modul 6 perkin 2015 masalah dan kebijakan ekonomi makro di indonesia
DESCRIPTION
Masalah dan Kebijakan PerekonomianTRANSCRIPT
-
Modul ke 6
Perekonomian Indonesia
Asfia Murni
1
Masalah dan Kebijakan
Ekonomi Makro Di Indonesia
Berdasarkan Teori Ekonomi Makro masalah ekonomi yang sering dihadapi setiap
negara dalam melakukan pembangunan ekonomi adalah: (1) masalah pengangguran,
(2) masalah inflasi, (3) masalah pertumbuhan ekonomi dan (4) masalah
ketidakstabilan neraca pembayaran.
A. MASALAH EKONOMI MAKRO YANG DIHADAPI INDONESIA
Sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, Indonesia menghadapi
berbagai masalah ekonomi makro. Permasalahan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Masalah Pertumbuhan Ekonomi Dan Pemerataan.
Rendahnya pertumbuhan ekonomi di negara-negar berkembang termasuk
negara Indonesia dapat dilihat dari perkembangan tingkat produk nasional. (GNP).
Pertumbuhan ekonomi negara berkembang seperti Indonesia sering terkendala:
a) kekurangan modal untuk investasi, b) rendahnya tingkat dan kualitas pendidikan
dalam penguasaan teknologi, c) rendahnya disiplin dan keterampilan dalam
bekerja, d) rendahnya tingkat produktivitas dan penghasilan yang diterima
masyarakat dan e) kurang dan tidak mertanya pembangunan sarana dan prasarana
fasilitas umum seperti sekolah, rumah sakit, jalan, jembatan, pasar untuk
menjalankan kegiatan hidup.
Disamping itu adanya kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah yang
bersifat menurunkan daya beli masyarakat seperti kebijakan menaikan harga
BBM, sehingga berdampak pada turunnya pertumbuhan produk nasional (GNP).
Menurunnya kualitas pertumbuhan ekonomi tahun 2005-2006 tercermin dari
anjloknya daya serap pertumbuhan ekonomi terhadap angkatan kerja. Bila di masa
lalu setiap 1% pertumbuhan ekonomi mampu menciptakan lapangan kerja hingga
-
Modul ke 6
Perekonomian Indonesia
Asfia Murni
2
240 ribu maka pada 2005-2006 setiap pertumbuhan ekonomi hanya mampu
menghasilkan 40-50 ribu lapangan kerja. Berkurangnya daya serap lapangan kerja
berarti meningkatnya penduduk miskin dan tingkat pengangguran. . Untuk
menekan angka pengangguran dan kemiskinan, pemerintah perlu menyelamatkan
industry-industri padat karya dan perbaikan irigasi bagi pertan. . Untuk menekan
angka pengangguran dan kemiskinan, pemerintah perlu menyelamatkan industry-
industri padat karya dan perbaikan irigasi bagi pertanian.
Permasalahan pembangunan ekonomi di Indonesia tampaknya tidak akan
segera berakhir. Kesenjangan desa kota, pembangunan terpusat, dan kesenjangan
wilayah barat dan timur tampaknya masih akan dirasakan oleh masyarakat
Indonesia. Program pembangunan yang dijalankan pemerintah tidak memberikan
indikasi bagi pemerataan pembangunan ekonomi.
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia.
(MP3EI) yang seyogyanya menjadi garda depan pembangunan ekonomi Indonesia
tampaknya belum akan mampu mengatasi masalah kesenjangan. Kondisi sebaliknya
terjadi, kesenjangan pembangunan akan semakin lebar. Data MP3EI menyebutkan
bahwa nilai investasi infrastruktur hingga 2014 sebesar Rp.1812 triliun untuk
semua koridor ekonomi. Dari nilai tersebut, wilayah timur Indonesia (Bali-NT,
Sulawesi, dan Papua dan Kep. Maluku) hanya mendapat porsi sebesar Rp.349
triliun (19,26%). Sedangkan, wilayah barat Indonesia (Sumatera, Jawa,dan
Kalimantan) memiliki porsi yang jauh lebih besar dengan nilai investasi Rp.1463
Trilliun (80,73%), dari nilai tersebut share terbesar di Jawa sekitar Rp.844
Triliun (57,68%), diikuti Sumatera sebesar Rp.414 Triliun (28,29%), dan
Kalimantan sebesar Rp.205 Triliun (14,01%). Total investasi (kegiatan ekonomi
dan infrastruktur) Pemerintah perlu kembali memahami esensi dari dasar
pembangunan. Sebab jika tidak upaya percepatan dan perluasan hanya akan
menimbulkan kesenjangan pembangunan ekonomi semakin lebar.
-
Modul ke 6
Perekonomian Indonesia
Asfia Murni
3
2. Masalah Pengangguran
Rendahnya kesempatan kerja bagi penduduk Indonesia menyebabkan
tingginya tinggkat pengangguran. Idealnya perekonomian harus dijaga agar jangan
timbul pengangguran. Pengangguran merupakan gejala yang tidak diinginkan oleh
masyarakat mana pun, tetapi dalam praktiknya tidak dapat kita hilangkan sama
sekali. Jika tingkat pengangguran masih di bawah 4%, masih dapat dikatagorikan
full emploment.
Masalah pengangguran dan tenaga kerja di Indonesia masih menjadi
persoalan yang perlu disikapi secara serius. Terlebih, dari data yang disampaikan
Bank Dunia, kawasan Asia Timur memiliki tantangan besar terkait meluasnya
pengangguran.
"Pengangguran usia muda yang tinggi, kesenjangan yang meluas dan
keterbatasan keterampilan menjadi masalah yang mendasar," ujar Wakil Presiden
Bank Dunia Asia Timur dan Pasifik, Axel van Trotsenburg saat konferensi pers
terkait perekonomian Indonesia dan Asia Timur saat berkunjung ke Jakarta
beberapa waktu lalu.
Berita Resmi Statistik No. 38/05/Th. XVII, 5 Mei 2014 tentang
KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014. Pada Februari 2014: tingkat
pengangguran terbuka sebesar 5,70 persen.
1. Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2014 menca pai 125,3 juta
orang, bertambah sebanyak 5,1 juta orang dibanding angkatan kerja Agustus
2013 sebanyak 120,2 juta orang
2. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Februari 2014
mencapai 5,70 persen, mengalami penurunan dibanding TPT Agustus 2013
sebesar 6,17 persen dan TPT Februari 2013 sebesar 5,82 persen
-
Modul ke 6
Perekonomian Indonesia
Asfia Murni
4
3. Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Februari 2014 mencapai
118,2 juta orang, bertambah sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan pada
Agustus 2013 sebanyak 112,8 juta orang
4. Selama setahun terakhir (Februari 2013Februari 2014), jumlah penduduk
yang bekerja mengalami kenaikan pada hampir semua sektor, terutama di
Sektor Jasa Kemasyarakatan sebanyak 640 ribu orang (3,59 persen), Sektor
Perdagangan sebanyak 450 ribu orang (1,77 persen), serta Sektor Industri
sebanyak 390 ribu orang (2,60 persen). Sedangkan sektor yang mengalami
penurunan adalah Sektor Pertanian yang mengalami penurunan jumlah
penduduk bekerja sebesar 0,68 persen.
5. Berdasarkan jumlah jam kerja pada Februari 2014, sebanyak 81,2 juta orang
(68,71 persen) bekerja di atas 35 jam per minggu, sedangkan penduduk
bekerja dengan jumlah jam kerja kurang dari 15 jam per minggu mencapai 7,3
juta orang (6,16 persen).
6. Pada Februari 2014, penduduk bekerja pada jenjang pendidikan SD kebawah
masih tetap mendominasi yaitu sebanyak 55,3 juta orang (46,80 persen),
sedangkan Penduduk bekerja berpendidikan tinggi hanya sebanyak 12,0 juta
orang mencakup 3,1 juta orang (2,65 persen) berpendidikan Diploma dan
sebanyak 8,8 juta orang (7,49 persen) berpendidikan Universitas
Jumlah pengangguran di Indonesia tahun 2014 memang turun jika dibandingkan
tahun 2013, tapi tunnya relatif sangat kecil yaitu dari 5,82 persen dua tahun lalu,
sekarang 5,70 persen. Ini mencerminkan bahwa masalah pengangguran belum
mendapat perhatian secara optimal oleh negara (khususnya pemerintah).
Selanjutnya Gambaran Angkatan kerja dan tingkat pengangguran di
Indonesia dari tahun 1997-2013 dapat kita lihat pada tabel berikut ini
-
Modul ke 6
Perekonomian Indonesia
Asfia Murni
5
Tabel 6.1 Gambaran Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran di Indonesia 19672013
Tahun
Angkatan
Kerja Bekerja Pengangguran
Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja
(TPAK)
Tingkat
Pengangguran
Terbuka (TPT)
(Juta
Orang)
(Juta
Orang) (Juta Orang) (%) (%)
1967-1999 max 94,85 88,82 6,03 67,22 6,36
min 67,20 65,38 1,82 65,60 2,55
1999-2004 max 103,97 93,72 10,25 68,60 9,86
min 94,85 88,82 5,81 67,22 6,08
2004-2013 max 121,19 114,02 11,90 69,96 11,24
min 103,97 93,72 7,17 66,16 5,92
Tingkat pengangguran yang tertinggi terjadi dalam periode tahun 2004-
2013 yaitu mencapai 11,24 %, tepatnya tahun 2010. Dan sekarang tahun
2014 sudah turun hingga mencapai 5,70 %. Tapi kondisi ini masih tetap
tinggi, karena idealnya di bawah 4 %
3. Masalah Inflasi dan Kemiskinan
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan
terus-menerus dalam waktu tertentu, sehingga terjadi penurunan nilai mata uang
karena terjadi peningkatan jumlah uang beredar, dampaknya daya beli masyarakat
juga turun.
Berdasarkan tingkat inflasi, inflasi terdiri dari: a) Inersial inflation yaitu
inflasi sangat ringan dengan laju inflasi 3-5 %, b) Moderat inflation yaitu inflasi
ringan dengan laju inflasi diatas 5- 10%, c) Galloping inflation yaitu inflasi berat
-
Modul ke 6
Perekonomian Indonesia
Asfia Murni
6
dengan laju inflasi diatas 10-100%, dan d) Hyper inflation yaitu inflasi sangat
berat. Dengan laju inflasi diatas 100%
Inflasi inersial merupakan inflasi yang diharapkan untuk memacu
pertumbuhan ekonomi. Karena perubahan-perubahan kenaikan harga dapat
digunakan dalam memprediksi suatu tindakan, misalnya dalam berinvestasi.
Selama 10 tahun ini, Indonesia pernah 2 kali mengalami inflasi gloping yaitu
tahun 2005 dan tahun 2008. Tahun 2005 inflasi kita sekitar 17,1 %. Kemudian
tahun 2008 inflasi kita sekitar 15,6%. Keduanya akibat kenaikan harga minyak
pada saat itu. Dan kenaikan harga minyak baru-baru ini tidak sampai tembus ke
10%, jadi sekitar 8,3% saja. Tapi tetap saja angka tersebut sangat tinggi jika
dibandingkan dengan negara lain, apalagi negara maju yang ritme laju inflasinya
tidak pernah melebihi 3%, dan Indonesia juga pernah mengalami hyper inflasi
setelah terjadi G30S pada tahun 1966-1967 untuk mengatasinya melalui
kebijakan Sanering
Kemiskinan merupakan keadaan masyarakat yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup meliputi makanan, pakaian, tempat tinggal,
tahun pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan sebagai akibat berkurangnya
pendapatan masyarakat secara riil. Masyarakat mengalami penurunan daya beli
barang-barang kebutuhan pokok secara umum. Akibatnya, masyarakat tidak dapat
hidup secara layak sehingga taraf hidupnya menurun.
Berdasarkan data BPS bulan Maret 2012 jumlah penduduk yang berada
dalam garis kemiskinan berjumlah sekitar 29,13 juta orang (11,96%). Jumlah ini
berkurang sebanyak 0,89 juta orang dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Menurunnya angka kemiskinan ditunjang adanya penurunan harga komoditas
makanan sedikit lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan.
Menurut hasil survei BPS Pada bulan Maret 2014 jumlah penduduk miskin
sebesar 28,28 juta orang, bila dibandingkan dengan September 2013 terjadi
penurunan dari 28,60 juta orang, dan persentasenya juga menurun dari 11,46 %
-
Modul ke 6
Perekonomian Indonesia
Asfia Murni
7
menjadi 11,25 %, Penduduk miskin di perkotaan terbanyak berada di Pulau Bali
dan Nusa Tenggara, sementara penduduk miskin di pedesaan terbanyak di Pulau
Maluku dan Papua. Pulau Kalimantan merupakan pulau yang sedikit berpenduduk
miskin.
Secara rinci BPS mencatat selama periode September 2013 hingga Maret 2014
jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun dari sekitar 10,68 juta
orang menjadi sekitar 10,51 juta orang. Sementara masyarakat miskin di daerah.
4. Masalah Kapasitas Produksi Nasional
Kapasitas produksi nasional merupakan kemampuan suatu negara
dalam meningkatkan produksi nasional yang nantinya akan dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi suatu
negara.
Kapasitas produksi menggambarkan kemampuan negara dalam menghasilkan
produk nasional untuk memenuhi permintaan pasar, semakin tinggi kapasitas
produksi yang dapat diusahakan maka semakin banyak produk yang mampu
dihasilkan. Peningkatan kapasitas produksi berhubungan dengan tingkat ivestasi
dan investasi berhubungan dengan tingkat tabungan masyarakat, sedangkan
tingkat tabungan masyarakat berhubungan dengan tingkat pendapatan dan
konsumsinya jadi, bila kapasitas produksi ingin ditingkatkan maka tabungan
haruslah ditingkatkan agar investasi dapat pula meningkat. Kapasitas produksi
mencakup:
1. Jumlah, dan mutu angkatan kerja, persediaan barang modal dan peralatan
produksi, sumber-sumber alam yang tersedia, jumlah dan mutu sumber daya
yang di impor.
2. Perkembangan produktivitas, tingkat penerapan teknologi, tingkat pembagian
kerja (spesialisasi) dan organisasi kerja.
-
Modul ke 6
Perekonomian Indonesia
Asfia Murni
8
3. Tata Ekonomi yang berlaku, meliputi pengaturan dalam pemakaian faktor
produksi, apakah melalui sistem pasar bebas atau sistem komando/terpimpin
atau kombinasi dari keduanya dalam sistem ekonomi campuran.
Dari tahun ke tahun kapasitas produksi yang tersedia tentu dan seharus
meningkat, misalnya jumlah angkatan kerja bertambah baik kuantitas dan
terutama kualitas, teknik produksi berkembang, fasilas disektor pendidikan
bertambah dan lain sebagainya. Dengan kapasitas produksi yang lebih besar
masyarakat Indonesia akan dapat menghasilkan lebih banyak barang dan jasa,
sehingga pendapatan nasional naik dan sekaligus meningkat GNP.
Kapasitas produksi suatu perekonomian menunjukkan batas kemampuan
daripada faktor-faktor produksi yang tersedia untuk menghasillkan barang-
barang dann jasa-jasa dalam jangka waktu tertentu. Kemampuan kapasitas
produksi suatu perekonomian dalam menghasilkan barang dan jasa, kadang-kadang
digunakan sepenuhnya (full-employment), kadang-kadang tidak digunakan
sepenuhnya artinya ada sebagian yang tidak digunakan (under-employment )
Perekonomian dikatakan dalam keadaan over-employment apabila kapasitas
produksi nasional sudah dalam penggunaan penuh, akan tetapi permintaan nasional
akan barang dan jasa totalnya masih terus bertambah. Dalam keadaan seperti ini
jumlah produksi nasional tidak lagi bertambah dan umumnya mengalami perubahan
atau pengalokasian kembali faktor-faktor produksi ( reallocation of resources ).
Pergeseran faktor-faktor produksi dari kelompok perusahaan yang satu ke
kelompok perusahaan yang lain yang kita istilahkan dengan reallocation of
resources yang umumnya terjadi apabila kelompok perusahaan yang merebut
faktor-faktor produksi tadi mau membayar faktor-faktor produksi yang
dibutuhkan dengan harga yang lebih tinggi daripada harga yang semula.
Perekonomian yang mengalami over-employment cenderung menimbulkan inflasi
Besar kecilnya jumlah barang dan jasa jasa yang dapat dihasilkan oleh suatu
perekonomian tergantung kepada besar kecilnya kapasitas produksi nasional.
-
Modul ke 6
Perekonomian Indonesia
Asfia Murni
9
Sedangkan besar kecilnya kapasitas produksi nasional tergantung kepada
komposisi, kualitas serta kuantitas dari pada faktor-faktor produksi yang
terdapat dalam perekonomian tersebut . Kualitas dan kuantitas kapasitas
produksi dapat dilihat dari
1) Kapasitas sumber daya alam (SDA) melliputi tanah, air, udara, tumbuhan
dan satwa merupakan sumber kebutuhan bagi kelangsungan hidup dan
kesejahteraan masyarakat. Indonesia merupakan negara yang punya sumber
kekayaan alam yang sangat banyak, tapi kondisinya saat ini sudah banyak
yang rusak dan sangat memprihatinkan. Sebagai salah satu contoh,
berdasarkan data tahun 2005, mengindikasikan telah terjadi kerusakan
sumber daya hutan dan lahan seluas dari 43 juta hektar. Kerusakan sumber
daya hutan dan lahan tersebut, terus meningkat dengan laju kerusakan
sebesar 1,6 juta sampai 2 juta hektar pertahun. Untuk hutan mangrove
dengan total luasan sekitar 9,2 juta ha, tingkat kerusakan mencapai 57,6%
atau seluas 5,3 juta ha yang sebagian besar terdapat diluar kawasan hutan,
yakni sekitar 69,8 (3,7 juta ha) dan sisanya sekitar 30,2 persen (1,6 juta
ha) terdapat didalam kawasan hutan.
2) Kapasitas sumber daya manusia (SDM) sangat tergantung pada
tingkat dan kualitas pendidikan yang dimiliki penduduk Indonesia.
Kondisi kapasitas produksi di bidang SDM meskipun dari sisi
kuantitas cukup besar, tapi dari sisi kualitas sangat rendah
karena 46,80 % tenaga kerja indonesia masih berasal dari lulusan
SD atau dibawahnya.
3) Kapasitas sumber daya kapital (SDK) Indonesia masih banyak
tergantung pada modal dari luar negeri, hutang dan dana investasi
yang berasal dari luar negeri. Data yang dilansir BI menunjukkan:
-
Modul ke 6
Perekonomian Indonesia
Asfia Murni
10
a. Kondisi utang luar negeri Indonesia pada akhir Juli 2013 tercatat
sebesar USD 259,54 miliar atau setara Rp 2.983 triliun. Utang luar
negeri Indonesia banyak didominasi utang jangka panjang yaitu
sebanyak 82,3 persen. Sedangkan sisanya merupakan utang jangka
pendek. Total utang pemerintah mencapai USD 133 miliar atau Rp 1.435
triliun. sisanya sebesar USD 117 miliar atau Rp 1.261 triliun merupakan
utang swasta. Dengan jumlah utang luar negeri yang dimiliki Indonesia
saat ini, tiap penduduk dan bayi yang baru dilahirkan secara otomatis
langsung terbebani utang negara sekitar Rp 8.114.000.
b. Kondisi Investasi yang terjadi di Indonesia didominasi PMA baik
untuk tahun 2013 maupun 2014. Artinya di tahun 2013 ada 70,4 %
berasal dari PMA dan 29,6 % dari PMDN. Pada tahun 2014 terjadi
pergeseran PMA turun hingga mencapai 67,5 % dan PMDN
meningkat hingga mencapai 32,5 %.
5. Masalah Neraca Pembayaran dan Hutang Luar Negeri
Neraca Pembayaran Internasional (NPI) merupakan laporan keuangan
tentang nilai transaksi ekonomi suatu negara dengan negara-negara lain dalam
bentuk ekspor-impor dan aliran keluar masuk dana/modal yang pencatatannya
dilakukan secara sistimatis dalam suatu periode tertentu.(biasanya satu tahun,
atau bisa juga pertriwulan)
Ditinjau dari konsep ekonomi neraca pembayaran yang surplus lebih diinginkan
daripada neraca pembayaran yang seimbang. karena jika neraca pembayaran
seimbang tidak akan memberi pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Persoalannya pada saat ini neraca pembayaran luar negeri Indonesia masih
defisit, Kondisi inilah yang menjadi masalah seius bagi perekonomian Indonesia.
-
Modul ke 6
Perekonomian Indonesia
Asfia Murni
11
Seimbang saja neraca pembayaran tidak membawa pengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Apalagi dalan kondisi defisit.
Bank Indonesia (BI) melaporkan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) di
keseluruhan tahun 2013 tercatat defisit US$ 7,3 miliar setelah sebelumnya
surplus US$ 0,2 miliar pada 2012. Angka ini setara dengan Rp 73 triliun jika
menggunakan mata uang rupiah.
Defisit NPI 2013 dipengaruhi melebarnya defisit transaksi berjalan menjadi
US$ 28,5 miliar (3,26% PDB), lebih besar daripada defisit US$ 24,4 miliar
(2,78% PDB) pada tahun 2012.
"Perkembangan ini dipengaruhi melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia dan
turunnya harga komoditas global, yang kemudian berdampak pada penurunan
ekspor Indonesia yang banyak berbasis sumber daya alam," demikian disampaikan
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Tirta Segara dalam siaran
persnya yang dikutip Minggu (16/2/2014).
Hutang Luar negeri.
Indonesia memiliki hutang luar negeri yang sangat banyak yakni lebih dari
USD 100 miliar. Setiap kementerian mempunyai hutang. Indonesia adalah negara
dengan hutang luar negeri terbesar ke-3 di dunia setelah Brazil dan Meksiko.
Hutang yang terus menumpuk tersebut menyebabkan terjadinya berbagai masalah
perekonomian seperti nilai mata uang Rupiah yang terus menurun.
Meski sudah lepas dari IMF, bukan berarti utang luar negeri Indonesia
berkurang. Menurut catatan Bank Indonesia (BI) utang Indonesia per Agustus
2014 mencapai AS $ 290,4 miliar atau naik 10,2 persen dibanding Juli 2014. 53,8
persen atau AS $ 156,2 miliar di antaranya utang swasta.
Jika dihitung dengan kurs hari ini (14/11/2014), total utang luar negeri
Indonesia setara Rp3.557 triliun. Ini jumlah yang sangat besar bila dibandingkan
dengan pendapatan negara dalam APBN-P 2014 yang sebesar Rp1.635,4 triliun dan
belanja negara Rp1.876,9 triliun.
-
Modul ke 6
Perekonomian Indonesia
Asfia Murni
12
Negara Indonesia saat ini masih membutuhkan pinjaman luar negeri baik
bilateral maupun multilateral. Per Januari 2015 hutang luar negeri mencapai Rp
681,27 triliun atau sekitar 25,2% dari total hutang pemerintah.
Negara Jepang, Prancis dan Jerman masih menjadi kreditur terbesar untuk
indonesia secara bilateral, dan secara multilateral Indonesia meminjam kepada
Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB) dan Bank Pembangunan Islam (IDB).
Seperti yang dikutip dari data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Kementerian Keuangan pada Kamis (26/02/2015), berikut ini data pemberi
pinjaman terbesar untuk Indonesia:
1. Jepang merupakan kreditur terbesar untuk Indonesia, per Januari 2015 ini
Indonesia diberi pinjaman mencapai Rp 217,52 T atau 31,9% dari total
pinjaman luar negeri.
2. Bank Dunia memberikan hutang sebesar Rp 176,86 T per Januari 2015 dan
sekitar 26% dari total hutang luar negeri.
3. Pinjaman yang diberikan oleh ADB kepada Indonesia sebesar Rp 108,86 T atau
sekitar 15,9% dari total hutang luar negeri.
4. Prancis Per Januari 2015, sudah memberikan pinjaman sebsar Rp 24,7 T atau
sekitar 3,6% dari total hutang luar negeri.
5. Jerman sebagai kreditur terbesar juga bagi Indonesia sudah memberikan
pinjaman sebesar Rp 20,47 T atau 3% dari total hutang luar negeri.
6. IDB Per Januari 2015 memberikan pinjaman kepada Indonesia sebesar Rp 7,16
T atau 1,1% dari total hutang luar negeri.
Jumlah hutang luar negeri Indonesia sudah mencapai Rp 681,27 triliun. Itu pun
belum termasuk hutang-hutang lainnya yang pemerintah Indonesia punya.
B. KEBIJAKAN EKONOMI MAKRO.
Untuk mengendaikan masalah-masalah ekonomi makro yang dihadapi dalam
perekonomian di Indonesia dapat melalui 3 kebijakan yaitu:
-
Modul ke 6
Perekonomian Indonesia
Asfia Murni
13
a. Kebijakan Fiskal. Kebijakan fiskal meliputi langkah-langkah pemerintah untuk
membuat perubahan dalam pendapatan dan pengeluaran negara dengan maksud
untuk memengaruhi pengeluaran agregat dalam perekonomian atau memengaruhi
jalannya perekonomian. Melalui kebijakan fiskal, pemerintah dapat memengaruhi
tingkat pendapatan nasional, tingkat kesempatan kerja, tinggi rendahnya investasi
nasional, distribusi pendapatan nasional, dan sebagainya.
b. Kebijakan Moneter. Kebijakan moneter meliputi langkah-langkah pemerintah
yang dijalankan oleh bank sentral (Bank Indonesia) untuk memengaruhi atau
mengubah penawaran uang dalam masyarakat atau mengubah tingkat bunga
(memengaruhi jumlah uang yang beredar), dengan maksud untuk memengaruhi
pengeluaran agregat.
Salah satu cara untuk melakukan kebijakan moneter adalah dengan menaikkan
atau menurunkan tingkat suku bunga yang berlaku. Jika tingkat suku bunga
rendah, maka pengusaha akan menambah modalnya (investasinya). Sebaliknya jika
tingkat bunga tinggi, maka pengusaha akan mengurangi modalnya (investasinya)
dan cenderung untuk memperbanyak tabungan.
c. Kebijakan Segi Penawaran. Kebijakan fiskal dan moneter dapat dipandang
sebagai kebijakan yang memengaruhi pengeluaran agregat. Dengan demikian
kebijakan fiskal dan moneter merupakan kebijakan dari segi permintaan.
Disamping melalui permintaan, kegiatan perekonomian juga dapat dipengaruhi dari
segi penawaran. Kebijakan segi penawaran bertujuan untuk mempertinggi efisiensi
kegiatan perusahaan sehingga dapat menawarkan barang dengan harga yang lebih
murah atau dengan mutu yang lebih baik. Kebijakan segi penawaran lebih
menekankan pada peningkatan kegairahan tenaga kerja untuk bekerja (dengan
mengurangi pajak pendapatan rumah tangga) dan peningkatan usaha para
pengusaha untuk mempertinggi efisiensi kegiatan produksinya. Cara ini dilakukan
pemerintah dengan memberi insentif kepada perusahaan yang melakukan inovasi,
-
Modul ke 6
Perekonomian Indonesia
Asfia Murni
14
menggunakan teknologi yang canggih, dan pengembangan mutu barang yang
diproduksikan.
Selanjutnya strategi kebijakan RAPBN tahun 2015 disusun dengan tema:
Penguatan Kebijakan Fiskal dalam Rangka Percepatan Pertumbuhan Ekonomi
yang Berkelanjutan dan Berkeadilan.
Untuk itu, strategi kebijakan fiskal diarahkan untuk memperkuat stimulus fiskal
guna mendukung akselerasi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, sekaligus
perbaikan pemerataan hasil-hasil pembangunan nasional. Langkah-langkah
tersebut akan dilakukan melalui:
1. optimalisasi pendapatan negara,
2. peningkatan kualitas belanja negara,
3. pengendalian defisit,
4. pengendalian utang.
Sumber bacaan:
1. Asfia Murni., Ekonomika Makro ., Rafika Aditama, Bandung edisi tiga 2013
2. http://blog.isi-dps.ac.id/bayuwirawan/pemerataan-pembangunan-hanya-angan-
angan.
3. http://www.bps.go.id/webbeta/website/brs_ind/naker_05mei14.pdf. Berita Resmi Statistik No. 38/05/Th. XVII, 5 Mei 2014 tentang KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014.
4. http://www.sumbernews.com/en/feb2015/ekonomi/1537/Hutang-Luar-Negeri-
Indonesia-Capai-Rp-68127-Triliun-Hutang-Indonesia.htm By Dwi Astina Sari
(writer) , Mughi (editor) 27 February 2015
5. http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/Subkatalogdata/NK%20RAPBN%2
02015%20web.pdf
Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun
Anggaran 2015 RI
-
Modul ke 6
Perekonomian Indonesia
Asfia Murni
15
.
-
Modul ke 6
Perekonomian Indonesia
Asfia Murni
16