modul 1 kegemukan stanley

Upload: stanley-tjahjadi

Post on 04-Apr-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 Modul 1 Kegemukan Stanley

    1/12

    Laporan individu

    Selasa, 4 Juli 2012

    PATOMEKANISME, MANIFESTASI KLINIS,

    DAN EPIDEMIOLOGI DIABETES MELITUS

    TIPE 2

    LAPORAN TUTORIAL MODUL 1

    KEGEMUKAN

    BLOK ENDOKRIN METABOLIK

    DISUSUN OLEH :

    NAMA : Stanley S Tjahjadi

    NO STAMBUK : 11-777-035

    KELOMPOK : 1 (SATU)

    PEMBIMBING :dr. Sarniwaty Kamissy, Sp.PD

    dr. Muh Irfansyah Ramadhan

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ALKHAIRAATPALU

    2012

  • 7/29/2019 Modul 1 Kegemukan Stanley

    2/12

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I. Skenario 1

    Seorang pria umur 44 Tahun, datang ke dokter untuk pemeriksaan

    kesehatan rutin dari anamnesis diketahui bahwa ibu dari pria tersebut

    menderita diabetes. Ia tidak merokok, pemeriksaan fisis TB 160 cm, BB 78

    Kg, LP 95 cm, TD 150/95 mmHg. Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal.

    Setelah diperiksa laboratorium didapatkan hasil sbb : GDP 110 mg/dl, Kol

    total 280 mg/dl, LDL kol 180 mg/dl, HDL-kol 32 mg/dl, asam urat 9 mg/dl, lain-

    lain dalam batas normal.

    II. Kata kunci

    1. Diabetes Mellitus

    2. Pria 44 tahun

    3. Tidak merokok

    4. Pemfis : TB 160 cm, BB 78 Kg, LP 95 cm, TD 150/95 mmHg

    5. Lab : GDP 110 mg/dl, Kol total 280 mg/dl, LDL kol 180 mg/dl, HDL-kol 32mg/dl, asam urat 9 mg/dl

    III. Pertanyaan

    1. Bagaimana interpretasi hasil lab ?

    2. Bagaimana hormon yang mempengaruhi BB ?

    3. Bagaimana metabolisme lemak ?

    4. Bagaimana mekanisme peningkatan berat badan, asam urat dan

    hipertensi ?

    5. Bagaimana organ-organ dalam peningkatan regulasi berat badan ?

    6 Bagaimana Peranan genetik dan lingkungan terhadap peningkatan berat

    badan ?

    7. Apa saja penyakit yang menyebabkan peningkatan berat badan ?

    8. Apa hubungan peningkatan berat badan dan hipertensi ?

    9. Apa saja Resiko yang menyebabkan peningkatan berat badan ?

    10. Apa saja etiologi dari obesitas ?

    11. Bagaimana pemeriksaan fisis, anamnesis dan diagnosa banding dari

    penyakit tersebut ?

  • 7/29/2019 Modul 1 Kegemukan Stanley

    3/12

    BAB II

    PEMBAHASAN

    DIABETES MELLITUS TIPE 2

    1. Definisi Diabetes mellitus Tipe 2

    Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

    karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekseri insulin, kerja insulin

    atau kedua-keduanya. Hiperglikemia kronik pad diabetes berhubungan dengan

    kerusakan jangka panjang disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh,

    terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah.(1)

    2. Epidemiologi Diabetes mellitus

    Pada negara berkembang, DM cenderung diderita oleh penduduk usia 45-64

    tahun, sedangkan pada negara maju penderita DM cenderung diderita oleh

    penduduk usia di atas 64 tahun.24 Penderita DM Tipe 1 biasanya berumur < 40

    tahun dan penderita DM Tipe 2 biasanya berumur 40 tahun.

    Hasil penelitian Ditjen Yanmed Depkes RI pada tahun 2002, diperoleh data bahwa

    DM berada di urutan keenam dengan PMR sebesar 3,6% dari sepuluh penyakit

    utama yang ada di Rumah Sakit yang menjadi penyebab utama kematian. Dan

    penelitian Ditjen Yanmed Depkes pada tahun 2005 menyatakan bahwa DM menjadi

    penyebab kematian tertinggi pada pasien rawat inap akibat penyakit metabolik, yaitu

    sebanyak 42.000 kasus dengan 3.316 kematian (CFR 7,9%).

    Berdasarkan penelitian Junita L.R marpaung di RSU Pematang Siantar tahun 2003-

    2004 terdapat 143 orang (80,79 %) pasien DM yang berusia 45 tahun dan 34

    orang (19,21 %) yang berusia < 45 tahun.26 Menurut penelitian Renova di RS.

    Santa Elisabeth tahun 2007 terdapat 239 orang (96 %) pasien DM yang berusia 40

    tahun dan 10 orang (4 %) yang berusia < 40 tahun

  • 7/29/2019 Modul 1 Kegemukan Stanley

    4/12

    Pada Tahun 2000, lima Negara dengan jumlah penderita Diabetes mellitus

    terbanyak pada kelompok 20-79 tahun adalah India (31,7 juta), Cina (20,8 juta),

    Amerika (17,7 juta), Indonesia (8,4 juta), dan Jepang (6,8 juta).24 Berdasarkan

    survei lokal, prevalensi DM di Pulau Bali pada tahun 2004, mencapai angka 7,2%.

    Pada tahun 2005, di DKI Jakarta telah dilakukan survei, dan diperoleh prevalensi

    DM sebesar 12,8%.5

    Menurut laporan PERKENI tahun 2005 dari berbagai penelitian epidemiologi di

    Indonesia, menunjukkan bahwa angka prevalensi DM terbanyak terdapat di kota-

    kota besar, antara lain : Jakarta 12,8 %, Surabaya 1,8 %, Makassar 12,5 %,dan

    Manado 6,7 %. Sedangkan prevalensi DM terendah terdapat di daerah pedesaan

    antara lain Tasikmalaya sebesar 1,8 % dan Tanah Toraja sebesar 0,9 %. Adanya

    perbedaan prevalensi DM di perkotaan dengan di pedesaan menunjukkan bahwa

    gaya hidup mempengaruhi kejadian DM.4

    Pada tahun 2000, terdapat 2,9 juta kematian akibat DM di dunia, dimana 1,4 juta

    atau 48,28% kematian terjadi pada pria, dan selebihnya 1,5 juta atau 51,72% pada

    wanita. Dari jumlah kematian ini, 1 juta atau 34,48% kematian terjadi di negara maju

    dan 1,9 juta atau 65,52% kematian terjadi di negara berkembang.8 Pada tahun

    2003, WHO menyatakan 194 juta jiwa atau 5,1% dari 3,8 miliar penduduk dunia usia

    20-79 tahun menderita Diabetes mellitus dan tahun 2007 mengalami peningkatan

    menjadi 7,3%.20

    Peningkatan angka kesakitan DM dari waktu ke waktu lebih banyak disebabkan oleh

    faktor herediter, life style (kebiasaan hidup) dan faktor lingkungannya. WHO

    menyatakan penderita DM Tipe 2 sebanyak 171 juta pada tahun 2000 akan

    meningkat menjadi 366 juta pada tahun 2030.(2)

  • 7/29/2019 Modul 1 Kegemukan Stanley

    5/12

    3. Patomekanime diabetes mellitus tipe 2

    Pada diabetes mellitus tipe 2, yakni jenis diabetes yang paling sering

    ditemukan, gangguan metabolisme glukosa disebabkan oleh dua faktor utama yakni

    tidak adekuatnya sekresi insulin (defisiensi insulin) dan kurang sensitifnya jaringan

    tubuh terhadap insulin (resistensi insulin), disertai oleh faktor lingkungan

    (environment). Sedangkan pada diabetes tipe 1, gangguan tersebut murni

    disebabkan defisiensi insulin secara absolut.

    Gangguan metabolisme glukosa yang terjadi, diawali oleh kelainan dinamika

    sekresi insulin berupa gangguan pada fase 1 sekresi insulin yang tidak sesuai

    kebutuhan (inadekuat). Defisiensi insulin ini secara langsung menimbulkan dampak

    buruk terhadap homeostasis glukosa darah. Yang pertama terjadi adalah

    hiperglikemia akut pascaprandial (HAP) yakni peningkatan kadar glukosa darah

    segera (10-30 menit) setelah beban glukosa ( makan atau minum ).

    Kelainan berupa disfungsi sel beta dan resistensi insulin merupakan faktor

    etiologi yang bersifat bawaan (genetik). Secara klinis, perjalanan penyakit ini bersifat

    progressif dan cenderung melibatkan pula gangguan metabolisme lemak atau

    protein.

    Tidak adekuatnya fase 1, yang kemudian dikuti peningkatan kinerja fase 2

    sekresi insulin, pada tahap awal belum akan menimbulkan gangguan terhadap kadar

    glukosa darah. Secara klinis, barulah tahap dekompensasi, dapat terdeteksi

    keadaan dinamakan tolerasi glukosa terganggu yang disebut prediabetic state. Pada

    tahap ini mekanisme kompensasi sudah tidak adekuat lagi, terjadi peningkatan

    glukosa darah postprandial dengan test toleransi glukosa oral (TTGO), berkisar

    diantara 140-200 mg/dl.

    Keadaan hiperglikemi yang terjadi berulangkali setiap hari sejak TGT,

    memberi dampak buruk terhadap jaringan yang akan menimbulkan glucotoxicity dan

    lipotoxicity yang bertanggung jawab terhadap kerusakan jaringan baik secar stress

    oksidatif, dan proses glikosilasi menurun yang disebut sebagai resistensi insulin.

    Semakin tingginya resistensi insulin ini dapat terlihat pula dari peningkatan

    kadar glukosa darah puasa maupun postprandial. Sejalan dengan itu, pada hepar

    semakin tinggi tingkat resistensi insulin, semakin rendah kemampuan inhibisinya

    terhadap proses glikogenolisis dan glukoneogenesis, menyebabkan semakin tinggi

    pula tingkat produksi glukosa dari hepar.

  • 7/29/2019 Modul 1 Kegemukan Stanley

    6/12

    Jadi, dapat disimpukan perjalanan penyakit DM tipe 2 ditentukan oleh kinerja

    fase dan memberi dampak negatif terhadap fase 2 yang berakibat pada

    hiperglikemia. Gangguan atau pengaruh lingkungan seperti gaya hidup atau

    obesitas akan mempercepat progresivitas perjalanan penyakit. Gangguan

    metabolisme glukosa akan berlanjut pada metabolisme lemak dan protein serta

    kerusakan jaringan tubuh.(1)

    4. Manifestasi klinis Diabetes Mellitus tipe 2

    Manifestasi klinis diabetes mellitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolic

    defisiensi insulin. Pasien pasien dengan defisiensi insulin tidak dapat

    mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal, atau toleransi glukosa

    setelah makan karbohidrat. Jika hiperglikemianya berat dan melebihi ambang ginjal

    untuk zat ini, maka timbul glukosuria. Glikosuria ini akan mengakibatkan dieresis

    osmotic yang meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa halus (

    polidipsia). Karena glukosa hilang bersama urine, maka pasien mengalami

    keseimbangan kalori negative dan berat badan berkurang. Rasa lapar yang semakinbesar (polifagia) mungkin akan timbul sebagai akibat kehilangan kalori. Pasien

    mengeluh lelah dan mengantuk.

    Pasien dengan diabetes tipe 2 mungkin sama sekali tidak memperlihatkan

    gejala apapun, dan diagnosis hanya dibuat berdasarkan pemeriksaan darah di

    laboratorium dan melakukan tes toleransi glukosa. Pada hiperglikemia berat, pasien

    tersebut mungkin menderita polidipsi, poliuria, lemah dan somnolen. Biasanya

    mereka tidak mengalami ketoasidosis karena pasien ini tidak defisiensi insulin

    secara absolute namun hanya relative. Sejumlah insulin tetap disekresi dan masih

    cukup untuk menghambat ketoasidosis. Kalau hiperglikemia berat dan pasien tidak

    berespon terhadap terapi diet, atau terhadap obat-obat hipoglikemik oral, mungkin

    diperlukan terapi insulin untuk menormalkan kadar glukosanya. Pasien ini biasanya

    memperlihatkan kehilangan sensitivitas perifer terhadap insulin. Kadar insulin pada

    pasien sendiri mungkin berkurang, normal atau malahan tinggi, tetapi tetap tidak

    memadai untuk mempertahankan kadar glukosa darah normal. Penderita jugaresisten terhadap insulin eksogen.(3)

  • 7/29/2019 Modul 1 Kegemukan Stanley

    7/12

    KEGEMUKAN

    DIAGNOSA MEKANISME

    DASAR

    ETIOLOGI

    OBESITAS

    GENETIK

    LINGKUNGAN

    METABOLISME

    LIPID

    PENINGKATAN

    BB

    TERAPI DAN

    PREVENSI

    SINDROM

    METABOLIK

    DIABETES

    MELLITUS TIPE 2

    CUSHINGDISEASE

    MIND MAP

  • 7/29/2019 Modul 1 Kegemukan Stanley

    8/12

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Sudoyo Aru w,dkk.2009.Buku ajar Ilmu penyakit dalam jilid 3 Edisi 5.Jakarta.

    penerbit Interna Publishing.hal 1880 paragraf 1.hal 1898-1889.paragraf 1-8.

    2. M syah.2011.Tinjauan Pustaka Diabetes Mellitus.Universitas sumatera utara.

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29762/4/Chapter%20II.pdf.

    Hal 5-6.

    3. Price Sylvia,dkk.2006.Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit

    volume 2 edisi 6.Jakarta.EGC.hal 1263-1264

  • 7/29/2019 Modul 1 Kegemukan Stanley

    9/12

    BAB III

    KESIMPULAN

    Jadi, dapat disimpulkan bahwa Diabetes mellitus tipe 2 merupakan penyakit

    sindrom metabolik yang bukan hanya disebabkan oleh genetik tetapi juga karena life

    style yang buruk. Serta, dari tahun ke tahun angka kejadian Diabetes mellitus Tipe 2

    semakin bertambah.

  • 7/29/2019 Modul 1 Kegemukan Stanley

    10/12

    2.5 Epidemiologi Diabetes Mellitus

    2.5.1 Distribusi dan Frekuensi

    a. Menurut Orang

    Pada negara berkembang, DM cenderung diderita oleh penduduk usia 45-64 tahun,

    sedangkan pada negara maju penderita DM cenderung diderita oleh penduduk usia

    di atas 64 tahun.24 Penderita DM Tipe 1 biasanya berumur < 40 tahun dan

    penderita DM Tipe 2 biasanya berumur 40 tahun.21

    Hasil penelitian Ditjen Yanmed Depkes RI pada tahun 2002, diperoleh data bahwa

    DM berada di urutan keenam dengan PMR sebesar 3,6% dari sepuluh penyakit

    utama yang ada di Rumah Sakit yang menjadi penyebab utama kematian. Dan

    penelitian Ditjen Yanmed Depkes pada tahun 2005 menyatakan bahwa DM menjadi

    penyebab kematian tertinggi pada pasien rawat inap akibat penyakit metabolik, yaitu

    sebanyak 42.000 kasus dengan 3.316 kematian (CFR 7,9%).25

    Berdasarkan penelitian Junita L.R marpaung di RSU Pematang Siantar tahun 2003-

    2004 terdapat 143 orang (80,79 %) pasien DM yang berusia 45 tahun dan 34

    orang (19,21 %) yang berusia < 45 tahun.26 Menurut penelitian Renova di RS.

    Santa Elisabeth tahun 2007 terdapat 239 orang (96 %) pasien DM yang berusia 40

    tahun dan 10 orang (4 %) yang berusia < 40 tahun.27

    b. Menurut Tempat

    Pada Tahun 2000, lima Negara dengan jumlah penderita Diabetes mellitus

    terbanyak pada kelompok 20-79 tahun adalah India (31,7 juta), Cina (20,8 juta),

    Amerika (17,7 juta), Indonesia (8,4 juta), dan Jepang (6,8 juta).24 Berdasarkan

    survei lokal, prevalensi DM di Pulau Bali pada tahun 2004, mencapai angka 7,2%.

    Pada

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 Modul 1 Kegemukan Stanley

    11/12

    tahun 2005, di DKI Jakarta telah dilakukan survei, dan diperoleh prevalensi DM

    sebesar 12,8%.5

    Menurut laporan PERKENI tahun 2005 dari berbagai penelitian epidemiologi di

    Indonesia, menunjukkan bahwa angka prevalensi DM terbanyak terdapat di kota-

    kota besar, antara lain : Jakarta 12,8 %, Surabaya 1,8 %, Makassar 12,5 %,dan

    Manado 6,7 %. Sedangkan prevalensi DM terendah terdapat di daerah pedesaan

    antara lain Tasikmalaya sebesar 1,8 % dan Tanah Toraja sebesar 0,9 %. Adanya

    perbedaan prevalensi DM di perkotaan dengan di pedesaan menunjukkan bahwa

    gaya hidup mempengaruhi kejadian DM.4

    c. Menurut Waktu

    Pada tahun 2000, terdapat 2,9 juta kematian akibat DM di dunia, dimana 1,4 juta

    atau 48,28% kematian terjadi pada pria, dan selebihnya 1,5 juta atau 51,72% pada

    wanita. Dari jumlah kematian ini, 1 juta atau 34,48% kematian terjadi di negara maju

    dan 1,9 juta atau 65,52% kematian terjadi di negara berkembang.8 Pada tahun

    2003, WHO menyatakan 194 juta jiwa atau 5,1% dari 3,8 miliar penduduk dunia usia

    20-79 tahun menderita Diabetes mellitus dan tahun 2007 mengalami peningkatan

    menjadi 7,3%.20

    Peningkatan angka kesakitan DM dari waktu ke waktu lebih banyak disebabkan oleh

    faktor herediter, life style (kebiasaan hidup) dan faktor lingkungannya. WHO

    menyatakan penderita DM Tipe 2 sebanyak 171 juta pada tahun 2000 akan

    meningkat menjadi 366 juta pada tahun 2030.9

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 Modul 1 Kegemukan Stanley

    12/12