modul 7 kewarganegaraan

14
Politik dan Strategi Nasional PENDAHULUAN Tannas pada hakikatnya adalah “Kemampuan” dan “Ketangguhan” bangsa untuk menjamin kelangsungan hidup, identitas, dan intergritas bangsa dan negara untuk menuju kejayaan bangsa dan negara (kemampuan mengejar cita-cita Nasional). Dalam upaya menciptakan dan mengembangkan “kemampuan” dan “ketangguhan” tersebut, harus dilakukan “bangnas” di segala aspek kehidupan bangsa dan negara. Oleh karena itu, kemampuan dan ketangguhan tersebut diharapkan di segala aspek kehidupan bangsa. Bangnas yang dilakukan oleh bangsa Indonesia terus berlanjut tanpa batas, sepanjang kehidupan bangsa Indonesia. Dalam pelaksanaannya bangnas tersebut dilakukan secara bertahap, dalam jangka pendek (Tahunan), jangka menengah (5 tahun), jangka panjang (PJPT. 25 tahun). Tannas akan menentukan volume dan ketepatan bangnas dan perwujudan tannas yang kita inginkan itu ditentukan arahnya oleh Wasantara, tannas, dan bangnas mempunyai hubungan yang hierarkis dan tak terpisahkan. Dalam bangnas yang kita lakukan, agar sesuai dengan tahapan bangnas maka perlu ditetapkan Politik dan Strategi Nasional dalam melaksanakan bangsa tersebut. Pengertian dan Landasan Politik dan Strategi Nasional (Polstranas) Tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia di era kemerdekaan ini sangat berbeda dengan tantangan yang dihadapi di masa penjajahan. Di masa penjajahan tantangan yang kita hadapi adalah mengusir penjajahan dan merebut kemerdekaan. Di era kemerdekaan ini kita harus mengisinya dengan bangnas untuk menyejajarkan diri dengan bangsa-bangsa maju di dunia. Dalam bangnas, tannas mempunyai kedudukan dan fungsi sebagai “pola dasar” yang bertujuan memberikan arah dan pedoman dalam bangnas yang kita lakukan secara bertahap. Untuk pelaksanaan bangnas tersebut maka perlu ditetapkan polstranas sebagai kerangka dasar yang menjadi acuan dalam pelaksanaan bangnas. A. PENGERTIAN POLSTRANAS Untuk memahami Polstranas, Anda harus memahami lebih dahulu, yaitu Politik Nasional dan Strategi Nasional. 1. Politik Nasional Definisi ilmu politik bermacam-macam (Dasar-dasar ilmu politik, Prof. Dr. Meriam Budiarjo). Dari bermacam-macam definisi tersebut, dalam modul ini membatasi pengertiannya pada dua konsep politik, yaitu a. Politik sebagai kepentingan umum (politics) b. Politik dalam arti kebijaksanaan (policy). 2. Pengertian Politik Nasional Berdasarkan pengertian yang diutarakan baik dalam arti kepentingan umum maupun sebagai kebijaksanaan maka pengertian itu diintegrasikan dalam memberikan pengertian politik nasional. Untuk mencapai suatu kehidupan nasional yang diinginkan baik yang bersifat ke dalam

Upload: zhang-d-jefri

Post on 24-Oct-2015

36 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Belajar KWN

TRANSCRIPT

Page 1: Modul 7 Kewarganegaraan

Politik dan Strategi Nasional

PENDAHULUANTannas pada hakikatnya adalah “Kemampuan” dan “Ketangguhan” bangsa untuk

menjamin kelangsungan hidup, identitas, dan intergritas bangsa dan negara untuk menuju kejayaan bangsa dan negara (kemampuan mengejar cita-cita Nasional).

Dalam upaya menciptakan dan mengembangkan “kemampuan” dan “ketangguhan” tersebut, harus dilakukan “bangnas” di segala aspek kehidupan bangsa dan negara. Oleh karena itu, kemampuan dan ketangguhan tersebut diharapkan di segala aspek kehidupan bangsa.

Bangnas yang dilakukan oleh bangsa Indonesia terus berlanjut tanpa batas, sepanjang kehidupan bangsa Indonesia. Dalam pelaksanaannya bangnas tersebut dilakukan secara bertahap, dalam jangka pendek (Tahunan), jangka menengah (5 tahun), jangka panjang (PJPT. 25 tahun). Tannas akan menentukan volume dan ketepatan bangnas dan perwujudan tannas yang kita inginkan itu ditentukan arahnya oleh Wasantara, tannas, dan bangnas mempunyai hubungan yang hierarkis dan tak terpisahkan.

Dalam bangnas yang kita lakukan, agar sesuai dengan tahapan bangnas maka perlu ditetapkan Politik dan Strategi Nasional dalam melaksanakan bangsa tersebut.

Pengertian dan Landasan Politik dan Strategi Nasional (Polstranas)

Tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia di era kemerdekaan ini sangat berbeda dengan tantangan yang dihadapi di masa penjajahan. Di masa penjajahan tantangan yang kita hadapi adalah mengusir penjajahan dan merebut kemerdekaan. Di era kemerdekaan ini kita harus mengisinya dengan bangnas untuk menyejajarkan diri dengan bangsa-bangsa maju di dunia. Dalam bangnas, tannas mempunyai kedudukan dan fungsi sebagai “pola dasar” yang bertujuan memberikan arah dan pedoman dalam bangnas yang kita lakukan secara bertahap. Untuk pelaksanaan bangnas tersebut maka perlu ditetapkan polstranas sebagai kerangka dasar yang menjadi acuan dalam pelaksanaan bangnas.

A. PENGERTIAN POLSTRANASUntuk memahami Polstranas, Anda harus memahami lebih dahulu, yaitu Politik Nasional dan

Strategi Nasional.

1. Politik NasionalDefinisi ilmu politik bermacam-macam (Dasar-dasar ilmu politik, Prof. Dr. Meriam

Budiarjo). Dari bermacam-macam definisi tersebut, dalam modul ini membatasi pengertiannyapada dua konsep politik, yaitua. Politik sebagai kepentingan umum (politics)b. Politik dalam arti kebijaksanaan (policy).

2. Pengertian Politik NasionalBerdasarkan pengertian yang diutarakan baik dalam arti kepentingan umum maupun sebagai

kebijaksanaan maka pengertian itu diintegrasikan dalam memberikan pengertian politik nasional. Untuk mencapai suatu kehidupan nasional yang diinginkan baik yang bersifat ke dalam

Page 2: Modul 7 Kewarganegaraan

(nasional) maupun ke luar (internasional), politik nasional merupakan jalan dan cara serta alat yang dipergunakan dalam pencapaiannya. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa pengertian politik nasional ialah: asas haluan, kebijaksanaan, dan usaha negara tentang pembinaan (perencanaan, pengembangan, pemeliharaan dan pengendalian), serta penggunaan secara totalitas dari potensi nasional baik yang potensial maupun yang efektif untuk mencapai tujuan nasional melalui bangnas.

Politik nasional menggariskan usaha-usaha untuk mencapai tujuan nasional yang dalam perumusannya (strategi) dibagi dalam tahap-tahap utama, yaitu jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek.

Politik nasional, antara lain berikut ini.a. Politik dalam negeri yang diarahkan kepada mengangkat, meninggikan dan memelihara

harkat, derajat dan potensi rakyat Indonesia yang pernah mengalami kehinaan dan kemelaratan akibat penjajahan, menuju sifat-sifat bangsa yang terhormat dan dapat dibanggakan.

b. Politik luar negeri yang bersifat bebas aktif, antiimperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk dan manifestasinya, mengabdi kepada kepentingan nasional dan amanat penderitaan rakyat serta diarahkan kepada pembentukkan solidaritas antarbangsa terutama bangsa-bangsa Asia-Afrika dan negara-negara non-aligned/nonblok.

c. Politik ekonomi yang bersifat swasembada dan swadaya tanpa mengisolasi diri, tetapi diarahkan kepada peningkatan taraf hidup dan daya kreasi rakyat Indonesia sebesar-besarnya.

d. Politik pertahanan keamanan yang keluar bersifat defensif aktif dan diarahkan kepada pengamanan dan perlindungan bangsa dan negara serta usaha-usaha nasional. Ke dalam, bersifat preventif-aktif di dalam menanggulangi segala macam tantangan, ancaman, dan hambatan dan gangguan yang timbul dari dalam.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Politik NasionalDitinjau dari sejarah dan letak geografis, jiwa manusia yang hidup di atasnya dan

lingkungan, timbullah beberapa faktor yang merupakan potensi atau kekuatan yang dapat digunakan untuk mewujudkan tujuan perjuangan bangsa Indonesia. Di samping itu, kita temukan pula masalah-masalah atau problema-problema yang harus dihadapi sebagai hakikat ancaman. Potensi-potensi serta masalah-masalah tersebut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi polstranas yang sesuai dengan metode Astagatra dapat dikelompokkan ke dalam bidang-bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan militer.a. Ideologi dan politikb. Ekonomic. Sosial budayad. Pertahanan keamanan

4. Pengertian StrategiSebelum membahas tentang Stranas kita coba memahami dahulu arti dari strategi. Kata

strategi berasal dari kata Yunani Strategi yang diartikan sebagai “the art of the general” atau seninya seorang panglima. Jauh sebelum abad ke-19 tampak bahwa kemenangan suatu bangsa atas peperangan banyak tergantung kepada panglima-panglima perang yang ulung dan bijaksana. Alexander Agung dapat menguasai suatu wilayah antara Yunani dan India antara tahun 334 dan 323 SM, Hannibal memperoleh kemenangan-kemenangan gemilang atas Roma dalm Perang Punic II antara tahun 218 dan 201 SM; Julius Caesar mencapai rangkaian kemenangan pada

Page 3: Modul 7 Kewarganegaraan

medan peperangan dimulai dari wilayah Inggris samapi ke wilayah Asia Kecil dan sebagaian daratan Eropa antara 44 dan 45 SM, Gengis Khan dapat menguasai sebagian besar wilayah Asia dan sebagian benua Eropa antara tahun-tahun 1177 dan 1227, kemudian Napoleon Bonaparte dapat menguasai sebagian besar benua Eropa sekitar tahun 1796 dan 1812. Napoleon sebagai salah seorang ahli strategi, mengemukakan bahwa, “the best training for strategy is to read and reread the campaigns of the great master of the art of war”. Di antara para pengikut Napoleon dapat disebut antara lain Antoine Henri Jomini (1779-1869) dan Karl Von Clausewitz (1780-1831) yang merintis dan memulai mempelajari strategi secara ilmiah.

Dalam abad modern sekarang ini, arti strategi tidak lagi terbatas pada konsep atau seni seorang panglima di masa perang saja, tetapi sudah berkembang dan menjadi tanggung jawab dari setiap pemimpin. Oleh karena itu, strategi dapat ditinjau dan dipertimbangkan dari aspek kehidupan nasional yang luas maupun dalam pengertian militer secara sempit.

Hingga saat ini telah banyak dikemukakan definisi mengenai stratei, baik yang sifatnya hasil rumusan bersama maupun sebagai produk perorangan. Dalam kajian modul ini dikemukakan beberapa rumusan di antaranya.

Karl Von Clausewitz (1780-1831) dari Rusia, menyatakan, “Strategi adalah pengetahuan tentang penggunaan pertempuran untuk kepentingan perang. Perang adalah lanjutan politik dengan cara-cara lain”. Dalam pernyataan ini jelas Von Clausewitz membedakan antara politik dan strategi.

Antoine Henri Jomini (1779-1869) dari Swiss, memberikan pengertian kepada strategi yang bersifat deskriptif. Ia mengatakan bahwa strategi adalah seni menyelenggarakan perang di atas peta dan meliputi seluruh kawasan operasi. (Barangkali pendapat ini dapat kita samakan dengan perencanaan dan penilaian di atas kertas, seperti upaya/strategi menjadi juara umum SEAGAMES XIX di Jakarta).

Liddle Hart (1921-1953) dari Inggris, seorang kapten cacat veteran yang menekuni sejarah perang secara global, mengatakan bahwa strategi adalah seni untuk mendistribusikan dan menggunakan sarana-sarana militer untuk mencapai tujuan politik.

5. Pengertian StranasPolitik Nasional pada hakikatnya adalah asas, haluan, usaha, dan kebijaksanaan umum dalam

pembangunan nasional. Bangnas itu dilaksanakan dengan menggunakan secara totalitas kekuatan nasional.

Kekuatan nasional itu adalah integrasi kekuatan-kekuatan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan Hankam (dalam konteks ini Trigatra, Geografi, sumber kekayaan alam, dan demografi sudah ditransformasikan ke dalam pancagatra).

Dalam bangnas, kekuatan-kekuatan yang digunakan memerlukan pengaturan, penyusunan dan penggunaan yang terarah dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Untuk itu, diperlukan “tata cara” menggunakan kekuatan nasional tersebut dalam mencapai sasaran dan tujuan nasional. Tata cara ini kita sebut sebagai “strategi nasional”. Jadi stranas adalah “tata cara” melaksanakan politik/kebijaksanaan nasional tersebut.

Agar stranas itu dapat berjalan sesuai dengan politik/kebijaksanaan nasional terlebih dahulu harus dilakukan pemikiran strategi, yaitu melaksanakan telaahan strategi, pemikiran strategi dengan pengertian berpikir secara intensif, ekstensif analisis, sintesis dan menyeluruh. Kendatipun uraian tentang strategi mengalami pembaruan, pada umumnya strategi disusun atas 3 bagian yang terpisah, yaitu sebagai berikut.Pertama : Sasaran yang direncanakan.

Page 4: Modul 7 Kewarganegaraan

Kedua : Sarana-saran yang tersedia untuk melaksanakan.Ketiga : Cara pencapaian sasaran didasarkan pada sarana yang tersedia.

Suatu konsep stranas adalah produk suatu bangsa berdasarkan aspirasi dan pengalaman serta tujuan nasional yang hendak dicapai. Dengan demikian, setiap bangsa mempunyai stranas sendiri yag senantiasa berbeda dengan stranas bangsa lain. Perbedaan itu terdapat pada jangkauan waktu, struktur, dan cara penyusunannya. Dengan menggunakan kebijaksanaan/politik nasional sebagai dasar, ditentukanlah langkah-langkah ke arah formulasi atau perumusan stranas yang mencakup rangkaian analisis menurut urutan tertentu, untuk menentukan sasaran-sasaran dan cara bertindak yang perlu ditempuh. Analisis secara berurutan ini, meliputi perkiraan-perkiraan pada berbagai bidang kehidupan nasional dan internasional. Walaupun perkiraan-perkiraan ini tidak merupakan bagian formal dari stranas, namun merupakan sumbangan penting dan mempunyai arti yang besar sekali bagi pengembangan dan perumusan stranas. Melalui perkiraan-perkiraan ini selalu dapat diidentifikasi adanya kesempatan-kesempatan baik yang tersedia maupun masalah-masalah yang perlu dihadapi dalam pencapaian tujuan nasional. Selain itu, melalui perkiraan dapat pula dianalisis: kebijaksanaan apa yang sebaiknya ditempuh, dan tersedia atau tidaknya sumber-sumber kekuatan yang perlu digunakan bagi pemanfaatan kesempatan-kesempatan baik yang tersedia maupun untuk menghadapi masalah yang diperkirakan akan timbul. Pemikiran strategi biasanya berkisar pada pertama, mempelajari keadaan lingkungan dan kedua, pengembangan sasaran-sasaran alternatif dan cara bertindak yang perlu ditempuh.

B. LANDASAN POLITIK DAN STRATEGI NASIONALPolitik Nasional merupakan asas, haluan usaha dan kebijaksanaan negara dalam pembinaan

dan penggunaan totalitas potensi nasional untuk mencapai tujuan nasional. Stranas merupakan “tata cara” pelaksanaan politik nasional tersebut.

Untuk mencapai tujuan nasional tersebut, perlu dilakukan bangnas di segala aspek kehidupan bangsa dengan menggunakan totalitas potensi dan kekuatan nasional. Dalam bangnas tersebut polstranas berfungsi sebagai “pedoman” yang memberikan arah atau haluan (pola umum) dan tata cara pelaksanaannya. Wujudnya adalah GBHN yang ditetapkan oleh MPR Indonesia. Oleh karena Polstranas berfungsi sebagai “pedoman” yang memberikan arah atau haluan dan tata cara dalam bangnas, dan bangnas yang kita lakukan itu ditentukan volume dan ketepatannya oleh tannas maka landasan Polstranas tersebut adalah tannas. Selanjutnya, adanya hubungan yang hierarkikal dan terkait antara tannas, Wasantara, UUD 1945, dan Pancasila juga menjadi landasan Polstranas. Jadi, landasan Polstranas adalah sebagai berikut.1. Pancasila.2. UUD 1945.3. Wasantara.4. Tannas.

Sistem Perencanaan Strategi Nasional (SISRENSTRA)SISRENSTRA adalah perangkat untuk mengendalikan seluruh tingkat perencanaan

dalam upaya mencapai sasaran nasional.Untuk mendalami hal ini, Anda harus memahami hakikat perencanaan strategi.

Perencanaan strategi adalah perencanaan untuk menghadapi masa depan. Ia juga merupakan cara

Page 5: Modul 7 Kewarganegaraan

untuk mendapatkan alternatif strategi terbaik guna menghadapi ATHG yang mungkin timbul di samping untuk membangun kemampuan dan ketangguhan.

Dalam hakikat perencanaan sekurang-kurangnya ada 6 komponen yang harus kita ketahui, yaitu (a) kondisi nyata saat ini, (b) sasaran yang harus dicapai, (c) faktor-faktor ketidakpastian, (d) faktor ancaman, (e) faktor keterbatasan sumber daya, (f) bayangan masa depan yang diinginkan.

Oleh karena masa depan yang dibayangkan cukup panjang atau jauh maka pencapaiannya perlu dilakukan secara bertahap. Dengan demikian perencanaan masa depan tersebut mempunyai jangka waktu atau dibuat berjenjang, yaitu sebagai berikut.a. Rencana jangka panjang (10-25 tahun), yang dalam GBHN disebut sebagai PJPT (Program

Jangka Panjang Tahapan/Periode/Babakan).b. Rencana jangka sedang (5 tahun) yang dalam GBHN disebut Repelita yang berisikan

program pembangunan selama kurun waktu 5 tahun.c. Rencana jangka pendek (1 tahun yang berisikan program pembangunan tahunan atau

RAPBN).

Ketiga jenjang perencanaan ini berkaitan tidak terpisahkan. Program pembangunan tahunan (RAPBN) harus mengacu kepada program Repelita dan program Repelita (5 tahun), mengacu kepada pola umum pembangunan nasional.

Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut: (lihat gambar Jenjang Perencanaan)Dengan demikian, dapat kita katakana bahwa sistem perencanaan strategi, merupakan

metode berpikir dengan sasarannya menyusun peristiwa-peristiwa atau kondisi-kondisi dalam susunan prioritas dan kemudian memilih cara bertindak yang paling efektif. Perlu diingat di sini, bahwa hanya ada satu strategi khusus yang paling cocok untuk setiap waktu. Setiap strategi mungkin merupakan yang terbaik dalam situasi-situasi tertentu dan terburuk dalam situasi-situasi lainnya.

Jenjang Perencanaan

Page 6: Modul 7 Kewarganegaraan

RANGKUMAN

Politik nasional adalah asas, haluan dan kebijaksanaan negara tentang pembinaan serta penggunaan potensi nasional dalam bangnas untuk mencapai tujuan nasional. Politik nasional mencakup politik dalam negeri, politik ekonomi, politik pertahanan dan keamanan. Faktor yang mempengaruhi politik nasional ialah ideologi, ekonomi, sosial budaya dan Hankam.Stranas adalah “tata cara” untuk melaksanakan politik/kebijaksanaan nasional untuk mencapai sasaran dan tujuan nasional.

Kebijaksanaan nasional (National Policies) yaitu rencana alokasi sumber kemampuan bangsa, dari rincian langkah-langkah dan tahapan waktu yang diperlukan mencapai sasaran nasional. Sasaran nasional (National Objectives) yaitu kondisi nyata yang hendak dicapai dengan melibatkan usaha dan sumber kemampuan yang tersedia yang telah ditetapkan melalui kebijaksanaan nasional. Sasaran nasional ini kemudian diwujudkan melalui sejumlah kegiatan nasional (National Commitment).

Landasan politik dan strategi nasional ialah Tannas, Wasantara, UUD 1945, dan Pancasila.

Sistem Perencanaan strategic adalah perangkat untuk mengendalikan seluruh tingkat perencanaan dalam upaya mencapai sasaran nasional. Untuk itu, diperlukan perencanaan strategic guna menghadapi masa depan yang merupakan alternatif strategi terbaik dalam menghadapi ATHG yang mungkin timbul demi membangun kemampuan dan ketangguhan. Dalam merencanakan masa depan tersebut dilakukan secara berjenjang, yaitu sebagai berikut.1. Rencana jangka panjang (10 – 25 tahun), pola umum pembangunan nasional.2. Rencana jangka sedang (menengah) 5 tahun (rencana pembangunan 5 tahun).3. Rencana jangka pendek (1 tahun) program pembangunan tahunan.

Ketiga jenjang perencanaan ini merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.

Page 7: Modul 7 Kewarganegaraan

Implementasi Politik dan Strategi Nasional pada Bidang-bidang Pembangunan Nasional

Pada umumnya setiap bangsa mempunyai cita-cita. Cita-cita itu adalah aspirasi kekal suatu bangsa mengenai kesejahteraan, keamanan, dan pengembangan yang dibentuk oleh nilai kultural dan etik, serta asas yang akan digunakan untuk mencapainya. Cita-cita ini dicapai melalui tujuan nasional.

Cita-cita bangsa Indonesia adalah masyarakat adil makmur aman dan sentosa atau masyarakat “Gemah Ripah Loh Jinawi, Tata Tentrem Kerta Raharja atau masyarakat Baldatun toyibatun Warobun Gafur,” Cita-cita yang sangat utopis itu sulit diukur, bahkan mungkin juga sulit dicapai karena standar yang sangat relatif-kualitatif. Kendatipun demikian, sebagai bangsa cita-cita ini mutlak diperlukan untuk menyatukan arah kebijaksanaan dalam perencanaan bangnas yang kita lakukan sebagai bangsa dan negara. Cita-cita yang utopis tersebut dicapai melalui tujuan nasional. Tujuan nasional walaupun bersifat kualitatif, namun dengan batas-batas yang dapat diukur, ke arah mana bangsa memusatkan segenap usahanya, dan dicapai melalui sasaran nasional.

Tujuan nasional bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 45, yaitu sebagai berikut.1. Melindungi seluruh bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia atau Tanah Air

Indonesia (keamanan).2. Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa (kesejahteraan).3. Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian dan

keadilan sosial (lingkungan kesejahteraan dan keamanan).

Tujuan nasional tersebut membawa makna yang tersirat dan tersurat dalam cita-cita nasional yang utopis tersebut, yaitu kesejahteraan dan keamanan dalam lingkungan pergaulan dunia yang tertib.

Tujuan nasional (National Interest) akan kita capai melalui sasaran nasional. Sasaran Nasional itu adalah kondisi nyata yang segera hendak dicapai oleh bangsa dengan melibatkan segenap usaha dan sumber kemampuan yang tersedia pada saat sasaran nasional itu ditetapkan. Penetapan ini melalui kebijaksanaan nasional, yaitu cara bertindak yang ditentukan oleh pemerintah pada tingkat nasional, berupa rencana alokasi sumber kemampuan dan rincian langkah-langkah yang berurutan, dikaitkan dengan tahapan waktu yang diperlukan untuk mencapai sasaran nasional (National Objective).

Sasaran nasional tersebut dicapai melalui program kegiatan pembangunan nasiona (National Commitment). Uraian memberikan gambaran stratifikasi pola pikir dalam mengkaji implementasi polstranas dalam bangnas.

A. PENETAPAN POLSTRANASPolstranas ditetapkan oleh MPR. MPR sebagai pencerminan rakyat Indonesia, pemegang

kedaulatan rakyat dan pemegang kekuasaan negara yang tertinggi. Segala ketetapan dan keputusan yang dibuat akan mengikat seluruh rakyat Indonesia, Lembaga Negara, Lembaga Pemerintah, Kekuatan Sosial Politik, Organisasi kemasyarakatan dan Lembaga kemasyarakatan untuk menaati dan melaksanakannya. Wujud Polstranas itu ialah GBHN yang ditetapkan oleh MPR. Untuk melaksanakan GBHN tersebut MPR juga menugaskan Presiden/mandataris MPR.

Page 8: Modul 7 Kewarganegaraan

Selain melaksanakan GBHN tersebut MPR menugaskan Presiden/mandataris MPR menyusun dan menetapkan Repelita mengacu kepada pelaksanaan GBHN tersebut dengan memperhatikan sungguh-sungguh saran dari DPR. Selanjutnya dalam rangka melaksanakan Repelita sesuai dengan arah kebijaksanaan GBHN, Presiden/mandataris MPR membentuk pemerintahan (kabinet) dan menetapan arahan, landasan kerja, tugas pokok, dan sasaran (krida) dan tata kerja untuk melaksanakan GBHN. Presiden dan kabinet menyusun rencana strategic departemen yang dikelompokkan ke dalam bidang pembangunan sebagai bahan Repelita, untuk kemudian dijabarkan ke dalam pelaksanaan pembangunan tahun (APBN).

B. PERKEMBANGAN MATERI GBHN SEBAGAI POLSTRANASUntuk mencapai tujuan dan cita-cita nasional, harus dilakukan bangnas. Untuk itu MPR

menetapkan GBHN (sekarang Propenas) yang pada hakikatnya adalah pola umum pembangunan yang ruang lingkupnya mencakup berikut ini.1. Pokok-pokok konsepsi pembangunan nasional (Pola Dasar Pembangunan Nasional).2. Pokok-pokok konsepsi pembangunan jangka panjang (Pola Umum Pembangunan Jangka

Panjang)3. Pokok-pokok konsepsi pembangunan lima tahun (Pola umum pembangunan lima tahunan).

Adanya haluan pembangunan yang bersifat tetap (Pola Dasar Pembangunan Nasional), haluan pembangunan nasional jangka panjang dan haluan pembangunan lima tahunan, diharapkan jalannya pembangunan yang dilakukan secara bertahap dan berlanjut akan memiliki arah yang jelas menuju tujuan akhir cita-cita kemerdekaan nasional. Arah dan dasar-dasar pembangunan yang ditetapkan dalam pola dasar pembangunan akan tetap dipertahankan, sedangkan penyesuaian, penyempurnaan dan pembaruan dipusatkan pada materi Pola Umum Pembangunan lima tahun. Namun, jelas tidak tertutup kemungkinan perubahan atau pembaruan materi, GBHN dan juga konsepsi bangnas karena perkembangan zaman. Hal ini dapat dilihat perkembangan perubahan materi, GBHN, sejak GBHN tahun 1873 sampai dengan GBHN tahun 1993. Untuk mengetahui lebih mudah perkembangan itu Anda perlu mempelajari pokok-pokok materi GBHN tahun 1973-1993 sebagai berikut.

1. GBHN Tahun 1973Bab Pendahuluan, Bab pola dasar, bangnas, Bab Pola Umum Pembangunan Jangka

Panjang, Bab Pola Umum Pembangunan Lima Tahun dan Bab Penutup.Bab I Pendahuluan berisi Pengertian, maksud dan tujuan, landasan, pokok-pokok penyusunan

dan penuagan GBHN dan pelaksanaan.Bab II Pola Dasar bangnas meliputi; tujuan nasional, landasan pembangunan nasional, modal

dasar dan faktor dominan, serta Wasantara dan TANNAS.Bab III Pola umum pembangunan jangka panjang (25-30 tahun) mencakup Pendahuluan, arah

pembangunan jangka panjang, yang antara lain menggariskan sasaran utama pembangunan jangka panjang dan sasaran-sasaran dalam empat bidang kehidupan, yaitu bidang ekonomi, bidang agama dan kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa, sosial budaya bidang politik, dan bidang pertahanan dan keamanan.

Bab IV Pola umum Pelita kedua mencakup hal-hal sebagai berikut.a. Pendahuluan.b. Tujuan.c. Prioritas.

Page 9: Modul 7 Kewarganegaraan

d. Arah dan kebijaksanaan pembangunan yang meliputi arah dan kebijaksanaan1) Bidang ekonomi.2) Bidang agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Sosial

Budaya.3) Bidang politik, aparatur pemerintahan hukum dan hubungan luar negeri.4) Bidang pertahanan dan keamanan.5) Pelaksanaan Pelita kedua.

Bab V PenutupSistematika yang terdiri atas 5 bab tetap dipakai pada GBHN; tahun 1978, 1983, 1988, sedangkan GBHN 1993 terdapat perubahan.Mengenai perubahan materinya dapat dilihat, antara lain perkembangan sebagai berikut

2. GBHN 1978Dalam GBHN 1978 ada penambahan yang substansial pada pola dasar bangnas, yaitu

sebagai berikut.a. Asas bangnas yang pada GBHN 1973 terdiri dari 5 asas, dalam GBHN 1978 menjadi 7 asas,

dengan tambahan asas kesadaran hukum dan asas kepercayaan pada diri sendiri.b. Modal dasar dan faktor dominan dalam pola dasar bangnas, juga mendapat tambahan, yaitu

ABRI sebagai kekuatan hankam dan kekuatan sosial termasuk modal dasar pembangunan. Juga kekuatan sosial politik, yaitu partai politik dan Golkar termasuk dalam potensi efektif bangsa, yang juga merupakan salah satu modal dasar pembangunan.

c. Faktor dominan dari bangnas, yang antara lain terdiri dari faktor demografi ditambah dengan faktor sosial budaya.

d. Pemasukan konsepsi tannas di samping konsepsi wasantara sebagai salah satu acuan pelaksanaan bangnas.

3. GBHN 1983Pada GBHN 1983 tidak diadakan perubahan atau penambahan pada Pola Dasar

Pembangunan Nasional dan Pola Umum Pembangunan jangka panjang. Pada GBHN 1983 imi pembaruan dan perubahan dipusatkan paa Pola Umum Pembangunan Lima Tahun Keempat, sebagai kesinambungan dan kelanjutan dari hasil-hasil yang telah dicapai dalam Pelita Ketiga.

4. GBHN 1988Dalam GBHN 1988, seperti halnya pada GBHN 1983, perubahan dan pembaruan hanya

dipusatkan pada Pola Umum Pembangunan Lima Tahun, sedangkan pada Pola Dasar Pembangunan Nasional dan Pola Umum Pembangunan Jangka Panjang tidak terdapat perubahan, tetap pada keadaan rumusan semula.

C. PROSES PENYIAPAN DAN PENETAPAN GBHN 1993Seperti halnya dalam menghadapi Sidang Umum MPR yang terdahulu Presiden Soeharto

yang terpilih kembali sebagai Presiden masa bakti 1988-1993 oleh Sidang Umum MPR 1988, juga menugasi Sektretariat Jenderal Wanhankamnas untuk mengumpulkan bahan-bahan masukan bagi penyiapan GBHN 1993. Sejak jauh haru Setjen Wahankamnas (dengan Mahmud Soebarkah sebagai Sekretaris Jenderal) mulai melaksanakan tugas pengumpulan bahan-bahan GBHN itu secara intensif dan dengan wawasan yang jauh ke depan.

Page 10: Modul 7 Kewarganegaraan

D. SISTEMATIKA GBHN 1993Sesuai dengan Ketetapan MPR No. II/MPR/1993, GBHN 1993 disusun dalam sistematika

sebagai berikut:Bab I PendahuluanBab II Pembangunan NasionalBab III Pembangunan Jangka PanjangBab IV Pembangunan Lima Tahun KeenamBab V PelaksanaanBab VI Penutup

Dengan memperhatikan sistematika tersebut, sepintas tanpa tidak banyak berbeda dengan sistematika GBHN sebelumnya. Perbedaannya hanya ada hal-hal berikut.

Dalam GBHN 1993 tidak dipakai kata pola pada rumusan Pembangunan Nasional, Pembangunan Jangka Panjang dan Pembangunan Lima Tahun Keenam sehingga tampak lebih sederhana. Namun, tidak ada arti mendasar dibalik ditiadakannya istilah pola itu.Dalam GBHN 1993 terdapat tambahan Bab Pelaksanaan. Hal ini dimaksudkan untuk memperjelas tugas kewajiban pelaksanaan GBHN secara keseluruhan. Dalam GBHN yang terdahulu, ketentuan mengenai “keseluruhan” terpisah pada beberapa bab, baik pada bab pendahuluan, pada bab Pola Umum Pembangunan Lima Tahun. Dengan menyatukan dalam satu bab, yaitu bab V diharapkan dapat dipahami dengan semakin jelas tentang kebijaksanaan yang ditempuh untuk melaksanakan keseluruhan GBHN itu.

Apabila kita perhatikan lebih lanjut dari sitematik GBHN 1993, makin tampak perbedaan dari GBHN 1993 jika dibandingkan dengan GBHN sebelumnya, antara lain pada bab bangnas.1. Pada bab ini tercantum subbab baru, yakni makna dan hakikat bangnas. Diadakan subbas ini

dimaksudkan untuk mewadahi rumusan subtansi yang dalam GBHN terdahulu dirumuskan dalam bab-bab atau subbab lainnya, seperti rincian pengamalan sila demi sila dari Pancasila dalam pembangunan, sebagai Pengamalan Pancasila, yang dalam GBHN 1988 tercantum dalam bab Pola Umum Pembangunan Lima Tahun Kelima subbab pendahuluan.

2. Pada bab ini juga ditambah dengan subbab “Kaidah Penuntun” subbab baru ini berisi penegasan bahwa dalam pelaksanaan bangnas harus mengacu kepada dan berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang termaktub dalam kaidah penuntun ini. Adapun sebagaian dari substansi kaidah penuntun telah terdapat dalam GBHN sebelumnya, seperti ciri-ciri positif demokrasi ekonomi dan hal negative yang harus dihindari dalam pelaksanaan demokrasi ekonomi, yang dahulu terdapat dalam bab Pembangunan Jangka Panjang.Perbedaan lain yang cukup penting adalah pada bab Pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua. Dalam GBHN yang terdahulu, bab Pola Umum Pembangunan Jangka Panjang hanya meliputi dua subbab, yaitu subbab A: Pendahuluan dan subbab B: Arah Pembangunan Jangka Panjang.Dalam GBHN 1993 pada bab Pembangunan Jangka Panjang dirinci beberapa subbab untuk memperjelas subjek substansinya. Dalam bab Pembangunan Jangka Panjang Kedua, yang meliputi enam subbab adalah subbab Umum; subbab Tujuan; subbab Sasaran Umum. Pembangunan Jangka Panjang Kedua; subab Titik Berat Pembangunan Jangka Panjang Kedua Sasaran per bidang pembangunan yang meliputi tujuh bidang pembangunan dan Subbab Arah Pembangunan Jangka Panjang.Suatu perubahan lain yang cukup penting dalam GBHN 1993 ini adalah adanya pemisahan yang jelas antara Sasaran Umum Pembangunan dan Sasaran Bidang demi Bidang

Page 11: Modul 7 Kewarganegaraan

Pembangunan, baik dalam Pembangunan Jangka Panjang maupun Pembangunan Lima Tahun Keenham. Perlu dijelaskan di sini bahwa dalam GBHN 1993. Selain itu, diadakan perluasan bidang-bidang pembangunan dari empat bidang pada GBHN sebelumnya menjadi tujuh bidang dalam GBHN 1993. Selain itu, diadakan pula perluasan sektor-sektor pembangunan sebagai penjabaran dari kebijaksanaan pembangunan bidang-bidang. Adanya penambahan bidang dan sektor pembangunan ini jelas menunjukkan adanya perluasan bidang-bidang dan sektor yang memperoleh perhatian yang makin besar.Catatan:Maksud dari sektor adalah perincian dari bidang Pembangunan dalam GBHN 1993 sehingga tidak sama dengan pengertian “sektor” sebagaimana digunakan dalam APBN.

3. Penerapan Polstranas dalam bidang BangnasDalam Uraian terdahulu telah Anda pelajari, wujud Polstranas adalah GBHN. GBHN menetapkan arah dan kebijaksnaan bangnas yang masih bersifat umum. Bangnas yang diamanatkan adalah bangnas dalam upaya mencapai cita-cita dan tujuan nasional. Untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasional tersebut diperlukan upaya pembangunan yang berkelanjutan (terus-menerus). Oleh karena itu, strategi yang ditempuh, yaitu melakukan pertahapan dalam Bangnas tersebut dikategorikan dalam pembangunan jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek (tahunan). Ketiga kategori penjenjangan pembangunan itu berkaitan satu sama lain, dalam arti bahwa pembangunan jangka pendek (tahunan –RAPBN) adalah implementasi bangnas untuk mencapai arah, menengah (Repelita). Begitu pula Repelita untuk mencapai arah, sasaran dan kebijakan yang ada pada pembangunan jangka panjang. Oleh karena itu, dalam penetapan arah kebijaksanaan tiap bidang pembangunan dicantumkan pendahuluan yang berisikan analisis situasi apa yang telah dicapai, kondisi nyata yang dihadapi dan harapan-harapan yang diimpikan. Selain itu dicantumkan pula pembangunan tiap bidang yang berisikan sasaran pada PJPT dan arah pembangunan pada PJPT merupakan landasan pembangunan per bidang pada Pelita. Selanjutnya, pembangunan bidang pada pelita berisikan kondisi umum (hasil yang telah dicapai, tantangan yang dihadapi, sasaran bidang, dari kebijaksanaan bidang pada pelita). Kebijaksanaan bidang dalma pelita ini dilaksanakan melalui beberapa sektor pembangunan. Untuk lebih jelasnya dalam kegiatan belajar penerapan Polstranas dalam bidang pembangunan disajikan; pembangunan jangka panjang, sedangkan jangka sedang atau menengah (Pelita) merupakan upaya untuk mencapai apa yang digariskan dalam jangka panjang yang kondisinya selalu berubah sesuai dengan apa yang dicapainya pada tahapan pembangunan lima tahun tersebut.

E. PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KEDUA

1. UmumDalam GBHN 1993 istilah tahap tidak lagi dipakai dalam penyebutan Pembangunan Jangka

Panjang Pertama atau Kedua karena digunakan untuk menunjukkan tahapan pembangunan lima tahunan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa bangnas dilaksanakan dengan tahap Jangka Sedang 5 Tahunan dan periode atau Babakan Jangka Panjang 25 Tahunan.

2. Tujuan Pembangunan Jangka PanjangTujuan PJP II dirumuskan dengan maksud agar dapat diketahui bahwa penyelenggaraan

bangnas tetap pada arah dan jalur yang benar sehingga sekaligus berfungsi sebagai pedoman.

Page 12: Modul 7 Kewarganegaraan

Dalam GBHN 1993 dinyatakan bahwa tujuan PJP II adalah mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir batin sebagai landasan bagi babak pembangunan berikutnya menuju masyarakat adil dan makmur dalam negara kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

3. Sasaran Umum Pembangunan Jangka Panjang KeduaDalam GBHN 1993 dinyatakan bahwa sasaran umum PJP II adalah terciptanya kualitas

manusia dari kualitas masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri dalam suasana tenteram dan sejahtera lahir batin, dalam tata kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang berdasarkan Pancasila dalam suasana kehidupan bangsa Indonesia yang serba kesinambungan dan selaras dalam hubungan antara sesama manusia, manusia dengan masyarakat, manusia dengan alam lingkungannya, manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Sasaran umum PJP II ditetapkan dengan maksud agar diketahui apakah pelaksanaan bangnas telah berhasil mewujudkan tuntutan yang telah ditetapkan dalam rumusan sasaran umum dimaksud. Dengan demikian, sasaran umum PJP II sekaligus juga berfungsi sebagai tolok ukur keberhasilan pelaksanaan bangnas selama kurun waktu 25 tahun kedua.

4. Titik Berat Pembangunan Jangka Panjang KeduaDalam GBHN 1993 telah ditetapkan bahwa titik berat PJP II diletakkan pada bidang

ekonomi, yang merupakan penggerak utama pembangunan, seiring dengan kualitas sumber daya manusia dan didorong secara saling memperkuat, saling terkait dan terpadu, dengan pembangunan bidang-bidang lainnya yang dilaksanakan seirama, selaras, dan serasi dengan keberhasilan pembangunan bidang ekonomi dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran Bangnas. Berdasarkan rumusan tentang titik berat tersebut, disampaikan beberapa hal sebagai berikut.a. Bidang ekonomi diletakkan sebagai titik berat karena melalui pembangunan bidang ekonomi

dapat dihasilkan sumber daya dan peluang yang lebih luas bagi pembangunan bidang-bidang lainnya.

b. Bersamaan dan dalam rangka pembangunan bidang ekonomi, kualitas sumber daya manusia harus menjadi pusat perhatian karena merupakan subjek dan objek pembangunan yang menentukan. Dengan demikian, apabila pembangunan bidang ekonomi tidak selaras dengan kondisi kualitas sumber daya manusia saat ke saat, akan menimbulkan ketimpangan dan kesenjangan sosial yang dapat menjurus ke arah kecemburuan dan keangkuhan sosial.

c. Derap langkah dan laju pembangunan bidang-bidang lainnya dilaksanakan seirama, selaras dan serasi dengan keberhasilan pembangunan bidang lainnya secara bersama-sama harus dapat menciptakan iklim yang sehat bagi perkembangan pembangunan bidang ekonomi.

5. Sasaran Bidang Pembangunan Jangka Panjang KeduaDalam GBHN 1993 telah dinyatakan bahwa upaya pencapaian sasaran umum PJP II

diselenggarakan melalui tujuh bidang pembangunan, yaitu sebagai berikut.a. Sasaran bidang ekonomi.b. Sasaran bidang kesejahteraan rakyat, pendidikan dan kebudayaan.c. Sasaran bidang agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.d. Sasaran bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.e. Sasaran bidang hukum.f. Sasaran bidang politik, aparatur negara, penerangan, komunikasi, dan media masa.g. Sasaran bidang pertahanan keamanan.

Page 13: Modul 7 Kewarganegaraan

6. Arah Pembangunan Jangka Panjang KeduaDalam GBHN 1993 tujuan PJP II dijabarkan lebih lanjut dengan arah PJP II, yang meliputi

seluruh bidang pembangunan. Secara umum PJP II diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia agar makin maju, mandiri dan memelihara rasa cinta tanah air yang melandasi kesadaran kebangsaan, semangat pengabdian, dan tekad untuk membangun masa depan bangsa yang lebih baik demi terwujudnya tujuan nasional, dengan tetap bertumpu kepada Trilogi Pembangunan.

Bangnas harus mampu mengubah potensi sumber daya nasional menjadi kekuatan ekonomi, sosial budaya, politik dan pertahanan keamanan yang nyata.

Page 14: Modul 7 Kewarganegaraan

RANGKUMAN

Polstranas pada hakikatnya adalah kebijaksanaan nasionak dalam menentukan cita-cita, tujuan sasaran, program, dan cara-cara mencapainya.Wujud Polstranas dalam negara kesatuan Republik Indonesia adalah GBHN yang ditetapkan oleh MPR.

Untuk melaksanakan GBHN tersebut MPR menugaskan kepada Presiden/Mandataris MPR. Selain melaksanakan GBHN. Lembaga pemerintah departemental dan non-departemental sesuai dengan arahan Presiden menyusun rencana strategik sesuai dengan bidang pembangunan sebagai bahan Repelita untuk kemudian dijabarkan dalam pelaksanaan pembangunan tahunan (APBN).

Untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasional tersebut maka dilakukan bangnas secara berkelanjutan (era pembangunan nasional).

Bangnas yang berkelanjutan tersebut dibuat secara berjenjang yaitu jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek. Ketiga kategori penjenjangan pembangunan ini berkaitan satu sama lain, di mana pembangunan jangka pendek (tahunan dalam bentuk RAPBN) merupakan implementasi bangnas untuk mencapai arah, sasaran, dan kebijaksanaan pembangunan yang tertuang dalam jangka menengah (Repelita).

Demikian pula halnya, Repelita untuk mencapai arah, sasaran dan kebijaksanaan pembangunan pada periode (babakan) pembangunan jangka panjang (PJPT). Jika pola pikir ini dibalik maka arah, sasaran dan kebijaksanaan pembangunan yang ada pada PJPT menjadi landasan/acuan pembangunan Repelita dan arah sasaran dan kebijaksanaan pembangunan pada Repelita menjadi landasan/acuan pembangunan tahunan (RAPBN).