modul 1 forensik (laporan) (1)

19
LAPORAN PBL LUKA / TRAUMA DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2 ANDI RENNY AMITA ABDUL RAHIM HARIADI FITRIA SYAM HASRIANTI MARYAM MAYIDDAH HASAN NUR PRATIWI RAHMAWATI RESKI APRIYANTI PINNI TIARA QALBU DHUAFA ZULKIFLI PROGRAM STUDY PENDIDIKAN DOKTER

Upload: welly-dehsy

Post on 11-Jan-2016

178 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

kwhedkwhkdhwhdwd

TRANSCRIPT

Page 1: Modul 1 Forensik (Laporan) (1)

LAPORAN PBL

LUKA / TRAUMA

DISUSUN

OLEH :

KELOMPOK 2

ANDI RENNY AMITA

ABDUL RAHIM HARIADI

FITRIA SYAM

HASRIANTI

MARYAM MAYIDDAH HASAN NUR

PRATIWI

RAHMAWATI RESKI APRIYANTI PINNI

TIARA QALBU DHUAFA

ZULKIFLI

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN DOKTERUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2011

Page 2: Modul 1 Forensik (Laporan) (1)

MODUL 1

SKENARIO 2

Seorang wanita berumur 28 tahun dibawa ke PUSKESMAS diantar oleh polisi. Ia menyatakan bahwa semalam ia dianiaya oleh suaminya. Ia sudah berusaha lari dari rumah, namun sang suami terlalu kuat dibandingkan dirinya. Mereka baru saja memasuki tahun ke 3 pernikahan dengan seorang putri berumur 2 tahun. Mata kanannya terasa nyeri, tetapi ia tidak mengalami gangguan penglihatan. Ia mengalami sakit kepala sejak semalam dan disertai mual. Ia dapat mengingat secara detail insiden semalam. Ia melaporkan kebrutalan suaminya pada pos polisi terdekat. Akan tetapi, ia tidak tahu apakah telah melakukan keputusan yang benar. Ia tidak berniat membuat suaminya ditahan oleh polisi, karena secara finansial seluruh keluarga bergantung pada sang suami.

KATA / KALIMAT KUNCI

Wanita 28 tahun Dianiaya oleh suaminya Usia pernikahan 3 tahun dengan seorang anak Mata kanannya terasa nyeri tetapi tidak mengalami gangguan penglihatan Mengalami sakit kepala sejak semalam disertai mual Ia dapat mengingat secara detail insiden semalam Melaporkan kebrutalan suaminya pada polisi

PERTANYAAN PENTING

1. Menjelaskan patomekanisme luka / trauma yang berkaitan dengan anatomi, histology danfisiologi tubuh manusia ?

2. Mendeskripsikan karakteristik luka ?3. Menjelaskan karakteristik kemungkinan ‘agen’ penyebab luka ?4. Menjelaskan keparahan / derajat luka sesuai dengan hukum yang berlaku ?

Page 3: Modul 1 Forensik (Laporan) (1)

JAWABAN :

1.

Dari luar, mata itu tampak berbentuk bulat dan dilindungi oleh kelopak mata. Conjunctiva,yang mengandung banyak pembuluh darah, adalah selaput lendir yang melapisi bagian dalamkelopak mata dan bagian depan bola mata hingga ke cornea. Selaput ini mencegah benda-benda asing di dalam mata seperti bulu mata atau lensa kontak (contact lens), agar tidaktergelincir ke belakang mata. Bersama-sama dengan kelenjar lacrimal yang memproduksi airmata, selaput ini turut menjaga agar cornea tidak kering. Air mata mempunyai fungsi yangpenting sebagai minyak pelumas dan turut mencegah kekeringan pada mata. Kelebihan airmata dibuang melalui lubang-lubang kecil pada kelopak mata dan mengalir ke dalam hidung.Bulu mata (pada bagian luar kelopak mata) serupa fungsinya dengan kumis pada kucing,yang bereaksi cepat terhadap rangsangan eksternal, yang menyebabkan mata berkedip dengancepat untuk menghindari cedera.

Bola Mata

Bola mata terdiri atas :

- dinding bola mata

- isi bola mata.

Dinding bola mata terdiri atas :

- sklera

- kornea.

Isi bola mata terdiri atas uvea, retina, badan kaca dan lensa.2

Page 4: Modul 1 Forensik (Laporan) (1)

Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di bagian depan

(kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2

kelengkungan yang berbeda. Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu :1

1. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata, merupakan

bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan sklera disebut kornea yang

bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata. Kelengkungan

kornea lebih besar dibanding sklera.

2. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan sklera dan uvea dibatasi oleh ruang

yang potensial mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda paksa yang disebut

perdarahan suprakoroid.

Jaringan uvea ini terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. Pada iris didapatkan pupil yang

oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola mata. Otot dilatator

dipersarafi oleh parasimpatis, sedang sfingter iris dan otot siliar di persarafi oleh parasim-

patis. Otot siliar yang terletak di badan siliar mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan

akomodasi.

Badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor),

yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas kornea dan

sklera.

3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan

lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris yang akan merubah

sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak. Terdapat rongga yang

potensial antara retina dan koroid sehingga retina dapat terlepas dari koroid yang disebut

ablasi retina.

Badan kaca mengisi rongga di dalam bola mata dan bersifat gelatin yang hanya

menempel pupil saraf optik, makula dan pars plans. Bila terdapat jaringan ikat di dalam

badan kaca disertai dengan tarikan pada retina, maka akan robek dan terjadi ablasi retina.

Page 5: Modul 1 Forensik (Laporan) (1)

Lensa terletak di belakang pupil yang dipegang di daerah ekuatornya pada badan siliar

melalui Zonula Zinn. Lensa mata mempunyai peranan pada akomodasi atau melihat dekat

sehingga sinar dapat difokuskan di daerah makula lutea.

Terdapat 6 otot penggerak bola mata, dan terdapat kelenjar lakrimal yang terletak di

daerah temporal atas di dalam rongga orbita.

Rongga Orbita

Rongga orbita adalah rongga yang berisi bola mata dan terdapat 7 tulang yang

membentuk dinding orbita yaitu : lakrimal, etmoid, sfenoid, frontal, dan dasar orbita yang

terutama terdiri atas tulang maksila, bersama-sama tulang palatinum dan zigomatikus.

Rongga orbita yang berbentuk piramid ini terletak pada kedua sisi rongga hidung.

Dinding lateral orbita membentuk sudut 45 derajat dengan dinding medialnya.

Dinding orbita terdiri atas tulang :

1. Atap atau superior : os.frontal

2. Lateral : os.frontal. os. zigomatik, ala magna os. fenoid

3. Inferior : os. zigomatik, os. maksila, os. palatina

4. Nasal : os. maksila, os. lakrimal, os. etmoid

Foramen optik terletak pada apeks rongga orbita, dilalui oleh saraf

optik, arteri, vena, dan saraf simpatik yang berasal dari pleksus karotid.

Page 6: Modul 1 Forensik (Laporan) (1)

Fisura orbita superior di sudut orbita atas temporal dilalui oleh saraf lakrimal (V), saraf

frontal (V), saraf troklear (IV), saraf okulomotor (III), saraf nasosiliar (V), abdusen (VI), dan

arteri vena oftalmik.

Fisura orbita inferior terletak di dasar tengah temporal orbita dilalui oleh saraf infra-

orbita dan zigomatik dan arteri infra orbita.

Fosa lakrimal terletak di sebelah temporal atas tempat duduknya kelenjar lakrimal.

Rongga orbita tidak mengandung pembuluh atau kelenjar limfa.

HISTOLOGI MATA

SKLERA

Membran kuat, kenyal, melindungi 5/6 bgn posterior bola mata

1. Episklera

Jar ikat jarang a serat kolagen & elastin

2. Stroma Sklera (Subst Propria Sklera)

Jar ikat padat kolagen a serat kolagen tebal, sedikit sel fibroblast dengan inti kecil & cabang sitoplasma yg panjang

3. Lamina Fuska

Serat kolagen; khas : melanosit & makrofag yg berisi melanin

Fungsi sklera :

Proteksi bola mata

Page 7: Modul 1 Forensik (Laporan) (1)

Bersama kornea a pertahankan ukuran & btk b. mata

Palpebra

◦ Lipatan kulit

◦ 2 buah tiap mata

◦ Pelindung bola mata

◦ Terdiri dari :

a Kulit

a Subkutan

a M. orbikularis okuli pars palpebralis

a Tarsus

a Septum orbita

a Konjungtiva palpebralis

ANATOMI & HISTOLOGI KULIT

Kulit mepunyai tiga lapisan utama: epidermis, dermis dan jaringan subkutis. Epidermis tersusun dari beberapa lapisan tipis yang mengalami tahap diferensiasi pematangan.

Kulit ini melapisi dan melindungi organ di bawahnya terhadap kehilangan air, cedera mekanik atau kimia dan mencegah masuknya mikroorganisme penyebab penyakit. Lapisan paling dalam epidermis membentuk sel–sel baru yang bermigrasi kearah permukaan luar kulit. Epidermis terdalam juga menutup luka dan mengembalikan integritas kulit sel–sel khusus yang disebut melanosit dapat ditemukan dalam epidermis. Mereka memproduksi melanin, pigmen gelap kulit. Orang berkulit lebih gelap mempunyai lebih banyak melanosit aktif.

Epidermis terdiri dari 5 lapisan yaitu :

Page 8: Modul 1 Forensik (Laporan) (1)

a. Stratum KorneumSelnya sudah mati, tidak mempunyai intisel, intiselnya sudah mati dan mengandung zat keratin.

b. Stratum lusidumSelnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum ialah sel–sel sudah banyak yang kehilangan inti dan butir–butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar. Lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki.

c. Stratum GranulosumStratum ini terdiri dari sel–sel pipih. Dalam sitoplasma terdapat butir–butir yang disebut keratohialin yang merupakan fase dalam pembentukan keratin.

d. Stratum SpinosumStratum ini terdiri dari sel-sel bentuk polygonal dan mengalami mitosis. Lapisan inilah yang paling tebal.

e. Stratum Basal/GerminativumStratum germinativum menggantikan sel–sel yang diatasnya dan merupakan sel–sel induk.

Dermis terdiri dari 2 lapisan :

a. Bagian atas, papilaris ( stratum papilaris )b. Bagian bawah, retikularis ( stratum retikularis )

Kedua jaringan tersebut terdiri dari jaringan ikat lonngar yang tersusun dari serabut–serabut kolagen, serabut elastis dan serabut retikulus. Serabut kolagen untuk memberikan kekuatan pada kulit. Serabut elastis memberikan kelenturan pada kulit. Retikulus terdapat terutama di sekitar kelenjar dan folikel rambut dan memberikan kekuatan pada alat tersebut.

Subkutis

Terdiri dari kumpulan–kumpulan sel–sel lemak dan diantara gerombolan ini berjalan serabut–serabut jaringan ikat dermis.

Luka Akibat kekerasan Benda tumpul

1. Memar (Kontusio, hematom)

Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kutis/kulit akibat pecahnya kapiler dan vena yang disebabkan oleh kekerasan tumpul. Letak , bentuk dan luas memar dipengaruhi oleh besarnya kekerasan, jenis benda penyebab, kondisi dan jenis jaringan, usia, jenis kelamin, corak dan warna kulit, kerapuhan pembuluh darah, serta penyakit yang diderita. Bila kekerasan benda tumpul mengenai jaringan longgar, seperti didaerah mata, leher, atau pada bayi dan orang usia lanjut, maka memar cenderung lebih luas. Adanya jaringan longgar juga memungkinkan berpindahnya ‘memar’ ke daerah yang lebih rendah akibat gravitasi, seperti kekerasan benda tumpul pada dahi menimbulkan hematom palpebra. Informasi mengenai bentuk benda tumpul dapat diketahui jika ditemukan adanya ‘perdarahan

Page 9: Modul 1 Forensik (Laporan) (1)

tepi’ , seperti bila tubuh korban terlindas ban. Pada ‘perdarahan tepi’ perdarahan tidak dijumpai pada lokasi yang bertekanan, tetapi perdarahan akan menepi sehingga bentuk perdarahan sesuai dengan bentuk celah antara kedau kembang yang berdekatan (cetakan negatif). Umur memar dapat dilihat dari warnanya. Pada saat perlukaan, memar berwarna merah, lalu berubah menjadi ungu atau hitam, dan setelah 4 sampai 5 hari akan berwarna hijau yang kemudian berubah menjadi kuning dalam 7 sampai 10 hari, dan akhirnya menghilang dalam 14 sampai 15 hari. Perubahan warna terjadi mulai dari tepi kea rah tengah. Hematom antemortem dapat dibedakan dari lebam mayat dengan melakukan penyayatan kulit. Pada hematoma antemortem akan dijumpai adanya pembengkakan dan infiltrasi darah merah kehitaman dalam jaringan, sedankan pada lebam mayat warna merah tampak merata.

2. Luka Lecet (ekskoriasi, abrasi)

Merupakan luka kulit yang superfisial, akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing. Walaupun kerusakannya minimal tetapi luka lecet dapat memberikan petunjuk kemungkinan adanya kerusakan yang hebat pada alat-alat dalam tubuh. Sesuai mekanisme terjadinya luka lecet dibedakan dalam 3 jenis :

a. Luka lecet gores (scratch)Diakibatkan oleh benda runcing yang menggeser lapisan permukaan kulit. Dari gambaran kedalaman luka pada kedua ujungnya dapat ditentukan arah kekerasan yang terjadi.

b. Luka lecet serut (graze)/ geser (friction abrasion)Adalah luka lecet yang terjadi akibat persentuhan kulit dengan permukaan badan yang kasar dengan arah kekerasan sejajr/ miring terhadap kulit. Arah kekerasan ditentukan dengan melihat letak tumpukan epitel.

c. Luka lecet tekan (impression, impact abrasion)Luka lecet yang disebabkan oleh penekanan benda tumpul secara tegak lurus terhadap permukaan kulit. Bentuk luka lecet tekan umumnya sama dengan bentuk permukaan benda tumpul tersebut. Kulit pada luka lecet tekan tampak berupa daerah kulit yang kaku dengan lebih gelap dari sekitarnya.

3. Luka robek (vulnus lasetaum)Merupakan luka terbuka yang terjadi akibat kekerasan tumpul yang kuat sehingga melampaui elastisitas kulit atau otot. Ciri luka robek bentuk tidak beraturan, tepi tidak rata, akar rambut tampak hancur atau tercabut bila kekerasannya di daerah yang berambut, sering tampak luka lecet, atau memar disekitar luka.

4. Patah tulangDapat terjadi pada kekerasan tumpul yang cukup kuat. Patah tulang jenis impressi terjadi akibat kekerasan benda tumpul pada tulang dengan daerah persinggungan yang kecil. Bentuk impresi tulang dan dapat memberikan gambaran bentuk benda penyebabnya.a. Cedera kepala

Selain kelainan kulit kepala dan patah tulang tengkorak, cedera kepala juga dapat mengakibatkan perdarahan epidural, subdural, dan subaraknoid, kerusakan selaput otak, dan jaringan otak, dengan penjelasan sebagai berikut :

Perdarahan epidural sering pada kekerasan tumpul pada daerah pelipis dan belakang kepala akibat garis patah melewati sulkus a.meningea. pada keadaan tertentu perdarahan dapat juga terjadi tanpa disertai patah tulang.

Perdarahan subdural akibat robeknya sinus, vena jembatan, arteri basilaris atau berasal dari perdarahan subaraknoid.

Page 10: Modul 1 Forensik (Laporan) (1)

Perdarahan subaraknoid biasanya berasal dari fokus kontusio/laserasi jaringan otak. Dapat terjadi spontan pada sengatan matahari, leukemia, tumor, keracunan CO, dan penyakit infeksi tertentu.

Pada kekerasan akibat kepala bergerak mengenai benda diam, lesi otak selain ditemukan di daerah benturan (coup) juga ditemukan pada sisi lain dari titik benturan (contre coup) dan diantara keduanya (intermediate lesion). Lesi contre coup terjadi akibat gaya positif akselerasi, dorongan likuor, dan tekanan oleh tulang yang mengalami deformitas. Tekanan negative akibat deformitas tulang dapat menyebabkan contre coup bila tekanan lebih dari 1 atm.

b. Cedera leherDapat terjadi bila korban tertabrak dari belakang di mana kepala mengalami percepatan mendadak sehingga terjadi hiperekstensi kepalanyang disusul dengan hiperfleksi.

Berdasarkan Skenario : Luka akibat kekerasan benda tumpul yang sesuai dengan skenario yakni memar.

Kontusio atau memar

Meskipun sering bersamaan dengan abrasi dan laserasi, memar murni terjadi karena kebocoran pada pembuluh darah dengan epidermis yang utuh oleh karena proses mekanis. Ekstravasasi darah dengan diameter lenih dari beberapa millimeter disebut memar atau kontusio, ukuran yang lenih kecil disebut ekimosis dan yang terkecil seukuran ujung peniti disebut petekie. Baik ekimosis dan petekie biasanya terjadi bukan karena sebab trauma mekanis.Kontusio disebabkan oleh kerusakan vena, venule, arteri kecil. Perdarahan kapiler hanya dapat dilihat melalui mikroskop, bahkan petekie berasal dari pembuluh darah yang lebih besar dari kapiler. Kata ‘memar’ mengacu pada lesi yang dapat dilihat pada kulit atau yang terjadi pada subkutanea, sementara ‘kontusio’ dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja seperti limpa, mesenterium atau otot. Penggunaan kata memar lebih banyak digunakan dokter saat memberikan laporan atau keterangan pada kalangan non-medik.

Memar IntradermalMemar yang biasa terjadi akibat penekanan berada pada subkutanea, sering pada jaringan adiposa. Jika dilihat, memar terjadi pada perbatasan dermis dan epidermis. Namun kadang samara. Ketika memar terjadi akibat penekanan dengan obyek berpola, perdarahan yang terjadi lebih dapat dilihat, jika berada di lapisan subepidermal. Jumlah darahnya sedkiti namun karena posisinya yang superfisial dan lapisan tipis di atasnya yang jernih sehingga polanya dapat dibedakan. Memar ini terjadi ketika obyek yang menekan memiliki pinggiran dan alur, sehingga kulit dipaksa mengikuti alur dan bentuknya. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Munculnya Memar

1. Kebocoran pembuluh darah. Harus ada ruangan yang cukup untuk darah yang keluar berakumulasi. Ini menjelaskna kenapa memar lebih mudah terjadi pada skrotum daripada tumit dimana jaringan jaringan fibrosanya padat. Karena banyaknya jaringan subkutanea pada orang yang gemuk, mereka lenih mudah terjadi memar daripada orang yang kurus jika faktor lain seperti fragilitas pembuluh dan umur sama.

2. Jumlah darah yang keluar

Page 11: Modul 1 Forensik (Laporan) (1)

3. Ruangan yang cukup4. Kedalaman memar yang terjadi5. Fragilitas pembuluh darah6. Pada orang yang berbaring lama

 Pergerakan dari MemarPada daerah superfisial memar muncul dengan cepat, sementara pada area yang dalam membutuhkan waktu untuk muncul ke permukaan. Memar dapat bergerak mengikuti gaya gravitasi. Contohnya, perdarahn subkutanea dapat turun melewati alis mata dan muncul di orbita mata yang memberikan gambaran ‘mata hitam’ yang dapat disalahartikan sebagai trauma langsung. Begitu juga memar pada lengan atas atau betis, dapat turun sampai pada siku atau tumit. Perubahan Memar oleh WaktuDengan berlalunya waktu, hematom yang terbentuk pecah oleh pengaruh enzim jaringan dan infiltrasi seluler.sel darah merah menutupi ruptur dan mengandung Hb membuat degradasi secara kimiawi yang memyebabkan perubahan warna. Hemoglobin pecah menjadi hemosiderin, biliversin dan bilirubon yang menyebabkan perubahan wanra memar dari ungu atau coklat kebiruan menjadi coklat kehijauan, kemudian hijau kekuningan sebelum akhirnya samar.Memar kecil pada deasa muda yang sehat akan menghilang dalam waktu 1 minggu. Namun pada memar akibat ‘gigitan asmara’ (cupang) akan menghilang dala waktu beberapa hari, ini dikemukakan oleh nRoberts yang mengadakan penelitian.Beberapa faktor yang berpengaruh antara lain:

Besarnya ekstravasasi Umur korban Idosinkrasi seseorang

Beberapa observasi yang ditemukan: Jika ditemukan memar yang nampak baru tanpa disertai perubahan warna, diperkirakan

terjadi 2 hari sebelum kematian Jika memar terdapat perubahan warna kehijauan, diperkirakan terjadi tidak lebih dari 18

jam sebelum kematian Jika ada beberapa memar dengan beberapa warna yang berbeda, berarti tidak terjadi pada

saat yang sama. Penting pada kasus penyiksaan anak. 

Pada luka memar hal yang perlu diperhatikan adalah :

1. Patofisiologi / mekanisme terbentuknya : suatu kekerasan tumpul yang relative lunak dapat tidak mengakibatkan cedera pada kulit / epidermis. Namun kekerasan tersebut telah dapat mencederai pembuluh darah kapiler dibawahnya sehingga terjadinya perdarahan dibawah epidermis (kulit ari), dibawah dermis (kulit) ataupun di jaringan dan otot.

2. “Marginal Hemorrhage ”: memar terjadi di tepi daerah yang terkena trauma, terjadi karena tekanan yang besar. Memar jenis ini bisa menggambarkan bentuk benda penyebabnya, misalnya jejas ban, jejas pukulan cambuk / tongkat dsb.

Page 12: Modul 1 Forensik (Laporan) (1)

3. Lokasi memar tak selalu sama dengan lokasi trauma. Contoh : trauma pada dahi yang jaringan ikat dibawahnya jarang memar dapat terjadi di daerah kelopak mata. Dengan demikian adanya brill-haematome belum menunjukkan letak traumanya. Trauma pada betis, memar dapat terlihat di pergelangan kaki.

4. Warna, sesuai dengan waktu penyembuhan luka (Memar menghilang dengan perubahan warna; biru-hijau-coklat-kuning-hilang ). Adanya warna kuning di sekitar warna memar menunjukkan bahwa memar telah berusia lebih dari 18 jam.

5. Memar merupakan salah satu tanda intravitalitas trauma, yang berarti bahwa trauma terjadi semasa korban hidup.

6. Bila letaknya di daerah atau di dekat lebam mayat, memar kadang-kadang harus dibedakan dengan lebam mayat.

KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) Pengertian kekerasan berbeda dari satu individu ke individu lain, dari suatu Negara ke negara lain dan dari budaya yang satu ke budaya lain. Kekerasan dalam bentuk verbal dan emosional tidak dianggap sebagai kekerasan pada beberapa budaya atau Negara. Demikian pula kekerasan fisik pada tingkat tertentu, terutama terhadap hubungan pelaku korban tertentu, juga dianggap bukan kekerasan pada budaya dan Negara tertentu. Kekerasan terhadap perempuan seringkali terjadi di dalam lingkungan rumah tangga, baik dalam keluarga inti maupun keluarga yang diperluas. Korbannya dapat merupakan isteri, anak atau pembantu rumah tangga. Jenis kekerasannya pun bervariasi dari kekerasan fisik, kekerasan seksual dan pencederaan psikologis.

Undang-Undang PKDRT ini menyebutkan bahwa Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga (Pasal 1 ayat 1).

Lingkup rumah tangga dalam Undang-Undang ini meliputi (Pasal 2 ayat 1) :

a. Suami, isteri, dan anak (termasuk anak angkat dan anak tiri);

b. Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang sebagaimana dimaksud dalam huruf a karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan perwalian, yang menetap dalam rumah tangga (mertua, menantu, ipar dan besan); dan/atau

c. Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut (Pekerja Rumah Tangga).

Bentuk-bentuk KDRT adalah (Pasal 5):

a. Kekerasan fisik; adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat (Pasal 6).

b. Kekerasan psikis; Kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang (pasal 7)

Page 13: Modul 1 Forensik (Laporan) (1)

c. Kekerasan seksual ; Kekerasan seksual adalah setiap perbuatan yang berupa pemaksaan hubungan seksual, pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak wajar dan/atau tidak disukai, pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu.

Kekerasan seksual meliputi (pasal 8):

Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut;

Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu.

d. Penelantaran rumah tangga.

Penelantaran rumah tangga adalah seseorang yang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut. Selain itu, penelantaran juga berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan/atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban berada di bawah kendali orang tersebut (pasal 9).

Page 14: Modul 1 Forensik (Laporan) (1)

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer A,Suprohaita,wardhani,Wahyu ika dkk. Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga Jilid 2. Media Aeusculapius FKUI. Jakarta ; 2000.

Idries Abdul M. Pedoman Ilmu kedokteran Forensik edisi pertama. Binarupa Aksara. Jakarta barat ; 1997.

Budiyanto A, Widiatmaka W, Siswandi S, dkk. ILMU KEDOKTERAN FORENSIK. Bagian Kedokteran Forensik FKUI.Jakarta : 1997.

Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata, Balai Penerbit FKUI, Jakarta: 2009. h:1-12.