik peserta didik saja, tetapi juga mencakup karakteristik metode mengajar, kurikulum, fasilitas, dan administrasi sekolah. Instrumen penilaian untuk peserta didik dapat berupa metode dan/atau prosedur formal atau informal untuk memperoleh informasi tentang peserta didik. Instrumen penilaian dapat berupa tes tertulis, tes lisan, lembar pengamatan, pedoman wawancara, dan sebagainya. Penilaian juga diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran atau kegiatan untuk memperoleh informasi tentang pencapaian kemajuan belajar peserta didik. Evaluasi (evaluation) adalah penilaian yang sistematik tentang manfaat atau kegunaan suatu objek (Mehrens & Lehmann, 1991). Dalam melakukan evaluasi terdapat judgement untuk menentukan nilai suatu program yang sedikit banyak mengandung unsur subjektif. Evaluasi memerlukan data hasil pengukuran dan informasi hasil penilaian yang memiliki banyak dimensi, seperti: kemampuan, kreativitas, sikap, minat, keterampilan, dan sebagainya. Maka dalam kegiatan evaluasi, alat ukur yang digunakan juga bervariasi tergantung pada jenis data yang ingin diperoleh.Pengukuran, penilaian, dan evaluasi bersifat bertahap (hierarkis), maksudnya kegiatan dilakukan secara berurutan, dimulai dengan pengukuran, kemudian penilaian, dan terakhir evaluasi. Hasil pengukuran berupa angka-angka atau skor.B. Prinsip AsesmenBeberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian hasil belajar yaitu: 1. asesmen ditujukan untuk mengukur pencapaian kompetensi; 2. asesmen menggunakan acuan kriteria yakni berdasarkan pencapaian kompetensi peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran; 3. asesmen dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan; 4. hasil Asesmen ditindaklanjuti dengan program remedial bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan; 5. Asesmen harus sesuai dengan kegiatan pembelajaran. Asesmen hasil belajar agar memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut.1. Sahih (valid), yakni penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur; alat ukur dikatakan valid jika dapat mengukur sasaran atau objek yang seharusnya diukur.2. Objektif, yakni penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai;3. Adil, yakni penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik, dan tidak membedakan latar belakang sosial-ekonomi, budaya, agama, bahasa, suku bangsa, dan jender; 4. Terpadu, yakni penilaian merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran; 5. Terbuka, yakni prosedur dan kriteria penilaian, serta dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan; 6. Menyeluruh dan berkesinambungan, yakni penilaian mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik; 7. Sistematis, yakni penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah yang baku; 8. Menggunakan acuan kriteria, yakni penilaian dalam KTSP didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan; 9. Akuntabel, yakni penilaian agar dapat dipertanggungjawabkan kepada berbagai pihak yang berwenang (stakeholder), baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.C. RANGKUMAN Pengukuran adalah proses penetapan ukuran terhadap suatu gejala menurut aturan tertentu. Penilaian diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran atau kegiatan untuk memperoleh informasi tentang pencapaian kemajuan belajar peserta didik. Sedangkan evaluasi adalah penilaian yang sistematik tentang manfat atau kegunaan suatu objek atau program pengukuran, penilaian, dan evaluasi bersifat bertahap (hierarkis), maksudnya kegiatan dilakukan secara berurutan, dimulai dengan pengukuran, kemudian penilaian, dan terakhir evaluasi. Prinsip Asesmen: (1) Sahih, yakni penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur, (2) Objektif, yakni penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai, (3) Adil, yakni penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik, dan tidak membedakan latar belakang sosial-ekonomi, budaya, agama, bahasa, suku bangsa, dan jender, (4) Terpadu, yakni penilaian merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran, (5) Terbuka, yakni prosedur dan kriteria penilaian, serta dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan, (6) Menyeluruh dan berkesinambungan, yakni penilaian mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik, (7) Sistematis, yakni penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah yang baku, (8) Menggunakan acuan kriteria, yakni penilaian hasil belajar sesuai tuntutan KTSP didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan, dan (9) Akuntabel, yakni penilaian agar dapat dipertanggungjawabkan kepada berbagai pihak yang berwenang (stakeholder), baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.D. LatihanBerilah tanda silang pada jawaban yang paling benar dari sejumlah pilihan jawaban yang tersedia.1. Serangkaian kegiatan untuk menetapkan ukuran terhadap suatu gejala menurut aturan tertentu adalah....a. pengukuranb. penyekoranc. penilaiand. pengujiane. evaluasi2. Serangkaian kegiatan yang sistematik untuk dapat menentukan manfaat atau kegunaan suatu obyek atau program adalah ....a. pengukuranb. penyekoranc. penilaiand. pengujiane. evaluasi3. Di bawah ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan asesmen hasil belajar peserta didik, kecuali.... a. ditujukan untuk mengukur pencapaian kompetensi b. menggunakan acuan kriteria berdasarkan kompetensic. ditindak-lanjuti dengan program remedial dan pengayaand. dilakukan pengulangan jika ternyata hasilnya banyak yang jeleke. dilakukan sesuai dengan kegiatan pembelajaran4. Asesmen hasil belajar peserta didik harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut, kecuali....a. sahih (valid)b. objektif c. adild. kooperatife. terpadu5. Penilaian agar dapat dipertanggungjawabkan kepada berbagai pihak yang berwenang (stakeholder), baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya adalah termasuk prinsip....a. sahih (valid)b. objektifc. adild. akuntabele. sistematis

BAB IIITEKNIK ASESMEN DAN PROSEDUR PENGEMBANGAN TES

Kompetensi DasarMendeskripsikan berbagai macam teknik asesmen, prosedur pengembangan instrumen, dan menentukan materi penting dalam menyusun butir-butir soal. Indikator1. Menyebutkan berbagai macam teknik asesmen2. Membuat metrik yang berisi teknik penilaian dan bentuk instrumennya.3. Megurutkan dan menjelaskan langkah-langkah penyusunan instrumen4. Menyebutkan empat kriteria tentang materi penting yang harus dipertimbangkan dalam butir-butir soal.5. Menjelaskan empat kriteria tentang materi penting yang harus dipertimbangkan dalam butir-butir soal.A. Teknik Penilaian Ada beberapa teknik dan alat penilaian yang dapat digunakan pendidik untuk memperoleh informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik. Penggunaan berbagai teknik dan alat itu harus disesuaikan dengan tujuan penilaian, waktu yang tersedia, sifat tugas yang dilakukan peserta didik, dan banyaknya materi pembelajaran yang telah disampaikan.Teknik penilaian adalah metode atau cara penilaian yang dapat digunakan guru untuk rnendapatkan informasi. Teknik penilaian yang memungkinkan dan dapat dengan mudah digunakan guru, misalnya: (1) teknik tes (tertulis, lisan, perbuatan), (2) observasi atau pengamatan, (3) wawancara.1. Teknik penilaian menggunakan tesa.Tes tertulisTes tertulis adalah tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta didik dengan memberikan jawaban tertulis. Jenis tes tertulis secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:1) tes objektif, misalnya bentuk pilihan panda, jawaban singkat atau isian, benar salah, dan bentuk menjodohkan;2) tes uraian, yang terbagi atas tes uraian objektif (penyekorannya dapat dilakukan secara objektif) dan tes uraian non-objektif (penyekorannya sulit dilakukan secara objektif).

b.Tes lisanTes lisan yakni tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik. Tes ini memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah: (1) dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki peserta didik, sikap, serta kepribadiannya karena dilakukan secara berhadapan langsung; (2) bagi peserta didik yang kemampuan berpikirnya relatif lambat dan sering mengalami kesukaran dalam memahami pernyataan soal, tes bentuk ini dapat menolong, sebab peserta didik dapat menanyakan langsung kejelasan pertanyaan yang dimaksud; (3) hasil tes dapat langsung diketahui peserta didik. Kelemahannya adalah: (1) subjektivitas penilai sering mencemari hasil tes, (2) waktu pelaksanaan yang diperlukan relatif lama.c.Tes perbuatanTes perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau unjuk kerja. Penilaian tes perbuatan dilakukan sejak peserta didik melakukan persiapan, melaksanakan tugas, sampai dengan hasil yang dicapai. Untuk menilai tes perbuatan pada umumnya diperlukan lembar pengamatan, yang bentuknya dibuat sedemikian rupa agar pendidik dapat menuliskan skor atau angka-angka yang diperolehnya pada tempat yang sudah disediakan. Bentuk formatnya dapat disesuaikan menurut keperluan. Untuk tes perbuatan yang sifatnya individual, sebaiknya menggunakan lembar pengamatan individual. Untuk tes perbuatan yang dilaksanakan secara kelompok digunakan format tertentu yang sudah disesuaikan untuk keperluan pengamatan kelompok. 2. Teknik penilaian melalui observasi atau pengamatanObservasi adalah kegiatan yang dilakukan pendidik untuk mendapatkan informasi tentang peserta didik dengan cara mengamati tingkah laku dan kemampuannya selama kegiatan observasi berlangsung. Observasi dapat ditujukan kepada peserta didik secara perorangan atau kelompok. Dalam kegiatan observasi perlu disiapkan lembar pengamatan. Lembar pengamatan dapat berisi: (1) perilaku-perilaku atau kemampuan yang akan dinilai, (2) batas waktu pengamatan.

3. Teknik penilaian melalui wawancaraTeknik wawancara pada satu segi mempunyai kesamaan arti dengan tes lisan yang telah diuraikan di atas. Teknik wawancara ini diperlukan pendidik untuk mengungkapkan atau menanyakan lebih lanjut tentang hal-hal yang kurang jelas informasinya. Teknik wawancara ini dapat pula digunakan sebagai alat untuk menelusuri kesukaran yang dialami peserta didik tanpa ada maksud untuk menilai.Setiap teknik penilaian harus dibuatkan instrumen penilaian yang sesuai. Tabel berikut menyajikan teknik penilaian dan bentuk instrumennya.Tabel 1. Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen Teknik Penilaian Bentuk Instrumen

Tes tertulis Tes pilihan: pilihan ganda, benar- salah, menjodohkan dll. Tes isian: isian singkat dan uraian

Tes lisan Daftar pertanyaan

Tes praktik (tes kinerja) Tes identifikasi Tes simulasi Tes uji petik kinerja

Penugasan individual atau kelompok Pekerjaan rumah Proyek

Penilaian portofolio Lembar penilaian portofolio

Jurnal Buku cacatan jurnal

Penilaian diri Kuesioner/lembar penilaian diri

Penilaian antarteman Lembar penilaian antarteman

B. Prosedur Pengembangan TesSebelum menentukan teknik dan alat penilaian, penulis soal perlu menetapkan terlebih dahulu tujuan penilaian dan kompetensi dasar yang hendak diukur. Adapun prosedurnya secara lengkap dapat dilihat pada bagan berikut.

MENENTUKAN TUJUAN PENILAIANMEMPERHATIKAN STANDAR KOMPETENSINYAMENENTUKAN KD-NYA (KD1 + KD2 + KD3 DLL)TESNON TESMENENTUKAN MATERI PENTING/ PENDUKUNG KD: UKRK-PENGAMATAN/ OBSERVASI (SIKAP, PORTFOLIO, LIFE SKILLS)-TES SIKAP-DLLTEPAT DIUJIKAN SECARA TERTULIS/LISAN?BENTUK URAIANBENTUK OBJEKTIF (PG, ISIAN, DLL)TIDAK TEPATTEPATTES PERBUATAN-KINERJA (PERFORMANCE)-PENUGASAN (PROJECT)-HASIL KARYA (PRODUCT)-DLLIKUTI KAIDAH PENULISAN INSTRUMEN DAN SUSUNLAH PEDOMAN PENYEKORANNYAKeterangan:KD = Kompetensi DasarKD1 + KD2 = Gabungan antar kompetensi dasarUKRK = Urgensi, Kontinuitas, Relevansi, Keterpakaian

Langkah-langkah penting yang perlu dilakukan sebagai berikut.

1. Menentukan tujuan penilaian. Tujuan penilaian sangat penting karena setiap tujuan memiliki penekanan yang berbeda-beda. Misalnya, untuk tujuan tes prestasi belajar, diagnostik, atau seleksi. Contoh, untuk tujuan prestasi belajar, lingkup materi/kompetensi yang diukur disesuaikan seperti untuk menanyakan materi yang lalu, pertanyaan lisan di kelas, ulangan harian, tugas individu atau kelompok, ulangan semester, ulangan kenaikan kelas, laporan kerja praktik, ujian praktik.2. Memperhatikan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD). Standar kompetensi merupakan acuan atau target utama yang harus dipenuhi atau yang harus diukur melalui setiap kompetensi dasar yang ada atau melalui gabungan kompetensi dasar.3. Menentukan jenis alat ukurnya, yaitu tes atau non-tes atau mempergunakan keduanya. Untuk penyusunan tes diperlukan penentuan materi penting sebagai pendukung kompetensi dasar. Syaratnya adalah materi yang diujikan harus mempertimbangkan urgensi (wajib dikuasai peserta didik), kontinuitas (merupakan materi lanjutan), relevansi (bermanfaat terhadap mata pelajaran lain), dan keterpakaian dalam kehidupan sehari-hari tinggi (UKRK). Langkah selanjutnya adalah menentukan jenis tes dengan menanyakan apakah materi tersebut tepat diujikan secara tertulis atau lisan. Bila jawabannya tepat, maka materi yang bersangkutan tepat diujikan dengan bentuk soal apa, pilihan ganda atau uraian. Bila jawabannya tidak tepat, maka jenis tes yang tepat adalah tes perbuatan: kinerja (performance), penugasan (project), hasil karya (product), atau lainnya.4. Menyusun kisi-kisi tes dan menulis butir soal beserta pedoman penyekorannya. Dalam menulis soal, penulis harus memperhatikan kaidah-kaidah penulisannya.C. Penentuan Materi PentingLangkah awal yang harus dilakukan dalam menyiapkan bahan ulangan atau ujian adalah menentukan kompetensi dan materi yang akan diujikan. Setelah menentukan kompetensi yang akan diukur, maka langkah berikutnya adalah menentukan materi yang akan diujikan. Penentuan materi yang akan diujikan sangat penting karena di dalam satu tes tidak mungkin semua materi yang telah diajarkan dapat diujikan dalam waktu yang terbatas, misalnya satu atau dua jam. Oleh karena itu, setiap guru harus menentukan materi mana yang sangat penting dan yang hanya sebagai penunjang, sehingga dalam waktu yang sangat terbatas, materi yang diujikan hanya menanyakan materi-materi yang sangat penting saja. Materi yang telah ditentukan harus dapat diukur sesuai dengan alat ukur yang akan digunakan, yaitu tes atau non-tes. Penentuan materi perlu memperhatikan kriteria sebagai berikut.1.Urgensi, yaitu materi secara teoritis mutlak harus dikuasai oleh peserta didik,2.Kontinuitas, yaitu materi lanjutan yang merupakan pendalaman dari satu atau lebih materi yang sudah dipelajari sebelumnya,3.Relevansi, yaitu materi yang diperlukan untuk mempelajari atau memahami mata pelajaran lain,4.Keterpakaian, yaitu materi yang memiliki nilai terapan tinggi dalam kehidupan sehari-hari.D. RangkumanTeknik penilaian adalah metode atau cara penilaian yang dapat digunakan guru untuk rnendapatkan informasi. Teknik penilaian yang memungkinkan dan dapat dengan mudah digunakan guru, misalnya: (1) teknik tes (tertulis, lisan, perbuatan), (2) observasi atau pengamatan, (3) wawancara.Dalam kegiatan observasi perlu disiapkan lembar pengamatan. Lembar pengamatan dapat berisi: (1) perilaku-perilaku atau kemampuan yang akan dinilai, (2) batas waktu pengamatan. Teknik wawancara ini diperlukan pendidik untuk mengungkapkan atau menanyakan lebih lanjut tentang hal-hal yang kurang jelas informasinya. Teknik wawancara ini dapat pula digunakan sebagai alat untuk menelusuri kesukaran yang dialami peserta didik tanpa ada maksud untuk menilai.Langkah-langkah penting yang perlu dilakukan dalam penulisan tes adalah sebagai berikut: (1) menentukan tujuan penilaian, (2) memperhatikan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD), (3) Menentukan jenis alat ukurnya, yaitu tes atau non-tes atau mempergunakan keduanya, dan (4) menyusun kisi-kisi tes dan menulis butir soal beserta pedoman penyekorannya. Dalam menulis soal, penulis harus memperhatikan kaidah-kaidah penulisannya Untuk penyusunan tes diperlukan penentuan materi penting sebagai pendukung kompetensi dasar. Syaratnya adalah materi yang diujikan harus mempertimbangkan urgensi (wajib dikuasai peserta didik), kontinuitas (merupakan materi lanjutan), relevansi (bermanfaat terhadap mata pelajaran lain), dan keterpakaian dalam kehidupan sehari-hari tinggi (UKRK).E. Latihan1. Di bawah ini merupakan beberapa kelebihan tes lisan, kecuali ....a. dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki peserta didik, sikap, serta kepribadiannya karena dilakukan secara berhadapan langsungb. bagi peserta didik yang kemampuan berpikirnya relatif lambat sering mengalami kesukaran dalam memahami pernyataan soal c. dapat dilakukan sesuai dengan kesepatakan antara pendidik dan peserta didik dalam menentukan waktu dan tempat tesd. lebih obyektif bagi pendidik dalam memberikan penilaiane. hasil tes dapat langsung diketahui peserta didik.

2. Tes simulasi merupakan salah satu bentuk dari teknik penilaian ....a. lisanb. praktik/kinerjac. penugasand. portofolioe. penilaian diri 3. Di bawah ini langkah-langkah penting dalam melakukan asesmen, kecuali .... a. menentukan tujuan penilaianb. memperhatikan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD).c. menentukan jenis alat ukurnya, yaitu tes atau non-tes atau keduanyad. menyusun kisi-kisi tes dan pedoman penskorannyae. menentukan kriteria ketuntasan minimal 4. Di bawah ini beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam penentuan materi terkait dengan asesmen, kecuali ....a. urgensi, yaitu materi secara teoritis mutlak harus dikuasai oleh peserta didikb. kontinuitas, yaitu materi lanjutan yang merupakan pendalaman dari satu atau lebih materi yang sudah dipelajari sebelumnyac. relevansi, yaitu materi yang diperlukan untuk mempelajari atau memahami, mata pelajaran laind. keterpakaian, yaitu rnateri yang memiliki nilai terapan tinggi dalam kehidupan sehari-harie. ketuntasan, yaitu batas minimal kompetensi yang harus dimiliki peserta didik

5. Di bawah ini merupakan beberapa langkah-langkah dalam penyusunan butir soal, kecuali ....a. menentukan tujuan tesb. menentukan kompetensi yang akan diujikanc. menentukan materi yang diujikand. menentukan batas ketuntasan/kelulusane. menyusun kisi-kisi.

BAB IVPENYUSUNAN KISI-KISI DAN BUTIR SOALKompetensi DasarMendekripsikan jenis perilaku yang dapat diukur menurut beberapa pendapat ahli, menetapkan perilaku yang diukur dan terampil menyusun kisi-kisi dan mengembangkan butir-butir instrumen tes dan non-tes. Indikator1. Menjelaskan perilaku yang dapat diukur menurut pendapat beberapa ahli.2. Mengidentifikasi standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi yang dicantumkan dalam kisi-kisi.3. Menjabarkan indikator-indikator pencapaian kompetensi (tujuan pembelajaran) berdasarkan kompetesi dasar.4. Menjabarkan indikator soal berdasarkan indikator pencapaian kompetensi (IPK).5. Memilih bentuk-bentuk instrumen sesuai dengan IPK.A.Jenis Perilaku yang Dapat DiukurDalam menentukan perilaku yang akan diukur, dapat mengambil atau memperhatikan jenis perilaku yang telah dikembangkan oleh para ahli pendidikan, di antaranya seperti: Benjamin S. Bloom, Quellmalz, R.J. Mazano dkk, Robert M. Gagne, David Krathwohl, Norman E. Gronlund dan R.W. de Maclay, Linn dan Gronlund, rinciannya seperti berikut.1.Ranah kognitif yang dikembangkan Benjamin S. Bloom adalah: (1) Ingatan, di antaranya seperti: menyebutkan, menentukan, menunjukkan, mengingat kembali, mendefinisikan; (2) Pemahaman, di antaranya seperti: membedakan, mengubah, memberi contoh, memperkirakan, mengambil kesimpulan; (3) Penerapan di antaranya seperti: menggunakan, menerapkan; (4) Analisis, di antaranya seperti: membandingkan, mengklasifikasikan, mengategorikan, menganalisis; (5) Sintesis, diantaranya seperti: menghubungkan, mengembangkan, mengorganisasikan, menyusun; (6) Evaluasi, diantaranya seperti: menafsirkan, menilai, memutuskan.2.Jenis perilaku yang dikembangkan Quellmalz adalah: (1) ingatan, (2) analisis, (3) perbandingan, (4) penyimpulan, (5) evaluasi.3.Jenis perilaku yang menurut Mazano dkk. adalah: (1) keterampilan memusat (focusing skills), seperti: mendefinisikan, merumuskan tujuan, (2) keterampilan mengumpulkan informasi, seperti: mengamati, merumuskan pertanyaan, (3) keterampilan mengingat, seperti: merekam, mengingat, (4) keterampilan mengorganisasi, seperti: membandingkan, mengelompokkan, menata atau mengurutkan, menyajikan; (5) keterampilan menganalisis, seperti mengenali: sifat dari komponen, hubungan dan pola, ide pokok, kesalahan; (6) keterampilan menghasilkan keterampilan baru, seperti: menyimpulkan, memprediksi, mengupas atau mengurai; (7) keterampilan memadu (integreting skills), seperti: meringkas, menyusun kembali; (8) keterampilan menilai, seperti: menetapkan kriteria, membenarkan pembuktian.4.Jenis perilaku yang dikembangkan Robert M. Gagne adalah: (1) kemampuan intelektual: diskriminasi, identifikasi atau konsep yang nyata, klasifikasi, demonstrasi, generalisasi/menghasilkan sesuatu; (2) strategi kognitif: menghasilkan suatu pemecahan; (3) informasi verbal: menyatakan sesuatu secara oral; (4) keterampilan motoris melaksanakan atau menjalankan sesuatu; (5) sikap: kemampuan untuk memilih sesuatu. Domain afektif yang dikembangkan David Krathwohl adalah: (1) menerima, (2) menjawab, (3) menilai.6.Domain psikomotor yang dikembangkan Norman E. Gronlund dan R.W. de Maclay adalah: (1) persepsi, (2) kesiapan, (3) respon terpimpin, (4) mekanisme; (5) respon yang kompleks, (6) organisasi, (7) karakterisasi dari nilai.7.Keterampilan berpikir yang dikembangkan Linn dan Gronlund adalah seperti berikut.a. Membandingkan-Apa persamaan dan perbedaan antara ... dan....-Bandingkan dua cara berikut tentang ....b. Hubungan sebab-akibat-Apa penyebab utama ....-Apa akibat .c. Memberi alasan (justifying)-Manakah pilihan berikut yang kamu pilih, mengapa?-Jelaskan mengapa kamu setuju/tidak setuju dengan pernyataan tentang .... d. Meringkas-Tuliskan pernyataan penting yang termasuk ....-Ringkaslah dengan tepat isi .e. Menyimpulkan-Susunlah beberapa kesimpulan yang berasal dari data ....-Tulislah sebuah pernyataan yang dapat menjelaskan peristiwa berikut .... f. Berpendapat (inferring)-Berdasarkan ..., apa yang akan terjadi bila ....-Apa reaksi A terhadap .g. Mengelompokkan-Kelompokkan hal berikut berdasarkan .... -Apakah hal berikut memiliki ....h. Menciptakan-Tuliskan beberapa cara sesuai dengan ide Anda tentang .... -Lengkapilah cerita ... tentang apa yang akan terjadi bila .... i. Menerapkan-Selesaikan hal berikut dengan menggunakan kaidah .... -Tuliskan ... dengan menggunakan pedoman.... j. Analisis-Manakah penulisan yang salah pada paragraf .... -Daftar dan beri alasan singkat tentang ciri utama .... k. Sintesis-Tuliskan satu rencana untuk pembuktian ....-Tuliskan sebuah laporan ....l. Evaluasi-Apakah kelebihan dan kelemahan ....-Berdasarkan kriteria ..., tuliskanlah evaluasi tentang...

B. Penentuan Perilaku yang Akan DiukurSetelah penentuan materi yang akan ditanyakan selesai dikerjakan, kegiatan berikutnya adalah menentukan secara tepat perilaku yang akan diukur. Perilaku yang akan diukur, sesuai KTSP agar memenuhi tuntutan standar kompetensi maupun kompetensi dasarnya. Setiap kompetensi di dalam kurikulum memiliki tingkat keluasan dan kedalaman kemampuan yang berbeda. Semakin tinggi kemampuan atau perilaku yang diukur sesuai dengan target kompetensi, maka semakin sulit soal dan semakin sulit pula menyusunnya. Dalam Standar Isi, perilaku yang akan diukur dapat dilihat pada "perilaku yang terdapat pada rumusan kompetensi dasar atau pada standar kompetensi". Bila ingin mengukur perilaku yang lebih tinggi, maka guru terlebih dahulu mengidentifikasi semua perilaku yang dapat diukur, mulai dari perilaku yang sangat sederhana atau mudah sampai dengan perilaku yang paling sulit atau tingkat tinggi, berdasarkan rumusan kompetensinya (baik standar kompetensi maupun kompetensi dasar). Berdasarkan susunan perilaku tersebut, dipilih satu perilaku yang tepat untuk diujikan kepada peserta didik, yaitu perilaku yang sesuai dengan kompetensi yang harus dimiliki peserta didik di kelas.C. Penentuan dan Penyebaran SoalSebelum menyusun kisi-kisi dan butir soal perlu ditentukan jumlah soal setiap kompetensi dasar dan penyebaran soalnya. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh penyebaran butir soal pada penilaian akhir semester seperti berikut. Contoh penyebaran butir soal untuk penilaian akhir semester ganjilNoKompetensiDasarMateriJumlah soalJlh SoalPraktik

PGUraian

11.1 .......................6----

21.2 .......................31--

31.3 .......................4--1

42.1 .......................51--

52.2 .......................81--

63.1 .......................6--1

73.2 ......................--2--

83.3 .....................8----

Jumlah soal4052

D. Penyusunan Kisi-kisiKisi-kisi (test blue-print atau table of specification) merupakan deskripsi kompetensi dan materi yang akan diujikan. Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang lingkup dan sebagai petunjuk dalam menulis soal. Kisi-kisi dapat berbentuk format atau matriks seperti contoh berikut ini.FORMAT KISI-KISI PENULISAN SOALMata pelajaran: ..........................................................................Kelas/Semester: ..........................................................................Jumlah Soal: ..........................................................................Standar Kompetensi: ..........................................................................Penyusun: 1. .................................... 2. ....................................No.Kompetensi DasarMateriPokokIndikator SoalBentuk SoalNo.soal

123456

Keterangan:Isi pada kolom 2, 3. 4, dan 5 adalah harus sesuai dengan pernyataan yang ada di dalam silabus. Penulis kisi-kisi tidak diperkenankan merumuskan sendiri, kecuali pada kolom 6.Kisi-kisi yang baik harus memenuhi persyaratan berikut ini.1.Kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus atau materi yang telah diajarkan secara tepat dan proporsional.2.Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami. 3.Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuat soalnya.E. Perumusan Indikator SoalIndikator dalam kisi-kisi merupakan pedoman dalam merumuskan soal yang dikehendaki. Kegiatan perumusan indikator soal merupakan bagian dari kegiatan penyusunan kisi-kisi. Untuk merumuskan indikator dengan tepat, guru harus memperhatikan materi yang akan diujikan, indikator pembelajaran, kompetensi dasar, dan standar kompetensi. Indikator yang baik dirumuskan secara singkat dan jelas. Syarat indikator yang baik adalah seperti berikut.1. Menggunakan kata kerja operasional (perilaku khusus) yang tepat,2. Menggunakan satu kata kerja operasional untuk soal objektif, dan satu atau lebih kata kerja operasional untuk soal uraian/tes perbuatan,3. Dapat dibuatkan soal atau pengecohnya (untuk soal pilihan ganda).Penulisan indikator yang lengkap mencakup A = audience (peserta didik) B = behaviour (perilaku yang harus ditampilkan), C = condition (kondisi yang diberikan), dan D = degree (tingkatan yang diharapkan). Ada dua model penulisan indikator. Model pertama adalah menempatkan kondisinya di awal kalimat. Model pertama ini digunakan untuk soal yang disertai dengan dasar pernyataan (stimulus), misalnya berupa sebuah kalimat, paragraf, gambar, denah, grafik, kasus, atau lainnya, sedangkan model yang kedua adalah menempatkan peserta didik dan perilaku yang harus ditampilkan di awal kalimat. Contoh model pertama untuk soal menyimak pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.Indikator: Diperdengarkan sebuah pernyataan pendek dengan topik "belajar mandiri", peserta didik dapat menentukan dengan tepat pernyataan yang sama artinya.Soal: (Soal dibacakan atau diperdengarkan hanya satu kali, kemudian peserta didik memilih dengan tepat satu pernyataan yang sama artinya. Soalnya adalah: "Heni harus masuk kelas pukul 7.00., tetapi dia datang pukul 8.00 pagi hari.")Lembar tes hanya berisi pilihan seperti berikut. a. Heni masuk kelas terlambat kurang dari satu jamb. Heni masuk kelas lebih awal satu jam.c. Heni masuk kelas terlambat satu jam d. Heni masuk kelas terlambat lebih dari satu jam. Kunci: c

Model yang kedua ini digunakan untuk soal yang tidak disertai dengan dasar pertanyaan (stimulus).Contoh model keduaIndikator: Peserta didik dapat menentukan dengan tepat penulisan tanda baca pada nilai uang.Soal:Penulisan nilai uang yang benar adalah ....a. Rp 125,-b. RP 125,00c. Rp125d. Rp125. Kunci: b

F. Langkah-langkah Penyusunan Butir SoalAgar soal yang disiapkan oleh setiap guru menghasilkan bahan ulangan/ujian yang sahih dan handal, maka harus dilakukan langkah-langkah berikut, yaitu: (1) menentukan tujuan tes, (2) menentukan kompetensi yang akan diujikan, (3) menentukan materi yang diujikan, (4) menetapkan penyebaran butir soal berdasarkan kompetensi, materi, dan bentuk penilaiannya (tes tertulis: bentuk pilihan ganda, uraian; dan tes praktik), (5) menyusun kisi-kisinya, (6) menulis butir soal, (7) memvalidasi butir soal atau menelaah secara kualitatif, (8) merakit soal menjadi perangkat tes, (9) menyusun pedoman penyekorannya (10) uji coba butir soal, (11) analisis butir soal secara kuantitatif dari data empirik hasil uji coba, dan (12) perbaikan soal berdasarkan hasil analisis.

G. Penyusunan Butir Soal Tes Tertulis Penulisan butir soal tes tertulis merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam penyiapan bahan ulangan atau ujian. Setiap butir soal yang ditulis harus berdasarkan rumusan indikator soal yang sudah disusun dalam kisi-kisi dan berdasarkan kaidah penulisan soal bentuk objektif dan kaidah penulisan soal uraian.Penggunaan bentuk soal yang tepat dalam tes tertulis, sangat tergantung pada perilaku atau kompetensi yang akan diukur. Ada kompetensi yang lebih tepat diukur atau ditanyakan dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal uraian, ada pula kompetensi yang lebih tepat diukur dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal objektif. Bentuk tes tertulis pilihan ganda maupun uraian memiliki kelebihan dan kelemahan satu sama lain.Keunggulan soal bentuk pilihan ganda diantaranya adalah dapat mengukur kemampuan atau perilaku secara objektif, sedangkan untuk soal uraian diantaranya adalah dapat mengukur kemampuan mengorganisasikan gagasan dan menyatakan jawabannya menurut kata-kata atau kalimat sendiri. Kelemahan soal bentuk pilihan ganda diantaranya adalah sulit menyusun pengecohnya, sedangkan untuk soal bentuk uraian diantaranya sulit menyusun pedoman penyekorannya.H. Kaidah Penulisan Soal Uraian1.Materib. Soal harus sesuai dengan indikator.c. Setiap pertanyaan diberi batasan jawaban yang diharapkan. d. Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan tujuan asesmen.e. Materi soal sesuai dengan jenjang dan jenis sekolah/kelas.2.Konstruksia. Menggunakan kata tanya yang menuntut jawaban terurai.b. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal. c. Setiap soal harus ada pedoman penyekorannya.d. Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas, terbaca, dan berfungsi.

3.Bahasaa.Rumusan kalimat soal harus komunikatif.b.Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (baku). c. Tidak menimbulkan penafsiran ganda.d.Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu. e.Tidak mengandung kata/ungkapan yang menyinggung perasaan peserta didik.

I. Penulisan Soal Bentuk UraianMenulis soal bentuk uraian diperlukan ketepatan dan kelengkapan dalam merumuskannya. Ketepatan yang dimaksud adalah bahwa materi yang ditanyakan tepat diujikan dengan bentuk uraian, yaitu menuntut peserta didik untuk mengorganisasikan gagasan dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan secara tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Adapun kelengkapan yang dimaksud adalah perilaku yang diukur dan digunakan untuk menetapkan aspek yang dinilai dalam pedoman penyekorannya. Hal yang paling sulit dalam penulisan soal bentuk uraian adalah menyusun pedoman penyekorannya. Penulis soal harus dapat merumuskan setepat-tepatnya pedoman penyekorannya karena kelemahan bentuk soal uraian terletak pada tingkat subjektivitas penyekorannya.Berdasarkan metode penyekorannya, bentuk uraian diklasifikasikan menjadi 2, yaitu uraian objektif dan uraian non-objektif. Bentuk uraian objektif adalah suatu soal atau pertanyaan yang menuntut sehimpunan jawaban dengan pengertian/konsep tertentu, sehingga penyekorannya dapat dilakukan secara objektif. Artinya perilaku yang diukur dapat diskor secara dikotomi (benar - salah atau 1 - 0). Bentuk uraian non-objektif adalah suatu soal yang menuntut sehimpunan jawaban dengan pengertian atau konsep menurut pendapat masing-masing peserta didik, sehingga penyekorannya sukar untuk dilakukan secara objektif. Untuk mengurangi tingkat kesubjektifan dalam pemberian skor ini, maka dalam menentukan perilaku yang diukur dibuatkan skala. Misalnya, perilaku yang diukur adalah "kesesuaian isi dengan tuntutan pertanyaan", maka skala yang disusun disesuaikan dengan tingkatan kemampuan peserta didik. Untuk tingkat SMA, misalnya dapat disusun skala seperti berikut.

321SESUAICUKUP/SEDANGTIDAK SESUAIKesesuaiann isi dengan tuntutan pertanyaan1 - 3Skor-Sesuai 3-Cukup/sedang2 -Tidak sesuai1Atau skala seperti berikut.

543 21 SSSC TSSTSKesesuaian isi dengan tuntutan pernyataan1 - 5 Skor -Sangat Sesuai5-Sesuai4-Cukup/sedang3-Tidak sesuai2-Sangat tidak sesuai1

Agar instrumen yang disusun bermutu baik, maka penulisannya harus memperhatikan kaidah penulisan. Untuk memudahkan pengelolaan, perbaikan, dan pengembangan soal, maka soal ditulis di dalam format kartu soal. Setiap satu soal dan pedoman penyekorannya ditulis di dalam satu format. Untuk memudahkan pengelolaan, perbaikan, dan pengembangan soal, maka soal ditulis di dalam format kartu soal. Setiap satu soal ditulis di dalam satu format. Adapun formatnya seperti berikut ini.

KARTU SOAL

Jenis Sekolah: Sekolah DasarPenyusun:1. Mata Pelajaran: Matematika2. Bahan Kelas/Semester: IV / 23. Bentuk Soal: Uraian

Kompetensi Dasar5.3 Melakukan operasi hitung campuranBuku Sumber:

No Soal: 46

MateriPenjumlahan dan pengurangan bilangan bulatRumusan Butir SoalPenjual bensin memiliki: setengah drum ben-sin, takaran 7 liter dan takaran 4 liter. Ada pemilik mobil mau membeli 6 liter bensin. Tuliskan penjelasan Anda, dengan takaran-takaran itu bagaimana melayani pembeli tersebut?

Indikator SoalMelakukan operasi hitung penjum- lahan dan pengurangan bilangan bulat sampai 30, dikaitkan dengan pemecahan masalah.

FORMAT PEDOMAN PENSKORANNo SoalKunci/Kriteria JawabanSkor

46

1. Takaran 7 liter dipenuhi lalu dituangkan ke takaran 4 liter2. Di takaran 7 liter ada sisa 3 liter, lalu dituangkan ke tangki mobil3. Langkah 1 dan 2 diulangi lagi, sehingga jumlahnya menjadi 6 liter1

1

1

Skor maksimum3

Bentuk soalnya terdiri dari: (1) dasar pertanyaan atau stimulus bila ada atau diperlukan, (2) pertanyaan, dan (3) pedoman penskoran. J. Penulisan Soal Bentuk Pilihan GandaMenulis soal bentuk pilihan ganda sangat diperlukan keterampilan dan ketelitian. Hal yang paling sulit dilakukan dalam menulis soal bentuk pilihan ganda adalah menuliskan pengecohnya. Pengecoh yang baik adalah pengecoh yang tingkat kerumitan atau tingkat kesederhanaan, serta panjang-pendeknya relatif sama dengan kunci jawaban. Oleh karena itu, untuk memudahkan dalam penulisan soal bentuk pilihan ganda, maka dalam penulisannya perlu mengikuti langkah-langkah berikut, langkah pertama adalah menuliskan pokok soalnya, langkah kedua menuliskan kunci jawabannya, langkah ketiga menuliskan pengecohnya.Soal bentuk pilihan ganda merupakan soal yang telah disediakan pilihan jawabannya. Peserta didik yang mengerjakan soal hanya memilih satu jawaban yang benar dari pilihan jawaban yang disediakan. Soalnya mencakup: (1) dasar pertanyaan/stimulus (bila ada), (2) pokok soal (stem), (3) pilihan jawaban (option)yang terdiri atas: kunci jawaban dan pengecoh.

Perhatikan contoh berikut!

Dijual sebidang tanah di Bekasi. Luas 4 ha. Baik untuk industri. Hubungi telpon 777777Iklan ini termasuk jenis iklan .Dasar pertanyaanstimulusPokok soal (stem) Pilihan jawaban (Option)(.)tanda akhir kalimat(...)tanda ellip-sis (pernya-taan yang sengaja dihilangkan)a. permintaanb. propagandac. pengumumand. penawaran *Pengecoh (distractor)Kunci jawabanPerhatikan iklan berikut

Kaidah-kaidah penulisan soal pilihan ganda adalah seperti berikut.1. Materia. Soal harus sesuai dengan indikator. Artinya soal harus menanyakan perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi. b. Pengecoh harus bertungsic. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar. Artinya, satu soal hanya mempunyai satu kunci jawaban. 2. Konstruksia. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Artinya, kemampuan/ materi yang hendak diukur/ditanyakan harus jelas, tidak menimbulkan pengertian atau penafsiran yang berbeda dari yang dimaksudkan penulis. Setiap butir soal hanya mengandung satu persoalan/gagasanb. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja. Artinya apabila terdapat rumusan atau pernyataan yang sebetulnya tidak diperlukan, maka rumusan atau pernyataan itu dihilangkan saja.c. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar. Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat kata, kelompok kata, atau ungkapan yang dapat memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar.d.Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda. Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat dua kata atau lebih yang mengandung arti negatif. Hal ini untuk mencegah terjadinya kesalahan penafsiran peserta didik terhadap arti pernyataan yang dimaksud. Untuk keterampilan bahasa, penggunaan negatif ganda diperbolehkan bila aspek yang akan diukur justru pengertian tentang negatif ganda itu sendiri.e.Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi. Artinya, semua pilihan jawaban harus berasal dari materi yang sama seperti yang ditanyakan oleh pokok soal, penulisannya harus setara, dan semua pilihan jawaban harus berfungsi. f.Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama. Kaidah ini diperlukan karena adanya kecenderungan peserta didik memilih jawaban yang paling panjang karena seringkali jawaban yang lebih panjang itu lebih lengkap dan merupakan kunci jawaban. g.Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan Semua pilihan jawaban di atas salah" atau "Semua pilihan jawaban di atas benar". Artinya dengan adanya pilihan jawaban seperti ini, maka secara materi pilihan jawaban berkurang satu karena pernyataan itu bukan merupakan materi yang ditanyakan dan pernyataan itu menjadi tidak homogen. h.Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis. Artinya pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun dari nilai angka paling kecil berurutan sampai nilai angka yang paling besar, dan sebaliknya. Demikian juga pilihan jawaban yang menunjukkan waktu harus disusun secara kronologis. Penyusunan secara unit dimaksudkan untuk memudahkan peserta didik melihat pilihan jawaban.i.Gambar, grafik, tabel, diagram, wacana, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi. Artinya, apa saja yang menyertai suatu soal yang ditanyakan harus jelas, terbaca, dapat dimengerti oleh peserta didik. Apabila soal bisa dijawab tanpa melihat gambar, grafik, tabel atau sejenisnya yang terdapat pada soal, berarti gambar, grafik, atau tabel itu tidak berfungsi.j.Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata yang bermakna tidak pasti seperti: sebaiknya, umumnya, kadang-kadang. k.Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. Ketergantungan pada soal sebelumnya menyebabkan peserta didik yang tidak dapat menjawab benar soal pertama tidak akan dapat menjawab benar soal berikutnya.

3.Bahasa dan budayaa. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Kaidah bahasa Indonesia dalam penulisan soal di antaranya meliputi: a) pemakaian kalimat: (1) unsur subjek, (2) unsur predikat, (3) anak kalimat; b) pemakaian kata: (1) pilihan kata, (2) penulisan kata, dan c) pemakaian ejaan: (1) penulisan huruf, (2) penggunaan tanda baca.b. Bahasa yang digunakan harus komunikatif, sehingga pernyataannya mudah dimengerti peserta didik.c. Pilihan jawaban jangan yang mengulang kata/frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian. Letakkan kata/frase pada pokok soal.K. RangkumanPenentuan tingkat perilaku yang akan diukur menurut Benjamin S. Bloom adalah: (1) Ingatan, (2) Pemahaman, (3) Penerapan, (4) Analisis, (5) Sintesis, dan (6) Evaluasi. Menurut Quellmalz adalah: (1) ingatan, (2) analisis, (3) perbandingan, (4) penyimpulan, (5) evaluasi. Menurut Mazano dkk. a: (1) keterampilan memusat, (2) keterampilan mengumpulkan informasi, (3) keterampilan mengingat, (4) keterampilan mengorganisasi, (5) keterampilan menganalisis (6) keterampilan menghasilkan keterampilan baru, (7) keterampilan memadu, dan (8) keterampilan menilai. Menurut Robert M. Gagne: (1) kemampuan intelektual, (2) strategi kognitif, (3) informasi verbal, (4) keterampilan motoris melaksanakan atau menjalankan sesuatu, dan (5) sikap. Keterampilan berpikir menurut Linn dan Gronlund (1) membandingkan, (2) hubungan sebab-akibat, (3) memberi alasan, (4) meringkas, (5) menyimpulkan, (6) mengelompokkan, (7) menciptakan, (8) menerapkan, (9) analisis, (10) sintesis, dan (11) evaluasi.Perilaku yang akan diukur agar sesuai dengan rumusan KD yang dikembangkan pada indikator pencapaian kompetensi dan dijabarkan pada indikator soal. Sebelum menyusun kisi-kisi dan butir soal perlu ditentukan jumlah soal setiap kompetensi dasar dan penyebaran soalnya.Kisi-kisi adalah deskripsi kompetensi dan materi yang akan diujikan. Tujuan penyusunan kisi-kisi untuk menentukan ruang lingkup dan sebagai petunjuk penulisan soal, persyaratan penyusunannya: (1) kisi-kisi harus mewakili isi silabus atau materi yang telah diajarkan secara proporsional, (2) komponen pokok mencakup: KD, materi, indikator soal, bentuk dan nomor soal, dan (3) materi yang hendak ditanyakan dapat dibuat soalnya. Syarat indikator soal yang baik: (1) menggunakan kata kerja operasional yang tepat, (2) menggunakan satu kata kerja operasional untuk satu soal objektif, dan satu atau lebih kata kerja operasional untuk soal uraian/tes perbuatan, dan (3) dapat dibuatkan soal atau pengecohnya (untuk soal pilihan ganda).Langkah-langkah penyusunan soal: (1) menentukan tujuan tes, (2) menentukan kompetensi yang akan diuji, (3) menentukan materi, (4) menetapkan penyebaran butir soal berdasarkan KD, materi, dan bentuk penilaiannya (tes tertulis: bentuk pilihan ganda, uraian; dan tes praktik), (5) menyusun kisi-kisinya, (6) menulis butir soal, (7) telaah butir secara kualitatif, (8) merakit soal jadi perangkat tes, (9) menyusun pedoman penyekoran, (10) uji coba soal, (11) analisis butir soal secara kuantitatif dari data empirik hasil uji coba, dan (12) perbaikan soal berdasarkan hasil analisis.L. Latihan1. Benjamin S. Bloom mengembangkan ranah kognitif dengan urutan ....a. Ingatan, pemahaman, analisis, aplikasi, sintesis, dan evaluasib. ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sntesis, dan evaluasic. ingatan, pemahaman, sntesis, aplikasi, analsis, dan evaluasid. ingatan, pemahaman, analisis, aplikasi, evaluasi, dan, sntesise. ingatan, pemahaman, aplikasi sntesis, analisis, dan evaluasi

2. Di bawah ini merupakan beberapa keterampilan berpikir yang dikembangkan Linn dan Gronlund, kecuali ....a. membandingkanb. menjelaskanc. hubungan sebab-akibatd. memberi alasane. meringkas

3. Di bawah ini merupakan beberapa langkah dalam penyusunan butir soal, kecuali ....a. menentukan tujuan tesb. menentukan kompetensi yang akan diujikanc. menentukan materi yang diujikand. menentukan batas ketuntasan/kelulusane. menyusun kisi-kisi.

4. Di bawah ini merupakan kadah-kaidah dalam penulisan soal dilihat dari materi, kecuali .... a. soal harus sesuai dengan indikatorb. setiap pertanyaan harus diberikan batasan jawaban yang diharapkanc. materi yang ditanyakan harus sesuai dengan tujuan pengukurand. ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soale. materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat kelas

5. Di bawah ini merupakan kadah-kaidah dalam penulisan soal dilihat dari bahasa, kecuali ....a. menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar b. rumusan kalimat soal harus komunikatifc. tidak menimbulkan penafsiran gandad. tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu. e. tidak mengandung ungkapan yang menyenangkan

BAB VPENULISAN INSTRUMEN UNTUK TES PERBUATAN

Kompetensi DasarMendekripsikan dan menetapkan jenis perilaku yang dapat diukur dengan tes perbuatan, terampil menyusun kisi-kisi dan mengembangkan butir-butir instrumen tes perbuatan. Indikator1. Menjelaskan perilaku yang dapat diukur dengan tes perbuatan. 2. Mengidentifikasi SK, KD, dan materi yang perlu diukur dengan tes perbuatan untuk dimasukkan ke dalam kisi-kisi.3. Menjabarkan indikator-indikator pencapaian kompetensi berdasarkan kompetesi dasar ke dalam butir-butir tes perbuatan4. Menyusun indikator soal berdasarkan indikator pencapaian kompetensi5. Merumuskan butir-butir instrumen sesuai dengan indikator soal.A.PengertianTes perbuatan atau tes praktik merupakan suatu tes yang penilaiannya didasarkan pada perbuatan/praktik peserta didik. Sebelum menulis butir soal untuk tes perbuatan, guru dapat mengecek dengan pertanyaan berikut. Tepatkah kompetensi (yang akan diuji) diukur dengan tes tertulis? Jika jawabannya tepat, kompetensi yang bersangkutan tidak tepat diujikan dengan tes perbuatan atau tes praktik. Dalam menilai kemampuan praktik peserta didik dapat digunakan beberapa jenis tes perbuatan di antaranya adalah penilaian kinerja (performance), penugasan (project), dan hasil karya (product). B.Kaidah Penulisan Tes PerbuatanPenyusunan butir tes perbuatan, penulis tes harus mengetahui konsep dasar penilaian perbuatan/praktik. Maksudnya pernyataan dalam tes harus disusun dengan pernyataan yang betul-betul menilai perbuatan atau praktik, bukan menilai yang lainnya. Tes perbuatan atau tes praktik bentuk-bentuknya seperti berikut.1. Penilaian Kinerja, merupakan penilaian yang meminta peserta didik mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam konteks yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Dalam menulis butir soal, perhatikan terlebih dahulu kompetensi dari materi yang akan ditanyakan. 2. Penilaian Penugasan, merupakan penilaian tugas yang meliputi: pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, dan penyajian data yang harus diselesaikan peserta didik secara individu atau kelompok dalam waktu tertentu. Aspek yang dinilai diantaranya meliputi kemampuan: (1) pengelolaan, (2) relevansi, dan (3) keaslian. 3. Penilaian Hasil Karya (produk), adalah penilaian keterampilan peserta didik dalam membuat suatu produk benda tertentu seperti hasil karya seni, misal lukisan, gambar, patung, dll. Aspek yang dinilai meliputi: (1) tahap persiapan: pemilihan dan cara penggunaan alat, (2) tahap proses produksi dan prosedur kerja, dan (3) tahap akhir/hasil: kualitas dan estetika hasil karya. guru juga dapat memberikan penilaian pada pembuatan produk rancang bangun/perekayasaan teknologi tepat guna, misalnya melalui: (1) adopsi, (2) modifikasi, atau (3) difusi. Kaidah penulisan soal tes perbuatan adalah seperti berikut.1.Materia.Soal harus sesuai dengan indikator (menuntut tes perbuatan: kinerja, hasil karya, atau penugasan).b.Pertanyaan dan jawaban yang diharapkan harus sesuai.c.Materi sesuai dengan kompetensi (urgensi, relevansi, kontinuitas, keterpakaian sehari-hari tinggi).d.Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat kelas.2.Konstruksia.Menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban perbuatan/praktik. b.Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal. c.Disusun pedoman penyekorannya.d.Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas dan terbaca3.Terkait Bahasa dan Budayaa.Rumusan kalimat soal komunikatifb.Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baku.c.Tidak menggunakan kata/ungkapan yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian.d.Tidak menggunakan bahasa yang berlaku di daerah setempat atau yang berkonotasi tabu.e.Rumusan soal tidak mengandung kata/ungkapan yang dapat menyinggung perasaan peserta didik.C.Penulisan Instrumen Penilaian Kinerja (Performance Assessment)Penilaian kinerja merupakan penilaian yang meminta peserta didik untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam konteks yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Dalam menulis butir instrumen, perhatikan terlebih dahulu kompetensi dari materi yang akan ditanyakan, lihat contoh berikut.LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKMata Pelajaran: Pendidikan JasmaniKelas/Semester: VII / GanjilPraktik: Lari 100 meterNoNamaSkor Penilaian per AspekJumlahSkorNilai

12345

1Ani323321352

2Budi122218

3Cica

4.... dst

Rerata

Tertinggi

Terendah

Keterangan, aspek pengamatan:1. Waktu jongkok lutut kaki belakang ada di depan ujung kaki lainnya 2. Kedua tangan di tanah, siku lurus, empat jari agak rapat mengarah ke samping luar 3. Waktu jongkok posisi punggung segaris dengan kepala 4. Pandangan kira-kira 1 meter di depan garis start 5. Waktu aba-aba siap, posisi tungkai depan 90 dan tungkai belakang 100-120Skor 5 = Sangat tepat, 4 = Tepat, 3 = Agak tepat, 2 = Tidak tepat, dan 1 = Sangat tidak tepat.

Nilai = (Skor capaian : Skor maksimal) x 100Penentuan nilai, skor yang dicapai peserta didik diolah menjadi nilai dengan rumus seperti berikut.

Contoh: Jumlah aspek penilaian = 5 aspekSkor: 1 5, maka skor maksimal = 25 Ani = 13 : 25 x 100 = 52(Sangat dianjurkan, guru agar menguasai Excel untuk menghitung nilai)

D.Penulisan Instrumen Penilaian Penugasan (Project)Penilaian penugasan merupakan penilaian tugas (meliputi: pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, dan penyajian data) yang harus diselesaikan peserta didik (individu/kelompok) dalam waktu tertentu. Dalam penilaian proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu diperhatikan yaitu: Kemampuan pengelolaan Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan, Relevansi Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap perkembangan kognitif peserta didik, Keaslian Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya dengan bimbingan pendidik dan dukungan berbagai pihak yang terkait. Contoh soal tugas proyek biologi mengenai isu salingtemas (sain, lingkungan, teknologi, masyarakat) di sekitar tempat tinggal peserta didik. Soal Carilah isu salingtemas (sain, lingkungan, teknologi, masyarakat) yang berkembang di sekitar tempat tinggalmu, rencanakan penelitian, lakukan penelitian, dan buatlah laporan hasil penelitian. Dalam membuat laporan perhatikan: kebenaran informasi/data, kelengkapan data, sistematika laporan, dan penggunaan bahasa! Catatan : Isu berhubungan dengan pro kontra.

Pedoman Penskoran Penilaian ProyekNoAspek yang dinilaiSkor

1PersiapanRumusan masalah (tepat = 3; kurang tepat = 2, tidak tepat = 1)(3)1 - 3

2Pelaksanaana. Pengumpulan informasi (tepat = 3; kurang tepat = 2, tidak tepat = 1)b. Keakuratan data/informasi (akurat = 3; kurang = 2; tidak akurat = 1)c. Kelengkapan data (lengkap = 3; kurang = 2; tidak lengkap = 1)d. Analisis data (baik = 3; cukup = 2; kurang = 1)e. Kesimpulan (tepat = 2; kurang tepat = 1)(14)1 31 31 31 31 - 2

3Pelaporan hasilSistematika laporan (baik = 2; tidak baik = 1)Penggunaan bahasa (komunikatif = 2; kurang komunikatif = 1)Penulisan/ejaan (tepat = 3; kurang tepat = 2; tidak tepat/banyak kesalahan =1) Tampilan (menarik = 2; kurang menarik = 1)(9)1 21 21 3

1 - 2

Skor maksimal26

E.Penulisan Instrumen Penilaian Hasil Karya (Product)Penilaian hasil karya merupakan penilaian keterampilan peserta didik dalam membuat suatu produk benda tertentu seperti hasil karya seni, misalnya: lukisan, gambar, patung, dll. Aspek yang dinilai diantaranya meliputi: (1) tahap persiapan adalah pemilihan dan cara penggunaan alat, (2) tahap proses (produksi) adalah prosedur kerja, dan (3) tahap akhir (hasilnya): kualitas serta estetika hasil karya. Di samping itu, guru dapat memberikan penilaian pada pembuatan produk rancang bangun (perekayasaan) teknologi tepat guna, misalnya melalui: (1) adopsi, (2) modifikasi, atau (3) difusi. Contoh instrumen penilaian tugas: ProdukPenilaian produk terdiri atas 3 (tiga) tahap, yaitu:1. Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam merencanakan, menggali, mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.2. Tahap pelaksanaan (pembuatan produk), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik pembuatan. 3. Tahap penilaian hasil karya (appraisal), dilakukan terhadap karya (produk) yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan. Skor untuk setiap tahap dapat diberi bobot, misalnya untuk persiapan 20%, pelaksanaan 40%, dan hasil 40%.Contoh soal produk mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan: membuat poster anti narkoba. Pedoman penskorannya:NoAspek yang dinilaiSkorBobot

1Tahap persiapana. Memilih jenis bahan (tepat = 2; tidak tepat = 1)b. Kualitas bahan (baik = 3; cukup = 2; kurang = 1)c. Kelengkapan alat (lengkap = 2; tidak lengkap = 1) (7)1 21 31 220 %

2Tahap pelaksanaana. Menentukan penulisan kalimat yang menarik: menarik = 3; cukup = 2; kurang = 1b. Keterampilan menggunakan alat/bahan: terampil = 3; cukup = 2; kurang = 1 c. Memperhatikan keselamatan kerja: ya = 2; tidak = 1(8)

1 3

1 31 240%

3Tahap hasila. Selesai tepat waktu ( tepat = 2; tidak tepat = 1)b. Kesesuaian dengan tugas (sesuai = 3; kurang = 2; tidak = 1)c. Kerapian (rapi = 3; kurang = 2; tidak = 1)(8)1 21 31 3

40%

F. RangkumanDalam menilai kemampuan praktik peserta didik dapat digunakan beberapa jenis tes perbuatan di antaranya adalah penilaian kinerja (performance), penugasan (project), dan hasil karya (product). Tes perbuatan atau tes praktik bentuk-bentuknya seperti berikut: (1 Penilaian Kinerja, (2) Penilaian Penugasan, merupakan penilaian tugas yang meliputi: pengumpulan, pengorganisasian, (3) Penilaian Hasil Karya (produk) Penilaian kinerja merupakan penilaian yang meminta peserta didik untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam konteks yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Penilaian penugasan merupakan penilaian tugas (meliputi: pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, dan penyajian data) yang harus diselesaikan peserta didik (individu/kelompok) dalam waktu tertentu. Penilaian hasil karya merupakan penilaian keterampilan peserta didik dalam membuat suatu produk benda tertentu seperti hasil karya seni, misalnya: lukisan, gambar, patung, dllG. Latihan1. Penilaian yang meminta peserta didik untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam konteks yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan adalah ....a. penilaian tertulisb. penilaian kinerjac. penilaian lisand. penilaian portofolioe. penilaian non tes2. Aspek yang dinilai di antaranya meliputi: (1) tahap persiapan: pemilihan dan cara penggunaan alat, (2) tahap proses/produksi: prosedur kerja, dan (3) tahap akhir/hasil: kualitas serta estetika hasil karya, langkah-langkah tersebut adalah penilaian dengan menggunakan teknik penilaian ....a. kinerjab. produkc. penugasand. lisane. wawancara

3. Berlatihlah dalam kelompok (3-4 orang) untuk membuat: a. instrumen penilaian kinerja, b. instrumen penilaian penugasan, dan c. instrumen penilaian produk (hasil).

BAB VIPENULISAN INSTRUMEN NON-TES

Kompetensi DasarMendekripsikan dan menetapkan jenis perilaku yang perlu diukur dengan instrumen non-tes, terampil menyusun kisi-kisi dan mengembangkan butir-butir instrumen non-tes. Indikator1. Menjelaskan perilaku yang dapat diukur dengan instrumen non-tes. 2. Mengidentifikasi SK, KD, dan materi yang perlu diukur dengan instrumen non-tes untuk dimasukkan ke dalam kisi-kisi.3. Menjabarkan indikator-indikator pencapaian kompetensi berdasarkan kompetesi dasar ke dalam bentuk-bentuk instrumen non-tes4. Menyusun indikator instrumen non-tes berdasarkan indikator pencapaian kompetensi5. Merumuskan butir-butir instrumen non-tes sesuai dengan indikatornya.A. PengertianInstrumen non-tes adalah instrumen selain tes prestasi belajar. Alat penilaian yang dapat digunakan antara lain adalah: (1) lembar pengamatan (observasi), seperti: catatan harian, portofolio, life skill, (2) instrumen tes sikap, tes bakat, tes minat, dsb.Pada prinsipnya, prosedur penulisan butir instrumen non-tes adalah sama dengan prosedur penulisan tes pada tes prestasi belajar, yaitu menyusun kisi-kisi tes, menuliskan butir instrumen berdasarkan kisi-kisinya, telaah, validasi butir, uji coba butir, perbaikan butir berdasarkan hasil uji coba. Namun, dalam proses awalnya, sebelum menyusun kisi-kisi tes, terdapat perbedaan dalam menentukan validitas isi pada tes dan konstruk pada non-tes. Dalam tes prestasi belajar, validitas isi diperoleh melalui kurikulum dan buku pelajaran, tetapi untuk non-tes validitas konstruknya diperoleh melalui "teori". Teori adalah pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa atau kejadian, dsb. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990: 932).

B. Pengamatan Pengamatan merupakan suatu alat penilaian yang pengisiannya dilakukan oleh guru atas dasar pengamatan terhadap perilaku peserta didik yang sesuai dengan kompetensi yang hendak diukur. Pengamatan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai alat, antara lain: lembar pengamatan, penilaian portofolio, dan penilaian kecakapan hidup (life skill).Pelaksanaan pengamatan perilaku dapat dilakukan guru pada sebelum mengajar, saat mengajar, dan sesudah mengajar. Perilaku minimal yang dapat dinilai dengan pengamatan untuk perilaku atau budi pekerti peserta didik, misalnya: ketaatan pada ajaran agama, toleransi, disiplin, tanggung jawab, kasih sayang, gotong royong, kesetiakawanan, hormat-menghormati, sopan santun, dan jujur. Lembar penilaian perilaku peserta didik dalam melaksanakan diskusi kelompok, contohnya sbb.Contoh: LEMBAR PENGAMATAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM DISKUSI Mata Pelajaran: Pendidikan KewarganegaraanKelas/Semester: VII/ganjilNoNamaSkor Aspek PengamatanJumlahSkorPenaf-siran

12345

1Ani3233213Baik

2Budi122218Cukup

3Cica

4.... dst

Rerata

Tertinggi

Terendah

Keterangan, aspek pengamatan:1. Menyampaikan pendapat dengan jelas 2. Memberi kesempatan teman untuk menyampaikan pendapat3. Memotong pembicaraan teman lain 4. Mau menerima pendapat teman5. Menyanggah pendapat teman dengan sopanPemberian skor: 1 = Kurang; 2 = Cukup; 3 = BaikPenafsiran, jumlah skor: 10 BaikCatatan: Penghitungannya akan mudah jika dihitung dengan Excel.Portofolio merupakan deskripsi peta perkembangan kemampuan individu peserta didik. Jadi portofolio merupakan kartu sehat individu peserta didik. Bila ada peserta didik yang sakit, tugas guru adalah: (1) menentukan penyakitnya apa, kemudian (2) memberi obat yang tepat agar peserta didik cepat sembuh dari penyakitnya.

C. Penyusunan Kisi-kisi Instrumen Non-tesDalam kisi-kisi non-tes formatnya berisi dimensi, indikator, jumlah butir soal per indikator, dan nomor butir soal. Formatnya seperti berikut ini.NoDimensiIndikatorJumlah Soal per IndikatorNomor Soal

Jumlah Soal =

Untuk mengisi kolom dimensi dan indikator, penulis soal harus mengetahui terlebih dahulu validitas konstruknya yang disusun/ dirumuskan melalui teori. Cara termudah untuk mendapatkan teori adalah membaca beberapa buku, hasil penelitian, atau mencari informasi lain yang berhubungan dengan variabel atau tujuan tes yang dikehendaki. Oleh karena itu, peserta didik atau responden yang hendak mengerjakan tes ini (instrumen non-tes) tidak perlu mempersiapkan/belajar materi yang hendak diteskan terlebih dahulu seperti pada tes prestasi belajar.Setelah teori diperoleh dari berbagai buku, maka langkah selanjutnya adalah menyimpulkan teori itu dan merumuskan mendefinisikan (yaitu definisi konsep dan definisi operasional) dengan kata-kata sendiri berdasarkan pendapat para ahli yang diperoleh dari beberapa buku yang telah dibaca. Definisi tentang teori yang dirumuskan inilah yang dinamakan konstruk. Berdasarkan konstruk yang telah dirumuskan itu, langkah selanjutnya adalah menentukan dimensi (tema-objek/hal-hal pokok yang menjadi pusat tinjauan teori), indikator (uraian/rincian dimensi yang akan diukur), dan penulisan butir soal berdasarkan indikatornya. Untuk lebih memudahkan dalam menyusun kisi-kisi tes, perhatikan alur urutannya seperti pada bagan berikut.

TEORI(Dari hasil penelitian/ pendapat dari:1. Buku A2. Buku B3. Buku C4. Buku D5. Buku EdstKONSTRUK-Definisi konsep-Definisi OperasionalDIMENSIINDIKATORSOAL

Berdasarkan bagan di atas, penulis soal dapat dengan mudah mengecek apakah instrumen tesnya atau butir-butir soal sudah sesuai dengan indikatornya atau belum. Misalnya soal nomor 1 sampai dengan soal terakhir berasal darimana? Dari indikator. Indikator dari mana? Dari dimensi. Rumusan dimensi darimana? Dari konstruk. Rumusan konstruk darimana? Dari teori. Jadi kesimpulannya instrumen tes yang telah disusun merupakan alat ukur yang (sudah tepat atau belum tepat) mewakili teori.D. Kaidah Penulisan SoalDalam penulisan soal pada instrumen non-tes, penulis butir soal harus memperhatikan kaidah (ketentuan) penulisannya, yaitu seperti berikut.1.Materia.Pernyataan harus sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi.b.Aspek yang diukur pada setiap pernyataan sudah sesuai dengan tuntutan dalam kisi-kisi (misal untuk tes sikap: aspek kognisi, afeksi atau konasinya dan pernyataan positif atau negatifnya).2.Konstruksia.Pernyataan dirumuskan dengan singkat (tidak melebihi 20 kata) dan jelas.b.Kalimatnya bebas dari pernyataan yang tidak relevan objek yang dipersoalkan atau kalimatnya merupakan pernyataan yang diperlukan saja.c.Kalimatnya bebas dari pernyataan yang bersifat negatif ganda.d.Kalimatnya bebas dari pernyataan yang mengacu pada masa lalu.e.Kalimatnya bebas dari pernyataan yang faktual atau dapat diinterpretasikan sebagai fakta.f.Kalimatnya bebas dari pernyataan yang dapat diinterpretasikan lebih dari satu cara. g.Kalimatnya bebas dari pernyataan yang mungkin disetujui atau dikosongkan oleh hampir semua responden.h.Setiap pernyataan hanya berisi satu gagasan secara lengkap.i.Kalimatnya bebas dari pernyataan yang tidak pasti seperti semua, selalu, kadang-kadang, tidak satupun, tidak pernah.j.Jangan banyak mempergunakan kata hanya, sekedar, semata-mata. Gunakanlah seperlunya.3.Bahasa/Budayaa.Bahasa soal harus komunikatif dan sesuai dengan jenjang pendidikan peserta didik atau responden.b.Soal harus menggunakan bahasa Indonesia baku.c.Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.E.Contoh Penulisan Kisi-kisi Non-Tes dan Butir InstrumennyaDalam bagian ini disajikan beberapa contoh penulisan kisi-kisi tes dan penulisan butir instrumen yang sangat sederhana. Tujuan utamanya adalah agar contoh-contoh ini mudah dipahami oleh para guru. Contoh yang akan disajikan adalah penulisan kisi-kisi dan butir instrumen untuk tes skala sikap, tes minat belajar, tes motivasi berprestasi, dan tes kreativitas. Untuk contoh instrumen non-tes lainnya, para guru dapat menyusunnya sendiri yang proses penyusunannya adalah sama dengan contoh berikut.1.Tes Skala SikapBerbagai definisi tentang sikap yang telah dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah Mueller (1986: 3) yang menyampaikan 5 definisi, yaitu: a. Sikap adalah afeksi untuk atau melawan, penilaian tentang, suka atau tidak suka, tanggapan positif/negatif terhadap suatu objek psikologis (Thurstone). b. Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak ke arah atau melawan suatu faktor lingkungan (Emory Bogardus). c. Sikap adalah kesiapsiagaan mental atau saraf (Goldon Allport). d. Sikap adalah konsistensi dalam tanggapan terhadap objek-objek sosial (Donald Cambell). e. Sikap merupakan tanggapan tersembunyi yang ditimbulkan oleh suatu nilai (Ralp Linton, ahli antropologi kebudayaan).Berdasarkan beberapa definisi di atas, para ahli menyimpulkan bahwa sikap memiliki 3 komponen penting, yaitu komponen: (1) kognisi yang berhubungan dengan kepercayaan, ide, dan konsep; (2) afeksi yang mencakup perasaan seseorang; dan (3) konasi yang merupakan kecenderungan bertingkah laku atau yang akan dilakukan. Oleh karena itu, ketiga komponen ini dimasukkan ke dalam kisi-kisi sikap peserta didik terhadap mata pelajaran Matematika". Adapun definisi operasional sikap peserta didik terhadap mata pelajaran Matematika adalah kecenderungan untuk menyenangi atau tidak menyenangi mata pelajaran Matematika. Contoh: Kisi-kisi Tes Sikap.NoDimensiIndikatorButir Instrumen

1.Kognisi(persepsi & keya-kinan)1. Persepsi siswa tentang mata pelajaran Matematika2. Keyakinan siswa tentang manfaat Matematika3. ..... dst.1

2

.... dst.

2.Afeksi (perasaan/emosi)6. Suka mengerjakan Matematika7. Tidak suka belajar Matematika8. ... dst.

3.Konasi(kecenderungan bertindak)11. Malas mengerjakan Matematika12. Mengharapkan ada pekerjaan rumah Matematika13. ... dst.

Contoh: INSTRUMEN SKALA SIKAPJawablah dengan cara membuat tanda cek () pada kolom jawaban yang sesuai dengan pendapat Anda.No.PernyataanSSSNTSSTS

1.Belajar Matematika membiasakan kita berfikir rasional

2.Mata pelajaran Matematika melatih kita berpikir sistematis dan analisis

.....

6.Saya menyenangi mata pelajaran Matematika

7.Saya Tidak suka belajar Matematika

....

11.Saya tidak mengharap pekerjaan rumah mata pel-ajaran Matematika

12.Saya akan bersedia membantu jika teman kesulitan mengerjakan Matematika

....

Keterangan : SS = sangat setuju, S = setuju, N = netral, TS = tidak setuju, STS = sangat tidak setuju.2.Tes Minat belajar Minat adalah kesadaran yang timbul bahwa objek tertentu sangat disenangi dan melahirkan perhatian yang tinggi bagi individu terhadap objek tersebut (Crites, 1969 : 29). Di samping itu, minat juga merupakan kemampuan untuk memberikan stimulus yang mendorong seseorang untuk memperhatikan aktivitas yang dilakukan berdasarkan pengalaman yang sebenarnya (Crow and Crow, 1984 :248). Berdasarkan kedua pengertian tersebut, minat merupakan kemampuan seseorang untuk memberikan perhatian terhadap suatu objek yang disertai dengan rasa senang dan dilakukan penuh kesadaran.Peserta didik yang menaruh minat pada suatu mata pelajaran, perhatiannya akan tinggi dan minatnya berfungsi sebagai pendorong kuat untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar pada pelajaran tersebut. Maka definisi operasional minat belajar adalah pilihan kesenangan dalam melakukan kegiatan dan dapat membangkitkan gairah seseorang untuk memenuhi kesediaannya yang dapat diukur melalui kesukacitaan, ketertarikan, perhatian dan keterlibatan. Berikut contoh kisi-kisi dan tes minat belajar sastra Indonesia.Contoh: Kisi-kisi tes minatNo.DimensiIndikatorNomor Soal

1.

2.

3.

4.

Kesukaan

Ketertarikan

Perhatian

Keterlibatan

GairahInisiatifResponsif KesegeraanKonsentrasiKetelitianKemauanKeuletanKerja Keras8, 1316, 1710, 15, 202, 6, 97, 193, 104, 51, 1812, 14

Keterangan : Nomor yang bergaris bawah adalah untuk pernyataan positif Contoh: TES MINAT PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARANNama Siswa: .................................Kelas/Semester: .............../.................No.PernyataanSLSRJRTP

1.Saya Senang mengikuti mata pelajaran IPS

2.Saya rugi bila tidak mengikuti mata pelajaran IPS

3.Saya merasa mata pelajaran IPS bermanfaat.

4.

Saya berusaha menyerahkan tugas mata pelajaran IPS tepat waktu.

5.Saya berusaha memahami mata pelajaran IPS

6.

Saya bertanya kepada guru bila ada materi mata pelajaran IPS yang tidak jelas

7.

Saya mengerjakan soal-soal latihan mata pelajaran IPS di rumah.

8.

Saya mendiskusikan materi pelajaran dengan teman sekelas.

9.Saya berusaha memiliki buku mata pelajaran IPS.

10.Saya berusaha mencari bahan mata pelajaran IPS di perpustakaan

Jumlah Skor =

Total Skor =

Tafsiran:Sangat berminat / Berminat / Kurang berminat / Tidak berminat

Keterangan : SL = selalu, SR = sering, JR = jarang, TP = tidak pernah.Keterangan : Dari 4 kategori: skor terendah 10 dan skor tertinggi 40, rentangnya sbb:33 - 40 : Sangat berminat25 - 32 : Berminat17 - 24 : Kurang berminat10 - 16 : Tidak berminatF. RangkumanInstrumen non-tes adalah instrumen selain tes prestasi belajar. Alat penilaian yang dapat digunakan antara lain adalah: (1) lembar pengamatan (observasi), seperti: catatan harian, portofolio, life skill, (2) instrumen tes sikap, tes bakat, tes minat, dsb. Dalam tes prestasi belajar, validitas isi diperoleh melalui kurikulum dan buku pelajaran, tetapi untuk non-tes validitas konstruknya diperoleh melalui "teori". Pengamatan merupakan suatu alat penilaian yang pengisiannya dilakukan oleh guru atas dasar pengamatan terhadap perilaku peserta didik yang sesuai dengan kompetensi yang hendak diukur. Pengamatan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai alat, antara lain: lembar pengamatan, penilaian portofolio, dan penilaian kecakapan hidup (life skill).Sikap adalah afeksi untuk atau melawan, penilaian tentang, suka atau tidak suka, tanggapan positif/negatif terhadap suatu objek psikologisMinat adalah kesadaran yang timbul bahwa objek tertentu sangat disenangi dan melahirkan perhatian yang tinggi bagi individu terhadap objek tersebut

G. Latihan1. Di bawah ini adalah bentuk instrumen untuk mengujur sikap, kecuali ....a. Lembar kerjab. Lembar rubrikc. Lembar wacanad. Lembar pengamatane. Lembar penilaian2. Kecenderungan bertindak dalam perubahan tingkah laku melalui latihan dan pengalaman dari keadaan tidak tahu menjadi tahu yang dapat diukur melalui: toleransi, kebersamaan dan gotong-royong, rasa kesetiakawanan, dan kejujuran adalah definisi operasional dari ....a. minat belajarb. sikap belajarc. motivasi berprestasid. stress belajare. aktivitas belajar

3. Hal-hal yang berhubungan dengan emosi atau perasaan dalam mengukur sikap termasuk dalam dimensi ....a. kognisib. afeksic. konasid. toleransie. persepsi4. Minat adalah kesadaran yang timbul bahwa objek tertentu sangat disenangi dan melahirkan perhatian yang tinggi bagi individu terhadap objek tersebut. Pendapat ini dikemukakan oleh ....b. Cror and Crowc. Grondlundd. Crites e. Thrustonef. Donal Cambell5. Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak ke arah atau melawan suatu faktor lingkungan. Pendapat ini dikemukakan oleh ....a. Thurstone b. Emory Bogardus c. Goldon Allportd. Donald Cambell e. Ralp Linton,

BAB VIIPENETAPAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM)Kompertensi Dasar Mendeskripsikan pengertian, fungsi, prinsip-prinsip Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), mengkaji kriteria KKM (kompleksitas, daya dukung, dan intake siswa), dan menghitung secara benar untuk menetapkan KKM.Indikator1. Menjelaskan pengertian KKM2. Menjelaskan fungsi KKM3. Menjelaskan prinsip-prinsip KKM4. Mengkaji kriteria KKM (kompleksitas, daya dukung, dan intake siswa)5. Menghitung secara benar untuk menetapkan KKM. A. Pengertian Kriteria Ketuntasan MinimalSalah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi adalah menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah (yang harus dicapai) untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan belajar dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).KKM harus ditetapkan sebelum awal tahun ajaran dimulai. Seberapapun besarnya jumlah peserta didik yang melampaui batas ketuntasan minimal, tidak mengubah keputusan pendidik dalam menyatakan lulus dan tidak lulus pembelajaran. Acuan kriteria tidak diubah secara serta merta karena hasil empirik penilaian. Pada acuan norma, kurva normal sering digunakan untuk menentukan ketuntasan belajar peserta didik jika diperoleh hasil rata-rata kurang memuaskan. Nilai akhir sering dikonversi dari kurva normal untuk mendapatkan sejumlah peserta didik yang melebihi nilai 6,0 sesuai proporsi kurva. Acuan kriteria mengharuskan pendidik untuk melakukan tindakan yang tepat terhadap hasil penilaian, yaitu memberikan layanan remedial bagi yang belum tuntas dan atau layanan pengayaan bagi yang sudah melampaui kriteria ketuntasan minimal.Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama. Pertimbangan pendidik atau forum MGMP secara akademis menjadi pertimbangan utama penetapan KKM. Kriteria ketuntasan menunjukkan persentase tingkat pencapaian kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus). Angka maksimal 100 merupakan kriteria ketuntasan ideal. Target ketuntasan secara nasional diharapkan mencapai minimal 75. Satuan pendidikan dapat memulai dari kriteria ketuntasan minimal di bawah target nasional kemudian ditingkatkan secara bertahap.KKM menjadi acuan bersama pendidik, peserta didik, dan orang tua. Oleh karena itu pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penilaian di sekolah berhak untuk mengetahuinya. Satuan pendidikan perlu melakukan sosialisasi agar informasi dapat diakses dengan mudah (misal, bisa dibaca di website sekolah) oleh peserta didik dan atau orang tua. KKM harus dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar (LHB) sebagai acuan dalam menyikapi hasil belajar peserta didik.B. Fungsi Kriteria Ketuntasan MinimalKKM dalam penyelenggaraan pembelajaran agar berfungsi seperti berikut.1.Sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti. Setiap kompetensi dasar dapat diketahui ketercapaiannya berdasarkan KKM yang ditetapkan. Pendidik harus memberikan respon yang tepat terhadap pencapaian kompetensi dasar dalam bentuk pemberian layanan remedial atau layanan pengayaan;2.Sebagai acuan bagi peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti penilaian mata pelajaran. Setiap kompetensi dasar (KD) dan indikator ditetapkan KKM yang harus dicapai dan dikuasai oleh peserta didik. Peserta didik diharapkan dapat mempersiapkan diri dalam mengikuti penilaian agar mencapai nilai melebihi KKM. Apabila hal tersebut tidak bisa dicapai, peserta didik harus mengetahui KD-KD yang belum tuntas dan perlu perbaikan; 3.Dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. Evaluasi keterlaksanaan dan hasil program kurikulum dapat dilihat dari keberhasilan pencapaian KKM sebagai tolok ukur. Maka hasil pencapaian KD berdasarkan KKM yang ditetapkan perlu dianalisis untuk mendapatkan informasi tentang peta KD-KD tiap mata pelajaran yang mudah atau sulit, dan cara perbaikan dalam proses pembelajaran maupun pemenuhan sarana-prasarana belajar di sekolah; 4.Merupakan kontrak pedagogik antara pendidik dengan peserta didik dan antara satuan pendidikan dengan masyarakat. Keberhasilan pencapaian KKM merupakan upaya yang harus dilakukan bersama antara pendidik, peserta didik, pimpinan satuan pendidikan, dan orang tua. Pendidik melakukan upaya pencapaian KKM dengan memaksimalkan proses pembelajaran dan penilaian. Peserta didik melakukan upaya pencapaian KKM dengan proaktif mengikuti kegiatan pembelajaran serta mengerjakan tugas-tugas yang telah didesain pendidik. Orang tua dapat membantu dengan memberikan motivasi dan dukungan penuh bagi putra-putrinya dalam mengikuti pembelajaran. Sedangkan pimpinan satuan pendidikan berupaya memaksimalkan pemenuhan kebutuhan untuk mendukung terlaksananya proses pembelajaran dan penilaian di sekolah;5.Merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi tiap mata pelajaran. Satuan pendidikan harus berupaya semaksimal mungkin untuk melampaui KKM yang ditetapkan. Keberhasilan pencapaian KKM merupakan salah satu tolok ukur kinerja satuan pendidikan dalam menyelenggarakan program pendidikan. Satuan pendidikan dengan KKM yang tinggi dan dilaksanakan secara bertanggung jawab dapat menjadi tolok ukur kualitas mutu pendidikan bagi masyarakat.C. Prinsip Penetapan KKMPenetapan Kriteria Ketuntasan Minimal perlu mempertimbangkan beberapa ketentuan sebagai berikut: 1.Penetapan KKM merupakan kegiatan pengambilan keputusan yang dapat dilakukan melalui metode kualitatif dan atau kuantitatif. Metode kualitatif dapat dilakukan melalui professional judgement oleh pendidik dengan mempertimbangkan kemampuan akademik dan pengalaman pendidik mengajar mata pelajaran di sekolahnya. Sedangkan metode kuantitatif dilakukan dengan rentang angka yang disepakati sesuai dengan penetapan kriteria yang ditentukan;2.Penetapan nilai kriteria ketuntasan minimal dilakukan melalui analisis ketuntasan belajar minimal pada setiap indikator dengan memperhatikan kompleksitas, daya dukung, dan intake peserta didik untuk mencapai ketuntasan kompetensi dasar dan standar kompetensi3.Kriteria ketuntasan minimal setiap Kompetensi Dasar (KD) merupakan rata-rata dari indikator yang terdapat dalam Kompetensi Dasar tersebut. Peserta didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan belajar untuk KD tertentu apabila yang bersangkutan telah mencapai ketuntasan belajar minimal yang telah ditetapkan untuk seluruh indikator pada KD tersebut;4.Kriteria ketuntasan minimal setiap Standar Kompetensi (SK) merupakan rata-rata KKM Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat dalam SK tersebut;5.Kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran merupakan rata-rata dari semua KKM-SK yang terdapat dalam satu semester atau satu tahun pembelajaran, dan dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar (LHB/Rapor) peserta didik;6.Indikator merupakan acuan/rujukan bagi pendidik untuk membuat soal-soal ulangan, baik Ulangan Harian (UH), Ulangan Tengah Semester (UTS) maupun Ulangan Akhir Semester (UAS). Soal ulangan ataupun tugas-tugas harus mampu mencerminkan/ menampilkan pencapaian indikator yang diujikan. Dengan demikian pendidik tidak perlu melakukan pembobotan seluruh hasil ulangan, karena semuanya memiliki hasil yang setara; 7.Pada setiap indikator atau kompetensi dasar dimungkinkan adanya perbedaan nilai ketuntasan minimal. D. Langkah-Langkah Penetapan KKMPenetapan KKM dilakukan oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran. Langkah penetapan KKM adalah sebagai berikut.1.Guru atau kelompok guru menetapkan KKM mata pelajaran dengan mempertimbangkan tiga aspek kriteria, yaitu kompleksitas, daya dukung, dan intake peserta didik dengan skema sebagai berikut:

KKMIndikatorKKMKDKKMSKKKMMP

Hasil penetapan KKM indikator berlanjut pada KD, SK hingga KKM mata pelajaran;2.Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran disahkan oleh kepala sekolah untuk dijadikan patokan guru dalam melakukan penilaian;3.KKM yang ditetapkan disosialisaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu peserta didik, orang tua, dan dinas pendidikan;4.KKM dicantumkan dalam LHB pada saat hasil penilaian dilaporkan kepada orang tua/wali peserta didik.E. Penentuan Kriteria Ketuntasan MinimalHal-hal yang harus diperhatikan dalam penentuan kriteria ketuntasan minimal adalah:1. Tingkat kompleksitas, kesulitan atau kerumitan setiap indikator, kompetensi dasar, dan standar kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik. Suatu indikator dikatakan memiliki tingkat kompleksitas tinggi, apabila dalam pencapaiannya didukung oleh sekurang-kurangnya satu dari sejumlah kondisi sebagai berikut:a.guru yang memahami dengan benar kompetensi yang harus dibelajarkan pada peserta didik;b.guru yang kreatif dan inovatif dengan metode pembelajaran yang bervariasi;c.guru yang menguasai pengetahuan dan kemampuan sesuai bidang yang diajarkan;d.peserta didik dengan kemampuan penalaran tinggi;e.peserta didik yang cakap/terampil menerapkan konsep;f.peserta didik yang cermat, kreatif dan inovatif dalam penyelesaian tugas/pekerjaan;g.waktu yang cukup lama untuk memahami materi tersebut karena memiliki tingkat kesuli