moderasi profitabilitas pada pengaruh agresivitas pajak … · ini kasus pencemaran lingkungan...
TRANSCRIPT
1
Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi dan Keuangan Publik
Vol 15 No.1 Januari 2019 : 1 – 16 ISSN : 2685-6441 (Online)
Doi : http://dx.doi.org/10.25105/jipak.v15i1.6233 ISSN : 1907-7769 (Print)
MODERASI PROFITABILITAS PADA PENGARUH
AGRESIVITAS PAJAK DAN LEVERAGE TERHADAP
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
1Ayunita Ajengtiyas Saputri Mashuri 1Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
Abstract This study uses quantitative research that aims to see whether tax aggressiveness and
leverage have an effect on the disclosure of Corporate Social Responsibility (CSR) with
profitability as variable moderation. This study was use a manufacturing company within
sub-sector of consumer goods industry listed on the “Indonesia Stock Exchange. Samples
were selected by purposive sampling and collected 16 companies of consumer goods
industry sub-sectors during 2014-2018 research datas period. Testing the hypothesis in
this study using “Multiple Linear Regression Analysis with” a significance level of 5%
(0.05). The results of this study indicates that;(1) Tax aggressiveness “has a significant
effect on” CSR disclosure, (2) “Leverage does not have a significant effect on CSR
disclosure”, (“3) Profitability measured using Return on Assets (ROA”) is able to strengthen
Tax Aggressiveness and unable to strengthen leverage to influence CSR disclosure. Tax
aggressiveness and leverage and profitability variables as moderating variables can
explain the CSR disclosure variable by 52.1%.
Keywords : Corporate Social Responcibilty;Disclosure; Leverage; Profitability; Tax
Aggressiveness.
JEL Classification : G34, H26
Submission date : January 6, 2020 Accepted date : January 18, 2020
J I P A K 2 0 2 0 | 2
1. PENDAHULUAN
Menurut sejarah peradaban, Indonesia memiliki letak yang strategis, sehingga tidak
dapat dipungkiri potensi yang di miliki Indonesia terdapat pada sumber daya alam yang
melimpah, terdiri dari sumber daya mineral, batubara, minyak dan kekayaan biota laut
hingga macam satwa dan tumbuhan. Kekayaan alam yang melimpah, dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan perekonomian masyarakat di Indonesia. Hingga saat ini mayoritas
perusahaan-perusahaan dianggap telah memberikan konstribusi bagi perkembangan dan
pertumbuhan ekonomi serta teknologi. Perusahaan dalam menjalankan kegiatan
usahanya tidak lepas dari permasalahan yang ditimbulkan yaitu permasalahan
kemasyarakatan sosial misalkan pencemaran pada lingkungan, limbah, dan timbulnya
penyusutan sumber daya. Dampak sosial yang ditimbulkan pada lingkungan dapat
mempengaruhi perhatian masyarakat terhadap kegiatan perusahaan, sehingga perusahaan
harus menyadari betapa mendesaknya perusahaan untuk dapat memperhatikan
lingkungan di sekitarnya dengan melaksanakan tanggung jawab sosial atau Corporate
Social Responsibility (CSR).
Penerapan corporate social responsibility di Indonesia tercantum dalam beberapa
peraturan yang telah disusun oleh Pemerintah Indonesia diantaranya adalah “Undang-
Undang No 40 tahun 2007 mengenai Perseroan”. Serta Pasal 74 pasal (1), dimana Undang-
Undang menyatakan bahwa Perseroan diwajibkan untuk melaksanakan tanggung jawab
sosial dan lingkungan dalam rangka melaksanakan kegiatan usahanya di bidang dan/atau
berkenaan dengan penggunaan maupun pengaruhnya terhadap sumber daya alam. Selain
itu Perusahaan juga memiliki kewajiban dan bertanggung jawab atas biaya persorean
dalam pelaksanaan tangu jawab sosial dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran
sesuai yang tercantum dalam ayat (2). Apabila perusahaan tidak melaksanakan kewajiban
sesuai dimaksud dalam ayat (2), maka perusahaan akan dikenakan sanksi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perusahaan dalam pemenuhan kewajiban
dan tanggung jawab terhadap lingkungan sekitar, wajib menyusun dan melaporkan
laporan tanggung jawab sosial dan lingkungan, hal tersebut telah tercantum dalam pasal
66 poin c. Pemerintah Indonesia menyusun aturan terkait dengan kewajiban tanggung
jawab sosial dan lingkungan yang tercantum dalam Pemerinta Republik Indonesia
Nomor 47 Tahun 2012.
Aturan-aturan tersebut disusun dengan tujuan agar seluruh elemen perusahaan
dapat menjalankan kegiatan operasional dengan bertanggung jawab baik kepada
masyarakat sosial maupun lingkungan yang harus dipenuhi, namun nyatanya masih
banyak perusahaan yang tidak mengindahkan peraturan-peraturan tersebut.
Pengungkapan corporate social responsibility di beberapa negara berkembang seperti
Malaysia dan Thailand”sudah cukup efektif terlaksana dibandingkan di Indonesia. Hal
tersebut dikarenakan pengungkapan corporate social responsibility dianggap sebagai
beban perusahaan yang berdampak pada pengurangan pendapatan usaha perusahaan.
Atas persepsi seperti itulah yang berdampak pula pada fenomena nyata yang terjadi pada
salah satu sektor industri yang dirasa tidak memiliki dampak negatif yang besar akibat
J I P A K 2 0 2 0 | 3
dari operasional perusahaannya, yaitu pada sektor manufaktur produk makanan dan
minuman.
Di tahun 2017 terdapat kasus pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh PT
Unilever yang diduga tidak memiliki lokasi pembuangan limbah yang baik dan benar.
Perusahaan tersebut membuang limbah sisa hasil produksi yang berkelanjutan ke daerah
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangke Kabupaten Simalungun Provinsi
Sumatera Utara (metrorakyat.com). Masih pada tahun yang sama, kasus pencemaran
lingkungan juga terjadi di Sidoarjo. Ratusan warga tergabung dalam Gerakan Anak
Sidoarjo Setia (Ganass) memprotes pencemaran limbah yang dibuang ke sungai, oleh PT
Sekar laut grup. Aksi Ganass yang dilakukan di depan Pendopo Wibawa Delta Sidoarjo,
Jalan Cokronegoro, ini juga memprotes bau kurang sedap di lokasi tersebut. Menurut
salah seorang warga, bau tidak sedap itu mengganggu warga sejak puluhan tahun lalu
(news.detik.com). Selain kasus-kasus tersebut, terdapat pula kasus pencemaran
lingkungan yang disebabkan oleh perusahaan di subsektor industri barang konsumsi. Kali
ini kasus pencemaran lingkungan disebabkan oleh PT Mayora. Limbah dari Pabrik
Tapioka milik PT Mayora menyebabkan pencemaran aliran irigasi. Salah seorang warga
mengatakan bahwa akibat limbah pabrik tersebut, air irigasi berwarna kecokelatan,
berlendir dan berbau (makassar.tribunnews.com).
Dalam menjalankan kegiatan operasional, perusahaan tidak terlepas dari
lingkungan sosial setempat, yaitu masyarakat dan lingkungan. Oleh sebab itu, perusahaan
memiliki kewajiban dalam melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan sebagai
bentuk perhatian perusahaan yang harus di pertimbangkan selain dalam memperoleh
keuntungan semata. Berkenaan dengan hal tersebut maka ada beberapa aspek yang
tentunya pula dapat mempengaruhi tingkat pengungkapan corporate social
responsibility, dalam penelitian ini terdapat beberapa faktor yang diindikasikan memiliki
dampak terhadap besarnya pengungkapan corporate social responsibility yaitu
agresivitas pajak dan leverage.
Tabel 1
Faktor-Faktor Besarnya Pengungkapan CSR
Sumber: Data diolah dari Laporan Tahunan Perusahaan
Indikator diatas menjelaskan bahwa perusahaan memiliki kecenderungan untuk
dapat menurunkan kewajiban pajaknya sehingga faktor agresivitas pajak menjadi salah
satu aksi perusahaan yang terdiri dari beberapa tindakan yang dilakukan oleh manajemen
untuk dapat mmenghasilkan lab yang lebih besar dengan cara menurunkan beban pajak
perusahaan. Berdasarkan data yang tersaji dapat diketahui bahwa kedua perusahaan
No Nama Perusahaan Tahun
Agresivitas
Pajak
(X1)
Leverage
(X2) CSRD
1 PT. Ultra Jaya Milk Tbk. 2016 0,2713 0,1769 14,28 %
2 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 2016 0,3626 0,4653 13,18 %
J I P A K 2 0 2 0 | 4
memiliki kecenderungan melakukan tindakan agresivitas pajak, meskipun berdasarkan
perhitungan tingkat agresivitas pajak, perusahaan ultra jaya lah yang lebih cenderung
melakukan tindakan tersebut, dapat dikatakan seperti itu karena proksi pengukuran
menggunakan proksi ETR, yang menjelaskan dengan menggunakan pengukuran
agresivitasppajak menghasilkan nilai ETR yang mendekati nol, semakin kecil nilai
perhitungan ETR berarti semakin besar adanya kecenderungan perusahaan melakukan
tindakan agresivitas pajak. Nyatanya hal ini berbanding terbalik dengan apa yang di
kemukakan oleh Deegan et al. (2002) dalam Utari dan Rohman (2015), adanya
kecenderungan perusahaan yang melakukan agresif pajak untuk semakin melakukan
pengungkapan tambahan informasi kegiatan corporate social responsibilty. Tujuan
perusahaan melakukan tindakan tersebut untuk mendapatkan simpati dan perhatian dari
public atas kegiatan operasional perusahaan. Perusahaan dalam memaksimlkan
pengungkapan corporate social responsibilty memiliki tujuan terselubung untuk semakin
agresif bertindak untuk dapat mengurangi beban pajak.
Sementara itu pada faktor yang kedua, leverage merupakan indikator yang
menjelaskan seberapa intensif perusahaan dalam membiayai kegiatan operasionalnya
untuk menambahkan asset perusahaan dengan menggunakan dana yang berasal dari
hutang. Semakin besar nilai leverage, maka ada kecenderungan perusahaan akan
melakukan pengungkapan corporate social responsibilty. PT Ultra Jaya Milk Tbk dan
PT Indofood Sukses Makmur Tbk dengan tingkat leverage yang tinggi, tidak sejalan
dalam melakukan pengungkapan CSR sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap
lingkungan dihasilkan dalam mengungkapkan CSR nilainya rendah. Sehingga sejalan
dalam penelitian Respati dan Hadiprajitno (2015), tingkat leverage yang tinggi justru
tidak akan mempengaruhi pengungkapan CSR, dikarenakan beberapa hal yaitu adalah
penekanan biaya pengeluaran dan peningkatan kondisi keuanganpperusahaan.
Hasil penelitian yang dilakukan Lanis dan Richardson ”(2013), Nursantri dkk
(2015), dan Utari dan Rohman (2015) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara agresivitas pajak terhadap pengungkapan corporate social
responsibility, sebaliknya penelitian yang dilakukan oleh Octavia dan Rohman. (2014)
menunjukkan bahwa agresivitas pajak tidak berpengaruh terhadap tingginya perusahaan
untuk mengungkapkan tanggung jawab sosial.
Hasil penelitian yang dilakukan Saputra (2017), Wiyadmono (2014), Arif dan
Wawo (2016) menunjukkan bahwa leverage memiliki pengaruh terhadap besarnya
pengungkapan corporate social responsibility. Sebaliknya, Respati dkk. (2015)
menunjukkan bahwa leverage tidak memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap
pengungkapan corporate social responsibility.
Adapun gap research dalam penelitian terdahulu yang mendasari untuk dilakukan
penelitian lebih lanjut yang berasal dari hasil penelitian terdahulu. Terdapat hasil yang
belum menunjukkan konsisten informasi. Hal tersebut dapat ditemukan bahwa
pengungkapan corporate social responsibility menghasilkan kesimpulan hasil yang
masih berbeda-beda hal sehingga perlunya kejelasan informasi untuk mengetahui faktor-
J I P A K 2 0 2 0 | 5
faktor yang dapat mempengaruhi besarnya pengungkapan corporate social resposibility
yang dapat menjadi pertimbangan perusahaan dalam menjalankan aktivitas sosial.
Terdapat beberapa perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
terdapat penambahan variabel moderasi yang menjadi pertimabngan apakah profitabilitas
dapat memperkuat atau justru akan semakin memperlemah agresivitas pajak dan leverage
dalam mempengaruhi pengungkapan corporate social responsibilty. Penelitian ini
menggunakan pemilihan sampel dari perusahaan manufaktur dengan sub sektor Barang
Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia/BEI periode 2014-2018.
Dengan adanya fenomena dan gap research seperti yang telah dijabarkan di atas,
menyebabkan adanya ketertarikan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
beberapa indikator yang memiliki dampak terhadap pengungkapan corporate social
responsibility. Adapun faktor-faktorpyang diuji kembali adalah agresivitas pajak dan
leverage yang dimoderasi oleh profitabilitas. Oleh karena itu, tema yang akan diangkat
adalah Profitabilitas sebagai Moderator Pengaruh Agresivitas Pajak dan Leverage
terhadap Corporate Social Responsibility.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Teori Legitimasi
Teori legitimasi menjelaskan hubungan antara korporasi dan komunitas sekitarnya,
keduanya memiliki hubungan sosial yang saling berkaitan dalam suatu kontrak sosial
(Lako, 2012). Teori legitimasi ini menjadi dasar bahwa perusahaan harus sejalan dengan
aturan atau norma-norma yang berada pada lingkungan tersebut agar perusahaan dalam
mengoperasikan kegiatannya bisa berjalan dengan baik dan berimbang. Legitimasi
masyarakat merupakan suatu rancangan yang sangat strategis bagi perusahaan untuk
dapat berkembang lebih cepat. Hal tersebut dapat membantu perusahaan menjadi media
sarana untuk menginterpretasikan rancangan perusahaan, terutama dalam kaitannya
posisi perusahaan untuk dapat diterima di tengah lingkungan masyarakat yang saat ini
terus berkembang semakin cepat (Hadi, 2014).
Teori Agensi
Teori Agensi adalah hubungan antara agensi dan prinsipal yang merupakan satu
kesatuan kontrak berasal dari satu atau beberapa pihak yang saling berhubungan dan
pemberian tanggung jawab dalam pelaksanaannya (“Jensen dan Meckling, 1976). Agensi
merupakan pihak yang diberikan kewenangan dan tanggung jawab yang diberikan oleh
prinsipal dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan. Agensi diberikan
kewenangan oleh prinsipal untuk dapat mengambil keputusan yang terbaik dan dapat
menguntungkan para pihak prinsipal. Terdapat perbedaan yang mungkin terjadi antara
agensi dan principal, dan tidak menutup kemungkinan masalah yang kerap ditimbulkan
dari perbedaan pendapat adalah asimetri informasi. Agen biasanya membatasi informasi
terkait keadaan perusahaan untuk kepentingannya pribadi dan terkadang agen tidak
J I P A K 2 0 2 0 | 6
menjelaskan secara mendetail keadaan yang sesungguhnya dihadapi oleh perusahaan saat
ini (Cahyadi dan Noviari, 2018).
Corporate Social Responsibility
Solihin (2009 : 5) mendefinisikan CSR sebagai komitmen perusahaan secara
sukarela untuk turut meningkatkan kesejahteraan komunitas dan bukan merupakan
aktivitas bisnis yang di wajibkan oleh hukum dan perundang-undangan seperti kewajiban
untuk membayar pajak atau kepatuhan perusahaan terhadap undang-undang
ketenagakerjaan.
Menurut Lako (2012 : 180) CSR didefinisikan sebagai komitmen berkelanjutan
dari suatu perusahaan untuk bertanggung jawab secara ekonomik, legal, etis, dan sukarela
terhadap dampak-dampak dari tindakan ekonomi terhadap komunitas. CSR berarti
proaktif melakukan upaya-upaya berkelanjutan untuk mencegah potensi-potensi dampak
negatif atau aktivitas ekonomi korporasi terhadap masyarakat dan lingkungan serta
meningkatkan kualitas sosial dan lingkungan yang menjadi stakeholder nya.
Agresivitas Pajak
Menurut Suandy (2011 : 7) agresivitas pajak merupakan perekayasaan“beban
pajak/tax burden yang ditekan serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang
ada tetapi berbeda dengan tujuan pembuat undang-undang. Agresivitas pajak berusaha
memaksimalkan penghasilan setelah pajak/“after tax return karena pajak merupakan
unsur pengurang laba yang tersedia, baik untuk dibagikan kepada pemegang saham
maupun untuk di investasikan kembali”.
Nusantari dkk (2015) menyebutkan agresivitas pajak sebagai tindakan merekayasa
pendapatan kena pajak yang dilakukan perusahaan melalui tindakan perencanaan pajak,
baik menggunakan cara yang legal (tax avoidance) maupun ilegal (tax evasion).
Leverage
Leverage sebagai bagian dari kinerja keuangan perusahaan menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam melakukan pengelolaan terhadap sumber dana baik yang
berasal dari utang ataupun dari aset yang dimiliki perusahaan (Ross, 2013). Rasio
leverage bertujuan untuk menganalisis pembelanjaan yang dilakukan berupa komposisi
utang dan modal, serta kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan beban tetap
lainnya (Sugiyono, 2009 : 70). Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
“leverage merupakan tingkat ketergantungan perusahaan terhadap utang dalam
membiayai kegiatan operasinya sehingga leverage juga mencerminkan tingkat risiko
keuangan”.
Profitabilitas
Menurut Harahap ”(“2013:304”)“ profitabilitas menggambarkan kemampuan
perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan sumber daya yang ada seperti
kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.
J I P A K 2 0 2 0 | 7
Menurut Brigham dan Houston (2014:107) profitabilitas adalah hasil bersih dari
serangkaian kebijakan dan keputusan. Definisi profitabilitas dapat disimpulkan sebagai
indikator penilaian yang digunakan untuk mengukur “kemampuan dan keberhasilan
perusahaan dalam memperoleh laba yang hubungannya dengan penjualan, aset maupun
investasi.
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Agresivitas Pajak Terhadap Pengungakapan Corporate Social
Responsibility
Landasan teori terkait “agresivitas pajak”” dalam pengungkapan tanggung jawab
sosial dan lingkungan didukung oleh teori legitimasi. Teori tersebut menjelaskan bahwa
semakin agresif perusahaan dalam melakukan tindakan dalam rangka menurunkan beben
pajak, maka terdapat kecenderungan perusahaan akan semakin melakukan pengungkapan
tambahan informasi yang dipublikasikan. Salah satu informasi tambahan tesebut adalan
pengungkapan corporate social responsibility yang dilakukan perusahaan untuk
meningkatkan simpati masyarakat. Semakin tinggi perusahan melakukan tindakan
agresivitas pajak, maka diharapkan perusahaan dapat secara agresif untuk dapat
mengungkapkan laporan corporate social responsibility. Perusahaan yang tingkat
agresivitas pajaknya mendekati nol maka dikatakan agresif terhadap pajak, sedangkan
perusahaan yang agresivitas pajaknya semakin jauh dari nol maka dikatakan tidak agresif
terhadap pajak.
Nusantari dkk (2015) membuktikan bahwa terdapat pengaruh positif antara
pengungkapan corporate social responsibility terhadap agresivitas pajak. Utari dan
Rohman (2015), Nusantari dkk (2015), dan Octaviana dan Rohman (2014) menjelaskan
bahwa agresivitas pajak memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap
pengungkapan corporate social responsibility, sehingga semakin tinggi tingkat
agresivitas perusahaan terhadap pajak maka perusahaan akan memiliki kecenderungan
untuk mengungkapkan tanggung jawab sosial perusahaan.
H1 : Agresivitas pajak berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social
responsibility”.
Pengaruh Leverage Terhadap Pengungakapan Corporate Social Responsibility
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengungkapan corporate social
responsibility adalah rasio leverage. Andreas ”(2009) menyebutkan bahwa semakin tinggi
tingkat leverage, maka perusahaan akan semakin berusaha untuk mengungkapkan
corporate social responsibilty. Tindakan perusahaan tersebut dilandasi dengan adanya
kebutuhan informasi para kreditur yang cukup besar yang disebabkan oleh debt ratio
yang tinggi.
Menurut teori agensi, perusahaan yang memiliki tingkat leverage tinggi akan
semakin bertanggung jawab untuk mengungkapkan banyak informasi kepada para
prinsipal. Agen diberikan kepercayaan oleh prinsipal dalam menjalankan kegiatan
operasional perusahaan. Agen dianggap telah memiliki kemampuan dalam
J I P A K 2 0 2 0 | 8
mengoperasikan perusahaan sehingga segala tindakan yang dijalankan harus dapat
menyakinkan prinsipal agar mengurangi keraguan dan meningkatkan kepercayaan para
pemegang saham. Perusahaan tidak akan berdiri tanpa keberadaan agen, begitu juga
keberadaan perusahaan sangat dipengaruhi oleh adanya dukungan yang diberikan para
stakeholder disekitarnya.
H2 : ”Leverage berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social
responsibility”.
Pengaruh Profitabilitas dalam Memoderasi Agresivitas Pajak dan Leverage
terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Rasio profitabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa pihak manajemen telah cukup
efisien dalam menjalankan aktivitas operasional perusahaan. Profitabilitas dapat
dijadikan pertimbangan dalam melakukan tindakan agresivitas pajak. Semakin tinggi
tingkat pengukuran profitabilitas maka semakin besar pendapatan usaha yang diperoleh
perusahaan. Besarnya laba yang dihasilkan oleh perusahaan akan berdampak pada
bertambahnya beban pajak yang harus dibayarkan. Hal ini akan menjadi motivasi bagi
perusahaan sehingga timbullah tindakan untuk mencari celah dalam mengurangi beban
pajak tersebut dan berdampak pada tindakan agresivitas pajak.
“Leverage merupakan bagian dari indikator kinerja keuangan dimana perusahan
memiliki kemampuan untuk dapat mengelola sumber dana baik yang berasal dari utang
ataupun dari aset yang dimiliki perusahaan ”(Ross, 2013). Tujuan perhitungan rasio
leverage adalah untuk menganalisis pengeluaran biaya-biaya yang dilakukan dengan
menggunakan utang, modal, serta kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan
beban tetap lainnya ”(“Sugiyono, 2009 : 70”). Ketergantungan perusahaan terhadap utang
dalam membiayai aktivitas operasional perusahaan dipercayai mampu menghasilkan
profitabilitas dalam operasi perusahaan. Profitabilitas dapat dipertimbangkan dalam
melakukan pengungkapan corporate social responsibility.
H3 : Profitabilitas memoderasi hubungan antara agresivitas pajak terhadap
pengungkapan corporate social responsibility
H4 : Profitabilitas memoderasi leverage terhadap pengungkapan corporate social
responsibility
3. METODOLOGI
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Penelitian ini
menggunakan populasi seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive
sampling. Adapun kriteria yang digunakan untuk sampel adalah sebagai berikut:
a. Perusahaan manufaktur sub sektor industri barang konsumsi terdaftar pada Bursa
Efek Indonesia/BEI selama periode 2014-2018.
J I P A K 2 0 2 0 | 9
b. Perusahaan sektor industri barang konsumsi yang bersangkutan tidak mengalami
kerugian selama periode 2014-2018.
c. Perusahaan tersebut telah mempublikasikan annual report periode 2014-2018 yang
berakhir tahun buku per 31 Desember.
d. Perusahaan memiliki website resmi dan mengungkapkan CSR di dalamnya.
Tabel 2
Kriteria Sampel Penelitian
Sumber : Data diolah
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Berdasarkan data pada hasil output dinyatakan bahwa residual data penelitian
berdistribusi normal”, dengan hasil uji normalitas terhadap keseluruhan variabel dengan
nilai signifikasinya lebih besar 0,05 dengan (sig > 0,05).
Uji Multikolinieritas
Hasil uji multikolinieritas menunjukkan bahwa tidak ada nilai tolerance kurang
dari 0,1 atau nilai VIF lebih dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada gejala
multikolinearitas berdasarkan hasil yang ditunjukkan oleh nilai tolerance dan VIF model
berdasarkan model analisis tersebut”.
Uji Autokorelasi
Hasil uji autokorelasi dengan menggunakan Durbin-Watson menunjukkan hasil
sebesar 2,111. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, nilai Durbin-Watson berada
diantara du dan 4-du Nilai du dengan 80 data dan jumlah variabel 5 adalah 1,772 sehingga
4 – du menjadi 4 – 1,772 = 2,228. Nilai durbin Watson 2,111 sudah berada diantara 1,772
dan 2,228, sehingga autokorelasi tidak ditemukan dalam hasil regresi berikut.
J I P A K 2 0 2 0 | 10
Uji Heteroskedastisitas
Hasil uji scatterplot yang tidak beraturan atau tidak memiliki pola yang membentuk
suatu titik-titik yang berkumpul secara jelas menyebar diatas maupun dibawah“pada
sumbu Y disekitar angka 0 menunjukkan tidak terjadinya heteroskedasitas.
Hasil Penelitian
Statistik Deskriptif
Tabel 3 menujukkan data mengenai variabel deskriptif keseluruhan“variabel yang
digunakan untuk mendukung penelitian. Pengungkapan CSR yang diperhitungkan
menggunakan indeks GRI, menunjukka bahwa rata-rata perusahaan yang digunakan
dalam penelitian ini sebesar 0,1072 lebih besar dibandingkan dengan nilai standar deviasi
sebesar 0,0689”. Nilaiprata-rata tersebut menunjukkan bahwa variasi nilai sampel
tergolong cukup stabil dan penyimpangan data yang terjadi cukup kecil. Intepretasi data
dapat ditunjukkan dengan perhitungan nilai rata-rata dalam uji statistic deskriptif dengan
menggunakan nilai rata-rata dari total jumlah data, sehingga hasil dalam perhitunganakan
menjadi normal dan objektif. “Nilai rata-rata dalam ETR menunjukkan bahwa
perusahaan memiliki kecenderungan dalam melakukan penghindaran pajak. Leverage
nilai rata-rata yang menujukkan bahwa perusahaan dalam mengelolah membiayai
kegiatan operasionalnya tidak hanya bergantung pada Hutang semata. Terdapat sumber
dana yang dapat di gunakan dalam membiayai kegiatan operasional perusahaan yang
bersangkutan. Sedangkan untuk variabel Return On Assets (ROA), ETR yang di moderasi
dengan ROA, dan leverage yang di moderasi ROA menunjukkan jumlah perhitungan
rata-rata yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai standar deviasi. Dapat disimpulkan
bahwa variasi nilai dari sampel tergolong cukup tidak variable stabil dan penyimpangan
data yang terjadi variabel besar.
Tabel 3
Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ETR (X1) 80 .09 .39 .2514 .07542
Leverage (X2) 80 .08 3.03 .8314 .67981
ROA (Z) 80 .01 .92 .1539 .15762
ETR*ROA 80 .00 .36 .0418 .05443
LEV*ROA 80 .01 1.08 .1575 .27087
CSRD (Y) 80 .01 .35 .1072 .06896
Sumber : Data diolah SPSS 21, 2019
J I P A K 2 0 2 0 | 11
Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Tabel 4
Uji Regresi Linear Berganda
Unstandardized
B
Sig.
(Constant) .041 .313
ETR (X1) .238 .049
Leverage (X2) -.008 .669
ROA (Z) -.384 .047
ETR*ROA 1.519 .004
LEV*ROA .055 .394
Sumber : Data diolah SPSS 21, 2019
Berdasarkan hasil perhitungan dari tabel 4, maka diperoleh persamaan regresi linier
berganda sebagai berikut:
CSRD = 0,041 + 0,238 ETR – 0,008 LEV – 0,384 ROA + 1,519 ETR*ROA +
0,055 LEV*ROA
Nilai koefisien regresi ETR adalah 0,238 “dengan nilai” siginifikan sebesar 0,049,
maka H1 diterima. ETR secara pasial menyebutkan bahwa terdapat pengaruh positif yang
signifikan terhadap “pengungkapan CSR. Koefisien regresi leverage sebesar -0,008
dengan nilai siginifikan sebesar 0,669, maka H2 tidak dapat diterima karena nilai
koefisiennya lebih rendah dibandingkan dengan nilai signifikansi secara pasial. Leverage
secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan CSR.
Nilai koefisien regresi variabel interaksi ETR dengan ROA “sebesar 1”,519 dengan nilai
siginifikan sebesar 0,004, maka H3 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas
mampu memoderasi hubungan positif agresivitas pajak terhadap pengungkapan CSR.
Nilai koefisien regresi variabel interaksi leverage dengan ROA sebesar 0,055 dengan
nilai siginifikan sebesar 0,394, maka H4 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa
profitabilitas sebagai variabel moderasi tidak mampu memperkuat leverage untuk dapat
menyajikan lebih banyak mengenai pengungkapan CSR.
Indikator dari penilaian adjusted r square menunjukkan sebesar 0,521 atau 52,1%.
Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
variabel ETR, leverage, ROA, interaksi ETR dengan ROA, dan interaksi leverage dengan
ROA sebesar 52,1%. Sisa persentase sebesar 47,9% diungkapkan oleh variabel lainnya
yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini, yaitu kepemilitian institusional, media
exposure dan sebagainya.
ETR memiliki pengaruh terdahap besarnya pengungkapan CSR. Rendahnya nilai
yang ditunjukkan dari ETR menjelaskan perusahaan melakukan tindakan agresivitas
pajak cukup signifikan. Perusahaan akan semakin cenderung mengungkapkan CSR
karena dampak dari agresivitas pajak yang sejalan dengan teori legistimasi. Teori
legitimasi menjelaskan bahwa perusahaan akan berkesempatan untuk dapat diterima oleh
masyarakat sekitar apabila perusahaan mengungkapkan tambahan informasi yang
J I P A K 2 0 2 0 | 12
berkaitan dengan CSR. Sebaliknya, masyarakat akan memiliki pandangan negatif jika
perusahaan melakukan tindakan agresivitas pajak sehingga akan menimbulkan
ketidaksesuaian harapan masyarakat terhadap. Hal tersebut nantinya akan berdampak
pada hilangnya legitimasi dalam kelangsungan hidup perusahaan disebabkan hilangnya
kepercayaan dari masyarakat atas tindakan perusahaan menjalankan “agresivitas pajak.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lanis dan Rihardson
(2013), Plorensia dan Hardiningsih (2015), serta Jananti dan Setiawan (2018). Hasil
penelitian ini didukung oleh teori legitimasi dimana perusahaan memiliki kecenderungan
untuk melakukan pengungkapan pelaksanan CSR pada saat perusahaan semakin agresif
dalam penghindaran pajak. Pajak merupakan beban perusahaan yang dapat mengurangi
laba usaha, sehingga untuk menutupi tindakan tersebut perusahaan berusaha
mendapatkan simpati masyarakat sekitar dengan melaksanakan kegiatan sosial serta
mempertanggungjawabkan kepada publik.
Hasil uji regresi di atas menunjukkan bahwa leverage tidak memiliki pengaruh
terhadap “pengungkapan CSR”. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar perusahaan sudah
memerhatikan lingkungan dan sosial, sehingga fokus utama perusahaan tidak hanya
untuk memperoleh keuntungan semata”. Tingginya nilai leverage tidak memengaruhi
pengungkapan CSR. Meskipun jumlah utang perusahaan besar namun jika perusahaan
memiliki kepedulian dan tanggung jawab yang besar terhadap lingkungan sosialnya,
maka perusahaan tersebut akan tetap melakukan pengungkapan CSR ”. Selain itu,
perusahaan yang memiliki risiko lebih tinggi biasanya akan berusaha untuk meyakinkan
kreditur dengan pengungkapan informasi yang lebih detail termasuk dalam
pengungkapan CSR”. Tambahan informasi perusahaan akan diperlukan untuk
menghilangkan keraguan terhadap dipenuhinya hak-hak para kreditur. Oleh karena itu,
perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan
pengungkapan informasi yang lebih luas.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Robiah dan
Erawati (2017), Pradnyani dan Sisdyani (2015), dan Putri dan Christiawan (2014).
Variabel interaksi ETR dengan ROA menunjukkan hasil bahwa profitabilitas mampu
memoderasi hubungan agresivitas pajak pada pengungkapan CSR. Rasio profitabilitas
yang tinggi menunjukkan bahwa pihak manajemen telah cukup efisien dalam
menjalankan aktivitas operasional perusahaan”. Profitabilitas merupakan salah satu faktor
yang dapat dijadikan pertimbangan dalam melakukan tindakan agresivitas pajak.
Semakin tinggi tingkat profitabilitas yang dihasilkan perusahaan maka semakin besar
laba yang diperoleh perusahaan yang akan berdampak pada bertambahnya beban pajak
perusahaa. Hal ini akan menjadi motivasi bagi perusahaan untuk mencari celah dalam
mengurangi beban pajak tersebut sehingga timbul tindakan perusahaan untuk melakukan
agresivitas pajak. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih
(2013), Rinaldi (2015) serta Andhari dan Sukarta (2017).
Variabel interaksi antara leverage dengan ROA menunjukkan hasil bahwa
profitabilitas tidak dapat mendukung besarnya pengaruh dari penyebaran leverage.
Profitabilitas sebagai variabel moderasi tidak mampu memperkuat leverage untuk dapat
J I P A K 2 0 2 0 | 13
menyajikan lebih banyak mengenai pengungkapanp CSR. Hal tersebut menunjukkan
bahwa ketergantungan perusahaan dalam utang untuk membiayai kegiatan operasional
tidak mampu menghasilkan profitabilitas sehingga “tidak mempengaruhi perusahaan
dalam melakukan pengungkapan corporate social responsibility””.
5. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
Simpulan”
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa agresivitas
pajak berpengaruh secara positif terhadap pengungkapan CSR, leverage tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Profitabilitas diukur dengan menggunakan
return on asset mampu memoderasi agresivitas namun tidak mampu memoderasi
leverage untuk mempengaruhi pengungkapan CSR.
Implikasi
Implikasi teoritis dalam pengembangan ilmu yang terkait dengan teori legitimasi
dilihat dari pengaruh agresivitas pajak terhadap CSR, bahwa perusahaan dalam
mengungkapan CSR lebih dominan untuk mementingkan kepentingan sendiri. Implikasi
praktis ditujukan kepada pemangku kepentingan agar lebih cermat dalam menilai
kegiatan CSR yang dilakukan oleh perusahaan dengan tetap mempertimbangkan kinerja
keuangan.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka bagi penelitian yang akan datang dapat
menyusun data dari jenis sampel perusahaan lain dalam rentang waktu yang lebih
panjang agar dapat menggeneralisir terjadinya pengungkapan corporate social
responsibiltiy. Penelitian berikutnya juga dapat menggunakan sustainability report atau
data primer untuk data CSR yang bertujuan untuk menurunkan tingkat subjektivitas data
CSR. Tambahkan pula variabel lain untuk “pengungkapan corporate social responsibility
seperti ” corporate governance, media exposure, dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Andhari, Putu Ayu Seri dan Sukartha, I Made, (2017). Pengaruh Pengungkapan
Corporate Social Responsibility, Profitabilitas, Inventory Intensity, Capital
Intensity dan Leverage pada Agresivitas Pajak. E-Jurnal Akuntansi. Universitas
Udayana, 18(3), hal. 2115-2141.
Andreas. (2009). Pengaruh Tata Kelola Korporasi (Corporate Governance) Terhadap
Manajemen Laba dan Kinerja Korporasi. Eksekutif, 6 (2), 322-333.
J I P A K 2 0 2 0 | 14
Arif, F.A, & Wawo,A (2016). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, dan Likuiditas
Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibilty dengan Profitabilitas
Sebagai Variabel Moderasi, ASSETS, Volume 6, Nomor 2, Desember 2016, hkm
177-195
Brigham, Eugene F & Houston J. F (2014). Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jakarta:
Salemba Empat.
Cahyadi, A. S & Noviari, N (2018). Pengaruh Pajak, Exchange Rate, Profitabilitas dan
Leverage pada Keputusan Melakukan Transfer Pricing,E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, Volume XXIV, Nomor 2, hlm- 1441-1473. ISSN: 2302-8556.
Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariete dengan program IBM SPSS 23.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hadi, N. (2014). Corporate Social Responsibility. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Harahap, Sofyan Syafri. 2013. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan Edisi 11. Rajawali
Pers, Jakarta
Harmoni, Ati. Media richness theory dan potensi website sebagai media komunikasi csr
oleh perusahaan.
Ikatan Akuntan Indonesia. Standar Akuntansi Keuangan Tahun 2017. (2017). Jakarta.
Ikhsan, A. (2017). Akuntansi manajemen lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Jananti, N.W. dan Setiawan (2018). Pengaruh Agresivitas Pajak pada Corporate Social
Respomsibility dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderasi, E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana, 24, hal. 170 – 195.
Jensen, M. C., dan Meckling, W. H. (1976). Theory of the Firm: Managerial Behavior,
Agency Costs and Ownership Structure, Journal of Financial Economics 3, pp.
305-360.
Jianling Wang dkk. 2013. "The Determinants of Corporate Social Responsibility
Disclosure : Evidence From China", The journal of applied business
research,Volume 29,Number 06
Kamil, A., dan A. Herusetya, (2012). Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Luas
Pengungkapan Corporate Social Responsibility, Media Riset Akuntansi, Vol. 2
No.1 Februari 2012, hlm 1-17.
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor KEP-11/PM/1997 Tentang
Perubahan Peraturan nomor IX.C.7 Tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi
Pernyataan Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran Umum Oleh Perusahaan
Menengah atau Kecil
Kurniasih, T. dan Sari, Maria M (2013). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Corporate
Governance, Ukuran Perusahaan, dan Kompensasi Rugi Fiskal pada Tax
Avoidance. Buletin Studi Ekonomi, 18, hal. 58 – 66.
Kusuma, Dian, Tanjung, A.R., & Darlis, Edfan (2014). Pengaruh Corporate governance
dan karakteristik perusahaan terhadap luas pengungkapan corporate social
responsibility (csr) di dalam sustainability report, JOM FEKON, Vol. 1, No. 2,
Oktober 2014, hlm. 1-13.
Lako, A 2012, Dekontrusksi & reformasi paradigma bisnis & akuntansi, Erlangga,
Jakarta
Lanis, R. dan Richardson, G. 2013. Corporate Social Responsibility And Tax
Aggressiveness: A Test Of Legitimacy Theory, Accounting, Auditing &
Accountability Journal, Vol. 26 Issue: 1, pp.75-100
Mardikanto, T. (2014). Corporate social responsibility (tanggung jawab sosial
korporasi). Bandung: Alfabeta.
J I P A K 2 0 2 0 | 15
Martono, N. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Analisis isi dan Data Sekunder.
Jakarta: Rajawali Pers.
Maulana, Fahry & Yuyetta, E.N.A. (2012). Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap
Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR), Diponegoro Journal Of
Accounting, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, hlm. 1-14.
Nur, M. & Priantinah, D. (2012). Analisis faktor faktor yang mempengaruhi
pengungkapan corporate social responsibility di indonesia (studi empiris pada
perusahaan berkategori high profile yang listing di bursa efek Indonesia. Jurnal
Nominal, Volume 01, Nomor 01.
Nurmin, W. O (2017). Limbah Pabrik Tapioka Mayora Cemari Irigasi Warga
Bontomarannu. Makassar Tribunnews. Diakses 10 Februari 2019. Dari
https://makassar.tribunnews.com/2017/03/31/limbah-pabrik-tapioka-mayora-
cemari-irigasi-warga-bontomarannu.
Nusantari, N. I., Nuzula, N. F., & Darono, A. (2015). Pengaruh agresivitas pajak terhadap
pengungkapan corporate social. Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan
(JAB),Volume 5, No 2 .
Octaviana, N. E., & Rohman, A. (2014). Pengaruh agresivitas pajak terhadap corporate
social responsibility: untuk menguji teori legitimasi. Diponegoro journal of
accounting. 03 (02), ISSN (Online): 2337-3806, hal. 1-12.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2012 Tentang Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas. (2012). Jakarta.
Plorensia,W. A. P. & Hardiningsih, P. (2015). Pengaruh agresivitas pajak dan media
exposure terhadap corporate social responsibility. Dinamika Akuntansi,Keuangan
Dan Perbankan, Volume 04, Nomor 02. ISSN (Online): 1979-4878 , Halaman 136-
151
Pradnyani, I Gusti Agung Arista dan Eka Ardhani Sisdyani. (2015). Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Ukuran Dewan Komisaris Pada
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. E-Jurnal Akuntasi Universitas
Udayana 11.2:384-397, ISSN: 2302-8556.
Purwono, H. (2010). Dasar-Dasar Perpajakan & Akuntansi Pajak. Jakarta: Erlangga.
Putri, Rafika Anggraini Dan Yulius Jogi Christiawan (2014). Pengaruh Profatibilitas,
Likuiditas, Dan Leverage Terhadap Pengungkapan Corporate social responsibility
(Studi Pada Perusahaan-Perusahaan Yang Mendapat Penghargaan Isra Dan Listed
(Go-Public) Di Bursa Efek Indonesia (BEI) 2010-2012). Business Accounting
Review, Vol. 2, No. 1, 2014
Redaksi Metro Rakyat 2017. PT Unilever Diduga Buang Limbah Sembarangan di KEK
Sei Mangke Kabupaten Simalungun. Metro Rakyat. Diakses 7 Februari 2019. Dari
https://metrorakyat.com/pt-unilever-diduga-buang-limbah-sembarangan-di-kek-
sei-mangke-kabupaten-simalungun.
Respati, R.D & Hadiprajitno, P.B (2015). Analisis Pengaruh Profitabilitas, Leverage,
Ukuran Perusahaan, Tipe Industri dan Pengungkapan Media terhadap
Pengungkapan Corporate Social Responsibility (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Indonesia Tahun 2014. Diponegoro Journal of
Accounting. Volume 04, Nomor 4. ISSN (Online): 2337 – 3806, Halaman 1-11.
Rinaldi, dan Cheisviyanny, Charoline, (2015). Pengaruh Profitabilitas, Ukuran
Perusahaan dan Kompensasi Rugi Fiskal terhadap Tax Avoidance (Studi Empiris
pada Perusahaan Manufaktur Yang terdaftar di BEI Tahun 2010-2013). SNEMA-
2015 Padang Indonesia.
J I P A K 2 0 2 0 | 16
Robiah, A. M. r., dan T. Erawati, (2017). Pengaruh Leverage, Size, Dan Kepemilikan
Manajemen Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Akuntansi
Dewantara, Vol. 1, No. 1, hlm.
Ross, S. A., Westerfield, R., & Jaffe, J. F. (2013). Corporate finance. Irwin, McGraw-
Hill.
Rusdianto, U. (2013). CSR communications a framework for pr practitioners.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rusyidi, M. K., dan Martani, D. (2014). Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap
Agressive Tax Avoidance. Simposium Nasional Akuntansi 17 mataram Lombok,
hlm 1-19.
Saputra, S, E., (2017). Pengaruh Leverage, Profitabilitas dan Size Terhadap
Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Perusahaan di Bursa Efek
Indonesia. Economica Journal of Economic and Economic Education, Volume 05,
Nomor 01. ISSN (Online): 2302 – 1590. E-ISSN: 2460 – 190X, Halaman 75-89
Solihin, I. (2009). Corporate Social Responsibility from charity to sustainability. Jakarta:
Salemba Empat.
Suandy, E. (2011). Perencanaan pajak edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta
Sumarsan, T. (2012). Tax review dan strategi perencanaan pajak. Jakarta: Indeks.
Sunyoto, Danang. (2011). Analisis regresi dan uji hipotesis. Yogyakarta: CAPS.
Suparno (2017) Warga Sidoarjo Protes Pembuangan limbah Pabrik ke Sungai, News
Detik. Diakses 5 Februari 2019, dari https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-
3754047/warga-sidoarjo-protes-pembuangan-limbah pabrik-ke-sungai.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah. (2008). Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas. (2007). Jakarta.
Utari, I. A., & Rohman, A. (2015). Pengaruh agresivitas pajak terhadap corporate social
responsibility: untuk menguji teori legitimasi. Diponegoro Journal of accounting,
volume 04, nomor 01. issn (online): 2337-3806 , halaman 1-13.
Widiawan,I gusti agung raka dkk. (2017). Pengaruh consumer proximity,media
exposure,dan profitability terhadap corporate social responsibility.e-journal sS ak
Universitas Pendidikan Ganesha, volume 08 nomor 02.
Wiyadmono. (2014). The Impact of type Industry, Company Size and Leverage on the
Disclosure of Corporate Social Responsibility Case on Companies Listed in
Indonesia Stock Exchange 2009-2012. Journal Siasat Bisnis, Volume 18, Nomor
01. ISSN: 0353-7665, Halaman 118 – 132.