modul 3 biotek

12
0 MODUL - 3 DASAR BIOTEKNOLOGI TANAMAN REGENERASI EKSPLAN MELALUI ORGANOGENESIS DAN EMBRIOGENESIS SOMATIK Oleh: Pangesti Nugrahani Sukendah Makziah RECOGNITION AND MENTORING PROGRAM PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR 2011

Upload: firdausfirsyah

Post on 25-Nov-2015

26 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

  • 0

    MODUL - 3

    DASAR BIOTEKNOLOGI TANAMAN

    REGENERASI EKSPLAN

    MELALUI ORGANOGENESIS

    DAN EMBRIOGENESIS SOMATIK

    Oleh:

    Pangesti Nugrahani

    Sukendah

    Makziah

    RECOGNITION AND MENTORING PROGRAM

    PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR

    2011

  • 1

    KATA PENGANTAR

    Dasar Bioteknologi Tanaman adalah mata kuliah wajib yang

    diberikan kepada mahasiswa semester V pada Jurusan Agroteknologi

    Fakultas Pertanian UPN Veteran Jawa Timur. Mata kuliah ini

    dikembangkan melalui penguatan materi technopreneurship dengan

    dukungan Recognition and Mentoring (RAM) Program Indonesia 2011.

    Modul ini merupakan kelanjutan dari materi 2 yang telah dibahas

    pada pertemuan sebelumnya. Materi 3 yang berisi tentang Regenerasi

    eksplan melalui organogenesis dan embriogenesis somatik ini, dibahas

    pada tatap muka minggu ke 3 perkuliahan selama 110 menit. Berbekal

    pengertian dasar tentang miropropagasi in vitro yang telah diberikan

    sebelumnya, diharapkan mahasiswa lebih mudah membaca modul 3 ini

    serta lebih lancer dalam mengikuti perkuliahannya.

    Disadari bahwa Modul ini belum sempurna, sehingga pada waktu

    yang akan datang akan senantiasa diperbaharui dengan materi yang

    disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga

    bermanfaat.

    Surabaya, September 2011

    Penyusun

  • 2

    PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

    1. Modul ini tersedia pada E-Learning situs http://www.upn.ac.id

    2. Bacalah materi pada modul sebelum perkuliahan dimulai

    3. Buatlah catatan kecil tentang hal-hal yang ingin didiskusikan

    4. Buatlah ringkasan materi sendiri

    5. Jawablah pertanyaan atau kerjakan soal-soal pada bagian Uji

    Kemampuan Diri

    6. Selamat belajar, jangan lupa berdoa

  • 3

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR 1

    PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL.. 2

    TUJUAN INSTRUKSIONAL 4

    I. PENDAHULUAN. 5

    II. REGENERASI EKSPLAN MELALUI ORGANOGENESIS

    DAN EMBRIOGENESIS SOMATIK . 6

    a. PENGERTIAN SOMATIK DAN ZYGOTIK

    EMBRIOGENESIS ...................................................... 6

    b. PROSES MEMBENTUK SOMATIK

    EMBRIO ..................................................................... 6

    III. UJI KEMAMPUAN DIRI... 10

    DAFTAR PUSTAKA .. 11

  • 4

    TUJUAN INSTRUKSIONAL

    Tujuan Mata Kuliah Dasar Bioteknologi Tanaman:

    Memberikan pemahaman dan wawasan tentang perkembangan

    bioteknologi modern serta teknik dan aplikasinya dalam perspektif

    teknopreneurship untuk peningkatan produksi dan perbaikan tanaman

    serta pengembangan produk komersial

    Tujuan Instruksional Khusus:

    Mahasiswa memahami dan mampu:

    a. Menjelaskan pengertian somatik embriogenesis

    b. Membedakan antara somatik dan zygotik embriogenesis

    c. Menjelaskan proses somatik embriogenesis

  • 5

    I. PENDAHULUAN

    Metode perbanyakan tanaman secara in vitro dapat dilakukan

    melalui tiga cara, yaitu melalui perbanyakan tunas dari mata tunas apikal,

    melalui pembentukan tunas adventif, dan embriogenesis somatik, baik

    secara langsung maupun secara tidak langsung melalui tahap

    pembentukan kalus.

    Jaringan yang digunakan sebagai eksplan dalam pengerjaan kultur

    jaringan, dapat berupa jaringan meristem maupun jaringan parenkim.

    Jaringan meristem adalah jaringan muda yang belum mengalami

    diferensiasi dan masih aktif membelah (meristematik) sehingga memiliki

    kemampuan regenerasi yang tinggi. Jaringan tipe pertama ini biasa

    ditemukan pada tunas apikal, tunas aksiler, bagian tepi daun, ujung akar,

    dan kambium batang. Tipe jaringan yang kedua adalah jaringan

    parenkima yaitu jaringan penyusun tanaman muda yang sudah

    mengalami diferensiasi dan menjalankan fungsinya. Contoh jaringan

    tersebut adalah jaringan daun yang sudah berfotosintesis dan jaringan

    batang atau akar yang berfungsi sebagai tempat cadangan makanan.

    Eksplan atau bahan tanaman pada perbanyakan tanaman secara

    in vitro ini akan mengalami perubahan, tumbuh dan berkembang

    (regenerasi). Perkembangan selanjutnya akan melalui tahapan tertentu

    yang sangat tergantung dari tipe eksplan dan media tanam yang

    dipergunakan.

    Ingat kembali tahapan dalam

    kultur in vitro pada Modul 1

  • 6

    II. REGENERASI EKSPLAN MELALUI ORGANOGENESIS DAN EMBRIOGENESIS SOMATIK

    2.1. PENGERTIAN

    Perkembangbiakan atau regenerasi dalam kultur in vitro dapat

    dilakukan melalui jalur organogenesis dan embriogenesis somatik, baik

    secara langsung maupun tidak langsung malalui tahap kalus.

    Embriogenesis somatik adalah menumbuhkan embrio (calon tanaman)

    dari sel somatik atau sel tanpa dibuahi. Dapat juga didefinisikan sebagai

    proses regenerasi eksplan melalui pembentukan struktur menyerupai

    embrio (embrioid) dari sel somatik yang telah memiliki calon akar dan

    tunas. Sedangkan embriogenesis zygotik merupakan suatu proses

    dimana sel somatik berkembang membentuk tumbuhan baru melalui fusi

    gamet (pembuahan).

    Organogenesis merupakan proses pembentukan dan

    perkembangan tunas dari jaringan meristem. Proses organogenik dimulai

    dengan perubahan sel parenkim tunggal atau sekelompok kecil sel,

    dimana selanjutnya membelah menghasilkan suatu masa sel globuler

    atau meristemoid, besifat kenyal dan berkembang menjadi primordium

    pucuk atau akar. Kejadian ini dapat terjadi langsung pada eksplan atau

    tidak langsung melalui pembentukan kalus.

    2.2. PROSES PEMBENTUKAN EMBRIO SOMATIK

    Embrio somatik dapat terbentuk melalui dua jalur, yaitu secara

    langsung maupun tidak langsung (melewati fase kalus). Keberhasilan

    akan tercapai apabila kalus atau sel yang digunakan bersifat embriogenik

    yang dicirikan oleh sel yang berukuran kecil, sitoplasma padat, inti besar,

    vakuola kecil-kecil dan mengandung butir pati. Embrio somatik dapat

    dihasilkan dalam jumlah besar dari kultur kalus, namun untuk tujuan

    perbanyakan dalam skala besar, jumlahnya dapat lebih ditingkatkan

  • 7

    melalui inisisasi sel embrionik dari kultur suspensi yang berasal dari kalus

    primer

    Embrio somatic dapat dicirikan dari strukturnya yang bipolar, yaitu

    mempunyai dua calon meristem, yaitu meristem akar dan meristem tunas.

    Dengan memiliki struktur tersebut maka perbanyakan melalui embrio

    somatik lebih menguntungkan daripada pembentukan tunas adventif yang

    unipolar. Di samping strukturnya, tahap perkembangan embrio somatik

    menyerupai embrio zigotik.

    Pembentukan embrio somatik dapat digambarkan melalui beberapa

    tahap, yaitu: Tahap globular (A), Tahap hati, Tahap torpedo (B), Tahap

    kotiledon (C), Tahap kecambah, dan Tahap planlet

    Gambar 1. Tahap perkembangan embrio somatik Sumber: Purnamaningsih (2003)

  • 8

    2.1. TEKNIK REGENERASI EKSPLAN MELALUI ORGANOGENESIS

    Organogenesis langsung untuk perbanyakan tunas dapat diinisiasi

    langsung dari tunas adventif. Pembentukan tunas secara langsung ini

    tergantung pada bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan dan

    jenis tanaman yang dikulturkan. Pada beberapa jenis tanaman tunas

    adventif dapat terbentuk dari berbagai organ tanaman seperti daun,

    batang, akar atau petal, sementara jenis tanaman lainnya hanya dari

    organ tertentu seperti potongan umbi, embrio atau kecambah.

    Perbanyakan tanaman melalui pembentukan tunas langsung dapat

    dilakukan dengan tahap inisiasi yang dilanjutkan dengan multiplikasi

    tunas. Ke dua tahap ini dapat terjadi pada medium yang sama tanpa

    melalui pemindahan ke medium baru. Tahap multiplikasi juga merupakan

    tahap pembentukan tunas adventif dan tunas aksiler yang tumbuh dari

    mata tunas adventif bersama-sama.

    Organogenesis tidak langsung untuk inisiasi tunas melalui kalus. Di

    sini tunas adventif maupun akar akan terbentuk dengan diawali terjadinya

    kalus. Kultur kalus memiliki potensial morfogenetik bervariasi. Kalus dari

    beberapa jenis tanaman atau dari beberapa eksplan, sering gagal

    beregenerasi membentuk tunas atau hanya membentuk akar.

    Perbanyakan tanaman melalui kalus akan menghasilkan tanaman dengan

    genetik yang bervariasi, dan ini sangat dikehendaki oleh pemulia tanaman

    sebagai sumber keragaman genetic.

    Regenerasi eksplan melalui organogenesis secara garis besar

    dilakukan dalam dua tahap, yaitu induksi tunas dan multiplikasi tunas.

    Pada saat induksi tunas, eksplan ditanam pada media induksi tunas. Jenis

    media dan komposisi media untuk induksi tunas, disesuaikan dengan jenis

    tanaman. Sebagai contoh, media induski tunas yang sesuai untuk

    tanaman Puring adalah media dasar MS + BAP 1 mg/l, untuk tanaman

    Sedap Malam berupa media dasar MS + BA 3 mg/l, sedangkan untuk

    tanaman Sansivera adalah media dasar MS + BA 2 mg/l.

  • 9

    Untuk memacu multiplikasi tunas, maka eksplan harus dipindahkan

    berulang-ulang (subkultur) pada media baru dengan kandungan sitokinin

    yang tinggi. Diantara jenis sitokinin, BA merupakan sitokinin yang

    mempunyai aktivitas yang paling kuat dengan tingkat persistensi yang

    paling lama. Komposisi untuk multiplikasi tunas, juga sangat tergantung

    dari jenis eksplan atau jenis tanamannya. Multiplikasi tunas sansivera

    dapat dipacu dengan media MS + BA 2 mg/L, tanaman Puring dengan

    media MS + BAP 3 mg/L, tanaman anturium media MS + BA 0.2 ppm,

    dan tanaman sedap malam dengan media MS + BA 7 mg/L + glutamine

    100 ppm.

    2.2. TEKNIK REGENERASI EKSPLAN EMBRIOGENESIS SOMATIK

    Sebagai eksplan umumnya digunakan jaringan atau organ yang

    bersifat embriogenik seperti embrio zigotik, kotiledon, mata tunas, dan

    hipo/epikotil Embriogenesis somatik pada tanaman kehutanan mempunyai

    beberapa tahapan perkembangan yang spesifik, seperti induksi kalus

    embriogenik atau embrio somatik (pembentukan langsung), pemeliharaan,

    pendewasaan, perkecambahan, dan aklimatisasi. Pembentukan embrio

    somatik secara langsung lebih disukai karena dapat menekan masalah

    sulitnya pembentukan benih somatik pada tahap perkecambahan.

    Keberhasilan regenerasi melalui embryogenesis somatik

    dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain formulasi media yang

    berbeda pada setiap tahap perkembangan embrio somatik serta jenis

    eksplan yang digunakan. Pada tahap pembentukan struktur globular dan

    hati sering digunakan zat pengatur tumbuh sitokinin seperti benzyladenin

    (BA) atau yang mempunyai peran fisiologis yang sama yaitu thidiazuron

    atau 2,4-D, dan NAA apabila embrio somatik melalui fase kalus. Untuk

    tahap pendewasaan, konsentrasi sitokinin diturunkan dan untuk tahap

    perkecambahan sering ditambahkan GA3

    Embriogenesis mempunyai beberapa tahap spesifik, yaitu (1)

    induksi sel dan kalus embriogenik, (2) pendewasan, (3) perkecambahan,

  • 10

    dan (4) hardening. Pada tahap induksi kalus embriogenik dilakukan isolasi

    eksplan dan penanaman pada media tumbuh. Untuk induksi kalus

    embriogenik kultur umumnya ditumbuhkan pada media yang mengandung

    auksin yang mempunyai daya aktivitas kuat atau dengan konsentrasi

    tinggi. Dari berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa 2,4-D

    merupakan auksin yang efektif untuk induksi kalus embriogenik. Zat

    pengatur tumbuh tersebut merupakan auksin sintetis yang cukup kuat dan

    tahan terhadap degradasi karena reaksi enzimatik dan fotooksidasi. Di

    samping auksin, sering pula diberikan sitokinin seperti benzil adenin (BA)

    atau kinetin secara bersamaan. Tahap pendewasaan adalah tahap

    perkembangan dari struktur globular membentuk kotiledon dan primordia

    akar. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa tahap pendewasaan

    adalah tahap yang paling sulit. Pada tahap ini sering digunakan auksin

    dengan konsentrasi rendah.

    Tahap perkecambahan adalah fase di mana embrio somatic

    membentuk tunas dan akar. Pada media perkecambahan konsentrasi zat

    pengatur tumbuh yang digunakan sangat rendah atau bahkan tidak

    diberikan sama sekali.Tahap hardening, yaitu tahap aklimatisasi bibit

    embrio somatic dari kondisi in vitro ke lingkungan baru di rumah kaca

    dengan penurunan kelembaban dan peningkatan intensitas cahaya

    Regenerasi melalui embriogenesis somatik memberikan banyak

    keuntungan, antara lain: (1) waktu perbanyakan lebih cepat; (2)

    pencapaian hasil dalam mendukung program perbaikan tanaman lebih

    cepat; dan (3) jumlah bibit yang dihasilkan tidak terbatas jumlahnya.

    III. UJI KEMAMPUAN DIRI

    1. Jelaskan dengan singkat:

    a) Pengertian Organogenesis

    b) Pengertian Embriogenesis somatik

    c) Tahap perkembangan embrio somatik

    d) Perbedaan tahapan pertumbuhan eksplan melalui organogenesis

    dengan embryogenesis somatic.

  • 11

    DAFTAR PUSTAKA

    Kurnianingsih R, Marfuah, Matondang I. 2009. Pengaruh Pemberian BAP

    (6-Benzyl Amino Purine) pada Media Multiplikasi Tunas Anthurium Hookerii Kunth. Enum. secara in Vitro. Vis Vitalis 02 (2): 23-30

    Purnamaningsih R. 2003. Regenerasi Tanaman Melalui Embriogenesis

    Somatik Dan Beberapa Gen Yang Mengendalikannya. Buletin Agrobio 5(2):51-58

    Roostika I, Mariska I, Purnamaningsih R. 2005. Regenerasi Tanaman

    Sedap Malam melalui Organogenesisi dan Embriogenesis Somatik. J.Hort. 15(4):233-241.

    Sarmast MK, Salehi M, Salehi H. 2009. The Potential of Different Parts

    of Sansevieria Trifasciata L. Leaf for Meristemoids Production. Australian Journal of Basic and Applied Sciences, 3(3): 2506-2509

    Yusnita, Pungkastiani W, Hapsoro D. 2011. In Vitro Organogenesis of

    Two Sansevieria Cultivars on Different Concentrations of Benzyladenine (BA). Agrivita 33 (2):147-153