modul 04 wasantara

88
0 LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA BIDANG STUDI/MATERI POKOK GEOPOLITIK DAN WAWASAN NUSANTARA SUB. B.S. WAWASAN NUSANTARA LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL RI PROGRAM PENDIDIKAN SINGKAT ANGKATAN (PPSA) XIX TAHUN 2013 04

Upload: dee-ta-aja

Post on 28-Oct-2015

169 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: Modul 04 Wasantara

0

LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BIDANG STUDI/MATERI POKOK GEOPOLITIK DAN WAWASAN NUSANTARA

SUB. B.S. WAWASAN NUSANTARA

LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL RI PROGRAM PENDIDIKAN SINGKAT ANGKATAN (PPSA) XIX

TAHUN 2013

04

Page 2: Modul 04 Wasantara

1

LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BIDANG STUDI/MATERI POKOK

GEOPOLITIK DAN WAWASAN NUSANTARA

MODUL 1 S.D. 3

SUB. B.S. WAWASAN NUSANTARA

LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL RI PROGRAM PENDIDIKAN SINGKAT ANGKATAN (PPSA) XIX

TAHUN 2013

Page 3: Modul 04 Wasantara

2

DAFTAR ISI

Halaman PANDUAN UMUM MATA KULIAH 1 1. Tinjauan Mata Kuliah 1.1 Relevansi 1 1.2 Deskripsi Mata Kuliah 1 1.3 Standar Kompetensi 3 1.4 Kompetensi Dasar 3 2. Struktur Materi 4 3. Rencana Penyelesaian Bahan Ajaran dan Tugas 4 4. Petunjuk Belajar 4 5. Daftar Istilah 5 PANDUAN KHUSUS MATA KULIAH 8 Modul 1 Konsepsi Dasar Wawasan Nasional 8 1. Deskripsi 8 2. Relevansi 9 3. Uraian Singkat Pokok Bahasan 9 Modul 2 Konsepsi Wawasan Nusantara 10 1. Deskripsi 10 2. Relevansi 10 3. Uraian Singkat Pokok Bahasan 11 Modul 3 Implementasi Konsepsi Wawasan Nusantara Dalam Kehidupan Nasional 13 1. Deskripsi 13 2. Relevansi 14 3. Uraian Singkat Pokok Bahasan 14

Page 4: Modul 04 Wasantara

3

PANDUAN UMUM MATA KULIAH

1. Tinjauan Mata Kuliah 1.1 Relevansi

Wawasan Nusantara di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) ini

merupakan salah satu mata kuliah yang berisikan konsep-konsep

pemikiran dan pandangan bangsa Indonesia tentang diri dan

lingkungannya dalam mencapai tujuan nasional beserta pedoman

pengimplementasiannya yang perlu dipahami oleh peserta Lemhanas.

Pemahaman itu berkaitan dengan keberadaan peserta Lemhanas

sebagai calon-calon pemimpin, penentu, dan pengambil kebijakan ataupun

keputusan di tingkat nasional yang akan menentukan gerak dan arah

pembangunan nasional.

Materi ini dapat dijadikan pedoman bagi peserta Lemhanas

untuk memperkaya wawasan dalam menganalisis fenomena sosial

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara guna

mencapai tujuan nasional. Dengan memperhatikan keragaman budaya,

etnis, suku, agama, dan kompleksitas permasalahan bangsa yang

senantiasa membayangi perjalanan bangsa, peserta Lemhannas setelah

menyelesaikan studi di Lemhannas diharapkan memiliki kesamaan, baik

visi maupun persepsi, dalam memahami pasang surut kehidupan berbangsa

dan bernegara yang sangat dinamis. Akhirnya, dengan mempelajari

mata kuliah Wawasan Nusantara ini, sebagai pemimpin, diharapkan peserta

tidak mudah terseret oleh berbagai permasalahan bangsa yang bersifat SARA

dan sektoral.

1.2. Deskripsi Mata Kuliah

Mata kuliah Wawasan Nusantara dibagi ke dalam tiga modul, masing-

masing berisi pemahaman singkat, relevansi, dan uraian materi yang

harus dipahami. Modul tersebut masing-masing membahas materi

sebagai berikut.

a. Konsepsi Dasar Wawasan Nasional, berisi rangkaian nilai-

Page 5: Modul 04 Wasantara

4

nilai yang terkristalisasi dalam konsep-konsep utama kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa

Indonesia, yang kemudian dalam Wawasan Nusantara disebut konsep-

konsep dasar, yaitu sebagai berikut.

1) Bhinneka tunggal ika adalah konsep untuk

rnengintegrasikan keanekaragaman komponen bangsa;

2) Persatuan dan kesatuan adalah konsep untuk

mengakumuIasi kekuatan nasional;

3) Kebangsaan adalah konsep untuk mewujudkan

keinginan untuk hidup bersama;

4) Geopolitik adalah konsep untuk mewujudkan

kedaulatan bangsa atas tanah airnya;

5) Negara kebangsaan adalah konsep untuk menjadikan

negara sebagai sarana perjuangan mewujudkan cita-cita bangsa;

6) Negara kepulauan adalah konsep untuk mempertahankan

keutuhan wilayah nasional.

b. Konsepsi Wawasan Nusantara lahir dalam satu situasi dan

kondisi yang sangat menentukan kelangsungan hidup bangsa dan

negara. Pemerintahan negara yang dilaksanakan atau

diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 terancam oleh

suatu gerakan penghianatan G-30 S PKI Tahun 1965, suatu tragedi

nasional yang cukup memprihatinkan dan membahayakan persatuan

dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah. Angkatan

Bersenjata sebagai kekuatan inti Hankamnas terpecah belah dengan

mengedepankan wawasan angkatan masing-masing sehingga

perlu segera diintegrasikan dalam satu wawasan yang manunggal

dengan rakyat berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, yang

dikenal dengan Wawasan Nusantara (Wasantara).

c. Implementasi Konsepsi Wawasan Nusantara dalam

kehidupan nasional dilakukan melalui sosialisasi, yaitu penanaman

nilai-nilai dengan beberapa cara, baik formal, nonformal, maupun

informal. Sosialisasi itu diharapkan dapat dilakukan oleh warga bangsa

sejak usia dini, bersamaan dengan pengenalan anak terhadap

Page 6: Modul 04 Wasantara

5

lingkungan luar rumahnya, kemudian berlanjut hingga dewasa.

Wujud nyata dari implementasi konsepsi Wawasan

Nusantara tercantum pada implikasinya dalam kehidupan

nasional, baik dalam realita kehidupan maupun fenomena

kehidupan sendi dasar pemikiran atau dimensi pemikiran

wawasan nusantara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

1.3 Standar Kompetensi

Sete!ah memperlajari modul ini, diharapkan peserta akan

mengerti, memahami, dan mampu menjelaskan perkembangan

konsep Wawasan Nusantara hingga mengimplementasikannya

dalam kehidupan nyata sehari-hari. Wawasan Nusantara merupakan

landasan visional bangsa, sekaligus sebagai wawasan nasional

dalam rangka pembangunan nasional guna mencapai tu juan

nasional. Di s a mp i ng i tu , pe se r ta a ka n ma mp u me n i l a i

p e r ke mb a n ga n d an efektivi tas implementasi Wawasan Nusantara

dalam masyarakat, dan yang terpenting adalah bahwa peserta

diharapkan memiliki kemampuan mengelola kemajemukan,

keragaman, dan perbedaan yang ada di tengahtengah masyarakat

untuk dijadikan sebagai sumber kekuatan dan perekat guna

me wu judkan persa tuan dan kesa tuan bangsa dalam rangka

keutuhan NKRI.

1.4 Kompetensi dasar

D i s a mp i n g t e l a h me n g e r t i d a n m e ma h a mi p e r s o a l a n -

persoalan wawasan Nusantara, peserta juga diharapkan mampu untuk:

a. Menjelaskan secara rinci tentang geopolitik bangsa Indonesia;

b. Me maha mi dan mengura i kan p ro ses k r i s ta l i sas i

W awasan Nusantara sebagai landasan visional bangsa;

c. Menjelaskan konsep-konsep dasar yang menjadi batu

bangun (building blocks) wawasan nasional Indonesia;

d. Men je l askan ke te rka i tan an ta ra UUD 1945 dan

W awasan Nusantara ser ta merumuskan konsepsi Wawasan

Page 7: Modul 04 Wasantara

6

Nusantara b e r d a s a r k a n r u mu s a n f o r ma l d a n d a l a m

b e r b a g a i c a r a berdasarkan konteks kepentingan;

e. Mengana l i s i s imp le mentas i W awasan Nusanta ra d i

da l am masyarakat;

f . Menyosial i sasikan materi -materi Wawasan Nusantara

secara efisien dan efektif serta secara tepat asas dan tepat zaman.

2. Struktur Materi

No Pokok Bahasan/Topik Subpokok Bahasan

I Konsepsi Dasar Wawasan

Nasional Batu Bangun Wawasan Nasional

1. Landasan Konsepsi Wawasan Nusantara

II Konsepsi Wawasan Nusantara 2. Konsepsi Pemikiran Wawasan Nusantara

1. Sosialisasi Konsepsi Wawasan Nusantara

Implementasi Konsepsi Wawasan

2. Implikasi Konsepsi Wawasan

III Nusantara dalam Kehidupan Nusantara dalam Realitas Nasional Kehidupan

3. Implikasi Konsepsi Wawasan Nusantara dalam Fenomena Kehidupan

3. Rencana Penyelesaian Bahan Ajar dan Tugas

No Waktu Materi Belajar

PPSA PPRA

1 Minggu IV Modul 1 dan 2 Modul 1

2 Minggu V Modul 3 Modul 2

3 Minggu VI Modul 3

4. Petunjuk Belajar

Page 8: Modul 04 Wasantara

7

Untuk mempelajari mata kuliah Wawasan Nusantara sebaiknya

peserta membaca referensi lain, seperti buku Menjadi Bangsa

Indonesia, Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional di Tengah

Krisis, Penglihatan Sejarah (Gonggong, A. 2000), Geopolitic of

Indonesia's Mar it ime Tentor ia l Pol icy, (Dino Pati Jalal , 2000.

CSIS/1996); Geostrategi Indonesia , (R.M. Sunardi, 1999), dan buku

yang disiapkan khusus untuk bahan kul iah, Wawasan Nusantara

sebagai Landasan Visional Bangsa (Jakarta); hasil seminar tentang

Reaktualisasi Wawasan Nusantara untuk Menjamin Keutuhan dan Tetap

Tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (kerja sama dengan

Almamater Lemhannas). Ikatan Alumni: Lemhannas (IKAL), 2001;

Wawasan Kebangsaan Indonesia, Gagasan dan Pemikiran Badan

Komunikasi Penghayatan Kesatuan Bangsa. Bakom PKB Pusat,

1994.

Apabila menemui kesulitan dalam memahami Wawasan

Nusantara yang ada dalam materi modul satu, dua, dan tiga, peserta

dapat mencari penjelasan pada naskah-naskah pokja Lemhannas

yang telah dipublikasikan oleh Lemhannas RI. Sebaiknya peserta

membuat rangkuman pemahaman setiap modul untuk disandingkan

satu sama lain. Hal itu akan me mudahkan pe maha man

kese luruhan i s i a tau mate r i W awasan Nusantara. Yang perlu

peserta ingat adalah bahwa mempelajari Wawasan Nusantara tidak

sama dengan mempelajari materi lainnya secara normatif.

5. Daftar Istilah

a. Kesatuan ialah keesaan, si fat tunggal, atau keseutuhan

(W.J.S. Poerwadarminta, 1987).

b. Ketahanan Nasional adalah kondisi dinamik bangsa

Indonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional

dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman,

hambatan, dan gangguan, baik yang datang dari luar maupun

dari dalam, serta yang langsung maupun tidak langsung untuk

menjamin identi tas, integri tas, kelangsungan hidup bangsa dan

Page 9: Modul 04 Wasantara

8

negara, serta perjuangan mencapai tujuan nasional.

c. Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari

peristiwa konkret.

d. Konsepsi adalah rancangan atau cita-cita yang telah ada

dalam pikiran.

e. Persatuan ialah gabungan (ikatan, kumpulan, dan

sebagainya) beberapa bagian yang sudah bersatu.

f. Strategi ialah

1) Ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya

bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam

perang dan damai;

2) Rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk

mencapai sasaran khusus. (Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Balai Pustaka 1993)

g. Sarana dan prasarana nasional adalah hasil budi daya

manusia yang dapat digunakan sebagai alat penunjang untuk

mendukung kepentingan nasional.

h. Pembangunan nasional adalah ikhtiar untuk mengubah keadaan

nasional masa lampau yang tidak sesuai dengan cita-cita kehidupan

bangsa, baik lahir maupun batin, dengan tujuan agar dapat

mewariskan masa depan yang membahagiakan bagi generasi

mendatang.

i. Politik adalah segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat

dsb) mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain.

j. Wawasan adalah pandangan atau paham tentang suatu hal

atau konsepsi cara pandang.

k. Wawasan Kebangsaan adalah suatu pandangan atau

paham tentang dinamika/fenomena kehidupan dari kelompok

masyarakat yang berhimpun sebagai suatu bangsa yang

memiliki nilai-nilai kebangsaan yang sama.

l. Wawasan Nasional adalah cara pandang suatu bangsa

dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta

Page 10: Modul 04 Wasantara

9

dalam hubungan antarnegara yang rnerupakan hasil perenungan filsafat

tentang diri dan lingkungannya dengan memperhatikan sejarah dan

kondisi sosial budaya serta memanfaatkan konstelasi geografi guna

menciptakan dorongan dan rangsangan dalam usaha mencapai

tujuan nasional.

m. Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia

yang berlingkup dan demi kepentingan nasional, yang

berlandaskan Pancasila, tentang diri dan lingkungannya, serta tanah

airnya sebagai negara kepulauan dengan semua aspek

kehidupannya yang beragam dan dinamis, dengan

mengutamakan persatuan bangsa dan kesatuan wilayah

Indonesia, yang tetap menghargai dan menghormati

kebinekaan dalam semua aspek kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara untuk mewujudkan citacita nasional.

n. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis

beserta segenap unsur terkai t yang batas dan sistemnya

ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.

Page 11: Modul 04 Wasantara

10

PANDUAN KHUSUS MATA KULIAH

M O D U L 1 KONSEPSI DASAR WAWASAN NASIONAL

1. Deskripsi

Dari tinjauan kefilsafatan, ruang hidup dan penguasaanya,

kesejarahan, kebudayaan, serta kewilayahan, terdapat enam konsep dasar

yang menjadi batu bangun (building blocks) wawasan nasional Indonesia.

Pertama, adalah konsep Bhinneka Tunggal lka; kedua, konsep persatuan

dan kesatuan; ketiga, konsep kebangsaan; keempat, konsep tanah air

(geopolitik); kelima, konsep negara kebangsaan (Pancasila); keenam,

konsep negara kepulauan. Konsep-konsep tersebut diangkat dari khazanah

bangsa yang berada di wilayah Nusantara, mulai Abad VII sampai

dengan Abad XX, yang diintegrasikan dengan kepentingan bangsa Indonesia,

menjadi acuan kehidupan bangsa Indonesia saat ini dan yang akan

datang. Perubahan terjadi secara terus-menerus sesuai dengan hukum

evolusi (Charles Darwin), seperti yang ditegaskan oleh Herakletos, yaitu

bahwa satu-satunya realitas ialah perubahan. Atas dasar pemahaman

tersebut, perbedaan-perbedaan yang ada dalam kehidupan masyarakat

Indonesia sebenarnya untuk memenuhi kepentingan bersama agar dapat

hidup sejahtera.

Persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah merupakan

suatu kondisi dan cara terbaik untuk mencapai tujuan bersama. Suatu

masyarakat yang didorong oleh keharusan pemenuhan kebutuhannya perlu

bekerja sama atau bersatu dalam bekerja karena pada dasamya rnereka

Page 12: Modul 04 Wasantara

11

saling membutuhkan. Masyarakat juga perlu bersatu agar dapat

menghimpun kekuatan untuk mencapai suatu tujuan yang tidak dapat

dilakukan secara sendiri-sendiri.

Kebangsaan merupakan mekanisme kehidupan kelompok yang

terdiri atas unsur-unsur yang beragam, dengan ciri-ciri persaudaraan,

kesetaraan, kesetiakawanan, kebersamaan, dan kesediaan berkorban bagi

kepentingan bersama.

Oleh karena itu konsepsi kebangsaan harus terus ditumbuhkan pada

masyarakat bangsa dan dikembangkan secara terstruktur, yaitu berturut-turut

pada tingkat kesadarannya, kemudian menjadikannya sebagai suatu paham,

dan mengaktualisasikannya dalam semangat kebangsaan (Edi Sudradjat,

1996).

2. Relevansi Setelah mempelajari materi ini para peserta akan

memperoleh pemahaman pengetahuan tentang konsep dasar

Wawasan Nusantara yang terdiri dari enam konsep dasar yang

menjadi batu bangun (building blocks) wawasan nasional Indonesia.

Konsep-konsep tersebut diangkat dari khazanah bangsa yang

berada di wi layah Nusantara, mulai Abad VII sampai dengan Abad

XX, yang diintegrasikan dengan kepentingan bangsa Indonesia, dan

menjadi acuan kehidupan bangsa Indonesia saat ini dan yang akan

datang.

3. Uraian Singkat Pokok Bahasan

Dar i t in jauan ke f i l sa fa tan, ruang hidup dan

penguasaanya, kesejahteraan, kebudayaan serta kewi layahan,

di temukan ni lai -ni lai integratif dalam dir i bangsa Indonesia.

Rangkaian nilai -nilai tersebut teraktualisasikan dalam konsep-

konsep utama kehidupan Bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

bangsa Indonesia, yang kemudian dalam Wawasan Nusantara

disebut konsep-konsep dasar. Konsep dasar pertama, b h in n e k a

t u n gg a l i k a , a d a la h ko n s ep u n t u k me n g i n t e gr a s i ka n

keanekaragaman komponen bangsa. Kedua,persatuan dan

Page 13: Modul 04 Wasantara

12

kesatuan, adalah konsep untuk mengakumulasi kekuatan

nasional . Ket iga, kebangsaan adalah konsep untuk mewujudkan

keinginan untuk hidup bersama. Keempat , geopol i t i k adalah

konsep untuk mewu judkan kedaulatan bangsa atas tanah airnya.

Kelima, negara kebangsaan adalah konsep untuk menjadikan negara

sebagai sarana perjuangan mewujudkan ci ta-c i ta bangsa . Keenam,

negara kepulauan adalah konsep untuk mempertahankan keutuhan

wilayah nasional.

M O D U L 2

KONSEPSI WAWASAN NUSANTARA

1. Deskripsi

Konsepsi Wawasan Nusantara (Wasantara) menganut filosofi dasar

geopolitik Indonesia dan wawasan kebangsaan yang mengandung tiga unsur

kebangsaan, yaitu rasa kebangsaan, paham kebangsaan, dan semangat

kebangsaan. Ketiga unsur ini menyatu secara utuh dan mengkristal

dalam Pancasila dan Wasantara, serta menjadi jiwa bangsa Indonesia dan

sekaligus pendorong tercapainya cita-cita proklamasi, sebagaimana yang

diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945. Wasantara dapat disebut geopolitik

Indonesia. Apabila ditinjau dari tataran pemikiran yang berlaku di Indonesia,

Wasantara merupakan prasyarat terwujudnya cita-cita nasional, suatu cita-cita

terbentuknya negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan

makmur. Dari gambaran di atas, dapat diketahui bahwa konsepsi Wasantara

merupakan konsepsi nasional yang bersifat filosofis yang memiliki visi jauh ke

depan, suatu konsepsi yang dijadikan pedoman dan rambu-rambu, serta

dorongan dan motif bangsa Indonesia dalam pencapaian tujuan nasional, serta

dijadikan sebagai landasan visioner.

Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila terdiri atas lima pesan

pokok, yaitu penghayatan dan hakikat martabat bangsa, kesepakatan

akan cita-cita nasional, kebulatan tekad untuk mencapai tujuan nasional,

mempertahankan dan memperjuangkan kepentingan nasional, serta

kesepakatan tentang pencapaian tujuan nasional. Bangsa Indonesia yang

Page 14: Modul 04 Wasantara

13

terlahir dari keanekaragaman suku, agama, budaya, bahasa, dan daerah asal

yang tersebar luas dalam ribuan pulau perlu menyepakati suatu cara hidup

bersama sebagai bangsa dan warga negara. Salah satu sumber cara hidup

bersama itu ialah cara pandang tentang diri dan Iingkungan dalam mencapai

tujuan bersama, yaitu tujuan nasional. Cara pandang yang dimaksud bagi

bangsa Indonesia ialah Wawasan Nusantara. Wawasan Nusantara mengacu

pada kondisi dan konstelasi geografi, kondisi sosial budaya, serta faktor

kesejarahan, dan perkembangan lingkungan.

2. Relevansi

Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan dapat lebih

menghayati acuan rumusan konsepsi, proporsi, prinsip, dan postulat dalam

Wawasan Nusantara sebagai perwujudan pesan-pesan dalam Pembukaan

UUD 1945.

3. Uraian Singkat Pokok Bahasan Pada dasarnya, konsepsi Wasantara lahir dalam satu situasi dan

kondisi yang sangat menentukan kelangsungan hidup bangsa dan negara.

Pemer intahan negara yang di laksanakan atau diselenggarakan

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 terancam oleh suatu gerakan

pengkhianatan G-30 S PKI tahun 1965. Peristiwa itu merupakan suatu tragedi

nasional yang cukup mernpfihatinkan dan membahayakan persatuan dan

kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah,

Angkatan bersenjata sebagai kekuatan inti Hankamnas terpecah

belah dengan mengedepankan wawasan angkatan masing-masing

sehingga perlu segera diintegrasikan dalam satu wawasan yang manunggal

dengan rakyat berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, yang dikenal

dengan Wawasan Nusantara (Wasantara).

Wasantara adalah suatu wawasan yang bersifat nasional, yang

dijadikan sebagai landasan konsepsional dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara, yang saat ini dijadikan sebagai landasan

visional, yang tersusun secara hierarki dalam paradigma nasional.

Landasan visional Wasantara merupakan suatu landasan dalam

menerjemahkan "cara pandang" bangsa Indonesia yang dibentuk dalam

Page 15: Modul 04 Wasantara

14

dua dimensi pemikiran, yaitu dimensi pemikiran realita (kewilayahan) dan

dimensi pemikiran fenomena (pemanfaatan).

Suatu pemikiran dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta

kesatuan wilayah, yang diorientasikan pada "perwujudan kepulauan

Nusantara sebagai satu kesatuan". (Lautan yang di taburi pulau-

pulau/archipelago state).

Kedudukan Wawasan Nusantara ialah sebagai ajaran dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk menyikapi

realita kehidupan bangsa Indonesia. Dengan memahami dan menghayati

ajaran tersebut, diharapkan akan bertumbuh sikap integratif, inklusif, dan

akomodatif dalam diri bangsa Indonesia. Berdasarkan sikap demikian,

berbagai perbedaan akan dapat diatasi dan dapat dimanfaatkan sebagai

ruang pembelajaran untuk mencapai pemahaman yang lebih baik tentang

pihak lain demi kepentingan bersama. Sasaran ideal pembalajaran ini ialah

menstransformasikan perbedaan-perbedaan menjadi suatu kekayaan

bangsa Indonesia untuk lebih menjamin pencapaian tujuan nasional. Selain

sebagai ajaran, kedudukan Wawasan Nusantara bagi bangsa Indonesia

juga sebagai doktrin dasar nasional dalam penyelenggaraan negara, untuk

mendorong (mot ive ) , merangsang (d r ive) , dan me medoman i

penyelenggara negara dan masyarakat madani (civil society) untuk

berinteraksi, dalam upaya mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia.

Page 16: Modul 04 Wasantara

15

M O D U L 3

IMPLEMENTASI KONSEPSI WAWASAN NUSANTARA DALAM KEHIDUPAN NASIONAL

1. Deskripsi

Implementasi Wawasan Nusantara dilakukan melalui sosialisasi, yaitu

penanaman nilai-nilai dengan beberapa cara, baik formal, nonformal, maupun

informal. Sosialisasi itu diharapkan dapat dilakukan oleh warga bangsa sejak

usia dini, bersamaan dengan pengenalan anak terhadap lingkungan luar

rumahnya, kemudian berlanjut hingga dewasa. Hal ini menjadi prasyarat

karena tujuan yang ingin dicapai dalam sosialisasi bukan saja

memasyarakatkan pengetahuan, melainkan menanamkan nilai-nilai yang harus

dihayati serta dapat menjadi acuan sikap dan perilaku anggota masyarakat

bangsa Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan berbagai kemasan bahan ajar

atau informasi beserta metode sosialisasinya menurut tingkat perkembangan

intelegensia peserta sosialisasi dan lingkungan proses sosialisasi serta para

pendidik atau tokoh masyarakat pendampingnya.

Implikasi dalam realita kehidupan nasional menggambarkan peran dari

konsepsi Wawasan dalam berbagai kegiatan dan penyelesaian masalah yang

terjadi di wilayah darat, laut, maupun udara/dirgantara. Sementara itu,

Page 17: Modul 04 Wasantara

16

implikasi konsepsi Wawasan dalam fenomena kehidupan nasional berkaitan

dengan perannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

dalam rangka mewujudkan cita-cita nasional dan tujuan nasional, dengan

selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah.

Keefektifan pelaksanaan sosialisasi bergantung pada kemasan materi

dan metodenya. Kemasan materi hendaknya memperhatikan beberapa aspek

yang berpengaruh pada keefektifan pembelajaran, antara lain mengenai emosi,

budaya dan hubungan sosial. Dalam hal ini secara emosi, materi diharapkan

dapat memuaskan; secara budaya, dapat diterima; dan secara sosial, dapat

berguna bagi masyarakat.

2. Relevansi Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan dapat lebih

menghayati dan mengerti implementasi konsepsi Wawasan Nusantara

dalam kehidupan nasional melalui sosialisasi, yaitu penanaman nilai-nilai

dengan beberapa cara, balk formal, nonformal, maupun informal.

3. Uraian Singkat Pokok Bahasan Sosialisasi Wawasan Nusantara, selain didasari oleh konsep--

konsep ideal, juga harus memperhatikan persoalan-persoalan nyata yang

berkembang dalam lingkungan implementasinya. Implementasi Wawasan

Nusantara ke dalam perlu memperhatikan konsep bangsa, negara, dan

wilayah, sedangkan ke luar perlu memperhatikan kepentingan negara--

negara lain dalam penguasaan wilayah.

Laut atau perairan dalam wilayah nasional berfungsi sebagai

pemersatu keseluruhan wilayah tanah air Indonesia. Eksploitasi sumber

daya kelautan yang demikian besar bagi kesejahteraan seluruh rakyat

secara adil dan merata dapat menjadi perekat persatuan dan kesatuan

bangsa. Rezim negara kepulauan sebagaimana dimaksud HLI dengan

tegas telah memberikan arti kesatuan wilayah bagi NKRI. Pemanfaatan

ruang antariksa dengan prinsip siapa cepat dia dapat (first come first

serve) lebih dominan daripada perjanjian ruang antariksa (Space Treaty

1967). Rasa keterpencilan atau keterasingan sebagian masyarakat

bangsa dari yang lain, atau rasa kurang diperhatikan oleh pemerintah pusat

Page 18: Modul 04 Wasantara

17

dan daerah, menimbulkan batas imajiner yang berupa batas pengaruh asing,

(negara tetangga) terhadap wilayah RI (frontier).

Implikasi konsepsi Wawasan Nusantara dalam kehidupan nasional

dilakukan dalam integrasi nasional, yaitu melalui interaksi sosiokultural dalam

penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara. Pendekatan a tas dasar berpik i r dan bersikap berar t i

pendekatan pada unsur manusia menurut perannya dalam

kehidupan nasional, yaitu sebagai anggota masyarakat, unsur

bangsa, dan warga negara. Dengan demikian, atas dasar p ik i ran

dan sikap manusia Indonesia yang sudah sejalan (mengacu pada

Wawasan Nusantara), integrasi pada segala bidang (aspek-aspek

kehidupan nasional, Hasnan Habib) atau integrasi unsur-unsur negara

(Saafroedin Bahar) akan dapat diwujudkan, yaitu manusia Indonesia

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, atau

menurut dimensi-dimensi kehidupan nasional.

DAFTAR ISI

MATA KULIAH WAWASAN NUSANTARA PENDAHULUAN 1 MODUL 1 KONSEPSI DASAR WAWASAN NASIONAL Kegiatan Belajar MODUL 2 Kegiatan Belajar 1

1. Umum 2. Batu Bangun Wawasan Nusantara Latihan Rangkuman KONSEPSI WAWASAN NUSANTARA Landasan Konsepsi Wawasan Nusantara 1. Umum 2. Harkat dan Martabat Bangsa 3. Cita-Cita Nasional 4. Tujuan Nasional 5. Kepentingan Nasional 6. Pencapaian Tujuan Nasional Latihan

4 5

12 13

14

15

15 16 16 17 19 19 21

Page 19: Modul 04 Wasantara

18

MODUL 3 Kegiatan Belajar 1 Kegiatan Belajar 2 Kegiatan Belajar 3

Rangkuman Konsepsi Pemikiran Wawasan Nusantara 1. Arti dan hakikat wawasan Nusantara 2. Prinsip Wawasan Nusantara 3. Dimensi Pemikiran 4. Asas Wawasan Nusantara 5. Arah Pandang 6. Tujuan, Fungsi, dan Kedudukan

Wawasan Nusantara Latihan Rangkuman IMPLEMENTASI KONSEPSI WAWASAN NUSANTARA DALAM KEGIDUPAN NASIONAL Sosialisasi Konsepsi Wawasan Nusantara 1. Kesadaran, Paham, dan Semangat

Kebangsaan 2. Cinta dan Pembelaan Tanah Air 3. Hak, Kewajiban, dan Tanggung Jawab

warga negara 4. Kehidupan Multikultural dan Plural

5. Masyarakat Madani (civil society) 6. Penutup Latihan Rangkuman Implikasi Konsepsi Wawasan Nusantara dalam Realita Kehidupan 1. Implikasi terhadap Wilayah Darat 2. Implikasi terhadap Wilayah Laut 3. Implikasi terhadap Wilayah Udara/

Dirgantara Latihan Rangkuman Implikasi Konsepsi Wawasan Nusantara dalam Fenomena Kehidupan 1. Implikasi Wawasan Nusantara dalam

Kehidupan Bermasyarakat 2. Implikasi Wawasan Nusantara dalam

Kehidupan Berbangsa 3. Implikasi Wawasan Nusantara dalam

Kehidupan Bernegara Latihan Rangkuman

23

23 23 28 30 31 32 34

35 36

37

38

39 39

40

41 42 43 43

44

45 47 49

51 52

53

56

62

64

Page 20: Modul 04 Wasantara

19

DAFTAR PUSTAKA

65

MATA KULIAH WAWASAN NUSANTARA PENDAHULUAN

Bangsa Indonesia lahir dari suatu proses sejarah pertumbuhan dan

perjuangan yang panjang, kemudian menegara sebagai bangsa yang merdeka

dan berdaulat melalui proklamasi 17 Agustus 1945. Kemerdekaan bangsa

membawa konsekuensi logis pada pergaulan antarbangsa yang sekaligus

menghendaki pelibatan diri ke dalam pembangunan tata kehidupan dunia yang

harmonis menuju kesejahteraan umat manusia. Di samping itu, bangsa

Indonesia menyadari bahwa betapa kondisi dan konstelasi geografi yang menjadi

ruang, hidupnya, serta segala isinya berdampak erat padaberbagai perbedaan

ciri dan karakter budaya penduduknya. Berbagai ragarn perbedaan yang ditandai

oleh keberadaan lebih dari 200 etnis dan suku bangsa, sekitar 400 bahasa,

serta bermacam agama yang dianut oleh rakyatnya merupakan faktor yang

melahirkan perbedaan-perbedaan kepentingan dan tujuan setiapkelornpok

Page 21: Modul 04 Wasantara

20

masyarakat. Perbedaan kepentingan dan tujuan hidup tersebut dapat lebih

diperkuat oleh faktor ruang hidup berupa pulau-pulau yang secara geografis

terpisah satu dari yang lainnya.

Berdasarkan kesadaran terhadapkenyataan di atas, dan kehendak

bersama untuk hidup sebagai satu bangsa serta tinggal dalam satu wilayah

negara, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia, dengan Pancasila sebagai

dasar negara dan falsafah bangsa, perlu dirumuskan pedoman dasar yang akan

menjadi acuan dalam menciptakan kehidupan bersama yang harmonis dari

segala perbedaan yang ada. Pedoman tersebut, yang sekaligus menjadi

wawasan atau pandang (outlook) yang berlingkup nasional, dimaksudkan untuk

membimbing langkah setiap individu dan segenap komponen bangsa Indonesia,

demi terjaga dan terpeliharanya persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan

wilayah negara, sekaligus memosisikan diri di tengah suasana lingkungan yang

senantisa berubah. Kesemuanya itu dilakukan demi upaya mencapai tujuan

nasional dan terwujudnya cita-cita nasional Indonesia sebagaimana

diamanatkan dalam Pembukaan UUD1945.

Wawasan nasional mengandung pengertian yang terkait dengan bangsa

(nation) sebagai subjek. Dengan demikian, akan terjelaskan keterkaitan dan

pengaruh, baik faktor-faktor objektif seperti kondisi dan konstelasi negara

kepulauan, berbagai ragam perbedaan ciri budaya penduduk, sejarah

kebangsaan,maupun faktor-faktor subjektif, yaitu tujuan dan cita-cita nasional,

filosofi bangsa dan kepentingan nasional, serta berbagai teori yang berkaitan

dengan penyelenggaraan negara sebagai pembanding. Wawasan nasional

suatu bangsa ditentukan oleh berbagai faktor seperti kesejarahan, kondisi dan

konste!asi geografis, serta kondisi sosial budayanya. Sementara itu, bangsa-

bangsa yang memiliki kesamaan dalam faktor-faktor tersebut belum tentu pula

sama wawasan nasionalnya karena ada faktor subjektif yang berperan.

Oleh karena itu, wawasan nasional Indonesia, seperti halnya wawasan

nasional bangsa atau negara lain, akan bersifat khas. Bagi bangsa Indonesia,

Wawasan Nusantara merupakan wawasan nasional yang memuat ajaran agar

kita dapat lebih memahami jati diri, lingkungan kehidupan nasional, dan

kehendak pendiri bangsa mengenai kelanjutan negara berdasarkanproklamasi

17 Agustus 1945.

Seiring dengan perjalanan bangsa, implementasi Wawasan Nusantara telah

Page 22: Modul 04 Wasantara

21

mengalami pasang surut sesuai dengan perubahan zaman yang dilalui.

Implementasi Wawasan Nusantara dihadapkan pada benturan berbagai

kepentingan yang semakin menguat di tengah perubahan kondisi

masyarakat yang semakin dinamis. Namun, dengan mengingat Wawasan

Nusantara sebagaibahan ajaran, konsep, prinsip, atau aturan yang

mengandung kebenaran, Wawasan Nusantara diyakini mampu

diimplementasikan dalam berbagai perubahan zaman dan bermanfaat bagi

kehidupan bersama bangsa Indonesia.

Materi Wawasan Nusantara diharapkan akan memperkaya

wawasandalam menganalisis, sekaligus mencari pemecahan permasalahan

danfenomena sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara guna mencapai tujuan nasional. Dengan memperhatikan

keragaman budaya, etnis, suku, agama, dan kompleksitas permasalahan

bangsa yang senantiasa membayangi perjalanan bangsa, pemahaman secara

holistik komprehensif terhadap konsepsi Wawasan Nusantara merupakan

kebutuhan mutlak bagi bangsa Indonesia, khususnya bagi para pemimpin dan

penentu kebijakan nasional dalam menjalankan tugas, fungsi, dan perannya

masing-masing. Melalui materi Wawasan Nusantara, peserta Lemhannas

diharapkan memiliki kesamaan, baik visi maupun persepsi, dalam memahami

pasang surut kehidupan berbangsa dan bernegara yang sangat dinamis.

Akhirnya, dengan mempelajari mata kuliah Wawasan Nusantara ini, pemimpin

diharapkan tidak mudah terseret oleh berbagai permasalahan bangsa yang

bersifat SARA dan sektoral.

Page 23: Modul 04 Wasantara

22

WAWASAN NUSANTARA

MODUL

1

KONSEPSI DASAR WAWASAN NASIONAL

Kegiatan Belajar

1. Umum

Wawasan nasional Indonesia merupakan kristalisasi nilai-nilai

kehidupan bersama yang terbangun dalam konsep-konsep yang

me latarbelakangi per ikehidupan bangsa Indonesia . Dalam masa

Page 24: Modul 04 Wasantara

23

perkembangannya, setiap konsep itu berperan dalam pemikiran tokoh-tokoh

bangsa untuk menghadapi berbagai fenomena kemasyarakatan dan

perjuangan hidup pada masanya.

Dari sudut pandang masyarakat bangsa yang mendiami wilayah

Nusantara ini, konsep-konsep tersebut di antaranya ada yang

dikembangkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, tetapi ada pula yang

diterima sebagai produk sejarah, tanpa mempersoalkan asal-usul terjadinya

setiap konsep. Dalam keterhimpunannya yang padu, dapat dirasakan

bahwa demikian besar sumbangannya dalam pengembangan wawasan

nasional bagi bangsa Indonesia.

Dari tinjauan kefilsafatan, ruang hidup dan penguasaannya, kesejarahan,

kebudayaan, serta kewilayahan, terdapat enam konsep dasar yang menjadi

batu bangun (building blocks) wawasan nasional Indonesia.

Pertamaadalah konsep Bhinneka Tunggal Ika; kedua, konsep

persatuan dan kesatuan; ketiga, konsep kebangsaan; keempat,

konsep tanah air (geopolitik); kelima, konsep negara kebangsaan

(Pancasila); keenam, konsep negara kepulauan. Konsep-konsep tersebut

diangkat dari khazanah bangsa yang berada di wilayah Nusantara, mulai Abad

VII sampai dengan Abad XX, yang diintegrasikan dengan kepentingan

bangsa Indonesia, yang menjadi acuan kehidupan bangsa Indonesia saat ini

dan yang akan datang.

2. Batu Bangun Wawasan Nasional

a. Konsepsi Bhinneka Tunggal Ika

Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan pada lambang negara

Republik Indonesia yang keberadaannya berdasarkan PP No. 66 Tahun

1951, yang mengandung arti ‘beraneka tetapi satu’ (Ensiklopedia Umum,

1977). Semboyan tersebut, menurut Supomo, menggambarkan

gagasan dasar , yai tu menghubungkan daerah-daerah dan suku-

suku bangsa di seluruh Nusantara menjadi Kesatuan-Raya (S.T.

Munadjat D., 1982). Bila dirujuk pada asalnya, yaitu kitab Sutasoma

Page 25: Modul 04 Wasantara

24

yang ditulis oleh Empu Tantular pada Abad XIV, ternyata semboyan

tersebut merupakan seloka yang menekankan pentingnya kerukunan

antarumat dari agama yang berbeda pada waktu itu, yaitu Syiwa dan

Budha. Dengan demikian, konsep Bhineka Tunggal Ika yang lengkapnya

berbunyi “bhineka tunggal ika tanhana dharmma

mangrva”merupakan kondisi dan tujuan kehidupan yang ideal dalam

lingkungan masyarakat yang serba majemuk dan multietnik.

Keberagaman atau kehidupan dalam lingkungan majemuk bersifat

alami dan merupakan sumber kekayaan budaya bangsa. Setiap

perwujudan mengandung ciri-ciri tertentu yang membedakannya dari

perwujudan yang lain. Tidak mungkin satu perwujudan mengandung

semua ciri yang ada karena, bila hal itu terjadi, dia akan menjadi

mahasempurna, padahal hanya satu yang mahasempurna, yaitu

Tuhan. Sementara itu, tidak mungkin pula bila semua perwujudan

atau sifat sama karena mekanisme tesis-antitesis-sintesis tidak akan

terjadi, dalam arti tidak akan ada perkembangan atau kemajuan. Di dunia

ini yang berlaku ialah perubahan terus-menerus mengikuti hukum

evolusi (Charles Darwin), seperti yang ditegaskan oleh Herakletos,

yaitu bahwa satu-satunya realitas ialah perubahan. Atas dasar

pemahaman tersebut, perbedaan-perbedaan yang ada dalam

kehidupan masyarakat Indonesia sebenarnya untuk memenuhi

kepentingan bersama agar dapat hidup sejahtera.

Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara berbagai perbedaan yang ada, seperti suku, agama, ras

atau antargolongan (SARA), merupakan realita yang harus

didayagunakan untuk memajukan negara dan bangsa. Persinggungan

unsur-unsur SARA diharapkan dapat meningkatkan mutu kehidupan

setiapunsur yang bermanfaat bagi setiappihak, baik secara individu

maupun kelompok. Selain itu, setiappihak memiliki keunggulan dalam hal

tertentu dari pihak yang lain sehingga, dengan berinteraksi, akan terjadi

hubungan yang saling menguntungkan. Contoh aktual adalah produk

budaya suatu bangsa yang dapat digemari pula oleh suku bangsa

lain, yang bukan produk budayanya sendiri.

Page 26: Modul 04 Wasantara

25

b . Ko ns e ps i Ke b a ng s aa n Konsepsi kebangsaan modern baru diperkenalkan pada Abad XIX

di Eropa. Menurut Ernest Renan, bangsa adalah keinginan untuk

bersama. Bagi Otto Bauer, bangsa adalah suatu tertib masyarakat yang

muncul dari kesamaan karakter atau karena kesamaan nasib (M. Hatta

dkk., 1980). Dalam pengertian modern, terbentuknya suatu bangsa tidak

dibatasi oleh ras atau agama tertentu, tidak juga oleh bentuk-bentuk

geografis, seperti aliran sungai, laut, atau gunung. Jadi, kebangsaan

yang mencakupi keinginan untuk bersatu dalam mencapai tujuan

dan/atau didukung dengan persamaan sejarah, yaitu konsep kebangsaan

yang diikrarkan pada Kongres Pemuda pada tahun 1928, tergolong

maju dan modern. Meskipun demikian, konsep kebangsaan dapat

tergelincir menjadi chauvinisme, yaitu kebangsaan yang sempit. Hal ini

telah diantisipasi secara dini, yaitu paling tidak pada Sidang BPUPKI,

tanggal 1 Juni 1945, tatkala Bung Karno mengatakan, ”... memang

prinsip kebangsaan ini ada bahayanya! Bahayanya ialah mungkin

orang meruncingkan nasionalisme menjadi chauvinisme sehingga

berpaham Indonesia uber alles. Kita cinta tanah air yang satu, merasa

berbangsa yang satu, mempunyai bahasa yang satu, tetapi tanah air

kita Indonesia hanya satu bagian kecil saja daripada dunia.”

Sebagai konsep, kebangsaan merupakan mekanisme kehidupan

kelompok yang terdiri atas unsur-unsur yang beragam, dengan ciri-

ciri persaudaraan, kesetaraan, kesetiakawanan, kebersamaan, dan

kesediaan berkorban bagi kepentingan bersama. Konsepsi kebangsaan

harus terus ditumbuhkan pada masyarakat bangsa dan dikembangkan

secara berstruktur, yaitu berturut-turut pada tingkat kesadarannya,

kemudian menjadikannya sebagai suatu paham, dan

mengaktualisasikannya dalam semangat kebangsaan (Edi Sudradjat,

1996). Konsep kebangsaan tidak dapat diterima sebagai sesuatu yang

sudah jadi, yaitu sekedar warisan dari generasi terdahulu, tetapi harus

dipupuk terus agar hidup subur karena generasi-generasi

berikutnya sudah tidak memiliki ikatankebersamaan sejarah dengan

generasi sebelumnya. Setiap generasi harus mengevaluasi

perkembangannya agar diketahui bila telah terjadi penyimpangan dari ciri-

Page 27: Modul 04 Wasantara

26

ciri konsep kebangsaan yang disepakati atau terjadi penyimpangan dari

tujuan semula, yaitu untuk apa bangsa Indonesia dahulu dibentuk.

c. Konsepsi Persatuan dan Kesatuan

Persatuanialah gabungan (ikatan, kumpulan, dan sebagainya)

beberapa bagian yang sudah bersatu, sedangkan kesatuanialah

keesaan, sifat tunggal, atau keseutuhan (W.J.S. Poerwadarminta,

1987). Sebutan persatuan bangsa berarti ‘gabungan suku-suku bangsa

yang sudah bersatu’. Dalam hal ini, setiapsuku bangsa merupakan

kelompok masyarakat yang memiliki ciri-ciri tertentu yang bersatu.

Dalam persatuan bangsa, setiapsuku bangsa tetap memiliki ciri-ciri dan

istiadat semula. Selain itu, dalam persatuan bangsa, satu suku

bangsa menjadi lebih besar daripada sekadar satu suku bangsa

yang bersangkutan karena dia mengatasnamakan bangsa secara

keseluruhan.Misalnya, suku Bugis atau Batak manakala menyebutkan

dirinya bangsa Indonesia, serta-merta memiliki ciri-ciri jauh lebih luas

dan kompleks daripada suku Bugis atau Batak itu sendiri.

Istilahkesatuan bangsa atau kesatuan wilayah mempunyai dua

makna.

Pertama, istilah itumenunjukkan sikapkebersamaan dari bangsa itu

sendiri. Kedua, istilah itumenyatakan wujudyang hanya satu dan utuh,

yaitu satu bangsa yang utuh atau satu wilayah yang utuh. Sebagai

contoh, kesatuan bangsa Indonesia berarti satu bangsa Indonesia

dalam satu jiwa bangsa, seperti yang diputuskan dalam Kongres

Pemuda pada tahun 1928, dalam keadaan utuh dan tidak boleh

berkurang, baik sebagai subjek maupun objek dalam penyelenggaraan

kehidupan nasional. Kesatuan wilayah Indonesia berarti ‘satu

wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke’ yang terdiri dari

daratan, perairan, dan dirgantara di atasnya, seperti yang dinyatakan

dalam Deklarasi Juanda 1957, dalam keadaan utuh dan tidak boleh

berkurang atau retak.

Bangsa Indonesia sama sekali tidak asing dengan konsep

persatuan dan kesatuan karena di samping secara naluriah merupakan

Page 28: Modul 04 Wasantara

27

makhluk sosial, yaitu tidak dapat hidup menyendiri; bangsa Indonesia

juga bersifat komunal. Hal ini dapat diamati dari sistem kemasyarakatan

yang pada umumnya tetap mempertahankan struktur klan, marga,

suku, atau daerah asal. Dalam memecahkan masalah kehidupan, hal

itu tetap tergambar seperti halnya praktik gotong-royong dan penolakan

terhadap praktik individualisme. Dambaan terhadap persatuan dan

kesatuan sangat kental, seperti tergambar dalam falsafah bahwa

sapu lidi sebagai sapu lebih bermanfaat daripada sebagai lidi yang lepas

dari ikatan. Semboyan, “Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh”

merupakan semboyan orisinal bangsa Indonesia.

Persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah sebagai

konsep merupakan suatu kondisi dan cara terbaik untuk mencapai tujuan

bersama. Suatu masyarakat yang didorong oleh keharusan

pemenuhan kebutuhannya perlu bekerja sama atau bersatu dalam

bekerja karena pada dasarnya mereka saling membutuhkan. Masyarakat

juga perlu bersatu agar dapat menghimpun kekuatan untuk mencapai

suatu tujuan yang tidak dapat dilakukan secara sendiri-sendiri. Di

samping itu, pencapaian suatu tujuan masyarakat dapat efektif bila

dilakukan dalam satu tatanan atau suatu tata hubungan dalam

masyarakat yang berada dalam satu kesatuan. Konsepsi persatuan dan

kesatuan tidak saja berlaku secara nasional, tetapi juga diperlukan dalam

lingkup regional dan global, yang wujudnya seperti Uni Eropa, ASEAN,

APEC, atau WTO.

d . Konsepsi Negara Kebangsaan (Pancasila) Dalam pidatonya untuk Sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945,

Bung Karno menjelaskan pandangannya tentang negara

kebangsaan: “Orang dan tempat tidak dapat dipisahkan! Rakyat dari

bumi yang ada di bawah kakinya tidak dapat dipisahkan. Ernest

Renan dan Otto Bouwer hanya sekadar melihat orangnya. Tampak

di sini bahwa bangsa dan tanah air harus merupakan satu kesatuan;

negara yang dibentuk atas dasar itu disebutnya negara kebangsaan.

Jadi, negara yang terbentuk mengikuti konsep kebangsaan, yang

bukan merupakan kelanjutan dari bentuk-bentuk kekuasaan sebelumnya.

Page 29: Modul 04 Wasantara

28

Indonesia semasa kekuasaan Hindia Belanda terdiri dari kerajaan,

kesultanan, atau bentuk kekuasaan tradisional lainnya. Kemudian,

setelah merdeka semua melebur menjadi satu negara kebangsaan

berbentuk republik, dengan mengakui kekhasan daerah dalam

memelihara kekhasan adat-istiadatnya masing-masing.”

Menurut Neal R. Peirce (International Herald Tribune, April

4, 1997), “Globalisasi ekonomi, kebangkitan daerah-daerah, atau

persaingan antaretnis/suku bangsa yang sedang dan terus menggejala

akhir-akhir ini dipercaya oleh sebagian orang sebagai pertanda akan

berakhirnya negara-negara kebangsaan”. Pertemuan para pakar dari 32

negara di Salzburg pada bulan Maret 1997, yang sengaja membahas

masa depan negara-negara kebangsaan, tidak sepenuhnya menyetujui

pendapat tersebut. Mereka, baik yang berasal dari negara maju

maupun negara berkembang, negara barat maupun timur, pada

umumnya masih tetap memerlukan negara-negara kebangsaan,

antara lain untuk memberi identitas kepada penduduk, menarik pajak,

menyediakan jaring pengaman sosial, melindungi lingkungan, dan

menjamin keamanan dalam negeri. Bagi bangsa Indonesia, terkait

dengan hal itu, bukan saja masih perlu mempertahankan negara

kebangsaan, melainkan juga harus tetap mempertahankan persatuan dan

kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah Indonesia dalam satu negara

agar tetap menjadi negara besar sehingga selalu diperhitungkan

dalam kehidupan antarbangsa.

e. Konsepsi Tanah Air (Geopolitik) Konsepsi geopolitik telah lama dibicarakan oleh sementara tokoh

bangsa, antara lain Muh. Yamin dan Bung Karno, dalam Sidang

BPUPKI pada tahun 1945. Berkaitan dengan hal itu, Bung Hatta dkk.

(1980) memberikan komentar antara lain, “Bung Karno mempergunakan

dalil-dalil teori geopolitik, khususnya blut-und-boden theorie, ciptaan Karl

Haushofer. Teori ini sebetulnya sendi bagi politik imperialisme Jerman,

tetapi sangat menarik pula bagi kaum nasionalis Asia dan Indonesia,

khususnya untuk membela cita-cita kemerdekaan, persatuan bangsa,

dan tanah air.”

Page 30: Modul 04 Wasantara

29

Dua puluh tahun kemudian, yaitu pada tahun 1965, Bung Karno

dalam pidatonya yang berjudul Susunlah Pertahanan Nasional

Bersendikan Karakteristik Bangsa, pada waktu peresmian

berdirinya Lemhannas, antara lain menyatakan, “Mengetahui hasil

ilmu geopolitik, yang pada pokoknya mula-mula saya baca di dalam

kitabnya Karl Haushofer, Die Geo-Politik des Pazifischen Ozeans, Geo-

Politik dari Samudra Pasifik, kalau mau mengetahui bagaimana suatu

bangsa dijadikan besar, harus mengetahui geopolitik bangsa itu.”

Pada perkembangan selanjutnya, konsep geopolitik semakin

banyak mendapat perhatian dalam kaitannya dengan upaya

pengembangan kemampuan untuk mempertahankan persatuan dan

kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah nasional. Konsepsi geopolitik

bagi Indonesia menjadi aktual bila dihubungkan dengan kesadaran akan

posisi geografis wilayah Indonesia, kepentingan atas integritas nasional

dalam kondisi geografi yang terpecah-belah, pengambilan peran

dalam kawasan regional, dan antisipasi ancaman kekuatan asing yang

melibatkan negara adidaya di kawasan regional (Dino Patti D., 1996).

ABRI (TNI) mengangkat konsep geopolitik ke dalam konsep

pertahanan dan keamanan nasional (Hankamnas), antara lain,

dengan pengertian, “... memanfaatkan konstelasi geografi Indonesia,

yang memerlukan keserasian antara Wawasan Bahari, Wawasan

Dirgantara, dan Wawasan Benua sebagai pengejawantahan segala

dorongan (motives) dan rangsangan (drives) di dalam usaha mencapai

aspirasi-aspirasi serta tujuan-tujuan negara Indonesia ....” (Doktrin

Hankamnas dan Doktrin Perjuangan ABRI “CADEK’, 1967). Konsep

tersebut dinamakan Wawasan Nusantara, yaitu wawasan konsepsional

dari Wawasan Hankamnas. Wawasan Nusantara dalam Wawasan

Hankamnas berkait dengan konsep negara kepulauan.

Konsepsi negara kepulauan memberikan inspirasi dan dorongan

untuk menyatukan seluruh wilayah nasional Indonesia yang terdiri

dari daratan, perairan, dan ruang udara di atasnya, sedangkan konsep

penyerasian wawasan-wawasan berdasarkan kemitraan dalam

Wawasan Nusantara menurut Hankamnas merupakan konsepsi

Page 31: Modul 04 Wasantara

30

pemanfaatan negara kepulauan tersebut. Keterkaitannya tampak lebih

jelas pada penjelasan Mochtar Kusumaatmadja (1977) “jadi, untuk

menyimpulkan bahwa konsepsi negara kepulauan adalah konsepsi

kewilayahan, yaitu apabila sudah diundangkan menjadi kenyataan, lalu

menjadi negara kepulauan; dalam hal Indonesia, itu namanya negara

Nusantara.”

f. Konsepsi Negara Kepulauan

Konsep negara kepulauan semula dikembangkan oleh Indonesia

untuk menghindarkan keberadaan laut pedalaman atau perairan

antarpulau wilayah Indonesia yang berstatus sebagai laut bebas.

Pengembangan konsep tersebut mengacu pada Yurisprudensi Keputusan

Mahkamah Internasional Tahun 1951 tentang sengketa wilayah perikanan

historis antara Inggris dan Norwegia, di laut pedalaman Norwegia (Adi

Sumardiman, 1995). Keputusan Mahkamah Internasional pada

saat itu menerima cara penarikan garis dasar yang lurus, antara titik-

titik pulau terluar, tidak menurut garis lengkung yang mengikuti garis

pantai, seperti biasanya. Dengan cara demikian, kawasan Kepulauan

Indonesia terpisah dari laut bebas dan menjadikan wilayah nasional

Indonesia sebagai suatu kawasan laut luas yang ditaburi pulau-pulau.

Sebenarnya, pengacuan pada yurisprudensi tersebut dikaitkan dengan

kondisi Indonesia kurang tepat karena Norwegia merupakan kasus

kepulauan pantai (coastal archipelago), sedangkan Indonesia

merupakan kasus kepulauan di tengah samudera (mid-ocean

archipelago). Meskipun demikian, pada akhirnya dunia mengakuinya

juga setelah 25 tahun perjuangan.

Menurut konsep negara kepulauan, kedaulatan wilayah Idonesia

berlaku di daratan, perairan kepulauan, perairan teritorial, dan

ruang di atasnya (Adi Sumardiman, 1995). Walaupun demikian,

Konvensi Hukum Laut PBB/1982 menetapkan hak-hak negara lain di

wilayah negara kepulauan, yang harus dipenuhi. Hak-hak yang

dimaksudkan itu, antara lain, hak lintas damai dan lintas transit, hak lintas

alur laut kepulauan, penerbangan melintas, serta pencarian dan

penyelamatan. Masalah lain yang hingga saat ini dihadapi negara

Page 32: Modul 04 Wasantara

31

kepulauan, seperti Indonesia, terutama ialah bahwa belum semua negara

besar meratifikasi Konvensi Hukum Laut PBB/1982 yang menyetujui

berlakunya konsep negara kepulauan.Tambahan pula konsep negara

kepulauan di dalam kenyataannya kurang dihormati. Padahal, bagi

Indonesia, berlakunya konsep negara kepulauan selain perairan wilayah

nasional Indonesia terbebas dari laut bebas atau perairan yang berstatus

internasional, juga menambah luas wilayah negara Indonesia dalam

bentuk laut wilayah, dengan tetap mengindahkan kewajiban-kewajiban

internasional. Apalagi, dengan berubahnya ketentuan tentang lebar laut

wilayah yang semula tiga mil dari garis dasar menjadi 12 mil,tambahan

luas laut wilayah tersebut berarti juga bahwa kandungan sumber

kekayaan alam berlipat ganda.

Bagi bangsa dan negara Indonesia, konsep persatuan dan kesatuan

ini sangat bermakna, lebih bermakna daripada umumnya bangsa dan

negara lain. Bangsa Indonesia menyadari akan keterpecahan

(fragmentasi) geografi dan sosial yang melekat pada bangsa dan

negara Indonesia. Keterpecahan geografi wilayah Indonesia berupa

ribuan pulau yang tersebar luas, besar dan kecil, topografi daratan

yang amat variatif; membangun sekat-sekat alam yang dapat

menghambat proses sirkulasi kehidupan nasional. Keterpisahan lainnya,

yaitu secara sosial, terutama merupakan dampak dari berbagai

perbedaan primordial bangsa Indonesia, seperti suku, etnis, ras, adat-

istiadat, dan agama, kerap kali berpotensi menjadi sekat-sekat

sosial yang dapat menghambat hubungan antarkomponen

bangsa Indonesia. Oleh karena itu, konsep persatuan dan kesatuan perlu

diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara bagi bangsa Indonesia.

Latihan

Untuk meningkatkan pemahaman tentang konsep dasar Wawasan

Nasional bangsa Indonesia, Anda diminta mengerjakan latihan berikut.

Untuk Diskusi Kelompok

Suatu prestasi luar biasa bahwa bangsa Indonesia dapat

Page 33: Modul 04 Wasantara

32

mempertahankan keberadaan dan keutuhan bangsa dan negara Indonesia

hingga saat ini. Sejak kelahiran bangsa dan hidup menegara, bangsa

Indonesia tidak henti-henti menghadapi kekuatan-kekuatan disintegratif yang

mengancam keutuhannya. Keberhasilan mempertahankan keutuhan bangsa

dan negara Indonesia pada dasarnya ditentukan oleh cara menjalani

kehidupan bersama. Cara-cara tersebut mengacu pada serangkaian konsep,

yang dalam Wawasan Nasional bangsa Indonesia disebut konsep-konsep

dasar Wawasan Nasional. Sehubungan dengan hal itu, apakah Anda dan

rekan-rekan Anda dapat menemukan keterkaitan konsep-konsep dasar

Wawasan Nasional bagi bangsa Indonesia dengan kemampuan

mempertahankan keberadaan dan keutuhan bangsa dan negara

Indonesia hingga saat ini?. Tunjukkan keterkaitan setiap konsep dasar

Wawasan Nasional dengan unsur kemampuan dimaksud.

Petunjuk Menjawab Latihan Pelajarilah konsep-konsep dasar Wawasan Nasional bangsa

Indonesia dan ambillah nilai-nilai yang mengandung kemampuan

integratif dari setiap konsep itu. Kemudian, nilai-nilai yang didapat

diproyeksikan pada berbagai peristiwa sejarah nasional serta dalam

kehidupan sehari-hari di sekitar Anda yang berkaitan dengan penyikapan

terhadap perbedaan, kebersamaan, dan pencapaian tujuan bersama.

Lalu, hasilnya diskusikan dengan rekan-rekan Anda.

Rangkuman

Dari tinjauan kefilsafatan, ruang hidup dan penguasaanya, kesejarahan, kebudayaan serta kewilayahan, merupakannilai-nilai integratif dalam diri bangsa Indonesia. Rangkaian nilai-nilai tersebut terkristalisasikan dalam konsep-konsep utama kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bangsa Indonesia, yang kemudian dalam Wawasan Nusantara disebut konsep-konsep dasar. Konsep dasar pertama, persatuan dan kesatuan, adalah konsep untuk mengakumulasi kekuatan nasional. Kedua, bhinneka tunggal ika adalah konsep untuk mengintegrasikan keanekaragaman komponen bangsa. Ketiga, kebangsaan adalah konsep untuk mewujudkan keinginan untuk hidup bersama. Keempat, negara kebangsaan adalah konsep untuk menjadikan negara sebagai sarana perjuangan mewujudkan cita-cita bangsa. Kelima, geopolitik adalah konsep untuk mewujudkan kedaulatan bangsa atas tanah airnya. Keenam, negara kepulauan adalah konsep untuk mempertahankan keutuhan wilayah nasional.

Page 34: Modul 04 Wasantara

33

KONSEPSI WAWASAN NUSANTARA

2

Konsepsi Wawasan Nusantara (Wasantara) menganut filosofi dasar

geopol i t ik Indonesia dan wawasan kebangsaan yang mengandung

tiga unsur kebangsaan, yai tu rasa kebangsaan, paham

kebangsaan, dan semangat kebangsaan. Ketiga unsur ini menyatu

secara utuh dan mengkristal dalam Pancasila dan Wasantara serta

menjadi jiwa bangsa Indonesia, dan sekaligus pendorong

tercapainya cita-ci ta proklamasi, sebagaimana yang diamanatkan

dalam Pembukaan UUD 1945. Wasantara dapat disebut Geopolitik

Indonesia. Apabila ditinjau dari tataran pemikiran yang berlaku di Indonesia,

Wasantara merupakan prasyarat terwujudnya cita-cita nasional, suatu cita-

cita terbentuknya negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan

makmur.

Dari gambaran di atas, konsepsi Wasantara merupakan konsepsi

nasional yang bersifat filosofis yang memiliki visi jauh ke depan, suatu

konsepsi yang dijadikan pedoman dan rambu-rambu, serta dorongan

dan motif bangsa Indonesia dalam pencapaian tujuan nasional, dan

dijadikan sebagai landasan visional.

Untuk lebih memahami dan dapat mengaktualisasikan Wasantara

sebagai landasan visional dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara, perlu dipelajari :

a. landasaan konsepsi Wasantara;

b. konsepsi pemikiran Wasantara.

Setelah mempelajarimodul ini, peserta diharapkan dapat lebih

menghayati acuan rumusan konsepsi, proporsi, prinsip, dan postulat

dalam Wasantara sebagai perwujudan pesan-pesan dalam Pembukaan UUD

1945.

WAWASAN NUSANTARA MODUL

Page 35: Modul 04 Wasantara

34

Kegiatan Belajar 1

LANDASAN KONSEPSI WAWASAN NUSANTARA

1. Umum

Undang Undang Dasar 1945 merupakan landasan Wawasan Nusantara,

terutama bagian Pembukaanya karena memiliki nilai-nilai dasar Pancasila yang

bersifat universal dan lestari bagi bangsa Indonesia. Universal karena bagian

itu mengandung nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa beradab di

seluruh muka bumi. Lestari karena bagian itu mampu menampung dinamika

masyarakat yang selalu berkembang dalam kehidupan bersama untuk

pencapaian tujuan bersama. Bagi bangsa Indonesia, Pembukaan UUD 1945

merupakan sumber dasar hukum serta sumber motivasi dan aspirasi

perjuangan serta tekad bangsa Indonesia, sekaligus sumber cita-cita hukum

dan cita-cita moral yang ingin ditegakkan.

Dalam Pembukaan UUD 1945 dengan tegas dinyatakan

bahwa untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,

untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,

dan ikut melaksakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial, disusunlah kemerdekaan bangsa

Indonesia itu dalam suatu susunan negara Replublik Indonesia yang

berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa,

Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan

yang dipimpin oleh hikmatkebi jaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan, serta dengan menjujung suatu keadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, yang disebut dengan landasan idiil

Pancasila.Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila terdiri ataslima

pesan pokok, yaitu penghayatan dan hakikat martabat bangsa, kesepakatan

akan cita-cita nasional, kebulatan tekad untuk mencapai tujuan nasional,

mempertahankan dan memperjuangkan kepentingan nasional, serta

kesepakatan tentang pencapaian tujuan nasional.

Page 36: Modul 04 Wasantara

35

2. Harkat dan Martabat Bangsa

Harkat dan martabat suatu bangsa dapat dimiliki, dipertahankan, dan

ditingkatkan manakala kemerdekaan telah diperoleh bangsa tersebut.

Berkaitan dengan itu, dalam menandai perolehan kemerdekaan

Indonesia, dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dicantumkan

pernyataan bahwa kemerdekaan merupakan hak segala bangsa,

penjajahan harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan

dan perikeadilan sbb.

a. Merdeka berarti bebas dari suatu kondisi tertentu dan bebas

menuju suatu kondisi yang diinginkan, pertama bebas dari hal-hal yang

dapat merendahkan harkat dan martabat manusia; kedua

bebas memperoleh dan menikmati hak-hak asasinya.

b. Segala bentuk penjajahan harus dihapuskan, baik bagi

individu, kelompok, maupun bangsa karena semuanya dapat

mencederai harkat dan martabat manusia yang diberikan oleh Sang

Pencipta.

c. Dengan menjunjung tinggi hakikat kemanusiaan dan keadilan,

bangsa Indonesia dapat mempertahankan dan meningkatkan harkat dan

martabatnya serta terbebas dari hasrat untuk membatasi, apalagi

merampas kemerdekaan bangsa lain.

d. Sebagai dampaknya, karena pernah dijajah selama ratusan

tahun, pengalaman sendiri mengajari kepada bangsa Indonesia bahwa

penjajahan harus ditentang dan dihapuskan agar semua bangsa

dapat menjalankan hak kemerdekaannya yang merupakan hak

asasinya. Di samping itu, aspirasi bangsa Indonesia sendiri yang

berkehendak membebaskan diri dari penjajahan akan terus

diusahakan.

3. Cita-Cita Nasional

Cita-cita nasional, sebagaimana tercantum pada Pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945, ialah Indonesia merdeka, bersatu,

Page 37: Modul 04 Wasantara

36

berdaulat, adil dan makmur, serta berkehidupan kebangsaan yang bebas

sebagai berikut.:

a. Indonesia yang merdeka adalah Indonesia yang bebas dari

segala bentuk penjajahan, baik antarmanusia maupun antarbangsa,

baik sebagai objek maupun sebagai subjek.

b. Indonesia yang bersatu adalah Indonesia yang memiliki

kesatuan wilayah yang utuh sebagai ruang hidup seluruh bangsa,

terjalin, dan berkembangnya interkoneksitas yang harmonis dan

sinergis antarkomponen bangsa dalam semua aspek kehidupan

berbangsa dan bernegara, serta memiliki kadar solidaritas sosial yang

tinggi antarkomponen bangsa.

c. Indonesia yang berdaulat adalah Indonesia yang

memil iki pemerintahan yang mampu melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.

d. Indonesia yang berkeadilan adalah Indonesia yang mampu

menjamin terselenggaranya hak setiap aspek kehidupan bangsa.

e. Indonesia yang berkemakmuran adalah Indonesia yang mampu

menyediakan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar yang layak

bagi kemanusiaan untuk seluruh warganya.

f . Indonesia yang berkehidupan kebangsaan yang bebas

adalah Indonesia yang mampu memelihara dan mengembangkan

lingkungan kehidupan kebangsaan yang kondusif bagi perkembangan

dan keberlangsungan keberadaan segenap komponen bangsa, sesuai

dengan aspirasi dan budaya masing-masing, serta mengambil peran

aktif dalam pergaulan antarbangsa secara damai.

4. Tujuan Nasional

Tujuan nasional, sebagaimana tercantum pada Pembukaan

UndangUndang Dasar 1945, ialah melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupanan bangsa, ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, serta keadilan sosial sebagai

Page 38: Modul 04 Wasantara

37

berikut.

a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia adalah memberi perlindungan fisik bangsa dan wilayah

Indonesia dari ancaman kekuatan yang berasal dari luar serta

perlindungan hak-hak setiap warga, komunitas, dan wilayah dari

kemungkinan eksploitasi yang dilakukan oleh pihak mana pun,

termasuk oleh pemerintah sendiri. Pada sisi HAM,

misalnya,diperlukan perangkat hukum yag menjamin hak-hak warga

negara dan penegasan peran negara sebagai guardian of human rights

dan bukan sebagai regulator of human rights. Demikian pula

halnya dengan hak daerah dan komunitas/kelompok etnik tertentu

dijamin perkembangan dan keberlangsungan keberadaannya oleh

negara.

b. Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan

kehidupan bangsa adalah upaya meningkatkan kesejatheraan

rakyat dan martabat bangsa, dengan memberikan ruang yang cukup

bagi setiap daerah/komponen bangsa yang mengembangkan

dirinya sesuai dengan aspirasi dan budaya masing-masing,

dalam kerangka pembangunan bangsa secara keseluruhan. Dengan

demikian, setiapdaerah/komponen bangsa mampu mengembangkan

dan memanfaatkan sumber daya dan potensinya secara optimal.

c. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi, dan keadilan sosial sebagai penciptaan lingkungan,

dengan menetapkan bahwa lingkungan yang dimaksud bukan hanya

meliputi lingkungan eksternal di luar wilayah Indonesia, melainkan

juga meliputi lingkungan internal. Gangguan terhadap perdamaian

dunia tidak hanya dipicu oleh konflik antarnegara, tetapi juga dapat

berasal dari konflik internal. Oleh sebab itu, kata kemerdekaan dalam

hal ini berarti kemerdekaan dari penjajahan bangsa asing dan

kemerdekaan dari eksploitasi bangsa oleh pemerintah sendiri.

Keadilan sosial juga harus diwujudkan pada semua wilayah elemen

bangsa. Pembentukan lingkungan pada dasarnya sebagai upaya

Page 39: Modul 04 Wasantara

38

untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi setiap komponen

bangsa, baik dilihat dari sisi budaya, memanfaatkan potensinya masing-

masing serta memiliki berbagai pilihan dan kesempatan untuk

mengembangkan diri/kelompoknya maupun menyalurkan aspirasinya.

5. Kepentingan Nasional

Setiap bangsa dan negara tentu memiliki kepentingan masing-

masing. Setidak-tidaknya menyangkut kepentingan mempertahankan

keberadaan, kelangsungan hidup, dan jati dirinya. Kepentingan bangsa

menegara yang lebih tepat disebut sebagai kepentingan nasional

senantiasa berkait erat dengan cita-cita dan tujuan nasional bangsa

yang bersangkutan dalam mewujudkan cita-cita nasional dan mencapai

tujuan nasional tersebut. Hakikat kepentingan nasional Indonesia

adalah kepentingan keamanan dan kepentingan kesejahteraan. Dua

hal itumerupakan satu kesatuan yang sama penting dan tidak

dapat dipisahkan satu dari yang lainnya.

Menjamin kepentingan nasional, baik kepentingan keamanan

maupun kepentingan kesejahteraan, berarti berupaya dengan sepenuh

hati dan sekuat tenaga mempertahankan persatuan serta kesatuan

bangsa dan kesatuan wilayah negara Republik Indonsia. Dalam

suasana persatuan dan kesatuan bangsa dan kesatuan wilayah negara

yang tetap utuh dan terjaga, segenap upaya bangsa Indonesia untuk

mencapai tujuan nasional dan mewujudkan cita-cita nasional menjadi

lancar. Upaya memelihara atau mempertahankan persatuan dan

kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah negara sangat membutuhkan

rasa dan semangat nasional yang tinggi pada setiap warga

negara atau segenap komponen bangsa Indonesia, yang

sanggup dan rela berkorban demi kecintaannya kepada tanah air

dan bangsanya. Kondisi tersebut sesuai dengan tujuan Wawasan

Nusantara, yaitu mewujudkan rasa dan semangat nasional yang tinggi

pada segenap dimensi kehidupan Dengan demikian, jelaslah bahwa

nilai-nilai yang terkandung dalam Wawasan Nusantara yang diamalkan

Page 40: Modul 04 Wasantara

39

secara tepat akan menjadi prasyarat terjaminnya kepentingan nasional,

yang sekaligus akan menciptakan iklim kondusif bagi tercapainya tujuan

nasional dalam rangka mewujudkan cita-cita nasional.

6. Pencapaian Tujuan Nasional

a. Tujuan Nasional sebagai Himpunan Nilai

Tujuan nasional merupakan himpunan nilai yang ingin diwujudkan

bangsa Indonesia melalui kehidupan bernegara. Himpunan nilai tersebut

tercakup dalam cita-cita nasional, yaitu merdeka, bersatu, berdaulat, adil,

dan makmur, yang telah dijabarkan dalam dasar negara; demikian juga

dalam konstitusi, serta berbagai bentuk regulasi dan aspirasi yang terus

berkembang. Dalam proses pencapaian tujuan nasional, nilai-nilai

tersebut saling mempengaruhi dalam bentuk rantai yang menyimpul

pada tujuan nasional. Bagi bangsa Indonesia, rantai nilai dapat dibagi

menjadi dua, yaitu rantai nilai utama dan rantai nilai induk. Rantai

nilai utama terbentuk dan nilai Wawasan Nusantara, nilai ketahanan

nasional, nilai praktik kenegaraan/kemasyarakatan, dan

pembangunan nasional, serta nilai tujuan nasional. Rantai nilai utama

tersebut dihidupi dan dibentuk oleh rantai nilai induk atau pendukung,

yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dan Undang-Undang

Dasar 1945. Secara stratifikasi sistem nilai nasional, Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945 (Bagian Pembukaan) mengandung nilai

dasar, Wawasan Nusantara, dan ketahanan nasional mengandung nilai

instrumental, sedangkan praktikkenegaraan/kemasyarakatan dan

pembangunan nasional mengandung nilai praktis.

Nilai persatuan dan kesatuan dari Wawasan Nusantara menjadi

dasar, penopang, dan penyubur nilai integrasi yang serasi, seimbang,

dan selaras dari ketahanan nasional. Selanjutnya, nilai-nilai ketahanan

nasional dan Wawasan Nusantara menjadi acuan untuk praktik

kenegaraan/kemasyarakatan dan pembangunan nasional

sehingga membentuk nilai pembangunan manusia Indonesia

seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya dalam kehidupan

berharkat. Sementara itu, baik Wawasan Nusantara, ketahanan

Page 41: Modul 04 Wasantara

40

nasional, maupun pembangunan nasional, nilai-nilainya digali dari

sumber nilai nasional, yaitu Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Hubungan antarmata rantai besifat pertambahan (added value),

memperkaya, dan meningkatkan mutu mata rantai yang dapat

berbentuk pola berpikir, sikap, dan perilaku individu atau

kelompok, atau dalam wujud peraturan perundang-undangan,

kebijakan dan strategi nasional, atau program-program nasional.

b. Peranan Wawasan Nusantara dalam Pencapaian Tujuan Nasional

Bangsa Indonesia yang terlahir dari keanekaragaman suku,

agama, budaya, bahasa, dan daerah asal yang yang tersebar luas

dalam ribuan pulau perlu menyepakati suatu cara hidup bersama

sebagai bangsa dan warga negara. Salah satu sumber cara hidup

bersama itu ialah cara pandang tentang diri dan lingkungan dalam

mencapai tujuan bersama, yaitu tujuan nasional. Cara pandang yang

dimaksud bagi bangsa Indonesia ialah Wawasan Nusantara. Wawasan

Nusantara mengacupada kondisi dan konstelasi geografi, kondisi sosial

budaya, serta faktor kesejarahan, dan perkembangan lingkungan.

Dengan demikian, konsepsi yang terkandung di dalamnya merupakan

simpulan dari pengalaman masa lalu dan lingkungannya yang

relevan serta valid di masa datang sehingga dapat dijadikan acuan

dalam melakukan interaksi antarkomponen bangsa dalam hidup

bersama yang bermanfaat.

Bangsa Indonesia yang menegara merupakan suatu kenyataan

meskipun bila ditinjau dari asal-usul dan terjadinya merupakan

keluarbiasaan yang tergolong sangat langka, ternyata bangsa ini

bertahan hingga saat ini. Hal itu dimungkinkan karena ada fakor

pendorong (kekuatan sentripetal) dan pengikat yang kuat. Konsepsi

Wawasan Nusantara mengandung faktor-faktor yang dimaksud,

yang bila diimplementasikan dapat memperkuat dorongan dan ikatan

Page 42: Modul 04 Wasantara

41

mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, yang dijiwai

rasa kekeluargaan dan kebersamaan serta terpeliharanya kesatuan

wilayah nasional. Di atas kondisi yang diciptakan ketahanan

nasional, Wawasan Nusantara selanjutnya dapat dibangun dan

dilaksanakan melaluipembangunan nasional, yang memungkinkan

tercapainya tujuan nasional sesuai dengan harapan bersama.

Latihan

Untuk menambah pemahaman Anda terhadap materi Kegiatan

Belajar 1, kerjakan latihan berikut ini.

Untuk Diskusi Kelompok

Kegiatan Belajar 1

Coba Anda amati rumusan kepentingan nasional, sesuai dengan latar

belakang dan logika berpikir Anda. Kaitkan kepentingan nasional dengan

citacita dan tujuan nasional yang intinya terdapat dalam Pembukaan UUD

1945 dan pendapat atau pernyataan yang sering digunakan pimpinan nasional

selama ini.

Petunjuk Menjawab Latihan

Cobalah pahami terlebih dahulu hakikat suatu konsepsi dalam satu

hierarki penuangan gagasan, mulai dari falsafah, konsepsi, asas, teori,

doktrin, kebijaksanaan, strategi, sampai dengan komitmen. Dengan

bertolak dari pemahaman ini, cobalah amati gagasan tentang konsepsi

Wasantara yang dilatarbelakangi sejarah bangsa, falsafah, dan

pandangan geografi politik Indonesia yang telah melahirkan batu bangun

Wasantara. Apakah betul-betul telah tercermin baik dalam prinsip, dimensi

pemikiran, maupun arah pandang Wasantara, serta ketetapan rumusan

kepentingan nasional dan definisi wasantara.

Rangkuman

Pancasila dan UUD 1945 merupakan landasan Wawasan Nusantara karena

dalam Pembukaan UUD 1945 tercantum Pancasila dan mengandung nilai-nilai

univesal dan lestari serta dapat digunakan sebagai acuan rumusan, konsep

propose, prinsip, dan pastulat Wawasan Nusantara. Dengan demikian, Wawasan

Nusantara merupakan perwujudan pesan-pesan dalam Pembukaan UUD 1945

daiam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Nilai-nilai tersebut dikelompokkan dalam lima pesan pokok, yaitu pertama

Page 43: Modul 04 Wasantara

42

Kegiatan Belajar 2

KONSEPSI PEMIKIRAN WAWASAN NUSANTARA

1. Arti dan Hakikat Wawasan Nusantara

a. Pengertian Wawasan Nusantara

Wawasan Nusantara dapat dirumuskan dalam berbagai

cara berdasarkan konteks kepentingan. Sebelum menentukan rumusan

yang sesuai dengan kepentingan sebuah buku induk, berikut ini

disampaikan beberapa rumusan formal yang ada selama ini.

1) Wawasan Nusantara adalah pemanfaatan konstelasi

geografi Indonesia, d i mana di per lukan wawasan

benua sebagai pengejawantahan segala dorongan- (motives)

dan rangsang-(drives) dalam usaha mencapai aspirasi-aspirasi

bangsa, dan tujuan negara Indonesia (Doktrin Hankamnas

dan Doktrin Perjuangan ABRI “Catur Darma Eka Karma”, dengan

Pidato sambutan Menteri Utama Bidang Hankam, 31 Maret

1967).

2) Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa

Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 tentang diri

dan lingkungannya dalam eksistensinya yang sarwanusantara

Page 44: Modul 04 Wasantara

43

dan pemekarannya dalam mengekspresikan diri sebagai bangsa

Indonesia di tengah-tengah lingkungannya yang

sarwanusantara (Mayjen TNI RI Soetopo, Wawasan

Nusantara, Metode Penyajian, Pengantar Gubernur

Lemhannas, 10 November 1972).

3) Wawasan Nasional Indonesia (Wawasan Nusantara)

adalah cara pandang bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila

dan UUD 1945 tentang diri dan lingkungannya di dalam

eksistensinya yang sarwanusantara serta pemekarannya di

dalam mengekspresikan diri tengah-tengah lingkungan

nasionalnya (Wawasan Nusantara, Buku I, Surat Keputusan

Gubernur Lemhannas No. Skep-45/VI/1982, tanggal 1 Juni 1982).

4) Wawasan Nusantara (pengertian) adalah cara

pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya

yang serba Nusantara dalam dunia yang serba berubah

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dengan memperhatikan

sejarah dan budaya serta dengan memanfaatkan kondisi dan

konstelasi geografinya, dalam upaya mencapai tujuan

nasionalnya dalam rangka mewujudkan cita-cita nasional

(Wasantara dan Tannas), Naskah Pendukung GBHN 1993, Kata

Pengantar Gubernur Lemhannas Mei 1993).

5) Wawasan Nusantara (hakikat) yang berlandaskan

Pancasila dan UUD 1945 adalah pandangan geopolitik

bangsa Indonesia, yaitu pandangan atau paham mengenai

realita keberadaan dan aspirasinya serta dalam geografi untuk

menjamin kepentingan nasional, yang pada hakikatnya adalah

menciptakan tanggung jawab dan dorongan bagi seluruh

bangsa Indonesia dalam upaya mencapai tujuan nasional

dan mewujudkan cita-cita nasional (ibid).

6) Wawasan Nusantara yang merupakan Wawasan Nasional

yang bersumber pada Pancasila dan berdasarkan UUD 1945

adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia

mengenai d i r i dan lingkungannya dengan mengutamakan

Page 45: Modul 04 Wasantara

44

persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam

menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara untuk mencapai tujuan nasional (Tap MPR Nomor

II/MPR/1993 dan Nomor II/MPR/1998 tentang GBHN).

7) Wawasan Nusantara adalah Wawasan Nasional bangsa

Indonesia yang dijiwai Pancasila dan UUD 1945, yang

menghendaki adanya persatuan dan kesatuan wilayah,

rakyat, dan pemerintah dalam mencapai tujuan nasional serta

ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi, dan keadilan sosial (Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Edisi Kedua BP, 1995).

8) Wawasan Nasional adalah cara pandang suatu bangsa

dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta

dalam hubungan antarnegara yang merupakan hasil

perenungan filsafat tentang diri dan lingkungannya dengan

memperhatikan sejarah dan kondisi sosial budaya serta

memanfaatkan kondisi guna menciptakan dorongan dan

rangsangan dalam usaha mencapai tujuan nasional (Kamus

Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, BP, 1995, dan Edisi

Ketiga 2001).

9) Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan

sikap bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila dan

UUD 1945, bertolak dari pemahaman kesadaran dan

keyakinan tentang diri dan lingkungannya yang bineka dan

dinamis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan

bangsa, kesatuan wilayah yang utuh menyeluruh, serta

tanggung jawab terhadap lingkungannya dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk

mencapai tujuan nasional (Bahan Rantap MPR 1998, Kelompok

Kerja Lemhannas, 1997).

10) Wawasan Nusantara adalah pandangan atau

anggapan bahwa Nusantara adalah kepulauan yang

Page 46: Modul 04 Wasantara

45

merupakan suatu kesatuan, termasuk semua laut dan selatnya

(Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, BP, 2001).

Unsur-unsur utama yang terkandung dalam rumusan-rumusan

Wawasan Nusantara tersebut di atas dapat dihimpun dalam beberapa

perangkat pengertian seperti uraian di bawah ini.

1) Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa

Indonesia tentang diri dan lingkungannya.

2) Keberadaan bangsa Indonesia dan lingkungannya

bersi fat sarwanusantara (sarwanusantara berarti dalam kondisi

terhubung, menyatu, dan diapit).

3) Cara pandang tersebut dimaksudkan untuk

memanfaatkan kondisi dan konstelasi geografi.

4) Cara pandang tersebut berdasarkan

(berlandaskan/dijiwai oleh) Pancasila dan UUD 1945

dengan memperhatikan sejarah dan budaya.

5) Cara pandang tersebut dimaksudkanuntuk

menciptakan tanggung jawab dan motivasi atau dorongan bagi

seluruh bangsa Indonesia dalam upaya mencapai tujuan

nasional dalam rangka mewujudkan cita-cita nasional.

6) Cara pandang tersebut mengutamakan persatuan dan

kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam

menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara.

7) Cara pandang tersebut menghendaki persatuan dan

kesatuan wilayah, rakyat, dan pemerintah.

8) Cara pandang tersebut mencakupi keikutsertaan dalam

pelaksanaan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Sebagai rangkuman dari perangkat-perangkat pengertian

tersebut, diperoleh definisi Wawasan Nusantara sebagai berikut.

“Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia,

yang dijiwai nilai-nilai Pancasila dan berdasarkan Undang-Undang

Page 47: Modul 04 Wasantara

46

Dasar 1945 serta memperhatikan sejarah dan budaya tentang diri dan

lingkungan keberadaannya yang sarwanusantara dalam

memanfaatkan kondisi dan konstelasi geografi, dengan menciptakan

tanggung jawab, motivasi, dan rangsangan bagi seluruh bangsa

Indonesia, yang mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta

kesatuan wilayah pada penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional”.

Dalam kalimat pendek dapat diutarakan bahwa Wawasan

Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia tentang

dir i dan l ingkungan keberadaannya dengan memanfaatkan kondisi

dan konstelasi geografi denganmenciptakan tanggung jawab, motivasi,

dan rangsangan bagi seluruh bangsa Indonesia untuk mencapai tujuan

nasional.

Sehubungan dengan definisi Wawasan Nusantara dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Tahun 2001, dapat dijelaskan

dengan kutipan hasil wawancara TVRI dengan Prof. Dr. Mochtar

Kusumaatmaja pada tanggal 28 November 1977, antara lain, sebagai

berikut.

“... Wawasan Nusantara tentu didasarkan atas Indonesia

sebagai negara Nusantara dengan pulau -pulau dan perairan itu

merupakan satu kesatuan. ... Tetapi, karena Wawasan Nusantara ini

rupanya lebih popular, lebih menarik, dan sudah tersebar, maka

konsepsi negara Nusantara pun kadang-kadang disebut Wawasan

Nusantara”.

Untuk melengkapinya, perlu ditambahkan bahwa Wawasan

Nusantara adalah Wawasan Nasional Indonesia sehingga definisi

Wawasan Nasional dan Wawasan Nusantara pada Kamus Besar

Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga Tahun 2001 dan rumusan Wawasan

Nusantara dapat dijembatani dengan penjelasan tersebut.

b. Hakikat Wawasan Nusantara

Page 48: Modul 04 Wasantara

47

Hakikat Wawasan Nusantara ialah cara pandang bangsa

Indonesia tentang ciri dan lingkungan keberadaannya dalam

memanfaatkan kondisi dan konstelasi geografi dengan menciptakan

tanggung jawab dan motivasi atau dorongan bagi seluruh bangsa

Indonesia untuk mencapai tujuan nasional. Cara pandang tersebut

bersifat integratif karena di jiwai oleh Pancasila yang mendorong

kebersamaan dalam kehidupan nasional dan dilandasi oleh Undang-

Undang Dasar 1945 yang menyatukan Indonesia serta dijiwai pula

olehpengalaman sejarah dan budaya bangsa Indonesia yang bersifat

kekeluargaan.

Disadari bahwa keberadaan bangsa Indonesia dan

lingkungannya bersifat sarwanusantara, yaitu dalam kondisi

terhubung, menyatu, dan diapit. Suku bangsa, ras, dan kelompok

sosial yang menghuni kawasan Nusantara terhubung satu dengan

lainnya oleh berbagai kepentingan dan kondisi lingkungan selama

ratusan tahun, yang akhirnya menyatu menjadi bangsa Indonesia.

Dalam konsep negara kepulauan, ribuan pulau besar dan kecil di

seluruh Nusantara disatukan oleh laut menjadi satu kesatuan wilayah

nasional Indonesia. Sementara itu, wilayah Indonesia yang berada di

antara dua benua dan dua samudera dalam kondisi diapit, baik secara

alamiah maupun sosial, sehingga menjadi sasaran berbagai pengaruh

yang selalu berubah dan berintensitas kuat dari sekeliling. Sejalan

dengan kondisi tersebut, Wawasan Nusantara memiliki dua arah

pandang, ke dalam dan ke luar.

Arah pandang ke dalam ditujukan kepada kesatuan wilayah,

sedangkan arah pandang ke luar ditujukan untuk menjamin

kepentingan nasional dan ikut dalam melaksanakan ketertiban

dunia. Pemanfaatan kondisi dan konstelasi geografi merupakan

perwujudan segala dorongan (motives) dan rangsangan (drives)

dalam mencapai tujuan nasional serta sebagai tanggapan dan

tanggung jawab atas karunia Tuhan Yang Maha Esa atas perolehan

tanah air dan kemerdekaan bangsa Indonesia. Dengan demikian,

kondisi dan konstelasi geografi serta kondisi sosial seperti itu

merupakan realita yang harus dapat dimanfaatkan bagi

Page 49: Modul 04 Wasantara

48

sebesar-besar kesejahteraan bangsa Indonesia.

2. Pr i ns ip Wawasa n Nusa nta ra

Prinsip Wawasan Nusantara ialah tumpuan berpikir, berkehendak,

danbertindak dalam penyelenggaraan kehidupan nasional menurut konsep

dasar Wawasan Nasional bangsa Indonesia, yaitu Wawasan Nusantara, yang

tidak lain dari batu bangun wawasan nasional bangsa Indonesia. Konsep-

konsep tersebut terdiri atas persatuan dan kesatuan, Bhinneka Tunggal Ika,

kebangsaan, negara kebangsaan, geopolitik dan negara kepulauan (lihat

Bagian I/Pendahuluan). Dalam merumuskan prinsip-prnsip Wawasan

Nusantara, acuan dan saringan dalam perumusan ialah nilai-nilai yang

terkandung dalam Pancasila, Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,

Sumpah Pemuda 1928, dan semangat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus

1945.

Prinsip -prinsip Wawasan Nusantara yang harus dipertahankan

dan ditegakkan ialah sebagai berikut.

a. Kesadaran akan pentingnya bersatu agar dengan itu dapat

dihimpun dan dipadukan segenap daya mampu yang dimiliki bangsa

Indonesia untuk mencapai tujuan bersama (dari konsep

Persatuan dan kesatuan);

b. Persatuan dan kesatuan bangsa agar dengan itu dapat

dipertahankan jati diri dan ikatan batin bangsa Indonesia sebagai

bangsa besar yang disegani (dari konsep kebangsaan);

c. Kesatuan wilayah nasional agar dengan itu dapat dijamin

keutuhan ruang hidup dan sumber kehidupan bagi bangsa Indonesia

(dari konsep negara kepulauan);

d. Kesatuan bangsa Indonesia dengan tanah airnya agar dengan

itu dapat dijamin kelangsungan hidup dan pertumbuhan bangsa

Indonesia (dari konsep geopolitik);

e. Kesatuan dalam kemajemukan agar dengan itu bangsa

Indonesia dapat tetap bersatu walaupun dengan latar belakang

berbeda-beda untuk menjamin harkat dan martabat kemanusiaan

Page 50: Modul 04 Wasantara

49

(dari konsep BhinnekaTunggal Ika).

f. Satu kesatuan kekuasaan berdasarkan kedaulatan rakyat agar

dengan itu bangsa Indonesia dapat di jamin kesejahteraan,

kedaulatan, dan kemerdekaanya (dari konsep negara kebangsaan).

3. Dimensi Pemikiran

Sebagai fenomena sosial, pemikiran Wawasan Nusantara

berkembang dalam dua dimensi pemikiran yang mendasar, yaitu dimensi

kewilayahan sebagai suatu realitas dan dimensi kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara sebagai suatu fenomena hidup. Kedua dimensi

pemikiran tersebut merupakan keterpaduan pemikiran dalam dinamika

kehidupan pada seluruh aspek kehidupan nasional yang berlandaskan

Pancasila. Kedua dimensi yang dimaksud adalahsebagai berikut.

a. Dimensi Kewilayahan

Kondisi dan konstelasi geografi Indonesia merupakan

anugerah Tuhan yang patut disyukuri, baik konfigurasi geografik

maupun topografinya. Jika ditinjau dari konfigurasi geografi, wilayah

nasional Indonesia merupakan bentangan alam terpanjang di dunia.

Wilayah nasional Indonesia menempati posisi silang antara dua benua,

yaitu Benua Asia dan Benua Australia, serta berada di antara dua

samudra, yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Topografi

daratan wilayah Indonesia merupakan pegunungan dan gunung-

gunung berapi. Pulaupulau Indonesia memiliki garis pantai

terpanjang hampir dua kali panjang lingkaran bumi, iklim tropis

dengan pergantian musim, yaitu musim penghujan dan

kemarau.Kondisi dan konsetelasi geografi Indonesia yang demikian

mengandung kekayaan alam yang beraneka ragam, baik yang berada di

dalam maupun di atas permukaan bumi, termasuk di udara dan ruang

angkasa. Juga wilayah Indonesia mengandung berbagai flora dan fauna

serta jumlah penduduk sangat besar yang tediri dari berbagai suku dan

agama, budaya, dan tradisi, serta pola kehidupan yang beranekaragam

dengan berbagai kepentingan aspirasi yang menyertainya.

Page 51: Modul 04 Wasantara

50

b. Dimensi Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara

Dalam pendayagunaan segenap potensi nasional yang

menjamin hidup dan kelangsungan hidup bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara, dibangun keselarasan pemikiran yang disesuaikan

dengan situasi kondisi dan konstelasi geografi. Keselarasan

pemikiran dari berbagai kepentingan yang ada dan berkembang

di dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara guna

merealisasikan aspirasi dan cita-citanya, yaitu suatu masyarakat adil

dan makmur berdasarkan Pancasila dalam tata laku pergaulan dunia

yang serba berubah. Pemikiran ini akan membentuk cara

pandang bangsa Indonesia dalam memanfaatkan situasi kondisi

dan konstelasi geografi sebagai suatu pandangan geopolitik Indonesia,

yang merupakan wujud dorongan dan rangsangan dalam upaya

merealisasikan aspirasi bangsa, baik dalam pengenalan

kepentingan maupun dalam pemilihan kepemimpinan.

4 . As a s Wa wa sa n Nus a nt a ra

Asas Wawasan Nusantara ialah ketentuan-ketentuan atau kaidah-

kaidah dasar yang harus dipatuhi, ditaati, dipelihara, dan diciptakan agar

terwujud dan dihayati cara pandang yang utuh menyeluruh dalam

lingkup dan demi kepentingan nasional dengan mengutamakan persatuan

bangsa dan kesatuan wilayah Indonesia, juga dengan tetap menghargai

dan menghormati kebinekaan dalam setiap aspek kehidupan nasional.

Harus disadari bahwa kalau asas Wawasan Nusantara tersebut diabaikan,

apalagi ditinggalkan, dapat dipastikan cerai-berainya bangsa dan negara

Indonesia karena setiap komponen bangsa Indonesia sudah melupakan dan

meninggalkan kepentingan partai, suku bangsa, golongan, bahkan pribadinya

masing-masing. Asas Wawasan Nusantara terdiri dari hal-hal berikut.

a. Kepentingan bersama berarti persamaan sikap dan kehendak

dari seluruh rakyat Indonesia dalam menghadapi berbagai bentuk

ancaman dengan segala manifestasinya (seperti penjajahan dan

perusakankekayaan gaya baru) yang dapat merendahkan harkat dan

Page 52: Modul 04 Wasantara

51

martabat bangsa, bahkan menghancurkan persatuan bangsa dan

kesatuan wilayah Indonesia. Di samping itu, kita semua mempunyai

kepentingan bersama dalam mencapai kesejahteraan/kemakmuran dan

rasa aman yang lebih baik dari keadaan sebelumnya.

b. Keadilan, yang berarti perasaan dan sikap dalam

memberikan dan memperoleh hak dan kewajiban, yang pantas

dan proporsional bagi semua komponen bangsa pada segenap aspek

kehidupan, baik dalam hubungan pusat daerah, antardaerah,

interndaerah, maupun antaranggota masyarakat. Hal ini dapat

tercapai bila ada kejujuran dan keterbukaan dari semua komponen

bangsa dan pengelola negara.

c. Kesetiaan terhadap kesepakatan/ikrar bersama berarti

perasaan dan sikap memegang teguh nilai-nilai Budi Utomo, Sumpah

Pemuda, dan Proklamasi Kemerdekaan yang kesemuanya

bermuara pada berdirinya NKRI.Hal tersebut mencerminkan adanya

solidaritas, setia kawan, rasa senasib dan sepenanggungan, serta kerja

sama yang harmonis dalam mengisi kemerdekaan dari semua

komponen bangsa.

5 . A r a h P a n d a n g

Dengan latar belakang budaya, sejarah, kondisi dan konstelasi

geografi, serta memperhatikan perkembangan dinamika lingkungan,

arah pandang Wawasan Nusantara meliputi arah pandang ke dalam

dan ke luar sebagai berikut.

a. Arah Pandang ke Dalam

Arah pandang ke dalam bertujuan menjamin terwujudnya

persatuan dan kesatuan bangsa dan kesatuan wilayah negara

Indonesia. Arah pandang ke dalam mengandung arti bahwa

pemberdayaan setiap potensi nasional dan komponen bangsa

dengan ciri khas masing-masing yang berbeda diarahkan untuk

mewujudkan kemandirian daerah dan kesejahteraan

masyarakatnya dengan senantiasa berupaya tetap dalam lingkup

kesejahteraan seluruh bangsa serta membina dan memelihara integrasi

nasional. Untuk itu, segenap komponen bangsa hendaknya peka dan

Page 53: Modul 04 Wasantara

52

berusaha untuk mencegah dan mengatasi sedini mungkin faktor-faktor

penyebab timbulnya disintegrasi bangsa.

b. Arah Pandang ke Luar

Arah pandang ke luar ditujukan demi terjaminnya kepentingan

nasional dalam dunia yang serba berubah dan ikut serta melaksanakan

ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan

keadilan sosial, serta mengembangkan suatu kerja sama dan saling

menghormati. Setiap bangsa sudah pasti memiliki kepentingan

masing-masing, setidaknya menyangkut kepentingan

mempertahankan keberadaan dan kelangsungan hidupnya.

Kepentingan bangsa menegara yang lebih tepat disebut sebagai

kepentingan nasional, yang senantiasa berkait erat dengan cita-cita

dan tujuan nasional bangsa yang bersangkutan.

Dalam mewujudkan cita-cita nasional dan melaksanakan tujuan

nasional tersebut, hakikat kepentingan nasional Indonesia adalah

kepentingan keamanan dan kepentingan kesejahteraan. Dua hal ini

merupakan satu kesatuan yang sama penting dan tidak dapat

dipisahkan satu dengan yang lainnya.

Menjamin kepentingan nasional, baik kepentingan keamanan

maupun kepentingan kesejahteraan, berarti berupaya dengan sepenuh

hati dan sekuat tenaga mempertahankan persatuan dan kesatuan

bangsa dan kesatuan wilayah negara Republik Indonesia. Dalam

suasana persatuan dan kesatuan bangsa dan kesatuan wilayah,

negara tetap utuh dan terjaga, segenap upaya bangsa Indonesia

untuk mencapai tujuan nasional dan mewujudkan cita-cita nasional

dapat terlaksana dengan lancar. Upaya memelihara atau

mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa serta

kesatuan wilayah negara sangat membutuhkan rasa dan semangat

nasional yang tinggi dari setiap warga negara atau segenap komponen

bangsa Indonesia, yang sanggup dan rela berkorban demi

kecintaannya kepada tanah air dan bangsanya. Kondisi

seperti dimaksudkan di atas sesuai dengan tujuan Wawasan

Page 54: Modul 04 Wasantara

53

Nusantara, yaitu mewujudkan rasa dan semangat nasional yang

tinggi pada segenap aspek kehidupan nasional. Dengan demikian,

jelaslah bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam Wawasan Nusantara

yang diamalkan secara tepat akan menjadi prasyarat terjaminnya

kepentingan nasional yang sekaligus akan menciptakan iklim

kondusif bagi tercapainya tujuan nasional dalam rangka mewujudkan

cita-cita nasional.

Arah pandang ke luar mengandung arti bahwa bangsa Indonesia

harus berusaha mengamankan kepentingan nasional dalam semua

aspek kehidupan serta menumbuhkan daya saing di arena global.

6. Tujuan, Fungsi, dan Kedudukan Wawasan Nusantara

Tujuan Wawasan Nusantara ialah terwujudnya persatuan dan

kesatuan yang dijiwai kekeluargaan dan rasa kebersamaan

bangsa Indonesia. Jiwa kekeluargaan dan persaudaraan mengandung

semangat toleransi yang tinggi dan kepedulian terhadap sesama bangsa

sehingga kehidupan multikultural dan plural akan menjadi kenyataan

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi

bangsa Indonesia. Rasa kebersamaan melandasi

keadilan,kesediaan bekerja bersama, kesetaraan, dan kecintaan

terhadap sesama dalam diri bangsa Indonesia, suatu kondisi yang

diperlukan (favourable) untuk menjamin pencapaian tujuan nasional.

Sementara itu, berlandaskan rasa persatuan dan kesatuan, perwujudan

cita-cita nasional sebagai usaha besama bangsa Indonesia akan lebih

terjamin karena dapat dipadukan dengansegenap sumber daya

nasional, baik yang bersifat alamiah maupun sosial. Dengan demikian,

kehidupan bersama berdasarkan Wawasan Nusantara akan dapat

membawa Indonesia menjadi negara maju dan bangsa besar

yang disegani.

Sehubungan dengan itu, Wawasan Nusantara perlu ditanamkan

pada setiap hati sanubari bangsa Indonesia sejak usia dini karena

pemahaman dan penghayatannya sangat berpengaruh pada pandangan

tentang bangsa dan negara Indonesia. Pemahaman dan penghayatan

Page 55: Modul 04 Wasantara

54

Wawasan Nusantara menjadi kritis karena kenyataan menunjukkan bahwa

kondisi geografis dan sosial Indonesia terpecah-pecah (fragmented), yang

mudah menimbulkan sekat-sekat pemisah satu dari yang lainnya bila

bangsa Indonesia tidak mampu mempertahankan persatuan dan kesatuan

seperti yang tercantum dalam hakikat Wawasan Nusantara. Untuk

mencapai tujuan tesebut di atas, dirumuskan fungsi-fungsi Wawasan

Nusantara sebagai berikut .

a. Menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran, paham, dan

semangat kebangsaan bangsa Indonesia;

b. Menanamkan dan memupukkan kecintaan pada tanah air

Indonesia sehingga rela berkorban untuk membelanya;

c. Menumbuhkan kesadaran dan pemahaman tentang hak,

kewajiban, dan tanggung jawab warga negara yang bangga pada

negara Indonesia;

d. Mengembangkan kehidupan bersama yang multikultural

dan plural berdasarkan nilai-nilai persatuan dan kesatuan;

e. Mengembangkan keberadaan masyarakat madani (civil society)

sebagai pengembangan kekuasaan pemerintahan.

Kedudukan Wawasan Nusantara ialah sebagai ajaran dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk menyikapi realita kehidupan

bangsa Indonesia. Dengan memahami dan menghayati ajaran

tersebut, diharapkan akan bertumbuh sikap integratif, inklusif, dan akomodatif

dalam diri bangsa Indonesia. Berdasarkan sikap demikian, berbagai perbedaan

akan dapat diatasi dan dapat dimanfaatkan sebagai ruang pembelajaran untuk

mencapai pemahaman yang lebih baik tentang pihak lain demi

kepentingan bersama. Sasaran ideal pembelajaran ini ialah

menstransformasikan perbedaan-perbedaan menjadi suatu kekayaan bangsa

Indonesia untuk lebih menjamin pencapaian tujuan nasional. Selain

sebagai ajaran, kedudukan Wawasan Nusantara bagi bangsa Indonesia

juga sebagai doktrin dasar nasional dalam penyelenggaraan negara, untuk

mendorong (motive), merangsang (drive), dan memedomani

penyelenggara negara dan masyarakat madani (civil society) untuk

berinteraksi, dalam upaya mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia.

Page 56: Modul 04 Wasantara

55

Dengan demikian, dapat dihindarkan penyesatan dan penyimpangan yang

mungkin terjadi terhadap penyelenggaraan negara, yang harus mengacu pada

nilai-nilai Sumpah Pemuda Tahun 1928, Pancasila, dan Proklamasi

Kemerdekaan 17 Agusutus 1945.

Latihan Untuk menambah pemahaman Anda terhadap materi Kegiatan Belajar

2, kerjakan latihan berikut ini.

Untuk Diskusi Kelompok Kegiatan Belajar 2

Coba Anda amati rumusan definisi paling tepat, yang sesuai dengan

tujuan, kedudukan, dan fungsi konsepsi Wasantara. Sebagai konsepsi, apakah

semua rumusan, baik tujuan, kedudukan, maupun fungsinya, sudah sesuai

dengan lazimnya suatu konsepsi yang dijadikan pedoman/landasan.

Petunjuk Menjawab Latihan

Cobalah pahami terlebih dahulu hakikat suatu konsepsi dalam satu hierarki

penuangan gagasan, mulai dari falsafah, konsepsi, asas, teori,

doktrin, kebijaksanaan, strategi sampai dengan komitmen. Dengan

bertolak dari pemahaman ini, cobalah amati gagasan tentang konsepsi

Wasantara yang dilatarbelakangi sejarah bangsa, falsafah, dan

pandangan geografi politik Indonesia yang telah melahirkan batu bangun

Wasantara, apakah betul-betul telah tercermin dalam prinsip, dimensi

pemikiran ataupun arah pandang Wasantara, serta ketetapan dari rumusan

kepentingan nasional dan definisi Wasantara.

Rangkuman

Pada dasarnya, konsepsi Wasantara, lahir dalam satu situasi dan kondisi yang sangat menentukan kelangsungan hidup bangsa dan negara.Pemerintahan negara yang dilaksanakan atau diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 terancam oleh suatu gerakan penghianatan G-30 S PKI Tahun 1965.Suatu tragedi nasional yang cukup memprihatinkan dan membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah. Angkatan Bersenjata sebagai kekuatan inti Hankamnas terpecah belah dengan mengedepankan wawasan angkatan masing-masing sehingga perlu segera diintegrasikan dalam satu wawasan yang manunggal dengan rakyat berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, yang dikenal dengan Wawasan Nusantara (Wasantara).

Wasantara adalah suatu wawasan yang bersifat nasional, yang dijadikan sebagai landasan konsepsional dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, yang saat ini dijadikan sebagai landasan visional, yang tersusun secara hierarki dalam paradigma nasional.

Page 57: Modul 04 Wasantara

56

WAWASAN NUSANTARA

MODUL

IMPLEMENTASI KONSEPSI WAWASAN NUSANTARA DALAM

KEHIDUPAN NASIONAL

Implementasi Wawasan Nusantara dilakukan melalui sosialisasi, yaitu

3

Page 58: Modul 04 Wasantara

57

penanaman nilai-nilai dengan beberapa cara, baik formal, nonformal, maupun

informal. Sosialisasi diharapkan dapat dilakukan oleh wargabangsa sejak usia

dini, bersamaan dengan pengenalan anak dengan lingkungan luar rumahnya,

kemudian berlanjut hingga dewasa. Hal ini menjadi prasyarat karena tujuan

yang ingin dicapai dalam sosialisasi bukan saja memasyarakatkan

pengetahuan, melainkan menanamkan nilai-nilai yang harus dihayati serta

dapat menjadi acuan sikap dan perilaku anggota masyarakat bangsa

Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan berbagai kemasan bahan ajar atau

informasi beserta metode sosialisasinya menurut tingkat perkembangan

intelegensia peserta sosialisasi dan lingkungan proses sosialisasi serta para

pendidik atau tokoh masyarakat pendampingnya.

Wujud nyata dari implementasi konsepsi Wasantara tercermin

pada implikasinya di dalam kehidupan nasional, baik dalam realita kehidupan

nasional maupun dalam fenomena kehidupan nasional yang sesuai

dengan dasar pemikiran atau dimensi pemikiran Wasantara, berdasarkan

Pancasila dan UUD 1945.

Implikasi dalam realita kehidupan nasional menggambarkan peran dari

konsepsi Wasantara dalam berbagai kegiatan dan penyelesaian masalah yang

terjadi di wilayah darat, laut, maupun udara/dirgantara.Sementara itu,

implikasi konsepsi Wasantara dalam fenomena kehidupan nasional

berkaitan dengan perannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara, dalam rangka mewujudkan cita-cita nasional dan tujuan nasional,

dengan selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan

wilayah.

Keefektifan pelaksanaan sosialisasi bergantung pada kemasan materi

dan metodenya. Kemasan materi hendaknya memperhatikan beberapa aspek

yang berpengaruh pada keefektifan pembelajaran, antara lain, mengenai

emosi, budaya, dan hubungan sosial. Dalam hal ini, secara emosi, materi

diharapkan dapat memuaskan; secara budaya, materi diharapkan

relevan atau dapat diterima; secara sosial, materi diharapkan berguna atau

diperlukan masyarakat peserta.

Kegiatan Belajar 1

Page 59: Modul 04 Wasantara

58

SOSIALISASI KONSEPSI WAWASAN NUSANTARA

1. Kesadaran, Paham, dan Semangat Kebangsaan

Sosialisasi tentang kebangsaan dilakukan dalam lingkaran atau

siklus:dimulai dari penumbuhan kesadaran, pengembangan pemahaman,

mewujudkan semangat kebangsaan, kembali pada penumbuhan kesadaran

berbangsa, dan seterusnya. Dengan sosialisasi secara sklus, nilai-nilai

kebangsaan bangsa Indonesia akan terus dapat dipertahankan dan

diwujudkan manfaatnya dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Metode

sosialisasi yang diharapkan dapat diterapkan ialah pemindahan (transfer)

dan pengubahan atau penanaman (transform) nilai-nilai kebangsaan

kepada peserta sosialisasi.

Nilai-nilai kebangsaan bangsa Indonesia dapat digali dari

peristiwa, keputusan pemimpin, pernyataan tokoh, aspirasi masyarakat,

serta cara hidup dan kehidupan masyarakat bangsa Indonesia dari waktu ke

waktu. Sehubungan dengan hal itu, kenangan dalam kebersamaan sejarah,

kebesaran yang pernah dibangun, kebersamaan dalam meraih sukses,

kebersamaan dalam menghadapi masalah bersama; rasa saling membutuhkan

dan saling bergantung yang menguntungkan; memiliki simbol, mitos, dan

tradisi bersama; serta keinginan dan tekad mengulang untuk meraih

kesuksesan bersama di masa datang merupakan ni l a i -n i la i yang per l u

d isosia l i sasikan. Untuk menumbuhkan dan mengembangkan nilai-

nilai kebangsaan, sangat diharapkan tersedianya materimateri ajar atau

informasi dan kepustakaan umum yang menyajikan materi-materi terkait,

seperti dalam sejarah nasional, ilmu bumi alam, ekonomi nasional, dan

antropologi yang membuat uraian tentang budaya dan manusia Nusantara,

serta seluk-beluk simbol, mitos, dan tradisi bangsa Indonesia.

2. Cinta dan Pembelaan Tanah Air

Bagi bangsa Indonesia, tanah air bukan sekadar wilayah domisili

atau tempat mencari nafkah, melainkan tumpah darah, yaitu tempat dilahirkan,

tempat menyambung nyawa untuk mempertahankannya, dan tempat

dikubur setelah mati. Wilayah Indonesia merupakan berkah dan rahmat

Tuhan Yang Maha Esa bagi bangsa Indonesia sehingga harus ditanggapi

Page 60: Modul 04 Wasantara

59

dengan bersyukur dan bertanggung jawab untuk mempertahankan dan

mencintainya. Kita bersyukur karena bangsa Indonesia memiliki tanah air

yang lokasinya strategis, luas, subur, dan kaya akan sumber dayaalam serta

mencintainya karena tanah air ini memberi ruang hidup dan sumber kehidupan

selama hayat dikandung badan, dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Nilai-nilai cinta tanah air dan kerelaan berkorban untuk membela tanah

air dapat digali dari kisah-kisah kepahlawanan, pengorbanan para patriot

bangsa, hasil-hasil perjuangan pembela bangsa, penghayatan tentang

kenikmatan yang dapat diperoleh dari hasil perjuangan para generasi

pendahulu, serta mengikuti program-program pelatihan dan pengabdian yang

berkait dengan cinta tanah air dan pembelaan negara. Untuk menanamkan dan

memupukkan kecintaan pada tanah air, sosialisasi dilakukan melalui

gerakan kepramukaan, pencinta alam, olah raga alam, wisata alam dan

budaya, pendidikan bela negara, pasukan cadangan nasional, wajib bela

negara, serta penyediaan bahan bacaan dan informasi tentang

keindahan alam, kekayaan budaya, sejarah, atau kisah perjuangan

bangsa Indonesia.

3. Hak, Kewajiban, dan Tanggung Jawab Warga Negara

Indonesia adalah negara kebangsaan yang berbentuk

republik.Warga negara Indonesia berada di bawah kekuasaan negara

modern dengan pemerintahan demokratis disertai perlindungan

terhadap HAM. Dengan demikian, warga negara Indonesia berdaulat serta

memiliki hak, kewajiban, dan tanggung jawab terhadap bangsa dan negara

Indonesia. Hal ini harus dipahami setiap warga negara dan

diselenggarakan oleh negara dengan tertib agar keadilan dapat

ditegakkan. Keadilan dapat menghindarkan prasangka dan iri hati antarunsur

masyarakat atau golongan warga dalam kehidupan nasional sehingga

persatuan dan kesatuan tercipta dan dapat dipertahankan secara alamiah atau

setidak-tidaknya bukan dengan rekayasa.

Kesadaran dan pemahaman tentang hak, kewajiban, dan tanggung

jawab warga negara pada negara dan bangsanya dapat ditumbuhkan

Page 61: Modul 04 Wasantara

60

melalui pemahaman tentang struktur dan budaya bangsa Indonesia, kondisi

geografi dan sumber kekayaan alam wilayah Indonesia, serta sistem

pemerintahan negara Indonesia. Untuk i tu, per lu penyebar luasan

pengetahuan tentang kewarganegaraan dan penghayatan kehidupan

bersama. Pengetahuan tentang kewarganegaraan, terutama mengenai

kehidupan berdemokrasi, perlindungan hak-hak asasi manusia, serta

doktrin dan strategi nasional. Penghayatan kehidupan bersama

mencakupi pelaksanaan atau praktik kehidupan dalam lingkungan

keberagaman yang inklusif serta menjunjung tinggi harkat dan martabat

kemanusiaan.

4. Kehidupan Multikultural dan Plural

Dasar-dasar kehidupan bersama bangsa Indonesia ialah nilai-nilai

yang digali dari Sumpah Pemuda, Pancasila, dan Proklamasi Kemerdekaan.

Nilai-nilai tersebut memungkinkan terjadi pengembangan kehidupan

harmonis, tetapi dinamis bangsa Indonesia, dengan tetap memiliki ruang

perbedaan-perbedaan. Dari Sumpah Pemuda diperoleh pengakuan tentang

keinginan menjadi satu seluruh bangsa dan wilayah Indonesia, kemudian

dari Pancasila diperoleh tuntunan hidup bersama dalam keberagaman, lalu

dari Proklamasi Kemerdekaan diperoleh cara mencapai tujuan bersama

bangsa.

Perwujudan kehidupan bersama berdasarkan pada nilai-nilai yang

berasal dari Sumpah Pemuda, Pancasila, dan Proklamasi Kemerdekaan berarti

harus mengembangkan kehidupan bersama yang multikultural dan plural.

Kehidupan bersama yang multikultural mengakui dan mengakomodasikan

keberagaman etnis, ras, agama, suku, adat, bahasa, dan termasuk nila-nilai

yang berpotensi memecah-belah. Untuk itu, identitas setiap budaya

masyarakat diakui dan diakomodasikan negara sehingga pilihan hidup

masyarakat menjadi lebih luas.

Kehidupan bersama yang plural menghargai kemajemukan dan

menghormati pihak lain yang berbeda, masing-masing pihak membuka diri

terhadap warna-warni keyakinan, rela untuk berbagi, terbuka untuk saling

Page 62: Modul 04 Wasantara

61

belajar, dan terlibat dalam dialog untuk mencari persamaan dan

menyelesaikan konfl ik . Pengembangan kehidupan bersama yang

multikultural dan plural ditempuh dengan beberapa jalan, yai tu

berkehidupan keagamaan yang iklusi f, berkehidupan masyarakat

secara lintas budaya, serta melakukan proses pertukaran budaya secara

alami melalui dialog verbal dan nonverbal.

5. Masyarakat Madani (Civil Society)

Kehidupan bersama hendaklah bermanfaat. Untuk menjamin perolehan

manfaat dalam kehidupan bersama dikembangkanlah kehidupan bernegara.

Kehidupan bernegara akan terjamin dalam mencapai tujuan bersama bila ada

kekuatan penyeimbang di luar pemerintahan. Keberadaan masyarakat

madani atau civil society diperlukan sebagai kekuatan penyeimbang

kekuatan negara dalam hal ini pemerintah. Masyarakat madani yang

bermoral, sadar hukum, dan beradab ma mpu me wak i l i masyaraka t

u mu m a tau rakya t da l am memperjuangkan kepentingan bersama

kepada pemerintahan. Di samping itu, masyarakat madani akan mampu

menekan pemerintahan bila kebijakan pemerintahan nyata-nyata

bertentangan dengan kepentingan masyarakat umum. Sebaliknya, masyarakat

madani akan menyokong pemerintahan yang berupaya memenuhi

kebutuhan masyarakat umum. Dengan demikian, akan dapat

ditegakkan sistem kekuasaan yang berorientasi pada kepentingan rakyat

banyak sehingga kehidupan bersama yang harmonis dan dinamis dapat

diciptakan.

Masyarakat madani dapat diwujudkan bila negara berhasil

mencerdaskan kehidupan bangsa serta mengembangkan pemerintahan

demokratis dan melindungi hak-hak asasi manusia. Sementara itu,

masyarakat madani yang berdaya akan mendorong terciptanya

pemerintahan yang demokratis dan menjamin hak-hak asasi manusia.

Karena keberhasilan pemerintahan tersebut saling mendukung dengan

perwujudan dan pemberdayaan masyarakat madani, setiap saat dapat

dikembangkan kekuatan masyarakat madani yang akan mendorong

upaya pemerintah tersebut, tanpa menunggu kondisi ideal.

Page 63: Modul 04 Wasantara

62

Sehubungan dengan itu, pengembangan masyarakat madani diawali

dari bidang-bidang yang terkait dengan masalah-masalah aktual, seperti

pengembangan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang berkait dengan

pengembangan pendidikan, perl indungan HAM, penyadaran

hukum, dan kehidupan berdemokrasi. Bila bidang-bidang tersebut sudah

sampai tingkat kemajuan yang berarti, pengembangan tersebut dapat

diteruskan pada bidang-bidang yang lebih strategis dan berjangka panjang.

Sudah tentu lembaga-lembaga yang dikembangkan sebaiknya

diwarnai oleh hubungan lintas etnis, agama, dan budaya.

6. Penutup

a. Untuk menjamin perwujudan persatuan dan kesatuan

bangsa serta kesatuan wilayah nasional dalam kehidupan

nasional serta menjamin kepentingan nasional dalam kehidupan

antarbangsa, perlu dikembangkan cara berpikir dan bersikap positif

terhadap misi tersebut kepada bangsa Indonesia. Cara berpikir

dan bersikap seperti i tu, bagi bangsa Indonesia, dapat

dikembangkan dengan pengimplementasian Wawasan Nusantara. Buku

Induk Wawasan Nusantara yang berisi ajaran umum tentang

pandangan bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya

dalam mencapai tujuan nasional disertai pedoman

pengimplementasiannya diharapkan dapat menjadi acuan baku.

b. Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Nasional Indonesia ini

hanya menyajikan pokok-pokok pikiran saja.Dengan cakupan

yangdemikian luas, pemasyarakatan dan penerapannya pada

masyarakat luas sangat bergantung pada berbagai pihak. Pihak-pihak

yang terkait dalam pemasyarakatan dan penerapannya, antara lain

pendidik, penerbit dan pengarang buku, media massa, tokoh

masyarakat, sejarahwan, praktisi, ilmuwan, dan banyak lagi.

Mereka, baik secara perorangan maupun institusi, diharapkan

berperan aktif dalam memasyarakatkan dan menerapkan ajaran

Wawasan Nusantara menurut bidangnya masing-masing.

Page 64: Modul 04 Wasantara

63

Latihan

Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang pengertian

implementasi Wawasan Nusantara, cobalah Anda diskusikan dengan teman-

teman !

1. Mengapa implementasi Wawasan Nusantara dilakukan melalui metode

sosialisasi?

2. Mengapa dalam sosialisasi Wawasan Nusantara harus selalu

memperhatikan persoalan-persoalan yang berkembang di lingkungan

implementasinya?

3. Mengapa nilai-nilai cinta tanah air itu digali dari kisah-kisah

kepahlawanan?

4. Mengapa masyarakat madani sangat diperlukandalamimplementasi

Wawasan Nusantara?

Petunjuk Menjawab Latihan

Pelajari kembali mengenai kesadaran, paham, dan semangat

kebangsaan, bela tanah air, dan kecintaan terhadap bangsa; hak kewajiban dan

tanggung jawab tiap-tiap warga negara; adanya kehidupan masyarakat

multikultural/plural dan pentingnya masyarakat madani.

Rangkuman

Sosialisasi Wawasan Nusantara, selain didasari oleh konsep-konsep ideal, juga harus memperhatikan persoalan-persoalan nyata yang berkembang dalam lingkungan implementasinya. Implementasi Wawasan Nusantara ke dalam perlu memperhatikan konsep bangsa, negara, dan wilayah, sedangkan ke luar perlu memperhatikan kepentingan negara-negara lain dalam penguasaan wilayah.

Sosialisasi tentang kebangsaan dilakukan dalam lingkaran atau siklus; mulai dari penumbuhan kesadaran, pengembangan pemahaman, mewujudkan semangat kebangsaan, kembali pada penumbuhan kesadaran berbangsa.

Guna mengakomodasikan kehidupan yang multikultural, nilai-nilai dasar kehidupan bersama bangsa Indonesia digali dari Sumpah Pemuda, Pancasila, dan Proklamasi Kemerdekaan.

Dalam implementasi Wawasan Nusantara diperlukan masyarakat madani yang bermoral, sadar hukum, dan beradab guna memperjuangkan kepentingan bersama kepada pemerintah.

Page 65: Modul 04 Wasantara

64

Kegiatan Belajar 2

IMPLIKASI KONSEPSI WAWASAN NUSANTARA

DALAM REALITA KEHIDUPAN

Manusia diciptakan oleh Tuhan di muka bumi, hidup dalam tiga

dimensi ruang, dalam wujud suatu wilayah daratan, lautan, dan

udara/dirgantara. Manusia pada dasarnya hidup berkelompok dari suatu

wilayah ke wilayah lain, sejalan dengan tingkat peradaban manusia dan

kebutuhan akan sumber daya alam, sampai terbentuknya suatu bangsa

yang kemudian menetap dan menegara. Tidak semua negara memiliki

tiga dimensi ruang hidup, dan hal ini yang membedakan pemanfaatan

ruang hidup sesuai dengan kondisi geografisnya masing-masing. Kondisi

semacam ini telah ikut mempengaruhi pemikiran manusia dalam

mempertahankan hidup bersama, bagi satu kelompok masyarakat yang

membangsa dan menegara.

Bagi suatu negara kepulauan seperti Indonesia, pernah berkembang

berbagai wawasan, seperti adanya wawasan benua, wawasan bahari,

dan wawasan dirgantara, terutama di kalangan angkatan bersenjata.

Untuk menjaga kemungkinan ter jadinya perbedaan prinsip dalam berpikir,

diciptakan satu wawasan yang diharapkan dapat menjamin keutuhan

persatuan dan kesatuan bangsa yang lebih berlingkup nasional. Hal tersebut

sangat diperlukan dan berpengaruh terhadap proses pengambilan

putusan/kebijakan politik suatu negara. Oleh karena itu, dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, geografi dengan keanekaragaman

yang ada di dalamnya merupakan suatu realita yang mutlak diperhitungkan, baik

dalam fungsi maupun pengaruhnya terhadap sikap dan tata laku negara yang

bersangkutan. Demikian pula sebaliknya, diperlukan suatu perhitungan dari

dampak sikap dan tata laku negara terhadap geografis sebagai tata hubungan

antara manusia dan ruang hidupnya.

Page 66: Modul 04 Wasantara

65

Kondisi objektif geografi Nusantara digambarkan sebagai untaian

ribuan pulau besar dan kecil (nusa), yaitu sebanyak 17.508 (Dishidros TNI AL),

tersebar dan terbentang di sepanjang khatulistiwa serta terletak pada posisi

silang dunia yang sangat strategis (antara), baik di antara dua samudra

maupundua benua dengan segala konsekuensinya dari pengaruh lintasan

politik, ekonomi, budaya serta keamanan internasional. Dengan demikian,

kata nusa dan antara yang dirangkai ke dalam suatu pengertian Nusantara

akan terus digunakan untuk memaknai keseluruhan dan keutuhan wilayah

Indonesia, yang merupakan kesatuan laut yang ditaburi oleh pulau-pulau.

1. Implikasi terhadap Wilayah Darat

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan yang

terdiri dari pulau besar dan kecil. Sesuai dengan posisi geografisnya, negara

Indonesia memiliki daerah perbatasan, baik di darat maupun di laut, dengan

negara-negara tetangga. Begitu pula, penduduk Indonesia yang berjumlah + 200

juta jiwa tinggal secara tersebar tidak merata di seluruh wilayah negara. Dari

jumlah penduduk sebagian besar berada di pusat-pusat pemerintahan atau

pusat-pusat industri dan perdagangan, sebagian kecil lainnya tinggal di daerah

terpencil dan di antaranya berada di sekitar daerah perbatasan negara.

Berbeda dengan pusat-pusat pemerintahan, industri, dan perdagangan

yang memiliki kelengkapan sarana dan prasarana hidup sangat baik, daerah-

daerah terpencil khususnya di sekitar daerah perbatasan, kurang tersedia sarana

dan prasarana dimaksud. Kalaupun tersedia, jumlah serta kondisinya sangat

kurang memadai.Di samping itu, kondisi alam di daerah-daerah tersebut

pada umumnya sulit dilintasi atau dijangkau (misalnya pegunungan, hutan

lebat, atau lautan). Dengan kata lain, sistem sirkulasi di daerah-daerah tersebut

kurang memadai. Faktor-faktor tersebut memberi dampak sulitnya pengawasan

dan pengendalian segala aktivitas penduduk oleh pusat pemerintahan.

Akibat lebih lanjut adalah rasa keterpencilan atau keterasingan sebagian besar

masyarakat bangsa dari yang lain atau rasa kurang diperhatikan oleh pemerintah

Page 67: Modul 04 Wasantara

66

pusat dan daerah. Kesadaran semacam ini ter jadi di sepanjang

perbatasan Kalimantan, Serawak, dan Sabah atau juga antara Pulau

Miangas (Provinsi Sulut) dan Filipina.

Di sepanjang perbatasan tersebut masyarakat Dayak (Kalimantan)

lebih mudah berinteraksi dengan anggota masyarakat di seberang

perbatasan, yang kemudian terjalin rasa kedekatan dengan mereka yang lebih

kuat daripada hubungannya dengan masyarakat lain di wilayah Rl. Apabila hal

seperti itu tidak diperhatikan secara cermat serta ditangani secara tepat, jalinan

rasa kedekatandengan masyarakat negara tetangga tersebut akan menjadi

semakin kuat. Tidak mustahil bila masyarakat Indonesia sepanjang

perbatasan tersebut akan berpaling secara psikologis, sosiologis, bahkan

dapat secara politis kepada negara tetangga. Bila hal ini terjadi, seakan-

akan batas negara (boundary) bergeser ke dalam wilayah Rl dan

terjadilah batas imajiner yang berupa batas pengaruh asing (negara

tetangga) terhadap wilayah Rl. Batas imaginer tersebut dinamakan frontier.

Frontier yang terbentuk imajiner dan berada di antara masyarakat bangsa

tersebut bersifat dinamis, dalam arti dapat bergeser-geser bergantung

kepada kadar pengaruh pemerintah terhadap masyarakat yang bersangkutan.

Pengaruh efektif pemerintah pusat dapat dikatakan tidak lagi mencakupi seluruh

wilayah kedaulatan Rl, tetapi dikurangi dengan luas wilayah sampai dengan

batas frontieryang sudah dipengaruhi oleh kekuatan asing dari seberang

perbatasan (boundary). Pengaruh asing tersebut dapat berawal dari pengaruh

budaya atau ekonomi. Akan tetapi, yang pasti bila pengaruh tersebut tidak

dapat ditangani secara efektif akan berkembang menjadi permasalahan

politik yang berujung pada kehendak pemisahan diri sebatas frontier.

Dengan demikian, adanya frontier dapat berdampak hampir mirip dengan

hilangnya sejengkal tanah yang berada di bawah kedaulatan negara.

Untuk memahami kondisi dan konstelasi geografi Indonesia serta

posisinya di antara negara-negara lain yang relatif lebih maju dan sejahtera,

kesadaran akan kemungkinan terjadi frontier harus selalu dihidupkan.Terlebih

Page 68: Modul 04 Wasantara

67

dalam menghadapi persaingan global dewasa ini,frontier akan lebih mungkin

terjadi dalam dimensi yang semakin luas. Oleh karena itu, Wawasan

Nusantara harus dapat memberikan pengaruh positif, terutama

penyelenggara negara dalam upaya menghilangkan atau mencegah timbulnya

frontier-frontier tersebut.

2. Implikasi terhadap Wilayah Laut

Implikasi di bidang politik meliputi permasalahan laut pedalaman

dengan hak dunia internasional serta permasalahan kedirgantaraan,

terutama penguasaan Geo Sationery Orbit (GSO). Penguasaan laut

Nusantara berkaitan dengan Hukum Laut Internasional.

Hukum Laut Internasionai (HLI) telah mengatur secara

internasional hubungan hak, kewenangan, dan kewajiban negara atau laut.

Deklarasi Djuanda Tahun 1957 merupakan aspirasi bangsa Indonesia yang

menegara dalam wadah negara kesatuan Rl (NKRI) dalam upaya memperoleh

hak dan kewenangan atas laut dalam wilayah yurisdiksi nasional yang

sekaligus berimplikasi terhadap hak dan kewajibannya terhadap dunia

internasional. Di dalam pembukaan UUD 1945 dinyatakan bahwa salan satu

kewajiban negara adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh

tumpah darah Indonesia. Kewajiban ini telah menjadikan bangsa Indonesia

harus dapat mewujudkan kedaulatan atas wilayah yurisdiksi nasional yang

sebagian besar secara fisik berupa perairan atau laut. Dengan demikian, dapat

dikatakan bahwa HLI, sebagaimana disepakati dalam UNCLOS Tahun 1982,

secara legal merupakan dukungan terhadap Wawasan Nusantara, khususnya

berkenaan dengan hak dan kewenangan atas wilayah yurisdiksi nasional NKRI,

sebagaimana dinyatakan dalam Deklarasi Djuanda.

Rezim negara kepulauan sebagaimana dimaksud daiam HLI dengan

tegas telah memberikan arti kesatuan wilayah bagi NKRI. Terhadap

keberadaan perairan Indonesia yang menjadi bagian tak terpisahkan dari NKRI,

sebagaimana diatur dalam HLI dan telah diratifikasi oleh Rl, kewajiban Rl adalah

Page 69: Modul 04 Wasantara

68

memenuhi ketentuan-ketentuan tentang pemanfaatan danpendayagunaan

perairan Indonesia. Seluruh perairan Indonesia dan ruang di atasnya serta

kekayaan alam yang terkandung di dalam dan di bawah lautan dapat diolah

untuk kesejahteraan rakyat Indonesia. Hak dan kewenangan terhadap laut ini

mencakupi, antara lain, laut wilayah, zone tambahan, ZEE, landas kontinen, dan

sumber daya alam yang dikandungnya.

Di sisi lain, ada tuntutan terhadap kewajiban bangsa Indonesia berkenaan

dengan lintas damai, lintas transit, penyediaan alur laut kepulauan Indonesia

(ALKI) yang memungkinkan timbulnya gangguan terhadap keamanan dalam

berbagai aspek kehidupan di dalam negeri. Selain itu, masalah lain adalah

navigasi, SAR atau keselamatan jiwa di laut, keamanan laut dari berbagai

pelanggaran dan kejahatan, serta pencemaran/perusakan lingkungan.

Pemanfaatan sumber daya kelautan bagi umat manusia di seluruh dunia juga

diatur dengan baik dan ini juga menjadi tanggung jawab bangsa Indonesia.

Peraturan dan perundang-undangan dalam rangka menjamin berbagai

kepentingan keamanan dan penegakan hukum di laut sesuai dengan HLI

harus segera dibuat dan didukung dengan kemampuan negara untuk

pengendalian laut Nusantara.

Pemerintah Rl yang mengatur pelaksanaan penegakan kedaulatan di laut

harus mengarahkan segala kemampuan nasional untuk membangun seluruh

potensi maritim sebagai salah satu fokus pembangunan nasional. Pembangunan

potensi maritim merupakan program nasional yang harus mendapat prioritas pula

dalam rangka perwujudan pengendalian perairan Indonesia. Hal tersebut

merupakan penjabaran dan aplikasi dari Tap MPR No. IV Tahun 1999 tentang

GBHN 1999—2000, yang merupakan perwujudan dari paradigma baru Indonesia

untuk menyongsong masa depan, yang berorientasi ke laut sebagai harapan dan

perwujudan tercapainya kesejahteraan rakyat Indonesia.

Kekuatan laut nasional mencakupi armada niaga, armada

perikanan, armada angkatan laut, industri maritim, eksplorasi dan eksplotasi

kelautan, serta seluruh kemampuan pendukungnya. Disadari sepenuhnya bahwa

Page 70: Modul 04 Wasantara

69

pembangunan kekuatan laut ini membutuhkan investasi yang sangat besar

nilainya, memiliki kandungan risiko tinggi, bersifat padat teknologi, serta dengan

titik impas yang berjangka lama. Oleh karena itu, pemberdayaan segenap potensi

nasional sangat diperlukan. Pembangunan kekuatan laut akan membawa

Indonesia menuju budaya kelautan, dan menjadi bangsa bahari yang akan

mengantar bangkitnya kejayaan bangsa seperti di masa lalu. Dengan

memanfaatkan posisi silang yang amat strategis, terutama dengan

kemampuan pengendaiian laut, bangsa Indonesia akan menjadi bangsa

yang besar, yang mampu menjamin keamanan dan kesejahteraan seluruh

rakyatnya.

3. Implikasi terhadap Wilayah Udara/Dirgantara

Menurut aturan dalam pemanfaatannya, ruang dirgantara dapat

dibagi menjadi dua bagian, yaitu ruang udara dan ruang antariksa. Ruang udara

yang berada di atas suatu wilayah negara dikategorikan sebagai ruang udara

nasional atau wilayah kedaulatan negara yang bersangkutan, yang

pemanfaatannya dikendalikan oleh negara tersebut. Pemanfaatan bagian

ruang antariksa dikendalikan secara internasional karena tidak boleh dijadikan

subjek kedaulatan suatu negara, termasuk negara yang berada di bawahnya.

Konvensi Chicago Tahun 1944, sebagaimana halnya Konvensi Paris

Tahun 1919, mengukuhkan prinsip kedaulatan bagi negara-negara yang

berada di bawah ruang udara masing-masing. Kenyataan menunjukkan bahwa

ruang udara merupakan sumber kekayaan alam yang memiliki nilai, baik secara

ekonomi (kesejahteraan) maupun keamanan. Wajarlah bila sumber kekayaan

alam suatu ruang udara dapat dimanfaatkan oieh negara yang bersangkutan.

Pemanfaatan ruang udara secara optimal dapat dicapai, antara lain, dengan

saling menjamin hak antara negara satu dan negara lainnya, yaitu hak

terbang melintasi ruang udara dan mendarat di suatu tempat dalam wilayah

negara tertentu secara timbal balik. Bagi Indonesia yang negaranya terletak

pada jalan silang dunia, ruang udaranya menjadi penghubung kepentingan

Page 71: Modul 04 Wasantara

70

negara-negara dari berbagai kawasan karena dengan melintasi ruang udara

Indonesia berarti negara tersebut memilih jalur terpendek. Dengan kata lain,

ia telah memperoleh manfaat ekonomi. Dengan kemampuan untuk menjamin

tingginya daya tarik penggunaan ruang udara nasional, seperti tersedianya

industri angkutan udara yang andal, jalur-jalur udara yang aman dan persepktif,

serta bandar udara yang mendukung, pemanfaatan ruang udara nasional akan

dapat dioptimalkan oleh negara yang terkait.

Perjanjian Ruang Antariksa (Space Treaty 1967) antara Inggris,

Amerika Serikat, dan Uni Soviet, yang di tandatangani di London,

Moscow, dan Washington pada tanggal 27 Januari 1967, menetapkan bahwa

ruang antariksa merupakan wilayah bangsa-bangsa, yang berarti

dimanfaatkan oleh setiap bangsa. Pemanfaatan ruang antariksa yang

berada di atas wilayah suatu negara didasarkan pada prinsip siapa cepat dia

dapat (first come first serve) dan terbuka bagi setiap negara. Indonesia

yang memiliki bentangan ruang antariksa sangat !uas dan panjang, apalagi

terletak di daerah khatulistiwa yang sangat menguntungkan dalam

penggunaan ruang antariksa, sangat dirugikan dengan adanyaaturan tersebut.

Dengan telah dikukuhkannya wilayah darat dan laut atau perairan, sebagaimana

perjuangan tersebut, perjuangan bangsa Indonesia selanjutnya ialah

pengukuhan wilayah arah vertikal sehingga mencapai kebulatan dalam tiga

dimensi, yaitu wilayah darat, laut, dan dirgantara di atasnya.

Perjuangan bangsa Indonesia dalam pengukuhan ruang

dirgantara menghadapi ketidakpastian sebagai dampak konflik kepentingan,

yaitu antara paham tentang ruang dirgantara milik semua bangsa dan paham

ruang dirgantara milik negara kolong (yang ada di bawahnya). Dalam hal ini

Indonesia menuntut berlakunya kedaulatan negara kolong terhadap ruang

dirgantara. Paling sedikit tujuan yang ingin dicapai ialah ruang udara

Indonesia sebagai wilayah udara nasional dan ruang antariksa Indonesia

sebagai wilayah kepentingan yang diperlakukan serupa dengan ZEE atau

landas kontinen, yang meliputi pemanfaatan wilayah Geo Stationery Orbit

Page 72: Modul 04 Wasantara

71

(GSO), Medium Earth Orbit (MEO), Low Earth Orbit (LEO). Sehubungan

dengan batas ruang udara nasional sampai ketinggian 110 km dari permukaan

bumi merupakan kedaulatan yang mutlak sehingga segala aturan untuk

penguasaan dan pengendaliannya ditentukan oleh Indonesia selama tidak

bertentangan dengan ketentuan internasional.

Dengan tetap mempertahankan prinsip kedaulatan, ruang dirgantara

dapat dimanfaatkan untuk kepentingan bersama dengan negara-negara lain.

Hal ini dapat diwujudkan melalui hubungan antara negara atau antarpengelola

berbagai aspek kehidupan yang cenderung didasari oleh kepentingan kerja

sama yang saling menguntungkan, baik secara bilateral, plurilateral

(regional) maupun multilateral. Demikian juga halnya dalam pemanfaatan ruang

dirgantara; model hubungan tersebut juga dapat dikembangkan dengan

memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

a) Pemanfaatan ruang dirgantara yang selalu harus dikaitkan dengan

kepentingan mempertahankan kedaulatan dan keamanan negara;

b) Pengembangan industri angkutan udara sipil beserta

infrastrukturnya yang berdaya saing global;

c) Pengembangan kekuatan penegak kedaulatan dan penjamin

keamanan di ruang udara nasional.

Latihan

Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang faktor lingkungan, coba

Anda diskusikan dengan teman-teman!

1. Mengapa konsep tentang nasionalisme Indonesia pada dasarnya tetap

berbasis pada identitas dan budaya bangsa?

2. Mengapa Hukum Laut Internasional secara legal merupakan

dukungan terhadap Wawasan Nusantara?

3. Mengapa Indonesia sangat berkepentingan dengan Orbit Geo Stationery

dan apa implikasinya terhadap Wawasan Nusantara?

Page 73: Modul 04 Wasantara

72

4. Mengapa di sepanjang perbatasan rawan munculnya frontier dan

bagaimana langkah mengatasinya?

Petunjuk Menjawab Latihan

Pelajari faktor-faktor lingkungan Wawasan Nusantara, konsep-konsep

nasionalisme bangsa Indonesia, perkembangan cakupan wilayah laut Indonesia

dan Hukum Laut Internasional, kepentingan penguasaan daerah perbatasan,

ruang udara dan ruang angkasa. Lalu, diskusikan hasilnya dengan rekan-rekan

Anda.

Rangkuman

Laut atau perairan dalam wilayah nasional berfungsi sebagai pemersatu keseluruhan wilayah tanah air Indonesia. Eksploitasi sumber daya kelautan yang demikian besar bagi kesejahteraan seluruh rakyat secara adil dan merata dapat menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa. Rezim negara kepulauan sebagaimana dimaksud HLI dengan tegas telah memberikan arti kesatuan wilayah bagi NKRI. Pemanfaatan ruang antariksa dengan prinsip siapa cepat dia dapat (first come first serve) lebih dominan daripada perjanjian ruang antariksa (Space Treaty 1967).

Rasa keterpencilan atau keterasingan sebagian masyarakat bangsa dari yang lain, atau rasa kurang diperhatikan oleh pemerintah pusat dan daerah, menimbulkan batas imajiner yang berupa batas pengaruh asing (negaratetangga) terhadap wilayah RI (frontier).

Page 74: Modul 04 Wasantara

73

Kegiatan Belajar 3

IMPLIKASI KONSEPSI WAWASAN NUSANTARA DALAM FENOMENA KEHIDUPAN

Manusia sebagai makhluk individu dan sekaligus sebagai makhluk sosial pada

umumnya tidak dapat hidup sendiri. Sebagai makhluk sosial, manusia saling

bergantung satu dengan yang lain, langsung maupun tidak langsung, termasuk

ketergantungannya padaalam tempat mereka hidup. Secara individu terdapat hubungan

filosofis, antara manusia dan Tuhan, manusia dan sesama manusia, serta manusia dan

alam, yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Manusia membutuhkan

alam untuk hidup, hidup bersama menyembah Tuhan (Allah). Dalam

perkembangan kehidupan manusia telah terjadi suatu proses, yang dimulai dari

kehidupan masyarakat (suku), kemudian membangsa, dan berlanjut kepada

terbentuknya negara. Proses ini pada umumnya didasarkan pada satu

kesamaan tujuan yang terjabarkan dalam suatu norma atau paradigma yang

merupakan suatu kesepakatan bersama. Manusia yang telah menegara berusaha

untuk terus memperbaiki taraf hidupnya yang didasarkan pada norma atau aturan

yang telah disepakati, dengan selalu mempertimbangkan lingkungan yang terus

berkembang dan relatif berubah dengan cepat.

1. Implikasi Wawasan Nusantara dalam Kehidupan Bermasyarakat

Dalam kehidupan bermasyarakat, integrasi pada umumnya merupakan halhal

yang berkait dengan hubungan antarindividu. Dalam hal ini Turner dan

Tajfel/1982 (Handi Muluk/2000) menunjukkan bahwa tidak kurang dari lima hal

mendasari orang atau kelompok orang memasuki suatu kelompok atau dapat juga

disebut lima hal penentu integrasi. Hal-hal yang dimaksud ialah ada kesamaan

(similarity), merasa senasib (common fate), kedekatan fisik atau psikologis

(proximity), merasa mendapat ancaman dari musuh yang sama (shaned threat),

Page 75: Modul 04 Wasantara

74

dan motif-motif yang bersifat utilitarian (keuntungan bersama, pencapaian tujuan

bersama).

Integrasi terjadi bila ada kesamaam (similarity) antarindividu atau antarkeluarga.

Kesamaan yang dimaksud dapat berasal dari berbagai hal, seperti dalam profesi,

almamater, kepercayan atau keyakinan, atau cita-cita yang ingin diwujudkan. Untuk

mewujudkan integrasi nasional, individu-individu yang memiliki kesamaan tersebut

dihimpun, kemudian dapat dikembangkan cakupannya menjadi lebih luas. Sebagai

contoh, kesamaan dalam profesi terhimpun dalam ikatan profesi yang dapat

berkembang menjadi asosiasi suatu sektor pembangunan tertentu.Kesamaan

almamater terhimpun dalam ikatan alumni yang sekaligus bagian dari ikatan

profesi.Kesamaan kepercayaan atau keyakinaan dapat berkembang menjadi

ikatan-ikatan persaudaraan umat, kemudian menjadi ikatan antarumat.Kesamaan

cita-cita dapat berkembang menjadi perhimpunan dalam bidang ilmu dan teknologi,

sosial, serta politik. Berbagai ikatan atau himpunan tersebut merupakan

kelompok-kelompok masyarakat yang bersatu. Dengan mengintergrasi, kepentingan

setiapkelompok dankepentingan nasional akan terjadi integrasi nasional dalam

kehidupan bermasyarakat.

Integrasi dapat berlangsung dalam keadaan warga masyarakat merasa

senasib (common fate). Kondisi senasib tidak harus karena sependeritaan, tetapi dapat

juga karena berbagai hal dalam kehidupan, seperti melewati atau secara bersama-

sama dalam menempuh perjalanan hidup, baik yang dikehendaki atau direncanakan

maupun yang berlangsung secara kebetulan atau dengan sendirinya.

Kebersamaan tersebut dapat berkembang menjadi integrasi nasional bila setiap warga

masyarakat dapat mengambil manfaatnya dan mendorongnya menjadi kegiatan atau

gerakan yang berorientasi pada solidaritas dan kepedulian sosial, untuk menolong

sesama. Sebagai contoh, integrasi dapat terjadi karena, antara lain, sama-sama

menjadi korban suatu rezim, dalam menunaikan ibadah haji, melaksanakan suatu tugas

negara (pertahanan), atau perebutan kejuaraan (olah raga, kesenian, atau ilmu

pengetahuan). Dalam kondisi sebaliknya, yaitu dalam keadaan surplus, setiap warga

masyarakat dapat berbagi kegembiraan atau ikut merasakan penderitaan sesama

Page 76: Modul 04 Wasantara

75

dengan memberi bantuan. Dalam menjalani kehidupan bersama yang dapat dilakukan

secara produktif seperti itu, ikatan antarwarga menjadi lebih erat dan dapat menular

ke lingkungan sekitarnya, seperti dalam menghadapi musibah, baik karena bencana

alam maupun masalah sosial.

Kedekatan (proximity),baik fisik maupun psikologis, dapat menyebabkan

terjadinya integrasi antarwarga masyarakat. Dalam hal ini, kedekatan fisik

dimaksudkan sebagaisuatu keadaan saling berdekatan, seperti tempat tinggal atau

selalu saling bertemu antara warga yang satu dan yang lainnya. Kedekatan psikologis

dimaksudkan suatu perasaan dekat meskipun secara fisik berjauhan atau jarang sekali

bertemu karena sebab-sebab tertentu, seperti memiliki kenangan bersama, rencana

bersama, atau ikatan batin yang kuat.

Untuk menciptakan integrasi nasional, kedekatan-kedekatan yang bersifat

individu atau kelompok tersebut diarahkan pada kelompok kepentingan yang lebih luas.

Sebagai contoh, manfaat kedekatan antartetatangga (fisik) dikembangkan menjadi

manfaat seluruh kampung, kemudian mencakupi seluruh wilayah, seperti

halnya dalam meningkatkan kebersihan lingkungan pemukiman atau

penanggulangan keamanan lingkungan. Dalam kedekatan psikologis, misalnya,

integrasi dapat dibangun bila ide-ide yang bermanfaat di suatu tempat dapat

menjalar dan diterapkan di tempat lain yang sangat berjauhan melalui hubungan-

hubungan akrab antarwarga masing-masing sehingga integrasi nasional secara tahap

demi tahap dapat diwujudkan.

Warga masyarakat yang merasa mendapat ancaman dari musuh yang sama

(shared threat) dapat berintegrasi. Sebutan musuh dalam kehidupan

bermasyarakat, ditujukan, antara lain, pada gangguan keamanan, ancaman

keselamatan dari bencana alam, kebakaran, atau bahaya narkoba. Secara

instingtif, dalam menghadapi ancaman tersebut atau yang serupa itu, biasanya warga

berhimpun untuk menghadapinya. Oleh karena itu, ancaman-ancaman tersebut

sebagian besar tidak bersifat lokal dan terisolasi, untuk menghadapinya pun tidak

dapat dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat tertentu secara mandiri. Untuk

itu, perlu dilakukan upaya dalam lingkup yang lebih luas, seperti dalam menghadapi

Page 77: Modul 04 Wasantara

76

bahaya banjir dan gangguan keamanan, apalagi terhadap narkoba. Kepentingan

bersama serupa itu dapat mengembangkan terwujudnya integrasi nasional. Untuk

itu, integrasi nasional dapat diwujudkan dengan memotivasi warga dengan

semangat gotong-royong pada lingkungan masyarakat yang berkaitan.

Motif-motif lain yang bersifat utilitarian, seperti dalam mencapai keuntungan

bersama atau mancapai tujuan bersama warga masyarakat, dapat mendorong

terjadinya integrasi dalam kehidupan bermasyarakat. Berbeda dari pendorong

terjadinya integrasi dalam uraian sebelum ini yang pada umumnya bersifat pasif dan

reaktif; pendorong terjadinya integrasi dalam motif yang bersifat utilitarian bersifat aktif

karena dilakukanatas dasar keinginan warga atau kelompok warga. Cakupan faktor

penentu ini cukup luas dan beragam menurut keperluan masyarakat, baik dalam bidang

sosial, ekonomi, maupun politik.

Integrasi dengan alasan serupa itu lebih mudah terjadi karena warga atau

masyarakat sudah memiliki motivasi sendiri (self motivation) berdasarkan pada

kepentingan-kepentingan yang sudah ada. Masalahnya ialah pengintegrasian

berbagai kepentingan tersebut ke dalam kepentingan nasional agar terwujud integrasi

nasional. Sebagai contoh, untuk mengintegrasikan kepentingan perdagangan,

keolahragaan, atau politik kelompok-kelompok masyarakat pada kepentingan atau

program pemerintah atau dalam pencapaian tujuan nasiona!, diperlukan insentif

dan pengembangan kesadaran akan makna pemenuhan kebutuhan bersama secara

bersama pula.

2. Implikasi Wawasan Nusantara dalam Kehidupan Berbangsa

Dalam kehidupan berbangsa, integrasi umumya merupakan hal-hal yang berkait

dengan kepentingan politik dan ekonomi bersama antarkelompok masyarakat.

Untuk menemukan faktor-faktornya, ada baiknya memperhatikan hasil rumusan

Iwan Gardono Sujatmiko (1999) dari berbagai teori tentang integrasi nasional.

Disimpulkannya bahwa sebagai suatu gejala sosial, integrasi nasional ditentukan oleh

sekurang-kurangnya enam faktor berikut: peran memori kebersamaan dan sejarah,

ancaman dari luar, kesepakatan pemimpin, homogenitas (sosial, budaya, atau

Page 78: Modul 04 Wasantara

77

agama), paksaan negara/pusat, serta saling ketergantungan politik dan ekonomi.

Integrasi pada umumnya merupakan hal-hal yang berkait dengan pemenuhan hak dan

kewajiban warga negara. Faktor-faktorpenentu tersebut dapat ditemukan dalam

pembukaan UUD 1945 pada alinea keempat tentang tujuan bernegara, yaitu

perlindungan, kesejahteraan, pencerdasan, serta hidup dalam alam kemerdekaan,

perdamaian abadi, dan berkeadilan sosial.

Integrasi bangsa Indonesia seperti yang dapat diamati saat ini, sebagian besar

ditentukan oleh memori kebersamaan sejarah (collect ive memory). Sebelum

bangsa Indonesia menyatakan keberadaannya pada tahun 1928 melalui Sumpah

Pemuda, terjadi berbagai peristiwa yang mengintegrasikan suku-sukubangsa di

wilayah Nusantara selama ratusan tahun. Berbagai peristiwa yang dimaksud menjadi

memori bersama yang menuntun suku-suku bangsa tersebut untuk bersatu. Selain

karena dorongan utama, yaitu penghimpunan kekuatan untuk menghadapi penjajah,

bersatunya suku-suku bangsa di wilayah Nusantara termotivasi oleh memori bersama

mereka yang mengajarkan bahwa peristiwa-peristiwa yang telah di jalani

sebelurnnya menunjukkan hal yang baik dan bermanfaat, atau setidak-

tidaknya tidak saling merugikan, seperti dalam perdagangan, keagamaan, atau

kebudayaan.

Pemantapan integrasi nasional dimaksudkan untuk mempertahankan

kondisi tersebut dan selalu mengisi kebersamaan itu dengan hal-hal yang

positif.Contohnya, menyegarkan kembali memori kebersamaan yang ada dengan

menyelenggarakan peringatan-peringatan peristiwa penting, terutama tentang

kepahlawanan dan mengisi kebersamaan dengan kegiatan yang rnenyangkut

kepentingan bersama pada masa kini dan masa depan, seperti mengembangkan kerja

sama atau saling membantu antardaerah dalam berbagai hal. Selanjutnya,

kegiatan-kegiatan tersebut akan meninggalkan memori kebersamaan di kemudian

hari.

Homogenitas sosiai, budaya, atau agama juga merupakan faktor penentu

integrasi nasional. Dalam hal ini, semakin homogen semakin kuat pangaruhnya agar

terjadi integrasi. Bangsa Indonesia memiliki homogenitas yang rendah sekaligus

Page 79: Modul 04 Wasantara

78

tinggi pula. Menurut etnik, tingkat homogenitas tampak sangat rendah, sebaliknya

menurut agama (Islam), homogenitas bangsa Indonesia tinggi. Meskipun

demikian, setiap kelompok keagamaan yang lintas etnik dapat berperan

mendukung terjadinya integrasi. Sebagai contoh, suatu agama dapat dianut berbagai

suku bangsa, sebaliknya suatu suku dapat terdiri atas warga yang memeluk

berbagai agama sehingga dapat terjadi integrasi, baik pada suku maupun pada agama.

Bila daerah asal atau domisili dianggap faktor disintegrasi, dengan pola yang sama

akan tercipta integrasi pula.Misalnya, daerah asal atau domisili yang berbeda dapat

terintegrasi melalui agama yang sama atau pada suku yang sama. 0leh karena itu,

dengan mengembangkan kehidupan keberagamaan yang pluralis dan kehidupan sosial

yang inklusif, homogenitas bangsa Indonesia dapat ditingkatkan.

Lahirnya bangsa Indonesia tidak dapat dilepaskan dari upaya menghadapi

ancaman dari luar, yaitu para panjajah atau tekanan kepentingan bangsa lain pada

Indonesia. Karena ancaman dari luar atau dipersepsikan demikian, sangatlah

beralasan bahwa kekuatan harus dihimpun untuk menghadapinya. Hal tersebut terjadi

secara nyata pada bangsa Indonesia pada waktu yang lalu, yaitu pada era penjajahan,

perebutan kemerdekaan, dan saat mempertahankan kemerdekaan. Pada masa-masa

itu terjadi integrasi antarkomponen bangsa demikian kuat satu dengan yang lainnya.

Untuk dapat terus mempertahankan integrasi nasional, bangsa Indonesia harus

mampu dengan tepat menentukan jenis dan besarnya ancaman dari Iuar bagi bangsa

Indonesia karena hal itu sebenarnya selalu ada dan aktual. Dalam hal Ini, yang

dapat digolongkan ancaman dari luar tarsebut, terutama, adalah hal-hal yang dapat

mengancam identitas, aksistensi, dan integrasi bangsa dan wilayah nasional Indonesia.

Di samping itu, yang termasuk di dalamnya sebagai ancaman dari luar ialah

ancaman terhadap kepentingan-kepentingan nasional, seperti aspek ekonomi,

sosial budaya, sarta pertahanan keamanan bangsa dan negara Indonesia.

Dengan kemampuan mendefinisikan dan menetapkan ancaman dari luar yang

dipersepsikan dan dampaknya bagi kehidupan nasional, integrasi nasional

diharapkan akan dapat diwujudkan dan dipertahankan.

Saling ketergantungan antara satu masyarakat dan masyarakat atau

Page 80: Modul 04 Wasantara

79

daerah dan lainnya berpotensi terjadi instegrasi. Dalam bidang sosial dan

ekonomi, misalnya, satu daerah akan sul i t memenuhi sendiri segala

kebutuhannya secara mandiri karena sumber daya menyebar dan tidak merata

keberadaannya. Sementara itu, setiap daerah memil iki keunggulan dan

kekurangannya masing-masing. Secara potensial, kebutuhan dapat dipenuhi

dangan baik bila ada pertukaran produk antardaerah. Bila kecenderungan

tersebut diperkuat dan diberi fokus perhatian, muncul pusat-pusat perkembangan

munurut potensi keunggulan lokal . Dengan demikian, akan ter jadi

ketergantungan antara daerah atau lokasi satu dan lainnya, dalam kondisi

perkembangan yang merata. Sebagai contoh, Bali sebagai pasar jasa pariwisata

bergantung pada daerah tetangganya (Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan

Sulawesi) akan bahan pangan dan bahan baku kerajinan, sedangkan Jawa

Tengah bergantung pada Bali untuk memasarkan produknya. Kondisi serupa ini

juga terjadi antardaerah di kawasan Indonesia lainnya. Dalam hal ini, suatu

disintegrasi akan sangat mahal biayanya dan amat menyakitkan bagi komponen

bangsa yang terkait sehingga kondisi integrasi nasional diharapkan akan

bertahan.

Integrasi juga dapat terjadi karena kesepakatan pemimpin yang mewakili

kelompok-kelompok masyarakat sabagai komponen bangsa. Dalam lingkungan

masyarakat demokratis, sebagian kewenangan individu diserahkan kepada

pemimpin yang dipilihnya sehingga kesepakatan pemimpin kelompok menjadi

kesepakanan antarkelompok dalam integrasi. Hal serupa akan bertangsung pula pada

masyarakat feodal-tradisional karena anggota masyarakat bergantung pada

pemimpinya. Integrasi secara otomatis akan terjadi bila tiapkelornpokbarsepakat

untuk berintegrasi.

Sehubungan dengan hal itu, komponen-komponen bangsa Indonesia

sangat mungkin dapat meningkatkan integrasi nasional asal para pemimpinya

bersedia dan sepakat melakukannya. Masalahnya ialah bahwa pendorong

para pemimpin untuk melakukan kesepakatan adalah dengan mengintegrasikan

kepentingan kelompok-kelompopk yang ada. Dengan asumsi tersebut, integrasi

nasional dapat ditingkatkan melalui kesepakatan para pemimpin bila para pemimpin

Page 81: Modul 04 Wasantara

80

mengembangkan budaya dialog dan dapat membangun mekanisme penyelesaian

konflik.

Akhirnya, integrasi nasional dapat juga terjadi bila ada paksaan negara atau

kekuasaan pusat. Hal ini ter jadi karena negara dapat memaksakan

kepentingannya pada kelompok masyarakat atau daerah yang berada di bawah

kekuasaannya. Secara ekstrem, keadaan tersebut dapat terjadi seperti pada

kasus menanggulangi gerakan separatisme dalam suatu wilayah negara. Dalam

kondisi ini, integrasi antarkepentingan yang luas akan mewujudkan integrasi

nasional.

Integrasi juga terjadi karena negara berhasil menyejahterakan warganya secara

adil. Sejahtera dalam hal ini ialah kondisi warga yang dapat mengembangkan diri

secara optimal menurut kemampuannya, baik dalam bidang ekonomi, sosial,

budaya, maupun politik. Sebagai contoh, kesejahteraan dalam bidang ekonomi ialah

warga memperoleh peluang mencari nafkah dan menikmati hasilnya dengan

pantas.Dalam bidang sosial, warga dapat hidup dan berpartisipasi dalam masyarakat

menurut pilihannya. Dalam bidang budaya ialah warga dapat memenuhi keperluan

estetika, etika, dan moralitasnya.Sementara itu,dalam bidang politik, warga dapat

menyampaikan aspirasi politiknya dan dapat berpartisipasi dalam berbagai

aktivitas politik. Keberhasilan negara dalam menyejahterakan warganya bergantung

pula pada kepatuhan warga dalam melaksanakan kewajiban setiap warga,

sepert i dalam bidang fiskal,

kependudukan, dan administrasi pemerintahan. Warga yang sejahtera

cenderung bersifat integratif karena hubungan antarwarga akrab dan hubungan warga

negara dengan pemerintahan positif sehingga tidak ada alasan untuk tidak saling

menyukai atas dasar prasangka buruk atau kecemburuan sosial.

Kehidupan bangsa yang cerdas dapat pula mendukung terjadinya integrasi

nasional. Kehidupan yang cerdas berarti orang mudah memahami keadaan, dapat

memikirkan hal jauh ke depan, dan mampu mengambilputusan terbaik bagi dirinya

secara individu dan juga bagi orang lain atau masyarakat. Bangsa yang cerdas akan

Page 82: Modul 04 Wasantara

81

berusaha mempertahankan persatuan antarkomponen bangsa karena disadari bahwa

dengan bersatu, konflik dapat dikelola dengan baik dan,dengan bersatu, tujuan

bersama akan lebih mudah dicapai. Oleh karena itu, negara harus mencerdaskan

warganya. Kecerdasan dapat dikembangkan melalui beberapa hal, seperti melalui

pendidikan, lingkungan yang kondusif, serta teladan tokoh masyarakat dan aparat

pemerintah/negara yang bertanggung jawab. Dalam hal ini, peranan pemerintahan

sangat menentukan keberhasilan upaya pencerdasan tersebut. Di samping itu,

perkembangan kecerdasan juga ditentukan oleh paranan warganya, seperti tingkat

partisipasi warga dalam bidang pendidikan dan kontrol aktif warga kepada pemerintah.

Selain faktor-faktor tersebut di atas, integrasi nasional juga ditentukan oleh

kemampuan negara untuk menjamin warganya dapat hidup dalam alam

kemerdekaan, kedamaian, dan keadilan sosial. Kondisi ini dapat diwujudkan bila negara

mampu ikut serta dalam mewujudkan perdamaian abadi dan ketertiban dunia dengan

menempatkan negara sendiri berada di dalamnya. Upaya nagara untuk keperluan itu

tentu harus didukung segenap komponen bangsa. Dukungan tersebut akan

menggerakkan dan menghimpun potensi bangsa secara menyeluruh dalam

integrasi nasional.

Makna kemerdekaan, kedamaian, dan keadilan sosial pada era pascaperang

dingin bergeser dan ranah ideologi dan militer era perang dingin menjadi ranah

ekonomi dan budaya. Dengan demikian, makna kemerdekaan dalam hal ini

dimaksudkan merdeka dari tekanan ekonomi atau budaya dan merdeka untuk

memilih hal tarbaik bagi pengembangan ekonomi nasional dan tetap dapat

mempertahankan budaya nasional Indonesia. Ke mu d i a n , ma kn a ke d a ma i a n

d i ma k su d ka n ke d a ma i a n d a l a m menyelenggara-kan kehidupan bernegara

yang berdaulat, dan makna keadilan sosial dimaksudkan keadilan sosial dalam

menikmati kemajuan dunia, terutamadalam bidang i lmu dan teknologi.

Sehubungan dengan i tu, peranan pemerintahan, terutama kebijakan luar

negeri, sangat menentukan keberhasilan integrasi nasional.Faktor penentu integrasi

jenis ini juga dipengaruhi olehperanan warga dalam mendukung kebijakan tersebut,

Page 83: Modul 04 Wasantara

82

seperti gerakan-gerakan politik dan sosial atau moral.

3. Implementasi Wawasan Nusantara dalam Kehidupan Bernegara

Dalam kehidupan bernegara, integrasi dapat terjadi bila warga sama-sama

memperoleh perlindungan negara. Dalam hal ini, integrasi terjadi karena warga memiliki

kepentingan yang sama terhadap negara, yaitu sama-sama memerlukan negara

sehingga menjadi terintegrasi. Perlindungan negara yang diperlukan warganya,

terutama, adalah perlindungan hukum serta perlindungan keamanan dan keselamatan

jiwa, raga, dan harta benda. Integrasi terjadi selama perlindungan negara efektif dan

dirasakan oleh warga. Sebaliknya, akan terjadi disintegrasi bila negara gagal

memberikan perlindungan kepada warganya secara merata. Sebagai contoh,

perlindungan hukum yang efektif dapat mewujudkan kepastian hukum dan keadilan

sehingga dapat meningkatkan kepercayaan antarwarga, warga dengan institusi, atau

institusi dengan institusi, sebagai modal terjadinya integrasi.

Perlindungan keamanan dan keselamatan yang efektif dapat meningkatkan

keberanian masyarakat melakukan berbagai kegiatan sehingga hubungan antarwarga,

warga dengan institusi, atau institusi dengan institusi, semakin luas dan intensif

yang mendorong terjadinya integrasi, Perlindungan negara menjadi efektif bila warga

yang bersangkutan melaksanakan kewajiban warga dengan konsisten dan

konsekuen. Dalam kondisi Ini, integrasi antarkepentingan yang luas akan

mewujudkan integrasi nasional.

Integrasi juga terjadi karena negara berhasil menyejahterakan warganya secara

adi l . Se jahtera dalam hal ini ialah kondisi warga yang dapat

mengembangkan diri secara optimal menurut kemampuannya, baik dalam bidang

ekonomi, sosial, budaya maupun politik. Sebagai contoh, kesejahteraan dalam bidang

ekonomi ialah warga memperoteh peluang mencari nafkah dan menikmati hasilnya

dengan pantas.Dalam bidang sosial , warga dapat hidup dan berpartisipasi

dalam masyarakat menurut pilihannya.Dalam bidang budaya, warga dapat

Page 84: Modul 04 Wasantara

83

memenuhi keperluan estetika, etika, dan moralitasnya; serta dalam bidang politik,

warga dapat menyampaikan aspirasi politiknya dan dapat berpartisipasi dalam

berbagai aktivitas politik.

Keberhasilan negara dalam menyejahterakan warganya bergantung pula pada

kepatuhan warga dalam meiaksanakan kewajiban setiap warga, seperti

dalam bidang fiskal , kependudukan, dan administrasi pemerintahan. Warga yang

sejahtera cenderung bersifat integratif karena hubungan antarwarga akrab dan

hubungan warga negara dengan pemerintahan positif sehingga tidak ada alasan untuk

tidak saling menyukai atas dasar prasangka buruk atau kecemburuan sosial.

Kehidupan bangsa yang cerdas dapat pula rnendukung terjadinya

integrasi nasional. Kehidupan yang cerdas berarti orang mudah memahami

keadaan, dapat memikirkan hal jauh ke depan, dan mampu mengambil putusan terbaik

bagi dirinya secara individu dan juga bagi orang lain atau masyarakat. Bangsa yang

cerdas akan berusaha mempertahankan persatuan antarkomponen bangsa karena

disadari bahwa dengan bersatu konflik dapat dikelola dengan baik dan, dengan bersatu,

tujuan bersama akan lebih mudah dicapai. Oleh karena itu, negara harus

rnencerdaskan warganya. Kecerdasan dapat dikembangkan melalui beberapa hal

seperti melalui pendidikan, lingkungan yang kondusif, serta teladan tokoh rnasyarakat

dan aparat pemerintahan/negara yang bertanggung jawab. Dalam hal ini, peranan

pemerintahan sangat menentukan keberhasilan upaya pencerdasan tersebut. Di

samping itu, perkembangan kecerdasan juga ditentukan oleh peranan warganya,

seperti tingkat partisipasi warga dalam bidang pendidikan dan kontrol aktif warga

kepada pemerintahan.

Selain faktor-faktor tersebut di atas, integrasi nasionai juga ditentukan oleh

kemampuan negara untuk menjamin warganya dapat hidup dalam alam

kemerdekaan, kedamaian, dan keadilan sosial. Kondisi ini dapat diwujudkan bila negara

mampu ikut serta dalam mewujudkan perdamaian abadi dan ketertiban dunia dengan

menempatkan negara sendiri berada di dalamnya. Upaya negara untuk keperluan itu

tentu harus didukung oleh segenap komponen bangsa. Dukungan tersebut akan

menggerakkan dan menghimpun potensi bangsa secara menyeluruh, dalam integrasi

Page 85: Modul 04 Wasantara

84

nasional. Makna kernerdekaan, kedamaian, dan keadilan sosial pada era pascaperang

dingin bergeser dari ranah ideologi dan militer era perang dingin menjadi ranah

ekonomi dan budaya. Dengan demikian, makna kemerdekaan dalam hal ini

dimaksudkan merdeka dari tekanan ekonorni atau budaya dan merdeka untuk

memilih hal terbaik bagi pengembangan ekonomi nasionai dan tetap dapat

mempertahankan budaya nasionai Indonesia.

Kemudian, makna kedamaian dimaksudkan kedamaian dalam

menyelenggarakan kehidupan bernegara yang berdaulat, dan makna keadilan sosial

dimaksudkan keadilan sosiai dalam menikmati kemajuan dunia, terutama dalam bidang

ilmu dan teknologi. Sehubungan dengan hal itu, peranan pemerintahan,

terutama kebijakan luar negeri, sangat menentukan keberhasilan integrasi

nasional.Faktor penentu integrasi jenis ini dan juga dipengaruhiperanan warga

dalam mendukung kebijakan tersebut, seperti melalui gerakan-gerakan politik dan

sosial atau moral.

Latihan

Untuk menambah pemahaman Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 3,

kerjakan latihan berikut ini.

Coba Anda diskusikan dengan teman Anda.

Semangat kebhinnekatunggalikaan dalam kehidupan bermasya-rakat,

berbangsa, dan bernegara dikaitkan dengan konstelasi geografi Indonesia. Juga faktor-

faktor yang dapat menyebabkan konflik.

Petunjuk Menjawab Latihan

Pelajari dengan baik dan pahami buku modul!Baca buku referensi dan buku wajib

yang ada. Diskusikan dengan teman Anda!

Page 86: Modul 04 Wasantara

85

Rangkuman

Wujud Wawasan Nusantara dalam kehidupan nasional ialah kondisi persatuan dan kesatuan yang dijiwai kekeluargaan dan rasa kebersamaan.Kondisi tersebut mewujud sebagai hasil operasionalisasi pikiran dan sikap yang terpolakan dalam tanggung jawab, motivasi, dorongan, dan tekad dalam mewujudkan cita-cita bersama.Tanggung jawab dalam hal in i ialah mempertahankan integritas dan identitas bangsa Indonesia, motivasi untuk selalu menciptakan keadaan yang lebih baik, dorongan-dorongan (drives) agar selalu bersatu-senasib sepenanggungan, dan senantiasa menyatukan tekad dalam mencapai tujuan nasional.Kondisi tersebut selaras dengan lingkungan sejarah, kondisi, dan konstelasi geografi wilayah nasional serta kondisi bangsa Indonesia yang perlu dibina dan dimanfaatkan.Wawasan Nusantara berfungsi sebagai landasan pembinaan ketahanan nasional serta rambu dan pedoman penyelenggaraan pembangunan nasional.

Implikasi konsepsi Wawasan Nusantara dalam kehidupan nasional dilakukan dalam integrasi nasional, yaitu melalui interaksi sosiokultural dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.Pendekatan atas dasar berpikir dan bersikap berarti pendekatan pada unsur manusia menurut perannya dalam kehidupan nasional, yaitu sebagai anggota masyarakat, unsur bangsa, dan warga negara. Dengan demikian, atas dasar pikiran dan sikap manusia Indonesia yang sudah sejalan (mengacu pada Wawasan Nusantara), integrasi pada segala bidang (aspek-aspek kehidupan nasional: Hasnan Habib) atau integrasi unsur-unsur negara (Saafroeding Bahar) akan dapat d iwujudkan, yaitu manusia Indones ia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, atau menurut dimensi-dimensi kehidupan nasional.

Page 87: Modul 04 Wasantara

lxxxvi

DAFTAR PUSTAKA

Amanat Presiders Soekarno pada Peresmian Lemhannas di Istana Negara.

“Susunlah Pertahanan Nasional Bersendikan Karaktedstik Bangsa”. Jakarta:

Dep. Penerangan RI. 20 Mei 1965.

Analisis CSIS, “Nasionalisme dan Berakhirnya Negara Bangsa”. Tahun XXV. No. 2.

Maret - April 1996.

Bakom PKB Pusat, 1994. Wawasan Kebangsaan Indonesia, Gagasan dan

Pemikiran Badan Komunikasi Penghayatan Kesatuan Bangsa. Jakarta.

Djalal, Gonggong, A. 2000. Meniadi Bangsa Indonesia, Wawasan Nusantara, dan

Ketahanan Nasional di Tengah Krisis: Penglihatan sajarah, Jakarta:

Doktrin Hankam dan Doktrin Perjuangan ABRI, 1967. Catur Dharma Eka

Karma,Staf Hankam.

D.P. 2000, Geopolitic of Indonesia's Maritime Tedtorial Policy. CSIS/25TM996.

Frederick, C.J. 1963. Man and His Government. New York : Me. Grave Hill,hlm. 79.

Hart, M.H. 1995. Seratus Tokoh yang Paling Befpengaruh dalam

Sejarah.Terjemahan H. Makruf Djumaidi, Jakarta : Pustaka Jaya.

Hatta, M. et al, 1980. Uraian Pancasila:Dilengkapi dengan Dokumen Lahimya

Pancasila 1 Juni 1945. Jakarta : Mutiara.

lkatan Alumni: Lemhannas (IKAL), 2001. “Wawasan Nusantara sebagai

Landasan Visional Bangsa”. Hasil seminar tentang Reaktualisasi

Wawasan Nusantara untuk Menjamin Keutuhan dan Tetap Tegaknya

Negara Kesatuan Republik Indonesia, Kerja sama dengan Almametel,

Lemhannas.

Page 88: Modul 04 Wasantara

lxxxvii

Intemastional Herald Tribune, 1997. “Does the Nation State have a Future”.Neal R,

Pierce, Friday April 4.

Keontjaraningrat, 1993. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta : Djambatan.

Lasswell, H.D, dan Abraham Kaplan, 1970. Power and Society. New Haven: Yale

University Press, pg. 71.

Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), 1995. Kewiraan untuk

Mahasiswa.(Ditertibkandengan kerjasama Dirjen Dikti depdikbud), Jakarta:

PT. Gramedia Pustaka Umum.

Lemhanas, 1993. Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional. Naskah

Pendukung GBHN 1993.

Munadjat, D. 1974. Wawasan Nusantara. Jakarta.

Machiavelli, N. 1991. Sang Penauasa: Surat seorang Negarawan kepada Pimpinan

Republik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,

Nasroen, N. 1986. Asal Mula Negara. Jakarta: Aksara Baru.

Pringgodigdo, A.K. 1977. Sejarah Pegerakan Rakyat Indonesia, Jakarta: Dian

Rakyat,

Renan, E. 1997. Apakah Bangsa Itu? (Que'est Ce Qu'une Nation?) Alih Bahasa:

Sunado, Jakarta : Dian Rakyat.

Soetopo, R. 1977. “Wawancara TVR1 tentang Wawasan Nusantara”. Jakarta:

Sunardi, RM., 1999. “Geostrategi Indonesia”. Disiapkan khusus untuk Bahan

Kuliah. Jakarta:

Usman, W. 1999. Tinjauan Ilmiah Wawasan Nusantara dan Ketahanan

Nasional. Jakarta Program PKN, Pascasarjana UL

Wilhwim, D. 1981. Indonesia Bangkit, (Terjemahan Eunerging Indonesia, oleh Suli

Sulaiman).Jakarta: Universitas Indonesia.

Yamin, M. 1945. Naskah Persiapan UUD 1945. Jakarta: