modul pengembangan forum multi stakeholder (fms
TRANSCRIPT
MO
DU
L PE
NG
EM
BA
NG
AN
FOR
UM
MU
LTI STA
KE
HO
LDE
R (FM
S) D
ALA
M U
PAYA P
EN
ING
KA
TAN
P
ELAYA
NA
N P
UB
LIK YA
NG
BE
RB
AS
IS S
TAN
DA
R D
AN
RE
SP
ON
SIF G
EN
DE
RKINERJA-USAIDGedung BRI II, Lantai 28, Suite 2807 Jl. Jend Sudirman Kav. 44-46Jakarta, 10210 Phone: +62 21 5702820 Fax: +62 21 5702832Email: [email protected]
IMPLEMENTED BY RTI INTERNATIONAL AND PARTNERS
Seri Hikmah Pembelajaran dari USAID-KINERJA
MODUL PENGEMBANGAN FORUM MULTI STAKEHOLDER (FMS)
DALAM UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK YANG BERBASIS STANDAR DAN RESPONSIF GENDER
2014
1www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
KATA PENGANTAR
Peningkatan pelayanan publik oleh unit pelayanan yang dikelola oleh pemerintah daerah merupakan mandat
yang diamanatkan dalam berbagai peraturan perundangan seperti Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik dan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.
PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
Dengan dukungan USAID, Program KINERJA telah berupaya memperkenalkan program bantuan teknis
Peningkatan pelayanan publik di 20 kabupaten/kota mitra di empat provinsi di Indonesia (Aceh, Jawa Timur,
Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan) yang bertujuan untuk peningkatan mutu pelayanan publik. Program
ini difokuskan pada penguatan pihak penyedia layanan (supply side) dan pihak pengguna layanan (demand
side) di sektor pendidikan dasar, kesehatan dasar, dan perbaikan iklim usaha. Pada tahun ketiga, Program
KINERJA menambah 4 kabupaten/kota lagi di Provinsi Papua yang bekerja khusus di sektor kesehatan.
Peningkata pelayanan tersebut dimaksudkan agar unit pelayanan dapat menyelenggarakan kegiatannya untuk
pencapaian standar pelayanan publik (SPP), standar pelayanan minimal (SPM), dan standar nasional serta
mencapai tujuan-tujuan MDG (Millennium Development Goals).
Dalam Undang-Undang nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan publik, telah diatur mengenai partisipasi
masyarakat dalam peningkatan Pelayanan publik. Pengikutsertaan masyarakat dalam Pelayanan publik
mencakup seluruh proses penyelenggaraan Pelayanan, yang meliputi:
1. Penyusunan kebijakan Pelayanan publik
2. Penyusunan standar Pelayanan
3. Pengawasan dan evaluasi penyelenggaraan Pelayanan publik
4. Pemberian penghargaan.
Sebagai wahana partisipasi masyarakat dalam peningkatan Pelayanan publik, USAID-KINERJA mengembangkan
dan mendorong adanya forum multi stakeholders atau FMS, forum ini beranggotakan berasal dari berbagai
komponen baik yang berasal dari organisasi masyarakat sipil, tokoh masyarakat, tokoh agama, organisasi
wanita, DPRD dan dari Dinas, Puskesmas maupun Sekolah. Forum ini diharapkan menjadi wahana atau
wadah bagi stakeholders untuk bertemu dan membahas isu Pelayanan publik untuk ditindaklanjuti dan
diadvokasi guna perbaikan. FMS mempunyai peran strategis sebagai mitra kritis penyelenggara Pelayanan
dalam melakukan perbaikan Pelayanannya.
2 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
Mengingat praktik-praktik pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS) yang dilaksanakan KINERJA
Bersama pemerintah daerah mitra merupakan pendekatan yang relative baru dengan intervensi sisi penyedia
layanan dan pengguna layanan secara bersamaan, makauntuklebihmemudahkanpemerintah daerah dan para
pemangku kepentingan dalam menerapkannya maka diperlukan sebuah modul yang dapat dijadikan sebagai
acuan dalam pelatihan, pendampingan, dan pelaksanaannya pengembangan forum multi stakeholders karena
modul ini dapat memberikan gambaran secara utuh konsep dan tahapan pengembangan FMS di daerah.
Diharapkan modul ini dapat membantu Penyelenggara pelayanan, Pemerintah daerah dan pihak-pihak lain
yang ingin menerapkan tata kelola yang baik, khususnya dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
mewujudkan pelayanan publik yang berkualitas dan berstandar dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Jakarta, Oktober 2014
ELKE RAPPChief of Party, USAID - KINERJA
3www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1DAFTAR ISI 3PANDUAN PENGGUNAAN MODUL 5
1 KONSEP DASAR FORUM MULTI STAKEHOLDER (FMS) 201. Latar Belakang 202. Pengertian FMS 213. Alternatif Nama 224. Pentingnya FMS dalam upaya peningkatan pelayanan publik 225. Tujuan pengembangan FMS 236. Tugas dan fungsi FMS 23
2 TAHAPAN PENGEMBANGAN FMS UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAYANAN PUBLIK YANG BERBASIS STANDAR DAN RESPONSIF GENDER
61
1. Tahapan Pengembangan FMS untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam
Pelayanan Publik
61
a. Tahap Persiapan 61b. Tahap Pembentukan 62c. Tahap Penggiatan 62d. Tahap Integrasi 62e. Tahap Pengikatan atau pelembagaan 63
2. Identifikasi dan Analisis Stakeholder dalam Pengingkatan Pelayanan Publik 633. Konsep dan Kebijakan serta Strategi Peningkatan Pelayanan Publik 70
a. Latar Belakang 70b. Konsep dan Kebijakan Pelayanan Publik 72c. Strategi Peningkatan Kualitas Pelayanan 75
4. Membangun Komitmen 77a. Pengertian 77b. Tujuan membangun komitmen 78c. Langkah dan cara-cara membangun komitmen 78
4 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
3 OPTIMALISASI PERAN FMS DALAM ADVOKASI PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK
124
1. Kedudukan dan Peran FMS 1242. Dasar-dasar Advokasi Kebijakan Publik 1253. Tahapan Perencanaan dan Penganggaran Daerah 133
4 STRATEGI KEBERLANJUTAN FMS 144Strategi Pengembangan dan Keberlanjutan FMS 1521. Pengertian 1522. Unsur-unsur Pelembagaan 1523. Strategi Pengembangan 153
PERKENALAN, IDENTIFIKASI HARAPAN DAN POD 158• Pengantar 158• Tujuan Pembelajaran 158• Pokok Bahasan 159• Metode 159• Alat dan Bahan 159• Waktu 159• Proses Fasilitasi 159• Bahan Bacaan 161
- Pembelajaran Orang Dewasa 162- Pendidikan Partisipatif 164
LAMPIRAN-LAMPIRAN :1. Panduan fasilitasi sesi perkenalan, penyepakatan pengorganisasian pelatihan/
lokakarya, identifikasi harapan-harapan, Pembelajaran Orang Dewasa2. Lembar Paparan Fasilitator (LPF) untuk setiap modul3. Bahan Bacaan untuk setiap modul4. Lembar-lembar kerja untuk setiap modul
5www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
Modul sederhana ini berjudul “Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder dalam Upaya Peningkatan
Pelayanan Publik”. Modul ini disusun dan didorong atas kebutuhan untuk mewujudkan terjadinya peningkatan
efektifitas pengelolaan pelayanan publik di daerah, terutama yang didukung Program USAID-KINERJA dengan
melibatkan peran aktif para pemangku kepentingan yang tergabung dalam Forum Multi Stakeholder.
Sesuai dengan mandatnya, maka modul ini berisi 4 tema pokok, yaitu (1). Konsep dasar FMS, (2). Tahapan
pengembangan FMS untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan publik yang berbasis
standar dan responsif gender, (3). Optimalisasi kedudukan dan peran FMS dalam advokasi peningkatan
pelayanan publik yang berbasis standar dan responsif gender, dan (4). Strategi keberlanjutan FMS. Selain 4
tema pokok di atas, modul ini dilengkapi modul tambahan berupa panduan lokakarya inisiasi pembentukan
FMS yang di dalamnya terdapat sesi perkenalan, menyusun harapan dan pendidikan orang dewasa.
Dengan maksud untuk memudahkan pengguna modul, setiap bahasan diurutkan penyajiannya mulai dari
tujuan pembelajaran, pokok bahasan, metode, alat dan bahan, waktu diperlukan, proses fasilitasi, bahan
bacaan dan lampiran-lampiran pendukung alat bantu belajar.
Modul ini dimaksudkan untuk dapat digunakan sebagai panduan untuk menyelenggarakan pelatihan juga untuk
melakukan pendampingan penguatan dan pengembangan FMS dalam advokasi peningkatan pelayanan publik
yang berbasis standar an responsif gender. Oleh karena itu, modul ini dapat digunakan oleh fasilitator pelatihan
dan/atau oleh pendamping penguatan dan pengembangan FMS.
Akhirnya, semoga modul ini dapat bermanfaat untuk memandu pelatihan maupun pendampingan
pengembangan FMS yang peduli dalam upaya-upaya peningkatan pelayanan publik yang berbasis standard
an responsif gender.
PANDUAN PENGGUNAAN MODUL
6 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
NO TEMA/BABPOKOK
BAHASANTUJUAN BELAJAR METODE
Alat Bantu Belajar/
REFERENSIWAKTU
1 2 3 4 5 6 7
I PERKENALAN, IDENTIFIKASI HARAPAN DAN PEMBELAJARAN ORANG DEWASA
1. Perkenalan singkat peserta
2. Harapan peserta terhadap lokakarya,
3. Prinsip prinsip pembelajaran orang dewasa,
4. Maksud, Tujuan, Alur Lokakarya,
5. Agenda lokakarya,
6. Norma dalam
lokakarya.
Setelah sesi ini peserta diharapkan dapat :
1. Saling mengenal satu sama lain,
2. Menjelaskan tujuan lokakarya,
3. Mengidentifikasi harapan-harapan peserta lokakarya,
4. Meninjau siklus belajar orang dewasa yang akan digunakan selama lokakarya,
5. Menyepakati norma-norma untuk menciptakan suasana lokakarya yang kondusif, efektif, dan efisien.
1. Presentasi interaktif
2. Curah pendapat
3. Diskusi kelompok
4. Diskusi pleno
1. LPF (Lembar Paparan Fasilitator)
2. LK (Lembar Kerja)
3. Bahan Bacaan
2 jampel (90’)
II KONSEP DASAR
FMS
- Pengertian FMS
- Pentingnya FMS
- Tujuan
Setelah sesi ini diharapkan peserta dapat :
- Menjelaskan pengertian dan pentingnya FMS dalam upaya peningkatan pelayanan publik
- Menjelaskan tujuan pengembangan FMS dalam peningkatan pelayanan publik.
- Menjelaskan tugas dan fungsi FMS dalam peningkatan pelayanan publik.
- Presentasi Presentasi Interaktif
- Curah Pendapat
- Diskusi kelompok dan
- Diskusi pleno
1. LPF (Lembar Paparan Fasilitator)
2. LK (Lembar Kerja)
3. Bahan Bacaan
2 jampel (90’)
SILABI PANDUAN PENGEMBANGAN FORUM MULTI STAKEHOLDER DALAM UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK YANG BERBASIS STANDAR
DAN RESPONSIF GENDER
7www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
NO TEMA/BABPOKOK
BAHASANTUJUAN BELAJAR METODE
Alat Bantu Belajar/
REFERENSIWAKTU
1 2 3 4 5 6 7
III TAHAPAN PENGEMBANGAN FMS UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAYANAN PUBLIK
1. Tahapan pengembangan FMS
2. Identifikasi dan analisa stakeholder
3. Konsep dan kebijakan serta strategi peningkatan pelayanan publik
4. Membangun Komitmen
Setelah sesi ini peserta diharapkan dapat :
- Menjelaskan tahap-tahap pengembangan FMS
- Menjelaskan cara dan tahapan identifikasi dan analisa stakeholder
- Melakukan simulasi identifikasi dan analisa stakeholder.
- Menjelaskan konsep dan kebijakan serta strategi pelayanan publik yang berbasis standar dan responsif gender.
- Menjelaskan cara dan tahapan membangun komitmen untuk memulai program/kegiatan.
1. Presentasi Interaktif
2. Curah Pendapat
3. Diskusi kelompok dan
4. Diskusi pleno5. Praktek
1. LPF (Lembar Paparan Fasilitator)
2. LK (Lembar Kerja)
3. Bahan Bacaan
5 jampel (225’)
IV OPTIMALISASI KEDUDUKAN DAN PERAN FMS DALAM ADVOKASI PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK YANG BERBASIS STANDAR DAN RESPONSIF GENDER
1. Peran FMS dalam Advokasi kebijakan dalam pelayanan publik
2. Dasar-dasar advokasi kebijakan dalam pelayanan publik
3. Partisipasi FMS dalam perencanaan dan
Setelah sesi ini peserta diharapkan dapat :
• Menjelaskani peran FMS dalam advokasi kebijakan pelayanan publik.
•Menjelaskani dasar-dasar advokasi kebijakan dalam pelayanan publik.
• Menjelaskani tahapan perencanaan dan penganggaran
1. Presentasi Interaktif
2. Curah Pendapat
3. Diskusi kelompok dan
4. Diskusi pleno
5. Round Robin
6. Praktek
1. LPF (Lembar Paparan Fasilitator)
2. LK (Lembar Kerja)
3. Bahan Bacaan
3 jampel (135’)
8 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
NO TEMA/BABPOKOK
BAHASANTUJUAN BELAJAR METODE
Alat Bantu Belajar/
REFERENSIWAKTU
1 2 3 4 5 6 7
penganggaran tahunan daerah dalam rangka peningkatan pelayanan publik.
daerah peluang-peluang partisipasi FMS.
V STRATEGI KEBERLANJUTAN FMS
1. Pengertian dan alasan pentingnay keberlanjutan
2. Aspek dan indikator keberlanjutan
3. Strategi pengembangan untuk keberlanjutan FMS
Setelah sesi ini peserta diharapkan dapat :
1. Menjelaskan pengertian dan alasan pentingnya keberlanjutan
2. Menjelaskan Aspek dan indikator keberlanjutan
3. Merumuskan strategi pengembangan untuk keberlanjutan FMS
1. Presentasi Interaktif
2. Curah Pendapat
3. Diskusi kelompok dan
4. Diskusi pleno
5. LPF (Lembar Paparan Fasilitator)
6. LK (Lembar Kerja)
7. Bahan Bacaan
3 jampel (135’)
9www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
11Konsep Dasar Forum Multi Stakeholder (FMS)
10 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah sesi ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pengertian dan pentingnya FMS
dalam upaya peningkatan pelayanan publik yang
berbasis standar dan responsif gender.
2. Menyebutkan beberapa alternatif nama dan
bentuk organisasi forum para pemangku
kepentingan.
3. Menjelaskan tujuan pengembangan FMS dalam
upaya peningkatan pelayanan publik.
4. Menjelaskan peran dan fungsi FMS dalam
upaya peningkatan pelayanan publik.
POKOK BAHASAN
1. Pengertian FMS.
2. Pentingnya FMS dalam upaya peningkatan
pelayanan publik yang berbasis standard dan
responsive gender.
3. Alternatif nama, bentuk forum dan unsur-unsur
yang dapat terlibat.
4. Tujuan, peran dan fungsi FMS dalam upaya
peningkatan pelayanan publik yang berbasis
standard dan responsive gender.
I. KONSEP DASAR FORUM MULTI STAKEHOLDER (FMS)
METODE
1. Presentasi interaktif
2. Curah pendapat
3. Berpasangan
4. Round Robin/kelompok berkeliling
5. Diskusi
ALAT DAN BAHAN
1. Lembar Presentasi Fasilitator (LPF),
2. Flipchart,
3. LCD,
4. Komputer/laptop,
5. Kertas Plano,
6. Spidol,
7. Kertas Metaplan,
8. Lakban kertas.
WAKTU
90 menit
11www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
PROSES FASILITASI
1. Pengantar dan pembahasan pengertian FMS (15 menit) a. Fasilitator menayangkan slide tentang judul
sesi dan menjelaskan tujuan pembahasan
tema Konsepsi FMS.
b. Fasilitator menanyakan kepada peserta apa
yang mereka ketahui tentang FMS.
c. Fasilitator mengidentifikasi kata kunci dari
setiap pendapat peserta, lalu merumuskan
bersama tentang apa yang dimaksud
dengan FMS.
d. Kemudian sebagai bahan pembanding,
fasilitator dapat menayangkan slide tentang
pengertian FMS.
2. Curah pendapat dengan buzz group (berpasangan) tentang “pentingnya FMS” (20 menit).a. Fasilitator meminta peserta untuk
berkelompok atau berpasangan dengan
teman di sebelah kanannya. Apabika
berkelompok dibuat secara acak dan agar
diperhatikan proporsi antar laki-laki dan
perempuannya.
b. Kemudian fasilitator mengajukan pertanyaan
kepada peserta tentang “Mengapa
FMS penting dalam upaya peningkatan
pelayanan publik ?”
c. Fasilitator meminta setiap kelompok atau
pasangan untuk mendiskusikan pertanyaan
tersebut dan menuliskan jawabannya pada
kertas metaplan. Setiap pasangan bisa
menulis lebih dari satu jawaban.
d. Setelah selesai berdiskusi, setiap pasangan
diminta menempel jawabannya ditempat
yang telah disediakan.
e. Fasilitator mengklarifikasi dan
mengkonfirmasi setiap jawaban dan
merangkumnya menjadi butir-butir
pentingnya FMS dalam upaya peningkatan
pelayanan publik.
f. Fasilitator dapat menambahnya dengan
menayangkan slide tentang pentingnya MSF
yang telah disiapkan.
3. Curah pendapat dengan buzz group (berpasangan) tentang alternatif nama-nama forum (20 menit)a. Fasilitator meminta peserta masih tetap
berpasangan dengan teman sebelah
kanannya. Kemudian meminta setiap
pasangan untuk mendiskusikan alternatif
nama-nama forum itu apa saja.
b. Setelah selesai berdiskusi, setiap pasangan
diminta menempel jawabannya ditempat
yang telah disediakan.
c. Fasilitator mengklarifikasi dan
mengkonfirmasi setiap jawaban dan
merangkumnya menjadi butir-butir alternatif
nama-nama FMS dalam upaya peningkatan
pelayanan publik.
d. Fasilitator menanyakan kepada peserta
tentang unsur-unsur masyarakat apa saja
yang dapat terlibat dalam FMS.
e. Fasilitator dapat menambahnya dengan
menayangkan slide tentang alternatif
nama-nama dan unsur-unsur masyarakat
yang dapat terlibat dalam FMS yang telah
disediakan.
I. Konsep Dasar Forum Multi Stakeholder (FMS)
12 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
4. Diskusi dengan Round Robin (kelompok berkeliling) tentang tujuan, peran dan fungsi FMS dalam upaya peningkatan pelayanan publik (25 menit).a. Fasilitator memajang/menempel tiga kertas
plano dengan jarak antar kertas sedemikian
rupa. Kertas pertama bertuliskan judul
TUJUAN PENGEMBANGAN FMS, kertas
kedua berjudul PERAN FMS, kemudian
kertas ketiga berjudul FUNGSI FMS.
b. Fasilitator membagi peserta menjadi tiga
kelompok dengan mempertimbangkan
jumlah perempuan dan laki-laki dalam
kelompok tersbut seimbang dan dipastikan
mereka aktif dan partisipatif. Kemudian
setiap kelompok berdiri di depan salah satu
kertas plano. Kelompok I berdiri di depan
plano pertama, kelompok II berdiri di depan
plano kedua dan kelompok III berdiri di
depan plano ketiga.
c. Fasilitator meminta setiap kelompok untuk
mendiskusikan dan mengisi jawaban pada
kertas plano di hadapannya selama 5 menit.
d. Kemudian kelompok diminta bergeser dari
hadapannya, kelompok I ke plano kedua,
kelompok II ke plano ketiga dan kelompok
III ke plano I. Selanjutnya setiap kelompok
diminta untuk menambah isi jawaban pada
plano yang dihadapi. Waktu yang disediakan
untuk mendiskusikan selama 2 menit.
Dengan hal yang sama, setiap kelompok
bergeser dan menambah jawaban pada
plano yang di hadapi dalam waktu 2 menit,
yaitu kelomp I menghadap pada plano
ketiga, kelompok II pada plano pertama dan
kelompok III pada plano kedua. Pergeseran
kelompok yang terakhir adalah pada posisi
semula, yaitu kelompok I menghadap pada
plano pertama, kelompok II pada plano
kedua dan kelompok III pada plano ketiga.
e. Setelah masing-masing kelompok berdiri
pada posisi semula, selanjutnya setiap
kelompok diminta mencermati isian yang
ada. Kalau ada yang dirasa masih kurang,
kelompok bisa melengkapi.
f. Selanjutnya fasilitator mengklarifikasi dan
mengkonfirmasi setiap jawaban, sekaligus
merangkumnya.
5. Rangkuman dan Penutup (10 menit) Fasilitator merangkum dan mempertegas hasil
paparan dan diskusi dengan kisi-kisi penting
bahwa FMS bukanlah merupakan hal baru
serta sungguh penting dan amat strategis
keberadaan, peran dan fungsinya dalam upaya
peningkatan efektifitas pelayanan publik.
13www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
LEMBAR FASILITASI FASILITATOR TerlampirdalamfileLPF-1
KONSEP DASAR FORUM MULTI STAKEHOLDER
Dalam Upaya Peningkatan Pelayanan Publik
Wadah/wahana/media/event /mekanisme atau proses bagi para pemangku kepentingan untuk bertemu, berkomunikasi dan membicarakan serta menanggapi sesuatu sebagai upaya untuk mencapai tujuan bersama, yaitu berperan dalam upaya peningkatan efektifitas pelayalanan publik.
Pengertian
I. Konsep Dasar Forum Multi Stakeholder (FMS)
14 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
• Gugus Kerja • Jaringan • Gerakan • Aliansi• Koalisi• Forum Kerja
Pengertian• Komisi• Forum Peduli• Konsorsium• Front• Dll
• Partisipasi adalah hak warga yang merupakan bagian dari hak asasi yang melekat dalam diri setiap warga negara. Pengakuan hak ini terdapat dalam kovenan International dan Peraturan Perundangan di Indonesia
• Partisipasi masyarakat dan transparansi dalam pemerintahan telah terbukti memberikan sumbangan yang signifikan terhadap peningkatan pelaksanaan good governance dan kualitas pelayanan publik, mempermudah pelaksanaan karena trust sudah terbangun.
Pentingnya MSF (1)
15www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
1. Sektoral• Sektor Pendidikan (DGP, BOSP, MBS)• Sektor Kesehatan (PA, IMD, ASI Ekslusif)• Perbaikan Iklim Usaha (PTSP, Review Regulasi, Survei Ekonomi
pemerintah daerah)
2. Lintas Sektor• Penguatan Media• Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengawasan• Analisis APBD• Pengembangan manajemen kinerja pemerintah daerah• PUG• Pengembangan kemitraan publik dan swasta
Fokus perhatian (pada Program KINERJA)
• Refleksi pengalaman program/proyek-proyek terdahulu yang tidak atau kurang partisipatif menimbulkan kegagalan
• Pelaksanaan partisipasi terbukti meningkatkan kepercayaan masyarakat
• Partisipasi menjamin keberlanjutan
• Pelibatan MSF salah satu perwujudan dari partisipasi masyarakat dalam pengelolaan pembangunan, termasuk dalam pelayanan publik
Pentingnya MSF (2)
I. Konsep Dasar Forum Multi Stakeholder (FMS)
16 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
3. Level :
• Unit pelayanan• Tingkat kabupaten/kota
1. Unit Pelayanan :• Sekolah (siapa saja?) • Puskesmas (siapa saja ?)
2. Tingkat Kab/kota :• Pendidikan (siapa saja?)• Kesehatan (siapa saja?)• Perbaikan Iklim usaha (siapa saja ?), dan/atau• Gabungan sektor-sektor (siapa saja?)
Para Pihak yang Terkait
17www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
• Mengupayakan agar forum dapat menjadi pusat informasi masyarakat tingkat kabupaten/kota.
• Memfasilitasi jaringan komunikasi, dan koordinasi antar pemangku kepentingan di tingkat kab/kota.
• Memberikan alternatif-alternatif solusi terkait dengan isu tentang pengelolaan sekolah.
• Merevitalisasi institusi adat atau forum yang telah ada• Menjadi alat pendidikan kritis warga/media pembelajaran (learning
center) di tingkat kab/kota.
Tugas dan Fungsi FMS (1)
1. Membangun kesepahaman para pemangku kepentingan terhadap perbaikan kinerja pelayanan publik.
2. Membangun komitmen dan kebersamaan untuk mendukung upaya peningkatan pelayanan publik.
3. Menyepakati (bersama-sama) hal-hal yang menjadi tolok ukur perbaikan pelayanan publik.
4. Mengorganisasikan berbagai pemangku kepentingan dalam upaya perbaikan pelayanan publik.
Tujuan Pengembangan dan Penguatan FMS
I. Konsep Dasar Forum Multi Stakeholder (FMS)
18 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
• Memfasilitasi penyadaran dan pengorganisasian masyarakat,
khususnya basis organisasi partisipan forum.
• Mendukung penyediaan wahana komunikasi dan jejaring inter dan
antar anggota organisasi partisipan forum.
• Memberikan tempat untuk melakukan tukar pikiran, berbagi
informasi dan konsultasi tentang kinerja pengelolaan pelayanan
publik.
Tugas dan Fungsi FMS (3)
• Menjadi solidarity makers (warga dan forum-forum) di tingkat kab/kota.
• Memantau pelayanan pendidikan dan mengawal kepentingan warga.
• Advokasi kebijakan untuk perbaikan layanan pendidikan.• Mendorong adanya kompetisi positif dalam peningkatan
layanan.
Tugas dan Fungsi FMS (2)
19www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
• Memudahkan proses pemantauan capaian kinerja pelayanan publik, baik sektor pendidikan, kesehatan, dan sektor pengembangan ekonomi lokal.
• Menyediakan wahana untuk merumuskan strategi dan melakukan aksi-aksi advokasi untuk perubahan kebijakan dalam rangka peningkatan kuantitas dan kualitas pelayanan publik.
Tugas dan Fungsi FMS(4)
I. Konsep Dasar Forum Multi Stakeholder (FMS)
20 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
BAHAN BACAAN
KONSEP DASAR FORUM MULTI STAKEHOLDER (FMS)
1. Latar Belakang
Pokok bahasan ”Konsep Dasar FMS” dimaksudkan
sebagai sesi untuk menjelaskan pengertian FMS
dan mengapa FMS itu penting. Di samping itu, juga
akan membahas tujuan, peran dan fungsi FMS,
khususnya dalam upaya peningkatan pelayanan
publik.
Beberapa sub tema ini perlu dibahas karena
masih banyak para pemangku kepentingan yang
terkait dengan suatu program tertentu yang belum
memahami apa yang dimaksudkan dengan FMS,
untuk apa sesungguhnya FMS perlu dikembangkan
serta apa peran dan fungsinya dalam upaya
peningkatan pelayanan publik.
Program USAID-KINERJA adalah program bantuan
teknis kerjasama Pemerintah Indonesia dengan
Pemerintah Amerika Serikat, melalui United States
Agency for International Development (USAID)/
Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat,
yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan
publik melalui peningkatan pengelolaan/manajemen
pelayanan dan peningkatan partisipasi masyarakat,
khususnya di tiga sektor yakni pendidikan,
kesehatan, dan peningkatan iklim usaha.
Ada lima propinsi yang menjadi mitra Program
USAID-KINERJA yaitu: Aceh, Jawa Timur, Sulawesi
Selatan, Kalimantan Barat, dan Papua. Di masing-
masing propinsi, USAID-KINERJA bekerja di 5
kabupaten/kota, kecuali di Papua ada 4 kabuapten/
kota. sehingga total berjumlah 24 kabupaten/kota.
Kabupaten/Kota mitra program KINERJA adalah
sebagai berikut:
No Aceh Jawa Timur Kalimantan Barat Sulawesi Selatan Papua1 Kota Banda Aceh Kota Probolinggo Kota Singkawang Kota Makasar Kota Jayapura2 Bener Meriah Probolinggo Sambas Bulukumba Jayapura3 Aceh Tenggara Jember Bengkayang Barru Mimika4 Aceh Singkil Bondowoso Sekadau Luwu Jayawijaya5 Simelue Tulung Agung Melawi Luwu Utara
21www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
Pendekatan dalam pelaksanaan paket program
KINERJA berfokus pada tata kelola pemerintahan
(governance), sehingga kegiatan intervensinya
tidak hanya fokus pada sisi penyedia pelayanan,
namun juga pada sisi pengguna pelayanan.
Pada sisi penyedia pelayanan, KINERJA akan
mempromosikan dan mendukung transparansi,
partisipasi dan akuntabilitas pengelolaan pelayanan.
Pada sisi pengguna pelayanan, KINERJA akan
memfokuskan upayanya untuk menguatkan
kapasitas masyarakat sipil dalam advokasi untuk
menuntut perbaikan pelayanan publik. KINERJA
akan mendorong tumbuhnya dialog kedua belah
pihak tersebut memalui FMS.
Belajar dari praktik baik dari beberapa pelayanan
publik, khususnya di sektor kesehatan dan sektor
pendidikan, FMS dapat juga dilakukan untuk
memperkaya wawasan dan mempercepat perbaikan
pelayanan kepada masyarakat. Bahan bacaan ini
bermaksud memberikan gambaran secara umum
untuk menginisiasi dan mengembangkan forum
multi stakeholder di kabupaten. Pelaksanaan di
tiap kabupaten tentu akan berbeda sesuai dengan
dinamika daerah, sehingga perlu ada penyesuaian-
penyesuaian. Bagi daerah yang telah ada forum
semacan ini, tidak harus melalui semua tahapan
proses seperti yang terurai dalam dokumen ini.
2. Pengertian FMS
Forum Multi Stakeholder adalah media atau ruang
untuk mempertemukan para pemangku kepentingan
guna merespon isu-isu yang menjadi kepedulian
bersama dan tujuan bersama. Anggota MSF
dapat berasal dari berbagai unsur kepentingan
masyarakat (individu dan atau kelompok) baik dari
unsur eksekutif, legislatif, media, sektor bisnis, dan
lain-lain. Pertemuan, diskusi dan forum bersama
antar pemangku kepentingan menjadi penting
untuk mengembangkan proses dialogis dan
membangun kesadaran bersama serta melakukan
aksi bersama. Dalam konteks pelayanan publik,
forum multi stakeholder ini merupakan proses
dialogis antara penyedia pelayanan dan pengguna
pelayanan untuk mencapai suatu pelayanan publik
yang berstandar,efektif, efisien, terjangkau dan
berwawasan gender.
Apa yang telah diupayakan oleh pemerintah
(selaku penyedia pelayanan publik) serta apa
yang terjadi dan diharapkan masyarakat (selaku
pengguna pelayanan) harus diupayakan ada titik
temu. Pertemuan dan forum juga akan menjadi
ajang untuk menyepakati apa saja yang akan
dilakukan oleh masing-masing pelaku/berbagi
peran dan tanggungjawab, berbagi informasi, saling
mendukung dalam upaya perbaikan bersama.
Pada tahap awal FMS, tidaklah harus merupakan
pertemuan formal, lokakarya atau bahkan
merupakan organisasi atau lembaga formal. Namun,
bisa juga merupakan forum-forum terbatas yang
informal. Pada tahapan lebih lanjut, FMS bisa saja
membentuk organisasi atau lembaga pelaksana
(didorong menjadi organisasi atau lembaga formal)
jika memang diperlukan sesuai dengan dinamika
dan kebutuhan lokal.
Dalam konteks program KINERJA, pemangku
kepentingan adalah unsur-unsur dari masyarakat,
baik individu atau kelompok, eksekutif, DPRD,
I. Konsep Dasar Forum Multi Stakeholder (FMS)
22 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
media yang berkepentingan terhadap pelayanan
publik sebagai berikut:
a. Kesehatan dasar, khususnya kesehatan ibu dan
anak dengan fokus pada persalinan aman dan
inisiasi menyusu dini dan pemberian ASI eklusif
b. Pendidikan dasar dengan fokus pada
manajemen berbasis sekolah, distribusi guru
yang proporsional, dan penghitungan biaya
operasional satuan pendidikan
c. Pengembangan iklim usaha lokal dengan fokus
pada pengembangan pelayanan perijinan
terpadu satu atap dan tinjauan regulasi.
3. Alternatif Nama
Banyak pilihan nama yang dapat digunakan untuk
menamai FMS dalam upaya peningkatan pelayanan
publik. Adapun alternatif nama-nama tersebut
adalah sebagai berikut :
• Gugus Kerja
• Jaringan
• Gerakan
• Aliansi
• Koalisi
• forum Kerja
• Komisi
• Forum Peduli
• Front
Kinerja mendorong untuk menggunakan nama-nama
sesuai dengan kearifan lokal.
4. Pentingnya FMS dalam upaya peningkatan pelayanan publik
Keberadaan dan peran FMS dalam pengelolaan
pelayanan publik adalah penting dan strategis, lebih-
lebih dalam sektor pendidikan, sektor kesehatan dan
sektor pengembangan ekonomi lokal. Peran FMS
dalam pengelolaan pelayanan ketiga sektor ini amat
penting karena ketiganya adalah pelayanan publik
dasar yang secara minimum harus dapat dinikmati
oleh seluruh masyarakat.
Penting dan strategisnya keberadaan FMS karena
dengan terselenggaranya FMS para pemangku
kepentingan, baik selaku penyedia pelayanan
maupun pengguna pelayanan, termasuk kelompok
perempuan dan marjinal, dapat berkomunikasi,
berdialog dan berdiskusi untuk memberikan
kontribusi dalam rangka peningkatan pelayanan.
Beberapa pertimbangan yang mendorong
pentingnya FMS dalam upaya peningkatan
pelayanan publik, sebagai berikut :
a. Partisipasi adalah hak warga yang merupakan
bagian dari hak asasi yang melekat dalam
diri setiap warga negara. Pengakuan hak ini
terdapat dalam kovenan International dan
Peraturan Perundangan di Indonesia.
b. Partisipasi masyarakat dan transparansi dalam
pemerintahan telah terbukti memberikan
sumbangan yang signifikan terhadap
peningkatan pelaksanaan good governance
dan kualitas pelayanan publik, mempermudah
pelaksanaan karena trust sudah terbangun.
23www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
c. Refleksi pengalaman program/proyek-proyek
terdahulu yang tidak atau kurang partisipatif
menimbulkan kegagalan.
d. Pelaksanaan partisipasi terbukti meningkatkan
kepercayaan masyarakat.
e. Partisipasi, termasuk dari kelompok perempuan
dan marjinal akan menjamin keberlanjutan
f. FMS atau pelibatan multi stakeholder
adalah salah satu perwujudan dari partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan pembangunan,
termasuk dalam pelayanan publik.
5. Tujuan Pengembangan FMS
Secara umum, pengembangan FMS ini bertujuan
agar terjadi peningkatan mutu pelayanan publik
melalui transparansi, akuntabilitas dan partisipasi
pengelolaan pelayanan. Adapun secara khusus
bertujuan :
a. Membangun kesepahaman lintas pelaku dan
pemangku kepentingan (LSM, pemerintah
daerah dan pemerhati pelayanan publik)
terhadap perbaikan kinerja pelayanan di disektor
kesehatan, pendidikan, dan perbaikan iklim
usaha
b. Membangun komitmen dan kebersamaan multi
stakeholders untuk bersama-sama sebagai
tim mendukung berbagai upaya peningkatan
pelayanan program kesehatan ibu dan anak,
manajemen pendidikan, dan perbaikan iklim
usaha
c. Bersama-sama menyepakati hal-hal yang
menjadi tolok ukur perbaikan kinerja pelayanan
publik khususnya dalam pelayanan kesehatan
ibu dan anak, manajemen pendidikan dan
perbaikan iklim usaha.
d. Mengorganisasikan berbagai pemangku
kepentingan dalam mengupayakan perbaikan
pelayanan kesehatan ibu dan anak, manajemen
pendidikan, dan perbaikan iklim usaha.
6. Tugas dan Fungsi FMS
Tugas dan fungsi FMS sangat bervariasi sesuai
dengan tahapan dan dinamika lokal yang terjadi.
Namun secara umum peran dan fungsi FMS adalah
sebagai berikut:
a. Tugas
1) Mengupayakan agar forum dapat menjadi
pusat informasi masyarakat tingkat
kabupaten/kota.
2) Memfasilitasi jaringan komunikasi, dan
koordinasi antar pemangku kepentingan di
tingkat kab/kota.
3) Memberikan alternatif-alternatif solusi terkait
dengan isu tentang pengelolaan sekolah
4) Merevitalisasi institusi adat atau forum yang
telah ada.
5) Menjadi alat pendidikan kritis warga/media
pembelajaran (learning center) di tingkat
kab/kota.
6) Menjadi solidarity makers (warga dan forum-
forum) di tingkat kab/kota.
7) Memantau pelayanan pendidikan dan
mengawal kepentingan warga.
8) Advokasi kebijakan untuk perbaikan
layanan pendidikan.
I. Konsep Dasar Forum Multi Stakeholder (FMS)
24 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
9) Mendorong adanya kompetisi positif dalam
peningkatan layanan
a. Fungsi
Keberadaan dan peran-peran forum akan
memberikan berbagai fungsi dalam rangka
peningkatan pelayanan publik, antara lain:
1) Fasilitasi penyadaran dan pengorganisasian
masyarakat, khususnya basis organisasi
partisipan forum.
2) Mendukung penyediaan wahana
komunikasi dan jejaring inter dan antar
anggota organisasi partisipan forum.
3) Memberikan tempat untuk melakukan tukar
pikiran, berbagi informasi dan konsultasi
tentang kinerja pengelolaan pelayanan
publik yang berbasis standar dan responsif
gender.
4) Memudahkan proses pemantauan
capaian kinerja pelayanan publik, baik
sektor pendidikan, kesehatan, dan sektor
pengembangan ekonomi lokal.
5) Menyediakan wahana untuk merumuskan
strategi dan melakukan aksi-aksi advokasi
untuk perubahan kebijakan dalam rangka
peningkatan kuantitas dan kualitas
pelayanan publik. yang berbasis standar dan
responsif gender berpihak kepada kelompok
rentan dan minoritas.
25www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
22Tahapan Pengembangan FMS untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik yang Berbasis Standar dan Responsif Gender
26 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah sesi ini peserta diharapkan dapat :
1. Menjelaskan tahap-tahap pengembangan FMS
2. Menjelaskan cara untuk identifikasi dan analisa
stakeholder terkait dengan upaya peningkatan
pelayanan publik yang berbasis standar dan
responsif gender.
3. Melakukan simulasi untuk identifikasi dan
analisis stakeholder terkait dengan upaya-upaya
peningkatan pelayanan publik.
4. Menjelaskan konsep dan kebijakan pelayanan
publik yang berbasis standar dan responsive
gender.
5. Menjelaskan proses dan langkah-langkah
membangun komitmen.
II. TAHAPAN PENGEMBANGAN FMS UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAYANAN PUBLIK YANG BERBASIS STANDAR DAN RESPONSIF GENDER
POKOK BAHASAN
1. Tahapan pengembangan FMS untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pelayanan publik.
2. Identifikasi dan analisis stakeholder terkait
dengan peningkatan pelayanan publik.
3. Konsep dan kebijakan serta strategi peningkatan
pelayanan publik yang berbasis standar dan
responsif gender.
4. Membangun komitmen untuk berhimpun.
METODE
1. Ceramah interaktif
2. Curah pendapat,
3. Diskusi kelompok dan pleno
4. Praktek
27www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
ALAT DAN BAHAN
1. Lembar Presentasi Fasilitator (LPF),
2. Bahan bacaan,
3. Papan tulis plano,
4. LCD,
5. Komputer/laptop,
6. Kertas Plano,
7. Spidol,
8. Kertas Metaplan,
9. Lakban kertas.
WAKTU
225 menit
PROSES FASILITASI
1. Penjelasan interaktif dan curah pendapat (15 menit) a. Fasilitator menayangkan slide tentang judul
sesi dan menjelaskan tujuan pembahasan
tema sesi ini.
b. Fasilitator melanjutkan penjelasannya
bahwa dalam pengembangan FMS
harus selalu melibatkan dan mendorong
keikutsertaan perempuan, begitu juga
dengan keanggotaan FMS, perlu ada
keseimbangan jumlah keanggotaan antara
perempuan dan laki-laki.
c. Fasilitator menanyakan kepada peserta,
apa pendapat mereka tentang tahapan
pengembangan FMS
d. Fasilitator mengidentifikasi kata kunci dari
setiap pendapat peserta, lalu merumuskan
bersama peserta tentang apa yang
dimaksud dengan tahapan pengembangan
FMS.
e. Sebagai bahan pembanding, fasilitator dapat
menayangkan slide tentang pengertian
tahapan dan pentingnya memahami tahapan
pengembangan FMS.
f. Fasilitator mengajak peserta untuk
memberikan komentar terhadap presentasi
dan mendiskusikannya untuk mencapai
kesepahaman.
2. Curah pendapat (20 menit)a. Fasilitator menanyakan kepada peserta
tentang unsur-unsur atau pihak-pihak yang
terlibat dalam FMS.
b. Fasilitator mengidentifikasi kata kunci dari
setiap pendapat peserta dan meminta
konfirmasi dari peserta lainnya dan
mendiskusikannya sehingga tercapai suatu
kesepakatan.
c. Fasilitator dapat menayangkan slide
tentang unsur-unsur atau pihak-pihak yang
terlibat dalam FMS dan mendiskusikannya
dengan peserta sehingga tercapai suatu
kesepakatan.
d. Fasilitator mendiskusikan dengan peserta
tahapan dalam kegiatan identifikasi dan
analisa stakeholder
II. Tahapan Pengembangan FMS untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik yang Berbasis Standar dan Responsif Gender
28 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
3. Penjelasan Interaktif (30 menit)a. Fasilitator menjelaskan beberapa sub
tema tentang tahap-tahap kegiatan
identifikasi dan analisis stakeholder dengan
menayangkan slide yang telah disiapkan.
b. Fasilitator memberi kesempatan kepada
peserta untuk bertanya, memberi tanggapan
dan saran tentang tahapan kegiatan ini.
4. Diskusi dengan Round Robin tentang para pemangku kepentingan dalam upaya-upaya peningkatan pelayanan publik (25 menit)a. Fasilitator memajang/menempel empat
kertas plano dengan jarak antar kertas
sedemikian rupa sehingga memudahkan
perpindahan kelompok. Kertas
pertama bertuliskan judul MENGAPA
PERLU MELAKUKAN IDENTIFIKASI
STAKEHOLDER, kertas kedua berjudul
MENGAPA PERLU MELAKUKAN ANALISIS
STAKEHOLDER, kemudian kertas ketiga
berjudul DAFTAR STAKEHOLDER
PEMERINTAHAN, serta kertas keempat
berjudul DAFTAR STAKEHOLDER NON-
Pemerintah
b. Fasilitator membagi peserta menjadi empat
kelompok. Kemudian setiap kelompok
berdiri di depan salah satu kertas plano.
Kelompok I berdiri di depan plano pertama,
kelompok II berdiri di depan plano kedua
dan kelompok III berdiri di depan plano
ketiga serta kelompok IV berdiri di depan
plano keempat.
c. Fasilitator meminta setiap kelompok untuk
mendiskusikan dan mengisi jawaban pada
kertas plano di hadapannya selama 5 menit.
d. Kemudian kelompok diminta bergeser
menghadapnya; kelompok I ke plano kedua,
kelompok II ke plano ketiga dan kelompok III
ke plano IV serta kelompok IV ke plano satu.
Selanjutnya setiap kelompok diminta untuk
menambah isi jawaban pada plano yang
dihadapi. Waktu yang disediakan selama
2 menit. Dengan hal yang sama, setiap
kelompok bergeser dan menambah isi
jawaban pada plano yang di hadapi dalam
waktu 2 menit.
e. Pergeseran terus dilakukan setiap 2 menit
sampai kelompok kembali ke plano semula
yaitu kelomp I menghadap pada plano satu,
kelompok II pada plano kedua dan kelompok
III pada plano ketiga serta kelompok IV pada
plano keempat.
f. Setelah masing-masing kelompok berdiri
pada posisi semula, selanjutnya setiap
kelompok diminta mencermati isian yang
ada. Kalau ada yang dirasa masih kurang
kelompok bisa melengkapi.
g. Selanjutnya fasilitator mendiskusikanya
dengan peserta untuk mengklarifikasi dan
mengkonfirmasi setiap jawaban, sekaligus
merangkumnya.
5. Penjelasan interaktif (30 menit):a. Fasilitator menjelaskan hal-ikhwal
terkait dengan pelaksanaan identifikasi
dan identifikasi stakeholder dengan
menggunakan slide LPF
b. Fasilitator memberi kesempatan kepada
peserta untuk menanggapi, bertanya dan
memberi saran.
c. Fasilitator melanjutkan penjelasannya
29www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
terkait dengan analisis stakeholder dengan
menggunakan LPF dan LK (Lembar Kerja)
instrumen yang telah disiapkan.
d. Fasilitator memberi kesempatan kepada
peserta untuk menanggapi, bertanya dan
memberi saran.
6. Diskusi kelompok ( 60 menit):a. Peserta dibagi dalam 4 kelompok. Setiap
kelompok membahas pertanyaan-
pertanyaan di bawah dalam kelompok
selama 30 menit. Adapun pertenyaan-
pertanyaan kelompok sebagai berikut :
1) Pertanyaan untuk kelompok I
- Apakah konsep dasar dan hakekat
pelayanan publik ?
- Apa sajakah ruang lingkup
pelayanan publik?
2) Pertanyaan untuk kelompok II
- Apakah yang dimaksud dengan
perubahan pola pikir “dari petugas
yang berkuasa menjadi petugas
yang melayani masyarakat”
- Berkaitan dengan perubahan pola
pikir tadi dan berdasarkan UU Nomor
25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik, apa sajakah kewajiban
penyelenggara pelayanan publik?
3) Pertanyaan untuk kelompok III
- Apakah yang dimaksud dengan
pelayanan publik yang berbasis
standar? Berikan beberapa contoh ¡
- Apakah yang dimaksud dengan
pelayanan publik yang responsif
gender? Berikan beberapa contoh ¡
4) Pertanyaan untuk kelompok IV
- Sebutkan beberapa hak masyarakat,
termasuk perempuan dan kelompok
marginal, dalam pengelolaan
pelayanan publik?
- Dalam hal apa sajakah masyarakat,
termasuk perempuan dan kelompok
marginal, dapat berpartisipasi dalam
pengelolaan pelayanan publik?
b. Jika diskusi kelompok sudah selesai,
selanjutnya hasilnya dibahas dalam pleno.
c. Fasilitator dapat mereview dan
merangkumnya dengan penanyangan slide
yang telah disediakan.
7. Penjelasan interaktif dan curah pendapat (35 menit)a. Fasilitator menjelaskan bahwa bagian sesi
yang akan dibahas pada sub modul ini
adalah bagaimana membangun komitmen
bersama untuk berhimpun
b. Fasilitator menanyakan kepada peserta :
“Menurut pengalaman peserta langkah apa
saja dilakukan untuk membangun komitmen
bersama untuk meningkatkann kulaitas
pelayanan publik?”
c. Fasilitator mengidentifikasi kata kunci dari
setiap pendapat peserta, lalu merumuskan
bersama peserta tentang apa yang
dimaksud dengan “membangun komitmen”.
d. Sebagai tambahan bahan perangkum,
fasilitator dapat menayangkan slide
tentang “Apa dan bagaimana membangun
komitmen”.
II. Tahapan Pengembangan FMS untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik yang Berbasis Standar dan Responsif Gender
30 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
8. Rangkuman dan Penutup (10 menit) Fasilitator merangkum dan mempertegas hasil
paparan dan diskusi dengan kisi-kisi penting
bahwa MSF bukan merupakan hal baru serta
sungguh keberadaan dan perannya sangat
penting dalam upaya-upaya peningkatan
efektifitas pelayanan publik.
31www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
LEMBAR PAPARAN FASILITATOR LPF 2.1 : Tahapan Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
TAHAPAN PENGEMBANGAN FORUM MULTI STAKEHOLDER (FMS)
• Memperkuat forum yang telah ada terkait dengan paket program.• Jika belum ada forum yang relevan dengan paket program
KINERJA, dapat diinisiasi oleh LPSS dan OMP dengan berkoordinasi dengan Tim Teknis yang telah dibentuk.
- Pengorganisasian masyarakat pengguna layanan/kelompok peduli sektor pelayanan publik (stakeholder non pemerintah).
- Multi stakeholder yang diperluas (Non pemerintah dan pemerintah).
- Pelembagaan.
Strategi pengembangan
II. Tahapan Pengembangan FMS untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik yang Berbasis Standar dan Responsif Gender
32 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
A. Tahap Persiapan Strategi dan kegiatan dalam tahapan persiapan ini adalah dengan Membangun
kepercayaan dan komitmen antar pemangku kepentingan. Strategi ini dilakukan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut: • Identifikasi tokoh kelompok, analisa dan pemetaan stakeholder.• Sosialisasi program kepada semua pihak yang berpotensi mendukung program baik
dengan unsur pemerintah daerah, DPRD, Organisasi masyarakat Sipil, Media dan lain-lain. Sosialisasi ini dilakukan dengan melakukan pertemuan audiensi dengan pihak-pihak terkait dan dapat pula dilakukan dalam forum lokakarya.
• Melakukan komunikasi awal dengan stakeholder terpilih, baik secara formal maupun informal.
• Komunikasi dan koordinasi dengan pihak-pihak “kunci” yang berpengaruh tinggi.
Tahapan Pengembangan
Strategi dan kegiatan dalam tahapan persiapan ini adalah dengan Pengorganisasian dan pengembangan kegiatan Forum Multi Stakeholder. Strategi ini dilakukan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
• Berbagi informasi tentang Praktek yang Baik dan inovasi yang berhasil dari daerah lain.
• Pemilihan dan pembuatan SK untuk legalisasi Forum. • Penyusunan SK Kepala SKPD untuk Tim Teknis.• TOT untuk fasilitator daerah dan tim teknis. • Diseminasi SK SKPD dan manual-manual yang ada.
Pembentukan
33www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
Strategi dan kegiatan dalam tahapan persiapan ini adalah dengan 1) Penguatan FMS dalam monitoring pelayanan dan advokasi kebijakan. Strategi ini dilakukan melalui kegiatan-kegiatan antara lain:• Pertemuan atau diskusi berkala untuk peningkatan kapasitas Forum
Multi Stakeholder dan atau untuk disseminasi informasi terkait peraturan-perundangan.
• Hearing dengan legislatif dan eksekutif.• Melaksanakan survei pengaduan (tersedia modul tersendiri).• Pendampingan dalam pengawasan pelaksanaan kegiatan.• Mendorong masyarakat (warga) untuk menulis artikel atau laporan di media
utama maupun media sosial tentang proses dan hasil kegiatan (jurnalisme warga). Panduan tentang jurnalisme warga juga telah tersedia.
Penggiatan
2. Penguatan FMS dalam artikulasi gagasan. Strategi ini dilakukan melalui kegiatan-kegiatan antara lain:
• Disseminasi dan publikasi gagasan untuk perbaikan pengelolaan sekolah melalui media cetak, elektronik, atau media alternatif.
• Penandatanganan janji perbaikan layanan• Produksi dan distribusi media cetak, sepetrti leaflet, brosur,
banner, dll.• Memperkuat jurnalisme warga.
Penggiatan
II. Tahapan Pengembangan FMS untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik yang Berbasis Standar dan Responsif Gender
34 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
Strategi dan kegiatan dalam tahapan persiapan ini adalah Pendampingan terbatas untuk pelembagaan dan keberlanjutan. Strategi ini dilakukan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut:• Pengembangan kapasitas dalam advokasi kebijakan perencanaan
dan pengangaran daerah untuk mendukung pelembagaan dan keberlanjutan FMS.
• Pertemuan reguler.• Kunjungan monitoring ke unit layanan secara regular.
Integrasi
Strategi dan kegiatan dalam tahapan persiapan ini adalah Pendampingan terbatas untuk pelembagaan dan keberlanjutan. Strategi ini dilakukan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut:• Pengembangan kapasitas dalam mobilisasi sumberdaya.• Pertemuan reguler.• Kunjungan monitoring ke unit layanan secara regular.• Hearing ke eksekutif dan legislatif.• Pertukaran pengalaman dan praktik yang baik untuk replikasi.
Pengikatan atau Pelembagaan
35www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
• Mengupayakan agar forum dapat menjadi pusat informasi masyarakat tingkat kabupaten/kota.
• Memfasilitasi jaringan komunikasi, dan koordinasi antar pemangku kepentingan di tingkat kab/kota.
• Memberikan alternatif-alternatif solusi terkait dengan isu tentang pengelolaan sekolah.
• Merevitalisasi institusi adat atau forum yang telah ada• Menjadi alat pendidikan kritis warga/media pembelajaran (learning
center) di tingkat kab/kota.
Tugas dan Fungsi FMS (1)
1. Membangun kesepahaman para pemangku kepentingan terhadap perbaikan kinerja pelayanan publik.
2. Membangun komitmen dan kebersamaan untuk mendukung upaya peningkatan pelayanan publik.
3. Menyepakati (bersama-sama) hal-hal yang menjadi tolok ukur perbaikan pelayanan publik.
4. Mengorganisasikan berbagai pemangku kepentingan dalam upaya perbaikan pelayanan publik.
Tujuan Pengembangan dan Penguatan FMS
II. Tahapan Pengembangan FMS untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik yang Berbasis Standar dan Responsif Gender
36 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
• Memfasilitasi penyadaran dan pengorganisasian masyarakat,
khususnya basis organisasi partisipan forum.
• Mendukung penyediaan wahana komunikasi dan jejaring inter dan
antar anggota organisasi partisipan forum.
• Memberikan tempat untuk melakukan tukar pikiran, berbagi
informasi dan konsultasi tentang kinerja pengelolaan pelayanan
publik.
Tugas dan Fungsi FMS (3)
• Menjadi solidarity makers (warga dan forum-forum) di tingkat kab/kota.
• Memantau pelayanan pendidikan dan mengawal kepentingan warga.
• Advokasi kebijakan untuk perbaikan layanan pendidikan.• Mendorong adanya kompetisi positif dalam peningkatan
layanan.
Tugas dan Fungsi FMS (2)
37www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
• Memudahkan proses pemantauan capaian kinerja pelayanan publik, baik sektor pendidikan, kesehatan, dan sektor pengembangan ekonomi lokal.
• Menyediakan wahana untuk merumuskan strategi dan melakukan aksi-aksi advokasi untuk perubahan kebijakan dalam rangka peningkatan kuantitas dan kualitas pelayanan publik.
Tugas dan Fungsi FMS (4)
II. Tahapan Pengembangan FMS untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik yang Berbasis Standar dan Responsif Gender
38 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
2. LPF2.2:IdentifikasidanAnalisisStakeholder
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS STAKEHOLDER
Siapa saja yang berkepentingan atau terkena dampak atas suatu proyek/program.
STAKEHOLDER
39www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
• Memastikan bahwa semua stakeholder yang relavan tercakup di dalamnya.
• Memaksimalkan peran dan kontribusi setiap stakeholder.
TUJUAN ANALISA STAKEHOLDER
Strategi dan kegiatan dalam tahapan persiapan ini adalah dengan Pengorganisian dan pengembangan kegiatan Forum Multi Stakeholder. Strategi ini dilakukan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
• Gambaran jelas bagi proses pembangunan selanjutnya.• Dinamika masyarakat.• Kejelasaan kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat.• Data yang diperlukan untuk: tujuan, sasaran dan teknis
pelaksanaannya.• Data untuk monev.
MANFAAT ANALISA STAKEHOLDER
II. Tahapan Pengembangan FMS untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik yang Berbasis Standar dan Responsif Gender
40 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
1. Sektoral• Sektor Pendidikan (DGP, BOSP, MBS)• Sektor Kesehatan (PA, IMD, ASI Eksklusif)• Perbaikan Iklim Usaha (PTSP, Review Regulasi, Survei Ekonomi
pemerintah daerah)
2. Lintas Sektor• Penguatan Media• Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengawasan• Analisis APBD• Pengembangan manajemen kinerja pemerintah daerah• PUG• Pengembangan kemitraan publik dan swasta
Fokus perhatian (pada Program KINERJA)
• Keterlibatan• Relevan• Kepekaan gender
PRINSIP ANALISA STAKEHOLDER
41www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
SKEMA ANALISIS
STAKEHOLDER
• Eksekutif• Legislatif• Dunia usaha• Masyarakat (LSM, Media, Ormas,
Org.kemasyarakatan,org. profesi, dll)
PERENCANAAN PARTISIPATIF
SKEMA ANALISA STAKEHOLDER
Prinsip analisastakeholderKeterlibatan semuaRelevanKepekaan jender
Teknik identifikasi:Wawancarakuesioner
Stakeholder: Siapa saja yang berkepentingan yang atauterkena dampak atas suatu
proyek.
Peta stakeholder:PotensiKontribusiInputPeran dan akses
SUMBER INFORMASI
II. Tahapan Pengembangan FMS untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik yang Berbasis Standar dan Responsif Gender
42 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
Sumber: adaptasi dari Tools to Support Participatory Urban Decision Making, UNCHS Habitat, Kenya, 2001
• Merumuskan isu yang hendak dibahas.
• Membuat daftar panjang.
• Pemetaan stakeholder.
• Verifikasi analisa & penjajakan stakeholder.
• Menyusun strategi mobilisasi & memelihara partisipasi stakeholder.
TAHAP KEGIATAN ANALISA STAKEHOLDER
PEMETAAN STAKEHOLDER
PengaruhRendah
PengaruhTinggi
Kepentingan rendah
Kelompok stakeholder yang paling rendah prioritasnya
Kelompok yang bermanfaat untuk merumusan atau menjembatani keputusan dan opini
Kepentingan tinggi
Kelompok Stakeholder yang penting namun barangkali perlu pemberdayaan
Kelompok stakeholder yang paling kritis
43www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
Pengumpulan dokumenDiskusi informal di lapangan
Sudah
Terkumpul dokumen dan informasi yang memadai tentang kondisi stakeholder saat ini.
Belum
Identifikasi institusi potensial untuk forum stakeholder.Mencermati dan memahami konstelasi sosial politik lokal.
Sudah Belum
Teridentifikasi balon anggota forum stakeholderdan institusi potensial dan dipahaminya dinamika sosialpolitik lokal.
Identifikasi NGO balon mitra lokal.Merancang strategi pembentukan dan penguatan forum stakeholder .
SudahBelum
Selesai
Mulai
Identifikasi NGO balon mitra lokal dan tersusun drafpembentukan dan strategi Forum Stakeholder.
BAGAN ALUR
STRATEGI MOBILISASI
II. Tahapan Pengembangan FMS untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik yang Berbasis Standar dan Responsif Gender
44 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
LPF 2.3 : Konsep dan Kebijakan dan Strategi Peningkatan Pelayanan Publik
KONSEP DAN KEBIJAKAN STRATEGI PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK
Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tetang Pelayanan Publik disebutkan bahwa pelayanan publik
adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik.
LATAR BELAKANG
45www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
Berbagai permasalahan penyelenggaraan pelayanan publik diantaranya berkenaan dengan prosedur yang tidak jelas, berbelit-belit, waktu penyelesaiannya yang tidak menentu, tata cara yang kurang tepat, dan biaya-biaya yang tidak transparan hingga sikap dan perilaku
petugas pelayanan yang tidak mengindahkan etika sebagai “pelayan masyarakat”, dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat.
• Berbagai upaya belum mampu mendorong terjadinya reformasi birokrasi secara nyata termasuk di dalamnya reformasi bidang pelayanan publik. Bahkan dalam banyak hal ciri-ciri yang mencerminkan lemahnya birokrasi di Indonesia masih terindikasi, misalnya struktur kelembagaan pemerintah yang cenderung membesar, rumusan dan pelaksanaan tupoksi antar instansi yang seringkali overlapping, hubungan kerja yang tidak jelas, pegawai yang tidak profesional, tidak kreatif dan tidak inovatif, serta rendahnya kinerja pelayanan publik.
II. Tahapan Pengembangan FMS untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik yang Berbasis Standar dan Responsif Gender
46 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
Pelaksanaan reformasi terkait dengan program peningkatan mutu pelayanan publik dilaksanakan di tingkat nasional dan di tingkat instansional. Target yang ingin dicapai melalui program ini adalah:• Meningkatnya mutu pelayanan publik kepada masyarakat
(transparan, cepat, tepat, sederhana, aman, terjangkau dan memiliki kepastian);
• Meningkatnya jumlah unit pelayanan yang memperoleh standarisasi pelayanan internasional;
• Meningkatnya indeks kepuasan masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanan publik.
Untuk memperoleh hasil yang diharapkan di tingkat instansional perlu dilaksanakan:
• Penerapan standar pelayanan pada unit kerja Kementerian/Lembaga dan Pemda
• Penerapan Standar Pelayanan Minimal pada Pemkab/Pemkot;
• Parsipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
47www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
Pelayanan publik pada dasarnya menyangkut aspek kehidupan masyarakat yang sangat luas. Dalam kehidupan bernegara, maka pemerintah memiliki fungsi memberikan berbagai pelayanan publik yang diperlukan oleh masyarakat, mulai dari pelayanan dalam bentuk pengaturan atau pun pelayanan-pelayanan lain dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat.
Sedangkan hakekat dari pelayanan publik adalah pemberian pemenuhan pelayanan kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban pemerintah sebagai abdi masyarakat. Pemberian pelayanan publik ini terutama diberikan untuk hal-hal yang sifatnya mendasar seperti pendidikan, kesehatan, sosial, keamanan dan ketertiban, lingkungan, perekonimian, kependudukan, ketenagakerjaan dan pertanahan.
II. Tahapan Pengembangan FMS untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik yang Berbasis Standar dan Responsif Gender
48 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
1. Ruang lingkup pelayanan publik meliputi pelayanan barang publik dan jasa publik serta pelayanan administratif yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. yang meliputi pendidikan, pengajaran, pekerjaan dan usaha, tempat tinggal, komunikasi dan informasi, lingkungan hidup, kesehatan, jaminan sosial, energi, perbankan, perhubungan, sumber daya alam, pariwisata, dan sektor lain yang terkait.
Hal-hal penting terkait dengan peningkatan partisipasi masyarakat
2. Penyelenggara berkewajiban:
- menyusun dan menetapkan standar pelayanan; - menyusun, menetapkan, dan memublikasikan maklumat
pelayanan; - menempatkan pelaksana yang kompeten; - menyediakan sarana, prasarana dan/atau fasilitas pelayanan
publik yang mendukung terciptanya iklim pelayanan yang memadai;
- memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas penyelenggaraan pelayanan publik;
Hal-hal penting terkait dengan peningkatan partisipasi masyarakat
49www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
2. Penyelenggara berkewajiban:
- melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan; - berpartisipasi aktif dan mematuhi peraturan perundang-undangan
yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik; - memberikan pertanggungjawaban terhadap pelayanan yang
diselenggarakan; - membantu masyarakat dalam memahami hak dan tanggung
jawabnya;
Hal-hal penting terkait dengan peningkatan partisipasi masyarakat
2. Penyelenggara berkewajiban:
- bertanggung jawab dalam pengelolaan organisasi penyelenggara pelayanan publik;
- memberikan pertanggungjawaban sesuai dengan hukum yang berlaku apabila mengundurkan diri atau melepaskan tanggung jawab atas posisi atau jabatan;
- memenuhi panggilan atau mewakili organisasi untuk hadir atau melaksanakan perintah suatu tindakan hukum atas permintaan pejabat yang berwenang dari lembaga negara atau instansi pemerintah yang berhak, berwenang, dan sah sesuai dengan peraturan perundang- undangan.
Hal-hal penting terkait dengan peningkatan partisipasi masyarakat
II. Tahapan Pengembangan FMS untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik yang Berbasis Standar dan Responsif Gender
50 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
• mengetahui kebenaran isi standar pelayanan; mengawasi pelaksanaan standar pelayanan;
• mendapat tanggapan terhadap pengaduan yg diajukan;• mendapat advokasi, perlindungan, dan/atau pemenuhan pelayanan;• memberitahukan kepada pimpinan penyelenggara untuk
memperbaiki pelayanan apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan standar pelayanan;
• memberitahukan kepada Pelaksana untuk memperbaiki pelayanan apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan standar pelayanan;
Masyarakat berhak (1)
• mengadukan Pelaksana yang melakukan penyimpangan standar pelayanan dan/atau tidak memperbaiki pelayanan kepada Penyelenggara dan ombudsman;
• mengadukan Penyelenggara yang melakukan penyimpangan standar pelayanan dan/atau tidak memperbaiki pelayanan kepada pembina Penyelenggara dan ombudsman; dan
• mendapat pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas dan tujuan pelayanan.
Masyarakat berhak (2)
51www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
• mematuhi dan memenuhi ketentuan sebagaimana dipersyaratkan dalam standar pelayanan;
• ikut menjaga terpeliharanya sarana, prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan publik; dan
• berpartisipasi aktif dan mematuhi peraturan yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik.
Masyarakat berkewajiban
• Dalam menyusun dan menetapkan standar pelayanan, Penyelenggara wajib mengikutsertakan masyarakat dan pihak terkait.
• Penyelenggara berkewajiban menerapkan standar pelayanan,• Pengikutsertaan masyarakat dan pihak terkait, dilakukan
dengan prinsip tidak diskriminatif, terkait langsung dengan jenis pelayanan, memiliki kompetensi dan mengutamakan musyawarah, serta memperhatikan keberagaman.
Dalam penyusunan dan penetapan Standar Pelayanan
II. Tahapan Pengembangan FMS untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik yang Berbasis Standar dan Responsif Gender
52 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
• Penyelenggara berkewajiban menyusun dan menetapkan maklumat pelayanan yang merupakan pernyataan kesanggupan Penyelenggara dalam melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan dan wajib dipublikasikan secara jelas dan luas.
Maklumat Pelayanan
• pengawasan oleh masyarakat berupa laporan atau pengaduan masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik;
• pengawasan oleh ombudsman sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan
• pengawasan oleh Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota.
Pengawasan Eksternal Penyelenggaraan Pelayanan Publik dilakukan melalui
53www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
• Dimulai sejak penyusunan standar pelayanan sampai dengan evaluasi dan pemberian penghargaan yang diwujudkan dalam bentuk kerja sama, pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta peran aktif dalam penyusunan kebijakan pelayanan publik.
• Masyarakat dapat membentuk lembaga pengawasanpelayanan publik
Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik
- Masyarakat berhak mengadukan penyelenggaraan pelayanan publik kepada Penyelenggara, ombudsman, dan/atau Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota.
- Masyarakat yang melakukan pengaduan dijamin hak-haknya oleh peraturan perundang-undangan.
Pengaduan Masyarakat (1)
II. Tahapan Pengembangan FMS untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik yang Berbasis Standar dan Responsif Gender
54 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
Pengaduan dilakukan terhadap:
• Penyelenggara yang tidak melaksanakan kewajiban dan/atau melanggar larangan,
• Pelaksana yang memberi pelayanan yang tidak sesuaidengan standar pelayanan.
Pengaduan Masyarakat (2)
55www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
LPF 2.4 : Membangun Komitmen
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM UPAYA PENINGKATAN
PELAYANAN PUBLIK
• Janji atau tanggungjawab untuk melakukan sesuatu.• Membangun komitmen adalah menumbuhkan janji
atau tanggungjawab kepada satu atau beberapa pihak untuk melakukan sesuatu, dalam hal ini proses peningkatan pelayanan publik.
PENGERTIAN
II. Tahapan Pengembangan FMS untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik yang Berbasis Standar dan Responsif Gender
56 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
• Komitmen merupakan modal awal tumbuhnya : - kemauan - kesanggupan - kesiapan Untuk memulai kegiatan
Memberikan jaminan terhadap jumlah dan mutu partisipasi dalam upaya peningkatan pelayanan publik.
Pentingnya Membangun Komitmen
Komitmen :
57www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
Menumbuhkan kesadaran dan keyakinan bahwa :
• peningkatan pelayanan publik itu penting• peningkatan pelayanan publik itu kebutuhan• peningkatan pelayanan publik itu masuk akal• peningkatan pelayanan publik yang baik dan benar itu menjamin
keberlanjutan.
• Persiapan sosial merupakan tahap awal dari proses pemberdayaan/pengembangan masyarakat.
• Membangun komitmen adalah langkah awal dari persiapan sosial.
TUJUAN MEMBANGUN KOMITMEN
LANGKAH-LANGKAH MEMBANGUN KOMITMEN
II. Tahapan Pengembangan FMS untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik yang Berbasis Standar dan Responsif Gender
58 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
a. Kenali sumberdaya yang ada: SDA, SDM dan kelembagaan
b. Kenalkan kegiatan/program yang akan dilaksanakan:- pengertian- tujuan- prinsip-prinsip- tahap pelaksanaan
c. Yakinkan bahwa :
1. Peningkatan pelayanan publik itu penting :
Karena dengan itu daerah mempunyai acuan atau panduan untuk mengatasi permasalahan yang ada melalui usulan-usulan kegiatan.
CARA MEMBANGUN KOMITMEN (1)
CARA MEMBANGUN KOMITMEN (2)
59www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
c. Yakinkan bahwa:
2. Peningkatan pelayanan publik itu realistik:
Karena disusun berdasarkan permasalahan dan kebutuhan serta harapan yang sesuai dengan kondisi masyarakat setempat.
CARA MEMBANGUN KOMITMEN (3)
c. Yakinkan bahwa:
2. Peningkatan pelayanan publik itu realistik:
Karena disusun berdasarkan permasalahan dan kebutuhan serta harapan yang sesuai dengan kondisi masyarakat setempat.
CARA MEMBANGUN KOMITMEN (4)
II. Tahapan Pengembangan FMS untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik yang Berbasis Standar dan Responsif Gender
60 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
c. Yakinkan bahwa:
4). Peningkatan pelayanan publik itu masuk akal:
Karena disusun berdasarkan potensi dan sumberdaya serta kemampuan lokal.
CARA MEMBANGUN KOMITMEN (5)
c. Yakinkan bahwa: 5. Peningkatan pelayanan publik itu menjamin keberlanjutan program: Karena penyusunannya partisipatif, maka dapat menumbuhkan rasa mampu, rasa memiliki, tanggungjawab dan keswadayaan masyarakat setempat.
CARA MEMBANGUN KOMITMEN (6)
61www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
BAHAN BACAAN
1. TAHAPAN PENGEMBANGAN FMS UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAYANAN PUBLIK
Tahapan pengembangan FMS ini perlu dipahami
agar penetapan peran dan pelibatan masyarakat
dalam pengelolaan pelayanan publik dapat
dilakukan dengan tepat dan benar. Tak terkecuali
dalam program KINERJA-USAID. Dalam hal
pengembangan dan penguatan FMS, KINERJA-
USAID senantiasa mendorong untuk memperkuat
forum yang relevan yang telah ada. Kecuali jika
sama sekali belum ada, maka baru melakukan
inisiasi pembentukan forum. Adapun tahapan
pengembangan FMS dalam upaya peningkatan
pelayanan publik adalah sebagai berikut :
a. Tahap Persiapan
Tahapan ini merupakan usaha-usaha yang
sangat awal yang dilakukan oleh fasilitator dalam
menginformasikan dan memperkenalkan “apa
sebenarnya forum multi stakeholder itu”, “apa
keuntungan dan tantangan bekerja dalam forum
multi stakeholder”, dan lain sebagainya. Tujuannya
adalah agar anggota-anggota masyarakat sadar
dan tergugah minatnya dan terbuka wawasannya.
Tahap ini sangat berkaitan dengan persepsi dan
kesan terhadap informasi yang disampaikan
kepada mereka sehingga diperlukan kecermatan
dan kehatian-hatian dalam mengemas dan
menyampaikan infomasi. Informasi harus
menyentuh dan diharapkan mampu menjawab
keinginan dan kebutuhan masyarakat. Pada tahap
ini, selain kemasan pesan yang tepat dan benar,
sosok sang fasilitator pun dapat menjadi faktor yang
mempengaruhi keberhasilan menggugah kesadaran
masyarakat tentang pentingnya kelompok. Untuk
itu, fasilitator harus dapat menampilkan diri sebagai
sosok yang dapat dipercaya (trust) dan mampu
menarik rasa suka masyarakat.
Tahap ini biasanya dilalui dengan kegiatan-kegiatan:
(1). Identifikasi stakeholder;
(2). Orientasi tentang pelayanan publik yang isi
pokoknya terdiri dari konsep dan kebijakan,
kapan orientasi dilakukan, hak dan kewajiban
masyarakat serta kewajiban pemerintah dalam
penyediaan pelayanan publik;
(3) Analisis stakeholder.
II. Tahapan Pengembangan FMS untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik yang Berbasis Standar dan Responsif Gender
62 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
b. Tahap Pembentukan
Tahapan ini merupakan usaha mencari cara untuk
mengidentifikasi keinginan anggota-anggota
masyarakat dengan melakukan pencarian terhadap
kemiripan-kemiripan kebutuhan diantara mereka.
Pada tahap ini, fasilitator diharapkan mampu
menggali aspirasi masyarakat, mampu melihat
hal-hal yang dinginkan oleh masyarakat, mampu
mengidentifikasi faktor pendukung maupun faktor
penghambat terbentuknya suatu kelompok. Dengan
memperoleh informasi tentang apa yang menjadi
kebutuhan masyarakat, maka akan diketahui
apakah masyarakat merasa butuh atau tidak akan
adanya kelompok. Apabila kondisi tersebut telah
dicapai, maka pembentukan forum bisa diinisiasikan.
Yang harus diperhatikan dan diusahakan oleh
para fasilitator bahwa keberadaan kelompok
harus merupakan keinginan dan kebutuhan yang
datangnya dari masyarakat, untuk masyarakat, dan
akan dikelola oleh masyarakat itu sendiri, jadi bukan
merupakan paksaan atau pesanan pemerintah (top
down).
Kegiatan dalam tahap ini berupa penjelasan dan
pembahasan tema yang mengarah dan mendukung
timbulnya dan bagaimana membangun komitmen.
Kegiatan ini biasanya dilakukan dlam sebuah
lokakarya inisiasi pembentukan FMS.
c. Tahap Penggiatan
Tahapan ini ditandai dengan adanya kecenderungan
perubahan sikap. Sebagian besar anggota forum
biasanya merasakan sangat perlu dan setuju adanya
wadah/proses/mekanisme dalam mencapai tujuan
mereka, maka fasilitator perlu secara terus menerus
melaksanakan pendekatan kepada mereka melalui
pertemuan-pertemuan baik yang dilakukan secara
formal maupun informal, seperti berkunjung dari
rumah ke rumah, mengadakan pertemuan di balai
pertemuan ataupun kegiatan lainnya yang dapat
memperkokoh minat serta keinginan masyarakat
dalam membentuk wadah kelompok. Pada tahap ini,
informasi-informasi yang penting yang dibutuhkan
masyarakat diusahakan harus selalu tersedia. Dapat
juga dengan melakukan kegiatan studi banding yaitu
dengan mengajak beberapa anggota masyarakat
yang menjadi tokoh mengadakan kunjungan ke
tempat yang memiliki kelompok maju yang dapat
dijadikan contoh.
Tahap ini dimaksudkan untuk menggiatkan peran
dan pengembangan kapasitas FMS. Penggiatan
ini dapat dilakukan melalui kegiatan : survei
pengaduan/pada tahapan identifikasi pengaduan,
analisis penyebab pengaduan, penyusunan janji
perbaikan layanan dan rekomendasi; penguatan
kapasitas-JW, pertemuan rutin, dll)
d. Tahap Integrasi
Setelah semakin terlihat adanya perubahan yang
kuat pada sikap dan perilaku anggota-anggota
masyarakat, fasilitator kiranya perlu memfasilitasi
masyarakat untuk mengadakan pertemuan-
pertemuan formal. Pertemuan-pertemuan ini
penting dalam rangka membangun kesepahaman
dan kesepakatan tentang pentingnya kelompok
sebagai kelas belajar, wahana bekerjasama, dan
unit produksi. Diharapkan elemen-elemen yang
63www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
terlibat dalam pertemuan ini adalah tokoh-tokoh
masyarakat, Pemerintah Daerah dan bila perlu
melibatkan pula LSM-LSM, dunia usaha dan pihak
lainnya yang terkait. Dengan banyaknya pihak yang
terlibat dalam dialog tersebut maka akan semakin
banyak masukan dari berbagai sudut pandang yang
dapat memperkaya dan memperkokoh kelancaran
dan kesuksesan program kelompok apabila
nantinya terbentuk, serta mempermudah pembinaan
kelompok di masa mendatang.
Maksud dari tahap integrasi ini adalan pemaduan
kegiatan FMS dengan agenda-agenda daerah.
Misalnya perencanaan dan penganggaran/reses,
Rapat Dengan Pendapat (RDP), Konsultasi Publik
(KP), penyadaran akan pemenuhan Standar
Pelayanan Minimal (SPM), advokasi - monev, dan
lain-lain).
e. Tahap Pengikatan atau Pelembagaan
Dari pertemuan-pertemuan formal akan
dihasilkan suatu kesepakatan untuk membentuk
suatu kelompok. Pada tahap ini, para anggota
masyarakat mengikrarkan kesepakatan dalam
sebuah kebersamaan atau kelompok kerja. Setelah
kelompok terbentuk, maka dapat dilanjutkan dengan
penyusunan struktur organisasi kelompok, norma
kelompok, program kerja, penentuan sekretariat
kelompok, sumber dana kegiatan dan lain
sebagainya demi kelancaran aktivitas kelompok dan
kelangsungan hidup kelompok. Kegiatan-kegiatan
dalam tahapan ini difoukuskan untuk melembagakan
forum multi stakleholder.
Strategi pelembagaan FMS dalam program USAID-
KINERJA lebih menekankan pada penguatan/
pembentukan dan/atau pelibatan dewan pendidikan,
penguatan dewan penyantun puskesmas, komite
sekolah. Jika sudah ada dan sudah cukup mapan,
maka didorong untuk mengembangkan kelompok
independen).
2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS STAKEHOLDER DALAM PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK
Salah satu esensi dari desentralisasi dan otonomi
daerah adalah pemberian wewenang, peluang dan
keleluasaan yang luas, nyata dan bertanggung
jawab kepada daerah dan masyarakat untuk
mengatur dan melaksanakan kewenangan tersebut
atas prakarsa sendiri sesuai dengan kepentingan
masyarakat dan potensi daerah setempat.
Sebagai konsekuensi logis dari desentralisasi dan
II. Tahapan Pengembangan FMS untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik yang Berbasis Standar dan Responsif Gender
64 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
demokratisasi dalam pengelolaan pembangunan
adalah keharusan untuk menerapkan prinsip-prinsip
tranparansi, akuntabilitas dan partisipasi (TAP)
dalam setiap pengelolaan kegiatan pembangunan.
Hal ini mengandung pengertian bahwa dalam
pengelolaan setiap kegiatan pembangunan
(termasuk pelayanan publik) harus memberikan
peluang, kesempatan dan akses kepada
semua pihak, termasuk kelompok perempuan
dan marjinal lainnya (multi stakeholder) yang
berkepentingan untuk mengetahui informasi;
melakukan kontrol (audit), bertanya, dan
menggugat pertanggungjawaban; terlibat secara
aktif, berkontribusi dan memanfaatkan hasil serta
melakukan pengawasan.
Selain karena tuntutan proses desentralisasi dan
demokratisasi, keharusan untuk menerapkan
prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas dan
partisipasi (TAP) juga mempertimbangkan beberapa
hal antara lain pengalaman pelaksanaan berbagai
proyek/program terdahulu yang hampir menjadi
mitos habis proyek, maka habis pula kegiatan;
dengan partisipasi diharapkan dapat menjamin
proses pembelajaran masyarakat dan keberlanjutan
serta pelembagaan program.
Dalam rangka penerapan nilai-nilai TAP, diperlukan
upaya-upaya pengidentifikasian, penetapan dan
pelibatan stakeholder agar tumbuh keberpihakan
yang bermutu, nyata dan menjadi suatu gerakan
bersama (collective action) yang mendukung
pengelolaan program.
Disadari bahwa jumlah serta keanekaragaman
kepentingan dan pengaruh stakeholder cukup tinggi,
maka tidaklah mudah untuk melakukan penetapan
dan pelibatan stakeholder dalam sebuah program.
Oleh karena itu diperlukan cara-cara yang tepat
sehingga penetapan dan pelibatannya memenuhi
syarat teknis dan politis. Panduan Identifikasi
dan Analisis Stakeholder ini dimaksudkan untuk
mempermudah proses penetapan dan pelibatan
tersebut, khususnya dalam pengelolaan program-
program yang berorientasi partisipasi, termasuk
dalam upaya peningkatan pelayanan publik.
a. PengertianIdentifikasidan Analisis Stakeholder
Stakeholder adalah para pihak atau siapa saja yang
berkepentingan dan/atau terkena dampak atas suatu
proyek/program. Jika demikian, maka stakeholder
dalam pengelolaan pelayanan publik adalah
siapa saja yang berkepentingan dan/ atau terkena
akibat dari keberadaan dan implementasi program
tersebut. Informasi dan peran aktif dari mereka
sangat diperlukan, termasuk dalam penerapan
fungsi kontrol atas pelaksanaan program.
Identifikasi stakeholder merupakan proses penting,
karena dengan kegiatan ini, akan dapat diketahui
pihak-pihak yang berkepentingan dan/atau
terkena dampak, pemahaman serta kepedulian
mereka terhadap program-program partisipatif.
Sedangkan dengan analisis stakeholder, akan
dapat digolongkan stakeholder yang mempunyai
kepentingan dan pengaruh tinggi serta menetapkan
tingkat kesesuaian peran yang diperlukan dalam
pengelolaan pelayanan publik.
65www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
b. Tujuan
Secara umum identifikasi dan analisis stakeholeder
ini bertujuan menemukan, memetakan dan
merekomendasikan stakeholder yang tepat untuk
dilibatkan secara aktif dalam pengelolaan pelayanan
publik. Adapun secara khusus bertujuan:
1) Menemukenali stakeholder yang mempunyai
relevansi dengan pengelolaan pelayanan publik.
2) Mengetahui peran stakeholder utama dalam
pengelolaan pelayanan publik.
3) Mengetahui pengaruh dan kepentingan
stakeholder utama dalam pengelolaan
pelayanan publik.
4) Mengetahui pengalaman stakeholder utama
dalam mengupayakan pengelolaan pelayanan
publik yang seusai dengan nilai-nilai TAP.
5) Merekomendasikan stakeholder utama yang
tepat untuk dapat dilibatkan secara aktif dalam
pengelolaan pelayanan publik.
c. Prinsip
Hal-hal, baik nilai maupun proses yang harus
diterapkan dalam identifikasi dan analisis
stakeholder, adalah:
1) Keterlibatan yang representatif; prinsip ini
bermaksud untuk memberi peluang kepada
pihak-pihak di wilayah atau komunitas tertentu,
termasuk kelompok perempuan dan marijnal
lainnya untuk berpartisipasi dalam pengelolaan
pelayanan publik.
2) Relevan; prinsip ini bermaksud untuk melakukan
seleksi para pihak terlibat yang benar-benar
tepat.
3) Kesetaraan gender; dengan prinsip ini
diharapkan akan terjadi keseimbangan
proporsi jumlah dan peran antara laki-laki dan
perempuan.
d. Sasaran (Stakeholder yang relevan)
Sasaran yang dimaksudkan di sini adalah pihak-
pihak atau unsur berupa orang, baik individu
maupun kelompok, serta dokumen tertulis yang
berperan sebagai sumber informasi. Biasanya,
memulai analisis stakeholder dari sumber tertulis,
seperti laporan atas hasil perencanaan atau proyek/
program sebelumnya maupun publikasi di media
massa. Berdasarkan sumber tertulis tersebut, arah
dan sasaran sumber berikutnya menjadi lebih jelas.
Selanjutnya para pihak yang dapat dikategorikan
sebagai sumber informasi meliputi unsur pemerintah
(Government Stakeholder - GS) dan non pemerintah
(Non Government Stakeholder – NGS).
Secara rinci diurai sebagai berikut :
1) Eksekutif: Adalah unsur perangkat daerah yang
terdiri dari DIBALEKA (Dinas, Badan,
Lembaga dan atau Kantor) yang tugas
dan perannya memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap proses perencanaan
pembangunan partisipatif daerah
(disesuaikan dengan isu potensial daerah).
II. Tahapan Pengembangan FMS untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik yang Berbasis Standar dan Responsif Gender
66 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
Contoh :
a) Bupati / Walikota,
b) Sekkab/sekko, beserta kabag-kabagnya,
c) Ketua Bappekap/Bappeko beserta
seluruh Kabidnya,
d) Kepala Dinas/Badan/Kantor PMD
(Pemberdayaan Masyarakat Desa) atau
nama lainnya,
e) Kepala Dinas Kesehatan beserta
Kasubdinnya/ kabid,
f) Kepala Dinas Pendidikan Nasional
beserta Kasubdinnya/ kabid.
2) Legislatif :
Alat kelengkapan DPRD dan/atau pihak-
pihak yang pengaruhnya signifikan dalam
pengambilan keputusan.
Contoh :
a) Ketua DPRD dan unsur pimpinan
lainnya,
b) Ketua Fraksi,
c) Ketua Komisi,
d) Ketua Badan Anggaran.
3) Unsur Masyarakat/Organisasi Masyarakat Sipil (OMS)
Orang atau lembaga yang memiliki potensi
untuk memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap proses pengelolaan pelayanan
publik di daerah.
Seperti :
a) Kembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
b) Akademisi,
c) Organisasi profesi (IBI, IDI, PGRI,
d) Ormas (NU, Muhamadiyah, PGI, KWI,
Walubi, dll).
e) Pers (cetak, elektronik, JW)
f) DUDI (Dunia Usaha dan Industri)
g) Tokoh masyarakat, Tokoh Agama
Sebagai contoh stakeholer sektor
kesehatan, sektor pendidikan dan sektor
PTSP :
1) Contoh Stakeholder sektor kesehatan (KIA)
Di Tingkat Puskesmas Di Tingkat Kabupaten/Kota1. Tokoh pemerhati Kesehatan 1. Perwakilan FMS tingkat unit layanan2. Kader Posyandu 2. LSM Kesehatan3. Ormas terkait isu kesehatan 3. Tokoh pemerhati Kesehatan4. Tokoh Adat/daerah 4. Akademisi terkait isu KIA5. KUA Kec 5. Ormas terkait isu kesehatan6. PPLKB 6. Tokoh Adat/daerah/agama7. Jurnalist 7. KUA /Kandepag8. Anggota DPRD dapil terkait IBI-Anak cabang 8. Jurnalist9. Kepala Puskesmas 9. Anggota DPRD komisi terkait 10. Dokter 10. Bappeda
67www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
Di Tingkat Puskesmas Di Tingkat Kabupaten/Kota11. Camat 11. Dinas Kesehatan12. dll. 12. IDI
13. IB
2) Contoh stakeholder sektor pendidikan (MBS)
Di Tingkat Sekolah Di Tingkat Kabupaten/Kota1. Komite sekolah 1. Perwakilan FMS tingkat unit layanan2. Tokoh Pemerhati Pendidikan 2. Dewan Pendidikan3. Kepala Sekolah 3. LSM Pendidikan4. Guru 4. Tokoh Pemerhati Pendidikan5. Perwakilan siswa 5. Akademisi terkait isu Pendidikan dasar6. Ormas Terkait isu pendidikan dasar 6. Ormas Terkait isu pendidikan dasar7. Tokoh Adat/daerah 7. Tokoh Adat/agama/daerah8. Jurnalis 8. Jurnalis9. Anggota DPRD Dapil Terkait 9. Anggota DPRD komisi terkait10. Kepala Desa 10. Bappeda11. Orang tua murid 11. Dinas Pendidikan 12. dll 12. PGRI
13. MKS14. DUDI (Dunia Usaha dan Industri)
3) Contoh stakeholder PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Atap)
Perbaikan Iklim Usaha1. LSM Ekonomi2. Tokoh Pemerhati Ekonomi lokal3. Akademisi terkait isu ekonomi lokal4. Ormas Terkait isu ekonomi lokal5. Tokoh Daerah6. Jurnalis7. Anggota DPRD komisi terkait8. Bappeda9. PTSP
10. Asosiasi Pengusaha11. dll.
II. Tahapan Pengembangan FMS untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik yang Berbasis Standar dan Responsif Gender
68 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
e. Metode
Adapun metode yang dapat digunakan sebagai
berikut :
1) Metode Pengumpulan Data
- Observasi terlibat.
- Wawancara mendalam (indepth
interview).
2) Metode Analisis
- Pengkategorian
- Analisis
- Kesimpulan dan Rekomendasi
f. Instrumen
Instrumen ini digunakan untuk mendapatkan
data tentang:
1) Identitas tokoh/person,
2) Peran sebenarnya dalam penyelenggaraan
pendidikan di suatu satuan pendidikan,
3) Pengaruh dan kepentingan stakeholder
dalam penyelenggaraan pendidikan di suatu
satuan pendidikan.
Untuk mendapatkan data tersebut maka
instrumen yang digunakan adalah:
1) Kuisioner terbuka
2) Panduan wawancara
3) Penggali data itu sendiri.
g. Pengorganisasian unsur pencapaian tujuan
Pengorganisasian unsur-unsur kegiatan
identifikasi dan analisis stakeholder, selain
pelaksana dan, dapat diurai dalam matrik
berikut :
No. Tujuan Sumber Data Metode Instrumen1. Menemukenali
stakeholder yang mempunyai relevansi dengan pengelolaan pelayanan publik.
GS, DPRD dan NGS seperti tersebut pada contoh di atas
Wawancara mendalam Observasi terlibat
• Panduan wawancara dan penggali data itu sendiri.
• Form A: Profil lembaga dan
perannya dalam pelayanan publik.
2. Mengetahui jumlah dan peran stakeholder dalam pengelolaan pelayanan publik.
Idem Idem Idem
Form B: Rekapitulasi Profil Lembaga dan Perannya dalam Pengelolaan Publik.
3. Mengetahui pengaruh dan kepentingan stakeholder utama dalam pengelolaan pelayanan publik
Idem Analisis hasil pemetaan kategorisasi pengaruh dan kepentingan.
Form C: Daftar Lembaga sesuai kategoro kepentingan dan pengruhnya.
69www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
No. Tujuan Sumber Data Metode Instrumen4. Merekomendasikan
stakeholder yang tepat untuk dapat dilibatkan secara aktif dalam pengelolaan pelayanan publik.
Proses dan hasil Analisis hasil pemetaan pengaruh dan kepentingan.
Form D: Daftar Lembaga hasil analisis kategori kepentingan dan pengaruhnya dalam pengelolaan pelayanan publik.
h. Waktu
Disarankan agar identifikasi dan analisis
stakeholder dilakukan sebelum proses program
dilakukan. Dengan kata lain, dilakukan pada
tahap persiapan sosial dari proses pengelolaan
suatu kegiatan atau program partisipatif.
Adapun durasi pelaksanaan dari kegiatan
identifikasi dan analisis stakeholder ini tidak
lebih dari 1 bulan.
i. Pelaksana
Pelaksana identifikasi dan analisis stakeholder
biasanya diperankan oleh sebuah tim yang
terdiri dari unsur pendamping dan mitra kerja.
j. Keluaran
Keluaran dari kegiatan identifikasi dan analisis
stakeholder ini adalah laporan yang antara lain
berisi hal-hal berikut :
1) Umum; memuat latar belakang, tujuan dan
ruang lingkup
2) Proses dan Hasil
3) Kesimpulan dan Rekomendasi
k. Hasil
Hasil akhir yang diharapkan dari proses
identifikasi dan analisis stakeholder ini adalah
rekomendasi tentang penetapan peran
stakeholder yang sesuai dengan kategorinya.
l. Proses/Tahapan
1) Tahap I : Persiapan
a) Persiapan sosial (penggali data harus
Rapport)
b) Penyiapan kuisioner
c) Penemuan data awal (sejumlah
organisasi dan orang/tokoh)
d) Rencana kegiatan (mulai dari persiapan
sampai penyusunan laporan).
2) Tahap II : Pengumpulan data dan informasi
Dengan menggunakan kuisioner
akan diperoleh data tentang identitas,
pengalaman dan ketertarikan person.
3) Tahap III : Analisis, Penyimpulan dan
Rekomendasi
a) Analisis :
Dengan menggunakan tabel pemetaan
akan diperoleh data tentang kategori
stakeholder yang mempunyai tingkat
II. Tahapan Pengembangan FMS untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik yang Berbasis Standar dan Responsif Gender
70 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
pengaruh dan kepentingan terhadap
pengelolaan program di satu wilayah
atau komunitas. Adapun tingkat
pengaruh dan kepentingan tersebut
adalah sebagai berikut:
o Kepentingan rendah jika pengelolaan
suatu program tidak memberikan
manfaat langsung kepada orang/
pihak itu.
o Pengaruh rendah jika pernyataan/
karya/produk orang atau pihak itu
tidak selalu dijadikan pertimbangan
dalam pengelolaan program itu.
o Kepentingan tinggi jika pengelolaan
program tertentu sesuai dengan
program inti dan memberikan
manfaat langsung kepada orang/
pihak itu.
o Pengaruh tinggi: jika pernyataan/
karya/produk orang atau pihak itu
selalu dijadikan pertimbangan dalam
pengelolaan program di wilayah atau
komunitas tertentu.
b) Penarikan kesimpulan dan rekomendasi.
Dari hasil identifikasi dan pemetaan
akan dapat ditarik kesimpulan bahwa
tingkat pengaruh dan kepentingan
stakeholder dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
(1) Kepentingan rendah - pengaruh
rendah.
(2) Kepentingan rendah - pengaruh
tinggi.
(3) Kepentingan tinggi - pengaruh
rendah.
(4) Kepentingan tinggi - pengaruh
tinggi.
Adapun rekomendasinya adalah :
o Yang masuk dalam kategori dua
dan empat direkomendasikan
untuk dipilih menjadi anggota Tim/
Stakeholder utama.
o Yang masuk dalam katagori
satu dan tiga direkomendasikan
untuk ditetapkan sebagai sasaran
pendampingan.
a. Latar Belakang
Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009
tetang Pelayanan Publik disebutkan bahwa
pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian
3. KONSEP DAN KEBIJAKAN SERTA STRATEGI PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk
atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif
yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik.
71www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
Dengan pemberlakuan undang-undang ini, maka
semua pihak, terutama badan atau lembaga
penyedia pelayanan, berkomitmen untuk melakukan
upaya peningkatan mutu pelayanan terhadap
masyarakat (publik). Upaya peningkatan mutu
pelayanan publik tersebut mengacu pada grand
design dan road map reformasi birokrasi yang
ditetapkan pada Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 dan Peraturan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010.
Reformasi birokrasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan yang sedang bergulir saat ini
menempatkan pelayanan publik sebagai bagian
dari agenda nasional. Berbagai permasalahan
yang masih saja menyertai dalam penyelenggaraan
pelayanan publik di Indonesia diantaranya
berkenaan dengan prosedur yang tidak jelas,
berbelit-belit, waktu penyelesaiannya yang
tidak menentu, tata cara yang kurang tepat,
dan biaya-biaya yang tidak transparan hingga
sikap dan perilaku petugas pelayanan yang tidak
mengindahkan etika sebagai “pelayan masyarakat”,
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Berbagai upaya perubahan atau reformasi di
bidang politik, ekonomi, sosial budaya serta hukum
yang telah berlangsung selama ini ternyata masih
belum mampu mendorong terjadinya reformasi
birokrasi secara nyata termasuk di dalamnya
reformasi bidang pelayanan publik. Bahkan dalam
banyak hal ciri-ciri yang mencerminkan lemahnya
birokrasi di Indonesia masih terindikasi, misalnya
struktur kelembagaan pemerintah yang cenderung
membesar, rumusan dan pelaksanaan tupoksi antar
instansi yang seringkali overlapping, hubungan kerja
yang tidak jelas, pegawai yang tidak profesional,
tidak kreatif dan tidak inovatif, serta rendahnya
kinerja pelayanan publik.
Dalam era reformasi saat ini pelayanan publik
menjadi isu kebijakan yang semakin strategis,
mengingat perbaikan pelayanan publik di Indonesia
cenderung “berjalan di tempat”, sedangkan
implikasinya sangatlah luas dalam kehidupan
ekonomi, politik, sosial budaya dan lain sebagainya.
Dalam kehidupan ekonomi, perbaikan pelayanan
publik akan bisa memperbaiki iklim investasi yang
sangat diperlukan bangsa ini agar bisa segera
keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Buruknya pelayanan publik sering menjadi variabel
yang dominan mempengaruhi penurunan investasi
yang berakibat pada pemutusan hubungan kerja
(PHK).
Buruknya pelayanan publik tersebut terlihat dari
masih kuatnya perilaku koruptif aparat pelayanan
publik. Masih kuatnya prilaku koruptif ini salah
satunya dibuktikan dengan dari masih rendahnya
Corruption Perception Index (CPI) Indonesia
tahun 2006 yang dikeluarkan oleh Transparency
International Indonesia (TII), yaitu 2,4 – naik
0,2 point dari CPI tahun 2005. Pengukuran CPI
didasarkan pada pengukuran tingkat persepsi para
pelaku bisnis dan pengamat baik dalam maupun luar
negeri terhadap pelayanan publik su atu negara.
Kondisi tersebut sungguh memprihatinkan,
mengingat disatu sisi pemerintah sedang giat-
giatnya memberantas korupsi akan tetapi disisi lain
perilaku koruptif aparat pelayanan publik masih
II. Tahapan Pengembangan FMS untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik yang Berbasis Standar dan Responsif Gender
72 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
sangat kuat. Di samping itu, perilaku koruptif aparat
pelayanan publik juga berpengaruh terhadap tingkat
CPI, mengingat tinggi - rendahnya Corruption
Perception Index (CPI) suatu negara berkaitan
erat dengan kualitas pelayan publik di negara
bersangkutan. Untuk itu, maka reformasi birokrasi
terutama di sektor pelayanan publik di Indonesia
merupakan suatu keharusan.
Kondisi buruk ini belum beranjak membaik, bahkan
data terkini mengenai daftar negara terkorup di Asia
yang disampaikan oleh Political and Economic Risk
Consultancy (PERC) 8 April 2009 yang berbasis di
Hongkong menempatkan Indonesia berada pada
posisi teratas (8,32) dari skor 0 paling bersih sampai
dengan 10 paling korup. Keberadaan Indonesia
pada skor 8,32 tersebut menunjukkan bahwa
Indonesia merupakan negara terkorup di kawasan
Asia1. Daftar tersebut disusun untuk mengukur iklim
investasi, dengan salah satu indikator yang dijadikan
sebagai pengukur iklim investasi adalah faktor
korupsi.
Di dalam Road Map tersebut, pelaksanaan reformasi
yang terkait dengan program peningkatan mutu
pelayanan publik dilaksanakan di tingkat nasional
(makro) dan di tingkat instansional (mikro). Program
ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan
publik sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat.
Target yang ingin dicapai melalui program ini adalah:
1) Meningkatnya mutu pelayanan publik kepada
masyarakat (transparan, cepat, tepat,
sederhana, aman, terjangkau dan memiliki
kepastian);
2) Meningkatnya jumlah unit pelayanan
yang memperoleh standarisasi pelayanan
internasional;
3) Meningkatnya indeks kepuasan masyarakat
terhadap penyelenggaraan pelayanan publik.
Oleh sebab itu untuk memperoleh hasil yang
diharapkan di tingkat instansional (mikro) perlu
dilaksanakan:
1) Penerapan standar pelayanan pada unit kerja
Kementerian/Lembaga dan Pemda
2) Penerapan Standar Pelayanan Minimal pada
Pemkab/Pemkot;
3) Parsipasi masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan publik.
b. Konsep dan Kebijakan Pelayanan Publik
Pelayanan publik pada dasarnya menyangkut aspek
kehidupan masyarakat yang sangat luas. Dalam
kehidupan bernegara, maka pemerintah memiliki
fungsi memberikan berbagai pelayanan publik yang
diperlukan oleh masyarakat, mulai dari pelayanan
dalam bentuk pengaturan atau pun pelayanan-
pelayanan lain dalam rangka memenuhi kebutuhan
masyarakat.
Sedangkan hakekat dari pelayanan publik adalah
pemberian pemenuhan pelayanan kepada
masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban
pemerintah sebagai abdi masyarakat. Pemberian
pelayanan publik ini terutama diberikan untuk hal-
73www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
hal yang sifatnya mendasar seperti pendidikan,
kesehatan, sosial, keamanan dan ketertiban,
lingkungan, perekonimian, kependudukan,
ketenagakerjaan dan pertanahan.
Dalam undang-undang Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik, terdapat beberapa hal
penting terkait dengan peningkatan partisipasi
masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan
publik, antara lain:
1) Ruang lingkup pelayanan publik meliputi:
pelayanan barang publik dan jasa publik serta
pelayanan administratif yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan. yang meliputi
pendidikan, pengajaran, pekerjaan dan usaha,
tempat tinggal, komunikasi dan informasi,
lingkungan hidup, kesehatan, jaminan sosial,
energi, perbankan, perhubungan, sumber daya
alam, pariwisata, dan sektor lain yang terkait.
2) Penyelenggara berkewajiban:
a) menyusun dan menetapkan standar
pelayanan;
b) menyusun, menetapkan, dan
memublikasikan maklumat pelayanan;
c) menempatkan pelaksana yang kompeten;
d) menyediakan sarana, prasarana, dan/atau
fasilitas pelayanan publik yang mendukung
terciptanya iklim pelayanan yang memadai;
e) memberikan pelayanan yang berkualitas
sesuai dengan asas penyelenggaraan
pelayanan publik;
f) melaksanakan pelayanan sesuai dengan
standar pelayanan;
g) berpartisipasi aktif dan mematuhi peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan
penyelenggaraan pelayanan publik;
h) memberikan pertanggungjawaban terhadap
pelayanan yang diselenggarakan;
i) membantu masyarakat dalam menjelaskan
hak dan tanggung jawabnya;
j) bertanggung jawab dalam pengelolaan
organisasi penyelenggara pelayanan publik;
k) memberikan pertanggungjawaban sesuai
dengan hukum yang berlaku apabila
mengundurkan diri atau melepaskan
tanggung jawab atas posisi atau jabatan;
dan
l) memenuhi panggilan atau mewakili
organisasi untuk hadir atau melaksanakan
perintah suatu tindakan hukum atas
permintaan pejabat yang berwenang dari
lembaga negara atau instansi pemerintah
yang berhak, berwenang, dan sah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
3) Masyarakat berhak:
a) mengetahui kebenaran isi standar
pelayanan;
b) mengawasi pelaksanaan standar pelayanan;
c) mendapat tanggapan terhadap pengaduan
yang diajukan;
d) mendapat advokasi, perlindungan, dan/atau
pemenuhan pelayanan;
e) memberitahukan kepada pimpinan
penyelenggara untuk memperbaiki
pelayanan apabila pelayanan yang diberikan
tidak sesuai dengan standar pelayanan;
f) memberitahukan kepada Pelaksana untuk
memperbaiki pelayanan apabila pelayanan
II. Tahapan Pengembangan FMS untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik yang Berbasis Standar dan Responsif Gender
74 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
yang diberikan tidak sesuai dengan standar
pelayanan;
g) mengadukan Pelaksana yang melakukan
penyimpangan standar pelayanan dan/
atau tidak memperbaiki pelayanan kepada
Penyelenggara dan ombudsman;
h) mengadukan Penyelenggara yang
melakukan penyimpangan standar
pelayanan dan/atau tidak memperbaiki
pelayanan kepada pembina Penyelenggara
dan ombudsman; dan
i) mendapat pelayanan yang berkualitas
sesuai dengan asas dan tujuan pelayanan.
4) Masyarakat berkewajiban:
a) mematuhi dan memenuhi ketentuan
sebagaimana dipersyaratkan dalam standar
pelayanan;
b) ikut menjaga terpeliharanya sarana,
prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan
publik; dan
c) berpartisipasi aktif dan mematuhi peraturan
yang terkait dengan penyelenggaraan
pelayanan publik.
5) Penyelenggara berkewajiban menyusun
dan menetapkan standar pelayanan dengan
memperhatikan kemampuan Penyelenggara,
kebutuhan masyarakat, dan kondisi lingkungan.
a) Dalam menyusun dan menetapkan
standar pelayanan, Penyelenggara wajib
mengikutsertakan masyarakat dan pihak
terkait.
b) Penyelenggara berkewajiban menerapkan
standar pelayanan,
c) Pengikutsertaan masyarakat dan pihak
terkait, dilakukan dengan prinsip tidak
diskriminatif, terkait langsung dengan
jenis pelayanan, memiliki kompetensi
dan mengutamakan musyawarah, serta
memperhatikan keberagaman.
6) Penyelenggara berkewajiban menyusun
dan menetapkan maklumat pelayanan
yang merupakan pernyataan kesanggupan
Penyelenggara dalam melaksanakan
pelayanan sesuai dengan standar pelayanan
dan wajib dipublikasikan secara jelas dan luas.
7) Pengawasan penyelenggaraan pelayanan
publik dilakukan oleh pengawas internal dan
pengawas eksternal. Pengawasan eksternal
penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan
melalui:
a) pengawasan oleh masyarakat berupa
laporan atau pengaduan masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayanan publik;
b) pengawasan oleh ombudsman sesuai
dengan peraturan perundang-undangan;
dan
c) pengawasan oleh Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota.
8) Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan publik dimulai sejak penyusunan
standar pelayanan sampai dengan evaluasi
dan pemberian penghargaan yang diwujudkan
dalam bentuk kerja sama, pemenuhan hak dan
75www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
kewajiban masyarakat, serta peran aktif dalam
penyusunan kebijakan pelayanan publik.
9) Masyarakat dapat membentuk lembaga
pengawasan pelayanan publik.
10) Pengaduan masyarakat
a) Masyarakat berhak mengadukan
penyelenggaraan pelayanan publik
kepada Penyelenggara, ombudsman, dan/
atau Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota.
b) Masyarakat yang melakukan pengaduan
dijamin hak-haknya oleh peraturan
perundang-undangan.
c) Pengaduan dilakukan terhadap:
• Penyelenggara yang tidak
melaksanakan kewajiban dan/atau
melanggar larangan,
• Pelaksana yang memberi pelayanan
yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan.
c. Strategi Peningkatan Kualitas Pelayanan
Penerapan standar dan partisipasi masyarakat
dalam penyelenggaraan pelayanan publik
tersebut sudah pasti harus didukung dengan
strategi yang selaras dengan sasaran dan
indikator keberhasilan yang ditetapkan. Pada
Grand Design Reformasi Birokrasi Tahun 2010 –
2025 ditetapkan indikator keberhasilan program
berupa peningkatan integritas pelayanan publik
di pusat dan daerah, serta peringkat kemudahan
berusaha (lihat Tabel 1). Dengan demikian
strategi sebaiknya difokuskan pada dua hal
yaitu Penyempurnaan sistem pelayanan dan
Peningkatan kinerja pelayanan.
Contoh rencana aksi penyempurnaan
Pelayanan Publik antara lain dapat berupa
perbaikan terhadap mekanisme dan akses
pelayanan dibidang perikanan tangkap/
budidaya/pengolahan, perkarantinaan ikan,
pengawasan sumber daya kelautan dan
perikanan serta pendidikan perikanan. Indikator
keberhasilannya adalah masyarakat/pelaku
usaha perikanan lebih mudah mengurus
perijinan tanpa dibebani aturan tambahan,
sehingga menarik dan kompetitif bagi calon
investor.
Rencana aksi peningkatan kinerja layanan
antara lain dapat berupa penerapan reward
and punishment dalam pelayanan. Indikator
keberhasilannya (outcome), terwujudnya
pelayanan prima tanpa pungli diberbagai bidang
usaha perikanan tangkap/budidaya/pengolahan,
perkarantinaan ikan, pengawasan sumber
daya kelautan dan perikanan dan pendidikan
perikanan. Disamping itu strategi yang tidak
boleh dilupakan adalah sinergitas lintas instansi
agar upaya-upaya peningkatan kualitas
pelayanan efisien dan efektif.
Instrumen yang dapat digunakan sebagai
acuan dalam penerapan strategi antara lain
hasil Survei Integritas Sektor Publik yang
II. Tahapan Pengembangan FMS untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik yang Berbasis Standar dan Responsif Gender
76 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
dilaksanakan oleh Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK), hasil-hasil Penilaian Inisiatif
Anti Korupsi (PIAK) oleh KPK, Pedoman
Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik dengan
Metode Partisipasi Masyarakat (Permen PAN
Nomor 13 tahun 2009), Pedoman Penilaian
Kinerja Unit Pelayanan Publik (Permen PAN
Nomor 25 tahun 2006) dan Pedoman/panduan
“Services Exellence” yang diterbitkan oleh
lembaga/konsultan jasa pelayanan ternama.
Terkait dengan strategi di atas Inspektorat
Jenderal KKP berupaya mendorong akselerasi
pencapaian tujuan dengan berperan sebagai
consulting partner dan fasilitator bagi unit Eselon
I lainnya.
PENINGKATANPELAYANAN
PUBLIK
Nasional(Makro) S
T
R
A
T
E
G
I
Target
1. Meningkatkan kualitas pelayanan.
2. Meningkatkan Jumlah Unit layanan yang berstandar internasional.
3. Meningkatnya Indeks Kepuasan Masyarakat.
Program
1. Penerapan Standar Pelayanan.
2. Penerapan SPM di Pemkab/Pemkot.
3. Partisipasi Masyarakat.
Internasional(Mikro)
...............
77www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
Strategi lain yang juga perlu diterapkan oleh
penyelenggara pelayanan, yaitu melakukan
perubahan pola pikir (mindset) dari petugas yang
berkuasa menjadi petugas yang harus melayani
pengguna jasa (masyarakat) dengan sebaik-baiknya
dan menghilangkan sikap arogansi.
Dalam konsep pelayanan publik, kesibukan suatu
unit kerja melayani pengguna jasa bukanlah
ukuran bahwa unit kerja tersebut telah memberikan
“Pelayanan Prima”. Pelayanan prima terwujud
apabila pelayanan berjalan lancar dan tidak ada
keluhan/pengaduan (complaint) dari pengguna jasa
pelayanan.
Dengan kata lain keberhasilan penyelenggaraan
pelayanan publik ditentukan oleh tingkat kepuasan
penerima layanan (masyarakat). Kepuasan
masyarakat dicapai apabila masyarakat memperoleh
pelayanan sesuai dengan yang dibutuhkan
dan diharapkan. Oleh sebab itu penyelenggara
pelayanan disarankan secara berkala wajib
melakukan Survei Indeks Kepuasan Masyarakat
untuk mengetahui kinerja pelayanannya, misalnya
kepuasan terhadap pelayanan kesehatan,
pendidikan dan atau perijinan.
*) Internet…….
**) Marsono, Peneliti Madya pada Pusat Kajian Manajamen
Pelayanan LAN dalam : REFORMASI PELAYANAN PUBLIK
DI DAERAH: DALAM KERANGKA MEMBANGUN GOOD
LOCAL GOVERNANCE
a. Pengertian
Komitmen adalah janji atau tanggungjawab
untuk melakukan sesuatu. Membangun
komitmen adalah menumbuhkan janji atau
tanggungjawab kepada satu atau beberapa
pihak untuk melakukan sesuatu, dalam hal ini
proses peningkatan pelayanan publik, antara
lain dalam sektor pendidikan, sektor kesehatan
dan sektor pengembangan ekonomi lokal.
4. Membangun Komitmen
Membangun komitmen harus dilakukan pada
tahap awal dalam implementasi program.
Mengapa membangun komitmen itu penting?
Karena komitmen itu merupakan modal awal
untuk menumbuhkan kemauan, kesanggupan
dan kesiapan untuk memulai sebuah program
atau kegiatan. Selain itu dengan terbangunnya
komitmen akan memberikan jaminan terhadap
II. Tahapan Pengembangan FMS untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik yang Berbasis Standar dan Responsif Gender
78 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
kualitas partisipasi dalam pembangunan, termasuk
dalam upaya peningkatan pelayanan publik.
b. Tujuan membangun komitmen
Menumbuhkan kesadaran dan keyakinan bahwa
upaya-upaya peningkatan pelayanan publik,
setidaknya dalam sektor pendidikan, sektor
kesehatan dan sektor pengembangan ekonomi
lokal, itu penting dan merupakan kebutuhan,
masuk akal serta perlu pengelolaan yang
berkelanjutan.
c. Langkah dan cara-cara membangun komitmen
Tahap awal dalam implementasi program yang
berbasis masyarakat adalah membangun
komitmen. Dalam proses pengembangan
masyarakat, tahap awal yang harus dilakukan
oleh seorang fasilitator pengembangan
masyarakat adalah persiapan sosial. Salah
satu kegiatan dalam pengelolaan program yang
berbasis masyarakat, adalah tahap persiapan
sosial. Nah, membangun komitmen merupakan
sub kegiatan yang harus dilakukan.
Persiapan sosial mencakup pengenalan,
mengetahui masalah yang dihadapi, dan
penyadaran.
1) Pengenalan: Sebelum mengajak masyarakat untuk
berpartisipasi, pertama-tama yang harus
dilakukan adalah mengenal masyarakat.
Biasanya pengenalan dimulai secara
informal dengan pimpinan formal, pimpinan
informal, tokoh-tokoh masyarakat, tokoh-
tokoh agama, dan tokoh lainnya.
Pengenalan dilakukan dengan sikap rendah
hati, artinya harus ada kesanggupan untuk
mendengar dan belajar dari masyarakat.
Walaupun ada kecenderungan masyarakat
beranggapan bahwa petugas atau fasilitator
itu tahu segalanya. Tetapi bagaimanapun
harus mengabaikan dugaan mereka
dengan sikap rendah hati dengan selelu
mengatakan bahwa fasilitator masih perlu
belajar banyak dari masyarakat. Janganlah
membawa konsep-konsep atau bahkan
menganggap fasilitator sudah lebih tahu apa
yang dibutuhkan masyarakat.
2) Mengetahui Masalah: Fasilitator perlu mengetahui masalah
dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat.
Karena hanya atas dasar pengertian inilah
dapat disusun program yang baik, artinya
memenuhi kebutuhan masyarakat dan
dalam pelaksanaan didukung masyarakat.
Janganlah fasilitator, atas anggapan
bahwa dia lebih tahu apa yang dibutuhkan
masyarakat, kemudia menyusun program
perbaikan tanpa mempertimbangkan
apakah masyarakat sudah membutuhkan
terhadap pelayanan-pelayanan yang akan
dikembangkan.
79www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
3) Penyadaran: Bila masyarakat diharapkab berpartisipasi
dalam penyelesaian masalah, tentu mereka
harus mengerti bahwa ada masalah. Usaha-
usaha penyadaran bertujuan:
a) Menyadarkan masyarakat akan keadaan
dan kebutuhan mereka.
b) Merangsang masyarakat agar
menyadari perlunya mereka ikut
memenuhi kebutuhan tersebut.
c) Kemudian, menyadarkan mereka akan
potensi yang ada pada mereka untuk
berpartisipasi memenuhi kebutuhan itu.
Penyadaran tersebut dapat dilakukan
dengan berbagai cara:
a) Pembicaraan informal;
b) Melalui penyuluhan yang praktis;
c) Memanfaatkan kesempatan-
kesempatan yang baik;
d) Anjangsana/karyawisata;
e) Metode kasus pribadi;
f) Dalam rangka membicarakan hasil
survei dan tindak lanjutnya.
g) Dan lain-lain.
LAMPIRAN
Lembar Kerja
II. Tahapan Pengembangan FMS untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik yang Berbasis Standar dan Responsif Gender
80 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
REK
API
TULA
SI D
ATA
PRO
FIL
LEM
BA
GA
NO
N P
EMER
INTA
H(F
rom
: B
1)
Ket
eran
gan
1)
Ada
/tdak
ada
2)
Yaya
san,
Orm
as, O
rpol
, Aso
sias
i, C
BO
, ata
u K
oper
asi,
dll.
3)
Pen
eliti
an, A
dvok
si, I
nfok
om, P
enda
naan
, Dik
lat,
Kem
anus
iaan
, dan
ata
u la
in-la
in.
4)
Per
tani
an, P
erbu
ruan
, Eko
nom
i Ker
akya
tan,
TTG
, Ind
ustri
Kec
il, S
osia
l, Li
ngku
ngan
hid
up, G
izi d
an M
akan
an, M
asya
raka
t ada
t, H
AM
, Keb
uday
aan,
Ibu
dan
anak
,
In
dust
ri, G
ende
r, K
eter
ampi
lan.
5)
Kab
upat
en/k
ota,
Pro
vins
i, N
asio
nal,
Inte
rnas
iona
l.6)
M
odal
sen
diri,
Usa
ha s
endi
ri, Iu
ran
Ang
gota
, Pem
erin
tah,
Don
or d
alam
neg
eri,
Don
or lu
ar n
eger
i.7)
N
ama
Inst
ansi
/Lem
baga
emer
inta
h at
au N
on P
emer
inta
h.
No
Nam
a Le
mba
gaN
ama
Pim
pina
nA
lam
atTa
ngga
l B
erdi
riSt
rukt
ur
Orga
nisas
i 1)Je
nis
Orga
nisas
i 2)Ti
pe
Keg
iata
n3)B
idan
g K
egia
tan4)
Wila
yah
Keg
iata
n5)Su
mbe
r D
ana6)
Mitr
a K
erja
7)
12
34
56
78
910
1112
81www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
REK
API
TU
LASI
DAT
A
LEM
BA
GA
NO
N P
EMER
INTA
H D
AN
PER
AN
NYA
DA
LAM
PEN
GEL
OLA
AN
PEL
AYA
NA
N P
UB
LIK
(F
orm
: B
2)
NoNa
ma
Lem
baga
Nam
a Pi
mpi
nan
Alam
at
Pem
aham
an
ttg P
enge
rtian
Pa
rtisi
pasi
M
asya
raka
t
Ting
kat
Kete
rliba
tan
dlm
PBM
Ling
kup
Kete
rliba
tan
Bent
uk
(Fun
gsi
Kete
rliba
tan)
Tuga
s La
yana
n dl
m
Pela
ksan
aan
Proy
ek/
Prog
ram
12
34
56
78
9
II. Tahapan Pengembangan FMS untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik yang Berbasis Standar dan Responsif Gender
82 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
REK
API
TU
LASI
DAT
A
Profi
lLem
bagaPem
erintahdanPerannyadalam
PelayananPublik
(For
m :
B3)
Kete
rang
an
1)
Ada/
tdak
ada
2)
Yaya
san,
Orm
as, O
rpol
, Aso
sias
i, C
BO, a
tau
Kope
rasi
, dll.
3)
Pene
litia
n, A
dvok
si, I
nfok
om, P
enda
naan
, Dik
lat,
Kem
anus
iaan
, dan
ata
u la
in-la
in .
4)
Nam
a In
stan
si/L
emba
ga p
emer
inta
h at
au N
on P
emer
inta
h.
NoNa
ma
Lem
baga
Nam
a Pi
mpi
nan
Alam
atSt
rukt
ur
Org
anis
asi 1)
Jeni
s O
rgan
isas
i2)Ti
pe K
egia
tan3)
Mitr
a Ke
rja4)
12
34
56
78
83www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
REK
API
TU
LASI
DAT
A
Profi
lLem
bagaPem
erintahdanPerannyadalam
PengelolaanPelayananPublik
(For
m :
B4)
NoNa
ma
Lem
baga
Alam
atPe
mah
aman
ttg
Pen
gerti
an
Pela
yana
n Pu
blik
Ting
kat
Kete
rliba
tan
dlm
Pe
ngel
olaa
n Pe
laya
nan
Publ
ik
Bata
s (k
ewen
anga
n fu
ngsi
onal
) Ke
terli
bata
n
Tuga
s La
yana
n dl
m P
enge
lola
an
Proy
ek/P
rogr
am
12
34
56
7
II. Tahapan Pengembangan FMS untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik yang Berbasis Standar dan Responsif Gender
84 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
DA
FTA
R L
EM
BA
GA
PE
ME
RIN
TAH
SE
SUA
I DE
NG
AN
KA
TE
GO
RI K
EP
EN
TIN
GA
N D
AN
PE
NG
AR
UH
NYA
D
ALA
M P
EN
GE
LOLA
AN
PE
LAYA
NA
N P
UB
LIK
K
AB
UPA
TE
N/K
OTA
: …
……
……
……
……
……
. (F
orm
: C
1)
Indi
kato
r Kep
entin
gan
dan
Peng
aruh
1.
Kepe
ntin
gan
T ing
gi :
Prog
ram
dan
keb
ijaka
n da
erah
mem
beri
man
faat
bes
ar b
agi p
enge
mba
ngan
org
anis
asi d
an p
rogr
am p
ihak
/lem
baga
.
2.
Kepe
ntin
gan
Rend
ah :
Prog
ram
dan
keb
ijaka
n da
erah
tida
k/ku
rang
mem
beri
man
faat
bes
ar b
agi p
enge
mba
ngan
org
anis
asi d
an p
rogr
am p
ihak
/lem
baga
.
3.
Peng
aruh
Tin
ggi:
- Pe
rnya
taan
/kar
ya/p
rodu
k se
lalu
dija
dika
n pe
rtim
bang
an d
alam
pem
buat
an k
ebija
kan.
-
Sela
lu d
ilibat
kan
dala
m p
embu
atan
keb
ijaka
n.
4.
Peng
aruh
Ren
dah
:
-
Pern
yata
an/k
arya
/pro
duk
tidak
sel
alu
dija
dika
n pe
rtim
bang
an d
alam
pem
buat
an k
ebija
kan.
-
Tida
k se
lalu
dilib
atka
n da
lam
pem
buat
an k
ebija
kan.
NoNa
ma
Pers
on/L
emba
gaKe
pent
inga
n da
n Pe
ngar
uh R
enda
h
Kepe
ntin
gan
Rend
ah d
an
Peng
aruh
Tin
ggi
Kepe
ntin
gan
Ting
gi
dan
Peng
aruh
Re
ndah
Kepe
ntin
gan
dan
Peng
aruh
Tin
ggi
12
34
56
85www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
DA
FTA
R L
EMB
AG
A N
ON
PEM
ERIN
TAH
SES
UA
I DEN
GA
N K
ATEG
OR
I KEP
ENT
ING
AN
DA
N P
ENG
ARU
HN
YA
DA
LAM
PEN
GEL
OLA
AN
PEL
AYA
NA
N P
UB
LIK
K
AB
UPA
TEN
/KO
TA :
……
……
……
……
……
…
Indi
kato
r Kep
entin
gan
dan
Peng
aruh
1.
Kepe
ntin
gan
T ing
gi:
Prog
ram
dan
keb
ijaka
n da
erah
mem
beri
man
faat
bes
ar b
agi p
enge
mba
ngan
org
anis
asi d
an p
rogr
am p
ihak
/lem
baga
.
2.
Kepe
ntin
gan
Rend
ah :
Prog
ram
dan
keb
ijaka
n da
erah
tida
k/ku
rang
mem
beri
man
fat b
esar
bag
i pen
gem
bang
an o
rgan
isas
i dan
pro
gram
pih
ak/le
mba
ga.
3.
Peng
aruh
Tin
ggi:
-
Pern
yata
an/k
arya
/pro
duk
sela
lu d
ijadi
kan
perti
mba
ngan
dal
am p
embu
atan
keb
ijaka
n.
- Se
lalu
dilib
atka
n da
lam
pem
buat
an k
ebija
kan.
4.
Pe
ngar
uh R
enda
h:
- Pe
rnya
taan
/kar
ya/p
rodu
k tid
ak s
elal
u di
jadi
kan
perti
mba
ngan
dal
am p
embu
atan
keb
ijaka
n.
- Ti
dak
sela
lu d
ilibat
kan
dala
m p
embu
atan
keb
ijaka
n.
NoNa
ma
Pers
on/L
emba
gaKe
pent
inga
n da
n Pe
ngar
uh R
enda
h
Kepe
ntin
gan
Rend
ah d
an
Peng
aruh
Tin
ggi
Kepe
ntin
gan
Ting
gi
dan
Peng
aruh
Re
ndah
Kepe
ntin
gan
dan
Peng
aruh
Tin
ggi
12
34
56
II. Tahapan Pengembangan FMS untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik yang Berbasis Standar dan Responsif Gender
86 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
DAFTAR LEMBAGA NON PEMERINTAH HASIL ANALISIS KATEGORI KEPENTINGAN DAN PENGARUHNYA
DALAM PENGELOLAAN PELAYANAN PUBLIKKAB/KOTA : …………………………
(Form : D1)
Daftar NGS yang termasuk kategori memiliki :Kepentingan dan Pengaruh Rendah12345dst
Kepentingan Rendah dan Pengaruh Tinggi12345dst
Kepentingan Tinggi dan Pengaruh Rendah12345dst
Kepentingan dan Pengaruh Tinggi12345dst
87www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
DAFTAR LEMBAGA PEMERINTAH HASIL ANALISIS KATEGORI KEPENTINGAN DAN PENGARUHNYA
DALAM PENGELOLAAN PELAYANAN PUBLIKKABUPATEN/KOTA : …………………………
(Form : D2)
Daftar GS yang termasuk kategori memiliki :Kepentingan dan Pengaruh Rendah12345dst
Kepentingan Rendah dan Pengaruh Tinggi12345dst
Kepentingan Tinggi dan Pengaruh Rendah12345dst
Kepentingan dan Pengaruh Tinggi12345dst
II. Tahapan Pengembangan FMS untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik yang Berbasis Standar dan Responsif Gender
88 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
FORM A : PROFIL LEMBAGA DAN PERANNYA DALAM PELAYANAN PUBLIK
DATA NON GOVERNMENT STAKEHOLDERKota/Kabupaten : ………………………………………….. Tanggal : …………………………
Profillembaga
Nama Lembaga : …………………………………………………………………………………….........................Nama Pimpinan : 1. …………………………………………………………………….……………........................ 2. .…..……………………………………...……………………………………….......................Alamat : …..…….……………………………………………...........................……………………...…… ...............….…….……….…………………………………………………….............................Telephone : .…………………………….. Facsimile : ..........…………………………………..……........E-mail : .…………………………………………………………………………….........................………Tanggal berdiri : .....………………………………………………………………………...........................……….No. Akta (bila ada) : ……………………………..…………………………………..............................……………….Struktur Organisasi : Ada (terlampir) Tidak ada
Jenis organisasi : Yayasan Ormas Orpol Asosiasi CBO Koperasi …………………………………………………………………………….
Tipe kegiatan : Penelitian Advokasi Info-com Pendanaan Pendidikan & lat. B. Kemanusiaan …………………………………………………………………………... ……………………………………………………………………………
Bidang kegiatan : Pertanian Sosial Kebudayaan Perburuhan Lingkungan hidup Ibu & anak Ek. Masyarakat Gizi & makanan Industri Tek. Tepat guna Masy. Adat Gender Industri kecil Hak asasi manusia Keterampilan
………………………………………………………………………….…….. …………………………………………………………………………….….. …………………………………………………………………………………
Wilayah Kegiatan : Desa/Kel. Kab. Kota. Propinsi Nasional Internasional
89www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
Sumber Dana : Modal sendiri Iuran anggota Pemerintah
Donor Dlm. Neg. Donor LN Usaha sendiri
……………………………………………………………………….....................................
……………………………………………………………………….....................................
Mitra Kerja :
Instansi Pemerintah
No. Nama Instansi Nama Program Waktu Keterangan
LSM/ORNOP
No. Nama LSM/ORNOP Nama Program Waktu Keterangan
Lembaga Internasional
No. Nama Lembaga Int. Nama Program Waktu Keterangan
Masyarakat
No. Nama kelompok Nama Program Waktu Keterangan
Peran Dalam Pelayanan Publik (Pendidikan, Kesehatan/KIA, PTSP
1. Apa yang dimaksud dengan pengelolaan pelayanan publik yang berbasis standar dan responsif gender?
…………………………………………………………………………………………….........................................
…………………………………………………………………………………………….........................................
II. Tahapan Pengembangan FMS untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik yang Berbasis Standar dan Responsif Gender
90 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
2. Keterlibatan institusi Anda dalam pengelolaan pelayanan publik bersama masyarakat.
sering pernah tidak pernah
Penjelasan rinci:
……………………………………………………………………………………………............................................
……………………………………………………………………………………………............................................
3. Jika Anda pernah terlibat, dimana tingkat keterlibatannya:
Desa/ Kelurahan Kab./kota Propinsi Nasional
Penjelasan rinci:
……………………………………………………………………………………………............................................
……………………………………………………………………………………………............................................
4. Bentuk keterlibatan institusi Anda dalam pengelolaan pelayanan publik :
perencanaan pelaksanaan pengawasan/monev (survei IKM, pengaduan)
……………………………………………………………………………………………............................................
……………………………………………………………………………………………............................................
5. Apa tugas layanan masyarakat yang dilakukan lembaga Anda dalam pelaksanaan proyek/program?
memfasilitasi melatih mendampingi
mengawasi mengevaluasi ……………………….................
………………………………………..................…
…………………………………………..............…
Penjelasan:
……………………………………………………………………………………………............................................
……………………………………………………………………………………………............................................
91www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
DATA GOVERMENT STAKEHOLDERKota/Kabupaten : …………………………………………..
Tanggal : …………………………
Profillembaga
Nama Dinas/Inst. : ……………………………………………………………………………….............................…
Nama Pimpinan: 1. ............................…………………………………………………….…………………………
2. ……………………..…………………………………...........................................................
Alamat : …………………………………………………………………………….….…...........................
………………………………………………………………………………….............................
Telephone : .…………………………….. Facsimile : ………………………...............................………
E-mail : .……………………………………………………………………………...….............................
Struktur Organisasi : Ada (terlampir) Tidak ada
Tipe kegiatan : .…………………………………………………………………………................................……
………..…………………………………………………………………………...........................
Mitra Kerja :
Pengusaha
No. Nama Perusahaan Nama Program Waktu Keterangan
LSM/ORNOP
No. Nama LSM/ORNOP Nama Program Waktu Keterangan
Lembaga Internasional
No. Nama Lembaga Int. Nama Program Waktu Keterangan
II. Tahapan Pengembangan FMS untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik yang Berbasis Standar dan Responsif Gender
92 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
Kelompok Masyarakat
No. Nama kelompok Nama Program Waktu Keterangan
Peran Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik
1. Apa yang dimaksud dengan pengelolaan pelayanan publik yang berbasis standar dan responsif gender?
............................…………………………………………………………………………………………................… ............................…………………………………………………………………………………………................… ............................…………………………………………………………………………………………................… 2. Keterlibatan institusi Anda dalam pengelolaan pelayanan publik bersama masyarakat. sering pernah tidak pernah Penjelasan: ............................……………………………………………………………………….......……………................… ............................…………………………………………………………………………………………................… ............................…………………………………………………………………………………………................… 3. Ruang lingkup keterlibatan institusi Anda dalam pengelolaan pelayanan publik perencanaan pelaksanaan pengawasan/monev/survei IKM Penjelasan: ............................…………………………………………………………………………………………................… ............................…………………………………………………………………………………………................… ............................…………………………………………………………………………………………................… 4. Apa tugas layanan masyarakat yang dilakukan dinas/instansi dalam pelaksanaan proyek/program?
memfasilitasi melatih mendampingi memobilisasi mengawasi mengevaluasi …………………………………....……… ……………………………………………
Penjelasan: ............................…………………………………………………………………………………………................… ............................…………………………………………………………………………………………................… ............................…………………………………………………………………………………………................…
93www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
33Optimalisasi Peran FMS dalam Advokasi Kebijakan untuk Pelayanan Publik
94 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah sesi ini peserta diharapkan dapat :
1. Menjelaskan peran FMS dalam advokasi
kebijakan untuk pelayanan publik.
2. Menjelaskan dasar-dasar advokasi kebijakan
dalam pelayanan publik.
3. Menjelaskan alternatif peran serta FMS dalam
tahapan perencanaan dan penganggaran
tahunan daerah.
POKOK BAHASAN
1. Peran FMS dalam advokasi kebijakan untuk
pelayanan publik.
2. Dasar-dasar advokasi kebijakan dalam
pelayanan publik.
3. Alternatif peran serta FMS dalam tahapan
perencanaan dan penganggaran tahunan
daerah.
III. OPTIMALISASI PERAN FMS DALAM ADVOKASI KEBIJAKAN UNTUK PELAYANAN PUBLIK
METODE
1. Presentasi interaktif
2. Curah pendapat,
3. Diskusi kelompok dan pleno
ALAT DAN BAHAN
1. Lembar Presentasi Fasilitator (LPF),
2. Bahan bacaan,
3. Papan tulis plano,
4. LCD,
5. Komputer/laptop,
6. Kertas Plano,
7. Spidol,
8. Kertas Metaplan,
9. Lakban kertas.
95www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
WAKTU
135 menit
PROSES FASILITASI
1. Penjelasan interaktif dan curah pendapat (15 menit)a. Fasilitator menayangkan slide tentang judul
sesi dan menjelaskan tujuan pembahasan
tema.
b. Fasilitator menanyakan kepada peserta,
apa pendapat mereka tentang pelayanan
publik dan kebijakan publik
c. Fasilitator mengidentifikasi kata kunci dari
setiap pendapat peserta, lalu merumuskan
bersama peserta tentang apa yang
dimaksud dengan pelayanan publik dan
kebijakan publik.
d. Fasilitator menanyakan kepada peserta,
apa pendapat mereka tentang peran yang
bisa dilakukan oleh FMS dalam pelayanan
publik dan kebijakan publik.
e. Fasilitator menayangkan slide tentang peran
FMS dalam pelayanan publik.
2. Curah pendapat (20 menit)a. Fasilitator menanyakan kepada peserta,
apa pendapat mereka tentang advokasi dan
mengapa perlu melakukan advokasi untuk
peningkatan pelayanan publik yang bisa
diakses dengan baik oleh kelompok rentan
dan minoritas, baik perempuan atau laki-laki.
b. Selanjutnya fasilitator mengidentifikasi
kata kunci dari setiap pendapat peserta
dan merumuskannya dalam pengertian dan
pentingnya advokasi dilakukan.
c. Fasilitator menanyakan kepada peserta,
apa pendapat mereka tentang hasil akhir
advokasi kebijakan
d. Selanjutnya fasilitator mengidentifikasi kata
kunci dari setiap pendapat peserta dan
merangkumnya
e. Fasilitator menanyakan kepada peserta,
apa pendapat mereka tentang langkah-
langkah advokasi kebijakan
3. Penjelasan Interaktif (25 menit)a. Fasilitator menjelasakan beberapa sub tema
dengan menggunakan slide paparan, antara
lain tentang:
- 10 hak dasar warga negara
- Hasil akhir kerja advokasi
- Strategi advokasi, dan
- Langkah-langkah merencanakan
advokasi
b. Fasilitator memberi kesempatan kepada
peserta untuk bertanya, memberi tanggapan
dan saran tentang sub tema yang telah
dipaparkan.
4. Diskusi kelompok dan diskusi pleno (45 menit)a. Fasilitator membagi peserta menjadi 5
kelompok dengan mempertimbangkan
komposisi perempuan dan laki-laki
dan menugaskan setiap kelompok
mendiskusikan pertanyaan selama 20 menit,
III. Optimalisasi Peran FMS dalam Advokasi Kebijakan untuk Pelayanan Publik
96 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
dengan tugas mengisi format berikut :
Strategi 1, 2, 3, 4, 5*):
……………………………………………….
Tujuan 1 :
………………………………………………
No. Kegiatan Keluaran/Output Waktu Pihak yg terlibat/akan dilibatkan
Isian strategi*) :
- Kelompok I : Pengembangan wacana
kritis untuk mempengaruhi opini publik
- Kelompok II : Pengorganisasian
Masyarakat
- Kelompok III : Diplomasi
- Kelompok IV : Legislasi (Mendesakkan
kebijakan)
- Kelompok V : Litigasi (pendampingan
bantuan hukum)
b. Selanjutnya hasil diskusi kelompok dibahas
dalam pleno.
c. Fasilitator mereview dan merangkum hasil
diskusi pleno.
5. Penjelasan interaktif (30 menit) :a. Selanjutnya fasilitator menjelaskan sub
tema yang akan dibahas, yaitu “Tahapan
perencanaan dan penganggaran tahunan
daerah”.
b. Fasilitator bertanya kepada peserta,
menurut pendapat mereka apa yang
diketahui tentang perencanaan dan
penganggaran daerah?
c. Fasilitator memberi kesempatan kepada
peserta untuk bertanya, memberi tanggapan
dan saran.
6. Rangkuman dan Penutup (10 menit) Fasilitator merangkum dan mempertegas hasil
paparan dan diskusi dengan kisi-kisi penting
bahwa peran FMS dapat dioptimalkan untuk
mendorong peningkatan pelayanan publik.
97www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
LEMBAR PAPARAN FASILITATOR Terlampir dan terurai pada LPF 3.1
KEDUDUKAN DAN PERAN FORUM MULTI STAKEHOLDER
Dalam Upaya Peningkatan Pelayanan Publik
• Kedudukan: Posisi FMS dalam pemenuhan hak dan penunaian
kewajiban terhadap pelayanan publik.
• Peran: Bertindak sebagai subyek/pelaku dalam upaya
peningkatan efektifitas pelayanan publik.
PENGERTIAN
III. Optimalisasi Peran FMS dalam Advokasi Kebijakan untuk Pelayanan Publik
98 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
• Sebagai forum untuk penyadaran dan pengorganisasian masyarakat:
- Melakukan penyadaran akan pentingnya pelayanan publik dalam sektor pendidikan dan sektor kesehatan serta sektor pengembangan ekonomi lokal.
- Menemukan cakupan sasaran yang relatif lebih banyak dalam jumlah nominal dan unsurnya. Karena partisipan biasanya berasal dari organisasi/lembaga yang berbasis anggota yang relatif banyak dan berjenjang.
Peran FMS (1)
• Sebagai jaringan komunikasi dan kerja antar pihak yang berkepentingan:
Dengan penyelenggaraan forum akan mempermudah terjadinya komunikasi dan jaringan inter dan antar organisasi/lembaga partisipan forum.
Peran FMS (2)
99www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
• Sebagai forum konsultasi, khususnya antara penyedia pelayanan dan pengguna pelayanan:
Melalui forum lintas pihak seperti ini, akan mempercepat terjadinya sharing, tukar dan bagi pengalaman, mempertemuan penunaian kewajiban dan pemenuhan hak antara penyedia dan pengguna pelayanan publik.
Peran FMS (3)
• Sebagai forum untuk memantau kualitas pelayanan Dengan forum akan lebih capat mendapatkan informasi tentang
implementasi, cakupan dan mutu pelayanan publik. Proses kegiatan ini juga sekaligus dapat menjadi media pemantauan capaian pelayanan publik.
Peran FMS (4)
III. Optimalisasi Peran FMS dalam Advokasi Kebijakan untuk Pelayanan Publik
100 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
• Sebagai forum untuk mendesakkan kebijakan dalam peningkatan pelayanan publik:
Forum dapat digunakan sebagai wahana untuk melakukan strategi dan aksi-aksi advokasi untuk perubahan kebijakan dalam rangka peningkatan kuantitas dan kualitas pelayanan publik.
Peran FMS (5)
101www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
DASAR-DASAR ADVOKASI DALAM PELAYANAN PUBLIK
Merencanakan Advokasi Kebijakan
Terlampir dan terurai pada LPF LPF 3.2
III. Optimalisasi Peran FMS dalam Advokasi Kebijakan untuk Pelayanan Publik
102 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
• Kegiatanapasajayangbisadianggapsebagaikegiatanadvokasi?
• Apamakna/pengertianadvokasi
Disko
• Sifat dasar manusia adalah dinamis dan cenderung untuk berubah kearah yang lebih baik
• Mulai rencana advokasi dengan pikiran positif bahwa masih ada banyak champion-champion/pionir-pionir di pemerintahan/DPRD maupun di masyarakat
• Inti advokasi adalah merubah keadaan menjadi kearah yang lebih baik, bukannya untuk menyalahkan/mencari siapa yang salah ataupun untuk menghukum.
BerfikirPositif
103www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
III. Optimalisasi Peran FMS dalam Advokasi Kebijakan untuk Pelayanan Publik
104 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
105www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
Beberapadefinisiadvokasi• To advocate = to defend, to promote, to ctreate something new, to change (the heritage
dictionary of current English)
• Usaha-usaha terorganisir untuk membawa perubahan-perubahan sistematis dalam kebijakan tertentu, regulasi, atau pelaksanaanya (Muthia Ganie Rochman)
• Upaya terorganisir maupun aksi yang merupakan sarana-sarana demokrasi untuk menyusun dan melaksanakan undang-undang dan kebijakan yang bertujuan menciptakan sebuah masyarakat yang adil dan merata (Institute Advokasi, Washington DC)
• Tujuannya adalah mengubah cara-cara dimana kekuasaan, sumberdaya dan pandangan-pandangan dibentuk, dikonsumsi dan disebarkan pada level global, sehingga orang-orang maupun lembaga-lembaga dinegara selatan memperoleh kesempatan lebih realistis untuk mengontrol pembangunan mereka sendiri’ (Michael Edwards)
III. Optimalisasi Peran FMS dalam Advokasi Kebijakan untuk Pelayanan Publik
106 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
• Advokasiberintikanwargaadalahsebuahprosespolitisterorganisir yang melibatkan upaya-upaya terpadu masyarakat untuk mengubah kebijakan, praktek, gagasan, dan nilai-nilai yang melangengkan ketidakadilan, ketidaktoleranan, dan sikap eksklusive (Pedoman aksi untuk advokasi dan partisipasi warga, Institute untuk Studi-studi Pembangunan)
Beberapadefinisiadvokasi
1. Mendorong kualitas pelayanan publik dalam rangka pemenuhan hak-hak dasar warga.
2. Memperkuat dan pelembagaan partisipasi publik dalam pelayanan publik.
Mandat OMS (Mengapa Harus Ada)
107www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
1. Pemenuhan Hak atas Pangan2. Pemenuhan Hak atas Layanan Kesehatan3. Pemenuhan Hak atas Layanan Pendidikan4. Pemenuhan Hak atas Pekerjaan dan Berusaha5. Pemenuhan Hak atas Perumahan6. Pemenuhan Hak atas Air Bersih-Aman dan Sanitasi yang baik7. Pemenuhan Hak atas Tanah8. Pemenuhan Hak atas Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup9. Pemenuhan Hak atas Rasa Aman10. Pemenuhan Hak atas Berpartisipasi
10 HAK-HAK DASAR WARGA NEGARA
PembukaanUUD 1945
KEWAJIBANPEMERINTAH
PELAYANAN PUBLIK
TUJUAN PEMBENTUKANPEMERINTAH
HAKMASYARAKAT
???!!
III. Optimalisasi Peran FMS dalam Advokasi Kebijakan untuk Pelayanan Publik
108 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia;
2. Memajukan kesejahteraan umum;
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa; dan
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia.
URUSANNEGARA►►TUJUANPEMBENTUKANNEGARA
• Status pendidikan masyarakat merupakan salah satu indikator kesejahteraan.
• Kewajiban negara adalah menyediakan pelayanan pendidikan dasar.
• Kualitas pendidikan dasar diukur dalam standar pelayanan minimum.
Kesejahteraan umum
109www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
1. Pembuatan Kebijakan (bila belum ada).2. Dipertahankannya kebijakan yang baik yang terancam
dicabut.3. Penegakan pelaksanaan kebijakan yang baik.4. Revisi terhadap sebagian kebijakan.
Hasil akhir kerja advokasi Kebijakan
Kebijakan 1. Kebijakan dituangkan dalam bentuk dokumen dan berlaku
untuk mengikat.2. Kebijakan publik merupakan dokumen publik.3. Contoh Kebijakan di daearah:
• PERDA• Perbup/Perwako• SKBupati• KebijakanAnggaran(KUA/RKA)• SKKepalaDinas• dll.
III. Optimalisasi Peran FMS dalam Advokasi Kebijakan untuk Pelayanan Publik
110 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
• Pengembangan wacana kritis untuk membentuk opini publik/masyarakat
• Pengorganisasian masyarakat
• Diplomasi
• Legislasi
• Litigasi
Strategi Advokasi
Memposisikan diri menjadi “fasilitator” dan “katalisator” agar seluruh komponen melakukan suatu tindakan struktural dan afirmatif.
Mendorong / memotivasi kelompok strategis untuk mengartikulasikan kepentingannya melalui penyadaran dan aksi-aksi penguatan kapasitas, kemudian mengadvokasi pemerintah daerah dan stakeholder lainnya untuk meninjau kebijakan dan pilihan politik [paradigma] pembangunan dan tanggung jawab sosialnya.
Peran Strategis Lembaga Pemberdaya
111www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
Mengedepankan konsep “pembangunan berimbang” (balanced development), yaitu Pembangunan yang sensitif pada keseimbangan antarsektor, antar kelas maupun antar wilayah.
Pembangunan Berimbang
Merumusan isu• Apa isu spesifik terkait dengan pengelolaan sekolah yang
menuntut diperlukannya kebijakan di kabupaten?
- Kondisi faktual dan aktual terkait dengan BOSP.
- Bandingkan dengan SPM.
- Apakah sudah ada kebijakan daerah terkait dengan BOSP.
- Rumuskan isu, berdasarkan gap antara kondisi sesuai SPM dengan kondisi faktual dan aktual.
III. Optimalisasi Peran FMS dalam Advokasi Kebijakan untuk Pelayanan Publik
112 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
• Tujuan Utama/kemenangan besar (Pilih salah satu yang relefan sesuai dengan kondisi riil Kabupaten): - Disahkannya kebijakan apa tentang apa………- Dilaksanakannya kebijakan apa tentang apa …..- Diubahnya kebijakan apa tentang apa…. Dibagian mana
• Indikator capaian:• Tujuan antara/kemenangan kecil untuk mendukung pencapaian tujuan utama:
- …………………- ………………..- ………………..
• Indikator capaian:
Merumuskan Tujuan
• Pihak mana yang menjadi target advokasi? (Siapa yang pembuat kebijakan, bagaimana proses kebijakan dilakukan, siapa yang mempengaruhinya baik formal maupun informal).
• Memetakan sekutu, dukungan komunitas, dan oposisi.
• Realitas yang sedang terjadi yang berpengaruh terhadap isu maupun terhadap tingkat kefektifan dari strategi.
Analisa Lingkungan eksternal
113www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
Matriks 1: Pemetaan Target advokasi
Matriks 2: Pemetaan Target advokasi
PembuatKebijakan formal
PembuatKebijakan informal
Pihak yang berpengaruh
PembuatKebijakan
formal
PembuatKebijakaninformal
Pihak yang berpengaruh
Sangat penting
Agak penting
Tidak penting
III. Optimalisasi Peran FMS dalam Advokasi Kebijakan untuk Pelayanan Publik
114 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
• Resource apa yang dimiliki oleh organisasi dan bagaimana menggerakkannya.
• Akses terhadap pembuat kebijakan.
Analisa internal
• Apakah strategi yang dipilih efektif untuk mencapai sasaran/tujuan.
• Apakah melibatkan sekutu.
• Apakah akan mengecilkan lawan.
• Apakah cocok dengan gaya organisasi kita.
Memilih strategi
115www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
Menyusun StrategiStrategi 1: Pengembangan wacana kritis untuk mempengaruhi opini publik
Tujuan 1 : ……………………………………………
No Kegiatan Keluaran/Output
Waktu Pihak ygterlibat/akan
dilibatkan
Menyusun StrategiStrategi 2: Pengorganisasian Masyarakat
Tujuan 1 : ………………………………………………
No Kegiatan Keluaran/Output
Waktu Pihak ygterlibat/akan
dilibatkan
III. Optimalisasi Peran FMS dalam Advokasi Kebijakan untuk Pelayanan Publik
116 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
Menyusun StrategiStrategi 3: Diplomasi
Tujuan 1 : ……………………………………………
No Kegiatan Keluaran/Output
Waktu Pihak ygterlibat/akan
dilibatkan
Menyusun StrategiStrategi 3: Legislasi
Tujuan 1 : ……………………………………………
No Kegiatan Keluaran/Output
Waktu Pihak ygterlibat/akan
dilibatkan
117www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
Menyusun StrategiStrategi 3: Litigasi
Tujuan 1 : ……………………………………………
No Kegiatan Keluaran/Output
Waktu Pihak ygterlibat/akan
dilibatkan
III. Optimalisasi Peran FMS dalam Advokasi Kebijakan untuk Pelayanan Publik
118 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
Terlampir dan terurai pada LPF LPF 3.2, LPF 3.3
TAHAPAN PERENCANAAN DAN PENGGARAN DAERAH
Pengertian Rencana Operasional (1)Suatu alat manajemen (management tool) yang bertujuan membantu organisasi membuat rencana jangka pendek (1 hingga 2 tahun) dengan rumusan tujuan dan sasaran yang lebih terinci, realistis dan terukur serta menggambarkan secara terinci komitmen sumber daya dan dana bagi pencapaian tujuan.
119www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
Proses penyiapan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
Pengertian Rencana Operasional (2)
Perencanaan dan Penganggaran adalah proses dan fungsi yang strategis dalam pengelolaan pemerintahan. Sebab jika proses dan fungsi ini dapat berjalan dengan baik dan benar maka kinerja pelayanan publik akan meningkat.
Asumsi ini berdasar atas permasalahan-permasalahan di bidang perencanaan dan penganggaran yang diharapkan dapat dipecahkan melalui implementasi UU 17/2003, UU 25/2004 dan UU 32/2004.
Mengapa Perencanaan dan Penganggaran
III. Optimalisasi Peran FMS dalam Advokasi Kebijakan untuk Pelayanan Publik
120 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
• Partisipasi adalah hak warga yang merupakan bagian dari hak asasi yang melekat dalam diri setiap warga negara. Pengakuan hak ini terdapat dalam kovenan International dan Peraturan Perundangan di Indonesia.
• Partisipasi masyarakat dan transparansi dalam pemerintahan telah terbukti memberikan sumbangan yang signifikan terhadap peningkatan pelaksanaan good governance dan kualitas pelayanan publik, mempermudah pelaksanaan karena trust sudah terbangun.
Mengapa FMS Perlu berpartisipasi
RUANG PARTISIPASI FMS DALAM PROSES PERENCANAAN & PENGANGGARAN SERTA
KEBIJAKAN PUBLIK
121www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
• Jaring aspirasi, isu dan harapan masyarakat
• FGD profil daerah, prediksi dan isu strategis daerah jangka panjang
• FGD visi-misi pembangunan daerah jangka panjang
• MUSRENBANG
Penyusunan RPJPD
• Jaring aspirasi, isu dan harapan masyarakat
• FGD untuk setiap topik
• Pembahasan Rencana awal RPJPMD
• MUSRENBANG
• Penyusunan Naskah kesepakatan hasil MUSRENBANG Jangka Menengah
Penyusunan RPJPMD
III. Optimalisasi Peran FMS dalam Advokasi Kebijakan untuk Pelayanan Publik
122 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
• Pembahasan Forum SKPD (visi, misi, tujuan, strategi dan kebijkan, program dan indikasi kegiatan).
• Penyusunan Berita acara hasil kesepakatan forum SKPD.
Penyusunan Renstra SKPD
Penyusunan RKPD dan Renja SKPD
• MUSRENBANG Desa/Kelurahan• MUSRENBANG Kecamatan• Pembahasan Forum SKPD• MUSRENBANG Daerah• Penyusunan naskah Kesepakatan hasil
MUSRENBANG
123www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
• Konsultasi dengan delegasi peserta MUSRENBANG
• Sosialisasi Ranperda kepada masyarakat
• Konsulatsi publik Ranperda APBD
Penyusunan KUA, PPAS dan RKA SKPD
III. Optimalisasi Peran FMS dalam Advokasi Kebijakan untuk Pelayanan Publik
124 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
BAHAN BACAAN
OPTIMALISASI PERAN FMS DALAM PELAYANAN PUBLIK
a. Sebagai forum untuk penyadaran dan pengorganisasian masyarakat:
Dengan adanya forum akan mempermudah
untuk melakukan penyadaran akan pentingnya
suatu program tertentu, termasuk pelayanan
publik dalam sektor pendidikan dan sektor
kesehatan. Selain itu, dengan forum akan
menemukan cakupan atau sasaran yang
relatif lebih banyak dalam jumlah nominal dan
unsurnya. Karena partisipan dalam forum itu
biasanya berasal dari organisasi atau lembaga
yang mempunyai basis anggota yang relatif
banyak dan berjenjang.
b. Sebagai jaringan komunikasi dan kerja antar pihak yang berkepentingan:
Dengan penyelenggaraan forum akan
mempermudah terjadinya komunikasi dan
jaringan inter dan antar organisasi/lembaga
partisipan forum.
c. Sebagai forum konsultasi, khususnya antara penyedia pelayanan dan pengguna pelayanan:
Melalui forum lintas pihak seperti ini, akan
mempercepat terjadinya sharing, tukar dan
bagi pengalaman, mempertemuan penunaian
kewajiban dan pemenuhan hak antara penyedia
dan pengguna pelayanan publik.
d. Sebagai forum untuk memantau kualitas pelayanan:
Dengan forum akan lebih capat mendapatkan
informasi tentang implementasi, cakupan dan
mutu pelayanan publik yang responsive gender,
pro poor dan memihak kelompok rentan. Proses
kegiatan ini juga sekaligus dapat menjadi media
pemantauan capaian pelayanan publik.
e. Sebagai forum untuk mendesakkan kebijakan dalam peningkatan pelayanan publik:
Forum dapat digunakan sebagai wahana untuk
melakukan strategi dan aksi-aksi advokasi untuk
perubahan kebijakan dalam rangka peningkatan
kuantitas dan kualitas pelayanan publik.
1. KEDUDUKAN DAN PERAN FMS
125www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
a. Pengantar(Berfikirpositif)
Advokasi adalah sebuah upaya yang terorganisir
dan sistimatis untuk merubah atau “menentang”
suatu kebijakan publik. Meskipun demikian
tidak berarti bahwa semua politisi dan pembuat
kebijakan publik itu memang brengsek tanpa
pandang bulu. Selalu saja ada di antara mereka
yang masih tetap baik, punya integritas dan
pemihakan, tetapi belum mampu berbuat banyak
lebih karena struktur, iklim dan proses-proses
politik belum memihak kepadanya. Advokasi
adalah justru bermaksud merubah sistem
tersebut, bukan menyerang orang per orang
di dalamnya. Jadi, mengapa tidak mencoba
membantu (memberdayakan) mereka yang pada
gilirannya, juga akan membantu? Ingat, kerja-
kerja advokasi membutuhkan sebanyak mungkin
kawan sebagai sekutu (mitra) kerja. Bahkan ada
yang bilang bahwa kegiatan advokasi adalah
juga seni bagaimana memperbanyak kawan,
bukan justru sebaliknya memperbanyak lawan.
Karena, semakin banyak baik jika makin banyak
pihak yang mendukung tuntutan dan memang
itulah gunanya melobi orang dan berkampanye
dalam kegiatan advokasi. Kita harus percaya
bahwa sifat dasar manusia adalah dinamis dan
cenderung untuk berubah ke arah yang lebih
baik. Lalu mulailah rencana advokasi dengan
berbaik sangka dan pikiran positif bahwa masih
ada banyak champion-champion/pionir-pionir
di pemerintahan/DPRD maupun di masyarakat,
karena inti advokasi adalah merubah keadaan
menjadi kearah yang lebih baik, bukannya untuk
2. DASAR-DASAR ADVOKASI KEBIJAKAN PUBLIK*)
menyalahkan/mencari siapa yang salah ataupun
untuk menghukum.
b. Beberapadefinisiadvokasi
Advokasi sudah menjadi satu kosa kata baku
dalam kamus organisasi-organisasi non
pemerintah atau organisasi masyarakat sipil
(OMS) di Indonesia, bahkan di dunia, terutama
lebih dari satu dasawarsa terakhir. Namun,
berbagai OMS yang mengaku melakukan
kegiatan advokasi juga meiliki berbagai
pengertian yang beragam tentang apa yang
mereka maksud sebagai “advokasi” itu sendiri.
Malah, pernah cukup lama OMS di Indonesia
mengartikannya semata-mata sebagai kegiatan
pembelaan kasus atau beracara di peradilan
(litigasi). Mungkin karena terpengaruh oleh
padanan katanya dari bahasa Belanda :
advocaat, advocateur, yang tiada lain memang
berarti pengacara hukum, pembela atau
peguam.
Padahal, jika kita mengadopsi kata “advokasi”
itu dari bahasa Inggris, maka to advocate tidak
hanya berarti “membela” (to defend), tetapi juga
berarti “memajukan” atau “mengemukakan” (to
promote) yang, dengan kata lain, juga berarti
berusaha “menciptakan” (to create) yang baru,
yang belum ada (lihat, antara lain, The Heritage
Dictionary of Cureent English, Oxford, 1958).
Dengan kata lain, juga berarti melakukan
“perubahan” (to change) secara teorganisisr dan
sistematis (lihat: Richard Holloway, Establising
III. Optimalisasi Peran FMS dalam Advokasi Kebijakan untuk Pelayanan Publik
126 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
and Running An Advocacy NGO: A Handbook,
PACT, Lusaka, 1999).
Masih ada beberapa definisi tentang advokasi ini
antara lain:
- Advokasi adalah usaha-usaha terorganisir
untuk membawa perubahan-perubahan
sistematis dalam kebijakan tertentu,
regulasi, atau pelaksanaanya (Muthia Ganie
Rochman)
- Advokasi adalah upaya terorganisir
maupun aksi yang merupakan sarana-
sarana demokrasi untuk menyususn
dan melaksanakan undang-undang dan
kebijakan yang bertujuan menciptakan
sebuah masyarakat yang adil dan merata
(institut advokasi, Washington DC)
- Tujuannya adalah mengubah cara-
cara dimana kekuasaan, sumberdaya
dan pandangan-pandangan dibentuk,
dikonsumsi dan disebarkan pada level
global, sehingga orang-orang maupun
lembaga-lembaga dinegara selatan
memperoleh kesempatan lebih realistis
untuk mengontrol pembangunan mereka
sendiri. (Michael Edwards)- Advokasi berintikan warga adalah sebuah
proses politis terorganisir yang melibatkan
upaya-upaya terpadu masyarakat untuk
mengubah kebijakan, praktek, gagasan, dan
nilai-nilai yang melangengkan ketidakadilan,
ketidaktoleranan, dan sikap eksklusif.
(Pedoman aksi untuk advokasi dan
partisipasi warga, Institut untuk Studi-studi
Pembangunan)
c. Mengapa perlu advokasi?
Advokasi cenderung diartikan sebagai
kegiatan untuk menjatuhkan, menggulingkan
penguasa atau memfitnah kelompok tertentu.
Seiring dengan perkembangan dewasa ini
pengertian advokasi mengalami pergeseran
arti luas berkaitan dengan berbagai upaya
yang terorganisir, sistimatis dalam bentuk
pendampingan, pengorganisasian, pembelaan
dan pemberdayaan masyarakat untuk
mempengaruhi, mendesakkan perubahan
kebijakan terkait dengan pelayanan publik.
Berbicara tentang sdvokasi kebijakan untuk
pelayanan publik adalah advokasi dalam
proses manajerial penyelenggaraan pelayanan
publik, mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, monitoring dan evaluasi. Selain
hal-hal di atas, ada beberapa kondisi yang
mendorong perlunya advokasi kebijakan untuk
pelayanan publik ini perlu dilakukan, yaitu :
- Kebijakan-kebijakan dalam pelayanan
publik yang dihasilkan penyelenggara
negara belum sepenuhnya mengakomodasi
aspirasi dan kebutuhan masyarakat.
- Proses pengelolaan pelayanan publik masih
cenderung top down, tidak partisipatif,
transparan dan akuntabel.
- Alokasi anggaran untuk pelayanan publik
relatif belum berorientasi pada kebutuhan
masyarakat banyak.
- Relasi kuasa didominasi oleh kelompok
tertentu atau kelompok penguasa.
- Lemahnya kesadaran masyarakat
menggunakan hak-haknya atas pelayanan
127www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
publik (informasi, partisipasi, manfaat dan
kontrol)
d. Apa mandat (Mengapa harus ada) OMS?
Salah satu unsur terpenting bagi Organisasi
Masyarakat Sipil (OMS) yang mempersiapkan
diri melakukan advokasi adalah memiliki suatu
visi yang jelas dan bagaimana pihak lain dapat
memahami dan menghargai apa yang dikerjakan
dan diperjuangkan oleh OMS tersebut. Suatu
visi yang dapat dipahami dan diterima oleh
pihak lain sebagai visi bersama pula. Suatu visi
bersama yang dirumuskansecara jelas akan
melahirkan himpunan tenaga, momentum dan
kekuatan yang akan membantu semua yang
terlibat dalam kegiatan advokasi untuk tetap
teguh pada sikap dan keberpihakannya kepada
masyarakat luas.
Memiliki suatu visi adalah memiliki harapan
akan suatu masa depan yang lebih baik. Hal
ini kelihatannya sudah cukup jelas difahami
banyak orang selama ini, tetapi ternyata sedikit
sekali OMS selama ini yang secara sistematis
memikirkan perubahan-perubahan sosial jangka
panjang semacam itu. Banyak OMS selama
ini biasanya lebih sibuk memikirkan masalah-
masalah yang terjadi saat ini dan melakukan
kegiatan-kegiatan untuk memecahkan masalah-
masalah sesaat tersebut. Jika OMS memang
ingin melakukan advokasi, maka mereka
terlebih dahulu harus merumuskan dengan
gamblang: perubahan-perubahan apa saja yang
mereka inginkan terjadi di masa depan, dan
bagaimana caranya mereka akan mengarah
ke sana? Termasuk di dalammya bagaimana
OMS dapat berperan dalam upaya-upaya untuk
memperkuat dan pelembagaan partisipasi publik
dalam pelayanan publik dan mendorong kualitas
pelayanan publik dalam pemenuhan hak-hak
dasar warga. Adapun hak-hak dasar warga
negara (10 hak dasar) adalah sebagai berikut:
1) Pemenuhan Hak atas Pangan
2) Pemenuhan Hak atas Layanan Kesehatan
3) Pemenuhan Hak atas Layanan Pendidikan
4) Pemenuhan Hak atas pekerjaan dan
berusaha
5) Pemenuhan Hak atas Perumahan
6) Pemenuhan Hak atas Air Bersih-Aman dan
Sanitasi yang baik
7) Pemenuhan Hak atas Tanah
8) Pemenuhan Hak atas Sumberdaya Alam
dan Lingkungan Hidup
9) Pemenuhan Hak atas Rasa Aman
10) Pemenuhan Hak atas Berpartispasi
e. Hasil akhir kerja advokasi Kebijakan
Jika apa yang disebut sebagai kegiatan atau
program advokasi oleh banyak OMS selama ini
dipelajari dengan cermat, maka akan segera
tampak satu hal yang sama, yakni dalam
sasaran kegiatan atau programnya. Mulai dari
rangkaian unjuk rasa para mahasiswa atau
kelompok-kelompok buruh, aksi protespetani,
selebaran-selebaran kepada kalayak, acara-
acara jumpa pers dan pernyataan sikap
suatu organisasi atau jaringan kerjabeberapa
organisasi, seminar dan diskusi para pakar,
semuanya pada dasarnya ditujukan terhadap
suatu kebijakan tertentu dari pemerintah yang
III. Optimalisasi Peran FMS dalam Advokasi Kebijakan untuk Pelayanan Publik
128 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
menyangkut kepentingan umum (public policy).
Mungkin saja hasil (objectives, outcomes) yang
mereka nyatakan atau inginkan dari kegiatan itu
memang berbeda: ada yang hanya sekedar agar
peraturan tertentu dicabut atau dihentikan, ada
juga yang menuntut peraturan tersebut dirubah
atau diganti sama sekali, bahkan ada yang
melangkah lebih jauh lagi dengan mengajukan
usul-usul perubahan, maka sampai mengajukan
konsep-konsep tandingan terhadap seluruh
peraturan atau inti kebijakan yang mendasari
satu atau beberapa peraturan tertentu. Namun
tujuan atau sasaran akhirnya sebenarnya sama
saja: terjadi perubahan peraturan atau kebijakan
(policy reform).
Dengan kata lain, advokasi sebenarnya
merupakan upaya untuk memperbaiki atau
merubah sesuatu kebijakan publik sesuai
dengan kehendak atau kepentingan mereka
yang mendesakkan terjadinya perbaikan atau
perubahan tersebut.
f. Beberapa jenis kebijakan
Merupakan hal penting kiranya untuk memahami
apa sesungguhnya kebijakan publik itu,
sekurang-kurangnya jenis-jenis kebijakan
yang sering dibentuk/diterbitkan diterapkan di
daerah, terkait dengan pengelolaan pelayanan
publik. Kebijakan publik adalah kebijakan yang
dituangkan dalam bentuk dokumen dan berlaku
untuk mengikat, kebijakan publik merupakan
dokumen publik.
Adapun beberapa jenis kebijakan tersebut
antara lain:
- PERDA
- Perbup/Perwako
- SK Bupati
- Kebijakan Anggaran (KUA/RKA)
- SK Kepala Dinas
- dll
g. Strategi Advokasi
Hal pertama yang harus diingat dalam
perumusan sasaran suatu kegitan atau program
advokasi adalah hakekat dan tujuan utama
advokasi itu sendiri sebagai upaya untuk
merubah kebijakan publik, sehingga rumusan
sasaran (objectives, targets, outcomes) nya
juga harus tetap mengacu pada tujuan (goals)
tersebut. Ini penting diingatkan kembali terlebih
dahulu untuk mencegah kecenderungan
merumuskan sasaran advokasi yang berlebihan
atau sudah berada diluar batas lingkup
advokasi itu sendiri, misalnya kecenderungan
merumuskan sasaran advokasi yang berlebihan
atau sudah berada diluar batas lingkup
advokasi itu sendiri. Misalnya kecenderungan
memperlakukan advokasi sebagai ‘Revolusi’
untuk merebut kekuasaaan Politik. Meskipun,
dalam tujuan jangka panjang (aims) nya,
advokasi merupakan salah satu (dan memang
hanya salah satu bagian kecil saja dari banyak
sekali, diantara puluhan atau bahkan ratusan
piranti, gerakan perubahan sosial yang lebih
besar dan menyeluruh), namun advokasi tetap
saja merupakan gerakan yang menggunakan
cara – cara bukan kekerasan (non-violence
movement) melalui jalur, wadah dan proses
demokrasi perwakilan yang ada. Jadi jelas,
advokasi bukanlah revolusi fisik, apalagi
129www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
perlawanan bersenjata (counter insurgency
movement) karena itu, sasaran advokasi
memang hanya tertuju atau terarah pada
kebijakan – kebijakan publik (atau bahkan hanya
satu kebijakan tertentu) saja, dengan asumsi
bahwa perubahan yang terjadi pada suatu
kebijakan tertentu tersebut akan membawa
dampak positif atau paling tidak, sebagai titik
awal dari perubahan – perubahan yang lebih
besar secara bertahap maju.
Adapun strategi atau proses-proses dalam
pembentukan/perubahan kebijakan publik
adalah sebagai berikut:
1) Proses Legislasi & Jurisdiksi (pengajuan
usul, konsep tanding dan pembelaan:
- Legal drafting, counter draft
- Judicial review
- Class action, legal standing
- Litigasi (jurisprudensi)
2) Proses Politik & Birokrasi (mempengaruhi
pembuat & pelaksana praturan):
- Lobbi
- Negosiasi
- Mediasi
- Kolaborasi
3) Proses Sosialisasi & Mobilisasi (membentuk
pendapat umum dan tekanan politik):
- Kampanye, siaran pers
- Unjuk rasa, mogok, boikot
- Pengorganisasi basis/masyarakat
- Pendidikan politik
h. Langkah Merencanakan Advokasi 1) Merumusan isu
Apa isu spesifik terkait dengan pengelolaan
sekolah yang menuntut diperlukannya
kebijakan di kabupaten?
- Kondisi faktual dan aktual terkait dengan
BOSP.
- Bandingkan dengan SPM
- Apakah sudah ada kebijakan daerah terkait
dengan BOSP.
- Rumuskan isu, berdasarkan gap antara
kondisi sesuai SPM dengan kondisi faktual
dan aktual.
2) Merumuskan Tujuan• Tujuan Utama/kemenangan besar (Pilih
salah satu yang relefan sesuai dengan
kondisi riil Kabupaten):
- Disahkannya kebijakan apa tentang
apa………
- Dilaksanakannya kebijakan apa tentang
apa …..
- Diubahnya kebijakan apa tentang apa….
Dibagian mana
• Indikator capaian:
• Tujuan antara/kemenangan kecil untuk
mendukung pencapaian tujuan utama:
- …………………
- ..………………..
- ………………....
• Indikator capaian:
3) Analisa lingkungan eksternal dan internal a) Analisa Lingkungan eksternal
- Pihak mana yang menjadi target advokasi?
(Siapa yang pembuat kebijakan, bagaimana
proses kebijakan dilakukan, siapa yang
mempengaruhinya baik formal maupun
informal).
III. Optimalisasi Peran FMS dalam Advokasi Kebijakan untuk Pelayanan Publik
130 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
- Memetakan sekutu, dukungan komunitas, dan oposisi.
Realitas yang sedang terjadi yang berpengaruh terhadap isu maupun terhdap tingkat kefektifan dari
strategi.
b) Analisa Lingkungan internal
- Sumberdaya apa yang dimiliki oleh organisasi dan bagaimana menggerakkannya
- Akses terhadap pembuat kebijakan
4) Memilih Strategi dan Aksi- Apakah strategi yang dipilih efektif untuk mencapai sasaran/tujuan
- Apakah melibatkan sekutu
- Apakah akan mengecilkan lawan
- Apakah cocok dengan gaya organisasi kita
Matrik 1 : Pemetaan Target Advokasi
Pembuat Kebijakan Formal Pembuat Kebijakan Informal Pihak yang Berpengaruh
Matrik 2 : Pemetaan Target Advokasi
Pembuat Kebijakan Formal
Pembuat Kebijakan Informal
Pihak yang Berpengaruh
Sangat penting Agak penting Tidak penting
Strategi 1: Pengembangan wacana kritis untuk mempengaruhi opini publik
Tujuan 1 : ………………………………………………
No. Kegiatan Keluaran/Output Waktu Pihak yg terlibat/akan dilibatkan
131www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
Strategi 2: Pengorganisasian Masyarakat
Tujuan 2 : ………………………………………………
No. Kegiatan Keluaran/ Output Waktu Pihak yg terlibat/akan dilibatkan
Strategi 2: Pengorganisasian Masyarakat
Tujuan 2 : ………………………………………………
No. Kegiatan Keluaran/ Output Waktu Pihak yg terlibat/akan dilibatkan
Strategi 3: Diplomasi
Tujuan 3 : ………………………………………………
No. Kegiatan Keluaran/ Output Waktu Pihak yg terlibat/akan dilibatkan
Strategi 4: Legislasi (Mendesakkan kebijakan)
Tujuan 4 : ………………………………………………
No. Kegiatan Keluaran/ Output Waktu Pihak yg terlibat/akan dilibatkan
III. Optimalisasi Peran FMS dalam Advokasi Kebijakan untuk Pelayanan Publik
132 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
Strategi 5: Litigasi (Pendampingan Hukum)
Tujuan 5 : ………………………………………………
No. Kegiatan Keluaran/ Output Waktu Pihak yg terlibat/akan dilibatkan
*) Topatimasang, Roem, et.al., (eds) “Merubah Kebijakan Publik: Panduan Pelatihan Advokasi untuk Organisasi Non
Pemerintah”
133www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
a. Pengertian
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering
mendengar istilah perencanaan. Namun dari
berbagai referensi yang berbeda, terdapat
pengertian yang berbeda pula. Namun jika
mengacu pada konsep pembangunan, secara
sederhana “perencanaan” dapat didefinisikan
sebagai sebuah proses dalam penentuan
tindakan atas pilihan-pilihan kegiatan dan
sumberdaya untuk mencapai suatu tujuan di
masa depan.
Untuk memahami perencanaan, setidaknya
terdapat 4 hal mendasar dalam perencanaan,
yakni:
1) Memilih sejumlah kegiatan yang dibutuhkan
atau diinginkan.
2) Menentukan sumberdaya untuk mendukung
rencana dan tindakan.
3) Merumuskan tujuan secara tepat.
4) Memutuskan jangka waktu pencapaian
tujuan.
Dari penjelasan di atas, jika dikaitkan dengan
perencanaan pembangunan daerah, maka
definisi perencanaan dapat diartikan sebagai
suatu proses penyusunan tahapan-tahapan
kegiatan yang melibatkan berbagai kelompok
kepentingan (stakeholder). Tujuannya adalah
untuk memanfaatkan dan mengalokasikan
sumberdaya dalam rangka meningkatkan
3. TAHAPAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH
kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan
wilayah/daerah pada jangka waktu tertentu.
Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk
menciptakan suatu kehidupan masyarakat
yang sejahtera, berkeadilan dan setara. Untuk
mencapai tujuan tersebut, maka dibutuhkan
sebuah rencana yang hendak dicapai, baik
jangka panjang, menengah maupun jangka
pendek. Perencanaan akan membahas hajat
hidup masyarakat secara keseluruhan, maka
disinilah masyarakat menjadi penting untuk
terlibat agar kebutuhan prioritasnya dapat
teralokasi dalam APBD (Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah).
Perencanaan dan penganggaran merupakan
dua proses yang terintegrasi dan tidak
terpisahkan. Merujuk pada konsep perencanaan
sebagai tindakan menentukan masa depan
berdasarkan sumberdaya yang tersedia
(anggaran), maka perencanaan harus
dilakukan dengan memperhatikan ketersediaan
anggaran. Jika perencanaan dilakukan tanpa
penganggaran, maka yang terjadi, layaknya
orang bermimpi atau mengkhayal. Hal yang
sama jika penganggaran dilakukan tanpa
perencanaan yang jelas, maka yang terjadi
adalah pemborosan. Seberapa besarpun uang
yang kita miliki tanpa kita memiliki rencana mau
dikemanakan uang yang dimiliki, maka uang
tersebut akan habis dengan tidak jelas.
III. Optimalisasi Peran FMS dalam Advokasi Kebijakan untuk Pelayanan Publik
134 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
b. Tahapan perencanaan dan penganggaran serta pengawalannya:
Pengawalan terhadap perencanaan dan penganggaran dilakukan untuk menjamin hak-hak rakyat
diakomodasi dalam dokumen perencanaan dan APBD. Kegiatan ini dilakukan pada setiap tahapan
perencanaan mulai dari Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan) Desa, Musrenbang
Kecamatan, Forum SKPD, Musrenbang Kabupaten/Kota. Sementara dalam penganggaran, tahapan yang
perlu dikawal adalah pada tahapan KUA dan PPAS, penyusunan RKA-SKPD, Pembahasan APBD dan
Penetapan APBD. Berikut matrik perangkat pengawalan perencanaan dan penganggaran daerah:
Agenda pemda dalam perencanaan dan penganggaran terurai dalam matrik berikut …..
Tahapan Aspek yang dikawal Apa yang bisa dilakukan oleh
FMS
Apa yang perlu disiapkan
Musenbang Desa/Kelurahan
Januari-Pebruari
Persiapan :1. Jangka waktu pengumuman jadual
pelaksanaan dan aksesibilitas
masyarakat untuk mengatahui jadual.
2. Penyusunan jadual pelaksanaan
musrenbang sensitif terhadap waktu-
waktu luang warga masyarakat. Dan
responsif jender.
3. Tingkat keterlibatan masyarakat dan
perempuan dalam rembug dusun/RW.
4. Penyusunan dan penyelenggaraan
musrenbang mengikutkan kelompok
miskin dan responsif jender.
5. Pendaftaran peserta musrenbang
memberikan peluang yang sama atau
affermative action terhadap masyarakat
miskin perempuan.
Pelaksanaan :1. Tingkat keaktifan peserta, memberikan
kesempatan semua peserta yang hadir
• Pendidikan
politik
masyarakat
(hak-hak
warga dlm
perencanaan &
penganggaran
• Poverty
Participatory
Asessment
• Asistensi
Fasilitator
Musrenbang
- Daftar
permasalahan
dusun/kampung
- Membantu
proses seleksi
wakil peserta
dusun
- Diskusi calon
utusan/wakli
dari dusun
135www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
Tahapan Aspek yang dikawal Apa yang bisa dilakukan oleh
FMS
Apa yang perlu disiapkan
khususnya kelompok miskin unyuk
menyampaikan kebutuhannya.
2. Pemaparan masalah utama
memfokuskan pada permasalahan
utama yang dihadapi orang miskin.
3. Perumusan kegiatan untuk mengatasi
masalah memfokuskan pada
kebutuhan masyarakat miskin.
4. Penetapan prioritas kegiatan
memprioritaskan kegiatan untuk orang
miskin dan memperhatikan perbedaan
kebutuhan perempuan.
5. Penetapan daftar delegasi Musrenbang
Kecamatan terdapat representasi
perempuan dan orang miskin.
Paska Musrenbang :1. Umpan balik hasil Musrenbang
Kecamatan : Jumlah usulan kegiatan
yang diterima dan ditolak serta
alasannya.
Musenbang Kecamatan
Pebruari
Persiapan :1. Jangka waktu pengumuman jadual
pelaksanaan dan aksesibilitas
masyarakat untuk mengetahui jadual.
2. Penyusunan tim penyelenggara
Musrenbang terdapat representasi
masyarakat.
3. Penyusunan jadual pelaksanaan
murenbang sensitif terhadap waktu-
waktu luang masyarakat.
4. Pendaftaran peserta murenbang
memberikan peluang yang sama,
• Pendidikan Klp
Masy delegasi
Musrenbang.
• Lobby DPRD
berdasarkan
dapil.
• Rekaman Dok.
Program prioritas
desa/kelurahan.
• Pembekalan
delegasi desa/kel
untuk mengikuti
musrenbangcam.
III. Optimalisasi Peran FMS dalam Advokasi Kebijakan untuk Pelayanan Publik
136 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
Tahapan Aspek yang dikawal Apa yang bisa dilakukan oleh
FMS
Apa yang perlu disiapkan
rensponsif jender dan representasi
peserta tingkat kecamatan.
Pelaksanaan :1. Dinamika forum kesempatan
masyarakat menyuarakan
kebutuhannya.
2. Pemaparan masalah utama
memfokuskan pada permasalahan
utama yang dihadapi masyarakat.
3. Informasi plafon anggaran SKPD,
proporsi anggaran pemenuhan hak-
hak dasar masyarakat (pendidikan,
kesehatan, sarana-prasarana dan
ekonomi rakyat).
4. Jumlah usulan kegiatan desa yang
pro masyarakat dan telah tercantum di
masing-masing SKPD.
5. Representasi kelompok masyarakat
dan perempuan dalam pembagian
kelompok berdasarkan fungsi/bidang/
SKPD.
6. Usulan kegiatan kecamatan yang
muncul dari desa, respon terhadap
kebutuhan masyarakat.
7. Kesepakatan kriteria penentuan
prioritas pengutamaan upaya
pemenuhan hak-hak masyarakat.
8. Representasi kelompok masyarakat
dan perempuan dalam Delegasi
Musrenbang Kecamatan yang akan
mengikuti Musrenbang Kabupaten/
Kota.
137www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
Tahapan Aspek yang dikawal Apa yang bisa dilakukan oleh
FMS
Apa yang perlu disiapkan
Forum SKPD
Maret
Persiapan :
1. Penyusunan jadual Forum SKPD
sensitif terhadap waktu-waktu luang
masyarakat.
• Bantuan teknis
SKPD
• Analisis
Rancangan
Renja SKPD
• Rekaman
Dokumen
Rencana Kerja
Kec. beserta
pendanaannya.
2. Jangka waktu pengumuman jadual
sebelum pelaksanaan dan aksesibilitas
delegasi forum kecamatan, termasuk
kelompok masyarakat untuk
mengetahui jadual.
Pelaksanaan :1. Pemaparan prioritas rancangan
kegiatan SKPD berorientasi pada
penanggulangan kemiskinan dan
prioritas kebutuhan masyarakat.
2. Pemaparan prioritas kegiatan
pembangunan hasil Murenbang
Kecamatan sesuai dengan hasil
murenbang dan berdasarkan
kebutuhan masyarakat.
3. Prioritas kegiatan pembangunan
dan pagu indikatif/plafon SKPD
proporsional untuk kegiatan yang
berorientasi pada penanggulangan
kemiskinan.
4. Prioritas kegiatan hasil Forum SKPD
berdasarkan kebutuhan hak-hak
masyarakat.
5. Penetapan delegasi masyarakat yang
berasal dari Forum Masyarakat yang
berasal dari organisasi kelompok atau
• Publikasi
kegiatan yang
diterima dan
ditolak SKPD.
• Pemantauan
Forum SKPD.
• Diskusi
persiapan
delegasi kec.
untuk mengikuti
forum SKPF.
III. Optimalisasi Peran FMS dalam Advokasi Kebijakan untuk Pelayanan Publik
138 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
Tahapan Aspek yang dikawal Apa yang bisa dilakukan oleh
FMS
Apa yang perlu disiapkan
utusan masyarakat 1-3 orang setiap
forum SKPD.
Musrenbang Kabupaten/Kota
Maret-April
Persiapan :1. Penyusunan jadual pelaksanaan
murenbang sensitif terhadap waktu-
waktu luang masyarakat.
2. Jangka waktu pengumuman jadual
pelaksanaan dan aksesibilitas
masyarakat untuk mengatahui jadual.
3. Pendaftaran peserta murenbang
memberikan peluang yang sama atau
affirmativeaction terhadap kelompok
masyarakat dan rensponsif jender.
Pelaksanaan :1. Pemaparan rancangan RKPD, prioritas
dan plafon anggaran berorientasi
pada penanggulangan kemiskinan
(pendidikan, kesehatan, sarana-
prasarana dan ekonomi rakyat).
2. Hasil kompilasi prioritas kegiatan
Forum SKPD dan Musrenbang
Kecamatan berorientasi pada
penanggulangan kemiskinan.
3. Pembahasan kriteria untuk
menentukan prioritas kegiatan
pembangunan tahun berikutnya
berdasarkan kebutuhan kelompok
masyarakat dan perempuan.
4. Pembagian peserta ke dalam beberapa
kelompok berdasarkan fungsi SKPD
dengan memperhatikan pemenuhan
hak-hak warga.
• Membangun
jaringan deng
pers.
• Bantuan teknis.
• Lobby tokoh-
tokoh masyarakat
dan ormas-ormas.
• Rekaman
Ringkasan
Kegiatan
prioritas beserta
pendanaannya.
• Daftar delegasi
untuk mengikuti
murenbang
kabupaten/kota.
139www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
Tahapan Aspek yang dikawal Apa yang bisa dilakukan oleh
FMS
Apa yang perlu disiapkan
5. Pembahasan kebijakan pendukung
implementasi kegiatan tahun
berikutnya berorientasi pada
penanggulangan kemiskinan secara
strategis.
KUA (Kebijakan
Umum APBD)
Mei
1. Rancangan KUA sejalan dengan RKPD
dan efektif dalam penanggulangan
kemiskinan.
2. Publikasi KUA dengan memperhatikan
kelompok masyarakat.
• Lobby tokoh-
tokoh kunci di
DPRD.
• Hearing dengan
DPRD.
• Konfrensi pers.
• Catatan
Ringkasan
arah kebijakan
pembangunan.
• Catatan Pagu
dana.
• Rancangan
Alokasi Dana
Desa.
PPAS (Prioritas
Plafon Anggaran
Sementara)
Mei
1. PPAS memuat program-program yang
efektif untuk pengurangan kemiskinan.
2. Penentuan skala prioritas urusan wajib
dan urusan pilihan berdasarkan kriteria
untuk pencapaian pemenuhan hak-hak
dasar masyarakat.
3. Penentuan urutan program untuk
masing-masing urusan mengutamakan
program-program yang sensitif
kebutuhan masyarakat.
4. Plafon sementara untuk masing-
masing program efektif untuk
penanggulangan kemiskinan.
5. Pedoman penyusunan RKA-SKPD
memuat indikator kinerja pencapaian
dengan menekankan kelompok
sasaran masyarakat.
6. Publikasi PPAS dengan memperhatikan
aksesibilitas informasi bagi masyarakat.
• Lobby tokoh-
tokoh kunci di
DPRD.
• Hearing dengan
DPRD.
• Konfrensi pers.
-sda-
III. Optimalisasi Peran FMS dalam Advokasi Kebijakan untuk Pelayanan Publik
140 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
Tahapan Aspek yang dikawal Apa yang bisa dilakukan oleh
FMS
Apa yang perlu disiapkan
RKA-SKPD
Agustus-
September
1. Penyusunan RKA-SKPD terintegrasi
antara proses perencanaan dan
penganggaran. RKA-SKPD disusun
berdasarkan RKPD dan Renja SKPD.
2. Penyusunan RKA-SKPD berdasarkan
prestasi kerja memperhatikan
keterkaitan antara pendanaan dan
efisiensi pencapaian keluaran serta
hasil.
3. RKA-SKPD memuat indikator kinerja
pencapaian dengan kelompok sasaran
masyarakat.
4. Kesesuaian RKA-SKPD dengan
KUA, PPAS dan indikator kinerja dan
dokumen perencanaan lainnya.
• Bantuan teknis.
• Mengusulkan
kegiatan-
kegiatan pro
rakyat dalam
bentuk RKA-
SKPD.
• Publikasi RKA-
SKPD.
• Lobby masing-
masing SKPD.
• Konfrensi pers.
• Rekaman
ringkasan isi
KUA/PPAS
berdasarkan
RKPD.
Pembahasan
Raperda RAPBD
Oktober-
Nopember
1. Keterwakilan jender dalam
pembahasan RAPBD pada badan
anggaran DPRD dan Komisi-komisi
DPRD serta wakil SKPD.
2. Pandangan fraksi-fraksi DPRD
terhadap nota keuangan dan kata akhir
fraksi terhadap RAPBD.
3. Representasi masyarakat dalam uji
publik RAPBD.
4. Kesempatan masyarakat menyuarakan
aspirasinyadalam uji publik RAPBD.
5. Masukan uji publik yang diakomodasi
dalam RAPBD.
6. Program-program RAPBD
mencerminkan kebutuhan dan
memberikan manfaat serta
memecahkan masalah masyarakat.
• Publikasi jadual
pembahasan
RAPBD
• Analisis RAPBD
• Lobby
• Hearing
• Konfrensi pers
• Penggalangan
kerjasama
dengan tokoh
masyarakat dan
ormas-ormas.
• Catatan
Ringkasan :
- RKPD
- KUA/PPAS
Sebagai bahan
analisis konsistensi
dokumen
perencanaan.
141www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
Tahapan Aspek yang dikawal Apa yang bisa dilakukan oleh
FMS
Apa yang perlu disiapkan
7. Aksesibilitas warga, khususnya
kelompok miskin terhadap proses
pembahasan RAPBD dan akses
dokumen.
8. Publikasi jadual pembahasan dan
perkembangan RAPBD dengan
memperhatikan aksesibilitas
masyarakat.
9. Efektivitas waktu pembahasan RAPBD
dan penetapan APBD.
143www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
44Strategi Keberlanjutan FMS
144 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah sesi ini peserta diharapkan dapat :
1. Menjelaskan pengertian pengembangan dan
keberlanjutan FMS
2. Menjelaskan aspek dan indikator keberlanjutan
3. Menjelaskan strategi pengembangan dan
keberlanjutan
POKOK BAHASAN
1. Pengertian pengembangan dan keberlanjutan
FMS
2. Aspek dan indikator keberlanjutan
3. Strategi pengembangan untuk keberlanjutan
FMS
METODE
1. Ceramah interaktif
2. Curah pendapat,
3. Buzz group
4. Diskusi
IV. STRATEGI KEBERLANJUTAN FMS
ALAT DAN BAHAN
1. Lembar Presentasi Fasilitator (LPF),
2. Flipchart,
3. LCD,
4. Komputer/laptop.
5. Kertas Plano,
6. Spidol,
7. Kertas Metaplan,
8. Lakban kertas.
WAKTU
135 menit
PROSES FASILITASI
1. Pengantar dan curah pendapat tentang pengertian (20 menit) a. Fasilitator menayangkan slide tentang judul
sesi dan menjelaskan tujuan pembahasan
tema Konsepsi FMS.
b. Fasilitator menanyakan kepada peserta apa
yang mereka ketahui tentang keberlanjutan
FMS
145www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
c. Fasilitator mengidentifikasi kata kunci dari
setiap pendapat peserta, lalu merumuskan
bersama tentang apa yang dimaksud
dengan keberlanjutan FMS. Kemudian
sebagai bahan penggenap, fasilitator dapat
menayangkan slide tentang pengertian
FMS.
2. Curah pendapat dengan buzz group tentang “pentingnya FMS” (30 menit)a. Fasilitator meminta peserta untuk
berkelompok atau berpasangan dengan
teman di sebelah kanannya.
b. Kemudian fasilitator mengajukan pertanyaan
kepada peserta tentang unsur-unsur pokok
yang menandai bahwa FMS itu berlanjut
atau melembaga?”
c. Fasilitator meminta setiap pasangan untuk
mendiskusikan pertanyaan tersebut dan
menuliskan jawabannya pada kertas
metaplan. Setiap pasangan bisa menulis
lebih dari satu jawaban.
d. Setelah selesai berdiskusi, setiap pasangan
diminta menempel jawabannya ditempat
yang telah disediakan.
e. Fasilitator mengklarifikasi dan
mengkonfirmasi setiap jawaban dan
merangkumnya menjadi butir-butir aspek
dan indikator keberlanjutan FMS.
f. Fasilitator dapat menambahnya dengan
menayangkan slide tentang aspek dan
indikator keberlanjutan FMS yang telah
disiapkan.
3. Diskusi kelompok dan pleno (75 menit)a. Fasilitator membagi peserta dalam 5
kelompok. Kemudian memberi tugas
kepada setiap kelompok untuk membahas
pertanyaan di bawah selama 45 menit.
Adapun pertanyaan untuk masing-masing
kelompok sebagai berikut :
1) Kelompok I : Melalui kegiatan-kegiatan
apa dan apa keluarnya agar strategi ini
bawah dapat dijalankan ? (Membangun
kepercayaan dan komitmen antar
pemangku kepentingan).
2) Kelompok II : Melalui kegiatan-
kegiatan apa dan apa keluarnya agar
strategi ini bawah dapat dijalankan ?
(Pengorganisian dan pengembangan
kegiatan FMS).
3) Kelompok III : Melalui kegiatan-kegiatan
apa dan apa keluarnya agar strategi ini
bawah dapat dijalankan ? (Penguatan
FMS dalam monitoring pelayanan dan
advokasi kebijakan).
4) Kelompok IV : Melalui kegiatan-kegiatan
apa dan apa keluarnya agar strategi ini
bawah dapat dijalankan ? (Penguatan
FMS dalam artikulasi gagasan).
5) Kelompok V : Melalui kegiatan-
kegiatan apa dan apa keluarnya agar
strategi ini bawah dapat dijalankan?
(Pendampingan terbatas untuk
pelembagaan dan keberlanjutan).
b. Selanjutnya hasil diskusi kelompok dibahas
dalam forum pleno, setiap wakil kelompok
IV. Strategi Keberlanjutan FMS
146 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
memaparkan hasil diskusi kelompok,
kemudian kelompok lain memberi masukan,
tanggapan dan saran. Fasilitator mereview
dan merangkum hasil diskusi pleno dan jika
diperlukan bisa menggunakan slide paparan
yang telah disiapkan.
4. Rangkuman dan Penutup (10 menit) Fasilitator merangkum dan mempertegas hasil
paparan dan diskusi dengan kisi-kisi penting
terkait dengan strategi keberlanjutan FMS.
147www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
LEMBAR PAPARAN FASILITATOR Terlampir dalam file LPF 4-1
STRATEGI PENGEMBANGAN DAN KEBERLANJUTAN FMS
Pengertian (1)Pengembangan:Proses atau cara untuk mengembangkan keberadaan, peran, fungsi dan jangkauan kerja/kegiatan FMS.
Keberlanjutan = Kesinambungan:Keberadaan, peran, fungsi dan jangkauan kegiatan yang berkesinambungan/berkelanjutan/melembaga.
Pengembangan untuk keberlanjutan = berarti pelembagaan
IV. Strategi Keberlanjutan FMS
148 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
Pelembagaan :Suatu upaya pembiasaan penerapan nilai, proses dan kegiatan tertentu sehingga menjadi bagian tata kehidupan tertentu dari pihak yang telah mencoba/melakukannya.
Pelembagaan yang baik sudah dimulai sejak proses persiapan dan perencanaan suatu program tertentu.
Pengertian (2)
Proses Internal:- Replikasi proses pengelolaan program- Pengawalan aspirasi dan proses- Pengembangan strategi sesuai kebutuhan terkini- Pengembangan kapasitas (capacity building) bagi partisipan
Pelembagaan (1)
149www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
Proses Eksternal :
- Publikasi keberadaan, peran, kontribusi dan ceritera sukses
- Menjalin jejaring dengan sumberdaya/pihak lain
- Studi banding
- Penyepakatan regulasi
Pelembagaan (2)
1. Organisasi
2. Administrasi/Catatan
3. Kegiatan
4. Uang/dana
5. Akseptasi
Unsur-unsur Pelembagaan Forum
IV. Strategi Keberlanjutan FMS
150 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
Strategi, Kegiatan dan Keluaran
Strategi, Kegiatan dan Keluaran
No Strategi Kegiatan Keluaran
1. Membangunkepercayaandan komitmen antarpemangku kepentingan
• Identifikasi dan analisis SH• Sosialisasi program• Komunikasi awal dgn MSH• Komunikasi dgn SH kunci
o Lap. Identifikasidan analisis SH
o Dipahaminyaprogram
o Komitmen antar SH
2. Pengorganisiandanpengembangankegiatan
• Menggali dan menelaahkebutuhan
• Membentuk tim kecil• PertemuanPembentukan
/penyelenggaraan Forum• Pertemuanuntuk
pengembanganmodel, tatakerja, bagi tugas dankegiatanForum
• PengembangankapasitasForum
• Pertemuan/diskusi berkala
o Terbentuknya/ terselenggaranya Forum
o MeningkatnyapemahamanpartisipanForum
o Terselenggara nyapertemuan berkala
No Strategi Kegiatan Keluaran
3. PenguatanFMS dalammonitoring pelayanan danadvokasi kebijakan
• Penyusunan “Concept paper”• Pengkomunikasian “concept paper”• Hearing dgn legislatif dan/atau
eksekutif• Survei pengaduan• Penyepakatanmaklumat pelayanan• Pengamatan dan pemantauanmutu
pelayanan
o Concept papero Identifikasi dan
analisis pengaduandan rekomendasiperbaikan layanan
o Laporanhasilpemantauan
4. PenguatanFMS dalamartikulasi gagasan
• Diseminasi dan publikasigagasan(media cetak/ elektronik/alternatif
• Produksi dan distribusi mediacetak (brosur, banner, leaflet dll)
• Produk publikasi(media massa danmedia sosial)
• Produk publikasicetak danlap.distribusi
151www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
Strategi, Kegiatan dan KeluaranNo Strategi Kegiatan Keluaran
5. Pendampinganterbatas untukpelembagaan dankeberlanjutan.
• Pengembangankapasitasdlmadvokasi kebijakanperencanaandan penganggarandaerahuntukmendukungpelembagaan.
• Pengembangankapasitasdalammobilisasi sumberdaya.
• Pertemuanberkala.• Kunjunganmonitoring ke unit
layanansecara reguler.• Hearing dengan legislatif
dan/ataueksekutif.• Pertukaranpengalaman dan
praktik yang baik untuk replikasi.
o Terlembaganya/ terintegrasinyaMSF dlmmekanismepengelolaanpelayanan publik di daerah.
o Diadopsinya kegiatan-kegiatanMSF dalamkegiatanpemda. Dan/ataulembaga lain di daerah.
o Dilaksanakannya kegiatanMSF pada sektor terfokus.
IV. Strategi Keberlanjutan FMS
152 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
BAHAN BACAAN
STRATEGI PENGEMBANGAN DAN KEBERLANJUTAN FMS
1. Pengertian
Pengembangan suatu proses atau cara
untuk mengembangan keberadaan, peran,
fungsi dan jangkauan kerja/kegiatan FMS.
Sedangkan keberlanjutan adalah sama dengan
kesinambungan. Jika demikian maka yang
dimaksud dengan keberlanjutan FMS adalah
keberadaan, peran, fungsi dan kegiatan FMS
yang berkesinambungan, berkelanjutan atau
melembaga.
Maka, pengembangan untuk keberlanjutan itu
sama dengan pelembagaan. Pelembagaan
adalah suatu upaya pembiasaan penerapan
nilai, proses dan kegiatan tertentu sehingga
menjadi bagian tata kehidupan tertentu dari
pihak yang telah mencoba/melakukannya.
Proses pelembagaan yang baik, jika
sudah dimulai sejak proses persiapan dan
perencanaan suatu program tertentu. Artinya
setiap melaksanakan kegiatan, sudah harus
berfikir tentang keberlanjutan.
2. Unsur-unsur pelembagaan
Unsur-unsur pelembagaan juga sering disebut
sebagai bidang hasil pokok. Suatu lembaga atau
program itu bisa berlanjut/berkesinambungan
atau melembaga jika unsur-unsur pokok
yang disebut bidang hasil pokok itu tumbuh
berkembang dan maju. Adapun bidang hasil
pokok yang menjadi hal penting tersebut adalah
sebagai berikut :
Tahap ini biasanya dilalui dengan kegiatan-
kegiatan:
(1). Identifikasi stakeholder;
(2). Orientasi tentang pelayanan publik yang
isi pokoknya terdiri dari konsep dan
kebijakan, kapan orientasi dilakukan, hak
dan kewajiban masyarakat serta kewajiban
pemerintah dalam penyediaan pelayanan
publik;
(3) Analisis stakeholder.
a. Organisasi Organisasi yang dimaksud di sini adalah
apakah dalam pengorganisasian kegiatan-
153www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
kegiatan yang dilakukan oleh FMS
sudah terjadi pembagian tugas yang
jelas, perencanaan yang realistik dan
rasional. Termasuk didalam mekanisme
pertanggungjawaban dan pelaporan.
b. Administrasi/Catatan Apakah sudah dan senantiasa melakukan
pencatatan, baik yang menyangkut kegiatan
organisasi atau program maupun keuangan.
Sudahkah membiasakan tindakan : menulis
apa yang hendak dikerjakan, melakukan
yang telah ditulis dan menulis apa yang
dilakukan.
c. Kegiatan Kegiatan-kegiatan apa saja yang telah,
sedang dan akan dilakukan untuk mencapai
tujuan FMS. Artinya setiap saat harus
ada kegiatan untuk menandakan adanya
resonansi keberadaan dan peran.
d. Uang/dana Hampir mustahil jika ada kegiatan tanpa
ketersediaan uang atau dana. Semakin
dimaklumi bahwa segalanya perlu uang,
walaupun kita tidak boleh berpaandangan
uang adalah segalanya. Unsur pokok ini
dimaksudkan apakah telah ada sumber
pendanaan yang rutin. Sebagai contoh: jasa
konsultansi, jasa publikasi, usaha-usaha
produktif yang sehat, donasi tetap dan tidak
tetap, dll.
e. Akseptasi Akseptasi bisa diartikan pengakaran atas
keberadaan dan peran lembaga, dalam
hal ini FMS. Apakah keberadaan dan
peran FMS sudah dikenal dan didukung
oleh sesama partisipan forum, para pihak
lain, pemerintah, DPRD, media, dan OMS
lainnya. Apakah masyarakat (terutama
yang terpinggirkan) telah merakan manfaat
keberadaan dan peran FMS?.
3) Strategi Pengembangan
Strategi Pengembangan FMS dalam program
Kinerja adalah sebagai berikut:
a. Strategi 1: Membangun kepercayaan dan komitmen antar pemangku kepentingan.
Strategi ini dilakukan melalui kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:
• Identifikasi tokoh kelompok, analisa dan
pemetaan stakeholder.
• Sosialisasi program Kinerja kepada
semua pihak yang berpotensi
mendukung program baik dengan
unsur pemerintah daerah, DPRD,
Organisasi masyarakat Sipil, Media
dan lain-lain. Sosialisasi ini dilakukan
dengan melakukan pertemuan audiensi
dengan pihak-pihak terkait dan dapat
IV. Strategi Keberlanjutan FMS
154 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
pulan dilakukan dalam forum loka-karya.
Bahan-bahan untuk sosialisasi ada pada
lampiran antara lain:
- Brosur/brief tentang program
KINERJA.
- Paket-paket program KINERJA
• Melakukan komunikasi awal dengan
stake holder terpilih, baik secara formal
maupun informal.
• Komunikasi dan koordinasi dengan
pihak-pihak “kunci” yang berpengaruh
tinggi.
Keluaran dari pelaksanaan kegiatan dalam
strategi ini adalah sebagai berikut:
• Laporan analisa stakeholder (Format
terlampir).
• Pemahaman stakeholder terhadap
program Kinerja.
• Komitmen antar stakeholder untuk
memperjuangkan perbaikan pelayanan.
b. Strategi 2: Pengorganisian dan pengembangan kegiatan Forum Multi Stake Holder.
Strategi ini dilakukan melalui kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:
• Komunikasi dengan stakeholder terkait
untuk menggali dan menelaah
kebutuhan.
• Membentuk Tim Kecil untuk
mengkristalkan gagasan.
• Pelaksanaan pertemuan inisiasi forum
multi stakeholder yang pertama dengan
menggunakan modul pada lampiran:
Panduan fasilitasi proses inisiasi forum multi stakeholder.
• Pertemuan forum Multi Stake holder
kedua untuk mengembangkan model
forum, mekanisme internal, Struktur
forum dan program kerja. Panduan
untuk kegiatan ini akan dikembangkan
kemudian oleh tim KINERJA.
• Capacity building (penguatan forum) --
menciptakan relasi dengan pihak/sektor
potensial.
• Pertemuan atau diskusi berkala.
• Disseminasi informasi terkait isu
prioritas.
Keluaran dari pelaksanaan kegiatan dalam
strategi ini adalah sebagai berikut:
• Terbentuknya Forum Multi Stakeholder
beserta perumusan isu prioritas dan
agenda aksinya.
• Pertemuan berkala Forum Multi
Stakeholder untuk membahas isu
prioritas dan agenda aksi.
• Meningkatkan pemahaman anggota
FMS.
c. Strategi 3: Penguatan FMS dalam monitoring pelayanan dan advokasi kebijakan.
Strategi ini dilakukan melalui kegiatan-
kegiatan antara lain:
• Pendampingan penyusunan konsep
paper untuk diintegrasikan dalam
program pemerintah sesuai dengan
sektor prioritas.
155www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
• Pertemuan dengan pihak-pihak terkait
untuk mengkomunikasikan konsep
paper.
• Hearing dengan legislatif dan eksekutif
• Pendampingan pelaksanaan survei
pengaduan.
• Pendampingan dalam penyepakatan
maklumat layanan.
• Observasi lapangan terhadap kualitas
pelayanan publik.
Keluaran dari pelaksanaan kegiatan dalam
strategi ini adalah sebagai berikut:
• Kertas posisi untuk diajukan sebagai
input kebijakan untuk meningkatkan
pelayanan.
• Identifikasi dan analisa pengaduan
beserta rekomendasi untuk perbaikan
layanan.
• Laporan perkembangan pelayanan.
d. Strategi 4: Penguatan FMS dalam artikulasi gagasan.
Strategi ini dilakukan melalui kegiatan-
kegiatan antara lain:
• Disseminasi dan publikasi gagasan
untuk perbaikan pelayanan publik
melalui media cetak, elektronik, atau
media alternatif.
• Produksi dan distribusi media cetak,
sepetrti leaflet, brosur, banner, dll.
Keluaran dari pelaksanaan kegiatan dalam
strategi ini adalah sebagai berikut:
• Produk publikasi melalui media massa
dan media sosial
• Produk publikasi cetak dan laporan
distribusinya
e. Strategi 5 : Pendampingan terbatas untuk pelembagaan dan keberlanjutan. Strategi ini dilakukan melalui kegiatan- kegiatan sebagai berikut:
• Pengembangan kapasitas dalam
advokasi kebijakan perencanaan dan
pengangaran daerah untuk mendukung
pelembagaan dan keberlanjutan FMS.
• Pengembangan kapasitas dalam
mobilisasi sumberdaya.
• Pertemuan reguler.
• Kunjungan monitoring ke unit layanan
secara regular.
• Hearing ke eksekutif dan legislatif.
• Pertukaran pengalaman dan praktik
yang baik untuk replikasi.
Keluaran dari pelaksanaan kegiatan dalam
strategi ini adalah sebagai berikut:
• Terlembagakannya/Terintegrasikannya
FMS dalam mekanisme yang ada di
daerah.
• Diadopsinya kegiatan-kegiatan FMS
dalam kegiatan pemerintah daerah dan
atau lembaga lainnya di daerah.
• Dilaksanakannya kegiatan FMS pada
sektor atau daerah lainnya.
157www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
Perkenalan, IdentifikasiHarapandanPembelajaran Orang Dewasa
158 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
PENGANTAR
Sesi ”Memulai Kegiatan/Lokakarya/Pelatihan”
dimaksudkan sebagai sesi untuk melakukan
kegiatan perkenalan sampai pada penyepakatan
beberapa hal terkait dengan pengorganisasian
lokakarya atau pelatihan ini. Perkenalan dan
kesepakatan lokakarya merupakan sesi yang
berupaya memberi ruang bagi peserta untuk saling
mengenal dan menyepakati beberapa aturan
selama lokakarya berlangsung. Perkenalan dan
penyepakatan norma belajar ini diperlukan untuk
membangun suasana belajar yang nyaman bagi
peserta karena mereka dapat saling mengenal serta
memiliki perasaan setara, sehingga mereka dapat
memunculkan ide-ide secara spontan dan dapat
bekerja sama untuk mencapai hasil yang diharapkan
dalam lokakarya.
Selain perkenalan dan penyepakatan beberapa hal
di atas, pada sesi ini akan diidentifikasi harapan-
harapan terhadap lokakarya. Harapan-harapan ini
akan ditinjau kembali pada akhir lokakarya untuk
dievaluasi. Harapan yang belum tercapai disarankan
PERKENALAN, IDENTIFIKASI HARAPAN DAN PEMBELAJARAN
ORANG DEWASA
untuk dapat dimasukkan dalam rencana tindak
lanjut.
Untuk meningkatkan partisipasi peserta, dalam
sesi ini juga akan dipertajam pemahaman peserta
tentang siklus belajar orang dewasa di mana peserta
adalah narasumber utama selama proses lokakarya
dan fasilitator akan membantu untuk merangkainya
menjadi sebuah pengalaman baru.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan umum sesi ini adalah menciptakan suasana
yang kondusif, nyaman, dalam lokakarya. Secara
khusus, sesi ini bertujuan untuk:
1. Saling mengenal satu sama lain,
2. Menjelaskan tujuan lokakarya,
3. Mengidentifikasi harapan-harapan peserta
lokakarya,
4. Meninjau siklus belajar orang dewasa yang akan
digunakan selama lokakarya,
5. Menyepakati norma-norma untuk menciptakan
suasana lokakarya yang kondusif, efektif, dan
efisien.
159www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
POKOK BAHASAN
1. Perkenalan singkat peserta meliputi: nama, asal
institusi dan ‘prestasi yang membanggakan
dalam hidup,
2. Harapan peserta terhadap lokakarya,
3. Prinsip-prinsip pembelajaran (orang dewasa),
4. Maksud, Tujuan, Alur Lokakarya,
5. Agenda lokakarya,
6. Norma dalam lokakarya.
METODE
1. Curah pendapat,
2. Diskusi, dan
3. Penjelasan interaktif.
Perkenalan (20 menit)
IdentifikasiHarapan Peserta
(15 menit)
Pengantar(5 menit)
Penjelasan maksud, tujuan,
alur, dan agenda
lokakarya (5 menit)
Pemaparan Materi
(50 menit)
Diskusi/Tanya Jawab
(30 menit)
Pengantar(5 menit)
ALAT DAN BAHAN
1. Lembar Presentasi Fasilitator (LPF),
2. Flipchart,
3. Kertas Plano,
4. Spidol,
5. Kertas Metaplan,
6. Lakban kertas,
7. LCD,
8. Komputer/laptop.
WAKTU
90 menit
PROSES FASILITASI
Perkenalan, Identifikasi Harapan dan Pembelajaran Orang Dewasa
160 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
1. Pengantar (5 menit)
Fasilitator menayangkan slide tentang judul sesi,
membuka dengan mengucapkan salam, dan
memberikan penjelasan tentang tujuan sesi ini
sebagai pengantar kepada para peserta lokakarya.
2. Pemaparan Materi (20 menit)
a. Fasilitator memperkenalkan diri dan rekan
fasilitator lainnya.
b. Fasilitator membagi peserta menjadi
4 kelompok, dan meminta peserta
memperkenalan diri dalam kelompok masing-
masing dengan menyebutkan: nama lengkap,
nama panggilan, asal institusi, dan prestasi yang
membanggakan untuk menciptakan suasana
yang kondusif dan menyenangkan.
c. Tiap kelompok memilih dan menyepakati juru
bicara kelompok.
d. Juru bicara kelompok memperkenalkan anggota
kelompoknya kepada seluruh peserta.
3. IdentifikasiHarapanPeserta(15 menit)
a. Fasilitator meminta peserta memikirkan
harapan mereka terhadap lokakarya kemudian
menuliskannya dalam kertas metaplan dengan
huruf besar.
b. Fasilitator memberikan contoh cara menulis
pada kertas metaplan. Peserta boleh menuliskan
lebih dari 1 harapan.
c. peserta diminta menempelkan di dinding ruang
lokakarya untuk dilihat lagi di akhir lokakarya.
d. Fasilitator memandu diskusi peserta untuk
mengelompokkan harapan-harapan peserta
yang telah ditempel.
4. Penjelasan maksud, tujuan, alur, dan agenda lokakarya (15 menit)
a. Fasilitator menjelaskan Tujuan dan Alur
Lokakarya.
b. Fasilitator meminta peserta untuk
membandingkan tujuan dan alur lokakarya
dengan harapan yang telah didiskusikan, serta
meminta peserta untuk memberikan komentar
dan saran.
c. Fasilitator memandu diskusi untuk penyepakatan
agenda lokakarya dengan mengakomodasi
harapan harapan.
6. Diskusi kesepakatan dan kontrak belajar (10 menit)
Fasilitator memandu diskusi untuk menyepakati
norma belajar yang akan berlaku selama lokakarya
berlangsung. Jika respons peserta sedikit, fasilitator
dapat menawarkan kepada peserta norma apa saja
yang perlu disepakati bersama.
7. Penutup (5 menit)
Sebagai akhir sesi, fasilitataor menutup dengan
kalimat penutup sebagai berikut: ”Demikianlah
rangkaian proses pembukaan, perkenalan, dan
penyepakatan belajar kita, semoga berguna dan
sampai jumpai pada sesi berikutnya” .
161www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
LEMBAR KERJA PESERTA (LKP)
Lembar Kerja berupa agenda lokakarya. Agenda
lokakarya diperbanyak dan dibagikan ke semua
peserta lokakarya. (dalam halaman tersendiri -
Bahan bacaan ditempatkan dihalaman baru saja).
Perkenalan, Identifikasi Harapan dan Pembelajaran Orang Dewasa
162 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
PEMBELAJARAN ORANG DEWASA
Pembelajaran orang dewasa mempunyai
pendekatan, ruang lingkup, tujuan, dan strategi
yang berbeda dengan pembelajaran untuk anak-
anak. Pembelajaran orang dewasa dititikberatkan
pada belajar secara berkelanjutan sepanjang
hayat untuk mempelajari keterampilan yang dapat
digunakan untuk mengarahkan diri sendiri. Namun
demikian, sama halnya dengan anak-anak, di
dalam menjalankan proses pembelajarannya, orang
dewasa menyukai belajar dalam kondisi bebas,
belajar melalui interaksi dengan sesama, tidak
menyenangi hafalan, lebih mengutamakan hal-hal
praktis dan pemecahan masalah.
Pengalaman dan bukan wadah kosong
Pembelajaran bukanlah suatu proses dimana sang
ahli menuangkan pengetahuannya ke dalam kepala
‘kosong’ para peserta pelatihan. Oleh sebab itu
fasilitator perlu mengetahui pengalaman peserta
sebelum pelatihan. Pengalaman menghasilkan peta
kognitif, suatu alat yang membantu kita menyerap
informasi baru, yaitu hal-hal yang didengar dan
dilihat selama pelatihan. Oleh karena pengalaman
yang dialami berbeda-beda, maka setiap orang
memiliki peta yang berbeda pula. Oleh sebab itu di
dalam pelatihan sebaiknya:
• Peserta diperlakukan sebagai individu-individu
yang berbeda satu sama lainnya,
• Peserta banyak diberi pertanyaan dan tugas-
tugas individu,
• Peserta diberi latihan individual karena semua
orang akan mampu belajar kalau menggunakan
caranya sendiri,
• Memberdayakan peserta sebagai sumberdaya
pelatihan,
• Memberi kesempatan kepada peserta untuk
mengkaitkan informasi/pengalaman yang baru
diterima dengan pengalaman sebelumnya.
Pembelajaran dewasa bukanlah suatu proses
dimana sang ahli menuangkan pengetahuannya
ke dalam kepala ‘kosong’ para peserta pelatihan.
Oleh sebab itu fasilitator perlu melakukan analisis
pengalaman peserta sebelum pelatihan, misalnya
melalui perkenalan dan curah pendapat. Dengan
demikian pelatihan dikelola menggunakan metode
partisipatoris.
Beberapa prinsip pembelajaran yang penting
diperhatikan/diterapkan dalam pelatihan adalah
sebagai berikut:
BAHAN BACAAN
163www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
• Berbagi dan menganalisis pengalaman melalui
dialog sesama peserta,
• Keterlibatan yang aktif dalam memilih topik
pelatihan, pemrograman dan evaluasi hasil
pelatihan; dengan cara ini mereka akan
menganggap isi pelatihan ini sebagai milik
mereka,
• Menemukan penyebab-penyebab permasalahan
serta menemukan sendiri pemecahannya,
• Berbuat dan melakukan eksperimen dalam
menemukan jawaban,
• Relevansi materi yang dilatihkan,
• Penekanan pada nilai-nilai yang praktis yang
dapat diaplikasi,
• Reflektif.
Orang dewasa sulit melupakan sesuatu yang pernah dipelajari
Biasanya pelatihan dianggap mempelajari
pengetahuan dan ketrampilan baru yang bisa
dimasukkan pada salah satu tempat di ‘peta
kognitif’. Tujuan ini dapat berhasil jika apa yang
dilatihkan merupakan hal baru atau yang dibutuhkan
oleh orang dewasa.
Selama kehidupan, orang dewasa sudah
mengembangkan perilaku dan pola berfikir yang
relatif kaku yang sudah menjadi kebiasaannya, dan
mereka tidak ingin melepaskannya. Oleh sebab
itu orang dewasa ragu menerima sesuatu yang
dirasakan tidak dikenal. Sebagai contoh: kalau
diperkenalkan suatu pendekatan pembelajaran baru
yang melibatkan perubahan praktik mengajar, salah
satu alasan penolakan terhadap perubahan tersebut
adalah pola-pola perilaku/kebiasan yang sudah
ada. Sebagai contoh lain: mereka tidak mungkin
membicarakan manfaat suatu konsep penilaian baru
kalau mereka tidak percaya pada kebenaran dan
manfaat konsep penilaian tersebut. Pelatih perlu
memastikan bahwa ada sistem yang mendukung
tujuan pelatihan setelah peserta kembali ke tempat
kerja.
Perkenalan, Identifikasi Harapan dan Pembelajaran Orang Dewasa
164 www.kinerja.or.idModul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
PENDIDIKAN PARTISIPATIF
Pendidikan partisipatif mensyaratkan adanya
proses learner centered (peserta didik sebagai
pusat). Siapapun yang terlibat proses pembelajaran
dipandang sebagai orang yang memiliki kemampuan
aktif untuk merencanakan arah, memiliki bahan
dan materi yang dianggap bermanfaat, memikirkan
cara terbaik untuk belajar, menganalisis dan
menyimpulkan serta mampu mengambil manfaat
pendidikan. Dalam metode ini fungsi guru hanyalah
sebagai fasilitator. Dengan proses demikian,
beberapa karakteristik pendidikan partisipatif antara
lain:
Belajar Dari Pengalaman
Yang dipelajari bukan “ajaran” (teori, pendapat,
kesimpulan, dll) dari seseorang, tetapi keadaan
nyata masyarakat atau pengakuan seseorang
yang terlibat dalam keadaan nyata tersebut. Hal ini
mengakibatkan tidak ada otoritas seseorang yang
lebih tinggi dari yang lain.
Tidak Menggurui
Dalam metode ini tidak ada guru dan tidak ada
murid yang digurui. Semua yang terlibat dalam
proses pendidikan ini adalah guru sekaligus murid
pada suatu yang bersamaan.
Dialogis
Karena tidak ada guru ataupun murid, maka proses
yang berlangsung tidak merupakan proses belajar
mengajar yang bersifat satu arah, tetapi proses
komunikasi dalam bentuk kegiatan interaktif (diskusi
kelompok, bermain peran dsb) dan media (alat
peraga, audio visual dsb) yang lebih memungkinkan
terjadinya dialog kritis antara semua orang yang
terlibat dalam proses pelatihan tersebut.
Pedoman proses belajar dalam pendidikan
partisipatif adalah daur belajar dari pengalaman
yang distrukturkan (structural experiences learning
cyrcle), seperti yang tergambar di bawah ini.
Melakukan/Mengalami
Mengungkapkan
Mengolah
Menerapkan
Menyimpulkan
165www.kinerja.or.id Modul Pengembangan Forum Multi Stakeholder (FMS)
Pendidikan Partisipatif terwujud bila terdapat
keterlibatan individu secara sadar kedalam proses
interaksi sosial kependidikan. Dengan pengertian itu,
peserta didik bisa berpartisipasi bila dia menemukan
dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui
berbagai proses berbagi dengan orang lain dalam
hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan
tanggung jawab bersama.
Berdasar pada pemahaman itu, agar mampu
berpartisipasi seseorang perlu berproses, dan
proses itu ada dalam dirinya dan dengan orang lain.
Kemampuan seseorang jelas berbeda, sehingga
kemampuan partisipasi seseorang jelas juga akan
berbeda, dalam jumlah dan mutunya. Dengan upaya
yang sungguh-sungguh dan terencana, partisipasi
seseorang maupun partisipasi kelompok akan bisa
ditingkatkan. Implikasi dari pengertian itu, setiap
individu dalam kelompok adalah pelaku pendidikan,
yang berhak menetapkan segala sesuatu berdasar
pada tata nilai, tradisi, kemampuan, tujuan dan
bagaimana cara mencapai tujuan pendidikan.
USAID-KINERJAGedung BRI II, Lantai 28, Suite 2807 Jl. Jend Sudirman Kav. 44-46Jakarta, 10210 Phone: +62 21 5702820 Fax: +62 21 5702832Email: [email protected]
IMPLEMENTED BY RTI INTERNATIONAL AND PARTNERS