forensik modul luka atau trauma

Upload: atikahasrat

Post on 29-Feb-2016

80 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Blok Forensik

TRANSCRIPT

Seputar Kedokteran

Dalam praktek banyak terdapat hal tentang luka tembak masuk pada tubuh manusia. Seperti kita ketahui kulit terdiri dari lapisan epidermis, dermis dan subkutis. Jika dilihat dari elastisitasnya, epidermis kurang elastis bila dibandingkan dengan dermis. Bila sebutir peluru menembus tubuh, maka cacat pada epidermis lebih luas dari pada dermis. Diameter luka pada epidermis kurang lebih sama dengan diameter anak peluru, sedangkan diameter luka pada dermis lebih kecil. Keadaan tersebut dikenal sebagai kelim memar (contusio ring).

Contusio ring ini didapatkan pada luka tembak masuk dan luasnya tergantung pada arah peluru pada kulit. Peluru yang masuk tegak lurus, maka contusio ringnya akan besar, sedangkan peluru yang masuknya miring, contusio ringnya akan lebih lebar dibagian dimana peluru membentuk mulut yang terkecil pada kulit.

Peluru juga mengandung lemak pembersih senjata. Lemak ini juga akan memberi gambaran pada luka tembak berupa kelim lemak yang berupa pita hitam, tetapi kelim lemak ini tidak selalu terdapat misalnya pada senjata yang jarang dibersihkan. Pada waktu senjata ditembakkan, maka yang keluar dari laras senjata api adalah:

a. Api

b. Mesiu yang sama sekali terbakar (jelaga, roetneerslag)

c. Mesiu yang hanya sebagian saja yang terbakar

d. Mesiu yang tidak terbakar

e. Kotoran minyak senjata, karatan dan lain sebagainya

f. Anak pelurunya sendiri

Klasifikasi Luka TembakDalam balistik luka tembak diklasifikasikan menjadi:

a. Luka tembak masuk:

1. Luka tembak tempel (kontak)

Pada umumnya luka tembak masuk kontak adalah merupakan perbuatan bunuh diri. Cara yang biasa dilakukan:

- Ujung laras ditempelkan pada kulit dengan satu tangan menarik alat penarik

senjata.

- Adakalanya tangan yang lain memegang laras supaya tidak bergerak dan tidak

miring.

Sasarannya:

- Daerah temporal

- Dahi sampai occiput

- Dalam mulut, telinga, wajah dibawah dagu dengan arah yang menuju otak.

Luka pada kulit tidak bulat, tetapi berbentuk bintang dan sering ditemukan cetakan/jejas ujung laras daun mata pejera. Terjadinya luka berbentuk bintang disebabkan karena ujung laras ditempelkan keras pada kulit, maka seluruh gas masuk kedalam dan akan keluar melalui lubang anak peluru. Desakan keluar ini menembakkan cetakan laras dan robeknya kulit. Bila korban menggunakan senjata api dengan picu, maka picu akan menimbulkan luka lecet pada kulit antara ibu jari dan jari telunjuk. Luka lecet ini dinamakan schot hand.

Pada tembakan tempel di kepala, sisa mesiu yang ikut menembus kulit, dapat dicari antara kulit dengan tulang kepala (tabula eksterna), dan antara tulang kepala dengan selaput otak keras (tabula interna)

2. Luka tembak jarak dekat

Pada umumnya luka tembak masuk jarak dekat ini disebabkan oleh peristiwa pembunuhan, sedangkan untuk bunuh diri biasanya ditemukan tanda-tanda schot hand. Jarak dekat disini diartikan tembakan dari suatu jarak dimana pada sekitar luka tembak masuk masih didapatkan sisa-sisa mesiu yang habis terbakar. Jarak ini tergantung:

- Jenis senjata, laras panjang atau pendek

- Jenis mesiu, mesiu hitam atau smokeless

3. Luka tembak jarak jauh

Pada luka tembak masuk jarak jauh ini, yang mengenai sasaran hanyalah anak peluru saja. Sedangkan partikel lainnya tidak didapatkan. Pada luka tembak jarak jauh ini hanya ditemukan luka bersih dengan contusio ring. Pada arah tembakan tegak lurus permukaan sasaran (tangensial) bentuk contusio ringnya konsentris, bundar. Sedangkan pada tembakan miring bentuk contusio ringnya oval.

Luka tembak pada jaringan lunak sukar dibedakan antara inshoot dan outshoot, oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis, untuk mencari adanya pigmen mesiu, jelaga, minyak senjata atau adanya serat pakaian yang ikut masuk kedalam luka.

b. Luka tembak keluar (luka tembus)

Luka tembak keluar ini ialah bahwa setelah peluru membuat luka tembak masuk dan saluran luka tembakan maka akhirnya peluru akan mengenai kulit lagi dari sebelah dalam dan kulit terdorong ke luar. Kalau batas kekenyalan kulit dilampaui, maka kulit dari dalam menjadi robek dan akhirnya timbul suatu lubang luka baru lagi, dan luka baru inilah yang dinamakan luka tembak keluar.

Jika sebuah peluru setelah membuat lubang luka tembakan masuk dan mengenai tulang (benda keras), maka bentuk dari pada peluru tadi menjadi berubah. Tulang-tulang yang kena peluru tadi akan menjadi patah pecah atau kadang-kadang remuk. Akibatnya waktu peluru menembus terus dan membuat lubang luka tembak keluar, tidak hanya peluru yang berubah bentuknya, tapi juga diikuti oleh pecahan-pecahan tulang tadi oleh karena ikut terlempar karena dorongan dari peluru. Tulang-tulang inipun kadang-kadang mempunyai kekuatan menembus juga. Kejadian inilah yang mengakibatkan luka tembakan keluar yang besar dan lebar, sedangkan bentuknya tidak tertentu. Sering kali besar luka tembak keluar berlipat ganda dari pada besarnya luka tembakan masuk. Misalnya saja luka tembakan masuk beserta contusio ring sebesar kira-kira 8 mm dan luka tembakan keluar sebesar uang logam (seringgit). Berdasarkan ukurannya maka ada beberapa kemungkinan, yaitu:

- Bila luka tembak keluar ukurannya lebih besar dari luka tembak masuk, maka biasanya sebelum keluar anak peluru telah mengenai tulang hingga berpecahan dan beberapa serpihannya ikut keluar. Serpihan tulang ini bisa menjadi peluru baru yang membuat luka keluar menjadi lebih lebar.

- Bila luka tembak keluar ukurannya sama dengan luka tembak masuk, maka hal ini didapatkan bila anak peluru hanya mengenai jaringan lunak tubuh dan daya tembus waktu keluar dari kulit masih cukup besar.

Cara Pengutaraan Jarak Tembak Dalam Visum et RepertumBila pada tubuh korban terdapat luka tembak masuk dan tampak jelas adanya jejas laras, kelim api, kelim jelaga atau tattoo; maka perkiraan atau penentuan jarak tembak tidak sulit. Kesulitan baru timbul bila tidak ada kelim-kelim tersebut selain kelim lecet.

Bila ada kelim jelaga, berarti korban ditembak dari jarak dekat, maksimal 30 cm.

Bila ada kelim tattoo, berarti korban ditembak dari jarak dekat, maksimal 60 cm, dan seterusnya.

Bila hanya ada kelim lecet, cara pengutaraannya adalah sebagai berikut: berdasarkan sifat lukanya luka tembak tersebut merupakan luka tembak jarak jauh , ini mengandung arti:

1. Memang korban ditembak dari jarak jauh, yang berarti diluar jangkauan atau jarak tempuh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar.

2. Korban ditembak dari jarak dekat atau sangat dekat, akan tetapi antara korban dengan moncong senjata ada penghalang; seperti bantal dan lain sebagainya.

Bila ada kelim api, berarti korban ditembak dari jarak yang sangat dekat sekali, yaitu maksimal 15 cm (Idris, 1997).

Menurut hadikusumo (1998), luka tembak tempel bentuknya seperti bintang, dengan gambaran bundaran laras senjata api dengan tambahan gambaran vizierkorrel (pejera, foresight). Akibat panasnya mulut laras. Bila larasnya menempel pada kulit, gas peluru ikut masuk ke dalam luka, dan berusaha menjebol keluar lagi lewat jaringan disekitar luka. Sementara luka tembak jarak dekat ada sisa mesiu yang menempel pada daerah sekitar luka. Gambaran mesiu ini tergantung jenis senjata dan panjang laras. Mesiu hitam lebih jauh jangkauannya dari pada mesiu tanpa asap. Sedangkan luka tembak jarak jauh, luka bersih dengan cincin kontusio, pada arah tembakan tegak lurus permukaan sasaran bentuk cincin kontusionya konsentris, bundar.

Pemeriksaan Khusus Pada Luka TembakPada beberapa keadaan, pemeriksaan terhadap luka tembak masuk sering dipersulit oleh adanya pengotoran oleh darah, sehingga pemeriksaan tidak dapat dilakukan dengan baik, akibat penafsiran atau kesimpulan mungkin sekali tidak tepat.

Untuk menghadapi penyulit pada pemeriksaan tersebut dapat dilakukan prosedur sebagai berikut:

Luka tembak dibersihkan dengan hidrogen perokside (3% by volume) Setelah 2-3 menit luka tersebut dicuci dengan air, untuk membersihkan busa yang terjadi dan membersihkan darah,

Dengan pemberian hidrogen perokside tadi, luka tembak akan bersih, dan tampak jelas, sehingga diskripsi dari luka dapat dilakukan dengan akurat.

Selain secara makroskopik, yaitu dengan perangai yang karakteristik pada luka tembak masuk, tidak jarang diperlukan pemeriksaan khusus untuk menentukan secara pasti bahwa luka tersebut luka tembak masuk; ini disebabkan oleh karena tidak selamanya luka tembak masuk memperlihatkan ciri-ciri yang jelas. Adapun pemeriksaan khusus yang dimaksud adalah: pemeriksaan mikroskopik, pemeriksaan kimiawi, dan pemeriksaan radiologik.

Pemeriksaan Mikroskopik Perubahan yang tampak diakibatkan oleh dua faktor, yaitu ;trauma mekanis dan termis,

Luka tembak tempel dan luka tembak jarak dekat;

1. Kompresi ephitel,di sekitar luka tampak epithel yang normal dan yang mengalami kompresi,elongasi,dan menjadi pipihnya sel-sel epidermal serta elongasi dari inti sel,

2. Distorsi dari sel epidermis di tepi luka yang dapat bercampur dengan butir-butir mesiu.

3. Epitel mengalami nekrose koagulatif,epitel sembab,vakuolisasi sel-sel basal,

4. Akibat panas, jaringan kolagen menyatu dengan pewarnaan HE, akan lebih banyak mengambil warna biru (basofilik staining)

5. Tampak perdarahan yang masih baru dalam epidermis (kelainan ini paling dominan), dan adanyabutir-butir mesiu

6. Sel-sel pada dermis intinya mengkerut, vakuolisasi dan pignotik

7. Butir-butir mesiu tampak sebagai benda tidak beraturan, berwarna hitam atau hitam kecoklatan

8. Pada luka tembak tempel hard contact permukaan kulit sekitar luka tidak terdapat butir-butir mesiu atau hanya sedikit sekali, butir-butir mesiu akan tampak banyak dilapisan bawahnya, khususnya disepanjang tepi saluran luka

9. Pada luka tembak tempel soft contact butir-butir mesiu terdapat pada kulit dan jaringan dibawah kulit.

10.Pada luka tembak jarak dekat, butir-butir mesiu terutama terdapat pada permukaan kulit, hanya sedikit yang ada pada lapisan-lapisan kulit

Pemeriksaan Kimiawi Pada black gun powder dapat ditemukan kalium, karbon, nitrit, nitrat, sulfis, sulfat, karbonat, tiosianat dan tiosulfat.

Pada smokeles gun powder dapat ditemukan nitrit dan selulosa nitrat.

Pada senjata api yang modern, unsur kimia yang dapat ditemukan ialah timah, barium, antimon, dan merkuri.

Unsur-unsur kimia yang berasal dari laras senjata dan dari peluru sendiri dapat di temukan ialah timah, antimon, nikel, tembaga, bismut perak dan thalium

Pemeriksaan atas unsur-unsur tersebut dapat dilakukan terhadap pakaian, didalam atau di sekitar luka,

Pada pelaku penembakan, unsur-unsur tersebut dapat dideteksi pada tangan yang menggenggam senjata.

Pemeriksaan dengan Sinar X Pemeriksaan secara radiologik dengan sinar X ini pada umumnya untuk memudahkan dalam mengetahui letak peluru dalam tubuh korban, demikian pula bila ada partikel-partikel yang tertinggal.

Pada tanden bullet injury dapat ditemukan dua peluru walaupun luka tembak masuknya hanya satu.

Bila pada tubuh korban tampak banyak pellet tersebar, maka dapat dipastikan bahwa korban ditembak dengan senjata jenis shoot gun ,yang tidak beralur, dimana dalam satu peluru terdiri dari berpuluh pellet.

Bila pada tubuh korban tampak satu peluru, maka korban ditembak oleh senjata jenis rifled.

Pada keadaan dimana tubuh korban telah membusuk lanjut atau telah rusak sedemikian rupa, sehingga pemeriksaan sulit, maka dengan pemeriksaan radiologi ini akan dengan mudah menentukan kasusnya, yaitu dengan ditemukannya anak peluru pada foto rongent (Idris, 1997).

Pramono (1996) menyatakan luka tembak masuk dilukis dalam keadaan asli atau dibuat foto. Pada luka tembak jarak dekat dibuat percobaan parafin, yang kegunaannya untuk menentukan sisa mesiu pada tangan penembak atau sisa-sisa mesiu sekitar luka tembak untuk jarak dekat.

Luka Tembak Oleh Senjata Api Yang Tidak BeralurLuka tembak masuk yang disebabkan oleh senjata api yang tidak mempunyai alur (entrance shootgun wounds) mempunyai ciri yang berbeda bila dibandingkan dengan luka tembak yang berasal dari senjata yang beralur.

Komponen yang memberikan ciri luka tembak masuk, ialah ;

Mesiu

Api

Asap

Gas

Pellet,dan

Sumbat anak peluru(wad)

Kaliber senjata, ukuran dan jumlah pellet serta derajat penyempitan laras merupakan faktor-faktor yang menentukan sifat luka tembak, jarak tembak tembak tentunya turut berpengaruh pula, jarak tembak menentukan jenis luka yang terjadi.

Luka tembak tempel:

Jika moncong senjata tegak lurus dengan kulit, luka biasanya berbentuk bundar, bila membentuk sudut akan berbentuk oval.

Tepi luka biasanya rata, jarang compang-camping, dengan memar serta berwarna hitam karena butir-butir mesiu.

Tepi luka dapat hangus,

Oleh karena senjata (peluru) meledak di dalam tubuh, maka jaringan di bawah kulit serta jaringan yang lebih dalam akan mengalami kerusakan yang hebat,

Adanya gas yang masuk menyebabkan darah serta jaringan sepanjang saluran luka mengandung gas CO.

Jejas laras dapat satu atau dua buah tergantung jenis senjata yang dipakai.

Bentuk jejas dapat bagus, lengkap sesuai dengan bentuk moncong senjata, dapat pula hanya sebagian, tergantung sifat atau derajat menempelnya senjata tersebut pada tubuh.

Pada luka tembak tempel atau luka tembak jarak dekat, maka peluru (pellet), akan masuk ke dalam tubuh dalam satu kesatuan (en masse),

Dalam tubuh, masing-masing pellet akan saling berbenturan sehingga terjadi dispersi atau penyebaran pellet ke seluruh tubuh, fenomena ini dikenal dengan namabilliard ball richochet effect.Luka tembak jarak dekat:

Pengertian jarak dekat bila jarak antara moncong senjata tubuh korban sekitar 50 cm (24 inci).

Sampai jarak 15 cm, bentuk luka bundar atau oval; tepi luka rata atau sedikit tidak teratur,

Luka bakar, jelaga dan butir-butir mesiu dapat ditemukan,

Daerah yang berwarna akibat mesiu dan jelaga akan lebih meluas sesuai dengan bertambah jauhnya jarak antara korban dengan moncong senjata.

Jelaga masih dapat dilihat sampai jarak sekitar 37 1/2 cm (15 inci),

Tattoo akan dapat ditemukan sampai jarak sekitar 50 cm.

Gas CO mungkin masih dapat dideteksi.

Luka tembak jarak jauh:

Luka tembak jarak jauh adalah luka tembak dimana jarak tembak di mana jarak antara moncong senjata dengan korban diatas 50 cm, atau diluar jarak tempuh atau jangkauan butir-butir mesiu.

Dalam jarak 60-90 cm , lubang luka bundar, dengan bertambahnya jarak (semakin menjauh ), maka pellet akan menyebar dan menimbulkan lubang-lubang luka disekitar lubang yang besar,

Pada jarak 90-270cm, akan tampak lubang yang besar dengan tepi tidak rata yang disebabkan oleh pellet-pellet (cookie cutter etching). Pada jarak yang lebih jauh, akan tampak lubang luka utama yang di kelilingi oleh lubang kecil-kecil akibat pellet,

Dari sumbat penyebaran pellet-pellet tersebut bisa diperkirakan jarak tembaknya, tentunya setelah dilakukkan tembakan percobaan.

Luka akibat sumbat anak peluru:

Pada shoot gun, selain terjadi luka akibat pellet, dapat pula terjadi luka yang disebabkan oleh sumbat anak peluru (wad), yang mengenai tubuh,

Sumbat tersebut ringan, sehingga tidak dapat mengadakan penetrasi ke dalam tubuh korban,

Luka yang ditimbulkan akibat sumbat, biasanya berbentuk luka lecet yang seringkali berbentuk sirkuler.

Luka Tembak Oleh Senjata Api Dengan Peredam SuaraFungsi Alat Peredam SuaraSeperti diketahui suara atau kebisingan yang terjadi sewaktu senjata api yang ditembakkan, sebenarnya merupakan kumulasi dari berbagai faktor, yaitu: jatuhnya pelatuk (hammer or firing pin) , letusan primer (the primer pop) dan ditambah dengan shock waves,gelombang pendahuluan (precursor wace), letusan peluru dan gelombang yang mendorong.

Oleh karena besarnya suara atau kebisingan yang dihasilkan oleh gelombang yang mendorong (propellant wave), langsung tergantung dari kecepatan/velositas dan kemampuan untuk ekspansi; maka alat peredam didesain sedemikian rupa agar dapat mengurangi suara atau kebisingan yang terjadi yaitu dengan cara mengurangi kecepatan dari gas sebelum meninggalkan senjata, mengontrol ekspansi gas dan mendinginkannya, dengan demikian akan mengurangi volume dan tekanan serta kecepatannya.

Pada umumnya alat peredam suara didesain dalam 3 bentuk dasar, yaitu:

1. an expansion chamber dari kaliber lebih besar dari senjata (agar gas tidak dapat keluar dari persambungan),

2. Interposisi satu atau lebih centrally perforated baffles pada sudut yang sesuai dengan arah keluarnya gas (gas akan menyimpang kelateral dan memperluas permukaan yang membantu mendinginkan gas), dan

3. Memasang beberapa fibrous packing material pada expansion chamber (ini sebagian akan menyerap gas dan memperluas permukaan yang menghasilkan pendinginan).

Dengan dipasangnya alat peredam suara, maka akan terjadi perubahan perangai dari senjata tersebut, diantaranya:

1. Berkurangnya suara,

2. Kecepatan tidak banyak dipengaruhi dan pengaruhnya kurang bermakna. percepatan dapat lebih sedikit dipercepat atau diperlambat.

3. Deformitas dari anak peluru, yang walaupun demikian adanya alur pada anak peluru masih dapat dikenali.

Modul 2 blok Forensik, Pemeriksaan Dalam

kasus:Seorang wanita 58 tahun ditemuan tewas , dan diduga disebabkan akibat jatuh dari ketinggian 3 m. hematom ditemukan pada kedua daerah orbital , dan darah juga ditemukan pada kedua daerah telinga dan hidungnya . ppenyidik dari kepolisin memintadilakukannya otopsi untuk mengungkapkan penyebab keatian dari korban tersebut

Tanda Temuan pada Kasusa. Hematom Kacamata, Pendarahan pada Telinga dan Hidung

brill hemotom

Hematoma kacamata pada pasien ini disebabkan adanya fraktur basis kranii yang menyebabkan pecahnya arteri oftalmika yang menyebabkan darah masuk kedalam kedua rongga orbita melalui fisura orbita. Akibatnya darah tidak dapat menjalar lanjut karena dibatasi septum orbita kelopak maka terbentuk gambaran hitam kemerahan pada kelopak seperti seseorang yang memakai kacamata. Karena pada kedua mata terjadi pembengkakan palpebra superior dan inferior mata menjadi berat dan susah untuk dibuka (ptosis).Konjungtiva palpebra merupakan membrane mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permuksaan posterior kelopak mata. System vascular dari konjungtiva palpebra berasal dari arteri palpebralis yang apabila pada palpebra mengalami trauma pada mata, pembuluh darah dapat pecah kemudian terjadi edema konjungtiva (kemosis konjungtiva). Selain itu arteri palpebralis juga merupakan salah satu cabang arteri oftalmika, yang apabila terjadi fraktur basis kranii dapat pula pecah dan menjadi edema konjungtiva (kemosis konjungtiva). Bila edema ini besar atau banyak menyebabkan mata tidak bisa tertutup (lagoftalmus) dan konjungtiva dapat terpapar dengan udara luar yang bisa menimbulkan infeksi.Fracture Basis Cranii

Fractur basis cranii merupakan salah satu pembagian dari trauma kapitis, sedangkan trauma kapitis sendiri adalah ruda paksa tumpul/tajam pada kepala atau wajah yang berakibat disfungsi cerebral sementara.bisa mengenai fossa anterior, fossa media dan fossa posterior. Gejala yang timbul tergantung pada letak atau fossa mana yang terkena. Fraktur pada fossa anterior menimbulkan gejala: Hematom kacamata tanpa disertai subkonjungtival bleeding Epistaksis RhinorrhoeFraktur pada fossa media menimbulkan gejala: Hematom retroaurikuler, Ottorhoe Perdarahan dari telingaDiagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan X-foto basis kranii. Komplikasi :

Gangguan pendengaran Parese N.VII perifer Meningitis purulenta akibat robeknya duramaterb. Petekie KonjunctivaPetekie konjunctiva atau Tardieus spot (Petechial hemorrages) merupakan salah satu tanda Kardinal (tanda klasik) Asfiksia.

Asfiksia adalah kumpulan dari pelbagai keadaan dimana terjadi gangguan dalam pertukaran udara pernapasan yang normal. Gangguan tersebut dapat disebabkan karena adanya obstruksi pada saluran pernapasan dan gangguan yang diakibatkan karena terhentinya sirkulasi. Kedua gangguan tersebut akan menimbulkan suatu keadaan dimana oksigen dalam darah berkurang yang disertai dengan peningkatan kadar karbon-dioksida.(pedoman ilmu kedokteran forensik edisi pertama : dr. Abdul Munin Idries)Fase Asfiksia Pada orang yang mengalami asfiksia akan timbul gejala yang dapat dibedakan dalam 4 fase, yaitu:1. Fase dispnea. Penurunan kadar oksigen sel darah merah dan penimbunan CO2 dalam plasma akan merangsang pusat pernapasan di medulla oblongata, sehingga amplitude dan frekuensi pernapasan akan meningkat, nadi cepat, tekanan darah meninggi dan mulai tampak tanda-tanda sianosis terutama pada muka dan tangan.2. Fase konvulsi. Akibat kadar CO2 yang naik maka akan timbul rangsangan terhadap susunan saraf pusat sehingga terjadi konvulsi (kejang), yang mula-mula berupa kejang klonik tetapi kemudian menjadi kejang tonik, dan akhirnya timbul spasme opistotonik. Pupil mengalami dilatasi, denyut jantung menurun, tekanan darah juga menurun. Efek ini berkaitan dengan paralisis pusat yang lebih tinggi dalam otak, akibat kekurangan O2.3. Fase apnea. Depresi pusat pernapasan menjadi lebih hebat, pernapasan melemah dan dapat berhenti. Kesadaran menurun dan akibat relaksasi sfingter dapat terjadi pengeluaran cairan sperma, urin dan tinja.4. Fase akhir. Terjadi paralisis pusat pernapasan yang lengkap. Pernapasan berhenti setelah kontraksi otomatis otot pernapasan kecil pada leher. Jantung masih berdenyut beberapa saat setelah pernapasan berhenti.Tanda Kardinal AsfiksiaSelama beberapa tahun dilakukan autopsi untuk mendiagnosis kematian akibat asfiksia, telah ditetapkan beberapa tanda klasik (Knight, 1996), yaitu:a. Tardieus spot (Petechial hemorrages) Tardieus spot terjadi karena peningkatan tekanan vena secara akut yang menyebabkan overdistensi dan rupturnya dinding perifer vena, terutama pada jaringan longgar, seperti kelopak mata, dibawah kulit dahi, kulit dibagian belakang telinga, circumoral skin, konjungtiva dan sklera mata. Selain itu juga bisa terdapat dipermukaan jantung, paru dan otak. Bisa juga terdapat pada lapisan viseral dari pleura, perikardium, peritoneum, timus, mukosa laring dan faring, jarang pada mesentrium dan intestinum.b. Kongesti dan OedemaIni merupakan tanda yang lebih tidak spesifik dibandingkan dengan ptekie. Kongesti adalah terbendungnya pembuluh darah, sehingga terjadi akumulasi darah dalam organ yang diakibatkan adanya gangguan sirkulasi npada pembuluh darah. Pada kondisi vena yang terbendung, terjadi peningkatan tekanan hidrostatik intravaskular (tekanan yang mendorong darah mengalir di dalam vaskular oleh kerja pompa jantung) menimbulkan perembesan cairan plasma ke dalam ruang interstitium. Cairan plasma ini akan mengisi pada sela-sela jaringan ikat longgar dan rongga badan (terjadi oedema). c. SianosisMerupakan warna kebiru-biruan yang terdapat pada kulit dan selaput lendir yang terjadi akibat peningkatan jumlah absolut Hb tereduksi (Hb yang tidak berikatan dengan O2). Ini tidak dapat dinyatakan sebagai anemia, harus ada minimal 5 gram hemoglobin per 100 ml darah yang berkurang sebelum sianosis menjadi bukti, terlepas dari jumlah total hemoglobin. Pada kebanyakan kasus forensik dengan konstriksi leher, sianosis hampir selalu diikuti dengan kongesti pada wajah, seperti darah vena yang kandungan hemoglobinnya berkurang setelah perfusi kepala dan leher dibendung kembali dan menjadi lebih biru karena akumulasi darah.d. Tetap cairnya darahTerjadi karena peningkatan fibrinolisin paska kematian. Gambaran tentang tetap cairnya darah yang dapat terlihat pada saat autopsi pada kematian akibat asfiksia adalah bagian dari mitologi forensik. Pembekuan yang terdapat pada jantung dan sistem vena setelah kematian adalah sebuah proses yang tidak pasti, seperti akhirnya pencairan bekuan tersebut diakibatkan oleh enzim fibrinolitik. Hal ini tidak relevan dalam diagnosis asfiksiad. pendarahan subarachnoid1 Definisi

Perdarahan subaraknoid adalah perdarahan tiba-tiba ke dalam rongga diantara otak dan selaput otak (rongga subaraknoid). diantara lapisan dalam (pia mater) dan lapisan tengah (arachnoid mater) para jaringan yang melindungan otak (meninges).Subarachnoid hemorrhage adalah gangguan yang mengancam nyawa yang bisa cepat menghasilkan cacat permanen yang serius. Hal ini adalah satu-satunya jenis stroke yang lebih umum diantara wanita.

2. Anatomi

Otak dibungkus oleh selubung mesodermal, meninges. Lapisan luarnya adalah pachymeninx atau duramater dan lapisan dalamnya, leptomeninx, dibagi menjadi arachnoidea dan piamater

Duramater

Dura kranialis atau pachymeninx adalah suatu struktur fibrosa yang kuat dengan suatu lapisan dalam (meningeal) dan lapisan luar (periostal). Kedua lapisan dural yang melapisi otak umumnya bersatu, kecuali di tempat di tempat dimana keduanya berpisah untuk menyediakan ruang bagi sinus venosus (sebagian besar sinus venosus terletak di antara lapisan-lapisan dural), dan di tempat dimana lapisan dalam membentuk sekat di antara bagian-bagian otak.

Arachnoidea

Membrana arachnoidea melekat erat pada permukaan dalam dura dan hanya terpisah dengannya oleh suatu ruang potensial, yaitu spatium subdural. Ia menutupi spatium subarachnoideum yang menjadi liquor cerebrospinalis, cavum subarachnoidalis dan dihubungkan ke piamater oleh trabekulae dan septa-septa yang membentuk suatu anyaman padat yang menjadi system rongga-rongga yang saling berhubungan.

Cavum subaracnoidea adalah rongga di antara arachnoid dan piamater yang secara relative sempit dan terletak di atas permukaan hemisfer cerebrum, namun rongga tersebut menjadi jauh bertambah lebar di daerah-daerah pada dasar otak. Pelebaran rongga ini disebut cisterna arachnoidea, seringkali diberi nama menurut struktur otak yang berdekatan. Cisterna ini berhubungan secara bebas dengan cisterna yang berbatasan dengan rongga sub arachnoid umum.

Piamater

Piamater merupakan selaput jaringan penyambung yang tipis yang menutupi permukaan otak dan membentang ke dalam sulcus,fissure dan sekitar pembuluh darah di seluruh otak. Piamater juga membentang ke dalam fissure transversalis di abwah corpus callosum. Di tempat ini pia membentuk tela choroidea dari ventrikel tertius dan lateralis, dan bergabung dengan ependim dan pembuluh-pembuluh darah choroideus untuk membentuk pleksus choroideus dari ventrikel-ventrikel ini. Pia dan ependim berjalan di atas atap dari ventrikel keempat dan membentuk tela choroidea di tempat itu.

3 Etiologi

Perdarahan subarachnoid secara spontan sering berkaitan dengan pecahnya aneurisma (85%), kerusakan dinding arteri pada otak. Dalam banyak kasus PSA merupakan kaitan dari pendarahan aneurisma. Penelitian membuktikan aneurisma yang lebih besar kemungkinannya bisa pecah. Selanjunya 10% kasus dikaitkan dengan non aneurisma perimesencephalic hemoragik, dimana darah dibatasi pada daerah otak tengah. Aneurisma tidak ditemukan secara umum. 5% berikutnya berkaitan dengan kerusakan rongga arteri, gangguan lain yang mempengaruhi vessels, gangguan pembuluh darah pada sum-sum tulang belakang dan perdarahan berbagai jenis tumor.

PSA primer dapat muncul dari ruptur tipe kesatuan patologis berikut ini (2 yang pertama adalah yang tersering):

Aneurisma sakular

MAV

Ruptur aneurisma mikotik

Angioma

Neoplasma

Trombosis kortikal

PSA dapat mencerminkan diseksi sekunder darah dari hematom intraparenkim (misal perdarahan dari hipertensi atau neoplasma)

2/3 kasus PSA non-traumatik disebabkan ruptur aneurisma sakular

Penyebab kongenital mungkin bertanggung jawab untuk PSA

o Kejadian familial sesekali

o Frekuensi aneurisma multipel

o Hubungan aneurisma dengan penyakit sistemik tertentu termasuk sindroma Ehlers-Danlos, sindroma Marfan, coarctatio aorta, dan penyakit ginjal polikistik

Faktor lingkungan yang dihubungkan dengan defek dinding pembuluh darah dapatan termasuk usia, hipertensi, merokok dan artrosklerosis.

4 Patofisiologi

Aneurisma merupakan luka yang yang disebabkan karena tekanan hemodinamic pada dinding arteri percabangan dan perlekukan. Saccular atau biji aneurisma dispesifikasikan untuk arteri intracranial karena dindingnya kehilangan suatu selaput tipis bagian luar dan mengandung faktor adventitia yang membantu pembentukan aneurisma. Suatu bagian tambahan yang tidak didukung dalam ruang subarachnoid.

Aneurisma kebanyakan dihasilkan dari terminal pembagi dalam arteri karotid bagian dalam dan dari cabang utama bagian anterior pembagi dari lingkaran wilis. Selama 25 tahun John Hopkins mempelajari otopsi terhadap 125 pasien bahwa pecah atau tidaknya aneurisma dihubungkan dengan hipertensi, cerebral atheroclerosis, bentuk saluran pada lingkaran wilis, sakit kepala, hipertensi pada kehamilan, kebiasaan menggunakan obat pereda nyeri, dan riwayat stroke dalam keluarga yang semua memiliki hubungan dengan bentuk aneurisma sakular.

5 Gejala

Sebelum pecah aneurysm biasanya tidak menyebabkan gejala-gejala sampai menekan saraf atau bocornya darah dalam jumlah sedikit, biasanya sebelum pecahnya besar (yang menyebabkan sakit kepala). Kemudian menghasilkan tanda bahaya, seperti berikut di bawah ini :

o Sakit kapala, yang bisa tiba-tiba tidak seperti biasanya dan berat (kadangkala disebut sakit kepala thunderclap).

o Nyeri muka atau mata.

o Penglihatan ganda.

o Kehilangan penglihatan sekelilingnya.

Tanda bahaya bisa terjadi hitungan menit sampai mingguan sebelum pecah. Orang harus melaporkan segala sakit kepala yang tidak biasa kepada dokter dengan segera. Pecahnya bisa terjadi karena hal yang tiba-tiba, sakit kepala hebat yang memuncak dalam hitungan detik. Hal ini seringkali diikuti dengan kehilangan kesadaran yang singkat. Hampir separuh orang yang terkena meninggal sebelum sampai di rumah sakit. Beberapa orang tetap dalam koma atau tidak sadar. Yang lainnya tersadar, merasa pusing dan mengantuk. Mereka bisa merasa gelisah. Dalam hitungan jam atau bahkan menit, orang bisa kembali menjadi mengantuk dan bingung. Mereka bisa menjadi tidak bereaksi dan sulit untuk bangun. Dalam waktu 24 jam, darah dan cairan cerebrospinal disekitar otak melukai lapisan pada jaringan yang melindungi otak (meninges), menyebabkan leher kaku sama seperti sakit kepala berkelanjutan, sering muntah, pusing, dan rasa sakit di punggung bawah. Frekwensi naik turun pada detak jantung dan bernafas seringkali terjadi, kadangkala disertai kejang.

Sekitar 25% orang mengalami gejala-gejala yang mengindikasikan kerusakan pada bagian spesifik pada otak, seperti berikut di bawah ini :

o Kelelahan atau lumpuh pada salah satu bagian tubuh (paling sering terjadi).

o Kehilangan perasa pada salah satu bagian tubuh.

o Kesulitan memahami dan menggunakan bahasa (aphasia).

Gangguan hebat bisa terjadi dan menjadi permanen dalam hitungan menit atau jam. Demam adalah hal yang biasa selama 5 sampai 10 hari pertama.

Mekanisme KematianMCOD (multiple cause of death) dengan menggunakan pendekatan proximus mortis adalah gagal pernapasan.

Dari kasus yang ada terjadinya kematian pada korban disebabkan terjadinya gagal pernapasan akibat penekanan pusat pernapasan pada batang otak.hal ini disebabkan karena adanya cidera kepala akibat venda tumpul yang mengakibatkan perdarahan subarachnoid.perdarahan ini menyebabkan oedema dan meningkatkan tekan intra cranial sehingga terjadi herniasi batang otak .herniasi ini menyebabkan tertekannya pusat pernapasan yang berada di batang otak, sehingga pasien meninggal akibat asfiksia yang disebabkan oleh gagal pernapasan Dari kasus yang adanya hematom oculi , perdarahan pada hidung dan telinga diakibatkan karena trauma pada basis crania fossa anterior dan mediaMCODIa: gagal pernapasanIb: herniasi batang otakIc : perdarahan subarachnoidId: trauma tumpul