modul-dbt-8311

Upload: dimas-setiyawan-saputra

Post on 17-Oct-2015

26 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pedoma

TRANSCRIPT

Modul Praktikum

Modul Praktikum Dasar Budidaya Tanaman

1. MEDIA TANAM

1.1 Pendahuluan

Keberhasilan perbanyakan tanaman dengan biji dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya kualitas biji, tersedianya air dan jenis media yang digunakan. Media perkecambahan yang efektif untuk pembibitan adalah media yang berpori dan berdrainase baik serta mampu mempertahankan kelembaban, kadar garam rendah tetapi kemampuan menerima dan memasok unsur hara cukup baik, bebas hama, penyakit, dan gulma.

Media tanam diartikan sebagai media yang digunakan untuk menumbuhkan tanaman/bahan tanaman, tempat akar atau bakal akar tumbuh dan berkembanh. Media tanam juga digunakan tanaman sebagai tempat berpegangnya akar, agar tajuk tanaman dapat tegak dan kokoh berdiri di atas media tersebut. Selain itu, media tanam digunakan sebagai sarana untuk menghidupi tanaman karena tanaman mendapatkan makanan untuk pertumbuhan dan perkembangannya dengan cara menyerap unsur hara yang terkandung di dalam media tanam.

Media tanaman yang paling umum digunakan adalah tanah. Tanah mengandung butiran-butiran mineral dan bahan organik, air dan udara. Bila komposisi unsur-unsur tersebut dalam keadaan yang tepat, maka tanah tersebut dapat mendukung pertumbuhan suatu jenis tanaman dengan baik. Selain tanah, terdapat beberapa jenis media tanam yang lain yang dapat digunakan sebagai media tanam, baik secara sendiri-sendiri atau sebagai campuran, antara lain sekam padi, arang sekam padi, sabut kelapa, kompos, humus, arang kayu, styrofom, vermikulit, pasir, kerikil, rockwool, serbuk gergaji, kayu, dan peat moss. Bahan-bahan tersebut mempunyai sifat-sifat yang berbeda-beda. Beberapa jenis media tanam memerlukan perlakuan khusus selama digunakan budidaya tanaman, misalnya menyiram larutan pupuk secara intensif agar tanaman dapat tumbuh dengan baik. Agar tanaman yang dibudidayakan dapat tumbuh dengan baik, persiapan media tanam merupakan salah satu langkah awal yang harus diperhatikan.Tujuan persiapan media tanam adalah menyiapkan tempat untuk tumbuh dan berkembangnya akar tanaman, agar diperoleh struktur dan komposisi media tanam yang paling optimum, sehingga akar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Dengan kata lain, jika akar tanaman dapat memanfaatkan air, udara, dan unsur hara yang terdapat di dalam media tanam, maka pertumbuhan tanaman dapat mencapai tingkat optimum.

2. Tujuan

Praktikum ini bertujuan:

1. Mempelajari sifat beberapa jenis media tanam dan komposisi media tanam yang paling optimum untuk mendukung pertumbuhan tanaman.2. Mempelajari tipe perkecambahan tanaman

3. Metode 3.1 Pelaksana Praktikum

Peserta praktikum adalah mahasiswa Agroekoteknologi dan Agribisnis

3.2 Metode Pelaksanaan 3.2.1 Perlakuan

Perlakuan praktikum adalah kombinasi media tanam dan benih. Media yang digunakan adalah tanah, pasir, kompos dan perbandingan tanah : pasir : kompos 2:1;1. Benih yang digunakan adalah durian, rambutan, alpukat, nangka, kacang tanah, kedelai, jagung, padi, mangga dan salak.

3.2.2 Persiapan media tanam

Persiapan dilakukan dengan menyiapan media dan benih yang digunakan. Kemudian media ditempatkan pada baki persemaian.

3.2.3 Penanaman

Benih di tanam di baki pembibitan, kemudian ditutup dengan tanah (seluruh benih tertutup dengan tanah)3.2.4 Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman dilakukan melihat kondisi media. Jika media yang digunakan adalah pasir, penyiraman dilakukan setiap hari. Untuk media yang lain, penyiraman dilakukan melihat kondisi tanaman.Penyulaman dilakukan maksimal 2 minggu setelah tanam, jika ada benih busuk (terutama untuk tanaman buah)

3.3 Pengamatan

Pengamatan dilakukan ketika benih akan berkecambah, variable pengamantan adalah:

1. Waktu benih berkecambah

2. Persentase perkecambahan

3. Tipe perkecambahan (dan gambar)

4. Tinggi tanaman

5. Jumlah daun

2. TANAM DAN POLA TANAM

1 Pendahuluan

Pola tanam tumpangsari ( Intercropping ) adalah penanaman lebih dari satu tanaman pada waktu yang bersamaan atau selama periode tanam pada satu tempat yang sama (Suryanto, 1995). Tumpangsari ditujukan untuk memanfaatkan lingkungan (hara, air dan sinar matahari) sebaik - baiknya agar diperoleh produksi maksimal (Jumin, 1991). Sistem penanaman ini dimaksudkan agar diperoleh hasil panen yang maksimal.

Tumpangsari sebagai usaha intensifikasi ruang dan waktu banyak dilakukan terutama pada pertanian berlahan sempit dan lingkungan kering/tadah hujan. Sebagai suatu sistem produksi, tumpangsari digunakan karena mampu meningkatkan efisiensi tenaga kerja, menekan serangan hama, penyakit, dan gulma, serta masih berpeluang mendapatkan hasil jika salah satu komponen tanaman gagal panen. Pemilihan pola tanam tumpangsari dalam budidaya tanaman disebabkan hasil total yang diperoleh persatuan luas lahan lebih tinggi dibandingkan tanaman yang ditanam secara monokultur pada luas lahan dan tingkat pengelolaan yang sama.

Dengan demikian, pola tanam memiliki arti penting dalam sistem produksi tanaman. Melalui pengaturan pola tanam, berarti memanfaatkan dan memdaukan berbagai komponen yang tersedia yang meliputi : agroklimat, tanah, tanaman, hama dan penyakit, teknik budidaya, dan sosial ekonomi. Pola tanam di daerah tropis seperti di Indonesia, biasanya disusun selama 1 tahun dengan memperhatikan curah hujan ( terutama pada daerah/lahan yang sepenuhnya tergantung dari hujan). Maka pemilihan jenis/varietas yang ditanampun perlu disesuaikan dengan ketersediaan air ataupun curah hujan.

Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan adalah sebagai berikut : Tumpang sari (Intercropping), melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman ( umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpangsari beda umur seperti jagung, ketela pohon, dan padi gogo. Tumpang gilir ( Multiple cropping ), dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor - faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh : jagung muda, padi gogo, kacang tanah, dan ubi kayu.

PERTANYAAN :

a. Selain mampu meningkatkan efisiensi tenaga kerja, tumpangsari juga mampu menekan serangan hama, penyakit, dan gulma. Jelaskan!

b. Mengapa pemilihan jenis tanaman ( spesies ) dan vairetas harus diperhatikan dalam tumpangsari ?

2. Tujuan

Praktikum bertujuan untuk:

1. Mahasiswa mengetahui, memahami serta mempraktekkan sistem tanam monokultur dan tumpangsari 2. Mahasiswa membandingkan pola pertumbuhan tanaman pada sistem monokultur dan tumpangsari.

3. Mahasiswa membandingkan produksi tanaman persatuan luasan pada sistem monokultur dan tumpangsari.

3. Metode

3.1 Pelaksana Praktikum

Peserta praktikum adalah mahasiswa Agroekoteknologi dan Agribisnis

3.2 Metode Pelaksanaan

3.2.1 Perlakuan

Monokultur :

1. Jarak tanam 70 x 25 cm, 1 benih/lubang2. Jarak tanam 70 x 25 cm, 2 benih/lubang

3. Jarak tanam 70 x 30 cm, 1 benih/lubang

4. Jarak tanam 70 x 30 cm, 2 benih/lubang

5. Jarak tanam 75 x 25 cm, 1 benih/lubang

6. Jarak tanam 75 x 25 cm, 2 benih/lubang

7. Jarak tanam 80 x 25 cm, 1 benih/lubang

8. Jarak tanam 80 x 25 cm, 2 benih/lubang

9. Jarak tanam 80 x 30 cm, 1 benih/lubang

10. Jarak tanam 80 x 30 cm, 2 benih/lubang

Tumpangsari:

1. Jarak tanam 70 x 25 cm, 1 benih/lubang tumpangsari dengan kangkung

2. Jarak tanam 70 x 25 cm, 2 benih/lubang tumpangsari dengan kedelai

3. Jarak tanam 70 x 30 cm, 1 benih/lubang tumpangsari dengan kangkung

4. Jarak tanam 70 x 30 cm, 2 benih/lubang tumpangsari dengan kedelai

5. Jarak tanam 75 x 25 cm, 1 benih/lubang tumpangsari dengan kangkung

6. Jarak tanam 75 x 25 cm, 2 benih/lubang tumpangsari dengan kedelai

7. Jarak tanam 80 x 25 cm, 1 benih/lubang tumpangsari dengan kangkung

8. Jarak tanam 80 x 25 cm, 2 benih/lubang tumpangsari dengan kedelai

9. Jarak tanam 80 x 30 cm, 1 benih/lubang tumpangsari dengan kangkung

10. Jarak tanam 80 x 30 cm, 2 benih/lubang tumpangsari dengan kedelai

3.2.2 Persiapan media tanam

Persiapan lahan dilakukan dengan membajak lahan menggunakan hand traktor. Pada saat pengolahan lahan sebaiknya dilakukan pada saat tanah tidak terlalu basah atau tidak terlalu kering agar strukturnya tidak rusak, lengket, atau keras. Penyiapan lahan dapat dilakukan dengan cara tanah diolah terlebih dahulu hingga gembur.

3.2.3 Penanaman

Penanaman dilakukan dengan membuat lubang tanam ditugal sedalam 5 cm dan benih dimasukkan ke dalam lubang tanam, kemudian ditutup dengan sedikit tanah . Jumlah benih per lubang sesuai dengan perlakuan ditambah satu, contoh: perlakuan 1 benih per lubang, maka yang ditanam adalah 2 benih per lubang. Perlakuan 2 benih per lubang, yang ditanam adalah 3 benih. Jarak tanam yang digunakan juga sesuai dengan perlakuan.

Untuk sistem tanam tumpangsari jarak tanam kedelai adalah 40 x 20 cm sedangkan kangkung 20 x 20 cm.

3.2.4 Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman, pemupukan, pengairan, penyiangan, pembubunan dan pengendalian hama dan penyakit.

1. Penjarangan

Penjarangan dilakukan satu minggu setelah tanam, disisakan sesuai dengan perlakuan.

2. Pemupukan

a. Dosis pupuk :

Pupuk N (urea) : 100 kg ha-1 (1/3 dosis),

Pupuk P (SP-36) : 75 kg ha-1 Pupuk K (KCl) : 100 kg ha-1b. Pemupukan dilakukan 3 kali, pertama pada saat tanam yaitu 1/3 dosis N dan semua dosis P dan K, pemuoukan kedua pada umur 21 HST yaitu 1/3 dosis N dan pemupukan ketiga adalah 1/3 dosis N.

3. Pengairan

Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali apabila tanah telah lembab. Pengairan dilakukan 1 minggu sekali atau melihat kondisi tanah. Menjelang tanaman berbunga, kebutuhan air tanaman lebih banyak sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.

4. Penyiangan

Penyiangan dilakukan setelah tanaman berusia 15 hari setelah tanam dan dilakukan setiap 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat dilakukan dengan menggunakan tangan atau bantuan alat. Penyiangan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak mengganggu dan merusak perakaran tanaman.

5. Pembumbunan

Kegiatan pembumbunan dilakukan bersamaan dengan pemupukan. Pembubunan bertujuan untuk untuk memperkokoh posisi batang tanaman agar tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas tanah serta memperbaiki aerasi tanah.

6. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan sesuai dengan jenis dan tingkat serangan hama dan penyakit yang ada. Apabila tingkat serangan hama ringan, pengendalian hama bisa dilakukan secara mekanik, namun bila tingkat serangan agak luas pengendalian hama menggunakan insektisida. Pada saat tanam, tanah ditaburi fungisida untuk mencegah pertumuhan jamur.

5) Panen

Pemanenan dilakukan pada umur 60 hari setelah tanam. Jagung yang sudah dapat di panen mempunyai kenampakan kelobot yang sudah berwarna kuning, biji sudah cukup keras dan mengkilap, apabila biji di tusuk dengan kedua ibu jari maka biji tersebut tidak berbekas dan mempunyai kadar air biji sekitar 25 %.

3.3 Pengamatan

3.3.1 Pengamatan organ pertumbuhan vegetatif

Variabel pengamatan antara lain:

1. Jumlah daun

2. Tinggi Tanaman

Pengamatan dilakukan mulai umur 14 hst sampai dengan 42 hst

Interval pengamatan adalah 7 hari

3.3.2 Pengamatan organ generatif

Pengamatan dilakukan pada saat panen dengan variabel pengamatan antara lain:

1. saat berbunga

2. jumlah tongkol per tanaman

3. bobot tongkol pertanaman

4. Bobot segar tanaman sela

5. produksi per ha

3. BAHAN TANAM

1. Pendahuluan

Cara memperbanyak tanaman sangat banyak ragamnya. Ada yang tingkat keberhasilannya tinggi, ada yang rendah. Hal ini sangat bergantung pada beberapa faktor, misalnya cara perbanyakan yang dipilih, jenis tanaman, wakru memperbanyak, keterampilan pekerja, dan sebagainya.

Perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara generatif maupun vegetative. Perbanyakan vegetatif diperlukan untuk tanaman dan kultivar yang tidak menghasilkan biji secaara teratur atau tidak menghasilkan biji sama sekali. Perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan yang menggunakan organ vegetatif tanaman dan memungkinkan untuk dilakukan, sebab organ vegetatif dari beberapa tanaman mempunyai kemampuan bergenerasi, misalnya cabang, pucuk, daun umbi dan akar. Contoh dari perbanyakan vegetatif ialah stek, cangkok, okulasi, grafting, dan kultur jaringan. Perbanyakan tanaman dengan cara stek ialah perbanyakan dengan cara menumbuhkan akar dan pucuk dari potongan atau bagian tanaman seperti akar, batang atau daun untuk menjadi tanaman baru.

Perbanyakan generatif merupakan usaha memperbanyak jumlah tanaman dengan biji yang terbentuk dari persatuan dua gamet (sel kelamin). Cara perbanyakan dengan biji telah umum dilakukan di berbagai Negara, baik digunakan untuk tanaman menyerbuk sendiri maupun tanaman menyerbuk silang.

Perbanyakan secara generatif mempunyai keuntungan dan kerugian. Keuntungan adalah:

a. Biji merupakan cara yang paling murah dalam pembiakan.

b. Pada keadaan penyimpanan yang cocok, biji dapat tetap mempunyai viabilitas dalam jangka waktu yang lama.

c. Pertumbuhan tanaman kuat, karena sistem perakarannya dalam, sehingga lebih tahan terhadap kekeringan.

d. Masa hidup atau umur tanaman lebih panjang dibandingkan dengan tanaman yang berasal dari pengembangan vegetatif.

Sedangkan kerugiannya adalah menghasilkan tanaman baru dengan sifat yang tidak sama dengan induknya. Bibit yang dikembangkan dari cara generatif memerlukan waktu yang lama untuk memasuki fase reproduktif.

2. Tujuan

Tujuan praktikum adalah :

1. Mahasiswa mempelajari, memahami dan mempraktekan cara perbanyakan tanaman secara vegetaif dan generatif.

3. Metode

3.1 Pelaksana Praktikum

Peserta praktikum adalah mahasiswa Agroekoteknologi dan Agribisnis

3.2 Metode Pelaksanaan

3.2.1 Perlakuan

Perlakuan praktikum adalah :

a. Bahan Tanam Vegetatif (Perlakuan)i. Stek batang (V1)

: Krisan, nilamii. Stek daun (V2)

: Sansiviera, cocor bebekiii. Umbi/Corm/Rhizome (V3): Bawang merah, gladioliv. Stolon (V4)

: Stroberib. Bahan Tanam Generatif

: jadi satu dengan media tanam3.2.2 Persiapan media tanam

Persiapan dilakukan dengan menyiapan media yang digunakan yaitu campuran tanah dan kompos dengan perbandingan 3:1. Media dimasukkan dalam tempat pembibitan sebanyak 2/3 bagian.

3.2.3 Penanaman

Cara penanaman:

1. Stek batang dan daun:

Bahan tanam dipotong 10 15 cm, pada bagian bawah dipotong miring 45 , Stek ditancapkan ke media sedalam 3 5 cm.

2. Rhizome/Corm/Stolon:

Bahan tanam di tanam pada media, kemudian bahan tanam ditutup dengan media.

3.2.4 Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman dilakukan setiap hari untuk menjaga kelembaban tanah.

3.3 Pengamatan

Pengamatan dilakukan ketika benih akan berkecambah, variable pengamantan adalah:

1. Persentase keberhasilan/stek hidup

2. Saat tumbuh tunas

3. Panjang tunas (cm)

4. Jumlah daun

4. PEMUPUKAN PADA JAGUNG1. Pendahuluan

Tanah sebagai media tumbuh tidak selamanya mampu mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman. Ketidakmampuan tanah untuk menyediakan unsur hara salah satunya dapat disebabkan oleh penanaman yang sama secara terus menerus pada lahan yang sama dan sisa-sisa hasil panen jarang sekali dikembalikan pada lahan tersebut. Kadang-kadang petani juga kurang melakukan pemupukan dalam melakukan usaha taninya. Pemupukan dengan pupuk anorganik merupakan salah satu cara untuk menambah unsur hara ke dalam tanah, sehingga tanah mampu mensuplai unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan.

Jumlah pupuk yang seharusnya diberikan pada tanaman berbeda-beda disetiap tempat. Oleh karena itu, usah penentuan dosis pupuk merupakan suatu langkah untuk mencapai tingkat efisiensi pemupukan. Selain itu, bertujuan menghindari pemberian berlebihan yang justru dapat merugikan.

Tanaman jagung tidak hanya membutuhkan nitrogen, tetapi juga unsur lainnya seperti phosphate dan kalium. Setiap fase pertumbuhan tanaman dibutuhkan sejumlah nutrisi tertentu bagi pertumbuhan optimumnya. Pengambilan unsur hara selama periode pertumbuhan suatu tanaman tidaklah sama banyaknya, hal ini bergantung pada tingkat pertumbuhan tanaman tersebut. Kebutuhan unsur hara pada tanaman jagung paling banyak kira-kira 10 hari sebelum keluar malai sampai dengan 25-30 hari setelah keluar malai.

2. Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk:

1. Mempelajari macam pupuk anorganic

2. Kandungan dan formulasinya

3. Menghitung kebutuhan pupuk

4. Teknik aplikasi pada budidaya tanaman jagung manis

3. Metode

3. 1 Penghitungan kebutuhan pupuk tanaman jagung manis. Rekomendasi kebutuhan pupuk anorganik untuk jagung manis adalah urea dengan dosis 300 kg/ha, SP-18 adalah 400 kg/ha, KCl 100 kg/ha.

Hitunglah kebutuhan pupuk anorganik pertanaman apabila diasumsikan lahan yang terpakai untuk luasan drainase dan jalan 12,5 %.

Untuk SP-18 dan KCl diberikan sekaligus bersamaan dengan penanaman. Sedangkan pupuk urea diberikan 3 kali (bersamaan tanam 1/3 dosis) sisanya pada 21 hst dan 42 hst.

1. Kebutuhan pupuk urea per tanamangram

2. Kebutuhan pupuk SP-18 per tanamangram

3. Kebutuhan pupuk KCl per tanamangram

Hitung pula kebutuhan unsur N,P2O5 dan K2O pertanaman apabila digunakan dosis anjuran per hektar seperti yang tertera di atas.

1. Kebutuhan N per tanamangram.

2. Kebutuhan P2O5 per tanamangram

3. Kebutuhan K2O per tanamangram

a. Jika pupuk yang tersedia adalah pupuk majemuk NPK 100 kg dengan kadar 15:15:15, dan dosis pupuk yang digunakan mengacu pada dosis anjuran yang tersebut di atas. Maka, hitunglah apakah persediaan pupuk majemuk tersebut cukup untuk memupuk jagung manis pada lahan seluas 1 ha? Jika kurang, berapa pupuk tunggal (Urea, SP-18, dan KCl) yang harus ditambahkan?

b. Selain ditanam di lahan, jagung manis juga bisa ditanam di polybag volume 5 kg. Dengan mengacu pada dosis anjuran yang tersebut di atas, hitunglah:

1. Kebutuhan pupuk Urea per polybaggram

2. Kebutuhan pupuk SP-18 per polybaggram

3. Kenutuhan pupuk KCl per polybaggram

5. PENANGANAN PASCA PANEN PRODUK SAYURAN

1. Pendahuluan

Tanaman mempunyai waktu panen yang tidak sama, tergantung jenis tanaman dan kebutuhannya. Demikian juga dengan criteria panennya, beberapa tanaman ada yang dipanen bagian bunga, buah, batang, pucuk/tunas batang, umbi/akar dan bagian lainnya. Produksi pertanian sangat mudah mengalami kerusakan apalagi jika penanganan pra-panen dan pasca panennya tidak tepat. Mutu buah setelah panen tidak dapat diperbaiki tetapi dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama.

Produksi pertanian sebelum jatuh ke tangan konsumen sering kali mengalami masa tunggu, agar produk tersebut tidak cepat rusak. Perlu diketahui cara-cara yang tepat sebagai penanganan pasca panen agar kualitas dapat dipertahankan. Perlakuan pasca panen yang diberikan pada setiap produk pertanian berbeda-beda. Salah satu perlakuan pasca panen yang biasa diberikan pada hasil pertanian adalah pembungkusan dengan plastic atau pengemasan (wrapping). Pengemasan merupakan salah satu bidang kegiatan yang aktivitasnya menangani sayuran pasca panen untuk kemudian disiapkan menjadi satu produk sesuai dengan criteria yang diharapkan pelanggan. Tahapan-tahapan yang dilakukan dipengemasan meliputi penerimaan, pembersihan, penyimpanan dan pengepakan. Pengemasan menggunakan bahan yang disebut dengan film plastic bertujuan: tampilan akan tampak bersih dan mewah, mengurangi penguapan yang berlebihan (mengurangi kehilangan air/mencegah dehidrasi) untuk memperpanjang shelf life, melindungi sayur dari kontaminasi. Dengan demikian akan dapat memperpanjang umur simpan komoditas sayuran, karena turunnya kandungan air akan menyebabkan kelayuan sayuran yang merupakan penyebab hilangnya kesegaran dan turunnya nilai ekonomis.

Selain dengan metode pengemasan, umur simpan sayuran dapat diperpanjang dengan metode penyimpanan yang benar. Penyimpanan dilakukan pada ruang pendingin dengan temperature yang optimal sesuai dengan daya simpan (Shelf Life) sayuran tersebut. Untuk sayuran jenis dedaunan (kol, sawi putih, seledri, lettuce, selada dan lain-lain) biasanya disimpan pada ruang pendingin bertemperatur 4-7C. sedangkan sayur-sayuran yang berjenis buah-buahan (tomat, paprika, daikon dan lain-lain) ditempatkan pada pendingin bertemperatur 7-10C.

PERTANYAAN:

a. Mengapa kehilangan air sangat mempengaruhi umur simpan sayur-sayuran?

b. Mengapa temperature penyimpanan pada sayuran jenis daun lebih rendah daripada

sayuran berjenis buah-buahan?

c. Apakah umur simpan sayuran hanya dipengaruhi oleh metode pengemasan dan

penyimpanan? Jelaskan!

2. Tujuan

Praktikum adalah bertujuan :

1. Mahasiswa dapat mengetahui criteria panen tanaman 2. Mahasiswa dapat mempelajari dan memahami pengemasan dan penyimpanan beberapa jenis sayuran.

3. Mahasiswa dapat membandingkan umur simpan sayuran dengan teknik pengemasan dan penyimpanan yang berbeda.

3. Metode3.1 Pelaksana Praktikum

Peserta praktikum adalah mahasiswa Agroekoteknologi dan Agribisnis

3.2 Metode Pelaksanaan

3.2.1 Perlakuan

1. Tanpa dikemas plastik, disimpan dalam suhu kamar2. Dikemas plastik, disimpan dalam suhu kamar3. Tanpa dikemas plastik, disimpan dalam lemari pendingin (kulkas)4. Dikemas plastik, disimpan dalam lemari pendingin (kulkas)Komoditi : Tomat, Bunga Kol, Wortel, Kacang kapri dan Selada keriting.

3.2.2 Pelaksanaan

1. Sayuran dikemas dengan sterofoam, kemudian dibungkus dengan plastis

wrapping sesuai dengan perlakuan.

2. Sayuran disimpan disuhu dingin sesuai dengan perlakukan selama 14 hari.

3.3 Pengamatan

Pengamatan dilakukan setiap hari, variable pengamantan adalah:

1. Warna sayuran2. kondisi sayuran3. Aroma6. DISPLAY PRODUK PERTANIAN

1. Pendahuluan

Praktikum Dasar Budidaya Tanaman yang berbobot 1 SKS diharapkan akan mampu memberikan tambahan pengetahuan dan keterampilan dalam membentuk profil lulusan, khususnya di bidang pertanian. Pada materi praktikum ini akan digali potensi dan kreatifitas mahasiswa yang kemungkinan dapat dikembangkan dalam penelitian lebih lanjut atau pengabdian kepada masyarakat.

Display atau Pameran Produk Pertanian merupakan rangkaian kegiatan dalam praktikum Dasar Budidaya tanaman yang memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memamerkan ide-ide, kreatifitas atau keterampilannya yang terkait dengan proses produksi pertanian (mulai tanam hingga panen dan pasca panen). Dengan demikian, praktikan diarahkan untuk memiliki keberanian dan kemampuan untuk memulai berpartisipasi menangani masalah atau menemukan ide baru dalam proses produksi pertanian.

2. Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk memacu dan mengembangkan ide serta daya kreatifitas mahasiswa terhadap proses produksi pertanian (mulai tanam hingga panen dan pasca panen). Selanjutnya mahasiswa dapat mengembangkan idenya dalam forum yang lebih luas.

3. Pelaksanaan

a. Bentuk kelompok, selanjutnya tentukan tema. Dalam kegiatan ini, praktikan dipersilakan diskusi dengan asisten masing-masing.

b. Setiap kelompok hanya diberikan kesempatan untuk memamerkan satu ide/tema, tetapi boleh lebih dari satu komoditi, namun tetap dalam satu tema.

c. Susun ide menjadi satu alur pemikiran yang jelas.

d. Siapkan materi yang akan dipamerkan. Waktu pajang hanya 3 (tiga) hari. Setelah itu produk boleh dijual atau dibagi.

e. Selama waktu pajang berlangsung, tim juri akan melakukan penilaian.

f. Setiap kelompok yang berpartisipasi dalam kegiatan ini akan mendapat nilai, bagi kelompok yang tidak berpartisipasi tidak mendapat nilai (kosong).

g. Tiga (3) kelompok yang mendapat skor nilai tertinggi akan mendapatkan reward.

h. Setiap kelompok akan mendapatkan subsidi dana praktikum.

7