modul 6 perkin 2015 masalah dan kebijakan ekonomi makro di indonesia

16
Modul ke 6 Perekonomian Indonesia Asfia Murni 1 Masalah dan Kebijakan Ekonomi Makro Di Indonesia Berdasarkan Teori Ekonomi Makro masalah ekonomi yang sering dihadapi setiap negara dalam melakukan pembangunan ekonomi adalah: (1) masalah pengangguran, (2) masalah inflasi, (3) masalah pertumbuhan ekonomi dan (4) masalah ketidakstabilan neraca pembayaran. A. MASALAH EKONOMI MAKRO YANG DIHADAPI INDONESIA Sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, Indonesia menghadapi berbagai masalah ekonomi makro. Permasalahan tersebut adalah sebagai berikut. 1. Masalah Pertumbuhan Ekonomi Dan Pemerataan . Rendahnya pertumbuhan ekonomi di negara-negar berkembang termasuk negara Indonesia dapat dilihat dari perkembangan tingkat produk nasional. (GNP). Pertumbuhan ekonomi negara berkembang seperti Indonesia sering terkendala: a) kekurangan modal untuk investasi, b) rendahnya tingkat dan kualitas pendidikan dalam penguasaan teknologi, c) rendahnya disiplin dan keterampilan dalam bekerja, d) rendahnya tingkat produktivitas dan penghasilan yang diterima masyarakat dan e) kurang dan tidak mertanya pembangunan sarana dan prasarana fasilitas umum seperti sekolah, rumah sakit, jalan, jembatan, pasar untuk menjalankan kegiatan hidup. Disamping itu adanya kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah yang bersifat menurunkan daya beli masyarakat seperti kebijakan menaikan harga BBM, sehingga berdampak pada turunnya pertumbuhan produk nasional (GNP). Menurunnya kualitas pertumbuhan ekonomi tahun 2005-2006 tercermin dari anjloknya daya serap pertumbuhan ekonomi terhadap angkatan kerja. Bila di masa lalu setiap 1% pertumbuhan ekonomi mampu menciptakan lapangan kerja hingga

Upload: hadi-fahmi-wijaya

Post on 24-Sep-2015

23 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Masalah dan Kebijakan Perekonomian

TRANSCRIPT

  • Modul ke 6

    Perekonomian Indonesia

    Asfia Murni

    1

    Masalah dan Kebijakan

    Ekonomi Makro Di Indonesia

    Berdasarkan Teori Ekonomi Makro masalah ekonomi yang sering dihadapi setiap

    negara dalam melakukan pembangunan ekonomi adalah: (1) masalah pengangguran,

    (2) masalah inflasi, (3) masalah pertumbuhan ekonomi dan (4) masalah

    ketidakstabilan neraca pembayaran.

    A. MASALAH EKONOMI MAKRO YANG DIHADAPI INDONESIA

    Sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, Indonesia menghadapi

    berbagai masalah ekonomi makro. Permasalahan tersebut adalah sebagai berikut.

    1. Masalah Pertumbuhan Ekonomi Dan Pemerataan.

    Rendahnya pertumbuhan ekonomi di negara-negar berkembang termasuk

    negara Indonesia dapat dilihat dari perkembangan tingkat produk nasional. (GNP).

    Pertumbuhan ekonomi negara berkembang seperti Indonesia sering terkendala:

    a) kekurangan modal untuk investasi, b) rendahnya tingkat dan kualitas pendidikan

    dalam penguasaan teknologi, c) rendahnya disiplin dan keterampilan dalam

    bekerja, d) rendahnya tingkat produktivitas dan penghasilan yang diterima

    masyarakat dan e) kurang dan tidak mertanya pembangunan sarana dan prasarana

    fasilitas umum seperti sekolah, rumah sakit, jalan, jembatan, pasar untuk

    menjalankan kegiatan hidup.

    Disamping itu adanya kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah yang

    bersifat menurunkan daya beli masyarakat seperti kebijakan menaikan harga

    BBM, sehingga berdampak pada turunnya pertumbuhan produk nasional (GNP).

    Menurunnya kualitas pertumbuhan ekonomi tahun 2005-2006 tercermin dari

    anjloknya daya serap pertumbuhan ekonomi terhadap angkatan kerja. Bila di masa

    lalu setiap 1% pertumbuhan ekonomi mampu menciptakan lapangan kerja hingga

  • Modul ke 6

    Perekonomian Indonesia

    Asfia Murni

    2

    240 ribu maka pada 2005-2006 setiap pertumbuhan ekonomi hanya mampu

    menghasilkan 40-50 ribu lapangan kerja. Berkurangnya daya serap lapangan kerja

    berarti meningkatnya penduduk miskin dan tingkat pengangguran. . Untuk

    menekan angka pengangguran dan kemiskinan, pemerintah perlu menyelamatkan

    industry-industri padat karya dan perbaikan irigasi bagi pertan. . Untuk menekan

    angka pengangguran dan kemiskinan, pemerintah perlu menyelamatkan industry-

    industri padat karya dan perbaikan irigasi bagi pertanian.

    Permasalahan pembangunan ekonomi di Indonesia tampaknya tidak akan

    segera berakhir. Kesenjangan desa kota, pembangunan terpusat, dan kesenjangan

    wilayah barat dan timur tampaknya masih akan dirasakan oleh masyarakat

    Indonesia. Program pembangunan yang dijalankan pemerintah tidak memberikan

    indikasi bagi pemerataan pembangunan ekonomi.

    Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia.

    (MP3EI) yang seyogyanya menjadi garda depan pembangunan ekonomi Indonesia

    tampaknya belum akan mampu mengatasi masalah kesenjangan. Kondisi sebaliknya

    terjadi, kesenjangan pembangunan akan semakin lebar. Data MP3EI menyebutkan

    bahwa nilai investasi infrastruktur hingga 2014 sebesar Rp.1812 triliun untuk

    semua koridor ekonomi. Dari nilai tersebut, wilayah timur Indonesia (Bali-NT,

    Sulawesi, dan Papua dan Kep. Maluku) hanya mendapat porsi sebesar Rp.349

    triliun (19,26%). Sedangkan, wilayah barat Indonesia (Sumatera, Jawa,dan

    Kalimantan) memiliki porsi yang jauh lebih besar dengan nilai investasi Rp.1463

    Trilliun (80,73%), dari nilai tersebut share terbesar di Jawa sekitar Rp.844

    Triliun (57,68%), diikuti Sumatera sebesar Rp.414 Triliun (28,29%), dan

    Kalimantan sebesar Rp.205 Triliun (14,01%). Total investasi (kegiatan ekonomi

    dan infrastruktur) Pemerintah perlu kembali memahami esensi dari dasar

    pembangunan. Sebab jika tidak upaya percepatan dan perluasan hanya akan

    menimbulkan kesenjangan pembangunan ekonomi semakin lebar.

  • Modul ke 6

    Perekonomian Indonesia

    Asfia Murni

    3

    2. Masalah Pengangguran

    Rendahnya kesempatan kerja bagi penduduk Indonesia menyebabkan

    tingginya tinggkat pengangguran. Idealnya perekonomian harus dijaga agar jangan

    timbul pengangguran. Pengangguran merupakan gejala yang tidak diinginkan oleh

    masyarakat mana pun, tetapi dalam praktiknya tidak dapat kita hilangkan sama

    sekali. Jika tingkat pengangguran masih di bawah 4%, masih dapat dikatagorikan

    full emploment.

    Masalah pengangguran dan tenaga kerja di Indonesia masih menjadi

    persoalan yang perlu disikapi secara serius. Terlebih, dari data yang disampaikan

    Bank Dunia, kawasan Asia Timur memiliki tantangan besar terkait meluasnya

    pengangguran.

    "Pengangguran usia muda yang tinggi, kesenjangan yang meluas dan

    keterbatasan keterampilan menjadi masalah yang mendasar," ujar Wakil Presiden

    Bank Dunia Asia Timur dan Pasifik, Axel van Trotsenburg saat konferensi pers

    terkait perekonomian Indonesia dan Asia Timur saat berkunjung ke Jakarta

    beberapa waktu lalu.

    Berita Resmi Statistik No. 38/05/Th. XVII, 5 Mei 2014 tentang

    KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014. Pada Februari 2014: tingkat

    pengangguran terbuka sebesar 5,70 persen.

    1. Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2014 menca pai 125,3 juta

    orang, bertambah sebanyak 5,1 juta orang dibanding angkatan kerja Agustus

    2013 sebanyak 120,2 juta orang

    2. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Februari 2014

    mencapai 5,70 persen, mengalami penurunan dibanding TPT Agustus 2013

    sebesar 6,17 persen dan TPT Februari 2013 sebesar 5,82 persen

  • Modul ke 6

    Perekonomian Indonesia

    Asfia Murni

    4

    3. Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Februari 2014 mencapai

    118,2 juta orang, bertambah sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan pada

    Agustus 2013 sebanyak 112,8 juta orang

    4. Selama setahun terakhir (Februari 2013Februari 2014), jumlah penduduk

    yang bekerja mengalami kenaikan pada hampir semua sektor, terutama di

    Sektor Jasa Kemasyarakatan sebanyak 640 ribu orang (3,59 persen), Sektor

    Perdagangan sebanyak 450 ribu orang (1,77 persen), serta Sektor Industri

    sebanyak 390 ribu orang (2,60 persen). Sedangkan sektor yang mengalami

    penurunan adalah Sektor Pertanian yang mengalami penurunan jumlah

    penduduk bekerja sebesar 0,68 persen.

    5. Berdasarkan jumlah jam kerja pada Februari 2014, sebanyak 81,2 juta orang

    (68,71 persen) bekerja di atas 35 jam per minggu, sedangkan penduduk

    bekerja dengan jumlah jam kerja kurang dari 15 jam per minggu mencapai 7,3

    juta orang (6,16 persen).

    6. Pada Februari 2014, penduduk bekerja pada jenjang pendidikan SD kebawah

    masih tetap mendominasi yaitu sebanyak 55,3 juta orang (46,80 persen),

    sedangkan Penduduk bekerja berpendidikan tinggi hanya sebanyak 12,0 juta

    orang mencakup 3,1 juta orang (2,65 persen) berpendidikan Diploma dan

    sebanyak 8,8 juta orang (7,49 persen) berpendidikan Universitas

    Jumlah pengangguran di Indonesia tahun 2014 memang turun jika dibandingkan

    tahun 2013, tapi tunnya relatif sangat kecil yaitu dari 5,82 persen dua tahun lalu,

    sekarang 5,70 persen. Ini mencerminkan bahwa masalah pengangguran belum

    mendapat perhatian secara optimal oleh negara (khususnya pemerintah).

    Selanjutnya Gambaran Angkatan kerja dan tingkat pengangguran di

    Indonesia dari tahun 1997-2013 dapat kita lihat pada tabel berikut ini

  • Modul ke 6

    Perekonomian Indonesia

    Asfia Murni

    5

    Tabel 6.1 Gambaran Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran di Indonesia 19672013

    Tahun

    Angkatan

    Kerja Bekerja Pengangguran

    Tingkat Partisipasi

    Angkatan Kerja

    (TPAK)

    Tingkat

    Pengangguran

    Terbuka (TPT)

    (Juta

    Orang)

    (Juta

    Orang) (Juta Orang) (%) (%)

    1967-1999 max 94,85 88,82 6,03 67,22 6,36

    min 67,20 65,38 1,82 65,60 2,55

    1999-2004 max 103,97 93,72 10,25 68,60 9,86

    min 94,85 88,82 5,81 67,22 6,08

    2004-2013 max 121,19 114,02 11,90 69,96 11,24

    min 103,97 93,72 7,17 66,16 5,92

    Tingkat pengangguran yang tertinggi terjadi dalam periode tahun 2004-

    2013 yaitu mencapai 11,24 %, tepatnya tahun 2010. Dan sekarang tahun

    2014 sudah turun hingga mencapai 5,70 %. Tapi kondisi ini masih tetap

    tinggi, karena idealnya di bawah 4 %

    3. Masalah Inflasi dan Kemiskinan

    Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan

    terus-menerus dalam waktu tertentu, sehingga terjadi penurunan nilai mata uang

    karena terjadi peningkatan jumlah uang beredar, dampaknya daya beli masyarakat

    juga turun.

    Berdasarkan tingkat inflasi, inflasi terdiri dari: a) Inersial inflation yaitu

    inflasi sangat ringan dengan laju inflasi 3-5 %, b) Moderat inflation yaitu inflasi

    ringan dengan laju inflasi diatas 5- 10%, c) Galloping inflation yaitu inflasi berat

  • Modul ke 6

    Perekonomian Indonesia

    Asfia Murni

    6

    dengan laju inflasi diatas 10-100%, dan d) Hyper inflation yaitu inflasi sangat

    berat. Dengan laju inflasi diatas 100%

    Inflasi inersial merupakan inflasi yang diharapkan untuk memacu

    pertumbuhan ekonomi. Karena perubahan-perubahan kenaikan harga dapat

    digunakan dalam memprediksi suatu tindakan, misalnya dalam berinvestasi.

    Selama 10 tahun ini, Indonesia pernah 2 kali mengalami inflasi gloping yaitu

    tahun 2005 dan tahun 2008. Tahun 2005 inflasi kita sekitar 17,1 %. Kemudian

    tahun 2008 inflasi kita sekitar 15,6%. Keduanya akibat kenaikan harga minyak

    pada saat itu. Dan kenaikan harga minyak baru-baru ini tidak sampai tembus ke

    10%, jadi sekitar 8,3% saja. Tapi tetap saja angka tersebut sangat tinggi jika

    dibandingkan dengan negara lain, apalagi negara maju yang ritme laju inflasinya

    tidak pernah melebihi 3%, dan Indonesia juga pernah mengalami hyper inflasi

    setelah terjadi G30S pada tahun 1966-1967 untuk mengatasinya melalui

    kebijakan Sanering

    Kemiskinan merupakan keadaan masyarakat yang tidak mampu memenuhi

    kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup meliputi makanan, pakaian, tempat tinggal,

    tahun pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan sebagai akibat berkurangnya

    pendapatan masyarakat secara riil. Masyarakat mengalami penurunan daya beli

    barang-barang kebutuhan pokok secara umum. Akibatnya, masyarakat tidak dapat

    hidup secara layak sehingga taraf hidupnya menurun.

    Berdasarkan data BPS bulan Maret 2012 jumlah penduduk yang berada

    dalam garis kemiskinan berjumlah sekitar 29,13 juta orang (11,96%). Jumlah ini

    berkurang sebanyak 0,89 juta orang dari periode yang sama tahun sebelumnya.

    Menurunnya angka kemiskinan ditunjang adanya penurunan harga komoditas

    makanan sedikit lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan.

    Menurut hasil survei BPS Pada bulan Maret 2014 jumlah penduduk miskin

    sebesar 28,28 juta orang, bila dibandingkan dengan September 2013 terjadi

    penurunan dari 28,60 juta orang, dan persentasenya juga menurun dari 11,46 %

  • Modul ke 6

    Perekonomian Indonesia

    Asfia Murni

    7

    menjadi 11,25 %, Penduduk miskin di perkotaan terbanyak berada di Pulau Bali

    dan Nusa Tenggara, sementara penduduk miskin di pedesaan terbanyak di Pulau

    Maluku dan Papua. Pulau Kalimantan merupakan pulau yang sedikit berpenduduk

    miskin.

    Secara rinci BPS mencatat selama periode September 2013 hingga Maret 2014

    jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun dari sekitar 10,68 juta

    orang menjadi sekitar 10,51 juta orang. Sementara masyarakat miskin di daerah.

    4. Masalah Kapasitas Produksi Nasional

    Kapasitas produksi nasional merupakan kemampuan suatu negara

    dalam meningkatkan produksi nasional yang nantinya akan dapat

    meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi suatu

    negara.

    Kapasitas produksi menggambarkan kemampuan negara dalam menghasilkan

    produk nasional untuk memenuhi permintaan pasar, semakin tinggi kapasitas

    produksi yang dapat diusahakan maka semakin banyak produk yang mampu

    dihasilkan. Peningkatan kapasitas produksi berhubungan dengan tingkat ivestasi

    dan investasi berhubungan dengan tingkat tabungan masyarakat, sedangkan

    tingkat tabungan masyarakat berhubungan dengan tingkat pendapatan dan

    konsumsinya jadi, bila kapasitas produksi ingin ditingkatkan maka tabungan

    haruslah ditingkatkan agar investasi dapat pula meningkat. Kapasitas produksi

    mencakup:

    1. Jumlah, dan mutu angkatan kerja, persediaan barang modal dan peralatan

    produksi, sumber-sumber alam yang tersedia, jumlah dan mutu sumber daya

    yang di impor.

    2. Perkembangan produktivitas, tingkat penerapan teknologi, tingkat pembagian

    kerja (spesialisasi) dan organisasi kerja.

  • Modul ke 6

    Perekonomian Indonesia

    Asfia Murni

    8

    3. Tata Ekonomi yang berlaku, meliputi pengaturan dalam pemakaian faktor

    produksi, apakah melalui sistem pasar bebas atau sistem komando/terpimpin

    atau kombinasi dari keduanya dalam sistem ekonomi campuran.

    Dari tahun ke tahun kapasitas produksi yang tersedia tentu dan seharus

    meningkat, misalnya jumlah angkatan kerja bertambah baik kuantitas dan

    terutama kualitas, teknik produksi berkembang, fasilas disektor pendidikan

    bertambah dan lain sebagainya. Dengan kapasitas produksi yang lebih besar

    masyarakat Indonesia akan dapat menghasilkan lebih banyak barang dan jasa,

    sehingga pendapatan nasional naik dan sekaligus meningkat GNP.

    Kapasitas produksi suatu perekonomian menunjukkan batas kemampuan

    daripada faktor-faktor produksi yang tersedia untuk menghasillkan barang-

    barang dann jasa-jasa dalam jangka waktu tertentu. Kemampuan kapasitas

    produksi suatu perekonomian dalam menghasilkan barang dan jasa, kadang-kadang

    digunakan sepenuhnya (full-employment), kadang-kadang tidak digunakan

    sepenuhnya artinya ada sebagian yang tidak digunakan (under-employment )

    Perekonomian dikatakan dalam keadaan over-employment apabila kapasitas

    produksi nasional sudah dalam penggunaan penuh, akan tetapi permintaan nasional

    akan barang dan jasa totalnya masih terus bertambah. Dalam keadaan seperti ini

    jumlah produksi nasional tidak lagi bertambah dan umumnya mengalami perubahan

    atau pengalokasian kembali faktor-faktor produksi ( reallocation of resources ).

    Pergeseran faktor-faktor produksi dari kelompok perusahaan yang satu ke

    kelompok perusahaan yang lain yang kita istilahkan dengan reallocation of

    resources yang umumnya terjadi apabila kelompok perusahaan yang merebut

    faktor-faktor produksi tadi mau membayar faktor-faktor produksi yang

    dibutuhkan dengan harga yang lebih tinggi daripada harga yang semula.

    Perekonomian yang mengalami over-employment cenderung menimbulkan inflasi

    Besar kecilnya jumlah barang dan jasa jasa yang dapat dihasilkan oleh suatu

    perekonomian tergantung kepada besar kecilnya kapasitas produksi nasional.

  • Modul ke 6

    Perekonomian Indonesia

    Asfia Murni

    9

    Sedangkan besar kecilnya kapasitas produksi nasional tergantung kepada

    komposisi, kualitas serta kuantitas dari pada faktor-faktor produksi yang

    terdapat dalam perekonomian tersebut . Kualitas dan kuantitas kapasitas

    produksi dapat dilihat dari

    1) Kapasitas sumber daya alam (SDA) melliputi tanah, air, udara, tumbuhan

    dan satwa merupakan sumber kebutuhan bagi kelangsungan hidup dan

    kesejahteraan masyarakat. Indonesia merupakan negara yang punya sumber

    kekayaan alam yang sangat banyak, tapi kondisinya saat ini sudah banyak

    yang rusak dan sangat memprihatinkan. Sebagai salah satu contoh,

    berdasarkan data tahun 2005, mengindikasikan telah terjadi kerusakan

    sumber daya hutan dan lahan seluas dari 43 juta hektar. Kerusakan sumber

    daya hutan dan lahan tersebut, terus meningkat dengan laju kerusakan

    sebesar 1,6 juta sampai 2 juta hektar pertahun. Untuk hutan mangrove

    dengan total luasan sekitar 9,2 juta ha, tingkat kerusakan mencapai 57,6%

    atau seluas 5,3 juta ha yang sebagian besar terdapat diluar kawasan hutan,

    yakni sekitar 69,8 (3,7 juta ha) dan sisanya sekitar 30,2 persen (1,6 juta

    ha) terdapat didalam kawasan hutan.

    2) Kapasitas sumber daya manusia (SDM) sangat tergantung pada

    tingkat dan kualitas pendidikan yang dimiliki penduduk Indonesia.

    Kondisi kapasitas produksi di bidang SDM meskipun dari sisi

    kuantitas cukup besar, tapi dari sisi kualitas sangat rendah

    karena 46,80 % tenaga kerja indonesia masih berasal dari lulusan

    SD atau dibawahnya.

    3) Kapasitas sumber daya kapital (SDK) Indonesia masih banyak

    tergantung pada modal dari luar negeri, hutang dan dana investasi

    yang berasal dari luar negeri. Data yang dilansir BI menunjukkan:

  • Modul ke 6

    Perekonomian Indonesia

    Asfia Murni

    10

    a. Kondisi utang luar negeri Indonesia pada akhir Juli 2013 tercatat

    sebesar USD 259,54 miliar atau setara Rp 2.983 triliun. Utang luar

    negeri Indonesia banyak didominasi utang jangka panjang yaitu

    sebanyak 82,3 persen. Sedangkan sisanya merupakan utang jangka

    pendek. Total utang pemerintah mencapai USD 133 miliar atau Rp 1.435

    triliun. sisanya sebesar USD 117 miliar atau Rp 1.261 triliun merupakan

    utang swasta. Dengan jumlah utang luar negeri yang dimiliki Indonesia

    saat ini, tiap penduduk dan bayi yang baru dilahirkan secara otomatis

    langsung terbebani utang negara sekitar Rp 8.114.000.

    b. Kondisi Investasi yang terjadi di Indonesia didominasi PMA baik

    untuk tahun 2013 maupun 2014. Artinya di tahun 2013 ada 70,4 %

    berasal dari PMA dan 29,6 % dari PMDN. Pada tahun 2014 terjadi

    pergeseran PMA turun hingga mencapai 67,5 % dan PMDN

    meningkat hingga mencapai 32,5 %.

    5. Masalah Neraca Pembayaran dan Hutang Luar Negeri

    Neraca Pembayaran Internasional (NPI) merupakan laporan keuangan

    tentang nilai transaksi ekonomi suatu negara dengan negara-negara lain dalam

    bentuk ekspor-impor dan aliran keluar masuk dana/modal yang pencatatannya

    dilakukan secara sistimatis dalam suatu periode tertentu.(biasanya satu tahun,

    atau bisa juga pertriwulan)

    Ditinjau dari konsep ekonomi neraca pembayaran yang surplus lebih diinginkan

    daripada neraca pembayaran yang seimbang. karena jika neraca pembayaran

    seimbang tidak akan memberi pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

    Persoalannya pada saat ini neraca pembayaran luar negeri Indonesia masih

    defisit, Kondisi inilah yang menjadi masalah seius bagi perekonomian Indonesia.

  • Modul ke 6

    Perekonomian Indonesia

    Asfia Murni

    11

    Seimbang saja neraca pembayaran tidak membawa pengaruh positif terhadap

    pertumbuhan ekonomi. Apalagi dalan kondisi defisit.

    Bank Indonesia (BI) melaporkan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) di

    keseluruhan tahun 2013 tercatat defisit US$ 7,3 miliar setelah sebelumnya

    surplus US$ 0,2 miliar pada 2012. Angka ini setara dengan Rp 73 triliun jika

    menggunakan mata uang rupiah.

    Defisit NPI 2013 dipengaruhi melebarnya defisit transaksi berjalan menjadi

    US$ 28,5 miliar (3,26% PDB), lebih besar daripada defisit US$ 24,4 miliar

    (2,78% PDB) pada tahun 2012.

    "Perkembangan ini dipengaruhi melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia dan

    turunnya harga komoditas global, yang kemudian berdampak pada penurunan

    ekspor Indonesia yang banyak berbasis sumber daya alam," demikian disampaikan

    Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Tirta Segara dalam siaran

    persnya yang dikutip Minggu (16/2/2014).

    Hutang Luar negeri.

    Indonesia memiliki hutang luar negeri yang sangat banyak yakni lebih dari

    USD 100 miliar. Setiap kementerian mempunyai hutang. Indonesia adalah negara

    dengan hutang luar negeri terbesar ke-3 di dunia setelah Brazil dan Meksiko.

    Hutang yang terus menumpuk tersebut menyebabkan terjadinya berbagai masalah

    perekonomian seperti nilai mata uang Rupiah yang terus menurun.

    Meski sudah lepas dari IMF, bukan berarti utang luar negeri Indonesia

    berkurang. Menurut catatan Bank Indonesia (BI) utang Indonesia per Agustus

    2014 mencapai AS $ 290,4 miliar atau naik 10,2 persen dibanding Juli 2014. 53,8

    persen atau AS $ 156,2 miliar di antaranya utang swasta.

    Jika dihitung dengan kurs hari ini (14/11/2014), total utang luar negeri

    Indonesia setara Rp3.557 triliun. Ini jumlah yang sangat besar bila dibandingkan

    dengan pendapatan negara dalam APBN-P 2014 yang sebesar Rp1.635,4 triliun dan

    belanja negara Rp1.876,9 triliun.

  • Modul ke 6

    Perekonomian Indonesia

    Asfia Murni

    12

    Negara Indonesia saat ini masih membutuhkan pinjaman luar negeri baik

    bilateral maupun multilateral. Per Januari 2015 hutang luar negeri mencapai Rp

    681,27 triliun atau sekitar 25,2% dari total hutang pemerintah.

    Negara Jepang, Prancis dan Jerman masih menjadi kreditur terbesar untuk

    indonesia secara bilateral, dan secara multilateral Indonesia meminjam kepada

    Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB) dan Bank Pembangunan Islam (IDB).

    Seperti yang dikutip dari data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko

    Kementerian Keuangan pada Kamis (26/02/2015), berikut ini data pemberi

    pinjaman terbesar untuk Indonesia:

    1. Jepang merupakan kreditur terbesar untuk Indonesia, per Januari 2015 ini

    Indonesia diberi pinjaman mencapai Rp 217,52 T atau 31,9% dari total

    pinjaman luar negeri.

    2. Bank Dunia memberikan hutang sebesar Rp 176,86 T per Januari 2015 dan

    sekitar 26% dari total hutang luar negeri.

    3. Pinjaman yang diberikan oleh ADB kepada Indonesia sebesar Rp 108,86 T atau

    sekitar 15,9% dari total hutang luar negeri.

    4. Prancis Per Januari 2015, sudah memberikan pinjaman sebsar Rp 24,7 T atau

    sekitar 3,6% dari total hutang luar negeri.

    5. Jerman sebagai kreditur terbesar juga bagi Indonesia sudah memberikan

    pinjaman sebesar Rp 20,47 T atau 3% dari total hutang luar negeri.

    6. IDB Per Januari 2015 memberikan pinjaman kepada Indonesia sebesar Rp 7,16

    T atau 1,1% dari total hutang luar negeri.

    Jumlah hutang luar negeri Indonesia sudah mencapai Rp 681,27 triliun. Itu pun

    belum termasuk hutang-hutang lainnya yang pemerintah Indonesia punya.

    B. KEBIJAKAN EKONOMI MAKRO.

    Untuk mengendaikan masalah-masalah ekonomi makro yang dihadapi dalam

    perekonomian di Indonesia dapat melalui 3 kebijakan yaitu:

  • Modul ke 6

    Perekonomian Indonesia

    Asfia Murni

    13

    a. Kebijakan Fiskal. Kebijakan fiskal meliputi langkah-langkah pemerintah untuk

    membuat perubahan dalam pendapatan dan pengeluaran negara dengan maksud

    untuk memengaruhi pengeluaran agregat dalam perekonomian atau memengaruhi

    jalannya perekonomian. Melalui kebijakan fiskal, pemerintah dapat memengaruhi

    tingkat pendapatan nasional, tingkat kesempatan kerja, tinggi rendahnya investasi

    nasional, distribusi pendapatan nasional, dan sebagainya.

    b. Kebijakan Moneter. Kebijakan moneter meliputi langkah-langkah pemerintah

    yang dijalankan oleh bank sentral (Bank Indonesia) untuk memengaruhi atau

    mengubah penawaran uang dalam masyarakat atau mengubah tingkat bunga

    (memengaruhi jumlah uang yang beredar), dengan maksud untuk memengaruhi

    pengeluaran agregat.

    Salah satu cara untuk melakukan kebijakan moneter adalah dengan menaikkan

    atau menurunkan tingkat suku bunga yang berlaku. Jika tingkat suku bunga

    rendah, maka pengusaha akan menambah modalnya (investasinya). Sebaliknya jika

    tingkat bunga tinggi, maka pengusaha akan mengurangi modalnya (investasinya)

    dan cenderung untuk memperbanyak tabungan.

    c. Kebijakan Segi Penawaran. Kebijakan fiskal dan moneter dapat dipandang

    sebagai kebijakan yang memengaruhi pengeluaran agregat. Dengan demikian

    kebijakan fiskal dan moneter merupakan kebijakan dari segi permintaan.

    Disamping melalui permintaan, kegiatan perekonomian juga dapat dipengaruhi dari

    segi penawaran. Kebijakan segi penawaran bertujuan untuk mempertinggi efisiensi

    kegiatan perusahaan sehingga dapat menawarkan barang dengan harga yang lebih

    murah atau dengan mutu yang lebih baik. Kebijakan segi penawaran lebih

    menekankan pada peningkatan kegairahan tenaga kerja untuk bekerja (dengan

    mengurangi pajak pendapatan rumah tangga) dan peningkatan usaha para

    pengusaha untuk mempertinggi efisiensi kegiatan produksinya. Cara ini dilakukan

    pemerintah dengan memberi insentif kepada perusahaan yang melakukan inovasi,

  • Modul ke 6

    Perekonomian Indonesia

    Asfia Murni

    14

    menggunakan teknologi yang canggih, dan pengembangan mutu barang yang

    diproduksikan.

    Selanjutnya strategi kebijakan RAPBN tahun 2015 disusun dengan tema:

    Penguatan Kebijakan Fiskal dalam Rangka Percepatan Pertumbuhan Ekonomi

    yang Berkelanjutan dan Berkeadilan.

    Untuk itu, strategi kebijakan fiskal diarahkan untuk memperkuat stimulus fiskal

    guna mendukung akselerasi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, sekaligus

    perbaikan pemerataan hasil-hasil pembangunan nasional. Langkah-langkah

    tersebut akan dilakukan melalui:

    1. optimalisasi pendapatan negara,

    2. peningkatan kualitas belanja negara,

    3. pengendalian defisit,

    4. pengendalian utang.

    Sumber bacaan:

    1. Asfia Murni., Ekonomika Makro ., Rafika Aditama, Bandung edisi tiga 2013

    2. http://blog.isi-dps.ac.id/bayuwirawan/pemerataan-pembangunan-hanya-angan-

    angan.

    3. http://www.bps.go.id/webbeta/website/brs_ind/naker_05mei14.pdf. Berita Resmi Statistik No. 38/05/Th. XVII, 5 Mei 2014 tentang KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014.

    4. http://www.sumbernews.com/en/feb2015/ekonomi/1537/Hutang-Luar-Negeri-

    Indonesia-Capai-Rp-68127-Triliun-Hutang-Indonesia.htm By Dwi Astina Sari

    (writer) , Mughi (editor) 27 February 2015

    5. http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/Subkatalogdata/NK%20RAPBN%2

    02015%20web.pdf

    Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun

    Anggaran 2015 RI

  • Modul ke 6

    Perekonomian Indonesia

    Asfia Murni

    15

    .

  • Modul ke 6

    Perekonomian Indonesia

    Asfia Murni

    16