modul 7

11
Petani Gurem: Rumahtangga Usahatani dan Pembangunan Pertanian 41 Bab V. PETANI GUREM DAN KECENDERUNGAN MENGHINDARI RESIKO A. Petani Gurem dan Ketidakpastian Tulisan ini mencoba memaparkan salah satu karakteristik petani gurem, yang cenderung menolak atau menghindari resiko. Salah satu latar belakang munculnya karakteristik tersebut adalah tingginya ketidakpastian (uncertainty) yang dihadapi oleh rumahtangga petani terutama di negara-negara sedang berkembang. Dengan demikian meluasnya resiko dan ketidakpastian dalam produksi pertanian memiliki implikasi penting terhadap analisis ekonomi dan interpretasi atas prospek di masa mendatang. Beberapa proposisi tentang ketidakpastian (uncertainty): a. Uncertainty berdampak dalam keputusan ekonomi sub optimal pada level mikroekonomi (tidak terpenuhinya maksimisasi profit) b. Uncertainty menyebabkan keengganan dan kelambanan petani untuk mengadopsi inovasi. c. Uncertainty menjadi alasan bagi praktek usahatani, seperti mixed cropping (tumpang sari) yang terbukti mampu beradaptasi menekan efek ketidakpastian. d. Dampak uncertainty lebih terasa bagi petani miskin dibandingkan dengan keluarga petani yang memiliki kesempatan melakukan off-farm 3 . Fenomena ini menyebabkan deferensiasi sosial. e. Uncertainty dapat direduksi dengan meningkatkan integrasi pasar berkenaan dengan informasi, komunikasi, outlet pasar ataupun yang lainnya. f. Uncertainty diperburuk oleh meluasnya integrasi pasar bila subsistensi yang menjamin pemenuhan kebutuhan petani digantikan dengan insekuritas dan unstabilitas pasar. B. Jenis-jenis Ketidakpastian (Uncertainty) 1. Resiko Alamiah: Meliputi dampak yang unpredictable dari iklim, hama, penyakit dan bencana lainnya. Faktor determinan tersebut sangat berpengaruh pada produksi dan panjangnya siklus produksi. Selain itu kemampuan petani untuk mengatasi kendala- 3 Kegiatan off-farm adalah setiap pekerjaan selain usahatani milik sendiri yang menghasilkan pendapatan, termasuk bekerja pada usahatani lain (buruh tani) dan kegiatan non-pertanian.

Upload: anita-wijayanti

Post on 24-Jul-2015

121 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Petani gurem dan kecenderungan menghindari resiko

TRANSCRIPT

Page 1: Modul 7

Petani Gurem: Rumahtangga Usahatani dan Pembangunan Pertanian

41

Bab V. PETANI GUREM DAN

KECENDERUNGAN MENGHINDARI RESIKO

A. Petani Gurem dan Ketidakpastian

Tulisan ini mencoba memaparkan salah satu karakteristik petani gurem, yang cenderung

menolak atau menghindari resiko. Salah satu latar belakang munculnya karakteristik

tersebut adalah tingginya ketidakpastian (uncertainty) yang dihadapi oleh rumahtangga

petani terutama di negara-negara sedang berkembang. Dengan demikian meluasnya

resiko dan ketidakpastian dalam produksi pertanian memiliki implikasi penting terhadap

analisis ekonomi dan interpretasi atas prospek di masa mendatang.

Beberapa proposisi tentang ketidakpastian (uncertainty):

a. Uncertainty berdampak dalam keputusan ekonomi sub optimal pada level

mikroekonomi (tidak terpenuhinya maksimisasi profit)

b. Uncertainty menyebabkan keengganan dan kelambanan petani untuk mengadopsi

inovasi.

c. Uncertainty menjadi alasan bagi praktek usahatani, seperti mixed cropping

(tumpang sari) yang terbukti mampu beradaptasi menekan efek ketidakpastian.

d. Dampak uncertainty lebih terasa bagi petani miskin dibandingkan dengan keluarga

petani yang memiliki kesempatan melakukan off-farm3. Fenomena ini

menyebabkan deferensiasi sosial.

e. Uncertainty dapat direduksi dengan meningkatkan integrasi pasar berkenaan dengan

informasi, komunikasi, outlet pasar ataupun yang lainnya.

f. Uncertainty diperburuk oleh meluasnya integrasi pasar bila subsistensi yang

menjamin pemenuhan kebutuhan petani digantikan dengan insekuritas dan

unstabilitas pasar.

B. Jenis-jenis Ketidakpastian (Uncertainty)

1. Resiko Alamiah:

Meliputi dampak yang unpredictable dari iklim, hama, penyakit dan bencana

lainnya. Faktor determinan tersebut sangat berpengaruh pada produksi dan

panjangnya siklus produksi. Selain itu kemampuan petani untuk mengatasi kendala-

3 Kegiatan off-farm adalah setiap pekerjaan selain usahatani milik sendiri yang menghasilkan pendapatan,

termasuk bekerja pada usahatani lain (buruh tani) dan kegiatan non-pertanian.

Page 2: Modul 7

Petani Gurem: Rumahtangga Usahatani dan Pembangunan Pertanian

42

kendala alamiah seperti hama-penyakit sangat bervariasi tergantung dari

kemampuan petani membeli input tunai yang relevan.

2. Fluktuasi Pasar

Kesenjangan (lag) antara keputusan untuk memulai suatu usahatani dengan

pencapaian output menunjukkan bahwa harga pasar pada titik penjualan tidak

diketahui pada saat keputusan ditetapkan. Perlu campur tangan dan kebijakan

pemerintah pada kondisi di mana terjadi kelangkaan informasi dan imperfeksi pasar.

Khususnya untuk komoditi tahunan (tanaman keras) juga terdapat lag waktu antara

saat tanam dan pemanenan (antara pengeluaran biaya dan penerimaan).

3. Ketidakpastian sosial

Merujuk pada perbedaan kontrol petani atas sumber daya (resources) tertentu dan

ketergantungan hidup sekelompok petani kepada kelompok lain (dalam hal ini

pemilik tanah dan faktor produksi melalui sistem bagi hasil).

4. Tindakan Pemerintah dan Perang

Pertanian secara keseluruhan juga mengalami uncertainty berkenaan dengan

perubahan kebijakan pemerintah dan atau perang yang secara langsung

mempengaruhi peta kerjasama perekonomian (penetapan harga internasional dan

pinjaman dana luar negeri bagi keperluan pembangunan).

C. Definisi Resiko dan Ketidakpastian

1. Resiko (Risk)

Resiko didefinisikan sebagai situasi dimana probabilitas even-even (kejadian) yang

mempengaruhi hasil pengambilan keputusan telah diketahui. Sebagai catatan bahwa,

probability berarti frekuensi yang diharapkan terjadi dari sebuah kejadian atau

sekumpulan kejadian (jumlah seluruh kemungkinannya adalah sebesar satu. Dengan

demikian resiko merupakan suatu hal yang obyektif dengan asumsi ketersediaan cukup

informasi; dalam prakteknya “informasi” tidak semata-mata menunjuk pada

pengetahuan atau keserbatahuan seseorang atas kejadian tertentu melainkan lebih pada

derajat personal pengambilan keputusan atau dengan kata lain seberapa besar

kepercayaan orang tersebut pada setiap peluang yang mungkin terjadi, Hingga batas ini

resiko bergeser dari sudut pandang obyektif menjadi subyektif. Namun demikian

bagaimana analisis resiko masuk dalam lingkup keputusan-keputusan ekonomi dapat

dijelaskan sebagai seluruh mekanisme yang digunakan petani untuk membuat

keputusan-keputusan berkenaan dengan kejadian ketidakpastian (uncertain events).

Page 3: Modul 7

Petani Gurem: Rumahtangga Usahatani dan Pembangunan Pertanian

43

2. Ketidakpastian (Uncertainty)

Ketidakpastian tidak berkaitan dengan peluang-peluang (probabilities) ataupun

ketidakadaan (absence). Ketidakpastian merupakan deskripsi karakter dan lingkungan

ekonomi yang dihadapi rumah tangga petani dimana lingkungan tersebut mengandung

beragam ketidakpastian yang direspon oleh petani berdasarkan kepercayaan subyektif

mereka.

D. Analisis Perilaku Resiko

Ada dua pendekatan yang berbeda terhadap probabilitas subyektif, sebagai berikut:

1. Perlakuan terhadap probabilitas-risk sebagai variance dari rata-rata hasil yang

diharapkan atas munculnya even-even tak pasti. Varian merupakan konsep statistik

yang mengukur deviasi rata-rata suatu figure set dari rata-ratanya. Dalam pendekatan

produksi pertanian resiko dipandang sebagai probabilitas terjadinya even-even yang

menyebabkan fluktuasi pendapatan petani di atas atau di bawah rata-rata income

yang diharapkan (average expected income).

2. Pendekatan kedua memperlakukan resiko sebagai probabilitas bencana. Pendekatan

ini menggunakan perspektif yang sama dengan perusahaan asuransi dalam analisis

resiko. Situasi dan perilaku rumah tangga petani dalam pendekatan ini difokuskan

untuk menghindarkan resiko atau bencana daripada tujuan-tujuan maksimisasi

keuntungan dibawah kondisi ketidakpastian (uncertainty).

Implikasi analisis resiko dalam model neoklasik digambarkan sebagai berikut:

Gambar 5.1. Keputusan Produksi di Bawah Resiko

TVP1

E(TVP)

TVP2

To

tal

Nil

ai P

rod

uk

Y (

Rp

)

TFC

a

f

c g

d

e

h

i

b

j

0 X2 XE X1

Input pupuk X

Page 4: Modul 7

Petani Gurem: Rumahtangga Usahatani dan Pembangunan Pertanian

44

Keterangan:

Gambar 5.1 mengilustrasikan 3 kurva respon yang berbeda dari output terhadap satu

input variabel (pupuk nitrogen) dalam “value terms”, sehingga dapat diperoleh

gambaran profit dan kerugian. Gambar tersebut didesain untuk mengeksplorasi

pendekatan varian income dan penolakan resiko. Resiko dalam ilustrasi diatas adalah

uncertainty berkenaan dengan iklim (atau cuaca) dengan dua even yaitu cuaca baik atau

buruk yang dapat dilihat dari hubungan pola curah hujan dengan kebutuhan tanaman

akan air.

TVP1 = Respon total value product terhadap peningkatan level nitrogen pada

tahun tanam dengan iklim baik.

TVP2 = Respon total value product terhadap peningkatan level nitrogen pada

tahun tanam dengan iklim baik.

E(TVP)= Expected Total Value Product berdasarkan pandangan subyektif

petani mengenai prilaku musim.

Dalam gambar 5.1 di atas petani memperkirakan 3 tahun cuaca baik dan dua tahun

cuaca buruk untuk 5 tahun tanam, dengan demikian probability untuk musim yang baik

(probability of good season) adalah 0,60 dan probability untuk musim yang buruk

(probability of bad season) sebesar 0,40. Dengan demikian E (TVP) dapat dihitung sbb:

E (TVP) = 0,60 (TVP1) + 0,40 (TVP2) = 1

Bentuk kurva mencerminkan dampak kondisi iklim pada respon ouput atas kebutuhan

pupuk nitrogen. Adapun Total Factor Cost (TFC) merupakan garis biaya total (Total

cost line) yang menunjukkan bagaimana biaya produksi total meningkat seiring

bertambahnya pembelian input pupuk N. Dampak resiko pada kalkulasi efisiensi dapat

dilihat pada tiga alternatif posisi operasi X1, E dan X2 yang masing-masing rasional

secara alokatif, tergantung pada preferensi subyektif petani.

Pendekatan Varian Income

a. Pemakaian input X1

Pemakaian input X1 yang konsisten dengan efisiensi alokatif pada TVP1

memberikan tingkat keuntungan terbesar pada ab yang mungkin dicapai jika

cuaca baik; jika ternyata cuaca buruk, nilai kerugian yang ditanggung sebesar

bj. Petani yang beroperasi di titik ini dapat digolongkan pengambil resiko (risk

Page 5: Modul 7

Petani Gurem: Rumahtangga Usahatani dan Pembangunan Pertanian

45

taker) sebab ia tetap mengambil peluang operasi pada X1 meskipun secara

subyektif kalkulasinya menyatakan probabilitas 0,6.

b. Pemakaian input X2

Penggunaan input X2 konsisten dengan efisiensi alokatif pada TVP2. Pada

kondisi ini jika cuaca baik petani memperoleh keuntungan sebesar ce; dan jika

cuaca buruk petani masih untung de. Petani ini dapat digolongkan sebagai

kelompok “Risk Averse”.

c. Pemakaian input XE

Kondisi ini konsisten dengan efisiensi alokatif yang berimbang pada 2

probabilitas even iklim. Pada TVP1 keuntungan yang diperoleh sebesar fh (lebih

kecil dari ab) dan pada TVP2 kerugian yang ditanggung sebesar hi (lebih kecil

dari bj), kelompok petani yang beroperasi pada titik ini dapat digolongkan

sebagai kelompok “Risk neutral”.

Pendekatan disaster-avoidance

Disaster avoidance dalam istilah lain dikenal sebagai the safety first principle atau

meminjam istilah Lipton (1968) survival alogarithm of peasant farmer menyatakan

bahwa petani cenderung berperilaku “Risk-averse” sebab resiko yang mereka hadapi

jika terjadi gagal panen adalah tidak terpenuhinya kebutuhan keluarga bahkan pada level

subsisten. Pada gambar tersebut di atas, petani akan beroperasi pada X2.

Konsekuensi perilaku “Risk aversion” dalam penggunaan resources optimal

digambarkan pada gambar berikut:

Gambar 5.2. Nilai Produk Marginal di Bawah Resiko

MFC

A

E(MVP)

Nil

ai P

rod

uk

Mar

gin

al d

an B

iay

a

Mar

gin

al (

Rp

)

Input pupuk X1

MVP 2X2 XE

MVPE

MFC

0

Page 6: Modul 7

Petani Gurem: Rumahtangga Usahatani dan Pembangunan Pertanian

46

Sebagai konsekuensinya expected marginal value product (MVPE), yaitu titik A pada

kurva E (MVP), berada di atas marginal cost, dimana level optimum penggunaan input

tidak diikuti dan keuntungan tidak dimaksimalkan. Pada perilaku risk averse MVP >

MFC.

E. Expected Utility dan Teori Pengambilan Keputusan

Respon terhadap resiko didasarkan pada kekuatan kepercayaan personal atas peluang

terjadinya suatu kejadian dan evaluasi personal atas potensi konsekuensi yang

menyertainya. Konsep tersebut konsisten dengan konsep maksimisasi utilitas personal

dimana individu senantiasa memaksimumkan kesejahteraannya (welfare) terhadap

tujuan obyektif personal. Asumsinya adalah preferensi antar berbagai alternatif pilihan

yang disebut sebagai Certainty Equivalen (CE). Asumsi tersebut memungkinkan

alternatif yang berisiko tinggi dan yang tidak diletakkan dalam skala preferensi personal

pengambil keputusan.

Gambar 5.3. Teori Utilitas Pilihan dengan Memasukkan Unsur Resiko

D

A E

CNetralMenolak Resiko

Men

gam

bil R

esiko

B

U(I1)

E(U)

U(I2)

uti

lita

s (U

)

Pendapatan I

0 I2 IA IE IB I1

Beberapa definisi dan posisi pengambilan keputusan yang dapat diturunkan dari gambar

di atas adalah sebagai berikut:

1. DC menunjukkan hubungan linear antara utility dan income yang berslope positif

2. I1 dan I2 adalah dua level income beresiko dengan probabilitas yang berbeda (p1 =

0,6 dan p2 = 0,4).

3. Expected utility: E (U) = p1 . U (I1) + p2 . U (I2) merupakan penjumlahan utility yang

diperoleh dari pendapatan I1 dan I2.

4. Expected money value = EMV = p1 .I1 + p2 . I2 yang merupakan gabungan nilai

aktuarial I1 dan I2 yaitu income rata-rata yang diduga dibandingkan dengan yang

diharapkan.

Page 7: Modul 7

Petani Gurem: Rumahtangga Usahatani dan Pembangunan Pertanian

47

5. Risk averse: IA < EMV dimana fungsi utility di atas DAC, yang menunjukkan

diminishing marginal utility of income. EMV – IA adalah jaminan yang digunakan

untuk membayar suatu kepastian.

6. Risk neutral: petani indeferent antara IE dan EMV dan utility U (IE) sama dengan E

(U) dimana utility income tertentu pada IE sama dengan expected utility dari 2

pendapatan uncertain yang merupakan garis DC.

7. Risk taking: petani mengambil peluang untuk memperoleh income tertinggi pada I1

meskipun 0,4 peluang akan menyebabkan kondisinya jauh lebih buruk. IB – EMV =

jumlah income yang tersedia untuk membayar “opportunity gamble” (perkiraan

oportunitas).

Decision Theory

Teori ini difasilitasi decision tree atau pohon keputusan sebagaimana contoh berikut:

Gambar 5.4. Analisis Pohon Keputusan untuk Masalah Resiko

Acts

(pengambilan keputusan)

States

(Even Ketidakpastian)

Subjective

probability

Outcomes

(net pay offs)

(S1)

good

0,6 $ 2000

A

(a1)

max fertilizer

(S2)

bad

0,4 - $ 375

Decision node

(a2)

min fertilizer

(S1)

good

0,6 $ 1300

B

(S2)

bad

0,4 $ 300

Keterangan:

Tindakan: alternatif diantara dua pilihan yang harus diambil

a1 = penggunan pupuk sesuai dengan anjuran praktek agronomis

a2 = penggunaan pupuk seadanya

(Konsisten dengan tindakan x1 dan x2 pada gambar 5.1). Adapun a1 dan a2

merupakan cabang dari titik keputusan.

Page 8: Modul 7

Petani Gurem: Rumahtangga Usahatani dan Pembangunan Pertanian

48

Kondisi: ketidakpastian mungkin terjadi dan mempengaruhi keluaran

S1 = kondisi musim baik

S2 = iklim buruk

(Konsisten dengan TVP1 dan TVP2 pada gambar 5.1)

Probabilitas subyektif: merupakan derajat kepercayaan pengambil keputusan atas

perilaku peluang munculnya suatu even yang nilainya antara 0-1

Outcomes - keluaran : Keputusan antara dua tindakan atau lebih menghasilkan

keluaran spesifik yang konsisten dengan: ab, bj, ce dan de, dl, pada gambar 5.1.

Kriteria pilihan: Kriteria untuk menetapkan pilihan pada prinsipnya merupakan

maksimasi expected utility. Dengan demikian kriteria pilihan adalah penjumlahan

utilitas berkenaan dengan besarnya nilai yang harus dibayar sesuai dengan

munculnya salah satu even probabilitas subyektif petani. Artinya kriteria yang

dipilih adalah yang paling sesuai dengan preferensi personal tentang keluaran dan

resiko yang menyertainya.

Prosedur solusi:

Solusi bergerak dari kanan ke kiri pada decision tree yaitu:

a. Menghitung EMV (Expected Money Value) untuk setiap node misalnya untuk A:

EMV = p1 .I1 + p2 . I2

= (0,6 x 2000) + (0,4 x –375)

= 1200 – 150

= 1050

b. Menggali data dari petani tentang nilai ekuivalen kepastian pendapatan bersih yang

berkaitan dengan keluaran beresiko untuk tiap tindakan, misalnya untuk a1 dan a2 .

a1 = $ 850 (< 1050)

a2 = $ 900 ( = EMV2 = $ 900)

c. Menolak alternatif dengan CE (certainty equivalent) yang lebih rendah, dalam

contoh tindakan a1 dikeluarkan dan petani memaksimumkan utility dengan memilih

tindakan a2.

Page 9: Modul 7

Petani Gurem: Rumahtangga Usahatani dan Pembangunan Pertanian

49

F. Penelitian Tentang Perilaku Petani Gurem menghadapi Resiko

Ketidakpastian memberikan dampak terhadap perilaku ekonomi rumah tangga petani.

Ruang lingkup penelitian empirik yang relevan mencakup identifikasi apakah petani

menolak resiko dan pada keadaan bagaimana mereka menolak resiko, dampak resiko

pada efisiensi dan pertumbuhan sektor pertanian, sumber utama resiko dan bagaimana

upaya-upaya untuk menekan efek resiko tersebut.

Beberapa proposisi riset utama:

1. Peasant risk averse (PRA), menyebabkan inefisiensi penggunaan sumberdaya

MVP > factor prices

2. PRA menyebabkan desain pola tanam hanya ditujukan untuk meningkatkan

ketahanan pangan subsisten dan bukan maksimasi output dan atau profit.

3. PRA menghambat proses difusi dan adopsi inovasi, dimana karakteristik resiko

diartikan sebagai kesenjangan informasi.

4. PRA akan menurun sejalan dengan meningkatnya income.

Dengan demikian salah satu strategi manajemen resiko adalah Mixed Cropping.

Penelitian Norman (1974) memaparkan beberapa keunggulan mixed cropping,

sebagaimana berikut:

a. Pemanfaatan cahaya, air dan nutrien yang superior berkenaan dengan perbedaan

jarak tanam, tinggi dan kebutuhan akan nutrien setiap komoditi.

b. Efek yang menguntungkan (simbiosis mutualisma) antar tanaman.

c. Mereduksi serangan hama penyakit karena penyebarannya pada populasi tanaman

yang sejenis terhambat.

d. Melindungi kelembaban tanah (mulsa daun dan sistem perakaran yang bervariasi

dalam 1 lahan).

e. Menghemat kebutuhan tenaga kerja.

f. Memperkuat ketahanan pangan

g. Perolehan yang lebih tinggi secara umum.

h. Menjamin keamanan pangan dan pendapatan rumah tangga.

Page 10: Modul 7

Petani Gurem: Rumahtangga Usahatani dan Pembangunan Pertanian

50

G. Aspek Kebijakan

Teori perilaku petani gurem yang cenderung menolak resiko dan treori perilaku

maksimasi profit erat kaitannya dengan intervensi pemerintah yang betujuan menekan

dampak resiko atas produktivitas dan pertumbuhan pertanian. Upaya kebijakan yang

ditempuh adalah menggeser imperfeksi pasar ke arah model persaingan. Sedangkan

implikasi alternatif kebijakan terhadap “risk aversion” dikategorikan menjadi:

1. Natural Hazard (kendala alamiah)

a. Irigasi: merupakan upaya menekan ketidakpastian alam khususnya

variabilitas curah hujan, yaitu dengan: cadangan air dan kontrol banjir.

b. (Crop insurance) Asuransi Usahatani: Petani selaku klien membayar premi

resiko, namun demikian hal ini sulit diterapkan karena fluktuasi yang tinggi

dan area operasi yang sangat luas.

c. Varietas unggul.

2. Market risks (resiko pasar)

a. Stabilisasi harga: yaitu penetapan harga untuk mengatasi kelangkaan dan

atau over supply.

b. Meningkatkan akses informasi

c. Subsidi kredit.

3. Social and State Hazard

a. No single policy solution. Diperlukan solusi yang dimensional dengan beragam

pendekatan

b. Politics involved. Solusi yang ditempuh seringkali sarat muatan politik

c. Relationships between landlord-peasant, ketidakseimbangan pola hubungan

dalam kaitannya dengan akses lahan ditengarai merupakan penyebab kemiskinan

pada kelompok petani gurem.

d. Diperlukan keterlibatan politis yang cukup besar untuk dapat memperbaiki

kondisi kesejahteraan petani gurem di masa mendatang.

H. Jangkauan Perspektif

Teori risk averse peasant mengasumsikan rumah tangga petani sebagai unit optimasi

ekonomi individual. Aspek resiko dan ketidakpastian yang berkenaan dengan hubungan

sosial produksi petani seringkali diabaikan, padahal dalam rumah tangga petani terdapat

Page 11: Modul 7

Petani Gurem: Rumahtangga Usahatani dan Pembangunan Pertanian

51

tarnsaksi non pasar yang merupakan moral ekonomi dari masyarakat petani. Selanjutnya

paradigma analisis akan bias sebab meluasnya ekonomi pasar, akan memaksa petani

berhadapan dengan resiko baru yang mengikis interaksi sosial non pasar sedemikian

sehingga ketahanan subsistensi menurun dan tekanan persaingan meningkat. Dampak

diabaikannya unsur ketidakpastian dalam rumahtangga seperti sub ordinasi wanita

ataupun yang lainnya menyebabkan bias dalam analisis resiko.

I. Ringkasan

1. Empat kategori utama ketidakpastian:

a. Kendala alamiah (Natural Hazard)

b. Fluktuasi Pasar

c. Ketidakpastian ( uncertainty) akibat hubungan sosial

d. Uncertainty akibat perang dan kondisi negara

2. Uncertaity berbeda dengan resiko

3. Perilaku penolakan resiko (risk aversion), netralitas resiko dan pengambilan resiko

didefinisikan dari referensi preferensi subyektif atau certain-uncertain.

4. Menghindari resiko menyebabkan penggunaan input tidak efisien, dimana E(MVP)

lebih besar dari MFC

5. Kebijakan yang dianjurkan: Irigasi, asuransi usahatani, teknik pembibitan, stabilisasi

harga produk, mengembangkan informasi pasar dan pemberian kredit kepada petani

gurem.

6. Isu-isu yang lebih luas mencakup pengukuran determinan non pasar, mekanisme

keamanan sosial, dampak hubungan antar dan intra rumahtangga serta isu-isu

ketidakadilan.