modul 2 260110140079 putri raraswati

Upload: ayu-apriliani

Post on 05-Jul-2018

256 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 Modul 2 260110140079 Putri Raraswati

    1/16

    Analisis Kuantitatif Bahan Baku Paracetamol Dengan

    MetodeTitrasi Nitrimetri

    Putri Raraswati

    260110140079

    Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

    ABSTRAKParacetamol merupakan derivat aminofenol yang mempunyai aktivitas

    analgetik dan antipiretik. Efek analgetik dihasilkan akibat adanya penghambatan prostaglandin di otak, sedangkan efek antipiretik dihasilkanoleh gugus amino benzen yang menurunkan panas saat demam. Suatu bahan

     baku paracetamol sebelum diproduksi menjadi sediian obat, hal yang pastidilakukan adalah melakukan suatu analisis kuantitatif untuk mengetahui kadar

    dari paracetamol tersebut. Analisis kuantitatif untuk penetapan paracetamoldengan metode konvensional dapat dilakukan dengan cara titrasi nitrimetri.Titrasi nitrimetri adalah titrasi antara gugus amin aromatic dengan asam nitrit

    yang akan menghasilkan garam diazonium, dalam titrasi nitrimetri iniindikatoryang digunakan adalah indicator luar berupa pasta kanji iodide. Hasil

    titrasi menunjukan bahwa kadar sampel bahan baku paracetamol pada titrasi pertama sebesar 17,128%, titrasi kedua sebasar 22,47% dan titrasi yang ketigasebesar 24,026%.

    Kata kunci : Paracetamol, Analisis Kuantitatif, Titrasi Nitrimetri,

    Indikator luar.

    ABSTRACT

    Paracetamol is an aminophenol derivative that has analgesic and antipyreticactivity. Analgesic effect is generated due to the inhibition of prostaglandins inthe brain, whereas the antipyretic effect produced by amino benzene down the

    heat during a fever. A raw material of paracetamol before sediian manufactured

    into drugs, they certainly do is to conduct a quantitative analysis to determinethe levels of paracetamol. Quantitative analysis for the determination of

     paracetamol with conventional methods can be done by titration nitrimetri. Nitrimetri titration is a titration between aromatic amine group with nitrous

    acid that will generate the diazonium salt, in this nitrimetri indikatoryangtitration indicator used is the outer form of pasta starch iodide. Titration results

    showed that the samples of raw materials paracetamol in the first titration of17.128%, 22.47% sebasar second titration and titration third at 24.026%.

    Keywords: Paracetamol, Quantitative Analysis, Titration Nitrimetri,External indicators.

  • 8/16/2019 Modul 2 260110140079 Putri Raraswati

    2/16

  • 8/16/2019 Modul 2 260110140079 Putri Raraswati

    3/16

    goreskan pada pasta, adanya

    kelebihan asam nitrit akan

    mengoksidasi iodida menjadi iodium

    dengan adanya kanji akan

    menghasilkan warna biru segera.

    Reaksi yang terjadi dapat dituliskan

    sebagai berikut6.

     NaNO2 + HCl → HNO2 + NaCl

    KI + HCl → KCl + HI

    2 HI + 2 HONO → I2 + 2 NO +

    2H2O

    I2 + kanji → kanji iod ( biru) 

    Titik akhir titrasi tercapai apabila

     pada penggoresan larutan yang

    dititrasi pada pasta kanji-iodida akan

    terbentuk warna biru segera sebab

    warna biru juga terbentuk beberapa

    saat setelah dibiarkan diudara, hal ini

    disebabkan karena oksidasi iodida

    oleh udara (O2) menurut reaksi5.

    4 KI + 4 HCl + O2 → 2H2O +

    2I2 + 4 KCl

    I2 + kanji → kanji iod (biru) 

    Menurut Higuchi 1968 dan The

     International Pharmacopoeia tahun

    2003, kadar parasetamol dapat

    ditetapkan secara nitrimetri, dimana

     parasetamol direfluks dengan H2SO4

    10 % b/b, sehingga diperoleh para-

    aminofenol dan dititrasi secara

    nitrimetri, menggunakan indikator

     pasta kanji, dengan Reaksi sebagai

     berikut7  :

    II.  METODE 

    2.1 Pembakuan larutan NaNO2

    Ditimbang secara seksama Sulfani

    lamid sebanyak 500 mg kemudian,di

    tambahkan HCl pekat sebanyak 5 ml

    dan aquadest sebanyak 50 ml diaduk

    sampai larut, setelah itu larutan

    didinginkan dengan menggunakan es

     batu sampai suhunya kurang lebih

    150C.

    Dipipet larutan sulfanilamid yang

    sudah didinginkan sebanyak10 ml

    kedalam 3 buah Erlenmeyer,

    kenudian dititrasi dengan mengguna-

    kan larutan NaNO2 hasil larutan

    dioleskan pada indicator kanji iodide

    sampai tercapai titik akhir titrasi

    (berwarna biru). 

  • 8/16/2019 Modul 2 260110140079 Putri Raraswati

    4/16

    2.2 Pembuatan Pasta Kanji

    Iodide

    Ditimbang sebanyak 750 mg

    kalium iodide, kemudian dilarutkan

    dengan 5ml aquadest setelah larut

    ditambahkan kembali aquadest ad

    100 ml dan dipanaskan pada suhu

    60-700C. Selanjutnya ditambahkan

    suspense pati 10 gram dalam 35 ml

    aquadest. Campuran tersebut

    didihkan selama 2 menit lalu

    didinginkan. 

    2.3 Penetapan Kadar Paraceta-

    mol

    Dilakukan tiga kali titrasisehingga disiapkan 3 buah

    Erlenmeyer kemudian pada masing-

    masing Erlenmeyer dimasukan

    sampel paracetamol yang

    sebelumnya telah ditimbang

    sebnayak 200 mg. Ditambahkan 8 ml

    HCl pekat dan 20 ml aquadest

    hingga larut.

    Masing-masing Erlenmeyer

    dipanaskan kurang lebih selama 1

     jam kemudian didinginkan dengan

    air es atau es batu sampai suhu

     berkisar antara 10-150C setelah itu

    dititrasi dengan larutan NaNO2 dan

    dioleskanpada indicator pasta kanji

    iodide sampai terjadi titik akhir

    titrasi (berwarna biru).

    III. HASIL

    3.1 Pembakuan Larutan NaNO2

     No Perlakuan Hasil

    1. Ditimbang 500 mg

    sulfanilamide + 5 ml HCl pekat

    + 50 ml aquadest

    keterangan : Diperoleh larutan

  • 8/16/2019 Modul 2 260110140079 Putri Raraswati

    5/16

     bening.

    2. Didinginkan pada suhu ± 15 C Diperoleh larutan bening

    dengan suhu ± 150C.

    3. Dipipet larutan sulfanilamide

    sebanyak 10ml masing-masing

    kedalam 3 buah erlenmeyer

    Keterangan : Diperoleh larutan

    yang siap untuk dititrasi.

    4. Dilakukan titrasi dengan

    menggunakan larutan NaNO2 

    hasilnya dioleskan pada

    indicator kanji iodide sampai

    titik akhir titrasi (biru).

    Keterangan : Titik akhir titrasi.

    Perhitungan pembakuan larutan NaNO2 0,1 M

    Massa sulfanilamide = 500 mg

    Volume larutan (aquadest + HCl) = 55 ml

    BM Sulfanilamid = 172,2 gram/ml

     N Sulfanilamid =

     x

     

    =

     x

     

     N Sulfanilamid = 0,0528 N

    Volume larutan analit = 10 ml

  • 8/16/2019 Modul 2 260110140079 Putri Raraswati

    6/16

  • 8/16/2019 Modul 2 260110140079 Putri Raraswati

    7/16

    4. Didihkan campuran tersebut

    selama 2 menit lalu

    didinginkan

    Keterangan : diperoleh larutan

    Bening.

    3.3 Penentapan Kadar Paracetamol

     No Perlakuan Hasil

    1. Ditimbang sampel paracetamol

    sebanyak 200 mg untuk

    masing-masing Erlenmeyer

    Keterangan : Diperoleh massa

     paracetamol

    2. Ditambahkan HCl 12 N

    sebanyak 8 ml dan aquadest

    sebanyak 20 ml kedalam

    masing-masing Erlenmeyer

    Keterangan : diperoleh larutan

     paracetamol dalam HCl dan air

  • 8/16/2019 Modul 2 260110140079 Putri Raraswati

    8/16

    3. Dipanaskan dalam air panas

    kurang lebih 1 jam

    Keterangan : Diperoleh larutan

     panas

    4. Didinginkan dengan es batu/air

    es ad suhunya kurang lebih 10-

    150C

    Diperoleh larutan dengan suhu

    kurang lebih 10-150C

    5. Dilakukan titrasi dengan

    larutanNaNO2  kemudian

    dioleskan pada indicator kanji

    iodide ad titik akhir titirasi

    (biru).

    Keterangan : Diperoleh larutan

    yang siap untuk dititrasi.

    Volume titrasi 1 = 2,6 ml

    Volume titrasi 2 = 3,2 ml

    Volume titrasi 3 = 3,7 ml

    Perhitungan penetapan kadar paracetamol :

      Titrasi 1

    Ek1 = Ek2

      = 0,088 N . 2,6 ml

  • 8/16/2019 Modul 2 260110140079 Putri Raraswati

    9/16

      = 0,2288

    Massa = 0,2288 x 151

    Massa = 34,548 mg

    % kadar titrasi 1 =

     x 100% = 17,128%

      Titrasi 2

    Ek1 = Ek2

      = 0,088 N . 3,2 ml

      = 0,2816

    Massa = 0,2816 x 151

    Massa = 42,52 mg

    % kadar titrasi 2 =

     x 100% = 22,47%

      Titrasi 3

    Ek1 = Ek2

      = 0,088 N . 3,7 ml

      = 0,325

    Massa = 0,325 x 151

    Massa = 49,165 mg

    % kadar titrasi 3 =

     x 100% = 24,026%

    % Kadar paracetamol rata-rata =

     

    = 21,208%

  • 8/16/2019 Modul 2 260110140079 Putri Raraswati

    10/16

    3.4 Reaksi

    a.  Reaksi umum pembentukkan garam diazonium8.

     b.  Pembentukan asam nitrit8.

    c.  Pembentukkan ion nitrosonium yang akan bereaksi dengan amin

    aromatik primer 8.

    d.  Pembentukan nitrosoamin (produk antara) untuk garam diazonium8.

  • 8/16/2019 Modul 2 260110140079 Putri Raraswati

    11/16

    e. 

    Pembentukkan produk akhir (garam diazonium)  8.

    IV.  PEMBAHASAN

    Pada praktikum kali ini telah

    dilakukan analisis kuantitatif bahan

     baku Paracetamol dengan metode

    titrasi nitrimetri. Analisis kuantitatif

    merupakan suatu metode analisis

    untuk mengetahui konsentrasi atau

    kadar dari senyawa yang diuji.

    Dalam percobaan kali ini penetapan

    kadar sampel bahan baku

     paracetamol dilakukan dengan

    metode titrasi nitrimetri. Titrasi

    nitrimetri merupakan penetapan

    kadar secara kuantitatif dengan

    menggunakan larutan baku NaNO2 

    sebagai pentiter dalam suasana asam.Pada suasana asam, NaNO2  berubah

    menjadi HNO2  (asam nitrit) yang

    akan bereaksi dengan sampel

     paracetamol dan membentuk garam

    diazonium. Nitrimetri disebut juga

    dengan metode titrasi diazotasi.

    Prinsip titrasi nitrimetri adalah

     pembentukan garam diazonium dari

    gugus amin aromatik primer (amin

    aromatik sekunder dan gugus nitro

    aromatik). Penetapan kadar sampel

     bahan baku paracetamol ini

    dilakukakan sebanyak tiga kali titrasi

    (triplo) dengan indicator yang

    dipakai adalah indikator luar yaitu

     pasta kanji iodide.

    Tahapan dari titrasi nitrimetri ini

    adalah yang pertama melakukan

     pembakuan terhadap larutan NaNO2,

    kemudian pembuatan indicator pasta

    kanji iodide dan yang terakhir adalah

     penetapan kadar sampel bahan baku

     parcetamol.

    Tahap yang pertama adalah

     pembakuan larutan NaNO2 dengan

    menggunakan larutan sulfanilamid. 

    Larutan NaNO2 dibakukan karena

    larutan NaNO2 merupakan larutan

     baku sekunder, larutan baku

    sekunder tidak dapat langsung

    digunakan untuk penetapan kadar

  • 8/16/2019 Modul 2 260110140079 Putri Raraswati

    12/16

    suatu senyawa dalam titrasi karena

    larutan baku sekunder ini terbuat dari

    zat-zat yang tidak stabil, higroskopis,

    dan memiliki BM yang kecil

    sehingga kadar dari larutan baku

    sekunder tersebut tidak dapat

    diketahui dengan tepat, oleh karena

    itu larutan baku sekunder perlu

    distandardkan dengan menggunakan

    larutan baku primer. Larutan baku

     primer yang digunakan untuk

    membakukan larutan NaNO2 adalah

    larutan baku sulfanilamide. Larutan

    sulfanilamide terbuat dari 500 mg

    sulfanilamide yang dilarutkan dalam

    5 ml HCl pekat dan 50 ml aquadest.

    Tujuan adanya penambahan HCl

     pekat adalah untuk membentuk

    suasana asam sehingga mengubah

     NaNO2 menjadi HNO2  (Asam nitrit).

    Reaksi yang terjadi ketika larutan

     NaNO2 ditambahkan HCl pekat

    adalah NaNO2 + HCl → NaCl + HNO2 

    dan C6H2  –  NH2 + HNO2 + HCl →

    C6H2  –  N2Cl + H2O. Kemudian setelah

    diperoleh larutan sulfanilamide

    didingkan dengan es sampai suhunya

     berkisar 150C. Setelah didapatkan

    larutan dengan suhu antara 10-150C,

    larutan sulfanilamide dititrasi dengan

    larutan NaNO2 secara berkala

    dilakukan pengecekan pada larutan

    analit (larutan sulfanilamid) untuk

    memastikan titik akhir titrasi. Titik

    akhir titrasi tidak terjadi dalam

    larutan analit tetapi titik akhir titrasi

    terjadi di luar analit dengan cara

    menggosokan sedikit larutan analit

    ke kertas yang telah diolesi dengan

    indicator pasta kanji iodide. Pasta

    kanji iodide ini merupakan indicator

    luar sehingga tidak dimasukan ke

    dalam larutan analit. Titik akhir

    titrasi akan menunjukan perubahan

    warna menjadi biru. Dapat pula

    diberi tambahan KBr sebagai katalis

    yang bertujuan untuk mempercepat

    reaksi, hasil kadar larutan NaNO2

    yang diperoleh sebesar 0,088 N.

    Sehingga dari kadar larutan NaNO2

    ini dapat ditentukan kadar

     paracetamol sampel dengan

    menggunakan rumusan pengenceran.

    Tahapan yang kedua adalah

     pembuatan indicator pasta kanji

    iodide. Dalam melakukan titrasi

    selalu ada yang dinamakan dengan

    indicator. Indikator adalah seuatu

    senyawa yang akan menunjukan

     perubahan warna jika telah tercapai

    titik akhir titrasi. Pada tittrasi

    nitrimetri indikator yang biasa

  • 8/16/2019 Modul 2 260110140079 Putri Raraswati

    13/16

    digunakan ada 2 macam yaitu

    indicator dalam dan indicator luar.

    Indikator dalam merupakan indikator

    yang digunakan dengan cara

    memasukkan indikator tersebut

    kedalam larutan yang akan dititrasi,

    contohnya tropeolin O.O dan metilen

     blue dengan perbandingan 5:3 dan

    yang kedua ada indikator luar.

    Indikator luar adalah indikator yang

    dipakai tidak dengan memasukkan

    ke dalam larutan yang dititrasi tetapi

    hanya dengan menggunakan larutan

    yang akan diperiksa pada indikator

    ini pada saat titik akhir hampir

    dicapai, contohnya adalah pasta kanji

    iodide.

    Dalam percobaan ini hanya

    ditambahkan indicator luar saja

    karena keterbatasan bahan yaitu

    tidak tersedianya tropeolin O.O

    sehingga indicator yang dipakai

    hanya indicator pasta kanji iodida .

    Indicator pasta kanji iodide termasuk

    kedalam golongan indicator luar

    sehingga tidak masukan ke dalam

    analit. Pasta kanji iodide adalah

    campuran antara kalium iodide dan

     pati/amilum. Cara membuatnya

    adalah dengan cara melarutkan 750

    mg kalium iodide dalam 5 ml

    aquadest setelah larut kemudian

    ditambahkan lagi aquadest sampai

    100 ml dan agar lebih mudah larut

    dilakukan pemanasan pada suhu 60-

    700C selanjutnya ditambahkan 10

    gram pati dalam 35ml aquadest, dan

    mendidihkan campurantersebut

    selama 2 menit lalu didinginkan.

    Hasil dari indicator pasta kanji iodide

    iniberupa larutan bening yang larut.

    Indikator pasta kanji iodide memiliki

    kelebihan dibandingkan dengan

    indicator dalam yaitu dalam meilihat

    titik akhir titrasi perubahan warnanya

    terlihat lebih jelas. Namun

    kekurangan dari indikator pasta kanji

    iodida adalah . cara kerja tidak

     praktis, jika terlalu sering menotol

    menyebabkan adanya kemungkinan

    zat terbuang (analit banyak

    terbuang), titrasi harus dilakukan

     pada suhu dibawah 15ºC serta harus

    diketahui jumlah volume titran yang

    dibutuhkan. Kalau tidak, titrasi akan

     berlangsung sangat lama yang berarti

    makin banyak larutan yang dititrasi

    yang hilang (karena digoreskan pada

     pasta kanji iodida untuk mengetahui

    titik akhir titrasi). Cara kerja dari

    indikator pasta kanji iodida adalah

     jika telah tercapai titik ekivalen,

  • 8/16/2019 Modul 2 260110140079 Putri Raraswati

    14/16

    kelebihan asam nitrit akan

    mengoksidasi ion iodida menjadi

    I2 yang dengan amilum akan bereaksi

    menjadi Iod amilum yang akhirnya

    akan menghasilkan warna biru.

    Tahapan yang selanjutnya adalah

     penentapan kadar sampel bahan baku

     paracetamol. Dalam penetapan

    kadarnya dilakukan tiga kali titrasi

    (triplo) sehingga dari ketiga

    kadartersebut dapat diambil rata-rata

    kadarnya. Masing-masing

    Erlenmeyer berisi 200 mg sampel

     paracetamol kemudian 8 ml HCl 12

     N dan 20 ml aquadest. Paracetamol

    memiliki gugus amin sekunder

    sehingga apabila akan dititrasi

    dengan metode titrasi nitrimetri

    gugus amin sekunder tersebut harus

    dihidrolisis menjadi gugus amin

     primer, karena hanya gugus amin

     primer lah yang akan bereaksi

    dengan asam nitrit untuk membentuk

    garam diazonium. Sampel bahan

     baku paracetamol di hidrolisis oleh

    HCl 12 N sehingga hasil reaksinya

    diperolehgugus amin aromatik

     primer. Agar hidrolisis berlangsung

    dengan cepat dan sempurna, maka

    dilakukan pemanasan pada larutan

    analit yang berisi sampel

     paracetamol yang akan di titrasi.

    Pemanasan dilakukan dengan cara

    merendam larutan analit paracetamol

    dalam air panas selama 1 jam.

    Setelah dipanaskan larutan analit

    didinginkan, tujuan pendinginan

    adalah karena reaksi diazotasi tidak

    stabil dalam suhu kamar. Garam

    diazonium yang terbentuk mudah

    terdegradasi membentuk senyawa

    fenol dan gas nitrogen. Sehingga

    titrasi dilakukan pada suhu dibawah

    15°C atau kisaran suhu 5-15° C,

    walaupun sebenarnya pembentukan

    garam diazonium berlangsung pada

    suhu yang lebih rendah yaitu 0-5° C.

    Titrasi tidak dapat dilakukan pada

    suhu tinggi karena HNO2  yang

    terbentuk akan menguap pada suhu

    tinggi dan garam diazonium yang

    terbentuk akan terurai menjadi fenol.

    Untuk mendapatkan suhu dibawah

    15°C dapat dilakukan dengan

    merendam erlenmeyer yang berisi

    larutan analit paracetamol dalam

    wadah berisi es batu. Dan

    selanjutnya dilakukan titrasi dengan

    larutan NaNO2 .

    Reaksi diazotasi berlangsung

    lambat sekali, sehingga agar reaksi

    sempurna maka titrasi harus

  • 8/16/2019 Modul 2 260110140079 Putri Raraswati

    15/16

    dilakukan perlahan-lahan dan dengan

     pengocokan yang kuat. Frekuensi

    tetesan pada awal titrasi kira-kira 1

    ml/menit, lalu menjelang titik akhir

    menjadi 2 ml/menit, selain itu titrasi

    harus berlangsung pada pH ± 2 hal

    ini dibutuhkan untuk mengubah

     NaNO2  menjadi HNO2 dan untuk

     pembentukan garam diazonium.

    Pada saat titrasi perlu dilakukan

     pengecekan secara berkala pada

    larutan analit untuk memastikan

    apakah sudah terjadi titik akhir titrasi

    atau belum. Titik akhir titrasi

    ditandai dengan terjadinya perubahan

    warna menjadi biru pada saat larutan

    analit dioleskan pada indicator luar

    yaitu pasta kanji iodide. Perubahan

    menjadi warna biru ini terjadi akibat

    , kelebihan asam nitrit yang

    mengoksidasi ion iodida menjadi

    I2 yang dengan amilum akan bereaksi

    menjadi Iod amilum sehingga

    menghasilkan warna biru. Hasil

     perhitungan kadar sampel bahan

     baku paracetamol pada titrasi yang

     pertama adalah 17,128% selanjutnya

     pada titrasi yang kedua

    adalah22,47% dan pada titrasi yang

    ketiga adalah 24,026%. Dari ketiga

    kadar tersebut dapat dirata-ratakan

    kadarnya sehingga rata-rata dari

    sampel bahan baku paracetamol yang

    diuji adalah 21,208%. Dalam

     persyaratan Farmakope Indonesia

    ditetapkan bahwa kadar dari

     paracetamol adalah tidak kurang dari

    98,0% dan tidak lebih dari 101,0 %.

    Jika kita bandingkan dengan hasil

     penetapan kadar yang diperoleh

    adalah 21,208% maka dapat

    dipastikan bahwa bahan baku

     parcetamol yang diuji kadarnya tidak

    memenuhi persyaratan Farmakope

    Indonesia.

    V.  KESIMPULAN

    1. 

    Prinsip dari titrasi nitrimetri

    adalah pembentukan garam

    diazonium dari gugus amin

    aromatik primer (amin aromatik

    sekunder dan gugus nitro

    aromatik). Reaksi diazotasi tidak

    stabil dalam suhu kamar,karena

    garam diazonium yang terbentuk

    mudah terdegradasi membentuk

    senyawa fenol dan gas nitrogen,

    sehingga reaksi dilakukan pada

    suhu dibawah 15°C dan titrasi

    harus berlangsung pada pH ± 2

    hal ini dibutuhkan untuk

    mengubah NaNO2  menjadi HNO2

  • 8/16/2019 Modul 2 260110140079 Putri Raraswati

    16/16

    dan untuk pembentukan garam

    diazonium.

    2.  Kadar rata-rata dari 200 mg

    sampel bahan baku paracetamol

    yang di titrasi dengan metode

    titrasi nitrimetri adalah 21,208%.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. 

    Wilmana, P. F. 1995. Farmakologi 

    dan Terapi  Edisi 4. Jakarta : 

    Bagian Farmakologi FKUI.

    2.  Depkes RI. 1979. Farmakope 

     Indonesia Edisi III . Jakarta :

    Depkes RI.

    3. 

    Gandjar, I.G dan Abdul R. 2001.

     Kimia Farmasi Analisis.

    Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

    4. 

    Setyawati, H dan Murwani 

    I.K. 2010. Sintesis

    dan Karakteristik

    Senyawa Kompleks

     Besi (III) EDTA.

    Surabaya : ITS. 

    5. 

    Kar, A. 2005. Pharmaceutical Drug Analysis Revised

    Second Edition. New age International Publichers.

    London: hal.1036.

     

    Ditjen POM. 1995. Farmakope

     Indonesia Edisi Keempat .

    Jakarta : DepartemenKesehatan RI.

    7.  Higuci T., dan Hanssen, B.E.

    1968. Pharmaceutical

     Analysis A Wiley Interscience

     Publication: Singapore:

    hal.550  –  551.

    8. 

    Clark, J. 2004. Reaction of

    Diazonium Salts. Available at

    http://www.chemguide.co.uk

    [Diakses pada tanggal 10

    Maret 2016].

    http://www.chemguide.co.uk/http://www.chemguide.co.uk/